PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN PENDEKATAN EMOTIF- IMAJINATIF MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VII C SMP N 2 SULANG
Skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Retno Wulan Anggraeny 2101405618
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2010
SARI Wulan Anggraeny, Retno. 2010. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Dengan Pendekatan Emotif- Imajinatif Melalui Media Audiovisual Pada Siswa Kelas VII C SMP N 2 Sulang. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Mukh Doyin, M.Si., Pembimbing II Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. Kata kunci: keterampilan menulis puisi, pendekatan emotif- imajinatif, media audiovisual Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis, keterampilan menulis puisi siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang masih rendah. Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis puisi disebabkan oleh dua faktor. Pertama, yaitu faktor siswa. Siswa kurang minat terhadap pembelajaran menulis puisi. Kedua, yaitu faktor guru. Guru kurang kreatif dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran. Meneropong keadaan yang demikian, peneliti merasa tertantang untuk mendapatkan jalan keluar permasalahan itu. Salah satu upaya untuk dapat peneliti lakukan untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa keas VII C SMP N 2 Sulang, yaitu dengan menggunakan pendekatan Emotif- Imajinatif melalui media audiovisual. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mengkaji dua masalah, yaitu (1) seberapa besar peningkatan keterampilan menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual pada siswa kelas VII C SMP N2 Sulang, (2) bagaimana perubahan perilaku siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotifimajinatif melalui media audiovisual. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual pada siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang, (2) mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotifimajinatif melalui media audiovisual. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap siklus I dan tahap siklus II. Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual. Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu peningkatan keterampilan menulis puisi dan pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes dan nontes. Teknik tes berupa hasil tes keterampilan menulis puisi. Dan untuk teknik nontes berupa data perilaku siswa dari hasil observasi, jurnal, angket check list, wawancara, dan dokumentasi foto. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Kedua teknik tersebut dianalisis dengan membandingkan hasil tes siklus I dan siklus II.
ii
Berdasarkan analisis data penelitian, disimpulkan bahwa melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual kemampuan menulis puisi siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang menunjukkan adanya peningkatan. Nilai rata-rata tes menulis puisi siklus I 75,09 selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 85,28. Setelah menggunakan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual juga terjadi perubahan perilaku siswa. Siswa yang sebelumnya kurang bersemangat terhadap pembelajaran menulis menjadi lebih bersemangat, setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual. Selanjutnya, dari hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan kepada guru bahasa dan sastra Indonesia agar menggunakan pendekatan emotifimajinatif melalui media audiovisual pada pembelajaran menulis puisi. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian yang sama dengan pendekatan pembelajaran yang berbeda.
iii
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Skripsi.
Semarang, Maret 2010 Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Mukh Doyin, M.Si. NIP 196506121994121001
Prof.Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. NIP 196008031989011001
iv
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang Pada hari
: Jumat
Tanggal
: 12 Maret 2010
Panitia Ujian Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Rustono, M.Hum. NIP 195801271983031003
Dra.Suprapti,M.Pd NIP195007291979032001 Penguji I
Dra. L.M. Budiyati, M.Pd. NIP 194512301976032001
Penguji II
Penguji III
Prof.Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. NIP196008031989011001
Drs. Mukh Doyin, M.Si. NIP196506121994121001
v
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Maret 2010
Retno Wulan A
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto: *
Manusia dilahirkan untuk sukses, bukan gagal (Henry David Thoreau)
*
Kemenangan tanpa rintangan adalah hampa. Bukanlah prestasi kalau hanya melintasi jalanan yang halus. (Anonim)
Persembahan Skripsi ini peneliti persembahkan untuk: *
Ibu dan Keluarga, yang selalu berikan cinta, kasih, sayang, dan semangat dengan tulus
*
Almamaterku
vii
KATA PENGANTAR Penulis sangat gembira serta syukur ke hadirat Ilahi dengan ucapan alhamdulillah wassyukurillah karena penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Peningkatan Menulis Puisi Dengan Pendekatan Emotif- Imajinatif Melalui Media Audiovisual Pada Siswa Kelas VII C SMP N 2 Sulang. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1. Rektor UNNES, Dekan FBS, serta Ketjur, yang telah memberikan izin penelitian; 2. Drs. Mukh Doyin M.Si., dan Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang disela-sela kesibukannya dengan penuh kesabaran, keikhlasan, dan kebijaksanaan memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis; 3. Bapak dan Ibu dosen jurusan yang telah menyebarkan benih ilmu sebagai bekal yang sangat bermanfaat; 4. Faizatul Khoeriyah, S.Ag., kepala MA Salafiyah Karang Tengah yang telah memberikan izin penelitian; 5. Slamet, S.Pd., guru bahasa dan sastra Indonesia kelas VII C yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini; 6. Siswa-siswi kelas VII C SMP N 2 Sulang yang telah menjadi responden dalam penelitian; 7. Keluarga tersayang yang selalu memberikan warna dalam hidupku; 8. Muhamad Asrory si babi moko, yang senantiasa memberi canda tawa, kasih sayang dan perhatianya setiap detik; 9. Sahabat-sahabatku Paijo (F3), Ika, Nadia, Am2, Rosita, Erna, Wisnu,teman- teman PPL,warga kos ungu yang telah memberikan makna artinya persahabatan; viii
10. Teman-teman PBSI angkatan 2005, khususnya alumni C paralel yang telah memberikan segala informasi; 11. Semua pihak yang telah memberi dukungan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Selanjutnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
ix
DAFTAR ISI
SARI …………………………………………………………………….. ii PERSETUJUAN ……………………………………………………….. iv PENGESAHAN KELULUSAN ……………………………………….. v PERNYATAAN ………………………………………………… vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………………...... vii KATA PENGANTAR ………………………………………………….. viii DAFTAR ISI ……………………………………………………………. x DAFTAR TABEL ………………………………………………………. xv DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… xvi DAFTAR DIAGRAM ………………………………………………….. xvii BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………
1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………. 1 1.2 Identifikasi Masalah ………………………………………… 6 1.3 Pembatasan Masalah ………………………………………… 8 1.4 Rumusan Masalah…………………………………………… 8 1.5 Tujuan Penelitian ……………………………………………. 9 1.6 Manfaat Penelitian…………………………………………… 9 1.6.1 Manfaat Teoritis ……………………………………………….. 9 1.6.2 Manfaat Praktis ………………………………………………… 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN ............ 11 2.1 Kajian Pustaka ………………………………………………. 11 2.2 Landasan Teoretis …………………………………………… 13 2.2.1 Hakikat Menulis Kreatif ……………………………………… 14 2.2.1.1 Definisi Menulis Kreatif ………………………………... 14 2.2.1.2 Tujuan Menulis Kreatif .....................................................
17
2.2.2 Hakikat Puisi ................................................................... 19
x
2.2.2.1 Pengertian Puisi ……………………………………….
20
2.2.2.2 Unsur-unsur Pembangun Puisi ………………………..
21
2.2.2.2.1 Diksi …………………………………….. …… 22 2.2.2.2.2 Pengimajian ……………………………………. 23 2.2.2.2.3 Kata Konkrit ……………………………………. 23 2.2.2.2.4 Bahasa Figuratif ………………………………… 23 2.2.2.2.5 Versifikasi ……………………………….……… 30 2.2.2.2.6 Tipografi…………………………………………. 31. 2.2.2.2.7 Tema………………………………………...….... 32 2.2.2.2.8 Perasaan, nada, …………………………….…….. 33 2.2.2.2.9 Suasana………………………………………….... 34 2.2.2.2.10 Amanat ………………………………….……… 34 2.2.2.3 Langkah-langkah Menulis Cerpen ………………………. 34 2.2.3 Pendekatan Emoitif- Imajinatif …………….............................. 35 2.2.4 Hakikat Media..................................................................... 41 2.2.5 Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Emoitif- Imajinatif…… 44 2.2.6 Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Pendekatan Emotif- Imajinatif Media Audiovisual ………………………………….............. 44 2.3 Kerangka Berpikir …………………………………………… 46 2.4 Hipotesis Tindakan ………………………………………….. 48 BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 49 3.1 Desain Penelitian ……………………………………………. 49 3.1.1 Proses Tindakan Siklus I ………………………………
50
3.1.1.1
Perencanaan …………………………………………… 50
3.1.1.2
Tindakan ……………………………………………… 51
3.1.1.3
Observasi ……………………………………………..
3.1.1.4
Evaluasi………………….………………………………. 52
3.1.1.5
Refleksi ……………………………………………….. 53
3.1.2
52
Proses Tindakan Siklus II ………………………………. 54
3.1.2.1
Perencanaan …………………………………………..
3.1.2.2
Tindakan ……………………………………………… 54 xi
54
3.1.2.3 Observasi ……………………………………………..
55
3.1.2.4
55
Refleksi ……………………………………………….
3.2 Subjek Penelitian …………………………………………….. 56 3.3 Variabel Penelitian …………………………………………… 56 3.3.1. Keterampilan Menulis Puisi …………………………………
57
3.3.2 Pendekatan Emotif- Imajinatif……………...............…………… 57 3.4 Instrumen Penelitian …………………………………………. 58 3.4.1. Bentuk Instrumen ……………………………………………... 55 3.4.1.1 Instrumen Tes ……………………………………………. 55 3.4.1.2. Instrumen Nontes ……………………………………….. 69 3.4.1.2.1. Lembar Observasi …………………………….. 69 3.4.1.2.2. Pedoman Wawancara …………………………. 70 3.4.1.2.3. Jurnal ………………………………………….
71
3.4.1.2.4. Dokumentasi Foto …………………………….
72
3.4.1.2.5 Angket Check List............................................. 73 3.4.2 Uji Validitas ……………………………………………….. 74 3.5 Teknik Pengumpulan Data …………………………………... 74 3.5.1. Teknik Tes ……………………………………………………. 74 3.5.2. Teknik Nontes ………………………………………………… 75 3.5.2.1. Observasi ………………………………………………… 75 3.5.2.2. Wawancara ………………………………………………. 76 3.5.2.3. Jurnal …………………………………………………….. 76 3.5.2.4. Dokumentasi Foto ………………………………… ……. 67 3.6 Teknik Analisis Data ………………………………………... 77 3.6.1. Teknik Kuantitatif …………………………………………….. 77 3.6.2. Teknik Kualitatif ……………………………………………… 78 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………….. 80 4.1 Hasil Penelitian ……………………………………………… 81 4.1.1
Hasil Siklus I ………………………………………….
81
4.1.1.1 Hasil tes ………………………………………………….
82
4.1.1.1.1 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Diksi………….
84
xii
4.1.1.1.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian …… 85 4.1.1.1.3 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek kata Konkrit…… 86 4.1.1.1.4.Hasil Tes Menulis Puisi Aspek bahasa Figuratif... 87 4.1.1.1.5 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi…….. 88 4.1.1.1.6 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipografi ……..
89
4.1.1.1.7 Hasil Tes Menulis Puisi AspekTema ……..
90
4.1.1.1.8 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Perasaan, Nada…. 91 4.1.1.1.9 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana………… 92 4.1.1.1.10 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Amanat………. 93 4.1.1.2 Hasil Nontes ……………………………………………… 94 4.1.1.2.1 Hasil Observasi ………………………………… 94 4.1.1.2.2 Hasil Jurnal ……………………………………. 99 4.1.1.2.3 Hasil Check List ……………………………….. 104 4.1.1.2.4 Hasil Wawancara ………………………………. 105 4.1.1.2.5 Hasil Dokumentasi Foto …………………......... 108 4.1.1.3 Refleksi Siklus I …………………………………………. 113 4.1.2 Hasil Siklus II ……………………………………………. 117 4.1.2.1 Hasil Tes ………………………………………………… 117 4.1.2.1.1 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Diksi………….
120
4.1.1.1.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian …… 121 4.1.1.1.3 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek kata Konkrit…… 122 4.1.1.1.4.Hasil Tes Menulis Puisi Aspek bahasa Figuratif... 123 4.1.1.1.5 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi…….. 124 4.1.1.1.6 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipografi ……..
125
4.1.1.1.7 Hasil Tes Menulis Puisi AspekTema ……..
126
4.1.1.1.8 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Perasaan, Nada… 127 4.1.1.1.9 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana………… 128 4.1.1.1.10 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Amanat………. 129 4.1.2.2 Hasil Nontes ……………………………………………..
130
4.1.2.2.1 Hasil Observasi ………………………………... 130 4.1.2.2.2 Hasil Jurnal ……………………………………. 131 xiii
4.1.2.2.3 Hasil Check List ……………………………….
138
4.1.2.2.4 Hasil Wawancara …………………………........ 138 4.1.2.2.4 Hasil Dokumentasi Foto ……………………...
141
4.1.2.3 Refleksi Siklus II ………………………………………… 147 4.2 Pembahasan ………………………………………………….. 148 4.2.1 Peningkatan Hasil Tes Menulis Puisi Melalui Pendekatan Emotif- Imajinatif Dengan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas VII C SMP N 2 Sulang .................................................... 148 4.2.2 Perubahan Perilaku Siswa Kelas VII C pada Siswa SMP N 2 Sulang Terhadap Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Pendekatan
Emotif-
Imajinatif
Media
Audiovisual.............................................................................. .... 152 BAB V PENUTUP ……………………………………………………… 156 5.1 Simpulan …………………………………………………….. 155 5.2 Saran ………………………………………………………… 157 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..
158
LAMPIRAN ....………………………………………………………….
159
xiv
DAFTAR TABEL Tabel 1. Skor Penilaian Tes Menulis Puisi Tabel 2. Aspek Penilaian Tes Menulis Puisi Tabel 3 Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Puisi Tabel 4 Hasil Tes Menulis Puisi Siklus I Tabel 4.1 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Diksi Tabel 4.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian Tabel 4.3 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Kata Konkrit Tabel 4.4 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Bahasa Figuratif Tabel 4.5 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi Tabel 4.6 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipografi Tabel 4.7 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tema Tabel 4.8 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Perasaan, Nada Tabel 4.9 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana Tabel 4.10 hasil Tes Menulis Puisi Aspek Amanat Tabel 5 Hasil Tes Menulis Cerpen Siklus II Tabel 5.1 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Diksi Tabel 5.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian Tabel 5.3 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Kata Konkrit Tabel 5.4 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Bahasa Figuratif Tabel 5.5 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi Tabel 5.6 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipografi Tabel 5.7 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tema Tabel 5.8 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Perasaan, Nada Tabel 5.9 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana Tabel 5.10 hasil Tes Menulis Puisi Aspek Amanat Tabel 6 Hasil Tes Menulis Cerpen Siklus I dan Siklus II Tabel 7 Perbandingan Dokumentasi Foto Siklus I dan Siklus II
xv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Gambar 2 Sikap Siswa Saat Guru Memberikan Penjelasan Gambar 3 Sikap Siswa Saat Kegiatan Imajinasi Gambar 4 Sikap Siswa Saat Proses Penulisan Ide Gambar 5 Sikap Siswa Membacakan Puisi di depan Kelas Gambar 6 Sikap Siswa Saat Guru Memberikan Penjelasan Gambar 7 Sikap Siswa Saat Kegiatan Imajinasi Gambar 8 Sikap Siswa Saat Proses Penulisan Gagasan Gambar 9 Sikap Siswa Saat Kegiatan Menulis Puisi
xvi
DAFTAR DIAGRAM Diagram 1 Hasil Tes Menulis Puisi Siklus I Diagram 2 Hasil Tes Keterampilan Menulis Puisi Siklus I Diagram 3 Peningkatan Hasil Tes Menulis Puisi Siklus I dan Siklus II
xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar manusia untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 disebutkan pada hakikatnya pendidikan dalam konteks pengembangan nasional mempunyai fungsi: pemersatu bangsa, penyamaan kesempatan, dan pengembangan potensi diri. Pasal 19 ayat 1 Peraturan Pemerintah tersebut menerangkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dengan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan pengembangan fisik, serta psikologis peserta didik (Peraturan Pemerintah Nomor : 19, 2005 : Pasal 19 ayat 1). Tujuan utama pembelajaran sastra adalah agar siswa memiliki kemampuan mengapresiasi karya sastra. Apresiasi sastra adalah menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepercayaan yang baik terhadap karya sastra. Perilaku kegiatan apresiasi dapat berupa kegiatan secara langsung dan kegiatan secara tidak langsung. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi, sedangkan belajar sastra belajar menghargai manusia dan kemanusiaannya. Oleh karena itu, pembelajaran 1
2
Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan. Serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia. Menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan salah satu cara untuk melegakan perasaan, juga sebagai pengungkapan diri. Menulis membutuhkan ketekunan, kesabaran dan keahlian berkata-kata apa yang ditulisnya dapat dipahami orang lain. Menulis adalah sebuah eksotisme, membantu menahan derita, menanggulangi masalah dan bahkan membuatnya semakin indah. Menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat) siswa. Menulis tidak ubahnya melukis, siswa banyak memiliki gagasan untuk dituangkan ke dalam tulisan. Menulis juga merupakan kebutuhan utama dalam proses transfer dan pengembangan ilmu pengetahuan. Ketrampilan menulis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara tertulis untuk menyampaikan informasi suatu peristiwa sehingga timbul komunikasi. Materi pengajaran Bahasa Indonesia terdiri atas dua jenis, yaitu materi sastra dan materi bahasa. Pengajaran sastra mempunyai peranan yang penting dalam bentuk watak, kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan bersastra pada siswa. Pengajaran sastra membuat siswa dapat mengenal dan menikmati hasil karya sastra itu sendiri. Selain itu, dalam pengajaran sastra siswa dapat menggunakan ide, gagasan, ataupun pendapat yang menjadi ekspresi siswa. Pengalaman-pengalaman tersebut akan memperkaya nuansa batin dan mampu
3
menubah pola pikiran siswa yang akhirnya dapat mempengaruhi tanggapan siswa terhadap dirinya, alam sekitar dan Sang Pencipta. Sistem pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah-sekolah menengah belum menampakkan adanya gejala-gejala perubahan yang menuju kearah perbaikan (Afrarudin 1990 : 37). Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra yang demikian kompleks itu masih dipegang oleh seorang guru. Perlu diperhatikan dalam pengajaran sastra, seorang guru harus memperhatikan teknik mengajar yang meliputi proses pembelajaran dan materi yang diajarkan. Hal itu bertujuan untuk membantu siswa memunculkan ide-ide baru dan mewujudkan konsepsi menjadi kenyataan (Rahmanto 1988 : 37). Guru harus mampu menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan dan kondisional. Lingkungan kondisional dalam suatu aktifitas pembelajaran, meliputi beberapa penggolongan ruang kelas, sumber belajar (Depdiknas 2003 : 13), sehingga indikator dalam pembelajaran akan tercipta secara maksimal. Pentingnya pembelajaran sastra di sekolah, termasuk pembelajaran menulis puisi, guru harus berusaha untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi dengan berbagai upaya dan metode yang diajarkan. Karena pembelajaran sastra khususnya puisi sampai saat ini menghadapi sebagai masalah. Masalah yang dihadapi antara lain jumlah dan mutu buku teks yang dipergunakan, proses pembelajaran yang cenderung monoton dan hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Keindahan puisi terdiri atas dan keindahan yaitu keindahan etis dan keindahan estetis. Keindahan etis yaitu keindahan yang berkaitan dengan isi yang
4
disampaikan oleh penyair. Keindahan estetis adalah keindahan yang ditimbulkan oleh unsur-unsur pembangun puisi (Suharianto 2006 : 6). Keindahan puisi yang bersifat etis adalah keindahan yang berupa nilainilai yang ingin disampaikan penyair dalam puisinya. Nilai tersebut diperoleh diluar karya sastra atau unsure ekstrinsik. Unsur ekstrinsik puisi yang nilai didaktis atau pendidikan nilai sosial, nilai kebangsaan dan nilai ketuhanan. Keindahan puisi yang bersifat estetis adalah keindahan puisi yang bersumber dari unsur pembangunan yang berasal dari dalam puisi atau unsur instriksik. Unsur instrinsik puisi adalah tema, imajinasi, diksi, majas, rima, irama, dan suasana. Nilai ekstrinsik dan nilai instrinsik pada puisi dapat menjadikan siswa arif dan bijaksana dalam menyiapkan kehidupan. Berkata dengan pembelajaran puisi, berdasarkan hasil observasi yang pernah dilakukan peneliti di SMP N 2 Sulang, menulis puisi telah diajarkan tetapi mengalami berbagai hambatan. Hal ini sesuai dengan keterangan yang diperoleh dari guru pengampu mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang menyatakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menulis puisi karena belum mampu dalam menentukan tema, membayangkan hal-hal yang akan ditulis. Siswa mengalami kesulitan untuk mencari bahasa yang khas untuk mengapresiasikan apa
yang
dibayangkan.
Kebingungan
siswa
merupakan
suatu
kendala
pembelajaran menulis puisi di sekolah. Selain itu, dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode konvensional, yaitu metode ceramah. Proses pembelajaran sastra menulis puisi seperti itu kurang mencapai hasil yang maksimal karena siswa hanya melaksanakan tugas dari guru sehingga
5
siswa kurang kreatif, sehingga ekspersinya terbatas karena siswa hanya melaksanakan tugas dari guru. Misal, apa yang dilakukan siswa kelas VII khususnya kelas VII C pada saat mereka menerima materi yang disampaikan oleh guru, dimana pada saat guru menerangkan materi yang sedang di bahas didepan kelas, kebanyakan dari siswa hanya mengobrol dengan teman-temanya sehingga membuat kelas menjadi gaduh. Kondisi itu disebabkan didalam prose belajar mengajar hanya terjadi satu arah saja yaitu yang diberikan oleh guru. Padahal, tujuan pembelajaran sastra adalah agar siswa mampu berekspresi, menikmati dan memahami karya sastra. Selain, metode yang kurang bervariasi selama ini proses pembelajaran dilakukan tanpa memperhitungkan daya tarik siswa. Misalnya saja, dengan bantuan media audiovisual sehingga tidak membuat siswa menjadi jenuh. Kejenuhan siswa dalam pembelajaran sastra disebabkan juga oleh kurang berminatnya siswa dalam belajar sastra. Mereka beranggapan bahwa sastra adalah pelajaran yang paling sulit, sejak awal siswa kurang tertarik pada sastra. Selain itu, peletakan jam pelajaran kurang efektif, misalnya jam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diletakkan pada jam terakhir. Hal ini kurang mendukung dalam pembelajaran karena siswa sudah lelah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa dan Sasrtra Indonesia, guru sering berpedoman pada rencana pembelajaran yang terdahulu dan kurangnya pembangunan rencana tersebut dan pada akhirnya tidak ada unsur kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran. Penilaian ini menggunakan pendekatan emotif – imajinatif dengan media audiovisual karena pendekatan dan penggunaan media tersebut merupakan
6
penggabungaan sistem pembelajaran
yang
efektif bagi siswa.
Dengan
menggunakan pendekatan emotif, imajinatif, dirasa cocok untuk pembelajaran menulis puisi karena pendekatan emotif – imajinatif menawarkan pembelajaran yang menekankan proses dan hasil. Tetapi jauh dari itu, siswa dianjurkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar (De Porter dalam Zein, 2008 : 3). Penelitian memilih pembelajaran menulis puisi karena sampai saat ini belum menemukan skripsi yang membahas menulis puisi melalui pendekatan emiotif – imajinatif dengan media audiovisual. Atas dasar itulah penulis mencoba membahas masalah peningkatan ketrampilan menulis dengan pendekatan emotif – imajinatif menggunakan media audiovisual diharapkan dapat memberikan pengalaman baru yang menyenangkan bagi siswa.
1.2 Identifikasi Masalah Masalah yang muncul dalam keterampilan menulis puisi dapat dipengaruhi oleh faktor siswa, guru, dan lingkungan sekolah. Masalah yang dialami siswa yaitu masih rendahnya kemampuan menulis puisi sebagai keterampilan yang sulit dilakukan. Puisi yang dibuat siswa cenderung mampu mengungkapkan gagasan, diksi, seta rima yang dipilih kurang menarik, sehingga tidak mampu mendukung makna puisi yang ditulis. Masalah yang dialami oleh guru yaitu pendekatan dalam pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat. Selama ini pendekatan yang digunakan guru masih tradisional dan kurang bervariasi. Ceramah menjadi pilihan utama dalam
7
pembelajaran sehingga terkesan siswa hanya mendapatkan teori saja. Hal ini menyebabkan siswa merasa jenuh dan bosan dengan pembelajaran tersebut. Guru tidak cukup hanya menerapkan metode ceramah saja, tetapi diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang mampu merangsang kreatifitas siswa agar menggunakan ide penulisan puisi, karena kemahiran guru dalam menerapkan pembelajaran sangat mempengaruhi perilaku siswa dan juga terhadap hasil belajar siswa. Cara yang digunakan untuk mengatasi masalah-masalah ini adalah dengan mengubah pendekatan dalam pembelajaran. Rendahnya hasil yang diperoleh siswa karena siswa tidak terbiasa dilatih menulis sastra. Mengatasi hal tersebut, guru sebaiknya membiasakan dan melatih siswa untuk menulis. Dalam lingkungan sekolah, kurangnya pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan menulis sastra (seperti pengadaan mading tentang sastra, kegiatan perlombaan menulis sastra antar kelas, kegiatan menulis sastra) menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk menulis sastra. Mengatasi masalah ini,
guru dan pihak sekolah
hendaknya
sering
mengadakan kegiatan
ekstrakurikuler tentang kesastraan, dan menyediakan tempat untuk mengadakan mading sekolah di tempat yang strategis agar siswa tertarik dan berminat untuk ikut berpartisipasi dalam pembuatan mading sekolah.
1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan masalah-masalah yang muncul dalam pembelajaran sastra khususnya dalam ketrampilan menulis. Tetapi karena adanya keterbatasan dalam
8
pembelian ini, maka penelitian hanya membatasi permasalahan kurangnya ketrampilan menulis puisi siswa yang disebabkan oleh kurang tepatnya dan media pembelajaran yang digunakan guru. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti akan menerapkan emotif – imajinatif dengan media audiovisual agar dapat meningkatkan ketrampilan siswa dalam menulis puisi dan agar siswa tidak merasa bosan, jenuh dan terlibat penuh dalam proses pembelajaran. Sehingga terjadi perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi melalui penerapan pendekatan emotif – imajinatif dengan media audiovisual.
1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas maka rumusan permasalahan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Seberapa besar peningkatan menulis puisi pada siswa kelas VII C SMP Muhammadiyah Semarang melalui pendekatan emotif – imajinatif dengan media audiovisual. 2. Bagaimana perubahan perilaku belajar siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif – imajinatif melalui media audiovisual.
1.5 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian adalah : 1. Mendiskripsikan peningkatan keterampilan siswa dalam menulis puisi dengan menggunakan pendekatan emotif – imajinatif melalui media audiovisual siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang.
9
2. Mendiskripsikan perubahan perilaku siswa setelah mengikuti menulis puisi dengan menggunakan pendekatan emotif – imajinatif melalui media audiovisual siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang .
1.6 Manfaat Penelitian Peneliti berharap dari penelitian yang dilakukan ini akan diperoleh manfaat teoritis dan manfaat praktis : 1. Manfaat Teoritis a. Menambah wawasan tentang pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya pembelajaran menulis puisi. b. Menambah teori-teori dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya pada pembelajaran menulis puisi. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi guru yaitu memberikan alternatif pemilihan pendekatan dan media pembelajaran menulis puisi dan dapat mengembangkan keterampilan guru Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan emotif – imajinatif melalui media audiovisual. b. Manfaat bagi peneliti yang dapat memperkaya wawasan tentang penggunaan komponen pemodelan dengan pendekatan emotif – imajinatif melalui media audiovisual dalam pembelajaran.
