BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pada saat ini pelabuhan tidak hanya berfungsi sebagai pintu keluar masuk barang, lebih dari itu sudah merupakan sebagai sentra industri, pusat perdagangan dan pariwisata yang banyak menyerap tenaga kerja. Mobilisasi yang tinggi dari aktivitas di pelabuhan, secara otomatis penyebaran penyakit akan semakin cepat dan beragam, sehingga akan berpotensi menimbulkan dampak yang merugikan bagi pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional. Kantor Kesehatan Pelabuhan memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan kondisi pelabuhan yang bebas dari penularan penyakit. Dengan adanya Peraturan Kesehatan Internasional/International Health Regulation
(IHR) tahun
2005 untuk mengatur tata cara dan pengendalian penyakit, baik yang menular maupun yang tidak menular, maka Kantor Kesehatan Pelabuhan harus kuat dan prima dalam melaksanakan cegah tangkal penyakit karantina dan penyakit menular Beberapa faktor risiko yang sangat relevan untuk dianalisis, sehingga dapat ditentukan penyebab terjadinya penyakit menular berpotensial wabah. Salah satu aspek penularan penyakit adalah serangga/vektor penular penyakit, baik yang dibawa melalui alat angkut kapal yang datang dari luar Indonesia maupun sebaliknya, sesuai peraturan Perundang-Undangan Kesehatan Nasional dan Internasional Health Regulation (IHR) tahun 2005, semua alat angkut harus bebas dari vektor, maka pemeriksaan kesehatan di kapal mutlak diperlukan, mengingat kapal dapat membawa
Universitas Sumatera Utara
vektor penyakit. Dalam rangka melindungi negara dari penularan dan penyebaran penyakit oleh vektor yang terbawa oleh alat angkut, dan barang bawaan yang masuk melalui pintu masuk negara, maka setiap Kantor Kesehatan Pelabuhan harus mampu melakukan pengendalian vektor . Guna mengantisipasi ancaman penyakit global seperti penyakit New Emerging Infectious Disseases, Emerging Disseases,
Re Emerging Disseases
(penyakit karantina) serta masalah kesehatan lainnya yang merupakan masalah darurat yang menjadi perhatian dunia disebabkan oleh lalu lintas alat angkut yang masuk melalui pelabuhan, maka Kantor Kesehatan Pelabuhan dituntut mampu menangkal risiko kesehatan yang masuk melalui orang, barang dan alat angkut kapal dengan melakukan tindakan yang dianggap perlu untuk mencegah terjadinya risiko penularan penyakit. Melihat ancaman penyakit global di atas, maka Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengantisipasi untuk terjadinya penyakit yang menimbulkan masalah kedaruratan kesehatan yang meresahkan dunia Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)
dengan membentuk
International Health
Regulation (IHR) yang berlaku bagi seluruh negara, dimana setiap negara wajib melindungi rakyatnya dengan mencegah terjadinya penyakit yang masuk dan keluar dari negaranya. Kantor Kesehatan Pelabuhan Tembilahan, merupakan salah satu unit pelaksana teknis yang melakukan tugas pengawasan alat angkut terhadap kapal yang datang dari luar negeri dan dari daerah terjangkit. Pelabuhan laut Tembilahan sebagai salah satu pintu masuk dari bagian Selatan Riau Daratan banyak disinggahi oleh
Universitas Sumatera Utara
