perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh : ANIK PUJI LESTARI K7107001
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh: ANIK PUJI LESTARI K7107001
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapat Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Anik Puji Lestari. “PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011”. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mei 2011. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah unruk meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar dengan model pembelajaran picture and picture. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas II SDN 01 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 / 2011 terdiri dari 39 siswa. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek. Sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah model pembelajaran picture and picture. Bentuk penelitian ini adalah tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data variabel untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek melalui observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan terdiri dari reduksi data, sajian data, dan verifikasi data atau penarikan kesimpulan. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif. Hasil penelitian ini adalah peningkatan rata-rata nilai dan prosentase ketuntasan klasikal dalam keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil tes menulis cerita pendek siswa yang menunjukkan adanya peningkatan yaitu pada pra tindakan nilai rata-rata kelas 57,4 dengan ketuntasan klasikal 41%. Pada siklus I menunjukkan nilai rata-rata kelas mencapai 59,7 dan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 59%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 66,1d an ketuntasan klasikal meningkat menjadi 79%. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas II SDN 01 Jaten Karanganyar.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Anik Puji Lestari. IMPROVING THE SHORT STORY WRITING SKILL BY PICTURE AND PICTURE LEARNING MODEL AT 2nd GRADE STUDENT’S OF ELEMENTARY SCHOOL 01 JATEN KARANGANYAR, ACADEMIC YEAR 2011. Script. Surakarta. Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, Surakarta, Mei 2011. Purpose of the classroom action research is to improve short story writing skill at students of 2nd grade in Elementary School 01 Jaten Karanganyar by picture and picture learning model. The subject of this classroom action research is 2nd grade students of Elementary School 01 Jaten Karanganyar, academic year 2010/2011 which consists of 39 students. Variable that are targeted to change in the research is improvement of student’s short story writing skills. Whereas variable to use in the research is teaching model picture and picture. The research is a classroom action research with 2 cycles. Every cycles consist of 4 phases, namely, planning, action, observation, and reflection. Variable data is collected by using interview, observation, tes and documentation. Data analisys consists of data reduction, data presentation, and data verivication or conclusion drawing. The data validity used is substance validityand data triangular. The technique of analysing data is interactive analysis. The result of this research shows the increase of average score and average of classica completeness in short story skill at students of 2nd grade in Elementary School 01 Jaten Karanganyar. The increased descriptive writing skill of the student’s could be seen from result of student’s test short story writing that indicated and increase, namely, in pre-action is 57,4 with classical completeness 41%, In the cycle 1, the average of classical score attains 59,7 and classical completeness increases to 59%. In the cycle II, , the average of classical score increases to 66,1 and and classical completeness increases to 79%. Based on research result above, it can be conclude that the use of picture and picture learning model can increase short story skill at students of 2nd grade in Elementary School 01 Jaten Karanganyar.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Sesungguhnya aku mengingatkan kepadamu supaya kamu tidak termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan (QS. Hud: 46)
Ing ngarso sung tuladha Ing madya mangunkarso Tutwuri handayani (KI Hajar Dewantara)
Kesuksesan dan keberhasilan dapat dicapai dengan 99 % kerjakeras dan 1 % kejeniusan atau kepintaran. (All Albert Einstain)
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Kuhaturkan kepada Ayah dan Ibu tercinta yangsenantiasa mendukung dengan segala doa. Kakakku yang selalu memberikan semangat serta do’a untukku. Keluarga Besar FKIP Universitas Sebelas Maret dan almamaterku yang telah memberikan ilmu dan mengantarku hingga dapat mencapai masa sekarang ini.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih peneliti ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Dengan Model Pembelajaran Picture and Picture Pada Siswa Kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011”. Peneliti tidak akan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tanpa bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan yang berbahagia ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. Selaku Dekan FKIP UNS. 2. Drs. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP UNS. 3. Prof. Dr. Heribertus Soegiyanto, S. Uselaku dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti. 4. Drs. A. Dakir, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti. 5. Sutarno, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri 01 Jaten Karanganyar yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di Elementary School 01 Jaten. 6. Supinah, S.Pd. selaku guru kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar yang telah merelakan waktunya untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian. 7. Ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan dukungan baik berupa moral maupun materi. 8. Kakak-kakakku tersayang yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 9. Teman-teman S1 PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh masih banyak kekurangan.Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penelitian berikutnya. commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peneliti berharap bahwa penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat membantu perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan terutama di Sekolah Dasar.
Surakarta,
Mei 2011
Peneliti
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
PENGAJUAN SKRIPSI ...........................................................................
ii
PERSETUJUAN ........................................................................................
iii
PENGESAHAN .........................................................................................
iv
ABSTRAK .................................................................................................
v
ABSTRACT ...............................................................................................
vi
MOTTO .....................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN ......................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
ix
DAFTAR ISI ..............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xvii
BAB I.PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..............................................................
8
C. Pembatasan Masalah .............................................................
8
D. Rumusan Masalah .................................................................
8
E. Tujuan Penelitian ..................................................................
9
F. Manfaat Penelitian .................................................................
9
BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................
11
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................
11
1. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Picture and Picture ........................................................................
11
2. Tinjauan Tentang Keterampilan Menulis Cerita Pendek ..
21
B. Penelitian Relevan ................................................................
42
C. Kerangka Berpikir ................................................................ to user D. Hipotesis Tindakan commit ...............................................................
43
xi
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III. METODE PENELITIAN .........................................................
49
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................
49
B. Subyek Penelitian .................................................................
50
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ..............................................
50
D. Sumber Data .........................................................................
53
E. Teknik Pengumpulan Data....................................................
54
F. Validitas Data .......................................................................
56
G. Metode Analis Data ..............................................................
58
H. Indikator Keberhasilan ..........................................................
60
I. Prosedur Penelitian ................................................................
61
BAB IV. HASIL PENELITIAN ...............................................................
67
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ..................................................
67
B. Deskripsi Kondisi Awal ........................................................
67
C. Deskripsi Permasalahan Penelitian .......................................
71
D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ...........................
112
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...............................
117
A. Simpulan ...............................................................................
117
B. Implikasi ...............................................................................
117
C. Saran .....................................................................................
119
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
121
LAMPIRAN
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel:
Halaman
Tabel 1. Jadwal Penelitian.........................................................................
49
Tabel 2. Daftar Personil Tenaga Kerja ......................................................
67
Tabel 3. Daftar Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Kelas II Pada Kondisi Awal. ......................................................
68
Tabel 4. Data Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Pada Kondisi Awal .............................................
69
Tabel 5. Hasil Nilai Rekapitulasi Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan ..............................
82
Tabel 6. Data Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan 1 ............................
82
Tabel 7. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan 1 ..........................................
84
Tabel 8. Data Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan 1 ......................................................
84
Tabel 9. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan 2 ...........................
86
Tabel 10. Data Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Pendek Siklus 1 Pertemuan 2 .......................................
86
Tabel 11. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan 2 ..........................................
88
Tabel 12. Data Frekuensi Nilai Kognitif Menulis Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan 2 ......................................................
88
Tabel 13. Ketuntasan Hasil Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek ....
90
Tabel 14. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Pra Siklus dan Siklus 1 ...
91
Tabel 15. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1 ...........................
102
Tabel 16. Data Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1 .........................................
102
Tabel 17. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1 .........................................
104
Tabel 18.Data Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1 .......................................... commit to user Tabel 19. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Menulis Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 2 ......................................... xiii
104 106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 20. Data Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 2 .........................................
106
Tabel 21. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek Pada Siklus II Pertemuan 2.................................
108
Tabel 22. Data Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 2 ....................................................
108
Tabel 23. Ketuntasan Nlai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas II Siklus II ..............................................................
110
Tabel 24. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Keterampilan Menulis Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II.................................
111
Tabel 25. Rata-Rata Nilai Keterampilan MenuisDan Prosentase Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I Dan Siklus II ...............................................................................
112
Tabel 26. Peningkatan Aktivitas Guru Dan Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus I Dan II.............................................
113
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar:
Halaman
Gambar 1.Contoh Gambar Model Pembelajaran Picture and Picture .................................................................................
19
Gambar 2.Bagan Kerangka Berpikir ............................................................
46
Gambar 3.Bagan Prosedur Penelitian Hopkins ............................................
50
Gambar 4.Bagan Teknis Analisis Data ........................................................
58
Gambar 5.Grafik Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas II Pada Kondisi Awal ...........................................
69
Gambar 6.Contoh Gambar Materi Ciri-Ciri Binatang .................................
74
Gambar 7.Contoh Materi Ciri-Ciri Binatang Dalam model pembelajaran picture and picture ..............................................
74
Gambar 8.Contoh Materi Ciri-Ciri Binatang Dengan Model Pembelajaran Picture and Picture .................................
77
Gambar 9.Grafik Hasil Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek Siklus I Pertemuan1 ...........................................
83
Gambar 10.Grafik Hasil Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 1 ..................................................
85
Gambar 11.Grafik Hasil Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 2 ........................................
87
Gambar 12.Grafik Hasil Nilai Kognitif Siswa Pendek Siklus I Pertemuan 2..................................................................................................
89
Gambar 13.Grafik Ketuntasan Hasil Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas II Siklus I.....................................
90
Gambar 14.Grafik Perbandingan Prosentase Ketuntasan Keterampilan Menulis Cerita pendek Pada Pra Siklus dan Siklus 1 .............
91
Gambar 15.Contoh Materi Ciri-Ciri Tumbuhan Dengan Model Pembelajaran Picture and Picture. .........................................
95
Gambar 16.Contoh Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Model Pembelajaran Picture and Picture ...............................
97
Gambar 17.Grafik Nilai Psikomotor Siswa Menulis Cerita Pendek
Kelas II Siklus II Pertemuan1................................................. Gambar 18.Grafik Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek commit to user Kelas II Siklus II Pertemuan 1 ................................................ xv
103 105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 19.Grafik Nilai PsikomotorSiswa MenulisCerita Pendek Siklus II Pertemuan 2 .................................................
107
Gambar 20.Grafik Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek Kelas II Siklus II Pertemuan 1 ................................................
109
Gambar 21.Grafik Ketuntasan Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas II Siklus II ..............................................
110
Gambar 22. Grafik Perbandingan Prosentase Ketuntasan Keterampilan Menulis Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II .............................
111
Gambar 23.Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Nilai Keterampilan dan Ketuntasan Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Setiap Siklus ....................................................................................
113
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran:
Halaman
Lampiran 1. Silabus Bahasa Indonesia Kelas II...........................................
124
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .............................
125
Lampiran 3. Tes Evaluasi.............................................................................
152
Lampiran 4. Format Penilaian Aspek Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 1 ........................
161
Lampiran 5. Pedoman Pwnilai Aspek Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek ...........................................................
163
Lampiran 6. Lembar Hasil Penilaian Aspek Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek ..............................................
165
Lampiran 7. Format Penilaian Aspek Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek ....................................................................................
173
Lampiran 8. Pedoman Penilaian Aspek Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek .........................................................................
175
Lampiran 9. Lembar Hasil Penilaian Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek .........................................................................
177
Lampiran 10. Nilai Rata-Rata Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siklus I dan Siklus II ..............................................................
185
Lampiran 11. Prosentase Ketuntasan Klasikal Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siklus I dan Siklus II ........................
187
Lampiran 12. Perbandingan Nilai Rata-Rata dan Prosentase Ketuntasan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ..............................................................
189
Lampiran 13. Lembar Observasi Kinerja Guru............................................
190
Lampiran 14. Pedoman Penilaian Observasi Kinerja Guru .........................
192
Lampiran 15. Hasil Observasi Kinerja Guru................................................
197
Lampiran 16. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran ....
205
Lampiran 17. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran ........
206
Lampiran 18. Lembar Wawancara Guru Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Picture and Picture .............................
210
Lampiran 19. Lembar Wawancara Guru Sesudah Menggunakan Model Pembelajaran Picture commit toand userPicture .............................
212
Lampiran 20. Dokumentasi Penelitian .........................................................
213
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara ( Undang-Undang Sisdiknas, 2003: 2). Pembelajaran bahasa yang utama sebagai alat komunikasi. Seorang anak belajar bahasa karena didesak oleh kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orangorang di lingkungan sekitar. Manusia adalah makhluk sosial, sehingga manusia perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Pada saat manusia membutuhkan eksistensinya, maka interaksi itu terasa semakin penting. Kegiatan berinteraksi ini membutuhkan alat, sarana atau media, yaitu bahasa. Sejak itulah bahasa menjadi alat, sarana atau media (Depdiknas, 2009: 1.3). Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami orang lain. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua yang dirasakannya kepada orang. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan kita ketahui kepada orang lain (Gorys Keraf, 2004: 4). Manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan. Bahasa sebagai milik manusia menjadi salah satu ciri pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya, bahkan dengan
bahasa dapat menunjukkan bangsa
seseorang. Pembelajaran bahasa Indonesia secara fungsional dan komunikatif adalah pembelajaran yang menekankan siswa untuk belajar berbahasa, dalam kaitannya dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk komunikasi. Siswa bukan sekedar belajar tentang pengetahuan bahasa, melainkan belajar menggunakan bahasa untuk keperluan komunikasi. Untuk itu, pendekatan pembelajaran yang sesuai adalah pendekatan komunikatif. commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran
bahwa
kemampuan
menggunakan
bahasa
dalam
komunikasi
merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 2001: 38 ). Tampak bahwa bahasa tidak hanya dipandang sebagai seperangkat kaidah, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana untuk berkomunikasi. Ini berarti, bahasa ditempatkan sesuai dengan fungsinya, yaitu fungsi komunikatif. Sesuai dengan pendapat Fulistyo dalam (http://www.google.com) yang mengatakan bahwa keterampilan berbahasa yang dipelajari di sekolah berdasarkan kurikulum meliputi empat
aspek, yaitu (1) keterampilan menyimak, (2)
keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan
(4) keterampilan
menulis. Hal ini menunjukkan bahwa empat aspek tersebut sangat berperan penting dalam pengajaran suatu bahasa di sekolah. Dari keempat aspek ini disebutkan salah satunya adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi siswa, di samping keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca, baik selama mengikuti pendidikan di berbagai jenjang dan jenis sekolah maupun dalam kehidupannya nanti di masyarakat. Keberhasilan siswa
dalam
mengikuti
kegiatan
belajar
mengajar
banyak
ditentukan
kemampuannya dalam menulis (St. Y. Slamet, 2008: 95). Keterampilan menulis sebagai keterampilan berbahasa yang bersifat produktif-aktif merupakan salah satu kompetensi dasar berbahasa yang harus dimiliki siswa agar terampil berkomunikasi secara tertulis. Siswa akan terampil mengorganisasikan dengan runtut, menggunakan kosakata yang tepat dan sesuai, memperhatikan ejaan dan tanda baca yang benar, serta menggunakan ragam kalimat yang variatif dalam menulis (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 2002: 72). Pengenalan huruf, baik huruf besar maupun huruf kecil diberikan dari kelas I sampai kelas II. Kemudian di kelas III, khusus mengenai ejaan, walaupun belum tuntas semuanya. Di kelas IV sudah mulai dengan pengembangan ide atau gagasan dengan menggunakan ejaan yang benar, misalnya menulis karangan pola commitDi to user deskripsi, dan membuat surat pribadi. kelas V sudah diajarkan bagaimana
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
memilih judul untuk sebuah karangan, memecah judul tersebut menjadi topiktopik yang lebih kecil atau menyusun kerangka karangan, dilanjutkan dengan pengembangan paragraf. Di samping itu , juga ada pokok-pokok bahasan yang berkaitan dengan apresiasi sastra, misalnya membuat puisi atau mengubah bentuk puisi menjadi prosa. Di kelas VI, perluasan pokok bahasan sebelumnya yang penekanannya pada pengembangan bermacam-macam karangan, seperti: narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar, pembelajaran menulis khususnya cerita pendek sering kali menjadi suatu hal yang kurang diminati dan kurang mendapat respon yang baik dari siswa. Mereka tampak mengalami kesulitan ketika harus menulis. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis dimulai. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk memulai tulisan. Mereka kerap menghadapi sindrom kertas kosong (blank page syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut salah, takut berbeda dengan apa yang diperintahkan oleh guru. Saat ini masih banyak guru yang belum melakukan fungsinya sebagai guru yang profesional. Masih banyak yang melalaikan tugas sebagai guru. Guru hanya bertugas menyelesaikan target materi dalam kurikulum setiap akhir semester atau setiap tahun. Namun, tidak memperhatikan
masih terdapat
ketidakseimbangan antara target kurikulum dengan daya serap yang dicapai siswa. Guru kurang mengenal siswa
secara menyeluruh sehingga tidak bisa
membedakan siswa yang lemah dengan siswa
yang pandai dalam menerima
pelajaran. Menulis merupakan suatu keterampilan dan keterampilan itu hanya akan berkembang jika dilatihkan secara terus menerus atau lebih sering. Memberikan kesempatan lebih banyak bagi siswa untuk berlatih menulis dalam berbagai tujuan merupakan sebuah cara yang dapat diterapkan agar keterampilan menulis meningkat dan berkembang secara tepat. Selain itu juga banyak guru Sekolah Dasar mengalami kesulitan untuk membiasakan siswa belajar menulis. Penyebabnya adalah kesalahan guru dalam commit to user Guru di dalam pembelajaran pemilihan model pembelajaran yang diterapkan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional atau metode ceramah. Pembelajaran masih bersifat teacher centered, guru masih berperan aktif secara penuh dalam proses pembelajaran sedangkan siswa pasif, hanya menerima materi dari guru. Hal tersebut mengakibatkan pengajaran membosankan, karena siswa hanya disuguhkan materi yang banyak dengan metode ceramah dari guru tanpa diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya.. Selain itu dengan metode ceramah mengakibatkan konsentrasi siswa kurang dan cepat marasa jenuh menjadikan mereka malas menulis. Maka dari itu wajar siswa tidak mampu atau tidak menyukai pelajaran menulis, khususnya menulis cerita pendek. Permasalahan lain yang terkait dengan pembelajaran keterampilan menulis di sekolah adalah sistem penilaian dan pencapaian target kurikulum pembelajaran yang hanya diukur berdasarkan tes-tes tertulis di akhir semester atau akhir tahun ajaran. Padahal tidak semua keterampilan berbahasa dapat dievaluasi dengan menggunakan hasil tes-tes tertulis. Untuk mengetahui kemampuan dan perkembangan keterampilan berbahasa termasuk menulis tidak cukup hanya dilihat melalui jawaban soal-soal yang diberikan satu atau dua kali di tengah dan di akhir semester. Tes-tes tertulis hanya salah satu bagian saja dari proses penilaian. Permasalahan-permasalahan tersebut juga terjadi pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Rendahnya keterampilan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor penghambat dari siswa yaitu tingkat inteligensi peserta didik yang beraneka ragam, sehingga kemampuan menerima pelajaran dari guru juga beragam. Ada yang cepat, sedang, dan lambat dalam menerima. Minat atau usaha siswa dalam mengikuti pelajaran juga beragam. Ada yang giat belajar, seenaknya belajar, bahkan ada yang malas belajar. Tidak ada dukungan belajar dari orang tua, Siswa berasal dari rumah tangga yang belum mengenal sekolah, sehingga dasar keterampilan menulis belum ada. siswa sulit beradaptasi dengan lingkungan sekolah, selain itu adalah model pembelajaran yang digunakan kurang menarik atau kurang tepat bagi siswa selama pembelajaran menulis. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
Hal ini diketahui setelah dilakukan observasi di SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Standar Ketuntasan Belajar Mengajar KKM yang dipakai guru dalam keterampilan menulis adalah 60. Sedangkan dari daftar nilai yang dipelihatkan guru kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar, sebanyak 50 % lebih siswa mendapatkan nilai kurang dari KKM pada pembelajaran menulis cerita pendek. Kelemahan siswa yang paling utama terletak pada kurang mampu mengembangkan isi cerita, kebanyakan dari mereka mengulang-ngulang kata atau kalimat yang sama. Berdasarkan hasil observasi tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian di kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Karena pembelajaran keterampilan menulis khususnya cerita pendek masih kurang maksimal. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas dan pengamatan pada siswa di SD Negeri 01 Jaten Karanganyar, diketahui bahwa upaya khusus untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa khususnya cerita pendek masih belum banyak dilakukan. Uraian di atas mengisyaratkan, bahwa dewasa ini dibutuhkan pembenahan serius dalam pengajaran menulis, meskipun dipahami bahwa banyak faktor yang mempengaruhi ketidakmampuan siswa dalam menulis. Namun, diakui bahwa peranan guru sangat menentukan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif serta memiliki kemampuan yang memadai dalam merancang pembelajaran menulis, terutama menyangkut teknik dan strategi yang digunakan. Saat ini, pembelajaran inovatif yang mampu membawa perubahan belajar bagi siswa telah menjadi barang wajib bagi guru. Pembelajaran konvensional telah usang karena dipandang hanya berkutat pada metode mulut. Siswa sangat tidak nyaman dengan metode mulut. Sebaliknya siswa nyaman dengan pembelajaran yang sesuai dengan pribadi siswa itu sendiri yang masih dalam usia yang senang dengan permainan (bermain sambil belajar). Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Oleh karena itu, pengajaran keterampilan menulis siswa harus segera commit user diperbaiki sehingga tidak terlarut-larut dantomenghadirkan masalah baru yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
rumit. Penggunaan model pembelajaran yang tepat sangat penting kehadirannya dalam pelajaran. Joyce dalam Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa “each model guides us as we design instruction to help students achieve various objectives”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Selain itu model pembelajaran juga dijadikan pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berfikir kritis, memiliki keterampilan sosial. Dan pencapaian hasil belajar yang optimal (Isjoni, 2008: 146). Hal ini dimaksudkan agar siswa berpartisipasi serta aktif untuk mengikuti proses pembelajaran, serta peserta didik mudah memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Menurut Arends dalam Agus Suprijono (2009: 46) berpendapat bahwa: “ Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, ligkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Pembelajaran modern memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Aktif, pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingg peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Inovatif, pembelajaran dapat memfasilitasi kegiatan belajar yang memberi kesempatan kepada peserta didik menemukan sesuatu melalui aktivitas belajar yang dilakoninya. Kreatif, pembelajaran harus menumbuhkan pemikiran kritis, kemampuan berfikir tentang sesuatu dengan cara baru dan tak biasa serta menghasilkan solusi unik atau suatu problem. Dan menyenangkan, pembelajaran dengan suasana sosio emotional climate positif. Peserta didik merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang mendera dirinya, melainkan berkah yang harus disyukurinya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
Salah satu model pembelajaran yang menarik bagi anak adalah model pembelajaran picture and picture. Model pembelajaran ini sangat cocok untuk pembelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Matematika. Tetapi model ini tetap dapat digunakan dalam mata pelajaran yang lain dengan kemasan dan kreatifitas guru. Model pembelajaran ini dipopulerkan sekitar tahun 2002, serta mulai menyebar di kalangan guru di Indonesia. Model pembelajaran picture and picture mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama adalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan dan yang menarik bagi siswa agar siswa aktif mengikuti proses pembelajaran. Langkah-langkah
model
pembelajaran
picture
and
picture
(http://kiranawati.wordpress.com/2009/09/11/model-model-pembelajaran.) adalah sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Guru menyajikan materi sebagai pengantar. 3. Guru memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi. 4. Guru menunjuk/ memanggil siswa secara bergantian memasangkan atau mengurutkan gambar. 5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut. 6. Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep atau materi. 7. Kesimpulan/rangkuman. Model pembelajaran picture and picture sangat cocok untuk diterapkan pada anak SD, karena selain menarik model ini juga memiliki banyak keunggulan, yaitu: 1. Memudahkan siswa untuk memahami yang dimaksudkan oleh guru ketika menyampaikan materi pelajaran. 2.
