HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA MTsN PARUNG-BOGOR
Oleh: ROSYIDAH 103017027209
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi
berjudul
“HUBUNGAN
ANTARA
KEMANDIRIAN
BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA MTsN PARUNG BOGOR”, yang disusun oleh Rosyidah, Nomor Induk Mahasiswa: 103017027209, Jurusan Pendidikan Matematika telah melalui bimbingan dan dinyatakan syah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.
Jakarta, Juni 2010
Yang Mengesahkan, Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Rachmat Mulyono, M.Si
Otong Suhyanto, M.Si
NIP. 196502201999031003
NIP. 196811041999031001
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGER SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
iii
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA MTsN PARUNG-BOGOR
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: Rosyidah NIM: 103017027209
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Rachmat Mulyono, M.Si NIP. 196502201999031003
Otong Suhyanto, M.Si NIP. 196811041999031001
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M iv
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NIM Jurusan Angkatan Alamat
: ROSYIDAH : 103017027209 : Pendidikan Matematika : 2003 : Jl. Lestari II No. 102 RT.03/05 Kel. Curug Kec. Bojongsari Depok MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Kemandirian Belajar dengan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa MTsN Parung Bogor” adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen: 1. Nama : Drs. Rachmat Mulyono, M.Si. NIP : 19650220 199903 1 003 Dosen : Fakultas Psikologi UIN Jakarta 2. Nama NIP Dosen
: Otong Suhyanto, M.Pd. : 19681104 199901 1 001 : Jurusan Pendidikan Matematika FITK UIN Jakarta
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan saya siap menerima segala konsekuensinya apabila skripsi ini bukan karya saya.
Jakarta, 20 Agustus 2010 Yang menyatakan,
Rosyidah
v
ABSTRAK
ROSYIDAH. Hubungan Antara Kemandirian Belajar Dengan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa MTs Negeri Parung-Bogor. Skripsi Strata 1 (S-1) Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika pada siswa MTsN Parung-Bogor. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak bulan Maret sampai Mei 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan korelasional. Populasi terjangkaunya adalah siswa kelas VIII-7 dan VIII-9 yang berjumlah 95 orang. Data variabel X (Kemandirian Belajar), dijaring dengan menggunakan instrumen skala kemandirian berbentuk kuesioner, sedangkan untuk variabel Y (Hasil Belajar) digunakan tes hasil belajar matematika. Hasil perhitungan reliabilitas variabel X sebesar 0,95 sedangkan variabel Y sebesar 0,92. Uji persyaratan analisis menunjukkan bahwa variabel X dan Y berdistribusi normal. Persamaan regresi kedua variabel adalah Ŷ= 21,98+0,335X. Hasil perhitungan koefisien korelasi product moment menghasilkan rxy sebesar 0,755. Hasil pengujian signifikansi koefisien dengan menggunakan uji t menunjukkan kedua variabel adalah signifikan. Perhitungan koefisien determinasi menghasilkan rxy2 = (0,755)2 = 0,5700, ini berarti bahwa 57% variansi hasil belajar ditentukan oleh kemandirian belajar. Kata kunci: kemandirian belajar, hasil belajar, survey, regresi dan korelasi.
vi
ABSTRACT
ROSYIDAH. Relationship Between Independence Learning With Academic Math Achievement. The thesis of Mathematic Education Department, Faculty of Education and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. 2010. This research aims to know the relationship between student independence in learning and the academic achievement of students MTsN Parung-Bogor. This research was conducted over three months from March to May 2010. The method used is survey method with the correlational approach. The population is 95 students. To gather data variable X (Independence Students In Learning), used questionnaires of independence learning scale, while variable Y obtained test of math achievement. Normality analysis results that both variables have normal distribution. Regression equation obtained was Ŷ=21.985+0.335X. Test of correlation product moment result coefficient of rxy= 0.755. the correlation is significant. The calculation of the coefficient of determination resulted rxy2 = (0,755)2 = 0,5700. This indicates that 57% variance of academic achievement determined by the independence learning. Key words: independence learning, academic achievement, survey, regression, correlation
vii
KATA PENGANTAR
Bismilahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. berkat rahmat-Nya yang telah memberikan kemudahan dan ketabahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk mengikuti sidang munaqasah dan wisuda. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita bersama Nabi Muhammad SAW. sebagai panutan dan pimpinan Umat manusia beserta keluarganya, para sahabatnya dan penggikutnya yang setia meneruskan perjuangan Islam hingga akhir zaman. Alhamdulillah atas pertolongan rahmat-Nya penyusun dapat menyusun skripsi ini sampai selesai. Tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai. Semoga kebaikan semuanya menjadi amal ibadah dan mendapat pahala yang berlipat ganda dari Alloh SWT. Amin. Dalam penulisan Skripsi ini penulis menyadari banyak kendala-kendala dan kesulitan yang didapat, namun berkat adanya dorongan, bantuan, nasehat dan bimbingan dari semua pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, diantaranya: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika, dan Bapak Otong Suhyanto, M.Si., Sekretaris Jurusan yang telah memberikan bimbingan dan arahan. 3. Bapak Drs. Rachmat Mulyono, M.Si., Pembimbing I dan Bapak Otong Suhyanto, M.Si., Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. viii
