II. A.
Tinjauan Pustaka
Pengertian Teripang Teripang
atau
ketimun
laut
(gamat:
bahasa
Malaysia) adalah sebutan untuk hewan Ekhinodermata ini. Teripang adalah kelompok hewan invertebrata laut dari
kelas
Holothuroidea
dibedakan
dalam
Dendrochirotida,
enam
(Filium
Ekhinodermata),
bangsa
(ordo)
Aspidochirotida,
Dactylochirotida,
dan Elasipoda.
Apodida, Molpadida,
yaitu
Jenis
teripang
diperkirakan tidak kurang dari 1.200 jenis (Bakus 1973) terutama tersebar di perairan pada kedalaman 5 meter sampai 50 meter di daerah tropik. Jenis-jenis teripang komersial, khususnya dari daerah tropika, termasuk dalam bangsa Aspidochirotida dari suku Holothuroiidea dan Stichopodidae. 29 jenis teripang saat ini menjadi komoditas perdagangan secara Internasional dan lokasi pengumpulannya secara menyeluruh dari Daerah-daerah kepulauan
Indonesia,
Holothuriidae
dan
yang
termasuk
Stichopodidae
dalam
(Darsono
famili 2007;
Bruckener et al. 2003). Di antara jenis-jenis tersebut banyak yang terdapat di perairan Indonesia seperti yang diidentifikasikan oleh Darsono (1995). Teripang
adalah hewan bentik yang lambat
gerakannya, hidup pada dasar dengan substrat pasir, lumpur maupun dalam lingkungan terumbu karang. 9
Dalam azas trofik (trophic level), teripang berperan sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspense feeder) dalam lingkaran pangan (food web). Beberapa makanan
jenis
tradisional
khususnya
Cina.
teripang di
Teripang
merupakan
beberapa olahan
negara kering
bahan Asia, dalam
perdagangan dikenal sebagai Beche-de-mer atau trepang hai-sum (Conand & Sloan, 1989). Teripang disukai karena
mengandung
obat
(medicinal
properties),
berkhasiat dapat menyembuhkan beberapa penyakit (curative), dan mempunyai daya aphrodisiac (Preston 1993 & Akamine 2000). Dari analisis proksimat daging teripang diperoleh komposisi protein 82%, lemak 2%, kadar air 17%, mineral 21%, dan kadar abu 8,6%. Karena kandungan lemaknya yang rendah, teripang direkomendasikan untuk orang-orang yang bermasalah dengan kolesterol.
B.
Morfologi dan Klasifikasi Teripang Teripang termasuk kedalam Filum Echinodermata
dari kelas Holothuroidea. Tubuh hewan ini lunak, panjang selinderis, memiliki warna dan corak yang beragam, memiliki tentakel pada bagian mulut atau oral, kaki tabung, dan beberapa jenis dapat mengeluarkan cairan yang lengket seperti getah karet untuk melindungi diri dari predator (Widigdo et al. 2005). Secara umum 10
klasifikasi teripang menurut beberapa peneliti sebagai berikut: Barnes (1963), Sutaman (1993), dan Rowe (1969) adalah sebagai berikut: Filum
: Echinodermata
Kelas
: Holothuroidea
Ordo
: Aspidochirotida
Famili
: Holothuroiidea
Genus
: Holothuria
Spesies
: Holothuria scabra Holothuria vacabunda
Famili
: Stichopodidae
Genus
: Stichopus
Spesies
: Stichopus horrens : Stichopus variegatus
Morfologi teripang pasir (Holothuria scabra) adalah tubuh panjang, selinderis, dan lunak bagian dorsal berwarna abu-abu sampai kehitaman dan terdapat garis hitam
disekitar
tubuh
sedangkan
bagian
berwarna kuning keputihan (Martoyo et al. 2006).
