7
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Handphone (Telepon seluluer) Telepon selular atau handphoneadalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa ke mana-mana dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel.Selain berfungsi untuk melakukan dan menerima panggilan telepon, ponsel umumnya juga mempunyai fungsi pengiriman dan penerimaan pesan singkat atau short message service22. 2.2. Strategi Pemasaran Defenisi pemasaran menurut Kotler dan Amstrong (2008) adalah proses di mana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya. Menurut American Marketing Association (AMA) dalam Kotler dan Keller (2009), pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian
proses
untuk
menciptakan,
mengkomunikasikan,
dan
memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentinganya. Bauran produk menurut defenisi Kotler dan Amstrong (2008) adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali, yaitu produk, harga, tempat, dan promosi yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkan pasar sasaran. 1. Produk : kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran. 2. Harga : Jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk memperoleh produk. 2
http://id.wikipedia.org/wiki/Telepon_genggam[pada tanggal 10 Mei 2012]
8
3. Tempat : Meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi pasar sasaran. 4. Promosi : Aktivitas yang menyampaikan manfaat produk dan membujuk pelanggan untuk membelinya. Menurut Kotler dan Keller (2009) Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan suatu suatu keinginanatau kebutuhan, termasuk barang fisik, jasa, pengalaman, acara, orang,tempat, properti, Organisasi, informasi dan ide. Lima tingkatan produk yaitu : 1. Pada tingkat dasar adalah manfaat inti (core benefit), yaitu layanan atau mamfaat yang benar-benar dibeli pelanggan. 2. Pada tingkat kedua, pemasar harus mengubah manfaat inti menjadi Basic produk 3. Pada tingkat ketiga, pemasar mempersiapkan Produk yang diharapan (expected product), yaitu sekelompok atribut dan kondisi yang biasnya diharapkan pembeli ketika mereka membeli produk inti. 4. Pada tingkat keempat, pemasar menyiapkan Produk tambahan (augmented product) yang melebihi harapan pelanggan. 5. Tingkat kelima adalah Produk potensial, yang mencakup semua kemungkinan tambahan dantransformasi yang mungkin dialami sebuah produk atau penawaran dimasa depan. Penggolongan produk menjadi tiga kelompok menurut ketahanan dan keberwujudannya : 1. Barang Tidak Tahan Lama (Nondurable Goods) adalah barang-barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan. 2. Barang Tahan Lama (Durable Goods) adalah barang-barang berwujud yang biasanya digunakan dalam waktu yang lama. 3. Jasa adalah produk tidak berwujud, tidak terpisahkan, bervariasi, dan dapat musnah.
9
2.3. Bauran Produk Menurut Kotler P (1997) bauran produk adalah kumpulan semua produk dan barang yang ditawarkan untuk dijual oleh penjual tertentu. unsur-unsur bauran produk terdiri dari : Keanekaragaman, Mutu, desain, bentuk, merek, kemasan dan label, ukuran, pelayanan, jaminan dan pengembalian. Berikut merupakan penjelasan dari tiap unsur : 1. Keanekaragaman Defenisi menurut Angiopora (2002), faktor ini memiliki pengertian yang luas, tidak hanya menyangkut jenis produk dan lini produk tetapi juga menyangkut kualitas, desain, bentuk, merek, kemasan, ukuran, pelayanan, jaminan, dan pengembalian, yang harus diperhatikan oleh perusahaan secara saksama terhadap keanekaragaman produk yang dihasilkan
secara
keseluruhan.
Artinya
dengan
semakin
beranekaragamannya produk yang dihasilkan, maka perusahaan juga semakin banyak melayani berbagai macam kebutuhan dan keinginan dari berbagai sasaran konsumen yang dituju. 2. Kemasan dan Label a. Kemasan Defenisi menurut Tjiptono (2008), kemasan merupakan proses yang berkaitan
dengan
perancang
dan
pembuatan
wadah
atau
pembungkus untuk suatu produk dan memiliki memiliki beberapa tujuan penggunaan, antara lain pelindung isi (protection), memberi kemudahan dalam penggunaan (operating), bermamfaaat dalam pemakaian ulang (reusable), member daya tarik (promotion), sebagai identitas(image) produk, distribusi (shipping), informasi (labeling), serta sebagai cermin inovasi produk berkaitan dengan kemajuan teknologi dan daur ulang b.
