ANALISIS PENGARUH KREDIT USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) TERHADAP KINERJA BANK UMUM DI INDONESIA (Suatu Studi Komparatif) Wido Lestari; Murniadi Purboatmodjo Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Nusantara Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480
[email protected] ;
[email protected]
ABSTRACT Micro, Small and Medium Enterprises (MSME) has shown its strategic role in the Indonesian economy. The problem that has always experienced by SMEs is the capital problem. Therefore, Government should be able to support this sector through the provision of credit or financing. SME loans have a high rate of return in line with the risk is also high. This study was conducted to know the effect of SME loans on the performance of Banks in Indonesia by analyzing the differences in financial ratio before and after bank making specific market segments to serve Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs). We use PT Bank Danamon Indonesia Tbk which launched Danamon Savings and Loan in 2004 as the sample of Indonesian Banks. Ratio of Non-Performing Loans (NPLs), loan to deposit ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), Operating Expenses to Operating Income (ROA), Return on Assets (ROA) and Return on Equity (ROE) is a financial ratio that used to assess the bank's performance before and after the MSME lending. The results using the paired sample t test showed that SME loans affect the LDR and NIM Bank. while the NPL ratio, BOPO, ROA and ROE are not visible influenced by SME loans. Keywords: MSME Lending, bank performance, Bank Danamon, paired sample t-test
ABSTRAK Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) selama ini telah menunjukan peran strategisnya dalam Perekonomian Indonesia. Masalah yang selalu dialami oleh pelaku UMKM adalah masalah permodalan. Oleh karena itu, Perbankan Indonesia harus mampu mendukung sektor ini melalui pemberian kredit atau pembiayaan. Kredit UMKM memiliki tingkat pengembalian yang tinggi sejalan dengan risikonya yang juga tinggi. Penelitian ini dilakukan mengetahui pengaruh kredit UMKM terhadap kinerja Bank Di Indonesia dengan menganalisis perbedaan rasio keuangan bank sebelum dan setelah membuat segmen pasar khusus untuk melayani pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Sampel penelitian ini adalah PT Bank Danamon Indonesia Tbk yang meluncurkan Danamon Simpan Pinjam pada tahun 2004. Rasio Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Return on Assets (ROA), dan Return on Equity (ROE) adalah rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kinerja bank sebelum dan sesudah menyalurkan kredit UMKM. Hasil penelitian dengan mengunakan paired sample t test menunjukan bahwa kredit UMKM berpengaruh terhadap LDR dan NIM Bank. sedangkan untuk rasio NPL, BOPO, ROA dan ROE tidak terlihat dipengaruhi oleh kredit UMKM. Kata Kunci: Kredit UMKM, kinerja bank, Bank Danamon, uji beda dua rata-rata sampel berpasangan
PENDAHULUAN Sektor mikro adalah salah satu sektor yang memiliki peranan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baik dan cenderung stabil di tengah krisis yang melanda Amerika dan Eropa beberapa tahun belakangan. Meskipun demikian, hingga saat ini pertumbuhan sektor ini masih terkendala permodalan (Tambunan, 2012). Kendala tersebut dapat dilihat dari dua sisi, yaitu permintaan dan penawaran. Kendala dari sisi permintaan adalah adanya keterbatasan UMKM dalam menyajikan informasi keuangan yang transparan dan memadai yang menyebabkan bank sebagai pemberi kredit (kreditur) memiliki kesulitan dalam memperoleh informasi yang menyeluruh mengenai kondisi keuangan dan usaha dari UMKM. Sedangkan kendala dari sisi penawaran ialah adanya keengganan bank dalam menyalurkan kredit kepada UMKM yang disebabkan antara lain karena kurangnya informasi mengenai UMKM, keterbatasan aset jaminan, dan tidak adanya penjamin kredit. Hasil penelitian Beck, et al (2008) mengunakan data dari 91 Bank di 45 negara di dunia menyimpulkan bahwa kebanyakan bank menyalurkan kreditnya ke segmen UMKM dikarenakan laba yang mungkin didapatkan. Selain itu, bank juga cenderung percaya bahwa pasar UMKM masih sangat luas dengan prospek yang cerah. Dibalik tingkat pengembaliannya yang tinggi, menggarap sektor ini bukanlah hal yang mudah untuk perbankan yang belum memiliki pengalaman di sektor mikro. Untuk bisa menggarap