I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Seiring perkembangan jaman dimana masyarakat mulai sadar akan pentingnya
kebutuhan pangan yang harus terpenuhi. Salah satu faktor yang paling di lirik oleh masyarakat adalah kebutuhan protein yang dapat dipenuhi oleh protein nabati atau protein hewani. Dengan demikian Kebutuhan protein setiap tahun selalu meningkat terutama protein hewani. Salah satu protein hewani yang paling murah dan terjangkau semua kalangan adalah telur. Perkembangan peternakan ayam petelurpun terus berkembang untuk memenuhi permintaan konsumen. Sudah banyak peternakan ayam petelur di indonesia khususnya di jawa barat, mulai dari peternak rakyat skala kecil sampai perusaan komersil. Perkembangan peternakan ayam petelur komersil tentunya harus didukung oleh penyediaan DOC ayam petelur. 1.2.
Permasalahan Salah satu masalah yang dihadapi oleh peternakan ayam petelur adalah
susahnya mendapatkan DOC yang berkualitas dengan harga terjangkau, hal tersebut karena perusahaan yang menyediakan DOC ayam petelur masih sangat sedikit,. Selain itu perusahaan yang menyediakan DOC ayam peteur tidak tersebar dengan merata, hanya berada di daerah-daerah tertentu saja. Biasanya mereka dapat memonopoli harga pasar. Untuk mendirikan sebuah perusahaan pembibitan ayam petelur tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit, itulah yang menjadi penyebab sedikitnya perusahaan pembibitan ayam petelur.
1.3.
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam usaha pembibitan ayam petelur ini adalah metode analisis kriteria investasi. Dengan menghitung NPV, B/C Ratio, IRR, BEP, dan Pay Back Period.
1
II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 2.1.
Permintaan dan Penawaran Dalam pembangunan usaha, aspek pasar harus benar-benar diperhatikan.
Sektor pemasaran sangat memegang peranan penting, termasuk permintaan dan penawaran yang ada di pasar. Tujuan usaha adalah untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal, sedangkan besar kecilnya keuntungan akan diraih tergantung kepada keberhasilan dalam sektor pemasaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran pada peternakan pembibitan ayam petelur kopmersil adalah: 1. Harga bahan baku (ternak, pakan, dan obat-obatan dan juga biaya produksi lainnya), semakin tinggi harga bahan baku maka akan meningkatkan biaya produksi dan akan mempengaruhi terhadap harga jual DOC. 2. Harga produk utama (DOC Betina). 3. Harga jual produk sampingan (DOC Jantan, kotoran dan ayam afkir). 4. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein, hal ini akan berpengaruh terhadap permintaan telur dimasyarakat. 5. Meminimalkan biaya produksi sehingga harga DOC dan ayam afkir dapat bersaing di pasar. Dalam penentuan permintaan dan penawaran dapat dilihat dari perkembangan peternakan ayam petelur komersil di wilayan pulau Jawa. Yang kami lihat permintaan DOC untuk ayam petelur komersil dipulau Jawa cukup besar. Selain itu hal lain yang harus diperhatikan dalam permintaan adalah adanya perusahaan lain yang sejenis, adanya perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama akan mengurangi permintaan dari konsumen. 2.2.
Pangsa Pasar Pemasaran hasil produksi berupa DOC Jantan dan DOC Betina akan dipasarkan
keseluruh wilyah Jawa barat dan sekitarnya wilayah Jakarta, sedangkan untuk ayam afkir dan pupuk organik akan dipasarkan di daerah bandung dan sekitarnya. Hasil produk utama yaitu DOC betina akan dipasarkan langsung kepada peternak-peternak ayam 2
petelur komersil, sedangkan ayam afir dijual langsung kepada konsumen. Untuk kotoran kan dijual langsung kepada petani-petani sayuran di daerah bandung dan sekitarnya. 2.3.