Label Defenisi menurut Angipora (2002), Label merupakan suatu bagian dari sebuah produk yang membawa informasi verbal tentang produk atau tentang penjualannya. Label pada dasarnya dapat merupakan bagian dari sebuah kemasan (pembungkus) ata dapat merupakan
10
etikat lepas yang ditempelkan pada produk. Dengan demikian, sudah sewajarnya kalau antara kemasan, merek dan label dapat terjalin satu hubungan yang erat sekali.. 3. Merek American Marketing Association (AMA) dalam Kotler dan Keller (2009)
mendefenisikan
merek
sebagai
nama,
istilah,
tanda,
simbol/lambang, desain, atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan mereka dari para pesaing. 4. Kualitas/ Mutu Assauri (2010) kualitas merupakan satu dari alat utama untuk mencapai posisi produk. Kualitas menyatakan tingkat kemampuan dari suatu merek atau produk terrtentu dalam melaksanakan fungsi yang diharapkan. Dari segi pandangan pemasaran, kualitas diukur dalam ukuran persepsi pembeli tentang mutu/kualitas produk tersebut. Menurut Angiopora (2002) kualitas dari setiap produk yang dihasilkan merupakan salah satu unsur yang harus mendapat perhatian yang sungguh-sungguh
dari
perusahaan,
kalau
perusahaan
ingin
memenangkan suatu persaingan dalam industri tertentu. 5. Desain Menurut Kotler dan Keller (2008) desain adalah totalitas fitur yang mempengaruhi tampilan, rasa dan fungsi produk berdasarkan kebutuhan pelanggan. Bagi perusahaan, produk yang dirancang baik adalah produk yang mudah mudah dibuat dan didistribusikan. Bagi pelanggan, produk yang dirancang dengan baik adalah produk yang penampilannya menyenangkan dan mudah dibuka, dipasarkan, diperbaiki dan disingkirkan. 6. Bentuk Menurut Angiopora (2002), masalah bentuk sebenarnya berkaitan erat dengan desain, karena secara mendasar bentuk merupakan hasil dari kegiatan desain yang dilakukan. Atau dengan kata lain bentuk nyata dari suatu produk yang terlihat dalam pandangan konsumen, adalah hasil nyata kegiatan dari desain yang dilakukan
11
7. Pelayanan Menurut Assauri (2010) pelayanan yang diberikan dalam pemasaran suatu produk mencakup pelayanan dalam pemasaran suatu produk mencakup pelayanan sewaktu penawaran produk, pelayanan dalam pembelian/penjualan produk itu, pelayanan sewaktu penyerahan produk yang dijual, yang mencakup pelayanan dalam pengangkutan yang ditanggung oleh penjual, pemasangan produk itu dan asuransi atau jaminan resiko rusaknya barang dalam perjalanan atau pengangkutan, dan pelayanan setelah/purna jualan yang mencakup jaminan atas kerusakan produk dalam jangka waktu tertentu (misalnya 6 bulan) setelah produk yang dibeli oleh konsumen, perbaikan, pemeliharaan dari produk apabila rusak. 8. Jaminan Menurut Kotler dan Keller (2009) Jaminan adalah pernyataan resmi kinerja produk yang diharapkan oleh produsen. Produk dengan jaminan dapat dikembalikan kepada produsen atau dibawa ke pusat perbaikan untuk diperbaiki, diganti, atau dikembalikan uangnya. Baik tertulis maupun tersirat maupun tertulis, jaminan tunduk pada hukum. 9. Ukuran Menurut Angiopra (2002), keberhasilan dari unsur bauran produk yang dihasilkan, juga tidak lepas dari ukuran produk yang ditawarkan oleh perusahaan, ukuran produk yang ditawarkan haruslah selaras dengan tujuan dan sasaran konsumen yang dituju. Oleh karena itu, disamping perusahaan harus memperhatikan keanekaragaman, kualitas, desain, dan sebagainya, maka perusahan harus dapat menetapkan secara jelas berbagai ukuran produk yang akan dihasilkan, sejalan dengan tujuan dan sasaran yang diinginkan. Hal itu disebabkan, karena ukuran produk yang akan dihasilkan merupakan usaha dasar dari perusahaan untuk mengarahkan secara jelas pada tujuan-tujuan yang diinginkan serta berbagai sasaran-sasaran konsumen yang nantinya akan menggunakan produk tersebut.
