15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
ii
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
Cerita Pohon Jati Nathania Sarita, Umi Indah Probolestari, Michelle Alexandra, Randy Christian Saputra, Kartika Irene, Nadia Anfa Azkiya, Nanda Firdaus Kusuma Wardhani, Theresia Benedikta Laksya Tri Satya, Balqis Aqila Ahya, Rahmatia Zafarani Al-Fath, Angelina Marlina, Aulia Rizky Rachmania, Annisa Rochma Nur Mardhotillah, Kensa Syafira Nuha, Emanuella Widya Kristianti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR Gedung E Lantai 5, Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270 Editor: Joni Ariadinata Layout isi: Helmi Yuliana Ilustrasi sampul & isi: Hanifisti Diterbitkan pertama kali oleh KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR Tahun Anggaran 2012 Cetakan pertama, Januari 2012 ISBN : 978-602-99299-7-3
ii
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
iii
Pengantar Buku
Dari Membaca, Menuju Harapan Indonesia Joni Ariadinata
S
ungguh menyenangkan membaca 15 pemenang Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) 2011, yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementrian Pendidikan Nasional. Dipilihnya tema tentang kejujuran dan kedisiplinan, menyiratkan sebuah harapan dari impian bersama tentang masa depan Indonesia. Harapan tentang impian sebuah bangsa yang jujur, di tangan generasi paling belia, yakni mereka yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Sastra adalah muara dari hati nurani. Lewat pintu kesusastraan, kegiatan ini mengajak para pewaris bangsa untuk mulai terlibat. Maka dengarkanlah suara mereka, impian mereka, harapan mereka. Di tengah merosotnya moral bangsa yang mengharu-biru, pertanyaan tentang “kejujuran” yang dituliskan, adalah suara yang murni. Lewat menulis, mereka diajak berbicara. Karena prasyarat “sastra” harus dibekali oleh sekian banyak instrumen, terutama wawasan yang dimiliki, maka pembicaraan yang dituliskan ini bukanlah gaung yang kosong. Anak-anak cerdas ini, anak-anak yang memiliki impian serta imajinasi yang besar ini, telah menuliskan sesuatu yang besar. Sesuatu yang berarti bagi bangsanya. Maka dengarkanlah suara Michelle Alexandra, salah seorang finalis yang kemudian mendapat peringkat tiga dalam lomba ini. Ketika ditanya dari hati ke hati, kenapa engkau menuliskan cerita berlatar kejahatan hati seorang tokoh? Michelle, yang usianya baru memasuki 11, dan akan merayakan ulang tahun pada februari 2012 ini, berkata dengan tanpa ragu-ragu: “Saya bosan dengan beritaberita di surat kabar, di televisi, dan di setiap media yang saya baca. Saya selalu menemukan kebohongan besar tersembunyi di sana.” Kebohongan apakah yang ditangkap Michelle? Layakkah kacamata “dewasa” mempercayainya? Tunggu dulu. Ada banyak “orang dewasa” yang selalu apriori terhadap pendapat dari kepala yang dianggapnya “belum dewasa”. Mekanisme lomba ini tidak hanya berhenti sebatas mengumpulkan naskah, kemudian menilai naskah, dan menetapkan pemenang. Mekanisme lomba ini juga ditentukan oleh penelusuran secara pribadi dari setiap juri, melalui penelitian dan wawancara, serta pendekatan psikologis untuk mengungkap dunia di balik karya yang dituliskan. Sekaligus mekanisme untuk mengungkapkan “ketidakjujuran” para penulis terhadap tulisan yang dihasilkan.
iv
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
Jawaban Michelle adalah jawaban dari sebuah kualitas. Michelle adalah pembaca yang rakus. Ia melahap semua buku, dan mendedahkannya di depan juri. Sepanjang tahun 2011 Michelle telah membaca lebih dari 100 judul buku. Ia memiliki perpustakaan pribadi, serta perpustakaan keluarga. Ayah Michelle adalah pemilik toko buku. Ibu Michelle adalah seorang perempuan terdidik, yang membesarkan keluarganya dengan bacaan. Michelle kemudian tumbuh di lingkungan sekolah yang juga baik. Sekolah yang memiliki perpustakaan lengkap. Michelle telah menulis puluhan cerita. Michelle telah menulis empat buah novel. Pertanyaannya, masihkah kepala “orang dewasa” meragukan keluasan dan kecerdasan pengetahuan Michelle, hanya karena ia masih berusia belia? Termasuk ketika ia berkata jujur, bahwa: “Saya bosan dengan berita-berita di surat kabar, di televisi, dan di setiap media yang saya baca. Saya selalu menemukan kebohongan besar tersembunyi di sana.” Suara Michelle dalam tulisannya, adalah suara sebuah generasi yang tidak bisa diabaikan. Suara jujur yang menggema, suara cerdas yang mengetuk hati orang dewasa, untuk mulai melihat ke dalam dirinya sendiri. Sastra adalah muara dari hati nurani. Lain Michelle, lain pula dengan Umi Indah Probolestari. Pada usia yang nyaris sama dengan Michelle, ia mengkritik soal kebohongan-kebohongan para pengguna jalan di jalan raya. Ia ngeri pada ratusan korban yang setiap hari berjatuhan di jalan raya negeri ini. “Jalan raya adalah pembunuh yang jahat,” begitu ucap Umi ketika terlibat dalam sebuah diskusi dengan para juri. Membohongi diri sendiri dengan mencurangi peraturan yang sesungguhnya sederhana, akan berujung pada maut dan kebinasaan. Maka Umi menulis kesaksiannya lewat seorang tokoh yang sangat teliti pada hal-hal kecil. Karena bermula dari hal-hal kecil yang terlihat sepele itulah, persoalanpersoalan besar kelak akan muncul. Umi adalah juga pembaca yang rakus. Ia lahir dari keluarga terdidik yang menghargai bacaan. Maka keluasan pengetahuan Umi, yang diasah oleh bacaan setiap hari, menjadi bukti kualitas suara yang serupa: suara generasi tidak bisa diabaikan. Suara Umi, adalah suara kebenaran. Ia telah menuliskan kejujuran yang menyentuh kesadaran kualitas orang dewasa di sekelilingnya. Lalu bagaimana dengan pandangan-pandangan persoalan lingkungan yang mampu membuat bumi ini terjerumus dalam kehancurannya sendiri? Pemanasan global, perusakan hutan, penjarahan kekayaan bumi, sepertinya tak akan pernah bisa dihentikan. Mata seorang anak bernama Nathania Sarita, yang tinggal di sebuah daerah di Kalimantan Barat, kemudian menuliskan jeritannya. Ia yang sejak kecil dibesarkan dengan kecintaan terhadap hutan, serta memiliki kehausan akan bacaan-bacaan tentang tumbuhan, melukiskan bahwa pohon adalah mahluk hidup yang sama dengan manusia. “Pohon memiliki bahasa, memiliki hati, dan 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
memiliki keinginan,” begitu ucap Nathania Sarita. Di perpustakaan milik ayahnya, Nahania lebih tertarik mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan tumbuhan. Ayah Natania adalah pecinta hutan dan pembaca yang baik. Demikianlah beragam tema tentang kejujuran dan kedisiplinan telah dituliskan. Ada Randy Christian Saputra yang menggambarkan bahwa kejujuran dan kedisiplinan hanya ada di lapangan sepak bola (sebuah kenyataan yang menggiriskan bagi sebuah bangsa). Ada Kartika Irene yang menulis tentang kemiskinan yang seringkali menimbulkan ketidakjujuran, serta beragam persoalan yang dituliskan dengan keluasan pengetahuan, kecerdasan, dan kemampuan yang sungguh di luar dugaan. Menilik dari suara-suara hati nurani yang mereka tuliskan, negeri ini tampaknya masih memiliki harapan besar. Mereka rata-rata bercita-cita menjadi dokter, arsitek, dosen, ilmuwan, bidan, serta profesi-profesi lain yang diidamkannya. Akan tetapi mereka menulis, dan karenanyalah mereka dituntut untuk terus membaca. Tanpa bacaan serta kecerdasan pengetahuan yang luas, adalah mustahil seseorang bisa menulis dengan bagus. Inilah bibit-bibit harapan generasi ke depan. Harapan dari munculnya para profesional yang ahli di bidangnya masing-masing, tetapi memiliki kemampuan menulis. Menulis dan membaca, adalah dua nyawa yang tidak bisa dipisahkan. Bagi setiap bangsa yang berwatak tentulah mengetahui dengan persis, bahwa membaca adalah gerbang terkuaknya kecerdasan dalam menggali samudera ilmu pengetahuan. Lima belas cerita telah ditetapkan menjadi pemenang. Tujuh juri Lomba Menulis Cerita Anak yang terdiri dari para ahli di bidang kesusastraan, telah bekerja keras memilih dari 3000 lebih naskah yang masuk. Sebuah kerja panjang yang melelahkan, sekaligus membahagiakan.Mereka yang terpilih adalah mereka yang terbaik. Satu kunci kesamaan dari latar belakang para pemenang yang menjadi catatan penting dari lomba ini, yakni keluarga. Para pemenang rata-rata dibesarkan dari keluarga terdidik yang memiliki perpustakaan di rumahnya masing-masing. Mereka adalah anak-anak dari keluarga yang peduli pada bacaan di rumahnya, dan mendorong anaknya untuk menyukai bacaan sejak kecil. Para pemenang juga rata-rata berasal dari sekolah yang mendukung lingkungan baca yang baik. Semoga kegiatan ini terus berlangsung, sebagai bagian penting dari penanaman pendidikan karakter bangsa. Kegiatan positif yang kelak akan melahirkan anak-anak yang tidak saja cerdas dalam wawasan pengetahuan, akan tetapi juga sekaligus memiliki empati dan ketajaman hati. Jakarta, Januari 2012
vi
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
Tim Juri Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011 No.
Nama
Jabatan Dalam Tim
1.
Dr. Taufiq Ismail
Ketua
2.
Drs. Sori Sutan Sirovi Siregar
Anggota
3.
Rayani Sri Widodo
Anggota
4.
Joni Aryadinata, S.Pd
Anggota
5.
Drs. Kholid A. Harras, M.Pd
Anggota
6.
Dra. Nenden Lilis Aisyah, M.Pd
Anggota
7.
Dr. Yetty Mulyati, M.Pd
Anggota
8.
Dra. Priscila Fitriasi Limbong, M.Hum
Anggota
9.
Ahmadun Yosi Herfanda
Anggota
10.
Krisna Pabhicara
Anggota
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
vii
Kata Sambutan Pengantar Buku Dari Membaca, Menuju Harapan Indonesia Joni Ariadinata Tim Juri
iii
Cerita Pohon Jati (Nathania Sarita) Taat Membawa Selamat (Umi Indah Probolestari) Jangan Pernah Menyesal Bertindak Jujur (Michelle Alexandra) Disiplin Kunci Keberhasilan (Randy Christian Saputra) Pensil Warna untuk Adik (Kartika Irene) Arti Sebuah Kejujuran (Nadia Anfa Azkiya) Film Tanpa Gambar (Nanda Firdaus Kusuma Wardhani) Obat Batuk dan Sebuah Kejujuran 66
1
iv vii
7 16 25 33 41 49
(Theresia Benedikta Laksya Tri Satya)
56
Manfaat Kejujuran (Balqis Aqila Ahya) Lebih Baik Mengaku, Teman! (Rahmatia Zafarani Al Fath) Kedisiplinan atau Kejujuran? (Angelina Marlina) Memasak dengan Kejujuran (Aulia Rizky Rachmania) Sepatu Kiki (Annisa Rochma Nur Mardhotillah)
65
Cat and Me (Kensa Syafira Nuha)
Ketidakjujuran Nanda (Emanuella Widya Kristianti)
viii
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
71 79 87 94 102 109
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
A
ku terbangun, sinar matahari tepat menyinari wajahku. Kicauan burung terdengar merdu di telingaku. “Selamat pagi, Bu Jati, ” kata burung kakak tua. “Selamat pagi juga,” kataku sambil tersenyum. Setiap pagi memang banyak burung yang bertengger di dahanku. Aku sangat senang, karena aku bisa bercanda dengan mereka. Aku telah lama mengenal mereka, sejak aku tumbuh belasan tahun yang lalu. Aku bingung melihat ada burung yang tak biasa bertengger di dahanku. “Mengapa ramai sekali pagi ini?”, tanyaku heran. “Oh, mereka berasal dari lereng gunung. Mereka pindah kesini karena pepohonan di lereng gunung banyak ditebang,” seru burung kakak tua. “Siapa yang tega menebang pohon di lereng gunung?”, tanyaku heran. “Manusia serakah itu pelakunya! Mereka menebang pohon untuk menambah kekayaan mereka,” seru burung kakak tua. Aku sangat sedih mendengarnya, tidak tahukah mereka bahwa hutan yang ada di lereng gunung dilindungi. Tak tahukah mereka bahwa pepohonan sangat berguna bagi mereka? Padahal pepohonan telah melindungi mereka dari banjir serta tanah longsor. Selain itu pepohonan juga menyediakan oksigen bagi manusia agar tetap tersedia. Aku melihat sekelilingku, hewan-hewan dan burung-burung sedih dan sesekali berbisik antara yang satu dengan yang lain. Aku sangat penasaran. Aku coba bertanya, tetapi tak ada yang mau jujur padaku. Sebenarnya aku sangat penasaran, tetapi aku tidak dapat memaksa mereka. Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari arah belakangku, ”Ayo, kita harus jujur!”, teriak kelinci dari arah belakangku. “Tidak ada gunanya kita jujur. Tak ada yang dapat kita lakukan!”, seru rusa balas berteriak. “Kalau kalian tidak tidak mau jujur, kalian akan menyesal nanti!”, seru kelinci. “Ya, aku setuju!”, seru para semut. “Sudah jangan bertengkar!”, kataku sambil melerai pertengkaran mereka. Untunglah mereka tidak melanjutkan pertengkaran tersebut. Setelah suasana tenang, salah satu kelinci mengatakan sesuatu
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
padaku. “Sebenarnya para penebang itu hanya ingin menebang pohon jati saja,” kata kelinci tersebut. “Kami tidak mau engkau ditebang, Bu Jati!”, seru para semut. “Terima kasih, kalian mau jujur padaku, ” aku mencoba tersenyum walaupun hatiku sedih. Aku tidak ingin ditebang. Tapi, mau bagaimana lagi aku tak dapat berpindah dan bersembunyi seperti para binatang. Aku tak ingin berpisah pada hewan-hewan yang telah lama menemaniku. Tak pernah terbayang olehku aku ditebang dan diperjualbelikan.. Beberapa lama kemudian, terdengar suara burung kakak tua memecahkan keheningan. “Ayo, kita pikirkan cara menyelamatkan Bu Jati!” “Bu Jati sangat berarti bagi kita semua. Jadi, kita harus membantunya,” seru burung kakak tua. “Tapi, bagaimana caranya. Para manusia itu terlalu kuat dan mereka juga mempunyai perlengkapan yang banyak,” kata rusa. “Tapi kita banyak, sedangkan mereka hanya beberapa orang saja,” seru burung kakak tua. “ Kita dapat bekerja sama!”, kata kelinci. “ Kami juga membantu!” kata hewan yang lain. Seluruh hewan-hewan di hutan pun berkumpul dan membuat suatu rencana. Aku melihatnya dengan perasaan terharu sampai meneteskan air mata. Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki para penebang kayu. Hewan-hewan sudah bersiap-siap di sekelilingku. Saat penebang itu datang para kelelawar beterbangan. Para penebang menjadi bingung. Para penebang sibuk mengusir kelelawar yang beterbangan, hingga tidak berhati-hati dan masuk kedalam lubang yang dibuat oleh para kelinci. Para semut pun tidak mau kalah, para semut menggigit tubuh penebang tersebut. Sekarang giliran burung beo. Ia meniru suara manusia dan mengatakan, ”awas, polisi hutan datang!” Para penebang itu panik dan menyelamatkan diri. Para penebang itu lari tunggang langgang dari hutan dan tidak jadi menebang pohon jati lagi. Hewan-hewan bersorak-sorai kegirangan karena telah berhasil mengusir para penebang itu. Aku pun tersenyum senang. Aku pun 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
mengucapkan terima kasih pada mereka semua. Terpikir olehku hidup bersama hewan-hewan disini untuk selamanya. Terima kasih, kalian telah membantuku,” kataku sambil tersenyum. “Ini juga karena kita mau jujur dan memecahkan masalah yang ada, ” seru burung kakak tua. “Sekarang kita harus selalu jujur, saling bekerja sama, dan juga jangan menyerah sebelum kita mencoba, ya..!”, kataku dengan disertai senyuman. Hewan-hewan serta pepohonan mengangguk setuju. [*]
Pengalaman di Balik Cerita Saya sangat menyukai hutan. Ayah saya adalah seorang pekerja yang sehari-harinya akrab dengan hutan. Beliau juga banyak memiliki buku-buku tentang tumbuhan. Saya suka ikut membaca di perpustakaannya. Di antara pohon-pohon hutan yang saya kagumi adalah pohon jati. Di Kota Pemangkat, Kalimantan Barat, banyak sekali tumbuh pohon jati. Pohonnya tinggi-tinggi, dan daunnya besar-besar. Pohon jati itu pohon yang sangat kuat. Selain itu, kayunya banyak dipakai untuk membuat perabotan. Saya teringat kursi-kursi dan meja di rumah, serta lemari di tempat tante. Semuanya dibuat dari kayu jati. Saya kemudian membayangkan pohon jati itu seperti manusia. Saya suka membaca cerita-cerita. Di dalam cerita-cerita yang saya baca, banyak sekali tokoh-tokoh cerita yang bukan manusia. Tapi mereka bisa berbicara seperti manusia. Saya sangat menyukai majalah Bobo. Saya juga suka menulis. Saya banyak membaca buku-buku cerita milik kak saya. Kakak saya memiliki rak buku yang isinya buku-buku cerita. Saya banyak belajar menulis dari majalah dan buku-buku. Akhirnya saya menulis pohon jati. Syukur puji Tuhan, saya bisa menulisnya dengan lancar. Saya ingin menulis tentang kejujuran. Sesuai dengan tema lomba yang saya baca. Menjadi jujur adalah pedoman hidup kita. Cerita ini menceritakan kejujuran dan kerjasama. Jika kita jujur maka salah apa pun pasti dapat diatasi. Ibu saya juga mendukung saya untuk membuat cerita ini. Saya memulai menulis cerita ini selama 5 jam. Tetapi tidak langsung
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
selesai, karena waktu saya terpotong les dan sebagainya. Menjelang hari-hari terakhir pengiriman, ternyata cerita yang saya tulis belum selesai. Tapi saya teruskan menulis. Saya tidak boleh menyerah. Pada saat memasuki hari terakhir, maka naskah harus dikirimkan. Bersama Bu Guru, saya pergi ke Kantor Pos. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 17.00. Saya sangat cemas karena Kantor Pos sudah tutup. Akhirnya saya mencari Kantor Pos lain. Puji syukur ketemu Kantor Pos yang belum tutup. Akhirnya saya lega. Saya bisa mengirimkan cerita yang saya tulis. Sampai kemudian tibalah pengumuman. Cerita yang saya tulis ternyata masuk nomine. Saya dipanggil ke Jakarta. Alangkah bahagianya. Saya berharap untuk bisa menang. Demikianlah sampai akhirnya saya mengikuti workshop finalis LMCA (Lomba Menulis Cerita Anak). Saya bersyukur karena telah bertemu para juri yang ramah dan baik hati. Saya juga berkenalan dengan penulis-penulis lain dari berbagai daerah. Pengalaman ini memberi semangat untuk terus menulis. Terimakasih yang tak terhingga. Semoga pengalaman yang berharga ini, menjadi bekal semangat untuk seterusnya. Saya ingin menjadi seorang penulis.
Mengenal Penulis Lebih Dekat Nama saya Nahania Sarita, penulis cerita dengan judul Cerita Pohon Jati. Saya lahir di Pontianak, 22 Januari 2001. Ayah saya Sudimanto Luwanda, ibu saya Marlina. Ayah seorang pegawai swasta, sedangkan Mama adalah ibu rumah tangga. Saya anak ke tiga dari tiga bersaudara. Saat ini saya bersekolah di SDS Katolik Karya Yosef 5, yang beralamat di Jalan Ir. H. Juanda No. 200 Kota Pontianak, Kalimantan Barat. O ya, saya suka bermain game di internet. Tapi saya juga suka membaca, terutama buku-buku dongeng dan buku-buku tentang tumbuhan milik ayah saya. Di rumah ada 30 judul buku milik saya, dan 10 di antaranya sudah dibaca. Ayah juga suka membaca, dan memiliki koleksi buku-buku yang menarik di perpustakaannya. 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
Sejak kelas 2 saya sudah menyukai menulis. Saya sungguh berbahagia memiliki keluarga yang benar-benar mendukung kegiatan saya. Saya pernah menjuarai 20 kali lomba, dan selalu menjadi pemenang pertama. Tapi bukan lomba menulis lho, melainkan lomba melukis. Penasaran dengan saya? Kalau suatu saat pergi ke Pontianak Kalimantan Barat, lewatlah di Jalan KHA Dahlan Gang Madrasah 2. Deretan rumah nomor 8 A, itulah rumah saya. Sebuah rumah sederhana yang dinaungi banyak pepohonan. Saya dan Mama memang sangat suka merawat tanaman.
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
M
alam mulai larut, namun aku belum bisa tidur. Sudah kubolak-balik buku IPA ku untuk menengok materi tentang pertumbuhan dan perkembangan makhuk hidup. Sudah kuputar beberapa lagu favorit melalui headset di handphone pemberian ayah. Namun aku belum ngantuk juga. Pikiranku membayang pada peristiwa tadi siang sewaktu aku dan Mas Galih, kakak kandungku, pulang dari Yogya. Siang itu kami sedang dalam perjalanan pulang karena sudah dua hari menginap di rumah Bulik Pratiwi, adik bungsu dari keluarga Ibu yang tinggal di daerah Imogiri, Yogyakarta. Mas Galih harus mencari beberapa buku untuk bahan pembuatan tugas kuliahnya. Karena aku masih libur akhir tahun pelajaran alias libur kenaikan kelas, aku diajaknya. Dari rumah kami di Kebumen, butuh waktu sekitar tiga jam berkendara untuk sampai ke rumah Bulik. Semangat sekali aku waktu itu. Maklum sudah lama aku tidak berkunjung ke rumah Bulik. Sejak aku belum TK, tiap di rumah Eyang ada acara keluarga, aku pasti akan berlama-lama bermain dengan Kara, sepupuku. Kami punya banyak kecocokan. Mulai dari kesukaan makan ikan bakar, main puzzle, sepeda-sepedaan, bahkan membantu ibu di dapur. Waktu dua hari disana benar-benar dimanfaatkan Mas Galih untuk menjelajahi Yogya. Ia mencari buku-buku yang diperlukan. Pada hari pertama aku ikut berkeliling. Aku juga menemukan beberapa buku menarik yang kubeli. Tentu Mas Galih yang membayarnya. “Carilah buku yang kamu suka, Sen. Disana kelihatannya ada bukubuku pelajaran untuk anak kelas VI SD. Di sebelah barat buku-buku tentang komputer, ada komik dan buku cerita. Kesanalah! Kalau ada yang kau pilih, tunggu Mas di kasir ya, nanti Mas bayar sekalian”, dengan sabar dan lapang Mas Galih mengijinkan aku mencari buku-buku yang kuperlukan. “Ya, komandan. Siap,” jawabku sambil mengangkat tangan ke pelipis seperti seorang tentara menghormat pada komandannya. Hari kedua aku memutuskan tidak ikut Mas Galih. Aku ingin bermain dengan Kara. Dia mengajakku main puzzle di netbook-nya. Semakin rumit kami semakin suka. Dalam permainan ini kami saling beradu kuat. Puas bermain, Bulik menyuruh kami makan. Beliau tahu betul kalau kami sangat suka ikan bakar.
