perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KEPALA BERNOMOR STRUKTUR PADA PESERTA DIDIK KELAS V MIN MULUR SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
OLEH: RATIH WULANDARI K7107010
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit2011 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KEPALA BERNOMOR STRUKTUR PADA PESERTA DIDIK KELAS V MIN MULUR SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Progran Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
OLEH:
RATIH WULANDARI K 7107010
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi
dengan
judul
PENINGKATAN
KETERAMPILAN
MENULIS
DESKRIPSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KEPALA BERNOMOR STRUKTUR PADA PESERTA DIDIK KELAS V MIN MULUR SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011
NAMA
: RATIH WULANDARI
NIM
: K7107010
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hari
: Selasa
Tanggal
: 26 April 2011
Persetujuan Pembimbing
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Drs. A Dakir, M. Pd
Dra. Mg. Dwijiastuti, M.Pd
NIP. 19491106 197603 1 001
NIP. 19500712 197903 2 001
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi
dengan
judul
PENINGKATAN
KETERAMPILAN
MENULIS
DESKRIPSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KEPALA BERNOMOR STRUKTUR PADA PESERTA DIDIK KELAS V MIN MULUR SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011
NAMA
: RATIH WULANDARI
NIM
: K7107010
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Hari
: Senin
Tanggal : 9 Mei 2011 Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Tanda Tangan
: Drs. Sukarno, M. Pd
…………………
Sekretaris : Drs. Kartono, M. Pd
…………………
Anggota I : Drs. A. Dakir, M. Pd
…………………
Anggota II : Dra. Mg. Dwijiastuti, M. Pd
………………....
Ketua
Disahkan oleh, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd NIP.19600727 198702 1 001 commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Ratih Wulandari. PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KEPALA BERNOMOR STRUKTUR PADA PESERTA DIDIK KELAS V MIN MULUR SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April, 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa Sekolah Dasar kelas V MIN Mulur Sukoharjo dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur tahun pelajaran 2010/2011. Subyek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas V MIN Mulur Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri atas 15 siswa. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi. Variabel dalam penelitian tindakan ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sedangkan langkah-langkah dalam penelitian ini terdiri dari identifikasi masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi hasil penelitian dan merevisi perencanaan untuk tahap selanjutnya. Pada penelitian ini menggunakan 2 siklus, sedangkan tiap siklus terdiri atas 2 pertemuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model interaktif. Sedangkan validitas data yang digunakan berupa triangulasi metode dan triangulasi data. Sumber data yang diperoleh yaitu berasal dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: Penggunaan model pembelajaran tipe Kepala Bernomor Struktur dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi peserta didik kelas V MIN Mulur Sukoharjo . Hal ini dapat terlihat pada kegiatan pembelajaran menulis deskripsi dengan meningkatnya keterampilan menulis deskripsi siswa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan yaitu pada pratindakan nilai rata-rata kelas 58,6 dengan ketuntasan klasikal 33,3%. Pada siklus I menunjukkan nilai rata-rata kelas mencapai 72,45 dengan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 69,9%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 75,58 dan ketuntasan kalsikal menjadi 80%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif Kepala Bernomor Struktur dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa kelas V MIN Mulur tahun pelajaran 2010/2011
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Ratih Wulandari. IMPROVING STUDENTS’S WRITING DESCRIPTIVE SKILL THROUGH COOPERATIVE LEARNING MODEL OF NUMBERED HEADS TOGETHER (STRUKTUR) AT THE 5TH GRADE STUDENTS OF MIN MULUR ACADEMIC YEAR 2010/2011. Thesis, Surakarta : Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University Surakarta, April, 2011. The purpose of this research is to improve student’s skill in writing descriptive skill of the 5th grade students of MIN Mulur Sukoharjo by using cooperatve learning model of numbered heads together (struktur). The subject of this classroom action research is 5th grade students of MIN Mulur Sukoharjo academic year 2010/2011 which consists of 15 students. Variable that are targeted to change in the research is improvement of student’s writing of descriptive and the variable is cooperative learning model of numbered heads together (struktur). In this researching conduct a classroom action research. The procedure of the research consist of identifying the problems, planning the action, implementing the action, observing or monitoring the action, reflecting the result of the observation, and revising the plan for following steps. In the research, using 2 cycles with each cycles consists of 2 meetings. In collecting the data, the researcher uses observing, interview, test and documentation. Technique of validity data that is used triangulation method and triangulation data. Source of the data is taken from primer and secunder data. Based on the result of the research , it can be conclude that the using cooperative learning model of numbered together (struktur) is able to improve writing description skill of grade 5th student of MIN Mulur Sukoharjo. The result of this research show that there is an improvement in student’s descriptive writing skill. It could be seen from result of student’s test descriptive writing that indicated and increase, namely, in pre-action is 58,6 with classical completeness 33,3%. In the cycle I, the average of classical score attains 72,45 and classical completeness increases to 69,9%. In the cycle II, the average of classical score increase to 75,58 and classical completeness increase to 80%. Therefore, it can be concluded that The cooperative learning model of numbered together (struktur) can improve student’s descriptive writing skill at the 5th grade students of MIN Mulur academic year 2010/201
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“AKU tergantung persangkaan hamba-Ku kepada-KU” (Hadits Qudsi Riwayat Bukhari)
“You Are What You Think” (Salim A. Fillah)
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini kepada : Ibunda (Tuminem) Tercinta Atas segala do’a dan upaya
Kakak-kakakku Suratmi Puji Rahayu, Sayekti Wahyuningsih, Sarwoko Tri Atmojo, Muryanto Catur Atmojo, dan Adikku Dewi Nawang Wulan Semoga terus tersenyum dan mendukung
Bapak dan Ibu Dosen PGSD FKIP UNS Terima kasih atas ilmu dan bimbingannya
Almamater UNS Surakarta
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN .....................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................
iv
ABSTRAK .................................................................................................
v
HALAMAN MOTTO ..............................................................................
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...............................................................
viii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xi
DAFTAR BAGAN .....................................................................................
xii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xiii
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................
xiv
KATA PENGANTAR ..............................................................................
xv
BAB I.
PENDAHULUAN ....................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .....................................................
1
B. Perumusan Masalah .............................................................
10
C. Tujuan Penelitian ................................................................
10
D. Manfaat Penelitian ..............................................................
10
BAB II. LANDASAN TEORI ...............................................................
12
A. Tinjauan Pustaka ................................................................
12
B. Penelitian Relevan ...............................................................
34
C.
Kerangka Berpikir .............................................................
35
D. Hipotesis Tindakan .............................................................
36
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................
37
A. Setting Penelitian ................................................................
37
1. Tempat Penelitian ...........................................................
37
2. Waktu Penelitian ............................................................. commit to user B. Subjek Penelitian .................................................................
37
ix
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ..........................................
38
1. Bentuk Penelitian ............................................................
38
2. Strategi Penelitian ...........................................................
39
D. Sumber Data .......................................................................
41
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................
41
F. Validitas Data .....................................................................
43
G. Teknik Analisis Data ..........................................................
44
H. Indikator Kerja ....................................................................
45
I.
Prosedur Penelitian ..............................................................
46
BAB IV HASIL PENELITIAN ..............................................................
50
A. Profil Tempat Penelitian ......................................................
50
B. Deskripsi Kondisi Awal ......................................................
51
C. Deskripsi Permasalahan Penelitian......................................
54
1. Siklus I ............................................................................
54
2. Siklus II ...........................................................................
68
D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian .........................
80
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ..............................
89
A. Simpulan ..............................................................................
89
B. Implikasi ..............................................................................
89
C. Saran ....................................................................................
91
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
93
BAB V
LAMPIRAN-LAMPIRAN
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1
: Silabus Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V ............................. 96
Lampiran 2
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I .............................. 97
Lampiran 3
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............................. 106
Lampiran 4
: Data Wawancara Guru Bahasa Indonesia ................................... 123
Lampiran 5
: Data Wawancara Siswa Kelas V (pratindakan) ......................... 125
Lampiran 6
: Data Wawancara Siswa Kelas V (pascatindakan) ....................... 127
Lampiran 7
: Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 1 ................ 129
Lampiran 8
: Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 2 ................ 132
Lampiran 9
: Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 1 ............... 136
Lampiran 10 : Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 2 ............... 139 Lampiran 11 : Penjelasan Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG II) ........... 143 Lampiran 12 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 ............... 152 Lampiran 13 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ............... 154 Lampiran 14 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1............. 156 Lampiran 15 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2.............. 158 Lampiran 16 : Rekapitulasi Nilai Siswa praSiklus ............................................. 160 Lampiran 17 : Rekapitulasi Nilai Siswa Siklus I Pertemuan 1 ........................... 161 Lampiran 18 : Rekapitulasi Nilai Siswa Siklus II Peretemuan 2 ........................ 162 Lampiran 19 : Rekapitulasi Nilai Siswa Siklus II Pertemuan 1 .......................... 163 Lampiran 20 : Rekapitulasi Nilai Siswa Siklus II Pertemuan 2 .......................... 164 Lampiran 21 : Dokumentasi Penelitian ............................................................... 165 Lampiran 22 : Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi .................................. 168 Lampiran 23 : Surat Keputusan Dekan FKIP ..................................................... 169 Lampiran 24 : Surat Permohonan Izin Research Kapada Kepala Sekolah ......... 170 Lampiran 25 : Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ................................ 171
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN
Halaman Bagan 1. Alur Kerangka Berpikir Penelitian ........................................................ 36 Bagan 2. Strategi Tindakan Model Siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas ...... 40 Bagan 3. Pengolahan Data Menurut Miles dan Huberman ................................... 45
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ....................................... 38 Tabel 2. Frekuensi Data Nilai Menulis Deskripsi praSiklus ................................ 52 Tabel 3. Data Hasil Menulis Deskripsi Siswa pra-Siklus .................................... 53 Tabel 4. Data Nilai Siklus I Pertemuan 1............................................................. 64 Tabel 5. Data Hasil Tes Siklus I Pertemuan 1 ..................................................... 65 Tabel 6. Data Nilai Siklus I Pertemuan 2 ............................................................. 65 Tabel 7. Hasil Tes Siklus I Pertemuan 2 .............................................................. 66 Tabel 8. Perbandingan Rata-rata Hasil Nilai Siklus I dan praSiklus ................... 66 Tabel 9. Data Nilai Siklus II Pertemuan 1 ........................................................... 75 Tabel 10. Hasil Tes Siklus II Pertemuan 1 ............................................................ 76 Tabel 11. Data Nilai Siklus II Pertemuan 2 .......................................................... 77 Tabel 12. Hasil Tes Siklus II Pertemuan 2 ............................................................ 78 Tabel 13. Perbandingan Hasil Nilai Siklus I dan Siklus II ................................... 79 Tabel 14. Perbandingan Hasil Nilai praSiklus, Siklus I, dan Siklus II ................. 80 Tabel 15. Perbandingan Prosentase praSiklus, Siklus I, dan Siklus II .................. 84 Tabel 16. Aktivitas Siswa dan Guru ..................................................................... 85 Tabel 17. Rata-rata Aktivitas Siswa dan Guru ...................................................... 86
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GRAFIK
Halaman Grafik 1. Nilai Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa praSiklus ......................... 53 Grafik 2. Nilai Siklus I Pertemuan 1 ..................................................................... 64 Grafik 3. Nilai Siklus I Pertemuan 2 ..................................................................... 66 Grafik 4. Perbandingan Nilai Rata-rata praSiklus dan Siklus I ............................ 67 Grafik 5. Perbandingan Prosentase Ketuntasan praSiklus dan Siklus I ................ 68 Grafik 6. Data Nilai Siklus II Pertemuan 1 ........................................................... 76 Grafik 7. Data Nilai Siklus II Pertemuan 2 ........................................................... 77 Grafik 8. Perbandingan Nilai Rata-rata Siklus I dan Siklus II .............................. 79 Grafik 9. Perbandingan Nilai Rata-rata praSiklus, Siklus I dan Siklus II ............. 80 Grafik 10.Perbandingan Prosentase Ketuntasan praSiklus, Siklus I, danSiklus II 84 Grafik 11.Rata-rata Aktivitas Siswa dan Guru Siklus I dan Siklus II ................... 86
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah Ta’ala, yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah serta inayahNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI
MODEL
PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
TIPE
KEPALA
BERNOMOR STRUKTUR PADA PESERTA DIDIK KELAS V MIN MULUR SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011”. Peneliti menyadari, terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, arahan, petunjuk, dan saran-saran dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan FKIP UNS. 2. Drs. Kartono, M. Pd, selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP UNS. 3. Drs. A. Dakir, M. Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti. 4. Dra. Mg. Dwijiastuti, M. Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti. 5. Warsito, S.Ag, selaku Kepala Sekolah MIN Mulur yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di MIN Mulur. 6. Sri Lestari, S.Pd. I selaku guru kelas V MIN Mulur yang telah merelakan waktunya untuk mengarahkan peneliti dalam penelitian. 7. Nur Widayati, S. Pd. I selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V yang telah bersedia berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian. 8. Peserta didik kelas V MIN Mulur Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 yang selalu semangat dalam belajar Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu peneliti berharap kepada pembaca guna memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan untuk penelitian berikutnya. Peneliti berharap bahwa karya yang kecil ini dapat memberikan manfaat besar commit to user kesalahan dan kekeliruan. bagi pembaca sekalian. Mohon maaf bila terdapat
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sekian, terima kasih atas perhatian pembaca sekalian.
Surakarta, April 2011
Penulis
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-undang Sisdiknas No.20/2003 bab III pasal 4 ayat 1 tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan, serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Hal ini menandakan bahwa setiap Warga Negara berhak dan wajib mendapatkan pendidikan secara merata tanpa terkecuali. Pada hakekatnya pendidikan bagi setiap warga Negara adalah sebagai upaya pengembangan potensi sehingga siswa mampu menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, dan nilai kultural seperti apa yang telah termaktub dalam Undang-undang Sisdiknas di atas. Penyelenggaraan pendidikan suatu negara tentu saja memiliki suatu tujuan yang akan dicapai, salah satunya adalah membentuk manusia yang cerdas. Seperti yang tertulis dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ….” Artinya Negara melalui pemerintah memiliki kewajiban menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas sehingga akan menciptakan manusia yang cerdas baik cerdas secara intelektual maupun cerdas dalam hal akhlak dan karakter. Menurut Dr. Howard Gardner dalam May Lwin dkk dalam bukunya, Frames of Mind: The Theory of Multiple Intellegencess (1983), menyebutkan bahwa kecerdasan ada tujuh macam, yaitu kecerdasan linguistik-verbal, kecerdasan logis matematis, kecerdasan spasial-visual, kecerdasan ritmik-musik, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan intrapersonal. Dari ketujuh kecerdasan yang ada pada diri manusia salah satu kecerdasan yang commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
selalu ada dan melekat dari semenjak lahir terus dipelajari adalah kecerdasan linguistik-verbal. Kecerdasan linguistik-verbal adalah kecerdasan yang mengacu pada kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dalam berbicara, membaca, dan menulis (May Lwin, dkk, 2001:11). Kecerdasan verbal penting bukan hanya untuk keterampilan berkomunikasi melainkan juga penting untuk mengungkapkan pikiran, keinginan, dan pendapat seseorang. Kecerdasan linguistik-verbal sudah dimiliki dan dipelajari anak sejak bayi. Dimulai dari kemampuan menyimak seorang bayi terhadap orang dewasa, lalu tahap bayi mengoceh dengan bahasanya sendiri (kedua tahap ini disebut perkembangan paraliguistik) (Gleason, 1985:3), sampai pada tahap selanjutnya yaitu pengucapan satu kosa kata, hingga mampu membuat kalimat pendek. Selama periode usia Sekolah Dasar, anak-anak dihadapkan pada tugas utama mempelajari bahasa tulis. Perkembangan bahasa anak pada periode usia Sekolah Dasar ini meningkat dari bahasa lisan ke bahasa tulis. Kemampuan mereka menggunakan bahasa menjadi berkembang. Menurut Piaget ada 4 fase perkembangan kognitif pada anak, yaitu: a) usia lahir - 2 tahun, anak mengalami Periode Sensorimotor yaitu anak memanipulasi objek di lingkungan dan mulai membentuk konsep, b) usia 2 – 7 tahun, anak mengalami Periode Praoperasional yaitu anak memahami pikiran simbolik, tetapi belum dapat berpikir logis, c) usia 7 – 11 tahun, anak mengalami Periode Operasional yaitu anak dapat berpikir logis mengenai benda-benda konkret. Sedangkan menurut Fase-fase Perkembangan Bahasa, dibagi menjadi: a) usia lahir – 2 tahun mangalami Fase Fonologis yaitu anak bermain dengan bunyibunyi bahasa, mulai mengoceh sampai menyebutkan kata-kata sederhana, b) usia 2 – 7 tahun mengalami Fase Sintaktik yaitu anak menunjukkan kesadran gramatis, berbicara menggunakan kalimat, c) usia 7 – 11 tahun mengalami Fase Semantik yaitu anak dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
dalam kata. Namun, pada kenyataannya Fase-fase Perkembangan Bahasa lebih banyak digunakan karena dipandang sangat relevan dengan pembelajaran bahasa. Pada periode usia sekolah, perkembangan bahasa yang paling jelas terlihat adalah perkembangan semantik dan pragmatik. Di samping memahami bentuk-bentuk baru, anak belajar menggunakannya untuk berkomunikasi dengan lebih efektif (Oblet, 1985 lewat Owen 1992:355) Menurut Fase-fase Perkembangan Bahasa di atas perkembangan semantik terjadi pada usia anatara 7 – 11 tahun. Pada usia ini anak sudah memiliki kemampuan metalinguistik, yaitu kesadaran yang memungkinkan pengguna bahasa melakukan refleksi menjadi semakin berkembang utamanya pada usia sekolah. Kemampuan berpikir tentang bahasa dan melakukan refleksi ini tercermin dalam perkembangan keterampilan membaca dan menulis (Owens, 1992:335) Menurut Budiasih dan Zuchdi (1997), anak usia SD sudah mampu mengembangkan bahasa figuratif yang memungkinkan penggunaan bahasa secara kreatif. Bahasa figuratif menggunakan kata secara imajinatif, tidak secara literal atau makna sebenarnya untuk menciptakan kesan emosional. Yang termasuk bahasa figuratif misalnya ungkapan kepala dingin, penggunaan bahasa metafora contohnya suaranya membelah bumi, makana kiasan seperti wajahnya seperti bulan purnama, dan lain-lain. Anak usia 7 – 11 tahun adalah anak yang menduduki jenjang Sekolah, yang pada umumnya mnduduki kelas 5 SD. Anak-anak pada usia ini mulai mengenal adanya berbagai pandangan mengenai suatu topik. Mereka dapat mendeskripsikan sesuatu, tetapi deskripsi yang mereka buat lebih bersifat personal dan tidak mempertimbangkan makna informasi yang disampaikannnya bagi pendengar. Informasi tersebut biasanya tidak selalu benar, karena tercampur dengan hal-hal yang ada dalam khayalan (Owens, 1992:358) Anak usia tersebut cukup memiliki kemampuan menjelaskan atau mendeskripsikan suatu benda, hal, keadaan, dan sebagainya. Baik itu yang berwujud riil maupun abstrak. Juga tentang hal-hal yang ada di angan-angan atau commituntuk to user benak mereka, mereka cukup mampu menjelaskan atau menggambarkan
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
lewat kata-kata dengan jelas. Anak usia 7-11 tahun telah cukup memiliki perbendaharaan kata yang cukup banyak dan bervariatif. Seiring pertumbuhan fisiknya, kemampuan berfikir untuk menyerap kosa kata juga berkembang dengan pesat. Keterampilan berbahasa anak dapat meliputi keterampilan menyimak, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan tersebut erat sekali kaitannya antara satu dengan yang lainnya. Untuk memperoleh keterampilan berbahasa mula-mula anak pada masa kecil belajar menyimak, kemudian dilanjutkan belajar berbicara. Setelah itu dilanjutkan dengan keterampilan membaca dan menulis saat mereka memasuki bangku sekolah terutama Sekolah Dasar. Keempat keterampilan tersebut sangat erat kaitannya dengan proses berpikir seseorang dalam mendasari suatu bahasa. Bahasa seseorang merupakan cerminan dari pemikirannya. Semakin seseoarng terampil dalam berbahasa, semakin jelas dan cerah jalan pikirannya. Keterampilan berbahasa bisa dipelajari dengan menerapkannya dalam kegiatan sehari-hari. Pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar, pada saat permulaan anak-anak dihadapkan pada tugasnya yang utama yaitu mempelajari bahasa tulis. Hal ini hampir tidak akan berjalan lancar jika anak tersebut belum bisa menguasai bahasa lisan. Perkembangan bahasa anak pada periode usia Sekolah Dasar ini meningkat dari bahasa lisan ke bahasa tulis. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa itu sendiri. Tata bahasa, kosa kata, dan juga sastra hendaknya disajikan dalam konteks tertentu, yaitu dalam kaitannya dengan keterampilan tertentu yang sedang diajarkan, bukan sebagai pengetahuan tata bahasa, teori pengembangan kosa kata, teori sastra sebagai pendukung atau alat penjelas. Namun keterampilan-keterampilan berbahasa yang ditekankan adalah pengajaran berbahasa Indonesia
berupa
keterampilan reseptif (keterampilan mendengar dan membaca) dan keterampilan produktif (keterampilan menulis dan berbicara). Sedangkan pada pengajaran berbahasa tentu diawali dengan pengajaran keterampilan reseptif kemudian commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilanjutkan pada tahap-tahap keterampilan produktif. Tujuannya agar peningkatan keduanya itu menyatu sebagai kegiatan berbahasa yang padu dan utuh. Menulis merupakan keterampilan lanjutan yang memiliki tingkat yang lebih tinggi dibanding keterampilan berbahasa mendengarkan dan membaca. Menulis yang termasuk dalam keterampilan produktif dalam berbahasa bisa dilakukan siswa asalkan dia telah terbiasa mendengarkan bacaan atau informasi dan gemar atau sering membaca suatu bacaan. Hal ini dikarenakan erat kaitannya dengan kosa kata dan pemahaman siswa terhadap suatu hal, lebih-lebih jika jenis bacaan yang sering ditemui anak adalah bacaan deskriptif. Selain itu dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalamannya untuk berpikir secara abstraktif. Keterampilan menulis telah diajarkan guru SD pada siswa-siswanya sejak mereka duduk di bangku kelas 1. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat penting baik dalam dunia pendidikan khususnya atau dalam kehidupan masyarakat secara umum. Keterampilan menulis sangat penting karena merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa. Dengan menulis siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran, dan perasaan
yang dimiliki.
