INDONESIA POWER
WAWANCARA:
KONTRIBUSI MELALUI KOMITMEN & KOMPETENSI
Pembangkit
Pengalaman di Hilir Menjadi Kelebihan IP
Direktur PPPBPAT Ditjen Mineral Batubara dan Panas Bumi, Dept. ESDM Sugiharto Harsoprayitno
PANAS BUMI Lapsus: Pengurus Baru PP
.
EDISI 4 2008
Daftar Isi LAPORAN UTAMA
PELINDUNG: Direksi PT Indonesia Power PENGARAH: Direktur SDM
Pembangunan Pembangkit Panas Bumi langkah awal memperhitungkan Pembangkit-pembangkit
PENANGGUNG JAWAB: Sekretaris Perusahaan PEMIMPIN REDAKSI: Luthfi Hani
Renewable Energy?
REDAKTUR PELAKSANA: Imam Adi Prihantoro, Ulfa Millany
4
SEKRETARIS REDAKSI: Suntarti STAF REDAKSI: Asep Yanyan H, Elza Febrianto, Fitria Indriani, Salman N. Bachtiar, Siti Setiati A, Herman Nugroho KONTRIBUTOR TETAP: Bambang Purwo H, Budi Santoso, Cipti Listyanti, Eddy Subianto, Haryanti M. Kadri, Irawan Sumardi, M. Arifin, M. Nasai Hamid, Nusyirwan, Retiana, Sripeni Inten Cahyani, Udjang Sudjana, Wiryantono PELIPUTAN UNIT BISNIS: Semua Manajer Humas UBP, Manajer Humas/Keuangan UB Jasa Pemeliharaan, Four Steady (UBP Priok), Asmadi (UBP Saguling), Asnan Ferdinan (UBP Perak Grati), Duta Kadayan (UBP Suralaya), Erry Arnas (UBP Kamojang), Gunawan (UBP Mrica), Raffles Linelejan (UBP Bali), Sigit Endro Winarno (UBH), Sriyanto (UBP Semarang)
10 Teknologi Kelistrikan: Penggantian Servovalve Saat Unit Beroperasi
15 Profil: Tatang Hermana Koesnadi
REDAKTUR FOTO: Fery Machdius SIRKULASI: Agus M. Rusli ALAMAT REDAKSI: Gedung Indonesia Power, Jalan Jendral Gatot Subroto Kav. 18, Jakarta, 12950. Tel: 62-21-526 7666. Faks: 62-21-525-1923
18 Siapa Mengapa: Joko Martono
19 Laporan Khusus: Pengurus Baru PP
Redaksi menerima sumbangan artikel dan foto yang sesuai dengan misi penerbitan. Artikel dan foto yang dimuat akan mendapatkan imbalan yang sepantasnya.
Pengantar Redaksi Minal Aidin wal Faidzin Sidang Pembaca yang Terhormat,
B
ersamaan dengan terbitnya edisi 4 Tahun 2008 ini, ada dua momen besar yang jatuh pada hari yang hampir bersamaan. Yang pertama, adalah hari raya umat Islam, Iedul Fitri, yang tiba pada 1 dan 2 Oktober. Lalu selang sehari kemudian, Indonesia Power merayakan hari jadinya yang ke-13. Kami mengucapkan selamat Iedul Fitri. Mohon maaf lahir dan batin atas kesalahan dan khilaf yang terjadi sepanjang setahun terakhir. Dalam hal penerbitan majalah Indonesia Power ini, kami juga sekaligus memohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan dalam artikel di majalah ini. Dalam rangka ulang tahun Indonesia Power yang ke-13 ini, barangkali juga tepat masanya untuk mulai mencari atau merintis perspektif baru dalam segala bidang. Usia 13 tahun bisa diibaratkan masih ABG, Anak Baru Gede. Tentu saja menghadapi dunia baru di luar, IP yang masih ABG itu mesti waspada. Dalam konteks dunia global yang sedang dilanda krisis finansial, yang ditandai dengan kehancuran perbankan dan saham, juga didahului dengan kenaikan harga minyak (BBM) dunia ke tingkat yang ajaib dan lain-lainnya, IP mau tak mau harus merumuskan dengan jeli strategi menghadapi keadaan tersebut. Dalam menghadapi harga minyak yang naik tajam, IP sudah pasti harus memikirkan kembali pemakaian energi-energi pengganti BBM. Dalam Laporan Utama kami membahas upaya-upaya yang dilakukan IP untuk mengurangi ketergantungan pada BBM. Belum lama ini, IP memenangkan tender yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dalam pengusahaan Pembangkit di Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi di Gunung Tangkuban Parahu. Di WKP tersebut, IP akan membangun kegiatan pembangkitan dengan kapasitas hingga 120 MW. Pembangunan Pembangkit Panas Bumi yang tergolong dalam pembangkit non BBM atau biasa disebut dengan renewable energy (energi terbarukan) itu, merupakan bagian dari strategi bisnis untuk mengembangkan usaha
dengan cara meningkatkan kapasitas. Sudah sejak lama IP mengalami kecenderungan penurunan pangsa pasar. Dalam Laporan Khusus, kami menyambut dengan sukacita susunan kepengurusan baru Persatuan Pegawai (PP) Indonesia Power, yang terbentuk dalam konggres di Jogjakarta beberapa waktu lalu. Dalam Rubrik Teknologi Kelistrikan, kami sekali lagi menampilkan karya inovasi dari pegawai IP. Kali ini kami menampilkan inovasi tim dari UBP Suralaya, yang mampu melakukan studi dengan sukses tentang upaya penggantian Servovalve Aktuator Turbin, ketika Unit sedang beroperasi. Karya inovasi ini mendapat penghargaan Dharma Karya Pertambangan dan Energi dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, pada 17 Agustus 2008, serta Juara I Lomba Karya Inovasi XI Tingkat Nasional 2008. Kami juga memuat kembali ihwal penghargaan PROPER Hijau yang diterima UBP Priok dan Kamojang. Pada edisi lalu, cerita tentang PROPER ini pernah dimuat selintas dalam rubrik Lintas. Pada Edisi ini, keberhasilan dua unit pembangkit tersebut dalam melaksanakan proses produksi secara hijau itu kami beri ruangan yang lebih panjang. Akhir kata, semoga Sidang Pembaca berkenan.
Sebagian Penjaga Gawang Majalah Indonesia Power: Depan (kiri-kanan): Ulfa, Luthfi, Fitria Tengah (ki-ka): Suntarti, Salman, Fery Belakang (ki-ka): Imam, Siti Setiati, Eddy, Elza
Indonesia Power I Edisi 4-2008
3
Foto: HUMAS, Cooling Tower UBP Kamojang
LAPORAN UTAMA
Tender WKP Tangkuban Parahu:
Upaya Mengurangi Ketergantungan Pada BBM Keinginan PT Indonesia Power untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM, dapat dimulai antara lain dengan pembangunan Pembangkit panas bumi. Ini salah satunya terbukti dengan keberhasilan IP memenangkan tender Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi di Gunung Tangkuban Parahu. Di WKP tersebut, kata Antonius Resep Tyas Artono, Pjh. VP Pengusahaan Pembangkit Besar IP, Indonesia Power akan membangun kegiatan pembangkitan dengan kapasitas hingga 120 MW.
K
emenangan dalam tender tersebut bukanlah merupakan tujuan akhir perusahaan, namun lebih merupakan awal dari kegiatan panjang berikut-
4
Indonesia Power I Edisi 4-2008
nya yang harus dilalui. Kegiatan yang memerlukan kerjasama yang baik dengan semua pihak dalam perusahaan, seperti bidang hukum, keuang an, lingkungan, engineering, SDM, pengadaan, dan lain-lain. Karena ke-
giatan pengembangan Proyek tidak hanya tanggung jawab di divisi pengembangan usaha tetapi hendaknya juga menjadi semangat semua individu dalam perusahaan. Tanpa itu maka apapun yang direncanakan ti-
tender tersebut, merupakan bagian dari Road Map Geothermal Nasional dengan target pemanfaatan panas bumi di Tanah Air sebesar 2.000 MW tahun 2008 dan 3442 MW di 2012.
Foto: TH
dak akan bisa dilakukan. Pembangunan Pembangkit panas bumi sudah waktunya mendapat perhatian yang lebih besar, terutama mengingat konteks terus melambungnya harga minyak mentah di pasar internasional. Harga minyak yang terus bergejolak tersebut memang telah membuat manajemen IP menyiapkan beberapa strategi pengurangan ketergantungan terhadap BBM. Salah satunya adalah upaya pembangunan pembangkitpembangkit baru non BBM atau sering disebut dengan renewable energy (energi terbarukan)—seperti misalnya panas bumi. Hal ini juga sejalan dengan Rencana Jangka Panjang PT PLN (Persero). Di mana untuk itu PLN menargetkan rencana pelaksanaan Mega Proyek Pembangunan Pembangkit 10.000 MW tahap kedua yang memperhitungkan kontribusi pembangkit-pembangkit renewable energy. Di luar itu, tambah Antonius, kemenangan IP di WKP Tangkuban Parahu merupakan bagian dari strategi bisnis untuk mengembangkan usaha dengan cara meningkatkan kapasitas pembangkit. Sebab sudah sejak lama IP mengalami kecenderungan penurunan pangsa pasar. Ini terjadi karena meski demand terhadap pasokan listrik terus meningkat, terlepas dari kendala-kendala yang dialami perusahaan dan lingkungan bisnis umumnya, IP masih belum dapat kesempatan menikmatinya. Karena peluang-peluang tersebut lebih dulu direbut perusahaan pembangkit lain. Untuk mengejar ketinggalan itu, IP perlu tetap berupaya membangun beberapa pembangkit baru—baik pembangkit berbahan bakar batubara maupun non BBM (renewable energy). WKP Panas Bumi di Tangkuban Parahu sendiri merupakan satu dari tiga WKP yang ditawarkan dalam tender pengelolaan panas
Antonius Resep Tyas Artono
bumi yang digelar oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, akhir Agustus lalu. Dua WKP lainnya adalah WKP Cisolok Sukarame dan WKP Gunung Tampomas, yang masing-masing dimenangkan oleh PT Jabar Halimun Geothermal dan PT Wijaya Karya. Ketiga tender WKP ini merupakan bagian dari rencana penawaran 13 blok WKP Panas Bumi, yang disiapkan pemerintah sejak awal 2007. Rencana
Foto: HUMAS, Cooling Tower PLTP Gunung Salak
Perlu Kalkulasi Detil Perencanaan Sebagai salah satu pihak yang nantinya akan terlibat untuk mengelola WKP Panas Bumi di Gunung Tangkuban Parahu, menurut Muhammad Ahsin Sidqi, General Manager UBP Kamojang, pihaknya merasa SANGAT BANGGA dan bersyukur dengan keberhasilan IP tersebut. Menurutnya IP harus bersemangat dalam mengelola WKP tersebut. Mengingat selama ini, melalui UBP Kamojang, IP tergolong sudah memiliki pengalaman yang mumpuni dalam pengelolaan PLTP. Maklum saja, IP merupakan pionir pengelola PLTP pertama di Tanah Air dan sudah berpengalaman dalam hal itu selama 26 tahun. ”SDM UBP Kamojang sangat siap dalam operasi dan pemeliharaan PLTP Baru. Untuk penguasaan sisi hulu, saat ini 2 pegawai sedang me- ngambil Magister Teknik Geothermal di ITB, dan kami sangat antusias untuk disertakan dalam tim untuk mensukseskan project WKP ini. Kami harapkan IP bisa leading dibanding pemegang WKP lainnya,” kata Ahsin. Meski demikian, IP sepertinya tidak mau gegabah. Ini terlihat dari upaya pihak manajemen IP dalam menyiapkan kalkulasi detil untuk pengembangan WKP Tangkuban Parahu. Apalagi mengingat fakta, bahwa di WKP baru ini IP tak hanya menangani sisi hilir atau pembangkitan listrik dari uap panas bumi saja, tapi juga harus menangani sisi hulu pengelolaan panas bumi. Padahal selama ini IP sama sekali belum pernah memiliki pengalaman di pengelolaan hulu bisnis panas bumi. Dua hal yang menjadi prioritas dalam kalkulasi detil IP itu adalah penyiapan te-
Indonesia Power I Edisi 4-2008
5
LAPORAN UTAMA
naga ahli dan pendanaan. Di luar itu, kata Antonius, dalam jangka waktu dekat IP harus berusaha fokus kepada upaya melakukan kegiatan eksplorasi. Sebab sesuai dengan tenggat jadwal yang diberikan oleh Pemprov Jawa Barat, IP diberi kesempatan selama tiga tahun untuk mengeksplorasi WKP Tangkuban Parahu—begitu juga dengan pengelola dua WKP lainnya. Untuk itu IP harus menyiapkan sisi perencanaan eksplorasi, agar bisa mengurangi resiko di dalam kegiatan proses berikutnya. ”Itu harus dilakukan, dan itu memang membutuhkan biaya yang tidak kecil,” kata Antonius. Untuk penyediaan dana tersebut, pada tahap ekplorasi WKP Panas Bumi pada umumnya pengelola selalu terkendala dengan keengganan pihak perbankan untuk mau menyuntikkan dana pinjaman. Sebagaimana pada kegiatan per-
6
Indonesia Power I Edisi 4-2008
tambangan umumnya, apapun jenis dan kegiatannya, resiko kegiatan ini masih belum bisa diperkirakan. Karena itu, kata Antonius, sebagaimana dilakukan oleh perusahaan penambangan panas bumi umumnya (seperti, Amoses Indonesia, Unocal Geothermal Indonesia, dan perusahaan IPP panas bumi lainnya) pendanaan untuk kegiatan eksplorasi awal selalu berasal dari equity Perusahaan. Guna mengurangi resiko, pada tahap awal ini, bisa diminimalisir dengan cara menyediakan tenaga ahli yang mumpuni di bidang eksplorasi. Siapkan Juga SDM Outsourcing Kehadiran tenaga-tenaga ahli itu, nantinya diharapkan akan bisa mengurangi resiko kegagalan pada tahap-tahap berikutnya dalam pengembangan WKP Tangkuban Parahu. Jika kegiatan ekplorasi sudah tuntas dan IP sudah melakukan beberapa
pengeboran, barulah IP akan lebih mudah untuk mencari kemungkinan adanya suntikan dana dari luar. Sesuai dengan informasi yang diperoleh Antonius, setelah bertukar informasi dengan teman-temannya yang mengembangkan panas bumi di perusahaan panas bumi milik IPP, perbankan pada umumnya bersedia untuk melakukan pembahasan ketersediaan pinjaman setelah ada kepastian sekitar 25 persen dari kapasitas keberadaan uap geothermal di steam field. Untuk itu, IP perlu melakukan pendekatan ke perbankan atau melakukan kerjasama dengan strategic partner, untuk mendapatkan fasilitas pinjaman Tetapi, kata Antonius, pihaknya lebih berharap untuk bisa memperoleh suntikan dana dari perbankan. Dari segi ketersediaan SDM yang mumpuni dalam pengembangan WKP Tangkuban Parahu di hulu mau-
Foto: HUMAS, Gunung Salak Area
pun hilir, IP akan mempekerjakan tenaga-tenaga ahli outsourcing. Sebenarnya di IP sendiri, ada SDM-SDM yang pernah belajar mengenai penanganan sisi hulu bisnis panas bumi saat ditugaskan di UBP Kamojang. Tapi persoalannya, keahlian teoritis mereka belum pernah dipraktekkan langsung di hulu bisnis panas bumi. Karena memang di Kamojang, IP hanya menangani sisi hilir bisnis panas bumi. Karena itu, dengan bekerjasama dengan divisi SDM, divisi Unit Kerjasama Bisnis (UKB) akan fokus pada rencana perekrutan beberapa tenaga ahli outsourcing yang sudah berpengalaman, untuk jangka pendek, sambil mempersiapkan tenaga ahli dari karyawan melalui proses pembelajaran bersama dengan tenaga ahli yang berpengalaman tersebut . Untuk itu, sudah direncanakan pada tahap awal, IP akan mem-
pekerjakan dua orang tenaga ahli reservoir engineer, dua orang ahli geofisika, dua orang ahli geokimia. Selain itu IP juga akan merekrut beberapa engineer outsourcing, di mana semua itu, sudah dimasukkan dalam perencanaan Anggaran tahun 2009. ”Kalau itu disetujui, kami akan laksanakan. Memang itulah yang perlu dilakukan Perusahaan, mengingat perlu waktu untuk memiliki tenaga ahli sendiri yang berasal dari internal Perusahaan, sedang proyek memiliki jadwal sendiri sesuai dengan Peraturan Pemerintah.” kata Antonius. IP juga tengah melakukan pendekatan mencari strategic partner yang berpengalaman dalam pengelolaan WKP Panas Bumi. Sejauh ini sudah ada satu pihak yang ”dilamar”. Rencana kerjasama dengan strategic partner tersebut ditargetkan akan mencakup kerjasama untuk eksplorasi, ekploitasi, dan operasional hilir
WKP Tangkuban Parahu. 2013 Ditargetkan Beroperasi IP menargetkan akan mulai bisa mengoperasikan WKP Tangkuban Parahu pada tahun 2013. Ini sejalan dengan tenggat akhir kewajiban untuk melakukan ekplorasi yang ditetapkan oleh pemerintah, sesuai dengan PP 59 tahun 2007, yaitu lima tahun dari saat pengumuman pemenang tender WKP dilakukan. ”Kalau tidak, nanti IUP (Ijin Usaha Penambangan) IP dicabut pemerintah,” kata Antonius. Memang menurut Sugiharto Harsoprayitno, Direktur Pembinaan Pengusahaan Panas Bumi dan Pengelolaan Air Tanah, Ditjen Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi, ESDM, semua pemenang WKP harus sudah beroperasi dalam waktu lima tahun pertama—sesuai ketentuan dalam UU No 27 tahun 2003 tentang Panas Bumi.
