ILMUIMAN.NET: Koleksi Cerita, Novel, & Cerpen Terbaik 2016 (c) ilmuiman.net. All rights reserved. Berdiri sejak 2007, ilmuiman.net tempat berbagi kebahagiaan & kebaikan lewat novelcerpen percintaan atau romance.. Seru. Ergonomis, mudah, & enak dibaca.. karya kami, anda, kita semua. Peringatan: Selazimnya romance-percintaan, karya ini bukan untuk anak/remaja di bawah umur. Pembaca yang sensi dengan seloroh ala internet, silakan stop di sini. Segala akibat menggunakan atau membaca, sepenuhnya tanggung jawab pembaca. Tokoh & alur cerita adalah fiksi belaka. Terima kasih & salam. ***
Kudo Shunsaku, Tentara Jepang Nekat Kisah Yang Tidak Biasa Jadi tentara Jepang, jaman perang, yang nekat tidak terhitung jumlahnya. Tapi, kenekatan Kudo Shunsaku ini mungkin termasuk langka dan unik di Nihon Kaigun atau Angkatan Laut Jepang. Kisahnya konon dibukukan dan buat program tivi tahun 2007an, bisa dicari di internet; tapi berhubung katanya kisah tersebut tidak akurat, jadi tulisan ini berbasis juga pada sumber-sumber di internet. Alkisah, pada awal Maret 1942, setelah pertempuran laut Jawa yang pertama, terjadi lagi pertempuran laut Jawa kedua. Empat penjelajah Jepang, ditemani beberapa destroyer, menenggelamkan HMS Exeter jam 12.50 siang. Setelah itu, destroyer Inazuma diminta tinggal menciduki penyintas dari Exeter, sementara segenap anggota armada Jepang lain menguber dua kapal lainnya: USS Pope dan HMS Encounter. Encounter kemudian menyusul tengtelam jam 13.30 siang, dan para penyintasnya yang nyemplung ke lautan ditinggal begitu saja oleh armada Jepang. USS Pope sementara itu sempat lolos kabur, bersembunyi di derasnya hujan. Sementara waktu... Selepas hujan, USS Pope ditemukan lagi oleh pesawat-pesawat Jepang, dan dibom. Nggak mungkin terus disayang-sayang bukan? Sekitar jam 16.00, sejumlah destroyer Jepang menuntaskan USS Pope dengan meriam-meriamnya sampai tenggelam. Bagi segenap awak kapal sekutu, setelah itu adalah duka nestapa... Orang-orang yang menyelamatkan diri dari Encounter terapung di laut 20 jam. Dan yang dari USS Pope juga sekitar 17 jam. Sampai besok paginya. Banyak yang lemah dan luka. Banyak juga yang matanya tidak bisa melihat, terliput oli, minyak, dan kotoran. Lalu Ikazuchi tidak sengaja lewat ke tempat dimana para penyintas Encounter terapung-apung sengsara.
"Gimana nih, Boss? Kita apain ini enaknya?" para Pelaut Jepang bertanya pada komandan Ikazuchi, yaitu Kudo Shunsaku. Sebagai pelaut sejati, Kudo tentu ingin menolong orang terapung di laut. Demikian pula para awaknya. Tapi, di sisi lain, mereka itu musuh, dan jumlahnya banyak sekali. Mikir dan mikir. Akhirnya Kudo memutuskan untuk menolong mereka. Begitu banyaknya yang ditolong, sampai Ikazuchi betul-betul hiruk pikuk. Markas besar tidak suka mendengar hal ini, tapi Kudo terus saja menolong semua orang yang tersebar di lautan luas. Bukan seratus atau dua ratus. Yang terangkut 422 orang lebih. Nyaris dua kali lipat dari awak resmi Ikazuchi yang cuma 220 orang. Di antara mereka, ada juga nahkoda HMS Exeter dan beberapa awaknya. Kemungkinan, sebelum tenggelamnya, Encounter sempat menolong beberapa penyintas Exeter sebelum dia sendiri tenggelam. Atau gimana. Terkait penyintas Pope. Saat diajak naik Ikazuchi, mereka menolak, malah minta agar rakit penyelamatnya digeret saja oleh Kudo. Kudo nggak mau, takutnya dia jadi sasaran empuk kapal selam. Jadi, penyintas Pope itu dia tinggal saja. Belakangan, Inazuma menemukan penyintas Pope itu lagi. Dan karena teler abis, kali ini mereka akhirnya mau naik Inazuma. Singkatnya, yang jadi penolong jadinya Ikazuchi (dikomandani Letnan Komander alias Mayor Kudo Shunsaku), dan Inazuma (dikomandani oleh Letnan Komander alias Mayor Takeuchi Hajime). Nggak tahu siapa yang lebih senior. Sementara Ikazuchi bermakna thunder atau guntur, Inazuma itu bermakna lightning atau kilat. Sejodo bener. Dari log-book Inazuma, disebutkan, tanggal 1 Maret 1942 itu, Inazuma menolong 