e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 5, No 2, Tahun 2016)
IMPLEMENTASI KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEKNIK PASSING CONTROL SEPAK BOLA I Ketut Bayu Japa Widnyana, I Nyoman Kanca, Ni Made Sri Dewi Lestari Jurusan Penjaskesrek FOK Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia Jalan Udayana Singaraja-Bali Tlp. (0362) 32559 e-mail:{ {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar passing control (kaki bagian dalam) sepak bola melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe GI pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 5 Kintamani.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan bentuk guru sebagai peneliti, yang dilaksanakan dalam dua siklus, terdiri dari tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Subjek penelitian meliputi siswa kelas VIII C SMP Negeri 5 Kintamani yang berjumlah 22 orang terdiri dari 10 orang putra dan 12 orang putri. Data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil analisis data aktivitas belajar pada siklus I secara klasikal 7,40 (aktif) dan hasil belajar pada siklus I mencapai 79,0% (baik). Pada siklus II, aktivitas belajar secara klasikal 8,44 (aktif) dan hasil belajar mencapai 80,0% (baik).Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar teknik dasar passing control (kaki bagian dalam) sepak bola meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe GI pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 5 Kintamani tahun pelajaran 2015/2016. Disarankan kepada guru penjasorkes dapat mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe GI dalam proses pembelajaran. Kata-Kata Kunci: kooperatif GI, aktivitas, hasil belajar, passing control sepak bola
Abstract This study aims to improve the activity and results of passing basic techniques (inner foot) football through the implementation of cooperative learning model type GI to the VIII C Class of SMP Negeri 5 Kintamani. This is a classroom action research in which the teacher as researcher, that conducted in two cycles, which include the action planning step, action, observation / evaluation and reflection. The subjects of this study were the VIII C class of SMP Negeri 5 Kintamani amount to 22 students consists of 10 male and 12 female. Data were analyzed using descriptive statistical analysis. The results of the data analysis of learning activities in the first cycle in the classical 7,40 (active) and learning outcomes in the first cycle reached 79,0% (good). In the second cycle, the classical learning activities 8,44 (active) and learning outcomes reached 80,0% (good).Based on the data analysis and discussion concluded that the activities and results passing basic techniques ( inner foot) football was increased through the implementation of cooperative learning model type GI to the VIII C Class students of SMP Negeri 5 Kintamani academic year 2015/2016. It is recommended to teachers penjasorkes
can implement cooperative learning model GI, as shown to increase the activity and learning outcomes. Keywords: GI cooperative, activities, learning outcomes, football passing control
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 5, No 2, Tahun 2016) PENDAHULUAN Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak dan meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, salah satunya melalui pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes). Dalam proses pembelajaran Penjasorkes, guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai sportifitas, jujur, kerjasama dan pembiasaan pola hidup sehat. Namun seringkali berbagai keterampilan yang diharapkan siswa tak mampu diberikan oleh guru, hal ini disebabkan pendekatan dalam pembelajaran Penjasorkes pada umumnya berorientasi pada pendekatan konvensional. Untuk itu, apapun model yang digunakan dalam proses pembelajaran harus memungkinkan peserta didik dapat belajar secara aktif. Dalam perkembangan dan pelaksanaannya pendidikan masih mengalami masalah serius. Dalam pembelajaran penjasorkes diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan gerak melalui permainan dan olahraga.