ANALISIS KINERJA USAHA RESTORAN XYZ DENGAN MENGGUNAKAN FASILITAS KREDIT UKM
SKRIPSI
VANDY WIJAYA H34086094
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
RINGKASAN Vandy Wijaya. H34086094. Analisis Kinerja Usaha Restoran XYZ Dengan Menggunakan Fasilitas Kredit UKM. Di bawah bimbingan Heny K.S Daryanto
Salah satu usaha yang memiliki eksistensi penting dalam perekonomian nasional adalah usaha kecil dan menengah (UKM). Peran usaha kecil dan menengah dalam menunjang kegiatan ekonomi masyarakat terutama dalam menggerakkan sektor riil adalah merupakan realitas dalam kegiatan ekonomi nasional yang sangat penting dan strategis. Oleh karenanya penguatan terhadap ekonomi skala kecil dan menengah dipandang perlu menjadi prioritas yang harus dilakukan untuk menopang ekonomi nasional yang kuat dan terciptanya fundamental ekonomi yang tangguh. UKM juga merupakan usaha yang tahan terhadap krisis ekonomi ini disebabkan oleh skala usaha yang relatif lebih fleksibel dibandingkan dengan skala usaha besar yang selalu menyesuaikan dengan keadaan pasar, sehingga UKM akan lebih kreatif dalam menciptakan produk baru dan lebih fleksibel untuk memenuhi permintaan pasar. Dalam menjalankan usahanya, pengusaha UKM dihadapkan pada beberapa kendala, salah satunya di bidang permodalan. Permodalan UKM yang berasal dari modal pengusaha sendiri dirasa kurang cukup untuk pengembangan usaha. Dalam meningkatkan peranan UKM perlu dorongan dan dukungan dari pemerintah maupun lembaga keuangan seperti perbankan. Salah satu UKM yang cukup berkembang pada saat sekarang ini adalah usaha rumah makan atau restoran. Salah satu bisnis makanan dan restoran yang ada di Kota Bogor yang cukup berkembang adalah Restoran XYZ. Dalam pengembangan usahanya Restoran XYZ membutuhkan tambahan modal kerja dan investasi. Dalam hal ini, pemilik Restoran XYZ bekerja sama dengan lembaga keuangan dalam hal ini Bank B untuk membantunya dalam masalah permodalan yaitu melalui pemberian fasilitas kredit modal kerja untuk kegiatan operasional usahanya dan kredit investasi untuk pembiayaan tempat usahanya tersebut. Tujuan penelitian yaitu menganalisis kinerja pemasaran Restoran XYZ sebelum dan setelah mendapatkan fasilitas kredit dan menganalisis perbandingan kinerja keuangan pada Restoran XYZ sebelum dan sesudah mendapatkan fasilitas kredit. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak-pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini, yaitu pemilik usaha Restoran XYZ, bagian keuangan restoran dan karyawan restoran. Data sekunder diperoleh dari dinas setempat dan media massa yang berkaitan dengan keadaan umum UKM, kredit UKM, restoran dan keuangan. Data internal yang digunakan adalah laporan keuangan dari perusahaan berupa neraca dan laporan laba rugi. Hasil penelitian menunjukan perkembangan kinerja pemasaran yang dilihat dari sisi penjualan dan pertumbuhan pejualan Restoran XYZ secara umum mengalami peningkatan setiap tahunnya. Setelah menggunakan fasilitas kredit yang digunakan untuk relokasi tempat dan modal kerja restoran nilai penjualan Restoran XYZ langsung meningkat pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp 2,1 miliar. Namun pada tahun 2008 dan 2009 pertumbuhan nilai penjualan Restoran XYZ tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perkembangan
kinerja keuangan Restoran XYZ dari hasil analisa rasio yang dilakukan terhadap laporan keuangan Restoran XYZ berupa neraca dan laporan laba rugi memperlihatkan bahwa secara umum rasio keuangan Restoran XYZ mengalami peningkatan setelah menggunakan fasilitas kredit untuk pengembangan usahanya. Pada tingkat likuiditas Restoran XYZ nilai rasio pada Cash ratio, Current Ratio dan Quick Ratio menunjukan pertumbuhan yang positif setelah Restoran XYZ menggunakan fasilitas kredit. Tingkat leverage Restoran XYZ mengalami peningkatan yang cukup besar pada saat setelah menggunakan fasilitas kredit karena jaminan terhadap modal dan aset yang mengalami kenaikan. Pada tingkat aktivitas didapat adanya kecenderungan penurunan terhadap Asset turn over pada saat setelah menggunakan fasilitas kredit. Pada tingkat profitabilitas dapat disimpulkan bahwa pada rasio laba bersih mengalami peningkatan namun peningkatannya tersebut relatif kecil. Hal ini mencerminkan restoran belum efesien dalam mengelola sumberdaya perusahaan. Selain itu tingkat pengembalian modal atau ekuitas dan aset mengalami peningkatan.
ANALISIS KINERJA USAHA RESTORAN XYZ DENGAN MENGGUNAKAN FASILITAS KREDIT UKM
SKRIPSI
VANDY WIJAYA H34086094
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
ANALISIS KINERJA USAHA RESTORAN XYZ DENGAN MENGGUNAKAN FASILITAS KREDIT UKM
VANDY WIJAYA H34086094
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul
:
Analisis
Kinerja
Usaha
Restoran
Menggunakan Fasilitas Kredit UKM Nama
:
Vandy Wijaya
NIM
:
H34086094
Disetujui : Pembimbing
Dr. Ir. Heny K.S Daryanto, MEc NIP. 19610916 198601 2 001
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr.Ir Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
XYZ
dengan
PERNYATAAN Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Usaha Restoran XYZ dengan Menggunakan Fasilitas Kredit UKM” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2011
Vandy Wijaya H34086094
RIWAYAT HIDUP Vandy Wijaya dilahirkan di Padang Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 28 April 1987 dan merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari Bapak Zulwi Asri, BSc dan Ibu Marliwati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Kartika 1-11 Padang pada tahun 1999, kemudian pada tahun 2002 penulis lulus dari SLTP Negeri 8 Padang dan pada tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri10 Padang. Tahun 2005 penulis diterima di Program Diploma IPB Program Keahlian Manajemen Agribisnis melalui jalur USMI. Pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan pada strata satu (S1) di Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Agribisnis, Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Selain mengikuti pendidikan penulis juga bekerja pada PT Joe Aquatic Indonesia pada tahun 2008. Sejak tahun 2009 – sekarang penulis bekerja di Bank Bukopin Cabang Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja Usaha Restoran XYZ dengan Menggunakan Fasilitas Kredit UKM”. Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja pemasaran usaha Restoran XYZ sebelum dan setelah mendapatkan fasilitas kredit dan menganalisis perbandingan kinerja keuangan pada usaha Restoran XYZ sebelum dan sesudah mendapatkan fasilitas kredit. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi.
Bogor, Februari 2011 Vandy Wijaya
UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada bagian ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada : 1. Dr.Ir. Heny K.S Daryanto, MEc sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan pada penulis. 2. FebriantinaDewi, SE, MSc dan Rahmat Yanuar SP, Msi sebagai dosen penguji pada saat sidang 3. Ir. Netty Tinaprilia, MM sebagai dosen evaluator pada saat kolokium. 4. Ir. Yusalina, MSi yang telah menjadi dosen pembimbing akademik dan seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis. 5. Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan dukungan do’a dan mengantarkan penulis pada satu titik menuju masa depan. 6. Pihak Restoran XYZ atas waktu, data dan informasi yang diberikan 7. Rekan-rekan mahasiswa Program Penyelenggaraan Khusus Agribisnis atas pertemanan,
dukungan,
kebersamaan
selama
kuliah
hingga
dapat
menyelesaikan skripsi ini. 8. Rekan-rekan Bank Bukopin Cabang Bogor yang telah memberi dorongan dan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan 9. Semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu atas dukungan bantuan dan doanya.
Bogor, Februari 2011 Vandy Wijaya
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xiv
BAB I. PENDAHULUAN. ..........................................................................
1
1.1 1.2 1.3 1.4
Latar Belakang ......................................................................... Perumusan Masalah ................................................................. Tujuan .................................................................................. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................
1 5 6 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………… .......... .............................
7
2.1 2.2
Studi Tentang Penggunaan Kredit ........................................... Studi Tentang Kinerja Keuangan Restoran ..............................
7 8
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN…………….........................................
12
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................... 3.1.1 Usaha Kecil dan Menengah (UKM) .............................. 3.1.2 Kredit ............................................................................. 3.1.2.1 Pengertian Kredit ............................................... 3.1.2.2 Kredit Modal Kerja dan Investasi ...................... 3.1.3 Kinerja ............................................................................ 3.1.3.1 Kinerja Pemasaran ............................................. 3.1.3.2 Kinerja Keuangan .............................................. 3.1.4 Rasio Keuangan .............................................................. 3.1.5 Restoran .......................................................................... 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................ BAB IV. METODE PENELITIAN………………………………… ……... 4.1 4.2 4.3 4.4
12 12 13 13 15 17 18 18 20 23 24 26
Lokasi dan Waktu penelitian.................................................... Metode Pengumpulan Data ...................................................... Metode Penelitian .................................................................... Metode Analisis Data ............................................................. 4.4.1 Analisis Kinerja Pemasaran ........................................... 4.4.2 Analisis Rasio Keuangan ...............................................
26 26 27 27 27 28
BAB V. GAMBARAN UMUM RESTORAN XYZ ...................................... 5.1 Sejarah dan Perkembangan Restoran XYZ .............................. 5.2 Produk Restoran XYZ............................................................... 5.3 Struktur Organisasi ................................................................... 5.4 Segmentasi, Targeting dan Positioning .................................... 5.5 Bauran Pemasaran .....................................................................
31 31 32 32 34 35
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 6.1 Analisis Kinerja Pemasaran ...................................................... 6.1.1 Volume Pejualan ............................................................ 6.1.2 Pertumbuhan Penjualan.................................................. 6.2 Analisis Kinerja Keuangan ....................................................... 6.2.1 Rasio Likuiditas.............................................................. 6.2.2 Rasio Leverage ............................................................... 6.2.3 Rasio Aktivitas ............................................................... 6.2.4 Rasio Profitabilitas ........................................................
38 38 38 39 40 41 45 48 49
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................
53
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
55
LAMPIRAN ..................................................................................................
57
DAFTAR TABEL
Nomor
Teks
Halaman
1. Perkembangan Baki Debet Kredit UMKM Tahun 2007-2009 (Rp. Miliar)
2
2. Perkembangan Jumlah Restoran Berdasarkan Jenis Hidangan di ............... Kota Bogor Tahun 2004-2007
3
3. Nilai Penjualan Restoran XYZ Bulan Juni 2009 – Maret 2010 ..................
4
4. Tinjauan Penelitian Terdahulu ....................................................................
11
5. Jenis dan Sumber Data Penelitian ...............................................................
26
6. Aktiva Lancar Restoran XYZ Tahun 2005-2009 ........................................
42
7. Kewajiban Lancar Restoran XYZ Tahun 2005-2009 .................................
43
8. Kas Restoran XYZ Tahun 2005-2009 ........................................................
44
9. Persediaan Restoran XYZ Tahun 2005-2009 .............................................
45
10. Kewajiban Restoran XYZ Tahun 2005-2009 ...........................................
47
11. Modal Restoran XYZ Tahun 2005-2009 ..................................................
47
12. Aktiva Restoran XYZ Tahun 2005-2009 ..................................................
48
13. Penjualan Bersih Restoran XYZ Tahun 2005-2009..................................
49
14. Keuntungan Bersih Restoran XYZ Tahun 2005-2009 ..............................
51
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Teks
Halaman
1. Kerangka Pemikiran Operasional...........................................................
25
2. Struktur Organisasi Restoran XYZ .......................................................
33
3. Volume Penjualan Restoran XYZ tahun 2005-2009.............................
38
4. Pertumbuhan Penjualan Restoran XYZ tahun 2005-2009.....................
39
5. Rasio Likuiditas Restoran XYZ tahun 2005-2009................................
41
6. Rasio Leverage Restoran XYZ tahun 2005-2009 .................................
46
7. Rasio Aktivitas Restoran XYZ tahun 2005-2009 .................................
48
8. Rasio Profitabilitas Restoran XYZ tahun 2005-2009 ...........................
49
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Teks
Halaman
1. Rasio Likuiditas Restoran XYZ Tahun 2005-2009......................................
58
2. Rasio Leverage Restoran XYZ Tahun 2005-2009 ......................................
59
3. Rasio Aktivitas Restoran XYZ Tahun 2005-2009 ......................................
60
4. Rasio Profitabilitas Restoran XYZ Tahun 2005-2009 ...............................
61
5. Daftar Menu dan Harga Restoran XYZ ......................................................
62
6. Daftar Menu dan Harga Catering Restoran XYZ .......................................
63
7. Hasil Rekapitulasi Rasio Keuangan ............................................................
65
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Peranan pemerintah, lembaga keuangan dan pelaku usaha sangat
mendukung pembangunan ekonomi Indonesia. Pemerintah sebagai pembuat dan pengatur kebijakan diharapkan dapat memberikan iklim perekonomian yang baik bagi dunia usaha, sehingga lembaga keuangan baik perbankan maupun bukan perbankan serta pelaku usaha di lapangan mampu memanfaatkan dan melaksanakan kegiatan usaha dengan lancar sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang baik. Salah satu usaha yang memiliki eksistensi penting dalam perekonomian nasional adalah usaha kecil dan menengah (UKM). Peran usaha kecil dan menengah dalam menunjang kegiatan ekonomi masyarakat terutama dalam menggerakkan sektor riil adalah merupakan realitas dalam kegiatan ekonomi nasional yang sangat penting dan strategis. Oleh karenanya penguatan terhadap ekonomi skala kecil dan menengah dipandang perlu menjadi prioritas yang harus dilakukan agar perekonomi nasional menjadi kuat dan terciptanya fundamental ekonomi yang tangguh. UKM juga merupakan usaha yang tahan terhadap krisis ekonomi ini disebabkan oleh skala usaha yang relatif lebih fleksibel dibandingkan dengan skala usaha besar yang selalu menyesuaikan dengan keadaan pasar, sehingga UKM akan lebih kreatif dalam menciptakan produk baru dan lebih fleksibel untuk memenuhi permintaan pasar 1. Dalam menjalankan usahanya, pengusaha UKM dihadapkan pada beberapa kendala, salah satunya di bidang permodalan. Permodalan UKM yang berasal dari modal pengusaha sendiri dirasa kurang cukup untuk pengembangan usaha. Dalam meningkatkan peranan UKM perlu dorongan dan dukungan dari pemerintah maupun lembaga keuangan seperti perbankan. Kredit perbankan yang telah disalurkan pada UKM pada tahun 2009 adalah sebesar Rp 106.432 miliar seperti yang telah disajikan pada Tabel 1.
