78
Pembiayaan Murabahah Bank Mandiri Syari’ah dan Pengaruhnya Terhadap Profitabilitas Unit Usaha Mikro Kecil dan Menengah Tahun 2016 Studi Kasus di Bank Mandiri Syariah Kantor Cabang Ponorogo Diky Andriyansyah
Abstract The aims of this research are to find out the murabaha products provided for the customers of the Mandiri Bank of Syariah Ponorogo branch office, especially the customers who focus on small and medium enterprises. To know the level of profitability of smalll and medium enterprises from murabaha financing of Mandiri Bank of Syariah Ponorogo branch office in 2016. And know the effect of murabaha financing of Mandiri Bank of Syariah Ponorogo branch office to profitability of small and medium enterprises in Ponorogo Ponorogo regency. This research is quantitative research by using questionnaire method to collecting data. The results of this study are: Murabaha financing of Mandiri Bank of Syariah Ponorogo branch office are grouped in three categories: 34, 28% is high cate category, 51,42% is middle category, and 14, 28% is low category. Profitability of small and medium enterprises in Ponorogo regency in 2016 are grouped in three categories: 45,71% is high category, 42,85% is middle category, and 11,42% is low category. There is is a significant effect of murabaha financing on profitability of small and medium enterprises in Ponorogo regency in 2016, because ro (0,447) > rt on db = 35 on level of significance 5% as well as rt on level of significance 1%, so Ha is received an Ho is refused. Keywords: Pembiayaan murabahah, Bank Mandiri Syariah, profitabilitas, unit usaha mikro kecil dan menengah. Pendahuluan Lembaga Keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting dalam memperlancar jalannya jalan pembangunan suatu negara.. Saat ini perbankan syariah telah memasuki era di mana ekonomi Islam menjadi rujukan pertama dalam mengatasi ekonomi dunia yang semakin hancur dengan sistem ekonomi kapitalis yang mereka anut terurama di kawasan Asia sia dengan dibukanya Asean Free Trade Area (AFTA (AFTA) dan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA (MEA) membuat persaingan global semakin bebas dalam memasarkan produk-produknya. produk produknya.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
79
Tantangan tersendiri bagi lembaga keuangan k Syari’ah untuk dapat memberikan konstribusi dalam pembangunan bangsa melalui pemb pemberdayaan ekonomi umat.. Banyak Bank Syari’ah yang muncul dengan model pembiayaan yang bermacam-macam macam sehingga dapat memudahkan konsumen untuk memilih pembiayaan yang mereka kehendaki guna memperlancar usahanya, baik dalam lingkup unit usaha mikro seperti industri rumahan, pedagang, pedagang, petani, konveksi. Undang-undang undang yang mengatur kehadiran bank syari’ah di Indonesia adalah UU No. 07 tahun 19921 kemudian diperbaharui perbaharui dengan UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 4 dengan bunyi: “Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional sional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak” banyak”. Keseriusan pemerintah ini membuat udara segar bagi penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam, Islam sehingg mereka merasa aman untuk berinvestasi pada sistem syari’ah dan terjaga dari bank konvensional yang menggunakan sistem bunga bank. Kendala umum akan dihadapi hadapi perbankan yang baru muncul dengan sistem yang baru, sehingga dibutuhkan pelatihan-pelatihan pelatihan pelatihan untuk sumber daya insani yang akan terjun langsung berhadapan dengan para nasabah dan akan memperkenalkan kepada para nasahab sistem perbankan syari’ah yang ada di Indonesia baik k dari segi kelebihanya dan kekurangannya dengan sistem tersebut tersebut. Strategi pengembangan perbankan perbankan syari’ah diarahkan untuk meningkatkan kompetensi usaha yang sejajar dengan sistem perbankan konvensional yang dilakukan secara komprehensif dengan mengacu pada analisis kekuatan dan kelemahan perbankan syari’ah di Indonesia2. Para pelaku usaha aha akan sema semakin mudah mendapatkan modal usaha ataupun tambahan modal usaha yyang tidak mengandung bunga di dalamnya, dalamnya sehingga dapat meringankan beban kerja dalam unit usaha tersebut. Dalam bank syari’ah, bisnis dan usaha dilaksanakan tidak
1 M. Nur Rianto Al Arif, Pengantar Ekonomi Syari’ah Teori dan Praktik (Bandung (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), 323. 2 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 227.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
80
terlepas dari saringan syari’ah. Oleh karena itu Bank Syari’ah tidak mungkin membiayai usaha yang di dalamnya ada hal-hal yang diharamkan.3 Dalam industri usaha adanya modal merupakan prioritas utama yang harus segera terpenuhi terutama dalam dala industri usaha mikro yang berada dal dalam kawasan menengah ke bawah dari da segi ekonomi. Produktifitas mereka sangat tergantung pada besar modal awal awal, sehingga hal itu langsung berkaitan dengan pr profitabilitas unit usaha,, meskipun tidak menutup kemungkinan berlangsungnya unit usaha mikro tersebut bukan dari modal awal, akan tetapi pemanfaatan lingkungan sekitar yang bisa dijadikan usaha guna memenuhi kebutuhan produksi. Dewasa ini unit usaha mikro sudah menjadi prioritas utama sebagai pemangku kebutuhan hajat hidup seseorang sehingga tidak jarang, banyak bermunculuan unit-unit unit usaha mikro yang berada dalam kawasan menengah ke bawah baik dalam bidang perdagangan, peternakan maupun pertanian. Hal ini disebabkan