Selain itu dapat
mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa dalam menulis. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak lamgsung. Menulis adalah suatu kegiatan yang aktif dan produktif serta memerlukan cara berpikir yang cukup sistematis yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Meskipun demikian keterampilan bahasa tulis dipengaruhi oleh keterampilan bahasa produktif lainnya, seperti aspek berbicara maupun keterampilan reseptif yaitu aspek membaca dan menyimak. Selain itu pengetahuan tentang pemahaman kosa kata, diksi, keefektifan kalimat, penggunaan ejaan dan tanda baca sampai pada tahap keterampilan menulis atau mengarang dengan menerapkan berbagai jenis tipe karangan baik itu eksposisi, argumentasi, narasi, dan juga deskripsi. Deskripsi artinya memberikan sesuatu atau menggambarkan sesuatu dengan kata-kata, sehingga pembaca seolah-olah melihat atau merasakannya commit to menulis user (Sabarti Akhadiah, 1992:82). Keterampilan deskripsi adalah keterampilan
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menulis yang bertujuan untuk menyajikan suatu objek atau suatu hal
yang
menjadikan pembaca seolah-olah melihat objek atau mengalami suatu hal dengan sendirinya. Berdasarkan pengalaman Guru dalam mengajar keterampilan menulis, ditemukan bahwa menulis kerap kali menjadi suatu hal yang kurang diminati dan kurang mendapat respon yang baik dari siswa, termasuk keterampilan menulis deskripsi. Siswa tampak mengalami kesulitan ketika harus menulis. Siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis dimulai. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk memulai tulisan. Siswa sering mengalami keadaan yang dinamakan sindrom kertas kosong ( blank page syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Menulis merupakan suatu keterampilan dan suatu keterampilan hanya akan berkembang jika dilatih secara terus-menerus atau lebih sering. Membiasakan anak untuk berlatih menulis dalam berbagai tujuan merupakan sebuah cara yang dapat diterapkan agar keterampilan menulis meningkat dan berkembang secara maksimal. Keterampilan menulis di kelas terkadang juga hanya diajarkan pada saat pembelajaran bahasa saja khususnya Bahasa Indonesia. Padahal pembelajaran keterampilan menulis dapat dipadukan atau diintegrasikan dalam setiap proses pembelajaran di kelas. Pengintegrasian bisa diaplikasikan dalam dua bentuk, yaitu pengintegrasian internal berarti pembelajaran menulis diintegrasikan dalam keterampilan berbahasa yang lain, misalnya berbicara. Sedangkan pengintegrasian eksternal adalah keterampilan menulis dipadukan dengan mata pelajaran lain diluar mata pelajaran bahasa Indonesia, misalnya IPS. Keadaan yang lain yaitu pola pembelajaran menulis di kelas yang diterapkan sangat kaku dan mekanis. Mulai dari menentukan topik, membuat kerangka karangan, membuat ide pokok paragraf, melengkapi kalimat utama, mengembangkan kalimat utama menjadi kalimat penjelas, dan sebagainya. Polapola tersebut selalu berulang dan terkesan kaku. Pola tersebut tidak salah, hanya saja kurang bermakna dan berkesan pada anak. commit to user
Tanpa adanya metode atau
perpustakaan.uns.ac.id
7 digilib.uns.ac.id
strategi pengajaran yang tepat, pola penulisan yang seharusnya memudahkan anak untuk menulis justru menjadi momok tersendiri bagi anak. Indikatornya yaitu hasil tulisan siswa yang relatif rendah baik kuantitas maupun kualitasnya. Kebanyakan dari mereka menulis tapi tidak dalam bentuk paragraf yang utuh dan masih sedikit tulisannya yang dinilai baik. Pada umumnya anak kurang dapat mengelola gagasan secara sistematis. Mengapa hal itu terjadi sementara jam pelajaran Bahasa Indonesia sendiri memiliki porsi yang cukup banyak? Dimungkinkan selama ini siswa jarang menulis dengan kata-kata mereka sendiri. Mereka hanya menyalin tulisan dari papan tulis. Hal itu berakibat pada dangkalnya penguasaan kosa kata untuk mengungkapkan gagasan dengan katakata lain dan kurang dapat berfikir logis karena mereka selalu dituntut dan jarang diberi kesempatan bertanya. Mereka kurang mendapatkan kebebasan untuk mengembangkan suatu topik atau kalimat menjadi sebuah paragraf yang utuh dan padu. Anggapan bahwa keberhasilan siswa lebih banyak dilihat dari nilai yang diraih dalam tes, ulangan umum, dan Ujian Sekolah menjadikan siswa tidak mengedepankan pelajaran mengarang sebagai suatu pelajaran yang penting, begitu pun juga dengan Guru. Guru hanya memberikan latihan atau pembahasan terhadap soal-soal yang bersifat reseptif, seperti membaca bukan soal-soal yang bersifat produkti misalnya menulis. Perlu diingat bahwa soal-soal pada Ujian Sekolah tidak memasukkan materi menulis dan mengarang, maka semakin tersingkirlah keterampilan menulis dalam proses pembelajaran. Banyak guru Sekolah Dasar (SD) mengalami kesulitan untuk membiasakan anak belajar menulis. Salah satu penyebabnya yaitu kurangnya pemahaman guru SD akan pentingnya keterampilan menulis bagi anak siswa SD. Belum Banyak dari mereka yang menyuguhkan meteri pembelajaran mengarang dengan cara yang menarik dan menyenangkan. Sehingga wajar jika siswa akhirnya tidak mampu dan tidak menyukai pembelajaran menulis (mengarang). Padahal penggunaan model pembelajaran yang tepat dan menyenangkan sangat penting untuk membangkitkan kesenangan siswa dalam hal mengarang. commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Padahal mengarang atau menulis merupakan keterampilan dasar yang dapat dikembangkan di luar pembelajaran formal seperti halnya di sekolah. Mengarang dapat dikembangkan menjadi sebuah hobi ataupun sebagai profesi yang dapat menghasilkan karya-karya baik itu yang berwujud materi maupun nonmateri. Mangarang atau menulis dapat mengembangkan kemampuan berpikir anak lebih realistis, logis, inofativ, dan meluas. Menulis menjadikan siswa dapat berpikir kritis dan detail dalam menanggapi suatu hal, lebih-lebih dalam menulis deskri.psi Belum digunakannya model pembelajaran yang inovatif oleh guru dalam membelajrkan keterampilan menulis selama ini perlu diubah sedikit demi sedikit. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak hanya tinggi kualitas teoritisnya tetapi juga tinggi kualitas praktisnya. Siswa hanya dijejali teori-teori tentang menulis, cara menulis, dan lainnya sementara teori-teori tersebut jarang dipraktekkan. Pembelajaran
yang
konvensional
dan
tidak
menyenangkan
tentu
saja
menyebabkan siswa bosan dan kurang tertarik untuk belajar menulis. Dari penilaian terhadap tugas menulis deskripsi yang dilakukan, cukup banyak anak memperoleh nilai belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), apalagi untuk mencapai kriteria memiliki keterampilan menulis deskripsi dengan baik. Penilaian tugas tersebut didasarkan pada aspek ejaan, koherensi, kohesi, dan penggunaan kosa kata. Kelemahan siswa yang paling utama terletak kurang berkembangnya pengguanaan kosa kata, kebanyakan dari mereka mengulangulang kalimat yang sama. Kesalahan lain yang sering muncul adalah penggunaan huruf kapital yang tidak sesuai dengan EYD. Pada aspek kohesi dan koherensi, siswa juga banyak yang mengalami kelemahan, mereka kurang bisa menggabungkan kalimat dengan baik. Rendahnya kemampuan menulis deskripsi di atas merupakan masalah yang dihadapi guru. Setelah dilakukan wawancara dengan pihak terkait, dapat ditarik kesimpulan mengenai faktor-faktor penyebab rendahnya kemampuan menulis deskripsi tersebut. 1. Dalam
pembelajaran
berlangsung, Guru commit to user konvensional yaitu metode ceramah
hanya
menggunakan
cara
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Pembelajaran kurang menarik dan menyenangkan bagi siswa Permasalahan lain yang terkait dengan pembelajaran keterampilan menulis di sekolah adalah sistem penilaian dan pencapaian target kurikulum pembelajaran hanya diukur berdasarkan tes-tes tertulis di akhir mid semester, semester, atau tahun pelajaran. Padahal tidak semua keterampilan berbahasa dapat dievaluasi dengan menggunakan hasil tes-tes tertulis. Tes-tes tertulis hanya salah satu bagian saja dari teknik penilaian. Bertolak pada paapran di atas, agar keterampilan menulis deskripsi siswa dapat meningkat dengan baik sesuai harapan, maka harus digunakan model pembelajaran yang menyenangkan dan menarik. Melalui penggunaan model pembelajaran yang inovatif yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur, maka pembelajaran akan lebih efektif dan menyenangkan, sehingga mampu meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa. Dalam pembelajaran kooperatif Kepala Bernomor Struktur siswa dibuat menjadi kelompok-kelompok kecil, siswa dapat saling bekerja sama dan bertanya antarteman seandaiya ada siswa yang tidak berani bertanya langsung pada Guru. Pada pembelajaran kepala bernomor struktur, tiap-tiap siswa dalam satu kelompok memiliki peran yang berbeda-beda menurut pembagian Guru, sehingga siswa merasa bahwa dirinya memiliki peran dan tanggung jawab tersendiri dalam kelompok. selain itu keunggulan dari model kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur adalah dapat memacu diri siswa karena setiap peserdik memiliki tanggung jawab masing-masing baik itu terhadap kelompok ataupun terhadap diri pribadinya. Oleh karenanya peneliti tertarik untuk mengambil judul : ”Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur Pada Peserta Didik Kelas V MIN Mulur Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011”.
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah Secara umum permasalahan yang akan penulis kaji dalam penelitian ini adalah: Keterampilan menulis deskripsi peserta didik kelas V MIN Mulur Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : ”Apakah penggunaan model pembelajaraan kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi peserta didik kelas V MIN Mulur Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011”
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur pada peserta didik kelas V MIN Mulur Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. D. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengharapkan agar diperoleh manfaat secara praktis dan teoritis, yaitu: 1. Manfaat Teoritis Manfaat secara teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Mengembangkan model pembelajaran untuk anak kelas 5 Sekolah Dasar di MIN Mulur dalam belajar menulis deskriptif
b.
Memperluas
pengetahuan
penulis
terhadap
permasalahan
yang
berhubungan dengan menulis deskriptif pada anak SD kelas 5 yang dilakukan penulis 2. Manfaat Praktis Manfaat secara praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Bagi Siswa 1) Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur pembelajaran menulis siswa SD akan lebih bermakna dan optimal 2) Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur, siswa SD dapat saling bekerja sama dan bersosialisasi b. Bagi Guru 1) Meningkatkan kinerja guru karena dengan model pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur dapat mengefektifkan waktu pembelajaran. 2) Model pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur merupakan sarana bagi Guru untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan khususnya pembelajaran menulis. 3) Menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga dapat menarik perhatian siswa c. Bagi Sekolah Manfaat yang dapat diperoleh sekolah dari penelitian ini adalah memberikan ide penggunaan modelpembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan prestasi siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka 1. Tinjauan Keterampilan Menulis Deskripsi a. Pengertian Keterampilan Menulis Keterampilan
menulis
adalah
kemampuan
seseorang
dalam
melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbolsimbol bahasa tersebut (Agus Suriamiharja, 1997:2) Pengertian menulis sendiri menurut H.G. Tarigan dalam Agus Suriamiharja adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Sedangkan menurut Robert Lado dalam H.Akhlah Husen,dkk mengatakan bahwa: ”To write is to put down the grapic symbols that represent a language one understands, so that other can read these grapic representation”. Dapat diartikan bahwa menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh oang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafisnya. Hal ini diperkuat oleh pendapat David Webb dalam Agus Suriamiharja, dkk (1997) yang mengatakan baahwa”Seorang anak yang pendiam dan malu lebih senang mengungkapkan pendapatnya secara tertulis, karena dia merasa takut dan sulit untuk mengungkapkan secara lisan.” Dari pendapat itu menunjukkan bahwa tidak semua anak dapat mengungkapkan perasaannya secara lisan walaupun hal ini dapat diusahakannya, tetapi sebagai akibatnya tidak semua pendapat terungkapkan dengan cara tersebut. Jalan keluarnya adalah dengan memberikan kesempatan kepada si anak untuk mengungkapkan secara tertulis. Dengan demikian, dapat dilihat apakah si anak commit to user mengerti atau tidak mengerti pokok pembicaraan yang sedang berlangsung.
12
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jurnal internasional oleh David dalam (http://www.isetl.org/ijtlhe/) mengemukakan beberapa hal yang berkaitan dengan menulis sebagai berikut: Writing contributes uniquely to learning. Through writing we can create new possibilities not inherent to speaking and observation (Emig, 1997). Artinya menulis dapat memberikan kontribusi unik untuk belajar. Melalui menulis kita dapat membuat kemungkinan-kemungkinan baru yang tidak melekat pada berbicara dan observasi semata (Emig, 1997). Writting
is
an
active
learning
process
key
to
improving
communicatioan (both written and oral) and thinkin, writing is embedded within social process some formal and others informal, and writing is primarily (although formal not exlusively) in a social activity (Russell, 1997; Young. 1994). Artinya menulis adalah proses pembelajaran aktif yang dijadikan kunci untuk meningkatkan komunikasi (baik tertulis maupun lisan) dan berfikir, menulis adalah proses sosial dalam bentuk formal maupun informal, dan menulis adalah kegiatan utama (walaupun tidak ekslusif) dalam kegiatan sosial (Russell, 1997; Young. 1994). Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Menulis berarti menjelmakan bahasa lisan, mungkin menyalin atau melahirkan pikiran atau perasaaan seperti mengarang, membuat surat, membuat laporan, dan sebagainya (Nunuy Nurjanah, 1997:2). Sedang menurut Sabarti Akhadiah,dkk (1997) proses menulis adalah rangkaian kegiatan mulai dari menemukan gagasan sampai menghasilkan tulisan. Menurut Henry Guntur Tarigan (1982:13) ”Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa mencakup empat komponen yang tidak bisa dipisahkan yaitu keterampilan: 1) menyimak; 2) berbicara; 3)membaca; 4)menulis. Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang tidak dapat dipisahkan dengan keterampilan berbahasa yang lain terutama membaca. Ketrampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dikuasai seseorang sesudah menguasai keterampilan menyimak, berbicara, dan commit to user membaca.
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan padu. Keterampilan menulis membutuhkan suatu bentuk ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan mempunyai urutan logis dengan menggunakan kosa kata dan tata bahasa tertentu atau kaidah bahasa yang digunakan sehingga dapat menggambrakan atau dapat menyajikan informasi yang diekspresikan secara jelas. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan menuangkan pikiran, gagasan, perasaan dalam bentuk simbol-simbol atau lambang grafis tertentu yang berwujud tulisan (bukan lisan) yang dimengerti oleh penulis maupun pembaca, sehingga keduanya memahami apa yang diungkapkan dalam tulisan tersebut. Banyak yang mengatakan keterampilan mengarang atau menulis itu sulit, tetapi Arswendo Atmowiloto dalam bukunya mengatakan bahwa, ”Mengarang itu gampang”. Sebenarnya keterampilan menulis bila diminati dan ditekuni, maka akan menjadi mudah. Sulit atau mudah itu tergantung persepsi seseorang. Bisa karena biasa. Keterampilan menulis apabila sudah terbiasa dilakukan tidak akan menjadi sulit, meskipun menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang komplek. Heaton dalam St.Y. Slamet (2008:98), kompleksitas kegiatan menulis atau mengarang untuk menyusun karangan yang baik meliputi (1) keterampilan gramatikal, (2) penuangan isi, (3) keterampilan stilistika, (4) keterampilan mekanis, dan (5) keterampilan memutuskan. Sehubungan dengan kompleksnya kegiatan yang diperlukan untuk menulis, maka menulis harus dipelajari dan diperoleh melalui proses belajar sejak kecil atau sejak Sekolah Dasar dan dilatih dengan sungguhsungguh. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Menulis Menurut Agus Suriamiharja,dkk (1997:3) seseorang dikatakan telah mampu menulis dengan baik jika dia dapat mengungkapkan maksudnya dengan jelas sehingga orang lain dapat memahami apa yang diungkapnya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Morsey dalam kutipan commit to user H.G. Tarigan, bahwa.
