HUBUNGAN ANTARA KETELADANAN GURU DENGAN DISIPLIN BELAJAR SISWA DI MI ATTAUFIQ MEGAMENDUNG – BOGOR
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Cecep Subhan NIM: 809018300533
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
ABSTRAK
Hubungan Keteladanan Guru dengan Disiplin Belajar Siswa di MI. ATTAUFIQ, Megamendung-Bogor. Kata Kunci :Keteladan Guru, Disiplin Belajar Siswa Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana keteladanan guru di MI Attaufiq Megamendung Bogor, Tahun 2012/2013 (2) Bagaimana Disiplin belajar siswa di MI Attaufiq Megamendung Bogor, Tahun pelajaran 2012/2013. (3). Bagaimana Hubungan Keteladanan Guru dengan Disiplin Belajar Siswa Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Keteladanan guru berkontribusi terhadap disiplin belajar siswa. Dengan demikian untuk meningkatkan disiplin siswa dapat dilakukan dengan cara menjadikan guru sebagai teladan dalam disiplin tersebut. Berdasar hasil penelitian tersebut disarankan kepada setiap guru untuk dapat menjadi teladan yang baik dalam berdisiplin sehingga diikuti oleh siswasiswanya. Keteladanan tersebut dapat dilakukan oleh guru melalui dengan cara hadir lebih awal di sekolah, berpakaian rapih dan sopan tidak meroko dilingkungan sekolah, ketepatan masuk dalam kelas, ketepatan waktu dalam meninggalkan kelas, mengikuti upacara, tidak melontarkan kata kasar dan lainlain.
CECEP SUBHAN (PGMI)
i
KATA PENGANTAR Bismilahirrohmannirrohim Tiada kata yang lebih terpuji selain menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena dengan ridho-Nya penulis dapat rampungkan skripsi ini. Sholawat dan salam yang ditetapkan Alllah SWT atas junjungan alam Nabi Muhammad SAW sebagai penghulu Arab yang telah membawa kedamaian dan rahmat bagi semesta alam, para sahabat, keluarga, dan pengikutnya sampai akhir zaman. Penulisan skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan yang harus ditempuh dalam menyelesaikan Program Studi Sarjana Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu untuk terwujudnya skripsi ini, ucapan terimakasih penulis tak lupa tujukan kepada : 1.
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ketua dan Sekretaris Jurusan PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil.
dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, pikiran dan kesabaran yang teramat tulus disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi. Terima kasih banyak. 4.
Para dosen yang telah memberikan pengalaman dan ilmunya kepada penulis dengan ikhlas dan sabar selama masa kuliah.
5.
Kepala Madrasah, Dewan Guru, Staf, dan siswa MI. ATTAUFIQ, Megamendung-Bogor. yang telah memberikan izin dan membantu kepada penulis untuk melakukan penelitian.
6.
Isteri tercinta Yati Supriyati dan kedua putra-putraku, yang selalu memberikan motivasi. Semoga kalian selalu sabar dalam mengarungi bahtera kehidupan ini.
ii
7.
Seluruh teman seperjuangan dan sepenanggungan, yaitu Mahasiswa PAI Dual ModeSystem PGMI khususnya kelas K ruang 319. Terima kasih banyak dan sukses selalu. Hanya kepada Allah jua lah penulis mengucapkan rasa syukur atas semua
karunia-Nya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikannya, sehingga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Jakarta,
September 2013
Cecep Subhan Nim: 809018300533
iii
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ABSTRAK …………………………………………………………………... i KATA PENGANTAR .................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................. iv DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. vi BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang ..................................................................... 1
B.
Identifikasi Masalah ............................................................. 3
C.
Pembatasan Masalah ............................................................ 4
D.
Perumusan Masalah ............................................................. 4
E.
Tujuan Penelitian ................................................................. 5
F.
Manfaat Penelitian ............................................................... 5
KAJIAN
TEORI,
KERANGKA
BERPIKIR
DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS A.
Kajian Teori ......................................................................... 6 1.
2.
Keteladanan Guru ........................................................ 6 a.
Pengertian Keteladanan ......................................... 6
b.
Prinsip-prinsip Keteladanan .................................. 10
c.
Hubungan Keteladan dengan Ahklak………… 12
.................... . Disiplin Belajar Siswa ............................................... 16 a. ...
Pengertian Disiplin ................................................ 16
b.
Pengertian Belajar .................................................. 17
c.
Prinsip Disiplin Belajar .......................................... 20
d.
Bentuk-bentuk Disiplin Belajar Siswa .................. 21
B.
Kerangka Berpikir ................................................................ 26
C.
Pengajuan Hipotesis ............................................................. 26 iv
BAB
METODELOGI PENELITIAN
III
BAB IV
A
Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 27
B. .
Metode Penelitian ................................................................ 27
C.
Populasi dan Sampel ............................................................ 27
D.
Teknik Pengumpulan Data ................................................... 28
E.
Teknik Pengolahan Data ...................................................... 30
F.
Teknik Analisis dan Interpretasi Data ................................. 30
G.
Hipotesisi Statistik .............................................................. 33
HASIL PENELITIAN A.
BAB V
Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................... 34 1.
Letak Geografis ............................................................. 34
2.
Sejarah Berdiri MI. ATTAUFIQ .................................. 34
3.
Visi dan Misi MI. ATTAUFIQ ..................................... 36
4. 5.
Struktur Kepengurusan ................................................. 36 Keadaan Guru ............................................................... 37
6.
Keadaan Siswa .............................................................. 38
7.
Sarana dan Prasarana MI. ATTAUFIQ ........................ 38
B.
Deskripsi Data ...................................................................... 39
C.
Analisis dan Interpretasi Data .............................................. 50
PENUTUP A.
Kesimpulan .......................................................................... 57
B.
Saran .................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 58 LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Angket Pengaruh Keteladanan Guru terhadap disiplin siswa Tabel 3.1. Angket indeks korelasi ”r ” product moment Tabel 3 . Keadaan guru guru MI ATTAUFIQ Megamendung Bogor Tahun Pelajaran 2011 -2012 Tabel 4 . Keadaan Siswa Siswi MI ATTAUFIQ Megamendung Bogor Tahun Pelajaran 2011 – 2012 Tabel 5. Sarana dan Prasarana MI ATTAUFIQ Megamendung Bogor Tahun Pelajaran 2011 – 2012 Tabel 6. Kehadiran Guru berdasarkan jadwal Tabel 7. Penyampaian Informasi ketika guru berhalangan hadir Tabel 8. Pemberian Tugas ketika guru berhalangan hadir Tabel 9. Guru Melakukan Apersepsi Tabel 10. Mengoreksi Tugas yang diberikan Tabel 11. Ketepatan Waktu Ketika Memulai dan Mengakhiri Pembelajaran Tabel 12. Pembelajaran yang bervariasi Tabel 13. Penyajian Materi yang bervariasi berdasarkan karakteristik Tabel 14. Pemantauan Terhadap Ruang kelas dan siswa Tabel 15. Kesemangatan Guru dalam pembelajaran Tabel 16. Pemberian hadiah untuk siswa yang berprestasi Tabel 17. Pemberian sanksi Tabel 18. Menciptakan kondisi pembelajaran yang konduktif Tabel 19. Mensosialisasikan peraturan sekolah Tabel 20. Menerapkan kedisiplinan pada siswa Tabel 21. Pemberian sanksi atas keterlambatan siswa Tabel 22. Pemberian sanksi untuk siswa yang tidak mengerjakan tugasnya
vi
Tabel 23. Pemberian sanksi bagi siswa yang melakukan pelanggaran Tabel 24. Guru menjadi suri tauladan yang baik Tabel 25. Aturan – aturan sekolah dapat dilaksanakan oleh siswa Keteladanan Tabel 26. Keteladanan Guru PAI Menurut pandangan siswa MI ATTAUFIQ Megamendung Bogor . Tabel 27. Disiplin Belajar siswa di MI. ATTAUFIQ Megamendung Bogor Tabel 28. Uji korelasi antara keteladanan guru dengan disiplin siswa di MI At-Taufiq Megamendung Bogor
vii
BAB I PENDAHULUAN A.
LATAR BELAKANG
Keberhasilan pendidikan nasional merupakan tanggung jawab bersama yang meliputi keluarga, masyarakat dan pemerintah. Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan adalah terciptanya manusia-manusia yang memiliki kepribadian luhur, beragama dan sebagai makhluk yang berguna bagi dirinya dan masyarakat. Seperti yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, bahwa: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.1 Untuk mewujudkan tersebut khususnya dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan guru sebagai tenaga pendidik harus mampu memimpin dan mengayomi segala aspek yang berhubungan dengan kelancaran proses pembelajaran di sekolah. Agar berhasil dalam pembelajaran sangat dibutuhkan keteladanan guru yang didukung oleh pola keteladanan pendidikan.
Proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana terdepan dalam tugasnya memberikan keilmuan dan pengalaman belajar kepada anak didik yang tidak hanya berbentuk teori yang berasal dari buku semata, tetapi juga bahan pengalaman belajar di luar kelas atau lingkungan masyarakat (community Resource). Selain itu guru harus memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan dalam mengelola kelas. Seperti tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada pasal 28, ayat 3 disebutkan bahwa kompetensi sebagai agen pembelajaran pada
1
Abd. Rozak, Fauzan, dan Ali Nurdin, Kompilasi Undang-undang dan Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta: FITK Press, 2010), Cet. Ke-1, h. 6.
1
2 jenjang pendidikan anak usia dini meliputi; kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.2 Dengan demikian, keteladanan seorang guru ada kaitannya dengan salah satu empat kompetensi, yaitu kompetensi kepribadian. Karena setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai dengan ciri-ciri pribadi yang mereka miliki sehingga keteladanan seseorang hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan. Kepribadian adalah unsur yang menentukan interaksi guru dengan siswa sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola, seluruh kehidupan adalah figur yang paripurna.3 Disiplin yang timbul pada siswa terbentuk karena adanya aturan dan latihan yang tertanam dalam diri seseorang. Lebih jelasnya disiplin adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab, sehingga mereka mentaati segala peraturan yang ditetapkan.4 Dewasa ini banyak orang tua yang merasa bingung karena anak mereka sulit sekali untuk disiplin, seperti disiplin terhadap waktu, belajar, mematuhi tata tertib, dan lain-lain, sementara tuntutan tugas disekolah cukup banyak, dari pekerjaan rumah (PR), ulangan serta mengikuti kegiatan-kegiatan lain yang diselenggarakan oleh sekolah. Sebagai orang tua memang tidak lepas memonitor kegiatan anaknya, berbagai cara telah dilakukan agar anaknya dapat berdisiplin, salah satu cara adalah dengan meminta bantuan dari pihak sekolah, yang pelaksanaanya menjadi tanggung jawab guru sebagai orang tua kedua bagi siswa di sekolah. Dalam pembelajaran, mendisiplinkan peserta didik harus dilakukan dengan kasih sayang dan harus ditujukan untuk membantu mereka menemukan diri; mengatasi, mencegah timbulnya masalah disiplin, dan berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan. Disiplin dengan kasih
2
Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: GP Press, 2011), Cet. Ke-3. h. 31. 3 Ibid., h. 40. 4 . Mulyasa, .Implementasi Kurikulum 2004 ( Bandung, PT.Remaja Rosdakarya.2005 ). h 21
3 sayang dapat merupakan bantuan kepada peserta didik agar mereka mampu berdiri sendiri (help for self help).5 Adapun upaya peningkatan disiplin belajar yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah maupun oleh pihak orang tua siswa adalah dengan memberdayakan keberadaan guru, karena guru memiliki peran sebagai pendidik sekaligus sebagai pemimpin bagi siswa serta memiliki tugas dan tanggung jawab yang meliputi: mendidik, mengayomi serta melakukan pembinaan dan peningkatan prestasi akademik siswanya, juga berupaya melakukan pembinaan terhadap perilaku siswanya untuk berbagi kegiatan positif dalam bentuk disiplin, baik disiplin terhadap waktu belajar, disiplin tata peraturan, dan disiplin terhadap tanggung jawab. Sedangkan orang tua dapat melakukan pengawasan terhadap kegiatan belajar siswa. Disamping itu para pendidik dan orang tua dapat melakukan pembinaan dengan jalan memberikan contoh teladan yang berupa sikap dan perbuatan yang baik.
B.
IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka timbul permasalahan antara lain : a.
Kurangnya perhatian guru terhadap siswa.
b.
Lemahnya contoh sikap keteladanan guru.
c.
Belum optimalnya sikap keteladanan guru.
d.
Kurang adanya pembelajaran tentang sikap dan prilaku keteladanan.
e.
Kurangnya sinergi antar guru dengan orang tua siswa dalam memberikan keteladanan.
f.
Lemahnya kepribadian yang ditampilkan guru sebagai pendidik.
g.
Guru kurang memperhatikan sikap dan prilaku tanggung jawab.
h.
Lemahnya kemampuan guru dalam meningkatkan ilmu (materi ajar).
i.
Lalainya guru dalam menyiapkan tugas pembelajaran.
j.
Rendahnya prestasi belajar siswa.
k.
Kurangnya disiplin belajar siswa.
l.
Tidak jelasnya tata tertib siswa.
5
Ibid. h. 170
4
C.
m.
Kurang adanya disiplin dalam lingkungan sekolah.
n.
Kurang stabilnya prestasi belajar siswa.
o.
Kurang tersedianya sarana dan prasarana pembelajaran.
PEMBATASAN MASALAH Dari Identifikasi masalah yang terpapar diatas diperoleh gambaran permasalahan yang begitu luas. Namun menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penulis memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas dan terpokus. Masalah yang menjadi obyek penelitian dibatasi hanya ada pada analisis hubungan antara keteladanan guru dengan disiplin belajar siswa di MI. Attaufiq Megamendung Bogor Tahun Pelajara 2012/2013. Pembatasan masalh ini mengandung konsep keteladanan guru dan disiplin belajar siswa dalam mencapai tujuan pendidikan.
D . PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas, maka penulis merumuskan masalahnya pada: “Apakah terdapat hubungan antara keteladanan guru dengan disiplin belajar siswa”
E.
TUJUAN PENELITIAN Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keteladanan guru dengan disiplin belajar siswa di MI. ATTAUFIQ. Namun secara spesifik tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi dan kejelasan tentang: “Hubungan antara keteladanan guru dengan disiplin belajar siswa”
F.
MANFAAT PENELITIAN Adapun kegunaan penulis harapkan dari hasil penelitian ini yaitu : a. Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan bahan masukan bagi guru bahwa keberhasilan disiplin belajar siswa, bukan saja dipengaruhi oleh factor dalam diri siswa tetapi juga factor lain, salah satunya adalah keteladanan guru.
5 b. Agar dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan bagi para orang tua dan masyarakat lingkungan dalam menghadapi siswa yang kurang mendapatkan perhatian dari guru disekolah. c. Penelitian ini berguna untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi penulis dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. d. Memberikan informasi yang mungkin berguna bagi para peneliti selanjutnya. Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1.
Dapat mengetahui begitu pentingnya bagi guru untuk memiliki sikap keteladanan.
2.
Dapat mengetahui bahwasannya keteladanan yang dimiliki guru berdampak positif terhadap siswa.
3.
Bersedia menerima kritik dan saran.
4.
Mengutamakan kerjasama.
5.
Memiliki kesempatan untuk berkembang.
6.
Mengembangkan sikap bertanggung jawab.
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1.
Keteladanan Guru a.
Pengertian Keteladanan Keteladanan dalam pendidikan merupakan bagian dari sejumlah
metode yang paling ampuh dan efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral, spiritual, dan sosial. Sebab, seorang pendidik merupakan contoh ideal dalam pandangan anak, yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru, disadari atau tidak, bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat material, inderawi, maupun spiritual. Proses belajar yang paling menonjol dalam penerapan teori daya adalah dengan melalui praktek dan latihan seperti dalam memecahkan soal atau menghapal ataupun mengarang.1 Keteladanan berasal dari kata teladan yang diberi imbuhan ke(awalan) dan -an (akhriran), teladan berarti berkaitan dengan prilaku yang dapat ditiru dengan panca indra dan anggota tubuh maupun seseorang dalam bersosialisasi dengan lingkungannya. Secara umum definisi keteladanan dapat dirumuskan bahwa keteladanan adalah suatu yang patut dicontoh karena kebaikannya. Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia dikatakan bahwa teladan yaitu sesuatu yang patut ditiru atau contoh baik.2 Sedangkan dalam
1
Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran : Kaidah-Kaidah Dasar, (Bandung: CV Wacana Prima, 2008), h. 29. 2 Tim Reality, KBBI,(Surabaya: REALITY PUBLISHER, 2008), Cet. Ke-I, h. 625.
6
7
bahasaArabdiistilahkandengan“uswatun hasanah” yang berarti cara hidup yang diridlai oleh Allah SWT. Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW dan telah dilakukan pula oleh nabi Ibrahim dan para pengikutnya. Dengan adanya teladan yang baik itu, maka akan menumbuhkan hasrat bagi orang lain untuk meniru atau mengikutinya.3 Keteladanan adalah sesuatu yang sangat prinsipil dalam pendidikan. Tanpa keteladanan proses pendidikan ibarat jasad tanpa ruh. Menurut ahli-ahli psikologi adalah dalam menentukan jenis materi pembelajaran apa yang terbaik untuk melatih membantu atau mengembangkan otak. 4 Jadi yang dimaksud dengan keteladanan dalam pengertiannya sebagai uswatun hasanah adalah suatu cara mendidik, membimbing dengan menggunakan contoh yang baik yang diridloi Allah SWT sebagaimana
yang
tercermin
dari
prilaku
Rasulullah
dalam
bermasyarakat dan bernegara. Apabila seorang pendidik mendasarkan kepada keteladanan, maka konsekwensinya ia harus memberikan teladan kepada para peserta didiknya dengan berusaha mencontoh dan meneladani Rasulullah Muhammad SAW. seperti istilah berikut “Guru iku digugu lan ditiru”: guru itu ditaati dan ditiru. Sebab itu, Allah SWT mensetup kepribadian Rasulullah untuk dijadikan panutan dan ukuran akhlak bagi semesta alam. Tingkah laku Nabi Muhammad merupakan contoh suri tauladan bagi umat manusia dalam bermasyarakat. Seperti ditegaskan dalam QS. Al-Ahzab:21
3 4
Abdul Majid , (Bandung PT. Remaja Rosdakarya ) thn 2005. h 150 Lukman Hakim, op. cit., h. 29.
8
M. Sodiq, Kamus
Istilah Agama, (Jakarta: CV. Sientarama, 1988), h. 369. “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab : 21) Adapun
metode
pendidikan
Islam
adalah
suatu
ilmu
pengetahuan yang membahas tentang bagaimana cara – cara yang perlu ditempuh atau dipergunakan dalam upaya menyampaikan materi pendidikan agama islam kepada objeknya yaitu manusia ( anak didik), berdasarkan petunjuk atau tuntunan Al-quran dan Al-sunnah.5 Dalam Al-Qur‟anbanyakmengandungmetodependidikanyang dapat menyentuh perasaan, mendidik jiwa dan membangkitkan semangat. Metode tersebut mampu menggugah puluhan ribu kaum muslimin untuk membuka hati manusia agar dapat menerima petunjuk Ilahi dan kebudayaan Islam. Mestinya, guru, orang tua, kiai, dai dan pekerjaan sejenisnya, dalam skala yang lebih kecil harus mampu menjadi teladan yang sempurna untuk anak-anaknya, sebagaimana Rasul untuk seluruh manusia, sebagaimana Rasul bersabda: “Bahwasanya aku diutus (allah) untuk menyempurnakan keluhuran budi pekerti.” 6 Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan pendidik akan mendapat sorotan peserta didik dan orang disekitar orang di lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. 5
Abdul Majid op,cit. h. 136 Moh. Ardani, Akhlak – Tasawuf “Nilai-nilai Akhlak/Budipekerti dalam Ibadat dan Tasawuf”, (Jakrta: CV. Karya Mulia, 2005), Cet. Ke-2, h. 26. 6
9
Adapun
pendapat
pakar
pendidikan
yang
lain
tentang
keteladanan yang diungkapkan oleh Majid ( 2008 : 150 ) menyatakan bahwa“denganadanyateladan yangbaik, maka akanmenumbuhkan hasrat bagi orang lain untuk meniru atau mengikutinya dan memang sebenarnyalah bahwa adanya contoh ucapan, perbuatan dan contoh tingkah laku yang baik dalam hal apapun, maka hal itu merupakan sesuatu amaliah yang paling penting dan paling berkesan, baik bagi pendidikan anak maupun dalam kehidupan dan pergaulan manusia sehari-hari”.7 Peserta didik cenderung akan meneladani pendidiknya, karena pada dasarnya secara fisikologis anak memang senang meniru, tidak saja yang baik tapi yang jelek juga ditiru. Kecenderungan manusia untuk meniru belajar lewat peniruan menyebabkan keteladanan menjadi sangat penting artinya dalam proses belajar mengajar. Dalam upaya meningkatkan kwalitas pembelajaran melalui penilaian Assessment Reform Group (1999), menyatakan bahwa untuk memperbaiki proses pembelajaran bergantung pada lima factor kunci, yaitu : a. b. c. d. e.
Siapkan umpan balik (feedback) yang efektif pada siswa, Libatkan secara aktif siswa dalam pembelajaran mereka sendiri Sesuaikan pengajaran untuk memperoleh catatan hasil penilaian Penghargaan sangat mempengaruhi penilaian dalam motivasi dan kesadaran diri siswa,dan Siswa perlu menilai diri mereka sendiri dan memahami bagaimana memperbaikinya.8 Guru memiliki peran yang sangat penting dalam membantu
perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Guru pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat benar dan bertanggung jawab atas setiap perbuatannya
7
Abdul Majid, S.Ag. op.cit h. 150 Harun Rasyid & Mansur, Penilaian Hasil Belajar, ( Bandung : CV. WACANA PRIMA, 2009). h. 91
8
10
Disebutkan dsalam kamus besar bahasa Indonesia bahwa kata” keteladanan‟‟mempunyai akarkata‟‟teladan‟‟ yangberartiperbuatan yang patut ditiru dan dicontoh. Jadi keteladanan adalah ha-hal yang dapat ditiru atau dicontoh. Diungkapkan dalam bahasa Arab, bahwa keteladanan berasal dari kata‟‟ uswah‟‟ dan „‟qodwah‟‟ pengertian yang diberikan oleh AlAshfahani sebagaimana dikutif Armai Arief, bahwa menurut beliau, berarti suatu keadaan ketika seorang menusia mengikuti manusia lain, apakah dalam kebaikan, kejelekan, kejahatan atau kemurtadan senada dengan Al-ashafani, Ibnu Zakaria mendefinisikan bahwa uswah berarti qudwah yang artinya ikutan, mengikuti yang diikuti, dengan demikian keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh seorang dari orang lain, namun keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan islam yaitu keteladanan yang baik. dalam hal ini guru tidak hanya berperan sebagai pendidik, tetapi juga sebagai pengajar yang harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan
kemudahan
belajar
agar
peserta
didik
dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan prilaku yang baik untuk membentuk peserta didik agar mampu menghadapi tuntutan dari lingkungan. Dengan
demikian,
penulis
dapat
menyimpulkan
bahwa
keteladanan erat kaitannya dengan kepribadian. Hal ini menunjukan bahwa keteladanan dan kecintaan yang kita pancarkan kepada anak, serta modal kedekatan yang kita bina dengannya, akan membawa mereka mempercayai pada kebenaran perilaku, sikap dan tindakan kita”.9 b. Prinsip - Prinsip Keteladanan Guru harus dapat menempatkan diri dan menciptakan suasana yangkondusif,karenafungsigurudisekolahsebagai„‟Bapak„‟kedua 9
Abdul majid. Op.cit. h 149
11
yang bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak. Kihajar Dewantara telah menggariskan pentingnya peranana guru dalam proses pendidikan dengan ungkapan : Ing Ngarsa Sungtulada berarti didepan memberi teladan, asas ini sesuai prinsip modeling yang dikemukakan oleh Saroso atau Bandura, yang sama-sama menekankan pentingnya modeling atau keteladanan yang merupakan cara yang paling ampuh dalam mengubah prilaku inovasi seseorang. Mengharapkan orang lain untuk menjadi seseorang yang kita inginkan bukanlah masalah mudah. Sangatlah sulit meminta orang lain untuk melakukan apa yang juga kita lakukan dan katakan. Padahal jika kita seorang pemimpin, tentu kita menginginkan anakanak kita menjadi seperti yang diharapkan. Dalam kondisi pendidikan seperti ini pengaruh teladan berjalan secara langsung tanpa disengaja. Oleh karena itu, setiap yang diharapkan menjadi teladan hendaknya memelihara tingkah lakunya disertai kesadaran bahwa ia bertanggung jawab di hadapan Allah dalam segala hal yang diikuti oleh orang lain sebagai pengagumnya. Meskipun guru sudah memberikan contoh keteladanan yang baik akan tetapi masih banyak peserta didik yang tidak mau mencontohkan apa yang telah guru contohkan. Seperti kesiangan masuk sekolah, berpakaian tidak rapi, rambut acak - acakan, tidak menghargai antar sesama manusia selain peserta didiknya tidak mencontohkan apa yang telah guru contohkan ada faktor yang dapat menimbulkan peserta didik berperilaku tidak baik disebabkan oleh broken home misalnya perceraian orang tua, kesibukan orang tua hanya memikirkan pekerjaannya dibanding dengan mengurus anak anaknya. Dalam keseluruhan proses pendidikan guru merupakan faktor utama dalam tugasnya sebagaimana pendidik yang mau tidak mau harus dilaksanakan sebagai seorang guru. “Guru merupakan faktor
12
yang sangat penting dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan, khususnya mutu proses dan hasil pembelajaran ”10 Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa peran guru baik sebagai pendidik maupun pembimbing pada hakekatnya saling bertalian satu sama lain kedua peran itu berbeda tapi tetap menjadi satu.
c. Hubungan keteladanan dengan akhlak Dalam hal keteladanan, penulis mengambil kesimpulan bahwa keteladan erat hubungannya dengan akhlak. Karena keteladan erat kaitannya dengan hal tingkah laku yang dapat ditiru oleh orang lain, dalam hal ini adalah siswa. Oleh karena itu, seorang guru hendaklah selalu menjadi seorang panutan yang dapat digugu dan ditiru oleh siswanya maupun oleh masyarakat. Mengenai keteladanan yang dapat dilakukan seorang guru adalah keteladan yang memiliki sifat, sikap, dan watak yang baik. Berkaitan dengan hal itu, maka akhlak memiliki peran untuk membentuk keteladan. Karena akhlak merupakan prilaku sehari-hari yang dicerminkan dalam ucapan, sikap, dan perbuatan. Dengan demikian, Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun ) (حلقyang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.11 Atau isim mashdar (bentuk definitif) dari kata akhaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af „ala, yuf „ilu if „alan yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi‟ah (kelakuan,tabi„at,watakdasar),al„adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru‟ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama).12
10
Sudarwan Danim. Pengembangan Profesi Guru ( Jakarta. KENCANA PRENADA MEDIA GROUP.2011 ) h 100 11 A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. PUSTAKA SETIA, 2010), Cet. Ke-5, h.11. 12 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakrta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. Ke-10, h.1.
