HUBUNGAN KETELADANAN GURU DENGAN KETAWADHUAN SISWA PADA GURU DI MTS AL – MANAR TENGARAN SEMARANG TAHUN 2011 SKRIPSI Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: ISROTIN NAFISAH NIM 11107096
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011
MOTTO
Artinya: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (Q.S. Al-Ahzab: 21)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1. Allah SWT yang selalu memberi pertolongan setiap ku merasa kesulitan. 2. Ayah bundaku tercinta, Asroh dan Rukayah yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus untuk anakanaknya. 3. Kakakku Nur Fadhilah dan Lukman Nul Hakim 4. Desi, Wida dan Humaidi yang sudah membantu Q 5. Teman-teman PAI angkatan 2007 khususnya PAI-C. I love u all….
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Keteladanan Guru terhadap Ketawadhuan Siswa dengan Guru di Desa Bener Kec. Tengaran Kab. Semarang Tahun 2011” dapat terselesaikan. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggitingginya kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku ketua jurusan tarbiyah. 3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si, selaku ketua program studi PAI. 4. Bu Muna Erawati, selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik. 6. Ibu mustikowati selaku kepala sekolah MTs Al- Manar 7. Bapak dan ibu dosen serta karyawan STAIN Salatiga, yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini 8. Perpustakaan STAIN Salatiga
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.
Salatiga, 26 Juli 2011 Penulis
ABSTRAK
Handayani, Wuri, 2011. Pengaruh Aktivitas Pengajian Terhadap Aspek - Aspek Psikoreligius Remaja Di Dusun Jambukulon, Desa Manggis, Mojosongo, Boyolali. Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs Juz’an, M.Hum. Kata kunci : aktivitas pengajian dan aspek psikoreligius remaja Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui tingkat aktivitas pengajian terhadap aspek-aspek psikoreligius remaja di Dusun Jambukulon Desa Manggis Mojosongo Boyolali. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1. Bagaimana aktivitas pengajian di kalangan remaja Dusun Jambu kulon, Boyolali, Tahun 2011. 2. Adakah aspek psikoreligius dari dampak aktivitas pengajian bagi remaja Dusun Jambu kulon, Boyolali, Tahun 2011. 3. Adakah pengaruh aspek-aspek psikoreligius remaja dalam aktivitas pengajian terhadap perilaku sehari-hari remaja Dusun Jambu kulon, Boyolali, Tahun 2011. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tekhnik angket, metode dokumentasi, dan metode observasi, dan metode observasi. Subyek penelitian ini adalah seluruh remaja yang mengikuti aktivitas pengajian di Dusun Jambukulon Desa Manggis Mojosongo Boyolali, sebanyak 30 remaja. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat aktivitas pengajian remaja di Dusun Jambukulon Desa Manggis Mojosongo Boyolali tergolong tinggi sebanyak 46,7% (Sebanyak 14 remaja). Sedangkan aspek – aspek psikoreligius remaja sebagian besar tergolong dalam kategori tinggi yaitu 53,3% (Sebanyak 16 remaja). Setelah dianalisis menggunakan product moment diperoleh nilai rxy sebesar 0,663, pada taraf signifikan antara aktivitas pengajian dan aspek psikoreligius di Dusun jambukulon Desa Manggis Mojosongo Boyolali.
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................. i LEMBAR BERLOGO ........................................................................................... ii JUDUL .................................................................................................................. iii PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iv PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ v DEKLARASI ....................................................................................................... vi MOTTO ................................................................................................................ vii PERSEMBAHAN ................................................................................................. viii KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix ABSTRAK ........................................................................................................... xi DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4 D. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 5 E. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 5 F. Definisi Operasional ......................................................................... 6 G. Metode Penelitian ............................................................................. 9 H. Sistematika Penulisan Skripsi ........................................................... 12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Pengajian............................................................................ 14 1.
Pengertian Aktifitas Pengajian .............................................. 14
2.
Dasar Pengajian .................................................................... 15
3.
Tujuan Pengajian .................................................................. 17
4.
Peranan Pengajian ................................................................. 18
5.
Materi Yang Menjadi Kajian ................................................. 20
6.
Metode Yang Digunakan dalam Pengajian ............................ 20
B. Aspek–Aspek Psikoreligius .............................................................. 22 1.
Pengertian Psikoreligius ........................................................ 22
2.
Pengertian Remaja ................................................................ 23
3.
Konflik Pada Remaja ............................................................ 25
4.
Psikoreligius Remaja ............................................................ 28
C. Pengaruh Aktivitas Pengajian terhadap Aspek Psikoreligius Remaja . 29 BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Dusun Jambukulon Desa Manggis Mojosongo ..... 33 1. Keadaan Geografis Dusun jambukulon ....................................... 33 2. Monografis Dusun Jambukulon Desa Manggis ........................... 34 B. Gambaran Umum Pengajian di Dusun Jambukulon ........................... 36 C. Penyajian Data ................................................................................. 39 1.
Data Responden ......................................................................... 39
2.
Data Hasil Jawaban Angket ....................................................... 40
BAB IV
ANALISIS DATA A. Analisis Deskriptif ............................................................................ 44 1. Analisis Data Aktivitas Pengajian ............................................... 44 2. Analisis Data Aspek Psikoreligius .............................................. 48 B. Analisis Uji Hipotesis ....................................................................... 53 C. Pembahasan ...................................................................................... 55
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... 57 B. Saran ............................................................................................... 58 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 59
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Data Sarana Prasarana MTs Al-Manar
Tabel 2
Data Daftar Guru dan Karyawan MTs Al-Manar
Tabel 3
Data Struktur Organisasi
Tabel 4
Data Keadaan Sekolah
Tabel 5
Data Nama Responden Kelas IX
Tabel 6
Data Jawaban Angket Variabel Keteladanan Guru
Tabel 7
Data Frekuensi Tingkat Keteladanan Guru
Tabel 8
Data Jawaban Angket Variabel Ketawadhuan Siswa
Tabel 9
Data Frekuensi Tingkat Ketawadhuan Siswa
Tabel 10 Data Tabel Kerja Product Moment Korelasi antara Keteladanan Guru dengan Ketawadhuan Siswa
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai mana kita ketahui bersama bahwa usianya adalah setua usia manusia itu sendiri. Pendidikan hakekatnya merupakan suatu upaya mewarisi nilai yang akan menolong dan menuntun dalam mengajarkan kehidupan dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Tanpa pendidikan maka diyakini bahwa manusia tidak jauh beda dengan manusia masa lampau. Oleh karena itu pendidikan memegang peran penting dalam proses pengembangan dan pembangunan sumber daya manusia, karena pendidikan merupakan proses budaya untuk menigkatkan harkat dan martabat manusia. Manusia dapat mengendalikan dan membangun dunia ini. Manusia diberi akal sehingga ia bisa mengetahui segala sesuatu dan memperoleh ilmu pengetahuan. Dunia pendidikan adalah dunia guru, rumah rehabilitas anak didik. Dengan sengaja guru berupaya mengerahkan tenaga dan pikiran untuk mengeluarkan anak didik dari terali kebodohan. Sekolah sebagai tempat pengapdian adalah bingkai perjuangan dalam keluhuran akal budi untuk mewariskan
nilai-nilai
ilahiyah
dan
mentrasformasikan
miltinorma
keselamatan duniawi dan ukhrowi kepada anak didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, cerdas, kreatif, dan mandiri, berguna bagi agama, bangsa dan negara (Djamarah, 2000).
1
Guru adalah sumber manusiawi dalam pendidikan. Guru adalah sumber manusia yang menepati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan, terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Hal ini tidak dapat disangkal, karena lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru. Sebagian besar waktu guru ada disekolah, sisanya ada di rumah dan di masyarakat (Djamarah, 2000: 1). Guru menjadi panutan anak di sekolah, selain itu di sekolah ia sebagai penganti orang tua, guru seperti kata orang bijak digugu dan ditiru yang artinya guru menjadi sosok yang diikuti dan di contoh oleh anak, baik cara berpakian, tingkah laku maupun ucapan. Untuk itu seorang guru seharusnya bisa menjadi teladan yang baik bagi murid-muridnya. Sebagai konsekuensi logis dari hal tersebut, seorang guru harus mengambil tauladan dari akhlak Nabi seperti dalam firman Allah dalam surat Al-Ahzab: 21
“sesungguhnya telah ada pada diru Rasulullahitu suri teladan yang baik. Hal ini menjadi tantangan baginya agar dapat mendidik menjadi murid yang ihsan yang berakhlak karimah. Keteladanan guru tercermin dari kepribadian dalam bersikap dan berbuat, tidak saja ketika di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Guru memang harus menyadari bahwa dirinya adalah figur yang diteladani oleh semua pihak,
terutama oleh anak didiknya di sekolah. Hal ini berarti, guru sebagai arsitek rohani bagi anak didiknya. Kebaikan rohani anak didik tergantung dari pembinaan dan bimbingan guru. Disini tugas dan tanggung jawab guru adalah meluruskan tingkah laku dan perbuatan anak didik yang kurang baik, yang dibawahnya dari lingkungan keluarga dan masyarakat (Djamarah, 2000: 4). Saat ini guru berpengetahuan luas sangat banyak, tetapi mencari guru berakhlak mulia tidak mudah. Ibnu Sina dalam bukunya “As-Siyasah” menjelaskan ideal guru yang sholeh (Hafidz:1997). Kriteria guru yang teladan itu adalah seorang guru memiliki akhlaak yang baik, berakal, taat dalam menjalankan agamanya, tidak bersifat dengki, komunikatif dalam bergaul dengan anak, tidak kaku dan membuat anak merasa senang untuk belajar bersamamya. Keteladanan guru diharapkan akan berdampak baik bagi anak. Ilmu tidak akan dapat diperoleh secara sempurna kecuali dengan diiringi sifat tawadhu’ murid terhadap gurunya, karena keridhaan guru terhadap murid akan membantu proses penyerapan ilmu, tawadhu’ murid terhadap guru merupakan cermin ketinggian sifat mulia si murid, sifat tunduk murid kepada gurunya merupakan kemuliaan dan kerhomatan baginya. Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul:
HUBUNGAN
antara
KETELADANAN
GURU
dengan
KETAWADHUAN SISWA pada GURU di MTs Al-Manar Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2011.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat keteladanan guru di MTs Al-Manar bener Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang tahun 2011? 2. Bagaimana tingkat ketawadhuan siswa dengan guru di MTs Al-Manar Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang tahun 2011? 3. Adakah hubungan keteladanan guru terhadap ketawadhuan siswa dengan guru di MTs Al-Manar Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang tahun 2011? C. Tujuan penelitian Ada yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tingkat keteladanan guru di MTs Al-Manar Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang tahun 2011. 2. Untuk mengetahui tingkat ketawadhuan siswa dengan guru di MTs AlManar Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang tahun 2011. 3. Untuk mengetahui adanya hubungan antara keteladanan guru terhadap ketawadhuan siswa dengan guru di MTs Al-Manar Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang tahun 2011. D. Hipotesis Berdasarkan penelitian tersebut, maka yang menjadi hipotesis pada penelitian ini adalah: “Adakah hubungan antara keteladanan guru terhadap ketawadhuan siswa dengan guru”. Artinya keteladanan guru sangat berhubungan terhadap ketawadhuan anak. Jadi semakin besar keteladanan guru maka semakin besar ketawadhuan siswa dengan guru.
