I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yaitu negara pertanian dengan daratannya yang subur dan didukung oleh iklim yang menguntungkan. Usaha pertanian, budidaya tanaman dan ternak menjadi kebudayaan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian (Sitanggang, 2012). Selain itu pertanian juga berperan dalam pembentukan Pendapatan Domestik Bruto (PDB), berperan dalam menghasilkan devisa dan penghematan devisa, dan berfungsi sebagai pengendali inflasi (Soekartawi, 1993). Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, 2010-2012 (juta orang) 2011 2012 2013 Lapangan Pekerjaan No. Utama Februari Agustus Februari Agustus Februari 1. Pertanian 42,48 39,33 41,20 38,8 33,96 2. Industri 13,70 14,54 14,21 15,37 14,79 3. Konstruksi 5,59 6,34 6,10 6,79 6,89 4. Perdagangan 23,24 23,40 24,02 23,16 24,80 5. Transportasi 5,58 5,08 5,20 4,99 5,23 6. Keuangan 2,06 2,63 2,78 2,66 3,01 7. Jasa 17,02 16,65 17,37 17,10 17,53 8. Lainnya 1,61 1,70 1,92 1,86 7,81 Jumlah 111,28 109,67 112,80 110,81 114,02 Sumber : BPS, 2013 Hingga februari 2013, pertanian menyerap tenaga kerja terbanyak disusul oleh bidang perdagangan dan jasa. Tingginya angka tenaga kerja yang diserap oleh sektor pertanian terjadi karena adanya program penyediaan infrastruktur dan perluasan areal serta pemberdayaan bagi petani yang dilaksanakan oleh pemerintah. Pemerintah menyediakan teknologi unggul berupa varietas dan klonklon unggul baru, rekomendasi pemupukan spesifik lokasi, sistem pertanian di
1
berbagai ekosistem mulai dari dataran tinggi dan rendah, teknologi pengendalian pertanian, serta kajian sosial ekonomi dan budaya pertanian (Allifiani, 2013). Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Dari sisi permintaan pasar, jumlah penduduk yang besar, kenaikan pendapatan, dan berkembangnya pusat
kota-industri-wisata,
serta liberalisasi perdagangan
merupakan faktor utama yang mempengaruhi permintaan. Sementara itu, dari sisi produksi,
luas
wilayah
Indonesia
dengan
keragaman
agroklimatnya
memungkinkan pengembangan berbagai jenis tanaman baik tanaman hortikultura tropis maupun hortikultura subtropis, yang mencakup 323 jenis komoditas, yang terdiri atas 60 jenis komoditas buah-buahan, 80 jenis komoditas sayuran, 66 jenis komoditas biofarmaka dan 117 jenis komoditas tanaman hias (Ditjen Hortikultura, 2008). Salah satu komoditas hortikultura potensial untuk dikembangkan adalah komoditas cabai merah besar. Beberapa alasan penting pengembangan komoditas cabai merah besar, antara lain adalah (1) tergolong sebagai komoditas bernilai ekonomi tinggi, (2) merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan nasional, (3) menduduki posisi penting dalam hampir seluruh menu masakan di Indonesia, (4) memiliki prospek ekspor yang baik, (5) mempunyai daya adaptasi yang luas, dan (6)bersifat intensif dalam menyerap tenaga kerja. Komoditas cabai merah besar banyak dibudidayakan oleh petani baik secara tradisional maupun intensif baik pada agroekosistem lahan sawah dataran rendah beririgasi maupun lahan kering dataran tinggi nonirigasi. Komoditas ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubtitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan yang kaya akan vitamin dan mineral serta sebagai bahan obat tradisional (Saptana et al., 2010). Untuk memperoleh hasil yang baik, dalam setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan memang masih banyak
2
dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja (Soekartawi, 1990). Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, isteri dan anak-anak petani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang ( Mubyarto, 1994). Menurut Daniel (2002), dengan semakin meningkatnya kebutuhan manusia dan semakin majunya usaha pertanian, sehingga dibutuhkan tenaga kerja dari luar keluarga yang khusus dibayar sebagai tenaga kerja upahan. Tenaga kerja upahan ini biasanya terdapat pada usaha pertanian berskala luas, rutin (bukan musiman) dan memiliki administrasi dan manajemen yang tertib dan terencana. Saat ini tenaga kerja upahan tidak hanya terjadi pada usaha pertanian yang luas, tetapi juga pada usahatani kecil berskala keluarga yang tadinya hanya mengandalkan tenaga kerja dalam atau family dan tenaga kerja tolong menolong atau gotong royong saja. Perkembangan ini terjadi karena terjadinya perubahan struktural, yaitu transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian di pedesaan ke sektor industri di perkotaan. Hal ini dipicu oleh pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat yang diawali dengan pertumbuhan industri. Dalam usahatani cabai merah besar diperlukan pemakaian proses produksi seefisien mungkin. Salah satu faktor produksi yang perlu diperhatikan adalah tenaga kerja, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas tenaga kerja itu sendiri. Analisis curahan tenaga kerja berguna untuk mengetahui kebutuhan tenaga kerja pada usahatani cabai sehingga dapat menjadi dasar perhitungan biaya yang harus dikeluarkan untuk tenaga kerja dan produksi yang dapat diperoleh dari penggunaan sejumlah tenaga kerja tersebut. Curahan tenaga kerja yang optimal dan tingkat produktivitas yang tinggi tentu dapat meningkatkan hasil usahatani cabai dan dapat mengurangi biaya produksi. Hal inilah yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini.