13
Untuk menjelaskan pengertian akhlak ini, kita dapat merujuk pada beberapa pendapat para pakar dibidangnya, seperti: Ibn Maskawaih (w. 421 H/1030 M), mengatakan: Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Dalam konsepnya, akhlak adalah suatu sikap mental (balun Lin-nafs) yang mendorong untuk berbuat tanpa pikir dan pertimbangan.13 Imam Al-Ghazali mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut: Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu).14 Al-Qurtuby mengatakan: Akhlak adalah suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab kesopanannya, karena perbuatan itu termasuk bagian dari kejadian.15 Drs. H. A. Mustofa mengemukakan bahwa akhlak adalah tabi‟at atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang sudah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angan lagi.16Mahjuddin,
menarik
definisi lain, akhlak adalah perbuatan manusia yang bersumber dari dorongan jiwanya.17 Akhlak adalah hal-hal yang berkaitan dengan sikap, perilaku, dan sifat-sifat manusia dalam berinteraksi dengan dirinya, dengan sesamanya, dengan makhluk-makhluk lain, dan dengan Allah SWT.18
13
Moh. Ardani, Akhlak – Tasawuf “Nilai-nilai Akhlak/Budipekerti dalam Ibadat dan Tasawuf”, (Jakrta: CV. Karya Mulia, 2005), Cet. Ke-2, h. 27. 14 Mustofa, op. cit., h.12. 15 Mahjuddin, Akhlak Tasawuf I”Mu‟jizat Nabi, Karamah Wali, dan Ma‟rifah Sufi, (Jakrta: KALAM MULIA, 2009) Cet. Ke-1, h. 3. 16 Mustofa, op.cit., h. 15. 17 Mahjuddin, op.cit., h. 5. 18 Tim LPP-SDM, Ensiklopedi Pendidikan Islam “Metode dan Materi Pendidikan Islam”, (Depok: BINA MUDA CIPTA KREASI, 2010), Cet. Ke-1, h. 1.
14
Berkaitan dengan akhlak, maka para Ulama akhlak menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan sifat para Nabi dan orang-orang siddiq, sedangkan akhlak yang buruk merupakan sifat syaitan dan orang-orang yang tercela. Maka pada dasarnya, akhlak itu dibagi menjadi dua macam jenis: 1.
2.
Akhlak baik atau terpuji (Al-Akhlaqu Al-Mahmudah), yaitu perbuatan baik terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhlukmakhluk yang lain. Akhlak buruk atau tercela (Al-Akhlaqu Al-Madhmumah), yaitu perbuatan buruk terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhlukmakhluk yang lain.19 Dalam pembahasan ini, penulis membatasi hanya meninjau
akhlak baik dan buruk terhadap Tuhan dan terhadap manusia dan tidak sampai membahas akhlak baik dan buruk terhadap makhluk di luar manusia. Maka berikut ini, dapat diuraikan sebagai berikut : 1.
Akhlak baik, meliputi antara lain: a.
Bertaubat (Al-Taubah), Seperti firman Allah:
“Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada Kami, pastilah Kami akan bersedekah dan pastilah Kami Termasuk orangorang yang saleh.””(QS. At-Taubah [9] : 75). b.
Bersabar (Al-Sabru), Seperti firman Allah:
“Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar.”(QS. Hud [11] :11). c.
19 20
Bersyukur (Al-Shukru) 20 Seperti firman Allah:
Mahjuddin, op.cit., h. 10. Mahjuddin, op-cit, h. 10&16
15
d. e. f. g.
“Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur.”(QS. Al-Baqarah [2] :52). Bertawakkal ( Al-Tawakkul ) Ikhlas ( Al-Ikhlas ) Sopan santun ( Al-Hilmu ) Suka Memaafkan ( Al-Afwu )21 Seperti Firman Allahh :
“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata Dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu Termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS. Yusuf [12] : 24 ] 2.
Akhlak buruk, yang meliputi antara lain: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j
Takabbur (Al-Kibru). Musyrik Munafiq Boros atau Berpoya-foya (Al-Israf) Mudah Marah Mengadu-adu (An-Namimah) Mengumpat (Al-Ghibah) Kikir (Al-Bukhlu) Berbuat Aniaya (Al-Zulmu) Iri Hati atau Dengki.22
k
Egoistik (Ananiyah)
l
Pendusta atau Pembohong (Al-Kadzab). 23
2. Disiplin Belajar Siswa a. Pengertian Disiplin Belajar
21
Mahjuddin, op-cit, h. 28 H. Mahjuddin. Op.cit, h. 29-34 23 Mahjuddin. Op.cit. h 180 22
16
Belajar disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk Disiplin belajar proses perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban, karena mengaturr waktu dan disiplin banyak membawa manfaat dan hasil. 24 Good‟s Dictionary of Education, menjelaskan bahwa disiplin adalah “prosesatauhasilpengarahanataupengendaliankeinginan,dorongan,atau kepentingan demi sesuatu cita - cita atau untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa perlu menggunakan berbagai metode mengajar yang efektif.25 belajar disiplin adalah suatu usaha mengkoordinasikan perilaku seseorang pada masa yang akan datang dengan mempergunakan hukum dan ganjaran ditimbulkan atas perbuatan perbuatan atau hal-hal yang baik yang telah dilaksanakannya26 disiplin merupakan
padanan kata discipline, yang bermakna tatanan
tertentu yang mencerminkan ketertiban.27 Disiplin adalah suatu tata tertib di sekolah, intansi,dsb bidang ilmu yang memiliki objek, sistem dan metode tertentu.28 Disiplin adalah kepatuhan mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan, antara lain :
Tepat waktu Taat asas atas janji Mengikuti prosedur standar Bekerja atas standar mutu Bekerja sesuai dengan standar hasil Tepat sasaran Tidak melanggar aturan Tidak melakukan sesuatu yang dilarang pada tempat tempat terentu.29
24
Lukmanul Hakim, op.cit. h.39 Lukmanul Hakim. Ibid, h. 154 26 M. Ngalim Purwanto. MP, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis ( Bandung : PT. REMAJA ROSDAKARYA, 2007 ), h. 186 27 Sudarwan Danim,op.cit h 137 25
28 29
Tim Reality, op.cit.h 207
Sudarwan Danim.op.cit h 138
17
Dari beberapa arti tentang disiplin di atas dapat diambil kesimpulan bahwa disiplin adalah suatu proses yang terbentuk dalam diri seseorang berupa kepatuhan, ketaatan dan keteraturan untuk mencapai cita - cita atau tujuan tertentu. b. Pengertian belajar Pengertian belajar menurut pandangan psikologi dapat disimpulkan dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli sebagai berikut : 1. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. 2. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh Prilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan prilaku yang suda ada. 3. Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat berupa prilaku yang baik (positif) atau prilaku yang buruk (negatif). 4. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu terjadi melalui usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati me Mikirkan, menghayati meniru, melatih dan mencoba sendiri atau Berarti dengan pengalaman atau latihan. Jadi perubahan prilaku akibat kematangan atau pertumbuhan fisik itu bukan hasil belajar.30 Keberhasilan siswa dalam studinya dipengaruhi oleh cara belajarnya. Belajar secara efektip dan efisien dapat dilakukan oleh siswa yang berdisiplin. Siswa yang memiliki disiplin dalam belajarnya akan berusaha mengatur dan menggunakan strategi dan cara belajar yang tepat baginya. Jadi langkah pertama yang perlu dimiliki agar dapat belajar secara efektip dan efisien adalah kesadaran atas tanggung jawab pribadi dan keyakinan bahwa belajar adalah untuk kepentingan diri sendiri, dilakukan sendiri dan tidak menggantungkan nasib pada orang lain. Banyak orang yang beranggapan, bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Sedangkan Pembelajaran pada dasarnya membahas tentang apa, siapa, kapan, dimana, bagaimana, 30
M. Alisuf Sabri, h. 54
18
dan mengapa belajar. Pembelajaran itu lebih menekankan pada penambahan pengetahuan. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlansung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga keliang lahat nanti31 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dikemukakan tentang definisi belajar, yaitu: berlatih atau berusaha untuk memperoleh ilmu atau menguasai suatu keterampilan.32Belajar merupakan bagian efektif dari perencanaan pembelajaran.33 „‟Belajar adalah Key Term (Istilah Kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan,misalnyapsikologipendidikandanpsikologibelajar”.34 Selanjutnya belajar sebagai suatu aktifitas internal psikologis meskipun prosesnya sulit untuk dilihat secara nyata tetapi criteria persyaratan dalam prosos belajar itu dapat ditetapkan berdasarkan kondisi yang funda mental dalam setiap kegiatan belajar”.35 Pengertian belajar menurut pandangan psikologi dapat disimpulkan dari beberapa difinisi yang dikemukakan di atas bahwa Belajar adalah sebagai proses untuk memiliki pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Karena demikian pentingnya arti belajar maka bagian terbesar upaya Riset dan experimen psikologi belajarpun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu. Untuk mencapai hasil belajar yang ideal kemampuan para pendidik dalam membimbing belajar murid - muridnya amat dituntut jika guru dalam
31
AriefS.Sadiman,MediaPendidikan,Pengertian,Pengembangan,dan (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2010) h.2 32 Tim Reality, op. cit., Cet. Ke-1, h. 25 33
Harun Rasyid & Mansur. Op,cit. h, 89 34 Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 1999), h. 55. 35 M Alisuf, op, cit. h 57.
Pemanfaatanya ,
19
keadaan siap atau memiliki profesiensi (berkemampuan tinggi) dalam menunaikan kewajibannya, maka harapan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas sudah tentu akan tercapai.36 Selain memiliki strategi belajar siswa yang tepat, siswa juga perlu memperhatikan metode atau cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dalam belajarnya. Seperti yang kita ketahui belajar bertujuan untuk mendapat pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan. Cara yang demikian itu jika dilakukan dengan penuh kesadaran dan disiplin tinggi maka akan menjadi suatu kebiasaan, dan kebiasaan dalam belajar. Demikianlah cara-cara belajar yang perlu diperhatikan oleh setiap siswa, karena dengan memiliki cara belajar yang baik akan membantu siswa dalam mencapai prestasi yang tinggi, dan cara tersebut dapat dilaksanakan dengan baik secara teratur setiap hari, apabila siswa memiliki sikap disiplin. Jadi siswa yang pada dirinya tertanam sikap disiplin akan selalu mencari dan menentukan cara belajar yang tepat baginya. Dengan demikian seseorang dikatakan telah belajar apabila ia mampu mengungkapkan apa yang telah ia pelajarinya dan terdapat perubahanperubahan tingkah-laku dalam dirinya. Perubahan yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akan berada secara kekal dalam diri individu, setidak-tidaknya untuk masa tertentu. Berdasarkan eksperimen di atas, Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons, itulah sebabnya teori koneksionisme juga disebut “S.R Bond Theory” dan “S.R Psychology of Learning”selainitu,teoriinijugaterkenaldengansebutan“Trial and Error Learning” Istilah itu menunjuk pada panjangnya waktu atau banyaknya jumlah kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan.37 Jadi yang dimaksud disiplin belajar adalah kepatuhan mentaati peraturan dalam proses untuk memiliki pengetahuan atau kepatuhan mentaati peraturan dalam belajar 36 37
Muhibin Syah, op. cit., h. 59 Muhibin syah, op , cit., h. 83-84
20
c. Prinsip Disiplin Belajar Menurut prinsip-prinsip
belajar dalam mengembangkan perilaku
sosial dan moral pada dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan
perilaku
lainnya,
(Ganjaran/memberi
hadiah
atau
(hukuman/memberi
hukuman),
yakni
Mengganjar)
dengan
dengan dan
perilaku
Reward Punishment
perilaku
yang
mengakibatkan hukuman, ia senantiasa berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang berlu ia perbuat. Dalam suatu proses belajar, banyak segi yang sepatutnya dicapai sbagai hasil belajar, yaitu meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang konsep, kemampuan menerapkan konsep, kemampuan menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai kemanfaatan suatu konsep, menyenangi dan memberi respons yang positif terhadap sesuatu yang dipelajari, dan diperoleh kecakapanmelakukan suatu kegiatan tertentu.
38
Timbulnya aneka
ragam pendapat para ahli tersebut diatas adalah fenomena perselisihan yang wajar, karena adanya perbedaan titik pandang. Selain itu, perbedaan antara situasi belajar dengan situasi dengan belajar lainnya yang diamati oleh para ahli juga dapat menimbulkan perbedaan pandangan. Situasi belajar menulis, misalnya tentu tidak sama dengan situasi belajar matematika. Namun demikian, dalam beberapa hal tertentu yang mendasar mereka sepakat seperti dalam penggunaan istilah “berubah” dan tingkah laku, belajar disiplin memendang bahwa otak manusia terdiri dari sejumlah daya yang beraneka ragam, belajar disiplin pada prinsipnya adalah melatih daya-daya mental tersebut. Mendisiplinkan peserta didik bertujuan untuk membantu menemukan diri, mengatasi dan mencegah timbulnya problem-problem disiplin, serta berusaha
menciptakan
situasi
yang
menyenangkan
bagi
kegiatan
pembelajaran sehingga mereka mentaati segala peraturan yang ditetapkan
38
Lukmanul Hakim, h. 73
21
Guru harus mampu mendisiplinkan peserta didik, terutama disiplin diri (selfdescifline), guru harus mampu membantu peserta didik Berdasarkan uraian-uraian di atas yang telah dikemukakan, maka kami dapat disimpulkan sebagai berikut a.
Seorang guru yang baik dapat memberikan keteladanan berupa sikap, tindakan atau perbuatan, tutur kata, perilaku atau kepribadian di kelas maupun diluar kelas sesuai dengan tata krama yang berlaku sehingga dapat membentuk watak yang baik pada diri seseorang.
b.
Guru harus mampu menciptakan suatu kondisi belajar yang sebaik baiknya sehingga dapat menimbulkan rasa simpatik bagi anak - anak didiknya.
c.
