PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI BEBAS DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA SMP NEGERI 7 PONTIANAK ARTIKEL PENELITIAN
OLEH MEGAWATI NIM F11108011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2013
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI BEBAS DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA SMP NEGERI 7 PONTIANAK Megawati, Abdussamad, Endang Susilowati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak email:
[email protected] Abstrak: Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Bebas dengan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 7 Pontianak Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatkan keterampilan menulis puisi bebas dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 7 Pontianak tahun pelajaran 2012/2013. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitiannya adalah penelitian kualitatif. Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan sebagai berikut. Persentase aktivitas siswa kelas E SMP Negeri 7 Pontianak tahun pelajaran 2012/2013 dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi bebas dengan pendekatan mengalami peningkatan, yaitu pada siklus I 54% menjadi 89,18% pada siklus II. Jadi, terjadi peningkatan sebesar 35,18%. Sementara itu, rata-rata hasil belajar siswa kelas VIII E SMP Negeri 7 Pontianak tahun pelajaran 2012/2013 dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi bebas dengan pendekatan kontekstual mengalami peningkatan, yaitu pada siklus I nilai rata-rata kelas adalah 65 meningkat menjadi 78. Jadi, terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 13. Hal ini berarti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil pembelajaran menulis puisi bebas pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 7 Pontianak tahun pembelajaran 2012/2013. Kata kunci: Menulis puisi bebas, pendekatan kontekstual Abstract: Free Poetry Writing Skills Improvement with Contextual Approach in Class VIII E SMP Negeri 7 Pontianak Academic Year 2012/2013. This study aimed to describe the improvement of writing skills with a free poetry contextual approach on eighth grade students of SMP Negeri 7 Pontianak school year 2012/2013. The method used is descriptive method of research is a form of qualitative research. Based on the analysis of data, can be summarized as follows. The percentage of grade E activity SMP Negeri 7 Pontianak school year 2012/2013 the following free poetry writing class with increased approach, ie on the first cycle 54% to 89.18% in the second cycle. Thus, an increase of 35.18%. Meanwhile, the average eighth grade student learning outcomes E SMP Negeri 7 Pontianak school year 2012/2013 the following free poetry writing class with increased contextual approach, which in the first cycle the average grade is 65 increased to 78. Thus, an increase in the average value of 13. This means learning the contextual approach can improve learning outcomes in free poetry writing class VIII E SMP Negeri 7 Pontianak learning year 2012/2013. Keywords: Free poetry writing, contextual approach
P
embelajaran bahasa Indonesia dalam pelaksanaannya di arahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulis. Pada umumnya berkomunikasi secara lisan pada siswa dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia mencakup aspek berbicara. Karena di dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek yang saling berkaitan yaitu menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Melalui empat aspek tersebut pembelajaran bahasa Indonesia dapat mengembangkan keterampilan siswa dalam menggunakan bahasa sebagai pengungkap pesan atau makna untuk berbagai tujuan berbahasa. Komunikasi bisa dipahami sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi adalah suatu kebutuhan bagi setiap manusia dalam tata pergaulan sosial. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik dapat dilakukan dengan cara verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal menuntut kemampuan untuk berbicara dengan menarik. Hal ini berhubungan dengan cara berbicara yang memikat, mempersuasif, dan membangun kepercayaan. Komunikasi nonverbal berhubungan dengan gerakan bahasa tubuh. Hal ini berhubungan dengan kontak mata, ekspresi wajah, vokal, dan gerakan anggota tubuh. Berbahasa pada dasarnya adalah proses komunikatif yang menekankan pada kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis. Oleh karena itu, seharusnya dalam pelaksanaan di kelas, pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung dengan baik, hal ini berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengajar bahasa. Guru dituntut untuk dapat menguasai strategi mengajar yang sesuai dengan situasi siswa dan memiliki inovasi dalam melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran bahasa Indonesia yang baik, diharapkan dapat menghasilkan para siswa yang terampil dan menguasai bahasa. Keterampilan siswa dalam berbahasa tidak terlepas dari cara mengajar guru yang baik, suasana kelas yang kondusif, strategi pembelajaran yang tepat, serta keinginan guru untuk selalu memperbaiki pembelajaran. Pada kenyataannya, dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah masih ditemukan para siswa yang belum terampil dan belum menguasai Bahasa Indonesia. Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 7 Pontianak, ditemukan kenyataan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru selama ini mempunyai banyak masalah yang perlu diselesaikan. Hasil identifikasi masalah yang dilakukan bersama guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian. Masalah yang paling menonjol, yakni keterampilan menulis pada siswa kelas VIII E yang tergolong rendah dan belum mencapai ketuntasan belajar. Nilai minimal ketuntasan belajar mengajar yang telah ditentukan sekolah untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu 70. Namun dari hasil prariset, nilai rata-rata siswa pada keterampilan menulis yaitu 60. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti dan guru sepakat untuk mengatasi masalah keterampilan siswa dalam menulis, khususnya menulis puisi. Perbaikan keterampilan menulis puisi perlu dilakukan mengingat pembelajaran sastra penting bagi siswa karena berhubungan erat dengan perasaan. Sastra dapat membuka rasa haru, keindahan, moral, keagamaan, dan cinta terhadap sastra bangsanya. Sastra Indonesia secara umum dapat dipakai sebagai cermin, penafsiran, pernyataan, atau kritik terhadap bangsa.
