Analisis Pembiayaan Kredit Mikro Bank XYZ untuk Usaha Kecil Menengah 1
2
Wisnaldi , Musa Hubeis dan Nora H. Pandjaitan
2
Abstract Before a crisis 1997 happened, Bank XYZ in the portfolio of its credit, more of medium and big entrepreneur were financed by it, whereas for micro entrepreneur only filled obligation to the government. When the crisis, the medium and big entrepreneur got difficulties; Bank XYZ also felt the same effect but the micro entrepreneur could survive. Based on the fact, PT Bank XYZ (Persero) Tbk made the decision letter No. KP/041/DIR/R date 27 February 2002 about formation of micro banking unit (UBM). It handled the necessity of fund or service banking for the micro entrepreneur which made the new institution micro unit, totally ULM become 155 unit. 100 set questioners disseminated to micro customer by collecting purposive samples which existed in the ULM office Pasar Minggu and Pasar Cipulir, in the south of Jakarta and Modernland in Tangerang. For knowing the information of micro debitor in order to analyze financing of micro credit, questioner pressed in the form of exertion; activity and exertion experience; work and finance condition of micro debitor; ease, desire and debitor expectation. Something else was analysis performance of ULM credit and profitability giving micro credit compared to another type credit on medium and retail business. Based on the analysis result it got information that the interest income from micro credit gave a fairly big contribution in the total interest income which had collectability average 9,6%, mean while retail sector 98% and middle sector 98,3%. The working of ULM per December 2003 reached Rp 153,4 triliun (18% from the target). Based on the simulation result, getting credit interest seemed that micro interest income was higher and profitable. The other matter, monetary performance of micro debitor was fairly good with the average profitability 9,0-17,4%, requirement of addition of quick capital need and the debitor did not get difficulty when they filled their financial obligation to the bank because of accepted credit facility.
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2000/2001 dan Kementerian Negara Urusan UKM dan Koperasi, jumlah UKM di Indonesia mencapai 38 juta unit. Jumlah ini setara dengan 95% dari total 40 juta unit usaha yang ada. Dari jumlah 30 juta unit tersebut, sekitar 99,8% adalah Usaha Kecil (UK) dan sisanya 0,2% Usaha Menengah (UM) (Depkop, 1990). Jumlah tenaga kerja total yang diserap mencapai 72,7 juta orang atau sama dengan 99,6% dari seluruh angkatan kerja nasional. Komposisi dari penyerapan tenaga kerja tersebut adalah UK menyerap 88,6%, UM 10,85% dan Usaha Besar (UB) 0,55%. Sementara itu, jumlah koperasi yang aktif di Indonesia mencapai + 88.900 unit dari total 103.000 unit yang terdaftar. Penyerapan tenaga kerja dari koperasi, sebagai pengurus 217.000 orang dan sebagai anggota mencapai 27,3 juta orang. UK dikonotasikan lemah, skala kecil, penampilan informal, administrasi acak-acakan dan atribut lainnya yang masih jauh di bawah atribut yang dimiliki oleh golongan UB. Hal ini menyebabkan sulit disentuh oleh perbankan formal (unbankable market) dan lebih akrab dengan rentenir, pegadaian atau kelompok simpan pinjam sejenisnya (Wiyono, 2003). Guna mengembangkan potensi pengusaha mikro (golongan unbankable market) menjadi bankable market, maka perlu dicari terobosan-terobosan baru untuk diimplementasikan pada masyarakat pengusaha mikro. Dalam hal ini, produk perkreditan perbankan konvensional yang selama ini menjadi acuan dalam analisa pemberian kredit, perlu disederhanakan dengan pendekatan pengusaha mikro, tetapi tetap memperhatikan aspek-aspek prudential banking. Permasalahan yang ada selama ini adalah keterbatasan akses pengusaha kecil untuk mengembangkan usahanya, terutama disebabkan oleh : a. Akses untuk mendapatkan fasilitas kredit dari bank b. Lemahnya permodalan, administrasi, jangkauan pasar, legalitas dan agunan yang memadai
1 2
Alumni PS MPI, SPs IPB Staf Pengajar PS MPI, SPs IPB
2