Guru yang baik adalah guru yang melaksakan ibadah keagamaan, mampu menciptakan hubungan yang harmonis dengan siapapun, memiliki moralitas yang tinggi, menggunakan bahasa yang sopan, bersikap ramah, menghargai potensi anak, kreatif, dan obyektif, berpenampilan selalu rapi, sopan, bersih dan disiplin.
d.
Tujuan motifasi seorang guru adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemampuannya untuk meningkatkan prestasi belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan kurikulum sekolah.
e.
Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen dari proses pendidikan merupakan alat mencapai tujuan dalam suatu sistem pendidikan.
f.
Keteladanan seorang guru dapat menimbulkan Disiplin minat disiplin belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas.
d. Bentuk-bentuk Disiplin Belajar Siswa Disiplin tidak tumbuh dengan sendirinya melainkan melalui suatu proses belajar yang pada akhirnya membentuk kekuatan dalam diri untuk berbuat tanpa paksaan.
22
Dalam membentuk dan memberikan disiplin pada anak, ada empat unsur penting yaitu : “Hukum peraturan yang berfungsi sebagai pedoman penilaian, sanksi atau hukuman bagi pelanggaran peraturan itu, Hadiah untuk perilaku atau usaha yang baik, Konsisten, mencakup ketiga asfek di atas, hadiah itu sendiri ada dua macam, yaitu hadiah yang datang dari luar ( extrinsik) seperti pujian, dan hadiah yang datang dari dalam diri sendiri (intrinsik ) yaitu perasaan puas karena mengetahui bahwa respons yang diberikan terhadap suatu stimulus adalah tepat dan benar.39 Hukuman dan sanksi Menurut Drs. M. Ngalim “Hukum berasal dari kata kerja latin Punire dan berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan, menurut teori ini, hukuman diadakan sebagai pembalasan dendam terhadap kelainan dan pelanggaran yang telah dilakukan seseorang tentu saja teori ini tidak boleh dipakai dalam pendidikan sekolah. 40 Dalam kehidupan masyarakat secara umum metode yang paling sering digunakan untuk mendisiplinkan warganya adalah dengan memberikan hukuman. Hal yang sama dilakukan oleh orang tua atau guru dalam mendidik anak atau siswanya. Hukuman dapat berdampak positif bagi disiplin anak. “Hukuman penting dalam perkembangan moral anak
antara lain menghalangi,
mendidik serta disiplin. Hukuman ini dilakukan terhadap pelanggaranpelanggaran norma-norma etika.”
41
Akan tetapi hukuman yang diberikan
pada anak harus sesuai dengan usia dan tingkat perkembangannya, selain itu hukuman harus konsisten. Penghargaan tidak selalu dalam bentuk materi tetapi dapat berupa kata-kata, pujian, senyuman atau tepukan punggung. Apapun bentuk penghargaan yang digunakan, penghargaan itu harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Penghargaan harus memiliki nilai edukatif yang penting bagi anak agar terdisiplin sehingga mereka terpacu untuk meningkatkan disiplin. 39
Lukmanul Hakiim. op.cit. h. 30 M. Ngalim Purwanto, op.cit. h. 187 41 Ibid, h 190 40
23
Dengan demikian, untuk menjalankan aturan maka diperlukan adanya sebuah konsistensi dalam diri seorang penegak disiplin. Karena dengan adanya sebuah konsistensi tersebut, ketetapan tidak ada perubahan, disesuaikan antara apa yang dikatakan dengan perbuatan. Suatu kesalahan biasa yang dikenal oleh para orang tua yang mempunyai masalah-masalah mendisiplinkan anak ialah kurangnya sikap konsisten, yaitu: tidak tetap menjalankan sikap itu, tetapi berpasang surut dan angin - anginan. Dari unsur disiplin di atas, semuanya sangat penting ditanamkan kepada anak. Dimana jika siswa melakukan kebiasaan-kebiasaan dan tindakan-tindakan maka guru perlu mengawasinya. Sebagaimana dijelaskan oleh M. Ngalim Purwanto sebagai berikut : “Jadidengansendirinyamaksudganjaranituialahsebagaialatuntuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang, karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Selanjutnya pendidikan bermaksud juga supaya dengan ganjaran itu anak menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang telah dapat dicapainya.”42 Akan tetapi jika seseorang siswa melanggarnya, maka seorang guru perlu memberi hukuman itu hendaknya agar siswa dapat merubah perbuatannya yang tidak baik menjadi baik, sebagaimana dijelaskan oleh BalnadiSutadipurasebagaiberikut:“Jikadalamusahamembentuksianak didik kita itu terpaksa memberi hukuman, maka syarat-syarat berikut hendaknya kita perhatikan. Agar masalah disiplin ini bisa tertanam pada seluruh siswa, personal sekolah dalam membina disiplin tidak cukup hanya disaat berlangsungnya proses belajar mengajar di dalam kelas saja, namun perlu mencapai beberapa cara pendekatan misalnya pada kesempatan upacara, lewat perayaan-perayaan, kegiatan extrakurikuler atau kegiatan lainnya.
42
M. Ngalim Purwanto, op.cit, h. 182
24
Terdapat tiga cara di dalam menanamkan disiplin yang umum digunakan antara lain : 1.
Otoriter : Peraturan dan Pengaturan yang keras untuk melaksanakan yang diinginkan.
2.
Permisif : Memberikan sedikit disiplin atau tidak disiplin secara tidak membimbing anak untuk tidak berperilaku.
3.
Demokratis : Menggunakan penjelasan, mengapa peraturan itu dibuat dan memperoleh kesempatan mengemukakan pendapatnya. Dari ketiga cara menanamkan disiplin kepada anak hanya metode
demokratislah yang baik digunakan, karena metode ini dapat membantu anak untuk mengerti mengapa peraturan itu dibuat, dan diberi penjelasan tentang peraturan yang harus dipatuhi dalam kata-kata yang dapat dimengerti dan siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat mereka tentang peraturan itu. Uraian tersebut sejalan dengan pendapat Harun Rasyid yang mengatakan bahwa: ”kebiasaan belajar mempengaruhi belajar antara lain dalam hal pembuatan jadwal belajar dan pelaksanaannya, membaca dan membuat
catatan,
mengulangi
pelajaran
konsentrasi
serta
dalam
mengerjakan tugas, karena tugas selalu ada dalam kegiatan kelas seharihari,maka hal itu dapat menjadi sumber pengetahuan yang melimpah tentang strategi belajar dan prestasi siswa,yang mana bias digunakan secara formatif.”43 Demikianlah cara-cara belajar yang perlu diperhatikan oleh setiap siswa, karena dengan memiliki cara belajar yang baik akan membantu siswa dalam mencapai prestasi yang tinggi, dan cara tersebut dapat dilaksanakan dengan baik secara teratur setiap hari, apabila siswa memiliki sikap disiplin. Jadi siswa yang pada dirinya tertanam sikap disiplin akan selalu mencari dan menentukan cara belajar yang tepat baginya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:
43
Harun Rasyid, op.cit. h.106
25
1. Disiplin adalah sikap mental tertentu, untuk mengetahui dan mengikuti aturan 2. Disiplin dilandasi dengan pengetahuan tentang aturan perilaku bagi kehidupan manusia, yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. 3. Disiplin menyangkut sikap gerakan yang teratur, dan sikap tingkah laku yang menunjukkan kesungguhan yang diharapkan timbul dari dalam hati untuk
mempertanggungjawabkan
apa
yang
dilakukannya
ataupun
diucapkannya. B.
Hasil Penelitian Penelitian yang sejalan dengan penelitian ini diantaranya yang pernah dilakukan oleh Haryono. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui Keteladanan guru dan disiplin belajar siswa ditinjau dari kemampuan guru mengajar. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa keteladanan guru dan disiplin belajar, dipengaruhi oleh factor kemampuan guru dalam mengajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kelancaran siswa dalam berdisiplin. Hasil penelitian ini antara lain menyimpulkan bahwa siswa yang tinggal dilingkungan yang dekat dengan pendidikan lebih cepat terpengaruh, bila dibandingkan dengan siswa yang berasal dari lingkungan yang jauh dari tempat atau lokasi pendidikan. Hasil penelitian tersebut memberikan dukungan serta motivasi dan relevansi keteladanan guru dan disiplin belajar siswa. Hal ini memotifasi peneliti untuk mengangkat masalah Hubungan antara keteladanan Guru dengan Disiplin belajar siswa di MI At-Taufiq Megamendung Bogor, tahun pelajaran 2011/2012.
C.
Kerangka Berpikir Pendidikan adalah suatu proses interaksi dua arah yang terjadi antara
guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan lingkungan yang didalamnya membahas tentang teori-teori yang hendak dapat disikapi dan diterapkan dengan dunia nyata atau kehidupan siswa. Jadi proses belajar dapat
26
terjadi dimana saja dan kapan saja tidak terlepas dari guru saja. Lingkunganpun mendukung kegiatan belajar-mengajar tersebut, seperti orangtua dan masyarakat. Keteladanan erat kaitannya dengan pendidikan akhlak, karena antara keteladanan dan akhlak merupakan suatu proses pembiasaan terhadap sifat-sifat baik atau akhlak karimah seperti adab, watak, atau budi pekerti yang dilakukan oleh seseorang tanpa melalui pertimbangan terlebih dahulu. Jadi akhlak yang baik itu tidak dapat dibentuk oleh seseorang hanya dengan pendidikan di sekolah saja, akan tetapi untuk menanamkan akhlak yang baik D. Hipotesis Penelit ‘’ Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya.44 Hipotesis dapat diartikan sebagai kesimpulan sementara terhadap masalah yang diajukan. Dalam kegiatan penelitian, yang dapat menjadi sumber masalahadalahadanyakesenjanganantara„‟yangseharusnyaterjadi‟‟dengan „‟yang sebenarnya terjadi‟‟ dengan demikian, yang menjadi masalah adalah „‟apa yang menjadi penyebab timbulnya kesenjangan antara yang sebenarnya terjadidenganyangseharusnyaterjadi„‟ Dalam dunia akademik, suatu masalah terlebih dahulu dijawab secara teoritik. Berdasarkan konsep teoritik tersebut maka dapat diajukan suatu hipotesis. Dengan hipotesis tersebut suatu masalah sudah dapat dijawab, namun jawaban tersebut masih bersipat teoritik dan bersifat sementara. Oleh sebab itu, diperlukan data lapangan untuk memastikan kebenaran hipotesis yang diajukan. Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : Ho: Tidak terdapat hubungan antara
Keteladanan guru dengan disiplin
belajar siswa kedisiplinan belajar siswa. Ha: Terdapat hubungan antara Keteladanan guru dengan disiplin belajar siswa.
44
Abdul Hamid, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif ( Yogyakarta Andi Kania, 2008 )
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MI. AT-TAUFIQ kampong Ciletuh Rt.05/01, Desa Cipayung girang Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Adapun waktu Penelitian ini dimulai dari bulan Agustus-September 2013.
B.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan studi korelasional. Deskriptif adalah suatu penelitian yang memaparkan data yang diperoleh di lapangan dengan menggunakan anailsis statistik sedangkan studi korelasional adalah penelitian yang menghubungkan dua variabel. Dalam hal ini variabel bebas (X) adalah Keteladanan guru dihubungkan dengan variabel terikat (Y) yaitu Disiplin belajar siswa.
C.
Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.1 Populasi tersebut diatas maka yang menjadi populasi penelitian ini adalah siswa MI. At-Taufiq Sampel adalah sesuatu yang digunakan contoh dari bagian yang lebih besar.2 Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka populasi terjangkaunya adalah siswa kelas V (lima) yang berjumlah 20 siswa. Adapun sampel penelitian ini diambil secara porposive sampling yaitu siswa kelas V (lima) 1
.Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan N&D, ( Bandung: Alfabeta,2010 .h 117 2 Tim Reality, KBBI, (Surabaya: REALITY PUBLISHER, 2008), Cet. Ke-I, h.569.
27
28
berjumlah 20 orang siswa. Alasan penetapan kelas V ini didasarkan kepada pertimbangan bahwa kelas V ini adalah kelas yang tertinggi saat ini yang memiliki masa pembinaan disiplin dibanding dengan kelas-kelas lain.
D.
Teknik Pengumpulan Data Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengumpulkan beberapa teknik untuk pengumpulan data yang sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti. Adapun teknik pengumpulan data tersebut adalah : 1.
Observasi, yaitu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.3 Observasi merupakan metode pertama digunakan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan sikap dan prilaku keteladanan guru.
2.
Angket (Kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.4 Angket digunakan untuk memberikan daftar pernyataan dan pertanyaan dalam rangka menggali data tentang persepsi/pendapat siswa tentang hubungan keteladanan guru dengan disiplin belajar siswa. Adapun isi angket terdiri dari 20 item yang dibagi pada dua bagian yaitu, contoh keteladanan guru yang menggunakan pengukuran efektif
yang berjumlah 10 item, sedangkan untuk disiplin belajar
siswa berjumlah 10 item. 3.
Wawancara adalah Proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap
3
Cholid Narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), Cet. Ke-5, h. 70. 4 Dr. Sugiyono op,cit, h. 199.
29
muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.5 Teknik ini digunakan dalam rangka tanya jawab antara penanya dengan responden, yaitu satu orang guru guna mengetahui sejauh mana hubungan keteladanan guru dengan disiplin belajar siswa. Adapun instrumen angket yang peniliti buat mengacu pada kisi kisi sebagai berikut : Tabel 3.1 Kisi - Kisi Instrumen Angket Pengaruh Keteladanan Guru Terhadap Disiplin Belajar Siswa No.
Variabel Masalah Keteladanan Guru
1.
2.
E.