1
http : //www.infoukm.wordpress.com. Diakses pada tanggal 10 Juli 2010.
Tabel 1.
Perkembangan Outstanding Kredit UMKM Tahun 2007-2009 (Rp Miliar)
N o 1
20.561,4
Perubahan (%) -
31.551,0
Perubahan (%) 53
Kredit Mikro
2
Kredit Kecil
38.365,6
-
66.576,2
3
Kredit Menengah
36.981,2
-
TOTAL
96.178,2
-
Klasifikasi
2007
21.193,2
Perubahan (%) -33
74
62.593,2
-6
38.143,6
3
22.645,6
-41
136.270,8
42
106.432,0
-22
2008
2009
Sumber : Bank Indonesia (www.bi.go.id), 2010
Tabel 1 memperlihatkan bahwa dalam kurun waktu tiga tahun penyaluran kredit perbankan pada sektor UKM mengalami peningkatan setiap tahun. Total peningkatan secara nominal mengalami peningkatan sebesar 13,87 % per tahun. Penurunan kredit UMKM pada tahun 2009 diakibatkan dampak buruk krisis global yang dinilai mempengaruhi perkembangan kredit. Alokasi
kredit
UMKM
berdasarkan
sektor
ekonomi
memiliki
kecenderungan yang semakin berorientasi di sektor jasa, terutama jasa perdagangan dan jasa dunia usaha lainnya karena memiliki resiko yang kecil. Pengalokasian kredit kepada industri justru semakin mengecil karena dinilai memiliki tingkat risiko yang cukup tinngi yang akan meyebabkan tingkat kemacetan menjadi tinggi 2. Salah satu UKM yang cukup berkembang pada saat sekarang ini adalah usaha rumah makan atau restoran. Usaha restoran dan/rumah makan hingga saat ini masih diyakini sebagai salah satu bentuk usaha ekonomi yang memiliki prospek cukup bagus, bahkan dalam kondisi krisis sekalipun. Usaha ini juga didukung dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia yang bekerja yang menyebabkan terjadinya berbagai perubahan perilaku masyarakat di Indonesia. Dengan banyaknya kesibukan yang ada, mereka tidak cukup waktu untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu makan.
Hal tersebut menyebabkan
terjadinya peningkatan permintaan masyarakat terhadap tersedianya jasa penyediaan makanan yang biasa disebut restoran atau rumah makan.
2
http : //www.detikfinance.com. Diakses pada tanggal 13 Juni 2010
Restoran merupakan salah satu industri yang berkembang pesat di Kota Bogor. Perubahan perilaku masyarakat menjadi daya tarik pemilik modal untuk mengembangkan usaha pelayanan makanan antara lain restoran.
Selain itu
semakin banyaknya wisatawan lokal yang berlibur ke Kota Bogor menjadi salah satu penyebab usaha di bidang makanan ini berkembang. Restoran yang ada di Kota Bogor cukup bervariasi.
Dinas Informasi
Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor membagi jenis restoran berdasarkan jenis hidangannya yaitu ada lima macam. Jenis restoran tersebut adalah restoran Indonesia, restoran tradisional, restoran internasional, restoran oriental dan restoran kontinental. Perkembangan jumlah restoran di Kota Bogor menurut jenis hidangan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Jumlah Restoran Berdasarkan Jenis Hidangan di Kota Bogor Tahun 2005-2009 No
Jenis Hidangan
Jumlah (Unit) 2005
2006
2007
2008
2009
1
Restoran Indonesia
45
48
51
54
55
2
Restoran Daerah
215
216
218
220
220
3
Restoran Internasional
107
108
110
111
111
4
Restoran Oriental
35
36
40
47
47
5
Restoran Kontinental
40
43
45
50
47
Sumber : Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor,2010
Tabel 2 memperlihatkan bahwa jenis hidangan yang disajikan di Kota Bogor begitu beragam mulai dari makanan Indonesia, Daerah, Internasional, Oriental samapai makanan Kontinental. Perkembangan restoran di Kota Bogor meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2009 perkembangan restoran tidak begitu jauh dengan tahun 2008. Jenis hidangan Indonesia tahun 2009 meningkat sebesar satu unit, dari 54 unit restoran menjadi 55 unit restoran, akan tetapi untuk jenis hidangan kontinental pada tahun 2009 menurun sebanyak tiga unit yaitu dari 50 unit restoran turun menjadi 47 unit restoran.
Salah satu bisnis makanan dan restoran yang ada di Kota Bogor yang cukup berkembang adalah Restoran XYZ.
Bidang usaha yang dijalani oleh
Restoran XYZ adalah restoran dan jasa catering untuk beberapa pabrik dan hotel yang ada di kota Bogor. Penjualan Restoran XYZ dari bulan Juni 2009 hingga Maret 2010 mengalami fluktuasi setiap bulannya.
Hal ini disebabkan karena jumlah
pengunjung yang tidak tentu setiap bulannya. Adanya fluktuasi jumlah penjualan di Restoran XYZ merupakan salah satu indikator adanya persaingan antar restoran yang ada di Kota Bogor. Nilai penjualan Restoran XYZ dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai Penjualan Restoran XYZ Bulan Juni 2009 – Maret 2010 Bulan Jumlah (Rp Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret Sumber : Restoran XYZ, 2010
/ bulan) 131.441.350 118.058.000 134.001.250 122.808.200 135.171.000 126.611.900 142.580.200 124.282.750 103.756.000 117.232.300
Perkembangan (%) -10,18 13,50 -8,35 10,07 -6,33 12,61 -12,83 -16,52 12,99
Pada Tabel 3 terlihat bahwa penjualan tertinggi terjadi pada Bulan Desember 2010. Tingginya penjualan disebabkan karena pada bulan tersebut banyak terdapat libur nasional dan keagamaan sehingga banyak keluarga dan pelanggan dari luar kota yang berkunjung. Untuk menunjang bisnis Restoran XYZ, pemilik menambah fasilitas live music yang disajikan setiap malam dan minggu.
Restoran XYZ mempunyai
pelanggan yang berasal dari kalangan remaja hingga orang dewasa, dari masyarakat umum hingga pejabat daerah maupun negara. Restoran XYZ ini seringkali digunakan untuk acara-acara resmi seperti rapat, pertemuan-pertemuan, pernikahan dan maupun acara tidak resmi seperti reuni, ulang tahun ataupun arisan.
Pada tahun 2002 pemilik restoran mengembangkan usahanya dengan
membuka kantin di IPB.
Pada tahun 2007 pemilik Restoran XYZ yaitu Bapak B.I ingin memperluas jangkauan bisnis yang sudah ada mengingat keadaan bisnis yang sebelumnya dirasa kurang mampu meningkatkan pendapatan bisnis. Letak lokasi bisnis yang dijalankan dahulu memiliki lokasi yang kurang strategis maka yang bersangkutan mengajukan kredit investasi untuk merelokasi tempat usaha Restoran XYZ ke tempat Restoran Wong Solo yang sudah tidak beroperasi lagi yang terletak di Jl.Raya Pajajaran sehingga diharapkan dapat bersaing dengan usaha sejenis yang terdapat disepanjang Jl. Raya Pajajaran, sehingga bisa menambah pendapatan bisnis. 1.2.
Perumusan Masalah Sebagai usaha perorangan, UKM pada umumnya menjalankan usahanya
dengan mengandalkan modal sendiri (equity) dari pemilik yang jumlahnya sangat terbatas. Kondisi ini menyebabkan UKM membutuhkan dana tambahan modal kerja maupun investasi. Modal kerja dan investasi tersebut dibutuhkan untuk kegiatan operasional secara langsung dan kontinu agar memperoleh keuntungan usaha dan kontinuitas usaha. Tambahan modal kerja dan investasi dapat diperoleh dari lembaga keuangan yaitu bank. Permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha UKM juga menjadi masalah pada usaha Restoran XYZ.
Dalam menjalankan usahanya Restoran XYZ
membutuhkan tambahan modal kerja dan investasi. Untuk itu pemilik Restoran XYZ mengajukan kredit kepada Bank B untuk membantunya dalam masalah permodalan yaitu melalui pemberian fasilitas kredit modal kerja untuk kegiatan operasional usahanya dan kredit investasi untuk pembiayaan tempat usahanya tersebut. Kredit modal kerja yang diperoleh Restoran XYZ digunakan untuk menambah modal kegiatan operasional usaha-usahanya. Kegiatan operasional tersebut menyangkut persediaan bahan baku dan biaya tenaga kerja. Selain hal tersebut penggunaan kredit modal kerja ini dilatarbelakangi dengan bertambah banyaknya pemesanan catering dan telah meluasnya pemasaran atas produk yang dihasilkan.
Restoran XYZ mendapatkan kontrak untuk pengadaan makan
karyawan di salah satu hotel ternama di Jakarta dengan konsumsi sebanyak 1300 karyawan per hari pada tahun 2007 sampai dengan pertengahan 2009.
Kredit investasi yang diperoleh digunakan untuk membeli tempat untuk usaha Restoran XYZ. Awalnya Restoran XYZ berlokasi di Jl. Tentara Pelajar namun lokasi tersebut dirasa kurang strategis sehingga usaha tersebut kurang berkembang.
Oleh sebab itu Restoran XYZ merelokasi tempat usaha ke Jl.
Pajajaran yang dahulunya merupakan lokasi Restoran Wong Solo. Setelah adanya relokasi tempat ke Jl.Raya Pajajaran diharapkan restoran ini lebih dikenal lagi oleh masyarakat Bogor khususnya dan bisa menjangkau masyarakat Jakarta karena letak lokasi yang strategis dan juga merupakan jalan utama di Kota Bogor. Restoran XYZ mendapatkan fasilitas kredit pada tahun 2007 yang mana akan berakhir pada tahun 2010 ini.
Dengan adanya kredit tersebut pemilik
berharap usahanya dapat mencapai tingkat rentabilitas yang maksimal. Berdasarkan uraian sebelumnya, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Bagaimanakah kinerja pemasaran Restoran XYZ sebelum dan setelah mendapatkan fasilitas kredit?
2.
Bagaimanakah perbandingan kinerja keuangan Restoran XYZ sebelum dan sesudah mendapatkan fasilitas kredit?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian
ini bertujuan untuk : 1.
Menganalisis kinerja pemasaran Restoran XYZ sebelum dan setelah mendapatkan fasilitas kredit.
2.
Menganalisis perbandingan kinerja keuangan Restoran XYZ sebelum dan sesudah mendapatkan fasilitas kredit.
1.4.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini menganalisis kinerja Restoran XYZ dari aspek
pemasaran dalam hal ini nilai penjualan dan pertumbuhan penjualan serta aspek keuangan usaha Restoran XYZ sebelum dan setelah mendapatkan fasilitas kredit dari Bank B untuk pengembangan usaha.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Studi Tentang Penggunaan Kredit Setiawan (2009) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh
Pemberian Kredit Terhadap Usaha Debitur Mikro PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengkaji dan mengetahui pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja keuangan debitur mikro Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur, serta pengaruhnya masing-masing berdasarkan sektor ekonomi usaha debitur mikro, lamanya usaha debitur mikro, jangka waktu kredit mikro, tahun pemberian kredit mikro, besarnya plafond kredit yang diterima pengusaha mikro dan total asset perusahaan debitur mikro terhadap kinerja keuangan usaha debitur PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur. Jenis data pada kajian ini termasuk data rasio dan diuji secara statistik dengan uji paired t-test atau t-test of diference pada taraf nyata 5%. Dari analisis kajian tersebut diperoleh hasil rataan profit margin (PM) setelah pemberian kredit meningkat cukup nyata dibandingkan dengan rataan saat permohonan kredit, pada taraf nyata 5% dan rataan Return on asset (ROA) setelah pemberian kredit meningkat cukup nyata dibandingkan dengan rataan saat permohonan kredit, apda taraf nyata 5% selain itu rataan Return on equity (ROE) setelah pemberian kredit meningkat cukup nyata dibandingkan dengan rataan saat permohonan kredit pada taraf nyata 5%.
Dari hasil kajian tersebut dapat
disimpulkan terdapat peningkatan kinerja keuangan debitur mikro setelah mendapatkan kredit dari Bank Jabar Banten Cabang Cianjur berdasarkan jangka waktu kredit, sektor ekonomi usaha debitur, lama usaha debitur, tahun pencairan kredit, besarnya plafond kredit dan berdasarkan total asset usaha debitur. Permadi (2009) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Total Kredit, PDB, dan Tingkat Suku Bunga terhadap Jumlah Unit Usaha Berskala Kecil dan Menengah (UKM).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh pertumbuhan ekonomi di Indonesia terhadap perkembangan UKM di Indonesia, serta mengukur pengaruh dunia perbankan terhadap pertumbuhan UKM di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder, Time Series tahun 2000-2008.
Penelitian ini menggunakan dua metode pendekatan, metode
kualitatif untuk menganalisis bagaimana hubungan antara peningkatan jenis usaha
sektor UKM dengan tingkat bunga, total PDB, dan total kredit sektor UKM. Sedangkan metode kuantitatif untuk menganalisis data pada penilitian ini adalah dengan metode Ordinary Least Square (OLS).
Adapun peranti lunak yang
digunakan pada saat proses pemasukan data adalah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007, sedangkan pada saat pengolahan data menggunakan minitab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel total kredit, dan PDB mempunyai pengaruh yang berbanding lurus terhadap peningkatan jumlah unit usaha berskala kecil dan menengah, sedangkan tingkat suku bunga yang berbanding terbalik dengan peningkatan jumlah unit usaha berskala kecil dan menengah. Koefisien variabel suku bunga pada hasil pengolahan data adalah sebesar 634.414 ini berarti bahwa penurunan suku bunga sebesar 1% dapat meningkatkan jumlah unit usaha sebesar 634.414 unit usaha.
Selain itu,
peningkatan jumlah UKM di Indonesia juga membuka lapangan pekerjaan baru di Indonesia. 2.2. Studi Tentang Kinerja Keuangan Suseno (2010) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Keuangan PT.Bimatama Indonesia Indonesia Estetika.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi perkembangan dan komposisi keuangan perusahaan, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan selama periode 2004-2008. Metode yang digunakan menggunakan analisis rasio keuangan dan analisis Du Pont. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa perkembangan keuangan perusahaan pada kondisi keuangan jangka pendek menunjukkan bahwa hutang lancar dan aktiva lancar mengalami peningkatan secara fluktuatif. Sementara kondisi keuangan jangka panjang menunjukkan kecenderungan yang meningkat dalam dua tahun terakhir dengan laju peningkatan terbesar terjadi dalam komponen total hutang dan diikuti oleh total aktiva dan modal sendiri. Berdasrkan analisis rasio kondisi keuangan perusahaan menunjukkan keadaan kurang likuid dan kurang solvabel. walaupun begitu, perusahaan masih tetap menghasilkan keuntungan.