11
ventral
Gambar 1. Teripang pasir (Holothuria scabra) Sumber: R. Rumlus Panjang
tubuh
maksimum
teripang
dapat
mencapai 37,00 cm dengan bobot 600,00 g (Uehara 1991 in Choo 2008). Holothuria scabra memiliki pertumbuhan alometrik negatif panjang
lebih
dominan
yaitu pertumbuhan
dibandingkan
dengan
pertumbuhan bobot (Gultom 2004). Tubuh Teripang duri atau warty sea cucumber Teripang duri (Stichopu horrens) ini kaku, berbentuk hamper persegi panjang , diameter atau ketebalan tubuh 0,20 cm. Warna tubuh putih sampai keabu-abuan dengan bintil berwarna coklat seperti kutil yang tidak beraturan diseluruh tubuh kecuali pada bagian ventral dan tidak memiliki tabung cuvierian (palomares & Pauly 12
2011). Panjang tubuh umumnya adalah 20,00 cm dan panjang infinitasnya diperkirakan 37,70 cm. Penelitian hubungan
panjang
bobot
yang
pernah
dilakukan
sebelumnya menunjukan korelasi positif dengan nilai b sebesar 16,783 yang berarti pertumbuhan bobot lebih dominan
dibandingkan
pertumbuhan
panjang.
Pengukuran panjang dilakukan di bawah air dan bobot basa. Stichopus horrens menunjukan tingkat elastisitas yang tinggi dalam pengukuran panjang (Hearn & Pinillos 2006)
Gambar 2. Teripang duri (Stichopu horrens) Sumber: R. Rumlus
13
Teripang gamat atau curyfish memiliki tubuh agak persegi, kaku datar bagian sentral dan tidak memiliki tabung cuvierian. Warna tubuh kuning kecoklatan sampai hijau dengan bintik hitam di sekitar tubuh, dinding tubuh mudah memanjang atau relaksasi apabila dikeluarkan dari air. Maksimum panjang tubuh berkisar 50,00 cm tetapi pada umumnya 35,00 cm dengan bobot sekitar 1000 g, dan ketebalan tubuh sekitar 8,00 mm (Palomares & Pauly 2011). Gambar 3: Teripang gamat (Stichopus vareagatus)
Sumber: R. Rumlus Teripang mempunyai tubuh yang lunak, berotot melingkar dan terdiri atas lima lapisan otot daging memanjang dari bagian oral ke bagian oboral yang terletak di bawah dinding tubuhnya, yang membentuk rongga berisi organ-organ dalam. Organ-organ dalam 14
teripang dibagi menjadi 11 bagian yaitu tentakel, kulit luar, kerongkongan, perut atau lambung, usus kecil, usus halus, gonad, sistem sirkulasi air, cabang-cabang saluran
pernapasan,
rumbai-rumbai
pada
pangkal
pengeluaran, dan kloaka.
C.
Habitat dan Penyebaran Teripang Teripang pada umumnya bergantung pada habitat
yang kaya akan nutrian dan berasosiasi pada ekosisitem terumbu karang, dan beberapa jenis teripang yang hidup di laguna, padang lamun, dan paparan pasir dan lumpur. Sedangkan jenis lainnya lebih menyukai daerah ombak dan cela dalam dan perairan yang kaya akan detritus.
Di
Indonesia,
hewan
tersebut
banyak
tersebaran di daerah Riau, Lampung, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Timur, Maluku, dan Papua (Azis 1997). Habitat teripang pasir pada ekosistem terumbu karang dengan substrat pasir halus dan lamun jenis Cymodecea pada zona intertidal pada kedalaman 0-10 m. Pada siang hari membenamkan tubuhnya kedalam pasir. Teripang
duri
hidup
berasosiasi
dengan
substrat
bebatuan dengan kedalaman 5-20 m. Pada siang hari bersembunyai di bawah atau di sela karang mati (Hikman 1998 in Hearn & Pinillos 2006). Teripang getah 15
hidup pada substrat berpasir dengan pecahan karang dengan ditumbuhi padang lamun yang didominasi oleh jenis Thalassia sp. Teripang duri hidup pada perairan dangkal sampai. kedalaman 15 m dengan substrat berpasir dan pecahan karang (Palomares & Pauly 2011).