Disiplin Belajar
Aspek / Masalah
Jumlah Pertanyaan 2
Pertanyaan Nomor 1,2
Tepat Waktu Kerjasama dengan Siswa Semangat Kerja Tanggung Jawab
3 2
3, 4, 5 6, 7
2 1
8,9 10
Tata Tertib Motivasi Kehadiran Tugas Piket Tepat waktu
3 1 2 3 2
1, 2,3 4 5,6 7,8 9, 10
Kehadiran Guru
Teknik Pengolahan Data 1.
Editing adalah proses pemeriksaan keabsahan jawaban-jawaban dari responden tentang kelengkapan dan ketetapan pengisian angket.
2.
Koding adalah proses pemberian kode terhadap jawaban-jawaban angket atas pertanyaan di dalam angket.
3.
Skoring adalah proses pemberian nilai atau bobot pada setiap jawaban yang ada dalam angket, dan jawaban-jawaban responden.
5
Narbuko & Achmadi, op. cit., h. 83.
30
4.
Tabulating yaitu proses penghitungan jawaban yang telah diberikan dalam bentuk tabel, selanjutnya dinyatakan dalam bentuk frekwensi dan prosentase.
F.
Teknik Analisis dan Interpretasi Data 1.
Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari penyebaran angket kepada siswa diolah
dengan cara sistematik melalui beberapa rumus statistik yaitu nilai rata - rata hitung ( mean ), distribusi frekwensi dan korelasi product moment. a.
Nilai rata - rata hitung (Mean) Adalah jumlah keseluruhan angka (bilangan) yang ada, dibagi dengan banyaknya angket (bilangan) tersebut. Dalam mencapai mean dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, tergantung dari data yang akan dicari meannya itu, apakah data tunggal yang sebagian atau seluruh skornya berfrekwensi lebih daru satu yang pada tiap - tiap skor atau nilai yang ada terlebih dahulu harus dikalikan dengan frekuwensinya masing - masing, setelah itu jumlahkan, dan akhirnya dibagi dengan N2.
Adapun rumus meannya adalah :
Keterangan : Mx
: Mean yang kita cari
∑Fx : Jumlah dari hasil perkalian antara masing - masing skor dengan frekuensinya N
: Number of cases
31
b. Tabel Distribusi Frekuensi Tabel Distrubusi relative, atau dinamakan tabel prosentase yang disajikan disini bukanlah frekuensi yang sebenarnya, melainkan frekuensi yang dituangkan dalam bentuk angka perenan. Rumus dari Tabel Distribusi Frekuensi Relatif adalah :
Keterangan : P
: Angka Presentase
F
: Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N
: Number of cases ( Jumlah Frekuensi / Banyaknya Individu )
c.
Korelasi Product Moment Dalam menguji hubungan keteladanan dengan disiplin belajar siswa, digunakan statistik “r” korelasi product moment dengan rumus:
Keterangan:
6
rxy
: Angka indeks korelasi “r” Product Moment.
N
: Number of Cases (Jumlah Sampel)
∑XY
: Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y
∑X
: Jumlah seluruh skor X
∑Y
: Jumlah seluruh skor Y.6
X
: Variabel bebas
Y
: Variabel terikat.
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), Cet. Ke-23, h. 206.
32
2.
Interpretasi Data Setelah menganalisis hubungan antara dua variabel di atas, penulis memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment yang dilakukan melalui dua cara sebagai berikut: a.
Memberikan interpretasi secara kasar atau sederhana yaitu dengan mencocokkan hasil penelitian dengan angka indeks korelasi “r” Product Moment, seperti dibawah ini: Tabel 3.2 Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment Besarnya “r” Product
Interpretasi
Moment (rxy) Antara variabel X dan Variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat 0,00 – 0,20
lemah / sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y)
0,20 – 0,40 0,40 – 0,70 0,70 – 0, 90 0,90 – 1,00 b.
Antara variabel X dan Variabel Y
terdapat
korelasi yang lemah atau rendah Antara variabel X dan Variabel Y
terdapat
korelasi yang sedang atau cukupan Antara variabel X dan Variabel Y
terdapat
korelasi yang kuat atau tinggi Antara variabel X dan Variabel Y
terdapat
korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.7
Memberikan interpretasi dengan cara berkonsultasi pada tabel nilai “r” Product Moment, dengan prosedur sebagai berikut: 1)
Merumuskan hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil (H0).
7
Ibid., h. 193.
33
2)
Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah diajukan dengan jalan membandingkan besarnya “r” yang tercantum dalam tabel nilai, baik pada taraf signifikan 1% maupun 5% dengan terlebih dahulu mencari derajat bebas (db) atau degrees of freedom (df) yang rumusnya adalah sebagai berikut: df = N - nr keterangan: df
: Degrees of freedom.
N
: Number of cases.
nr
: banyaknya variabel yang dikorelasikan.8
Pada kesimpulannya adalah jika hasil “r”hitung lebih besar dari “r”tabel, maka korelasinya dianggap signifikan atau Ho ditolak dan Ha diterima. Namun jika “r”hitung lebih kecil “r”tabel, Maka korelasi tidak signifikan atau Ho diterima dan Ha ditolak. G.
Hipotesis Statistik Setelah menganalisis semuanya, barulah penulis memperoleh dua hipotesis yaitu hipotesis nihil (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha), maka diperoleh hipotesis statistik sebagai berikut: Ho: ρ = 0 (berarti tidak ada hubungan) Ha: ρ ≠ 0. (berarti ada hubungan) 9
8
Ibid., h. 194. Sugiyono, op. cit., h. 229.
9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Objek Penelitian 1.
Letak Geografis Madrasah Ibtidaiyah (MI) At-Taufiq terletak di Kampung Ciletuh RT.
05 / 01 Desa Cipayung Girang Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Keberadaannya yang strategis, (MI) At-Taufiq dapat dijangkau oleh setiap siswa. Untuk sampai ke Madrasah ini dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan umum roda dua atau roda empat. Selain itu juga dapat dijangkau dengan berjalan kaki. Bagi siswa yang tempat tinggalnya berada di sekitar lingkungan madrasah dan bagi siswa yang berada diluar daerah disediakan asrama. Bangunan gedung MI At-Taufiq terletak di tengah - tengah pemukiman penduduk yang mayoritas penduduknya beragama Islam (religius) dan juga berada di lingkungan yang masyarakatnya antusias dan peduli terhadap pendidikan anak-anak mereka, baik pendidikan di MI AtTaufiq sendiri maupun pendidikan lainnya. Adapun batas - batas lokasi MI At-Taufiq Megamendung Bogor adalah sebagai berikut :
2.
a.
Sebelah Barat perbatasan dengan Rumah Warga
b.
Sebelah Utara perbatasan dengan Kebun Warga
c.
Sebelah Timur perbatasan dengan Jalan Warga
d.
Sebelah Selatan perbatasan dengan Rumah Warga
Sejarah Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah (MI) At-Taufiq berdiri pada tahun 1960 yang
didirikan oleh Kyai M. Uking Bulqiyah (Alm), E. Sasmita (Alm), Cecep Subhan di atas tanah Waqaf seluas 307,45 M2, yang merupakan waqaf (akte) dari Bapak Kyai M. Uking Bulqiyah (Alm) kepada Ibu Mintarsih / Nini Namah selaku anak dari Bapak M. Uking Bulqiyah (Alm). Tanah
34
35
tersebut dijadikan sebuah Sekolah Dasar yang berbasis dan berciri khas keislaman. MI At-Taufiq merupakan suatu lembaga pendidikan formal tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag). Pada tahun 1960 MI At-Taufiq dipimpin langsung oleh Bapak Kyai Uking Bulqiyah, kemudian pada tahun 1970 kepemimpinan dilanjutkan oleh Bapak E. Sasmita sampai dengan tahun 2007, Estafet kepemimpinan kemudian diserahkan kepada Bapak Cecep Subhan. Pada prinsipnya MI At-Taufiq sudah mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari beberapa prestasi yang pernah diraih dalam
berbagai
kegiatan
perlombaan.
Sementata
untuk
proses
pembelajarannya telah menggunakan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan orientasi pada pengembangan kompetensi peserta didik / siswa yang unggul dalam segala bidang. MI At - Taufiq memiliki bangunan fisik yang cukup baik dan bisa dikatakan sesuai dengan kebutuhan. Jenis bangunan madrasah sudah permanen berdiri di atas lahan seluas 307,45 M2 dengan panjang 24,30 M2 dan lebar 14,30 M2 dengan status tanah waqaf serta memiliki empat ruang kelas dan satu ruang kantor.
3.
Visi dan Misi a. Visi “Bertujuan meningkatkan mutu pendidikan yang bermanfaat bagi pembangunan agama, nusa dan bangsa di masa mendatang dengan pengabdian La Illahai Kalimatillah yang ditunjang oleh disiplin tinggi dan profesionalisme dan mempererat ukhuwah islamiyah” b.
Misi “Melahirkan manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlaq mulia,
beramal shaleh, berjiwa sosial, berdedikasi serta pengetahuan teknologi sesuai dengan perkembangan zaman”
36
4.
Struktur Organisasi
37
5.
Keadaan Guru Guru - guru MI At - Taufiq berjumlah 8 Orang dan 1 Kepala
Madrasah, berikut tabel nama - nama guru MI At – Taufiq Megamendung Bogor. Tabel 3. Keadaan guru - guru MI At-Taufiq Megamendung Bogor Tahun Pelajaran 2011 / 2012
No. 1. 2.
Nama Cecep Subhan Ade Nurlatifah, S.PdI
L/P
Tempat Tanggal Lahir
Jabatan
L
Bogor, 10 Juli 1968
Kepala Madrasah
P
Bogor, 01 Juli 1982
Guru Kelas I
Bogor, 21 Desember
3.
Yati Supriyati
P
4.
Rian Andriani
P
Bogor, 21 Juni 1984
Guru Kelas III
P
Bogor, 03 Mei 1974
Guru Kelas IV
5.
6.
N. Yati Sumiati, S.PdI Ira Sukmawati, S.PdI
P
1970
Bogor, 29 Oktober 1977
Guru Kelas II
Guru Kelas V
7.
Anda Suhanda
L
Bogor, 20 Juli 1968
Guru Kelas VI
8.
Herawati
P
Bogor, 06 Maret 1986
Guru Bidang Studi
9.
Imam Bachtiar
L
Bogor, 26 April 1990
Guru Bidang Studi
38
6.
Keadaan Siswa Siswa dan siswi di MI. At-Taufiq berjumlah 143 siswa. Berikut ini
tabel jumlah siswa MI. At-Taufiq Megamendung Bogor. Tabel 4. Keadaan siswa - siswi MI At-Taufiq Megamendung Bogor Tahun Pelajaran 2011 / 2012 Banyaknya Siswa Kls. I
Kls. II
Kls. III
Kls. IV
Kls. V
Kls. VI
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
10
16
9
11
14
15
12
20
15
5
10
6
7.
Jumlah
143
Sarana dan Prasarana Salah satu faktor penunjang proses belajar mengajar adalah
tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Sarana berfungsi untuk memudahkan proses belajar mengajar dengan baik dan menghasilkan prestasi siswa yang optimal. Berikut tabel sarana dan prasarana MI AtTaufiq Megamendung Bogor. Tabel 5. Sarana dan Prasarana MI At - Taufiq Megamendung Bogor Tahun Pelajaran 2011 / 2012
No.
Nama / Jenis
Volume
Kondisi
350 M2
1.
Bangunan
2.
Ruang Belajar
4 Ruang
Baik
3.
Ruang Guru
1 Ruang
Baik
4.
Ruang Tamu
1 Ruang
Baik
5.
Meja dan Bangku Siswa
6.
48 Pasang
Rusak
Meja Guru dan Kursi
4 Pasang
Rusak
7.
Papan Tulis
4 Buah
Baik
8.
Lemari Kantor
1 Buah
Rusak
39
B.
9.
Lemari Buku
3 Buah
Rusak
10.
Komputer
1 Unit
Rusak
11.
Dispenser
1 Unit
Baik
12.
Jam Dinding
1 Buah
Baik
13.
Buku Pegangan Guru
Cukup
Baik
14.
Buku Sumber
Cukup
Baik
15.
Bola Dunia
1 Buah
Baik
16.
Peta Pulau
4 Buah
Rusak
17.
Peta Kabupaten
2 Buah
Rusak
18.
Peta Indonesia
1 Buah
Rusak
19.
Bendera Merah Putih
1 Buah
Baik
20.
Bendera Pramuka
1 Buah
Baik
21.
Papan Rekapitulasi Guru
Ada
Baik
22.
Papan Rekapitulasi Siswa
Ada
Baik
23.
Papan Tata Tertib
Ada
Baik
24.
Papan Susunan Program
Ada
Baik
25.
Papan Susunan Organisasi
Ada
Baik
26.
Papan Pengumuman
Ada
Baik
Deskripsi Data Data yang didapat oleh penulis dalam penelitian ini yaitu data hasil wawancara, observasi, dan angket. Angket yang disajikan terdiri dari dua macam data, yaitu mengenai Keteladanan Guru dan Disiplin Belajar Siswa. Pembahasan mengenai hasil angket dengan membuat tabulasi yang merupakan proses mengubah data dari instrumen pengumpulan data (angket) menjadi tabel-tabel angka (persentase), dapat dilihat pada tabeltabel beriku
40
1. Keteladanan Guru Tabel 6. Kehadiran guru berdasarkan jadwal No. 1
Alternatif Jawaban
F
%
a.
Selalu
14
70
b.
Sering
6
30
c.
Kadang-kadang
0
0
d.
Tidak Pernah
0
0
Jawaban
20
100
Bila dilihat dari hasil tabel 6 di atas, guru selalu hadir berdasarkan jadwal yang sudah ditentukan. Yakni siswa yang menyatakan selalu mencapai angka tertinggi (70%), sering mencapai (30%), kemudian kadang-kadang dan tidak pernah berada pada taraf nihil (0%). Dengan demikian intensitas kehadiran guru sesuai dengan dengan jadwal berada pada taraf maksimal.
