M.Nizar Syarif Hamidi, S.Kep, M.Kes
HUBUNGAN PEMBERIAN AKTIVITAS RANGE OFMOTION (ROM) TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR PASIEN DIABETES MELITUS DIRUANG RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
M.Nizar Syarif Hamidi Lecturer STIKes Tambusai lord Riau
[email protected]
ABSTRAK Diabetes represent a group of arising out symptom [at] someone marked with blood glucose rate exceeding is normal ( hiperglikemia) and result tuuh lacking of absolute good insulin and also relative. Pursuant to data of RSUD Arifin Achmad Pekanbaru ( 2014) got by number occurence of Diabetes mellitus counted 334 patient. Patient of Diabetes natural melitus [of] trouble sleep there [is] counted 18 people . Trouble sleep happened [at] patient of Diabetes melitus effect of situation which is not balmy, pastian ketidak taken care of, patient often shuffle through to urinate because the happening of osmotis diuresis and also patient feel pain in bone [at] foot/feet caused by hurt of genggren the target of this research is to know what is there [is] [Relation/Link] [Gift/ giving] of ROM aktifitas to makeup of the quality of patient sleep of Diabetes melitus. Research type which [is] used in this elite [is] quantitative with device of Quasi Eksperiment with Non Equivalent Pretest-Posttest Design [pass/through] test statistic t. Result of research [at] 29 taken care of existing responder to lodge RSUD Arifin Achmad Pekanbaru show value of P value ( 0,00 < a ( 0,05) meaning there are [relation/link] have a meaning (of) [among/between] ROM aktifitas with make-up of the quality of sleep [at] patient of Diabetes melitus. Thereby hypothesizing of alternative ( Ha) [at] research fail [in] refusing. Conclusion of this research that is there [is] [relation/link] [among/between] ROM aktifitas with make-up of the quality of patient sleep of diabetes melitus. Suggestion of this research [is] [so that/ to be] patient of diabetes natural melitus [of] sleep trouble can [do/conduct] ROM better, for want of sleep to influence insulin [job/activity] and make matters worse . Keywords : Diabetes Melitus, Sleep, ROM Daftar bacaan : 21 reference ( 2005-2015)
Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau
Page 41
M.Nizar Syarif Hamidi, S.Kep, M.Kes
PENDAHULUAN Kebanyakan di antara kita menyukai dan gemar makan makanan yang manis. Kandungan gula pada makanan memang sangat dibutuhkan bagi tubuh terutama sebagai sumber tenaga. Akan tetapi, dalam makanan manis juga terkandung bahaya yang mengancam terutama bagi penderita diabetes mellitus (Widharto, 2007). Pada dasarnya penyakit ini merupakan salah satu penyakit tertua yang dikenal manusia namun pemahaman mengenai penyakit ini baru diketahui sekitar seratus tahun yang lalu. Dua ahli kesehatan pada zaman yunani yaitu Celcus dan Aretus memberikan nama Diabetes pada orang yang banyak minum dan juga banyak urin. Oleh karna itu, salah satu tanda orang menderita diabetes yaitu banyak minum tetapi juga banyak mengeluarkan air seni terutama pada malam hari. Diabetes melitus merupakan penyakit yang muncul ketika terjadi gangguan dalam fungsi-fungsi tubuh yang mengatur karbohidrat, lemak, dan tergantung dalam makanan untuk menghasilkan energi.Kurangnya jumlah hormone insulin yang dihasilkan oleh pancreas menimbulkan penyakit diabetes melitus (Arora, 2008). Penelitian mengenai penyakit ini telah banyak dilakukan salah satunya dilakukan oleh dua orang dokter Jerman pada abad ke-19. Mereka menemukan adanya suatu kelenjer ludar perut, letaknya dibelakang lambung yang memproduksi suatu cairan yang dapat mengatur kadar gula dalam darah. Kelenjer ini disebut pancreas.Pada tahun 1921, tiga orang ilmuan Kanada dapat memisahkan suatu cairan dari sekelompok sel-sel