Teripang
bergerak
perlahan
ketika
mencari
makanannya yaitu tumbuhan mati dan sisa-sisa tubuh hewan yang telah mati (detritus) di pasir. Pasir tersebut dimakan, detritus dicernah sisa pasir dilepaskan lewat saluran pembuangan Teripang ditemukan hampir di seluruh perairan pantai mulai dari daerah pasang surut yang dangkal sampai perairan yang dalam. Jenis Peroriza gravel terdapat di Laut Banda pada kedalaman 7000 m dan jenis Elopida sudensis terdapat di Pulau Jawa yaitu di pantai timur Surabaya (Nontji 2002; Winarni et al. 2010). Habitat spesies teripang adalah paparan rataan terumbu karang, tempat pasir, tempat berbatu, padang lamun, dan pasir lumpur (Aziz 1995; Brikeland 1989). Menurut Nontji (2002), teripang dapat dijumpai pada dasar perairan yang berpasir, sedikit berlumpur atau pada pecahan karang bercampur lumpur laut. Banyaknya teripang di mikrohabitat tersebut oleh karena kebutuhan perlindungan dari sinar matahari. Menurut Hyman (1995) dalam Yusron 2004) teripang 16
peka terhadap matahari, sehingga teripang lebih banyak yang bersifat fototaksis negatif. Sehingga banyak sepsis yang di temukan hidup di padang lamun, karng, dan pasir-berlumpur. Jenis-jenis B. marmorata dan H. atra yang terdapat di
mikrohabitat
pasir
mempunyai
kemampuan
menghindari sinar matahari. B. marmorata dan H. scabra mampu membenamkan diri di pasir, sedangkan H. atra menempeli tubuhnya dengan butiran pasir halus. (Bakus 1973) mengemukakan bahwa pasir yang menempel pada tubuh H. atra memantulkan cahaya dan membuat suhu tubuhnya lebih rendah.
D.
Parameter Fisika dan Kimia Perairan 1. Suhu dan Salinitas Suhu dan salinitas air merupakan parameter oseanografi yang penting dalam sirkulasi untuk mempelajari asal usul massa air. Suhu dan salinitas inilah yang menjadi parameter serta tekanan yang menentukan densitas air laut, untuk pertubuhan dan perkembangan teripang. Salinitas adalah gambaran padatan total dalam air setelah semua karbonat diubah menjadi oksida, bromida, iodida diganti oleh klorida, dan 17
bahan organik telah teroksidasi (Efendi 2003). Sebaran salinitas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai (Dwindaru 2010). Teripang menyukai
perairan
dengan
salinitas
optimum
sekitar 32,0-35,0‰. Perubahan salinitas melebihi 3,0‰
dapat
menyebabkan
terjadinya
pengelupasan kulit teripang yang dalam kondisi ekstrim dapat terjadi kematian (Gultom 2004). Suhu
suatu
perairan
dipengaruhi
oleh
musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, sirkulasi
udara,
dan
penutupan
awan
serta
kedalaman perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran
tertentu
yang
disukai
pertumbuhannya. Kondisi lingkungan
untuk perairan
yang cocok untuk pertumbuhan teripang dengan suhu air laut 24,0-30,0oC (Martoyo et al. 2006).
2. Oksigen Terlarut (DO) Oksigen
berperan
penting
dalam
suatu
perairan, karena oksigen dapat berguna untuk proses fotosintesis dan respirasi. Kelarutan oksigen di perairan bergantung dan berbanding terbalik dengan suhu dan salinitas. Semakin tinggi suhu dan salinitas maka kandungan oksigen terlarut 18
semakin kecil. Lapisan atas permukaan laut dalam keadaan normal mengandung oksigen terlarut sebesar 4,5-9,0 mg O2/l (Dwindaru 2010). Teripang pada umumnya hidup dan berkembang dengan baik pada kadar oksigen terlarut yang berkisar antara 4,0-8,0 ppm (Martoyo et al. 2006), oleh sebab itu lingkungan air laut harus bebas dari pencemaran seperti bahan organik, logam, minyak, dan
bahan
beracun
lainnya
yang
dapat
mengurangi kadar oksigen terlarut di perairan. Penurunan
kandungan
oksigen
terlarut
akan
menyebabkan kekakuan pada teripang. Hal ini terjadi karena terganggunya sisten vaskular air (water vascular system) dan pada akhirnya seluruh sistem
pencernaan
akan
keluar
sehingga
menyebabkan kematian (Martoyo et al. 2006).
3.