10
c. Manfaat bagi lembaga pendidikan adalah adanya peningkatan kualitas pembelajaran keterampilan menulis puisi dengan pendekatan emotif – imajinatif melalui media audiovisual.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS
2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini murni beranjak dari awal jarang ditemui karena biasanya suatu penelitian mengacu pada penelitian yang dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam penelitian selanjutnya ( Arikunto 1997:24 ) . Peninjauan terhadap penelitian lain sangat penting sebab di gunakan untuk mengetahui revelensi penelitian yang telah lampau dengan penelitian yang akan di laksanakan. Peninjauan penelitian sebelumnya digunakan untuk membandingkan seberapa besar keaslian dari penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian tindakan kelas tentang menulis puisi merupakan penelitian yang menarik. Banyaknya penelitian tenmtang menulis puisi tersebut dapat dijadikan salah satu bukti bahwa menulis puisi di sekolah – sekolah sangat menarik untuk di teliti. Penelitian melukiskan puisi telah banyak dilakukan antara lain oleh Hasyim ( 2001 ) , Fatoni ( 2002 ) , Kurnia ( 2005 ) , Fauziah ( 2006 ) Hasyim ( 2001 ) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis puisi yang bertemakan Pengalaman Pribadi dengan Metode Karya Wisata
di SMP Muhammadiyah 7 Pengandol Kendal, menunjukkan
bahwakemampuan siswa dalam menulis puisi meningkat setelah digunakan metode karya wisata dalam pembelajaran menulis puisi. Selain itu, hasil penelitian
11
12
menunjukkan bahwa metode karya wisata dapat
menciptakan suasana
pembelajaran menjadi kondusif dan menyenangkan. Fatoni (2002 ) menullis skripsi berjudul Kemampuan Menulis Puisi Melalui Metode Karya Wisata pada siswa kelas II MA Nahdlatus Syiban Sayung Kabupaten Demak. Penelitian Fatoni tidak jauh berbeda dengan penelitian Hasyim (2001). Hasil penelitian yang diperoleh adalah nilai rata- rata skor pada tes awal sebelum diberi perlakuan sebesar 64,2. Pada siklus I nilai rata- rata 73,5 dan pada siklus II menjadi 78,3. Ini berarti terjadi peningkatan sebesar 1,45% dari tes awal ke siklus I, sedangkan dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 1, 63 % . Penelitian ini mempunyai keterkaitan yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama – sama meneliti tentang ketrampilan puisi, hanya saja penelitian yang di lakukan oleh Fatoni menggunakan metode karya wisata sedangkan peneliti menggunakan media audiovisual sebagai cara untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi. Kurnia ( 2005 ) menulis skripsi berjudul Penerapan Model Pembelajaran dan sistem penilaian Berbasis Portofolio Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi siswa kelas VII F SMP 40 Semarang, menunjukkan keterampilan menulis puisi kreatif puisi siswa tersebut mengalami peningkatan 30,60 % setelah mengikuti pembelajaran menulis kreatif puisi dengan model pembelajaran sistem penilaian berbasis portofolio. Hasil rata – rata tes menulis puisi pada pratindakan sebesar 59,86 % dan pada siklus I meningkat sebesar 15,27 sedangkan pada siklus II meningkat lagi sebesar 13,30 % Fauziah ( 2006 ) menulis skripsi berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Teknik Pengamatan Objek Secara Langsung pada siswa
13
kelas VII F SMP 16 Semarang tahun pembelajaran 2005/2006 . Menyimpulkan bahwa nilai rata – rata skor pada tes awal sebelum diberi perlakuan sebesar 64,56 %, Hingga terjadi peningkatan 59,55 % pada siklus I dan pada siklus II meningkat 8,73 %. . Dengan menghadirkan teknik objek secara langsung,ternyata kemampuan siswa dalam menulis puisi mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat setelah membandingkan hasil tes pratindakan, hasil tes siklus I, dan hasil tes siklus II.
Penelitian ini mempunyai keterlibatan dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti yaitu sama – sama meneliti kemampuan menulis puisi, hanya saja teknik atau pendekatannya berbeda. Berdasarkan sumber dan penelitian yang dilakukan oleh para mahasiswa, peneliti ingin meneliti keterampilan menulis puisi dengan pendekatan sugestifimajinatif dengan media audiovisual pada siswa SMP Mahamadiyah 3 Semarang. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya merupakan penelitian tentang menulis puisi dengan metode karya wisata dan pendekatan kontekstual pada siklus I dan II dengan hasil meningkat yang menggunakan cara pembelajaran yang berbeda-beda. Sedangkan penelitian sekarang ini meneliti tentang keterampilan menulis puisi dengan pendekatan emotif imajinatif merupakan peraduan yang dapat digunakan sebagai untuk meningkatkan menulis puisi pada siswa SMP.
14
2.2 Landasan Teoritis 2.2.1 Hakikat Menulis Kreatif Hakikat menulis kreatif telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli, baik berupa definisi dan tujuan menulis kreatif. Hal tersebut dapat dilihat dari uraian berikut ini. 2.2.1.1 Definisi Menulis Kreatif Puisi Menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Salah satu jenis kegiatan menulis adalah menulis kreatif. Menulis kreatif pada hakikatnya dapat berupa puisi, drama, dan cerpen. Puisi menurut Waluyo (2000:78) mengemukakan bahwa puisi adalah salah satu bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan
mengkonsentrasikan
semua
kekuatan
bahasa
yakni
dengan
mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batin. Menulis kreatif memiliki kecenderungan bersifat ekspresif, sugestif, dan asosiatif. Ekspresif maksudnya adalah setiap bunyi yang dipilih, setiap kata yang dipilih, dan setiap methapor yang dihadirkan harus berfungsi bagi kepentingan ekspresi, mampu memperjelas gambaran dan mampu menimbulkan kesan yang kuat. Sugestif maksudnya adalah bersifat menyarankan dan mempengaruhi pembaca serta menyenangkan dan tidak memaksa. Asosiatif maksudnya mampu membangkitkan pikiran dan perasaan yang merambat, tetapi masih berkisar diseputar makna konvensial atau makna konotatif yang sudah lazim. Menurut Suharianto (2005) dalam menulis karya sastra ada dua hal penting yang amat dominan dalam setiap karya sastra kepengalaman. Kedua hal
15
tersebut adalah daya imajinasi dan daya kreasi. Daya imajinasi adalah daya “membayangkan” atau “menghayalkan” segala sesuatu yang pernah menyentuh perasaan atau singgah dalam pikiranya. Sedangkan daya kreasi adalah daya “ menciptakan” sesuatu yang baru, kemampuan menghadirkan sesuatu yang lain daripada yang pernah ada. Seorang pengarang harus mampu menggabungkan imajinasi dan kreatifitas karya yang bagus. Trianto (2002:2) menyebutkan bahwa tulisan kreatif bersifat apresiatif dan ekspresif. Apresiatif maksudnya adalah melalui kegiatan menulis kreatif orang dapat mengenali, menyenangi, menikmati, dan mungkin menciptakan kembali secara kritis berbagai hal yang dijumpai dalam teks- teks kreatif karya orang lain dengan caranya sendiri dan memanfaatkan hal tersebut dalam kehidupan nyata. Apresiatif dapat juga berarti karya sastra pada dasarnya merupakan hasil penafsiran kehidupan yang di lakukan oleh sastrawan. Ekspretif disebut dan merancang, dalam arti kita dimungkinkan mengekspresikan dan memgungkapkan berbagai pengalaman atau berbagai hal yang menggejala dalam diri kita untuk dikomunikasikan kepada orang lain melalui tulisan keratif sebagai sesuatu yang bermakna. Menurut Roekhan ( dalam Hidayah 2007:14) proses penulisan kreatif pada hakikatnya yaitu proses penciptaan karya sastra. Proses itu dimulai dari : (1) memunculkan ide dalam bentuk penulis, (2) menangkap dan merenungkan ide tersebut, (3) mematangkan ide agar menjadi jelas dan utuh, (4) membahas ide tersebut dan merancang dan diakhiri dengan (5) menuliskan ide tersebut dalam bentuk karya sastra.
16
Tarigan (1986:3-4) menulis puisi sebagai salah satu aspek kemampuan bersastra merupakan suatu proses pengembangan. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan efektif. Menurut Hairston (Darmadi dalam Gamar Fauziayah 2006:15), menulis atau mengarang memiliki arti penting yaitu : 1) dapat merangsang pikiran, 2) dapat memunculkan ide baru, 3) dapat melatih kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide, 4) dapat melihat sikap objektif yang pada diri seseorang, 5) dapat membantu diri untuk menyerap dan memproses informasi, 6) akan memungkinkan untuk berlatih memecahkan beberapa masalah sekaligus, 7) dalam bidang ilmu akan memungkinkan untuk menjadi aktif dan bukan hanya menjadi penerima informasi, 8) dalam menulis fiktif memungkinkan untuk melatih emosi dalam rangka pendendalian ekspresif diri. Ketrampilan
atau
kempuan
menulis
puisi
adalah
kemampuan
mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa yang bersifat litere (Depdiknas dalam Fauzitah 2006:16). Menulis puisi merupakan wujud komunikasi tidak langsung (bahasa tulis) yang menekankan pada ekspresi diri, emosi, gagasan dan ide. Selain itu, ketrampilan menulis puisi merupakan proses aktivitas berfikir manusia secara produktif ekspresif serta didukung oleh proses pengetahuan, kebahasaan, dan teknik penulisan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan menulis puisi adalah kegiatan mengungkapkan pikiran dan perasaan secara apresiatif dalam bentuk puisi sebagai sesuatu yang bermakna dengan memanfaatkan berbagai pengalaman dalam kehidupan nyata.
17
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis kreatif puisi adalah melahirkan pikiran atau perasaan melalui rangkaian kata yang disusun berdasarkan kreatifitas, kemampuan bahasa, dan kemampuan sastra. Menulis kreatif adalah penciptaan karya sastra yang bersifat apresiatif, ekspresif, dan kreasi yang didasarkan pada kehidupan manusia yang mempunyai nilai- nilai yang bermakna dalam kehidupan yang mengarah, dan meningkatkan kualitas hidup sebagai manusia. 2.2.1.2 Tujuan Menulis Kreatif Setiap jenis tulisan yang dibuat mengandung beberapa tujuan. Menurut Jabrohim (2003:71) mengemukakan bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh orangorang yang memilih bidang sastra sebagai “ lahan” kegiatan yakni bersifat apresiatif dan ekspresif. Apresiatif maksudnya bahwa melalui kegiatan bersastra orang dapat mengenal, menyenangi, menikmati, dan memungkinkan menciptakan kembali secara kritis berbagai hal yang dijumpai dalam sastra dengan caranya sendiri, serta memanfaatkan berbagai hal tersebutdalam kehidupan nyata. Ekspresif dalam arti bahwa kita dimungkinkan
mengekspresikan
atau
mengungkapkan berbagai pengalaman atau berbagai hal yang menggejala dalam diri kita untuk dikomunikasikan kepada orang lain melalui ( karya) sastra, sebagai sesuatu yang bermakna. Hugo Hartig ( dalam Tarigan 1986: 24-25) mengungkapkan bahwa tujuan menulis adalah sebagai berikut: (1) Assigment Purpose ( tujuan penuguasan)
18
Tujuan penugasan sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis hanya menulis karena ditegaskan, bahkan atas kemajuan sendiri. (2) Altruistic Purpose ( tujuan alturistik) Penulis bertujuan menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedudukan para pembaca, ingin menolong para remaja memahami, menghargai perasaan, dan penalaranya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya. (3) Persuasive Purpose (tujuan persuasif) Tulisan yang bertujuan menyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang di utarakan. (4) Self-expressive Purpose ( tujuan penyesuaian diri) Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada pembaca. (5) Creative Purpose ( tujuan kreatif) Tujuan tang bertujuan mencapai nilai- nilai artistik, nilai- nilai kesenian. (6) Problem Solving Purpose ( tujuan pemecahan masalah) Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam
proses
pengajaran,
pembelajaran
menulis
pada
dasarnya
dilaksanakan untuk mencapai tujuan- tujuan berikut: (a) mendorong siswa untuk menulis dengan jujur dan bertanggung jawab, dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa secara berhati- hati, integritas, dan sensitif. (b) merangsang imajinasi dan daya pikir atau intelek siswa
19
(c) menghasilkan tulisan atau karangan yang bagus, tepat, jelas, dan ekonomis penggunaan bahasanya dalam membebaskan segala sesuatu yang terkandung dalam hati dan pikiran. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan menulis kreatif adalah dengan kegiatan bersastra orang dapat mengenal, menyenangi, dan menikmati, serta menciptakan tulisan- tulisan yang lebih kreatif. Selain itu, untuk dapat mengungkapkan berbagai pengalaman yang dikomunikasikan kepada orang lain. Tujuan lain yang erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri yaitu tujuan kratif. Akan tetapi keinginan kreatif di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistic atau seni yang ideal, seni yang menjadi idaman. Melalui tulisannya, penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi dan meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca. Kegiatan menulis seperti ini memiliki tujuan memecahkan masalah (problem solving). Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kegiatan menulis memiliki tujuan yang beragam. Oleh karena itu, kegitan menulis menghasilkan beragam jenis tulisan sesuai dengan maksud dan tujuan penulis. Teori tentang menulis yang akan di paparkan di sini meliputi hakekat menulis, fungsi menulis, tujuan menulis, jenis menulis dan manfaat menulis.
20
2.2.2 Hakikat Puisi Teori tentang puisi yang akan dipaparkan pada bagian ini meliputi :pengertian puisi, unsur - unsur puisi, jenis puisi, aspek yang dinilai dalam penulisan puisi. 2.2.2.1 Pengertian Puisi Waluyo (2005:2) puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran
dan
perasaan
penyair
secara
imajinatif
dan
disusun
dengan
mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Puisi adalah pengungkapan kembali segala peristiwa atau kejadian yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Badrun
(1989:2)
menyatakan
bahwa
puisi
pada
hakikatnya
mengkomunikasikan pengalaman yang penting-penting karena puisi lebih terpusat dan terorganisasi. Pradopo (2002:12) menyatakan puisi adalah hasil kratifitas manusia yang diwujudkan lewat susunan kata yang mempunyai makna. Puisi merupakan susunan kata yang pada masing-masing baris terdapat persajakan tertentu. Kata “puisi” berasal dari bahasa Yunani : “poieo” atau “pio” atau”poetes” yang berarti (1) membangun, (2) menyebabkan, menimbulkan, dan (3) membuat puisi. “poetes” berarti poembuat puisi atau penyair (Muljana dalam Baribin 1990:1). Menurut Baribin puisi berarti ucapan yang dibuat, maksudnya ucapan yang tidak langsung. Pengertian ini lawan dari pengertian prosa (berasal dari bahasa Yunani : oratio sprovosa) yang berarti ucapan langsung (1990:1). Masih menurut Baribin, puisi merupakan ungkapan perasaan, kesan atau kenangan
21
dengan pengucapan yang memusat, padat, dan intensif. Puisi adalah cipta sastra berwujud lirik (Beribin 1990:3). Berdasarkan pengertian di atas, para ahli mempunyai perbedaan-perbedaan dalam memaparkan pengertian tentang puisi. Namun, kalau di pelajari lebih mendalam pendapat-pendapat itu mencerminkan sebuah karya sastra kreatif terhadap unsure-unsur yang sama, yaitu bentuk, emosi, ide, nada, imajinatif, irama, suasana kata, pemikiran, kesan, panca indra, kepadatan, kata-kata kias, dan perasaan yang bercampur baur sebagai cetusan sukma, penghayatan, terhadap pengungkapan pikiran dan perasaan sebagai alat ekspresi atau sebuah terjadi pengkonsentrasian pemadatan segala unsur. Jadi, dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan hasil penguangakpan kembali pengalaman batin manusia, yang di wujudkan melalui bahsa yang estetis dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinya serta di padatkan kata-kata dalam bentuk teks. 2.2.2.2 Unsur-unsur puisi Unsur-unsur puisi tidaklah berdiri sendiri tetapi merupakan sebuah struktur. Seluruh unsur merupakan kesatuan unsur yang satu dengan yang lainnya menunjukkan hubungan keterlibatan satu dengan yang lainnya. Unsur-unsur yang terdapat dalam puisi ada tiga yaitu 1) tema, 2) daya baying terdiri atas kata-kata kiasan, lambang-lambang, pigiran-piguran bahasa dan 3) rima dan irama (Suharianto (1982:49-55). Menurut Waluyo (2000:71) puisi terdiri atas dua struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik puisi adalah diksi, pengimajian, kata kongret, bahasa firgurati, (majas), versifikasi, dan tata wajah (tipografi), sedangkan struktur batin puisi
22
meliputi tema, perasaan, nada, dan suasana, serta amanat atau pesan yang terkandung dalam puisi. 2.2.2.2.1 Unsur fisik a. Diksi Berfield dalam Pradopo (1987:54) mengemukakan bahwa bila kata-kata di pilih di susun dengan cara yang sedemikian rupa hingga artinya menimbulkan atau di maksudkan untuk menimbulkan imajinasi estetik, maka hasilnya itu disebut diksi puitis Waluyo (2000:66-130) mengungkapkan bahwa diksi merupakan pilihan kata.
Kata-kata dalam puisi
bersifat
konotatif,
dan
bersifat
puitis.
Pembendaharaan kata pemyair sangat berperan dalam pemilihan kata. Kedudukan kata dalam puisi sangat menetukan makna. Aminuddin (2002:143) mengemukakan bahwa diksi merupakan pemilihan kata untuk mengungkapkan suatu gagasan. Pemilihan kata yang ditulis dalam puisi harus dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi. Pemilihan kata ini berbeda disebabkan oleh latar belakang social budaya, pendidikan, agama, zaman, bahkan selera penyair. Diksi yang baik harus komunikatif dengan situasi dan mencakup jenis maslaah yang akan dikemukakan serta apa tujuan pengemukakannya.
Untuk
mencapai
tujuan
memperhatikan tempat serta suasana lingkungan.
yang
diharapkan
harus
23
Berdasarkan pengertian tersebut, disimpulkan bhwa diksi merupkan pilihan yang digunakan untuk mendapatkan kepuitisan dan nilai estetik puisi. b. Pengimajian Pengimajian mengungkapkan
adalah
kata
pengalaman
atau
sensoris,
susunan
kata
pendengaran,
yang dan
adapat perasaan.
Pengemajian menurut Waluyo (2000:79) di bagi menjadi tiga hal yaitu imaji visual atau yang diwujudkan melalui pengalaman pendengaran, dan imaji taktik yang diwujudkan dalam cita rasa. c. Kata Konkrit Waluyo (2000:81) kata kongkret merupakan kata-kata yang digunakan penyair untuk menggambarkan suatu lukisan kedalaman atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Kata-kata yang digunakan penyair haruslah dapat mengarah kepada arti yang menyeluruh. Dengan kata lain di perkonkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair. d. Bahasa figuratif Pradopo (1993:62) mengemukakan bahwa bahasa figurative atau bahasa kiasan dibagi menjadi tujuh macam , yaitu; perbandingan ( simile), metafora,
perumpamaan,epos
(epic
simile),
personifikasi,
metonimi,
sinekdok,alegori. Perbandingan atau simile adalah bahasa kiasan yang menyamakan suatu hal dengan hal lain yang lain dengan mempergunakan kata- kata perbandingan seperti bak, sebagai, seperti, semisal,dan lain- lain. Metafora adalah bahasa kiasan yang menyamakan suatu hal dengan yang lain
24
tanpa
mempergunakan
kata
pembanding.
Perumpmaan
epos
adalah
perbandingan yang dilanjutkan atau diperpanjang, yaitu dengan cara melanjutkan sifat- sifat perbandinganya lebih lanjut. Dalam kalimat- kalimat atau frase- frase yang berturut- turut. Personifikasi adalah kiasan yang mempersamakan benda dengan manusia, benda di buat benda berbuat,berpikir dan lain sebagainya seperti manusia. Metonimi adalah bahasa kiasan yang berupa penggunaan sebuah atribut sebuah objek untuk menggantikan objek tersebut. Sinekdok adalah bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting dari suatu benda untuk menanamkan benda atau hal itu seniri. Alegori adalah bahasa kiasan yang mempergunakan cerita kiasan atsupun lukisan kiasan. Menurut Suharianto (2005:32) yang dimaksud bahasa kias adalah sarana untuk mencapai efek puitis yang dapat berupa kata, frasa,ungkapan ataupun satuan sintaksis yang mempuyai makna lain dari makna harfiahnya. Fungsi bahasa kias adalah sebagai sarana mengedepankan sesuatu atau menonjolkan sesuatu dengan cara sesingkat- singkatnya, dan untuk membangkitkan tanggapan pembaca. Dalam diksi dan gaya bahasa ( Keraf 2002:113 ) gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis ( pemakai bahasa ). Gaya bahasa sendiri menurut KBBI (2002:340 ) adalah pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu. Gaya bahasa menurut Keraf (2002:112 ) meliputi :
25
a. Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata : 1. Gaya Bahasa Resmi Gaya bahasa resmi adalah gaya bahasa dalam bentuk yang lengkap, yang dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan yang sermi. Gaya bahasa
ini
dipergunakan
oleh
mereka
yang
diharapkan
mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. 2. Gaya Bahasa Tak Resmi Gaya bahasa tak resmi merupakan gaya bahasa yang dipakai dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tak formal. Gaya bahasa resmi juga sering disebut gaya bahasa yang umum dan formal bagi kaum terpelajar. 3. Gaya Bahasa Percakapan Gaya bahasa ini, pilihan katanya adalah kata-kata populer dan katakata percakapan. Gaya bahasa percakapan harus ditambahkan segi-segi morfologis dan sintakisis, yang bersama-sama membentuk gaya bahasa percakapan. b.
Gaya bahasa Berdasarkan Nada 1. Gaya Bahasa Sederhana Gaya Bahasa ini sering dipakai untuk memberi perintah, instuksi, pelajaran, perkuliahan dan sejenisnya. Untuk mempergunakan gaya bahasa ini secara efektif, penulis harus mempunyai kepandaian dan pengetahuan yang cukup. Gaya bahasa ini juga dapat digunakan untuk menyampaikan fakta-fakta atau pembuktian.
26
2. Gaya bahasa Mulia dan Bertenaga Gaya bahasa ini sering digunakan dalam rangka pidato yang isinya ajakan , ceramah , dan lain sebagainya. Nada yang agung dan mulai ini akan sanggup menggerakkan emosi setiap pendengarnya. Dalam keagungan , terselubung sebuah tenaga yang halus tetapi secara aktif dan meyakinkan bekerja untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 3. Gaya Bahasa Menengah Gaya bahasa menengah merupkan gaya bahasa yang diarahkan untuk usaha yang menimbulkan suasana senang dan damai, maka andanya juga bersifat lemah lembut, penuh kasih sayang dan mengandung humor yang sehat. Gaya bahasa menengah sifatnya lemah lembut, maka gaya bahsa ini menggunakan metafora bagi pilihan katanya. c. Gaya bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat 1. Klimaks Klimaks merupakan gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasangagasan sebelumya. Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodic. Klimaks disebut juga gradasi, istilah ini dipakai sebagai istilah umum yang sebenarnya merujuk pada tingkat atau gagasan tertinggi. 2. Antiklimaks Antiklimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu acuan yang gagasannya diurutkan dari yang terpenting berurutan ke gagasan yang
27
kurang penting. Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur mengendur. Antiklimaks kurang efektif, karena gagasan yang penting ditempatkan pada awal kalimat, sehingga pembaca atau pendengar tidak lagi memberi perhatian pada bagian-bagian berikutnya. 3. Paralelisme Paralelisme merupakan semacam gaya bahsa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama pula. Kesejahteraan tersebut dapat pula berbentuk yang baik untuk menonjolkan kata atau kelompok fungsinya sama. 4. Antitesis Antitesis merupakan sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan. Gaya bahasa antitesis ini menggunakan unsure-unsur paralelisme dan kesinambungan kalimat. 5. Repetisi Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yangs esuai. d. Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna 1. Gaya Bahasa Retoris a). Pleonasme
28
Pleonasme adalah acuan yang mengguankan kata-kata yang lebih banyak dari pada yang diperlakukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasab. b). Eufemisme Eufemisme adalah acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang lain, atau ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan orang lain. c). Litotes Litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu tujuan merendahkan diri. d). Hiperbola Hiperbola adalah gaya bahasa yang melebih-lebihkan sesuatu hal atau mengandung suatu pernyataan yang berlebihan. e). Paradoks Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. 2. Gaya Bahasa Kiasan a). Simile Simile
merupakan
perbandingan
yang
bersifat
eksplisit.
Perbandingan yang bersifat eksplisit adalah menyatakan sesuatu secara langsung dengan hal yang lain. Menggunakan kata-kata: seperti, sebagai, bagaikan, baik, laksana.
29
b). Metafora Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk singkat tidak seperti simile (menggunakan kata : seperti, sebagai, bagaikan, bak, laksana). c). Personifikasi Personifikasi merupakan semacam gaya bahasa kias yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa,
seolah-olah
memiliki
sifat
kemanusiaan.
Personifiaksi
merupakan suatu corak yang khusus dari metafora, yang mengkiaskan benda-benda yang mati bertindak, berbuat, berbicara sama seperti manusia. d). Sinekdoke Sinekdoke
adalah
semacam gaya
bahasa
figurative
yang
mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakanlah keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte). e). Metonomia Metonomia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan sesuatu hal yang lain, karena mempunyai pertalian yang dekat.
30
f). Ironi Ironi adalah suatu gaya bahasa yang ingin menyatakan sesuatu dengan maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian katakatanya. Gaya bahasa ironi biasanya digunakan untuk menyindir. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah bahasa yang di gunakan oleh pengarang yang bertujuan untuk memperoleh efek tertentu. e. Versifikasi Menurut Jabrohim (2001: 53) versifikasi meliputi ritma, rima, dan metrum. Ritma dikenal sebagai irama atau irama, yakni pergantian turun naik, panjang pendek, terasa lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Rima adalah pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi pada akhir baris puisi atau pada keseluruhan baris dan bait puisi. Sedangkan metrum adalah irama yang tetap, menurut pola tertentu. Rima adalah istilah lain untuk persamaan bunyi. Rima merupakan pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Menurut Suhaharianto (2005:57-59) rima dibedakan atas beberapa jenis yaitu berdasarkan bunyinya dan berdasarkan letaknya dalam kata dan dalam baris. Sedangkan irama yang sering disebut ritme adalah tinggi rendahya, panjang pendek, keras lembut atau cepat dan lambatnya kata atau baris- baris suatu puisi tersebut di baca. Baik rima maupun irama mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu puisi bantuan kedua unsur tersebut baik nada maupun suasana
31
suatu puisi dapat terciptakan lebih nyata dan lebih dapat menimbulkan kesan pada benak pembaca. ( Suharianto 2005:45). f. Tipografi Keindahan puisi tidak terlepas dari cara penulisan atau tipografi sesuai dengan makna puisi. Keindahan tipografi dilihat secara visual dapat digunakan untuk menampilkan peranan aspek artistik dan menciptakan nuansa warna dan suasana tertentu. Suharianto (1981:37) mengatakan bahwa tipografi disebut juga ukuran bentuk ialah susunan baris-baris atau bait-bait suatu puisi-puisi. Maksud penyusunan tipografi beraneka ragam yaitu a) sekedar untuk keindahan indrawi, maksudnya sekedar agar susunan puisi tersebut nampak indah di pandang, b) untuk membantu lebih mengintensifkan makna dan rasa atau suasana puisi yang bersangkutan (Suharianto 1981:39). Menurut Jabrohim ( 2001:54) tipografi adalah pembeda yang paling awal untuk membedakan prosa fiksi dan puisi. Baris- baris puisi dalam puisi tidak diawali dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan, tetapi sebelah kiri maupun kanan sebuah puisi tidak harus di penuhi oleh tulisan, tidak seperti halnya
jika menulis prosa. Dengan kata lain tidak aturan tertentu yang
mengatur tipografi yang sesuai dengan nada, suasana dan makna puisi. Tipografi merupakan benyuk tata wajah sebuah puisi ( Waluyo 1991:97) Untuk pengertian yang sama, ada yang menyebutkan dengan istilah “ ukiran bentuk” yaitu cara penyair menuliskan puisinya penyair lebih bebas di bandingkan dengan para penulis fiksi. Pada penulis fiksi sudah ada aturan
32
bakunya: yaitu setiap kalimat harus diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik. Setiap alinea ditulis menjorok kedalam sekian ketukan. Tetappi pada penulisan puisi tidak ada aturan seperti itu. Penulisan puisi sepenuhnya di serahkan kepada masing- masing penyair. Oleh karena itu, ada penyair yang menuliskan puisinya dengan huruf kecil semua dan tanpa tanda baca apapun. Ada penyair yang menuliskan puisinya dengan selalu memulai dengan huruf capital pada setiap baris. Ada yang menggunakan tanda baca, tetapi untuk keperluan- keperluan tertentu saja. Dapatlah dikatakan bahwa tipografi sangat pribadi tetapi tidak permanen atau sangat goyah : artinya seorang penyair tidak selalu setia pada salah satu jenis pilihan atau kegemaranya. Menurut Suharianto (2005:53-54) dilihat dari kemanfaatanya, tipografi dapat di bedakan atas dua macam: a. Untuk keindahan visual, maksudya hanya sekedar untuk menjadikan puisi yang bersangkutan indah di pandang. b. Untuk mengintensifkan makna dan rasa atau suasana puisi bersangkutan. 2.2.2.2.2 Unsur Batin a. Tema Suharianto (1982:50) menyatakan tema merupakan gagasan pokok yang dikembangkan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair sehingga menjadi landasan utama pengucapan. Hal ini terjadi karena puisi mengungkapkan kata-kata kias atau perlambangan. Dengan demikian tema adalah pokok permasalahan yang akan kita kemukakan dalam bentuk puisi.