Berdasarkan hasil analisis Du Pont, kinerja
perusahaan selama lima tahun menunjukkan fluktuasi.
Pravitasari
(2010)
melakukan
penelitian
yang
berjudul
analisis
perkembangan kinerja keuangan Haneda Decorations periode 2006-2008. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan selama tiga tahun terakhir dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kinerja keuangan perusahaan.
Data yang digunakan dianalisis
dengan analisis rasio keuangan, analisis trend dan analisis Du Pont. Dari hasil analisis rasio keuangan dapat diketahui bahwa tingkat Likuiditas dan aktivitas perusahaan berada dalam kondisi yang kurang baik sedangkan solvabilitas dan profitabilitas perusahaan berada dalam kondisi yang cukup baik. Sara (2008) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kinerja Keuangan dan Manajemen Strategis Pengembangan Restoran Canary di Hotel Mirah Bogor. Metode yang digunakan yaitu metode kuantitatif untuk analisis keuangan, dengan menggunakan parameter Margin Contribution, Break Event Point, Margin of Safety, Shut Down Point, dan Degree of Operating Leverage. Metode kualitatif untuk perumusan strategi dengan menggunakan matriks IFE dan EFE, matriks SWOT, matriks IE, dan pengambilan keputusan dengan analisis QSPM. Hasil analisis keuangan menunjukkan bahwa kinerja keuangan Restoran Canary yang terintegrasi dengan manajemen keuangan Hotel Mirah menunjukkan bahwa pendapatan dari tamu individu bagus. Hal ini dapat diketahui bahwa selisih pendapatan dengan biaya dari tamu individu positif, sehingga kegiatan untuk memisahkan tamu individu dengan tamu grup dapat terus dilanjutkan. Strategi
yang digunakan Restoran Canary meningkatkan pendapatan tamu
individu dan mempertahankan pendapatan tamu grup dengan memanfaatkan fasilitas produksi lama, dalam hal ini fasilitas untuk tamu grup dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan usaha yang berorientasi pada tamu individu. Hasil matriks IE, menunjukkan posisi Restoran Canary berada pada posisi growth and build strategi yang dapat dikembangkan adalah strategi intensif yaitu strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Hasil QSPM strategi alternatif utama yang dapat diterapkan Hotel Mirah untuk pengembangan Restoran
Canary
yaitu
meningkatkan
pendapatan
tamu
individu
dan
mempertahankan pendapatan tamu grup untuk menghadapi kenaikan harga BBM dan bahan baku makanan, dengan nilai TAS tertinggi yaitu 5.761. Pada penelitian Setiawan (2009) keberhasilan kredit mikro dilihat dari berkembangan perubahan rataan Profit Margin (PM), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) setelah pemberian kredit. Berdasarkan penelitian Suseno (2010) dan Pravitasari (2010) penilaian kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Penelitian ini mengambil topik Analisis Kinerja Usaha Restoran XYZ Dengan Menggunakan Fasilitas Kredit UKM.
Perbedaan penelitian yang
dilakukan oleh penulis terhadap penelitian sebelumnya, yaitu penulis mencoba menghubungkan kinerja usaha Restoran XYZ setelah mendapatkan kredit dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan menilai kinerja pemasaran dari restoran tersebut. Pada penelitian ini dilakukan analisis kinerja usaha pada saat sebelum dan setelah mendapatkan fasilitas kredit pada semua aspek pemasaran dan keuangan. Diharapkan dengan menganalisis kinerja keuangan usaha ini akan dapat memperlihatkan perkembangan usaha secara kualitatif.
Sedangkan
persamaan penelitian dengan yang terdahulu adalah menganalisis kinerja keuangan dengan menggunakan analisis rasio. Rasio yang digunakan adalah rasio Likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. penelitian terdahulu secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.
Tinjauan
Tabel 4. Tinjauan Penelitian Terdahulu No 1
Nama Wawan Setiawan (2009)
Judul Analisis Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Usaha Debitur Mikro PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur
Alat Analisis Uji Paired T-Test atau T-Test Of Diference
2
I Made Rajiv Permadi (2009)
Pengaruh Total Kredit, Pdb, dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Jumlah Unit Usaha Berskala Kecil dan Menengah (UKM)
Ordinary Square (OLS)
3
Iman (2010)
Suseno
Analisis Keuangan PT.Bimatama Indonesia Indonesia Estetika
Metode yang digunakan menggunakan analisis rasio keuangan dan analisis Du Pont
4
Mirasti Pravitasari (2010)
Analisis Perkembangan Kinerja Keuangan Haneda Decorations Periode 2006-2008
5
Paula Sara (2008)
Analisis Kinerja Keuangan dan Manajemen Strategis Pengembangan Restoran Canary di Hotel Mirah Bogor
Data yang digunakan dianalisis dengan analisis rasio keuangan, analisis trend dan analisis Du Pont Analisis keuangan, dengan menggunakan parameter Margin Contribution, Break Event Point, Margin of Safety, Shut Down Point, dan Degree of Operating Leverage
Least
Hasil Penelitian Profit margin (PM) setelah pemberian kredit meningkat cukup nyata dibandingkan dengan rataan saat permohonan kredit dan rataan Return on asset (ROA) setelah pemberian kredit meningkat cukup nyata dibandingkan dengan rataan saat permohonan kredit, selain itu rataan Return on equity (ROE) setelah pemberian kredit meningkat cukup nyata dibandingkan dengan rataan saat permohonan kredit pada taraf nyata 5% variabel total kredit, dan PDB mempunyai pengaruh yang berbanding lurus terhadap peningkatan jumlah unit usaha berskala kecil dan menengah, sedangkan tingkat suku bunga berbanding terbalik yang dengan peningkatan jumlah unit usaha berskala kecil dan menengah Perkembangan keuangan perusahaan pada kondisi keuangan jangka pendek menunjukkan bahwa hutang lancar dan aktiva lancar mengalami peningkatan secara fluktuatif. Sementara kondisi keuangan jangka panjang menunjukkan kecenderungan yang meningkat dalam dua tahun terakhir Tingkat Likuiditas dan aktivitas perusahaan berada dalam kondisi yang kurang baik sedangkan solvabilitas dan profitabilitas perusahaan berada dalam kondisi yang cukup baik Analisis keuangan menunjukkan bahwa kinerja keuangan Restoran Canary yang terintegrasi dengan manajemen keuangan Hotel Mirah menunjukkan bahwa pendapatan dari tamu individu bagus. Hal ini dapat diketahui bahwa selisih pendapatan dengan biaya dari tamu individu positif, sehingga kegiatan untuk memisahkan tamu individu dengan tamu grup dapat terus dilanjutkan
III.
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Beberapa lembaga atau instansi bahkan UU memberikan definisi Usaha Kecil Menengah (UKM), diantaranya adalah Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), Badan Pusat Statistik (BPS), Keputusan Menteri Keuangan No 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, dan UU No. 20 Tahun 2008. Definisi UKM yang disampaikan berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000 juta. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200 juta s/d Rp 10.000 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan 3. Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja lima sampai dengan sembilan belas orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang (Partomo dan Soejoedono,2002). Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya Rp 600 juta atau aset/aktiva setinggi-tingginya Rp 600 juta (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari : 1. Badan Usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi) 2. Perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa)
3
http : //www.infoukm.wordpress.com. Diakses pada tanggal 20 Juli 2010.
Pada tanggal 4 Juli 2008 telah ditetapkan Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Definisi UKM yang disampaikan oleh Undang-undang ini juga berbeda dengan definisi di atas. Menurut UU No 20 Tahun 2008 ini, yang disebut dengan Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut : 1.
Kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling banyak Rp 500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2.
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta sampai dengan paling banyak Rp 2.500 juta.
Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut : 1.
Kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta sampai dengan paling banyak Rp 10.000 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2.
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500 juta sampai dengan paling banyak Rp 50.000 juta.
3.1.2 3.1.2.1.
Kredit Pengertian Kredit Kredit berasal dari bahasa latin credere yang berarti percaya atau to
believe atau to trust. Oleh karena itu, dasar pemikiran persetujuan pemberian kredit oleh suatu lembaga keuangan/bank kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan. 1(11) kredit adalah
Menurut UU.No.10/1998 tentang perbankan pasal
: “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Bila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi (economic value) kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan saat itu.
Bahwa nilai ekonomi yang sama akan
dikembalikan kepada kreditur (bank) setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui antara kreditur (bank) dan debitur (user).
Secara garis besar kredit memuat : 1. Transfer dana dari kreditur kepada debitur 2. Melibatkan debitur dan kreditur yang terikat perjanjian atau kesepakatan. 3. Menimbulkan kewajiban transfer asset dari debitur kepada kreditur di masa yang akan datang. 4. Menimbulkan bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan yang menjadi pendapatan bagi kreditur (bank) dan biaya bagi debitur. Menurut Kasmir (2008) dalam pengertian kredit diatas terkandung unsur-unsur kredit itu sendiri, yaitu unsur: 1.
Kepercayaan Yaitu keyakinan dari pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.
2.
Kesepakatan Disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing.
3.
Jangka Waktu Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.
4.
Risiko Adanya suatu waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya.
5.
Balas Jasa Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.
Menurut Kasmir (2008), kredit bank umum dapat dibagi menjadi beberapa macam golongan berdasarkan kriteria yang dipakai, antara lain : 1.
Berdasarkan tujuan penggunaan a. Kredit konsumtif untuk pembelian barang b. Kredit modal usaha c. Kredit Investasi d. Kredit pembelian surat berharga
2.
Berdasarkan jangka waktu pengembalian a. Kredit jangka pendek b. Kredit jangka menengah c. Kredit jangka panjang
3.
Berdasarkan jaminan a. Kredit tanpa jaminan b. Kredit dengan jaminan
4.
Berdasarkan cara pembayaran a. Kredit dengan sistem pembayaran secara cicilan b. Kredit dengan sistem pembayaran secara sekaligus
5.
Berdasarkan status hukum a. Kredit korporasi b. Kredit perorangan
3.1.2.2.
Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi Kredit modal kerja merupakan kredit yang diberikan untuk dipergunakan
sebagai tambahan modal kerja. Kredit ini diberikan untuk perorangan atau badan usaha lainnya sebagai tambahan permodalan untuk pengembangan usaha yang telah berjalan. Modal kerja berupa modal usaha dalam bentuk uang kas, piutang dagang, persediaan barang dan dagangan. Menurut Kasmir (2008), kredit modal kerja digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Prinsip dari kredit modal kerja adalah penggunaan modal yang akan habis dalam satu siklus usaha yaitu dimulai dari perolehan uang tunai dari kredit bank kemudian digunakan untuk membeli barang dagangan atau bahan baku kemudian diproses menjadi barang jadi lalu dijual baik secara tunai taupun kredit
selanjutnya memperoleh uang tunai kembali.
Dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya, perusahaan membutuhkan dana yang cukup untuk menjamin kelangsungan operasinya tersebut. Karakteristik yang melekat pada kredit modal kerja adalah 1. Umumnya berjangka pendek. 2. Kredit Umumnya disediakan dalam betuk rekening koran. 3. Kebutuhan modal dihitung berdasarkan perputaran usaha (siklus produksi). 4. Agunan lebih ditekankan pada barang yang lebih mudah dicairkan dalam waktu singkat. 5. Persyaratan kredit dan penentuan jatuh tempo kredit dinegosiasikan dengan memperhatikan perkembangan usaha. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006) kredit modal kerja memiliki jangka waktu pengembalian maksimal satu tahun (bisa diperpanjang sesuai dengan kebutuhan) yang dapat dimanfaatkan untuk membiayai stok barang, piutang dagang, pembelian bahan baku ataupun kebutuhan modal kerja perusahaan lainnya. Untuk kredit modal kerja, bank menyediakan fasilitas kredit modal kerja bagi usaha kecil (plafond kredit sampai dengan Rp 500 juta) dan usaha skala menengah (plafond kredit diatas Rp 500 juta sampai dengan Rp 5 miliar).
Kredit modal kerja diberikan untuk meningkatkan produksi baik
peningkatan kualitatif maupun kuantitatif. Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan untuk keperluan investasi seperti pembelian tanah dan pembangunan gedung tempat usaha, serta pembelian barang-barang modal. Kredit ini bersifat produktif, karena pembelian barang modal dan pembangunan gedung tempat usaha tersebut bertujuan meningkatkan produktivitas. Contoh kredit investasi adalah untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Jusuf (2004) mendefinisikan ciri-ciri kredit investasi adalah : 1.
Bersifat tidak berputar (non revolving), yaitu pokok pinjaman yang telah dilunaskan tidak dapt ditarik lagi untuk pembelian barang investasi lainnya.
2.
Merupakan kredit jangka panjang (lebih dari satu tahun).
3.
Pencairannya selalu dikaitkan dengan suatu investasi tertentu.
4.
Terdapat pola pembayaran angsuran yang teratur, misalnya setiap bulan dengan sistem cicilan tetap.
Selain prospek usaha, secara finansial penanaman modal untuk proyek investasi dapat disetujui oleh bank jika dilakukan perhitungan penilaian dengan mempertimbangkan hal berikut : 1.
Besarnya investasi.
2.
Umur ekonomi proyek.
3.
Potensi proyek dalam memperoleh penghasilan dan menghimun dana tunai.
4.
Jangka waktu kredit yang dapat diberikan.
5.
Kemampuan pembiayaan sendiri (self financing).
3.1.3 Kinerja Kinerja adalah kemamapuan kerja yang ditunjukan dengan hasil kerja. Hawkins (the oxford paper back dictionary, 1979) mengemukakan pengertian kinerja sebagai berikut : performance is : 1.
The procces or manner of perfoming
2.
A notable action or achievement
3.