keberadaan
Bank
Syari’ah
yang
semakin
inovatif
dalam
mengembangkan produknya dalam hal pembiayaan. pemb Dari latar belakang tersebut maka hipotesis yang dipakai dalam penelitian ini adalah: Hipotesis Alternatif (Ha): (Ha) ada pengaruh yang positif dan signifikan antara pembiayaan murabahah Bank Mandiri Syari’ah Kantor Cabang Ponorogo terhadap hadap profitabilitas unit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) tahun 2016 di Kabupaten Ponorogo. Ponorogo Dan Hipotesis Nihil (Ho): tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara pembiayaan murabahah Bank Mandiri Syari’ah Kantor Cabang Ponorogo terhadap te profitabilitas fitabilitas unit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) tahun 2016 di Kabupaten Ponorogo. Pengertian Pembiayaan Murabahah Pembiayaan murabahah berasal dari dua kata yaitu pembiayaan dan murabahah. Pembiayaan berasal dari kata dasar biaya yang berati uang yang dikeluarkan untuk mengadakan (mendirikan, melakukan dan sebagainya) sesuatu sesuatu, Murabahah berasal dari kata ribh yang berarti tambahan.4 Secara umum murabahah diartikan sebagai suatu penjualan barang seharga barang tersebut di 3
M. Nur Rianto Al Arif, Pengantar Ekonomi Syari’ah Teori dan Praktik (Bandung (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), 329. 4 Tim Penyusun Bahasa Pusat, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 186.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
81
tambah dengan keuntungan yang ya disepakati.5 Dengan arti lain barang yang akan dijual sudah melalui kesepakatan bersama mengenai keuntungan yang didapat dari penjualan barang tersebut. Akan tetapi tambahan harga sebagai keuntungan tersebut haruslah diungkapkan manakala barang tersebut dibeli oleh pembeli seperti halnya distributor pabrik memberikan harga pabrik kepada pedagang grosir besar kemudian pedagang grosir besar tersebut memberikan harga kepada pedagang pengecer, namun dilakukan atas dasar kesepakatan antara pedagang grosir dengan gan pedagang pengecer mengenai harga tambahan yang diberikan tersebut dan juga penentuan harga jual barang tersebut nantinya setelah dari pengecer. Dalam fiqih, murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, yang pihak penjualnya menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan, termasuk harga pembelian kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan laba atau keuntungan dalam jumlah tertentu.6 Dengan demikian pembiayaan yang dilakukakan secara murabahah ialah pembiayaan yang jelas tidak ada unsur menutupi tupi mengenai harga jual dan harga beli barang. Barang yang diperjual belikan dalam akad murabahah ini boleh berupa barang produkti dan konsumtif.7 Barang produktif tersebut biasanya dipakai oleh para pengusaha untuk kembali dimanfaatkan pembeli guna mendapatkan mendapatkan hasil kembali demi proses perputaran rantai perekonomian namun juga ada barang konsumtif yang secara nilai manfaat akan cepat habis karena untuk memenuhi kebutuhan yang harus sekarang tercukupi. Bai’al-murabahah murabahah dapat dilakukan untuk pembelian secar secara pemesanan dan biasa disebut sebagai murabahah kepada pemesan pembelian (KPP).8 Dengan kata lain bukan hanya barang dalam produksi pabrik saja yang bisa diperjualbelikan sebagai barang konsumtif dan barang produktif akan tetapi 5 Drs. H. Syukri Iska, Sistem Perbankan Syari’ah di Indonesia In (Yogyakarta: Fajar Media Press, 2012), 200. 6 Sarip Muslim, Akutansi keuangan Syariah Teori dan Praktik (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), 84. 7M. Nur Rianto Al-Arif, Arif, Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktik (Bandung: CV Pusaka Setia, 2015), 354. 8 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Prakek (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 102.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
82
barang tersebut bisa diwujudkan di dkan melalui pemesanan kepada orang lain yang menawarkan jasa tersebut seperti halnya konveksi-konveksi konveksi yang ada sekarang ini hanyaa menyediakan barang sesuai dengan permintaan konsumen yang membutuhkan. Ide tentang jual beli murabahah KPP tampaknya berakar pada dua alasan alasan:9 Pertama, mencari pengalaman. Satu pihak yang berkontrak (pemesan pembelian) meminta pihak lain (pembeli) untuk memberi sebuah asset. Pemesan berjanji untuk ganti membeli asset tersebut dan memberikan keuntungan. Pem Pemesan memilih system pembelian ini, yang biasanya dilakukan secara kredit, lebih karena ingin mencari cari informasi
di dibanding banding alasan kebutuhan yang mendesak
terhadap aset tersebut. Kedua, mencari pembiayaan. Dalam operasi perbankan syariah, motif pemenuhan pengadaan gadaan asset atau modal kerja merupakan alasan utama yangmendorong datang ke bank. Pada giliranya pembiayaan yang di berikan akan membantu memperlancar arus kas (cash flow) yang bersangkutan. Murabahah kepada pemesan pembelian (KPP) yang dilakukan secara kredit redit seperti halnya terjadi sekarang ini bukanlah bagian dari syarat system murabahah KPP, akan tetapi secara real yang terjadi di lapangan sekarang ini orang tidak akan datang ke bank kecuali untuk mendapatkan dana dan mengembalikanya secara kredit, hal inilah yang menjadikan murabahah kepada pemesan pembeli (KPP) ini ada. Pembiayaan murabahah yang selalu berkembang dewasa ini tak lepas dari beberapa ketentuan sebagai mana tertuang dalam beberapa fatwa mudharabah seperti di bawah ini: a.