Dengan demikian, kecenderungannya adalah : a. Skim kredit yang disalurkan secara teknis belum dapat menjangkau bisnis segmen mikro yang sesungguhnya. b. Lembaga penyalur kredit belum dapat menyediakan fasilitas layanan yang sesuai dengan dinamika usaha mikro. c. Menganggap usaha mikro tergolong unbankable dan beresiko tinggi, dengan tingkat pengembalian rendah. Bisnis perbankan selama ini hanya terfokus pada sektor UB, sehingga bank dapat dengan mudah memberikan kredit dalam jumlah besar kepada pengusaha besar, karena secara teknis memenuhi persyaratan perbankan dari segi tertib administrasi, kelayakan usaha dan persyaratan jaminan dapat dipenuhi. Sebaliknya sektor UK tidak dapat memenuhi persyaratan bank teknis. Memperhatikan kondisi yang dikemukakan dan peluang yang ada pada segmen mikro, maka pada awal tahun 2001 Bank XYZ mulai mengembangkan usaha mikro yang diberi nama Unit Bisnis Mikro (UBM), dengan harapan dapat melayani masyarakat, terutama pengusaha kecil yang menjalankan usahanya dengan prinsip win-win solution (Business Plan Bank XYZ, 2001). Bank XYZ memiliki produk dana, kredit dan jasa perbankan yang ditawarkan kepada nasabah dan calon nasabah. Bank XYZ merupakan bank yang telah berusia lebih dari setengah abad dan telah memiliki jaringan hampir disetiap Daerah Kabupaten di seluruh Indonesia, serta lima kantor cabang di luar negeri (Bank XYZ, 2002). Untuk mengetahui sampai seberapa jauh efektivitas dari UBM, serta manfaat fasilitas kredit mikro bagi Bank XYZ dan pengusaha mikro, maka perlu dilakukan kajian terhadap bank selaku pemberi fasilitas kredit mikro, serta nasabah mikro selaku penerima dan pengguna fasilitas kredit mikro. Kajian ini mencakup : a. Manfaat yang diperoleh bank dalam pembiayaan bisnis mikro dari segi kolektibilitas dan profitabilitasnya b. Manfaat bagi pengusaha mikro selaku pengguna fasilitas kredit mikro c. Mengetahui preferensi dan harapan nasabah mikro dalam proses permohonan kredit 2. Permasalahan a. Bentuk pembiayaan fasilitas kredit mikro apakah yang dapat diberikan bagi debitur dan pada tingkat keuntungan manakah yang dapat diperoleh Bank XYZ ? b. Bagaimana potensi pasar debitur mikro bagi bank XYZ ? c. Model penyaluran kredit mikro bank XYZ apakah yang dapat diberikan pada UKM berprospek dan layak kredit ? 3. Tujuan a. Menganalisis pembiayaan debitur UKM yang mendapatkan fasilitas kredit mikro dari Bank XYZ dan mengkaji keuntungan yang diperoleh bank dari sektor mikro ini. b. Mengkaji potensi pasar pesaing debitur mikro pada bank XYZ. c. Mengembangkan model penyaluran kredit mikro Bank XYZ kepada UKM berprospek dan layak kredit.
METODOLOGI 1. Lokasi Penelitian ini dilakukan di Bank XYZ pada bagian Unit Layanan Mikro (ULM), yaitu ULM Pasar Minggu dan ULM Pasar Cipulir yang terletak di Jakarta Selatan, serta ULM Modernland yang berlokasi di Tangerang. 2. Metode Kerja Pengumpulan data Untuk keperluan analisis digunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menyebarkan 200 kuesioner secara acak kepada nasabah di ketiga lokasi ULM. Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan bank yang berupa data portepel kredit menengah, retail dan mikro pada Bank XYZ. Data portepel kredit diperlukan untuk melihat kolektibillitas pinjaman yang
Jurnal MPI Vol. 2 No. 2. September 2007
3
merupakan perbandingan antara total nilai pinjaman lancar terhadap seluruh total pinjaman yang diberikan. Berdasarkan kolektibilitas pinjaman nasabah (Bank XYZ, 2002) dibedakan dalam : a. Golongan lancar (performing loan), yakni peminjam golongan I (tunggakan hutang pokok dan bunga < 3 bulan) dan II (tunggakan hutang pokok dan bunga 3 bulan s/d < 6 bulan). b. Golongan non lancar (non performing loan), yakni peminjam golongan III (tunggakan pokok dan bunga 6 sampai < 9 bulan), golongan IV (tunggakan 9 sampai < 12 bulan) dan golongan V (tunggakan 12 bulan ke atas). Untuk mengetahui apakah bisnis mikro merupakan bisnis yang memberikan kontribusi yang menguntungkan dalam jangka pendek maupun jangka panjang, maka dilakukan analisis kinerja kredit ULM dan profitabilitas pemberian kredit mikro dibandingkan kredit jenis lainnya pada bisnis ritel dan menengah.