dalam kelenjer pancreas.Cairan itu dinamakan insulin.Sel-sel kecil di dalam kelenjer pancreas disebut pulau-pulau Langerhans. Insulin diduga mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam mengatur kadar gula dalam darah (Widharto, 2007). Banyak orang menyepelekan penyakit diabetes, padahal penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang cukup menonjol di antara penyakit-penyakit lain seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta penyakit kanker. Bahkan pasien Diabetes Melitus kini mencapai 2,1 % dari seluruh penduduk dunia 171 juta orang (WHO, 2000). Diabetes melitus sebenarnya tidak terlalu mempengaruhi kegiatan anda sehari - hari asalkan anda menjaga kadar gula darah tetap seimbang. Jika pola makan anda tidak teratur, kebugaran tubuh sangat kurang, dan mudah stres maka komplikasi Diabetes Melitus sangat mudah menyerang.Contoh komplikasi diabetes adalah gangguan penglihatan, luka yang tidak kunjung sembuh (bahkan dapat menyebabkan kematian jaringan/ganggren), gatal pada kulit, dan komplikasi lainnya. Diabetes memang tidak dapat di sembuhkan, tetapi ada cara untuk menjaga kadar gula agar tetap stabil. Misalnya dengan pengaturan pola makan, olah raga, terapi herbal, dan meditasi (Mahendra, 2008). Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh gangguan metabolisme yang berhubungan dengan insulin . Hal yang dapat menyebabkan kadar insulin naik karna pola tidur yang tidak normal (Murwani, 2008).
Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau
Page 42
HUBUNGAN PEMBERIAN AKTIVITAS RANGE OFMOTION (ROM) TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR PASIEN DIABETES MELITUS DIRUANG RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
Penelitian Knutson tahun 2009 di University of Chicago, Amerika Serikat bahwa pada pasien DM adanya hubungan antara kurang tidur dan kadar glukosa yang memburuk penelitian menemukan bahwa orang-orang dengan DM yang memiliki masalah tidur memiliki kadar glukosa 23 % lebih tinggi pada glukosa puasanya, 48 % lebih tinggi kadar insulin puasa, dan resistensi insulin 82 % lebih tinggi pada mereka dengan DM yang tidur normal (Wartanasional, 2011 dalam Rahmi, 2012). Tidur merupakan keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006).Shakespear melukiskan tidur sebagai “pemberi gizi utama dalam jamuan hidup”.Ia mengemukakan bahwa sebagian terbesar manusia istirahat yang penting untuk menjaga badan, pikiran dan semangat dalam keadaan baik. Robert Mck Nish, didalam bukunya The Phylosopi Of Sleep, 1834, mengemukakan tidur merupakan keadaan hidup atau mati. (Lumbantobing, 2008). Gangguan irama tidurbangun yang disebut juga sebagai gangguan ritme sirkadian (circadian rhythm) menggambarkan keadaan pasien yang pola irama tidurnya terganggu waktu tidur dan bangunnya tidak sebagai mana lazimnya.mungkin ia menjadi mengantuk dan tidur disiang hari, sedangkan dimalam hari ia bangun dan sulit tidur. Banyak pasien mengatakan dengan keluhan mengantuk yang berlebihan diwaktu
siang hari, tidur yang tidak menyegarkan, rasa capek yang tidak dapat diringankan oleh tidur, pada 80-90% dari mereka. Jadi dorongan untuk tidur pada suatu saat merupakan kombinasi ke 2 dorongan tersebut di atas (Lumbantobing, 2008). Faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur antara lain, penyakit dapat memengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Keadaan sakit apabila mengalami kurang tidur akan bisa memperpanjang pemulihan sakit. Selain itu tidur dipercaya mengkontribusi pemilihan fisiologi dan psikologis. Evaluasi terhadap masalah kebutuhan tidur dan istirahat dapat dinilai salah satunya dari hilangnya tanda klinis gangguan tidur dan penyimpangan pada pasien, seperti timbul perasaan segar, tidak gelisah, lesu dan apatis, hilangnya kehitaman di daerah sekitar mata, memulai hilangnya kelopak mata yang bengkak, tidak ada konjungtiva yang merah, mata perih, pasien sudah dapat berkonsentrasi penuh serta tidak ditemukan gangguan proses pikir, bicara, dan lain-lain (Hidayat, 2011). Masalah gangguan tidur pada DM muncul selain karna kecemasan akan hal yang berkaitan dengan penyakitnya, namun juga dikarenakan adanya nocturnal urine. Pada pasien dengan DM, tidur menjadi sangat penting karna kekurangan tidur akan mempengaruhi aktivitas pankreas dan menghasilkan insulin. Dalam hal ini tidur menjadi sangat penting untuk mengembalikan fungsi pankreas, atau meminimalkan untuk mempertahankan fungsi insulin pasien saat itu. Akademi pengobatan
Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau
Page 43
M.Nizar Syarif Hamidi, S.Kep, M.Kes
tidur Amerika (American Academy Of Sleep Medicine) melaporkan bertambahnya bukti berkaitan dengan kurangnya tidur dan gangguan tidur dapat berkembang bahkan memperburuk DM. Aktivitas yang teratur dan latihan dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan akan membantu insulin untuk memindahkan glukosa ke otot (Rahmi, 2012). Kualitas tidur Sebagian orang secara genetik tergolong aktif dipagi hari dan dimalam hari.Ada yang tidur pendek dan ada yang tidurnya panjang. Sebagian orang membutuhkan tidur lebih banyak dari rata-rata orang, dan sebagiannya lagi untuk kembali merasa segar dan bertenaga membutuhkan tidur kurang dari rata-rata. Tidur bukan hanya sekedar dilihat dari lamanya seseorang tidur, tetapi kualitasnya.Tidur lama, belum tentu orang tersebut merasa cukup tidur.Ketika seseorang terbangun dari tidurnya dan merasa bugar, hal itu menandakan bahwa mendapatkan tidur yang berkualitas (Hidayat, 2008 dalam rahmi, 2012). Latihan aktif ROM merupakan gerakan yang dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Saratun, 2008). Menjaga kebutuhan istirahat tidur serta pemilihan jenis aktivitas penting pada pasien yang sedang menjalani pengobatan dengan keterbatasan dari pasien sendiri dalam melakukan aktivitas terutama latihan fisik. Latihan rentang gerak ROM (range of motion) dipilih menjadi aktivitas yang akan digunakan karena menyesuaikan dengan kemampuan pasien untuk melakukan gerak, ROM merupakan gerakan isotonik atau terjadi
kontraksi dan pergerakan otot yang dilakukan klien dengan menggerakkan masingmasing persendihan sesuai dengan rentang gerak normal (Eni, 2006 dalam Rahmi, 2012). Latihan ROM dapat merangsang sirkulasi darah serta memelihara mobilitas persendian (Saratun, 2008). ROM ini diulang sebanyak 8 kali dan dilakukan sebanyak 2 kali sehari, perawat dirumah sakit jarang memberikan teknik ROM, oleh karna itu peneliliti melakukan penelitian di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tentang hubungan ROM terhadap peningkatan kualitas tidur pasien DM. Berdasarkan data Global Status Report on NCD yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2010 disebutkan, Diabetes Melitus menduduki peringkat ketujuh sebagai penyebab kematian pada kategori penyakit tidak menular. Rentang usia penderita diabetes pun bervariasi mulai dari 20 tahun hingga 79 tahun. Lalu studi terbaru dari International Diabetes Federation pada 2012 mengungkapkan, penderita Diabetes Melitus di seluruh dunia mencapai 371 juta orang. Adapun Indonesia masuk dalam urutan ketujuh negara dengan penderita diabetes terbanyak. Posisi pertama adalah Cina dengan 92,3 juta penderita, India sebanyak 63 juta jiwa, Amerika Serikat 24,1 juta jiwa, Brasil 13,4 juta jiwa, Rusia 12,7 juta jiwa, Meksiko 10,6 juta jiwa, dan Indonesia dengan jumlah penderita diabetes sebanyak 7,9 juta orang. Menurut ketua internasional diabetes federation untuk kawasan asia fasifik (IDF-WPR) tahun 2013,
Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau
Page 44
HUBUNGAN PEMBERIAN AKTIVITAS RANGE OFMOTION (ROM) TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR PASIEN DIABETES MELITUS DIRUANG RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
