Husna Purnama: Pengembangan Kemitraan dan Pembiayaan Usaha Kecil Menengah pada Sentra Kripik di Bandar Lampung
18
PENGEMBANGAN KEMITRAAN DAN PEMBIAYAAN USAHA KECIL MENENGAH PADA SENTRA INDUSTRI KERIPIK DI BANDAR LAMPUNG Oleh: Husna Purnama Dosen Tetap pada Fakultas Ekonomi Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) Mengkaji kelayakan finansial pengembangan Usaha Kecil Menengah pada Sentra Industri Keripik di Bandar Lampung ; (2) Mengkaji model atau pola kemitraan yang diterapkan UKM; dan (3) Mengkaji efisiensi sistem pemasaran dari pola kemitraan pada UKM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) UKM baik skala besar, menengah, maupuk kecil di sentra industri keripik Bandar lampung merupakan unit usaha yang menguntungkan dan memiliki prospek yang sangat cerah, terutama dari aspek finansial. Usaha keripik tersebut layak untuk mendapatkan bantuan pembiayaan ; (2) Pola kemitraan dan pembiayaan yang dilakukan oleh pengusaha keripik di SIK Bandar Lampung berasal dari BUMN seperti PTPN VII dan PT. Telkom. Model kemitraan yang dilakukan adalah model kemitraan pasif karena tidak terjadi keterkaitan bisnis antara pihak yang membantu dan pengusaha keripik; (3) Sistem pemasaran keripik di SIK Bandar Lampung efisien. ________________________________________________________
Keywords: Kemitraan UKM, Sentra Industri Kripik
PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah. Usaha kecil dan usaha rumah tangga di Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung pendapatan rumah tangga. Sebagaimana dimaklumi bahwa perkembangan usaha dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun eksternal perusahaan. Salah satu faktor internal yang cukup berperan besar dalam mempengaruhi perkembangan usaha termasuk UKM adalah modal untuk investasi maupun modal kerja. Kesulitan memperoleh modal merupakan masalah klasik yang
Jurnal Sains dan Inovasi 7(1) 18– 23 (2011)
masih menghantui UKM di Indonesia selama ini. Salah satu bidang UKM yang memiliki prospek cukup cerah adalah pada sektor industri pengolahan. Industri memiliki peran yang cukup penting diantaranya menjadi pasar bagi komoditas pertanian, meningkatkan nilai tambah komoditas pertanian, sebagai penyedia lapangan kerja produktif, dan sebagai salah satu sumber devisa negara. Salah satu produk industri pengolahan yang ada di Propinsi Lampung adalah industri keripik. Keripik sebagai produk olahan dari berbagai bahan baku, seperti pisang, singkong, sukun, mantang, talas bahkan nangka sudah menjadi produk khas Provinsi Lampung. Hal ini yang membuat pemerintah Propinsi Lampung berusaha keras untuk
Husna Purnama: Pengembangan Kemitraan dan Pembiayaan Usaha Kecil Menengah pada Sentra Kripik di Bandar Lampung
mempertahankan kekhasan tersebut dengan membantu usaha industri keripik ini. Bahkan pemerintah menetapkan suatu daerah untuk menjadi sentra industri keripik di Bandar Lampung yang berada di sepanjang Jalan Z. A. Pagar Alam Bandar Lampung. Pengembangan UKM khususnya dalam sektor industri pengolahan menjadi perhatian penting bagi pemerintah. Untuk itu telah dilakukan beberapa program pembiayaan UKM untuk membantu menyediakan modal sekaligus pengetahuan manajemen yang baik bagi para pengusaha UKM tersebut. Pembangunan ekonomi dengan pola kemitraan dapat dianggap sebagai usaha yang paling menguntungkan (maximum social benefit), terutama ditinjau dari pencapaian tujuan nasional jangka panjang. Oleh karena itu, di dalam mengembangkan usaha industri keripik bantuan dalam bentuk kemitraan usaha yang diberikan oleh berbagai pihak, pemerintah maupun swasta sangatlah diperlukan tidak hanya terbatas pada modal usaha tetapi penyuluhan maupun bimbingan dan pengamanan pasar produknya. Prinsip dasar kemitraan adalah sukarela dan saling memerlukan, kemitraan pada dasarnya harus terjadi secara alami. Tidak dapat dianjurkan melalui moral situasion atau dipaksakan oleh pihak eksternal. Kemitraan dengan latar belakang moral situasion hanya akan melahirkan kemitraan seremonial yang tujuan dan targetnya hanya