“Hal ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan emosional dan sosial” (Husdarta, 2009:21). Siswa diharapkan bergerak aktif dengan keadaan tidak terpaksa dalam belajar gerak, belajar gerak merupakan sebagian dari belajar secara umum. Sebagian dari belajar, belajar gerak merupakan tujuan tertentu.Tujuannya adalah untuk menguasai berbagai keterampilan gerak dan mengembangkannyaagar keterampilan gerak yang dikuasai bisa dilakukan untuk menyelesaikan tugas- tugas gerak untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan, pada hari Kamis tanggal 12 November 2015 di kelas VIII C SMP Negeri 5 Kintamani pada materi teknik passing Control (kaki bagian dalam) sepak bola. Pengajaran dilakukan oleh guru mata pelajaran penjasorkes di kelas VIII C SMP Negeri 5 Kintamani dalam materi teknik passing Control sepak bola. Dari data persentase di kelas VIII C SMP Negeri 5
Kintamani aktivitas belajar secara klasikal baru mencapai kategori cukup aktif sehingga belum memenuhi kriteria ketuntasan klasikal 5,5. Berdasarkan aktivitas belajar, siswa yang berada pada kategori sangat aktif tidak ada (0%), kategori aktif 4 orang (18,2%), siswa berada dalam kategori cukup aktif 15 orang (68,2%), siswa berada dalam kategori kurang aktif 3 orang (13,6%), Siswa dengan kategori sangat kurang aktif tidak ada (0%). Hal ini dikarenakan siswa mengalami permasalahan pada aspek audio, mental dan metrik. Permasalahan tersebut disebabkan karena pada saat proses belajar mengajar, sebagian besar siswa kurang aktif mendengarkan guru pada saat menyampaikan materi dan siswa bersikap acuh terhadap penjelasan guru sehingga dalam prakteknya siswa tidak dapat melakukan gerakan atau materi dengan baik dan benar hal tersebut dikarenakan suara guru yang terlalu kecil, pembelajaran guru yang monoton, guru terlalu banyak teori, tidak ada variasi pembelajaran. Untuk hasil belajar teknik passing Control (kaki bagian dalam) sepak bola, dengan jumlah siswa 22 orang dan berpedoman pada konversi nilai mata pelajaran penjasorkes di SMP Negeri 5 Kintamani, ketuntasan secara individu 77, ketuntasan klasikal 77% dari jumlah siswa maka siswa yang tuntas terdiri dari 4 orang (18,20%) dan yang tidak tuntas 18 orang (81,8%), siswa yang berada pada kategori sangat baik tidak ada (0%), baik 4 orang (18,2%), cukup baik 7 orang (31,8%), kurang baik 11 orang (50,0%), dan sangat kurang baik tidak ada (0%). Hal ini dikarenakan siswa mengalami permasalahan pada aspek sikap awal, pelaksanaan dan akhir. Permasalahan tersebut disebabkan karena pada saat aktivitas pembelajaran siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Jadi jika dilihat dari rata-rata aktivitas dan hasil belajar teknik passing Control (kaki bagian dalam) sepak bola di atas dapat disimpulkan bahwa, aktivitas dan hasil belajar teknikpassing Control (kaki bagian dalam) sepak bola kelas VIII C SMP Negeri 5 Kintamani tidak tuntas. Hal ini disebabkan implementasi model pembelajaran yang belum efektif terhadap materi yang
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 5, No 2, Tahun 2016) disajikan. Model pembelajaran yang diimplementasikan belum melibatkan atau merangsang siswa untuk lebih aktif dan kreatif selama proses pembelajaran berlangsung. Mengacu pada permasalahan di atas, maka memilih model pembelajaran sangatlah penting di dalam mengimplementasikan model pembelajaran yang tepat, sehingga mampu memacu siswa berperan aktif terhadap materi yang diberikan khususnya pelajaran teknik passing Control (kaki bagian dalam) sepak bola. Oleh karena itu, peneliti mencoba memberikan salah satu alternatif pemecahan masalah yaitu dengan implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) supaya siswa lebih aktif mengikuti pelajaran penjasorkes. Pembelajaran koperatif tipe GI melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam penentuan topik ataupun cara untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam proses kelompok. Para guru yang menggunakan tipe GI umumnya membagi kelas menjadi berbagai kelompok yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa dengan karakteristik yang heterogen. Para siswa memiliki topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai sub topik yang telah diperoleh, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di dalam kelas secara menyeluruh. “Pembelajaran Kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, dimana kelompok-kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuantujuan bersama”. Santyasa dan Sukadi, (2007: 30). Model pembelajaran kooperatif tipe GI, menurut pemikiran John Dewey (Santyasa dan Sukadi, 2007: 37) tentang pendidikan, yaitu, (a) siswa hendaknya aktif, learning by doing, (b) belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik, (c) pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap, (d) kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa, (e) pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami dan saling menghormati satu sama lain, artinya prosedur demokratis sangat penting dan (f) kegiatan belajar
hendaknya berhubungan dengan dunia nyata. Pemilihan tentang model pembelajaran kooperatif tipe GI ini juga dikuatkan oleh hasil penelitian dari penelitipeneliti sebelumnya, diantaranya: (1) Yudana, (2012) menemukan bahwa, “aktivitas dan hasil belajar teknik tolak peluru meningkat melalui implementasi model pembelajaran GI pada siswa kelas VI SD Negeri 7 Banjar tahun pelajaran 2011/2012”. (2) Eri Susana, (2012) menemukan bahwa, “aktivitas dan hasil belajar berguling (berguling kedepan dan berguling kebelakang) meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI pada siswa kelas X.IV SMA Negeri 1 Penebel tahun pelajaran 2011/2012”. (3) Sedanayasa, (2012) menemukan bahwa, “aktivitas dan hasil belajar teknik dasar passing (passing bawah dan passing atas) bola voli meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 2 Manggis tahun pelajaran 2011/2012”. (4) Krisna Adhi, (2012) menemukan bahwa, ”aktivitas dan hasil belajar berguling senam lantai meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI pada siswa kelas XI IPA I SMP Negeri 1 Tampak Siring tahun pelajaran 2011/2012”. (5) Surya Puspa Dewi, (2012) menemukan bahwa, ”penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar berguling senam lantai pada siswa kelas XI IPA I SMA Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2011/2012”. (6)Hari Wijaya, (2013) menemukan bahwa, “aktivitas dan hasil belajar passing Sepak Bola (chest pass dan bounce pass) meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe GI pada siswa kelas VIII A2 SMP Negeri 2 Sawan tahun pelajaran 2012/2013”. (7) Dalam jurnal penelitian Dwi Rahmawati (2012) menemukan bahwa, “keaktifan dan hasil belajar sosiologi siswa setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI pada siswa kelas X.3 SMA Negeri Colomadu mengalami peningkatan”. Dari model pembelajaran kooperatif tipe GI tersebut, diharapkan nantinya mampu memotivasi siswa untuk meningkatkan aktivitas belajar
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 5, No 2, Tahun 2016) dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Teknik Passing Control Sepak Bola pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 5 Kintamani tahun pelajaran 2015/2016”. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 5 Kintamani tahun pelajaran 2015/2016 pada semester ganjil dalam pembelajaran teknik dasar passing Control Sepak Bola di lapangan Sepak Bola SMA Negeri 2 Banjar. Penelitian ini melibatkan partisipasi siswa kelas VIII C SMP Negeri 5 Kintamani tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 22 orang yaitu 10 orang siswa putra dan 12 orang siswa putri pada tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dirancang menggunakan 2 siklus, dalam tiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Prosedur penelitian ini terdiri dari tahapan penelitian, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, refleksi. Penelitian ini