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
Tulisan dikemukakan oleh orang-orang terpelajar untuk merekam, meyakinkan, melaporkan, serta mempengaruhi orang lain dan maksud serta tujuan tersebut hanya bisa tercapai dengan baik oleh orang-orang (atau para penulis) yang dapat menyusun pikirannya serta mengutarakannnya dengan jelas dan mudah dipahami. Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang penulis yang baik sekurang-kurangnya harus memiliki kepekaan terhadap keadaan sekitarnya agar tujuan penulisannya dapat dipahami oleh pembaca. H.G. Tarigan dalam Nunuy Nurjanah mengatakan bahwa: ”Penulis ulung adalah penulis yang dapat memanfaatkan situasi dengan tepat. Maksudnya seorang penulis harus tanggap terhadap situasi di sekitarnya. Dapat membaca situasi, dapat menggambarkan keadaan, dan dapat memaparkan keadaan sekitar dalam kalimat yang baik dan padu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penulisan menurut D. Angelo dikutip oleh H.G. Tarigan dalam Suriamiharja, 1997:3, yaitu: 1) Maksud dan tujuan penulis 2) Pembaca atau pemirsa 3) Waktu atau kesempatan Untuk menjadi penulis yang baik, terlebih dahulu penulis harus menentukan maksud dan tujuan penulisannya, agar pembaca memahami ke mana arah tujuan penulisan itu sendiri. Selain itu yang harus diperhatikan adalah kondisi pembaca, artinya tulisan ini ditunjukkan kepada pembaca yang bagaimana (menurut usia, pengetahuan, minat). Dengan harapan tulisan yang dibuat tepat sasaran. Sedangkan faktor terakhir yang harus diperhatikan adalah waktu dam kesempatan, artinya apakah tulisan yang dibuatnya sesuai dengan tujuan berlangsungnya suatu kejadian, sehingga menarik untuk dibaca. c. Kegunaan Menulis Banyak keuntungan yang didapat dan dihasilkan dari keterampilan menulis. Menurut Sabarti Akhadiyah,dkk dalam Agus Suriamiharja, dkk (1997:4) ada delapan kegunaan menulis yaitu sebagai berikut: commit to dan userpotensi dirinya 1) Penulis dapat mengenali kemampuan
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengukur sampai dimana pengetahuaannya tentang suatu topik. Sehingga untuk mengembangkan topik tersebut ia harus menggali pengetahuan dan pengalamannya. 2) Penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan Penulis haruslah orang yang pandai bernalar, menghubung-hubungkan, membanding-bandingkan,
mengembangkan
fakta
untuk
menciptakan
berbagai gagasan. 3) Penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan baik secara teoritis maupun secara praktis mengenai fakta-fakta. 4) Penulis dapat terlatih mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat. 5) Penulis dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara lebih obyektif 6) Dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih kongkret. 7) Dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar menjadi penyadap informasi dari orang lain. 8) Dengan kegiatan menulis yang terencanakan dapat membiasakan berfikir serta berbahasa secara tertib dan teratur. d. Tujuan Menulis Tujuan menulis menurut D. Angelo (1980:20) dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu: 1) segi penulis, 2) segi pembaca, 3) segi waktu. Hal ini dapat dijelaskan bahwa menulis bila ditinjau dari segi penulis memiliki beberapa tujuan yaitu mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, dan atau mengekspresikan peranan dan emosi yang kuat. Sedangkan tujuan menulis bila ditinjau dari segi pembaca, bahwa penulis commit user pembicaraan yang cocok, tetapi hendaknya tidak hanya memilih satu to pokok
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
harus memperhatikan pembacanya, pertimbangan usia, jenis kelamin, tempat tinggal, minat budaya, agama, politik, dan lain-lain. Peninjauan dari segi waktu, menulis mencakup dalam masalah keadaan yang melibatkan berlangsungnya suatau kejadian tertentu, waktu, dan tempat. Sedangkan menurut Hugo Hartig (dalam Depdikbud: 235) ada beberapa tujuan menulis, antara lain: 1) Assigment Purpose (tujuan penugasan) Penulis menulis karena mendapat tugas, buakan atas kemauan sendiri. Misalnya siswa ditugaskan merangkum sebuah buku bacaan, membuat cerita pendek, membuat laporan observasi dan sebagainya. 2) Altruistic Purpose (tujuan altruistik) Penulis menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, menolong para pembaca untuk memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin menjadikan hidup pembaca menyenangkan. Penulis berkeyakinan bahwa pembaca adalah “teman” hidupnya. Sehingga penulis benar-benar dapat mengkomunikasikan suatu idea tau gagasan bagi kepentingan pembaca. Hanya dengan cara itulah tujuan altruistik dapat tercapai. 3) Persuasive Purpose (tujuan persuasi) Penulis bertujuan mempengaruhi pembaca, agar pembaca yakin akan kebenaran gagasan atau ide yang dituangkan oleh penulis. Tulisan semacam ini banyak dipergunakan oleh para penulis untuk menawarkan sebuah produksi barang dagangan. 4) Informatical Purpose (tujuan informasional) Penulis menuangkan ide atau gagasan dengan tujuan memberi informasi atau keterangan kepada pembaca. Di sini penulis berusaha menyampaikan informasi agar pembaca menjadi tahu mengenai apa yang diinformasikan oleh penulis. 5) Self Expressive (tujuan pernyataan diri) Penulis berusaha untuk memperkenalkan atau menyatakan dirinya kepada commit to user para pembaca.
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6) Creative Purpose (tujuan kreatif) Penulis bertujuan agar para pembaca dapat memiliki nilai-nilai artistik atau nilai-nilai kesenian dengan membaca tulisan si penulis. Di sini penulis bukan hanya memberikan informasi, melainkan lebih dari itu. Dalam informasi yang disajikan oleh penulis, para pembaca bukan hanya sekedar tahu apa yang disajikan penulis, tetapi juga merasa terharu membaca tulisan tersebut. 7) Problem Solving Purpose (tujuan pemecahan masalah) Dikenal tulisannya, penulis berusaha member kejelasan kepada para pembaca tentang bagaimana cara pemecahan suatu masalah. e. Fungsi Menulis Fungsi utama menulis adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung, bukan tatap muka antara penulis dan pembaca. Penulis dan pembaca dapat berkomunikasi melalui tulisan. Oleh karena itu, pada prinsipnya hasil menulis yang paling utama adalah dapat menyampaikan pesan penulis kepada pembaca, sehingga pembaca memahami maksud penulis yang dituangkan dalm tulisannya. Mengingat proses komunikasi ini dilakukan secara tidak langsung, tidak melalui tatap muka antara penulis dan pembaca, dan agar tulisan itu berfungsi sebagaimana yang diharapkan oleh penulis, maka isi tulisan harus benar-benar dipahami baik oleh penulis maupun pembacanya. Apabila tidak demikian, tidaklah mungkin tulisan itu berfungsi sebagai alat komunikasi (Muchlisoh, 1992: 233). Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung. Kegiatan berbicara dan mendengar (menyimak) merupakan komunikasi secara langsung, sedangkan kegiatan menulis dan membaca merupakan komunikasi tidak langsung. Keterampilan menulis sebagai salah satu cara dari empat keterampilan berbahasa mempunyai peranan yang penting di
dalam
kehidupan
manusia.
Dengan
menulis,
seseorang
dapat
mengungkapkan pikiran dan gagasannya untuk mencapai tujuan dan commit to user maksudnya (Depdiknas, 177: 1).
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f. Ragam Menulis Ragam atau bentuk suatu tulisan atau karangan bermacam-macam. Salah satunya dapat dilihat berdasarkan penggolongan dalam penyajian dan tujuan penyampaiannya. Dengan mengetahui tujuan menulis dan bentuk tulisan yang dibuatnya akan dapat mengarahkan seorang penulis secara lebih baik dengan hasil yang maksimal. Menurut St. Y. Slamet (2008:103) bahwa karangan dapat disajikan dalam lima bentuk yaitu deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Sedangkan menurut Gorys Keraf (1997:124) menyatakan bahwa bentuk-bentuk karangan yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, atau argumentasi. Narasi (penceritaan atau pengisahan) adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa (St. Y. Slamet, 2008:103). Sedangkan menurut Gorys Keraf (1997:124), karangan narasi adalah karangan yang berusaha untuk mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian secara kronologis. Deskripsi menggambarkan
adalah sesuatu
ragam
wacana
berdasarkan
yang
kesan-kesan
melukiskan dari
atau
pengamatan,
pengalaman, dan perasaan penulisnya (St. Y. Slamet, 2008:103). Hal senada diungkapkan Gorys Keraf, bahwa karangan deskripsi adalah karangan yang berusaha untuk menggambarkan sesuatu hal sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Deskripsi bertalian dengan pelukisan kesan pancaindera terhadap suatu obyek (1997:124). Eksposisi (paparan) adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan suatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pendangan pembacanya (St. Y. Slamet, 2998:103). Menurut Gorys Keraf (1997:124) karangan eksposisi adalah karangan yang bertujuan untuk memberi penjelasan atau informasi. Argumentasi (pembahasan atau pembuktian) adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya (St. Y. Slamet, 2008:104). Pernyataan ini lebih user ditegaskan lagi oleh Gorys commit Keraf to(1997:125) yang menyatakan bahwa
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
argumentasi adalah semacam bentuk wacana yang mengajukan pembuktianpembuktian, analisis yang bertujuan untuk membuktikan suatu kebenaran dan pemecahan suatu pokok permasalahan. Persuasi adalah ragam wacana yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap (St. Y. Slamet, 2008:104). Sedangkan menurut pendapat Sabarti Akhadiah,dkk (1992:84) mengatakan bahwa karangan persuasi adalah karangan yang bukan hanya sekedar membuktikan sesuatu tetapi juga berusaha mempengaruhi pembaca. Dalam karangan persuasi berusaha bagaimana agar pembaca terpengaruh dan melakukan apa yang diinginkan penulis. g. Tahap-tahap dalam Menulis Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase. Menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2008: 14) ada beberapa fase dalam menulis yaitu meliputi: 1) Tahap prapenulisan Tahap ini merupakan fase persiapan menulis, yaitu tahap mencari, menemukan dan mengingat kembali pengetahuan atau pengalamanyang diperoleh dan diperlukan penulis. Tujuannya adalah untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan lain dalam menulis sehingga apa yang ingin ditulis dapat disajikan dengan baik. Fase ini sangat menentukan aktivitas dan hasil menulis berikutnya. Persiapan yang baik sangat
memungkinkan
untuk
menumpulkan
bahan
secara
terarah,
mengaitpadukan antargagasan secara runtut, serta membahasnya secara kaya, luas, dan dalam. Sebaliknya, tanpa persiapan yang memadai, banyak kesulitan yang akan ditemui bahwa penulis kecewa atau bahkan tertawa melihat hasil tulisan yang dibuatnya. Pada fase prapenulisan ini terdapat aktivitas memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan idea tau gagasan dalam bentuk karangan. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Tahap penulisan Pada tahap pramenulis, penulis telah menentukan topik dan tujuan, mengumpulkan informasi yang relevan , serta membuat kerangka karangan. Dengan selesainya itu semua, berarti penulis telah siap untuk menulis. Penulis mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah dipilih dan dikumpulkan. Dalam pengembangan setiap ide, penulis dituntut untuk mengambil keputusan, yaitu keputusan tentang kedalaman serta keluasan isi, jenis informasi yang akan disajikan, pola organisasi karangan termasuk di dalamnya teknik pengembangan alinea, serta gaya dan cara pembahasannya (pemilihan kata, pengalimatan, pengalineaan) dan tentu saja keputusan itu harus disesuaikan dengan topic, tujuan, corak karangan, dan pembaca karangan. 3) Tahap pascapenulisan Fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang penulis hasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi). Penyuntingan merupakan kegiatan membaca ulang suatu buram karangan dengan maksud untuk merasakan, menilai, dan memeriksa baik untuk mekanik atau pun isi karangan. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi tentang unsure-unsur karangan yang perlu disempurnakan. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh orang lain atau penulisnya sendiri. Berdasarkan hasil penyuntingan itulah maka kegiatan revisi atau perbaikan karangan dilakukan. Kegiatan
revisi
itu
dapat
berupa
penambahan,
penggantian,
penghilangan, pengubahan, atau penyusunan kembali unsure-unsur karangan. Kadar revisi itu sendiri tergantung pada tingkat keperluannya. Bila revisi berat, bisa juga sedang atau ringan. Pada revisi ringan, seperti yang disebabkan oleh kesalahan unsure-unsur mekanik, kegiatan perbaikan itu biasanya dilakukan bersamaan dengan penyuntingan. Tetapi untuk revisi commit to user berat misalnya karena kesalahan urutan gagasan, contoh atau ilustrasi, cara
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
pengembangan, penyampaian penjelasan atau bukti, kegiatan perbaikan itu biasanya dilakukan setelah penyuntingan selesai. Bila perbaikan iti mendasa, maka kegiatan revisi berat biasanya diikuti kembali dengan penulisan kembali karangan (rewrite). Kegiatan penyuntingan dan perbaikan karangan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Membaca keseluruhan karangan; b. Menandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan apabila ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan, dan disempurnakan; serta c. Melakukan perbaikan sesuai temuan saat penyuntingan Berdasarkan penjabaran di atas, maka ketiga fase tersebut harus dipahami sebagai komponen yang memang ada dan dilalui oleh seorang penulis dalam proses tulis menulis. h. Menulis Deskripsi Deskripsi adalah sebuah bentuk karangan, sajian karangan, ragam wacana, atau cara penyajian sebuah tulisan dalam bentuk yang lebih nyata, sejelas-jelasnya sehingga pembaca mampu untuk merasakan, seolah-olah melihat, ikut mengalami, atau beranggapan seperti apa yang dipaparkan penulis tersebut. Karangan deskripsi melukiskan suatu objek dengan kata-kata. Objek yang dilukiskan bisa berupa orang, benda, tempat, kejadian dan sebagainya. Dalam karangan deskripsi penulis menunjukkan bentuk, rupa, suara, bau, rasa, suasana, situasi suatu objek. Dalam memaparkan sesuatu seakan-akan menghadirkan sesuatu tersebut ke hadapan pembaca. Deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu obyek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga obyek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri obyek tersebut (Gorys Keraf, 1995:16). Wacana deskriptif merupakan wacana yang menjadikan pembacanya secara aktif mengalami proses mental untuk ikut merasakan apa yang dituliskan oleh pengarang. Teknik menulis deskripsi tergolong dalam karangan nonfiksi (Ahmad Rofi’uddin dkk, commit to user 2002:117), yaitu karangan yang disajikan dalam realitas yang aktual, benar-
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
benar tejadi secara nalar. Karangan nonfiksi bukanlah karangan yang mengandalkan cerita rekaan, bersifat imajinatif, atau khayalan. Thomas Elliot Berry (1973:109), mengatakan: ”Good descriptive writing can have no haze, no shadows, no blurring film between reader and subject”. Dapat diartikan penulisan deskripsi yang bagus yaitu tanpa keraguan, tanpa bayangan, tanpa kekaburan di antara pembaca dan penulis. Menurut
Sabarti
Akhadiah,dkk
(1992:82),
deskripsi
berarti
menggambarkan sesuatu dengan kata-kata, sehingga pembaca juga seolah-olah melihat dan merasakan apa yang dimaksud penulis. ”Successful description makes the reader see, hear, smell, taste, or feel, as the particular situation demands” (Thomas Elliot Bery, 1973:109). Dapat diartiakan sebagai kesuksesan pendeskripsian membuat pembaca melihat, mendengar, mencium, mengecap, atau merasakan sabagaimana situasi yang dipaparkan. Dikemukakan
dalam
(http://adegustiann.blogsme.com/2009/02/02
/ciri-ciri-tulisan-narasi-deskripsi-eksposisi-dan-argumentasi/) bahwa karangan deskripsi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) menggambarkan atau melukiskan sesuatu, 2) penggambaran itu dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indra, 3) membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri. Sedangkan langkah untuk menyusun sebuah karangan deskripsi, yaitu: 1) tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan 2) tentukan tujuan 3) mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan 4) menyusun data tersebut data tersebut ke dalam urutan yang baik (menyusun kerangka karangan) 5) menguraikan kerangka karangan-karangan menjadi menjadi deskripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan. Macam-macam pola pengembangan paragraf deskripsi
dalam
(http://adegustiann.blogsme.com/2009/02/02/ciri-ciri-tulisan-narasi-deskripsieksposisi-dan-argumentasi/) adalah sebagai berikut: 1) paragraf deskripsi commitobjek to user spasial, paragraf ini menggambarkan khusus ruangan, benda atau tempat,
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) paragraf deskripsi subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis, 3) paragraf deskripsi objektif, paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya. Untuk menghasilkan sebuah tulisan atau karangan pasti memerlukan teknik tertentu, baik itu karangan narasi, eksposisi, argumentasi, persuasi, maupun deskripsi. Masing-masing teknik memiliki perbedaan, hal ini disesuaikan dengan tujuan dan isi masing-masing karangan. Salah satu ciri karangan yang baik adalah adanya unsur kohesi dan koherensi di dalamnya. Menurut tim Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997), kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik atau koheren. Sedangkan koherensi adalah hubungan semantik yang mendasari sebuah wacana. Jadi sebuah wacana atau karangan yang baik harus memiliki kohesi dan koherensi antarkalimatkalimat sehingga membentuk wacana atau karangan yang padu dan harmonis. Menurut Atarsemi (1990: 143) kalimat itu mempunyai ciri-ciri: (1) strukturnya teratur, (2) kata yang digunakan mendukung makna secara tepat, dan (3) hubungan antarbagiannya logis. Sedangkan kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi sasaran, mampu menimbulkan pengaruh, dan meninggalkan kesan. Kalimat tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) sesuai dengan tuntunan bahasa baku; (2) jelas; (3) ringkas atau lugas; (4) adanya hubungan yang baik atau koherensi; (5) kalimat harus hidup; dan (6) tidak ada unsur yang tidak berfungsi. Menurut Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi (2002:118), teknik menulis wacana deskripsi, yaitu: 1) Mengamati objek yang akan ditulis Untuk mendeskripsikan suatu objek dengan baik kita memerlukan materi yang lengkap mengenai objek tersebut. Materi-materi tersebut kita peroleh melalui
observasi
atau
pengamatan.
Materi-materi
tersebut
dapat
digambarkan melalui pertanyaan-pertanyaan berikut: a) Bagaimanakah sifat-sifat fisik objek yang akan kita deskripsikan (bentuk, commit to user ukuran, bahan, warna, rasa, bau, dan sebagainya)?
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
b) Adakah persamaan objek itu dengan objek yang lain? c) Bagaimanakah perbedaan antara objek yang akan kita deskripsikan itu dengan objek lain? 2) Menyeleksi dan menyusun rincian suatu deskripsi Data atau informasi yang telah kita catat dari pengamatan perlu diseleksi dan disusun dengan cara-cara sebagai berikut: a) Memilih data dan informasi yang memberikan kesan yang kuat. Ciri-ciri atau sifat-sifat apakah yang dimilki oleh orang, tempat, benda, dan objekobjek lain yang paling mengesankan. b) Menyajikan informasi tentang objek yang kita deskripsikan dengan kerangka deskripsi sesuai dengan objek yang kita deskripsikan.Macammacam kerangka deskripsi, yaitu: (1) deskripsi kerangka tempat, (2) deskripsi kerangka waktu, (3) deskripsi dengan kerangka urutan-urutan, misalnya pertama-tama mengemukakan pandangan umum mengenai orang, benda, tempat, situasi,dll, mengemukakan bagian-bagian utamanya lebih dulu kemudian baru bagian-bagian lainnya, mengemukakan bagianbagian yang kiranya akrab dengan pembaca baru bagian-bagian yang lain, atau menggambarkan suatu objek dari atas ke bawah atau sebaliknya, dan dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Menurut Gorys Keraf (1997:149) kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang digarap. Sebuah kerangka karangan dapat membantu penulis dalam hal-hal berikut: a) Untuk menyusun karangan secara teratur Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat wujud gagasangagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya. b) Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda Supaya pembaca dapat terpikat secara terus-menerus menuju kepada commit to user klimaks utama, maka susunan bagian-bagian harus diatur pula sedemikian
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sehingga tercipta klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca. c) Menghindari anggapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih Menggarap suatu topik lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga dan materi. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi harus diuraikan, sedangkan bagian yang lain cukup dengan menunjuk kembali kepada bagian yang lain tadi (lihat selanjutnya catatan kaki) d)Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu Dengan mempergunakan perincian-perincian dalam kerangka karangan penulis dengan mudah akan mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapat karangan itu. Dengan demikian guna penyusuan kerangka karangan pembaca dapat melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan.