Rendahnya hasil menulis puisi pada siswa diduga karena beberapa faktor penyebab. Faktor penyebab tersebut yaitu siswa kurang paham terhadap konsepkonsep menulis puisi. Siswa kesulitan memilih kata yang tepat dalam menulis puisi. Siswa kesulitan dalam merangkai kata-kata. Siswa kesulitan mengembangkan ide dalam bentuk tulisan. Selain alasan di atas, perbaikan keterampilan menulis puisi perlu dilaksanakan karena menulis puisi merupakan wahana untuk mengembangkan daya kreativitas siswa dalam menulis. Kegiatan menulis puisi akan melatih siswa lebih kreatif dalam mengembangkan ide-ide mereka dalam bentuk tulisan secara lebih mudah jika dibandingkan dengan menulis yang lainnya mengingat menulis puisi tidak menuntut kebakuan bahasa. Memperbaiki keterampilan menulis puisi pada siswa dapat dijadikan sebagai kegiatan awal untuk memperbaiki keterampilan menulis pada siswa ke tingkat yang lebih tinggi seperti menulis laporan. Jadi, dapat dikatakan bahwa latihan menulis puisi merupakan latihan awal bagi siswa untuk berlatih menulis karangan yang lebih sulit. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas VIII semester dua pada standar kompetensi menulis. Siswa dituntut untuk mengungkapkan kembali pikiran, dan perasaan dalam puisi bebas (SK 16). Satu di antara kompetensi dasar dari standar kompetensi tersebut adalah menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai (KD 16.1). Oleh karena itu, peneliti dan guru sepakat untuk mengatasi masalah rendahnya keterampilan menulis puisi pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 7 Pontianak dengan menggunakan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Pendekatan kontekstual diharapkan dapat merangsang pikiran, perhatian, dan semangat siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar yang baik. Dalam pendekatan kontekstual, siswa belajar bersama sebagai tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran tidak hanya dapat bertanya langsung kepada gurunya, tapi juga dapat bertanya kepada temannya yang lebih paham mengenai materi yang diajarkan. Pendekatan kontekstual digunakan dengan cara menghubungkan pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Suprijono (2009: 79) yang menyatakan bahwa pendekatan kontekstual merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Penulisan puisi merupakan kegiatan produktif yang lahir dari ekspresi pribadi. Kepandaian menulis puisi tergantung pada pengalaman dalam menulis puisi. Menurut Wiyanto (2005: 48), kemampuan menulis puisi sering dianggap sebagai bakat sehingga orang yang merasa tidak memunyai bakat tidak akan dapat menulis, tetapi bakat tidak berarti tanpa ada pelatihan. Seseorang yang rajin belajar dan giat berlatih, ia akan terampil dalam menulis puisi. Menurut Sukino (2010: 135-136), “Kita bisa menulis apa saja, apa saja yang ada di lingkungan sekitar, yang dilihat, dirasa, didengar, dan sebagainya”. Jadi, menulis puisi termasuk jenis keterampilan, seperti halnya keterampilan lainnya, pemerolehannya harus melalui belajar dan berlatih, semakin sering belajar dan semakin giat berlatih, tentu semakin cepat terampil.
