perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BEGALON I LAWEYAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010
SKRIPSI
Oleh : TRI SUSANTO NIM : X7108773
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BEGALON I LAWEYAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010
Oleh : TRI SUSANTO NIM : X7108773
SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2010
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul : Peningkatan
Keterampilan
Menulis
Deskripsi
Melalaui
Pendekatan
Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta Tahun 2010
Oleh Nama
: Tri Susanto
NIM
: X7108773
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada Hari
: Jum’at
Tanggal
: 06 Agustus 2010
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Jenny I.S Poerwanti, M.Pd Drs. M. Shaifuddin, M.Pd, M.Sn NIP. 19630125 19870 3 2 001 commit to user NIP. 19530428 19880 3 1 001
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul : Peningkatan
Keterampilan
Menulis
Deskripsi
Melalaui
Pendekatan
Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta Tahun 2010 Oleh Nama
: Tri Susanto
NIM
: X7108773
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari
: Jum’at
Tanggal
: 06 Agustus 2010
Tim Penguji Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Sukarno, M.Pd
………………………………
Sekretaris
: Drs. Usada, M.Pd
………………………………
Anggota I
: Dra. Jenny I.S Poerwanti, M.Pd
………………………………
Anggota II
: Drs. M. Shaifuddin, M.Pd, M.Sn
………………………………
Di sahkan oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001 commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Tri Susanto. PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BEGALON I LAWEYAN SURAKARTA TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2010. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah : (1) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta Tahun 2010. (2) untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta Tahun 2010 melalui pendekatan kontekstual. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Begalon I Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi/pengamatan, Teknik in-dept Ineterview (wawancara mendalam), kajian dokumen, angket, Tes/Unjuk Kerja. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis kritis. Teknik tersebut mencakup kegiatan untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar-mengajar yang terjadi di dalam kelas berlangsung. Berdasarkan hasil penelitiaan dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan keterampilan menulis deskripsi setelah dilakukan tindakan kelas melalui pendekatan kontekstual. Berdasarkan kesimpulan di atas yang dapat direkomendasi bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta tahun 2010.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Tri Susanto. DESCRIPTION WRITING SKILLS IMPROVEMENT THROUGH TEACHING AND LEARNING APPROACH Contextual (CTL) IN CLASS V SD NEGERI BEGALON I LAWEYAN SURAKARTA YEAR 2010. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Eleven March Surakarta University, August 2010. The purpose of this classroom action research are: (1) to improve lesson quality in the descriptions of class V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta in 2010. (2) to improve students' writing skills in the descriptions of class V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta in 2010 through a contextual approach. Research is a form of class action by using three cycles. Each cycle consists of four stages, namely planning, execution, observation, and reflection. As the subject of this study was class V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta. Data collection technique used observation, in-dept Interview (depth interviews), document review, questionnaire, tests / Performance. Analysis using techniques of critical analysis. Techniques include activities to reveal weaknesses and strengths of students and teacher performance in teaching-learning process that occurs within the class lasts. Based on the results of the research can be concluded that there is increasing on writing skills after the class action through a contextual approach. This can be demonstrated with increasing writing skills before and after the description of actions undertaken. Based on the conclusion that can be made, can be submitted as a recommendation that the Indonesian learning through contextual approach can enhance students' writing skills in the descriptions of class V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta in 2010.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Kendati sabar pertama kali rasanya pahit, sungguh pada akhirnya aku menemui buahnya yang manis. (Muhammad Bin Ja’far)
Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula (Ar-Rohman : 60)
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada : Ayah Lamno dan Ibu Rukini tercinta yang membesarkan dengan penuh kasih sayang yang dan selalu mendoakan, memberikan bimbingan dengan tulus ikhlas serta mendukung disetiap langkahku. Pendamping hidupku Iva Sari EkaNuri Sahabat-sahabat yang aku sayangi, terima kasih atas dukungannya dan motivasi yang selalu kalian berikan. Rekan-rekan Mahasiswa S1 PGSD UNS dan Almamaterku.
commit to user
viii
ix digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayahnya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan. Skripsi yang berjudul PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) (Pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta) TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2010 ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasiltanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam menyusun skripsi ini. Untuk ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada semua pihak, khususnya kepada : 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Kartono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Dra. Jenny I.S Poerwanti, M.Pd selaku Pembimbing I yang mengarahkan dan membimbing dengan sabar sehingga selesainya skripsi ini. 5. Drs. M. Shaifuddin, M.Pd, M.Sn selaku Pembimbing II yang mengarahkan dan membimbing sehingga selesainya skripsi ini. 6. Dra. Sri Lestari selaku Kepala Sekolah SD Negeri Begalon I yang telah memberikan izin dan tempat penelitian kepada penulis. 7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. commit to user
x digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam menyusun skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan panulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Surakarta,
commit to user
Agustus 2010 Penulis
xi digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
PERSETUJUAN .............................................................................................
ii
PENGESAHAN ..............................................................................................
iii
ABSTRAK ....................................................................................................
iv
ABSTRACK ...................................................................................................
v
MOTTO ..........................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN ...........................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ix
DAFTAR ISI
................................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xiii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang ..........................................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
8
A. Landasan Teori ...........................................................................
8
I.
Hakikat Keterampilan Menulis Deskripsi ...........................
8
1. Pengertian Menulis ........................................................
8
2. Tahap-tahap Penulisan ...................................................
9
3. Pembelajaran Menulis....................................................
11
4. Jenis Tulisan ..................................................................
14
5. Tulisan Deskripsi ...........................................................
17
II. Pendekatan Contextual Teaching and Learning .................
19
B. Penelitian yang Relevan .............................................................
24
C. Kerangka Berpikir ......................................................................
24
D. Hipotesis Tindakan.....................................................................
27
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... commit to user A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
28
xi
28
xii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Subjek Penelitian .......................................................................
28
C. Sumber Data ...............................................................................
29
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
29
E. Validitas Data .............................................................................
31
F. Teknik Analisis Data .................................................................
32
G. Indikator Kinerja ........................................................................
32
H. Prosedur Penelitian.....................................................................
35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................
59
A. Hasil Penelitian ........................................................................
59
B. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................
64
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...............................
68
A. Kesimpulan ...............................................................................
68
B. Implikasi ....................................................................................
68
C. Saran ..........................................................................................
69
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
71
BAB V
LAMPIRAN-LAMPIRAN
commit to user
xiii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 01 Daftar nilai menulis deskripsi kondisi awal ................................. 75 Lampiran 02 Daftar nilai menulis deskripsi siklus I .......................................... 76 Lampiran 03 Daftar nilai menulis deskripsi siklus II ......................................... 77 Lampiran 04 Daftar nilai menulis deskripsi siklus III ....................................... 78 Lampiran 05 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus I pertemuan I .............. 79 Lampiran 06 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus I pertemuan II ............ 80 Lampiran 07 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus II pertemuan I ............ 81 Lampiran 08 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus II pertemuan II ........... 82 Lampiran 09 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus III pertemuan I ........... 83 Lampiran 10 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus III pertemuan II .......... 84 Lampiran 11 Presentase aktivitas guru .............................................................. 85 Lampiran 12 Angket pendapat siswa ................................................................. 86 Lampiran 13 Hasil observasi aktivitas siswa ..................................................... 88 Lampiran 14 Paduan wawancara guru ............................................................... 89 Lampiran 15 Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I ................................. 90 Lampiran 16 Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II ............................... 94 Lampiran 17 Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus III .............................. 98 Lampiran 18 Journal of online learning and teaching ........................................ 102 Lampiran 19 Foto-foto ....................................................................................... 108
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Dalam pengajaran bahasa indonesia, terdapat empat keterampilan berbahasa yang terdiri atas: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling bertalian satu sama lain. Henry Guntur Tarigan (1993: 1) menyatakan bahwa dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang runtut. Mulamula pada masa kecil kita belajar menyimak dan berbicara, sesudah itu membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki jenjang di sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari di sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan atau merupakan catur tunggal. Selanjutnya pengajaran bahasa indonesia perlu dilakukan sejak dini, yakni mulai tingkat sekolah dasar (SD) yang nantinya berguna sebagai landasan untuk jenjang tingkat lanjut dan juga sebagai upaya untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa tersebut. Pembelajaran bahasa Indonesia ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang dapat dilihat dari penguasaan empat keterampilan berbahasa yang meliputi mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca dan menulis. Setiap keterampilan tersebut erat pula berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari keterampilan seseorang dalam berbahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Sejak
pelaksanaan
kurikulum
1994
sudah
ditentukan
bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa usersastra Indonesia secara baik dan dalam berkomunikasi dengancommit bahasatodan 1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
benar, baik secara lisan maupun tulis. Jelas sekali bahwa siswa diharapkan untuk
menguasai
empat
keterampilan
berbahasa,
yaitu
menyimak/mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Akan tetapi, yang terjadi sekarang ini siswa kurang dapat mengembangkan keterampilan berbahasa tersebut khususnya dalam kaitannya dengan keterampilan menulis. Menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa yang terpadu antara keterampilan yang satu dengan yang lain seperti keterampilan mendengar, berbicara, dan membaca, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan. Sedangkan kemampuan atau keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, sering kita temui siswa yang telah menguasai bahasa Indonesia secara tertulis dan bagaimana menuliskannya. Siswa sering kali merasa kesulitan untuk mengungkapkan ide dan gagasannya secara tertulis. Hal ini dapat disebabkan kurangnya produktivitas siswa dalam menghasilkan suatu karya tertulis. Berdasarkan hasil temuan di lapangan dan wawancara dengan guru bahasa Indonesia yang bersangkutan, mengindikasikan bahwa keterampilan menulis deskripsi siswa perlu ditingkatkan. Kegiatan keterampilan menulis deskripsi yang dilakukan siswa saat ini dirasa belum optimal. Hasil yang dicapai pun kurang memuaskan. Siswa kurang dapat mengekspresikan ide, gagasan, ataupun pendapat dalam bahasa tulis. Bisa juga disebabkan oleh siswa yang belum terbiasa maupun tidak tertarik dengan kegiatan menulis. Kegiatan menulis sering dianggap sebagai momok dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Padahal berdasarkan kurikulum yang ada siswa diharapkan mempelajari bahasa dan sastra Indonesia berkaitan dengan keterampilan menulis dan siswa diharapkan mampu mengekspresikan berbagai, pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai bentuk ragam tulisan baik sastra maupun nonsastra. Menulis bukan pekerjaan yang sulit melainkan juga tidak mudah. Untuk memulai menulis, setiap penulis tidak perlu menunggu menjadi seorang commit to user penulis yang terampil. Belajar teori menulis itu mudah, tetapi untuk
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mempraktikkannya tidak cukup sekali-dua kali. Frekuensi latihan menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis-menulis (Khaerudin Kurniawan: 2006). Dunia tulis-menulis bisa menghantarkan siswa pada jendela pengetahuan dan pemikirannya sendiri. Sejauh mana penalaran dan pemahaman siswa terhadap suatu permasalahan sehingga dengan cara menuliskannya selain mampu mengetahui kemampuan penalaran juga terdapat suatu kemampuan penyerapan ilmu pengetahuan secara terus menerus, karena dengan tulisan berarti telah merekam dan melestarikan pemikirannya. Oleh sebab itu, selain kelebihan tersebut yang dapat dipetik dan dinikmati hasilnya, juga dilatih untuk membiasakan diri menulis segala sesuatu yang menjadi pengalamannya. Siswa bisa menuliskan pengalaman memandang suatu objek yang indah sehingga selain pengalaman objek visual yang diterjemahkan ke dalam bahasa kata atau kalimat siswa juga dapat mengungkapkan perasaannya ketika menikmati objek yang indah tersebut. Dari informasi yang ada diperoleh kesimpulan bahwa pada tes menulis deskripsi hanya ada 51% dari 20 siswa yang mendapat nilai 70 ke atas (batas ketuntasan SD Negeri Begalon I Surakarta) sedangkan sebagian besar siswa mendapat nilai di bawah 70, bahkan ada yang mendapat nilai 53. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan menulis deskripsi siswa kelas V SD Begalon I Surakarta tergolong rendah. Mengenai masalah rendahnya ketarampilan menulis deskripsi, peneliti bersama guru kelas V mengindentifikasi penyebab kegagalan siswa dalam pembelajaran menulis adalah adanya kualitas pembelajaran yang masih rendah. Siswa kurang termotivasi mengikuti pembelajaran karena selama ini pembelajaran berjalan secara monoton tanpa ada variasi tertentu. Ketiadaan variasi
dalam
pembelajaran
membuat
pembelajaran
menulis
terasa
menjemukan bagi sebagian besar siswa. Biasanya, dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis, guru terlalu terpancang pada buku teks sebagai satu-satunya sumber belajar mengajar. Selain itu, sebagian besar siswa masih belum terbiasa untuk memanfaatkan media tulis sebagai ruang untuk commitmereka, to user dengan kata lain siswa belum mengungkapkan ide dan gagasan
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terbiasa dengan tradisi menulis dalam bentuk tulisan apapun. Hal ini menyebabkan sebagian besar siswa membutuhkan waktu cukup lama untuk dapat menuangkan ide dan gagasannya apalagi untuk dapat menggambarkan dalam bentuk kata-kata tentang gambaran suatu objek. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V diperoleh informasi bahwa selama ini guru kesulitan untuk menemukan teknik atau metode yang tepat untuk mengajarkan materi menulis dengan baik sehingga proses pembelajaran kurang optimal. Salah satu upaya yang dapat diusahakan oleh guru agar dapat meningkatkan pembelajaran menulis deskripsi adalah dengan mengadakan strategi variasi dalam pembelajaran. Mulyasa (2006: 78) mengemukakan bahwa variasi dalam pembelajaran bertujuan: (1) meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi standar yang relevan; (2) memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik terhadap berbagai hal baru dalam pembelajaran; (3) memupuk perilaku positif peserta didik terhadap pembelajaran; dan (4) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya. Salah satu hal yang bisa dilakukan dalam mengadakan variasi dalam pembelajaran ialah dengan menerapkan pendekatan. Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yng diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan, antara pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas, 2002 : 1). Siswa perlu diberi kesempatan untuk menghubungkan kegiatan pembelajaran yang mereka alami dengan konteks kehidupan yang sesungguhnya. Dalam
penerapan metode pengejaran
tradisional, siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran. Adapun komponen-komponen yang terdapat dalam CTL, yaitu (1) kontruktivisme (Contruktivisme), (2) menemukan (Inquiri), (3) bertanya (Questioning), (4) masyarakat belajar (Learning Community) (5) pemodelan commit to user (Modelling), (6) refleksi (Reflection), dan penilaian yang sebenarnya
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
(Authentic Assesment). Dengan menerapkan ketujuh komponen tersebut, siswa diajak untuk terlibat langsung mulai dari pemahaman materi, kegiatan diskusi, pembentukan kelompok belajar, dan lain-lain. Berdasarkan penjelasan mengenai pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di atas dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) diperkirakan dapat mengatasi permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran menulis deskripsi, dengan alasan: (1) Situasi pembelajaran lebih kondusif, karena peserta didik dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran dan posisi guru lebih bervariasi (di depan, di tengah-tengah, dan di belakang). (2) Pendidik tidak lagi menggunakan metode konvensional, sehingga pembelajaran lebih berpusat pada peserta didik dan peserta didik menjadi lebih aktif. (3) Peserta didik tidak lagi disuguhi ceramah oleh pendidik yang membuat peserta didik cepat bosan. (4) Pendidik akan lebih kreatif dalam menemukan metode yang tepat untuk meingkatkan keterampilan menulis deskripsi dan (5) Pendidik akan lebih termotivasi untuk mencari media pembelajaran baru (modelling) dari berbagai sumber, karena pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) mengarahkan pendidik untuk menggunakan media pembelajaran yang lebih bervariasi untuk meningkatkan minat dan motivasi peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Sehubungan dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, untuk mengetahui apakah dengan pendekatan contextual teaching and learning dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa maka penelitian ini dilakukan.