E. Manfaat penelitian Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat membawa manfaat untuk berbagai pihak, antara lain: 1.
Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah dalam dunia pendidikan mengenai keteladanan dan ketawadhuan.
2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh lembaga pendidikan sebagai pijakan untuk pengembangan akhlak para peserta didik. Dalam hal ini guna meningkatkan kualitas output yang berperilaku baik. F. Definisi Operasional Untuk memudahkan atau menjaga agar tidak terjadi kesalah pahaman serta sebagai langkah awal untuk menyatukan persepsi terhadap pembahasan ini, maka perli diberikan batasan dan penegasan dari judul yang singkat sebagai berikut: a. Keteladanan Guru Keteladanan guru merupakan sikap, pemikiran, dan tindakan guru yang berkemungkinan untuk ditiru ata dicontoh baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam penelitian ini keteladanan guru yang dimaksud bersumber penilaian atau persepsi dari siswa. Penulis mengambil indikator dari beberapa beberapa pendapat ahli (Samir,2004:23;
Zeeno,2005:43;
Nata,2001:98
Tafsir,2004:84
Rosyada,2004:117
Mahfudhi, 2009:4
Yuniastuti,2010:4)
sebagai
berikut: 1) Penampilan a) Berpenampilan rapi dan sopan b) Menunjukkan wajah yang penuh senyum saat proses pembelajaran 2) Perilaku baik a) Bersikap lemah lembut dan kasih sayang b) Memberi motifasi kepada anak untuk selalu belajar c) Bersikap adil terhadap murid d) Bersikap pemaaf e) Komunikasi positif 3) Disiplin dalam waktu dan kebiasaan belajar a) Berangkat sekolah lebih awal b) Berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran b. Ketawadhuan Siswa 1) Tawadhu Siswa Tawadhu siswa dengan guru adalah kesediaan dan kesiapan seorang siswa untuk berbuat baik dan patuh kepada guru. Untuk mengukur tingkat ketawadhuan siswa dengan guru penulis
menggunakan
indikator
dari
beberapa
pendapat
(Zeero,2005:39; Nata,2001:109) sebagai berikut: a) Menunjukkan sikap hormat dan lemah lembut dengan guru. b) Berkomunikasi yang sopan dengan guru.
c) Melaksanakan tugas-tugas yang disampaikan guru. d) Meminta izin kepada guru ketika terlambat masuk kelas dan keluar kelas. G. Metode penelitian 1. Lokasi dan Waktu Penelitian MTs Al-Manar bener Kec. Tengaran Kab. Semarang. Waktu penelitian dari tanggal 6 juni 2011- selesai. 2.
Pendekatan dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Jenis atau metode penelitian ini adalah korelasional. Penelitian ini bermaksud menguji keterkaitan antara variabel keteladanan guru dengan ketawadhuan siswa.
3. Populasi dan Sampel Populasi
adalah
keseluruhan
subjek
penelitian
(Arikunto,
2010:173). Populasi dalam penelitian ini ada 144 siswa. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010:174). Di dalam penelitian ini penulis menggunakan Purposive sample atau sampel bertujuan yang dilakukan dengan cara mengambil subjek didasarkan tujuan tertentu (Arikunto, 2010:183), karena populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di MTs Al- Manar, penulis mengambil sampel kelas IXA dan IXB yang berjumlah 41 siswa dimana kelas IX lebih lama mengenal atau lebih dekat dengan guru.
4. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode sebagai berikut: a. Angket Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang
kepribadian,
atau
hal-hal
yang
mereka
ketahui
(Koentjaraningrat:1994). Suharsimi
Arikunto
berpendapat
bahwa
angket
adalah
kumpulan pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang (yang dalam hal ini di sebut responden), dan cara menjawabnya juga dilakukan dengan tertulis. Angket merupakan daftar pertanyan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Angket yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda untuk angket keteladanan guru silang(X) dan ketawadhuan siswa centang(√). b.
Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data-data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat dan lain-lain (Arikunto:2006).
Dokumentasi digunakan penulis untuk mengetahui data yang akurat mengenai jumlah guru, data tentang jumlah siswa, sarana prasarana, serta data yang dianggap perlu dari dokumen-dokumen secara umum di MTs Al-Manar Kecamatan Tengaran,
Kabupaten
Semarang tahun 2011. 5. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik (Arikunto, 2010:203). Peneliti di dalam menerapkan metode penelitian menggunakan instrumen atau alat, agar data yang diperoleh lebih baik (Arikunto, 2006:160). Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa angket yang terdapat dalam lampiran. Angket terdiri dari dua yaitu yang pertama angket tentang keteladanan gurur dan yang kedua angket tentang ketawadhuana siswa pada guru. Indikator
No Item
1 2 3
4, 6 2, 5, 7, 8, 9, 10 1, 3
Indikator
No. Item
1 2 3 4
1, 8, 9 2, 4, 7 5, 10 3, 6
6. Analisis data Analisis ini digunakan untuk meng hitung skor masing-masing dari tabel penelitian. Analisis ini menggunakan rumus sebagai brikut: P=
x100%
P = Persentase skor F = Frekuensi N = Jumlah Responden (Hadi, 1982:399) Analisa data yang berfungsi untuk mengetahui pengaruh keteladanan guru dengan ketwadhuan siswa dengan guru adalah korelasi product moment. Adapun korelasi product moment yang dimaksud adalah sebagai berikut:
rxy =
N ∑XY – ( ∑X ) ( ∑Y ) { N ∑X2 – ( ∑X)2 } { N ∑Y2 – ( ∑Y)2 }
Keterangan : r xy
= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N
= Jumlah terpengaruh
X
= Skor item keteladan guru
Y
= Skor item ketwadhuan siswa
ΣX
= Nilai hasil ketwadhuan siswa
ΣY
= Nilai hasil Variabel
H. Sistematika penulisan Sistematika penulisan skripsi ini adalah: BAB I
Pendahuluan Dalam bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, hipotesis, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi
BAB II
Landasan Teori Membahas kajian tentang keteladanan guru, ketawadhuan siswa dengan guru, dan pengaruh keteladanan guru terhadap ketawadhuan siswa dengan guru.
BAB III
Laporan Hasil Penelitian Pada bab ini akan dilaporkan tentang gambaran umum di MTs Al-Manar Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang tahun 2011
BAB IV
Analisis Data Berisi tentang penyajian data hasil penelitian, analisis data dan uji hipotesis
BAB V
Penutup Mengakhiri penulisan skripsi pada bab lima akan diuraikan mengenai kesimpulan hasil akhir penelitian, saran-saran dan penutup.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Keteladanan Guru 1. Pengertian Keteladanan Guru Keteladanan berasal dari kata al-Uswah yang artinya seseorang yang mengikuti orang lain, terlepas yang dikuti itu baik atau buruk, merusak atau menyesatkan (Qahthani, 2005: 312). Disebutkan pula dalam (Depdiknas, 2007:801), keteladanan adalah sesuatu yang patut dicontoh atau ditiru. Menurut Tatapangarsa (1980:115), guru adalah orang yang kita mendapatkan pendidikan, dan pengajaran dari dia, formal maupun informal. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, guru adalah seorang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar (Dekdikbud, 1993). Maka dapat penulis simpulkan bahwa keteladanan guru adalah halhal yang baik atau buruk yang ditiru atau dicontoh tentang perbuatan, kelakuan atau sifat dari orang yang profesinya atau pekerjaannya mengajar baik secara langsung maupun tidak langsung.
13
2. Konsep Keteladanan dalam Islam a. Q.S. Al-Ahzab: 21
Artinya: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. b. Q.S. Al Mumtahanah ayat 4
Artinya: “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama”. c. Q.S. Al Mumtahanah ayat 6
Artinya: ”Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu”.
Dalam ayat tersebut terdapat pengulangan kata “uswah” atau teladan, ini menekankan bahwa keteladanan merupakan hal yang sangat penting bagi mereka yang mendambakan kebahagiaan ukhrowi. Dalam ayat terakhir dijelaskan bahwa barang siapa yang berpaling enggan meneladaninya, maka Allah tidak memperdulikannya.