Menurut Sudjiman (dalam Martono, 2009: 46) puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Selain itu, menurut Munif (2007: 2) “Puisi adalah sajak atau kata-kata yang disusun sedemikian rupa hingga terdengar indah saat dibaca”. Waluyo (dalam Jabrohim, 2009: 34), berpendapat bahwa struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris puisi yang bersamasama membangun bait-bait puisi. Unsur-unsur yang termasuk dalam struktur fisik puisi yaitu diksi, pengimajian, kata konkret, majas (lambang dan khiasan), versifikasi (meliputi rima, ritma, dan metrum) dan Tipografi. Sedangkan struktur batin puisi, terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat. Guru dalam pembelajaran menulis puisi bebas dengan pendekatan kontekstual adalah memfasilitasi siswa dalam menemukan pengetahuan baru melalui pengalaman sendiri bukan apa kata guru. Pembelajaran kontekstual akan menciptakan ruang kelas yang di dalamnya siswa akan menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat yang pasif dan bertanggung jawab terhadap pembelajarannya. Guru hanya bertugas untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajarannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi. Dengan demikian, siswa akan lebih inovatif dan produktif. Contextual Teaching and Learning memiliki lima elemen belajar yang konstruktivistik, yaitu pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, pemerolehan pengetahuan baru, pemahaman pengetahuan, mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman, dan melakukan refleksing terhadap strategi pengetahuan (Trianto, 2009: 110). Tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar (kelompok belajar siswa), pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya (Kosasih, 2010: 18). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontektual apabila menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam proses pembelajaran. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 2005:67). Metode deskriptif merupakan penafsiran data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variable, dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikannya dengan apa adanya (Subana, 2001:89). Metode ini digunakan untuk mengungkapkan keadaan yang sebenarnya tentang peningkatan keterampilan menulis puisi bebas dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 7 Pontianak tahun pembelajaran 2012/2013. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian kualitatif, yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan dengan menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil penelitian. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara turtosite dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan triyamulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif (kualitatif) , dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi Sugiyono (2011: 15). Menurut Iskandar (2009: 65) penelitian tindakan
kelas (PTK) merupakan bagian dari paradigma penelitian kualitatif dengan latar atau setting yang natural atau alamiah yang memberikan peranan penting bagi peneliti. Data dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran dan hasil tes menulis puisi bebas pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 7 Pontianak tahun pembelajaran 2012/2013. Menurut Arikunto, (2006:129) yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data tersebut diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini adalah Libester Siregar, M.Pd. selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan siswa kelas VIII E SMP Negeri 7 Pontianak tahun pembelajaran 2012/2013. Siswa kelas VIII E berjumlah 37 orang. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data tidak langsung yang terdiri dari teknik tes, observasi, dan dokumentasi. Selain penulis sebagai instrumen kunci, instrumen penelitian lain yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu instrumen tidak langsung yang berupa tes, pedoman obeservasi dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah cara yang dilakukan dalam menganalisis data penelitian. Data penelitian yang terkumpul dari hasil observasi dan wawancara dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut (1) mengelompokkan kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir sesuai dengan perencanaan pembelajaran dalam setiap siklus (2) analisis terlaksana atau tidak terlaksananya setiap kegiatan yang direncanakan dalam perencanaan pembelajaran tiap siklus (3) mengadakan refleksi terhadap hasil yang diperoleh pada setiap siklus. Menurut Iskandar (2009: 49) prosedur pelaksanaan tindakan atau siklus PTK (penelitian tindakan kelas) yaitu prosedur penelitian pada siklus I dan siklus II. Prosedur penelitian pada siklus I melalui tahap-tahap berupa siklus yaitu tahap I: perencanaan, tahap II: tindakan dan pengamatan, tahap III: refleksi. Sedangkan proses penelitian tindakan kelas dalam siklus II dilakukan apabila pada proses penelitian siklus I nilai siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Siklus II juga dilakukan apabila pada siklus I perencanaan pembelajaran tidak maksimal dan proses pembelajarannya masih terdapat kekurangan sehingga perlu diperbaiki pada siklus II untuk menyempurnakan hasil dari proses siklus I. Dalam penelitian ini tidak tertutup kemungkinan dilanjutkan siklus III dan selanjutnya. Berlanjutnya siklus-siklus ini dilakukan setelah melihat dan merefleksi hasil dari tiap siklus. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatkan keterampilan menulis puisi bebas dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VII E SMP Negeri 7 Pontianak tahun pelajaran 2012/2013. Jumlah sampel penelitian ini yaitu 37 orang. Dari sampel tersebut diperoleh data skor memahami perintah kerja tertulis pada siklus I dan II. Perencanaan dalam pembuatan RPP oleh guru sudah baik dengan pendekatan kontekstual. Komponen dalam menyusun RPP sudah terlaksana, indikator, tujuan, dan materi sudah baik. Berikut ini adalah tabel pedoman observasi guru dalam membuat RPP siklus I.
