ILMUIMAN.NET: Koleksi Cerita, Novel, & Cerpen Terbaik Cerita Kira-kira Sejarah (16+). 2017 (c) ilmuiman.net. All rights reserved. Berdiri sejak 2007, ilmuiman.net tempat berbagi kebahagiaan & kebaikan lewat novelcerpen percintaan atau romance, dan cerita non fiksi.. Seru. Ergonomis, mudah, & enak dibaca. Karya kita semua. Peringatan: Bukan untuk anak-remaja di bawah umur 16 tahun. Pembaca yang sensi dengan seloroh ala internet, silakan stop di sini. Segala akibat menggunakan atau membaca, sepenuhnya tanggung jawab pembaca. Terima kasih & salam. ***
Ayat-ayat Jihad Bismillahirrahmanirrahiim... Berikut ini, coba penulis sarikan, ayat-ayat Quraan, tentang jihad. Yang di-search dari Quraan terjemahan, yang awalnya dari blog wahyunmawardi.wordpress.com. Lalu dari situs-situs lain di internet. Semoga, yang punya blog dan para kontributor pendukung mendapat balasan kebaikan dari Allah. Alhamdulillah, terima kasih. Berkat blog-blog itu, pencarian menjadi cepat dan terarah. Di luar yang langsung terkait akar kata jihad, ada juga yang terkait perang, yang boleh dibilang itu bersinonim dengan jihad. Kebanyakan kata bahasa Arab, punya akar-kata, terdiri dari tiga konsonan (umumnya). Lalu, kata-kata yang sama akar katanya, umumnya memiliki makna yang bermiripan atau saling terkait. Kalau jihad, itu jelas bener, akar-nya j-h-d alias jim-ha-dal. Nah, akar-kata jihad, konon asalnya bermakna "kesulitan" atau "kesukaran", dan memiliki kedekatan makna dengan: "keras", "kuat", "bersungguh-sungguh", "puncak masalah", "cobaan", "ujian yang sulit", "meletihkan". Al-majhud, yang juga berakar kata j-h-d (ditambah mim), bermakna: "susu yang dikeluarkan dari inti sarinya". Susu tersebut dapat dikeluarkan dengan upaya yang sulit dan penuh kesungguhan yang menyebabkan pemerasnya menjadi letih. Dekat juga dengan makna "kemampuan", "kekuasaan", "pengorbanan", "kuat", "paksaan". Jadi, walau dalam konteks kalimat tertentu maknanya itu perang bersenjata, secara umum jihad tidak selalu bermakna perjuangan fisik, tapi lebih merupakan ujian dan perjuangan lahir-batin, fisik, mental, intelektual, spiritual. Termasuk juga perjuangan melawan kesombongan, kemalasan, dan kebodohan. Dan seterusnya. Jihad fi sabilillah, jihad di jalan Allah... menjadi segenap aktivitas pikiran, perhatian, persiapan,.. spiritual, tekad, tindakan, ucapan, untuk menyelesaikan persoalan, mempersiapkan kemampuan dan pengetahuan, sungguh-sungguh untuk mengatasi
segala rintangan, untuk mengkontribusikan amal dan kebaikan, dengan totalitas, siap mengorbankan harta, waktu, energi, pemikiran, jiwa, raga, dan seterusnya, yang senantiasa dalam koridor keridhaan Allah. Akurat atau tidak ya definisi uraian penulis ini? Wallahualam.... Sedikit anekdot kecil,... cerita si Abok, si anak badung.... Abok itu anak SD, umur enam belas tahun, udah nggak naik kelas bolak-balik. Tukang mabok dan ugal-ugalan. Suatu ketika, demi untuk menasehati dia, dibawalah oleh emaknya ke seorang doktor peneliti. "Wahai Abok, mari saya tunjukkan hasil penelitian saya", kata Doktor Desye sang peneliti itu. Tapi, sebelum menunjukkan hasil penelitian, dia nyanyi dulu bareng sama emaknya Abok. Sebuah lagu yang sekaligus merupakan sindiran buat Abok si badung. "Opo ora eman duite,.. Gawe tuku banyu setan,.. Opo ora mikir yen mendem, Iku biso ngrusak pikiran... Ojo diteruske mendeme, Mergo ora ono untunge, Yo cepet marenono mendemmu, Ben dowo umurmu..." Begitu keduanya berduet. Bukannya tersindir atau apa, Abok malah jogetan dangdut mleter. "Tutupen botolmu, tutupen oplosanmu..." dan seterusnya, lama-lama doktor peneliti dan emaknya Abok pun malah ikut lincek-lincek juga sampai lagu selesai. Terus.. nambah lagu lagi.. Bang Toyib, Goyang Dombret, dan Kucing Garong! Wah, sindiran dengan lagu tidak mempan! Ujungnya Doktor Desye menunjukkan hasil penelitiannya untuk menakut-nakuti Abok. Dia ambil dua gelas besar. Satu gelas, dia isi air bersih. Satu gelas lagi,.. dia isi dengan minuman keras oplosan. Lalu, sang peneliti mengambil dua kumpulan cacing percobaan. Satu kumpulan cacing... dia masukin ke gelas air bersih, satu kumpulan lain, dia cemplungin ke gelas berisi oplosan. Hasilnya? Yang di gelas bersih, cacingnya riang gembira menari-nari. Sementara,.. yang terendam di minuman keras oplosan.. langsung kejet-kejet satu demi satu, dan mati semua! Abok pun langsung mangap melongo tidak berkedip menyaksikannya. Emaknya tersenyum, Doktor Desye pun tersenyum.. Lalu, Doktor Desye itu menepuk pundak Abok yang masih melongo. "Nah, sekarang.. kamu sudah melihat sendiri kan bagaimana pengaruh minuman keras oplosan itu pada kehidupan?" "I-i-iya, Dok. Saya sudah lihat", kata Abok. "Bagus. Kalo begitu, apa kesimpulan kamu?" "Kesimpulannya jelas, Bu Doktor! Kita semua.. mesti rutin banyak-banyak nenggak minuman keras oplosan! Yaitu supaya tidak terserang penyakit cacingan!" Byur! Emaknya Abok dan Doktor Desye pun langsung kejengkang, dan kecemplung empang. Capek deh.... Kita balik lagi saja ke soal jihad....
Dari ayat-ayat berikut, apakah terlihat semangat radikalisme, terorisme, ekstrimisme, pokoknya yang belakangnya -me-me gitu? Tidak! Yang menonjol, sebaliknya.. adalah kelurusan spiritual, teguh berpegang kepada kebenaran. Erat dengan kerelaan berjuang habis-habisan. Erat dengan kebaikan dan kebajikan. Tekad. Kuat. Yang takutnya malah jadi cetek kalau diteorikan oleh seorang yang ilmunya pas-pasan seperti penulis ini. Jadi, silakan saja langsung dibaca dan direnungkan sendiri, insya Allah quotes yang dicuplik, cukup komprehensif. Opini penulis yang dituliskan di belakangnya, silakan saja kalau mau dibaca, kalau tidak juga tidak apa. Namanya juga itu opini. By the way, kalo ada yang tetep mau memelintir ayat-ayat jihad menjadi radikalisme dan terorisme.. yah, jangan heran juga. Gimana lagi? Segala sesuatu, biarpun baik kayak apa, berada di tangan orang tertentu, bisa keplintir nggak karuan. Kitab Al-quran saja, kalau tercetak hard-cover, terus mau difungsikan untuk menggetok pala orang, dipakai untuk nyambit orang, ya bisa bikin benjol juga, kan? Ibaratnya begitu. Demikian juga, kalau yang ekstrim kiri, kelompok apatis.. mau menihilkan makna ayat-ayat itu, ya gimana lagi? Nggak beda jauhlah dengan anekdot si Abok di atas. Semoga, para pembaca tulisan ini.. senantiasa mendapat taufik dan hidayah dari Allah, dan dijauhkan dari jalan yang sesat. Amin.... Berikut ini, langsung saja kumpulan ayat-ayat jihad yang berhasil kita himpun.... *** Al-Baqoroh QS2:190. Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang melampaui batas. QS2:213-218. (213) Manusia itu satu umat. Maka Allah mengutus para Nabi untuk menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidak ada yang berselisih tentang itu, melainkan orang-orang yang telah diberi Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka bukti-bukti nyata, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendakNya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk orang yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus. (214) Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (ujian) seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (berbagai ujian), sehingga Rasul dan orang-orang beriman yang bersamanya berkata, "Kapankah datang pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.
(215) Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infak-kan. Katakanlah: "Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diberikan kepada kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, dan orang yang sedang dalam perjalanan." Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka Sesungguhnya Allah (Maha) Mengetahui. (216) Telah diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu sesuatu yang kamu benci. Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal sesuatu itu baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal sesuatu itu buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. (217) Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang pada bulan itu dosa besar. Tetapi menghalangi dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam, dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Sedangkan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Mereka tidak berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad dari agamamu; jika mereka sanggup. Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat; dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (218) Sesungguhnya, orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah (Maha) Pengampun lagi Penyayang. QS2:273. (Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah. Mereka tidak dapat (berusaha) di bumi. Orang yang tidak tahu... menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya. Mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah (Maha) Mengetahui. *** Ali 'Imron QS3:142. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. QS3:156-161. (156) Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orangorang kafir yang mengatakan kepada saudara-saudaranya bila mereka mengadakan perjalanan di bumi atau berperang, "Sekiranya mereka tetap bersama kita, tentulah mereka tidak mati atau tidak terbunuh." Yang demikian itu, karena Allah hendak menimbulkan rasa penyesalan di hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan, dan Allah (Maha) Melihat apa yang kamu kerjakan. (157) Dan sungguh, sekiranya kamu gugur di jalan Allah (dalam jihad) atau mati (oleh sebab lain), pastilah ampunan Allah
dan rahmat-Nya lebih baik (bagimu) daripada (pampasan) apa yang mereka kumpulkan. (158) Dan sungguh, sekiranya kamu mati atau gugur, pastilah kepada Allah kamu dikumpulkan. (159) Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, bila engkau telah membulatkan tekad, maka tawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang tawakal. (160) Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkan kamu, tetapi jika Allah membiarkan kamu, maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal. (161) Dan tidak mungkin seorang nabi berkhianat (urusan pampasan perang). Barang siapa berkhianat, niscaya pada hari Kiamat dia akan datang membawa apa yang dikhianatinya itu. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna sesuai yang dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi. QS3:166-170. (166) Dan mengapa kamu (heran) ketika ditimpa musibah (kekalahan Uhud), padahal kamu telah menimpakan musibah dua kali lipat (pada musuh di perang Badar). Kamu berkata, "Dari mana datangnya (musibah) ini?" Katakanlah, "Itu (salah) dari dirimu sendiri." Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (167) Dan apa yang menimpa kamu ketika terjadi pertemuan antara dua pasukan,.. itu dengan izin Allah, dan agar Allah menguji siapa orang beriman (yang sejati); (168) dan untuk menguji orang-orang munafik. Kepada mereka dikatakan, "Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)." Mereka berkata, "Sekiranya kami tahu (cara) berperang, tentu kami mengikutimu." Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak sesuai isi hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. (168) (Mereka itu) Orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya, dan mereka tidak turut pergi berperang, "Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh." Katakanlah, "Cegahlah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang yang benar." (169) Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati! Bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapatkan rezeki. (170) Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan kepada mereka; dan mereka bergembira terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang mereka yang belum menyusul, bahwa tidak ada kekuatiran terhadap mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati. (171) Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman. (172) (Itulah) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (di Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka, dan yang bertakwa, ada pahala yang besar. (173) (Yaitu) Orang-orang (yang taat) yang kepadanya ada orang-orang (lain) yang mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”; maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung”. (174) Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia Allah. Mereka tidak mendapat bencana
apa-apa. Mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (175) Sesungguhnya, (orang-orang lain,) mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakuti, dengan kawan-kawannya (kaum musyrik Quraisy); karena itu, janganlah kamu takut kepada mereka; tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar mukmin. *** An-Nisa' QS4:71-79. (71) Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (jihad) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama (serentak)! (72) Dan sesungguhnya, di antara kamu ada orang yang sangat berlambat-lambat (berjihad). Maka jika kamu ditimpa musibah, ia berkata, "Sesungguhnya Tuhan telah menganugerahkan nikmat kepada saya, karena saya tidak ikut perang bersama mereka". (73) Dan sungguh jika kamu beroleh karunia (kemenangan) dari Allah, tentu dia mengatakan seolah-olah belum pernah ada hubungan kasih sayang antara kamu dengan dia, "Wahai, kiranya saya ada bersama-sama mereka, tentu saya mendapat kemenangan yang besar (pula)". (74) Karena itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat.. berperang di jalan Allah. Barang siapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan, maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar. (75) Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah? Dan (membela) orang-orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan-perempuan, maupun anak-anak yang semuanya berdoa, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri (Mekah) ini, yang lalim penduduknya, dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!" (76) Orang-orang mukmin (berperang) di jalan Allah, dan orang-orang kafir berperang di jalan thaghut (kesesatan), sebab itu, perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu lemah. (77) Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, “Tahanlah tanganmu (dari perang), dirikanlah sembahyang, dan tunaikanlah zakat!” Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebagiannya (yang munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata, "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban) untuk kami beberapa waktu lagi?" Katakanlah, "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar, dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun. (78) Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapati kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, "Ini dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa suatu bencana, mereka mengatakan, "Ini dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah, "Semuanya dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang (munafik) itu hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (79) Apa saja nikmat yang kamu peroleh,.. itu dari Allah, dan apa saja
bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. QS4:95-96. (95) Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (tidak berperang) yang tidak mempunyai 'uzur, dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka, Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. (96) Beberapa derajat dariNya, ampunan, serta rahmat. Dan Allah (Maha) Pengampun lagi Penyayang. *** Al Ma'idah QS5:35-43. (35) Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan carilah wasilah (jalan) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (36) Sesungguhnya orang-orang kafir, seandainya mereka memiliki segala apa yang ada di bumi dan dan ditambah dengan sebanyak itu (lagi) untuk menebus diri mereka dari azab hari Kiamat, niscaya semua (tebusan) itu tidak akan diterima dari mereka. Mereka (tetap) mendapat azab yang pedih. (37) Mereka ingin keluar dari neraka, tetapi tidak akan dapat keluar dari sana. Dan mereka mendapat azab yang kekal. (38) Adapun laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan, dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah (Maha) Perkasa, (Maha) Bijaksana. (39) Tetapi barang siapa bertobat setelah melakukan kejahatan itu, dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya. Sungguh, Allah (Maha) Pengampun, (Maha) Penyayang. (40) Tidakkah kamu tahu, bahwa Allah memiliki seluruh kerajaan langit dan bumi? Dia menyiksa siapa yang Dia kehendaki, dan mengampuni siapa yang Dia kehendaki. Allah (Maha) Kuasa atas segala sesuatu. (41) Wahai Rasul (Muhammad), janganlah engkau disedihkan karena mereka berlomba dalam kekafirannya. Yaitu orang-orang (munafik) yang mengatakan dengan mulut mereka, "Kami telah beriman," padahal hati mereka belum beriman; Dan juga orangorang Yahudi, yang sangat suka mendengar (berita) bohong, dan sangat suka mendengar orang lain yang belum pernah datang kepadamu. Mereka mengubah katakata (Taurat) dari makna sebenarnya. Mereka mengatakan, "Jika ini yang diberikan kepadamu (yang sudah diubah), terimalah; dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah." Barang siapa dikehendaki oleh Allah untuk dibiarkan sesat, sedikit pun engkau tidak akan mampu (menolongnya) menolak sesuatu pun dari Allah. Mereka itu orang-orang yang sudah tidak kehendaki Allah untuk menyucikan hati mereka. Di dunia mereka mendapat kehinaan, dan di akhirat akan mendapat azab yang besar. (42) Mereka sangat suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram. Jika
mereka datang kepadamu, maka berilah putusan di antara mereka, atau berpalinglah dari mereka; maka mereka tidak akan membahayakanmu sedikit pun. Tapi jika engkau memutuskan (perkara mereka), maka putuskanlah dengan adil. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil. (43) Dan bagaimana mereka akan mengangkatmu menjadi hakim mereka, padahal mereka mempunyai Taurat yang di dalamnya (ada) hukum Allah, nanti mereka berpaling (dari putusanmu) setelah itu. Sungguh, mereka bukan orang-orang yang beriman. QS5:53-54. (51) Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi aulia-mu (wali, pemimpin, teman kepercayaan); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi aulia, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim. (52) Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya bersegera mendekati mereka (kaum zalim), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. (53) Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan: "Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah, bahwa mereka benar-benar beserta kamu?" Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi. (54) Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, yang Allah mencintai mereka, dan mereka pun mencintai-Nya; yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir; yang berjihad di jalan Allah; dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi (Maha) Mengetahui. *** Al-'Anfal QS8:15-16. (15) Hai orang-orang beriman, bila kamu bertemu orang-orang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu (lari-mundur) membelakangi mereka. (16) Barangsiapa yang membelakangi mereka di waktu itu, kecuali (siasat) berbelok untuk perang, atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan Allah, dan tempatnya neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya. QS8:39. Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah; dan supaya agama itu semata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah (Maha) Melihat apa yang mereka kerjakan.