12
10. Pengembalian Menurut Angiopora (2002), masalah pengembalian ini berkaitan erat dengan jaminan perusahaan terhadap produk yang telah dijual kepada konsumen dalam waktu tertentu mengalami kerusakan sehinga produk tersebut menjadi tidak berfungsi sama sekali atau tidak berfungsi dengan baik, maka perusahaan akan mengganti dengan produk baru yang sama dengan baik, maka perusahaan akan mengganti produk tersebut dengan produk baru yang sejenis tanpa meminta tambahan pembayaran atau lainnya. Kemampuan perusahaan untuk memberikan jaminan pengembalian atas produk yang dibeli konsumen bila mengalami kerusakan atau cacat merupakan usaha sadar yang dilakukan perusahaan untuk mempertahankan kesetiaan pelanggan baru yang pada akhirnya bisa meningkatkan penjualan yang menguntungkan dalam jangka panjang. 2.4. Ekuitas Merek (Brand Equity) Aaker (1997) mengatakan bahwa ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama, dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan. Menurut Kotler dan Keller (2009) ekuitas merek (brand equity) adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Ekuitas merek dapat tercermin dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak dalam hubungannya dengan merek, dan juga harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang diberikan merek bagi perusahaan. Menurut Aaker dalam Durianto, dkk (2004) brand equity ten dapat dikelompokkan ke dalam lima ketegori, yaitu : 1.
Kategori awareness measures (pengukuran kesadaran merek) Menggambarkan
kesanggupan
seorang
calon
pembeli
untuk
mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu.
13
2.
Kategori association measures (pengukuran asosiasi merek) Mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan persepsi nilai (perceived value), kepribadian merek (brand personality), dan asosiasi organisasi (organizational association).
3.
Kategori perceived quality dan leadership (persepsi kualitas dan kepemimpinan) Merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang
diharapkannya.
Kepemimpinan
sangat
terkait
dengan
popularitas. 4.
Kategori loyalty measures (pengukuran loyalitas merek) Mencerminkan tingkat ketertarikan konsumen dengan suatu merek produk, yang terkait dengan harga optimum (price premium) dan loyalitas/ kepuasan (loyalty/ statisfaction).
5.
Kategori market behaviour measures (pengukuran prilaku pasar) Kategori ini meliputi meliputi pengukuran dua jenis perilaku pasar yang mewakili informasi yang diperoleh berdasarkan pasardan harga pasar (market price)dan jangkauan distribusi (distribution coverage).
2.5. Kesadaran Merek Menurut Durianto, dkk (2004) Kesadaran Merek merupakan key of brand asset atau kunci pembuka untuk masuk ke unsur lainnya.Karena itu jika kesadaran merek sangat rendah maka hampir dapat dipastikan bahwa ekuitas mereknya juga rendah. 1. Unware of Brand (tidak menyadari merek) adalah tingkat paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari adanya suatu merek. 2. Brand recognition (pengenalan merek) adalah tingkat minimal kesadaran merek, dimana pengenalan suatu merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall).
14
3. Brand
Recall
(Pengingatan
kembali
terhadap
merek)
adalah
pengingatan kembali terhadap merek tanpa bantuan (unaided recall). 4. Top Of Mind (Puncak Pikiran ) adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen.
Top Of Mind Brand Recall Brand Recognition Unware Of Brand
Gambar 2. Piramida kesadaran merek 2.6. Loyalty Measures (Pengukuran Loyalitas Merek) Menurut Durianto, dkk (2004) brand loyalty (loyalitas merek) merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk yang lain, terutama jika pada merek tersebut di dapati adanya perubahan, baik menyangkut harga maupun atribut lainnya. Harga Optimum (Price Optimum) Indikator dasar loyalitas adalah jumlah konsumen yang bersedia membayar untuk sebuah merek dibandingkan untuk merek lain yang menawarkan manfaat yang sama atau sedikit lebih rendah. Harga optimum dapat menjadi satu-satunya pengukuran ekuitas merek yang terbaik yang tersedia, karena pengukuran ini langsung menangkap konsumen yang loyal dengan cara yang relevan. Jika konsumen loyal, secara logis mereka akan bersedia untuk membayar lebih tinggi (harga optimum), jika mereka tidak
15
bersedia membayar lebih tinggi, tingkat loyalitas mereka rendah (Durianto dkk, 2004). Kepuasan/ Loyalitas (Satisfaction/ Loyalty) Kepuasan
adalah
pengukuran
secara
langsung
bagaimana
konsumen tetap loyal kepada suatu merek. Kepuasan terutama menjadi pengukuran di bisnis jasa. Sementara itu, loyalitas merupakan hasil akumulasi pengalaman penggunaan produk. Menurut Aaker dalam Durianto (2004), tingkatan loyalitas merek adalah sebagai berikut ; 1.
