INVESTASI DI SEKTOR HOTEL DAN RESTORAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA CIREBON
OLEH DANI PRIYO UTOMO H14070040
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN
DANI PRIYO UTOMO. Investasi di Sektor Hotel dan Restoran dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Kota Cirebon (dibimbing oleh YETI LIS PURNAMADEWI). Kota Cirebon merupakan lima besar kota tujuan wisata di Provinsi Jawa Barat, kondisi ini didukung oleh letak geografis dan banyaknya wisata di Kota Cirebon. Salah satu sektor yang terkait erat dengan pariwisata adalah sektor hotel dan restoran. Imbas dari meningkatnya jumlah pengunjung objek wisata di Kota Cirebon, baik domestik maupun asing adalah meningkatnya tingkat okupansi baik hotel berbintang maupun hotel non berbintang. Sektor hotel dan restoran selain terkait dengan sektor pariwisata tetapi juga memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor lainnya terbukti dari hasil studi sebelumnya. Dengan demikian peningkatan investasi di sektor hotel dan restoran diharapkan mampu meningkatkan perekonomian daerah dan mengurangi pengangguran. Perekonomian Kota Cirebon masih harus ditingkatkan, karena jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi maupun pendapatan per kapita, masih relatif rendah; sementara pengangguran Kota Cirebon juga masih relatif tinggi. Sektor hotel dan restoran di Kota Cirebon, di satu pihak memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi; sementara kontribusinya di Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meskipun meningkat terus dari tahun ke tahun (20062009), relatif kecil. Di sisi lain investasi di sektor hotel dan restoran berfluktuasi dan relatif kecil. Berdasarkan masalah dan latar belakang tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menganalisis peran sektor hotel dan restoran ditinjau dari keterkaitan dan struktur permintaan akhir, (2) Menganalisis multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja sektor hotel dan restoran dalam perekonomian Kota Cirebon, (3) Menganalisis dampak investasi di sektor hotel dan restoran terhadap perekonomian Kota Cirebon. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu Tabel Input-Output Kota Cirebon Tahun 2005 klasifikasi 22 sektor yang diagregasi menjadi 9 sektor. Dalam studi ini menggunakan dua metode analisis yakni analisis deskriptif dan analisis Input-Output (I-O). Pengolahan data dengan menggunakan bantuan software I-O Analysis for Practitioners dan Microsoft Excell 2007. Kontribusi sektor hotel dan restoran dalam perekonomian Kota Cirebon terhadap pembentukan permintaan total, permintaan akhir, permintan antara dan output sektoral menempati urutan kelima dari sepuluh sektor perekonomian Kota Cirebon. Sektor hotel dan restoran ditinjau dari konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga menempati urutan kelima dan keempat, sementara dalam hal pembentukan nilai tambah bruto dan struktur investasi menempati urutan ketiga dan keenam, serta untuk ekspor netto menempati urutan kelima. Berdasarkan hasil analisis keterkaitan khususnya kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran sektor hotel dan restoran memiliki nilai yang relatif tinggi,
menempati urutan kedua dan keempat dari sembilan sektor perekonomian. Sektor hotel dan restoran memiliki nilai kepekaan penyebaran yang lebih besar dari nilai koefisien penyebaran yaitu sebesar 2,36 dan 1,20. Sektor hotel dan restoran juga memiliki nilai multiplier yang relatif tinggi, khususnya untuk multiplier output dan multiplier pendapatan. Multiplier output sektor hotel dan restoran untuk tipe I dan tipe II menempati urutan kedua dari sembilan sektor yang ada di perekonomian Kota Cirebon, setelah sektor pedagang besar dan eceran. Sementara untuk multiplier pendapatan, sektor hotel dan restoran baik tipe I dan tipe II menempati urutan ketiga dari sembilan sektor, setelah sektor pertanian dan industri pengolahan. Namun demikian apabila dilihat dari multiplier tenaga kerja, sektor hotel dan restoran memiliki nilai yang relatif kecil baik untuk tipe I dan tipe II. Kedua multiplier tenaga kerja tersebut menempati urutan kelima dari sembilan sektor perekonomian di Kota Cirebon. Berdasarkan nilai keterkaitan dan multiplier sektor hotel dan restoran yang relatif tinggi, maka peningkatan investasi di sektor tersebut mampu meningkatkan perekonomian Kota Cirebon baik secara total maupun secara sektoral. Peningkatan investasi di sektor hotel dan restoran mampu meningkatkan output, pendapatan dan tenaga kerja, dengan kenaikan tertinggi secara nominal terjadi pada peningkatan output, sedangkan dari sisi persentase terjadi pada peningkatan tenaga kerja. Pemerintah daerah Kota Cirebon terutama Bappeda apabila berkeinginan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi pengangguran yang ada di Kota Cirebon, maka sektor hotel merupakan sektor potensial untuk mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan hasil analisis multiplier dapat diketahui bahwa sektor hotel dan restoran mempunyai nilai yang relatif tinggi untuk masing-masing nilai pengganda, dengan demikian sektor hotel dan restoran merupakan salah satu sektor prioritas yang dapat dijadikan acuan untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Cirebon. Pemerintah diharapkan dapat memperbaiki fasilitas serta sarana dan prasarana penunjang subsektor ini, seperti perbaikan sarana pariwisata sebagai subsektor penunjang sektor ini.
INVESTASI DI SEKTOR HOTEL DAN RESTORAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA CIREBON
Oleh DANI PRIYO UTOMO H14070040
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Dani Priyo Utomo Nomor Registrasi Pokok
: H14070040
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Investasi di Sektor Hotel dan Restoran dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Kota Cirebon.
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M. Sc NIP. 1964 1018 1991032 002
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dedi Budiman Hakim, Ph.D. NIP. 1964 1022 198903 1 003
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, 15 Desember 2011
Dani Priyo Utomo H14070040
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Dani Priyo Utomo, lahir pada tanggal 13 Oktober 1989 di Cirebon, Jawa Barat. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Gusnoto dan Ratih Wigati. Penulis menamatkan pendidikan sekolah di SD Kebon Baru IV pada tahun 2001, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 2 Cirebon dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 2 Cirebon, Jawa Barat, dan lulus pada tahun 2007. Selepas lulus dari pendidikan SMA, penulis melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan lebih tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan masuk melalui jalur Undangan Seleksi Masuk (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif berorganisasi dengan anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tarung Derajat IPB (2008-2010), Anggota Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Cirebon (2009-2010), penulis juga pernah mengikuti berbagai kepanitian diantaranya ; Tahun Persiapan Bersama (TPB) CUP, HIPOTEX-R, Sportakuler, Masa Perkenalan Fakultas, dan Economic Contest,.
8 KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb. Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Investasi di Sektor Hotel dan Restoran dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Kota Cirebon”. Penulisan skripsi ini didasari berdasarkan fakta yang ada bahwa sektor hotel dan restoran mempunyai peran dalam perekonomian Kota Cirebon karena Kota Cirebon sebagai salah satu kota tujuan wisata di Propinsi Jawa Barat sehingga banyaknya penginapan dan tempat makan dalam hal ini sektor hotel dan restoran merupakan hal yang penting bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara, sehingga sektor hotel dan restoran diharapkan dapat menjadi salah satu sektor unggulan atau leading sektor di Kota Cirebon dalam pembangunan perekonomian yang stabil dan berkesinambungan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (FEM IPB). Skripsi ini dapat terselesaikan berkat semangat, doa, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Ibu Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M. Sc. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2.
Ibu Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si. dan Bapak Dr. Muhammad Findi.A, M.Si. selaku dosen penguji dan komisi pendidikan, yang telah memberikan kritikan, saran-saran, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini.
3.
Kedua orang tua penulis, ayahanda Gusnoto dan ibunda Ratih Wigati atas kasih sayang, doa, pengorbanan, dan dukungan yang sangat berarti bagi penulis sejak menjalani perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.
4.
Saudara penulis: Dinar Prima Sari atas doa dan dukungan kepada penulis.
5.
Keluarga besar penulis yang senantiasa selalu memberikan semangat, dorongan moril, dan doa sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.
6.
Rico, Gema, Roby, Nindy, Andika, Yoga, yang telah menjadi pembimbing dan pemberi semangat selama penulisan skripsi ini.
7.
Sahabat-sahabat penulis: mahasiswa-mahasiswi IE 44, teman Kosan Griya Indah
9 8.
Teman satu bimbingan : Zahra, Jojo, dan Pramita yang telah saling memberikan semangat dan dorongan untuk menghadapi skripsi.
9.
Keluarga besar Ilmu Ekonomi yang telah menjadi darah daging dalam kehidupan.
10. Seluruh pihak dan instansi yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, dengan segala kerendahan hati memohon maaf atas kekurangan tersebut, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan umumnya. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Bogor, Desember 2011
Dani Priyo Utomo H14070040
i DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .........................................................................................................
Halaman iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................
vii
I.
II.
III.
PENDAHULUAN ...............................................................................................
1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah ......................................................................................
4
1.3. Tujuan Penelitian ..........................................................................................
7
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................
8
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................
8
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .............................
10
2.1. Tinjauan Pustaka ..........................................................................................
10
2.1.1. Sektor Hotel dan Restoran serta Keterkaitannya dengan Sektor Pariwisata .........................................................................................
10
2.1.1.1. Definisi dan Produk Sektor Hotel dan Restoran ...............
10
2.1.1.2. Keterkaitan Sektor Hotel dan Restoran dengan Pariwisata ..........................................................................
15
2.1.2. Investasi dan Pembangunan Ekonomi Daerah .................................
16
2.1.2.1. Kaitan Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi ....................
16
2.1.2.2. Pembangunan Daerah ........................................................
20
2.1.3. Pengertian Sektor Unggulan ............................................................
21
2.1.4. Model Input-Output .........................................................................
22
2.1.4.1. Asumsi-Asumsi, Keuntungan dan Keterbatasan dalam Model Input-Output ..........................................................
25
2.1.4.2. Struktur Tabel Input-Output ..............................................
26
2.1.4.3. Analisis Keterkaitan ..........................................................
30
2.1.4.4. Analisis Dampak Penyebaran ...........................................
31
2.1.4.5. Analisis Multiplier ............................................................
31
2.2. Tinjauan Studi Sebelumnya..........................................................................
32
2.3. Kerangka Pemikiran Operasional .................................................................
36
METODE PENELITIAN ....................................................................................
38
ii
IV.
V.
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................
38
3.2. Jenis dan Sumber Data .................................................................................
38
3.3. Metode Analisis ............................................................................................
39
3.3.1. Analisis Keterkaitan ..........................................................................
38
3.3.2. Analisis Dampak Penyebaran ...........................................................
41
3.3.3. Analisis Pengganda (Multiplier) .......................................................
42
3.3.4. Analisis Dampak Investasi di Sektor Hotel dan Restoran ................
44
3.4. Konsep dan Definisi Operasional .................................................................
45
GAMBARAN UMUM SEKTOR HOTEL DAN RESTORAN KOTA CIREBON............................................................................................................
53
4.1. Kondisi Umum dan Perekonomian Kota Cirebon ........................................
53
4.1.1. Kondisi Umum ...................................................................................
53
4.1.2. Kondisi Ekonomi................................................................................
53
4.2. Kondisi Hotel dan Restoran serta Pariwisata di Kota Cirebon ....................
56
4.2.1. Kondisi Hotel dan Restoran di Kota Cirebon .....................................
56
4.2.2. Kondisi Pariwisata ..............................................................................
58
HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................
60
5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan ...................................................
60
5.1.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Struktur Permintaan ..........................................................................................
60
5.1.2. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Permintaan Akhir ...................................................................................................
63
5.1.2.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah ..........
63
5.1.2.2 Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Struktur Investasi .................................................................................
64
5.1.2.3. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Struktur Ekspor dan Impor ..................................................................
66
5.1.2.4. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Struktur Nilai Tambah Bruto ...............................................................
67
5.1.2.5. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Struktur Output Sektoral .....................................................................
68
5.2. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Berdasarkan Analisis Keterkaitan dan Multplier ................................................................................................
69
5.2.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Analisis
iii Keterkaitan .........................................................................................
69
5.2.1.1. Analisis Keterkaitan ..............................................................
69
5.2.1.2. Analisis Dampak Penyebaran ................................................
72
5.2.2 Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Analisis Multiplier ...........................................................................................
74
5.2.2.1. Multiplier Output ...................................................................
74
5.2.2.2. Multiplier Pendapatan ...........................................................
75
5.2.2.1. Multiplier Tenaga Kerja ........................................................
77
5.3. Analisis Dampak Investasi di Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon ........................................................................
78
KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................................
82
6.1. Kesimpulan ...................................................................................................
83
6.2. Saran .............................................................................................................
84
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................
86
LAMPIRAN ..................................................................................................................
88
VI.
iv DAFTAR TABEL
Nomor 1.1.
Halaman Kunjungan Wisatawan Domestik dan Mancanegara di Jawa Barat Tahun 2008-2010 ..............................................................................................
3
Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Pendapatan Perkapita Tahun 2006-2009 ..............................................................................................
4
1.3.
Angka Pengangguran di Provinsi Jawa Barat Tahun 2006-2009......................
5
1.4.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Cirebon Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006-2009 (%) .......................................................................................
6
Produk Domestik Regional Bruto Kota Cirebon Atas Dasar Harga Konstan 2000, Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2010 (juta rupiah) ......
7
2.1.
Kerangka Penyajian Tabel Input-Output ..........................................................
26
2.2.
Ilustrasi Tabel Input-Output ..............................................................................
27
2.3.
Hasil Penelitian Terdahulu tentang Keterkaitan ...............................................
34
2.4.
Hasil Penelitian Terdahulu tentang Multiplier ..................................................
34
3.1.
Rumus Pengganda Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja ...............................
43
4.1.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Cirebon Atas Dasar Harga Konstan 2000, Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2010 (juta rupiah) ......
54
4.2.
PDRB perkapita Kota Cirebon dan Laju Pertumbuhannya 2006-2009 ............
55
4.3.
Tenaga Kerja Per Sektor Kota Cirebon tahun 2005-2010 (orang)....................
56
4.4.
Jumlah Kamar Hotel yang Tersedia di Kota Cirebon 2005-2009 .....................
57
4.5.
Jumlah Restoran yang Tersedia di Kota Cirebon 2005-2009 ...........................
57
5.1.
Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) ....................................
61
Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) ............................................................
62
Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) .............
64
Struktur Pembentukan Modal Tetap Bruto, Perubahan Stok, dan Investasi Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) .............
65
Struktur Ekspor dan Impor Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) ...................................................................................
66
Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) ...................................................................................
67
Struktur Output Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) .......................................................................................................
68
1.2.
1.5.
5.2. 5.3. 5.4. 5.5. 5.6. 5.7. 5.8.
Nilai Keterkaitan ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon
v Tahun 2005........................................................................................................
70
Nilai Keterkaitan ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005........................................................................................................
71
5.10. Dampak Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 .......................................................................................................
73
5.11. Multiplier Output Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 ....
75
5.12. Multiplier Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 .......................................................................................................
76
5.13. Multiplier Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 .......................................................................................................
77
5.14. Nilai Investasi Dalam Negeri (PMDN) dan Investasi Asing (PMA) Sektor Hotel dan Restoran dalam Perekonomian Kota Cirebon 2009-2014.....
79
5.15. Dampak Investasi Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perubahan Output Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) ............................................................
80
5.16. Dampak Investasi Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perubahan Pendapatan Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah).........................................
81
5.17. Dampak Investasi Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perubahan Tenaga Kerja Kota Cirebon Tahun 2005 (orang) .............................................
82
5.9.
vi DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
2.1.
Gambar Model Harrod Domar .......................................................................
17
2.2.
Gambar Model Solow ....................................................................................
19
2.3.
Skema Kerangka Pemikiran Konseptual .......................................................
37
vii DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1.
Halaman Produk Domestik Regional Bruto Kota Cirebon Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2010 (juta rupiah) ....................................................................................................
89
2.
Keterangan Kode Sektor Tabel Input-Output Kota Cirebon Tahun 2005 .....
90
3.
Tabel Input-Output Kota Cirebon Tahun 2005, Transaksi Total Atas Dasar Harga Konstan Klasifikasi 9 Sektor (juta rupiah) ................................
91
Struktur Permintaan Antara dan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) .........................................................
93
Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) ..........
93
Struktur Modal Tetap Bruto, Perubahan Stok dan Investasi Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) .................................
94
Struktur Ekspor dan Impor Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) ................................................................................
94
Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) ................................................................................
95
Struktur Output Sektor-Sektor Perekonomian Kota CirebonTahun 2005 (juta rupiah) ....................................................................................................
95
10.
Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 9 Sektor ..............................................
96
11.
Matriks Kebalikan Leontief Terbuka Klasifikasi 9 Sektor ............................
97
12.
Forward Open Total Requirements Klasifikasi 9 Sektor ...............................
98
13.
Backward Open Total Requirements Klasifikasi 9 Sektor.............................
98
14.
Multiplier Output Klasifikasi 9 Sektor...........................................................
99
15.
Multiplier Pendapatan Klasifikasi 9 Sektor ...................................................
100
16.
Multiplier Tenaga Kerja Klasifikasi 9 Sektor ................................................
101
17.
Banyaknya Proyek dan Nilai Investasi PMA yang disetujui Menurut Sektor di Kota Cirebon Tahun 2009-2010 .....................................................
102
Banyaknya Proyek dan Nilai Investasi PMDN yang disetujui Menurut Sektor di Kota Cirebon Tahun 2009-2010 .....................................................
102
Realisasi dan Proyeksi Produk Domestik Regional Bruto Kota Cirebon Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2014 (juta rupiah) ......................................................................
103
20.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Cirebon Tahun 2006-2014 (%) ...............
104
21.
Dampak Investasi Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perubahan
4. 5. 6. 7. 8. 9.
18. 19.
viii
22. 23. 24.
Pembentukan Output Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) ......................
105
Dampak Investasi Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perubahan Pendapatan Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) .....................................
106
Dampak Investasi Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perubahan Tenaga Kerja Kota Cirebon Tahun 2005 (orang) ..........................................
107
Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat Tahun 2006-2008 (%) .....
108
1
I.PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan dan standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya, karena pariwisata sudah menjadi kebutuhan hidup manusia pada umumnya. Semakin sejahtera seseorang maka semakin banyak peluang dan keinginan untuk melakukan kegiatan wisata. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki alam dan pemandangan yang indah serta memiliki berbagai potensi yang dapat diberdayakan, antara lain menyangkut sumber daya alam dan pemanfaatan lahan, sumber daya hutan, sumber daya pesisir dan laut serta sumber daya perekonomian serta keragaman budaya. Letak geografis yang berbatasan dengan DKI Jakarta dan sebelah timur dengan provinsi Jawa Tengah, membuat provinsi Jawa Barat merupakan wilayah strategis untuk mengembangkan terutama sektor pariwisata. Berdasarkan Tabel 1.1. dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 lebih dari 20 juta orang mengunjungi objek wisata di Jawa Barat, tahun 2010 naik menjadi lebih dari 22 juta, meskipun secara keseluruhan jumlah pengunjung objek wisata mengalami kenaikan tahun 2009 jumlah kunjungan wisatawan menunjukkan peningkatan, Kabupaten Subang sebagai kota kunjungan wisatawan terbesar di Jawa Barat sebesar 19,13 persen dari total wisatawan di Jawa Barat diikuti Kota Cirebon sebesar 16,63 persen dari total wisatawan yang mengunjungi provinsi Jawa Barat, dan Kabupaten Bandung menempati urutan ke tiga dengan 12,93 persen dari total wisatawan yang berkunjung di Jawa Barat. dapat dilihat pada Tabel 1.1. Kota Cirebon yang terletak antara perbatasan antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah dan biasa dipakai sebagai kota transit, memiliki berbagai macam wisata dengan berbagai macam jenis wisata yang terdapat di Kota Cirebon seperti
2 wisata budaya dan seni, wisata alam, wisata kuliner: nasi jamblang, nasi lengko, tahu gejrot, empal gentong, dan lain-lain dan Kota Cirebon merupakan kota yang memiliki nilai historis yang tinggi dapat dilihat dari adanya sistem kerajaan di Kota Cirebon terdahulu terbukti dengan adanya keraton-keraton yang ada di kota tersebut seperti keraton kanoman dan keraton kasepuhan. Salah satu sektor yang terkait erat dengan pariwisata adalah sektor hotel dan restoran, imbas dari meningkatnya jumlah pengunjung objek wisata di Kota Cirebon, baik domestik maupun asing adalah meningkatnya tingkat okupansi baik hotel berbintang maupun hotel non berbintang. Sektor hotel dan restoran juga memiliki keterkaitan bukan hanya dengan sektor pariwisata tetapi dengan sektor-sektor lain seperti sektor jasa keuangan dan perdangangan, karena dalam mendukung kegiatan usahanya sektor-sektor ini memerlukan hotel sebagai sarana penunjang untuk tempat menginap maupun tempat meting. Berdasarkan hasil studi sebelumnya menunjukkan bahwa sektor hotel dan restoran memiliki nilai keterkaitan yang tinggi, menurut Putri (2010) sektor hotel dan restoran memiliki nilai keterkaitan tertinggi kedua baik kedepan maupun ke belakang dalam perekonomian Kota Jakarta dan berdasarkan Febriawan (2009) sektor hotel dan restoran memiliki nilai keterkaitan ke depan kedua terbesar di Kota Bandung. Dengan demikian peningkatan investasi di sektor hotel dan restoran yang memiliki nilai keterkaitan tinggi diharapkan mampu meningkatkan perekonomian daerah, sehingga mampu untuk meningkatkan lapangan kerja serta kesempatan berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah Kota Cirebon dan mampu untuk mendorong dan menggerakkan sektor ekonomi lainnya. Dana yang dimiliki pemerintah yang terbatas maka pemberian investasi akan lebih efektif apabila diberikan pada sektor yang merupakan sektor unggulan di daerah atau suatu wilayah.
3 Tabel 1.1. Kunjungan Wisatawan Domestik dan Mancanegara di Jawa Barat Tahun 2008-2010 Jumlah Wisatawan Menurut Asal 2008
Kabupaten/Kota Domestik
2009
Mancanegara
Total
Persen
Domestik
Mancanegara
2010 Total
Persen
Domestik
Mancanegara
Total
Persen
Kabupaten Bogor
15.629
1.890.733
1.906.362
11,00
17.529
2.106.108
2.123.637
9,94
17.739
2.156.198
2.173.937
9,24
Sukabumi
10.800
802.502
813.302
4,69
15.400
1.100.234
1.115.634
5,22
18.827
1.080.589
1.099.416
4,67
Cianjur
80.926
974.672
1.055.598
6,09
105.922
900.765
1.006.687
4,71
105.926
1.044.852
1.150.778
4,89
Bandung
64.400
2.467.652
2.532.052
14,61
70.421
2.852.241
2.922.662
13,68
77.200
2.965.258
3.042.458
12,93
Garut
3.189
409.825
413.014
2,38
4.241
789.241
793.482
3,71
5.189
824.825
830.014
3,52
Tasikmalaya
2.457
502.820
505.277
2,91
2.921
718.121
721.042
3,37
3.457
728.209
731.666
3,11
Ciamis
5.153
90.958
96.111
0,55
6.521
102.242
108.763
0,50
8.253
105.958
114.211
0,48
Sumedang
10.621
397.732
408.353
2,35
11.642
479.214
490.856
2,29
12.621
477.732
490.353
2,08
Subang
44.240
3.430.314
3.474.554
20,05
80.125
4.400.421
4.480.546
20,98
69.140
4.430.314
4.499.454
19,13
Puwakarta
854
49.666
50.520
0,29
1.050
64.890
65.940
0,30
1.072
65.666
66.738
0,28
Karawang
0
106.750
106.750
0,61
0
167.421
167.421
0,78
0
176.750
176.750
0,75
222
8.334
8.556
0,04
398
9.872
10.270
0,04
403
10.334
10.737
0,04
40.242
1.024.423
1.064.665
6,14
42.478
1.242.985
1.285.463
6,02
42.812
1.524.044
1.566.856
6,66
154
4.776
4.930
0,03
134
8.890
9.024
0,04
174
10.776
10.950
0,04
Bandung
20.071
1.076.589
1.096.660
6,33
24.856
1.284.842
1.309.698
6,13
25.071
1.376.589
1.401.660
5,96
Cirebon
10.068
2.041.597
2.051.665
11,84
10.189
2.515.408
2.525.597
11,82
1.329
3.908.472
3.909.801
16,62
Bekasi
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Depok
5.515
1.464.273
1.469.788
8,48
6.421
1.789.241
1.795.662
8,41
7.812
1.864.273
1.872.085
7,96
Cimahi
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Tasikmalaya
0
254.886
254.886
1,47
0
408.567
408.567
1,91
0
354.886
354.886
1,50
Banjar
0
8.000
8.000
0,04
0
9.674
9.674
0,04
0
11.000
11.000
0,046
314.541
17.006.502
17.321.043
100
400.248
20.950.377
21.350.625
100
397.025
23.116.725
23.513.750
100
Bekasi Kota Bogor Sukabumi
Total
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2010.