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Umum Berdirinya ULM Bank XYZ merupakan salah satu sasaran pengelolaan dan pengembangan bisnis ritel dalam mencapai tujuan dan sasaran bisnis Bank XYZ yang telah ditetapkan pada Revisi Corporate Plan III periode 1996-1999 dan Corporate Plan IV periode 2001-2005 (Business Plan Bank XYZ, 2001). Melalui Surat Keputusan Direksi PT Bank XYZ (Persero) Tbk Nomor KP/041/DIR/R tanggal 27 Februari 2002 dibentuk UBM, yaitu unit organisasi setingkat Wakil Pemimpin Divisi yang penyelianya berada di bawah Divisi Pembinaan Bisnis Ritel dan Menengah. Untuk tahap awal sebagai pilot proyek telah dibuka sebanyak 10 ULM yang tersebar di seluruh Indonesia. Melalui Rol Out (R/O) I dan II, serta sesuai target pembukaan outlet pada tahun 2000, telah dibuka outlet-outlet baru sebanyak 76 ULM dan diharapkan pada tahun-tahun mendatang akan terus bertambah guna mengantisipasi membaiknya kondisi perekonomian Indonesia, khususnya di sektor mikro yang potensi pasarnya sangat potensial untuk dikembangkan. Usaha mikro termasuk dalam kelompok UKM yang pada umumnya menjalani bisnis sangat sederhana dengan administrasi sangat sederhana, bahkan sebagian besar tidak mengenal catatan administrasi. Oleh karena itu, terhadap calon debitur mikro terlebih dahulu diberikan pengertian mengenai pentingnya catatan administrasi yang akan sangat berguna untuk debitur mikro dalam upaya mengembangkan usahanya maupun bagi ULM. Mikro banking yang ideal seharusnya menyerupai para rentenir, tetapi karena dibatasi oleh birokrasi, undang-undang maupun hal-hal yang bersifat formal dari statu lembaga keuangan, maka akhirnya berupa gabungan dari usaha pegadaian, commercial banking dan rentenir (Siamat, 2001). Produk-produk microbanking, seharusnya mempunyai ciri-ciri : a. Prosedurnya mudah difahami dan sederhana b. Akses untuk nasabah sangat mudah dan longgar c. Maksimum kredit relatif kecil d. Jangka waktu kredit pendek e. Jaminan (agunan) rendah f. Tingkat bunga relatif tinggi g. Angsuran disesuaikan dengan kemampuan debitur h. Berpenampilan informal Selain itu, untuk mempermudah menangani debitur dan mengurangi tingkat risiko, maka perlu dilakukan usaha-usaha seperti mengadakan rayonisasi, ditangani oleh pegawai lokal : penagihan dan pemantauan dilakukan secara intensif, semua jenis kredit, baik modal kerja, investasi dan konsumtif mempunyai bentuk yang sama, yakni aflopend dan pemberiannya dilakukan secara paket. Untuk mendekati pasar, mikro banking Bank XYZ mengandalkan yang disebut street bankers, yang secara aktif akan mendekati dan membina para calon debitur, yaitu berperan mengamati, merekrut, kunjungan ke lokasi, memantau dan melakukan penagihan. Tulang punggung operasional berada pada street bankers ini, sehingga dituntut mempunyai komitmen dan kapabilitas prima, serta mempunyai daya intuisi tinggi, karena untuk merekrut debitur sektor informal berbeda dengan merekrut calon debitur commercial banking. Struktur organisasi di setiap ULM terdiri dari seorang penyelia bisnis mikro, dibantu oleh asisten pemasaran, asisten analisa kredit, asisten penagih dan asisten administrasi. Agar sifat keinformalannya lebih terlihat, maka penyelia diisi oleh pegawai karier Bank XYZ, tetapi para asisten diisi oleh tenaga outsourcing. Tenaga ini akan direkrut dari tenaga-tenaga lokal, agar mengenal dengan baik daerah rayon dan karakteristik para calon nasabahnya. Kompensasi yang diberikan untuk asisten ULM berbentuk status kolektibilitas dengan variasi (Business Plan Bank XYZ, 2001) :
Jurnal MPI Vol. 2 No. 2. September 2007
4
a. Kolektibilitas sampai 95%, stop ekspansi b. Kolektibilitas lebih dari 95% sampai < 98%, stop insentif c. Kolektibilitas 98% dan selebihnya insentif Bank XYZ dalam membangun konsep bisnis kredit membagi tugas dan tanggungjawab pengelolaannya dalam beberapa segmen, yaitu segmen wholesale, menengah, ritel dan segmen mikro. Strategi yang dilakukan untuk memasarkan kredit mikro, khususnya dilaksanakan dengan 2 (dua) cara, yaitu dengan cara organik, dimana Bank XYZ langsung menyalurkan dan mengelola kredit; anorganik, dimana Bank XYZ melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan lainnya seperti BPR, dan lembaga keuangan mikro untuk menyalurkan kredit. Bank XYZ dapat lebih mengoptimalkan penyaluran kredit mikronya kepada masyarakat. ULM Bank XYZ selama ini masih mengandalkan secara organik. Penyaluran kredit mikro Bank XYZ dengan sistem anorganik baru dibangun dengan nama Fitur 6 (kredit kepada lembaga), sehingga fitur tersebut saat ini masih dalam proses sosialisasi (belum diimplementasikan). Menurut Buku Pedoman Perusahaan (BPP) Bank XYZ yang dimaksudkan dengan kredit mikro adalah fasilitas kredit yang diberikan kepada pengusaha mikro, baik perorangan, kelompok dan pegawai untuk membiayai kebutuhan keuangan yang bersifat produktif dan non produktif (konsumtif) yang pemberiannya dilakukan secara langsung oleh bank (Bank XYZ, 2002). Nasabah mikro pada dasarnya termasuk dalam kelompok UK, sedangkan kelompok pengusaha mikro adalah para pengusaha mkro yang membentuk kelompok usaha sejenis dan