VI
ASPEK NONFINANSIAL
Pada penelitian ini, kelayakan usaha diteliti dari dua aspek yaitu aspek nonfinansial dan aspek finansial. Aspek nonfinansial yang dibahas pada bagian ini adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. 6.1.
Aspek Pasar Persaingan yang terjadi antara perusahaan-perusahaan yang menghasilkan
produk sejenis di pasar menjadikan aspek pasar lebih diprioritaskan dibandingkan aspek lainnya dalam pertimbangan investor dan pengambil keputusan dalam pendirian ataupun perluasan usaha. Pada penelitian ini, aspek pasar yang diteliti meliputi analisis potensi pasar dan strategi pemasaran. 6.1.1 Potensi Pasar Dalam menganalisis potensi pasar dari susu sterilisasi Fresh Time dapat terlebih dahulu melihat potensi pasar dari susu segar dalam negeri (SSDN) yang dapat diketahui dengan membandingkan antara produksi SSDN dengan konsumsi susu (dalam berbagai jenis susu) dalam beberapa tahun terakhir seperti yang terlihat pada Tabel 8. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa produksi SSDN mengalami peningkatan yang cenderung kecil setiap tahunnya sehingga produksi SSDN pada setiap tahunnya tidak mampu memenuhi konsumsi susu rakyat Indonesia. Persentase pemenuhan konsumsi susu oleh produksi SSDN dalam negeri bahkan cenderung stabil dan pada tahun 2005 mengalami penurunan yang sangat signifikan. Jalan keluar yang dilakukan oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) sebagai produsen terbesar berbagai jenis susu olahan yang dikonsumsi oleh rakyat Indonesia dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku susu segar adalah dengan mengimpor susu dari luar negeri. Sebagian besar susu yang diimpor dari luar negeri oleh IPS berbentuk Skim Milk Powder (SMP) dan Anhydrous Milk Fat (AMF). Oleh karena itu, masih sangat jarang ditemui susu sterilisasi atau UHT di pasaran yang mengandung 100 persen susu murni sehingga dapat memberikan gizi terbaik bagi konsumennya. Dalam hal ini, KPSBU Jawa Barat memproduksi
46
susu sterilisasi yang mengandung 100 persen susu murni dan tidak mengandung zat-zat kimia yang berbahaya seperti zat pengawet. Tabel 8. Perbandingan Produksi SSDN dengan Konsumsi Susu Nasional Tahun 2001-2008 Tahun
Produksi SSDN (ton)
Konsumsi susu nasional (ton)
2001
479.947
883.758
Persentase pemenuhan konsumsi susu oleh SSDN (%) 54%
2002
493.375
889.934
55%
2003
553.442
1.133.091
49%
2004
549.945
957.624
57%
2005
535.960
845.744*)
63%
2006
616.548
1.621.524
38%
2007
567.682
1.758.243
32%
2008**)
574.406
-
-
Keterangan : *) Tidak masuk data beberapa provinsi **) Angka sementara Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, diolah (2010)
Provinsi Jawa Barat adalah provinsi yang memiliki jumlah penduduk peringkat pertama terbesar di Indonesia sehingga Jawa Barat merupakan potensi pasar yang besar bagi susu sterilisasi Fresh Time produksi KPSBU Jawa Barat. Potensi pasar utama dari susu sterilisasi Fresh Time adalah penduduk dengan kategori umur antara 5 hingga 24 tahun. Penduduk dengan kategori umur tersebut merupakan 35 persen dari total penduduk di Provinsi Jawa Barat. Selain hal tersebut, faktor lain yang merupakan potensi pasar dari susu sterilisasi Fresh Time adalah peningkatan jumlah penduduk yang terjadi di provinsi Jawa Barat setiap tahunnya. Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statistika Provinsi Jawa Barat diketahui bahwa pengeluaran rata-rata perkapita sebulan dari masyarakat Jawa Barat yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan telur dan susu pada tahun 2009 adalah Rp 14.350,00 yang meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 12.613,00 atau 6,52 persen dari total keseluruhan
47
pengeluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan makanan dalam sebulannya perkapita. Tabel 9. Proyeksi Umur menurut Kategori Kelompok Umur di Jawa Barat tahun 2005 – 2010 Kelomp ok Umur 5–9
Tahun 2005
2006
2007
2008
2009
2010
3.605,21
3.635,77
3.717,47
3.823,05 3.910,35
3.948,47
10 – 14
3.861,69
3.871,96
3.870,2
3.861,7 3.861,41
3.884,58
15 – 19
3.872,24
3.898,51
3.928,44
3.967,03 4.003,34
4.025,47
20 – 24
3.742,89
3.768,33
3.801,57
3.833,39 3.856,48
3.876,65
Jumlah
15.082,03 15.174,57
1.5317,68
15.485,17
15.631,58
15.735,17
Sumber : BPS Jawa Barat (2010)
Pada Tabel 10 diketahui bahwa semakin tingginya pendapatan seseorang maka pengeluarannya untuk susu pun akan semakin tinggi. Hal ini berarti bahwa pengkonsumsi susu tersebar di seluruh golongan pendapatan dan menjadi pasar yang potensial bagi susu sterilisasi Fresh Time produksi KPSBU Jawa Barat karena harga yang ditawarkan relatif dapat terjangkau oleh seluruh golongan pendapatan di Jawa Barat. Tabel 10. Pengeluaran untuk Telur dan Susu perkapita dalam Sebulan untuk Masing-masing Golongan Pengeluaran perkapita Sebulan Tahun 2009 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Golongan Pengeluaran perkapita Sebulan (Rp) Kurang dari 100.000 100.000 – 149.999 150.000 – 199.999 200.000 – 299.999 300.000 – 499.999 500.000 – 749.000 750.000 – 999.999 1.000.000 dan lebih Rata-rata perkapita
Pengeluaran perkapita Sebulan (Rp) 1.013 2.842 4.686 7.474 13.518 22.781 31.631 47.449 14.350
Sumber : BPS (2010)
48
Pendapatan perkapita penduduk Indonesia yang secara kontinu meningkat karena perkembangan kondisi ekonomi juga menambah jumlah potensi pasar bagi susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat. Prospek lainnya juga terdapat pada lokasi Kota Bandung yang merupakan salah satu pusat wisata di Jawa Barat bahkan di Pulau Jawa sehingga menyebabkan banyaknya tempat wisata, rumah makan, dan tempat oleh-oleh khas Bandung yang dapat dijadikan pasar potensial oleh produk ini. Selain itu, koperasi juga dapat memasuki pasar anak sekolahan, kantor dan pasar yang tersebar di seluruh Jawa Barat. Tabel 11. Peningkatan Jumlah Penduduk di Jawa Barat Tahun 2005 -2008 No.