Derajat Kemasaman (pH) Derajat kemasaman (pH) merupakan suatu
indeks
konsentrasi
ion
hidrogen,
mempunyai
pengaruh yang besar terhadap organisme perairan, derajat
kemasaman
merupakan
salah
satu
indikator untuk mengetahui kualitas perairan yang berperan penting dalam menentukan nilai pH, penting bagi organisme yang hidup di dalam 19
sebuah perairan. Menurut Dafni (2008), pH yang terdapat di perairan yang mengalami perubahan nilai pH, dapat menimbulkan perubahan terhadap keseimbangan
kandungan
karbondioksida,
karbonat, dan bikorbonat di dalam air. pH juga berpengaruh terhadap setiap organisme, karena setiap organisme atau individu memiliki ketentuan pada derajat kemasaman (pH) agar mereka dapat tetap hidup. Sebagian
besar
biota
sangat
sensitif
terhadap perubahan pH dan menyukai perairan dengan pH 7,0-8,5. Perairan yang terlalu masam atau basa dapat mengganggu metabolisme dan respirasi biota. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya nitrifikasi (pengkayaan
nutrien)
akan
berakhir
jika
pH
rendah. Nilai pH yang cocok bagi pertumbuhan dan perkembangan teripang berkisar antara 6.58,5 (Effendi 2003).
4.
Arus dan Gelombang Gelombang terjadi karena adanya angin dan
gelombang membentuk gerak maju melintasnya permukaan air, walaupun sebenaranya hanya terjadi suatu gerak kecil ke arah depan dari massa 20
air itu sendiri (Hutabarat 1985). Bila sebuah gelombang pecah, airnya akan dilemparkan jauh ke depan sampai mencapai daerah pantai sebagai sebuah arus. Arus sangatlah penting di laut sebab arus sebagai
pemindahan massa air dari satu
tempat ke tempat lainnya. Tanpa arus, laut menjadi
stagnan/tenang,
dan
tidak
dapat
mendukung kehidupan. Makanan merupakan
atau
tiga
nutrien
subtansi
dan
utama
oksogen
yang
harus
mengalami sirkulasi dalam upaya mendukung kehidupan di laut. Arus dipengaruhi oleh angin, bentuk topografi, dan pasang surut (Bell 2008). Arus mempunyai pengaruh positif maupun negatif terhadap kehidupan biota
perairan. Arus
dapat mengakibatkan ausnya jaringan-jaringan jasad hidup yang tumbuh di daerah itu dan dalam
partikel-partikel
suspensi
dan
menghasilkan pengikisan. Di perairan dengan dasar lumpur, arus dapat mengaduk endapan lumpur
sehingga
mengakibatkan
air
tersebut
keruh dan mematikan teripang. Juga akibat dari kekeruhan biasa mempengaruhi atau menghalangi jalannya/penetrasi sinar matahari sehingga akan mengurangi
aktivitas
fotosintesis.
Namun
manfaat juga dari arus bagi banyak biotak adalah menyangkut penambahan makanan bagi biota21
biota
tersebut
dan
pembuangan
kotoran-
kotorannya. Sebagai contoh arus juga memainkan peranan penting bagi penyebaran plankton, baik holoplankton
maupun
meroplankton
yang
merupakan makanan bagi teripang. Selain itu arus dan gelombang mempengaruhi substrat tempat hidup
teripang.
kecepatan
arus
Pada
daerah
dan
pesisir
gelombang
dengan
yang
lemah,
substrat cenderung berlumpur. Daerah tersebut biasa terdapat di daerah muara sungai, teluk atau pantai terbuka dengan landai yang rendah. Sedangkan pada daerah pesisir yang mempunyai arus dan gelombang yang kuat disertai dengan pantai yang curam, substrat cenderung
berpasir
sampai
berlumpur
cenderung
berbatu.
untuk
Pantai
mengakomulasi
bahan organik, sehingga cukup banyak makanan yang potensial bagi organisme pantai tersebut. Berlimpahnya partikel organik yang halus yang
mengendap
mempunyai
di
dataran
kemampuan
untuk
lumpur
juga
menyumbat
permukaan alat pernafasan (Nyabakken 1988), teripang
menempati
daerah
berlumpur
menunjukkan penyesuaian dalam menggali dan melewati saluran yang permanen dalam subtrat.
22
5.
Cahaya atau kecerahan Teripang pada umumnya bersifat nokturnal,
mereka aktif mencari makan pada malam hari dan menyembunyikan diri pada siang hari. Namun ada perkecualian terhadap hukum ini, khususnya pada spesies tropis. Reaksi terhadap perubahan intensitas
cahaya
penerangan bereaksi
yang dengan
akan
bervariasi.