4 1.2. Perumusan Masalah Perekonomian Kota Cirebon masih harus ditingkatkan, karena jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi Kota Cirebon masih relatif rendah, dengan rata-rata sebesar 5,38 persen selama periode 2006-2008 dibandingkan dengan kota lain di Jawa Barat pada tahun yang sama seperti Kota Bogor, Kota Sukabumi dan Kota Bandung dengan nilai rata-rata masing-masing sebesar 6,06, 6,11 dan 7,85 dan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi nasional yaitu sebesar 5,64 persen (Lampiran 24). Demikian pula dalam hal pendapatan per kapita, pendapatan perkapita Kota Cirebon juga relatif rendah yaitu sebesar Rp.18.052.010 juta-Rp.20.631.977 selama periode 2006-2009 dibandingkan dengan pendapatan perkapita nasional pada tahun yang sama yaitu sebesar Rp.15.033.443-Rp.24.261.805 (Tabel 1.2 dan Tabel 4.2). Jumlah pengangguran Kota Cirebon juga masih relatif tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Jawa Barat (Tabel 1.3). Dalam hal ini peningkatan investasi di sektor hotel dan restoran yang diharapkan mampu memecahkan masalah mendasar yaitu perannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Pendapatan Perkapita Tahun 2006-2009 Tahun
Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)
PDRB perkapita (juta rupiah)
2006
5,50
15.033.443
2007
6,35
17.509.564
2008
6,01
21.666.747
2009
4,55
24.261.805
Rata-Rata 5,64 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2010.
19.617.890
5 Namun demikian sektor hotel dan restoran di Kota Cirebon, disatu pihak laju pertumbuhan ekonominya relatif tinggi, menempati urutan kelima dari total sepuluh sektor yang ada di Kota Cirebon yaitu sebesar 4,37-6,10 persen dari tahun 2006-2009, sementara kontribusinya di Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor hotel dan restoran meskipun meningkat terus dari tahun ke tahun yaitu sebesar 2,27-2,8 persen dari tahun 2006-2009, namun memiliki kontribusi yang relatif kecil (Tabel 1.5). Disisi lain investasi di sektor hotel dan restoran berfluktuasi dan relatif kecil (Tabel 5.14). Tabel 1.3. Angka Pengangguran di Provinsi Jawa Barat Tahun 2006-2009 Jumlah Pengangguran Menurut Asal Kota/ Kabupaten Kabupaten
2006 Angka Pengangguran (Orang)
2007 Angka Pengangguran (Orang)
2008 Angka Pengangguran (Orang)
2009 Angka Pengangguran (Orang)
Bogor
194.902
204.858
193.244
194.221
Sukabumi
117.451
132.795
126.968
77.405
Cianjur
94.797
83.072
78.523
99.888
Bandung
293.148
308.760
298.918
172.899
Garut
84.975
70.140
69.741
75.813
Tasikmalaya
78.955
67.735
60.272
54.444
Ciamis
57.480
48.408
43.592
49.009
Sumedang
38.320
37.665
34.915
50.866
Subang
51.224
48.218
38.941
53.581
Puwakarta
32.485
30.916
28.413
39.096
Karawang
123.830
134.873
121.800
136.572
Bekasi
82.280
77.484
76.390
105.493
Bogor
51.012
53.251
47.285
90.638
Sukabumi
21.609
19.838
17.638
25.283
Bandung
143.154
148.422
134.992
152.953
Cirebon
118.963
129.336
176.675
221.723
Bekasi
123.304
99.944
97.680
147.410
Depok
75.843
73.000
70.336
71.182
Cimahi
40.454
41.409
38.885
41.723
Tasikmalaya
32.486
37.352
35.132
22.356
Banjar
10.904
11.494
8.614
4.939
Kota
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2010.
6 Dengan demikian menjadi pertanyaan apakah sektor hotel dan restoran dapat menjadi leading sektor dan dengan adanya peningkatan investasi di sektor hotel dan restoran, dapatkah memecahkan masalah ekonomi mendasar yaitu perannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi mengatasi masalah pengangguran di Kota Cirebon. Peningkatan investasi di sektor yang merupakan sektor unggulan atau leading sektor dimaksudkan agar dana pemerintah yang terbatas akan lebih efisien. Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Cirebon Atas Dasar Harga Konstan 2006-2009 (%) Sektor
2006
2007
2008
2009
0,18
3,88
4,39
1,88
0
0
0
0
Industri
3,83
3,45
3,45
0,09
Listrik, Gas dan Air Bersih
4,11
8,52
8,52
9,46
Bangunan
9,84
8,30
8,30
9,32
Perdagangan
2,60
3,00
3,30
3,10
Hotel dan Restoran
4,37
5,15
7,10
6,01
Pengangkutan
4,72
5,01
5,01
2,36
Keuangan
7,96
12,39
12,39
10,96
Jasa
7,81
9,31
9,31
9,40
TOTAL
5,54
6,17
5,64
5,04
Pertanian Pertambangan
Sumber: BPS Kota Cirebon, 2010. Sehubungan dengan permasalahan di atas, secara detail pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana keterkaitan sektor hotel dan restoran dengan sektor lainnya dalam perekonomian kota Cirebon? 2. Bagaimana multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja sektor hotel dan restoran dalam perekonomian Kota Cirebon? 3. Berapa besar dampak investasi sektor hotel dan restoran terhadap sektor-sektor lain dan perekonomian keseluruhan di Kota Cirebon?
7 Tabel 1.5. Produk Domestik Regional Bruto Kota Cirebon Atas Dasar Harga Konstan 2000, Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2010 (juta rupiah) Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 (juta rupiah) Sektor 2005 Jumlah
2007
2006 %
Jumlah
Jumlah
%
2008 %
Jumlah
2009 %
Jumlah
%
1
16.251
0,35
17.118
0,33
17.782
0,32
18.546
0,32
18.895
0,31
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
1.881.356
40,6
1.969.304
37,93
2.037.319
36,96
2.109.737
36,23
2,111,556.34
34,52
4
78.990
1,71
88.141
1,7
95.652
1,74
104.856
1,8
114.774
1,88
5
167.806
3,63
197.669
3,81
214.082
3,88
233.172
4
254.896
4,17
6
1.183.503
25,5
1.387.188
26,72
1.510.089
27,39
1.663.773
28,57
1.814.646
29,67
7
104.866
2,27
121.919
2,35
138.428
2,51
156.267
2,68
171.126
2,8
8
733.615
15,8
814.698
15,69
839.266
15,22
796.246
13,67
815.063
13,32
9
178.060
3,85
273.217
5,26
307.061
5,57
346.648
5,95
384.649
6,29
10
284.252
6,14
323.099
6,22
353.188
6,41
394.281
6,77
431.326
7,05
4.628.702
100
5.192.354
100
5.512.869
100
5.823.528
100
6.116.933
100
Total
Sumber: BPS Kota Cirebon, 2010. Keterangan: 1 = Pertanian 2 = Pertambangan dan Penggalian 3 = Industri Pengolahan 4 = Listrik, Gas dan Air bersih 5 = Bangunan
6 = Perdagangan 7 = Hotel dan Restoran 8 = Transportasi dan Komunikasi 9 = Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 10 = Jasa-jasa
1.3 Tujuan Penelitian 1. Menganalisis peran sektor hotel dan restoran ditinjau dari keterkaitan dan struktur permintaan akhir. 2. Menganalisis multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja sektor hotel dan restoran dalam perekonomian Kota Cirebon. 3. Menganalisis dampak investasi di sektor hotel dan restoran terhadap perekonomian Kota Cirebon.
8 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Sebagai bahan masukkan dan informasi bagi para pengambil kebijakan di tingkat daerah kota Cirebon dalam merencanakan dan mengembangkan pariwisata khususnya sektor hotel dan restoran di kota Cirebon. 2. Bagi para pembaca umumnya, dapat memberikan dan membuka wawasan mengenai dampak hotel dan restoran dalam perekonomian kota Cirebon. 3. Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan serta sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya. 1.5
Ruang Lingkup Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis terhadap data
pada Tabel Input-Output Kota Cirebon tahun 2005 dikarenakan belum tersedianya data terbaru sehingga dipakai tabel Input Output Kota Cirebon Tahun 2005. Data yang digunakan berupa data dari Tabel Input-Output Kota Cirebon Tahun 2005 klasifikasi 22 sektor yang kemudian diagregasi sembilan sektor dilakukan untuk melihat keterkaitan sektor hotel dan restoran secara keseluruhan terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya. Data yang dianalisis dari Tabel Input-Output tersebut adalah data transaksi domestik atas dasar harga produsen, agar dapat memberikan kestabilan pada koefisien input yang dihasilkan karena hubungan langsung antarsektor tidak dipengaruhi oleh unsur margin perdagangan dan pengangkutan. Hasil analisis perhitungan penelitian dengan menggunakan software aplikasi I-O Analysis for Practitioners dan Microsoft Excell 2007. Penelitian ini, ditujukan untuk menganalisis peranan sektor hotel dan restoran dalam pembentukan output, peningkatan pendapatan, serta peningkatan tenaga kerja
9 sektor-sektor lain dalam perekonomian dan juga dampak investasi sektor hotel dan restoran terhadap perekonomian Kota Cirebon. Perhitungan dampak investasi tersebut berdasarkan data total investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) rata-rata per tahun, yakni tahun 2009-2014 yang sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Cirebon (RPJMD). Pengambilan tahun tersebut didasarkan untuk mengetahui besarnya dampak dari investasi di masa depan sebagai salah satu langkah dalam penentuan prioritas suatu sektor.
10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Sektor Hotel dan Restoran serta Keterkaitannya dengan Sektor Pariwisata 2.1.1.1. Definisi dan Produk Sektor Hotel dan Restoran Istilah restoran berasal dari bahasa Perancis “ restourant” yang berarti restores of energy atau pemulihan tenaga. Restoran tidak hanya kebutuhan sosial tetapi juga kebutuhan secara biologi. Berbagai macam alasan untuk makan di restoran antara lain melepaskan diri dari kebosanan,untuk bersosialisasi, merasakan makanan yang berbeda yang biasanya disajikan di rumah, dan menghindari pekerjaan yang membosankan di tempat kerja (Ardhiyansyah, 2005). Dengan demikian restoran dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan makanan dan minuman. Menurut Ardiyansyah (2005), restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang di organisir secara komersil, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua konsumennya baik berupa makanan maupun minuman. Tujuan operasionalnya restoran adalah untuk mencari keuntungan, tetapi membuat puas para konsumennya pun merupakan tujuan operasional restoran yang utama. Hotel merupakan salah satu penunjang kegiatan pariwisata. Dalam proses perkembangan usaha perhotelan telah mampu memberikan kontribusi dan peranan yang cukup baik bagi terciptanya pariwisata yang nyaman. Daerah tujuan wisata, hotel yang berdiri biasanya merupakan hotel resort atau tempat peristihatan dan rekreasi yang ditunjukan bagi para wisatawan. Hotel adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan yang disediakan secara khusus, dimana setiap orang dapat menginap, makan, memperoleh pelayan dan menggunakan fasilitas lainnya dengan pembayaran (BPS Jawa Barat, 2005). Marpaung (2002) mendefinisikan hotel sebagai suatu kegiatan
11 usaha yang dikelola dengan menyediakan jasa pelayanan, makanan dan minuman, serta kamar untuk tidur atau istirahat bagi pelaku perjalanan (wisatawan) dengan membayar secara pantas sesuai dengan fasilitas yang ditawarkan tanpa ada perjanjian khusus yang rumit. Restoran merupakan salah satu jenis usaha jasa boga atau pangan yang bertempat di sebagian atau diseluruh bangunan permanen yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan penjualan makanan dan minuman bagi masyarakat umum di tempat usahanya. Marpaung (2002) menjelaskan bahwa pada dasarnya kebutuhan konsumen masyarakat akan jasa boga restoran berkaitan dengan tiga hal pokok, yaitu: physical product (makanan dan minuman), psychological product yang mencakup sensual benefit (cuci mata, suasana nyaman), sense of side (kebersihan, kerapihan,dan kesopanan), sense of listening (music),
dan
yang
terakhir
kebutuhan
akan
customer
service
product
(kecepatan,reservasi,kemudahan transaksi). BPS Provinsi Jawa Barat (2010) secara umum mengkualifikasikan hotel menjadi dua,yaitu: hotel melati, dan hotel berbintang. Ciri khusus hotel berbintang yaitu memiliki restoran sebagai salah satu fasilitas yang disediakan yang pengelolaannya menjadi satu fasilitas yang disediakan yang pengelolaanya menjadi satu dibawah manajemen hotel tersebut dan ditangani dengan lebih profesional oleh divisi yang secara khusus menangani restorannya. Selain itu, ciri khusus lainnya adalah hotel tersebut telah memenuhi persyaratan sebagai hotel berbintang seperti yang ditentukan oleh Dinas Pariwisata Daerah (Disparda). Persyaratan tersebut antara lain: a.
persyaratan fisik seperti lokasi hotel dan kondisi bangunan
b.
bentuk pelayanan yang diberikan
c.
kualifikasi tenaga kerja, seperti pendidikan dan kesejahteraan karyawan
12 d.
fasilitas olahraga dan rekreasi lainnya yang tersedia, seperti lapangan tenis, kolam renang dan diskotik
e.
jumlah kamar yang tersedia.
Sedangkan untuk kualifikasi hotel melati belum memenuhi persyaratan sebagai hotel berbintang seperti yang ditentukan oleh Disparda. Menurut BPS Provinsi Jawa Barat (2010), beberapa bidang usaha layanan makanan dan minuman yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut: 1.
Layanan komersial dan publik tidak terbatas a. Hotel : jasa layanan makanan dan minuman di hotel untuk tamu berupa room service, coffee shop, snack bar lounge, fasilitas banquet, restoran prasmanan b. Restoran biasa : tidak dilengkapi dengan akomodasi lainnya seperti tempat menginap. Biasanya berbeda berdasarkan menu sajian, misalnya restoran Padang, restoran sunda, stake house. c. Fast Food : mengutamakan kecepatan penyajian, misalnya fried chicken, dan hamburger.
2.
Layanan komersial dan publik terbatas. d. Transport catering: terdapat di alat transportasi publik seperti kereta api, kapal laut, pesawat terbang atau tempat transit bis. e. Clubs: untuk langganan tertentu seperti kelompok olahraga, politik, sosial. Jarang terdapat di Indonesia, misalnya: Mercintile Club, Hilton Executive Club.
3.
Layanan non komersial: usaha makanan dan minuman biasa seperti kantin di perkantoran, layanan rumah sakit, rumah jompo. Saat ini terus mengalami perkembangan.
13 Menurut Marpaung (2002), pada dasarnya produk yang ditawarkan oleh sektor hotel dan restoran untuk dikonsumsi adalah berupa produk jasa pelayanan. Lengkapnya fasilitas atau saran yang dimiliki oleh pelaku usaha di sektor ini akan memberikan kepuasan tersendiri, sehingga memungkinkan para pelancong untuk melakukan kunjungan kembali. Usaha perhotelan pada umumnya memiliki bentuk pelayanan yang lebih variatif dibandingkan usaha di bidang restoran. Beberapa produk yang dimiliki oleh usaha perhotelan dan biasa dinikmati oleh masyarakat luas antara lain adalah sebagai berikut: 1.
Produk terlihat, diantaranya adalah kamar (tempat menginap), makanan dan minuman (coffe break, bar,service room), laundry (jasa pencucian), meeting room, sarana olahraga (kolam renang, fitness centre), perawatan kecantikan (spa, beauty centre, yoga), rekreasi ringan (cuci mata, taman untuk anak-anak), hiburan (karaoke, diskotik), toko kerajinan tangan (handycraft, souvenir), toko jajanan lokal/daerah dan contoh produk lainnya.
2.
Produk tak terlihat, diantaranya keamanan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan, keramah tamahan, kenyamanan, suasana santai dan informasi pariwisata. Usaha jasa restoran sebenarnya tidah berbeda jauh dengan produk usaha
perhotelan, namun biasanya hanya menyediakan produk yang lebih sedikit variasinya. Produk-produk tersebut diantaranya makanan dan minuman, tempat rekreasi anak-anak (taman), ruang pertemuan, hiburan ringan (musik), suasana santai serta fasilitas pengunjung lainnya. Menurut Cooper (1999) pariwisata adalah serangkaian kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh perorangan,keluarga atau kelompok dari tempat tinggal asalnya ke berbagai tempat lain dengan tujuan melakukan kunjungan wisata dan bukan untuk
14 bekerja atau mencari penghasilan di tempat tujuan. Kunjungan yang dimaksud bersifat sementara dan pada waktunya akan kembali pada tempat tinggal semula. Hal tersebut memiliki dua elemen penting yaitu, perjalanan itu sendiri dan tempat sementara di tempat tujuan dengan berbagai aktivitas wisatawanya. Menurut Sihite (2000) istilah pariwisata bersal dari bahasa sanksekerta yang secara etimologi bahasa berasal dari dua suku kata yaitu pari dan suku kata wisata. Pari berarti banyak atau berkali-kali, berputar-putar atau lengkap, sedangkan wisata berarti perjalanan yang dilakukan berkali-kali. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan dijelaskan bahwa kepariwisataan adalah seluruh kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antar wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha. Definisidefinisi sebelumnya memperlihatkan bahwa pariwisata adalah menyangkut alasan dan tujuan dalam melakukan perjalanan. Pariwisata sebagai Industri Menurut Hasan (2008) membicarakan industri tentunya tidak terlepas dan membicarakan batasan pengertian pariwisata itu sendiri. Pariwista sebagai industri atau lebih dikenal dengan istilah “ Industri Pariwisata” belum dijumpai pengertiannya dalam peraturan perundangan di Indonesia. Namun demikian para ahli kepariwisataan telah merumuskan pengertian pariwisata tentang industri pariwisata. Industri pariwisata adalah keseluruhan rangkaian dan usaha menjual barang jasa yang diperlukan wisatawan, selama wisatawan melakukan perjalanan wisata sampai kembali ke tempat asalnya. Industri pariwisata dalam pengertian lain adalah yang berupa seluruh kegiatan pariwisata yang utuh.
15 2.1.1.2. Keterkaitan Sektor Hotel dan Restoran dengan Pariwisata dan Sektor Lainnya Menurut Kartawan (2008), dunia internasional sepakat bahwa pariwisata merupakan salah satu industri yang paling potensial dan mampu memberikan nilai devisa yang sangat besar dalam menghadapi era milenium ketiga ini. Industri pariwisata dianggap sebagai industri terbesar di dunia karena pasarnya yang luas mencakup seluruh dunia dan tidak mengenal batas usia. Dalam kegiatannya, industri pariwisata dibagi menjadi lima bidang pokok, yaitu : hotel dan restoran, tour and travel, transportasi, pusat wisata dan souvenir, serta bidang pendidikan kepariwisataan. Terus berkembangnya industri pariwisata akan menciptakan kondisi usaha pada sektor hotel dan restoran lebih kondunsif, artinya tingkat kunjungan pada hotel dan restoran akan semakin meningkat sehingga akan mempengaruhi perkembangan sektor hotel dan restoran. Besarnya kontribusi sektor hotel dan restoran dapat dilihat dari tingkat konsumsi masyarakat pada sektor ini. Semakin tinggi tingkat konsumsi masyarakat pada sektor hotel dan restoran maka makin besar pula kontribusi yang diberikan oleh sektor hotel dan restoran terhadap perekonomian regional tersebut. Dari sisi pendapatan sektor hotel dan restoran memberikan kontribusi pada pariwisata melalui pajak, retribusi dan penghasilan, sementara dari sisi ketenagakerjaan melalui tenaga kerja pelayan, kebersihan, keamanan dan tenaga lainnnya. Kontribusi sektor usaha perhotelan dan restoran merupakan sarana pendukung pengembangan pariwisata di daerah tersebut. Tingginya tingkat kunjungan wisatawan ke tempat wisata diharapkan akan mempengaruhi tingginya kunjungan wisatawan ke hotel dan restoran. Baiknya tingkat pelayanan dan kepuasan wisatawan akan memberikan
kesan
yang
menyenangkan
terhadap
pariwisatanya,
memungkinkan kembalinya para wisatawan untuk berkunjung.
sehingga
16 2.1.2. Investasi dan Pembangunan Ekonomi Daerah 2.1.2.1. Kaitan Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses terjadi kenaikan produk nasional bruto rill atau pendapatan nasional rill. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output rill. Output total rill suatu perekonomian bisa juga tetap konstan atau mengalami penurunan sepanjang waktu. Ini berarti perekonomian statis atau mengalami penurunan (stagnasi). Perubahan ekonomi meliputi baik pertumbuhan, statis ataupun stagnasi pendapatan nasional rill. Penurunan merupakan perubahan negatif, sedangkan pertumbuhan merupakan perubahan positif. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu proses, output perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini dapat dilihat aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu ( Hermawan, 2000). Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output per kapita. Ada dua sisi hal yang perlu diperhatikan yaitu sisi output totalnya dan sisi jumlah penduduknya. Output per kapita adalah output total dibagi jumlah penduduk. Jadi proses kenaikan output per kapita harus dianalisa dengan jalan melihat apa yang terjadi dengan output total di satu pihak dan jumlah penduduk di lain pihak. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. (Lincolin, 1999). Ada beberapa teori-teori modern dalam teori pertumbuhan, yaitu :
17 1.Harrod – Domar Teori Harrod – Domar adalah perkembangan langsung dari teori makro Keynes jangka pendek menjadi suatu teori makro jangka panjang. Aspek utama yang dikembangkan dari teori Keynes adalah aspek yang menyangkut peranan investasi dalam jangka panjang. Dalam teori Keynes, pengeluaran investasi mempengaruhi permintaan agregat tetapi tidak mempengaruhi penawaran agregat. Harrod – Domar melihat pengaruh investasi dalam perspektif waktu yang lebih panjang. Menurut kedua ekonom ini, pengeluaran investasi tidak hanya mempunyai pengaruh (lewat proses multiplier) terhadap permintaan agregat, tetapi juga terhadap penawaran agregat melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Modal
N2
N1
K2
K1
0
L1
L2
Tenaga Kerja
Sumber : Carlos, 2007
Gambar 2.1. Model Harrod Domar
Gambar 2.1. Menjelaskan fungsi produksi dari Harrod - Domar atau H-D, yang menggambarkan hubungan antara modal dan tenaga kerja. Sumbu tegak pada gambar 1,
18 menunjukkan jumlah modal dan sumbu datar menunjukkan jumlah tenaga kerja. Modal dan tenaga kerja tidak dapat saling menggantikan satau sama lain. Misal untuk memproduksi sebesar N1 diperlukan modal sebesara K1 dan tenaga kerja sebanyak L1, demikian pula untuk memproduksi sebesar N2, diperlukan modal sebesar K2 dan tenaga kerja sebesar L2 dan seterusnya. 2.Robert Solow Robert Solow mengembangkan model pertumbuhan ekonomi yang sekarang sering disebut dengan nama model
pertumbuhan Neo Klasik. Model Solow
memusatkan perhatianya pada pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi. Kerangka umum dari model Solow mirip dengan model Harrod-Domar, tetapi model Solow-Swan lebih luwes karena : a. Menghindari masalah ketidakstabilan yang merupakan ciriwarranted rate of growth dalam model Harrod-Domar. b. Bisa lebih luwes digunakan untuk menjelaskan masalah-masalah distribusi pendapatan. Keluwesan ini terutama disebabkan oleh karena Solow dan Swan menggunakan bentuk fungsi produksi yang lebih mudah dimanipulasikan secara aljabar. Berdasarkan Solow melukiskan secara diagram pola pertumbuhan steady state yang bisa terjadi berdasarkan Gambar 2.2. garis lurus yang melalui titik original adalah fungsi nk. Sedangkan kurva lainnya menggambarkan fungsi, sf(k). Garis ini ditarik sedemikian rupa sehingga menunjukkan produktifitas marginal kapital yang semakin menurun. Pada titik pertemuan dua kurva itu, nk = sf(k) dan dk/dt = 0. Pada waktu dk/dt = 0, rasio kapital-tenaga kerja adalah konstan dan stok kapital harus diperluas sama besar dengan laju pertumbuhan tenaga kerja, n. Serentak rasio kapital tenaga kerja k tercapai, ia akan dipertahankan dan kapital beserta tenaga kerja akan tumbuh secara
19 proporsional. Dengan mengasumsikan return to scale sebagai konstan, output riil juga akan tumbuh dalam laju relatif n yang sama, dan output tenaga kerja per individu akan konstan.