He perfoming of a play or other entertaiment Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan penilaian kinerja. Kata penilaian sering diartikan dengan kata assesment, sedangkan kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Menurut Yuwono et
al (2006) ada 2 pendekatan dalam mengukur kinerja
perusahaan yaitu : 1. Ukuran keuangan yaitu ukuran kinerja yang berasal dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan 2. Ukuran non keuangan yaitu ukuran kinerja yang tidak terlihat langsung dari lapoaran keuangan, namun berhubungan dengan pencapaian ukuran keuangan
dan bersifat kualitatif seperti market share, market growt dan technological capability. 3.1.3.1 Kinerja Pemasaran Mengukur kinerja pemasaran adalah merupakan kunci agar kegiatan pemasaran menjadi efektif dan efisien. Jika kita tidak melakukan pengukuran maka berarti kita tidak melakukan pengelolaan terhadap pemasaran. Pengukuran kinerja pemasaran harus memberikan dasar terhadap pemahaman mengenai apa yang harus terjadi dengan kegiatan pemasaran dan memberikan sarana untuk perbaikan efektifitas dan efisiensi. Kinerja pemasaran merupakan faktor yang umum digunakan untuk mengukur dampak dari sebuah strategi perusahaan. Strategi perusahaan selalu diarahkan untuk menghasilkan kinerja pemasaran (seperti nilai penjualan, market share dan tingkat pertumbuhan nilai penjualan maupun kinerja keuangan (Ferdinand, 1999). Menurut Ismaya (2006) nilai penjualan adalah penjualan yang berhasil dicapai atau ingin dicapai oleh suatu perusahaan melalui jumlah produk dalam jangka waktu tertentu. Pangsa pasar (market share) merupakan porsi penjualan yang dikuasai dalam suatu segmen tertentu. Bentuk penguasaan pangsa pasar meliputi jumlah pelanggan, uang yang dibelanjakan atau nilai satuan yang terjual. Pertumbuhan penjualan dapat diartikan sebagai perubahan penjualan per tahun. Pertumbuhan penjualan suatu produk sangat tergantung dari daur hidup produk. 3.1.3.2 Kinerja Keuangan Kemampuan seoarang manajer keuangan untuk beradaptasi dengan perubahan mencari dana , menginvestasikan aktiva serta mengelolanya secara bijaksana akan sanggup mempengaruhi kesuksesan perusahaan dan ekonomi secara keseluruhan. Manajemen keuangan adalah segala aktivitas berhubungan dengan perolehan, pendanaan dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. Membuat keputusan yang rasional dalam usaha mencapai tujuan perusahaan, manajer keuangan harus memiliki alat-alat analisa tertentu. Secara internal manajemen juga menggunakan analisa keuangan untuk pengendalian internal dan penyediaan informasi yang lebih baik mengenai kondisi
dan kinerja keuangan perusahaan bagi pemasok modal.
Sudut pandang
pengendalian internal, manajemen perlu melakukan analisa keuangan dalam rangka melakukan perencanaan dan pengawasan secara efektif. Membuat rencana untuk masa depan, manajer keuangan harus menilai posisi keuangan perusahaan saat ini. Suatu usaha dapat dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajibannya. Kegiatan pada aspek keuangan ini antara lain menghitung kinerja keuangan selama menggunakan fasilitas kredit. Untuk mengetahui kinerja tersebut maka digunakan alat berupa laporan keuangan. Analisa keuangan melibatkan penggunaan berbagai laporan keuangan. Laporan keuangan pada perusahaan merupakan hasil akhir dari kegiatan akuntansi (siklus akuntansi) yang mencerminkan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan sangat berguna bagi berbagai pihak, baik pihak yang ada didalam (internal) perusahaan maupun pihak yang berada diluar (eksternal) perusahaan. Jusuf (2006) menyebutkan bahwa tujuan diadakannya laporan keuangan adalah sebagai berikut : a. Memberikan informasi keuangan yang ada dapat dipercaya mengenai aktiva, kewajiban dan modal suatu perusahaan. b. Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegaiatan usaha dalam rangka memperoleh laba. c. Memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. d. Memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi e. Mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
Dua jenis laporan keuangan yang lazim digunakan oleh perusahaan adalah neraca dan laporan rugi laba (Sugiono dan Untung,2008) yang dijelaskan sebagai berikut : 1.
Neraca Dalam literatur akuntansi neaca berasal dari istilah balance sheet,
statement of financial position, statement of financial conditions atau statement of recources and liabilities. Neraca adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva (assets), kewajiban (liabilities), dan modal sendiri (equity) dari sutu perusahaan pada tanggal atau waktu tertentu. Neraca bertujuan untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu pada umumnya (akhir tahun). Dalam neraca analisisperbandingan untuk periode waktu yang berbeda sangat diperlukan, sehingga dapat diketahui kecenderungan dan perubahan yang timbul dari waktu ke waktu. 2.
Laporan laba rugi Dalam literatur akuntansi, laporan laba rugi diturunkan dari istilah profit
and lost statement, operations statement atau income statement. Laporan laba rugi adalah laporan ringkas tentang jenis dan jumlah pendapatan atau hasil penjualan yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu, biaya selama masa itu dan keuntungan atau kerugian yang diderita selama periode tersebut. Laporan laba/rugi dapat menjawab pertanyaan tentang besarnya laba atau kerugian yang dihasilkan
oleh
perusahaan
maupun
variabel-variabel
pengeluaran apa yang perlu diperhatikan.
pendapatan
atau
Namun, laporan ini tidak dapat
menggambarkan bagaimana kecenderungan keuangan perusahaan pada masa yang akan datang.
Oleh sebab itu perbandingan beberapa laporan laba/rugi untuk
beberapa waktu berikut perubahannya diperlukan. 3.1.4. Rasio Keuangan Rasio keuangan (analisa rasio) merupakan salah satu teknik untuk mendeteksi kondisi keuangan perusahaan. digunakan
perusahaan
untuk
Rasio merupakan alat ukur yang
menganalisis
laporan
keuangan.
Rasio
menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
Perhitungan rasio keuangan dilakukan dengan
membandingkan angka yang disajikan dalam laporan keuangan yaitu neraca dan
laporan laba rugi. Hasil analisis yang diperoleh merupakan alat yang dijadikan ukuran kinerja perusahaan.
Efektivitas penggunaan analisa rasio keuangan
memerlukan pengalaman dan upaya yang serius sehingga hasilnya dapat digunakan bagi kepentingan intern dan ekstern perusahaan. Dalam menggunakan analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua macam perbandingan, yaitu : a. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu yang telah lalu atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. b. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio dari perusahaan sejenis. Jenis rasio yang lazim dipergunakan dalam dunia bisnis adalah rasio Likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas menurut (Sugiono dan Untung,2008). 1.
Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas merupakan suatu rasio yang bertujuan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio Likuiditas terdiri dari current ratio, quick ratio, dan cash ratio. Current Ratio adalah rasio yang dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar.
Rasio ini merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk
mengetahui kesanggupan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini juga menunjukkan sejauh mana tagihan dari para kreditur segera dapat berubah menjadi tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang atau tagihan.
Quick Ratio adalah rasio yang dihitung dengan
menggunakan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan dibagi dengan kewajiban lancar. Rasio ini untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk memenuhi keajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan persediaan. Nilai Quick Ratio sebesar satu dianggap sudah menunjukkan kondisi keuangan jangka pendek yang cukup baik karena berarti adanya kepastian bahwa hutang lancarnya dapat dibayar dengan aktiva lancar tanpa menunggu realisasi nilai persediaan menjadi kas (Riyanto,1995).
Cash Ratio adalah rasio untuk mengetahui
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan menggunakan kas pada aktiva. 2.
Rasio leverage Rasio leverage bertujuan untuk menganalisa pembelanjaan yang dilakukan
berupa komposisi hutang dan modal serta kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan beban tetap lainnya. Rasio yang paling banyak dilakukan yaitu Debt to Equity Ratio dan Debt to Asset Ratio . Debt to Equity Ratio menunjukkan kemampuan modal sendiri untuk menjamin hutang. Rasio ini menunjukkan perbandingan antar jumlah seluruh hutang dengan jumlah modal sendiri perusahaan. Bila nilai rasio lebih besar dari satu, maka kemampuan modal sendiri untuk menjamin hutang semakin rendah, demikian pula sebaliknya. Debt to Asset Ratio mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai pembelian atau investasi atas aktiva perusahaan. Semakin besar nilai rasio ini berarti semakin besar resiko yang ditanggung perusahaan. 3.
Rasio Aktivitas Rasio
aktivitas
merupakan
rasio
yang
menunjukkan
tingkat
pendayagunaan dari harta atau sarana modal yang dimiliki perusahaan atau dengan kata lain bertujuan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mengoperasikan dana.
Rasio yang sering digunakan adalah rasio perputaran
aktiva (Asset Turn Over).
Rasio ini memberikan gambaran relatif mengenai
efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang ada dalam perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Semakin cepat perputarannya yang ditunjukan maka semakin baik karena perusahaan dapat memanfaatkan total aktivanya dengan efisien untuk menghasilkan penjualan. 4.
Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan efektivitas
manajemen yang tercermin pada imbalan atas hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau dengan kata lain kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba usaha. Rasio yang sering digunakan yaitu Net Profit Marjin, Return on Investment dan Return on Equity.
Net Profit Marjin adalah rasio keuntungan yang menunjukkan kemampuan dari penjualan untuk mendapat laba bersih dan memberikan gambaran relatif mengenai efisiensi perusahaan setelah memperhatikan seluruh biaya dan pajak. Return on Investment adalah rasio yang menunjukkan kemampuan dari seluruh dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih pada tahun berjalan, yaitu laba bersih setelah dikurangi bunga dan pajak. Return on Equity merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih berdasarkan modal sendiri. 3.1.5. Restoran Restoran merupakan industri pangan yang bergerak dalam pengolahan dan penyajian
makanan
siap
santap.
Restoran
di
bangun
dan diorganisir secara komersil, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua konsumennya baik berupa makanan maupun minuman. Kegiatan yang termasuk dalam restoran seperti bar, kantin, warung, rumah makan,warung nasi, warung sate, katering dan lain-lain. Marsum (1994) mendefinisikan ada beberapa tipe restoran, yaitu: a.
Table D’ hote Restaurant Suatu restoran yang khusus menjual makanan menu table d’ hote, yaitu suatu susunan menu yang lengkap (dari hidangan pembuka sampai dengan hidangan penutup) dan tertentu, dengan harga yang telah ditentukan pula.
b.
Coffee Shop atau Brasserie Suatu restoran yang pada umumnya berhubungan dengan hotel, suatu tempat dimana tamu biasa mendapatkan makan pagi, makan siang dan makan malam secara cepat dengan harga yang relatif murah, kadang-kadang penyajiannya dilakukan dengan cara prasmanan.
c.
Cafetaria atau Cafe
d.
Suatu restoran kecil yang mengutamakan penjualan cake (kue-kue), sandwich (roti isi), kopi dan teh.
e.
Canteen Restoran yang berhubungan dengan kantor, pabrik atau sekolah.
f.
Dining Room Terdapat di hotel kecil (motel), merupakan tempat yang tidak lebih ekonomis dari pada tempat makan biasa. Dining Room pada dasarnya disediakan untuk para tamu yang tinggal di hotel itu, namun juga terbuka bagi para tamu dari luar.
g.
Inn Tavern Restoran dengan harga murah yang dikelola oleh perorangan di tepi kota.
h.
Pizzeria Ruatu restoran yang khusus menjual Pizza, kadang-kadang juga berupa spaghetti serta makanan khas Italia yang lain.
i.
Speciality Restaurant Restoran yang suasana dan dekorasi seluruhnya disesuaikan dengan tipe khas makanan yang disajikan atau temanya. Restoran-restoran semacam ini menyediakan masakan Cina, Jepang, India, Italia dan sebagainya. Pelayanannya sedikit banyak berdasarkan tata cara negara tempat asal makanan spesial tersebut.
j.
Familly Type Restaurant Restoran sederhana yang menghidangkan makanan dan minuman dengan harga yang tidak mahal, terutama disediakan untuk tamu-tamu keluarga maupun rombongan.
3.2. Kerangka Pemikiran Opeasional Alur kerangka dalam penelitian ini diawali dengan identifikasi usaha Restoran XYZ. Dalam pengembangan usahanya serta dalam rangka merelokasi tempat usaha Restoran XYZ menggunakan modal yang berasal dari kredit untuk membantu keterbatasan permodalan.
Oleh sebab itu untuk melihat kinerja
keuangan usaha setelah mendapatkan fasilitas kredit modal kerja dan investasi maka akan dilakukan penganalisaan laporan keuangan sebelum dan sesudah mendapatkan fasilitas kredit.
Laporan keuangan tersebut berupa neraca dan
laporan laba rugi pada saat sebelum mendapatkan kredit yaitu pada tahun 2007 dan setelah mendapatkan kredit pada tahun 2010.
Setelah laporan keuangan
tersebut terkumpul maka akan dilakukan analisis rasio keuangan yaitu rasio Likuiditas, rasio laverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Diharapkan hasil
yang didapat dapat menunjukkan kinerja keuangan pada usaha ini pada saat sekarang. Untuk mengukur kinerja pemasaran akan dinilai secara kualitatif dan kuantitatif dengan melihat peningkatan jumlah penjualan dan pertumbuhan penjualan. Untuk lebih jelasnya, kerangka penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Restoran XYZ
Pengembangan usaha dan relokasi tempat usaha
Penggunaan Kredit Investasi dan Modal Kerja
Pengaruh Terhadap Kinerja Usaha
Pemasaran
Keuangan
1. Nilai Penjualan 2. Pertumbuhan Penjualan
Rasio Keuangan : 1. Rasio likuiditas 2. Rasio Leverage 3. Rasio aktivitas 4. Rasio rentabilitas Kinerja usaha
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
IV.
METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada sebuah UKM yang bergerak di bidang industri pengolahan agribisnis yaitu Restoran XYZ yang berlokasi di Jalan Pajajaran, Bogor. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja dengan alasan bahwa Restoran XYZ merupakan salah satu restoran yang ada di kota Bogor yang dalam pengembangan usahanya didukung oleh penggunaan kredit modal kerja dan investasi dari salah satu lembaga keuangan (Bank X). Berdasarkan informasi Bank X usaha ini memiliki kinerja yang baik dalam arti lain kondisi lancar. Pengumpulan data dilakukan pada bulan September sampai dengan bulan Oktober 2010. 4. 2 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Data primer dikumpulkan melalui pengamatan langsung dan
wawancara dengan pihak-pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini, yaitu pemilik usaha Restoran XYZ, bagian keuangan restoran dan karyawan restoran lainnya. Data sekunder digunakan sebagai tambahan informasi untuk penunjang data primer yang ada. Data sekunder diperoleh dari dinas setempat dan media massa yang berkaitan dengan keadaan umum UKM, kredit UKM, restoran dan keuangan.
Data internal yang digunakan adalah laporan keuangan dari
perusahaan berupa neraca dan laporan laba rugi. Jenis dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jenis dan Sumber Data Penelitian No Jenis Data 1 Data Primer : 1. Pengambilan data penjualan 2. Pengambilan data internal 2
Data sekunder : 1. Data perkembangan kredit UKMK di Indonesia 2. Data pertumbuhan restoran di Kota Bogor
Sumber Pengamatan di lapangan, wawancara dengan pihak restoran dan keusioner. Pustaka dan Literatur, Skripsi terdahulu, Bank Indonesia, dan Dinas Pariwisata
4.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus.
Menurut Nazir (2005) metode penelitian deskriptif
adalah metode yang bertujuan untuk mencatat, mengolah, menyajikan dan menginterpretasikan data untuk memberikan gambaran secara jelas. Studi kasus merupakan penelitian yang terinci tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khusus dari keseluruhan personalitas dan unit penelitian memiliki lingkup yang kecil dan terbatas. 4.4. Metode Analisis Data Analisis data merupakan bagian sangat penting dalam penelitian, karena dapat memberikan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Nazir,1983). Analisis data yaitu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami.
