HUBUNGAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA DENGAN KEPRIBADIAN REMAJA DI DUKUH DONGANTI, DESA NGLEMBU, KEC. SAMBI, KAB. BOYOLALI TAHUN 2015
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Dalam Ilmu Tarbiyah
Disusun oleh SYAMSUL ARIFIN 114 12 002
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015
i
ii
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
DEKLARASI
بسم هللا الرمحن الرحيم Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi. Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, … Juli 2015 Penulis,
Syamsul Arifin NIM. 114 12 002
iii
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda-tangan, di bawah ini: Nama
: SYAMSUL ARIFIN
NIM
: 114 12 002
Fakultas
: TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jurusan
: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, … Juli 2015 Yang Menyatakan,
Syamsul Arifin NIM. 114 12 002
iv
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag. Dosen IAIN Salatiga Nota Pembimbing Lamp : 4 eksemplar Hal
: Naskah skripsi Saudara SYAMSUL ARIFIN Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga di Salatiga Assalamu'alaikum. Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari : Nama
: SYAMSUL ARIFIN
NIM
: 114 12 002
Fakultas / Progdi
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul
: HUBUNGAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA
DENGAN
KEPRIBADIAN
REMAJA DI DUKUH DONGANTI, DESA NGLEMBU, KEC. SAMBI, KAB. BOYOLALI TAHUN 2015 Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu'alaikum, Wr, Wb. Salatiga, .... Juli 2015 Pembimbing
Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag. NIP. 19680613 199403 1 004
v
vi
MOTTO
َعلِّ ُهوا اَْوالَ َد ُك ْم فِِا نَّ ُه ْم مَْلُو وُ ْو َ لَِمَن ِن َي ِِْر َزَننِ ُك ْم “Didiklah anak-anak kamu, sesungguhnya mereka diciptakan untuk menghadapi zaman yang berbeda dengan zaman kamu ini” (H.R. Bukhari)
“Our parents are the greatest gift in a life” “orang tua kita adalah anugerah terbesar di dalam sebuah kehidupan” (Katainspirasibijak.blogspot.com – Best Briliant Life Motto Qoutes)
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang penulis anggap mempunyai peran penting dalam hidup-Ku
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta Zainudin & Mulyati tersayang yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh cinta dan kesabaran serta ikhlastulus memberikan dukungan dan doa restunya kepada penulis. 2. Keluarga Joko S. dan Siti Mukaromah Fikriyah yang telah memberi dukungan dan motivasi kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi S1 di IAIN Salatiga. 3. Kakak-kakakku tercinta Zainal Abidin, Hafidudin, Wiwik R., Sri Hastuti, Yayuk E. S., Abdul Rouf Al-Fansuri, Syarif Hidayat, terima kasih atas dukungan, nasehat dan segala macam bantuan baik material / batin. 4. Keponakan Dea Emilia Rosalina yang telah memberi support dan menghibur dengan canda-tawa, sehingga penulis bisa menyelesaikan studi dengan lancar
viii
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرمحن الرحيم Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat,
hidayah
dan
taufiqnya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini adalah “HUBUNGAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA DENGAN KEPRIBADIAN REMAJA DI DUKUH DONGANTI, DESA NGLEMBU, KEC. SAMBI, KAB. BOYOLALI TAHUN 2015” Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga 4. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat
ix
berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini. 5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Progdi PAI IAIN Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai. 6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun spiritual serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya cita-cita. 7. Bapak Sutoto, SE. selaku Kepala Desa Nglembu, Sambi, Kab. Boyolali yang telah memberikan izin, masukan dan bantuan untuk melakukan penelitian. 8. Bapak S. Ahmadi. selaku Ketua RW. 03 Dukuh Donganti, Nglembu, Sambi, Kab. Boyolali yang telah keterangan, meluangkan waktunya dan melancarkan terselesaikannya skripsi ini. 9. Bapak M. Roisul Fathoni, S.Ag. selaku Kepala Dukuh Donganti, Nglembu, sambi, Kab. Boyolali yang telah membantu penulis untuk memberikan keterangan dan bantuan data-data. 10. Warga RW. 03 Dukuh Donganti selaku responden yang berkenan membantu penulis dalam melakukan penelitian dalam hal pengisian angket dengan baik. 11. Saudara-saudara
dan
sahabat-sahabat
semua
yang
telah
membantu
memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. 12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
x
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan myang berlipat ganda amien. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Amien ya robbal „alamien.
Boyolali, …. Juli 2015 Penulis,
Syamsul Arifin 114 12 002
xi
ABSTRAK
Arifin, Syamsul. 2015. Hubungan Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga Dengan Kepribadian Remaja Di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag. Kata Kunci: Pendidikan Akhlak dan Kepribadian Remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: adakah hubungan antara pendidikan akhlak dalam keluarga dengan kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode angket, dokumentasi dan metode analisis data. Subyek penelitian sebanyak 40 responden, menggunakan teknik populasi dan sampel (purposive random sampling). Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner untuk menjaring data x dan data y. Data penelitian yang terkumpul di analisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis korelasi dengan variabel bebas pendidikan akhlak dalam keluarga dan variabel terikatnya adalah kepribadian remaja. Penelitian ini menggunakan desain uji normalitas. Subjek penelitian sebanyak 40 responden. Data yang terkumpul dari hasil angket dilakukan uji statistik spearman rho (nonparametric correlation) dengan bantuan SPSS Windows Version 16. Selanjutnya dicari taraf signifikansi atau probabilitas [Sig.(2-tailed)] dengan α = 0,05 dan menganalisis t hitung dengan mencari t tabel menggunakan tabel critical values of the spearman’s ranked correlation coefficient (rs). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada taraf 5 % = 0,313. Sehingga diperoleh perbandingan berdasar tabel nilai yang diperoleh ialah : 0,219 < 0,313 pada taraf signifikan 5 % (dikarenakan bila rhitung sama dengan atau lebih kecil dari rtabel sesuai dengan data responden sebanyak 40 orang). Dari analisis data tersebut maka hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi "ada hubungan yang signifikan antara pendidikan akhlak dalam keluarga dengan kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015" ditolak. Pada taraf 1 % = 0,405 diperoleh perbandingan berdasarkan tabel nilai yang diperoleh ialah : 0,219 < 0,405 maka hipotesis nol (Ho) yang berbunyi : "Tidak ada hubungan positif antara pendidikan akhlak dalam keluarga dengan kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015" sehingga Ho diterima.
xii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................................................
i
HALAMAN BERLOGO ..........................................................................
ii
HALAMAN DEKLARASI.......................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.................................................
iv
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................
v
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
vi
MOTTO.....................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN .....................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ..............................................................................
ix
ABSTRAK ................................................................................................
xii
DAFTAR ISI .............................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xvi
DAFTAR BAGAN....................................................................................
xviii
DAFTAR DIAGRAM ...............................................................................
xix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xx
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................
9
C. Tujuan Penelitian ..........................................................
9
D. Kegunaan Penelitian .....................................................
10
E. Penegasan Istilah ...........................................................
10
F. Metode Penelitian .........................................................
14
G. Sistematika Penulisan ...................................................
19
xiii
BAB II
KAJIAN PUSAKA A. Tinjauan
Tentang
Pendidikan
Akhlak
Dalam
Keluarga .......................................................................
22
1. Pengertian Pendidikan, Akhlak dan Keluarga .......
22
a. Pendidikan.........................................................
22
b. Akhlak ...............................................................
24
c. Keluarga ............................................................
27
2. Dasar, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga .....................................................
32
a. Dasar Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga ......
32
b. Tujuan Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga ....
32
c. Fungsi Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga.....
35
3. Macam-macam Akhlak..........................................
38
a. Akhlak al-Karimah............................................
38
b. Akhlak al-Mazmumah ......................................
42
4. Metode Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga ........
43
B. Tinjauan Tentang Kepribadian Remaja ........................
50
1. Kepribadian ...........................................................
50
a. Pengertian Kepribadian .....................................
50
b. Karakter Kepribadian ........................................
52
c. Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian ........
55
2. Remaja ...................................................................
60
a. Pengertian Remaja ............................................
60
b. Batasan Usia Remaja ........................................
62
C. Hubungan Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga Terhadap Kepribadian Remaja ..................................... xiv
64
BAB III
BAB IV
BAB V
LAPORAN HASIL PENELITIAAN A. Gambaran Umum Dukuh Donganti ..............................
72
B. Penyajian Data ..............................................................
76
ANALISIS DATA A. Analisis Pertama ...........................................................
87
B. Analisis Kedua ..............................................................
93
C. Pembahasan ..................................................................
98
PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................
104
B. Saran .............................................................................
105
C. Penutup .........................................................................
106
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Klasifikasi Penduduk Menurut Umur ..................................
73
Tabel 3.2
Klasifikasi Penduduk Menurut Pendidikan .........................
73
Tabel 3.3
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ....................
74
Tabel 3.4
Daftar Responden ................................................................
76
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Instrument Penelitian ...........................................
77
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Instrument Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga ...............................................................................
79
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Instrument Kepribadian Remaja ...........
80
Tabel 3.8
Kriteria Reliabilitas Pernyataan Angket ..............................
81
Tabel 3.9
Hasil Uji Reliabilitas Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga .
82
Tabel 3.10
Hasil Uji Reliabilitas Kepribadian Remaja ..........................
82
Tabel 3.11
Hasil
Jawaban Angket
Pendidikan Akhlak Dalam
Keluarga ...............................................................................
83
Tabel 3.12
Hasil Jawaban Angket Kepribadian Remaja .......................
85
Tabel 4.1
Statistic Frekuensi Jawaban Angket Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga ...................................................................
Tabel 4.2
Daftar Distribusi Frekuensi Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga ...............................................................................
Tabel 4.3
87
88
Distribusi Frekuensi Jawaban Angket Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga ...................................................................
92
Tabel 4.4
Statistic Frekuensi Jawaban Angket Kepribadian Remaja ..
93
Tabel 4.5
Daftar Distribusi Frekuensi Kepribadian Remaja ................
94
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Jawaban Angket Kepribadian Remaja
97
xvi
Tabel 4.7
Persiapan Untuk Mencari Hubungan Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga Dengan Kepribadian Remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi., Kab. Boyolali Tahun 2015 ..........................................................................
99
Tabel 4.8
Hasil Tests of Normality Variabel X dan Variabel Y ..........
101
Tabel 4.9
Hasil Korelasi Kedua Variabel ............................................
102
xvii
DAFTAR BAGAN Bagan I
Struktur Organisasi Dukuh Donganti ..................................
xviii
75
DAFTAR DIAGRAM Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Angket Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga ....................................................
92
Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Angket Kepribadian Remaja ...............................................................................
98
Diagram 4.3 Normal Q-Q Plot of Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga
101
Diagram 4.4 Normal Q-Q Plot of Kepribadian Remaja .........................
101
xix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2
Surat Pembimbingan dan Asisten Pembimbingan Skripsi
Lampiran 3
Surat Ijin Penelitian
Lampiran 4
Surat Keterangan Penelitian (balasan)
Lampiran 5
Kisi-kisi Instrument Penelitian
Lampiran 6
Angket Penelitian
Lampiran 7
Gambaran Umum Dukuh Donganti (dari Kepala Desa Nglembu)
Lampiran 8
Gambaran Umum Dukuh Donganti (dari Ketua RW. 03)
Lampiran 9
Scale Uji Validitas Angket Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga dan Kepribadian Remaja
Lampiran 10
Tabel Jawaban Angket Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga dan Kepribadian Remajadari responden.
Lampiran 11
Case Processing Summary, Descriptives, Tests of Normality, Correlations Spearman's rho (spss 16 for windows).
Lampiran 12
Critical Values of the Spearman‟s Ranked Correlation Coefisien (rs)
Lampiran 13
Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 14
Dokumentasi
Lampiran 15
Pernyataan Publikasi Skripsi
xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Seiring zaman yang semakin bergulir dalam arus modernisasi dan globalisasi yang penuh tantangan dengan arus multidimensi. Berbagai fenomena kerusakan moral atau akhlak terjadi ditengah masyarakat kita. Beberapa tahun ini Bangsa Indonesia terjangkit berbagai krisis dalam segala bidang baik aspek ekonomi, sosial, budaya, moralitas, politik dan lain-lain, yang pada hakikatnya adalah berawal dari krisis akhlak. Maraknya tawuran antar pelajar, penyalahgunaan narkoba, perilaku asusila, pergaulan bebas yang menjamur kepedesaan serta penyakit lainnya yang itu semua karena disebabkan oleh merosotnya moral bangsa (Samani, 2007:99). Pendidikan adalah proses sepanjang masa yang terus menerus selalu dibutuhkan manusia dalam menapaki kehidupan di dunia demi mencapai kebahagiaan hakiki. Mengutip pendapat Haris Supratno, menyatakan “pendidikan merupakan investasi jangka panjang bagi keluarga maupun Negara yang sangat bermakna, pendidikan yang bermakna merupakan upaya membantu anak didik untuk memperdayakan potensi yang dimilikinya, sebagai bekal hidup di masa akan depan, untuk memperoleh kebahagian hidup di dunia dan di akhirat yang hakiki” (Samadi, 2007:99). Dalam pencapaian kebahagiaan hakiki, maka pendidikan khususnya adalah pendidikan Islam memiliki tujuan utama yang menjadi tonggak yaitu membentuk akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang bermoral, berjiwa 1
bersih, berkemauan keras, cita-cita besar, dan memiliki akhlak yang tinggi serta luhur. Pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam (Daradjat, 2006:30). Pencapaian suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Proses kependidikan dalam Islam mengacu pada empat potensi tersebut dan ini menjadi tujuan fungsional pendidikan Islam sehingga tercapai tujuan akhir pendidikan yaitu manusia yang mukmin, mukhsin, dan mukhlisin, muttaqin yang berakhlak mulia. Selanjutnya Ibnu Sina menyatakan dalam buku perbandingan pendidikan Islam karangan Ali Al-Jumbulati bahwa pendidikan Islam sangat memperhatikan segi akhlak yang menjadi fokus perhatian dari seluruh para pemikiran filsafat pendidikan yaitu mendidik anak dengan menumbuhkan kemampuan beragama yang benar. Oleh karena itu pendidikan agama menjadi landasan utama bagi pencapaian tujuan pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak adalah segala-galanya serta kehidupan manusia adalah bergantung pada akhlak (tiada kehidupan tanpa akhlak). Alam psikologi perkembangan, masa remaja (remaja awal dan remaja akhir) adalah masa yang penuh emosi, secara psikologis, masa ini ditandai dengan kondisi jiwa yang labil, tidak menentu dan biasanya susah mengendalikan diri sehingga pengaruh-pengaruh negatif seperti perilakuperilaku menyimpang akibat dari pergeseran nilai mudah mempengaruhi jiwa remaja dan menimbulkan gejala baru berupa krisis akhlak. Krisis akhlak yang melanda sebagian remaja saat ini, merupakan salah satu akibat dari perkembangan global dan kemajuan IPTEK yang tidak diimbangi dengan
2
kemajuan moral akhlak. Perilaku remaja yang cenderung lekas marah, kurang hormat terhadap orang tua, bersikap kasar, kurang disiplin dalam beribadah, menjadi pemakai obat-obatan, terjerumus dalam perilaku sex bebas serta perilaku yang menyimpang lainnya telah melanda sebagian besar kalangan remaja. Keluarga (terutama orang tua) sebagai orang terdekat merupakan faktor utama untuk membantu para remaja dalam menghadapi krisis akhlak sebagaimana yang dikemukakan di atas. Pendidikan akhlak berupa bimbingan, arahan, nasehat, disiplin yang berlandaskan nilai-nilai ajaran agama Islam harus senantiasa ditanamkan dan dikembangkan orang tua terhadap para remaja dalam kehidupan keluarga. Akidah dan akhlak merupakan dua segmen yang sangat signifikan bagi umat Islam terutama dalam pengembangan jiwa anak dan remaja yang identik dengan anak manusia yang selalu menginginkan kebebasan, serta merupakan fase dimana ia mengalami proses pencarian identitas diri, guna meneguhkan komitmen untuk menjalani kehidupan dalam tatanan sosial. Sehingga pada masa ini, anak dan remaja memiliki potensi yang sangat bagus jika diarahkan pada hal-hal yang bersifat positif. Namun di era modern ini, yakni makin pesatnya
perkembangan
IPTEK
terutama
perkembangan
informasi
komunikasi, anak-anak dan khususnya remaja mengalami masalah pokok yang sangat memprihatinkan yaitu dekadensi moral dan hilangnya nilai-nilai sosial. Sehingga yang terjadi sangat bertolak belakang dengan apa yang diinginkan yakni terjebaknya mereka pada formalisme hidup tanpa mengerti esensi hidup itu sendiri yang berujung pada ambruknya moral atau akhlak
3
anak dan khususnya remaja. Dari arus komunikasi dan informasi tanpa batas tersebut maka sudah tidak dapat dihindarkan lagi dampak negatif yang ditimbulkan (Muhaimin, 2002:78). Sebagaimana contoh perilaku remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015, antara lain: banyak ditiru anak-anak remaja usia pelajar adalah cara berpakaian ketika waktu sekolah, yang kurang disiplin, baju jarang dimasukkan, itu semua dilakukan karena seringnya anak didik menonton tayangan film atau sinetron-sinetron tentang pelajar yang sudah tidak memperhatikan etika-etika ketimuran, kurang sopan/tidak menghormati orang yang lebih tua dari usianya. Sebenarnya masih banyak lagi masalah-masalah yang menimbulkan kenakalan remaja antara lain berupa, tawuran antar pelajar yang semua itu terjadi dikarenakan pengaruh dari minum-minuman keras, pada saat ini kalau kita lihat ketika ada suatu pesta atau pentas seni, pasti tidak ketinggalan dengan huru-hara anak muda yang semuanya itu kadang mereka masih duduk di dalam bangku sekolah. Keadaan anak bangsa seperti ini mengisyaratkan bahwa aqidah akhlak sangat penting dalam upaya mempersiapkan generasi penerus yang beriman. Dalam konteks ini remaja adalah individu yang memiliki jiwa yang penuh gejolak dari lingkungan sosial yang ditandai dengan perubahan sosial yang cepat, yang mengakibatkan kesimpang-siuran norma serta dalam proses identifikasi diri atau mencari jati dirinya.
