I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini perhatian masyarakat untuk kembali memakai bahan alam (back to nature) semakin meningkat karena sejak dulu masyarakat percaya bahwa bahan alam mampu mengobati berbagai penyakit. Penggunaan obat herbal secara umum dinilai relatif aman dibandingkan penggunaan obat dari bahan sintetis (Kumalasari, 2006). Salah satu bahan alam yang sudah lama digunakan sebagai obat tradisional dan makanan kesehatan adalah propolis. Penelitian di bidang kesehatan terhadap propolis telah banyak dilakukan baik secara in vitro maupun in vivo. Propolis memiliki beberapa aktivitas biologis antara lain bersifat antibakteri terhadap bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif (Grange dan Davey, 1990 sit. Sabir, 2005). Ekstrak propolis Trigona sp mengandung senyawa steroid/terpenoid, minyak atsiri, tanin, saponin, flavonoid, dan fenolik. Kandungan senyawa
ini
menunjukkan bahwa ekstrak propolis jenis ini memiliki aktivitas antibakteri (Hasan, 2006, sit. Tukan, 2008). Resin dalam propolis mengandung sekitar 40% senyawa flavonoid, fenol dan berbagai bentuk asam. Pada umumnya dalam propolis yang dihasilkan lebah mengandung flavonoid seperti pinocembrin, ermanin, kaempferol, akacetin,
kaempferide, dan galangin (Suranto, 2010).
Komponen utama propolis adalah senyawa fenol (flavonoid dan turunan asam sinamat) yang memiliki aktivitas biologis sebagai antibakteri, antijamur,
1
2
antikanker, anti inflamasi, anti oksidan, dan anestetik lokal (Badan POM RI, 2006). Aktivitas antibakteri propolis sangat bervariasi disebabkan komposisi dari propolis yang digunakan. Komposisi propolis sangat dipengaruhi oleh jenis dan umur tumbuhan, serta iklim daerah asal propolis (Chen, 1993 sit. Sabir, 2005). Sampai saat ini masih terus dilakukan penelitian terhadap kandungan zat-zat baru dalam propolis. Keanekaragaman komposisi propolis disebabkan oleh bahan dasarnya yang diambil dari berbagai jenis tumbuhan serta daerah dengan iklim berbeda (Suranto, 2010). Di Indonesia propolis yang berkualitas tinggi diperoleh dari lebah Trigona Sp, jenis lebah yang tidak bersengat dan mudah dipelihara. Di Jawa dikenal dengan sebutan klanceng. Lebah Trigona Sp menyukai tempat yang teduh dengan berbagai jenis tanaman. Di alam banyak ditemukan pada batang pohon besar, dengan membuat sarang didalamnya. Banyak jenis-jenis tanaman atau bunga dapat dijadikan sumber resin dan nektar, kecuali jenis Cycas (pakis-pakisan), enchepalartos, dan zamia. Spesifikasi Trigona Sp merupakan lebah penghasil propolis yang utama. Penelitian Zaenal Hasan dari IPB Bogor, kadar flavonoid Trigona Sp mencapai 4%, sedangkan flavonoid lebah Apis Mellifera hanya 1,5% (Siregar dkk, 2011). Antibakteri adalah suatu zat atau senyawa yang mampu menghambat pertumbuhan, merusak atau membunuh bakteri (Jawetz, dkk., 1991; Haveles, 2011). Kerja antibakteri dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : konsentrasi zat antibakteri, jenis zat, spesies bakteri, jumlah bakteri dan pH lingkungan
3
(Dwijoseputro, 1990 sit. Tukan, 2008). Cara kerja antibakteri dibedakan menjadi bakteriostatik dan bakterisida. Antibakteri bakteriostatik bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan populasi bakteri tetapi tidak mematikan bakteri, sedangkan bakterisid bersifat membunuh bakteri. Kadar terendah suatu zat antibakteri yang dapat membunuh bakteri disebut konsentrasi bunuh minimal, dan kadar terendah yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri dikenal sebagai konsentrasi hambat minimal (Samarayanake dkk, 2002). Hasil uji in vitro terhadap bakteri Streptococcus mutans memperlihatkan nilai konsentrasi hambat minimal flavonoid propolis Trigona Sp asal Bulukumba adalah 0,1%-0,5%(Sabir, 2005). Fraksi kloroform propolis Trigona Sp asal Banten menunjukkan konsentrasi hambat minimal terhadap Streptococcus mutans adalah 50-100 µg/ml (Margeretha, 2012). Bakteri Streptococcus alpha merupakan bakteri yang dominan pada awal pembentukan plak dan selalu ada dalam plak (Jawetz dkk, 1991). Streptococcus mutans sebagai strain dari Streptococcus alpha