sektor ini dengan baik, bank memerlukan infrastuktur serta sumber daya manusia (SDM) yang handal dan peka dalam menganalisis kredit di sektor ini. Penambahan infrastruktur serta perekrutan SDM yang siap dan berpengalaman akan berjalan berdampingan dengan naiknya beban operasional. Selain itu, kesalahan bank dalam memberikan kredit malah akan membuat bank terjebak pada penyaluran kredit konsumsi sehingga pinjaman yang disalurkan menjadi tidak produktif yang tentu akan berdampak pada kemampuan debitur dalam membayar hutangnya dan berakhir dengan default risk yang tinggi. Rasio yang umum digunakan untuk menilai risiko kredit bank adalah rasio NPL (non performing loan), sedangkan rasio yang umum digunakan untuk menilai kemampuan bank dalam menciptakan laba adalah rasio ROA (return on asset). Selain ROA, rasio-rasio lain yang sering digunakan dalam menilai kinerja bank adalah ROE (Return on Equity), dan NIM (Net Interst Margin), Selain itu terdapat BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional) untuk menilai efisiensi operasi bank. dari segi pencapaian fungsi intermediasi bank, sering digunakan rasio LDR (Loan to Deposit Ratio). Penelitian Thorsten Beck, Asli Demirgü -Kunt, dan María Soledad Marntínes Pería (2008), berjudul “Banking SMEs Around The World: Lending Practices, Business Models, Drivers, and Obstacles”. Peneletian ini mengunakan data 91 bank di 45 negara yang dikumpulkan melalui survey yang dilakukan oleh International Finance Corporation (IFC) dan World Bank pada tahun 2007. Sesuai dengan judulnya, hasil penelitian ini bukanlah merupakan angka-angka namun lebih ke pemaparan praktik kredit UMKM perbankan, model bisnis, alasan penyaluran kredit, serta hambatan-hambatan yang dialami oleh bank selama melayani debitur UMKM. T Funso Kolapo, R Kolade Ayeni, dan M Ojo Oke (2012) dalam“Credit Risk and Commercial Banks’ Performance In Nigeria: A Panel Model Approach” yang dimuat dalam Australian Journal of Business and Management Research bulan Mei 2012 menyimpulkan bahwa kenaikan rasio non performing loan (NPL) bank sebanyak 100% dapat mengurangi rasio return on asset (ROA) sebesar 6,2%. Dengan kata lain, NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Penelitian ini mengunakan data 5 bank umum konvensional di Nigeria dengan periode waktu 11 tahun (2000-2010). Low Mui Tin, Rubi Ahmad dan Shahrin S. Shahruddin (2011) berjudul “Determinants of Bank Profits and Net Interest Margins in East Asia and Latin America”. Penelitian ini mengunakan data 78 bank dari Asia timur dan 89 bank dari Amerika Latin (total 169 bank) selama periode 2003-2008. Hasil yang diperoleh adalah profitabilitas bank tidak secara signifikan bergantung pada variabel makro ekonomi namun lebih kepada karakteristik unik bank itu sendiri seperti ukuran bank, capital adequacy, rasio likuiditas, serta rasio biaya terhadap pendapatan (BOPO).
METODE PENELITIAN Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif dengan pengujian hipotesis. Sumber data sekunder berupa data time series yaitu laporan keuangan bank dalam kurun waktu tertentu (2001-2004) dan (2009-2012). Data penelitian diolah dengan Statistical Product and Solution Services (SPSS) 20.0. Pengujian hipotesis dilakukan dengan melakukan paired sample t test (uji t sampel berpasangan). Pengujian ini akan membandingkan kinerja bank sebelum dan sesudah menyalurkan kredit UMKM dengan porsi yang cukup berpengaruh (lebih dari 20% dari total kredit). Adapun ampel bank yang diambil adalah PT Bank Danamon Indonesia Tbk yang meluncurkan Danamon Simpan Pinjam (DSP) yang merupakan bagian dari strategi untuk menjangkau nasabah UMKM. Tabel 1 Variabel Operasional Variabel
X1
X2
X3
X4
Indikator
Skala
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio X5
X6
Rasio
Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan melakukan uji statistik deskriptif. Pengukuran dilakukan dengan nilai rata-rata (mean), nilai tengah (median), maksimum, minimum, standar deviasi, variance, dan jangkauan (range) indikator kinerja bank sebelum dan sesudah menyalurkan kredit UMKM, kemudian menentukan perbedaan mean (naik/turun). Sebelumnya, data yang ada akan dilakukan uji normalitas untuk mendeteksi normalitas data dengan uji kolmogorov-smirnov dan Shapiro-Wilk. Setelah dilakukan uji normalitas, maka selanjutnya dilakukan analisis data dengan uji t berpasangan (paired sample t-test).