QS8:60. Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka dengan kekuatan apa saja yang kamu sanggupi, dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang. Dengan begitu, kamu menggetarkan musuh Allah dan musuh kamu. QS8:65. Hai nabi, kobarkanlah semangat orang-orang mukmin itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, pasti mereka dapat mengalahkan dua ratus musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar di antara kamu, mereka dapat mengalahkan seribu orang kafir, sebab orang-orang kafir itu tidak mengerti. QS8:70-75. (70) Hai Nabi, katakanlah kepada tawanan-tawanan yang ada di tanganmu: "Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberi kamu yang lebih baik dari apa yang telah diambil darimu, dan Dia akan mengampuni kamu". Dan Allah (Maha) Pengampun, lagi Penyayang. (71) Tapi jika mereka (para tawanan) bermaksud hendak berkhianat kepadamu, maka sesungguhnya mereka telah berkhianat kepada Allah sebelum ini, lalu Allah menjadikan(mu) berkuasa terhadap mereka. Dan Allah (Maha) Mengetahui, lagi Bijaksana. (72) Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah; dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada kaum muhajirin); mereka itu satu sama lain lindungmelindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Tapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah (Maha) Melihat apa yang kamu kerjakan. (73) Adapun orang-orang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (kaum mukmin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. (74) Dan orang-orang yang beriman, dan berhijrah, serta berjihad pada jalan Allah; dan orangorang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada muhajirin); mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia. (75) Dan orang-orang yang beriman sesudah itu, kemudian berhijrah serta berjihad bersamamu, maka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga). Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu, sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah (Maha) Mengetahui segala sesuatu. *** At-Tawbah QS9:13-16. (13) Mengapa kamu tidak memerangi orang-orang yang melanggar sumpah, dan telah merencanakan mengusir Rasul dan merekalah yang pertama kali memerangi kamu? Apakah kamu takut kepada mereka? Padahal Allah-lah yang lebih
berhak untuk kamu takuti, jika kamu orang-orang beriman. (14) Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tanganmu, dan Dia akan menghinakan mereka dan menolongmu atas mereka, serta melegakan hati orang-orang beriman. (15) Dan Dia (Allah) menghilangkan kemarahan hati mereka (kaum mukmin). Dan Allah menerima tobat orang yang Dia kehendaki. Allah (Maha) Mengetahui lagi Bijaksana. (16) Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah belum (nyata) mengetahui orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan (orang yang) tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman. Dan Allah (Maha) Teliti, Mengetahui apa yang kamu kerjakan. QS9:19-29. (19) Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. (20) Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka... lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itu orang-orang yang memperoleh kemenangan. (21) Tuhan menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat, keridhaan, dan surga. Mereka memperoleh kesenangan yang kekal di dalamnya. (22) Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sungguh, di sisi Allah pahala yang besar. (23) Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapakmu dan saudara-saudaramu sebagai wali, jika mereka lebih menyukai kekafiran daripada keimanan. Barang siapa di antara kamu yang menjadikan mereka sebagai wali, maka mereka itu orang-orang yang zalim. (24) Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu kuatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai; adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya; dan dari berjihad di jalan-Nya; maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (25) Sesungguhnya Allah telah menolong kamu di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di saat kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan tercerai-berai. (26) Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir. (27) Sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah (Maha) Pengampun lagi Penyayang. (28) Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu kuatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberi kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah (Maha) Mengetahui lagi Bijaksana. (29)
(Maka dari itu) Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan Allah dan Rasul-Nya, dan tidak beragama dengan agama yang benar, yaitu orang yang telah diberi Alkitab, sampai mereka mau membayar (pajak tebusan) jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk (pada peraturanmu). QS9:36. Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya, (ada) empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus; maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah, Allah beserta orang-orang yang bertakwa. QS9:41. (41) Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (42) Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh, dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah demi Allah: "Jika kami sanggup, tentulah kami berangkat bersamamu." Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. (43) Semoga Allah memaafkanmu. Mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar (uzurnya) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta? (44) Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. QS9:73. Hai Nabi, jihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka,.. jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya. QS9:78-79. (78) Tidaklah mereka tahu bahwa Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka (kaum munafik); dan bahwa Allah amat mengetahui segala yang gaib. (79) (Kaum munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela; dan orang-orang yang tidak beroleh selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka; Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih. QS9:81. Orang-orang yang ditinggalkan itu (tidak ikut perang), merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat (perang) dalam panas terik ini". Katakanlah: "Api neraka jahanam itu lebih sangat panas(nya)" jika mereka mengetahui.
QS9:86-88. (86) Dan bila diturunkan suatu surat (kepada kaum munafik): "Berimanlah kamu kepada Allah dan berjihadlah beserta Rasul-Nya", niscaya orang-orang yang sanggup di antara mereka meminta izin kepadamu (tidak berjihad) dan mereka berkata: "Biarkanlah kami berada bersama orang-orang yang duduk". (87) Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak berperang, dan hati mereka telah dikunci mati, maka mereka tidak mengetahui (kebahagiaan beriman dan berjihad). (88) Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka itulah orangorang yang beruntung. QS9:90-91. (90) Dan datang (kepada Nabi) orang-orang yang mengemukakan 'uzur, yaitu orang-orang Arab Baswi agar diberi izin bagi mereka (untuk tidak berjihad), sedang orang-orang yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya, duduk berdiam diri saja. Kelak orang-orang yang kafir di antara mereka itu akan ditimpa azab yang pedih. (91) Tiada dosa (tidak berjihad) atas orang-orang lemah, orang-orang sakit, dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan; bila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan sedikit pun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah (Maha) Pengampun, lagi Penyayang, QS9:111. Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya, daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. *** An-Nahl QS16:110. Dan sesungguhnya, Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad, dan sabar. Sesungguhnya, Tuhanmu sesudah itu benar-benar (Maha) Pengampun lagi Penyayang. *** Al-Haj QS22:78. Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dulu, dan (begitu pula) dalam (Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas
segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaikbaik Penolong. *** An-Nur QS24:53. Dan mereka bersumpah dengan nama Allah sekuat-kuat sumpah, jika kamu suruh mereka berperang, pasti mereka akan berangkat. Katakanlah: "Janganlah kamu bersumpah, (karena ketaatan yang diminta ialah) ketaatan yang sudah dikenal (sekedar di perkataan saja). Sesungguhnya Allah (Maha) Mengetahui apa yang kamu kerjakan." *** Al-Furqon QS25:52. Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah melawan mereka dengan Al Quran, dengan jihad yang besar. *** Al-'Ankabut QS29:6-8. (6) Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar (Maha) Kaya.. (tidak perlu apapun) dari semesta alam. (7) Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, pasti akan Kami hapus kesalahan-kesalahannya, dan mereka pasti akan Kami beri balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. (8) Dan Kami wajibkan kepada manusia (agar berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. QS29:69. Dan orang-orang yang berjihad demi Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orangorang yang berbuat baik. *** Lukman QS31:14-15. (14) Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua ibu-bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah (berterima kasih) kepada-Ku
dan kepada kedua ibu bapakmu. Hanya kepada-Kulah kembalimu. (15) Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikutinya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. *** Muhammad QS47:20-21. (20) Dan orang-orang yang beriman berkata, "Mengapa tiada diturunkan suatu surat?" Maka bila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka. (21) Taatlah, dan ucapkan perkataan yang baik (itu lebih mulia), bila telah tetap perintah perang (dan mereka tidak menyukainya). Tetapi jika mereka benar (imannya) terhadap Allah, pasti itu lebih baik bagi mereka. QS47:31. Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu. *** Al-Hujurat QS49:15. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya; kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka (jihad) berjuang dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orangorang yang benar. *** Al-Mumtahanah QS60:1. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (beritaberita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar dari kebenaran yang datang kepadamu. Mereka mengusir Rasul dan kamu, karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku, dan mencari keridhaan-Ku (janganlah berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang
kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus. *** As-Saf QS61:4. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. QS61:10-11. (10) Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (11) (Yaitu) Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (12) Pasti Allah akan mengampuni dosa-dosamu, dan memasukkanmu ke dalam jannah, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ´Adn. Itulah keberuntungan yang besar. *** At-Tahrim QS66:9. Hai Nabi, jihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka,.. jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya. ***
Jihad, The Never Ending War Jadi begitulah,.. ayat-ayat terkait jihad.... Opsional untuk dibaca berikutnya, sekarang beberapa ulasan, terkait jihad. Disclaimer: Banyak dari bagian di bawah ini, adalah opini penulis, mungkin bisa salah. Subhanallah. Dan tanpa mengurangi rasa hormat pada yang lain, disadari bahwa pendapat yang lain bisa berbeda (bahkan secara tajam). Di masa kini, soal jihad ini keputer-puter nggak karuan jadi seolah di sono-sono di tempat jauh.. jihad itu bersinonim dengan radikalisme, terorisme, dan pengawuran anarkis. Ngeri kali. Ini bagaimana? ***