Penjual harus membia membiayai yai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.
b.
Penjual harus membeli barang yang diperlukan pembeli atas nama penjual sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas dari riba.
c.
9
Penjual harus menyampaikan semua hal yang yang berkaitan dengan pembelian.
Ibid, 103
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
83
d.
Penjual harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada pembeli berikut biaya yang diperlukan.
e.
Pembeli harus membayar harga barang yang disepakati pada jangka waktu tertentu yang etelah disepakati.10 Dengan demikian se segala akad pembiayaan murabahah bukan hanya
sekedar ar berlangsung begitu saja, tetapi ada ketentuan-ketentuan ketentuan yang terlebih dahulu harus disepakati guna tercapainya pembiayaan murabahah yang kondusif. Karena pembiayaan murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah.11 Berdasarkan uraian itu, itu maka peneliti menarik kesimpulan bahwa murabahah itu penambahan harga barang dari harga pokok yang dikeluarkan ditambah ambah dengan keuntungan, baik dilakukan dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Landasan Hukum, Syarat dan Rukun Murabahah a.
Landasan Hukum Dalam agama Islam perdagangan dan perniagaan selalu dihubungkan dengan nilai-nilai nilai moral. moral Dengan kata lain, adanya landasan dalam hal jual beli secara murabahah ini sebagai sebuah perbuatan hukum ya yang mempunyai konsekuensi ekuensi terjadinya peralihan ha hak atas suatu barang dari pihak penjual kepada pihak pembeli pembeli. Adanya akad antara pihak bank syari’ah atau lembaga keuangan syariah dan nasabah, khususnya akad jual beli (murabahah (murabahah) dengan jalan suka sama suka (antaradin) agar tercipta jual beli yang tidak bertentangan dengan syari’at Islam yang mengakibatkan riba dalam akad tersebut. Sehingga aman digunakan bagi umat Islam yang berada di Indonesia khusunya. Dan memberikan ketenangan mengenai transaksi jual bel beli yang berlangsung dari asas kecuranga kecuranga-kecurangan yang ada. Berdasarkan akad, murabahah terbagi menjadi dua jenis, pertama: murabahah sederhana, yaitu penjual memasarkan barangnya kepada pembeli dengan harga sesuai harga perolehan ditambah margin keuntungan yang
10
H. Juhaya S. Pradja, Ekonomi Syari’ah (Bandung: Pustaka Setia, 2012), 215--216. Sarip Muslim, Akutansi Keuangan Syariah Teori dan Praktik, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), 84. 11
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
84
dinginkan. Kedua: Kedua murabahah kepada pemesan, melibatkan pihak ketiga, yaitu pemesan, pembeli dan penjual. Bentuk murabahah ini juga melibatkan pembeli sebagai perantara karena keahlianya atau karena kebutuhan pemesanan atau pembiayaan. pembiayaa Bentuk murabahah inilah yang diterapkan perbankan syari’ah dalam pembiayaan.12 b.
Syarat Murabahah Dalam murabahah ada beberapa syarat yang harus diperhatikan demi terjadinya akad murabahah tersebut, antara lain: penjual memberitahu modal kepada nasabah,, kontrak pertama harus sah sesuai rukun yang di tetapkan tetapkan, kontrak harus bebas dari riba, riba penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian pembelian.13 Dengan demikian, syarat-syarat syarat tersebut ada harus dipenuhi untuk menjaga kemurnian murabahah ters tersebut sehingga keinginan umat Islam untuk melakukan melakukan transaksi secara syar’i bisa terwujud.
c.