Tabel 1 Pedoman Observasi Guru dalam Membuat RPP Siklus I. No Komponen RPP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Identitas Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Tujuan Pembelajaran Materi Ajar Alokasi Waktu Metode Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Hasil Belajar Sumber Belajar
Tidak Ada
Ada
Keterangan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Sudah lengkap Sudah baik Sudah baik Sudah baik Sudah baik Sudah baik Sudah baik Sudah baik Sudah baik Sudah baik Sudah baik
Observasi terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dilakukan secara bersamaan dengan observasi terhadap aktivitas siswa mengikuti pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengevaluasi cara guru dalam menyampaikan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual. Berdasarkan analisis terhadap hasil observasi kemampuan guru melaksanakan pembelajaran, pembelajaran pada siklus I ini belum terlaksana sepenuhnya. Dari 20 aspek yang diamati, terdapat 10 aspek yang belum terlaksana dengan baik. Berdasarkan hasil observasi pada hari Rabu, 6 Maret 2013 pukul 09.55-11.15 WIB, dan Rabu, 13 Maret 2013 pukul 09.5511.15 WIB dengan menggunakan instrumen observasi. Aspek yang belum terlaksana yaitu guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran sehingga siswa tidak mengetahui tujuan pembelajaran yang berlangsung. Guru tidak menjelaskan kepada siswa tahaptahap pembelajaran yang akan dilalui. Kegiatan inti dalam rencana pelaksanaan pembelajaran secara garis besar merupakan tahap-tahap pembelajaran yang akan dilakukan. Dalam hal tersebut, membuat siswa bingung dan tidak dapat mempersiapkan diri dalam proses pembelajaran. Guru tidak membagi siswa dalam beberapa kelompok. Hal tersebut membuat siswa bingung pada saat mengamati objek. Selama kegiatan pembelajaran, guru tidak berkeliling kelas untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Hal tersebut membuat siswa merasa tidak diperhatikan dan tidak serius dalam kerja kelompok. Guru tidak meluruskan pandangan siswa yang salah sehingga siswa merasa tidak ada penguatan atas jawaban mereka. Pada saat guru memberikan pertanyaan dan siswa menjawab pertanyaan tersebut. Namun guru tidak kembali menegaskan jawaban yang diberikan oleh siswa apakah jawaban tersebut tepat atau tidak siswa tidak mengetahui secara jelas. Guru tidak memotivasi siswa yang kurang berpartisipasi dalam pembelajaran. Sehingga siswa tidak mengalami perubahan pada saat pembelajaran, yang mulanya pasif akan terus menerus pasif dalam kegiatan pembelajaran. Guru belum maksimal mencegah siswa yang suka memonopoli pembicaraan dalam mengomentari pendapat temannya. Hal tersebut menyebabkan siswa lain kurang mengajukan pendapat. Guru tidak mencegah kegaduhan untuk menghindarkan pembicaraan serentak. Hal tersebut menjadikan ruang kelas ribut dan siswa semakin sulit dikendalikan. Guru tidak mengontrol pembicaraan sehingga banyak yang menyimpang. Dalam hal ini guru bercerita tentang hal yang tidak ada
kaitannya dengan pembelajaran menulis puisi. Hal tersebut menyebabkan siswa semakin binggung dan membuang waktu. Guru belum maksimal menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar sehingga siswa merasa bosan saat menerima pembelajaran. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan guru pada proses pembelajaran siklus I belum dilaksanakan secara maksimal dan akan ditingkatkan pada siklus II. Observasi terhadap aktivitas siswa mengikuti pembelajaran dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Observasi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran menulis puisi bebas dengan pendekatan kontekstual. Hal yang diobservasi adalah segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah disusun peneliti dan guru. Objek yang diamati dalam observasi terhadap aktivitas siswa meliputi 14 aspek. Objek-objek tersebut menjadi tolak ukur untuk mengetahui aktivitas siswa saat mengikuti proses pembelajaran. Rincian ke-14 aspek tersebut yaitu sebanyak 8 siswa atau 21,62 % siswa berani menjawab pertanyaan guru. Sebanyak 7 siswa atau 18,91% siswa berani/mau menanggapi jawaban teman serta memberikan pendapatnya. Sebanyak 2 siswa atau 5,40 % siswa mau bertanya dalam proses pembelajaran. Sebanyak 24 siswa atau 64,86 % siswa mencermati model secara serius. Sebanyak 14 siswa atau 37,83 % siswa berinteraksi dengan baik dalam kelompok. Sebanyak 5 siswa atau 13,51 % siswa berani/mau menyatakan ide-ide dalam kelompoknya. Sebanyak 22 siswa atau 59,45 % siswa berusaha menulis puisi dengan serius. Sebanyak 11 siswa atau 29,73 % siswa tidak berbicara di luar konteks pembelajaran. Sebanyak 13 siswa atau 35,13 % siswa tidak secara serius mencermati model yang ada. Sebanyak 10 siswa atau 27 % siswa hanya diam. Sebanyak 7 siswa atau 18,91 % siswa berbicara di luar konteks pembelajaran. Sebanyak 4 siswa atau 10,81 % siswa sering ke luar masuk tanpa alasan yang jelas. Tidak ada siswa yang tidak mengerjakan tugas dari guru. Tidak ada siswa yang tidak hadir. Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa mengikuti pembelajaran dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu siswa sangat aktif, aktif, cukup aktif, kurang aktif dan tidak aktif. Berdasarkan analisis, diperoleh hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa sebagai berikut. Tabel 2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I No Kategori Jumlah Persentase Siswa 1 Sangat aktif 0 0% Kategori siswa 2 Aktif 10 27% Yang tergolong 3 Cukup aktif 10 27% mengikuti 4 Kurang aktif 17 46% pembelajaran 5 Tidak aktif 0 0% Jumlah 37 100% 20 siswa ( 54%) Hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada siklus I dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat siswa yang tergolong sangat aktif mengikuti pembelajaran. Artinya, tidak ada siswa yang berani menjawab pertanyaan guru, menanggapi jawaban teman serta memberikan pendapatnya, bertanya dalam proses pembelajaran, mencermati
model secara serius, berinteraksi dengan baik dalam kelompok, berani/mau menyatakan ide-ide dalam kelompoknya, berusaha mengerjakan tugas dengan serius, dan tidak berbicara diluar konteks pembelajaran tanpa disuruh dan diarahkan oleh guru. Hal tersebut merupakan aktivitas yang dilakukan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa yang tergolong aktif mengikuti pembelajaran berjumlah 10 siswa atau 27 %. Artinya, hanya 10 siswa yang berani menjawab pertanyaan guru, menanggapi jawaban teman serta memberikan pendapatnya, bertanya dalam proses pembelajaran, mencermati model secara serius, berinteraksi dengan baik dalam kelompok, berani/mau menyatakan ide-ide dalam kelompoknya, berusaha mengerjakan tugas dengan serius, tidak berbicara di luar konteks pembelajaran setelah disuruh dan diarahkan oleh guru. Dalam hal ini, siswa yang aktif terlihat antusias dalam menerima pembelajaran. Siswa yang tergolong cukup aktif mengikuti pembelajaran berjumlah 10 siswa atau 27 %. Artinya, hanya 10 siswa yang mencermati model dengan serius, berinteraksi dengan baik dalam kelompok, berusaha memahami perintah kerja tertulis dengan serius dan tidak berbicara di luar konteks pembelajaran. Namun tidak melakukan kegiatan lain seperti bertanya, menjawab pertanyaan, menanggapi pertayaan, walaupun sudah ditunjuk dan diberikan arahkan oleh guru. Siswa yang tergolong kurang aktif mengikuti pembelajaran berjumlah 17 siswa atau 46%. Artinya, 17 siswa hanya mencermati model yang ada secara tidak serius, siswa hanya diam, siswa berbicara di luar konteks pembelajaran, siswa sering ke luar masuk tanpa alasan yang jelas dan tidak mengerjakan tugas dari guru. Siswa yang tergolong kurang aktif tersebut lebih banyak membuat keributan ataupun hanya diam saja. Tidak terdapat siswa yang tergolong tidak aktif mengikuti pembelajaran atau 0 %. Artinya, tidak ada siswa yang tidak hadir (izin, sakit, alfa) selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan semua siswa hadir yang berjumlah 37 siswa. Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil penilaian terhadap aktivitas siswa mengikuti pembelajaran menulis puisi bebas dengan pendekatan kontekstual pada siklus I ini adalah 54%. Hasil tersebut belum mencapai nilai tuntas karena berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental atau sosial dalam proses pembelajaran Objek yang diamati dalam observasi terhadap aktivitas siswa meliputi 14 aspek. Objek-objek tersebut menjadi tolak ukur untuk mengetahui aktivitas siswa saat mengikuti proses pembelajaran. Rincian ke-14 aspek tersebut yaitu sebanyak 20 siswa atau 54,05 % siswa berani menjawab pertanyaan guru. Sebanyak 25 siswa atau 67,56 % siswa berani/mau menanggapi jawaban teman serta memberikan pendapatnya. Sebanyak 20 siswa atau 54,05 % siswa mau bertanya dalam proses pembelajaran. Sebanyak 33 siswa atau 89,18 % siswa secara serius melakukan penilaian hasil pekerjaan temannya. Sebanyak 35 siswa atau 94,59 % siswa berinteraksi dengan baik dalam kelompoknya. Sebanyak 25 siswa atau 67,56 % siswa berani/mau menyatakan ide-ide dalam kelompoknya. Sebanyak 30 siswa atau 81,08 % siswa berusaha menulis naskah dengan serius. Sebanyak 25 siswa atau 67,56 % siswa tidak berbicara di luar
konteks pelajaran. Sebanyak 5 siswa atau 13,51 % siswa tidak secara serius melakukan penilaian hasil pekerjaan temannya. Sebanyak 3 siswa atau 8,10 % siswa hanya diam. Sebanyak 2 siswa atau 5,40 % siswa berbicara di luar konteks pembelajaran. Sebanyak 2 siswa atau 5,40% siswa sering ke luar masuk tanpa alasan yang jelas. Tidak ada siswa yang tidak mengerjakan tugas dari guru. Tidak ada siswa yang tidak hadir . Tabel 3: Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II No Kategori Jumlah Persentase Siswa 1 Sangat akitf 7 19 % Kategori siswa 2 Aktif 14 38 % Yang tergolong 3 Cukup aktif 12 32 % mengikuti 4 Kurang aktif 4 11 % pembelajaran 5 Tidak aktif 0 0% Jumlah 37 100% 33 siswa (89,18%) Hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada siklus II, bahwa siswa yang tergolong sangat aktif mengikuti pembelajaran berjumlah 7 siswa atau 19%. Artinya, terdapat 7 siswa yang berani menjawab pertanyaan guru, menanggapi jawaban teman serta memberikan pendapatnya, bertanya dalam proses pembelajaran, melakukan penilaian hasil perkerjaan temannya secara serius, berinteraksi dengan baik dalam kelompok, berani/mau menyatakan ide-ide dalam kelompoknya, berusaha mengerjakan tugas dengan serius, dan tidak berbicara di luar konteks pembelajaran tanpa disuruh dan diarahkan oleh guru. Siswa yang tergolong aktif mengikuti pembelajaran berjumlah 14 siswa atau 38%. Artinya, terdapat 14 siswa yang berani menjawab pertanyaan guru, menanggapi jawaban teman serta memberikan pendapatnya, bertanya dalam proses pembelajaran, melakukan penilaian hasil perkerjaan temannya secara serius, berinteraksi dengan baik dalam kelompok, berani/mau menyatakan ide-ide dalam kelompoknya, berusaha mengerjakan tugas dengan serius, tidak berbicara di luar konteks pelajaran setelah disuruh dan diarahkan oleh guru. Siswa yang tergolong cukup aktif mengikuti pembelajaran berjumlah 12 siswa atau 32%. Artinya, hanya 12 siswa yang melakukan penilaian hasil perkerjaan temannya secara serius, berinteraksi dengan baik dalam kelompok, berusaha menulis puisi dengan serius dan tidak berbicara di luar konteks pembelajaran, namun tidak melakukan kegiatan lain seperti bertanya, menjawab pertanyaan, menanggapi pertayaan, walaupun sudah ditunjuk dan diberikan arahan oleh guru. Siswa yang tergolong kurang aktif mengikuti pembelajaran berjumlah 4 siswa atau 11%. Artinya, 4 siswa hanya melakukan penilaian hasil perkerjaan temannya secara tidak serius, siswa hanya diam, siswa berbicara di luar konteks pembelajaran, siswa sering ke luar masuk tanpa alasan yang jelas dan tidak mengerjakan tugas dari guru. Tidak ada siswa yang tergolong tidak aktif mengikuti pembelajaran. Artinya, kehadiran siswa 100%. Berdasarkan hasil analisis aktivitas siswa pada siklus II, diketahui bahwa siswa sudah termotivasi dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi bebas dengan pendekatan kontekstual.
Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil penilaian terhadap aktivitas siswa mengikuti pembelajaran menulis puisi bebas dengan pendekatan kontekstual pada siklus II ini adalah 89,18%. Berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, hasil tersebut sudah mencapai nilai tuntas karena persentase ketuntasan telah melewati 75%. Hal ini dapat diketahui bahwa siswa sudah termotivasi dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi bebas dengan pendekatan kontestual. Berdasarkan kedua tabel di atas, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa pada saat mengikuti pembelajaran dari siklus I ke siklus II. Nilai yang diperoleh pada siklus I adalah 54% dan siklus II 89,18%. Dengan demikian terjadi peningkatan sebesar 35,18%. Penilaian hasil pada penelitian ini dilakukan setelah siswa mengikuti pembelajaran menulis puisi bebas dengan pendekatan kontestual. Hasil penilaian tersebut dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu siswa mendapat nilai sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang yang dapat dilihat pada tabel berikut. No 1 2 3 4 5
Tabel 4 Hasil Tes Menulis Puisi Bebas pada Siklus I Kategori Rentang Jumlah Bobot Persentase Nilai Siswa Skor Sangat baik 85-100 0 0% Baik 70-84 13 972 35% Cukup 55-69 18 1124 48% Kurang 40-54 6 296 16% Sangat kurang 0-39 0 0 0% 37 2392 100% Jumlah
Rata-rata 2392 37 = 65
=
Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa hasil tes siswa menulis puisi bebas dengan pendekatan kontekstual pada siklus I ini rata-rata adalah 65. Hasil tersebut belum mencapai nilai tuntas karena berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, pembelajaran dikatakan berhasil jika terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (70%). Tidak hanya itu, sekolah juga menetapkan indikator ketuntasan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 70 (nilai rata-rata kelas). Tabel 5 Hasil Tes Menulis Puisi Bebas pada Siklus II No 1 2 3 4 5
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang Jumlah
Rentang Nilai 85-100 70-84 55-69 40-54 0-39
Jumlah Siswa 7 26 4 0 0 37
Bobot Skor 644 1968 268 0 0 2880
Persentase 19% 70% 11% 0% 0% 100%
Rata-rata 2880 37 = 78
=
Data pada tabel 5 menunjukkan bahwa hasil tes siswa menulis puisi bebas dengan pendekatan kontekstual pada siklus II ini adalah 78. Berdasarkan indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan, hasil tersebut sudah mencapai nilai tuntas karena persentase ketuntasan telah melewati 70% dan nilai rata-rata siswa telah melewati 70. Berdasarkan kedua tabel di atas, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan hasil memahami perintah kerja tertulis siswa dari siklus I ke siklus II. Nilai yang diperoleh pada siklus I adalah 65 dan siklus II adalah78. Dengan demikian terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 13. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada penelitian tindakan kelas dalam dua siklus dapat peneliti simpulkan bahwa perencanaan yang dibuat dalam menerapkan pendekatan kontekstual pada pembelajaran menulis puisi bebas dilakukan dengan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan eksplorasi terdapat empat komponen pendekatan kontekstual yang digunakan yaitu pemodelan, kerja kelompok, inkuiri, dan bertanya. Pada kegiatan elaborasi komponen pendekatan kontekstual yang digunakan antara lain inkuiri, kontruktivisme, dan penilaian autentik. Pada setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Komponen pendekatan kontekstual yang digunakan dalam kegiatan konfirmasi adalah refleksi. Perencanaan pembelajaran menulis puisi bebas dengan pendekatan kontekstual dibuat dua kali pertemuan. Kegiatan ekplorasi pada pertemuan pertama dan kedua berbeda karena pada pertemuan kedua tidak menampilkan model dan tidak lagi membentuk kelompok. Hal ini telah dilakukan pada pertemuan pertama. Dalam kegiatan elaborasi pada pertemuan pertama dan kedua, perencanaan yang dibuat sama namun memiliki objek pengamatan yang berbeda. Pada pertemuan pertama dalam kegiatan konfirmasi guru memberikan tugas kepada siswa sedangkan pada pertemuan kedua sudah tidak ada tugas. Impementasi dari pendekatan kontekstual yang mengaitkan materi ajar dengan situasi dunia nyata dalam perencanaan pembelajaran menulis puisi bebas dilakukan dengan membawa siswa mengamati lingkungan sekitar sekolah untuk dijadikan objek menulis puisi bebas. Pelaksanaan pembelajaran menulis puisi bebas dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 7 Pontianak tahun pelajaran 2012/2013 pada siklus I tidak berjalan