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
“Hemmm … enak Bulik, kalau Seno nambah boleh nggak?”, tanyaku. Dari baunya saja sudah pasti rasanya mantap. “Bolehlah, Bulik masak kan spesial untuk kalian berdua, makanlah asal jangan terlalu kenyang. Ingat, Pak Kyai mengingatkan kalau perut kita dibagi untuk tiga hal, ⅓ untuk makanan, ⅓ untuk air, dan ⅓ untuk udara. Jadi kalau terlalu kenyang justru membuat tidak enak rasanya”, nasehat Bulik Pratiwi. “Iya deh Bulik, tapi semakin lama aku tinggal disini, aku pasti tambah gendut. Bulik kan sangat pintar memasak ikan bakar,” aku memuji. Keesokan paginya aku dan Mas Galih pamit pulang. Pagi-pagi setelah sholat subuh Mas Galih memeriksa kondisi motor. Sudah jadi kebiasaan di keluarga kami, sebelum bepergian jarak jauh kendaraan harus dicek terlebih dahulu. Meski sejak dari Kebumen sudah dicek namun kami tidak mau gegabah. “Sen, ayo bantu Mas sini. Kita periksa sama-sama, jangan-jangan ada yang terlewat,” pinta Mas Galih mengajakku. “Ehm, bensin sudah terisi penuh, Mas?”, tanyaku. “Sudah. Kemarin sudah Mas isi penuh di pom bensin depan Kentucky Fried Chicken yang biasa kita lewati. Alur ban motor juga masih tebal jadi tidak khawatir terpeleset karena gaya gesek dengan jalan cukup besar. Kampas rem juga oke,” Mas Galih menyebutkan satu per satu. “Gimana dengan lampunya, Mas? Di radio kudengar kalau sekarang polisi sedang menertibkan kendaraan roda dua yang tidak menyalakan lampu utama termasuk pada siang hari. Apa benar itu, Mas?”, tanyaku minta penjelasan. “Ia benar Sen, sudah sekitar sebulan yang lalu, jelasnya sebelum bulan Ramadhan, polisi di seluruh Indonesia melakukan operasi di jalur lalu lintas utama. Mereka sedang menerapkan undang-undang yang salah satu pasalnya menerangkan kalau kendaraan bermotor roda dua harus menyalakan lampu utama termasuk saat siang hari. Mas dengar banyak sekali yang kena tilang gara-gara tidak menyalakan lampu, padahal surat-surat berkendara mereka lengkap. Mereka semua mendapat surat tilang, STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) mereka ditahan dan harus mengikuti sidang sekitar sepuluh hari kemudian di Pengadilan Negeri dengan membayar denda,” Mas Galih menjelaskan. 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
“Oya Mas, sepertinya ban belakang agak kurang angin. Itu bisa bikin bahaya kan? Coba kalau kita sedang dalam kecepatan tinggi di tengahtengah jalan yang ramai, tiba-tiba bocor kan jadi oleng. Kita bisa jatuh,” aku tambah bertanya. “Ya benar Sen, nanti Mas akan mampir di pom bensin. Disana ada pompa angin gratis. Sebenarnya masih banyak yang harus kita perhatikan sebelum berkendara. Helm standar yang ada kacanya, sarung tangan, bersepatu, memakai masker untuk mencegah dari polusi asap kendaraan yang mengandung CO berlebih, rompi anti angin juga penting. Jas hujan yang kita pakai saat berkendara juga sebaiknya berupa celana panjang dan baju atasan, kalau yang panjang kadang bisa masuk ke laju roda dan sebaiknya berwarna terang, jangan gelap!” Mas Galih seperti polisi menjelaskan. “Iya ya, Mas. Kalau jas hujan warnanya hitam atau biru tua kan dari jauh kurang kelihatan. Tapi kalau warnanya biru muda, hijau daun muda, atau yang di bagian belakang ada garis terang kayak punya polisi, dari jauh jelas kelihatan, jadi orang lain bisa berhati-hati ya. Wah, kalau begitu semuanya untuk keselamatan dan kesehatan kita sebagai pengendara ya, Mas?”, aku kembali menambahkan sambil membantu mengelap motor Mas Galih. “Mas, kok kemarin aku lihat motornya Mas Bayu spionnya hanya sebelah kanan yang dipasang. Memangnya itu sudah benar?”, aku penasaran. “Itu pelanggaran, Sen. Sebenarnya spion lengkap di kanan kiri itu bukan hanya sekedar hiasan atau pemanis motor kita semata-mata. Keduanya berfungsi. Sekarang coba menurutmu untuk apa spion kanan itu? Mas Galih bertanya untuk menguji pengetahuanku. “Ehm, untuk melihat keadaan jalan di belakang sebelah kanan kita tanpa perlu menoleh ke belakang. Cukup melirik spion saja. Jadi kalau tiba-tiba ada yang menyalip kita dari kanan, kita tidak kaget. E … tapi spion itu ada standar ada juga yang bukan ya, Mas?”, aku kembali bertanya. “Ya … standar maksudnya spion itu keluaran pabrik yang sama dengan motor itu. Misalkan spion buatan Yamaha, Honda, Kawasaki, dan lain-lain. Umumnya harganya lebih mahal daripada spion yang bukan asli tapi keuntungannya, kualitas kacanya lebih bagus, awet 10
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
pecah dan dipasang pas alias kenceng. Kalau yang tidak orisinil biasanya mudah kendor, bayangan benda yang jatuh di cermin juga kabur. Jadi lebih baik beli yang orisinil, meski lebih mahal sedikit tapi kualitasnya lebih bagus. Nah, kalau yang kiri untuk apa, Sen?”, Mas Galih kembali bertanya. “Ehm, ya jelasnya untuk mengetahui keadaan di belakang sebelah kiri kendaraan kita. He he., pertanyaan gampang itu, Mas?”, jawabku singkat. “Coba bayangkan, Sen. Anak-anak remaja sekarang kan banyak yang suka ngebut. Mereka saling menyalip. Terkadang saat mereka menyalip ternyata dari arah berlawanan muncul kendaraan lain. Dengan adanya spion kiri ia bisa melihat keadaan di sebelah belakang kiri dengan cepat. Kalau kosong maka ia bisa segera menepi agar tidak terjadi tabrakan. Tapi kalau tidak ada spionnya dan ia berusaha menepi padahal di belakangnya ada kendaraan, apa yang akan terjadi menurutmu, Sen?”, Mas Galih bertanya dengan cerdasnya. “Dhieerrr …tabrakan, Mas. Wah, jadi bagi mereka yang suka tampil keren dengan memasang sebelah spionnya saja atau malah mengganti dengan yang bukan standar, ukurannya lebih kecil biar terlihat cekli, dia membahayakan diri sendiri dan orang lain ya?”, tanyaku minta persetujuan. “Betul!”, jawab Mas Galih mantap. Saatnya pulang. Seusai sarapan kami pamit pulang pada Bulik Pratiwi, Om Sulaiman dan Kara. Jalan cukup ramai, Mas Galih adalah pengendara yang taat. Apalagi ia memboncengku, seorang anak kecil. Kecepatan rata-ratanya 60 km/jam. Kalau agak sepi laju kendaraan dipercepat meski tetap mewaspadai kendaraan yang keluar dari gang. Akhirnya, kejadian yang membayang malam ini terjadi saat kami sampai di lampu merah depan pintu keluar terminal Purworejo. Saat itu lampu merah menyala. Mas Galih menghentikan laju motornya. Badan jalan dibagi dua. Sebelah kiri untuk kendaraan yang akan masuk terminal, tidak usah berhenti. Sedangkan yang mau lurus harus berhenti di lajur kanan. Dari belakang ada sebuah motor RX King yang dinaiki dua orang berboncengan. Motor itu tidak berhenti, ia justru makin kencang ditandai dengan suara bising dan kepulan asapnya yang banyak. Tak disangka, dari sebelah barat pos keluar sebuah bis umum hendak masuk 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
11
ke jalan yang akan kami lewati. Tinggal beberapa detik, motor itu tidak bisa menghindar. ia terhantam bis itu. “Dugh…. Siieeeet… brak!”, keras sekali. Pengendara yang depan terlempar lima meter ke kanan dengan motor roboh di atas badannya, sedangkan yang membonceng terlempar ke kiri. Bahu kiri dan kepalanya membentur trotoar. Dalam sekejap darah mengalir banjir di tempat itu. Motor itu hancur. Kami yang berhenti di lampu merah dengan jelas melihat kejadian itu. Hampir semuanya menjerit kaget. Mas Galih segera mendekat. Ia memarkir motor lebih dulu di tempat yang aman. Beberapa laki-laki termasuk Mas Galih segera berupaya menolong. Kebetulan di pos lampu merah itu ada polisi. Ia mungkin yang menghubungi kawan-kawannya hingga tak lebih dari sepuluh menit mobil polisi datang. Terlihat ada yang membuat lingkaran mengelilingi tubuh korban, motor dan helm yang terlempar. “Itukah prosedur di TKP yang harus dilakukan?”, batinku. Beberapa menit kemudian dua buah mobil ambulan tiba. Petugas medis keluar membawa tandu. Tidak begitu jelas sumbernya, sepertinya korban yang membonceng tewas di tempat. Darahnya memang keluar banyak karena benturan di bahu kiri dan kepala. Kedua korban dimasukkan ke dalam ambulan. Aku tidak tahu persis bagaimana nasib mereka. Yang jelas kejadian itu begitu mengerikan. Di sisi lain, supir bis dan keneknya sedang ditanyai oleh polisi. Kasihan mereka. Menurutku mereka tidak sepenuhnya bersalah. Pengendara motor itulah yang salah. Jelas-jelas lampu merah tapi mereka menerobos. Bis itu sudah benar, lajunya pun tidak kencang karena di tikungan. Tapi itu sudah terjadi. Gara-gara pengendara motor yang melanggar lampu merah, banyak orang terkena masalah. Mereka sendiri sekarang bertaruh nyawa di Rumah Sakit, kalau lah benar si pembonceng tewas di tempat, tinggallah kawannya berjuang sendirian. Keluarga mereka pasti sedih dan panik. Setidaknya luka akibat kecelakaan sembuhnya butuh waktu lama, atau bahkan menyebabkan cacat. Dari pihak bis, mereka pun mau tidak mau dimintai pertanggungjawaban meski tidak bersalah sepenuhnya. Para penumpang bis itu juga jadi terhambat sampai ke tujuan. Kejadian ngeri itu tadi siang kusaksikan. Masih sangat jelas suara benturan motor dan bis itu, benturan motor dengan jalan, jeritan 12
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
korban dan para saksi, ceceran darah dan suara sirine mobil polisi serta ambulan itu. Pengalaman itu benar-benar membekas dalam ingatanku. Dari sana aku belajar bahwa disiplin sangat penting. Disiplin untuk memeriksa kendaraan sebelum dipakai dan disiplin untuk mematuhi rambu lalu lintas di jalan raya. Disiplin bukan hanya agar tidak ditilang oleh polisi. Tapi disiplin keuntungannya tak lain untuk keselamatan dan keamanan diri kita sendiri, termasuk untuk orang lain juga. Hikmah yang kupetik adalah taat membawa selamat. Waktu menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Aku belum ngantuk juga. Tapi kucoba berdoa sebisanya sambil memejamkan mata, berharap agar kantuk itu segera tiba. [*]
Pengalaman di Balik Cerita Telah lama aku merasa takut dengan lalulintas di jalan raya. Banyak sekali terjadi kecelakaan, terutama kecelakaan sepeda motor. Aku melihat banyak sekali pelanggaran oleh para pengendara sepeda motor. Pelanggaran itu bisa mengakibatkan kecelakaan. Aku menginginkan semua pengendara tertib dalam berlalulintas. Aku juga melihat jumlah kendaraan setiap hari bertambah. Antara jalan dengan jumlah kendaraan tidak seimbang. Jika tidak hati-hati, dan juga disiplin, akan mudah terjadi kecelakaan. Pengendara yang tidak disiplin juga bisa terkena tilang. Ketidaktaatan terhadap lalulintas, membuat aku ingin menuliskanya. Maka akhirnya aku menulis dengan tema ini. Yaitu tema tentang kedisiplinan lalulintas di jalan raya. Mula-mula aku melakukan penelitian. Aku bertanya kepada beberapa orang tentang kesiapan berkendara. Ternyata banyak sekali yang tidak mempersiapkan diri. Mereka tidak memahami resikonya. Kalau sudah terjadi kecelakaan, maka akibatnya akan berat. Bisa merugikan diri sendiri, dan juga orang lain. Kecelakaan juga bisa mengakibatkan cacat, atau meninggal dunia. Seperti yang kubaca dalam peraturan, sebelum berkendara harus mempersiapkan diri. Berbagai kelengkapan saat berkendara harus diperhatikan. Seperti memakai helm berstandar, memakai sarung 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
13
tangan, bersepatu, memakai masker untuk melindungi dari polusi udara yang mengandung karbon monoksida berlebih, serta rompi anti angin. Lebih-lebih saat musim musim hujan, persiapan jas hujan adalah perlengkapan yang tidak boleh dilupakan. Tahukah bahwa jas hujan yang baik seharusnya berwarna terang? Jangan berwarna gelap seperti biru tua atau hitam. Pilihlah warna biru muda, hijau daun muda, atau krem. Ini bermanfaat supaya terlihat oleh pengendara lain dengan jelas. Supaya pengendara lain berhati-hati. Contoh lain adalah kaca spion. Banyak sekali pengendara yang merubah kaca spion dengan kaca yang lebih kecil. Padahal fungsi kaca spion sangat utama. Maka pakailah kaca spion yang standar. Kaca spion yang standar akan bisa melihat situasi di belakang dengan jelas. Kaca spion standar juga akan menghindarkan diri dari tilang polisi. Contoh yang lain masih banyak. Peraturan berkendara dibuat untuk menyelamatkan kita. Disiplin dalam berkendara bukan hanya agar tidak ditilang polisi, melainkan untuk keselamatan diri sendiri. Demikianlah akhirnya aku memilih tema ini. Mudah-mudahan dengan ditulisnya tema ini sebagai cerita, bisa memberi manfaat.
Mengenal Penulis Lebih Dekat Perkenalkan namaku Umi Indah Probolestari. Aku lahir di Kebumen, 29 Januari 2001. Ayahku berusia 47 tahun. Beliau adalah seorang buruh. Sehari-hari jika ada yang meminta tenaganya, ia ikut bongkar muat genteng. Genteng-genteng itu diantar ke tempat para pemesan. Jika tujuannya jauh, maka ayah tidak pulang. Tapi jika tujuannya dekat, ayah akan menyempatkan pulang untuk sholat dan makan. Sedangkan ibu kesehariannya di rumah. Beliau selalu sabar merawat kami, anak-anak dan cucunya. Mbak Bella adalah kakak perempuanku yang kusayangi. Hobinya menyanyi dan menari. Dulu saat SD, Mbak Bella pernah juara 1 matematika di tingkat kecamatan. Kedua kakakku yang lain, namanya Mbak Yulin dan Mbak Dinar sudah bekerja dan berkeluarga di luar kota. 14
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
Aku tinggal di sebuah rumah kecil yang nyaman di Desa Sruweng, Kecamatan Sruweng, Kabupaten Kebumen. Letak rumahku kurang lebih 200 meter dari jalan raya. Jarak antara rumahku ke sekolah cukup dekat. Kurang lebih 300 meter. Cukup dengan berjalan kaki aku sudah sampai di sekolah. Sekolahku adalah Sekolah Standar Nasional. Dibandingkan dengan sekolah lain di kecamatanku, SD Negeri 1 Sruweng termasuk sekolah yang paling lengkap dan sering mendapat prestasi dalam berbagai perlombaan. Ada sebuah perpustakaan di sana. Ruangannya paling barat, menghadap mushola. Di tempat itulah aku dan teman-temanku sering meminjam buku atau sekedar membaca saja. Petugasnya namanya Bu Rini. Beliau orangnya baik sekali. Rata-rata aku meminjam buku di perpustakaan 2 buah seminggu. Kalau dijumlahkan setahun mungkin sekitar 60 buah. Kalau sedang libur atau tes, aku jarang ke perpustakaan. Hari-hariku di sekolah (jika sedang tidak sibuk persiapan lomba) diisi dengan kegiatan ekstra kurikuler TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) berupa latihan menggunakan komputer. Guru pembimbingnya adalah Pak Tri dan Pak Dodo. Sedangkan ektra Bahasa Inggris oleh Bu Ita. Oh ya, dari kelas 3 sampai kelas 5 ini aku dibimbing oleh guru kelasku yang sangat baik, namanya Bu Tuti. Beliau sangat sabar dan selalu mengajar kami sampai benar-benar memahami materi pelajaran. Selain itu, bersama Bu Maria aku pun berlatih menyanyi di sekolah. Sekolah kami benar-benar memberi kesempatan murid-muridnya untuk mengembangkan hobi dan bakat.
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
15
16
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
C
ahaya bulan menyusup remang-remang melalui celah-celah tirai jendela kamarku. Seolah ingin bersaing dengan cahaya lampu yang menerangi kamar ini. Tapi aku duduk di depan sebuah buku harian usang yang telah setahun lamanya tak pernah terbuka. Di situlah tersimpan sebuah kenangan berharga yang tak pernah kulupakan selamanya. Dan sekarang, aku akan berbagi kisahku padamu. Semua itu dimulai ketika pertemuanku dengan seorang…. *** Siang ini terik matahari yang panas membakar kulit kami. Aku dan Felis melipat tangan kami di depan dada dengan raut muka kesal. “Huh! Awas saja, nanti kalau sudah sampai di rumah, akan kupecat supir-supir tidak berguna itu! Masa anak bos dibiarkan menunggu berpanas-panasan begini sih?”, keluhku dengan mimik serius. Seluruh wajahku merah padam akibat menahan emosi. “Iya, nih! Bisa mati gosong aku!”, imbuh Felis ketus. “Sudahlah, Sya! Lagipula mereka kan, memang orang miskin! Mereka itu enggak ngerti apa-apa dan enggak selevel dengan kita! Huh! Kampung!”, ejek Felis lagilagi. Tiba-tiba sebuah mobil mewah berwarna hitam mengkilap melaju cepat dari arah timur dan berhenti tepat di depan kami. Seorang lelaki paruh baya keluar dan membukakan pintu untuk kedua majikannya yang amat sangat marah dengan keterlambatan itu. “Maaf, Non. Tadi saya disuruh….” “Hei, orang kampung! Udah deh, nggak usah sok membela diri!”, teriakku keras. “Kamu sengaja kan, telat jemput kita? Heh? Awas kamu, ya! Nanti aku laporin sama Ayah, biar kamu dipecat!” Laki-laki itu tampaknya sangat tertegun akan sikapku. Matanya berkaca-kaca mendengarkan kemarahanku. Begitu perih terasa hingga merasuk sampai ke sumsum tulang. Namun rasa sedih itu masih bisa ditahannya dengan seulas senyum dan kata-kata yang seharusnya tak mungkin dikatakannya pada saat seperti itu. “Baik, Non. Saya janji tidak akan lagi telat menjemput Nona Lisya dan Nona Felisia.” Aku dan Felis naik ke mobil dengan wajah angkuh yang menghiasi muka kami. Tanpa memperdulikan perasaan lelaki paruh baya itu yang begitu sedih. 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
17
*** “Ayaaaaaaaahhh!” teriakku yang langsung berlari ke pelukan Ayah begitu aku tiba di rumah. Ayah Lisya seorang direktur di sebuah perusahaan ternama. Beliau adalah orang yang sangat baik dan sungguh mempunyai sifat yang berbanding terbalik dengan sifat putrinya. Begitu melihat kedatangan anak semata wayangnya, beliau segera menyambut dan memeluk Lisya sendiri. “Gimana pelajaranmu tadi, Sayang?”, tanya Ayah padaku. Aku mengangguk senang. “Asyik! Terus tadi Felis minta diantarin pulang, tapi Pak Rustaman telat jemput kita! Uuuh! Nungguinnya tuh lama banget! Dan…, lho, siapa ini?”, tanyaku dengan raut wajah tak senang ketika melihat seorang anak perempuan berbaju lusuh duduk di sofa keluarga kami. Mataku melotot sejadi-jadinya melihat seluruh tubuh anak itu yang begitu kotor dan dekil. “Oh, itu anaknya Pak Rustaman. Namanya Dyan. Untuk sementara ini dia akan tinggal di sini bersama kita. Pak Rustaman belum mampu melunasi biaya kontrakan rumah, jadi dia menitipkan anaknya di sini. Nanti kamu ajak main dia ya, sayang?”, jawab Ayah dengan seulas senyum di wajahnya. Akan tetapi, mendengarnya raut mukaku semakin tak karuan. Rasa marah memenuhi dadaku yang sesak ini. Rasa benci itu berbaur dengan semua perasaan kesalku. Aku mendekati Dyan dengan muka merah. “Hei, anak kampung!! Kamu itu tidak pantas tinggal di sini! Kamu pikir kamu siapa bisa tinggal di sini? Kamu itu pantasnya tinggal di tempat sampah! Pergi sana! Jangan sampai aku melihat kamu ada di rumahku,” bentakku kasar padanya. Dyan begitu terkejut mendengar bentakanku. Matanya berkacakaca menahan tangis. Ayah juga tampak terkejut mendengarnya. “Lisya! Kamu tidak boleh begitu sama Dyan, sayang! Semiskin apapun dia, kamu harus ingat bahwa derajat setiap manusia itu sama. Kita juga seharusnya menolong orang tanpa pandang status. Kita harus ikhlas, Lisya! Ayo minta maaf pada Dyan!”, tegur Ayah. Aku begitu sakit hati mendengarnya. Belum pernah selama ini aku dimarahi Ayah. Memang selama ini Ayah tidak pernah menegurku setiap aku melakukan kesalahan. Dan sekarang? Aku begitu tersentak 18
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
mendengarnya! Kata-kata itu bagaikan halilintar di telingaku. “Aaaaaarrrrrrrrrggggghhh!!!! AKU BENCI AYAH! AYAH LEBIH SAYANG DYAN DARIPADA AKU!”, teriakku marah sambil berlari ke kamar dengan mata berkaca-kaca. Aku menutup pintu kamarku dengan keras dan menangis berjamjam lamanya. Ayah sudah mencoba membujukku keluar, tapi aku menolak semua yang diberikan padaku dengan kasar. *** Dua bulan berlalu. Sudah dua bulan akhirnya Dyan tinggal di rumah kami. Sebenarnya selama satu bulan terakhir Pak Rustaman sudah meminta anaknya dikembalikan karena takut merepotkan. Meski ia belum mendapat kontrakan rumah hingga saat ini. Tapi ayah menolak dan tetap akan memenuhi janjinya, yaitu akan terus merawat Dyan sampai Pak Rustaman mendapat kontrakan rumah. Sementara aku, semakin hari kebencianku pada Dyan semakin bertambah. Ayah yang semakin perhatian pada Dyan, walaupun tetap membagi perhatiannya padaku, selalu semakin menambah rasa benciku pada Dyan. Dyan mempunyai hobi menabung. Katanya kalau uangnya sudah banyak, dia mau bersekolah di luar negeri. Ayahpun mendukung impiannya itu. Demi mendapat uang yang banyak, kadang-kadang Dyan suka bekerja keras untuk menambah uangnya. Namun pada suatu hari, Dyan kehilangan celengannya. Bertepatan pada hari itu juga, aku kehilangan sebuah gelang peninggalan ibuku yang sangat berharga. Ketika aku menyadari gelang itu telah hilang, tanpa pikir panjang aku langsung menuduh Dyan sebagai dalang dari pencurian gelangku. “Dyan! Kamu yang ambil gelangku, ya?”, gertakku marah. Dyan terkejut mendengar bentakanku. “Tidak! Sungguh, bukan aku yang mengambil gelangmu, Sya!” Aku melotot lebar mendengarnya.“Heh! Kamu nggak usah beralasan! Aku sudah tahu kamu memang niat mencurinya! Kamu kan sedang kehilangan tabunganmu, makanya kamu mencuri gelangku sebagai gantinya! Iya, kan?”, tuduhku. “Tidak, Sya! Serius, aku tidak mengambil.” 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
19
“Huh! Mana ada pencuri mau ngaku! Sudah, kembalikan gelangku sekarang juga! Itu terbuat dari emas, tahu? Mahal! Awas ya, kalau tidak kamu kembalikan, nanti aku laporkan kamu ke polisi!”, ancamku. Mendengarnya sedikit demi sedikit air mata Dyan menetes. Sungguh bukan aku yang ambil gelangmu, Sya! Percayalah padaku. Aku sendiri juga tidak tahu kenapa tiba-tiba gelangmu bisa hilang. Ya Tuhan…, tolonglah hambamu ini. Berikanlah aku kesabaran untuk menghadapi ini semua… ,batin Dyan dalam hati. Aku berlalu dari hadapan Dyan dengan muka angkuh yang lagilagi disertai raut wajah kesal dan benci. Sambil mengomel aku terus saja melontarkan berbagai ejekan dan makian kepada Dyan yang kutinggalkan sendirian. Dyan menangis sendirian di sana, dan tidak ada yang menghiburnya. Namun dengan tabah, Dyan masih saja mencoba bersabar. *** Tiga hari tepat setelah gelangku menghilang. Pada suatu sore ketika Dyan hendak merapikan gudang, tiba-tiba tampak pantulan cahaya keemasan dari salah satu celah di tumpukan kardus-kardus. Dyan yang melihatnya merasa curiga. Disibaknya tumpukan kardu-kardus itu. Betapa terkejutnya Dyan! Ternyata ia menemukan gelang emas milik Lisya! Dyan mengambil gelang itu dan berencana untuk mengembalikannya kepada Lisya. Namun sebelum niat itu terlaksana, Lisya sudah keburu masuk dengan Ayahnya. Tentu saja mereka terkejut melihat gelang emas yang telah lama dicarinya itu, kini dipegang Dyan. “Gelangku!” jeritku tak percaya. “Sudah kubilang! Dyan pasti mencurinya!”, teriakku marah. Aku terus meyakinkan ayah pada pendapatku. Namun Ayah mengambil keputusan untuk mendengarkan penjelasan dari Dyan dulu. “Sudahlah Ayah, itu tak perlu penjelasan!”, bantahku. “Jangan begitu, Lisya! Kita dengarkan dulu penjelasan Dyan!”, kata Ayah mencoba bijaksana. Dyan pun mulai menjelaskan bagaimana ia menemukan gelang itu. Namun aku terus menyangkalnya dengan berkata bahwa aku tidak pernah masuk ke gudang. 20
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
“Tapi sehari sebelum kamu kehilangan gelang itu, aku melihat kamu masuk ke sini untuk mencari bahan-bahan kerja kelompokmu! Coba kamu ingat-ingat lagi, Sya!”, bantah Dyan membela diri. Akupun mencoba mengingat-ingat. Oh iya! Rasanya pernah, deh. Aku sangat malu dan mencoba menyembunyikan rasa maluku. Namun Ayah sepertinya tahu akan perasaanku. “Sudahlah, Lisya, kalau salah akui saja salah. Sudah, ayo kamu berbaikan dengan Dyan.” Aku pun akhirnya berbaikan dengan Dyan dan mengakui semua kesalahanku padanya. Untunglah Dyan sangat baik. Ia begitu pemaaf sehingga mau memaafkanku. “Dyan, maafkan aku, ya. Ternyata kamu sangat baik. Aku kira kamu ingin memiliki gelang ini untuk keuntungan pribadi. Ternyata tidak. Terima kasih kamu sudah mau jujur mengembalikan gelangku. Untung saja tidak kamu ambil. Aku bersyukur sekali,” kataku sambil menjabat tangan Dyan. Dyan menyambut uluran tanganku dengan sebuah senyum. “Iya, aku maafkan kok, Sya. Lagipula sejak awal aku sudah yakin kalau sebenarnya kamu itu baik.” Kamipun saling berangkulan. Ayah yang melihatnya pun ikut tersenyum bahagia. Ah, betapa lega. Mengapa sejak awal aku tak pernah merasa sebahagia ini? Mengapa baru sekarang? Ternyata berteman tanpa memandang derajat seseorang, itu sangat membahagiakan. Persahabatan tulus yang terasa lengkap. Ah, betapa senangnya akhirnya aku bisa tersenyum bebas dari muka angkuhku. Betapa senangnya karena aku telah menemukan sahabat sejati. Sahabat yang begitu baik dan jujur terhadapku. Sekali lagi, aku benar-benar merasa bersyukur kini memiliki sahabat sebaik Dyan. *** Aku memandang pesawat Dyan yang sudah mulai terbang mengangkasa. Sulit memang, namun walau bagaimanapun aku harus bisa menerimanya. Dyan sahabatku. Aku baru tahu. Rupanya sehari setelah berbaikan denganku, dan aku merasakan kebahagiaan, mereka harus pindah. Aku mendengar Pak Rustaman mendapat pekerjaan baru, dan juga kontrak 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
21
rumah di Kalimantan. Oleh karena itu, Dyan akan ikut pindah rumah bersama ayahnya. Betapa sedihnya aku mendengar kabar buruk itu. Namun sebelumnya Dyan berpesan agar aku menghantarnya dengan senyuman. Karena Dyan akan sedih bila ia melihatku menangis kerena kepergiannya. Oleh karena itulah aku mencoba untuk tegar menghadapi kepergiannya. Menghantarnya dengan senyum meski hatiku kelabu. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya mengguyur tanah. Aku dan Ayah segera mencari tempat berteduh. Kami berteduh di sebuah pohon rindang. Ayah mendekatiku dengan senyum di wajahnya. Sungguh berbeda dengan wajahku yang penuh dengan penyesalan. “Lisya, hidup ini penuh dengan pertemuan dan perpisahan. Ada kalanya juga suka dan duka kita hadapi. Tapi semua itu harus kita terima dengan kerelaan. Karena dengan begitu tidak akan memberatkan hati orang lain dan juga kita. Kamu harus bisa menerimanya. Lagipula kamu kan masih bisa berbicara dengan Dyan pakai telepon atau surat! Dan lagi, kamu ingat pesan Dyan, kan?”, ucap Ayah. Aku merasa sedikit terhibur mendengarnya. Pelan-pelan aku mulai menyadari makna nasehat Ayah. Dan pelan-pelan senyumku mulai menggembang di wajah ceriaku. “Ayah benar. Aku tidak boleh sedih! Lagipula aku kan masih bisa bertemu Dyan kapan-kapan. Baiklah, kepergian Dyan akan kurelakan. Toh suatu saat kami pasti akan bertemu lagi,” ujarku dengan senyum ceria. Ayah memandangku bangga. Bersamaan itulah hujan reda bergantikan pelangi riang yang menghiasi langit. Aku berjalan ke tengah lapangan dan memandang pelangi. Kali ini dengan sebuah senyuman. Ya! Senyuman dari hati yang bahagia! Selamat jalan, Dyan. Semoga kamu bahagia di sana. Suatu saat aku yakin kita akan bertemu lagi. Tuhan pasti mendengar doaku. [*]
Pengalaman di Balik Cerita Ide penulisan cerita saya terinspirasi dengan banyaknya beritaberita tentang pemalsuan dan kejahatan yang berhubungan dengan 22
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
kebohongan. Hal itulah yang mendorong saya menulis cerita ini. Saya ingin berbuat sesuatu, setidaknya lewat cerita. Selama pembuatan naskah cerita ini, kendala yang saya temui hampir tidak ada. Bagi saya menulis itu “mengalir seperti air.” Saya membiasakan diri untuk selalu menulis, apa pun hasilnya. Baik atau buruk, setiap kegelisahan selalu saya tulis. Saya menulis di mana saja. Maka sekalipun ada batu yang menghadang, pasti tetap ada celah untuk dilewati. Ayah saya memiliki toko buku. Berbagai macam buku cerita selalu bisa saya baca. Di samping membiasakan diri menulis, saya memang sangat suka membaca. Terutama membaca buku-buku cerita. Dari buku-buku yang saya baca itulah, saya tertarik untuk menulis. Ketika saya menulis, tidak ada yang membantu saya dalam pengerjaannya. Saya lebih suka tulisan itu hasil karya sendiri. Tulisan hasil karya sendiri memberikan kepuasan, dan juga kebanggaan. Selain itu, kemampuan kita juga akan semakin akan meningkat. Saya bercitacita untuk menjadi penulis. Harapan utama saya terhadap naskah ini, adalah mendorong orang lain agar bertindak jujur . Semoga saja harapan itu bisa terwujud. Karena kejujuran bukan sembarang kata, tetapi sebuah kata yang memiliki makna.
Mengenal Penulis Lebih Dekat Nama lengkap saya adalah Michelle Alexandra, lahir dari keluarga Ir. Adji Mulyono dan Tuti Santoso, SE, pada 19 Februari 2001. Ayah adalah seorang pengusaha yang memiliki toko buku, sedangkan ibu membantu ayah, dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah merawat keluarga. Kami tinggal di lingkungan di rumah yang hijau, dengan beragam tumbuhan tertanam di halaman. Hampir setiap hari burung-burung datang untuk memakan sisa-sisa makanan dan biji tetumbuhan. Kadang-kadang segerombolan burung itu minum serta mandi di pot bunga teratai kami. Sungguh saya menyukai rumah tempat saya tinggal. 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
23
Saya sekolah di SDK Cor Jesu, Malang. Lingkungan sekolah yang sangat menyenangkan karena juga banyak pepohon dan bunga. Beragam pohon dan bunga tumbuh di halaman sekolah, di muka kelas, di sekeliling lapangan dan di sudut-sudut terpencil. Sekolah tempat saya menuntut ilmu juga sangat bersih. Sampah-sampah terbuang rapi di tong sampah yang telah disediakan dan digolongkan sesuai jenisnya, yaitu sampah kering, sampah basah, dan kertas. Saya menulis sejak kelas 3 SD dan terus diasah hingga sekarang duduk di kelas 5. Memang awalnya saya menemui kendala, tetapi lama kelamaan saya pun bisa menulis dengan baik. Saya tidak hanya menulis cerpen saja, tapi juga senang menulis puisi, menulis novel, menulis sinopsis, menulis drama, artikel, dan lain-lain. Saya tidak pernah memuat karya-karya saya pada media tertentu. Sebagian besar tulisan yang saya tulis, saya simpan sebagai koleksi pribadi. Jumlah tulisan yang saya tulis sudah cukup banyak, termasuk empat novel yang telah saya buat. O ya, saya sangat suka membaca. Dalam satu tahun ini, saya sudah membaca sekitar 100 judul buku.