Jihad Berlawanan Dengan Terorisme dan Radikalisme Kalangan tertentu, yang islamo-fobia, sering menuduh dan memfitnah islam itu agama radikal dan terorisme, anti keberagaman, dan anti toleransi dengan merujuk ke Quraan. Yaitu dari satu atau sekumpulan ayat, diambil secara out-of-context, lalu ditafsir sesuai kepentingan. Salah satunya, yang dianggap 'kasat mata' At Tawbah ayat 28-29... (QS At-Tawbah 9:28-29). Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu kuatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberi kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah (Maha) Mengetahui lagi Bijaksana. (29) (Maka dari itu) Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan Allah dan Rasul-Nya, dan tidak beragama dengan agama yang benar, yaitu orang yang telah diberi Al-kitab, sampai mereka mau membayar (pajak tebusan) jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk (pada peraturanmu). Di pihak lain, tidak bisa dipungkiri, kelompok islam radikal dan kelompok teroris muslim, juga mengobarkan kegilaan dan ekstrimisme.. antara lain dengan memelintir satu atau sekumpulan ayat semacam itu, secara out-of-context juga, dan lalu menafsirnya sesuai kepentingan mereka. Ini golongan ekstrim kanan. Ekstrim kiri juga ada, yang pasif, serba kompromistis terhadap keberagaman, serba toleran pada ke-serba-bebas-an, yang sebaliknya dari ekstrim kanan, malah coba mereduksi makna ayat-ayat seperti At-Tawbah di atas, atau semacamnya, sedemikian out-of-context, dan lalu menafsirnya sesuai kepentingan mereka. "Waduh, kalo begini nggak enak nih... Keras bener itu redaksinya. Pasti, maksudnya bukan demikian..." Penulis, belum pernah membaca seluruh tafsiran ayat dari semua versinya yang ada di dunia ini. Mohon maklum, tafsir quraan itu banyak. Tapi rasanya, kalo memperkeras maknanya (sehingga jadi ekstrim kanan), atau mereduksi maknanya (sehingga jadi ekstrim kiri), yah dua-duanya enggaklah. Wallahualam. Ayat di atas, itu redaksinya sudah bahasa terang. Redaksinya begitu, ya maknanya.. bisa direnungkan sendirilah. Lalu.. kalau benar-benar mukmin.. ya sudah, ayat itu dipahami saja dan ditaati. Sebagaimana ditetapkan dalam Al-Ahzab 36. (QS. Al Ahzab 33:36) Dan tidaklah patut bagi laki-laki mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan mukmin, bila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, (mereka mengharapkan atau mengupayakan) akan ada bagi mereka pilihan (lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya; maka sungguhlah dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata. Kalau dibilang ada kerasnya, ya memang ada. Allah-lah yang menentukan standing position-nya orang-orang mukmin. Kalau di hati kecilnya orang-orang mukmin yang
menginginkan kedamaian hati terus ada perasaan tidak suka, ya tentang ini pun Allah sudah tahu juga. Sebagaimana disebutkan dalam Al Baqoroh 216. (QS Al-Baqoroh 2:216) Telah diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu sesuatu yang kamu benci. Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal sesuatu itu baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal sesuatu itu buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. Keberagaman dan toleransi apakah tidak ada? Ada. Tetapi conduct-nya ya.. seperti yang disebutkan dalam surah Al-Kafirun dan At-Tawbah (QS9:28-29). Dalam hal akidah dan keimanan, kaum mukmin tidak akan bergeming. Para ahli sosial-kemasyarakatan, yang tidak beragama islam, banyak juga yang paham Al-Kafirun itu. (QS Al-Kafirun 109:1-6) (1) Katakanlah: Hai orang-orang kafir; (2) Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. (3) Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. (4) Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. (5) Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. (6) Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. Cuma ya, kalau dari At-Tawbah di atas, bisa dimaknai bahwa Quraan memerintahkan, kalau memang mukmin mesti co-exist dengan golongan yang berseberangan, maka mesti diperjuangkan terus agar mukmin itu sebagai yang dominan. Orang islam ekstrim kiri dan non-islam keheranan: "Kok ada ajaran keras begitu ya?"... Tapi, mestinya, kalau tahu lingkup islam secara keseluruhan, tidaklah perlu heran. Mohon maklum, berbeda dengan agama besar lain, di islam itu kuat ajaran akidah (ketuhanan) dan tentang ideologi, kebangsaan, patriotisme. Agama lain, ada yang bahkan tidak mendalam membahas ketuhanan, ya silakan saja. Ada yang tidak mengajarkan kebangsaan blas, ya silakan juga. Tapi islam, punya standing position. Yaitu bahwa kelompok terbaiknya islam, yang disebut umat atau kaum mukmin, itu sedunia adalah umat yang satu, bangsa yang satu. Dan selayaknya bangsa yang satu dan besar, tentu diajarkan untuk menjadi yang terbaik; dan itu wajar-wajar saja, bukan? Bangsa Romawi, dulu mengajarkan kepada seluruh anak bangsanya yang elit, bahwa di dunia ini.. yang dominan dan juara, itu mestinya Bangsa Romawi. Amerika juga idem. Orang Amerika sejati.. maka senantiasa memimpikan dan memperjuangkan.. bahwa yang dominan dan juara sedunia.. itu Bangsa Amerika. Kalau ada bangsa lain yang ingin menggusurnya.. dilawan! Iya, kan? Bangsa Jepang apakah beda? Sama. Bagi patriot Jepang sejati.. yang mesti senantiasa diperjuangkan untuk menjadi dominan dan juara sedunia.. ya bangsa Jepang! Jerman, Inggris, Perancis, Belanda, Rusia, Cina, seterusnya.. semuanya juga begitu. Dan kita tidak perlu heran. Karena itu wajar. Aneh banget, kalau ada pemimpin Amerika, malah menyerukan agar bangsa Amerika misalnya menjadi bangsa yang nomer tujuh, misalnya. "Dear fellow citizen,... saudara
sebangsa dan setanah air.. saya sebagai Presiden Amerika,.. menyerukan agar kalian semua.. paham bahwa bangsa Amerika ini cukup jadi bangsa nomer tujuh di dunia! Yang nomer satunya itu.. biarlah bangsa Majapahit, yang kedua sisa-sisa dari kerajaan Pajang. Ketiga, kerajaan Mataram kuno. Keempat, kesultanan Malaka jaman baheula. Kelima, VOC Belanda. Keenam.. suku-suku Viking pendukung Persib,.. dan ketujuh.. baru kita! Jangan sampe lupa ya urutannya.. Kalo lupa takutnya kita kualat!" Bukannya mereka tidak mau hidup damai, bertoleransi, dan berdampingan dengan bangsa lain, dan menerima keberagaman. Mau sih mau, tapi.. saat berdampingan damai, menerima keberagaman.. inginnya.. bangsa merekalah yang juara! Di hati kecilnya mestinya seperti itu semua patriotnya. Nah,.. kalo terus umat mukmin juga idem ditto,.. Umat Mukmin itu diperintahkan untuk senantiasa menjadi kalifah di muka bumi 'kalifatan lil ard',... menjadi yang terbaik, leading, kenapa pula mesti pada heran? Mungkin masih ada yang protes. Kok agama seperti itu? Kan agama besar lain nggak punya ajaran begitu? Jawabannya: Ya kalo nggak ada, ya udah.. emang nggak ada! Agama yang beda, siapa bilang ajarannya kudu sama? Agama-agama lain, toh juga tidak ada yang punya kitab seperti Quraan. Yang 15 abad (and still counting), terjaga otentik, tidak berubah barang satu kata pun. Agama-agama lain.. banyak yang tidak kukuh dalam menggagas ketuhanan. Agama-agama lain.. banyak yang tidak kukuh dalam menggagas kebangsaan dan patriotisme. Mereka nggak nyuruh sholat jumat, nggak nyuruh puasa Ramadhan. Zakat, Haji-Umroh,.. juga enggak. Eh, tapi kalau begitu.. berarti umat mukmin sebagai suatu kelompok bangsa.. itu berseberangan dan bertumbukan dong dengan bangsa lain yang ada di dunia ini? Ya iyalah! Kita tidak bisa naif, bahwa persaingan antar bangsa itu ada, eksis, dan akan ada terus. Inggris dan Amerika itu sekutu dekat. Iya, kan? Apa dikira tidak ada unsur persaingan di antara mereka? Ada. Secara rahasia, Amerika selalu punya rencana perang, jabaran kalau mereka terpaksa berperang dengan Rusia, Cina, Inggris, Perancis, Jerman, Korea Utara, Iran, Israel.. dan seterusnya! Dan yang punya rencana perang seperti itu, tidak cuma Amerika. Inggris dan semua negeri mapan lain juga punya! Dan itu tidak apa-apa. Wajar. Dan itu bukan artinya terus bangsa Inggris itu kurang ajar.. dia pake bikin rencana antisipasi perang melawan Amerika segala. Kan Amerika itu sekutu dekat! Namanya juga standing position. Pada satu titik, bisa saja kan kejadian Amerika itu hostile terhadap Inggris? Ada satu ajaran Quraan, yang mungkin unik, dan tidak ada di agama lain... (QS Ali Imron 3:110) Kamu (Kaum Mukmin) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Kaum mukmin, itu diajarkan untuk jadi yang terbaik. You're the best! Nah, kalau ada kaum lain, bangsa lain, yang bervisi untuk menjadi terbaik juga,.. ya udah,.. bersainglah.
Namanya juga 'ter-', yang juara, yang paling unggul, yang superlatif, 'the best', itu satu saja. Dan untuk menjadi juara, harus berjuang mati-matian. Bentuk perjuangan matimatiannya kaum mukmin: jihad fi sabilillah. 'Maju perang' di jalan Allah. Kalau begitu.. apakah umat mukmin itu militansinya mengerikan? Tidak. Namanya juga terbaik, tentu perjuangan jihad dalam berbagai bentuknya itu tidak boleh pengawuran. Tidak boleh fatalis, teroris, radikalis, yang bertentangan dengan kebenaran dan kebaikan universal. Kalau sifatnya pengawuran, menghalalkan segala cara, jelas... itu baik aja... juga enggak, apalagi terbaik. Cuma di sisi lain, berhubung terbaik itu kursinya cuma ada satu tempat, ya persaingan jadi tak terhindarkan. Persaingan ideologi itu biasa. Itu kenyataan hidup. Tapi bukan terus artinya mesti gegeran tanpa henti. Antar bangsa bersaing. Antar perusahaan juga bersaing. Pepsi-Co dengan Coca-cola.. itu terus dan terus bersaing, sengit, padahal sama-sama sebangsa. Mercedes-Benz, VW, BMW,.. itu juga sama-sama Jerman bersaing sengit. Toyota, Nissan, Suzuki, Honda, juga bersaing. Tapi ada code-of-conduct yang profesional dan terhormat. VW dengan Toyota, dengan GM, dan lainnya.. beda-beda bangsa.. itu tetap saja bersaing mengikuti conduct yang terhormat dan beradab. Bisa ada sih.. orang Toyota yang kalah saing.. nekat memuat bom se-pesawat jumbo.. terus ditubrukin ke pabrik VW canggih saingannya.. jlegur! Demi menumpas lawannya, tapi.. orang Toyota yang seperti itu, tentulah bukan profesional sejati. Itu oknum gila. Orang mukmin juga sama. Mukmin sejati, maka diwajibkan segala tindakan, kata-kata, dan pikirannya.. haruslah mengandung kebajikan atau ihsan. Tidak boleh dengan cara pengawuran. Dan kebajikan itu universal bagi siapapun yang punya nurani. Maka tidak mengherankan,.. di dunia ini banyak teroris muslim (yang non-muslim juga bejibun), tapi.. tidak ada teroris mukmin. Dan kalo ada teroris yang mengaku mukmin, itu pasti mukmin gadungan. Karena by definition: mukmin yang tidak senantiasa berbuat ihsan dan kebajikan, itu bukanlah mukmin. Dan juga by definition: sesiapa yang senantiasa berbuat ihsan dan kebajikan, itu tentulah bukan teroris. Wallahualam. Dalam persaingan, kadang dengan 'yang beda' satu pihak bisa bekerjasama, kan? VW bersaing dengan GM dan Toyota dalam bisnis otomotif, tapi.. bisa saja mereka bekerjasama dalam kerangka.. misalnya mencegah pemanasan global. Iya, kan? Kaum mukmin juga punya fleksibilitas yang seperti itu. Di jaman perjuangan Rasul dulu, perjanjian dan konsensus dengan kelompok 'beda', itu juga ada. Jadi, kalau di masa kini.. kaum mukmin Indonesia berkonsensus dengan non-mukmin (dan dengan muslim yang tidak atau belum mukmin), dalam kerangka negara Indonesia, dalam kerangka pancasila,.. yah, kejadian juga. Nggak apa-apa. Balik lagi ke persaingan antar bangsa,.. kadang satu bangsa atau satu kaum itu demi mencapai misinya, dia 'menyerang dengan kebaikan'. Dalam ajaran Quraan, maka yang seperti itu, mesti dicounter dengan kebaikan juga.