Switcher/ price buyer (pembeli yang berpindah-pindah) Tingkat loyalitas yang paling dasar. Semakin sering pembelian konsumen berpindah dari suatu merek ke merek yang lain mengindikasikan bahwa mereka tidak loyal, semua merek dianggap memadai. Dalam hal ini merek memegang peranan yang kecil dalam keputusan pembelian. Ciri paling jelas dalam kategori ini adalah mereka membeli suatu merek karena banyak konsumen lain membeli merek tersebut karena harganya murah.
2.
Habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan) Pembeli yang tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi suatu merek produk. Tidak ada alasan yang kuat baginya untuk membeli merek produk lain atau berpindah merek, terutama jika peralihan itu membutuhkan usaha, biaya, atau pengorbanan lain. Jadi, ia membeli suatu merek karena alasan kebiasaan.
3.
Satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya perlihan) Kategori pembeli yang puas dengan merek yang mereka konsumsi. Namun mereka dapat saja berpindah merek dengan menanggung switching cost (biaya peralihan), seperti waktu, biaya, atau resiko yang timbul akibat tindakan peralihan merek tersebut.
4.
Likes the brand (menyukai merek) Kategori pembeli yang bersungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Rasa suka didasari oleh asosiasi yang berkaitan dengan
16
simbol, rangkaian pengalaman, menggunakan merek itu sebelumnya, atau persepsi kualitas yang tinggi. 5.
Committed buyer (pembeli yang berkomitmen) Kategori pembeli yang setia. Mereka mempunyai kebanggaan dalam menggunakan suatu merek. Merek tersebut bahkan menjadi sangat penting baik dari segi fungsi maupun sebagai ekspresi siapa sebenarnya penggunanya. Ciri yang tampak pada kategori ini adalah tindakan pembeli untuk merekomendasikan/ mempromosikan merek yang ia gunakan kepada orang lain.
2.7. Uji Validitas Menurut Riduwan dan Sunarto (2009) Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi dan sebaliknya bila tingkat validitasnya rendah maka instrumen tersebut kurang valid. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur/diinginkan. Cara pengujian validitas dengan menghitung korelasi antar skor masing-masing pertanyaan dan skor total dengan menggunakan rumus korelasi Product Momen sebagai berikut : ...............................................(1)
Keterangan : rxy = Korelasi product Moment n = Jumlah responden atau sampel X = Variabel pertama Y = Variabel kedua ∑ = Jumlah Syarat validitas yaitu apabila nilai rxy> r tabel (0.361) dinyatakan valid atau signifikan dalam penelitian ini dan jika nilai rxy< r tabel maka instrument tersebut tidak valid.
17
2.8.
Uji Reabilitas Pengujian Reliabilitas menurut Riduwan dan Sunarto (2009), Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena karena instrumen yang baik, tidak akan bersifat tandensius mengarahkan rensponden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Reliabel artinya dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Sehingga beberapa kali diulang hasilnya akan tetap sama (konsisten). Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal (stability/ trest retest, equivalent atau gabungan keduanya) dan secara internal (analisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen). Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan mengunakan rumus Alpha cronbach yaitu: .......................................................................(2) Dengan ................................................................................(3) Keterangan :
n
= Reliabilitas instrumen = Banyak butir pertanyaan = Varians total = Jumlah butir pertanyaan = Jumlah responden
X
= Nilai skor yang dipilih
2.9.Uji Korelasi Kanonikal Analisis korelasi kanonik dapat mengukur tingkat keeratan hubungan antara segugus peubah tak bebas dengan segugus peubah bebas dan menguraikan struktur hubungan di dalam gugus peubah tak bebas maupun di dalam gugus peubah bebas. Analisis korelasi kanonik berfokus pada korelasi antara kombinasi linear dari gugus peubah Y dengan kombinasi linear dari gugus peubah X. Ide utama dari analisis ini adalah
18
mencari pasangan dari kombinasi linear yang memiliki korelasi terbesar. Pasangan dari kombinasi linear ini disebut fungsi kanonik dan korelasinya disebut korelasi kanonik. Ciri dan data untuk analisis korelasi kanonik bertipe metric, yakni data interval dan rasio. Dengan demikian, data bersifat nominal (seperti jenis kelamin) atau tipe ordinal tidak dapat diproses dengan korelasi kanonikal. Santoso (2010) menyatakan beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis korelasi kanonik adalah : a. Adanya hubungan yang besifat linear (linearitas) antara dua variabel. b. Perlunya multivariat normality untuk menguji signifikansi setiap fungsi kanonik. c. Tidak ada multikolinearitas antar kelompok anggota variabel, baik dependen maupun independen . 2.9.1 Penentuan Koefisien Kanonik Johnson and Wichern (2007) Hubungan antara gugus peubah y1 , y2 , …, yq dinotasikan dengan vektor peubah acak Y, dengan gugus peubah x1 , x2 , …, xp yang dinotasikan dengan vektor peubah acak X. Dalam hal ini q ≤ p.
