III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1.
Kerangka Teoritis
3.1.1. Dampak Kredit terhadap Kinerja Usaha Kecil. David (1999) menyatakan analisis yang paling umum dari program kredit adalah perbandingan dari input-input usaha, produksi, dan produktifitas sebelum dan sesudah meminjam atau antara peminjam dan bukan peminjam. Sehingga model ekonometrik untuk melihat dampak kredit dapat dibagi menjadi fungsi produksi, fungsi permintaan input, dan fungsi gap efisiensi. Sedangkan Coleman (2002) menyatakan bahwa penelitian tentang dampak kredit dengan melihat beberapa aspek antara lain (1) aspek asset fisik, (2) tabungan, hutang, dan pinjaman, (3) aspek produksi, penjualan, pembelian dan waktu kerja, dan (4) aspek pendidikan dan kesehatan. Audretsch
et al. (2005) menyatakan bahwa kinerja perekonomian
mengacu pada dimensi produktifitas yang diukur berdasarkan indikator produktifitas tenaga kerja dan produktifitas modal (kapital). Dalam model yang lengkap dinyatakan bahwa produktifitas dipengaruhi oleh dimensi pengetahuan (knowledge) dan kewirausahaan (enterpreneuship).
Sedangkan menurut
Yonggui et al. (2002) menyatakan pencapaian pertumbuhan ekonomi industri kecil dan menengah antara lain dipengaruhi oleh faktor-faktor internal yang berhubungan dengan sifat kewirausahaan tim top manajemen dan karakteristik perusahaan serta faktor-faktor eksternal. General manajer atau pemilik dan ratarata umur tim top manajemen secara signifikan berpengaruh negatif terhadap prestasi pertumbuhan usaha kecil, sedangkan tingkat pendidikan pemilik berpengaruh positif.
Begitu juga dengan sebagian faktor karakteristik
perusahaan, seperti: ukuran perusahaan, jumlah karyawan trampil yang lebih muda dan umur suatu perusahaan berpengaruh positif.
Faktor-faktor tersebut juga dapat dikelompokkan menjadi kontruk faktor produksi dan faktor-faktor lainnya (Canbäck, 2000). Faktor produksi adalah faktor-faktor yang dibutuhkan dalam proses produksi, meliputi jumlah tenaga kerja dan upah, jumlah bahan baku dan bahan penunjang beserta hargaharganya, serta faktor modal.
Faktor-faktor diluar faktor produksi juga
mempengaruhi kinerja industri, meliputi faktor demografi, geografi, perubahan kebijakan pemerintah, dan perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik, serta perubahan kondisi ekonomi dunia.
3.1.2. Kredit dan Tingkat Penggunaan Input Salah satu faktor penting dalam melakukan usaha produktif adalah modal. Modal adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh mananusia yang digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Modal dapat juga dikatakan
sebagai
seluruh
aktiva
perusahaan
yang
digunakan
untuk
menghasilkan pendapatan. Kebutuhan akan modal dapat dipenuhi sendiri oleh pengusaha atau diperoleh dari luar dengan melakukan pinjaman atau kredit. Berdasarkan hak milik modal dapat berasal dari milik pribadi dan milik orang lain atau pinjaman kredit (Sugiarto et al, 2005). Dalam masalah perkreditan ada menyangkut waktu antara tenggang waktu pada saat kredit diberikan dan saat kredit itu dikembalikan (repayment). Oleh karena itu dalam ekonomi waktu (the economics of time) ada beberapa faktor
penting
yang
menyangkut
unsur
ekonomi
waktu
yang
perlu
dipertimbangkan dalam penentuan pengambilan keputusan antara lain : (1) time preference
(yang
mencerminkan
kebutuhan
konsumsi
sekarang
yang
mendesak), (2) time endowment (harapan menerima pendapatan lebih tinggi di kemudian hari), (3) time productivity (tingginya tingkat produktivitas seseorang setelah jangka waktu tertentu di suatu wilayah), (4) antisipasi terhadap inflasi