4
Dalam realitas sosial, masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa adanya krisis akhlak atau moral yang menimpa anak dan remaja disebabkan oleh kurangnya penghayatan terhadap nilai-nilai agama, karena apabila akidah dan akhlaknya kuat, akan mampu mengendalikan tingkah laku yang hanya merugikan serta bertentangan dengan kehendak dan pandangan masyarakat. Maka jelaslah bahwa tanpa pendidikan akidah dan penanaman akhlak yang benar kepribadian anak dan remaja tidak akan terarah bahkan berdampak pada meningkatnya kenakalan anak dan remaja yang hanya akan membuat mereka terpuruk dalam kesia-siaan hidup dan kehidupan. Dari beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh pengaruh era globalisasi tersebut, maka bimbingan dan pendidikan yang sangat efektif dalam pencapaian tujuan pendidikan adalah bimbingan yang dilakukan dalam keluarga. Keluarga dalam hal ini adalah orang tua yang mana merupakan peletak dasar dan utama bagi pendidikan selanjutnya serta orang tua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak (Jalaludin, 1996:78). Menjadi hal yang tidak boleh dilupakan pula bahwa dalam mendidik anak, seorang pendidik hendaknya memahami perkembangan siswanya yang meliputi perkembangan fisik, motorik, intelligensi, sensoris, linguistis dan emosional serta yang paling urgen yaitu spiritualnya (Awwad, 1999:22). Manusia yang dilahirkan adalah dalam keadaan fithrah, terdiri atas : kecerdasan, kemampuan, potensi, watak, dan motif. Menurut Al-Ghazali yang dikutip dalam buku Zainuddin, dkk berjudul
“Seluk
Beluk
Pendidikan
Dari
Al-Ghazali”
(1991:64-84),
menyatakan bahwa : “Anak adalah suatu amanah dari Tuhan kepada kedua
5
orang tuanya, hatinya suci bagaikan jauhar yang indah sederhana dan bersih, suci dari segala goresan dan bentuk, Ia masih menerima segala apa yang digoreskan kepadanya dan cenderung kepada setiap hal yang ditujukan kepadanya”. Setiap anak berpotensi untuk menjadi cerdas secara emosional, intelektual maupun spiritualnya, karena secara fitri manusia dibekali kecerdasan oleh Allah SWT dalam rangka mengaktualisasikan dirinya sebagai hamba (Abdun) dan Khalifatullah di bumi. Selanjutnya, manusia mempunyai banyak kesempatan untuk dapat mengembangkan kecerdasannya secara optimal. Dalam konteks ini, peran pendidik sebagai orang tua kedua dari anak sangatlah penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan anak. Seperti disebutkan diatas bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci, dalam hal ini Nabi Muhammad Saw bersabda:
َِّ حدَّثَنَا عب َدا ُ أَخب رنَا عب ُد الر ْمحَ ِن أَ َّ أَبَا ُّ س َع ْن َّ َخبَ َرِِن أَبُو َسلَ َهةَ بْ ُن َعْب ِد ْيأ ْ اَّلل أ َْ َ َ ْ َْ َ ِّ المْى ِر ُ َُخبَ َرنَا يُون ِ ٍ ِ ِ ِ ِ اَّللُ َعلَْيو َو َسلَّ َم َنا ن ْن َن ْولُود إَِّال يُولَ ُد َعلَى الْفطَْرِة َّ صلَّى َّ ول ُ وَ َال َر ُس, اَّللُ َعْنوُ وَ َال َّ ُىَريَْرَة َرض َي َ اَّلل ِ ِِ ِ َفَأَب واه ي ه ِودانِِو وي ن )Juz 5:144, Juz 14:447, Juz 20:265) .جسانِِو ّ ُ َ َ ّ َُ ُ ََ َ ّ َصَرانو أ َْو ُُي
Artinya: “Dari Abu Hurairah berkata bahwasanya Nabi SAW bersabda : Semua anak-anak dilahirkan suci (fitrah), tetapi ibu bapaknyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi”. (Shaheh Bukhari, maktabas-as-syamila) Dari uraian tersebut, maka peran dan tanggung jawab pendidik sebagai orang tua terhadap anaknya adalah sangat penting dalam membimbing, mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan siswanya dan menanamkan pendidikan akhlak sebagai jiwa dari pendidikan Islam secara berangsur-angsur dan bertahap sampai tercapai tujuan pendidikan. Pendidik dan Orang tua
6
sama-sama bertanggung jawab penuh demi masa depannya terutama dalam pembentukan kecerdasan (fitrah) baik intelligensi, emosional, terlebih lagi spiritual. Dalam ajaran Islam pendidikan kearah akhlak muslim adalah wajib yang dilaksanakan oleh orang tua dan keluarga kepada remaja itu sendiri. Hal ini terkandung dalam QS. Al–Tahrim ayat 6, yang berbunyi:
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”(Departemen Agama RI, 1989:951).
Di dalam ayat tersebut Allah memerintahkan supaya setiap orang mukmin berusaha menghindari dirinya dan keluarganya dari api neraka, ini bermakna setiap mukmin harus berakhlak Islami yaitu mempunyai sifat-sifat atau ciriciri seorang muslim. Demikian juga orang mukmin tersebut harus membina keluarganya termasuk anak-anaknya supaya berakhlak muslim. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan dan berkembang menjadi dewasa (Daradjat, 1996:35). Bentuk isi dan cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi pertumbuhan dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian setiap-tiap manusia. Sebagaimana yang tercantum dalam tujuan pendidikan Nasional sendiri yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi 7
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan sehat serta jasmani, rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan, nampak sekali bahwa tujuan tersebut erat dengan nilai-nilai agama. Sementara pendidikan di Indonesia lebih menekankan aspek kognitifnya saja sehingga yang terjadi adalah dekadensi moral yang menjamur dikalangan anak-anak, remaja maupun dewasa dan terjadi ketimpangan ketiga aspek (kognitif, afektif, psikomotorik). Padahal masih ada nilai-nilai tertinggi yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya sebagai kebutuhan naluri manusia yaitu kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual yang perlu ditanamkan dalam implementasi kurikulum pendidikan nasional bertujuan utamanya adalah mempersiapkan generasi baru yang nantinya dapat menginternalisasikan moral, budi pekerti (akhlak) yang baik dan sekaligus mampu menginternalisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Inilah objektivikasi kecerdasan spiritual dalam praktek kehidupan sehari-hari (Samani, 2007:108). Berdasarkan latar belakang di atas memandang betapa pentingnya pendidikan akhlak anak, maka penulis tertarik untuk membahas lebih dalam tentang hal tersebut. Sehingga penulis mengambil judul skripsi yaitu “Hubungan Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga Dengan Kepribadian Remaja Di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015”.
8
B. Rumusan Masalah Dalam rangka mengetahui jawaban penelitian perlu merumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang penulis teliti, sebagai berikut : 1. Bagaimana pendidikan akhlak dalam keluarga di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Donganti, Kab. Boyolali Tahun 2015? 2. Bagaimana kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Donganti, Kab. Boyolali Tahun 2015? 3. Adakah hubungan yang signifikan pendidikan akhlak dalam keluarga
dengan kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Donganti, Kab. Boyolali Tahun 2015? C. Tujuan Penelitian Untuk mencapai hasil yang baik, maka peneliti menetapkan tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan penelitian, sebagai berikut: 1. Ingin mengetahui pendidikan akhlak dalam keluarga di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015. 2. Untuk mengetahui bentuk kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015. 3. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan akhlak dalam keluarga dengan kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Donganti, Kab. Boyolali Tahun 2015.
9
D. Kegunaan Penelitian Setelah adanya data dan informasi yang diperoleh dari penelitian tentang pentingnya pendidikan akhlak dalam keluarga dengan kepribadian remaja, maka harapan peneliti dari penelitian ini agar berguna bagi: 1. Kami sendiri sebagai peneliti, agar hidup kami penuh dengan kebarokahan dan bermakna. 2. Para orang tua/keluarga dalam rangka menanamkan akhlak yang baik sejak dini bagi anak-anaknya yang menginjak usia remaja. E. Penegasan Istilah Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam penulisan skripsi ini, perlu penulis jelaskan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul di atas. Istilah-istilah tersebut adalah : 1. Pendidikan Akhlak Pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak dan budi mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Sedangkan secara khusus pendidikan itu adalah suatu proses yang disadari untuk mengembangkan potensi individu sehingga memiliki kecerdasan spiritual, emosional serta Intelektual dan berketerampilan untuk siap hidup di tengah-tengah masyarakat (Riyanto dan Handoko, 2004:40). Dalam Film Alangkah Lucunya (Negeriku) yang dikatakan
10
pendidikan itu adalah "Suatu kebutuhan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia atau pendidikan itu sebuah alat untuk meloncat, yang bertujuan untuk memulyakan manusia". Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2007:263) disebutkan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang
atau
sekelompok
orang
dalam
usaha
mendewasakan
kepribadiannya melalui upaya pengajaran dan latihan. Akhlak secara bahasa artinya tabiat, perangai, adat istiadat, sedangkan secara istilah akhlak adalah hal-hal berkaitan dengan sikap, perilaku, dan sifat manusia dalam berinteraksi dengan dirinya, dengan makhluk lain dan dengan Tuhannya (Depag RI, 1983:104). Sedangkan menurut
Imam
al-Ghazali,
akhlak
adalah
suatu
sifat
yang
mendalam/berakar/menyatu benar dalam jiwa/hati yang menimbulkan perbuatan dengan mudah tanpa difikirkan dan dipertimbangkan terlebih dahulu (Saputra, 2005:52). Dari beberapa definisi diatas dapatlah disimpulkan bahwa pengertian pendidikan akhlak adalah suatu proses yang bermaksud menumbuh-kembangkan fitrah (kemampuan dasar) manusiawi dengan dasar-dasar akhlak, keutamaan perangai, tabiat agar dimiliki dan diterapkan dalam diri manusia menjadi adat kebiasaan. 2. Keluarga Keluarga adalah ikatan laki-laki dan wanita berdasarkan hukum atau undang-undang perkawinan yang sah. Di dalam keluarga ini lahirlah anak-anak. Dalam keluarga pula terjadi interaksi pendidikan. Para ahli
11
pendidikan umumnya menyatakan pendidikan di lembaga ini merupakan pendidikan pertama dan utama. Dikatakan demikian karena di lembaga ini anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya. Di samping itu, pendidikan di sini (keluarga) mempunyai pengaruh yang dalam terhadap kehidupan peserta didik di kemudian hari, karena keluarga secara umum merupakan tempat, di mana anak didik menghabiskan sebagian besar waktunya sehari-hari. (Zakaria, 2000: 99). Keluarga adalah satu-satunya situasi yang pertama dikenal anak, baik prenatal maupun postnatal. Dan ibulah yang pertama kali dikenalnya. Kedekatan ibu dengan anaknya terutama pada masa-masa bayi adalah sesuatu yang alamiah, yang dimulai dari proses reproduksi sampai dengan penyusuan dan pemeliharaan bayi. (Fuaduddin TM, 1999:22). 3. Kepribadian Remaja Kepribadian adalah ciri-ciri watak seseorang individu yang konsisten, yang memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus, yang dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut mempunyai beberapa ciri watak yang diperlihatkan secara lahir, konsisten dan konsekuen dalam tingkah lakunya sehingga tampak bahwa individu tersebut memiliki identitas khusus yang berada dari individu – individu. (Koetjaraningrat, 1985:102). Kepribadian dapat juga diartikan sebagai kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik.
12
Remaja adalah masa berlangsung mulai umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan (Shaw dan Costanzo, 1985) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan yang dimaksud dengan hubungan pendidikan akhlak dalam keluarga dengan kepribadian remaja adalah bimbingan atau bantuan kepada anak/remaja dalam rangka pengembangan potensi dan mengubah diri menjadi berakhlak sesuai dengan ajaran-ajaran Islam dalam satuan terkecil dimana peran orang tua sangat dibutuhkan. Adapun indikator-indikator dalam penelitian, sebagai berikut: 1. Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga a. Penerapan ibadah b. Penerapan kejujuran dalam bertindak c. Penerapan keadilan d. Kebijaksanaan dalam penyelesaian suatu masalah e. Kesabaran dalam menghadapi berbagai hal f. Kesopanan dalam bertingkah-laku dan kebersihan diri
13
2. Kepribadian Remaja a. Pelaksanaan Ibadah dalam kehidupan sehari-hari. b. Kebijaksanaan dalam bertindak c. Kesopanan dalam berbuat/tingkah laku d. Kerajinan menuntut ilmu e. Kebersihan diri sendiri dan lingkungan f. Mampu mengontrol diri
F. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut : 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Ditinjau dari jenis penelitian, maka penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), adapun pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan deskriptif kuantitatif. Menurut Sutrisno Hadi (2000:301), metode diskriptif adalah penelitian untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang dengan cara mengumpulkan data dan selanjutnya menginterpretasikan data tersebut sehingga diperoleh informasi gejala yang sedang berlangsung sebagai pemecahan aktual. Penelitian ini dikonsentrasikan untuk menjelaskan kenyataankenyataan yang terjadi di lapangan dan dapat mengkomunikasikan lebih dari yang dapat dikatakan dengan bahasa yang proposional. Sebagaimana pendapat Rulam Ahmadi “studi kasus membangun tentang pengetahuan yang tersembunyi dari para pembaca” (Ahmadi, 2005:1).
14
2. Instrumen Penelitian Pada dasarnya alat pengumpulan data yang paling utama dalam penelitian kuantitatif adalah manusia (responden), baik dari peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain. Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrumen sekaligus pengumpul data yang bertindak sebagai participant observation (pengamat berperan aktif), maka kehadiran peneliti sangat penting untuk mengadakan penyesuaian diri dengan hal-hal yang terjadi di lapangan. Selain itu hanya manusialah yang dapat berhubungan dengan responden dan mampu untuk memahami dengan kaitan kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan (Moleong, 2002:5). Dalam penelitian ini status peneliti diketahui oleh informan atau responden. Peneliti bersifat terbuka dan menampakkan bahwa dirinya adalah seorang peneliti yang sedang melakukan penelitian serta mengharap ada respon dari responden. Adapun cara yang digunakan adalah dengan menggunakan angket. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah keluarga di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali. Sedangkan waktu penelitian ini direncanakan dan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai dengan September 2015. 4. Sumber Data a. Sumber data primer diperoleh dari keluarga (dalam hal ini orang tua) di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2015.
15
b. Sumber data sekunder yang dapat diperoleh dari para remaja dan tokoh masyarakat di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2015. 5. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data secara holistik integrative relevan dengan fokus, maka teknik pengumpulan data yang akan dipakai meliputi : a. Metode Angket Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis, 2002:67). Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk mengetahui hubungan pendidikan akhlaq dalam keluarga dengan kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali tahun 2015. b. Metode Interview Interview atau wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang sistematis kepada para responden. Wawancara bermakna tahapan cara interview (pewawancara) dengan responden, dan kegiatannya dilakukan secara lisan (Hadi, 2000:196). Metode ini ditujukan kepada tokoh masyarakat, orang tua (keluarga) yang dapat menjelaskan lebih jauh tentang pendidikan
16
akhlak dalam keluarga dengan kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015. c. Metode Observasi Observasi
sebagai
pengamatan
dan
pencatatan
dengan
sistematis fenomena yang diselidiki (Hadi, 2000:136). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data seperti: letak geografis, keadaan lingkungan, metode yang digunakan dalam pendidikan akhlak dalam keluarga. d. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang tertentu, majalah, dokumen dan peralatan untuk memperoleh data, metode yang digunakan untuk mencari data tentang Dukuh donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali dan perubahan yang dilakukan, struktur organisasi serta data lain yang berhubungan dengan masyarakat Dukuh donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015. 6. Teknik Analisis Data Analisa data pada penelitian ini adalah analisa bivariat. Analisa bivariat yang dipilih karena pada penelitian ini akan mencapai hubungan antara dua variabel yaitu pendidikan akhlaq dalam keluarga sebagai variabel bebas dan kepribadian remaja sebagai variabel terikat. Untuk mengetahui kenormalan data dilakukan uji kolmogorof smirnov. Data normal menggunakan korelasi product moment dan jika data tidak normal
17
menggunakan uji statistic spearman rho, uji ini dipakai karena skala data yang dikumpulkan berbentuk ordinal (Arikunto, 2002). Adapun rumus korelasi product moment dan uji statistic spearman rho, sebagai berikut: (Arikunto, 1995: 207) a) Rumus korelasi product moment:
rxy
Nx
Nxy x y 2
x
2
Ny
2
y
2
Keterangan : rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y xy = Produk dari variabel x dan y x
= Pendidikan akhlaq dalam keluarga
y
= Kepribadian remaja
N = Jumlah responden = Jumlah/sigma b) Rumus rank spearman:
Keterangan: Rhoxy
: koefisien korelasi ordinal
n
: banyaknya subjek
D
: beda antara jenjang setiap subyek
Untuk perhitungan dalam analisis data menggunakan bantuan application spss versi 16 for windows 7.
18
7. Tahap-tahap Penelitian Dalam penelitian ada beberapa tahap-tahap yang dilakukan oleh peneliti, antara lain : a. Kegiatan administrasi yang meliputi pengajuan ijin operasional dari IAIN Salatiga untuk melakukan penelitian kepada tokoh masyarakat dan keluarga di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015. b. Memilih jumlah orang untuk menjadi key informan dan informan. c. Melakukan observasi lapangan dan informan sehingga langsung mendapat data. d. Meminjam dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk kelengkapan data penelitian. e. Penyajian data dengan susunan dan urutan-urutan yang memungkinkan dan memudahkan untuk dilakukan pemaknaan. f. Mereduksi data dengan cara membuat data-data yang lemah atau menyimpang setelah mulai tampak adanya kekurangan data sebagai akibat proses reduksi. Selanjutnya direncanakan untuk mengumpulkan data. G. Sistematika Pembahasan Secara umum dalam penulisan skripsi ini terbagi dari beberapa bagian pembahasan teoritis dan pembahasan empiris dari dua pokok pembahsan tersebut kemudian penulis jabarkan menjadi lima bab. Adapun perinciannya, sebagai berikut :
19
BAB I
: PENDAHULUAN. Dalam bab ini penulis akan mengemukakan pokok-pokok pikiran yang mendasari penulisan skripsi ini. Pokok-pokok tersebut antara lain : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA. Pada bab II ini penulis akan mengemukakan tinjauan teoritis tentang: Pertama, tinjauan pendidikan akhlak dalam keluarga meliputi pengertian pendidikan akhlak, tujuan pendidikan akhlak dan cara pendidikan akhlak bagi anak/remaja. Kedua, tinjauan kepribadian remaja yang meliputi tentang pengertian kepribadian remaja, aspek-aspek kepribadian remaja, faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian remaja, dan metode pembentukan kepribadian bagi anak. Ketiga, tinjauan pendidikan akhlak dalam keluarga terhadap kepribadian remaja yang meliputi langkahlangkah pendidikan akhlak dalam keluarga terhadap kepribadian remaja, metode pendidikan akhlak dalam keluarga terhadap kepribadian remaja dan peranan orang tua dalam pembentukan kepribadian remaja. BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN Bab ini berisi tentang gambaran umum Desa. Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015; tinjauan historis; letak
20
geografis, keadaan penduduk, struktur organisasi dan data hasil uji coba/try out angket: uji validitas dan uji reliabilitas, hasil penskoran angket pendidikan akhlaq dalam keluarga. BAB IV : ANALISIS DATA Dalam bab ini berisi tentang analisis data yang terkumpul sehingga diketahui tentang pendidikan akhlaq dalam keluarga dan kepribadian remaja Dukuh Donganti, Desa. Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015. BAB V : PENUTUP Meliputi tentang kesimpulan dan saran-saran yang menjadi akhir dari penulisan skripsi ini.
21
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga 1. Pengertian Pendidikan, Akhlak dan Keluarga Sebelum
penulis
membahas
dan
menjelaskan
pengertian
pendidikan akhlak dalam keluarga, terlebih dahulu disini penulis memberikan pengertian secara terpisah dari ketiga istilah tersebut yaitu pendidikan, akhlak dan keluarga. a. Pendidikan Istilah pendidikan berasal dari kata ”didik” dengan mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” yang mengandung arti perbuatan, hal, cara. Istilah pendidikan ini juga berasal dari bahasa Yunani yaitu “pedagogis” dengan arti bimbingan yang diberikan kepada anak yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan istilah “education” yang berarti bimbingan atau perkembangan. Dan dalam bahasa Arab disebut “tarbiyah ( ”)تربيةyang berarti pendidikan. Menurut Abdur-Rahman An-Nahlawi kata at-tarbiyah ()التّربية berasal dari kata, yaitu : Pertama : raba-yarbu, ( يربوا- )رباyang artinya bertambah dan tumbuh. Kedua : rabiya--yarba, ( يربى- )ربيyang artinya menjadi besar Tiga : rabba- yarubbu, (يرب ُّْوا ُ - ) َربyang artinya memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara (An-Nahlawi, 1992:30 – 31).
22
22
Arti pendidikan secara etimologi “paedagogie” berasal dari bahasa yunani, terdiri dari kata “pais”, artinya anak dan “ again”, diterjemahkan membimbing, jadi paedagogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak (Rohani dan Ahmadi, 1991:64). Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2000:11) bahwa “Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan”. Ahmad
D.