Tabel 7. Penyampaikan informasi ketika guru berhalangan hadir No. 2
Alternatif Jawaban
F
%
a.
Selalu
12
60
b.
Sering
7
35
c.
Kadang-kadang
1
5
d.
Tidak Pernah
0
0
Jawaban
20
100
Pada tabel 7 di atas menunjukkan angka pernyataan siswa yang menjawab selalu (60%) dan sering mencapai (35%), sedangkan yang menyatakan kadang-kadang hanya (5%) dan tidak pernah berada pada taraf (0%).
41
Tabel 8. Pemberian tugas ketika guru berhalangan hadir No. 3
Alternatif Jawaban
F
%
a.
Selalu
8
60
b.
Sering
12
40
c.
Kadang-kadang
0
0
d.
Tidak Pernah
0
0
Jawaban
20
100
Begitupun pada tabel 8 di atas, menghasilkan pernyataan yang baik. Hal itu terbukti dari pernyataan responden yang menyatakan selalu (40%) dan sering berada pada taraf (60%), sedangkan kadang-kadang dan tidak pernah berada pada taraf nihil (0%). Tabel 9. Guru melakukan apersepsi No. 4
Alternatif Jawaban
F
%
a.
Selalu
13
65
b.
Sering
7
35
c.
Kadang-kadang
0
0
d.
Tidak Pernah
0
0
Jawaban
20
100
Sedangkan pada pada tabel 9 diatas terbukti bahwa guru selalu melakukan apersepsi ketika mengawali pembelajarannya, hal itu dapat dibuktikan dengan pernyataan responden yang menyatakan selalu berada pada taraf (65%) dan sering mencapai (35%), sedangkan kadang-kadang dan tidak pernah berada pada taraf nihil (0%). Dengan demikian, intensitas tanggung jawab guru dalam pembelajarannya berjalan sangat baik.
42
Tabel 10. Mengoreksi tugas yang diberikan No. 5
Alternatif Jawaban
F
%
a.
Selalu
4
20
b.
Sering
16
80
c.
Kadang-kadang
0
0
d.
Tidak Pernah
0
0
Jawaban
20
100
Berdasarkan dari pernyataan siswa pada tabel 10 diatas, bahwa responden yang menyatakan selalu mencapai (20%), dan sering berada pada taraf tinggi (80%). Sedangkan kadangkadang dan tidak pernah berada pada taraf nihil (0%).
Tabel 11. Ketepatan waktu ketika memulai dan mengakhiri pembelajaran No. 6
Alternatif Jawaban
F
%
a.
Selalu
11
55
b.
Sering
2
10
c.
Kadang-kadang
7
35
d.
Tidak Pernah
0
0
Jawaban
20
100
Sedangkan pada tabel 11 responden yang menyatakan selalu mencapai (55%), sering (10%), kadang-kadang (35%), dan tidak pernah berada pada taraf nihil (0%).
43
Tabel 12. Pembelajaran yang bervariasi No. 7
Alternatif Jawaban
F
%
a.
Selalu
5
25
b.
Sering
15
75
c.
Kadang-kadang
0
0
d.
Tidak Pernah
0
0
Jawaban
20
100
Adapun yang tedapat pada tabel 12 menunjukkan bahwa pernyataan siswa yang menyatakan selalu mencapai (25%) dan sering mencapai (75%). Sedangkan kadang-kadang dan tidak pernah berada pada taraf nihil (0%). Dengan demikian, intensitas kedisiplinan guru PAI dalam pembelajaran berjalan cukup baik.
Tabel 13. Penyajian materi yang bervariasi berdasarkan karakteristik siswa No. 8
Alternatif Jawaban
F
%
a.
Selalu
13
65
b.
Sering
4
20
c.
Kadang-kadang
3
15
d.
Tidak Pernah
0
0
Jawaban
20
100
Pada tabel 13 di atas menunjukkan bahwa guru dalam menerapkan metode pembelajaran terhadap perbedaan siswa berada pada taraf cukup baik. Karena pada taraf ini, pernyataan selalu dan sering lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan pernyataan kadang-kadang yang hanya mencapai 3 responden
44
dengan prosentase (15%) dan tidak pernah berada pada taraf (0%) atau nihil.
Tabel 14. Pemantauan terhadap ruang kelas dan siswa No. 9
Alternatif Jawaban
F
%
a.
Selalu
9
45
b.
Sering
11
55
c.
Kadang-kadang
0
0
d.
Tidak Pernah
0
0
Jawaban
20
100
Pada tabel 14 menunjukkan bahwa pernyataan siswa yang menyatakan selalu mencapai (45%) dan sering mencapai (55%). Sedangkan kadang-kadang dan tidak pernah berada pada taraf nihil (0%). Tabel 15. Kesemangatan guru dalam pembelajaran No.
Alternatif Jawaban
F
%
10
a.
Selalu
10
50
b.
Sering
10
50
c.
Kadang-kadang
0
0
d.
Tidak Pernah
0
0
Jawaban
20
100
Pada tabel 15 menunjukkan bahwa pernyataan siswa yang menyatakan selalu mencapai (50%) dan sering mencapai (50%). Sedangkan kadang-kadang dan tidak pernah berada pada taraf nihil (0%). Dengan demikian, pada tabel 14 dan 15 di atas merupakan sebuah intensitas semangat kerja guru pada saat pembelajaran
45
berada pada taraf sangat baik, karena posisi guru PAI dalam memberikan pemantauannya berada pada angka tertingggi, sehingga pada saat proses pembelajaran berlangsung ruang kelas dapat dikondisikan dengan baik.
2.
Disiplin Belajar Siswa Tabel 16. Pemberian motivasi untuk siswa yang berprestasi No. Alternatif Jawaban
F
%
11
a.
Selalu
9
45
b.
Sering
7
35
c.
Kadang-kadang
4
20
d.
Tidak Pernah
0
0
20
100
Jawaban
Bila dilihat dari tabel 16 di atas menunjukkan pernyataan siswa yang menyatakan selalu mencapai (45%), sering mencapai (35%), kadang-kadang mencapai (20%), dan tidak pernah berada pada taraf nihil (0%). Dengan
demikian,
dalam
pembelajarannya
guru
menghargai siswa yang berprestasi dengan cara memberikan motivasi maupun pujian, sehingga pembelajaran berjalan dengan baik. Tabel 17. Peningkatan dalam belajar No. Alternatif Jawaban
F
%
12
a.
Selalu
3
15
b.
Sering
6
30
c.
Kadang-kadang
11
55
a.
Tidak Pernah
0
0
46
Jawaban
20
100
Adapun tabel 17 menunjukkan bahwa pernyataan siswa yang menyatakan selalu mencapai (15%), sering (30%), kadangkadang (55%), dan tidak pernah berada pada taraf nihil (0%). Kadang-kadang merupakan sebuah jawaban yang semu, karena jawaban tersebut bisa dikatakan ya atau tidak, sehingga guru dalam memberikan sanksi tidak berjalan dengan baik. Tabel 18. Menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif No. 13
Alternatif Jawaban a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jawaban
F 11 7 2 0 20
% 55 35 10 0 100
Pada tabel 18 di atas merupakan sebuah intensitas guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif berada pada taraf cukup baik, karena guru PAI dalam mengkondisikan kelas berada pada angka tertingggi, sehingga pada saat proses pembelajaran berlangsung ruang kelas dapat dikondisikan dengan baik. Tabel 19. Mensosialisasikan peraturan sekolah No. 14
Alternatif Jawaban a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jawaban
F 15 5 0 0 20
% 75 25 0 0 100
Pada tabel 19 menunjukkan pada pernyataan siswa yang menyatakan tentang peraturan sekolah yang disosialisasikan terhadap siswa berada pada taraf sangat tinggi. Hal itu dapat
47
dilihat dari 20 responden menyatakan selalu mencapai 15 orang dengan prosentase (75%) dan pernyataan sering 5 orang (25%), kemudian pada taraf kadang-kadangnya mencapai dan tidak pernah berada pada taraf nihil (0%).
Tabel 20. Menerapkan kedisiplinan pada siswa No. Alternatif Jawaban
F
%
15
a. Selalu
4
20
b. Sering
15
75
c. Kadang-kadang
1
5
d. Tidak Pernah
0
0
20
100
Jawaban
Adapun tabel 20 menunjukkan bahwa pernyataan siswa yang menyatakan selalu mencapai (20%), sering (75%), kadangkadang (5%), dan tidak pernah berada pada taraf nihil (0%). Dengan demikian, intensitas guru dalam menerapkan kedisiplinan berjalan dengan baik.
Tabel 21. Pemberian sanksi atas keterlambatan siswa No. Alternatif Jawaban
F
%
16
a. Selalu
11
55
b. Sering
9
45
c. Kadang-kadang
0
0
d. Tidak Pernah
0
0
20
100
Jawaban
Pada tabel 21 menunjukkan pernyataan siswa yang menyatakan sangat baik. Hal itu terbukti pada tabel diatas dari
48
pernyataan siswa mencapai angka tertinggi untuk jawaban sering dengan prosentase (100%), selalu, sehingga kadangkadang dan tidak pernah berada pada taraf nihil (0%).
Tabel 22. Pemberian sanksi untuk siswa yang tidak mengerjakan tugasnya No. Alternatif Jawaban
F
%
17
a. Selalu
0
0
b. Sering
20
100
c. Kadang-kadang
0
0
d. Tidak Pernah
0
0
20
100
Jawaban
Adapun pada tabel 22 menunjukkan pernyataan siswa yang menyatakan sangat baik. Hal itu terbukti pada tabel diatas dari pernyataan siswa mencapai angka tertinggi untuk jawaban sering dengan prosentase (100%), selalu, sehingga kadangkadang dan tidak pernah berada pada taraf nihil (0%).
Tabel 23. Pemberian sanksi bagi siswa yang melakukan pelanggaran No. Alternatif Jawaban
F
%
18
a. Selalu
8
40
b. Sering
8
40
c. Kadang-kadang
4
20
d. Tidak Pernah
0
0
20
100
Jawaban
Pada tabel 23 menunjukkan pernyataan siswa yang menyatakan baik. Hal itu terbukti pada tabel diatas dari
49
pernyataan siswa mencapai angka tertinggi untuk jawaban selalu (40%), sering (40%), kadang-kadang (20%), dan tidak pernah berada pada taraf nihil (0%). Dengan demikian, pada tabel 21, 22 dan 23 menunjukkan pernyataan siswa yang menyatakan bahwa sanksi yang ada dilingkungan sekolah tetap dilaksanakan dengan sangat baik.
Tabel 24. Guru menjadi suri tauladan yang baik No.
Alternatif Jawaban
F
%
19
a.
Selalu
8
40
b.
Sering
12
60
c.
Kadang-kadang
0
0
d.
Tidak Pernah
0
0
Jawaban
20
100
Berdasarkan dari pernyataan siswa pada tabel 10 diatas, bahwa responden yang menyatakan selalu mencapai (40%), dan sering berada pada taraf tinggi (60%). Sedangkan kadangkadang dan tidak pernah berada pada taraf nihil (0%). Dengan demikian, intensitas suritauladan guru PAI dapat siswa terapkan dalam kehidupan sehari-harinya.
Tabel 25. Aturan-aturan sekolah dapat dilaksanakan oleh siswa No. Alternatif Jawaban
F
%
20
a. Selalu
6
30
b. Sering
8
40
c. Kadang-kadang
6
30
d. Tidak Pernah
0
0
50
Jawaban
20
100
Pada tabel 25 menunjukkan bahwa pernyataan siswa yang menyatakan selalu mencapai (30%), sering (40%), kadangkadang (30%), dan tidak pernah berada pada taraf nihil (0%). Dengan demikian, intensitas siswa dalam menjalankan aturan-aturan sekolah berjalan dengan baik.
C.
Analisis dan Interpretasi Data Analisis dan interpretasi data merupakan bagian penting dalam metode ilmiah untuk memberikan arti dan makna dalam menjawab masalah penelitian. Langkah awal dalam menganalisa dan menginterpretasikan data adalah proses kuantifikasi data atau memberi nilai terhadap jawaban angket mengenai keteladan guru (variable X) dan disiplin belajar (variable Y). Untuk mengetahui pandangan siswa tentang keteladan guru dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 26.
Keteladan guru menurut Pandangan Siswa MI. ATTAUFIQ Megamendung – Bogor No. Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nama Responden ANGGA SAPUTRA BUNGA IRAWAN DEDE RIANTO DELIAWATI FITRI ROSANTI M. ADILLAH M. HARISMAN M. NURIKI M. PARHAN M. YUSUF PUTRI MARTINI RAHAYU RESA AYUNI
Skor 35 35 36 35 31 32 36 33 33 35 37 36 33
51
14 15 16 17 18 19 20
SAPITRI DIANA P. SITI HADIANTI SITI KHOERUNISA SITI NURDIANA SITI NURIKAT SITI NURMILAH SITI SUMARNI Jumlah
35 33 33 33 34 36 36 687
Untuk mengetahui nilai rata-rata keteladan guru menurut pandangan siswa yang telah memberi jawaban umum dari suatu pengamatan, maka digunakan dengan rumus: ∑ MX = Mean (Nilai Rata-Rata) ∑
= Jumlah nilai variable X
N
= Number of class
Nilai rata-rata keteladan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) menurut pandangan siswa MI. ATTAUFIQ Megamendung - Bogor adalah 34,35, sedangkan nilai tertingginya adalah 37. Tabel berikut mengenai disiplin belajar siswa di MI. ATTAUFIQ Megamendung – Bogor. Tabel 27. Disiplin Belajar Siswa di MI. ATTAUFIQ, Megamendung – Bogor No. Responden 1 2 3 4 5 6 7
Nama Responden ANGGA SAPUTRA BUNGA IRAWAN DEDE RIANTO DELIAWATI FITRI ROSANTI M. ADILLAH M. HARISMAN
Skor 34 33 33 33 30 31 31
52
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
M. NURIKI M. PARHAN M. YUSUF PUTRI MARTINI RAHAYU RESA AYUNI SAPITRI DIANA P. SITI HADIANTI SITI KHOERUNISA SITI NURDIANA SITI NURIKAT SITI NURMILAH SITI SUMARNI Jumlah
33 31 34 35 32 31 34 32 29 32 30 34 35 647
Data tingkat disiplin siswa bila dikelompokkan dari nilai tertinggi sampai nilai terendah rata-ratanya dapat diketahui dengan menggunakan rumus: ∑ MY = Mean (Nilai Rata-Rata) ∑
= Jumlah nilai variable Y
N
= Number of class
Dari hasil penelitian diatas, nilai rata-rata disiplin siswa MI. ATTAUFIQ, Megamendung - Bogor adalah 32,35, sedangkan nilai tertingginya adalah 35. Selanjutnya untuk melihat hubungan yang terjadi antara variable-variabel dalam penelitian, maka digunakan teknik analisa korelasional dengan rumus product moment Karl Person. Kemudian untuk mencari koefisien korelasi antara kedua variabel tersebut yaitu: 1.