dilaksanakan pada hari Rabu, 27 April dan 4 Mei 2016 pada siklus I, sedangkan pada siklus ke II dilaksanakan pada hari Rabu, 18 dan 25 Mei 2016. Teknik penggumpulan data dalam aktivitas belajar yaitu menggunakan 2 orang observer yang mana menggunakan lembar obsevasi aktivitas belajar, sedangkan untuk hasil belajar menggunakan 2 evaluator dalam penilaianya menggunakan assesment hasil belajar. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Data Aktivitas Belajar Passing Sepak Bola pada Siklus 1 Hasil analisis data aktivitas belajar pada siklus I diperoleh bahwa siswa dalam kategori sangat aktif tidak ada (0%), aktif 16 orang (72,7%), cukup aktif 6 orang (27,3%), kurang aktif tidak ada (0%), dan sangat kurang aktif tidak ada (0%). Dengan memperhatikan data aktivitas belajar pada siklus I dalam hal ini aktivitas belajar passing Control (kaki bagian dalam) sepak bola terdapat 16 orang siswa yang tergolong sudah aktif dan 6 orang yang masih tergolong belum aktif hal tersebut tertuang pada tabel 01
Tabel 01. Hasil Analisis Data Aktivitas Belajar Teknik Dasar Passing Control Sepak Bola Jumlah Persentase No Kriteria Kategori Keterangan siswa %
4
X 9 7 X < 9 5 X < 7 3 X < 5
5
X <3
1 2 3
Jumlah
0
0
Sangat Aktif
16
72,7
Aktif
6
27,3
Cukup Aktif
0 0 22
0 0 100
Kurang Aktif
b. Data Hasil Belajar Passing control Sepak Bola pada Siklus 1 Hasil analisis data hasil belajar teknik dasar passing Control Sepak Bola
Sudah Aktif 16 Orang, (72,7%) Belum Aktif 6 Orang, (27,3%)
Sangat Kurang Aktif
pada siklus I, diperoleh data hasil belajar dimana siswa siswa yang berada pada kategori sangat baik tidak ada (0%), baik 19 orang (86.4%), cukup 3 orang (13.6%),
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 5, No 2, Tahun 2016) kurang tidak ada (0%), dan sangat kurang tidak ada (0%). Hasil analisis data hasil belajar teknik dasar passing Control Sepak Bola pada
siswa kelas VIII C SMP Negeri 5 Kintamani pada silklus I disajikan pada tabel 02
Tabel 02. Hasil Analisis Data Hasil Belajar Teknik Dasar Passing Control Sepak Bola Siklus I Banyak Persentase No Siswa Kategori Ketuntasan % (orang) 1 87% - 100% 0 0 Sangat Baik 19 Orang (86,4%) 2 77% - 86% 19 86,4 Baik Tuntas 3 67% - 76% 3 13,6 Cukup 4 57% - 66% 0 0 Kurang 3 Orang (13,6) Tidak Tuntas 5 0% - 56% 0 9 Sangat Kurang Jumlah : 22 100 100% c. Data Aktivitas Belajar Passing Sepak orang (72,7%), cukup aktif tidak ada (0%), Bola pada Siklus 2 kurang aktif tidak ada (0%), dan sangat Hasil analisis data aktivitas belajar kurang aktif tidak ada (0%). siswa pada siklus II diperoleh aktivitas Hasil analisis data aktivitas belajar belajar siswa secara klasikal sebesar 8,44 teknik dasar passing Control Sepak Bola pada siklus II disajikan pada tabel 03. (aktif). siswa yang berada pada katagori sangat aktif 6 orang (27,27%), aktif 16 Rentang Skor
Tabel 03. Hasil Analisis Data Aktivitas Belajar Teknik Dasar Passing Control Sepak Bola Pada Siklus II
1 2 3 4
Kriteria Aktivitas 9 7 ≤ < 9 5 ≤ < 7 3 ≤ < 5
Jumlah Siswa 6 16 0 0
Persentase % 27,27 72,7 0 0
5
< 3
0
0
32
100
No
Jumlah :
d. Data Hasil Belajar Passing Sepak Bola pada Siklus 2 Penelitian pada siklus II diperoleh data hasil belajar dimana siswa yang tuntas 21 orang dengan persentase 95,5% dan yang tidak tuntas 1 orang dengan persentase 4,5%. Adapun rincian kategori sebagai berikut: siswa siswa yang berada pada kategori sangat baik tidak ada (0%),
baik 21 orang (95,5%), cukup 1 orang
Kategori
Keterangan
Sangat aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Sangat Kurang Aktif
Sudah Aktif 22 orang (100%) Belum Aktif 0 orang (0%)
(4,5%), kurang tidak ada (0%), dan sangat kurang tidak ada (0%). %).Dengan memperhatikan data hasil belajar pada siklus II, dalam hal ini hasil belajar teknik dasar passing Control Sepak Bola, hasil belajar siswa tergolong tuntas. Hasil analisis data hasil belajar teknik dasar passing Control Sepak Bola pada siklus II disajikan pada tabel 04.