Marimba
(1989:19),
memberikan
definisi
pendidikan adalah “bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani menuju kearah kepribadian utama/terbentuknya kepribadian utama”. Sedangkan
Rama
Yulis
(1998:1),
memberi
pengertian
pendidikan adalah “segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani menuju kearah kedewasaan”. Amir Dalen Indrakusuma (1973:27), juga mendefinisikan istilah pendidikan sebagai “segala bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada anak dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaniyah untuk mencapai tingkat dewasa”. Dengan memahami definisi-definisi pendidikan di atas ditemukan unsur- unsur yang terkandung dalam pendidikan sebagai berikut : 1) Bahwa pendidikan itu merupakan usaha dari pada manusia.
23
2) Bahwa usaha itu dilakukan secara sadar. 3) Bahwa usaha itu dilakukan oleh orang-orang yang merasa bertanggung jawab terhadap kehidupan anak. 4) Bahwa usaha itu selalu menuju kearah tujuan tertentu. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dan teratur yang diberikan oleh orang dewasa untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan yaitu terbentuknya kepribadian yang utama dalam, jasmani dan rohani anak untuk mencapai ke tingkat kedewasaan. b. Akhlak Akhlak menurut pendekatan etimologi perkataan akhlak berasal dari bahasa arab akhlaq ( )اخالقbentuk jamak dari al- khuluq ()ال خ لق yang berarti tabiat, budi pekerti, tingkah laku, tabiat. Kata akhlak mempunyai segi-segi persesuaian dengan khalqun yang artinya kejadian serta erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluq yang berarti yang diciptakan (Zahruddin
AR
dan
Hasanuddin Sinaga, 2004:1). Definisi akhlak di atas muncul sebagai mediator yang menjembatani komunikasi antara khaliq (pencipta) dengan makhluk (yang diciptakan) secara timbal balik, yang kemudian disebut sebagai hablumminallah. Dari produk hamlumminallah yang verbal biasanya lahirlah pola hubungan antar sesama manusia yang disebut dengan hablumminannas / pola hubungan antar sesama makhluk (Zahruddin
24
AR dan Hasanuddin Sinaga, 2004:2). Dari kata akhlak itu sendiri dapat dipahami bahwa akhlak itu sangat erat kaitannya dengan khaliq dan makhluk, memang tuntutan akhlak itu harus menjalin hubungan erat antara lain yaitu manusia terhadap Allah, manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan alam sekitarnya. Manusia yang tidak bisa menjalin hubungan baik dengan tiga sasaran tersebut maka belum dapat dikatakan manusia yang berakhlak. Secara terminologi ada beberapa pendapat tentang pengertian akhlak, antara lain: 1) Imam Al-Ghazali, dalam kitab Ihya Ulumudin (juz III : 52), mengatakan:
فاخللق عبارة عن ىيئة ىف النفس راسخة عنها تصدر األفعال بسهولة ويسر نن يِرحاجة إىل فكر وروية فا كانت اهليئة حميث تصدر عنها األفعال اجلهيلة احملهودة عقال وشرعا ستهيت تلك اهليئة خلقا حسنا وإ كا الصادر عنها .األفعال الفبيحة مسيت اهليئة الىت ىى املعدر خلقاسيئا Akhlak adalah sifat yang tertanam (tetap) dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Jika sifat itu melahirkan perbuatan yang baik menurut akal dan syariat, maka disebut akhlak yang baik dan bila lahir darinya perbuatan yang buruk, maka disebut akhlak yang buruk. Dari pengertian al-Ghazali diatas dapat dipahami bahwa akhlak itu harus tertanam kuat dalam jiwa dan melahirkan perbuatan yang selain benar secara akal dan harus benar secara Al-Qur„an dan Al-Hadist. Hal inilah
syariat Islam, yaitu
yang membedakan akhlak dengan moral dan etika. Akhlak tidak terbatas pada hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, 25
tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan Tuhan-Nya dan dengan segala yang terdapat dalam kehidupan ini yaitu alam lingkungan. 2) Menurut Amin (1991:63), akhlak adalah kebiasaan kehendak, yang berarti bila kehendak itu dibiasakan, maka kebiasaan itu akan disebut sebagai akhlak. Dalam
hal
ini
berarti
bahwa
kehendak
itu
bila
dibiasakan maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Karena akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat di dalam jiwa, maka suatu perbuatan disebut akhlak jika memenuhi beberapa syarat, yaitu: a) Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang sehingga tertanam kuat dalam jiwa. b) Perbuatan itu bisa timbul dengan mudah tanpa dipikirkan atau lebih dahulu sehingga benar-benar merupakan suatu kebiasaan (Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 2003:102). Menurut Abuddin Nata (2009:6) bahwa perbuatan itu dapat disebut akhlak (khususnya akhlak yang baik) apabila perbuatan itu dilakukan dengan ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena mengharapkan pujian dari orang lain. Istilah akhlak itu sendiri masih bersifat netral, belum menunjuk kepada perbuatan yang baik atau buruk. Namun apabila akhlak itu disebut tersendiri, tidak dirangkai dengan sifat tertentu maka yang dimaksud adalah akhlak yang baik. Misalnya “anak itu berakhlak baik“ maka maksudnya adalah bahwa anak itu memang benar-benar berakhlak baik. 26
3) Elizabeth B. Hurlock (1978:386), menyatakan: Behaviour which may be called “Have Morality” not only conforms to social standards but also is carried out voluntarily. “Tingkah laku yang boleh dikatakan sebagai moral yang sebenarnya itu bukan hanya sesuai dengan standar masyarakat tetapi juga harus dilaksanakan dengan sukarela”. Tingkah laku dalam pengertian Hurlock mengandung adanya kesukarelaan atau keikhlasan, hampir sama dengan pengertian akhlak yaitu tanpa pertimbangan dan pemikiran. Akan tetapi tolok ukur dari definisi Hurlock hanya pada standar sosial, sehingga tingkah laku disini tidak dapat disebut dengan akhlak, akan tetapi hanya sebatas moral dan etika. Karena pada dasarnya akhlak harus memenuhi adanya kebenaran secara aqliyah ataupun syar’iyyah, sedangkan moral dan etika hanya sebatas ukuran manusia. c. Keluarga Untuk mengetahui pengertian keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini, sebelumnya peneliti akan memberikan sedikit gambaran pengertian keluarga baik dari sudut pandang yuridis, sosiologis dan paedagogi. 1) Tinjauan yuridis formal Pengertian keluarga secara yuridis formal adalah suatu ikatan persekutuan hidup bersama atau seorang laki atau perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak-anak, baik anaknya sendiri,
27
adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga (Pujosuwarno, 1994:11). 2) Sudut pandang paedagogi Secara paedagogi keluarga diartikan sebagai lembaga pertama dan utama dengan dialami seseorang dimana proses belajar yang terjadi tidak berstruktur dan pelaksanaanya tidak terikat oleh waktu (Joesoef, 1992:64). 3) Sudut pandang sosiologis Secara sosiologis keluarga diartikan sebagai unit terkecil atau umat kecil yang memiliki pimpinan dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta kewajiban bagi amsing-masing anggotanya (Shihab, 1993:255). Berkaitan dengan penelitian ini, maka pengertian keluarga yang dimaksud adalah dari perspektif paedagogi. Sebab dalam hal ini peran keluarga sebagai pendidik pertama dan utama bagi anaknya dalam membimbing dan membina generasi mendatang, terutama dalam pendidikan akhlak. Secara tradisional keluarga adalah merupakan suatu unit sosial yang terkecil dalam masyarakat dan merupakan suatu sendi dasar dalam organisasi sosial masyrakat. Istilah keluarga juga mempunyai arti “sanak saudara, kaum kerabat, atau kaum kerabat yang bertalian oleh perkawinan” (Poerwadarminto, 1976:471).
28
Sedangkan menurut Hasan Langgulung (1978:346), keluarga dalam pengertian yang sempit adalah merupakan suatu unit sosial yang terdiri seorang suami dan seorang istri atau dengan kata lain keluarga adalah perkumpulan yang halal antara seorang lelaki dan seorang perempuan yang bersifat terus-menerus dimana yang satu merasa tentram dengan yang lain sesuai dengan yang ditentukan agama dan masyrakat. Dan ketika kedua suami istri dikaruniai anak maka anak itu menjadi unsur utama ketiga pada keluarga tersebut di sampimg dua unsur sebelumnya. Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga merupakan unit pertama dan istitusi pertama dalam masyarakat yang terdiri dari orang tua dan anak dimana hubungan-hubungan di dalamnya bersifat langsung. Berdasarkan pada definisi pendidikan, akhlak dan keluarga tersebut, maka yang dimaksud pendidikan akhlak dalam keluarga adalah usaha bimbingan, pengarahan dan atau latihan dengan membiasakan anak didik agar terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan terpuji dan menjauhi perbuatan-perbuatan tercela, yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak, sehingga anak memperoleh sikap dan pengetahuan dari pengalamannya sehari-hari baik secara sadar atau tidak diperoleh dari keluarga. Berbicara tentang akhlak tidak akan lepas dengan kepribadian muslim yang pembentukannya Iman, Islam dan Ihsan. Iman seseorang berkaitan dengan akhlaknya. Iman sebagai konsep dasar sedang akhlak
29
adalah aplikasi dari konsep dalam hubungannya dengan sikap dan perilaku sehari-hari. Dalam kaitan ini Nabi saw bersabda:
اكهل املؤ ننني: وال رسول هللا صلّى هللا عليو و سلّم: عن ايب ىريرة رضي هللا عنو وال )اُيانا احسنهم خلقا (ر واه الرتنذى Artinya : Dari Abu Hurairah r.a berkata: bahwa Rasulullah saw telah bersabda: orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya (Syeikh Islam Muhyidin Abi Zakaria Yahya bin Syarif An Nawawi, Riyadus Shalihin, t.th:304). Tampak jelas bagaimana erat hubungan antara keimanan seseorang dengan ketinggian akhlaknya. Dalam memberikan analisisnya tentang akhlak yang berhubungan dengan pembentukan kepribadian, Jalaluddin (2001:179) mengutip dari Abdullah Darras mengemukakan bahwa: “pendidikan akhlak berfungsi sebagai pemberi nilai-nilai Islam”. Adanya nilai-nilai Islam itu dalam sikap dan perilaku seseorang maka terbentuklah kepribadiannya. Pendidikan akhlak adalah dasar dari pembentukan watak dan kepribadian. Watak itu terbentuk melalui proses pembentukan kebiasaan dan pengertian serta merupakan perpaduan yang meliputi bakat, pendidikan, pengalaman dan alam sekelilingnya, yang menyatakan diri dalam segala rupa tingkah laku. Kepribadian adalah suatu kesatuan fungsianal antara fisik dan psikis atau jiwa dan raga dalam diri individu yang membentuk karakteristik atau ciri khas unik yang terwujud di dalam tingkah laku secara lahiriah maupun sikap batinnya sebagai bentuk penyesuaian dengan lingkungan. Jadi watak atau kepribadian itu adalah pribadi jiwa yang telah terbentuk yang menyatakan diri dan bercorak sebagai pekerti atau tingkah
30
laku atau organisasai kepribadian melingkupi kerja rohani dan kerja ragawi dalam kesatuan kepribadian. Penegasan bahwa pendidikan akhlak itu merupakan dasar pembentukan watak dan kepribadian, adalah telah digariskan oleh Nabi Muhammad saw dalam sabdanya:
ّ االوا: مسعت رسول هللا صلّى هللا عليو و سلّم:عن النّعها بن نشِر رضي هللا عنههاوال ىف اجلسد نضغة فاذا صلح سائر اجلسد وا ذا فسدت فسد سا ئر اجلسد االّ وىي القلب )(ر وا البخاري Artinya : Dari Nu’man bin Basyir ra. Berkata, saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda: Ingatlah bahwa sesungguhnya di dalam tubuh itu terdapat segumpal darah, jika ia dalam keadaan baik maka baik pulalah keadaan seluruh tubuh, dan jika buruk keadaannya maka buruklah keadaan seluruh tubuh, ketahuilah bahwa segumpal darah ialah hati (Shahih Bukhari, Juz I:28). Pengertian yang dapat diambil dari hadits nabi tersebut di atas bahwa keadaaan individu itu menentukan keadaan wataknya, keadaan budi individu itu dalam keadaan baik, maka wataknya serta pekertinya baik, sebaliknya kalau budinya dalam keadaan buruk, maka wataknya akan buruk pula. Jadi pembentukan watak itu merupakan suatu keharusan demi menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Dan yang menjadi dasar pembentukan watak adalah mendidik akhlak. 2. Dasar, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga a. Dasar Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga Sumber akhlak atau pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria baik buruknya sesuatu perbuatan adalah al-Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW (Shihab, 2000:263). Akhlak merupakan alat membedakan antara manusia dengan hewan. Kejayaan dan 31
kemulyaan hidup manusia pada dasarnya sangat ditentukan oleh akhlak manusia itu sendiri. Sebaliknya kerusakan atau kehancuran kehidupan manusia dan lingkungan sangat ditentukan oleh akhlak manusia pula. Itulah sebabnya pentingnya akhlak untuk dijaga dengan baik agar kehidupan ini tidak punah atau lenyap. Dengan demikian jelas bahwa dasar daripada akhlak adalah Al-Qur„an. Dasar akhlak dalam Al-Qur‟an, diantaranya Surat
Al-Qalam ayat 4:
Artinya: “dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (Departemen Agama RI, 1996:451) b. Tujuan Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga Tujuan disyariatkannya akhlak adalah agar setiap orang berbudi pekerti (berakhlak), bertingkah laku (tabiat), berperangai atau beradat istiadat yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam (Aziz, 2003:101). Menurut Amin (1991:63), manusia dijadikan oleh Allah agar berakhlak baik, bertindak tanduk yang baik terhadap sesama makhluk dan terhadap Allah, adalah karena Allah hendak menjadikan manusia makhluk yang tinggi, yang sempurna dan membedakannya dari makhluk-makhluk
lainnya.
Sedangkan
menurut
Muhammad
(1979:346), tujuan akhlak adalah kebahagiaan dunia dan akhirat, kesempurnaan jiwa bagi individu dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat. Selain hal tersebut di atas tujuan dari pendidikan akhlak, antara lain: 32
1) Membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia. Seseorang muslim yang berakhlak mulia senantiasa bertingkah laku terpuji, baik ketika berhubungan dengan Allah SWT, dengan sesama manusia, makhluk lainnya serta dengan alam lingkungan. 2) Menghindari
diri
dari
pengaruh
akal
pikiran
yang
menyesatkan. Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa akal pikiran. Pendapat-pendapat atau pikiranpikiran yang semata-mata didasarkan atas akal manusia, kadangkadang menyesatkan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, akal pikiran perlu dibimbing oleh akhlak agar manusia terbebas atau terhindar dari kehidupan yang sesat. 3) Seseorang yang mempelajari ilmu ini akan memiliki pengetahuan tentang kriteria perbuatan baik dan buruk, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk. 4) Ilmu akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia disegala bidang. Seseorang yang memiliki IPTEK yang maju disertai akhlak yang mulia, niscaya ilmu pengetahuaan yang dimiliki akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup manusia. Sebaliknya, orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memiliki pangkat, harta, kekuasaan, namun tidak disertai dengan akhlak yang mulia, maka semuanya itu akan
33
disalah gunakan yang akibatnya akan menimbulkan bencana dimuka bumi. 5) Demikian juga dengan mengetahui akhlak yang buruk serta bahaya-bahaya yang akan ditimbulkan darinya, menyebabkan orang enggan untuk melakukannya dan berusaha menjauhinya. Orang yang demikian pada akhirnya akan terhindar dari berbagai perbuatan yang dapat membahyakan dirinya. 6) Akhlak juga merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk lainnya. Setiap orang tidak lagi peduli soal baik atau buruk, soal halal dan haram. Karena yang berperan dan berfungsi pada diri masing-masing manusia adalah elemen syahwat (nafsu) nya yang telah dapat mengalahkan elemen akal pikiran mengalahkan nafsunya, maka dia derajatnya di atas malaikat
(http://zhebaulil.blogspot.com/2013/03/pengertian-dan-
manfaat-mempelajari.html, diakses pada senin,tanggal 25 Mei 2015 jam 11.00 WIB). Dari beberapa tujuan diatas, maka dapat diambil pengertian bahwa tujuan pendidikan akhlak dalam keluarga adalah agar manusia (anak/keturunan) berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai yang baik terhadap Allah dan terhadap sesama makhluk, sehingga akan menjadi lebih tinggi dan sempurna derajatnya dari pada makhluk lainnya serta mendapatkan ridhla dari Allah SWT, hingga akhirnya mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
34
c. Fungsi Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga. Keluarga adalah tempat yang mula-mula dikenal oleh seorang anak, didalam keluargalah semua ajaran agama dan segala pendidikan dimulai dan dikenalkan. Pengalaman ajaran kehidupan terutama sekali ajaran agama harus dimulai dari orang tua sendiri sebagai pendidik pertama dan utama kemudian barulah keluarga yang terdekat dan sesudah itu anggota masyarakat lainnya termasuk pendidikan formal dalam
sekolah.
Maryulis
Syamsuddin
(1987:71),
memberikan
penjelasan bahwa “di dalam rumah tangga mulailah diletakkan dasardasar pendidikan, anak dibiasakan patuh, berbudi luhur, berdisiplin, pandai menempatkan diri, sebagai hamba Allah SWT dan pandai bergaul dengan masyarakat”. Sehubungan
pendapat
di
atas
dapat
dipahami
bahwa
pendidikan keluarga sangat penting sekali fungsinya sebagai pendidikan pemula baik jasmani maupun rohani yang selanjutnya akan menjadi pangkat atau dasar hidup di kemudian hari kelak. Di dalam keluargalah anak mendapat pendidikan secara langsung dengan mengidentifikasikan atau meniru orang tua mereka secara sungguhsungguh. Oleh karena itulah kepribadian dan tngkah laku orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa dan sekaligus pribadi anak.
35
Hal tersebut bertandaskan atas sabda Rasul SAW
)اوينصرانو او ُيجسانو (رواه نسلم ّ يهودانو ّ نا نن نولود اال يولد على الفطرة فابواه Artinya: “Tidaklah seorang anak yang lahir itu kecuali dalam keadaan fitrah, Kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasroni atau Majusi” Dari hadist nabi tersebut di atas dapat di ambil pengertian bahwa pendidikan dalam keluraga sangat penting, selaku mereka para orang tua tahu bahwa anak dilahirkan ke dunia dalam keadaan fitrah. Allah telah meletakkan fitrahnya kepada anak dan menciptakan orang tua. Mereka sebagai pelindung dan pembimbing. Sekaligus tauladan, agar mereka dapat terbentuk dengan baik sebagaimana fitrah yang diciptakannya. Oleh sebab itu juga Islam sangat menganjurkan keluarga agar menjadi tempat pengasuhan yang tenang bagi anak dan menjadi tempat pemberi pengaruh besar dalam Lapangan Pendidikan. Atau lebih singkatnya Keluarga merupakan unit pertama yang mempengaruhi kehidupan seseorang sebab di dalam keluargalah manusia mula-mula digembleng untuk mengarungi kehidupan. Dari beberapa penjelasan mengenai fungsi dari pendidikan keluarga tersebut, Maryulis Syamsuddin (1987:11-12) menguatkan dengan memberikan penjelasan beberapa fungsi keluarga bila dilihat dari bidang pendidikan sangat berpengaruh, sebagai berikut :
36
1. Keluarga dibentuk untuk memberikan keturunan (reproduksi) yang merupakan tugas suci agama yang diberikan kepada manusia. Transisi pertama terjadi melalui fisik. 2. Keluarga mengharuskan untuk bertaggung jawab dalam bentuk pemeliharaan yang harus diselenggarakan demi kesejahteraan keluarga, dan anak-anak. 3. Pre-ferensi, adalah fungsi selanjutnya, karena hidup adalah “just a matter of choice”, maka orang tua harus mampu memberikan preferensi yang terbaik untuk anggota keluarga, terutama anaknya (jalan mana yang harus ditempuh dalam kehidupan anak). 4. Pewarisan nilai kemanusiaan, yang dikemudian hari dapat membuat manusia yang cinta damai, anak sholeh yang suka mendoakan kepada orang tua secara teratur mengembangkan kesejahteraan sosial dan ekonomi umat manusia, yang mampu menjaga dan melaksanakan hak asasi kemanusiaan yang adil dan beradab yang mampu menjaga kwalitas moralitas lingkungan hidup. Jadi jelaslah kiranya bahwa fungsi dari pendidikan keluarga adalah sebagai tempat utama untuk kelangsungan pendidikan agama dan umum, dan mempunyai peranan Paedagogis lebih tinggi dari lembaga pendidikan lain dan inilah sebabnya sepanjang sejarah bahkan sepanjang zaman keluarga memegang peranan penting terutama sekali dalam pendidikan anak-anak. Maka dari itu para orang tua dianjurkan wajib memperhatikan kenyataan dari kebenaran diri agar pendidikan 37
dalam
keluarga
dapat
mencapai
sukses
dan
jangan
sampai
melengahkan pendidikan keluarga ini. 3. Macam-Macam Akhlak a. Akhlak Al-Karimah Akhlak Al-karimah atau akhlak yang mulia sangat amat jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1) Akhlak terhadap Allah Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan menjangkau hakekatnya. Sebagai hamba Allah, yang harus dilakukan manusia kepada Tuhan-nya dan juga merupakan realisasi dari akhlaknya kepada Allah sebetulnya banyak sekali, namun yanga dipandang perlu sesuai dengan pembahasan kali ini adalah : a) Beriman kepada Allah, dalam hal ini termasuk didalamnya mencakup 6 hal yaitu yang biasa disebut dengan rukun iman. b) Taat, yakni melaksanakan perintah dan sekalipun menjauhi larangannya. c) Ikhlas, yakni kewajiban manusia untuk beribadah hanya dengan Allah dengan ikhlas dan pasrah tidak boleh beribadah kepada apa dan siapapun selain Allah.