Terhadap
beberapa
tiba-tiba, bergerak
spesies
menjauhi
dan
berpindah. Jika cahaya disorotkan pada daerah tubuh secara lokal terjadi kontraksi setempat (Hymen 1995). Perairan yang dasarnya terdiri atas pasir bercampur lamun dan pasir bercampur karang merupakan dasar perairan yang disukai oleh teripang. Beberapa teripang hidup di perairan yang dasarnya berkarang dan dasar yang ditumbuhi lamun.
Hal
ini
diduga
karena
kebutuhan
perlindungan dari sinar matahari. Teripang lebih banyak bersifat fototoksin negatif, yaitu tubuhnya peka terhadap sinar matahari. Karena itu teripang lebih suka berada di antara lamun, karang, dan ada yang bersembunyi di dalam pasir sebagai tempat perlindungan. Juga teripang
memiliki
adptasi 23
khusus
terhadap
sengatan matahari yaitu dengan membenamkan diri dalam pasir (Hymen 1955). 6.
Kedalaman Teripang
pada
umumnya
hidup
pada
perairan yang memiliki kedalaman 1-50 meter dengan berbagai macam jenis dan tergantung pada habitatnya.
Sebagai
contoh
Holothuria
scabra
dapat hidup pada kedalaman 1-50 meter (Darsono 2005), Teripang mudah tersebar di daerah pasang surut, Setelah bertambah besar, teripang akan berpindah ke perairan yang lebih dalam. 7.
Makanan dan Kebiasanaan Teripang Makanan atau nutrient merupakan salah
satu
kebutuhan
teripang
dalam
menjaga
kelangsungan hidup. Cara makan teripang dibagi dua yaitu pemakan deposit dan suspense dengan Sumber makanan. kandungan bahan organik, detritus, dan plankton. Teripang pada umumnya bersifat nokturnal, mereka aktif
mencari makan
pada malam hari dan menyembunyikan diri pada siang
hari
dengan
cara
membenamkan
diri
kedalam pasir (Darsono 2006). Umumnya maknan utama teripang adalah detritus dan kandungan bahan organik sedangkan plankton, bakteri, dan 24
biota mikroba lainnya sebagai makanan pelengkap. Substrat
berpasir
cenderung
memiliki
bahan
organik yang sedikit dibandingkan dengan pasir halus (Gultom 2004). Kandungan bahan organik yang tepat untuk kebutuhan nutrisi teripang pasir dengan nilai 1,41-2,18% (Tsiresy 20011). Sendimen yang padat bahan organik memiliki pengaruh terhadap rendahnya pertumbuhan teripang pasir. Tinggi rendahnya kandung C-organik dipengaruhi oleh pasokan air dari darat (Wood 1987
in
Dwindaru 2010). Analisis makanan teripang pasir 85% berupa lumpur, pasir 3,52%, pecahan karang 0,12%, detritus 1,46%, dan 65,47% didominasi oleh plankton kelompok diatom. Nilai persentase konsumsi
makanan
kelompok
diatom
untuk
Stichopusvariegatus sebesar 56,17%, butiran pasir 4,22% dan detritus 1,42% (Yusron & Sjafei 1997). Teripang mempunyai pola waktu yang dapat dibagi menjadi dua, yaitu makan setiap saat sepert Holothuria atra, H. flvomsculata, dan H. eduilis, dan berhenti makan satu sampai tiga kali pada siang hari dan selama istirahat spesies tertentu membenamkan
diri
Stichopusvariegatus,
dalam S.
pasir
chloronatus,
seperti Holothuria
scabra, H. impatiens, H. lecanora (Bakus in Gultom 2004). 25
8.
Reproduksi Teripang Reproduksi
terkait
dengan
fenomena
kelangsungan keturunan suatu organisme atau populasi, bagaimana berkembang biak. Kebiasaan berkembang biak pada setiap jenis teripang pun berbeda-beda. Jenis teripang Holothuria scabra memijah pada bulan April-Juni, jenis H. tubulosa pada bulan Agustus-September dan teripang jenis Stichopus japonicas pada bulan Mei-Juni. Teripang berkelamin terpisah (dioecious) atau gonochoristic, ada individu jantan dan individu betina, tetapi tidak jelas adanya dimorfisma kelamin. Gonad berkembang membentuk filamen dengan bentuk percabangan
tunggal
pada
Holothuriidea
atau
ganda (berpasangan) pada Stichopodidae (Conand 1990 dalam Yusron 2007). Tingkah laku spesifik terjadi pada saat memijah. Bagian anterior tubuh, baik pada jantan atau betina tegak ke atas. Dalam keadaan tersebut teripang menggerak-gerakkan tubuh berayun dan bersamaan melepaskan sel-sel gamet. Teripang umumnya mempunyai musim kematangan gonad pada pola tahunan atau tengah tahunan (Conand 1993
dalam
Yusron, 26
2007).