Indonesia Power I Edisi 4-2008
7
Foto: HUMAS, Separator -PLTP Darajat
LAPORAN UTAMA
Antonius optimistis melalui dukungan semua unsur organisasi dan individu dalam Perusahaan, IP bisa mencapai tenggat waktu tersebut. Lebih jauh, kata Antonius, bahkan dengan isu renewable energy itu, IP bisa mempromosikan proyek PLTP Tangkuban Parahu untuk bisa mendapatkan CDM (Clean Development Mechanism) kelistrikan. CDM merupakan kesepakatan yang dibuat beberapa Negara industri di bawah ketentuan Protokol Kyoto, yang memperbolehkan mereka memberikan komitmen pengurangan gas emisi efek rumah kaca dengan cara menginvestasikan dana di proyek-proyek yang bertujuan
8
Indonesia Power I Edisi 4-2008
mengurangi tingkat emisi di negaranegara berkembang. Salah satunya adalah dengan cara jual beli karbon. Di mana negara atau perusahaan di negara berkembang yang mampu mengurangi tingkat emisi mereka, bisa mendapatkan pembayaran senilai tingkat pengurangan emisi yang berhasil mereka lakukan. Akan Incar WKP Lain Optimisme Antonius diamini oleh Arapen Sebayang, VP K3, Mutu dan Lingkungan IP. Menurutnya, kemungkinan IP mendapatkan proyek CDM dari negara-negara maju cukup besar. Sebab upaya PLTP, memang jenis pembangkitan yang bersahabat
dengan lingkungan. Karena di PLTP, bisa dikatakan tingkat polusi sangat kecil. Kalaupun ada sisa gas yang tak terkondensasikan dari hasil sumur panas bumi, penanganannya bisa dilakukan dengan diolah kembali sehingga kadar polutannya berkurang. Kemudian baru diinjeksikan ke dalam tanah atau dibuang ke udara. Semua proses itu tergolong aman dan tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Dengan semua optimisme dan dukungan itu, tak heran jika IP terlihat ingin semakin fokus pada upaya pengembangan PLTP-PLTP baru lagi ke depan nanti. Sejauh ini, kata Antonius, IP telah mengagendakan beberapa target WKP Panas Bumi lagi. Antara lain, IP sedang serius melakukan studi pendahuluan untuk kemungkinan pengembangan PLTP di bagian Timur Propinsi Jawa Barat. IP juga mengincar WKP Telaga Ngebel di Ponorogo (Jawa Timur) dengan kapasitas 120 MW. Saat ini IP terus melakukan pengamatan untuk WKP tersebut. Sehingga nanti saat tendernya mulai ditawarkan, IP akan segera bisa mendaftarkan diri untuk ambil bagian. Di luar semua antusiasme itu, IP juga berupaya untuk selektif dalam memilih WKP Panas Bumi incarannya. IP memfokuskan diri mengincar WKP-WKP di Pulau Jawa yang skala kapasitas produksinya besar dan sejalan dengan letak geografis bisnis utama Perusahaan yang ada saat ini. Antonius, berharap penambahan WKP-WKP baru di IP akan mampu mendongkrak kontribusi pasokan listrik dari PLTP terhadap total kapasitas seluruh pembangkit milik Indonesia Power yang mencapai 8.800 MW, dari hanya sebesar 4 persen menjadi setidaknya 5 persen. Karena bagaimanapun juga, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi menjadi salah satu alternatif penting untuk dapat mengurangi ketergantungan industri pembangkitan terhadap BBM. ***
WAWANCARA Direktur Pembinaan Pengusahaan Panas Bumi dan Pengelolaan Air Tanah, Ditjen Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi, Departemen ESDM, Sugiharto Harsoprayitno:
Pengalaman di Hilir adalah Kelebihan IP
Menurut Anda, berapa besar potensi IP dalam mengembangkan WKP tersebut? Itu tergantung berapa besar aset IP. Saya tidak punya supporting data finansial IP. Tapi sebagai gambaran, untuk mengembangkan 1 MW memerlukan investasi sekitar US$ 3 juta. Kalkulasi saja berapa MW yang dikembangkan IP. Kalau 100 MW, artinya harus ada investasi sekitar US$ 300 juta. Ini untuk lima tahun pertama. Tapi sebenarnya untuk perusahaan jika semakin besar dia investasi untuk lima tahun pertama, maka dia akan semakin cepat mendapat revenue. Harusnya makin bagus. Selama ini IP belum pernah masuk di hulu pengelolaan panas bumi. Tapi dengan kemenangan ini, IP masuk di situ. Bagaimana Anda melihat ini?
suatu profile yang menarik. Supaya bankable dan investor tertarik.
Foto: DS
Bagaimana Anda melihat kemenangan IP di tender Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Tangkuban Parahu? Sebagai perwakilan pemerintah, saya senang mengetahuinya. Sebab IP sebagai BUMN bisa involve di geothermal. Dan saya kira itu tidak ada salahnya. Karena Undang-Undang (UU NO 27/2003 tentang Panas Bumi—red) memang memberikan peluang kepada swasta nasional, BUMN, BUMD dan Koperasi untuk terlibat. Kami beri peluang semua secara equal treatment. Yang penting pelaksanaannya, mereka mesti bisa menjalankan komitmen dengan baik. Supaya jangan kasus-kasus yang lama terulang. Karena biasanya BUMN agak lambat. Semua pemenang harus tepat waktu menyelesaikannya. Kami harapkan minimal lima tahun sudah bisa operasional. Makin cepat, makin bagus.
Kalau sekarang IP memang juga masuk di hulu, saya kira justru akan memberikan nilai lebih. Karena IP sudah punya pengalaman di hilir. Dan lagi, kalaupun IP baru pertama kali masuk di hulu, tak perlu khawatir. Karena ’kan teknologi untuk itu sudah tersedia. Untuk mengimbangi kekurangan pengalaman di hulu, tinggal punya strategi bisnis saja. Bisa dengan dikerjakan sendiri atau menunjuk jasa, lalu beberapa tahun kemudian mengambil alih teknologinya. Apa saja yang mesti disiapkan IP untuk penanganan hulu? Kalau dari segi teknologi, bisa beli. Tapi saya kira, hal pertama yang mesti disiapkan IP adalah SDM. Itu sejak awal harus dibina. Mungkin pemerintah bisa membantu. Sebab dalam waktu dekat saya punya pemikiran, bahwa kami dari ESDM akan mengkoordinasi suatu manajemen training. Selain itu IP juga harus memperhatikan Financial approach. Supporting financial. Mesti dipastikan bagaimana IP akan membiayai itu? Tapi saya yakin nanti IP pasti akan mencari partner atau pinjam duit. Jadi buatlah
Anda optimistis dengan potensi IP dalam pengembangan WKP ini? Kalau dua hal itu terpenuhi, saya amat optimistis bisa dilakukan IP. Saya kira IP sudah punya kelebihan di hilir. Tinggal hulu. Tentunya ini justru bisa melahirkan kelebihan-kelebihan. Sebab kalau hulu dan hilir dipisah, itu ada kelemahan-kelemahan. Dengan IP mengambil kegiatan di hulu, maka kelemahan-kelemahan itu akan hilang, karena menjadi sinergis. Saya kira itu lebih menarik bagi investor. Tapi kalau dikembangkan sendiri, juga tidak ada masalah. Apa harapan dan pesan Anda untuk IP dan pemenang tender WKP lainnya? Saya kira, mereka harus profesional. Dalam arti tepat waktu dan tepat investasi. Karena panas bumi ini hulunya sudah ditetapkan dan hilirnya juga sudah diharapkan oleh PLN. Artinya permintaan untuk menjalankan komitmen itu sangat keras. Karena mereka ingin meminta sebelum dikeluarkan ijin usaha pertambangan harus ada suatu jaminan pelaksanaan agar mereka serius. Jadi jangan You belum punya modal, sudah ingin mengelola. Jaminan satu WKP sekitar US$ 10 juta. Mahal memang. Tapi US$ 10 juta itu kan untuk dua bor. Kalau mereka kembangkan 200 MW, itu puluhan bor. Jadi US$ 10 juta itu kecil. Jadi sebelum keluarnya surat ijin usaha, mereka harus setor itu. Kalau nggak, mereka bisa gagal. Ini dilakukan untuk menghindari kasus yang lama. Nanti setornya ke pemerintah daerah. Jadi pemenang WKP itu dengan pemerintah daerah membuka rekening deposito, atas ijin menteri keuangan. ***
Indonesia Power I Edisi 4-2008
9
Foto: ISTIMEWA
TEKNOLOGI KELISTRIKAN
Servovalve bocor pada Aktuator
Karya inovasi ini berhasil meraih penghargaan Dharma Karya Pertambangan dan Energi dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, 17 Agustus 2008, serta Juara I Lomba Karya Inovasi XI Tingkat Nasional 2008
Penggantian Servovalve Aktuator Turbin Saat Unit Beroperasi Oleh: Harlen, Parsono, dan Rolly (UBP Suralaya)
Penggantian Servovalve Aktuator Turbin pada awalnya dilaksanakan dengan stop unit. Dengan karya inovasi ini, penggantian servovalve tersebut bisa dilakukan pada saat unit beroperasi, sehingga unit tidak kehilangan waktu produksi.