38
d) Taubat dan istigfar, kita harus bahwa manusia tidak lepas dari dosa dalam keadaan terjerumus kedalam perbuatan ini, hendaknya manusia segera mengingat Allah, menyesali perbuatannya yang salah, mohon ampun (istighfar) serta kembali (taubat) dengan sebenar-benarnya. 2) Akhlak terhadap diri sendiri Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. Contohnya: Menghindari minuman yang beralkohol, menjaga kesucian jiwa, hidup sederhana serta jujur dan hindarkan perbuatan yang tercela. Setiap manusia mempunyai kewajiban moral terhadap dirinya sendiri, yaitu antara lain : a)
Memelihara kerapian diri,
b) Memelihara kesucian diri, c)
Berlaku tenang,
d) Menambah pengetahuan, e)
Menambah disiplin pribadi (Ya‟qub, 1993:99).
3) Akhlak terhadap sesama manusia Manusia
adalah
makhluk
sosial
yang
kelanjutan
eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain. Untuk itu, perlu bekerjasama dan saling tolongmenolong dengan orang lain. Islam menganjurkan berakhlak yang 39
baik kepada saudara karena ajaran agama Islam berjasa dalam ikut serta mendewasaan kita dan merupakan orang yang paling dekat dengan kita. Caranya dapat dilakukan dengan memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan dan menghargainya (Ardani, 2005:49-57). 4) Akhlak terhadap lingkungan sekitar Manusia merupakan makhluk Allah yang mulia karena Allah telah memberikan rasa kasih sayang kepadanya dan dibekali dengan akal. Dengan demikian, manusia adalah lebih mulia dibandingkan dengan makhluk Allah yang lainnya. Dengan kemuliaan manusia maka Allah memberikan tugas kepadanya untuk menjadi kholifah diatas bumi. Rusak atau tidaknya lingkungan sekitar tergantung dari perilaku manusia. Apabila akhlak serta kewajibannya sebagai kholifah diatas bumi dilakukan dengan baik maka ketenangan serta ketentraman masyarakat akan menjadi kenyataan dlam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pula sebaliknya, kalau semua kewajiban serta akhlak tersebut tidak dilaksanakan dalam artian tidak beriman dan bertaqwa dengan sebenarnya maka kerusakan yang akan terjadi sebagai hasil dari perbuatannya. Berangkat dari itu, maka sejak dini nilai pendidikan akhlak harus diberikan kepada anak didik sehingga nantinya diharapkan anak menjadi hamba yang selalu membawa ketentraman dan kesejahteraan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Jadi, manusia
menyaksikan
dan 40
menyadari
bahwa
Allah
telah
mengaruniakan kepadanya keutamaan yang tidak dapat terbilang dan karunia kenikmatan yang tidak bisa dihitung banyaknya, semua itu perlu disyukurinya dengan berupa berzikir dengan hatinya. Sebaiknya dalam kehidupannya senantiasa berlaku hidup sopan dan santun menjaga jiwanya agar selalu bersih, dapt tyerhindar dari perbuatan dosa, maksiat, sebab jiwa adalah yang terpenting dan pertama yang harus dijaga dan dipelihara dari hal-hal yang dapat mengotori dan merusaknya. Karena manusia adalah makhluk sosial maka ia perlu menciptakan suasana yang baik, satu dengan yang lainnya saling berakhlak yang baik. b. Akhlak Al-Mazmumah Akhlak Al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik seagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui caracara menjauhinya. Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, di antaranya: 1) Berbohong, ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya. 2) Takabur (sombong), ialah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain. Pendek kata merasa dirinya lebih hebat. 3) Dengki, ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain.
41
4) Bakhil atau kikir, ialah sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk orang lain (Ardani, 2005:57-59). Sebagaimana diuraikan di atas maka akhlak dalam wujud pengamalannya di bedakan menjadi dua: akhlak terpuji dan akhlak yang tercela. Jika sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik maka itulah yang dinamakan akhlak yang terpuji, sedangkan jika ia sesuai dengan apa yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya dan melahirkan perbuatanperbuatan yang buruk maka itulah yang dinamakan akhlak yang tercela. 4. Metode Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga Metode pendidikan yang dimaksud disini adalah cara yang digunakan dalam upaya mendidik (Ilyas, 1996:31). Jadi metode pendidikan akhlak adalah cara yang dilakukan dalam upaya mendidik akhlak. Menurut Abdur Rahman an-Nahlawi (1992:282-284), metode pendidikan yang dapat digunakan adalah metode hiwar (percakapan), metode kisah, metode amtsal (perumpamaan), metode teladan, metode pembiasaan diri dan pengalaman, metode pengambilan pelajaran dan peringatan, metode targhib dan tarhib (janji dan ancaman). Abdullah Nasikh Ulwan (1992:2), membagi metode pendidikan menjadi : metode keteladanan, metode nasehat, metode pengawasan, metode hukuman atau sanksi. Sedangkan Muhammad Quthb (1993:7), menyatakan metode pendidikan yang dapat dipakai adalah : metode teladan, metode nasehat, metode hukuman, metode cerita, metode 42
kebiasaan, metode penyaluran kekuatan, metode mengisi kekosongan, metode hikmah suatu peristiwa. Dari beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa metode pendidikan akhlak yang dapat digunakan: a. Metode Keteladanan Pendidikan dengan teladan berarti pendidikan dengan memberi contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berfikir dan sebagainya (Aly, 1999: 178). Keteladanan merupakan metode yang paling baik dalam rangka bimbingan orang tua kepada anaknya. Setiap anak yang akan menjalani proses kehidupannya, mereka memerlukan keteladanan yang baik dan saleh. Keteladanan dapat diperoleh dari orang tuanya. Manusia itu memiliki kebutuhan psikologis untuk menyerupai dan mencontoh orang yang dicintai dan dihargainya (Badawi, 2002:13). Apabila anak dibesarkan dengan bimbingan akhlak yang baik dari orang tua serta lingkungan muslim yang baik, maka ia akan mendapatkan banyak contoh atau keteladanan yang baik untuk perkembangan jiwanya (Tarazi, 2001:165). Yang berarti bahwa orang tua haruslah dapat memberi contoh yang baik bagi anaknya. Kedudukan orang tua merupakan sentral figur bagi anak-anaknya. Apabila orang tua memberi contoh yang kurang baik dalam perilakunya, maka seorang anak akan sulit berbuat yang baik. Di dalam rumah tangga muslim, moral, tata krama dan tata cara keagamaan yang paling baik adalah diajarkan dengan percontohan atau keteladanan. Teladan dari orang tua akan jauh lebih membekas dari
43
pada semua kata yang mereka ajarkan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al- Baqarah ayat 44 :
Artinya: “mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (Q. S. Al-Baqarah: 44). Dari ayat di atas jelas bahwa dengan memberi teladan yang baik kepada anak maka secara tidak langsung orang tua juga harus berlaku yang baik. Dengan demikian keteladanan yang diberikan orang tua pada anak-anaknya akan sangat menentukan keberhasilan orang tua dalam membimbing anak-anaknya. Dan metode inilah yang paling efektif untuk membimbing anaknya. Orang tua tidak hanya memberikan bimbingan secara lisan malainkan juga langsung memberikan contoh kepada anak-anaknya. b. Metode Kisah Di antara sistem pendidikan yang masyhur dan terbaik adalah dengan bentuk kisah atau cerita. Kisah itu mampu menyentuh jiwa jika didasari oleh ketulusan hati yang mendalam. Dan kisah itu juga mampu
mempengaruhi
seseorang
yang
membacanya
atau
mendengarnya, hingga dengan itu dia tergerak hatinya untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kejelekan. Peranan kisah dalam pembentukan akhlak itu sudah dikenal sejak dahulu, dan alQur‟an datang dengan kisah-kisah pendidikan yang sangat penting 44
artinya dalam kehidupan manusia dalam sisi akhlak dan jiwa (Ilyas, 1996:41). Hal ini karena penyampaian kisah yang indah biasanya itu sangat dalam artinya sebagaimana Al-Qur‟an menyebutkan peranan kisah sebagai suatu pelajaran akhlak :
Artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (QS. Yusuf:111) Dalam Islam banyak kisah para nabi yang dapat dipetik pelajaran moral yang dipaparkan melalui metode cerita. Sebagai contoh, kisah nabi Nuh, nabi Ibrahim, nabi Yunus, nabi Musa, kisah penyembelihan nabi Ismail dan lain-lain. Dari kisah-kisah tersebut, orang tua menceritakan kepada anak-anaknya dengan metode yang sangat berkesan dan dengan ungkapan-ungkapan yang sederhana sehingga anak dapat menyerap dengan baik dan dapat menerapkan dalam kehidupannya (Santhut, 1998:85). c. Metode Nasehat Di antara metode pendidikan yang populer sejak dulu adalah dengan cara nasehat, sebab manusia itu senang dan selalu memperhatikan jika mendengar nasehat dari orang yang dicintainya.
45
Oleh sebab itu, dalam kondisi yang demikian ini, nasehat sangat mampu berpengaruh pada diri orang yang mendengarkan nasihat. Di samping itu, nasehat tidak akan membekas manakala perbuatan yang memberi nasehat tidak sesuai dengan apa yang telah dinasehatkan. Oleh karena itu, dalam pendidikan nasehat saja tidaklah cukup bila tidak disertai dengan teladan dan perantara yang memungkinkan teladan itu diikuti dan diteladani (Quthb, 1993:334). Metode nasehat sangat diperlukan dalam menjelaskan kepada anak tentang segala hakekat moral yang mulia dalam agama Islam. Dari penjelasan di atas maka orang tua hendaknya memahami dalam memberikan nasehat dalam mendidik anak-anaknya secara spiritual, moral dan sosial. Sehingga akhirnya dapat menjadi anak yang baik akhlaknya serta berfikir jernih dan berwawasan luas. d. Metode Pembiasaan Pembiasaan merupakan salah satu metode dalam mendidik dan membimbing anak, yaitu dengan cara membiasakan anak untuk melakukan perbuatan yang diajarkan dalam agama. Misalnya, membaca basmalah ketika akan melakukan perbuatan yang baik dan mengucapkan hamdalah ketika selesai melakukan suatu perbuatan yang baik supaya mendapatkan keridlaan dari Allah. Firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 41 dan 42 :
46
Artinya: 41. “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya”. 42. “dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang”. Dengan membiasakan anak-anak untuk berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari, maka akan berakibat baik pula pada perilaku anak kelak jika sudah dewasa. e. Metode Pengawasan Metode lain yang ikut menunjang pelaksanaan pendidikan orang tua terhadap anak adalah melakukan pengawasan. Maksudnya yaitu mendampingi anak dalam upaya membentuk akhlak serta mengawasi dan mempersiapkan secara terus menerus tentang keadaannya, baik dalam jasmani maupun rohaninya. Pengawasan merupakan metode pendidikan yang tidak bisa diabaikan oleh orang tua. Anak tidak akan selamanya berada ditengah-tengah keluarganya dan berhubungan dengan orang-orang yang berada di dalamnya. Makin besar anak, makin luas dunianya. Atas dasar itu, sejak awal ia perlu belajar bersosialisasi dengan baik. Dengan bersosialisasi, anak akan mempelajari banyak akhlak tentang hubungan dengan orang lain, seperti menyayangi, tidak boleh menyakiti, memaafkan dan bermurah hati kepada sesamanya. Sulit dibayangkan anak akan bisa mengerti nilai-nilai tersebut apabila ia sendiri tidak pernah berhubungan dengan sesamanya. Sementara itu anak juga harus dihindarkan dari temanteman yang berakhlak buruk, sebab anak sangat mudah untuk beridentifikasi (Aly, 1999: 216). f. Metode Hukuman
47
Bila teladan dan nasehat tidak mampu, maka waktu itu harus diadakan tindakan tegas yang dapat meletakkan persoalan di tempat yang benar, tindakan tegas itu adalah hukuman. Hukuman merupakan metode terburuk, tetapi dalam kondisi tertentu harus digunakan. Hukuman adalah cara yang paling akhir. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang hendaknya diperhatikan pendidik dalam menggunakan hukuman (Aly, 1999: 200-201) : 1) Hukuman adalah metode kuratif, artinya tujuan hukuman ialah untuk memperbaiki peserta didik yang melakukan kesalahan dan memelihara peserta didik yang lainnya, bukan untuk balas dendam. 2) Hukuman baru digunakan apabila metode lain tidak berhasil guna dalam memperbaiki peserta didik. 3) Sebelum dijatuhi hukuman, peserta didik hendaknya lebih dahulu di beri kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri. 4) Hukuman yang dijatuhkan pada peserta didik hendaknya dapat dimengerti olehnya, sehingga ia sadar akan kesalahannya dan tidak mengulanginya. 5) Hukuman psikis lebih baik dari pada hukuman fisik. 6) Hukuman hendaknya disesuaikan dengan latar belakang kondisi peserta didik. 7) Dalam menjatuhkan hukuman, hendaknya diperhatikan prinsip logis, yaitu hukuman disesuaikan dengan jenis kesalahan.
48
8) Pendidik hendaknya tidak mengeluarkan ancaman hukuman yang tidak mungkin dilakukannya. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak benar-benar membutuhkan perhatian dari lingkungan keluarga, khususnya orang tua. Orang tua harus dapat menjadi teladan utama, dapat memberikan nasehatnasehat bila anak ada masalah yang mungkin tidak dapat diselesaikan oleh diri anak itu sendiri. Orang tua juga harus membiasakan anak-anaknya untuk melakukan perbuatan yang baik serta
mengawasi
segala
perbuatannya untuk kebaikan mereka dalam hidup di dunia ini. Apabila hal ini dapat dilakukan, maka nilai-nilai dan kaidah moral akan menjadi sendi-sendi dasar bagi anak.
B. Tinjauan Tentang Kepribadian Remaja 1. Kepribadian a. Pengertian Kepribadian. Istilah kepribadian berasal dari bahasa Latin “persona”, atau topeng yang dipakai orang untuk menampilkan dirinya pada dunia luar, tetapi psikologi memandang kepribadian lebih dari sekedar penampilan luar. Jess Feist & Gregory J. Feist (2009:86) mengatakan bahwa ”Kepribadian mencakup sistem fisik dan psikologis meliputi perilaku yang terlihat dan pikiran yang tidak terlihat, serta tidak hanya merupakan sesuatu, tetapi melakukan sesuatu. Kepribadian adalah substansi dan perubahan, produk dan proses serta struktur dan perkembangan.” 49
Sedangkan menurut Cattel (1965:27), kepribadian adalah apa yang menentukan perilaku dalam situasi yang ditetapkan dan dalam kesadaran jiwa yang ditetapkan. Koentjaraningrat (1980) dalam Alex Sobur (2009: 301) menyebut kepribadian sebagai susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia. Sedangkan menurut Woodworth dalam Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan (2007: 3-4) kepribadian yaitu kualitas tingkah laku total individu. Atkinson dkk. (1998: 202) berpendapat bahwa kepribadian merupakan segala bentuk pola pikiran, emosi, dan perilaku yang berbeda dan merupakan karakteristik yang menentukan gaya personal individu dan mempengaruhi interaksinya dengan lingkungan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Gardon Allport (1951) dalam Inge Hatugalung (2007:1) bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagi system psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam menyeseuaikan diri terhadap lingkungan. Menurut
Nana
Syaodih
Sukmadinata
(2003:136)
kepribadian
merupakan keterpaduan antara aspek-aspek kepribadian, yaitu aspek psikis seperti aku, keceerdasan, bakat, sikap, motif, minat, kemampuan, moral, dan aspek jasmaniah seperti postur tubuh, tinggi dan berat badan, indra, dll. Diantara aspek-aspek tersebut aku atau diri (self) seringkali ditempatkan sebagai pusat atau inti kepribadian, seperti yang dapat dilihat dalam gambar berikut:
50
BAKAT KEMAMPU AN
KECERDAS AN
AKU/SELF
INDRA
MOTIVASI SIKAP
TINGKAT BERAT BADAN POSTUR TUBUH
MORAL
Gambar 1. Aspek-Aspek Kepribadian Berdasarkan pendapat para pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan 1) sebuah sistem psikofisik pada diri manusia, 2) dibentuk melalui sebuah perkembangan 3) dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sehingga menurut peneliti kepribadian dapat diartikan sebagai “asumsi tentang kualitas tingkah laku manusia yang unik/khas yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia dalam menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan lingkungannya”. b. Karakteristik Kepribadian Menurut E.B. Hurlock dalam bukunya Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2007:12-14) mengemukakan bahwa karakteristik kepribadian yang sehat ditandai dengan: 1) Mampu menilai diri secara realistik; 2) Mampu menilai situasi secara realistik; 3) Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; 4) Mampu menerima tanggung jawab; 5) Kemandirian; 51
6) Dapat mengontrol emosi; 7) Berorientasi tujuan; 8) Berorientasi keluar (extrovert); 9) Penerimaan sosial, dinilai positif oleh orang lain; 10) Memiliki filsafat hidup; dan 11) Berbahagia. Adapun kepribadian yang tidak sehat ditandai dengan karakteristik seperti berikut. 1) Mudah marah (tersinggung); 2) Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan; 3) Sering merasa tertekan (stress atau depresi); 4) Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang (hewan); 5) Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum; 6) Mempunyai kebiasaan berbohong; 7) Hiperaktif; 8) Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas; 9) Senang mengkritik/mencemooh orang lain; 10) Sulit tidur; 11) Kurang memiliki rasa tanggung jawab; 12) Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan bersifat organis);
52
13) Kurang memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama; 14) Bersikap pesimis dalam menghadapi kehidupan; dan 15) Kurang bergairah dalam menjalani kehidupan (Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, 2007:14). Sedangkan menurut Dahler dalam Alex Sobur (2009:335-336) tanda-tanda kepribadian yang sehat adalah sebagai berikut. 1) Kepercayaan mendalam pada diri sendiri dan orang lain. 2) Tidak ragu-ragu, tidak malu, tetapi berani. 3) Inisiatif berkembang dan tidak selalu merasa dirinya bersalah atau berdosa. 4) Tidak merasa minder, tetapi mempunyai semangat kerja. 5) Bersikap jujur terhadap diri sendiri. 6) Mampu berdedikasi. 7) Senang berhubungan dengan sesama. 8) Generatifitas (kebapak-ibuan). 9) Integritas, yakni: a) Mempunyai kontinuitas dalam hidupnya; masa lampau tak disangkal, dan dengan gairah memandang masa depan; b) Kesanggupan untuk memperjuangkan nilai-nilai hidup yang nyata; bukan seorang penjual diri, oportunis, penghianat; c) Berani memimpin/bertanggung jawab; berani menanggung resiko, mempunyai jiwa kepemimpinan; hidup dianggapnya tantangan.