Yang
perlu
diperhatikan adalah teripang memijah pada musim kemarau, pada waktu suhu air di permukaan cukup tinggi dan stabil. Proses pematangan gonad dikontrol oleh faktor dari dalam (endogen) dan oleh faktor kondisi luar (exogen). Menurut Morgan (1995), variasi waktu reproduksi dari biota laut berkaitan dengan perubahan fase siklus lunar dan derajat lintang suatu lokasi. Peningkatan
pembentukan
gamet
seiring
dengan kecukupan pakan dan naiknya suhu air. Perubahan proses pematangan gonad suatu jenis biota dari tahun ke tahun dalam skala kecil (local) dapat terjadi karena variasi kondisi luar pada skala mikro habitat. Di daerah tropika, dalam populasinya teripang memperlihatkan
aktivitas
perkembangan gonad sepanjang tahun, puncak aktivitasnya terjadi sekali atau dua kali dalam setahun, pada bulan tertentu.
9.
Siklus Hidup Teripang Siklus hidup di alam terdiri atas priode
planktonik
dan
bentik.
Pada
fase
planktonik
teripang hidup melayang-layang di air, pada masa larva
yaitu
stadia
aurikularia
dan
doliolaria,
sedangkan sebagai bentik, hidup di atas substrat atau benda lain yaitu stadia pentacula hingga menjadi teripang dewasa seperti pada teripang 27
pasir. Ketika memijah teripang betina melepaskan telur ke air dan kemudian dibuahi oleh sperma yang dilepaskan oleh teripang jantan. Keberhasilan reproduksi
teripang
bergantung
pada
jumlah
teripang yang banyak yang ada di tempat yang sama.
Telur
yang
telah
dibuahi
berkembang
menjadi larva dan menetap di dasar sebagai juvenile
kemudian
akan
berkembang
menjadi
teripang dewasa.
Perkembangan
larva
teripang
melalui
beberapa fase. Telur akan dibuahi dan membelah menjadi multisel dan terbentuk blastula pada waktu ± 12 jam. Kemudian berkembang menjadi gastrula pada beberapa jam berikutnya. Fase gastrula ini akan berakhir sampai jam ke-32 dan metamorphose menjadi auricularia awal. Bentuk atau fase aurikularia ini akan berkembang dalam waktu 8 atau 10 hari, menjadi auricularia sedang dan akhir. Kemudian metamorphose
menjadi
doliolaria, yang akan berkembang sampai hari ke16 kemudian menjadi pentacula dan berkembang sampai hari ke-50 atau sampai hari ke-60 untuk kemudian berubah menjadi juvenil atau teripang muda. Juvenil ini yang kemudian akan tumbuh
28
besar dan menjadi teripang dewasa (Darsono et al. 1994).
D.
FITOKIMIA/ZOOKIMIA Fitokimia/Zokimia
adalah
senyawa
aktif
yang
terdapat dalam tubuhan/hewan yang dapat memberikan efek kesehatan pada manusia. Pada tumbuhan terdapat senyawa kimia bermolekul kecil yang penyebarannya terbatas dan seiring disebut sebagai metabolit sekunder. Jumlah metabolit sekunder pada tanaman lebih sedikit dibandingkan dengan metabolit primernya (karbohidrat, lemak, dan protein). Uji fitokimia/Zokimia di lakukan untuk mengetahui metabolic sekunder dari teripang pasir. Metabolit sekunder pada tanaman antara lain saponin, flavonoid, fenol, alkaloid, terpenoid, dan tannin. Analisis
zokimia
biasanya
digunakan
untuk
merujuk pada senyawa yang ditemukan pada hewan tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tetapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Senyawa aktif ini dapat bermanfaat sebagai antioksidan dan mencegah kanker serta penyakit jantung. Beberapa membuktikan
studi
pada
bahwa
manusia zat-zat
dan
hewan
kombinasi
fitokimia/zokimia dalam tubuh memilki fungsi tertentu yang berguna bagi kesehatan. Kombinasinya antara lain 29
menghasilkan enzim-enzim sebagai penangkal racun, merangsang
sebagai
menimbulkan
efek
sistem
pertahanan
antibakteri,
tubuh,
antivirus,
dan
antioksidan serta dapat menimbulkan efek antikanker. Agar
memudahkan
dilakukan Adapun
dalam
penggolongan
golongan
mempelajarinya,
senyawa
senyawa
maka
fitokimia/zokimia.
fitokimia
dapat
dibagai
sebagai berikut: 1.