24
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
25
N
amaku Andi Bonar Sutedja. Sekarang ini, aku duduk di kelas 5 SD. Hobiku adalah bermain sepak bola. Klub kebanggaanku di Indonesia ini adalah Arema Indonesia, dan klub luar negeri kebanggaanku adalah Arsenal. Aku biasa berlatih sepak bola di Sekolah Sepak Bola Putra Permana. Tapi, aku punya kebiasaan buruk. Aku tidak disiplin saat berlatih. Aku sering terlambat datang ke lapangan. Saat teman-teman berlatih, aku lebih suka berteduh di pinggir lapangan. Tapi bukan berarti aku tidak semangat. Aku juga bisa lupa waktu kalau sudah bermain sepak bola. Itu artinya, aku juga tidak disiplin waktu. Aku ingin sekali bisa merasakan bermain sepak bola di luar negeri. Tapi kata ayahku, kalau aku tidak bisa disiplin, aku tidak akan bisa mewujudkan mimpiku. Menurutku, wajar saja kalau aku tidak disiplin, karena aku anak laki-laki. Tapi memang yang dikatakan ayah itu benar. Kalau aku tidak disiplin dalam berlatih, aku tidak akan bisa menjadi pemain sepak bola hebat seperti Bambang Pamungkas. Hari ini, seperti biasa, bangun tidur aku langsung mandi dan berganti pakaian seragam tanpa membersihkan tempat tidur. Ibuku pun langsung marah karena aku selalu melanggar perintahnya untuk membereskan tempat tidur. “Ayah, ayo cepat berangkat. Sudah siang,” kataku pada ayah. “Salah siapa bangun siang-siang? Belajarlah disiplin,” kata ayah menasihati. “Aduh.. Ayah ceramah terus! Ayo cepat, Yah,” kataku sambil menarik tangan ayah. Lalu aku mencium tangan ibuku dan berlari masuk ke mobil. Ayah segera menghidupkan mobil dan berangkat menuju sekolahku. Di perjalanan ke sekolah, aku sibuk menceritakan pertandingan antara Arsenal melawan Liverpool yang dimenangkan Arsenal. “Oh, pantas saja kamu bangun siang. Ternyata begadang lihat Arsenal?”, kata Ayah. “He..he..he…. Apa pun kulakukan untuk Arsenal, Yah,” kataku semangat. “Kamu mau main ke Emirates?”, tanya Ayah. “Jelas aku mau, Yah. Kalau Ayah libur nanti kita jalan-jalan ke London ya Yah, aku ingin lihat stadionnya Arsenal.” 26
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
“Uang dari mana?”, tanya Ayah sambil tersenyum. “Uang Ayah, lah. Ayah kan punya banyak uang,” jawabku. Ayah hanya menanggapi dengan senyuman. Akhirnya, aku sampai juga di sekolah. Di sekolahku, teman-teman juga banyak yang bercerita tentang Arsenal. Arsenal memang klub yang banyak penggemarnya. Aku bangga menjadi salah satu penggemar klub yang banyak prestasi ini. Sepulang sekolah, aku merasa sangat lelah dan malas untuk berlatih sepak bola. Aku memilih tidur siang setelah makan. Baru enak-enak tidur, Ayah membangunkanku. Aku kaget karena tidak biasanya Ayah pulang secepat ini. “Kamu nggak latihan sepak bola?”, tanya Ayah. “Aku capek, Yah. Di sekolah tadi pelajarannya sulit-sulit,” kataku beralasan. “Katanya mau main di Emirates Stadium? Kok latihannya nggak disiplin?” kata Ayah. Lagi-lagi bujukan Ayah membuat aku terbangun dari tidurku, dan langsung mandi. Aku memang sangat ingin bermain di luar negeri. Mungkin, itu cita-cita semua pesepakbola cilik. Karena masih mengantuk, aku tidak semangat berlatih. Karena terlalu lelah, aku meninggalkan lapangan dan duduk di pinggir lapangan. “Hei.. Kamu kenapa duduk disini? Bereskan itu bola-bola disana,” kata Coach Dani, pelatihku. “Masih capek, Coach. Anak lain saja yang membereskan bola,” kataku. “Kamu ini diajari disiplin. Setelah main, bereskan sendiri bolanya. Biar bisa dipakai anak lain. Sudah cepat! Jangan banyak alasan,” kata Coach Dani membentak. Sebenarnya aku tidak mau membereskan bola-bola yang sangat banyak ini, karena aku sudah capek untuk berjalan panaspanasan di lapangan. “Kamu ikhlas tidak membereskan bola tadi?”, tanya Coach Dani setelah aku selesai melakukan tugasku. Aku hanya diam dan tidak berani melihat wajah Coach Dani. Coach Dani melanjutkan, “Dengan membereskan bola, kamu itu sebenarnya bisa berlatih fisik. Berjalan dari satu tempat ke tempat lain untuk mengambil bola, dan berlari untuk mengejar bola agar tidak berhenti terlalu jauh.” Aku mulai menyadari perkataan Coach Dani. Kalau aku tidak banyak membantah dan disiplin melakukan tugas dari Coach Dani, 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
27
pasti sekarang fisik dan teknikku dalam bermain sepak bola sudah meningkat. Suatu hari, saat aku berlatih di SSB Putra Permana, Coach Dani mengumumkan ada kompetisi Arsenal Soccer Academy. Aku sangat senang saat diberi pengumuman. Aku ingin sekali bisa ikut sampai ke Emirates Stadium. Tapi, aku harus melalui seleksi dulu. Pertama, aku harus ikut seleksi klub, seleksi kota, provinsi, baru nasional. Kalau sudah lolos semua, aku bisa terbang ke London untuk bermain di Emirates Stadium, stadion kebanggaan Arsenal. Aku mulai menyiapkan tenagaku untuk seleksi di klub. Aku sangat bersemangat agar bisa lolos ke tingkat kota. Teman-temanku juga berjuang sekuat tenaga. Tapi kami tetap harus bersaing karena Temantemanku juga berjuang sekuat tenaga. Tapi kami tetap harus bersaing karena yang lolos hanya dua orang di setiap klub. Saat pengumuman pun tiba. Hatiku berdebar-debar karena takut bila aku tidak lolos. Coach Dani menghampiri kami dan mulai membacakan pengumuman anak yang lolos seleksi tingkat kota, “Kalian bermain sangat bagus, dan saya sebagai pelatih bangga dengan usaha keras kalian. Tapi, memang harus ada yang gagal karena kami hanya mencari yang terbaik dari yang baik. Untuk yang belum beruntung, jadikan ini motivasi untuk maju, jangan menyerah. Yang lolos ke tingkat kota adalah Andi dan Bima.” Aku sangat kaget karena ternyata aku yang terpilih untuk seleksi tingkat kota. Aku dan Bima pasti akan berjuang mewakili SSB Putra Permana. Sesampainya di rumah, aku menceritakannya kepada Ayah. Ayah sangat bangga dan menasihatiku untuk terus berusaha. Hari ini, aku bangun kesiangan padahal ada latihan khusus untuk aku dan Bima. Setelah mandi, aku langsung berangkat untuk latihan. Di tempat latihan Coach Dani dan Bima sudah menunggu. Aku sangat malu karena aku terlambat hanya karena bangun kesiangan. Setelah dua minggu mendapat latihan khusus, aku dan Bima siap mengikuti seleksi tingkat kota. Suasana saat seleksi sangat menyenangkan. Aku bisa melihat teknik-teknik. Aku dan Bima terpilih lagi untuk mengikuti seleksi tingkat provinsi. Kalau sudah seperti ini, aku merasa jadi anak yang paling hebat dalam bermain sepak bola. Aku minta dibelikan sepatu bola baru pada Ayah, dengan alasan 28
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
sepatuku sudah rusak. Ayah langsung menuruti permintaanku. Aku sangat senang dibelikan sepatu bola baru yang mirip dengan sepatunya Bambang Pamungkas, bermerek Adidas, berwarna hitam dengan kombinasi merah dan putih. Aku bisa semakin percaya diri memakai sepatu ini saat bertanding nanti. Aku, Bima, dan beberapa anak lain yang lolos ke tingkat provinsi mengikuti pemusatan latihan. Setiap pagi, Ayah mengajakku untuk lari pagi agar bisa berlatih fisik. Tapi, aku tidak bisa bangun pagi-pagi. Jadi, aku dan Ayah jarang berlari pagi. Aku berangkat untuk mengikuti seleksi tingkat provinsi dengan Ayah. Seleksi kali ini terasa lebih ketat karena setiap provinsi harus mencari lima anak yang terbaik untuk bisa mengikuti Arsenal Soccer Academy di Jakarta, sebelum ada yang terpilih untuk pergi ke London. Aku merasa tidak yakin bisa mengikuti Arsenal Soccer Academy di Jakarta, karena ternyata fisik, teknik, dan mental teman-teman yang ikut seleksi provinsi ini sangat bagus. Aku sangat menyesal karena tidak disiplin untuk bangun pagi. Kalau aku bangun pagi, pasti setiap hari aku bisa berlatih fisik dengan Ayah. “Kamu kenapa?”, tanya Ayah saat aku melamun di tribun. “Tadi aku bermain jelek. Kalah fisik sama anak-anak lain,” jawabku lesu. “Sudah, tidak apa-apa. Besok-besok kamu harus lebih disiplin dalam berlatih. Boaz pernah dimarahi Alfred Riedl karena tidak disiplin. Kamu mau seperti itu?” tanya Ayah. Aku hanya menggeleng. Aku ingin sekali lebih disiplin saat berlatih. Semoga saja Tuhan masih memberiku kesempatan untuk bermain di Arsenal Soccer Academy. Pengumuman pemenang yang bisa mengikuti Arsenal Soccer Academy di Jakarta dilakukan secara tertulis, tidak seperti biasanya. Kami semua disuruh berkumpul di lapangan, dan pelatih memanggil nama kami satu per satu dan memberikan surat. Aku sangat tegang saat namaku dipanggil dan surat pengumuman itu diberikan. Kami membukanya serentak. “Aku lolos!”, teriakku sambil menghadap ke tempat duduk Ayah di tribun. Ayah tersenyum melihat tingkahku yang heboh karena terlalu senang. “Aku juga lolos, Di. Kita ketemu lagi di Jakarta. Ha..ha..ha...,” kata 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
29
Bima. Aku dan Bima lagi-lagi berhasil membuat Coach Dani bangga. Kami berhasil mengikuti Arsenal Soccer Academy Jakarta. Aku dan Bima berangkat bersama diantar Ayahku dan Ayah Bima. Kami izin tidak masuk sekolah karena harus mengikuti asrama. Sungguh menyenangkan bisa mengikuti Arsenal Soccer Academy, walaupun ini masih di Indonesia. Banyak sekali pelajaran berharga yang aku dapatkan, aku sekarang merasa sudah berada di mess Arsenal. Kedisiplinan menjadi nilai utama kalau ingin lolos. Kami semua harus disiplin saat makan, saat bangun tidur, saat berlatih dan masih banyak lagi kedisiplinan yang harus dilakukan. Ini hari keduaku di Arsenal Soccer Academy di Jakarta. Di sini, aku harus menunjukkan tekadku dan kemampuan terbaikku dalam bermain. Aku ingin sekali bisa bermain di Emirates Stadium London, stadion kebanggaan Arsenal. Aku sangat mengidolakan Samir Nasri, pemain yang sangat terkenal asal klub Arsenal, tetapi sekarang sudah pindah ke Manchester City. Selain itu, aku juga mengidolakan Cesc Fabregas. Dia banyak memberikan umpan-umpan cantik yang bisa dimaksimalkan menjadi gol alias assist. Sayangnya, sekarang dia sudah pindah klub ke Barcelona FC. Berlatih disini bisa menambah pengalamanku. Keesokan harinya, aku melakukan suatu kesalahan yang sangat besar. Aku menyesal melakukan hal ini. Aku sampai ingin menangis rasanya. Aku terlambat bangun. Aku sangat menyesal karena tidak disiplin. Sampai di lapangan tempat berlatih, aku dimarahi pelatihku. Sangat sedih rasanya. Hari itu aku semakin tidak konsentrasi berlatih, karena aku merasa sudah gagal. Malam harinya menjadi malam yang berat buatku. Malam ini juga akan diadakan pengumuman siapa saja yang berhasil bermain di Stadion Emirates. Aku sebenarnya masih berharap bisa lolos, tapi karena masalah pagi tadi, aku mulai pesimis. Tepat seperti dugaanku, saat pengumuman yang lolos ke London, namaku tidak ada. Itu artinya aku tidak lolos. Sedangkan Bima, teman satu klub ku yang sangat disiplin itu lolos ke Emirates Stadium London. Aku menceritakan kesalahanku karena tidak disiplin pada Ayah. Ayah menasihatiku sambil tetap tersenyum. Ayah tidak marah, dan tidak kecewa. Aku berjanji, aku akan lebih disiplin dalam berlatih. Aku akan disiplin waktu, disiplin dalam berlatih, dan disiplin dalam sekolah. 30
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
Ternyata, kalau ingin menjadi orang yang sukses, aku harus disiplin dalam segala hal. Aku melihat teman-temanku yang berhasil ke London dari televisi. Ada Bima juga di sana. Mereka bisa mengibarkan bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Aku sebenarnya ingin seperti mereka. Tetapi, kata Ayah, yang sudah terjadi tidak perlu disesali. Yang penting, sekarang aku harus berusaha dan tidak mengulangi kesalahanku yang tidak bisa disiplin. [*]
Pengalaman di Balik Cerita Saya mendapat inspirasi dari buku yang berjudul Merah Putih di Old Traford. Saya kemudian memilih tema disiplin lewat penceritaan sepak bola, karena memang hobi saya bermain sepak bola. Saya berpikir akan lebih mudah menuliskannya. Bagi seorang pemain sepak bola, disiplin adalah paling utama. Tanpa disiplin, seorang pemain sepak bola tidak akan berhasil. Kemudian saya berpikir, bahwa disiplin juga berlaku untuk hal yang lain. Maka saya mendiskusikan tema ini dengan kakak saya. Kakak saya pernah menjuarai lomba mengarang. Maka kakak sayalah tempat saya bertanya jika ada kesulitan. Dalam proses menulis cerita ini, saya kerjakan dengan tidak tergesa-gesa. Pada hari Kamis, guru saya memberitahukan kepada saya bahwa saya termasuk dalam 15 besar Lomba Menulis Cerita Anak. Saya sangat senang mendengar hal itu. Saya meminta izin kepada orang tua saya. Ayah dan ibu saya mempertimbangkan dahulu. Akhirnya orang tua saya mengizinkan saya untuk pergi ke Bogor. Pada hari Kamis, saya pergi naik bus bersama guru pendamping yang bernama Bu Yosi. Saya membutuhkan waktu 22 jam untuk bisa sampai di Bogor. Sesampainya di Bogor saya sangat capek, tetapi saya tetap senang karena saya sudah termasuk 15 besar. Di Bogor saya menginap di Hotel Prioritras. Saat di Bogor saya sangat tegang. Tetapi kata Bu Guru, saya tidak usah tegang, melainkian enjoy seperti liburan. Di sini saya sangat optimis dapat memenangkan lomba. 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
31
Mengenal Penulis Lebih Dekat Perkenalkan nama saya Randy Christian Saputra. Saya lahir di Batu, 4 Mei 2001. Ayah saya Beny Suharjo, seorang karyawan di sebuah Rumah Sakit. Sedangkan ibu saya Magdalena Ninuk Rustianawati, seorang guru di Sekolah Menengah Atas. Kedua orangtua saya sama-sama sarjana. Merekalah yang selalu mendukung saya dalam hal apa pun yang dinilai baik. Saya menyukai menulis dan olahraga. Olahraga yang paling saya sukai adalah bulu tangkis dan sepak bola. Saya tinggal di Kota Batu Malang, Jawa Timur. Udara di kota saya sangat dingin. Daerah Batu terkenal dengan buah apel manalagi. Di sekitar tempat saya tinggal, banyak peternak sapi perah dan petani. Saya menyukai tempat saya tinggal. Saya sekolah di SDK Sang Timur Batu Malang. Selain kegiatan menulis dan olahraga, saya juga mengikuti olimpiade IPA tingakat Kota. Suster di sekolah saya sangat disiplin. Beliau adalah pindahan dari SDK Sang Timur Semarang. Saya mulai menulis cerita sejak kelas 2 SD. Kesenangan menulis terutama karena saya senang membaca. Saya bersyukur karena ayah saya juga suka membaca. Di rumah banyak tersedia buku. Sampai sekarang saya telah menulis 15 cerita pendek.
32
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
33
S
ekarang semuanya memandangku dengan tatapan tajam dan dingin. Mereka melihatku sebagai seorang anak yang memang tidak seharusnya bersekolah seperti mereka. Mungkin bagi mereka, seorang anak yang hidup dan besar di jalanan seperti diriku memang tidak pernah belajar sesuatu yang disebut moral dan kejujuran. *** Dengan baju seragam merah putih, aku berjalan menyusuri rel kereta api di pagi dingin. Warna baju putih itu sudah tidak nampak putih lagi melainkan krem kecoklatan lantaran lusuh, serta sobek pada bagian belakang kerahnya. Sementara warna bagian merahnya pun sudah pudar. Aku berjalan berdua bersama dengan ibuku, yang sebetulnya masih muda, tapi dipaksa menjadi tua karena beban hidup yang berat. Kami berdua berjalan bersama, hingga sampai di persimpangan, dan kami berpisah. Aku pergi ke sekolah, sedangkan ibuku pergi memulung. Di setengah perjalanan aku bertemu dengan dua temanku, Aida dan Agung. Kami pun berangkat bersama menuju ke sebuah SD Negeri. Memang sebuah keberuntungan bagiku karena aku bisa bersekolah. Ekonomi keluargaku begitu mencekik leher. Ibu adalah satu-satunya sumber utama hidup keluarga. Ibu memang tidak pernah menginginkanku untuk putus sekolah. Ibu sangat ingin anak-anaknya bisa mendapatkan pendidikan. Ia berharap agar hidup kami kelak tidak berakhir seperti kehidupan ibu sekarang. Namun aku begitu kasihan kepada ibu. Ibu harus membanting tulang untuk menghidupi semuanya. Adik perempuanku lumpuh karena sakit panas, sementara nenek sudah sangat tua. Aku ingin sekali bisa membantu ibu. Entah dengan mengamen, berjualan di bis, atau ikut ibu memulung. Tetapi ibu selalu melarangku. Kata ibu, yang harus kukerjakan sekarang adalah belajar dan menjadi pintar. Di sekolah, aku tergolong anak yang cukup bisa mengikuti pelajaran. Meskipun aku sangat pendiam. Aku tidak mempunyai begitu banyak teman baik. Mungkin hanya dua orang saja, seperti Aida dan Agung. Aku merasa rendah diri terhadap keadaanku. Di antara semua siswa kelas enam, bisa dibilang akulah yang paling miskin, dan seringkali menjadi bahan ejekan oleh siswa lain. Tapi itu tidak menjadikanku putus asa 34
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
untuk sekolah. Bagiku yang penting aku bisa bersekolah dengan benar sesuai keinginan ibuku. *** Di jam istirahat yang cukup panas, aku duduk sendirian di dalam kelas sambil melamun. Terngiang di kepalaku, “Mas Yayak, aku pingin pensil warna seperti milik Mbak Aida, bagus.” Kata-kata itu sudah satu minggu ini kupikirkan. Lalu aku merogoh kantong, kulihat empat lembar uang seribuan, dua receh lima ratusan, dan tiga receh seratusan. Lalu kuingat kembali harga pensil warna itu di koperasi sekolah, “Harganya enam setengah, masih kurang.” Ya, aku sangat ingin membelikan adikku itu pensil warna seperti punya Aida teman samping rumah kami. Aku berjalan menuju ke koperasi sekolah, lalu kulihat lagi pensil warna yang ada di etalase. Tiba-tiba seorang teman sekelasku datang dan mengejekku. “Hei, Ya mau apa? Mau beli buku, apa beli pensil warna? Apa mau mencuri? Gak punya uang aja sok liat-liat di koperasi, hwahaha!”, ejeknya bersama dua temannya yang berbadan gendut sambil tertawa. Aku hanya termenung, kemudian kulihat lagi, uang di sakuku. *** Bel tanda akhir istirahat sudah berbunyi. Sesaat kemudian, ibu guru datang dan masuk ke kelas. Saat kami semua hendak memulai pelajaran tiba-tiba seorang murid menangis. “Aida, mengapa kamu menangis? Ada apa?”, tanya Ibu guru menghampiri Aida yang duduk di depanku. “Hiihihiii….” “Ayo Aida, bilang sama ibu,” kata Ibu guru lagi. “Pen, pensil, pensil warnaku hilang Bu guru,” kata Aida sambil terisakisak. “Pensil warna? Jangan-jangan kamu lupa membawanya, mungkin tertinggal di rumah,” kata Bu guru. “Tidak Bu, saya selalu membawanya di dalam tas.” “Alah, paling dicuri Wirya, Bu!”, seru Bagas, teman sekelasku yang tadi juga mengejekku di koperasi sekolah. “Bagas, tidak boleh menuduh seperti itu,” kata Bu Guru.
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
35
“Saya tidak mencuri kok, Bu,” kataku sedikit kaget dengan perkataan Bagas. “Alah, tadi yang di kelas pas jam istirahat cuma kamu kan. Ya, ngaku aja, pasti kamu nyolong pensil warnanya Aida,” kata Bagas tambah memanasi suasana. “Iya Bu, tadi saya juga lihat dia koperasi liat-liat pensil warna. Dia pingin beli mungkin bu, tapi gak punya duit jadinya sekarang nyolong punyanya Aida,” tambah Brian, teman gendut Bagas. “Wirya,” kata Bu Guru sambil melihatku dengan tatapan bertanyatanya, apakah benar aku melakukan hal itu. “Ndak Bu, sumpah demi Tuhan, saya tidak mencuri, saya benarbenar tidak mencuri,” kataku pada Bu Guru. Lalu di saat itu pula, kulihat seluruh teman sekelasku memandang dengan tatapan bertanya-tanya, mungkinkah aku mencuri barang milik temanku sendiri? “Ndak mungkin Wirya mencuri Bu, dia bukan anak nakal kok Bu,” kata Agung mencoba membelaku. “Alah, temanmu itu dah nyolong punyanya temannya sendiri, malah kamu belain,” sahut Bagas. “Eh Bagas, mbok jangan gitu, main tuduh saja, jangan-jangan kamu yang nyolong,” kata Agung merasa kesal pada Bagas yang terlalu banyak bicara. “Sudah, sudah, jangan berkelahi di dalam kelas!” seru Bu Guru mulai marah melihat kami yang saling adu mulut. “Wirya, kamu tidak keberatan kan kalau ibu melihat tas kamu?” “Iya Bu, saya tidak keberatan,” aku pun langsung menaruh tas punggungku di atas meja dan mempersilakan Bu Guru untuk melihatnya. Suasana cukup tegang, semua siswa memperhatikan dengan seksama ketika Bu Guru mengeluarkan satu-persatu isi tasku. Ada lima buku tulis bersampul kertas payung, kemudian LKS Matematika, LKS IPA, serta penggaris, sebuah pensil kayu yang tinggal se-ibu jari, sebuah penghapus kecil, dan bolpoin pilot warna hitam, dan, hanya itu. Aku pun merasa lega. “Tapi itu Bu, coba lihat di lacinya, jangan-jangan disembunyikan di dalam laci,” seru Bagas. Lalu Bu Guru pun membuka laci mejaku, dan…. 36
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
“Ya ampun, Wirya,” kata Bu Guru sembari melihatku dengan tatapan tidak percaya. “Ini pensil warna saya, tadi waktu istirahat saya membelinya di koperasi sekolah Bu,” kataku. “Beli? Emang kamu punya uang? Dasar tukang nyolong!”, seru Bagas. “Itu punya saya Bu Guru,” kata Aida begitu melihat pensil warna yang kini dipegang oleh Bu Guru. “Wirya, mengapa kamu berbuat seperti ini? Ini bukan hal yang baik,” kata Bu Guru. “Tapi saya tidak mencuri Bu,” elakku. “Dasar tukang nyolong! Huuuu!”, teriak Bagas disusul dengan temantemannya. Sekarang semuanya memandangku dengan tatapan tajam dan dingin. Mereka melihatku sebagai seorang anak yang memang tidak seharusnya bersekolah seperti mereka. Mungkin bagi mereka, seorang anak yang hidup dan besar di jalanan seperti diriku memang tidak pernah belajar sesuatu yang disebut moral dan kejujuran. “Ih, ternyata Wirya yang mencuri,” sempat terdengar bisik-bisik mereka terhadapku. Aku benar-benar tidak melakukannya, tapi semuanya tidak mempercayaiku. “Wirya, ayo ikut Ibu ke kantor,” kata Bu Guru dengan tatapan kesal. Aku pun hanya diam sambil berjalan mengikuti Bu Guru ke kantor dan semua siswa tetap memandangiku hingga di luar kelas. *** Baru kali ini aku merasakan ketegangan dan gugup menerjangku. Tadi, semua siswa di kelas enam menghakimiku dengan tatapan mata yang tajam dan kata-kata yang menusuk. Sekarang, di kantor guru, semua yang sedang berada di dalamnya menatapku dan mulai berpendapat tentang diriku. Aku hanya bisa membisu sambil meneteskan air mata. “Kenapa Wirya?”, tanya Bu Guru sekali lagi, dan aku hanya bisa diam. Kakiku gemetaran dan terasa sangat lemas. Aku tidak tahu harus berkata apa. “Mungkin dia ingin, tapi tidak punya uang, Bu Sri,” kata Pak Budi. “Wirya, kenapa kamu sampai mencuri pensil warna Aida?”, tanya Bu 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
37
Guru sekali lagi. Lidahku terasa kaku, aku mencoba menjawab. “Adik saya ingin pensil warna Bu, jadi saya….” “Jadi kamu mencurinya?” “Bukan, saya tidak mencurinya Bu, sumpah,” balasku. “Yang namanya mengambil tanpa seijin orang yang punya, itu namanya mencuri,” kata Bu Guru. “Saya tadi,” tiba-tiba kata-kataku terpotong saat seorang kakak perempuan masuk ke ruang guru. “Maaf Bu Sri, sebenarnya, begini ceritanya,” kemudian kakak perempuan yang merupakan penjaga koperasi sekolah itu berkata kepada Bu Sri bahwa pensil warna yang ada di laciku tadi bukanlah milik Aida. Pensil warna tadi memang benar-benar kepunyaanku. Aku memang benar-benar membelinya, ya, walaupun dengan uang kurang. “Sebenarnya, tadi si Wirya kan melihat-lihat pensil warna di etalase koperasi, lalu saya tanya, dia mau beli pensil warna ya? Dia bilang dia ingin membelikannya untuk adik perempuannya, tapi uangnya kurang. Karena kasihan, saya menjualnya seharga uang yang ia punya. Begitu Bu Sri,” jelas kakak perempuan itu. “Kalau begitu bagaimana dengan pensil warna Aida yang hilang? Siapa yang mengambilnya?” Lalu tiba-tiba Aida bersama Sastri dan Agung masuk ke dalam kantor guru. “Kalian kenapa?”, tanya Bu Sri. “Bu, maaf, Wirya, maaf,” kata Aida sambil mengulurkan pensil warna kepadaku. “Ini bukan milikku, milikku ternyata ada di tumpukan buku gambar di muka kelas. Aku tadi lupa memasukkannya ke dalam tas dan justru ikut tertumpuk saat tadi mengumpulkan tugas menggambar,” kata Aida sambil tertunduk. *** Sungguh hari yang benar-benar membuatku dag dig dug. Aku, seperti kata ibuku, tidak akan pernah mencuri meskipun harus kelaparan dan hidup menderita. Apapun yang aku punya, aku akan mensyukurinya dan aku akan berusaha dengan cara yang halal untuk mendapatkan sesuatu. Biarpun aku dan keluargaku tidak punya, tapi kami bukanlah pencuri. 38
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
“Wah, bagus ya mas,” kata Nur, adikku sembari menggambar-gambar pemandangan yang terlihat begitu hijau dan asri. “Iya, bagus banget Nur,” Seringkali hidup ini memang seperti peribahasa, semua bisa dengan mudahnya menuduh, padahal mereka tidak tahu. Tetapi yang namanya kejujuran tidak akan pernah terkalahkan. Dengan kejujuran, maka kebenaran terbukti. [*]
Pengalaman di Balik Cerita Saat saya masih berumur tujuh tahun saya sangat menginginkan pensil warna seperti milik teman saya. Sepulang sekolah saya berkata kepada ayah, minta di belikan pensil warna seperti milik teman. Tetapi ayah saya tidak memiliki uang untuk membelikannya. Kakak laki-laki saya kebetulan mengetahui, kalau saya betul-betul menginginkan pensil warna. Waktu itu saya merasa sangat sedih. Tapi di hari berikutnya, di saat kakak saya pulang, ia membawa oleh-oleh pensil warna baru. Saya sangat bahagia. Pengalaman itulah yang kemudian saya tulis. Karena cerita yang saya alami tidak begitu istimewa, maka cerita itu saya kembangkan. Saya menambahkan peristiwa pencurian di kelas, supaya ceritanya bisa sesuai dengan tema lomba.
