3. UKURAN DEMOGRAFI 3.1.
Bilangan Absolut dan Relatif Pada awalnya data demografi jumlah absolut. Dari bilangan absolut ini kemudian dikembangkan menjadi bilangan relatif dengan maksud agar ukuran satu dengan yang lain dapat diperbandingkan. Contoh yang paling sederhana bilangan absolut adalah jumlah penduduk. Dari berbagai hasil sensus jumlah penduduk Indonesia menurut rincian pulau adalah sebagai berikut: (lihat Tabel 31) Tabel 3.1. Jumlah Penduduk indonesia Menurut Pulau Tahun 1930, 1961, 1971, 1980, dan 1990 (juta) Pulau
1930
Jawa Madura
1961
1971
1980
1990
41,7
63,0
76,1
91,3
107,6
Sumatera
8,2
15,7
2,08
28,0
36,5
Kalimantan
2,2
4,1
5,2
6,7
9,1
Sulawesi
4,2
7,1
8,5
10,4
12,5
Pulau lain
4,4
7,1
8,6
11,1
13,6
60,7
7,1
119,2
147,5
179,5
Jumlah
Sumber : BPS,1981. Kasto dan Sembiring, 1996 Data di atas adalah data awal, untuk dianalisis lebih lanjut. Penyajian absolut dapat pula dijadikan reltif, misalnya dalam bentuk presentase
terhadap
jumlah
penduduk
lndonesia,
agar
mudah
menggambarkan persebarannya. 3.2.1. Bilangan relative Beberapa ukuran dengan bilangan adalah sebagai berikut; 3.2.1.1.
Proporsi Sebagai
contoh,
pada
suatu
kelas
jumlah
murid
perempuan adalah a sedangkan jumlah laki-laki adalah b. Proporsi murid laki-laki : Plaki-laki
=
a x100 a+b
Proporsi murid perempuan : Pperempuan
=
b x100 a+b
Universitas Gadjah Mada
3.2.1.2.
Persentase Persentase adalah proporsi dikalikan 100. Sebagai contoh persentase murid laki-laki adalah a dan persentase murid perempuan adalah b. Persentase murid laki-laki : Plaki-laki
=
a x100 a+b
Persentase murid perempuan : Pperempuan
=
b x100 a+b
Dalam analisis data demografi atau data yang lain pada umumnya
angka jarang
dipergunakan
adalah
digunakan, bentuk
yang
paling
persentase.
banyak
Tabel
3.2.
menggambarkan penggunaan persentase sederhana penduduk desa-kota di Indonesia.
Tabel 3.2. Distribusi Penduduk Indonesia Menurut Desa-Kota 1980 dan 1990 Tahun
Desa
Kota
Desa-Kota
(juta)
(%)
(juta)
(%)
(juta)
(%)
1980
113,9
77,2
33,6
22,8
147,5
1.00,0
1990
123,8
69,0
55,5
31,0
179,3
1.00,0
3.2.1.3.
Perbandingan Contoh perbadingan antara jumlah murid laki-laki dengan perempuan
3.2.1.4.