Sumber : Mankiw, 2008
Gambar 2.2. Model Solow Rasio kapital-tenaga kerja, k, akan berperilaku jika ada perbedaan antara i dan ir (investasi aktual dan investasi yang diinginkan). Jika i > ir, ini berarti pertumbuhan kapital lebih cepat dibandingkan tenaga kerja, akibatnya k akan meningkat. Sebaliknya jika yang terjadi i <
ir
, menunjukkan pertumbuhan kapital lebih lambat daripada
pertumbuhan tenaga kerja, maka k akan turun. Kenaikan ataupun penurunan dari k tersebut semuanya akan menuju kepada k* yang merupakan rasio kapital-tenaga kerjapada steady state. Oleh karena pada steady state, k*, dk/dt = 0, ini berarti pada saatk1 < k* maka dk/dt > 0. Sedangkan untuk k2 > k* maka dk/dt < 0. Berapapun nilai rasio kapital-tenaga kerja sebelumnya, sistem itu akan berkembang ke arah keadaan pertumbuhan berimbang dalam laju yang alamiah. Apabila stok kapital sebelumnya di bawah rasio keseimbangan, kapital dan output
20 akantumbuh lebih cepat dari tenaga kerja sampai rasio keseimbangan tercapai. Jika rasio sebelumnya di atas nilai keseimbangan, kapital dan output akan tumbuh lebih lambat daripada tenaga kerja. Pada dasarnya pertumbuhan output selalu terletak diantara pertumbuhan tenaga kerja dan pertumbuhan kapital.
2.1.2.2. Pembangunan Daerah Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang berdasarkan pada kekhasan daerah yang
bersangkutan (endogenous
development) dengan
menggunakan
potensi
sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tesebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan dengan menggunakan sumberdaya yang ada harus menafsir potensi sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. (Lincolin Arsyad, 1999). Pembangunan daerah suatu daerah dapat berupa pembangunan wilayah yang meliputi perkotaan dan pedesaan sebagai pusat dan lokasi kegiatan sosial ekonomi dari wilayah tersebut dan. pembangunan sektoral. Pencapaian sasaran pembangunan nasional dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan sektoral yang dilaksanakan
21 daerah dengan menyesuaikan kondisi dan potensi daerah tersebut dan dilihat sektor mana di daerah tersebut yang merupakan sektor unggulan sehingga apabila sektor unggulan yang dikembangkan maka anggaran pemerintah yang terbatas akan lebih efisien. 2.1.3. Pengertian Sektor Unggulan Sektor unggulan adalah sektor yang dipengaruhi oleh keberadaan faktor anugerah (endowment factors). artinya sektor tersebut dapat berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Kriteria sektor unggulan sangat bervariasi.Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah(BPS, 2010), diantaranya : 1.
Sektor unggulan tersebut memiliki laju pertumbuhan yang tinggi, yang artinya harus mampu menjadi penggerak utama pembangunan perekonomian dan dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan maupun pengeluaran.
2.
Sektor unggulan tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar.
3.
Sektor unggulan tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang, dan dengan sektor unggulan lain ataupun dengan sektor ekonomi lainnya.
4.
Sektor unggulan tersebut mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.
5.
Sektor unggulan mampu bersaing dengan sektor yang sejenis dari wilayah lain di pasar nasional maupun internasional, baik dalam harga produk sektor tersebut, biaya produksi,kualitas pelayanan maupun aspek-aspek lainnya. Metode yang biasa dipakai dalam menentukan sektor unggulan ialah metode
metode Location Quotient (LQ), shift share dan Input-Output. Location Quotient (LQ)
22 merupakan suatu metode untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah (Kabupaten/Kota) terhadap sumbangan nilai tambah sektor yang bersangkutan dalam skala provinsi atau nasional, jika LQi>1 mengindikasikan ada kegiatan ekspor di sektor tersebut atau sektor basis (B), sedangkan LQi < 1 disebut sektor nonbasis (NB). Sedangkan Analisis Shift Share adalah analisis yang bertujuan untuk menentukan
kinerja
atau
produktivitas
kerja
perekonomian
daerah
dengan
membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (regional atau nasional), bila suatu daerah memperoleh kemajuan sesuai dengan kedudukannya dalam perekonomian nasional, maka akan dapat ditemukan adanya shift (pergeseran) hasil pembangunan perekonomian daerah. Analisis Shift Share melihat nilai Proportional Shift (PS) dan Differential Shift (DS), nilai PS yang positif menunjukkan bahwa sektor tersebut tumbuh relatif lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di daerah lain atau memiliki keuntungan lokasional yang baik, sedangkan jika PS dan DS negatif menunjukkan bahwa sektor ekonomi tersebut memiliki kontribusi yang sedikit bagi pertumbuhan ekonomi wilayahnya. Dalam studi ini menggunakan model Input-Output sebagai alat analisis untuk melihat sektor unggulan di suatu daerah, Dalam model Input-Output yang merupakan sektor unggulan ialah sektor yang memiliki nilai keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke belakang maupun ke depan, mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi dan memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar. 2.1.4. Model Input-Output Tabel Input-Output
(I-O) digunakan untuk mendeskripsikan suatu industri
dalam suatu perekonomian tetapi juga mencakup bagaimana cara mendeskripsikan perubahan-perubahan struktur tersebut (Glasson,1977). Tujuan utama dari model I-O
23 adalah untuk menjelaskan besarnya arus industri/intersektor sehubungan dengan tingkat produksi masing-masing sektor. Dalam aplikasinya,model ini didasarkan atas model keseimbangan umum. Terjadinya intergrasi ekonomi yang kuat, menyeluruh, dan berkelanjutan diantara seluruh sektor ekonomi menjadi kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, tidak akan mungkin suatu sektor ekonomi akan terus dapat berkembang dengan mengandalkan kekuatan sektor itu sendiri. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya keterkaitan yang baik antara setiap sektor yang ada sehingga dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang positif. Model input-output (I-O) merupakan salah satu model yang dapat memaparkan dengan jelas bagaimana interaksi antara pelaku ekonomi. Model ini diperkenalkan oleh Wassily Leontief pada tahun 1930-an. Melalui model ini dapat ditunjukan seberapa besar keterkaitan antarsektor dalam perekonomian.). Sistem ekonomi yang dimaksud dapat diterapkan berupa sistem suatu bangsa atau dunia. Kemudian, model I-O juga digunakan dalam analisis hubungan antarsektor di dalam suatu wilayah. Dalam model IO pengaruh interaksi ekonomi dapat diklasifikasikan kedalam tiga jenis yaitu : (1) pengaruh langsung, (2) pengaruh tidak langsung, (3) pengaruh total. Pengaruh langsung ialah pengaruh yang secara langsung dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya digunakan sebagai input dari produksi sektor yang bersangkutan. Sementara pengaruh tidak langsung merupakan pengaruh tidak langsung yang dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya tidak digunakan sebagai input dari produksi sektor yang bersangkutan. Tabel I-O sebagai alat analisis kuantitatif dalam perekonomian, mampu memberikan gambaran yang menyeluruh dalam analisis ekonomi. Tabel I-O merupakan tabel yang menyajikan gambaran informasi dalam bentuk matriks baris dan kolom yang menggambarkan transaksi barang dan jasa serta keterkaitan antara suatu sektor dengan
24 sektor lainnya. Isian sepanjang baris Tabel I-O menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan prmintaan akhir. Selain itu isian pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral.sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunaan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer. Tabel I-O dalam memberikan gambaran menyeluruh antara lain terkait dengan beberapa hal berikut: 1.
Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor
2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor-sektor produksi 3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor yang berasal dari luar wilayah tersebut 4.
Struktur permintaan barang dan jasa, baik itu berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi,investasi, dan ekspor. Penggunaan model I-O telah dikembangkan scara luas dan sangat berguna
dalam meneliti keadaan ekonomi suatu wilayah. Beberapa kegunaan analisis I-O dalam penelitian perekonomian suatu wilayah antara lain: 1.
Memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor
2.
Mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi pertumbuhan ekonomi
dan sektor–sektor
yang paling peka terhadap
25 3.
Menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktur. perekonomian suatu wilayah
4.
Analisis perubahan harga,yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output
5.
Melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuan impor dan kemungkinan subsitusinya.
2.1.4.1. Asumsi dan Keterbatasan Model Input-Output Model Input-Output didasarkan atas beberapa asumsi dalam penyusunannya. Asumsi-asumsi tersebut diantaranya adalah : 1.
Homogenitas, yang berarti suatu komoditas hanya dihasilkan secara tunggal oleh suatu sektor dengan susunan yang tunggal dan tidak ada subsitusi output diantara berbagai sektor
2.
Linearitas, yaitu fungsi produksi bersifat besifat linear dan homogen. Artinya perubahan suatu tingkat output selalu didahului oleh perubahan pemakaian input yang proporsional
3.
Akvitas ialah suatu prinsip dimana efek total dari pelaksanaan produksi diberbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Hal ini berarti bahwa semua pengauh di luar sistem input-output diabaikan. Model Input-Output memiliki beberapa keterbatasan dalam penggunaanya.
Keterbatasan-keterbatasan tersebut diantaranya adalah : 1.
Memerlukan biaya yang besar dalam penyusunannya
2.
Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada maka semakin banyak informasi ekonomi yang terperinci tidak terungkap
3.
Koefisien teknis diasumsikan tetap selama periode analisis sehingga teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam kegiatan produksinya
26 dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output. 2.1.4.2. Struktur Tabel Input-Output Menurut Glasson (1977), format dari tabel Input-Output terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan suatu hubungan tertentu. Tabel 2.1. Kerangka Penyajian Tabel Input-Output. Kuadran I (nxn) Kuadran III (pxn)
Kuadran II (nxm) Kuadran IV (pxm)
Sumber : BPS, 2005. Berdasarkan tabel di atas, empat kuadran yang terdapat dalam suatu tabel InputOutput diberi nama kuadran I, II, III, dan IV. Simbol-simbol di dalam tanda kurung menunjukkan ukuran (ordo) matriks pada kuadran yang bersangkutan. Simbol pertama adalah banyaknya baris dan simbol kedua adalah banyaknya kolom. Kuadran pertama (Intermediate Quadrant) menunjukkan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian. Dalam analisis Input-Output, kuadran ini memiliki peranan yang sangat penting karena kuadran inilah yang menujukkan keterkaitan antarsektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya. Kuadran kedua (Final Demand Quadrant) menunjukkan permintaan akhir (final demand) dan impor, serta menggambarkan penyediaan barang dan jasa. Penggunaan barang dan jasa bukan untuk proses produksi digolongkan sebagai permintaan akhir. Permintaan akhir ini biasanya terdiri atas konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor.
27 Kuadran ketiga (Primary Input Quadrant) memperlihatkan pembelian input yang dihasikan di luar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto (nilai tambah bruto) yang dihasilkan oleh wilayah tersebut. Kuadran keempat (Primary Input-Final Demand Quadrant) merupakan kuadran input primer permintaan akhir atau input primer yang langsung didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir, dan menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara. Informasi di kuadran empat ini bukan merupakan tujuan pokok, sehingga dalam penyusunan tabel Input-Output seringkali diabaikan. Matriks-matriks yang disajikan dalam tabel Input-Output dibedakan sesuai dengan sifat dan jenis transaksinya. Untuk memperjelas gambaran mengenai penyajian tabel Input-Output, berikut ini diberikan ilustrasi tabel Input-Output dalam perekonomian yang terdiri dari n sektor produksi, yaitu sektor 1,2,………n. Ilustrasi tabel Input-Output dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Ilustrasi Tabel Input-Output Alokasi Output
Permintaan Antara Sektor Produksi
Permintaan Akhir
Jumlah Output
Struktur Input 1
1 X11
2 X12
3 X13
F1
X1
2
X21
X22
X23
F2
X2
3
X31
X32
X33
F3
X3
Input Primer
V1
V2
V3
Jumlah Input
X1
X2
X3
Input Antara
Sektor Produksi
Sumber : BPS, 2005. Pada Tabel 2.2, untuk menghasilkan output X1, sektor (1) membutuhkan input dari sektor (1), (2), dan (3) masing-masing sebesar X11, X21, dan X31. Input primer yang
28 dibutuhkan sebesar V1. Gambaran di atas menunjukkan bahwa susunan angka-angka dalam bentuk matriks memperlihatkan suatu jalinan yang saling terkait diantara beberapa sektor. Isian angka sepanjang baris (horizontal) memperlihatkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan, sebagian untuk memenuhi permintaan antara sebagian lagi untuk memenuhi permintaan akhir. Isian angka menurut kolom (vertikal) menunjukkan pemakaian input antara maupun input primer yang disediakan oleh sektor lain untuk kegiatan produksi suatu sektor. Dalam tabel Input-Output terdapat suatu patokan yang sangat penting yaitu jumlah output suatu sektor harus sama dengan jumlah inputnya. Apabila Tabel 2.2 dilihat secara baris maka alokasi output secara keseluruhan dapat ditulis dalam bentuk persamaan aljabar berikut:
X11 + X12 + … + X1n + F1 = X1 X21 + X22 + … + X2n + F2 = X2 .
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Xn1 + Xn2 + … + Xnn + Fn = Xn ......................................................................................(2.1) dan secara umum persamaan di atas dapat dirumuskan kembali menjadi: i
Xij + Fi = Xi ; untuk i = 1, 2, 3 dan seterusnya...................................................(2.2) j =i
dimana Xij adalah banyaknya output sektor i yang dipergunakan sebagai input oleh sektor j dan Fi adalah permintaan akhir terhadap sektor i serta Xi adalah jumlah output sektor i. Sebaliknya jika Tabel 2.2 tersebut dibaca secara kolom, terutama di sektor produksi, angka-angka itu menunjukkan susunan input suatu sektor. Dengan mengikuti cara-cara membaca seperti secara baris di atas, maka persamaan secara aljabar menurut kolom dapat dituliskan menjadi:
29
X11 + X21 + … + Xn1 + V1 = X1 X12 + X22 + … + Xn2 + V2 = X2 .
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
X1n + X2n + … + Xnn + Vn = Xn ....................................................................................(2.3) dan secara ringkas dapat ditulis menjadi: i
Xij + Vj = Xj ; untuk j = 1, 2, 3 dan seterusnya..................................................(2.4) i =i
Keterangan : Xij
= output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j
Fi
= permintaan akhir terhadap sektor i
Xi
= total output sektor i
Vj
= input primer (nilai tambah bruto) dari sektor j
Xj
= total input sektor j
Berdasarkan persamaan (2.1) di atas, jika diketahui matriks koefisien teknologi, aij sebagai berikut:
a ij
xij Xj
....................................................................................................................(2.5)
dan jika persamaan (2.5) disubstitusikan ke persamaan (2.1) maka didapat persamaan (2.6) sebagai berikut: 11X1
+ X 21 1 + .
+…+ X 22 2 + … + 12X2
1nXn +
F1 = X1 X + F2 = X2 2n n
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
n1X1
+
n2X2
+…+
.
nnXn +
.
Fn = Xn .......................................................................................(2.6)
30
Jika dituliskan dalam bentuk matriks, maka didapatkan : X1 F1 X1 11 12 ....... 1n 21 21…… 2n ..........................
n1 n2
.......
nn
A
X2 ......
F2 + .....
Xn
Fn
X
+
F
=
X2 ....... Xn
=
X
AX + F = X atau (I - A) X = F atau X = (I - A)-1 F.........................(2.7) Dimana: I
= matriks identitas yang elemennya memuat angka satu pada diagonalnya dan nol pada selainnya
F X (I-A) (I - A)-1
= = = =
permintaan akhir jumlah output matriks Leontief matriks kebalikan Leontief
Dari persamaan (2.7) di atas terlihat bahwa output setiap sektor memiliki hubungan -1
fungsional terhadap permintaan akhir, dengan (I - A) sebagai koefisien antaranya. Matriks kebalikan Leontief ini mempunyai peranan penting sebagai alat analisis ekonomi karena menunjukkan adanya saling keterkaitan antara tingkat permintaan akhir terhadap tingkat produksi. 2.1.4.3. Analisis Keterkaitan Konsep keterkaitan merupakan suatu konsep yang biasa digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi melalui adanya peninjauan terhadap keterkaitan antar sektor dalam perekonomian. Terdapat dua jenis konsep keterkaitan dalam yaitu keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang menunjukan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan dalam proses produksi dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang
31 menunjukan hubungan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkan. Dengan menggunakan konsep keterkaitan ini maka dapat diketahui besarnya pertumbuhan suatu sektor yang dapat menstimulasi pertumbuhan sektor lainnya melalui proses induksi. Koefisien langsung dalam model I-O dapat menunjukan adanya keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara. Sedangkan matriks kebalkan Leontief atau yang disebut juga koefisien keterkaitan dapat menunjukan adanya keterkaitan langsung dan tidak langsung. Matriks ini mengandung informasi yang penting tentang struktur perekonomian suatu wilayah. 2.1.4.4. Analisis Dampak Penyebaran Analisis ini merupakan analisis lanjutan yang menggunakan matriks kebalikan. Analisis ini membandingkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung yang telah dikalikan dengan jumlah sektor yang ada dengan total nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung di semua sektor. Hal tersebut perlu dilakukan karena indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan ataupun ke belakang yang telah diuraikan belum memadai untuk digunakan sebagai landasan pemilihan sektor kunci. Analisis dampak penyebaran terbagi menjadi dua bagian yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran. 2.1.4.5 Analisis Multiplier Dalam Model Input-Output terdapat tiga jenis analisis multiplier yang menggunakan koefisien teknis sebagai dasar perhitungannya, yaitu : 1.
Multiplier output Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal, yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter.
32 2.
Multiplier pendapatan Penggandaan ini mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian.
3.
Multiplier tenaga kerja Penggandaan ini menunjukan adanya perubahan pada tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output.
Multiplier Tipe I dan II dapat mengukur efek dari output, pendapatan, dan tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan, dan tenaga kerja yang ada di suatu wilayah. 2.2. Tinjauan Studi Sebelumnya Penelitian mengenai peran dan keterkaitan suatu sektor dalam perekonomian dengan menggunakan analisis Input-Output telah banyak dilakukan, diantaranya yaitu penelitian terhadap seluruh sektor perekonomian, penelitian terhadap salah satu sektor dalam perekonomian seperti pertanian, industri pengolahan, perdagangan dan hotel, jasa-jasa dan lain sebagainya.Setiap penelitian umumnya memiliki tujuan yang sama yaitu mempelajari keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkage), keterkaitan langsung ke belakang (direct backward linkage), keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang dan juga multiplier effect pendapatan, output dan tenaga kerja. Berdasarkan dari tiga referensi penelitian terdahulu yaitu Febriawan (2009), dan Agnes (2010), dan Putri Nilam (2010) didapatkan adanya persamaan dalam hasil dari penelitian yang mereka lakukan. Kedua penelitian tersebut menggunakan metode analisis Input-Output. Penelitian mengenai sektor hotel dan restoran telah banyak dilakukan, karena sektor hotel dan restoran merupakan sektor dengan tingkat kontribusi tinggi terhadap perekonomian dikarenakan semua sektor menikmati sektor hotel dan restoran dalam
33 usahanya dan memiliki nilai keterkaitan yang tinggi. Beberapa penelitian mengenai sektor hotel dan restoran antara lain: Penelitian yang dilakukan oleh Febriawan (2009) dalam skripsinya menganalisis tentang peranan sektor hotel dan restoran dalam perekonomian Kota Bandung. Tabel IO Kota Bandung tahun 2003 yang digunakan dalam penelitian ini menyatakan bahwa sektor hotel dan restoran dalam pembentukan permintaan antara relatif kecil dibandingkan dengan sektor lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar output dari kedua sektor ini sebagai input oleh sektor lain dalam berproduksi, dalam penelitian ini dikemukakan bahwa nilai keterkaitan ke depan lebih besar dibandingkan nilai keterkaitan ke belakang yaitu sebesar 1,4751, sedangkan nilai multiplier digunakan untuk melihat dampak dari permintaan akhir output sektor Hotel dan restoran terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja rumah tangga (Tabel 2.4). Secara keseluruhan, sektor hotel dan restoran memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung yang tinggi baik sektor pengguna input maupun output, sehingga dapat dikatakan bahwa sektor ini dapat diandalkan untuk mendorong sektor-sektor lain baik hulu maupun hilirnya. Pada keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan nilai terbesarnya ditempati oleh sektor jasa-jasa. Sedangkan pada keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, sektor pertanian yang memiliki nilai terbesar. Penelitian yang dilakukan Putri Nilam (2010), yaitu tentang Peranan Sektor Pariwisata terhadap Perekonomian Kota Jakarta dengan menggunakan Tabel I-O Indonesia Tahun 2006. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa sektor Restoran ternyata lebih mampu mendorong pertumbuhan atau pembentukan output sektor-sektor yang menjadi penyedia input sektor hotel dan restoran (sektor hulu) dibandingkan terhadap sektor-sektor yang menggunakan outputnya (sektor hilirnya),
34 Hal ini terlihat dari Sektor Hotel dan restoran memiliki nilai keterkaitan ke depan secara langsung sebesar 0.00897, dan secara langsung dan tidak langsung sebesar 2.13285. Adapun untuk keterkaitan ke belakang secara langsung sebesar 0,303 dan secara langsung dan tidak langsung sebesar 2,418. Hasil analisis multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja dapat dilihat pada (Tabel 2.4). Penelitian yang dilakukan Agnes (2010) menunjukkan bahwa sektor hotel dan restoran mampu mempengaruhi sektor hilirnya. Dapat dilihat dari nilai keterkaitan ke depan yaitu sebesar 2,5432 dibandingkan nilai keterkaitan ke belakang sebesar 1.3213. Hasil analisis multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja dapat dilihat pada (Tabel 2.4). Sedangkan berdasarkan hasil analisis keterkaitan sektor hotel dan restoran maka dapat dilihat bahwa keterkaitan output langsung ke depan sektor hotel dan restoran yang memiliki nilai paling besar adalah subsektor jasa-jasa, kemudian untuk nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan sektor hotel dan restoran yang paling besar juga diduduki oleh sektor jasa-jasa. Untuk keterkaitan ke belakang sektor hotel dan restoran yang memiliki nilai paling besar dalam keterkaitan langsung ke belakang adalah subsektor industri pengolahan, kemudian untuk keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang terbesar juga diduduki oleh subsektor pertanian. Tabel 2.3. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Keterkaitan Penelitian No
Kota
Tahun
1 2 3
Bandung Jakarta Jakarta
2009 2010 2010
Keterkaitan ke Depan Langsung dan Langsung tidak Langsung 0,3238 1,4751 0,0089 2,1328 0,4324 2,5432
Keterkaitan ke Belakang Langsung
Langsung dan tidak Langsung
0,0869 0,3030 0,0982
1,0994 2,4182 1,3213
Sumber : Agnes, 2010 ; Febriawan, 2009 dan Putri, 2010. Penelitian Ida (2007) melakukan penelitian di lokasi yang sama yaitu Kota Cirebon yaitu tentang Peranan Sektor Industri Pengolahan terhadap Perekonomian Kota Cirebon dengan menggunakan Tabel I-O tahun 2005, dari penelitian ini Sektor Hotel
35 dan restoran memiliki nilai keterkaitan ke depan yang besar yang artinya mampu mempengaruhi sektor hilirnya yaitu sebesar 2,3645, Dan penelitian tentang sektor hotel dan restoran sendiri dan dampak investasi belum pernah diteliti di Kota Cirebon. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Putri antara lain: (1) penelitian ini berlokasi di Kota Cirebon, sedangkan penelitian Rahayu berlokasi di Kota Jakarta; (2) sektor yang diteliti dalam penelitian ini ialah hanya sektor hotel dan restoran, sedangkan pada penelitian Putri, pariwisata dalam penelitian ini terdiri dari subsektor restoran, subsektor hotel, subsektor transportasi dan komunikasi, subsektor jasa biro perjalanan wisata dan subsektor jasa hiburan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Febriawan ialah penelitian ini berlokasi di Kota Cirebon, sedangkan penelitian Febriawan berlokasi di Kota Bandung, dan dalam penelitian ini menggunakan analisis dampak investasi yang diberikan pada sektor hotel dan restoran. Tabel 2.4. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Multiplier No
1
2
3
Penelitian Lokasi dan Sektor Kota Bandung Hotel Restoran Kota Jakarta Hotel Restoran Kota Bandung Hotel Restoran
Tahun
Output Tipe I Tipe II
Multiplier Pendapatan Tipe I Tipe II
2009
1,741 1,099
2,229 1,961
2,007 1,089
3,0259 1,6418
1,786 1,086
2,5093 1,4781
2010
1,1140 1,3034
1,620133 1,703450
1,0700 1,2900
1,425122 1,718048
1,099833 1,158195
1,473046 1,395649
2010
1,740 1,103
2,3429 1,2085
1,655 1,147
2,0382 1,4130
1,8655 1,0952
2,8925 1,1505
Tenaga Kerja Tipe I Tipe II
Sumber : Agnes, 2010 ; Febriawan, 2009 dan Putri, 2010.