Strategi Pemasaran Dalam pemasaran hasil produk kami, perusahaan kami akan melakukan berbagai
cara dalam memasarkan produk untuk memenuhi dan mencapai target pemasaran yang telah ditentukan antara lain dengan cara: 1. Melihat situasi permintaan DOC ayam petelur komersil di pulau jawa cukup prospek dan masih terbatasnya perusahaan yang bergerak di bidang pembibitan ayam petelur komersil di jawa barat, maka perusaan kami berusaha untuk memenuhi permintaan pasar di jawa barat dan sekitarnya. 2. Berusaha meningkatkan kualitas genetik DOC agar lebih tahan terhadap penyakit dan memiliki produktifitas yang tinggi. 3. Membangun jaringan dengan para peternak ayam petelur komersil di wilayah jawa barat dan sekitarnya. 4. Memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen agar konsumen merasa puas dan ada kepercayaan konsumen. 5. Membuat promosi-promosi iklan di berbagai media massa maupun dari peternak ayam petelur komersil di lapangan.
3
III ASPEK TEKNIS 3.1.
Pemilihan Lokasi Lokasi yang dipilih untuk pembangunan perusahaan peternakan pembibitan
ayam petelur adalah di daerah kabupaten Subang tepatnya di Desa Kosar Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Subang-Jawa barat. Loaksi tersebut sangat strategis karena jauh dari pemukiman penduduk, dekat dengan akses jalan raya, dan sarana dan prasarana liannya yang mendukung. 3.2.
Perkandangan dan Bangunan Pendukung Perkandangan yang digunakan adalah close house dengan sistem litter dan
terdiri dari tiga buah kandang yaitu kandang untuk DOC (starter), kandang pullet (grower), dan kandang produksi (layer). Jarak antar kandang 20 m. Hal tersebut untuk mengurangi penyebaran penyakit. Untuk kandang fase starter hanya dibangun satu buah kandang dengan luas 60 m2 (6 m x 10 m) dengn kapasitas 1000 ekor. Sedangkan untuk kandang fase grower dan fase produksi masing-masing dibangun tiga buah kandang dengan jarak antar kandang 4 m. Untuk luas kandang fase grower 160 m2 (8 m x 20 m) dengan kapasitas 1000 ekor, dan luas kandang fase produksi 600 m2 (20 m x 30m) dengan kapasitas 1000 ekor dilengkapi dengan sarang (nest). Delain kandang, bangunan lainnya adalah kantor dengan luas 30 m 2, ruangan penetasan 80 m2, mess untuk karyawan tetap 120 m2, gudang pakan 100 m2, dan gudang peralatan 40 m2. Untuk denah bangunan dapat dilihat di lampiran 1. 3.3.
Asumsi dan Koefisien Teknis Untuk asumsi dan koefisien teknis yang digunakan dalam penyusunan studi
kelayakan ini dapat dilihat di tabel berikut:
4
Tabel 1. Tabel Koefisien Teknis ZOOTEKNIS Target penjualan DOC Betina pembelian DOC PS Ayam Betina Pengafkiran ayam Jumlah ayam afkir Fase starter Mortalitas Fase starter Fase grower Mortalitas Fase grower Fase produksi Mortalitas Fase produksi Produksi Telur (HDP) Bulan ke 1-12 (%) Jumlah hari rata-rata Daya tetas Waktu Penetasan sex ratio DOC betina Konsumsi pakan Fase starter Fase grower Fase produksi Manure
Koefisien 20.000 1.000 90 18 964 2 2 4 1 12 1 10
50
70
Satuan ekor/bulan ekor % bulan ekor/periode produksi bulan %/periode bulan %/periode bulan %/periode
80
90
30 85 21 50
hari/bulan % hari %
2.000 100 110 100
95
90
90
85
80
75
gram/periode gram/ekor/hari gram/ekor/hari kg/kandang/bulan
5
70
Tabel 2. Tabel Asumsi Harga No 1
9
Asumsi harga DOC Betina PS DOC Jantan PS DOC Betina DOC Jantan Kandang Ruang Penetasan Peralatan a. Tempat pakan b. Tempat minum c. sekop d. gerobak e. egg tray g. Mesin Tetas h. mobil pickup i. Mobil Box k. mobil truk Culling Manure Tenaga kerja a. anak kandang b. Manajer pelengkap a. Kantor b. Mess c. Gudang pakan Luas lahan keseluruhan
3.4.