Misalkan, karakteristik dari vektor peubah acak X dan Y adalah
sebagai berikut : E(Y) = μY
Var(Y) = ΣYY …………………(4)
E(X) = μX
Var(X) = ΣXX..............................(5)
Cov(X,Y) = ΣXY = Σ’YX Kombinasi linear dari kedua kedua gugus peubah tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
Sehingga
…………(6)
19
Koefesien a dan b dapat diperoleh dengan rumus berikut :
…(7) Korelasi kanonik diperoleh dengan memaksimumkan nilai :
……………………..(8) Dengan : i =1,2,…, k Pasangan
pertama
dari peubah kanonik didefinisikan sebagai
kombinasi linear (V1,W1) yang memiliki ragam satu dan korelasinya terbesar; pasangan kedua dari peubah kanonik adalah kombinasi linear (V2,W2) yang memiliki ragam satu dan korelasi terbesar kedua serta tidak berkorelasi dengan peubah kanonik yang pertama dan pasangan ke k dari peubah kanonik adalah kombinasi linear (Vk,Wk ) yang memiliki ragam satu dan korelasinya terbesar ke-k serta tidak berkorelasi dengan peubah kanonik 1, 2, …, k-1. Dengan demikian dapat dituliskan sebagai berikut : • Fungsi kanonik pertama : V1 = a '1X
Var(V1) = 1 …………………………………...(9)
W1= b'1Y
Var (W1) =1 ………………………………….(10)
Maksimum Corr(V1 , W1) = ρ1 • Fungsi Kanonik kedua : V2 = a '2X W2= b'2Y
Var(V2) = 1 Var (W2) =1
Cov(V1 ,V2) = 0 ……………….(11) Cov(W1 ,W2) = 0………………(12)
Cov(V1 ,W2 ) = Cov(V2 ,W1 ) = 0 dan maksimum Corr(V2 ,W2) = ρ2
20
• Fungsi Kanonik ke- k Vk = a 'k X Wk = b'k Y
Var(Vk ) = 1 Var (Wk) = 1
Cov (V1, VK) = 0 …………..(13) Cov (W1. WK) = 0 ……….....(14)
Cov(V 1 ,Wk ) = Cov(Vk ,W1 ) = 0, k ≠1dan maksimum Corr(Vk ,Wk ) = ρk 2.9.2. Uji Hipotesis Ada dua hipotesis yang akan diujikan dalam analisis korelasi kanonik yaitu uji korelasi kanonik secara bersama dan uji korelasi kanonik secara parsial (Rencher 2002). a. Uji korelasi secara bersama Hipotesis : H0 : ρ1 = ρ2 = …. = ρk = 0 ( semua korelasi tidak nyata) H1 : ada ρi ≠ 0 ( paling tidak ada satu korelasi yang nyata) Statistik Uji :
…………(15)
Dengan:
n = banyak pengamatan p = banyak gugus peubah X q = banyak gugus peubah Y k = min (p,q)
Kriteria keputusan : hipotesis nol ditolak pada taraf nyata α jika F > Fα. Jika uji korelasi kanonik secara bersama nyata, maka terdapat minimal korelasi kanonik yang pertama nyata.
21
b. Uji korelasi secara parsial
Uji ini dilakukan jika minimal korelasi kanonik yang pertama pada uji korelasi kanonik secara bersama adalah nyata. Sehingga uji individu dilakukan terhadap korelasi kanonik yang kedua, ketiga dan seterusnya sampai ke-k (Rencher 2002). Hipotesis : H0 : ρr = 0 H1 : ρr ≠ 0 Statistik uji :
……(16) dengan: n = banyak pengamatan p = banyak gugus peubah X q = banyak gugus peubah Y 2.9.3. Interpretasi Fungsi Kanonik Interpretasi yang dapat dianalisis dalam analisis kanonikal, yaitu : bobot kanonik, muatan kanonik, dan muatan silang kanonik. a. Bobot kanonik adalah koefesien kanonik yang telah dibakukan, dapat diintepretasikan sebagai besarnya keeratan peubah asal terhadap peubah kanonik. Semakin besar nilai koefisien ini menyatakan semakin tinggi tingkat keeratan peubah yang bersangkutan terhadap peubah kanonik. Bila tanda dari bobot suatu peubah berlawanan dengan peubah kanoniknya maka menunjukkan dengan peubah yang lain.