Mengenal Penulis Lebih Dekat Hai teman-teman, nama saya Kartika Irene, biasa dipanggil Tika. Saya tinggal di rumah yang sederhana. Di samping rumah ada pos ronda, di depan rumah ada banyak bunga dan pohon. Pohon yang paling saya sukai adalah pohon cemara. Pohon itu sering dihias pada saat Hari Raya Natal tiba. Saya senang sekali tinggal di rumah itu, meskipun kecil, tetapi bersih dan asri. O ya teman-
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
39
teman, saya lahir di Salatiga, 6 Juni 2000. Di Salatiga itulah kota tempat saya tinggal sampai sekarang. Ayah saya Hari Darmanto, biasa dipanggil Pak Hari. Beliau adalah seorang karyawan di perusahaan swasta. Ayah saya suka berkebun, dan biasanya beliau berkebun setelah pulang bekerja. Sedangkan ibu saya Sunanik, biasa dipanggil Bu Nanik. Ibu sehari-hari merawat kami di rumah. Tetapi ibu saya juga suka membuat kue. Sehingga dari hobinya itu, ibu dapat berjualan kue di rumah sampai sekarang. Roti buatan ibu yang paling saya sukai adalah roti pisang. O ya, di rumah kami tinggal juga kakak. Kakak saya memiliki hobi fotografi. Dia suka mengedit hasil fotonya sendiri pada saat malam hari. Tahukah teman, saya sekolah di sebuah sekolah yang bersih dan indah? Di sana terdapat taman, kolam ikan, dan halaman yang luas. Di depan kelas banyak ditanam pohon-pohon yang besar. Sehingga meskipun sekolah itu berada di tepi jalan raya, udaranya tetap bersih dan segar. Di sekolah saya juga terdapat perpustakaan yang besar, tempat saya bersama teman-teman membaca berbagai macam buku. Mau tahu nama sekolah saya? Namanya SD Negeri Cebongan 02, Salatiga. Di sekolah inilah saya pernah mengikuti beberapa lomba, dan memenangkan beberapa penghargaan. Di antara penghargaan yang paling membanggakan saya adalah juara 1 Olimpiade Matematika tingkat Kecamatan dan Kota, serta juara 1 Siswa Berprestasi tingkat Kecamatan. Saya menulis sejak duduk di kelas V, dan pernah mendapat penghargaan pada Lomba Menulis Cerita Pendek Majalah Bobo.
40
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
41
“
Bruk!!!” Aku membanting tasku. Aku kesal hari ini, karena nilai ulanganku dibagikan. Aku sedih, nilaiku tidak yang tertinggi. Aku kurang puas. Nilaiku rata-rata 80-an, padahal teman-temanku banyak yang sembilan. ”Huh!”, gumamku yang tak sengaja terdengar oleh Mama. “Ada apa Din?”, tanya Mama curiga. “Nggak ada apa-apa kok, Ma,” kataku berusaha menyembunyikan kegalauan hatiku. “Jangan bohong dong, Mama dengar kamu tadi bilang ‘huh’ kan? Hayoo ngaku,” kata Mama sambil tersenyum padaku. Tapi aku yakin jika aku menceritakan hal ini pada Mama, pasti ia akan marah padaku. Keringat dingin mulai mengucur di sekujur tubuhku. Aku sangat takut kalau Mama marah padaku. ”Nggak kok, Ma. Aku nggak bilang ‘huh’ kok. Ya udahlah, Ma, aku mau ganti baju dulu,” pamitku pada Mama. Hari ini aku tidak bersemangat. Banyak sekali nilai-nilai ulanganku yang dibagikan. Apalagi aku sudah berbohong pada Mama. Tiba-tiba seseorang memecahkan lamunanku. ”Hei, melamun saja,” kata kakakku sambil tertawa. ”Sudahlah nggak usah ditutup-tutupi. Kakak tahu ulanganmu sudah banyak yang dibagi, kan?”, sambung kakakku lagi dengan tawa yang semakin jelas. ”Apa betul itu, Din?”, tanya Mama yang tiba-tiba muncul. Aku diam saja, tapi entahlah mulutku tiba-tiba bergerak dan berkata, “nggak kok, Ma…,” ucapku tiba-tiba, seolah bukan aku yang mengatakannya. “Masa sih? Dinda pasti bohong,” ucap kakakku kemudian. Aku takut kalau omongan Kakak lebih dipercaya oleh Mama daripada ucapanku. Karena memang yang dikatakan kakakku benar. ”Tuh kan, Ma, dia diem. Berarti yang aku katakan tadi benar,” kata kakakku lagi, dengan penuh keyakinan. Aku semakin jengkel dengan kakakku, rasanya ingin memarahinya dan menutup mulutnya rapat-rapat. ”Din, kok diam?”, tanya Mama lagi. ”Nggak, Ma!”, kataku lirih. ”Jangan percaya, Ma, Dinda itu suka bohong,” kakakku semakin meyakinkan Mama. Membuatku semakin panas saja. 42
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
“Nggak, Ma, kak Dara itu yang suka bohong,” kataku dengan menahan air mata yang hendak keluar dari sudut mataku. “Sudah, jangan bertengkar!”, Mama mengingatkan. Aku langsung lari masuk ke kamar, karena air mataku sudah tak bisa ditahan lagi. *** Besok pagi di sekolah. Jantungku berdegup kencang. Aku takut kalau ulanganku ada yang dibagikan dan kurang memuaskan lagi. Dalam hati aku mengucapkan “bismillah hi rahma nirrahim” lalu aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam kelas. Suasana kelas sudah ramai. Ada selembar kertas putih seukuran HVS tergeletak di mejaku. Perlahan-lahan aku membuka kertas itu dan, “hah,” ternyata nilai IPS-ku 90. Aku sangat senang sekali. Apalagi kutanya sebagian teman-temanku ternyata nilainya di bawahku. ”Yes” berarti nilaiku tertinggi. Aku tersenyum puas. Ah, tapi ini kan masih sebagian saja yang dibagikan. Masih banyak yang lain yang belum dibagikan. Hatiku kembali tegang. Tet…, tet…, tet…!”, bel tanda istirahat berbunyi. Bu Citra guruku IPS datang kembali untuk membagikan sebagian ulangan teman-temanku. Setelah kulihat-lihat ternyata temanku Fika mendapat nilai 92. Hatiku kembali galau. Rasanya ingin aku tidak masuk sekolah. Tapi kalau aku tidak masuk, akan semakin tambah sulit. Nia, teman sebangkuku pasti akan mengantarkan hasil ulanganku ke rumah. Dan kalau nanti Mama yang menerima, dan tahu hasil ulanganku jelek, Mama pasti marah. Sampai di rumah pukul 13.34. Aku segera ganti baju dan tidur. Namun mataku sulit terpejam. Aku selalu berpikir, apa sesungguhnya bakatku? Semua teman-temanku kulihat banyak yang memiliki bakat. Mira bisa menulis novel, Fyta pandai menggambar, Laila suka menulis puisi, dan Rita pandai memainkan musik. Lalu bakatku apa? Sebenarnya aku senang menulis. Pernah aku mencoba membuat novel, tapi selalu tidak jadi. Baru beberapa lembar aku sudah kehabisan ide. Aku jadi malas untuk meneruskannya. Menggambar sebenarnya aku juga bisa, tapi gambarku tak sebagus Fyta. Aku juga bisa membuat puisi, tapi puisi-puisiku terlalu sederhana. Sedangkan Laila, puisinya bagus. Aku juga pernah mencoba menulis cerita pendek. Tapi yah, cuma begitu-begitu saja. Cerita pendekku terlalu sederhana. Kalau bukan karena dipaksa ikut perlombaan, aku 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
43
tidak bisa serius menulis cerita. Huh! Apakah aku seorang pemalas? Aku ingin ceritaku bagus dan dapat dikirim ke majalah anak. Ah, tapi ternyata tidak semudah itu. Aku selalu gagal untuk meneruskan tulisanku. Aku bangkit dari tempat tidur dan mengambil buku diary. Segera kutulis semua hal yang terjadi padaku pada buku harianku. Setelah semua kutulis rasanya aku ngantuk sekali, sehingga buku harian itu lupa kusimpan. Kring…, kring…, kring…! alarm wekerku berbunyi. Bergegas aku bangun. Ternyata buku harianku sudah tertata rapi di rak meja belajar. Ah, pasti Mama yang menaruh buku itu di sini, gumamku. Tanpa pikir panjang aku langsung menemui Mamaku yang ternyata sedang memasak. Aku duduk di kursi makan dekat dengan dapur. Aku terdiam. “Din…, sini,” panggil kakakku dengan tersenyum manis. Aku mengira kalau Kakak ingin memberiku sesuatu. Entah itu mainan, lollipop, atau coklat. “Ada apa Kak?”, tanyaku penasaran “Nggak kok, nggak ada apa-apa. Kakak hanya mau bilang kalau…,” omongan Kakak terputus, karena Mama juga ikut bicara. ”Din, mama tadi melihat buku harianmu. Kamu tulis di situ kalau teman-temanmu semua memiliki bakat. Din, semua orang itu mempunyai bakat. Hanya saja bakat teman-temanmu sudah kelihatan karena mereka mau menekuni hal itu. Kalau kamu ingin membuat novel misalnya, kamu harus berusaha bersungguh-sungguh menyelesaikan novel itu. Kalau kamu bisa menyelesaikan novel itu dan hasilnya bagus, orang-orang di sekitarmu akan tahu kalau itulah bakatmu. Jadi kamu harus disiplin untuk menyelesaikannya. Jangan kauturuti rasa kemalasanmu. Menggambar, menulis puisi, cerita pendek, semua sama saja Membutuhkan proses dan kesabaran yang tinggi,” nasihat Mama bijak. ”Tapi kejujuran juga penting kan, Ma,” tiba-tiba kakakku nyeletuk. “Maksud kakak apa?”, tanyaku lirih merasa tersindir. Mama mengangguk. “Maafin Dinda, Ma, Dinda janji mulai saat ini Dinda akan jujur!”, kataku sungguh-sungguh. *** 44
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
Besok paginyanya di sekolah, aku merasa takut sekali. Hari ini hari pembagian rapor tengah semester I dan pengumuman ranking. “Anak-anak, hari ini setelah kalian menerima rapor, ibu akan menempelkan daftar ranking di sebelah papan tulis,” kata Bu Nisa’, guru Bahasa Indonesia sekaligus wali kelasku. Beberapa saat kemudian setelah pengumuman itu ditempel. Aku dan teman-temanku segera melihatnya. Deg, aku peringkat ke 3. Betapa kecewanya aku, karena aku merasa tidak bisa membahagiakan Mama. Mama juga pasti akan kecewa. “Din, kamu ranking berapa?”, tanya Mama dengan penuh senyuman saat aku pulang dari sekolah. Kasihan Mama. Ah, betapa tak teganya aku menyampaikannya. ‘Maafin Dinda, Ma, Dinda nggak bisa membuat Mama bangga’, batin Dinda sedih. “Din, kamu kenapa? Katanya sudah janji mau jujur.” “Mama nggak bakalan marah?”, tanya Dinda ragu-ragu. Mama menggeleng. “Dinda nggak dapat peringkat satu, Ma. “Terus?” “Dinda peringkat tiga.” “Oh, ya, ngomong-ngomong cita-cita Dinda apa sih?”, tanya Mama seolah mengabaikan ucapanku tadi. Aku tak mengerti . “Seniman, Ma,” jawabku singkat, padat dan jelas. ”Bagus. Jadi seniman yang baik harus disiplin dan jujur,” kata Mama lagi yang membuatku semakin tersadar. ”Dinda peringkat tiga, Ma,” kataku lirih, menyampaikan kembali peringkatku kepada Mama. Aku berharap Mama tidak akan marah dan kecewa dengan peringkatku kali ini. ”Alhamdulillah, kamu masih termasuk 3 besar!”, kata Mama yang membuatku kaget . Mama kelihatan sukacita, aku tidak menyangka sama sekali. “Oh, ya, Ma, tadi di sekolah, Bu Nisa’ mengumumkan tentang lomba menulis cerpen. Boleh ikut, Ma?”, tanyaku lebih ringan karena ternyata Mama tidak marah. “Tentu sayang. Mama pasti akan mendukungmu,” kata Mama sambil mencium keningku. “Terima kasih, Ma,” aku tersenyum gembira. 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
45
Aku jadi semangat sekali mengarang cerita untuk lomba itu. Aku tekun sekali mengetik di depan komputer. Setelah selesai mamaku mengirimkannya. ”Ma kalau aku kalah gimana? Soalnya Vira temanku itu dibuatkan ibunya. Sedangkan ibu Vira sudah berkali-kali ceritanya dimuat di majalah.” kataku dengan wajah tertekuk. Aku khawatir sekali. ”Sudahlah sayang, yang penting kamu jujur. Kamu ikut lomba ini bukan untuk menang atau kalah. Tapi untuk menambah pengalaman serta melatih kejujuran serta kedisiplinan.” “Terima kasih, Ma, nasihatmu akan selalu kuingat. Aku berjanji untuk bisa menjadi penulis yang hebat.” *** Beberapa waktu telah berlalu. Hingga tibalah saat pengumuman lomba mengarang itu. Kebetulan pengumuman itu dikirim ke sekolah dan ditempel di papan pengumuman. Betapa kecewanya aku, saat namaku tak ada di situ. Nama Vira tercantum sebagai pemenang kedua. Kulihat betapa gembiranya Vira. Dia melonjak-lonjak kegirangan. Dan para guru menyalaminya. Aku pulang sekolah dengan hati kecewa. “Gimana, Din. Kok kelihatan sedih banget?”, Mama menyambutku dengan sebuah senyuman yang menyejukkan. “Maaf ya, Ma, Dinda gagal,” tak terasa air mataku tumpah. “Lagi-lagi aku harus mengecewakan Mama,” Mama menyeka air mataku dengan tangan lembutnya. “Dinda, justru Mama bangga padamu. Kamu tahu nggak, pengarangpengarang besar, seniman-seniman besar bahkan ilmuwan sekaliber Albert Einstein pun dulunya juga pernah gagal.” “Maksud Mama?” “Kegagalan adalah sukses yang tertunda, Din. Dengan kegagalan, seseorang akan selalu terus berusaha. Kamu paham ” “Jadi Mama nggak kecewa Dinda kalah?” “Tidak sayang. Tapi kamu harus janji untuk sering berlatih lagi dan jangan pernah putus asa.” “Siap, Ma,” kataku mantap. Ya, aku berjanji akan terus berusaha. Aku ingin selalu membahagiakan Mama. [*]
46
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
Pengalaman di Balik Cerita Jaman sekarang sudah tidak banyak lagi orang berkata jujur. Saat ini kejujuran sudah hampir tidak dihargai. Saya menulis cerita ini terinspirasi oleh pengalaman saya sendiri. Suatu ketika, saya mendapat nilai yang kurang bagus. Saya begitu takut dan malu untuk memberitahukan nilai tersebut. Maka berhari-hari saya merasa gelisah. Lebih-lebih, ketika tahu bahwa ranking saya di kelas menurun. Tapi akhirnya saya harus berani memberitahu hal ini pada ibu saya. Ternyata ibu saya tidak marah. Saya juga seringkali gelisah memikirkan bakat. Saya melihat temanteman saya punya bakat. Entah itu melukis, membuat novel, menulis puisi/cerpen. Saya heran, sebenarnya saya punya kemampuan menulis, tapi saya merasa kurang percaya diri. Saya merasa kemampuan yang saya miliki tidak berarti jika dibandingkan dengan kemampuan temanteman saya. Ketika membaca pengumuman tentang lomba menulis, saat itulah saya ingin membuktikan. Sungguh saya tidak menyangka akan lolos. Tiba-tiba guru Bahasa Indonesia menyalami saya, dan saya tidak tahu kenapa saya disalami. Setelah saya diajak ke kantor dan diberitahukan tentang keberhasilan saya, saya sangat bersyukur sekali. Saya bisa menulis cerita karena saya sering meminjam majalah anak dari teman-teman yang berlangganan. Saya jarang sekali membeli majalah anak. Mungkin jika ayah saya membeli koran Kompas tiap hari minggu, saya akan mengambil tengah-tengahnya yang berisi cerpen anak, puisi, dan gambar. Saya selalu mengkliping semuanya dengan rapi.
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
47
Mengenal Penulis Lebih Dekat Perkenalkan nama saya Nadia Anfa Azkiya. Saya lahir di Kediri, 10 Agustus 2000. Ayah saya Abd. Hamid, seorang guru. Sedangkan ibu saya Effi Nikmatin Nugrahani, seorang ibu rumah tangga. Saya tinggal di lingkungan perumahan. Tepatnya di Perum BSP, JL.Permata Biru B12, Soko Mojokerto. Meskipun tempat tinggal saya di lingkungan perumahan, tapi persaudaraan antar tetangga sangat dijaga. Jika ada tetangga yang sakit, atau ada yang menyelenggarakan hajatan, maka semuanya berkumpul untuk saling membantu. Saya sekolah di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Huda 2 Surodinawan, Kota Mojokerto. Sekarang saya duduk di kelas 6. Saya sangat senang menuntut ilmu di sini. Selain gurunya baik-baik, cara mengajarnya mudah diterima, juga pelajaran agamanya sangat kental. Tiap pagi, sekitar 1 jam sebelum pelajaran dimulai, selalu diawali dengan membaca Al-Qur`an. Kemudian satu minggu sekali membaca Tahlil dan Istighosah, serta hafalan surat-surat pendek. Saya mulai belajar menulis sejak kelas 2, meskipun hasilnya masih lucu, dan hanya disimpan di buku harian. Ketika memasuki kelas 4, saya sudah mulai agak serius belajar menulis. Saya mencoba untuk mengirimkan tulisan-tulisan ke harian Kompas. Alhamdulillah, tulisan yang saya kirim belum satu pun dimuat. Tapi saya tidak berputus-asa, dan tidak akan berhenti untuk terus mencoba. Di samping menulis, saya juga suka membaca. Tahun ini sudah sekitar 20 judul buku saya baca. Saya menyukai membaca, karena dari sanalah saya belajar menulis. Dari sana juga, saya menyukai bahasa. Maka ketika ada lomba yang berkaitan dengan bahasa, saya mengikutinya. Alhamdulillah, saya pernah mendapat penghargaan sebagai juara 1 Lomba Pidato Bahasa Jawa tingkat Kota Mojokerto, dan juara 1 Lomba Pidato Bahasa Inggris tingkat Kota Mojokerto.
48
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
49
K
rompyang! Satu piring pecah di dapur membuat kaget orang rumah. Wah, Bik Romah mulai menampakkan wajah gelisah. Bagaimana tidak, sang empunya rumah, Mama Sisca dan Papa Romeo bukan orang baik-baik. Calisha yang mengerti sifat asli orang tuanya langsung beranjak ke dapur untuk menolong pembantu yang sudah tujuh tahun bekerja di rumah itu. “Aduh, Bi. Ini kalau ketahuan mama dan papa, pasti dimarahi. Untung mereka sedang jalan-jalan. Ayo, Bi! Aku bantuin membersihkan ini,” ucap Calisha sambil mengeluarkan keringat dingin. “Maaf ya, Non. Saya ini bodoh. Udah deh, Non. Nggak usah dibantu. Nanti kacanya kena tangan, lho,” Bik Romah memperingatkan. Calisha memang anak orang kaya. Selain Bik Romah, keluarganya mempunyai empat pembantu. Calisha juga mempunyai kamar luas, iPad canggih, pokoknya semua-semua lengkap, deh. Maklum saja, Calisha menyandang status anak tunggal. Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnggg! Bel masuk berbunyi nyaring. Saatnya istirahat. “Hai, Calisha! Pelajaran tadi, kamu mengerti, nggak?”, tanya Heidy. “Susah banget!”, seru Nadhila dan Mikha. “Eh, aku nggak tanya pada kamu!”, tegas Heidy. Ada udang dibalik batu memang pantas untuk tiga anak itu. Ya, mereka berteman dengan “gadis miliuner” karena ada maunya. Mereka ingin menjadi sahabat Calisha tapi dengan alasan yang menyimpang, yaitu mengambil sebagian hartanya. “Hmmm…, biasa saja. Tapi, nggak susah-susah banget,” ucap Calisha. Calisha memang mengerti sifat temannya itu. “Aku pulang!”, seru Calisha. “Eh, anak Mama sudah pulang!”, jawab Mama Sisca. “Ma, hari ini masak apa?”, tanya Calisha. “Hmm, mbak Ratih sedang masak nasi goreng. Sekarang, kamu mandi dulu, gih! Biar nggak bau!”, tegas Mama. Mereka hanya tertawa kecil. Di meja makan, Calisha ingin memiliki sahabat. Tapi bagaimana caranya? Selesai makan, Calisha menonton acara tv kesukaannya. Saat mendengar Film Tanpa Gambar, terlintas suatu ide, kenapa aku nggak buat film tanpa gambar? Ia pun membuat “skenario” layaknya film-film yang biasa diperlihatkan di layar kaca. 50
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
Yes! Akhirnya selesai juga! Gumam Calisha pelan. Teeeteteeeeeeeeettteeeeeeett! Alarm jam digital milik sang calon milioner berbunyi. Tetapi ada yang lebih keras dari suara jam itu, yaitu suara Mama Sisca. “Sayang, Mama dan Papa ada tugas bisnis di Amsterdam. Kamu bisa, kan sendirian di sini? Mama kasih kamu uang di rekeningmu. Itu buat bekalmu. Good luck, Honey!”, jelas Mama Sisca panjang lebar. “Ok, Ma!”, ucap Calisha singkat. Ini jadi kesempatan emas! Pikir Calisha. Satu bulan kemudian, Calisha sudah mempersiapkan segalanya. Untuk lokasi, ia memilih rumah Bik Romah di Tegal. “Non nggak takut dimarahi Nyonya?”, tanya Bik Romah gelisah. “Nggak, Bik. Orang Pama dan Papa di sana 6 bulan. Oh ya! Mulai sekarang, bibi panggil aku Nak. Bukan Non,” ujar Calisha. Setelah siap, Film Tanpa Gambar pun DIMULAI! Sudah seminggu ini Calisha tidak masuk sekolah. “Eh, Calisha kenapa, ya? Kok, nggak masuk?”, tanya Heidy. Belum selesai perbincangan mereka, ada berita buruk yang diampaikan Bu Farida. “Anak-anak, teman kalian yang bernama Calisha Grace Raymona, sudah keluar dari sekolah. Kemarin, orang tuanya meninggal karena serangan jantung. Perusahaan milik keluarga Calisha bangkrut. Oleh karena itu,Calisha tinggal bersama neneknya di Tegal,” jelas Bu Farida panjang lebar. Seisi kelas shock mendengar berita itu. “Sekarang, yang ingin menjenguk Calisha, maju ke depan. Ibu akan mendata nama kalian,” Bu Farida kembali berucap. Sekitar 21 anak yang ikut termasuk Heidy, Nadhila dan Mikha. Bus sekolah sudah sampai di pedesaan Tegal. Terlihat gadis 12 tahun sedang menyapu halaman. Bu Farida dan murid kelas enam menyambut Calisha dengan haru. Ada yang membawa bahan makanan, pakaian dan uang. “Bu, ini ada sumbangan dari kami, mohon diterima,” Bu Farida menyerahkan sumbangan kepada Bik Romah. “Makasih, Bu. Kami sudah merepotkan,” ucap Bik Romah malumalu. “Ah, nggak apa-apa. Ini sudah menjadi kewajiban kami. Ya sudah, 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
51
kami permisi dulu, Bu. Assalamu’alaikum,” Bu Farida ijin pulang. “Wa’alaikum salam. Kapan-kapan main ke sini lagi, ya!”, teriak Bik Romah. Semuanya tersenyum. Tiga hari berlalu. Mona, sang ketua kelas mendengar perbincangan Heidy, Nadhila dan Mikha, “Huh. Tau gitu, kita nggak ikut ke rumah Calisha. Kukira dia mendapat warisan. Eh, ternyata malah dapat rumah jelek kaya gitu. Kukuku sampai rusak!”, ucap Mikha bersungut-sungut. “Iya! Di sana juga bau sapi! Aku mau muntah!”, tegas Nadhila. Heidy mengangguk setuju. Mona akhirnya berinisiatif untuk mengunjungi sekaligus membantu Calisha. Kasihan banget Calisha! Aku harus Bantu dia. Esoknya, Mona menyiapkan sumbangan untuk Calisha. “Ibu, Ayah, boleh nggak, aku ke rumah Calisha?”, tanya Mona. “Boleh. Apa mau Ayah antar?”, tawar ayah Mona. “Boleh-boleh!”, jawab Mona. Setelah itu, Mona berangkat ke Tegal menggunakan kereta. “Assalamua’laikum!”, sahut Mona di depan rumah Calisha. “Wa’alaikumsalam! Eh, Mona? Aku kira nggak akan ada teman yang mau menjengukku. Terima kasih, ya!”, Calisha bergembira. Setelah beberapa menit, Mona dipersilahkan masuk oleh Calisha. “Wah, rumahmu bersih, ya!”, puji Mona. “Ah, biasa saja. Apa kamu mau teh?”, tawar Calisha. “Hmmmmm. Boleh aja. Tapi, nggak ngerepotin? Oh ya! Ini, ada sedikit sumbangan dariku. Terimalah!”, ucap Mona. “Makasih, Mona! Kamu baik banget! Aku bikinin teh, ya?”, tawar Calisha. Akhirnya, Mona mengangguk. “Cal, aku pulang dulu, ya! Kapan-kapan aku kembali lagi!”, teriak Mona di halaman rumah Calisha. “Ok, deh! Aku tunggu,” jawab Calisha setengah berteriak. Akhirnya, Mona pulang diantar oleh ayahnya. Keesokan harinya…. “Kalian kok nggak pernah ke rumah Calisha, sih? Kan, biasanya kalau istirahat, kalian selalu dekati Calisha. Apa kalian nggak suka dengan Calisha yang sekarang?”, tanya Mona. “Eh, Mon! Udah, deh. Nggak usah urusin urusan kita. Toh, kita nggak 52
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
ngganggu kamu!” bantah Heidy dan diikuti anggukan Mikha dan Nadhila. “Bik, Mama dan Papa pulang berapa hari lagi?”, tanya Calisha kepada Bik Romah sambil memotong sayur. Calisha memang sangat khawatir dengan kedatangan orang tuanya. “Gawat, Non! Dua minggu lagi, mereka datang! Sebaiknya, Non pulang,” Bik Romah memperingatkan. Tiiinnnnntiiinnn! Klakson mobil sedan berbunyi di depan rumah Bik Romah. Calisha sudah mengenali suara itu. Mereka adalah, Mama Sisca dan Papa Romeo! “Cali! Sejak kapan kau ke sini? Berani-beraninya!”, teriak Mama Sisca. “Sabar, Bu,” Bik Romah mengingatkan. Calisha memohon kepada orangtuanya agar tidak salah sangka. “Ma, Pa, sebenarnya, aku kesini sedang membuat Film Tanpa Gambar. Aku mencari sahabat terbaik yang dapat menerimaku apa adanya,” tegas Calisha. “Sayang, ternyata, niatmu itu baik…,” sedu Mama Sisca. Papa Romeo pun ikut terharu. “Jeng Tika. Maaf merepotkan. Tapi, Mona harus datang ke rumah Calisha,” Mama Sisca menelpon Bu Tika, ibu Mona. “Oh, nggak apa-apa kok, Bu. Nanti saya beritahu Mona,” ucap Bu Tika. “Ya sudah. Assalamu’alaikum,” “Wa’alaikum salam.” Mona, Heidy, Nadhila dan Mikha sudah berkumpul di halaman belakang rumah Calisha. “Maaf, ya. Sebenarnya, selama ini aku nggak beneran miskin. Maaf sekali lagi…,” ucap Calisha. Semua teman Calisha kaget dengan semua penjelasan yang sebenarnya. “What? Kamu itu! Penipu!!!”, teriak Mikha. “Bukannya menipu, tapi aku ingin membuktikan. Apakah kalian berteman bersamaku dengan tulus. Sekarang aku sudah menemukan seseorang yang pantas menjadi seorang sahabat sejati, yaitu…,” belum selesai Calisha melanjutkan, Nadhila terbatuk. “Orang yang pantas untuk menjadi sahabatku adalah, Mona! Dia 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
53
selalu menjengukku di Tegal. Ia tidak memandang statusku sebagai miliuner. Tapi, ia tulus berteman denganku,” tegas Calisha panjang lebar. Akhirnya, Mona dan Calisha berteman baik. Mikha, Nadhila dan Heidy menyesali semua yang pernah dilakukannya dan meminta maaf kepada Calisha. [*]
Pengalaman di Balik Cerita Saya menulis cerita dengan judul Film Tanpa Gambar sebagai gambaran tentang kejujuran persahabatan. Saya melihat banyak persahabatan yang tidak tulus. Padahal persahabatan harus dilandasi oleh ketulusan. Saya berharap pembaca bisa mencontoh sifat Mona yang peduli kepada teman yang kesusahan. Saya membayangkan tokoh Mona sebagai tokoh yang baik. Dalam cerita yang saya tulis, saya juga membayangkan tokoh Mikha, Heidi, dan Nadhila yang suka memilih-milih teman. Tokoh itulah yang menjadi gambaran rusaknya persahabatan. Saya berharap pembaca tidak meniru sifat ketiga tokoh tersebut. Jika ada pertanyaan “bagaimana saya menulis cerita itu?” Maka akan saya jawab bahwa setelah membayangkan tokoh, selanjutnya tinggal mengembangkan cerita. Dalam mengembangkan cerita, saya harus bisa menemukan cerita yang menarik. Maka saya berusaha keras untuk menemukan ceritanya. Sampai akhirnya bertemu dengan ide cerita yang menarik. Awal saya tertarik belajar menulis adalah ketika guru saya mengadakan pembinaan. Pembinaan dilakukan saat libur hari raya. Banyak teman saya yang ikut dalam pembinaan. Mula-mula ibu guru membuat contoh kerangka karangan. Kerangka karangan dengan model cerita yang bermacam-macam. Ketika saya menemukan ide yang menarik, saya mengajukan kerangkanya. Jika ibu guru setuju, maka dimulailah proses menulis. Dalam proses menulis, selalu terjadi diskusi. Sampai akhirnya selesai, dan dikumpulkan. Pembinaan inilah yang banyak membantu. Kemampuan saya menulis menjadi semakin meningkat. Saat proses menulis cerita Film Tanpa Gambar, seringkali saya tulis 54
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
sampai larut malam. Akibatnya saya suka bangun kesiangan dan lupa sahur. Untunglah saat mengerjakan naskah saya selalu ditemani ibu dan dibuatkan mie instan. Cerita ini sebetulnya terinspirasi oleh teman saya yang suka memilihmilih sahabat. Ia selalu memilih sahabat kalau orangtuanya kaya. Naskah itu sendiri, sayalah yang menulis dan menentukan bahasanya. Guru pembimbing saya hanya mengecek kalimat-kalimat yang salah. Ada satu kejadian saat saya menulis cerita ini. Salah seorang teman yang juga mengikuti lomba, sepertinya mencontek hasil karya saya. Pembukaan cerita dia sangat mirip dengan milik saya. Kata temanteman, saat pembinaan judul karangan saya unik dan menarik. Saat itu saya lebih percaya diri. Meskipun ada di antara teman yang mencoba menjatuhkan mental saya. Tetapi saya tetap yakin kalau saya pasti menang. Harapan saya semoga pembaca mendapatkan pesan-pesan bermafaat dari cerita Film Tanpa Gambar.