Dinamika Populasi
2 3
4 5 6
8 7
Jumlah 2700 300 20000 20000 2340 80
300 150 6 3 200 5 2 3 2 264 100 12 1
Satuan ekor ekor ekor/bulan Ekor/bulan 2 m 2 m
Harga
Buah Buah Buah Buah Buah Unit Unit Unit Unit Ekor/periode Kg/kandang/bulan Orang Orang
30 m² 120 m² 60 m² 6400 m²
10000 5000 2500 1500 500000 500000
Satuan Rp/ekor Rp/ekor Rp/ekor Rp/ekor Rp/m² Rp/m²
200000 200000 45000 1000000 20000 5000000 60000000 70000000 120000000 50000 500
Rp/buah Rp/buah Rp/buah Rp/buah Rp/buah Rp/unit Rp/unit Rp/unit Rp/unit Rp/ ekor Rp/kg
2000000 5000000
Rp/orang/bulan Rp/orang/bulan
1000000 3000000 150000 80000
Rp/m² Rp/m² Rp/m² Rp/m²
Tabel 3. Tabel dinamika Populasi per tahun Tahun 2011
2012
2013
2014
973 975 978 1953 1940 2905 3885 3889 Kandang layer 2913 3880 4862,6 5842 Total populasi ayam 94360 638858 650635 654546 Jumlah Produksi Telur 49030 537556 556364 544205 Daya Tetas 85% 24515 268778 278182 272102 DOC FS Betina 24515 268778 278182 272102 DOC FS Jantan 0 1928 2891,37 2891,37 Ayam Afkir Untuk tabel dinamika populasi per bulan dapat dilihat di lampiran 2
2015
Kandang grower
1930 1930 637615 550879 275440 275440 1928
6
IV ASPEK KEUANGAN 4.1.
Proyeksi Kebutuhan Investasi
Tabel 4. Tabel Kebutuhan Investasi No Uraian A
B
PRAOPERASI 1. Perizinan 2.Pembuatan Proposal 3. Feasibility study Sub Total
Volume Satuan
1 Paket 5 Buah 1 Paket
Harga Satuan
Jumlah
1.000.000 100.000 1.000.000
1.000.000 500.000 1.000.000 2.500.000
INVESTASI TETAP 1 Kandang 2 Peralatan a. Tempat pakan b. Tempat minum c. sekop d. gerobak e. egg tray f. Mesin Tetas g. mobil pickup h. Mobil Box i. mobil truk j. Instalasi Listrik k. Pompa air
3 perlengkapan a. Kantor b. Mess c. Gudang pakan 4 Luas lahan keseluruhan Sub Total
2340 m2 300 150 6 3 200 5 2 3 2 1 5 30 120 60 6400
buah buah buah
buah buah unit unit unit unit unit unit m² m² m² m²
90.000,00
210.600.000,00
200.000,00 200.000,00 45.000,00 1.000.000,00 20.000,00 5.000.000,00 60.000.000,00 70.000.000,00 120.000.000,00 10.000.000,00 5.000.000,00
60.000.000,00
1.000.000,00 3.000.000,00 150.000,00 80.000,00
30.000.000,00 270.000,00 3.000.000,00 4.000.000,00 25.000.000,00 120.000.000,00 210.000.000,00 240.000.000,00 10.000.000,00 25.000.000,00 30.000.000,00 360.000.000,00 9.000.000,00 512.000.000,00 1.848.870.000,00
7
Tabel Lanjutan Tabel Kebutuha Investasi C MODAL KERJA 5 Ternak Betina Jantan 6 Ransum Ransum starter Ransum Grower Ransum Produksi 7 Tenaga kerja a. anak kandang b. Manajer c. Tenaga Kerja lepas listrik Sub Total