376 penyintas HMS Exeter, HMS Encounter, dan USS Pope. Dan mengklaim bahwa yang menenggelamkan Exeter itu pun dua peluru torpedo dari Inazuma. Jadi, sepertinya, dia yang menenggelamkan Exeter, dia juga yang menolong penyintasnya. Catatan Exeter, torpedo yang menghantam katanya cuma satu! Belakangan, saat bangkai Exeter ditemukan kembali oleh MV Empress tahun 2007, ternyata yang bener log book Inazuma. Torpedo yang menghantam terbukti dua sesuai klaim dia. Selain membawa 376 penyintas di tanggal 1 Maret, tanggal 3 Maret-nya, Inazuma ngubek lagi di area pertempuran, dan menolong lagi 151 penyintas Pope seperti disebutkan di atas. Jadi, ada kemungkinan juga bahwa komandan Inazuma Takeuchi itu sama-sama berbaik hati seperti Kudo Shunsaku. Dari log-book Inazuma juga, dicatat bahwa November 1942, Takeuchi komandan Inazuma naik pangkat jadi komander atau letkol pelaut. Dan tak lama setelah itu, dia pindah kapal, dan Inazumi diganti komandan lain. Setelah Komander Takeuchi berpisah dengan Inazumi, Inazumi-nya sendiri, malang melintang ke berbagai tugas, sampai kemudian njebluk dan tenggelam pertengahan Mei 1944 kena torpedo USS Bonefish di
laut Celebes (Sulawesi), dekat Tawitawi. Korban tewasnya 161, termasuk nahkoda kapal dan komandan divisi destroyer ke-6 yang ada di situ. Yang selamat 125 penyintas, ditolong oleh destroyer Hibiki yang sekelas dengan Inazuma. Maka, selesai riwayat Inazuma. Mungkin, para pelautnya yang sempat nolongin penyintas sekutu juga banyak yang ikut tenggelam bersama sang kapal. Apakah komandan kapal Inazuma juga memperlakukan tawanannya sebaik Kudo menyapa Sam Falle saat di kapal itu? Belum nemu jawabannya di internet. Terus riwayat kapal Ikazuchi bagaimana? Masih panjang lagi setelah tumpasnya tiga kapal sekutu itu. Di bawah kita ulas sendiri. Balik lagi saja ke cerita penyelamatan.... Dari ketiga kapal sekutu, awak yang terciduk Jepang di hari pertempuran tidak banyak. Yang banyak, diciduknya di hari besoknya, setelah kebanyakannya terapung sengsara di laut sekitar 20 jam, di perahu karet, atau jaket pelampung, atau sekedar terapung pada apapun yang masih ngambang. Di hari kedua itu, yang aktif menciduk destroyer Ikazuchi dan Inazuma, yang diciduk ada 442 penyintas di hari kedua, atau lebih, dari Pope dan Encounter. Kebanyakan berlumuran minyak atau oli atau luka, atau banyak yang sampai buta, tidak bisa melihat. Bahkan sebagai musuh, rupanya komandan Ikazuchi, Letnan-komander Shunsaku Kudo masih punya semangat kemanusiaan dan solidaritas sesama pelaut. Penyelamatan itu atas perintah dia. Itu perintah nekat, karena dengan penyelamatan itu, destroyernya jadi dipenuhi tawanan berjejalan, dan amat berisiko bila papasan dengan musuh. Untungnya enggak. Termasuk yang dia tolong, Sir Sam Falle yang kelak jadi diplomat Inggris. Sebenernya sempat dilupakan orang lama sekali sih. Andai bukan karena Sam Falle, mungkin selamanya orang tidak tahu. Jadi,.. selepas perang, Sir Sam Falle yang mantan awak Encounter itu terus sukses jadi diplomat dan mendapat gelar 'Sir'. Lalu dia menulis artikel.. tentang bagaimana sebuah kapal Jepang menyelamatkannya di masa perang. Cerita ini menyebar di Jepang, dan akhirnya Sir Sam Falle bisa betemu awak Ikazuchi tersisa, yang menyelamatkannya. Dan yang tersisa itu tidak banyak. Pertama, rentang masanya juga 50-70 tahun. Kedua, awak Ikazuchi yang bertugas saat kejadian, kebanyakan terus jadi awak kapal itu.. terus.. dan ikut tenggelam bersama kapalnya saat kena torpedo. Sayangnya, saat akhirnya Sam Falle ke Jepang, mantan komandan Shunsaku Kudo sudah meninggal. Katanya, selepas perang, Kudo pensiun dari angkatan laut, pindah menyepi ke Kawaguchi, Saitama. Lalu, tahun 1979, dalam usia 78 tahun, dia meninggal karena kanker perut.... Tanpa pernah berbagi cerita. Hanya, kepada keponakannya, dia pernah cerita sedikit tentang tas dekilnya. "Wak, kenapa sih tas dekil begitu masih dipakai?" Suatu ketika keponakan itu bertanya.
