PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MEDIA REALISTIK IMAJINATIF
Sukidjan Rosyid Pengawas SMP Kabupaten Paser, Kalimantan Timur Abstrak: Menulis cerita pendek merupakan satu materi yang sulit dikuasai siswa kelas VII SMP Negeri 5 Tanah Grogot. Dengan tidak adanya media berdampak tidak berkembang dan kreatifitasnya siswa dalam menulis kalimat-kalimat cerpen. Permasalahan tersebut dapat di selesaikan dengan media realistik imajinatif. Dengan media ini siswa menjadi lebih terampil dan kreatif dalam menuliscerpen dan kualitas belajar mereka dapat ditingkatkan hingga hasil yang maksimal. Kata kunci: menulis cerpen, media realistik imajinatif, pembelajaran sastra
Pengajaran Bahasa Indonesia di SMP, terdiri atas empat keterampilan berbahasa yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menulis yang dipelajari siswa di sekolah memiliki peranan penting, tidak saja bagi mata pelajaran itu sendiri, tetapi juga bagi pembelajaran mata pelajaran yang lain. Selain itu, menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kehidupan sehari-hari, kebiasaan menulis masih belum berkembang dengan baik pada anggota masyarakat termasuk anak sekolah. Kecenderungan menyampaikan informasi melalui percakapan (lisan) masih lebih kuat daripada melalui tulisan. Hal ini sebagai bukti bahwa keterampilan menulis di kalangan siswa masih relatif rendah. Pada waktu istirahat atau sebelum masuk sekolah anakanak lebih sering terlihat bercakap-cakap daripada menulis. Menulis merupakan suatu tindakan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pembelajaran menulis cerita pendekuntuk siswa kelas VII SMP, yang melibatkan ketepatan aspek, kesesuaian tema, isi, tata
bahasa, dan kerapian sangatlah penting bagi siswa. Dalam mengembangkan keempat potensi di atas, perlu keterampilan dari guru dalam mengelolah pembelajaran agar pembelajaran benar-benar menjadi aktivitas siswa yang menyenangkan (Depdiknas, 2003). Badudu ( 1998 ) berpendapat bahwa ketrampilan munulis siswa di Indonesia masih rendah. Hal ini dapat ditengarai oleh rendahnya frekuensi kegiatan menulis siswa, buruknya kualitas karya tulis, rendahnya antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia pada umumnya dan menulis pada khususnya, serta rendahnya kreativitas belajar siswa pada saat kegiatan pembelajaran menulis berlangsung. Kunci keberhasilan pelaksanaan pembelajaran menulis sangat ditentukan oleh guru.Iklim belajar di kelas yang dipimpin oleh guru sangat menentukan arah dan keberhasilan belajar para siswa. Jika siswa dalam kelas dikelola oleh guru yang tidak profesional maka tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan akan sulit dicapai.
270
Rosyid, Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen, 271
Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan dan pengetahuan.Dalam kegiatan menulis ini, maka penulis haruslah terampil memanfaatkan struktur bahasa, dan kosakata. Disebut sebagai kegiatan produktif karena kegiatan menulis menghasilkan tulisan, dan disebut sebagai kegiatan yang ekspresif karena kegiatan menulis adalah kegiatan yang mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan pengetahuan penulis kepada pembaca (Tarigan 1983:3-4). Smith ( dalam Suparno & Yunus, 2002 ) menjelaskan bahwa pengalaman belajar menulis yang dialami siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi guru yang yang membelajarkan menulis. Pada umumnya guru tidak terampil menulis. Guru juga tidak dipersiapakan untuk mumpuni mengajarkan keterampilan menulis kepada siswa. Program yang dirancang guru masih belum berpedoman pada aspek – aspek yang perlu diperhatikan dan dikerjakan siswa pada setiap tahap menulis. Akibatnya, guru tidak optimal dalam membimbing siswa untuk berpikir mengenai apa yang akan ditulis dan bagaimana cara menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan. Siswa pun tidak optimal dalam mengaplikasikan kemampuan menulisnya. Salah satu keterampilan menulis yang dikuasai siswa SMP menulis cerpen. Cerpen dapat diartikan penyampaian cerita yang dilakukan oleh seseorang terhadap sekelompok atau beberapa orang dengan isi serta metode tertentu.cerpen merupakan materi yang tidak dikuasai siswa secara baik. Pada umumnya siswa menulis cerpen tidak tersusun dengan baik serta tidak memeperhatikan isi maupun kebahasaannya, sehingga hasil karya keterampilan menulis cerpen kurang luas kalimatnya, kurang padat isinya, dan kurang tepat susunan kebahasaannya.
Paparan di atas ditunjang oleh pengamatan awal yang peneliti lakukan terhadap hasil tulisan cerpensiswa kelas VII SMP Negeri5 Tanah Grogot yang mana sebagian besar siswa diantaranya tidak mampu menulis cerpen secara baik dan benar. Hasil identifikasi terhadap hasil karya tulisan cerpen tersebut menunjukan bahwa kelemahan umum yang dialami siswa terjadi pada : (1) kalimat-kalimat cerpen yang kurang luas (2) susunan kalimat cerpen yang masih belum runtut sesuai dengan tema, (3) penggunaan pilihan kata dan tanda baca yang kurang cermat sehingga tidak tersusun kalimat cerpen yang kreatif, dan (4) tulisan yang dibuat kurang rapi. Selama ini guru cenderung mengatasi kelemahan tersebut dengan melakukan semacam analisis terhadap kesalahan-kesalahan siswa dalam menulis cerpen. Guru berasumsi bahwa siswa akan belajar dari kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat sebelumnya dan tidak akan mengulangi kesalahan – kesalahan yang sama dalam menulis cerpen. Tindakan guru tersebut didasarkan pada pola pikir kaum behavioris yang melihat pengetahuan sebagai kumpulan pasif dari subjek dan objek yang diperkuat oleh lingkungannya, dan melihat mengajar sebagai suatu upaya mengatur lingkungan agar dapat membantu siswa dalam belajar. Dapat diambil suatu pengertian bahwa kaum behavioris menempatkan kegiatan belajar mengajar lebih sebagai suatu proses pengajaran, bukan pembelajaran. Dalam hal ini gurulah yang aktif mendulang siswa dengan berbagai informasi pelajaran. Strategi mengajar seperti di atas berpotensi membentuk siswa menjadi individu yang pasif. Kreativitas siswa tidak berkembang, kemampuan bernalar siswa tidak tersalurkan, pengetahuan siswa tidak tergali, sehingga kemandirian siswa dalam belajar pun menjadi hilang.
272, J-TEQIP, Tahun IV, Nomor 2, November 2013
Media realistik imajinatif dengan strategi kooperatif merupakan salah satu alternative yang tepat untuk di gunakan dalam kegiatan pembelajaran menulis cerpen bagi siswa SMP. Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Sejalan dengan pendapat ahli di atas maka penelitian ini memanfaatkan media realistik imajinatifuntuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran siswa SMP kelas VII dalam menulis cerpen. Media realistik imajinatif adalah gambargambar kejadian nyata yang terjadi di Indonesia yang diambil lewat internet. Dalam langkah - langkah pemanfaatan media realistik imajinatif dalam proses pembelajaran menulis cerpen digunakan strategi kooperatif. Rendahnya kemampuan keterampilan menulis cerpen kelas VII SMP Negeri 5 Tanah Grogot perlu dicarikan solusinya. Mengingat keterampilan menulis cerpen dapat mengasah siswa dalam mengungkapkan rasa dan ungkapan hati dengan tulisan yang akhirnya dapat mempertajam rasa empati pada diri siswa. Penelitian perlu dilakukan untuk mencari solusi yang dihadapi siswa serta untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (class-
room action research). Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk meningkatankan keterampilan menulis cerpen menggunakan media realistik imajinatif siswa kelas VII SMP Negeri 5 Tanah Grogot. METODE Penelitian ini dilaksanakan untuk mengatasi masalah pembelajaran, yaitu keterampilan siswa dalam menulis cerpen. Tindakan yang dilakukan siswa untuk menulis cerpen adalah media realistik imajinatif. Selama penelitian berlangsung, dibutuhkan keterlibatan guru yang bekerja secara koloboratif. Paparan tersebut mengisaratkan bahwa (1) terdapat permasalahan factual dalam pembelajaran, yaitu keterampilan siswa dalam menulis cerpen masih rendah, (2) ada tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki permasalahantersebut, yaitu penggunaan media realistik imanjinatif dalam menulis cerpen, dan (3) terjadi koloborasi antara peneliti dengan guru selama penelitian berlangsung. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan satu kasus dalam satu situasi (Suyatno, 2002). Model rancangan penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model rancangan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1992). Model ini mengikuti alur yang terdiri dari empat komponen pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pada tahap awal dilakukan studi pendahuluan dan pengamatan terhadap proses pembelajaran dalam menulis cerpen untuk mengidentifikasi permasalahan di kelas. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut disusun rencana tindak siklus I yang diwujudkan dalam bentuk Satuan Pembelajaran. Selanjutnya, rencana tindak siklus I itu diaplikasikan dalam pelak-
Rosyid, Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen, 273
sanaan tindakan pembelajaran yang nyata di kelas dengan melibatkan keberadaan guru sebagai tenaga pelaksananya. Sementara itu, dilakukan pengamatan secara langsung terhadap proses pembelajaran tersebut sambil mencatat hal-hal yang sekiranya perlu mendapat perlakuan baru. Hasil pengamatan direfleksikan dan dijadikan dasar bagi penyusunan rencana tindakan siklus II yang juga diwujudkan dalam bentuk Satuan Pembelajaran. Selanjutnya, rencana tindakan siklus II tersebut diaplikasikan dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran yang nyata di kelas dengan melibatkan keberadaan guru sebagai tenaga pelaksananya. Data dalam penelitian ini berupa data tindakan, data tuturan, dan data hasil penelitian. Data tindakan merupakan data nonverbal berupa informasi tindakan pembelajaran yang di berikan oleh guru dan aktifitas siswa berkaitan dengan pemberian tindakan tersebut. Data tuturan merupakan data verbal yang berupa tuturan lisan dan tertulis yang diperoleh sebelum, selama, dan setelah tindakan berlangsung. Sedangkan, data hasil penelitian diperoleh melalui kajian terhadap proses dan produk tindakan di tiap tahap pembelajaran. Proses setiap tahap pembelajaran dikaji dari kerjasama kelompok dan tanggung jawab siswa dalam kelompok serta partisipasi siswa dalam kelompok, sedangkan produk tindakan pada setiap tahap pembelajaran melalui perkembangan kemampuan siswa dalam menulis cerpen dengan melalui pemanfaatan media realistik imajinatif dalam menulis cerpen. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 5 Tanah Grogot dan guru kelas VII di sekolah tersebut. Proses pembelajaran dinilai berdasarkan dinamika kelompok. Karenanya rambu-rambu analisis yang digunakan dalam menganalisa proses pembelajaran disesuaiakan dengan aspek-aspek yang
membangun kelompok, yang selanjutnya ditetapakan sebagai indikator proses pembelajaran menulis cerpen dengan media relistik imajinatif. Indikator yang dimaksud meliputi (1) tanggung jawab, (2) kerja sama, dan (3) partisipan. HASIL Penelitian dilakukan dalam dua siklus dengan tujuan meningkatkan keterampilan siswa kelas VII SMP Negeri 5 Tanah Grogot dalam menulis cerpen dengan media realistik imajinatif. Masingmasing siklus dilakukan dalam dua kali pertemuan. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pada siklus I, keterlibatan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas masih dominan. Guru sebagai fasilitator secara intensif memberikan penjelasanpenjelasan yang jelas mengingat siswa yang diajar adalah siswa kelas VII SMP. Bimbingan guru kepada siswa berupa arahan-arahan menulis cerpen dengan media realistik imajinatif dalam prosedur pembelajaran yang disampaikan pada awal kegiatan. Di luar itu guru sebagai fasilitator memberi bimbingan pada kelompok- kelompok yang meminta bantuan selama pelaksanaan diskusi