Indonesia menduduki peringkat ketujuh dunia dengan jumlah 7,9 juta penduduk hanya dalam satu tahun. Diperkirakan 2035 nanti, ada sekitar 14,1 juta penduduk Indonesia yang menderita diabetes. Data yang diambil dari RSUD Arifin Achmad pada tanggal 16 april 2015 pasien DM pada tahun 2014 adalah sebanyak 334 orang. Sedangkan pada bulan Januari dan Februari 2015 adalah sebanyak 66 orang (Rekam Medis RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2015). Survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 16 April 2015 jumlah pasien DM di RSUD Arifin Achmad sebanyak 18 orang, 7 orang laki-laki dan 11 orang perempuan, 15 orang di antaranya mengalami ganguan kualitas tidur, ini disebabkan keadaan yang tidak nyaman karna pasien sering bolak– balik buang air kecil, terjadinya diuresis osmotic karna pasien merasakan nyeri pada kaki yang disebabkan adanya luka ganggren. Sementara tindakan mengatasi gangguan tidur masih belum optimal. ROM pasif maupun aktif belum dilakukan pada pasien. Berdasarkan hal diatas peneliti menganggap perlu melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan Pemberian Aktivitas ROM Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Pasien DM di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru diruang rawat inap Kenanga, Dahlia, Merak, dan Anyelir. Adanya nocturnal urine, kecemasan, dan depresi pada pasien DM yang dirawat inap yang mempengaruhi kualitas tidur pasien DM maka, penulis ingin mengetahui apakah ada hubungan pemberian aktifitas ROM terhadap peningkatan
kualitas tidur pasien DM di ruang rawat inap RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah rencana atau strategi yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian (Notoatmodjo, 2010). Jenis penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu(quasi exsperimen) dengan rancangannonequivalentpretest-postast (Hidayat, 2012). menjelaskan bahwa metode quasi exsperimen (non-equivalent pretest-posttest design) merupakan suatu metode yang menggunakan hubungan sebab akibat yang melibatkan satu kelompok subyek. Penelitian terhadap satu kelompok yang diberikan suatu intervensi tertentu untuk diamati hasilnya dan dibandingkan dengan keadaan sebelum dan setelah diberikan intervensi. Intervensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemberian aktivitas ROM terhadap peningkatan kualitas tidur pasien DM selama 7 hari. Metode non-equivalent pretest-posttestini digunakan untuk melihat hubungan pemberian aktifitas ROM terhadap peningkatan kualitas tidur pasien DM di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Teknik Pengambilan Sampel Merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada. Rencana pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode acsidental sampling, yaitu dengan cara pengambilan sampel yang dilakukan
Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau
Page 45
M.Nizar Syarif Hamidi, S.Kep, M.Kes
pada responden yang di rawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Of Motion) terhadap peningkatan kualitas tidur pasien Diabetes Melitus di ruang rawat inap RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Hasil yang diperoleh setelah dilakukan penelitian adalah sebagai berikut:
HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada tanggal 06 Juli s/d 12 Juli 2015 terhadap penderita Diabetes Melitus (DM) di ruang rawat inap RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dengan jumlah responden sebanyak 29 orang. Untuk mengambil sampel dengan menggunakan teknik aksidental sampling.Model rencangan penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan non-equivalent Pretest-posttest Design yang berjudul „‟Hubungan Pemberian Aktivitas ROM (Range
Analisa Univariat Penelitian tentang hubungan pemberian aktivitas ROM (range of motion ) terhadap peningkatan kualitas tidur pasien DM data di analisa dari responden yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan dengan analisis univariat dalam bentuk tabel
1. Umur Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pasien DM Rawat Inap RSUD ArifinAchmad Pekanbaru Tahun 2015 No 1 2 3
Umur (Th) Dewasa awal (28-38 ) Dewasa tengah (40-55) Dewasa akhir (60-68) Total
Frekuensi 8 13 8 29
% 27,6 44,6 27,6 100
Sumber: analisis data primer, 2015
Tabel 4.1 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa umur penderita DM yang di rawat di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru 2. Jenis Kelamin
mayoritas dewasa tengah rentang 4065 tahun yaitu 13 (44,7 %) orang.
Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pasien DM yang dirawat di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2015 No 1 2
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Frekuensi 9 20 29
% 31,0 69,0 100
Sumber: analisis data primer, 2015
Tabel 4.2 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis kelamin pasien DM yang dirawat di RSUD Arifin
Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau
Achmad mayoritas (69,0%)
Pekanbaru perempuan 20 orang.
Page 46
HUBUNGAN PEMBERIAN AKTIVITAS RANGE OFMOTION (ROM) TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR PASIEN DIABETES MELITUS DIRUANG RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU 3. Pekerjaan Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan pasien DM yang di rawat di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2015 No 1 2 3 4
Pekerjaan IRT SWASTA WIRASWASTA PNS Total
Frekunsi 7 13 8 1 29
% 27,6 44,8 27,6 3,4 100
Sumber: analisis data primer, 2015
Tabel 4.3 dilihat bahwa pekerjaan pasien DM yang di rawat di RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru tidak merata, mayoritas swasta sebesar 13 (44,8%).
4. Pendidikan Tabel 4.4Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir pasien DM di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2015
No 1 2 3
Pendidikan Pendidikan dasar Pendidikan menengah Pendidikan tinggi Total
Frekuensi 2 23 4 29
% 6,9 79,3 13,8 100
Sumber, analisis data primer, 2015
Tabel 4.4 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pendidikan terakhir pasien DM yang di rawat di RSUD Arifn Achmad Pekanbaru
mayoritas adalah pendidikan menengah (SMP dan SMA) yaitu sebanyak 23 (79,3%) orang
5. Kualitas Tidur Responden Pretest Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan kualitas tidur pretest No 1 2
Kualitas tidur Nyenyak Tidak nyenyak Total
Frekunsi 4 25 29
% 13,8 86,2 100
Sumber: analisis data primer, 2015
Tabel 4.5 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah pasien DM kualitas
tidur tidak nyenyak sebelum ROM 38 (65,5) orang.
Tabel 4.6 Distribusi responden berdasarakan kualitas tidur postast No 1 2
Kualitas tidur Nyenyak Tidak nyenyak Total
Frekunsi 26 3 29
Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau
% 89,7 10,3 100
Page 47
M.Nizar Syarif Hamidi, S.Kep, M.Kes
Tabel 4.6 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah pasien DM kualitas tidur nyenyak setelah dilakukan ROM sebanyak 40 (69,0%) orang. PEMBAHASAN 1. Distribusi responden Berdasarkan Umur Gambaran karakteristik berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 4.1 mayoritas responden berada pada rentang antara 40-65 tahun (dewasa tengah) berjumlah 13 responden (44,6%). Hasil penelitian ini menunjukkan Umur sangat mempengaruhi tidur, kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan, usia 40-65 tahun memerlukan tidur 7 jam/ hari. (Hidayat, 2008). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Safrudin, 2011) kebutuhan tidur bergantung kepada tingkat perkembangan usia 40-65 tahun memerlukan tidur sebanyak 7 jam/hari. Karna disebabkan sistem saraf pusat yang mempengaruhi tidur. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sumiati, 2009) perkembangan usia 40-65 tahun memerlukan tidur sebanyak 6 jam/hari. Ini di sebabkan perubahan dan stres serta penggunaan obat tidur untuk membantu cepat tidurnya seseorang. 2.Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin mayoritas adalah perempuan sebanyak 20