kapal-kapal yang datang dari luar negeri yang berasal dari Malaysia, Singapura, Thailand, Jepang, China, dan sebagian dari Timur tengah dan Eropa. Maka terhadap kedatangan kapal tersebut dilakukan tindakan pengawasan kesehatan kapal, salah satunya adalah mengamati keberadaan vektor di atas kapal dengan melakukan observasi pada bagian-bagian/kompartemen kapal yang ada, termasuk muatan kapal. Hal ini dilakukan sebagai upaya sistem kewaspadaan dini mengantisipasi terjadinya penularan penyakit yang disebabkan oleh faktor risiko yang terdapat di kapal tersebut. Upaya pengendalian risiko lingkungan bertujuan untuk membuat wilayah pelabuhan laut dan alat angkut tidak menjadi sumber penularan ataupun habitat yang subur bagi perkembang biakan kuman/vektor penyakit (Ditjen PP-PL 2007). Keberadaan vektor di atas kapal dapat memengaruhi kondisi kesehatan masyarakat pelabuhan pada khususnya dan masyarakat lain yang berada diluar pelabuhan pada suatu wilayah tersebut, karena vektor dapat menularkan penyakit kepada manusia. Misalnya vektor jenis kecoa yang ada di atas kapal sering membawa mikroorganisme seperti Salmonella, Entamoeba histolitica yaitu kuman penyebab diare, typhoid/thypus, disentri, cholera dan virus hepatitis A (Aryatie, 2005). Pada kasus penyakit diare misalnya, data menurut Depkes RI (2008), angka morbiditas diare di Indonesia dari tahun 1996 sampai 2006 cenderung meningkat dari 280 meningkat menjadi 423 per 1000 penduduk. Hasil Surveilance terpadu penyakit (STP) pada Wilayah Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Tembilahan pada tahun 2010 bahwa penyakit yang paling tinggi adalah penyakit diare atau penyakit perut rata-rata 49,4% dari 537 penderita. Vektor lain yang sering dijumpai di atas
Universitas Sumatera Utara
kapal adalah pinjal tikus yang merupakan perantara penularan penyakit pes. Berdasarkan data KKP Kelas I Batam terjadi peningkatan keberadaan vektor, tahun 2008 terdapat 21 kapal yang di fumigasi, tahun 2009 terdapat 43 kapal yang di fumigasi dan 2010 terdapat 55 kapal yang di fumigasi di pelabuhan Sekupang Batam. Indeks pinjal pada pelabuhan Tembilahan sebesar 0,2. Indikator indeks pinjal menurut Depkes RI (2007), harus kurang dari 1. Wabah Pes sering muncul secara sporadis seperti pada tahun 1994 di India dengan jumlah kasus 1400 orang dan 50 kematian case fatality rate (CFR=3,57%). Kasus ini sempat meresahkan dunia Internasional sehingga setiap negara melakukan pengawasan ketat terhadap kapal yang datang dari India atau kapal yang menyinggahi Pelabuhan Pelabuhan di India (Depkes RI, 2000). Selama tahun 2001-2006 wabah pes muncul kembali setiap tahun di beberapa negara seperti Zambia, India, Vietnam, Algeria, Kongo dengan jumlah kasus 2793 dan kematian 233 orang (CFR = 8,34 %). Di Indonesia menurut (Depkes RI, 2008), bahwa hasil pemeriksaan specimen Pes pada manusia tahun 2002-2007 masih ditemukan positif sebanyak 71 orang dari 665 orang yang diperiksa. Untuk mewaspadai penyebaran masuknya vektor penular penyakit lewat pelabuhan, sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No.356/Menkes/Per/IV/2008 telah ditetapkan bahwa KKP sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan ujung tombak Departemen Kesehatan RI yang berwenang mencegah dan mengendalikan vektor penular penyakit yang masuk dan keluar pelabuhan dengan melakukan upaya pemutusan mata rantai penularan penyakit secara profesional sesuai standar dan persyaratan yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, peneliti melakukan survei pendahuluan pada bulan Pebruari 2011 di pelabuhan Tembilahan, dari 20 kapal yang diperiksa ada 13 kapal (65%) teridentifikasi keberadaan vektor penyakit yaitu: kecoa, tikus. Pengamatan di lapangan menunjukkan kepadatan kecoa cukup tinggi di atas kapal khususnya di ruang dapur, ruang makan dan ruang penyimpanan bahan makanan. Hal lain yang dapat di lihat yaitu sebagian besar kapal tidak memasang perisai tikus (rat guard), yaitu sebanyak 17 kapal (85%). Fenomena seperti ini dijumpai pada kapal yang berbendera Indonesia dan sebagian kecil berbendera asing. Keadaan tersebut sangat berpotensi