2. Tinjauan Model Pembelajaran Kooperatif Kepala Bernomor Struktur a. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif 1) Pengertian Model Pembelajaran Menurut Mills dalam Agus Suprijono (2010:45) mengatakan bahwa, ”Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Menurut Arends dalam Agus Suprijono (2010:46), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Sedangkan menurut Agus Suprijono (2010:45), model pembelajaran to user hasil penurunan teori psikologi merupakan landasan praktikcommit pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Joyce dalam Agus Suprijono (2010:46) mengatakan, ”each model guides us as we design instruction to help students achieve various object”. Bahwa setiap model pembelajaran dapat menuntun kita untuk membuat perencanaan untuk membantu siswa dalam menerima bermacam-macam materi pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas pembelajaran. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa model pembelajaran adalah suatu pola yang dirancang untuk merencanakan suatu pembelajaran yang di dalamnya terdapat tujuan-tujaun pembelajaran, tahaptahap yang dilaksanakan dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran sampai pengelolaan kelas sehingga siswa mencapai tujuan pembelajarn melalui model pembelajaran yang telah ditentukan. 2) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (1985) dalam Isjoni pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Anita Lie (2000) dalam Isjoni (2008:23), menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham kontruktivisme. Hal ini sejalan dengan konstruktivisme Vygotsky (Agus Suprijono, 2010), menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi seacara mutual. Peserta didik berada dalam konteks sosiohistoris. Dukungan teori Vygotsky terhadap model pembelajaran kooperatif user dialog interaktif. Pembelajaran adalah penekanan belajar commit sebagai toproses
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kooperatif adalah pembelajaran berbasis sosial. Menurut Anita Lie (Agus Suprijono, 2010), model pembelajaran kooperatif didasarkan pada falsafah homo homini socius, bahwa manusia adalah makhluk sosial. Sedangkan Piaget
(Agus
Suprijono,
2010)
berpendapat,
dalam
pendekatan
kontruktivisme, peserta didik mengonstruksikan pengetahuan dengan mentransformasikan, mengorganisasikan, dan juga mereorganisasikan pengetahuan dan informasi sebelumnya. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa diharapkan dapat bekerja sama, berinteraksi, saling tolong-menolong, dan saling mentransformasikan masing-masing pengetahuan baik yang dimiliki sebelumnya atau hasil yang didapat dalam kelompok sosial yang telah ditentukan oleh guru. Berdasarkan pada (http://subagio-subagio.blogspot.Com/2010/03/ implementasi-pendekatan-konstruktivisme.html)
menyebutkan
bahwa
pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya , setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Dalam
Lungdren
(1994)
11540191/pembelajaran-kooperatif)
pada
(http://www.scribd.com/doc/
menyebutkan
unsur-unsur
dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu: a) para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka ”tenggelam atau berenang bersama,” b) para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik mempelajari materi yang dihadapi, c) semua siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama, d) para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok, e) para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap to userkepemimpinan sementara mereka evaluasi kelompok, f) para commit siswa berbagi
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar, g) setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif, 3) Macam-macam Pembelajaran Kooperatif Menurut
Slavin
dalam
Isjoni
(2010:23-24)
menyebutkan
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu, misalnya diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya. Berikut ini beberapa jenis pembelajaran kooperatif menurut Trianto (2007), yaitu: a) Student Teams Achivement Division (STAD) Slavin (dalam Nur, 2000:26) dalam Trianto (2007:52) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. b) Tim Ahli (Jigsaw) Langkah-langkah pembelajaran jigsaw: (1) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 56 orang) (2) Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab (3) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya (4) Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama
bertemu
dalam
kelompok-kelompok
ahli
untuk
mendiskusikannya (5) Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya (6) Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, peserta didik dikenai tagihan berupa kuis individu. c) Investigasi Kelompok commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
Implementasi tipe investigasi kelompok yaitu guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok di sini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatn atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas. 4) Think Pair Share Merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang diarancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997) menyatakan bahwa Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. 5) Numbered Head Together (NHT) NHT atau dalam bahasa Indonesia diartikan Penomoran Berpikir Bersama adalah pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas yang tradisional. Pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. b. Tinjauan Tentang Model Kooperatif Kepala Bernomor Teknik ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Menurut Isjoni (2000:68), teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Jurnal Internasional dalam (http://titikhujan11.blogspot.com/2009/04/effect-ofusing-numbered-heads-together.html) menyatakan bahwa: The NHT is a cooperative learning strategy that holds each student accountable for learning the material. Students are placed in groups and each person is given a number (from one to the maximum number commit poses to usera question and students “put their in each group). The teacher
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
heads together” to figure out the answer. The teacher calls a specific number to respond as spokesperson for the group. By having students work together in a group, this strategy ensures that each member knows the answer to problems or questions asked by the teacher. Because no one knows which number will be called, all team members must be prepared. Yang artinya adalah strategi pembelajaran kooperatif yang memegang setiap siswa bertanggung jawab untuk belajar materi. Siswa ditempatkan dalam kelompok dan setiap orang diberi nomor (dari satu dengan jumlah maksimum dalam setiap kelompok). Guru menimbulkan pertanyaan dan mahasiswa "meletakkan kepala mereka bersama-sama" untuk mencari tahu jawabannya. Guru memanggil nomor tertentu untuk menanggapi sebagai juru bicara untuk grup. Dengan siswa memiliki bekerja sama dalam kelompok, strategi ini memastikan bahwa setiap anggota tahu jawaban atas masalah atau pertanyaan yang diajukan oleh guru. Karena tidak ada yang tahu nomor yang akan dipanggil, semua anggota tim harus dipersiapkan. Menurut
Trianto
(2007:63),
dalam
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan Numbered Heads Together, guru menerapkan 4 fase, yaitu: 1.
Fase 1: Penomoran Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-5
2.
Fase 2: Mengajukan Pertanyaan Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.
3.
Fase 3: Berfikir Bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim
4.
Fase 4: Menjawab commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Guru memanggil suatu nomor tetentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. c. Tinjauan Tentang Model Kooperatif Kepala Bernomor Struktur 1) Pengertian Tentang Kepala Bernomor Struktur Kepala
Bernomor
Struktur
merupakan
variasi
dari
model
pembelajaran kooperatif. Seperti halnya model pembelajaran kooperatif yang lain, Kepala Bernomor Struktur juga menekankan pada aspek komunikasi sosial, kerja sama, dan interaksi antarindividu dalam satu kelompok. Kepala Bernomor Struktur merupakan modifikasi dari Teknik Kepala Bernomor (Numbered Heads Together) yang dipakai oleh Spencer Kagan. Menurut Agus Suprijono (20101:92), langkah-langkah pembelajaran teknik Kepala Bernomor yaitu sebagai berikut: a) Langkah pertama Kegiatan diawali dengan numbering, yaitu guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok
kecil.
Jumlah
kelompok
sebaiknya
mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Misalnya jumlah siswa sebanyak 40 anak, sedangkan konsep yang dibagi sebanyak 8, maka terdapat 5 kelompok dalam kelas. Maka tiap-tiap kelompok diberi nomor 1-8. b) Langkah kedua Setelah kelompok terbagi guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan pada tiaptiap kelompok untuk menemukan jawaban atas pertanyaan dari guru. c) Langkah ketiga Guru memanggil siswa yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus hingga semua siswa dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat commit toatas user pertanyaan guru. Berdasarkan giliran memaparkan jawaban
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
jawaban-jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga siswa dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh. Di beberapa buku atau referensi pada langkah ketiga terdapat perbedaan perlakuan atau tahap pembelajaran, seperti dalam buku yang dikarang oleh Hanafiah dan Cucu Suhana menjelaskan, setelah guru memberikan tugas pada tiap-tiap kelompok lalu masing-masing kelompok mendiskusikannya, tahap selanjutnya adalah guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka. Kemudian teman yang lain menanggapi, selanjutnya guru memanggil lagi nomor yang lain begitu seterusnya. Tujuan ”numbering” atau pemberian nomor pada tiap-tiap anak, baik dalam pembelajaran Kepala Bernomor maupun kepala Bernomor Struktur adalah agar guru tidak subyektif dalam menunjuk anak karena didasarkan pada nomor, bukan pada nama. Selain itu agar seluruh siswa dapat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. 2) Cara Membelajarkan Model Pembelajaran Kooperatif Kepala Bernomor Struktur Langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan tipe Kepala Bernomor Struktur ( Hanafiah dan Cucu Suhana, 2009:43) sebagai berikut: a) Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam kelompok mendapat nomor b) Penugasan diberikan kepada setiap peserta didik berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai. Misalnya, peserta didik nomor satu bertugas mencatat soal, peserta didik nomor dua mengerjakan soal, dan peserta didik nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya. c) Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antarkelompok. Peserta didik disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa peserta didik bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini peserta didik dengan tugas yang sama dapat saling membantu atau to user mencocokkan hasil kerjacommit sama mereka.
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok lain e) Kesimpulan Baik pada pembelajaran Kepala Bernomor maupun Kepala Bernomor struktur, keduanya menerapkan langkah awal yaitu penomoran atau numbering. Numbering yaitu pemberian nomor pada masing-masing anak di tiap-tiap kelompok. Hanya saja pada pembelajaran Kepala Bernomor Struktur, fungsi dari penomoran selain untuk membedakan peran masing-masing anak juga untuk menunjukkan sebuah kerja sama yang runtut dan berkesinambungan. Sebagai contoh kelompok yang terdiri atas 4 anak, maka pengklasifikasian tugas bisa berupa: nomor 1 bertugas mencatat soal, nomor 2 bertugas mengerjakan soal, nomor 3 bertugas melaporkan hasil pekerjaan, dan nomor 4 bertugas menanggapi hasil diskusi dari kelompok lain. Meskipun dalam satu kelompok memiliki peran yang berbeda-beda, tapi dalam prosesnya seluruh anak harus menguasai materi masing-masing anggota. Oleh sebab itu guru harus mengarahkan agar anak-anak bekerja sama dan saling membantu dalam kelompok.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu: Elvi Susanti (2009) dengan judul ”Penerapan Metode Kooperatif Learning Tipe Teknik Kepala Bernomor Struktur dalam Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pkn Kelas IV A Sekolah Dasar Negeri 19 Kota Bengkulu”. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu pada siklus I diperoleh nilai rata-rata skor observasi guru sebesar 34 dengan kriteria baik, dan rata-rata skor observasi siswa sebesar 32,5 dengan kriteria cukup. Pada siklus II rata-rata skor observasi guru sebesar 39,5 dengan kriteria baik dan rata-rata skor observasi siswa sebesar 38,5 dengan kriteria baik. Hasil analisis ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus I sebesar commit to user 52,7% dengan nilai rata-rata 6,902. Pada siklus II ketuntasan belajar secara
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
klasikal meningkat menjadi 91,6 % dengan nilai rata-rata siswa menjadi 8,069. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan Metode Kooperatif Tipe Teknik Kepala Bernomor Struktur dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.
C. Kerangka Berfikir Pembelajaran yang kurang tepat di dalam kelas dapat menimbulkan permasalahan. Baik itu disebabkan oleh kesalahan penyampaian, cara mengajar yang kurang tepat, penggunaan media dan alat belajar yang kurang tepat, rendahnya motivasi belajar ataupun penggunaan model maupun metode pembelajarn yang kurang tepat. Dalam sebuah proses pembelajaran, hendaknya dilaksanakan sesuai kemampuan dan karakteristik anak sehingga metode maupun model yang digunakan juga sesuai. Hal yang tak kalah penting dalam proses pembelajaran adalah terciptanya PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Sehingga selama proses pembelajaran, siswa tidak hanya merasa senang untuk belajar tapi mereka aktif mengikuti pembelajaran karena merasa ikut dilibatkan. Setelah diketahui adanya kesalahan penyampaian dan penggunaan model dan metode yang kurang tepat, atau belum diterapkannya model-model pembelajaran inovatif , maka dapat diambil suatu tindakan untuk mengatasi masalah yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan kajian teoritik yang telah diuraikan dia atas dapat diperoleh alur kerangka berpikir pada bagan 1, yaitu:
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kondisi Awal
Tindakan
Kemampuan peserta didik dalam menulis deskripsi rendah
Kurangnya alternatif pembelajaran inovatif
Dalam pembelajaran guru menerapkan model koopertif tipe Kepala Bernomor Struktur
Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berperan aktif dalam kelompok baik secara individu maupun sosial
Manfaat model pembelajaran tipe kepala bernomor struktur: 1. Melatih kemandirian peserta didik dalam melaksanakan tugas Siklus I
Siklus II
2. Melatih rasa tanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun kelompok
Proses dan hasil
Kondisi Akhir
keterampilan menulis deskripsi peserta didik meningkat
Bagan 1. Alur Kerangka Berpikir Penelitian
D. Hipotesis Tindakan Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Penggunaan model pembelajaran kooperatif Kepala Bernomor Struktur dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi peserta didik kelas V MIN Mulur Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Dalam Penelitian ini penulis mengambil lokasi di MIN Mulur, yang terletak di Desa Jati Kembaran Rt 03/VII Kelurahan Mulur Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Di sekolah ini terdapat 6 kelas yang terdiri dari kelas I samapai kelas VI SD dengan jumlah siswa per kelasnya rata-rata 20 anak, hanya saja kebetulan kelas yang dipakai peneliti berjumlah 15 anak. Pengambilan lokasi penelitian yang bertempat di MIN Mulur Kecamatan Bendosari atas pertimbangan beberapa alasan, yaitu: 1) peneliti sudah memiliki hubungan yang cukup baik dengan Kepala Sekolah dan guru serta karyawan karena peneliti merupakan alumni dari MIN Mulur, 2) sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang, 3) kemampuan menulis pada siswa kelas V MIN Mulur masih tergolong rendah, 4) sebelumnya guru belum pernah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur yang digunakan penulis dalam penelitian tersebut. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan kurang lebih selama bulan Januari s.d bulan Mei, yaitu dimulai dengan tahap persiapan hingga pelaporan hasil penelitian. Untuk tahap penyusunan dan pengajuan proposal dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2011, tahap mengurus surat izin dan persiapan penelitian dilakukan pada bulan Februari, pelaksanaann siklus I dan II dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret. Dan tahap pelaporan dilaksanakan selama bulan Maret sampai dengan Mei. Adapun rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel 1, yaitu:
commit to user
37
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
Jan 2011
No
Kegiatan
1.
Penyusunan dan pengajuan proposal Mengurus izin penelitian
Feb 2011
Bulan Mar 2011
Apr 2011
Mei 2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2.
3. 4. 5. 6.
2 3 4
Persiapan penelitian Pelaksanaan silkus I Pelaksanaan siklus II Penyusunan laporan B. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 5 MIN Mulur Tahun
Pelajaran 2010/2011. Siswa terdiri atas 15 anak. Yang terdiri dari 6 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Keseluruhan anak adalah anak normal dan tidak ada yang berkebutuhan khusus. Dari 15 anak tersebut rata-rata memiliki kemampuan menulis deskripsi yang masih rendah. Masih cukup banyak anak yang memiliki kemampuan menulis deskripsi belum mencapai atau melebihi batas nilai KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu 70.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Untuk mengkaji permasalahn penelitian secara detail dan lengkap diperlukan suatu pendekatan pemecahan suatu masalah melalui pemilihan strategi penelitian yang tepat. Bentuk penelitian menurut paradigma kualitatif dapat berupa penelitian kualitatif eksploratif, penelitian kaulitatif eksplanatif, penelitian kualitatif deskriptif dan penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research (CAR) commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, yang menekankan pada pemecahan permasalahan untuk memperbaiki persoalaan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi guru dengan siswa yang sedang belajar maka lebih menekankan pada masalah proses, maka bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Ada 3 pengertian yang dapat diterangkan dalam Penelitian Tindakan Kelas, yaitu: 1) Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. 2) Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. 3)
Kelas, dalam hal ini tidak terkait pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula (Suharsimi Arikunto dalam Sarwiji Suwandi, 2009:10) Sehingga dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru atau peneliti terhadap suatu permasalahan yang ada di dalam kelas selama proses pembelajaran untuk dicari pemecahannya dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
2. Strategi Penelitian Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi tindakan model siklus, yaitu: (a) planning atau perencanaan; (b) acting atau tindakan; (c) observing atau pengamatan; (d) reflecting atau refleksi. Namun, sebelum diadakannya tahap planning (perencanaan) sebelumnya biasa dilakukan tindakan commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berupa pengamatan situasi pembelajaran dan evaluasi situasi pembelajaran pada awal sebelum dilaksanakannya siklus. Sedangkan menurut Kemmis dan Mc. Tagart (dalam Suharsimi Arikunto, 2006:97) strategi tindakan model siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas dapat digambarkan dalam bagan 2, yaitu:
Perencanaan
Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Siklus II
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Bagan 2. Strategi Tindakan Model Siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Sumber Data Sumber data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah: 1. Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Sumber data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain: pendokumentasian proses pembelajaran, observasi, wawancara, dan tes. 2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Sumber data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti: daftar nilai, RPP, dan Silabus.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang ditetapkan. Menurut Sugiyono (2008:62), pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan cara. Berikut teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Observasi Menurut Patton dalam Nasution (1988), menyatakan manfaat observasi sebagai berikut: 1) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik. 2) Dengan
observasi
akan
diperoleh
pengalaman
langsung,
sehingga
memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh pandangan atau konsep sebelumnya. commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Dengan observasi peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang atau yang berada dalam lingkungan itu. 4) Dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga. 5) Dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi koresponden,
sehingga
peneliti
memperoleh
gambaran
yang
lebih
komprehensif. 6) Melalui pengamatan di lapangan peneliti tidak hanya mengumpulkan daya yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti. (dalam Sugiyono, 2008: 64-67) Adapun observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi langsung (direct observation), yaitu observasi yang dilakukan oleh peneliti secara langsung terhadap obyek yang diteliti. Observasi yang dilakukan meliputi: 1) observasi keaktifan siswa kelas V MIN Mulur Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011 sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur; 2) observasi siswa setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur. 2. Wawancara Wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu berupa wawancara terhadap Guru Bahasa Indonesia kelas V MIN Mulur baik
sebelum atau sesudah
menggunakan model pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur, informasi yang digali dari kegiatan wawancara, antara lain: 1. Pelaksanaan pembelajaran menulis (model dan metode yang digunakan guru) 2. Kendala yang dihadapi 3. Hasil pembelajaran yang selama ini dilaksanakan 4. Kemungkinan penggunaan model pembelajaran baru dalam mengatasi kendala 3. Tes Menurut Suharsimi Arikunto (2006:150), tes adalah serentetan to user pertanyaan atau latihan serta commit alat lain yang digunakan untuk mengukur
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Adapun tes yang digunakan yaitu tes proses selama kegiatan pembelajaran menulis deskripsi siswa kelas V MIN Mulur Sukoharjo. Tes dilakukan untuk mengukur hasil yang diperoleh siswa dan juga untuk mengetahui proses pembelajaran selama kegiatan menulis deskripsi yang dilakukan siswa. Tes lain yang digunakan oleh peneliti yaitu berupa tes tertulis berbentuk unjuk kerja menulis deskripsi. Tes dilakukan baik itu pre-tes ataupun post-tes. Pre tes dilakukan pada waktu sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur (pra-siklus). Sedangkan post-tes dilakukan setiap akhir pertemuan dalam pembelajaran menulis deskripsi yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur. 4. Dokumentasi Rekaman dan dokumen suatu program melayani dua tujuan: 1) ia adalah dasar informasi tentang kegiatan dan proses program, 2) dapat memberi evaluator (peneliti) ide tentang pertanyaan penting selanjutnya melalui pengamatan dan wawancara yang lebih langsung (Michael Patton, 2006:150). Dalam penelitian ini dokumentasi yang digunakan peneliti berupa: silabus Bahasa Indonesia kelas V, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), rekapitulasi nilai hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas V MIN Mulur sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif Kepala Bernomor Struktur serta dokumentasi berupa foto-foto selama proses pembelajaran.