B. Perumusan Masalah Untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai arah penelitian, dibawah ini disajikan rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran menulis deskripsi commit to user pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta?
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
2. Apakah dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Meningkatkan kualitas pembelajaran menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Begalon I Surakarta dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). 2. Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis sebagai berikut : 1. Manfaat Teoretis a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran yang inovatif dan mendukung teori CTL (Contextual Teaching and Learning). b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai fakta pembelajaran menulis dengan pendekatan Contextual Teching and Learning (CTL). 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Menumbuhkan motivasi siswa dalam dalam melakukan kegiatan menulis deskripsi. 2) Mengembangkan daya imajinasi siswa. 3) Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa. b. Bagi Guru 1) Meningkatkan kualitas kerja guru commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran menulis 3) Sebagai sarana untuk membina kreativitas siswa dalam kegiatan menulis 4) Mewujudan pembelajaran yang inovatif c. Bagi Peneliti 1. Mengembangkan wawasan dan mendapatkan pengalaman 2. Mendapatkan
fakta
bahwa
dengan
pendekatan
Contextual
Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa. 3. Memberi sumbangan terhadap perbaikan pembelajaran menulis deskripsi di sekolah dasar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
I. Hakekat Menulis Deskripsi 1. Pengertian Menulis Tarigan (1993:3) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan bahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antar manusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya (Sabarti Akhaidah, dkk., 1996:1). Menulis merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat ekspresif, produktif dan kreatif. Oleh karena itu, keterampilan ini menyaratkan sesuatu yang lebih kompleks daripada membaca (Yant Mujiyanto, dkk., 2000:64). Keterampilan berbicara termasuk keterampilan berbahasa yang bersifat aktif-produktif. Akan tetapi, menulis berbeda dengan berbicara, kalau dalam berbicara orang (pembicara) menggunakan pesan komunikasi (gagasan, pikiran, dan perasaan) dengan bahasa lisan. Selama proses menulis seseorang mengungkapkan pesan komunikasi dengan bahasa tulis. Pendapat lain menyatakan bahwa menulis merupakan pemindahan pikiran atau perasaan ke dalam bentuk lambang- lambang bahasa (N. Atar Semi, 190:8). Pada dasarnya kegiatan menulis bukan hanya berupa melahirkan pikiran atau perasaan, melahirkan juga merupakan kegiatan pengungkapan ide, pengetahuan ilmu dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa commit to user tulis. Penyampaianya melalui bahasa tulis kepada pembaca harus dapat 8
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dipahami dengan tepat seperti yang dimaksudkan oleh penulis. Oleh karena itu, menulis bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana dan tidak perlu dipelajari. Bardasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan berkomunikasi secara tidak langsung untuk menyampaikan pesan dengan mengunakan tulisan sebagai medianya. Tulisan itu terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan yang diorganisasikan secara logis dan sistematis. Kegiatan menulis ini bersifat produktif dan ekspresif. 2. Tahap-tahap Penulisan Menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan. Didalamnya terdapat beberapa tahap-tahap penulisan, dan tahap revisi (Sabarti Akhadiah, dkk., 1996:2-5). Ketiga tahap penulisan itu menunjukkan kegiatan utama yang berbeda. Di dalam tahap pra penulisan ditentukan dalam tahap penulisan: mengembangkan gagasan dalam kalimat-kalimat, satuan paragraf, bab, atau bagian. Adapun tahap revisi yang dilakukan ialah membaca dan menilai kembali yang telah ditulis, memperbaiki, mengubah bahkan jika perlu memperluas tulisan tadi. Sabarti Akhadiah, dkk. (1996:2-5), mengemukakan tahap-tahap yang harus dilalui dalam menulis meliputi : a. Tahap pra Penulisan Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis, di dalamnya mencakup beberapa langkah-langkah kegiatan menulis karangan meliputi : 1) Menentukan Topik Seorang penulis menentukan apa saja yang akan dibahas di dalam tulisannya. Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber ilmu, pengalaman, dan perencanaan.
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Membatasi Topik Membatasi topik berarti mempersempit lingkup pembicaraan. Untuk mempermudah pembahasan digunakan gambar, bagan, diagram, atau cara visualisasi yang lainnya. 3) Menentukan Tujuan Penulisan Penentuan tujuan penulisan akan memberikan gambaran apa yang akan dilakukan pada tahap penulisan, bahkan apa yang akan diberlakukan. 4) Menentukan Bahan Penulisan Pengumpulan semua informasi atau data yang dipergunakan untuk mencapai data penulisan. 5) Membuat Kerangka Karangan Penyusunan kerangka karangan merupakan kegiatan terakhir pada tahap persiapan penulisan. b. Tahap Penulisan Pada tahap ini penulis membahas setiap butir topik yang ada dalam susunan kerangka. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu kerangka yang utuh, diperlukan bahasa. Penulis harus menguasai katakata yang akan mendukung gagasan. Penulis harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat pula. Kata-kata harus dirangkaikan menjadi kalimat efektif selanjutnya kalimat-kalimat tersebut harus disusun menjadi paragraf dan ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai penggunaan tanda baca secara tepat. c. Tahap Revisi Pada tahap ini sebuah tulisan perlu dibaca kembali. Penulis meneliti secara menyeluruh, mengenal logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, daftar pustaka dan sebagainya. Jika tidak ada lagi yang kurang memenuhi syarat maka selesailah sebuah tulisan. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
S. Effendi (dalam Yant Mujiyanto, dkk., 2000:71) menjabarkan tahapan yang harus ditempuh dalam menulis, yaitu (1) mencatat pokok tulisan, (2) mengumpulkan bahan yang bertalian dengan pokok tulisan, (3) memilih bahan yang paling berkaitan dan menatanya dalam bentuk kerangka tulisan, (4) menguraikan rumusan kerangka tulisan ke dalam bentuk karangan, dan (5) menyunting karangan tersebut sebelumnya menerbitkannya. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis terbagi menjadi 3, yaitu prapenulisan, penulisan, dan revisi. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan dalam satu rangkaian kegiatan yang disebut proses menulis. Penulis harus melampaui semua tahapan tersebut untuk menghasilkan tulisan yang baik. Di dalam penelitian ini, guru dan peneliti menerapkan teknik koreksi sendiri untuk menganalisis tulisan siswa. Siswa diminta menganalisis kesalahan penulisan yang mereka lakukan; dan guru mengajarka bagaimana cara membenahi tulisan mereka. Teknik tersebut dilaksanakan dalam siklus 3. 3. Pembelajaran Menulis Setiap
manusia
mempunyai
kelebihan
tersendiri
dalam
mengungkapkan isi hatinya. Ada yang mampu mengungkapkannya secara lisan ataupun tertulis. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kecepatan berpikir tiap individu. Untuk menjembatani keadaan itu, maka pembelajaran keterampilan menulis perlu ditempatkan sebagai suatu hal utama. Keterampilan menulis harus mendapat prioritas dalam pengajaran keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa lainnya merupakan penunjang pengajaran keterampilan menulis. Pembelajaran menulis mengkaji beberapa keterampilan yaitu menyimak, berbicara dan membaca. Melalui keterampilan menulis, siswa mampu mengembangkan kreativitas, intuisi, imajinasi, dan daya nalarnya. Prinsip penting dalam pembelajaran menulis adalah materi pembelajaran yang disajikan kepada siswa harus sesuai dengan kemampuannya pada commit to user suatu tahapan pembelajaran tertentu. Belajar memang merupakan upaya
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang memakan waktu cukup lama, dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, dari yang sederhana sampai yang rumit, pendeknya memerlukan suatu tahapan. Sesuai dengan tingkat kemampuan para siswa, materi pembelajaran yang akan disajikan hendaknya juga diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesukaran dan kriteria-kriteria tertentu lainnya. Tanpa adanya kesesuaian antara siswa dengan materi yang diajarkan, penyampaian pembelajaran akan mengalami kegagalan. Pembelajaran menulis menyibukkan para siswa untuk belajar bahasa. Menulis di sini dimaksudkan sebagai suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan akibat adanya hubungan antara manusia satu dengan yang lain. Proses berkomunikasi secara tertulis ini berlangsung melalui tiga media, yaitu : (1) visual, (2) lisan, dan (3) tulisan (Tarigan, 1993:19). Pembelajaran menulis sangat erat hubungannya dengan komunikasi lisan dan komunikasi tulis karena sifat penggunaannya saling berkaitan dalam bahasa. Terdapat sejumlah situasi yang sekaligus membutuhkan keduaduanya dan situasi-situasi lainnya yang membutuhkan dua bahkan tiga jenis media. Tarigan (1993:19) membagi empat jenis aspek proses komunikasi, yaitu (1) komunikator, (2) pesan, (3) saluran, dan (4) penonton, pendengar dan pemirsa. Keempat jenis aspek proses komunikasi itu sangat penting dalam melakukan kegiatan menulis. Kemampuan menulis akan menulis akan mudah dikuasai apabila penulis mampu menerjamahkan keempat aspek proses komunikasi tersebut. Berkaitan dengan penjelasan di atas, ada beberapa hal yang perlu disikapi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menulis, antara lain : a. Tujuan Pembelajaran Menulis Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan bahasa penting untuk dikuasai. Pembinaan dan peningkatan kemampuan menulis diharapkan dapat bermanfaat untuk keperluan di masyarakat. Tujuan yang ingin dicapai dalam kemampuan menulis ini, antara lain : commit tomenghibur, user memberitahukan, meyakinkan, dan mencurahkan perasaan.
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tujuan-tujuan tersebut lebih lazim disebut sebagai tujuan : memberitahukan / mengajar, meyakinkan / mendesak, menghibur / menyenangkan, dan ekspresif diri (Tarigan, 1993:23). Imam Koermen (dalam Budinuryanta, dkk., 1997:12.1) mengemukakan beberapa tujuan pembelajaran menulis, antara lain : memberitahukan/menginstruksikan, meyakinkan/mempersuasikan, dan menghibur/menyenangkan. Tujuan-tujuan tersebut lazim disebut sebagai tujuan : informatif, persuasif, literer, dan ekspresif. Keempat tujuan tersebut diharapkan membawa manfaat yang besar bagi masyarakat. Berdasarkan
pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa tujuan pembelajaran menulis dibagi menjadi empat, yaitu : (a) tujuan informatif, penulis berusaha memberikan informasi sejelasjelasnya kepada pembaca agar pesan yang ingin disampaikannya dapat dimengerti oleh pembaca, (b) tujuan persuasif, penulis berusaha mempengaruhi pembaca agar pembaca memiliki keyakinan yang besar terhadap pesan yang ingin disampaikannya dan berusaha untuk dapat melaksanakan pesan itu dengan penuh kesadaran, (c) tujuan literer, penulis berusaha menghibur dan menyenangkan pembaca sehingga pembaca bisa memperoleh kesan kuat terhadap pesan yang disampaikan
penulis,
(d)
tujuan
ekspresif,
penulis
berusaha
mencurahkan perasaan yang sedalam-dalamnya kepada pembaca. b. Fungsi dan Manfaat Pembelajaran Menulis Fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Menulis sangat penting dalam dunia pendidikan karena memudahkan seorang berpikir kritis, di samping itu menulis dapat memperdalam persepsi, memecahkan masalah, dan menjelaskan pikiran kita. Menulis bukan hanya suatu bentuk berpikir, tetapi juga berpikir bagi pembaca tertentu dan bagi waktu tertentu. Salah satu dari tugas penting penulis adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berpikir, yang akan menolongnya mencapai maksud dan tujuan penulis. Kemampuan menulis merupakan tuntutan segala zaman, karena dengan menulis umur manusia akan semakin panjang. Kemampuan menulis bukan monopili orang berbakat. Semua orang mampu menulis jika berlatih secara benar. Tujuan mempelajari keterampilan menulis tiada lain agar seseorang memiliki kemampuan dan pengalaman menulis serta memanfaatkan kemampuan itu untuk berbagai keperluan. Kemampuan menulis menurut Imam Koermen (dalam Budinuryanta, dkk., 1997:12.2) memberikan beberapa keuntungan bagi orang yang bersangkutan (penulis), antara lain (a) penulis lebih mengenali kemampuan yang bersangkutan (penulis), antara lain (a) penulis lebih mengenali
kemampuan
dan
potensi
diri,
(b)
penulis
dapat
mengembangkan berbagai gagasan, (c) penulis dapat memeperluas wawasan teoretis dan praktis, (d) penulis dapat memperjelas permasalah yang samar-samar, (e) penulis dapat menilai gagasan sendiri secara objektif, (f) penulis dapat memecahkan masalah, (g) penulis dapat mendorong belajar secara aktif, dan (h) penulis membiasakan diri untuk berpikir dan berbahasa secara tertib. Memperhatikan uraian di depan dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis bagi penulis itu sendiri, antara lain (a) dapat mengembangkan berbagai gagasan, (b) dapat mengenali kemampuan dan potensi diri, (c) dapat menilai gagasan secara objektif, (d) dapat mengorganisasikan gagasan secara sistematis, (e) lebih mudah memecahkan masalah, (f) lebih banyak menyerap, mencari, dan menguasai informasi, (g) mendorong belajar secara aktif, dan (h) membiasakan berpikir dan berbahasa secara tertib. 4. Jenis Tulisan M. Atar Semi (1990 : 32) mengungkapkan bahwa secara umum tulisan dapat dikembangkan menjadi 4 jenis, yaitu narasi, eksposisi, commit to user deskripsi, dan argumentasi. Narasi merupakan bentuk percakapan atau
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Suluh Numpang Nulis (2006:1) mengemukakan bahwa narasi adalah sebuah paragraf yang memiliki gaya bertutur mengikuti sistematika waktu kejadian. Berdasarkan
rumusan
itu
jelas
bahwa
narasi
merupakan
penyampaian seperangkat peristiwa atau pengalaman tentang diri sendiri dan orang lain pada suatu saat atau suatu kurun waktu tertentu. Sebagai cerita ia bermaksud memberitahukan apa yang diketahui dan dialami kepada pembaca atau pendengar
dengan tujuan agar mereka dapat
merasakan dan mengetahui peristiwa tersebut dan menimbulkan kesan di hatinya, baik berupa kesan tentang peristiwa atau kejadian estetik. Menurut Gorys Keraf (2000:17) narasi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi berusaha menjawab pertanyaan “Apa yang telah terjadi?”. M.Atar Semi (1990:39) menyatakan bahwa eksposisi adalah tulisan yang bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu. Ciri penanda eksposisi adalah sebagai berikut : (1) berupa tulisan yang memberikan pengertian dan pengetahuan, (2) menjawab pertanyaan tentang apa, mengapa, kapan, dan bagaimana, (3) disampaikan dengan lugas serta berbahasa baku, dan (4) menggunakan nada netral, tidak memihak, dan memaksakan sikap penulis terhadap pembaca. Tulisan eksposisi bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu. Eksposisi yang baik bertujuan memberikan tambahan pengertian dan pengetahuan yang memiliki syarat akurat, jelas, dan singkat. Paragraf yang cara bertuturnya merupakan ungkapan atau penggambaran akan sesuatu hal seperti keadaan emosi atau keadaan lingkungan tertentu dinamakan dengan paragraf deskriptif (Suluh Numpang Nulis, 2006 :1). Tulisan deskripsi memberikan perincian atau commit to user detail tentang suatu objek sehingga dapat memberikan pengaruh pada
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sensitifitas dan imajinasi pembaca atau pendengar, seolah-olah pembaca ikut melihat, mendengar atau mengalami langsung objek tersebut. M. Atar Semi (1990:43) menyatakan bahwa ciri penanda deskripsi adalah (1) berupaya memerlihatkan detail atau perincian tentang objek, (2) bersifat memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca (3) disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan kata yang menggugah, (4) memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat dan dirasakan sehingga objek pada umumnya benda, alam, dan manusia, dan (5) organisasi penyampaiannya lebih banyak menggunakan susunan ruang. M. Atar Semi (1990:47) menyatakan bahwa argumentasi merupakan tulisan yang bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat atau pernyataan penulis Argumen adalah suatu proses penalaran. Ada dua cara bernalar dalam argumen, yaitu secara deduktif dan induktif. Deduktif adalah metode bernalar bergerak dari hal yang bersifat umum ke hal khusus. Merode deduktif dimulai dari kesimpulan kemudian diiringi dengan uraian, penjelasan, atau contohcontoh.