sesuai perencanaan yang dibuat. Guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran sehingga siswa tidak mengetahui tujuan pembelajaran yang berlangsung. Guru tidak menjelaskan kepada siswa tahaptahap pembelajaran yang akan dilalui sehingga siswa bingung dan tidak dapat mempersiapkan diri dalam proses pembelajaran. Guru tidak membagi siswa membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Guru tidak membimbing siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Guru tidak memotivasi siswa yang kurang berpartisipasi dalam pembelajaran. Guru belum maksimal mencegah siswa yang suka memonopoli pembicaraan. Guru tidak mencegah kegaduhan untuk menghindarkan pembicaraan serentak. Guru tidak mengontrol pembicaraan sehingga banyak yang materi yang menyimpang dari topik pembelajaran. Guru belum maksimal dalam menumbuhkan keceriaan dan antusiasme pada siswa. Pada siklus II terjadi peningkatan dalam melaksanakan pembelajaran, guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan. Hasil pembelajaran menulis puisi bebas dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 7 Pontianak tahun pelajaran 2012/2013 dilihat dari persentase aktivitas siswa dan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada setiap siklus.
Persentase aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dikelompokan ke dalam lima kategori yaitu siswa sangat aktif, aktif, cukup aktif, kurang aktif, dan tidak aktif. Objek yang diamati sebagai tolak ukur untuk aktivitas siswa yaitu siswa berani menjawab pertanyaan guru. Siswa berani menanggapi jawaban teman. Siswa mau bertanya dalam proses pembelajaran. Siswa mencermati model secara serius. Siswa berinteraksi dengan baik dalam kelompok. Siswa berani menyatakan ide-ide dalam kelomponya. Siswa berusaha menulis dengan serius. Siswa tidak berbicara di luar konteks pembelajaran. Siswa tidak serius mencermati model yang ada. Siswa hanya diam saat pembelajaran berlangsung. Siswa berbicara di luar konteks pembelajaran. Siswa sering keluar masuk tanpa alas an yang jelas. Dari setiap objek yang diamati masih banyak siswa yang tidak aktif dalam proses pembelajaran. Perentase aktivitas siswa dalam menulis puisi bebas dengan pendekatan kontekstual mengalami peningkatan, yaitu pada siklus I sebesar 54% menjadi 89,18% pada siklus II. Jadi, terjadi peningkatan sebesar 35,18%. Rata-rata hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi bebas dengan pendekatan kontekstual mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata kelas VIII E adalah 65 meningkat menjadi 78. Jadi, terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 13. Berdasarkan simpulan di atas bahwa, “Penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis puisi bebas dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi bebas pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 7 Pontianak tahun pelajaran 2012/2013”. Saran Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, peneliti memberikan saran sebagai berikut: (1) Sebaiknya pembelajaran keterampilan menulis puisi bebas di kelas VIII E SMP dilakukan dengan menggunakan pendekatan kontekstual agar mempermudah siswa dalam memahami dan mengungkapkan pemikiran mereka dalam menulis puisi, (2) sebaiknya pembelajaran selanjutnya dilakukan dengan menggunakan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan pembelajaran pada aspek yang lain dengan menyesuaikan materi pembelajaran, (3) sebaiknya guru mata pelajaran Bahasa Indonesia menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya meteri yang berkenaan dengan sastra, (4) sebaiknya siswa mempertahankan keterampilan menulis puisi yang sudah baik dan terus dikembangkan. Siswa dapat menerapkan pembelajaran kontekstual dalam menulis puisi, dan (5) sebaiknya sekolah memberikan fasilitas yang dapat mendukung kreativitas siswa dalam mengembangkan minat dan bakat khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Cipayung-Ciputat: Gaung Persada (GP) Press. Jabrohim, dkk. Cara Menulis Kreatif. 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Kosasih, E. 2010. Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Genesindo.
Martono. 2009. Ekspresi Puitik Puisi Munawar Kalahan. Pontianak: STAIN Pontianak Press. Muchith, Saekhan. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: Rasail Media Group. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Subana, dkk. 2005. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Sukino. 2010. Menulis itu Mudah. Yogyakarta: Pustaka Populer. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana