I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Tujuan merestorasi gigi tidak hanya untuk menghilangkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya (Ford, 1993). Sesuai dengan perkembangan teknologi, beraneka ragam bahan tumpatan gigi dipasarkan dalam berbagai merek dengan komposisi dan sifat fisik yang berbeda-beda. Sesuai dengan penggunaannya di dalam mulut, bahan tumpatan gigi ada dua macam yaitu bahan tumpatan gigi belakang yang mengutamakan kekuatan pengunyahan dan bahan tumpatan gigi depan yang mengutamakan fungsi estetika (Baum dkk., 1997). Bahan tumpatan sewarna gigi diperlukan untuk merestorasi gigi anterior yang mengalami kerusakan atau karies. Bahan tumpatan yang baik harus memenuhi beberapa syarat antara lain : mudah pencampurannya, estetis, mempunyai sifat fisik dan mekanis yang baik, dimensinya stabil pada waktu dan setelah setting, serta kompatibel dengan cairan jaringan mulut (Williams dan Cunningham,1979). Semen ionomer kaca merupakan salah satu jenis bahan restorasi yang memiliki sifat estetik dan saat ini sudah banyak digunakan, hal ini disebabkan karena semen ionomer kaca mempunyai keunggulan antara lain dapat berikatan secara kimiawi dengan email dan dentin (Craig,1989). Pemakaian semen ionomer kaca diharapkan mampu mencegah terjadinya karies karena mempunyai sifat membebaskan fluor dalam periode panjang (Swift,1988). Selain itu semen ionomer kaca tidak menimbulkan iritasi pada jaringan pulpa karena bersifat
1
2
biokompatibel terhadap struktur gigi dan pulpa (Williams dan Cunningham,1979). Semen ionomer kaca dapat beradaptasi dengan baik pada dinding kavitas dan mempunyai koefisien muai panas yang hampir sama dengan struktur gigi. Kekurangan semen ionomer kaca dibanding dengan resin komposit adalah mempunyai waktu pengerasan yang lama dan pada awal pengerasannya sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan dehidrasi (Crim, 1993), estetis yang kurang dan ketahanan terhadap abrasi yang rendah (Hinoura dkk., 1990) Kekasaran permukaan suatu tumpatan di dalam mulut merupakan salah satu indikasi keberhasilan suatu restorasi. Permukaan yang kasar dapat menyebabkan rasa tidak nyaman di dalam mulut dan menyebabkan bakteri penyebab karies mudah melekat. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan kekasaran permukaan suatu tumpatan adalah penggunaan pasta gigi. Saat ini banyak macam dan jenis pasta gigi yang beredar di pasaran dan dapat digunakan secara bebas oleh masyarakat. Salah satu jenis pasta gigi yang beredar di pasaran adalah pasta gigi whitening atau pasta gigi dengan pemutih. Kandungan utama bahan pemutih pada pasta gigi berbeda – beda tergantung pada produsen pembuatnya, diantaranya karbamid peroksida, sodium tripolyphosphate, sodium citrate, silika hidrat, perlite dan hidrogen peroksida (Michele dan Margaret, 2010). Cara pemutih gigi yang digunakan pada pasta gigi dibagi menjadi dua macam, yaitu dengan cara konvensional dan cara kimiawi. Pemutihan gigi dengan menggunakan cara konvensional yaitu dengan menggunakan bahan-bahan abrasif khusus yang terkandung dalam pasta gigi seperti perlite. Perlite atau dikenal juga sebagai serbuk pumis merupakan campuran dari bahan glassy silica dari bahan
3
vulkanik. Fungsi bahan abrasif dalam pasta gigi adalah sebagai penghilang stain dan plak. Selain berfungsi untuk menghilangkan noda (stain) yang tertinggal akibat makanan dan minuman berwarna, bahan abrasif juga berfungsi sebagai bahan poles untuk menggosok permukaan gigi sehingga menjadi bersih dan bersinar.(Collins dkk., 2005) Selain dengan cara konvensional, pemutihan gigi dapat juga dilakuakan dengan cara kimiawai. Pemutihan gigi denagn cara kimiawi yaitu dengan tambahan bahan kimia seperti hidrogen peroksida pada pasta gigi disamping kandungan bahan abrasif yang terdapat pada pasta gigi pemutih. Hidrogen peroksida dalam pasta gigi dapat berfungsi sebagai penghilang stain, bahan kimia pemutih gigi, membantu mengontrol bau
mulut dan sebagai anti gingivitis.
Hidrogen peroksida dapat berpenetrasi ke dalam email gigi dan mengoksidasi noda yang menyebabkan perubahan warna pada gigi. Hidrogen peroksida yang telah menembus email dan dentin akan dilepaskan secara cepat dari dalam gigi ke dalam pelarut selama rentang waktu 10- 20 menit setelah proses pemutihan. Efektifitasnya lebih tinggi dari bahan pencerah permukaan. Persentase penggunaan hidrogen peroksida dalam pasta gigi adalah <1%. Apabila penggunaan lebih dari 6% akan menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak rongga mulut dan menyebabkan erosi pada gigi (Michele dan Margaret, 2010). Kandungan pasta gigi pemutih biasanya tidak jauh berbeda dengan kandungan pasta gigi pada umumnya namun ditambahkan oleh bahan – bahan abrasif yang lebih banyak. Beberapa contoh produk pasta gigi pemutih yang banyak dijual di pasaran adalah Pepsodent Whitening dengan Perlite yang merupakan pasta gigi
4
pemutih dengan kandungan perlite dan Colgate whitening yang merupakan pasta gigi dengan kandungan bahan pemutih khusus di samping bahan abrasif yaitu hidrogen peroksida. Dari pemaparan diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kekasaran permukaan tumpatan semen ionomer kaca setelah dilakukan penyikatan menggunakan pasta gigi dengan kandungan perlite dan pasta gigi dengan kandungan hidrogen peroksida. B. Rumusan Masalah Apakah terdapat perbedaan antara pasta gigi dengan kandungan perlite dan pasta gigi dengan kandungan hidrogen peroksida terhadap kekasaran permukaan tumpatan semen ionomer kaca C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji adanya perbedaan antara pasta gigi dengan kandungan perlite dan pasta gigi dengan kandungan hidrogen peroksida terhadap kekasaran permukaan tumpatan semen ionomer kaca D. Keaslian Penelitian Penelitian terkait pernah dilakukan oleh Khamverdi, dkk (2010) Penelitian tersebut membandingkan dua pasta gigi dengan kandungan bahan pemutih yang berbeda, yaitu silika hidrat dan sodium tripolyphosphate terhadap kekerasan permukaan email gigi dan tumpatan resin komposit. Pada penelitian ini penulis ingin meneliti pengaruh kandungan perlite dan hidrogen peroksida dalam pasta gigi terhadap kekasaran permukaan semen ionomer kaca.
5
E. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai tambahan pengetahuan bagi praktisi kesehatan gigi dan mulut mengenai bahan restorasi semen ionomer kaca 2. Sebagai tambahan pengetahuan tentang bahan abrasif dan pemutih pada pasta gigi terhadap kekasaran permukaan tumpatan semen ionomer kaca