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 5, No 2, Tahun 2016) Tabel 04. Hasil Analisis Data Hasil Belajar Teknik Dasar Passing Control Sepak Bola Pada Siklus II Rentang Score
No 1 2 3 4 5
87% - 100% 77% - 86% 67% - 76% 57% - 66% 0% - 56% Jumlah :
Banyak Siswa (orang) 0 21 1 0 0 22
Persentase % 0 95,5% 4,5% 0 9 100
Kategori
Ketuntasan
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
19 Orang (95,5%) Tuntas
e. Interpretasi Data Aktivitas Belajar Penelitian Siklus 1, dan 2. Berdasarkan hasil analisis data aktivitas belajar siswa, untuk peningkatan keaktifan siswa diketahui bahwa pada observasi awal siswa yang sudah aktif sebanyak 4 orang (18,2%), kemudian diberikan tindakan pada siklus I siswa yang sudah aktif meningkat menjadi 16 orang (54,5%) dengan besar peningkatan dari observasi awal ke siklus I yaitu 12 orang
3 Orang (4,5%) Tidak Tuntas 100%
(54,5%), dan setelah diberikan tindakan pada siklus II siswa yang sudah aktif meningkat menjadi 22 orang (100%) dengan besar peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu 6 orang (27,27%). Besar peningkatan dari observasi awal ke siklus II yaitu 18 orang (81,81%). Peningkatan hasil analisis data aktivitas belajar dari observasi awal, siklus I dan siklus II, dapat dilihat pada tabel 05
Tabel 05. Peningkatan Hasil Analisis Data Aktivitas Belajar Teknik Dasar Passing Control Sepak Bola Selisih Peningkatan Aktivitas Belajar No
Tahapan
Aktivitas Belajar Klasikal
1
Observasi Awal
5,5
2
3
Siklus I
Siklus II
7,40 8,44
Keaktifan Siswa
Observasi Awal ke Siklus I
4 Orang (18,2%) Sudah Aktif 16 Orang (54,5%) Sudah Aktif 22 Orang (100%) Sudah Aktif
f. Interpretasi Data Hasil Belajar Siklus 1 dan 2 Berdasarkan hasil analisis data hasil belajar siswa, peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa diketahui bahwa pada observasi awal siswa yang tuntas sebanyak 2 orang (58,0%), kemudian diberikan
12 Orang (54,5%)
Dari Siklus I ke Siklus II
6 Orang (27,27%)
Dari Observasi Awal ke Siklus II
18 Orang (81,81%)
tindakan pada siklus I siswa yang tuntas menjadi 19 orang (79,0%) dan setelah diberikan tindakan pada siklus II siswa yang tuntas meningkat menjadi 21 orang (80,0%). Peningkatan hasil analisis hasil belajar dari observasi awal, siklus I dan siklus II, dapat dilihat pada tabel 06.