Alkaloid Alkaloi adalah senyawa yang bersifat basa
yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam bentuk gabungan sebagai bagian dari
sistem
dipercaya
siklik.
Alkaloid
sebagai
hasil
pada
tumbuhan
metabolisme
dan
merupakan sumber nitrogen. Kebanyakan alkaloid berbentuk Kristal dan hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu
kamar. Kebasaan nitrogen
menyebabkan senyawa tersebut mudah mengalami dekomposisi terutama oleh sinar dengan adanya oksigen. 2.
Fenolik Fenolik senyawa ini telah diketahui memiliki
berbagai efek biologis seperti aktifitas antioksidan melalui mekanisme sebagai produksi, penangkap radikal
bebas,
pengkelat 30
logam,
peredam
terbentuknya
singlet
oksigen
serta
pendonor
elektron. Komponen fenolik merupakan kelompok molekul yang besar dan beragam, yang terdiri dari golongan
aromatik
pada
metabolit
sekunder
tumbuh-tumbuhan. Fenolik dapat diklasifikasikan ke dalam komponen yang tidak larut seperti lignin dan komponen yang larut seperti asam fenolik, phenylpropanoids, flavonoid dan kuinon. Setiap tubuh-tumbuhan
memiliki
struktur
komponen
fenolik yang berbeda. Ada komponen fenolik yang memiliki
gugus
-OH
banyak
dan
ada
pula
komponen fenolik gugus –OH yang sedikit. Gugus – OH berperan dalam proses transfer elektron untuk menstabilkan dan meredam radikal bebas. 3.
Flavanoid Flavonoid
merupakan
salah
satu
dari
kelompok fenolik yang dapat ditemukan dibuah dan
sayur.
Flavanoid
aktivitas
berbagai antivirus,
telah
biologi
antiinvlamasi
diteliti
seperti
memiliki
antikanker,
mengurangi
resiko
penyakit kardiovaskuler dan penangkal radikal bebas.
Kekuatan
aktivitas
antioksidan
dari
flavanoid bergantung pada jumlah dan posisi dari gugus –OH yang terdapat pada molekul. Semakin banyak gugus –OH pada flavanoid, maka aktivitas antiradikalnya semakin tinggi. 31
4.
Glikosida Glikosida merupakan salah satu senyawa
aktif
taman
yang
termasuk
dalam
kelompok
metabolit sekunder. Senyawa ini mengandung komponen gula dan bukan gula. Komponen gula dikenal dengan nama glikon dan komponen bukan gula dikenal sebagai aglikon. Bila gula yang terbentuk adalah glukosa maka golongan senyawa itu disebut glukosida, sedangkan bila terbentuk gula lainya disebut glikosida. 5.
Saponin Saponin merupakan senyawa dalam bentuk
glikosida yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat
tinggi.
Saponin
membentuk
larutan
koloidal dalam air dan membentuk busa jika dikocok dan tidak hilang
dengan penambahan
asam. Saponin memiliki rasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin serta iritasi pada selaput lender. 6.
Tanin Tannin merupakan senyawa yang memiliki
jumlah gugus hidroksi fenolik yang banyak pada tumbuh-tumbuhan. Tanin dapat berfungsi sebagai antioksidan
karena
kemampuannya
dalam
menstabilkan fraksi lipid dan keakfannya dalam penghambatan lipoksigenase. 32
7.
Triterpenoid/steroid Triterpenoid adalah senyawa yang karangka
karbonnya berasal dari enam satuan isopropana dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokaron C30 asiklik yaitu akualena. Senyawa ini berstruktur siklik, kebanyakan beruoa alcohol, aldehida atau asam
karboksilat.
Triterpenoid
merupakan
senyawa berbentuk kristal dan bertitik leleh tinggi. Uji
yang
banyak
digunakan
adalah
reaksi
Licberman-Burchard (anhidrat asetat- H2SO4) yang dengan
kebanyakan
triterpena
memberikan warna hijau-biru.
33
dan
sterol