Jurnal Sains dan Inovasi 7(1) 18– 23 (2011)
19
indah didengar. Setiap individu mempunyai pandangan yang berbeda mengenai pola kemitran, tergantung disajikan dari berbagai sumber. Menurut Darsono dan Setyowati (1996), membagi pola kemitraan menjadi 2 pola yaitu: Kemitraan Vertikal dan Kemitraan Horizontal. Menurut Sapuan (1996), membagi pola kemitraan menjadi 2 pola yaitu: Kemitraan Pasif, dimana salah satu mitra dari mitra lain tanpa ada ada kaitan usaha, dan Kemitraan Aktif, dimana terdapat jalinan kerja sama sehingga terbentuk hubungan bisnis yang sehat. Menurut Kasmir (73:2000) Pembiayaan adalah penyediaan sejumlah uang atau yang dapat disamakan dengan itu, didasarkan pada persetujuan atau kesepakatan antara pemberi pembiayaan dengan pihak yang diberi pembiayaan untuk mengembalikan sejumlah uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan pemberiaan bunga atas pembiayaan tersebut. Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas pembiayaan adalah sebagi berikut: kepercayaan, kesepakatan, jangka waktu, resiko dan balas jasa. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Kota Bandar Lampung yang meliputi Kecamatan Tanjung Karang Barat dan Kecamatan Kedaton. Responden penelitian dipilih dengan sengaja yaitu menggunakan Metode Sensus. Pengambilan data dari responden menggunakan media kuisioner dengan tujuan agar pertanyaan yang
Husna Purnama: Pengembangan Kemitraan dan Pembiayaan Usaha Kecil Menengah pada Sentra Kripik di Bandar Lampung
diajukan terstruktur dan lengkap. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. analisis finansial dilakukan secara kuantitatif, yang terdiri dari: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C Ratio, Gross B/C Ratio, dan Payback Period. b. Analisis pola kemitraan, dilakukan dengan melihat model yang ada dilapangan dibandingkan dengan model kemitraan secara teori. c. Analisis pemasaran, dalam penelitian ini konsep pemasaran dinilai dengan efisiensi sistem pemasaran yang dianalisis dengan model S-C-P (structure, conduct, dan performance) atau model pendekatan organisasi pasar. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sentra Industri Keripik terletak di sepanjang Jalan Pagar Alam, Kecamatan Tanjungkarang Barat dan Kecamatan Kedaton. Namun usaha kerpik ini sebagian besar terletak di Kecamatan Tanjungkarang Barat. Sentra Industri Keripik merupakan wilayah produksi sekaligus pemasaran keripik di Bandar Lampung yang diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan para pengusaha keripik tersebut. Partisipan UKM pada SIK terdiri dari 26 pelaku UKM, dengan jumlah outlet sebanyak 40 outlet, hal ini dikarenakan adanya pelaku UKM yang memiliki lebih dari satu outlet. Pelaku UKM pada SIK dibagi berdasarkan skala produksinya yakni, besar, menengah dan kecil. Jurnal Sains dan Inovasi 7(1) 18– 23 (2011)
20