Rasio (Ratio) Rasio
adalah
perbandingan
dua
perangkat,
yang
dinyatakan dalam satuan tertentu. Dalam pengerjaannya, rasio adalah perbandingan dikalikan Ukuran rasio semi sangat sering dipergunakan. Dibawah ini beberapa pengukuran rasio akan ditampilkan. a. Rasio jenis kelamin (Sex Ratio=SR) Perbandingan jumlah antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kalau laki-laki dinyatakan dengan simbol M dan jumlah perempuan dengan symbol F, k = konstanta
Universitas Gadjah Mada
besarnya sama dengan 100, maka rasio jenis kelamin ditulis dengan rumus:
SR =
M xk F
Contoh : Jumlah penduduk Indonesia thun 1990 adalah 179,3 juta terdiri dari 89,4 juta laki-laki dan 89,9 perempuan, Dalam contoh di atas rasio jenis kelamin penduduk Indonesia tahun 1990 sebagai berikut :
SR =
89.400.000 x 100 = 99 89.900.000
Ini berarti bahwa untuk setiap 99 penduduk laki-laki sebanding dengan 100 penduduk perempuan. Apabila angka tersebut jauh dsi bawah 100 dapat menimbulkan berbagai masalah, karena itu berarti di wilayah tersebut kekurangan laki-laki. Hal itu dapat terjadi apabila banyak laki-laki meninggalkan daerah, atau kematian banyak terjadi pada penduduk laki-laki. b. Rasio Jenis Kelamin Menurut Umur Rasio jenis kelarnin dapat pula dibuat berdasarkan kelompok umur. Di wilayah yang sedang rnelaksanakan pembangunan, pada masa membangun banyak tenaga lakilaki datang ke daerah tersebut. Akibat dari kedatangan buruh tersebut maka rasio jenis kelamin kelompok umur produktif besarnya akan lebih dari 100. Rasio jenis kelamin menurut umur dapat dituliskan dalam rumus sebagai berikut:
SRi =
Mi xk Fi
Keterangan: SRi = rasio jenis kelamin pada umur I tahun Mi = jumlah penduduk laki-laki pada umur I tahun Fi = jumlah penduduk perempuan umur I tahun K = Konstante (umumnya nilai 100)
Universitas Gadjah Mada
c. Ratio Menurut Jenis Kelamin Kelahiran (sex Ratio at Birth = SRB) Rasio jenis kelamin kelahiran sering digunakan untuk menghitung jumlah kelahiran bayi laki-laki dan kelahiran bayi perempuan apabila hanya diketahul jumlah kelahiran total. Contoh: suatu wilayah pada tahun 1990 terdapat 214 kelahiran bayi laki-laki dan 200 kelahiran bayi perempuan, maka rasio jenis kelamin kelahiran adalah:
SR =
Bm 214 x 100 = x100 = 107 Bf 200
Keterangan: SRB = Rasio Jenis Kelamin Kelahiran Bm
= Jumlah Kelahiran bayi laki-laki
Bf
= Jumlah kelahiran bayi perempuan
k
= konstante
d. Rasio Anak Perempuan (Chiild Women Rasio = CWR) Rasio Anak Perempuan adalah perbandingan antara anak, yaitu jumlah penduduk di bawah umur 5 tahun terhadap jumlah penduduk perempuan umu subur (umur 1549 tahun). Rasio anak perempuan adalah salah satu ukuran kelahiran yang sederhana dan datanya dapat diperoleh dan hasil
sensus
penduduk.
Semakin
besar
rasio
anak
perempuan memberikan gambaran semakin tinggi tingkat kelahiran. Dalam bentuk rumus rasio anak perempuan dinyatakan sebagai berikut:
CWR =
P(0 - 4) xk Pf(15 - 49)
Keterangan: CWR
= Rasio Anak Perempuan (Child Women Ratio)
P (0-4)
= Jumlah Penduduk dibawah 5 tahun
P(15-49) = Jumlah penduduk permpuan umur 15-49 tahun k
= Konstante
Universitas Gadjah Mada
e. Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio = DR) Berdasarkan kelompok umur, ur, penduduk umur 0 0-14 tahun digolongkan belum produktif, penduduk umur 65 tahun keatas digolongkan tidak lagi produktif, serta penduduk yang produktif mereka yang berumur 15-64 15 64 tahun, dengan konstante (k) = 100. Rasio beban beb n tanggungan dapat dih dihitung dengan rumus yang berikut:
Contoh : Pada tahun 1971 penduduk Indonesia yang berumur 0-14 0 14 tahun sebesar 52.454.000 jiwa, yang berumur 65 tahun keatas 3.576.000 Jiwa sedangkan penduduk yang berumur 63.180.000 jiwa. Dan data ini dapat dihitung DR seba sebagai berikut : Rasio Beban Tanggungan (DR) =
52.454.000 + 3.756.000 x100 = 88,7 63.180.000
DR sebesar 88,7 termasuk tinggi, dan berarti 100 jiwa yang produktif menanggung 88,7 jiwa yang tidak produktif. f.