Siswa cepat tanggap atas materi yang diberikan oleh guru.
3. Siswa akan lebih tertarik dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran to user melalui gambar – gambar yangcommit diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
4. Siswa dapat berfikir aktif dalam menyusun gambar yang telah dipersiapkan oleh guru. 5. Siswa lebih konsentrasi serta mengasyikkan atas tugas yang diberikan guru. Dengan berbagai keunggulan yang dimilki oleh model pembelajaran picture and picture tersebut maka proses pembelajaran akan menjadi lebih menyenangkan bagi siswa. Berdasarkan kenyataan dan permasalahan yang diuraikan di atas penulis tertarik melaksanakan penelitian dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Dengan Model Pembelajaran Picture and Picture Pada Siswa Kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional (metode ceramah) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis cerita pendek.. 2. Keterampilan menulis siswa masih rendah. 3. Siswa tidak terbiasa menulis dengan baik di sekolah maupun di rumah. 4. Guru hanya mengejar target materi yang sesuai kurikulum tanpa memperhatikan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
C. Pembatasan masalah Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang akan diidentifikasi, agar permasalahan yang akan diteliti lebih jelas perlu dilakukan pembetasan masalah sebagai berikut: 1. Masalah yang diteliti adalah tentang keterampilan menulis cerita pendek. 2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran picture and picture. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penggunaan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten karanganyar pada pembelajaran Bahasa Indonesia? E. Tujuan Penelitian Penelitian
tindakan
kelas
ini
bertujuan
untuk:
Meningkatkan
keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar dengan model pembelajaran picture and picture.
F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretis a. Untuk mengetahui secara nyata tentang peningkatan keterampilan menulis cerita pendek dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture. b. Sebagai acuan pembelajaran yang inovatif. c. Sebagai fakta pembelajaran menulis yang menerapkan model pembelajaran picture and picture. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru 1). Dengan adanya penelitian ini, bertambahnya wawasan dan pengalaman guru mengenai model pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek yaitu dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture. 2). Meningkatnya profesionalime guru dalam membelajarkan siswa. Khususnya dalam membelajarkan keterampilan menulis cerita pendek. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
3). Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran. b. Bagi Siswa Meningkatnya keterampilan menulis cerita pendek siswa. Serta siswa mendapatkan pengalaman baru mengenai belajar bahasa Indonesia dalam keterampilan menulis yaitu dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture. c. Bagi Sekolah Model pembelajaran picture and picture dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Picture and Picture a.
Pengertian Model Pembelajaran Menurut Isjoni (2008: 146) model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berfikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal. Winataputra dalam Anton Sukarno (2006: 144) mendefinisikan model pembelajaran yaitu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang, pembelajar dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan belajar-mengajar. Kemudian Joyce dalam Triyanto (2007: 5) mendefinisikan model pembelajaran yaitu “suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, dan lainlain”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan model pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam merencanakan pembelajaran di kelas dan digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi siswa, minat belajar serta keterampilan siswa, sehingga hasil belajar siswa juga akan lebih optimal. commit to user 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
b. Manfaat Model Pembelajaran Setiap model harus dipersiapkan dengan baik agar proses pembelajaran dapat berlangsung efektif, tanpa persiapan yang matang pembelajaran apapun akan menjadikan siswa menjadi jenuh. Model pun harus berganti-ganti dalam beberapa pertemuan agar proses belajar mengajar tidak monoton. Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Banyaknya model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para pakar tersebut tidaklah berarti semua pengajar menerapkan semuanya untuk setiap mata pelajaran. Hal ini disebabkan tidak semua model pembelajaran cocok untuk setiap topik atau mata pelajaran. Nieveen dalam Triyanto (2009: 8) mengemukakan bahwa suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi beberapa kriteria, antara lain: Pertama, sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu: 1) apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat; dan 2) apakah terdapat konsistensi internal. Kedua, praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: 1) para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan; 2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan. Ketiga, efektif. Berkaitan dengan aspek efektivitas ini, Nieveen memberikan parameter sebagai berikut: 1) ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan 2) secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Dalam membelajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Winataputra (2006: 17) ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model atau strategi pembelajaran, yaitu: 1) tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, 2) sifat bahan/materi yang diajarkan, 3) kondisi siswa , 4) ketersediaan sarana-prasarana belajar. Keberhasilan
pembelajaran
ditentukan
oleh
banyak
faktor
diantaranya adalah guru. Menurut UUSPN dalam Sutan Zanti Arbi (1992: 130) “Guru ialah tenaga pengajar commit yang to usermerupakan tenaga pendidik yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
khusus diangkat dengan tujuan utama mengajar pada jenjang pendidikan dasar dan jenjang pendidikan tengah”. Tugas guru tidak hanya mengajar, menyampaikan bemacam-macam ilmu pengetahuan, dan keterampilan kepada murid, tetapi juga melaksanakan tugas mendidik. Selain itu di dalam melaksanakan tugas mengajar, guru dituntut untuk merencanakan pengajaran tersebut. Guru memiliki kemampuan dalam proses pembelajaran yang berkaitan erat dengan kemampuannya dalam memilih model pembelajaran yang dapat memberikan keefektivitasan kepada siswa. Menurut Degeng dalam Sugiyanto (2009:1) mengemukakan bahwa: “ Daya tarik suatu pelajaran (pembelajaran) ditentukan oleh dua hal, pertama oleh mata pelajaran itu sendiri, dan kedua oleh cara mengajar guru. Oleh karena itu, tugas professional seorang guru adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadikannya menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya berarti menjadi bermakna. Jika kondisi tersebut dapat dilaksanakan guru yaitu siswa secara sukarela untuk mempelajari lebih lanjut karena adanya kebutuhan dan belajar bukan sekedar kesajiban, maka guru sebagai pengajar dapat dikatakan berhasil”. Setiap model pembelajaran berakar dari pihak pendidik yaitu guru, dan kegiatan belajar secara pedagodis berakar dari pihak siswa. Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran (Sugiyanto, 2009: 4). Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Menurut Abdul Aziz Wahab (1995: 15) penggunaan model pembelajaran memberikan beberapa manfaat di dalam kegiatan belajar yaitu antara lain: a). Mendorong siswa belajar cara-cara belajar dengan baik. Ketika guru commit to user memanfaatkan sebuah model untuk mempertajam memori, guru melatih
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
siswa berfikir dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang sesuatu yang dipelajarinya. b). Melatih siswa cara-cara berfikir dan belajar dengan teknik-teknik tertentu, guru seyogyanya memapankan program pembelajaran tertentu dengan seksama yang dikaitkan dengan teknik-teknik pembelajaran yang telah dikenal siswa sebelumnya. c). Melatih siswa bernalar secara mandiri. Guru meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar secara mandiri tanpa bergantung sepenuhnya pada pembimbingan guru secara total. Setelah siswa terbiasa berfikir kreatif,logis dan sistematis, siswa akan mampu mengembangkan proses pemecahan masalah yang belum pernah dilatihkan guru. d). Guru melatihkan strategi berfikir memadukan berbagai keterampilan seperti cara-cara mengamati, sedangkan obervasi tersebut digunakan dalam hubungan dengan keterampilan-keterampilan yang lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar, pembelajaran menulis khususnya menulis cerita kurang disukai siswa. Ketika pembelajaran menulis dimulai mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk memulai tulisan. Mereka kerap menghadapi sindrom kertas kosong (blank page syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut salah, takut berbeda dengan apa yang diperintahkan oleh guru. Untuk itu, dalam pembelajaran keterampilan menulis cerita pendek model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan adalah model pembelajaran picture and picture, karena model pembelajaran ini sangat menyenangkan, memberikan pengalaman dalam proses belajar dengan memfasilitasi siswa berinteraksi dengan subjek, ide dan kejadian yang dapat dimanipulasi. Keterlibatan berupa aktivitas belajar yang tidak hanya mendengarkan, tetapi melibatkan potensi yang ada pada siswa, seperti berfikir kreatif, logis dan sistematis. Selain itu, model pembelajaran picture and picture mengunakan media gambar untuk menarik perhatian dan minat siswa, sehingga motivasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
serta keaktivan siswa muncul dan keterampilan menulis khususnya cerita pendek akan dikuasai dengan baik oleh siswa. c.
Pengertian Model Pembelajaran Picture and Picture Pengertian model pembelajaran picture and picture menurut Elin Rosalin (2008: 125) yaitu sajian informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi, dan refleksi. Sedangkan menurut Yatim Riyanto (2010: 278) mendefinisikan model pembelajaran picture and picture adalah strategi pembelajaran yang dibuat guru dengan menyajikan gambar yang disusun secara acak kemudian menyuruh siswa untuk mengurutkan gambar tersebut menjadi susunan yang logis dan sistematis. Model Pembelajaran picture and picture mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan. Gambar dibuat se-menarik mungkin agar keaktivan siswa muncul dalam mengikuti proses pembelajaran. Model pembelajaran picture and picture di populerkan sekitar tahun 2002 dan mulai menyebar di kalangan guru di Indonesia. Picture and picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau dirutkan menjadi urutan yang logis. Model ini sangat cocok untuk pembelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Matematika. Tetapi model ini tetap dapat digunakan dalam mata pelajaran yang lain dengan kemasan
dan
kreatifitas
yang
diciptakan
oleh
guru
(http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/03/model-pembelajaran-picture-andpicture/html). Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan user bahwa model pembelajaran commit picture to and picture adalah suatu rencana atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
strategi pebelajaran yang dijadikan acuan atau pedoman guru yang di dalam proses pelaksanaannya meliputi sajian informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi, dan refleksi. d. Penerapan Model Picture and Picture Dalam Pembelajaran Keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat diwujudkan dalam bentuk pertanyaan atau memberikan jawaban dalam pembahasan materi pembelajaran. Dalam menerima jawaban dari siswa, guru tidak boleh langsung menyalahkan jika jawaban tersebut memang salah, akan tetapi guru mengganti pertanyaan yang sifatnya mengarahkan agar siswa dapat memberi jawaban yang benar. Adapun sikap guru kepada siswa yang menjawab dengan benar yaitu guru berusaha mengetahui alur pemikiran siswa tersebut untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya lebih lanjut. Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 42) langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran ini adalah sebagai berikut: 1). Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai. Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apa yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka
siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus
dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikatorindikator ketercapaian Kompetensi Dasar, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh siswa. 2). Menyajikan materi sebagai pengantar. Penyajian materi sebagai pengantar merupakan sesuatu yang sangat penting. Dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang user selama ini belum siap. commit Dengantomotivasi dan teknik yang baik dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari. 3). Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi. Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukkan oleh guru atau oleh temannya. Dalam pelajaran bahasa Indonesia siswa dapat menceritakan kronologi atau urutan cerita atau maksud dari gambar yang ditunjukkan. Dengan Picture atau gambar guru akan menghemat energi dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. 4). Guru menunjukkan atau memanggil siswa secara bergantian memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Pada langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau dimodifikasi. 5). Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut. Setelah itu mengajak siswa menemukan jalan cerita, atau tuntutan Kompetensi Dasar dengan indikator yang akan dicapai. 6). Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Dalam proses pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekananpenekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan. 7). Kesimpulan atau rangkuman. Model pembelajaran picture and picture sangat menyenangkan commit to user media gambar dan warna yang diterapkan di SD, karena menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
menarik serta ukuran besar yang menimbulkan motivasi siswa. Selain itu model pembelajaran ini juga melatih siswa berpikir secara logis dan sistematis dalam pengurutan gambar. Dengan demikian siswa akan lebih aktif dan tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran. e.
Manfaat Model Pembelajaran Picture and Picture Untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam menangkap materi yang disampaikan, maka guru harus menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan siswa. Untuk tingkat Sekolah Dasar khususnya kelas rendah, model pembelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran yang bersifat menyenangkan. Jadi di dalam proses belajar siswa dapat belajar sambil bermain. Model pembelajaran picture and picture memberi beberapa manfaat di dalam proses belajar mengajar, antara lain: 1). Memudahkan siswa untuk memahami yang dimaksudkan guru ketika menyampaikan materi pembelajaran. Melalui media gambar siswa akan mudah menyerap materi yang diajarkan oleh guru. Karena dengan model pembelajaran ini siswa belajar secara bersama-sama dengan mengamati gambar. 2). Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa Dengan menerapkan model pembelajaran picture and picture, maka guru akan lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. Hal ini dikarenakan siswa secara bergilir ditunjuk oleh guru untuk maju mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis. Jika siswa mengalami kesulitan dalam pengurutan gambar, berarti menandakan bahwa siswa di dalam berfikir kritis dan kreatif masih kurang. Sehingga siswa tersebut perlu diberikan bimbingan agar dapat menyelesaikan perintah yang diberikan oleh guru. 3). Kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan. Artinya, dengan penerapan model pembelajaran picture and picture maka siswa akan commit to mengikuti user menjadi lebih bersemangat dalam pelajaran. Karena di dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
pembelajaran siswa dapat belajar sambil bermain, yaitu memasangkan gambar acak menjadi gambar urut. Siswa akan berlomba-lomba untuk menunjukkan jari maju ke depan, dengan begitu keaktivan siswa akan meningkat. 4). Siswa dapat berfikir logis dan sistematis dalam menyusun gambar yang telah dipersiapkan oleh guru. Siswa dapat berfikir logis dan sistematis maksudnya siswa mampu berfikir dengan benar (masuk akal) dan beralur (berurutan). Model pembelajaran picture and picture ini mengandalkan gambar untuk menarik minat siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar. Siswa diminta guru untuk mengurutkan gambar acak menjadi gambar urut berdasarkan pemikirannya. Kemudian guru menanyakan dasar dari pengurutan gambar tersebut. Sehingga siswa akan terlatih untuk berfikir logis dan sistematis melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. 5). Siswa lebih konsentrasi serta mengasyikkan atas tugas yang diberikan oleh guru. Di dalam proses pembelajaran siswa akan lebih konsentrasi pada gambar dan kemungkinan kecil siswa ramai karena asik mengamati gambar yang ada di depan. Sehingga siswa mudah dalam memahami materi pembelajaran. f. Contoh Model Pembelajaran Picture and Picture Model pembelajaran picture and picture merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan gambar dan tulisan yang dipasangkan dan diurutkan secara logis oleh siswa dan akan memberikan pengalaman dalam proses belajar, dengan memfasilitasi siawa berinteraksi dengan objek, ide dan kejadian yang dapat dimanipulasi. Keterlibatan merupakan aktivitas belajar yang tidak hanya mendengarkan, tetapi melibatkan potensi yang ada diri siswa, seperti berpikir kreatif, berintepretasi, dan pemecahan masalah dapat berkembang lebih efektif. Berikut ini adalah contoh gambar yang digunakan dalam commitand to user pembelajaran dengan model picture picture.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
Memancing
1).
2).
3).
4).
Gambar 1. Contoh Gambar Model Pembelajaran Picture and Picture Gambar 1 merupakan contoh media dalam model pembelajaran picture and picture yang ditunjukkan dengan penyusunannya yang acak, kemudian siswa diminta untuk mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis dan sistematis. Logis yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sistematis berarti menguraikan dan merumuskan sesuatu dalam hubungan yang teratur. Setelah itu, siswa menyusun kalimat pada setiap gambar. Selanjutnya siswa diminta untuk membuat cerita dengan mengembangkan kalimat yang telah dibuat menjadi paragraf dalam bentuk cerita. Dengan begitu siswa akan terlatih untuk menulis dan sebaiknya kegiatan pembelajaran menulis dengan model pebelajaran picture and picture dilakukan secara berulang-ulang. Dengan demikian keterampilan menulis cerita khususnya cerita pendek akan meningkat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
2. Tinjauan Tentang Keterampilan Menulis Cerita Pendek a.
Pengertian Keterampilan Dalam kehidupan masyarakat keterampilan kerap dikaitkan dengan kecepatan dalam melakukan pekerjaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 180), dikemukakan bahwa keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Seseorang dapat dikatakan terampil bila sudah cekatan dalam melakukan sesuatu dengan baik dan cermat. Setiap orang memiliki keterampilan yang berbeda-beda. Hal ini akan mempengaruhi hasil tugas yang dikerjakan. Tri
Budiarto
(2008:
1-2)
juga
mengungkapkan
keterampilan berasal dari kata “terampil yang artinya
pengertian
adalah mampu
bertindak dengan cepat dan tepat”. Istilah lain dari terampil adalah cekatan, cakap mengerjakan sesuatu. Dengan kata lain keterampilan dapat disebut juga kecekatan, kecakapan, atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat. Menurut pendapat Aksay secara morfologis istilah keterampilan diambil dari skill maka memuat arti kemampuan mengerjakan sesuatu dengan baik dan dilakukan dengan cara memanfaatkan pengalaman dan pelatihan (http://aksay.multiply.com/journal/item/20). Setiap orang tentunya mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam melakukan sesuatu. Seseorang akan dikatakan terampil bila selalu melatih keterampilan yang dimiliki. Melatih keterampilan dapat dilakukan sejak dini. Banyak sekali keterampilan
yang dihasilkan, misalnya
keterampilan menulis. Keterampilan adalah usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi permasalahan belajar (http://saifulmmuttaqin. blogspot. com/2010/03/pembelajaran-ketrampilan. html). Menurut berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan keterampilan merupakan keahlian atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang di mana commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
keahlian atau kemampuan itu timbul dikarenakan kebiasaan seseorang belajar dan berlatih secara berkesinambungan. b. Pengertian Menulis Imron Rosidi (2009: 2) mengemukakan bahwa menulis merupakan “kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang yang diungkapkan dalam bentuk bahasa tulis. Menulis merupakan kegiatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung”. Menurut H. G . Tarigan (2008:22) menulis adalah “menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang, sehingga orang-orang dapa membaca lambanglambang grafik tersebut jika mereka memahami bahasa dan gambaran dan grafik tersebut”. Selain itu pengertian menulis menurut (http://42explore.com/ writing.html). Writing is the expression of language in the form of letters, symbols, or words. The primary purpose of writing is communication Artinya menulis adalah ekspresi bahasa dalam bentuk huruf, simbol, atau kata-kata. Tujuan utama penulisan adalah komunikasi Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam
bentuk
bahasa
tulis
pengertian.blogspot.com/2010/04/pengertian-menulis.html).