pada waktu tertentu, dan (5) derajat isolasi wilayah tertentu (relatif akses kepada pasar). Kelima faktor ini kemudian diperhitungkan untuk menentukan terjadinya perbedaan pada suku bunga (nominal) yang biasa mengalami naik-turun (fluctuation) di berbagai negara atau wilayah-wilayah pada suatu waktu tertentu (Anwar, 1998). Kredit sebagai sumber modal erat kaitannya dengan kegiatan usaha kecil untuk meningkatkan produksi, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan serta keuntungan pengusaha. Dana pinjaman yang diperoleh membuat pengusaha mempunyai lebih banyak dana tunai sebagai input modal guna meningkatkan kualitas atau kuantitas produksi. Jika dikaitkan dengan pemakaian input, maka tambahan modal dari kredit dapat digunakan untuk membeli lebih banyak input sampai tercapai kondisi optimal. Manfaat kredit ditunjukkan dengan peranan teknologi baru yang lebih produktif. Gould dan Ferguson (1980) menyatakan bahwa peranan kredit dikaitkan dengan peranan teknologi baru dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep penggunaan input optimal berdasarkan pendekatan marginal. Terjadinya peningkatan teknologi, produktifitas faktor-faktor produksi akan meningkat dan dengan harga produksi yang tetap akan menyebabkan nilai produk marginal akan bertambah besar. Apabila fungsi produksi yang dihadapi usaha kecil adalah: Q = f (X1), dan harga masukan X1 adalah R1, harga produksi adalah P, maka fungsi keuntungan dirumuskan sebagai berikut: π = P . f (X1) – R1. X1 – Fc .....................................................................(3.1) dimana : π
= Keuntungan
P.f (X1) = Penerimaan R1 . X1 = Biaya masukan variabel X1
Fc
= Biaya tetap
Kondisi pertama (first order condition) dari syarat memaksimumkan keuntungan adalah turunan pertama dari persamaan (3.1) diatas terhadap X1 = 0, sehingga: P. ∂Q/∂ X1 = R1.......................................................................................(3.2) P. ∂Q/∂ X1 merupakan nilai produk marginal masukan variabel X1. Nilai produk marginal merupakan tambahan penerimaan yang dihasilkan akibat penambahan dari satu satuan input. Input optimum tercapai apabila nilai produk marginal sama dengan harga satu satuan inputnya, sehingga banyaknya input variabel optimum dapat ditentukan, misalnya X1*.
Produksi Total KPT1
Q1 Q2
KPTo
Qo
0
X1*
X1**
Input
Nilai Produk Marginal
NPM1 NPMo 0
Gambar 1.
X1*
X1**
Input
Pengaruh Teknologi Baru Terhadap Penggunaan Masukan Produk Total dan Nilai Produk Marginal (Gould and Ferguson, 1980).
Terjadinya peningkatan teknologi, produktivitas faktor-faktor produksi akan meningkat dan dengan harga produksi yang tetap akan menyebabkan nilai produk marginal akan bertambah besar.
Hal ini ditunjukkan oleh pergeseran
kurva produk total dengan teknologi lama (KPTo) ke kurva produk total dengan teknologi baru (KPT1) serta pergeseran kurva nilai produk marginal dengan teknologi lama (NPMo) ke kurva nilai produk marginal dengan teknologi baru (NPM1) seperti terlihat pada Gambar 1. Dengan penggunaan masukan X1 sebanyak 0X1, maka persamaan (3.2) menjadi: P . f’ (X1*) > R1 ......................................................................................(3.3) Untuk terjadinya keuntungan maksimum, f’(X1*) haruslah berkurang sampai pertidaksamaan (3.3) menjadi persamaan berikut : P. f’(X1*) = R1 ....................................................................................... (3.4) Nilai produk marginal input X1 akan mengecil dengan ditambahnya input X1.