HASIL DAN BAHASAN Gambaran variabel yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi NPL, LDR, NIM, BOPO, ROA dan ROE. Berikut akan ditampilkan hasil dari analisis statistik deskriptif variabel sebelum dan setelah menyalurkan kredit UMKM.
Tabel 2 Hasil Statistik Deskriptif
Mean
Median Variance
Std. Deviation Minimum Maximm Range
NPL
SEBELUM ,050765 ,046250 SESUDAH ,033051 ,029800
,000 ,000
,0115129 ,0091125
,0429 ,0265
,0677 ,0461
,0248 ,0196
LDR
SEBELUM ,521718 ,549420 SESUDAH ,956867 ,961747
,038 ,003
,1940236 ,0222322
,2605 ,8937
,7275 1.0102
,4671 ,1165
NIM
SEBELUM ,050815 ,052759 SESUDAH ,081620 ,078852
,000 ,000
,0139510 ,0064890
,0330 ,0775
,0648 ,0913
,0318 ,0138
BOPO
SEBELUM ,805906 ,855289 SESUDAH ,791606 ,792526
,020 ,009
,1418726 ,0949204
,6002 ,6772
,9129 ,9042
,3127 ,2270
SEBELUM ,024071 ,018986
,001
,0237997
,0013
,0570
,0557
SESUDAH ,025396 ,026117
,000
,0058868
,0184
,0309
,0125
SEBELUM ,177881 ,199589
,016
,1282091
,0044
,3079
,3035
SESUDAH ,132028 ,122277
,002
,0397011
,0968
,1867
,0899
ROA ROE
Hasil deskriptif variabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Non Performing Loan (NPL) Rata-rata rasio NPL Bank Danamon sebelum ada Danamon Simpan Pinjam (DSP) lebih tinggi dibandingkan setelah adanya DSP (5,0765% > 3,3051%). Begitu pula dengan nilai tengah rasio NPL dimana NPL sebelum lebih tinggi dibandingkan NPL sesudah (4,6250% > 2,9800%). Atau dengan kata lain, NPL bank justru menurun setelah Bank Danamon menyalurkan kredit ke palaku UMKM melalui Danamon Simpan Pinjam.
b.
Loan to Deposit Ratio (LDR) Terdapat perbedaan rasio LDR bank sebelum dan sesudah adanya Danamon Simpan Pinjam dimana LDR bank sebelum DSP lebih rendah jika dibandingkan dengan LDR bank setelah adanya DSP (52,1718% < 92,7084%). nilai tengah (median) rasio ini juga menunjukan hal yang sama. Median LDR pre juga lebih rendah dibandingkan post adanya DSP (54,942% < 96,17475). Artinya, terdapat peningkatan rasta-rata LDR bank setelah bank melanyani nasabah UMKM dengan lebih fokus.
c.
Net Interest Margin (NIM) Rata-rata (mean) rasio NIM Bank sebelum fokus pada debitur UMKM lebih rendah dibandingkan setelah fokus pada debitur UMKM (5,0815% < 8,162%). Nilai tengah (median) rasio ini juga menunjukan hal yang serupa. Median pre lebih kecil dibandingan nilai median post UMKM (5,2759% < 7,8852%). Artinya, terdapat peningkatan NIM setelah bank melanyani nasabah UMKM dengan lebih fokus.
d.
Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Rata-rata (mean) rasio BOPO sebelum adanya DSP ialah 80,5906% dengan nilai tengah (median) sebesar 85,5289%. Nilai ini lebih besar dibandingkan rata-rata BOPO setelah adanya DSP yang hanya 79,1606% dengan nilai tengah sebesar 79,2526% (sebelum DSP > setelah DSP). Artinya, terdapat penurunan rasio BOPO setelah bank melanyani nasabah UMKM dengan lebih fokus melalui DSP.
e.
Return on Asset (ROA) Rasio ROA bank sebelum adanya DSP lebih rendah dibandingkan dengan ROA setelah DSP (2,4071% < 2,5396%). Hal serupa juga berlaku pada nilai tengah rasio ini. Median ROA sebelum DSP juga lebih rendah dibandingkan setelah DSP (1,8986% < 2,6117%). Artinya, ratarata terdapat peningkatan ROA bank setelah bank fokus melayani nasabah non-koperasi.
f.
Return on Equity (ROE) Berbeda dengan rasio ROA, rata-rata rasio ROE bank sebelum adanya DSP justru lebih tinggi dibandingkan setelah adanya DSP (17,7881% > 13,2028%). Sejalan dengan nilai meannya, median ROE pre DSP juga lebih tinggi dibandingkan dengan post DSP (19,9589% > 12,2277%). Atau dengan kata lain, terdapat penurunan ROE bank setelah bank fokus membagi segmen khusus untuk pelaku UMKM.
Hasil dari uji normalitas terhadap data rasio-rasio keuangan dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk. untuk periode sebelum dan sesudah menyalurkan kredit UMKM dapat dilihat pada tabel 3 berikut. Tabel 3 Hasil Uji Normalitas
NPL LDR NIM BOPO ROA ROE
Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig. ,195 8 ,200* ,218 8 ,200* ,220 8 ,200* ,192 8 ,200* ,225 8 ,200* ,137 8 ,200*
Statistic ,911 ,903 ,946 ,906 ,929 ,989
Shapiro-Wilk df 8 8 8 8 8 8
Sig. ,359 ,309 ,666 ,324 ,507 ,994
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan hasil uji normalitas data diatas, terlihat bahwa keseluruhan data yang telah di uji berdistribusikan normal, oleh karena Asymptotic sig > tingkat keyakinan yang digunakan dalam pengujian, yaitu α = 5%. Jika hasil menunjukkan data berdistribusi normal, maka uji beda yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji parametrik (paired sample t-test) (Sarwono, 2012). Untuk menentukan dampak kredit UMKM terhadap bank, dilakukan dengan cara membandingkan kinerja keuangan bank sebelum dan sesudah adanya komitmen yang tinggi untuk menyalurkan kreditnya kepada pelaku UMKM. Dalam hal ini adalah sebelum dan sesudah Bank Danamon meluncurkan Danamon Simpan Pinjam (DSP). Hipotesis dalam penelitian ini adalah sama untuk ke enam rasio keuangan yaitu, kredit UMKM berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank. Output dari dilakukannya Paired Sample T-Test selain tabel untuk menentukan signifikansi juga terpapar statistik mengenai korelasi antar variabel pre dan post adanya DSP. Koefisien korelasi adalah suatu ukuran hubungan antara dua variabel, yang memiliki nilai antara -1 dan 1. Jika variabel-variabel keduanya memiliki hubungan linier sempurna, koefisien korelasi itu akan bernilai 1 atau -1. Tanda positif/negatif bergantung pada apakah variabel-variabel itu memiliki hubungan secara positif atau negatif. Koefisien korelasi bernilai 0 jika tidak ada hubungan yang linier antara variabel. Secara singkat hasil uji korelasi untuk masing-masing variabel operasional adalah sebagai berikut: •
Untuk rasio NPL, nilai korelasi -0,251 menunjukan bahwa korelasi pre-post tidak menunjukan nilai yang signifikan level secara umum menunjukkan nilai yang lebih rendah, tetapi perubahan yang terjadi tidak konsisten terjadi pada subjek.
•
Rasio LDR, nilai korelasi 0,955 atau hampir merupakan korelasi sempurna. Dengan nilai sig 0,045 dimana lebih kecil dari 0,05, hubungan dua kondisi sangat kuat dan signifikan.