Tahun
Jumlah Penduduk
Persentase Peningkatan Jumlah Penduduk (%)
1
2005
39.960.869
2
2006
40.737.594
1,94
3
2007
41.483.729
1,83
4
2008
42.194.869
1,71
Sumber : BPS Jawa Barat, diolah (2010)
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 ini sedang menghidupkan gerakan minum susu dalam rangka memperingati Hari Susu Nusantara yang diadakan pertama kalinya di Indonesia pada tahun ini. Dengan adanya gerakan ini semakin memperluas dan memperkuat potensi pasar dari susu sterilisasi Fresh Time yang ditawarkan oleh KPSBU Jawa Barat. Berdasarkan beberapa hal di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat potensi untuk produk susu sterilisasi Fresh Time dari KPSBU Jawa Barat dan koperasi berpeluang untuk menarik konsumen yang peduli akan kesehatannya dengan mengkonsumsi susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat yang menawarkan produk dengan kandungan susu murni 100 persen. Pada skenario III, selain memproduksi susu sterilisasi, koperasi juga memproduksi susu pasteurisasi rasa stroberi dan cokelat dan yoghurt Fresh Time dengan lima varian rasa (melon, stroberi, duren, anggur dan moka). Susu pasteurisasi dan yoghurt memiliki potensi pasar yang sama dengan susu sterilisasi Fresh Time, karena sebelumnya pun koperasi telah memproduksi jenis olahan
49
susu tersebut namun dengan kuantitas produksi yang tidak terlalu besar dan menggunakan teknologi yang masih sederhana. 6.1.2 Strategi Pemasaran Strategi pemasaran dari produk susu sterilisasi Freh Time dapat dianalisis dari penetapan segmentasi, target dan posisi produk di pasar serta bauran pemasaran susu sterilisasi Fresh Time oleh KPSBU Jawa Barat. 6.1.2.1 Segmentasi, Target dan Posisi Produk di Pasar Pada aspek geografis, segmentasi pasar bagi produk susu sterilisasi Fresh Time adalah Provinsi Jawa Barat. Hal ini dikarenakan letak KPSBU Jawa Barat berada di Provinsi Jawa Barat sehingga koperasi merasa bertanggung jawab untuk menyuplai kebutuhan susu bagi pemenuhan gizi masyarakat Jawa Barat. Dalam pengimplementasiannya, distribusi susu sterilisasi Fresh Time baru mencapai kota dan kabupaten Bandung, Subang dan Majalengka. Dalam aspek demografis, segmentasi pasar susu sterilisasi Fresh Time adalah konsumen dengan umur di atas tiga tahun hingga orang dewasa, semua jenis kelamin, dalam keluarga memiliki anak-anak dan remaja yang masih sangat membutuhkan asupan gizi untuk pertumbuhannya, berbagai tingkat pendapatan, pendidikan dan pekerjaan. Target pasar dari susu sterilisasi Fresh Time adalah masyarakat yang terdapat pada tiga unsur yaitu SEPAKAT (sekolah, pasar dan kantor). Dengan target ini diharapkan susu sterilisasi dapat menjangkau berbagai elemen masyarakat. Positioning dari susu sterilisasi Fresh Time adalah sebagai minuman kesehatan yang menyegarkan dan terbuat dari susu segar. 6.1.2.2 Bauran Pemasaran Bauran pemasaran dari susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat adalah sebagai berikut : a. Produk Susu sterilisasi Fresh Time merupakan barang konsumsi, yaitu barang yang dibeli oleh konsumen akhir untuk dikonsumsi. Berbeda dengan kebanyakan susu sterilisasi yang beredar di pasaran, yaitu menggunakan campuran antara susu murni dan padatan susu tanpa lemak, KPSBU Jawa 50
Barat menawarkan produk susu sterilisasi dengan kandung susu murni sebesar 100 persen. Hal ini menyebabkan kandungan gizi yang terdapat pada susu sterilisasi ini lebih besar dibandingkan dengan produk susu sterilisasi lainnya. Selain karena alasan pemenuhan gizi masyarakat, KPSBU Jawa Barat juga menawarkan jenis produk ini dengan alasan kepedulian kepada masyarakat sekitar yang belum menyadari akan pentingnya pemenuhan gizi dengan mengkonsumsi susu serta dalam rangka pencerdasan generasi muda di sekitar koperasi secara khusus dan di wilayah Jawa Barat secara umum. Susu sterilisasi Fresh Time dikemas dalam botol HDPE dengan isi bersih sebesar 180 ml perbotolnya. Kemasan dan label yang menarik ditujukan untuk menarik minat anak-anak usia sekolah untuk mengkonsumsi produk ini. Setiap pembelian susu konsumen juga akan mendapatkan sedotan untuk mempermudah konsumen dalam mengkonsumsi susu. Rasa yang ditawarkan oleh KPSBU Jawa Barat adalah rasa cokelat dan stroberi. Untuk daya tahan, susu sterilisasi Fresh Time dapat dikonsumsi dengan jangka waktu kadaluarsa selama sembilan bulan dan dapat bertahan dalam suhu ruangan biasa sehingga tidak membutuhkan tempat penyimpanan khusus seperti freezer atau lemari kulkas. Pada saat ini KPSBU Jawa Barat melakukan sistem subkontrak produksi (subcontracting production) dengan PT Industri Susu Alam Murni (PT ISAM) dalam memproduksi susu sterilisasi Fresh Time. Hal ini dilakukan karena ketidaksiapan koperasi akan kebutuhan biaya investasi dan sumberdaya manusia jika memproduksi olahan susunya sendiri. Dalam sistem subkontrak produksi ini, KPSBU Jawa Barat hanya mengirimkan sejumlah susu murni yang akan diolah menjadi susu sterilisasi, sementara bahan baku pendukung (seperti gula, perisa, penyeimbang makanan, air, botol, sedotan, kardus, dan lain-lain) dan teknologi pengolahan susu disediakan oleh PT ISAM. Dalam perjanjian ini terdapat fleksibilitas yang ditawarkan oleh PT ISAM yaitu dalam hal bahan baku pendukung. KPSBU Jawa Barat dibebaskan untuk memilih menggunakan bahan baku pendukung yang berasal dari PT ISAM atau bahan baku lain yang dianggap memiliki biaya termurah bagi KPSBU Jawa Barat. 51
b. Harga Harga dari susu sterilisasi Fresh Time yang ditawarkan oleh KPSBU Jawa Barat adalah Rp 2.500,00 perbotol. Penetapan harga ini dilakukan berdasarkan dua alasan yaitu perhitungan Harga Pokok Pembelian perunit ditambah dengan besarnya jumlah keuntungan yang diinginkan oleh koperasi serta memperhatikan daya beli dari target pasar produk ini yaitu sekolah, pasar dan kantor (SEPAKAT). Untuk rasa cokelat dan stroberi ditetapkan harga yang sama dan dilakukan pemberian harga khusus bagi agen atau konsumen yang melakukan pembelian susu sterilisasi Fresh Time dalam paket dus yaitu Rp 2.000,00 dimana setiap dus berisi 24 botol susu. Berdasarkan pengamatan harga susu sterilisasi Fresh Time berada di bawah rata-rata harga pasar susu sterilisasi jika mengingat kandungan 100 persen susu murninya. c. Kegiatan promosi Sejauh ini kegiatan promosi yang telah dilakukan KPSBU untuk memperkenalkan produknya kepada masyarakat adalah : -
Memasang iklan di media cetak, yaitu majalah Majelis Ulama Indonesia (MUI).