(http://definisiMenulis
merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses menulis mencakup serangkaian kegiatan mulai dari penemuan gagasan atau topic yang akan di bahas sampai penulisan akhir (Sabarti Akhadiah dkk, 1997: 2). perasaan melalui tulisan untuk disampaikan kepada pembaca. Menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2008: 2.1) untuk mencapai suatu tulisan yang baik sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, tentu saja akan berhubungan pula dengan keefektifan dalam menggunakan kalimat. Kalimat efektif adalah kalimat yang commit dapat menyampaikan pesan, gagasan, ide, dan to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
pemberitahuan kepada penerima (pembaca) sesuai dengan yang ada dalam benak si penyampai (penulis). Dengan kalimat efektif, penulis akan mengungkapkan gagasannya dengan jelas dan pembaca akan memahami gagasan penulis dengan jelas pula. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan menulis adalah serangkaian kegiatan yang kompleks yang memerlukan tahapan-tahapan, dan menuangkan ke dalam bentuk tulisan sehingga pembaca dapat memahami isi dari gagasan yang disampaikan. c. Tahap-Tahap Dalam Menulis Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase. Menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2008: 14) ada beberapa fase dalam menulis yaitu meliputi: 1). Tahap prapenulisan. Tahap ini merupakan fase persiapan menulis, yaitu tahap mencari,menemukan
dan
mengingat
kembali
pengetahuan
atau
pengalaman yang dperoleh dan diperlukan penulis. Tujuannya adalah untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan lain dalam menulis sehingga apa yang ingin ditulis dapat disajikan dengan baik. Fase ini sangat menentukan aktivitas dan hasil menulis berikutnya. Persiapan yang baik sangat memungkinkan untuk menumpulkan bahan secara terarah, mengaitpadukan antargagasan secara runtut, serta membahasnya secara kaya, luas, dan dalam. Sebaliknya, tanpa persiapan yang memadai, banyak kesulitan yang akan ditemui serta penulis kecewa atau bahkan tertawa melihat hasil tulisan yang dibuatnya. Pada fase prapenulisan ini terdapat aktivitas memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan idea tau gagasan dalam bentuk karangan. 2). Tahap penulisan. commit to user Pada tahap pramenulis, penulis telah menentukan topik dan tujuan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
mengumpulkan informasi yang relevan, serta membuat kerangka karangan. Dengan selesainya itu semua, berarti penulis telah siap untuk menulis. Penulis mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah dipilih dan dikumpulkan. Dalam pengembangan setiap ide, penulis dituntut untuk mengambil keputusan, yaitu keputusan tentang kedalaman serta keluasan isi, jenis informasi yang akan disajikan, pola organisasi karangan termasuk di dalamnya
teknik
pengembangan
alinea,
serta
gaya
dan
cara
pembahasannya (pemilihan kata, pengalimatan, pengalineaan) dan tentu saja keputusan itu harus disesuaikan dengan topik, tujuan, corak karangan, dan pembaca karangan. 3). Tahap pascapenulisan. Fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang penulis hasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi). Penyuntingan merupakan kegiatan membaca ulang suatu buram karangan dengan maksud untuk merasakan, menilai, dan memeriksa baik untuk mekanik atau pun isi karangan. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi tentang unsure-unsur karangan yang perlu disempurnakan. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh orang lain atau penulisnya sendiri. Berdasarkan hasil penyuntingan itulah maka kegiatan revisi atau perbaikan karangan dilakukan. Kegiatan revisi itu dapat berupa penambahan, penggantian, penghilangan, pengubahan, atau penyusunan kembali unsur-unsur karangan. Kadar revisi itu sendiri tergantung pada tingkat keperluannya. Bila revisi berat, bisa juga sedang atau ringan. Pada revisi ringan, seperti yang disebabkan oleh kesalahan unsur-unsur mekanik, kegiatan perbaikan itu biasanya dilakukan bersamaan dengan penyuntingan. Tetapi untuk revisi berat misalnya karena kesalahan urutan gagasan, contoh atau ilustrasi, cara pengembangan, penyampaian penjelasan atau commit to user dilakukan setelah penyuntingan bukti, kegiatan perbaikan itu biasanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
selesai. Bila perbaikan itu mendasar, maka kegiatan revisi berat biasanya diikuti kembali dengan penulisan kembali karangan (rewrite). Kegiatan penyuntingan dan perbaikan karangan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a). Membaca keseluruhan karangan; b). Menandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan apabila ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan, dan disempurnakan; serta c). Melakukan perbaikan sesuai temuan saat penyuntingan. Berdasarkan penjabaran di atas, maka ketiga fase tersebut harus dipahami sebagai komponen yang memang ada dan dilalui oleh seorang penulis dalam proses tulis menulis. Menurut Amir dan Rukayah (1996: 77) sebelum melaksanakan pembelajaran menulis guru harus membuat suatu perencanaan terlebih dahulu dengan memperhatikan: a). Kegiatan belajar menulis harus dimulai dengan kegiatan mendengarkan, berbicara, dan membaca, sebab siswa SD belum memiliki kemampuan yang mendalam untuk menalar ide atau gagasan secara sendiri-sendiri. b). Kegiatan pembelajaran menulis harus dimulai dengan latihan-latihan pola kalimat, mengisi titik-titik, menyelesaikan kalimat atau paragraf, atau menulis bebas. c). Pembelajaran menulis dapat pula dilatihkan mulai dari mengarang ataupun paragraf atau menulis bebas. d). Karangan hendaknya ditulis dengan alasan: (1). Fungsional, maksudnya pembelajaran menulis tidak hanya untuk meningkatkan keterampilan mengemukakan ide atau gagasan secara tertulis dengan ejaan yang benar, tetap juga tulisannya itu harus berguna bagi kehidupan siswa, baik untuk mempelajari bidang studi lain, maupun bagi kehidupannya di masyarakat kelak. Misalnya menulis surat, menulis undangan, menjelaskan suatu objek dan laincommit to user lain.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
(2). Ekspresif, yaitu untuk mengungkapkan perasaa atau emosi yang sesuai dengan lingkungan budayanya. Misalnya menulis puisi, prosan dan drama. (3). Pengembangan teknik, yaitu pengembangan keterampilan mulai dar penulisan judul, cara pengembangan paragraph sampai dengan menulis karangan yang baik seperti menulis cerita dengan ejaan yang benardan sebagainya. (4). Pengembangan keterampilan menulis antara lain. (a). Pengembangan tulisan tangan dan cetak. (b). Keterampilan menggunakan tanda baca, huruf capital, ejaan dan kosa kata. (c). Penggunaan pola kalimat dan tata bahasa. (d). Pemilihan cara penulisan sesuai dengan tujuuannya. (e). Keterampilan menyunting, seperti memeriksa tulisan sendiri, memperbaiki dan memeiksa hasil karangan sendiri. (f). Menyusun karangan dan keterampilan mengorganisasikan idea tau gagasan secara efektif, misalnya menulis majalah dinding. (g). Akhirnya siswa harus mempelajari keterampilan menulis untuk kepentingan sendiri atau bekerja. Dalam hal ini guru harus dapat memberikan dorongan agar siswa gemar mengarang misalnya menuliskan hal-hal atau kegiatan yang disaksikan, dirasakan maupun dialami sendiri ke buku hariannya. d. Tujuan Menulis Menurut Hugo Hartig (dalam Depdikbud: 235) ada beberapa tujuan menulis, antara lain: 1). Assigment Purpose (tujuan penugasan). Penulis menulis karena mendapat tugas, bukan atas kemauan sendiri. Misalnya siswa ditugaskan merangkum sebuah buku bacaan, membuat cerita pendek, membuat laporan observasi dan sebagainya. to user 2). Altruistic Purpose (tujuancommit altruistik).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
Penulis menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, menolong para pembaca untuk memahami, menghargai perasaan
dan
penalarannya,
ingin
menjadikan
hidup
pembaca
menyenangkan. Penulis berkeyakinan bahwa pembaca adalah “teman” hidupnya. Sehingga penulis benar-benar dapat mengkomunikasikan suatu idea tau gagasan bagi kepentingan pembaca. Hanya dengan cara itulah tujuan altruistik dapat tercapai. 3). Persuasive Purpose (tujuan persuasi). Penulis bertujuan mempengaruhi pembaca, agar pembaca yakin akan kebenaran gagasan atau ide yang dituangkan oleh penulis. Tulisan semacam ini banyak dipergunakan oleh para penulis untuk menawarkan sebuah produksi barang dagangan. 4). Informatical Purpose (tujuan informasional). Penulis menuangkan ide atau gagasan dengan tujuan memberi informasi atau keterangan kepada pembaca. Di sini penulis berusaha menyampaikan informasi agar pembaca menjadi tahu mengenai apa yang diinformasikan oleh penulis. 5). Self Expressive (tujuan pernyataan diri). Penulis berusaha untuk memperkenalkan atau menyatakan dirinya kepada para pembaca. 6). Creative Purpose (tujuan kreatif). Penulis bertujuan agar para pembaca dapat memiliki nilai-nilai artistik atau nilai-nilai kesenian dengan membaca tulisan si penulis. Di sini penulis bukan hanya memberikan informasi, melainkan lebih dari itu. Dalam informasi yang disajikan oleh penulis, para pembaca bukan hanya sekedar tahu apa yang disajikan penulis, tetapi juga merasa terharu membaca tulisan tersebut. 7). Problem Solving Purpose (tujuan pemecahan masalah). Dikenal tulisannya, penulis berusaha member kejelasan kepada para pembaca tentang bagaimana cara pemecahan suatu masalah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
e.
Manfaat Menulis Menulis merupakan kegiatan yang mempunyai banyak manfaat yang dapat diterapkan oleh penulis itu sendiri. Menurut Sabartiah, dkk (1994: 1) ada beberapa manfaat menulis antara lain: 1). Dengan menulis dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi pribadi yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang ditulis. 2). Melalui kegiatan menulis dapat mengembangkan berbagai gagasan atau pemikiran yang akan dikemukakan. 3). Dari kegiatan menulis dapat memperluas wawasan kemampuan berfikir, baik dalam bentuk teoritis maupun dalam bentuk berfikir terapan. 4). Permasalahan yang kabur dapat dijelaskan dan dipertegas melalui kegiatan menulis. 5). Melalui kegiatan tulisan dapat menilai gagasan sendiri secara objektif. 6). Dalam konteks yang lebih konkret, masalah dapt dipecahkan dengan lebih melalui tulisan. 7). Dengan menulis dapat memotivasi diri untuk belajar membaca lebih giat. Penulis menjadi penemu atu pemecah masalah bukan sekedar menjadi penyadap informasi dari orang lain. 8). Melalui kegiatan menulis dapat membiasakan diri untuk berfikir dan berbahasa secara tertib.
f. Pengertian Keterampilan Menulis Keterampilan dalam pembelajaran mencakup beberapa aspek. Salah satu aspek keterampilan yang harus dikuasai adalah keterampilan menulis. Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga mengekspresikan pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan. Kegunaan menulis bagi siswa adalah untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagian besar tugas sekolah. Oleh karena itu, menulis harus diajarkan pada saat anak mulai masuk SD (Mulyono Abdurrahman, 2003: 223). Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam to userlangsung dan komunikasi tidak cara berkomunikasi, yaitu commit komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
langsung. Kegiatan berbicara dan mendengar (menyimak) merupakan komunikasi secara langsung, sedangkan kegiatan menulis dan membaca merupakan komunikasi tidak langsung. Keterampilan menulis sebagai salah satu cara dari empat keterampilan berbahasa mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis, seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasannya untuk mencapai tujuan dan maksudnya. St. Y. Slamet (2008: 96) berpendapat bahwa keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang dikuasai seseorang sesudah menguasai keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Dalam dunia kepenulisan, pengertian keterampilan menulis seringkali menjadi sesuatu yang bias sehingga banyak yang tidak memahami pengertian yang sesungguhnya. Hal ini dapat dibuktikan dari kenyataan banyak yang menganggap bahwa menulis itu ditentukan karena bakat. Padahal sebenarnya seseorang mempunyai kemampuan menulis karena dia terampil. Sementara untuk dapat terampil dalam menulis, maka dia harus melakukannya secara langsung atau melatih dirinya sehingga terampil. Sedangkan menurut Agus Suriamiharja (2003: 25) keterampilan menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang mudah dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut. Keterampilan menulis adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam
bidang
tulis
menulis
(http://www.anneahira.com/pengertian-
keterampilan-menulis.html). Keterampilan menulis bukan pekerjaan profesi juga bukan pekerjaan sembarangan. Dikatakan demikian karena menulis selain membutuhkan penalaran juga membutuhkan acuan agar tulisan yang disajikan dapat dipahami secara sempurna. Keterampilan menulis diawali dengan rajin membaca. Salah satu kendala lemahnya minat menulis disebabkan karena kurangnya kegiatan membaca. Sebenarnya keterampilan commit to maka user pekerjaan itu tidak terasa sulit. menulis bila diminati dan dibutuhkan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
Sulit dan mudah itu tergantung penilaian dan kebiasaan seseorang. Bisa karena biasa. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian keterampilan menulis adalah kemampuan yang didapat dan dimiliki oleh seseorang setelah melalui proses pelatihan secara intens, khusus dalam bidang menulis. Dengan mengikuti pelatihan atau berlatih secara intensif, maka seseorang dapat terampil menulis. Linda Campbell (1996: 21) berpendapat tentang hubungan keterampilan menulis dengan aspek keterampilan yang lain yaitu: “Writing cannot be segregated from other language acts. It is reinforced by speaking, listening and reading. Fully incorporating language arts activities into all content areas helps students communicate more effectivelly as well as learn more thoroughly. As in speech writing carries ideas from one person to another, with distinct purposes and meanings. Students, through a variety of writing activities, can develop a sense of audience and perceive writing as a relevant act occuring between themselves, other any society”. Yang berarti, menulis tidak dapat dipisahkan dari tindakan bahasa lainnya. Hal ini diperkuat dengan berbicara, mendengarkan dan membaca. Penuh menggabungkan kegiatan seni bahasa ke dalam semua area konten membantu siswa berkomunikasi dengan lebih secara efektif serta belajar lebih teliti. Seperti dalam pidato tertulis membawa ide dari satu orang ke orang lain, dengan tujuan yang berbeda dan makna. Siswa, melalui berbagai kegiatan menulis, dapat mengembangkan rasa penonton dan menganggap menulis sebagai tindakan yang relevan yang terjadi antara mereka sendiri, lainnya masyarakat mana pun. g. Keterampilan Menulis Cerita Pendek Perkembangan pragmatik anak atau penggunaan bahasa merupakan hal yang paling penting dalam bidang pertumbuhan bahasa pada usia sekolah. Anak-anak berumur lima dan enam tahun menghasilkan berbagai macam cerita. Cerita-cerita anekdot yang paling banyak mereka hasilkan. Isinya commit to user tentang hal-hal yang terjadi di rumah mereka masing-masing dan di
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
masyarakat sekitarnya. Kemampuan membuat cerita tersebut seharusnya sudah diperkenalkan pada usia prasekolah, meskipun masih sangat sederhana, yakni selama kegiatan mengasuh anak. Dengan demikian ketika anak memasuki sekolah dasar, anak-anak tidak merasa asing lagi dengan pembelajaran
membuat
cerita
(http//www.
artikel+peningkatan+keterampilan+menulis+cerita.html). Menurut Darmiyati Zucdi dan Budiasih (2001: 10) mengatakan bahwa anak-anak berumur enam tahun sudah mulai dapat membuat cerita sederhana atau pendek tentang acara televisi atau film yang mereka lihat. Kemampuan ini selanjutnya berkembang secara teratur, sedikit demi sedikit. Pada usia tujuh tahun anak-anak sudah mulai bisa membuat cerita yang agak padu. Cerita di tulis dengan menggunakan bahasa yang sudah lumayan bagus dan sedikit dapat dipahami oleh orang lain. Pada umur delapan tahun anak sudah mulai memiliki daya imajinasi yang tinggi yang ditandai dengan penggunaan kalimat misalnya“ akhirnya mereka hidup bahagia ”. Selain itu pengguaan struktur cerita semakin jelas untuk dipahami. Menurut Ismail (2001: 37)) keterampilan menulis cerita pendek adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk cerita pendek dengan bahasa tulis, serta kalimat yang digunakan di dalam cerita ini masih bersifat sederhana. Di dalam (http//:www.cerita-cerita.html) menjelaskan bahwa di dalam pembuatan cerita pendek tidak memerlukan waktu yang lama untuk membuatnya karena bentuknya yang lebih pendek daripada cerita-cerita yang lain, begitu pun untuk membacanya, sehingga cerita pen sering disebut bacaan yang dapat dibaca sekali duduk. Bahasa yang digunakan dalam cerita pendek pun menggunakan bahasa yang sederhana, lebih sederhana jika dibandingkan dengan bahasa dalam puisi yang mempunyai arti lebih kompleks. Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis cerita pendek adalah keahlian atau kecekatan yang dimiliki seseorang dalam menulis cerita commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
dalam bentuk sederhana, dengan menngunakan bahasa yang mudah dimengerti serta cerita tersebut mudah dipahami isinya oleh pembaca. h. Syarat-Syarat Penulisan Cerita Pendek Menurut St. Y. Slamet (1996: 39) membuat cerita untuk anak-anak tidak sama dengan mengarang cerita untuk orang dewasa, karena anak-anak bukanlah manusia dalam ukuran kecil. Sesuai dengan keadaan jiwanya yang sedang tumbuh, bacaan dapat menimbulkan beberapa pengaruh dalam diri anak-anak itu. Dalam menulis cerita anak, harus memperhatikan beberapa sifat yang umum pada anak-anak. Sifat-sifat tersebut diantaranya: 1). Anak-anak belum sanggup menangkap suatu maksud yang diungkapkan secara bertele-tele dan dengan cara sindiran atau kiasan. 2). Dalam diri anak-anak daya fantasi masih sangat kuat. Kadang-kadang mereka sukar membedakan dunia khayal dengan dunia kenyataan. Sebagai contoh, mereka berusaha mengusir nyamuk yang menggigit boneka kesayangannya. Kalau kaki mereka tersandung pada meja, meja itulah yang kena marah. 3). Anak-anak gemar meniru sifat-sifat pelaku cerita itu, walaupun sebagian saja. Misalnya tentang kejujurannya, kesetiaannya, atau cara tokoh itu bercakap-cakap. 4). Anak-anak belum sanggup mencernakan secara tepat makna tentang hidup dan mati, dan masalah kehidupan orang dewasa. Mengingat sifat-sifat tersebut di atas, maka sebaiknya cerita anak ditulis dengan beberapa ketentuan, misalnya: 1). Bahasa yang dipergunakan hendaknya sederhana, kalimatnya pendekpendek tetapi jelas. Pengungkapan sesuatu sebaiknya secara langsung, bentuk dialog kadang-kadang membuat cerita lebih menarik. 2). Mengingat besarnya peranan fantasi pada anak-anak, maka tokoh atau pelaku cerita dapat diambil dari binatang, tumbuh-tumbuhan dianggap mampu bercakap-cakap seperti manusia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
3). Sifat suka meniru sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk mendidik anakanak melalui cerita. Oleh karena itu, penonjolan sifat yang baik pada pelaku cerita perlu diperhitungkan, agar bacaan tersebut besar manfaatnya bagi anak-anak. 4). Pilihan tema cerita yang sesuai dengan dunia anak-anak. Jangan memilih tema yang pelik, sukar dan dianggap belum pantas disajikan untuk bacaan mereka. i.
Pentingnya Pembelajaran Keterampilan Menulis Di Sekolah Dasar Keterampilan menulis adalah salah satu kemampuan bahasa yang semakin penting untuk dikuasai. Hal ini erat kaitannya dengan pengabdian budaya industrial yang merupakan salah satu tuntunan pembangunan nasional pada masa yang akan datang. Budaya industrial menuntut anggota masyarakat memiliki wawasan, sikap dan berbagai kemampuan yang cocok untuk budaya tersebut. Salah satu kemampuan yang terpenting adalah membaca dan menulis. Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa tulis yang bersifat produktif, artinya keterampilan menulis ini merupakan keterampilan yang menghasilkan, yaitu menghasilkan tulisan. Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan keterampilan yang bersifat kompleks. Keterampilan yang diperlukan antara lain keterampilan berfikir secara logis, keterampilan mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas, dan keterampilan menerapkan kaidah-kaidah dengan baik (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 2001: 72). Keterampilan-keterampilan yang diperlukan itu diperoleh melalui proses yang panjang. Sebelum sampai pada tingkat mampu menulis, siswa harus mulai dari tingkat awal atau tingkat permulaan. Mulai dari pengenalan lambang-lambang bunyi. Keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh dari tingkat permulaan pada pembelajaran menulis permulaan itu, akan menjadi dasar
peningkatan
dan
pengembangan keterampilan menulis siswa to user maka dapat diharapkan hasil selanjutnya. Apabila dasarcommit itu baik,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
pengembangannya pun akan baik pula dan apabila dasar itu kurang baik atau lemah maka dapat diperkirakan hasil pengembangannya akan kurang baik. Dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis, khususnya cerita pendek guru memperhatikan bahan ajar menulis dan metode pengajaran serta pendekatan belajar yang tepat dalam pengajaran menulis. Pengajaran menulis difokuskan pada penulisan huruf, penulisan kata, penggunaan kalimat sederhana, dan tanda baca (huruf capital, titik, koma dan tanda tanya). Cara-cara mengajarkan atau metode pengajaran menulis dan tahaptahap dalam menulis menurut Ahmad Rofi,udin dan Damiyati Zuchdi (2001: 54) adalah: 1). Pengenalan huruf kegiatan yang dilakukan melalui langkah-langkah: a) menyajikan
gambar; b) menyebut dan menulis nama yang terdapat
dalam gambar; c) memperkenalkan bentuk huruf-huruf. 2). Latihan menulis, kegiatan yang dilakukan: a) memegang pensil dan sikap duduk;
b)
gerakan
tangan
dalam
menulis;
c)
menjiplak,
d)
menghubungkan titik-titik untuk membuat huruf, dan e) menatap huruf atau kata (koordinasi mata, ingatan dan ujung jari). 3). Menyalin menulis, kegiatan yang dilakukan; a) menyalin huruf; b) menyalin kata; c) menyalin kalimat, dan d) menyalin bacaan sederhana. 4). Menulis halus atau indah kegiatan yang dilakukan; a) penekanan diarahkan pada bentuk huruf; b) ukuran huruf; c) tebal tipisnya penulisan huruf; d) menyalin bacaan sederhana. 5). Dikte atau imla, kegiatan yang dillakukan dalam dikte meliputi; a) anak menyiapkan alat tulis guru menucapkan kalimat; b) anak menulis kalimat yang diucapkan guru; c) tulisan akan dikoreksi temannya; d) anak membetulkan tulisannya. 6). Melengkapi, kegiatan yang dilakukan meliputi; a) melengkapi dengan huruf; b) melengkapi dengan suku kata; c) melengkapi dengan kata. 7). Menulis nama, kegiatan yang dilakukan adalah; a) memfokuskan penulisan nama benda atau gambar; b) nama orang; c) nama hewan; d) commit to user nama binatang; e) nama jalan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
8). Mengarang, mengarang sederhana berdasarkan gambar seri, cerita sederhana, atau pengalaman anak. j. Bentuk Model Pembelajaran Keterampilan Menulis Menurut St. Y. Slamet (2007: 144) disebutkan ada berbagai bentuk atau model pembelajaran keterampilan menulis diantaranya: Model 1: Menjiplak. Sesuai dengan tingkat kesulitannya ada berbagai macam menjiplak dalam belajar keterampilan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu: 1). Menjiplak huruf, misalnya:
a
i
u
N
k
a
i
u
n
k
Aa
Ii
Uu
Nn
Kk
A
I
U
N
K
2). Menjiplak kata, misalnya:
a). Melati
………………………
Tanpa bantuan gambar
b). Melati
………………………
Dengan bantuan gambar
3). Menjiplak Kalimat, misalnya: a). Ibu pergi ke toko
……………………………………………………………………… …………..
b). Gambar toko
Ibu pergi ke toko ……………………………………………………………………… …………..
c). Menjiplak wacana sederhana, misalnya: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
Namaku Ariel Nama ayahku Sutarno Nama ibuku Sri Sugiyatmi Sedangkan nama nenekku Suharsi
……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ………………………………………………………………
Setelah siswa menjiplak kata, kalimat, atau wacana dalam kegiatan pembelajaran dapat dilanjutkan dengan aspek pemaduan pembelajaran keterampilan menulis dengan membaca. Model 2: Menyalin. Menyalin biasanya dimulai dari tingkatan kata, kalimat, sampai pada wacana, menyalin bisa dari: 1). Kata, kalimat, wacana, yang menggunakan huruf lepas. 2). Kalimat dan wacana yang menggunakan huruf lepas ke huruf latin atau sebaliknya. Model 3: Menatap. Menatap biasanya dilakukan dengan cara mengamati obyek agar siswa dapat membahas obyek tersebut. Obyek tersebut bisa berupa gambar kata, gambar kalimat, serta obyek asli. Model 4: Menyusun. Kegiatan menyusun paling sederhana adalah menyusun huruf menjadi kata, dilanjutkan dengan menyusun kata menjadi kalimat, dan kalimat menjadi wacana, seperti tergambar berikut ini: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
I
P
r
e
nasi memasak
g
…………………………………………….
ibu
…………………………………………….