•
Rasio NIM pre dan post DSP memiliki nilai korelasi -0.218. sama seperti nilai NPL, tidak terdapat korelasi yang kuat antar dua kondisi (hubungan sangat lemah).
•
Rasio BOPO memiliki nilai korelasi -0,074 dengan sig > 0,05 (0,782), hubungan dua kondisi kuat.
•
Rasio ROA memiliki nilai korelasi 0,738 dengan sig > 0,05 (0,262), hubungan dua kondisi sangat lemah.
•
Rasio ROE memiliki nilai korelasi 0.457 dengan sig > 0,05 (0,543) menunjukan hubungan dua kondisi kuat. Tabel 4 Hasil Uji Korelasi Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5 Pair 6
NPL_SEBELUM_DSP & NPL_SETELAH_DSP LDR_SEBELUM_DSP & LDR_SETELAH_DSP NIM_SEBELUM_DSP & NIM_SETELAH_DSP BOPO_SEBELUM_DSP & BOPO_SETELAH_DSP ROA_SEBELUM_DSP & ROA_SETELAH_DSP ROE_SEBELUM_DSP & ROE_SETELAH_DSP
Correlation -,251 ,955 -,218 -,074 ,738 ,457
Sig. ,749 ,045 ,782 ,926 ,262 ,543
Berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat diringkas sebgai berikut. Hipotesis yang menyatakaan bahwa kredit UMKM memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan bank diterima hanya pada rasio LDR dan NIM saja. Untuk rasio NPL, BOPO, ROA, dan ROE, hipotesis ini ditolak, artinya kredit UMKM tidak berpengaruh signifikan pada rasio NPL, BOPO, ROA, dan ROE bank. Tabel 5 Hasil Paired Sample T-Test
Paired Differences
Pair 1
Pair 2
Pair 3
Pair 4
Pair 5
Pair 6
Mean
NPL .0177141
LDR -.4351492
NIM -.0308049
BOPO .0142995
ROA -.0013251
ROE .0458528
Std. Deviation
.0163766
.1455488
.0166194
.1764602
.0198541
.1156105
Std. Error Mean
.0081883
.0727744
.0083097
.0882301
.0099271
.0578053
95% Confidence Interval of the Difference
Lower
-.0083447
-.6667499
-.0572500
-.2664880
-.0329175
-.1381093
Upper
.0437728
-.2035485
-.0043598
.2950870
.0302672
.2298149
2.163
-5.979
-3.707
.162
-.133
.793
T Df Sig. (2-tailed)
3
3
3
3
3
3
.119
.009
.034
.882
.902
.486
Hasil yang dapat ditarik dari Tabel 5 diatas: a.
Non Performing Loan (NPL) Nilai t hitung untuk rasio NPL lebih kecil dibandingkan nilai t table (2,163 < 3,182) atau masih berada dalam kurva penolakan Ha dan memiliki Sig > 0,05 (0,119 > 0,05), maka Ha1 ditolak atau dengan kata lain, kredit UMKM tidak mempengaruhi rasio kredit macet total Bank Danamon. Padahal berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia ditahun 2012 saja menunjukan bahwa NPL kredit UMKM lebih tinggi dibandingkan NPL total bank umum konvensional secara keseluruhan. Meskipun demikian, hasil paired sample t-test menunjukan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara rasio NPL bank sebelum dan sesudah memfokuskan bisnisnya pada nasabah UMKM. Jika ditelusuri secara kualitatif, rasio NPL yang lebih tinggi pada kondisi sebelum adanya DSP dapat pula diakibatkan oleh keadaan perbankan Indonesia yang masih kurang kondusif pasca krisis moneter tahun 1997/1998. Sehingga perbandingan rasio NPL Bank Danamon dengan keadaan Bank Umum Konvensional pada periode sama juga dapat dijadikan landasan analisis yang objektif. Gambar 1 Perbandingan Rasio Non Performing Loan Bank Danamon Dengan Rata-rata Bank Umum Konvensional
b.