-
Melakukan promosi saat berlangsungnya acara-acara pemerintah daerah, seperti saat berlangsungnya kegiatan APPA, festival kebudayaan, dan ekspo atau pameran produk UKM dan Koperasi.
-
Melakukan promosi di sekolah-sekolah, toko-toko, pasar, dan perkantoran dengan memberikan sample susu gratis dan membagikan brosur mengenai pentingnya minum susu.
-
Memasang spanduk dan menyebarkan brosur-brosur mengenai produk Fresh Time dan juga pentinganya mengkonsumsi susu kepada masyarakatmasyarakat di sekitar koperasi dan wilayah pemasaran lainnya. KPSBU Jawa Barat juga ikut serta dalam memeriahkan kegiatan
minum susu bersama Presiden Republik Indonesia setelah sebelumnya ikut serta memeriahkan kegiatan minum susu bersama Gubernur Jawa Barat. Keikutsertaan
KPSBU
Jawa
Barat
dalam
acara
ini
adalah untuk
mempromosikan produk terbarunya susu sterilisasi Fresh Time dan juga turut menyukseskan gerakan minum susu nasional. 52
d. Distribusi Saat ini saluran distribusi yang digunakan oleh KPSBU Jawa Barat dalam memasarkan produknya dapat dikatakan masih sederhana yaitu menjual langsung ke konsumen atau melalui penjual yang memiliki toko pribadi atau kios di pasar. Terdapat dua saluran distribusi dalam memasarkan produk yaitu: -
Saluran 1 Saluran 1 terdiri dari koperasi yang langsung memasarkan produknya kepada konsumen. Tempat penjualan susu sterilisasi Fresh Time adalah kios penjualan berbagai jenis susu produksi KPSBU Jawa Barat yang berada di depan kantor administrasi KPSBU Jawa Barat di Pasar Baru Lembang. Koperasi
Konsumen
Gambar 2. Saluran 1 Distribusi Susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat -
Saluran 2 Saluran 2 terdiri dari koperasi yang menjual produknya kepada penjual yang memiliki toko pribadi atau kios di pasar yang selanjutnya menawarkan kepada konsumen yang berbelanja di tempatnya.
Koperasi
Penjual (Pemilik Toko Pribadi atau Kios di Pasar)
Konsumen
Gambar 3. Saluran 2 Distribusi Susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat Ke depannya KPSBU Jawa Barat berencana untuk merekrut agen-agen dari wilayah pemasaran untuk memasarkan produknya sehingga konsumen dapat dengan mudah mendapatkan produk ini di mana saja. Selain itu, KPSBU Jawa Barat juga berencana untuk memasuki pasar supermarket dan minimarket dalam beberapa waktu ke depan. Untuk merealisasikan rencana tersebut, koperasi harus meningkatkan kualitas produk sehingga dapat diterima oleh standar pasar supermarket atau minimarket. 53
Dalam pemasarannya KPSBU Jawa Barat menggunakan mobil boks untuk mengangkut produk ke wilhayah pemasaran yang berada di luar Lembang dan menggunakan sepeda motor untuk wilayah Lembang dan sekitarnya. Persediaan susu sterilisasi disimpan dalam gudang tersendiri yang terdapat di wilayah kantor administrasi KPSBU Jawa Barat. 6.1.3 Hasil Analisis Aspek Pasar Berdasarkan analisis aspek pasar yang meliputi potensi pasar dan strategi pemasaran, dapat disimpulkan bahwa ketiga skenario produksi susu sterilisasi Fresh Time layak untuk diusahakan. Hal ini dikarenakan besarnya potensi pasar untuk produk ini yang dikarenakan masih adanya gap antara permintaan atau konsumsi dengan penawaran, terdapatnya potensi pasar bagi produk susu sterilisasi dan keunikan yang dimiliki produk. Selain itu strategi pemasaran yang direncanakan oleh koperasi juga layak untuk dijalankan untuk mendukung penjualan produk kepada konsumen serta untuk memperkenalkan susu sterilisasi Fresh Time sebagai susu sterilisasi yang mengandung 100 persen susu murni. 6.2.