K
ebocoran pada servovalve aktuator valve turbin dapat terjadi pada sistem Electric Hydraulic Controller (EHC). Kebocoran tersebut dapat mengakibatkan terjadinya valve hunting, valve full open, dan resiko kebakaran yang dapat mengancam unit trip. Padahal di sisi
10
Indonesia Power I Edisi 4-2008
lain penggantian servovalve saat unit operasi, juga memiliki resiko terhadap keandalan unit. Khususnya pada drum level dan perubahan beban secara drastis. Di luar itu, prosedur penggantian servovalve saat unit operasi, juga tidak terdapat penjelasannya dalam Manual Operasi dan Maintenance (OM
Manual). Karena itu diperlukan prosedur tententu, agar permasalahan drum level hunting dan penurunan beban secara drastis tidak terjadi. Sehingga resiko unit trip dapat dihindarkan dan tidak terjadi saat penggantian servovalve dalam keadaan unit beroperasi. Sebab
biasanya Penggantian servovalve baru bisa dilakukan saat kondisi valve turbin tertutup. Penutupan valve menggunakan metoda tersebut, padahal untuk itu perlu dilakukan freedom test pada sisi valve yang bocor, sehingga penutupan valve bisa smooth dan sistem tetap normal. Untuk itu kami mengusulkan membuat inovasi penggantian servovalve aktuator saat unit beroperasi. Sehingga manfaat inovasi ini adalah menjaga PLTU Suralaya, agar sebagai base load tetap bisa berproduksi secara aman dan andal. Hal itu dilakukan antara lain dengan mengatasi gangguan yang ada, yaitu dengan cara melakukan teknik khusus saat penggantian servovalve dalam keadaan unit beroperasi dengan cepat tanpa mengganggu keandalan pembangkit. Di mana hal itu dapat diaplikasikan pada pembangkit yang menggunakan sistem EHC. Dengan adanya inovasi ini, maka bisa meminimalisir resiko saat penggantian servovalve. Untuk pelaksanaan inovasi ini, perlu dilakukan beberapa tahapan yang dilakukan dalam pembuatan prosedur pengantian servovalve. Antara lain, pengkajian sistem control oil EHC sistem, pengkajian diagram alir main steam untuk mengetahui dampak penutupan valve terhadap aliran steam. Selain itu juga perlu dilakukan pengkajian logic freedom test, karena ada beberapa logic yang harus manipulasi selama penggantian servovalve. Kemudan juga perlu dilakukan pengkajian karakteristik operasi, untuk mengetahui pengaruh penutupan valve terhadap sistem lain seperti drum level, penurunan beban, tekanan main steam, pembukaan valve, dan lainnya. Di luar itu, diskusi dengan pihak terkait, seperti operator, juga diperlukan. Lalu pemeliharaan turbin dan pemeliharaan kontrol untuk memastikan langkah yang akan diambil dalam penggantian servovalve, juga harus dilakukan. Hal lain yang juga perlu dilakukan adalah pengamatan langsung proses penggantian untuk memastikan,
bahwa tahapan pekerjaan penggantian servovalve dapat berlangsung secara aman. Terakhir, perlu juga dilakukan pengambilan data saat penggantian servovalve untuk mempelajari dan analisis dampak, yang diakibatkan oleh panggantian servovalve terhadap sistem secara keseluruhan. EHC System pada PLTU Suralaya PLTU Suralaya memiliki tiga unit mesin pembangkit berkapasitas 600 MW, yang menggunakan Electro Hydraulic Control (EHC). Dimana menggunakan Fyrquel oil sebagai media pengontrol an valve turbin terhadap perubahan beban. Sistem EHC sendiri antara lain terdiri dari EH Fluid Supply System (terdiri dari 4-way valve block, Vane, Fluid tank, pump, dan Polishing block), Actuators MSV Actuator block, GV Actuator block, RSV Actuator block , ICV Actuator block, Solenoid Block, dan High pressure accumulator system. Prinsip Kerja EHC dan Servovalve di mesin-mesin pembangkit PLTU Suralaya sendiri, adalah High pressure oil (HP Oil) dihasilkan dari High presure Supply system yang bertekanan 126 kg/cm2. Kemudian High pressure oil akan mengerakan valve turbin open-close melalui aktuator, berdasarkan perintah dari Digital Electro Hydraulic Control atau governor cabinet (Lihat gambar. 2). Jika fungsi servo valve adalah sebagai pengontrol bukaan valve turbin dengan mengatur jumlah HP oil masuk ke Hydraulic cylinder, maka bisa dikatakan servovalve yang terpasang di aktuator yang terdapat pada tiap-tiap valve MSV, GV, RSV dan ICV berfungsi untuk membuka dan menutup valve bekerja berdasarkan sinyal Digital Electro Hydraulic Control (governor cabinet) melalui servovalve. Valve turbin PLTU Suralaya sendiri terdiri dari dua Main Stop Valve (MSV), empat Governor Valve (GV), empat Interceptor Control Valve (ICV) dan dua Reheat Stop Valve (RSV). Secara detil mekanisme kerja kesemua valve tersebut, memiliki fungsi masing-masing. MSV Open 100% saat operasi misalnya,
merupakan valve pertama yang dillalui uap sebelum masuk turbin. Sementara itu bukaan Governor valve linear, bekerja tergantung demand pengatur beban. Dari situ nantinya DEHC (Governor cabinet) akan memberikan perintah kepada valve untuk mengontrol operasi turbin. Lalu ICV berfungsi mengontrol uap sebelum masuk intermediate turbin, dan biasanya open 100%. Sementara itu, RSV berada pada posisi open 100% saat operasi. Penggantian Main Stop Valve Kebocoran servovalve di PLTU Suralaya dapat mengakibatkan beberapa masalah. Pertama, Governor valve menjadi dalam posisi full open. Sebab dari empat governor valve yang beroperasi, maka salah satu valve-nya (yaitu valve yang servovalnya bocor—red) membuka sampai 100%. Padahal bukaan normalnya untuk beban operasi 600 MW, hanya sebesar 30% untuk beban 600 MW. Kedua, menyebabkan terjadinya Governor valve hunting. Kondisi dimana bukaan valve hunting yang menyebabkan steam flow masuk turbin juga hunting, sehingga beban juga ikut hunting. Hal ini sangat beresiko terhadap unit trip dan kondisi sistem secara keseluruhan. Kebocoran servovalve juga dapat menyebabkn kebocoran oli yang dapat berisiko terhadap kebakaran. Karena tetesan oli pada permukaan casing turbin yang panas, bisa memicu kebakaran. Kebocoran pada servovalve saat operasi harus segera diatasi dengan metoda yang aman. Berdasarkan pengalaman di PLTU suralaya, hal itu bisa dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, penggantian servovalve Main Stop Valve (MSV). Penutupan valve MSV secara tiba-tiba akan mengakibatkan ketidakstabilan operasi pembangkit. Untuk mengantisipasi hal ini, maka dimanfaatkanlah sequent freedom test (Turbin Valve Test) pada posisi 60% load. Freedom test dilakukan pada sisi servovalve yang bocor. Ketika MSV full dalam posisi clo-
Indonesia Power I Edisi 4-2008
11
TEKNOLOGI KELISTRIKAN sed, tutuplah isolasi valve HP oil untuk menghentikan HP oil masuk ke silinder. Sehingga valve menutup, kemudian ganti servovalve yang bocor. Setelah prosedur itu saelesai, bukalah HP oil isolasi valve ke kondisi normal dan kemudian reset freedom test. Sehingga MSV akan membuka kembali ke posisi normal. Sebagai catatan, di sini Sequent freedom test dapat dimanipulasi saat MSV full dalam posisi closed. Ini perlu dilakukan agar valve dapat menutup sampai penggantian selesai, di mana sequent-nya setelah 10 detik full closed. Setelah itu valve akan membuka dengan sendirinya. Dari hasil uji terlihat kondisi sistem saat penggantian serovalve MSV dengan freedom test, di mana terlihat tidak terjadi fluktuasi tekanan yang signifikan pada main steam pressure saat valve MSV ditutup. Selain itu fluktuasi load/beban juga relatif stabil (saat MSV ditutup). Sehingga penggantian servovalve dapat dilakukan dengan aman. Penggantian GV dan ICV Kebocoran servovalve juga bisa dilakukan dengan penggantian servovalve GV 1 dan 2. Jika tindakan ini yang dilakukan, sebaiknya dilakukan saat valve masih berfungsi normal. Tindakan menutup valve GV secara tiba-tiba justru akan mengakibatkan ketidakstabilan operasi pembangkit. Untuk mengantisipasi hal ini, maka manfaatkanlah
sequent freedom test pada posisi 60% load. Freedom test tersebut dilakukan pada sisi servovalve yang bocor. Saat GV full pada posisi closed, tutup isolasi valve HP oil untuk menghentikan HP oil masuk ke silinder. Sehingga valve menutup. Kemudian, gantilah servovalve yang bocor. Setelah selesai lakukan freedom test lagi pada sisi servovalve yang telah diganti. Kemudian saat GV full pada posisi closed, bukalah HP oil Isolasi valve. Sehingga GV akan beroperasi normal kembali. Jika kebocoran servovalve dilakukan dengan penggantian servovalve GV 3 dan 4, sebaiknya dilakukan saat valve masih berfungsi normal. Penggantian servovalve GV. 3 dan GV.4 dengan operasi sequent mode, prinsipnya adalah dengan memamfaatkan bukaan governor yang tidak sama (sequent mode operation). Di mana pada beban +/- 400 MW, GV no. 4 sudah pada posisi full close. Sedangkan GV. No.3 dapat menutup full closed pada beban 350 MW. Kondisi inilah yang dapat dimamfaatkan untuk mengisolasi HP oil, agar penggantian servovalve dapat dilakukan. Penggantian Servovalve GV, juga bisa dilakukan saat Valve berada pada posisi full open. Lakukanlah pemilihan mode operasi load control load limit. Kemudian turunkan beban dengan menurunkan tekanan Main Steam pada posisi sampai 120 kg/cm2. Di mana kemudian penutup isolasi valve
Kerugian akibat Kehilangan Kesempatan Produksi Energi (MWh) Harga (Rp/kWh) Jumlah (Rp) Kerugian biaya start up (HSD) Volume (Liter) Harga (Rp/Liter) Jumlah (Rp)
2.050,00 MWh 339,36 Rp/ kWh 695.696.217,76
37.400,00 7516,60 281.120.840,00
Kerugian (PS) saat start up Energi (MWh) Harga (Rp/kWh) Jumlah (Rp.) TOTAL
12
Indonesia Power I Edisi 4-2008
186,12 339,36 63.162.429,29 1.039.979.487,05
HP oil valve akan menutup. Kemudian gantilah servovalve. Lalu buka isolasi valve HP oil, sehingga kemudian valve akan membuka ke kondisi normal. Jika kebocoran servovalve diatasi dengan proses penggantian servovalve ICV, maka bisa dilakukan dengan mekanisme lebih simple di bandingkan dengan cara penanganan lainnya. Karena penggantian servovalve ICV bisa dilakukan dengan cara menurunkan beban ke 500-550 MW. Setelah itu tutup isolasi valve. Maka HP oil valve akan menutup. Setelah itu ganti servovalcve yang bocor. Lalu bukalah isolasi valve Hp oil dan Valve akan membuka ke posisi normal. Bisa Hemat Hingga Rp 1,039 Miliar Manfaat inovasi penggantian servovalve aktuator turbin saat unit beroperasi, antara lain hanya menghabiskan waktu yang relatif singkat. Secara detil waktu yang dibutuhkan adalah satu menit untuk menutup Isolasi valve HP oil, lima menit untuk penggantian servovalve, dan satu menit untuk membuka isolasi valve Hp oil. Sehingga total waktu yang dibutuhkan hanya 7 menit. Manfaat lain inovasi ini adalah dari segi finansial. Berdasarkan referensi data trip unit 6 PLTU Suralaya 8 Januari lalu, jika inovasi ini dilakukan maka bisa menghindari kerugian akibat kehilangan kesempatan produksi yang biasanya mencapai Rp 1,039 miliar. Sementara itu, manfaat non finansialnya adalah dapat meningkatkan kepercayaan terhadap pengelolaan pembangkit, bisa meningkatkan customer satisfaction (kepuasan pelanggan) dan mendongkrak citra perusahaan di mata para pelanggan. Melihat semua kelebihan prosedur di atas, kiranya inovasi penggantian servovalve aktuator saat unit beroperasi agar dipertimbangkan untuk juga dapat diaplikasikan di PLTU lain yang memiliki sistem EHC. Tentunya dengan memperhatikan karakteristik pembangkit, seperti kapasitas, susunan valve dan karakteristik operasi pembangkitnya. ***
Foto: HUMAS
LINTAS
Peringatan
Foto: HUMAS
Foto: HUMAS
HUT IP dan Halal Bihalal HUT PT IP ke-13 yang jatuh tanggal 3 Oktober 2008 diperingati secara sederhana oleh seluruh keluarga besar PT Indonesia Power pada tanggal 13 Oktober 2008, di Ruang Serbaguna PT Indonesia Power (Kantor Pusat), Jakarta. Acara tersebut dilaksanakan bersamaan dengan acara halal bihalal. Karena itu, selain pemotongan tumpeng sebagai tanda peringatan HUT, yang diserahkan kepada pegawai tertua dan pegawai termuda, pada akhir acara seluruh hadirin saling bersalaman untuk bermaaf-maafan, setelah satu bulan penuh berpuasa di bulan Ramadhan. Puncak peringatan HUT IP ditandai dengan acara jalan santai keluarga pada 19 Oktober 2008. Acara tersebut melibatkan pegawai dan keluarga Kantor Pusat, UBP Priok, dan UB Jasa Pemeliharaan. Selain itu juga diikuti pegawai konsorsium pengelola gedung, koperasi, purna karya, dan undangan lain. Dirgahayu PT Indonesia Power Semoga Hari Esok lebih baik dari Hari Ini
Indonesia Power I Edisi 4-2008
13
LINTAS ERPA Uprating PLTP Gunung Salak Ditandatangani di Jakarta PT Indonesia Power dan South Pole Carbon Asset Management Ltd. sepakat melakukan jual beli pengurangan emisi dari Proyek Up-Rating Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Gunung Salak 3x5 MW, Indonesia. Penandatanganan ERPA (Emission Reduction Purchasing Agreement/ Perjanjian Pembelian Pengurangan Emisi) tersebut dilaksanakan di Jakarta tanggal 28 Agustus 2008 pada acara Rapat Koordinasi
Triwulan II/ 2008 PT Indonesia Power. ERPA ini terasa istimewa karena menggunakan skema yang berbeda. Jika biasanya carbon trading menggunakan skema Clean Development Mechanism (CDM), Jual beli Karbon PLTP Gunung Salak ini menggunakan skema Voluntary Emission Reduction (VER), yang merupakan skema yang relatif baru untuk mewadahi proyek-proyek pengurangan karbon yang tidak bisa diakomodasi oleh CDM.
PCS Go to Garung
Foto: HUMAS
Memperingati HUT Power Cycling Society (PCS) yang ke-1, HUT Bike to Work ke-3, dan HUT RI ke- 63, PCS mengadakan wisata teknik ke UBP Mrica, 29 Agustus 2008. Aktivitas dengan tema “Goes to Dieng–Gerakan Hemat Energi dan Peduli Lingkungan” tersebut diisi dengan senam bersama pegawai UBP Mrica, penanaman 20 pohon palem di areal UBP Mrica dan, tentu saja, bersepeda menuju kompleks wisata Dieng. Start dimulai dari PLTA Garung menyusuri Bendungan Menjer, mendaki lereng dan finish di pelataran kompleks Candi Dieng. Rombongan 14 pegawai UBP Priok ini membawa misi mengenalkan Komunitas Pekerja Bersepeda di Lingkungan PT Indonesia Power yang Hemat Energi, Sehat, dan Peduli Lingkungan.