Loan to Deposit Ratio (LDR) Pada periode sebelum Bank fokus pada debitur UMKM, rasio LDR bank sangat kecil namun tren yang terjadi adalah peningkatan LDR dari tahun ke tahun. pada periode 2009-2012, tren LDR bank cenderung stabil dan berada pada tingkat yang telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia kecuali untuk tahun 2012 dimana LDR Bank sedikit melebihi ketentuan Bank Indonesia yaitu 101,02%. Nilai –t hitung lebih kecil dibandingkan nilai -t tabel (-5,979 < -3,182) dengan sig < 0,05 (0.009 < 0.05), maka dapat dikatakan terdapat perbedaan yang sangat signifikan sebelum dan sesudah adanya DSP pada Bank Danamon yang dapat disimpulkan bahwa kredit UMKM berpengaruh positif signifikan terhadap LDR.
c.
Net Interest Margin (NIM) Nilai –t hitung lebih kecil jika dibandingkan dengan -t tabel (-3,707 < -3,182) dengan sig < 0,05 (0.034 < 0.05), maka dapat dikatakan terdapat perbedaan yang sangat signifikan sebelum dan sesudah adanya DSP pada Bank Danamon. Hasil t hitung yang berada diluar kurva penolakan hipotesis inilah yang menjadi alasan Ha3 diterima, yakni kredit UMKM berpengaruh positif pada rasio net interest margin bank. Hal ini sekaligus membuktikan isu bahwa kredit UMKM memberikan marjin keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan jenis kredit lainnya. Hal ini disebabkan oleh: 1. Suku bunga dasar kredit mikro yang tinggi yang disebabkan oleh beban yang juga tinggi untuk melanyani sektor ini. 2. Risk premium, Tidak seperti perusahaan berskala besar, UMKM umumnya tidak memiliki catatan akuntansi yang memadai sehingga sulit bagi pihak bank untuk menilai kelayakan kredit seorang nasabah UMKM fenomena ini dikenal dengan sebutan qsymentric information. Bukan hanya, adanya keterbatasan aset jaminan serta lembaga penjamin kredit yang masih sedikit untuk kredit jenis ini. Hal ini
secara langsung meningkatkan risiko atas kredit tersebut. High risk-high return, semakin tinggi risiko maka tingkat pengembalian akan semakin tinggi. d.
Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Untuk rasio BOPO, nilai t hitung lebih kecil dibandingkan t tabel (0,162 < 3,182) dengan sig > 0,05 (0,882 > 0,05), sehingga dapat dikatakan tidak ada perbedaan antara BOPO Bank Danamon sebelum maupun setelah fokus melanyani nasabah UMKM. Hasil pengujian ini memberikan kesimpulan bahwa Ha4 ditolak, artinya kredit UMKM tidak mempengaruhi rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) bank. Gambar 2 Hubungan Suku Bunga Dasar Kredit Dengan Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional dan Net Interest Margin
Meskipun beban operasional untuk kredit UMKM tinggi, pendapatan yang dihasilkan dari kredit jenis ini juga sangat tinggi, sehingga menghasilkan BOPO yang stabil. tidak terlalu besar (tidak efisien) maupun tidak terlalu kecil (besar pendapatan). e.
Return on Asset (ROA) ROA Bank Danamon sebelum adanya Danamon Simpan Pinjam sangat berfluktuasi, terutama di tahun 2003 dimana ROA bank hanya 0,13% hal ini terjadi dikarenakan besarnya biaya operasional bank saat itu terutama beban penghapusan aset produktif. Di tahun 2004, ROA langsung meroket hingga mencapai 5,7%. ROA setelah Bank Danamon fokus melayani nasabah UMKM, ROA bank cenderung lebih stabil namun hampir tidak pernah melebih rata-rata ROA industry. Nilai –t hitung jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai - t tabel (-0,133 < -3,182) dengan sig > 0,05 (0,902). Hal ini membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rasio bank sebelum dan sesudah melayani nasabah UMKM atau dengan kata lain, kredit UMKM tidak berpengaruh pada rasio ROA bank. Kesimpulan hasil ini secara singkat adalah Ha5 ditolak.
f.
Return on Equity (ROE) Adapun hipotesis yang menyatakan bahwa kredit UMKM berpengaruh pada ROE suatu bank ditolak. Hal ini sesuai dengan hasil t hitung yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai t table (0,793 < 3,707) dengan sig juga jauh lebih besar dari 0,05 (0,486 > 0,05) sehingga dapat dinyatakan bahwa rasio ROE bank sebelum dan sesudah menyalurkan kredit UMKM tidak berbeda.