Aspek Teknis Setelah mengetahui kelayakan usaha dari aspek pasar, tahapan selanjutnya
dalam analisis kelayakan usaha susu sterilisasi Fresh Time adalah menganalisis dari aspek teknis. 6.2.1 Lokasi Usaha Pada skenario I, yaitu KPSBU melakukan sistem subkontrak produksi (subcontracting production) dengan PT. Industri Susu Alam Murni (PT ISAM) milik GKSI untuk memproduksi susu sterilisasi, lokasi usaha berada di Pabrik PT ISAM yang beralamat di Jalan Rumah Sakit 114 Ujung Berung Bandung. Saham dari PT ISAM dimiliki oleh Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Jawa Barat. PT ISAM menjalin kerja sama dengan beberapa instansi untuk mengolah susu segar menjadi produk pesanan instansi terkait. Seperti saat ini, PT ISAM setiap harinya memproduksi susu dengan merek dagang Milkuat dengan rasa stroberi, jeruk dan mangga bekerja sama dengan PT. Danone Dairy Indonesia. Alasan KPSBU Jawa Barat melakukan subkontrak produksi dengan PT ISAM adalah karena KPSBU Jawa Barat memiliki bagian dalam saham GKSI pada PT 54
ISAM, sehingga KPSBU Jawa Barat dapat memanfaatkan fasilitas PT ISAM dengan melakukan subkontrak produksi. Pada skenario II dan III, KPSBU memproduksi susu sterilisasi dengan mendirikan pabrik sendiri, melakukan pembelian mesin-mesin dan peralatan serta menambah jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam produksi susu sterilisasi. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pendirian pabrik adalah ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja dan fasilitas transportasi. Untuk kasus pendirian pabrik pengolahan susu,
sebaiknya
pengambil
keputusan
lebih
mempertimbangkan
aspek
ketersediaan bahan baku karena bahan baku dari pabrik pengolahan susu adalah susu segar yang bersifat mudah rusak disebabkan oleh bakteri-bakteri yang dapat dengan mudah berkembang biak pada media susu segar. Selain itu, hal lain yang juga harus dipertimbangkan adalah ketersediaan tenaga listrik dan air yang sangat berperan penting dalam proses produksi pabrik pengolahan susu. Letak pasar yang dituju menjadi kurang penting karena produk susu sterilisasi mampu bertahan cukup lama yaitu sekitar sembilan bulan dan dapat disimpan pada suhu ruangan. Dengan mempertimbangkan aspek ketersediaan bahan baku, listrik dan air, maka sebaiknya lokasi pendirian pabrik yang dipilih adalah lokasi yang berdekatan dengan bahan baku susu segar yaitu di sekitar Kecamatan Lembang atau Kabupaten Subang. Di kedua wilayah ini terdapat lahan-lahan kosong masyarakat sekitar yang dapat dibeli dan dibangun pabrik pengolahan susu oleh KPSBU Jawa Barat. Namun, pendirian pabrik juga tetap harus memperhatikan hukum dan peraturan yang berlaku di daerah setempat, keadaan tanah yang akan didirikan pabrik, sikap dari masyarakat setempat serta dampaknya pada lingkungan sekitar. 6.2.2 Bahan Baku Pada ketiga skenario bahan baku dan bahan pendukung yang digunakan dalam pembuatan susu sterilisasi Fresh Time adalah relatif sama. Bahan baku yang digunakan adalah susu segar dari sapi perah yang dihasilkan oleh peternakpeternak anggota KPSBU Jawa Barat. Sedangkan bahan pendukung yang digunakan dalam pembuatan susu sterilisasi Fresh Time adalah gula, bubuk cokelat dan perisa stroberi serta penyeimbang makanan (stabilizer). Gula 55
berfungsi untuk menambah rasa manis pada susu. Bubuk cokelat dan perisa stroberi berfungsi untuk menambah rasa pada susu agar lebih menarik bagi konsumen untuk mengkonsumsi dan menambah cita rasa susu. Pemberian penyeimbang makanan (stabilizer) bertujuan sebagai penstabil makanan dan mencegah pemisahan cairan susu. Adapun komposisi bahan baku dan bahan pendukung dalam 180 ml susu sterilisasi Fresh Time adalah 93 persen susu segar, 6,3 persen gula pasir, 0,65 persen perisa makanan, 0,05 persen karagenan dan sedikit air. Pada skenario I dan II, bahan baku susu segar yang diolah menjadi susu sterilisasi Fresh Time adalah sebanyak 2 ton sehari dengan frekuensi produksi dua kali dalam seminggu. Persentase dari jumlah susu segar yang diolah menjadi susu sterilisasi Fresh Time jika dibandingkan dengan jumlah susu segar yang tidak dapat dipasok ke FFI adalah sebesar 12,5 persen. Pada skenario III, bahan baku susu segar yang diolah pada pabrik pengolahan susu adalah sebanyak 16 ton perhari yang berarti seluruh susu segar yang tidak dapat dipasok ke FFI dapat diolah koperasi menjadi produk olahan susu. 6.2.3 Luas Produksi Pada skenario I dan II, luas produksi mengacu pada kapasitas produksi dari mesin pengolahan susu PT ISAM. Mesin yang digunakan dalam pembuatan susu sterilisasi Fresh Time adalah mesin steril botol (autoclave), sehingga kapasitas produksi dari PT ISAM dalam menghasilkan susu sterilisasi Fresh Time adalah 4.000 botol perjam atau sekitar 930 liter perjam. Adapun frekuensi produksi susu sterilisasi Fresh Time adalah dua kali seminggu yaitu sesuai dengan kesepakatan antara PT ISAM dengan KPSBU Jawa Barat. Pada skenario III, luas produksi mengacu pada kapasitas mesin pasteurisasi yaitu 5.000 liter perjam dan mesin steril botol (autoclave) yaitu 4.000 botol perjam dengan melakukan produksi setiap harinya selama 16 jam perhari. 6.2.4 Mesin dan Peralatan yang Digunakan Pada skenario I mesin dan peralatan yang dugunakan adalah mesin dan peralatan yang dimiliki oleh PT ISAM yang disewa oleh koperasi dalam bentuk
56