Induktif
adalah
metode
bernalar
yang
dimulai
dengan
mengemukakan pernyataan bersifat khusus kemudian diiringi dengan kesimpulan umum. Metode induktif dimulai dari uraian, penjelasan, kemudian baru disampaikan kesimpulan. Argumentasi yang baik biasanya menggunakan kaidah-kaidah logika yang benar. Silogisme atau tautologi sering digunakan dalam mengungkapkan atau membentuk paragraf argumentasi. Demikian juga kesesuaian isi dengan realitas kehidupan sehari-hari merupakan suatu landasan yang berguna dalam menyusun paragraf argumentasi (Suluh Numpang Nulis, 2006:1). Adapun ciri penanda argumentasi sekaligus merupakan ciri penanda eksposisi menurut M. Atar Semi (1990:48) adalah sebagai berikut : (a) bertujuan meyakinkan orang lain (eksposisi memberi informasi), (b) berusaha membuktikan kebenaran suatu pernyataan atau commit user pokok persoalan (eksposisi hanyatomenjelaskan), (c) mengubah pendapat
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembaca (eksposisi menyerahkan keputusan kepada pembaca), dan (d) fakta yang ditampilkan merupakan bahan pembuktian (eksposisi menggunakan fakta sebagai alat mengkonkretkan). 5. Tulisan Deskripsi Deskripsi adalah penggambaran/pelukisan sesuatu dengan katakata dengan satu tujuan yakni pembaca/pendengar mendapatkan gambaran tentang sesuatu itu. Dengan pilihan kata dan susunan kalimat, keterpaduan antar kalimat dalam paragraf serta keterpaduan antar paragraf dalam keseluruhan tulisan pembaca/pendengar diharapkan bisa menangkap sesuatu (objek yang dideskripsikan) sebagaimana penulisnya melihat, mendengar, merasakan sesuatu yang dideskripsikan. Dengan kata lain diskripsi adalah tulisan yang dihasilkan oleh seseorang setelah ia, dengan segenap inderanya, mengalami
secara langsung dengan melihat,
merasakan, emndengar, meraba, mencium suatu objek tertentu semisal sebuah tempat, seseorang, benda ataupun keadaan. Deskripsi bertujuan menghadirkan suatu objek seperti apa adanya. Penulis memindahkan kesan-kesannya, memindahkan hasil pengamatan dan perasaannya secara rinci wujud yang dapat ditemukan pada objek yang dideskripsikan kepada calon pembacanya. Ketajaman indera, kepiawaian memilih kata dan menyusun kalimat adalah penentu hidup tidaknya, menawan tidaknya, menggetarkan tidaknya sebuah diskripsi. Kegagalan seorang penulis pemula dalam menulis deskripsi biasanya hanya mengandalkan salah satu atau dua indera saja. Misalnya jika penggambaran suatu objek hanya menghadirkan tangkapan indera penglihatan saja maka apa yang dideskripsikan terasa kering dan akhirnya pembaca tidak mendapatkan kesan tentang sesuatu yang dideskripsikan itu. (http://gurubahasa.com) Deskripsi adalah tulisan yang tujuannya memberikan perincian tentang deskripsi objek sehingga dapat memberi pengarahan pada sensitivitas dan imajinasi pembaca dan pendengar, bagaikan mereka ikut commit to user melihat, mendengar. Deskripsi adalah tulisan yang tujuannya memberikan
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
perincian tentang merasakan, atau mengalami langsung objek tersebut. Agar menghasilkan tulisan deskripsi yang baik, seorang penulis harus memahami objek tulisan, sehingga dapat disajikan dengan hasilnya bagaikan potret kenyataan yang sebenarnya (Atar Semi, 1990 : 42) Muchlisoh (1992:349) menyatakan bahwa deskripsi adalah karya tulis yang melukiskan sesuatu. Artinya, apa yang dapat diamati oleh penulis yang mungkin juga dirasakan oleh pembaca. Penulis berusaha memaparkan keadaan nyata dari sebuah objek sesuai dengan kemampuan dan keinginan penulis dalam mengindera (mendengar, melihat, merasakan, dsb) tentang objek dari karya tulisnya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penginderaan penulis dalam memaparkan suatu objek adalah tujuan penulis memaparkan objek tersebut. Karena tujuan ini akan menjadi sumber bagi si penulis memaparkan objek tersebut. Karena tujuan ini akan menjadi sumber bagi si penulis di dalam mengadakan pendekatan terhadap objek itu. Sebagai contoh, penulis A dan B mengamati suatu objek tertentu (misalnya sebuah bukit), mungkin di antara dua penulis itu akan mendeskripsikan bukit tersebut dengan cara berbeda. Penulis A ingin menuliskan bagaimana indahnya pemandangan di bukit. Penulis B menuliskan bagaimana seramnya bukit tersebut karena penulis B melihat di bukit itu terdapat sebuah pohon yang sangat besar dan sudah tua. Jadi, dengan adanya perbedaan keinginan tujuan pada penulis yang berbeda akan menyebabkan deskripsi atau paparan tentang objek yang sama akan menjadi berlainan. Penulis A menyatakan indah, penulis B menyatakan seram. Berdasarkan contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa deskripsi adalah jenis karya tulis yang ada di dalamnya menuliskan suatu situasi atau keadaan dengan kata-kata sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, dan merasakan sendiri objek yang dilukiskan dalam deskripsi. Atar Semi (1990:43) mengungkapkan ciri-ciri penanda deskripsi adalah: (1) lebih berusaha memperlihatkan detail atau perincian tentang commit to pengaruh user objek, (2) bersifat memberikan sensitivitas dan imajinasi
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembaca, (3) disampaikan dengan gaya memikat dan pilihan kata yang menggugah, (4) deskripsi lebih banyak memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dilihat dan dirasakan sehingga objek pada umumnya benda, alam, warna, dan manusia, dan (5) organisasi penyampaian tulisan deskripsi lebih banyak menggunakan susunan hati itu. Berkaitan dengan urutan penyajiannya, penulis dituntut mampu menetapkan urutan yang paling baik dengan menampilkan detail-detail yang dipilih. Dalam tulisan deskripsi, untuk mendeskripsikan seorang tokoh dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu : (1) menggambarkan fisik yang bertujuan memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya tentang keadaan tubuh seorang tokoh, (2) menggambarkan tindak-tanduk seorang tokoh, (3) menggambarkan keadaan yang mengelilingi tokoh; (4) menggambarkan perasaan dan pikiran tokoh, dan (5) menggambarkan watak seseorang.
II. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Dalam proses belajar mengajar, guru dituntut untuk menciptakan sistem pengajaran yang sukses, sedangkan siswa diminta untuk mengikuti pembelajaran secara aktif. Semua itu tentu saja tidak bisa dilakukan dengan mudah. Siswa yang ada pada sebuah kelas memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Kemampuan yang dimiliki siswa yang satu tidak sama dengan kemampuan siswa yang lain. Sebagai tenaga pendidik, guru hendaknya mengetahui dan memahami karakteristik yang ada pada diri siswa serta berusaha
memenuhi
kbutuhan
siswa
sehubungan
dengan
proses
pembelajaran. Untuk itu, guru diharapkan dapat dengan cermat menentukan strategi belajar dengan menggunakan metode atau pendekatan pembelajaran yang tepat. Salah satu pendekatan yang bisa diterapkan dalam suatu pengajaran adalah pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). Menurut Johnson (2007:14), pendekatan CTL adalah sebuah sistem commit to userbahwa siswa mampu menyerap belajar yang didasarkan pada filosofi
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan
antara
pengetahuan
yang
dimilikinya
dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement Of Education, 2001). Pendekatan CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas, 2002 :1). Pendekatan
konstektual
yang
diterapkan
dengan
sungguh-sungguh
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa. Sementara Nurhadi, Furhanuddin, dan Sendak (2003:13) memberikan batasan tentang pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) sebagai berikut: Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari – hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Menurut Blanchard, ciri-ciri kontektual : 1) menekankan pada pentingnya pemecahan masalah. 2) kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks. 3) kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri. 4) mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri. 5) pelajaran menekankan pada konteks commitkehidupan to user siswa yang berbeda-beda. 6) menggunakan penilaian otentik.
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
Depdiknas (2002: 10-19) juga menyatakan bahwa pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu kontruktivisme (Contructivisme), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), bertanya (Questioning), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Assesment). Berikut adalah penjelasan dari setiap komponen-komponen: 1. Konstruktivisme (Contructivisme) Konstruktivisme (Contruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasil diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkontruksikan pengetahuan di benak mereka. 2. Menemukan (Inquiry) Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keetrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. 3. Bertanya (Questioning) Bertanya adalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan. Dengan adanya keingintahuanlah pengetahuan selalu dapat berkembang. Dalam pembelajaran model CTL guru tidak menyampaikan informasi begitu saja tetapi memancing siswa dengan bertanya agar siswa dapat menemukan jawabannya sendiri. Dengan demikian pengembangan keterampilan guru dalam bertanya sangat diperlukan. Hal ini penting karena pertanyaan guru menjadikan pembelajaran lebih produktif, yaitu berguna untuk : (a) Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan pelajaran, (b) Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, commit to user (c) Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu, (d) Memfokuskan
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa pada sesuatu yang diinginkan, (e) Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu. Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari “bertanya”. Sebelum orang tahu kota Palu, seseorang bertanya “Mana arah ke kota Palu?”. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran CTL. Bertanya dalam pembelajaran
dipandang sebagai
kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali informasi,
mengkonfirmasikan
apa
yang
sudah
diketahui,
dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. 4. Masyarakat Belajar (learning Community) Konsep Learning Community menyatakan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari “sahring” antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pmbelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang angotanya heterogen, yang pandai mengajari yang lemah. Yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lamat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. 5. Pemodelan (Modelling) Komponen CTL selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olah raga, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa inggris, dan sebagainya. Atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model “bagaimana cara belajar”. 6. Refleksi (Reflection) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran dengan pendekatan CTL. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pelajaran yang baru diterima. 7. Penilaian yang Sebenarnya (Assesment) Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasi bahwa mengalami kemacetan dalam belajar, guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Secara sederhana langkah penerapan CTL dalam kelas secara garis besar menurut Sugianto (2008) adalah sebagai berikut : 1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. 4) Ciptakan “masyarakat belajar” (belajar dalam kelompokkelompok). 5) Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran. 6) Lakukan refleksi di akhir penemuan. 7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Bertolak dari pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna. Pendekatan CTL banyak memiliki kelebihan, yaitu : (a) Mengutamakan pengalaman nyata, (b) Pembelajaran berpusat pada siswa, bukan pada guru, (c) Siswa menjadi commit to user lebih aktif, kritis, dan kreatif selama mengikuti proses pembelajaran, (d)
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pendekatan CTL membuat siswa lebih dekat dengan kehidupan nyata karena siswa mengalami pembelajaran, bukan hanya menghafal materi saja, (e) Hasil pembelajaran diukur dengan berbagai cara (dilihat dari proses dan hasil), bukan hanya dengan tes.
B. HASIL PENELITAIN YANG RELEVAN Berdasarkan hasil penelitian Kartono dkk yang berjudul Pembelajaran Kontekstual Pada Sains Guna Meningkatkan Keterampilan Kerja Ilmiah Siswa Kelas V Sekolah Dasar didapat kesimpulan sebagai berikut : Pembelajaran kontekstual dapat meningkatan keterampilan kerja ilmiah pada murid kelas V SD Negeri Begalon I, Laweyan, Surakarta. Peningkatan yang signifikan ada pada : (1) jumlah murid Yang melakukan keterampilan kerja ilmiah, dan (2) pencapaian keterampilan kerja ilmiah. Sedangkan jumlah keterampilan kerja ilmiah yang dilakukan murid tidak menunjukkan kenaikan yang signifikan. Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Elen Inderasari (2008). Elen Inderasari menyimpulkan bahwa penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran apresiasi drama. Hasil penelitian yang dapat dikemukakan ialah terjadinya peningkatan baik proses maupun hasil belajar siswa.