33
Waluyo ( 1991:106) mengatakan bahwa tema adalah sebagai gagasan pokok atau subject matter yang dikemukakan oleh penyair. Suharianto (2005:38), menyatakan bahwa seperti halnya karya sastra prosa, fungsi puisi juga merupakan media untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarangnya. Dengan demikian puisi pun mempunyai tema atau pokok permasalahan. Pada umumnya tema puisi dinyatakan secara stersirat, karena puisi ummumnya menggunakan kata- kata kias satau perlambang- lambing. Diperlukan kejelian dan kecerdasan kita sebagai pembacanya suntuk menafsirkan kiasan- kiasan atau perlambang- perlambang yang dipergunakan penyair. Berdasarkan ungkapan di atas sdapat di simpulkan bahwa tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok
persoalan akan mendesak jiwa penyair, sehingga menjadi
landasan utama pengucapanya. Jika desakan yang kuat berupa hubungan antara penyair dengan alam, maka puisinya bias bertemakan keindahan alam. b. Perasaan, nada, suasana. Nuryatin ( 2005:36) berpendapat bahwa nada puisi adalah merupakann sikap penyair kepada pembaca. Nada puisi dapat berwujud menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca, santai dan sebagainya. Susana puisi adalah keadaan jiwa pembaca setelah puisi atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi terhadap pembaca. Suasana puisi berupa iba hati, pemberontak, khusuk, dan sebagainya.
34
Perasaan atau felling adalah perasaan penyair yang terekspresi dalam puisi sebagai akibat dari sikapnya terhadap objek tertentu. Di dalam puisi suasana perasaan penyair ikut terekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Tema yang sama akan ditinjau oleh beberapa penyair dari sudut yang berbeda sehingga akan menghasilkan puisi- puisi dengan perasaan yang berbeda pula. Dengan demikian perasaan, nada, dan suasana berperan sebagai pendukung makna dalam sebuah puisi. Sebuah tema yang sama akan menghasilkan puisi yang berbeda, jika suasana dan perasaan penyair yang menciptakan puisi itu berbeda. c. Amanat Waluyo (2000:134) amanat puisi adalah maksud yang hendak disampaikan penyair. Amanat dapat kita temukan setelah kita mengetahui tema, perasaan, nada, dan suasana puisi tersebut. Amanat tersirat di balik katakata disusun dan ada juga di balik tema yang diungkapkan. Amanat syang hendak disampaikan penyair mungkin secara sadar dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang di berikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa amanat merupakan makna tersirat yang disampaikan penyair dalam puisinya 2.2.2.3 Proses Menulis Puisi Endraswara (2003:220-223)
mengemukakan bahwa proses penciptaan
puisi terdisri atas tiga tahap. Tahap pertama adalah pengindraan, tahap kedua
35
adalah perenugan atau pengendapan, dan tahap yang ketiga adalah tahap memainkan kata. Para penyair sebelum menciptakan sebuah puisi terlebih dahulu melakukan pengindraan terhadap alam sekitar. Hal ini dilakukan untuk menemukan keanehan yang terjadi di alam sekitar penyair. Keanehan- keanehan itulah yang kemudian akan dijadikan sebagai sumber inspirasinya dalam puisi. Pengindraan merupakan tahap dimana siswa dituntut untuk menentukan ide dalam menulis puisi. Setelah ide ditentukan, maka proses belajar akan berjalan dengan lancar. Setelah penyair melakukan pengindraan, tahap selanjutnya adalah tahap perenungan atau pengendapan. Perenungan ini akan semakin mendalam jika disertai dengan daya intuisi yang tajam. Intuisi akan mampu memunculkan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Tahap yang terakhir adalah tahap memainkan kata. Yang pertama dilakukan adalah terlebih dahulu mengumpulkan kata- kata yang berhubungan dengan tema yang dipilih, kemudian perlu dilakukan penyelesaian makna kata yang memiliki nilai rasa yang lebih tinggi itulah yang digunakan dalam menulis puisi. 2.2.3 Pendekatan Emotif- Imajinatif Media Audiovisual 2.2.3.1 Pendekatan Emotif- Imajinatif Pendekatan Emotif Imajinatif pada dasarnya berawal dari metode emphaty bystander, yang dikembangkan oleh Willson pada tahun 1981. Secara kasar, kondisi suasana hati yang baik akan meningkatkan
daya pemikiran lebih
36
berkembang. Suasana hati atau emosi diri dapat ditimbulkan oleh apa yang kita cium, apa yang kita lihat, dan sebagainya. ( Baron, 1990b). Psikolog sosial telah mengindentifikasi tiga tipe yang berbeda dari pengambilan perspektif ( Batson, Early, &Salvarani, 1997;Stotland,1969): (1) Anda dapat membayangkan bagaimana orang lain mempersepsikan suatu kejadian dan bagaimana dia akan merasakan sebagai akibatnya mangambil perspektif”membayangkan orang lain”. (2) Anda dapat membayangkan bagaimana anda akan merasa jika Anda berada dalam situasi tersebut mengambil perspektif ini berakibat pada respons emosional pada orang yang membutuhkan, tetapi emosi- emosi spesifik pada setiap tipe. (3) tipe ketiga dari mengambil perspektif melibatkan fantasi merasa empati pada karakter
fiktif.
Sebagai
akibatnya
reaksi
emosional
terhadap
kegembiraan,kesedihan, ketakutan yang dialami oleh seseorang atau binatang dalam sebuah, film, atau program televisi. Dalam meningkatkan kulitas siswa dan mengembangkan kurikulum yang tepat dan bermutu, berbagai usaha telah dilakukan oleh Depdiknas. Peranan guru dalam pembentukan pola KBM di kelas bukan ditentukan oleh didaktik metodik " apa yang di pelajari" saja, melainkan pada " bagaimana menyediakan dan memperkaya pemgalaman belajar anak". Pengalaman anak belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi secara aktif berbagai keadaan serta berkonsultasi dengan nara sumber yang lain ( Depdiknas 2002:1) Pendekatan emotif- imajinatif secara teoritis adalah sintesis dari berbagai peristiwa bahasa yang telah tersaring semurni- murninya dan berbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalamannya, tersusun dengan sistem korespondensi
37
dalam salah satu bentuk ( Slamet muljana). Ungkapan isi hati dan perasaan seseorang dapat dilukiskan dalam rangkaian bait- bait kalimat yang indah. Imajinasi sangat diperlukan dalam menulis puisi. Dengan imajinasi, artinya kita dapat mengkonkritkan apa yang di khayalkan, yang nantinya akan terlihat dalam bentuk kata- kata yang digunakan sebagai simbol atau lambang. Pengkonkritan terlihat pada bahasa yang dipakainya. Berkaitan dengan instituisi dan imajinasi, prosa tidak bersifat inuitif. Emosi dan asosiasi juga merupakan faktor penting puisi. Emosi yang mincul ke permukaan akan mempengaruhi hasil jadi sebuah puisi. Tugas guru di dalam kelas adalah membantu siswa mencapai tujuanya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa) Konsep masyarakat belajar adalah hasil pembelajaran di peroleh dari kerja sama dengan orang lain. Kegiatan yang dilakukan guru dalam pembelajaran adalah 1) guru melakukan apersepsi mengenai pembelajaran yang akan di lakukan yaitu; menulis puisi. 2) guru menunjukkan contoh model yang akan membangkitkan daya imajinasi siswa. 3) siswa mendengarkan dan mengamati contoh hasil visualisi dari proses pembelajaran; 4) siswa bersama guru mendiskusikan struktur pembangunan puisi baik fisik maupun batin yang dijadikan model, 6) siswa menyunting puisi yang telah dibuat baik dengan teman sebangku maupun dengan kelompoknya. 7) guru meminta beberapa siswa untuk membacakan puisi yang telah dibuat di depan kelas, kemudian siswa yang lain
38
menanggapi. 8) guru memberikan penguatan, 9) guru bersama siswa melakukan refleksi pembelajaran. Guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP harus memiliki berbagai evaluasi yang bersifat kreatif- estetif ( Depdiknas 2004:68-69). Evaluasi yang bersifat estetis kreatif untuk menilai kemampuan penulisan puisi. Menulis puisi siswa dititikberatkan pada kemampuan siswa menggunakan diksi yang tepat,di samping itu peneliti juga memasukkan unsur- unsur yang lain yang di gunakan dalam penilaian menulis puisi. Unsur- unsur tersebut antara lain kemampuan siswa dalam menentukan tema dan judul, menggunakan irama dalam puisi, menentukan diksi yang tepat, menyusun pembaitan yang tepat, menciptakan tipografi yang unik, serta menyesuaikan tema dengan isi yang ingin di sampaikan dalam puisi. Pendekatan emotif- imajinatif adalah pendekatan pembelajaran menulis dengan cara memberikan rangsangan untuk membangkitkan emosi atau perasaan yang dimiliki oleh siswa sehingga dapat menimbulkan daya imajinasi. Media audiovisual berfungsi sebagai pencipta suasana emotif, stimulus, dan sekaligus jembatan bagi siswa untuk membayangkan atau menciptakan gambaran dan kejadian atau peristiwa berdasarkan tayangan yang di tampilkan di depan kelas. Respon yang di harapkan muncul dari para siswa berupa kemampuan melihat gambaran- gambaran kejadian tersebut dengan imajinasi dan logika yang dimiliki lalu mengungkapkan kembali dengan menggunakan simbol- simbol verbal. ( Trimantara 2005:3)
39
Ridho (2006:4) menyebutkan bahwa untuk membangkitkan daya imajinasi dapat disamakan dengan percepatan belajar atau accelerated learning yang didefinisikan sebagai memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal disertai dengan kegembiraan. Cara ini menyatakan unsur- unsur yang tidak mempunyai persamaan dengan hiburan, permainan, warna, cara berpikir positip, kebugaran fisik, dan kecerdasan emosional. Para pendidik mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan- tindakan yang positif dari peserta didik sebagai faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik benang merah bahwa metode emotif- imajinatif adalah suatu pembelajaran yang menggunakan media audiovisual sebagai alat sentral untuk menciptakan daya emosi atau perasaan, stimulus sehingga menjembatani siswa untuk berimajinasi, membayangkan gambaran dan kejadian berdasarkan tayangan yang di tampilkan di depan kelas sehingga
memungkinkan
siswa
untuk
belajar
dengan
kecepatan
yang
mengesankan disertai kegembiraan. Melalui penggunaan metode emotifimajinatif dapat mengoptimalkan
belahan otak kanan sehingga siswa dapat
mengembangkan imajinasinya secara leluasa. Otak adalah raksasa tidur. Kalau kita mau memaksimalkanya maka otak kita adalah raksasa yang bisa berbuat apa saja sesuai keinginan pemiliknya. Pemanfaatan otak kanan dan kiri secara seimbangan orang bisa menulis dengan baik. Hal ini efek positif dari kerja belahan otak kanan adalah rangsangan atau dorongan bagi kerja belahan otak kiri sehingga pada saat bersamaan para siswa juga dapat mengembangkan logikanya,
40
yang pada akhirnya siswa dapat menghasilkan bentuk tulisan atau karangan yang baik. Media audiovisual yang dipilih tidak hanya sesuai dengan materi dan tema pembelajaran tetapi harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa, artinya tayangan yang akan di tampilkan di depan kelas harus sesuai dengan umur, selera dan minat siswa. Hal ini berdampak pada proses pembelajaran bahwa media audiovisual yang sesuai dengan umur, selera dan minat siswa akan menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan untuk menimbulkan daya imajinasi siswa dalam mengembangkanya untuk membentuk sebuah tulisan. Singkatnya, pendekatan emotif- imajinatif merupakan pendekatan yang menciptakan suasana pembelajaran keterampilan menulis yang nyaman dengan cara memberikan rangsangan melalui media audiovisual untuk membangkitkan daya imajinasi siswa. Apabila siswa sudah mendapatkan daya rangsangan untuk berimajinasi maka mereka dapat dengan mudah untuk menuangkanya kedalam bentuk tulisan misal yang berbentuk puisi. 2.2.3.1 Hakikat Media Pembelajaran akan lebih menarik dan berhasil di hubungkan dengan pengalaman langsung dimana anak dapat menyelidiki, mengamati, mencoba, berpikir dan menemukan permasalahan yang ada. Keadaan tersebut dapat di wujudkan dengan pengadaan media dalam pembelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran di sesuaikan dengan tuntutan kurikulum dan tingkat kemampuan siswa. Untuk itu, sebelum menggunakan media sebagai sarana penunjang proses pembelajaran, pembelajaran.
guru perlu
memahami tentang
media
41
2.2.3.2 Pengertian Media Media pembelajaran adalah alat atau materi yang menyajikan bentuk informasi secara lengkap dan menunjang proses pembelajaran Hamalik (1984) mengembangkan, media adalah alat yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Burhanudin (2000 : 1) mengemukakan bahwa media adalah alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi dari sumber kepada penerimanya. Soeparno (1988:3) menyatakan media merupakan paduan antara software dan hardware. Software adalah suatu program yang diisikan pada hardware. Hardware yang telah diisi software aatau perangkat keras yang telah diisi dengan perangkat lunak. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media adalah alat dan suatu jenis komponen (paduan anatara perangkat lunak dan perangkat keras) yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber yaitu guru kepada penerima yaitu siswa agar proses pengiriman pesan berlangsung efektif. 2.2.3.3 Manfaat Penggunaan Media Manfaat Praktis dari media pembelajaran di dalam proses belajar menurut Arsyad (2005:25-26) adalah 1) media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan ahsil belajar, 2) media pembelajaran dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan
42
minatnya 3) media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu. 4) media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya. 2.2.2.4 Hakikat Media Audiovisual Menurut Rohani ( 1997:97-98), Media audiovisual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman ( kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ) meliputi media yang dapat dilihat, di dengar dan di yang dapat didengar. Selanjutnya, media audiovisual menurut Djarmarah dan Zain ( 2002:141 ) adalah media yang mempunyai unsure suara dan gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena melipui kedua jenis audio dan visual. Media audiovisual memiliki beberapa kelebihan, yaitu 1) menimbulkan daya tarik besar dan dapat menimbulkan keinginan dan minat baru, karena peranan warna, garak, intonasi, bentuk, rancangan yang dibuat sehingga mempunyai sifat yang unik, 2) dapat mengatasi keterbatasan fisik kelas, misalnya objek yang terlalu besar atau tidak ada dilingkungan belajar, objek yang terlalu kecil, kejadian yang jarang di temui, objek yang terlalu kompleks, 3) penggunaan berbagai media dengan kombinasi yang cocok sdan memadai akan meningkatkan keefektivitasan dan efesiensi proses belajar- mengajar, menumbuhkan gairah belajar, dan memungkinkan siswa brinteraksi langsung dengan kenyataan yang di mediakan, 4) media dapat menyeragamkan penafsiran siswa yang berbeda- beda, 5) media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realitas, 6) media dapat
43
memberikan spengalaman yang menyeluruh deari pengalaman yang konkrit sampai yang abstrak
( Anonim 1990).
Secara umum media audiovisual mempunyai kegunaan untuk mengatasi berbagai hambatan, antara lain hambatan komunikasi, keterbatasan ruang kelas, siswa yang pasif, pengamatan yang kurang seragam, sikap objek belajar yang khusus sehingga tidak mungkin di pelajari tanpa media, tempat yang terpencil dan sebagainya. 2.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Penerapan Pendekatan Emotif- imajinatif Penerapan pembelajaran menulis dengan emotif- imajinatif memiliki kelebihan dalam memberikan kontribusi untuk meningkatkan keterampilan menulis. Pembangkit daya imajinasi yang diberikan melalui media audiovisual dapat merangsang dan mengkondisikan siswa sedemikan rupa sehingga siswa dapat memberikan respon yang bersifat positif. Penggunaan metode emotif- imajinatif tidak cukup efektif bagi kelompok siswa dengan tingkat ketrampilan menyimak yang rendah. Simulus yang di sampaikan secara audivisual menghendaki adanya keterampilan yang kebih baik. Metode emotif- imajinatif sulit digunakan bila siswa cenderung pasif. Metode ini mensyaratkan adanya keaktifan dari pihak siswa. Siswa harus aktif menerima stimulus dan memberi respon dalam bentuk simbol- simbol verbal.
44
2.2.5 Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Pendekatan Emotif- Imajinatif dengan Media Audiovisual Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam atau peristiawa yang pernah di alami merupakan salah satu Kompetensi Dasar yang berlaku dalam Kurikulum 2006 ( KTSP). Dalam hal ini, siswa sebagai subjek penelitian dituntut untuk mampu menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam atau perisriwa yang pernah dialami. Menulis merupakan aktivitas yang menggunakan seluruh belahan otak, baik otak kanan maupun otak kiri yang tidak satupun belahan otak itu bekerja secara sempurna tanpa adanya rangsangan atau dorongan dari bagian yang lain. Oleh karena itu, diperlukan adanya pembelajaran menulis yang baik dari guru agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran
dengan
menggunakan
metode
emotif-
imajinatif
merupakan pembelajaran dimana siswa di tempatkan pada suasana yang nyaman, santai, dan menggembirakan. Rangsangan melalui media audiovisual untuk membangkitkan daya imajinasi siswa ketika menulis puisi. Penggunaan media audiovisual dalam pembelajaran menulis puisi, merupakan media yang efektif untuk memberi stimulus pada siswa sehingga dapat dengan mudah membangkitkan imajinasi bagi siswa. Media audiovisual dijadikan sebagai lahan inspirasi bagi siswa dalam menulis puisi, karena media audiovisual dapat menarik minat siswa. Menyoroti hal tersebut, media audiovisual dapat memudahkan siswa mengembangkan ide, gagasan, atau perasaan kedalam sebuah karya sastra yang berupa puisi. Selain itu, media audiovisual dapat mencipatakan
45
suasana yang nyaman, santai dan menggembirakan, sehingga siswa jauh dari tekanan stres dan mudah lelah. Pembelajaran awal pada menulis puisi ini, terlebih dahulu guru mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti proses pembelajaran dengan posisi duduk yang santai dan tidak tegang. Kemudian guru melakukan pendahuluan dengan memberikan apersepsi dan motivasi pada siswa. Apersepsi dilakukan dengan memberikan pertanyaan- pertanyaan yang dapat membagun minat siswa terhadap puisi.
Setelah itu guru baru memberikan penjelasan kepada siswa
mengenai Kompetensi Dasar serta manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran menulis puisi. Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok materi pembelajaran puisi. Pada kegiatan ini, guru menjelaskan mengenai proses pembelajaran menulis puisi dengan metode emotif- imajinatif media audiovisual. Pada proses pembelajaran, siswa di minta untuk melihat pemodelan yang di lakukan oleh guru. Pemodelan berisikan penayangan pemutaran film yang dapat menumbuhkan daya imajinasi siswa dan memberikan contoh salah satu hasil yang dihasilkan dari hasil setelah menyaksikan tontonan yang di tampilkan di depan kelas. Guru membimbing siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Siswa dituntut untuk selalu aktif mengembangkan daya imajinasinya sehingga kekreatifitasannya semakin terasah. Perwakilan dari siswa menyampaikan hasil tulisannya di depan kelas, kemudian siswa yang lain menanggapi dan memberikan nilai pada teman mereka yang telah tampil didepan kelas.
46
Kegiatan yang terakhir adalah guru bersama siswa mereflesikan hasil dari pembelajaran tersebut, yang ditutup dengan guru memberikan kesimpulan hasil pembelajaran yang telah dilakukan. 2.2.6 Kerangka Berfikir Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis, perlu adanya upya- upaya dari guru agar pembelajaran dapat berlangsung efektif. Ukuran efektivitas proses pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pada hasil yang dicapai berupa keterampilan siswa dalam menulis puisi. Standart kompetensi pada pembelajaran menulis diharapkan siswa mampu memahami dan menulis puisi serta menghasilkan suatu karya sastra. Menulis puisi merupakan salah satu butir pembelajaran yang ada dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama kelas VII. Indikator pencapaian hasil belajar dalam pembelajaran menulis puisi yaitu siswa diharapkan mampu mengungkapkan isi puisi dengan mepertimbangkan nada, suasana, irama, pilihan kata, dan pencitraan. Kenyataanya ketrampilan
menulis puisi siswa kelas VII C SMP
Muhammadiyah 3 Semarang belum mampu mengungkapkan, menangkap dan merefleksikan pembacaan puisi dengan tepat. Untuk meningatkan kualitas pembelajaran menulis puisi pada siswa secara efektif, maka upaya yang perlu dilakukan oleh sekolah khususnya guru adalah dengan cara menyajikan media dan metode atau pendekatan yang tepat dalam pembelajaran, salah satunya adalah dengan media audivisual dan pendekatan emotif- imajinatif pada kompenen masyarakat belajar.
47
Pengajaran sastra yang menuntut siswa agar mampu menciptakan sebuah karya sastra, tidak berlangsung secara sederhana. Seorang guru harus mampu berkreasi untuk menciptakan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan bagi siswa. Untuk mencapainya, diperlukan metode yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran. Begitu pula dalam pembelajaran menulis puisi deskripsi, guru diharapkan mampu menciptakan metode yang bisa merangsang imajinasi siswa untuk menuangkan ide- ide mereka agar dapat menjadi sebuah puisi. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan metode emotif- imajinatif, karena dengan menggunakan metode emotif- imajinatif dalam pembelajaran puisi serta deskripsi akan memudahkan siswa dalam menentukan ide atau gagasan pokok, serta memudahkan siswa untuk menuangkan ide, imajinasi dan kreatifitasannya dalam penulisan puisi. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan media audiovisual dan komponen masyarakat belajar, agar pembelajaran menulis lebih menarik, penggunaan media audiovisual dan penggunaan metode atau pendekatan harus lebih bervariatif, misalnya penggunaan media audiovisual dengan komponen masyarakat belajar yang akan menjadikan pembelajaran lebih menarik, siswa akan lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran menulis., serta pesan yang ingin di sampaikan guru akan mendapat perhatian yang baik dari sisi yang pada gilirannya siswa akan lebih midah dan cepat menerima.
48
2.2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian di atas, hipotesis penelitian ini adalah ketrampilan menulis puisi pada siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang tahun ajaran 2008/ 2009 akan meningkatkan dan adanya perubahan perilaku jika dalam prose pembelajaran menulis menggunakan media audiovisual dengan komponen masyarakat belajar.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) artinya penelitian yang berbasis kelas atau sekolah yang objek penelitian ini adalah belajar mengajar yang merupakan interaksi antara guru, siswa, dan bahan ajar. Dari interaksi tersebut guru mencatat hal-hal penting yang memungkinkan objek dapat mengidentifikasi kejadian-kejadian penting yang dapat digolongkan sebagai masalah. PTK dilakasanakan dalam wujud proses pengkajian berdaur yang terdiri atas empat tahap yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini menggunakan dua siklus, yaitu proses tindakan pada siklus I dan siklus II. Tes awal merupakan cara untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum diberikan tindakan. Tes awal ini dilakukan sebelum siklus I. Siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampuan menulis puisi siswa dalam tindakan awal penelitian. Siklus I digunakan sebagai refleksi untuk melaksanakan siklus II. Hasil proses tindakan pada siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis puisi setelah dilakukan perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus I. Tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.
49
50
Bagan 1 Desain Penelitian Tindakan Kelas Siklus I Perencanaan
Refleksi
Tes Awal Pretes
Siklus II Perencanaan
Tindakan
Observasi
Refleksi
Observasi
3.1.1 Prosedur Tindakan Siklus I Proses tindakan siklus I terdrri atas empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan pengamatan, dan refleksi. 3.1.1.1 Perencanaan Pada tahap perencanaan ini merupakan tahap awal yang berupa kegiatan untuk menentukan langkah- langkah yang akan dilakukan oleh peneliti untuk memecahakan masalah yang akan dihadapi. Pada tahap ini, peneliti melakukan kooordinasi dengan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia mengenai waktu pelaksanaan penelitian, materi yang akan diajarkan,dan bagaimana pelaksanaan penelitianya. Langkah ini merupakan upaya perbaikan kelemahan dalam proses pembelajaran menulis puisi di SMP Muhammadiyah 3 Semarang kelas VII C. Rencana kegiatan yang akan dilakukan peneliti adalah (1) menyusun rencana pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan menulis puisi
51
dengan media audiovisual, Rencana pembelajaran ini dilakukan sebagai program kerja atau pedoman peneliti dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar pembelajaran dapat tercapai. (2) menyusun rancangan evaluasi yang meliputi tes dan non tes.. Peneliti menyiapkan rancangan evaluasi yang meliputi tes dan non tes. Rancangan evaluasi yang meliputi tes yaitu berupa soal yang akan diujikan melalui lembar tes menulis puisi beserta kriteria penilaiannya. Rancangan evaluasi yang non tes yaitu berupa lembar observasi, lembar wawancara, lembar jurnal, dan dokumentasi yang berupa foto. (3) mempersiapkan media yang digunakan. Setelah persiapannya di rasa sudah cukup peneliti berkoordinasi dengan guru mata pelajaran mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 3.1.1.2 Tindakan Tindakan adalah perbuatan yang dilakukan oleh guru sebagai upaya perbaikan keterampilan menulis puisi pada siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang. Tindakan yang dilakukan peneliti secara garis besar adalah melaksanakan proses pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif imajinatif media audiovisual. Tindakan yang dilakukan peneliti dalam meneliti proses meliputi tiga tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup a. Tahap pendahuluan Pada tahap ini, peneliti memberikan apersepsi kepada siswa, mengenai pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan Emotif-imajinatif media audiovisual. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dan manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
52
b. Proses Pembelajaran Pada proses pembelajaran, peneliti memberikan contoh puisi yang baik. Siswa mengamati contoh puisi dan menemukan unsur-unsur dalam puisi tersebut. Siswa mendiskusikan struktur pembangun fisik dan batin dalam contoh puisi yang diamati. Setelah mendiskusikannya, peneliti memperkuat hasil diskusi tentang struktur pembangun fisik dan batin dalam contoh puisi. Peneliti kemudian menjelaskan mengenai pendekatan kontekstual dan langkah-langkah menulis puisi. c. Evaluasi Setelah siswa paham mengenai menulis puisi, diakhir setiap siklus peneliti mengadakan tes. Pada siklus I siswa diminta untuk menulis puisi secara individu dengan kriteria penilaian yang diberikan oleh guru. Setelah itu, peneliti memilih puisi terbaik dalam setiap baris tempat duduk yang kemudian akan dipresentasikan di depan kelas. 3.1.1.3 Observasi Pengamatan atau observasi dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung. Pengamatan atau observasi dilakukan sekaligus untuk mengetahui hasil tulisan siswa serta perilaku siswa selama proses belajar mengajar. Selain menggunakan lembar observasi, peneliti juga melakukan pemotretan selama pembelajaran berlangsung. Foto yang diambil berupa aktifitas-aktifitas yang dilakukan siswa selama kegiatan pembelajaran. Hasil pemotretan ini digunakan sebagai gambaran siswa yang diabadikan selama proses pembelajaran berlangsung.
53
Setelah kegiatan pembelajaran selesai, peneliti meminta tanggapan siswa, kesan, dan pesan terhadap materi, proses pembelajaran, dan sumber belajar yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat memperbaiki tindakan pada siklus berikutnya. Tanggapan tersebut tertulis dalam jurnal siswa. Peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa dengan tujuan mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menulis puisi. Wawancara dilakukan diluar jam mata pelajaran terutama kepada siswa yang mendapatkan nilai tinggi, sedang, dan nilai rendah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sikap positif dan negatif siswa dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi. Berdasarkan data hasil pengamatan yang ada peneliti akan lebih tanggap terhadap segala yang menyangkut penyampaian materi menulis puisi dengan pendekatan sugestif-imajinatif media audiovisual. Kesalahan dan kekurangan selama proses belajar mengajar pada siklus I akan dapat teratasi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada siklus II. Hasil pengamatan atau observasi yang diperoleh terhadap siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dapat dijadikan sebagai acuan untuk melaksanakan proses belajar pada siklus berikutnya. Dengan pengalaman pada siklus I diharapkan pencapaian tujuan pembelajaran pada siklus II dapat lebih maksimal. 3.1.1.4 Refleksi Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis hasil tes, hasil observasi, hasil jurnal, dan hasil wawancara yang telah dilakukan. Hasil analisis ini digunakan untuk mengetahui tindakan-tindakan yang dilakukan oleh siswa selama proses
54
pembelajaran. Refleksi pada siklus I digunakan untuk mengubah strategi dan sebagai perbakan pembelajaran pada siklus II. 3.1.2 Prosedur Tindakan Siklus II 3.1.2.1 Perencanaan Pada dasarnya pelaksanaan proses belajar mengajar dalam siklus II sama dengan siklus I. Siklus I dapat digunakan sebagai reflkesi untuk siklus II. Siklus II digunakan untuk memperbaiki tindakan-tindakan yang masih kurang pada siklus I, sehingga pada siklus II terjadi peningkatan keterampilan menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual dibandingkan dengan siklus I. Pada tahap perencanaan siklus II, berdasarkan refleksi siklus I meliputi: menyiapkan soal tes dan kriteria penilaiannya, lembar observasi, lembar jurnal, lembar wawancara, dan dokumentasi yang berupa foto. Peneliti juga berkoordinasi dengan guru mata pelajaran mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus II. 3.1.2.2 Tindakan Tindakan pada siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Sebelum siswa menulis puisi, peneliti menjelaskan terlebih dahulu kesalahan-kesalahan hasil tes siswa pada siklus I. Peneliti menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis puisi, kemudian siswa diberi arahan dan bimbingan agar dalam pelaksanaan kegiatan menulis puisi pada siklus II menjadi lebih baik. Dalam proses pembelajaran, siswa membahas tugas yang diberikan pada pembelajaran sebelumnya. Siswa berlatih menulis puisi secara berkelompok dengan anggota kelompok empat orang, namun siswa diminta menulis puisi
55
secara individu. Setelah selesai, peneliti meminta dua orang siswa untuk mempresentasikan puisinya di depan kelas. Guru memberi penghargaan kepada siswa yang berani mempresentasikan puisinya di depan kelas. 3.1.2.3 Observasi Observasi atau pengamatan dilakukan terhadap semua perubahan tingkah laku dan sikap siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Pada siklus II, peneliti memberi perhatian yang lebih terhadap siswa yang belum baik dalam bersikap pada proses belajar mengajar. Sehingga adanya peningkatan hasil tes dan perilaku siswa dalam mengerjakan tugas dan keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan. Observator
juga
melakukan
pengamatan
terhadap
siswa
dengan
menggunakan lembar observasi dan melakukan pemotretan selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti juga membagikan jurnal kepada siswa untuk mengetahui tanggapan, kesan, dan pesan siswa selama mengikuti pembelajaran. Peneliti melakukan wawancara di luar jam pelaran terutama kepada siswa yang mendapatkan nilai tinggi, sedang, dan nilai rendah, dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelalajaran. 3.1.2.4 Refleksi Peneliti merefleksikan perubahan-perubahan sikap dan peningkatan keterampilan menulis puisi pada diri siswa dengan cara menganalisis hasil observasi terhadap sikap siswa selama proses pembelajaran siklus II berlangsung. Dari refleksi tersebut, dapat diketahui keefektifan penggunaan pendekatan emotifimajinatif media audiovisual.