Kesenangannya bermain voly
1. ……………………………………………
Aku senang bermain-main
2. ……………………………………………
Adikku juga senang bermain
3. ……………………………………………
Kesenanganku bermain
4. ……………………………………………
Kegiatan menyusun tersebut dapat dipadukan dengan aspek pembelajaran lain seperti tergambar berikut: a. Huruf – kata
Dilanjutkan
b. Kata-kata – kalimat
latihan:
c. Kalimat – wacana
a. Membaca
dengan
atau
mengucapkan
Model (5): Melengkapi
b. Menyimak
Pemahaman Model 5: Melengkapi.
Kegiatan melengkapi dapat berupa melengkapi kalimat yang sebagian katanya dihilangkan dan biasanya juga melengkapi kalimat-kalimat dalam wacana, misalnya: 1). Melengkapi kalimat. Ibu ……………… ke toko Andi …………….. bola Arini belajar ………………
2). Melengkapi wacana. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
Anak rajin Rini anak yang ……. belajar. Setiap hari ……. buku. Dia paling ……. belajar Bahasa Indonesia. Mata pelajaran lain pun ………….. pelajari. Karena itu dia naik ……. dan mendapat ranking satu. Kegiatan melengkapi dapat dipadukan dengan aspek pembelajaran yang lain seperti tergambar berikut: Melengkapi
Pemahaman
Penggunaan
Analisis: Kalimat wacana
a. Huruf
Dilanjutkan latihan: –
besar
kecil
a. Membaca/mengu capkan
b. Tanda baca
b. Menyimak
Model 6: Menulis halus. Menulis halus bertujuan agar siswa mampu menulis dengan tepat, terbaca dan rapi. Menulis kata dalam bentuk kalimat atau wacana dengan menggunakan huruf bebas atau latin, misalnya: Ahmad pergi ke masjid Model (7): Dikt
………………………………………………..
Model 7: Dikte. Dikte adalah kegiatan mendengarkan kata, kalimat atau wacana kepada siswa dan meminta mereka untuk menuliskan apa yang telas didengar. Dikte dapat dipadukan dengan aspek pembelajaran lain seperti tergambar berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
Dikte Kata. Kalimat, wacana
Pemahaman Analisis:
Dilanjutkan
a. (suku) kata
latihan
b. Huruf
a.
besar/kecil
Ditulis
c. Tanda baca
N
Penggunaan dengan
Membaca/mengucapkan
b. Menyimak
Model 8: Mengarang. Mengarang dapat dibedakan menjadi: a. Mengarang dengan bantuan gambar. b. Mengarang tanpa bantuan gambar, kegiatan ini biasa dilakukan berhubungan dengan pengalaman anak. k. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Menulis Keterampilan menulis siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Agar belajar keterampilan sesuai dengan harapan, maka perlu memperhatikan factor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Slameto, 1997: 54). Adapun faktor intern dan ekstern dapat dijelaskan sebagai berikut: 1). Faktor intern. Di dalam faktor intern ini ada tiga faktor yaitu jasmani, psikologis, dan kelelahan. a). Faktor jasmaniah, terdiri dari: (1). Faktor kesehatan. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan baik, maka haruslah mengusahakan kesehatan badannya dengan cara mengindahkan ketentuan-ketentuan belajar, istirahat yang cukup, makan, dll. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
(2). Cacat tubuh. Keadaan cacat tubuh dapat mempengaruhi belajar siswa, misalnya: buta, juling, lumpuh, tuli, dan lain-lain. Jika ini terjadi hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus. b). Faktor psikologis. Menurut asal katanya, psikologi berasal dari kata Yunani „psyche‟ yang berarti jiwa dan logos‟ yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. (1). Intelegensi. Inteligensi
artinya
kecakapan
untuk
menghadapi
dan
menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif. Mengetahui konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengatahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Apabila siswa mempunyai inteligensi tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah. (2). Perhatian. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak tertarik untuk mengkuti pembelajaran. (3). Minat. Minat merupakan suatu perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu yang tercipta dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungannya. Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya. Bila belajar tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan baik. Karena tidak ada daya tariknya. Bahan pelajaran yang menarik dan sesuai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
dengan minat siswa, siswa lebihmudah menangkap, mempelajari dan menyimpan bahan ajar. Minat siswa sangan mendukung kegiatan belajarnya. (4). Bakat. Bakat adalah kemampuan anak belajar. Bakat merupakan kondisi
atau
kualitas
yang
dimiliki
seseorang,
yang
memungkinkan seseorang tersebut akan berkembang pada masa mendatang. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajar siswa lebih karena siswa senang dalam belajar. (5). Motif. Dalam proses belajar haruslah diprhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik. Motif itu dapat ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihan-latihan
atau
kebiasaan-kebiasaan
dan
pengaruh
lingkungan yang memperkuat dalam kegiatan belajar. (6). Kematangan. Kematangan penting sekali di dalam proses pembelajaran. Anak akan mampu mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan apabila sudah mencapai kematangan dari fungsi organ tertentu. Jadi apabila anak belum mencapai tingkat kematangan akan tetapi dipaksa untuk belajar, maka akan sia-sia saja dan kemungkinan belajar tidak akan berhasil. (7). Sikap. Keberhasilan belajar siswa akan bisa diperoleh apabila seseorang mempunyai sikap positif terhadap belajar yaitu memahami benar akan pentingnya belajar yang hasilnya digunakan untuk
kehidupan mendatang, dan
sebaliknya
keberhasilan akan menurun apabila mempunyai sikap negative yaitu menganggap bahwa belajar bukanlah hal yang penting. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
c). Faktor Kelelahan. Faktor kelelahan dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani dapat dilihat dari lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sulit untuk berkonsentrasi.Kelelahan jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara sebagai berikut: tidur, istirahat, rekreasi, olahraga teratur serta mengimbanginya dengan makan makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. 2). Faktor ekstern. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dikelompokkan menjadi tiga yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. a). Faktor keluarga. Keluraga merupak satuan kecil masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Peran rang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya. Maka cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Yang terpenting adalah relasi antara angota keluarga yaitu relasi antara orang tua dan anaknya. Misalnya hubungan yang penuh dengan kasih sayang dan perhatian serta pengertian, tidak diliputi dengan rasa kebencian. Suasana rumah juga merupakan factor yang penting bagi anak untuk melangsungkan kegiatan belajar. Suasana rumah yang gaduh tidak akan memberikan ketenagan kepada anak sehingga belajar akan terganggu,selain itu keadaan ekonomi keluarga juga erat hubungannya dengan hasil belajar anak. Anak yang sedang belajar juga harus terpenuhi
kebutuhan
pokoknya,
misalnya
makan,
pakaian,
perlindungan, kesehatan, dan lain-lain. Juga membutuhkan fasilitas commitmeja, to user belajar seperti ruang belajar kursi, buku-buku, alat tulis menulis.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
Jika keluarga kurang memenuhi kebutuhan anaknya akan berakibat belajar anaknya juga terganggu. b). Faktor sekolah. Sekolah kepribadian
merupakan anak.
Selain
tempat itu
kedua jg
untuk
memberikan
pembentukan hasil
berupa
berkembangnya pengetahuan anak dalam memperoleh ilmu. Faktorfaktor sekolah yang dapat mempengaruhi belajar siswa seperti: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, keadaan gedung, metode dan teknik belajar di sekolah. c). Faktor masyarakat. Masyarakat merupakan kumpulan dari individu yang di dalamnya mempunyai tujuan dan pedoman hidup, dan hidup bersama dalam berbagai bidang kehidupan. Anak yang terjun di masyarakan juga akan berubah tingkah lakunya karena anak terbiasa berinteraksi dengan orang-orang, megeluarkan ide dan gagasan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemajuan masyarakat. (a). Kegiatan siswa dalam masyarakat. Apabila siswa terlalu banyak ambil bagian dalam kegiatan masyarakat misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan social keagamaan, belajar akan terganggu. Karena waktu dan tenaga anak sebagian besar dihabiskan untuk kegiatan masyarakat, sehingga anak ketika pulang akan terasa lelah yang pada akhirnya anak tidak mempunyai minat untuk belajar. Orang tua perlu mengatur dan mengontrol serta membatasi kegiatan anak dalam masyarakat. (b). Mass media. Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, televise, radio, surat kabar dan lain-lain. Mass media yang baik adalah memberikan pengaruh positif bagi anak misalnya tentang commitmass to user pendidikan. Sebaliknya media yang jelek akan berpengaruh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
negatif
bagi
anak
misalnya
tayangan
televisi
mengenai
perkelahian. (c). Teman bergaul. Agar siswa belajar dengan baik, maka perlu diusahakan supaya siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari porang tua dan pendidik. Teman bergaul anak menjadi salah satu media belajar dan motivator belajar anak. Anak akan merasa senang belajar bila teman bergaul itu setingkat usia perkembangannya serta motivasinya yang menjurus pada kegiatan yang positif. l.
Penilaian Keterampilan Menulis Cerita Pendek Penilaian merupakan komponen penting dalam pembelajaran sehingga penilaian tidak mungkin dilepaskan dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran secara umum. Dalam penilaian kemajuan siswa dapat dilihat sehingga memudahkan dalam menentukan langkah yang akan ditempuh. Penilaian adalah suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan (Burhan Nurgyantoro, 2001: 40). Penilaian yang dilakukan di dalam penelitian ini ditujukan pada keterampilan menulis khususnya cerita pendek siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Pengambilan nilai berdasarkan pada 2 aspek yaitu aspek psikomotor dan aspek kognitif. Aspek psikomotor meliputi sikap duduk, cara memegang pensil, bentuk huruf dan kerapian tulisan. Sedangkan aspek kognitif meliputi pemilihan kata, isi cerita, kebahasaan dan pengorganisasian. Setelah pengambilan nilai terhadap 2 aspek dilakukan, kemudian diadakan penghitungan total nilai yakni dengan cara menambahkan jumlah skor aspek psikomotor dam kognitif kemudian dibagi dua. Setelah itu, hasil nilai dibandingkan dengan KKM.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
B. Penelitian yang Relevan Rahayu (2010) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Picture and Picture Untuk Meningkatkan Motivasi dan Aktivitas Belajar Siswa Kelas XI IPA3 SMAN 8 Surakarta Pada Tahun Pelajaran 2009/2010”. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu persentase rata-rata dari indikator motivasi belajar siswa berdasarkan data lembar observasi pada pra siklus sebesar 46,49%, siklus I sebesar 84,31% dan siklus II sebesar 85,13%. Persentase rata-rata dari indikator aktivitas belajar siswa berdasarkan data lembar observasi pada pra siklus sebesar 30,72%, siklus I sebesar 79,14% dan siklus II sebesar 86,87%. Persentase rata-rata dari indikator motivasi belajar siswa berdasarkan data angket pada pra siklus sebesar 67,45%, siklus I sebesar 80,79% dan siklus II sebesar 80,18%. Persentase rata-rata dari indikator aktivitas belajar siswa berdasarkan data angket pada pra siklus sebesar 67,73%, siklus I sebesar 80,89% dan siklus II sebesar 80,45%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penerapan Model
Pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran.
C. Kerangka Berfikir Pada kondisi awal nilai siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu keterampilan menulis khususnya cerita pendek siswa kelasa II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar tergolong rendah, hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: 1 Pada saat proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis, siswa tidak dibiasakan oleh guru untuk menulis atau menggali pemikirannya, untuk dituangkan dalam tulisan. Sehingga ketika guru menyuruh siswa untuk menulis cerita siswa tampak mengalami kesulitan. Siswa tidak tahu apa yang harus ditulis. Siswa terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk memulai tulisan. Siswa kerap menghadapi sindrom kertas kosong (blank page syndrome) atau tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Siswa takut salah, takut berbeda dengan apa yang diperintahkan commit tooleh userguru. 2) Guru dalam melakukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
pembelajaran
masih
bersifat
konvensional,
artinya
guru
masih
sering
menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi. Guru kurang memancing keaktivan dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa merasa bosan atau jenuh dan pada akhirnya nilai keterampilan menulis siswa khususnya cerita pendek rendah. Untuk
menanggulangi
hal
tersebut
diperlukan
sebuah
model
pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis. Model pembelajaran alternatif yang dapat digunakan adalah Model pembelajaran picture and picture. Model pembelajaran picture and picture diartikan sebagai model pembelajaran yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau dirutkan menjadi urutan yang logis. Model Pembelajaran picture and picture mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan. Gambar dibuat se-menarik mungkin agar keaktivan siswa muncul dalam mengikuti proses pembelajaran. Manfaat penggunaan model pembelajaran picture and picture diantaranya: 1). Memudahkan siswa untuk memahami yang dimaksudkan guru ketika menyampaikan materi pembelajaran; 2). Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa; 3). Kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan; 4). Siswa dapat berfikir logis dan sistematis dalam menyampaikan gagasan; 5). Siswa lebih konsentrasi serta mengasyikkan atas tugas yang diberikan oleh guru. Setelah
pembelajaran
diberikan
dengan
menggunakan
model
pembelajaran picture and picture, keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar meningkat. Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus dan diakhiri sampai diperoleh hasil yang mencapai 75% siswa kelas II memperoleh nilai ≥ 60. Kerangka berpikir di dalam penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 2: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
Kondisi Awal
Guru masih menggunakan
Keterampilan menulis
model
cerita siswa rendah
pembelajaran
konvensional
Siklus I Menuliskan
ciri-ciri
binatang dalam bentuk Penerapan
model
cerita pendek
pembelajaran picture Tindakan
and picture Siklus II Menuliskan tumbuhan
ciri-ciri dalam
bentuk cerita pendek
Keterampilan
menulis
cerita
pendek siswa meningkat melalui Kondisi Akhir
penggunaan model pembelajaran picture and picture
Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah diungkap, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: Penggunaan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas II SD Negeri 01 Jaten semester II tahun pelajaran 2010/2011, yang beralamatkan di jalan Lawu no. 96 Solo Karanganyar, Kelurahan Jaten, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Alasan penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 01 Jaten yaitu karena permasalahan yang muncul dan SD Negeri 01 Jaten merupakan tempat Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) peneliti, sehingga memudahkan pelaksanaan penelitian. 2. Waktu Penelitian Peneliti merencanakan penelitian selama 5 bulan yaitu mulai bulan Januari 2011 s.d. Mei 2011. Siklus I dapat dilaksanakan mulai tanggal 14 s.d 26 Februari 2011 dan silus II dilaksanakan pada tanggal 28 s.d 01 Maret 2011. Adapun rincian waktu kegiatan penelitian dilihat pada tabel 1: Tabel 1. Jadwal Penelitian Bulan
No
Kegiatan
Jan 2011
Feb 2011
Mar 2011
Apr 2011
Mei 2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1.
Penyusunan dan pengajuan proposal
2.
Mengurus izin penelitian
3.
Persiapan Penelitian
4.
Pelaksanaan Siklus I
5.
Pelaksanaan Siklus II
6.
Penyusunan laporan dan penjilidan skripsi
commit to user 49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar, yang berjumlah 39 siswa, terdiri dari 27 siswa putra dan 12 siswa putri. Siswa kelas II sebagai subjek yang akan diamati kegiatan pembelajarannya dan dikenai tindakan karena hanya ada beberapa siswa yang memiliki keterampilan menulis cerita dengan baik atau nilai keterampilan menulis masih di bawah KKM. C. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau istilah dalam bahasa inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Menurut Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa PTK adalah penelitian tindakan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. (Suharsimi Arikunto: 2008: 58). Penenlitian tindakan kelas termasuk penelitian yang reflektif. Kegiatan penelitian dimulai dari permasalahan nyata yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Setelah itu masalah tersebut ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan yang terencana dan terstruktur. Penelitian ini berupa penelitian tindakan kolaboratif yang melibatkan beberapa pihak yaitu Kepala Sekolah, peneliti, guru kelas, dan karyawan Sekolah Dasar Negeri 01 Jaten Karanganyar yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta kinerja guru dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa. Prinsip utama PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang bertahap dan berkelanjutan sampai memperoleh hasil yang ditetapkan. PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang melalui empat tahapan kegiatan, yaitu perencanaan, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, dan refleksi. Rangkaian kegiatan secara berurutan yang dimulai dari rencana tindakan sampai dengan refleksi disebut satu tindakan Apabila dalam pelaksanaan commit penelitian. to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
tindakan ditemukan permasalahan yang dapat mengganggu tercapainya tujuan PTK maka guru dapat memperbaiki permasalahan tersebut pada tindakan selanjutnya. 2. Strategi penelitian Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi tindakan model siklus yaitu: (a) Perencanaan atau planning; (b) Tindakan atau acting; (c) Pengamatan atau observing; (d) Refleksi atau reflection. Strategi pelaksanaan penelitian tindakan kelas divisualisasikan pada gambar 3:
?
1. Perencanaan
SIKLUS 1 1. Perencanaan nan 4. Refleksi
2. Tindakan
SIKLUS 11 4. Refleksi
2. Tindakan
3. Observasi
3. Observasi
Gambar 3. Bagan Prosedur Penelitian (Sumber: Hopkins dalam Mulyasa, 2009; 73) Keterangan: a. Perencanaan
commit to user Tahap ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan. Secara rinci, pada tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut: 1). mengerti masalah apa yang akan diteliti. Masalah tersebut harus faktual terjadi di lapangan, masalah bersifat umum di kelasnya, masalah cukup penting dan bermanfaat bagi peningkatan mutu hasil pembelajaran dan masalah pun harus dalam jangkauan kemampuan peneliti. 2). Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan melatarbelakangi PTK. 3). Merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat tanya maupun kalimat pernyataan. 4). Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan oleh guru. 5). Menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta berbagai instrumen pengumpul data yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan itu. 6). Membuat secara rinci rancangan tindakan. b. Tindakan Rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan pada tahap ini. Skenario atau rancangan tindakan yang akan dilaksanakan hendaknya dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian tindakan tersebut menjelaskan antara lain: 1). Langkah demi langkah kegiatan yang akan dilakukan. 2). Kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru. 3). Kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa. 4). Jenis model pembelajaran yang akan digunakan. 5). Jenis instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data/pengamatan commit to user disertai dengan penjelasan rinci penggunaannya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
c. Pengamatan atau Observasi Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini, peneliti dengan kolabolator melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan format observasi atau penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. d. Refleksi Tahapan ini bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi. D. Sumber Data Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta maupun angka (Arikunto 1993: 91). Dalam penelitian ini ada 2 sumber data yang dapat digali untuk memperlancar penelitian, yaitu: 1. Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Sumber data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain: pendokumentasian proses pembelajaran, observasi, wawancara, dan tes. 2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
Sumber data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti: daftar nilai, RPP, dan Silabus.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utamanya adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknk pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang telah ditetapkan. Di dalam penelitian ini menggunakan empat teknik pengumpulan data. yaitu: 1. Wawancara Menurut Sandjaja dan Albertus Heriyanto (2006: 145) wawancara adalah suatu tanya jawab secara tatap muka yang dilaksanakan oleh pewawancara dengan orang yang diwawancarai untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Tujuan wawancara yaitu untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam konteks individu, peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, keterlibatan, dan sebagainya untuk membangun berbagai hal sebagai bagian dari pengalaman masa lampau dan memproyeksikan dengan hal-hal yang bias terjadi di masa yang akan datang. Dalam penelitian ini wawancara ditujukan kepada guru kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar dan dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah dibuat, baik sebelum (prasiklus) dan sesudah menggunakan model pembelajaran picture and picture yang bertujuan menggali informasi guna memperoleh data yang berkaitan dengan nilai matapelajaran Bahasa Indonesia (menulis) kelas II SDN 01 Jaten Karanganyar. 2. Observasi Menurut Kasihani Kasbolah (2001: 50) observasi adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk mengenali, merekam, dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai (perubahan yang terjadi) baik yang commit to user ditimbulkan dari tindakan terencana maupun akibat sampingnya. Observasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
dilakukan untuk membantu proses pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek tentang binatang dan tumbuhan) yang sedang berlangsung di kelas. Observasi ini bertujuan untuk mengamati kegiatan yang dilakukan guru dan siswa di dalam kelas sejak sebelum melaksanakan tindkan, saat pelaksanaan tindakan sampai akhir tindakan.Selain mengamati proses pembelajaran di kelas juga mengamati kerja guru dalam mengelola kelas dan menerapkan model pembelajaran picture and picture. Peran peneliti dalam kegiatan ini adalah melaksanakan pembelajaran dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Sedangkan guru kelas berperan sebgai pengamat jalannya proses pembelajaran di kelas. Dalam hal ini pengamat mengambil posisi duduk di belakang, mengamati jalannya proses pembelajaran sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. . Observasi dilakukan dengan format check list. Alat ini berisikan serangkaian daftar kejadian penting yang akan diamati. Ketika pengamatan berlangsung, peneliti secara objektif memilih dengan cepat dan memberi tanda cek pada daftar kejadian Hasil observasi didiskusikan bersama guru pengampu, kemudian dianalisis bersama untuk mengetahui berbagai kelemahan ataupun kelebihan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture, kemudian diupayakan solusinya. Solusi yang telah disepakati bersama antara peneliti dan guru pengampu dapat dilaksanakan pada siklus berikutnya. Selain itu observasi dilakukan untuk memantau proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar menjadi lebh efektif dan efisien. Observasi difokuskan pada proses dan hasil tindakan pembelajaran beserta peristiwa-peristiwa yang melingkupinya. Di daam penelitian langkah-langkah observasi yang dilaksanakan yaitu: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan observasi kelas (classroom), (3) pembahasan balikan (feedback). 3. Tes Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 127) tes adalah serentetan to user pertanyaan atau latihan serta commit alat lain yang digunakan untuk mengukur
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Menurut Riduwan (2009: 76) tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu dan kelompok. Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah kegiatan pembelajaran dilakukan Selain itu juga untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan keterampilan siswa dalam menulis cerita dengan model pembelajaran picture and picture. Tes ini dilakukan pada setiap akhir tindakan. 4. Dokumentasi Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis (Arikunto 2006: 158). Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Kajian dokumen dilakukan pada arsip atau dokumen yang ada. Metode ini digunakan untuk memperoleh data berupa tindakan dan hasil observasi proses pembelajaran. Dokumen merupakan bahan tertulis maupun film yang dapat digunakan sebagai sumber data (St. Y. Slamet dan Suwarto, 2007: 5). Dokumen dapat dijadikan sumber data karena dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan dapat digunakan untuk meramalkan kondisi serta perkembangan kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini, dokumen untuk menjaring data awal yangyang berupa observasi awal dan daftar nilai keterampilan menulis cerita siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar ada pembelajaran bahasa Indonesia. Sedangkan untuk mengetahui perkembangan siswa, dokumen yang digunakan berupa foto dan video selama proses pembelajaran, hasil observasi guru dan siswa, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan hasil evaluasi siswa.
F. Validitas Data Data yang telah berhasil dikumpulkan, digali, dan dicatat dalam kegiatan commit to user penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
setiap peneliti harus bisa memiliki dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan.validitas data yang diperolehnya. Ketepatan data tersebut tidak hanya
bergantung
dari
ketepatan
memilih
sumber
data
dan
teknik
pengumpulannya, tetapi juga diperlukan teknik pengembangan validitas datanya. Cara yang digunakan untuk pengembangan validitas data berupa triangulasi. Triangulasi merupakan teknik yang didasari pola piker fenomenologi yang bersifat multi perspektif. Artinya, untuk menarik kesimpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu cara pandang, melainkan bias dipertimbangkan beragam fenomena yang muncul, dan selanjutnya dapat ditarik kesimpulan yang lebih mantap dan diterima kebenarannya (St. Y. Slamet dan Suwarto, 2007:55). Triangulasi dalam penelitian ini adalah: 1.
Triangulasi sumber data yaitu dengan cara mengumpulkan data yang sejenis dari sumber data yang berbeda. Dengan teknik trianggulasi data diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih cepat, sesuai dengan keadaan siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Sumber data dan jenis data dalam penelitian ini yaitu: a. Narasumber, yang terdiri dari teman kolaborasi (guru kelas II) , dan siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. b. Dokumen atau arsip yang berupa foto kegiatan siswa, lembar observasi guru dan siswa, dan tes evaluasi di setiap akhir pembelajaran siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. c. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia pada materi menulis cerita di SD Negeri 01 Jaten Karanganyar.
2.
Triangulasi Metode Yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Peneliti bisa menggunakan
metode
pengumpulan
data
yang
berupa
observasi
(pengamatan) kemudian dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik dokumentasi pada pelaku kegiatan. Dari data yang commit to user diperoleh lewat beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
hasilnya dibandingkan dan ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya. G. Metode Analisis Data Menurut Sugiyono (2008: 207) analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Jadi analisis data adalah suatu proses dalam menentukan pilihan, membuang, mengeliminasi, memilah serta menggolongkan data sesuai dengan yang diharapkan. Miles and Huberman dalam Sugiyono (2008: 91) berpendapat bahwa proses analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara beriringan yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif interaktif yang meliputi tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Penjelasan dari tahap-tahap tersebut sebagai berikut:
1. Reduksi Data Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Reduksi data merupakan proses pengumpulan data penelitian, seorang peneliti dapat menemukan kapan saja waktu untuk mendapatkan data yang banyak, apabila peneliti mampu menerapkan metode observasi, wawancara atau dari berbagai dokumen yang berhubungan dengan subyek yang diteliti. Maknanya pada tahap ini, si peneliti harus mampu merekam data lapangan dalam bentuk catatan-catatan lapangan (field note), harus ditafsirkan, atau diseleksi masing-masing data yang relevan dengan fokus masalah yang diteliti (Iskandar, 2009: 140). Dalam penelitian yang dialaksanakan di kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar, peneliti memperoleh data berupa nilai tes menulis cerita pendek siswa kelas II yang diadakan I setiap akhir pertemuan, observasi kegiatan guru commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
dan observasi kegiatan siswa (selama proses pembelajaran). Semua data tersebut digunakan dalam hasil penelitian.
2.
Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang digunakan dapat berupa: berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, dengan demikian seorang penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang menurut saran yang dikiaskan oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin berguna.
3. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan merupakan suatu proses peninjauan kembali pada benar atau tidaknya data yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetap apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (masuk akal/dapat dipercaya). Berdasarkan uraian di atas maka reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai suatu kesatuan yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis. Kegiatan pengumpulan data itu sendiri merupakan siklus dan interaktif. Untuk memperjelas proses analisis deskriptif interaktif digambarkan dalam bagan 4: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
Data collection
Data display
Data reduction
Conclutions: Drawing/verifying
Gambar 4. Bagan Teknis Analisis Data: Model Interaktif (Sumber: Miles and Huberman dalam Iskandar, 2009: 139). Dari bagan 3, langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah: a. Melakukan analisis awal, dengan cara mengumpulkan dokumen yang ada. Dokumen tersebut antara lain silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan daftar nilai matapelajaran Bahasa Indonesia (menulis) kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. b. Pemilihan dan penyederhanaan data kasar yang muncul selama proses pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung. c. Mengembangkan bentuk sajian data yaitu menyusun sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. d. Melakukan analisis data. e. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
H. Indikator Keberhasilan Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan dan keefektifan penelitian. Pada penelitian ini indikator yang menjadi patokan keberhasilan adalah meningkatnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
keterampilan menulis cerita pendek kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar dengan odel pembelajaran picture and picture. Penerapan model pembelajaran picture and picture dalam pembelajaran menulis cerita pendek dianggap tuntas atau berhasil, apabila pada siklus I nilai psikomotor siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 65% (25 anak), nilai kognitif siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 65% (25 anak) dan hasil nilai keterampilan menulis cerita pendek yang dinyatakan tuntas sebanyak 65% (25 anak) dari 39 siswa yang mengikuti pelajaran menulis dapat menguasai keterampilan menulis cerita pendek dengan baik. Pada siklus II nilai psikomotor siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 75% (30 anak), nilai kognitif siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 75% (30 anak) dan hasil nilai keterampilan menulis cerita pendek yang dinyatakan tuntas sebanyak 75% (30 anak) dari 39 siswa yang mengikuti pelajaran menulis dapat menguasai keterampilan menulis cerita pendek dengan baik. Penentuan keberhasilan didasarkan dari hasil tulisan cerita pendek siswa mengenai ciri-ciri hewan dan tumbuhan sesuai dengan KKM.
I. Prosedur Penelitian Prosedur atau langkah-langkah penelitian ini terbagi dalam bentuk siklus kegiatan yaitu model yang diadopsi dari Hopkins (dalam Mulyasa, 2009; 181) di mana setiap siklus terdiri atas empat kegiatan pokok, antara lain: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam tahap-tahap sebagai berikut:
1. Siklus Pertama a. Perencanaan Pada tahap ini peneliti berkolaborasi dengan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LPKD), Instrumen untuk evaluasi berupa soal tes, lembar observasi, dan menetapkan indikator ketercapaian yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
b. Tindakan 1). Mengenalkan model pembelajaran picture and picture yaitu berupa serangkaian gambar aktivitas yag ditempel di depan kelas kepada peserta didik. 2). Menjelaskan konsep penggunaan model pembelajaran picture and picture dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis. Guru melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis) dengan materi ciri-ciri binatang dengan menggunakan pembelajaran picture and picture. 3). Siswa memperhatikan penjelasan dari guru kemudian siswa mengerjakan
tugas menulis cerita pendek mengenai binatang
berdasarkan ciri-cirinya. 4). Siswa yang ditunjuk maju membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas dengan bantuan model pembelajaran picture and picture. Selanjutnya guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap materi yang dipelajari 5). Siswa diberi penguatan atas hasil pekerjaannya. Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini adalah 2 x pertemuan, yakni pertemuan I mempelajari tentang ciri-ciri hewan yaitu bagian-bagian tubuh binatang (bagian atas, bagian tengah, dan bagian bawah), sedangkan pertemuan II mempelajari kembali mengenai ciri-ciri binatang serta fungsi dari masing- masing bagian tubuh hewan. Pada setiap akhir pertemuan siswa diadakan evaluasi menuliskan cerita berdasarkan ciri-ciri yang telah dipelajari dengan model pembelajaran picture and picture. c. Pengamatan atau Observasi Pada tahap observasi ini, observer melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran picture and picture. Untuk mengamati kegiatan pembelajaran tersebut, pengamat / observer dibantu dengan lembar observasi yang terdiri dari 2, yaitu lembar user 01 Jaten Karanganyar di dalam observasi aktivitas siswa kelascommit II SD toNegeri
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
kegiatan pembelajaran dan lembar observasi guru kelas II SD Negeri 01 Jaten Karangayar dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai semua aktivitas yang terjadi selama proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan penggunaan model pembelajaran picture and picture, yang mana hasil observasi ini akan disesuaikan dengan perolehan nilai hasil belajar siswa. Selain menggunakan lembar observasi, peneliti juga menggunakan foto dan
rekaman kamera foto untuk melihat
kembali kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. d. Refleksi Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi data yang berkaitan dengan indikator kinerja siklus I. Evaluasi untuk menilai hasil belajar Bahasa Indonesia (menulis) dengan penggunaan model pembelajaran picture-picture dilaksanakan setiap akhir pertemuan/pembelajaran. Sasaran dari evaluasi ini yaitu keterampilan menulis siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar meningkat dan siswa yang mendapat nilai sama atau di atas KKM atau dikatakan tuntas sebanyak 65 % (25) dari 39 peserta didik. Apabila dari hasil evaluasi menunjukkan bahwa sasaran belum tercapai, maka perlu dilakukan tindakan lanjutan pada siklus II.
2. Siklus Kedua
a. Perencanaan Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan dan penyempurnaan penggunaan model pembelajaran picture and picture yang didasarkan pada hasil refleksi pada siklus I. Hasil refleksi tersebut diantaranya: 1). Sebagaian besar peserta didik belum mendapatkan bagian maju ke depan untuk ikut langsung terlibat dengan model pembelajaran picture and picture.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
2). Sebagian besar peserta didik belum berani untuk mengungkapkan pendapat atau ide di kelas yang dikarenakan faktor malu dan takut salah sehingga penggunaan model pembelajaran picture and picture belum berjalan maksimal. 3). Gambar yang disajikan di depan kurang menarik, warna kurang jelas, ukuran gambar kecil sehingga siswa yang duduk di depan kurang jelas melihatnya. Pada akhirnya siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka perlu disusun rencana perbaikan dan penyempurnaan pada siklus II ini, yang meliputi: 1). Siswa selalu dilibatkan dalam penggunaan model pembelajaran picture and picture, sehingga siswa menjadi lebih mengenal serta siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran. 2). Gambar yang digunakan dalam model pembelajaran picture and picture dibuat lebih menarik, dengan warna yang lebih indah den ukuran yang lebih besar, yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Dengan gambar yang menarik, maka siswa akan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan akhirnya siswa. Pada tahap perencanaan ini peneliti bersama guru juga menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran,
metode
dan
model
pembelajaran,
langkah-langkah
pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, dan penilaian. Selain itu juga menyusun instrument penelitian dan menetapkan indikator kinerja yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. b. Tindakan Tindakan yang dilaksanakan pada siklus II ini berdasar pada hasil refleksi siklus I, yaitu pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis) dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture yang sudah diperbaiki dan disempurnakan sesuai tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tetapi pokok commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
bahasan yang diajarkan berbeda. Pokok bahasan atau materi yang diajarkan pada siklus II yaitu ciri-ciri tumbuhan, adapun langkah-langkahnya: 1). Siswa diberikan materi tentang ciri-ciri tumbuhan dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture, kemudian siswa menyebutkan ciri-ciri tumbuhan tersebut secara runtut. 2). Siswa ikut aktif dalam model pembelajarn picture and picture yaitu dengan mengurutkan gambar dan kalimat yang telah disediakan. 3). Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh yaitu menulis cerita pendek mengenai tumbuhan berdasarkan ciri-cirinya. 4). Siswa membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas melalui penggunaan model pembelajaran picture and picture. 5). Selanjutnya guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja siswa. 6). Siswa diberi penguatan atas hasil pekerjaannya yang memuaskan. Pelaksanaan tindakan siklus II ini terbagi dalam 2 x pertemuan, yakni pertemuan pertama mempelajari tentang ciri-ciri tumbuhan meliputi bagianbagian tumbuhan (akar, batang, daun, buah, bunga.), sedangkan pertemuan kedua menyebutkan fungsi dari bagian-bagian tumbuhan yang merupakan ciriciri tumbuhan tertentu. Pada setiap akhir pertemuan siswa diadakan evaluasi yaitu menuliskan cerita berdasarkan ciri-ciri yang telah dipelajari dengan model pembelajaran picture and picture. c. Tahap Pengamatan atau Observasi Peneliti melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajarn picture and picture. Observasi ini dilakukan sama dengan siklus I yaitu ditujukan pada aktivitas siswa kelas II S Negeri 01 Jaten Karanganyar. Selain itu observasi dilakukan untuk mengamati semua kegiatan yang dilakukan guru kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar selama proses pembelajaran. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini termasuk pencatatan hasil tes yang dilakukan pada setiap akhir pembelajarn yaitu menuis cerita pendek tentang ciri-ciri tumbuhan akan digunakan sebagai commit to user bahan masukan untuk menganalisis perkembangan keterampilan menulis cerita
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
pendek siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar dan perkembangan aktivitas yang dilakukan oleh guru kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar dalam pembelajaran menulis cerita pendek. d. Tahap Refleksi Setelah pembelajaran siklus II berakhir, maka diadakan analisis semua data yang diperoleh melalui proses observasi, wawancara dan evaluasi. Sasaran pada siklus II yaitu hasil belajar Bahasa Indonesia khususnya keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar meningkat dan siswa yang mendapat nilai sama atau di atas KKM atau dikatakan tuntas sebanyak 75 % (30 siswa) dari 39 siswa. Apabila hasil evaluasi pada siklus ini menunjukkan bahwa indikator kinerja telah tercapai, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran picture and picture dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis) kelas II telah berhasil meningkatkan keterampilan menulis khususnya cerita pendek mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 01 Jaten, yang beralamatkan di jalan Lawu no. 96 Jaten Karanganyar. Sekolah ini berstatus negeri dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) 101031311001 yang dikepalai oleh Sutarno, S. Pd. Secara geografis SD Negeri 01 Jaten terletak di Desa Jaten, Kelurahan Jaten, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar dengan kode pos 57771. Letak SD Negeri 01 Jetis cukup strategis karena berada di dekat pemukiman penduduk dan terletak di pinggir jalan raya Solo – Karanganyar sehingga mudah untuk dijangkau dengan alat transportasi. Lokasi yang sangat strategis tersebut memberikan banyak keuntungan bagi SD ini, diantaranya adalah memberikan kemudahan bagi sekolah untuk melaksanakan tugas kedinasan dan tersedia berbagai sumber belajar yang dapat digunakan secara langsung untuk proses pembelajaran sehingga menarik minat siswa untuk belajar. B. Deskripsi Kondisi Awal Kegiatan awal yang dilakukan peneliti yaitu mengadakan survei awal untuk mengetahui keadaan sebenarnya serta mencari informasi dan menemukan berbagai kendala yang dihadapi sekolah mengenai aktivitas belajar Bahasa Indonesia khususnya menulis dalam proses pembelajaran di sekolah tersebut khususnya kelas II. Setelah peneliti melakukan pendekatan dengan guru kelas II dan mengamati keadaan siswa melalui observasi pembelajaran di kelas, peneliti mendapatkan informasi bahwa pembelajaran menulis masih dirasa sulit oleh siswa. Hal ini mengakibatkan aktivitas belajar siswa menjadi kurang dan nilai pelajaran menulis pada matapelajaran Bahasa Indonesia masih belum memuaskan. Berdasarkan hasil observasi terhadap nilai pembelajaran Bahasa Indonesia kelas II sebelum tindakan, dapat diperoleh informasi sebagai data awal. Dari siswa kelas II yang berjumlah 39 siswa. Berdasarkan Data yang diperoleh commit Kriteria to user Ketuntasan Minimal (KKM) 60 hanya terdapat 16 siswa yang mencapai 67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 dalam aspek menulis. Sedangkan sejumlah 23 siswa mendapatkan nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60. Daftar nilai tes keterampilan menulis cerita pendek pada matapelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas II pada kondisi awal atau sebelum penggunaan model pembelajaran picture and picture dapat dilihat pada tabel 3: Tabel 3. Daftar Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Kelas II pada Kondisi Awal No Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nilai 50 60 55 50 55 50 65 55 60 55 70 70 75
No No KKM Urut Nilai KKM Urut TT 14 65 T 27 T 15 50 TT 28 TT 16 55 TT 29 TT 17 55 TT 30 TT 18 60 T 31 TT 19 55 TT 32 T 20 55 TT 33 TT 21 60 T 34 T 22 55 TT 35 TT 23 55 TT 36 T 24 60 T 37 T 25 60 T 38 T 26 50 TT 39 Nilai Rata-Rata Kelas = 2240:39= 57.4 Ketuntasan Klasikal = 16:39 x 100= 41 %
Nilai 60 55 55 55 55 55 60 50 50 60 65 50 65
KKM T TT TT TT TT TT T TT TT T T TT T
Keterangan : T
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas Berdasarkan daftar nilai keterampilan menulis cerita pada matapelajaran
Bahasa Indonesia pada kondisi awal di tabel 4, sebagian besar siswa mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kondisi awal nilai matapelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek) siswa kelas II dapat dilihat pada tabel 4: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pada Kondisi Awal Frekuensi No Interval (fi) Prosentase (%) 1 50 - 54 8 21 2 55 - 59 15 38 3 60 - 64 9 23 4 65 - 69 4 10 5 70 - 74 2 5 6 75 - 80 1 3 Nilai Rata-Rata Kelas = 57.4 Ketuntasan Klasikal = 16:39 x 100= 41% Dari tabel 4 dapat disajikan dengan gambar 5: 16 F r e k u e n s i
Jumlah Siswa
14 12 10 8
15
6 4
8
2 0
9 4
0 0
2
1
50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75 - 80 Interval Nilai
Gambar 5. Grafik Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas II Pada Kondisi Awal Berdasarkan gambar 5, hasil nilai keterampilan menulis cerita pendek pada matapelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas II sebelum diterapkan penggunaan model pembelajaran picture and picture diperoleh rata-rata kelas sebesar 57,4 dan ketuntasan klasikal sebesar 41%. Adapun rincian ketuntasan klasikal keterampilan menulis cerita pendek pada matapelajaran Bahasa Indonesia adalah: Siswa yang memperoleh nilai 45 – 50 sebanyak 8 siswa atau 21 %. to user15 siswa atau 38%. Siswa yang memperoleh nilai 51 –commit 56 sebanyak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 9 siswa atau 23%. Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 4 siswa atau 10%. Siswa yang memperoleh nilai 79 – 74 sebanyak 2 siswa atau 5%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 1 siswa atau 3%. Berdasarkan tabel 4, siswa yang mendapat nilai di bawah 60 (KKM) yaitu sebanyak 23 siswa atau 59%, dan siswa yang mendapat nilai sama atau di atas KKM yaitu 16 siswa atau 41%. Hal ini dapat diartikan bahwa ketuntasan klasikal sebesar 41% masih berada di bawah ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu sebesar lebih dari 75% siswa (30 siswa) mendapat nilai ≥ 60 (KKM), dengan kata lain nilai keterampilan menulis cerita pendek pada matapelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten masih rendah. Dari hasil observasi dan diskusi rendahnya nilai atau ketidaktuntasan matapelajaran Bahasa Indonesia (menulis) tersebut disebabkan beberapa faktor, diantaranya: 1) Pada saat proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis, siswa tidak dibiasakan oleh guru untuk menulis atau menggali pemikirannya, untuk dituangkan dalam tulisan. Sehingga ketika guru menyuruh siswa untuk menulis sebuah cerita, siswa tampak mengalami kesulitan. Mereka tidak tahu tindakan apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis dimulai. Mereka mengalami kesulitan menemukan kalimat pertama untuk memulai tulisannya. Mereka juga sering menghadapi sindrom kertas kosong (blank page syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut salah, takut berbeda dengan apa yang diperintahkan oleh guru; 2) Guru dalam melakukan pembelajaran masih bersifat konvensional, artinya guru menggunakan model pembelajaran yang relatif sama atau monoton sehingga pembelajaran yang dilakukan kurang bermakna. Hal ini mengakibatkan siswa tidak tertarik dalam proses pembelajaran, karena siswa jenuh atau mengalami kebosanan dalam menerima materi pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan penggunaan model pembelajaran picture and picture. Dengan penggunaan model pembelajaran picture and picture commit to user khususnya cerita pendek dalam diharapkan nilai keterampilan menulis cerita
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 matapelajaran Bahasa Indonesia kelas II akan mengalami peningkatan sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai. C. Deskripsi Hasil Penelitian Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklusnya terdiri dari 2 kali pertemuan dan 4 tahapan yaitu: 1) perencanaan (kegiatan guru sebelum proses pembelajaran); (2) pelaksanaan; 3) pengamatan atau observasi, dan 4) refleksi. Perencanaan yaitu kegiatan guru sebelum proses pembelajaran, pelaksanaan dan pengamatan atau observasi yaitu kegiatan guru selama proses pembelajaran, dan refleksi yaitu digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan yang terjadi dan tingkat pencapaian indikator-indikator yang telah ditetapkan. Jika indikator belum tercapai, maka siklus atau tahap-tahap tersebut dilakukan lagi dengan intervensi sesuai hasil refleksi, sehingga terjadi pencapaian indikator yang signifikan.
1. Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan yaitu siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 14 Februari 2011. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 19 Februari 2011. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Kegiatan perencanaan siklus I dilakukan pada hari Jumat, 11 Februari 2011 pukul 07.00 - selesai. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan. Rancangan tindakan yang dilaksanakan berdasarkan pada solusi permasalahan yang muncul yakni penggunaan model pembelajaran picture and picture di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menulis cerita pendek. Selanjutnya disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I akan dilaksanakan selama 2 kali pertemuan yakni pada hari Senin, 14 Februari 2011 pukul 07.00 – 08.10 WIB dan Sabtu, 19 Februari 2011 pukul commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 07.00 – 08.10 WIB. Adapun deskripsi perencanaan siklus I adalah sebagai berikut: 1). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Peneliti
dan
guru
kelas
menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Bahasa Indonesia selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit setiap pertemuannya. RPP yang disusun meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran,
langkah-langkah
pembelajaran,
sumber
dan
media
pembelajaran, dan penilaian. (lampiran 2) 2). Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas
dan
sarana
yang
dipersiapkan
untuk
pelaksanaan
pembelajaran adalah: a). Ruang kelas didesain sesuai dengan model pembelajaran picture and picture yaitu meja kelas ditata rapi, kursi siswa diurutkan nomor absen untuk memudah melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, kursi agak dirapatkan agar di saat proses pembelajaran siswa dapat melihat gambar yang ditempel di depan kelas yang merupakan media dalam model pembelajaran picture and picture. b). Menyiapkan bentuk model pembelajaran picture and picture yaitu dengan media gambar yang ditempel di depan kelas dengan ukuran besar dan jelas. Selain itu juga menyiapkan handphone untuk pendokumentasian proses pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis). 3). Menyiapkan Lembar Pengamatan dan Lembar Penilaian. Lembar pengamatan digunakan untuk merekam segala aktivitas yang terjadi selama pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung. Pengamatan yang dilakukan meliputi aktivitas siswa dan guru. Lembar pengamatan kerja guru dan siswa dinilai oleh guru Bahasa Indonesia sebagai
pihak
observer (peneliti sebagai guru yang bertindak to userdi lampiran 13 dan 16. Selain itu melaksanakan penelitian) commit dapat dilihat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 peneliti juga mempersiapkan lembar penilaian dan lembar kerja siswa. Lembar penilaian disusun berdasarkan indikator dan tujuan pembelajaran. Sedangkan penilaian terhadap hasil belajar siswa didasarkaan pada pedoman penilaian menulis deskripsi Bahasa Indonesia. Pedoman dan lembar penilaian dapat dilihat dalam lampiran 4, 5, 6, 7, 8 dan 9. b. Pelaksanaan Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti yang berkolaborasi dengan guru menerapkan model pembelajaran picture and picture. Peneliti disini bertindak sebagai pengajar dan guru kelas II sebagai observer atau pengamat. 1). Pertemuan Ke-1 Pertemuan ke-1 pelajaran Bahasa Indonesia (menulis) kelas II mempelajari binatang yaitu menuliskan ciri-ciri binatang secara mendetail dan terperinci, serta menulis cerita pendek mengenai binatang tertentu berdasarkan ciri-cirinya tersebut. Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a). Kegiatan Pendahuluan (1). Siswa mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran dengan bantuan guru. (2). Siswa diajak menyanyikan lagu “Burung Kutilang“. (3). Siswa menjawab pertanyaan guru tentang nama binatang yang disukainya. (4). Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan, yakni siswa menulis cerita pendek berdasarkan ciri-ciri binatang secara umum. b). Kegiatan Inti (1). Eksplorasi (a). Siswa dan guru bertanya jawab mengenai
nama-nama
binatang yang hidup di sekitar tempat tinggalnya. (b). Siswa menjawab pertanyaan guru tentang ciri-ciri binatang tertentu (gajah, kucing, ayam) dengan melihat gambar yang commit to user ditempel di depan kelas.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
Gambar 6. Contoh Gambar Materi Ciri-Ciri Binatang (2). Elaborasi (a). Siswa
mengamati
gambar-gambar
bianatang
yang
ditempelkan di depan kelas. (b). Siswa mengidentifikasikan ciri-ciri binatang (elang) dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture yang ditempel di depan kelas yaitu mengurutkan gambar bagian tubuh burung yang disusun secara acak menjadi bagian yang utuh dari bagian atas sampai bawah.
Diurutkan sesuai gambar dari bagian atas ke bawah
-
Ekor elang ada 1. Sayap elang ada 2. Kaki elang ada 2. Jumlah jari ada 3 Kaki elang memiliki cakar - Elang memiliki 1 paruh. - Mata elang ada 2
Gambar 7. Contoh Materi Ciri-Ciri Binatang Dalam model pembelajaran picture and picture (c). Siswa ditunjuk maju ke depan mendeskripsikan ciri-ciri binatang (elang) berdasarkan gambar yang telah diurutkan sebelumnya dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture. (d). Siswa mencatat hasil to deskripsi commit user siswa di buku masing-masing.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 (3). Konfirmasi (a). Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. (b). Siswa
mengerjakan
soal evaluasi yaitu menulis cerita pendek
mengenai binatang berdasarkan ciri-cirinya. (c). Guru dan membahas hasil pekerjaan siswa. c). Kegiatan Penutup (1). Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran. (2). Guru memberikan penguatan kepada siswa terhadap hasil pekerjaannya. (3). Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya, yakni mempelajari ciri-ciri binatang beserta fungsi masing-masing bagian tubuh binatang dan menuliskan cerita pendek mengenai binatang tertentu berdasarkan ciri-cirinya.
2). Pertemuan Ke-2 Pertemuan ke-2 pelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek) kelas II yaitu masih mempelajari tentang binatang, yaitu menuliskan ciriciri binatang secara terperinci dan sitematis, menuliskan cerita pendek tentang binatang tertentu, serta mempelajari bagaimana sikap yang baik saat menulis. Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a). Kegiatan Pendahuluan (1). Siswa mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran dengan bantuan guru. (2). Siswa menjawab pertanyaan guru tentang hewan peliharaan di rumah. (3). Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu siswa dapat menyebutkan ciri-ciri binatang beserta fungsi dari masing-masing bagian tubuh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 binatang kemudian siswa menuliskannya dalam bentuk cerita pendek. b). Kegiatan Inti (1). Eksplorasi (a). Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang binatang yang termasuk ke dalam peliharaan. (b). Siswa menjawab pertanyaan mengenai ciri-ciri binatang yang dipeliharanya. (2). Elaborasi (a). Siswa mengamati gambar yang ditempelkan di depan kelas yaitu gambar-gambar binatang. (b). Siswa mengidentifikasikan ciri-ciri binatang beserta fungsi setiap bagian tubuh binatang (mata, mulut, hidung, telinga, dan bagian-bagian lainnya) dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture Bagian- Bagian Tubuh Kucing Langkah 1: Bagian tubuh kucing disusun secara acak
Langkah 2 : Mengurutkan bagian tubuh kucing Langkah 3 : Mengidentifikasikan nama-nama bagian tubuh kucing serta fungsinya Mata Telinga
Hidung Rambut Mulut dan Gigi Kaki
commit to user Ekor
Perut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 Gambar 8. Contoh Materi Ciri-Ciri Binatang Dengan Model Pembelajaran Picture and Picture (c). Siswa mencatat hasil deskripsi temannya yaitu mengenai ciriciri binatang di buku tugas masing-masing. (3). Konfirmasi (a). Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. (b). Siswa mengerjakan soal evaluasi yaitu menulis cerita pendek mengenai binatang berdasarkan ciri-cirinya. (c). Guru dan siswa membahas hasil pekerjaan siswa. c). Kegiatan Penutup (1). Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran. (2). Siswa diberi penguatan atas hasil pekerjaannya. (3). Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya, yakni mempelajari ciri-ciri tumbuhan secara umum dan menuliskannya dalam bentuk cerita pendek. c.
Pengamatan atau Observasi Dalam tahap observasi peneliti kolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan lembar observasi serta dokumentasi berupa foto dan rekaman. Tujuan diadakannya observasi adalah untuk mengetahui kesesuaian jalannya pembelajaran terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang sebelumnya. Selain itu untuk mengetahui seberapa jauh tingkat keberhasilan penggunaan model pembelajaran picture and picture dalam meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek siswa. Oleh karena itu observasi tidak hanya dilakukan terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan saja tetapi juga menyangkut aktivitas guru selama melaksanakan pembelajaran terutama mengenai pengorganisasian kelas. Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek) berlangsung, diperoleh gambaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 tentang aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek) pada sikls I dengan rincian sebagai berikut: 1). Pertemuan Pertama a). Observasi aktivitas guru (dapat dilihat pada lampiran15). (1). Mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran dalam kriteria kurang. (2). Memeriksa kesiapan siswa dalam kriteria kurang. (3). Melakukan kegiatan absensi dalam kriteria cukup. (4). Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan dalam kriteria baik. (5). Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran dalam kriteria baik. (6). Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa dalam kriteria kurang. (7). Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa dalam kriteria kurang. (8). Melibatkan siswa dalam model pembelajaran picture and picture dalam kriteria baik. (9). Menumbuhan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dalam kriteria kurang. (10). Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) dalam kriteria baik. (11). Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa dalam kriteria kurang. (12). Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai remidi atau pengayaan dalam kriteria kurang. Skor rata-rata aktivitas guru dalam siklus I pertemuan 1 adalah 2,3 (kurang). Sedangkan untuk pedoman dan lembar hasil penilaian dapat dilihat di lampiran 13, 14 dan 15. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 b). Observasi aktivitas siswa (dapat dilihat pada lampiran 17). (1). Siswa tertarik memberikan respon positif terhadap apersepsi yang diberikan oleh guru sebanyak 15 siswa. (2). Siswa berani bertanya pada guru sebanyak 12 siswa. (3). Siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru
sebanyak 10
siswa. (4). Siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru sebanyak 24 siswa. (5). Siswa ikut aktif dalam model pembelajaran yang diterapkan oleh guru sebanyak 18 siswa. (6). Siswa mampu mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru sebanyak 15 siswa. Skor rata-rata siswa yang aktif pada sikus I pertemuan 1 yaitu 16 siswa (kurang). Pedoman dan lembar hasil penilaian untuk observasi siswa dapat dilihat di lampiran 16 dan 17.
2). Pertemuan Kedua (dapat dilihat pada lampiran 15). a). Observasi aktivitas guru (1). Mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran dalam kriteria baik. (2). Memeriksa kesiapan siswa dalam kriteria baik. (3). Melakukan kegiatan absensi dalam kriteria sangat baik. (4). Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan dalam kriteria baik. (5). Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran dalam kriteria baik. (6). Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa dalam kriteria kurang. (7). Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa dalam kriteria baik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 (8). Melibatkan siswa dalam model pembelajaran picture and picture dalam kriteria sangat baik. (9). Menumbuhan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dalam kriteria baik. (10). Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) dalam kriteria sangat baik. (11). Melakukan
refleksi
atau
membuat
rangkuman
dengan
melibatkan siswa dalam kriteria baik. (12). Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai remidi atau pengayaan dalam kriteria baik. Skor rata-rata aktivitas guru dalam siklus I pertemuan 2 adalah 2,3 (kurang). Sedangkan untuk pedoman dan lembar hasil penilaian dapat dilihat di lampiran 13, 14 dan 15.
b. Observasi aktivitas siswa (dapat dilihat pada lampiran 17). (1). Siswa tertarik memberikan respon positif terhadap apersepsi yang diberikan oleh guru sebanyak 23 siswa. (2). Siswa berani bertanya pada guru sebanyak 15 siswa. (3). Siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru
sebanyak 17
siswa. (4). Siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru sebanyak 29 siswa. (5). Siswa ikut aktif dalam model pembelajaran yang diterapkan oleh guru sebanyak 22 siswa. (6). Siswa mampu mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru sebanyak 20 siswa. Skor rata-rata siswa yang aktif pada sikus I pertemuan 2 yaitu 21 siswa (baik). Pedoman dan lembar hasil penilaian untuk observasi siswa dapat dilihat di lampiran 16 dan 17. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 Hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan pada keaktifan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menulis cerita pendek dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture. Itu berarti peran dan keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran semakin meningkat. Dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
diharapkan
dapat
meningkatkan
keterampilan
menulis
khususnya cerita pendek. Dari pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek)
yang dilaksanakan dengan
menerapkan model pembelajaran picture and picture pada siklus I dapat ditarik simpulan keaktifan siswa meningkat tetapi belum maksimal. Serta hasil yang diharapkan belum dapat dicapai dengan baik d. Refleksi Pada tahapan ini peneliti melakukan pengolahan data yang diperoleh melalui pengamatan dan tes evaluasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil tes evaluasi cerita yang dilakukan di setiap akhir tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan cara mengumpulkan hasil tes pertemuan 1 dan 2 selanjutnya dibuat rata-rata, setelah dirata-rata kemudian dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Indikator kinerja siklus I yaitu dari aspek psikomotor siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 25 siswa atau 65%, dari aspek kognitif siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 25 siswa siswa atau
65% dan hasil nilai keterampilan
menulis cerita pendek siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang dinyatakan tuntas sebanyak 25 siswa atau 65% (diperoleh dari nilai psikomotor ditambah nilai kognitif dibagi 2). Adapun data yang diperoleh adalah:
1). Hasil Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Pada Pertemuan Pertama Siklus I a). Hasil nilai psikomotor commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 Aspek yang dinilai meliputi: (1) sikap duduk; (2) cara memegang pensil; (3) bentuk huruf; dan (4) kerapian tulisan. Lembar penilaian, pedoman dan hasil penilaian aspek psikomotor ini dapat dilihat di lampiran Adapun hasil yang diperoleh adalah: Tabel 5. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 1 No Urut
Nilai
KKM
No Urut
Nilai
KKM
No Urut
Nilai
KKM
1
45
TT
14
70
T
27
60
T
2
65
T
15
50
TT
28
55
TT
3
55
TT
16
50
TT
29
70
T
4
50
TT
17
55
TT
30
50
TT
5
50
TT
18
50
TT
31
60
T
6
45
TT
19
55
TT
32
55
TT
7
65
T
20
60
T
33
60
T
8
55
TT
21
60
T
34
55
TT
9
65
T
22
50
TT
35
55
TT
10
55
TT
23
55
TT
36
65
T
11
60
T
24
60
T
37
70
T
12
70
T
25
50
TT
38
55
TT
13
75
T
26
60
T
39
65
T
Nilai Rata-Rata Kelas = 57.8 Ketuntasan Klasikal = 18:39 x 100= 46 % Hasil rekapitulasi nilai psikomotor siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek siklus I pertemuan 1 pada tabel 5 dapat diperjelas dengan tabel 6: Tabel 6. Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 1 No 1 2 3
Interval Frekuensi 45 – 50 10 51 – 56 11 commit to user 57 – 62 8
Prosentase (%) 26 28 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 63 – 68 5 13 69 – 74 4 10 75 – 80 1 3 Nilai Rata-Rata Kelas = 57.8 Ketuntasan Klasikal = 18:39 x 100% = 46 % 4 5 6
Dari tabel 6 dapat disajikan dengan gambar 9: 12 F 10 r e 8 k u 6 e n 4 s 2 i
Jumlah Siswa
10
11 8 5
4
0
1
0 0
45 – 50 51 – 56 57 – 62 63 – 68 69 – 74 75 – 80 Interval Nilai
Gambar 9. Grafik Hasil Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 1 Berdasarkan gambar 9, hasil nilai psikomotor siswa dalam menulis cerita pendek siklus I pertemuan 1 diperoleh rata-rata kelas sebesar 57,8 dan ketuntasan klasikal sebesar 46%.
Adapun rincian
ketuntasan klasikal hasil nilai psikomotor yaitu: Siswa yang memperoleh nilai 45 – 50 sebanyak 10 siswa atau 26%. Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 11 siswa atau 28%. Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 8 siswa atau 20%. Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 5 siswa atau 13%. Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 4 siswa atau 10%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 1 siswa atau 3%. b). Hasil nilai kognitif Diperoleh siswa diperoleh dari hasil tes menulis cerita pendek setelah commit to user berakhir. Aspek yang dinilai pembelajaran Bahasa Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 meliputi: (1) pemilihan kata; (2) isi cerita; (3) kebahasaan; (4) pengorganisasian. Lembar penilaian, pedoman dan hasil penilaian aspek kognitif dapat dilihat di lampiran 7, 8 dan 9. Adapun hasil yang diperoleh adalah: Tabel 7. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 1 No Urut
KKM
No Urut
KKM
No Urut
Nilai
Nilai
Nilai
KKM
1
55
TT
14
70
T
27
60
T
2
55
TT
15
60
T
28
65
T
3
75
T
16
60
T
29
70
T
4
70
T
17
55
TT
30
60
T
5
50
TT
18
60
T
31
60
T
6
55
TT
19
55
TT
32
55
TT
7
65
T
20
60
T
33
70
T
8
45
TT
21
70
T
34
55
TT
9
55
TT
22
60
T
35
55
TT
10
65
T
23
45
TT
36
65
T
11
70
T
24
70
T
37
60
T
12
70
T
25
60
T
38
55
TT
13
75
T
26
70
T
39
65
T
Nilai Rata-Rata Kelas= 61.4 Ketuntasan Klasikal = 26:39 x 100= 67 % Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai kognitif siswa dalam menulis cerita pendek siklus I pertemuan 1 pada tabel 7, dapat diperjelas dengan tabel 8: Tabel 8. Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 1 No
Interval
Frekuensi
Prosentase (%)
1
45 - 50
3
8
2
51 - 56
10
26
3
57 - 62
4
10 commit to user 63 - 68 5
26 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 5
69 - 74
9
22
6
75 - 80
2
5
Nilai Rata-Rata Kelas = 61.4 Ketuntasan Klasikal = 26:39 x 100= 67% Dari tabel 8 dapat disajikan dengan gambar 10: 12 Jumlah Siswa F r e k u e n s i
10 8 6 10
10
9
4 5
2
0
3
2
0 0
45 - 50 51 - 56 57 - 62 63 - 68 69 - 74 75 - 80 Interval Nilai
Gambar 10. Grafik Hasil Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 1 Berdasarkan gambar 10, nilai kognitif siswa dalam menulis cerita pendek kelas II siklus I pertemuan 1 diperoleh rata-rata kelas sebesar 61,4 dan ketuntasan klasikal sebesar 67%. Adapun rincian ketuntasan klasikal hasil nilai kognitif siswa yaitu: Siswa yang memperoleh nilai 45 – 50 sebanyak 3 siswa atau 8%. Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 10 siswa atau 26%. Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 10 siswa atau 26%. Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 5 siswa atau 13%. Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 9 siswa atau 22%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 2 siswa atau 5%. 2). Hasil Nilai Pada Pertemuan Kedua Siklus I commit to user a). Hasil nilai psikomotor
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86 Aspek yang: (1) sikap duduk; (2) memegang
pensil; (3) bentuk
huruf; dan (4) kerapian tulisan. Lembar Penilaian, pedoman dan hasil penilaian pada aspek psikomotor dapat dilihat di lampiran 4, 5 dan 6. Adapun hasil yang diperoleh adalah: Tabel 9. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 2 No Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nilai 50 60 50 55 65 45 70 65 70 55 70 70 75
No No Urut Nilai KKM Urut Nilai 60 65 14 T 27 45 50 15 TT 28 60 70 16 T 29 60 55 17 T 30 60 60 18 T 31 50 60 19 TT 32 50 60 20 TT 33 75 60 21 T 34 75 65 22 T 35 55 60 23 TT 36 65 70 24 T 37 55 50 25 TT 38 60 70 26 T 39 Nilai Rata-Rata Kelas = 60.6 Ketuntasan Klasikal = 26:39 x 100= 67%
KKM TT T TT TT T TT T T T TT T T T
KKM T TT T TT T T T T T T T TT T
Berdasarkan hasil rekapitulasi hasil rekapitulasi nilai psikomotor siswa dalam menulis cerita pendek siklus I pertemuan 2 pada tabel 9 dapat diperjelas dengan tabel 10: Tabel 10. Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 2 No Interval Frekuensi
Prosentase (%)
1
45 - 50
8
20
2
51 - 56
5
13
3
57 - 62
11
28
4
63 - 68
5
13
5
69 - 74
7
18
6
75 - 80
3
8
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 Nilai Rata-Rata Kelas = 60.6 Ketuntasan Klasikal = 26:39 x 100% =67%
Dari tabel 10 dapat disajikan dengan gambar 11: 12
Jumlah Siswa
F 10 r e 8 k u 6 e n 4 s 2 i
11 8
7 5
5 3
0 0 0
45 - 50 51 - 56 57 - 62 63 - 68 69 - 74 75 - 80 Interval Nilai
Gambar 11. Grafik Hasil Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 2 Berdasarkan gambar 11, hasil nilai pengamatan psikomotor siswa dalam menulis cerita pendek kelas II pada siklus I pertemuan 2 diperoleh rata-rata kelas sebesar 60,6 dan ketuntasan klasikal sebesar 67%. Adapun rincian ketuntasan klasikal hasil psikomotor siswa yaitu: Siswa yang memperoleh nilai 45 – 50 sebanyak 8 siswa atau 20%. Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 5 siswa atau 13%. Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 11 siswa atau 28%. Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 5 siswa atau 13%. Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 7 siswa atau 18%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 3 siswa atau 8%. b). Nilai kognitif Aspek yang dinilai meliputi: 1) pemilihan kata, 2) isi cerita, 3) commit to Lembar user kebahasaan, 4) pengorganisasian. penilaian, pedoman dan hasil
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 penilaian untuk aspek kognitif dapat dilihat pada lampiran 7, 8 dan 9. Adapun hasil yang diperoleh adalah: Tabel 11. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan 2 No Urut
KKM
No Urut
KKM
No Urut
Nilai
Nilai
Nilai
KKM
1
50
TT
14
60
T
27
55
TT
2
60
T
15
65
T
28
50
TT
3
60
T
16
50
TT
29
70
T
4
45
TT
17
50
TT
30
55
TT
5
55
TT
18
70
T
31
60
T
6
55
TT
19
60
T
32
50
TT
7
60
T
20
50
TT
33
70
T
8
55
TT
21
55
TT
34
50
TT
9
50
TT
22
55
TT
35
65
T
10
65
T
23
45
TT
36
70
T
11
60
T
24
65
T
37
60
T
12
70
T
25
75
T
38
60
T
13
75
T
26
70
T
39
60
T
Nilai Rata-Rata Kelas = 59.1 Ketuntasan Klasikal = 22:39 x 100= 56% Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai kognitif siswa menulis cerita pendek siklus I pertemuan 2 pada tabel 11, dapat diperjelas dengan tabel 12: Tabel 12. Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Menulis Siswa Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 2 No
Interval
Frekuensi
Prosentase (%)
1
45 – 50
10
26
2
51 – 56
7
18
3
57 – 62
10
26
4
63 – 68
4
10
5
69 - 74
6
15
6
75 - 80commit to user 2
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89 Nilai Rata-Rata Kelas = 59.1 Ketuntasan Klasikal = 22:39 x 100= 56% Dari tabel 12 dapat disajikan dengan gambar 12: 12 Jumlah Siswa F r e k u e n s i
10 8 6 10 4
10 7
6
2
4 2
0 0 0
45 – 50 51 – 56 57 – 62 63 – 68 69 - 74 75 - 80 Interval Nilai
Gambar 12. Grafik Hasil Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 2 Berdasarkan gambar 12, nilai kognitif siswa menulis cerita pendek mata pelajaran Bahasa Indonesia (menulis) siswa kelas II pada I pertemuan 2 diperoleh rata-rata kelas sebesar 59,1 dan ketuntasan klasikal sebesar 56%. Adapun rincian ketuntasan klasikal pada hasil kognitif siswa yaitu: Siswa yang memperoleh nilai 45 - 50 sebanyak 10 siswa atau 23%. Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 7 siswa atau 21%. Siswa yang memperoleh nilai 57 - 62 sebanyak 10 siswa atau 26%. Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 4 siswa atau 18%. Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 6 siswa atau 10%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 2 siswa atau 2% Berdasarkan data nilai yang telah diperoleh pada masing masing aspek (psikomotor dan kognitif), maka dapat dilihat perbandingan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90 ketuntasan nilai pada keterampilan menulis cerita pendek. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 13: Tabel 13. Ketuntasan Hasil Nilai Keterampilan Menulis \Cerita Pendek Kelas II Siklus 1 No
Aspek
1 2
Psikomotor Kognitif Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek
3
Banyaknya siswa yang tuntas Pertemuan Pertemuan Rata- Prosentase 1 2 Rata (%) 18 26 22 56 26 22 24 62 22
24
23
59
Dari tabel 13 dapat diperjelas dengan gambar 13: Pertemuan 1
30 26 P r o s e n t a s e
24
25 20
26
22
22
24
22
Pertemuan 2 23
Rata-rata
18
15 10 5 0 Psikomotor
Kognitif
Nilai Keterampilan Menulis
Gambar 13. Grafik Ketuntasan Hasil Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas II Siklus I Berdasarkan gambar
13 dan indikator keberhasilan halaman 59, dapat
diuraikan sebagai berikut: 1). Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek psikomotor sebanyak 22 siswa atau 56%, lebih rendah dari target capaian yang ditentukan. 2). Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek kognitif sebanyak 24 siswa commit to user atau 62%, lebih rendah dari target capaian yang ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91 3). Siswa yang dinyatakan tuntas dalam pembelajaran menulis (cerita pendek) sebanyak 23 siswa atau 59, lebih rendah dari target capaian yang ditentukan. Perbandingan prosentase ketuntasan nilai keterampilan menulis cerita pendek kelas II pra siklus dan siklus I dapat dilihat di tabel 14. Tabel 14. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Pra Siklus Dan Siklus I No
Prosentase Ketuntasan (%)
1
Pra Siklus
Siklus 1
2
41
59
Dari tabel 14 dapat diperjelas dengan gambar 14: P r o s e n t a s e
70
Jumlah Siswa
60 50 40 30 20
59 41
10 0 Pra Siklus
Siklus 1
Gambar 14. Grafik Perbandingan Prosentase Ketuntasan Keterampilan Menulis Cerita pendek Pada Pra Siklus dan Siklus 1 Dari hasil penelitian siklus I, maka peneliti mengulas secara cermat bahwa dilihat dari rata-rata nilai tiap aspek maupun nilai dalam pembelajaran menulis yang diperoleh siswa dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture sudah cukup berhasil. Hal ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan prosentase ketuntasan siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek yaitu pra siklus sebesar 41% dan siklus 1 sebesar 59%. Namun, apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan indikator kinerja masih kurang dari target capaian yakni aspek psikomotor commit to userketuntasan 56% seharusnya 65%,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92 aspek kognitif ketuntasan 62% seharusnya 65%, dan aspek nilai hasil pembelajaran
menulis
(keterampilan
menulis)
ketuntasan
59%
seharusnya 65%. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: (1) siswa belum maksimal dalam pemanfaatan model pembelajaran picture and picture dalam membuat cerita pendek, yakni siswa kurang lancar dalam menyampaikan ide gagasan berkaitan dengan gambar (2) gambar yang dipertunjukkan siswa kurang besar, sehingga siswa yang duduk di bangku belakang tidak dapat melihat dengan jelas, selain itu warna yang dipilih untuk gambar kurang menarik (buram/ kurang tegas). Beberapa hal tersebut membuat anak menjadi bosan dan motivasi siswa tidak muncul, maka dari itu pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis) perlu dilanjutkan ke siklus II dengan berpedoman pada hasil refleksi siklus I. 2. Siklus II Tindakan siklus II dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan yakni siklus kedua pertemuan pertama dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 26 Februari 2011. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 1 Maret 2011. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa sudah menunjukkan adanya peningkatan nilai hasil pembelajaran menulis cerita pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten tahun pelajaran 2010/2011 tetapi belum maksimal atau sesuai dengan target capaian indikator kinerja. Hal ini ditunjukkan masih ada siswa atau 41% siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran menulis. Kegiatan perencanaan siklus II dilakukan pada hari kamis, 24 Februari 2011. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan. Diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan siklus II commit akan dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan yakni to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93 pada hari Sabtu 26 Februari dan Selasa 1 Maret 2011. Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran menulis dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada adalah: 1). Siswa dibiasakan untuk terlibat dalam model pembelajaran picture and picture agar siswa juga terbiasa untuk menyampaikan gagasan atau ide dengan melihat gambar yang ditempelkan di depan. Dengan begitu siswa akan mudah dalam membuat cerita karena siswa sudah mendapatkan ide atau gambaran yakni menjabarkan gambar yang ditempel di depan kelas. 2). Gambar yang dipertunjukkan diubah menjadi ukuran yang lebih besar dari sebelumnya agar siswa yang duduk di deretan bangku belakang dapat melihat gambar dengan lebih jelas serta warna pada gambar dibuat semenarik mungkin. Adapun deskripsi perencanaan siklus II adalah sebagai berikut: a). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Peneliti
dan
guru
kelas
menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Bahasa Indonesia (menulis) selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit setiap pertemuannya. RPP yang disusun meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran,
langkah-langkah
pembelajaran,
sumber
dan
media
pembelajaran, dan penilaian. (lampiran 2) b). Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas
dan
sarana
yang
dipersiapkan
untuk
pelaksanaan
pembelajaran siklus II masih sama dengan fasilitas dan sarana yang dipersiapkan pada siklus I, hanya saja gambar yang akan dipertunjukkan dibuat lebih besar ukurannya serta wrna juga dibuat lebih menarik agar siswa tidak merasa bosan dalam proses pembelajaran yang akan berlangsung. c). Menyiapkan Lembar Pengamatan dan Lembar Penilaian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94 Lembar pengamatan digunakan untuk merekam segala aktivitas yang terjadi selama pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung. Pengamatan yang dilakukan meliputi aktivitas siswa dan guru. Lembar pengamatan kerja guru dan siswa dinilai oleh guru Bahasa Indonesia sebagai
pihak
observer
(peneliti
sebagai
guru
yang
bertindak
melaksanakan penelitian) pada lampiran 13 dan 16. Selain itu peneliti juga mempersiapkan lembar penilaian dan lembar kerja siswa. Lembar penilaian disusun berdasarkan indikator dan tujuan pembelajaran. Sedangkan penilaian terhadap hasil belajar siswa didasarkaan pada pedoman penilaian menulis deskripsi Bahasa Indonesia. Pedoman dan lembar penilaian dapat dilihat dalam lampiran 4, 5, 6, 7, 8 dan 9. b. Pelaksanaan Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti yang berkolaborasi dengan guru menerapkan model pembelajaran picture and picture. Peneliti disini masih bertindak sebagai pengajar dan guru sebagai observer atau pengamat. 1). Pertemuan Ke-1 Pertemuan ke-1 pelajaran Bahasa Indonesia (menulis) kelas II mempelajari tentang ciri-ciri tumbuhan yaitu menuliskan ciri-ciri tumbuhan secara rinci, menulis cerita berdasarkan ciri-ciri tumbuhan dengan baik serta mempelajari bagaimana sikap yang baik saat menulis. Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a). Kegiatan Pendahuluan (1). Siswa mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran dengan bantuan guru. (2). Siswa diajak untuk melakukan permainan “senam otak” yang bertujuan untuk memusatkan perhatian siswa. (3). Siswa menjawab pertanyaan guru tentang nama tumbuhan yang dipelihara di rumahnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95 (4). Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan, yakni siswa dapat menulis cerita berdasarkan ciri-ciri tumbuhan secara umum. b). Kegiatan Inti (1). Eksplorasi (a). Siswa dan guru tanya jawab mengenai
nama-nama
tumbuhan yang ditanam di halaman rumahnya. (b). Siswa menjawab pertanyaan guru tentang ciri-ciri tumbuhan tertentu (bunga, batang, buah, daun dan akar) dengan melihat gambar yang ditempel di depan kelas. (2). Elaborasi (a). Siswa mengamati gambar tumbuhan yang di tempel di depan kelas. (b). Siswa ditunjuk maju ke depan untuk memasangkan kalimat yang tersedia sesuai dengan gambar (bunga, batang, buah, daun dan akar). (c). Siswa dibantu guru mengidentifikasikan ciri-ciri tumbuhan (bagian-bagian tumbuhan) dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture yang ditempel di depan kelas
Gambar 15. Contoh Materi Ciri-Ciri Tumbuhan Dengan Model Pembelajaran commit toPicture user and Picture
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96 (d). Siswa mencatat materi hasil deskripsi teman di buku tugas maing-masing. (3). Konfirmasi (a). Siswa diberi kesempatan untuk bertanya. (b). Siswa mengerjakan tugas menulis cerita pendek mengenai tumbuhan berdasarkan ciri-cirinya. (c). Siswa bersama guru mengevaluasi hasil pekerjaan. c). Kegiatan Penutup (1). Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran. (2). Guru memberikan penguatan berupa hadiah kepada siswa tertentu atas aktivitas yang dilakukan siswa selam proses pembelajaran berlangsung. (3). Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya, yakni mempelajari kembali ciri-ciri tumbuhan beserta fungsi dari masing-masing bagian tumbuhan kemudian menuliskannya dalam bentuk cerita pendek. 2). Pertemuan Ke-2 Pertemuan ke-2 pelajaran Bahasa Indonesia kelas II mempelajari tentang tumbuhan yaitu menuliskan ciri-ciri tumbuhan (fungsi masingmasing bagian tumbuhan), membuat cerita pendek berdasarkan ciri-ciri tumbuhan tersebut dengan baik dan benar serta mempelajari bagaimana sikap
yang
baik
pada
saat
menulis.
Adapun
langkah-langkah
pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a). Kegiatan Pendahuluan (1). Siswa mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran dengan bantuan guru. (2). Siswa diajak bermain puzzle yakni mengurutkan gambar menjadi bagian yang utuh untuk menimbulkan motivasi siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97 (3). Siswa bersama guru me-review kembali pokok bahasan yang telah dipelajari sebelumnya. (4). Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang
akan
dilaksanakan,
yakni
membuat
cerita
pendek
berdasarkan fungsi masing-masing bagian tumbuhan. b). Kegiatan Inti (1). Eksplorasi (a). Siswa menjawab pertanyaan guru seputar tumbuhan yang dilihatnya di perjalanan dari rumah ke sekolah. (b). Siswa menjawab pertanyaan mengenai ciri-ciri tumbuhan yang disebutkan guru. (2). Elaborasi (a). Siswa mengamati gambar tumbuhan yang telah ditempel di sepan kelas. (b). Siswa dibantu oleh guru mengidentifikasikan ciri-ciri tumbuhan berdasarkan gambar yang dipertunjukkan. sebagai alat perkembangbiakan tempat menyimpan cadangan makanan untuk mengokohkan tanaman untuk melakukan fotosintesis untuk menyerap air Gambar 16. Contoh Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Model Pembelajaran Picture and Picture (c). Siswa mencatat citi-ciri tumbuhan di buku tugas masingcommit to user masing.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98 (2). Konfirmasi (a). Siswa diberi kesempatan untuk bertanya seputar materi. (b). Siswa mengerjakan tes evaluasi yaitu menulis cerita pendek mebgenai tumbuhan berdasarkan ciri-cirinya. (c). Siswa bersama guru membahas hasil pekerjaan siswa. c). Kegiatan Penutup (1). Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran. (2). Guru memberikan penguatan berupa hadiah kepada siswa atas hasil pekerjaannya. (3). Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. c. Pengamatan atau Observasi Pada tahap ini peneliti mengadakan pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung serta aktivitas guru dalam mengajar dengan model pembelajaran picture and picture. Adapun data hasil observasi menunjukkan bahwa siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Siswa sudah memiliki motivasi dan keberanian untuk bertanya dan mengungkapkan pendapatnya. Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran menulis cerita pendek berlangsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa dan aktivitas guru dengan rincian sebagai berikut: 1). Pertemuan Pertama (a). Observasi Aktivitas Guru (dapat dilihat pada lampiran 15). (1). Mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran dalam kriteria sangat baik. (2). Memeriksa kesiapan siswa dalam kriteria baik. (3). Melakukan kegiatan absensi dalam kriteria sangat baik. (4). Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan dalam kriteria baik. commit tomateri user pembelajaran dalam kriteria (5). Menunjukkan penguasaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99 sangat baik. (5). Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa dalam kriteria baik. (6). Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa dalam kriteria baik. (7). Melibatkan siswa dalam model pembelajaran picture and picture dalam kriteria sangat baik. (8). Menumbuhan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dalam kriteria baik. (9). Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) dalam kriteria sangat baik. (10). Melakukan
refleksi
atau
membuat
rangkuman
dengan
melibatkan siswa dalam kriteria baik. (11). Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai remidi atau pengayaan dalam kriteria sangat baik. Skor rata-rata aktivitas guru dalam siklus I pertemuan 1 adalah 3,18 (baik). Sedangkan untuk lembar penilaian, pedoman dan
hasil
penilaian dapat dilihat di lampiran 13, 14 dan 15. b). Observasi aktivitas siswa (dapat dilihat pada lampiran 17). (1). Siswa tertarik memberikan respon positif terhadap apersepsi yang diberikan oleh guru sebanyak 26 siswa. (2). Siswa berani bertanya pada guru sebanyak 24 siswa. (3). Siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru
sebanyak 20
siswa. (4). Siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru sebanyak 32 siswa. (5). Siswa ikut aktif dalam model pembelajaran yang diterapkan oleh guru sebanyak 30 siswa. (6). Siswa mampu mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru commit to user sebanyak 27 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100 Skor rata-rata siswa yang aktif pada sikus II pertemuan 1 yaitu 26 siswa (baik). Lembar penilaian dan hasil penilaian untuk observasi siswa dapat dilihat di lampiran 16 dan 17. 2). Pertemuan kedua (a). Observasi aktivitas guru (dapat dilihat pada lampiran 15). (1). Mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran dalam kriteria sangat baik. (2). Memeriksa kesiapan siswa dalam kriteria baik. (3). Melakukan kegiatan absensi dalam kriteria sangat baik. (4). Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan dalam kriteria sangat baik. (5). Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran dalam kriteria sangat baik. (6). Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa dalam kriteria sangat baik. (7). Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa dalam kriteria baik. (8). Melibatkan siswa dalam model pembelajaran picture and picture dalam kriteria sangat sangat baik. (9). Menumbuhan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dalam kriteria baik. (10). Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) dalam kriteria sangat baik. (11). Melakukan
refleksi
atau
membuat
rangkuman
dengan
melibatkan siswa dalam kriteria baik. (12). Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai remidi atau pengayaan dalam kriteria sangat baik. Skor rata-rata aktivitas guru dalam siklus I pertemuan 1 adalah 3,6 (baik). Sedangkan untuk lembar penilaian, pedoman dan hasil commit to user13, 14, dan 15. penilaian dapat dilihat di lampiran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101 (b). Observasi aktivitas siswa (dapat dilihat pada lampiran 17). (1). Siswa tertarik memberikan respon positif terhadap apersepsi yang diberikan oleh guru sebanyak 28 siswa. (2). Siswa berani bertanya pada guru sebanyak 26 siswa. (3). Siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru
sebanyak 24
siswa. (4). Siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru sebanyak 32 siswa. (5). Siswa ikut aktif dalam model pembelajaran yang diterapkan oleh guru sebanyak 30 siswa. (6). Siswa mampu mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru sebanyak 29 siswa. Skor rata-rata siswa yang aktif pada sikus II pertemuan 1 yaitu 28 siswa (baik). Lembar penilaian dan hasil penilaian untuk observasi siswa dapat dilihat di lampiran 16 dan 17. c. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan dan tes evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan cara mengumpulkan hasil tes pertemuan 1 dan 2 selanjutnya dibuat rata-rata, setelah dirata-rata kemudian dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Indikator kinerja siklus II yaitu dari aspek psikomotor siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 30 siswa atau 75%, dari aspek kognitif siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 30 siswa atau 75%, dan nilai keterampilan menulis cerita pendek siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 30 siswa atau 75%. Adapun data yang diperoleh adalah: 1). Hasil Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Pada Pertemuan Pertama Siklus II a). Hasil nilai psikomotor Aspek yang dinilai meliputi: (1) sikap duduk; (2) cara memegang commit to user pensil; (3) bentuk huruf; dan (4) kerapian tulisan. Lembar penilaian,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102 pedoman dan hasil penilaian aspek psikomotor ini dapat dilihat di lampiran 4, 5 dan 6. Adapun hasil yang diperoleh adalah: Tabel 15. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1 No Urut
KKM
No Urut
Nilai
Nilai
KKM
1
55
TT
14
65
T
27
65
T
2
80
T
15
50
TT
28
60
T
3
60
T
16
65
T
29
60
T
4
50
TT
17
55
TT
30
60
T
5
60
T
18
65
T
31
60
T
6
55
TT
19
60
T
32
60
T
7
80
T
20
70
T
33
65
T
8
55
TT
21
60
T
34
65
T
9
55
TT
22
50
TT
35
55
TT
10
60
T
23
50
TT
36
75
T
11
75
T
24
75
T
37
65
T
12
75
T
25
65
T
38
60
T
13
65
T
26
75
T
39
75
T
No Urut Nilai
KKM
Nilai Rata-Rata Kelas = 65.1 Ketuntasan Klasikal = 29:39 x 100= 74% Hasil rekapitulasi nilai psikomotor siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek pada siklus II pertemuan 1 tabel 15 dapat diperjelas dengan tabel 16: Tabel 16. Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menuls Cerita Pendek Pada Siklus II Pertemuan 1 No Interval
Frekuensi Prosentase (%)
1
45 - 50
4
10
2
51 - 56
6
15
3
57 - 62
9
23
4
63 - 68
11
29
5
69 - 74
3
8
6
75 - 80
6
15
Nilai Rata-rata kelas= 65.1
commit to =user Ketuntasan Klasikal 29:39 x 100% =74%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103 Dari tabel 16 dapat disajikan dengan gambar 17: 12 Jumlah Siswa F r e k u e n s i
10 8 6
11 9
4 6 2
6
4
3
0 0 0
45 - 50 51 - 56 57 - 62 63 - 68 69 - 74 75 - 80 Interval Nilai
Gambar 17. Grafik Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1 Berdasarkan gambar 17, hasil nilai psikomotor siswa dalam menulis cerita pendek siklus II pertemuan 1 diperoleh rata-rata kelas sebesar 65.1.dan ketuntasan klasikal sebesar 74%. Adapun rincian ketuntasan klasikal hasil nilai psikomotor siswa yaitu: Siswa yang memperoleh nilai 45 – 50 sebanyak 4 siswa atau 10%. Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 6 siswa atau 15%. Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 9 siswa atau 22%. Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 11 siswa atau 30%. Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 3 siswa atau 8%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 6 siswa atau 15%. b). Hasil nilai kognitif Aspek yang diukur meliputi: 1) pemilihan kata; 2) isi cerita; 3) kebahasaan; 4) pengorganisasian. Lembar penilaian, pedoman dan hasil penilaian pada aspek kognitif dapat dilihat pada lampiran 7, 8 dan 9. Adapun hasil yang diperoleh adalah: Tabel 17. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita commit to user Pendek Siklus II Pertemuan 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104 No Urut
KKM
No Urut
KKM
No Urut
Nilai
Nilai
Nilai
KKM
1
55
TT
14
75
T
27
75
T
2
80
T
15
50
TT
28
70
T
3
70
T
16
75
T
29
60
T
4
60
T
17
75
T
30
70
T
5
50
TT
18
75
T
31
70
T
6
55
TT
19
60
T
32
60
T
7
80
T
20
80
T
33
75
T
8
75
T
21
60
T
34
65
T
9
55
TT
22
60
T
35
55
TT
10
60
T
23
50
TT
36
75
T
11
75
T
24
75
T
37
55
TT
12
75
T
25
75
T
38
70
T
13
75
T
26
75
T
39
75
T
Nilai Rata-Rata Kelas = 67.3 Ketuntasan Klasikal = 31:39 x 100= 79% Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai kognitif siklus II pertemuan 1 pada tabel 17 dapat diperjelas dengan tabel 18: Tabel 18. Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Siklus II Pertemuan 1 No
Interval
Frekuensi
Prosentase (%)
1
45-50
3
10
2
51-56
5
15
3
57-62
7
23
4
63-68
1
3
5
69-74
5
13
6
75-80
18
46
Nilai Rata-Rata Kelas = 67.3 Ketuntasan Klasikal = 28:39 x 100= 79% Dari tabel 18 dapat disajikan dengan grafik 17:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105 20 F r e k u e n s i
Jumlah Siswa
18 16 14 12 10
18
8 6 4 2
0
3
5
7 1
5
0 0
45-50 51-56 57-62 63-68 69-74 75-80 Interval Nilai
Gambar 18. Grafik Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek Kelas II Siklus II Pertemuan 1 Berdasarkan gambar 18, nilai kognitif siswa menulis cerita pendek siswa kelas II pada siklus II pertemuan 1 diperoleh rata-rata kelas sebesar 67,3 dan ketuntasan klasikal sebesar 79%. Adapun rincian ketuntasan klasikal nilai kognitif siswa yaitu: Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 3 siswa atau 10%. Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 5 siswa atau 15%. Siswa yang memperoleh nilai 58 -- 68 sebanyak 7 iswa atau 23%. Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 1 siswa atau 3%. Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 5 siswa atau 13%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 18 siswa atau 46%. 2). Hasil Nilai Pada Pertemuan Kedua Siklus II a). Aspek psikomotor Aspek yang dinilai meliputi: (1) sikap duduk; (2) memegang pensil; bentuk huruf; dan (4) kerapian tulisan. Lembar penilaian, pedoman dan hasil penilaian aspek ini dapat dilihat di lampiran 4, 5 dan 6. Adapun hasil yang diperoleh adalah: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106 Tabel 19. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 2 No Urut
KKM
No Urut
KKM
No Urut
Nilai
Nilai
Nilai
KKM
1
55
TT
14
70
T
27
75
T
2
80
T
15
50
TT
28
70
T
3
60
T
16
75
T
29
60
T
4
60
T
17
60
T
30
70
T
5
55
TT
18
75
T
31
70
T
6
55
TT
19
60
T
32
60
T
7
80
T
20
80
T
33
60
T
8
60
T
21
65
T
34
65
T
9
50
TT
22
60
T
35
50
TT
10
60
T
23
50
TT
36
75
T
11
75
T
24
75
T
37
50
TT
12
75
T
25
75
T
38
70
T
13
75
T
26
75
T
39
75
T
Nilai Rata-Rata Kelas = 65.6 Ketuntasan Klasikal = 29:39 x 100= 79% Hasil rekapitulasi nilai psikomotor siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek siklus II pertemuan 2 pada table 19 dapat diperjelas dengan tabel 20: Tabel 20. Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 2 No 1 2 3 4 5 6
Interval Frekuensi Prosentase (%) 45 – 50 3 8 51 – 56 5 13 57 – 62 7 18 63 – 68 1 3 69 – 74 5 13 75 – 80 18 45 Nilai Rata-Rata Kelas = 65.6 commit to user Ketuntasan Klasikal = 31:39 x 100= 79%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107 Dari tabel 20 dapat disajikan dengan gambar 20: 20
Jumlah Siswa
18 F r e k u e n s i
16 14
12 10
18
8 6 4 2
0
3
5
7 1
0 0
5
45 – 50 51 – 56 57 – 62 63 – 68 69 - 74 75 - 80 Interval Nilai
Gambar 20. Grafik Nilai Psikomotor Siswa Selama Dalam Menulis Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 2 Berdasarkan gambar 20, hasil nilai psikomotor siswa dalam menulis cerita pendek siklus II pertemuan 2 diperoleh rata-rata kelas sebesar 65,6 dan ketuntasan klasikal sebesar 79%. Adapun rincian ketuntasan klasikal nilai psikomotor siswa dalam menulis cerita pendek yaitu: Siswa yang memperoleh nilai 45 – 50 sebanyak 3 siswa atau 8%. Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 5 siswa atau 13%. Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 7 siswa atau 18%. Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 1 siswa atau 3%. Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 5 siswa atau 13%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 18 siswa atau 45%. b).Hasil nilai kognitif Aspek yang dinilai meliputi: 1) pemilihan kata, 2) isi cerita, 3) kebahasaan, 4) pengorganisasian. Lembar penilaian, pedoman dan hasil penilaian untuk Paspek kognitif dapat dilihat pada lampiran 7, 8 dan 9. Adapun hasil yang diperoleh adalah: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108 Tabel 21. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek Pada Siklus II Pertemuan 2 No Urut 1
Nilai
KKM
55
TT
No Urut 14
Nilai
KKM
50
TT
No Urut 27
2
80
T
15
50
TT
3
70
T
16
65
4
50
TT
17
5
55
TT
6
55
7
Nilai
KKM
65
T
28
80
T
T
29
80
T
70
T
30
60
T
18
65
T
31
80
T
TT
19
60
T
32
80
T
80
T
20
70
T
33
80
T
8
70
T
21
75
T
34
65
T
9
60
T
22
70
T
35
60
T
10
80
T
23
70
T
36
75
T
11
75
T
24
75
T
37
70
T
12
75
T
25
65
T
38
80
T
13
65
T
26
75
T
39
75
T
Nilai Rata-Rata Kelas = 68.7 Ketuntasan Klasikal = 33:39 x 100= 85% Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai kognitif siswa menulis cerita pendek siklus II pertemuan 2 pada tabel 21 dapat diperjelas dengan tabel 22: Tabel 22. Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 2 No
Interval Frekuensi Prosentase (%)
1
45 - 50
3
8
2
51 - 56
3
8
3
57 - 62
4
10
4
63 - 68
6
15
5
69 - 74
7
18
6
75 - 80
16
41
Nilai Rata-rata kelas= 68.7 Ketuntasan Klasikal = 29:39 x 100% =85% commit to user Dari tabel 22 dapat disajikan dengan gambar 21:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109 18 F r e k u e n s i
Jumlah Siswa
16 14 12
10 8
16
6 4 2
0
3
3
4
6
7
0 0
45 - 50 51 - 56 57 - 62 63 - 68 69 - 74 75 - 80 Interval Nilai
Gambar 21. Grafik Nilai Kognitif Kemampuan Siswa Menulis Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 2 Berdasarkan gambar 19, nilai kognitif siswa menulis cerita pendek kelas II siklus II pertemuan 2 diperoleh rata-rata kelas sebesar 68.7 dan ketuntasan klasikal sebesar 85%. Adapun rinciannya ketuntasan klasikal nilai kognitif siswa yaitu: Siswa yang memperoleh nilai 45 – 50 sebanyak 3 siswa atau 8%. Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 3 siswa atau 8%. Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 4 siswa atau 10%. Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 6 siswa atau 15%. Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 7 siswa atau 18%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 16 siswa atau 41%.
Berdasarkan data nilai yang telah diperoleh pada masing masing aspek (psikomotor dan kognitif), maka dapat dilihat perbandingan ketuntasan nilai pada keterampilan menulis cerita pendek pada siklus II, baik pertemuan 1 maupun pertemuan 2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 23: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
110 Tabel 23. Ketuntasan Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas II Siklus II Banyaknya siswa yang tuntas No
Aspek Pertemuan 1
Pertemuan 2
Rata-Rata
Prosentase(%)
1
Psikomotor
29
31
30
76
2
Kognitif
31
33
32
82
30
32
31
79
Nilai Keterampilan
3
Menulis
Dari tabel 23 dapat diperjelas dengan gambar 22:
F r e k u e n s i
34
Pertemuan 1
33
Pertemuan 2 Rata-Rata
32 31 30
33 32
29
31
31
31
30 28
32 30
29
27 Psikomotor
Kognitif
Nilai Keterampilan Menulis
Gambar 22. Grafik Ketuntasan Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas II Siklus II Berdasarkan gambar 22 dan indikator kinerja halaman 62 dapat diuraikan sebagai berikut: 1). Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek psikomotor sebanyak 30 siswa atau 76% lebih tinggi dari target capaian yang telah ditentukan. 2). Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek kognitif sebanyak 32 siswa atau 82% lebih dari tinggi target yang telahtoditentukan. commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
111 3). Siswa yang dinyatakan tuntas dalam pembelajaran menulis (cerita pendek) sebanyak 31 siswa atau 79 lebih tinggi dari target yang telah ditentukan. Perbandingan prosentase ketuntasan pembelajaran menulis cerita pendek pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 yaitu: Tabel 24. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Keterampilan Menulis Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2 No
Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
1
41
59
79
Dari tabel 24 dapat diperjelas dengan gambar 23: 90 P r o s e n t a s e
80 70 60
50 40
79
30 20
59 41
10 0 Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Gambar 23.Grafik Perbandingan Prosentase Ketuntasan Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2 Berdasarkan hasil refleksi siklus II diperoleh perbandingan prosentase ketuntasan dalam pembelajaran menulis cerita pendek yaitu pada pra siklus sebesar 41 %, siklus 2 sebesar 59% dan siklus 2 sebesar 79%, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia menulis cerita pendek dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai commit target pencapaian atau sesuai dengan indikator to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
112 kinerja yang telah ditentukan sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek siswa Kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011. D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian Dengan melihat hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan perhitungan nilai rata-rata kelas keterampilan menulis cerita pendek siswa dan prosentase ketuntasan belajar Bahasa Indonesia menulisceritapendek siswa siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II yang masing-masing terdiri dari 2 pertemuan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 25. Rata-Rata Nilai Kelas Keterampilan Menulis dan Prosentase Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II Nilai Rata-Rata Keterampilan Kriteria Menulis Siswa Ketuntasan Minimal Pra Siklus I Siklus II (KKM) Siklus 60
57
59.7
66.1
Prosentase (%) Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
41
59
79
Berdasarkan perhitungan nilai keterampilan rata-rata kelas pada table 25 siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini merefleksikan bahwa penggunaan model pembelajaran picture and picture dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek) Kelas II dinyatakan berhasil, karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai keterampilan menulis siswa. Adapun peningkatan nilai keterampilan menulis cerita siswa dan ketuntasan belajar Bahasa Indonesia (menulis) dengan model pembelajaran picture and picture pada pra sklus, siklus I da siklus II dapat digambarkan dalam bentuk gambar 24: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
113 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
79 57,4
59,7
66,1 59
41
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Nilai Rata-Rata Keterampilan Menulis Siswa
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Prosentase (%)
Gambar 24. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Nilai Keterampilan dan Ketuntasan Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Setiap Siklus Dari gambar 24, terlihat bahwa nilai rata-rata keterampilan siswa dalam pembelajatan menulis cerita pendek pada kondisi awal hanya 57 yang kemudian meningkat pada siklus I menjadi 59,7 dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 66,1. Sedangkan dari segi ketuntasan pembelajaran menulis cerita pendek pada kondisi awal ketuntasan keterampilan menulis sebesar 41% kemudian pada siklus I ketuntasan keterampilan menulis meningkat sebesar 59%, dan pada siklus II ketuntasan keterampilan menulis meningkat lagi sebesar 79%. Tabel 26 : Peningkatan Aktivitas Siswa dan Guru pada dalam ProsesPembelajaran Pada Siklus I, dan Siklus II No
Jenis Aktivitas
1
Guru
2
Siswa
Siklus 1 Siklus 2 Pertemuan Pertemuan Pertemuan Pertemuan 1 2 1 2 2.3 3.18 3.5 3.6 (kurang) (baik) (baik) (baik) 16 21 26 28 (kurang) (baik) (baik) (baik)
Berdasarkan tabel 26 dapat direfleksikan bahwa proses pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek) yang dilaksanakan oleh guru dapat dinyatakan berhasil karena terjadi peningkatan aktivitas siswa dan aktivitas guru commit user I pertemuan 1 dengan skor ratapada setiap siklusnya. Aktivitas guru padatosiklus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
114 rata 2,3 (termasuk dalam kategori kurang), pada pertemuan kedua meningkat menjadi 3,18 (termasuk kategori baik. Pada siklus II, pertemuan pertama skor rata-ratanya meningkat menjadi 3,5 (termasuk kategori baik), kemudian meningkat lagi menjadi 3,6 (termasuk kategori baik) pada pertemuan kedua. Aktivitas siswa pada siklus I, pertemuan pertama rata-rata siswa yaitu 16 siswa (termasuk kategori kurang), pada pertemuan kedua meningkat menjadi 21 siswa (termasuk kategori baik). Pada siklus II, pertemuan pertama skor rataratanya meningkat menjadi 26 siswa (termasuk kategori baik), kemudian meningkat lagi menjadi 28 siwa (termasuk kategori baik) pada pertemuan kedua. Hambatan-hambatan yang ditemui pada masing-masing siklus berbedabeda, diantaranya: hambatan yang dijumpai pada siklus I yakni Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: (1) siswa belum maksimal dalam pemanfaatan model pembelajaran picture and picture dalam membuat cerita pendek, yakni siswa kurang lancar dalam menyampaikan ide gagasan berkaitan dengan gambar (2) gambar yang dipertunjukkan siswa kurang besar, sehingga siswa yang duduk di bangku belakang tidak dapat melihat dengan jelas, selain itu warna yang dipilih untuk gambar kurang menarik (buram/ kurang tegas). Beberapa hal tersebut membuat anak menjadi bosan dan motivasi siswa tidak muncul, maka dari itu pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis) perlu dilanjutkan ke siklus II dengan berpedoman pada hasil refleksi siklus I. Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I yang akan disempurnakan pada siklus II yakni: (1) siswa dibiasakan untuk terlibat dalam model pembelajaran picture and picture agar siswa juga terbiasa untuk menyampaikan gagasan atau ide dengan melihat gambar yang ditempelkan di depan. Dengan begitu siswa akan mudah dalam membuat cerita karena siswa sudah mendapatkan ide atau gambaran yakni menjabarkan gambar yang ditempel di depan kelas, (2) gambar yang dipertunjukkan diubah menjadi ukuran yang lebih besar dari sebelumnya agar siswa yang duduk di deretan bangku belakang dapat melihat gambar dengan lebih jelas serta warna pada gambar dibuat se-menarik mungkin. Pembelajaran pada siklus II sudah berhasil sehingga tidak ada hambatan yang berarti. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
115 Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru kelas (lihat lampiran 18 dan 19) nilai keterampilan siswa dalam pembelajaran menulis sebelum menggunakan model pembelajaran picture and picture sudah cukup baik, tetapi siswa yang tuntas hanya 41 %. Hal itu dikarenakan guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam matapelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis cerita pendek sehingga siswa kurang maksimal dalam mengikuti pelajaran maupun dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Sedangkan hasil wawancara setelah menggunakan model pembelajaran picture and picture yaitu penggunaan model pebelajarn picture and picture dalam pebelajaran menulis cerita pendek terbukti dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan menulis siswa, selain itu ketuntasan nilai keterampilan siswa juga meningkat. Hal itu dikarenakan penggunaaan model pebelajaran picture and picture dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis) dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dan membuat pembelajaran menulis menjadi bermakna dan menyenangkan, selain itu juga banyak manfaat yang didapatkan dari model pembelajaran picture and picture yaitu antara lain: (1) memudahkan siswa untuk memahami yang dimaksudkan guru ketika menyampaikan materi pembelajaran. Melalui media gambar siswa lebih mudah menyerap materi. Karena dengan model pembelajaran ini siswa belajar secara bersama-sama dengan mengamati gambar; (2) guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. Dengan menerapkan model pembelajaran picture and picture, maka guru akan lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. Hal ini dikarenakan siswa secara bergilir ditunjuk oleh guru untuk maju mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis. Jika siswa mengalami kesulitan dalam pengurutan gambar, berarti menandakan bahwa siswa di dalam berfikir kritis dan kreatif masih kurang. Sehingga siswa tersebut perlu diberikan bimbingan agar dapat menyelesaikan perintah yang diberikan oleh guru; (3) kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan. Artinya, dengan penerapan model pembelajaran picture and picture maka siswa akan menjadi lebih tertarik dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Karena di commitdapat to userbelajar sambil bermain, yaitu dalam proses pembelajaran siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
116 memasangkan gambar acak menjadi gambar urut. Siswa akan berlomba-lomba untuk menunjukkan jari maju ke depan, dengan begitu keaktifan siswa akan meningkat; (4) siswa dapat berfikir logis dan sistematis dalam menyusun gambar yang telah dipersiapkan oleh guru. Siswa dapat berfikir logis dan sistematis maksudnya siswa mampu berfikir dengan benar (masuk akal) dan beralur (berurutan). Model pembelajaran picture and picture ini mengandalkan gambar untuk menarik minat siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar. Siswa diminta guru untuk mengurutkan gambar acak menjadi gambar urut berdasarkan pemikirannya. Kemudian guru menanyakan dasar dari pengurutan gambar tersebut. Sehingga siswa akan terlatih untuk berfikir logis dan sistematis melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru; (5) Siswa lebih konsentrasi serta mengasyikkan atas tugas yang diberikan oleh guru. Di dalam proses pembelajaran siswa akan lebih konsentrasi pada gambar dan kemungkinan kecil siswa ramai karena asik mengamati gambar yang ada di depan. Sehingga siswa mudah dalam memahami materi pembelajaran. Mengingat banyaknya kelebihan yang dimiliki model pebelajaran picture and picture
maka kendala-kendala dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa
Indonesia yaitu menulis cerita pendek dengan menggunakan model pembelajarn picture and picture menjadi tidak berarti. Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar yaitu dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture. Hal ini terjadi karena penggunaan model pembelajaran picture and picture dapat menjadikan pembelajaran menulis
menjadi bermakna sehingga keterampilan
siswa dalam menulis khusunya cerita pendek meningkat. Jadi penggunaan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus penggunaan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan keterampian menulis cerita pendek siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata keterampilan menulis siswa 57,4 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 41%, siklus I nilai rata-rata keterampilan menulis siswa 59,7 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 57% dan siklus II nilai rata-rata keterampilan menulis siswa 66,1 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 79 %. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis) di kelas II sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa khusunya menulis cerita pendek. B. Implikasi Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada penggunaan model pembelajaran picture and picture dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis) kelas II. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus, dimana model siklus yang digunakan terdiri dari dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 14 s.d. 20 Februari 2011 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 26 Februari s.d. 1 Maret 2011. Dalam setiap pelaksanaan siklus terdapat empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang, sebelum melaksanakan tindakan dalam setiap siklus perlu adanya perencanaan dengan memperhatikan keberhasilan siklus sebelumnya. Tindakan dalam setiap siklus dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini berdasar pada analisis commit to user perkembangan dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus. 117
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
118 Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti bahwa penggunaan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas II, hal itu dapat ditinjau dari hal-hal berikut. Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat agar siswa mampu menguasai konsep-konsep dalam pembelajaran dengan baik. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan keteramplan menulis cerita pendek siswa kelas II karena penggunaan model pembelajaran picture and picture dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek) memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, proses pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan, siswa dapat berfikir logis dan sistematis, dan siswa menjadi lebih berani dalam menyampaikan ide atau gagasannya di kelas. Di dalam proses pembelajaran, pemberian motivasi pada siswa juga sangat penting. Motivasi diberikan agar siswa dapat belajar dengan baik sehingga siswa mempunyai keinginan untuk berpikir, memusatkan perhatian, dan melaksanakan kegiatan yang menunjang dalam proses pembelajaran. Motivasi dapat ditanamkan pada diri siswa dengan memberikan latihan-latihan, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan memberikan penghargaan terhadap keberhasilan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pentingnya penggunaan model pembelajaran picture and picture dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek) terbukti dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru. Selain commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
119 itu penggunaan model pembelajaran picture and picture juga mampu meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran. Presentase nilai keterampilan siswa setelah menggunakan model pembelajaran picture and picture meningkat. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan nilai rata-rata tiap siklus pada aspek psikomotor dan aspek kognitif siswa. Dengan adanya peningkatan ini kondisi kelas menjadi lebih kondusif dan pada akhirnya keterampilan menulis siswa pada matapelajaran Bahasa Indonesia kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar meningkat. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai oleh siswa SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah yang sejenis yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adanya kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Bahasa Indoneisa (menulis cerita pendek) melalui penggunaan model pembelajaran picture and picture harus di atasi semaksimal mungkin. Oleh karena itu kedua aspek (psikomotor dan kognitif) harus diperhatikan sehingga mendukung keberhasilan pembelajaran khususnya Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek). C. Saran Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain: 1. Bagi Sekolah Hendaknya sekolah meningkatkan kualitas pembelajaran dengan mengupayakan pelatihan bagi guru agar dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai commit to user dengan harapan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
120 2. Bagi Guru a) Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga siswa menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan bermakna. Hal ini membuat siswa tidak mudah bosan dan tetap termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. b) Dalam penyampaian materi guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang sesuai, sehingga dapat memberikan kemudahan terhadap siswa untuk lebih memahami konsep, prinsip dan keterampilan tertentu, serta mampu memberikan pengalaman yang berbeda dan bervariasi. c) Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture pada pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pemanfaatan model pembelajaran picture and picture dengan menngunakan media gambar dapat melatih siswa untuk berpikir logis, kritis dan sistematis, serta siswa akan lebih berani dalam mengeluarkan pendapat di depan umum. 3. Bagi Siswa Siswa harus lebih megembangkan inisiatif, kreatif, aktif, motivasi belajar dan meningkatkan keberanian menyampaikan gagasan dalam proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan kualitas diri. Mengingat penilaian hasil belajar meliputi aspek psikomotor dan aspek kognitif. 4. Bagi Peneliti Lain Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran picture and picture guna melengkapi kekurangan yang ada serta sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa yang belum tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik. commit to user