Allah telah mempersiapkan tokoh agung yaitu Nabi Muhammad SAW untuk menjadi teladan bagi semua manusia. Sehingga kita diwajibkan atau dianjurkan untuk meneladani kepribadian Nabi secara totalitas. Akhlak Nabi Muhammad adalah Al-Qur’an. Dan AlQur’anlah yang menjadikan beliau berada di puncak tertinggi akhlakakhlak terpuji dan Allah menjadikan sebagai teladan bagi hambahambanya (Fattah, 2005: 59). Selain Nabi Muhammad, kepribadian yang wajib kita teladani terdapat pada diri Nabi Ibrahim as. Ini disebabkan karena agama yang diajarkan Nabi Muhammad merupakan agama dan tuntunan yang sama atau serupa dengan tuntutan dan cara hidup Nabi Ibrahim as (Shihab, 2003:162). Sebagai seorang guru muslim harus bisa mengambil suri tauladan dari akhlak nabi, namun mereka harus bisa berupaya semaksimal mungkin meneladaninya, agar ia dapat dijadikan contoh yang baik bagi murid-muridnya. 3. Bentuk-bentuk Keteladanan Berkaitan dengan keteladanan Al Ghazali mengatakan: “Seorang guru harus mengamalkan ilmunya, lalu perkataannya jangan membohongi perbuatannya. Karena sesungguhnya ilmu itu dapat dilihat dengan mata hati sedangkan perbuatan dapat dilihat dengan mata kepala. Padahal yang mempunyai mata kepala adalah lebih banyak” (Zainuddin, 1991: 56).
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus bisa memberikan contoh perilaku yang baik kepada murid-muridnya
karena segala tingkah laku guru diperhatikan dan secara tidak langsung dipraktekkan oleh mereka. Contoh keteladanan guru yang dikuip dari beberapa pendapat (Samir, 2004; Zeero, 2005; Nata, 2001; Tafsir, 2004; Rosyada, 2004; Mahfudhi, 2009; Yuniastuti, 2010) adalah sebagai berikut: a. Berpenampilan yang Rapi dan Sopan Seorang guru hendaknya menjaga kebersihan pakaiannya. Ia juga harus menampilkan diri sebaik mungkin agar enak dipandang yaitu membersihkan badan dan pakaian serta mengenakan pakaian orang yang berwibawa dan tawadhu. b. Menunjukkan Wajah yang Penuh Senyum Dalam mengajar, guru harus mengajukan wajah penuh senyum dan cerah. Sehingga proses belajar mengajar berlangsung tanpa beban yang membuat anak didik merasa tegang. c. Bersikap Lemah Lembut dan Kasih Sayang Seorang guru hendaklah bersikap lemah lembut dan kasih sayang
terhadap
murid
dan
memperlakukan
mereka
seperti
memperlakukan dan menyayangi anak sendiri sebab guru adalah orang tua kedua bagi mereka. d. Memberi Motivasi kepada Anak untuk Selalu Belajar Guru hendaklah selalu menghargai segala usaha yang telah dilakukan siswa, misalnya: siswa mendapatkan nilai yang bagus, guru memberikan hadiah kepada siswa. Ini bertujuan agar siswa selalu termotivasi untuk selalu belajar.
e. Bersikap Adil terhadap Murid Guru hendaklah memperlakukan siswa dengan secara adil, jangan membedakan murid atas dasar kekayaan dan kedudukan. f. Bersikap Pemaaf Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap muridnya, ia sanggup menahan diri, menahan kemarahan, lapang hati banyak sabar dan jangan pemarah. g. Komunikasi Positif Seorang guru sebisa mungkin menghindari ucapan-ucapan yang dapat melukai dan menjatuhkan perasaan orang lain terutama murid-muridnya, karena murid pastilah akan belajar semua hal baik dan hal buruk dari gurunya, misalnya: memanggil dengan sebutan yang baik kepada muridnya. h. Berangkat Sekolah Lebih Awal Seorang guru hendaklah beragkat lebih awal dari muridnya, ini bertujuan agar guru dapat menyambut kedatangan siswa, sehingga siswa dapat mencontoh guru untuk tidak terlambat ke sekolah dan mereka senang saat berada di sekolah. i. Berdoa Sebelum dan Sesudah Pembelajaran Berlangsung Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa sosok guru yang teladan adalah guru yang memiliki motivasi belajar yang tulus, bertindak sebagai orang tua yang penuh kasih sayang kepada anaknya, disiplin, dan bersikap adil dan pemaaf terhadap muridnya serta selalu
berkomunikasi positif, sehingga siswa itu mengikuti perbuatan yang baik yang dilakukan gurunya. 4. Faktor-faktor keteladanan Keteladanan bukan hanya sekedar memberi contoh dalam melakukan sesuatu, tetapi juga menyangkut berbagai hal yang dapat diteladani, termasuk kebiasaan- kebiasaan yang baik merupakan contoh bentuk keteladanan. Keteladanan dalam pendidikan merupakan pendekatan atau metode yang sangat berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik. Setidaknya ada tiga unsur agar seseorang dapat diteladani atau menjadi teladan, yaitu: a. Kesiapan untuk dinilai dan dievaluasi Kesiapan untuk di nilai berarti adanya sesiapan menjadi cermin bagi dirinya maupun orang lain. Kondisi akan berdampak pada kehidupan sosial di masyarakat, karena ucapan, sikap, dan perilaku menjadi sorotan dan teladan. b. Memiliki kompetensi minimal Seseorang akan dapat menjadi teladan jika memiliki ucapan, sikap dan perilaku yang layak untuk diteladani. Oleh karena itu, kompetensi yang dimaksud adalah kondisi minimal ucapan, sikap dan perilaku yang harus dimiliki. Seseorang sehingga dapat dijadikan
cermin bagi dirinya maupun orang lain. Demikian juga bagi seorang guru harus dimiliki agar dapat menumbuhkan dan menciptakan keteladanan, terutama bagi siswa-siswanya. c. Memiliki integritas Integritas adalah adanya kesamaan antara ucapan dan tindakan atau satu kata satu perbuatan. Letaknya pada kualitas istiqomah yang berupa komitmen dan konsitensi terhadap profesi yang diembannya. 5. Keteladanan Sebagai Salah Satu Metode Pendidikan Di antara metode-metode terpenting, agung dan nyata yang ditempuh oleh Rasulullah dalam proses pengajaran adalah dengan teladan dan akhlak (budi pekerti) yang baik. Beliau adalah orang yang pertama melakukan sesuatu sebelum menyuruh orang lain (muridnya) melakukan sesuatu itu. Sehingga, orang lain pun akan dapat mengikuti dan melakukan sebagaimana yang mereka lihat dari beliau. Albert Bandura mengatakan dalam konsepnya teori belajar sosialkognitif yang disebut juga teori imitasi, karena perilaku terbentuk melalui proses imitasi, mengamati perilaku orang lain termasuk mengamati terhadap efek dari perilaku orang lain. Dan belajar seseorang melalui beberapa proses yaitu: a. Sebelum di pelajari sebagai model ia harus di perhatikan terlebih dahulu. b. Informasi yang sudah diterima akan disimpan.
c. Proses pembentukan perilaku, proses ini menentukan sejauh mana apa yang telah dipelajari dapat di terjemahkan dalam perilaku d. Pembentukan motivasi (Sriyanti dkk, 2009: 139). Tidak dapat disangsikan lagi bahwa pengaruh metode pengajaran dengan memberikan contoh-contoh perbuatan (keteladanan) sebagaimana dilakukan olah Rasulullah akan lebih kuat bersemayam di dalam hati dan memudahkan pemahaman serta ingatan. Di samping itu, metode tersebut juga sangat membantu seorang guru dalam upaya mengajar dan mendidik para siswa dari pada model pengajaran melalui ceramah-ceramah dan uraian kata-kata. Metode pengajaran semacam itu merupakan metode yang sangat sesuai dengan fitrah pengajaran itu sendiri. Imam Bawani menjelaskan, bahwa salah satu faktor yang menyebabkan keberhasilan pendidikan anak didik adalah terwujudnya keteladanan guru (Arief,2002:122). Adapun kelebihan dari metode keteladanan adalah sebagai berikut: a. Akan memudahkan anak didik dalam menerapkan ilmu yang dipelajari di sekolah. b. Akan memudahkan guru dalam mengevaluasi hasil pembelajaran. c. Tujuan pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik. d. Bila keteladanan dalam lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat baik, maka akan tercipta situasi yang baik. e. Tercipta hubungan yang harmonis antara guru dan siswa. f. Secara tidak langsung guru dapat menerapkan ilmu yang diajarkan.
g. Mendorong guru agar selalu berbuat baik karena akan dicontoh oleh anak didiknya. Dari uraian diatas diketahui bahwa keteladanan merupakan salah satu metode pendidikan yang dapat berpengaruh pada diri anak karena media pembelajarannya langsung dari guru. 6. Guru Sebagai Teladan Siswa Dasar utama teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Albret Bandura adalah belajar dengan cara mengamati. Menurutnya sebagian besar perilaku individu diperoleh sebagai hasil belajar melalui pengamatan atas tingkah laku yang di tampilkan oleh orang lain yang dijadikan sebagai model. Model di sini adalah media pembelajaran untuk pembentukan tingkah laku. Dan gurulah media pembelajaran yang sangat ideal bagi pembentukan tingkah laku siswa. Keteladanan guru tercermin dari kepribadiannya dalam bersikap dan berbuat. Guru adalah bapak rohani bagi anak didiknya, kebaikan rohani anak didik tergantuang dari binaan dan bimbingan guru. Maka dari itu guru harus menjadi teladan yang baik bagi muridnya yaitu dengan berusaha untuk memberikan contoh yang baik dari berbagai sisi kehidupan.