F. Validitas Data Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi metode dan triangulasi sumber.
commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Triangulasi metode, yaitu pengumpulan data yang telah diperoleh melalui sumber yang sama dengan teknik yang berbeda yakni dicek melalui observasi, wawancara, dan tes. 2. Dari data-data yang diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, dan tes, lalu data dikroscek kembali dengan informasi yang diperoleh dari peserta didik, guru, dan kepala sekolah ataupun pihak-pihak yang terkait dalam penelitian (triangulasi sumber). Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data penelitian dari 3 sumber yang bebeda, yaitu dari hasil observasi (lampiran 7 – lampiran 15),wawancara (lampiran 4 – lampiran 6), dan hasil tes peserta didik (lampiran 16 – lampiran 20). Setelah data terkumpul, lalu diadakan kroscek kembali dari data-data tersebut kepada sumber-sumber yang berkaitan, yaitu peserta didik, guru, dan Kepela Sekolah.
G. Teknik analisis Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data model interaktif. Berdasarkan Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2008:91), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh Data yang berupa hasil observasi dan wawancara diklasifikasikan sebagai data kualitatif. Data ini diiterpretasikan dan dihubungkan dengan data kuantitatif (tes)
sebagai
dasar
untuk
mendeskripsikan
keberhasilan
pelaksanaan
pembelajaran. Data kualitatif dianalisis dengan teknik analisis kritis yang mencakup kegiatan untuk mengetahui hasil dari tindakan tiap siklus dengan indikator ketercapaian sekaligus mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Data yang berupa tes diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut dianalisis secara deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai tes antarsiklus dengan indikator pencapaian. Analisisi dilakukan terhadap nilai yang diperoleh pada setiap commit user siklus. siklusnya dan membandingkan hasil tes ditosetiap
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikut merupakan bagan pengolahan data menurut Miles dan Huberman (1994:429) dalam Burhan Bungin (2001:145) : Pengumpulan
Penyajian
Data
Data
Simpulan: Reduksi Data Verifikasi
Bagan 3. Pengolahan Data Menurut Miles dan Huberman Dari bagan di atas langkah, langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Melakukan analisisi awal, mengumpulkan dokumen-dokumen, yaitu berupa: silabus, Rencaana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan daftar nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V MIN Mulur khususnya pokok bahasan menulis. 2. Penyajian Data Mengembangkan bentuk sajian data dengan cara menyusun sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan untuk penarikan sebuah kesimpulan dan tindakan selanjutnya dari masalah. 3. Reduksi Data Penyederhanaan data menjadi bentuk yang lebih ringan, mudah, tajam, membuang yang tidak perlu hingga mendapatkan inti data yang selanjutnya dapat disimpulkan dan diverifikasi 4. Penarikan Kesimpulan atau verifikasi
H. Indikator Kinerja Indikator kinerja dalam penelitian bersumber dari beberapa data yang to user telah dikumpulkan dan dianalisis.commit Data-data tersebut berupa: dokumentasi, hasil
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
wawancara, hasil observasi, dan hasil tes. Hasil tes tersebut mengacu pada patokan nilai KKM Bahasa Indonesia yaitu 70. Sedangkan indikator kinerjanya yaitu apabila keterampilan menulis deskripsi siswa kelas V MIN Mulur meningkat dari keterampilan menulis deskripsi mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur dan jumlah siswa yang mendapat nilai menulis deskripsi di atas KKM sebanyak 80% (12 siswa) dari 15 peserta didik. I. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode PTK terdiri dari 2 siklus. Adapun langkah-langkanya sebagai berikut: 1. Siklus Pertama a. Perencanaan Pada tahapan ini peneliti mempersiapkan hal-hal sebagai berikut : 1) Media pembelajaran 2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3) Instrumen untuk evaluasi berupa soal-soal tertulis, lembar kerja siswa baik diskusi maupun individu 4) Lembar observasi. b. Tindakan 1) Guru melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pokok bahasan menulis deskripsi dengan model kooperatif 2) Guru membagikan topi kepala bernomor kepada seluruh siswa secara acak 3) Guru membagi siswa dalam 5 kelompok sesuai dengan warna dan nomor kepala yang dipakai siswa (satu kelompok terdiri atas 3 siswa dengan nomor kepala 1-3, tugas setiap nomor yaitu: nomor 1 sebagai pemimpin dan bertugas mencatat hasil pengamatan (menuliskan ciri-ciri deskripsi sebuah objek); nomor 2 bertugas menyusun catatan hasil pengamatan dalam kalimat-kalimat; nomor 3 bertugas memperbaiki penulisan laporan dengan bahasa dan ejaan yang benar) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
47 digilib.uns.ac.id
4) Guru memberi lembar kerja kelompok pada masing-masing kelompok dan memberi soal untuk didiskusikan bersama 5) Guru beserta siswa membahas hasil diskusi bersama dengan metode tanya jawab interaktif Dalam siklus I terdiri atas 2 kali pertemuan, yaitu pertemuan pertama pembelajaran tentang pengertian karangan deskripsi dan langkah-langkah untuk menyusun karangan menjadi karangan deskripsi, sedangkan pertemuan kedua mendiskusikan tentang menyebutkan ciri-ciri suatu objek dan menyusun karangan menjadi laporan deskripsi pengamatan. c. Pengamatan atau observasi 1) Guru melakukan pengamatan atau observasi selama proses pembelajaran menulis deskripsi berlangsung. Hal-hal yang diamati: keaktifan, kerja sama, kedisiplinan, dan lain-lain. 2) Guru melakukan pengamatan atau evaluasi sementara terhadap hasil belajar menulis deskripsi siswa pada tiap akhir pembelajaran. d. Refleksi Guru melakukan refleksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan pada pembelajaran di siklus I. Dasar dari tindakan ini adalah hasil belajar keterampilan menulis deskripsi beserta lembar observasi yang digunakan selama proses pembelajaran. Sedangkan acuan refleksi yang digunakan adalah indikator ketercapaian, yaitu banyaknya siswa yang mencapai nilai di atas KKM (>70) sebesar 60% (9 siswa). Apabila pada evaluasi pada siklus I belum menunjukkan ketercapaian target, maka perlu adanya tindak lanjut pada siklus II. Berikut hasil yang diperoleh selama pembelajaran siklus I berlangsung: 1) Peserta didik cukup banyak yang belum bisa menyebutkan ciri-ciri atau dekripsi suatu objek secara mendetail 2) Peserta didik cukup banyak yang belum bisa menyusun kalimat-kalimat menjadi pargraf yang runtut dan benar. 3) Hasil penulisan karangan deskripsi masih terdapat banyak kesalahan dalam hal penulisan tanda baca dancommit EYD. to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Kerja sama belum terjalin secara baik dan solid antaranggota kelompok
2. Siklus Kedua a. Perencanaan Tahap perencanaan yang dilaksanakan pada siklus II meliputi tahap perbaikan dan penyempurnaan dari pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka perlu diadakan rencana perbaikan, sabagai berikut: 1) Guru memberikan materi pembelajaran menulis deskripsi lebih rinci dan mendalam (baik itu materi bagaimana menentukan ciri-ciri deskripsi objek, materi menyusun kalimat-kalimat menjadi paragraf deskripsi, dan materi penulisan sesuai dengan EYD dan tanda baca yang benar. 2) Guru mengadakan observasi yang lebih intensif terhadap setiap kerja kelompok. 3) Guru memberikan soal evaluasi dengan meningkatkan tingkat kesulitan dari siklus I Pada tahap perencanaan siklus kedua ini peneliti juga menyiapkan Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP), instrumen penelitian dan menetapkan indikator kinerja yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. b. Tindakan Langkah-langkah yang dilaksanakan oleh peneliti dalam melaksanakan siklus II, sebagai berikut: 1) Siswa tetap dibagi ke dalam 5 kelompok, dengan susunan kelompok sama dengan susunan kelompok pada siklus I 2) Siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan tugas yang diberikan guru dengan batasan waktu yang telah ditetapkan 3) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya secara bergiliran 4) Guru memberikan umpan balik dan melakukan tanya jawab interaktif 5) Guru memberikan evaluasi akhir berupa soal yang dikerjakan secara individu commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Seperti halnya siklus I yang terdiri atas 2 pertemuan, siklus II juga terddiri atas 2 pertemuan. Pertemuan pertama peneliti menekankan kompetensi menulis deskripsi yang dikerjakan secara kooperatif atau kerja sama, sedang pada pertemuan kedua peneliti menekankan kompetensi menulis deskripsi secara individu. c. pengamatan atau observasi guru mengadakan pengamatan sesuai dengan lembar pengamatan.
Seperti
halnya siklus I, peneliti mengamati hal-hal sebagai berikut: keaktifan siswa, kerja sama, kedisiplinan,dan peran serta setiap anggota dalam kelompok. d. refleksi Setelah dilaksanakannya pembelajaran pada siklus II, maka diadakan analisis secara menyeluruh terhadap hasil belajar baik proses maupun produk. Dari analisis hasil diketahui bahwa hasil keterampilan menulis deskripsi siswa kelas V meningkat sesuai indikator kinerja, yaitu ketercapaian nilai di atas KKM (>70) sebanyak 80% (12 anak dari 15 anak). Jadi dari pelaksanaan siklus I hingga siklus II dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif kepala bernomor dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi peserta didik kelas V MIN Mulur Bendosari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Profil Tempat Penelitian Tempat penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah lembaga pendidikan Negeri MIN Mulur yang terletak di Desa Jati Kembaran Rt 03/VII, kelurahan Mulur, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo. MIN (Madrasah Ibtidaiyah Negeri) Mulur merupakan sekolah yang menyediakan pendidikan jenjang dasar. MIN Mulur adalah madrasah satu-satunya yang berstatus “Negeri” di Kecamatan Bendosari. Sehingga tidak mengherankan apabila peserta didik-peserta didiknya berasal dari wilayah yang cukup heterogen, bahkan ada beberapa yang berasal dari kecamatan yang berbeda.
MIN Mulur merupakan salah satu lembaga
pendidikan dasar yang berusaha mendidik generasi bangsa agar menjadi generasi yang cerdas baik itu cerdas secara intelektual, spiritual, dan sosial. Karena merupakan sekolah madrasah yang berbasis agama, MIN Mulur tidak hanya mengajarkan materi pelajaran umum, tetapi juga materi-materi tentang pembelajaran agama. Jumlah keseluruhan mata pelajaran yang ada di MIN Mulur adalah 16 mata pelajaran, 10 mata pelajaran umum dan 6 mata pelajaran agama, seperti: Al Qur’an Hadits, BTA (Baca Tulis Al Qur’an), Fikih, Akidah Akhlak, SKI (Sejarah Kebudayaan Islam), dan Bahasa Arab. Sedangkan setiap 1 jam pelajaran berlangsung selama 30 menit. Seluruh mata pelajaran tersebut diajarkan mulai dari jenjang kelas I sampai kelas VI. Pada penelitian ini, peneliti mengadakan penelitian di kelas V yang dipimpin oleh Ibu Sri Lestari, S.Pd.I. Kelas V merupakan kelas yang terdiri atas 15 peserta didik, 9 peserta didik putri dan 6 peserta didik putra. Dilihat dari jumlah peserta didiknya, kelas ini memiliki keistimewaan yaitu kelas dengan jumlah paling sedikit disbanding kelas-kelas lainnya yang rata-rata berjumlah 30 peserta didik. Dilihat dari karakter peserta didik-peserta didiknya pun cukup berbeda dari karakter peserta didik di kelas-kelas yang lain. Sebenarnya tidak sedikit dari peserta didik kelas V yang berprestasi baik dari sisi akademik maupun commitpeserta to user didik yang malas dan kurang nonakademik. Namun, ada beberapa
50
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berprestasi. Banyak guru mengatakan bahwa kelas ini cukup kesulitan dalam beberapa materi pelajaran, terutama Bahasa Indonesia khususnya pada keterampilan menulis. Ada beberapa peserta didik yang enggan dan kurang tertarik dalam bidang menulis. Ada juga yang merasa kesulitan untuk menuangkan ide dan pikirannya dalam bentuk tulisan. Sedang yang lain merasa kesulitan untuk mengorganisasikan kata-kata menjadi kalimat atau menyusun kalimat-kalimat menjadi paragraf yang baik. Hal ini disebabkan beberapa faktor, diantaranya kurang menariknya pembelajaran menulis sehingga peserta didik kurang termotivasi dan terpacu untuk belajar menulis. Guru jarang menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan menantang. Akibatnya hasil yang diperoleh kurang maksimal. Beberapa peserta didik belum mencapai ketuntasan nilai sesuai KKM (yaitu 70). Sedang yang lain belum mencapai nilai yang memuaskan sesuai kriteria penilaian dalam kompetensi menulis. Latar belakang ini yang memotivasi peneliti untuk mengadakan penelitian dalam upaya meningkatkan keterampilan dalam bidang menulis, khususunya dalam hal ini penulis memilih keterampilan menulis deskripsi. Dalam penelitian ini peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif Kepala Bernomor Struktur dengan harapan bahwa peserta didik-peserta didik termotivasi dan tertarik untuk belajar menulis, sehingga keterampilan menulis peserta didik kelas V MIN Mulur khususnya dalam hal menulis dapat meningkat.
B. Deskripsi Kondisi Awal Berikut adalah hal-hal yang menjadi dasar diadakannya penelitian: Rendahnya hasil menulis peserta didik kelas V MIN Mulur khususnya dalam hal menulis deskripsi, hal ini didasarkan pada data nilai peserta didik. Sebagai gambaran awal pembelajaran yang dilaksanakan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu Ibu Nur Widayati, S.Pd.I, bahwa pembelajaran menulis yang selama ini berlangsung masih mengalami banyak kendala dan kekurangan, antara lain: kurangnya keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran, commit to userpenyampaian guru, dan adanya kurangnya perhatian peserta didik terhadap
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
beberapa peserta didik yang enggan mengerjakan tugas dari guru selama pembelajaran menulis berlangsung. Kendala-kendala ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pembelajaran yang diterapkan oleh guru Bahasa Indonesia belum inovatif dan tidak menarik minat belajar peserta didik. Sehingga hal ini menyebabkan hasil pembelajaran yang diperoleh kurang maksimal terutama pada kompetensi menulis. Berikut adalah data nilai menulis deskripsi peserta didik dalam bentuk data interval sebelum dilakukan tindakan atau pra-siklus (lihat lampiran 16) tertera pada tabel 2, yaitu: Tabel 2. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Menulis Deskripsi Kelas V MIN Mulur Sebelum Tindakan (pra-siklus) No
Nilai
1
Nilai tengah Frekuensi
F(x)
Prosentase
1
15,5
6,6 %
25,5
1
25,5
6,6 %
31-40
35,5
2
71
13,3 %
4
41-50
45,5
1
45,5
6,6 %
5
51-60
55,5
2
111
13,3 %
6
61-70
65,5
3
196,5
20 %
7
71-80
75,5
5
377,5
33,3 %
318,5
15
842,5
100 %
(x)
(f)
11-20
15,5
2
21-30
3
Jumlah
Rata-rata Kelas = 58,6
Berdasarkan tabel frekuensi data nilai kemampuan awal peserta didik dalam menulis deskripsi sebelum diberikan tindakan pada gambar di atas, maka dapat disajikan grafik kemampuan awal (pra-siklus) siswa dalam menulis deskripsi, yaitu:
commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Grafik 1. Nilai Kemampuan Menulis Deskripsi Kelas V MIN Mulur Sebelum Tindakan (pra-siklus)
5 4 3 2 1 0
11-20
21-30
31-40
41-50
51-60
61-70
71-80
Nilai terendah, nilai tertinggi, rata-rata yang diperoleh, dan prosentase ketuntasan pada waktu pra-siklus dapat dilihat pada tabel 3, yaitu: Tabel 3. Data Hasil Nilai Menulis Dskripsi Peserta didik pra-Siklus Keterangan
Hasil Nilai
Nilai terndah
20
Nilai tertinggi
80
Rata-rata
58,6
Prosentase ketuntasan
33,3 %
Dari tabel frekuensi dan gambar grafik di atas, dapat diketahui nilai awal atau pra-siklus peserta didik kelas V MIN Mulur dengan interval 10 dan jumlah kelas 7, nilai tertinggi peserta didik adalah 80 dan nilai terendahnya 20. Peserta didik yang memperoleh nilai antara 11– 20 sebanyak 1 anak, nilai antara 21 – 30 ada 1 anak, nilai antara 31 – 40 ada 2 anak, nilai 41-50 ada 1 commit to user anak, nilai 51-60 ada 2 anak, nilai antara 61 – 70 ada 3 anak, dan nilai antara 71-
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
80 ada 5 anak. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa peserta didik yang memperoleh nilai di atas nilai KKM (pada interval 71 – 80) ada 5 peserta didik atau 33,3 % dari jumlah keseluruhan peserta didik. Menurut analisis hasil evaluasi pra-siklus atau tes awal sebelum diadakan tindakan, diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 58,6 atau dapat dikatakan bahwa nilai rata-rata kelas belum mencapai batas KKM yaitu 70. Bila dianalisis lebih jauh lagi, masih ada peserta didik yang memperoleh nilai di bawah KKM yaitu sebanyak 10 peserta didik. Sedangkan bila dibandingkan dengan harapan yang diinginkan peneliti dan sekolah masih cukup jauh yaitu peningkatan hasil keterampilan menulis deskripsi peserta didik sebesar 80 % atau 12 anak dari total peserta didik 15 anak. Dari hasil tes awal dapat diambil kesimpulan sementara bahwa keterampilan menulis deskripsi peserta didik kelas V MIN Mulur masih rendah.
C.