UBP Priok akan mendapat tambahan pasokan gas sebesar 30 mmscfd dari PT Perusahaan Gas Negara, Tbk. Hal ini diperoleh dari penandatanganan Nota Kesepahaman antara PT Indonesia Power dengan PGN di Jakarta, pada 18 September 2008. Gas yang disalurkan itu nantinya berasal dari Sumatera Selatan melalui jaringan pipa transmisi gas bumi Sumatera Selatan-Jawa Barat. Titik Serah berlokasi di PLTGU Tanjung Priok. Ditargetkan, tambahan gas tersebut bisa masuk mulai September 2009 nanti, setelah seluruh infrastruktur yang dibutuhkan selesai dibangun.
14
Indonesia Power I Edisi 4-2008
Foto: HUMAS
MoU Gas IP – PGN
PROFIL
Tatang Hermana Koesnadi, VP Logistik IP:
Foto: ISTIMEWA
JANGAN PERNAH BERHENTI
D
i usia karir yang mencapai seperempat abad, tak banyak orang yang masih punya semangat untuk terus memupuk cita-citanya menuju jenjang karir yang lebih tinggi. Tapi Tatang Hermana Koesnadi, VP Logistik PT Indonesia Power (IP), sepertinya menjadi pengecualian dalam hal itu. Bergelut dengan dunia kelistrikan selama 24 tahun lebih, justru membuat pria kelahiran Kuningan (Cirebon) pada 21 Mei 1959 ini seolah “kecanduan” untuk terus mengejar karir lebih tinggi. Ini bukan lantaran Tatang ambisius. Tapi lebih karena dia memiliki filosofi kerja bahwa saat seseorang berhenti bercita-cita, maka saat itu juga pekerjaan yang dihasilkannya tidak akan berkualitas lagi. Dengan filosofi kerja seperti itu tak heran sebagai VP Logistik baru di IP, Tatang terlihat antusias ingin merealisasikan cita-citanya di divisi yang ditanganinya. “Saya ingin logistik IP bisa terpenuhi, terutama dalam hal ketersediaan bahan bakar,” katanya mantap. Karena itu, Tatang dan para stafnya telah menyusun target untuk mencari sumber bahan bakar primer agar bisa melebihi kebutuhan rutin—terutama untuk batubara, yang saat ini tergolong mahal dan langka. Untuk itu, dia akan melakukan pendekatan-pendekatan bisnis untuk menjajaki kemungkinan dilakukannya kesepakatan kerjasama lewat PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara) deng
BERCITA-CITA an beberapa perusahaan batubara. Mulai dari PT Bukit Asam, PT Berau, PT Kideco, dan PT Adaro. Perusahaan-perusahaan batubara diatas dinilai stabil dari segi ketersediaan pasokan. Bekerja dengan target pencapaian dan kalkulasi detil seperti di atas, memang hal yang biasa dilakukan oleh Tatang sejak memasuki dunia kerja. Bukan karena dia tergolong sosok yang workaholic. Tapi lebih karena Tatang termasuk orang yang melihat pekerjaan sebagai bagian dari perjalanan hidup yang harus dijalani dengan kesungguhan. Pilihan sikap yang juga dijalaninya saat pertama kali memutuskan diri menerima tawaran ikatan dinas di PT PLN (Persero) saat menempuh sekolah di ITB dulu. Dari tahun ke tahun, karir Tatang di dunia kelistrikan sendiri tergolong terus membaik. Ketika pertama kali masuk ke PLN tahun 1984, Tatang ditempatkan di bagian perencanaan mesin di proyek Pikiterm Jabar Jaya Muara Karang. Lalu dia ditempatkan sebagai counter part consultan di proyek PLTU 3 & 4 di konsultan Monenco hingga tahun 1988. Pada saat bersamaan suami dari Rusiastuti Krisnawati ini, juga ditugaskan untuk mendisain PLTU Suralaya Unit 5-6-7. Setelah itu, lulusan tehnik mesin ini ditugaskan di divisi Jasa Engineering di PPE di KS Tubun. Lalu hingga 2001, penggemar golf ini dipercaya menjadi ahli perencanaan pembangkit thermal di PLN. Tahun 2001-2003 diangkat sebagai staf sekretariat
Dewan Komisaris PLN. Sejak Juni 2003 hingga Mei 2008, Tatang dipercaya menjadi Asisten Deputi Direktur Energi Terbarukan Panas Bumi PT PLN dan merangkap bekerja di Project Implementation Unit sebagai staf Unit pelaksana Projek Pinjaman Luar Negeri. Pada bulan Mei 2008 lalu, Tatang dipercaya menjabat sebagai VP Logistik IP. Meski ditempatkan di berbagai jenis penugasan yang menuntut multi disiplin, Tatang mengaku tak pernah merasa kesulitan dalam beradaptasi dengan pekerjaan baru. Begitu juga dengan tugasnya sebagai VP Logistik. Sebab Tatang tergolong sosok yang mudah beradaptasi dengan lingkungan dan tugas kerja baru. Karenanya meski mengaku ritme kerja dan karakter pekerjaan di IP jauh berbeda dengan di PLN, Tatang merasa dirinya tetap bisa dengan cepat beradaptasi dan segera tune-in dengan tugas-tugas barunya sebagai VP Logistik di IP. Sebagai VP logistik, Tatang berharap ke depan IP bisa berkembang lebih baik lagi. Menurutnya, bahkan ke depan IP mestinya bisa menjadi sebuah perusahaan holding pembangkitan. Sehingga IP bisa lebih fokus ke arah strategi bisnis. ”Kalau sekarang kan IP lebih mengarah dan sibuk ke operasi. Tapi kalau operasional di pisahkan dari IP, dan dijadikan sebagai satu unit bisnis sendiri, IP mungkin akan menjadi lebih baik. Indonesia Power bisa lebih berkembang. Tapi ini semua tergantung keputusan PLN Pusat,” katanya. ***
Indonesia Power I Edisi 4-2008
15
REKAMAN LENSA
Foto-foto: Istimewa
Persatuan Ibu (PI) PT Indonesia Power mengadakan Bazaar Ramadhan, 18 September 2008 di Jakarta. Perwakilan PI dari seluruh Unit Bisnis berpartisipasi pada acara tersebut dengan menjual berbagai produk pangan dan sandang untuk keperluan puasa dan lebaran.
Dalam mengisi bulan Ramadhan 1429 H, DKM dan LAZ An Nur mengadakan acara pesantren kilat bagi anak pegawai dan kelompok binaan Lembaga Amil Zakat An Nur, pada 23-25 Oktober 2008, di Kantor Pusat PT Indonesia Power, Jakarta.
PT. Indonesia Power UBP Suralaya membantu biaya pendidikan kepada masyarakat yang kurang mampu di sekitar Perusahaan, dari tingkat SD/MI, SLTP dan SLTA, untuk tahun ajaran 2008-2009, sebanyak 275 orang. Diserahkan oleh GM UBP Suralaya, Ir. Sudirmanto MM, acara pada 26 Agustus 2008 itu juga dihadiri Ketua DPRD Kota Cilegon, Asda 2 Pemerintah Kota Cilegon, Danrem Maulana Yusuf Banten, Komandan Group 1 Kopasus, Danlanal Banten, Dirpolairud Banten, Tripika Kec. Pulo Merak, dan tokoh masyarakat, di Gedung Serbaguna Komplek PLTU Suralaya.
Bersamaan dengan acara penyerahan bantuan pendidikan, dilaksanakan pula acara Khitanan Massal kepada masyarakat di lingkungan UBP Suralaya dengan jumlah peserta khitan sebanyak 78 anak, yang dilaksanakan pada 26 Agustus 2008 di Gedung Serbaguna UBP Suralaya.
16
Indonesia Power I Edisi 4-2008
REKAMAN LENSA
Kantor Pusat
PLTA Bengkok, UBP Seguling
PLTA Jelok, UBP Mrica
PLTD Senayan, UBP Priok
Safari Ramadhan PT Indonesia Power
PLTA Darajat, UBP Kamojang
UBP Suralaya
Silaturahmi merupakan aktivitas penting untuk menyatukan pandangan manajemen dan pegawai guna mencapai Visi dan Misi perusahaan. Karena melalui forum nonformal seperti ini, jajaran direksi bisa menerima berbagai masukan mengenai operasional dan pengelolaan perusahaan dari para pegawai. Tidak heran, di setiap lokasi Safari Ramadhan PT Indonesia Power, seluruh penceramah dan Da’i yang diundang selalu memaparkan keistimewaan silaturahmi. Safari Ramadhan tahun ini dilaksanakan pertama kali di PLTU Perak pada 5 September. Lalu berturut-turut diselenggarakan di Sub Unit PLTA Jelok (UBP Mrica-11 September), UBP Semarang (12 September), UBP Bali yang dilaksanakan di PLTD Pesanggaran (16 September), UBP Suralaya (16 September), Kantor Pusat (18 September), UBP Kamojang yang dilaksanakan di Sub Unit PLTP Darajat (19 September), dan terakhir di Sub Unit PLTA Bengkok (UBP Saguling) pada 23 September 2008. Pada setiap Safari Ramadhan dilaksanakan penyerahan santunan kepada anak yatim piatu di sekitar lokasi perusahaan. Pada safari terakhir di Sub Unit PLTA Bengkok, misalnya, diserahkan santunan kepada 30 anak yatim piatu. Semoga Safari Ramadhan membuat tahun ini menjadi Ramadhan terbaik bagi kita. Dan semoga Allah memanjangkan umur kita dalam ketakwaan sampai bertemu Ramadhan tahun depan.
Indonesia Power I Edisi 4-2008
17
SIAPA MENGAPA
Djoko Martono:
IP Bisa Menjadi Leader Foto: ISTIMEWA
Di Pembangkitan Renewable Energy
B
isa menikmati keindahan mengenal dan belajar tentang hal-hal baru merupakan satu alasan, yang kerap membuat seseorang bisa bertahan menjalani karir pilihannya. Ini juga dialami oleh Djoko Martono, Vice President Pengembangan Usaha Pembangkit Kecil dan Jasa PT Indonesia Power (IP) selama perjalanan 14 tahun karirnya di dunia kelistrikan. Hal mengesankan itu dialami pria kelahiran 6 November 1968 ini, mulai dari saat dia ditempatkan di Divisi Pendanaan saat pengembangan awal untuk pendanaan PLTU Tarahan (Lampung Sumatera Selatan), lalu di Divisi IPO IP, di Divisi Prokurmen, hingga saat dipindahtugaskan untuk menangani shipping bussines di PT ADC (Artha Daya Coalindo). Tak heran jika kemudian lulusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro Semarang ini, melihat setiap pekerjaan yang dipercayakan kepadanya sebagai amanah juga ibadah. Dan suami dari Widiyanti Rahayu ini, selalu menjaganya dengan baik. Dalam menjalankan semua pekerjaannya, Djoko, juga berprinsip bahwa sebagai ibadah pekerjaan juga harus dilakukan dengan sikap Ittiba’ (dijalankan dengan terus meningkatkan pengetahuan). Perjalanan karir dari bapak dua anak ini, tergolong lancar dan perlahan tapi pasti—meskipun dunia kelistrikan bukanlah karir pertamanya. Di akhir masa kuliah tahun 1992, Djoko pernah bekerja di perusahaan jasa konstruksi. Saat itu dia ikut dalam proyek pembangunan RS Kanker Dharmais Jakarta. Setelah lulus tahun 1993 dia bekerja di perusahaan konsultan struktur besar. Tapi setahun kemudian jalan hidupnya berubah ke jalur kelistrikan. Semua bermula ketertarikannya mendengar cerita para senior kuliahnya, yang sudah terlebih dahulu
18
Indonesia Power I Edisi 4-2008
masuk ke PT PLN (Persero). Dari mereka Djoko menangkap, bahwa ternyata PLN cukup menjanjikan. Meskipun saat itu juga sedang terjadi booming di bisnis jasa konstruksi, yang tentunya juga menawarkan gaji dan masa depan menggiurkan. Tapi pria yang selalu tertarik mengenal hal baru ini, akhirnya memutuskan “lompat” ke PLN. Pilihannya tak salah. Dari waktu ke waktu karirnya terus membaik. Saat pertama masuk, Djoko ditempatkan di Proyek Induk Pembangkit Termal Jawa Barat & Jakarta Raya (Pikitterm Jabar Jaya). Tak lama setelah itu dia diminta untuk bergabung di PJB I (Indonesia Power). Di IP karirnya berpindah-pindah, dari mulai di Divisi Anggaran & Pendanaan, hingga ke Divisi Prokurmen. Akhir 2004 Djoko diminta bergabung di PT Artha Daya Coalindo (PT ADC), salah satu Anak Perusahaan PT IP yang bergerak di bisnis trading, transportasi & pembongkaran batubara. Lalu Juni 2008, penugasannya sebagai VP Pengusahaan Pembangkitan dan Jasa PT Indonesia Power menandai kembalinya Djoko ke IP setelah hampir 4 tahun di ADC sekaligus juga mengantarkannya pada posisi karir terbaik selama 14 tahun bergelut di dunia kelistrikan. Di tempat barunya ini, Djoko tetap berusaha bersikap Ittiba’, meskipun dia melihat tugas di Divisi Pengembangan Usaha penuh dengan tantangan. “Di sini kita dihadapkan pada kesulitan keuangan. Tapi juga tetap diharuskan meningkatkan pertumbuhan usaha untuk menjaga pangsa pasar dan perusahaan tetap going concern,” katanya. Tapi dengan komitmen semua jajaran manajemen dan karyawan, penggemar ikan hias ini berharap, IP bisa menjadi leader untuk pemanfaatan renewable energy, energi langit biru, juga energi nuklir. ***
Foto: HUMAS
LAPORAN KHUSUS
Persatuan Pegawai IP Masa Bakti 2008-2011:
Menuju Hari Esok