(QS An-Nisa' 4:86) Bila kamu diberi penghormatan dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik darinya, atau balaslah penghormatan itu (dengan sama baiknya). Lantas, setelah memperoleh kemenangan, kaum mukmin juga tidak boleh jumawa. Sebaliknya, mesti menyadari bahwa mereka sendiri itu sebagai manusia biasa juga banyak kesalahannya, dan yang Maha Terpuji dan Maha Benar itu hanyalah Allah, Tuhan semesta alam. Hal ini sebagaimana diajarkan dalam Surah An-Nashr. (QS An-Nashr' 110:1-3) (1) Bila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. (2) Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong, (3) maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia (Maha) Penerima taubat. Mungkin kesalahan kalangan mukmin sendiri, atau orang muslim secara umum,... wallahualam. Saat ini, confuse dunia, campur baur antara muslim dan mukmin. Seolah, muslim itulah umat yang satu. Padahal, kan di antara muslim itu banyak bad guys-nya juga. Muslim yang dianggap satu itu yang gimana dulu? Kalo yang sekedar muslim ktp, atau muslim palsu, atau muslim yang golongan munafik, muslik gadungan... masak dianggap satu saudara dengan yang sejati? Ya enggaklah. Ada sih, guru-guru tertentu (atau partai islam, atau ormas tertentu) yang main gebyah uyah, mengajarkan bahwa seluruh muslim itu bersaudara. Kayak beda tipis, tapi yang lebih akurat, dalam persaudaraan erat, sebetulnya: seluruh mukmin itulah (bukan sekedar muslim) yang erat bersaudara sebagai umat yang satu. Dalam hal persaudaraan yang tidak erat,... itu lain lagi. Kalau persaudaraan dalam arti kemanusiaan yang loose, ya jangankan sesama muslim;... semua manusia itu, apapun agamanya, itu satu kaum. Kan semua anak Adam. Begitu menurut Quraan. Mukmin dengan muslim secara umum, itu tidak sama.... *** Yang Islam Aja Juga Mesti Dilawan (Yang Kriminal & Munafik) Ya. Yang Islam juga mesti dilawan juga oleh kaum mukmin... kalo keblinger. Para kriminal yang muslim, ya itu tetap saja dipidana. Ditembak di tempat kalau perlu, kalau mereka anarki di jalanan merata-rata. Di luar yang kriminal, ada kelompok di dalam islam yang merupakan musuh laten dari kaum mukmin, yaitu disebut sebagai golongan munafik. Bahkan, hal itu disebutkan dua kali, dalam dua ayat identik, satu di surah At-Tawbah 73, dan satu lagi di At-tahrim 9.
(QS At Tawbah 9:73) Hai Nabi, jihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka,.. jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya. (QS At-Tahrim 66:9) Hai Nabi, jihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka,.. jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya. Yang munafik itu lebih bahaya, lebih menipu, dan lebih seperti 'serigala berbulu domba', tidak kasat mata. Sering berwujud tokoh, guru, ahli, kiai, jagoan, profesional, dan seterusnya. Dan karena itu, (menurut pendapat penulis dan beberapa guru) maka surah Al-Munafiqun terdiri dari 11 ayat yang lebih panjang-panjang, jauh lebih komprehensif daripada surah Al-Kafirun yang cuma 6 ayat pendek. Apa benar pendapat ini? Wallahualam. Allah yang tahu. Namun tentang bahayanya, itu tidak diragukan lagi. (QS Al-Munafiqun 63:4) Dan bila kamu melihat mereka (kaum munafik atau kafir), tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata-kata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka seakan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan keras ditujukan kepada mereka. Mereka itu musuh (yang nyata), maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? Setelah memahami ayat ini, jadi tidak perlu heran kalau muslim yang kriminal, yang korup, yang keblinger, itu diperlakukan selayaknya kriminal oleh kaum mukmin? Cuma kembali lagi, kalau ada penindakan,... segala sesuatunya mesti dengan ihsan, atau dengan landasan kebajikan. Atau minimal adil! Dalam kosa kata kaum mukmin, ada yang namanya fair, adil, itu sudah luar biasa mulianya. Nah.. ihsan ini.. kebaikan yang lebih baik lagi, lebih indah lagi, lebih luhur dan mulia lagi daripada adil. (QS Al-'Ankabut 29:69) Dan orang-orang yang berjihad demi Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. Termasuk baik di situ: Tidak boleh melampaui batas! Minimal fair, adil! Why? Karena bisa saja.. yang paling bejat, paling jahat,.. terus cling.. mendapat hidayah Allah. Lalu jadi kekasih Allah. Waduh, gimana itu kok berani-beranian orang mukmin menganiaya kekasih Allah? Atau kalaupun dia yang bersangkutan tidak mendapat hidayah.. lha.. anaknya, bayi-bayi yang lahir di antara mereka.. itu kan putih bersih! Tidak melampaui batas, itu 'mendakwahi' anak-anak yang bersih itu. Kenyataannya, banyak sahabat Rasul yang paling terpuji.. itu ayah-ayahnya atau leluhurnya kafir kelas wahid! Atau ada yang anaknya munafik. Contoh saja: Ikrimah bin Abu Jahal, itu ayahnya adalah Abu Jahal.. tokoh yang kebencian, hinaan, dan kesadisannya terhadap
Rasul dan para sahabat tak terperi. Tapi,.. Ikrimahnya akhirnya dimaafkan dan diterima sebagai sahabat nabi saat sudah mendapat hidayah Allah. (QS Al-Baqoroh 2:190) Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Juga dalam perjuangannya, orang mukmin hendaknya tidak gerabak-gerubuk, pingin serba instan. Mesti sabar, konsisten, istiqomah. Mesti tersistem, terencana, terorganisir, dan segala sesuatu diserahkan kepada ahlinya. Saat keahliannya belum terkuasai, maka generasi mudanya mesti dibentuk, agar kelak menjadi ahli pada segala bidang. Tidak cuma mengandalkan spontanitas; atau baru bergerak saat diseru oleh pemimpin. Tidak berharap pada 'instant success' yang tidak masuk akal. Kalo emang perlu 50 tahun, ya sudah, 50 tahun. Ibaratnya begiu. Toh Rasul saja juga berjuang susah payahnya 23 tahun, bukan? Bukan setahun dua tahun. Wallahualam. (QS As-Saf 61:4) Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. Jadi, yang serba radikal. Serba jalan pintas.. ekstrim kanan, itu bukanlah islam sejati yang golongan mukmin. Yang ekstrim kiri, yang serba pasifis, serba apatis, dan serba permisif, itu juga bukan mukmin sejati. Rasul bersabda: "Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan." Para sahabat bertanya: "Apa yang tujuh itu?" dan Rasulullah menerangkan "(1) Mempersekutukan Allah; (2) Sihir; (3) Membunuh orang yang telah dilarang membunuhnya, kecuali karena alasan yang dibenarkan Allah; (4) Memakan harta anak yatim; (5) Memakan riba; (6) Lari dari medan pertempuran; dan (7) Menuduh wanita mukminah yang baik dan tahu memelihara diri, berbuat jahat (zina).” (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, An-Nasai, Thahawi, Baihaqi, Baghawi). *** Dimana Kaum Mukmin Dipetakan? Kalau boleh menggambarkan dalam satu bagan, maka umat manusia kira-kira terbagi menjadi seperti di bagan berikut ini. Disclaimer: Ini sebagiannya adalah pendapat penulis sendiri, punten pisan. Soal akurasinya, wallahualam. Kalo salah-salah dikit, mohon maaf, dan mohon maklum. Hanya Allah yang senantiasa benar. Yang terbaik, itulah mukmin, golongan yang di tengah-tengah. Yang merupakan satu umat, satu badan. Yang mesti berjuang mati-matian menjadi terbaik, berjihad, against all odds,... melawan seluruh sisa dunia, kelompok lain, umat lain, bangsa lain, yang di dalamnya, termasuk melawan sesama orang islam sendiri,... yaitu islam munafik yang
serba pasifis-apatis (ekstrim kiri) yang mengurang-ngurangi ajaran yang murni, dan orang islam munafik yang serba melampaui batas radikal (ekstrim kanan). Diberi kitab, tetapi kitab itu diubah-ubah, diperekstrim, dibikin sulit, yang sunah-sunah ditetapkan sebagai wajib. Yang tidak ada, diada-adakan. Yang halal, diharam-haramkan, dan seterusnya. Yang tidak amanah terhadap kehidupan dan kemanusiaan yang beradab. Yang pendusta, mendustakan banyak hal, mengatakannya itu dari Allah, padahal sebetulnya karang-karangan demi kepentingan sendiri. Yang suka mengumbar janji bohong, yang tidak menepati janjinya. Mereka bilang: Allah menjanjikan, kalau jlegur sana, jlegur sini, dikau jadi pengantin. Pasti blung masuk surga. Lha,.. mana mungkin mereka bisa memenuhi janji berdasarkan aset dan konsesi yang bukan milik mereka? Ibarat kata... Kiai ekstrim.. dia ngomporin si Oon. "Oon, kalo berdasar tafsiran gue atas kata-kata Pak lurah... lu bantuin deh Pak lurah abis-abisan! Kalo lu bantu abis-abisan,.. pasti deh gue jamin.. entar ama Pak lurah elu bakal dikasih persenan luar biasa, dikasih sawah, dan dinikahin sama anak gadisnya Pak Lurah si kembang desa!" Yang kenyataannya? Belum tentu! Sebab apa? Lha, yang punya sawah, bisa ngasih persenan, ngawinin si kembang desa,.. mestinya Pak Lurah itu sendiri, kan? Kok jadi Kiai ekstrim yang menafsir-nafsir? Malah dia jamin segala! Dia ngomong, menafsir, menjamin, memutar-mutar lidah.. tapi dia tidak bisa menepati omongannya. Jelas nggak bisa, lha wong hal yang dia omongin itu bukan di bawah kendalinya dia. "Kalau dikau gini, gitu,.. pasti dikau mendapat surga dari Allah..." Lha, surga itu Allah yang punya, lha kok manusia yang memastikan? Ekstrim kanan.
Nah, terus, di antara mukmin yang tengah-tengah.... dan para ekstrimis kanan-kiri, ada kelompok abu-abu, massa mengambang, the whole bunch. Ya seperti penulis beginilah mungkin, yang ilmunya cetek, dan keimanannya juga.. yah, masih fluktuatif. Mereka itu, kalau diajak baik, ikut baik. Kalau diseret ke yang buruk, sering tidak bisa menolak juga. Rasul mengibaratkannya 'seperti buih-buih di lautan'. Penjelasan bagan di atas kurang lebih sebagai berikut... Manusia itu, di satu sumbu (vertikal) merupakan mahluk spiritual, di sumbu lain, dia merupakan mahluk kasat mata (horisontal). Dari spiritualnya, maka manusia itu ada yang hatinya "tidak mempertuhankan apapun, kecuali Allah". Golongan itu, disebut golongan muslim, yang oleh Quraan disebutkan, sudah disebut muslim bahkan sejak dulu sekali sejak nabi-nabi pertama. Di luar itu, ada kelompok politheis, yang menambah-nambah, mempertuhankan banyak hal. Ada yang menyembah dewa-dewi yang banyak. Ada yang bilang Tuhan itu tiga. Ada yang bilang menyembah Allah dan anak-anak Allah, banat Allah, atau apapun juga sebutannya. Ada juga, yang mengurang-ngurangi. Di antaranya, yang masuk kelompok ini: (1) Mempertuhankan satu hal saja, tapi bukan Allah (entah apa, dikarang sendiri!); (2) Berkeyakinan bahwa Tuhan itu tidak ada atau jumlahnya nol (atheis); (3) Masih dalam keraguan. Tidak atau belum mau mikir konsep ketuhanan, entah Tuhan itu ada atau tidak, bodo amat (agnostik). Islam yang murni, itu jarang. Manusia tiada ada yang sempurna, begitu kata lagu. Jadi, walau mulutnya bilang dia Islam, dan mengikrarkan tiada tuhan selain Allah. Kadang, terbawa suasana.. dia mempertuhankan hal lain kalo pas siwer. Dia mempertuhankan harta benda, mempertuhankan pangkat kedudukan, mempertuhankan ini dan itu, mencintai keluarga dan hal-hal keduniaan sampai seolah itu dipertuhankan. Pendulum ngayun ke atas, cenderung poli-theis. Tapi ada kala, juga sebaliknya. Bandul mengayun ke bawah. Kalo pas lagi iye,.. dia lupa.. bahwa Allah itu ada. Sukses ini akibat gue sendiri banting tulang. Atau anak gue! Gue gitu loh! Ada juga, yang lupanya kalo pas terpuruk. Putus asa, menyangka.. bahwa even Allah,.. itu tidak bisa menolong. Nah, berhubung.. islam (dan non-islam) itu ada yang tidak murni banget, maka di antara tengah dan atas-bawah itu... ada grey-area, kelompok abu-abu. Secara sumbu horizontalnya, maka ada the good-guys, dan ada the bad-guys. Badguys itu ada yang ekstrim kiri, ada yang ekstrimnya ke kanan. Radikal kiri. Radikal kanan. Baik ke kiri dan ke kanan, ada yang nggak beneran good, tapi juga nggak beneran bad,.. so-so, mereka di grey area juga. Adanya grey-area ini, dipahami oleh umat manusia secara universal, bukan? Nah, umat mukmin, menurut definisi Quraan, adalah umat terbaik, the good-guys, yang secara keimanannya murni lurus berpegang pada yang benar. Right in the middle. Umat yang tengah-tengah.