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 5, No 2, Tahun 2016) Tabel 06. Peningkatan Hasil Analisis Data Hasil Belajar Teknik Dasar Passing Control Sepak Bola
No
Tahapan
Analisis Hasil Belajar
1
Observasi Awal
58,0
2
Siklus I
79,0
3
Siklus II
80,0
Peningkatan Hasil Belajar Ketuntasan Observasi Dari Observasi Dari Siklus I Siswa Awal ke Awal ke Siklus ke Siklus II Siklus I II 2 Orang (9,09%) Tuntas 17 Orang (77,27%) 19 Orang 19 Orang (56,4%)Tuntas (86,36%) 2 Orang 21 Orang (86,4%)Tuntas
B Dilihat dari hasil analisis data aktivitas belajar teknik dasar passing control (kaki bagian dalam) sepak bola pada siklus I siswa yang aktif 16 orang dengan persentase 72,7% dan pada siklus II 22 orang siswa yang aktif dengan persentase 100%. Terjadi peningkatan aktivitas belajar pada siklus I ke siklus II 27,3%. Dari hasil refleksi siklus I ditemukan beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran, permasalahanpermasalahan yang dihadapi pada siklus I yaitu dari 6 indikator aktivitas belajar, yaitu : Lisan pada indikator (b) siswa masih belum berani mengemukakan pendapat dan memberikan saran dalam diskusi. Audio pada indikator (b) siswa kurang menyimak penyajian bahan materi yang disajikan oleh teman saat diskusi kelompok. Metrik pada indikator (a) siswa belum maksimal melakukan gerakan-gerakan berdasarkan konsep gerakan, (b) siswa belum berani mencoba gerakan baru yang dapat menyempurnakan gerakan teknik dasar passing control (kaki bagian dalam) sepak bola. Mental pada indikator (a) siswa masih pasif dan belum bisa memecahkan masalah dalam proses pembelajaran, (b) siswa belum mampu membuat keputusan sendiri dalam proses pembelajaran. Emosional pada indikator (b) siswa kurang sungguhsungguh dalam melakukan gerakan teknik dasar passing control (kaki bagian dalam) sepak bola.
(9,09%)
Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu: Lisan pada indikator, (b) peneliti memotivasi siswa untuk menyimak penjelasan tentang materi yang disajikan. Audio: pada indikator (b) peneliti memotivasi siswa agar saling berdiskusi dan saling mendengarkan materi yangdisampaikan oleh temannya. Metrik pada indikator (a) memotivasi agar siswa berani melakukan gerakan secara maksimal, (b) memberi petunjuk agar siswa dapat melakukan gerakan dengan baik. Mental pada indikator (a) membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi, (b) membantu siswa membuat keputusan dalam proses pembelajaran. Emosional pada aspek, (b) membantu dan mendampingi siswa agar bersungguhsungguh dalam melakukan gerakan teknik dasar passing control (kaki bagian dalam) sepak bola. Kegiatan atau aktivitas belajar siswa merupakan dasar untuk mencapai hasil belajar yang lebih optimal. Maka dari itu pembelajaran harus berjalan secara efektif, karena pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas sendiri kepada siswa. Siswa belajar dan beraktivitas sendiri untuk memperoleh pengalaman, pengetahuan, dan tingkah laku lainnya serta mengembangkan keterampilannya yang bermakna. Peningkatan yang terjadi pada hasil belajar passing control (kaki bagian dalam)
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 5, No 2, Tahun 2016) sepak bola , dimana pada siklus I siswa yang tuntas 19 orang (86,4%) dan pada siklus II siswa yang tuntas 21 orang (95,5%). Terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus I ke siklus II 9,09%. Dilihat dari rata-rata klasikal hasil belajar pada siklus II yaitu 95,5 sudah memenuhi standar ketuntasan secara klasikal yaitu 77 sesuai dengan KKM SMP Negeri 5 Kintamani. Dilihat dari hasil belajar pada siklus I permasalahan-permasalahan yang dihadapi adalah: (a) pada kompetensi pengetahuan, masih kurangnya pemahaman siswa mengenai materi pembelajara teknik dasar passing control (kaki bagian dalam) sepak bola, hal ini terlihat dari rendahnya nilai yang diperoleh dari hasil tes tertulis, (b) pada kompetensi sikap, masih terlihat kurangnya rasa saling menghargai antara siswa yang satu dengan yang lainnya dalam proses pembelajaran, dan (c) pada kompetensi keterampilan, masih banyak siswa yang belum bisa melakukaqn gerakan teknik dasar passing control (kaki bagian dalam) sepak bola. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tindakan perbaikan yang dilakukan adalah: (a) peneliti menjelaskan kembali dan memberi tindakan langsung kepada siswa tentang teknik dasar passing control (kaki bagian dalam) sepak bola secara bertahap, (b) memberi arahan kepada siswa di setiap kelompoknya agar dapat menumbuhkan rasa saling menghargai, karena dengan itu akan terciptanya suasana harmonis dan nyaman disaat menjalani pembelajaran, dan (c) memberi bimbingan kepada siswa yang masih salah melakukan gerakan teknik dasar passing control (kaki bagian dalam) sepak bola mulai dari fase persiapan, pelaksanaan hingga fase lanjutan sehingga hasil yang diperoleh bisa lebih optimal. “Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar, hasil belajar tersebut meningkat terjadi terutama berkat evaluasi guru, dan juga merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar” (Dimyati dan Mudjiono, 2006:3). Belajar adalah suatu proses yang melibatkan manusia secara orang per orang sebagai satu kesatuan organisasi sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya.