Deskripsi Permasalahan Penelitian 1. Tindakan siklus I
Pelaksanaan siklus 1 selama lebih kurang 1 minggu mulai dari tanggal 9 Februari sampai dengan tanggal 11 Februari 2011 (2 kali pertemuan). Adapun tahapan yang dilaksanakan selama siklus 1 adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Berdasarkan Kurikulum Pendididkan Dasar kelas V (silabus SD) pada pokok bahasan Kompetensi Dasar menulis, peneliti melakukan langkahlangkah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Kepala Bernomor Struktur. Langkah-langkah tersebut, antara lain: 1) Memilih pokok bahasan yang sesuai dengan kompetensi menulis deskripsi. Alasan memilih pokok bahasan terkait adalah: (a) Pada pokok bahasan menulis deskripsi, guru belum menerapkan model pembelajaran inovatif yang dapat menarik perhatian peserta didik sehingga hasil karangan deskripsi peserta didik belum baik. commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(b) Menulis
deskripsi
merupakan
kompetensi
kebahasaan
yang
melibatkan isi materi pelajaran maupun di luar materi pelajaran. Sehingga keterampilaan menulis yang dimiliki dapat dikembangkan meskipun di luar konteks pembelajaran. 2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Peneliti bersama guru kelas menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bahasa Indonesia pokok bahasan menulis deskripsi. RPP tersebut direncanakan selam 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 x 30 menit di setiap pembelajaran. RPP yang disusun meliputi aspek: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan model, langkahlangkah pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, penilaian (RPP ada pada lampiran) 3) Mempersiapkan fasilitas dan media pembelajaran Fasilitas yang dipersiapkan yaitu penataan ruang kelas yang dikondisikan sesuai dengan model pembelajaran kooperatif, yaitu jumlah meja dan kursi disesuaikan dengan jumlah peserta didik kemudian ditata menurut jumlah kelompok. Sedangkan media yang digunakan berupa: a) Gambar-gambar berwarna sebagai media di depan kelas, yaitu gambar buah anggur dan durian b) Topi kepala bernomor antara 1 – 3 masing-masing terdiri atas 5 warna, yaitu merah, hijau, biru, coklat, dan kuning 4) Menyiapkan lembar pengamatan dan penilaian Lembar pengamatan berfungsi untuk merekam seluruh kegiatan pembelajaran
berlangsung.
Lembar
pengamatan
berupa
lemabar
pengamatan kinerja guru saat mengajar dan lembar observasi keaktifan peserta didik selama kegiatan pembelajaran. Lembar pengamatan kerja dinilai oleh guru Bahasa Indonesia sebagai pihak observer (peneliti sebagai guru yang bertindak melaksanakan penelitian), sedangkan lembar commit to user pengamatan keaktifan peserta didik dinilai oleh peneliti sebagai pihak
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pelaksana penelitian. Selain itu peneliti juga mempersiapkan lembar penilaian dan lembar kerja peserta didik baik itu kelompok maupun individu. Lembar penilaian disusun berdasarkan indikator dan tujuan pembelajaran. Sedangkan penilaian terhadap hasil belajar peserta didik didasarkaan pada pedoman penilaian menulis deskripsi Bahasa Indonesia. b. Pelaksanaan tindakan Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti bekerja sama dengan Guru Bahasa Indonesia. Peneliti bertindak sebagai pelaksana tindakan sedangkan guru bertindak sebagai observer yang mengamati jalannya proses pembelajaran. 1) Pertemuan ke – 1 Pada
pertemuan
ke-1
pokok
bahasan
menulis
deskripsi
mempelajari tentang bagaimana mendiskripsikan gambar secara mendetail dan terperinci, menuliskan pendiskripsian gambar dalam bentuk catatan sederhana/ konsep awal, serta menyusun catatan sederhana/konsep awal menjadi paragraf deskripsi. Sedangkan aspek pembelajaran yang ditekankan pada pertemuan ke-1 ini adalah kemampuan peserta didik dalam berdiskusi (kooperatif). Adapun langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut: a) Kegiatan awal (1) Peserta didik mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran dari guru (2) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab mengenai ciri-ciri suatu benda, misalnya ciri-ciri rumah masing-masing anak (3) Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok b) Kegiatan Inti (1) Eksplorasi (a) Peserta didik mengamati gambar buah (anggur dan durian) yang diberikan oleh guru (b) Secara berkelompok, peserta didik mencatat ciri-ciri atau committersebut to user deskripsi dari gambar
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(c) Peserta didik menyusun hasil catatannya dalam kalimat yang baik (2) Elaborasi (a) Peserta didik melakukan diskusi kelompok untuk menjawab pertanyaan dari guru, yaitu peserta didik melakukan tugas sesuai dengan bagian masing-masing dalam sebuah kelompok. Peserta didik dengan nomor 1 bertugas mencatat/menuliskan hasil pengamatan, ssiwa dengan nomor 2 bertugas menyusun catatan dalam bentuk kalimat, dan peserta didik nomor 3 bertugas memperbaiki penulisan dengan bahasa dan ejaan yang benar (b) Peserta didik kembali melakukan diskusi kelompok untuk mengkoreksi pekerjaanya (3) Konfirmasi (a) Perwakilan masing-masing kelompok membacakan catatan hasil pengamatannya (b) Perwakilan
masing-masing
kelompok
membacakan
hasil
karangan deskripsinya c) Kegiatan akhir (a) Guru bersama peserta didik memberikan kesimpulan terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan (b) Peserta didik-peserta didik menyimak penjelasan dari guru tentang materi pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya, yaitu menyusun karangan deskripsi yang baik dengan menggunakan tanda baca dan EYD yang baik. 2) Pertemuan ke-2 Pada pertemuan ke-2 peserta didik-peserta didik akan mendapat materi tentang bagaimana menyusun karangan deskripsi, yaitu meliputi pembelajaran mengenai ciri-ciri karangan deskripsi, bagaimana menyusun karangan deskripsi yang baik, dan pembelajaran mengenai penulisan dan penggunaan EYD yang benar dalam penulisan. Pembelajaran pada commit to useraspek kemampuan peserta didik pertemuan ke-2 ini menekankan pada
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam
berdiskusi
dan
kemampuan
individu
peserta
didik
dalam
menyelesaikan tugas. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh, sebagai berikut: a) Kegiatan Awal (1) Guru membantu peserta didik untuk mempersiapkan diri dalam menerima pelajaran (2) Guru mengulang materi yang telah dipelajari pada pertemuan yang lalu tentang ciri-ciri kalimat deskripsi (3) Melalui tanya jawab interaktif guru bersama peserta didik mendeskripsikan salah satu teman sekelas sebagai kegiatan apersepsi pembelajaran b) Kegiatan Inti (1) Eksplorasi (a) Peserta didik membentuk kelompok-kelompok belajar dengan susunan anggota seperti pertemuan yang lalu (b) Melalui diskusi kelompok, guru memberikan pertanyaan secara lisan kepada kelompok-kelompok secara acak (2) Elaborasi (a) Guru memberikan lembar kerja kelompok tentang materi penulisan dan penggunaan EYD (b) Melalui bimbingan guru, peserta didik mendiskusikan tugas yang telah dikerjakan (3) Konfirmasi (a) Melalui bimbingan guru, peserta didik bersama guru mengulas hasil pekerjaan yang telah dikerjakan (b) Melalui tanya jawab, guru dan peserta didik membahas hasil pekerjaan c) Kegiatan Akhir 1)
Peserta didik bersama guru memberikan kesimpulan terhadap to user pembelajaran yang commit telah dilaksanakan, yaitu tentang bagaimana
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyusun karangan deskripsi yang baik dan penggunaan EYD yang benar dalam penulisan 2)
Peserta didik menerima tugas dari guru sebagai Pekerjaan Rumah (PR) yaitu mengadakan pengamatan terhadap ruang dapur dan menuliskannya dalam bentuk karangan deskripsi yang padu
3)
Peserta didik menyimak penjelasan dari guru tentang materi pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya yaitu menyusun karangan deskripsi menjadi laporan pengamatan atau laporan deskripsi
c. Observasi Observasi atau pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan
model
kooperatif
Kepala
Bernomor
Struktur
dengan
menggunakan lembar pengamatan, baik itu lembar pengamatan kinerja guru saat mengajar ataupun lembar keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung (terlampir). Selain itu untuk merekam kegiatan selama proses pembelajaran dalam bentuk gambar dengan menggunakan kamera. Tujuan diadakannya observasi adalah untuk mengetahui kesesuaian jalannya pembelajaran terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang sebelumnya. Selain itu untuk mengetahui seberapa jauh tingkat keberhasilan penggunaan model pembelajaran kooperatif kepala Bernomor Struktur dalam meningkatkan keterampilan menulis deskripsi peserta didik. Oleh karena itu observasi tidak hanya dilakukan erhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan saja tetapi juga menyangkut aktivitas guru selama melaksanakan pembelajaran terutama mengenai pengorganisasian kelas. Berikut merupakan uraian observasi terhadap pembelajaran pada siklus I: Pertemuan ke-1 Indikator : commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8.2.1 Mampu
melakukan
pengamatanterhadap
suatu
objek
mendeskripsikan/menggambarkan
suatu
objek
(kegiatan) 8.2.2 Mampu
dengan terperinci/mendetail 8.2.3 Mampu mencatat hasil pengamatan dalam bentuk catatan sederhana/konsep awal 8.2.4 Mampu menyusun catatan sederhana/konsep awal menjadi paragraf deskripsi yang baik Pertemuan ke-2 Indikator : 8.2.5 Mampu menjelaskan ciri-ciri karangan deskripsi 8.2.6 Mampu menyusun karangan deskripsi dengan baik 8.2.7 Mampu menggunakan EYD dan aturan penulisan dalam menulis deskripsi Media: 1. Gambar buah anggur dan durian 2. Topi kepala bernomor 1 – 3 dengan warna berbeda (merah, kuning, hijau, biru, dan coklat) Berikut merupakan hasil observasi selama siklus I : 1) Kegiatan peserta didik Hasil pengamatan terhadap kemampuan dan keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut: (a) Kemampuan dan keaktifan personal: (1) Peserta didik kurang aktif dalam merespon setiap apersepsi yang diberikan oleh guru (2) Peserta didik cukup aktif dalam memperhatikan penjelasan guru saat memberikan materi (3) Peserta didik cukup aktif menyimak setiap instruksi dari guru meskipun ada beberapa yang tidak memperhatikn (4) Peserta didik masih kurang aktif dalam kegiatan diskusi commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(5) Peserta
didik
belum
begitu
terampil
membuat
catatan
sederhana/konsep awal dari pendeskripsian objek (6) Kemampuan peserta didik dalam mengembangkan catatan sederhana/konsep awal ke dalam paragraf deskripsi masih kurang (b) Kemampuan dan keaktifan kelompok (1) Peserta didik belum bisa bekerja secara kooperatif atau masih bersifat individual (2) Tanggung jawab individu terhadap kelompok cukup baik (3) Keterampilan sosial yaitu membantu teman yang kesulitan masih rendah (4) Kedisiplinan kelompok dalam menjalankan tugas masih kurang 2) Kegiatan guru (1) Guru dapat menyampaikan materi pembelajaran degan cukup menyenangkan (2) Gerakan guru (posisi guru saat menjelaskan, posisi guru saat menulis di papan tulis, dan mimik guru saat menjelaskan) sudah baik (3) Kekuatan suara, intonasi, dan penekanan pada saat menjelaskan sudah cukup baik (4) Guru sudah menggunakan isyarat verbal (ucapan eward dan punishment) selama proses pembelajaran (5) Dalam menerapkan keterampilan operasional (membuka pelajaran, mendorong dan melibatkan peserta didik selama pembelajaran, mengajukan pertanyaan, dan mengakhiri pelajaran) cukup baik (6) Proses pembelajaran belum berjalan sesuai alokasi waktu yang ditetapkan 3) Hasil keterampilan menulis deskripsi peserta didik Berdasarkan data hasil keterampilan menulis deskripsi peserta didik pada pertemuan ke- 1 siklus I (terlampir) dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Dilihat dari segi isi yaitu kelengkapan ciri-ciri objek deskripsi sudah commit to user cukup baik
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2) Pengorganisasian konsep awal menjadi sebuah paragraf deskripsi masih kurang (3) Pemilihan kosa kata belum begitu baik (4) Dilihat dari segi kebahasaan cukup baik (5) Dilihat dari aspek mekanik susunan penulisan masih kurang karena masih banyak terdapat kesalahan dalam hal penulisan dan penggunaan EYD d. Refleksi Data yang diperoleh selama pembelajaran menulis deskripsi seluruhnya dikumpulkan, baik itu pada pertemuan 1 maupun pada pertemuan 2. Berdasarkan hasil observasi selama proses pelaksanaan tindakan, pembelajaran menulis
deskripsi
telah
mengalami
peningkatan
pada
hasil
belajar
dibandingkan hasil pra-siklus. Hasil yang dicapai cukup signifikan, meskipun belum mencapai batas ketuntasan yang diharapkan yaitu 80 % peserta didik mencapai nilai lebih dari nilai KKM (70) dan cukup memiliki keterampilan menulis deskripsi dengan baik. Peningkatan yang cukup signifikan itu disebabkan oleh salah satunya adalah penggunaan model kooperatif yang inovatif yaitu model kooperatif Kepala Bernomor Struktur. Penerapan model tersebut menjadikan peserta didik lebih tertarik dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran dari guru. Peserta didik merasa mendapatkan hal baru dan pengalaman yang berbeda selama proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif Kepala Bernomor Struktur. Namun, yang perlu diperhatikan bahwa masih ada beberapa kekurangan pada pembelajaran yang diadakan pada siklus I, diantaranya yaitu: 1) penerapan model pembelajaran kooperatif Kepala Bernomor Struktur belum sepenuhnya terlaksana secara maksimal. 2) pada saat diterapkannya model pembelajaran kooperatif Kepala Bernomor Struktur peserta didik-peserta didik terlihat antusias, meskipun ada beberapa peserta didik yang belum mengerti makna pembelajaran yang sebenarnya. 3) ada beberapa peserta didik yang user serius meskipun beberapa di enggan untuk memperhatikancommit materitodengan
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
antarnya telah menunjukkan keantusiasannya. 4) kerja sama peserta didik dalam kelompok belum terjalin dengan baik, karena masih ada beberapa peserta didik yang individulisme. Berdasarkan refleksi yang dilakukan pada tahap siklus I masih didapati beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran, oleh karenanya peneliti berusaha untuk mencari solusi dari kekurangan tersebut, diantaranya peneliti menerapkan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan selama proses pembelajaran berlangsung agar peserta didik semakin tertarik dan semangat dalam mengikuti pelajaran, peneliti juga memberikan variasi tugas kepada peserta didik dengan tujuan agar peserta didik-peserta didik tidak merasa bosan dalam mengerjakan, selain itu peneliti juga memberikan motivasi di sela-sela pembelajaran baik itu berupa penghargaan verbal maupun nonverbal dengan tujuan agar peserta didik semakin antusias dalam belajar. Sehubungan dengan hal itu, maka peneliti merencanakan untuk mengadakan siklus berikutnya, yaitu siklus II. Berikut ini adalah data nilai yang diperoleh pada pembelajaran siklus I, baik pertemuan ke-1 maupun ke-2 : 1) Hasil Nilai Siklus I Pertemuan ke-1 Indikator: a) Mampu melakukan pengamatan terhadap suatu objek (kegiatan) b) Mampu mendeskripsikan/menggambarkan suatu objek gambar dengan terperinci/mendetail c) Mempu
mencatat
hasil
pengamatan
dalam
bentuk
catatan
sederhana/konsep awal d) Mampu menyusun catatan sederhana/konsep awal menjadi paragraf deskripsi yang baik
commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4. Data nilai Siklus I pertemuan ke-1 Nilai Tengah
Frekuensi
(x)
(f)
55-58
56,5
2
59-62
3
No
Nilai
f (x)
Prosentase
1
1
56,5
6,6 %
60,5
1
60,5
6,6 %
63-66
64,5
1
64,5
6,6 %
4
67-70
68,5
2
137
20 %
5
71-74
72,5
5
362,5
33,3 %
6
75-78
76,5
5
382,5
33,3 %
411
15
1.063,5
100 %
Jumlah
Rata-rata Kelas = 71,3
Berdasarkan tabel frekuensi nilai pada siklus I pertemuan ke-1 maka dapat digambarkan pada grafik 2, yaitu:
Grafik 2. Nilai Siklus I Pertemuan ke-1 8 7 6 5 4 3 2 1 0 55-58
59-62
63-66
67-70
63-66
commit to user
67-70
71-74
75-78
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 5. Hasil Tes Siklus I Pertemuan ke-1 Keterangan
Hasil Nilai
Nilai terendah
57
Nilai tertinggi
78
Rata-rata
71,3
Prosentase Ketuntasan
66,6 %
2) Hasil Nilai Siklus I Pertemuan ke-2 Indikator: a) Mampu menjelaskan ciri-ciri karangan deskripsi b) Mampu menyusun karangan deskripsi dengan baik c) Mampu menggunakan EYD dan tanda baca dengan baik dalam menulis deskripsi Tabel 6. Data Nilai Siklus I Pertemuan ke-2 Nilai Tengah
Frekuensi
(x)
(f)
62-65
63,5
2
66-69
3
No
Nilai
F (x)
Prosentase
1
1
63,5
6,6 %
67,5
2
135
20 %
70-73
71,5
5
357,5
26,6 %
4
74-77
75,5
3
226,5
20 %
5
78-81
79,5
3
238,5
20 %
6
82-85
83,5
1
83,5
6,6 %
441
15
1.108,5
100 %
Jumlah
Rata-rata Kelas= 73,66
Berdasarkan tabel frekuensi nilai pada siklus I pertemuan ke-2 di atas, maka dapat digambarkan pada grafik 3, yaitu:
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Grafik 3. Data Nilai Siklus I Pertemuan ke-2 6 5
4 3 2 1 0 62-65
66-69
70-73
74-77
78-81
82-85
Tabel 7. Hasil Tes Siklus I Pertemuan ke-2 Keterangan
Hasil Nilai
Nilai terendah
62
Nilai tertinggi
84
Rata-rata
73,66
Prosentase
73,3 %
Dari kedua data di atas (hasil siklus I pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2) maka dapat dibuat tabel rata-rata hasil nilai pada pra-siklus dan siklus I sebagai berikut: Tabel 8. Perbandingan Rata-rata Hasil Nilai siklus I dan pra-Siklus No
Keterangan
1
Siklus I
Rata-rata
Nilai Hasil
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Siklus I
pra-siklus
Nilai Terendah
57
61
59
20
2
Niali Tertimggi
78
84
81
80
3
Rata-rata Kelas
71,3
75,66
73,45
58,6
4
Prosentase
66,6% 73,3% commit to user
49,9%
33,3%
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran pada pertemuan ke2 siklus I mengalami peningkatan bila dibanading pada pertemuan ke-1. Dilihat dari nilai terendah spertemuan ke-1 yaitu 57 telah meningkat menjadi 61, nilai tertinggi yang semula sebesar 78 meningkat menjadi 84, rata-rata kelas pada pertemuan ke-1 sebesar 71,3 telah mengalami peningkatan sebesar 4,36 menjadi 75,66. Sedangkan peningkatan cukup signifikan terlihat pada prosentase ketuntasan belajar peserta didik, yaitu pad a pertemuan ke-1 hanya 66,6% telah meningkat cukup baik menjadi 73,3%. Dari kedua hasil nilai baik pertemuan ke-I maupun ke-2 dibuat rata-rata secara keseluruhan, sehingga didapat rata-rata hasil nilai siklus I, kemudian hasil tersebut dapat dibandingkan dengan hasil sebelum diadaknnya tindakan (prasiklus), untuk lebih jelasnya dapat dibuat grafik perbandingan, yaitu grafik 4 dan grafik 5:
Grafik 4. Perbandingan Nilai Rata-rata pra-Siklus dan Siklus I 80.00
73.45
70.00 60.00
58.6
50.00 40.00 30.00
20.00 10.00 0.00 pra siklus
siklus I
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Grafik 5. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Belajar Peserta didik Kelas V dalam Menulis Deskripsi pra-Siklus dan Siklus I 80.0 69.9%
70.0 60.0 50.0 40.0
33.3%
30.0 20.0 10.0 0.0 pra siklus
siklus I
2. Tindakan siklus II Pelaksanaan siklus II diadakan selama lebih kurang 1 minggu, yaitu dimulai tanggal 14 Februari 2011 dan berakhir tanggal 17 Februari 2011. Siklus II terdiri atas 2 pertemuan, dengan alokasi waktu tiap pertemuan adalah 3x30 menit. Adapun tahapan yang dilaksanakan pada siklus II, sebagai berikut: a. Perencanaan Berdasarkan hasil observasi dan refleksi terhadap tindakan pada siklus 1, didapat kesimpulan bahwa hasil pembelajaran selama siklus I telah mengalami peningkatan dan capaian keberhasilan yang diinginkan yaitu 80 % peserta didik mendapat nilai di atas KKM (70). Namun, keterampilan peserta didik dalam menulis deskripsi belum dikatakan baik meskipun telah mengalami peningkatan dibanding pada waktu pra-siklus. Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti dengan bantuan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia mengadakan perencanaan untuk melaksanakan tahap siklus II. Peneliti menyusun kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan lebih cermat dan teliti. commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sebagaimana halnya pada perencanaan tahap siklus I, langkahlangkah perencanaan pada siklus II juga terdiri atas: a) pemilihan pokok bahasan mataeri pembelajaran (penentuan Kompetensi Dasar dan Indikator); b) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); c) persiapan fasilitas dan media pembelajaran; d) persiapan lembar pengamatan dan penilaian b. Pelaksanaan tindakan Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan, deskripsi pelaksanaannya sebagai berikut: 1) Pertemuan ke-1 Pertemuan ke-1 pelajaran Bahasa Indonesia mempelajari tentang membuat laporan pengamatan atau laporan deskripsi. Aspek penekan pembelajaran pada siklus II pertemuan I adalah kemampuan kerja sama (kooperatif) peserta didik dalam berdiskusi. Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan sebagai berikut: a) Kegiatan Awal (1) Peserta didik mempersiapkan diri untuk menerima materi pembelajaran dari guru (2) Guru memberikan kegiatan apersepsi berupa tanya jawab tentang menulis laporan pengamatan (3) Peserta didik menyimak penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran
yang
dilaksanakan
yakni
membuat
laporan
pengamatan dengan menggunakan EYD dan tanda baca yang benar b) Kegiatan Inti (1) Eksplorasi (a) Secara berkelompok, peserta didik-peserta didik mendiskusikan susunan dalam pembuatan laporan pengamatan (b) Guru bertanya jawab terhadap peserta didik tentang materi laporan pengamatan dan bagaimana menyusun karangan deskripsi menjadi laporan pengamatan/deskripsi commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2) Elaborasi (a) Melalui diskusi kelompok, peserta didik mengerjakan tugas dari guru berupa laporan pengamatan kelas dan kegiatan peserta didik di dalam kelas (b) Berdasarkan
nomor
kepala,
tiap
anggota
kelompok
mengerjakan tugas sesuai dengan bagian masing-masing (3) Konfirmasi (a) Peserta didik bersama guru mengevaluasi jalannya diskusi yang sedang berlangsung (b) Melalui tanya jawab, peserta didik bersama guru membahas tugas yang telah dilaksanakan c) Kegiatan Akhir (a) Peserta didik bersama guru memberikan kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan (b) Guru memberikan umpan balik bagi peserta didik yang bertanya (c) Guru memberikan pekerjaan rumah berupa laporan pengamatan kegiatan masing-masing di rumah 2) Pertemuan ke-2 Pada pertemuan ke-2 materi yang akan dipelajari yaitu masih tentang menulis laporan deskripsi pelajaran Bahsa Indonesia. Pada pertemuan ke-2 ini lebih menekankan pada aspek kemampuan individu tiap-tiap peserta didik baik untuk menyelesaikan tugas individu dalam kelompok maupun tugas individu secara mandiri. Adapun langkahlangkah pembelajaran yang ditempuh sebagai berikut: a) Kegiatan Awal (1) Peserta didik-peserta didik mempersiapkan diri untuk menerima materi pembelajaran dengan bantuan guru (2) Guru mengulas sedikit tentang materi menulis deskripsi dan membuat laporan pengamatan commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(3) Melaui kegiatan diskusi, peserta didik bersama guru membahas tugas pada pertemuan sebelumnya yaitu berupa Pekerjaan Rumah (PR) membuat laporan pengamatan aktivitas di rumah (4) Guru memberikan tugas secara individu yaitu membuat laporan pengamatan yang dilengkapi catatan sederhana/konsep awal. b) Kegiatan Inti (1) Eksplorasi (a) Peserta didik mengamati gambar yang telah diberikan guru di depan kelas yaitu gambar stasiun kereta api dan pertandingan sepak bola Indonesia (b) Peserta didik menuliskan ciri-ciri/deskripsi gambar-gambar tersebut pada lembar kerja masing-masing (2) Elaborasi (a) Peserta didik menyusun hasil pekerjaannya menjadi sebuah laporan pengamatan (b) Guru mengobservasi kegiatan menulis peserta didik secara menyeluruh (3) Konfirmasi (a) Peserta didik bertanya pada guru tentang hal-hal yang berkaitan dengan tugas yang dirasa belum jelas (b) Guru memberikan umpan balik setiap pertanyaan yang diajukan peserta didik c) Kegiatan Akhir (a) Peserta didik mengumpulkan hasil pekerjaannya pada batas waktu yang telah ditentukan (b) Guru mengulas hasil pekerjaan peserta didik dan mengulang kembali materi-materi yang telah diberikan sebelumnya (c) Guru memberikan penguatan dan reward terhadap peserta didik yang berprestasi commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Observasi Peneliti
selaku
guru
yang
melakukantindakan
penelitian
berkolaborasi dengan guru mata pelajaran Bahsa Indonesia untuk melakukan observasi lebuh lanjut terhadap pelaksanaan pembelajaran tahap siklus II. Seperti halnya pada siklus I, tindakan observasi dilaksanakan untuk memantau kegiatan dan keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung (dinilai oleh peneliti), selain itu aktivitas peneliti sebagai pengajar juga dinilai, pihak yang menilai adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia selaku observer. Keseluruhan data yang diperoleh dalam penelitian ini termasuk pencatatan hasil tes peserta didik akan dijadikan bahan atau masukan untuk menganalisis keterampilan menulis deskripsi peserta didik secara keseluruhan, baik itu pembelajaran tahap siklus I maupun tahap siklus II. Adapun uraian hasil observasi pada siklus II, sebagai berikut: Pertemuan: 1 (satu) Indikator: 8.2.8 Mampu membuat laporan pengamatan/deskripsi sesuai dengan susunan laporan yang benar 8.2.9 Mampu menggunakan EYD dan tanda baca yang benar 8.2.10 Mampu bekerja sama dalam sebuah diskusi kelompok (kooperatif) Pertemuan: 2 (dua) Indikator: 8.2.11 Mampu menyusun laporan pengamatan/deskripsi secara individu dengan utuh (mulai dari menyusun ciri-ciri/catatan deskripsi sebuah objek, mengembangkan catatan sederhana menjadi kalimat, menyusun paragraf deskripsi menjadi laporan pengamatan) Media: 1. Gambar stasiun kereta api dan pertandingan sepak bola Indonesia commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikut merupakan uraian hasil observasi selama pembelajaran siklus II: 1) Kegiatan peserta didik Hasil pengamatan terhadap kemampuan dan keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut: (a) Kemampuan dan keaktifan personal: (1) Peserta didik cukup aktif dalam merespon setiap apersepsi yang diberikan oleh guru (2) Sebagian
besar
peserta
didik
cukup
antusias
dalam
memperhatikan penjelasan guru saat memberikan materi (3) Peserta didik cukup aktif menyimak setiap instruksi dari guru meskipun ada beberapa yang tidak memperhatikn (4) Peserta didik cukup aktif dalam melaksanakan kegiatan diskusi (5) Peserta
didik
cukup
terampil
membuat
catatan
sederhana/konsep awal dari pendeskripsian objek. Hasil catatan deskripsi peserta didik sudah cukup detail (6) Kemampuan peserta didik dalam mengembangkan catatan sederhana/konsep awal ke dalam paragraf deskripsi sudah cukup baik (b) Kemampuan dan keaktifan kelompok (1) Peserta didik dapat bekerja sama antar anggota dalam kelompok (2) Tanggung jawab individu terhadap kelompok cukup baik (3) Keterampilan sosial yaitu membantu teman yang kesulitan sudah ada/muncul (4) Kedisiplinan kelompok dalam menjalankan tugas cukup baik 2) Kegiatan guu (1) Guru dapat menyampaikan materi pembelajaran dengan sangat menyenangkan commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2) Gerakan guru (posisi guru saat menjelaskan, posisi guru saat menulis di papan tulis, dan mimik guru saat menjelaskan) sudah baik (3) Kekuatan suara, intonasi, dan penekanan pada saat menjelaskan sudah cukup baik (4) Guru sudah menggunakan isyarat verbal (ucapan reward dan punishment) selama proses pembelajaran (5) Dalam menerapkan keterampilan operasional (membuka pelajaran, mendorong dan melibatkan peserta didik selama pembelajaran, mengajukan pertanyaan, dan mengakhiri pelajaran) cukup baik (6) Proses pembelajaran sudah berlangsung sesuai alokasi waktu yang ditetapkan 3) Hasil keterampilan menulis deskripsi peserta didik Berdasarkan data hasil keterampilan menulis deskripsi peserta didik pada pertemuan ke- 1 siklus I (terlampir) dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Dilihat dari segi isi yaitu kelengkapan ciri-ciri objek deskripsi sudah cukup baik (2) Pengorganisasian konsep awal menjadi sebuah paragraf deskripsi masih kurang (3) Pemilihan kosa kata belum begitu baik (4) Dilihat dari segi kebahasaan cukup baik (5) Dilihat dari aspek mekanik susunan penulisan masih kurang karena masih banyak terdapat kesalahan dalam hal penulisan dan penggunaan EYD d. Refleksi Dari hasil pembelajaran siklus II, baik data yang diperoleh dari pembelajaran pada pertemuan 1 maupun pertemuan 2 dikumpulkan lalu dianalisis. Menurut observasi dan evaluasi yang dilaksanakan setelah commitII, to user diadakannya tindakan siklus didapati kesimpulan bahwa hasil
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran pada siklus II mengalami peningkatan dibanding dengan hasil pembelajaran pada siklus I. Jumlah peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar melebihi nilai KKM (70) sejumlah 80%. Hal ini sesuai batas/target yang diinginkan yaitu sebanyak 12 peserta didik dari total keseluruhan 15 peserta didik. Batas ketuntasan yang diperoleh juga disertai adanya keterampilan menulis deskripsi yang cukup baik pada kemampuan individu. Meskipun ada beberapa anak yang memiliki keterampilan menulis dekripsi yang masih rendah. Hal ini disebabkan oleh faktor intern dari diri peserta didik, yaitu kurang adanya motivasi lebih dari dalam diri peserta didik, peserta didik tertentu memang malas untuk menulis, dan peserta didik tertebtu memiliki kemampuan berfikir yang agak lambat dibanding kemampuan rata-rata peserta didik. Berikut merupakan hasil nilai tes pada pembelajaran siklus II, yang meliputi pertemuan 1 dan 2: 1) Hasil Nilai Siklus II Pertemuan ke-1 Indikator : a) Mampu membuat laporan pengamatan/deskripsi sesuai dengan susunan laporan yang benar b) Mampu menggunakan EYD dan tanda baca yang benar c) Mampu bekerja sama dalam sebuah diskusi kelompok (kooperatif) Tabel 9. Data Nilai Siklus II Pertemuan ke-1 No
Nilai
Nilai Tengah
frekuensi
f (x)
Prosentase
(x) 1
62-65
63,5
2
127
13,3 %
2
66-69
67,5
1
67,5
6,6 %
3
70-73
66,5
1
66,5
6,6 %
4
74-77
74,5
3
223,5
20 %
5
78-81
79,5
6
477
40 %
6
82-85
83,5
2
167
13,3 %
435
15
1.128,5
Jumlah
Rata-rata commitKelas= to user75
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari table frekuensi di atas maka dapat digambarkan grafik 6, yaitu: Grafik 6. Data Nilai Siklus II Pertemuan ke-1 7
6 5 4 3 2 1 0 62-65
66-69
70-73
74-77
78-81
82-85
Tabel 10. Hasil Tes Siklus II pertemuan ke-1 Keterangan
Hasil Nilai
Nilai Terendah
62
Nilai Tertinggi
83
Rata-rata
75
Prosentase Ketuntasan
80 %
2) Hasil Nilai Siklus II Pertemuan ke-2 Indikator : Mampu menyusun laporan pengamatan/deskripsi secara individu dengan utuh (mulai dari menyusun ciri-ciri/catatan deskripsi sebuah obyek, mengembangkan catatan sederhana menjadi kalimat,
menyususn
paragraf
pengamatan)
commit to user
deskripsi
menjadi
laporan
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 11. Data Nilai Siklus II Pertemuan ke-2 Nilai Tengah
Frekuensi
(x)
(f)
55-58
56,5
2
59-62
3
No
Nilai
f (x)
Prosentase
1
1
56,5
6,6 %
60,5
1
60,5
6,6 %
63-66
64,5
1
64,5
6,6 %
4
67-70
68,5
1
68,5
6,6 %
5
71-74
72,5
1
72,5
6,6 %
6
75-78
76,5
1
76,5
6,6 %
7
77-80
78,5
2
157
13,3 %
8
81-84
82,5
2
165
13,3 %
9
83-86
84,5
4
338
26,6 %
10
87-90
88,5
1
88,5
6,6 %
733
15
1.147,4
100 %
Jumlah
Rata-rata= 76,73
Dari tabel frekuensi nilai siklus II pertemuan ke-2 di atas maka dapat disajikan grafik 7, yaitu: Grafik 7. Data Nilai Siklus II Pertemuan ke-2 5
4
3
2
1
0 55-58 59-62 63-66 67-70 71-74 75-78 77-80 81-84 83-86 87-90
commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 12. Hasil Tes Siklus II Pertemuan 2: Keterangan
Hasil Nilai
Nilai Terendah
58
Nilai Tertinggi
89
Rata-rata
76,73
Prosentase Ketuntasan
80 %
Dari paparan nilai di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding dengan hasil pembelajaran pada siklus I. Rata-rata hasil menulis deskripsi terus meningkat dari pertemuan 1 sebesar 75 menjadi 76,73. Dilihat dari nilai tertinggi yang diperoleh peserta didik juga meningkat dari 83 menjadi 89. Selain itu ketuntasan hasil belajar pada siklus II, baik itu pertemuan ke-1 maupun ke-2 telah menunjukkan peningkatan yang cukup tajam dan sejalan dengan target yang ingin dicapai yaitu ketuntasan belajar mencapai 80 % atau sebanyak 12 anak dari total peserta didik 15 anak. Hal ini juga diikuti dengan peningkatan keterampilan menulis peserta didik yang semakin baik, dari segi kualitas maupun kuantitas. Analisis lebih jauh mengenai hasil tulisan peserta didik yang berupa laporan pengamatan, bila dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus sebelumnya, hasil pembelajaran pada siklus II telah mengalami banyak peningkatan. Peningkatan-peningkatan tersebut dalam hal: 1) ciri-ciri deskripsi objek yang semakin detail 2) pengorganisasian kalimat yang semakin baik 3) susunan kalimat cukup koheren 4) kuantitas tulisan yang semakin baik. Disamping itu juga masih ada kekurangan antara lain: penggunaan EYD yang belum tepat serta penggunaan tanda baca yang masih cukup banyak kesalahan. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif Kepala Bernomor Struktur dapat meningkatkan commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keterampilan peserta didik dalam menulis deskripsi. Untuk lebih jelasnya disediakan tabel perbandingan nilai rata-rata siklus I dan siklus II Tabel 13. Perbandingan Hasil Nilai pada Siklus I dan Siklus II No
Keterangan
1
Siklus I Pert 1
Pert 2
Nilai Tertinggi
78
84
2
Nilai Terendah
57
3
Rata-rata
4
Prosentase
Rata-rata
Siklus II
Rata-rata
Pert 1
Pert 2
81
83
89
86
62
59,5
63
58
60,5
71,3
73,6
72,45
75
76,7
75,58
66,6 %
73,3%
69,95%
80%
80%
80%
Berdasarkan tabel 12, maka dapat disajikan grafik peningkatan menulis deskripsi peserta didik siklus I dan siklus II, yaitu: Grafik 8. Perbandingan Nilai Rata-rata Siklus I dan Siklus II 80.00
72.45
75.58
siklus I
siklus II
70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
Dari grafik perbandingan nilai rata-rata di atas, terlihat peningkatan yang cukup berarti yaitu sebesar 3,13. Sedangkan secara keseluruhan, baik itu pada awal pra-siklus, siklus I, maupun siklus II peningkatan rata-rata menulis deskripsi peserta didik dapat dilihat pada tabel 14:
commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 14. Perbandingan Hasil Nilai pra-Siklus, Siklus I, dan Siklus II No
Keterangan
pra-Siklus
Siklus I
Siklus II
1
Nilai Tertinggi
80
81
86,75
2
Nilai Terendah
20
59,5
60,5
3
Rata-rata
58,6
72,45
75,58
4
Prosentase Ketuntasan
33,3 %
69,9 %
80 %
Berdasarkan tabel 14, maka dapat dilihat grafik perbandingan: Grafik 9. Perbandingan Nilai Rata-rata pra-Siklus, Siklus I, dan Siklus II 80.00
75.58
72.45
70.00 60.00
58.6
50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 pra siklus
siklus I
siklus II
D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian Setelah melaksanakan tindakan sebanyak 2 siklus yaitu berupa pembelajaran selama 4 kali pertemuan, diperoleh hasil peningkatan keterampilan menulis deskripsi peserta didik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya hasil tes belajar pada kompetensi menulis deskripsi. Selain itu adnya peningkatan hasil pekerjaan peserta didik yang semakin membaik. Pada siklus I dan II telah dilaksanakan pembelajaran materi menulis deskripsi dengan indikator sebagai berikut: 1. Mampu menjelaskan cirri-ciri karangan deskripsi commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Mampu
mendeskripsikan/menggambaarkan
suatu
objek
dengan
bentuk
catatan
terperinci/mendetail 3. Mampu
mencatat
hasil
pengamatan
dalam
sederhana/konsep awal 4. Mampu menyususn catatan sederhana/konsep awal menjadi paragraf deskripsi yang baik 5. Mampu menyusun karangan deskripsi dengan baik 6. Mampu menggunakan EYD dan aturan penulisan dalam menulis deskripsi 7. Mampu membuat laporan pengamatan/deskripsi seuai dengan susunan pembuatan laporan 8. Mampu bekerja sama dalam sebuah diskusi 9. Mampu menyusun laporan pengamatan/deskripsi secara individu dengan utuh Hasil penelitian selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Hasil wawancara terhadap guru Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan sebelum dan sesudah dilaksanakannya pembelajaran dengan menggunakan model koopertif Kepala Bernomor Struktur, maka didapat kesimpulan sebagai berikut: a) Sebelum dilakukan tindakan Guru belum menggunakan model pembelajaran kooperatif yang inovatif sehingga gaya mengajar terkesan monoton, akibatnya peserta didik kurang antusias dan tertarik dalam melaksanakan pembelajaran, selain itu nilai hasil menulis deskripsi peserta didik belum mencapai hasil yang memuaskan b) Sesudah dilakukan tindakan Penggunaan model pembelajaran kooperatif Kepala Bernomor Struktur dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes peserta didik. 2. Observasi terhadap guru Berdasarkan hasil observasi, aktivitas guru mengalami peningkatan. Pada pembelajaran siklus I, rata-rata skor hasil observasi terhadap guru pada pertemuan commit user Jadi rata-rata skor aktivitas guru pertama 3,11 dan pada pertemuan keduato3,41.