Hasil penelitian yang sudah ada tentang hotel dan restoran memiliki hasil yang sama dengan penelitian ini yaitu dari nilai keterkaitan ke depan yang lebih tinggi dibandingkan ke belakang baik langsung maupun tidak langsung yaitu sebesar 1,948 dan lansung dan tidak langsung sebesar 3,706 dibandingkan nilai keterkaitan langsung ke belakang sebesar 0,0741 dan langsung dan tidak langsung sebesar 1,233, karena
36 produk sektor hotel dan restoran berupa jasa, dan semua sektor memakai jasa sektor hotel dan restoran dalam kegiatannya. 2.3 Kerangka Pemikiran Operasional Seiring dengan semakin berkembangnya Kota Cirebon dengan citra sebagai kota wisata, maka kondisi tersebut menjadikan kunjungan wisatawan ke Kota Cirebon cenderung mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini mengakibatkan semakin pesat pula perkembangan sektor hotel dan restoran yang merupakan saran pendukung kegiatan berwisata di Kota Cirebon. Keberadaan
sektor
hotel dan restoran tentunya didukung oleh sektor lain sebagai pendukung, sehingga antara sektor hotel dan restoran dengan sektor lain terdapat suatu hubungan keterkaitan. Setiap perubahan pada sektor hotel dan restoran, misalnya perubahan pada permintaan akhir akan memiliki dampak pada sektor lain. Begitu pula apabila terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja pada sektor hotel dan restoran, hal ini akan berdampak juga pada peningkatan penyerapan tenaga kerja total pada sektor perekonomian, oleh karena itu semakin meningkatnya penyerapan tenaga kerja sektor hotel dan restoran di Kota Cirebon diharapkan akan memberikan dampak positif pula pada peningkatan penyerapan tenaga kerja total di seluruh sektor perekonomian Kota Cirebon. Untuk melakukan analisis mengenai dampak dan keterkaitan sektor hotel dan restoran dalam perekonomian Kota Cirebon digunakan suatu metode analisis InputOutput (I-O). Melalui analisis ini pula dapat diketahui peranan sektor hotel dan restoran yang dilihat berdasarkan pembentukan struktur permintaan dan penawaran, konsumsi rumah tangga dan pemerintah, ekspor dan impor, dan nilai tambah bruto. Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan antara lain. Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka dapat disusun alur kerangka dalam penelitian ini sebagai berikut:
37
Permasalahan Ekonomi Kota Cirebon - Pengangguran - Investasi di Sektor Hotel dan Restoran relatif kecil dan berfluktuasi
Pembangunan Daerah
Pembangunan Sektoral
Pembangunan Wilayah
Pembangunan Sektor hotel dan Restoran
Analisis Input Output
Analisis Struktur Permintaan Akhir
Analisis Keterkaitan
Analisis Multiplier
Dampak Investasi Sektor Hotel dan Restoran Dalam Perekonomian Kota Cirebon
Gambar 2.3. Skema Kerangka Pemikiran Konseptual.
38
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Barat dan didasarkan pada letak Kota Cirebon yang berada antara perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah sehingga memiliki nilai dan fungsi yang strategis. Waktu Penelitian dilaksanakan di kota Cirebon dari bulan Februari 2011 hingga Juli 2011 yang meliputi pengumpulan data-data sekunder dari instansi terkait, pengolahan data, analisis data dan penulisan dalam bentuk skripsi. Pemilihan lokasi dan sektor dilakukan dengan mempertimbangkan sektor hotel dan retoran memiliki peranan penting sebagai sarana pendukung pariwisata seiring dengan berkembangnya Kota Cirebon sebagai kota tujuan wisata, tersedianya Tabel Input-Output Kota Cirebon dan belum ada penelitian skripsi mengenai sektor hotel dan restoran di kota Cirebon. 3.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel InputOutput Kota Cirebon Tahun 2005, dan dikumpulkan dari berbagai sumber, antara lain: Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat, BPS Jawa Barat, BPS Kota Cirebon, Badan Perencanaan Daerah (Bapedda), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), Dinas Tenaga Kerja (Disnaker), Dinas pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Cirebon. Selain itu data pendukung lainnya diperoleh dari sumber-sumber yang relevan dengan topik penelitian, baik sumber cetak maupun elektronik. Data pokok yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang berasal dari Tabel Input-Output Kota Cirebon tahun 2005.
39 3.3. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam studi ini menggunakan Model InputOutput (I-O). Model I-O dapat digunakan sebagai alat pengambilan keputusan dalam perencanaan pembangunan sektoral. Dari hasil analisis I-O dapat diputuskan sektorsektor mana saja yang dijadikan sebagai leading sector dalam pembangunan ekonomi. Suatu sektor yang terindikasi sebagai pemimpin dianggap memiliki kemampuan daya sebar dan kepekaan yang sangat tinggi dalam suatu perekonomian, sehingga efek yang diberikannya bersifat berganda. Tabel I-O yang sudah tersedia maka dapat diketahui peranan sektor hotel dan restoran terhadap pembentukan output, nilai tambah bruto, dan permintaan akhir. Untuk mengetahui peranan peranan sektor hotel dan restoran sebagai sektor penyedia input maupun sektor pemakai input serta mengetahui dampak yang ditimbulkan peranan sektor hotel dan restoran terhadap perekonomian Kota Cirebon dapat dikaji berdasarkan analisis keterkaitan dan multiplier. Dalam melakukan pengolahan data, penelitian ini didukung oleh program Input-Output Analisis for Practitioners (IOAP) dan Microsoft Excel. Dengan menggunakan model I-O terdapat beberapa analisis yang dilakukan yang akan dijelaskan sebagai berikut : 3.3.1. Analisis Keterkaitan Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor. Keterkaitan ini terdiri dari, keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan langsung ke belakang, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang. Keterkaitan ke depan digunakan untuk melihat derajat keterkaitan antara suatu sektor yang menghasilkan output yang digunakan sebagai input di sektor lain. Keterkaitan ke belakang digunakan untuk melihat derajat keterkaitan suatu sektor terhadap sektor lain yang memasok input.
40 1. Keterkaitan Langsung Ke Depan Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut : .................................................................................. (1) Dimana :
F (d)i = keterkaitan langsung ke depan sektor i = unsur matriks koefisien teknis n = jumlah sektor
2. Keterkaitan Langsung Ke Belakang Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut : .................................................................................. .(2) Dimana :
B (d)j n
3.
= keterkaitan langsung ke belakang sektor i = unsur matriks koefisien teknis = jumlah sektor
Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan akibat dari
suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut : .......................................................................... .(3) Dimana : F (d + i)i = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i ij = unsur matriks kebalikan Leontief terbuka n = jumlah sektor
41 4.
Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan akibat dari
suatu sektor yang diteliti terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut : ......................................................................... .(4) Dimana : B (d + i)j = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i ij = unsur matriks kebalikan Leontief terbuka n = jumlah sektor 3.3.2. Analisis Dampak Penyebaran Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang belum memadai jika dipakai sebagai landasan pemilihan sektor-sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan akhir setiap sektor tidak sama. Oleh karena itu, kedua indeks tersebut harus dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis ini disebut dengan analisis dampak penyebaran yang dibagi menjadi dua, yaitu koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. 1. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran Ke Belakang/Daya Menarik) Konsep koefisien penyebaran (daya penyebaran ke belakang/daya menarik) bermanfaat untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai koefisien penyebaran yang tinggi apabila Pd mempunyai nilai lebih besar dari satu, dan sebaliknya jika nilai j
42 Pd lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien j
penyebaran adalah :
Dimana : = koefisien penyebaran sektor j = unsur matriks kebalikan Leontief n = jumlah sektor 2 .Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran Ke Depan/Daya Mendorong) Konsep kepekaan penyebaran (daya penyebaran ke depan/daya mendorong) berguna untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi apabila nilai Sd lebih besar dari satu, dan sebaliknya jika nilai Sd lebih kecil dari satu. i
i
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah :
Dimana : = kepekaan penyebaran sektor i = unsur matriks kebalikan Leontief n = jumlah sector 3.3.3. Analisis Pengganda (Multiplier) Berdasarkan matriks kebalikan Leontief, baik untuk model terbuka ( ij ) maupun untuk model tertutup ( *ij ) dapat ditentukan nilai-nilai dari pengganda output,
43 pendapatan dan tenaga kerja berdasarkan rumus yang tercantum dalam tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1. Rumus Pengganda Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Pengganda Nilai Output Pendapatan Tenaga Kerja Efek Awal Efek Putaran Pertama Efek Dukungan Industri Efek Induksi Konsumsi Efek Total Efek Lanjutan
1 ∑iaij ∑i ij -1-∑iaij
hi ei ∑iaij hi ∑iaij ei ∑i ij hi - hi - ∑iaij hi ∑i ij ei - ei - ∑iaij ei
∑i *ij - ∑i
∑i *ij hi - ∑i
ij
∑i *ij ∑i *ij - 1
ij
hi
∑i *ijhi ∑i *ij hi - hi
∑i *ij ei - ∑i
ij
ei
∑i *ij ei ∑i ij ei - ej
Sumber: Daryanto, 2010
dimana:
aij
= koefisien output
hi
= koefisien pendapatan rumah tangga
ei
= koefisien tenaga kerja
ij
= matriks kebalikan Leontief terbuka
*ij
= matriks kebalikan Leontief tertutup
Sedangkan untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan, dan tenaga kerja, maka dihitung dengan menggunakan rumus pengganda tipe I dan tipe II sebagai berikut: Tipe I = efek awal + efek putaran pertama + efek dukungan industri efek awal Tipe II = efek awal + efek putaran pertama + efek dukungan industri + efek konsumsi efek awal
Koefisien Pendapatan ( ) Koefisien pendapatan rumah tangga merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh pekerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien pendapatan dirumuskan sebagai berikut:
44
dimana:
hi Si Xi
= koefisien pendapatan sektor i = jumlah upah dan gaji sektor i = jumlah output total sektor i
Koefisien Tenaga Kerja (ei) Koefisien tenaga kerja merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien tenaga kerja dapat dirumuskan sebagai berikut:
ei = dimana:
ei Ti Xi
Ti X
i
= koefisien tenaga kerja sektor i = jumlah tenaga kerja sektor i = jumlah output total sektor i
3.3.4 Analisis Dampak Investasi di Sektor Hotel dan Restoran Walaupun dengan menggunakan analisis Input-Output dapat dihitung dan dianalisis peranan sektor hotel dan restoran terhadap perkonomian Kota Cirebon tahun 2005, tetapi akan lebih lengkap dengan mengamati dampak dari analisis investasi sektor hotel dan restoran terhadap pengembangan sektor hotel dan restoran di Kota Cirebon. Dalam penelitian ini, untuk rumus perhitungan mengenai dampak investasi dapat dilihat dibawah ini : a) Dampak Terhadap Pembentukan Output
b) Dampak Terhadap Pendapatan Rumah Tangga
45 dimana : = dampak terhadap pembentukan output = dampak terhadap pendapatan rumah tangga = investasi sektoral = matriks kebalikan Leontief terbuka = koefisien pendapatan 3.4.
Konsep dan Definisi Operasional Konsep dan definisi menjelaskan konsep serta definisi dari Hotel dan Restoran,
output, transaksi antara, permintaan akhir (pengeluaran rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, ekspor dan impor) dan input primer (upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto) yang sesuai dengan Tabel Input-Output (Daryanto, 2010).
1.
Pariwisata Pariwisata dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, yang diantaranya termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usahausaha yang terkait di bidang tersebut. Dalam penelitian ini mencakup hotel, restoran, transportasi dan komunikasi, jasa biro perjalanan wisata, serta jasa hiburan dan rekreasi.
2.
Output Output adalah seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah (negara, provinsi, dan sebagainya) dalam periode tertentu tanpa memperhatikan asal-usul pelaku produksi maupun usahanya. Sepanjang kegiatan produksinya dilakukan pada wilayah yang bersangkutan maka produksinya dihitung sebagai
46 bagian dari output wilayah tertentu. Oleh karena itu, output sering dikatakan sebagai produk domestik. Unit usaha yang produksinya berupa barang outputnya merupakan hasil perkalian kuantitas produksi barang yang bersangkutan dengan harga produsen per unit barang tersebut. Unit usaha yang bergerak di bidang jasa, outputnya merupakan nilai penerimaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain.
3.
Input Antara Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Komponen input antara lain terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang dapat berupa hasil produksi dalam negeri atau impor. Barang tidak tahan lama, adalah barang yang habis dalam sekali pakai, atau barang yang umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Contoh dari input antara adalah bahan baku, bahan penolong, jasa perbankan dan sebagainya, sedangkan balas jasa untuk pegawai (upah dan gaji) dimasukkan ke dalam input primer. Penilaian dari barang dan jasa yang digunakan berdasarkan transaksi atas dasar harga pembeli, yaitu harga yang dibayarkan pada saat menggunakan barang dan jasa tersebut.
4.
Input Primer Input primer adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara nilai output dengan input antara. a. Upah dan Gaji Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar.
47 b. Surplus Usaha Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha sama dengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah dan gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto. c. Penyusutan Penyusutan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. d. Pajak Tak Langsung Netto Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Subsidi adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen. Subsidi disebut juga sebagai pajak tak langsung negara. 5.
Permintaan Antara Permintaan antara merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi proses produksi. Dengan kata lain, permintaan antara menunjukkan jumlah penawaran output dari suatu sektor ke sektor lain yang digunakan dalam proses produksi.
6.
Permintaan Akhir Permintaan akhir merupakan permintaan akan barang dan jasa selain permintaan untuk sektor produksi juga terdapat permintaan untuk konsumsi akhir. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukkan modal tetap bruto, perubahan stok, dan ekspor-impor.
48 (i) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dan badan-badan yang tidak mencari untung, dikurangi nilai netto penjualan barang bekas dan barang sisa. Akan tetapi, pembelian rumah baru oleh rumah tangga dimasukkan sebagai pembentukkan modal tetap sektor usaha persewaan tanah dan bangunan (real estate). Barang dan jasa juga mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri. (ii) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran barang dan jasa pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, untuk konsumsi kecuali yang sifatnya pembentukkan modal, termasuk pengeluaran untuk kepentingan angkatan bersenjata (pertahanan). (iii) Pembentukkan Modal Tetap Bruto (PMTB) Pembentukkan modal tetap bruto mencakup semua biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan, pembuatan atau pembelian barang-barang modal baru baik dari
dalam
maupun
impor.
Barang
modal
dapat
terdiri
dari
bangunan/konstruksi, mesin dan peralatan, kendaraan dan angkutan, serta barang modal lainnya. (iv) Perubahan Stok Perubahan stok juga merupakan pembentukkan modal (tidak tetap) yang diperoleh dari selisih antara stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang awal tahun. Stok biasanya dipegang oleh produsen yang merupakan hasil produksi yang belum sempat dijual oleh konsumen sebagai bahan-bahan (inventory) yang belum sempat digunakan. Perubahan stok dapat digolongkan
49 menjadi: (1) perubahan stok barang setengah jadi yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan ternak dan unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (2) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, (3) perubahan stok di sektor perdagangan yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual. (v) Ekspor dan Impor Ekspor dan impor merupakan kegiatan atau transaksi barang dan jasa antara penduduk di suatu daerah, dengan penduduk di luar daerah tersebut, baik penduduk kota lain maupun luar negeri. Ada dua aspek penting dalam ekspor dan impor yaitu transaksi ekonomi dan penduduk. Transaksi ekonomi meliputi transaksi barang, jasa pengangkutan, jasa pariwisata, jasa komunikasi, jasa asuransi, dan berbagai jasa lainnya. Transaksi ini melibatkan seluruh penduduk yang meliputi badan pemerintahan pusat dan daerah, perorangan, perusahaan, dan lembaga lainnya. Termasuk pula dalam transaksi ekspor adalah pembelian langsung di pasar domestik oleh penduduk daerah lain. Sebaliknya pembelian langsung di pasar luar daerah oleh penduduk domestik dikategorikan sebagai transaksi impor. 7.
Margin Perdagangan dan Biaya Transportasi Margin perdagangan dan biaya transportasi adalah selisih antara transaksi pada tingkat harga konsumen atau pembeli dengan tingkat harga produsen. oleh karena itu, selisih nilai transaksi mencakup: (1) Keuntungan pedagang, baik pedagang besar maupun pedagang eceran, (2) Biaya transportasi yang timbul dalam menyalurkan barang produsen sampai ke tangan pembeli akhir.
50 8.
Sektor Pertanian Kegiatan yang dilakukan di sektor ini meliputi pengolahan lahan untuk bercocok tanam dan kegiatan pengolahan hasil-hasil pertanian. Subsektor yang termasuk ke dalam sektor ini antara lain subsektor peternakan, kehutanan dan perikanan yang kegiatannya meliputi pemeliharaan dan penangkapan ikan, peternakan, kehutanan, dan perikanan yang dilakukan secara sederhana yang masih menggunakan peralatan tradisional.
9.
Sektor Pertambangan dan Penggalian Pertambangan dan penggalian mencakup seluruh usaha kegiatan penambangan, penggalian dan penggaraman oleh rakyat. Pada dasarnya usaha kegiatan sektor ini dimaksudkan untuk memperoleh segala macam barang tambang, mineral dan barang galian berbentuk padat, cair dan gas, baik yang terdapat di dalam maupun di permukaan bumi. Sifat dan tujuan pengusahaan benda-benda tersebut adalah untuk menciptakan nilai guna dari barang tambang dan galian sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan, diproses lebih lanjut, dijual kepada pihak lain, ataupun diekspor ke luar negeri.
10. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan meliputi semua kegiatan produksi yang bertujuan meningkatkan mutu barang dan jasa. Proses produksi dapat dilakukan secara mekanik, kimiawi ataupun proses lainnya dengan menggunakan alat-alat sederhana dan mesin-mesin. Proses tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian, pertambangan, dan perusahaan lainnya. 11. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor listrik meliputi kegiatan pembangkit dan distribusi tenaga listrik baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) maupun non PLN.
51 Cakupannya termasuk pula tenaga listrik produksi sampingan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan, pertambangan, industri dan sektor lain kecuali dibangkitkan untuk digunakan oleh sektor itu sendiri. Produksi listrik merupakan jumlah kWh tenaga listrik yang dibangkitkan dan meliputi tenaga listrik terjual, digunakan sendiri dalam transmisi dan distribusi. Sektor gas mencakup kegiatan produksi dan penyediaan gas kota untuk dijual kepada sektor lain maupun ke rumah tangga. Gas kota diperoleh dari pembakaran batu bara dan residu kilang minyak serta proses penyaluran gas alam. Produksi utama berupa gas dan produknya berupa kokas dan ter. Sektor air bersih mencakup kegiatan pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air bersih. 12. Sektor Bangunan Sektor bangunan mencakup kegiatan konstruksi yang dilakukan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, maupun oleh kontraktor khusus, yaitu unit usaha dan individu yang melakukan kegiatan konstruksi untuk dipakai sendiri seperti misalnya kantor pemerintah, kantor swasta, rumah tangga dan unit-unit perusahaan bukan perusahaan bangunan. 13. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kegiatan perdagangan meliputi pengumpulan barang dari produsen atau pelabuhan, impor dan mendistribusikannya kepada konsumen tanpa mengubah bentuk barang tersebut. Kegiatan restoran pada umumnya menyediakan makanan dan minuman jadi yang dapat dinikmati langsung. Kegiatan perhotelan meliputi usaha penyediaan akomodasi untuk umum berupa tempat penginapan jangka waktu relatif singkat.
52 14. Sektor pengangkutan dan komunikasi meliputi kegiatan angkutan, jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Kegiatan pengangkutan umumnya mengangkut barang dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain atas dasar suatu pembayaran. Komunikasi meliputi usaha jasa pos dan giro, komunikasi telepon, faksimili, telepon seluler, kegiatan pengiriman surat, wesel, dan lain-lain. 15. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Terdiri dari subsektor bank, lembaga keuangan lainnya (lembaga keuangan bukan bank), jasa penunjang keuangan bukan bank, sewa bangunan dan jasa perusahaan. Subsektor bank mencakup kegiatan bank sentral dan bank komersil baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain. Subsektor lembaga keuangan lainnya mencakup kegiatan asuransi, dana pensiun, pegadaian, koperasi simpan pinjam, dan lembaga pembiayaan. Selain itu, kegiatan pasar modal, valuta asing, dan jasa penunjang misalnya pialang dan penjamin emisi juga merupakan kegiatan dari subsektor ini. Subsektor sewa bangunan mencakup kegiatan usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan, apartemen, serta usaha persewaan tanah persil. Subsektor jasa perusahaan mencakup kegiatan pemberian jasa hukum, jasa akuntansi. 16. Sektor Jasa-jasa Jasa-jasa yang dimaksud meliputi kegiatan-kegiatan: (1) jasa pemerintahan umum dan pertahanan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, (2) jasa sosial kemasyarakatan yang meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset, rumah ibadah dan sebagainya, (3) jasa hiburan dan rekreasi yang meliputi kegiatan produksi, distribusi film, jasa bioskop, studio radio, museum dan gedung olahraga.