Implikasinya adalah bahwa dengan adanya teknologi baru yang
meningkatkan produktivitas input, produk total dapat dinaikkan dari 0Qo menjadi 0Q1 yang diikuti oleh meningkatnya keuntungan maksimum yang terjadi melalui penambahan masukan dari 0X1* menjadi 0X1**. Keuntungan maksimum ini baru dapat diraih oleh petani apabila petani mempunyai kemampuan untuk membiayai tambahan masukan sebesar X1 = 0X1** - 0X1*. Apabila dana yang dimiliki petani terbatas, sehingga petani hanya mampu membeli masukan sebesar 0X1*, persamaan (3.3) masih tetap berlaku, tetapi produk total berada dibawah tingkat optimum dan keuntungan yang diraih lebih rendah dibandingkan dengan jumlah maksimum. Dalam keadaan seperti ini keberadaan
kredit
sebagai
sumber
likuiditas
sangat
diharapkan
memungkinkan petani meraih produksi dan keuntungan lebih tinggi.
untuk
Kusnadi (1990) menyatakan dalam kegiatan produksi kredit berperan sebagai penambah modal untuk membiayai input produksi sehingga produsen dapat meningkatkan produknya pada tingkat yang lebih tinggi. Input produksi yang dibiayai dengan kredit mempunyai biaya tambahan sebesar bunga kredit dan biaya transaksi lainnya.
Adanya tambahan biaya ini dengan sendirinya
dapat mempengaruhi komposisi penggunaan input optimum. Jika pengusaha menggunakan kombinasi dua input dengan bentuk fungsi produksi Q = (Xl, X2) dan harga persatuan produk yang dihasilkan adalah P, maka total penerimaan sebesar : TR
= P. Q (Xl, X2)……………………………………………...............(3.5)
Keterangan: Q
= Jumlah output yang dihasilkan
Xl, X2 = Input variabel Sedangkan biaya total yang dikeluarkan sebesar : C
= rl Xl + r2 X2 + b…………………………………….....................(3.6)
Dimana r1 dan r2 adalah harga persatuan input dari Xl dan X2, dan b adalah biaya tetap.
Jika sekarang hanya tersedia sejumlah modal tertentu
sebesar Co, maka persamaan biaya menjadi sebagai berikut : Co = r1X1 + r2X2 + b .............................................................................(3.7) Dari persamaan (3.7) dapat diturunkan persamaan isocost yang menggambarkan jumlah input variabel xi yang dapat dibeli dengan jumlah modal Co tersebut. Persamaan isocost tersebut adalah :
X1 =
C o − b r2 − X 2 .............................................................................(3.8) r1 r1
X2 =
C o − b r1 − X 1 .............................................................................(3.9) r2 r2
Pada jumlah biaya sebesar Co tersebut di atas, produsen dapat memaksimumkan Q pada kondisi sebagai berikut :
−
dX 2 r1 ........................................................................................(3.10) = dX 1 r2
Dimana –dX2/dX1 merupakan sudut kemiringan garis isoquant dan r1/r2 merupakan sudut kemiringan garis isocost. Jika Co berubah-ubah jumlahnya, maka akan diperoleh garis perluasan usaha. Jika input-input X1 dan X2 dibiayai kredit, maka harga input menjadi lebih mahal, karena dibebani dengan biaya kredit.
Jika kita katakan suatu input
dibiayai kredit dinyatakan dengan x1, maka harga satu satuan x1 menjadi r1+k, dimana k adalah biaya kredit atau bunga riil yang dibebankan tiap satu satuan input yang dibiayainya. Berdasarkan hal ini, maka keseimbangan penggunaan input optimal akan terganggu menjadi sebagai berikut :
− ∂x 2 r1 + k ....................................................................................(3.11) < ∂x1 r2 Untuk mengembalikan keseimbangan semula, maka produsen harus mengurangi jumlah pemakaian input x1.
Jika jumlah produk Q akan
dipertahankan pada keadaan semula, maka modal yang diperlukan perlu ditambah menjadi Ck, maka akan diperoleh jalur perluasan usaha yang baru. Kaitan antara pendugaan fungsi produksi dengan kredit bisa dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 menunjukkan perubahan yang terjadi sebelum dan setelah adanya kredit. Jalur perluasan usaha setelah dibiayai kredit akan cendrung lebih banyak menggunakan input x2. Penggunaan input untuk biaya minimum tanpa biaya kredit diperoleh pada titik K. Jalur perluasan usaha tanpa biaya kredit ditunjukkan dengan garis S1.
Jika input x1 dibiayai dengan kredit, sehingga
harganya lebih mahal sebesar k, maka kombinasi penggunaan input optimum diperoleh pada titik L dan jalur perluasan usaha menjadi garis S2.