Rukun Murabahah Menurut Moch. Anwar, rukun jual beli dengan akad murabahah, yaitu: 1) Dua orang yang berakad (penjual dan pembeli) dengan syarat sebagai berikut: Baligh (dewasa), tidak ada paksaan, beragama Islam Islam. 2) Ma’kud alaih (uang atau barangnya) dengan syarat berikut: Uang dan barangnya merupakan milik pembeli dan penjual, barang yang dijualnya suci, diketahui atau ditentukan ukuran atau timbanganya, dapat dilihat jenisnya oleh pembeli dan penjual, barang yang jualnya bermanfaat menurut hukum syara’ dan dapat diberikan barangnya atau uangnya kepada epada yang berkepentingan ketika akad. 3) Harus memakai ijab q qabul (serah terima).14
12
Sarip Muslim, Akutansi Keuangan Syariah Teori dan Praktik, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), 89. 13 M. Nur Rianto Al Arif, Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktik, (Bandung: CV Pusaka Setia, 2015), 356. 14 Sarip Muslim, Akutansi Keuangan Syariah Teori dan Praktik, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), 87-89.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
85
Tujuan, Manfaat dan Resiko Pembiayaan Murabahah Tujuan Pembiayaan Murabahah Pembiayaan murabahah mengarah pada sasaran perekonomian di masyarakat, murabahah memiliki beberapa tujuan baikk bagi kalangan perbankan sendiri maupun bagi para nasabahnya. Beberapa tujuan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Bank dapat membiayai keperluan modal kerja nasabahnya untuk membeli bahan mentah, bahan setengah jadi, barang jadi, stok dan persediaan, suku cadang dan penggantian. penggantian 2) Bank dapat pula membiayai penjualan barang atau jasa yang dilakukan oleh nasabahnya, termasuk terma di dalamnya biaya produksi barang, arang, baik untuk pasar domestik maupun ekspor. 3) Nasabah dapat pula meminta bank untuk membiayai stok dan persediaan mereka. Keperluan pembiayaan mereka ditentukan pada besarnya stok dan persediaanya. Pembiayaan juga meliputi meliputi biaya bahan mentah, tenaga kerja, dan overhead. 4) Dalam hal nasabah perlu mengimpor bahan mentah, barang setengah jadi, suku cadang dan penggantian dari luar negri menggunakan letter of credit, bank dapat membiayai letter of credit dengan menggunakan prins prinsip murabahah. 5) Nasabah yang telah mendapatkan kontrak, baik kontrak kerja maupun kontrak pemasukan barang, dapat pula meminta pembiayaan dari bank. Bank dapat membiayai keperluan ini dengan prinsip murabahah dan untuk itu bank dapat meminta surat perintah kerja kerja (SPK) dari nasabah yang bersangkutan.15 Manfaat Pembiayaan Murabahah Murabahah banyak sekali memberi manfaat pada bank syari’ah.Salah satunya yaitu keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah.Selain itu system ini juga sangat sederhana.Hal ini
15
Sarip Muslim, Akutansi Keuangan Syariah Teori dan Praktik, 96-97.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
86
memudahkan penanganan administrasi di bank ban syari’ah.16 Oleh karena itu asas manfaat dari pembiayaan murabahah ini sangatlah besar sekali dampaknya bagi pihak bank sendiri dan begitu juga bagi nasabahnya yang mana sebagian besar merupakan pelaku di bidang perekonimian yang mana bisa mendorong merek mereka untuk terus bisa berinovasi dalam hal mengembangkan produknya dan juga dapat mengurangi tingkat pengangguran yang ada di daerahnya dengan terciptanya lapangan pekerjaan mereka dari para pelaku usaha yang melakukan pembiayaan murabahah dan juga sangat berati berati bagi Indonesia untuk dapat bersaing di kancah internasional dngan pertumbuhan ekonomi yang semakin bergeliat. Resiko Pembiayaan Murabahah Pembiayaan murabahah ini juga tidak lepas dari beberapa aspek resiko yang selalu ada dalam setiap pekerjaan, tidak hanya pada pembiayaan murabahah saja. Di antara kemungkinan resiko yang harus diantisip diantisipasi asi antara lain: 1.
Default atau kelalaian: nasabah sengaja tidak membayar angsuran
2.
Fluktura harga komperatif. Hal ini terjadi bila harga barang di suatu pasar naik setelah h bank memberikanya untuk nasabah. Bank tidak bisa merubah harga jual beli tersebut.
3.
Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena berbagai sebab, bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah idak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda engan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai resiko untuk menjualnya kepada pihak lain.
4.
Dijual karena ba’I al-murabahah al bersifat jual beli dengan utang, maka ketika kontrak di tandatangani barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas
16
M. Nur Rianto Al Arif, Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktik, (Bandung: CV Pusaka Setia, 2015), 356.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
87
melakukan apapun terhadap aset miliknya miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian, resiko untuk default sangat besar.17 Tinjauan Tentang Profitabilitas Usaha Mikro Kecil dan Menengah Pengertian Profitabilitas UMKM Profitabilitas berasal dari kata profit yang memiliki arti merupakan keuntungan yang dicapai oleh perusahaan ataupun unit usaha dalam satu periode tertentu.18 Baik dalam hitungan semester maupun tahunan, karena hal ini tidak ada batasan tertentu tergantung oleh masing-masing masing perusahaan perusahaan. Sedangkan pengertian usaha mikro kecil dan menengah tertuang dalam Undang Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro kecil dan menengah: meneng a. Usaha Mikro adalah usaha milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana di atur dalam undang-undang undang usaha mikro kecil dan menengah nomor 20 tahun 2008. Kriteria usaha mikro sebagai berikut: memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah). b. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang yang bukan bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimilik, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memiliki kriterian usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang undang usaha mikro mikro kecil dan menengah no. 20 tahun 2008. Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut; memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan penjualan tahunan lebih dari Rp.
17 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 107. 18 Tim Penyusun Bahasa Pusat, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 1104.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
88
300.000.000,-
(tiga
ratus
juta
rupiah)
sampai
paling
banyak
Rp.