Data yang terkumpul di lapangan akan
dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu data yang bersifat kuantitatif dan data yang bersifat kualitatif. Data kuantitatif dalam bentuk persentase dan dianalisa menggunakan rasio. Data kualitatif dianalisa secara deskriptif. Data yang diolah diharapkan menggambarkan kinerja usaha. 4.4.1. Analisis Kinerja Pemasaran 1. Nilai Penjulan Nilai Penjualan dilihat dari besarnya penjualan yang didapat pada tahun tertentu. Penjualan ini termasuk catering dan penyewaan tempat. 2. Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan penjualan dihitung dengan cara menyelisihkan antara total penjualan tahun n dan tahun (n-1) dengan total penjualan tahun ke (n-1).
4.4.2. Analisis Rasio Keuangan 1. Rasio Likuiditas Rasio yang sering digunakan dalam mengukur rasio Likuiditas suatu usaha adalah current ratio, quick ratio, dan cash ratio. a.
Current ratio digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva lancar perusahaan digunakan untuk melunasi hutang (kewajiban lancar) yang akan segera dibayar.
Rumus yang digunakan untuk menghitung current ratio
adalah sebagai berikut :
Apabila current ratio lebih besar dari satu, maka dapat dikatakan bahwa suatu usaha adalah likuid (aktiva lancar lebih besar daripada kewajiban lancar) b.
Cash ratio digunakan untuk mengukur kemampuan kas perusahaan untuk melunasi hutang lancarnya tanpa harus mengubah aktiva lancar bukan kas (piutang dagang dan persediaan) menjadi kas. Rumus yang digunakan untuk menghitung cash ratio adalah sebagai berikut :
c.
Quick ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid. Rumus yang digunakan untuk menghitung quick ratio adalah sebagai berikut :
2. Rasio Leverage Rasio yang sering digunakan dalam mengukur rasio leverage adalah Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Asset Ratio (DR). a. Debt to Equity Ratio (DER) Digunakan untuk mengukur seberapa besar modal sendiri yang dapat menjamin hutang perusahaan. Rumus yang digunakan untuk mengukur Debt to equity ratio adalah sebagai berikut :
b. Debt to Asset Ratio (DR) Digunakan untuk menunjukkan besarnya aktiva yang dibiayai dengan menggunakan pinjaman. Rumus yang digunakan untuk mengukur Debt to Asset ratio adalah sebagai berikut :
3. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas yang menunjukkan efektivitas manajemen dalam mengelola bisnisnya dan rasio ke dalam aktivitas adalah rasio perputaran aktiva (Asset Turn Over).
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
mengelola aset untuk menghasilkan penjualan. Rumus yang digunakan untuk mengukur Asset Turn Over adalah sebagai berikut :
Semakin besar rasio yang didapat maka hal ini kan semakin bagus, karena merupakan pertanda bahwa manajemen dapat memanfaatkan setiap rupiah aktiva untuk menghasilkan penjualan. 4. Rasio Profitabilitas Rasio yang sering digunakan untuk mengukur rasio profitabilitas yaitu Net Profit Marjin, Return on Investment dan Return on Equity. a.
Net Profit Marjin Net profit marjin menunjukkan berapa besar keuntungan bersih yang
diperoleh perusahaan. Jika profit margin suatu perusahaan lebih rendah dari ratarata industrinya, maka hal ini dapat disebabkan oleh harga jual perusahaan lebih rendah daripada perusahaan pesaing atau harga pokok penjualan lebih tinggi dari perusahaan pesaing. Rumus yang digunakan untuk mengukur Net Profit Marjin adalah sebagai berikut :
b.
Return on Asset Rasio Return on asset mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas
seluruh asset yang ada. Atau rasio ini menggambarkan efisiensi pada dana yang digunakan dalam perusahaan, oleh karena itu sering pula rasio ini disebut return on investment. Rumus yang digunakan untuk mengukur Return On Asset adalah sebagai berikut :
c.
Return On Equity Rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh modal
yang ada. ROE merupakan salah satu indikator yang digunakan pemegang saham untuk mengukur keberhasilan bisnis yang dijalani. Rumus yang digunakan untuk mengukur Return On Equity adalah sebagai berikut :
V. GAMBARAN UMUM RESTORAN XYZ 5.1 Sejarah dan Perkembangan Restoran XYZ Restoran XYZ merupakan restoran keluarga yang menawarkan menu makanan tradisional, seafood dan juga chinnese food. Restoran ini didirikan pada tahun 2004. Pendiri dan pemilik restoran ini adalah Bapak B.I dan istrinya Ibu A. Bapak B.I memulai kariernya dengan menjadi karyawan pada perusahaan yang bergerak dibidang perikanan terbesar di Indonesia didaerah Serang, Banten Jawa Barat. Hingga di tahun 1992 yang bersangkutan ingin mempunyai usaha dan mengembangkan pengetahuan serta kemampuannya dengan membuka usaha yang bergerak dibidang Supllier/trading ikan, udang, dan daging. Usaha tersebut cukup berhasil yang kemudian dikembangkan oleh Bapak B.I dengan mendirikan sebuah rumah makan yang dinamakan Restoran XYZ di Jl. Tentara Pelajar No.1 Balitro Cimanggu, Bogor pada tahun 2004. Untuk lebih mendekat pada konsumen Restoran XYZ tahun 2007 merelokasi tempat usaha ke Jln Raya Padjajaran Bogor yang dahulunya merupakan tempat usaha Restoran Wong Solo. Target utama dari relokasi ke Jl.Pajajaran agar restoran ini lebih dikenal lagi oleh masyarakat Bogor khususnya dan bisa menjangkau masyarakat Jakarta karena letak lokasi yang strategis yang merupakan salah satu jalan utama. Selain itu pemilik ingin mengembangkan usaha lainnya yaitu menerima catering. Di sekitar Bogor masih banyak pabrik-pabrik yang selalu mengganti katering mereka dengan kualitas yang lebih baik tetapi dengan biaya tetap. Ini merupakan pasar potensial dimana hanya katering dengan kualitas yang baik yang akhirnya akan bisa bertahan. Hal ini amat menguntungkan yang bersangkutan yang selalu mengedepankan kualitas dengan biaya relatif murah. Restoran XYZ buka setiap hari mulai pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 21.00 WIB, kecuali pada hari Jumat sampai Minggu buka lebih awal yaitu pukul 09.00 WIB sampai pukul 23.00 WIB. Hal ini dikarenakan pengunjung yang datang di akhir pekan relatif lebih banyak dibandingkan dengan hari biasa, selain itu pada akhir pekan Restoran XYZ mengadakan Live Music untuk para pengunjung yang datang.
5.2 Produk Restoran XYZ Produk unggulan yang ditawarkan oleh Restoran XYZ adalah sangu tutug oncom, ikan betutu dan baby lobster. Sedangkan menu favorit Restoran XYZ adalah aneka olahan lauk hewani bebek dan ayam baik dipanggang, digoreng maupun goreng kremes. Restoran XYZ menyediakan menu khas Sunda yaitu nasi timbel komplit spesial dengan pelengkap ayam/empal goreng, bebek panggang dan goreng. Menu pendamping yang juga tersedia di Restoran XYZ terdiri dari mie, kwietiau dan sayuran. Selain itu Restoran XYZ juga menyediakan menu gaul seperti macaroni panggang dan kentang, nugget dan kentang dan spaghetti spesial yang bisa dinikamti kalangan anak sekolah dan mahasiswa. Aneka makanan seafood juga disediakan sebagai menu tambahan. Restoran XYZ juga menyediakan menu catering. Saat ini banyak hotel dan perusahaan yang ada di Bogor dan Jakarta yang menikamati jasa dari Restoran XYZ. Umumnya perusahaan-perusahaan tersebut memesan untuk menu makan siang dan untuk acara intern kantor. Restoran XYZ mempunyai fasilitas live music yang disajikan setiap malam Minggu. Pelanggan Restoran XYZ berasal dari kalangan remaja hingga orang dewasa, dari masyarakat umum hingga pejabat daerah maupun negara. Restoran XYZ seringkali dipakai untuk acara-acara resmi seperti rapat, pertemuapertumuan, pernikahan dan maupun tidak resmi seperti acara reuni dan ulang tahun. Seperti namanya maka tempatnya pun berkesan asri dan romantis bagi pasangan kawula muda khususnya dengan suasana kebun maka tak heran jika malam Minggu Restoran XYZ penuh dengan pengunjung dari berbagai kalangan, baik hanya untuk makan sambil mendengarkan musik maupun dansa. 5.3 Struktur Organisasi Struktur organisasi Restoran XYZ masih sangat sederhana dan komunikasi antara pemimpin dan bawahan dapat dilaksanakan secara langsung.
Bentuk
struktur organisasi Restoran XYZ menggunakan sistem lini (garis).
Pemilik
restoran merupakan pemimpin tertinggi yang dibantu oleh manajer yang langsung membawahi beberapa anggota. Jumlah tenaga kerja Restoran XYZ berjumlah 19 orang. Struktur organisasi Restoran XYZ dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 . Struktur Organisasi Restoran Sumber : Restoran XYZ, 2010
Berdasarkan struktur organisasi Restoran XYZ, setiap jabatan memiliki tugas sebagai berikut : 1. Owner Bertanggung jawab terhadap seluruh aktivitas restoran 2. Manajer Restoran a. mengepalai seluruh operasi dari semua kegiatan restoran b. mengontrol seluruh personalia restoran c. mengontrol jam kerja dan absensi d. menjaga mutu pelayanan yang tinggi konsisten 3. Cook a. mengepalai bagian dapur b. menjaga cita rasa c. memberikan
informasi
terhadap
campuran
bahan
baku
yang
dibutuhkan d. melakukan pengawasan terhadap bahan-bahan yang tersedia di dapur.
4. Bartender a. bertanggung jawab terhadap semua kebutuhan barang yang ada di bar b. bertanggung jawab atas cita rasa dari semua minuman c. mengadakan pengawasan terhadap bahan-bahan yang tersedia di bar 5. Head Waiter a. melayani tamu b. bertanggung jawab pada persiapan restoran sebelum dibuka 6. Cashier a. menerima uang pembayaran dari tamu b. membuat laporan hasil penjualan secara keseluruhan 7. Petugas Gudang Mengontrol persediaan bahan dan barang yang dibutuhkan semua bagian 8. Petugas Keamanan Mengamankan segala sesuatu yang terjadi di restoran. 5.4 Segmentasi, Targeting dan Positioning Perusahaan
dalam
menjalankan
usahanya
perlu
mengidentifikasi
segmentasi, targeting dan positioning agar perusahaan dapat melayani konsumen dengan baik. a.
Segmentasi Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi-bagi pasar yang bersifat
heterogen dari suatu produk kedalam satuan-satuan pasar (segmen pasar) yang bersifat homogen.
Dengan melakukan segmentasi pasar, kegiatan pemasaran
dapat dilakukan lebih terarah dan sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat digunakan lebih efektif dan efisien dalam rangka memberi kepuasan kepada konsumen. Segmentasi pasar yang dilakukan oleh Restoran XYZ didasarkan pada aspek geografi dan demografi. Segmentasi berdasarkan demografi yang dipilih oleh Restoran XYZ adalah keluarga dan bukan keluarga dari berbagai umur. Segmentasi berdasarkan geografi yang dipilih oleh Restoran XYZ adalah wilayah Kota Bogor dan dan di luar Kota Bogor.
Untuk bisnis catering Restoran XYZ segmentasi yang dituju adalah adalah perusahaan-perusahaan (corporate) dan perorangan.
Segmentasi berdasarkan
geografi untuk catering yang diambil adalah konsumen yang berada di Kota Bogor dan di luar Kota Bogor. b. Targeting Dalam targeting berisi kegiatan yang menilai serta memilih segmen pasar yang akan dimasuki oleh suatu perusahaan. Tujuan dari targeting ini agar arah dan tujuan dari pasar sasaran menjadi jelas.
Target pasar yang dituju oleh
Restoran XYZ adalah kalangan menengah. Target tersebut diambil berdasarkan harga makanan yang dijual oleh Restoran XYZ yang cukup terjangkau. Selain itu bila dilihat dari pembeli yang datang yang menggunakan motor dan mobil. Harga-harga menu produk Restoran XYZ dapat dilihat pada Lampiran 5. Untuk bisnis catering target yang dituju oleh Restoran XYZ adalah perusahaan-perusahaan yang menyediakan fasilitas makan untuk karyawannya. Diharapkan dengan adanya penetapan target pasar, restoran akan dengan mudah memfokuskan produk-produk pada pasar sasaran yang dituju. c. Positioning Penempatan produk mencakup kegiatan merumuskan penempatan produk dalam persaingan dan menetapkan bauran pemasaran yang terperinci. Perusahaan perlu mengembangkan strategi penentuan posisi produk ke pasar sasaran yang dituju untuk mendapatkan keunggulan kopetitif.
Positioning Restoran XYZ
adalah menjadi restoran yang menyediakan berbagai jenis makanan seperti makanan tradisional, chinise food dan seafood yang dapat dinikmati dengan suasana kebun dan dengan harga yang terjangkau. Selain itu Restoran XYZ juga menawarkan catering dan tempat untuk mengadakan acara-acara formal maupun non formal seperti acara pernikahan, arisan, acara reunian ataupun acara-acara musik. 5.5 Bauran Pemasaran Bauran Pemasaran (Marketing Mix) adalah seperangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan, yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan dalam pasar sasaran (Kotler 1997). Secara
umum, bauran pemasaran menekankan pada suatu strategi yang mengintegrasikan produk, harga, promosi dan distribusi. a. Product Produk berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen sasarannya. Restoran XYZ menyediakan berbagai macam menu yang dapat dinikmati oleh berbagai kalangan yang terbagi dalam beberapa kategori. Menu unggulan yang ada di Restoran XYZ adalah sangu tutug oncom, ikan betutu dan baby lobster. Sungu tutug oncom disajikan dengan pelengkap ayam panggang/ayam kremes/empal, cabe ijo, ikan asin. Ikan betutu dan baby lobster disajikan bersama saus rica-rica, saus padang dan saus lada hitam. Restoran XYZ juga menyediakan menu khas sunda yaitu nasi timbel komplit spesial dengan pelengkap ayam/empal goreng, bebek panggang dan goreng, ikan asin, tahu/tempe, sayur asem, kerupuk dan sambal. Menu pendamping yang disediakan Restoran XYZ yaitu mie, kwietiau dan sayuran.