Dengan
tetap
menjaga
kehormatan
diri
dan
tanpa
menyombongkan dan merendahkan diri, teladan yang baik tidak akan pernah bosan untuk membaca dan mengaca ke dalam dirinya sendiri. UU No. 20 tahun 2003 tentang kewajiban guru
a. Menciptakan suasana mendidik yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis. b. Mempunyai komitmen yang profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan. c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai kepercayaan yang diberikan kepadanya, Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakat. Sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan”ditiru” (dicontoh sikap dan perilakunya). Berkata Uthbah bin Abu Sofyan kepada guru anaknya: “sebelum engkau memperbaiki anakku, hendaklah engkau memperbaiki anakku, hendaklah engkau memperbaiki dirimu lebih dahulu. Karena mata mereka terpaku pada matamu yang baik disini mereka ialah yang engkau katakan, baik yang keji di sisi mereka yang engkau katakan keji”(Yunus,1983: 1990).
Uraian di atas dapat diketahui bahwa agar bisa menjadi teladan bagi siswa, seorang guru harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut : a. Hendaklah guru menyayangi murid-muridnya dan memperlakuan mereka seperti anak sendiri. b. Hendaklah guru memberi menasehati kepada murid-muridnya. c. Hendaklah guru memperingatkan kepada anak didik tentang tujuan menuntut ilmu untuk mendekatkan diri kepada Allah.
d. Hendaklah guru melarang murid-murid yang kelakuan kurang baik dengan lemah lembut bukan dengan caci maki dan kata-kata sindiran, dan kata terus terang. e. Hendaklah guru mengajarkan masalah-masalah yang sesuai dengan kecerdasan murid dan menurut kecerdasan akalnya. Guru merupakan media pembelajaran yang sangat ideal bagi pembentukan tingkah laku siswa, di mana setiap tingkah laku dan sikap guru akan dicontoh oleh siswa.
B. Ketawadhuan siswa 1. Pengertian Ketawadhuan Siswa Tawadhu berarti sikap merendah tanpa menghinakan diri merupakan sifat yang sangat terpuji dihadapan Allah dan seluruh mahluknya. Merendahkan diri (tawadhu) adalah sifat yang sangat terpuji di hadapan Allah dan juga di hadapan seluruh mahluknya. Adapun yang dimaksud tawadhu adalah sikap merendah hati terhadap Allah, dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan agama islam. Sikap merendah diri merupakan bagian dari akhlakul karimah, sehingga segala sikap dan perilaku manusia akan menjadi baik dengan adanya tawadhu, baik terhadap sesama maupun terhadap Allah SWT. Orang yang rendah hati tidak memandang dirinya lebih dari orang lain, sementara orang yang sombong menghargai dirinya secara berlebihlebihan (Ilyas, 2007: 123).
Tawadhu adalah sikap tenang, sederhana dan sungguh-sungguh menjauhi perbuatan takabur (sombong), atau pun sum’ah ingin diketahui orang lain amal kebaikan kita. (http://jampasir.Wordprees.com/2010/06/12/tawadhu-para ulamaterhadapguru diakses 12 Mei 2011) Siswa adalah siapa saja yang memperoleh pendidikan dan pengajaran dari orang lain, baik formal maupun non formal. Siswa merupakan bagian dari komunitas warga masyarakat pada umumnya, dan jika di sekolah ia merupakan bagian dari warga sekolah yang di dalamnya banyak bertemu dengan individu lain, yang dibatasi dengan berbagai etika dan tuntunan sikap-sikap tertentu yang didasarkan pada ajaran agama dan norma sosial, termasuk bagaimana ia harus bersikap pada guru. Siswa harus mengetahui dan menyadari bahwa guru adalah orang yang kita mendapatkan ilmu baik formal maupun informal, oleh karenanya dalam bergaul dengan guru harus menjaga sikap dan perkataannya. Ilmu tidak akan bisa diperoleh secara sempurna kecuali dengan diiringgi sifat tawadhu si murid dengan gurunya, karena keridhoan guru terhadap murid akan membantu proses penyerapan ilmu. Tawadhu murid terhadap guru merupakan cermin ketinggian kemulyaan si murid. Tunduknya kepada guru justru merupakan izzah dan kehormatan baginya. Tanda orang yang tawadhu adalah disaat seorang semakin bertambah ilmunya maka semakin bertambah pula sikap tawadhu dan
kasih sayangnya. Dan semakin bertambah amalnya maka semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya. Setiap kali bertambah usianya maka semakin berkurunglah keutamaan nafsunya. Setiap kali bertambah hartanya maka bertambahlah kedermawanan dan kemauannya untuk membantu sesama. Dan setiap kali bertambah tinggi kedudukan dan posisinya maka semakin dekat pula di dengan manusia dan berusaha menunaikan berbagai kebutuhan mereka serta sikap rendah hati terhadap mereka. Ini karena orang yang tawadhu menyadari akan segala nikmat yang didapatnya adalah dari Allah SWT, untuk mengujinya apakah ia bersukur atau kufur. Nabi Muhammad SAW adalah sosok teladan yang tinggi dalam masalah tawadhu serta lemah lembut terhadap tetangga. Beliau senantiasa merespon seruan seorang hamba, makan dengan pembantu, dan duduk bersama orang-orang miskin. Di samping itu beliau pun berbuat baik terhadap keluarga. Beliau menyarankan kepada kita untuk bersikap tawadhu. Bahkan, beliau senantiasa menyerukannya. Sebab dalam perangai itu ada ketinggian budi bagi pelakunya di samping juga akan mendapatkan kedudukan di dunia dan di mata manusia. Di akhirat pun pelakunya juga akan mendapatkan pahala (Hasyim, 2007:571). Jadi yang dimaksud sikap tawadhu dengan guru adalah kesediaan dan kesiapan seorang siswa untuk berbuat baik dan patuh kepada guru.
2. Bentuk-bentuk Ketawadhuan Siswa dengan Guru a. Bersikap Hormat dan Lemah Lembut dengan Guru Sikap hormat kepada guru, dalam ajaran agama mendapat perhatian serius, karena dengan menghormati guru bisa menyebabkan ilmu yang diperoleh dari guru menjadi bermanfaat. Seperti yang di fatwakan oleh Az-Zarmuji, bahwa jika seorang siswa ingin ilmunya bermanfaat (mudah mendapatkan dan mudah menerapkannya), maka ia harus menghormati guru (Said,1997). Hormat pada guru dalam praktek pendidikan sekarang, lebih diarahkan pada sikap hormat yang dalam batasan-batasan kewajaran, sehingga tidak menimbulkan jarak antara murid dan guru yang justru bisa menganggu dalam proses belajar mengajar. Yang terpenting adalah dalam bergaul siswa tetap berpegang dalam prinsip “bebas tapi sopan”. Dengan kelembutan, tawadhu, serta kasih sayang dan lemah lembut akan membuat hubungan guru dan murid semakin harmonis. Melaksanakan tugas yang disampaikan oleh guru atau bisa dikatakan dengan taat kepada guru merupakan bagian dari kewajiban setiap siswa. Disekolah seorang siswa mempunyai kewajiban taat kepada guru setelah taat kepada Allah dan Rasulnya, bahkan taat kepada guru harus lebih diutamakan dari pada orang tua, jika sedang berada di lingkungan sekolah.
Taat kepada guru harus dilakukan dalam segala hal yang positif, terutama yang berkaitan dengan jalan yang memperoleh ilmu dan manfaat ilmu. Jika guru memerintahkan sesuatu yang berkaitan dengan cara belajar yang baik, maka siswa harus menurutinya. Seperti yang dikatakan oleh M.Said, “kalau guru menempatkan kamu dibangku yang ditunjuknya, janganlah pindah kebangku yang lain. Jika ada seorang teman menempati tempat dudukmu, janganlah dilawan atau kau caci maki dia, tapi beritahulah gurumu, supaya dia yang menyelesaikan di mana kau harus duduk (Said, 1992). b. Berkomunikasi yang Sopan kepada Guru Sebagai seorang murid hendaknya dapat bersikap sopan kepada yang lebih tua, demikian juga dalam berkomunikasi hendaknya menggunakan bahasa yang sopan dan tutur kata yang halus. c. Jika ia terlambat masuk kelas, maka sudah seharusnya ia meminta izin, ia tetap harus memberi salam hadap guru teman-temannya. Dari uraian tersebut di atas terlihat bahwa seseorang murid harus menunjukkan akhlak yang terpuji terhadap gurunya, siswa harus bersikap lemah lembut dengan gurunya serta harus bertutur kata yang sopan terhadap gurunya. 3. Faktor-faktor yang Membentuk Sikap Tawadhu Tawadhu adalah satu bentuk budi pengerti yang baik, hal ini bisa diperoleh bila ada keseimbangan I’tidal antara kekuatan akal dan nafsu. Faktor-faktor pembentuknya adalah:
a. Bersyukur Bersukur dengan apa yang kita punya karena itu adalah karunia dari Allah, yang dengan pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbesit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain. b. Riya Lawan ikhlas adalah riya, yaitu melakukan sesuatu bukan karena Allah, tetapi karena ingin di puji atau karena pamprih lainnya. Kita harus menjauhi riya atau berusaha mengendalikan diri untuk tidak menampakkn kelebihan yang kita miliki kepada orang lain. Karena itu juga yang akan membuat kita jadi sombong dan tinggi hati. c. Sabar Menahan diri dari segala sesuatu yang tidak di sukai karena mengharap ridho Allah. Atau bersabar dalam segala cobaan dan godaan yang berusaha mengotori amal kebaikan kita, apalagi di saat pujian dan ketenaran mulai datang dan menghampiri kita, maka akan merasa sulit bagi kita untuk tetap menjaga kemurnian amal sholeh kita, tanpa terbesit adanya rasa bangga di hati kita. d. Hindari Sikap Takabur Lawan dari sikap tawadhu adalah takabur atau sombong, yaitu sikap menganggap diri lebih, dan meremehkan orang lain. Kita harus bisa menghindari sikap takabur, karena sikapnya itu orang sombong akan
menolak kebenaran, kalau kebenaran itu datang dari pihak yang statusnya dianggap lebih rendah dari dirinya. e. Berusaha mengendalikan diri untuk tidak menampakkan kelebihan yang kita miliki kepada orang lain (Ilyas, 2007:123). Agar kita memiliki sikap tawadhun hendaklah kita menjalankan perintah- Nya dan menjauhi larangan- Nya, yaitu membiasakan diri untuk bersikap yang baik seperti: bersikap rendah hati, sopan, lemah lembut dan ikhlas dalam segala perbuatan. C. Pengaruh Keteladanan Guru Terhadap Ketawadhuan Siswa dengan Guru Tawadhu adalah sikap tenang, sederhana dan menjauhi perbuatan takabur (sombong) ataupun ingin diketahui amal kebaikannya. Tawadhu adalah akhlak mulia, perangi terpuji, tabiat serta sifat yang baik, yaitu orang yang menyadari bahwa semua kenikmatan yang di dapatnya bersumber dari Allah, tidak pernah terbesit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan potensi yang sudah dicapainya (Ilyas, 2007: 123). Bagi sekolah, untuk menciptakan anak yang sholeh, pendidik tidak cukup hanya memberikan prinsip saja, karena yang lebih penting bagi siswa adalah figur yang memberikan keteladanan dalam menerapkan prinsip tersebut. Sehingga sebanyak apapun prinsip yang diberikan tanpa di sertai contoh tauladan, ia hanya akan menjadi kumpulan resep yang tidak bermakna.