2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus juta rupiah) c. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang-perorangan orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian abik langsung maupun tak langsung dari usaha kecil atau usaha besar dengan gan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana dimaksud dengan Undang-Undang Undang Undang Usaha Mikro Kecil dan Menengah Nomor 20 tahun 2008. Kriteria usaha menengah adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,500.000.000, (lima ratus juta rupi rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,10.000.000.000, (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,2.500.000.000, (dua miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak banya Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh miliar rupiah).19 Jenis Usaha Mikro Kecil dan Menengah Pengelompokan usaha kecil mikro dan menengah yang ada di Indonesia ini banyak sekali jenisnya menurut Abdul Kadir Muhammad da dan Ridwan Khairandi, ada beberapa bentuk perusahaan mikro kecil dan menengah antara lain: Perusahaan perseorangan, perseorangan firma, perusahaan persekutuan komanditer (CV) (CV), Perseroan Terbatas (PT), koperasi, dan perusahaan milik negara yang terdiri dari perusahaan perseroan (Persero) dan perusahaan umum (Perum).20 Tantangan dan Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah Memang cukup berat masalah yang dihadapi untuk memperkuat struktur perekonomina nasional. Pembinaan pengusaha kecil harus lebih diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pengusaha kecil menjadi menjadi pengusaha menengah. Namun pengembangan usaha kecil menghadapi beberapa kendala seperti: tingkat
19 Mukti Fajar ND, UMKM di Indonesia Prespektif Hukum Ekonomi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), 112-113. 20 Mukti fajar ND, UMKM di Indonesia Prespektif Hukum Ekonomi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), 116.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
89
kemampuan, tingkat keterampilan, keterampilan tingkat keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, kewirausahaan pemasaran, keuangan.21 Lemahnya
kemampuan
manajerial manaje
dan
sumber
daya
manusia
mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik. Beberapa masalah dasar yang dihadapi oleh pengusaha kecil sebagai berikut: Pertama: kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Hal ini terjadi persaingan, pengusaha kecil dalam hal pemasaranya pemasa di pasar, karena banyak pengusaha besar yang langsung memasok barang barang-barang mereka dengan jumlah besar dan juga dengan harga sangat murah. Sehingga menjadikan para pedagang yang berada di pasar lebih l memilih harga barang yang murah dibandingkan bandingkan dengan pengusaha kecil kecil yang mempunyai harga relatif tinggi. Kedua: kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber sumber sumber permodalan. Hal ini sangatlah penting dalam lam hal teori produksi yang pertama kali di lakukan yakni mempersiapkan barang yang akan di proses ke tahap selanjutnya, namun jika barang tersebut tidak ada ataupun tidak mencukupi di karenakan modal pengusaha kecil yang sangat minim maka proses produksi tersebut akan tetap berjalan namun ddengan jumlah tidak seperti yang diharapkan, diharapkan karena mayoritas yoritas pengusaha mikro kecil k dan menengah hanya dibiayai oleh perorangan maupun keluarga. Ketiga: kelemahan di bidang organisasi dan sumber daya manusia. Usaha kecil yang memiliki ruang lingkup lingkup industri rumah tangga memang jauh dari kata manajemen yang bagus, karena pelaku usahanya hanya dirinya sendiri bahkan bisa dengan dua ataupun tiga anggota keluarganya. Begitu juga ga dengan sumber daya manusianya yang cendurung hanya han membantu saja tanpa memiliki keahlian keahlian. Hal ini akan berdampak pada penurunan kualitas produksi suatu perusahaan. Dalam lingkup perusahaan kecil hal ini tidak pernah tersentuh secara serius karena dasar pemikiran mereka asal proses usaha tetap berjalan. Keempat: keterbatasan jaringan usaha kerjasama antara pengusaha kec kecil (sistem stem informasi pemasaran). Hal ini sangat berarti bera karena komunikasi antara sesama pelaku usaha kecil bisa berdampak besar bagi pemasaran, masaran, namun hal ini 21
Mudjarat Kuncoro, Ekonomi Pembangunan, (Bulak Sumur: UPP AMP YKPN, 1997), 386.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
90
sangat dihindari ari oleh para pengusaha peng kecil karena proses pemasaran yang sudah berjalan selama ini akan terganggu dengan proses persaingan pemasaran antar pengusaha kecil. Kelima: iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan. Dengan dampaknya pada gulung tikarnya para pengusaha kecil karena persaingan tersebut. Keenam: pembinaan yang dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil.22 Berdasarkan rkan pengamatan pusat konsultasi pengusaha kecil UGM, urutan prioritas permasalahan yang di dihadapi pengusaha kecil adalah: a.
Belum mepunyai si sistem stem administrasi keuangan dan manajemen yan yang baik karena belum dipisah dipisahkn kepemilikan dan pengelolaan perusahaan.
b.
Membuat proposal dan membuat studi kelayakan untuk memperoleh pinjaman baik dari bank maupun modal ventura karena kebanyakan pengusaha kecil mengeluh berbelitnya prosedur mendapatkan kredit kredit.
c.
Penyusunan perencanaan bisnis karena persaingan dalam perebutan pasar yang semakin ketat. ketat
d.
Kesuliatan akses terhadap teknologi terutama bila pasar dikuasai oleh perusahaan/grup bisnis tertentu dan selera konsumen cepat berubah. berubah
e.
Kesuliatan memperoleh bahan baku terutama karena adanya persaingan yang ketat dalam mendapatkan bahan baku.
f.
Perbaikan kualitas barang dan efisiensi terutama bagi yang sudah menggarap pasar ekspor.
g.