Variable independent (X) adalah keteladan guru yang meliputi pandangan siswa tentang sifat, sikap, dan prilaku guru yang ideal.
53
2.
Variabel dependent (Y) adalah disiplin belajar siswa yang meliputi adanya kesadaran siswa untuk belajar, upaya guru dalam membangkitkan motivasi belajar siswa dan tugas orang tua memberikan motivasi. Adapun langkah-langkah perhitungan dapat dilihat pada rekapitulasi data
berikut: Tabel 55. Uji Korelasi Antara Keteladanan Guru dengan Disiplin Belajar Siswa di MI. ATTAUFIQ, Megamendung - Bogor No. Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Responden ANGGA SAPUTRA BUNGA IRAWAN DEDE RIANTO DELIAWATI FITRI ROSANTI M. ADILLAH M. HARISMAN M. NURIKI M. PARHAN M. YUSUF PUTRI MARTINI RAHAYU RESA AYUNI SAPITRI DIANA P. SITI HADIANTI SITI KHOERUNISA SITI NURDIANA SITI NURIKAT SITI NURMILAH SITI SUMARNI ∑
X
Y
X2
Y2
XY
35
34
1225
1156
1190
35 36 35 31 32 36 33 33 35 37 36 33
33 33 33 30 31 31 33 31 34 35 32 31
1225 1296 1225 961 1024 1296 1089 1089 1225 1369 1296 1089
1089 1089 1089 900 961 961 1089 961 1156 1225 1024 961
1155 1188 1155 930 992 1116 1089 1023 1190 1295 1152 1023
35
34
1225
1156
1190
33
32
1089
1024
1056
33
29
1089
841
957
33 34 36 36 687
32 30 34 35 647
1089 1024 1156 900 1296 1156 1296 1225 23649 20987
1056 1020 1224 1260 22261
54
Dari data tersebut, maka dapat dicari nilai koefisien korelasi: ∑ √[ ∑
∑ ∑
∑
][ ∑
∑
]
Karena N = 20; ∑XY = 22261; ∑X2 = 23649; ∑Y2 = 20987; maka:
√[
][
][
√[
][
√[
√[
]
][
]
]
]
√
Dari hasil perhitungan di atas ternyata angka korelasi antara variabel X dan variabel Y tidak bertanda negatif; berarti diantara kedua variabel tersebut terdapat korelasi positif (korelasi yang berjalan searah).
55
Dengan memperhatikan besarnya rxy (yaitu = 0,683), yang besarnya berkisar antara 0,70 – 0,90 (lihat tabel 5 bab III). Berarti korelasi antara variabel X dan variabel Y itu adalah termasuk korelasi positif yang kuat atau tinggi. Karena hal tersebut ditandai dengan hasil yang positif, yaitu: untuk variabel X 34,35, sedangkan nilai tertingginya adalah 37, dan variabel Y 32,35, sedangkan nilai tertingginya adalah 35. Berarti terdapat hubungan yang positif antara keteladanan guru dengan disiplin siswa di MI. ATTAUFIQ, Megamendung-Bogor. Sedangkan untuk interpretasi terhadap angka indeks koefisien korelasi dengan cara berkonsultasi pada tabel nilai “r” Product Moment, maka dirumuskan hipotesanya sebagai berikut: Ho : Keteladanan guru tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap disiplin belajar. Ha : Keteladanan guru memiliki pengaruh yang signifikan terhadap disiplin belajar. Untuk menguji hipotesa, maka “r” observasi yang didapat dari perhitungan statistik dibandingkan dengan “r” dalam tabel nilai “r” product moment (r) dengan terlebih dahulu mencari derajat bebas (db) atau degrees of freedom (df) angka yang diperoleh yaitu: df = N – nr = 20 – 2 = 18 ro = 0,683 rhitung = pada taraf signifikasi 5% = 0,444 rtabel = pada taraf signifikasi 1% = 0,561 Hasil yang didapat: 0,444<0,683>0,561, dengan df sebesar 18 diperoleh r tabel pada tarap signifikan 5% sebesar 0,444, sedangkan pada taraf signifikan 1% diperoleh r tabel sebesar 0,561. Ternyata rxy atau ro (yang besarnya 0,683) adalah jauh lebih besar dari pada r tabel (yang besarnya 0,444 dan 0,561). Karena ro lebih besar dari pada rtabel maka hipotesa alternatif atau (Ho) diterima. Berarti terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Dengan demikian tinggi rendahnya disiplin belajar siswa dipengaruhi keteladan guru karena di MI. ATTAUFIQ, Megamendung-Bogor secara
56
matematis memiliki hubungan positif yang searah (terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y). Setelah uji hipotesa dilakukan, untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel X terhadap variabel Y, maka digunakan rumus koefisien penentu (determinasi) sebagai berikut: Kd = r² x 100% r = 0,683 dibulatkan menjadi 0,7 Kd = 0,7² x 100% = 0,49 x 100% = 49% Berdasarkan hasil perhitungan KD diatas dapat disimpulkan bahwa faktor keteladan guru memberikan kontribusi dalam membentuk disiplin belajar siswa. Hal ini terlihat dari kecendrungan positifnya KD sebesar 49% sedangkan sisanya yaitu 51% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti perhatian dan keteladan yang diberikan orangtua, guru, lingkungan dan lainnya.
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan mengenai keteladanan guru dengan disiplin belajar siswa di MI. Attaufiq Megamendung-Bogor, maka dapat penulis simpulkan bahwa faktor keteladanan guru memberikan konstribusi dalam disiplin belajar siswa.
B.
Saran Dengan adanya hubungan yang positif antara keteladanan guru dengan disiplin belajar siswa, maka penulis menyatakan : 1.
Bagi guru, a.
Sebagai pendidik, guru hendaknya dapat memberikan suritauladan yang baik dalam proses pembelajaran untuk membangun watak dan karakter siswa yang kemudian dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Guru hendaknya sadar bahwa setiap sikap dan prilaku yang dia lakukan itu menjadi contoh bagi siswanya.
2.
Bagi siswa a.
Hendaklah seorang siswa dapat mewujudkan sikap dan prilaku guru sebagai
teladan
dalam
menerapkan
pengetahuan
dengan
kemampuannya. b.
Tugas pokok seorang siswa adalah
belajar keras dan terus
meningkatkan prestasinya, baik di dalam maupun di luar kelas dengan cara memusatkan perhatian dan keseriusannya dalam belajar. c.
Seorang siswa harus meneladani dalam dirinya suatu bentuk sikap dan prilaku kemandirian, disiplin, tanggung jawab, kreatif, inovatif, aktif, jujur dan berorentasi pada nilai untuk meraih prestasi.
57
58
d.
Bagi sekolah Sekolah yang secara instansi terlibat langsung dalam disiplin belajar siswa hendaknya tidak merasa puas dengan hasil pembelajaran akhlak yang diadakan di kelas melainkan juga harus lebih meningkatkan lagi kwalitas pembelajaran, baik dari segi media, metodelogi, dan saranaprasarana pendidikan lainnya. Selain itu, pihak madrasah juga hendaknya meningkatkan pengawasan serta memberikan bimbingan kepada siswanya dalam aspek pendidikan rohani dengan melatih dan membiasakan diri untuk menegakkan kedisiplinan.
DAFTAR PUSTAKA Ardani, Moh., Akhlak – Tasawuf “Nilai-nilai Akhlak/Budipekerti dalam Ibadat dan Tasawuf”, Jakrta: CV. Karya Mulia, 2005, Cet. Ke-2, h. 26. Hakiim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran, Kaidah-kaidah Dasar. Bandung : CV. Wacana Prima, 2008, h. 29 LPP-SDM, Tim., Ensiklopedi Pendidikan Islam “Metode dan Materi Pendidikan Islam”, Depok: BINA MUDA CIPTA KREASI, 2010, Cet. Ke-1, h. 1. Mahjuddin, Akhlak Tasawuf I”Mu’jizat Nabi, Karamah Wali, dan Ma’rifah Sufi, Jakarta: KALAM MULIA, 2009, Cet. Ke-1, h. 3. Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2006, Cet. Ke4. h. 170. Mustofa, A., Akhlak Tasawuf, Bandung: CV. PUSTAKA SETIA, 2010, Cet. Ke5, h.11. Narbuko, Cholid & Achmadi, Abu., Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003, Cet. Ke-5, h. 70. Majid. Abd. Perncanaan Pembelajaran, Bandung : PT. REMAJA ROSDAKARYA. 2005 Nata, Abuddin., Akhlak Tasawuf, Jakrta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011, Cet. Ke-10, h.1. Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan, Berdasarkan Kurikulum Nasional. Purwanto, M. Ngalim., Prinsip - prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran Bandung : Remaja Karya, 1985, h. 231. Rozak, Abd. Fauzan, dan Nurdin, Ali., Kompilasi Undang-undang dan Peraturan Bidang Pendidikan, Jakarta: FITK Press, 2010, Cet. Ke-1, h. 6. Sadiman, Arif S. dkk., Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010, Cet. Ke-14, h. 2. Saudagar, Fachruddin dan Idrus, Ali., Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta: GP Press, 2011, Cet. Ke-3. h. 31. Rasyid Harun & Mansur. Penilaian Hasil Belajar, Bandung : CV. WACANA PRIMA, 2009. h.91 Sodiq, M., Kamus Istilah Agama, Jakarta: CV. Sientarama, 1988, h. 369. Sogiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”, Bandung: Alfabeta, 2010, Cet. Ke-11, h. 199. Sudijono, Anas., Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011, Cet. Ke-23, h. 206. Danim Sudarwan. Pengembangan Profesi Guru, Jakarta : PERDANA MEDIA GROUP, 2011. h 100 Syah, Muhibin., Psikologi Belajar, Jakarta: Logos, 1999, h. 55. Tim Reality, KBBI, Surabaya: REALITY PUBLISHER, 2008, Cet. Ke-I, h. 625.
Lampiran 1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
HASIL REKAPITULASI VARIABEL X
1 ANGGA SAPUTRA
4
3
4
4
4
2
4
2
4
4
35
2 BUNGA IRAWAN
4
3
4
4
4
2
4
2
4
4
35
3 DEDE RIANTO
4
4
3
3
3
4
3
4
4
4
36
4 DELIAWATI
4
3
4
3
3
3
3
4
4
4
35
5 FITRI ROSANTI
4
2
3
3
3
2
3
4
4
3
31
6 M. ADILLAH
3
4
3
4
3
2
3
4
3
3
32
7 M. HARISMAN
3
4
4
4
3
4
3
4
3
4
36
8 M. NURIKI
4
4
4
4
4
2
3
2
3
3
33
9 M. PARHAN
3
4
3
4
3
3
3
3
4
3
33
10 M. YUSUF
4
4
4
3
3
4
3
4
3
3
35
11 PUTRI MARTINI
4
3
4
4
3
4
4
4
4
3
37
12 RAHAYU
4
4
3
4
3
4
3
4
4
3
36
13 RESA AYUNI
3
3
3
3
3
4
3
4
3
4
33
14 SAPITRI DIANA P.
3
4
3
3
3
4
4
4
3
4
35
15 SITI HADIANTI
4
2
3
4
4
2
4
3
3
4
33
16 SITI KHOERUNISA
4
4
3
4
3
2
3
4
3
3
33
17 SITI NURDIANA
4
3
3
4
3
4
3
3
3
3
33
18 SITI NURIKAT
4
4
3
4
3
4
3
3
3
3
34
19 SITI NURMILAH
3
4
4
3
3
4
3
4
4
4
36
20 SITI SUMARNI
4
4
3
4
3
4
3
4
3
4
36
74
70 68 73 64 64 65 70 69 70
687
No. Soal & Jawaban Responden No.
Nama
∑ Lampiran 2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
HASIL REKAPITULASI VARIABEL Y
1 ANGGA SAPUTRA
3
3
4
4
3
4
3
4
4
2
34
2 BUNGA IRAWAN
4
2
4
3
3
4
3
4
3
3
33
3 DEDE RIANTO
2
3
4
4
3
4
3
4
3
3
33
4 DELIAWATI
4
3
4
4
3
3
3
3
3
3
33
5 FITRI ROSANTI
4
2
2
3
4
4
3
3
3
2
30
6 M. ADILLAH
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
31
7 M. HARISMAN
3
2
4
4
4
3
3
3
3
2
31
8 M. NURIKI
4
2
4
4
3
4
3
3
4
2
33
9 M. PARHAN
2
3
3
4
3
3
3
4
4
2
31
10 M. YUSUF
4
4
3
4
3
3
3
3
3
4
34
11 PUTRI MARTINI
3
4
3
4
3
4
3
4
3
4
35
12 RAHAYU
3
4
3
4
3
3
3
2
3
4
32
13 RESA AYUNI
2
3
3
4
3
4
3
2
4
3
31
14 SAPITRI DIANA P.
3
2
3
4
3
4
3
4
4
4
34
15 SITI HADIANTI
2
2
4
3
4
3
3
4
4
3
32
16 SITI KHOERUNISA
3
2
2
4
3
4
3
2
4
2
29
17 SITI NURDIANA
4
2
4
4
3
3
3
2
3
4
32
18 SITI NURIKAT
4
2
4
3
2
3
3
3
3
3
30
19 SITI NURMILAH
4
2
4
3
4
4
3
3
4
3
34
20 SITI SUMARNI
4
2
4
4
3
4
3
4
3
4
35
65
52 69 75 63 71 60 64 68 60
647
No. Soal & Jawaban Responden No.