Ck x2 r2 S2 Co r2 L
S1 K
0
Co r1+k
Ck r1+k
Co r1
x1
Gambar 2. Pengaruh Kredit Terhadap Kombinasi Input Biaya Minimum dan Jalur Perluasan Usaha (Kusnadi, 1990). Dari uraian diatas dapat ditunjukkan bahwa pada prinsipnya peranan kredit produksi bagi organisasi produksi adalah sebagai penambah modal, sehingga produsen dapat meningkatkan produksinya pada tingkat yang lebih tinggi. Namun demikian jika proses produksi dibiayai dengan biaya kredit, harga input akan lebih mahal sebesar biaya kredit tersebut. Jika hal ini terjadi menyebabkan adanya perbedaan harga input, produsen akan mengorganisasi komposisi penggunaan input optimal (Kusnadi, 1990).
3.1.3. Perhitungan Pengembalian Kredit Pada analisis pengembalian kredit akan dikaji pula peranan faktor-faktor berikut ini : (1) karakteristik pemilik usaha kecil meliputi umur, pendidikan, pengalaman usaha, jumlah tanggungan keluarga, dan (2) karakteristik usaha meliputi besarnya kredit, jarak lokasi usaha atau tempat tinggal ke bank, dan jangka waktu realisasi kredit. Model yang digunakan dalam menganalisis tingkat pengembalian kredit adalah dengan menggunakan model logit. Model logit atau
model logistic regression merupakan model regresi linier yang variabel dependennya bersifat kualitatif yang mencerminkan pilihan di antara dua alternatif pilihan ya atau tidak (Intriligator, 1978). Dalam situasi variabel dependennya bersifat kualitatif maka urutan angka dependen variabel dapat dinyatakan sebagai frekuensi relatif. Sampel dihitung dari satu atau dua kemungkinan pilihan misalnya keputusan untuk melunasi pembayaran kredit atau belum melunasi pembayaran kredit sebagai frekuensi relatif yang dihasilkan sebagai proporsi dari sampel yang memutuskan untuk mengambil kredit sebagai respon individual. Diasumsikan ada n ulangan sampel dan tiap sampel frekuensi relatifnya positif dan kurang dari satu, misal Pi adalah frekuensi relatif untuk ke i sampel, maka. 0
model
probabilitas linear, dengan persamaan berikut: Yi = α + βXi + Ui ...................................................................................(3.13) Dengan mengasumsikan E(Ui)=0, kita mendapatkan : E (Yi/Ei) = α + β Xi...............................................................................(3.14) Dengan memisalkan Pi = probabilitas Yi = 1 dan 1- Pi = probabilitas Yi = 0, sehingga kita memperoleh : E (Yi) = 0 (1-Pi) + 1(Pi) = Pi.................................................................(3.15) Dengan membandingkan persamaan 3.14 dengan persamaan 3.15 kita dapat menyamakan : E (Yi/Ei) = α + β Xi = Pi .......................................................................(3.16) Nilai probabilitas harus terletak antara 0 dan 1. Model linier digunakan untuk mengestimasi koefisien β =(β1,β2,................βk) dari nilai pengamatan Pi dan Xi. Dengan pendekatan ini ada kemungkinan nilai Pi yang diduga menjadi
negatif atau lebih besar dari satu. Hal ini dapat mengganggu interpretasi dari frekuensi relatif, oleh karena itu alternatif spesifikasi digunakan, salah satu alternatif spesifikasi adalah logit dari analisis regresi, yaitu :
⎡ P ⎤ Ln ⎢ = βX + U .......................................................................................(3.17) ⎣1 − P ⎥⎦ Untuk estimasi β dan nilai dugaan X, dugaan P menjadi : dimana Z = α + β X dengan peluang selalu 0 < p < 1
P/(1+e-Zi)
Menurut Pindyck dan Rubenfield (1981), penggunaan model logit didasarkan pada fungsi kumulatif logistik.