Penentuan besar kecilnya skala usaha dilakukan secara internal oleh SIK dan dilihat berdasarkan kebutuhan bahan baku, total produksi dan jumlah tenaga kerja. Skala besar memiliki total produksi keripik pisang kurang lebih 4,2 ton dan keripik singkong kurang lebih 9,6 ton dalam satu tahun. Skala menengah memiliki total produksi keripik pisang kurang lebih 3 ton dan keripik singkong kurang lebih 7 ton dalam satu tahun. Skala kecil memiliki total produksi keripik pisang kurang 2,1 ton dan keripik singkong kurang lebih 4,8 ton dalam satu tahun. Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha industri keripik di SIK Bandar Lampung. Perhitungan analisis finansial menggunakan tingkat suku bunga rata-rata kredit bank umum sebesar 14%. Dengan menggunakan suku bunga tersebut akan didapat nilai discounting factor. Penggunaan discounting factor untuk mengetahui berapa nilai future value pada saat ini, dengan tingkat bunga yang berlaku saat ini Tabel 1. Analisis finansial UKM pada SIK Bandar Lampung Aspek Finansial
NPV (Rp) IRR (%) NET B/C GROSS B/C PP (TAHUN)
BESAR 9.763.430 17,45 0,60 0,32 2,71
SKALA UKM MENENGAH 11.132.171 29,01 0,06 1,01 3,17
KECIL 22.900.758 30,06 0,17 1,02 2
a. Net Present Value Tabel 1 menunjukkan besarnya nilai NPV lebih besar dari nol atau bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan
Husna Purnama: Pengembangan Kemitraan dan Pembiayaan Usaha Kecil Menengah pada Sentra Kripik di Bandar Lampung
bersih industri keripik lebih besar daripada total biaya yang dikeluarkan atau dengan kata lain bahwa industri keripik di Sentra Industri Keripik Bandar Lampung menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. b. Internal Rate of Return IRR digunakan untuk menjadi salah satu aspek keuangan yang menilai kelayakan suatu usaha untuk dikembangkan dengan melihat besarnya suku bunga yang akan membuat NPV = 0. Nilai IRR harus lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang sebesar 14%. Hal ini menunjukkan bahwa memang industri keripik sangat layak untuk dikembangkan jika dianalisis secara finansial. Dengan IRR yang cukup besar maka UKM di sentra industri keripik sangat layak untuk mendapat pinjaman karena posisi keuangan yang sangat baik. Tambahan modal melalui pinjaman akan membantu para pengusaha untuk memperbesar skala usahanya. c. Net B/C Ratio Analisis ini membandingkan antara penerimaan bersih dengan biaya bersih yang telah diperhitungkan nilainya saat ini (present value).Kriterianya kelayakannya adalah jika Net B/C > 1, maka usaha layak untuk dikembangkan. Dari hasil analisis didapatkan nilai Net B/C semua lebih kecil dari 1, sehingga dapat dikatakan bahwa usaha industri keripik belum layak jika dilihat dari Net B/C Ratio. d. Gross B/C Ratio
Jurnal Sains dan Inovasi 7(1) 18– 23 (2011)
21
Gross B/C yang diperoleh dari hasil analisis finansial dengan suku bunga 14%. Hal ini berarti industri keripik pada SIK di Bandar Lampung layak untuk diusahakan dan dikembangkan. e. Payback Period Payback Period adalah analisis untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi oleh keuntungan bersih suatu usaha. Bila waktu pengembalian investasi lebih pendek daripada umur ekonomis usaha, maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan. Kemitraan yang dilakukan Pada Sentra Industri Keripik Bandar Lampung, dengan pola kemitraan pasif dimana salah satu mitra dari mitra lain tanpa ada kaitan usaha. Sentra Industri Keripik melakukan kemitraan dengan pihak eksternal dengan tujuan mendapatkan pembiayaan untuk menambah modal usaha bukan karena memiliki kaitan usaha yang sama dan membentuk jaringan bisnis. Adapun pihak eksternal yang menjadi partner kemitraan dari Sentra Industri Keripik antara lain :
1. Program Gemma Tapis Berseri di
bidang ekonomi melalui pemberdayaan ekonomi kerakyatan (EKOR) sebanyak 4 UKM. 2. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), yang dikembangkan oleh BUMN yang dilakukan oleh : PTPN VII adalah 19 UKM, dan PT. Telkom 1 UKM.