hubungan
yang
terbalik
22
b. Muatan kanonik, dapat dihitung dari korelasi sederhana antara peubah asal dengan masing-masing peubah kanoniknya. Semakin besar muatan kanoniknya mencerminkan semakin dekat hubungan peubah kanonik yang bersangkutan dengan peubah asal. c. Muatan silang kanonik, dapat dihitung dari perkalian nilai korelasi kanonik dengan muatan kanonik. Penghitungan ini mencakup korelasi tiap gugus peubah Y dengan peubah kanonik dari gugus peubah X dan juga sebaliknya. Semakin besar muatan silang kanonik mencerminkan semakin dekat hubungan peubah kanonik yang bersangkutan dengan peubah lawan. 2.9.4. Redudansi Redundansi merupakan sebuah nilai yang menunjukkan besar proporsi keragaman yang dapat dijelaskan oleh peubah kanonik yang dipilih, baik dari gugus peubah kanonik Y maupun gugus peubah kanonik X. Untuk
menentukan
fungsi
kanonik
yang
dianggap
cukup
dalam menerangkan struktur hubungan gugus peubah X dan gugus peubah Y
dilihat
dari
koefisien
R-square.
Nilai
ini
didapat
dengan
mengkuadratkan korelasi kanonik atau dapat dinotasikan sebagai berikut: R2k =ρ2 k ………………………..………….(17) Besarnya nilai proporsi keragaman menunjukkan baik atau tidaknya jumlah peubah kanonik dipilih. Semakin tinggi nilai proporsi keragamannya menandakan semakin baik peubah – peubah kanonik yang pilih menerangkan keragaman data asal 2.10.
Fungsi Borda Fungsi
borda
merupakan
metode
yang
dipakai
untuk
menetapkan urutan peringkat preferensial (Marimin,2004). Unsur bauran produk dengan posisi peringkat atas diberi nilai paling tinggi dengan unsur bauran produk pada posisi peringkat berikutnya dalam suatu perbandingan berpasangan.
23
2.11.
Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan Rari (2011) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Hubungan Bauran
Produk
Terhadap
Brand
switching
Pepsodent
Reguler”
menjelaskan bahwa alasan berpindah merek dari segi bauran produk adalah mutu. Alasan berpindah merek dari unsur non bauran produk harga menjadi alasan konsumen dalam beralih ke merek pasta gigi lain. Pepsodent Reguler merupakan merek yang secara umum memiliki brand awareness terbaik dibandingkan merek yang lainnya, sehingga menjadi merek Top of Mind akibat dikenal konsumen mayoritas melalui media televisi, misalnya kesan pertama terhadap pasta gigi pepsodent reguler adalah kesan bermutu terhadap produk. Hubungan bauran produk pepsodent reguler terhadap peralihan merek dengan analisis korelasi kanonik, menunjukkan bahwa unsur bauran produk mutu (khususnya rasa) adalah unsur bauran produk yang memiliki hubungan terkuat dengan peralihan merek konsumen. Septiani (2010)
dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Hubungan Bauran Produk terhadap Brand switching pada produk Indomie Reguler Goreng “ menjelaskan dari sisi bauran produk bahwa mutu adalah alasan utama mahasiswa melakukan perpindahan merek, sedangkan dari luar lingkup bauran produk, harga menjadi alasan kuat bagi mahasiswa untuk melakukan peralihan merek. Berdasarkan uji cochran Brand image Indomie goreng meliputi rasa enak dan gurih, aroma khas mie goreng, dapat diandalkan keinstanannya, mie goreng bermutu, mereknya mudah diucapkan, mereknya mudah dikenali, mereknya mudah dingat, mereknya meiliki kesan positif, kemasannya praktis, memiliki kelengkapan informasi pada kemasan, nama merek dicantumkan pada kemasan, memiliki label Departemen kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) dan memiliki label halal Majelis Ulama Islam (MUI), Sedangkan Analisis Korelasi Sperman menunjukkan mutu,bentuk, merek, kemasan, dan ukuran merupakan unsur-unsur bauran produk yang memiliki hubungan dengan peralihan merek.