subkontrak ptoduksi. Sedangkan pada skenario II dan III, mesin dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan susu sterilisasi adalah sebagai berikut : 1. Timbangan Alat ini berfungsi untuk menimbang dan sebagai penampungan susu sementara yang dibawa oleh truk tangki susu sebelum proses pengolahan susu selanjutnya. Timbangan susu dilengkapi dengan saringan yang berguna untuk menyaring kotoran yang terbawa oleh susu. 2. Plate cooler Plate cooler atau mesin pendingin adalah mesin yang berfungsi untuk mendinginkan susu hingga mencapai suhu 4° C. Prinsip yang digunakan alat ini adalah melakukan pertukaran panas antara air pendingin dengan susu yang masuk. Alat ini terdiri dari lempengan-lempengan yang tersusun rapat membentuk sebuah kerangka, dilengkapi dengan pembatas antara aliran air dingin dengan susu sehingga keduanya tidak bercampur.. 3. Buffer tank Buffer tank atau tangki penyimpanan sementara digunakan untuk menyimpan susu sementara yang sudah didinginkan. Tangki ini memiliki kapasitas 5.000 liter, dilengkapi dengan pipa hisap berkapasitas 3.000 liter perjam dan termometer untuk mengetahui suhu dalam tangki. Prinsip kerja alat ini adalah pengisolasian kondisi ruangan terhadap udara luar sehingga suhu susu tetap 4° C. 4. Balance tank Alat ini berfungsi untuk mengatur keseimbangan aliran susu yang masuk ke Plate Heat Exchanger dengan cara mengatur jumlah dan tekanan susu. Alat ini memiliki kapasitas 3.000 liter perjam dan dilengkapi dengan pelampung utnuk mengatur aliran susu. Prinsip kerjanya adalah berdasarkan perbedaan tinggi rendahnya pelampung yang mengatur laju aliran susu. 5. Plate heat exchanger Alat ini berfungsi untuk memanaskan dan mendinginkan susu. Prinsip kerja alat ini adalah pertukaran panas secara tidak langsung. Plate Heat Exchanger merupakan alat yang biasa digunakan dalam perlakuan panas pada industri persusuan. Alat ini terdiri dari lempengan-lempengan stainless steel yang 57
terapit satu sama lain menjadi satu kerangka. Alat ini memiliki kapasitas 3.000 liter perjam dan pengoperasiannya dilakukan secara kontinu. 6. Homogenizer Alat ini berfungsi untuk memperkecil butiran lemak susu, sehingga diperoleh suatu emulsi susu yang stabil. Alat ini memiliki kapasitas 3.000 liter perjam, dioperasikan secara kontinu. Prinsip kerja alat ini berdasarkan pemampatan susu dalam ruangan oleh piston. 7. Batch pasteurizer Alat ini berfungsi untuk pencampuran sekaligus pemanasan pada pembuatan susu cokelat, stroberi dan yoghurt. Dilengkapi dengan corong venture, agigator, pompa sirkulasi dan oli pemanas. Proses pemanasan dilakukan dengan uap panas. 8. Deodorizer Alat ini berfungsi untuk menghilangkan bau yang tidak diinginkan pada susu. Alat ini memiliki kapasitas 3.000 liter perjam, dilengkapi dengan pompa penghisap dan dioperasikan secara kontinu. Prinsip kerjanya adalah menguapkan bau yang terdapat pada susu. 9. Separator Alat ini berfungsi untuk memisahkan antara skim, krim dan kotoran susu. Alat ini memiliki kapasitas 3.000 liter perjam, terdiri dari 86 buah piring pemisah dengan kecepatan perputaran 7.200 rpm dan dilengkapi dengan motor 3,5 kw dengan putaran 50 rpm. Prinsip kerja alat ini berdasarkan perbedaan berat jenis dengan gaya sentrifugal. 10. Boiler Berfungsi untuk menghasilkan uap panas, yang diperlukan untuk pemanasan susu pada proses pasteurisasi dan untuk pencucian alat. Jenis boiler yang ada adalah boiler pipa api, dimana pemanasan dihasilkan dari semburan api yang berada di dalam pipa, sedangkan bagian luar pipa diselimuti air yang jumlahnya cukup banyak. Boiler ini bekerja pada suhu 170° - 230° C. Air yang digunakan untuk menghasilkan uap panas dimasukkan ke dalam boiler dengan menggunakan pompa. Air yang digunakan harus memenuhi syarat kesadahan dengan pH 11,5 - 12. Sebelumnya air dicuci terlebih dahulu dengan 58
pasir laut dan karton, kemudian dilewatkan pada mesin Ca (softener) yang berguna untuk melunakkan air sehingga kesadahan air sama dengan nol dan ditambahkan scale inhibitor serta corosif inhibitor berupa injeksi bahan kimia yang berguna untuk mencegah korosif dan kerak pada boiler, yang dapat menghambat penetrasi panas dan mempercepat kerusakan boiler. Uap panas yang dihasilkan perjam adalah 2.000 liter. 11. Mesin steril botol (autoclave) yang dapat menghasilkan produk steril kemasan botol dengan kapasitas masak 4.000 botol perjam dengan volume botol yang bervariasi dari 100 ml hingga 1.000 ml. 6.2.5 Proses Produksi Pada skenario I, koperasi tidak melakukan proses produksi susu sterilisasi Fresh Time karena pengolahan susu dilakukan oleh PT ISAM. Aktivitas yang dilakukan oleh koperasi pada skenario ini adalah sebatas pengiriman susu segar kepada PT ISAM, pengambilan susu yang telah diolah menjadi susu sterilisasi Fresh Time, penyimpanan dalam gudang persediaan dan pemasaran susu sterilisasi Fresh Time. Sedangkan pada skenario II dan III, koperasi mengolah sendiri susu segar menjadi susu sterilisasi Fresh Time. Adapun proses produksi susu sterilisasi Fresh Time dimulai dengan mengolah susu segar menjadi susu pasteurisasi terlebih dahulu
sebelum mengolahnya kembali dalam proses sterilisasi menggunakan
mesin steril botol (autoclave). Proses pembuatan susu pasteurisasi adalah sebagai berikut : 1. Pemanasan pendahuluan Dari tangki penampungan susu dingin, susu dipompakan ke lempengan Plate Heat Exchanger (PHE). Pengaliran susu ke lempengan PHE diatur oleh tangki keseimbangan (balance tank). Sistem penukar panas yang bekerja pada lempengan PHE adalah sistem regenerasi. Susu dingin yang dialirkan dari tangki keseimbangan dengan bantuan pompa akan dialirkan ke ruang regenerasi untuk mengalami proses pemanasan pendahuluan. Setelah mengalami proses pemanasan pendahuluan, suhu susu meningkat dari 4° menjadi 60° C.
