1 III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Perubahan Struktur Ekonomi Pembangunan ekonomi jangka panjang dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) akan membaw...
3.1. Perubahan Struktur Ekonomi Pembangunan ekonomi jangka panjang dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama ke ekonomi moderen yang didominasi oleh sektor-sektor non-primer, khususnya sektor industri dengan increasing return to scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai motor utama penggerak pembangunan ekonomi (Weiss, 1988).
Ada kecenderungan (dapat
dilihat sebagai suatu hipotesis) bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang membuat semakin tinggi pendapatan masyarakat per kapita, semakin cepat perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi faktor-faktor penentu lain mendukung proses tersebut seperti manusia (tenaga kerja), bahan baku dan teknologi tersedia. Meminjam istilah Kuznets, perubahan struktur ekonomi, umum disebut transformasi struktural, dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya dalam komposisi permintaan agregat, perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), penawaran agregat yaitu produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (Chenery, 1979). Teori perubahan struktural menitikberatkan pembahasan pada mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh negara sedang berkembang, yang semula lebih bersifat subsistens dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih moderen, yang didominasi oleh sektor-sektor
132 nonprimer.
Ada dua teori utama yang umum digunakan dalam menganalisis
perubahan struktur ekonomi, yakni dari Arthur Lewis (teori migrasi) dan Holis Chenery (teori transformasi struktural). Teori Arthur Lewis (1954) pada dasarnya membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di perdesaan dan perkotaan.
Dalam teorinya, Lewis
mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu perekonomian tradisional di perdesaan yang didominasi oleh sektor pertanian dan perekonomian moderen di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama.
Di perdesaan, karena pertumbuhan penduduknya tinggi maka terjadi
kelebihan suplai tenaga kerja, dan tingkat hidup masyarakatnya berada pada kondisi subsistens akibat perekonomian yang sifatnya juga subsistens. Kelebihan tenaga kerja ini ditandai dengan produk marginal tenaga kerjanya yang nilainya nol dan tingkat upah riil (w) yang rendah. Relasi antara upah riil dan jumlah tenaga kerja di dalam perekonomian perdesaan (sektor pertanian) dapat dijelaskan dengan menggunakan model ekonometrik sederhana mengenai dinamika pasar tenaga kerja yang terdiri dari tiga persamaan. Persamaan (1) adalah permintaan tenaga kerja (LpD) yang merupakan suatu fungsi negatif dari tingkat upah (wp), dan positif dari volume produksi pertanian (Yp). Persamaan (2) adalah penawaran tenaga kerja (LpS) yang merupakan suatu fungsi positif dari tingkat upah. Sedangkan persamaan (3) mencerminkan keseimbangan di pasar tenaga kerja, yang menghasilkan tingkat upah riil w (upah nominal W setelah dikoreksi dengan inflasi) dan jumlah tenaga kerja tertentu. Model ini juga bisa diterapkan untuk sektor industri di perkotaan (Tambunan, 2006).
Nilai MP tenaga kerja sama dengan nol, artinya fungsi produksi di sektor pertanian (disebut juga sektor perdesaan), seperti yang digambarkan pada persamaan 3.4 telah sampai pada tingkat optimal, dan jika jumlah tenaga kerja lebih besar daripada di titik optimal tersebut maka akan berlaku hukum penghasilan yang menurun : semakin banyak orang bekerja di sektor pertanian, semakin rendah tingkat produktivitas tenaga kerja (Yp/Lp).
+ Dalam kondisi seperti ini, pengurangan jumlah tenaga kerja tidak akan mengurangi jumlah output di sektor tersebut, karena proporsi tenaga kerja terlalu banyak dibandingkan dengan proporsi input lain seperti tanah dan kapital. Akibat kelebihan pekerja ini, upah atau tingkat pendapatan di pertanian atau perdesaan menjadi sangat rendah.
Sebaliknya di perkotaan, sektor industri mengalami
S D kekurangan pekerja ( Li Li ) . Dalam kondisi pasar tenaga kerja seperti ini,
produktivitas tenaga kerja sangat tinggi dan nilai MP tenaga kerja positif, yang menunjukkan bahwa fungsi produksinya belum berada pada tingkat optimal yang dapat dicapai. Sesuai hukum pasar, tingginya produktivitas membuat tingkat upah w/L di sektor perkotaan juga tinggi. Perbedaan upah di pertanian/perdesaan dengan di industri/perkotaan
134 (Wp<Wi) menarik banyak tenaga kerja pindah dari sektor pertama ke sektor kedua; maka terjadilah suatu proses migrasi dan urbanisasi. Tenaga kerja yang pindah ke industri mendapat penghasilan yang lebih tinggi daripada sewaktu masih bekerja di pertanian (Yi>Yp). Secara agregat, berpindahnya sebagian tenaga kerja dari sektor dengan upah rendah ke sektor dengan upah tinggi membuat pendapatan di negara bersangkutan meningkat. Bersamaan dengan peningkatan pendapatan tersebut, permintaan terhadap makanan (Dp) meningkat, dan ini menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan output di sektor tersebut dari sisi permintaan; dan dalam jangka panjang perekonomian perdesaan mengalami pertumbuhan. Di pihak lain, terjadi pola perubahan permintaan konsumen dimana masyarakat atau pekerja yang mengalami peningkatan pendapatan mengkonsumsikan sebagian besar dari pendapatannya
untuk berbagai macam produk-produk industri dan jasa (Di).
Perubahan pola konsumsi ini menjadi faktor utama pertumbuhan output dan diversifikasi produksi di sektor-sektor nonpertanian tersebut. Kerangka pemikiran teori Chenery pada dasarnya sama seperti model Lewis. Teori Chenery, dikenal dengan teori pattern of development, memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di negara sedang berkembang, yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional (subsistens) ke sektor industri sebagai mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian
empiris
yang
dilakukan
oleh
Chenery
dan
Syrquin
(1975)
mengidentifikasi bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat per kapita yang membawa perubahan dalam pola permintaan konsumen dari penekanan pada makanan dan barang-barang kebutuhan pokok lain ke berbagai macam barang industri dan jasa, akumulasi modal fisik dan manusia (SDM), perkembangan kota-kota dan industri-industri di daerah urban bersamaan dengan
135
proses migrasi penduduk dari perdesaan ke perkotaan, dan penurunan laju pertumbuhan penduduk dan ukuran keluarga yang semakin kecil, struktur perekonomian suatu negara bergeser dari yang semula didominasi oleh sektor pertanian dan atau sektor pertambangan menuju ke sektor-sektor nonprimer, khususnya industri. Perubahan struktur ekonomi berbarengan dengan pertumbuhan PDB yang merupakan total pertumbuhan nilai tambah bruto (NTB) dari semua sektor ekonomi dapat dijelaskan sebagai berikut.
Dengan memakai persamaan 3.5,
dimisalkan suatu ekonomi hanya ada dua sektor, yaitu industri dan pertanian dengan NTB masing-masing yaitu NTBi dan NTBp yang membentuk PDB.
PDB = NTBi + NTBp .............................................................................(3.5) atau 1 = [a(t)i + a(t)p] .......................................................................................(3.6) dimana a(t)i dan a(t)p adalah pangsa PDB masing-masing dari industri dan pertanian; t menunjukkan periode. Pada tahap awal pembangunan (t=0), sebelum industrialisasi dimulai atau sektor industri belum berkembang : a(0)i
Pada tahap akhir