Tanggung jawab guru adalah mendidik adalah melurusksn tingkah laku dan perbuatan anak didik yang kurang baik yang di bawanya dari lingkungan keluarga dan masyarakat, yaitu dengan cara menjadi contoh atau teladan yang baik bagi siswa-siswanya. Teladan adalah sesuatu yang patut di contoh atau di tiru, teladan mengajarkan banyak hal tanpa banyak bicara. Perbuatan jauh memberikan arti dan pengaruh dari pada bahasa lisan. Contoh, orang dengan mudah mengikuti dan meniru secara benar. Apalah artinya melarang siswa merokok jika para gurunya sendiri masih merokok di hadapan anak didiknya. Metode keteladanan memiliki peranan yang sangat bagus dalam upaya mencapai keberhasilan pendidikan. Karena secara spikologi, anak didik banyak meniru dan mencontoh perilaku sosok figurnya termasuk di antaranya adalah para pendidik. Oleh karena itu, keteladanan banyak kaitannya dengan perilaku, dan perilaku yang baik adalah tolak ukur keberhasilan pendidikan.
BAB III HASIL LAPORAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya MTs Al-Manar Pada tahun 1983 K. Fatkhurrohman sebagai pengasuh Al-Manar tahun itu juga berdirinya MTs Al-Manar dengan pimpinan beliau pertama kali didirikannya MTs Al-Manar. Perkembangan MTs Al-Manar tergolong pesat, terbukti dari tahun ketahun siswanya terus bertambah. Adapun status MTs Al-Manar pada saat itu DIAKUI. 2. Subyek Penelitian Adapun subyek penelitian adalah siswa kelas IX MTs Al-Manar. 3. Letak Geografis MTs Al-Manar terletak di Desa Bener, Kec. Tengaran Kab. Semarang dengan batasan-batasan sebagai berikut: a. Sebelah Barat
: Berbatasan dengan Jalan Raya Solo-Semarang.
b. Sebelah Timur
: Berbatasan dengan Dusun Cebongan.
c. Sebelah Utara
: Berbatasan dengan Salatiga.
d. Sebelah Selatan
: Berbatasan dengan Dusun Cabean.
31
4. Visi dan Misi VISI Unggul dalam Prestasi, Menjadi Manusia yang Berkualitas, Beriman dan Bertaqwa serta Berakhlak Mulia. MISI a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap siswa berkembangan secara optimal, sesuai dengan yang dimiliki. b. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi diri, sehingga dapat di kembangkan optimal. c. Mendorong penghayatan dan pengamalan ajaran agama secara konsisten dan juga budaya sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak. d. Menetapkan menejemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah. 5. Profil sekolah 1. Nama Sekolah
: MTs Al- Manar Bener
2. Alamat
: Jl. KH. Djalal Suyuthi No 01 Bener Kec. Tengaran
3. NSM
: 212332202024
4. Terakreditasi
:B
5. Tahun Didirikan : 1985
6. Status Tanah
: Wakaf
a. Surat Bukti HGB : Surat Keputusan Yayasan b. Luas Bangunan
: 5000 M
7. Bangunan a. Status Bangunan
: Milik Yayasan
b. Luas Bangunan
: 4780 M
6. Sarana prasarana Berdasarkan data dokumentasi yang diperoleh. Berikut tabel sarana prasarananya Tabel 1 Sarana Prasarana MTs Al-Manar
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Ruang/Sarana Ruang Kelas Ruang Kepala Sekolah Ruang TU Ruang Guru Perpustakaan Lab. Komputer Koperasi Ruang Aula Masjid/ Mushola Kantin Wc Guru Wc Siswa Lapangan Bola Voli UKS
Jumlah 6 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1
Kondisi Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
7. Daftar Guru dan Karyawan Tabel 2 Daftar Guru dan Karyawan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nama Mustikowati, S.Pdi Khabiburrokhman, M.Pd Mukalip Muflikhtur Rofiah, S.Ag Sugeng Muslihin, S.Ag Mega Rahayu, S.Ag Mustaidah, S.Pdi Tasmiyah, S.Pd Anisatul Masruroh,S.Pdi Rita Wulandari,S.Pd Nuzulul Siti Zulaikoh,S.Pdi Chusnul Chalimah Iffah Fauziah
T. Lahir Salatiga Magelang Tengaran Semarang Magelang Grobogan Semarang Tengaran Semarang Boyolali K. Anyar Semarang
Tgl Lahir 03/08/1961 07/02/1979 02/04/1942 04/09/1965 18/04/1979 05/08/1970 04/10/1981 16/09/1979 29/04/1981 23/11/1984 18/04/1979 18/04/1979
Mata Pelajaran Matematika B.Arab Al-Quran Hadis B.Indonesia Akidah Akhak SKI B.Inggris Matematika IPS IPA B.Inggris B.Indonesia IPS IPA
Jabatan Kepala Madrasah Wa. Ka Wa.Ka Bid. Guru TU Guru Guru Guru Bendahara Guru Guru Guru Bendahara Guru
Jumlah guru di MTs Al-Manar ada 13 (tiga belas) guru pengajar. Diantaranya satu kepala sekolah, satu Wa. Ka, satu Wa. Ka Bid, satu TU, dua Bendahara, delapan Guru. 8. Struktur Organisasi Dalam melaksanakan tugas agar bisa berjalan dengan baik, maka dibutuhkan komponen yang saling mendukung dan saling bekerja sama dalam melaksanakan tugas sehari – hari tersusun atas komponen – komponen yang tersusun dalam struktur organisasi sebagai berikut:
Tabel 3 Struktur Organisasi
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Jabatan Penanggung Jawab Komete Madrasah Kepala Madrasah Wakil Bidang Kurikulum Wakil Bidang Sarpas Wakil Bidang Kesiswaan Wakil Bidang Humas Bimbingan Konseling Kepala TU Bendahara Madrasah Bendahara BOS Perpustakaan Wali Kelas IX A Wali Kelas IX B Wali Kelas VIII A Wali Kelas VIII B Wali Kelas VII A Wali Kelas VII B
Nama Ketua Yayasan Al-Manar K. Haris As’ad Nasution Drs. H. Warsono HJ. Mustikowati, S.Pdi Khabiburrohman ,M.Pd Mukalip A.J. Munir, SH Muflihaturrofiah, S.Pd Tasmiyah, S.Pd Sugeng Muhlisin, A.Ma Anisatul Masruroh, S.Ag Mega Rahayu, S.Ag A.Mustafid , S.Ag Mega Rahayu, S.Ag Khabiburrohman, S.Ag Muflihaturrofiah, S.Ag Mukalip, S.Ag Mustaidah, S.Ag Tasmiyah, S.Pd
9. Keadaan Siswa Pada tahun 2011 jumlah siswa di MTs Al-Manar ada 144 siswa, dengan jumlah siswa laki-laki 68, dan 76 siswa perempuan seperti pada tabel berikut: Tabel 4 Keadaan Siswa No
Kelas
1 2 3 4 5 6
VII A VII B VIII A VIII B IX A IX B
Jenis Kelamin L P 12 19 13 18 9 12 9 11 13 8 12 8
Jumlah 31 31 21 20 21 20
Jumlah
68
76
144
Adapun siswa yang menjadi sempel dalam penelitian ini adalah kelas IXA dan IXB 10. Kegiatan Ekstrakurikuler Untuk mengembangkan bakat dan minat siswa serta melatih keterampilan siswa di sekolah 1. Seni Baca Al-Quran 2. Pramuka 3. Olahraga 4. Menjahit 5. Tahfidz Juz Amma 11. Keadaan Responden a. Daftar Nama Responden Siswa kelas IX MTs Al-Manar Tabel 5 Daftar Nama Responden Siswa kelas IX MTs Al-Manar NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama KA WL URIP M. SM LY S MN AKN MR HS AI ISNY SO NAM SR KM
Kelas IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A
Jenis Kelamin P P P L P L L L L P P P P L L
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
DW MSS MNH MK HWA DNS AM HU NAJ SML AIL AYI MKU AK AZ ABD R UK UK KHRY LK WM LF AF FS FTKHR KI
IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX B IX B IX B IX B IX B IX B IX B IX B IX B IX B IX B IX B IX B IX B IX B IX B IX B IX B IX B IX B
L L L L L L P P P P L L L L L L P P P P L L L L L L
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah sejumlah 41 B. Penyajian Data 1. Data Angket Keteladanan Data mengenai keteladanan guru ini penulis peroleh dari angket yang penulis sebarkan kepada 41 siswa yang menjadi responden. Angket keteladanan guru ini berupa 10 item pertanyaan dalam bentuk sekala, di mana responden dapat menjawab secara bebas. Adapun data mengenai frekuensi keteladanan guru adalah sebagai berikut.