59
2. Separasi Selanjutnya susu yang telah bersuhu 60° C tersebut dialirkan pada cream separator yang bertujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran yang masih terbawa pada susu dan juga untuk memisahkan krim dengan susu. Pemisahan ini berdasarkan atas perbedaan berat jenis dengan kecepatan sentrifugasi sebesar 1.500 rpm. Cream separator mampu memisahkan krim dari susu dengan kadar lemak 60 – 70 persen dan dihasilkan skim dengan kadar lemak 0,1 – 0,2 persen. 3. Homogenisasi Ukuran partikel-partikel lemak yang terdapat pada susu murni yang dihasilkan sapi perah memiliki ukuran yang berbeda. Alat homogenizer berguna untuk mengatasi ketidakseragaman partikel lemak susu dengan proses homogenisasi. Proses homogenisasi yang dilakukan adalah dengan memberikan tekanan sebesar 2.000 – 2.500 psi, kemudian melalui lubang pengeluaran yang berukuran sangat kecil, butiran-butiran lemak susu yang berdiameter 5 – 20 π (micron) tereduksi menjadi butiran-butiran lemak susu berdiameter 2 – 3 π. 4. Pasteurisasi Susu yang telah mengalami proses homogenisasi lalu dialirkan ke dalam mesin proses pasteurisasi pada rangkaian lempengan PHE. Susu mengalami proses pemanasan oleh air panas bersuhu 84° C. Susu akan mengalami proses pasteurisasi selama 15 detik pada suhu 76° C. Proses ini dikenal dengan nama sistem High Temperature Short Time atau HTST. Kemudian susu dialirkan melalui holding section yang memiliki fungsi menurunkan suhu susu menjadi 75° C. Setelah susu diolah menjadi susu pasteurisasi bersuhu 75° C, susu lalu dialirkan ke dalam tangki pencampur untuk mencampur susu dengan bahan baku pendukung lainnya seperti gula pasir, perisa makanan dan penyeimbang makanan. Sebelum dimasukkan ke dalam tangki pencampur, bahan baku pendukung tersebut terlebih dahulu dilarutkan di dalam corong pencampur yang dilengkapi dengan agigator (pengaduk) dan filter. Alat ini berfungsi untuk mencampur serta melarutkan bahan baku pendukung yang berbentuk padatan, disaring kemudian dialirkan ke tangki pencampur melalui pipa penghubung. 60
Setelah dilakukan penyampuran susu dengan bahan baku pendukung, susu yang bersuhu 65° C kemudian didinginkan hingga mencapai susu 2° C. Setelah dingin, susu lalu dimasukkan ke dalam botol-botol bervolume 180 ml dengan mesin pengemas lalu bagian atasnya ditutup oleh lapisan aluminium foil berwarna biru. Botol-botol yang telah diisi dengan susu lalu diletakkan pada wadah botol yang masing-masing memiliki kapasitas 1.400 botol. Kemudian, dilakukan proses sterilisasi dengan cara wadah-wadah botol yang sudah terisi penuh dengan botolbotol susu dimasukkan ke dalam mesin steril botol (autoclave) dengan suhu 125° C selama 10 menit. Proses ini merupakan proses terakhir dari pembuatan susu sterilisasi yang bertujuan untuk mensterilkan susu beserta botol kemasannya. Setelah dilakukan proses sterilisasi kemudian susu sterilisasi didiamkan beberapa saat hingga cukup dingin untuk dilanjutkan pada proses pelabelan. Susu yang telah selesai dilabeli kemudian disimpan di gudang penyimpanan selama tujuh hari untuk pelaksanaan proses karantina. Setelah dikarantina selama tujuh hari, diambil beberapa sampel dari susu sterilisasi untuk dilakukan percobaan dalam melihat kandungan bakteri dalam susu. Hasilnya akan terlihat dalam waktu tiga hari. Jika kandungan bakteri dalam susu telah mencapai angka nol, maka susu tersebut lolos kualifikasi dan dapat dijual dengan jangka waktu kadaluarsa selama sembilan bulan. 6.2.6 Layout Usaha Layout usaha yang diusulkan kepada pabrik pengolahan susu KPSBU Jawa Barat disusun berdasarkan aliran produksi atau sesuai dengan proses produksi susu sterilisasi Fresh Time. Adapun bagian pabrik yang merupakan tempat pengolahan susu dibagi menjadi lima ruangan utama, yaitu : 1. Ruang A, yaitu ruangan berisi timbangan susu, untuk menampung susu dari tangki susu sebelum diolah lebih lanjut. 2. Ruang B, yaitu ruang produksi di mana susu diolah menjadi susu pasteurisasi dan sterilisasi. 3. Ruang C, yaitu ruang pengemasan susu ke dalam botol sebelum susu mendapatkan proses sterilisasi.
61
4. Ruang D, yaitu ruang pengemasan, dimana susu sterilisasi yang telah diolah dikemas ke dalam kardus-kardus. 5. Ruang E, yaitu gudang persediaan yang berguna untuk menyimpan persediaan susu sterilisasi untuk diuji ke laboratorium susu sebelum akhirnya dipasarkan. D
B
10 C
9
12 11
C 8
7
E
A 5
6
6 1
4
3
2
Gambar 4. Layout Usaha Pabrik Pengolahan Susu Adapun keterangan untuk gambar adalah sebagai berikut : 1. Timbangan 2. Buffer Tank 3. Balance Tank 4. Plate Heat Exchanger 5. Cream Separator 6. Homogenizer 7. Corong Pencampur 8. Tangki Pencampur 9. Tangki Penampung 10. Mesin Pengemas 11. Wadah Botol 12. Autoclave 6.2.7 Hasil Analisis Aspek Teknis Berdasarkan hasil analisis aspek teknis yang meliputi lokasi usaha, bahan baku, kapasitas produksi, proses produksi, mesin dan peralatan yang digunakan 62
serta layout dari usaha susu sterilisasi Fresh Time, dapat disimpulkan bahwa produksi susu sterilisasi layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan lokasi usaha yang terjangkau dan memenuhi kebutuhan akan bahan baku, listrik dan air pada ketiga skenario. Dari bahan baku, tidak ada kendala dalam penyediaan bahan baku untuk proses pengolahan susu. Luas produksi yang ada pada ketiga skenario diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar yang ada, khususnya di wilayah pemasaran Jawa Barat. Dari segi teknologi, teknologi serta mesin dan peralatan yang digunakan telah dapat mendukung proses produksi dari susu sterilisasi, begitupun dengan layout usaha yang dapat memperlancar proses produksi pada pabrik pengolahan susu. 6.3.