Hasil ini bukan kredit UMKM justru berdampak negatif pada return bank namun lebih dikarenakan komposisi dari neraca sebelum menyalurkan kredit UMKM dengan setelah bank menyalurkan kredit UMKM. Sebelum menyalurkan UMKM, Neraca Bank Danamon di dominasi oleh liabilitas (terutama kewajiban kepada pemerintah) dengan nilai financial leverage bank berkisar antara 7,45 (2004) hingga 12,65 (2001) kali. Berbeda dengan keadaan bank setelah menyalurkan kredit UMKM, financial leverage bank hanya berkisar 5,42 (2012) sampai dengan 6,11 (2009) kali.
SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menunjukan hasil bahwa penyaluran kredit UMKM yang signifikan oleh suatu bank akan berdampak positif pada kenaikan kredit yang diberikan sehingga memberikan dampak kenaikan LDR (Loan to Deposit Ratio). Selain itu, suku bunga kredit untuk UMKM yang tinggi menyebabkan NIM (Net Interest Margin) bank yang menyalurkan kredit ini juga akan naik secara signifikan. Hanya saja, kenaikan yang signfikan tidak diikuti dengan penurunan rasio BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional) ataupun peningkatan ROA (Return on Asset) dan ROE (Return on Equity) yang signifikan pula. Hal ini lebih disebabkan oleh beban operasional yang juga tinggi untuk dapat menjangkau pelaku UMKM. Penelitian ini memiliki keterbatasan berupa jangka waktu penelitian yang relatif singkat (4 tahun untuk masing-masing periode), rasio keuangan yang digunakan, sampel yang sangat kecil (satu bank), serta adanya pengabaian pada variabel penting lainnya seperti tingkat persaingan. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan dengan: 1.
Mengunakan data bank yang lebih panjang periodenya dan/atau menambahkan rasio keuangan yang belum digunakan.
2.
Menambahkan jumlah sampel bank yang masih mungkin untuk diperbandingkan.
3.
Membagi kinerja bank pra dan pasca dikeluarkannya PBI Nomor 14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan dan Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang mewajibkan bank umum untuk menyalurkan kredit kepada pelaku UMKM minimal 20% dari total kredit yang diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung (linkage program), sehingga variabel seperti tingkat persaingan dapat diperhitungkan dengan baik.
REFERENSI Bank Indonesia. (2013). Laporan Keuangan Publikasi Bank Umum Konvensional. dapat diakses di http://www.bi.go.id/ Bank Indonesia. (2011). Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan dan Laporan Keuangan Tertentu yang Disampaikan pada Bank Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia. Beck, T., Kunt, A. d., & Peria, M. S. (2008). Banking SMEs Around the World: Lending Practices, Business Models, Drivers and Obstacles. Washington, D.C: World Bank. Chrionga, M., Dahl, J., Goland, T., Pinshaw, G., & Sonnekus, M. (2012). Micro-, Small and Mesiumsized Enterprises in Emerging Markets: How Banks Can Grasp A $350 Billion Opportunity. London: McKinsey. Kolapo, T., Ayeni, R., & Oke, M. (2012). Credit risk and Commercial Banks' Performance in Nigeria: A Panel Model Approach. Australian Journal of Business and Management Research Vol 2 No.2 May 2012 , 31-38.
Mohamad, K. (2013, Maret). Kongsi Mandiri dan Pos Menantang BRI - Awas Jebakan Maut Kredit Mikro. Majalah Infobank , 16-20. Rivai, V., Basir, S., Sudartono, S., & Veithzal, A. P. (2012). Commercial Bank Management: Manajemen Perbankan Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sarwono, J. (2012). Metode riset Skripsi: Pendekatan Kuantitatif (Menggunakan Prosedur SPSS). Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Tin, L. M., Ahmad, R., & Shahruddin, S. S. (2011, Maret 1). Determinants of Bank Profits and Net Interest Margins in East Asia and Latin America. Tersedia di SSRN: http://ssrn.com/abstract=1912319
RIWAYAT PENULIS Wido lestari lahir di kota Jakarta pada 12 Januari 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi di tahun 2013.