53 IV. GAMBARAN UMUM SEKTOR HOTEL DAN RESTORAN KOTA CIREBON 4.1. Kondisi Umum dan Perekonomian Kota Cirebon. 4.1.1. Kondisi Umum Kota Cirebon terletak pada posisi 108.33 derajat Bujur Timur dan 6.41 derajat Lintang Selatan dengan ketinggian 5 meter dari permukaan laut Kota Cirebon, Kota Cirebon beriklim tropis dengan suhu udara berkisar 24 sampai 33 derajat celcius dengan curah hujan 2.751 mm/tahun. Luas wilayah Kota Cirebon adalah 37.358 Km2, dengan jumlah populasi total sebesar 298.224 penduduk. Kota Cirebon memiliki batas-batas wilayah sebelah utara sungai kedung pane, sebelah barat dibatasi sungai banjir kanal, sebelah selatan dibatasi sungai kalijaga, sebelah timur dibatasi Laut Jawa. Kota Cirebon merupakan kota dengan lokasi strategis karena berada di wilayah timur Jawa Barat dan terletak pada jalur transportasi antara Jawa Barat dan Jawa Tengah, letaknya yang berada di wilayah pantai menjadikan Kota Cirebon memiliki wilayah dataran yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah perbukitannya. 4.1.2. Kondisi Ekonomi Kota Cirebon dilengkapi pula oleh sarana dan prasarana dasar kota yang lebih lengkap dibandingkan wilayah lainnya di Jawa Barat bagian Timur, prasarana dan sarana tersebut meliputi prasarana transportasi (pelabuhan udara, pelabuhan laut, stasiun kereta api dan terminal), sarana perdagangan (pasar tradisional, supermarket, mall, dll), sarana pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, sarana kesehatan (Rumah Sakit / Puskesmas), perkantoran, pergudangan, industri, dan sebagainya Sebagai dampak kelengkapan sarana dan prasarana dasar kota dibandingkan
54 daerah-daerah lain di Ciayumajakuning (Cirebon, Bumiayu, Majalengka, dan Kuningan), Kota Cirebon lebih disukai oleh para investor, para investor cenderung memilih Kota Cirebon sebagai tujuan utama penanaman modal di wilayah Jawa Barat bagian timur atau untuk membuka kantor cabang yang melayani Jawa Barat bagian timur, sebagai dampak lanjutan kondisi ini menarik pula penduduk/masyarakat luar kota untuk bekerja dan mencari nafkah di Kota Cirebon, sehingga kota Cirebon menjadi sasaran urbanisasi bagi penduduk di kawasan hinterland. Karakteristik ekonomi Kota Cirebon dipengaruhi oleh letak gegrafis yang strategis dan karakteristik sumber daya alam sehingga struktur perekonomiannya didominasi oleh sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa. Tabel 4.1. Produk Domestik Regional Bruto Kota Cirebon Atas Dasar Harga Konstan 2000, Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2010 (juta rupiah) Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 (juta rupiah) Sektor 2005
1
2007
2006
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
16.251
0,35
17.118
0,33
17.782
2008
2009
%
Jumlah
%
Jumlah
%
0,32
18.546
0,32
18.895
0,31
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
1.881.356
40,6
1.969.304
37,93
2.037.319
36,96
2.109.737
36,23
2.111.556
34,52
4
78.990
1,71
88.141
1,7
95.652
1,74
104.856
1,8
114.774
1,88
5
167.806
3,63
197.669
3,81
214.082
3,88
233.172
4
254.896
4,17
6
1.183.503
25,5
1.387.188
26,72
1.510.089
27,39
1.663.773
28,57
1.814.646
29,67
7
104.866
2,27
121.919
2,35
138.428
2,51
156.267
2,68
171.126
2,8
8
733.615
15,8
814.698
15,69
839.266
15,22
796.246
13,67
815.063
13,32
9
178.060
3,85
273.217
5,26
307.061
5,57
346.648
5,95
384.649
6,29
10
284.252
6,14
323.099
6,22
353.188
6,41
394.281
6,77
431.326
7,05
Total
4.628.702
100
5.192.354
100
5.512.869
100
5.823.528
100
6.116.933
100
Sumber: BPS Kota Cirebon, 2011. Keterangan: 1 = Pertanian 2 = Pertambangan dan Penggalian 3 = Industri Pengolahan 4 = Listrik, Gas dan Air bersih 5 = Bangunan
6 = Perdagangan 7 = Hotel dan Restoran 8 = Transportasi dan Komunikasi 9 = Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan 10 = Jasa-jasa
55 Kota Cirebon sebagai salah satu kota tujuan wisata dimana subsektor hotel dan restoran sebagai sektor pendukung pariwisata. Sektor hotel dan restoran menempati urutan kelimadan memiliki pertumbuhan kontribusi yang meningkat dari 2,27 – 2,8 persen dari tahun 2005 – 2009. Tabel 4.2. PDRB Perkapita Kota Cirebon dan Laju Pertumbuhannya Tahun 2006-2009 Tahun
PDRB Atas Dasar harga konstan 2000 (juta rupiah)
Pertumbuhan (%)
2006
18.052.010
0
2007
19.001.049
5,26
2008
19.762.210
4,01
2009
20.631.977
4,04
Sumber: BPS Kota Cirebon, 2011. Dilihat dari pendapatan perkapitanya kota cirebon memiliki peningkatan pendapatan perkapita pada tahun 2008 pendapatan perkapita Kota Cirebon sebesar Rp.19.762.210 juta tumbuh sebesar 4,01 persen dari tahun 2007 dimana total pendapatan perkapitanya sebesar Rp.19.001.049 juta dan pada tahun 2009 meningkat kembali menjadi Rp.20.631.977 juta, jika dilihat dari banyaknya tenaga kerja per sektor pada tabel 4.3, sektor hotel dan restoran merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja paling tinggi dibandingkan sektor lain karena khususnya sektor hotel yang outputnya berupa jasa membutuhkan banyak tenaga kerja dalam usahanya yaitu sebesar 24.697 orang pada tahun 2005 dan pada tahun 2010 tenaga kerja mengalami peningkatan kembali menjadi 28.802 orang. Jika dilihat dari banyaknya tenaga kerja per sektor, sektor hotel dan restoran merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar setelah industri pengolahan dikarenakan khususnya sektor hotel bergerak dalam bidang jasa dan pelayanan sehingga diperlukan tenaga kerja yang cukup dalam usahanya yaitu sebesar 6165 orang pada tahun 2005 dan terus meningkat hingga tahun 2010 sebesar 7181 orang dari total keseluruhan tenaga kerja yaitu sebesar 28.802 orang. Apabila pemerintah ingin mengurangi pengangguran yang ada, maka sektor yang menyerap tenaga kerja
56 terbanyak seharusnya diberikan investasi sehingga mampu untuk mengurangi pengangguran yang ada. Tabel 4.3. Tenaga Kerja Per Sektor Kota Cirebon Tahun 2005-2010 (orang) SEKTOR
Pertanian Industri pengolahan Listrik,gas dan air bersih Bangunan Pedagang besar dan eceran Hotel dan Restoran angkutan dan komunikasi keuangan ,persewaan, jasa perusahaan Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya JUMLAH
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Tahun 2008
Tahun 2009
Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
Tahun 2010
-
-
-
-
-
-
6890
7.252
6.793
6.282
6.278
603
604
610
602
612
612
618
998
1.786
1.712
2.311
2.310
2.986
2649
3.559
2.324
2.552
2.552
2.981
6165
5500
7158
6671
6671
7181
1664
1.691
1.507
2.679
2.679
2.572
3283
3.286
3.549
3.394
3.394
3.698
2444
2.455
2.408
2.472
2.472
2.761
24.697
26.139
26.054
26.972
26.972
28.802
Tenaga Kerja
Sumber: BPS Kota Cirebon, 2010. 4.2. Kondisi Hotel dan Restoran serta Pariwisata di Kota Cirebon 4.2.1. Kondisi Hotel dan Restoran di Kota Cirebon Jumlah usaha perhotelan di Kota Cirebon selama periode tahun 2005 hingga tahun 2009 cenderung mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan berdasarkan Tabel 4.4 pada tahun 2005 tercatat terdapat 48 hotel, yang terdiri dari 7 hotel berbintang dan 41 hotel tidak berbintang (hotel melati). Pada tahun 2006 jumlah hotel tidak terjadi peningkatan atau pertumbuhannya benilai nol, selanjutnya pada tahun 2007 jumlah hotel bertambah menjadi 49 hotel atau terjadi peningkatan sebesar 2.04 persen. Penurunan jumlah hotel terjadi pada tahun 2008, yaitu terjadi penurunan sebesar 11.3 persen. Penurunan ini disebabkan krisis global yang terjadi yang menyebabkan industri perhotelan menjadi lemah sehingga jumlah kamar yang tersedia berkurang jumlahnya, tetapi pada tahun 2009 usaha hotel kembali meningkat menjadi 45 hotel dibandingkan tahun 2008 sebesar 44 hotel atau terjadi peningkatan sebesar 2.2 persen.
57
Tabel 4.4.Jumlah Hotel dan Kamar yang tersedia di Kota Cirebon Tahun 2005-2009 Tahun
Jumlah Hotel Bintang Melati
Jumlah Total Hotel
Pertumbuhan (%)
Jumlah Kamar Hotel Bintang melati
Jumlah Total Kamar
Pertumbuhan (%)
2005
7
41
48
0
485
1041
1526
0
2006
7
41
48
0
485
1041
1526
0
2007
7
42
49
2.04
468
1264
1732
11.8
2008
8
36
44
-11.3
489
1125
1614
-7.3
2009
8
37
45
2.2
489
1145
1634
1.2
Sumber : BPS Kota Cirebon, 2010.
Menurut tabel 4.5. jumlah usaha Restoran di Kota Cirebon dari periode 2005 hingga 2009 mengalami peningkatan yang lambat. Pada tahun 2005 jumlah usaha restoran tercatat sebanyak 50 restoran, kemudian jumlahnya meningkat menjadi 62 restoran pada tahun 2006, selanjutnya pada tahun 2007 jumlahnya menjadi 98 restoran tetapi pada tahun 2008 jumlah restoran mengalami penurunan hal ini di akibatkan krisis global yang menyebabkan para pengusaha restoran memilih untuk menutup usahanya karena tingginya biaya produksi. Tabel 4.5. Jumlah Restoran yang tersedia di Kota Cirebon Tahun 2005-2009 Tahun
Jumlah Restoran
Pertumbuhan (%)
2005
50
0
2006
62
19
2007
98
36
2008
72
-36
2009
78
7,6
Sumber : BPS Kota Cirebon, 2010. Semakin berkembangnya usaha restoran di Kota Cirebon disebabkan semakin berkembangnya citra Kota Cirebon sebagai kota tujuan wisata, dalam hal ini wisata kulinernya terutama hidangan masakan laut atau seafood dan masakan khas lainnya, hal ini mengakibatkan jumlah usaha restoran semakin meningkat seiring dengan semakin
58 banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kota Cirebon, khususnya untuk berwisata kuliner. 4.2.2. Kondisi Pariwisata Perkembangan kota Cirebon semakin lama semakin pesat dan meluas. Hingga saat ini, Kota Cirebon telah memiliki 4 fungsi kota sekaligus, yakni sebagai perdagangan, industri, kebudayaan dan pariwisata. Dari sisi pariwisata, banyak jenis wisata yang ditawarkan oleh Kota Cirebon. Yaitu antara lain wisata jajanan kuliner,wisata belanja, wisata alam, wisata sejarah, wisata seni dan budaya, bahkan wisata rohani.Sebagai kota tujuan wisata, Kota Cirebon memiliki beberapa jenis wisata yang bias dinikmati oleh para wisatawan yang berkunjung ke kota Cirebon, jenis wisata tersebut antara lain: 1. Wisata Kuliner, Kota Cirebon terkenal dengan jajanan khas dan tradisional yang bukan hanya terkenal di Kota Cirebon saja melainkan pula ke luar Kota Cirebon. Berbagai macam makanan tradisional Kota Cirebon terkenal sampai ke luar kota. Antara lain nasi jamblang Mang Doel, empal gentong mang dharma, tahu gejrot, bubur sop ayam, lotek, gado-gado, jagung bakar, mie koclok, nasi lengko dan jajanan tradiisional lainnya, cirebon juga dikenal dengan makanan yang akan dibawa oleh para wisatawan yang datang berkunjung dan dibawa pulang sebagai oleh-oleh, seperti manisan, sumpia udang, rangginang, sirup tjampolay, teh upet, tape, merupuk melarat,terasi udang,dan berebagai oleh-oleh lainnya, restoran juga tersedia dengan berbagai macam masakan Sunda. 2. Wisata Belanja Sebagai Kota yang terkenal akan batiknya. Kota Cirebon menyediakan berbagai jenis batik yang berbeda dengan batik di Kota-kota lainnya, wilayah pengrajin batik yang terkenal di Kota Cirebon adalah daerah Trusmi, disana merupakan sentra batik mulai dari pengrajin, dan penjual dapat
59 kita temui disana, dengan harga yang jauh lebih murah apabila sudah memasuki toko atau gerai dimana produsen membuat dan menjual produk mereka langsung kepada konsumen dengan motif yang berbeda dan jenis kain yang diinginkan konsumen, Batik Cirebon tidak hanya terkenal di dalam negeri tetapi jangkauannya sudah ke mancanegara. Macam-macam batik Cirebon seperti batik tulis dan motif yang paling terkenal adalah motif mega mendung. 3. Wisata Alam, daerah wisata alam yang tersedia di Kota Cirebon dan sekitarnya antara lain: Belawa, Situ Sedong, Plangon, Banyu Panas Palimanan, Gedung Perjanjian Linggarjati, Bukit Gronggong, Telaga Remis, Cibulan, Wisata Air Panas Linggarjati, Gua Sunyaragi, Taman Ade Irma Suryani, Taman Kera Kalijaga, Waduk Dharma, serta wisata alam lainnya. 4. Wisata tujuan khusus yang termasuk ke dalam wisata tujuan khusus di Kota Cirebon antara lain : wisata rohani misalnya Keraton Kesepuhan, Keraton Kacirebonan, Keraton Kanoman, Masjid Agung Sang Cipta Rasa,biasanya para wisatawan mengunjungi tempat wisata ini untuk berziarah ataupun napak tilas perjalanan Islam di tanah Sunda. 5. Wisata Seni dan Budaya, Kota Cirebon terkenal juga akan seni dan budaya yang dimiliki, baik dari tarian, alat musik khas daerah dan upacara-upacara adat yang masih
kental
di
masyarakat
Cirebon
seperti
:
Tari
Topeng,
Tari
Denggung,Tarling Klasik, Debus Cirebon, Genjring Dogdog, Tari Sintren, Tari Jaipong, Gamelan Sekaten, Syawalan Gunung Jati, Ganti Welit, Rajaban, Ganti Sirap, Mauludan, Salawean Trusmi, Nadran, Selain itu terdapat pula sanggarsanggar seni dan budaya, pusat souvenir dan barang-barang antik seperti Kuda Barong dan Kereta singa.
60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat gambaran mengenai peranan sektor hotel dan restoran terhadap perekonomian wilayah Kota Cirebon. Analisis ini menggunakan data Tabel Input-Output Kota Cirebon tahun 2005. Gambaran menyeluruh mengenai keterkaitan sektor hotel dan restoran dalam suatu perekonomian meliputi beberapa aspek yaitu struktur permintaan antara dan permintaan akhir, konsumsi masyarakat, nilai tambah bruto dan struktur output 5.1.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Struktur Permintaan Berdasarkan Tabel Input-Output Kota Cirebon tahun 2005 klasifikasi 22 sektor, total permintaan Kota Cirebon pada tahun 2005 adalah sebesar Rp. 26.234.075 miliar. Total permintaan tersebut merupakan hasil penjumlahan dari permintaan antara sebesar Rp 20.264.702 miliar dan permintaan akhir sebesar Rp 5.969.373 miliar. Jika dilihat dari besarnya permintaan akhir dan permintaan antara sektor-sektor di Kota Cirebon sektor jasa-jasa sosial dan kemasyarakatan memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan permintaan antara dibandingkan pembentukan permintan akhir yaitu sebesar Rp.18.623.361 miliar atau 95,45 persen dari total permintaan di sektor jasa sosial dan kemasyarakatan. Kontribusi permintaan antara yang lebih besar dibandingkan permintaan akhir di sektor ini menunjukkan bahwa jumlah penawaran output dari suatu sektor ke sektor lain yang digunakan dalam proses produksi lebih besar jika dibandingkan untuk konsumsi akhir. Berdasarkan Tabel 5.1. sektor hotel dan restoran memiliki kontribusi dalam pembentukan permintaan akhir dibandingkan permintaan antaranya yaitu sebesar Rp.69.904 juta atau 51,23 persen dari total permintaan di sektor hotel dan restoran,
61 sektor hotel dan restoran memilik permintaan akhir yang lebih besar dibandingkan permintaan antara karena output sektor hotel dan restoran berupa barang jadi dan sudah siap untuk dikonsumsi sehingga sektor. Tabel 5.1. Struktur Permintaan Antara dan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Permintaan Akhir Permintaan SEKTOR Antara
Kons. R.Tangga
Kons. Pem
PMT
PS
Selisih (E-M) 115.097
1
15.198
18.053
202
217
-133.481
2
981.697
320.257
80.643
127.286
98.522
3
51.630
331
526
0
3.151
25.380
4
0
0
0
0
0
5
50.991
9.202
1.100
1.154
6
66.559
23.329
5.893
7
92.667
7.835
8
382.596
9 Total
Total Per. Per. Total Permintaan Antara Akhir Permintaan Akhir (%) (%)
15.286
99,43
0,57
100
4.056.295
24,20
75,80
100
29.388
81.018
63,73
36,27
100
(3.871)
(3.871)
(3.871)
0,00
100,00
100
6.873
14.201
32.530
83.521
61,05
38,95
100
0
4.553
36.129
69.904
136.463
48,77
51,23
100
20.590
219.744
-10.408
(1.449)
236.312
328.979
28,17
71,83
100
107.189
132.548
912.478
0
2.888.977
13,24
86,76
100
18.623.361
103.991
51.957
15.734
320
19.510.998 95,45
4,55
100
20.264.702
590,189
293.462
1.276.613 -304.469 4.703.177 5.969.373 26.234.075 77,25
22,75
100
Keterangan: 1 = Pertanian 2 = Industri Pengolahan 3 = Listrik, Gas dan Air bersih 4 = Bangunan 5 = Perdagangan PS = Perubahan Stok
88
Total (%)
2.447.890 3.074.598
1.354.166 2.506.381
715.635
887.637
6 = Hotel dan Restoran 7 = Transportasi dan Komunikasi 8 = Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9 = Jasa-jasa sosial dan kemasyarakatan PMT = Pembentukan Modal Tetap
Nilai permintaan dari masing-masing sektor perekonomian Kota Cirebon dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa sektor yang memiliki total permintaan terbesar di Kota Cirebon adalah sektor jasa sosial dan kemasyarakatan yaitu sebesar Rp.19.510.998 miliar atau sebesar 74,37 persen dengan jumlah pembentukan permintaan antara dan akhir sebesar Rp.18.623.361 miliar dan Rp.888.637 industri
62 pengolahan menempati urutan kedua dengan kontribusi sebesar Rp 981.697 juta atau sekitar 4,84 persen dari total permintaan antara Kota Cirebon. Sektor hotel dan restoran menempati urutan kelima dalam total permintaan akhir di Kota Cirebon dengan total permintaan sebesar Rp.136.464 juta atau sebesar 0,52 persen
dengan jumlah
pembentukan permintaan antara dan akhir sebesar Rp.66.559 dan Rp.69.904. Sektor hotel dan restoran memiliki total permintaan yang cenderung kecil dibandingkan dengan sektor jasa dan industri pengolahan yaitu sebesar Rp.136.464 juta atau 0,52 persen dari seluruh sektor perekonomian, hal ini disebakan karena output sektor hotel dan restoran berupa barang jadi atau siap untuk dikonsumsi bukan untuk dijadikan input kembali oleh sektor lain dan tidak semua kalangan dapat menikmati hotel dan restoran hanya kalangan tertentu saja yang dapat menikmati atau mengkonsumsinya dikarenakan biaya yang dikeluarkan cenderung tinggi. Tabel 5.2. Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Permintaan Antara
Permintaan Akhir
Total Permintaan
Jumlah
Jumlah
SEKTOR Jumlah
Persen
Pertanian
15.198
0,07
Industri pengolahan
981.697
4,84
3.074.598
Listrik,gas dan air bersih
516.301
0,25
0,00
Pedagang besar dan eceran Hotel dan Restoran
Bangunan
Angkutan dan komunikasi Keuangan ,persewaan dan jasa perusahaan Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya Total
Persen
88 0,0003
Persen
15.286
0,06
51,51
4.056.295
15,46
29.388
0,49
81.018
0,31
0,00
-3.871
-0,06
-3.871
-0,01
50.991
0,25
32.530
0,54
83.521
0,32
66.559
0,33
69.904
1,17
136.464
0,52
92.667
0,46
236.312
3,96
328.980
1,25
382.596
1,89
2.506.381
41,99
2.888.978
11,01
18.623.361
91,90
887.637
14,87
19.510.998
74,37
20.264.702
100
5.969.373
100
26.234.075
100
63 5.1.2. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Struktur Permintaan Akhir Permintaan akhir merupakan permintaan atas barang dan jasa untuk keperluan konsumsi, bukan untuk keperluan produksi. Dalam tabel I-O, permintaan akhir mencakup pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok, ekspor dan impor. 5.1.2.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah Pada Tabel 5.3 ditunjukkan struktur konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah Kota Cirebon tahun 2005. Konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah Kota Cirebon berdasarkan Tabel Input-Output tahun 2005 klasifikasi 22 sektor adalah sebesar Rp.590.189 juta dan Rp.293.462 juta. Dari total konsumsi rumah tangga industri pengolahan memiliki nilai terbesar yaitu sebesar Rp. 320.257 juta atau sebesar 54,26 persen dari total konsumsi rumah tangga seluruh sektor perekonomian Kota Cirebon. Konsumsi pemerintah terbesar dimiliki oleh sektor keuangan dan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar Rp.132.548 juta atau 45,17 persen dari total konsumsi pemeritah seluruh sektor perekonomian di Kota Cirebon. Menurut Febriawan (2007), konsumsi rumah tangga memiliki nilai lebih besar dibandingkan konsumsi pemerintah di Kota Bandung. Kontribusi konsumsi rumah tangga sektor hotel dan restoran berada pada urutan ke empat di Kota Cirebon yaitu sebesar Rp.23.329 juta atau sebesar 3,95 persen dari total konsumsi rumah tangga. nilai konsumsi masyarakat pada sektor hotel dan restoran menunjukkan bahwa sektor ini mampu menjadi alternatif konsumsi masyarakat akan kebutuhan lain di luar kebutuhan sandang dan papan, yaitu pemenuhan kebutuhan akan rekreasi, serta pemenuhan kebutuhan lainnya yang disediakan oleh sektor hotel dan restoran ini. Namun jika dilihat dari persentasenya, nilai konsumsi masyarakat pada kedua sektor ini relatif kecil,
64 mengingat bahwa produk dari sektor dan restoran ini tergolong produk yang relatif mewah, sehingga hanya golongan masyarakat tertentu yang dapat mengkonsumsinya. Berdasarkan Tabel 5.3 juga dapat dilihat bahwa total konsumsi pemerintah pada sektor hotel dan restoran sebesar Rp.5.893 juta atau sebesar 2,01 persen dari konsumsi pemerintah, konsumsi pemerintah pada sektor ini relatif sedikit dikarenakan sektor hotel dan restoran dirasa sudah layak dan pemerintah memberikan investasi pada sektor yang dirasa sangat membutuhkan, dan pada tahun 2005 perjalanan dinas pemerintah cenderung sedikit karena adanya krisis pada tahun tersebut. Tabel 5.3. Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Sektor
Konsumsi Rumah Tangga Jumlah
Pertanian
Konsumsi Pemerintah
Persen
Jumlah
Persen
18.053
3,06
202
0,07
320.257
54,26
80.643
27,48
331
0,06
526
0,18
0
0
0
0
9.202
1,56
1.100
0,37
23.329
3,95
5.893
2,01
7.835
1,33
20.590
7,02
Keuangan , persewaan dan jasa perusahaan Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya
107.189
18,16
132.548
45,17
103.991
17,62
51.957
17,7
Total
590.189
100
293.462
100
Industri pengolahan Listrik,gas dan air bersih Bangunan Pedagang besar dan eceran Hotel dan Restoran Angkutan dan komunikasi
5.1.2.2. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Struktur Investasi Berdasarkan Tabel 5.4, nilai investasi seluruh sektor perekonomian Kota Cirebon sebesar Rp.1.246.144 miliar yang merupakan pengalokasian dari pembentukan modal tetap bruto sebesar Rp.1.276.613 miliar dan sisanya dari perubahan stok sebesar Rp.-30.469, investasi di sektor hotel dan restoran masih rendah menempati urutan kelima dibandingkan sektor lain yaitu sebesar Rp.4.553 juta atau 0,37 persen dari seluruh perekonomian Kota Cirebon, nilai investasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penjumlahan nilai pembentukan modal tetap bruto dengan perubahan stok.
65 Untuk investasi tertinggi dalam perekonomian diperoleh sektor keuangan, persewaan dan jasa sebesar 73,22 persen, perubahan stok yang bernilai positif menunjukkan adanya tambahan persediaan input untuk produksi maupun output yang diperdagangkan pada akhir tahun. Pembentukan modal yang bernilai nol berarti tidak teridentifikasi adanya pengadaan pembuatan modal atau pembelian barang-barang modal baru baik di dalam negeri maupun impor dari luar negeri dan barang modal bekas dari luar negeri.