Aspek Manajemen Produksi susu sterilisasi Fresh Time yang merupakan salah satu usaha dari
KPSBU Jawa Barat masih dikelola secara sederhana. Dalam mengelola usaha barunya ini, KPSBU Jawa Barat belum melakukan penambahan sumber daya manusia untuk mempermudah pengelolaan usaha susu sterilisasi Fresh Time. Sampai saat ini sumber daya manusia yang digunakan adalah karyawan yang bekerja pada bagian pengolahan susu yang terdapat pada struktur organisasi KPSBU Jawa Barat (dapat dilihat pada Lampiran 4). Selain harus bertanggung jawab pada pengelolaan usaha susu sterilisasi Fresh Time, karyawan pada bagian pengolahan susu juga memiliki tanggung jawab lain seperti melakukan produksi yoghurt Fresh Time, melakukan pemasaran produksi susu olahan KPSBU Jawa Barat dan lain-lain. Walaupun terdapat banyaknya tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh karyawan pada bagian susu, namun usaha susu sterilisasi Fresh Time ini masih dapat dilaksanakan dengan baik oleh koperasi. Pada skenario II dan III, terdapat dua aktivitas yang menuntut adanya manajemen kerja yang lebih kompleks yaitu aktivitas pembangunan proyek pabrik pengolahan susu dan aktivitas operasional pengolahan susu. Untuk pembangunan proyek pabrik pengolahan susu dibutuhkan para tenaga ahli untuk melakukan pembuatan layout pabrik, penentuan mesin-mesin yang akan digunakan, pembangunan pabrik serta instalasi dan uji coba mesin-mesin pengolahan susu. Pada aktivitas kedua yaitu aktivitas operasional pengolahan susu yang akan berjalan secara kontinu, terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan 63
yaitu wewenang dan tanggung jawab, spesifikasi pekerjaan, rekruitmen tenaga kerja dan sistem pengupahan. 6.3.1 Wewenang dan tanggung jawab Wewenang dan tanggung jawab manajemen dalam proses produksi susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat yang disarankan adalah sebagai berikut : 1. Kepala pabrik, bertanggung jawab penuh terhadap kelangsungan seluruh kegiatan pabrik secara keseluruhan. Kepala pabrik membawahi beberapa manajer yang menangani bidang-bidang yang lebih spesifik sesuai dengan kebutuhan pabrik. 2. Manajer produksi, bertanggung jawab atas seluruh kegiatan produksi pengolahan susu dimulai dari susu diterima oleh pabrik, pelaksanaan quality control dan perawatan mesin-mesin produksi. Manajer produksi membawahi beberapa kepala bagian yang mendukung bidang-bidang di dalam produksi pengolahan susu, yaitu : a. Kepala bagian produksi, bertanggung jawab atas ketersediaan bahan baku produksi, penerimaan bahan baku produksi, pengolahan susu hingga susu siap
dikonsumsi,
pengemasan,
hingga
pengepakan
susu
untuk
mempermudah proses pemasaran. Kepala bagian produksi membawahi beberapa karyawan yang membantunya dalam menjalankan tanggung jawab. b. Kepala bagian quality control, bertanggung jawab atas kualitas susu yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan susu. Kepala bagian quality control membawahi beberapa karyawan yang bertugas dalam menjaga kualitas susu yang dihasilkan. c. Kepala bagian mekanik, bertanggung jawab atas penggunaan mesin selama produksi, perawatan dan pemeliharaan mesin-mesin yang digunakan dalam kegiatan produksi. Kepala bagian mekanik juga membawahi beberapa karyawan yang bertugas sebagai operator serta merawat dan memelihara mesin-mesin produksi. 3. Manajer administrasi dan keuangan, bertanggung jawab dalam kegiatankegiatan yang mendukung kegiatan produksi pabrik dalam hal pelayanan 64
administrasi, keuangan dan sumber daya manusia. Manajer administrasi dan keuangan membawahi beberapa kepala bagian yang mendukung, dimana masing-masing kepala bagian juga membawahi beberapa karyawan untuk membantu pekerjaannya : a. Kepala bagian administrasi, bertanggung jawab atas segala kegiatan administrasi yang berlangsung di pabrik maupun di luar pabrik yang berhubungan dengan kelancaran proses produksi. b. Kepala bagian keuangan, bertanggung jawab atas laporan dari aliran uang yang berhubungan dengan segala sesuatu yang berlangsung pada pabrik hingga proses pemasaran produk akhir. c. Kepala bagian personalia, bertanggung jawab atas perekrutan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh pabrik, pelatihan tenaga kerja, dan masalah pengupahan serta tunjangan bagi karyawan. 4. Manajer pemasaran, bertanggung jawab atas perencanaan program pemasaran dari produk akhir yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan susu, melaksanakan pemasaran produk akhir dan memberikan pelayanan konsumen. Manajer pemasaran membawahi beberapa kepala bagian yang dibantu oleh sejumlah karyawan : a. Kepala bagian pemasaran produk, bertanggung jawab pada seluruh kegiatan pemasaran produk akhir dari pabrik pengolahan susu. b. Kepala
bagian
pelayanan
konsumen,
bertanggung
jawab
untuk
memberikan pelayanan kepada konsumen dalam pemberian informasi maupun penerimaan keluhan atau masalah pada produk yang dialami konsumen. 6.3.2 Spesifikasi Pekerjaan Spesifikasi pekerjaan menunjukkan siapa yang melakukan pekerjaan tersebut dan faktor-faktor tenaga manusia yang disyaratkan dalam melakukan pekerjaan tersebut.
Persyaratan-persyaratan tersebut
meliputi pendidikan,
pelatihan, pengalaman dan persyaratan fisik dan mental. Secara umum setiap pekerjaan harus dilakukan oleh tenaga kerja yang memiliki keahlian untuk mendukung pelaksanaan tanggung jawabnya masing-masing. Spesifikasi untuk masing-masing pekerjaan dapat dijabarkan lebih lanjut pada Lampiran 7. 65
6.3.3 Rekruitmen Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan dapat berasal dari masyarakat yang tinggal di sekitar daerah pembangunan pabrik maupun melakukan rekruitmen di media cetak maupun elektronik. 6.3.4 Sistem Pengupahan Gaji dibagikan setiap satu bulan sekali maksimal tanggal 5 setiap bulannya. Metode pembayaran yang disarankan adalah melalui rekening masingmasing pekerja untuk menjamin keamanan dan ketepatan jumlah pembayaran. Namun jika hal ini masih sulit dilakukan, pembagian gaji dapat dilakukan oleh bagian personalia dari manajemen pabrik. Adapun usulan rencana rincian gaji dari tenaga kerja yang digunakan pada pabrik ini dapat dilihat pada Lampiran 8. Sedangkan bagi karyawan yang bekerja langsung pada proses produksi susu sterilisasi Fresh Time akan mendapatkan upah yang dihitung berdasarkan jumlah jam kerja selama satu bulan. Jam kerja tersebut sangat bergantung pada kuantitas susu yang diolah oleh pabrik. 6.3.5 Hasil Analisis Aspek Manajemen Pada skenario I, walaupun layak untuk dilaksanakan, aspek manajemen yang dijalankan memerlukan perbaikan karena sumber daya yang digunakan masih sama atau berjabatan ganda sebagai bagian dari divisi pengolahan susu KPSBU Jawa Barat sehingga belum dapat melakukan tugasnya dengan optimal dan butuh perbaikan pada aspek ini. Sedangkan pada skenario II dan III, pekerjaan yang dibutuhkan telah dideskripsikan dengan baik dari aspek wewenang dan tanggung jawab serta sistem pengupahan sehingga layak untuk dilaksakan. 6.4.