"Oh, ini tas punya makna khusus. Saya diberi tas ini oleh seorang tawanan Inggris di jaman perang", begitu kata Kudo. Berhubung Kudo sudah meninggal 1979, jadi.. Sam Falle cuma ketemu dengan awak lain. Sang awak, mungkin termasuk yang beruntung sempat ditugaskan ke tugas lain sebelum Ikazuchi nahas, jadi dia selamat. Tentang kehidupan Kudo selepas perang.. Sejak penyelamatan itu, sampai meninggalnya, Kudo tutup mulut, tidak pernah menceritakan aksi kemanusiaannya pada siapapun. Mungkin dia ingin memendam kepahitan masa perang dalam-dalam di hatinya. Apalagi kapalnya, Ikazuchi kemudian tenggelam bersama semua awaknya tahun 1944 di dekat Guam. Tidak ada yang selamat satu orang pun. Andai Sir Sam Falle tidak mengungkap kisahnya, mungkin selamanya peristiwa langka itu tidak diketahui orang. Dan kenyataannya, biar pun tentara Jepang terkenal bengis, mereka itu juga manusia biasa. Walau langka, satu-dua di antaranya tentu saja ada yang punya hati dan nyali luar biasa. Setelah pengungkapan oleh Falle, belakangan cerita heroik itu ada dibikin buku, dan program televisi. *** Kesaksian Sam Falle Tahun 1992, 50 tahun setelah kejadian, Sam Falle ketemu Shunzo Tagami, salah seorang yang ikut menarik dia dan kawan-kawan mentas dari laut Jawa, yaitu pada saat teler-telernya, saat harapannya untuk bertahan hidup mulai sirna. Shunzo Tagami tahun 1992 itu khusus datang ke kampung halaman Sam di Bath, Inggris, untuk menemuinya. Melalui penerjemah, Tagami mengenang, "Saat itu, kami menyadari.. ada banyak pelaut Inggris yang kami kalahkan kemarin.. masih terapung-apung di laut. Kapten kami tahu, dia punya pilihan. Bisa saja dia biarkan mereka mati dan tenggelam, atau bisa juga didatangi dan diselamatkan... Kenyataannya, ya.. kapten kami memutuskan menyelematkan mereka. Sedapat mungkin semuanya." Lalu tibalah kapal yang diawaki Tagami bersama 220 rekannya, dan dikomandani oleh Letnan-Komander Kudo. Segera mereka mengerek bendera penanda, sesuai kode maritim internasional, menandai bahwa operasi penyelamatan sedang berlangsung. Dengan nekat mereka lalu menolong para penyintas. Bahkan, konon setelah menolong ratusan orang, Komandan Kudo masih memerintahkan kerja terus, menyisir laut dan memunguti satu-satu, penyintas yang terserak di area yang cukup luas. Sampai agak menguras bahan bakar kapalnya. Markasnya tentu marah juga atas kenekatan ini. Karena bisa saja, sedang dia begitu.. tahu-tahu diserang kapal selam, lalu destroyer mahal yang mereka pakai, hancur oleh serangan itu. Dan karena itulah, mungkin para awak maupun Kudo tidak ada yang membagi cerita tentang proses pertolongan yang
dilakukan. Begitu banyaknya yang mesti ditolong, nyaris semua 220 orang itu fokusnya menolong penyintas, dan meninggalkan pos tempurnya masing-masing. Seperti juga Kudo yang kemudian ditugaskan mengomandani kapal lain, bisa dipastikan, oleh sesuatu sebab, kemudian Tagami juga tidak lagi bertugas di kapal Ikazuchi itu. Andai dia tetap terus bertugas di sana, tentu dia juga akan tewas saat kapal itu meledak hancur tahun 1944 beserta seluruh penumpangnya. Rupanya, tidak lama setelah Sam Falle menulis tentang pengalamannya, artikelnya diterjemahkan ke bahasa Jepang, dan secara tidak sengaja, Tagami membacanya. Sejak itu, keduanya lalu saling kontak. Sampai akhirnya, tahun 1992 itu, 50 tahun setelah kejadian, mereka bertemu di kota