Tabel 5.4. Struktur Modal Tetap Bruto, Perubahan Stok, dan Investasi Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Pembentukan Modal Tetap Sektor
Pertanian Industri pengolahan Listrik,gas dan air bersih Bangunan Pedagang besar dan eceran Hotel dan Restoran Angkutan dan komunikasi Keuangan , persewaan dan jasa perusahaan Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya Total
Jumlah
Persen
Perubahan Stok Jumlah
Persen
Investasi Jumlah
Persen
217
0,02
-133.481
438,09
-133.263
-10,69
127.286
9,97
98.522
-323,36
225.808
18,12
0
0,00
3.151
-10,34
3.151
0,25
0
0,00
0
0,00
0
0,00
1.154
0,09
6.872
-22,56
8.026
0,64
0
0,00
4.553
-14,94
4.553
0,37
219.744
17,21
-10.407
34,16
209.336
16,80
912.478
71,48
0
0,00
912.478
73,22
15.734
1,23
320
-1,05
16.053
1,29
1.276.613
100
-30.469
100
1.246.144
100
Rendahnya nilai investasi yang ditanamkan pada
hotel dan restoran yang
menurut Kepala Penanaman Modal setempat dikarenakan oleh daya konsumsi masyarakat kurang, kurangnya pengembangan di sektor pariwisata sebagai sektor yang menunjang sektor hotel dan restoran di Kota Cirebon, sumber daya manusia yang rendah, dan infrastruktur yang kurang memadai dalam menunjang kegiatan perekonomian, seperti tidak adanya bandara internasional yang memadai untuk melakukan ekspor maupun impor ke luar negeri.
66 5.1.2.3. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Struktur Ekspor dan Impor Berdasarkan Tabel 5.5. Total ekspor dan impor di Kota Cirebon sebesar Rp.4.817.486 miliar dan Rp.114.308 juta, dimana sektor yang memegang peran terbesar dalam ekpor adalah sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar Rp.2.527.911 miliar dan yang memiliki peran terkecil adalah sektor bangunan. Untuk nilai total ekspor hotel dan restoran menempati urutan ke lima dengan nilai sebesar Rp.41.258 juta atau sebesar 0,86 persen masih kecil dibandingkan sektor lainnya dikarenakan produk sektor hotel dan restoran masih kalah bersaing dengan produk lain yang sejenis di daerah lain. Tabel 5.5. Struktur Ekspor dan Impor Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Ekspor (E) Sektor Pertanian
Jumlah
Impor (M)
Persen
Jumlah
Selisih (E-M)
Persen
Jumlah
Persen
115.231
2,39
134
0,12
115.097
2,45
2.527.911
52,47
80.021
70,00
2.447.890
52,05
26.705
0,55
1.325
1,16
25.380
0,54
0
0,00
3.871
3,39
-3.871
-0,08
Pedagang besar dan eceran
15.127
0,31
926
0,81
14.201
0,30
Hotel dan Restoran
41.258
0,86
5.129
4,49
36.129
0,77
Angkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya
15.736
0,33
17.184
15,03
-1.449
-0,03
1.359.133
28,21
4.967
4,35
1.354.166
28,79
716.386
14,87
751
0,66
715.635
15,22
Total
4.817.486
100
114.308
100
4.703.177
100
Industri pengolahan Listrik,gas dan air bersih Bangunan
Dari segi impor sektor hotel dan restoran menempati urutan ketiga dengan nilai sebesar Rp.5.129 juta atau sebesar 4,49 persen, nilai impor sektor hotel dan restoran relatif kecil dibandingkan sektor industri pengolahan di Kota Cirebon. Sektor hotel dan restoran di Kota Cirebon memiliki nilai impor yang kecil karena sektor hotel dan restoran tidak mendapat bahan baku yang bagus atau dari sisi jasa mereka mengimpor sumber daya manusia manajerial. Bila dilihat dari sisi selisih ekspor dengan impor,
67 Kota Cirebon mengalami surplus di sektor hotel dan restoran sebesar Rp 36.129 juta. Adapun surplus hotel dan restoran ini disebabkan oleh ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan impor. 5.1.2.4. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Struktur Nilai Tambah Bruto Nilai tambah bruto merupakan balas jasa atas faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi yang terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung. Seperti yang terlihat pada Tabel 5.6. Bahwa besarnya nilai tambah bruto Kota Cirebon sebesar Rp.2.525.935 triliun yang berasal dari upah dan gaji sebesar Rp.71.955 miliar, penyusutan sebesar Rp.165.275 miliar, dan pajak tidak langsung sebesar Rp.2.288.705 triliun. Tabel 5.6. Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Sektor
Upah dan Gaji (juta rupiah)
Surplus Usaha (juta rupiah)
Rasio Upah Gaji dan Surplus Usaha (juta rupiah)
Penyusutan (juta rupiah)
Pajak Tak Langsung Netto (juta rupiah)
Nilai Tambah Bruto
Persen
1
67
0
0
220
3.597
3.884
0,15
2
11.255
0
0
46.193
1.354.964
1.412.411
55,92
3
3.906
0
0
14.176
40.964
59.046
2,34
4
6.481
0
0
5.026
43.446
54.954
2,18
5
15.967
0
0
9.501
386.264
411.732
16,30
6
11.871
0
0
51.053
186.973
249.897
9,89
7
11.893
0
0
24.733
148.405
185.031
7,33
8
6.265
0
0
10.851
60.111
77.227
3,06
9
4.251
0
0
3.523
63.980
71.754
2,84
TOTAL
71.955
0
0
165.275
2.288.705
2.525.935
100
Keterangan: 1 = Pertanian 2 = Industri Pengolahan 3 = Listrik, Gas dan Air bersih 4 = Bangunan 5 = Perdagangan
6 = Hotel dan Restoran 7 = Transportasi dan Komunikasi 8 = Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9 = Jasa-jasa
Komponen pembentukan nilai tambah bruto hotel dan restoran menempati urutan ketiga yang terdiri dari upah dan gaji sebesar Rp.11.871 miliar, penyusutan sebesar Rp.51.053 miliar, dan pajak tidak langsung sebesar Rp.186.973 miliar. Nilai
68 rasio komponen upah dan gaji dengan komponen surplus usaha dapat digunakan untuk mengukur keseimbangan distribusi pendapatan antara pemilik modal dan tenaga kerja. Distribusi pendapatan dikatakan seimbang apabila nilainya 1. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa sektor hotel dan restoran memiliki rasio antara upah dan gaji dengan surplus usaha yang kurang dari 1, dengan kondisi surplus usaha lebih kecil dari upah dan gaji yang artinya tidak adanya ketimpangan antara pemilik modal dengan pekerja dengan kata lain menunjukkan distribusi pendapatan di Kota Cirebon antara pemilik modal dengan pekerja sudah merata. 5.1.2.5. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Struktur Output Sektoral Output merupakan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi pada suatu wilayah. Berdasarkan Tabel 5.7, terlihat struktur output perekonomian yang mengacu pada Tabel Input-Output Kota Cirebon pada tahun 2005 sebesar Rp 8.698.856 triliun, dimana industri pengolahan sebagai sektor yang memiliki nilai output terbesar yaitu sebesar Rp.4.136.317 triliun atau 47,6 persen dari total output seluruh sektor perekonomian karena sektor industri pengolahan di Kota Cirebon telah memiliki tekhnologi yang tergolong maju sehingga mampu memproduksi output yang lebih banyak. Tabel 5.7. Struktur Output Sektor-Sektor Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Sektor Pertanian
Nilai Output Sektoral
Persen
15.421
0,2
4.136.317
47,6
82.345
0,9
0
0,0
8.448
0,1
Hotel dan Restoran
141.594
1,6
Angkutan dan komunikasi
346.165
4,0
Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
2.893.945
33,3
Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya
1.074.622
12,4
Total
8.698.856
100
Industri pengolahan Listrik,gas dan air bersih Bangunan Pedagang besar dan eceran
69 Sektor hotel dan restoran memberikan kontribusi sebesar Rp.141.594 miliar terhadap pembentukan total output perekonomian atau sebesar 1,6 persen dari total output seluruh sektor perekonomian, output sektor hotel dan restoran masih tergolong rendah karena dari sisi tekhnologi dan sumber daya manusia di sektor ini masih rendah. Kecilnya nilai output bangunan di Kota Cirebon ini karena pembangunan ekonomi Kota Cirebon lebih terfokus pada sektor industri dan jasa-jasa. Kebutuhan masyarakat akan produk bangunan yang dihasilkan dari sektor bangunan sebagian besar diperoleh dari luar Kota Cirebon. 5.2. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Berdasarkan Analisis Keterkaitan dan Multiplier 5.2.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Analisis Keterkaitan 5.2.1.1. Analisis Keterkaitan Analisis keterkaitan dalam penelitian terdiri dari keterkaitan ke depan (forward linkage) dan keterkaitan ke belakang (backward linkage). Nilai keterkaitan langsung dapat diperoleh dari matriks koefisien teknis, sedangkan untuk nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung diperoleh dari matriks kebalikan Leontief terbuka. Berdasarkan Tabel 5.8, tersaji analisis keterkaitan output ke depan dan ke belakang baik secara langsung, maupun langsung dan tidak langsung. Dapat dilihat bahwa untuk nilai keterkaitan ke depan baik secara langsung maupun langsung dan tidak langsung, sektor hotel dan restoran menempati urutan kedua dengan nilai keterkaitan langsung sebesar 1,948, yang mengandung arti bahwa setiap terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan rupiah, maka output sektor hotel dan restoran yang langsung dijual atau dialokasikan ke sektor lainnya termasuk sektor hotel dan restoran itu sendiri akan mengalami peningkatan sebesar 1,948 rupiah. Untuk nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor hotel dan restoran menempati urutan kedua dengan nilai sebesar 3,706. Hal ini dapat diartikan
70 bahwa setiap terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan rupiah, maka output sektor hotel dan restoran yang dijual atau dialokasikan baik secara langsung maupun tidak langsung ke sektor lainnya termasuk sektor hotel dan restoran itu sendiri akan mengalami peningkatan sebesar 3,706 rupiah. Menurut Agnes(2010) sektor hotel dan restoran memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan atau langsung maupun tidak langsung, dengan keterkaitan ke depan langsung maupun tidak langsung yang lebih besar yaitu sebesar 2,54 dan keterkaitan langsung sebesar 0,4324 Nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan selalu memiliki nilai lebih dari satu karena sudah memperhitungkan output yang bersangkutan sebesar satuan. Sektor hotel dan restoran memiliki nilai keterkaitan ke depan langsung dan tidak langsung lebih besar dibandingkan sektor lainnya hal ini mengindikasikan bahwa sektor hotel dan restoran memiliki peran dalam memberikan ketersediaan output yang dihasilkan untuk dijadikan input oleh sektor lainnya maupun sektor itu sendiri karena semua sektor dalam perekonomian Kota Cirebon memakai produk sektor hotel dan restoran dalam usahanya, seperti bidang jasa keuangan dan perdagangan memerlukan sektor hotel dan restoran untuk tempat menginap maupun untuk tempat makan. Tabel 5.8. Nilai Keterkaitan ke Depan Sektor-Sektor Kota Cirebon Tahun 2005 Keterkaitan ke Depan SEKTOR Langsung dan Tidak Langsung langsung Pertanian 0,191 1,282 Industri pengolahan 0,264 1,432 Listrik,gas dan air bersih 0,361 1,518 Bangunan 0,000 1,000 Pedagang besar dan eceran 4,347 6,565 Hotel dan Restoran 1,948 3,706 Angkutan dan komunikasi 0,256 1,377 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 0,013 1,025 Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya 0,051 1,065 Total 7,432 18,969
71 Keterkaitan ke belakang (backward linkage) dibagi menjadi dua kategori, yaitu keterkaitan secara langsung ke belakang dan keterkaitan secara langsung dan tak langsung ke belakang. Nilai keterkaitan ke belakang menunjukan seberapa besar nilai input yang dibutuhkan oleh suatu sektor baik dari sektor lain maupun dari sektor itu sendiri apabila terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan. Berdasarkan Tabel 5.9, menunjukan bahwa diantara sektor-sektor perekonomian Indonesia, sektor hotel dan restoran memiliki keterkaitan langsung ke belakang maupun keterkaitan langsung dan tak langsung ke belakang sebesar 0,00741 dan 1,233. Dapat dilihat juga untuk nilai keterkaitan ke belakang baik langsung maupun tidak langsung yang terbesar itu di pegang oleh sektor industri pengolahan. Tabel 5.9. Nilai Keterkaitan ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 Keterkaitan ke Belakang Langsung dan SEKTOR Langsung Tidak Langsung Pertanian 0,00189 1,147 Industri pengolahan 0,13066 6,459 Listrik,gas dan air bersih 0,0057 1,1555 Bangunan 0 1 Pedagang besar dan eceran 0,00546 1,07847 Hotel dan Restoran 0,00741 1,233 Angkutan dan komunikasi 0,01034 1,474 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 0,042 3,151 Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya 0,02078 2,2694 Total 0,22424 18,96737
Nilai keterkaitan langsung ke belakang tersebut berarti bahwa apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta, maka sektor hotel dan restoran akan secara langsung meningkatkan permintaan terhadap inputnya terhadap sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri sebesar Rp 0,00741 juta. Sementara arti dari nilai keterkaitan langsung dan tak langsung dari sektor hotel dan restoran tersebut adalah apabila terjadi
72 peningkatan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta, maka sektor hotel dan restoran akan meningkatkan permintaan inputnya terhadap sektor lainnya baik secara langsung maupun tak langsung sebesar Rp 1,233 juta.semakin besar nilai keterkaitan ke belakang suatu sektor, mengindikasikan bahwa sektor tersebut masih bergatung pada output yang dihasilkan oleh sektor di Kota Cirebon sendiri, Sedangkan apabila nilai keterkaitan suatu sektor tersebut semakin kecil makan semakin besar ketergantungan sektor tersebut terhadap output yang berasal dari luar Kota Cirebon (impor). Sektor hotel dan restoran di Kota Cirebon memiliki nilai keterkaitan ke depan yang lebih besar dibandingkan keterkaitan ke belakang yang artinya sektor hotel dan restoran lebih mampu mempengaruhi sektor hilirnya dibandingkan sektor hulunya, karena output sektor hotel dan restoran dipakai oleh seluruh sektor dalam perekonomian untuk tempat makan maupun untuk tempat menginap. 5.2.1.2. Analisis Dampak Penyebaran Untuk mengetahui sektor mana saja yang mempunyai kemampuan untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor hulu dan hilir balik melalui mekanisme transaksi pasar output dan pasar input, dapat dianalisis berdasarkan koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. Nilai koefisien penyebaran merupakan keterkaitan ke belakang langsung dan tidak langsung yang diboboti dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor, sedangkan nilai kepekaan penyebaran merupakan keterkaitan ke depan langsung dan tidak langsung yang diboboti dengan jumlah sektor kemudian dibadingkan dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Koefisien penyebaran menunjukan efek yang ditimbulkan oleh suatu sektor karena adanya peningkatan output di sektor yang bersangkutan terhadap output sektorsektor lainnya yang digunakan sebagai input oleh sektor tersebut baik secara langsung
73 maupun tidak langsung. Koefisien penyebaran biasa disebut juga sebagai daya penyebaran ke belakang. Berdasarkan tabel 5.10. menunjukkan nilai koefisien penyebaran dari masing- masing sektor perekonomian Kota Cirebon tahun 2005, tabel tersebut memperlihatkan bahwa sektor hotel dan restoran menempati urutan ketiga dan memiliki koefisien penyebaran yang lebih dari satu yaitu sebesar 1,20. Nilai koefisien penyebaran yang lebih besar dari satu mengandung arti bahwa sektor tersebut mampu meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Sementara nilai koefisien penyebaran yang kurang dari satu mengandung arti bahwa sektor tersebut kurang mampu untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Hal ini berarti sektor hotel dan restoran memiliki keterkaitan yang erat terhadap sektor-sektor hulunya atau sektor-sektor yang secara langsung maupun tidak langsung berperan sebagai penyedia input sektor hotel dan restoran. Sektor hulu disini contohnya adalah sektor pertanian ataupun sektor industri pengolahan. Tabel 5.10. Dampak Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 Kepekaan Koefisien Sektor Penyebaran Penyebaran Pertanian 0,23 2,52 Industri pengolahan 0,32 0,69 Listrik,gas dan air bersih 0,44 1,60 Bangunan 0 0,00 Pedagang besar dan eceran 5,26 1,52 Hotel dan Restoran 2,36 1,20 Angkutan dan komunikasi 0,31 0,68 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 0,02 0,34 Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa 0,06 0,44 lainnya 9,00 9,00 Total
Kepekaan penyebaran menunjukan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang menggunakan output dari sektor-sektor hilirnya. Kepekaan penyebaran diperoleh dari keterkaitan secara langsung dan tidak langsung ke
74 depan yang dibobot dengan jumlah sektor yang ada, kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Berdasarkan Tabel 5.10, dapat dilihat bahwa kepekaan penyebaran sektor hotel dan restoran sebesar 2,36. Nilai kepekaan penyebaran suatu sektor yang lebih dari satu mengindikasikan bahwa sektor tersebut mampu mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Sementara nilai kepekaan penyebaran yang kurang dari satu mengindikasikan bahwa sektor tersebut kurang mampu mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Disini dapat dilihat bahwa sektor hotel dan restoran memiliki nilai kepekaan penyebaran yang lebih besar dibandingkan koefisien penyebaran yang artinya sektor hotel dan restoran lebih mampu mempengaruhi sektor hilirnya dibandingkan sektor hulunya karena output sektor hotel dan restoran dipakai oleh seluruh sektor perekonomian untuk tempat makan dan tempat menginap. 5.2.2. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Analisis Multiplier Tujuan analisis ini adalah untuk melihat dampak perubahan atau peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap perekonomian suatu wilayah. Terdapat dua jenis tipe yaitu multiplier tipe I dan tipe II. Kedua tipe tersebut digunakan untuk analisis multiplier output dan pendapatan. Multiplier tipe I diperoleh dari pengolahan lebih lanjut matriks kebalikan Leontief terbuka tanpa memasukkan unsur rumah tangga, sedangkan multiplier tipe II dengan matriks kebalikan Leontief tertutup dan memasukkan unsur rumah tangga sebagai variabel endogenous dalam model. 5.2.2.1. Multiplier Output Berdasarkan tabel 5.11, sektor hotel dan restoran memiliki nilai multiplier output terbesar kedua di Kota Cirebon, dapat dilihat bahwa nilai multiplier output tipe I sektor hotel dan restoran sebesar 3,70612. Hal ini menunjukan bahwa, apabila terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap sektor hotel dan restoran sebesar Rp 1 juta,
75 maka output pada sektor lain akan meningkat sebesar Rp 3,70612 juta. Jika rumah tangga dimasukkan ke dalam model sebagai faktor endongen, maka akan diperoleh nilai multiplier tipe II yang nilainya selalu lebih besar dari nilai multiplier tipe I. Berdasarkan tabel 5.10, nilai multiplier output tipe II sektor hotel dan restoran menempati urutan kedua dengan nilai sebesar 3,86328. Artinya, dengan memasukkan efek konsumsi rumah tangga, apabila terjadi peningkatan permintaan akhir di sektor hotel dan restoran sebesar Rp 1 juta, maka akan meningkatkan output di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 3,86328 juta. Menurut Febriawan (2009) sektor hotel dan restoran di Kota Bandung memiliki nilai multiplier output tipe I sebesar 1,741 dan 1,099, nilai multiplier output tipe II lebih besar dibandingkan tipe I yaitu sebesar 2,229 dan 1,961. Tabel 5.11. Multiplier Output Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 Sektor Pertanian Industri pengolahan Listrik,gas dan air bersih Bangunan Pedagang besar dan eceran Hotel dan Restoran Angkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya
Efek dukungan industri 0,09088 0,16796
Efek induksi konsumsi 0,01257 0,01242
Efek Total
Tipe I
Tipe II
1 1
Efek putaran pertama 0,19122 0,26425
1,29467 1,44463
1,2821 1,43221
1,29467 1,44463
1
0,36143
0,15618
0,08368
1,60129
1,51761
1,60129
1
0
0
0
1
1
1
1
4,34681
1,21793
0,3345
6,8992
6,5647
6,89928
1
1,94818
0,75794
0,15716
3,86328
3,70612
3,86328
1
0,25641
0,12045
0,06192
1,43877
1,37685
1,43877
1
0,01279
0,01217
0,00405
1,02901
1,02496
1,02901
1
0,05125
0,01326
0,00641
1,07092
1,06451
1,07092
Efek awal
5.2.2.2. Multiplier Pendapatan Analisis multiplier pendapatan tipe I dan tipe II menunjukan bahwa adanya peningkatan pendapatan diseluruh sektor dalam perekonomian suatu wilayah yang disebabkan oleh adanya peningkatan permintaan akhir suatu sektor sebesar satu satuan. Dalam perekonomian Kota Cirebon tahun 2005, sektor yang menduduki peringkat
76 pertama dalam pembentukan multiplier pendapatan tipe I dan tipe II adalah sektor Industri Pengolahan dengan nilai multiplier pendapatan tipe I sebesar 3,22734 dan nilai multiplier pendapatan tipe II sebesar 3,27446 (Tabel 5.12). Tabel 5.12. Multiplier Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 Sektor Pertanian Industri pengolahan Listrik,gas dan air bersih Bangunan Pedagang besar dan eceran Hotel dan Restoran Angkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya
Efek awal
Efek putaran pertama
Efek dukungan industri
Efek induksi konsumsi
Efek Total
Tipe I
Tipe II
0,00391
0,00339
0,00012
0,00012
0,00862
2,17076
2,20245
0,0026
0,00407
0,00173
0,00012
0,00852
3,22734
3,27446
0,04728
0,00749
0,00179
0,00083
0,05739
1,19633
1,21379
0
0
0
0
0
1
1
0,19369
0,01653
0,0159
0,0033
0,22943
1,16747
1,18452
0,08391
0,0124
0,00992
0,00155
0,10778
1,2666
1,28448
0,03436
0,00609
0,00141
0,00061
0,04247
1,21824
1,23603
0,00216
0,00047
0,00011
0,00004
0,00278
1,26579
1,28427
0,00396
0,00021
0,00017
0,00006
0,0044
1,09601
1,11201
Berdasarkan Tabel 5.12. Menunjukan nilai multiplier pendapatan tipe I sektor hotel dan restoran sebesar 1,266, hal ini berarti apabila terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor hotel dan restoran sebesar Rp 1 juta, maka akan meningkatkan pendapatan sektor perekonomian lainnya sebesar Rp 1,266, Sementara nilai multiplier tipe II sektor hotel dan restoran pada tabel 5.11, adalah sebesar 1,28448. Artinya, dengan memasukkan rumah tangga sebagai faktor endogen, maka apabila terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor hotel dan restoran sebesar Rp 1 juta maka akan mengakibatkan terjadinya peningkatan pendapatan seluruh sektor perekonomian lain sebesar Rp 1.28448 juta. Menurut Putri (2010) sektor hotel dan restoran di Kota Jakarta memiliki nilai multiplier pendapatan tipe I sebesar 1,070 dan 1,290, nilai multiplier output tipe II lebih besar dibandingkan tipe I yaitu sebesar 1,425 dan 1,718.