Husna Purnama: Pengembangan Kemitraan dan Pembiayaan Usaha Kecil Menengah pada Sentra Kripik di Bandar Lampung
3. Program Kredit Usaha Rakyat
(KUR), yang dikembangkan oleh Bank sebanyak 6 UKM. Program kemitraan yang berlangsung antara pengusaha keripik dan pihak eksternal tidak memiliki keterkaitan usaha sehingga tidak terjadi konsep ketergantungan bisnis. Dengan demikian, program kemitraan ini mampu memberdayakan pengusaha industri keripik sehingga diharapkan dapat membangun kemandirian pengusaha itu sendiri. Pada dasarnya program kemitraan selain memberkan bantuan berupa pembiayaan atau modal, juga membuka pangsa pasar dan informasi bagi pengusaha keripik. Keberadaan pihak eksternal memberikan peluang bagi industri keripik untuk semakin berkembang. Selain itu, pihak eksternal tidak menguasai seluruh atau sebagian kepemilikan usaha dari industri keripik sehingga pengusaha tidak memiliki ketergantungan terhadap pihak eksternal dan pola kemitraan berlangsung simetris. Dalam analisis pemasaran digunakan metode S-C-P, yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga komponen yaitu : a. Struktur pasar (market structure) Pada Sentra Industri keripik pasar yang terjadi adalah pasar bersaing sempurna. Hal ini diidentifikasi oleh adanya banyak penjual sekaligus banyak pembeli. Jenis barang yang dijual juga homogen, yaitu keripik. Adapun diversifikasi rasa dilakukan untuk menjaga kepuasan konsumen sekaligus inovasi untuk mengembangkan usaha keripik. Harga barang juga
Jurnal Sains dan Inovasi 7(1) 18– 23 (2011)
22
relatif sama di tiap outlet penjualan, sehingga pembeli memiliki banyak pilihan. b. Perilaku pasar (market conduct) Setelah dilakukan penelitian, didapati bahwa pasar keripik di Sentra Industri keripik memiliki persaingan yang sangat tinggi. Oleh karena itu tiap produsen selalu mengusahakan memberikan pelayanan serta promosi yang gencar. Karena dari segi harga, tidak bisa dilakukan persaingan harga. Ini dikarenakan jumlah biaya yang dikeluarkan relatif sama sehingga proses penentuan harga tidak dapat dilakukan secara individual melainkan menurut pasar. Para produsen keripik bahkan menambah outlet penjualannya demi menambah kesempatan mendapatkan pembeli. c. Keragaan pasar (market performance) Saluran pemasaran adalah serangkaian lembaga pemasaran yang menyelenggarakan kegiatan pemasaran tersebut. Dalam pemasaran keripik, sebagian besar saluran pemasaran hanya dilakukan oleh dua lembaga pemasaran yaitu produsen (sekaligus penjual ) dan konsumen. Namun selain itu, sebagian produksi juga dijual kepada pedagang yang berada di luar SIK. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. UKM di Sentra Industri keripik memiliki prospek yang sangat cerah, terutama dari aspek finansial. Baik dijalankan dengan
Husna Purnama: Pengembangan Kemitraan dan Pembiayaan Usaha Kecil Menengah pada Sentra Kripik di Bandar Lampung
skala besar, menengah maupun skala kecil. Analisis finansial yang meliputi NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C dan Payback Period menyatakan bahwa usaha industri keripik ini layak secara finansial untuk mendapatkan bantuan program pembiayaan. 2. Pola kemitraan dan pembiayaan yang dilakukan oleh para pengusaha keripik di SIK Bandar Lampung berasal dari BUMN seperti PTPN VII dan PT.Telkom. Model kemitraan yang dilakukan adalah model kemitraan pasif karena tidak terjadi keterkaitan bisnis antara pihak eksternal dan pengusaha keripik. 3. Analisis pemasaran dengan metode S-C-P, didapatkan bahwa SIK ini memiliki pasar bersaing sempurna, dan penjual adalah price taker, karena tidak bisa menentukan harga sendiri selain harga yang sudah ada di pasar sehingga menuntut tingkat efisiensi yang tinggi dari penjual. Saran yang dapat diberikan setelah dilakukan penelitian dan analisis adalah : 1. Keberadaan Sentra Industri Keripik masih mememerlukan banyak bantuan terutama dari segi modal dan pemasaran. Letaknya di jalan lintas yang tidak terlalu besar menyulitkan proses pemasaran.
Jurnal Sains dan Inovasi 7(1) 18– 23 (2011)
23
2. Adanya asosiasi Sentra Industri Keripik diharapkan dapat menjadi penyambung sekaligus fasilitator antara produsen keripik dengan mitra maupun calon mitra usaha. 3. Peran pemerintah masih sangat dibutuhkan dalam membantu mengembangkan Sentra Industri Keripik menjadi pusata oleh-oleh keripik khas Provinsi Lampung. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Bustanul. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Penerbit Buku Kompas. Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Lampung. 2009. Lampung Dalam Angka. Bandar Lampung. Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Statistik I (Statistik Deskriptif) Edisi Kedua. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Kotler, Philip. 1999. Manajemen Pemasaran Edisi Keenam, Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Penerbit Erlangga. Jakarta. Prawirokusumo, Soeharto. 1992. Kajian Konsep Kemitraan dan Keterkaitan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Widyahartono, B. 1996. Strategi Kemitraan antara Usaha Besar dan Usaha Kecil Menengah (UKM). Penerapannya di Indonesia