Tabel 6 Data Keteladanan Siswa Kelas IX MTs Al-Manar No. Resp 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.
No Item 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
3 3 2 3 4 1 3 3 2 4 3 3 3 1 5 2 4 1 2 3 1 4 2 4 3 1 1 3 3 3 3 4 3 4 4 1 2
2 4 2 4 3 2 4 5 3 3 3 3 3 2 4 2 2 3 5 3 4 5 3 3 3 5 5 3 2 3 5 3 3 3 3 2 2
4 3 5 3 3 5 3 5 5 3 4 5 5 3 1 1 4 4 2 4 3 4 2 3 3 5 2 5 5 4 4 2 5 5 5 5 5
4 4 5 4 4 3 2 4 5 4 3 4 5 3 4 3 5 5 5 5 4 3 5 3 5 1 5 3 3 5 4 3 3 3 4 5 4
1 3 4 3 4 4 3 2 1 4 1 1 4 1 5 4 2 3 4 4 1 4 1 4 2 3 4 2 1 4 1 3 2 3 4 4 1
3 5 4 5 5 5 2 5 5 5 5 5 4 5 1 4 5 5 5 5 1 4 5 4 5 3 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 3 2 1 5 5 5 5 4 1 4 5 5 5 5 4 2 5 4 5 3 5 5 1 5 4 4 5 4 5 5 5
5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 1 4 5 4 4 4 2 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 5 5 5 5 2 5
1 2 2 2 5 1 2 1 1 5 1 1 2 1 5 3 3 1 4 2 1 5 1 4 1 5 5 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1
3 4 3 4 3 1 1 2 2 3 4 3 2 1 5 2 1 2 2 4 2 5 2 4 2 3 3 5 2 4 3 4 5 2 4 5 2
38. 39. 40. 41.
2 5 1 2
4 2 3 2
2 3 2 5
3 4 4 5
3 2 4 1
4 5 5 5
4 5 3 5
3 5 1 1
1 1 1 1
2 1 1 1
2. Data Angket Ketawadhuan Tabel 7 Data Ketawadhuan No. Resp 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
No Item 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
3 5 5 2 2 2 2 2 5 2 2 2 2 2 5 2 2 2 5 2 4 5 4 5 2 5 2 2 4 5
4 5 5 5 3 5 5 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5
2 1 2 3 2 2 5 3 1 2 3 3 2 2 2 3 5 2 2 2 1 2 4 5 4 5 1 5 5 2
4 5 4 5 3 5 5 2 1 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5
4 5 5 5 3 5 5 2 5 5 5 5 5 4 5 5 5 2 2 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5
3 5 5 4 3 5 5 2 5 5 5 4 5 5 5 3 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 3 3 4 5
3 5 5 1 3 5 5 4 5 5 5 1 2 5 5 5 5 3 1 5 5 5 5 5 4 5 5 2 3 5
4 5 3 5 3 5 5 4 1 5 2 5 2 3 5 5 5 5 2 3 4 5 2 5 3 5 5 2 4 5
4 5 5 3 3 5 5 3 1 5 2 3 3 2 5 5 5 2 1 2 4 5 2 5 2 5 2 4 3 5
3 2 5 5 3 5 5 5 1 5 2 5 5 2 3 5 1 2 2 4 5 2 5 2 5 2 2 2 5
31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41.
3 2 2 5 5 2 3 5 5 1 5
1 5 5 5 4 5 5 5 5 2 5
1 1 2 2 3 5 2 2 5 5 5
1 3 5 5 3 5 5 5 5 2 5
1 2 5 5 2 4 5 5 5 2 5
2 1 5 5 1 5 5 5 2 3 5
5 5 5 5 1 3 3 5 5 3 5
1 2 5 5 1 3 4 5 5 2 5
1 2 5 5 1 5 5 5 4 4 5
1 2 5 2 1 2 4 5 5 2 5
BAB IV ANALISIS DATA
Analisis data bertujuan membuktikan hipotesis mengenai variabel penelitian yang ditetapkan sebelumnya yaitu menguji apakah ada pengaruh antara variabel keteladanan guru dengan ketawadhuan siswa kelas IX MTs Al-Manar Tahun 2011. Perolehan data berasal dari angket yang penulis sebarkan pada 41 orang responden. Dari sejumlah responden tersebut diperoleh data mengenai variabel keteladanan guru dengan ketawadhuan siswa kelas IX MTs Al-Manar. Data mengenai keteladanan guru merupakan variabel X, sedangkan data ketawadhuan siswa merupakan variabel Y. Pengolahan data dilaksanakan setelah data terkumpul. Penulis menggunakan analisis kuantitatif atau analisis data yang bersifat statistik dengan melalui tiga tahap yaitu tahap analisis pendahuluan, analisis uji hipotesis, dan analisis lanjut. A. Analisis Pendahuluan Data mentah dari hasil angket, penulis kelompokkan menurut variabel masing-masing kemudian penulis mencatat hasil angket ke dalam tabel. Perolehan jawaban angket tersebut
kemudian dijumlah dan penulis
memperoleh perolehan total dari jawaban tersebut sesuai kelompok variabelnya. Pengelompokkan data tersebut dilakukan dengan menyusun tabeltabel distribusi frekuensi untuk setiap variabel yang terdapat dalam penelitian.
42
Adapun hasil dari angket masing-masing variabel dapat dilihat di bab III pada tabel 6 untuk keteladanan guru dan tabel 7 untuk ketawadhuan siswa. Tabel 4.1 Hasil Jawaban Angket Tentang Keteladanan Guru NO. Resp Respo 1
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
2
1
3
2
2
2
2
9
8
10
31
2
0
1
3
3
3
0
2
9
12
15
38
3
0
3
1
2
4
0
6
3
8
20
37
4
0
3
0
3
4
0
6
0
12
20
38
5
0
0
3
3
4
0
0
9
1
20
41
6
3
1
1
1
4
3
2
3
24
20
32
7
1
3
4
2
0
1
6
12
8
0
27
8
1
3
1
2
3
1
6
3
8
12
33
9
3
2
1
0
4
3
4
1
0
20
28
10
0
1
1
4
4
0
2
3
16
20
41
11
2
0
3
2
3
2
0
9
8
15
34
12
2
0
3
1
4
2
0
9
4
20
35
13
0
2
2
2
4
0
4
6
8
20
38
14
4
1
2
1
2
4
2
6
1
10
23
15
4
0
0
2
4
4
0
0
8
20
32
16
1
3
2
4
0
1
6
6
16
0
29
17
1
2
1
2
4
1
4
3
8
20
36
18
2
1
2
2
3
2
2
6
8
15
33
19
0
3
0
3
4
0
6
0
12
20
38
20
0
1
2
4
3
0
2
6
16
15
39
21
4
2
1
3
0
4
4
3
12
0
23
22
0
1
1
4
4
0
2
3
16
20
41
23
2
1
3
0
4
2
2
9
0
20
33
24
0
0
3
7
0
0
0
9
28
0
37
25
1
2
3
1
3
1
4
9
4
15
33
26
1
0
5
1
3
1
0
12
4
15
40
27
0
2
1
2
5
0
4
3
8
25
40
28
1
1
3
0
5
1
2
9
0
25
37
29
3
2
2
1
2
3
4
6
4
10
27
Jawaban
Skor
Total
30
0
1
2
4
3
0
2
6
16
15
39
31
3
0
2
4
1
3
0
6
16
5
30
32
0
1
3
3
3
0
2
9
12
15
38
33
1
1
3
0
5
1
2
9
0
25
37
34
1
1
3
2
3
1
2
9
8
15
35
35
0
1
1
4
4
0
2
3
16
20
41
36
2
2
0
1
5
2
4
0
4
25
35
37
2
3
0
1
4
2
6
0
4
20
32
38
1
3
3
3
0
1
6
9
12
0
28
39
2
2
1
1
4
2
4
3
4
20
33
40
4
1
2
2
1
6
2
6
8
5
25
41
4
2
0
0
4
4
4
0
0
20
28
Rumus I = (Xt - Xr) + 1 Xr Ket : I = interval Xt = nilai tertinggi Xr = nilai terrendah Xi = kelas interval i= = = = 3,8 dibulatkan menjadi 4 Kemudian dimasukkan dalam tabel untuk menngetahui beberapa banyak tingkat keteladanan guru.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Keteladanan Guru
Nilai Interval 39 – 34 35 – 38 31 – 34 27 – 30 23 – 26
Frekuensi 8 13 10 7 3
Keterangan Tinggi Sekali Tinggi Sedang Rendah Rendah Sekali
Data teladanan guru di peroleh melalui hasil kuesioner yang di sebarkan kepada 41 orang responden. Dari tabel distribusi frekunsi di ketahui 5 kelas interval, untuk menentukan tinggi rendahnya keteladanan guru. Dengan rentang 23 – 26 yang berarti sangat rendah ada 3 responden, rentang 27 – 30 yang berarti rendah ada 7 responden, rentang 31 – 34 yang berarti sedang ada 10 responden, rentang 35 – 38 yang berarti tinggi ada 13 responden, rentang 39 – 42 yang bernilai sangat tinggi ada 8 responden 1. Untuk kategori Tinggi Sekali keteladanan guru antara skor 39 – 42 ada 8 responden P= X100 = X100 =19% 2. Untuk kategori Timggi keteladanan guru antara 35 – 38 ada 13 responden P= X100 = X100 =32% 3. Untuk kategori Sedang keteladanan guru antara 31 – 34 ada 10 responden P= X100 = X100 =24%