77 2.2.2.3. Multiplier Tenaga Kerja Berdasarkan Tabel 5.13, memperlihatkan hasil analisis pengganda tenaga kerja pada sektor-sektor perekonomian Kota Cirebon. Tabel tersebut menunjukkan bahwa sektor hotel dan restoran memiliki nilai pengganda tenaga kerja tipe I sebesar 1.18561. Nilai tersebut berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor hotel dan restoran sebesar Rp 1 juta, maka akan terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja sebanyak 1 orang di seluruh sektor perekonomian. Berdasarkan Tabel 5.13, juga diketahui bahwa sektor hotel dan restoran memiliki nilai pengganda tenaga kerja tipe II sebesar 1.19892. Artinya, dengan memasukkan efek pengeluaran rumah tangga, jika terjadi peningkatan permintaan akhir di sektor hotel dan restoran sebesar Rp 1 juta, maka akan terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja sebanyak 1 orang di seluruh sektor perekonomian. Menurut Agnes (2010) sektor hotel dan restoran di Kota Bandung memiliki nilai multiplier tenaga kerja tipe I sebesar 1,865 dan 1,0952, sedangkan nilai multiplier output tipe II lebih besar dibandingkan tipe I yaitu sebesar 2,892 dan 1,150. Tabel 5.13. Multiplier Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 Efek awal
Efek putaran pertama
Efek dukungan industri
Efek induksi konsumsi
Efek Total
Tipe I
Tipe II
0
0,00072
0,00037
0,00005
0,00114
0
0
Industri pengolahan
0,00159
0,0012
0,00058
0,00005
0,00342
2,11955
2,14832
Listrik,gas dan air bersih
0,00731
0,00253
0,0006
0,00031
0,01075
1,42853
1,47074
0
0
0
0
0
1
1
Pedagang besar dan eceran
0,03213
0,00855
0,00492
0,00123
0,04684
1,41929
1,45769
Hotel dan Restoran
0,04358
0,005
0,00309
0,00058
0,05225
1,18561
1,19892
0,00481
0,00179
0,00047
0,00023
0,00729
1,46957
1,51708
0,00113
0,00012
0,00004
0,00001
0,00131
1,1405
1,15368
0,00227
0,00009
0,00005
0,00002
0,00244
1,06052
1,07092
Sektor Pertanian
Bangunan
Angkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya
78 5.3. Analisis Dampak Investasi di Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Salah satu komponen perekonomian dalam pembangunan suatu wilayah adalah investasi yang diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan investasi dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Investasi yang terjadi pada sektor hotel dan restoran di Kota Cirebon berasal dari dua sumber yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). Investasi tersebut digunakan sebagai salah satu komponen pembangunan perekonomian daerah karena melalui investasi, kapasitas produksi dapat ditingkatkan yang kemudian mampu meningkatkan output, yang akhirnya juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Oleh karena itu perlu untuk melihat potensi dari dampak investasi sektor hotel dan restoran sebagai salah satu sektor unggulan di Kota Cirebon, sehingga dipandang penting untuk melihat perkembangan hotel dan restoran dari dua sisi, yaitu kondisi investasi sektor hotel dan restoran sekarang dan dampak investasi sektor hotel dan restoran. Tujuan dari melihat kondisi investasi ini ditujukan untuk melihat perkembangan investasi sektor hotel dan restoran dari tahun-tahun sebelumnya sampai dengan sekarang. Sedangkan dampak investasi dimaksudkan untuk melihat seberapa besar pengaruh dari adanya investasi hotel dan restoran terhadap perekonomian. Untuk memberikan gambaran mengenai dampak dari adanya penambahan anggaran dari pemerintah daerah terhadap perekonomian, terutama terhadap pembentukan nilai output, pendapatan dan tenaga kerja. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diasumsikan terdapat penambahan anggaran dari pemerintah sebesar 96 miliar di sektor hotel dan restoran, nilai 96 miliar yang digunakan dalam penelitian ini diasumsikan sebagai satu satuan, nilai tersebut
79 digunakan untuk investasi di sektor hotel dan restoran sebagai perkiraan dana yang mungkin diinvestasikan pada sektor hotel dan restoran di Kota Cirebon. Tabel 5.14. Nilai Investasi Dalam Negeri (PMDN) dan Investasi Asing (PMA) Sektor Hotel dan Restoran dalam Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2009-2014 Sektor Hotel dan Restoran
Tahun PMDN
PMA
2009
6.000.250.000
6.039.250.000
2010
12.728.515.000
4.000.000.000
2011
650.000.000
8.800.000.000
2012*
871.000.000
17.179.200.000
2013*
958.100.000
18.897.120.000
2014*
986.843.000
19.464.033.600
22.194.708.000
74.379.603.600
Total/Jumlah (Rupiah) Total Seluruh (Rupiah)
96.574.311.600
Sumber : BPPT Kota Cirebon, 2011. Keterangan : -
Investasi tahun 2012-2014 PMA dan PMDN merupakan nilai estimasi yang diperoleh dari proyeksi laju pertumbuhan ekonomi rata-rata Kota Cirebon per tahunnya.
Berdasarkan Tabel 5.14 dapat dilihat bahwa dengan adanya investasi dari pemerintah pada sektor hotel dan restoran sebesar 96 miliar yang didapat dari Tabel 5.14. Memperlihatkan perkiraan nilai investasi total sektor hotel dan restoran tahun 2009-2014 sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM) Kota Cirebon adalah sebesar Rp 22 miliar dari PMDN dan sebesar Rp 74 miliar dari PMA. Nilai PMA dan PMDN untuk tahun 2009 dan 2010 diambil berdasarkan data yang sudah terealisasi, data untuk tahun 2011 berdasarkan prediksi nilai investasi dari penanaman modal, dan data tahun 2012-2014 diperoleh dengan cara mengestimasi dari proyeksi laju pertumbuhan ekonomi rata-rata Kota Cirebon per tahunnya yang diproyeksi oleh Bappeda dikali dengan nilai investasi tahun sebelumnya, dimana proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2012 sebesar 6,54 persen, tahun 2013 sebesar 6,64 persen, dan tahun 2014 sebesar 6,67 persen.
80 Berdasarkan Tabel 5.15, Sebelum investasi ditingkatkan total output perekonomian sebesar Rp.8.698.856 triliun dan terjadi peningkatan output sebesar Rp.373.093.809 triliun dengan besar perubahan output sebesar Rp.364.394.953 triliun. Sebelum investasi ditingkatkan industri pengolahan menempati urutan pertama dari seluruh sektor perekonomian Kota Cirebon dengan nilai Rp.4.136.317 triliun tetapi setelah adanya peningkatan investasi output sektor industri pengolahan meningkat menjadi Rp.184.298.315 triliun dengan perubahan output sebesar Rp.180.161.998 miliar atau sebesar 49,397 persen dari total seluruh sektor perekonomian. Tabel 5.15. Dampak Investasi Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perubahan Output Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Sektor Pertanian Industri pengolahan Listrik,gas dan air bersih Bangunan Pedagang besar dan eceran Hotel dan Restoran Angkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya Total
Sebelum Investasi Nilai Persen 15.421 0,2 4.136.317 47,6
Output Sesudah Investasi Nilai Persen 3.020.240 0,810 184.298.315 49,397
Besarnya Perubahan Output 3.004.819 180.161.998
82.345 0
0,9 0,000
2.595.832 0
0,696 0,00
2.513.487 0
8.448 141.594
0,1 1,6
2.205.288 102.670.252
0,591 27,519
2.196.840 102.528.658
346.165
4,0
16.166.095
4,333
15.819.930
2.893.945
33,3
27.101.473
7,264
24.207.528
1.074.622 8.698.856
12,4 100
35.036.314 373.093.809
9,391 100
33.961.692 364.394.953
Sektor hotel dan restoran sebelum investasi ditingkatkan menempati urutan kelima dari seluruh sektor perekonomian di Kota Cirebon dengan nilai output sebesar Rp.141.594 miliar, namun dengan adanya peningkatan investasi sebesar 96 miliar kontribusi sektor hotel dan restoran meningkat dari 1,6 persen menjadi 27,5 persen atau sebesar Rp.102.670.252 dan menempati urutan kedua dalam perekonomian Kota Cirebon dengan perubahan output sebesar Rp.102.528.658 triliun.
81 Tabel 5.16. Dampak Investasi Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perubahan Pendapatan Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Sektor Pertanian Industri pengolahan Listrik,gas dan air bersih Bangunan Pedagang besar dan eceran Hotel dan Restoran angkutan dan komunikasi keuangan ,persewaan, jasa perusahaan Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya Total
Sebelum Investasi Nilai Persen 67 0,093
Pendapatan Sesudah Investasi Nilai Persen 11.818 0,112
Besarnya Perubahan Pendapatan 11.751
11.255
15,64
479.486
4,533
468.231
3.906 6481
5,428 9,007
122.728 168.291
1,160 1,591
118.822 161.810
15.967
22,190
427.149
4,038
411.182
11.871
16,497
8.615.268
81,450
8.603.397
11.893
16,528
555.404
5,251
543.511
6.265
8,706
58.671
0,555
52.406
4.251 71.955
5,907 100
138.593 10.577.412
1,310 100
134.342 10.505.457
Jika dilihat dari multiplier pendapatan, sebelum adanya peningkatan investasi, pendapatan seluruh sektor perekonomian sebesar Rp.71.955 miliar tetapi setelah adanya peningkatan investasi di sektor hotel dan restoran sebesar 96 miliar, pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian meningkat sebesar Rp.10.577.412 triliun, dengan perubahan pendapatan sebesar Rp.10.505.457 triliun. Sektor hotel dan restoran sebelum adanya peningkatan investasi berada pada urutan keempat dengan nilai sebesar Rp.11.871 miliar, tetapi setelah diberi investasi sebesar 96 miliar, kontribusi pendapatan sektor hotel dan restoran meningkat dari 16,49-81,45 persen dengan besarnya peningkatan pendapatan sebesar Rp.8.615.268 triliun, dengan peningkatan pendapatan sebesar Rp.8.603.397 triliun, sehingga menempati urutan pertama dari seluruh sektor perekonomian di Kota Cirebon. Berdasarkan Tabel 5.17, multiplier tenaga kerja total sebelum adanya peningkatan investasi sebesar 24.697 juta orang, tetapi dengan adanya tambahan dana dari pemerintah sebesar 96 miliar maka akan meningkatkan total tenaga kerja sebesar
82 71.853.088 juta orang dengan perubahan tenaga kerja sebesar 71.828.391 juta orang dari seluruh sektor tenaga kerja di Kota Cirebon. Tabel 5.17. Dampak Investasi Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perubahan Tenaga Kerja Kota Cirebon Tahun 2005 (orang) Sektor Pertanian Industri pengolahan Listrik,gas dan air bersih Bangunan Pedagang besar dan eceran Hotel dan Restoran Angkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya Total
Sebelum Investasi Nilai Persen
Tenaga Kerja Sesudah Investasi Nilai Persen
Besarnya Perubahan Tenaga Kerja
6.890
27,898
16.293.538
22,676
16.286.648
604 998
2,445 4,040
18.979 12.678
0,026 0,018
18.375 11.680
2.649
10,725
865.469
1,204
862.820
6.165
24,962
54.474.289
75,813
54.468.124
1.664
6,737
77.709
0,108
76.045
3.283
13,293
30.744
0,043
27.461
2.444 24.697
9,895 100
79.682 71.853.088
0,111 100
77.238 71.828.391
Sektor hotel dan restoran sebelum adanya peningkatan investasi berada pada urutan pertama sebagai sektor yang menyerap tenaga kerja yaitu sebesar 6.165 orang atau sebesar 24,96 persen dari seluruh sektor perekonomian. Dengan adanya investasi kontribusi sektor hotel dan restoran meningkat dari 24,96 persen menjadi 75,81 persen atau terjadi peningkatan sebesar 54.474.289 juta orang dengan perubahan peningkatan sebesar 54.468.124 juta orang dan menempati urutan pertama sebagai sektor yang paling mampu menyerap tenaga kerja di Kota Cirebon, karena sektor hotel dan restoran bersifat padat karya atau menggunakan tenaga kerja lebih banyak dalam usahanya. Maka dari itu apabila pemerintah ingin mengurangi masalah pengangguran maka investasi di sektor hotel dan restoran merupakan pilihan tepat karena mampu menyerap tenaga kerja terbesar dibandingkan sektor lain di Kota Cirebon.
83 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis Tabel Input-Output kota Cirebon Tahun 2005 klasifikasi 22 sektor yang diagregasi menjadi 9 sektor, dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Kontribusi sektor hotel dan restoran dalam perekonomian Kota Cirebon terhadap pembentukan permintaan total, permintaan akhir, permintan antara dan output sektoral menempati urutan kelima dari sepuluh sektor perekonomian Kota Cirebon, setelah sektor jasa sosial dan kemasyarakatan, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, angkutan dan komunikasi dan industri pengolahan. Sektor hotel dan restoran memiliki permintaan yang relatif kecil hal ini disebabkan karena tidak semua kalangan atau lapisan masyarakat dapat menikmati produk hotel dan restoran dimana biaya yang dikeluarkan relatif tinggi. Sektor hotel dan restoran ditinjau dari konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga juga menempati urutan kelima dan keempat, sementara dalam hal pembentukan nilai tambah bruto dan struktur investasi menempati urutan ketiga dan keenam, serta untuk ekspor netto menempati urutan kelima. 2. Berdasarkan hasil analisis keterkaitan khususnya koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran, sektor hotel dan restoran memiliki nilai yang relatif tinggi. Sektor hotel dan restoran lebih mampu meningkatkan sektor hilirnya daripada sektor hulunya, dimana sektor tersebut memiliki nilai kepekaan penyebaran yang lebih besar dari nilai koefisien penyebaran yaitu sebesar 2,36 dan menempati urutan kedua dari sepuluh sektor perekonomian di Kota Cirebon. Koefisien penyebaran di sektor hotel dan restoran menempati urutan keempat dari sepuluh sektor perekonomian Kota Cirebon, setelah sektor
84 pertanian, pedagang besar dan eceran, listrik, gas dan air bersih dengan nilai sebesar 1,20. 3. Sektor hotel dan restoran memiliki nilai multiplier yang relatif tinggi khususnya untuk multiplier output dan multiplier pendapatan. Multiplier output sektor hotel dan restoran baik tipe I dan tipe II menempati urutan kedua dari sembilan sektor yang ada di perekonomian Kota Cirebon, setelah sektor pedagang besar dan eceran, dengan nilai pada tipe I sebesar 3,70 dan pada tipe II sebesar 3,86. Sementara untuk multiplier pendapatan, sektor hotel dan restoran baik tipe I dan tipe II menempati urutan ketiga dari sembilan sektor, setelah sektor pertanian dan industri pengolahan, dengan nilai sebesar tipe I sebesar 1,26 dan nilai tipe II sebesar 1,28. Namun demikian apabila dilihat dari multiplier tenaga kerja, sektor hotel dan restoran memiliki nilai yang relatif kecil untuk tipe I dan tipe II, dengan nilai tipe I sebesar 1,18 dan nilai multiplier tipe II sebesar 1,19. Kedua multiplier tenaga kerja tersebut menempati urutan kelima dari sembilan sektor perekonomian di Kota Cirebon. 4. Karena nilai keterkaitan dan multiplier sektor hotel dan restoran relatif tinggi, maka peningkatan investasi di sektor tersebut mampu meningkatkan perekonomian Kota Cirebon baik secara total maupun secara sektoral. Peningkatan investasi di sektor hotel dan restoran mampu meningkatkan output, pendapatan dan tenaga kerja, dengan kenaikan tertinggi secara nominal terjadi pada peningkatan output, sedangkan dari sisi persentase terjadi pada peningkatan tenaga kerja.
85 6.2.
Saran Dengan melihat hasil penelitian analisis Input-Output Kota Cirebon tahun 2005
tentang hotel dan restoran, maka beberapa saran yang dapat disampaikan diantaranya: 1. Pemerintah daerah Kota Cirebon terutama Bappeda apabila berkeinginan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi pengangguran yang ada di Kota Cirebon, maka sektor hotel merupakan sektor potensial untuk mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan hasil analisis multiplier dapat diketahui bahwa sektor hotel dan restoran mempunyai nilai yang relatif tinggi untuk masingmasing nilai pengganda, dengan demikian sektor hotel dan restoran merupakan salah satu sektor prioritas yang dapat dijadikan acuan untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Cirebon. Pemerintah diharapkan dapat memperbaiki fasilitas serta sarana dan prasarana penunjang subsektor ini, seperti perbaikan sarana pariwisata sebagai subsektor penunjang sektor ini. 2. Mengingat kondisi investasi yang belum berkembang di Kota Cirebon, maka diperlukan strategi pengembangan investasi yang tepat untuk menarik para investor baik dalam negeri maupun asing, salah satunya dengan memberikan fasilitas-fasilitas bagi para investor untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi pengangguran yang ada di Kota Cirebon. 3. Selaku pelaku usaha agar meningkatkan mutu pelayanan di sektor hotel dan restoran sehingga para tamu berkeinginan untuk datang kembali, baik dalam perluasan wilayah, pemakaian tekhnologi yang lebih maju dan peningkatan fasilitas-fasilitas lainnya.
86
DAFTAR PUSTAKA
Ardiyansyah. 2005. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi, Yogyakarta. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT). 2010. Daftar Penanaman Modal Asing (PMA) Tahun 2009 dan 2010 di Kota Cirebon. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu: Cirebon. . 2010. Daftar Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Tahun 2009 dan 2010 di Kota Cirebon. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, Cirebon. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kota Cirebon Tahun 2009-2014. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapeda), Cirebon. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cirebon. 2006. Tabel Input Output Kota Cirebon Tahun 2005. BPS Kota Cirebon, Cirebon. . 2010. Produk Domestik Regional Bruto Kota Cirebon 2009. BPS Kota Cirebon, Cirebon. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat. 2010. Statistik Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010. BPS Jawa Barat, Bandung. Carlos. 2007. The Elusive Quest for Growth. Erlangga, Jakarta. Cooper. 1999. The Tourist Guide. Indie Publishing, Jakarta. Daryanto, A dan Y. Hafizrianda. 2010. Analisis Input-Output & Social Accounting Matriks Untuk Pembangunan Ekonomi Daerah. IPB Press. Bogor. Dumairy, M.A. 1996. Perekonomian Indonesia. Erlangga. Yogyakarta. Febriawan. 2009. Analisis Peranan Sektor Hotel dan Restoran Dalam Perekonomian Kota Bandung. [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB, Bogor. Glasson, J. 1977. Pengantar Perencanaan Regional. Paul Sihotang [penerjemah]. Program Perencanaan Nasional FEUI-Bappenas. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Hasan. 2008. Industri Pariwisata. Lingga, Semarang. Heriawan, R. 2004. Peranan dan Dampak Pariwisata pada Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Model Input-Output dan SAM. [disertasi]. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Hermawan. 2010. Teori Investasi. Erlangga, Jakarta. Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Grasindo, Jakarta. Kartawan. 2008. Manajemen Kepariwisataan. Pradnya Paramita, Jakarta. Lincolin, A. 1999. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi. BPFE, Yogyakarta. Mankiw, G. 2007. Makro Ekonomi. Erlangga, Jakarta.
87 Marpaung. 2002. Pariwisata dan Kegiatannya. Toni, Jakarta. Nilam, P. 2010. Peranan Sektor Pariwisata terhadap Perekonomian Provinsi DKI Jakarta (Periode 2006-2010). [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Priyarsono, D.S., Sahara, dan M. Firdaus. 2007. Ekonomi Regional. Universitas Terbuka, Jakarta. Partika, A. 2010. Analisis Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kota Bandung. [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB, Bogor. Sihite. 2000. Teori dan Praktek dalam Pariwisata. Hermawan, Bandung. Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara, Jakarta. Wahab, S. 1992. Manajemen Kepariwisataan. Pradnya Paramita, Jakarta.