(QS Al-Baqoroh 2:143). Dan demikianlah,... Kami telah menjadikan kamu (kaum mukmin), umat yang tengah-tengah, agar kamu menjadi saksi atas (umat) manusia, dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas kamu. Ada sih, kelompok muslim tertentu yang berkeyakinan, bahwa untuk setiap hal yang baik. maka makin banyak, itu makin baik. Makin ke kanan, itu makin baik. Makin yang sunah-sunah itu dijadikan wajib, itu makin baik. Tapi.. yah, selain tidak klop dengan ayat di atas, itu tidak sesuai logika juga. Logika universal kan segala sesuatu itu terbaik kalau pas sesuai kadarnya, bukan? Tidak kurang, dan juga tidak over-dosis. Kalo diambil contoh, misalnya orang pergi haji. Kalau ditetapkan wajibnya itu sekali, ya biar gimanapun juga yang wajib itu ya sekali. Kalo bolak-balik.. keseringan.. itu kan ngurangin jatah kuota saudaranya, yak? Jadi ada negatifnya juga. "Sudare-sudare, yang dirahmati Allah... ketahuilah. Untuk tiap-tiap hal yang baik, maka semakin banyak dan sering dilakukan.. itu semakin baik..." Bahkan kalimat yang sepertinya bagus kayak begitu... ITU SALAH! Kalau kiai kondang bersorban sudah memfatwakan itu.. jamaah biasanya manggutmanggut, sih. Habis gimana? Sebelumnya, dia nyebut ayat,.. asalnya dari Quraan. Terus dia nyebut hadits, sahih juga. Jadi, pas dia sisipkan opini dan kesimpulan dia, semua susah melihat kesalahannya, kan? Tapi ati-ati... Quraannya bener, haditsnya sahih, tapi pendapat penceramah? Itu pendapat manusia biasa, yang sering salahnya. Kalo dia kasih contoh umroh, atau haji, jamaah bisa tetep gak nyadar lemahnya premis yang dia simpulkan... Tapi,.. kalau kita pilih contoh dengan cermat, baru deh ketahuan. Nikah, ijab-kabul.. apakah itu baik? Ya. Itu baik. Makin banyak apakah makin baik? Belum tentu. Coba aja nikah sehari tujuh kali, ijab-kabul. Seminggu 49 kali. Gila lu ye! Kaum ibu bisa pada histeris semuanya. Bapak-bapak juga kalo mraktekin itu.. bisa keserang hepatitis, komplikasi pileren. Gawat kan? Padahal, pileren itu penyakit ayam. Lebih negatif lagi,... kalau yang dicontohkan khitan! Di khitan itu amat baik. Iya, kan? Ya! Seratus persen! Tapi ya apakah makin sering makin sip? Sekali saja, beres. Cukup. In short, kesimpulannya.. yang baik itu... kalau pas di tengah-tengah, sesuai kadarnya. Tidak kurang, dan tidak juga overdosis. Mukmin itu seperti itu: tengah-tengah. Di sisi lain, kaum mukmin itu, sampai kapan pun, akan tetap jadi manusia biasa, tidak akan berubah menjadi malaikat yang serba suci, dan karena itu, di bagan di atas... kotak-nya agak melebar ke atas, ke bawah, ke kiri, dan ke kanan. Dalam beberapa riwayat dan kajian, disebutkan oleh rasul, bahwa keimanan seseorang mukmin itu bisa fluktuatif, bisa bertambah dan bisa berkurang.
Manusia yang terbaik, bukan mukmin yang tidak berdosa dan tidak pernah melakukan kesalahan. Tetapi, yang terbaik itu, mukmin yang trend-nya makin lama, makin nyadar dan introspeksi tiap kali melakukan kesalahan, tobat, terus dan terus mengalami continous improvement, istiqomah (konsisten, mantap), dan terakhirnya.. khusnul khotimah. Di ujungnya adalah yang terbaik dari hidupnya. Diajarkan oleh Rasul, bahwa tiap-tiap anak manusia lahir, anak siapapun, itu ibarat kertas putih bersih, sesuai dengan fitrahnya. Biarpun orang tuanya atau pengasuhnya kafir kelas wahid juga. Sehingga, perjudice-prejudice, persangkaan buruk, sifat rasis, dan seterusnya, itu tidak diijinkan oleh beliau. Demikian pula, tidak bisa dipungkiri,... adanya kelompok non-muslim.. kelakuannya baik. Mereka good-guys juga. Ini kebenaran universal, bukan? At some point, maka orang-orang baik yang benar-benar baik ini, bisa mendapatkan hidayah, dan mereka at the end of the day, bisa menjadi kelompok mukmin juga. Bisa malah kebaikan pada dirinya nyalip, saudara-saudaranya yang sudah mukmin seumur idup. Nah, oleh karena itu, terhadap orang-orang baik yang belum menjadi mukmin sejati, kaum mukmin tidaklah boleh semena-mena. Menyombong atau merasa lebih juga tidak boleh. Sebaliknya,.. di antara yang sudah mendapat hidayah, itu juga bisa terus hidayahnya 'dicabut'. Naudzubillah... terus dia jadi munafik terlalu ke kanan, misalnya. Atau bisa juga ke kiri. Atau bisa juga.. keluar ke atas ke bawah. Itu celaka. Dan kalau Allah sudah menghendaki mencabut hidayah itu, maka tidak ada yang bisa mencegahnya. Oleh karenanya, umum sekali orang Islam, yang mengharap-harap jadi mukmin yang berkualitas, selalu saling mengingatkan dan berdoa untuk selalu mendapat hidayah (petunjuk) dan taufik (pertolongan) dari Allah. Dan takut kepada Allah. Antara yang sudah mendapat hidayah, dan good-guys yang belum mendapat hidayah, itu ada grey areanya juga. Yang dekat ke tengah, umumnya disebut sebagai 'yang imannya masih lemah', masih baru-baru, belum mantap, atau mualaf. Ada guru tertentu berpendapat, mualaf itu definisinya kalau kenalnya pada ajaran Allah baru sebentar (fungsi waktu), tapi bisa juga.. sudah menahun.. kadar keimanan dan pengetahuannya nggak nambah-nambah juga. Jadi, ya, wallahualam. Itu fungsi waktu atau enggak. Terhadap yang mualaf, mukmin harus senantiasa memberi dukungan-bantuan, dan juga harus banyak memaklumi dan memaafkan. Karena sudah menjadi ketetapan,... bahwa Allah tidak membebani siapapun, kecuali sesuai kemampuannya. Dan juga, dalam beragama (islam), maka orang itu tidak boleh dipaksa-paksa. Kesimpulannya, dari pemetaan itu, yang terbaik adalah mukmin. Bukan asal muslim. Jadi, next time, kalau ada kiai jumawa, mengatakan bahwa muslim itu umat terbaik... hati-hatilah. Jadi muslim itu jangan sok bangga. Fakta di jalanan, dunia melihat, muslim yang bad guys itu gak keitung. Di sisi lain, jangan juga suka ngaku-ngaku sudah
mukmin sejati. Kalo muslim itu mudah dibedakan kasat mata. Tapi mukmin? Hari ini mukmin pun, besok bisa jadi munafik, kan? Keimanan itu bisa naik-turun. (QS Al-Hujurat 49:14) Orang-orang Arab Badui itu berkata: Kami Telah Beriman! Katakanlah (pada mereka): Kamu belum beriman (menjadi mukmin); tapi katakanlah "Kami telah tunduk", karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah (Maha) Pengampun lagi Penyayang. *** Jihad Itu Bukan Hanya Perang Militeristik Dari sekumpulan ayat yang terkait jihad di atas, bisalah kita sarikan makna jihad secara lebih luas. Berikut ini, tafsiran dan interpretasi dari penulis, tapi bisa dipertajam lagi mestinya oleh masing-masing, atau oleh para ahli yang lebih ahli. Singkatnya, jihad itu bisa bermakna perang beneran, dar-der-dor. Bisa juga 'perang' dalam arti luas. Jihad itu perang melawan apa? Demi apa? Kira-kira, menurut penulis luasannya termasuk beberapa hal berikut ini. •
Berbuat yang terbaik untuk kedua orang tua, itu termasuk jihad yang utama juga. Pada satu riwayat pernah disebutkan, ada seorang remaja belia, menghadap rasulullah saw, dan si bocah berkeras, "Rasulullah, tolonglah saya diberi kendaraan dan perlengkapan perang. Saya mau berjihad!" Oleh Rasul dia ditanya, "Nak, apakah kamu masih punya orang tua?" Si bocah mengiyakan. Lalu oleh Rasul si anak itu disuruh mengurus orang tuanya sebaik-baiknya, sebagai bentuk jihad yang implisit (untuk remaja seperti dia), perbuatan itu setara seperti jihadnya para syuhada yang maju ke perang-perang suci.
•
Ibu yang mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah. Yang menyusui bayi dan menyapihnya dalam dua tahun. Itu dia berjihad. Yaitu kalau dia melakukannya dengan ikhlas, atas dasar ketakwaan kepada Allah; dan dia melakukannya dengan all-out, sungguh-sungguh, memberikan segala apa yang terbaik untuk anaknya. Bahkan, kalau dia terkendala satu dan lain hal, terus dia pasrahkan, dia 'outsource'-kan tugas-tugasnya sebagian atau seluruhnya, kepada pihak lain, asal hatinya ikhlas dan tetap ingin yang terbaik untuk anaknya,.. itu masih bisa dihitung jihad juga. Yang tentunya.. yang jihad-nya banyak 'duduk', itu tingkatannya tidak sama dengan yang langsung 'turun gelanggang'. Di sisi lain,.. sama susah payahnya ibu hamil, dan menyusui,.. tapi terus kelakuannya anarki, anaknya dijual, atau terus ditinggal pergi. Atau ditinggal bunuh diri sambil putus asa, atau berlandaskan keburukan.. maka itu bukan jihad.
•
Menafkahkan apa yang dimiliki, diri dan harta, berinfak kepada orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, dan yang sedang dalam perjalanan; dan memberi pada
orang susah yang tidak mau meminta-minta, secara sungguh-sungguh, itu juga jihad. Termasuk dihitung 'berniaga dengan Allah'. Menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat, itu bisa bernilai jihad. Termasuk lagi juga memberi tempat kediaman dan pertolongan pada orang-orang yang sedang berhijrah. •
Bertahan atau melawan pihak yang memerangi kita, itu jihad. Membela orang-orang lemah yang teraniaya (dalam bentuk semacam perang atau non perang), itu juga bisa dihitung jihad. Ini tidak melulu mesti sifatnya militeristik. Geraknya bisa merupakan gerak ekonomi. Bisa budaya, pembelajaran atau keilmuan, bisa gerak sosial-kemasyarakatan, bisa gerakan hukum dan kenegaraan, seterusnya.
•
Melawan yang melampaui batas, dan melawan nafsu kita sendiri untuk tidak melampaui batas.. itu juga jihad.
•
Mencegah perpecahan & permusuhan, itu juga jihad. Karena quraan menyebutkan: manusia itu adalah umat yang satu.
•
Mendakwahkan cahaya kebenaran. Berjuang demi kebenaran, jalan yang lurus. Itu juga bisa jihad, tergantung seberapa besar usahanya.
•
Motivator, yang mengobarkan semangat yang berlipat ganda, untuk berjuang allout. Dan semangat untuk senantiasa dalam kesabaran, itu juga telah berjihad.
•
Melawan kedengkian,.. kekafiran,.. dusta dan kemunafikan,.. dalam berbagai bentuknya, dan dengan berbagai cara,.. itu juga jihad.
•
Melawan fitnah. Melawan kemurtadan. Melawan 'setan', 'tipu daya setan', dan 'kawan-kawan setan'. Itu semua bisa jihad juga. Memerangi rasa enggan dan malas, itu jadinya juga juga bisa bernilai jihad.
•
Menjaga agar musyrik tidak memasuki tanah haram, itu juga jihad.
•
Hijrah, moving to the next level, bertransformasi atau berpindah di jalan kebaikan, itu juga jihad.
•
Menahan diri untuk tidak berperang, manakala memang tidak patut untuk berperang, itu juga kadang amat sulit untuk dilakukan, dan bisa bermakna jihad.
•
Mendirikan sholat, menunaikan zakat. Memperjuangkan dan memperteguh keimanan. Itu juga bisa bernilai jihad.
•
Melawan sikap malas, pengecut, penakut, putus asa, prasangka buruk. Tidak berlambat-lambat dalam perjuangan. Itu bisa jadi jihad juga.
•
Memaafkan. Mohon ampun. Tawakal. Amanah, tidak khianat. Mencari wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Mantap dalam keimanan & takwa, tidak ada kekuatiran, dan tidak pula bersedih hati. Membentuk keluhuran spiritual yang seperti itu, dan konsisten, istiqomah di situ, itu juga jihad.
•
Bersikap kukuh teguh, siap senantiasa berjuang all-out, bersabar saat ditimpa kemelaratan, penderitaan, guncangan berbagai ujian, yaitu dalam hal apapun juga dalam kehidupan ini, itu juga jihad. Bahkan setiap yang diniatkan sebagai jihad di jalan Allah, mesti dibarengi dengan sikap itu. Yaitu untuk senantiasa berani dan optimis. Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung. Tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
•
Mantap dalam persatuan yang kuat, itu juga salah satu karakteristik Jihad. Sebagaimana diajarkan oleh Quraan: "..Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (jihad) berkelompok-kelompok, atau majulah bersamasama (serentak)!"
•
Memberi dukungan saudaranya yang berjihad, atau sekedar duduk saja disebabkan karena ada uzur, tapi hatinya bersama saudaranya yang berjihad, itu sudah dihitung jihad juga; walaupun disebutkan bahwa yang langsung berjihad dengan diri dan hartanya, satu atau beberapa derajat lebih tinggi.
•
Yang membina orang-orang binaan, dan tawanan, dengan binaan kebaikan, itu juga bisa bernilai jihad. Sipir-sipir yang bekerja di lembaga pemasyarakatan. Para penegak hukum. Kalau mereka melaksanakan tugasnya dengan senantiasa lurus di jalan Allah, maka mereka itu telah berjihad. Yang Bertindak untuk mencegah dan menghindari kekacauan dan kerusakan di muka bumi, itu juga ahli jihad. Termasuk juga, penegak hukum yang memerangi orang yang melanggar janji atau sumpah.
•
Mantap dan kosisten dalam keimanan, tidak menjadikan bapak-bapak dan saudarasaudara sebagai wali, jika mereka lebih menyukai kekafiran daripada keimanan. Lebih mencintai Allah, Rasul-Nya, dan jihad di jalan Allah, daripada bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan, perniagaan, dan tempat tinggal kampung halaman. Itu semua.. termasuk jihad.
•
All out dalam persiapan untuk berjihad, itu saja sudah bisa bernilai jihad juga. Untuk menggetarkan musuh dan musuh Allah. "..Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka dengan kekuatan apa saja yang kamu sanggupi..." Sehingga, para mudamudi yang kerja keras menuntut ilmu, melatih diri, itu mestinya meniatkan segenap langkahnya sebagai jihad di jalan Allah. Para gurunya itu juga bisa mendapat pahala jihad. Tidak belajar asal belajar, berlatih asal berlatih. Tapi diseriusin bahwa apa yang dilakukan itu, kelak akan dioptimalkan untuk perjuangan suci, jihad di jalan Allah. Untuk mencukupi nafkah keluarga, dan handai taulan, yang kesemuanya itu juga bisa keitung jihad di jalan Allah.
•
Untuk para pemimpin, tidak memberi ijin orang-orang untuk menghindari jihad, kecuali bila telah jelas uzurnya. Itu juga bagian dari jihad. Untuk para ayah, orang tua, jadinya kalau dia tidak mewajibkan anak kesayangannya untuk maju berjihad, tapi memanjakannya, membiarkannya jadi anak lembek.. itu serasa jadi mengingkari tugas jihad.
•
Keywords lain, hal yang bisa bernilai jihad masih ada lagi, yaitu yang tercatat oleh penulis dari sekumpulan ayat di atas. Antara lain: Berbuat baik dan bersyukur kepada Allah dan kedua ibu-bapak; Taat kepada Allah dan mengucapkan kata-kata yang benar dan mulia; Senantiasa berpegang kepada tali Allah; Menegakkan hukum Allah; Senantiasa memperbaiki diri; Melawan kesesatan; Berpaling dari yang buruk; Bersikap dan memutuskan dengan adil; Saling melindungi dengan sesama; Melegakan hati orang mukmin; Menghilangkan amarah; Bersikap bijaksana; Tidak menganiaya diri; Senantiasa berbuat baik. Ini sebagian agak berulang dari yang sebelumnya di atas, berhubung adanya di ayat-ayat yang berlain-lainan.
Pelaku jihad, hendaklah berlaku ikhlas kepada Allah dan rasul-Nya. yaitu pada saat dia berjihad. Demikian pula, yang tidak punya kemampuan berjihad, karena ada uzur tertentu, maka supaya tetap nilai-nilai jihad bisa dia peroleh, dia mesti senantiasa berlaku ikhlas kepada Allah dan rasul-Nya, dengan berbekal takwa. Segala sesuatu yang diniatkan sebagai jihad, mestilah jihad yang sebenar-benarnya. Sungguh-sungguh, all-out, persisten, lurus. Tidak setengah-setengah, dan tidak bengkok niatnya. Senantiasa disertai dengan kebajikan dan sikap ihsan. Tetap berangkat jihad, biarpun terasa berat, atau terasa ringan. Senantiasa sabar. Tidak raguragu dalam perjuangan. Dan dalam standing position. Tidak mengambil sebagai aulia dari golongan yang jauh dari kebenaran. Ada lagi Quraan dalam surah As-Saf mengajarkan tips dalam perjuangan, yaitu kaum mukmin mesti maju berperang (dan berjuang) di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. Well organized. Well planned. Tersistem. Berbasis pada kompetensi, dan ilmu. Dilakukan dengan persiapan, yang mungkin perlu puluhan tahun untuk sampai pada kekuatan yang optimal. Dicontohkan sendiri oleh Rasul, beliau itu jihad-nya ujung ke ujung, dan lamanya sekitar 23 tahun. Jadi bukan spontanitas setahun dua tahun saja, tanpa ilmu dan persiapan. Dan selama waktu itu, terus menerus, konsisten, makin lama makin berkembang melalui continues improvement, atau lazim disebut: istiqomah. Dengan contoh ini, maka yang masih SD,.. atau SMP, SMA, atau kuliah,.. dia pun bisa keitung jihad, kalau dia meniatkan dengan ikhlas, berbekal takwa, dan senantiasa berlaku ihsan, menjalani semua dengan konsisten dan istiqomah.. dan jadinya, sekolahnya itu untuk mendukung kelak agar jihadnya yang lebih besar bisa lebih impactful, entah sebagai suami, sebagai ayah, sebagai anak yang bakti pada orang tuanya, dan anak bangsa yang bakti pada bangsanya dan umat mukmin, seterusnya.
Singkatnya, menurut penulis, segala yang baik, bila diniatkan sebagai jihad di jalan Allah, maka itu bisa berpotensi mengandung pahala jihad. Soal apakah pahalanya setara perang melawan orang kafir, atau berapa derajat bedanya dibanding itu, ya wallahualam. Mungkin tidak perlulah kita berhitung secara matematis. Kalau menurut Rasulullah bagaimana? Apa saja yang termasuk jihad fi sabilillah? Silakan di cari sendiri referensi sahih di internet atau dimana. Salah satunya, ada yang mengutip seperti di bawah ini. Ath-Thabarani meriwayatkan dari Abu Hurairah yang berkata, “Tatkala kami dudukduduk, tiba-tiba ada pemuda muncul dari jalan bukit. Kami memperhatikannya, lalu kami pun berkata, “(Alangkah lebih baiknya) andai pemuda ini menggunakan kekuatan dan masa mudanya untuk jihad di jalan Allah!” Mendengar ucapan para sahabat itu, Rasulul bersabda: “Memangnya (kalian pikir) yang jihad di jalan Allah itu hanya yang terbunuh (dalam perang)? Siapa yang bekerja untuk menghidupi orang tuanya, maka dia di jalan Allah, siapa yang berkerja menghidupi keluarganya, maka dia di jalan Allah; tapi siapa yang bekerja untuk bermewahmewahan maka dia di jalan thaghut.” (HR Thabrani, Al-Mu’jam Al-Ausath). Yang tentu, bila menilik makna dasar Jihad, yang salah satunya adalah perjuangan suci yang sungguh-sungguh,... maka yang menghidupi orang tua, yang mencari nafkah keluarga, termasuk kanak-kanak yang berlatih dan belajar agar kelak bisa seperti itu... yang sungguh-sungguh, all out, dengan sepenuh jiwa, lurus, mati-matian, selayaknya prajurit yang bertempur untuk memenangkan peperangan; maka itu klop juga dengan definisi. Sedangkan yang kerjanya ringan-ringan saja, tidak sungguh-sungguh, tidak jungkir balik dengan segenap kekuatan,.. tapi sekedar level 'good' saja.. itu secara makna bukan kelasnya 'jihad fi sabilillah'. Baik sih baik, ada pahalanya, tapi pahala suatu perjuangan, itu tentu setara intensitas perjuangannya. Wallahualam bissawab. Ada sih yang berbeda pendapat, yaitu menyempitkan makna jihad itu, khusus kepada perang hostile saja. Ya sudahlah, kita menghargainya. Tapi penulis berpendapat, penyempitan makna seperti itu, tidak pas dengan ayat-ayat terkait jihad di Quraan, yang banyak di antaranya itu bersifat umum saja. Dan tidak spesifik ke perang hostile. Apa hikmahnya kalau makna jihad di per umum? Maka.. kewajiban jihad jadinya adalah kewajiban keseharian yang harus senantiasa kita jalankan, saat negeri kita krisis, maupun saat damai. Dan bukannya sekedar kewajiban yang muncul insidentil. Orang yang bekerja, maka dia bekerja dengan semangat jihad fi sabilillah. Orang yang belajar, belajar dengan semangat jihad fi sabilillah. Orang yang mengurus orang tua, mengurus dengan semangat perang fi sabilillah. Orang tua yang mengurus anak, orang yang menafkahi duafa, menafkahi dengan semangat perang juga. Yang berjuang di berbagai bidang untuk kemajuan umat mukminin, itu juga jihad fi sabilillah. Dan bila saat bekerjanya dia mati,... dia bisa dihitung mati syahid juga jadinya. Harus begitu.
Dan kenapa harus? Karena di Al Baqoroh ayat 216 disebutkan: "Diwajibkan atas kamu berperang..." Jadi, kalaupun nggak ada panggilan wajib militer,.. seseorang kerjanya jadi ibu rumah tangga, ya sudah.. jalankan tugas jadi ibu rumah tangga itu.. all-out sebagaimana prajurit perang di jalan Allah. Di bulan Ramadhan, atau sekitar itu, para guru sering menyebut Al Baqoroh 183: "..Diwajibkan atas kamu berpuasa..." Dan karena satu kalimat itu, maka semua mukmin ngemen-ngemen berpuasa penuh semangat. Nah, mestinya, untuk kewajiban perang yang redaksinya persis itu, semangat yang sama pun ditunjukkan. Andai seorang ibu tidak menjalankan 'perang'-nya itu, dalam tugas sebagai ibu... Waduh.. situasi bisa ngeri. Saya ambil suatu ilustrasi... Contoh kata, Bu Aai punya anak empat, si bongsor, si bontot, Udin dan Adul. Nah terus, karena hidup miskin di tempat kurang higienis.. dua anaknya si bongsor dan si bontot keserang tbc mengkis! Apa yang terjadi kalau dia tidak punya semangat perang sebagai seorang ibu? Dia bisa cuwek-cuwekan. "Ah, biar aje.. dua anak kena tbc. Kan gue masih punya dua anak yang laen..." Padahal si bongsor dan si bontot kejet-kejet, batuk mengkis! Ngeri bener. Mending kalo dua anak tersisa namanya Muhammad dan Sulaiman.. ini sekedar Udin dan Adul! Iya, kan? Eh, kok jadi masalah nama. Sorry. Mestinya, seorang Ibu dalam keadaan begitu mati-matian. (Bapaknya juga! Jangan terus malah cari daun muda) "Biarpun mesti taruhan nyawa, atau taruhan segalanya... Nggak tidur, nggak melek. Saya akan berjuang habis-habisan. Demi anak-anak titipan Allah. Pokoknya,.. semua anak, empat-empatnya,.. mesti selamat sentosa, sukses!" Itu baru namanya dia memenuhi kewajibannya. Untuk berperang. Jihad. Fi sabilillah. Ciri dari ibu dan orang tua yang terbaik. Bagian dari umat yang terbaik juga. Kalo makna jihad dipersempit, waduh, sekarang ini aman tentram kerta raharja. Pak Uyek tinggal di gunung. Pak Jojon tinggal di pesantren, semua damai... berarti perintah Allah (dalam Al Baqoroh 216) bisa di-skip, diabaikan! Astagfirullah... Kalau haji, itu masih ada dispensasi.. karena wajibnya bila mampu. Puasa Ramadhan, itu juga ada dispensasi. Kalau sedang perjalanan, bisa bayar hutang (qodho) puasa di hari lain. Atau bisa bayar fidyah untuk keadaan tertentu. Lha kalo perang? Apa kalo keadaan serba oke terus kewajibannya bisa diskip? Nggak ada tuh ayat dan hadits-nya yang membuka kesempatan itu. Sepemahaman penulis, dispensasi perang cuma bagi yang uzur.. dan bukan artinya kewajiban jadi hapus, tapi kewajibannya jadi 'semampunya'. Kalo parah banget, ya minimal hatinya ikhlas. Ada guru-guru islam yang bilang, 'bila diseru oleh imam untuk perang' itu baru wajib ain, untuk perang. Mohon maaf kalau berbeda pendapat. Tanpa mengurangi rasa hormat
pada yang berpendapat demikian.. menurut penulis.. itu mereduksi perintah Allah di Al Baqoroh 216. Karena apa? Pertama: harus ada imam. Kedua: imam harus menyeru. Ketiga: seruannya just untuk perang. Malah ada yang bilang lagi, jadi wajib ain itu kalau ada syarat keempat, yaitu: nyatanyata teritori negeri kaum mukmin diserang. Sedangkan kalau serangannya di teritori cukup jauh,.. maka derajatnya cuma fardhu kifayah. Lalu, kalau tidak ada serangan nyata.. maka kewajiban itu belum atau tidak muncul! Lha,.. padahal. Kalau ditinjau nash atau naskahnya, tekstualnya... Al Baqoroh 216.. itu umum sekali. Seolah,.. in any case.. kaum mukmin itu wajib maju perang! Contoh kata: Malam buta, kita baru teler karena habis perjalanan jauh... tiba-tiba ada tetangga. Bukan tetangga dekat, tapi katakanlah tetangga jauh. Dia teriak-teriak: "Tolong, tolong! Suami saya yang keserang kanker tiba-tiba koma...." Terus gimana? Kalau kita paham dan taat pada Al Baqoroh 216... Maka,.. biarpun imam tidak ada, seruan juga tidak ada.. sekedar info saja.. ibu-ibu minta tolong... Dan juga minta tolongnya bukan karena ada serangan musuh. Sekedar ada pasien tak sadarkan diri. Bukan perang dar-der-dor... maka kewajiban bagi mukmin, untuk maju perang! "Siap! Sekarang juga, kami kaum mukmin, beserta anak-anak kami yang kuat,.. akan datang. Kami siap tolong sebisa-bisa. Ayo kita bawa ke rumah sakit, atau ke dokter ahli! Kalau nggak ada kendaraan, kendaraan kami.. pakailah! Kalau nggak ada biaya,.. kami yang bayar. Atau kita patungan! Kalau perlu donor darah.. kami siap nyumbang., lillahi ta'ala.. Kalau mesti terus di rumah sakit begadang sampai pagi, siang, terus sampai pagi lagi.. ayo kita gantian, aplusan,.. siap memberikan segalanya, yang terbaik.. demi menolong saudara, tetangga, yang kesusahan. Biarpun malam buta. Biarpun sedang badai dahsyat. Banjir bandang. Tanah longsor. Gempa bumi. Apapun! Kami ingin menjadi kamu mukmin yang diridhoi Allah.. kami siap meminjamkan apapun kepada Allah.... Ini sudah kewajiban kami!" Mestinya begitu, kan? Emang sih, di hati kecil.. pasti ada rasa tidak suka itu. Ya, namanya udah teler baru dari luar kota, malem buta begitu.. kalo nuruti kata hati, tentu inginnya istirahat bukan? Tapi.. berdasar Al Baqoroh 216.. Allah sudah tahu, dan sudah menyampaikan: "...itu sesuatu yang kamu benci. Tapi boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal sesuatu itu baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal sesuatu itu buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. Jadi ya sudah, singsingkan segala keengganan, dan berangkatlah! Kalau mukminin sejati, maka tidak boleh lari berpaling menghindar seperti pengecut. Tidak boleh takut. Tidak boleh jijik. Tidak boleh klemar-klemer. Tidak boleh ah-oh, hang, nggak bisa mikir. Tidak boleh gampang bingung. Tidak boleh gampang menyerah.