53
Adapun tanda-tanda kepribadian yang kurang sehat, sebagai berikut. 1) Tak mampu melakukan persahabatan, mengisolasikan diri. 2) Daya konsentrasi buyar, terlalu banyak melamun. 3) Penyangkalan terhadap nama, asal usul, suku bangsa, masa lampau, dan sebagainya. 4) Tak mampu memperjuangkan diri, bahkan kadang-kadang timbul keinginan mengakhiri hidup. 5) Sifat ingin membalas dendam; bereaksi terlalu radikal terhadap orang lain maupun dirinya sendiri; tidak mengakui dan tidak menerima masa lampaunya, lalu mau mengubah diri secara sangat radikal (Alex Sobur, 2009:336). c. Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun dalam kenyataannya sering ditemukan adanya perubahan kepribadian. Perubahan itu dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut Schoupenhouer, kepribadian itu lebih banyak dipengaruhi oleh faktor bawaan daripada faktor dari luar. Hal ini didukung oleh J.J. Roseseau yang berpendapat bahwa segala yang suci dari tangan Tuhan, rusak di tangan manusia. Anak manusia itu sejak lahir ada di dalam keadaan yang suci, tetapi karena dididik oleh manusia sehingga menjadi rusak (Agus Sujianto, Halem Lubis dan Taufik Hadi, 2008: 4). Contohnya adalah orang yang hidup dengan bakatnya, yang telah dibawa sejak
54
lahir, yang memang sukar sekali dihilangkan dengan pengaruh apapun juga. Hal tersebut kemudian dipertentangkan oleh John Locke dengan teori Tabula rasanya, yang berpendapat bahwa anak sejak lahir masih seperti tabula rasa, dan baru akan dapat berisi bila ia menerima sesuatu dari luar, lewat alat inderanya. Karena itu pengaruh dari luarlah yang lebih kuat daripada pembawaan manusia. Melihat pertentangan tersebut, W. Stern mengajukan teorinya yang dikenal dengan teori perpaduan yang berpendapat bahwa kedua kekuatan itu sebenarnya berpadu menjadi satu. Keduanya saling memberikan pengaruh. Sedangkan menurut Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan (2007:11) faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian, sebagai berikut: 1) Faktor fisik, seperti: gangguan otak, kurang gizi (malnutrisi), mengonsumsi obat-obat terlarang (NARKOBA), minuman keras, dan gangguan organik (sakit atau kecelakaan). 2) Faktor lingkungan sosial budaya, seperti: krisis politik, ekonomi, dan keamanan yang menyebabkan terjadinya masalah pribadi (stress, depresi) dan masalah sosial (pengangguran, premanisme, dan kriminalitas). 3) Faktor diri sendiri, seperti: tekanan emosional (frustasi yang berkepanjangan), dan identifikasi atau imitasi terhadap orang lain yang berkepribadian menyimpang.
55
Selanjutnya Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2007: 20-33) juga membagi faktor yang mempengaruhi kepribadian kedalam dua hal, yaitu faktor hereditas (genetika) dan faktor lingkungan (environment).
Faktor
hereditas
dalam
kaitannya
dengan
perkembangan kepribadian adalah: 1) Sebagai sumber bahan mentah kepribadian seperti fisik, inteligensi, dan temperamen; 2) Membatasi
perkembangan
kepribadian
(meskipun
kondisi
lingkungannya sangat baik/kondusif, perkembangan kepribadian itu tidak bias melebihi kapasitas atau potensi genetika); 3) Mempengaruhi keunikan kepribadian. Faktor lingkungan yang turut mempengaruhi kepribadian yaitu keluarga, kebudayaan, dan sekolah. Keluarga dipandang sebagai penentu utama pembentukan kepribadian karena keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak. Selain itu, anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga. Para anggota keluarga juga orang-orang yang sangat berpengaruh bagi pembentukan kepribadian anak. Dan terakhir, keluarga juga dipandang sebagai lembaga yang dapat memenuhi kebutuhan manusiawi terutama bagi
pengembangan
kepribadiannya.
Faktor
kebudayaan
mempengaruhi individu untuk mengikuti pola-pola perilaku tertentu yang telah dibuat orang lain untuk kita. Setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras, atau suku) memilik tradisi, adat, atau kebudayaan yang khas. Kebudayaan suatu masyarakat memberikan pengaruh terhadap 56
setiap warganya, baik yang menyangkut cara berpikir, cara bersikap, atau cara berperilaku. Faktor lingkungan sekolah yang dinilai dapat mempengaruhi kepribadian yaitu iklim emosional kelas, sikap dan perilaku guru, disiplin (tata-tertib), prestasi belajar, dan penerimaan teman sebaya. Hurlock dalam Muh. Farozin dan Kartika Nur Fathiyah (2003:18-21) mengemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang adalah pengalaman awal, pengaruh budaya, ciriciri fisik, kondisi fisik, keberhasilan dan kegagalan, penerimaan sosial, pengaruh keluarga, dan tingkat penyesuaian. Faktor pengalaman awal biasanya dialami pada masa kanakkanak dan ingatan akan hal itu akan sangat berpengaruh karena pengalaman meninggalkan kesan yang tidak terhapuskan pada konsep diri anak. Sedangkan dalam faktor pengaruh budaya, kelompok budaya menetapkan model untuk pola kepribadian yang disetujui dan menekan individu-individu yang tergabung di dalamnya untuk berperilaku sesuai dengan norma budaya yang bersangkutan sehingga pada akhirnya individu tersebut menyesuaikan diri mengikuti pola perilaku yang telah ditetapkan kelompok budaya dan perilaku tersebut menetap menjadi kecenderungan pola perilaku individu. Kemudian dalam faktor ciri-ciri fisik, secara langsung bentuk tubuh menentukan apa yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan seseorang. Sedangkan secara tidak langsung ciri-ciri fisik menentukan
57
bagaimana seseorang merasa tentang tubuhnya. Semakin banyak aktivitas dilakukan seseorang sesuai dengan ciri fisiknya akan semakin meningkatkan konsep diri positifnya dan pada akhirnya akan semakin mengembangkan kepribadian positif individu yang bersangkutan. Faktor yang selanjutnya yaitu kondisi fisik, dua aspek kondisi fisik yang mempengaruhi kepribadian yaitu kesehatan umum dan cacat jasmani. Kesehatan yang baik memungkinkan seseorang ikut serta dalam kegiatan kelompoknya sehingga lebih diterima kelompok dan pada akhirnya menentukan konsep diri positif yaitu sebagai individu yang diterima dengan baik oleh lingkungannya. Sedangkan cacat jasmani menentukan kepribadian seseorang melalui cara pandang seseorang terhadap kecacatannya dan aktivitas yang dapat dilakukan dengan kecacatan tersebut. Semakin banyak aktivitas dapat dilakukan oleh individu yang cacat akan semakin meningkatkan konsep diri positif yang pada akhirnya berpengaruh pada terbentuknya perkembangan kepribadian yang sehat. Faktor yang tidak kalah pentingnya yaitu keberhasilan dan kegagalan. Kepribadian juga ditentukan oleh anggapan seseorang mengenai dirinya yaitu sebagai seseorang yang sukses atau sebagai orang yang selalu gagal. Sedangkan faktor penerimaan sosial akan mempengaruhi setiap keinginan individu untuk mengembangkan sifatsifat yang disetujui secara sosial dan selanjutnya mempengaruhi konsep diri dan kepribadiannya.
58
Faktor keluarga juga ikut berperan dalam pembentukan kepribadian. Keluarga yang mengembangkan pola asuh yang menerima dan menghargai individu akan meningkatkan konsep diri positif dan selanjutnya berpengaruh positif terhadap kepribadian, begitu pula sebaliknya. Faktor yang terakhir yaitu tingkat penyesuaian. Tingkat penyesuaian diri yang tinggai memudahkan penerimaan lingkungan
sosial
terhadap
individu
yang
bersangkutan
dan
selanjutnya berpengaruh positif terhadap kepribadian. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepribadian seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi faktor fisik (ciri-ciri fisik dan kondisi fisik) dan faktor diri sendiri (genetika, sifat). Sedangkan faktor ekstern meliputi faktor lingkungan sosial dan budaya. 2. Remaja a. Pengertian Remaja Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, meliputi: perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Remaja sering kali didefinisikan sebagai periode transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau seseorang yang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya. Kartini Kartono (1995:148)
59
“masa remaja disebut pula sebagai penghubung antara masa kanakkanak dengan masa dewasa”. Pada periode ini terjadi perubahanperubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual. Disisi lain Sri Rumini dan Siti Sundari (2004: 53), menjelaskan masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja dalam (Sarlito Wirawan Sarwono, 2006: 7) adalah suatu masa ketika: 1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. 2) Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. 3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial. b. Batasan Usia Remaja
60
Terdapat batasan usia pada masa remaja yang difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa. Menurut Kartini Kartono (1995: 36) dibagi tiga yaitu: 1) Remaja Awal (12-15 Tahun) Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa. 2) Remaja Pertengahan (15-18 Tahun) Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis. Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal ini rentan akan timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada
dirinya
untuk melakukan
penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirnya.
61
3) Remaja Akhir (18-21 Tahun) Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya. Berdasarkan uraian pada sub bab kepribadian remaja dapat peneliti simpulkan bahwa yang dimaksud dengan kepribadian remaja adalah sejumlah ciri-ciri dan sifat-sifatnya sebagai person maupun cara-cara semuanya ini diintegrasikan ke dalam keseluruhan cara hidup. Kepribadian remaja meliputi semua ciri-ciri dan kemampuan yang dapat diukur, temperamen dan kecenderungan-kecenderungan baik emosional maupun pola-pola tingkah laku yang diukur oleh standar-standar masyarakat dimana ia hidup. Masa remaja merupakan saat berkembangnya jati diri (identity). Perkembangan ini merupakan sentral perkembanganya menuju dasar bagi masa dewasa. Perkembangan identitas ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: iklim keluarga, tokoh idola, peluang pengembangan diri. Apabila remaja dapat memperoleh pemahaman yang baik tentang aspek-aspek pokok identitas diri, seperti: fisik, kemampuan intelektual, emosi, sikap dan nilai-nilai maka dia akan siap untuk berfungsi dalam pergaulan yang sehat baik dengan teman sebaya, keluarga maupun masyarakat dewasa tanpa dibebani kecemasan dan frustasi.
62
C. Hubungan Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga Terhadap Kepribadian Remaja Masa remaja sedang berada dalam fase perkembangan yang amat pesat, fisiknya sudah semakin kuat dan semakin menarik. Masa remaja sudah mulai mampu berfikir abstrak dan memecahkan masalah yang bersifat hipotesis. Emosinya sedang menggelora sehingga memiliki semangat yang membara. Hubungan sosialnya semakin menunjukkan toleransi kepada orang lain, apalagi dengan sesama kelompok remaja. Loyalitas remaja kepada keluarganya lebih dulu ada dari loyalitas kepada kelompok teman, loyalitas kepada keluarga lebih lebih kuat dan kokoh dari pada loyalitas kepada kelompok dalam banyak kasus. Misalnya: untuk memuaskan kecenderungan untuk berkumpul, yang tidak ditemukannya dalam keluarga. Keluarga bertanggung-jawab terhadap anak-anaknya, kedua orang tua bertanggung jawab mendidik, memberi petunjuk dan selalu membiasakan dengan sifat-sifat yang baik. Disamping itu, mereka juga bertanggung jawab memenuhi kebutuhan-kebutuhan intuitif dan mental anak-anaknya. Dalam agama Islam melarang atau tidak menerima kalau orang tua terlalu memusatkan perhatian mereka kepada salah satu bidang tertentu dengan mengabaikan bidang yang lain, karena akan membawa dampak negatif terhadap bidang yang lain. Untuk itu agar tercipta remaja muslim yang berakhlak mulia, maka peran keluarga sangatlah penting untuk mewujudkanya. Dalam hal ini, suatu faktor penting yang memegang peranan menentukan dalam kehidupan remaja 63
yakni Agama. Sebab agama adalah latihan akhlak bagi jiwa manusia dan persoalan remaja, maka upaya mengatasinya dapat dilakukan melalui pendidikan akhlak. Karena dalam pendidikan akhlak di titik beratkan pada pembentukan mental remaja agar memiliki pribadi yang bermoral, budi pekerti yang luhur dan bersusila. Dalam proses ini tersimpul indikator bahwa pendidikan akhlak merupakan penuntun bagi remaja untuk memiliki sikap mental dan kepribadian sebaik yang ditujukan Al-Qur‟an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Pendidikan
akhlak
sangat
tepat
bagi
remaja
agar
didalam
perkembangan mentalnya tidak mengalami hambatan dan menyimpang kearah negatif. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan utama yang sangat penting atau bahkan tidak ada yang lebih penting dalam kaitanya dengan pendidikan aklak bagi perkembangan remaja anaknya. Unsur-unsur didalam keluarga, seperti: konstelasi keluarga, peran sosial dalam keluarga, karakteristik anggota keluarga, kekohesifan keluarga dan gangguan dalam keluarga akan berpengaruh terhadap penyesuaian diri anggotanya. Untuk itu pendidikan dalam Islam mewajibkan orang tua untuk berusaha secara kontinyu memperbaiki perasaan-perasaan dan karakter anakanak mereka yang remaja. Juga membiasakan mereka melakukan kebiasaankebiasaan dan etika-etika sosial, agar hal itu membantu mereka beradaptasi atau menyesuaikan diri berperilaku baik dengan angota-angota masyarakat. Pendidikan akhlak dalam keluarga dilakukan dengan cara mendidik dan mengajari akhlak yang baik dan membiasakan untuk melakukan sifat-sifat
64
terpuji semenjak anak masih kecil, sesuai dengan perkembangan jiwanya yang akan membentuk sikap tertentu pada anak yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan karena telah masuk menjadi bagian dari kepribadiannya dan sesuai dengan dasar, tujuan, materi dan metode pendidikan akhlak. Pembentukan kepribadian adalah proses yang mengarah kepada terbentuknya tingkah laku, baik dari segi fisik maupun psikis yang membedakan seorang anak (remaja) yang satu dengan yang lainnya menuju kesempurnaan serta sempurna agar kelak menjadi insan kamil, berguna bagi agama, bangsa dan negara. Pembentukan kepribadian berlangsung secara berangsur-angsur, proses pembentukannya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar dan melalui tiga tahap yaitu pembiasaan, pembentukan pengertian sikap dan minat dan pembentukan kerohanian yang luhur. Terdapat 3 (dua) aspek interaksi remaja-orang tua yaitu aspek objektif dan subjektif. Aspek Objektif adalah keadaan nyata dari peristiwa yang terjadi pada saat interaksi, sedangkan aspek subjektif adalah persepsi remaja terhadap peristiwa dalam interaksi tersebut. Kenyataan yang terjadi tidak jarang remaja lebih menggunakan aspek subjektif dalam berinteraksi dengan orang tua. Misalnya: orang tua sebenarnya ingin melindungi karena sayang kepada anaknya, justru dipersepsi sebagai terlalu mengekang dan membatasi remaja. Dasar-dasar perilaku, sikap hidup dan berbagai kebiasaan ditanamkan kepada anak (remaja) dalam lingkungan keluarga. Semua dasar yang menjadi
65
landasan bagi pengembangan pribadinya itu tidak mudah berubah. Oleh sebab itu, penting sekali diciptakan lingkungan keluarga yang baik, dalam arti menguntungkan bagi kemajuan dan perkembangan pribadi anak serta mendukung tercapainya tujuan yang dicita-citakan. Pergaulan anak seharihari dengan lingkungan keluarganya itu akan membentuk karakter, watak dan sikap serta kepribadian anak (Noor, 1980:17). Oleh karena itu, keluarga harus membentuk dan menumbuhkan kepribadian anak ke arah yang kuat dengan memberikan pengalaman atau kebiasaan yang baik, nilai-nilai akhlak yang tinggi serta kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama (Islam). Nilai-nilai akhlak yang ditanamkan dalam keluarga sejak dini pada anak-anak dengan sendirinya akan menjadi bagian dari unsur-unsur kepribadiannya. Keluarga dalam hal ini orang tua harus menyadari bahwa dari interaksi sehari-hari antara orang tua anak itulah terjadi proses peneladanan (modelling). Akhlak, perilaku dan kepribadian orang tua seperti pemurah, jujur, pemberani, teguh, mengemban dan menjalankan amanah, menghormati yang lebih tua, mengasihi yang lebih muda, dan seterusnya, akan berdampak positif terhadap pembentukan kepribadian anak. Pengalaman anak dalam keluarganya akan tetap melekat dalam jiwanya sehingga membentuk suatu watak dan kepribadian yang tidak terhapuskan. Dengan demikian wajib bagi orang tua mendidik akhlak anaknya. Pendidikan akhlak ini bertujuan menciptakan
sosok
yang berakhlakul
karimah
adalah
menuju
dan
menghampiri diri seseorang dan umat kepada Allah SWT Yang Maha Karim
66
atau istilah akhlakul karimah menuju pribadi taqwa (Falih dan Yusuf, 1973:119). Ada beberapa kewajiban keluarga terutama orang tua dalam memberikan pendidikan akhlak kepada anak, yaitu: (Langgulung, 1995:374375) 1. Memberi contoh yang baik bagi anak-anaknya dalam berpegang teguh pada akhlak yang mulia. 2. Menyediakan peluang-peluang dan suasana praktis dimana mereka dapat mempraktekkan akhlak yang diterima dari orang tuanya. 3. Memberi tanggung jawab yang sesuai kepada anak-anaknya supaya mereka merasa bebas memilih dalam tindak tanduknya. 4. Menunjukkan bahwa keluarga selalu mengawasi mereka dengan sadar dan bijaksana. 5. Menjaga mereka dari teman-temannya yang nyeleweng dari tempat-tempat kerusakan, dan lain-lain lagi cara dimana keluarga dapat mendidik akhlak anak-anaknya. Upaya pendidikan akhlak terhadap anak tersebut harus mendapatkan perhatian, karena mempunyai peranan penting dalam segala kehidupan. Akhlak merupakan dasar pembentukan sikap dan watak yang baik bagi anak yang sedang masa pertumbuhan. Orang tua harus benar-benar memperhatikan, membimbing dan mengarahkan pendidikan akhlak anak-anaknya agar mereka mempunyai budi pekerti yang mulia dalam kehidupannya. Sebab orang tua merupakan pembina pribadi pertama dalam kehidupan anak. Kepribadian
67
orang tua, sikap dan cara hidup merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung yang dengan sendirinya akan masuk dalam pribadi anak yang sedang bertumbuh (Daradjat, 1976:71). Dengan demikian anggota keluarga harus menyadari bahwa dalam pembentukan kepribadian anak (khususnya dalam masa remaja) sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya karena pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi, karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya. Dalam ikatan keluarga yang akrab dan hangat, seorang anak akan memperoleh pengertian tentang hak dan kewajiban, tanggung jawab yang diharapkan. Anak belajar bekerjasama, membagi rasa kepada yang lainnya, selalu ingat akan adanya saudara-saudaranya sehingga membentuk sikap sosial yang memudahkan hubungan sosial. Seorang anak dalam keluarga dimana terlihat ikatan keluarga yang diwarnai kehangatan dan keakraban akan membentuk azas hidup berkelompok yang baik sebagai landasan hidupnya di masyarakat.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, peranan keluarga dalam pendidikan akhlak untuk pembentukan kepribadian anak adalah: 1. Sebagai orang tua, mereka membesarkan, merawat, memelihara dan memberikan kesempatan berkembang menuju terbentuknya kepribadian anak.