2700 ekor 300 ekor gram/ekor/periode 4000 starter 100 gram/ekor/hari 110 gram/ekor/hari 12 1 2 1
orang orang orang unit/bulan
10.000,00 5.000,00
27.000.000,00
5 4,5 4,5
60.000.000
1.500.000,00
158.165.642 129.780.675
2.000.000 5.000.000 1.000.000 10.000.000
288.000.000 60.000.000 24.000.000 120.000.000
868.446.316,54
Total Kebutuhan Investasi
2.719.816.316,54
Investasi awal yang dibutuhkan ditahun pertama dalam peternakan kami sebesar 2.719.816.316,54. Biaya tersebut terdiri dari praoperasi, investasi tetap yang akan
digunakan
untuk
membeli
lahan,
membangun
kandang
dan
fasilitas
pendukungnya, modal kerja awal untuk pembelian DOC, pakan, obat-obatan dan lainnya .
8
9
10
V ANALISIS INVESTASI 5.1.
Net Present Value (NPV) NPV (Net Present Value) adalah salah satu kriteria yang banyak digunakan untuk menentukan apakah rencana usaha tersebut layak (feasible) untuk dilaksanakan atau tidak. Perhitungan NPV adalah menghitung arus pendapatan (net benefit) yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital (SOCC) sebagai discount factor. Cara perhitungan adalah sebagaberikut: 𝑛
𝑁𝑃𝑉 = 𝑖=1
Dimana: NB
NB (1 + i) = Net benefit = Benefit – Cost
C
= Biaya investasi + Biaya operasi
I
= Discount factor
N
= Tahun (waktu) Apabila NPV > 0 (lebih besar dari nol), maka rencana usaha atau proyek
tersebut dikatakan feasible (go) untuk dilaksanakan. Tetapi apabila NPV < 0 (lebih kecil dari nol), maka rencana usaha tersebut berada dalam keadaan impas (break even). Dimana jumlah penerimaan sama besarnya dengan jumlah pengeluaran (TR = TC). Tabel 7. Tabel Penghitungan NPV Tahun Analisis
PVC
PVB
PV Benefit
1,00
3.100.055.171
2.840.634.005
-259.421.167
1.049.683.437
0,89
1.019.318.690
937.217.354
-82.101.336
1.122.387.965
1.297.019.791
0,80
894.760.814
1.033.976.237
139.215.423
3
1.122.346.096
1.536.747.456
0,71
798.863.782
1.093.826.485
294.962.703
4
1.121.464.201
1.748.483.376
0,64
712.710.774
1.111.192.795
398.482.021
6.525.709.232
7.016.846.877
491.137.644
total Cost
Total Benefit
0
3.100.055.171
2.840.634.005
1
1.141.636.933
2
Jumlah
DF (12%)
Dari penghitungan diatas pada suku bunga Bank 12% didapatkan NPV sebesar 491.137.644. Dari nilai NPV tersebut maka usaha pembibitan tersebut layak untuk dijalankan karena nilai NPV lebih besar dari nol (0). 11
Net
5.2.
Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah tingkat kamampuan suatu proyek dalam mengembalikan modal
pinjaman. IRR menunjukan besarnya tingkat discount rate pada saat NPV sama dengan nol (0). Suatu usaha dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari nilai SOCC (Social Opportunity Cost of Capital). IRR didapatkan dengan mencari tingkat discount factor yang menghasilkan NPV =0. Untuk mendapatkan nilai NPV = 0 dengan cara mencoba – coba mencari tingkat discount factor yang menghasilkan nilai NPV positif mendekati nilai nol (NPV 1) serta yang menghasilkan nilai NPV negative mendekati nol (NPV 2). Penghitungan IRR dilakukan dengan teknik interpolasi sebagai berikut: IRR = 𝑖1 +
𝑁𝑃𝑉1 . (𝑖2 − 𝑖1 ) 𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2
Dimana : 𝑖1
= tingkat discount rate yang menghasilkan 𝑁𝑃𝑉1
𝑖2
= tingkat discount rate yang menghasilkan𝑁𝑃𝑉2
𝑁𝑃𝑉1
= NPV bernilai positif mendekati nilai nol (0)
𝑁𝑃𝑉2 = NPV bernilai negatif mendekati nilai nol (0) Tabel 8. Tabel penghitungan IRR Tahun Analisis
total Cost
Total Benefit
0
3.100.055.171
2.840.634.005
1
1.141.636.933
2
DF (50%)
PVC
PVB
1,00
3.100.055.171
2.840.634.005
-259.421.167
1.049.683.437
0,67
761.091.289
699.788.958
-61.302.331
1.122.387.965
1.297.019.791
0,44
498.839.096
576.453.241
77.614.145
3
1.122.346.096
1.536.747.456
0,30
332.546.991
455.332.580
122.785.588
4
1.121.464.201
1.748.483.376
0,20
221.523.793
345.379.432
123.855.640
4.914.056.340
4.917.588.215
3.531.875
PVC
PVB
Tahun Analisis
DF (51%)
PV Net Benefit
total Cost
Total Benefit
PV Net Benefit
0
3.100.055.171
2.840.634.005
1,00
3.100.055.171
2.840.634.005
-259.421.167
1
1.141.636.933
1.049.683.437
0,66
756.050.949
695.154.594
-60.896.355
2
1.122.387.965
1.297.019.791
0,44
492.253.833
568.843.380
76.589.547
3
1.122.346.096
1.536.747.456
0,29
325.983.755
446.346.014
120.362.259
4
1.121.464.201
1.748.483.376
0,19
215.713.649
336.320.793
120.607.144
4.890.057.358
4.887.298.786
-2.758.572
Dari tabel diatas didapatkan 𝑖1
= 50%
NPV1
= 3.531.875
𝑖2
= 51%
NPV2
= -2.758.572 12
Maka nilai IRR = 50% +
3.531.875 3.531.875 −( −2.758.572 )
. (51 − 50)
= 50% + (0,56 x 1) = 50,56% Dari hasil penghitungan IRR diatas didapatkan nilai IRR sebesar 50,56%, nilai IRR tersebut lebih besar dari nilai SOCC (12%) maka usaha tersebut layak untuk dijalankan 5.3.
B/C Ratio (Gross B/C dan Net B/C)
a). Net B/C Net B/C merupakan perbandingan antara total net benefit positif (+) yang telah didiscount dengan total net benefit negatif (-) yang telah didiscount. Untuk dapat menghitung Net B/C , selama umur proyek harus ada arus kas bersih (NB) yang bernilai negatif. 𝑁𝐵 1+𝑖 −𝑛 (𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 )
Net B/C =
𝑁𝐵 1+𝑖 −𝑛 (𝑁𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 )
Dari tabel 6 dapat dihitung nilai Net B/C perusaan pembiitan ayam petelur ini adalah: NB positif
= 139.215.423 + 294.962.703 + 398.482.021 = 832.660.147
NB negatif
= 259.421.167 + 82.101.336 = 341.522.503 832.660 .147
Net B/C = (341.522 .503 )
= 2,44
Dari perhitungan diatas didapatkan nilai Net B/C = 2,24 artinya perusahaan tersebut layak karena nilai Net B/C > 1 (lebih besar dari 1) b). Gross B/C Gross B/C adalah perbandingan antara total benefit kotor yang telah di discount dengan total cost yang telah di discount pula. Cara penghitungannya adalah sebagai berikut: Gross B/C =
𝑃𝑉𝐵 𝑃𝑉𝐶
Berdasarkan data pada Tabel 6 maka dapat dihitung besarnya Gross B/C Gross B/C =
𝟕.𝟎𝟏𝟔.𝟖𝟒𝟔.𝟖𝟕𝟕 𝟔.𝟓𝟐𝟓.𝟕𝟎𝟗.𝟐𝟑𝟐
= 1,08
Nilai gross B/C > 0 berarti rencana usaha feasible untuk dilaksanakan
13
5.4.
Payback Periode (PBP)
Tabel 9. Tabel PBP (Payback Periode) Tahun Analisis 0 1 2 3 4 Total
Investasi
Total cost
Total benefit
Benefit komulatif
1.141.636.933 1.122.387.965 1.122.346.096 1.121.464.201 4.507.835.195
2.840.634.005 1.049.683.437 1.297.019.791 1.536.747.456 1.748.483.376 8.472.568.066
2.840.634.005 3.890.317.442 5.187.337.233 6.724.084.689 8.472.568.066
3.100.055.171
3.100.055.171
Dalam suatu rencana usaha lama waktu pengembalian investasi seringkali dijadikan sebagai salah satu penilaian / indikator kelayakan investasi. Pay Back Period (PBP) adalah jangka waktu pengembalian biaya investasi yang merupakan nilai kumulatif dari arus penerimaan (benefit). Semakin cepat suatu rencana usaha dapat mengembalikan biaya investasi maka semakin cepat pula suatu usaha dapat menghasilkan keuntungan. Apabila suatu usaha yang direncanakan, pengembalian investasinya lambat maka beban yang harus ditanggung atas sejumlah dana investasi menjadi berat terutama apabila dana investasi berasal dari dana pinjaman, karena ada sejumlah beban bunga pinjaman yang harus dibayarkan. Pay back period adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan adanya arus penerimaan (cash In flows) secara kumulatif sama dengan jumlah investasi. Secara matematis PBP dapat dihitung sebagai berikut: PBP = Tp−1 +
𝐼𝑖 −
𝐵𝑖−1
𝐵𝑝
Dimana PBP = Pay back period T p-1 = Tahun sebelum terdapat PBP Ii
= Jumlah investasi
Bi-1
= Jumlah benefit sebelum pay back period
Bp
= Jumlah benefit pada tahun pay back period berada.
Dari tabel 8 nilai PBP didapat T p-1 = 2-1 = 1 Ii
= 3.100.055.171
Bi-1
= 2.840.634.005
Bp
= 1.049.683.437. 14 4 4
PBP =1 +
3.100 .055.171 − 2.840 .634.005 1.049.683 .437
= 1,25 𝑡𝑎𝑢𝑛
PBP = 1,25 tahun artinya perusahaan ini akan dapat mengembalikan biaya investasi setelah 1 tahun 3 bulan. 5.5.