4. Untuk kategori Rendah keteladanan guru antara 27 – 30 ada 7 responden P= X100 = X100 =17% 5. Untuk kategori Rendah Sekali keteladanan guru antara 23 – 26 ada 3 responden P= X100 = X100 =7% Tabel 4.3 Hasil Angket Tentang Sikap Ketawadhuan Siswa NO. RrES Resp
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Jum lah
1
0
1
4
5
0
0
2
12
20
0
34
2
0
1
0
0
8
1
2
0
0
40
43
3
1
1
1
1
7
0
2
3
4
35
44
4
0
1
2
10
5
1
2
6
4
25
38
5
1
2
8
0
0
0
4
24
0
0
28
6
0
2
0
0
8
0
4
0
0
40
44
7
0
1
0
8
9
0
2
0
0
45
47
8
0
6
6
1
10
0
6
0
8
10
30
9
0
0
0
1
4
5
0
6
4
20
29
10
5
1
1
0
7
0
2
0
4
35
44
11
0
4
1
1
5
0
8
3
0
25
36
12
0
1
2
0
5
1
2
3
4
25
38
13
1
4
1
1
5
0
8
6
0
25
36
14
0
4
2
0
3
0
8
3
4
15
33
15
0
0
0
0
9
1
0
6
0
45
46
16
1
1
3
0
6
0
2
0
0
30
41
17
0
1
0
0
9
0
2
9
0
45
47
18
0
4
1
0
4
1`
8
0
0
20
32
19
1
4
0
1
3
1
8
3
0
15
26
20
3
4
2
5
3
3
8
0
4
15
33
21
0
0
0
0
4
0
0
6
20
20
41
22
1
1
0
2
9
1
2
0
0
45
47
Jawaban
Skor
23
0
3
0
0
5
0
6
0
8
25
39
24
0
0
0
2
10
0
0
0
0
50
50
25
0
3
2
0
3
0
6
6
8
15
35
26
0
0
0
1
10
0
0
0
0
50
50
27
0
3
1
1
4
0
6
3
4
20
34
28
1
4
2
3
3
1
8
6
4
15
33
29
0
1
2
0
4
0
2
6
12
20
40
30
0
1
0
0
9
0
2
0
0
45
47
31
0
1
1
0
1
0
2
3
0
5
17
32
7
5
1
0
2
7
10
3
0
0
25
33
2
2
0
0
8
2
4
0
0
40
44
34
0
2
0
0
8
0
4
0
0
40
44
35
0
1
1
0
3
0
2
3
0
15
22
36
2
2
2
1
5
2
4
6
4
25
39
37
0
1
2
2
5
0
2
6
8
25
41
38
0
1
0
0
9
0
2
0
0
45
47
39
0
1
0
1
8
0
2
0
4
40
40
40
0
5
2
1
1
1
10
6
4
5
26
41
1
0
0
0
10
0
0
0
0
50
50
Rumus I = (Xt - Xr) + 1 Xr Ket : I = interval Xt = nilai tertinggi Xr = nilai terrendah Xi = kelas interval i= = = =7 Kemudian dimasukkan dalam tabel untuk menngetahui beberapa banyak tingkat keteladanan guru.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Ketawadhuan Siswa
Nilai Interval 39 – 34 35 – 38 31 – 34 27 – 30 23 – 26
Jumlah Siswa 9 15 9 6 2
Nilai Nominasi Tinggi Sekali Tinggi Sedang Rendah Rendah Sekali
Data ketawadhuan siswa dengan guru di peroleh melalui hasil kuesioner yang di sebarkan kepada 41 responden. Dari tabel distribusi frekuensi di ketahui
kelas interval untuk mengetahui tinggi rendahnya
ketawadhuan siswa. Dengan rentang 17 – 23 berarti sangat rendah ada 2 responden, rentang 24 – 30 bernilai rendah ada 6 responden, rentang 31 – 37 berarti sedang ada 9 responden, rentang 38 – 44 berarti tinggi ada 15 responden, rentang 45 – 51 berarti sangat tinggi ada 9 responden. 1. Untuk kategori Tinggi Sekali ketawadhuan siswa 45 – 51 ada 9 responden P = X100 =
X100
= 21,9 dibulatkan 22% 2. Untuk kategori Tinggi ketawadhuan siswa 38 – 44 ada 15 responden P = X100 =
X100
= 36% 3. Untuk kategori Sedang ketawadhuan siswa 31 – 37 ada 9 responden P = X100 =
X100
= 21,9 dibulatkan 22% 4. Untuk kategori Rendah ketawadhuan siswa 24 – 30 ada 6 responden P = X100 = X100 =14,6 dibulatkan 15% 5. Untuk kategori Rendah Sekali ketawadhuan siswa 17 – 23 ada 2 responden P = X100 =
X100
= 4,8 dibulatkan 5% B. Analisis Uji Hipotesis Analisis dilakukan untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel. Dalam penelitian ini ingin mencari ada tidaknya pengaruh antara variabel X berupa keteladanan guru dan variabel Y berupa ketawadhuan siswa dengan guru. Dalam analisis ini penulis mengadakan perhitungan lebih lanjut dengan menguji hipotesis. Penulisan menggunakan rumus Korelasi Product Moment (Arikunto, 2006: 275) sebagai berikut. Untuk menentukan koefisien korelasi digunakan rumus:
rxy =
N ∑XY – ( ∑X ) ( ∑Y ) { N ∑X2 – ( ∑X)2 } { N ∑Y2 – ( ∑Y)2 }
Keterangan:
rxy
: Koefisien korelasi antara X dan Y
XY
: Perkalian antara X dan Y
X
: Variabel pelaksanaan puasa sunnah
Y
: Variabel pendidikan pengendalian diri
∑
: Sigma
Langkah selanjutnya adalah melakukan langkah mencari: ∑XY, ∑X, ∑Y, ∑Y2, ∑X2, (∑X)2, (∑Y)2 (Arikunto, 2006: 276).
1. Membuat Tabel Kerja Koefisien Korelasi Antara X Dan Y Terlebih dahulu sebelum mencari nilai korelasi antara variabel keteladanan guru dan ketawadhuan siswa dengan guru, penulis membuat tabel kerja koefisien korelasi antara X dan Y. Tabel kerja koefisien korelasi memuat nilai-nilai kuesioner untuk variabel X dan Y, kuadrat variabel X dan kuadrat variabel Y, perkalian variabel X dengan variabel Y, serta jumlah masing-masing kolom Tabel 4.5 Koefisien Korelasi antara Variabel X dan Y
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
X 31 38 37 38 41 32 27 33 28 41 34 35 38 23 32 29 36 33 38
Y 34 43 44 38 28 44 47 30 29 44 36 38 36 33 46 41 43 32 26
X2 961 1444 1369 1444 1681 1024 729 1089 784 1681 1156 1225 1444 529 1024 841 1296 1089 1444
Y2 1156 1849 1936 1444 784 1936 2209 900 841 1936 1296 1444 1296 1089 2116 1681 1849 1024 676
X.Y 1054 1634 1628 1444 1148 1408 1269 990 812 1804 1224 1330 1368 759 1472 1189 1548 1056 988
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Diketahui
39 23 41 33 37 33 40 40 37 27 39 30 38 37 35 41 35 32 28 33 25 28 1395
33 1521 1089 1287 41 529 1681 943 47 1681 2209 1927 39 1089 1521 1287 50 1369 2500 1850 35 1089 1225 1155 50 1600 2500 2000 34 1600 1156 1360 33 1369 1089 1221 40 729 1600 1080 47 1521 2209 1833 17 900 289 510 25 1444 625 950 44 1369 1936 1628 44 1225 1936 1540 22 1681 484 902 39 1225 1521 1365 41 1024 1681 1312 47 784 2209 1316 40 1089 1600 1320 26 625 676 650 50 784 2500 1400 1556 48501 61698 52961
∑X
= 1395
∑Y2
∑Y
= 1556
∑XY = 52961
∑X2
= 48501
(∑X)2 = 1946025
= 61698
(∑Y)2 = 2421136 2. Mencari Nilai rxy Berdasarkan data-data pada tabel kerja koefisien korelasi yang telah dibuat, penulis kemudian melakukan perhitungan matematis untuk mencari nilai rxy seperti berikut:
rxy
=
N ∑XY – (∑X) (∑Y)
{ N ∑X2 – (∑X)2 } { N ∑Y2 – (∑Y)2 }
=
(41 x 52961) – (1395 x 1556)
{ (41 x 48501) – 1946025 } { (41 x 61698) – 2421136 } =
2171401 – 2170620 (1988541 – 1946025) (2529618 – 2421136)
=
781 425516 x 108482
=
781 46160826712
=
781 214850,707962
=
0,0036
C. Analisis Lanjut Setelah r (koefisien korelasi) dari kedua variabel x dan y di ketahui, maka untuk mengetahui dapat dan tidaknya hipotesis di terima atau tidak harus dikonsultasikan rxy hasil dengan perhitungan dengan nilai r yang terdapat dalam tabel nilai r product momet sehingga dapat di ketahui bahwa r hitung dengan r tabel signifikan atau tidak. Hal ini di karenakan bila r hitung sama dengan atau lebih besar dari r tabel, maka r hitung dapat di katakan segnifikan .