C. KERANGKA BERPIKIR Berdasarkan teori-teori ataupun konsep yang telah diuraikan di depan, kerangka berpikir penelitian ini dapat diterangkan sebagai berikut : kondisi awal sebelum tindakan dilaksanakan, diperoleh gambaran (yang dilakukan pada kegiatan prasurvei dengan observasi, wawancara, dan angket) bahwa kemampuan menulis deskripsi siswa kelas V SD Negeri I Begalon Surakarta rendah apabila dibandingkan dengan nilai keterampilan berbahasa dan bersastra Indonesia lainnya, media yang digunakan guru terbatas, serta metode mengajar guru menonton. Agar kemampuan menulis deskripsi siswa meningkat, peneliti memebrikan solusi dengan agar menggunakan pendekatan CTL untuk commit to user diaplikasikan di dalam pembelajaran menulis deskripsi. Penelitian ini
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menggunakan model pelatihan untuk mengukur kemampuan menulis deskripsi siswa. Peneliti bekerjasama dengan guru merumuskan bentuk pembelajaran yang menarik dan menimbulkan minat siswa untuk menulis deskripsi. Salah satu upaya menarik minat siswa adalah dengan pemberian hadiah. Bila tindakan tersebut dilakukan, maka diduga pembelajaran menulis deskripsi akan berlangsung aktif dan menarik. Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia khusunya menulis deskripsi dengan pendekatan CTL ini nantinya siswa diajak untuk belajar menulis deskripsi dengan cara menyenangkan. Perwujudan pembelajaran menulis yang demikian itu, cenderung membuat siswa akan lebih tertarik, senang, aktif, dan termotivasi. Untuk lebih jelasnya tentang kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KONDISI AWAL Pembelajaran menulis kurang berhasil Keterampilan menulis deskripsi siswa tergolong rendah
TINDAKAN PTK
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
Tindakan
Tindakan PTK Pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan CTL
4. Analisis dan
3. Observasi dan
refleksi
Interpretasi
KONDISI AKHIR Pembelajaran menulis berhasil Keterampilan menulis deskripsi siswa meningkat
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. HIPOTESIS TINDAKAN Melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran menulis deskripsi dapat : 1.
Meningkatkan kualitas pembelajaran menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta.
2.
Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Begalon I Surakarta. Alasan pemilihan sekolah dan kelas V sebagai tempat penelitian adalah karena pertama, peneliti sudah memiliki hubungan yang cukup baik dengan guru kelas V. Kedua, terdapat keterampilan menulis yang tergolong rendah di kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai dengan April 2010. Untuk lebih jelasnya, rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 3 : rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian Bulan
No
Jenis Kegiatan
1.
Persiapan survei awal sampai
Feb10 - -xx
Mar 10
Apr 10
Mei 10
Jun 10
Jul 10
xxxx
penyusunan
proposal 2.
Menentukan informan,
xxxx
menyiapkan peralatan dan instrumen 3.
Pengumpulan Data
xxxx
4.
Analisis Data
--xx
5.
Penyusunan laporan
xxx - - -xx
xx--
B. SUBJEK PENELITIAN 1. Subjek Penelitain Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V dan guru kelas V SD Negeri commit to user Begalon I Surakarta. 28
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah keterampilan menulis deskripsi di kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta.
C. SUMBER DATA Ada tiga sumber data penting yang dijadikan sasaran penggalian dan pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber data tersebut meliputi : 1. Peristiwa proses belajar mengajar keterampilan menulis deskripsi Data yang dikumpulkan yaitu data tentang bagaimana proses pembelajaran keterampilan menulis deskripsi yang berlangsung di kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta. 2. Informan Informan dalam penelitian ini adalah guru kelas V dan siswa kelas V yang berjumlah 20 anak karena dalam kelas ini pembelajaran menulis deskripsi masih tergolong rendah. 3. Dokumen Dokumen yang akan dijadikan sumber data berupa: hasil karangan siswa, angket motivasi, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Observasi Observasi dilakukan untuk mengamati perkembangan pembelajaran yang dilakukan siswa dan guru sejak sebelum pelaksanaan tindakan, pada saat pelaksanaan tindakan, sampai akhir tindakan. Dalam kegiatan ini, peneliti termasuk sebagai partisipan pasif. Peneliti tidak melakukan tindakan yang dapat mempengaruhi peristiwa yang sedang berlangsung. Observasi atau pengamatan ini dilakukan dengan cara peneliti commit to user bertindak sebagai partisipan pasif yang mengamati jalannya pembalajaran di
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kelas yang dipimpin oleh guru. Guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan peneliti. Peneliti mengambil posisi di tempat duduk paling belakang, mengamati jalannya proses pembelajaran di kelas yang dipimpin oleh guru, apakah pembelajaran yang dilaksanakan guru sesuai dengan yang direncanakan. Peneliti mengambil posisi di tempat duduk paling belakang, mengamati jalannya proses pembelajaran sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan berada di tempat duduk paling belakang, peneliti memiliki kesempatan untuk mengamati seluruh peristiwa yang terjadi di dalam kelas dengan leluasa. Hasil observasi peneliti didiskusikan dengan guru yang bersangkutan untuk kemudian dianalisis bersama-sama untuk mengetahui berbagai kelemahan yang ada dan untuk mencari solusi terhadap segala kelemahan yang ada. Hasil diskusi berupa solusi untuk berbagai kelemahan tersebut kemudian dilaksanakan dalam siklus. Observasi terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru dalam mengelola kelas, merangsang keaktifan siswa dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Sedangkan observasi terhadap siswa difokuskan pada keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, motivasi siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung terutama pembelajaran menulis dengan menggunakan metode field trip. 2. Teknik in-dept Inetrview (wawancara mendalam) Wawancara dilakukan terhadap siswa, guru dan informan lain. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dari informan tentang pelaksanaan pembelajaran menulis, berbagai informan mengenai kesulitan yang dialami guru dalam pembelajaran menulis, serta faktor-faktor penyebabnya. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa untuk mengetahui metode pembelajaran menulis karangan yang diterapkan oleh guru dan untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap cara mengajar yang digunakan oleh guru tersebut, serta untuk mengetahui keterampilan menulis siswa. commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Angket Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara meminta informan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dari informasi yang jumlahnya banyak dan tidak memungkinkan untuk diwawancarai satu persatu. Angket dalam penelitian ini diterapkan pada siswa kelas V yang berjumlah 20 siswa. 4. Tes/Unjuk Kerja Tes digunakan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan tindakan. Usaha yang dilakukan oleh guru dalam rangka mengetahui hasil dari kegiatan pembelajaran siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini, guru melaksanakan dua kali tes, yakni pre-tes dilakukan dengan cara memberikan tugas menulis karangan yang bertujuan untuk mengetahui keterampilan awal siswa dalam menulis, serta post-tes untuk mengetahui keterampilan siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
E. TEKNIK VALIDASAI DATA Teknik validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi sumber data, triangulasi metode. Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Data yang merupakan dokumen akan lebih mantap kebenarannya bila didukung dengan tindakan demikian, apa yang telah diperoleh dari sumber data yang berupa dokumen bisa teruji kebenarannya bila dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda. Triangulasi sumber data memanfaatkan sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis. Peneliti bisa memeproleh data yang berbedabeda untuk menggali data yang sejenis. Peneliti bisa memperoleh data dari narasumber dengan teknik wawancara mendalam yang kebenarannya dapat commit tosecara user cermat terhadap objek penelitian. dibuktikan dengan mengadakan observasi
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan demikian, informasi dari narasumber yang satu bisa dibandingkan dengan informasi dari narasumber lain.
F. TEKNIK ANALISIS DATA Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kritis. Teknik tersebut mencakup kegiatan untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar-mengajar yang terjadi di dalam kelas selama penelitian berlangsung. Kriteria dalam tehnik ini berdasarkan kajian teoretis yang telah dipaparkan di depan. Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan dasar untuk menyusun rencana tindakan kelas berikutnya sesuai dengan guru dan peneliti, sebab penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk kerjasama antara peneliti dan guru. Analisis kritis terhadap keterampilan menulis mencakup ketetapan siswa dalam mengungkapkan isi (materi atau gagasan yang dikemukakan), kemampuan menyusun organisasi tulisan, kemampuan menggunakan gaya penulisan (pilihan struktur dan kosakata), dan kemampuan menerapkan mekanisme tulisan ejaan.
G. INDIKATOR KINERJA Indikator kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kualitas pembelajaran menulis deskripsi mencapai 75% dari 20 siswa, ditandai dengan keaktifan dan semangat
siswa dalam mengikuti
pembelajaran, bertanya, menjawab pertanyaan, mengerjakan tugas individu, mengerjakan tugas kelompok. 2. Keterampilan menulis siswa mencapai 70% dari 20 siswa, ditandai dengan : a. Meningkatnya keterampilan siswa dalam menghasilkan kosakata yang bervariatif b. Ada kesesuaian antara judul tulisan dengan isi tulisan c. Ada kesesuaian antara isi tulisan dengan objek yang diamati d. Meningkatnya kemampuan siswa dalam menghasilkan tulisan yang sesuai dengan ejaan yang benar commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Secara lebih rinci, indikator kinerja tersebut dapat digambarkan dalam tabel berikut : Tabel 4 : Rincian Indikator Kinerja Penelitian Presentase Aspek
Pencapaian
Cara Mengukur
Siklus III Kualitas pembelajaran dilihat dari semangat dan
minat
dalam
Dihitung berdasarkan angket minat 75%
terhadap
pembelajaran
menulis
deskripsi yang diisi oleh siswa.
mengikuti pelajaran. Kualitas pembelajaran dilihat
dari
siswa
dalam bertanya
Diamati saat pembelajaran dengan 75%
menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung berapa siswa yang berani bertanya.
Kualitas pembelajaran
Diamati saat pembelajaran dengan
dilihat
menggunakan lembar observasi
dari
dalam
siswa
menjawab
pertanyaan.
70%
oleh peneliti dan dihitung berapa siswa yang berani mengemukakan pendapat
untuk
menjawab
pertanyaan. Kualitas pembelajaran
Diamati saat pembelajaran dengan
dilihat
dari
menggunakan lembar observasi
dalam
mengerjakan
siswa 70%
tugas individu
oleh peneliti dan dihitung berapa siswa mau mengerjakan tugasnya secara individu.
Kualitas pembelajaran
Diamati saat pembelajaran dengan
dilihat
dari
menggunakan lembar observasi
dalam
mengerjakan
tugas kelompok
siswa 70%
oleh peneliti dan dihitung berapa siswa mau mengerjakan tugas
secara berkelompok. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterampilan menulis deskripsi dilihat dari kosakata
yang
Dilihat dari bentuk karangan yang 70 %
dihasilkan
dihasilkan Keterampilan menulis
Dilihat dari bentuk karangan yang
deskripsi dilihat dari
dihasilkan
kesesuaian
antara
70 %
judul tulisan dengan isi tulisan Keterampilan menulis
Dilihat dari bentuk karangan yang
deskripsi dilihat dari
dihasilkan
kesesuaian antara isi
70 %
tulisan dengan objek yang diamati Keterampilan menulis
Dilihat dari bentuk karangan yang
deskripsi dilihat dari
dihasilkan
tulisan yang sesuai dengan
ejaan
70 %
yang
benar.