Break Event Point (BEP)
Tabel 10. Tabel BEP (Break Event Point) Tahun Analisis 0
3.100.055.171
Benefit komulatif 2.840.634.005
1
1.141.636.933
1.049.683.437
4.241.692.105
3.890.317.442
2
1.122.387.965
1.297.019.791
5.364.080.070
5.187.337.233
3
1.122.346.096
1.536.747.456
6.486.426.166
6.724.084.689
4
1.121.464.201
1.748.483.376
7.607.890.367
8.472.568.066
4.507.835.195
8.472.568.066
Total
Investasi
Total cost
3.100.055.171
3.100.055.171
Total benefit
Komulatif Cost
2.840.634.005
Selain pay back period yang perlu diketahui dalam penyusunan studi kelayakan adalah break even point (BEP). Break even point (titik impas) adalah suatu titik keseimbangan dimana total benefit sama besarnya dengan total pengeluaran Penghitungan BEP dalam suatu studi kelayakan bisnis bertujuan untuk menentukan berapa lama waktu yang diperlukan proyek/usaha untuk dapat menutup seluruh biaya. Pada tahap awal kita harus menentukan pada tahun ke berapa total penerimaan (benefit kumulatif) mulai dapat menutup total biaya (biaya kumulatif). Baru kemudian melalui teknik interpolasi dicari tepatnya waktu saat posisi TB = TC. Dengan menggunakan persamaan berikut: BEP = 𝑇𝑏−1 Dimana: BEP 𝑇𝑏−1 𝐶𝑖
𝐶𝑖 −
𝐵𝑖−1
𝐵𝑝
= Break even point = Tahun sebelum terdapat BEP = Jumlah biaya
𝐵𝑖−1 = Jumlah benefit sebelum break even point
Maka
Bb
= Jumlah benefit pada break even point berada
𝑇𝑏−1
=4–1=3
𝐶𝑖
= 7.607.890.367
𝐵𝑖−1 = 6.724.084.689 15
Bb
= 8.472.568.066
BEP
=3+
7.607 .890.367− 6.724 .084 .689 8.472.568 .066
= 3,10
BEP = 3,10 artinya perusahaan tersebut dapat menutupi seluruh pengeluaran setelah 3 tahun 1 bulan 6 hari.
16
VI ASPEK LINGKUNGAN 6.1.
Pendugaan Dampak Lingkungan Setiap sesuatu pasti mempuny dampak, baik itu dampak positif maupun dampak
negatif. Tidak terkecuali dalam usaha peternakan. Dalam usaha pembibitan ayam petelur komersil ini mempunyai dampak positif dan negatif bagi lingkungan. Dampak positif dari usaha pembibitan ayam petelur komersil adalah: 1. membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. 2. Menambah PAD (Pendapatan Asli daerah) 3. Meningkatkan pembangunan masyarakat. Sedangkan damapak negatifnya adalah: 1. Polusi lingkungan (polusi udara dan air) 2. Timbulnya bibit penyakit (lalat) 6.2.
Strategi Mengatasi Dampak Lingkungan Dari permasalahan diatasperlu dikaji lebih dalam agar adanya usaha membawa
dampak positif yang sebesar-besarnya dan dampak negatif sekecil mungkin bagi masyarakat. Untuk itu diperlukan pengolahan limbah agar limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat pengolahan limbah untuk mengolah kotoran menjadi pupuk kandang yang dapat bermanfaat atau langsung di jual pada petani sayuran. Selain itu perlu diperhatikan sanitasi kandang dan lingkungan sekitar kandang agar tidak menimbulkan bau (polusi udara). Untuk meminimalkan penyebaran bibit-bibit penyakit dapat dilakukan dengan penerapan biosecurity yang benar.
17
VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1.
Kesimpulan Dari uraian diatas maka kami menyimpuulkan bahwa pembangunan usaha
pembibitan ayam petelur komersil di daerah jawa barat sangat menjanjikan. Dari proyeksi yang kami lakukan , perusahaan yang akan kami bangun sangat layak untuk dilaksanakan, namun dalam pelaksanaanya kami sadari masih banyak kendala yang akan kami hadapi, termasuk biaya investasi yang cukup besar. 7.2.
Saran Saran yang kami ajukan untuk pelaksanaan usaha ini adalah: 1. Dalam pemilihan lokasi harus diperhatikan kondisi masyarakat, bukan hanya dilihat dari manfaat yang akan didapat oleh perusahaan, tetap juga harus memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar. 2. Perusahaan harus benar-benar memperhatikan dampak perusahaan terhadap lingkungan sekitar, jangan sampai menimbulkan dampak negatif yang tidak seimbang dengan dampak positif perusahaan. 3. Dalam pelaksanaanya perusahaan harus selalu memperhatikan kondisi pasar.
18
DAFTAR PUSTAKA
19 9