Salah satu hadits menyebutkan: Barangsiapa mati sedangkan ia tidak berperang, dan tidak tergerak hatinya untuk berperang, maka dia mati di atas salah satu cabang kemunafikan. (HR Muslim, Abu Daud, Nasai, Ahmad, Abu Awanah dan Baihaqi) Makna perang di situ apa sih? Semestanya luas. Dulu juga sudah luas, apalagi di jaman moderen ini. Mendobrak kebodohan dan kemiskinan sistemik. Melawan ketamakan kapitalisme yang mengglobal. Melawan radikalisme-terorisme. Melawan kesesatan ideologis. Melawan liberalisme tak ada batas yang anarkis. Mengatasi bencana dan outbreak dalam berbagai bentuknya. Mengatasi krisis multi dimensi. Berlomba merebut kembali kejayaan bangsa, dalam persaingannya dengan bangsa lain. Dan seterusnya... Yang terbaik lagi, kalau yang turun ke gelanggang itu.. dia fisik dan staminanya kuat, skillful serba terampil, kompeten dan ilmunya mendalam, jagoan seperti pendekar, punya banyak duit dan sumber daya, punya organisasi dan banyak pasukan pendukung, dan sudah melakukan langkah-langkah antisipasi dan perencanaan bertahun-tahun untuk menghadapi krisis-krisis. Atau dengan kata lain.. serba siap untuk perang, dan memenangkannya secara efisien. Balik lagi ke contoh tetangga yang ditimpa krisis di atas... Akan beda tentunya dengan yang garis fikihnya seperti yang disebutkan di atas, yang memaknai perang lebih sempit. "Eh, bro.. itu ada yang tolong-tolong. Menurut imam atau pemimpin gimana?" "Imamnya sedang ke luar kota, Bro? Pemimpin kita, Pak RT!" "Cobalah ditelpon dulu..." "Halo! Pak RT, ada warga tolong-tolong jejeritan. Gimana Pak RT, ditolong apa jangan? Kami menunggu seruan jihad dari Pak RT..." "Hah? Seruan jihad? Emang RT kita diserang musuh?" "Enggak, sih, Pak. Cuma ada warga yang itu.. kanker, terus malam ini koma." "Waduh. Gawat tuh. Ya udah, yang kira-kira bisa bantu, gotong royonglah dibantu." "Ini seruan jihad fi sabilillah dari Pak RT selaku pemimpin, ya?" "Ya, himbauan aja. Jihad itu kan kalo ada gegeran perang..." "Oke Pak Bro, maaf ya, malem-malem ganggu..." "Ya udah. Kalo gitu, siapa tuh jadinya yang bisa nolong?" "Siapa ya, Pak? Kalo saya.. aduh, maaf nih. Capek banget. Barusan pulang dari luar kota, kena macet di Nagrek empat jam lebih...." Gubrak! Itu yang koma bisa keburu meninggal kalau begitu caranya. Orang yang ingin bersih, mungkin bisa berargumen.. Kalau Al Baqoroh 216 dimaknai luas begitu, bahwa kewajiban maju perang itu terus-terusan tanpa henti,.. dalam perang yang maknanya luas... berarti, sampai kapan pun, jangan-jangan.. kita ini masih kelasnya 'lalai' dari menjalankan segenap kewajiban? Ya bisa aja! Itu memang sifat
dasar manusia. Dan karena itu, makanya kita diajarkan untuk senantiasa banyak bertasbih, memuji Allah, dan memohon ampunan, dengan rasa takut kepada Allah. Kalo yang kelewat sama kita yang sunnah-sunnah doang,.. itu mestinya kita gak perlu terlalu mohon ampunan, kan? Wong namanya juga sunnah, terlewat kan nggak apa-pa. Cuma di sisi lain, kita juga nggak perlu kecil hati. Allah Maha Tahu, andai ada kewajiban, yang belum sepenuhnya kita jalankan. Sebenernya, kewajiban itu belum paripurna kita jalankan itu sebabnya apa? Apakah karena kita membangkang pada Allah? Atau karena sebab lain? Allah Maha Tahu. Dan juga,.. Allah sudah menetapkan, bahwa kadar kewajiban,.. itu sekemampuan tiap-tiap hamba. Jadi, kalo abg yang masih imut 15 tahun, mungkin ya,.. kewajiban perangnya sebatas dia belajar dan melatih diri untuk jadi generasi penerus, plus mungkin... wajib berbakti pada orang tua, sebatas bakti yang mampu dipikul oleh remaja seusianyalah, dan bukannya dia mesti menafkahi kedua ibu-bapak secara 100 persen. Wallahualam. Hidup adalah perjuangan. Dan kita mesti berjuang layaknya syuhada yang menjadi bagian dari umat yang terbaik. Entah itu sebagai pelajar-mahasiswa, entah itu sebagai gurunya, entah itu sebagai ayah yang mesti menafkahi keluarga, entah sebagai istri yang mesti meladeni suami, entah sebagai ibu yang mesti mengasuh anak, entah sebagai anak yang mesti berbaik-baik pada orang tua, entah sebagai orang yang berkarya, entah sebagai warga masyarakat yang mesti peduli pada kaum duafa dan sekeliling, entah sebagai apapun. Orang yang cuma serius saat pegang senjata; orang yang cuma sungguh-sungguh saat urusan agama Allah saja; sedang di luar itu,.. dia berlaku seenak udel atau sekenanya saja.. ala kadarnya saja... sekedar 'good', rasanya, pakai definisi apapun.. mana bisa disebut sebagai bagian dari umat terbaik? Terbaik dari Hongkong? Pendapat penulis demikian. Kecian bener Hongkong dijadiin samparan. Wallahualam bissawab. Dalam satu riwayat, diceritakan.. Rasul sedang bersama beberapa sahabat. Lalu sahabat itu ngobrol, menghitung-hitung.. rekan-rekan mereka yang mati syahid. Saat dimintai pendapat, Rasul lalu menyampaikan, "Lho? Apa kalian pikir syuhada yang syahid itu cuma kombatan yang gugur di medan perang? Tidak, tidak. Tidak seperti itu. Kalau (definisinya) seperti itu... waduh,.. sahabat-sahabat saya yang keitung syahid itu bakalan sedikit banget!" Ini mohon maaf, terjemahan bebas. Akurasinya belum optimal karena belum nemu lagi naskah yang lebih sahih. Tapi.. dari riwayat itu, implisit bisa kita simpulkan, bahwa yang syahid itu banyak macamnya. Dan demikian pula, jadinya.. yang keitung sebagai jihad fi sabilillah itu, banyak macamnya. Yang buahnya dari itu,.. kelak di akhirat, mereka bisa langsung blung masuk surga tanpa hisab, atau.. hisabnya diringankan, dan segala kesalahannya mendapat ampunan Allah.
Di pihak lain, yang gugur di medan laga bersama pasukan mukmin, itu juga belum tentu syahid. Dalam riwayat lain, diceritakan... Setelah satu pertempuran, para sahabat menginventarisir korban perang. Si A, si B, si C, dan seterusnya. Lalu, saat disebut seseorang.. katakanlah Fulan bin Fulan, tiba-tiba Rasul menegur para sahabat. "Wahai sahabat, tidak seperti itu. Kalau Fulan bin Fulan itu.. dia itu bukannya syahid. Dia ahli neraka.. Coba aja kalian periksa lagi." Para sahabat lalu mencermati, dan mengumpulkan informasi dari medan pertempuran. Mereka penasaran juga. Kenapa Fulan bin Fulan yang sudah berperang sampai mati, oleh Rasul dibilang ahli neraka. Ternyata? Terus ketahuan, bahwa Fulan bin Fulan itu fatalis, orang yang sukanya nyari jalan pintas saja. Dia itu maju perangnya setengah bunuh diri, dan bukannya berjuang mati-matian agar mukmin beroleh kemenangan. "Gek ndang mati, gek bar, cepet mlebu swargo.." Begitu kira-kira nalarnya. Jalan pintas. Perang nih capek, teler. Biar cepet mati aja deh, terus selesai, cepet masuk surga! Lha, ternyata yang spiritnya begitu, Rasulullah bilang: itu ahli neraka! Lemah takwanya. Terkandung sikap ihsan juga enggak. Istiqomah juga nehi. Malah itu gerakan membabibutanya mencoreng pasukan mukmin. Nah, jadi.. berdasar riwayat ini, bisa jadi teroristeroris radikal yang fatalis.. itu juga ahli neraka kelasnya. Wallahualam. Generasi muda, punya militansi itu bagus, tapi.. jangan gampang kecuci otak terus mau main mau saja disuruh jihad-jihadan yang maknanya diplintir. Terus bunuh-bunuh orang dan mengira itu perbuatan heroik, padahal teroris atau anarkis gak jelas. (QS Al-Maidah 5:32-33) (32) Karena itu, Kami tetapkan bagi Bani Israil: Barangsiapa membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena (dia) membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan dia telah membunuh (manusia) seluruhnya. Dan barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (keterangan) jelas, kemudian banyak di antara mereka (Bani Israil) sesudah itu sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi. (33) Sesungguhnya pembalasan atas orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya, dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (kediamannya). Yang demikian itu suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar, *** Pentingnya Niat Jihad Cukup mendasar dalam ajaran islam, bahwa setiap perbuatan, nilai dan pahalanya ditentukan oleh niatnya. Setiap amal itu tergantung niatnya. Begitu satu hadits terkenal yang diajarkan dimana-mana. Sama-sama orang sholat dua rakaat di pagi hari: Yang diniatkan sebagai sholat subuh, maka dia akan mendapat pahala sholat subuh. Yang
diniatkan sholat rawatib, akan dapat pahala rawatib. Yang tahiyatul masjid, ya tahiyatul masjid. Atau sukrul wudhu. Seterusnya.... Kalau sholat subuh dua rakaat diulang-ulang,.. niatnya karena sok-sokan ingin melebihlebihkan. Itu malah dosa. Bid'ah. Kalau niatnya ingin supaya dilihat si kembang desa, gebetan baru anak Pak Lurah,.. jangan-jangan malah jadi riya. Tapi,.. kalau niatnya diulang-ulang sebagai suatu simulasi, dalam rangka belajar mengajar, supaya muridmurid yang masih culun jadi terampil menjalankan sholat subuh, bisa saja mendapat pahala belajar-mengajar yang berkah. Niatnya sedekah ingin menemani jamaah saudaranya, maka dia dapat pahala sedekah. Seperti itu prinsipnya. Dan berdasar pemahaman tersebut, banyak guru mengajarkan, agar pada setiap perbuatan yang kita lakukan.. itu kita niatkan sebagai ibadah kepada Allah. Baik sih ajaran seperti itu. Dan juga ada dasarnya di Quraan, yang menyebutkan bahwa manusia dan jin itu tidaklah diciptakan, melainkan untuk menghamba dan beribadah kepada Allah. Tapi, setelah memahami tentang jihad,.. mestinya, kita meniatkan setiap amalan kita lebih dalem dan lebih luhur lagi meaningnya. Segala amalan, kita niatkan tidak sekedar sebagai ibadah biasa,.. tapi ibadah kelas wahid, yaitu jihad fi sabilillah! Insya Allah, bila setiap langkah kita niatkan sebagai jihad fi sabilillah... maka hasilnya dahsyat. Dan at the end of the day, kita bisa beneran menjadi umat terbaik, sebagaimana diamanahkan oleh Allah dalam al Quraan. Sedangkan kalau diniatkan sebagai ibadah? Yah, gimana ya.. Orang yang puasa, disebutkan,.. bahwa tidurnya itu ibadah. Atau sehari-hari, disebutkan juga: tersenyum saja, itu juga ibadah. Lha, tapi.. kalo orang-orang mukmin kerjanya cuma tidur, senyum, tidur, senyum.. habis senyum.. terus tidur lagi. Ngorok. Har-hur.. habis itu bangun, terus senyum cengar-cengir. Tidur lagi. Bangun, nyengir. Tidur, nyengir.. Tidur, nyengir.. waduh,.. kemungkinan, ya.. ahli surga sih. Sebab kan, dengan kerjanya tidur dan nyengir tok, dia jadi nggak banyak maksiat, kan? Cuma kan,.. waduh. Mestinya orang-orang mukmin itu, sebagai umat terbaik, tidak boleh puas sekedar jadi ahli surga. At the end of the day,.. Fulan bin Fulan yang disebut Rasul sebagai ahli surga.... itu belum tentu jos, enak! Sebab apa? Sebelum masuk surga itu.. siapa tahu dia mesti dihisab dulu dengan keras.. Siapa tahu.. sebelum masuk surga, dia dibebes-bebesin dulu di api neraka seratus tahun? Untuk balasan dari segala dosanya. Ngeri, kan? Naudzubillah. Padahal sudah disebutkan,.. sehari di akhirat itu setara seribu tahun di dunia ini. Mak! Di dunia ini saja, dihantem sakit gigi dua hari orang bisa kiyeng-kiyeng ampun-ampunan.. ini seribu tahun kali seratus! Belum lagi itu kalau malaikatnya penggemar sepak bola. Bisa ada perpanjangan waktu! Ada satu cerita, klasik. Sering dikisahkan oleh guru-guru islam....