Peningkatan ini tidak terlepas dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI secara optimal dengan perbaikanperbaikan pembelajaran sesuai dengan kekurangan-kekurangan, hambatan dan kendala-kendala yang terjadi pada setiap siklus sebelumnya. Dari peningkatan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar passing control (kaki bagian dalam) sepak bola merupakan bukti dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI ini, siswa mendapat kesempatan yang luas untuk melatih keterampilan dan juga memberi waktu yang luas untuk belajar gerak baik secara individu maupun secara kelompok, suasana belajar siswa selama kegiatan pembelajaran nampak bebas, ceria, bergairah, dan kondusif. Disamping itu siswa dapat berkolaborasi dengan teman kelompoknya. Siswa belajar dan beraktivitas sendiri untuk memperoleh pengalaman, pengetahuan, pemahaman, dan tingkah laku lainnya serta mengembangkan keterampilannya yang bermakna. Sehingga dalam hal ini, kegiatan atau aktivitas belajar siswa merupakan pondasi untuk mencapai hasil belajar yang lebih optimal. Berdasarkan data analisa hasil uraian diatas, bahwa aktivitas dan hasil belajar meningkat dikarenakan: 1. Siswa lebih aktif dalam mengikuti suatu proses pembelajaran dalam melakukan interaksidengan teman sehingga pembelajaran lebih aktif dan tidak satu arah. Siswa lebih senang belajar bila siswa dapat berperan aktif dalam upaya mncapai tujuan pembelajaran,seorang siswa mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemampuan dan aspirasinya. Siswa semakin aktif dalam mengikuti pembelajaran. 2. Timbulnya kerjasama antar siswa dengan siswa, tim atau teman didalam kelompoknya dapat menyelesaikan tugas gerak yang diberikan oleh guru. “Siswa mengembangkan sikap kerjasama dalam melakukan suatu proses pembelajaran” (Depdiknas 2006:163), “Mampu bekerjasama yang harmonis dikalangan para siswa yang pada gilirannya dalam memeperlancar kerja kelompok” (Hamalik, 2008: 91).