Nama
∑
Lampiran 3 Nukilan Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment dari Pearson untuk berbagai df. df.
Banyak variabel yang dikorelasikan
(degrees of freedom)
2
atau:
Harga “r” pada taraf signifikansi:
db. 5%
1%
1
0,997
1,000
2
0,950
0,990
3
0,878
0,959
4
0,811
0,917
5
0,754
0,874
6
0,707
0,834
7
0,666
0,798
8
0,632
0,765
9
0,602
0,735
10
0,576
0,708
11
0,553
0,684
12
0,532
0,661
13
0,514
0,641
14
0,497
0,623
15
0,482
0,606
16
0,468
0,590
17
0,456
0,575
18
0,444
0,561
19
0,433
0,549
20
0,423
0,537
21
0,413
0,526
22
0,404
0,515
(derajat bebas)
23
0,396
0,505
24
0,388
0,496
25
0,381
0,487
26
0,374
0,478
27
0,367
0,470
28
0,361
0,463
29
0,355
0,456
30
0,349
0,449
35
0,325
0,418
40
0,304
0,393
45
0,288
0,372
50
0,273
0,354
60
0,250
0,325
70
0,232
0,302
80
0,217
0,283
90
0,205
0,267
100
0,195
0,254
125
0,174
0,228
150
0,159
0,208
200
0,138
0,181
300
0,113
0,148
400
0,098
0,128
500
0,088
0,115
1000
0,062
0,081
Lampiran 4
Angket Penelitian Hubungan antara Keteladanan Guru dengan Disiplin Belajar Siswa di MI-Attaufiq Megamendung-Bogor Nama
:…………………………
No. Responden
:……
Kelas
:…………………………
Jenis Kelamin
: (L/P)
Petunjuk Pengisian : Bacalah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dan berilah tanda cek list ( √ ) pada kolom jawaban sesuai dengan jawaban yang anda kehendaki. Alternativ jawaban dan skor yang disediakan adalah sebagai berikut : Untuk skor jawaban adalah sebagai berikut : Selalu ( S )
:4
Kadang-kadang (KK) : 2
Sering (SR)
:3
Tidak Pernah
No 1
2 3 4
5
6
7
:1
Pertanyaan & Pernyataan Guru Selalu hadir dan mengajar di kelas sesuai dengan jadwal mengajarnya Guru selalu memberikan informasi jika tidak dapat hadir untuk mengajar Guru memberikan tugas jika dapat masuk kelas Setiap memulai pelajaran, guru
mengulas dan
menanyakan pelajaran yang lalu? Guru selalu mengoreksi atau memberikan nilai jika memberi tugas atau latihan Guru selalu tepat waktu dalam memulai dan mengakhiri pelajaran. Guru selalu datang tepat waktu ketika akan masuk kelas
S
SR KK TP
Dalam menyajikan materi pelajaran, apakah guru menciptakan kegiatan atau perlakuan yang berbeda 8
antara
karakteristik
siswa
yang
memiliki
kemampuan rendah dengan siswa yang memiliki kemampuan tinggi? Sebelum memulai pelajaran, apakah guru mengatur 9
kerapihan tata ruang kelas terlebih dahulu serta kesiapan siswa untuk belajar
10
11
12
13
14 15 16
17
18
19
20
Guru
selalu
bersemangat
ketika
memberikan
pelajaran di kelas Guru memberikan pujian atau hadiah kepada siswa yang berprestasi atau berhasil melaksanakan tugas Guru memberikan sanksi atau hukuman kepada siswa yang tidak melaksanakan tugas Guru menciptakan kondisi belajar yang kondusif di kelas Guru mensosialisasikan peraturan yang berlaku di sekolah Guru selalu menerapkan kedisiplinan kepada siswa Guru memberikan sanksi bagi siswa yang hadir tidak tepat waktu Guru memberikan sanksi bagi siswa yang tidak mengerjakan tugas Guru
memberikan
sanksi
bagi
siswa
yang
melakukan pelanggaran Siswa menjadikan guru sebagai suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari Siswa selalu menjalankan aturan-aturan sekolah sebagaimana mestinya
Uji Coba Angket Variabel X ( Keteladanan Guru ) I.
Petunjuk Pengisian 1.
Dimohon membaca basmalah terlebih dahulu sebelum mengisi angket ini
2.
Tulislah : Nama Siswa
:
Jenis Kelamin
: L/P
3.
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai
4.
Setiap orang mempunyai jawaban yang berbeda dan tidak ada jawaban yang dianggap salah, karena itu pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri anda.
5.
Kejujuran jawaban anda sangat kami harapkan, karena dapat membantu kami dalam mengumpulkan data yang valid dalam penelitian.
6.
Jawaban saudara/i dijamin kerahasiaannya dan tidak akan mempengaruhi nilai, dan saya ucapkan terima kasih atas bantuan anda.
II.
Pernyataan A.
Keteladanan Guru 1. Guru selalu hadir dan mengajar di kelas sesuai dengan jadwal mengajarnya a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 2. Guru selalu memberikan informasi jika tidak dapat hadir untuk mengajar a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 3. Guru memberikan tugas jika dapat masuk kelas a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 4. Setiap memulai pelajaran, guru mengulas dan menanyakan pelajaran yang lalu ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
5. Guru selalu mengoreksi atau memberikan nilai jika memberi tugas atau latihan a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 6. Guru selalu tepat waktu dalam memulai dan mengahiri pelajaran. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 7. Guru selalu datang tepat waktu ketika akan masuk kelas a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 8. Dalam menyajikan materi pelajaran, apakah guru menciptakan kegiatan atau perlakuan yang berbeda antara karakteristik siswa yang memiliki kemampuan rendah dengan siswa yang memiliki kemampuan tinggi ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 9. Sebelum memulai pelajaran, apakah guru mengatur kerapihan tata ruang kelas terlebih dahulu serta kesiapan siswa untuk belajar a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 10. Guru selalu bersemangat ketika memberikan pelajaran di kelas a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
B.
Disiplin Belajar Siswa 1. Siswa selalu menjalankan aturan-aturan sekolah sebagaimana mestinya a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 2. Siswa selalu berpakaian seragam, sesuai dengan ketentuan yang berlaku di sekolah a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 3. Siswa menjadikan guru sebagai suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 4. Guru selalu memberikan apresiasi kepada siswa yang selalu mengerjakan tugas a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
5. Siswa selalu mengikuti upacara setiap hari senin a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 6. Guru memberikan sanksi bagi siswa yang hadir tidak tepat waktu a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 7. Guru memberikan sanksi bagi siswa yang tidak mengerjakan tugs a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 8. Siswa tekun dalam mengerjakan tugas dalam membersihkan ruang kelas dan tidak pernah berhenti sebelum selesai. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 9.
Siswa selalu aktif dan tepat hadir dalam mengikut i kegiatan extrakurikuler a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
10. Siswa datang 10 menit sebelum bel berbunyi. a. Selalu b Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
HASIL OBSERVASI DI MI ATTAUFIQ CILETUH CIPAYUNG GIRANG, KECAMATAN MEGAMENDUNG, KABUPATEN BOGOR, TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Setelah
penulis meninjau lebih jauh melalui observasi dari kegiatan-
kegiatan lainnya ada beberapa hal yang harus dianalisis dan diperbaharui sehingga hubungan antara keteladan guru dengan disiplin belajar siswa agar menjadi positif dan supaya mendapat perhatian yang lebih baik dari semua pihak terutama dengan lembaga – lembaga yang lain dalam satu kecamatan. Selain dari itu ada beberapa hal lainnya yang disarankan dalam belajar kurang efektif dalam diperhatikan
pelaksanaannya.dan dari
segi kesiswaan,apabila
dengan lebih mendalam MI.AT TAUFIQ ini
kurang
begitu
memperhatikan tentang pentingnya masalah keagamaan. Hal ini bisa dilihat dari kegiatan siswa yang melaksanakan proses PBM pada siang hari khususnya. Saat waktu sholat dzuhur, para siswa kurang diarahkan untuk lebih
mementingkan
ibadah. Saya melihat tentang kegiatan siswa pada waktu itu, Lebih banyak berada pada ruang lingkup kegiatan bermain. Selain dari hal tersebut Madrasah AT TAUFIQ ini juga kurang begitu memfasilitasi tempat peribadatan dengan baik. Kenyataan seperti di atas bukan berarti bahwa masalah ini kurang cukup baik dari segi keagamaan, akan tetapi saya juga menilai bahwa kekurangan tersebut tidak hanya disebabkan oleh kurangnya perhatian dari pihak Madrasah saja,namun hal ini juga disebabkan karena jumlah siswa yang sudah melebihi kapasitas kelas yang ada. Hal do atas juga bisa berakibat kepada kurang efektifnya KPBM
yang dilaksanakan, karena denagan jumlah siswa yang selalu
banyak,maka KPBM terpaksa dibagi kepada dua waktu yaitu pagi dan siang hari.Apabila kita telaah, KPBM yang dilaksanakan siang hari biasanya kurang begitu efektif apabila dengan keadaan Madrasah yang tempatnya dekat dengan jalan umum yang sering dilalui kendaraan atau angkutan umum yang cenderung semakin mengganggu
KPBM
yang sedang berlangsung . Dengan demikian
setelah saya melakukan observasi di Madrasah tersebut saya penulis berusaha agar
dalam kegiatan KPBM banyak kekurangan
- kekurangannya, apabila tidak
adanya sarana dan prasarananya sebagai bahan penunjang sehingga dapat dilakukan dengan cara observasi.Hal diatas harus segera diatasi dengan baik dengan salah satu cara adalah dengan cara memberikan sarana peribadatan yang cukup menampung siswa , serta membimbing dan mengarahkan siswa kepada pengetahuan akan pentingnya kedudukan Agama untuk mencapai kedisiplinan dalam kehidupannya. Selain dari pada hal di atas , Madrasah juga
saya
menyadari akan kekurangan tersebut , Hal ini
atas
mungkin didasarkan
keterbatasan Madrasah serta kekurangan tentang bagaimana cara menjalankan suatu kegiatan pendidikan yang sesuai hingga bisa dikatakan bahwa setiap usaha untuk mengembangkan dan memperbaiki kualitas maupun kuantitas biasanya banyak kendala atau hambatan baik dari dalam maupun dari luar namun emikian MI A t-TAUFIQ selalu berusaha mengatasinya. Adapun hambatan hambatan atau kendala yang dihadapi MI At-TAUFIQ adalah sebagai berikut: a.
Faktor dari dalam antara lain 1.
Dana yang diterima dengan dikeluarkan oleh sekolah belum memenuhi syarat
2.
Belum terjalin koordinasi yang baik antara satu lembaga dengan lembaga yang lain
3. b.
Dan lain –lain
Faktor dari luar antara lain 1.
Munculnya sekolah –sekolah baru yang letaknya berdekatan antara satu dengan yang lainnya
2.
Belum adanya sarana transportasi (Angkutan Umum)
3.
Masyarakat masih memandang,bahwa belajar di madrasah tidak bisa menjadikan jaminan untuk bisa bekerja di kantor – kantor
4.
Banyak sekali orang tua yang tidak mampu
Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut,maka pihak madrasah melakukan perbaikan – perbaikan atau pambinaan – pembinaan seperti : a.
Membangun gedung baru untuk ruang belajar
b.
Meningkatkan honorarium stap pengajar /Administrasi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh pihak sekolah
c.
Mencari dana tambahan di luar melalui kerjasama dengan Instansi lain atau mencari para donatur tetap atau tidak tetap
d.
Memberikan pelayanan yang lebih baik lagi kepada siapa saja yang berkepentingan
e.
Mengadakan
pembinaan
/penataran
kursus-kursus
pengajar,tata usaha dan lain-lain yang terdekat
kepada
tenaga
DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. DATA PRIBADI Nama
: CECEP SUBHAN
Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 10 Juli 1968 Jenis Kelamin
: Laki - laki
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Suku Bangsa
: Sunda
Status
: Nikah
Nama Istri
: Yati Supriati
Nama Anak
: Imam Bachtiar Rama Sukmadinata
Alamat
: Kp. Ciletuh Rt,05/01 Desa, Cipayung giran Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor
Pekerjaan Alamat Pekerjaan
: Guru : Kp. Ciletuh Rt. 05/01 Desa Cipayung girang Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor
A. DATA ORANG TUA -
Nama Ayah : E. Sasmita ( Alm ) Nama Ibu : N. Shopijah Alamat Orang Tua : Kp. Cipayung, Rt. 02/03 Ds. Cipayung Girang, Kec. Megamendung-Bogor B. PENDIDIKAN FORMAL 1. Tahun 1976 - 1982 Lulus MI Miftahul Huda Cipayung - Bogor 2. Tahun 1982 - 1985 Lulus MTS Miftahul Huda Cipayung-Bogor 3. Tahun 1985 – 1988 Lulus MA Miftahul Huda Cipayung- Bogor C. PENGALAMAN KERJA Mengajar di MI Attaufiq Ciletuh sejak tanggal 01 Juli 1989 Sampai dengan sekarang, dan Kemudian tahun 2008 mengajar di SMP Islam Miftahul Huda sampai dengan sekarang