telah berusaha bersama minimum selama 2 (dua) tahun berturut-turut. Proses pemberian kredit sesuai standar perbankan pada umumnya mempergunakan prinsipprinsip perkreditan yang dikenal dengan 5 C, yakni Character (karakter), Capacity (kapasitas), Capital (modal), Colateral (jaminan) dan Condicional of economy (kondisi ekonomi). Menurut Siamat (2001), prinsip 5 C dapat memberikan informasi mengenai itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. Pada bisnis mikro karena karakteristik bisnisnya berbeda, maka yang lebih diandalkan adalah faktor 2C pertama, yaknik Character dan Capacity. Karakteristik pasar kredit mikro menuntut adanya suatu pelayanan yang spesifik dengan tetap memperhatikan prinsip prudencial banking, sehingga kebijakan dan prosedur analisa dapat dilaksanakan dengan lebih sederhana, terutama dalam hal kecepatan, proses pemberian dan fleksibilitas persyaratan kredit. Fitur Kredit Mikro Secara yuridis, fitur kredit pada commercial banking dan mikro banking sebenarnya tidak berbeda. Keduanya merupakan perjanjian pinjam meminjam uang. Namum pada mikro banking, harus mengandung unsur kesederhanaan, kemudahan dan kecepatan dalam pemrosesan, sehingga fiturnya akan mengadopsi hal-hal yang telah dilakukan oleh para rentenir. Fitur-fitur kredit mikro tidak sama sekali bebas dari pinjaman. Jaminan pokoknya adalah barang yang dibiayai dengan kredit dimaksud, baik untuk konsumtif, modal kerja maupun investasi, fitur-fitur kredit mikro didesain sedemikian rupa untuk mengakomodasi semua figur yang ada pada masyarakat mikro. Perihal jaminan kredit, pada fitur kredit mikro dikenal istilah jaminan alternatif, yaitu jaminan yang dapat berupa surat nikah, izin menempati kios, ijazah dan surat-surat yang oleh debitur dianggap penting. Secara materi jaminan-jaminan tersebut bagi orang lain tidak ada artinya, tetapi bagi para pemiliknya akan mempunyai arti atau sangat bernilai. Untuk merangsang debitur supaya membayar angsuran tepat waktu, maka diberikan insentif pengembalian pada bunga setiap 6 bulan. Fitur-fitur perkreditan mikrobanking Bank XYZ terdiri dari 6 fitur diperuntukan untuk modal kerja, investasi dan konsumtif (Tabel 1). Untuk merangsang debitur agar dapat melakukan pembayaran dengan tertib dan tepat waktu, kiranya petugas bank dapat memberikan informasi bahwa bagi yang melakukan pembayaran kewajiban pada waktunya diberi insentif, yaitu berupa pengembalian sebagian dari pembayaran yang telah diserahkan kepada Bank. Dalam hal ini, petugas mikro banking harus memperhatikan bahwa debitur mikronya memiliki jiwa wirausaha.
Jurnal MPI Vol. 2 No. 2. September 2007
5
Tabel 1. Jenis-jenis fitur No. 1.
Jenis fitur Fitur 1
Keterangan - Tidak memerlukan jaminan fixed asset, serta ada jaminan alternatif yang mempunyai arti dan nilai tersendiri bagi debitur, misal surat nikah, ijazah, rekomendasi dari ketua adat dan lainnya - Maksimum pinjaman Rp. 10 juta - Jangka waktu maksimum 3 tahun 2. Fitur 2 - Dengan jaminan yang tidak dapat dikuasai secara sempurna secara hukum, seperti hak sewa lapak/kios pasar, girik, petok dan lainnya - Jangka waktu maksimal 3 tahun 3. Fitur 3 - Dengan jaminan yang dikuasai secara sempurna, seperti SHM, SHGB, BPKB mobil/motor - Maksimum kredit Rp. 50 juta - Jangka waktu maksimum 3 tahun 4. Fitur 4 - Penggunaan untuk pegawai - Maksimum kredit Rp. 50 juta - Jangka waktu maksimum 3 tahun 5. Fitur 5 - Pemberian kredit melalui kelompok. Anggota kelompok terdiri dari 5-10 orang, diantaranya ditunjuk sebagai ketua kelompok - Maksimum kredit Rp. 50 juta - Jangka waktu maksimal 3 tahun 6. Fitur 6 - Penyaluran kredit melalui lembaga keuangan lainnya, seperti BPR, koperasi dan lembaga lainnya untuk disalurkan kembali kepada masyarakat. Untuk landasan pelaksanaan dituangkan dalam suatu perjanjian kerjasama berjangka waktu 3 tahun dan dapat diperpanjang kembali - Maksimum kredit s/d Rp. 3 milyar untuk setiap lembaga berupa plafond credit line - Pengalaman usaha minimal 2 tahun Sumber : Business Plan Bank XYZ, 2001. 2. Hal yang Dikaji Hasil analisis kinerja bisnis mikro Untuk menilai kinerja dalam pemberian kredit mikro pada Bank XYZ dapat ditinjau dari total pengelompokkan menurut fitur (Tabel 2) dan pengelompokkan menurut kantor wilayah (Tabel 3) Bank XYZ. Mengingat bisnis mikro baru mulai dilakukan pada awal tahun 2001 dan secara resmi mikro mulai dilakukan pada awal tahun 2001, serta secara resmi dibentuk sebagai UBM pada bulan Februari 2002, maka analisis dilakukan terhadap kinerja per semester I tahun 2002. Tabel 2. Data pinjaman mikro menurut Fitur Outstanding Maksimum (Rp.000) (Rp.000) 1 7.886.681 6.146.875 2 16.465.429 11.397.651 3 10.657.522 10.526.623 4 3,063.479 2.524.974 5 143.583 102.659 Total 38.216.694 30.6998.778 Keterangan : *) rataan kolektibilitas wilayah 1 - 12 Fitur