Pi = F ( Z i ) = F (α + β X i ) =
1 1 = ............................(3.18) −Zi − (α + βX i ) 1+ e 1+ e
keterangan : Pi
= Peluang seorang individu akan memilih suatu pilihan tertentu
Xi
= Peubah penjelas yang sudah diketahui nilainya
e
= Bilangan natural = 2.718
α
= Intersep
β
= Nilai parameter yang diduga
Untuk menduga persamaan tersebut diatas, maka kedua sisi persamaan dikalikan dengan (1+e-Zi), sehingga diperoleh :
(1 + e − Z I ) Pi =
1 (1 + e − Z i ) ......................................................................(3.19) 1 + e − Zi
(1 + e − Z i ) Pi = 1 ................................................................................................(3.20) e −Zi =
1 − 1 ....................................................................................................(3.21) Pi
e −Zi =
1 − Pi ...................................................................................................(3.22) Pi
Karena e
− Zi
= 1 / e Z i , maka e Z i =
Pi , dengan mengalikan bilangan natural 1 − Pi
pada kedua sisi persamaan akan diperoleh :
Loge Z i = log
Z i = log
log
Pi .......................................................................................(3.23) 1 − Pi
Pi atau ....................................................................................(3.24) 1 − Pi
Pi = Z i = α + βX i ................................................................................(3.25) 1 − Pi Pi merupakan peluang pengembalian kredit oleh usaha kecil.
Apabila
persamaan diduga langsung akan muncul beberapa kesulitan. Bila Pi sama dengan nol atau 1, maka nilai (Pi/1-Pi) akan sama dengan nol atau tak terdefinisikan, yang selanjutnya nilai logaritmanya tidak terdefinisikan. Oleh karena itu pendugaan dengan OLS kurang tepat (Pindick dan Rubenfeld, 1981). Dalam penelitian nilai Pi tidak diketahui, yang berarti nilai Zi juga tidak diketahui, maka nilai Zi diduga dengan Yi, yang menyatakan peubah boneka atau bersifat kualitatif yang mencerminkan pilihan di antara dua alternatif pilihan, dimana: Yi = 1, berarti usaha kecil yang memiliki kredit lancar Yi = 0, berarti usaha kecil yang memiliki kredit kurang lancar Bentuk fungsi model logit dapat dijelaskan secara lebih ringkas sebagai berikut : Ln (P/1-P)
= α + βX + µ ..........................................................(3.26)
P adalah nilai peluang dari variabel tak bebas yang nilainya bersifat binner yaitu 0 dan 1. Nilai P didapat dari : P = Prob (Y = 1) = 1/1 + e-(α+βX+µ) …………………………......…….…. (3.27) Nilai harapan (Y/X) dinyatakan dalam peluang didapat dari : E (Y/X) = h (X) = e g(x)/1 + e g (x).......................................................(3.28) Ukuran yang sering digunakan untuk melihat hubungan antara peubah bebas dan peubah tidak bebas dalam model logistik adalah nilai odds ratio. Nilai
odds ratio menunjukkan perbandingan peluang Y = 1 dan Y = 0. Nilai ini didapat dari perhitungan eksponensial dari koefisien estimasi (β) atau exp (β). Odds ratio = [P (xi) / 1 - P (xi)] atau exp (β) ........................................(3.29) Untuk melihat kesesuaian model regresi logistik maka digunakan uji rasio likelihood. Nilai ini didapat dengan cara membandingkan nilai G hitung dengan nilai Chi-square. G hitung = 2 {nilai log likelihood–[n1 Ln (n1)+no Ln (no)– n Ln (n)]}….......(3.30) keterangan :
3.2.
G
= Nilai rasio likelihood logaritma tanpa variabel tak bebas
n1
= Jumlah sampel yang termasuk dalam kategori P (Y = 1)
no
= Jumlah sampel yang termasuk dalam kategori P (Y = 0)
n
= Jumlah total sampel.
Kerangka Berpikir Penelitian Bank Perkreditan Rakyat merupakan salah satu lembaga keuangan yang
didirikaan terutama untuk melayani ekonomi rakyat dan usaha mikro, kecil dan menengah.