Bath, Inggris. Kelanjutan dari tulisan itu juga.. dari BBC sempat ada artikel mengulas ini juga. Di situ diringkaskan kenangan Sam Falle, sepulang dia dijamu sebagai tamu kehormatan pemerintah Jepang tahun 2014. "Saat pertempuran itu, awalnya saya pikir kami bisa lolos dari kepungan Jepang. Soalnya ada hujan badai yang lumayan deras. Sayangnya, badai itu cuma sebentar. Awan segera menyingsing, dan lalu kami lihat mereka.. pada jarak 20-25 ribu yard. 1820 km, dan makin mendekat." "Semuanya saja. Sepuluh kapal, menembaki kami. Mereka pertama menghantam Exeter, tapi tidak mengenai kami, Encounter. Kapten kami segera menyelamatkan para penyintas Exeter. Tapi pas muter lagi, tahu-tahu Jepang menghantam kapal kami juga, Encounter. Sampai nyaris mencelat keluar dari air. Ajaibnya, tidak seorang pun tewas. Yang rusak bagian mesin. Itu mukjizat." "Tidak ada pilihan lain: abandon ship! Semua, 163 orang. Saya masih ingat,.. bagaimana kami coba menuju sekoci. Ujungnya nyemplung saja ke air. Dari air itu kami masih bisa lihat orang-orang Jepang menghujani Encounter dengan peluru meriam." "Kami tahu, saat itu kapal-kapal sekutu sudah bubar. Dan tidak ada kapal lagi di area itu kecuali kapal Jepang. Kami terapung-apung sengsara 20-an jam, sebelum Kapten Kudo dan kapalnya Ikazuchi mengambil langkah luar biasa.. menyelamatkan kami." Langka kejadian seperti itu di masa perang, tapi Falle bilang, orang-orang Jepang yang menolongnya bersikap baik. Memberi kapas dan kain sisa, supaya para tawanan bisa membersihkan diri dari lumuran minyak dan oli. Sam Falle sendiri mendapat sebuah kemeja kering warna hijau, celana khaki, dan sepasang sepatu gym. Saat dia sedang makan potongan daging sapi, biskuit, dan susu hangat, kapten kapal turun dari anjungannya, dan kata-katanya diingat terus oleh Sam sampai sekarang. "Anda semua tamu dari Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Anda telah bertempur
gagah berani. Saya salah satu orang yang mengagumi angkatan laut Inggris. Pemerintah Inggris amat bodoh nekat berperang dengan Jepang...." Mereka ditahan di kapal itu 24 jam, sebelum akhirnya ditransfer ke kapal lain, yaitu sebuah kapal rumah sakit milik Belanda yang sudah direbut Jepang. Setelah itu, mereka dijadikan tawanan perang selama tiga setengah tahun, sampai perang selesai. Lama setelah perang berakhir, Sam Falle sukses karirnya sebagai diplomat Inggris, dan lalu mendapat gelar 'Sir'. Lalu, dia menulis tentang pengalaman uniknya itu, dibalas Jepang dengan ucapan terima kasih, sampai kemudian ada undangan kehormatan itu. Bagi rakyat Jepang masa kini, kebaikan Kudo itu amat bermakna. Bagi mereka, itu cerminan semangat bushido yang murni. Selama jadi tamu kehormatan, Sam Falle diperlakukan seperti tamu luar biasa. Dari rumahnya, dia dijemput limusin, diantar sampai airport Heathrow. Diberi layanan karpet merah ujung ke ujung. Begitu sampai di Tokyo, dihantar mengunjungi makam/kuil tempat Kapten Kudo dimakamkan. Lalu ada acara jamuan dan pidato-pidato resmi. Mungkin Sir Sam itu satu-satunya orang yang berani bilang, "Ya. Saya telah diperlakukan amat buruk selama jadi tawanan di kamp perang, tapi sebelum itu,.. saya telah diselamatkan dari laut, dan saya diselamatkan dengan penuh hormat, dan bisa hidup terus sampai sekarang. Saya berterima kasih untuk itu..." Tawanan lain, mungkin tidak banyak yang bisa mengapresiasi sisi positifnya dari serangkaian urusan itu. Bagaimanapun, ditolong sekali.. diperlakukan baik 24 jam, habis itu dibejek-bejek tiga tahun setengah,.. itu bukanlah pengalaman hidup yang indah untuk dikenang. Dan memaafkan itu bukanlah tindakan yang ringan dari kapan juga. Bagi para tawanan lain, mungkin semuanya itu dilihat satu paket. Tentara Jepang adalah Jepang.. 