Pendapatan bunga (Rp.000) 494.788 831.889 374.366 217.786 13.038 1.931.767
Kolektibilitas (%) 99,2 99,9 99,5 100,0 100,0 99,6*)
Berdasarkan data pada Tabel 2, terlihat kolektibilitas pinjaman fitur 1, 2 dan 3 sudah mengalami penurunan, sedangkan fitur 4 dan 5 masih bertahan pada kolektibilitas 100%. Untuk kajian bisnis mikro selanjutnya dilakukan kajian lebih mendalam tentang kolektibilitas menurut masing-masing fitur pembiayaan. Agar dapat menjadi masukan kepada manajemen, dibuat laporan penerimaan pinjaman menurut kelompok usaha secara besaran, misalnya menurut kelompok pedagang palawija, pedagang sembako dan fitur pembiayaannya.
Jurnal MPI Vol. 2 No. 2. September 2007
6
Tabel 3. Data pinjaman mikro menurut kantor wilayah Outstanding Target (Rp. 000) (Rp. 000) 1 6.500.000 7.096.573 2 8.000.000 7.768.360 3 10.500.000 10.038.535 4 23.000.000 29.156.320 5 13.500.000 13.886.947 6 15.500.000 18.947.731 7 4.000.000 8.163.168 8 9.000.000 11.117.511 9 2.000.000 2.673.226 10 13.500.000 9.457.028 11 6.000.000 8.036.208 12 32.500.000 27.061.639 Total 144.000.000 153.403.246 Keterangan : *) rataan kolektibilitas wilayah 1 - 12 Wilayah
Pendapatan bunga (Rp. 000) 373.140 705.746 910.478 2.700.736 977.463 1.264.028 415.147 665.803 62.606 953.000 391.580 2.979.386 12.399.113
Kolektibilitas (%) 100,0 99,5 99,2 98,6 100,0 100,0 100,0 99,3 100,0 100,0 100,0 100,0 99,8*)
Kolektibilitas pinjaman mikro di lingkungan kantor wilayah (Tabel 3) 1, 5, 6, 7, 9, 10, 11 dan 12 masih bertahan pada tingkat kolektibilitas 100%, sedangkan kantor wilayah 2, 3, 4 dan 8 mengalami penurunan di bawah 100%. Kepada ULM diminta untuk melakukan penagihan semaksimal mungkin, dengan aktif melakukan pemantauan dan penagihan agar mutu kredit tetap terjaga, karena kinerja kredit dapat dianggap baik, apabila setelah 1 (satu) tahun berjalan debitur secara rutin memenuhi kewajibannya. Petugas dan pejabat ULM harus mempersiapkan suatu tindakan strategi penyelamatan dengan cara melakukan analisa masalah penyelamatan dan melakukan pemilihan sasaran strategis. Hal tersebut dilakukan agar strategi penyelamatan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dalam menganalisis masalah penyelamatan, petugas/pejabat ULM harus melakukan identifikasi masalah penyelamatan dan selanjutnya membuat penentuan masalah penyelamatan. Atas dasar hal tersebut dilakukan pemilihan sasaran strategis berikut : a. Toleransi sementara. Strategi ini digunakan terhadap golongan I yang tidak murni (ada tunggakan) dan golongan II (tunggakan di atas 3-6 bulan). Pemilihan strategi ini dapat dibenarkan, bila diyakini debitur masih memiliki kemampuan membayar kembali, meskipun dalam kondisi lebih kecil bila dibandingkan dengan kemampuan pada saat kredit diberikan strategi ini dilakukan, kecuali bila : 1) debitur menunggak sementara atau hanya sebagian saja 2) prospek usaha masih baik 3) kemampuan membayar kembali masih ada 4) loyalitas pemilik perusahaan terhadap bank tinggi 5) kelangsungan hubungan dengan masabah masih diperlukan b. Penyelesaian internal. Hal ini dilakukan pada debitur yang telah menunggak > 3 bulan dan bila berdasarkan analisa masalah dapat ditentukan bahwa kelayakan kredit tidak dapat diperbaiki lagi, tetapi hubungan dengan nasabah dipandang masih perlu diteruskan. c. Penyelesaian eksternal. Keputusan ini dilakukan pada debitur yang telah menunggak > 6 bulan dan untuk memutuskan hubungan dengan nasabah, dilakukan penagihan melalui asisten penagihan mikro (AGM). Tahap selanjutnya, debitur diserahkan kepada pihak ketiga dengan strategi : (1) kerjasama dengan pihak ketiga, (2) penjualan agunan di bawah tangan dengan bantuan pihak ketiga dan (3) menyerahkan penyelesaian kepada pengadilan negeri. Bila strategi ini tidak berhasil dilaksanakan dan upaya penagihan sudah optimal, maka dilakukan usul penghapusan piutang dari catatan extra compatible atas piutang macet yang tidak dapat ditagih. Dalam hal ini, penghapusan dapat dilakukan terhadap seluruh atau sebagian kredit/kewajiban debitur. Analisis keuntungan bisnis mikro Pembiayaan terhadap debitur mikro merupakan bisnis yang sangat menguntungkan bagi pendapatan bunga, baik bunga yang dikenakan terhadap debitur melalui perhitungan bunga flat, sehingga bank akan memperoleh bunga mutlak dalam jumlah lebih besar bila dibandingkan dengan pembiayaan bisnis ritel di luar kredit multi guna (KMG), serta bunga kredit menengah melalui perhitungan bunga efektif.