68
Suatu
kenyataan
bahwa
manusia
diusia
kecilnya
sangat
membutuhkan pertolongan dari kelangsungan hidupnya. Orang tualah yang mempunyai hubungan fitri dengan anak untuk memelihara dan melindunginya, sudah merupakan naluri sejak pertama dengan seluruh potensinya sangat terkait dengan orang tuanya. Islam mengajarkan agar manusia mengingatkan kewaspadaannya untuk memelihara diri dan meningkatkan langkah-langkah potensinya sangat terkait dengan orang tuanya. Jadi jelaslah bahwa memelihara dan melindungi keluarga sangat penting sekali dengan jalan membekali mereka dengan iman yang kokoh untuk berbuat yang baik dan meninggalkan yang dilarang Allah. 2. Sebagai pendidik, mengajarkan ketangkasan motorik, ketrampilan melalui latihan-latihan, mengajarkan peraturan-peraturan, tata cara keluarga, tatanan
lingkungan
masyarakat,
menanamkan
pedoman
hidup
bermasyarakat. 3. Sebagai tokoh teladan, orang tua sebagai tokoh yang ditiru pola tingkah lakunya, cara berekspresi, cara berbicara dan sebagainya. 4. Sebagai pengawas, orang tua memperhatikan, mengamati kelakuan, tingkah laku anak. Mereka mengawasi anak agar anak tidak melanggar peraturan di rumah maupun di luar lingkungan keluarga. 5. Orang tua sebagai peletak dasar pembentukan kepribadian anak. Kepribadian anak berakar dalam diri orang tuanya, sedangkan orang tua merupakan faktor pendidik bagi anak dan memainkan peranan
69
paling utama dalam pertumbuhan kepribadiannya. Dengan kata lain, di satu sisi orang tua memberikan faktor lingkungan. Mereka adalah faktor dimana ciri-ciri khas, baik fisik maupun mental nenek moyangnya diwariskan kepada anak. Juga menyangkut sisi lingkungan, maka dipangkuan orang tualah anak diberikan pendidikan pertama dan tempat bagi pertumbuhan kepribadiannya. Dengan menanamkan nilai-nilai akhlak yang mulia , tingkah laku yang baik, kepedulian terhadap orang lain, akan terbentuklah kepribadian anak yang berakhlakul karimah. Pendidikan akhlak dalam keluarga mempunyai peranan yang penting bagi kepribadian anak khususnya pada masa remaja, yaitu sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian anak, dengan pemberian pendidikan akhlak dalam keluarga sejak dini akan terbentuklah kepribadian anak yang utuh yang nantinya akan membentuk kepribadian muslim (kepribadian yang seluruh aspek yakni tingkah laku, kegiatan-kegiatan jiwanya maupun filsafat hidupnya dan kepercayaan menunjukkan pengabdian kepada Allah SWT serta penyerahan diri kepada-Nya).
70
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Dukuh Donganti 1. Letak geografis Dukuh Donganti adalah merupakan salah satu Dukuh yang ada di Kelurahan Nglembu Kec. Sambi, Kab. Boyolali. Jateng. Kemudian Dukuh Donganti terdiri dari tiga RT, adapun lokasinya jika di tunjuk dari kota Boyolali adalah sebelah timur laut dari kota / kabupaten Boyolali yang jaraknya kurang lebih 20 km dari kota Boyolali. Kemudian Batas-batas wilayah dukuh Donganti sebagai berikut: a. Sebelah Utara
: Desa Kleben, Kec. Simo
b. Sebelah Timur
: Dukuh Gunung Kancil, Kec. Sambi
c. Sebelah Selatan
: Dukuh Karang Widodo, Kec. Sambi
d. Sebelah Barat
: Desa Sambiroto, Kec. Simo
Luas Wilayah Dukuh Donganti adalah 302.554 Ha yang terdiri dari a. Tanah sawah
: 113,04 ha
b. Tanah Pekarangan
: 62,914 ha
c. Tanah Perkebunan/tegalan
: 126,6 ha
Sumber : data kewilayahan dari Kantor Kelurahan Nglembu untuk lokasi RW. 03 Dukuh Donganti Tahun 2014-2015 2. Komposisi penduduk Menurut data statistik yang di peroleh dari Kantor Kelurahan Nglembu jumlah penduduk Dukuh donganti seluruhnya adalah 563 jiwa, perincian 353 laki-laki dan 210 jiwa perempuan. Jumlah Kepala Keluarga Dukuh donganti adalah 80 KK (Sumber : data kependudukan dari Kantor Kelurahan Nglembu untuk lokasi RW. 03 Dukuh Donganti Tahun 20142015) 71
Tabel 3.1 Klasifikasi Penduduk Menurut Umur UMUR
JUMLAH
0 – 1 Tahun
14
1 – 5 Tahun
18
6 – 10 Tahun
22
11 – 15 Tahun
19
16 – 20 Tahun
58
21 – 25 Tahun
65
26 – 30 Tahun
78
31 – 40 Tahun
53
41 – 50 Tahun
78
51 – 60 Tahun
83
Lebih dari 60 Tahun
75
JUMLAH
563
Sumber : tabel data statistik kependudukan dari Kantor Kelurahan Nglembu untuk lokasi RW. 03 Dukuh Donganti Tahun 20142015) 3. Keadaan pendidikan Penduduk Dukuh Donganti sebagian besar sudah melaksanakan pendidikan formal baik tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Untuk data yang lebih terperinci dapat dilihat tabel berikut: Tabel 3.2 Klasifikasi Penduduk Menurut Pendidikan Tidak Sekolah
140
Tamat SD
123
Tamat SLTP / Sederajat
95
Tamat SLTA / Sederajat
115
S1
86
S2
4 Jumlah
563
Sumber : S. Ahmadi, Ketua RW. 03 Kelurahan Nglembu, Dukuh Donganti, hasil wawancara pribadi, Donganti, 14 Juni 2015 jam 16.30 WIB 72
Berdasarkan tabel di atas, masyarakat Dukuh Donganti mempunyai kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pendidikan. Hal ini tampak dengan tidak adanya anak usia sekolah yang tidak sekolah dan berkurangnya jumlah lulusan Sekolah Dasar yang tidak melanjutkan ke SLTP dan SLTA serta makin banyaknya anak yang bersekolah ke luar kota untuk belajar di Perguruan Tinggi. 4. Mata Pencaharian Penduduk Dukuh Donganti berdasarkan umur 10 tahun ke atas bermata pencaharian sebagai petani, buruh atau pedagang dan sebagainya. Untuk lebih jelas dapat di lihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian No
Pekerjaan
Jumlah
1
PNS
71
2
TNI
9
3
POLRI
6
4
Perangkat Desa
1
5
Pensiunan
52
6
Buruh Pabrik
75
7
Buruh Bangunan
49
8
Petani
93
9
Peternak
48
10
Nelayan
-
11
Buruh tani
74
12
Pedagang
45
13
Lain-lain
40 563
Jumlah
Sumber : S. Ahmadi, data kependudukan warga RW. 03 Dukuh Donganti, Kelurahan Nglembu Tahun 2014-2015
73
5. Kondisi Keagamaan Berdasarkan
hasil
penelitian
di
Dukuh
Donganti
secara
keseluruhan menganut agama Islam Adapun sarana peribadahan yang ada di dukuh Donganti sebayak 3 buah dengan terperinci sebagai berikut : a. Masjid
: 1 buah
b. Mushola : 2 buah 6. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang ada di Dukuh Donganti yang berhubungan dengan masyarakat umum yaitu bidang olah raga lapangan Tenis Meja 1 buah, Lapangan Bulu Tangkis 1 buah dan lapangan Volly 1 buah. Untuk bidang kesehatan untuk umum : POLIDES (bertempat di rumah Bp Sutarno setiap hari Rabu). 7. Struktur Organisasi Dukuh Donganti Penanggung jawab S. Ahmadi Ketua Djalal Suyuti
Wakil Ketua Suharno
Bendahara Badarudin
RT 03 Sartono
Sekretaris Sartono
RT 05 Bejo Siswanto
RT 04 Suharno
Bagan 1 Struktur Organisasi Dukuh Donganti
74
Seksi Pemuda Arfan
B. Penyajian Data Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket yang disebarkan kepada responden (keluarga yang memiliki anak usia remaja). Setelah diperoleh data berdasarkan hasil angket tersebut kemudian dideskripsikan dengan membuat tabulasi yang merupakan proses mengubah data dari instrument pengumpulan data (angket) menjadi tabel-tabel angka. Data yang penulis kumpulkan terdiri dari dua macam data yaitu data mengenai pendidikan akhlak dalam keluarga dan data mengenai kepribadian remaja yang diambil dari hasil angket. 1. Daftar Responden Tabel 3.4 Daftar Responden No
Nama
No
Nama
1
Abdul Rouf A.
21
Nunik
2
Abdul Wahab
22
Nur Rohman
3
Andi Haryono
23
Sartono
4
Alwin Y
24
Siti Fatona
5
Badarudin
25
Siti Munjayanah
6
Tri Haryanto
26
Samsudin
7
Bejo Siswanto
27
S. Ahmadi
8
Dewi Kurniawati
28
Siti Nur Solikhati
9
Dwi Wahyuni
29
Suharno
10
Djumairi
30
Sutini
11
Djalal
31
Hafidudin
12
Eka Yuni Sari
32
Qomarudin
13
Haryanto Budi Utomo
33
Koirudin
75
No
Nama
No
Nama
14
Isnaini
34
Hasan
15
Joko P
35
Tarno
16
Maria Ulva
36
Daldiri
17
Mawardi
37
Ambari
18
M. Roisul F
38
Basori
19
M. Saiful
39
Suparmo
20
M. Abadi
40
Hartoyo
2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Adapun kisi-kisi instrumen penelitian, dapat peneliti sajikan dalam bentuk tabel, sebagai berikut: Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrument Penelitian [
Variabel
Nomor Butir Jumlah Pernyataan
Instrument Penerapan ibadah Penerapan kejujuran dalam
1, 2, 3, 4
4
5, 6
2
7, 8
2
9, 10, 11, 12
4
13, 14
2
bertindak Penerapan keadilan Pendidikan Akhlak
Kebijaksanaan
Dalam
penyelesaian suatu masalah
Keluarga
Kesabaran
dalam
dalam
menghadapi berbagai hal Kesopanan
dalam 15, 16, 17, 18
bertingkah-laku kebersihan diri
76
dan
4
Variabel
Nomor Butir Jumlah Pernyataan
Instrument Jumlah
18
Pelaksanaan ibadah dalam 1, 2, 3
3
dalam
4, 5, 6
3
dalam
7, 8, 9, 10
4
Kerajinan menuntut ilmu
11, 12, 13
3
Kebersihan diri sendiri dan
14, 15, 16
3
17, 18
2
kehidupan sehari-hari Kebijaksanaan bertindak Kesopanan Kepribadian
berbuat/tingkah laku
Remaja
lingkungan Mampu mengontrol diri Jumlah
18
3. Uji Validitas dan Reabilitas Angket Sebelum dibagikan kepada responden, terlebih dahulu butir pernyataan yang terdapat dalam angket penelitian tersebut diuji-cobakan terlebih dahulu kepada 10 (sepuluh) responden, untuk mengetahui validasi butir pernyataan dalam angket penelitian tersebut. a. Uji Validitas Angket Instrumen tes yang akan digunakan dalam penelitian perlu dilakukan uji validitas terlebih dahulu untuk mengetahui kelayakan soal yang dibuat. Arikunto dalam Ridwan (2011:97) menyatakan bahwa “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
77
keandalan atau kesahihan suatu alat ukur”. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2010: 173). Meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran memang alat untuk mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat. Mengukur validitas digunakan program komputer SPSS 16 for windows dengan menggunakan Coreected Item-Total Correlation yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item (nilai r hitung) dibandingkan dengan nilai r tabel. Kriteria soal dikatakan valid, jika nilai r hitung > 0,3 (Sugiyono, 2010: 178). Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga Item Pernyataan
r hitung
r kritis
Keterangan
Pernyataan 1
.348
0,30
Valid
Pernyataan 2
.638
0,30
Valid
Pernyataan 3
.745
0,30
Valid
Pernyataan 4
.674
0,30
Valid
Pernyataan 5
.727
0,30
Valid
Pernyataan 6
.638
0,30
Valid
Pernyataan 7
.483
0,30
Valid
Pernyataan 8
.348
0,30
Valid
Pernyataan 9
.745
0,30
Valid
Pernyataan 10
.745
0,30
Valid
Pernyataan 11
.723
0,30
Valid
Pernyataan 12
.638
0,30
Valid
Pernyataan 13
.504
0,30
Valid
78
Pernyataan 14
.674
0,30
Valid
Pernyataan 15
.674
0,30
Valid
Pernyataan 16
.546
0,30
Valid
Pernyataan 17
.723
0,30
Valid
Pernyataan 18
.483
0,30
Valid
Sumber:berdasarkan data yang telah diolah (terlampir)
Tabel 3.6 menunjukkan hasil uji validitas instrumen variabel x “pendidikan akhlak dalam keluarga” yang dilakukan oleh peneliti pada 10 responden, pada tanggal 14 Juni 2015 pukul 08.00 WIB. Instrumen angket berjumlah 18 pernyataan dengan jawaban yang telah disediakan peneliti. Setelah dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16 for windows dengan menggunakan Coreected Item-Total Correlation dan dibandingkan dengan r kritis, diketahui 18 pernyataan dalam angket penelitian dinyatakan valid. Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Kepribadian Remaja Item Pernyataan
r hitung
r kritis
Keterangan
Pernyataan 1
.785
0,30
Valid
Pernyataan 2
.325
0,30
Valid
Pernyataan 3
.785
0,30
Valid
Pernyataan 4
.707
0,30
Valid
Pernyataan 5
.921
0,30
Valid
Pernyataan 6
.582
0,30
Valid
Pernyataan 7
.464
0,30
Valid
Pernyataan 8
.582
0,30
Valid
Pernyataan 9
.582
0,30
Valid
Pernyataan 10
.785
0,30
Valid
Pernyataan 11
.921
0,30
Valid
79
Pernyataan 12
.626
0,30
Valid
Pernyataan 13
.325
0,30
Valid
Pernyataan 14
.458
0,30
Valid
Pernyataan 15
.727
0,30
Valid
Pernyataan 16
.707
0,30
Valid
Pernyataan 17
.582
0,30
Valid
Pernyataan 18
.921
0,30
Valid
Sumber:berdasarkan data yang telah diolah (terlampir)
Tabel 3.7 menunjukkan hasil uji validitas instrumen variabel y “kepribadian remaja” yang dilakukan oleh peneliti pada 10 responden, pada tanggal 14 Juni 2015 pukul 08.00 WIB. Instrumen angket berjumlah 18 pernyataan dengan jawaban yang telah disediakan peneliti. Setelah dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16 for windows dengan menggunakan Coreected Item-Total Correlation dan dibandingkan dengan r kritis, diketahui 18 pernyataan dalam angket penelitian dinyatakan valid. b. Uji Reliabilitas Angket Selain
pengujian
validitas,
juga
diperlukan
pengujian
reliabilitas. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Kalau dalam objek kemarin berwarna biru, maka hari ini dan besok tetap berwarna biru. Hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas berarti suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
80
sudah dianggap baik (Riduwan,2009:348). Pengujian reliabilitas menggunakan program komputer SPSS 16 for windows dengan menggunakan Gutman Split Half Coefficien. Tingkat reliabilitas instrumen mengunakan kriteria yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2002: 155) sebagai berikut : Tabel 3.8 Kriteria Reliabilitas Pernyataan Angket Besarnya nilai r
Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,00
Tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800
Cukup
Antara 0,400 sampai dengan 0,600
Agak Rendah
Antara 0,200 sampai dengan 0,400
Rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200
Sangat rendah (tidak berkorelasi)
Sumber:Suharsimi Arikunto.