Mengenal Penulis Lebih Dekat Nama saya Nanda Firdaus Kusuma Wardhani, hobi membaca dan menulis. Saat ini saya sekolah di SDN Jember Lor 03, Jember, Jawa Timur. Ayah saya seorang arsitek, namanya Handoko Hadi Purwanto. Ibu saya Erliya Firdaus Shinta, seorang ibu rumah tangga. Saya menulis karena membaca. Ada sekitar 50 judul buku yang menjadi koleksi perpustakaan saya di rumah. Saya beruntung karena ayah dan ibu juga suka membaca. Dari merekalah kebiasaan itu diturunkan.
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
55
56
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
“
Alin…. Alin…. Ayo bangun, nanti kamu terlambat lho. Sudah jam enam pagi!”, ibu membangunkanku. Namun mataku rasanya terlalu berat untuk dibuka. “ Ayolah, Bu. Ijinkan Alin tidur lima menit lagi,” rengekku. “Nanti, kamu terlambat lho. Ayah juga sudah berangkat kerja. Ayoo,” ibu mengguncang-guncangkan tubuhku. “Baiklah,” sahutku sambil membuka mata. Hmm…, segar rasanya selesai mandi. Aduh! aku belum menyiapkan buku pelajaran untuk hari ini! Aah, sudah pukul 06.20 pagi, aku pun terburu-buru. Sarapan pun tidak. Aku hanya minum segelas susu. Aku mendengus kesal pada diriku sendiri. Aku mengambil sepeda dan mengayuh agak cepat. Teet…, teet…, teeet…, wah aku datang tepat saat bel berbunyi. Aku berkeringat. Semoga saja aku dapat berkonsentrasi saat pelajaran nanti. “Ehm, Alin, apa yang dimaksud dengan pneumatofora?”, suara pak guru membuyarkan lamunanku. “Eh…, iya pak. Pneumatofora adalah benjolan yang ada di punggung unta, Pak!”, jawabku sekenanya. “Aduh… Alin, kalau pak guru menerangkan, perhatikan baik-baik. Jangan malah melamun seperti itu. Kali ini Bapak maafkan. Tapi nanti kalau kamu melamun lagi, Bapak hukum ya,” seru pak guru sambil berdiri di depanku. Tak terasa jam pelajaran terakhir pun telah aku lalui. Matahari terasa terik sekali hari ini. Aku mengayuh sepedaku ke rumah. Rasa haus hinggap ditenggorokanku. Ah iya, kemarin aku melihat ada kelapa muda yang baru dibeli ibu di kebun kelapa Paman Sam. Membayangkan itu, kupercepat kayuhan sepedaku supaya dapat segera meneguk es kelapa muda yang dingin dan segar. Aku terus membayangkan es kelapa muda sampai…, brak!! Aku terjatuh, ternyata aku menabrak seorang anak laki-laki berumur sekitar 6 tahun yang berlari keluar dari rumahnya. Ia menggenggam erat uang sepuluh ribuan. Aku minta maaf kepadanya, ”Dik, maaf ya, Kakak tidak sengaja menabrak kamu. Kamu tidak apa-apa?” “Tidak apa-apa kok Kak. Aku juga salah tidak melihat Kakak tadi,” jawabnya sambil tersenyum. Karena merasa tak enak, aku mengajak 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
57
anak laki-laki itu duduk di bangku dibawah pohon mangga pinggir jalan. “Namamu siapa Dik? Nama kakak Alin,” tanyaku sambil memperkenalkan diri. “Namaku Deni Kak,” jawab anak kecil itu. “Oh iya, Deni mau ke mana?”, tanyaku . “ Ke apotik Kak, disuruh Mama,” jawab Deni kepadaku. “Oo… ya sudah, yuk Kakak antar ke apotik. Deni Kakak boncengin ya, duduk di belakang,” pintaku seraya menunjuk ke boncengan sepeda. Sampai di apotik, Deni langsung masuk. Sedangkan aku memarkirkan sepeda terlebih dahulu. Lalu kususul Deni ke apotik. Ternyata antriannya panjang sekali. Kasihan Deni, badannya kecil, jadi tidak terlihat oleh petugas apoteker. “Deni ingin beli obat apa? Nanti kakak yang belikan untuk Deni,” kataku. “Deni ingin beli obat batuk kak, yang ukuran sedang,” sahutnya. Aku segera merogoh sakuku. Masih tersisa delapan ribu, uang kembalian pembelian kaos olah ragaku yang harus kukembalikan pada Ibu. Aku tidak ingin memakai uang Deni, sebagai tanda maafku karena aku telah menabraknya. Tapi bagaimana mengatakannya pada ibu? Apakah aku harus berbohong, bahwa uang kembalian itu jatuh di jalan dan hilang? “Den uangmu itu ditabung saja, ya. Ini obatnya. Yuk, Kakak antar ke rumah Deni,” ujarku. “Ah, Deni bisa jalan kaki ke rumah kok,” tolak Deni sopan. “Tidak apa-apa. Nanti kalau Kakak tahu rumah Deni, siapa tahu kapan-kapan Kakak bisa main ke rumah Deni. Lagipula, Deni juga capek kan. Ayo cepat, nanti mamamu menunggu lho!”, tawarku sambil mengambil sepeda. Deni menunjukkan jalan ke rumahnya. Aku mengingat-ingat jalan ke rumah Deni. Jalan Elang nomor 14B. Hmm, ini rumah Deni. Tidak terlalu besar, tapi bersih. Ada taman bermain di depan rumah. Di sebelah taman bermain ada taman bunga yang berisi tanaman hias yang beraneka macam. “Pantas, segar sekali udara di sini,” gumamku. “Kak, terima kasih ya. Ayo Kak masuk dulu, nanti aku kenalkan dengan Mama,” kata Deni membuyarkan lamunanku. 58
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
“Eh, iya Den. Tapi sudah sore nih, nanti kapan-kapan Kakak main ke rumah Deni,” jawabku padanya. “Benar ya Kak? Deni tunggu ya.” “ Iya Den. Sudah ya, Kakak pulang dulu.” “Iya, terimakasih Kak. Dah…!”, teriak Deni sembari berlari ke dalam rumah. Kring, kring, kring, kring. “Ibu, Alin pulang,” sapaku pada ibu yang kelihatan cemas menunggu. “Wah, bagaimana ya cara menjelaskan kepada ibu,” gumamku dalam hati. ”Alin, dari mana saja kamu?” tanya ibu cemas. Bagaimana ibu tidak cemas? Seharusnya aku pulang pukul 13.00 siang tadi. Tapi aku malah sampai di rumah pukul 15.00. Aku melihat waktu di jam tanganku yang berwarna ungu. “Ibu, Alin minta maaf ya. Uang kembalian pembelian kaos olah-raga tadi Alin pakai untuk membeli obat batuk,” kataku dengan menunduk. Aku tak berani memandang wajah Ibu. Kemudian kuceritakan kejadian yang kualami sepulang sekolah tadi. “Oo, begitu ya, tidak apa-apa, Alin. Kamu melakukan itu semua kan untuk menolong orang lain. Ayo, itu ada es kelapa muda untuk kamu. Tapi ganti baju dan cuci tangan dulu, ya! Jangan lupa taruh tas, sepatu, dan peralatan sekolah lainnya pada tempatnya,” kata ibu. Aku langsung bangkit dan bersemangat. Semua yang dikatakan Ibu aku laksanakan. Aah…, segarnya es kelapa muda buatan Ibu. Hatiku juga lega setelah menceritakan semuanya pada Ibu. Tidak seperti yang aku bayangkan, aku mengira ibu akan marah. Namun di luar dugaan, ternyata ibu setuju dengan tindakanku tadi. Dan yang paling penting, aku sudah berkata dengan jujur. Tanpa berbohong pada Ibu. Hatiku semakin lega karena sudah memutuskan yang terbaik. Untuk menepati janjiku, hari berikutnya aku ke rumah Deni. Kubawakan seloyang kue bolu buatan Ibu. “Selamat sore Tante, apakah saya bisa bertemu dengan Deni?”, sapaku kepada seorang perempuan setengah baya. Perempuan itu sedang menyiram tanaman di taman depan rumah Deni. “Oo ya, sebentar Tante panggilkan. Ayo masuk saja, jangan malumalu.” 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
59
“Ya Tante, terima kasih. Maaf Tante, ini ada titipan dari Ibu untuk keluarga di sini.” “Wah, kok jadi merepotkan. Terima kasih ya. Tolong nanti disampaikan pada ibumu.” “Kak Alin akhirnya datang juga ya. Mama, ini kak Alin, Kak Alin lah yang menolong Deni membeli obat batuk di apotik kemarin,” kata Deni. Ternyata perempuan ini Mama Deni, gumam Alin dalam hati. “Terima kasih ya,Alin. Sudah membantu Deni,” ujar Mama Deni kepadaku. “Saya juga minta maaf Tante. Saya sudah menabrak Deni dengan sepeda saya,” ujarku. “Ah tidak apa-apa, kan tidak sengaja. Deni juga salah karena langsung lari saja tanpa melihat kanan kiri,” kata Mama Deni. Setelah beberapa saat aku berkunjung dan bermain dengan Deni, aku segera berpamitan. Deni mengantarkanku sampai di depan gerbang. “Lain kali berkunjung lagi ya Kak, Deni akan menyambut kakak dengan hangat. Pintu rumah Deni terbuka untuk Kakak.” “Terimakasih, Deni. Sekali lagi, terima kasih,” kataku sambil menjabat tangan Deni. Kulambaikan tangan sambil kukayuh sepedaku pulang ke rumah. [*]
Pengalaman di Balik Cerita Saat liburan Idul Fitri tiba, saya sedang bermain sepeda bersama teman-teman saya satu kampung. Adik saya merengek ingin belajar mengendarai sepeda. Untuk pengenalan awal, saya menyuruh adik saya duduk di sadel depan. Sementara saya duduk di boncengan belakang sambil mengontrol setang dan mengendalikannya. Saya dan adik berputar-putar mengelilingi kampung. Teman-teman juga ikut serta berombongan. Ketika melewati polisi tidur yang hanya menutup sebagian jalan, kami berusaha menghindar ke jalan yang rata. Tapi malang, seorang wanita separuh baya yang sepedanya melaju di depan, mendadak juga menghidar. Maka bersempetanlah sepeda 60
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
kami, sehingga dua sepeda jatuh. Cepat saya berdiri dan meminta maaf kepada wanita itu. Namun wanita itu mengeluh tidak dapat berdiri. Saya menangis. Wanita itu memarahi saya dan bertanya,”di mana rumah kamu?” Saya menjawab, “di…, rumah Pak Muryoto.” Setelah itu wanita tersebut menyuruh saya pulang. Sambil menangis saya pulang, dan menceritakan semuanya pada Ibu. Ibu saya membawa wanita tersebut ke Rumah Sakit Bethesda. Sampai di rumah Ibu mengatakan bahwa wanita tersebut tidak mengalami cidera apa pun. ”Wanita itu berbohong dan berlebihan,” begitu kata ibu saya. Saya lega mendengar penjelasan Ibu. Ketika membaca pengumuman Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) saya meminjam laptop Ibu dan mengetik. Pengalaman itulah yang menjadi awal inspirasi. Saya selalu mengingat pengalaman itu, dan hanya perlu sedikit pengembangan. Perlu waktu kurang lebih dua minggu untuk mengetik dan mengedit cerita tersebut. Saya pernah membaca buku cerita anak karangan Enid Blyton. Saya terkesan membaca karangan beliau. Semua yang dituliskan Enid Blyton benar-benar seperti hidup! Selain membaca kembali buku-buku cerita sebagai perbandingan, saya juga meminta pendapat dan saran pada orangtua dan guru. Orangtua sudah mengatakan bahwa naskah saya baik. ”Namun sebaiknya meminta pendapat guru bahasa Indonesiamu!” begitu kata orangtua saya. Saya meminta guru saya untuk berpendapat. Beliau membaca tulisan saya dengan teliti, dan menunjukkan dimana saya salah atau salah ejaan. Kemudian saya baca kembali berkali-kali, dan saya betulkan setiap kesalahan yang ada. Saya kemudian mengirimkan naskah cerita itu, empat hari sebelum batas pengiriman. Lama saya menunggu pengumuman LMCA. Satu bulan setelah menulis cerita, akhirnya saya lupa pada pada pengumuman itu. Saya kemudian fokus pada mata pelajaran. Sampai akhirnya saya menerima kabar dari karyawan di sekolah, bahwa saya terpilih menjadi finalis LMCA! Senang sekali rasanya! Hal yang kemudian lebih mengejutkan, saya adalah satu-satunya yang menjadi wakil sekolah! Pada hari jumat 11 November 2011 yang lalu, kepala sekolah saya Sr. Serafine OP mengumumkan saya terpilih menjadi finalis LMCA 2011. 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
61
Saya mendapat tepuk tangan dan ucapan selamat dari teman-teman. “Theresia Benedikta Laksya Tri Satya, mewakili SD Joannes Bosco dan membanggakan ayah serta ibunya!”, kata Suster Serafine. Saya berterima kasih pada Tuhan yang Maha Esa, para juri LMCA, dan dukungan dari ayah saya, Ermilindius Pramusinto. Juga Ibu saya, Lusia Septian Murti, beserta Adik saya, Brigitta Mecthildis Novena Pandega Putri Pertiwi. Tak lupa juga Guru saya, Susana Sri Anggorowati dan semua yang telah mendukung. Benar-benar ini merupakan anugerah terindah dalam hidup saya.
Mengenal Penulis Lebih Dekat Theresia Benekdita Laksya Tri Satya, itulah namaku. Tapi panggil saja aku Acha, karena itulah nama panggilan akrab keseharianku. Aku tinggal di Gendeng wetan, Baciro, Yogyakarta. Di depan rumahku ada selokan kecil. Selokan di depan rumahku bersih. Meskipun, kadang-kadang agak berbau, apalagi saat Idul Adha kemarin. Karena setiap Hari Raya Kurban, banyak orang mencuci jerohan hewan kurban di selokan. Di pagi hari, fajar menyingsing, burung-burung berkicau dengan riang. Ketika libur, anak-anak kecil berusia di bawah 9 tahun bermain di sekitar tempat tinggal mereka. Tapi, lebih sering bermain di depan rumahku. Itu tidak masalah selama mereka tidak berisik dan tidak mengganggu dengan tingkah mereka. Ketika matahari terik, lingkungan di sekitar rumahku biasa sepi. Tentu saja, semua tetanggaku memilih untuk di rumah beristirahat sejenak. Petang menyusul, anak-anak kembali bermain-main. Oh, iya. Aku mempunyai seekor anjing berwarna putih. Anak-anak senang bermain dengan anjingku. Walaupun kadang ada yang sampai menangis karena takut, padahal anjingku tidak galak. Malam hari kembali sunyi. Semua telah seharian beraktivitas. Ada kebiasaan unik lho, jika malam tahun baru. Bisanya, teman-teman semua merayakan tahun baru dan bermain kembang api di jalan-jalan besar, kami biasa berkumpul bersama merayakan tahun baru dan melihat 62
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
kembang api besar di sepanjang rel kereta api. Tempat tinggalku dan tetangga memang berdekatan dengan rel kereta api. Tapi tidak dekat lho. Aku sekolah di SD KAnisius Joannes Bosco Baciro yang beralamat di jalan Melati Wetan Nomor 53 Yogyakarta. Sekolah ini oke banget deh. Ruang komputer ber-AC, beberapa ruang kelas dilengkapi dengan LCD. Bangunan di sekolahku megah. Ruang kelas berjumlah 15, yaitu 1 Ruang Empati, 1 Ruang Kinestetik, 1 Ruang Linguistik, 2 Ruang Intuisi, 2 Ruang Spasial, 2 Ruang Visual, 3 Ruang Natural, 3 Ruang Eksistensial, 3 Ruang Humanis, 4 Ruang Musikal I, 4 Ruang Musikal II, 5 Ruang Interpersonal, 5 Ruang Intrapersonal, 6 Ruang Matematik, dan 6 Ruang Logis. Favoritku ketika bermain, anak-anak tertawa dan bermain dengan rukun. Apalagi, jika ada anak yang berumur dibawah 1 tahun bermain bersama anjingku sambil membelai bulunya. Teman-temanku di sekitar rumah asyik-asyik dan wajahnya lucu. Mereka sangat lugu dan suka menangis jika disalahkan. Kadang-kadang jika mereka bosan bermain itu-itu saja, aku mengajari mereka melipat barang dari barang bekas. Aku duduk di kelas 6. Aku tidak seperti anak-anak yang lain. Temantemanku yang sebaya denganku biasanya mengikuti kegiatan bimbel. Aku boleh-boleh saja ikut. Namun, biaya yang dikeluarkan itu lho…, aku ingin berhemat untuk tahun 2012 yang mengeluarkan banyak biaya. Setelah sepulang sekolah, jika tidak ada kegiatan ekstrakurikuler, aku langsung pulang ke rumah. Aku paling bersemangat jika ekstrakurikuler pramuka berlangsung, walaupun kegiatan ini berlangsungg sampai pukul 14.30 sore. Sepulang sekolah, kegiatan yang pertama kulakukan adalah mengganti pakaian, lalu makan siang. Jika aku bersemangat aku akan mengerjakan soal matematika. Namun, jika sedang malas, aku akan membaca buku atau menonton televisi. Ayahku berprofesi sebagai salah satu security di rumah sakit. Profesi ini sudah dilakoni ayahku selama 21 tahun, bahkan ayahku pernah mendapat predikat security teladan se-DIY. Sejak lajang, sampai berkeluarga. Aku bangga mempunyai ayah seperti beliau, berselera humor dan menyukai film anak-anak. Biasanya pada setiap hari senin dan sabtu ayahku mengajar pramuka di salah satu sekolah di Yogyakarta. Ibuku adalah seorang guru yang mengajar bahasa Jepang di salah satu SMA di Yogyakarta. Ibuku lulusan D3. Di saat-saat ujian atau 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
63
pembagian rapor tiba, ibuku sangat sibuk dan mudah lelah. Ibuku juga pernah menjadi pembina pramuka, namun tidak selama ayahku. Adikku bernama Brigitta Mechtildis Novena Pandega Putri Pertiwi. Nama panggilannya Puput. Setiap pulang sekolah dia selalu mencari Shiro, alasannya adalah bulunya sangat lembut, seperti kain sutra. Ia memanjakan Shiro. Sekali lagi, namaku Theresia Benedikta Laksya Tri Satya. Tapi panggil saja Acha. Aku anak sulung lho, walaupun namaku ada TRI satya. Nama Tri Satya diambil dari istilah Pramuka. Aku mulai menulis sejak kelas 1 SD. Pertama-tama aku menulis puisi untuk guruku. Aku gemar membaca novel. Pengarang favoritku Ono Eriko, Enid Blyton, Penulis Cilik, dan Jacquline Wilson. Aku suka mereka karena tokoh yang mereka ciptakan seolah-olah hidup dan nyata. Aku mempunyai 30 buku, namun aku biasa membaca lebih dari itu.
64
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
65
M
alam itu hutan raya dirundung kesedihan, ketakutan dan rasa tidak puas. Ada sekelompok kecil binatang yang saat itu juga harus pergi meninggalkan hutan raya. Padahal hutan itu merupakan tempat tinggalnya yang dianggap nyaman, aman, mudah mendapatkan makanan. Hutan itu tempat bermain semua binatang. Sekaligus tempat berkumpul keluarga, tempat memecahkan masalah di ketika ada pertikaian, dan semua persoalan. Ketika hujan rintik-rintik, Keluarga Kancil sedang duduk di teras rumah. Mereka sedang menikmati mentimun hasil kerja Pak Docil dan Bu Docil. Mereka bercerita pada anak-anaknya, bahwa mereka tidak pernah mencuri di kebun Pak Tani. Keluarga Kancil yang disebut Pak Docil dan Ibu Docil tersebut bercerita, bahwa mereka hanya mencari sisa-sisa panen. Pantas saja kalau timun-timun yang dibawa ada yang kecil, besar, pecah-pecah, bahkan ada pahit. Pak Docil dan Bu Docil selalu memberi nasihat kepada anak-anak mereka supaya tidak mencuri. Jika mencuri pasti Keluarga Kancil akan sengsara karena di buru Pak Tani. Mereka pun bisa dibunuh, dikucilkan, atau diusir dari hutan raya ini. Anak- anak Pak Docil selalu patuh pada nasihat orangtuanya. Bahkan mereka sepakat menghilangkan kata- kata kuno “ Kancil suka mencuri timun “. Mereka ingin lagu “Si Kancil Anak Nakal“ diganti syairnya. Jaman sekarang kancil sudah tidak mencuri. Kancil ingin hidup aman dan jujur terhadap siapa saja penghuni hutan raya. Sekarang sudah terbukti Keluarga Kancil hidup berdampingan dengan binatangbinatang lain tanpa rasa was-was di hutan yang terdapat beraneka ragam hewan, tumbuhan, dan binatang lainnya. Ada Cici kelinci yang suka memakan sisa panen wortel, ada Kokok si Ayam Jago yang suka berebut makanan dengan Bul-Bul si Burung Merak, ada juga si Putih, anjing kesayangan Pak Tani. Sedangkan yang biasanya makan banyak adalah si Belang, seekor gajah besar tua yang gadingnya tinggal satu. Di hutan itu gajah dijadikan pemimpin hutan. Si Belang selalu memperhatikan kebutuhan binatang-binatang kecil. Belang juga selalu membela si Cici Kelinci, Bul-Bul Merak, Ayam Kokok, dan Keluarga Docil apabila diganggu binatang liar dari hutan sebelah. Namun si Belang juga menasihati sahabat-sahabatnya supaya berbuat jujur terhadap siapa saja. Dilarang mengadu domba antar teman 66
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
supaya terjalin kerukunan di hutan. Tiap minggu diadakan musyawarah di hutan dan dihadiri oleh semua binatang. Jika ada masalah pastilah segera diselesaikan dan si Belang tidak ingin penghuni hutan ada perpecahan. Pada hari yang mereka nantikan, yakni hari musyawarah, semua binatang berkumpul. Tak terkecuali keluarga Docil. Setelah mereka makan bersama, si Belang membuka pembicaraan. Tiba-tiba Pak Dungu angkat jari minta untuk bicara. “Begini Lang, Belang, saya melihat sendiri Pak Tani beberapa hari ini marah-marah karena ladangnya rusak. Banyak timun yang dicuri.” “Apa Pak Tani tidak membuat perangkap?”sela Cici Kelinci. ”Ya, betul…, betul…, buat perangkap saja. Biar ketahuan siapa yang mencuri. Apakah pencurinya penduduk hutan kita, atau penduduk hutan lain?”sambung Docil. Pak Dungu berdiri dari tempat duduk dan berkata dengan lantang. Bahwa yang mencuri timun adalah keluarga Pak Docil. Seketika suasana menjadi gaduh. Semua binatang berteriak memojokkan Pak Docil. Bahkan suara si Belang tidak digubris oleh mereka. Pak Docil merasa tidak mencuri. Pak Docil berusaha membela diri. Namun pembelaannya tidak dianggap. Si Kokok bergumam, “dasar pencuri ya tetap pencuri, gayanya saja yang berbuat jujur.” Karena kegaduhan itu si Belang menggunakan kekuasaannya. Ia berteriak keras sehingga terdengar oleh seluruh binatang. Kemudian si Belang bertanya pada Pak Dungu tentang kebenaran berita itu. Lalu menyuruh Cici Kelinci dan Burhan si Burung Hantu ke rumah Pak Tani untuk menanyakan kebenarannya. Sementara itu Pak Docil dipanggil sendiri oleh si Belang supaya berkata jujur. Pak Docil tetap pada pendiriannya. Mereka tidak mencuri dan sudah berkata jujur. Hal itu membuat hati si Belang lega. Si Belang pun siap berdiskusi lagi dengan warga. Tinggal menunggu kedatangan Burhan dan Cici Kelinci dari rumah Pak Tani. Suara penduduk hutan terus-menerus mendesak Keluarga Kancil mengakui perbuatannya. Terutama Pak Dungu, yang terus menghasut penduduk atau warga lain untuk mengusir Keluarga Kancil pergi dari hutan. Keluarga Kancil harus dihukum berat. Mereka pun harus membayar denda kepada Pak Tani sebanyak dua kali lipat dari harga 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
67
timun yang dicuri. Akhir dari musyawarah adalah suatu keputusan yang tidak mengenakkan pada Keluarga Kancil. Semua penduduk hutan menginginkan kancil harus memilih, antara pergi atau membayar. Keputusan itu membuat Keluarga Kancil kecewa. Keluarga Kancil kecewa sekali karena kejujuran yang selama ini mereka tanamkan pada anak-anaknya, dirusak oleh penduduk lain. Pak Docil menerima hukuman keluar dari hutan raya. Banyak temannya melihat ketika mereka berkemas-kemas. Keluarga Pak Docil membawa barang-barang yang penting saja. Rumahnya sengaja tidak dirobohkan. “Biarlah rumah ini menjadi saksi tentang kepergianku. Biarlah rumah ini menjadi kenang-kenangan untuk teman-teman yang kusayangi,”gumam Bu Docil. Mainan anak-anaknya pun ditinggal begitu saja. Meskipun anakanak kancil merengek, akan tetapi akhirnya mereka menurut pada ayah bundanya. Ketika si Kokok menyaksikan kepergian mereka, ia merasa tidak tega. Dalam hati Kokok tidak percaya apa yang telah dilakukan oleh Keluarga Kancil. Namun apa daya, kancil dan keluarganya telah memilih jalannya sendiri. ”Selamat jalan sobat, semoga selamat di tempat yang baru,” ucap si Kokok sambil memeluk Pak Docil. Malam itu keluarga Pak Docil berjalan menuju hutan tetangga yang jaraknya tak begitu jauh dari hutan raya. Hanya melewati ladang Pak Dungu, kemudian ladang Pak Tani. Sampailah di hutan yang dituju. Hanya saja ada masalah yang mengganjal di hati Pak Docil. Ia ragu dan was-was, akankah ia sekeluarga diterima di sana? Apalagi kalau warga di sana mengetahui alasan mereka pindah. Lamunan Pak Docil dibuyarkan suara Bu Docil yang memberi tahu. Ketika mereka berjalan tadi, di atas pohon mangga Pak Dungu ada orang sedang makan mentimun. Pak Docil dan Bu Docil sepakat mengintip orang itu. Orang di atas pohon tidak menyangka bahwa gerak-geriknya sedang diamati. Ia enak saja naik turun pohon mangga mengambil mentimun dari ladang sebelahnya. Kebetulan pohon mangga itu memang sebagai batas ladang Pak Tani dan Pak Dungu. Ketika Pak Dungu sedang memetik mentimun, Pak Docil dan Bu 68
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
Docil menyergap bersama-sama. Pak dungu akhirnya tertangkap basah mencuri mentimun Pak Tani. Dengan sekuat tenaga Pak Docil dan Bu Docil berteriak-teriak, “malingnya tertangkap! Maling! Maling!” Akhirnya seluruh penghuni hutan mendengar teriakan bapak dan ibu Docil. Mereka mencari asal mula suara itu. Ternyata suara itu berasal dari di pohon mangga perbatasan ladang Pak Tani dan Pak Dungu. Mereka berkumpul dan menyaksikan pencuri itu. Pak Dungu diberi hukuman menyerahkan semua panennya untuk Keluarga Kancil. Keluarga Kancil merasa lega karena semua tahu pencuri aslinya. Akhirnya hukuman untuk Pak Docil dan keluarganya dibatalkan. Namun Pak Kancil menolak, ia dan keluarganya tetap dengan pendiriannya. Sampailah di hutan sebelah, Keluarga Docil disambut meriah. Di sana mereka memiliki rumah baru, sahabat danteman baru, pokoknya semua serba baru. Mereka boleh tinggal dan menjadi warga di situ. Mereka tinggal di hutan itu dengan tentram, dan menjadi contoh keluarga yang jujur. [*]
Pengalaman di Balik Cerita Sejak kecil saya sudah mengenal tokoh kancil yang suka mencuri timun. Kisah itu diceritakan oleh ibu saya, ketika menjelang tidur. Saya juga sering membaca buku di perpustakaan sekolah. Di dalam cerita yang saya baca, tokoh kancil ternyata sama. Yaitu sama-sama suka mencuri. Maka ketika saya menulis, saya ingin mengubah sifat kancil yang suka mencuri dengan sifat yang jujur. Saya mendapat ide itu dari suatu majalah di perpustakaan. Majalah itu menceritakan Beru anak beruang memiliki sifat tidak jujur dan akhirnya menjadi jujur karena teman-temannya. Isi dari cerita saya adalah tentang keluarga kancil yang bertindak jujur. Tetapi pada hari musyawarah, keluarga kancil dituduh oleh Pak Dungu mencuri serta merusak kebun Pak Tani. Akhirnya keluarga kancil harus memilih pergi atau membayar. Keluarga Kancil pun memilih pergi. Pada malam itu juga, keluarga kancil berkemas-kemas. Keluarga Kancil pergi ke hutan sebelah. Hutan sebelah tidak jauh dari hutan raya. Hanya 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
69
melewati ladang Pak Dungu, Pak Tani dan sampailah di hutan sebelah. Pada saat melewati pohon mangga perbatasan lahan Pak Tani dan Pak Dungu, sepertinya ada orang dan ternyata benar ada orang. Pak Docil dan Bu Docil mengamati gerak-gerik orang tersebut. Ternyata orang tersebut yang merusak dan mencuri di ladang Pak Tani. Bu Docil dan Pak Docil segera menyergap orang tersebut. Ternyata orang itu adalah Pak Dungu. Bu Docil dan Pak Docil berteriak, akhirnya semua penghuni hutan tahu dan langsung melihat orang tersebut. Pak Docil dan Bu Docil lega karena sudah tahu pencuri aslinya. Hukuman keluarga kancil dibatalkan, tetapi keluarga kancil tetap pindah. Oh, iya, kawan-kawan, proses penulisan cerita itu membutuhkan waktu 12 hari. Saya menulis setiap selesai belajar. Saya menulisnya di dalam buku tulis. Sedangkan untuk mengetik dan menyalinnya, dibutuhkan waktu satu hari.