56
3.2 Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah peningkatan keterampilan menulis puisi dengan pendeketan emotif- imajinatif media audiovisual siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang. Tahun Pelajaran 2009/2010. Kelas VII C berjumlah 38 siswa, terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Kelas VII C merupakan salah satu kelas VIII dari tiga kelas yang ada di SMP N 2 Sulang. Pembagian kelas dilakukan dengan sistem menurut peringkat kelas siswa. Tiap-tiap kelas kemampuan prestasi tidak sama antara kelas yang satu dengan kelas yang lainnya. Prestasi siswa rendah dibandingkan prestasi kelas yang lain. Peneliti memilih kelas VII C sebagai subjek penelitian dengan berdasarkan pada kurang berhasilnya pembelajaran sastra menulis puisi. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mengajar di kelas VII C, guru tersebut menyatakan bahwa di kelas VII C pada umumnya siswa kurang respon terhadap materi pembelajaran sastra.
3.3 Variabel Penelitian Menurut F.N. Kerlinger (dalam Arikunta, 1997:97) menyebutkan variabel sebagai konsep seperti halnya laki-laki dalam konsep jenis kelamin, insaf dalam konsep kesadaran. Sutrisno Hadi (dalam Arikunta, 1997:97) mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi. Penelitian ini menggunakan dua variabel sebagai berikut:
57
3.3.1 Keterampilan Menulis Puisi Peningkatan keterampilan
menulis
puisi dapat
diketahui dengan
meningkatnya hasil keterampilan menulis puisi dan perubahan perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Target tingkat keberhasilan setiap siswa ditetapkan jika siswa mampu menulis puisi dengan baik, yaitu mampu menggunakan ritma, pilihan kata, tipografi, pembaitan, dan mampu menyesuaikan tema dengan isi yang ingin disampaikan dalam puisi. Target keberhasilan setiap siswa pada proses pembelajaran siklus I dan siklus II ditetapkan nilai batas tuntas 70. 3.3.2 Pendekatan Emotif Imajinatif Pemodelan adalah teknik menyampaikan pembelajaran melalui contohcontoh puisi. Dalam proses pembelajarannya menggunakan model berupa bentuk puisi. Siswa diperlihatkan contoh bentuk puisi sehingga siswa dapat melihat secara langsung bentuk puisi. Setelah itu siswa diminta untuk berlatih membuat puisi. Langkah-langkah pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif imajintif adalah sebagai berikut: 1. Siswa diberi contoh/model puisi yang baik. 2. Siswa diminta mengamati dan mendiskusikan struktur pembangun fisik dan batin dalam contoh puisi. 3. Guru menjelaskan mengenai metode emotif- imajinatif, dan langkah-langkah menulis puisi.
58
4. Siswa berlatih menulis puisi dengan memperhatikan penggunaan rima, pilihan kata, pembaitan, tipografi, dan kesesuaian tema dengan isi. Selama mengerjakan tugas, guru memantau dan membimbing siswa. 5. Siswa mempresentasikan puisinya di depan kelas.
3.4 Instrumen Penelitian 3.4.1 Bentuk Instrumen Bentuk instrumen penelitian tindakan kelas ini ada dua bentuk, yaitu instrumen tes dan
instrumen
nontes.
Instrumen tes digunakan untuk
mengungkapkan data tentang keterampilan menulis cerpen. Instrumen nontes berupa lembar observasi, lembar check list, lembar jurnal, dan pedoman wawancara. 3.4.1.1 Instrumen Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 1997:139). Bentuk instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes menulis puisi dengan memperhatikan penggunaan rima, pilihan kata, pembaitan, tipografi, dan kesesuaian isi dengan tema yang ingin disampaikan dalam puisi. Tes ini digunakan untuk mengetahui siswa dalam menulis puisi. Tes ini dilakukan setelah siswa mendapatkan penjelasan dari guru mengenai berbagai unsur pembangun puisi, langkah-langkah menulis puisi, dan setelah siswa memahami penerapan pendekatan emotif-imajinatif media
59
audiovisual. Nilai akhir siswa menulis puisi adalah skor keseluruhan dari masingmasing aspek yang dinilai. Tabel 2 Rubrik Penilaian Keterampilan Menulis Puisi Skala Penilian No
Aspek Penilian
Bobot 1
2
3
4
Skor
5
1.
Diksi
1
10
2.
Pengimajian
1
10
3.
Kata Konkrit
1
10
4.
Bahasa Figuratif
1
10
5
Versifikasi
1
10
6
Tipografi
1
10
7
Tema
1
10
8
Perasaan, nada
1
10
9.
Suasana
1
10
10
Amanat
1
10
10
100
Jumlah
Keterangan: 1) Skala nilai: 1 = Sangat kurang bila puisi yang dibuat siswa memenuhi kurang dari dua aspek penilaian. 2 = Kurang bila puisi yang dibuat siswa disusun hanya memenuhi tiga aspek penilaian.
60
3 = Cukup baik bila puisi yang dibuat siswa disusun hanya memenuhi empat aspek penilaian. 4 = Baik bila puisi yang dibuat siswa memenuhi lima aspek penilaian. 5 = Sangat baik bila puisi yang dibuat siswa memenuhi semua aspek penilaian. 2) Pembobotan dilakukan untuk membedakan tingkat kepentingan masingmasing aspek dan berfungsi sebagai penggali angka skala yang diperoleh masing-masing aspek. 3) Skor = skala nilai x bobot 4) Penentuan nilai siswa dengan menjumlah skor seluruh aspek. Tabel 3 Kriteria Penilaian Keterampilan Menulis Puisi Tabel 2. Aspek Penilaian Tes Menulis Puisi Aspek Diksi
Skor
Kriteria
Kategori
9-10
Diksi sangat relevan dengan
SB
media audiovisual 6-8
Diksi relevan dengan media
B
audiovisual 3-5
Diksi cukup relevan dengan
C
media audiovisual 0-2
Diksi tidak relevan
dengan
K
relevan
SB
media audiovisual Pengimajian
16-20
Pengimajian
sangat
dengan media audiovisual 11-15
Pengimajian
relevan
dengan
B
61
media audiovisual 6-10
Pengimajian
cukup
relevan
C
dengan media audiovisual 0-5
Pengimajian
tidak
relevan
K
dengan media audiovisual Kata Konkrit
16-20
Kata konkrit sangat relevan
SB
dengan median audiovisual 11-15
Kata konkrit relevan dengan
B
media audiovisual 6-10
Kata
konkrit
cukup
relevan
C
dengan media audiovisual 0-5
Rangkaian
peristiwa
dalam
K
cerpen disusun tidak logis dan tidak
sesuai
dengan
media
audiovisual Bahasa Figuratif
9-10
Bahasa figuratif sangat relevan
SB
dengan media audiovisual 6-8
Bahasa figuratif relevan dengan
B
media audiovisual 3-5
Bahasa figuratif cukup relevan
C
dengan media audiovisual 0-2
Bahasa figuratif tidak relevan
K
dengan media audiovisual Versifikasi
9-10
Versifikasi
sangat
relevan
dengan media audiovisual
SB
62
6-8
Versifikasi
relevan
dengan
B
dengan
C
Versifikasi tidak relevan dengan
K
media audiovisual 3-5
Versifikasi
relevan
media audiovisual 0-2
media audiovisual Tipografi
9-10
Tipografi sesuai dengan makna
SB
puisi yang di gambarkan 6-8
Tipografi cukup sesuai dengan
B
makna puisi yang di gambarkan 3-5
Tipografi kurang sesuai dengan
C
makna puisi yang di gambarkan 0-2
Tipografi tidak sesuai
dengan
K
makna puisi yang di gambarkan Tema
16-20
Tema sangat relevan dengan
SB
media audiovisual 11-15
Tema relevan dengan media
B
audiovisual 6-10
Tema cukup relevan dengan
C
media audiovisual 0-5
Tema
tidak relevan
dengan
K
sangat relevan
SB
media audiovisual Perasaan.,nada
9-10
Perasaan, nada
dengan media audiovisual
63
6-8
Perasaan, nada relevan dengan
B
media audiovisual 3-5
Perasaan, nada cukup relevan
C
dengan media audivisual 0-2
Perasaan, nada tidak relevan
K
dengan media audiovisual Suasana
9-10
Suasana sangat relevan dengan
SB
media audiovisual 6-8
Suasana relevan dengan media
B
audiovisual 3-5
Suasana cukup relevan dengan
C
media audiovisual 0-2
Suasana tidak relevan dengan
K
media audiovisual Amanat
16-20
Amanat sangat relevan dengan
SB
media audiovisual 11-15
Amanat relevan dengan media
B
audiovisual 6-10
Amanat cukup relevan dengan
C
media audiovisual 0-5
Amanat tidak relevan dengan media audiovisual
K
64
Tabel 3 Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Puisi No
Nilai
Kategori
1
85 – 100
Sangat baik
2
70 – 84
Baik
3
60 – 69
Cukup
4
0 – 59
Kurang
No.
Aspek Penilian
1.
Diksi a. Sangat sesuai
Skala Nilai
Patokan
Sangat Baik
Diksi yang dipilih sangat sesuai dengan isi puisi
b. Sesuai
Baik
Diksi yang dipilih sesuai dengan isi puisi
c. Cukup sesuai
Cukup
Diksi yang dipilih cukup sesuai dengan isi puisi
d. Kurang sesuai
Kurang
Diksi yang dipilih kurang sesuai dengan isi puisi
e. Tidak sesuai
Sangat Kurang
Diksi yang dipilih tidak sesuai dengan isi puisi
2.
Pengimajian a. Sangat sesuai
Sangat Baik
Pengimajian yang dipilih sangat tepat sesuai media audiovisual
b. Sesuai
Baik
Pengimajian yang dipilih tepat untuk mendukung makna puisi
c. Cukup sesuai
Cukup
Pengimajianyang dipilih cukup
65
tepat sesuai media audiovisual d. Kurang sesuai
Kurang
Pengimajian yang dipilih kurang tepat untuk mendukung makna puisi
e. Tidak sesuai
Sangat Kurang
Pengimajian yang dipilih tidak tepat untuk mendukung makna puisi
3.
Kata Konkrit a. Sangat sesuai
Sangat Baik
Kata
konkrit
sangat
sesuai
dengan media audiovisual b. Sesuai
Baik
Kata
konkrit
sesuai
dengan
media audiovisual c. Cukup sesuai
Cukup
Kata
konkrit
sesuai
dengan
media audiovisual d. Kurang sesuai
Kurang
Kata
konkrit
kurang
sesuai
dengan media audiovisual e. Tidak sesuai
Sangat Kurang
Kata konkrit tidak sesuai dengan media audiovisual
4.
Bahasa figuratif a. Sangat sesuai
Sangat Baik
Bahasa figuratif sangat tepat dengan media audiovisual
b. Sesuai
Baik
Bahasa figuratif tepat dengan media audiovisual
c. Cukup sesuai
Cukup
Bahasa figuratif cukup tepat dengan media audiovisual
66
d. Kurang sesuai
Kurang
Bahasa figuratif kurang tepat dengan media audiovisual
e. Tidak sesuai
Sangat Kurang
Bahasa figuratif
tidak tepat
dengan media audiovisual 5.
Versifikasi a. Sangat sesuai
Sangat Cocok
Versifikasi sangat cocok dengan media audiovisual
b. Sesuai
Cocok
Versifikasi cocok dengan media audiovisual
c. Cukup sesuai
Cukup cocok
Versifikasi cukup cocok dengan media audiovisual
d. Tidak sesuai
Kurang cocok
Versifikasi
kurang
cocok
dengan media audiovisual 6
Tipografi a. Sangat sesuai
Sangat cocok
Tipografi sangat baik dengan isi yang
ada
pada
media
audiovisual b. Sesuai
Cocok
Tipografi cocok dengan isi yang ada pada media audiovisual
c. Cukup cocok
Cukup cocok
Tipografi cukup cocok dengan isi yang ada pada
media
audiovisual d. Tidak cock
Kurang
Tipografi kurang cocok dengan isi media audiovisual
7.
Tema
67
a. Sangat sesuai
Sangat Baik
Tema
sangat
cocok
dengan
media audiovisual b. Sesuai
Baik
Tema
cocok
dengan
media
cocok
dengan
audiovisual c. Cukup sesuai
Cukup
Tema
cukup
media audiovisual d. Tidak sesuai
Kurang
Tema kurang cocok dengan media audiovisual
8.
Perasaan.,nada a. Sangat sesuai
Sangat Baik
Perasaan,nada
sangat
cocok
dengan media audiovisual b. Sesuai
Baik
Perasaan, nada cocok dengan media audiovisual
c. Cukup sesuai
Cukup
Perasaan, nada cukup cocok dengan media audiovisual
d. Tidak sesuai
Kurang
Perasaan, nada kurang cocok dengan media audiovisual
9
Suasana a. Sangat sesuai
Sangat Baik
Suasana sangat baik dengan media audiovisual
b. Sesuai
Baik
Perasaan, nada baik dengan media audiovisual
c. Cukup sesuai
Cukup
Perasaan, nada cukup dengan media audiovisual
d. Tidak sesuai
Kurang
Perasaan, nada kurang dengan
68
media audiovisual 10
Amanat a. Sangat sesuai
Sangat Baik
Amanat sangat baik dengan media audiovisual
b. Sesuai
Baik
Amanat
baik dengan media
audiovisual c. Cukup sesuai
Cukup
Amanat cukup dengan media audiovisual
d. Tidak sesuai
Kurang
Amanat kurang dengan media audiovisual
69
Berdasarkan pedoman penilaian keterampilan menulis puisi tersebut, dapat diketahui keterampilan siswa dalam menulis puisi berhasil sangat baik, berhasil baik, berhasil cukup baik, dan berhasil kurang baik. Siswa yang berhasil sangat baik adalah siswa yang memperoleh nilai 85 – 100, siswa yang berhasil dengan baik adalah siswa yang memperoleh nilai 75 – 84, siswa yang berhasil dengan kategori cukup adalah siswa yang memperoleh nilai 60 – 69, dan siswa yang berhasil dengan kategori kurang baik adalah siswa yang memperoleh nilai 0 – 59. Tabel 4 Pedoman Penilian No.
Kategori
Rentang skor
1.
Sangat baik
85-100
2.
Baik
70-80
3.
Cukup
60-69
4.
Kurang
50-59
5.
Sangat kurang
<50
3.4.1.2 Instrumen Nontes Bentuk instrumen yang berupa nontes adalah lembar observasi, pedoman wawancara, check list, jurnal, dan dokumentasi yang berupa foto. 3.4.1.2.1 Lembar Observasi Observasi digunakan untuk mengamati sikap siswa, respon, dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menulis puisi. Pedoman observasi memuat jenis tingkah laku siswa selama proses pembelajaran menulis puisi menggunakan media audiovisual dengan kompenen masyarakat belajar.
70
Jenis tingkah laku siswa yang menjadi sasaran penelitian meliputi (1) kesiapan mengikuti pelajaran, (2) keseriusan siswa dalam mendengarkan penjelasan guru, (3) ketertarikan pada materi pelajaran, (4) ketertarikan dengan pendekatan pembelajaran, (5) keaktifan siswa selama proses belajar mengajar dalam kelompok, (6) mengajukan pertanyaan pada guru jika mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran, (7) mendengar dengan jelas gambar dan suara TV, (8) memperhatikan media yang digunakan dalam pembelajaran, (9) reaksi siswa saat melihat puisi yang ditampilkan melalui media audiovisual, (10) siswa mampu mengerjakan tugas merefleksikan pembacaan puisi sesuai dengan waktu yang ditetapkan, (11) mencatat inti-inti dari proses pembelajaran, dan (12) partisipasi siswa dalam menarik kesimpulan. Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data tentang perilaku siswa selama proses belajar mengajar yang berlangsung pada siklus I dan siklus II. Hal-hal yang diamati yaitu keadaan, respon, sikap, dan keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. 3.4.2.2 Pedoman Wawancara Pedoman wawancara berisi beberapa pertanyaan untuk siswa sebagai respondennya. Pertanyaan-pertanyaan yang ada bertujuan untuk memperoleh data tentang respon siswa terhadap materi keterampilan menulis puisi. Aspek yang digunakan dalam pedoman wawancara antara lain mengenai tanggapan siswa terhadap materi pelajaran dan kesulitan siswa dalam pembelajaran menulis puisi. Pedoman wawancara dilaksanakan terhadap siswa yang kesulitan dalam merefleksikan pembacaan puisi dan siswa yang mengalami peningkatan dalam
71
merefleksikan pembacaan puisi dengancara tanya jawab yang berkaitan dengan variabel peneliti. Hal ini dilakukan untuk mengetahui penyebab tindakan tersebut. Wawancara dilaksanakan di luar jam pelajaran efektif dengan teknik bebas, maksudnya adalah pertanyaan telah dipersiapkan oleh pewancara dan responden bebas menjawab pertanyaan- pertanyaan tanpa terkait. Aspek- aspek yang digunakan dalam pedoman wawancara meliputi (1) apakah kamu memahami penjelasan guru, (2) apakah gambar dan suara pada TV terlihat jelas, (3) apakah kamu menyukai puisi yang ditampilkan melalui audiovisual, (4) apakah kamu memahami puisi yang ditampilkan melalui audiovisual, (5) bagaimana sikap positif siswa terhadap materi menulis puisi, (6) bagaimana kerjasama yang terjalin dalam anggota kelompok, (7) apa kesulitan yang kamu alami dalam menulis puisi, (8) bagaimana solusi teman dalam kesulitan merefleksikan pembacaan puisi, (9) apakah kamu menyukai proses pembelajaran menyimak puisi dengan pendekatan ini, dan (10) pendapat siswa tentang pembelajaran menulis puisi yang ttelah dilakukan dan saran siswa untuk pembelajran ini. Instrumen tersebut digunakan untuk mendapat data, data yang diperoleh digunakan utuk mengambil simpulan. Untuk mengetahui instrumen itu valid atau tidak, peneliti berkonsultasi dengan pembimbing sehingga dari pendapat itu nantinya dapat disimpulkan bahwa instrumen yang akan digunakan sudah valid. 3.4.2.3 Jurnal Jurnal ini terdiri atas dua jenis, yaitu jurnal siswa dan jurnal guru. Jurnal siswa berisi tentang kesulitan siswa, pendapat, pesan atau kesan tentang pembelajaran menulis cerpen. Jurnal guru diisi guru pada saat akhir pembelajaran.
72
Jurnal ini berfungsi untuk mendiskripsikan atau mencatat fenomena saat pembelajaran, yaitu respon siswa, keaktifan siswa, dan tingkah laku siswa saat pembelajaran. Dalam jurnal siswa, setiap siswa diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap cara-cara yang dipergunakan peneliti dalam menyampaikan materi keterampilan menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual. Siswa secara bebas memberikan kritikan, saran, maupun sekedar mengungkapkan kesan tanpa menuliskan identitas dirinya. Jurnal siswa peneliti dapat memperoleh data secara jujur dan objektif dari siswa tentang kekurangan dan kelebihan pada saat penyajian materi. Hal ini sangat dibutuhkan untuk mengevaluasi dan merefleksi. Jurnal siswa diberikan kepada siswa setelah proses pembelajaran siklus I selesai. 3.4.2.4 Dokumentasi yang Berupa Foto Pengambilan gambar (foto) dalam proses pembelajaran menulis dapat dijadikan gambaran perilaku siswa dalam penelitian. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaan segi-segi subjektif. Foto yang diambil berupa aktifitas-aktifitas yang dilakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hasil dari pengambilan gambar ini dideskripsikan sesuai dengan aktifitas yang dilakukan siswa pada setiap siklus. Foto yang diambil sebagai sumber data dan dapat memperjelas data yang lain. Hasil dari pengambilan data ini dideskripsikan dan dipadukan dengan data yang lain. Penggunaan foto sangat bermanfaat untuk melengkapi sumber data. Foto dianalisis bersama sumber data yang lain. Hasil penelitian ini digunakan
73
sebagai gambaran siswa yang diabadikan selama proses pembelajaran berlangsung. Dokumentasi foto hanya sebagai pelengkap cara atau teknik dalam mengambil data. Foto merupakan pelengkap atau sumber data tambahan. Dalam penelitian tindakan kelas ini foto digunakan untuk mendokumentasikan keaktifan siswa di kelas saat proses pembelajaran berlangsung, saat melakukan kegiatan imajinasi, saat siswa ditugasi menulis cerpan, dan merekam fenomena yang terjadi pada siswa dengan tingah lakunya saat pembelajaran 3.4.1.2.3 Check List Check list dipilih sebagai alternatif pengumpulan data karena lebih praktis dan efisien. Check list lebih praktis dan efisien karena berisi jawaban tertutup, yaitu jawaban sangat setuju, setuju, kurang setuju, dan tidak setuju. Check list berisi beberapa aspek, yaitu minat terhadap metode pembelajaran, pendapat siswa terhadap metode pembelajaran, minat siswa terhadap pembelajaran menulis puisi, pendapat siswa tentang media pembelajaran, pendapat siswa tentang cara guru mengajar, dan peningkatan keterampilan siswa menulis puisi 3.4.1.2.4 Uji Validitas Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesatuan instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang diinginkan pada data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji instrumen tes dilakukan dengan menggunakan validitas isi dan permukaan. Validitas isi dilakukan dengan menyesuaikan semua aspek menulis cerpen yang akan
dinilai.
Adapun
validitas
permukaan
dilakukan
dengan
cara
74
mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru Bahasa Indonesia yang mengajar. setelah selesai dikonsultasikan dan dianggap layak maka instrumen ini dapat digunakan untuk pengambilan data.
3.5 Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik tes dan teknik nontes. 3.5.1 Teknik Tes Untuk memperoleh data yang akurat peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan tes. Tes dilakukan pada akhir kegiatan menulis. Jenis tes yang digunakan adalah tes tertulis. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk mengukur tingkat ketarampilan siswa terhadap ketrampilan menulis yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, peniliti akan mudah mengetahui keterampilan siswa dalam menulis puisi. Tes dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu siklus I dan siklus II. Teknik tes ini dilakukan pada saat pembelajaran menulis puisi sedang berlangsung. Bentuk tes dan kriteria penilaian sama antara siklus I dan siklus II. Adapun aspek yang dinilai dalam tes menulis puisi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, meliputi (1) kesesuaian isi dengan tema, (2) diksi, (3) rima, (4) pembaitan, dan (5) tipografi. Keterampilan siswa dalam menulis puisi dengan memperhatikan unsur-unsur pembangunnya.
75
3.5.2 Teknik Nontes Teknik nontes yang digunakan dengan perubahan
siswa
setelah
diadakan
proses
maksud untuk sejauh mana pembelajaran
menulis
puisi
menggunakan pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual. Teknik nontes yang digunakan adalah observasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi foto. 3.5.2.1 Teknik Observasi Teknik observasi dilakukan peneliti pada saat pembelajaran berlangsung pada siklus I dan siklus II. Tujuanya adalah untuk mengamati siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan langsung mencakup semua aktivitas dan keaktifan siswa selam proses pembelajaran menulis puisi menggunakan media audiovisual denhgan kompenen masyarakat belajar yang dapat diamati degan panca indera, sedangkan pengamatan tidak langsung melalui lembar pengamatan. Observasi dilakukan pada semua siswa dengan memberikan tanda check list pada lembar observasi berdasarkan pengamatan proses pembelajaran berlangsung. Teknik observasi ini tujuannya adalah mengumpulkan data dan mengamati perilaku siswa dalam proses pembelajaran. 3.5.2.2 Teknik Wawancara Wawancara digunakan untuk mengungkap data penyebab kesulitan dan hambatan dalam pembelajaran menulis puisi. Wawancara dilakukan setelah proses pembelajaran selesai dengan menggunakan alat perekam. Wawancara ditujukan kepada siswa tertentu yang mendapatkan nilai tinggi, sedang, dan nilai rendah.
76
Kegiatan wawancara ini dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh teman sejawat. Hal ini bertujuan agar jawaban siswa lebih jujur dan terbuka. Hal- hal yang ditanyakan dalam wawancara ini mengenai minat siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia dan kesulitan- kesulitan yang dihadapi terutama aspek ketrampilan menulis puisi. Wawancara dilakukan diluar jam efektif, dilaksanakan secara bertahap. Hal ini dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh dua orang rekan dengan menggunakan alat perekam. 3.5.2.3 Teknik Jurnal Jurnal adalah buku atau catatan yang dimiliki siswa dan guru selama kegiatan pembelajaran menulis puisi berlangsung. Jurnal diisi oleh siswa proses pembelajaran menulis puisi berlangsung untuk mengetahui respon dan minat siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, kesulitan yang dihadapi siswa dan kesan dan pesan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen
pemodelan.
Guru
mengamati
proses
pembelajaran
dengan
memperhatikan pedoman jurnal yang telah dibuat peneliti. 3.5.2.4 Teknik Dokumentasi Foto Peneliti menggunakan dokumentasi yang berupa pengambilan gambar foto pada saat penelitian berlangsung. Gambar foto ini menghasilkan data yang autentik karena pengambilan foto tersebut dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Foto yang diambil berupa aktifitas-aktifitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Dokumentasi berupa foto ini digunakan sebagai bukti visual kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung.
77
3.6 Teknik Analisis Data Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. 3.6.1 Teknik Kuantitatif Teknik kuantitatif dipakai untuk menganalisis dan kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes menulis puisi pada siklus I dan siklus II. Analisis data tes secara kuantitatif dilakukan dengan merekap skor yang diperoleh siswa, menghitung skor komulatif dari seluruh aspek, menghitung skor rata-rata kelas, dan menghitung persentase. Persentase skor dihitung menggunakan rumus berikut: Nk =
Nk × 100% R
Keterangan: NP = Nilai Presentase Nk = Nilai yang dicapai siswa R = Responden Hasil perhitungan nilai siswa dari masing-masing tes ini kemudian dibandingkan, yaitu antara siklus I dan siklus II. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai persentase peningkatan keterampilan menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual. 3.6.2 Teknik Kualitatif Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang sifatnya kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil data nontes. Data kualitatif dalam penelitian ini berasal dari hasil observasi, jurnal, wawancara dan dokumen foto. Analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh data nontes yang diperoleh.
78
Data yang diperoleh dari hasil tes siklus I dan siklus II digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran menulis puisi, serta untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis puisi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Data yang diperoleh dari hasil tes siklus I dan siklu II digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran menulis puisi, serta untuk mengetahui peningkatan ketrampilan menulis puisi dengan metode emotfimajinatif. Hugo Hartig dalam Tarigan (1886:24) menyebutkan bahwa tujuan kegiatan menulis ada tujuh yaitu assignment puspose ( tujuan penugasan), altruistic purpose (tujuan penerangan), self ekspresif purpose,( tujuan pernyataan diri), creative purpose ( tujuan kreatif), dan problem solving purpose ( tujuan pemecahan masalah) Kegiatan menulis dengan tujuan penugasan, penulis tidak memiliki tujuan antuk apadia menulis, jika penulis melakukan kegiatan menukis karena adanya tugas bukan aras jemuanya sendiri. Tujuan altristik yaitu menulis untuk menyenangkan para pembaca, menolong para pembaca untuk memahami, menghargai perasaan dan penalaranya. Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan suatu tulisan yang mampu menyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan. Akan tetapi, banyak penulis yang melakukan kegiatan menulis dengan tujuan memberi informasi atau keterangan kepada para pembaca maka tulisan yang di hasilkan beruopa paparan atau diskripsi.