perpustakaan.uns.ac.id
82 digilib.uns.ac.id
dalam pembelajaran siklus I adalah 3,32 (baik). Sedangkan hasil observasi terhadap guru pada siklus II ( lampiran 9 dan 11 ), rata-rata hasil observasi pada pertemuan pertama 3,21 dan pada pertemuan kedua 3,74. Jadi rata-rata aktivitas guru dalam pembelajaran siklus II adalah 3,66 (baik). 3. Hasil nilai tes menulis deskripsi peserta didik a. Data nilai peserta didik kelas V sebelum diterapkannya model pembelajaran koopertif Kepala Bernomor Struktur Pada waktu diadaknnya tes pra-siklus diketahui nilai rata-rata diperoleh sebesar 58,6. Dari hasil ini masih didapati banyak peserta didik yang mendapat nilai kurang dari KKM (70), yaitu sebanyak 10 peserta didik. Peserta didik yang memperoleh nilai antara 71 – 80 sebanyak 5 anak, nilai antara 61 – 70 ada 3 anak, nilai antara 51 – 60 ada 2 anak, nilai antara 41 – 50 ada 1 anak, nilai antara 31 – 40 ada 2 anak, nilai antara 21-30 sebanyak 1 anak, dan yang mendapat nilai antara 11-20 ada 1 anak. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa peserta didik yang memperoleh nilai > 70 (pada interval 71 – 80) ada 5 peserta didik atau 40% dari jumlah keseluruhan peserta didik. b. Data nilai peserta didik siklus I Berdasarkan daftar nilai yang terdapat pada lampiran. dapat diketahui nilai hasil evaluasi menulis deskripsi peserta didik pada siklus I yang terdiri atas 2 pertemuan, sebagai berikut: 1) Pada pertemuan ke-1 peserta didik yang memperoleh nilai antara rentang 55-58 ada 1 peserta didik, 59-62 sebanyak 1 peserta didik, 63-66 ada 1 peserta didik, 67-70 ada 2 peserta didik, nilai 71-74 sebanyak 5 peserta didik dan yang mendapat nilai antara 75-78 sebanyak 5 peserta didik. Dari data tersebut dapat diketahui rata-rata nilai sebesar 71,3 dan prosentase ketuntasan belajar peserta didik mencapai 66,6 %. 2) Pada pertemuan ke-2 peserta didik yang memperoleh nilai 61-65 sebanyak 2 peserta didik, nilai 66-69 ada 1 peserta didik, 70-73 ada 1 peserta didik, 74-77 ada 3 peserta didik, 78-81 ada 6 peserta didik, dan yang mendapat nilai 82-85 ada 2 peserta didik. Bila dilihat dari rentang nilai yang ada, commit to user maka pada siklus I pertemuan ke-2 prosentase ketuntasan belajar peserta
perpustakaan.uns.ac.id
83 digilib.uns.ac.id
didik mengalami peningkatan menjadi 73,3 %, artinya terjadi kenaikan sebesar 6,7%. Dilihat dari nilai rata-rata juga meningkat dari pertemuan ke1 sebesar 71,3 menjadi 73,66. Sedangkan bila dibandingkan dengan pra-siklus, pembelajaran pada siklus I mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Bila dilihat dari nilai rata-rata yang semula 58,6 meningkat menjadi 72,45 (lihat tabel 12), begitu juga dengan prosentase ketuntasan belajar juga meningkat, yang semula 40 % telah meningkat menjadi 69,9%. c. Data nilai peserta didik siklus II 1) Pada pertemuan ke-1 peserta didik yang mendapat nilai anatara rentang 6265 sebanyak 2 peserta didik, nilai 66-69 sebanyak 1 peserta didik, nilai 7073 ada 1 peserta didik, nilai 74-77 sebanyak 3 peserta didik, nilai 78-81 sebanyak 6 peserta didik, dan yang mendapat nilai 82-85 ada 2 peserta didik. Sedangkan rata-rata keseluruhan peserta didik sebesar 75. 2) Pada pertemuan ke-2 peserta didik yang mendapata nilai antara 55-58 sebanyak 1 peserta didik, nilai 59-62 ada 1 peserta didik, nilai 63-66 ada 1 peserta didik, nilai 67-70 ada 1 peserta didik, nilai 71-74 ada 1 peserta didik, nilai 75-78 ada 1 peserta didik, nilai 77-80 sebanyak 2 peserta didik, nilai 81-84 ada 2 peserta didik, nilai 83-86 ada 4 peserta didik, dan nilai antara 87-90 ada 1 peserta didik. Rata-rata kelas sebesar 76,73. Bila dibandingkan dengan nilai pada pertemuan 1 terdapat peningkatan sebesar 1,73. Bila dibandingkan dengan pra-siklus, pembelajran pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup baik, yaitu rata-rata yang semula sebesar 58,6 meningkat tajam menjadi 76,6. Dengan melihat temuan hasil penelitian yang berupa data-data nilai di atas maka dapat diketahui adanya peningkatan proses maupun hasil pembelajaran menulis deskripsi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
Kepala
Bernomor Struktur. Peningkatan dapat dilihat dari perhitungan rata-rata nilai ketika diadakannya pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Hal ini dapat dilihat commit to user pada tabel 15, yaitu:
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 15. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Menulis Deskripsi Peserta didik pada pra-Siklus, Siklus I, dan Siklus II No
Pembelajaran Menulis Deskripsi
Pra-siklus
Sesudah dilaksanakan tindakan Siklus I
Siklus II
1
Nilai rata-rata
58,6
72,45
75,58
2
Nilai tertinggi
80
81
86
3
Nilai terendah
20
59,5
60,5
4
Prosentase Ketuntasan
33.3 %
49,9 %
80 %
Sedangkan bila dilihat dari prosentase ketuntasan hasil nilai peserta didik secara keseluruhan, baik itu pra-siklus, siklus I. dan siklus II, dapat dilihat pada grafik 10, yaitu: Grafik 10. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Menulis deskripsi praSiklus, Siklus I, dan Siklus II 90.0 80% Prosentase Ketuntasan Belajar menulis deskripsi
80.0 69.9%
70.0 60.0 50.0 40.0
33.3%
30.0 20.0 10.0 0.0 pra siklus
siklus I
siklus II
Dari data perbandingan antara pra-siklus, siklus I, dan siklus II dapat dianalisis sebagai berikut: Nilai rata-rata dari pembelajaran pra-siklus hingga siklus II terus mengalami peningkatan yaitu rata-rata yang semula 58.6 menjadi 72,45 terus commit user yang semula pada waktu prameningkat hingga 75,58. Sedangkan nilaitotertinggi
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siklus sebesar 80 setelah diadakan siklus I meningkat menjadi 81, dan setelah dilaksanakan siklus II meningkat lagi menjadi 86,75. Untuk nilai terendah pada masa pra-siklus terdapat peserta didik yang mendapat nilai 20, pada siklus I telah mengalami peningkatan menjadi 59,5, hingga pada siklus II meningkat menjadi 60,5. Kat pada siklus I menjadi 66,6% dan di akhir pembelajaran siklus II mengalami peningkatan menjadi 80% yaitu sejumlah 12 anak memiliki keterampilan menulis deskripsi yang baik, artinya bahwa target penelitian dapat tercapai. Dilihat dari hasil pekerjaan peserta didik dalam menulis deskripsi sudah mengalami peningkatan yang cukup berarti. Peserta didik yang semula belum bisa mendeskripsikan objek sudah terampil mendeskripsikan objek dengan ciri-ciri cukup detail, semula susunan kalimat belum begitu baik setelah diadakannya pembelajaran pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan yaitu dapat menyusun sebuah karangan dekripsi ataupun laporan pengamatan dengan baik. Dari 15 peserta didik dapat dikatakan yang memiliki rata-rata keterampilan menulis deskripsi dengan baik berkisar sekitar 12 peserta didik, yang memiliki keterampilan menulis deskripsi sedang berjumlah 2 peserta didik, dan terdapat 1 peserta didik peserta didik yang memiliki keterampilan menulis deskripsi dengan kriteria kurang. Faktor yang mendasari kurangnya keterampilan anak tersebut adalah dari dalam diri anak sendiri. Anak kurang memberikan respon yang positif terhadap proses pembelajaran meskipun guru telah berusaha mengadakan pendekatan personal dan memberikan motivasi dan bimbingan. Sedangkan penilaian terhadap aktivitas baik guru maupun peserta didik dapat dilihat pada tabel 16: Tabel 16. Aktivitas Peserta didik dan Guru No
1 2
Jenis Aktivitas
Siklus I Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 1
Pertemuan 2
2,85(kurang)
3,14(cukup)
3,42(cukup)
3,85(baik)
3,59(baik)
3,81(baik)
Aktivitas peserta didik Aktivitas Guru
Siklus II
commit 3,09(cukup) to user 2,78(kurang)
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari tabel di atas maka dapat dibuat tabel rata-rata penilaian, yaitu: Tabel 17. Rata-rata Aktivitas Peserta didik dan Guru pada Siklus I dan Siklus II Skor rata-rata
Siklus I
Siklus II
Aktivitas Peserta didik
2,99 (kurang)
3,63 (baik)
Aktivitas Guru
2,93 (kurang)
3,70 (baik)
Grafik 11. Rata-rata Aktivitas Peserta didik dan Guru pada Siklus I dan
Rata-rata Aktivitas Siswa dan Guru
Siklus II 10.00 8.00 6.00 4.00
3.7
3.63
2.99
2.93
2.00 0.00
siklus I
siklus II
Aktivitas Siswa
2.99
3.63
Aktivitas Guru
2.93
3.7
Berdasarkan tabel dapat diketahui aktivitas peserta didik pada siklus I pertemuan 1 memiliki skor rata-rata 2,85 (kurang), hal ini mencerminkan bahwa pada pembelajaran siklus I pertemuan 1 peaerta didik belum melaksanakan proses pembelajaran secara aktif. Sedangkan pada pertemuan 2 aktivitas peserta didik mulai menunjukkan peningkatan menjadi 3,14 (cukup), bila dibuat rata-rata maka skor aktivitas peserta didik siklus I sebesar 2,99 (kurang). Dengan kata lain peserta didik belum berperan aktif selama proses pembelajaran. Keadaan ini menjadi meningkat pada pertemuan 1 siklus II, skor aktivitas peserta didik menjadi 3,42 (cukup) sampai pada akhir siklus II aktivitas peserta didik semakin meningkat menjadi 3,85 (baik), bila dibuat rata-rata maka didapati skor sebesar 3,63 (baik), artinya telah terjadi peningkatan aktivitas peserta didik dibanding siklus I.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
87 digilib.uns.ac.id
Aktivitas guru pada pertemuan 1 siklus I memiliki skor 2,78 (kurang), sdengkan pada pertemiuan 2 telah terjadi peningkatan menjadi 3,09 (cukup), ratarata aktivitas guru pada siklus I sebesar 2,93 (kurang). Namun terjadi peningkatan pada siklus II pertemuan 1 yaitu sebesar 3,59 (baik) dan meningkat menjadi 3,81 (baik) di pertemuan akhir siklus II, dan didapati rata-rata skor akhir siklus II sebesar 3,70 (baik). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa baik peserta didik maupun guru keduanya mengalami peningkatan aktivitas pada setiap siklusnya. Peneliti sebagai guru selalu berusaha meningkatkan aktivitas di setiap pertemuan. Guru selalu mengadakan evaluasi di setiap akhir pertemuan yang bermanfaat untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan pengajaran pada pembelajaran yang usai dilaksanakan sehingga dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan aktivitasnya pada pertemuan berikutnya. Selain itu guru juga mngedakan evaluasi pada aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran baik. Dari beberapa pertemuan terdapat aktivitas yang kurang pada peserta didik. Hal ini karena masih adanya beberapa kendala dan kekurangan yang terjadi selama pembelajaran berlangsung, baik itu siklus I mapun siklus II. Kendala-kendala tersebut antara lain: 1) kurangnya partisipasi peserta didik, mereka masih terlihat malu-malu dan belum begitu antusias selama proses pembelajaran, hal ini dimungkinkan karena mereka berhadapan dengan guru baru; 2) sebagian dari peserta didik masih belum mengerti makna pembelajaran kooperatif Kepala Bernomor Struktur; 3) beberapa dari peserta didik masih bersikap individual, sehingga pembelajaran koopertif belum berjalan sesuai harapan; 4) ada peserta didik yang masih enggan memperhatikan apalagi mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mereka bersikap malas dan acuh tak acuh, bahkan ada 1 anak yang tidak mengerjakan tugas sama sekali. Dari kendala-kendala tersebut peneliti mengadakan upaya perbaikan yaitu dengan menciptakan pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan, dalam hal ini peneliti berusaha mengadakan pendekatan personal terhadap tiap-tiap peserta didik. Peneliti memberikan arahan dan bimbingan pada peserta didik bagaimana melakasanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model commit to user kooperatif Kepala Bernomor Struktur. Selain itu peneliti memberikan bimbingan
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada masing-masing kelompok bagaimana mereka seharusnya bekerja sama dalam melaksanakan tugas. Peneliti juga tidak lupa untuk memberikan motivasi dan penghargaan baik itu penghargaan verbal maupun nonverbal yang dimaksudkan agar peserta didika-peserta didik lebih termotivasi selama proses pembelajaran dilaksanakan. Dari analisis data dan pembahasan di atas, maka dapat dibuat suatu kesimpulan yaitu adanya peningkatan keterampilan menulis deskripsi peserta didik kelas V MIN Mulur tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan tersebut tejadi pada hasil menulis deskripsi peserta didik ddan juga aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran. Peserta didik menjadi lebih aktif dan tertarik untuk belajar. Peserta
didik
juga
belajar
bagaimana
bekerja
sama
lain,bersosialisasi, dan bertukar pikiran dengan teman sebayanya.
commit to user
dengan
teman
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Setelah
melaksanakan
Penelitian
Tindakan
Kelas
(PTK)
untuk
meningkatkan keterampilan menulis deskripsi peserta didik kelas V MIN Mulur Sukoharjo dengan melaksanakan 2 siklus pembelajaran yang terdiri atas 4 kali pertemuan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Bahwa hipotesis yang diajukan pada penelitian ini telah terbukti. Penggunaan model pembelajaran kooperatif Kepala Bernomor Struktur dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi peserta didik terutama mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil pembelajaran pratindakan nilai rata-rata kelas 58,6 dengan ketuntasan klasikal 33,3%. Pada siklus I menunjukkan nilai rata-rata kelas mencapai 72,45 dengan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 69,9%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 75,58 dan ketuntasan kalsikal menjadi 80%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif Kepala Bernomor Struktur dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa kelas V MIN Mulur tahun pelajaran 2010/2011
B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama 2 siklus yang terdiri atas 4 kali pertemuan, maka dapat diberikan suatu implikasi penelitian, sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Kepala Bernomor struktur untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi peserta didik kelas V MIN Mulur Sukoharjo terbukti telah mengalami peningkatan hasil belajar peserta didik, hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Dalam menerapkan pembelajaran model kooperatif hendaknya commit to user guru dapat memilih tipe pembelajaran yang lebih bervariatif. Pembelajaran
89
perpustakaan.uns.ac.id
90 digilib.uns.ac.id
dengan menggunakan model kooperatif Kepala Bernomor Struktur merupakan salah satu variasi/tipe dalam cakupan model pembelajaran kooperatif. Dalam penerapannya, model kooperatif Kepala Bernomor struktur memiliki kelebihan-kelebihan dibanding pembelajaran kooperatif lainnya, diantaranya: 1) adanya tanggung jawab individu terhadap kelompok karena tugas didasarkan pada masing-masing nomor kepala yang dipakai siswa; 2) kerja sama antarkelompok lebih terjalin intens karena tugas yang diberikan bersifat berururtan sehingga siswa merasa memiliki tanggung jawab tersendiri pada tiap-tiap bagian tugas tersebut. Selama proses pembelajaran guru harus selalu memperhatikan keadaan dan perilaku siswanya. Guru harus mengadakan pendekatan secara klasikal lebih-lebih pendekatan personal. Guru sebagai fasilitator sekaligus motivator harus memahami siswa mana saja yang membutuhkan bimbingan khusus dan pengarahan lebih. Hal tersebut dikarenakan mengingat tiap-tiap peserta didik memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain, sehingga perlu adanya tindakan khusus untuk mengatasinya. Hasil rata-rata nilai peserta didik setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif Kepala Bernomor Struktur meningkat. Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan pembelajaran baik itu pada hasil maupun proses. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan oleh guru maupun calon guru dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran atau untuk mengatasi kendala-kendala yang ada selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab IV, maka hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan atau lebih dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan sama atau sejenis. Dengan memperhatikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran, guru dapat memilih model commit to user pembelajaran inovatif yang efektif dan tepat guna meningkatkan hasil
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belajar khususnya pada keterampilan menulis deskripsi mata pelajaran Bahasa Indonesia. C. Saran Sehubungan dengan kesimpulan dan implikasi yang telah disajikan, ada beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan, di antaranya: 1. Bagi Sekolah Dalam
rangka
menambah
wawasan
guru
dalam
dunia
kependidikan, hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap diskusi, seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya. Sehingga dalam pembelajaran, guru dapat lebih inovatif, kretaif dan efektif menggunakan model pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh peserta didik. 2. Bagi Guru a) Hendaknya guru mengupayakan suatu rancangan atau persiapan pembelajaran yang sistematis dan terarah pada setiap pembelajaran yang akan dilaksanakan, baik itu berupa persiapan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media pembelajaran, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi. Dengan begitu diharapkan proses maupun hasil pembelajaran berjalan sesuai dengan harapan dan tujuan yang ingin dicapai. b) Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran peserta didik secara aktif dalam melaksanakan pembelajaran terutama pada pemebelajaran menulis, sehingga peserta didik dapat mengkonstruksikan sendiri pengetahuan mereka, lebih dapat berpikir luas dan pembelajaran berpusat pada siswa (student center), sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran. c) Dalam melaksanakan setiap pembelajaran sebaiknya guru berusaha menerapkan pembelajaran yang inovatif dan menantang bagi peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik memiliki pengalaman yang bermakana di setiap kegiatan belajarnya. Selain itu peserta didik commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merasa tertarik dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. 3. Bagi Peserta Didik Peserta didik hendaknya selalu meningkatkan kreativitas,berpikir kritis, dan berpikir luas dalam setiap pembelajaran yang dilaksanakan, lebih-lebih dalam kompetensi menulis. Peserta didik harus meningkatkan kemampuan diri dengan berani berpendapat dan menyampaikan gagasan. Selain itu peserta didik harus berperan aktif di setiap pembelajaran baik itu secara individu lebih-lebih pada pembelajaran yang bersifat kooperatif atau kelompok. 4. Bagi Peneliti Lain Bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian pada permasalahan dan pokok pembahasan yang sama hendaknya lebih memperhatikan kekurangan dan kelemahan pada penelitian ini sehingga dapat ditingkatkan dan menghasilkan temuan penelitian yang lebih baik lagi.
commit to user