Sulit mendapatkan tenaga kerja yang terampil. Permasalahan yang dihadapi dihadapi oleh pengusaha kecil tersebut tidak jauh
berbeda dengan yang dihadapi pengusaha menengah. Namun mun karena beberapa persoalan itu munculah strategi pemberdayaan pemberday yang dapat diklasifikasikan lasifikasikan berupa: a.
Aspek managerial yang melip meliputi: uti: peningkatan produktifitas/ oomset/ tingakt utilitas/
tingkat
hunian,
peningkatan
kemampuan
pemasaran
dan
pengembangan sumber daya manusia. 22
Mudjarat Kuncoro, Ekonomi Pembangunan, (Bulak ulak Sumur: UPP AMP YKPN, 1997), 386.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
91
b.
Aspek permodalan, berupa bantuan modal.
c.
Mengembangkan program kemitraan dengan besar usaha baik lewat sistem
d.
bapak-anak anak angkat, keterkaian hulu-hilir (forward linkage), ), keterkaitan hilir hilirhulu (backward backward linkage), linkage), modal ventura ataupun sub kontrak.
e.
Pengembangan sentra industri kecil dalam suatu kawasan apakah berbentuk PIK (pemukiman industri kecil), LIK (lingkungan industri cil), SUIK (sarana usaha industri kecil) yang didukung oleh UPT (unit pelayanan teknis) dan TPI (tenaga penyuluhan industri).
f.
Pembinaan untuk bidang usaha di daerah tertentu lewat KUB (kelompok usaha bersama), KOPINKRA (koperasi industri kecil dan perajinan) perajinan). 23
Temuan dan Pembahasan mbahasan Pembiayaan Murabahah Bank Mandiri Syari’ah Kantor Cabang Ponorogo Bank Mandiri Syariah kantor cabang Ponorogo berlokasi di Jl. Soekarno Hatta No. 216 Banyudono PonorogoJawa timur. Bank syariah Mandiri kantor cabang Ponorogo didirikan Desember 2010 dengan visi menjadi bank syariah terdepan dan modern. modern Untuk memperoleh data mengenai pembiayaan murabahah Bank Mandiri Syari’ah cabang Ponorogo dan pengaruhnya terhadap profitabilitas Unit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 2016, 2016, peneliti menggunakan metode angket untuk 35 responden. Untuk
mempermudah
penilaian
dari
angket
tersebut,
peneliti
mengelompokkan hasil perolehan angket menjadi tiga kategori. Untuk angket tentang pembiayaan murabahah Bank Mandiri Syari’ah Ponorogo sebagai variabel X dengan me menggunakan rumus: R= H–L+1 Keterangan: R = Range H = high score L = lowest score 1 = Bilangan konstan
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
92
Sedangkan untuk mencari interval kelas menggunakan rumus: I= R K Sedang untuk mencari interval kelas menggunakan rumus I = Keterangan: I = Interval kelas R = Range K = Banyaknya kelas Kemudian dihitung sebagai berikut berikut: R= H–L+1 R = 39 – 20 + 1 = 20 I= R K I = 20 = 6,666 = 7 3 Jadi variabel X digunakan 7 interval kelas sehingga dapat ditentukan kategorinya sebagai berikut: a.
Untuk interval 33 33-39 dikategorikan tinggi (T)
b.
Untuk interval 26 26-32 dikategorikan sedang (S)
c.
Untuk interval 20 20-25 dikategorikan rendah (R)
Profitabilitas Unit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun 2016. Rumus untuk mencari nilai angket unit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) tahun 2016. sebagai variabel Y yaitu sebagai berikut: R= H–L+1 = 40 – 21 + 1 = 20 I= R K I = 20 = 6,666 = 7 3 Jadi variabel Y digunakan 7 interval kelas sehingga dapat ditentukan kategorinya sebagai berikut: a.
Untuk interval 34 34-40 dikategorikan tinggi (T)
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
93
b.
Untuk interval 27 27-33 dikategorikan sedang (S)
c.