Mengenal Penulis Lebih Dekat Nama saya Balqis Aqila Ahya, lahir di Sukoharjo, 16 Februari 2002. Saya pernah mendapat penghargaan sebagai juara 2 Lomba Menulis Cerita se-Karesidenan Surakarta. Waktu itu lomba dilaksanakan di UNS (Universitas Negeri Sebelas Maret) Surakarta. Saya senang mendapat prestasi itu, meskipun belum maksimal. Saya akan terus berusaha untuk belajar menulis. Tempat saya sekolah adalah SDN Kauman 27, Surakarta. Sekolah yang menyenangkan karena guru-gurunya semuanya baik. Di antara guru yang paling saya sukai adalah guru kelas V dan guru kelas III, yaitu Pak Pardi dan Bu Ning. O ya, saya suka membaca. Dalam setahun rata-rata saya membaca 40 judul buku, dan juga majalah. Majalah yang rutin saya abaca adalah majalah Bobo. Buku yang paling saya sukai adalah Journey in Japan dan GPM (Gemintang Penabur Matahari).
70
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
71
B
el istirahat di Sekolahku berbunyi. Aku dan Delia berlari ke kantin. Beruntung hari ini antrian tidak begitu panjang. Aku mengambil 2 tusuk sosis dan sepiring nasi goreng. Lalu duduk di meja dan menaruh uangnya di kotak yang disediakan. Kalian bingung ya? Lho, kok nggak ada yang jaga ya? Pasti itu yang ada di pikiran kalian. Aku jelaskan ya! Kantin di Sekolahku ini bukan kantin biasa. Kantin ini memakai sistem Kantin Kejujuran. Jadi, anak yang mau beli tinggal ambil makanan dan masukkan uangnya di kotak. Banyak orang bilang, susah banget bikin yang ginian. Soalnya, harus punya kepercayaan besar dengan pembeli. Tapi menurutku itu tidak rumit. Aku tahu Kepala Sekolah memasang kamera CCTV. Ceritanya waktu aku ke toilet. Secara tidak sengaja aku melihat ada orang naik tangga, dan masang benda kecil di pojok ruangan. Tentu saja rahasia ini tidak aku ceritakan. Aku akan tetap tutup mulut. Sebab kalau teman nakalku ada yang tahu, wah, mereka akan menghindar dan kejahilan. Padahal kantin ini untuk ujian kejujuran. Kantin Kejujuran ini dibuat minggu lalu. Jadi masih tenar di kalangan sisiwa. Wuih! Larisnya minta ampun. Kantin itu punya kelebihan yang lebih banyak. Antara lain melatih kejujuran siswa, mengurangi pegawai yang harus jaga, meramaikan suasana istirahat, dan untuk pemasukan keuangan sekolah. Semenjak kantin dibuka, banyak anak-anak yang mampir lebih dari sekali setiap istirahat. *** Makanan yang kupesan cukup untuk mengganjal perutku sampai pulang ke rumah. Aku dan Delia meninggalkan kantin dan menuju ke kelas. Tak lama berselang, bel masuk berbunyi. Pelajaran pertama matematika dimulai. *** Jam yang paling ditunggu, yaitu jam pulang. Kebiasaan mengantri diterapkan di sini. Urutan pulang ditentukan berdasarkan nilai pelajaran matematika. Karena aku tadi mendapat nilai A, jadi aku pulang paling awal. Tapi sepertinya ada kejanggalan di antrean kali ini. Di belakangku ada dua anak yang terkenal di sekolah karena kenakalan mereka. Kok bisa ya? Padahal biasanya mereka ada di urutan paling akhir. Tapi, aku juga tidak mau berburuk sangka. Mungkin saja mereka sudah berubah. 72
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
Tapi apakah mungkin orang berubah dari minus menjadi plus dalam sekejap? Aku mulai berpikir untuk meminjam rekaman kamera CCTV. Mungkin saja mereka mencontek jawabanku. Soalnya mereka duduknya tepat di belakangku. Jadi itu bisa masuk akal, kan? *** Aku menjatuhkan diri di ranjang. Kemudian meraih ponselku. Aku menekan kontak dan menelepon Delia. “Hai Del, aku boleh cerita sesuatu nggak?”, tanyaku di awal percakapan. “Um…, ada apa ya?”, tanya Delia mulai penasaran. “Ini masalah dua anak tengil di kelas. Firo dan Dude,” aku mulai menjelaskan. “Memang dua anak tengil itu kenapa?”, tanya Delia kembali. “Aku curiga mereka mencontek waktu matematika,” jelasku kembali. “Lalu?” Delia bertanya lagi. “Aku ingin selidiki lewat rekaman CCTV,” aku kambali memperjelas. Delia terdiam. “Aku mau mengajak kamu menyelidiki ini bareng. Besok pagi, aku mau ke ruang kontrol kamera. Kamu mau ikut misi ini nggak?”, aku mengajak Delia. “ It’s ok!” jawab Delia “Thanks ya! Besok, usahakan berangkat pagi ya! Bye,” jawabku. Aku pun memutus percakapan. *** Kelasku mulai ramai. Satu-persatu siswa berdatangan. Tapi Delia belum muncul juga batang hidungnya. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 07.00. Aku menetapkan rencana kali ini gagal. Karena bel masuk lebih dulu datang dibanding Delia. Semua anak duduk dan menyambut pelajaran Bahasa Indonesia. Lima menit kemudian, Delia datang. Guru menghukumnya berdiri di depan kelas selama 5 menit. Lalu mempersilahkan dia duduk di sebelahku. Ia menempelkan dua tangannya dan menggerakkannya ke depan dan kebelakang. Aku tau maksudnya. Dia meminta maaf. Aku lalu menaikkan satu tangan. Delia tersenyum dan menempelkan satu tangannya di tanganku. 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
73
Teeeeeeeeeetttt! Bel istirahat berbunyi. Seperti biasa, aku dan Delia berlari ke Kantin Kejujuran. Tapi Firo dan Dude mendahului kami. Kami berdua hanya bisa pasrah. Aku pun memperhatikan Firo dan Dude. Aku melihat tangan mereka lihai mengambil apa pun tanpa terlihat. Aku tahu itu saat dua anak tengil itu mengambil tissue dan mengelap tangan mereka. Aku sempat kaget. Benar benar cepat! Sekarang, giliran Firo dan Dude untuk memilih makanan. Mereka mengambil burger super dan menghampiri kotak pembayaran. Tapi, hei! aku melihat mereka tak memasukkan apa-apa! Aku tak melihat adanya uang yang baru dimasukkan. Hanya ada uang 5000 sejak tadi. Aku kembali mendapat satu misi penyelidikan. Dan sekarang adalah giliranku. Aku mengambil sepotong pizza keju dan memasukkan uangnya kedalam kotak. Aku pergi ke meja sambil menarik tangan Delia. “ Hei Del, aku punya satu hal lagi yang harus kita selidiki, tapi masih bersangkutan dengan Firo dan Dude,” jelasku “Mereka ngapain lagi?”, tanya Delia. “Tadi nggak sengaja aku lihat mereka tidak bayar di Kantin Kejujuran,” jelasku “Hah! Terus, kamu mau membuktikan pakai apa? Apakah di Kantin Kejujuran ada kameranya?” tanya Delia. “Tapi please, jangan kasih tahu ya! Waktu itu, ada orang yang masang kamera di pojok kantin,” jelasku dengan suara pelan. “Ok! Tapi, tampaknya kita dilarang masuk ke ruang kontrol kamera. Lagi pula, ini masalah yang agak sepele kok,” Delia meyakinkanku. Aku mulai berpikir ulang. Benar juga kata Delia ya? “Um..gimana kalau aku mengajukan peraturan tentang yang tidak membayar di Kantin Kejujuran harus minta tanda tangan semua warga sekolah? Dan yang mencontek harus membersihkan toilet guru?”, aku mengajukan ide. “Ide yang pertama terlalu berlebihan,” komentar Delia “Um…, bagaimana kalau meminta tanda tangan Kepala Sekolah dan harus membayar dua kali lipat untuk benda yang tidak dibayar. Bagaimana menurutmu? aku meminta pendapat Delia. “Setuju!” jawab Delia penuh semangat. “Bagi yang berani mengaku pada Kepala Sekolah, akan dikurangi 74
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
hukumannya.Yaitu minta tanda tangan Kepala Sekolah, dan mengerjakan 5 soal!”, Aku dan Delia berkata bersaman, dan kemudian tertawa. *** Saat di rumah, aku mengetik surat pengajuan peraturan. Aku sudah sepakat dengan Delia, bahwa aku yang akan mengetik dan mengeprint. Kemudian Delia dan aku pergi ke ruang Kepala Sekolah. Delia yang bertugas menjelaskan segalanya di depan Pak Kepala Sekolah. *** Aku berlari terengah engah ke kelas. Aku membawa map hijau berisi surat pengajuan. Delia menunggu di depan pintu. Aku meletakkan tas di kursi dan berlari bersama Delia menuju ruang Kepala Sekolah. “Permisi pak,” sapa Delia saat masuk ruang Kepala Sekolah. “Oh,silahkan. Ada perlu apa?” “Begini Pak. Kami berdua ingin mengajukan surat pengajuan peraturan sekolah,” jelas Delia sambil menyodorkan map berisi suratnya. “Oh ya, baik. Tunggu sebentar,” kata Pak Kepala Sekolah. Kami berdua merasa sedikit gugup. “Oh, baik. Ini usul yang bagus sekali. Saya terima, nanti siang akan saya pasang di mading sekolahan,” jelas Pak Kepala Sekolah. “Terima kasih Pak,” kata Delia menjabat tangan Pak Kepala Sekolah. Kami berdua kembali ke kelas dengan perasaan lega. *** Siangnya, aku dan Delia melihat ada pengumuman tentang peraturan yang diajukan aku dan Delia di Majalah Dinding. Aku bersyukur. Aku dan Delia berjalan melewati Firo dan Dude yang kelihatan tegang. Aku sebenarnya hampir saja tertawa.Wajah mereka sangat kusut. *** Esoknya, aku berjalan ke toilet bersama Delia. Aku dan Delia ingin cuci muka agar saat pelajaran nanti tidak mengantuk. Aku masih membayangkan kejadian kemarin. Wajah Firo dan Dude begitu kusut. Pemandangan itu membuatku ingin tertawa terbahak bahak. Tapi aku menahannya karena aku melihat Firo dan Dude keluar dari ruang Kepala Sekolah. 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
75
Oh, ya! Kudengar Firo dan Dude mengaku kemarin. Kabar burungnya, Kepala Sekolah memarahi mereka habis-habisan. Mereka bertekuk lutut dan memohon kepada Kepala Sekolah untuk mendapatkan tanda tangan beliau. Karena aku sudah cuci muka, aku kembali ke kelas. Aku melihat Firo dan Dude diam sambil mengerjakan soal dari Kepala Sekolah. Sesekali mereka berdua menutupi wajah mereka. Mungkin mereka malu. Tapi aku senang. Karena kebenaran sudah terungkap walaupun tanpa kamera CCTV. Mereka berdua pun sudah mulai belajar untuk jujur. Jujur untuk memberitahukan apa yang sudah mereka lakukan. Toh, setiap kecurangan lama-lama juga akan ketahuan. Nah, makanya teman. Jangan pernah tidak mengakui apa yang kita lakukan. Pasti orang lain lebih senang. [*]
Pengalaman di Balik Cerita Cerita ini ditulis melewati proses edit yang panjang. Sempat lebih dari 5 kali saya mengganti cerita, dan memulainya kembali dari awal. Tujuan saya ingin ikut serta pada lomba, dan menjadi pemenang. Alhamdulillah, Allah mendengar doa saya. Ia akhirnya memberi kesempatan saya untuk berada di workshop finalis Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) 2011 ini, dengan membawa nama sekolah. Saya suka dengan tema yang disarankan, yakni kejujuran. Kejujuran adalah sikap harus senantiasa dijunjung tinggi. Lewat sebuah cerita, saya ingin menunjukkan bagaimana sikap yang jujur akan membawa keberuntungan. Kejujuran siswa harus dilatih dan dipraktekkan, terutama di sekolah. Maka saya menempatkan latar cerita di sekolah. Ide awalnya saya dapatkan dari cerita ibu saya tentang kantin kejujuran. Sebuah kantin tanpa penjaga. Karena di sekolah saya tidak ada kantin, maka saya membayangkan bahwa kantin itu berdiri di sekolah saya. Kebutuhan makanan ringan di sekolah saya, didapat dari pembagian kardus makanan. Pembagian makanan ringan di sekolah seringkali membuat saya dan teman perempuan lain kesal. Karena kami harus 76
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
mengambil sendiri di dapur, dan kadangkala makanan kami telah diambil oleh teman laki-laki. Dari kekesalan itulah saya ciptakan tokoh laki-laki, yang selalu berbuat curang di kantin kejujuran. Teman-teman di kelas tahu kalau saya suka menulis. Mereka juga sering menunjuk saya untuk membaca puisi atau mendongeng. Maka keikutsertaan saya dalam lomba kali ini, juga didukung oleh banyak teman. Ketika akhirnya saya mendapat pengumuman lolos sebagai nomine, mereka menyalami saya.
Mengenal Penulis Lebih Dekat Perkenalkan nama saya Rahmatia Zafarani Al-Fath. Saya lahir di kota dingin Wonosobo, 5 September 2000. Ayah dan ibu saya adalah pegawai negeri, dan kedua-duanya sarjana. Saya beruntung ditumbuhkan dalam keluarga yang senang membaca. Lingkungan rumah saya sangat istimewa. Para tetangga sangat ramah dan akrab. Mereka menganggap satu sama lain adalah keluarga, dan senantiasa saling membantu jika ada permasalahan. Anak anak yang tumbuh di lingkungan saya juga ramah dan menyenangkan. Kami selalu bermain bersama tanpa memilih. Juga tidak saling mencela atau meremehkan satu sama lain. Saya biasa membaca buku sehari hari. Saat bersekolah, saya sering pergi ke perpustakaan, biasanya pada jam-jam istirahat. O ya, saya bersekolah di SDIT Insan Mulia Wonosobo. SDIT Insan Mulia adalah sebuah sekolah Islam Terpadu yang menerapkan jam pelajaran sehari penuh. Di perpustakaan sekolah saya membaca ensiklopedi, dan juga beragam majalah anak anak. Sementara untuk buku-buku cerita, sering saya pinjam untuk dibawa pulang ke rumah. Teman-teman saya juga memiliki hobi yang sama. Terkadang saya meminjam buku milik teman, dan juga sebaliknya. Kami saling tukar-menukar pinjaman buku, untuk dibaca. Saya punya kebiasaan yang unik, yaitu setiap kali menjelang tidur, saya harus membaca. Hingga saat ini, dalam satu tahun saya 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
77
sudah membaca sekitar 100 judul buku. Di antara buku-buku yang saya sukai adalah 100 Kisah Jenaka untuk Anak Muslim, Girls Rule, Martha and the School of Magic, Happy Forefer, Gemintang Penabur Matahari, Arloji Berlapis Emas, dan banyak lagi. Kebiasaan menulis saya lakukan sejak kelas dua Sekolah Dasar. Walaupun belum pernah diterbitkan, saya terus menulis. Hingga sekarang sudah terkumpul 20 cerita pendek, dan sebuah novel dengan judul “My Days”. Saya berharap suatu saat tulisan-tulisan itu bisa diterbitkan. Saya membayangkan suatu saat bisa menjadi penulis terkenal.
78
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
79
B
ip…, bip..., alaramku berbunyi. Huh! Beker berisik! gerutuku dalam hati. Sekilas kulihat masih pukul enam. Ah, lima menit lagi kan lumayan, pikirku. Aku pun kembali terlelap. “Cyntia! Kamu sekolah tidak? Ini sudah jam setengah tujuh!” teriak ibuku dari dapur. Pita suara ibuku memang hebat,. Sekali teriak, mampu membuat aku terguling dan terjatuh dari tempat tidur. “Astaga, sudah pukul enam!” pekikku terkejut. Seketika aku langsung lompat dari tempat tidur dan mandi secepat kilat. Rasanya air tidak mengenai tubuhku. Kemudian dengan cepat aku membereskan buku pelajaran hari ini. Aku menuruni tangga dengan cepat menuju ke dapur. Di dapur, ibuku yang sudah biasa melihatku terburu-buru hanya diam sambil menggelengkan kepalanya. Tanpa memperdulikan ibuku, aku segera meminum segelas susu dengan sekali teguk. Kemudian makan semangkuk sereal. Selesai sarapan pagi, aku segera pamit. “Ibu, aku sekolah dulu ya!” “Iya, Tia. Hati-hati di jalan!”, ucap ibuku memperingatkanku. Selesai pamit, aku segera pergi ke rumah Liana, sahabatku. O ya, namaku Cyntia Gunawan. Aku biasa dipanggil Tia. Aku punya seorang sahabat, namanya Liana Fransiska. Ia biasa dipanggil Lia. Kami berdua sekolah di SDKU atau biasa disebut Sekolah Dasar Kesenian Umum. Di sekolah ini, kami tidak hanya diajar tentang kesenian, tapi kami juga diberi pelajaran selayaknya sekolah umum. Pada saat ini, aku dan Lia sudah duduk di bangku kelas enam. Kami berdua selalu pergi ke sekolah bersama-sama. Kami adalah sahabat kental, dan hampir setiap kegiatan kami lakukan bersama. Sesampainya kami di sekolah, sahabat yang lain telah menunggu. Rupanya Christi telah tiba lebih dahulu. Maklum saja rumah Christi lebih dekat dengan sekolah. Kami masuk ke kelas dan menyimpan tas di tempat duduk. Tak lama kemudian terdengar bel masuk berbunyi. Jam pelajaran pertama adalah Matematika. “Loh kok kamu ngeluarin buku Bahasa Inggris sih, Lia?”, tanyaku keheranan. “Ya ampun, Tia! Sekarang memang jam pelajarannya Bahasa Inggris! Mungkin kamu yang salah membawa buku pelajaran?”, tanya Lia dengan wajah yang tak kalah herannya dengan diriku. 80
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
“Memang sekarang hari apa? Hari Selasa kan, Li?”, tanyaku panik. “Aduh Tia, sekarang itu hari Senin! Ya ampun, sudah dua bulan sekolah di kelas enam, kamu tidak hapal jadwal pelajaran kita?”, tanya Liana keheranan. “Iya nih Li! Aku masih belum hapal sama jadwal pelajaran kita. Terus aku harus bagaimana? Kamu bisa bantu aku kan?”, tanyaku dengan nada sedikit memelas. “Ya sudah kalau begitu, nanti kamu pinjam buku Christi saja! Kan Christi punya buku cetak kakaknya tahun lalu. Jadi kamu mungkin bisa pakai buku Christi. Kalau begitu, nanti kita ke kelas Christi saja, sekalian aku mau pinjam buku ke perpustakaan. “Ya sudah,” sahut Cyntia. Aku memang punya suatu kelemahan. Aku orangnya pelupa dan tidak disiplin. Maka dari itu aku sangat membutuhkan seseorang yang bisa memahami kelemahanku. Lain aku, lain juga Lia. Lia orangnya disiplin dan teratur. Kadang-kadang aku memang sering menjadikan Liana sebagai contoh teladan yang baik. Karena Liana tahu tentang kelemahanku, ia tidak pernah meremehkan keadaanku. Ia selalu mendukung aku dalam setiap keadaan. Kring..., kring..., bel pulang sekolah telah berbunyi. Tanda semua jam pelajaran telah berlalu. Sungguh, hari ini adalah hari yang melelahkan bagi semua murid di SDKU. Saat semua murid telah keluar kelas, aku masih duduk memikirkan suatu masalah. ‘Kedisiplinan’, itulah yang masih membayangi pikiranku. Tiba-tiba, ada seseorang yang menepuk bahuku. “Hei Tia! Kamu tidak pulang?”, tanya Liana. “Eh ternyata kamu ya Li! Aku kira siapa,” jawabku dengan lesu tanpa semangat. “Kalau begitu, kita pulang saja sekarang. Nanti di jalan aku beli es krim untuk kita berdua,” ajak Liana. Akhirnya kami pulang ke rumah. Dan sesuai janji Liana, ia membelikan aku es krim rasa coklat. Liana memang tahu cara mengobati hati yang sedih. Di perjalanan pulang, aku bertanya kembali pada Liana tentang kejujuran dan kedisiplinan. “Li, sebenarnya antara kejujuran dan kedisiplinan itu lebih penting mana?” 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
81
“Dua-duanya sangat penting. Kalau seseorang disiplin tapi ia tidak jujur, apa gunanya kedisiplinan yang dia miliki? Kemudian, jika seseorang memiliki kejujuran tapi ia tidak memiliki kedisiplinan, untuk apa ia memiliki kejujuran? Lebih baik, kita melatih kedua hal tersebut,” jawab Liana panjang lebar. Tidak terasa, kami sudah sampai di rumah. Kami pun berjanji untuk bertemu kembali di taman perumahan. Sesampainya aku di rumah, aku segera mengganti seragam dengan pakaian rumah biasa. Setelah itu, aku segera menuju dapur untuk makan siang. Hm, hari ini ibu masak apa ya? tanyaku dalam hati. Ternyata ibu masak makanan kesukaanku, ayam panggang. Ibu memang pintar memasak. Sore ini, setelah mandi, aku berencana pergi ke taman perumahan bersama Liana. “Jangan terlalu sore pulangnya,” ibu memperingatkan. Tentu saja, seperti biasa aku hanya mengiyakan. Aku bertemu Liana di depan rumahnya. Kami berjalan ke taman bersama-sama. Hari menjelang sore, dan kami terlalu asyik bermain. “Kita pulang, Tia. Hari sudah hampir gelap.” Astaga. Aku betul-betul lupa pesan Ibu. Ibu pasti sudah cemas menunggu. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang membungkam mulut Liana dengan saputangan. Seketika aku berteriak untuk meminta bantuan. Tapi aku pun dibungkam dari belakang oleh seseorang. Saat terbangun, tangan dan kakiku sudah diikat dengan tali. Sekilas kulihat Liana masih pingsan. Sementara aku juga kembali pingsan. Rupanya obat bius tadi terlalu banyak kuhirup. Saat aku membuka mata untuk yang kedua kali, aku telah berada di rumah sakit. Di sebelahku terbaring Liana. Kulihat ada seorang suster yang menungguiku. Aku akhirnya bertanya, “Suster, kenapa saya ada di rumah sakit?” “Tadi kamu dan temanmu itu, dibius orang tak dikenal. Untung saja ada dua orang pria yang membawa kalian berdua ke rumah sakit ini,” jawab suster dengan ramah. “Apakah mereka adalah perampok, Suster?”, aku kembali bertanya. “Ibumu mengatakan, mereka mencuri kalungmu. Juga kalung temanmu.” Astaga, aku begitu terkejut. Kalungku memang sudah tak 82
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
ada lagi di leherku. Aku bingung bagaimana kalau nanti ibuku marah. Tak lama kemudian datanglah ibuku. “Aduh, Tia, kenapa kamu bisa seperti ini?”, tanya ibuku dengan mimik wajah khawatir. “Tadi saat Tia dan Liana pergi ke taman, ada beberapa orang pria yang membungkam mulut kami. Tia tidak tahu lagi setelah itu,” jawabku kemudian. “Sudah Ibu bilang, jangan pulang sore-sore. Bagaimana dengan Liana?”, tanya ibuku. “Liana juga sama. Kami tidak tahu siapa yang tiba-tiba membungkam mulut kami. Kata Suster, Liana belum siuman sejak ia dibawa ke rumah sakit ini. Maafkan Tia, Ibu.” “Sudahlah. Mereka merampas kalungmu. Tapi polisi sudah menangkapnya.” “Kapan Tia boleh pulang, Bu?” “Kata dokter Tia boleh pulang besok. Tetapi Liana belum boleh pulang. Dia masih harus diopname,” ibu kembali menjelaskan. Keesokan harinya…. Hari ini aku sudah boleh pulang, tapi Liana baru siuman. Ibu Liana baru tiba di rumah sakit saat aku hendak pulang. Liana ditunggui oleh ibunya. Kemudian, datanglah seorang suster yang hendak memberi Liana makan. “Suster, kapan Liana boleh pulang?”, tanyaku pada suster tersebut. “Oh, kemungkinan besok pagi baru boleh pulang,” jawab suster tersebut. Keesokan harinya…. “Lia, kamu sudah sembuh?”, tanyaku. “Iya, aku sudah sembuh.Tapi aku ingin mencari orang yang telah menolong kita.Aku ingin sekali mengucapkan terima kasih.” “Kalau begitu, kita tanya suster yang menolong kita”. Seperti biasa, kami selalu berkumpul di taman perumahan. Peristiwa pembiusan telah memberi pelajaran untuk hati-hati. Aku dan Liana telah sepakat untuk disiplin pulang tidak terlalu sore. Ibu selalu berpesan untuk hati-hati. Aku pun berjanji dalam hati, untuk mendengarkan apa yang dinasihatkan Ibu. Setelah selesai mandi sore, aku selalu pergi ke rumah Liana untuk 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
83
pergi ke taman perumahan bersama-sama. “Jangan pulang terlalu sore,” begitu pesan Ibu sebelum berangkat. “Tidak perlu khawatir, Bu. Tia sekarang sudah mengerti.” Di perjalanan menuju ke rumah Liana, aku menemukan sebuah dompet hitam. Aku segera mengambilnya dan melihat identitas dari si pemilik dompet tersebut. Aku terkejut melihat isi dompet tersebut. Isinya uang dalam jumlah yang banyak. Sejenak aku ragu-ragu. Bukankah uang ini bisa untuk membeli kalungku yang dicuri? Tapi sejenak keraguanku menjadi hilang. Bukankah dompet itu milik orang lain? Jadi kuputuskan untuk mengembalikan ke pemiliknya. Tak jauh dari tempat dompet itu jatuh, aku melihat seseorang sedang kebingungan mencari sesuatu. Lalu kudekati orang tersebut. “Bu, apakah Ibu sedang mencari dompet ini?”, tanyaku sambil menunjukkan dompet tersebut. “Iya Nak, itu dompet milik Ibu. Di mana kamu menemukannya?”, tanya ibu itu penasaran. “Di sana. Saya menemukan dompet ini tergeletak,” aku menunjuk arah pada sebuah tempat. “Oh iya, tadi mungkin dompet Ibu terjatuh di sana. Terima kasih ya Nak. Kamu telah menemukan dompet Ibu” “Sama-sama, Bu.” Aku pun kembali melanjutkan perjalanan ke rumah Liana. Saat aku sampai, dia sudah menungguku di halaman rumahnya. Aku pun langsung menepuk bahunya. “Hai Liana! Kamu kok cemberut?Ada masalah ya?” “Tidak, hanya bosan menunggu kamu,” jawab Liana singkat. “Maafkan aku, Lia. Tadi aku menemukan dompet di jalan. Aku sudah mengembalikannya.” Lalu kuceritakan semua kejadian pada Liana. Liana teramat senang dan memelukku dengan gembira. “Ya sudah, sekarang kan aku sudah sampai. Kalau begitu, kita langsung pergi ke taman perumahan.” “Iya deh. Kita harus cepat, supaya tidak terlambat pulang ke rumah. Ingat pesan Ibu kita.” Ternyata, kejujuran dan kedisiplinan itu sangat indah. Kami bermain di taman dengan gembira. Sebelum sore tiba, kami sudah pulang ke rumah masing-masing. [*] 84
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
Pengalaman di Balik Cerita Ketika saya menulis cerita, saya telah mempunyai referensi dari beberapa buku novel yang saya baca. Saya gemar mengoleksi novel tebal. Saya lebih suka membaca novel yang jumlah halamannya di atas 100. Ketika membaca pengumuman Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA), saya tertarik untuk ikut. Kemudian saya mengajak beberapa teman yang suka dengan sastra. Kami berdiskusi bersama, sampai akhirnya masingmasing mendapatkan ide cerita. Cerita yang akhirnya saya kirimkan, adalah beberapa hasil dari pengalaman saya bersama teman-teman. Saya mendapat sebuah nasihat dari sebuah novel, bahwa dalam menulis yang dipikirkan bukan hadiah atau sesuatu yang akan diterima. Akan tetapi bagaimana sebuah tulisan menjadi karya yang bagus. Kebanyakan orang, ketika menulis sebuah cerita, terlebih dahulu akan membuat konsep cerita. Akan tetapi menurut saya, yang terpenting adalah rasa percaya diri dalam menulis, serta wawasan yang luas dan imajinasi yang tinggi. Saya telah menuliskan sebuah cerita. Jika tulisan saya menang setelah terpilih jadi finalis, maka itu hanyalah bonus. Sebab yang paling penting, saya telah menulis dengan sungguh-sungguh.