Jurnal MPI Vol. 2 No. 2. September 2007
7
Untuk memudahkan perhitungan besarnya perolehan bunga yang akan diterima dari pembiayaan kredit mikro. Kredit ritel dan menengah dengan perhitungan bunga efektif, maka data perbandingan perolehan bunga dilakukan menurut perhitungan simulasi dengan jumlah pemberian kredit yang sama pada suatu periode pemberian yang sama. Dalam perhitungan simulasi dapat diketahui besarnya perolehan bunga dari pembiayaan kredit mikro dengan bunga flat, serta dengan bunga efektif untuk jumlah pinjaman sama, yaitu Rp. 50 juta dan dengan penetapan tingkat bunga berikut : a. Kredit mikro dengan jangka waktu 1 tahun pada bunga flat 1,8% per bulan atau 21,6% per tahun dan untuk jangka waktu 2 tahun pada bunga flat 1,9% per bulan atau 22,8% per tahun, serta untuk jangka waktu 3 tahun pada bunga flat 2% per bulan. b. Bunga efektif 19% per tahun dan sesuai ketentuan tidak membedakan jangka waktu penggunaannya. Berdasarkan asumsi tersebut, maka diperoleh simulasi perhitungan pada Tabel 4. Tabel 4. Simulasi perolehan bunga kredit Jenis fasilitas a. Kredit mikro (bunga flat per tahun 21,6%, 22,8% dan 24% b. Kredit ritel dan MM (bunga efektif per tahun 19%) Selisih perolehan bunga (a - b)
Jangka waktu dan perolehan bunga (Rp.) 1 tahun 2 tahun 3 tahun 10.800.000 22.800.000 36.000.000 5.293.947
10.490.341
15.980.836
5.506.053
12.309.659
20.019.164
Berdasarkan simulasi diperoleh : a. Pemberian kredit dalam jumlah yang sama dan tingkat risiko relatif sama diperoleh pendapatan bunga berbeda, yakni perolehan bunga melalui penyaluran kredit mikro jauh lebih besar bila dibandingkan dengan pemberian kredit lainnya secara efektif. Semakin panjang periode pemberian fasilitas kredit, maka perolehan bunga semakin meningkat dan selisih perbedaan bunga semakin meningkat. b. Tingkat bunga kredit mikro tidak terlalu peka terhadap risiko perubahan tingkat bunga dana yang berlaku, bila tingkat bunga dana turun, maka tingkat bunga mikro tidak mengalami perubahan dan masih tetap bertahan sebagaimana tingkat bunga pada tahun 2001. Analisis kuesioner Debitur mikro banking pada umumnya merupakan usaha yang berbentuk perusahaan perorangan yang menggunakan modal sendiri dan dengan kekuatan modal terbatas. Pengusaha yang masih beroperasi saat ini, umumnya sudah mempunyai pengalaman yang cukup lama, sehingga merupakan pengusaha kecil dan wirausaha handal. Kuesioner dibagikan terhadap 100 responden debitur mikro dari tiga ULM (Modern Land, ULM Pasar Cipulir dan ULM Pasar Minggu), dengan hasil analisis berikut : a. 98% responden mempunyai bentuk usaha perorangan, tidak berbentuk firma maupun CV, yang berarti usaha dikendalikan oleh seorang pemilik. Untuk jenis usaha seperti ini diperlukan pendekatan pribadi dan komunikasi yang baik antara petugas bank dengan pemilik usaha (debitur). b. Seluruh debitur mikro Bank XYZ yang disurvei menjalankan usaha dengan menggunakan modal sendiri, sehingga debitur sudah terbiasa bekerja mandiri dengan tanpa adanya ikut campur pihak lain. Segi positif kondisi ini, semua keputusan bisnis dapat diambil secara cepat, sedangkan segi negatifnya pengusaha tersebut tidak terbiasa mendengarkan pendapat orang lain. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan persuasif agar tidak terjadi kesalahpahaman antara petugas bank dengan debitur mikro, yang nantinya berdampak negatif bagi usaha yang akan dibiayai. c. 82% responden memiliki modal awal di bawah Rp. 20 juta, dengan 33% di antaranya bermodal awal di bawah Rp. 10 juta. Kecilnya modal awal menunjukkan bahwa sebagian besar pengusaha mikro dengan mudah dapat masuk dan keluar dari bisnis yang digeluti, serta secara cepat dapat berganti usaha atau pindah ke sektor usaha yang diyakini mempunyai prospek lebih baik. d. Debitur mikro yang menjadi responden pada umumya memiliki pengalaman usaha yang sudah cukup lama, karena 85% responden sudah berpengalaman di atas 4 tahun dan bahkan 49% berpengalaman di atas 6 tahun. Dengan demikian, debitur mikro yang ada saat ini merupakan pengusaha handal, karena masih mampu berusaha dalam situasi persaingan usaha yang cukup ketat.