Untuk interval 21 21-26 dikategorikan rendah (R)
Berdasarkan angket tentang kondisi pembiayaan murabahah Bank Bank Mandiri syariah kantor cabang Ponorogo, maka dapat dianalisa sebagai berikut: Tabel 1. Distribusi frekwensi hasil angket kondisi pembiayaan murabahah Bank Mandiri Syariah kantor kanto cabang Ponorogo No 1
Interval 33-39
Kategori Tinggi
Frekwensi 12
Prosentase 34,28
2
26- 32 2
Sedang
18
51,42
3
20– 25 5
Rendah
5
14,28
Jumlah 35 100 Dari table di atas dapat di ketahui bahwa kondisi pembiayaan murabahah Bank Mandirii Syariah kantor cabang Ponorogo terdapat kategori tinggi 34,28%, sedang 51,42% dan kategori rendah 14,28%. Tabel 2. Distribusi frekwensi hasil angket profitabilitas Unit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kabupaten Ponorogo tahun 2016 No 1
Interval 34–40
Kategori Tinggi
Frekwensi 16
Prosentase 45,71
2
27-33
Sedang
15
42,85
3
20– 26
Rendah
4
11,42
Jumlah 35 100 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kondisi profitabilitas unit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di kabupaten Ponorogo tahun 2016 pada kategori Tinggi 45,71%, 45,71 pada kategori sedang 42,85% dan kkategori rendah 11,42%. Pengujian Hipotesis Setelah peneliti memberikan angket kepada para karyawan yang bersinggungan dengan pembiayaan murabahah Bank Mandiri Syari’ah kantor cabang Ponorogo maka langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan dan analisa. Analisa bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pembiayaan murabahah Bank Mandiri Syari’ah
Jurnal Studi Islam dan Sosial
kantor cabang Ponorogo terhadap
Volume 10. No.1
94
profitabilitas unit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Ponorogo tahun 2016. Peneliti menggunakan metode analisa kuantitatif yang yang diuji dengan rumus korelasi Product Moment ”rxy”. ”rxy” Adapun untuk interpretasi terhadap angka indek korelsi “r” dapat diberikan iberikan dua macam interpretasi, yaitu: yaitu 1. Interpretasi secara kasar atau sederhana. 2. Interpretasi dengan menggunakan nilai tabel nilai “ r” Product Moment Moment. Proses analisa korelasi tersebut adalah dimana data-data data akan diolah dan dihitung. Namun sebelumnya untuk memperoleh angka indek korelasi (rxy) terlebih dahulu penulis ingin merumuskan Hipotesa nihil (Ho) dan Hipotesa alternative (Ha) sebagai gai berikut: (Ha). Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara pembiayaan murabahah Bank Mandiri Syari’ah kantor cabang Ponorogo dengan profitabilitas unit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di ponorogo tahun 2016 (Ho) Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara pembiayaan murabahahBank Bank Mandiri Syari’ah kantor cabang Ponorogo dengan profitabilitas unit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Ponorogo tahun 2016 Perhitungan Indeks Korelasi Antara Variabel X dan Y Variabel X 30
39
32
36
36
37
34
32
30
25
28
30
31
32
34
32
30
26
25
24
24
27
28
30
30
33
24
26
30
28
24
25
20
36
25
Variabel Y 39
40
37
38
35
36
35
35
36
35
33
34
34
33
31
31
32
32
31
31
29
30
29
30
29
29
27
28
37
24
24
23
21
26
36
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
95
Dari tabel korelasi di atas, maka diperoleh leh data sebagai berikut: a. Nilai tertinggi dan terendah Variabel X
: H = 39 dan L = 20
Variabel Y
: H = 40 dan L = 21
b. Range Variabel X
: R = H-L+1 = 39-20+1= 20
Variabel Y
: R = H-L+1 = 40-21+1= 20
c. Besar/luasnya pengelompokan penge data Variabel X
: R/i = 10 – 20, maka 20/10 = 2
Variabel Y
: R/i = 10 – 20, maka 20/10 = 2 Tabel 3. Peta korelasi
X Y 39
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
21
23
25
27
29
31
33
35
37
39
1
1
5
25
40
37
1
1
1
4
8
16
2
1
1
1
2
-6 6
3
6
9
9
1
2
1
0
2
4
38
35
36
33
34
31
2
1
1
1
1
-2 2
-1
1
2
3
1
1
1
2
1
0
0
0
0
0
1
1
2
1
32
29
30
27
28
fy
y'
fy'
fy'2
x'y'
2
+5
10
50
30
3
+4
12
48
28
7
+3
21
63
21
4
+2
8
16
6
6
+1
6
6
3
6
0
0
0
0
2
-1
-2
2
3
1
-2
-2
4
-8
3
-3
-9
27
6
1
-4
-4
16
16
40
232
105
1 25
26 -8
23
2
1
6
0
24 1
21
22 16 f(x)
1
0
8
3
3
8
5
Jurnal Studi Islam dan Sosial
2
4
1
35
Volume 10. No.1
96
x'
-4
-3
-2 2
-1
0
+1
+2
+3
+4
+5
fx'
-4
0
-16 16
-3
0
8
10
6
16
5
22
fx'2
16
0
32
3
0
8
20
18
64
25
186
fy'
16
0
0
0
0
15
20
12
17
25
105
Maka dari peta korelasi diatas, telah diperoleh hasil: N = 35; x´y´ = 105; Fx´ = 22; fx´ 2 = 186; fy´ = 40; fy´´ 2 = 232 CX´ = FX´ = 22 = 0,62 N 35 CY´ = FY´ = 40 = 1,14 N 35
=1
∑
′
−
∑
′
=1
186 35
−
22
2
35
= 1 5,31 − (0,62) = 1 5,31 − 0,384 = 1 √4,926 = 2,219
=1
∑
′
−
∑
′
=1
232 35
−
40
2
35
= 1 6,62 6 − (1,14) = 1 √6,62 − 1,29 = 1 5,33 5 = 2,308
Mencari angka indeks korelasi “r” Product Moment:
rxy
x' y' - (Cx' ) (Cy' ) N (SDx' )(SDy' )
105 – (0,62) (1,14) = 35 (2,219) (2,308)
= 3 - 0,706 5,1214
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
97
= 2,29 5,1214 = 0,447 Dari ari perhitungan tersebut maka dapat ditentukan interprestasi terhadap angka indeks perhitungan korelasi “r”yaitu sebagai berikut: a. Secara sederhana Dari perhitungan nilai koefisisen korelasi dimana rxy = 0,447 0,447, maka nilai korelasi sebesar 0,447adalah korelasi sangat lemah atau sangat rendah rendah. b.
Dengan Tabel Nilai “r” Product Moment. Nukilan Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment dari Pearson untuk Berbagai df
df.