Kepadatan penduduk (Man Land Rasio) Kepadatan penduduk (KP) adalah jumlah penduduk per satuan unit wilayah atau ditulis dengan rumus: Jumlah Penduduk Suatu Wilayah Luas Wilayah (Km2 / Ha) Jumlah penduduk yang dipergunakan sebagai pembiilang Kepadatan Penduduk (KP) =
dapat berupa jumlah penduduk di suatu wilayah atau bagian bagianbagian tertentu, misalnya penduduk pedesaan, perkotaan, yang bekerja di sektor pertanian, sedangkan sedangkan se sebagai penyebut dapat berupa luas suatu wilayah, luas daerah pertanian, luas daerah pedesaan. Kepadatan
penduduk
di
suatu
wilayah
dapat
dibedakan menjadi 4 bagian: 1. Kepadatan Penduduk Kasar atau Kepadatan Penduduk Arithmatika 2. Kepadatan Penduduk Fisiologis 3. Kepadatan Penduduk Arris
4. Kepadatan Penduduk Ekonomi 3.2.
Pengukuran Proses Demografi Demogr Pengukuran proses demografi, menekankan pada penduduk yang mempunya resiko mengalami peristiwa yang dipergunakan sebagai sebaga pembagi. Ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut:
Contoh: Jumlah kelahiran di Indonesia pada tahun 1979 sebesar 4.931.500 sedangkan jumlah penduduk pertengahan tahun 140.900.000 jiwa, maka besarnya tingkat kelahiran kasar (CBR) adalah sebagai berikut:
Tingkat Kelahiran Kasar sebesar 35 berarti berarti bahwa tiap tahun setiap 1000 penduduk terdapat 35 kelahiran bayi. bay 3.3.
Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk suatu su tu daerah dipengaruhi oleh besa besarnya jumlah kelahiran, Kematian, Kematian Migrasi Masuk dan Migrasi keluar. 3.4.1. Persamaan Berimbang Metode yang sangat sangat sederhana untuk menghitung peruba perubahan penduduk dan tahun ke tahun, tahun yaitu dengan persamaan berimbang, imbang, dengan rumus: P1 = P0 +(B-D) +(B + (IM-OM) Dimana: P1
= Banyaknya penduduk pada tahun akhir
P0
= Banyaknya penduduk pada tahun awal
B
= Banyaknya Kelahiran
D
= Banyaknya Kematian
IM
= Banyaknya migrsi masuk
CM
= Banyaknya migrasi keluar
(B-D)
= Pertumbuhan penduduk alami
(IM-OM) = Migrasi bersih 3.4.2. Pertumbuhan Penduduk Gemetric Tingkat pertumbuhan geometric adatah pertumbuhan penduduk yang bertahap, yaitu dengan memperhitungkan pertumbuhan penduduk hanya pada akhir tahun dan suatu periode, dengan rumus: P1 = P0 ( 1 + r)t Dimana P1 = banyaknya penduduk pada tahun akhir Po = banyaknya penduduk pada tahun awal r
= angka pertumbuhan penduduk
t
= adalah jangka waktu (dalam tahun)
Contoh: Jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1961 sebesar 2.163.000 orang, dan pada tahun 1971 meningkat menjadi 2.490.000 orang. Hitunglah laju pertumbuhan penduduk per tahun periode 1961-1971. Jawab: P1
= P0 (1 + r) t
2.490.000
= 2.163.000 ( 1 + r)t
(1 + r) 10
= 2.490.000 2.163.000 = 1,151179
10 log (1 + r)
= log 1,151179 antilog 0,0611429
(1+r)
= 1,014178
r
= 0,014178 atau 1,42 persen
Jadi laju pertumbuhan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1961-1971 sebesar 1,42 persen. 3.4.3
Pertumbuhan Penduduk Eksponensial
Universitas Gadjah Mada
Pertumbuhan
penduduk
eksponensial
adalah
pertumbuhan
penduduk yang terus-menerus. Ukuran penduduk eksponensial ini lebih tepat, mengingat bahwa dalam kenyataannya pertumbuhan penduduk juga berlangsung terus-menerus. Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut: Pt = P0. e rt Dimana Pt
= banyaknya penduduk pada tahun akhir
P0 = banyaknya penduduk pada tahun awal r
= Angka pertrumbuhan peniuduk
e
= angka eksponensial (= 2,71828)
t
= jangka waktu
Contoh Penduduk Indonesia pada tahun 1961 adalah 97.019.000 orang dan pada tahun 1971 sebanyak 119.232.000 orang. Maka pertumbuhan geometris r = 2,08 persen,sedang pertumbuhan eksponensial r = 2,06 persen.
Universitas Gadjah Mada