Jurnal MPI Vol. 2 No. 2. September 2007
8
e. 93% responden melakukan aktivitas usahanya langsung di pasar, yang mencakup pembelian, sortir atau proses produksi lainnya dan menjualnya kembali. Hasil analisis lainnya dari kuesioner adalah : a. 77% responden berpenghasilan kurang dari Rp. 2 juta per hari atau sisanya (23%) berpenghasilan lebih dari Rp. 2 juta per hari. b. 69% responden mendapatkan keuntungan bersih kurang dari Rp. 200.000 per hari. Hal ini berarti sebagian besar responden termasuk berpenghasilan rendah. Dari hasil analisis mengenai kredit mikro diperoleh bahwa : a. 98% nasabah mengharapkan proses kredit selesai < 1 minggu dan 85% menyatakan proses kredit mikro ringan atau tidak memberatkan, serta 93% menyatakan persyaratan kredit dapat dipenuhi. Ini berarti bahwa proses kredit mikro sudah sesuai dengan keinginan nasabah dan pemrosesannya cukup dengan penyelia bisnis mikro. b. 88% responden menyukai cicilan dilakukan setiap bulan dan menyetorkannya langsung ke bank (82%), sehingga sekaligus dapat berkonsultasi dengan petugas bank. c. Pendekatan dari petugas bank sudah sesuai dengan 95% keinginan responden dan 78% lebih menyukai pola pembiayaan perorangan dan tidak terkait dengan kelompok. d. 54% responden menyatakan membutuhkan dana secara mendadak atau diluar perhitungan. Dari hasil analisis situasi persaingan dan kemudahan akses diperoleh bahwa : a. Situasi persaingan usaha menurut 62% responden cukup memberatkan, baik dengan pedagang sejenis, pedang baru, grosir besar maupun pedagang lainnya. b. 100% responden menyatakan proses perizinan dari instansi terkait termasuk ringan dan 64% responden mempunyai lokasi usaha yang dekat dengan bank. Besarnya dana masyarakat yang dapat disalurkan oleh suatu bank akan mempengaruhi keuntungan yang diperoleh bank dari marjin bunga, namun sejalan dengan itu risiko bank akan semakin tinggi dengan tidak tertagihnya pinjaman yang diberikan. Oleh karena itu, setiap pemberian pinjaman harus tetap memperhatikan prinsip prudential banking. Berdasarkan data absolut dari responden 3 ULM yang dikaji diperoleh data keuangan berupa profit margin setelah dikurangi biaya kebutuhan pribadi pemilik (Tabel 5). Tabel 5. Rasio profit margin dari 3 ULM yang dikaji No. 1. 2. 3.
Nama ULM Moderland, Tangerang Pasar Cipulir Pasar MInggu Total Rataan Asumsi bunga tertinggi 2% Pendapatan
Rataan profit margin (%) 13,8 17,4 9,0 40,2 13,4 2,0 11,4
Dari pendapatan (net margin) 11,4% tersebut, serta menilai omzet penjualan dan permohonan kredit, petugas dapat dengan mudah menilai, apakah permohonan layak dipertimbangkan. Keterbatasan IKM dari segi teknik produksi, terutama karena tidak adanya standar mutu tertentu yang harus terus dipenuhi dan dijaga. Untuk itu, IKM perlu memperhatikan pengelolaan mutu yang dikenal dengan Trilogi Juran, melalui cara perencanaan, pengendalian dan peningkatan mutu (Juran, 1995). Berdasarkan data tingkat bunga dari beberapa bank dan koperasi, ternyata tingkat bunga yang dikenakan oleh unit mikro banking Bank XYZ masih bersaing bila dibandingkan dengan lembaga pembiayaan lain yang ada, baik dari segi tingkat bunga maupun dari jangka waktu pembiayaan. Tingkat bunga yang berlaku umumnya 2-3%, dengan variasi jangka waktu 40 hari, 10 bulan dan 2 tahun. Dengan memperhatikan tingkat persaingan dan potensi pasar yang ada, maka unit mikro banking yang dibentuk dengan model dan sistem prosedur, serta tingkat kewenangan yang telah diberikan kepada ULM, maka diperkirakan ULM masih dapat melakukan ekspansi dan mampu mengatasi persaingan. Dalam bisnis mikro yang terpenting adalah kecepatan memperoleh dana pada saat yang benar-benar diperlukan. Hal ini nantinya akan memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan UKM dan bisnis mikro yang telah dilakukan oleh Bank XYZ saat ini.