Banyak variabel yang dikorelasikan
( degress of
2
freedom)
Harga “r” pada taraf signifikansi 5%
1%
1
0,997
1,000
2
0,950
0,990
3
0,878
0,959
4
0,811
0,917
5
0,754
0,874
6
0,707
0,834
7
0,666
0,798
8
0,632
0,765
9
0,602
0,735
10
0,576
0,708
11
0,553
0,684
12
0,532
0,661
13
0,514
0,641
14
0,497
0,623
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
98
15
0,482
0,606
16
0,468
0,590
17
0,456
0,575
18
0,444
0,561
19
0,433
0,549
20
0,423
0,537
21
0,413
0,526
22
0,404
0,515
23
0,396
0,505
24
0,388
0,496
25
0,381
0,487
26
0,374
0,478
27
0,367
0,470
28
0,361
0,463
29
0,355
0,456
30
0,349
0,449
35
0,325
0,418
40
0,304
0,393
45
0,288
0,372
50
0,273
0,354
60
0,250
0,325
Setelah
diketahui
rxy,
peneliti
akan
memberikan
interprestasi interprestasi,
sebelumnya peneliti mencari db atau df dengan rumus db= N–N N r, jadi db= 35 - 2 = 33. Kemudian dikonsultasikan dikonsult dengan tabel nilai koefisien korelasi ‘r” product moment oment dari person dimana untuk db = 33 tidak tercantum sedang yang mendekati ialah db = 35, maka untuk itu digunakan db = 35 da dari nilai koefisen korelasi. Korelasi untuk taraf signifikasi 5% r tabel adalah 0,325 0,325 dan 0,418 pada taraf signifikasi 1%, Ternyata ro (yaitu = 0,447) adalah lebih bes besar dari pada rt pada taraf 5% maupun pada taraf 1%.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
99
Karena ro (0,447) (0, > dari rt pada db = 35 pada taraf signifikasi 5% 5%, maupun rt pada taraf signifikasi 1%, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada ad pengaruh yang signifikan antara pembiayaan murabahah Bank Mandiri Syari’ah kantor cabang ponorogo dengan profitabilitas unit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kabupaten Ponorogo tahun 2016. Penutup Berdasarkan hasil uji hipotesis terhadap pembiayaan murabahah bank mandiri syari’ah kantor cabang Ponorogo terhadap profitabilitas unit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kabupaten Ponorogo tahun 2016 2016, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Pembiayaan murabahah bank Mandiri Syari’ah kantor cabang Ponorogo tahun 2016 dikategorikan menjadi tiga kelompok, kelompok yaitu; kategori tinggi 34,28 %, sedang 51,42 % dan 14,28% pada kategori rendah. Profitabilitas Unit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kabupaten Ponorogo ta tahun 2016 dikategorikan menjadi tiga kelompok, kelompok yaitu; kategori tinggi 45,71 45,71%, sedang 42,85% dan 11,42% % pada kategori rendah. Ada da pengaruh yang signifikan antara pembiayaan murabahah Bank Mandiri Syari’ah kantor cabang Ponorogo terhadap profitabilitas unit uusaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di kabupaten Ponorogo tahun 2016 2016, Karena ro (0,447) ˃ dari rt pada db = 35 pada taraf signifikasi 5%,, maupun rt pada taraf signifikasi 1%, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
DAFTAR PUSTAKA Antonio, Syafi’i, Muhammad. Muhammad Bank Syari’ah dari Teori ke Prak Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2001 2001. Arif, Al, Rianto, Nur Nur, M. Pengantar Ekonomi Syari’ah teori dan Praktik Praktik, Bandung: CV Pustaka Setia, 2015. 2015 Boedi, Abdullah. Metod Metode Penelitian Ekonomi Islam Mu’amalah, Bandung Bandung: CV Pustaka Setia, 2014. 2014
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
100
Ismanto, Kuat. Asuransi Syari’ah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009 2009. Iska, Syukri. Sistem Perbankan Syari’ah di Indonesia dalam Prespektif Fikih Ekonomi, Yogyakarta: Fajar Media Press, 2012. Masyhuri, Ekonomi Mikro,Yogyakarta: Mikro, Sukses Offset, 2007. Muslim, Sarip. Akutansi Keuangan Syariah Teori dan Praktik Praktik, Bandung: CV Pustaka Setia, 2015. 2015 Mudjarat, Kuncoro. Ekonomi Pembangunan, Bulak Sumur: UPP AMP YKPN, 1997. Mukti, Fajar. UMKM di Indonesia Prespektif Hukum Ekonomi Ekonomi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016. 2016 Pradja,S.Juhaya. Ekonomi Syariah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012. 2012 Prawirokusumo, Soeharto. Soeharto Ekonomi Rakyat (Konsep, Kebijakan dan Strategi), Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2001. Sukirno, Sadono. Mikro Ekonomi Teori Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafido Persada, 2013 2013. Sawitri, Dyah. Ekonomi Mikro dan Implementasinya, Yogyakarta Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014. Suprayitno, Eko. Ekonomi Mikro Prespekif Islam, Malang: SUKSES Offset, 2008. Tim Penyusun Bahasa Pusat, Kamus Besar Bahasa Indonesia Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008 2008. Dokumentasi Bank Mandiri Syari’ah kantor cabang Ponorogo
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1