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. PROSEDUR PENELITIAN Prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilakukan oleh peneliti dilakukan dalam tiga siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Permasalahan
Permasalahan baru hasil refleksi
Perencanaan Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
Refleksi I
Pengamatan/ Pengumpulan Data I
Perencanaan Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Pengamatan/ Pengumpulan Data
Refleksi II
Apabila Permasalahan belum terselesaikan
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Gambar 2 : Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2006:74)
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pelaksanaan Penelitian
1. Kondisi Awal (Pratindakan) Sebelum melaksanakan penelitian, diadakan kegiatan survei awal dan pengamatan untuk mengetahui keadaan sebenarnya yang ada di lapangan. Disamping melakukan pengamatan langsung, juga melakukan wawancara dengan guru dan siswa serta melakukan tes guna mengetahui seberapa jauh kemampuan keterampilan siswa dalam menulis deskripsi. Kegiatan pratindakan dilaksanakan pada hari Sabtu, 15 Mei 2010 pukul 07.00-08.00 WIB. Pada kegiatan pratindakan ini disepakati bahwa guru melaksanakan proses belajar-mengajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi menulis karangan deskripsi seperti biasa dan peneliti akan mengamati jalannya pembelajaran yang terjadi di kelas sebagai partisipan pasif. Setelah menyampaikan materi, guru kemudian melaksanakan suatu tes untuk mengetahui tingkat keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Hasil tulisan siswa menunjukkan bahwa keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta masih rendah. Hal tersebut diindikasikan oleh : (1) siswa belum mampu menyesuaikan antara judul tulisan dengan isi tulisan sehingga cerita masih sulit dipahami, (2) kemampuan siswa dalam memilih kosakata masih banyak yang kurang tepat, (3) siswa belum mampu menulis dengan memperhatikan penggunaan ejaan, dan tanda baca dengan tepat, (4) kerapian tulisan siswa masih kurang, masih banyak berdapat coretan. Dari kegiatan wawancara dengan guru bidang studi Bahasa Indonesia yang menjadi patner dalam penelitian ini, serta dari observasi peneliti terhadap kegiatan belajar-mengajar di kelas yang dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan, diketahui bahwa kondisi tersebut disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut : a. Guru Kesulitan Dalam Membangkitkan Minat Siswa Dalam melakukan kegiatan observasi di kelas dan melakukan wawancara dengan siswa dan guru kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta, diketahui bahwa dalam pembelajaran menulis deskripsi yang dilaksanakan, commit to user siswa menunjukkan sikap yang kurang berminat dan kurang antusias. Siswa
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terlihat bosan dan tidak menaruh perhatian sepenuhnya pada pelajaran. Saat disuruh membuat tulisan deskripsi, siswa pada umumnya mengeluh terlalu sulit dan malas serta kesulitan menentukan pilihan kata dan tanda baca yang tepat. Selain itu, guru juga cenderung berdiri di depan dengan metode ceramah serta mengandalkan LKS sebagai penunjang pembelajaran. Guru jarang melibatkan siswa dalam praktik menulis itu sendiri. b. Guru Kesulitan Mengelola Kelas Saat melakukan observasi lapangan yang dilaksanakan pada waktu pembelajaran menulis deskripsi di kelas V, terlihat guru mengalami kesulitan dalam mengelola kelas. Hal ini diketahui dengan adanya sebagian siswa yang asyik berbicara dengan temannya saat pembelajaran berlangsung, bahkan sampai suara guru kadang tidak terdengar dengan jelas. Selain itu juga ada siswa yang mondar-mandir ke tempat duduk temannya hanya untuk meminjam alat tulis, seperti penggaris, bolpoin, atau penghapus yang sekiranya tidak begitu penting. Ada juga siswa yang minta ijin untuk ke kamar kecil. Namun juga ditemukan siswa yang memperhatikan guru saat pembelajaran berlangsung, tetapi siswa yang memperhatikan hanya sebagian kecil saja, sehingga kondisi kelas kurang begitu mendukung untuk pencapaian hasil pembelajaran yang maksimal. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pada akhir pembelajaran, keadaan tersebut memang diakui oleh guru yang bersangkutan. Guru mengungkapkan bahwa hal tersebut disebabkan karena guru terlalu sabar dan bersikap kurang tegas, sehingga siswa merasa bebas melakukan aktivitas apa saja saat proses belajar mengajar berlangsung, walaupun aktivitas siswa itu mengganggu kegiatan belajar mengajar. Menurut pengakuan siswa yang diwawancari, bahwa
guru bersikap santai terhadap tindakan siswa yang
kurang tepat tersebut. Guru kurang tegas, tidak berani memberikan getakan ataupun hukuman bagi siswa yang melakukan tindakan seenaknya sendiri saat pembelajaran berlangsung. Guru hanya menghimbau siswa agar tidak ramai itu saja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
c. Guru Kesulitan Menemukan Teknik yang Tepat Selama ini, metode yang digunakan guru dalam mengajarkan materi menulis deskripsi adalah metode ceramah. Pada awal kegiatan belajar mengajar, guru menerapkan pengertian menulis deskripsi sambil memberi pertanyaan-pertanyaan sederhana mengenai tulisan deskripsi. Selanjutnya, guru mengajarkan kepada siswa tentang langkah-langkah menulis deskripsi. Akan tetapi, siswa justru diminta untuk membuat tulisan deskripsi sesuai dengan penjelasan yang telah guru sampaikan, sehingga membuat siswa merasa pembelajaran kurang menarik, membosankan, dan monoton, terutama dalam pembelajaran menulis deskripsi yang seharusnya siswa merasakan pembelaajran menarik dan menyenangkan. Guru belum mengembangkan pendekatan pembelajaran yang menarik dan belum memanfaatkan sumber belajar selain buku dan LKS. Selain itu, guru juga kesulitan mendapatkan sumber referensi mengenai tulisan deskripsi. Hal ini terbukti dengan sedikitnya materi yang tercantum dalam LKS maupun buku paket sebagai buku panduan utama pembelajaran bahasa Indonesia. Di samping itu, guru juga belum memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh sekolah secara maksimal sebagai sumber belajar yang dapat menunjang proses pembelajaran. Ketersediaan perpustakaan, kantin, taman sekolah, kebun sekolah belum dimanfaatkan sebagai sumber belajar terutama dalam pembelajaran menulis deskripsi. Sehubungan dengan hasil observasi tersebut, guru dan peneliti berdiskusi dan berkolaborasi sehingga menghasilkan kesepakatan, bahwa untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran menulis deskripsi adalah dengan melakukan tindakan dengan menggunakan pendekatan kontekstual. d. Siswa Tidak Mengembangkan Kebiasaan Menulis Pada Saat Pembelajaran Bahasa Indonesia Dalam kegiatan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan siswa dan guru, terungkap bahwa siswa tidak terbiasa menulis pada saat pelajaran Bahasa Indonesia. Menurut keterangan dari guru, siswa tidak tertarik dengan pelajaran menulis karena tidak terbiasa dengan budaya menulis, apalagi menulis deskripsi. Menulis merupakan sesuatu yang berat sehingga pada saat commit to usermalas dan siswa merasa kesulitan mendapat tugas menulis, siswa cenderung
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam mengungkapkan pikirannya dalam bentuk tulisan deskripsi. Selain itu siswa juga merasa kesulitan menentukan kosakata yang tepat, hal ini dapat dibuktikan oleh peneliti saat melakukan pengamatan terhadap hasil tulisan deskripsi siswa yang dirasa masih sulit dipahami. Saat mengikuti pelajaran menulis deskripsi, diketahui siswa langsung ditugasi untuk menulis tanpa dibekali dengan pengetahuan yang cukup mengenai tujuan menulis, manfaat menulis, dan penggunaan kosakata maupun tanda baca yang tepat. Penilaian yang dilakukan guru dalam pembelajaran menulis deskripsi juga belum mengacu pada aspek-aspek penilaian dalam kriteria penilaian tulian, misalnya ejaan maupun tanda baca, pilihan kata, ketepatan isi, dan kerapian tulisan. Guru selama ini menggunakan penilaian menulis hanya berdasarkan kerapian tulisan, panjang tulisan, dan tidak terlalu banyak coretan, sehingga siswa dalam mengerjakan tugas menulis deskripsi lebih mementingkan memperbanyak dan memperpanjang tulisan, meskipun kata-katanya diulang dan kejelasan dari tulisan kurang terlihat, tanpa menghiraukan tujuan dari menulis deskripsi yaitu memberikan gambaran yang jelas tentang pengalaman yang dialami. e. Siswa Sulit Membedakan antara Paragraf yang Satu dengan Paragraf yang Lain Dalam kegiatan menulis deskripsi pada umumnya siswa mengalami kesulitan untuk membedakan paragraf yang satu dengan paragraf yang lain. Hal ini terbukti dari hasil tulisan siswa yang belum semuanya mengarah pada tulisan menjelaskan atau memaparkan. Sebagian besar siswa justru membuat tulisan argumentasi dan eksposisi. Berdasarkan hasil pengamatan pada pratindakan, terlihat siswa masih mengalami kesulitan dalam menulis deskripsi yang baik, terbukti dari hasil pekerjaan menulis deskripsi, dari jumlah 20 siswa yang belum mencapai Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 65 adalah 11 siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keterampilan menulis deskripsi siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta masih rendah.
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Pelaksanaan Tindakan Tindakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran menulis deskripsi sekaligus untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi dan hasilnya dilakukan dalam tiga siklus.
Setiap siklus terdiri dari empat
kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, serta analisis dan refleksi. Masing-masing siklus dapat dideskripsikan sebagai berikut : a. Siklus I 1) Perencanaan Kegiatan perencanaan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 15 Mei 2010 di SD Negeri Begalon I Surakarta. Pada kesempatan tersebut peneliti dengan guru membahas langkah-langkah dalam pembelajaran, khususnya menulis deskripsi. Setelah itu disepakati pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang akan dilakukan oleh guru. Menurut kesepakatan antara guru dengan peneliti, tindakan pada siklus I akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama pada hari Rabu, 19 Mei 2010 di ruang kelas V dan pertemuan kedua pada hari Kamis, 20 Mei 2010 juga di ruang kelas V. Tahap perencanaan tindakan pada siklus I meliputi kegiatan sebagai berikut : Peneliti dan Guru kelas V menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan pada hari Rabu dan Kamis tanggal 19 dan 20 Mei 2010. Pada hari pertama yaitu Rabu tanggal 19 Mei 2010 pada jam ke-3 dan ke-4 selama 70 menit. Dari selama waktu 70 menit digunakan untuk kegiatan awal pembelajaran selama 15 menit, untuk kegiatan inti pembelajaran selama 30 menit, dan untuk kegiatan akhir selama 25 menit. Pertemuan kedua jatuh pada hari Kamis tanggal 20 Mei 2010 pada jam ke-2 dan ke-3 selama 70 menit. Untuk kegiatan awal pembelajaran selama 15 menit, untuk kegiatan ini pembelajaran selama 30 menit, dan untuk kegiatan akhir pembelajaran selama 25 menit. Rencana commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pelaksanaan Pembelajaran yang disusun berdasarkan silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2007. Rencana
pembelajaran
yang
akan
dilaksanakan
adalah
pembelajaran menulis deskripsi yang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Penggunaan pendekatan kontesktual tersebut bertujuan supaya proses dan hasil pembelajaran yang diperoleh bisa lebih baik daripada pembelajaran yang sebelumnya. Ide penggunaan pendekatan kontekstual diperoleh dari diskusi yang telah dilaksanakan oleh guru kelas V dengan peneliti dalam menanggapi proses dan hasil pembelajaran menulis deskripsi pada kondisi awal. Sehubungan pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar, guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari– hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat, maka Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun senyata mungkin supaya ketujuh unsur dari pendekatan kontekstual dapat terangkum dalam pembelajaran yang dilaksanakan tanpa meninggalkan kesan bermakna dan menyenangkan pada siswa. Ketujuh komponen utama pendekatan
kontekstual tersebut, antara lain:
kontruktivisme (Contructivisme), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), bertanya (Questioning), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Assesment Autenthic). 2) Pelaksanaan Sebagaimana yang telah guru dan peneliti sepakati sebelumnya, tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Alokasi waktu masing-masing pertemuan adalah 2 x 35 menit (70 menit). commit to user Pertemuan pertama dilaksanaskan pada hari Rabu, 19 Mei 2010 dan
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
pertemuan kedua pada hari Kamis, 20 Mei 2010 di ruang kelas V. Peneliti berada di bangku paling belakang agar tidak mengganggu kegiatan belajarmengajar dan bertindak sebagai partisipan pasif untuk mengamati jalannya pembelajaran dengan berpedoman pada lembar observasi. Materi pembelajaran pada siklus I adalah materi tentang karangan deskripsi, dengan tujuan siswa diharapkan dapat mengembangkan keterampilan menulis deskripsi dalam bentuk karangan berdasarkan pengalaman yang pernah dialami dalam kehidupan sehari-hari. Urutan pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan pertama adalah sebagai berikut: a) Guru masuk kelas dengan mengucapkan salam, kemudian mengajak semua siswa untuk berdoa, dan dilanjutkan mengabsen siswa agar tahu jumlah siswa yang masuk maupun yang tidak masuk. Pada pertemuan pertama siklus I semua siswa masuk. Hal ini dilakukan sebagai upaya mengkondisikan siswa. b) Guru menyampaikan kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran pada pertamuan kali ini yaitu tentang menulis deskripsi. c) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang benda-benda yang disukai. Hal tersebut sebagai salah satu bentuk apersepsi yang mengantarkan peserta didik menuju pembelajaran utama. Pelaksanaan kegiatan ini komponen pendekatan kontekstual yang dicakup adalah bertanya (questioning). d) Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok e) Guru menunjuk salah satu siswa untuk membacakan contoh karangan deskripsi. (Permodelan/modeling). f) Guru menjelaskan cara menyimpulkan isi karangan dengan tepat g) Siswa menuliskan isi karangan bersama kelompoknya berdasarkan contoh karangan yang dibaca, kemudian dilaporkan. Kegiatan ini merupakan komponen pendekatan kontekstual yang dicakup adalah menemukan (Inquiry).
commit to user h) Guru dan siswa menyimpulkan isi karangan yang paling tepat.
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
i) Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. j) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengamati objek pasar dalam bentuk karangan untuk pembelajaran berikutnya Pertemuan kedua pada siklus I, sama halnya pada pertemuan pertama yaitu guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan belajar mengajar, sedangkan peneliti melakukan observasi atau pengamatan terhadap proses pembelajaran. Pembelajaran kedua siklus I ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 20 Mei 2010 selama 70 menit (2 x 35 menit), yakni pada jam ke-2 dan ke-3 di ruang kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta. Adapun urutan pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan kedua, adalah sebagai berikut: a) Guru masuk kelas dengan mengucapkan salam, kemudian mengajak semua siswa untuk berdoa, dan dilanjutkan mengabsen siswa agar tahu jumlah siswa yang masuk maupun yang tidak masuk. Pada pertemuan kedua siklus I semua siswa masuk. b) Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan tentang tugas yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya, yaitu untuk mengamati objek pasar dalam bentuk karangan (bertanya/Questioning). c) Siswa membentuk beberapa kelompok (masyarakat belajar/Learning Community). Siswa menceritakan secara bergantian tentang obyek pasar yang siswa amati. Cerita antara siswa yang satu dengan siswa yang lain berbeda-beda karena pasar yang siswa amati juga berbeda. d) Siswa membacakan sebuah contoh karangan deskripsi. (Pemodelan/ Modeling). e) Guru menjelaskan langkah-langkah menulis deskripsi yang berawal dari menyebutkan ciri-ciri hingga menjadi sebuah karangan. f) Siswa menuliskan ciri-ciri pasar berdasarkan tugas pengamatan yang dilakukan sebelumnya commit (menemukan/Inquiry), to user
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
g) Dengan bimbingan guru, siswa mengubah ciri-ciri pasar dalam bentuk kalimat yang baik. h) Siswa menggabungkan kalimat-kalimat yang telah dibuat menjadi sebuah paragraf. (konstruktivisme/constructivism) i) Siswa membacakan hasil karangan di depan kelas. Kegiatan ini komponen yang tercakup adalah penilaian sebenarnya/authentic assessment. Penilaian yang dilakuka buka hanya hasil yang dibacakan saja tetapi juga termasuk proses penulisannya, bentuk tulisannya, dan penyajian tulisan tersebut. Karangan yang terbaik dipajang di papan pajangan sebagai bentuk penghargaan bagi siswa yang terbaik. j) Guru melakukan refleksi yaitu bertanya kepada siswa tentang pelajaran yang sudah didapat. Apakah pembelajarannya kurang menarik atau kekurangan apa yang masih harus diperbaiki dalam pembelajaran supaya pembelajaran berikutnya dapat lebih baik. Kegiatan ini mencakup komponen refleksi (reflection). 3) Pengamatan Pada saat observasi, peneliti menjadi partisipan pasif yang duduk di kursi paling belakang untuk mengamati suasana pembelajaran. Sesekali, peneliti mengambil gambar dari arah belakang untuk keperluan dokumentasi. Kegiatan pengamatan dilaksanakan pada saat pembelajaran menulis deskripsi melalui pendekatan kontekstual. Pertemuan pertama siklus I berlangsung pada hari Rabu, 19 Mei 2010 di ruang kelas V, semua siswa masuk. Pengamatan pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 20 Mei 2010 juga berada di ruang kelas V, semua siswa juga masuk. Pada pertemuan kedua, guru juga mengajarkan materi menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Pada pembelajaran kondisi awal dilakukan dengan cara dibacakan sedikit tentang materi menulis deskripsi, kemudian siswa langsung ditugasi untuk menulis tanpa dibekali dengan pengetahuan yang cukup mengenai tujuan menulis, manfaat menulis, dan commit to user penggunaan kosakata maupun tanda baca yang tepat. Tetapi dalam dua
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pertemuan tersebut guru telah menerapkan pendekatan kontekstual yang mencakup tujuh komponen pokok, yaitu kontruktivisme (Contructivisme), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), bertanya (Questioning), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Assesment Autenthic). Pada awal pertemuan, guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab tentang benda-benda yang disukai. Kegiatan ini sebagai wujud penerapan komponen bertanya (questioning). Guru menunjuk salah satu siswa untuk membacakan tulisan deskripsi di depan kelas sebagai penerapan
komponen
permodelan
(modeling).