79
Tujuan lain dari kegiatan menulis adalahpernyataan diri. Tujuan lain yang erat hubunganya dengan tujuan pernyataan diri yaitu tujuan kreatif. Akan tetapi keinginan kreatif disini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik atau seni yang ideal, seni yang menjadi idaman. Melalui tulisannya, pelukis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi dan meneliti secara cermat pikiran- pikiran dan gagasan- gagasanya sendiri agar dapat di mengerti dan di terima oleh pembaca. Kegiatan menulis seperti ini memiliki tujuan memecahkan masalah ( problem solving).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Pada bab IV ini akan disajikan hasil penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian ini meliputi hasil tes dan hasil nontes. Hasil penelitian ini diperoleh dari tes siklus I dan tes siklus II. Hasil tes siklus I dan siklus II merupakan hasil tes keterampilan menulis puisi dengan menggunakan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual. Hasil nontes siklus I dan siklus II berasal dari observasi, jurnal, angket check list, wawancara, dan dokumentasi foto. Hasil tes siklus I dan siklus II tersebut disajikan dalam bentuk data kuantitatif. Sedangkan hasil nontes siklus I dan siklus II disajikan dalam bentuk deskriptif data kualitatif. 4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I Siklus I merupakan tindakan awal pembelajaran keterampilan menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual. Pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual pada siklus I dilaksanakan sebagai upaya memperbaiki dan memecahkan masalah yang muncul sebelum penelitian dilakukan. Pelaksanaan pembelajaran menulis puisi siklus I terdiri atas tes dan nontes. Hasil kedua data tersebut diurutkan secara rinci sebagai berikut 4.1.1.1 Hasil Tes Hasil tes menulis puisi siklus I ini merupakan data awal dilakukannya tindakan pembelajaran dengan pendekatan emotif-imajinatif melalui media 80
81
audiovisual kriteria penilaian pada siklus I ini meliputi sepuluh aspek yaitu: 1) mampu membentuk relevansi
diksi sesuai media audiovisual; 2) mampu
membentuk relevansi pengimajian sesuai dengan media audiovisual; 3) mampu membentuk relevansi kata konkrit sesuai dengan media audiovisual; 4) mampu membentuk relevansi bahasa figuratif sesuai dengan media audiovisual; 5) mampu membentuk relavansi versifikasi sesuai dengan media audiovisual; 6) mampu membentuk relevansi tipografi sesuai dengan media audiovisual; 7) mampu membentuk relevansi tema sesuai dengan media audiovisual; 8) mampu membentuk relevansi perasaan,nada sesuai dengan media audiovisual; 9) mampu membentuk relevansi suasana dengan media audiovisual; 10) mampu membentuk relevansi amanat sesuai dengan media audiovisual. Hasil tes menulis puisi pada tindakan siklus I dapat dilihat tabel 4 berikut. Tabel 4 Hasil Tes Kemampuan Menulis Puisi Siklus I No 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 85 – 100 70 – 84 60 – 69 0 – 59
Frekuensi 0 30 2 0 32
Bobot Skor 0 2265 138 0 2403
Persen Rata-rata (%) 0 =2403:32 93,75 =75,09 6,25 (cukup) 0 100
Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang,dari 32 siswa terdapat 30 siswa atau sekitar 93,75% memperoleh kategori baik, yaitu nilai antara 70-84. Terdapat 2 siswa atau sekitar 6,25% memperoleh kategori cukup, yaitu nilai antara 60-69. Untuk lebih jelasnya, hasil tes kemampuan menulis puisi siswa kelas VII C pada tindakan siklus I dapat dilihat pada diagram batang berikut.
82
Diagram I menunjukkan batang untuk kategori cukup paling tinggi, yaitu pada angka 93,75%. Hal ini menunjukkan bahwa 93,75% kemampuan siswa dalam menulis puisi berada dalam kategori baik, sedangkan untuk kategori cukup pada angka 6,25%. Hasil tes pada siklus I ini secara klasikal merupakan penjumlahan skor dari sepuluh aspek penilaian kemampuan menulis puisi, meliputi (1) diksi, (2) pengimajian, (3) kata konkrit, (4) bahasa figuratif, (5) versifikasi, (6) tipografi, (7) tema, (8) perasaan,nada (9)suasana, (10) amanat. Adapun hasil masing- masing aspek penilaian tersebut secara rinci dapat dilihat dari paparan berikut ini. 4.1.1.1.1 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pemilihan Diksi Penilaian aspek diksi difokuskan pada pemilihan kata yang konotatif dan bersifat puitis sesuai dengan media audiovisual yang ditayangkan. Hasil penilaian menulis puisi aspek pemilihan diksi dapat dilihat pada tabel berikut ini
83
No 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9 – 10 6–8 3–5 0–2
Frekuensi 6 25 1 0 32
Bobot Skor 60 181 5 0 246
Persen Rata-rata (%) 18,75 =246 : 32 78,13 = 7,67 3,12 0 100
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek pemilihan diksi untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9-10 dicapai oleh 6 siswa atau sekitar 18,75%. Kategori baik dengan rentang nilai 6-8 dicapai 25 siswa atau sekitar 78,13%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3-5 dicapai 1 siswa atau sekitar 3,12% dan kategori kurang dengan rentang nilai 0-2 tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam memilih diksi yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata- rata klasikal sebesar 7,67. 4.1.1.1.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian Penilaian aspek pengimajian difokuskan pada susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, pendengaran dan perasaan sesuai dengan media audiovisual yang ditayangkan. Hasil penilaian menulis puisi aspek pengimajian dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian No 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9 – 10 6–8 3–5 0–2
Frekuensi 6 25 1 0 32
Bobot Skor 56 180 5 0 241
Persen (%)
Rata-rata
18,75 78,13 3,12 0 100
241 : 32 = 7,53
84
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek pengimajian untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9-10 dicapai oleh 6 siswa atau sekitar 18,75%. Kategori baik dengan rentang nilai 6-8 dicapai 25 siswa atau sekitar 78,13%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3-5 dicapai 1 siswa atau sekitar 3,12% dan kategori kurang dengan rentang nilai 0-2 tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata-rata klasikal pada aspek pengimajian sebesar 7,53. 4.1.1.1.3 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Kata Konkrit Penilaian aspek kata konkrit difokuskan pada kata yang dapat menggambarkan suatu suasana batin untuk membangkitkan imajinasi yang sesuai dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek kata konkrit dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4.3 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Kata Konkrit No 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9 – 10 6–8 3–5 0–2
Frekuensi 3 28 1 0 32
Bobot Skor 29 211 5 0 245
Persen (%) 9,38 87,5 3,12 0 100
Rata-rata 245 : 32 = 7,67
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek kata konkret untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9-10 dicapai oleh 3 siswa atau sekitar 9,38%. Kategori baik dengan rentang nilai 6-8 dicapai 28 siswa atau sekitar 87,5%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3-5 dicapai 1 siswa atau sekitar 3,12% dan kategori kurang dengan rentang nilai 0-2 tidak ada
85
siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata-rata klasikal pada aspek kata konkret sebesar 7,67. 4.1.1.1.4 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Bahasa Figuratif Penilaian aspek bahasa figuratif difokuskan pada pencapaian efek puitis yang dapat berupa kata, frasa, ungkapan ataupun satuan sintaksis sesuai dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek bahasa figuratif dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4.4 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Bahasa Figuratif No 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9 – 10 6–8 3–5 0–2
Frekuensi 2 29 1 0 32
Bobot Skor 19 215 5 0 245
Persen (%) 6,25 90,63 3,12 0 100
Rata-rata 245 : 32 = 7,67
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek bahasa figuratif untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9-10 dicapai oleh 2 siswa atau sekitar 6,25%. Kategori baik dengan rentang nilai 6-8 dicapai 29 siswa atau sekitar 90,63%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3-5 dicapai 1 siswa atau sekitar 3,12% dan kategori kurang dengan rentang nilai 0-2 tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata- rata klasikal pada aspek kata konkret sebesar 7,67.
86
4.1.1.1.5 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi Penilaian aspek versifikasi difokuskan pada rima, ritma dan metrum sesuai dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek versifikasi dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4.5 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi No 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9 – 10 6–8 3–5 0–2
Frekuensi
Bobot Skor
2 29 1 0 32
18 209 5 0 232
Persen (%) 6,25 90,63 3,12 0 100
Rata-rata 232 : 32 = 7,25
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek versifikasi untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9-10 dicapai oleh 2 siswa atau sekitar 6,25%. Kategori baik dengan rentang nilai 6-8 dicapai 29 siswa atau sekitar 90,63%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3-5 dicapai 1 siswa atau sekitar 3,12% dan kategori kurang dengan rentang nilai 0-2 tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata-rata klasikal pada aspek kata konkret sebesar 7,67. 4.1.1.1.6 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipografi Penilaian aspek tipografi difokuskan pada penggunaan tata wajah untuk membentuk puisi yang utuh untuk keindahan visual danmengintensifkan makna sesuai dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek tipografi dapat dilihat pada tabel berikut ini
87
Tabel 4.6 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipogfrafi No 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9 – 10 6–8 3–5 0–2
Frekuensi 6 23 3 0 32
Bobot Skor 58 165 15 0 238
Persen (%) 18,75 71,88 9,37 0 100
Rata-rata 238 : 32 = 7,44
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek tipografi untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9-10 dicapai oleh 6 siswa atau sekitar 18,75%. Kategori baik dengan rentang nilai 6-8 dicapai 23 siswa atau sekitar 71,88%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3-5 dicapai 3 siswa atau sekitar 9,37% dan kategori kurang dengan rentang nilai 0-2 tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata- rata klasikal pada aspek kata konkret sebesar 7,44 4.1.1.1.7 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tema Penilaian aspek tema difokuskan pada gagasan pokok yang dikembangkan sesuai dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek tema dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.7 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tema No 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9 – 10 6–8 3–5 0–2
Frekuensi 6 24 2 0 32
Bobot Skor 56 168 10 0 234
Persen (%) 18,75 75 6,25 0 100
Rata-rata 234 : 32 = 7,31
88
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek tema untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9-10 dicapai oleh 6 siswa atau sekitar 18,75%. Kategori baik dengan rentang nilai 6-8 dicapai 24 siswa atau sekitar 75%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3-5 dicapai 2 siswa atau sekitar 6,25% dan kategori kurang dengan rentang nilai 0-2 tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata-rata klasikal pada aspek kata konkret sebesar 7,31. 4.1.1.1.8 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Perasaan, Nada Penilaian aspek perasaan, nada difokuskan pada perasaan, nada dalam puisi sesuai dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek perasaan, nada dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4.8 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Persaan, Nada No 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9 – 10 6–8 3–5 0–2
Frekuensi 8 23 1 0 32
Bobot Skor 77 161 5 0 243
Persen (%) 25 71,88 3,12 0 100
Rata-rata 243 : 32 = 7,59
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek tema untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9-10 dicapai oleh 8 siswa atau sekitar 25%. Kategori baik dengan rentang nilai 6-8 dicapai 23 siswa atau sekitar 71,88%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3-5 dicapai 1 siswa atau sekitar 3,12% dan kategori kurang dengan rentang nilai 0-2 tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian
89
yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata-rata klasikal pada aspek kata konkret sebesar 7, 59. 4.1.1.1.9 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana Penilaian aspek suasana difokuskan pada keadaan jiwa yang ditimbulkan sesuai dengan media audiovisual yang ditayangkan. Hasil penilaian menulis puisi aspek suasana dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4.9 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana No 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9 – 10 6–8 3–5 0–2
Frekuensi 9 22 1 0 32
Bobot Skor 87 160 5 0 252
Persen (%) 28,13 68,75 3,12 0 100
Rata-rata 252 : 32 = 7,88
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek suasana untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9-10 dicapai oleh 9 siswa atau sekitar 28,13%. Kategori baik dengan rentang nilai 6-8 dicapai 22 siswa atau sekitar 68,75%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3-5 dicapai 1 siswa atau sekitar 3,12% dan kategori kurang dengan rentang nilai 0-2 tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata-rata klasikal pada aspek kata konkret sebesar 7,88. 4.1.1.1.10 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Amanat Penilaian aspek amanat difokuskan pada amanat dalam puisi sesuai dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek amanat dapat dilihat pada tabel berikut ini
90
Tabel 4.10 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Amanat No 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9 – 10 6–8 3–5 0–2
Frekuensi 8 24 0 0 32
Bobot Skor 77 174 0 0 251
Persen (%) 25 75 0 0 100
Rata-rata 251 : 32 = 7,84
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek amanat untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9-10 dicapai oleh 8 siswa atau sekitar 25%. Kategori baik dengan rentang nilai 6-8 dicapai 24 siswa atau sekitar 75%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3-5 dan kategori kurang dengan rentang nilai 0-2 tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam amanat
yang sesuai dengan media
audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata- rata klasikal pada aspek kata konkret sebesar 7,84. 4.1.1.2 Hasil Nontes Pada siklus I ini data diperoeh dari hasil observasi, jurnal, Check List, wawancara, dan dokumentasi foto. Dokumentasi foto hanya digunakan sebagai data pendukung data-data yang lainnya, yakni sebagai bukti visual terjadinya suatu peristiwa dalam proses pembelajaran siklus I. Hasil nontes selengkapnya akan dijelaskan pada uraian berikut ini. 4.1.1.2.1 Hasil Observasi Pengambilan data observasi dilakukan selama proses pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif-imainatif melalui media audiovisual siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang. Pengambilan data observasi bertujuan untuk
91
mengetahui respons perilaku siswa selama mengikuti proses pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif-imajinatif media audiovisual. Objek sasaran yang diamati dalam kegiatan observasi terhadap siswa meliputi lima perilaku siswa,yang meliputi: (1) antusias siswa dalam memngikuti pembelajaran menulis puisi pendekatan emotif-imajinatif melalui media audiovisual, (2) antusias siswa dalam memperhatikan penjelasan guru dan melakukan kegiatan yang tidak perlu, (3) antusias siswa aktif berpartisipasi menjawab pertanyaan dari guru, (4) antusias siswa aktif bertanya mengenai materi menulis puisi yang sedang berlangsung, (5) antusias siswa tidak meremehkan kegiatan menyimak, (6) antusias siswa untuk tidak meremehkan kegiatan imajinasi, (7) antusias siswa mengikuti proses kegiatan menulis puisi dengan baik, (8) antusias siswa pada saat menulis puisi dengan penuh konsentrasi. Pada siklus I ini, terdapat beberapa perilaku siswa yang dapat terdeskripsi melalui kegiatan observasi. Selama proses kegiatan pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif-imajinatif media audiovisual, tidak semua siswa mengikuti proses pembelajaran dengan baik, diperoleh siswa yang berperilaku positif dan negatif. Peneliti memaklumi keadaan tersebut karena proses pembelajaran yang dilakukan penelliti merupaka sesuatu yang baru dan belum pernah diajarkan pada mereka sebelumnya sehingga di butuhkan proses untuk menyesuaikannya. Selain itu peneliti juga sadar bahwa setiap siswa memiliki karekteristik dan kemampuan yang berbeda- beda. Hal ini dapat dibuktikan dengan mengidentifikasi setiap aspek yang telah di observasi oleh peneliti dengan bantuan seorang teman.
92
Hasil Observasi Perilaku Positif dan Negatif pada siklus I Nomor Responden 1 1 R-1 √ 2 R-2 √ 3 R-3 √ 4 R-4 √ 5 R-5 √ 6 R-6 √ 7 R-7 √ 8 R-8 √ 9 R-9 √ 10 R-10 √ 11 R-11 √ 12 R-12 √ 13 R-13 √ 14 R-14 √ 15 R-15 √ 16 R-16 √ 17 R-17 √ 18 R-18 √ 19 R-19 √ 20 R-20 √ 21 R-21 √ 22 R-22 √ 23 R-23 √ 24 R-24 √ 25 R-25 √ 26 R-26 √ 27 R-27 √ 28 R-28 √ 29 R-29 √ 30 R-30 √ 31 R-31 √ 32 R-32 √ Jumlah 32 Jumlah dalam 10 persen 0% No
Kategori Perilaku Siswa 3 4 5 6 7 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 28 31 4 32 28 31 87, 96, 12, 10 87, 96, 75 88 5% 0% 5% 86 % % % 2
8 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 32 10 0%
Keterangan 1. Siswa siap mengikuti pembelajaran menulis puisi 2. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan tidak melakukan kegiatan yang tidak perlu (mengganggu teman, melamun, mengantuk) 3. Siswa berpartisipasi aktif menjawab pertanyaan dari guru saat kegiatan diskusi kelas sedang berlangsung 4. Siswa aktif bertanya mengenai materi menulis puisi yang sedang berlangsung 5. Siswa tidak meremehkan kegiatan menyimak 6. Siswa tidak meremehkan kegiatan imajinasi 7. Siswa mengikuti proses penulisan puisi dengan baik 8. Siswa menulis puisi dengan baik dan penuh konsentrasi Pengisian: (√) : positif (−) : negative
Aspek pertama, yaitu siswa siap megikuti pembelajaran dikatakan sangat baik atau sebesar 100%. Semua siswa tampak sudah siap megikuti pembelajaran
93
menulis puisi. Hal ini tampak dari perilaku siswa yang positif yaitu mencatat poin-poin penting yang dijelaskan oleh guru berkaitan dengan pembelajaran menulis puisi. Selain itu terlihat juga pada saat peneliti memasuki ruangan, dilanjutkan dengan apersepsi, dan penyampaian tujuan pembelajaran, serta kompetensi dasar yang harus dicapai siswa. Sikap siswa secara alamiah sudah terkondisikan dengan sendirinya. Hal ini merupakan langkah awal yang sangat menggembirakan karena secara tidak langsung siswa sudah menerima peneliti sebagai guru mereka. Aspek kedua, yaitu siswa memperhatikan penjelasan guru dan tidak melakukan kegiatan yang tidak perlu (berbicara dengan teman, melamun, tertidur). Selama pembelajaran berlangsung 28 siswa atau 87,5% memperhatikan penjelasan guru. Hanya 4 siswa atau 12,5% tidak serius mendengarkan penjelasan guru. Siswa lebih memilih melamun, berbicara dengan teman sebelah, dan ada juga yang tertidur. Aspek ketiga, yaitu siswa berpartisipasi aktif menjawab pertanyaan dari guru saat diskusi kelas sedang berlangsung. Sebanyak 30 siswa atau 93,75% berpartisipasi aktif saat diskusi kelas berlangsung. Sedangkan 2 siswa atau 6,25 % memilih pasif saat kegiatan diskusi kelas berlangsung. Aspek keempat, yaitu siswa aktif bertanya mengenai materi pembelajaran. Hasil dari observasi hanya 4 siswa atau 12,5% yang aktif bertanya mengenai materi yang disampaikan oleh guru. Aspek kelima, yaitu siswa tidak meremehkan kegiatan menyimak dikategorikan sangat baik atau sebesar 100% semua siswa menyimak vidio yang
94
diputarkan oleh guru dengan baik. Aspek keenam, yaitu siswa tidak meremehkan kegiatan imajinasi sebagian siswa atau 81,25% dari jumlah siswa keseluruhan dengan serius melakukan kegiatan imajinasi. Hanya 18,75% siswa kurang serius melakukan kegiatan imajinasi. Aspek ketujuh, yaitu siswa mengikuti proses penulisan gagasan dengan baik. Hasil dari observasi sebanyak 31 siswa atau sebesar 96,86% tidak mengikuti proses penulisan gagasan dengan baik. Hanya 1 siswa atau sebesar % melakukan proses penulisan gagasan dengan baik. Aspek kedelapan, yaitu siswa menulis puisi dengan baik dan penuh konsentrasi. Pada aspek ini terlihat dikategorikan sangat baik atau sebesar 100% semua siswa menulis puisi dengan baik. Berdasarkan pengamatan peneliti dan dibantu seorang peneliti selama pembelajaran menulis puisi dapat disimpulkan bahwa perilaku negatif siswa masih ada selama pembelajaran berlangsung. Sikap negatif yang muncul dimungkinkan karena siswa masih merasa asing dengan pembelajaran yang dibawakan oleh guru atau peneliti karena merupakan pengalaman baru bagi mereka jadi butuh penyesuaian diri dari siswa. Keadaan ini perlu sekali dipecahkan oleh peneliti. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan agar dapat mengurangi dan menghilangkan sikap negatif siswa saat pembelajaran berlangsung. Hal ini menjadi tugas guru atau peneliti pada siklus II untuk melakukan suatu cara agar perilaku negatif tersebut dapat dikurangi. Rencana pembelajaran pada siklus II
95
tentunya harus lebih matang dan lebih baik lagi agar perilaku belajar siswa yang negatif menjadi positif. 4.1.1.2.2 Hasil Jurnal Pengisian jurnal dilakukan pada akhir pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual. Hasil jurnal siklus I ini diperoleh melalui jurnal guru dan jurnal siswa. Tujuan pengisian jurnal siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menulis puisi yang telah dilaksanakan guna memperbaiki pembelajaran. Selanjutnya, agar hasil pembelajaran yang diperoleh lebih optimal. Sedangkan lembar jurnal guru berisi mengenai segala hal yang dirasakan oleh guru selama proses pembelajaran menulis cerpen berlangsung. Hasil jurnal siklus I dipaparkan sebagai berikut a. Jurnal Siswa Pengisian lembar jurnal siswa dilakukan oleh seluruh siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Sulang. Jurnal siswa ini berisi 5 pertanyaan yang berkenaan dengan (1) apa manfaat yang diperoleh siswa saat mengikuti pembelajaran menulis puisi, (2) apakah siswa tertarik dengan pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif-imajinatif melalui media audiovisual (disertai alasan), (3) apakah penjelasan guru dalam menyampaikan materi menulis puisi pendekatan emotifimajinatif media audiovisual dapat dipahami, (4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa, dan (5) tulislah saran dan kesan siswa selama mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif-imajinatif melalui media audiovisual. Berikut ini jawaban siswa ketika mengisi lembar jurnal mengenai pembelajaran menulis puisi . Secara keseluruhan jawaban yang diberikan siswa
96
hampir sama, yaitu dapat meningkatkan kreativitas. Namun, ada juga yang mengemukakan manfaat lain, yaitu berbagi pengalaman dengan orang lain. Ketertarikan
siswa
terhadap
pendekatan
emotif-imajinatif
media
audiovisual dalam pembelajaran menulis puisi secara keseluruhan siswa menunjukkan rasa tertariknya terhadap pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual. Maskipun dengan alasan yang cukup beragam. Alasan yang paling menonjol yang dilontarkan siswa adalah belajar dengan menggunakan media audiovisual sangat mengasyikkan, selain mendapatkan ilmu juga merasakan pembelajaran yang santai. Dengan menggunakan media audiovisual lebih memudahkan dalam menulis puisi daripada harus menentukan tema sendiri. Pendapat siswa mengenai cara guru dalam menyampaikan materi secara keseluruhan pendapat siswa, yaitu mudah dipahami oleh siswa. Namun, ada 4 siswa yang beranggapan bahwa penjelasan guru belum sepenuhnya dapat dipahami. Peneliti memungkinkan karena adanya dua faktor. Pertama, siswa tidak memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Kedua, pada siklus I peneliti mengajar setelah pelajaran olahraga berlangsung sehingga siswa kurang berkonsentrasi apalagi kondisi ruangan cukup panas dan merasa lelah setelah berolahraga sebelumnya. Pada pertanyaan keempat mengenai kesulitan-kesulitan yanng dihadapi siswa muncul pada saat mereka menulis puisi dengan memperhatikan unsurunsur pembangun dalam menulis puisi. Hal ini dimungkinkan karena siswa belum terbiasa menulis puisi dan membaca referensi karya sastra dalam bentuk syair puisi yang terdapat di perpustakaan sekolah maupun di toko-toko buku. Sebagian
97
besar siswa juga mengungkapkan kesulitannya pada saat mengembangkan media audiovisual yang ditayangkan menjadi bentuk puisi yang utuh. Pesan siswa selama mengikuti proses pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif-imajinatif media audiovisual secara keseluruhan siswa memberikan pesan dan harapan yang positif untuk memperbaiki pembelajaran selanjutnya. Adapun saran yang diberikan siswa diantaranya adalah supaya contoh puisi yang diberikan jangan hanya dua. Syair puisi yang dicontohkan lebih banyak dan lebih beragam agar siswa lebih mengerti. Siswa juga memberikan saran agar pada saat menjelaskan materi agar tidak terlalu cepat dan lebih bersikap tegas. Adapula yang menyarankan supaya kegiatan seperti ini tidak hanya sekali tetapi kapan- kapan diadakan lagi. Berbagai saran ini akan menjadi masukan yang bagus bagi peneliti untuk memperbaiki kekurangan- kekurangan yang dilakukan pada siklus I supaya tidak terulang pada siklus II. Kesan siswa secara keseluruhan bahwa siswa merasa senang mengikuti pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif-imajinatif media audiovisual karena dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri dalam menulis puisi. b. Jurnal Guru Jurnal guru diisi oleh guru pada saat proses pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual selesai. Jurnal guru memuat hal- hal yang berkenaan dengan kejadian- kejadian atau peristiwa yang terjadi atau dialami siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun halhal yang diungkapkan tersebut
adalah (1) bagaimana kesiapan siswa dalam
mengikuti pembelajaran menulis puisi, (2) bagaimana keaktifan siswa dalam
98
mengikuti pembelajaran menulis puisi, (3) bagaimana tanggapan siswa terhadap proses pendekatan emotif-imajinatif
media audiovisual saat pembelajaran
menulis puisi berlangsung, (4) bagaimana tanggapan siswa terhadap tugas menulis puisi yang diberikan oleh guru, dan (5) bagaimana tingkah laku siswa selama pembelajaran menulis puisi. Berdasarkan hasil jurnal guru yang mengacu pada objek sasaran yang diamati dan dirasakan peneliti saat melaksanakan pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual dapat dijelaskan bahwa dalam siklus I, kegiatan pembelajaran sudah berjalan cukup baik dan sebagian besar siswa serius dan tertarik dengan kegiatan pembelajaran. Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi sudah dikatakan baik. Hal ini terlihat saat guru masuk ke ruangan dilanjutkan dengan melakukan apersepsi secara alamiah siswa sudah terkondisikan dengan sendirinya. Hal ini merupakan langkah awal yang baik karena secara tidak langsung siswa sudah menerima peneliti sebagai guru mereka. Saat proses pembelajaran siswa belum semuanya aktif. Hal ini terlihat ketika kegiatan diskusi bersama dan tanya jawab dengan guru berlangsung, yang aktif hanya beberapa siswa saja. Respon siswa terhadap proses pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif-imajinatif melalui media audiovisual cukup baik. Hal ini dapat dibuktikan dari keseriusan siswa dalam menjawab pertanyaan- pertanyaan guru ketika awal pembelajar. Keaktifan siswa selama mengikuti jalanya pembelajaran, tingkah laku siswa selama mengikuti proses pembelajaran, dan fenomenafenomena apa saja yang muncul selam jalanya pembelajaran. Tanggapan siswa
99
terhadap tugas menulis puisi yang diberikan oleh guru juga cukup baik. Hal ini tampak pada keantusiasan siswa ketika menulis puisi. Suasana kelas ketika siswa menulis puisi terlihat tenang dan dapat terkendali dengan baik. Siswa terlihat lebih santai. Fenomena yang muncul pada saat pembelajaran keterampilan menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual, yaitu masih ada beberapa siswa yang lebih senang berbicara dengan teman sebelahnya, melihat hasil pekerjaan temannya. Tetapi kondisi seluruh siswa sudah terkendali dan sikap mereka cukup baik ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Berdasarkan junal guru dapat disimpulkan bahwa keseriusan dan keefektifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menulis puisi siklus I ini cukup baik. Siswa masih dapat dikondisikan dan merespon baik setiap penjelasan dari guru. Akan tetapi, pembelajaran menulis puisi ini masih belum maksimal karena masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan dari guru dengan serius dan bersungguh-sungguh.