Hasil uji reliabilitas item pernyataan angket dengan bantuan SPSS 16 for windows dapat dilihat pada tabel, sebagai berikut: Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .925
18
Sumber: berdasarkan data yang telah diolah (terlampir)
Tabel 3.9 menunjukkan jumlah item pernyataan angket adalah 18, dengan nilai Alhpa 0,925. Berdasarkan kriteria reliabilitas soal pada tabel 3.8, maka nilai Alpha 0,925 dikategorikan reliabilitas tinggi
81
sehingga instrumen angket ini dapat digunakan untuk penelitian berikutnya. Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Kepribadian Remaja Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .931
18
Sumber: berdasarkan data yang telah diolah (terlampir)
Tabel 3.10 menunjukkan jumlah item pernyataan angket adalah 18, dengan nilai Alhpa 0,931. Berdasarkan kriteria reliabilitas soal pada tabel 3.8, maka nilai Alpha 0,931 dikategorikan reliabilitas tinggi sehingga instrumen tes ini dapat digunakan untuk penelitian berikutnya. [
4. Hasil Jawaban Angket Untuk mengetahui nilai pendidikan akhlak dalam keluarga dan kepribadian remaja diperoleh dengan cara menjumlah hasil jawaban angket yang masing-masing jawaban telah diberikan skor, sebagai berikut: point alternatif jawaban Selalu (A) = 5, Sering (B) = 4, Kadang-Kadang (C) = 3, Pernah (D) = 2 dan Tidak Pernah (E) = 1. Tabel 3.11 Hasil Jawaban Angket Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga No Item
No. No Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17 18
1
001
5
5
5
4
5
5
4
5
5
5
4
5
5
4
4
5
4
4
2
002
5
5
4
5
4
5
5
5
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
3
003
4
4
3
4
3
4
5
4
3
3
3
4
4
4
4
5
3
5
82
No Item
No. No Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17 18
4
004
5
5
5
4
4
5
5
5
5
5
4
5
5
4
4
5
4
5
5
005
5
4
3
4
3
4
4
5
3
3
4
4
4
4
4
5
4
4
6
006
5
4
4
3
4
4
4
5
4
4
3
4
5
3
3
5
3
4
7
007
5
4
4
5
4
4
5
5
4
4
5
4
4
5
5
5
5
5
8
008
5
4
3
3
4
4
4
5
3
3
4
4
4
3
3
4
4
4
9
009
5
4
5
4
4
4
5
5
5
5
4
4
5
4
4
5
4
5
10
010
5
4
4
4
4
4
5
5
4
4
5
4
4
4
4
5
5
5
11
011
5
4
3
4
3
4
4
5
3
3
4
4
4
4
4
5
4
4
12
012
5
4
4
3
4
4
4
5
4
4
3
4
5
3
3
5
3
4
13
013
5
4
4
5
4
4
5
5
4
4
5
4
4
5
5
5
5
5
14
014
5
4
3
3
3
4
4
5
3
3
3
4
4
3
3
4
3
4
15
015
5
4
5
4
4
4
5
5
5
5
4
4
5
4
4
5
4
5
16
016
5
5
5
4
5
5
4
5
5
5
4
5
5
4
4
5
4
4
17
017
5
5
4
5
4
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
18
018
4
4
3
4
3
4
5
4
3
3
3
4
4
4
4
5
3
5
19
019
5
5
5
4
4
5
5
5
5
5
4
5
5
4
4
5
4
5
20
020
5
4
3
4
3
4
4
5
3
3
4
4
4
4
4
5
4
4
21
021
4
4
5
3
4
4
4
5
4
4
3
4
5
4
4
5
3
4
22
022
5
5
5
5
4
4
5
5
4
4
5
4
4
5
5
5
5
5
23
023
5
3
5
3
5
4
4
5
3
3
5
4
4
3
5
4
5
4
24
024
5
4
5
4
4
4
5
5
5
5
4
4
5
4
4
5
4
5
25
025
4
4
5
4
4
4
5
5
4
4
5
4
4
4
4
5
5
5
26
026
4
3
5
4
3
4
4
5
3
5
4
4
4
4
4
5
4
4
27
027
5
5
5
3
4
4
4
5
4
4
3
4
5
3
3
5
3
4
28
028
4
3
4
5
4
4
5
5
4
4
5
4
4
5
5
5
5
5
29
029
5
4
5
5
3
4
4
5
5
3
3
4
4
3
5
4
3
4
83
No Item
No. No Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17 18
30
030
5
5
5
4
4
4
5
5
5
5
4
4
5
4
4
5
4
5
31
031
4
4
3
4
3
4
5
4
3
4
3
4
4
5
4
5
3
5
32
032
5
5
5
4
4
5
5
5
5
5
4
5
5
4
4
5
4
5
33
033
5
4
3
4
3
4
4
5
3
3
4
4
4
4
4
5
4
4
34
034
4
4
5
3
4
4
4
5
4
4
3
4
5
5
3
5
3
4
35
035
5
5
5
5
4
4
5
5
4
4
5
4
4
5
5
5
5
5
36
036
5
3
5
3
3
4
4
5
5
3
3
4
4
5
3
4
5
4
37
037
5
4
5
4
4
4
5
5
5
5
4
4
5
4
4
5
4
5
38
038
4
4
5
4
4
4
5
5
4
4
5
4
4
4
4
5
5
5
39
039
4
3
5
4
3
4
4
5
3
3
4
4
4
4
4
5
4
4
40
040
5
5
5
3
4
4
4
5
4
4
3
4
5
3
3
5
3
4
Tabel 3.12 Hasil Jawaban Angket Tentang Kepribadian Remaja No
No Item
No. Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17 18
1
001
5
4
5
4
4
5
4
5
5
5
4
5
4
5
5
4
5
4
2
002
5
4
5
5
4
4
5
4
5
5
4
5
4
4
5
5
5
4
3
003
5
4
5
5
4
5
5
5
4
5
4
4
4
3
5
5
4
4
4
004
5
5
5
3
4
4
5
4
5
5
4
5
5
5
4
3
5
4
5
005
5
4
5
3
3
4
4
4
4
5
3
3
4
4
4
3
4
3
6
006
3
5
3
4
4
4
5
4
4
3
4
4
5
4
5
4
4
4
7
007
4
4
3
3
3
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
3
4
3
8
008
4
4
3
3
3
4
5
4
4
3
4
4
4
3
4
5
4
5
9
009
3
4
3
3
3
4
5
4
4
3
5
5
4
3
5
5
4
4
10
010
5
5
5
5
4
5
4
5
4
5
4
4
5
4
5
5
4
4
84
No
No Item
No. Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17 18
11
011
3
5
3
4
4
4
5
4
4
3
4
4
5
4
5
4
4
4
12
012
4
4
3
4
3
5
4
5
4
3
4
3
4
4
4
5
4
3
13
013
3
5
3
3
3
4
5
4
4
3
4
4
4
3
5
4
4
3
14
014
4
4
3
5
3
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
5
3
15
015
5
4
5
5
4
4
5
4
5
5
4
5
4
4
5
5
5
4
16
016
5
4
5
5
4
5
5
5
4
5
4
4
4
3
5
5
4
4
17
017
5
5
5
3
4
4
5
4
5
5
4
5
5
5
4
3
5
4
18
018
5
4
5
3
4
4
5
4
4
5
3
3
4
5
4
4
5
3
19
019
4
5
4
5
5
4
5
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
5
20
020
4
5
5
5
4
4
5
4
5
5
5
4
4
5
5
5
4
5
21
021
4
4
5
5
3
4
4
4
5
4
4
4
4
5
5
5
4
5
22
022
4
5
3
4
5
5
5
4
5
5
5
4
5
3
3
3
5
5
23
023
3
4
3
4
4
5
3
3
5
4
4
5
4
3
5
3
4
5
24
024
4
4
4
5
4
5
4
4
3
4
4
4
5
4
4
4
5
3
25
025
3
4
3
5
4
5
3
3
4
5
4
4
4
3
4
3
5
4
26
026
3
5
3
4
3
4
5
4
3
5
4
3
5
3
4
3
4
4
27
027
3
4
4
5
3
4
5
3
4
5
4
3
5
3
4
4
5
3
28
028
4
4
5
5
4
5
4
4
5
4
4
4
5
5
5
5
5
5
29
029
5
5
5
5
4
5
4
5
4
5
4
4
5
4
5
5
4
4
30
030
3
5
3
4
4
4
5
4
4
3
4
4
5
4
5
4
4
4
31
031
3
4
3
4
3
4
5
4
4
5
3
4
4
3
4
3
4
4
32
032
3
4
3
4
3
5
4
5
4
4
3
5
4
3
5
3
4
3
33
033
3
4
3
4
3
5
4
5
4
3
5
4
5
3
5
3
5
4
34
034
5
4
5
5
4
4
5
4
5
5
4
5
4
4
5
5
5
4
35
035
5
4
5
5
4
5
5
5
4
5
4
4
4
3
5
5
4
4
36
036
5
5
5
3
4
4
5
4
5
5
4
5
5
5
4
3
5
4
37
037
5
5
5
3
3
4
5
4
4
5
3
3
4
5
4
5
4
3
38
038
4
5
4
5
5
4
5
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
5
85
No
No Item
No. Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17 18
39
039
4
5
5
5
4
4
5
4
5
5
5
4
4
5
5
5
4
5
40
040
3
4
4
5
3
5
4
4
3
4
4
3
4
3
4
3
4
5
86
BAB IV ANALISIS DATA
Seluruh data dari hasil penelitian dari penyebaran angket dapat terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan data tersebut sesuai dengan proposinya masing-masing yang mengacu pada tujuan penelitian dan penulis menganalisis dari pertama, kedua dan ketiga, antara lain : A. Analisis Pertama Adapun langkah-langkah yang diambil,sebagai berikut : 1. Membuat tabel daftar nilai dan nominasi hasil observasi dalam daftar rating scale pada variabel pendidikan akhlak dalam keluarga. 2. Membuat tabel distribusi frekuensi jawaban dari angket 3. Memprosentasikan jawaban 4. Menginterprestasikan hasil prosentase jawaban responden Tabel 4.1 Statistics Frekuensi Jawaban Angket Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga N Valid 40 Missing 0 Mean 76.7250 Median 76.5000 Mode 71.00 Range 22.00 Minimum 65.00 Maximum 87.00 Sum 3069.00 Sumber: berdasarkan data yang telah diolah (terlampir) Untuk lebih jelasnya peneliti memaparkan dalam bentuk tabel, sebagai 87 berikut: 87
Tabel 4.2 Daftar Distribusi Frekuensi Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga Jawaban
No
Nilai
No
Total Responden
A
B
C
D
E
5
4
3
2
1
1
001
11
7
0
0
0
55
28
0
0
0
83
2
002
14
4
0
0
0
70
16
0
0
0
86
3
003
3
9
6
0
0
15
36
18
0
0
69
4
004
12
6
0
0
0
60
24
0
0
0
84
5
005
3
11
4
0
0
15
44
12
0
0
71
6
006
4
9
5
0
0
20
36
15
0
0
71
7
007
10
8
0
0
0
50
32
0
0
0
82
8
008
2
10
6
0
0
10
40
18
0
0
68
9
009
9
9
0
0
0
45
36
0
0
0
81
10
010
7
11
0
0
0
35
44
0
0
0
79
11
011
3
11
4
0
0
15
44
12
0
0
71
12
012
4
9
5
0
0
20
36
15
0
0
71
13
013
10
8
0
0
0
50
32
0
0
0
82
14
014
2
7
9
0
0
10
28
27
0
0
65
15
015
9
9
0
0
0
45
36
0
0
0
81
16
016
11
7
0
0
0
55
28
0
0
0
83
17
017
15
3
0
0
0
75
12
0
0
0
87
18
018
3
9
6
0
0
15
36
18
0
0
69
19
019
12
6
0
0
0
60
24
0
0
0
84
20
020
3
11
4
0
0
15
44
12
0
0
71
21
021
4
11
3
0
0
20
44
9
0
0
73
22
022
12
6
0
0
0
60
24
0
0
0
84
23
023
7
6
5
0
0
35
24
15
0
0
74
88
Jawaban
No
Nilai
No
Total Responden
A
B
C
D
E
5
4
3
2
1
24
024
9
9
0
0
0
45
36
0
0
0
81
25
025
7
11
0
0
0
35
44
0
0
0
79
26
026
4
11
3
0
0
20
44
9
0
0
73
27
027
6
7
5
0
0
30
28
15
0
0
73
28
028
9
8
1
0
0
45
32
3
0
0
80
29
029
6
7
5
0
0
30
28
15
0
0
73
30
030
10
8
0
0
0
50
32
0
0
0
82
31
031
4
9
5
0
0
20
36
15
0
0
71
32
032
11
7
0
0
0
55
28
0
0
0
83
33
033
3
11
4
0
0
15
44
12
0
0
71
34
034
5
9
4
0
0
25
36
12
0
0
73
35
035
12
6
0
0
0
60
24
0
0
0
84
36
036
6
7
5
0
0
30
28
15
0
0
73
37
037
9
9
0
0
0
45
36
0
0
0
81
38
038
7
11
0
0
0
35
44
0
0
0
79
39
039
3
11
4
0
0
15
44
12
0
0
71
40
040
6
7
5
0
0
30
28
15
0
0
73
Dari data di atas dapat di cari skor tertinggi dan terendah kemudian dicari intervalnya dengan menggunakan rumus : i
Xt Xr 1 Ki
Keterangan : i xt xr ki
: Interval : Nilai tertinggi : Nilai terendah : Kelas interval (tinggi, sedang, rendah)
89
Dari data hasil angket pendidikan akhlak dalam keluarga, diperoleh nilai tertinggi adalah 87 dan nilai terendah adalah 65. Dengan menggolongkan data tersebut ke dalam 3 kelas maka dapat diketahui inteval kelasnya, yaitu:
dibulatkan menjadi 8 Jadi jelas bahwa variabel ini dapat dikategorikan variasi tinggi, sedang, rendah, sebagai berikut : 1. Untuk kategori tinggi dengan jawaban A mendapat nilai 80 – 87 2. Untuk kategori sedang dengan jawaban B mendapat nilai 73 – 79 3. Untuk kategori rendah dengan jawaban C mendapat nilai 65 – 72
Kemudian dicari prosentasi tentang pendidikan akhlak dalam keluarga. Hal ini menggunakan rumus prosentase sebagai berikut : P
F X 100% N
1. Untuk kategori tinggi tentang pendidikan akhlak dalam keluarga, ada 17 responden :
90
= 42,5 % 2. Untuk kategori sedang tentang pendidikan akhlak dalam keluarga, ada 10 responden :
= 25 % 3. Untuk kategori rendah tentang pendidikan akhlak dalam keluarga, ada 13 responden :
= 32,5 %
Untuk lebih jelas peneliti sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi pendidikan akhlak dalam keluarga, sebagai berikut: Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Angket Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga Frequency Percent
Valid Cumulative Percent Percent Valid 81 – 88 17 42.5 42.5 42.5 73 – 80 10 25.0 25.0 67.5 65 – 72 13 32.5 32.5 100.0 Total 40 100.0 100.0 Sumber: berdasarkan data yang telah diolah (terlampir) Dari perhitungan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan akhlak dalam keluarga adalah 42,5 % dengan jumlah 17 responden dalam kategori tinggi, tingkat pendidikan akhlak dalam keluarga sebanyak 10 responden dengan persentase 25 % dalam kategori sedang, tingkat pendidikan 91
akhlak dalam keluarga dengan kategori rendah 32,5 % dengan jumlah 13 responden. Dengan demikian tingkat pendidikan akhlak dalam keluarga dalam kategori tinggi.
Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Angket Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga B. Analisis Kedua Untuk mengetahui tentang kepribadian remaja. Adapun langkahlangkah yang diambil, sebagai berikut : 1. Membuat tabel daftar nilai dan nominasi hasil observasi dalam daftar rating scale tentang kepribadian remaja. 2. Membuat tabel distribusi frekuensi tentang kepribadian remaja 3. Memprosentasikan jawaban 4. Menginterprestasikan hasil prosentase jawaban responden Tabel 4.4 Statistics Frekuensi Jawaban Angket Kepribadian Remaja Kepribadian Remaja N
Valid
40
Missing
0 92
Mean
75.4250
Median
74.0000
Mode
80.00
Range
19.00
Minimum
64.00
Maximum
83.00
Sum
3017.00
Sumber: berdasarkan data yang telah diolah (terlampir)
Untuk lebih jelasnya peneliti memaparkan dalam bentuk tabel, sebagai berikut: Tabel 4.5 Daftar Distribusi Frekuensi Kepribadian Remaja Jawaban
No
Nilai
No
Total Responden
A
B
C
D
E
5
4
3
2
1
1
001
10
8
0
0
0
50
32
0
0
0
82
2
002
10
8
0
0
0
50
32
0
0
0
82
3
003
9
8
1
0
0
45
32
3
0
0
80
4
004
10
6
2
0
0
50
24
6
0
0
80
5
005
3
9
6
0
0
15
36
18
0
0
69
6
006
4
11
3
0
0
20
44
9
0
0
73
7
007
0
10
8
0
0
0
40
24
0
0
64
8
008
3
10
5
0
0
15
40
15
0
0
70
9
009
5
7
6
0
0
25
28
18
0
0
71
10
010
10
8
0
0
0
50
32
0
0
0
82
11
011
4
11
3
0
0
20
44
9
0
0
73
93
Jawaban
No
Nilai
No
Total Responden
A
B
C
D
E
5
4
3
2
1
12
012
3
10
5
0
0
15
40
15
0
0
70
13
013
3
8
7
0
0
15
32
21
0
0
68
14
014
2
11
5
0
0
10
44
15
0
0
69
15
015
10
8
0
0
0
50
32
0
0
0
82
16
016
9
8
1
0
0
45
32
3
0
0
80
17
017
10
6
2
0
0
50
24
6
0
0
80
18
018
6
8
4
0
0
30
32
12
0
0
74
19
019
8
10
0
0
0
40
40
0
0
0
80
20
020
11
7
0
0
0
55
28
0
0
0
83
21
021
7
10
1
0
0
35
40
3
0
0
78
22
022
10
4
4
0
0
50
16
12
0
0
78
23
023
5
7
6
0
0
25
28
18
0
0
71
24
024
4
12
2
0
0
20
48
6
0
0
74
25
025
4
8
6
0
0
20
32
18
0
0
70
26
026
4
7
7
0
0
20
28
21
0
0
69
27
027
5
7
6
0
0
25
28
18
0
0
71
28
028
10
8
0
0
0
50
32
0
0
0
82
29
029
10
8
0
0
0
50
32
0
0
0
82
30
030
4
11
3
0
0
20
44
9
0
0
73
31
031
2
10
6
0
0
10
40
18
0
0
68
32
032
4
7
7
0
0
20
28
21
0
0
69
33
033
6
6
6
0
0
30
24
18
0
0
72
34
034
10
8
0
0
0
50
32
0
0
0
82
35
035
9
8
1
0
0
45
32
3
0
0
80
36
036
10
6
2
0
0
50
24
6
0
0
80
37
037
7
6
5
0
0
35
24
15
0
0
74
94
Jawaban
No
Nilai
No
Total Responden
A
B
C
D
E
5
4
3
2
1
38
038
8
10
0
0
0
40
40
0
0
0
80
39
039
11
7
0
0
0
55
28
0
0
0
83
40
040
3
9
6
0
0
15
36
18
0
0
69
Dari data di atas dapat di cari skor tertinggi dan terendah kemudian dicari intervalnya dengan menggunakan rumus : i
Xt Xr 1 Ki
Keterangan : i xt xr ki
: Interval : Nilai tertinggi : Nilai terendah : Kelas interval (tinggi, sedang, rendah)
Dari data hasil angket kepribadian remaja, diperoleh nilai tertinggi adalah 83 dan nilai terendah adalah 64. Dengan menggolongkan data tersebut ke dalam 3 kelas maka dapat diketahui inteval kelasnya, yaitu:
66 dibulatkan menjadi 7 Jadi jelas bahwa variabel ini dapat dikategorikan variasi tinggi, sedang, rendah, sebagai berikut : 1. Untuk kategori tinggi dengan jawaban A mendapat nilai 78 – 84 2. Untuk kategori sedang dengan jawaban B mendapat nilai 71 – 77
95
3. Untuk kategori rendah dengan jawaban C mendapat nilai 64 – 70 Kemudian dicari prosentasi tentang kepribadian remaja. Hal ini menggunakan rumus prosentase sebagai berikut : P
F X 100% N
1. Untuk kategori tinggi tentang kepribadian remaja, ada 19 responden :
= 47,5 % 2. Untuk kategori sedang tentang kepribadian remaja, ada 13 responden :
= 32,5 % 3. Untuk kategori rendah tentang kepribadian remaja, ada 8 responden :
= 20 % Untuk lebih jelas peneliti sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kepribadian remaja, sebagai berikut: Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Angket Kepribadian Remaja Frequency Percent Valid
Valid Percent
Cumulative Percent
78 – 84
19
47.5
47.5
47.5
71 – 77
13
32.5
32.5
80.0
64 – 70
8
20.0
20.0
100.0
Total
40
100.0
100.0
Sumber: berdasarkan data yang telah diolah (terlampir)
96
Dari perhitungan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kepribadian remaja adalah 47,5 % dengan jumlah 19 responden dalam kategori tinggi, tingkat kepribadian remaja sebanyak 13 responden dengan persentase 32,5 % dalam kategori sedang, tingkat kepribadian remaja dengan kategori rendah 20 % dengan jumlah 8 responden. Dengan demikian tingkat kepribadian remaja dalam kategori tinggi.
Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Angket Kepribadian Remaja
C. Analisis Ketiga Analisis ketiga untuk menjawab pertanyaan atau untuk mengetahui tujuan yang ketiga untuk mengetahui adakah hubungan signifikan pendidikan akhlak dalam keluarga dengan kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Donganti, Kab. Boyolali Tahun 2015. Maka untuk mengetahui tujuan tersebut penulis menggunakan rumus statistik korelasi product moment angka kasar dengan langkah sebagai berikut: a. Membuat tabel persiapan untuk mencari hubungan pendidikan akhlak dalam keluarga dengan kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015. b. Mencari x, y, x2, y2 dan xy dengan cara mengalikannya.