merupakan bakteri patogen
pembentuk plak dan penyebab karies gigi pada anak serta karies botol pada bayi (Marsh dan Martin, 1999). Tindakan perawatan gigi atau pencabutan gigi dapat menimbulkan bakteremia yang disebabkan spesies jenis ini. Streptococcus alpha merupakan penyebab sebagian besar kasus endokarditis (Sommers dkk, 1994). Plak gigi anak merupakan massa bakteri yang padat (biofilm) yang melekat kuat pada permukaan gigi anak. Perlekatan bakteri pada gigi dimediasi oleh reseptor-reseptor yang dilindungi lapisan tipis saliva pada gigi yang disebut acquired pellicle. Maturasi plak tergantung multiplikasi dan pertumbuhan bakteri
4
(Roeslan, 2002). Penimbunan plak memungkinkan kontak terus-menerus antara bakteri asidogenik dan permukaan email gigi, sehingga produksi asam laktat dapat menghancurkan hidroksiapatit email gigi. Plak gigi juga berperan dalam permulaan penyakit periodontal (Sommers dkk, 1994). Bakteri pada plak (biofilm) lebih resisten dibandingkan bakteri pada planktonic, kemungkinan karena matriks ekstraseluler yang melapisi biofilm menghambat difusi zat antibakteri, pertumbuhan bakteri yang lambat dalam biofilm dan adanya enzim yang dapat menginaktifkan antibakteri (Mah dan O’Toole, 2001 sit. Suwandi,2012). Menurut Marsh dan Martin (2000 sit. Mahendra dan Ardianti, 2010) biofilm menggambarkan komunitas bakteri yang melekat pada suatu permukaan.Terjadi perubahan lingkungan rongga mulut anak ketika gigi-geligi desidui digantikan oleh gigi-geligi permanen. Kondisi lingkungan rongga mulut anak mempengaruhi karakteristik bakteri. Bakteri dalam biofilm lebih resisten terhadap antibakteri dibandingkan bakteri yang sama yang tumbuh dalam media perbenihan cair.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian : bagaimanakah pengaruh ekstrak propolis Trigona Sp konsentrasi 4%, 6%, 8% dan 10% dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus alpha isolat plak gigi anak ?
5
C. Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh ekstrak propolis Trigona sp konsentrasi 4%, 6%, 8% dan 10% dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus alpha isolat plak gigi anak.
D. Keaslian Penelitian Penelitian tentang aktivitas antibakteri flavonoid propolis Trigona sp asal Sulawesi Selatan terhadap bakteri Streptococcus mutans (in vitro) pernah dilakukan oleh Sabir (2005). Perbedaan dengan penelitian penulis adalah sumber daerah asal propolis yang berbeda yaitu dari Ambarawa-Jawa Tengah, serta jenis bakteri dalam penelitian penulis adalah bakteri Streptococcus alpha yang diisolasi dari plak gigi anak. Sejauh penulis ketahui sampai saat ini belum ada penelitian yang sama.
E. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah : 1.
Bagi ilmu pengetahuan Memberikan informasi ilmiah tentang pengaruh ekstrak propolis Trigona Sp
dengan
berbagai
konsentrasi
dalam
menghambat
pertumbuhan
bakteri
Streptococcus alpha isolat plak gigi anak. 2.
Bagi klinisi Penggunaan ekstrak propolis Trigona sp sebagai alternatif zat antibakteri
dalam upaya preventif kontrol plak gigi anak.