Aspek Hukum Analisis aspek hukum ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha jika
dipandang dari segi legalitasnya di mata hukum yang berlaku. Suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan apabila usaha yang akan didirikan atau dibangun harus memenuhi hukum dan tata aturan yang terdapat di wilayah tersebut. Analisis aspek hukum meliputi bentuk badan usaha, ijin usaha dan ijin lokasi pendirian proyek.
66
6.4.1 Bentuk Badan Usaha Bentuk badan usaha dari lokasi penelitian ini adalah koperasi yang merupakan badan usaha yang bergerak di bidang ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya yang bersifat murni, pribadi dan tidak dapat dialihkan (Umar 2007). Sedangkan menurut UU No. 25 tahun 1992, koperasi didefinisikan sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandakan kegiatannya berdasarkan prinsipprinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. 6.4.2 Ijin Usaha Sebelum memulai usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time, pihak KPSBU Jawa Barat harus terlebih dahulu mengurus ijin usaha kepada pemerintahan setempat, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Untuk mendapatkan ijin usaha dari pihak-pihak tersebut, KPSBU Jawa Barat harus melengkapi data ijin usaha terlebih dahulu yaitu : 1. Akte pendirian koperasi dari notaris. 2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) koperasi. 3. Surat tanda daftar perusahaan. 4. Surat ijin tempat usaha yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat. 5. Surat rekomendasi dari kadin setempat. 6. Surat tanda rekanan dari pemerintah daerah setempat. 7. SIUP setempat. 8. Surat tanda terbit yang dikeluarkan oleh Kanwil Departemen Penerangan. Sejauh ini produk susu sterilisasi Fresh Time sudah memiliki ijin usaha, sertifikasi dari BPOM dan sertifikat halal dari MUI. Sehingga hal ini dapat meyakinkan konsumen bahwa produk susu sterilisasi Fresh Time halal dan baik untuk dikonsumsi.
67
6.4.3 Ijin Lokasi Pendirian Pabrik Dalam melakukan usaha pada skenario II dan III dibutuhkan ijin lebih lanjut yaitu ijin lokasi pendirian pabrik pengolahan susu. Untuk mendapatkan ijin tersebut, KPSBU Jawa Barat harus melengkapi persyaratan pembuatan ijin yaitu : 1. Sertifikat (akte) tanah di mana pabrik akan didirikan. 2. Bukti pembayaran PBB terbaru. 3. Rekomendasi dari Rukun Tetangga dan Rukun Warga setempat. 4. Rekomendasi dari kecamatan. 5. KTP dari pemrakasa proyek pendirian pabrik. 6.4.4 Hasil Analisis Aspek Hukum Melihat dari sudah dimiliki ijin usaha, sertifikat dati BPOM dan MUI untuk produksi susu sterilisasi Fresh Time, maka dapat disimpulkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan karena KPSBU Jawa Barat sudah dapat memenuhi kelengkapan data yang disyaratkan oleh pemerintah. Sedangkan untuk ijin lokasi pendirian, kelengkapan data yang disyaratkan dapat terpenuhi jika KPSBU Jawa Barat sudah mulai merealisasikan pendirian pabrik pengolahan susu. 6.5.
Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Pada skenario I, adanya usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time tidak
terlalu mempengaruhi kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan di sekitar KPSBU Jawa Barat. Dari aspek sosial, adanya usaha ini belum menyebabkan perubahan seperti wilayah yang bertambah ramai, adanya jalur komunikasi, transportasi maupun penerangan listrik dan lain sebagainya. Dari aspek ekonomi, adanya usaha ini belum mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat karena pengelolaan usaha ini masih dipegang oleh sumber daya koperasi yang sudah ada. Sedangkan dari segi pendapatan anggota koperasi, usaha ini belum dapat memberikan tambahan pendapatan karena usaha ini masih dalam tahap permulaan yang membutuhkan banyak biaya dibandingkan keuntungan yang dihasilkan. Dari aspek lingkungan, adanya usaha ini tidak membawa dampak yang terlalu negatif terhadap lingkungan. Limbah yang dihasilkan antara lain adalah botol-botol susu kosong, sedotan, plastik dan kardus susu yang kesemuanya dikumpulkan pada
68
tempat pembuangan sampah sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar koperasi. Pada skenario II dan III, dari aspek sosial adanya pabrik pengolahan susu dapat memberi pengaruh kepada sosial kemasyarakatan seperti bertambah ramainya lokasi pendirian pabrik, adanya jalur transportasi baru yang dibuka oleh koperasi guna mempermudah jalannya kegiatan operasional pengolahan dan pemasaran susu yang juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, serta adanya jalur komunikasi dan penerangan yang juga dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Dari aspek ekonomi, pendirian pabrik pengolahan susu dapat menyerap cukup banyak tenaga kerja sehingga dapat
menambah pendapatan
masyarakat. Sedangkan dari aspek lingkungan, pabrik pengolahan susu berusaha untuk tidak terlalu memberikan dampak negatif kepada lingkungan. Limbah yang dihasilkan antara lain susu yang terbuang, air, zat kimia untuk membersihkan mesin dan peralatan serta peralatan pengemasan yang tidak terpakai. Pabrik pengolahan susu harus melakukan standar pengolahan limbah sehingga tidak terlalu berdampak negatif bagi lingkungan.
69