Sesuai dengan responden sebanyak 41 anak maka dapat dilihat dalam tabel nilai – nilai r product moment adalah sebagai berikut 1) Pada taraf singnifikan 1% = 0,398 2) Pada taraf singnifikan 5% = 0,308 Sehingga dapat dibandingkan berdasarkan tabel tersebut nilai – nilai yang di peroleh ialah 1)
0,0036 < 0,398 taraf 1%
2)
0,0036 < 0,308 taraf 5% Dari analisis di atas maka hipotesis kerja (Ho) yang berbunyi
“tidak ada pengaruh keteladanan guru terhadap ketawadhuan siswa dengan guru “pada siswa MTs Al- Manar Desa Bener Kec. Tengaran“. Pendidikan anak atau pendidikan akhlak anak tidak hanya terdapat di sekolah atau belajar dari guru saja. Akan tetapi lingkungan pendidikan itu juga terdapat di lingkungan keluarga dan masyarakat. a. Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama. Keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan kepribadian anak, karena sebagian besar kehidupan anak berada di tengah-tengah keluarganya. Untuk mengoptimalkan kemampuan dan kepribadian anak, orang tua harus menumbuhkan suasana edukatif di lingkungan keluarganya sedini mugkin. Suasana edukatif yang di maksud adalah orang tua yang mampu menciptakan pola hidup dan
tata pergaulan dalam keuarga dengan baik sejak anak dalam kandungan (Suwarno, 2006:40). Pendidikan
akhlak di dalam keluarga dilaksanakan dengan
contoh dan teladan dari orang tua. Perilaku dan sopan santun orang dalam hubungan dan pergaulan antara ibu dan bapak, perilaku orang tua terhadap anak-anak mereka, dan perilaku orang tua terhadap orang lain di dalam lingkungan keluarga dan di lingkungan masyarakat, akan menjadi teladan bagi anak-anak. Anak juga memperhatikan sikap orang tua dalam menghadapi masalah, perkataan dan cara bicaranya, bahkan gaya menanggapi temen- temennya atau orang lain, terpengaruh oleh orang tuanya. Juga cara mengungkapkan emosi marah, gembira, sedih dan sebagainya, di pelajari pula dari orang tuanya (Derajat, 1995: 59) b. Lingkungan Masyarakat Boleh dikatakan setelah menginjak usia sekolah, sebagian waktu jaganya dihabiskan di sekolah dan masyarakat. Berbeda dengan situasi di rumah dan sekolah, semua pergaulan di masyarakat kurang menekankan pada disiplin atau aturan yang harus dipatuhi secara ketat. Meskipun
tampaknya
longgar,
namun
kehidupan
bermasyarakat di batasi oleh berbagai norma dan nilai-nilai yang di dukung warganya.
Karena
itu setiap warga berusaha untuk
menyesuaikan sikap dan tingkah laku dan norma dan nilai-nilai yang
ada. Dengan demikian kehidupan bermasyarakat memiliki suatu tatanan yang terkondisi untuk dipatuhi bersama. Ditinjau dari lingkungan pendidikan, masyarakat disebut sebagai
lingkungan
pendidikan
nonformal
yang
memberikan
pendidikan secara sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya, tetapi tidak sistematis. Masyarakat menerima semua anggota yang beragam untuk diarahkan menjadi anggota yang sejalan dengan tujuan masyarakat itu sendiri yang berorentasi pada percapaian kesejahteraan sosial, jasmani-rohani. c. Lingkungan pergaulan Lingkungan teman-teman yang jahat mempunyai pengaruh yang negatif terhadap perkembangan anak, bukan hanya perkatannya saja tetapi seluruh perilaku atau perbuatannya. Oleh karena itu AlGhazali menganjurkan orang tua atau pendidik pada umumnya, agar tetap waspada terhadap teman-teman yang jahat itu, hendaklah mengawasi benar-benar siapa ia bergaul dan seharusnya membatasi bergaul dengan teman-teman yang berakhlak buruk itu. Dan sebaliknya apabila anak bergaul dengan teman-teman yang baik akhlaknya, maka ia akan berpengaruh baik pula. Jadi dapat dikatakan bahwa lingkungan pergaulan mempunyai pengaruh yang sangat dominan terhadap perkembangan anak (Zainuddin, 1991: 92). Untuk mensukseskan pembangunan sumber daya manusia, berbagai bentuk sikap keteladanan harus dipraktekan sedini mugkin.
Sekolah dan seluruh lingkungan masyarakat yang luas harus menunjukkan bentuk sikap keteladanan yang positif. Jika perilaku sebagai orang tua ataupun dari kalangan pendidikan, jauh dari nilainilai normatif dan banyak melakukan tindakan tidak terpuji maka hal ini akan menjadi pembelajaran yang negatif bagi peserta didik. Idealnya, peserta didik menerima bentuk-bentuk contoh perilaku positif yang dijadikan keteladanan. Bersamaan dengan itu pula, masyarakat luas di harapkan dapat berpartisipasi agar benihbenih moralitas positif peserta tumbuh subur. Itulah yang sangat di harapkan agar benih yang ada di dalam jiwa peserta didik dapat tumbuh subur sesuai dengan iklim yang ada di sekitarnya. Sayangnya, betapa banyak dan susah payah para pendidik di lingkungan
pendidikan/sekolah
mengupayakan
berbagai
bentuk
keteladanan, tetapi hal itu terbatas hanya terbatas pagar sekolah. Artinya berbagai bentuk keteladana positif yang akan disaksikan peserta didik tidak ada lagi di luar sekolah. Padahal yang paling ideal adalah bentuk keteladanan tersebut hadir dan disaksikan secara kontinyu. Dengan disaksikan secara kontinyu maka akan terjadi pembiasaan yang positif. Biasanya masyarakat akan menyalahkan gugu atau pihak sekolah bila moralitas anak didik mengalami penurunan. Rasanya hal itu tidak adil karena di zaman moderen ini pengaruh lingkungan dan keluarga lebih besar peranannya dalam pembentukan kepribadian anak dari pada sekolah.
Pembiasaan yang berkelanjutan, baik di sekolah di rumah maupun di masyarakat luas, maka sifat positif itu akan tumbuh dan menjadi bagian dari sendiri yang akan mengubah jiwa muda tersebut menjadi lebih baik. Penanaman itu perlu diyakinkan pada seluruh pihak bahwa tanggung jawab moralitas anak didik bukan sekedar menjadi tanggung jawab para pendidik ataupun warga sekolah, masyarakat luas juga bertanggung jawab terhadap perbaikan moralitas generasi muda. Sayangnya justru lingkungan masyarakat tidak dapat sepenuhnya keteladanan.
menciptakan
lingkungan
yang
selalu
memberi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan masalah yang penulis kemukakan dan setelah di adakan penelitian serta pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat keteladanan guru di MTs Al-Manar tahun 2011 dapat diketahui bahwa guru mempunyai tingkat keteladanan yang tinggi. Hal ini terbukti dari prosentase tertinggi jawaban siswa yang menjadi responden mengenai keteladanan guru berada pada kategori tinggi. 2. Tingkat ketawadhuan siswa di MTs Al-Manar tahun 2011 dapat diketahui bahwa siswa mempunyai ketawadhuan yang tinggi. Hal ini terbukti dari prosentase tertinggi jawaban siswa yang menjadi responden mengenai ketawadhuan siswa berada pada kategori tinggi. 3. Penelitian ini tidak menjumpai hubungan yang singnifikan antara keteladanan guru dengan ketawadhuan siswa pada guru di MTs Al-Manar tahun 2011. Secara teoritis diduga kuat bahwa pembentukan ketawadhuan siswa lebih banyak disumbang dari variabel-variabel lain.
58
B. Saran 1. Pihak lembaga pendidikan perlu bekerja sama yang lebih kuat dengan pihak keluarga dan masyarakat dalam pembentukan akhlak atau sikap ketawadhuan siswa. 2. Untuk para peneliti selanjutnya perlu menguji variabel-variabel lain seperti untuk mengkaji ketawadhuan siswa lebih lanjut lagi pendidikan dalam keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Wahid. 2004. Risalah Akhlak Panduan Perilaku Muslim Moderen. Solo: Era Intermedia. Al Zarmuji. 1997. Ta’lim Al Muta’alim. Ditahqiq Imam Ghazali Said. Surabaya: Diyanatama. Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Fattah, Abduh. 2004. 40 Strategi Pembelajaran Rasulullah SAW, Yogyakarya: Tiara Wacana, 2004. Hafizh, Abdul. 1997. Mendidik Anak Bersama Rasulullah. Bandung: Mizan. Hasyim, Ahmad Umar. 2007. Menjadi Muslim Kaffah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Hidayatullah, M. Furqon.2009. Guru Sejati Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka. Ilyas, Yunahar. 2007. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pelajar Offset. Jalaludin. 2000. Psikologi Agama. Jakarta:Raja Grafindo Persada. Mahfudhi. 2009. Pendidikan Santri terhadap Keteladanan Ustadz dan Hubungannya terhadap Motivasi Belajar. Salatiga:STAIN. Nata, Abudin. 2005. Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid. Jakarta: Qisthi Press. Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaran Pendidikan. Jakarta:Kencana. Samir, Mahmud. 2004. Guru Teladan di Bawah Bimbingan Allah. Jakarta:Gema Insani. Sriyati, Lilik, Muna Erawati & Suwardi.2008. Teori-Teori Pembelajaran. Salatiga: STAIN.
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Tafsir, Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rusdakarya. Tatapangarsa, Humaidi. 1980. Akhlak yang Mulia. Surabaya: Bina Ilmu. Yunus, Mahmud. 1992. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Hidakarya Agung. Yuniastuti, ika fitri. 2010. Pengaruh Keteladanan Guru terhadap Kegairahan Belajar Anak. Salatiga: STAIN. Zainuddin. 1991. Seluk Beluk Pendidikan Al- Ghazali. Jakarta: Bumi Aksara. Zeeno, M.Jameel. 2005. Resep Menjadi Pendidik Sukses Berdasarkan Petunjuk Al-Quran dan Teladan Nabi Muhammad. Jakarta: Hikmah.