24 jam pertama baik, habis itu bengis.. ya berarti dasarnya bengis! Iya juga sih, tapi kalau dilihat, yang baik itu Kudo dan para anggota, dari kapal Ikazuchi, sedang yang bengis itu.. orang dan kesatuan yang lain lagi. Andai Kudo nggak menolong, para penyintas bahkan mungkin tidak akan bisa tahu pasukan Jepang itu bengis atau bagaimana, keburu almarhum semua. Wallahualam. Sebagai diplomat, sebenernya Sam urusannya di Iran, Irak, Nigeria, tapi terus jadi punya urusan memperbaiki hubungan Jepang-Inggris, dan mungkin lebih dikenal karena yang itu. Cocok dengan semangat orang-orang Jepang, yang ingin berteman lebih baik dengan bangsa Inggris, dan tidak berniat perang lagi dengannya. *** Riwayat Kapal Ikazuchi Kapal Ikazuchi (bermakna thunder, guntur) adalah destroyer kelas Fubuki ke 23, yang dibangun Jepang antara perang dunia pertama dan kedua. Saat mulai dipakai, kelas
Fubuki ini termasuk destroyer paling top di dunia, dan tetap jadi alutsista digdaya sepanjang perang pasifik. Turet meriamnya bisa diputer-puter sampai 75 derajat (tidak sekedar 40% seperti aslinya kelas Fubuki), sehingga bisa sekalian jadi anti-aircraft. Ikazuchi mulai bertugas di Kaigun 15 Agustus 1932. Ukurannya besar, mesinnya kuat, kecepatan tinggi, jangkauan jelajah besar, kemampuan persenjataannya nyaris seperti light cruiser di angkatan laut lain, pada masanya. Begitu operasional, Ikazuchi masuk ke Divisi Destroyer ke-6 bersama saudaranya Inazuma, Hibiki, dan Akatsuki, dan menjadi bagian Armada ke-1 Kaigun, berpartisipasi dalam perang Cina-Jepang. Terus sampai pecah perang Pasifik. Saat insiden Pearl Harbour, Ikazuchi yang berbasis di Mako Guard District (Taiwan) ikut mendukung invasi Hongkong. Dia membantu cruiser Isuzu menenggelamkan kapal meriam Inggris HMS Cicada dan HMS Robin. Selepas tahun baru 1942, Ikazuchi jalan ke Davao. Ikut mengawal landing operation selama Battle of Ambon, dan Battle of Timor. Kemudian, dia mengarah ke Makasar. Di sana, sempat mau merebut tangker Belanda Kasuaris, tapi keburu dihancurkan sendiri oleh para awaknya. Ya sudah, para awak pun ditangkapi oleh Ikazuchi, dibawa ke Banjarmasin untuk ditawan di sana. Kurang lebih berdekatan waktunya dengan itu, tanggal 2 Maret 1942, Ikazuchi bersama Inazuma, menyelamatkan 442 penyintas HMS Encounter dan USS Pope, yang bersama HMS Exeter dihajar Jepang pada perang laut Jawa, seperti cerita di atas. Ini entah 442 atau 422. Yang ditampung Ikazuchi 422 sepertinya. Sisanya Inazuma. Atau mungkin juga Inazuma lebih banyak lagi, karena dia mulai dari sehari sebelumnya. Habis itu, Ikazuchi dikirim untuk mendukung Laksamana Boshiro Hosogaya dan armadanya, Northern Force, saat menginvasi Aleutian. Lalu tugas patroli di sekitar Kiska dan Attu. Terus menderek destroyer Kasumi dari Kiska kembali ke Shimushu di kepulauan Chishima. Lalu jadi pengawal kapal induk Zuiho dan Unyo, ke Truk dan misimisi di kepulauan Solomon, terus balik pulang lagi ke Kure Naval District. Terus dia jadi bagian dari “Tokyo