Pada suatu ketika, matilah seorang pelacur. Dan saat pelacur itu digotong ke kuburnya, warga banyak yang mencibir dan melecehkannya. Lalu, Rasulullah menegur warga. "Mengapa kalian mencibir seorang ahli surga?" begitu beliau bilang. Warga pun kaget. Bagaimana bisa seorang pelacur sebinal itu bisa masuk surga? Rasul lalu menjelaskan. "Perempuan itu,.. dia mati dehidrasi kehausan di padang pasir. Sebetulnya, menjelang kematian, dia sempat sih.. nemuin air minum. Tapi,.. pas mau dia tenggak.. dia lihat ada anjing sekarat.. bahkan lebih kehausan dari dirinya muncul di dekatnya. Lalu,.. timbullah rasa ibanya. Dan dia pun berbuat baik,.. dia berikan air itu kepada si anjing. Sehingga anjing itu sehat kembali, sedang dia sendiri.. ujungnya mati. Nah, maka.. disebabkan karena sifat ihsan-nya itu, kelak di akhirat, (setelah segala hisab dituntaskan).. perempuan itu akan masuk ke surga, sebagai balasan dari kebaikannya dari Allah." Begitulah. Hikmahnya silakan direnungkan sendiri. Tapi menurut penulis, kalau sekedar ingin menjadi ahli surga,.. itu levelnya jangan-jangan cuma sekelas pelacur yang memberi minum anjing. Waduh,.. kalau kita berharap-harap ingin menjadi umat yang terbaik, masak sih? Masak kita mau saja levelnya cuma sama dengan pelacur yang memberi minum anjing? Rasanya enggak. Come on! Berdasarkan pemikiran itu,... alangkah baiknya, kalau setiap amalan yang kita kerjakan, itu kita niatkan tidak sekedar sebagai ibadah biasa, tetapi bismillah.. sebagai suatu ibadah yang paling luhur nilainya, jihad fi sabilillah. Di hati kecil semua orang mukmin, dan para ulamanya.. mereka itu tidak ingin menjadi ahli surga (sekedar ahli surga yang masuk surga). Down deep in their hearts... mereka inginnya segala kesalahannya diampuni, dan terus bisa masuk surga... tanpa hisab. Sebab.. ya itu tadi. Nahan sakit gigi aja dua hari.. setiap manusia.. siapapun itu, juara dunia gelut sekalipun,.. itu sudah kelenger-kelenger. Dan sebagai manusia biasa,.. dosa kesalahannya nggak mungkin sedikit. Jadi,.. ya, kalau terpaksa segala dosanya itu dibalasi duluan sampai setuntasnya, dengan hisab yang keras di negeri akhirat,.. sebelum bisa masuk surga.. itu mereka jeri juga, nggak akan kuat. Jadi, siapapun kita. Entah umur 15 tahun, atau 75; atau bahkan 100 tahun lebih. Sehat ataupun super uzur,.. tetaplah lebih baik dan lebih selamet, kalau segenap amalan yang dilakukan, itu diniatkan senantiasa sebagai suatu jihad fi sabilillah. Apa bedanya yang diniatkan jihad fi sabilillah dengan yang sekedar ibadah saja? Atau sekedar niat baik lain? Berikut ini kalau garis besarnya: • •
Pertama, spiritualnya, Mesti dilandasi dengan hati lurus, ikhlas, dan berbekal takwa Kedua, substansi amalannya. Mesti sungguh-sungguh, all-out, terbaik, tekad kuat persisten untuk sukses, dilandasi dengan hati yang sabar dan sikap ihsan. Menyertakan tidak saja dirinya, tetapi juga segenap sumber daya dan semesta yang dimilikinya, sehingga beneran kontribusinya itu 'setara perang'.
•
Ketiga, sinambung dan konsisten sepanjang waktu. Istiqomah, nggak pernah kendor. Dipikir, dan dipersiapkan jauh hari, tiap kita, generasi penerus, seterusnya. Dari anak bayi precet, sudah diniatkan, bahwa someday, dia akan menjadi pejuang di jalan Allah. Dipersiapkan spiritualnya, terus diberikan pendidikan terbaik, diberi ilmu, ketrampilan, wawasan, bekal yang lengkap. Lalu, sudah mampu, mulai beneran perangnya, terus dan terus tanpa henti. Entah itu tetap sebagai anak yang bakti pada orang tua; sebagai ibu, mengurus anak. Istri, mengurus suami dan rumah tangga. Sebagai profesional menekuni bidangnya. Sebagai warga masyarakat kepada tetangga, sekeliling, kaum duafa, umat, bangsa, lingkungan, dan seterusnya. Berkurang dan berkurang, kelak kalau uzur.
*** Penutup Dijanjikan sendiri oleh Allah, dan beliau Maha Menepati Janji... bahwa golongan umat terbaik, umat pilihan itu, maka akan senantiasa diganjar dengan ampunan dan kasih sayang Allah. Dan dengan itu, tidak ada yang perlu dicemaskan lagi di hari kemudian itu, dan juga tidak akan diliputi duka lara, kesedihan hati. Di samping itu, syuhada yang diridhoi oleh Allah itu,.. seperti kata orang Betawi: "Kagak ada matinye!" Seperti juga disebutkan di QS Ali Imron 3:169-170: "(169) Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati! Bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapatkan rezeki. (170) Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan kepada mereka; dan mereka bergembira terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang mereka yang belum menyusul, bahwa tidak ada kekuatiran terhadap mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati..." Ayat itu turun konteksnya terkait Perang Uhud. Walau begitu, di dalamnya tidak ada eksplisit menyebut 'Uhud', sehingga, makna harfiahnya bisa lebih luas dari itu mestinya. Wallahualam.... Dan Allah itu Maha Pengasih, lagi Penyayang. Kalau direnungkan ayat itu,.. terasa betapa indah dan manisnya apa yang dijanjikan Allah untuk orang-orang yang berjihad. Mari kita bandingkan.... Orang biasa.. dia hidup sekejap mata,.. terus mati. Pet! Belum matipun, kesenangan dunia pun menuju tua berangsur serba berkurang atau hilang. Sudah mati.. ya sudah, dikubur. Sampai kelak dibangkitkan lagi. Habis itu.. dia akan dihisab. Kalau kurang amal.. mungkin pertama segala kebaikannya dibalasi dengan yang setara, atau yang lebih baik.. habis itu terus diceburin ke neraka sebagai balasan atas dosa-dosanya. Sedangkan kalau yang amalnya memadai, dan Allah berkenan meridhoinya.. maka pertama.. segala kesalahannya dibalasi dengan yang setimpal.. lalu Allah memberinya ampunan, dan terus dia bisa masuk surga, entah di level mana tergantung banyaknya timbangan amalnya.
Sedangkan para pelaku jihad, yang syahid.. sebagai kontrasnya.. mereka itu tidak pernah mati. Hidup terus. Kekal. Cuma bukan di alam dunia yang serba fana ini, melainkan di alam yang berbeda yang kita tidak tahu dan tidak bisa bayangkan segimana indahnya. Itu alam lain yang serba indah, dan di situ dia senantiasa gembira bersama kasih sayang Allah, sambil menanti-nanti bergabungnya syuhada-syuhada lain. Terus.. sampai tibanya hari penghisaban, mereka akan kena hisab yang ringan, atau bahkan tidak kena hisab sama sekali karena Allah sudah menganugerahinya ampunan. Langsung blung.. masuk surga.. dan surganya di level yang tinggi-tinggi, atau level tertinggi. Subhanallah. Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah.... Yang seperti inilah mestinya yang senantiasa kita harap-harapkan. Semoga Allah memberikan kita ampunan dan kasih sayangnya, dan menjadikan kita ke dalam golongan yang beruntung seperti itu.... Penulis ini.. apakah penulis ini mukmin sejati? Insya Allah belum juga. Apakah punya militansi jihad yang luar biasa? Waduh,.. sepertinya belum juga. Malah lebih seperti syair lagu dangdut: "Aku Mah Apa Atuh?" Astagfirullah. Subhanallah, wa bihamdi, subhanallahal adziim. Kadang swing ke kiri, kadang swing ke kanan. Wallahualam. Kelasnya masihlah kelas muslim jalanan. Kalo pas di tengah, itu sepenuhnya karena rahmat karunia Allah saja. Ada keinginan, dan harapan, untuk dari ke hari menjadi lebih baik, dan lebih baik lagi.. tapi yah, dipastikan, di antara muslim sedunia ini, bukanlah yang paling soleh. Paling dahsyat perjuangan dan amalnya juga enggak. Paling ganteng aja juga enggak. Oleh karena itu, sebelum ditemukan oleh yang lain, langsung ngaku saja, bahwa tulisan ini, akurasi dan tingkat komprehensifnya, pastilah bukan 100%. Kalau ajaran islam mau komprehensif, mestinya yang diulas itu quraan secara lebih menyeluruh, dan bukannya dipotong-potong seperti di tulisan ini. Dan lebih lanjutnya lagi, mestinya Quraan itu diperkaya lagi dengan hadits-hadits shahih kalau mau komprehensif bener. Sedikit kroscek, apakah semangat jihad seperti itu universal? Ataukah mengada-ada? Bagaimana kalau menurut strategic management? Para motivator dimanapun juga adanya, punya hasil-hasil penelitian empiris, yang menunjukkan bahwa salah satu modal sukses yang dahsyat.. itu tekad yang kuat untuk berprestasi, atau disebut 'burning desire'. Orang-orang Singapura atau komunitas Cina sukses pada umumnya, mereka mengenal semangat kiatsu, semangat harus menang. Orang-orang Jepang, mereka mengenal semangat bushido, bawaan dari jaman samurai yang serba rela berkorban dan berjuang sampai mati atau sampai sukses. Paralel dengan itu, maknanya mirip... bangsa eropa yang sempat mengkolonisasi dunia ratusan tahun.. mereka punya spirit atau code-of-conduct yang disebut chivalry, jiwa kenegarawanan penuh kehormatan.
Rakyat banyak di Amerika, menjuduli tekad suksesnya dengan 'American Dream'.. dan seterusnya. Semua bangsa yang sempat sukses, mereka punya 'burning desire' untuk menghasilkan prestasi yang terbaik. Nah, jadi.. kalau orang mukmin juga punya semangat jihad.. untuk menjadi yang terbaik, itu secara strategic management pun klop juga. Ya memang harus ada 'burning desire' yang seperti itu kalau mau jadi terbaik. Demikianlah.... Yang benar, itu datangnya dari Allah. Kalau ada yang salah atau kurang lengkap, itu sepenuhnya kesalahan penulis. Semoga Allah memberi maaf dan ampunan kepada penulis dan kita semua yang ingin menjadi umat terbaik. Kalau boleh menghimbau dan menyeru kepada para pembaca tulisan ini. Dan kepada diri penulis sendiri... Ayolah, marilah kita, senantiasa meniatkan segenap amalan kita.. sebagai suatu ibadah yang besar, yaitu yang setara dengan jihad fi sabilillah. Dan tidak cuma niat saja, melainkan juga dalam pelaksanaanya. Kalau ada yang menyambut seruan itu dengan segara, subhanallah, alhamdulillah. Dan kelompok yang terbaik... bila diseru kepada Allah dan Rasul-Nya,.. mereka akan menjadi yang pertama bersegera menyambut seruan itu. ...Maka berlomba-lombalah kamu sekalian untuk mengerjakan berbagai kebaikan. (QS Al-Baqarah 2:148) ...Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu; dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang bertakwa. (Yaitu) orangorang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit; dan orangorang yang menahan amarahnya; dan (suka) memaafkan orang. Allah menyukai orangorang yang berbuat kebajikan. (QS Ali Imran. 3:133-134) Di pihak lagi, bagi yang tidak menyambut seruan,.. dan punya pendapat yang lain, ya sudahlah. Usaha kita memang berbeda-beda. Aspirasi kita juga berbeda-beda. Billahi taufik wal hidayah, wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh. (ilmuiman.net / Selesai)