Perkembangan BPR yang cukup baik beberapa tahun terakhir
mengindikasikan bahwa BPR memiliki peran yang penting dalam menunjang kebutuhan modal dari usaha kecil. Pelayanan BPR kepada usaha kecil harus ditunjang dengan sistem manajemen dan sumberdaya manusia yang berkualitas. Permasalahan yang dihadapi BPR seluruh Indonesia pada umumnya dan di Sumatera Barat khususnya adalah masih rendahnya sumberdaya manusia yang dimiliki, keterbatasan modal dalam menjalankan operasionalnya, dan belum adanya sarana pendukung industri BPR seperti lembaga yang dapat berfungsi sebagai penyangga dana likuiditas bagi BPR, lemahnya pengendalian dan inefisiensi kegiatan operasional.
Kelemahan BPR tersebut perlu diatasi
dengan memberikan dukungan oleh berbagai pihak termasuk penyangga oleh
Bank Umum. Bank Nagari sebagai Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat telah melakukan pembinaan kepada beberapa BPR, sehingga diharapkan BPR binaan tersebut memiliki kinerja yang lebih baik dari BPR non-binaan Bank Nagari. Kinerja yang lebih baik serta didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas diharapkan akan mampu memberikan pelayanan yang lebih baik pula kepada usaha kecil.
Peningkatan pelayanan BPR kepada usaha kecil
diharapkan akan memiliki dampak positif terhadap kinerja dari usaha kecil dengan peningkatan penggunaan tenaga kerja, peningkatan omset penjualan atau keuntungan dan pada akhirnya meningkatkan jumlah asset yang dimiliki. Berdasarkan kerangka teori dan tinjauan penelitian terdahulu, analisis penelitian ini dilakukan dengan tiga tingkatan seperti terlihat pada Gambar 3. Pertama, analisis dilakukan pada tingkat Bank Nagari dengan melihat pembinaan yang telah dilakukan terhadap BPR selama ini. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan deskriptif kuantitatif dengan menggunakan Skala Likert. Kedua, analisis dilakukan ditingkat BPR dengan membandingkan kinerja BPR binaan dan non-binaan Bank Nagari.
Analisis ini dilakukan dengan metode analisis
kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan analisis deskriptif yang membandingkan kinerja BPR binaan dan non-binaan Bank Nagari dalam bentuk tabulasi, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dari BPR dengan menggunakan model korelasi. Kinerja yang dibandingkan diantaranya perkembangan jumlah asset yang dimiliki, jumlah modal, perkembangan laba yang diperoleh dan manajemen. Ketiga, analisis dampak kredit BPR terhadap kinerja kinerja usaha kecil. Usaha kecil dibagi dalam tiga sektor yaitu sektor pertanian, perdagangan, dan industri kecil. Pengertian usaha kecil yang digunakan adalah sesuai dengan ketentuan dari Bank Indonesia. Kinerja usaha kecil yang dinilai adalah penggunaan input
atau penggunaan tenaga kerja, omset penjualan, keuntungan, jumlah asset, dan pengembalian kredit.
3.3.
Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, ditarik hipotesis penelitian untuk
selanjutnya akan diuji kebenarannya. Adapun hipotesis tersebut adalah : 1.
Diduga bahwa kinerja Bank Perkreditan Rakyat binaan Bank Nagari lebih baik daripada kinerja Bank Perkreditan Rakyat non-binaan Bank Nagari.
2.
Diduga bahwa tingkat kesehatan BPR dipengaruhi oleh besarnya kredit yang diberikan, besarnya laba yang diperoleh, jumlah nasabah, jumlah karyawan, jumlah dana yang dihimpun, serta besarnya modal yang dimiliki.
3.
Kredit BPR memiliki dampak positif terhadap penggunaan tenaga kerja, omset penjualan, keuntungan, dan jumlah asset.
BPR Sumbar
BPR Binaan Bank Nagari
BPR Non Binaan Bank Nagari
Perbandingan Kinerja BPR Binaan Bank Nagari dan Non-Binaan
KINERJA USAHA KECIL
Sekor Pertanian
Perdagangan
1. 2. 3. 4. 6.
Industri Rumah tangga
Penggunaan tenaga kerja Omset usaha Tingkat keuntungan Jumlah asset yang dimiliki Pengembalian Kredit
Gambar 3. Kerangka Konseptual Dampak BPR Binaan Bank Nagari Terhadap Kinerja Usaha Kecil di Sumatera Barat.