3
B. Rumusan Masalah Perekonomian pedesaan umumnya atau utamanya ditunjang dari sektor pertanian karena memang sumber daya yang ada yaitu tanah dan tenaga kerja lebih banyak menunjang produksi pertanian.Tenaga kerja merupakan faktor produksi utama dalam hal teknis yang sangat mempengaruhi produktivitas dan efisiensi. Unsur tenaga kerja dalam pertanian mempunyai kedudukan penting disamping unsur alam. Selain dapat menentukan keberhasilan usahatani, tenaga kerja juga diperlukan untuk menyelesaikan berbagai macam kegiatan produksi dalam rangka menghasilkan barang dan jasa yang berasal dari usahatani. Besarnya kesempatan kerja pada sektor informal di Indonesia (sektor pertanian, industri rumah tangga, pedagang eceran) yang umumnya tidak memerlukan keahlian dan pendidikan tertentu menyebabkan orang mudah memperoleh pekerjaan tetapi dengan produktivitas dan pendapatan rendah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang paling besar di dalam memberikan kesempatan kerja bagi penduduk desa. Cabai sebagai salah satu komoditi pertanian unggulan di Kulon Progo dari tahun ke tahun laju permintaan produksinya semakin meningkat. Ini berarti usahatani cabai perlu dikembangkan lebih luas lagi. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di kabupaten Kulon Progo adalah petani dan nelayan. Tenaga kerja yang ada umumnya hanya terampil pada bidang pertanian yang merupakan kebudayaan turun temurun. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas tenaga kerja adalah jenis kelamin, khususnya dalam proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu seperti pengolahan tanah, dan tenaga kerja wanita memiliki spesialisasi mengerjakan penanaman dan panen. Selain itu, seringkali para wanita turut serta membantu dalam proses produksi usahataniuntuk membantu ekonomi keluarga atau mencukupi kehidupan sehari-hari. Keterlibatan wanita tani mengharuskan mereka untuk dapat melakukan pembagian waktu. Meskipun mereka dapat menambah penerimaan keluarga, namun tanggung jawab pekerjaan rumah tangga tidak dapat dilepaskan begitu saja. Dalam hal ini, wanita tani harus mampu melaksanakan perannya sebagai istri, ibu rumah tangga, dan
4
wanita yang bekerja. Dari uraian di atas, ditinjau dari sudut pencurahan tenaga kerja pada usahatani cabai, maka dirumuskan beberapa masalah, yaitu : 1.
Bagaimana perbedaan curahan tenaga kerja dalam keluarga dengan curahan tenaga kerja luar keluarga dalam kegiatan usahatani cabai?
2.
Bagaimana perbedaan curahan tenaga kerja pria dan wanita dalam kegiatan usahatani cabai?
3.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya curahan tenaga kerja pada usahatani cabai?
4.
Seberapa besar kontribusi pendapatan dari usahatani cabai terhadap pendapatan total rumah tangga petani cabai?
C. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Mengetahui perbedaan curahan tenaga kerja dalam keluarga dan curahan tenaga kerja luar keluarga dalam kegiatan usahatani cabai.
2.
Mengetahui perbedaan curahan tenaga kerja pria dan wanita dalam kegiatan usahatani cabai.
3.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya curahan tenaga kerja pada usahatani cabai.
4.
Mengetahui besarnya kontribusi usahatani cabai terhadap pendapatan total rumah tangga petani cabai.
D. Kegunaan Kegunaan penelitian ini adalah : 1.
Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dalam rangka pengelolaan usahatani cabai, khususnya dalam hal penggunaan tenaga kerja.
2.
Sebagai bahan informasi bagi petani dala rangka pengelolaan usahatani cabai, khususnya yang berkaitan dengan pencurahan tenaga kerja.
3.
Sebagai bahan studi dan refrensi bagi pihak yang membutuhkan yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
5