88
LAMPIRAN
89 Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto Kota Cirebon Atas Dasar Harga Konstan 2000, Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2010 (juta rupiah) Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 (juta rupiah) Sektor
2005
2007
2006
2008
2009
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
1
16.251
0,35
17.118
0,33
17.782
0,32
18.546
0,32
18.895
0,31
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
1.881.356
40,6
1.969.304
37,93
2.037.319
36,96
2.109.737
36,23
2,111,556.34
34,52
4
78.990
1,71
88.141
1,7
95.652
1,74
104.856
1,8
114.774
1,88
5
167.806
3,63
197.669
3,81
214.082
3,88
233.172
4
254.896
4,17
6
1.183.503
25,5
1.387.188
26,72
1.510.089
27,39
1.663.773
28,57
1.814.646
29,67
7
104.866
2,27
121.919
2,35
138.428
2,51
156.267
2,68
171.126
2,8
8
733.615
15,8
814.698
15,69
839.266
15,22
796.246
13,67
815.063
13,32
9
178.060
3,85
273.217
5,26
307.061
5,57
346.648
5,95
384.649
6,29
10
284.252
6,14
323.099
6,22
353.188
6,41
394.281
6,77
431.326
7,05
Total
4.628.702
100
5.192.354
100
5.512.869
100
5.823.528
100
6.116.933
100
Sumber: BPS, 2010 Keterangan: 1 = Pertanian 2 = Pertambangan dan Penggalian 3 = Industri Pengolahan 4 = Listrik, Gas dan Air bersih 5 = Bangunan
6 = Perdagangan 7 = Hotel dan Restoran 8 = Transportasi dan Komunikasi 9 = Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 10 = Jasa-jasa
90 Lampiran 2. Keterangan Kode Sektor Tabel Input-Output Kota Cirebon Tahun 2005 Kode Klasifikasi Input-Output (8 x 8) Sektor Kode Baris/ Kolom
Cakupan
(8 x 8) Sektor Kode Baris/ Kolom
1
Pertanian
1 2 3 4
2
Industri Pengolahan
5 6 7
3
Listrik, Gas, dan Air Bersih
4 5
Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran
6
Pengangkutan dan Komunikasi
7
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
8
Jasa-jasa
180 190 200 201 202 203 204 205 209 210 301 302 303 304 305 310 409 600 700
Jumlah Permintaan Antara Jumlah Input Antara Input Impor Upah dan Gaji Surplus Usaha Penyusutan Pajak Tak Langsung Subsidi Nilai Tambah Bruto Jumlah Input Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Stok Ekspor Jumlah Permintaan Impor Jumlah Output Jumlah Penyediaan
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Cakupan Tanaman Bahan Makanan Perkebunan Peternakan Perikanan Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Kulit dan Alas Kaki Industri Kayu, Bambu, Rotan dan Furniture Industri Kertas dan Barang-barang Kertas, Percetakan dan Penerbitan Industri Pengolahan Lainnya Listrik Air Bersih Gas Bangunan Perdagangan besar dan eceran Hotel Restoran Pengangkutan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Usaha Sewa bangunan dan jasa perusahaan Pemerintahan Umum dan Pertahanan Jasa Sosial dan Kemasyarakatan
91 Lampiran 3. Tabel Input-Output Kota Cirebon Tahun 2005, Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 9 Sektor (juta rupiah) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 190 200 201 202 203 204 209 210
1
2
3
4
5
6
7
8
9
180
960.07 968.15 619.64 0 47.92 75.02 168.14 347.18 91.41 41.01 133.88 67.07 0 219.77 3597.01 768.32 4298.59
3622.87 754686.52 45990.96 0 44449.08 41281.48 22405.37 172777.06 57905.16 72958.75 80020.95 11254.62 0 46192.55 1354964.09 622199.28 738481.94
119.92 601.75 2575.23 0 20.42 3173.79 5176.48 13937.59 4252.49 197.08 1324.85 3905.68 0 14175.57 40964.47 5564.25 51935.45
6.4 961.53 437.44 0 58.64 1621.79 1911.11 13867.95 7089 1209.38 3871.46 6481.31 0 5026.38 43446.14 11870.43 54650.95
2869.33 192426.05 125 0 29.67 3210.03 3997.68 102197.72 53474.75 1808.91 926.21 15967.15 0 9501.12 386263.64 46931.75 654949.9
2875.73 193387.58 562.44 0 88.31 4529.48 18179.45 17040.1 38939.23 34019.64 5129 11870.74 0 51053.25 186973.04 50741.92 51807.11
0 995.11 319.8 0 806.02 8424.61 32062.51 31470.6 14679.91 5836.48 17184.48 11892.9 0 24732.7 148405.11 12597.09 428953.36
0 5450.88 1171.22 0 3258.87 3795.23 8730.72 9856.12 4757.03 1008.68 4966.81 6265.02 0 10850.59 60111.19 9523.2 339112.03
6462.84 21794.13 93.48 0 219.68 320.52 35.97 21102.16 5044.63 382.48 750.84 4250.89 0 3522.79 63980.44 15517.39 66397.77
15197.99 981697.11 51630.57 0 50991.31 66559.61 92667.45 382596.48 18623361 117462.4 114308.67 71685.39 0 165274.72 2296305.31 775713.04 2390587.1
92 Lanjutan. Tabel Input-Output Kota Cirebon Tahun 2005, Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 9 Sektor (juta rupiah) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 190
301
302
303
304
305
309
310
409
600
700
18053.01
202.87
217.22
-133481.12
115230.71
222.68
15420.66
0
15420.66
15420.66
320257.01
80643.54
127285.82
98522.46
2527910.61
3154619.43
4136316.55
0
4136316.55
4136316.55
331.99
526.07
0
3151.41
26704.62
30714.09
82344.67
0
82344.67
84447.89
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9202.63
1100.48
1153.89
6872.64
15126.95
33456.58
8447.89
0
84447.89
84447.89
23329.11
5893.8
0
4553.41
41257.96
75034.29
141593.9
0
141593.9
141593.9
7835.03
20590.24
219744.28
-10407.77
15735.86
253497.65
346165.1
0
346165.1
346165.1
107189.14
132548.16
912478.23
0
1359132.92
2511348.44
2893944.93
0
2893944.93
2893944.93
103991.32
51957.46
15733.66
320.16
716386.09
888388.69
1074622.3
0
1074622.3
1074622.3
59124.77
41962.43
0
0
53755.02
154842.22
272304.62
0
272304.62
272304.62
Lampiran 4. Struktur Permintaan Antara dan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Permintaan Akhir SEKTOR
Permintaan Antara
Kons. R.Tangga
Kons. Pem
PMT
PS
Selisih (E-M) 115.097
1
15.198
18.053
202
217
-133.481
2
981.697
320.257
80.643
127.286
98.522
3
51.630
331
526
0
3.151
25.380
4
0
0
0
0
0
5
50.991
9.202
1.100
1.154
6
66.559
23.329
5.893
7
92.667
7.835
8
382.596
9 Total
Total Per. Per. Total Permintaan Antara Akhir Permintaan Akhir (%) (%)
15.286
99,43
0,57
100
4.056.295
24,20
75,80
100
29.388
81.018
63,73
36,27
100
(3.871)
(3.871)
(3.871)
0,00
100,00
100
6.873
14.201
32.530
83.521
61,05
38,95
100
0
4.553
36.129
69.904
136.463
48,77
51,23
100
20.590
219.744
-10.408
(1.449)
236.312
328.979
28,17
71,83
100
107.189
132.548
912.478
0
2.888.977
13,24
86,76
100
18.623.361
103.991
51.957
15.734
320
19.510.998 95,45
4,55
100
20.264.702
590,189
293.462
1.276.613 -304.469 4.703.177 5.969.373 26.234.075 77,25
22,75
100
Keterangan: 1 = Pertanian 2 = Industri Pengolahan 3 = Listrik, Gas dan Air bersih 4 = Bangunan 5 = Perdagangan PS = Perubahan Stok
88
Total (%)
2.447.890 3.074.598
1.354.166 2.506.381
715.635
887.637
6 = Hotel dan Restoran 7 = Transportasi dan Komunikasi 8 = Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9 = Jasa-jasa sosial dan kemasyarakatan PMT = Pembentukan Modal Tetap
Lampiran 5. Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Sektor Pertanian Industri pengolahan Listrik,gas dan air bersih Bangunan Pedagang besar dan eceran Hotel dan Restoran Angkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya Total
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Pemerintah
Jumlah 18.053.01 320.257 331 0 9.202.63 23.329.11 7.835 107.189
Persen 3,06 54,26 0,06 0 1,56 3,95 1,33 18,16
Jumlah 202 80.643 526 0 1.100 5.893 20.590 132.548
Persen 0,07 27,48 0,18 0 0,37 2,01 7,02 45,17
103.991.32 590.189
17,62 100
51.957 293.462
17,7 100
94
Lampiran 6. Struktur Pembentukan Modal Tetap Bruto, Perubahan Stok, dan Investasi Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Pembentukan Modal Tetap
Perubahan Stok
Investasi
Sektor
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
Pertanian Industri pengolahan Listrik,gas dan air bersih Bangunan Pedagang besar dan eceran Hotel dan Restoran Angkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya
217
0,02
-133.481
438,09
-133.263
-10,69
127.286
9,97
98.522
-323,36
225.808
18,12
0
0,00
3.151
-10,34
3.151
0,25
0
0,00
0
0,00
0
0,00
1.154
0,09
6.872
-22,56
8.026
0,64
0
0,00
4.553
-14,94
4.553
0,37
219.744
17,21
-10.407
34,16
209.336
16,80
912.478
71,48
0
0,00
912.478
73,22
15.734
1,23
320
-1,05
16.053
1,29
1.276.613
100
-30.469
100
1.246.144
100
Total
Lampiran 7. Struktur Ekspor dan Impor Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Ekspor (E) Sektor Pertanian
Jumlah
Impor (M)
Persen
Jumlah
Selisih (E-M)
Persen
Jumlah
Persen
115.231
2,39
134
0,12
115.097
2,45
2.527.911
52,47
80.021
70,00
2.447.890
52,05
26.705
0,55
1.325
1,16
25.380
0,54
0
0,00
3.871
3,39
-3.871
-0,08
Pedagang besar dan eceran
15.127
0,31
926
0,81
14.201
0,30
Hotel dan Restoran
41.258
0,86
5.129
4,49
36.129
0,77
Angkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya
15.736
0,33
17.184
15,03
-1.449
-0,03
1.359.133
28,21
4.967
4,35
1.354.166
28,79
716.386
14,87
751
0,66
715.635
15,22
Total
4.817.486
100
114.308
100
4.703.177
100
Industri pengolahan Listrik,gas dan air bersih Bangunan
95
Lampiran 8. Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah)
Sektor
Upah dan Gaji (juta rupiah)
Surplus Usaha (juta rupiah)
1
67
0
Rasio Upah Gaji dan Surplus Usaha (juta rupiah) 0
2
11.255
0
3
3.906
4
Penyusutan (juta rupiah)
Pajak Tak Langsung Netto (juta rupiah)
Nilai Tambah Bruto
Persen
220
3.597
3.884
0,15
0
46.193
1.354.964
1.412.411
55,92
0
0
14.176
40.964
59.046
2,34
6.481
0
0
5.026
43.446
54.954
2,18
5
15.967
0
0
9.501
386.264
411.732
16,30
6
11.871
0
0
51.053
186.973
249.897
9,89
7
11.893
0
0
24.733
148.405
185.031
7,33
8
6.265
0
0
10.851
60.111
77.227
3,06
9
4.251
0
0
3.523
63.980
71.754
2,84
TOTAL
71.955
0
0
165.275
2.288.705
2.525.935
100,00
Keterangan: 1 = Pertanian 2 = Industri Pengolahan 3 = Listrik, Gas dan Air bersih 4 = Bangunan 5 = Perdagangan
6 = Hotel dan Restoran 7 = Transportasi dan Komunikasi 8 = Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9 = Jasa-jasa sosial dan kemasyarakatan
Lampiran 9. Struktur Output Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Sektor
Nilai Output Sektoral
Persen
Pertanian Industri pengolahan Listrik,gas dan air bersih Bangunan Pedagang besar dan eceran Hotel dan Restoran Angkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya
15.421 4.136.317 82.345 0 8.448 141.594 346.165 2.893.945
0,2 47,6 0,9 0,0 0,1 1,6 4,0 33,3
1.074.622
12,4
Total
8.698.856
100,00
Lampiran 10. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 9 Sektor Sektor
Pertanian Industri pengolahan Listrik,gas dan air bersih Bangunan Pedagang besar dan eceran Hotel dan Restoran Angkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya Total
1 0,05601 0,05649
2 0,00084 0,17446
3 0,00145 0,00728
4 0,00000 0,00000
5 0,03481 2,33427
6 0,02033 1,36702
7 0,00000 0,00287
8 0,00000 0,00188
9 0,00601 0,02028
TOTAL 0,00108 0,27187
0,03615
0,01063
0,03117
0,00000
0,00152
0,00398
0,00092
0,00040
0,00009
0,00519
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00280
0,01028
0,00025
0,00000
0,00036
0,00062
0,00233
0,00113
0,00020
0,00518
0,00280
0,00954
0,03842
0,00000
0,03894
0,03202
0,02434
0,00131
0,00030
0,00889
0,00438
0,00518
0,06266
0,00000
0,04849
0,12851
0,09262
0,00302
0,00003
0,02176
0,00981
0,03994
0,16812
0,00000
1,23973
0,12045
0,09091
0,00341
0,01964
0,18188
0,00533
0,01339
0,05148
0,00000
0,64869
0,27525
0,04241
0,00164
0,00469
0,06754
0,19122
0,26425
0,36143
0,00000
4,34681
1,94818
0,25641
0,01279
0,05125
0,56338
Keterangan : - Ketentuan sektor 1 sampai 9 sesuai dengan Lampiran 2. - Nilai total vertikal merupakan nilai keterkaitan langsung ke belakang. - Nilai total horizontal merupakan nilai keterkaitan langsung ke depan.
97
Lampiran 11. Matriks Kebalikan Leontief Terbuka Klasifikasi 9 Sektor Sektor 1 2 3 4 Pertanian Industri pengolahan Listrik,gas dan air bersih Bangunan Pedagang besar dan eceran Hotel dan Restoran Angkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya Total
5
6
7
8
9
TOTAL
1,05990 0,09817
0,00214 1,27320
0,00314 0,08972
1,00000 1,00000
0,04736 3,07928
0,02733 1,81985
0,00118 0,06300
0,00011 0,00855
0,00647 0,02789
1,14763 6,45967
0,04070
0,01417
1,03363
1,00000
0,03826
0,02565
0,00197
0,00053
0,00065
1,15556
0,00000
0,00000
0,00000
1,00000
1,00000
1,00000
1,00000
1,00000
0,00000
1,00000
0,00407
0,01322
0,00163
1,00000
1,03420
0,02019
0,00339
0,00123
0,00054
1,07847
0,00801
0,01405
0,04426
1,00000
0,07820
1,05755
0,02885
0,00161
0,00070
1,23323
0,01632
0,01121
0,07893
1,00000
0,09193
0,16416
1,10723
0,00373
0,00051
1,47401
0,04018
0,07325
0,19464
1,00000
1,44989
0,25242
0,11274
1,00598
0,02198
3,15108
0,01474
0,03097
0,07167
1,00000
0,74562
0,33898
0,05850
0,00321
1,00576
2,26946
1,28210
1,43221
1,51761
1,00000
6,56474
3,70612
1,37685
1,02496
1,06451
Keterangan : - Ketentuan sektor 1 sampai 9 sesuai dengan Lampiran 2. - Nilai total vertikal merupakan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang. - Nilai total horizontal merupakan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan.
98
Lampiran 12. Forward Open Total Requirements Klasifikasi 9 Sektor Sectors
Row Total
Row Mean
Standard Deviation
Coefficient Variation
Forward Linkage
Forward Spread
Pertanian Industri pengolahan Listrik,gas dan air bersih
0,98701
0,10967
0,13133
1,19751
2,52151
0,78499
0,27076
0,03008
0,05733
1,90567
0,69171
1,24921
0,62820
0,06980
0,18283
2,61937
1,60487
1,71705
Bangunan Pedagang besar dan eceran Hotel dan Restoran Angkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,59415
0,06602
0,17790
2,69476
1,51787
1,76647
0,46960
0,05218
0,09158
1,75521
1,19968
1,15058
0,26770
0,02974
0,03276
1,10151
0,68389
0,72206
0,13221
0,01469
0,01979
1,34726
0,33775
0,88316
0,17330
0,01926
0,02134
1,10823
0,44273
0,72647
Total
3,52291
0,39143
0,71486
13,72950
9,00000
9,00000
Average
0,39143
0,04349
0,07943
1,52550
1,00000
1,00000
Lampiran 13. Backward Open Total Requirements Klasifikasi 9 Sektor Sectors
Column Total
Column Mean
Standard Deviation
Coefficient Variation
Backward Linkage
Backward Spread
Pertanian Industri pengolahan Listrik,gas dan air bersih
0,19122
0,02125
0,02273
1,06992
0,23156
0,82198
0,26425
0,02936
0,05566
1,89586
0,31999
1,45652
0,36143
0,04016
0,05365
1,33604
0,43767
1,02643
Bangunan Pedagang besar dan eceran Hotel dan Restoran Angkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
4,34681
0,48298
0,81488
1,68719
5,26365
1,29620
1,94818
0,21646
0,44092
2,03691
2,35910
1,56488
0,25641
0,02849
0,03864
1,35628
0,31049
1,04198
0,01279
0,00142
0,00122
0,85880
0,01549
0,65978
0,05125
0,00569
0,00839
1,47377
0,06206
1,13224
Total
7,43235
0,82582
1,43610
11,71477
9,00000
9,00000
Average
0,82582
0,09176
0,15957
1,30164
1,00000
1,00000
Lampiran 14. Multiplier Output Klasifikasi 9 Sektor Sektor
Indust
Cons’m
Initial
First
Total
Elasticity
Type I
Type II
Pertanian
1,00000
0,19122
0,09088
0,01257
1,29467
1,34682
1,28210
1,29467
Industri pengolahan
1,00000
0,26425
0,16796
0,01242
1,44463
0,94653
1,43221
1,44463
Listrik,gas dan air bersih
1,00000
0,36143
0,15618
0,08368
1,60129
0,58892
1,51761
1,60129
Bangunan
1,00000
0,00000
0,00000
1,00000
1,00000
1,00000
1,00000
1,00000
Pedagang besar dan eceran
1,00000
4,34681
1,21793
0,33453
6,89928
2,02990
6,56474
6,89928
Hotel dan Restoran
1,00000
1,94818
0,75794
0,15716
3,86328
1,41201
3,70612
3,86328
Angkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya
1,00000
0,25641
0,12045
0,06192
1,43877
1,02105
1,37685
1,43877
1,00000
0,01279
0,01217
0,00405
1,02901
0,85486
1,02496
1,02901
1,00000
0,05125
0,01326
0,00641
1,07092
0,78170
1,06451
1,07092
Lampiran 15. Multiplier Pendapatan Klasifikasi 9 Sektor Sektor Pertanian Industri pengolahan Listrik,gas dan air bersih Bangunan Pedagang besar dan eceran Hotel dan Restoran Angkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya
Initial 0,00391 0,00260
First 0,00339 0,00407
Indust 0,00120 0,00173
Cons’m 0,00012 0,00012
Total 0,00862 0,00852
Elasticity 2,29118 2,14546
Type I 2,17076 3,22734
Type II 2,20245 3,27446
0,04728
0,00749
0,00179
0,00083
0,05739
0,44641
1,19633
1,21379
1,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
1,00000
1,00000
0,19369
0,01653
0,01590
0,00330
0,22943
0,34851
1,16747
1,18452
0,08391
0,01240
0,00992
0,00155
0,10778
0,46947
1,26600
1,28448
0,03436
0,00609
0,00141
0,00061
0,04247
0,87717
1,21824
1,23603
0,00216
0,00047
0,00011
0,00004
0,00278
1,06691
1,26579
1,28427
0,00396
0,00021
0,00017
0,00006
0,00440
0,81169
1,09601
1,11201
101
Lampiran 16. Multiplier Tenaga Kerja Klasifikasi 9 Sektor Sektor
Initial
First
Indust
Cons’m
Total
Elasticity
Type I
Type II
Pertanian
0,00000
0,00072
0,00037
0,00005
0,00114
0,00109
0,00000
0,00000
Industri pengolahan
0,00159
0,00120
0,00058
0,00005
0,00342
1,40760
2,11955
2,14832
Listrik,gas dan air bersih
0,00731
0,00253
0,00060
0,00031
0,01075
0,54091
1,42853
1,47074
Bangunan Pedagang besar dan eceran
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00998
1,00000
1,00000
0,03213
0,00855
0,00492
0,00123
0,04684
0,42888
1,41929
1,45769
Hotel dan Restoran Angkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya
0,04358
0,00500
0,00309
0,00058
0,05225
0,43820
1,18561
1,19892
0,00481
0,00179
0,00047
0,00023
0,00729
1,07663
1,46957
1,51708
0,00113
0,00012
0,00004
0,00001
0,00131
0,95843
1,14050
1,15368
0,00227
0,00009
0,00005
0,00002
0,00244
0,78170
1,06052
1,07092
Lampiran 17. Banyaknya Proyek dan Nilai Investasi PMA yang disetujui Menurut Sektor di Kota Cirebon Tahun 2009-2010 No 1 2 3 4 5 6
7
8 9
Sektor Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Perdagangan Besar Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total
2009 Investasi (Rupiah)
Proyek (Unit)
2010 Investasi (Rupiah)
Proyek (Unit)
0
0
0
0
0
0
0
0
1
79.942.500.000
0
0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 1
0 6.039.250.000
0 1
0 4.000.000.000
0
0
0
0
1 2 5
6.270.000.000 4.702.500.000 96.954.350.000
0 0 1
0 0 4.000.000.000
Sumber : BPPT Kota Cirebon, 2011.
Lampiran 18. Banyaknya Proyek dan Nilai Investasi PMDN yang disetujui Menurut Sektor di Kota Cirebon Tahun 2009-2010
No 1 2 3 4 5 6
7 8 9
Sektor Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Perdagangan Besar Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total
Proyek (Unit) 1
2009 Investasi (Rupiah) 300.000.000
0 12
0 14.110.000.000
14
0 12.105.000.000
0 0
0 0
0 0
0 0
9 6
5.100.250.000 6.000.250.000
10 6
5.404.025.000 12.728.515.000
1
3.000.000.000
2
1.495.000.000
0 0 38
0 0 28.510.500.000
0 0 44
0 0 30.528.000.000
Sumber : BPPT Kota Cirebon, 2011.
Proyek (Unit)
2010 Investasi (Rupiah) 2 795.000.000
Lampiran 19. Realisasi dan Proyeksi Produk Domestik Regional Bruto Kota Cirebon Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2014 (juta rupiah) Realisasi No
Lapangan Usaha
1 2
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
3 4 5 6 7
Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB
8 9
Sumber: Bappeda Kota Cirebon, 2011. Keterangan : * proyeksi data sementara
2009
Proyeksi 2010
2011*
2012*
2013*
2014*
146.691.759 23.818.103
206.873.798 24.258.160
269.920.099 24.715.420
337.046.973 25.270.515
404.173.847 25.755.610
472.300.721 26.260.705
1.496.904.521 44.529.278 388.422.838 2.840.447.541 590.011.625
1.529.482.654 46.602.676 394.451.634 2.970.731.949 610.666.893
1.557.994.517 47.749.072 404.840.691 3.113.350.169 638.048.481
588.637.789 49.852.559 416.908.196 4.276.840.640 670.792.181
631.281.061 52.086.046 429.475.701 3.455.331.110 706.035.881
681.924.332 54.469.534 443.043.206 2.648.821.581 943.279.581
384.009.540 1.156.205.275 7.051.040.000
407.603.033 1.235.809.836 7.426.480.633
437.027.877 1.324.871.584 7.818.517.910
470.554.651 1.427.699.362 8.263.602.865
501.081.425 1.537.477.139 9.752.797.921
532.108.199 1.668.254.917 9.470.452.876
Lampiran 20. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Cirebon Tahun 2006-2014 (%) Realisasi No 1 2 3 4 5 6 7 9 9 10
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB
Sumber: Bappeda Kota Cirebon, 2011. Keterangan : * proyeksi data sementara
Proyeksi
2006
2007
2008
2009
2010
2011*
2012*
2013*
2014*
0,18 0 3,83 4,11 9,84 2,60 4,37 4,72
3,88 0 3,45 8,52 8,30 3,00 5,15 5,01
4,29 0 3,55 9,62 8,92 3,30 7,10 -5,13
1,88 0 0,09 9,46 9,32 3,10 6,01 2,36
2,80 0 6,56 8,66 1,55 4.08 5.00 3,50
2,86 0 5,38 8,46 2,63 3.04 6.20 4,48
2,96 0 5,49 8,41 2,98 3.24 6.54 5,13
2,87 0 7,24 8,48 3,01 3.20 6.64 5,25
2,83 0 8,02 8,58 3,16 3.28 6.67 5,28
7,97 7,81 5,54
12,39 9,31 6,17
12,89 11,63 5,64
10,96 9,40 5,04
6,14 6,88 5,03
7,22 7,21 5,28
7,67 7,76 5,57
6,49 7,69 5,65
6,19 8,51 5.83
105 Lampiran 21. Dampak Investasi Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perubahan Pembentukan Output Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Output Sebelum Investasi Sesudah Investasi Besarnya Sektor Perubahan Nilai Persen Nilai Persen Output Pertanian 15.421 0,2 3.020.240 0,810 3.004.819 Industri pengolahan 4.136.317 47,6 184.298.315 49,397 180.161.998 Listrik,gas dan air bersih 82.345 0,9 2.595.832 0,696 2.513.487 Bangunan 0 0,000 0 0,00 0 Pedagang besar dan eceran 8.448 0,1 2.205.288 0,591 2.196.840 Hotel dan Restoran 141.594 1,6 102.670.252 27,519 102.528.658 angkutan dan komunikasi 346.165 4,0 16.166.095 4,333 15.819.930 keuangan ,persewaan, jasa perusahaan 2.893.945 33,3 27.101.473 7,264 24.207.528 Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya 1.074.622 12,4 35.036.314 9,391 33.961.692 8.698.856 100,00 373.093.809 100 364.394.953 Total
106 Lampiran 22.
Sektor
Dampak Investasi Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perubahan Pendapatan Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Pendapatan Sebelum Besarnya Investasi Sesudah Investasi Perubahan Pendapatan Nilai Persen Nilai Persen 67 0,093 11.818 0,112 11.818
Pertanian Industri pengolahan Listrik,gas dan air bersih Bangunan Pedagang besar dan eceran Hotel dan Restoran angkutan dan komunikasi keuangan ,persewaan, jasa perusahaan Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya Total
11.255
15,64
479.486
4,533
479.475
3.906 6481
5,428 9,007
122.728 168.291
1,160 1,591
122.724 168.285
15.967
22,190
427.149
4,038
427.133
11.871
16,497
8.615.268
81,450
8.615.256
11.893
16,528
555.404
5,251
555.392
6.265
8,706
58.671
0,555
58.664
4.251 71.955
5,907 100
138.593 10.577.412
1,310 100
138.589 10.577.340
107 Lampiran 23. Dampak Investasi Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perubahan Tenaga Kerja Kota Cirebon Tahun 2005 (orang) Tenaga Kerja Sektor Sebelum Investasi Sesudah Investasi Besarnya Perubahan Tenaga Kerja Nilai Persen Nilai Persen Pertanian Industri pengolahan 6.890 27,898 16.293.538 22,676 16.286.648 Listrik,gas dan air bersih 604 2,445 18.979 0,026 18.375 Bangunan 998 4,040 12.678 0,018 11.680 Pedagang besar dan eceran 2.649 10,725 865.469 1,204 862.820 Hotel dan Restoran 6.165 24,962 54.474.289 75,813 54.468.124 angkutan dan komunikasi 1.664 6,737 77.709 0,108 76.045 keuangan ,persewaan, jasa perusahaan 3.283 13,293 30.744 0,043 27.461 Jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa-jasa lainnya 2.444 9,895 79.682 0,111 77.238 24.697 100 71.853.088 100 71.828.391 Total
108 Lampiran 24. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat Tahun 2006-2008 (%) Kota/ Kabupaten Kabupaten :
Laju Pertumbuhan Ekonomi 2006
2007
2008
Rata-Rata (%)
Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Sumedang Subang Puwakarta Karawang Bekasi
5,95 3,92 2,34 5,85 4,11 4,01 3,84 4,17 2,45 3,87 7,52 5,99
6,05 4,19 4,18 5,92 4,76 4,33 5,01 4,64 4,85 3,90 6,15 6,14
5,58 3,89 4,04 5,30 4,69 4,02 4,94 2,14 4,74 4,99 6,22 6,07
5,80 4,06 3,87 5,65 4,35 3,94 4,55 4,44 5,24 4,00 5,55 6,06
Kota : Bogor Sukabumi Bandung
6,03 6,23 7,83
6,09 6,51 8,24
5,98 6,11 8,17
6,06 6,11 7,85
Cirebon Bekasi Depok Cimahi Tasikmalaya Banjar
5,54 6,07 6,65 4,82 5,11 4,71
6,17 6,44 6,95 5,03 5,98 4,93
5,64 5,94 6,51 4,77 5,70 4,82
5,38 5,90 6,71 4,70 5,16 3,82
TOTAL
5,10
5,55
5,25
5,20
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2010.