Express”. Bolak-balik kecepatan tinggi mensuplai tentara Jepang di Solomon Islands. Oktober 1942 bersama Akatsuki dan Shiratsuyu menyerang ke Guadalcanal. Merusak USS Zane dan menenggelamkan kapal tunda USS Seminole dan kapal patroli YP-284, sampai kemudian diusir pergi oleh tembakan arteleri pantai dan straffing dari udara. Empat anggota tewas di situ. Saat tempur malam di Guadalcanal, Ikazuchi juga ikut, November 1942. Dia menjaga sayap kanan battleships Hiei dan Kirishima, bersama dua destroyer lain. Sempat baku tempur dengan cruiser USS Atlanta, dan kena hantam meriam depannya, terus kebakaran.. 21 anggota tewas, 20 cedera, dan dia balik ke Truk untuk perbaikan darurat. Lanjut lagi ke Yokosuka untuk perbaikan tuntas sampai Februari 1942.
Setelah fit lagi, Ikazuchi ditugaskan lagi ke Pasifik utara, terlibat pertempuran di Komandorski Islands 26 Maret, tapi tidak mencatat insiden berarti. Belakangan sempat tabrakan dengan Destroyer Wakaba, rusak lumayan. Setelah itu, digabungkan dengan DesRon 11 (Destroyer Squadron), bagian dari Armada ke-1 Kaigun, April 1943, lalu bertugas di Truk lagi.. mengawal lalu lintas konvoi Truk ke Jepang, bolak-balik, sampai pertengahan April 1944. Pada waktu itu, kondisi Jepang dalam perang makin lemah dan terdesak. Sampai suatu hari.. tanggal 13 April 1944, saat mengawal kapal transport Sanyo Maru dari Saipan ke Woleai, Ikazuchi dihantam torpedo yang diluncurkan kapal selam USS Harder, kita-kira 320 km arah tenggara Guam. Dan meledak hancur, karena saat ambles, depth-charge miliknya meledak sendiri, tewas semua penumpangnya. Saat itu komandannya Letnan-komander (mayor) Ikunaga Kunio. Tamatlah riwayatnya. Saat itu, kebetulan Kudo Shunsaku sudah tugas di tempat lain. Jadi, dia tidak termasuk yang tewas. Walau begitu, semakin dia tahu perkembangan Ikazuchi yang tragis itu, semakin tidak mau ngomonglah dia tentang kejadian di laut Jawa dulu. Kalau mau tahu kiprah armada Jepang keseluruhannya, silakan lihat di internet, salah satunya di combinedfleet.com. Kisah tragis, demi kisah tragis, bermunculan sebagai akhir riwayat angkatan laut Jepang jaman perang. Pertama sih, Nihon Kaigun (Japanese Navy) atau Teikoku Kaigun (Imperial Navy) merupakan angkatan laut paling siap perang di dunia. Mereka punya korps udara terbaik dengan penerbang jagoan 1500 orang, paling terlatih, dan paling berpengalaman. Kapal induknya 10. Battleship punya 11, lalu tambah satu lagi jadi 12 yang juga most powerful in the world. Kapal permukaannya dipersenjatai dengan torpedo terbaik di dunia masa itu, type-92 long-lance. Untuk pertempuran malam tidak ada yang menandingi. Kapal-kapal perusak atau destroyer Jepang di masa perang juga punya reputasi luar biasa di pertempuran. Khususnya terkait pertempuran malam dan adu torpedo. Walau begitu, belakangan nasibnya banyak yang apes. Di awal, Jepang punya 113 destroyer. Terus bikin lagi 63 biji, jadi kalau ditotal 176 destroyer. Dari situ.. 134-nya tenggelam, dan banyak lagi rusak berat saat perang berakhir. Kebanyakan dihajar oleh kapal selam dan pesawat terbang sekutu. Soal bagaimana dan mengapa kekuatan ini ujungnya hancur di tangan US Navy, itu panjang sekali ceritanya dan meliputi pertarungan multi dimensi. *** Apakah Ada Lagi Tentara Jepang Baik? Kebanyakan tawanan perang Jepang diperlakukan amat brutal. Itu sudah pengetahuan umum. Walau begitu, pertolongan pelaut Jepang di laut banyak terjadi juga. Bukan