4.1.1.2.3 Hasil Check List Check list pada siklus I digunakan untuk mengetahui pendapat siswa mengenai pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif-imajinatif media audiovisual. Lembar check list diisi oleh semua siswa kelas VII C berjumlah 10 pernyataan dengan pernyataan mereka, yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju, atau tidak setuju. Kesepuluh pertanyaan tersebut, yaitu (1) saya merasa ternyata menulis puisi itu mudah, (2) saya senang dengan pendekatan dan media yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis, (3) pendekatan Emotif- imajinatif
100
media audiovisual memberikan kemudahan dalam menulis puisi, (4) kebiasaan menulis puisi dapat mewakili isi hati dan perasaan saya, (5). Saya merasa menulis puisi dapat meningkatkan kreativitas saya. Berikut ini penjelasan hasil check list siklus I. Pada pernyataan pertama mengenai menulis puisi itu mudah, sebanyak 5 siswa atau 15,63% menjawab SS, 20 siswa atau 62,5% menjawab S, 7 siswa atau 21,87% menjawab KS dan tidak ada siswa yang menjawan TS. Siswa yang menyatakan KS belum membiasakan diri untuk berlatih menulis. Pada pernyataan kedua mengenai pendapat siswa yang merasa dengan pendekatan dan media yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis, sebanyak 10 siswa atau 31,25% menjawab SS, 22 siswa 68,75% menjawab S, dan tidak ada siswa yang menjawab KS ataupun TS. Hal ini dikarenakan pendekatan dan media yang digunakan oleh guru membuat mereka senang, nyaman, percaya diri tetapi tetap fokus pada pembelajaran. Pada pernyataan ketiga mengenai pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual memberikan kemudahan dalam menulis puisi, ada 12 siswa atau 37,5% menjawab SS, 5 siswa atau 15,63% menjawab S, 15 siswa atau 46,87% menjawab KS, dan tidak ada siswa yang menjawab TS. Siswa yang menyatakan KS dikarenakan siswa kurang memperhatikan dan berkonsentrasi pada saat pembelajran berlangsung. Pada pernyataan keempat mengenai kebiasaan menulis puisi dapat mewakili isi hati dan perasaan siswa, ada 10 siswa atau 31,25% menjawab SS, 20 siswa atau 62,5% menjawab S, 2 siswa atau 6,25% menjawab KS, dan tidak ada
101
siswa yang menjawab TS. Siswa yang menyatakan kurang setuju dikarenakan siswa belum mengetahui manfaat lain dalam menulis puisi. Pada pernyataan kelima mengenai keterampilan menulis puisi dapat meningkatkan kreativitas siswa, sebanyak 7 siswa atau 21,88% menjawab SS, 25 siswa atau 78,12% menjawab S, dan tidak ada siswa yang menjawab KS ataupun TS. Hal ini dikarenakan siswa menyadari bahwa menulis puisi dapat menjadikan mereka kreatif. 4.1.1.2.4 Hasil Wawancara Kegiatan wawancara dilakukan setelah selesai pembelajaran siklus I dan setelah memperoleh nilai siklus I. Peneliti mewawancarai 3 siswa dengan kriteria, 1 siswa yang memperoleh nilai tinggi, 1 siswa yang memperoleh nilai sedang, dan 1 siswa yang memperoleh nilai rendah. Kegiatan wawancara yang dilakukan memiliki tujuan untuk menggalil informasi yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan penerapan dan penggunaan pendekatan dan media yang digunakan pada pembelajaran menulis puisi. Wawancara ini mengungkapkan tujuh pertanyaan sebagai berikut. (1) Minat siswa dalam pembelajaran menulis puisi; (2) perasaan siswa selama mengikuti pembelajaran menulis puisi ; (3) pendapat siswa mengenai pendekatan dan media yang digunakan pada pembelajaran menulis puisi; (4) Kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual; (5) manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual; (6) Saran siswa mengenai pembelajaran menulis puisi melalui
102
pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual; (7) Pendapat siswa mengenai cara mengajar guru. Beberapa pertanyaan dalam wawancara ini bukan merupakan pedoman terstruktur, jadi dapat dikembangkan oleh peneliti saat wawancara berlangsung. Pada awal pelaksanaan kegiatan wawancara siswa merasa canggung atau bingung memahami penjelasan guru tentang tujuan pelakasanaan kegiatan wawancara. Namun, pada akhirnya siswa pun mengetahui tujuan dari kegiatan wawancara yang dilakukan peneliti pada mereka. Hasil wawancara yang diperoleh dari ketiga siswa yaitu siswa yang mendapat nilai tinggi (R1), siswa dengan nilai sedang (R2), dan siswa yang mendapat nilai rendah (R3). Diketahui bahwa 1 dari 3 siswa yang diwawancarai mengaku tidak suka dengan pelajaran menulis puisi. Mereka ialah siswa yang mendapat nilai rendah (R3). R3 memberikan alasan bahwa dia tidak suka dengan pembelajaran menulis puisi karena bagi dia menulis puisi itu membuatnya susah terutama dalam kata. Selebihnya R1 dan R2 menyatakan suka degan kegiatan menulis puisi. Alasan mereka diantarantya ialah menulis puisi merupakan hobinya dan dengan menulis puisi itu bisa menggambarkan perasaan sehingga kita bisa seperti menuangkan imajinasinya. Jadi kita bisa melampiaskan perasaan dengan menulis syair puisi. Kegiatan wawancara yang telah dilakukan pada ketiga siswa tersebut diketahui bahwa sebagian besar siswa merasa senang dengan pendekatan dan media yang telah dilakukan. Siswa yang memperoleh nilai tertinggi berpendapat bahwa dengan memanfaatkan media audiovisual, kegiatan menulis puisi menjadi lebih mudah karena
103
sebagian unsur pembangun puisi sudah terpenuhi tinggal mengembangkannya. Sedangkan dua siswa lainnya yaitu siswa yang memperoleh nilai sedang dan rendah berpendapat bahwa pendekatan terutama media yang digunakan sangat menarik. Hasil dari uraian diatas menunjukkan bahwa minat serta respon siswa mengenai pembelajaran, pendekatan, dan media yang digunakan mendapat tanggapan baik. Akan tetapi, ketiga siswa tersebut memberikan jawaban yang berlainan ketika menjawab pertanyaan mengenai kesulitan yang mereka hadapi selama pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan dan media yang digunakan. Siswa yang memperoleh nilai tertinggi berpendapat bahwa dia tidak mengalami kesulitan yang berarti walaupun dia menyarankan untuk menggunakan teks puisi yang lebih dimengerti bahasanya agar dapat menyalurkan imajinasi lebih luas lagi. Sementara siswa yang memperoleh nilai sedang berpendapat bahwa masih mengalami kesulitan untuk menguntai kata yang puitis. Selanjutnya, siswa yang memperoleh nilai terendah mengalami kesulitan dalam mengembangkannya menjadi bentuk puisi yang utuh sesuai dengan unsur- unsur pembangun puisi. Pendapat serta saran siswa mengenai cara guru dalam mengajar
juga
berlainan. Siswa yang memperoleh nilai tertinggi berpendapat penjelasan serta langkah yang diterapkan guru cukup baik dan menarik, yaitu menyelingi cerita sehingga tidak membosankan. Siswa yang mendapat nilai rendah berpendapat bahwa dalam mengajar dan menerangkan, guru terlalu cepat sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mencatat hal- hal yang penting. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti lakukan, dapat disimpulkan bahwa siswa senang mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan
104
pendekatan emotif-imajinatif media audiovisual meskipun sebenarnya ada yang tidak suka dengan menulis puisi. Selain itu, peneliti memperoleh banyak masukan dari mereka mengenai kekurangan-kekurangan peneliti dalam melaksanakan proses pembelajarandan hal ini menjadi tugas peneliti untuk memperbaiki pada siklus berikutnya. 4.1.1.2.5 Hasil Dokumentasi Foto Pada siklus I dokumentasi foto yang difokuskan pada kegiatan selama pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif-imajinatif media audiovisual berlangsung. Dokumentasi foto ini merupakan bukti visual kegiatan selama pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif-imajinatif media audiovisual. Dokumentasi foto yang diambil pada saat penelitian meliputi: (1) sikap siswa saat guru memberikan penjelasan, (2) sikap siswa saat kegiatan imajinasi, dan (3) sikap siswa saat kegiatan menulis puisi. Deskripsi siklus I selengkapnya dipaparkan sebagai berikut. Gambar 1
105
Gambar 2 Sikap Siswa Saat Guru Memberikan Penjelasan Pada tahap siklus I gambar tersebut menunjukkan kegiatan siswa saat pembelajaran menulis puisi berlangsung, yaitu pada saat guru memberikan penjelasan. Dari gambar di atas terlihat perilaku negatif yang ditunjukkan oleh siswa terlihat sebagian siswa memperhatikan penjelasan guru, tetapi ada yang tidak memperkatikan, seperti mengobrol dengan teman sebangku, tertidur, dan melamun. Selama proses pembelajaran hanya beberapa siswa yang aktif bertanya. Gambar 3
Sikap Siswa Saat Kegiatan Imajinasi
106
Pada gambar di atas tampak bahwa siswa sedang menyimak film. Setelah kegiatan menyimak dilanjutkan dengan kegiatan imaijinasi. Dari gambar di atas terlihat terdapat beberapa siswa tidak melakukan kegiatan imajinasi dengan baik, seperti melamun, dan tertidur.
Gambar 4 Sikap Siswa Saat Proses Penulisan Ide Pada gambar di atas memperlihatkan aktivitas siswa saat proses penulisan ide yang akan dijadikan sebagai awal membuat kerangka karangan. Dari gambar tersebut terlihat siswa serius menulis idenya. Namun, ada juga siswa yang tidak melakukan proses penulisan ide dengan baik
107
Gambar 5 Sikap Siswa Saat Kegiatan
.
Pada gambar di atas tampak masih ada siswa yang belum menulis puisi dengan baik dan penuh konsentrasi, seperti melihat pekerjaan teman, dan mengganggu teman sebelahnya.
4.1.1.3 Refleksi Siklus I Berdasarkan hasil tes menulis puisi yang telah dicapai siswa setelah dilakukan pembelajaran pada siklus I sudah mencapai nilai ketuntasan belajar 70 tetapi sangat minim yaitu hanya sebesar 75,09. Hal tersebut masih kurang memuaskan karena masih ada siswa yang mendapat skor dibawah 70 yaitu sebanyak 2 siswa atau sebesar 6,25% dari jumlah seluruh siswa. Siswa yang telah mencapai nilai ketuntasan belajar disebabkan oleh mereka telah memahami materi yang telah disampaikan guru tentang struktur pembangun menulis puisi dan sudah memperhatikan aspek penilaian sehingga mereka memaksimalkan kemampuan mereka.
108
Siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan belajar disebabklan oleh siswa masih banyak menggunakan perumpamaan kata yang kurang tepat dan tidak tepat yang sesuai dengan unsur- unsur pembangun puisi yang tepat. Sebagian besar siswa kurang memperhatikan aspek ini, siswa hanya menuliskan syair saja tanpa mempertimbangkan apakah syair yang dipilihnya itu tepat dan mampu menimbulkan kesan estetis dalam menulis syair puisi. Hasil nontes yang meliputi observasi, check list, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto diperoleh hasil ada beberapa siswa yang berperilaku negatif. Ada siswa yang asyik berbicara dengan temannya saat proses pembelajaran berlangsung, melamun, dan mengantuk. Faktor lain yang menyebabkan perilaku negatif siswa adalah ruang kelas yang cukup panas. Pada siklus I ini guru hanya memberikan materi tentang unsur- unsur pembangun menulis puisi secara singkat dan cara mengembangkan menjadi bentuk puisi yang utuh. Dalam siklus I ini, siswa terlihat kurang begitu terlibat dan aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, pada siklus II peneliti ingin mengajak siswa lebih aktif lagi yaitu dengan mengajak siswa untuk lebih berkonsentrasi untuk membangkitkan daya imajinasi. Dengan demikian siswa ajan lebih aktif dan kreatif. Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi peneliti pada saat pembelajaran, secara keseluruhan perilaku siswa dalam menerima pembelajaran menulis puisi belum baik. Hal tersebut dapat dilihat dari perilaku siswa yang menunjukkan siswa masih banyak melakukan perilaku negatif. Adapun secara lenngkap hasil observasi ini dapat dillihat pada tabel di bawah ini:
109
Hasil Observasi Siklus I No 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Aspek Diksi
Kategori
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Pengimajian Sangat Baik Baik Cukup Kuran Kata Sangat Baik Konkrit Baik Cukup Kuran Bahasa Sangat Baik Figuratif Baik Cukup Kurang Versifikasi Sangat Baik Baik Cukup Kurang Tipografi Sangat Baik Baik Cukup Kurang Tema Sangat Baik Baik Cukup Kurang Perasaan, Sangat Baik nada Baik Cukup Kurang Suasana Sangat Baik Baik Cukup Kurang Amanat Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Skor 9- 10 6-8 3-5 0-2 9- 10 6-8 3-5 0-2 9- 10 6-8 3-5 0-2 9- 10 6-8 3-5 0-2 9- 10 6-87 3-5 0-2 9- 10 6-8 3-5 0-2 9- 10 6-8 3-5 0-2 9- 10 6-8 3-5 0-2 9- 10 6-8 3-5 0-2 9- 10 6-8 3-5 0-2
Frekuensi Presentase 6 25 1 0 6 25 1 0 3 28 1 0 2 29 1 0 2 29 1 0 6 23 3 0 6 24 2 0 8 23 1 0 9 22 1 0 8 24 0 0
18,75 78,13 3,12 0 18,75 78,13 3,12 0 9,28 87,5 3,12 0 6,25 90,63 3,12 0 6,25 90,63 3,12 0 18,75 71,88 9,37 0 18,75 75 6,25 0 25 71,88 3,12 0 28,13 68,75 3,12 0 25 75 0 0
Ratarata 7,67
7,53
7,67
7,67
7,25
7,44
7,31
7,59
7,88
7,84
110
Guna mencapai pembelajaran sesuai yang diharapkan oleh peneliti maka kesulitan-kesulitan tersebut dicari jalan keluarnya untuk diterapkan pada saat pembelajaran berikutnya. Jalan keluar tersebut, yaitu guru memberi motivasi pada siswa dengan cara membuat suasana lebih santai lagi agar mengurangi ketegangan siswa, guru lebih selektif lagi dalam memilih film yang akan ditayangkan.. Di samping itu, guru juga memberi kesempatan kepada siswa untuk menyumbangkan ide berkaitan dengan film yang akan dijadikan media, tetapi film yang dipilih harus mempunyai karakter, tema, dan irama yang sama dengan film pada siklus I. Hal ini diharapkan dapat lebih menggugah minat dan semangat siswa dalam menulis puisi. Guru membacakan nilai hasil pekerjaan siswa menulis puisi pada siklus I, dan menjelaskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa saat menulis puisi pada siklus I dengan memberi penguatan. Perbaikan ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa dalam menulis puisi pada siklus selanjutnya. 4.1.2 Hasil Siklus II Siklus II
merupakan tindakan lanjutan
dari siklus I yang berupa
perbaikan skenario pembelajaran, pendekatan pembelajaran, maupun media pembelajaran. Tindakan siklus ini dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotifimajinatif media audiovisual. Pelaksanaan pembelajaran menulis puisi pada siklus I terdiri tas hasil tes dan hasil nontes. Hasil kedua data tersebut diuraikan secara rinci sebagai berikut.
111
4.1.2.1 Hasil Tes Siklus II Hasil tes menullis puisi siklus II ini merupakan data kedua setelah dilakukanya tindakan pembelajaran menggunakan pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual. Aspek penilaian pada siklus II ini meliputi sepuluh aspek penilaian yaitu, 1) mampu membentuk relevansi diksi sesuai media audiovisual; 2) mampu membentuk relevansi pengimajian sesuai dengan media audiovisual; 3) mampu membentuk relevansi kata konkrit sesuai dengan media audiovisual; 4) mampu membentuk relevansi bahasa figuratif sesuai dengan media audiovisual; 5) mampu membentuk relavansi versifikasi sesuai dengan media audiovisual; 6) mampu membentuk relevansi tipografi sesuai dengan media audiovisual; 7) mampu membentuk relevansi tema sesuai dengan media audiovisual; 8) mampu membentuk relevansi perasaan,nada sesuai dengan media audiovisual; 9) mampu membentuk relevansi suasana dengan media audiovisual; 10) mampu membentuk relevansi amanat sesuai dengan media audiovisual. Secara umum, hasil tes menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual pada siklusII dapat di lihat pada tabel berikut Tabel 5 Hasil Tes Menulis Cerpen Siklus II No 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 85 – 100 70 – 84 60 – 69 0 – 59
Frekuensi 18 14 0 0 32
Bobot Skor 1581 1148 0 0 2729
Persen (%) 56,25 43,75 0 0 100
Rata-rata =2729:32 =85,28 (sangat baik)
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan menulis puisi siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang sudah mencapai kategori baik, dengan rata-
112
rata klasikal mencapai 85,28. Dari keseluruhan siswa, yaitu 32 siswa, 18 di antaranya atau 56,25% mencapai kategori sangat baik dengan rentang nilai 85 – 100. Kategori baik dengan rentang nilai 70 – 84 di capai oleh 14 siswa atau 43,75%. Kategori cukup dengan rentang nilai 60 – 69 dan rentang nilai 0 – 59 tidak ada siswa yang mencapinya. Hasil tes keterampilan menulis puisi siklus II ini juga dapat di lihat pada diagram 3 berikut.
Diagram di atasmenunjukkan batang yang lebih tinggi adalah batang untuk kategori nilai baik, yaitu pada angka 56,25%. Artinya sebanyak 56,25% siswa dari jumlah keseluruhan memperoleh kategori sangat baik. 43,75%. Untuk kategori cukup dan kurang berada pada angka 0%, artinya tidak ada siswa yang mendapatkan kategori cukup dan kurang pada siklus II ini. Hasil tes siklus II ini secara klasikal merupakan penjumlahan nilai dari sepuluh aspek penilaian kemampuan menulis puisi, meliputi
1) mampu
113
membentuk relevansi diksi sesuai media audiovisual; 2) mampu membentuk relevansi pengimajian sesuai dengan media audiovisual; 3) mampu membentuk relevansi kata konkrit sesuai dengan media audiovisual; 4) mampu membentuk relevansi bahasa figuratif sesuai dengan media audiovisual; 5) mampu membentuk relavansi versifikasi sesuai dengan media audiovisual; 6) mampu membentuk relevansi tipografi sesuai dengan media audiovisual; 7) mampu membentuk relevansi tema sesuai dengan media audiovisual; 8) mampu membentuk relevansi perasaan,nada sesuai dengan media audiovisual; 9) mampu membentuk relevansi suasana dengan media audiovisual; 10) mampu membentuk relevansi amanat sesuai dengan media audiovisual. Adapun hasil dari masingmasing aspek penilaian tersebut secara rincindapat dilihat dari paparan berikut ini.
4.1.2.1 Hasil Tes Menulis puisi Aspek Diksi Penilaian aspek diksi difokuskan pada pemilihan kata yang konotatif dan bersifat puitis sesuai dengan media audiovisual yang ditayangkan. Hasil penilaian menulis puisi aspek pemilihan diksi dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Diksi No 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9 – 10 6–8 3–5 0–2
Frekuensi 10 22 0 0 32
Bobot Skor 94 168 0 0 262
Persen (%) 31,25 68,75 0 0 100
Ratarata 262 : 32 = 8,19
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek tema untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9 – 10 dicapai oleh 10 siswa
114
atau sekitar 31,25%. ategori baik dengan rentang nilai 6 – 8 dicapai 22 siswa atau sekitar 68,75%. Sedangkan
kategori cukup dengan rentang nilai 3 – 5 dan
kategori kurang dengan rentang nilai 0 – 2 tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam aspek diksi yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata- rata klasikal pada aspek diksi sebesar 8,19.
4.1.2.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian Penilaian aspek pengimajian difokuskan pada susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, pendengaran dan perasaan sesuai dengan media audiovisual yang ditayangkan. Hasil penilaian menulis puisi aspek pengimajian dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian No 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9 – 10 6–8 3–5 0–2
Frekuensi 17 15 0 0 32
Bobot Skor 158 118 0 0 276
Persen (%) 53,13 46,87 0 0 100
Ratarata 276 : 32 = 8,63
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek pengimajian untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9 – 10 dicapai oleh 17 siswa atau sekitar 53,13%. Kategori baik dengan rentang nilai 6 – 8 dicapai 15 siswa atau sekitar 46,87%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3 – 5 dan kategori kurang dengan rentang nilai 0 – 2 tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian yang sesuai dengan
115
media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata- rata klasikal pada aspek pengimajian sebesar 8,63. 4.1.2.3 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Kata Konkrit Penilaian aspek kata konkrit difokuskan pada kata yang dapat menggambarkan suatu suasana batin untuk membangkitkan imajinasi yang sesuai dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek kata konkrit dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Kata Konkrit No 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9 – 10 6–8 3–5 0–2
Frekuensi 13 19 0 0 32
Bobot Skor 120 148 0 0 268
Persen (%) 40,63 59,37 0 0 100
Ratarata 268 : 32 = 8,38
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek kata konkret untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9 – 10 dicapai oleh 13 siswa atau sekitar 40,63%. Kategori baik dengan rentang nilai 6 – 8 dicapai 19 siswa atau sekitar 59,37%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3 – 5 dan kategori kurang dengan rentang nilai 0 – 2 tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata- rata klasikal pada aspek kata konkret sebesar 8,38. 4.1.2.4 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Bahasa Figuratif Penilaian aspek bahasa figuratif difokuskan pada pencapaian efek puitis yang dapat berupa kata, frasa, ungkapan ataupun satuan sintaksis sesuai dengan
116
media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek bahasa figuratif dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Bahasa Figuratif No 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Frekuensi Nilai 9 – 10 17 6–8 15 3–5 0 0–2 0 32
Bobot Skor 159 114 0 0 273
Persen (%) 53,13 46,87 0 0 100
Rata-rata 273 : 32 = 8,53
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek bahasa figuratif untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9 – 10 dicapai oleh 17 siswa atau sekitar 53,13%. Kategori baik dengan rentang nilai 6 – 8 dicapai 15 siswa atau sekitar 46,87%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3 – 5 dan kategori kurang dengan rentang nilai 0 – 2 tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata- rata klasikal pada aspek kata konkret sebesar 78,53 4.1.2.5 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi Penilaian aspek versifikasi difokuskan pada rima, ritma dan metrum sesuai dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek versifikasi dapat dilihat pada tabel berikut ini
117
Tabel Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi No 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9 – 10 6–8 3–5 0–2
Frekuensi
Bobot Skor
16 16 0 0 32
145 127 0 0 272
Persen (%) 50 50 0 0 100
Rata-rata 272 : 32 = 8,5
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek versifikasi untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9 – 10 dan kategori baik dengan rentang nilai 6 – 8 dicapai 16 siswa atau sekitar 50%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3 – 5 dan kategori kurang dengan rentang nilai 0 – 2 tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata- rata klasikal pada aspek kata konkret sebesar 8,5 4.1.2.6 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipografi Penilaian aspek tipografi difokuskan pada penggunaan tata wajah untuk membentuk puisi yang utuh untuk keindahan visual danmengintensifkan makna sesuai dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek tipografi dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipogfrafi No 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9 – 10 6–8 3–5 0–2
Frekuensi 15 17 0 0 32
Bobot Skor 143 131 0 0 274
Persen (%) 46,88 53,12 0 0 100
Ratarata 274 : 32 = 8,56
118
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek tipografi untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9 – 10 dicapai oleh 15 siswa atau sekitar 46,88%. Kategori baik dengan rentang nilai 6 – 8 dicapai 17 siswa atau sekitar 53,12%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3 – 5 dan kategori kurang dengan rentang nilai 0 – 2 tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata- rata klasikal pada aspek kata konkret sebesar 8,56 4.1.2.7 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tema Penilaian aspek tema difokuskan pada gagasan pokok yang dikembangkan sesuai dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek tema dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tema No 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9 – 10 6–8 3–5 0–2
Frekuensi 16 16 0 0 32
Bobot Skor 151 123 0 0 274
Persen (%) 50 50 0 0 100
Ratarata 274 : 32 = 8,56
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek tema untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9 – 10 dan kategori baik dengan rentang nilai 6 – 8 dicapai 16 siswa atau sekitar 50%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3 – 5 dan kategori kurang dengan rentang nilai 0 – 2 tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam
119
pengimajian yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata- rata klasikal pada aspek kata konkret sebesar 8,56. 4.1.2.8 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Perasaan, Nada Penilaian aspek perasaan, nada difokuskan pada perasaan, nada dalam puisi sesuai dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek perasaan, nada dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Persaan, Nada No 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9 – 10 6–8 3–5 0–2
Frekuensi 15 17 0 0 32
Bobot Skor 141 133 0 0 274
Persen (%) 46,88 53,12 0 0 100
Ratarata 274 : 32 = 8,56
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek tema untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9 – 10 dicapai oleh 15 siswa atau sekitar 46,88%. Kategori baik dengan rentang nilai 6 – 8 dicapai 17 siswa atau sekitar 53,12%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3 – 5 dan kategori kurang dengan rentang nilai 0 – 2 tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata- rata klasikal pada aspek kata konkret sebesar 8,56. 4.1.2.9 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana Penilaian aspek suasana difokuskan pada keadaan jiwa yang ditimbulkan sesuai dengan media audiovisual yang ditayangkan. Hasil penilaian menulis puisi aspek suasana dapat dilihat pada tabel berikut ini
120
Tabel Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana No 1 2 3 4
Kategori
Rentang Nilai 9 – 10 6–8 3–5 0–2
Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Frekuensi 12 20 0 0 32
Bobot Skor 114 159 0 0 270
Persen (%) 37,5 62,5 0 0 100
Rata-rata 270 : 32 = 8,44
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek suasana untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9 – 10 dicapai oleh 12 siswa atau sekitar 37,5%. Kategori baik dengan rentang nilai 6 – 8 dicapai 20 siswa atau sekitar 62,5%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3 – 5 dan kategori kurang dengan rentang nilai 0 – 2 tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengimajian yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata- rata klasikal pada aspek kata konkret sebesar 8,44.
4.1.2.10 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Amanat Penilaian aspek amanat difokuskan pada amanat dalam puisi sesuai dengan media audiovisual. Hasil penilaian menulis puisi aspek amanat dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Amanat No 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9 – 10 6–8 3–5 0–2
Frekuensi 20 12 0 0 32
Bobot Skor 188 95 0 0 283
Persen (%) 62,5 37,5 0 0 100
Ratarata 283 : 32 = 8,84
121
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi untuk aspek amanat untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 9 – 10 dicapai oleh 20 siswa atau sekitar 62,5%. Kategori baik dengan rentang nilai 6 – 8 dicapai 12 siswa atau sekitar 37,5%. Sedangkan kategori cukup dengan rentang nilai 3 – 5 dan kategori kurang dengan rentang nilai 0 – 2 tidak ada siswa yang mencapinya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam amanat yang sesuai dengan media audiovisual dapat dikatakan baik, dengan rata- rata klasikal pada aspek kata 4.1.2.2 Hasil Nontes Hasil penelitian nontes pada siklus II diperoleh dari data observasi, jurnal, check list, wawancara, dan dokumentasi foto. Hasil selengkapnya dijelaskan pada uraian dibawah ini. 4.1.2.2.1 Hasil Observasi Observasi pada siklus II masih sama dengan observasi siklus I, yakni bertujuan untuk mengetahui respons perilaku siswa selama mengikuti proses pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual. Pengambilan data observasi dilakukan selama proses pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif- imainatif melalui media audiovisual siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang. Adapun objek sasaran yang diamati dalam kegiatan observasi terhadap siswa meliputi lima perilaku siswa,yang meliputi: (1) antusias siswa dalam memngikuti pembelajaran menulis puisi pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual, (2) antusias siswa dalam memperhatikan penjelasan guru dan melakukan kegiatan yang tidak perlu, (3) antusias siswa aktif berpartisipasi
122
menjawab pertanyaan dari guru, (4) antusias siswa aktif bertanya mengenai materi menulis puisi yang sedang berlangsung, (5) antusias siswa tidak meremehkan kegiatan menyimak, (6) antusias siswa untuk tidak meremehkan kegiatan imajinasi, (7) antusias siswa mengikuti proses kegiatan menulis puisi dengan baik, (8) antusias siswa pada saat menulis puisi dengan penuh konsentrasi. Hasil observasi siklus II dapat diketahui adanya perubahan tingkah laku siswa ke arah positif. Aspek yang menjadi sasaran observasi sama dengan aspek sasaran observasi pada siklus I. Hal ini dapat dibuktikan dengan mengidentifikasi setiap aspek yang telah diobservasi oleh peneliti dengan bantuan seorang teman. Hasil Observasi Perilaku Positif dan Negatif pada siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nomor Responden R-1 R-2 R-3 R-4 R-5 R-6 R-7 R-8 R-9 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25
1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Kategori Perilaku Siswa 3 4 5 6 7 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Keterangan 8 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
1. Siswa siap mengikuti pembelajaran menulis puisi. 2. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan tidak melakukan kegiatan yang tidak perlu (mengganggu teman, melamun, mengantuk). 3. Siswa berpartisipasi aktif menjawab pertanyaan dari guru saat kegiatan diskusi kelas sedang berlangsung. 4. Siswa aktif bertanya mengenai materi menulis puisi yang sedang berlangsung. 5. Siswa tidak meremehkan kegiatan menyimak. 6. Siswa tidak meremehkan kegiatan imajinasi. 7. Siswa mengikuti proses penulisan puisi dengan baik. 8. Siswa menulis puisi dengan baik dan penuh konsentrasi.