Sebagai
penerapan
komponen masyarakat belajar (learning community), guru memberikan tugas kelompok dan diskusi kepada siswa. Penerapan komponen menemukan kelompoknya
(inquiry), kemudian
siswa
menuliskan
dilaporkan.
isi
Sedangkan
karangan untuk
bersama penerapan
komponen konstruktivisme (constructivism), siswa menggabungkan kalimat-kalimat yang telah dibuat menjadi sebuah paragraf. Penerapan komponen penilaian sebenarnya (authentic assessment) dilaksanakan pada proses penulisan dan hasil tulisan yang dibuat oleh siswa. Sedangkan penerapan refleksi (reflection) adalah pada akhir pembelajaran
yaitu
dengan tanya jawab tentang kekurangan yang masih ada dalam pembelajaran yang didapat untuk diperbaiki dalam pembelajaran siklus kedua. Pengamatan yang dilakukan tidak hanya pada siswa saja, namun guru juga diamati. Hal yang diamati adalah penerapan pendekatan kontekstual pada pembelajaran menulis deskripsi. Selain itu kegiatan evaluasi juga tidak terlepas dari pengamatan peneliti. Dari kegiatan tersebut, secara garis besar diperoleh gambaran tentang jalannya pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi menulis deskripsi, yaitu sebagai berikut : a) Sebelum melaksanakan kegiatan belajar-mengajar guru membuat to user rencana pembelajaran commit yang akan dijadikan pedoman dalam mengajar.
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rencana pembelajaran tersebut telah disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2007. b) Guru telah memberikan kegiatan pembelajaran menulis deskripsi melalui pendekatan kontekstual dengan baik. Maksudnya guru mengajar dengan arah dan tujuan yang jelas dan terencana. Guru juga berusaha untuk menciptakan pembelajaran secara kontekstual dan berusaha mengaja semua siswa untuk aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. c) Guru telah memotivasi siswa dalam diskusi tentang materi menulis deskripsi. Guru memancing siswa dengan teknik bertanya pada siswa. Pada awalnya, guru membuka pelajaran dengan melontarkan pertanyaan
dengan
sukarela
namun
karena
tidak
ada
yang
memberanikan diri, guru menunjuk siswa yang sudah guru hafal. Dari beberapa jawaban siswa tersebut masih tampak tidak tepat. d) Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi baru mencapai 50% (10 siswa), sedangkan yang lain masih tampak sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Indikator keaktifan ini dapat dilihat dari kesungguhan siswa dan kegairahan belajar dalam merespon guru dengan positif pada saat pelajaran dimulai. e) Siswa yang aktif selama pemberian materi mencapai 60% (12 siswa), sedangkan 40% lainnya kurang memperhatikan penjelasan guru. Mereka masih ada yang mengantuk, berbincang dengan teman, dan lain-lain. f) Siswa yang aktif memperhatikan menulis deskripsi dengan pendekatan kontekstual mencapai 80% (16 siswa), sedangkan yang lain kurang serius dalam memperhatikan menulis deskripsi. Keseriusan itu dapat dilihat dari sikap yang saksama dan mempunyai rasa ingin tahu akan isi tulisan deskripsi tersebut. g) Siswa yang aktif dalam kegiatan diskusi mencapai 40% (8 siswa), sedangkan 60% lainnya masih kurang aktif dan diam ketika ditanya commit to user oleh guru.
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
h) Siswa aktif dalam membuat kerangka karangan deskripsi dan mengembangkan mencapai 45% (9 siswa), sedangkan 55% lainnya masih tampak bermalas-malasan dalam mengerjakan. i) Hasil tulisan deskripsi siswa masih belum jelas atau masih sulit dipahami, masih ada 9 siswa yang belum mencapai target nilai KKM 65. Siswa hanya menulis semua yang ingin diungkapkan dalam karangan tanpa memperhatikan ejaan dan tanda baca, bahkan ada tulisan deskripsi siswa yang penuh dengan coretan. 4) Analisis dan Refleksi Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada siklus I, peneliti dapat melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut. a) Permodelan dengan siswa yang ditunjuk berdasarkan siswa yang dihafal guru saja, ternyata kurang mendapatkan perhatian karena siswa sudah sering melihat penampilan dari siswa tersebut di depan kelas sebagai model dalam pembelajaran sebelumnya. Perbaikan pada siklus II yang digunakan sebagai model adalah siswa yang jarang maju di depan kelas. b) Dalam mengerjakan tugas kelompok, banyak siswa yang kurang aktif, kebanyakan siswa hanya menghandalkan siswa yang pandai saja. Perbaikan pada siklus II, kelompok diacak kembali. c) Hasil tulisan deskripsi siswa masih belum jelas atau masih sulit dipahami, hal ini dikarenakan penggunaan ejaan dan tanda baca kurang tepat, seperti kata mengganggu ditulis menganggu, seharus diberi koma (,) tidak diberi, seharusnya diberi tanda titik (.) namun tidak diberi.
Perbaikan pada siklus II yaitu pelaksanaan pembelajaran
menulis deskripsi dengan pendekatan kontekstual yang lebih menekankan pada ejaan dan tanda baca. b. Siklus II 1) Perencanaan Berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada siklus I, disepakati bahwa siklus II perlu dilakukan tindakan lagi. Persiapan dan perencanaan tindakan dilakukan pada hari Jum’at, 21 Mei 2010 di ruang kelas V SD commit to user Negeri Begalon I Surakarta. Dalam kesempatan ini, peneliti
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
menyampaikan kelebihan dan kekurangan tindakan pada siklus I berdasarkan hasil observasi dan hasil tulisan deskripsi siswa. Selain itu, disepakati pula bahwa pada siklus II juga dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada hari Sabtu, 22 Mei 2010 dan hari Senin, 24 Mei 2010 di ruang kelas V SD Negeri Begalon Surakarta. Untuk memperbaiki beberapa kekurangan dalam siklus I, disepakati hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran menulis deskripsi pada siklus II. Hal-hal tersebut antara lain memilih siswa yang jarang maju di depan kelas sebagai model untuk menarik perhatian siswa yang lain. Pembentukan kelompok kerja baru lagi, hal ini ditujukan supaya siswa yang kurang membaur menjadi membaur, siswa yang kurang aktif dalam mengerjakan tugas menjadi aktif. Pembelajaran penulis deskripsi melalui pendekatan kontekstual pada siklus II ini lebih ditekankan pada penggunaan ejaan dan tanda baca yang tepat dalam kalimat. Hal ini disebabkan karena hasil tulisan deskripsi dari siswa masih sulit untuk dipahami, dan tanda baca yang digunakan masih banyak yang kurang tepat. Berdasarkan hal-hal tersebut, peneliti dan guru kemudian menyusun rencana pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan kontekstual untuk pertemuan selanjutnya. Berdasarkan pertimbangan bersama, peneliti dan guru akan memfokuskan pembelajaran menulis deksripsi ini pada penggunaan ejaan dan tanda baca yang tepat. Adapun tahap perencanaan tindakan pada siklus II meliputi kegiatan berikut : a) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan kontekstual, yang akan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 22 dan 24 Mei 2010. Pada pertemuan pertama, yaitu hari Sabtu tanggal 22 Mei 2010 pada jam ke3 dan ke-4 selama 70 menit. Selama waktu 70 menit tersebut digunakan untuk kegiatan awal 10 menit, untuk kegiatan inti pembelajaran 25 menit, dan untuk kegiatan akhir selama 35 menit. to user 24 Mei 2010 juga pada jam ke-3 Pada hari kedua yaitu commit Senin tanggal
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan ke-4 selama 70 menit, direncanakan untuk kegiatan awal pembelajaran selama 10 menit, untuk kegiatan inti selama 25 menit, dan untuk kegiatan akhir pembelajaran selama 35 menit. Pembelajaran yang direncanakan adalah pembelajaran menulis deskripsi yang dilaksanakan
dengan
menggunakan
pendekatan
kontekstual.
Pembelajaran pada siklus II ini lebih ditekankan pada penggunaan ejaan dan tanda baca dengan tepat. b) Guru dan peneliti mempersiapkan media yang akan dipergunakan dalam pelaksanaan tindakan siklus II. Media yang digunakan dalam tindakan siklus II adalah teks karangan yang dibuat oleh guru. Penggunaan media ini bertujuan supaya siswa mampu menulis kembali karangan dengan perbaikan tanda baca berdasarkan karangan yang dibuat oleh guru. c) Guru dan peneliti mempersiapkan lembar observasi. Lembar observasi ini untuk pengamatan terhadap guru dan siswa. d) Guru dan peneliti menyiapkan pedoman wawancara sebagaimana yang telah dilaksanakan pada siklus I. 2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II Sesuai rencana yang disepakati guru dan peneliti, tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dua jam pelajaran (2 x 35 menit), yakni pada jam ke-3 dan ke-4, dilaksanakan di ruang kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta. Dalam
kegiatan
belajar-mengajar
pada
siklus
ini,
guru
mengaplikasikan solusi yang telah disepakati bersama peneliti untuk mengatasi kekurangan-kekurangan pada siklus I. Adapun urut-urutan pelaksanaan tindakan siklus II pertemua pertama adalah sebagai berikut : a) Guru masuk kelas dan mengkondisikan siswa dengan mengucapkan salam b) Guru menyampaikan kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran pada petemuan kali ini yaitu tentang menulis deskripsi commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab tentang pelajaran yang lalu yaitu mengarang deskripsi dengan tema pasar. Kegiatan ini merupakan penerapan komponen bertanya (questioning). d) Salah satu siswa membacakan hasil karangan yang dibuat sendiri. (Pemodelan/Modelling) e) Guru menjelaskan penggunaan tanda baca yang tepat dalam kalimat. f) Siswa melakukan diskusi kelas yang berkaitan dengan tanda baca yang digunakan dalam kalimat tersebut. g) Siswa membentuk kelompok untuk mengidentifikasi tanda baca yang digunakan
dalam
salah
satu
karangan
siswa
(masyarakat
belajar/learning community). h) Siswa melaporkan hasil tugas kelompok di depan kelas. i) Dengan bimbingan guru, siswa mendiskusikan hasil identifikasi penggunaan tanda baca. j) Siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran k) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari buku referensi tentang penggunaan tanda baca (Ejaan Yang Disesuaikan/EYD) Pada pertemuan kedua tindakan siklus II, dilaksanakan pada hari Senin tanggal 24 Mei 2010 selama dua jam pelajaran (2 x 35 menit), yakni pada jam ke-3 dan jam ke-4 berada di ruang kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta. Dalam pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan kedua ini sama halnya
pada pada pertemuan pertama yaitu guru bertindak sebagai
pemimpin jalananya kegiatan belajar mengajar, sedangkan peneliti melakukan observasi atau pengamatan terhadap proses pembelajaran. Adapun urutan pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan kedua adalah sebagai berikut: a) Guru masuk kelas dan mengkondisikan siswa dengan mengucapkan salam b) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab tentang tugas pada pertemuan
sebelumnnya. Kegiatan commit to user komponen bertanya (questioning).
ini
merupakan
penerapan
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Siswa melaporkan hasil tugas pada pertemuan sebelumnya d) Dengan bimbingan guru, siswa mendiskusikan hasil tugas penggunaan tanda baca. Kegiatan ini merupakan penerapan komponen masyarakat belajar (learning community). e) Siswa menulis kembali karangan yang dibuat guru dengan perbaikan tanda baca. Kegiatan ini merupakan penerapan komponen menemukan (inquiry). f) Siswa mengumpulkan hasil pekerjaan g) Kegiatan akhir, siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran h) Guru melakukan refleksi yaitu bertanya kepada siswa apakah siswa sudah paham tentang materi yang diberikan. Kegiatan ini merupakan penerapan komponen refleksi (Reflection). 3) Pengamatan Kegiatan observasi atau pengamatan ini dimaksudkan agar dapat diketahui keberhasilan siklus II dalam mengatasi kekurangan pada siklus I. pelaksanaan tindakan pada siklus II juga dilakukan dua kali pertemuan.. Kegiatan belajar-mengajar berlangsung selama 2 x 35 menit. Kegiatan
pengamatan
dilakukan
pada
saat
pembelajaran
berlangsung, yaitu pada hari Senin, 24 Mei 2010 di ruang kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta pada jam ke-3 dan ke-4). Kegiatan pengamatan ini juga difokuskan pada situasi pembelajaran, kegiatan yang dilakukan guru, dan aktivitas siswa dengan mengacu pada pedoman observasi. Pada siklus II semua siswa hadir. Pada pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan pertama dan pertemuan kedua guru mengajarkan materi menulis deskripsi dengan pendekatan kontekstual yang ditekankan pada penggunaan ejaan dan tanda baca. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, peneliti berada di bangku paling belakang sebagai partisipasi pasif dan mengamati jalannya pembelajaran. Pada awal pertemuan pertama, guru mengkondisikan siswa commitdengan to user bertanya tentang pelajaran yang kemudian melakukan apersepsi
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lalu yaitu mengarang deskripsi dengan tema pasar (bertanya/questioning). Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan penampilan salah satu siswa membacakan hasil karangan yang dibuat sendiri (Pemodelan/Modelling). Kemudian guru menjelaskan penggunaan tanda baca yang tepat dalam kalimat. Setelah itu siswa membentuk kelompok untuk mengidentifikasi ejaan dan tanda baca yang digunakan dalam salah satu karangan siswa (masyarakat belajar/Learning Community), dilanjutkan dengan melakukan diskusi kelas yang berkaitan dengan tanda baca yang digunakan dalam kalimat tersebut, dan melaporkan hasil tugas kelompok di depan kelas. Kegiatan selanjutnya yaitu guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Tugas siswa adalah mencari referensi tentang penggunaan tanda baca (Ejaan Yang Disesuaikan/EYD). Pertemua kedua, pertama-tama guru mengkondisikan siswa, yang dilanjutkan dengan memberikan apersepsi dengan menanyakan tugas pada pertemuan
sebelumnya
(bertanya/questioning).