Selain itu restoran juga menyediakan menu gaul yaitu macaroni
panggang dan kentang, nugget dan kentang serta spagheti spesial yang biasanya dinikmati oleh kalangan anak sekolah dan mahasiswa dan juga pegawai kantoran. Selain
menyediakan
makanan
di
restoran,
Restoran
XYZ
juga
menyediakan jasa catering untuk acara seperti pernikahan, ulang tahun ataupun corporate catering untuk melayani kebutuhan makanan suatu perusahaan. Untuk corporate catering dilakukan dengan pengikatan kontrak kerja untuk jangka waktu tertentu. b. Price Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk memperoleh produk, dimana harga merupakan unsur baruan pemasaran yang bersifat fleksibel. Harga produk yang terdapat di Restoran XYZ cukup bersaing dengan restoran lainnya namun harga yang ditawarkan tidak terlalu mahal sehingga masih dapat dijangkau oleh konsumen. Daftar harga dari makanan dan minuman yang ditawarkan Restoran XYZ dapat dilihat pada Lampiran 5. Harga paket catering yang ditawarkan oleh Restoran XYZ dapat dilihat pada Lampiran 6.
c. Place Tempat (place) termasuk aktivitas perusahaan untuk membuat produk yang ditawarkan kepada konsumen sasaran. Tempat juga merupakan berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk yang dihasilkan dan tersedia bagi pasar sasaran. Restoran XYZ terletak di Jalan Pajajaran Bogor.
Lokasi ini cukup
strategis karena berada di pusat Kota Bogor yang mana dekat dengan pusat perkantoran, perbelanjaan, pendidikan dan pemukiman. Restoran XYZ didukung dengan sarana penunjang seperti lesehan, mushola, toilet, bar minuman dan lahan parkir yang cukup luas. Desain restoran dibuat seperti kebun sesuai dengan nama restorannya. Restoran XYZ menggunakan distribusi langsung dalam melakukan penjualan.
Produk yang dijual langsung disampaikan dari restoran kepada
pembeli yang datang tanpa perantara terlebih dahulu. d. Promotion Promosi merupakan aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk konsumen untuk membelinya. Promosi digunakan oleh perusahaan untuk mengadakan komunikasi dengan pasarnya dan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Promosi yang dilakukan Restoran XYZ adalah dengan menggunakan selebaran dan iklan di media massa. Selebaran dan iklan memuat menu yang ditawarkan serta paket catering yang ditawarkan oleh Restoran XYZ. Pemasangan billboard yang dipasang di depan restoran juga merupakan langkah promosi yang dilakukan restoran dimana dapat menarik perhatian masyarakat karena mudah dilihat. Pada billboard tersebut dimuat menu spesial dari Restoran XYZ.
Namun saat ini pemilik restoran ingin melakukan promosi dengan
menggunakan media internet. Media tersebut dipilih karena saat sekarang ini internet sangat mudah diakses dan banyak dinikmati oleh banyak kalangan.
VI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Analisis Kinerja Pemasaran Analisis kinerja pemasaran Restoran XYZ dilakukan dengan membagi periode menjadi 2 yaitu periode sebelum kredit (2005-2006) dan periode setelah kredit (2007-2009). Berdasarkan data yang diperoleh, disajikan kinerja pemasaran yaitu : a. Nilai penjualan digunakan untuk mengukur penjualan yang berhasil dicapai atau ingin dicapai oleh suatu perusahaan melalui jumlah penjualan produk makanan dan catering dalam jangka waktu tertentu. b. Pertumbuhan penjualan digunakan untuk mengetahui perubahan penjualan per tahun. 6.1.1 Nilai Penjualan Restoran Penjualan merupakan penerimaan yang diterima perusahaan dari penyerahan barang ataupun jasa dalam bentuk tunai. Gambaran nilai penjualan
Millions
Penjualan
Restoran XYZ tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Gambar 3.
3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 0
2.736,40
2.955,31
2.189,12 Penjualan
1.516,40 1.112,29
2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 3. Nilai Penjualan Restoran XYZ tahun 2005-2009 Sumber : Restoran XYZ, 2010
Penjualan Restoran XYZ pada saat sebelum menggunakan fasilitas kredit (tahun 2005 dan 2006) adalah sebesar Rp 1,1 miliar dan Rp 1,5 miliar. Pada dua tahun tesebut penjualan Restoran XYZ mengalami peningkatan sebesar Rp 494 juta. Pada tahun 2007 pada saat Restoran XYZ menggunakan fasilitas kredit pemilik restoran melakukan relokasi tempat usaha ke Jalan Pajajaran Bogor dan
ini berpengaruh sangat banyak terhadap penjualan Restoran XYZ yaitu mencapai Rp 2,1 miliar. Pada tahun 2008 dan 2009 Restoran XYZ banyak menerima order catering dan penyewaan tempat seperti acara musik, arisan, ulang tahun, pernikahan dan lain-lain sehingga penjualan naik menjadi Rp 2,7 miliar dan Rp 2,9 miliar. Order catering yang didapat yaitu dari PT Holcim, Hotel Santika dan perusahaan besar lainnya. Porsi penjualan catering pada saat tersebut adalah sebesar 40% dari total nilai penjualan Restoran XYZ.
6.1.2 Pertumbuhan Nilai Penjualan Pertumbuhan nilai penjualan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk atau jasa yang ditawarkan. Pendapatan yang dihasilkan dari penjualan akan dapat digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan penjualan. Suatu usaha dikatakan mengalami pertumbuhan ke arah yang lebih baik jika terjadi peningkatan yang konsisiten dalam aktivitas operasinya.
Gambaran
pertumbuhan penjualan Restoran XYZ tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Gambar 4.
0,45 0,4 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0
0,44 0,36 0,25
Pertumbuhan Penjualan
0,08
2005
2006
2007
2008
2009
Gambar 4. Pertumbuhan Nilai Penjualan Restoran XYZ tahun 2005-2009 Sumber : Restoran XYZ, 2010
Pertumbuhan nilai penjualan Restoran XYZ tertinggi terjadi pada tahun 2006-2007 yaitu mencapai 0,44 atau 44 %. Dari tahun 2007-2009 pertumbuhan nilai penjualan Restoran XYZ mengalami penurunan hingga 0,08 (8%). Pertumbuhan nilai penjualan Restoran XYZ sebelum menggunakan fasilitas kredit tahun 2005-2006 yaitu sebesar 0,36 atau 36%. Restoran XYZ berusaha mencari tambahan penjualan selain dari bisnis restoran yang ada yaitu
catering dan jasa penyewaan tempat yang digunakan untuk acara pernikahan, arisan, kumpul keluarga ataupun acara musik. Pertumbuhan nilai penjualan naik cepat pada tahun 2007 sebesar 0,44 atau 44% hal ini dikarenakan Restoran XYZ mendapatkan tambahan modal kerja yang didapat melalui fasilitas kredit untuk melakukan relokasi tempat dan penambahan modal operasional. Pertumbuhan penjualan Restoran XYZ mengalami sedikit penurunan pada akhir tahun 2009. Penurunan ini disebabkan oleh kontrak kerja sama catering yang telah berakhir dan banyaknya restoran pesaing yang menawarkan menu-menu baru. 6.2 Analisis Kinerja Keuangan Dalam analisis kinerja kuangan terdapat beberapa kriteria yang digunakan, diantaranya adalah analisis Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas. Berdasarkan analisis rasio diharapkan dapat menjelaskan kondisi kinerja keuangan yang terjadi pada Restoran XYZ. Pemahaman mengenai Likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas merupakan hal penting karena menyangkut tingkat kredibilitas suatu usaha. Jika suatu usaha terlalu memperhatikan Likuiditas saja dan mengabaikan yang lain, contohnya mengabaikan rentabilitas maka hal tersebut dapat meningkatkan persediaan kas dan juga alat likuid dalam jumlah besar. Hal ini berdampak sebagian modal menjadi beku dan mengalami perputaran yang lambat. Jika hal ini terjadi maka dapat menurunkan tingkat rentabilitas, bahkan mungkin menimbulakan kerugian. Sebaliknya jika usaha hanya berorientasi dan hanya mementingkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan tingkat profitabilitas yang tinggi, maka usaha dalam operasinya akan berusaha memutar modal dengan tingkat perputaran yang tinggi sehingga mengupayakan persediaan kas dan alat-alat likuid sekecil mungkin. Jika hal seperti ini terjadi maka Likuiditas akan terancam dan akan menyebabkan dalam posisi likuid.
Analisis kinerja keuangan Restoran XYZ
dilakukan dengan membagi periode menjadi dua yaitu periode sebelum kredit (2005-2006) dan periode setelah kredit (2007-2009).
6.2. 1. Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas yang diwakili oleh Cash Ratio, Current Ratio dan Quick Ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya baik yang sudah maupun akan jatuh tempo. Nilai rasio Likuiditas dipengaruhi oleh komponen-komponen yang terdapat pada aktiva lancar dan hutang lancar. Pada Gambar 5 menunjukkan perkembangan Rasio Likuiditas dengan menggunakan nilai Cash Ratio, Current Ratio dan Quick Ratio pada periode 2005-2009.
20
18,8 16,23
15 10
11,22
11,21 9,11 7,13 5,61
5 2,86 0 2005
4,79
15,42 Current Ratio
9,31
8,8
4,96
4,69
Cash Ratio Quick Ratio
1,85 2006
2007
2008
2009
Gambar 5. Rasio Likuiditas Restoran XYZ tahun 2005-2009 Sumber : Restoran XYZ, 2010
Bila dilihat dari Gambar 7 diatas, secara umum rasio Likuiditas Restoran XYZ mengalami perubahan yang fluktuatif setiap tahunnya. Namun bila dilihat dari perolehan nilainya masih diatas standar nilai rasio. a. Current Ratio Current Ratio menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar semua kewajiban jangka pendeknya. Berdasarkan perhitungan nilai Current Ratio Restoran XYZ sebelum menggunakan fasilitas kredit adalah sebesar 11,21 pada tahun 2005 dan sebesar 7,13 pada tahun 2006. Secara rata-rata Current Ratio sebelum menggunakan fasilitas kredit adalah sebesar 9,17.
Angka ini
menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp 9,17. Berdasarkan angka tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek sangat baik dan memiliki posisi yang aman bagi kreditur.
Nilai Current Ratio Restoran XYZ setelah menggunakan fasilitas kredit adalah sebesar 18,8 pada tahun 2007, 16,23 pada tahun 2008 dan 15,42 pada tahun 2009. Rata-rata Current Ratio pada ketiga tahun tersebut adalah sebesar 16,81. Angka ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp 16,81. Apabila dilihat dari standar nilai rasio yang bernilai minimal 2, maka kemampuan Restoran XYZ untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya cukup baik. Berdasarkan nilai yang didapat dapat dilihat adanya kenaikan nilai Current Ratio pada saat Restoran XYZ setelah menggunakan fasilitas kredit. Perkembangan nilai rasio ini dipengaruhi oleh perkembangan aktiva lancar dan hutang lancar perusahaan.
Perkembangan aktiva lancar Restoran XYZ dapat
dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Aktiva Lancar Restoran XYZ Tahun 2005-2009 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Aktiva Lancar
Perubahan (Rupiah)
278.962.690 321.230.866 664.766.237 691.840.887 755.737.260
42.268.176 343.535.371 27.074.650 63.896.373
Pertumbuhan (%)
15,15 106,94 4,07 9,24
Sumber : Restoran XYZ, 2010
Dari Tabel 6 tampak bahwa pertumbuhan aktiva lancar yang sangat besar terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 106,94 %. Perubahan sebesar Rp 343.535.371 tersebut disebabkan oleh adanya kenaikan pada persediaan Restoran XYZ sebesar Rp 200.000.000,- yang didapat dari fasilitas kredit dan sisanya dari peningkatan item aktiva lancar yang lainnnya. Pertumbuhan lancar Restoran XYZ dapat dilihat pada Tabel 7. Dari Tabel 7 terlihat bahwa perkembangan kewajiban lancar Restoran XYZ cenderung menurun. Pada tahun 2007 kewajiban lancar Restoran XYZ negatif 22%, hal ini karena berkurangnya hutang deviden. Pada tahun 2008 dan 2009 perkembangan kewajiban lancar meningkat dari pada tahun 2007, hal ini disebabkan oleh adanya
hutang kepada pihak ketiga berupa kontrak catering yang belum terselesaikan dan pembeliaan bahan baku kepada pemasok yang belum terbayarkan. Tabel 7. Kewajiban Lancar Restoran XYZ Tahun 2005-2009 Tahun
Kewajiban Lancar
2005 2006 2007 2008 2009
Perubahan (Rupiah)
24.877.439 45.077.273 35.353.126 42.636.532 49.011.330
20.199.834 (9.724.147) 7.283.406 6.374.798
Pertumbuhan (%) 81 -22 21 15
Sumber : Restoran XYZ, 2010
Berdasarkan Tabel 6 dan Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa kenaikan pada Current Ratio Restoran XYZ pada saat sebelum dan sesudah menggunakan fasilitas kredit disebabkan oleh pertumbuhan pada aktiva lancar sedangkan pertumbuhan hutang lancar tidak terlalu tinggi. b.
Cash Ratio Cash Ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh
kewajiban jangka pendeknya dengan uang kas dan efek yang mudah dijual. Rasio ini secara langsung melihat kondisi kas dan efek likuid yang ada dalam perusahaan sebagai jaminan hutang lancarnya. Berdasarkan perhitungan nilai Cash Ratio Restoran XYZ sebelum menggunakan fasilitas kredit adalah sebesar 2,86 pada tahun 2005 dan sebesar 1,85 pada tahun 2006.
Secara rata-rata Cash Ratio sebelum menggunakan
fasilitas kredit adalah sebesar 2,35. Angka ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar dalam bentuk uang kas sebesar Rp 2,35. Nilai Cash Ratio Restoran XYZ setelah menggunakan fasilitas kredit adalah sebesar 4,79 pada tahun 2007, 4,96 pada tahun 2008 dan 4,69 pada tahun 2009.
Rata-rata Cash Ratio pada ketiga tahun tersebut adalah sebesar 4,81.
Angka ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar berupa kas sebesar Rp 4,81. Berdasarkan nilai yang didapat dapat dilihat adanya kenaikan nilai Cash Ratio pada saat Restoran XYZ setelah menggunakan fasilitas kredit. Apabila
dilihat dari standar nilai rasio yang bernilai minimal 2, maka kemampuan Restoran XYZ untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan kas cukup baik. Cash Ratio Restoran XYZ memiliki kecenderungan naik disebabkan oleh pertumbuhan jumlah kewajiban lancar yang tidak terlalu besar sedangkan pertumbuhan posisi kas pada aktiva lancar cenderung naik.
Pertumbuhan
kewajiban lancar Restoran XYZ dapat dilhat pada tabel sedangkan pertumbuhan kas pada aktiva lancar Restoran XYZ dapat dilhat pada Tabel Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa posisi kas setiap tahunnya mengalami peningkatan. Peningkatan yang cukup besar terjadi pada tahun 2007 dimana posisi kas naik sebesar Rp 85,7 juta. Kas meningkat dipengaruhi dari hasil usaha dari pemilik dan diinvestasikan dalam bentuk giro dan deposito. Tabel 8. Kas Restoran XYZ Tahun 2005-2009 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Kas 71.140.882 83.533.491 169.278.006 211.650.568 230.044.762
Perubahan (Rupiah)
12.392.608 85.744.515 42.372.562 18.394.194
Pertumbuhan (%) 17 103 25 9
Sumber : Restoran XYZ, 2010
c.