terhadap
keberadaan vektor di kapal, penyebaran penyakit
karantina dan penyakit menular potensial wabah yang datang dari luar negeri seperti Kolera, Pes. Jenis penyakit seperti ini dapat meresahkan dunia Internasional sehingga membutuhkan respon cepat dalam penanganan antar negara yang dalam International Health Regulation (IHR) tahun 2005 disebut Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) (WHO, 2007). Dari pengalaman penulis dalam melakukan observasi di kapal yang ada di Pelabuhan Tembilahan, masih banyak terdapat keberadaan vektor penyakit di kapal. Vektor tersebut berkembangbiak di kapal yang keberadaannya hampir menempati sebagian dari ruangan/kompartemen kapal. Sedangkan vektor tikus tidak terlihat. Keberadaan vektor penyakit di kapal selain disebabkan oleh faktor-faktor fisik di kapal yaitu; ruangan/kompartemen kapal, juga tidak terlepas dari tindakan anak buah kapal (ABK), demikian juga setiap kapal yang bersandar, pada tali kapal tidak dipasang perisai tikus, penerangan pada ruangan/kompartemen kapal sering tidak
Universitas Sumatera Utara
menyala. Hal ini dapat menyebabkan berkembang biaknya vektor pada ruangan/ kompartemen kapal yang merupakan faktor risiko. Data kedatangan kapal pada Kantor Kesehatan Pelabuhan Tembilahan tahun 2010 sebanyak 409 kapal, dimana keberadaan vektor penyakit tersebut mencapai 58% atau 237 kapal dari seluruh kedatangan kapal yang singgah dan bersandar dipelabuhan Tembilahan. Jumlah kunjungan 237 kapal tersebut, kapal luar negeri yang terdapat keberadaan vektor 33,33% atau 79 kapal, kapal dari dalam negeri yang terdapat keberadaan vektor 66,67% atau 158 kapal (KKP Tembilahan, 2010). Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis ingin meneliti faktor-faktor yang memengaruhi keberadaan vektor penyakit di kapal dan faktor risiko apa saja yang paling dominan memengaruhi terhadap berkembang biaknya vektor sehingga dapat di rumuskan strategi kebijakan manajemen pengendalian vektor penular penyakit di atas kapal.
1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang diatas masih banyak di temukan vektor di kapal, sehingga dapat memengaruhi risiko kesehatan ABK di kapal dan masyarakat di pelabuhan. Maka permasalahan dalam penelitian ini, bagaimana pengaruh faktor risiko (Deck, Kamar awak kapal, Toilet/Kamar mandi, Dapur, Gudang persediaan makanan) terhadap keberadaan vektor di kapal.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor risiko ( Deck, Kamar awak kapal, Toilet/Kamar mandi, Dapur, Gudang persediaan makanan) terhadap keberadaan vektor di kapal pada Pelabuhan Tembilahan serta faktor risiko yang paling berpengaruh.
1.4. Hipotesis Ada pengaruh faktor risiko (Deck, Kamar awak kapal, Toilet/Kamar mandi, Dapur, Gudang persediaan makanan) terhadap keberadaan vektor di kapal pada Pelabuhan Tembilahan
1.5. Manfaat penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi Kantor Kesehatan Pelabuhan Tembilahan dalam mengambil kebijakan terhadap manajemen pengendalian vektor penular penyakit di kapal. 2.
Sebagai masukan bagi masyarakat pelabuhan agar ikut berperan aktif dalam upaya melaksanakan pengendalian vektor di Pelabuhan Tembilahan.
3.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan MKLI yang berkaitan dengan pengaruh faktor risiko terhadap pengendalian vektor penyakit di kapal.
Universitas Sumatera Utara