Kemudian
siswa
melaporkan hasil tugas pada pertemuan sebelumnya, dilanjutkan siswa mendiskusikan
hasil
tugas
penggunaan
tanda
baca
(kontruktivisme/contructivism). Kegiatan berikutnya adalah siswa menulis kembali karangan dengan perbaikan tanda baca berdasarkan karangan yang dibuat guru, setelah selesai langsung dikumpulkan, setelah itu siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran. Kegiatan terakhir yaitu guru melakukan refleksi dengan bertanya kepada siswa apakah siswa sudah paham tentang materi yang diberikan (Refleksi/Reflection). Berdasarkan pengamatan terhadap proses pembelajaran menulis deskripsi pada siklus II, terjadi peningkatan kualitas pembelajaran, hal ini dapat diketahui dari keaktifan, keberanian, kreatifitas, dan inisiatif siswa yang meningkat dari siklus I. Secara lebih rinci, observasi yang telah dilakukan mendapatkan beberapa hal berikut ini. a) Keaktifan siswa selama pembelajaran menulis deskripsi mencapai 70%. Hal ini diindikasikan oleh hal-hal yang disebutkan di atas. commit to user Penghitungan dilakukan dengan lembar observasi yang telah disusun
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terhadap jumlah siswa yang tampak aktif selama pembelajaran berlangsung, yaitu sebanyak 14 siswa. b) Kemampuan siswa dalam mengembangkan ide ke dalam tulisan deskripsi mencapai 60%. Hal ini diamati dari hasil pekerjaan siswa berupa tulisan deskripsi dan dihitung dari jumlah siswa yang mampu mengembangkan ide tulisan dengan baik, yaitu sebanyak 12 siswa. c) Ketuntasan hasil belajar menulis deskripsi mencapai 65%. Hal ini terlihat dari hasil kerja siswa berupa tulisan deskripsi dan dihitung dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 65 ke atas, yaitu sebanyak 13 siswa. 4) Refleksi Hasil belajar siswa keterampilan menulis deskripsi pada siklus II ini sudah cukup bagus, namun belum mencapai indikator yang diharapkan peneliti. Hal ini dikarenakan dalam proses belajar mengajar masih terdapat kelemahan-kelemahan dari siswa. Ditemukan bahwa siswa merasa kurang memahami instruksi yang diberikan guru. Siswa mengira guru menyuruh siswa untuk menulis kembali karangan yang dibuat guru. Beberapa siswa masih tampak bertanya pada guru dengan instruksi yang diberikan. Hal ini diatasi oleh guru dengan menekankan perintah untuk menulis kembali karangan dengan perbaikan tanda baca berdasarkan karangan yang dibuat guru. Dari segi hasil tulisan deskripsi, masih terlihat kelemahan yaitu pada keruntutan cerita yang dibuat masih sangat kurang. Di samping itu keberanian siswa dalam bertanya pada guru juga masih kurang, sebagian siswa masih malu bertanya kepada gurunya, siswa memilih untuk bertanya pada sesama temannya yang sudah mengerti. Perbaikan pembelajaran menulis deskripsi pada siklus III lebih ditekankan pada penulisan cerita yang runtut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
54 digilib.uns.ac.id
c. Siklus III 1) Perencanaan Tahap ini dilaksanakan pada hari Selasa, 25 Mei 2010. Perencanaan dilakukan di ruang kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta. Pelaksanaan tindakan pada siklus III disepakati dua kali pertemuan, masing-masing pertemuan adalah dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yaitu pada jam ke-3 dan jam ke-4. Pelaksanaan tindakan siklus III dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 27 Mei 2010 dan hari Sabtu tanggal 29 Mei 2010 di ruang kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta. Dalam diskusi dengan guru disepakati beberapa hal untuk meminimalkan kekurangan pada siklus II. Tahap perencanaan tindakan siklus III meliputi kegiatan sebagai berikut : a) Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi menulis deskripsi, yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 27 dan hari Sabtu tanggal 29 Mei 2010. Pelaksanaan masing-masing pertemuan dilaksanakan selama dua jam pertemuan (2 x 35 menit) atau selama 70 menit pada jam ke-3 dan jam ke-4. b) Guru dan peneliti mempersiapkan lembar observasi. Lembar observasi ini untuk pengamatan terhadap guru dan siswa. c) Peneliti beserta guru menyusun pedoman wawancara sebagaimana yang dtelah dilaksanakan pada siklus II. 2) Pelaksanaan Siklus III Sesuai rencana, tindakan pada siklus III pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 27 Mei 2010 jam ke 3 dan 4 di ruang kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta. Dalam kegiatan ini guru mempertahankan tekniknya dalam mengajar dan mengaplikasikan solusi yang telah disepakati dengan peneliti untuk meminimalkan kekurangan pada siklus II. Pelaksanaan tindakan siklus III pertemuan pertama ini guru kelas commit to user bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan belajar mengajar. Peneliti
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melakukan observasi atau pengamatan terhadap proses pembelajaran sama halnya dengan siklus I dan II. Pada pertemuan pertama ini kegiatan belajar-mengajar diawali dengan pemberian apersepsi berupa pemberian pertanyaan tentang pelajaran
yang
lalu
yaitu
tanda
baca
dalam
karangan
(Bertanya/Questioning). Hal tersebut dilakukan untuk penyegaran kembali kondisi siswa guna mengembalikan ingatan mereka pada materi pelajaran yang telah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya. Guru membagikan hasil karangan pada pertemuan yang lalu. Kemudian siswa membentuk kelompok untuk mengidentifikasi kesalahan dalam karangan yang telah dibuat pada siklus II dilihat dari urutan cerita (Menemukan/Inquiry), dilanjutkan dengan melaporkan hasil kerja kelompoknya. Setelah itu siswa mendiskusikan kesalahan urutan kalimat dalam karangan. Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Setelah guru memberikan tugas untuk menulis deskripsi tentang alat peraga yang ditunjukkan oleh guru. Tindakan siklus III pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 29 Mei 2010 pada jam ke-3 dan ke-4 selama 70 menit di ruang kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta. Pelaksanaan tindakan pertemuan kedua ini sama halnya pada pertemuan pertama yaitu guru bertindak sebagai pemimpin jalananya kegiatan belajar mengajar, sedangkan peneliti melakukan observasi atau pengamatan terhadap proses pembelajaran. Adapun urutan pelaksanaan tindakan siklus III pertemua kedua adalah sebagai berikut : a) Pembelajaran diawali dengan apersepsi, yaitu bertanya jawab tentang pelajaran yang lalu yaitu urutan cerita dalam karangan. b) Guru membagikan hasil karangan pada pertemuan yang lalu c) Siswa membentuk kelompok untuk menyebutkan benda yang ada di dalam ruang kelas mulai dari yang besar sampai yang kecil. d) Siswa menceritakan benda-benda yang ada di ruang kelas dalam commit to user bentuk kalimat.
perpustakaan.uns.ac.id
56 digilib.uns.ac.id
e) Guru membimbing siswa untuk menggabungkan kalimat-kalimat tersebut menjadi karangan yang yang baik. f) Kegiatan akhir pembelajaran, guru memberikan tugas kepada siswa untuk mendeskripsikan ruang kelas dalam bentuk karangan yang runtut dan memperhatikan pengguaan ejaan yang tepat. g) Menyimpulkan hasil pembelajaran 3) Pengamatan Kegiatan pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran menulis deskripsi berlangsung dengan pendekatan kontekstual yang ditekankan pada keruntutan cerita dalam karangan deskripsi. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan dua kali pertemuan, yaitu pertemuan pertama pada hari Kamis, 27 Mei 2010 dan pertemuan kedua pada hari Sabtu, 29 Mei 2010. Masing-masing pertemuan dilaksanakan pada jam ke-3 dan jam ke-4 di ruang kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta. Seperti pengamatan pada siklus sebelumnya, pengamatan difokuskan pada kegiatan guru di kelas, keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis, serta situasi pembelajaran yang terbangun. Peneliti duduk di bangku paling belakang untuk mengamati pembelajaran dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah disusun bersama guru. Pada pertemuan pertama dan kedua, semua siswa hadir. Pada kegiatan pembelajaran siklus III, guru terlihat lebih siap dari segi perencanaan maupun materi. Saat pembelajaran dimulai, siswa sudah dikondisikan dengan baik. Siswa sudah berada di bangkunya masingmasing dengan tertib. Setelah semua siswa tertib, guru memulai kegiatan pembelajaran. Pada tindakan siklus III, keaktifan siswa dalam merespon pertanyaan yang dilontarkan guru semakin terlihat. Hal ini disebabkan oleh tema sangat dekat dengan dunia siswa, yaitu mengenai benda-benda yang ada di ruang kelas. Benda-benda tersebut juga mampu menambah referensi guru sehingga guru dapat menambahkan informasi sebagai bahan commit to user menulis siswa ke dalam tulisan deskripsi.
perpustakaan.uns.ac.id
57 digilib.uns.ac.id
Berdasarkan pengamatan terhadap proses pembelajaran menulis deskripsi, diperoleh gambaran aktivitas menulis deskripsi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung yaitu sebagai berikut : a) Keaktifan siswa selama pembelajaran menulis deskripsi mencapai 80%. Penghitungan dilakukan dengan lembar observasi yang telah disusun terhadap jumlah siswa yang tampak aktif selama pembelajaran berlangsung, yaitu sebanyak 16 siswa. Siswa yang tampak pasif lebih berkurang dari siklus sebelumnya. Hal ini disebabkan guru telah mampu mengondisikan kelas dan memposisikan diri dengan baik. Guru lebih fleksibel dan sering berkeliling untuk membimbing siswa dalam proses menulis. b) Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi kesalahan dalam karangan yang telah dibuat pada siklus II dilihat dari urutan cerita (Menemukan/Inquiry) mencapai 90%. Hal ini diamati dari hasil kerja siswa berupa tulisan deskripsi dan dihitung dari jumlah siswa yang mampu menulis deskripsi dengan benar, yaitu sebanyak 18 siswa. c) Siswa yang mampu mendeskripsikan ruang kelas dalam bentuk karangan yang runtut dan memperhatikan pengguaan ejaan yang tepat sebesar 90%. Hal ini diamati dari hasil kerja siswa yang berupa: menceritakan benda-benda yang ada di ruang kelas dalam bentuk kalimat, dan menggabungkan kalimat-kalimat tersebut menjadi karangan yang baik, yaitu sebanyak 18 siswa. d) Ketuntasan hasil belajar menulis deskripsi mencapai 90% atau 18 siswa, yang berarti hanya tinggal dua siswa yang belum mencapai target KKM 65. Hal ini terlihat dari hasil kerja siswa berupa tulisan deskripsi dan dihitung dari jumlah siswa yang mencapai nilai 65 ke atas. 4) Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada siklus III, dapat dikemukakan beberapa hal, yaitu kualitas pembelajaran menulis deskripsi to user mengalami peningkatan. Halcommit ini terlihat dari tercapainya indikator yang telah
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ditetapkan, yaitu kemampuan
keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan
siswa
dalam
menulis
deskripsi,
siswa
telah
mampu
menghasilkan kosakata yang bervariatif, siswa mampu menyesuaikan antara judul dengan isi tulisan, siswa mampu menyesuaikan isi tulisan dengan objek yang diamati, dan siswa mampu menghasilkan tulisan yang sesuai dengan ejaan yang benar. Beberapa kekurangan yang terjadi pada siklus II juga dapat teratasi pada siklus III. Teknik mengajar yang dilakukan guru terbukti dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan siswa dalam menulis deskripsi, yaitu sebesar 80%. Guru telah berhasil membangkitkan gairah belajar siswa dengan membangun suasana belajar yang menyenangkan yaitu dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Dilihat dari segi hasil pembelajaran, 18 siswa dapat mencapai batas kriteria kelulusan minimal, hal ini terlihat dari skor tulisan mereka yang mencapai skor 65 ke atas. Keberhasilan juga dapat dilihat dari tercapainya beberapa indikator yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pengamatan dan
analisis hasil tulisan siswa maka guru dan peneliti sepakat untuk mengakhiri siklus tindakan penelitian dalam pembelajaran menulis deskripsi melalui pendekatan kontekstual ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan secara rinci hasil penelitian, dan pembahasannya sebagai jawaban atas rumusan masalah yang tertera pada Bab I. Hal yang akan diuraikan meliputi : (1) deskripsi hasil penelitian setiap siklus, dan (2) pembahasan hasil penelitian
A. HASIL PENELITIAN Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta didapatkan hasil diantaranya adalah perubahan tingkah laku siswa pada saat pembelajaran, perubahan cara mengajar guru, dan perubahan hasil belajar siswa secara keseluruhan dari siklus I sampai siklus III. Adapun hasil menulis deskripsi siswa kelas V dari siklus I sampai siklus III adalah sebagai berikut : Tabel 5. Nilai Menulis Deskripsi Siklus I No.
Nilai
1 2 3 4 5 6
53 – 56 57 – 60 61 – 64 65 – 68 69 – 72 73 – 75 Jumlah
Frekuensi (Siswa) 1 8 2 2 2 5 20
Persentase (%) 5 40 10 10 10 25 100
Untuk lebih jelasnya mengenai nilai hasil menulis deskripsi siswa pada siklus I, dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
commit to user
59
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8 6 4 2 0 53 - 56 57 - 60 61 - 64 65 - 68 69 - 72 73 - 75
Gambar 3. Grafik Nilai Menulis Deskripsi Siklus I
Berdasarkan grafik tersebut, diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran menulis deksipsi pada siklus I ternyata masih terdapat kelemahan. Kelemahan tersebut adalah kurangnya perhatian siswa terhadap model yang ditampilkan di depan kelas dan masih kurang tepatnya ejaan dan penggunaan tanda baca oleh siswa sehingga hasil tulisannya masih sulit untuk dipahami. Kelemahan tersebut diperbaiki dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan penggunaan pendekatan kontekstual pada siklus II. Pelaksanana
pembelajaran
menulis
deskripsi
dengan
pendekatan
kontekstual pada siklus II dengan penekatan pada aspek ejaan dan tanda baca, diperoleh hasil nilai menulis deskripsi sebagai berikut : Tabel 6. Nilai Menulis Deskripsi Siklus II No.