tersebut. Pembentukan kelompok ditentukan oleh guru. Dari 29 siswa yang hadir, terbentuk 4 kelompok dengan masingmasing kelompok beranggotakan 6 orang siswa dan ada satu kelompok yang beranggota 5 orang. Dasar pembagian siswa menjadi 4 kelompok adalah teman yang dekat tempat duduknya. Media realistik imajnatif yang diberikan oleh guru sebagai media untuk menulis cerpen oleh siswa, yaitu sebuah gambar kejadian bencana alam gunung meletus di Jawa Tengah. Diketahui bahwa pembentukan kelompok di sekolah menengah pertama berdasarkan tempat duduk sehingga anggota kelompok bersifat heterogen dari segi
274, J-TEQIP, Tahun IV, Nomor 2, November 2013
kualitas akademik dan jenis kelamin, sehingga mereka berbaur antarsiswa yang mempunyai kemampuan yang tinggi dan kemampuan rendah. Setelah kelompok sudah terbentuk maka guru menjelaskan cara menulis cerpen dengan menggunakan cuplikan film upin ipin sebagai media sarana mengembangkan inspirasi berfikir siswa tentang apa yang dimaksud dengan cerita pendek. Tentu saja dengan pancingan-pancingan pertanyaan yang mengarahkan siswa dapat memahami makna cerpen yang dilakukan oleh satu orang dari masing-masing kelompok serta apa topik pembicaraan dalam kegaiatan cerpen pada cuplikan film Upin Ipin tersebut. Dengan demikian diharapkan siswa mampu membuat kalimat-kalimat cerpen yang akhirnya mengasah keterampilan menulis cerpen yang sesuai dengan tema yang ditentukan guru. Langkah selanjutnya setiap kelompok dibagi media berupa gambar kejadian nyata bencana alam yang terjadi di Indonesia. Setelah itu, dilanjutkan dengan diskusi kelompok untuk menulis cerpen sesuai dengan media yang telah ditemukan. Dalam menuangkan gagasan kalimat cerpen dapat menggunakan nama masingmasing dalam kelompok agar siswa merasakan makna pembicaraan seakanakan mengalami peristiwa tersebut atau mempunyai rasa empati sehingga mampu berbuat sesuatu dengan kejadian bencana yang benar-benar terjadi tersebut. Dalam diskusi kelompok guru berperan sebagai pengamat dalam kegiatan diskusi meliputi kegiatan diskusi pada aspek tanggung jawab, kerjasama, partisipan. Hasil rekapitulasi dari nilai evaluasi pada akhir siklus I menunjukan bahwa pada umunya siswa sudah mampu menulis kalimat-kalimat dialog dengan menggunakan media realistik imajinatif. Dari evaluasi akhir siklus I hasil keterampilan sudah meningkat. Dari 29 siswa, 12
siswa atau 41, 5% sudah mampu menulis cerpen dengan isi dan susunan dengan tepat. Namun 17 siswa masih belum mampu menulis cerpen dengan kalimat dan susunan yang tepat, sehingga ketuntasan minimal belum dapat dicapai baik oleh 12 siswa dari 29 jumlah siswa maupun ketuntasan secara klasikal. Dari alasan tersebut di atas dilakukan tindakan siklus II sebagai upaya penyempurnaan siklus I. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Prosedur pelaksanaan tindakan siklus II ini identik dengan prosedur pada siklus I. Bedanya dalam siklus ini guru lebih mengarahkan dalam kegiatan diskusi dan cara menulis kalimat cerpen sesuai dengan media yang digunakan. Media realistik imajinatif yang digunakan setiap kelompok juga berbeda-beda. Cara menentukan tema gambar realistik imajinatif juga harus melalui undian yang ditulis dikertas. Media realistik imajinatif yang di sediakan adalah kejadian tsunami di aceh (dua kelompok), banjir bandang Sumatera Utara, Tanah Longsor di Garut Jawa barat, dan erupsi merapi di Jogyakarta. Penjelasan guru dalam cara menulis cerpen dengan menggunakan media realistik imajinatif lebih ditingkatkan. Guru secara gamblang dan detail menjelaskan cara menulis cerpen. Sebelum diskusi guru juga harus menjelaskan bahwa media realistik imajinatif tersebut suatu kejadian bencana alam yang benar-benar terjadi di Indonesia sehingga harus dibayangkan seakan-akan kita mengalami atau merasa empati dengan kejadian dalam gambar tersebut. Guru harus mengarahkan cara berfikir siswa dengan melempar pertanyaan-pertanyaan sebagai pancingan untuk membuka wawasan siswa. Contohnya, apa kalian pernah melihat ditelevisi tentang kejadian dalam gambar tersebut? Saat melihat kejadian dengan keluargamu dirumah apa yang kalian ungkapkan pertama kali? Dalam membimbing kerja kelompok guru juga
Rosyid, Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen, 275
harus mengarahkan sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan media yang didapatkan oleh kelompok. Dalam kegiatan diskusi guru harus benar-benar menjadi fasilitator yang baik. Harus berkeliling untuk mengamati jalannya diskusi sehingga jika ada kelompok yang belum memahami cara membuat kalimat cerpen guru dapat membimbingnya. Hasil pembelajaran siklus II mengalami peningkatan yang sangat signifikan baik dari hasil belajar maupun dari aspek diskusi. Dari 29 siswa hanya 5 siswa atau 17,2 % yang susunan cerpennya belum tepat, namun sudah mampu menulis kalimat cerpen yang baik. Jadi sudah 82,8% atau 24 siswa yang mampu menulis cerpen dengan nilai sesuai dengan KKM yang ditentukan. Dari dasar di atas maka peneliti merasa tidak memerlukan tindakan siklus berikutnya. PEMBAHASAN Pada siklus I hasil keterampilan menulis cerita pendek belum memuaskan atau belum mencapai KKM secara klasikal. Hal ini dikarenakan guru belum maksimal dalam membimbing diskusi kelompok. Pembentukan kelompok juga masih bersifat menurut kemauan guru dengan dipilih anggota kelompok yang duduknya saling berdekatan dan gambar relistik imajinatif yang dibagikan tanpa warna yang menarik siswa, sehingga siswa ada yang kurang bersemangat dalam menulis cerpen. Pada siklus II melalui hasil refleksi pada siklus I, guru menyadari perlunya bimbingan yang intensif dalam kelompok dalam menulis cerpen yang sesuai dengan DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
media realistik imajinatif yang di peroleh kelompok tersebut. Selain itu dalam pembentukan kelompok guru harus kooperatif dengan siswa. Dalam membagi media realistik imajinaatif harus berdasarkan undian yang didapat. Media juga harus dipilih warna yang menarik sehingga siswa merasa nyaman dan senang serta lebih bersemangat dalam menulis cerpen. Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa media realistik imajinatif memiliki dampak positif dalam meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, dan II) dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses diskusi setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap tanggung jawab dan kerjasama siswa. Selain itu nilai rata-rata siswa pada setiap siklus terus mengalami peningkatan PENUTUP Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan pemanfaatkan media realistik imajinatif memiliki dampak positif dalam meningkatkan keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Tanah Grogot Kabupaten Paser Kaltim. Hal ini ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (41,3%) dan siklus II (82,8%).
Berg, E.V. 1991. Miskonsepsi Bahasa Indonesia dan Remidi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
276, J-TEQIP, Tahun IV, Nomor 2, November 2013
Hamalik, O.. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press. Nur, M.. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya Pers Soedjadi, dkk.2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi.Surabaya; Unesa Universitas Press.
Suryosubroto, B. 1997.Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta. Usman, U. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Widoko. 2002. Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.