yang Lebih Baik S ejak awal September lalu, ada wajah-wajah baru di kantor pusat Persatuan Pegawai (PP) PT Indonesia Power. Mereka antara lain Ketua dan Wakil Ketua PP IP yang baru, Slamet Suwardi dan PS Kuncoro. Sesuai hasil Kongres PP IP ke-4, akhir Agustus lalu, keduanya memang terpilih untuk menah kodai PP IP untuk periode 2008-2011. Dalam Kongres PP IP yang berlang sung pada 26-28 Agustus lalu di Hotel Grage, Jogjakarta itu, memang pemilihan Ketua dan Wakil ketua PP IP baru dijadikan sebagai agenda utama. Pergantian kepengurusan PP tersebut dilakukan, menurut Retiana, VP Kepatuhan dan Hubungan Industri IP, karena memang periode tiga tahun kepengurusan PP lama telah berakhir. Selain itu, juga karena secara organi-
sasi PP IP juga memerlukan kaderisasi bagi anggota-anggota mudanya. Slamet dan Kuncoro terpilih sebagai Ketua dan Wakil Ketua PP IP Periode 2008-2011 dengan perolehan suara di voting putaran terakhir masing-masing sebanyak 31 suara dan 9 suara. Proses pemilihan Ketua dan Wakil Ketua baru PP IP tersebut, dihadiri oleh 40 orang perwakilan anggota PP dari seluruh UBP di IP. Selain itu, proses pemilihan juga dihadiri oleh Ketua PP IP lama, Nusyirwan, serta jajaran direksi IP—termasuk di antaranya Direktur Utama IP, Tonny Agus Mulyantono. Pemilihan kedua pimpinan puncak PP IP baru tersebut, berlangsung lancar, mulus, dan sangat kondusif. Sehingga, tambah Retiana, pihak manajemen IP yang turun menghadiri acara tersebut merasa bangga melihatnya. Hal sena-
da juga dilontarkan mantan Ketua PP IP lama, Nusyirwan. Menurutnya pemilihan ketua dan wakil ketua PP yang baru memang berlangsung dengan baik sekali. Bahkan bisa dikatakan merupakan pemilihan pengurus puncak PP IP yang demokratis dan paling mulus. Dari segi waktu proses pemilihan, juga tergolong paling cepat. Hal itu terjadi, kata Nusyirwan, karena memang baik para perwakilan anggota PP dan pengurus lama tidak ingin melakukan tindakan atau sikap macam-macam. Selain itu, kata Gunawan SW, Ketua PP UBP Mrica, tak lain karena kondisi PP IP sebagai sebuah organisasi yang mewadahi kepentingan pegawai IP di Kongres ke-4 lalu sudah cukup dewasa dan matang dalam menjalankan proses pergantian kepengurusan. “Dan lagi, juga karena
Indonesia Power I Edisi 4-2008
19
LAPORAN KHUSUS gai bendahara I, Roosdiana Sibarani bendahara II, Refdi Madefri sebagai koordinator bidang (Korbid) Humas, Harnawi sebagai Korbid Remunerasi, dan Suud Umami sebagai Korbid Hukum Advokasi, Organisasi dan SDM. Dengan sudah terpilihnya susunan personil kepengurusan PP IP baru secara lengkap, tentu saja mereka berharap akan bisa segera menjalankan visi dan misi kepengurusan PP baru. Di mana pada intinya, kata Slamet, visi dan misi kepengurusan PP IP yang baru adalah menjalankan amanah anggota yang tertuang dalam program kerja dengan penuh tanggungjawab. Se-
Foto: HUMAS
tak ada paksaan apapun dari pihak manajemen,” katanya. Terpilih sebagai pengurus utama PP IP, bagi Slamet dan Kuncoro, tak lalu membuat mereka lupa diri karena telah ”naik jabatan”—dari sebagai peng urus PP di UBP menjadi pengurus di PP tingkat Pusat. Sebelumnya Slamet dan Kuncoro masing-masing memang menjabat sebagai Ketua PP IP di UBP Suralaya dan UBP Priok. Tapi jabatan sebagai pimpinan utama PP IP baru, bagi mereka justru berarti mengemban tanggungjawab yang jauh lebih besar dibandingkan saat mereka masih menjabat sebagai ketua PP. ”Ketua
Suasana Pemilihan Pengurus Baru PP di Konggres Jogjakarta (dan Wakil Ketua) PP adalah tugas yang sangat berat. Meski begitu, kami akan mencoba melaksanakan tugas sebaik-baiknya,” kata Slamet. Menjalin Komunikasi Dengan Manajemen Untuk itu, baik Slamet dan Kuncoro bertekad menjalankan secara sungguh-sungguh tugas sebagai ketua dan wakil ketua PP, seperti yang diamanatkan hasil Kongres PP IP ke-4. Langkah pertama untuk bisa menjalankan amanat itu, telah mereka lakukan dengan melakukan pemilihan susunan personil kepengurusan baru awal September lalu. Dimana Bayu Husodho terpilih sebagai sekretaris, Tri Susilo seba-
20
Indonesia Power I Edisi 4-2008
cara detil, visi PP IP baru sendiri adalah menjadi wadah pegawai yang mandiri, demokratis, menjunjung tinggi kebersamaan, profesionalisme, serta menjadi mitra perusahaan yang dapat diandalkan. Sementara itu misi dari pengurus PP IP baru antara lain meningkatkan kesejahteraan anggota dan keluarganya, memberikan perlindungan kepada anggotanya dan menyalurkan serta memperjuangkan kepentingan dan aspirasi para anggotanya. Misi lain mereka adalah berpartisipasi aktif dan proaktif dalam menyukseskan progarn-program perusahaan, serta berusaha berdiri sebagai mitra dalam hubungan industrial yang proaktif dalam
proses pengambilan keputusan/kebijak an, yang berhubungan dengan masalah ketenagakerjaan. PP IP juga ingin menjadi sarana mendidik anggotanya untuk memahami hak dan tanggungjawab dalam memajukan perusahaan yang sehat. Mengenai program kerja, menurut Slamet, untuk 100 hari pertama mereka antara lain ingin melakukan konsolidasi organisasi kepengurusan yang baru terlebih dahulu. Hal itu antara lain dilakukan lewat rapat dan koordinasi kepada seluruh pengurus PP. Program kerja jangka pendek lainnya yang sudah direncanakan adalah berperan aktif dalam upaya memajukan perusahaan, meningkatkan kesejahteraan anggota dan keluarganya, mewujudkan layanan sebaik-baiknya kepada anggota dan keluarganya, melaksanakan perlindungan bantuan hukum dan melakukan kegiatan untuk menuju organisasi yang mandiri. Sementara itu program jangka panjang (tiga tahunan), antara lain memantapkan keberadaan organisasi yang solid baik intern dan ekstern, menyukseskan program perusahaan yang mengarah ke peningkatan nilai perusahaan, meningkatkan kesejahteraan anggota dan keluarganya, meningkatkan profesionalisme (kerja) anggotanya, memberikan perlindungan dan bantuan hukum, serta mengupayakan organisasi yang mandiri. Dimana pada intinya kesemua program tersebut, kata Slamet, telah tertuang dalam program kerja organisasi hasil kongres kemarin. Dengan semua program kerja itu, kata Kuncoro, mereka menargetkan ke depan nanti jika ada masalah yang timbul nantinya bisa diselesaikan dengan baik. Selalu bisa dicari win-win solution-nya. Untuk itu mereka akan melakukan konsolidasi dengan para anggota PP, serta menjalin komunikasi yang baik dengan pihak manajemen. Karena itu, Slamet berharap, kepengurusan yang baru sesegera mungkin bisa beradaptasi dan menjalankan tugasnya. ”Jadikan tugas sebagai bagian
Harus Memahami Kondisi Perusahaan Dukungan sikap optimistis terhadap realisasi dari semua program kerja kepengurusan PP IP baru, juga datang baik dari perwakilan anggota maupun pihak manajemen. Gunawan menilai, bahwa ketua maupun wakil ketua PP yang baru tergolong orang-orang yang memiliki semangat membangun komunikasi dengan sangat bagus. Sehingga dia optimis, bahwa keduanya nanti akan mampu mengkomunikasikan semua persoalan kepada pihak manajemen. ”Mudah-mudahan nanti komunikasi ini membawa kepada keterbukaan, yang juga bisa dilakukan di level bawah,” katanya. Sementara itu Nusyirwan melihat,
Pengurus Inti PP IP Periode 2008 – 2011: PP Tingkat Pusat: Ketua : Slamet Suwardi Wakil Ketua : PS Kuncoro Sekretaris : Bayu Husodho Bendahara 1 : Tri Susilo: Bendahara 2 : Roosdiana Sibarani Ketua Tingkat Unit: Kantor Pusat : Arif Amiruddin UBP Priok : Ganjar Prihartanto UBHAR : David Anton Pringadi UBP Suralaya : Adi Rekno (Wakil Ketua) UBP Saguling : Encep Supratman UBP Kamojang : Dedi Darmawan UBP Mrica : Gunawan SW UBP Semarang : Wujud Haryanto Cahyo UBP Perak Grati : Sutjipto Adini UBP Bali : ING Karmawan
Foto: TH
dari ibadah kita masing-masing,” katanya. Baik Slamet maupun Kuncoro, optimistis semua rencana dan program kerja kepengurusan mereka akan dapat direalisasikan.
Retiana
kepengurusan PP yang baru ini akan lebih bagus lagi dalam menjalankan semua program kerjanya. Karena saat ini pihak manajemen lebih mendukung. Sehingga pengalaman pergesek an dengan pihak manajemen yang dulu kerap dialaminya saat menjadi Ketua PP, sepertinya tak akan terulang. Bukti ke arah sana sudah mulai terlihat dengan berhasilnya PP baru melengkapi personil kepengurusannya. ”Harapan saya dengan lengkapnya struktur organisasi PP sekarang, nantinya pekerjaan-pekerjaan mereka bisa lebih baik. Karena kebutuhan PP lebih bisa disuarakan, bisa lebih jalan. Jadi lebih bisa tertangani,” katanya. Untuk makin memuluskan kerja PP IP baru, Nusryirwan juga berpesan, agar kepengurusan PP yang baru tak hanya fokus pada penanganan persoalan karyawan saja. Tetapi juga tetap bisa fokus ke perusahaan. Sebab jika mereka tidak berusaha imbang dalam hal itu atau hanya melulu mengedepankan tuntutan hak dari karyawan, nanti justru bisa menjadi bumerang baik bagi mereka maupun karyawan IP secara keseluruhan. Untuk itu sebaiknya pelaksanaan visi PP harus diarahkan untuk membuat PP menjadi lebih baik dan bisa menjalankan kerjasama dengan pihak manajemen. Tidak membawa visi dan misi PP ke arah politis. Untuk itu ada beberapa pekerjaan rumah yang harus dikerjakan pengurus PP IP baru. Antara lain, para peng
urus juga harus mengetahui (kondisi dan persoalan) perusahaan secara utuh, sehingga bisa ikut membantu perusahaan dalam menghadapinya. Para pengurus PP baru juga harus bisa memberikan masukan kepada para anggotanya untuk melakukan kewajib an-kewajibannya sebagai karyawan. Para pengurus PP juga diharapkan berpikir strategis, dimana tidak mengangkat hal-hal kecil ke permukaan untuk diselesaikan, tetapi hal-hal besar (prinsipil) justru diabaikan. ”Jangan act local, tapi harus berdampak global. Berpikirlah dengan cerdas,” katanya. Nusyirwan optimistis, kepengurusan PP IP yang baru akan berjalan dengan lebih baik. Sejauh teman-teman pengurus PP IP yang baru bisa memahami kondisi perusahaan dan bisa memberikan masukan kepada anggotanya agar perusahaan bisa maju. Jika perusahaan maju, maka kebutuhan karyawan pun otomatis akan juga ikut terpenuhi. Hal senada juga dilontarkan Retiana. Menurutnya, upaya memahami dan melihat kondisi perusahaan memang sangat perlu dilakukan oleh para pengurus PP. Di mana pemahaman terhadap kondisi perusahaan itu, juga termasuk memahami kondisi PLN sebagai pemegang saham. Selain itu Retiana juga berpesan, agar kepengurusan PP yang baru bisa memegang amanahnya dengan terus berbenah untuk menyumbangkan kontribusi yang terbaik untuk perusahaan dan pegawai. Selain itu dalam menjalankan tugasnya, para pengurus juga diminta untuk mengacu kepada mekanisme hubungan industrial perusahaan yang sudah ada. Seperti dalam hal membangun komunikasi dengan pihak manajemen dalam menangani persoalan-persoalan SDM. Terakhir, Retiana berpesan, agar pengurus PP yang baru, senantiasa mengikuti perkembangan perusahaan termasuk memahami makna Visi, Misi, serta Nilai-nilai Perusahaan serta menjadi ’champion’, selalu menunjukkan perilaku kerja yang mendukung nilai tambah bagi perusahaan. Selamat Bekerja! ***
Indonesia Power I Edisi 4-2008
21
MANAJEMEN Manajemen Risiko:
Upaya Menumbuhkan
Risk Awareness Target PT Indonesia Power (IP) untuk tumbuh menjadi perusahaan kelas dunia dilakukan melalui berbagai kiat perbaikan kinerja bisnisnya. Salah satunya yang masih terasa ”segar” adalah dengan pembentukan
Foto: DS
Departemen Manajemen Risiko (MRK) pada akhir tahun 2006 lalu.