123
26 R-26 √ √ 27 R-27 √ √ √ 28 R-28 √ √ √ 29 R-29 √ √ √ 30 R-30 √ √ √ 31 R-31 √ √ √ 32 R-32 √ √ √ Jumlah 32 29 31 Jumlah dalam persen 100 90,6 96,8 % 3% 8%
√ √ √ √ √ √ √ 3 32 9,38 100 % %
-
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 30 31 32 93,7 96,8 100 5% 6% %
Pengisian: (√) : positif (−) : negative
Berdasarkan pengamatan peneliti, secara keseluruhan proses pembelajaran menulis puisi pada tindakan siklus II dapat dikatakan baik karena hampir seluruh siswa menunjukkan perubahan perilaku belajar dari perilau negatif ke perilaku positif. Namun, dalam pengamatan peneliti pada siklus II masih ditemukan siswa berperilaku negatif. Pada tindakan siklus II ini terdapat beberapa perilaku siswa yang terdiskripsi melalui kegiatan observasi selam kegiatan pembelajaran menulis puisi menggunakan media audiovisual berlangsung. Aspek pertama, yaitu siswa siap megikuti pembelajaran dikatakan sangat baik atau sebesar 100%. Semua siswa tampak sudah siap megikuti pembelajaran menulis puisi. Hal ini tampak saat peneliti memasuki ruangan, sikap siswa secara alamiah sudah terkondisikan dengan sendirinya. Aspek kedua, yaitu siswa memperhatikan penjelasan guru dan tidak melakukan kegiatan yang tidak perlu (berbicara dengan teman, melamun, tertidur). Selama pembelajaran berlangsung pada siklus II sebanyak 29 siswa atau sekitar 90,63% dari siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru atau peneliti. Pada siklus II ini sudah ada peningkatan perilaku dari siklus I. Aspek ketiga, yaitu siswa berpartisipasi aktif menjawab pertanyaan dari guru saat diskusi kelas sedang berlangsung. Sebanyak 31 siswa atau 96,88%
124
sudah berpartisipasi aktif saat diskusi kelas berlangsung. Artinya, pada siklus II mengalami peningkatan. Aspek keempat, yaitu siswa aktif bertanya mengenai materi pembelajaran. Selama pembelajaran berlangsung belum memperoleh hasil yang memuaskan karena sebanyak 3 siswa atau 9,38% dari jumlah siswa yang aktif bertanya mengenai materi pembelajaran. Namun, pada siklus II ini sudah ada peningkatan dari siklus I. Aspek kelima, yaitu siswa tidak meremehkan kegiatan menyimak dikategorikan sangat baik atau sebesar 100% semua siswa menyimak lagu yang diputarkan oleh guru dengan baik. Aspek keenam, yaitu siswa tidak meremehkan kegiatan imajinasi. Pada kegiatan ini belum mencapai hasil yang memuaskan, namun terjadi peningkatan perilaku dari siklus I, yaitu meningkat menjadi 100%. Aspek ketujuh, yaitu siswa mengikuti proses penulisan gagasan dengan baik. Selama proses penulisan gagasan berlangsung belum memperoleh hasil yang memuaskan namun sudah baik karena sebanyak 31 siswa atau sekitar 96,86% dari siswa megikuti proses penulisan gagasan dengan baik. Aspek kedelapan, yaitu siswa menulis cerpen dengan baik dan penuh konsentrasi. Pada aspek ini mencapai 100% dari siswa dengan baik dan penuh konsentrasi mengerjakan tugas menulis cerpen. Pada siklus I ini mengalami peningkatan perilaku dari siklus I. 4.1.2.2.2 Hasil Jurnal Pada siklus II peneliti masih menggunakan pedoman jurnal yang sama seperti pada siklus I. Juranal yang digunakan pada tindakan ini ada dua macam,
125
yaitu junal siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut berisi ungkapan perasaan siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil kedua jurnal tersebut dalam tindakan siklus II akan diuraikan sebagai berikut. a. Jurnal Siswa Pengisian lembar jurnal siswa dilakukan oleh seluruh siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Sulang. Jurnal siswa ini berisi 5 pertanyaan yang berkenaan dengan (1) apa manfaat yang diperoleh siswa saat mengikuti pembelajaran menulis puisi, (2) apakah siswa tertarik dengan pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual (disertai alasan), (3) apakah penjelasan guru dalam menyampaikan materi menulis puisi pendekatan emotifimajinatif media audiovisual dapat dipahami, (4) kesulitan- kesulitan yang dihadapi siswa, dan (5) tulislah saran dan kesan siswa selama mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual.Berikut ini jawaban siswa ketika mengisi lembar jurnal mengenai pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual. Secara keseluruhan siswa sudah merasakan banyak manfaat menulis puisi, yaitu dapat meningkatkan kreativitas, mewakili isi dan perasaan penulis, berbagi pengalaman dengan orang lain, dan menambah wawasan. Ketertarikan siswa terhadap pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual dalam pembelajaran menulis puisi secara keseluruhan siswa menunjukkan rasa tertariknya terhadap pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual. Maskipun dengan alasan yang cukup beragam. Alasan yang paling menonjol yang dilontarkan siswa adalah belajar dengan menggunakan media
126
audiovisual sangat mengasyikkan, selain mendapatkan ilmu juga merasakan pembelajaran yang santai. Dengan menggunakan media audiovisual lebih memudahkan dalam menulis puisi daripada harus menentukan tema sendiri. Pendapat siswa mengenai cara guru dalam menyampaikan materi secara keseluruhan pendapat siswa, yaitu mudah dipahami oleh siswa. Pada pertanyaan keempat mengenai apakah siswa sebelumnya mengenal pendekatan emotifimajinatif. Secara keseluruhan siswa menjawab belum mengenal pendekatan emotif- imajinatif. Hal ini dikarenakan pendekatan emotif- imajinatif memang baru dikenal oleh siswa. Pesan siswa selama mengikuti proses pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual secara keseluruhan siswa memberikan pesan dan harapan yang positif untuk memperbaiki pembelajaran selanjutnya. Adapun saran yang diberikan siswa diantaranya adalah pendekatan emotif- imajinatif media tetap diterapkan dalam pembelajaran khususnya pembelajaran menulis. Kesan siswa secara keseluruhan bahwa siswa merasa senang mengikuti pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotifimajinatif media audiovisual karena dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri dalam menulis puisi dan mendapatkan pengalaman baru yang mengasyikkan. b. Jurnal Guru Jurnal guru diisi oleh guru pada saat proses pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual selesai. Jurnal guru memuat hal- hal yang berkenaan dengan kejadian- kejadian atau peristiwa yang terjadi atau dialami siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun hal-
127
hal yang diungkapkan tersebut
adalah (1) bagaimana kesiapan siswa dalam
mengikuti pembelajaran menulis puisi, (2) bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi, (3) bagaimana tanggapan siswa terhadap proses pendekatan emotif- imajinatif
media audiovisual saat pembelajaran
menulis puisi berlangsung, (4) bagaimana tanggapan siswa terhadap tugas menulis puisi yang diberikan oleh guru, dan (5) bagaimana tingkah laku siswa selama pembelajaran menulis puisi Sejak guru mulai masuk kelas, sudah terlihat sebagian besar siswa sudah siap mengikuti pembelajaran. Semua sudah duduk di kursi masing- masing dengan rapi meskipun terlihat ada dua siswa yang masih berbincang- bincang dengan teman sebangku. Namun, ketika guru sudah membuka pembelajaran dan mengucapkan salam, semua siswa terlihat menyambut dengan antusias. Respon yang positif masih terus berlanjut saat kegiatan mencermati teknik transformasi puisi pada sebuah contoh syair puisi untuk menemukan kesan- kesan sebagai inspirasi dalam menulis puisi. Setelah siswa mencermati contoh syair puisi, guru mengajak siswa untuk berdiskusi tentang syair puisi yang telah dibuat. Tanggapan siswa terhadap tugas menulis puisi yang diberikan oleh guru juga sudah baik. Hal ini tampak pada keantusiasan siswa ketika menulis puisi. Suasana kelas ketika siswa menulis puisi terlihat tenang dan dapat terkendali dengan baik. Siswa terlihat lebih santai dengan di tayangkannya film untuk membantu membangkitkan daya imajinasi. Berdasarkan jurnal guru dapat disimpulkan bahwa keseriusan dan keefektifan siswa dalam mengikuti proses
128
pembelajaran menulis puisi siklus II ini sudah baik. Siswa dapat dikondisikan dan merespon baik setiap penjelasan dari guru. 4.1.2.2.3 Hasil Check List Check list pada siklus II digunakan untuk mengetahui pendapat siswa mengenai pembelajaran menulis puisi . Lembar check list diisi oleh semua siswa kelas VII C berjumlah 10 pernyataan dengan pernyataan mereka, yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju, atau tidak setuju. Kesepuluh pertanyaan check list pada siklus II sama dengan siklus I. Berdasarkan hasil check list diketahui adanya perubahan tingkah laku siswa. Berikut ini penjelasan hasil check list siklus I. Pada pernyataan pertama mengenai menulis puis itu mudah. Pada siklus II tidak ada lagi siswa yang menyatakan KS terhadap pernyataan tersebut. Sebanyak 5 siswa atau 15,62% menyatakan SS, dan 27 siswa atau 84,38% menyatakan S. Pada pernyataan kedua mengenai pendapat siswa yang merasa dengan metode dan media yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis. Sebanyak 13 siswa atau 40,62% menjawab SS, dan 19 siswa atau 59,38% menjawab S. Pada pernyataan ketiga mengenai pedekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual memberikan kemudahan dalam menulis puisi. Pada siklus II tidak ada lagi siswa yang menyatakan KS terhadap pernyataan tersebut. Sebanyak 13 siswa atau 40,63% menjawab SS, dan siswa atau 59,37% menjawab S. Pada pernyataan keempat mengenai kebiasaan menulis puisi dapat mewakili isi hati dan perasaan siswa. Hasil observasi siklus II tidak ada lagi siswa yang menyatakan KS dengan pernyataan tersebut. Sebanyak 12 siswa atau 37,5% menjawab SS, dan 20 siswa atau 62,5% menjawab S.
129
Pada pernyataan kelima mengenai keterampilan menulis puisi dapat meningkatkan kreativitas siswa. 23siswa atau 71,88% menjawab SS, dan 9 siswa atau 28,12% menjawab S. 4.1.2.2.4 Hasil Wawancara Wawancara pada siklus dilakukan terhadap 3 siswa, yaitu 1 siswa yang meperoleh nilai tinggi, 1 siswa yang mendapat nilai sedang, 1 siswa yang mendapat nilai rendah. Dalam melakukan wawancara digunakan teknik bebas, yaitu pertanyaan telah dipersiapkan oleh pewawancara dan responden bebas menjawab tanpa terikat. Kegiatan wawancara yang dilakukan memiliki tujuan untuk menggalil informasi yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan penerapan dan penggunaan pendekatan dan media yang digunakan pada pembelajaran menulis puisi. Wawancara ini mengungkapkan tujuh pertanyaan sebagai berikut. (1) Minat siswa dalam pembelajaran menulis puisi; (2) perasaan siswa selama mengikuti pembelajaran menulis puisi ; (3) pendapat siswa mengenai pendekatan dan media yang digunakan pada pembelajaran menulis puisi; (4) Kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual; (5) manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual; (6) Saran siswa mengenai pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual; (7) Pendapat siswa mengenai cara mengajar guru. Beberapa pertanyaan dalam wawancara ini bukan merupakan pedoman terstruktur, jadi dapat dikembangkan oleh peneliti saat wawancara berlangsung.
130
Hasil wawancara yang diperoleh dari ketiga siswa yaitu siswa yang mendapat nilai tinggi (R1), siswa dengan nilai sedang (R2), dan siswa yang mendapat nilai rendah (R3). Diketahui bahwa semua responden mengaku merasa senang dengan pelajaran menulis puisi. Satu diantara mereka yaitu siswa yang mendapat nilai tinggi (R1) mengatakan pendekatan dan media yang digunakan dapat menarik perhatian dan mempermudah mereka untuk membuat puisi, sedangkan 2 siswa yang lain mengaku belum mengetahui pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan dan media yang saat ini diajarkan. Berkaitan dengan pertanyaan tentang persaan siswa ketika mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual, semua siswa atau 100% dari 3 siswa menyatakan senang. Adapun tanggapan siswa terkait dengan penggunaan pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual, ketiga siswa diwawancara mengatakan dengan pendekatan emotifimajinatif media audiovisual telah mampu merangsang mereka dalam menulis syair puisi Berdasarkan jawaban dari ketiga siswa yang diwawancara, 2 diantaranya yaitu R1 dan R2 menyatakan sudah tidak kesulitan lagi dalam menulis puisi. R3 mengaku masih kesulitan dalam hal mencari rangkaian kata yang tepat. Adapun usaha yang dilakukan kedua responden tersebut ialah bertanya kepada teman dan berpikir dahulu dengan menyimak film yang ditayangkan lebih konsentrasi agar bisa mebuat untaian kata yang tepat. Berkaitan dengan kesan dan saran, ketiga siswa memberikan kesan yang positif dengan pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual terhadap
131
pembelajaran puisi. Menurut mereka pembelajaran tersebut cukup menarik dan mampu membuat siswa yang semula tidak suka dengan menulis puisi menjadi suka. Itu merupakan pendapat dari siswa yang mendapat nilai tinggi (R1) dan siswa yang memperoleh nilai sedang (R2), sedangkan responden yang lain menyatakan hal yang serupa, kata mereka pembelajaran ini cukup menyenangkan. Adapaun saran mereka ialah supaya pembelajaran ini terus ditingkatkan dan menyarankan kepada peneliti supaya dalam mejelaskan materi jangan terlalu cepat- cepat 4.1.2.2.4 Hasil Dokumentasi Foto Pada siklus II ini, dokumentasi masih sama dengan kegiatan yang dilakukan pada siklus I. Pengambilan foto dilakukan oleh teman peneliti. Dokumentasi foto ini dijadikan sebagai bukti visual kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung. Deskripsi gambar pada siklus II akan dipaparkan sebagai berikut.
Gambar 6 Salah satu siswa membacakan hasil puisinya di depan kelas
132
Gambar 7 Sikap Siswa Saat Guru Memberikan Penjelasan Pada siklus II perilaku siswa mengalami perubahan ke arah yang lebih positif. Semua siswa memperhatikan penjelasan guru, tidak ada lagi siswa yang mengantuk, melamun, dan mengobrol dengan teman sebelahnya. Selama proses pembelajaran keaktifan siswa pun meningkat. Terlihat pada gambar di atas tampak beberapa siswa yang tidak malu-malu lagi untuk bertanya. Gambar 8
133
Gambar 9 Sikap Siswa Saat Proses Penulisan Gagasan Setelah melakukan kegiatan menyimak dan imajinasi guru meminta siswa untuk melakukan proses penulisan ide. Pada gambar di atas tampak 3 siswa tidak melakukan proses penulisan ide dengan baik. Gambar 10
134
Gambar 11 Sikap Siswa Saat Kegiatan Menulis puisi
Setelah melakukan rangkaian kegiatan, siswa mendapat tugas dari guru atau peneliti untuk menulis puisi berdasarkan media audiovisual yang ditayangkan. Tampak pada gambar semua siswa serius dan penuh konsentrasi mengerjakan tugas menulis puisi. 4.1.2.3 Refleksi Siklus II Hasil keterampilan menulis puisi yang telah dicapai siswa setelah dilakukan pembelajaran pada siklus II sudah mencapai ketuntasan, yaitu skor ratarata siswa mencapai 85,28. Hal ini dikarenakan siswa sudah lebih memperhatikan setiap aspek dalam menulis. Hasil tersebut sudah mencapai target yang diharapkan. Pada siklus II ini siswa dapat membentuk relevansi diksi sesuai media audiovisual; membentuk relevansi pengimajian sesuai dengan media audiovisual; membentuk relevansi kata konkrit sesuai dengan media audiovisual;
135
membentuk relevansi bahasa figuratif sesuai dengan media audiovisual; membentuk relavansi versifikasi sesuai dengan media audiovisual; membentuk relevansi tipografi sesuai dengan media audiovisual; membentuk relevansi tema sesuai dengan media audiovisual; membentuk relevansi perasaan,nada sesuai dengan media audiovisual; membentuk relevansi suasana dengan media audiovisual; membentuk relevansi amanat sesuai dengan media audiovisual. Hal ini merupakan hal yang sangat menggembirakan karena berdasarkan hasil nontes pada siklus II, terlihat juga adanya perubahan perilaku siswa ke arah positif. Pada tahap observasi, perilaku negatif siswa mulai berkurang. Siswa mengikuti pembelajaran dari awal hingga akhir dengan sikap yang baik. Hal ini dibuktikan melalui hasil observasi yang menunjukkan adanya peningkatan persentase perilaku positif siswa pada hasil observasi siklus II. Pada kegiatan pengisian jurnal. Pada jurnal siswa mengalami perubahan perilaku bila dilihat dari jawaban yang diberikan siswa. Pada jurnal guru terlihat beberapa hasil yang menyatakan bahwa pada pembelajaran siklus II guru sudah merasa puas selama pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotifimajinatif media audiovisual. Hal ini sebagai bukti adanya perubahan perilaku siswa yang positif. Pada pengisian check list pada siklus II mengalami perubahan sikap dari siklus I. Semula banyak siswa yang menyatakan kurang setuju terhadap beberapa pernyataan, pada siklus II mulai berkurang. Hal ini sebagai bukti adanya perubahan perilaku siswa yang positif. Adapun mengenai hasil nontes yang berupa dokumentasi foto dapat diketahui pembelajaran terlihat semakin kondusif dengan berkurangnya perilaku
136
negatif yang diperlihatkan siswa. Siswa sudah tidak malu lagi untuk bertanya. Selain itu, pada kegiatan diskusi kelas siswa terlihat semakin berpartisipasi aktif. Kegiatan ini semua tergambar dalam foto sebagai bukti untuk menguatkan datadata nontes lainnya.
4.2 Pembahasan Setelah dilakuakan analisis data tes dan nontes diperoleh hasil bahwa penggunaan media audiovisual dalam menulis puisi dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi yang diperdengarkan siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang, terbukti pada siklus I sebesar 75,09 dan meningkat menjadi 85,28 pada siklus II. Tidak hanya dari segi kognitif, peningkatan juga terjadi pada perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran. Pada pembelajaran menulis puisi dengan media audiovisual lebih mengedepankan pada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya untuk dipresentasikan di kelas. Pembahasan hasil tes berdasarkan perolehan nilai yang dicapai oleh siswa dalam tes menulis puisi. Sedangkan pembahasan nontes berdasarkan perolehan dari observasi,jurnal, check list, wawancara, dan dokumentasi foto. Pembahasan hasil tes mengacu pada peningkatan kemampuan menulis puisi dan pembahasan hasil nontes mengacu pada perilakku belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan media audiovisual. Melalui hasil tes dan nontes pada siklus I, peneliti berusaha melakukan perbaikan untuk kegiatan siklus II agar lebih baik lagi. Pada siklus II mengalami beberapa perubahan, seperti rencana pembelajaran dan film yang digunakan
137
sebagai media. Tujuannya adalah merubah perilaku siswa ke arah positif terhadap pembelajaran menulis puisi. 4.2.1 Peningkatan Hasil Tes Menulis Puisi Melalui Pendekatan EmotifImajinatif Media Audiovisual Pada Siswa Kelas VII C SMP N 2 Sulang Pembahasan hasil penelitian ini berdasarakan hasil penelitian yang telah diperoleh dari hasil tes tindakan siklus I, dan hasil tes tindakan siklus II. Dalam
penelitiannya,
peneliti
melakukan
penelitian
mengenai
pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual yangterdiri atas dua siklus, yaitu tindakan siklus I dan tindakan siklus II. Hasil tes kemampuan menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 6 Hasil Tes Menulis Cerpen Siklus I dan Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Aspek
Diksi Pengimajian Kata Konkrit Bahasa Figuratif Versifikasi Tipografi Tema Perasaan, nada Suasana Amanat Jumlah Keterangan: S I: Siklus I S II: Siklus II
Nilai Rata-rata Kelas SI SII 7,67 8,19 7,53 8,63 7,67 8,38 7,67 8,53 7,25 8,5 7,44 8,56 7,31 8,56 7,59 8,56 7,8 8,44 7,84 8,84 75,77 85,19
Peningkatan 0,52 1,1 0,71 0,86 1,25 1.12 1,25 0,97 0,64 1 9,42
138
Berdasarkan hasil rekapitilasi data hasil tes menulis puisi siswa dari siklus I dan siklus II sebagaimana terliha pada tabel di atas, maka dapat dijelasakan bahwa kemampuan menulis puisi pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Hasil tes menulis cerpen pada siklus I dengan rata-rata nilai mencapai 75,77. Nilai rata-rata tersebut diakumulasikan dari beberapa aspek penilaian. Pada aspek diksi nilai rata- rata sebesar 7,67 masuk kategori baik. Pada aspek pengimajian nilai rata- rata sebesar 7,53 masuk kategori baik. Pada aspek aspek kata konkrit nilai rata- rata sebesar 7,67 masuk kategori baik. Pada aspek bahasa figuratif nilai rata- rata sebesar 7,67 masuk kategori baik. Pada aspek versifikasi nilai rata- rata sebesar 7,25 masuk kategori baik. Pada aspek tipografi nilai ratarata sebesar 7,44 masuk kategori baik. Pada aspek tema nilai rata- rata sebesar 7,31 masuk kategori baik Pada aspek perasaan, nada nilai rata- rata sebesar 7,59 masuk kategori baik. Pada aspek suasana nilai rata- rata sebesar 7,88 masuk kategori baik. . Pada aspek amanat nilai rata- rata sebesar 7,84 masuk kategori baik. Hasil tes menulis cerpen pada siklus II dengan rata-rata nilai mencapai 85,19. Nilai rata-rata tersebut diakumulasikan dari beberapa aspek penilaian. Pada aspek diksi nilai rata- rata sebesar 8,19 masuk kategori baik. Pada aspek pengimajian nilai rata- rata sebesar 8,63 masuk kategori baik. Pada aspek aspek kata konkrit nilai rata- rata sebesar 8,38 masuk kategori baik. Pada aspek bahasa figuratif nilai rata- rata sebesar 8,53 masuk kategori baik. Pada aspek versifikasi nilai rata- rata sebesar 8,5 masuk kategori baik. Pada aspek tipografi nilai rata-
139
rata sebesar 8,56 masuk kategori baik. Pada aspek tema nilai rata- rata sebesar 8,56 masuk kategori baik Pada aspek perasaan, nada nilai rata- rata sebesar 8,56 masuk kategori baik. Pada aspek suasana nilai rata- rata sebesar 8,44 masuk kategori baik. . Pada aspek amanat nilai rata- rata sebesar 8,84 masuk kategori baik. Peningkatan kemampuan menulis puisi melalui pendekatan emotifimajinatif media audiovisual merupakan sesuatu yang cukup menggembirakan bagi guru. Peningkatan-peningkatan yang terjadi memang suatu hal yang sangat membanggakan. Hasil tersebut merupakan target yang ingin dicapai dengan pembelajaran menulis cerpen siklus II. Keberhasilan pencapaian target ini membuktikan bahwa tindakan pada siklus II sudah berhasil. 4.2.2 Perubahan Perilaku Siswa VII C SMP 2 Sulang Terhadap Pembelajaran Menulis puisi Melalui Pendekatan Emotif- Imajinatif Media Audiovisual Peningkatan keterampilan siswa dalam menulis puisi diikuti dengan perubahan perilaku siswa. Perubahan perilaku siswa ini dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Berdasarkan serangkaian analisis data, baik tes maupun nontes dalam pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual dapat dijelaskan bahwa perilaku siswa dalam belajar menunjukkan adanya perilaku ke arah positif.
140
Dari hasil nontes, yaitu observasi pada siklus I sebagian siswa belum memperhatikan penjelasan guru. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang mengantuk, melamun, dan adanya siswa yang mengobrol dengan temannya. Pada siklus I partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru ketika kegiatan diskusi sedang berlangsung belum mencapai 100% dari jumlah keseluruhan. Pada saat guru memberikan tugas menulis puisi masih ada siswa yang melihat pekerjaan temannya dan menggangu temen sebelahnya. Pada siklus II sudah ada perubahan perilaku siswa. Siswa sudah memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Tidak ada lagi siswa yang mengantuk, melamun, dan mengobrol dengan temannya. Partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru ketika kegiatan diskusi sedang berlangsung meningkat. Meskipun masih ada 1 siswa yang belum berpartisipasi aktif. Pada siklus II pada saat kegiatan menulis puisi mengalami perubahan ke arah positif. Tidak ada lagi siswa yang melihat pekerjaan temannya, dan tidak ada lagi siswa yang mengganggu temannya. Dari lembar jurnal siklus I dan siklus II, dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan perilaku perilaku siswa ke arah yang lebih baik pada siklus II. Pada siklus I siswa kurang memahami manfaat menulis puisi bagi mereka, akan tetapi pada siklus II siswa sudah mulai mengerti apa saja manfaat yang dapat dipetik dari menulis puisi. Pada siklus I siswa merasa film yang dijadikan media kurang sesuai dengan minat dan selera mereka, pada siklus II siswa bersikap positif dengan lebih antusias ketika menulis puisi karena media audiovisual pada siklus II
141
sudah sesuai dengan minat dan selera siswa. Fenomena perilaku negatif pada siklus II sudah mulai berkurang ketika pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil check list pada akhir pembelajaran siklus I dan siklus II juga terjadi peningkatan perilaku siswa ke arah positif. Siswa membuat pernyataan SS, S, KS, dan TS pada siklus I dari pernyataan pertama sampai lima. Sikap kurang setuju beberapa siswa tampak pada pernyataan pertama, ketiga, keempat, kelima. Pada peryataan pertama, yaitu siswa merasa ternyata menulis puisi itu mudah. Hal ini disebabkan siswa belum membiasakan diri untuk berlatih menulis puisi. Pada siklus II, siswa tidak lagi menyatakan kurang setuju, tetapi hanya setuju dan sangat setuju. Pada peryataan ketiga, yaitu pendekatan emotifimajinatif media audiovisual memberikan kemudahan dalam menulis. Hal ini terjadi karena siswa kurang berkonsentrasi dalam membangkitkan daya imajinasinya. Tetapi pada siklus II mengalami perubahan sikap siswa tidak lagi menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebutPada pernyataan keempat kebiasaan menulis puisi dapat mewakili isi hati dan perasaan siswa. hal ini terjadi karena siswa kurang begitu memahami manfaat dari menulis puisi. Selain check list, dibuktikan pula melalui hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada enam responden. Keenam responden berpendapat senang dan tertarik dengan pembelajaran menulis puisi melalui pendekatn emotif- iamjinatif media audiovisual. Siswa juga memberi saran yang positif terhadap pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual. Perubahan perilaku siswa yang positif dibuktikan juga melalui gambar pada dokumentasi foto selama pembelajaran berlangsung. Dokumentasi ini
142
sebagai bukti visual keberhasilan pembelajaran menulis puisi melalui pendekatam emotif- imajinatif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diketahui bahwa penerapan pendekatan emotif- imajinatif
melalui media audiovisual dalam
menulis puisi dapat mengubah perilaku belajar siswa ke arah yang positif sehingga terjadi peningkatan keterampilan siswa dalam menulis puisi. Secara klasikal siswa telah mencapai nilai batas ketuntasan belajar dan telah terjadi perubahan perilku belajar siswa ke arah yang positif, maka penelitian ini bagi peneliti dianggap cukup dan telah berhasil.
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1)
Kemampuan menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual pada siswa SMP N 2Sulang yang meliputi tes akhir siklus I dan tes akhir siklus II. Hasil tes akhir siklus I menunjukkan rata-rata nilai yang dicapai siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang sebesar 75,09 atau termasuk dalam kategori cukup, sedangkan pada siklus II rata-rata nilai yang dicapai menjadi 85,28. Ini berarti terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebanyak 10,19atau sebesar 31,84%
2) Peningkatan hasil tes siswa juga diikuti dengan perubahan perilaku siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang ke arah positif setelah dilaksanakan pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotf- imajinatif . Pada saat pembelajaran menulis puisi siklus I beberapa siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran. Akan tetapi, masih banyak siswa yang cenderung pasif dan kurang memperhatikan penjelasan dari guru. Siswa juga masih senang berbicara dengan teman sebelahnya, mengantuk, dan melamun. Pada saat pembelajaran menulis puisi siklus II perilaku siswa berubah. Siswa lebih bersemangat, antusias, dan bersungguh-sungguh ketika mengikuti pembelajaran. Perilaku negatif pada siklus I sudah tidak tampak lagi dan berubah menjadi perilaku 143
144
positif pada siklus II. Hal ini tampak ketika siswa mendengarkan penjelasan dari guru dengan bersungguh-sungguh, siswa juga aktif dalam proses pembelajaran dari awal hingga refleksi, siswa serius menyimak film yang ditayangkan
oleh guru, serta siswa merasa senang ketika menulis puisi.
Ternyata pemilihan kegiatan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan minat dan selera siswa dapat mengubah perilaku siswa dari negatif menjadi positif.