Mengenal Penulis Lebih Dekat Nama saya Angelina Marlina Fatmawati, lahir di Bandung, 22 Februari 2000. Saya adalah anak ke 2 dari keluarga Drs. Saul S. Pakpahan (ayah) dan Dra. Tuti Sumarni (ibu). Kedua orangtua saya adalah guru. Merekalah yang mendorong, dan membimbing kesenangan saya menulis. Kami sekeluarga tinggal di komplek Perumahan Puri Cipageran Indah 1 Blok F. nomor 22. Rumah kami terletak di dekat ruko (rumah toko). Suasana rumah kami tentulah tidak setenang rumah yang berada di perkampungan. Tapi saya senang tinggal di sini. Sekolah tempat saya menuntut ilmu terletak di jalan Encep 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
85
Kartawiria no.75 Cimahi. Nama sekolahnya adalah SDK BPK PENABUR, Cimahi. Di sanalah, di komplek yang terdiri dari sekolah SD dan SMP itu, saya belajar. Sekarang saya duduk di kelas 6. Lokasi kelas saya terletak di lantai 3, karena memang bangunan Sekolah Dasar berlantai 3. Saya suka membaca buku cerita, terutama komik dan novel. Kalau sudah membaca, seringkali saya lupa waktu. Ayah saya juga suka membaca. Di rumah, kami berlangganan koran. Saya bercita-cita menjadi penulis.
86
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
87
P
ada jaman dahulu kala terbentang luas hutan di sebuah pulau. Hutan yang dipenuhi berbagai macam tumbuhan itu terlihat indah berdampingan dengan gunung dan danau. Udaranya begitu sejuk dan airnya pun sangat jernih sebagai sumber kehidupan seluruh penghuni hutan. Di dalam hutan yang hijau tersebut hidup berbagai hewan dengan rukun, gotong-royong, dan saling menghargai. Seluruh hewan yang berada di dalam hutan dipimpin oleh raja, yaitu seekor Singa. Sang Raja sangat bijaksana memimpin kerajaan hutan tersebut. Sudah bertahun-tahun Sang Raja memimpin kerajaan hutan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas, termasuk istana yang indah, permaisuri, para punggawa, tempat pemandian nyaman, hingga juru masak yang cakap. Suatu ketika Sang Raja merasakan ada sesuatu yang kurang berkenan dengan hatinya, terutama pada masakan yang disajikan oleh juru masaknya. Raja berkeinginan untuk mencicipi masakan rakyatnya. “Wahai Macan Patihku, sudah bertahun-tahun aku memimpin kerajaan ini. Hingga saat ini aku dimanjakan dengan berbagai macam fasilitas termasuk makanan yang lezat hingga aku merasa bosan dengan makanan istana. Aku ingin makanan paling lezat tetapi yang berasal dari rakyatku. Jadi yang memasak adalah rakyatku,” kata Sang Raja kepada Macan Patihnya. “Lalu apa yang dikehendaki Tuan Raja?”, tanya Patih. “Patih, aku ingin diadakan sayembara memasak bagi rakyat hutan. Buatlah sayembara dan umumkan kepada seluruh warga hutan. Bagi masakan yang paling lezat, maka aku jadikan sebagai kepala juru masak dan berhak tinggal di istana untuk keluarganya,” perintah Sang Raja kepada Patih. Lalu Patih berkata, “Baik Baginda, perintah Raja kami laksanakan.” Tidak berapa lama kemudian, Patih bersama dengan hulubalang menempelkan pengumuman sayembara memasak di beberapa tempat di sekitar istana. Rakyat menjadi ramai membicarakan perihal sayembara tersebut. Demikian juga dengan Monyet, burung Kutilang, dan Anjing yang sempat melihat sayembara yang ditempel di ujung jalan. “Monyet, lihat ada sayembara yang diadakan oleh Raja. Besok akan diadakan lomba memasak, barang siapa yang menang maka akan diangkat menjadi kepala juru masak dan diperkenankan hidup bersama raja di istana,” kata Anjing. 88
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
“Benar, aku jadi kepingin ikut. Kalau kamu bagaimana Kutilang?”, tanya Monyet. “Aku pasti ikut sayembara itu,” jawab burung Kutilang. “Aku juga ikut. Tapi Monyet, kamu kan tidak bisa masak, apakah kamu yakin ingin ikut?”, tanya Anjing. “Tenang saja, saya pasti bisa kok,” kata Monyet dengan yakin. Kemudian tiga sahabat itu beriringan melanjutkan perjalanan pulang ke rumah masing-masing. Sesampai di rumah masing-masing, Anjing dan Kutilang sibuk belajar memasak untuk menghadapi sayembara besok pagi. Tetapi berbeda dengan yang dilakukan Monyet, dia bermalas-malasan di pohon sambil makan pisang. “Hai Monyet, besok pagi kamu iku sayembara memasak yang diadakan oleh Raja ya?”, tanya Tupai kepada Monyet. “Benar Tupai…, besok aku ikut sayembara memasak lezat. Memangnya kenapa?”, Monyet balik bertanya kepada Tupai. “Hmmm…, tidak apa-apa, tapi kenapa kamu tidak belajar? Anjing dan Kutilang pandai memasak, apakah kamu tidak takut kalah? Apalagi kamu tidak belajar sama sekali”, kata Tupai. “Mereka sahabatku, jadi aku tahu kelemahannya. Tenang saja, meskipun aku belum bisa memasak tetapi lihat saja, besok akulah pemenangnya,” kata Monyet menyombongkan diri. “Baiklah kalau begitu,” lanjut Tupai sambil melompat ke pohon kelapa melanjutkan aktivitasnya. Hari yang ditunggu-tunggu oleh rakyat hutan telah tiba. Mereka berbondong-bondong menuju lapangan di depan istana untuk menyaksikan sayembara memasak yang diadakan oleh Baginda Raja. Terlihat Sang Macan Patih beserta hulubalangnya mengatur peserta memasak. Peserta yang ikut ada 6 peserta, yaitu Anjing, Kutilang, Monyet, Kelinci, Kura-kura, dan Kumbang. Suara riuh rendah rakyat hutan terdengar memberikan semangat kepada peserta sayembara. Terlihat Sang Raja keluar dari istana kemudian duduk di singgasana yang telah disediakan. Tidak akan lama sayembara segera dimulai. Melihat Sang Raja berada di hadapan mereka, seluruh rakyat menundukkan kepala memberikan hormat. Suasana menjadi hening, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut para binatang hutan tersebut. Mereka sangat hormat kepada Singa Sang Raja. 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
89
“Rakyat hutan, perlombaan akan kita mulai. Seluruh peserta siap. Setelah peluit saya tiup maka, sayembara memasak akan dimulai…!”, teriak Patih. “Siap Patih…!” teriak seluruh peserta kompak. “Prrrriiittt..!!” suara peluit dibunyikan tanda sayembara dimulai. Seluruh rakyat hutan kembali riuh rendah memberikan semangat. Hewan-hewan yang melihat melihat sayembara tersebut kembali riuh rendah. Mereka bersorak-sorai memberikan dukungan untuk jagoannya masing-masing. “Ayo Kutilang…..jangan sampai kalah dengan lainnya…!”, teriak burung Merpati. “Kura-kura…, aku mendukungmu!” teriak Tokek tidak kalah kerasnya. Teriakan untuk memberi semangat bagi para peserta tidak hentihentinya dilakukan oleh rakyat yang menonton sayembara tersebut. Waktu terus berjalan dari detik ke detik, menit ke menit, dan menuju satu jam. “Waktu tinggal sepuluh menit..!”, teriak Patih Macan. Para peserta menjadi gelisah, karena waktunya tinggal sedikit. Demikian juga dengan Monyet yang sejak awal perlombaan sudah terlihat gelisah dan bingung. “Wah, waktu tinggal sebentar nih. Aku harus segera menggunakan jurus terakhirku,” kata Monyet dalam hati. Lalu Monyet menundukkan badannya ke panci tempat masaknya dan menggoyang-goyang tubuhnya, entah apa yang dilakukannya. “Hai…, apa yang dilakukan Monyet itu. Kenapa dia bergoyanggoyang seperti berjoged?” tanya Kuda kepada Gajah yang sedang menonton di pinggir lapangan. “Iya, .kenapa dia berjoged begitu ya?”, Gajah balik bertanya. Tidak lama kemudian peluit panjang terdengar, tanda waktu telah usai. Singa Sang Raja turun dari singgasananya untuk mencicipi hasil masakan peserta sayembara, yaitu Anjing, Kutilang, Monyet, Kelinci, Kura-kura, dan Kumbang. Seluruh rakyat hutan yang menonton menjadi terdiam menanti hasilnya. Demikian juga dengan Kucing yang terdiam disudut lapangan sambil menundukkan kepalanya. “Baginda, bagaimana hasilnya? Apakah hasil masakan mereka ada 90
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
yang lezat hingga menggugah selera kenikmatan Baginda?”, tanya Patih. “Hmmm…, ya, sudah, sudah. Masakan yang paling lezat adalah, masakan si Monyet!” teriak Baginda Raja. “Horeee…, horee…, hore…, hidup Monyet, hidup Monyet…!”, teriak rakyat hutan mengelu-elukan Monyet. Monyet pun tersenyum dan bangga. “Selamat ya Monyet, engkau memang hebat. Tidak disangka kamu memiliki bakat yang terpendam. Tidak pernah terlihat memasak dan tidak pernah terlihat berlatih masak, tetapi menjadi juara sayembara memasak. Hebat. Sekali lagi selamat,” kata Kutilang sambil menyalami Monyet. Demikian juga dengan Anjing, Kelinci, Kura-kura dan Kumbang pun menyusul memberikan ucapan selamat. “Tunggu Baginda, saya tidak setuju dengan pendapat baginda. Bukan Monyet yang menjadi juaranya. Sebenarnya saya tahu siapakah yang menjadi juara sejati dalam sayembara ini!”, teriak Tupai lantang. Seketika itu, heninglah suasana. Mereka terkejut akan keberanian Tupai. “Apa maksudmu Tupai?”, tanya Singa Sang Raja. “Tadi malam, saya melihat Monyet pergi ke rumah Kucing untuk minta resep masakan yang sudah menjadi bumbu kering. Monyet mengatakan bahwa bumbu kering itu untuk hadiah saudaranya, tetapi ternyata digunakan untuk mengikuti sayembara ini. Bumbu kering tersebut disembunyikan disela-sela bulu tubuhnya, dan ditaburkan ke dalam panci tempat memasak dengan cara berjoged seperti yang dia lakukan tadi,” kata Tupai menjelaskan. Seketika itu Monyet wajahnya pucat pasi, tubuhnya gemetar, dan kepalanya menunduk tidak berani memandang Baginda Raja. “Benarkah yang engkau lakukan, Monyet?”, tanya Baginda Raja. “Eh…, oh, anu…, benar Baginda. Ampunilah saya, saya mengakuinya…,” kata Monyet lirih. “Patihku Macan, jebloskan Monyet ke dalam penjara dan angkatlah Kucing menjadi juara sayembara ini. Berarti Kucinglah sebagai juara sejati sayembara ini!”, kata Baginda Raja dengan tegas. “Hore…. Hidup Kucing, hidup Kucing!”, teriak rakyat yang menyaksikan sayembara tersebut. 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
91
Kucingpun diarak beramai-ramai ke tengah lapangan mendekati Baginda Raja. “Rakyatku, marilah kita junjung tinggi kejujuran dalam kehidupan kita bersama!”, teriak Baginda Raja. “Hidup kejujuran, hidup kejujuran, hidup Baginda, hidup Baginda!”, teriak rakyat serentak. Sejak saat itu, Kucing menjadi ketua juru masak istana. Keluarganya pun diajak serta untuk hidup di dalam istana bersama raja. [*]
Pengalaman di Balik Cerita Saya suka membantu Mama memasak, karena itu saya membuat cerita yang berkaitan dengan memasak. Saya juga suka hewan, maka saya menulis cerita dengan tokoh hewan-hewan yang lucu. Saya mendapat ide dari hewan-hewan itu. Jika saya kuliah nanti, saya ingin masuk fakultas kedokteran. Saya ingin menjadi dokter hewan. Di samping itu, saya juga ingin menjadi seorang penulis. Ketika saya menulis cerita ini, yang terpikir adalah kehidupan hutan yang sangat luas. Ada berbagai macam hewan di sana. Saya tuliskan semua imajinasi saya di dalam buku tulis. Setelah selesai, barulah dipindahkan ke komputer. Saya mengetik dibantu Ayah. Ayah dan Ibu sangat mendukung keinginan saya untuk menjadi penulis.
Mengenal Penulis Lebih Dekat Perkenalkan nama saya Aulia Rizky Rachmania. Saya lahir di Surabaya, 11 Maret 2002. Ayah saya, A. Setyawan, adalah seorang pengusaha. Sedangkan ibu saya, Yetianik, adalah ibu rumah tangga. Kedua orangtua saya sama-sama sarjana. Saya bertempat tinggal di sebuah perumahan di Sidoarjo bagian utara, tepatnya di Kedung Turi Permai II Kecamatan Taman 92
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
Sepanjang, Sidoarjo. Rumah saya berdekatan dengan pabrik baja. Tapi meskipun demikian, lingkungan sekitar rumah saya suasananya nyaman dan asri. Perumahan tempat saya tinggal dilengkapi dengan taman bermain anak. Di taman itulah saya bersama kakak dan saudara sepupu seringkali bermain. Saya sekolah di SDN Dukuh Menanggal II/425 Surabaya. Letak sekolah itu jauh dari rumah, jaraknya kurang lebih 4 kilometer. Letaknya bersebelahan dengan pasar tradisional dan pusat perbelanjaan City of Tomorrow atau biasa di sebut Cito. Tempat pavorit saya di sekolah adalah perpustakaan. Di perpustakaan saya bisa membaca beragam buku cerita, dan juga majalah sepuasnya. Saya mulai suka menulis sejak kelas 3. Saya menulis catatan harian, dan menulis cerita pendek. Saat menulis rasanya senang sekali, bisa melampiaskan perasaan ke dalam bentuk tulisan. Apalagi kalau hasil tulisan saya dibaca oleh orang lain, rasanya sangat senang. Paling senang kalau tulisan saya di baca oleh ayah. Sebab ayah biasanya memberikan saran-saran, dan mengajak saya diskusi. Saya belum pernah mengirimkan tulisan ke media manapun. Sampai saat ini saya telah menulis 13 karya tulis, semuanya dalam bentuk cerita pendek.
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
93
94
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
P
anas dan sedikit geli. Aku merasakan panas dan kasarnya jalan aspal di tubuh bagian bawahku. Aku juga merasakan panasnya terik matahari dari atas sana. Umurku sudah tua, aku tak sanggup lagi menahan rasa sakit karena kasarnya aspal dan panas terik matahari. Bagian depanku berlubang, memungkinkan air masuk ke dalam badanku saat pemilikku membawaku melewati jalan yang tergenang air. Sebenarnya, pemilikku sudah berulang kali menutup lubang itu. Namun mungkin karena umurku sudah sangat tua, lubang itu kembali muncul. Bahkan semakin lama, lubang-lubang serupa muncul di tempat lain. Di bagian kanan dan kiri, serta di bawah tubuhku. Pemilikku selalu memaksaku bekerja terus-menerus. Saat pergi ke sekolah, saat ia membantu mengumpulkan sampah atau mengamen demi membantu orang tuanya, ia selalu setia menggunakanku. Aku terharu melihat perjuanganya setiap hari. Pagi-pagi mengurusi kedua adiknya yang masih kecil, lalu menyiapkan dirinya sendiri untuk berangkat sekolah. Sepulang sekolah, ia akan pulang sejenak untuk sholat dan makan, kemudian berganti baju, lalu pergi kembali. Pergi bermain? Tidak. Dia pergi ke tempat pembuangan sampah, dan mengumpulkan sampah-sampah yang bisa dijual. Begitulah, pemilikku memang seorang pemulung. Kadang-kadang aku juga diajaknya mengamen, atau apa saja yang bisa dilakukan untuk membantu orang tuanya mencari uang. Padahal, tahukah kau? Dia masih berusia 10 tahun. Aku sendiri sudah menemaninya hampir 4 tahun. Aku pertama kali bertemu dengannya, saat pemilikku sebelumnya membuangku. Pemilikku sebelumnya adalah orang kaya. Ia hanya memakaiku sekali, saat pertama kali ia membeliku dari sebuah toko. Setelah itu, aku hanya tergeletak di rak, bersama banyak pasang teman yang senasib denganku. Orang kaya itu hanya suka membeli, lalu dipakai beberapa kali, dan setelah itu tergeletak begitu saja di rak. Aku benci keadaan seperti itu. Makanya, saat seseorang mengeluarkanku dari rak, aku merasa senang. Aku berpikir akan digunakan kembali. Tetapi ternyata perkiraanku salah. Aku dibuang begitu saja. Saat itulah perasaanku sedih sekali, merasa tidak berguna. Namun tiba-tiba seseorang menemukanku. Aku yang saat itu berada di sebuah tong sampah dengan teman-teman yang berbau busuk, diambil oleh seorang gadis mungil dengan rambut sebahu. Ia 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
95
cantik, menurutku.Walau tentu saja, ia kelihatan sangat berbeda dengan pemilikku sebelumnya. Ia terlihat manis dengan senyum yang selalu mengembang di wajahnya. Wajahnya berbinar saat menemukanku, seperti menemukan sesuatu yang sangat berguna baginya. Melihat wajah berbinar itu, aku senang sekali. Segera saja aku yakin bahwa gadis itulah pemilikku selanjutnya. Dan benar saja, seperti teman-teman lain yang ia masukan ke dalam karung, ia memasukanku ke dalam tasnya. Itulah awal pertemuanku dengannya. Benar-benar pertemuan indah yang selalu teringat olehku. Sesampai di rumahnya segera aku dimandikan, lalu dijemur. Sejak saat itu sampai sekarang aku selalu diajaknya ke mana saja. Selama 4 tahun ini, aku senang sekali menemaninya. Saat dipakai di sekolah, aku senang melihatnya semangat belajar di kelas. Aku senang menemaninya bermain bersama teman-teman sekelasnya. Aku jadi tahu, ia adalah anak yang pintar dan ramah. Ia adalah juara kelas. Ia banyak teman, meskipun ia adalah orang yang sederhana. Sifatnya ramah dan suka menolong. Bagaimana aku tahu semua itu? Hei, bukankah aku selalu menemaninya setiap saat? Aku mendengarkan bagaimana pintarnya ia menjawab semua pertanyaan yang diajukan gurunya di dalam kelas. Aku melihat bagaiman dia bercanda dengan teman-temannya. Aku menemaninya menerima rapot setiap tahunnya. Itulah aku. Aku bangga menjadi sesuatu yang selalu menemaninya. Aku ikut bergembira, sekaligus juga ikut sedih ketika melihat dia murung. Seringkali dia ditegur guru kelasnya karena belum membayar uang sekolah. Atau terkadang aku ingin menampar temannya yang suka menjahilinya, --eh lupa, bukankah aku tidak bisa menampar? Aku hanya bisa menendang. Tapi sayangnya dia tidak pernah menggunakanku untuk menendang. Apalagi menendang temannya. Sepulang dari sekolah, ia berganti baju. Ia selalu sholat, lalu pergi lagi. Namun ia tetap menggunakanku. Kadang ia menyusuri jalanjalan perumahan untuk mengumpulkan sampah. Menjadi seorang pemulung. Di lain hari ia pergi ke terminal, naik dari satu bis ke bis lainnya. Ia menjadi seorang pengamen. Semua itu ia lakukan hingga adzan maghrib berkumandang. Malamnya ia selalu tak lupa belajar. Ia benar-benar rajin, kadang 96
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
belajar hingga larut. Padahal ia harus bangun pagi-pagi sekali. Aku tahu seluruh kegiatannya. Percayalah padaku. Bagaimana aku tahu? Hei, bukankah ia selalu menaruhku di dalam rumah, dan rumahnya hanya punya satu ruang? Untuk tidur, belajar, memasak, makan, semuanya dilakukan di ruangan itu. Aku melihatnya kadang kerepotan mengurus dua adiknya yang masih kecil. Aku melihatnya memasak jika ibunya belum pulang. Aku melihatnya tidur nyenyak karena benar-benar lelah menjalani hari-harinya. Kau tahu? Aku bangga melihatnya. Ingin sekali aku memujinya, memeluknya, memberikan semangat kepadanya jika aku bisa. Aku punya beberapa teman, --teman yang dipakai ayah ibunya. Menurut mereka, ayah dan ibunya adalah seorang buruh bangunan dan ibunya adalah seorang buruh cuci. Benar-benar keluarga yang sederhana, bukan? Namun, yang kutahu keluarga ini sangat damai. Tetap kulihat senyum di wajah-wajah keluarga ini, meski berat hidup yang mereka jalani. Tetap kulihat mereka beribadah, berdzikir dan bersyukur atas nikmat Allah. Suatu hari aku menemani pemilikku ke sekolah, seperti biasa. Ia bersekolah dengan semangat seperti biasa. Ia juga terlihat ceria, meski aku tahu ia sedang memikirkan sesuatu. Bagaimana aku tahu? Ah sudahlah, percaya sajalah padaku. Tampaknya ia sedang memikirkan adik bungsunya. Semalam, adik bungsunya itu merengek tidak biasanya. Ia minta dibelikan es krim sebagai hadiah ulang tahunnya. Tapi keinginan itu tidak bisa dipenuhi oleh orangtua dan kakak-kakaknya. Makanya ia menangis. Pemilikku berusaha menasehati dengan sabar dan penuh kasih sayang. Lama-kelamaan, adiknya mengerti dan berhenti menangis. Masalah selesai. Namun aku yakin, pemilikku ini masih memikirkan kejadian kemarin. Ia sangat menyayangi kedua adiknya. Kedua adiknya ini pun tak pernah meminta hal-hal yang aneh-aneh seperti kemarin malam. Jika adiknya menangis seperti ini, berarti memang hal itu sangat diingikannya. Sesampainya di sekolah, ia tetap berusaha terlihat ceria. Ia menjalani hari seperti biasa, dengan pintar dan bersemangat. Sepulang sekolah, ia pergi ke ruang guru. Ia akan membantu wali kelasnya mengajari adik kelas 1 untuk belajar membaca dan menulis. Seusai membantu, ia sendirian di ruang guru. Adik-adik kelas 1 sudah pulang dan wali 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
97
kelasnya sedang pergi ke toilet. Guru-guru yang lain sudah juga sudah pulang. Entah terpikir darimana, ia mendekati tas wali kelasnya. Aku bingung, apa yang mau dia lakukan. Ia membuka bagian depan tas itu, memasukkan tangannya ke dalamnya. Aku kelabakan, “Hei, hei, apa yang mau kau lakukan? Hei, berhenti! Jangan lakukan itu, kumohon….” Aku berusaha berteriak mengingatkannya. Tapi tak ada suara yang keluar. Aku hanya mendengar degup jantungnya yang berdetak keras. Ia mengambil uang 10.000 rupiah dari tas wali kelasnya. Ya Allah, rasanya aku ingin menangis. Aku sedih, melihat keburukan terjadi di depanku tanpa mampu mencegahnya. Aku sedih, ingin rasanya kutarik tangannya untuk mencegah perbuatannya. Namun aku hanya tertunduk lesu melihat pemilikku yang selalu aku kagumi, nekat berbuat seperti ini. Aku benar-benar sedih. Kulihat tangan dan dahinya berkeringat. Ia bingung, seperti tidak percaya, ia telah mencuri uang dari tas wali kelasnya sendiri. Ia panik, lalu buru-buru memasukkan uang tersebut ke dalam kantung bajunya. Sepulang dari sekolah, ia mampir ke toko dekat rumah. Lalu mengeluarkan sesuatu dari kantung baju, yach..., ia mengeluarkan uang hasil curian. Ia membeli es krim untuk kedua adik tercinta. Ia pulang dengan hati gembira. Tapi sesungguhnya aku tahu bahwa ia melangkah dengan ragu. Sesampainya di rumah, ia melihat kedua adiknya sudah tertidur. Niatnya untuk memberikan es krim itu kepada kedua adiknya ia urungkan. Seperti tidak terjadi sesuatu, ia pergi lagi. Kali ini aku diajaknya mengamen. Sepulang mengamen, ia mengajakku duduk-duduk di trotoar. Raut mukanya tampak sedih dan gelisah. Ia melepaskanku. Tentu aku sangat terkejut, mungkinkah aku akan dibuangnya ketempat sampah? Tapi..., eh, tunggu dulu…. Ternyata tanpa kuduga ia berbicara kepadaku. “Hei, sepatuku, bagaimana ini? Aku sudah berdosa, mencuri uang dari wali kelasku. Tapi apa lagi yang bisa aku lakukan untuk memenuhi keinginan adikku? Aku benar-benar bingung,” katanya dengan nada sedih. Aku lihat matanya berkaca-kaca. “Uang yang sudah kukumpulkan setiap hari, sudah kuberikan semua pada ibu untuk menambah membeli lauk atau sayuran sehari-hari. Padahal aku tidak ingin melihat adikku sedih karena ingin makan es krim.” 98
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
Air mataku rasanya ingin ikut keluar. Tapi sayang aku tidak bisa menangis. Akhirnya aku hanya bisa berkata dalam hati, “anak manis, pertama-tama yang harus kau lakukan adalah jangan berikan es krim itu pada adikmu. Kau tidak mau adikmu memakan sesuatu yang dibeli oleh uang haram bukan? Lalu akuilah kesalahanmu pada wali kelasmu. Minta maaflah kepadanya, alu kembalikan uangnya. Coba hitung hasil kita mengamen tadi, cukupkah untuk mengganti uang yang kamu curi tadi? Aku tahu, kejujuran itu sulit, apalagi untuk mengakui kesalahan seperti itu. Tapi itulah yang harus kau lakukan sayang, jangan buat Allah marah dan membencimu.” Aku menasihatinya. Tapi tentu saja tidak ada suara yang keluar. Aku hanya berharap suaraku ini terdengar oleh hatinya. Seperti mendengar nasehatku, ia berdiri. Masih sambil memegangku, ia tiba-tiba menangis. Tapi anehnya ia menangis sambil tersenyum. Saat itu aku tahu, nasehatku telah didengar oleh hati kecilnya. Nasehatku tersampaikan dengan baik. Berulang-ulang aku mengucap syukur, karena pemilikku benar-benar anak baik. Ia menuruti semua yang kusarankan. Ia membuang es krim yang tadi ia beli dengan uang hasil curian itu. Esoknya, saat di sekolah, ia meminta maaf kepada wali kelasnya yaitu Bu Farid. “Ibu, maafkan saya. Kemarin saya mengambil uang 10.000 rupiah dari tas ibu tanpa izin. Saya telah mencuri, Bu. Saya mohon, maafkan saya. Saya hanya ingin membeli es krim untuk kedua adik saya. Saya tahu saya berdosa. Maafkan saya. Ini uang ibu saya kembalikan lagi,” katanya sambil terisak. Ia menangis.Ya Allah, aku tidak tega melihatnya menangis seperti itu.Tapi aku semakin bangga padanya. Ia telah berani mengakui kesalahannya. Ia telah jujur mengakui kesalahannya. “Kiki sayang, sebenarnya ibu tidak menyadari uang ibu hilang. Ibu tidak berpikiran seseorang mengambilnya, apalagi yang mengambilnya murid ibu seperti kamu,” kata Bu Farid sambil memandang uangnya yang kini telah menjadi uang recehan. Itu karena Kiki tidak sempat menukar uang hasil mengamennya kemarin untuk mengganti uang Bu Farid yang terlanjur dibelikan es krim. “Ibu terharu melihat kejujuranmu sayang. Tapi seandainya kau mau bercerita terus terang kepada ibu, tentu ibu dengan senang hati memberimu uang 10.000 itu. Sudah sayang, jangan menangis. Ibu memaafkanmu,” kata Bu Farid kepada Kiki. 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
99
Aku bahagia sekali mendengarnya. Tiba-tiba Bu Farid mengeluarkan selembar uang 50.000 rupiah dan diberikan kapada Kiki, “Kiki sayang, ambillah uang ini sekalian yang 10.000 rupiah tadi. Belilah es krim untuk adikmu, dan sisanya belilah buku. Ibu lihat kemarin buku catatanmu sudah banyak yang habis,” kata wali kelasnya sambil memeluk Kiki. Pemilikku, Kiki, tidak bisa mengucapkan kata-kata. Hanya tangis bahagia dan memeluk Bu Farid erat-erat. Dalam hati ia bersyukur karena tidak jadi memberi makanan kepada adiknya dari uang hasil curian. “Ya Allah, aku tahu kau marah melihat hamba-Mu yang melakukan perbuatan tercela. Tapi aku mohon Ya Allah, maafkan kesalahan pemilikku ini. Ia hanya khilaf, dan telah mengakui kesalahannya. Ia telah jujur dan berani mengatakan kesalahannya pada orang yang telah ia curi uangnya. Ya Allah, maafkanlah segala dosanya dan mudahkanlah kehidupannya setelah ini. Aku tahu Ya Allah, ketika engkau telah berkehendak, tak ada satupun makhluk yang mampu menghalanginya. Bantu dia, Ya Allah. Aku, sepatu Kiki, sepatu yang telah menemaninya selama ini, akan memberikan kesaksian. Aku akan bersaksi tentang segala kebaikannya di dunia, di akhirat nanti. Aku berjanji,” begitulah doaku kupanjatkan. Kau tahu kawan? Jika aku diberi pilihan untuk dimiliki oleh seseorang seperti apa, maka aku akan memilih orang seperti Kiki. Walaupun ia hidup dengan sangat sederhana, tapi ia tidak pernah lupa bersyukur kepada Allah. Ia memiliki hati yang bersih dengan kejujuran. Aku yakin Allah sayang padanya. Teman-teman sepatuku yang lain pasti iri padaku. Karena aku, telah diberi kesempatan untuk menemani seseorang seperti Kiki. [*]
Pengalaman di Balik Cerita Saya mendapat ide menulis cerita pada saat saya pulang sendiri dan sedang menunggu angkot. Saya melihat seorang anak memakai sepatu yang sudah berlubang. Pada saat saya menaiki angkot, anak itu juga ikut naik. Di dalam angkot itulah kami berbincang-bincang. Saya jadi tahu, ternyata ia adalah seorang pengamen dan pemulung. 100
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
Ia mengamen dari satu bis ke bis yang lain. Saya kemudian jadi teringat waktu bersih-bersih rumah. Saya memiliki banyak sepatu yang masih bagus, tetapi sudah kekecilan. Sejak saat itu, saya akan meminta dibelikan sepatu jika sepatu saya sudah benar-benar rusak. Cerita ini saya tulis selama kurang lebih tiga hari. Dibimbing oleh guru saya, Bu Pita, dan ditemani oleh ibu saya. Saya membuat cerita tersebut di sekolah dan di rumah. Ada dua hal yang sesungguhnya ingin dikatakan melalui cerita ini. Pertama adalah hendaknya berpikir dua kali sebelum melakukan sesuatu karena penyesalan selalu datang terlambat. Hal ke dua adalah, seorang pemberani harus berani mengakui kesalahan dan minta maaf ketika ia berbuat salah. Kejujuran selalu akan mendapat sesuatu yang indah. Saya sungguh menyukai tema ini.