cuma dilakukan oleh Kapten Kudo dari Ikazuchi dan Takeuchi Hajime dari kapal Inazuma. Cuma biasanya, yang ditolong bukan awak dalam jumlah ratusan seperti itu. Di darat, tentara Jepang yang menolong musuh juga ada. Walau yang sampai ratusan lagi-lagi juga tidak ada. Sebagai contoh saja, saat penyerbuan Jepang ke Jawa Timur dan Jawa Tengah, ada serombongan tentara KNIL yang terbirit-birit terus menghadapi amuk masa, dihajar nyaris tewas, bahkan lalu mau digantung rame-rame.. tapi akhirnya bisa tetap hidup karena ditolong tentara Jepang yang mengubernya! Lebih dramatis dari itu, ada satu kejadian,.. dimana beberapa perwira Jepang yang masih punya hati, bahkan memprotes laksamana-nya atas perlakuan kejam. Tahun 1944, penjelajah Tone dapat 72 tawanan perang dari kapal barang Inggris Behar. Sambil berlayar ke Singapura, dari Batavia, komandan Divisi Penjelajah ke-16, Vice-Admiral Sakonjo Naomasa memerintahkan.. semua tawanan dipenggal. Horor. Nah, lalu, atas perintah itu, nahkoda kapal Tone, Kapten (alias Kolonel Laut) Mayazumi Haruo dan executive-officer-nya Komander (alias Letkol Laut) Mii Junsuke protes keras. Terjadilah ketegangan di kapal itu. Laksamana dilawan! Toh ujungnya.. kolonel-letkol tentu tidak bisa melawan perintah laksamana bintang tiga, bukan? Tetap dipenggal habislah semua tawanan akhirnya.. Cuma keberanian yang bahkan terang-terangan menentang perintah laksamana itu bisa kita lihat sebagai perbuatan amat luar biasa. Eh, tapi, ironisnya, selepas perang, saat di pengadilan penjahat perang, ujungnya Mayazumi Haruo dan Mii Junsuke yang sudah pasang badan untuk tawanan sekutu tetap divonis penjara juga, sih. Selepas dari penjara kelak, Mayuzumi sang nahkoda nekat hidup sampai tua, meninggalnya baru tahun 1992, sementara sang laksamana bengis, Sakonjo, ditetapkan sebagai penjahat perang atas kejadian tersebut dan dieksekusi mati Januari 1948. Moral of the story-nya ini apa? Menjadi pemberani. Itu ksatria. Tapi berani membela kemanusiaan.. itu lebih ksatria lagi. Okelah. Kisah keberanian dan semangat siap pasang badan.. di sisi sekutu juga banyak. Bahkan, membela kebenaran.. kalau perlu sambil menentang komandan atau doktrin militernya sendiri.. di sekutu itu juga ada. Dan itu luar biasa.. tapi yang dilakukan Shunsaku Kudo ini terasa lebih luar, karena dia itu berada di sisi Jepang. Di sisi bala tentara terbengis di dunia pada masanya... Toh Kudo berani nekat. Berada di dalam lumpur,.. tapi tidak larut dalam kekotoran. Seakan aksinya itu jadinya seorang diri menentang ketentaraan Jepang keseluruhannya, dan dalam waktu yang bersamaan.. masih dalam posisi perang juga dengan segenap sekutu dan sisa dunia.... Semoga kisah ini menginspirasi kita.. Jangan sampai, kita-kita ini kalah oleh seorang Kudo Shunsaku.. yang nyata-nyata tentara Jepang jaman perang, yang segenap bala tentaranya selama tujuh puluh sekian tahun terakhir terus dicela dan dicela.. bahkan oleh rakyat Jepang sendiri. Semangat kemanusiaan kita,.. mestinya bisa lebih baik lagi
dari itu. Lagi-lagi, kalau kita kalah dari nabi atau orang-orang suci,.. okelah. Emang kita orang biasa. Tapi ya, kalau bisa.. kita janganlah kalah oleh tentara-tentara Jepang jaman perang. Malu dong kalo sampai kalah akhlak dan semangat kemanusiaannya.... Bener nggak? (ilmuman.net / selesai)