5.2 Saran Berdasarkan simpulan dari hasil tindakan pada penelitian tersebut, penulis menyampaikan saran sebagai berikut. 1) Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual merupakan salah satu alternatif untuk pembelajaran menulis khususnya menulis puisi. Hal ini dapat lebih memudahkan siswa dalam pembelajaran menulis. Selain itu, dapat menumbuhkan minat dan rasa tertarik siswa terhadap pembelajaran menulis puisi. Pendekatn emotifimajinatif juga dapat dijadikan alternatif bagi guru bidang studi lain dalam mengajar mata pelajaran selain bahasa dan sastra Indonesia. 2) Para peneliti bidang pendidikan dan bahasa dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian lainnya dengan menggunakan strategi belajar yang berbeda sehingga didapat berbagai alternatif strategi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
145
3) Pembelajaran dengan media audiovisual dapat dijadikan alternatif bagi guru bidang studi lain
dalam mengajar karena dengan media dan pendekatan
tersebut dapat memberikan motivasi pada siswa
DAFTAR PUSTAKA A, David. 2009. Methods for teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo Arintoko. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Diaphan Siswa Kelas V SD PL Santo Yusuf Semarang Melalui Metode Karya Wisata 2003/2004. Skripsi. Universitas Negeri Semarang Arsyad. 2005. Pemanfaatan Media Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Baribin, Raminah. 1990. Teori Dan Apresiasi Puisi. Semarang IKIP Semarang UNNES Covey, Stephen. 2009. The Leadder In Me. Jakarta: PT Gramedia Fatoni. 2002. Kemampuan Menulis Puisi Melalui Metode Karya Wisata Pada Kelas II MA Nahdatul Syibyan Sayung Kabupaten Demak. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Fauziah, Gamar. 2006. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi dengan Teknik Pengamatan Objek secara Langsung pada Siswa Kelas VIIF SMP Negeri 16 Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Goleman, Daniel. 2008. Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Hernacki, Mike. 2009. Quantum Learning. Bandung: PT Mizan Jabrohim. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Joyce, Bruce. 2009. Models of teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kamus Besar Bahasa Indonesia/Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, ed.3-cet.2. .2002. Jakarta: Balai Pustaka Kurnia. 2005. Penerapan Model Pembelajaran dan Sistem Penilaian Berbasis Portofolio untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif puisi Siswa Kelas VIIF SMP 40 Semarang. Semarang: Universitas Negeri Semarang Kusumah, Wijaya. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks Munthe, Bermawi. 2009. Desain dan pembelajaran center for teaching staff Development. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 146
147
Porter, Bobi. 2009. Quantum Memorizer. Jakarta: PT Kaifa Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Pengkajian Puisi: Analisis Strata norma dan Struktural dan Semiotik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Ridho. 2006. Accelerated Learning. Jakarta: PT Erlangga Rohani. 1997. Manfaat Media. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Santrock, John. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika Suryo Subroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Slavin, Robert. 2008. Pendidikan Psikologi. Jakarta: Indeks Cipta Solso, Robert. 2009. Psikologi Kognitif. Jakarta: PT Erlangga Soeparno. 1988. Pengantar Media Piranti Lunak. Jakarta: Indeks Cipta Suharianto, S. 1981. Pengantar Apresiasi Puisi. Surakarta: Widya Duta Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Waluyo, Herman J. 1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga Woolfok, Anita. 2009. Education Psychology Active Learning Edition. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Zulfahnur, dkk. 1996. Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I Nama Sekolah
: SMP N 2 SULANG
Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester
: VII C/II
Alokasi Waktu
: 4 X 40 menit (2X pertemuan)
A. Standar Kompetensi •
Mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi
B. Kompetensi Dasar •
Menulis kreatif puisi berkenaan denga
C. Indikator •
Mampu menentukan unsur-unsur puisi.
•
Mampu membuat menjadi satu kesatuan puisi yang utuh.
D. Tujuan Pembelajaran •
Siswa mampu membuat menjadi satu kesatuan yang utuh
E. Materi Pembelajaran -
Unsur-unsur puisi
-
Langkah-langkah menulis puisi
-
Praktek menulis puisi
F. Metode Pembelajaran -
Tanya jawab
-
Diskusi
-
Inquiri
-
Emotif- imajinatif
-
Penugasan
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama 148
149
1. Kegiatan Awal a. Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan menulis puisi b. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan manfaat pembelajaran hari itu 2. Kegiatan Inti a. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan pengetahuan siswa terhadap puisi b. Guru membagikan contoh cerpen kepada siswa c. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai cerpen yang mencakup unsur-unsur pembangun puisi dan langkah-langkah menulis puisi 3. Kegiatan Akhir a. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran hari itu b. Guru bersama siswa merefleksi pembelajaran hari itu c. Pertemuan Kedua 1. Kegiatan Awal a. Guru menyampaikan kompetensi dasar yang akan dipelajari hari itu b. Guru memberi umpan balik mengenai materi yang telah disampaikan pada pertemuan lalu 2. Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan proses pembelajaran menulis cerpen dengan pendekatan Emotif- imajinatif media audiovisual b. Guru memutarkan sebuah tayangan film kemudian siswa menyimak dan meresapi tayangan tersebut c. Guru memberi bimbingan pada saat siswa melakukan proses emotifiamjinatif. Siswa diminta untuk selalu aktif menulis gagasan. Siswa menelaah dan mengelompokkan gagasan d. Guru memberi penguatan berkaitan dengan proses emotif-imajinatif
150
e. Siswa diminta untuk menentukan unsur-unsur intrinsik yang akan digunakan dalam menyusun kerangka karangan dengan menggali imajinasinya f. Siswa mulai berlatih menulis puisi dengan tema yang ada pada tayangan yang dipertontonkan tersebut dengan bimbingan guru dan diiringi tayangan yang diputar g. Siswa dan guru berdiskusi mengenai kesulitan-kesulitan yang dialami ketika menulis puisi 3. Kegiatan Akhir a. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran hari itu b. Guru bersama siswa merefleksi pembelajaran hari itu H. Sumber dan Media Pembelajaran •
Buku Paket Bahasa dan Sastra Indonesi Kelas VII
•
Contoh puisi
•
Film”Aladin”
•
TV dan VCD
I. Penilaian 1. Penilaian Proses Penilaian proses dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Penilaian ini dapat
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi
yang telah dipersiapkan 2. Penilaian Hasil Penilian pada hasil menulis cerpen Semarang,
Maret 2009
Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Peneliti
Slamet, S.Pd
Retno Wulan. A
NIP.
NIM 2101405618
151
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II Nama Sekolah
: SMP 33 SEMARANG
Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester
: VII/1
Alokasi Waktu
: 4 X 40 menit (2X pertemuan)
A. Standar Kompetensi •
Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain kedalam puisi
B. Kompetensi Dasar •
Menulis karangan berdasarkan pengalaman orang lain dalam puisi
C. Indikator •
Mampu menentukan unsur-unsur puisi
•
Mampu mengembangkan kerangka yang telah dibuat dalam bentuk puisi
D. Tujuan Pemebelajaran •
Siswa mampu mengembangkan kerangka yang sudah dibuat dalam bentuk puisi
E. Materi Pembbelajaran a. Unsur-unsur puisi b. Langkah-langkah menulis puisi c. Praktek menulis puisi F. Metode Pembelajaran a. Tanya jawab b. Diskusi c. Inquiri d. Emotif- imajinatif e. Penugasan G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
152
Pertemuan Pertama 1. Kegiatan Awal a. Guru menjelaskan kesalahan siswa berkaitan dengan unsur-unsur puisi b. Guru
memberi
motivasi
siswa
dan
menyampaikan
manfaat
pembelajaran menulis puisi 2. Kegiatan Inti a. Guru berdiskusi dengan siswa mengenai kesulitan yang dialami siswa dalam menentukan unsur-unsur puisi pada pertemuan yang lalu b. Guru memberikan contoh puisi yang berbeda dari pertemuan yang lalu kepada siswa c. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai puisi yang mencakup unsur-unsur pembangun puisi dan langkah-langkah menulis puisi 3. Kegiatan Akhir a. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran hari itu b. Guru bersama siswa merefleksi pembelajaran hari itu Pertemuan Kedua 1. Kegiatan Awal a.
Guru menjelaskan kesalahan yang dilakukan siswa pada saat menulis puisi
b.
Guru memberi motivasi kepada siswa agar lebih meningkatkan keterampilan menulis
2.Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan proses pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan Emotif-imajinatif media audiovisual b. Guru memutarkan sebuah film yang berbeda dari pertemuan sebelumnya, kemudian siswa menyimak dan meresapi isi film tersebut c. Guru membimbing siswa pada saat melakukan proses emotifimajinatif. Siswa diminta untuk selalu aktif menulis gagasan yang muncul saat menikmati film d. Siswa membuat telaah dan mengelompokkan gagasan
153
e. Guru memberi penguatan berkaitan dengan proses emotif-imajinatif f. Siswa diminta untuk menentukan unsur-unsur intrinsik yang akan digunakan dalam menyusun kerangka karangan dengan menggali imajinasinya g. Siswa mulai menulis puisi dengan tema yang ada pada lagu tersebut dengan bimbingan guru dan diiringi film yang sudah diperdengarkan 3.Kegiatan Akhir a. Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran hari itu b. Guru bersama siswa merefleksi pembelajaran hari itu 4. Sumber dan Media Pembelajaran •
Buku Paket Bahasa dan Sastra Indonesi Kelas VII
•
Contoh puisi
•
Lagu “Aku Pasti Kembali”
•
TV dan VCD
5. Penilaian 1. Penilaian Proses Penilaian proses dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Penilaian ini dapat
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi
yang telah dipersiapkan 2. Penilaian Hasil Penilian pada hasil menulis cerpen Semarang,
Maret 2009
Mengetahui Guru Mata Pelajaran Slamet, S.Pd NIP.
Peneliti Retno Wulan A NIM 2101405618
154
PEDOMAN WAWANCARA SIKLUS I DAN SIKLUS II Nama
:
No. Presensi : Kategori
:
1. Apakah anda senang saat mendapatkan pembelajaran menulis puisi? Jawab:………………………………………………………………… ………………………………………………………………… 2. Apakah anda mendapatkan kesulitan ketika menulis puisi? Kesulitan apa yang anda rasakan? Jawab:………………………………………………………………… ………………………………………………………………… 3. Apa pendapat anda tentang penggunaan pendekatan emotif-imajinatif media audiovisual? Jawab:………………………………………………………………… ………………………………………………………………… 4. Apakah anda mendapatkan kesulitan saat melakukan proses emotifimajinatif? Jawab:………………………………………………………………… ………………………………………………………………… 5. Berikan saran anda terhadap pembelajaran menulis puisi pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual! Jawab:……………………………………………………………………
155
FORMAT JURNAL SISWA SIKLUS I DAN SIKLUS II Nama
:
No. Presensi : 1. Apakah manfaat yang siswa peroleh saat mengikuti pembelajaran menulis puisi? Jawab:………………………………………………………………… ………………………………………………………………… 2. Apakah siswa tertarik dengan pembelajaran menulis puisi melalui emotifimajinatif media audivisual? Ya/Tidak (apa alasannya) Jawab:………………………………………………………………… ………………………………………………………………… 3. Apakah penjelasan guru dalam menyampaikan materi menulis puisi dapat dipahami? Jawab:…………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… 4. Apakah sebelumnya siswa sudah mengenal pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual? Jawab:…………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… 5. Tulislah pesan dan kesan siswa selama mengikuti pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual! Jawab:…………………………………………………............................
156
FORMAT JURNAL GURU SIKLUS I DAN SIKLUS II Siklus ke
:
Guru Pengampu
:
1. Bagaimana kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi? jawab:……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… 2. Bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi? Jawab:…………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… 3. Bagaimana respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan media audiovisual? Jawab:…………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… 4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap proses pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual saat pembelajaran menulis puisi berlangsung? Jawab:…………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… 5. Bagaimana tingkah laku siswa selama pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual? Jawab:……………………………………………………………...
157
FORMAT JURNAL SISWA SIKLUS I Nama
:
No. Presensi : 1. Apakah manfaat yang siswa peroleh saat mengikuti pembelajaran menulis puisi? Jawab:………………………………………………………………… ………………………………………………………………… 2. Apakah siswa tertarik dengan pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual? Ya/Tidak (apa alasannya) Jawab:………………………………………………………………… ………………………………………………………………… 3. Apakah penjelasan guru dalam menyampaikan materi menulis puisi dapat dipahami? Jawab:…………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… 4. Apakah sebelumnya siswa sudah mengenal pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual? Jawab:…………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… 5.Tulislah pesan dan kesan siswa selama mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual! Jawab:…………………………………………………………………… …………………………………………………………………..
158
FORMAT JURNAL SISWA SIKLUS II Nama
:
No. Presensi : 1. Apakah manfaat yang siswa peroleh saat mengikuti pembelajaran menulis puisi? Jawab:………………………………………………………………… ………………………………………………………………… 2. Apakah siswa tertarik dengan pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual? Ya/Tidak (apa alasannya) Jawab:…………………………………………………………………. ………………………………………………………………… 3. Apakah penjelasan guru dalam menyampaikan materi menulis puisi dapat dipahami? Jawab:…………………………………………………………………… …………………………………………………………………. 4. Apakah sebelumnya siswa sudah mengenal pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual? Jawab:…………………………………………………………………… …………………………………………………………………. 5. Tulislah pesan dan kesan siswa selama mengikuti pembelajaran menulispuisi melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual! Jawab:…………………………………………………………………… …………………………………………………………………..
159
LEMBAR OBSERVASI SIKLUS I No
No.
Kategori Perilaku Siswa
Responden 1.
R1
2.
R2
3.
R3
4.
R4
5.
R5
6.
R6
7.
R7
8.
R8
9.
R9
10.
R 10
11.
R 11
12.
R 12
13.
R 13
14.
R14
15.
R 15
16.
R 16
17.
R 17
18.
R 18
19.
R 19
20.
R 20
21.
R 21
22.
R 22
23.
R 23
1
2
3
4
5
6
Keterangan 7 1.Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru dan melakukan kegiatan yang tidak perlu (bicara sendiri, melamun, mengganggu teman). 2.Siswa aktif bertanya, memberi tanggapan mengenai materi menulis puisi yang sedang berlangsung. 3.Siswa tidak melakukan diskusi dengan baik (bicara sendiri, melamun, mengganggu teman) 4.Siswa meremehkan kegiatan menyimak. 5.Siswa meremehkan kegiatan imajinasi 6.Mengganggu teman lain pada saat pencarian gagasan 7. Siswa mengikuti proses penulisan gagasan dengan baik 8. Siswa menulis puisi dengan baik dan penuh konsentrasi. Keterangan : () :Perilaku positif (-) :Perilaku negtaif
Jumlah
:
Prosentase
:
Rata-rata
:
160
LEMBAR OBSERVASI SIKLUS II No
No.
Kategori Perilaku Siswa
Responden 1.
R1
2.
R2
3.
R3
4.
R4
5.
R5
6.
R6
7.
R7
8.
R8
9.
R9
10.
R 10
11.
R 11
12.
R 12
13.
R 13
14.
R14
15.
R 15
16.
R 16
17.
R 17
18.
R 18
19.
R 19
20.
R 20
21.
R 21
22.
R 22
23.
R 23
1
2
3
4
5
6
Keterangan 7 1.Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru dan melakukan kegiatan yang tidak perlu (bicara sendiri, melamun, mengganggu teman). 2.Siswa aktif bertanya, memberi tanggapan mengenai materi menulis puisi yang sedang berlangsung. 3.Siswatidak melakukan diskusi dengan baik (bicara sendiri, melamun, mengganggu teman) 4.Siswa meremehkan kegiatan menyimak. 5.Siswa meremehkan kegiatan imajinasi 6.Mengganggu teman lain pada saat pencarian gagasan 7. Siswa mengikuti proses penulisan gagasan dengan baik 8. Siswa menulis puisi dengan baik dan penuh konsentrasi. Keterangan : () :Perilaku positif () :Perilaku negtaif
Jumlah
:
Prosentase
:
Rata-rata
:
161
FORMAT CHECK LIST SIKLUS I Nama
:
No. Presensi : Beri tanda () pada pernyataan berikut sesuai skala penilaianmu sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), atau tidak setuju (TS) No Pernyataan
Skala Penilaian SS
1.
Saya merasa ternyata menulis puisi itu mudah
2
Saya senang dengan metode dan media yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis
3.
Pendekatan Emotif-imajinatif media audiovisual memberikan kemudahan dalam menulis puisi
4.
Kebiasaan menulis puisi dapat mewakili isi hati dan perasaan saya
5.
Saya merasa senang terhadap cara guru dalam menjelaskan pembelajaran keterampilan menulis puisi.
6.
Saya merasa tidak ada kesulitan dalam proses emotif-imajinatif
7.
Keterampilan menulis puisi dapat meningkatkan kreativitas saya
8.
Penggunaan pendekatan emotif-imajinatif media audiovisual merupakan pengalaman baru bagi saya
9.
Media audiovisual yang digunakan dalam pembelajaran menulis puisi dapat memudahkan saya berimajinasi
10
Suasana yang santai, nyaman saat pembelajaran
.
berlangsung dapat membantu memudahkan pemahaman saya
S
KS
TS
162
FORMAT CHECK LIST SIKLUS II Nama
:
No. Presensi : Beri tanda () pada pernyataan berikut sesuai skala penilaianmu sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), atau tidak setuju (TS) No Pernyataan
Skala Penilaian SS
1.
Saya merasa ternyata menulis puisi itu mudah
2
Saya senang dengan pendekatan dan media yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis
3.
Pendekatan emoitif- imajinatif media audiovisual memberikan kemudahan dalam menulis puisi
4.
Kebiasaan menulis puisi dapat mewakili isi hati dan perasaan saya
5.
Saya merasa senang terhadap cara guru dalam menjelaskan pembelajaran keterampilan menulis puisi
6.
Saya merasa tidak ada kesulitan dalam proses Emotif-imajinatif
7.
Keterampilan menulis puisi dapat meningkatkan kreativitas saya
8.
Penggunaan pendekatan emotif-imajinatif media audiovisual merupakan pengalaman baru bagi saya
9.
Media audiovisual yang digunakan dalam pembelajaran menulis puisi dapat memudahkan saya berimajinasi
10
Suasana yang santai, nyaman saat pembelajaran
.
berlangsung dapat membantu memudahkan pemahaman saya
S
KS
TS
163
INSTRUMEN TES SIKLUS I DAN SIKLUS II
SOAL 1.
Tulislah puisi berdasarkan pengalaman orang lain dengan media audiovisual. Tuliskan puisi mu dengan memperhatikan tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, diksi dan gaya bahasa, sudut pandang, dan keterpaduan unsur-unsur pembangun puisi!
164
LEMBAR OBSERVASI SIKLUS I DAN SIKLUS II No
No.
Kategori Perilaku Siswa
Responden 1.
R1
2.
R2
3.
R3
4.
R4
5.
R5
6.
R6
7.
R7
8.
R8
9.
R9
10.
R 10
11.
R 11
12.
R 12
13.
R 13
14.
R14
15.
R 15
16.
R 16
17.
R 17
18.
R 18
19.
R 19
20.
R 20
21.
R 21
22.
R 22
23.
R 23
1
2
3
4
5
6
Keterangan 7 1.Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru dan melakukan kegiatan yang tidak perlu (bicara sendiri, melamun, mengganggu teman). 2.Siswa aktif bertanya, memberi tanggapan mengenai materi menulis puisi yang sedang berlangsung. 3.Siswatidak melakukan diskusi dengan baik (bicara sendiri, melamun, mengganggu teman) 4.Siswa meremehkan kegiatan menyimak. 5.Siswa meremehkan kegiatan imajinasi 6.Mengganggu teman lain pada saat pencarian gagasan 7. Siswa mengikuti proses penulisan gagasan dengan baik 8. Siswa menulis puisi dengan baik dan penuh konsentrasi. Keterangan : () :Perilaku positif () :Perilaku negtaif
Jumlah : Prosentase
:
Rata-rata
:
165
FORMAT CHECK LIST SIKLUS I DAN SIKLUS II Nama
:
No. Presensi : Beri tanda () pada pernyataan berikut sesuai skala penilaianmu sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), atau tidak setuju (TS) No Pernyataan
Skala Penilaian SS
1.
Saya merasa ternyata menulis puisi itu mudah
2
Saya senang dengan pendekatan dan media yang digunakan guru dalam pembelajaran
3.
menulispendekatan Emotif-iamjinatif lagu memberikan kemudahan dalam menulis puisi
4.
Kebiasaan menulis puisi dapat mewakili isi hati dan perasaan saya
5.
Saya merasa senang terhadap cara guru dalam menjelaskan pembelajaran keterampilan menulis puisi.
6.
Saya merasa tidak ada kesulitan dalam proses emotif-imajinatif
7.
Keterampilan menulis puisi dapat meningkatkan kreativitas saya
8.
Penggunaan pendekatan emotif-imajinatif merupakan pengalaman baru bagi saya
9.
Media audiovisual yang digunakan dalam pembelajaran menulis puisi dapat memudahkan saya berimajinasi
10
Suasana yang santai, nyaman saat pembelajaran
.
berlangsung dapat membantu memudahkan pemahaman saya
S
KS
TS
166
Contoh Cerpen 1 RANKING 1 VS RANKING 2 Siapapun tahu, Nana dan Nano musuhan. Musuh bebuyutan. Mereka selalu berebutan posisi ranking di kelas. Kalau Nano yang ranking pertama, Nana pasti ranking kedua. Begitu sebaliknya. Nana dan Nano sama-sama tidak bisa menerima kekalahan begitu saja. Akibatnya…di luar jam pelajaran mereka juga musuh betulan. “Ati-ati, No! biasanya, benci suka berubah jadi rindu!” seloroh Rino, suatu hari. “Apalagi nama kalian hampir sama. Nano…Nana! terus dari SMP sampai SMA kalian sekelas terus, klop banget deh! kayaknya kalian emang sudah dijodohin dari lahir,” kataToto. “Ih, sori ya, aku nggak bakalan berjodoh sama cewek gendut! Emang nggak ada cewek lain yang lebih langsing?!” kata Nano “Walau gendut sebenarnya Nana cantik loh,” Aksan membela Nana “Iya, cantik kalo dilihat pake sedotan, ngeliatnya dari puncak monas! sampai kapanpun aku nggak bakalan naksir sama dia!” jawab Nano. *** Seminggu kemudian anak-anak menghadapi semesteran untuk kenaikan kelas “Cihuy…si gendut sakit! dia pasti nggak konsen ngerjain soal. Aku bakalan menang! Nano melompat-lompat kegirangan. Ramalan Nano terbukti benar. Pas kenaikan kelas, Nana Cuma mendapat renking dua sedangkan Nano menduduki pertama. Sayangnya Nana belum bisa masuk sekolah saat penerimaan rapot, sehingga Nano harus bersabar sampai liburan semester berakhir untuk memamerkan kemenangannya. *** Tibalah tahun ajaran baru. Kini Nana dan Nano sudah kelas tiga. “Heh, curut jelek! jangan bangga dulu, mentang-mentang nggak ada saingan. Ingat, kemenanganmu nggak sah! semester depan, aku pasti
167
dapat ranking satu. Kamu musti siap-siap lagi bersaing denganku!” cewek itu lalu melangkah pergi dengan wajah mendongak sombong. “Astaganaga! ya ampuuun! itu…itu kan…Nana! kenapa body-nya jadi slim gitu?!” Nano pun tersadar Gara-gara pertemuan yang mengejutkan, sesiangan Nano nggak bisa nyimak pelajaran dengan baik. Dia sering tulalit tiap kali guru nanyain jawaban soal ke dia. *** “Na, misalnya nih…Nano naksir kamu gimana?” pancing Lina “Iya Na, semua cowok disekolah kita sekarang ini lagi terfokus ke kamu, nggak terkecuali pasti Nano.” sambung Via “Udah deh, nggak usah repot-repot ngejodohin aku sama curut jelek itu. Sampai kapanpun dia adalah musuhku!” Ok, juga tekad Nana. Tapi nggak ada salahnya dong kalau mereka berusaha mendamaikan kedua bintang kelas itu?. Akhirnya temanteman mereka sepakat mempertemukan mereka di lapangan senayan saat joging. Nana dan Nano pun kaget saat mereka dipertemukan. Setelah itu satu per satu anak-anak itu pergi. Mereka hanya berdiri bengong tanpa melakukan apapun. Mereka saling membuang muka. “Aku mau pulang! kata Nana sambil melangkah pergi “ Pulang aja sana!” ketus Nano. “Bilang sama temen-temen kamu, nggak akan pernah ada perdamaian diantara kita!” “Ih, siapa juga yang mau damai!” Nano menatap punggung Nana. Tak bisa dipungkiri Nana memang cantik. Dari dulu sih sebenarnya, Nana juga anaknya baik. Dalam perjalanan pulang Nana juga mengakui kalau teman-temannya benar. Nano memang cakep dan baik. Keduanya akhirnya memang saling menyadari dan saling menilai. Tapi gimana dong mereka sudah terlanjur bersumpah nggak akan pernah baikan, apalagi sampai pacaran. Boleh nggak sih melanggar sumpah? Entahlah…………
168
Contoh Cerpen 2 PISTOL LEBARAN Perampok itu menerobos masuk ke ruang makan sambil mengacungkan pistolnya. “Angkat tangan!” katanya setengah berteriak. Lelaki tua yang tengah menikmati makan malamnya, kaget dan pucat. Tentu saja dia tidak bisa berbuat lain kecuali menuruti perintah perampok itu. “Wah, saya sedang makan!” kata lelaki tua itu. “Tak peduli! Tunjukkan simpanan emas-berlian kamu! “Saya tak punya emas berlian!” “Jangan bohong!” “Kalau begitu, cari sendiri!” Si perampok diam. Agaknya dia ragu-ragu atau bingung apa yang harus dia lakukan. Barangkali dia berpikir : lebih baik menggunakan kekerasan atau tidak? “Kenapa rumah ini yang anda pilih untuk dirampok?” Tanya orang tua itu sambil meneruskan makannya “Feeling saya yang menyuruh…jadi Bapak hanya sendirian saja di rumah ini?” “Seperti Anda lihat. Anak-anak dan cucu pergi ke keluarga. Saya tinggal sendirian. katanya disuruh jaga rumah!” “Bapak tidak takut ditembak?” Orang tua itu merampungkan makannya. Lalu minum. Mengusap bibirnya. Berdiri bejalan ke arah bufet, mengambil sesuatu dan diletakkan di atas meja. Perampok itu kaget luar biasa. Tapi, tidak berapa lama kemudian, perampok itu tertawa terbahak-bahak. Perampok itu kini duduk di kursi, meski agak jauh dari orang tua itu. Topeng yang sejak tadi menutupi wajahnya, dia copot. “Bagaimana Bapak tahu pistol ini hanya mainan?”
169
“Pertama : saya pensiunan letnan. Kedua : pistol mainan seperti itu ada dua atau tiga di sini.” “Anda bukan perampok. Itu jelas. Tapi kenapa ingin merampok juga?” “Sudah lebih dua tahun ini saya di-PHK. Cari kerja susah sekali. Coba berdagang, malah bangkrut. Barang-barang berharga di rumah sudah ludes. Padahal lebaran segera datang!” “Berapa kira-kira yang Anda butuhkan saat ini?” “Paling tidak Rp 200 atau Rp 300 ribulah. Sekadar agar dapat ikut merayakan hari lebaran.” Lelaki tua itu bangkit dari duduknya. Lalu berjalan kebalik pintu. Keluar lagi dengan membawa sesuatu. “Ini ada Rp 250 ribu. Ambillah. Dan jangan berpikir ini hasil rampokan. Kasihan istri dan anak, kalau harus makan dari barang haram.” Perampok itu ragu-ragu harus mengambil uang itu atau tidak. “Hmmm…apakah saya pernah melihat Anda? tiba-tiba orang tua itu bertanya menyelidik. “Barangkali. Rumah saya memang tidak terlalu jauh dari sini. Mungkin Bapak pernah melihat saya?” Di luar dugaan, lelaki tua itu menangis. Sesenggukan, seperti tak dapat dibendung. “Kenapa Bapak menangis?!” “Sungguh keterlaluan! Kami para tetangga Anda yang punya kelebihan uang, sudah haji pula. Kenapa tidak tahu kesulitan yang tengah Anda hadapi?” Perampok itu benar-benar kaget atas ‘simpati luar biasa’ yang diperlihatkan lelaki yang akan dirampok itu. Hatinya tergoncang, sehingga tak terasa air hangat memenuhi pelupuk matanya….. Ayo, ambillah uang itu. Gunakan sebaik-baiknya untuk keluarga anda. Perampok itu mengambil uang di atas meja. Lalu mendekati orang tua
170
itu dan menubruk sambil menangis. Orang tua itu menyuruhnya berdiri, kemudian memeluknya dengan hangat. “Maafkan kami,” katanya berbisik. Perampok itu pun melangkah pergi. “Pistolnya tertinggal!” orang tua itu mengingatkan. “Biar jadi koleksi mainan cucu Bapak!”