Quick Ratio Quick Ratio digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban dengan tidak memperhitungkan persediaan. Berdasarkan perhitungan didapat bahwa nilai Quick Ratio sebelum menggunakan kredit yaitu tahun 2005 dan dan 2006 adalah sebesar 9,11 dan 5,61. Secara rata-rata nilai Quick Ratio Restoran XYZ sebelum menggunakan kredit adalah sebesar 7,36. Angka ini berarti setiap Rp. 1 kewajiban lancar yang dibayarkan dijamin sebesar Rp 7,36 aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan. Nilai Quick Ratio Restoran XYZ setelah menggunakan fasilitas kredit adalah sebesar 11,22 pada tahun 2007, 9,31 pada tahun 2008 dan 8,80 pada tahun 2009. Rata-rata Quick Ratio pada ketiga tahun tersebut adalah sebesar 9,77.
Angka ini berarti bahwa setiap Rp 1,00 kewajiban lancar dijamin dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan sebesar Rp 9,77. Apabila dilihat dari standar nilai rasio yang bernilai minimal 2, maka kemampuan Restoran XYZ untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan dapat dikatakan cukup baik. Berdasarkan nilai yang didapat dapat dilihat adanya kenaikan nilai Quick Ratio pada saat Restoran XYZ setelah menggunakan fasilitas kredit. Peningkatan nilai rasio ini dipengaruhi oleh naiknya persediaan Restoran XYZ. Pada tahun 2007 persediaan Restoran XYZ meningkat sebesar Rp 200.000.000,Peningkatan persediaan ini dipengaruhi dengan adanya penggunaan kredit yang mana penggunaannya untuk operasional restoran.
Pertumbuhan persediaan
Restoran XYZ dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Persediaan Restoran XYZ Tahun 2005-2009 Tahun
Persediaan
2005 2006 2007 2008 2009
52.371.469 68.221.822 268.221.822 295.044.004 324.548.405
Perubahan (Rupiah)
15.850.353 200.000.000 26.822.182 29.504.400
Pertumbuhan (%) 30 293 10 10
Sumber : Restoran XYZ, 2010
6.2.2. Rasio Leverage Analisis Leverage dilakukan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban keuangannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Bagi kreditur, tingkat Leverage ini sangat penting karena
menunjukkan kemampuan usaha dalam menanggung seluruh beban hutang jika perusahaan dilikuidasi. Rasio leverage yang diwakili oleh Debt to Equity Ratio dan Debt to Asset Ratio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar porsi hutang yang digunakan untuk membiayai perusahaan. Pada Gambar 6 menunjukkan perkembangan Rasio Leverage dengan menggunakan nilai DER pada periode 2005-2009.
0,70
0,66
0,60 0,50
0,4
0,40
0,3
0,30 0,20 0,10 0,00
0,43
0,05 0,05 2005
DER 0,3 0,23
DR
0,08 0,08 2006
2007
2008
2009
Gambar 6. Rasio Leverage Restoran XYZ tahun 2005-2009 Sumber : Restoran XYZ, 2010
a.
Debt to Equity Ratio Nilai DER pada tahun 2005 dan 2006 adalah sebesar 0,05 dan 0,08.
Secara rata-rata nilai DER sebelum menggunakan fasilitas kredit adalah sebesar 0,065. Ini artinya setiap Rp 1 modal Restorann XYZ yang digunakan untuk menjamin seluruh hutang sebesar Rp 0,065. Setelah menggunakan fasilitas kredit rata-rata nilai DER adalah sebesar 0,46.
Ini artinya setiap Rp. 1 modal Restoran XYZ yang digunakan untuk
menjamin seluruh hutang sebesar Rp 0,46. Nilai yang didapat ini menunjukkan bahwa Restoran XYZ mampu menggunakan modal sendiri untuk menjamin kewajiban perusahaan. Apabila dilihat dari standar nilai rasio yang bernilai maksimal 1, maka kemampuan Restoran XYZ untuk menjamin seluruh hutang dengan modal dapat dikatakan cukup baik.
Berdasarkan nilai yang didapat dapat dilihat adanya
kenaikan DER pada saat Restoran XYZ setelah menggunakan fasilitas kredit. Tren kenaikan dan penurunan DER dipeengaruhi oleh pertumbuhan kewajiban dan pertumbuhan modal (ekuitas). Pada tahun 2007 terjadi peningkatan yang cukup tinggi pada kewajiban Restoran XYZ karena hal ini dipengaruhi oleh bertambahnya porsi hutang jangka panjang. Pada tahun 2008 dan 2008 terjadi penurunan kewajiban karena porsi hutang telah mulai berangsur turun karena pembayaran kewajiban kepada bank (kreditur). Pertumbuhan kewajiban Restoran XYZ dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Kewajiban Restoran XYZ Tahun 2005-2009 Tahun
Total Kewajiban
2005 2006 2007 2008 2009
24.877.439 45.077.273 445.353.126 352.636.532 289.011.330
Perubahan (Rupiah) 20.199.834 400.275.853 (92.716.594) (63.625.202)
Pertumbuhan (%) 81 888 -21 -18
Sumber : Restoran XYZ, 2010
Pertumbuhan modal Restoran XYZ cukup mengalami pertumbuhan yang baik.
Pertumbuhan modal (equitas) ini dipengaruhi juga oleh kenaikan laba
ditahan yang didapat dari penjualan setiap tahunnya. Pertumbuhan modal yang paling tinggi terjadi pada tahun 2007 yang mencapai 27%. Tabel 11. Modal Restoran XYZ Tahun 2005-2009 Tahun
Modal
2005 2006 2007 2008 2009
479.085.252 532.653.593 675.413.111 812.754.355 958.703.430
Perubahan (Rupiah) 53.568.341 142.759.518 137.341.244 145.949.075
Pertumbuhan (%) 11 27 20 18
Sumber : Restoran XYZ, 2010
b. Debt to Asset Ratio Rasio ini menunjukkan banyaknya aktiva yang dibiayai dari pinjaman (hutang).
Selama tahun 2005 dan 2006 dimana sebelum restoran belum
menggunakan fasilitas kredit nilai Debt to Asset Ratio adalah sebesar 0,05 dan 0,08. Nilai rata-rata rasio pada kedua tahun tersebut adalah sebesar 0,065. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah aktiva yang dibiayai dengan hutang adalah sebesar Rp 0,065. Nilai Debt to Asset Ratio Restoran XYZ setelah menggunakan fasilitas kredit adalah sebesar 0,40 pada tahun 2007, 0,30 pada tahun 2008 dan 0,23 pada tahun 2009. Rataan untuk ketiga tahun tersebut adalah sebesar 0,31. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah aktiva yang dibiayai dengan hutang adalah sebesar Rp 0,31. Apabila dilihat dari standar nilai rasio yang bernilai maksimal 1, maka kemampuan Restoran XYZ untuk menjamin seluruh hutang dengan menggunakan
aktiva dapat dikatakan cukup baik. Berdasarkan nilai yang didapat dapat dilihat adanya kenaikan DR pada saat Restoran XYZ setelah menggunakan fasilitas kredit. Peningkatan nilai rasio ini dipengaruhi oleh pertumbuhan aktiva yang cukup tinggi. Aktiva Restoran XYZ mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada tahun 2007. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh kenaikan pada sisi aktiva tetap dan persediaan pada aktiva lancar. Pertumbuhan aktiva Restoran XYZ dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Aktiva Restoran XYZ Tahun 2005-2009 Tahun
Aktiva
2005 2006 2007 2008 2009
Pertumbuhan (%)
Perubahan (Rupiah)
503.962.690 577.730.866 1.120.766.237 1.165.390.887 1.247.714.760
73.768.176 543.035.371 44.624.650 82.323.873
15 94 4 7
Sumber : Restoran XYZ, 2010
6.2.3 Rasio Aktivitas Rasio Aktivitas yang diwakili oleh digunakan
untuk
mengukur sejauh mana
Asset Turn Over
(ATO) yang
efektivitas perusahaan dalam
menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaan.
Pada Gambar 7 menunjukkan perkembangan Rasio
Aktivitas dengan menggunakan nilai Asset Turn Over pada periode 2005-2009.
3,00 2,50 2,00
2,62
2,35
2,21
2,37
1,95
1,50
ATO
1,00 0,50 0,00 2005
2006
2007
2008
Gambar 7. Rasio Aktivitas Restoran XYZ tahun 2005-2009 Sumber : Restoran XYZ, 2010
2009
Berdasarkan perhitungan didapat bahwa nilai ATO sebelum menggunakan kredit yaitu tahun 2005 dan dan 2006 adalah sebesar 2,21 dan 2,62. Secara ratarata nilai ATO Restoran XYZ sebelum menggunakan kredit adalah sebesar 2,41. Angka ini berarti perusahaan mampu memutar setiap aset Rp 1,00 sebanayak 2,41 kali dalam penjualan. Nilai ATO Restoran XYZ setelah menggunakan fasilitas kredit adalah sebesar 1,95 pada tahun 2007, 2,35 pada tahun 2008 dan 2,37 pada tahun 2009. Rata-rata ATO pada ketiga tahun tersebut adalah sebesar 2,22. Angka ini berarti perusahaan mampu memutar setiap aset Rp 1,00 sebanayak 2,22 kali dalam penjualan. Nilai ATO Restoran XYZ mengalami penurunan sedikit pada saat setelah menggunakan fasilitas kredit. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan penjualan yang tidak terlalu tinggi setelah menggunakan kredit sedangkan dari sisi aktiva terus mengalami kenaikan. Ini berarti kurang efesiennya Restoran XYZ dalam mengoperasikan aktiva nya untuk melakukan penjulan. Pertumbuhan penjualan Restoran XYZ dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Penjualan Bersih Restoran XYZ Tahun 2005-2009 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Penjualan Bersih 1.112.290.195 1.516.401.138 2.189.116.700 2.736.395.875 2.955.307.545
Perubahan (Rupiah) 404.110.943 672.715.562 547.279.175 218.911.670
Pertumbuhan (%) 36 44 25 8
Sumber : Restoran XYZ, 2010
6.2.4 Rasio Profitabilitas Rasio Profitabilitas yang diwakili oleh ROA, ROE dan NPM yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memperoleh tingkat keuntungan sehubungan dengan investasi dan aset yang dimiliki. profitabilitas yang baik akan dapat meningkatkan posisi keuangan perusahaan dan meminimalisir kemungkinan terjadinya kebangkrutan.
Pada Gambar 8
menunjukkan perkembangan Rasio Profitabilitas dengan menggunakan nilai Net Profit Margin, Return On Asset dan Return on Equity pada periode 2005-2009.
Secara umum rasio profitabilitas mengalami peningkatan sejak tahun 2006. Tren ini terjadi pada ketiga rasio yang digunakan.
0,45 0,40 0,35 0,30 0,25 0,20 0,15 0,10 0,05 0,00
0,41 0,25
0,26
0,24
0,24
0,11
2005
0,25 0,13
0,09
2006
2007
0,4 0,28
0,38 0,3
NPM ROA
0,12
2008
0,12
ROE
2009
Gambar 8. Rasio Profitabilitas Restoran XYZ tahun 2005-2009 Sumber : Restoran XYZ, 2010
a.
Net Proft Marjin (NPM) Net profit margin menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh
dari setiap penjualan yang dilakukan perusahaan. Perhitungan nilai Net Profit Margin (NPM) Restoran XYZ sebelum menggunakan fasilitas kredit yaitu tahun 2005 sebesar 0,11 dan tahun 2006 sebesar 0,09. Selama tahun tersebut rata-rata NPM adalah sebesarn 0,10. Nilai ini menunjukkan bahwa dari setiap Rp 1,00 penjualan, Restoran XYZ mampu menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 0,10. Pada saat Restoran XYZ menggunakan fasilitas kredit tingkat NPM pun mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Nilai NPM nya adalah sebesar 0,13 pada tahun 2006, 0,12 pada tahun 2007 dan 0,12 pada tahun 2009. Secara rata-rata NPM Restoran XYZ pada ketiga tahun tersebut adalah sebesar 0,12. Nilai ini berarti setiap Rp 1,00 penjualan mampu menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 0,12. Berdasarkan perhitungan diatas dapat dilihat bahwa NPM Restoran XYZ mengalami peningkatan setelah menggunakan fasilitas kredit. Namun bila dilihat secara angka peningkatannya tersebut tidak terlalu tinggi. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan keuntungan restoran yang tidak terlalu meningkat dan dari sisi penjualan yang pertumbuhannya yang tidak terlalu besar. Penjualan Restoran
XYZ dapat dilihat pada Tabel 13 sedangkan pertumbuhan keuntungan bersih Restoran XYZ dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Keuntungan Bersih Restoran XYZ Tahun 2005-2009 Tahun
Keuntungan Bersih
2005 2006 2007 2008 2009
Perubahan (Rupiah)
121.742.113 139.639.000 278.330.993 321.222.520 369.039.605
Pertumbuhan (%)
17.896.887 138.691.993 42.891.527 47.817.085
15 99 15 15
Sumber : Restoran XYZ, 2010
Berdasarkan Tabel 14 tersebut dapat dilihat bahwa penjualan dan keuntungan bersih Restoran XYZ mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun dengan adanya peningkatan pada kedua komponen tersebut belum tentu meningkatkan NPM karena harus memperhitungkan faktor-faktor pengurang yang biasanya mengalami peningkatan. b. Return on Asset Return
on
Asset
menunjukkan
tingkat
pengembalian
investasi
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atas aset yang telah ditanamkan ke dalam perusahaan dan juga untuk melihat bagaimana efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Nilai rasio ini pada tahun 2005 dan 2006 dimana pada saat itu belum menggunakan fasilitas kredit adalah sebesar 0,24 dan 0,24. Ini berarti setiap Rp 1,00 aktiva yang diinvestasikan, restoran menghasilkan keuntungan Rp 0,24. Pada saat restoran ini menggunakan fasilitas kredit nilai ROA yang didapat adalah sebear 0,25 pada tahun 2007, 0,28 pada tahun 2008 dan 0,30 pada tahun 2009.
Rata-rata ROA pada ketiga tahun tersebut adalah sebesar 0,28.
Berarti dalam setiap Rp 1,00 aktiva restoran yang diinvestasikan restoran menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,28. Secara keseluruhan terjadi peningkatan rasio pada saat sebelum dan sesudah menggunakan fasilitas kredit, namun bila dilihat dari nilai tersebut peningkatan yang terjadi hanya sedikit.
Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa keuntungan bersih Restoran XYZ meningkat tajam pada tahun 2007 sebesar 99% dari tahun 2006. Peningkatan dipengaruhi oleh relokasi tempat yang berpengaruh terhadap penjualan dan banyaknya oreder catering yang masuk.
Namun pada tahun 2008 dan 2009
pertumbuhan keuntungan mengalami penurunan yang cukup tajam karena dipengaruhi oleh telah banyaknya perkembangan bisnis restoran di kota Bogor. c. Return on Equity Return on equity mengukur seberapa besar laba bersih yang dapat dihasilkan perusahaan atas modal yang telah ditanamkan untuk pembiayaan usaha. Nilai rasio ROE pada saat sebelum menggunakan kredit pada tahun 2005 dan 2006 adalah sebesar 0,25 dan 0,26. Ini berarti setiap Rp 1,00 modal sendiri yang ditanamkan, restoran menghasilkan keuntungan Rp 0,255. Pada saat restoran ini menggunakan fasilitas kredit nilai ROE yang didapat adalah sebear 0,41 pada tahun 2007, 0,40 pada tahun 2008 dan 0,38 pada tahun 2009. Rata-rata ROE pada ketiga tahun tersebut adalah sebesar 0,39. Berarti dalam setiap Rp 1,00 modal sendiri restoran yang ditanamkan restoran menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,39. Secara keseluruhan terjadi peningkatan rasio pada saat sebelum dan sesudah menggunakan fasilitas kredit, namun bila dilihat dari nilai tersebut peningkatan yang terjadi hanya sedikit. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan keuntungan restoran yang tidak terlalu tinggi namun dari sisi aktiva selalu meningkat. Keuntungan bersih Restoran XYZ dapat dilihat pada Tabel 14. Hasil rekapitulasi rasio keuangan sebelum dan sesudah menggunakan fasilitas kredit UKM dapat dilihat pada Tabel 15.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Hasil dari penelitian tentang Analisis Kinerja Usaha Restoran XYZ Dengan Menggunakan Fasilitas Kredit UKM maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Perkembangan kinerja pemasaran yang dilihat dari sisi penjualan dan pertumbuhan pejualan Restoran XYZ secara umum mengalami peningkatan setiap tahunnya. Setelah menggunakan fasilitas kredit yang digunakan untuk relokasi tempat dan modal kerja restoran, nilai penjualan Restoran XYZ meningkat pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp 2,1 miliar. Pada tahun 2008 dan 2009 tingkat pertumbuhan penjualan Restoran XYZ tidak terlalu tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan penjualan Restoran XYZ tidak lepas dari adanya order catering dari hotel dan industri selama tahun 2007 dan berakhir pada tahun 2009.
2.
Perkembangan kinerja keuangan Restoran XYZ dari hasil analisa rasio yang dilakukan terhadap laporan keuangan Restoran XYZ berupa neraca dan laporan laba rugi memperlihatkan bahwa secara umum rasio keuangan Restoran XYZ mengalami peningkatan setelah menggunakan fasilitas kredit untuk pengembangan usahanya. Pada tingkat Likuiditas Restoran XYZ berada pada posisi yang cukup baik.
3.
Tingkat leverage Restoran XYZ mengalami peningkatan yang cukup besar pada saat setelah menggunakan fasilitas kredit karena jaminan terhadap modal dan aset yang mengalami kenaikan. Pada tingkat aktivitas didapat adanya kecenderungan penerunan terhadap Asset turn over pada saat setelah menggunakan fasilitas kredit.
Ini berarti perusahaan belum mampu atau
belum efektif dalam mengelola aktiva untuk menghasilkan penjualan yang maksimal. Pada tingkat profitabilitas dapat dilihat bahwa pada rasio laba bersih cenderung mengalami peningkatan namun peningkatannya tersebut relatif kecil. Hal ini mencerminkan restoran mulai efesien dalam mengelola sumberdaya perusahaan. Tingkat pengembalian modal atau ekuitas dan aset mengalami peningkatan yang cukup baik. Peningkatan ini disebabkan oleh
pertumbuhan laba restoran XYZ setelah menggunakan fasilitas kredit. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh relokasi tempat usaha dan banyaknya order yang didapat seperti catering dan jasa penyewaan tempat. 7.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat maka penulis dapat memberi saran terhadap Restoran XYZ, yaitu : 1.
Setelah Restoran XYZ menggunakan fasilitas kredit UKM
terlihat
peningkatan dari sisi nilai penjualan namun pertumbuhan nilai penjualan tidak terlalu baik, disarankan agar Restoran XYZ dapat meningkatkan proporsi penjualan di restoran dan mencari pelanggan catering yang baru. Peningkatan penjualan dilakukan dengan menghadirkan menu-menu baru dan melakukan personal selling ke beberapa perusahaan untuk menawarkan jasa catering agar nilai penjualan Restoran XYZ dapat meningkat . 2.
Restoran XYZ sebaiknya meminimalisasikan biaya-biaya produksi dan biaya operasional setelah kredit yang digunakan lunas agar profit margin restoran menjadi naik. Profit margin dapat meningkat setelah angsuran pembayaran kewajiban kredit terlunasi.
DAFTAR PUSTAKA Bastian, I dan Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Jakarta : PT Salemba Jusuf, J. 2007. Analisis Kredit Untuk Account Officer. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Kasmir, S. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada Kotler P, Amstrong G. 1997. Prenhallindo
Dasar-dasar Pemasaran Edisi 2. Jakarta : PT.
Keragaman-definisi-ukm-di-indonesia. http : //www.infoukm.wordpress.com. [2010/06/11] Krisis Global Tekan Pertumbuhan Kredit UMKM. http : //www.forumukm.com [2010/07/21] Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia Net Ekspansi Kredit Mikro Kecil dan Menengah (MKM) Perbankan. http : //www.bi.go.id [2010/06/11] Partomo, T S dan Abdul. 2002. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Jakarta : Ghalia Indonesia Pravitasari, M. 2010. Analisis Perkembangan Kinerja Keuangan Haneda Decorations periode 2006-2008 Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor Permadi, I. 2009. Pengaruh Total Kredit, PDB, dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Jumlah Unit Usaha Berskala Kecil dan Menengah (UKM) Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Riyanto, B. 1995. Dasar-Dasar Pembelanjaan. Yayasan Badan, Yoyakarta : Gajah Mada Sara,
P. 2008. Analisa Kinerja Keuangan dan Manajemen Strategis Pengembangan Restoran Canary di Hotel Mirah Bogor. Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor
Setiawan, W. 2009. Analisis Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Usaha debitur Mikro PT. Bank Jabar Banten Cabang Cianjur Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Sugiono, A dan E. Untung. 2008. Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan Keuangan, Jakarta : PT. Grasindo Suseno, I. 2010. Analisis Kinerja Keuangan PT BimaTama Indonesia Estetika Jakarta Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Fakultas Ekonomi Manjemen Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
Lampiran 1. Rasio Likuiditas Restoran XYZ Tahun 2005-2009 1.
Cash Ratio
TAHUN KAS 2005 71.140.882,42 2006 83.533.490,51 2007 169.278.005,95 2008 211.650.567,98 2009 230.044.762,37 Sumber : Restoran XYZ, 2010
KEWAJIBAN LANCAR 24.877.438,77 45.077.273,00 35.353.126,14 42.636.531,75 49.011.329,84
RATIO
KEWAJIBAN LANCAR 24.877.438,77 45.077.273,00 35.353.126,14 42.636.531,75 49.011.329,84
RATIO
2,86 1,85 4,79 4,96 4,69
2. Current Ratio TAHUN AKTIVA LANCAR 2005 278.962.690,47 2006 321.230.865,97 2007 664.766.236,80 2008 691.840.887,15 2009 755.737.260,28 Sumber : Restoran XYZ, 2010
11,21 7,13 18,80 16,23 15,42
3. Quick Ratio TAHUN
AKTIVA LANCAR
2005 278.962.690,47 2006 321.230.865,97 2007 664.766.236,80 2008 691.840.887,15 2009 755.737.260,28 Sumber : Restoran XYZ, 2010
PERSEDIAAN 52.371.469,00 68.221.822,17 268.221.822,17 295.044.004,39 324.548.404,83
KEWAJIBAN LANCAR 24.877.438,77 45.077.273,00 35.353.126,14 42.636.531,75 49.011.329,84
RATIO 9,11 5,61 11,22 9,31 8,80
Lampiran 2. Rasio Leverage Restoran XYZ Tahun 2005-2009 1. Debt to Equity Ratio TAHUN KEWAJIBAN 2005 24.877.438,77 2006 45.077.273,00 2007 445.353.126,14 2008 352.636.531,75 2009 289.011.329,84 Sumber : Restoran XYZ, 2010
2.
MODAL 479.085.251,98 532.653.592,98 675.413.111,13 812.754.355,41 958.703.430,44
RATIO
AKTIVA 503.962.690,47 577.730.865,97 1.120.766.236,80 1.165.390.887,15 1.247.714.760,28
RATIO
0,05 0,08 0,66 0,43 0,30
Debt to Asset Ratio
TAHUN KEWAJIBAN 2005 24.877.438,77 2006 45.077.273,00 2007 445.353.126,14 2008 352.636.531,75 2009 289.011.329,84 Sumber : Restoran XYZ, 2010
0,05 0,08 0,40 0,30 0,23
Lampiran 3. Rasio Aktivitas Restoran XYZ Tahun 2005-2009 1. Asset Turn Over TAHUN PENJUALAN BERSIH 2005 1.112.290.195,27 2006 1.516.401.138,09 2007 2.189.116.700,00 2008 2.736.395.875,00 2009 2.955.307.545,00 Sumber : Restoran XYZ, 2010
TOTAL AKTIVA 503.962.690,47 577.730.865,97 1.120.766.236,80 1.165.390.887,15 1.247.714.760,28
RATIO 2,21 2,62 1,95 2,35 2,37
Lampiran 4. Rasio Profitabilitas Restoran XYZ Tahun 2005-2009 1. Net Proft Marjin TAHUN LABA BERSIH 2005 121.742.112,66 2006 139.638.999,87 2007 278.330.993,03 2008 321.222.520,37 2009 369.039.605,02 Sumber : Restoran XYZ, 2010
PENJUALAN BERSIH 1.112.290.195,27 1.516.401.138,09 2.189.116.700,00 2.736.395.875,00 2.955.307.545,00
RATIO
TOTAL AKTIVA 503.962.690,47 577.730.865,97 1.120.766.236,80 1.165.390.887,15 1.247.714.760,28
RATIO
MODAL 479.085.251,98 532.653.592,98 675.413.111,13 812.754.355,41 958.703.430,44
RATIO
0,11 0,09 0,13 0,12 0,12
2. Return on Asset TAHUN LABA BERSIH 2005 121.742.112,66 2006 139.638.999,87 2007 278.330.993,03 2008 321.222.520,37 2009 369.039.605,02 Sumber : Restoran XYZ, 2010
0,24 0,24 0,25 0,28 0,30
3. Return on Equity TAHUN LABA BERSIH 2005 121.742.112,66 2006 139.638.999,87 2007 278.330.993,03 2008 321.222.520,37 2009 369.039.605,02 Sumber : Restoran XYZ, 2010
0,25 0,26 0,41 0,40 0,38
Lampiran 5. Daftar Menu dan Harga Restoran XYZ
Lampiran 6. Daftar Menu dan Harga Catering Restoran XYZ No 1
2
Jenis Menu Menu Akasia
Menu Bavaria
Paket Paket A : - Nasi Putih - Ayam Rica - Tahu Cap Daging Giling - Capcay - Kerupuk - Nasi Goreng Sosis Paket B : - Nasi Putih - Kakap Tempura Saus Mayonaise - Fuyunghai - Cah Jagung Manis - Kerupuk - Nasi Goreng Bakso Paket C : - Nasi Timbel - Ayam Panggang Kecap Balado - Pepes Tahu - Nila Cabe Hijau Pete - Karedok - Lalap - Sambal - Kerupuk Menu Pendamping : - Bakso Kopyok - Sup Macaroni Daging Sapi - Buah Iris - Pudding - Aqua - Es Lemon tea Paket A : - Nasi Timbel - Oseng Daging Sapi - Pepes Tahu - Pepes Jamur - Karedok - Ayam Keremes - Kerupuk - Sambal - Tempe Bacem - Bakso Kopyok - Buah Iris - Pudding - Aqua - Es Lemon tea Paket B : - Nasi Putih - Beef Steak
Harga (Rp)/Porsi
55.000
65.000
3 Menu Catleya
4 Menu Bella Vista
- Fuyunghai - Cah Wortel Ayam Fillet - Kerupuk - Nasi Goreng Ayam - Kerupuk - Sup Maccaroni Daging Sapi - Buah Iris - Pudding - Aqua - Es Lemon tea Paket A : - Nasi Timbel - Gurame Goreng - Pepes Tahu - Pepes Jamur - Karedok - Ayam Panggang - Kerupuk - Sambal - Pergedel Jagung - Sup Telur Puyuh - Buah Iris - Pudding - Aqua - Es Lemon tea Paket B : - Nasi Putih - Gurame Tausi - Ayam Goreng Mentega - Cah Kembang Kol - Nasi Goreng Bakso - Kerupuk - Sup Timlo - Buah Iris - Pudding - Aqua - Es Lemon tea Paket A : - Nasi Putih - Nasi Goreng Seafood - Udang Tempura/Udang Saos Padang - Beef Sukiyaki - Ayam Goreng Mentega/Ayam Keremes - Kerupuk - Sup Buntut - Buah Iris - Pudding - Aqua - Es Lemon tea
75.000
100.000
Tabel 15. Hasil Rekapitulasi Rasio Keuangan
NO 1
Indikator
3 4
2006
Rata-rata Sebelum Kredit
2007
2008
2009
Rata-rata Setelah Kredit
Standar
Kondisi
Rasio Likuiditas : Current Ratio
2
2005
11,21
7,13
9,17
18,8
16,23
15,42
16,82
Min.2
Baik
Cash Ratio
2,86
1,85
2,36
4,79
4,96
4,69
4,81
Min.2
Baik
Quick Ratio
9,11
5,61
7,36
11,22
9,31
8,8
9,78
Min.2
Baik
DER
0,05
0,08
0,065
0,66
0,43
0,3
0,46
Maks. 1
Baik
DR
0,05
0,08
0,065
0,4
0,3
0,23
0,31
Maks. 0,5
Baik
Rasio Aktivitas : ATO
2,21
2,62
2,415
1,95
2,35
2,37
2,22
Min.4
Kurang baik
Rasio Prfitabilitas : NPM
0,11
0,09
0,1
0,13
0,12
0,12
0,12
Meningkat
Baik
ROA
0,24
0,24
0,24
0,25
0,28
0,3
0,28
Meningkat
Baik
ROE
0,25
0,26
0,26
0,41
0,4
0,38
0,40
Meningkat
Baik
Rasio Leverage :