Mengenal Penulis Lebih Dekat Nama saya Annisa Rochma Nur Mardhotillah. Lahir di Batu, 14 Juli 2000, dan bersekolah di SD Muhammadiyah 4 Batu. Sekarang ini saya duduk di kelas 6. Saya tinggal di daerah Jeding, Desa Junrejo. Sebuah desa yang berhawa dingin, terletak sekitar 5 km dari Kota Wisata Batu. Penduduk di sekitar tempat tinggal saya banyak yang menjadi petani. Tempat saya sekolah terletak di Jalan Welirang 17 Kota Batu, sekitar 6 kilometer dari rumah. Sekolahnya berlantai tiga, banyak pepohonan tumbuh di sekeliling halaman. Saya senang sekali bisa berada di dalamnya. Saya belajar menulis sejak kelas empat SD, tetapi belum pernah dimuat di media massa. Saya juga suka membaca, terutama bukubuku cerita dan komik. Membaca buku itu sungguh menyenangkan. Membuat saya ingin menjadi seorang penulis.
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
101
102
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
“
Amanda! Kamu dengar suara itu nggak?”, tiba-tiba, Gabriella menarik tanganku dan menahan ayunan kakiku. ”Suara apa sih?”, tanyaku balik sambil mengikuti arah pandang Gabriella. Sepertinya tidak tahu juga, Sevilla ikut-ikutan berhenti dan celingukan mencari arah sumber suara yang dimaksud Gabriella. ”Iya…, suara apa Gabriella?”, tanya Sevilla agak tak sabar. ”Itu-tu! kayaknya suara anak kucing”, jawab Gabriella dengan singkat. ”Di mana?”, tanyaku dan Sevilla bersamaan seperti koor paduan suara. Setelah agak lama tertegun, tanpa aba-aba kami bertiga serempak mencari asal suara itu. “Hai lihat itu, ada kucing,” kataku setelah kusibak sekawanan semaksemak di pinggir jalan dekat ladang orang. ”Wow, iya, jumlahnya ada empat. Satu…, dua. , tiga…, empat! Iya. Ada empat,” kata Sevilla sambil telunjuknya berpindah-pindah. Dikuti pandangan curiga anak-anak kucing yang sangat lucu-lucu itu. ”Tapi, sepertinya anak-anak kucing ini ditinggalkan oleh induknya, ya,” kata Gabriella sambil mengelus-elus punggung anak-anak kucing satu per satu. Anak-anak kucing itu sepertinya sangat menikmati belaian lembut tangan Gabriella. Mereka mendongakkan kepalanya dan ganti menciumi tangan halus Gabriella. Aku juga tertarik melakukan hal yang sama. “Kasihan…. Sebaiknya kita pelihara saja. Kan, kasihan nanti malam bisa kedinginan. Apalagi kalau nanti malam hujan,” kataku sambil menggendong salah satu anak kucing yang paling lucu. Warnanya coklat mulus. “ Iya. Tapi siapa yang memelihara? Mamaku pasti tidak akan membolehkan aku melihara kucing malang ini. Terus, rumahku kan jauh dari sini. Bagaimana cara kita membawanya?”, kata Gabriella sambil memandang aku dan Sevilla dengan sedih. “Gimana kalau Amanda saja. Kan rumahnya paling dekat dari sini. Kalau sewaktu-waktu induknya datang, dia nggak akan bingung mencari anaknya,” usul Sevilla berbinar. “Baiklah…. Eh, tunggu! Mamaku nggak mungkin membolehkan 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
103
aku melihara kucing segini banyak,” aku cemas dalam kegembiraan. Aku memang sangat menyukai kucing itu sejak pertama tadi Sevilla dan Gabriella memberi tahu tentang kucing itu. “Sembunyikan di gudang dekat garasimu aja. Mamamu kan jarang ke gudang itu,” usul Sevilla yang sudah hafal sudut-sudut ruang rumahku. Keesokan harinya Sevilla dan Gabriella meminta izin kepada ibunya untuk pergi ke rumahku. Tak berapa lama, mereka pun sampai di rumahku. Lalu Gabriella dan Sevilla memangilku. “Amanda! ...Amanda!”, panggil Sevilla. Aku pun keluar. ”Ada apa? “tanyaku balik sambil membawa kucing itu keluar berjingkat-jingkat dari dalam gudang. ”Ayo kita main kucing,” kata Gabriella. ”Ayo,” kataku dan Sevilla berbarengan. Kami pun mulai bermain. Kucing-kucing itu seperti saling mengerti. Aku menurunkan salah satu dari kucing yang tadi kugendong dan beranjak mengambil seutas lidi dari sapu di samping rumah. Aku meliuk-liukkan lidi di depan kucing-kucing manis itu. Mereka senang bukan main mengejar-ngejar ujung lidiku. Mereka melompat-lompat riang. Sevilla lalu mengusulkan, ”eh…, gimana kalau kucing ini kita beri nama?” ”O, iya, ya…, kita beri nama-nama aja,” kata Gabriella dan aku berbarengan. ”Sebaiknya kita beri nama siapa ya?”, tanyaku sambil menggigit-gigit jemariku sendiri. Kedua temanku seperti mendapat aba-aba PASUKAN DIISTIRAHATKAN. Kami bertiga diam sambil berjalan mondar-mandir. Tiba-tiba, Gabriella mengagetkan kami, ”aha! ... kita beri nama Mona, Mola, Moni, dan Moli aja,” seru Gabriella sambil mengedipkan salah satu matanya tanda kegembiraan. ”Oh, ya, ya, betul juga. Kamu ternyata pintar juga,” puji Sevilla. “Betul…, betul…, betul…!” tambahku sambil mengangguk-angguk . Gabriella hanya tersenyum-senyum sambil tersipu malu. Hari-hari berikutnya, mereka selalu mengajak Mona, Mola, Moni, Moli bermain di taman, di halaman, dan di jalan dekat rumahku. Setiap pulang sekolah, kami bertiga yang bersekolah di tempat yang berbeda itu janjian bertemu untuk memberi makan, memandikan, dan bermain 104
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
dengan Mona, Mola, Moni, dan Moli. Setiap malam aku tak lupa menaruh kardus bekas dan kain bekas sebagai tempat tidurnya. Aku yang biasanya tidur jam tujuh sore, semenjak ada Mona, Mola, Moni, dan Moli, selalu rajin menunggu sampai jam sembilan malam. Itu karena aku harus bisa memastikan Mona, Mola, Moni, dan Moli aman dari ban mobil Papa yang akan dimasukkan garasi. Mungkin karena Mona, Mola, Moni, dan Moli menyangka akan diajak bermain, setiap kali Papa akan memasukkan mobil, mereka selalu lari mendekat. “Amanda! ...Amanda! Di mana kucing-kucing kita kemarin?”, tanya mereka hampir bersamaan. Mereka tak mendengar tanda-tanda ada suara kucing. “Aku juga tidak tahu,” kataku dengan wajah yang agak heran. ”Ayo kita cari!”, kata Gabriella dengan bersemangat. “Ayo!” kataku dan Sevilla hampir bersamaan. Akhirnya, kami mulai mencari. ”Eh…. lihat itu, itu kan kucing-kucing kita,” kataku dengan wajah yang sangat gembira. ”Oh iya, mereka bersama mamanya,” kata Gebriella. Kami mendekati anak kucing-kucing itu. Tiba-tiba, dari arah berbeda, Moni berjalan tertatih dengan kaki sebelah kiri diseret. Aku segera menggendong Moni dan memeriksa seluruh tubuhnya. “Tidak ada luka, tapi sepertinya Moni kesakitan kakinya.” Kaki Moni lumpuh. Aku ingin minta bantuan Mama untuk membawa Moni ke dokter, tetapi takut. Sampai sekarang Mama pasti belum tahu kalau kami memelihara kucing tanpa seijin Mama. ‘Apa aku harus berterus terang saja, ya? Lha, tapi kalau aku terus terus terang, terus Mama marah, terus Mona, Mola, Moni, dan Moli diusir bagaimana? Kan kasihan semuanya,’ perang hatiku. Ternyata, rasa sakit Moni tidak mau menunggu keputusanku berterus terang pada Mama atau tidak. Moni meninggal pada keesokan harinya. Aku menguburnya sendirian di dekat pohon mangga di sebelah rumah sambil menahan tangis. Hari Minggu berikutnya, Gabriella dan Sevilla pergi ke rumahku. Sevilla dan Gabriella mendapati rumahku tertutup. ”Amanda, Amanda!”, pangil Gabriella dan Sevilla. ”Ada apa?”, tanyaku sambil keluar rumah. ”Biasaaa…,” kata Sevilla sambil menenteng seutas lidi di tangannya. Sepertinya Gabriella menyadari kalau wajahku berkabut. ”Kenapa kamu 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
105
murung Nda?”, tanyanya sambil memegang tanganku. “Kamu habis dimarahi Mamamu ya? Atau, habis bertengkar dengan kakakmu ya?”, tebak Sevilla sekenanya. Lalu aku menceritakan semuanya. ”O…. jadi begitu ceritanya” kata Sevilla. *** Pada keesokan harinya, yaitu hari Senin, Sevilla dan Gabriella menuju rumahku dengan tidak sabar. ”Assalamu’alaikum,” kata Sevilla dan Gabriella berbarengan. “Wa’allaikumsalam,” jawab Mamaku. “Amanda ada?”, tanya Gabriella pendek. “Ada,” jawab Mama lalu memangilkanku. “Eh Gabriella dan Sevilla,” kataku. “Eh ngomong-ngomong kucing-kucing kita ke mana?”, tanya Sevilla dan Gabriella hampir berbarengan dengan nada berbisik. Takut terdengar Mama. “Tuh disana lagi main bola dari benang,” jawabku tidak kalah pelannya juga. “Yuk kita main sama kucing-kucing kita,” tangan Gabriella sudah berada di antara Sevilla dan aku. “Ayo,” jawab Sevilla. Akhirnya mereka bermain dengan kucing-kucing itu. Lalu tiba-tiba Sevilla berkata, “eh, gimana kalau kita kasih makan kucingnya dulu.” “Oh iya,” jawab Gabriella pendek. Aku segera mengambil makanan kucing, dan berlari keluar. Lalu kami menuangkannya ke mangkuk. Tiba-tiba Moli, Mola dan Mona langsung menyerbunya. Dalam sekejap, makanan kucing itu habis. Setelah bermain dengan kucing-kucing itu cukup lama, Sevilla mengangkat Moli dan membaliknya. Tiba-tiba matanya tertuju pada perut Moli. “Heh, Sevilla, Gabriella, perut Moli membengkak!”, kataku cemas. “Ya udah kamu kasih tahu ke mamamu aja,” saran Sevilla. Sore itu, aku mendekati Mama yang berada di depan komputer. Aku bingung. Aku ingin berterus terang tentang Moli, Mola dan Mona. Tetapi sepertinya Mama sedang sibuk. Aku menunggu agak lama sambil membaca doa, “ya Allah, semoga Mamaku nggak marah.” Aku harus 106
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
mencari waktu yang tepat biar Mama nggak marah. Akhirnya aku balik ke kamarku lagi. Baru setelah shalat maghrib berjamaah aku memberanikan diri jujur pada Mama. “Ma, Manda mau ngomong sama Mama. Tapi Manda takut Mama marah,” awalku. “Insyaallah Mama akan belajar nggak marah, sayang. Ada apa?”, suara Mama seperti mengipasi badanku yang tiba-tiba berkeringat. Ternyata, selama ini aku sudah beranggapan yang salah tentang Mama. Keesokan harinya aku memberitahu tempat tidur Moli pada Mama. Mama memeriksa perut Moli seperti dokter memeriksa pasiennya. Kata Mama, mungkin Moli makan tikus yang diracun orang. Jadi, sebagai penawarnya, Mama memberikan minum air kelapa. Ternyata benar, Moli sehat kembali. Alhamdulillah, aku juga berjanji pada hatiku sendiri untuk berkata jujur pada siapa pun. Karena ternyata jujur itu menguntungkan. [*]
Pengalaman di Balik Cerita Saya mengalami peristiwa yang kemudian saya tulis menjadi cerita ini. Awalnya cerita ini saya bagi menjadi tiga bagian, akan tetapi kemudian saya menggabungkannya. Saya memulai menulis cerita ini sejak kenaikan kelas 2 Sekolah Dasar. Jadi proses menulisnya cukup lama. Sampai akhirnya jadilah cerita ini, dengan judul Cat and Me. Saya berusaha menyelesaikannya, karena ingin mengikuti lomba. Saya ingin menjadi seorang penulis. Kebiasaan menulis selalu saya lakukan di buku harian. Sudah banyak cerita saya tulis. Biasanya, begitu selesai sebuah cerita, saya akan menunjukannya pada Mama. Mama kemudian membantu membetulkan tanda baca. Kadang-kadang Mama juga memberi saya ide untuk memperbaiki cerita yang belum sempurna. Saya bersyukur memiliki dukungan yang penuh dari orangtua.
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
107
Mengenal Penulis Lebih Dekat Perkenalkan nama saya Kensa Syafira Nuha, biasa dipanggil Kensa. Saya lahir di Malang, 8 Agustus 2003. Di antara para finalis Lomba Menulis Cerita Anak, mungkin sayalah yang paling kecil. Saya sekolah di SDN Kauman 1, Malang. Saat ini saya baru kelas 3. Tapi sejak saya bisa membaca, saya sangat suka membaca. Di rumah, saya memiliki perpustakaan kecil. Koleksi buku saya rata-rata buku cerita. Jumlahnya mungkin sekitar 400 judul. Saya sangat beruntung memiliki orangtua yang juga suka membaca. Jika hari libur, orangtua saya sering mengajak jalan-jalan, kemudian pergi ke toko buku. Buku-buku cerita yang saya sukai, diantaranya adalah KKPK (KecilKecil Punya Karya), Alat Musik Misterius, Senyum Monalisa, The Escentris School, Goodbye My Teacher, Magic Cristal, Strauberry Seccret, Dunia EsKrim, My Firt Popcorn, Zula’s Story, Peri Hujan Menangis, Negeri Tanpa Cermin, I Love Cat, Cholate Milk, dan lain-lain. Sejak kelas 2 saya sudah mulai mencoba menulis. Saya menulis beberapa cerita, dan tersimpan di buku tulis. Sekarang saya tengah menulis sebuah novel.
108
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
109
K
riiiing…. Bel tanda masuk sekolah berbunyi. Aku dan temanteman bergegas masuk kelas dan duduk di tempatnya masingmasing. Pelajaran jam pertama adalah Bahasa Indonesia. Kami menunggu Pak Sarman, Guru Bahasa Indonesia. Sesaat kemudian Pak Sarman memasuki kelas. “Selamat pagi, anak-anak,” kata Pak Guru. “Selamat pagi, Pak,” jawab kami serentak. Pelajaran pun segera dimulai. Pak Guru menerangkan tentang cara membuat cerita pendek atau cerpen. Pak Guru memberi contoh cerita tentang “Kancil dan Buaya”. Cerita yang dibawakan Pak Guru sangat menarik perhatian. Aku senang mendengar cerita itu. Selain petualangannya menarik, cerita itu juga mengandung banyak nasihat yang dapat aku petik. Untuk tugas di rumah kami disuruh membuat cerpen. “Cerpen itu harus asli karangan sendiri, tidak boleh mencontek,” kata Pak Guru kepada kami. Seketika itu kelas menjadi ramai, kami semua bingung karena belum pernah membuat cerpen. Aku sendiri juga tidak yakin apa bisa membuat cerpen. “Cerpen itu dikumpulkan minggu depan. Setiap siswa harus membaca cerpen yang dibuatnya di depan kelas,” kata Pak Guru menutup pelajaran. Tak terasa pelajaran telah berakhir, waktunya kami untuk istirahat. Pada saat istirahat, aku dan teman-teman asyik membicarakan tugas Bahasa Indonesia. Kami semua kebingungan dengan ide cerita apa yang akan dibuat. “Put, kamu mau membuat cerpen tentang apa?”, tanyaku kepada Putri sahabat dekatku. “Wah, aku belum tahu. Belum ada ide,” kata Putri. “Sama. Aku juga bingung mau buat cerita apa,” kataku. Tiba-tiba Nanda teman sekelas datang menghampiri kami dan ikut ngobrol bersama. “Kalian sedang membicarakan apa?”, tanya Nanda. “Membicarakan tugas Bahasa Indonesia,” Putri segera menyahut. “Kamu mau bikin cerita apa, Nda?”, tanya Putri. “Wah, kalau soal itu aku juga bingung. Tapi, aku yakin kalau aku bisa 110
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
membuat cerpen,” kata Nanda dengan nada sombong. Tanda bel istirahat berakhir berbunyi. Waktu 20 menit untuk istirahat telah berakhir. Aku pun bergegas menuju ruang kelas dan mempersiapkan buku pelajaran selanjutnya. Setelah istirahat kami belajar Matematika. Aku tidak bisa konsentrasi belajar Matematika karena memikirkan tugas Bahasa Indonesia. Apalagi cerpen itu harus dibaca di depan kelas. Cerpen apa yang akan kubuat? Wah, benar-benar membuat bingung. Setelah sampai di rumah, berganti baju, dan istirahat sejenak, aku mencari ide untuk membuat cerpen. Namun, aku belum juga menemukan ide bagus. Aku mencoba membongkar buku-buku cerita anak dan sambil membacanya, siapa tahu dari membaca buku-buku cerita aku mendapatkan ide. Ketika aku asyik membaca buku-buku cerita, tiba-tiba aku mendengar suara Mama yang datang menghampiriku. “Kristi, kok buku-bukunya dikeluarkan semua? Mau mencari apa, nak?”, tanya Mama. “Eh, Mama. Iya Ma, ada tugas dari Pak Sarman. Suruh bikin cerpen. Kristi lagi cari ide, siapa tahu dengan membaca buku-buku cerita Kristi mendapat ide bagus,” kataku menjelaskan. “Oh, begitu …,” kata Mama sambil berlalu. Akhirnya, setelah membaca beberapa cerita anak aku memperoleh ide. Aku membuat cerpen tentang “Semut dan Burung Jalak”. Membuat cerpen itu ternyata tidak mudah. Banyak dialog dalam cerpen yang aku buat masih terasa aneh. Setelah bekerja keras selama tiga hari, akhirnya cerpen itu selesai. Aku senang dan bangga, sebab aku berhasil membuat cerpen sendiri tanpa bantuan orang lain. Aku berharap cerpenku bisa menghibur teman-teman dan Pak Sarman. Seminggu kemudian kami sudah siap dengan cerpen masingmasing. Kami semua bersemangat ingin segera membaca cerpen di depan kelas. Aku sendiri penasaran dengan cerita yang dibuat temanteman. Kriiiing…. Tanda bel masuk sekolah berbunyi. Aku dan temanteman bergegas memasuki ruang kelas dengan tertib. Jam pertama adalah pelajaran Bahasa Indonesia. Seperti yang pernah disampaikan Pak Sarman seminggu yang lalu, hari itu setiap siswa harus membaca cerpen yang dibuatnya di depan kelas. 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
111
“Selamat pagi, anak-anak,” kata Pak Sarman. “Selamat pagi, Pak Guru,” jawab kami serentak. “Seperti yang telah disampaikan Pak Guru minggu lalu, pada pelajaran hari ini setiap anak harus membaca cerpen yang telah dibuat. Supaya adil, giliran majunya sesuai dengan nomor presensi ya,” kata Pak Guru. Pada saat salah satu anak maju di depan kelas membaca cerpen, anak-anak yang lain mendengarkan dengan tekun. Kami semua sangat senang dengan cerpen-cerpen yang dibacakan. Setiap anak yang sudah selesai membaca cerpennya selalu mendapat tepuk tangan yang meriah dari teman-teman lain. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya tiba giliranku maju ke depan kelas. Aku membaca cerpen tentang “Semut dan Burung Jalak”. Setelah selesai membaca cerpen, aku pun mendapat tepuk tangan dari teman-teman. Selanjutnya, giliran temanku Nanda yang maju ke depan kelas. Ia membaca cerpen yang berjudul “Kepiting dan Kura-kura”. Cerpen yang dibawakan Nanda sangat menarik perhatian kami. Nanda membaca cerpennya dengan penuh penghayatan. Aku mendengarkan cerpen Nanda dengan seksama. Setelah Nanda selesai membaca cerpen, aku termenung sejenak. Rasa-rasanya aku pernah membaca cerpen yang dibaca Nanda tadi di Majalah Ceria. Ketika istirahat, aku dan teman-teman membicarakan cerpen yang baru saja dibaca di depan kelas. Akan tetapi, aku tetap penasaran dengan cerita yang dibuat Nanda. Akhirnya, aku memberanikan diri bertanya kepada Nanda. “Cerpen tadi karanganmu sendiri, Nda?”, tanyaku sedikit hati-hati kepada Nanda. “Iya, benar. Bagus, kan? Memangnya kenapa?”, kata Nanda balik bertanya. “Sepertinya cerpen itu pernah aku dengar. Rasanya aku pernah membaca cerpen yang kamu buat tadi di Majalah Ceria,” kataku dengan nada penasaran. “Ah, tidak mungkin. Mungkin cerpen yang kamu baca itu hanya kebetulan saja sama dengan cerpen yang aku buat,” kata Nanda menjelaskan. Setelah mendengar penjelasan Nanda tadi, aku semakin penasaran dengan cerita yang dibuatnya. 112
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
Setelah pulang sekolah aku langsung bongkar-bongkar tumpukan Majalah Ceria. Kebetulan aku berlangganan Majalah Ceria. Setelah cukup lama membuka-buka majalah, akhirnya aku menemukan cerpen yang berjudul “Kepiting dan Kura-kura”. Cerpen itu aku baca dan isinya ternyata sama persis dengan cerpen yang dibuat Nanda. Untuk meyakinkan Nanda, majalah itu akan aku bawa ke sekolah. Keesokan harinya, sambil membawa Majalah Ceria yang memuat cerpen “Kepiting dan Kura-kura” aku menemui Nanda. “Nda, cerpen yang kamu baca kemarin itu ternyata ada di majalah ini,” kataku dengan sabar. Nanda kemudian melihat cerpen itu. Namun, ia tetap tidak mengakui bahwa cerpennya adalah hasil mencontek dari Majalah Ceria. Untuk meyakinkan Nanda, aku mencocokkan setiap kalimat yang dibuat Nanda pada cerpennya dengan kalimat-kalimat yang ada di Majalah Ceria. Aku menemukan kalimat-kalimatnya sama persis. Ketika aku dan Nanda sedang membicarakan tentang cerpen itu, tiba-tiba Putri datang. “Kalian tampak serius banget. Sedang membicarakan apa?”, tanya Putri. Aku menyahut, “Ini Put, cerpen yang dibuat Nanda kemarin ternyata ada di Majalah Ceria. Ini buktinya,” kataku sambil menyodorkan majalah. Putri kemudian membaca cerpen Nanda dan mencocokkan setiap kalimat yang ada di Majalah Ceria. “Wah, kalau demikian berarti Nanda telah berbuat tidak jujur. Nanda telah mencontek hasil karya orang lain,” kata Putri. Setelah mendengar perkataan Putri, Nanda menangis. Dengan jujur ia mengakui bahwa cerpen yang dibuat memang hasil mencontek dari Majalah Ceria. Setelah itu Nanda minta maaf. Nanda menyesal karena telah berbuat tidak jujur. Aku dan Putri menghibur Nanda supaya tidak menangis. Aku juga memberi saran supaya tidak mengulangi perbuatannya yang tidak jujur itu. “Maafkan aku, Kristi dan Putri. Aku mengakui bahwa cerpen yang aku buat kemarin memang hasil contekan dari Majalah Ceria. Aku pikir teman-teman tidak ada yang tahu,” kata Nanda sambil menangis. Sebenarnya aku jengkel dengan Nanda karena tidak mau berterus terang kalau cerpen yang dibuatnya itu hasil mencontek. Akan tetapi, akhirnya aku senang karena ia sudah mengaku terus terang akan 15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
113
ketidakjujurannya. Bahkan, Nanda berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Setelah mendengar pengakuannya, aku, Nanda, dan Putri saling berjabat tangan. Kami berjanji untuk tetap menjadi sahabat yang baik serta akan menghindari perbuatan yang tidak jujur. [*]
Mengenal Penulis Lebih Dekat Perkenalkan nama saya Emanuella Widya Kristanti. Ketika pemanggilan finalis Lomba Menulis Cerita Anak di Bogor, saya tidak bisa hadir. Karena dalam waktu bersamaan, saya terpilih sebagai delegasi Konferensi Anak Indonesia 2011. Saya lahir di Kulon Progo, 9 Desember 2001. Ayah saya Bambang Ruwanto, dan ibu saya Benedicta Patmi Istiana. Kedua orangtua saya adalah pegawai negeri. Saya beruntung karena memiliki orangtua yang suka membaca. Di rumah kami, ada perpustakaan keluarga dengan koleksi buku berjumlah kira-kira 600 judul. Dalam setahun ini, saya sudah membaca kurang lebih 100 judul buku. Buku-buku yang saya baca sungguh beragam. Dari mulai komik (komik Miiko, Doraemon, dan lain-lain), kemudian buku seri Franklin, buku seri Tini, hingga buku-buku sains anak. Sejak kecil saya memang telah dilatih membaca, yaitu lewat majalah anak (Majalah Mombi, Majalah Bocil, Majalah Bobo Junior, Majalah Bobo, Majalah Princess, Majalah Kreatif, dan Majalah Potret Negeriku). Ayah saya juga berlangganan koran nasional (Kompas) dan koran daerah (Tribun Jogja). Dua Koran itu seperti menjadi bacaan wajib bagi seluruh anggota keluarga. Berawal dari kesenangan membaca itulah, saya kemudian belajar menulis. Beberapa karya telah saya coba kirim ke media. Tidak hanya karya tulis, tetapi juga gambar. Beberapa diantaranya dimuat di Harian Kompas Minggu, yaitu gambar (dimuat di Harian Kompas Minggu, 6 Maret 2011), kemudian tulisan dengan judul “Peribahasa Lucu” (dimuat di Harian Kompas Minggu, 11 Desember 2011). Selain di Kompas Minggu, 114
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
gambar saya juga pernah dimuat di Majalah Kreativitas Mombi (Jakarta) no. 15 Tahun XIV, 26 April 2006 dan No. 24 Tahun XV, 29 Agustus 2007. Saya sekolah di SD Kanisius Bonoharjo, Kulon Progo, Yogyakarta. Sekolah saya letaknya di Dusun Kenteng. Lingkungan sekolah tergolong sepi (tidak bising) sehingga sangat cocok untuk belajar. Di dekat sekolah ada persawahan yang sangat luas. Saya sungguh senang karena di sekolah itu muridnya tidak terlalu banyak. Sedangkan rumah tempat saya tinggal berada di Dusun Ngaglik, Sentolo, Yogyakarta. Di depan rumah saya juga terbentang pesawahan yang luas, dan ada lintasan kereta api. Saya senang tinggal di sana.
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
115
116
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011
117
118
15 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) Tahun 2011