responden (69,0%). Berdasarkan teori dan hasil penelitian diatas maka peneliti berpendapat bahwa Perempuan memiliki resiko lebih besar untuk menderita DM, berhubungan dengan lemak. Lakilaki dan perempuan membutuhkan kurang lebih 7 jam tidur per hari, pola tidur secara umum adalah berbeda, perempuan memiliki kecendrungan untuk tidur lebih lama dibandingkan laki-laki tetapi juga memiliki kecendrungan untuk lebih mudah terganggu dalam tidurnya. Banyak sekali perempuan yang didiagnosa menderita gangguan tidur atau sleep disorder (Vamale, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan peneliti di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru pada bulan juli 2015 penderita Diabetes Melitus memang lebih banyak perempuan dari pada laki-laki karna mereka memiliki pola makan yang tida sehat pola hidup yang tidak sehat, serta olah raga yang minim. Peruahan gaya hidup seperti ini bisa memicu semacam dampak biologis yang dapat mengganggu proses pengolahan gula darah yang akhirnya berakibat diabetes. banyak mengkonsumsi karbohidrat, makanan yang berlemak, serta lebih rentan stress. Karna bila stress yang berlebihan tingkat gula darah akan lebih cepat naik secara drastis. Tingkat gula darah tergantung kepada kegiatan hormon yang dikeluarkan dikelenjer adrenal, yaitu adrenalin dan kortikosteroid.Kedua hormone ini mengatur kebutuhan energi tubuh dalam menghadapi keadaan stres. Adrenalin yang dipacu terus menerus akan mengakibatkan insulin kewalahan mengatur kadar gula darah yang
Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau
Page 48
HUBUNGAN PEMBERIAN AKTIVITAS RANGE OFMOTION (ROM) TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR PASIEN DIABETES MELITUS DIRUANG RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
ideal. Akibatnya gula darah akan naik secara drastis. Dan akibatnya perempuan banyak yang mengalami gangguan tidur karna terjadinya diuresis osmatik serta stres yang berkepanjangan dalam menghadapi penyakit yang dideritanya (Lubis, 2008). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Windiarto, 2011 ) perempuan lebih rentan terkena DM. perempuan lebih mudah stress dan mengakibatkan gangguan tidur serta pekerjaan yang menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga memengaruhi proses tidur. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh (wasono, 2008) lakilaki dan wanita sama-sam mengalami gangguan tidur yang disebabkan siklus sirkadian sehingga memberikan efek signifikan pada tidur malam dan tingkat energi. 3. Distribusi Responden berdasarakn Pekerjaan Tabel 4.3 sebagian besar penderita DM yang dirawat di RSUD Pekanbaru bekerja sebagai swasta sebanyak 13 (44,8% ) orang. Pekerjaan adalah segala usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri maupun kebutuhan keluarga. Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan.Hal tersebut terlihat pada seorang yang telah melakukan aktivitas dan mencapai kelelahan. Maka, orang-orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek (Hidayat, 2008).
Pekerjaan seseorang mempengaruhi kualitas tidur seseorang, keadaan lelah akan meningkatkan relaksasi, dengan banyak beraktifitas, pasti akan mendapatkan tidur yang nyenyak, sehingga kualitas tidur seseorangpun akan baik. Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rahmi, 2012) keletihan akibat pekerjaan yang tinggi maka memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dilakukan. Hal tersebut dilihat pada sesorang yang telah melakukan aktivitas dan mencapai kelelahan. Maka orang tersebut akan mempercepat untuk tidur karna tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek. 4. Distribusiresponden berdasarkan Pendidikan Tabel 4.4 didapat bahwa distribusi responden berdasarkan pendidikan mayoritas adalah pendidikan menengah yaitu tamatan SMP dan SMA sebanyak 23 responden (79,3%). Menurut (Notoatmodjo, 2003 dalam Rahmi, 2009) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya adalah umur, pendidikan dan pengalaman.Pendidikan merupakan suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlansung seumur hidup. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin berkualitas pengetahuan seseorang akan mempengaruhi status kesehatan , terutama mengetahui pentingnya tidur untuk kesehatannya.
Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau
Page 49
M.Nizar Syarif Hamidi, S.Kep, M.Kes
a. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Tidur Pasien DM Pretes Dan postast Tabel 4.5 sebelum melakukan aktifitas ROM yang mengalami gangguan tidur sebanyak 38 orang (65,5%), sedangkan pada tabel 4.6 kualitas tidur setelah dilakukan ROM berkurang menjadi 18 (31,0%) orang. Dari data diatas terlihat bahwa adanya peningkatan kualitas tidur setelah di berikannya ROM. Kualitas tidur sangat penting, Akademi pengobatan tidur Amerika (American Academy of Sleep Medicine) melaporkan bertambahnya bukti berkaitan dengan kurangnya tidur dan gangguan tidur dapat berkembang bahkan memperburuk DM (Ulfa, 2012). Kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan, dewasa mudah dan dewasa tengah membutuhkan tidur 7-8 jam, sedangkan dewasa tua membutuhkan tidur 6 jam (Hidayat, 2008). Kualitas tidur sangat perlu bagi pasien DM, banyak hal mungkin mempengaruhi tidur pasien DM seperti noctural urine, nyeri pada luka, keadaan atau stuasi tempat istirahat yang tidak nyaman, oleh sebab itu banyak pasien DM yang mengalami gangguan tidur, seperti yang di jumpai di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. b. Hubungan Aktivitas ROM Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa disaat responden melakukan teknik ROM, responden
Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau
merasakan terjadinya relaksasi otot. Hal ini dibuktikan dari hasil sesudah teknik ROM selama 7 hari, terjadinya peningkatan kualitas tidur pasien DM. sedangkan perbedaan peneliti dengan penelitian sebelumnya adalah peneliti melakukan penelitian dengan teknik ROM sebanyak 7 hari dan melarang mengkonsumsi obat selama penelitian berlansung.sedangkan penelitian sebelumnya melakukan teknik ROM selama 10 hari dan tidak mengontrol obat pada responden saat penelitian berlansung. Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rahmi, 2012) setelah melakukan teknik ROM ada peningkatan kualitas tidur pasien DM. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di RSUD Arifin Achmad Pekanaru berpendapat bahwa penderita DM kebanyakan pada wanita yang disebakan oleh lemak dan perempuan lebih mudah stress dan mengakibatkan gangguan tidur. Temuan ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh (Hidayat, 2010) perempuan leih banyak mengalami gangguan tidur karna pekerjaan yang banyak dan mudah lelah ataupun fikiran yang kurang tenang dapat mengalami gangguan tidur.Panjang nya waktu tidur dan waktu yang di habiskan ditempat tidur dapat dipengaruhi oleh beerapa faktor
Page 50
HUBUNGAN PEMBERIAN AKTIVITAS RANGE OFMOTION (ROM) TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR PASIEN DIABETES MELITUS DIRUANG RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
salah satunya adalah kesehatan.Khususnya lagi pada wanita yang memeliki gangguan kesehatan, mereka cenderung memiliki waktu di tempat tidur lebih lama dengan waktu tidur yang lebih sedikit.Boleh dibilang, mereka memiliki proporsi tidur yang buruk. Apabila pasien DM mengalami gangguan tidur maka hal itu akan bisa memperuruk pasien DM karna dapat memperburuk kerja insulin. 2. Analisis Bivariat Analisis Bivariat uji-t dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai rata-rata kualitas tidur pasien DM antara sebelum dan sesudah di berikan aktifitas ROM. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji t-dependent test atau paired t-test didapatkan nilai rata-rata frekuensi kualitas tidur pasien sebesar 22,52%. Dengan rata-rata kualitas tidur sebelum diberikan aktifitas ROM sebesr 5,93 menjadi 3,71 dengan nilai signifikan adalah 0,000 lebih kecil dari p vule (0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan secara signifikan (bermakna) antara aktifitas ROM terhadap peningkatan kualitas tidur pasien DM. Penilaian yang dilakukan oleh Knutson tahun 2009 di university of , Amerika Serikat pada pasien DM adanya hubungan antara kurang tidur dan kadar glukosa yang memburuk. Peneliti menemukan bahwa orang-orang dengan diabetes yang memiliki masalah tidur memiliki kadar 23% lebih tinggi pada glukosa puasanya, 48% lebih tinggi kadar
insulin puasa, dan resistensi insulin 82% lebih tinggi dari pada mereka dengan diabetes yang tidur normal (Wartanasional, 2011). Latihan aktif ROM merupakan gerakan isotonic (terjadinya kontraksi dan pergerakan otot) yang dilakukan klien dengan menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai dengan rentang gerak yang normal (Eni, 2009). Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian aktifitas ROM pada pasien DM sangat mempengaruhi kualitas tidur, apabila pasien DM mengalami gangguan tidur hal itu akan bisa memperburuk keadaan pasien DM karena dapat mempengaruhi kerja insulin. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah terletak pada fasilitas, kondisi ruangan kurang nyaman sehingga responden kurang konsentrasi dalam melakukan teknik ROM.Penelitian ini berupa eksperimen, maka membutuhkan waktu yang cukup lama karena penelitian ini mengidentifikasikan perlunya latihan ROM pada malam hari sebelum tidur kemudian paginya diberikan kuesioner lagi kepada seluruh responden.Sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mengetahui seberapa besar hubungan aktifitas ROM terhadap peningkatan kualitas tidur pada pasien DM yang di rawat inap RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.Peneliti susah dalam pembagian kuesioner pada responden, karana susahnya responden dalam menulis untuk mengisi kuesioner, karena keadaan pasien yang lemah.
Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau
Page 51
M.Nizar Syarif Hamidi, S.Kep, M.Kes
KESIMPULAN Dari hasil penelitian hubungan aktifitas ROM (Range Of Motion) terhadap peningkatan kualitas tidur pasien Diabetes Melitus (DM) di rawat inap RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2015 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Pasien DM yang dirawat di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru sebelum dilakukan ROM yang mengalami gangguan kualitas tidur sebanyak 38 (65,2%) orang. Sedangkan setelah diberikan aktifitas ROM yang mengalami gangguan kualitas tidur berkurang menjadi 18 (31,0) orang. Kualitas tidur pasien DM sebelum diberikan ROM dari rata-ratanya sebesar 5,93. Sedangkan kualitas tidur pasien DM setelah diberikan aktifitas ROM rata-ratanya sebesar 3,71. Berarti adanya peningkatan kualitas tidur setelah pemberian aktifitas ROM. Terdapat hubungan yang significant antara aktifitas ROM dengan peningkatan kualitas tidur pasien DM yang dirawat di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. (pvalue = 0,000 < a 0,05). Sehingga Ha gagal ditolak. DAFTAR PUSTAKA Arora, Anjali. (2008). 5 Langkah Mencegah dan Mengobati Diabetes. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia. Hidayat, Aziz Alimul. (2012). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.Jakarta : Salemba Medika. Hidayat, Aziz Alimul. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, Aziz Alimul. (2011). Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, Aziz Alimul. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan
Teknik Analisa Data.Jakarta Salemba Medika.
:
Iskandar.(2010). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif).Jakarta : Gaung Persada Press. Lumbantobing, (2008). Tidur. Jakarta: FKUI.
Gangguan
Murwani, Arita. (2008). Perawatan Pasien Penyakit Dalam.Mitra Cendikia Press. , (2012), Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta Price,. (2006). Gangguan Gastrointestinal: PT. Kharisma Putra Utama Priyanto. (2008). Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika Sukarmin. (2012). Keperawatan pada sistem pencernaan. Jakarta: Pustaka Belajar Sartini.
(2012). Askep pada pasien gastritis. Dari http://adobereader.wordpress. diperoleh tanggal 3 Juli 2014
Profil
Kesehatan Indonesia. (2009). Penderiita Gastritis di Indonesia. http://profil Kesehatan Indonesia.com/2013/001/ Gastritis di Indonesia //.html. diperoleh tanggal 19 Mei 2014
Widya. (2012). Buletin Gastritis. diperoleh dari http: ///2011/001/data Gastritis di Provinsi Riau pada siswa//.html. diperoleh tanggal 3 Mei 2014 Yunita.
(2010). Permasalahan dan Pencegahan Gastritis. Dari http://makalahku.wordpress. diperoleh tanggal 5 Juli 2014
Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau
Page 52
HUBUNGAN PEMBERIAN AKTIVITAS RANGE OFMOTION (ROM) TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR PASIEN DIABETES MELITUS DIRUANG RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau
Page 1