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 5, No 2, Tahun 2016) 3. Siswa memiliki rasa tanggung jawab sehingga siswa dapat mengerjakan tugas dengan baik dalam suatu proses pembelajaran di dalam kelompoknya. “Mengembangkan sikap tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan” (Depdiknas 2006:163), “Siswa mampu bertanggung jawab terhadap apa yang sudah disampaikan dalam berkontribusi terhadap sub topik yang telah dipilih” (Hayati, 2007: 10). 4. Siswa mengamati apa yang dicontohkan oleh guru atau dari orang lain dalam suatu proses pembelajaran. “Mengamati merupakan tanggapan siswa terhadap beberapa objek” (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 191-192), mengamati dan menyimak penjelasan serta demonstrasi yang dilakukan oleh guru (Kusuma, 2013: 129-131). 5. Rasa percaya diri siswa dalam melaksanakan tugas gerak yang diberikan oleh guru. “Siswa percaya diri dalam melakukan tugas gerak yang diintruksikan guru” (Depdiknas, 2006: 163), “Bahwa rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil” (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 245). Penelitian yang sudah dilaksanakan ini tidaklah selalu berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan dan yang sudah direncanakan. Karena ada kendalakendala yang dihadapi peneliti dalam menjalankan penelitian ini. Adapun kendala-kendala yang dihadapi adalah:(a) jumlah bola yang kurang sehingga proses pembelajaran menjadi tidak efektif, (b) respon siswa untuk memahami materi lambat sehingga harus dijelaskan berulangulang, dan (c) siswa merasa suasana pembelajaran membosankan. Dari kendala-kendala yang dihadapi tersebut adapun yang dilakukan peneliti untuk memecahkannya sehingga penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar diantaranya adalah: (a)menggunakan bola yang sudah ada dan untuk kekurangan bola menggunakan bola pribadi dengan memodifikasi bola, (b) memodifikasi materi pelajaran dengan permainan tradisional, dengan ini siswa lebih bersemangat dan aktif bergerak sehingga suasana pembelajaran tidak
membosankan, dan (c) menjelaskan kembali secara berulang-ulang dan disertai dengan contoh materi yang belum dimengerti agar siswa lebih memahami materi yang dipelajari. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, adapun keterbatasan dalam melakukan penelitian ini yaitu: keterbatasan waktu pelaksanaan penelitian yang dilakukan 2 siklus, agar tidak mengganggu dari kurikulum sekolah yang sudah dibuat. Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan serta teori-teori pendukung hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dapat Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Passing Control Sepak Bola pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 5 Kintamani Tahun Pelajaran 2015/2016.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 1. Aktivitas belajar Teknik Passing Control sepak bola meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe GI pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 5 Kintamani tahun pelajaran 2015/2016. 2. Hasil belajar Teknik Passing Control sepak bola menggunakan kaki bagian dalam meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe GI pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 5 Kintamani tahun pelajaran 2015/2016. Berdasarkan simpulan di atas, dapat dikemukakan saran-saran yaitu : 1. Kepada guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dapat mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe GI pada pembelajaran Teknik Passing Control sepak bola karena dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Teknik passing control sepak bola.
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 5, No 2, Tahun 2016) 2.
Bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian dapat mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe GI sesuai dengan materi yang akan diberikan.
DAFTAR PUSTAKA Adhi, I W. K. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Berguling (Roll) Senam Lantai pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Tampak Siring Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan) Jurusan Penjaskesrek, FOK Undiksha. Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta Dimiyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Kanca, I Nyoman.2010. Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Buku Ajar. Singaraja: Fakultas Olahraga dan Kesehatan. Rusmiati, P. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Teknik Dasar Pukulan Fore Hand Bulutangkis pada Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Sukasada Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan) Jurusan Penjaskesrek, FOK Undiksha. Santyasa dan Sukadi. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Singaraja: Undiksha. Subandi, I P. A. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Passing Bola Voli pada
Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 2 Banjar Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan) Jurusan Penjaskesrek, FOK Undiksha. Sumardika, K. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Passing Bola Basket pada Siswa Kelas X.1 C SMA Negeri 1 Sawan Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan) Jurusan Penjaskesrek, FOK Undiksha. . Utama, I W. A. M. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Teknik Dasar Passing Sepak Bola pada Siswa Kelas VIII 6 SMP Negeri 1 Penebel Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan) Jurusan Penjaskesrek, FOK Undiksha. Yudiana, I N. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Teknik Dasar Tolak Peluru Pada Siswa Kelas VI SD Negeri 7 Banjar Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan) Jurusan Penjaskesrek, FOK Undiksha.