Jurnal MPI Vol. 2 No. 2. September 2007
9
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Perkembangan kredit mikro sejak beroperasi pada pertengahan tahun 2001 menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat, yaitu outstanding per Desember 2002 mencapai Rp. 153,2 milyar (16.309 debitur) dengan kolektibilitas 99,8%, yang berarti terjadi peningkatan kredit mikro cukup pesat dan kolektibilitas yang membaik sejalan dengan ekspansi kredit. Posisi per Maret 2003 telah mencapai Rp. 220,7 milyar dengan kolektibilitas 99,22%. Berdasarkan pencapaian kinerja kredit mikro tersebut, nampak bahwa upaya telah dilakukan secara gencar, sehingga unitunit yang telah dibentuk secara bersinergi melakukan ekspansi optimal untuk mencapai target yang telah ditetapkan atau bahkan dapat terlampaui. b. Dari kuesioner diperoleh informasi berikut : 1) Bentuk usaha dari debitur mikro didominasi oleh usaha perorangan (98%), yang seluruhnya menggunakan modal sendiri dengan kekuatan sangat terbatas. 2) Besarnya modal awal didominasi oleh kelompok pemodal di bawah Rp. 20 juta (82%) dan pengalaman usaha di atas 4 tahun (85%), dengan demikian pembiayaan dilakukan terhadap yang telah mempunyai pengalaman dan mempunyai kapabilitas dalam berusaha. 3) 85% proses pemberian kredit sudah memenuhi harapan, karena persyaratan dan proses kredit dirasakan ringan. Hal ini merupakan peluang bagi Bank XYZ untuk terus dapat melakukan ekspansi, karena layanan yang telah diberikan sudah dapat memenuhi harapan nasabah, khususnya debitur mikro. c. Apabila pengembangan bisnis mikro banking mendapatkan perhatian serius dari manajemen dan terus dikembangkan dengan tetap memperhatikan prinsip prudential banking, maka diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pendapatan bank secara keseluruhan. 2. Saran a. Untuk lebih meningkatkan aktivitas usahanya, Bank XYZ perlu meyakini bahwa ekspansi dalam pemberian kredit dapat ditangani oleh petugas bank dan perlu memperhatikan kemampuan seseorang dalam menangani debitur, agar kredit dapat dipantau dan dikendalikan dengan baik. b. Sebaiknya bank mempunyai database debitur mikro yang dikelompokkan menurut bidang usahanya. c. Agar ekspansi kredit mikro dapat berkembang dengan pesat, perlu dilakukan pelatihan (i) secara inclass training berupa pelatihan dasar-dasar akuntansi dan teknik pembuatan laporan keuangan, (ii) memberikan pelatihan mengenai pengetahuan produk bagi para petugas mikro agar menguasai produk bank yang telah ada (product knowledge), (iii) pelatihan service excellence dan selling skill, (iv) pelatihan mengenai teknik verifikasi dan pemantauan nasabah untuk menjaga mutu kredit tetap terjaga, sehingga kolektibilitas mendekati 100%.
DAFTAR PUSTAKA Bank XYZ. 2002. Company Profile. Jakarta. BPS. 2001. Statistika Indonesia 2001. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Business Plan Bank XYZ. 2001. Divisi Pembinaan Bisnis Ritel. Bank XYZ, Jakarta. Depkop. 1990. Undang-Undang Republik Indonesia N0. 9 Tahun 1995. Tentang Usaha Kecil. Direktorat Jenderal Pembinaan Usaha Kecil, Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil, Jakarta. Juran, J.M. 1995. Kepemimpinan Mutu, Pedoman Peningkatan Mutu untuk Meraih Keunggulan Kompetitif (Terjemahan). PT. Pustaka Binaman Persindo, Jakarta. Siamat, D. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Wiyono, T. 2003. Analisa Strategi Pola Pembiayaan Kredit Mikro Pada Bank BNI : Solusi Pemenuhan Permodalan Bagi Usaha Kecil. Laporan Akhir [Tesis] pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasrajana IPB, Bogor.
Jurnal MPI Vol. 2 No. 2. September 2007