Nilai
1 2 3 4 5 6
66 – 68 69 – 71 72 – 74 75 – 77 78 – 80 81 – 83 Jumlah
Frekuensi (Siswa) 4 4 1 4 4 3 20 commit to user
Persentase (%) 20 20 5 20 20 15 100
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari tabel 6 tersebut, untuk lebih jelasnya dapat digambarkan grafik sebagai berikut: 4 3 2 1 0 66 - 68 69 - 71 72 - 74 75 - 77 78 - 80 81 - 83
Gambar 4. Grafik Nilai Menulis Deskripsi Siklus II Pembelajaran menulis deskrisi dengan pendekatan kontekstual pada siklus II yang telah dilaksanakan, masih terdapat kelemahan yaitu pada keberanian siswa dalam bertanya langsung kepada guru dan kurang tepatnya urutan cerita deskripsi yang dibuat oleh siswa. Kelemahan tersebut diperbaiki dalam pelaksanaan siklus III. Pada pelaksanaan pembelajaran menulis deskripsi dengan penerapan pendekatan kontekstual pada siklus III ini ditekankan pada penggunaan bendabenda di ruang kelas. Selain itu, dalam pelaksanaan pembelajaran siklus III, guru lebih banyak memberikan motivsi pada siswa untuk lebih berani bertanya secara langsung pada guru. Adapun hasil nilai menulis deskripsi dengan menceritakan benda-benda yang ada di ruang kelas dalam bentuk kalimat, dan menggabungkan kalimatkalimat tersebut menjadi karangan pada siswa kelas V pada siklus III diperoleh nilai sebagai berikut :
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 7. Nilai Menulis Deskripsi Siklus III No.
Nilai
1 2 3 4 5 6
74 – 76 77 – 79 80 – 82 83 – 85 86 – 88 89 – 90 Jumlah
Frekuensi (Siswa) 2 2 3 7 5 1 20
Prosentase (%) 10 10 15 35 25 5 100
Hasil pembelajaran menulis deskripsi pada siklus III dapat digambarkan dalam bentuk grafik, sebagai berikut :
7 6 5 4 3 2 1 0 74 - 7677 - 7980 - 8283 - 8586 - 8889 - 90
Gambar 5. Grafik Nilai Menulis Deskripsi Siklus III
Berdasarkan gambar 5 tersebut di atas dapat diketahui bahwa hasil nilai tulisan deskripsi siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta yang masih di bawah KKM (65) adalah dua siswa (10%), dan siswa yang telah mencapai nilai KKM (65) adalah sebanyak 18 siswa (90%). Peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis deskripsi sisswa kelas V dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa sebagai berikut: commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil Observasi Aktivitas Siswa No 1
Aspek yang Dinilai
Nilai Siklus II
Siklus I
Siklus III
Keaktifan siswa a. dalam mengikuti pelajaran
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
b. dalam bertanya
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
c. dalam menjawab pertanyaan
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
d. dalam mengerjakan tugas
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
a. dalam mengutarakan pendapat
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
b. dalam bercerita
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
c. dalam bertanya
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
d. dalam menjawab pertanyaan
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
e. dalam memanfaatkan media
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
a. dalam menyusun kalimat
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
b. dalam mengajukan pertanyaan
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
c. dalam menjawab pertanyaan
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
d. dalam memanfaatkan media
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
e. dalam mengembangkan cerita
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
individu e. dalam mengerjakan tugas kelompok 2
3
Keberanian
Kreativitas dan Inisiatif
Jumlah
20
Keterangan : 4 : Sangat baik 3 : Baik 2 : Cukup 1 : Kurang
commit to user
38
52
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Sebelum melaksanakan tindakan siklus I, peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui kondisi nyata di lapangan. Dari hasil kegiatan ini, peneliti menemukan bahwa kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran menulis deskripsi di kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta masih tergolong rendah. Indikator rendahnya kualitas pembelajaran dalam penelitian ini adalah rendahnya keaktifan siswa yang ditandai dengan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran, bertanya, menjawab pertanyaan, mengerjakan tugas individu, dan mengerjakan tugas kelompok. Indikator berikutnya adalah kemamuan menulis deskripsi dari kriteria kelulusan minimal (KKM) 65 belum mencapai 70% dari 20 siswa, yang ditandai dengan: 1) Keterampilan siswa dalam menghasilkan kosakata yang bervariatif, 2) kesesuaian antara judul tulisan dengan isi tulisan, 3) Kesesuaian antara isi tulisan dengan objek yang diamati, 4) Keterampilan siswa dalam menghasilkan tulisan yang sesuai dengan ejaan yang benar. Nilai ini diamati pada saat pretes menulis deskripsi. Selanjutnya, dilakukan kolaborasi dan diskusi dengan guru kelas Bahasa Indonesia kelas V untuk mengatasi masalah tersebut. Guru dan peneliti bersepakat menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis deskripsi. Kegiatan berikutnya, guru bersama peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi pembelajaran menulis deskripsi. Pada tindakan siklus I guru sudah mulai menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis deskripsi. Dengan melalui pendekatan kontekstual tersebut siswa lebih antusis dalam pembelajaran dan pembelajaran meningkat dibanding pada saat pretes. Akan tetapi, pada siklus I masih terdapat pula kekurangan, diantaranya pada segi pengelolaan kelas oleh guru dan hasil tulisan deskripsi siswa masih belum jelas atau masih sulit dipahami. Kekurangan pada siklus I tersebut kemudian diperbaiki pada siklus II. Pada pembelajaran siklus II, ternyata masih terdapat kendala-kendala, yaitu: 1) Kurangnya keberanian siswa untuk bertanya secara langsung kepada commit to user Siswa lebih memilih bertanya guru tentag suatu hal yang kruang dimengerti.
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
kepada temannya. Kegiatan bertanya dalam pendekatan konteksual merupakan penerapan komponen bertanya/questioning yang harus dilaksanakan. 2) Kendala berikutnya adalah siswa kurang memperhatikan urutan cerita yang ditulisnya. Sebagian siswa mengulang-ulang cerita yang ditulisnya, sehingga alur ceritanya menjadi tidak jelas. Analisa peneliti dengan adanya kendala-kendala yang terjadi pada siklus II, yaitu: 1) Siswa kurang berani bertanya langsung pada guru karena siswa takut dan malu apabila dianggap siswa yang bodoh, 2) Siswa kurang memperhatikan urutan cerita, karena siswa ingin hasil tulisan deskripsinya banyak, sehingga siswa tidak menyadari bahwa tulisan yang suda ada ditulis lagi. Adanya kendala-kendala tersebut diatasi dengan : 1) menambah motivasi pada siswa untuk lebih berani bertanya dan menyampaikan pendapatnya, 2) pelaksanaan pembelajaran menulis deskripsi melalui pendekatan kontekstual dengan penekanan pada urutan cerita dan penggunana benda-benda di ruang kelas sebagai media pembelajaran. Kekurangan pada siklus II kemudian diminimalkan pada siklus III. Pada tindakan siklus III, siswa lebih bersemangat mengikuti pembelajaran menulis deskripsi. Pembelajaran pada siklus III ini lebih memberikan motivasi kepada siswa supaya lebih berani bertanya. Selain bertanya siswa juga ditambah motivasi untuk mengungkapkan pendapatanya. Dari segi guru, guru telah menerapkan teknik dengan baik dan bisa mengkondisikan siswa dengan baik pula. Dari hasil teks menulis deskripsi yang dilaksanakan pada tiap siklus, didapatkan hasil bahwa sebagian besar siswa telah mencapai batas ketuntasan minimal (65) pada siklus III. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kualitas hasil dan proses (keaktifan) siswa dalam menulis deskipsi. Peningkatan kualitas hasil pembelajaan menulis deskripsi dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan jumlah siswa yang mendapatkan nilai diatas kriteria kulusan minimal (65) yang telah ditentukan guru. Pada siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 55% (24 siswa dari 43 siswa). Peningkatan tersebut terus user hasil belajar menulis deskripsi meningkat pada siklus berikutnya.commit Lebih tojelasnya
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta dari siklus I sampai siklus III, adalah sebagai berikut :
Tabel 8. Peningkatan Nilai Menulis Deskripsi Tiap Siklus Siklus I No.
Nilai
1 2 3 4 5 6
53 – 56 57 – 60 61 – 64 65 – 68 69 – 72 73 – 75 Jumlah
Frekuensi (Siswa) 1 8 2 2 2 5 20
Persentase (%) 5 40 10 10 10 25 100
Siklus II No.
Nilai
1 2 3 4 5 6
66 – 68 69 – 71 72 – 74 75 – 77 78 – 80 81 – 83 Jumlah
Frekuensi (Siswa) 4 4 1 4 4 3 20
Persentase (%) 20 20 5 20 20 15 100
Siklus III No.
Nilai
1 2 3 4 5 6
74 – 76 77 – 79 80 – 82 83 – 85 86 – 88 89 – 90 Jumlah
Frekuensi (Siswa) 2 2 3 7 5 1 20
commit to user
Presentase (%) 10 10 15 35 25 5 100
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari tabel 8 tersebut di atas tampak lebih jelas peningkatan hasil tulisan deskripsi dari siklus I sebesar 7,3%, pada siklus II sebesar 12,6%, dan pada siklus III sebesar 11,3 % .
Dari data di atas, agar tampak lebih jelas peningkatan hasil tulisan deskripsi dari siklus I, II, dan III dapat dibuatkan grafik sebagai berikut :
10 8 6
Siklus I
4
Siklus II
2
Siklus III
0 53 - 60 - 66 - 72 - 78 - 84 59 65 71 77 83 90
Gambar 6. Grafik Nilai Menulis Deskripsi Siklus I, II, dan III
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN Simpulan yang dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Penggunaan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi karangan deskripsi dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta. Hal ini ditunjukkan oleh adanya peningkatan proses pembelajaran sebagai berikut : (a) jumlah siswa yang aktif dalam kegiatan apersepsi terus mengalami peningkatan dari siklus satu ke siklus berikutnya, (b) jumlah siswa yang aktif memperhatikan penjelasan materi dari guru mengalami peningkatan, dan (c) jumlah siswa yang aktif dalam diskusi juga meningkat. 2. Penggunaan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi karangan deskripsi dapat meningkatkan ketrampilan deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta. Hal ini ditunjukkan oleh adanya adanya peningkatan keterampilan menulis deskripsi dilihat dari kemampuan menghasilkan kosakata, kesesuaian antara judul dengan isi tulisan, kesesuaian antara isi tulisan dengan objek yang diamati, tulisan yang sesuai dengan ejaan yang benar mengalami peningkatan.
B. IMPLIKASI Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa. Faktor dari pihak guru yaitu: kemampuan guru dalam mengembangkan materi, kemampuan guru dalam menyampaikan materi, kemampuan guru dalam mengelola kelas, metode yang digunakan guru sebagai sarana untuk menyampaikan materi. Kemudian, faktor dari siswa yaitu: minat dan motivasi siswa dalam mengikuti commit toproses user pembelajaran.
68
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus diupayakan dengan maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Apabila guru memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi dan dalam mengelola kelas serta didukung oleh teknik dan saran yang sesuai, maka guru akan dapat menyampaikan materi dengan baik. Materi tersebut akan dapat diterima oleh siswa apabila siswa juga memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, kondusif, efektif dan efisien. Implikasi praktis dari penelitian tindakan kelas ini adalah memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas, sehingga dapat memotivasi guru dan peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian ini juga dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbngan bagi guru untuk menerapkan pendekatan kontekstual sebagai pendekatan dalam pembelajaran yang dilaksanakan. C. SARAN Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian di atas, peneliti mengajukan saran kepada beberapa pihak, antara lain : 1. Bagi Kepala Sekolah a. Hendaknya menejemen fasilitas di sekolah disusun dengan rapi dan tertib sehingga fasilitas sekolah dapat dimanfaatkan oleh semua warga sekolah terutama guru. b. Hendaknya mendukung segala kegiatan guru dan siswa yang sifatnya inovatif, sehingga siswa dan guru mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. c. Hendaknya memberi kesempatan bagi guru untuk melakukan penelitian dan mengikutsertakan guru dalam forum-forum ilmiah, seperti seminar commit to user pendidikan, diklat, Workshop, dan sebagainya.
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Bagi Guru a. Dalam membentuk kelompok, hendaknya guru mengacak siswa yang pandai agar siswa yang pandai tersebut dapat membantu siswa yang kurang atau tidak pandai. b. Guru hendaknya menunjuk siswa yang jarang maju di depan kelas sebagai model, agar dapat menarik perhatian siswa. c. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi karangan deskripsi, hendaknya guru menggunakan pendekatan kontekstual agar siswa mampu mengatasi kendala kurang tepatnya penggunaan ejaan dan tanda baca. d. Hendaknya guru mampu memilih pendekatan atau model pembelajaran yang tepat dengan materi yang diajarkan. 3. Bagi Siswa a. Hendaknya
lebih
banyak
membaca
bacaan
dan
memperluas
pengetahuan, baik dari sekolah, rumah, maupun media massa. b. Hendaknya aktif dalam belajar menggali ide tulisan melalui berbagai sumber, salah satu diantaranya adalah karangan deskripsi. c. Hendaknya lebih aktif dalam bertanya dan berdiskusi supaya memperoleh informasi penjelas yang cukup berkaitan dengan isi karangan yang ditampilkan. 4. Bagi Peneliti Lain a. Bagi peneliti yang ingin menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis deskripsi dapat bekerjasama dan berkolaborasi dengan guru yang mengalami permasalahan dalam pembelajaran tersebut. b. Dapat memodifikasi pendekatan kontekstual dengan pendekatan atau teknik lain untuk mengatasi masalah pembelajaran yang berbeda dan pada obyek yang berbeda.
commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Atar Semi 1990. Menulis Efektif. Padang : CV Angkasa Raya.
Budinuryanta, Kasurijanta dan Imam Koermen. 1997. Materi Pokok Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Jakarta : Depdikbud. Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta : Depdiknas. Gorys Kearf. 2000. Argumentasi dan Narasi. Jakarta : PT Gramedia.
Henry Guntur Tarigan. 1993. Menulis Sebagai Suatu Ketarampilan Berbahasa. Bandung : CV Angkasa. Khaerudin Kurniawan. 2005 “Model Pengajaran Menulis Bagi Penutur Asing Tingkat Lanjut” diunduh darihttp://www./ialf/kibika/papers/Khaerusin Kurniawan. Doc. Diakses tanggal 27 Agustus 2007. “Menulis Deskripsi” diunduh dari http://gurubahasa.com. Diakses tanggal 20 Oktober 2008. Muchlisoh, dkk. 1992. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 3 Modul 1-9. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad dan Sakura. H. Ridwan. 1996. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga. Sugianto. 2008. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta : Erlangga. Suharsini Arikunto, Suhardjo, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Akasara.
commit to user 71
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Suluh Numpang Nulis. 2006. Tentang Menulis; Serbaneka Gaya Tulisan, Kembali ke Gaya SMP. (http://haqiqie.wordpress.com/2006/04/22/tentangmenulis-serbaneka gaya-tulisan-kembali-ke-pelajaran-smp/diakses 10 Maret 2007. Yant Mujiyanto, Buhi Setiawan, Purwadi dan Edy Suryanto, 2000. Puspa Ragam Bahasa Indonesia (BPK). Surakarta : UNS Press.
commit to user