P
endirian sebuah perusahaan tentunya untuk jangka panjang, sehingga aktifitas usahanya tidak semata untuk mendapatkan keuntungan saja, tetapi juga harus menjaga keberlangsungan perusahaaan dalam jangka panjang (sustainable), kata VP MRK IP, Harijanti M. Kadri. Berangkat dari cara berpikir demikian, sudah selayaknya jika berbagai risiko yang berpotensi mengganggu keberlangsungan perusahaan harus dapat diantisipasi sedini mungkin, agar
22
Indonesia Power I Edisi 4-2008
dapat dicari titik keseimbangan antara pertumbuhan dan pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha dapat tumbuh secara optimal dan berkelanjutan. Adalah tugas utama pihak manajemen untuk selalu berusaha agar selain menjaga pertumbuhan bisnisnya berkembang dengan baik, juga harus bisa menjaga keberlanjutan bisnisnya tersebut. Atas dasar itulah, tambah Harijanti, maka Departemen MRK IP dibentuk. ”Jika perusahaan ingin tumbuh pesat, tentunya ada risiko-risiko yang akan dihada-
pi. Di situlah diperlukannya manajemen risiko untuk mengenali atau mengantisipasi risiko dari setiap aktivitasnya. Selain dari itu, adalah pentingnya mengelola risiko untuk memenuhi ekspektasi baik stakeholder (pemangku kepentingan) maupun shareholder (pemegang saham) akan pertumbuhan nilai dan keberlangsungan perusahaan. Jadi kalau sudah tahu apa risikonya, kita bisa tahu apa mitigasinya,” katanya. Pada intinya, Manajemen Risiko (MR) untuk suatu kegiatan tertentu adalah meliputi identifikasi, analisa, evaluasi, pengendalian, monitor, pelaporan, audit, serta review terhadap risiko, termasuk mengkomunikasikannya. Strategi pelaksanaan MR diantaranya bisa dalam bentuk menghindari risiko, yang berarti tidak melakukan kegiatan tersebut, memindahkan sebagian atau seluruh risiko tersebut kepada pihak lain, mengurangi risiko atau mengelola seluruh risiko itu sendiri. Apabila kita berbicara tentang risiko dan kemudian mengkaitkannya dengan keberlangsungan perusahaan, berarti risiko harus dikelola secara terintegrasi di dalam korporasi. Pengelolaan portofolio risiko secara terintegrasi inilah yang sering
13.E/012/IP/2007 tentang Pedoman Manajemen Risiko Korporat PT IP. Melalui SK-SK tersebut terlihat jelas bahwa pihak top manajemen IP menunjukkan komitmen yang kuat untuk mengimplementasikan GCG dan ERM di IP secara lebih baik. Sehingga diharapkan melalui penerapan ERM yang konsisten dan didukung oleh komitmen penuh direksi, maka akan diperoleh gambaran menyeluruh mengenai peta risiko pada seluruh aktifitas usaha atau bisnis IP. Agar pelaksanaan ERM di IP bisa berjalan dengan baik, Harijanti sebagai VP MRK IP, telah menyusun empat program utama atau langkah
kukan dalam upaya pembentukan ERM yang matang dalam sebuah perusahaan. Dari proses bisnis yang benar kita akan dapat membuat daftar risiko (risk register) yang baik dan lengkap. Saat ini review bisnis proses IP untuk Kantor Pusat dalam tahap finalisasi dan sudah mulai masuk ke tahap pembuatan risk register-nya. Proses tersebut selanjutnya akan dilanjutkan ke-9 Unit Bisnis Pembangkitan/ Pemeliharaan. Saat ini tim MR IP juga secara aktif melakukan sosialisasi ke jajaran manajemen maupun ke jajaran ujung tombak perusahaan (bagian operasional di lapangan), antara
utama. Pertama, Program Initiation. Di dalamnya antara lain melakukan kegiatan assessment kondisi perusahaan saat ini dan mengenali dengan baik proses bisnis perusahaan. Kedua, melaksanakan Program Implementation Design. Ketiga, melakukan Program Integration. Dan keempat, melakukan Program Review. Dalam pelaksanaannya, keempat program tersebut tidak sepenuhnya dilaksanakan secara berurutan, namun untuk implementasi ERM IP yang pertama kali dilakukan adalah me-review proses bisnis perusahaan. Me-review proses bisnis merupakan hal yang sangat penting dila-
lain dengan mensosialisasikan penyu sunan dan pembuatan Kajian Risiko berupa Kajian Kelayakan Operasi (KKO), Kajian Kelayakan Finansial (KKF), Kajian Kelayakan Lingkungan (KKL), dan Analisa Risiko (AR). Harijanti optimis, dengan komitmen yang kuat, konsistensi serta kesabaran, ke depan penerapan ERM di IP bisa terlaksana sepenuhnya dengan baik, sehingga mampu mendongkrak kinerja Indonesia Power. ”Saya yakin kalau sistem ERM ini sudah diterapkan di IP, maka IP bisa menjadi perusahaan yang lebih efisien, tumbuh lebih cepat, dan sustainable,” katanya. ***
Internet
dinamai dengan Enterprise Risk Management (ERM) atau Manajemen Risiko Korporat. Di IP sendiri, secara formal pelaksanaan dan pengembangan manajemen risiko sebenarnya sudah dimulai sejak enam tahun lalu. Ini antara lain didorong oleh kehadiran SK Menneg BUMN No KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kemudian pihak Direksi IP merespon kebijakan itu dengan menerbitkan SK Direksi No 026.K/010/IP/2002 tentang Code of Conduct untuk Good Corporate Governance di lingkungan PT IP, per tanggal 1 Mei 2002. Di dalam Code of Conduct tersebut termasuk mengenai pelaksanaan MR. Tapi dalam pelaksanaannya, saat itu secara struktural MR belum ditangani oleh Departemen tersendiri. Pertanyaannya kemudian adalah, ”Apakah selama ini perusahaan telah mengelola risikonya? Jawabannya adalah, ”Ya.” Sebagai contoh, di bidang Operasi dan Pemeliharaan (O&M) selalu melakukan pemeliharaan mesinmesin pembangkit dengan serangkaian prosedur mulai dari Simple Inspection, Mean Inspection hingga Major Inspection. Contoh lainnya adalah transfer risiko terhadap aset pembangkit dengan cara mengasuransikannya. Namun demikian dengan penerapan ERM yang konsisten diharapkan akan bisa diperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai seberapa besar risiko yang melekat pada lintas fungsi maupun di seluruh aktivitas usaha, seperti risiko pasar, risiko finansial, risiko operasional, dan jenis-jenis risiko lainnya. Departemen Manajemen Risiko dibentuk melalui SK Direksi No 58.K/010/IP/2006, yang kemudian disusul dengan terbitnya SK No 52.K/010/IP/2007 tentang Kebijakan Manajemen Risiko Korporat (Enterprise Risk Management/ERM) PT IP dan Surat Edaran Direksi No
Indonesia Power I Edisi 4-2008
23
SINERGI Herbivora For Community:
Jiwa Tentram
Kantong pun Ikut Tebal
24
Indonesia Power I Edisi 4-2008
ISTIMEWA
J
ika berselancar di website www.indonesiapower.co.id, Anda bisa menemukan satu sudut ruang dialog penuh keteduhan dan ketenangan bernama Herbivora For Community (H4C). Benar, salah satu alasan pendirian komunitas ini, menurut Ganjar Prihartanto dan Sigit Aryfiatmoko yang menjadi penggagasnya, memang untuk mengajak para anggotanya secara psikologis bisa menikmati aura ketenangan dan keteduhan saat bersibuk-ria mengurus tanaman. ”Memelihara tanaman itu secara psikologis menenangkan, seperti menanam bunga dan ikan,” kata Ganjar. Tak heran jika para anggota H4C bisa menghabiskan waktu berjam-jam sepulang kerja, hanya untuk menatapi dan merawat tanaman buah koleksi nya. Bahkan jika hari libur, mereka bisa menghabiskan waktu seharian untuk kongkow bareng di nursery yang mereka sambangi atau mengoprek-oprek koleksi tanaman mereka di rumah. Heran? Tidak perlu. H4C memang digagas sebagai wadah bagi pecinta berat tanaman di lingkungan kerja PT Indonesia Power (IP). Pendirian H4C digagas oleh empat orang pecinta berat tanaman buah di UBP Priok, yaitu Ganjar, Sigit, dan Eka Kapdal pada sekitar medio September 2007. Semua bermula dari ajakan Ganjar pada sekitar awal 2006 untuk ngobrol-ngobrol santai dengan ketiga temannya itu tentang hobinya mengutak-atik tanaman, khususnya tanaman buah dan juga tanaman hias. Dari situ kemudian mereka mulai makin intens. Jumlah ”anggota” ngobrol pun bertambah menjadi sekitar enam orang. Lalu terus berkembang. Sampai akhirnya medio September 2007, Sigit mengusulkan untuk membuat wadah
yang bisa merangkum teman-teman yang sebetulnya ingin mengetahui lebih jauh tentang cara menanam yang baik dan bisa berhasil. Keempat penggagas H4C menyetujui usulan Sigit. Sebab pada kenyataanya mereka melihat, sebenarnya ada banyak teman di IP yang mempunyai minat sama dengan mereka. Tetapi minat mereka belum terakomodasi dalam satu wadah. Kalaupun ada
sharing di antara mereka tentang hobi bertanam buah, itu dilakukan dalam bentuk informal. Nama Herbivora for Community pun dipilih, bukan lantaran sok filosofis atau alasan berat lainnya. Tapi lebih karena nama itu dianggap terdengar ”kling” ditelinga, sehingga harapannya bisa mudah diingat. Jumlah Anggota Terus Bertambah Di H4C mereka berempat ”meng-
undang” teman-teman lain untuk sharing mengenai tanaman. Saat itu mereka yakin kegiatan H4C akan direspon dengan baik. Sebab hampir semua karyawan IP, minimal punya satu tanaman di rumahnya. Benar saja. Sejak di-launching lewat milis di UBP Priok media September 2007 itu, jumlah peminat H4C terus bertambah. Pada awal ”undangan” H4C disebar di milis UBP Priok, jumlah peminatnya sudah mencapai 10 orang. Dan saat ini, jumlahnya bertambah menjadi 25 orang. Guna melengkapi aktivitas sharing tersebut, para pengagas H4C itu lalu berselancar di internet untuk mencari tempat-tempat nursery tanaman. Kemudian itu semua diinformasikan ke teman-teman H4C lainnya. Sejak itulah, menyambangi bersama-sama lokasi-lokasi tersebut menjadi salah satu kegiatan rutin H4C. Di situ, para anggota H4C seharian melakukan perburuan ilmu tentang tanaman atau belanja buah yang mereka incar. Bisanya mereka berkunjung ke Nursery Tebu Wulung (di Cijantung), Wijaya Tani (Jl. Juanda, Depok) dan Godong Ijo (Parung). Kegiatan ini biasanya dilakukan sekali saat mereka libur, sepulang lembur kerja pagi. Nama H4C pun makin familiar di lingkungan IP. Apalagi sejak kegiatan H4C di-launching lewat website IP. Terbukti hanya dalam waktu tak lebih dari satu bulan sejak wajah baru website IP dan ruang-dialog H4C dibuka online di sana, sudah ada beberapa karyawan dari UBP lain yang juga tertarik untuk menjadi anggota H4C—seperti dari UBP Bali, Kamojang dan Suralaya. Untuk mengimbangi antusiasme para calon anggota baru itu, para pengagas awal H4C pun berniat akan menambah jumlah kegiatan mereka. Antara lain dengan mengundang ahli tanaman untuk memberikan coaching penanaman, hingga berencana mengikuti kursus kilat cara memperbanyak tanaman. Makin bertambahnya jumlah anggota H4C, jelas tak lepas dari kemu-
dahan akses untuk menjadi anggota H4C yang ditawarkan para pengagasnya. Tak diperlukan syarat khusus atau semacam uang iuran untuk masuk H4C. ”Kalau sudah ngasih komentar atau bertanya di ruang dialog kami di website IP, sudah bisa aktif masuk menjadi anggota H4C,” kata Ganjar. Kemudahan ini sengaja ditawarkan, karena harapannya H4C makin berkembang. Makin bisa merangkul teman-teman di IP yang juga tertarik terhadap hobi tanaman. Jenis Koleksi Makin Variatif Hadirnya H4C memang terlihat mendapat sambutan cukup antusias dari para pecinta tanaman di lingkungan IP. H4C seolah menjadi ”ruang” di mana cinta para penggemar tanaman di IP bisa terakomodir dengan sempurna. Sterbukti dari terus bertambahnya jumlah anggota baru H4C, hal itu juga bisa terlihat dari makin ter akomodasinya gairah antusiasme para pecinta di H4C untuk terus menambah koleksi tanaman mereka—terutama untuk tanaman buah langka-unik, dan unggulan. Tengok saja porsi rata-rata koleksi tanaman buah tersebut di kalangan anggota H4C, di mana 80 persen dari total koleksi mereka adalah tanaman buah dalam pot (tabulampot). Sementara hanya 20 persen dari total koleksi terdiri dari tanaman hias. ”Kami pilih tabulampot dan fokus ke tanaman buah. Karena kalau tanaman buah, kami bisa merasakan kepuasan tersendiri saat melihatnya berbuah. Dan tabulampot menjadi pilihan, karena rata-rata para anggota H4C tidak memiliki halaman luas untuk media tanam,” kata Sigit. Apapun alasannya, yang jelas sejak H4C mewadahi mereka, pada akhirnya memang terlihat kecintaan para anggota H4C terhadap tanaman buah langka dan unggulan makin bisa terakomodir dengan baik. Tengok saja juga misalnya keseriusan mereka dalam menambah jenis koleksi tanaman buah, hingga nilai anggaran yang
”wah” untuk mendanai hobi mereka. Sigit misalnya. Meski mengaku baru memulai hobinya sejak tiga tahun lalu, tapi ternyata dia telah berhasil mengoleksi sekitar 20 tanaman buah langka dan unggulan. Sementara itu, Ganjar, memiliki sekitar 100 batang koleksi tanaman buah langka dan unggulan. Dan jenis koleksi tanaman buah para anggota H4C juga tergolong unik, dari mangga Namdogmai Four dari Thailand, hingga pohon buah Tin dari Yordania dan Libya. Soal anggaran? Jangan ditanya. Demi sebatang pohon langka-unik dan unggulan, Ganjar misalnya, rela merogoh saku sekitar Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta per bulan! Terkesan tak masuk akal memang. Tapi mereka tak merasa rugi. Bagi mereka mengutak-atik tanaman buah menawarkan kenikmatan tersendiri. Merawat tanaman buah, bagi mereka juga menawarkan banyak nilai positif. Mulai dari bisa memberi ketenangan psikologis, hingga bisa menjadi modal saat pensiun dan bahkan bisa untuk menambah pendapatan. Sebab mengoleksi tanaman buah langka-unik, kata Ganjar, ternyata juga sangat menjanjikan dari segi bisnis. Ini bukan isapan jempol. Salah seorang anggota H4C telah membuktikannya. Dari sebatang pohon buah Tin varietas negro (hitam) yang dibelinya seharga Rp 100.000, setahun kemudian dia berhasil memperbanyaknya dan menjual dua item perbanyakan tersebut masing-masing seharga Rp 750.000 dan Rp 2 juta! Di luar itu, keuntungan dari segi finansial juga kerap didapatkan oleh para anggota H4C, saat nursery langganan kunjungan mereka membutuhkan varietas tanaman tertentu yang perbanyakannya hanya dimiliki oleh mereka. ”Biasanya, nursery suka memesan dari anggota kami kalau sedang kehabisan stok varietas tertentu,” kata Ganjar. Tertarik untuk bergabung? Berselancarlah di website IP dan berteduhlah di “ruang diskusi” H4C. Selamat mencoba! ***
Indonesia Power I Edisi 4-2008
25
WACANA
Sinergi Alur Bisnis Hulu dan Hilir Mendongkrak Kinerja Perusahaan Oleh: Amlan Nawir
S
ejak masih menjadi unit kerja PLN hingga saat ini berbentuk anak perusahaan dengan badan hukum sendiri, bisnis utama IP adalah mengubah energi primer menjadi energi sekunder (listrik). Tapi dengan berjalannya waktu terjadi perubahan demi perubahan di lingkungan IP, baik yang terkait dengan bisnis secara langsung maupun politik. Perubahan itu memang tidak mengubah bisnis IP, tapi memaksa IP untuk mengubah cara-cara berbisnis. Sehingga alur kerja bisnis IP pun ikut berubah. Saat ini alur kerja bisnis utama IP bisa dibagi dalam dua kategori. Pertama, hulu (mencakup ketersediaan energi primer dan spare part). Kedua, hilir (mencakup konversi energi dan energi sekunder). Dari hilir, paling tidak ada dua komponen yang dapat dijadikan indikasi kinerja IP. Pertama, keandalan peralatan konversi (Equivalent Availability Factor/EAF) dan seberapa efisien IP mengkorversikan energi primer menjadi energi sekunder. Berdasarkan data dari website IP, EAF 2002–2006 berada di atas standar NERC (North American Electricity Reliability Council–Brochure 1977-2001). Sementara itu, efisiensi pembangkit secara statistik juga selalu mencapai target yang ditetapkan. Dua fakta tersebut, memang menunjukkan bahwa kinerja IP masih dalam posisi yang baik. Tapi persoalannya, jika bicara tentang peningkatan efisiensi maka seharusnya efisiensi maksimum yang bisa IP capai adalah sama dengan efisiensi pembangkit saat masih baru. Dan kondisi tersebut sepertinya, hanya bisa tercapai dengan syarat IP harus menginvestasikan dana yang tak sedikit agar kemampuan kerja mesin pembangkit kembali kinclong seperti saat baru dibeli. Sebab saat ini usia mesin pembangkit yang dimiliki IP saat ini yang paling
26
Indonesia Power I Edisi 4-2008
muda adalah 10 tahun. Artinya IP mesti mengganti atau memodifikasi mesin lama untuk bisa beroperasi maksimal. Dengan fakta ini dan adanya perubah an lingkungan bisnis IP, maka sudah saatnya bagi awak IP untuk juga mulai mensinergikan sisi hilir dan sisi hulu alur bisnis IP. Sebab jika konversi energi (sisi hilir) disinergikan dengan sisi hulu bisnis IP (keandalan pasokan energi primer dan spare part), maka keduanya bisa mendongkrak tidak hanya keandalan pembangkit, tapi juga bisa meningkatkan keandalan dan efisiensi perusahaan. Berdampak Pada Cost Produksi dan Kerusakan Mesin Sebagian besar pembangkit IP (80%) menggunakan energi tak terbarukan. Sebagai contoh saja, lebih dari 40% kapasitas pembangkit IP menggunakan
pasar internasional, karena harga yang sedang “wah”. Alhasil industri dalam negeri pengguna batubara pun, seperti industri pembangkit, megap-megap kekurangan pasokan bahan bakar. Dan kalau pun tersedia pasokan batubara dalam negeri, yang ada hanyalah batubara jenis kalor rendah. Padahal penggunaan batubara tersebut beresiko besar, baik dari segi penambahan biaya produksi hingga bisa menyebabkan kerusakan mesin pembangkit karena dipaksa beroperasi dengan bahan bakar di bawah standar disain mesin. Sebagai contoh, saat akhir 2007 hingga awal 2008 sempat terjadi persoalan gangguan pada pasokan energi primer (terutama batubara), PLN sempat kebobolan biaya produksi. Ini karena dilakukan switching penggunaan bahan bakar primer dari batubara ke bahan bakar minyak, agar pasokan
Alur Bisnis Utama Indonesia Power: ENERGI PRIMER SPARE PART
KONVERSI ENERGI
batubara. Karena itu, IP sangat tergantung sekali pada bahan bakar fosil. Padahal di sisi lain, ketersediaan bahan bakar fosil belakangan waktu kerap meng alami ketidakpastian. Mulai karena disebabkan melonjaknya permintaan, sehingga mendongkrak harga minyak mentah dunia. Hingga ikut melonjaknya harga batubara di pasar internasional, karena minyak mentah langka. Sementara di sisi lain, pemerintah juga tidak mempunyai kebijakan nasional yang bisa memproteksi kepastian pasokan batubara nasional. Sehingga para produsen batubara kemudian lebih memilih mengekspor produknya ke
ENERGI SEKUNDER
listrik Jawa-Bali tidak terganggu. Hal serupa juga dialami oleh anak-anak perusahaan PLN, saat pasokan BBM dibeberapa pembangkit (baik IP maupun PJB) juga dilaporkan mengalami masalah transportasi. Melihat semua fakta ini, terlihat jelas bahwa persoalan pasokan energi primer ternyata tak hanya terkait dengan ketersediaan sumber energi primer itu saja. Tapi juga menyangkut persoalan transportasi ke pusat pembangkit dan penanganan energi primer di pusat pembangkit. Lebih jauh dalam konteks IP sebagai salah satu perusahaan pembangkit terbesar di Tanah air, terlihat
“Trend Permintaan Energi Dunia” Quadrillion Btu 250 History 200 150
Projections
Liquids Coal
100
Renewables
Natural Gas 50
Nuclear 0 1980
1995
2004
2015
2030
Sources: History: Energy Information Administration (EIA), International Energy Annual 2004 ( May-July 2006), web site www.eia.doe.gov/iea. Projections: EIA, System for the Analysis of global Energy Markets ( 2007).
jelas bahwa ketersediaan energi primer dalam jumlah, kualitas dan waktu yang tepat jelas ternyata juga akan sangat berpengaruh kepada perfoma bisnis IP. Karena ternyata switching bahan bakar, juga memberikan implikasi lonjakan biaya produksi dan kemungkinan adanya kerusakan mesin. Tak Ada Kata Terlambat “Lebih baik terlambat dari pada tidak berbuat“. Maka sudah saatnya untuk mulai mengubah cara-cara IP dalam berbisnis. Menjamin ketersediaan energi primer salah satunya dapat ditempuh melalui kerjasama strategis deng an industri pertambangan. Ini bisa dilakukan melalui penyertaan modal atau kontrak jangka panjang dengan klausul kontrak saling menguntungkan. Sehingga jika pun IP membeli batubara mahal, maka keuntungan dari hasil penyertaan modal di perusahaan pertambangan itu akan membantu mengurangi beban keuangan. Selain itu, dengan terlibat di bisnis hulu energi primer paling tidak IP mempunyai akses informasi mengenai harga dan membantu dalam perencanaan ke depan. Memang dalam kondisi di mana harga batubara bisa dikatakan tidak realistis seperti saat ini, keinginan untuk memiliki saham di bidang pertambangan bisa jadi malah akan menguras anggaran perusahaan. Tapi itu bukan berarti tak ada peluang bagi IP untuk keluar dari persoalan ketidakpastian
bahan bakar primer. Solusi alternatif yang bisa ditempuh adalah memperbesar kontrak jangka panjang dan mengurangi kontrak jangka menengah pasokan bahan bakar (terutama batubara). Selain itu juga menekan sekecil mungkin kontrak spot. Sehinga dapat menghindari ketidakpastian pasokan. Solusi lain yang bisa ditempuh adalah upaya untuk melakukan kerjasama di antara para pemakai batubara di Indonesia, untuk melakukan pendekatan kepada pihak regulator (pemerintah), guna mengatur tata niaga batubara. Diluar penanganan kepastian ketersediaan bahan bakar, persoalan tak kalah penting yang juga mesti diperhatikan untuk mendongkrak kinerja IP adalah keandalan pasokan spare part. Di mana hal itu mesti diperoleh secara efisien dengan jumlah, kualitas dan waktu delive ry atau pengiriman yang tepat. Ini perlu diperhatikan oleh IP. Mengingat seperti
telah disinggung sebelumnya, mesinmesin pembangkit di IP paling muda berumur 10 tahun. Padahal umumnya produsen hanya menjamin ketersedian spare part sampai 10 tahun, sejak teknologi tersebut dilempar ke pasaran. Dan setelah itu, untuk mendapatkannya IP harus melakukan special order. Apa yang pernah diupayakan oleh PJB beberapa tahun lalu, bisa menjadi solusi alternatif yang dapat ditempuh IP dalam menghadapi persoalan ketersediaan spare part. Saat itu PJB menjalin kerjasama penyediaan spare part pembangkit mereka dengan vendor (meski kemudian batal dilakukan). Tapi jika kemampuan IP untuk menilai dan informasi vendor terbatas, maka dapat digunakan jasa konsultan internasional untuk solusi persoalan tersebut. Aliansi trategis dan saling menguntungkan dengan fabrikan untuk pemesanan material kritis (yang pembeliannya bisa diputuskan dengan menggunakan Non-OEM), juga bisa menjadi pilihan dalam menjamin pasokan spare part. Memotong mata rantai spare part dapat menjamin kepastian pasokan dan harga yang paling menguntungkan perusahaan. Dengan mesinergikan antara keandalan dan efisiensi perolehan energi primer dan spare part tersebut, diharapkan akan terjadi peningkatan efisiensi dan keandalah pembangkit dan perusahaan secara keseluruhan. *** *Amlan
Nawir adalah Auditor di UBP Suralaya
Produksi, Penjualan Domestik, Ekspor Batubara per Tahun (Ton) - Indonesia 200 150 100 50 0 2003
2004
2005
2006
Produksi Penjualan Dom.. (Sumber: http://dtwh2.esdm.go.id)
2007 Ekspor
Indonesia Power I Edisi 4-2008
27
COMDEV Penghargaan PROPER Meneg LH:
Dua PROPER Hijau Pertama untuk IP
Foto : ISTIMEWA
lalu, secara total ada 516 perusahaan yang ikut dalam penilaian. Satu perusahaan, Magma Nusantara meraih Proper Emas, 46 perusahaan meraih Proper Hijau, termasuk UBP Kamojang dan UBP Priok. Sementara 314 perusahaan meraih Proper Biru. Sisanya, meraih Proper Merah dan Hitam.
P
engakuan terhadap kepedulian PT Indonesia Power (IP) di bidang lingkungan, makin diakui kalangan luar. Ini dibuktikan dengan keberhasilan UBP Kamojang dan UBP Priok, yang mendapat penghargaan Proper Hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup akhir Juli lalu. Penghargaan Proper (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolan Lingkungan Hidup) tersebut, diserahkan langsung oleh MenteriNegara Lingkungan Hidup, Rachmat Witoelar, dalam acara Malam Anugrah Lingkungan 2008 di Balai Sudirman Jakarta. Proper adalah instrumen untuk mendorong penaatan dan kepedulian perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup, yang diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 127 tahun 2002 tentang Proper. Penilaian Proper terdiri dari lima peringkat warna, yaitu Emas, Hijau, Biru, Merah dan Hitam. Kelima peringkat warna itu, masing-masing menggambarkan kinerja penaatan dan tingkat kepedulian perusahaan dalam peles-
28
Indonesia Power I Edisi 4-2008
tarian lingkungan. Peringkat Hijau sendiri diberikan kepada perusahaanperusahaan yang dinilai memiliki kinerja di atas target yang ditetapkan oleh peraturan perundangan tentang lingkungan hidup. Tak heran jika, Arapen Sebayang, VP K3, Mutu dan Lingkungan IP, terlihat sumringah dan begitu antusias ketika dimintai komentarnya mengenai keberhasilan IP menggondol Proper Hijau. Menurutnya pencapaian IP di ajang penghargaan Proper kali ini, amat membanggakan. Apalagi bahwa ini merupakan momen pertama bagi IP meraih Proper Hijau, setelah enam tahun mengikuti ajang Proper. Selain itu, dengan peraihan tersebut IP juga tercatat sebagai pembangkit anak perusahaan dan milik PLN pertama yang berhasil mengantongi Proper Hijau. Cipti Listiyanti, Ahli Lingkungan IP, mengamini pendapat Arapen.”Tentu ini suatu prestasi yang cukup membanggakan. Apalagi IP berhasil mendapatkan dua Proper Hijau dari 46 perusahaan yang memperoleh Proper Hijau,” katanya. Pada ajang Proper
Hasil Kerjasama Semua Pihak Keberhasilan IP tersebut, menurut Anna Reani, Ahli Senior Kajian dan Dampak Lingkungan IP, tentu tak lepas dari kerja keras semua pihak di IP. Karena dalam hal upaya menekan tingkat polutan hingga di bawah 50% sebagai salah satu syarat lolos Proper, di UBP Priok misalnya, hanya bisa tercapai karena adanya kerjasama semua pihak. Bukan hanya hasil kerja tim UBP Priok. ”Di sana mungkin mereka bisa mendapatkan pasokan gas, jadi tingkat polutannya bisa di bawah 50%. Kalau pakai minyak, nggak mungkin bisa meraih Proper. Dan gas di sana, kan pastinya hasil kerja keras semua pihak di IP,” katanya. Jenis pembangkit di UBP Priok memang terdiri dari PLTG, PLTU dan PLTGU, yang hanya bisa dioperasikan dengan bahan bakar, minyak maupun gas. Di dalam kondisi gas seperti saat ini, biasanya ketiga jenis pembangkit seperti itu di IP dioperasikan dengan minyak—yang tingkat polutannya tergolong tinggi. Tapi keberhasilan UBP Priok meraih Proper Hijau, menurut Anna, membuktikan di sana mereka bisa mendapatkan pasokan gas. Sehingga tingkat polutan di sana bisa di bawah 50% sesuai ketentuan Proper. Hal itu juga diakui oleh Zaenal Mustofa, General Manager (GM) UBP Priok. Keberhasilan UBP Priok meraih Proper Hijau, menurutnya, tak lepas
2013 Akan Bisa Raih Lima Emas Meski UBP Priok maupun UBP Kamojang telah bekerja keras untuk bisa meraih Proper Hijau, tapi Arapen berpesan, agar mereka tidak lalu berpuas diri. Sebab perbaikan lingkungan, tak hanya sebatas untuk pencapaian Proper Hijau. Tapi harus tetap dilakukan ke titik paling ideal. Karena nilai Proper yang sempurna, jelas akan mempengaruhi nasib IP ke depan. Apalagi rencananya tahun depan IP akan melakukan IPO (penawaran sa-
Foto : ISTIMEWA
dari peran serta seluruh komponen perusahaan yang berupaya meminimalisir seluruh aspek negatif aktivitas pembangkitan lewat pemantauan dan pengelolaan lingkungan agar tak melewati ketentuan yang ada. Kesadaran ini lahir tentunya, tak lain karena seluruh jajaran di IP menyadari pentingnya pemeliharaan lingkungan. Karena hal itu terkait dengan kinerja dan operasional pembangkit. Meski begitu, secara spesifik UBP Priok juga melakukan dan menerapkan upaya-upaya untuk menjaga lingkungan mereka. Antara lain dengan menumbuhkan budaya hemat energi dan sumber daya alam lewat Program 3 R (Reduce, Reuse dan Recycle). Di mana antara lain diwujudkan lewat pemanfaatan limbah cair proses (air blowdown), pemanfaatan turbine fan sebagai pendingin ruangan dan penghematan konsumsi listrik dengan menggunakan peralatan lebih efisien. Di samping itu UBP Priok juga aktif melakukan upaya pemberdayaan masyarakat sekitar melalui program Community Development (Comdev), antara lain berupa bantuan kegiatan masyarakat, komunikasi sosial, dan meningkatkan kemandirian masyarakat. Hal serupa juga diupayakan di UBP Kamojang. Misalnya dengan aktif mengembangkan Klinik Bhakti Indonesia Power (KBIP) di Kecamatan Paseh (Bandung). Keberhasilan KBIP itu, kata Muhammad Ahsin Sidqi, GM UBP Kamojang, justru mendapat sorot an khusus saat penilaian Proper kemarin karena dinilai sangat baik.
ham perdana). ”Penghargaan Proper bisa menambah citra dan nilai perusahaan di mata para calon stakeholder saat IPO,” katanya. Baik Ahsin maupun Zaenal menyambut ajakan Arapen. UBP Priok, kata Zaenal, bertekad dan berusaha bisa mendapatkan Proper Emas di tahun akan datang. Untuk itu UBP Priok antara lain akan meningkatkan kegiatan konservasi energi dan sumber daya alam melalui program 3 R (Reduce, Reuse, Recycle) dan meningkatkan kegiatan Comdev. Terutama dalam pembinaan pedagang kecil melalui Baitul Maal dan akan melibatkan masyarakat dalam pengolahan limbah domestik menjadi kompos cacing. Antusiasme serupa juga dilontarkan oleh Ahsin. Dia juga yakin suatu saat UBP Kamojang akan bisa meraih Proper Emas. Untuk itu, UBP Kamojang akan melanjutkan dan mengevaluasi program yang selama ini sudah jalan. Mereka juga akan mencari terobosan kegiatan unggulan dan bisa meningkatkan ekonomi masyarakat dengan mengekplorasi kekuatan lokal dan khas. Mulai dari usaha jamur dan olah annya, dan pembuatan minyak kayu
putih dari ribuan pohon yang sudah dimiliki masyarakat dan UBP dengan memanfaatkan panas bumi sisa pembangkit. Secara korporat, menurut Arapen, pihak IP ke depan juga memang menargetkan adanya peraihan Proper Emas. Untuk ke arah sana, pada tahap awal IP menargetkan bisa memperoleh tambahan dua Proper Hijau lagi dan satu Proper Emas. Untuk tambahan Proper Hijau, IP menargetkan akan bisa diraih oleh Sub Unit PLTP Gunung Salak (UBP Kamojang) dan Sub Unit PLTG Gilimanuk (UBP Bali). Tetapi, kata Cipti, karena kondisi PLTG Gilimanuk masih terkendala oleh persoalan penanganan limbah B3 (Bahan Berbahaya & Beracun), target utama peraihan Proper Hijau tambahan untuk tahun depan bisa diperoleh dari PLTP Gunung Salak. Sementara itu untuk Proper Emas, IP menargetkan setidaknya bisa diraih salah satu di antara peraih Proper Hijau tahun ini. Dan untuk lima tahun ke depan, dia menargetkan, IP bisa meraih lima Proper Emas. Anna Reani optimistis dengan target peraihan Proper yang lebih baik untuk IP. Sebab dengan keberhasilan UBP Priok dan Kamojang meraih Proper Hijau tahun ini, maka UBP-UBP lain akan menjadi lebih mudah mencari referen (pembanding). Sebelumnya, kata Anna, UBP-UBP IP kesulitan mencari referen untuk Proper. Kalaupun ada, hanya dari perusahaan pembangkit swasta. ***
No
UBP
Periode Proper
1
UBP Kamojang
2
UBP Perak Grati
3
UBP Priok
4
UBP Suralaya
5
UBP Bali
6
UBP Semarang
2004-2005 2006-2007 2004-2005 2006-2007 2003-2004 2004-2005 2006-2007 2003-2004 2004-2005 2006-2007 2004-2005 2006-2007 2004-2005 2006-2007
Hasil Proper Biru Hijau Biru Biru Biru Biru Hijau Merah Biru Biru Biru Biru Biru Biru
Indonesia Power I Edisi 4-2008
29
KELUARGA Kesehatan:
Tetap Sehat
Paska Lebaran
P
uasa sudah terlewati. Mudik pulang kampung dengan perjuangan yang melelahkan selama di perjalanan juga sudah dialami. Lebaran dengan makanan yang berlimpah juga pelan-pelan sudah berlalu. Pertanyaan yang tersisa adalah bagaimana kesiapan tubuh kita beradaptasi kembali setelah sebulan lebih berada dalam suasana yang dramatis. Dramatis karena dari ritme dan jam makan yang diluar waktu normal (buka dan sahur ketika Ramadhan) berubah menjadi makan normal lagi dengan masakan yang berlimpah (lebaran). Lebaran selalu disertai oleh berbagai hidangan, yang biasanya lebih variatif dan berlebih. Berbagai macam nasi dengan ketan disertai lauk pauk yang umumnya bermacam-macam disertai berbagai kue-kue kecil dengan variasi rasa asin, pedas, asam akan tersedia selama hari raya tersebut. Sakit maag yang sebelumnya sudah mendingan pada Ramadhan, akan kembali kambuh selama Lebaran, karena makanan yang berlemak, kue-kue yang mengandung keju dan coklat, tentunya tidak akan dilewatkan begitu saja. Minuman yang bersoda biasanya juga jadi minuman favorit yang diseruput. Begitu juga penyakit-penyakit kronis lain seperti kencing manis, darah tinggi (hipertensi) serta kadar kolesterol tinggi dan kadar asam urat tinggi, akan tak terkontrol selama lebaran. Pasien DM dengan gula darah tak terkontrol akan meningkat. Pasien darah tinggi (hipertensi) tekanan darahnya tidak terkontrol akibat banyak mengkonsumsi makanan yang asin dan berlemak. Kasus kejadian stroke akibat hipertensi yang tidak terkontrol dan
30
Indonesia Power I Edisi 4-2008
penyakit radang sendi akibat asam urat yang tinggi (artritis gout) juga akan meningkat setelah lebaran. Gangguan paska lebaran ini sebenarnya bisa dicegah, asalkan Anda tidak kembali “royal” mengkonsumsi makanan yang berlemak, yang terlalu asin, yang terlalu manis, serta yang terlalu banyak jeroannya. Sebaiknya dibatasi, jangan berlebihan. Pesan Rasulullah: Sebaik-baik perkara adalah yang ditengah-tengah. Berat badan sebaiknya tetap terkontrol selama bulan Syawal ini. Selain itu tetap selalu ingat untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat, baik buah-buahan dan sayur-sayuran. Selain itu tentunya agar tetap mengkonsumsi air putih sebanyaknya.
Jaga Mulut Anda Berbagai makanan yang sebaiknya dihindarkan untuk dikonsumsi secara berlebihan baik penderita penyakit kronis seperti hipertensi, kencing manis, asam urat tinggi, kegemukan dan dislipidemia adalah: a. Makanan jadi seperti pie, cake, croissant, biscuit yang mengadung lemak tinggi b. Daging berlemak, daging kambing, jeroan, sosis, kuning telur c. Sayuran yang dimasak dengan minyak kelapa, berupa gulai-gulai dan masakan yang dimasak dengan mentega, margarin serta santan yang kental. d. Minuman yang mengandung coklat dan susu full cream. e. Makanan yang terlalu asin (ikan asin, kue-kue asin dan makanan yang diawetkan) dan terlalu manis (terutama yang mengandung karbohidrat simpleks seperti gula pasir, sirup atau gula jawa)
Bagi yang Tanpa Penyakit Bagi orang sehat yang tidak mempunyai penyakit kronis, suasana lebaran juga bisa menjadi malapetaka jika asupan makanan dan minuman tidak diperhatikan dengan baik. Puasa yang telah dilalui selama sebulan penuh sebenarnya telah membuat tubuh meng atur asupan makanan. Selama berpuasa berbagai kerja metabolisme tubuh juga agak sedikit mengalami perubahan, utamanya dalam hal pola tidur dan pergeseran waktu makan. Setelah kehidupan kembali seperti biasanya, bila perubahan ini dijalani dengan serta merta tentunya akan berdampak bagi kesehatan. Alarm tubuh kita yang pertama menjerit adalah pencernaan. Diare, yaitu suatu keadaan meningkatnya frekuensi buang air besar disertai dengan perubahan bentuk kotoran menjadi lebih cair dengan berbagai gejala ikutan lain seperti rasa kembung, mual dan rasa tidak nyaman baik di ulu hati maupun lokasi perut yang lain, paling sering terjadi. Tidak heran, banyak berita di harian lokal bahwa di rumah sakit daerah jumlah pasien diare yang datang berkunjung biasanya meningkat tajam paska lebaran. Diare biasanya terjadi akibat tubuh mengkonsumsi makan makanan yang variatif, terutama yang mengandung lemak dengan jumlah berlebihan, disertai makanan yang terlalu asam atau pedas. Makanan dan minuman yang bervariasi tersebut yang akan membawa dampak negatif bagi kesehatan itu sebaiknya dikonsumsi secara bertahap agar memberi kesempatan pencernaan baik lambung dan juga enzimenzim pencernaan untuk melakukan kerjanya dengan baik. (sumber:interna.or.id dan lain-lain)
PENGUMUMAN Direksi PT PLN (Persero) menyampaikan selamat atas prestasi-prestasi yang dicapai PT. Indonesia Power: 1. Most Admired Knowlegde Enterprise (MAKE) Award. 2. Program Produksi Bersih (PROPER) untuk UBP Priok dan UBP Kamojang 3. Sertifikat Emas Sistem Manajemen Pengamanan (SMP) untuk UBP Bali dan UBP Suralaya 4. Lima Sertifikat Rekor MURI (Musium Rekor Indonesia)
Pemenang Lomba Foto Indonesia Power 2008
Pegawai Pensiun PT Indonesia Power No.
NAMA
JABATAN
UNIT
JULI 2008 1 Ir. Sujitno Ahli Perencanaan Niaga Real Time 2 I Nyoman Suwirya Supervisor Senior K3 dan Keamanan 3 Tanasir Teknisi Senior Alat Bantu Uap Area Priok 4 Moch. Zuhdi, SH Staf Perencanaan Teknik Operasi Jasa Repair 5 Ir. Suwito, MM Ahli Senior Asesmen Kompetensi 6 Ir. Herman Syahbudin. Auditor Teknik 7 Sutrisno Bin Murjono Staf Teknik. 8 Slamet Sugiarto Operator Boiler PLTU # 1.2 - A 9 Budiono Diro Teknisi Senior Mesin Listrik PLTU 10 Sulur Haryanto, BE Enjinir Kimia dan Lingkungan 11 J a h j a Supervisor (S) Pengadaan Barang dan Jasa 12 Rukman Pelaksana Lingkungan 13 Suharno II Supervisor Senior PLTA Wonogiri 14 M. Toha Supervisor Operasi B PLTA Tulis 15 Nirsan Operator Pintu Air Regu B PLTA Ketenger 16 Pitana Anggota SATPAM Regu B
K. PUSAT BALI UBHAR UBHAR K. PUSAT SURALAYA SURALAYA SEMARANG SEMARANG SEMARANG PERAK GRT SAGULING UP. MRICA UP. MRICA UP. MRICA UP. MRICA
AGUSTUS 2008 1 Ir. Nelson Sirait 2 Djuhani 3 Ramidjan 4 Margono, BE 5 Harry Iswanto PH 6 Sukimin 7 Olich Solichin 8 Satiman 9 Aceng Hambali 10 Sundoro
K. PUSAT K. PUSAT K. PUSAT K. PUSAT UP. MRICA UP. MRICA SAGULING SAGULING SAGULING SEMARANG
11 12
Amang Syafei Sunarto Sanidi
13 14
Harwis Rianto Nasori
KOREKSI MEI 2008 1 Ir. Sonny Achmad Sobana 2 Ir. Agung Wahjuono KOREKSI JUNI 2008 1 Warsono, SH 2 Suharto 3 R. Baksa Panjaitan 4 Suratno 5 Rochmat
Staf Senior Pengusahaan Pembangkit Staf Pelayanan Umum Staf Senior Pengendalian Niaga (A-D) Ahli Perencanaan Fasilitas Perusahaan Manajer Operasi dan Niaga Teknisi Mesin Operator Lokal dan Alat Bantu Regu C Teknisi Mesin PLTA Plengan Teknisi Jaringan Listrik Pelaksana Senior Perencanaan & Evaluasi Pemeliharaan Listrik Enjinir Kimia dan Lingkungan Pjs. Supervisor Senior PemeliharaanKontrol & Instrument Pelaksana Senior Perencanaan Listrik Enjinir Turbin Uap
JUARA I I Made Sumantha•UBP Bali
JUARA II Rolly•UBP Suralaya
UP. PRIOK UP. PRIOK UP. PRIOK UBHAR
Kepala Satuan Audit Internal
K. PUSAT
Ahli Perencanaan Energi Primer
K. PUSAT
Ahli Senior Hukum Ahli Perencanaan Suku Cadang Staf Senior Administrasi dan Pengadaan Proyek Staf Pelayanan Umum Staf TLSK
K. PUSAT K. PUSAT K. PUSAT K. PUSAT K. PUSAT
JUARA III Imam Teguh K•UBP Bali
Pemenang Lomba Logo Juara Runner Up 1 Runner Up 2
Niluh Ayu Erry Krisna, UBP Bali Rina Rojani, Kantor Pusat Rolly St, UBP Suralaya
Indonesia Power I Edisi 4-2008
31
I P
K
Selamat Ulang Tahun Ke 13
INDONESIA POWER