97
c. Untuk mengetahui kenormalan data dilakukan uji kolmogorof smirnov. d. Apabila data normal menggunakan uji statistik korelasi product moment pearson dan jika data tidak normal menggunakan uji statistik spearman rho, uji ini dipakai karena skala data yang dikumpulkan berbentuk ordinal dengan bantuan software spss 16 for windows. Tabel 4.7 Persiapan Untuk Mencari Hubungan Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga Dengan Kepribadian Remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015 No
X
Y
X2
Y2
XY
1
83
82
6889
6724
6806
2
86
82
7396
6724
7052
3
69
80
4761
6400
5520
4
84
80
7056
6400
6720
5
71
69
5041
4761
4899
6
71
73
5041
5329
5183
7
82
64
6724
4096
5248
8
68
70
4624
4900
4760
9
81
71
6561
5041
5751
10
79
82
6241
6724
6478
11
71
73
5041
5329
5183
12
71
70
5041
4900
4970
13
82
68
6724
4624
5576
14
65
69
4225
4761
4485
15
81
82
6561
6724
6642
16
83
80
6889
6400
6640
17
87
80
7569
6400
6960
18
69
74
4761
5476
5106
Responden
98
No
X
Y
X2
Y2
XY
19
84
80
7056
6400
6720
20
71
83
5041
6889
5893
21
73
78
5329
6084
5694
22
84
78
7056
6084
6552
23
74
71
5476
5041
5254
24
81
74
6561
5476
5994
25
79
70
6241
4900
5530
26
73
69
5329
4761
5037
27
73
71
5329
5041
5183
28
80
82
6400
6724
6560
29
73
82
5329
6724
5986
30
82
73
6724
5329
5986
31
71
68
5041
4624
4828
32
83
69
6889
4761
5727
33
71
72
5041
5184
5112
34
73
82
5329
6724
5986
35
84
80
7056
6400
6720
36
73
80
5329
6400
5840
37
81
74
6561
5476
5994
38
79
80
6241
6400
6320
39
71
83
5041
6889
5893
40
73
69
5329
4761
5037
3069
3017
236873
228785
231825
Responden
Diketahui : N = 40 x = 3069 y = 3017 2 x = 236873 2 y = 228785 xy = 231825 Langkah selanjutnya kedua variabel dilakukan uji normalitas, sebagai berikut: 99
Tabel 4.8 Hasil Tests of Normality Variabel X dan Variabel Y Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga .208 40 .000 .911 40 .004 (X) Kepribadian Remaja .218 40 .000 .889 40 .001 (Y) a. Lilliefors Significance Correction Sumber: berdasarkan data yang telah diolah dengan bantuan software spss 16 for windows (terlampir)
Diagram 4.3 Normal Q-Q Plot of Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga
Diagram 4.4 Normal Q-Q Plot of Kepribadian Remaja Berdasarkan hasil uji normalitas antara variabel x dan variabel y dalam distribusi tidak normal dikarenakan nilai Sig. < dari 0,05. Maka langkah
100
selanjutnya menghitung koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y dengan menggunakan uji statistik spearman rho (nonparametric correlation), sebagai berikut: Tabel 4.9 Hasil Korelasi Kedua Variabel Pendidikan Kepribadian Akhlak Dalam Remaja Keluarga Spearman's rho
Pendidikan Correlation Akhlak Dalam Coefficient Keluarga Sig. (2-tailed) (X) N Kepribadian Remaja (Y)
1.000
.219
.
.175
40
40
Correlation Coefficient
.219
1.000
Sig. (2-tailed)
.175
.
40
40
N
Sumber: berdasarkan data yang telah diolah dengan bantuan software spss 16 for windows (terlampir) Setelah r (koefisien korelasi) dari kedua variabel x dan y diketahui, maka
untuk
mengetahui
dapat
tidaknya
hipotesis
diterima
harus
dikonsultasikan nilai rxy hasil dari perhitungan dengan nilai r yang terdapat dalam tabel nilai r spearman’s ranked correlation coefficient sehingga dapat diketahui bahwa rhitung dengan rtabel signifikan atau tidak. Sesuai dengan data responden sebanyak 40 orang maka dapat dilihat dalam tabel critical values of the spearman’s ranked correlation coefficient (rs) adalah pada taraf 5 % = 0,313. Sehingga diperoleh perbandingan berdasar tabel nilai yang diperoleh ialah : 0,219 < 0,313 pada taraf signifikan 5 % (dikarenakan bila rhitung sama dengan atau lebih kecil dari r tabel sesuai dengan 101
data responden sebanyak 40 orang). Dari analisis data tersebut maka hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi "ada hubungan yang signifikan antara pendidikan akhlak dalam keluarga dengan kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015" ditolak. Pada taraf 1 % = 0,405 diperoleh perbandingan berdasarkan tabel nilai yang diperoleh ialah : 0,219 < 0,405 maka hipotesis nol (Ho) yang berbunyi : "Tidak ada hubungan positif antara pendidikan akhlak dalam keluarga dengan kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015" sehingga Ho diterima. Berdasarkan hasil interprestasi di atas dapat disimpulkan bawah tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan akhlak dalam keluarga dengan kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015.
102
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan dan analisis data yang terkumpul tentang hubungan pendidikan akhlak dalam keluarga dengan kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pendidikan akhlak dalam keluarga Berdasarkan distribusi frekuensi angket diperoleh hasil pendidikan akhlak dalam keluarga dengan kategori tinggi, dinyatakan oleh 17 responden atau 42,5 % dari 40 responden; kategori sedang, dinyatakan oleh 10 responden atau 25 % dari 40 responden dan kategori rendah, dinyatakan oleh 13 responden atau 32,5 % dari 40 responden. 2. Kepribadian remaja Berdasarkan distribusi frekuensi angket diperoleh hasil kepribadian remaja dengan kategori tinggi, dinyatakan oleh 19 respoden atau 47,5 % dari 40 responden; kategori sedang, dinyatakan oleh 13 responden atau 32,5 % dari 40 responden dan kategori rendah, dinyatakan oleh 8 responden atau
20 % dari 40 responden.
3. Berdasarkan analisis data dengan dengan menggunakan uji statistik spearman rho (nonparametric correlation), hasil penelitian rhasilnya 0,219. Dengan mengkonsultasikan dengan nilai tabel (r tabel) taraf signifikansi 5 % = 0,313, maka diperoleh data bahwa Ha lebih kecil dari r tabel (taraf signifikansi 5 %). Berdasarkan hasil studi empirik tersebut, maka hipotesis yang menyatakan: (Ha) "ada hubungan yang signifikan antara pendidikan 104 akhlak dalam keluarga dengan kepribadian remaja di Dukuh Donganti,
103
Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015" ditolak. Sedangkan hipotesis nol (Ho) yang berbunyi: "Tidak ada hubungan positif antara pendidikan akhlak dalam keluarga dengan kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015" sehingga Ho diterima. B. Saran 1. Bagi orang tua a. Hendaknya orang tua di RW III Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali untuk selalu lebih meningkatkan pendidikan akhlak dalam keluarga mereka, dengan membiasakan berperilaku yang sesuai dengan norma agama, norma sosial, norma kesusilaan dan norma kesopanan, lebih baik lagi khususnya dalam aspek pendidikan akhlak serta senantiasa membiasakan anak mereka dengan teladan tingkah laku yang baik. b. Orang tua hendaknya membekali diri dengan lebih memperkaya ilmuilmu, walaupun bukan diperoleh melalui pendidikan formal. Karena semakin banyak pengetahuan yang dimiliki semakin terbuka jalan untuk membantu mengarahkan anak dan merupakan kebahagiaan tersendiri apabila dapat membantu memecahkan persoalan anaknya, apalagi mengantarkan anak memiliki akhlak yang mulia. 2. Bagi remaja Hendaknya remaja dapat menghindari hal-hal yang negatif dalam pergaulan dan membentengi diri dari pengaruh-pengaruh pergaulan yang kurang baik, serta memperbanyak ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan agama. Dengan demikian remaja akan terbiasa menjauhkan diri dari hal yang negatif dan cenderung melakukan hal yang positif, yang
104
pada akhirnya dapat tertanam dalam diri dan terbentuk kepribadian yang baik. 3. Bagi masyarakat Hendaknya masyarakat senantiasa melakukan hal-hal yang positif dalam kehidupan bermasyarakat, dengan pembiasaan yang positif akan dapat memberikan tauladan kepada remaja yang tinggal di lingkungan tersebut untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang positif pula dan akan tertanam dan terbentuk dalam diri remaja pribadi-pribadi yang baik.
C. Penutup Dengan rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas terselesainya penulisan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan bahwa terdapat kesalahan dan kekurangan, hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis. Penulis mengharap kritik yang kunstruktif dan saran dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya
105
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. 2005. Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta). Al-Ghazali, Imam. Ihya „Ulumudin, Juz III (Mesir: al-khuramain). Al-syaibany, Omar M. M.Al-Toumy. 1979. Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta:Bulan Bintang). Aly, Hery Noer. 1999. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Logos). Amin, Ahmad. 1991. Etika (Ilmu Akhlak) (Jakarta : Bulan Bintang). An-Nahlawi, Abdurrahman. 1992. Prinsip-prinsip dan Pendidikan Islam dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, terj. Sihabuddin (Bandung: Diponegoro). AR, Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga. 2004. Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada). Ardani, Moh. 2005. Akhlak Tasawuf ( PT. Mitra Cahaya Utama). Arikunto, Suharsimi. 1995. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta) Awwad, Jaudah Muhammad. 1999. Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta: Gema Insani Press). Badawi, Ali. 2002. Imbalan dan Hukuman Pengaruhnya bagi Pendidikan Anak (Jakarta: Gema Insani Press). Daradjat, Zakiah. 1976. Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang). _____________. 2006. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Bumi Aksara). Depag RI. 1983. Ensiklopedia Islam Di Indonesia (Jakarta: Depag RI). Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. 2003. Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve). Falih, Ashadi dan Cahyo Yusuf. 1973. Akhlak Membentuk Pribadi Muslim (Semarang: Aneka Ilmu). Fuaduddin TM. 1999. Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam (Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Jender). Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research (Yogyakarta : Andi Yogyakarta). 106
Hamzah ya‟qub.1993. Etika Islam (Bandung: CV. Diponegoro). Hurlock, Elisabeth B. 1978. Child Development, Edisi VI (Tokyo: MC. Grow Hill). Ilyas, Asnelly. 1996. Mendambakan Anak Saleh : Prinsip-prinsip Pendidikan Anak dalam Islam (Bandung: Al-Bayan). Imam Zaenuddin Ahmad bin Abdul Zubaedi. t.th. Shahih Bukhari, Juz I, (Libanon: Dar al-Kutub). Indrakusuma, Amir Dalen. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usa Nasional). Jalaluddin. 1996. Psikologi Agama (Jakarta: Raja Grafindo Persada). ________. 2001. Teologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada). Joesoef, Soelaiman. 1992. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara). Koentjaraningrat. 1985. Aspek (Yogyakarta: Yayasan Ob)
Manusia
Dalam
Penelitian
Masyarakat
Langgulung, Hasan. 1978. Manusia dan Pendidikan (Jakarta: Raden Jaya Offset). _______________. 1995. Manusia dan Pendidikan (Jakarta: Husna Zikra). Mardalis. 2002. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara) Marimba, Ahmad D. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung: Al-Ma‟arif). Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset) Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam - Upaya Mengefektifikan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya). Nata, Abuddin. 2009. Akhlak Tasawuf (Jakarta: Rajawali Pers). Noor, Faried Ma‟ruf. 1980. Menuju Keluarga Sejahtera dan Bahagia (Bandung: Al-Ma‟arif). Poerwodarmito. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka). Pujosuwarno, Sayekti. 1994. Bimbingan Konseling Keluarga (Yogyakarta: Menara Mas Offsett). 107
Purwanto, Ngalim. 2000. Remaja RosdaKarya).
Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung:
Quthb, Muhammad. 1993. Sistem Pendidikan Islam, Terj. Salman Harun (Bandung: Al Ma‟arif). Ramayuli, 1998, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia). Riyanto, Theo dan Martin Handoko. 2004. Pendidikan Pada Usia Dini,Tuntunan Psikologis dan Pedagogis bagi Pendidik dan Orang tua (Jakarta : Grasindo). Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi. 1991. Cipta).
Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rineka
Samani, Muchlas. 2007. Menggagas Pendidikan Bermakna, ( Surabaya: SIC). Santhut, Khatib Ahmad. 1998. Menumbuhkan Sikap sosial,Moral dan Spiritual Anak dalam Keluarga Muslim, Terj. Ibnu Burdah (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998). Saputra, Ahmad Munif Surat. 2005. Filsafat Hukum Islam Al-Ghazali (Jakarta: Pustaka Firdaus). Shaheh Bukhari, maktabas-as-syamila, Juz 5:144, Juz 14:447, Juz 20:265 Shaw, Marvin E. dan Philip R. Costanzo. 1985. Theories Of Social Psychology (Auckland : Mc. Graw-Hill International) Shihab, M. Quraish. 2000. Wawasan al-Quran (Bandung: Mizan).. _______________. 1993. Membumikan Al-Qur‟an (Bandung: Mizan). Syamsudin, Maryulis dkk, 1987. Pendidikan Islam Dalam Keluarga (Jakarta: Kalam Mulia). Tarazi, Norma. 2001. Wahai Ibu Kenali Anakmu (Yogyakarta: Mitra Pustaka). Ulwan, Abdullah Nasikh. 1992. Pendidikan Anak menurut Islam Kaidah-kaidah Dasar (Bandung:
Remaja Rodakarya). Zakaria, Teuku Ramli. 2000. Pendidikan Budi Pekerti, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 021, Tahun ke-5 (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional)
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
KISI-KISI INSTRUMENT PENELITIAN A. Variabel X : Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga No.
Aspek Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga
Nomor Butir Pernyataan
1
Penerapan ibadah
1, 2, 3, 4
2
Penerapan kejujuran dalam bertindak
5, 6
3
Penerapan keadilan
7, 8
4
Kebijaksanaan dalam penyelesaian suatu masalah
5
Kesabaran dalam menghadapi berbagai hal
6
Kesopanan dalam bertingkah-laku dan kebersihan 15, 16, 17, 18 diri
9, 10, 11, 12 13, 14
B. Variabel Y : Kepribadian Remaja No.
Aspek Kepribadian Remaja
Nomor Butir Pernyataan
1
Pelaksanaan ibadah dalam kehidupan seharihari
1, 2, 3
2
Kebijaksanaan dalam bertindak
4, 5, 6
3
Kesopanan dalam berbuat/tingkah laku
7, 8, 9, 10
4
Kerajinan menuntut ilmu
11, 12, 13
5
Kebersihan diri sendiri dan lingkungan
14, 15, 16
6
Mampu mengontrol diri
17, 18
123
ANGKET PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA Nama
: ……………………………………..
Alamat
: ……………………………………. Di bawah ini terdapat pernyataan, pilih jawaban dengan memberi tanda
silang (X) pada salah satu pilihan jawaban di sebelah kanan Tidak ada jawaban yang BENAR atau SALAH. Jawaban anda benar, jika anda menjawab sesuai dengan keadaan anda sebenarnya. Adapun alternatif pilihan jawaban adalah: A : Jika Pernyataan Selalu anda lakukan B : Jika pernyataan Sering anda lakukan C : Jika Pernyataan Kadang-kadang anda lakukan D : Jika pernyataan Pernah anda lakukan E
: Jika Pernyataan Tidak pernah anda lakukan
No.
Pernyataan
A
1
Kami mengajak anak untuk mengerjakan sholat lima waktu
2
Kami mengajak anak untuk sholat berjamaah di rumah
3
Kami
mengingatkan kepada anak untuk
membiasakan bersedekah 4
Kami
mengajarkan kepada anak untuk
berbakti kepada orang tua 5
Kami akan memberikan hukuman jika anak berbohong
6
Jika menaruh janji kepada anak kami akan menepatinya
7
Kami memberikan uang jajan kepada anak sesuai dengan kebutuhannya
124
B
C
D
E
No.
Pernyataan
A
8
Kami memberikan kasih kaming yang sama terhadap anak-anak kami
9
Jika terjadi perkelahian antara anak kami dengan kakaknya, maka kami menyelesaikan permasalahan tersebut dengan musyawarah
10
Kami menegur anak dengan baik jika ia membuat kesalahan
11
Apabila
ada
masalah
anak
kami
mengusulkan permasalahannya, maka kami menanggapinya 12
Kami menganjurkan kepada anak untuk memaafkan
temannya
yang
membuat
kesalahan kepadanya 13
Kami mengingatkan kepada anak untuk tidak sedih ketika mendapatkan kesulitan
14
Kami memperlakukan anak dengan baik, walaupun anak membuat hati kami kesal
15
Kami mengucapkan salam ketika masuk dan keluar rumah
16
Kami mengucapkan terima kasih ketika diberikan sesuatu
17
Kami menyuruh anak membiasakan gosok gigi ketika ingin tidur
18
Kami
menyarankan kepada anak untuk
membiasakan mandi pada pagi hari
125
B
C
D
E
ANGKET KEPRIBADIAN REMAJA Nama
: ……………………………………..
Alamat
: ……………………………………. Di bawah ini terdapat Pernyataan, pilih jawaban dengan memberi tanda
silang (X) pada salah satu pilihan jawaban di sebelah kanan Tidak ada jawaban yang BENAR atau SALAH. Jawaban anda benar, jika anda menjawab sesuai dengan keadaan anda sebenarnya. Adapun alternatif pilihan jawaban adalah: A : Jika Pernyataan Selalu anda lakukan B : Jika pernyataan Sering anda lakukan C : Jika Pernyataan Kadang-kadang anda lakukan D : Jika pernyataan Pernah anda lakukan E
: Jika Pernyataan Tidak pernah anda lakukan
No.
Pernyataan
A
1
Anak kami mengerjakan sholat lima waktu
2
Anak kami belajar mengaji setiap hari
3
Anak kami bertutur kata sopan kepada orang tua
4
Ketika berbuat salah pada temannya anak kami meminta maaf
5
Anak
kami
memberikan
maaf
ketika
temannya membuat kesalahan 6
Anak kami tidak memakai barang milik kakak atau adiknya jika tidak mendapat izin
7
Anak kami berbicara dengan bagus dan sopan ketika berbicara dengan orang lain
8
Anak
kami
mengucapkan
salam
pergi dan pulang kerumah
126
ketika
B
C
D
E
No.
Pernyataan
A
9
Ketika diberikan sesuatu oleh temannya
B
C
D
E
anak kami mengucapkan terima kasih 10
Anak kami hormat kepada yang lebih tua
11
Anak kami merapihkan tempat tidurnya ketika bangun tidur
12
Anak
kami
mengerjakan
PR
ketika
diberikan PR oleh gurunya 13
Anak kami setiap hari belajar walaupun tanpa bimbingan kami
14
Anak
kami
membuang
sampah
pada
tempatnya 15
Anak
kami
mencuci
piringnya
setiap
selesai Makan 16
Anak kami mandi dua kali setiap hari dan sarapan setiap pagi
17
Percaya diri dan yakin akan kemampuan sendiri
18
Tidak mudah percaya dengan orang lain, mempertanyakan motif dibalik kata-kata
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
Pend. Akhlak Dlm Keluarga
40
100.0%
0
.0%
40
100.0%
Kepribadian Remaja
40
100.0%
0
.0%
40
100.0%
Descriptives Statistic
127
Std. Error
Pend. Akhlak Dlm Keluarga
Mean
76.7250
95% Confidence Interval for Lower Bound
74.8061
Mean
Upper Bound
78.6439
5% Trimmed Mean
76.7500
Median
76.5000
Variance
35.999
Std. Deviation
5.99995
Minimum
65.00
Maximum
87.00
Range
22.00
Interquartile Range
11.00
Skewness
-.012
.374
-1.397
.733
Mean
75.4250
.88715
95% Confidence Interval for Lower Bound
73.6306
Mean
77.2194
Kurtosis Kepribadian Remaja
.94867
Upper Bound
5% Trimmed Mean
75.5278
Median
74.0000
Variance
31.481
Std. Deviation
5.61083
Minimum
64.00
Maximum
83.00
Range
19.00
Interquartile Range
10.00
Skewness
-.123
.374
-1.468
.733
Kurtosis Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov Statistic
df
a
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Pend. Akhlak Dlm Keluarga
.208
40
.000
.911
40
.004
Kepribadian Remaja
.218
40
.000
.889
40
.001
128
Case Processing Summary Cases Valid N Pend. Akhlak Dlm Keluarga
Missing
Percent 40
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 40
100.0%
a. Lilliefors Significance Correction
PADK
Correlations
Spearman's rho
Pend. Akhlak Dlm Keluarga
Correlation Coefficient
Kepribadian
Dlm Keluarga
Remaja
1.000
.219
.
.175
40
40
Correlation Coefficient
.219
1.000
Sig. (2-tailed)
.175
.
40
40
Sig. (2-tailed) N Kepribadian Remaja
Pend. Akhlak
N
129
130
131
Critical Values of the Spearman‟s Ranked Correlation Coefficient (r s)
132
133
134