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Matematika untuk semua ilmu yang telah diberikan. Pimpinan dan staf akademik yang membantu proses administrasi. 5. Pimpinan dan staf Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas bukubukunya yang telah menjadikan skripsi ini penuh makna. 6. Ibu Hj. Eti Munyati, S.Ag., Kepala Sekolah MTs Negeri Parung yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian disekolah yang Ibu pimpin. 7. Orang Tuaku Bapak Suhadi dan Ibu Elis, suami tercinta (Roni Faslah, S.Pd., MM), putra dan putriku (Azka dan Gifar) yang terkasih, kakakku dan adikadikku serta keponakanku yang tak pernah lelah memberikan Doa dan dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah. 8. Sahabat-sahabatku Keluarga Besar Pendidikan Matematika angkatan 2003, kelas A dan B, terutama sahabat-sahabat terbaikku yang selalu memberikan saran dan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Serta pihak-pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Tiada dapat penulis membalas jasa baik mereka selain untaian doa, semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan mereka dengan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda serta keberkahan hidup di Dunia maupun di Akhirat, Amin.
Jakarta, Juni 2010
ix
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH ............... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................. SURAT PERNYATAAN PENULIS ......................................................... ABSTRAK ................................................................................................. ABSTRACT ................................................................................................. KATA PENGANTAR ............................................................................... DAFTAR ISI ............................................................................................. DAFTAR TABEL ...................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................... B. Identifikasi Masalah ............................................................ C. Pembatasan Masalah ........................................................... D. Perumusan Masalah ............................................................. E. Tujuan Penelitian ................................................................ F. Manfaat Penelitian ...............................................................
BAB II
1 8 9 9 10 10
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Hasil Belajar .................................................................. 2. Kemandirian Belajar ..................................................... B. Kerangka Berfikir ................................................................ C. Hipotesis Penelitian..............................................................
BAB III
i ii iii iv v vi viii x xi xii
11 23 37 39
METODOLOGI PENELITIAN A. B. C. D.
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ Metode Penelitian ............................................................... Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ........................ Teknik Pengumpulan Data 1. Hasil Belajar a. Definisi Konseptual ................................................ b. Definisi Operasional ............................................... c. Kisi-kisi Instrumen .................................................. x
40 40 41
41 42 42
d. Validasi Instrumen .................................................. 2. Kemandirian Belajar a. Definisi Konseptual ................................................ b. Definisi Operasional ............................................... c. Kisi-kisi Instrumen .................................................. d. Validasi Instrumen .................................................. E. Teknik Analisis Data 1. Mencari Persamaan Regresi ......................................... 2. Uji Persyaratan Analisis Uji Normalitas .............................................................. 3. Uji Hipotesis a. Uji Keberartian (Signifikansi) Regresi ................... b. Uji Linieritas Regresi ............................................... c. Uji Koefisien Korelasi ............................................ d. Uji Keberartian (Signifikansi) Koefisien Korelasi . e. Uji Koefisien Determinasi ...................................... BAB IV
BAB V
HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Hasil Belajar Matematika ............................................ 2. Kemandirian Belajar .................................................... B. Pengujian Persyaratan Analisis ......................................... C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan 1. Uji Persamaan Regresi ................................................. 2. Uji Signifikansi Persamaan Regresi ............................ 3. Uji Liniearitas Regresi ................................................. 4. Uji Koefisien Korelasi ................................................. 5. Uji Keberartian (Signifikansi) Koefisien Korelasi (Uji -t) .......................................................................... 6. Uji Koefisien Determinasi ........................................... D. Interpretasi Hasil Penelitian .............................................. E. Keterbatasan Penelitian .....................................................
44 46 46 47 48 50 51 51 52 53 53 54
55 56 58 59 61 62 62 64 64 64 65
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................ B. Saran .................................................................................
66 66
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
68
xi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel III.1. Tabel III.2. Tabel III.3. Tabel III.4. Tabel IV.1. Tabel IV.2. Tabel IV.3. Tabel IV.4. Tabel IV.5. Tabel IV.6
Instrumen Hasil Belajar Matematika .................................. Instrumen Kemandirian Belajar ......................................... Skala Penilaian untuk Kemandirian belajar ....................... Daftar Analisi Varians Untuk Uji Kelinearan dan Keberartian Regresi ............................................................ Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika (Variabel Y)......................................................................... Tabel Distribusi Frekuensi Kemandirian Belajar (Variabel X) ........................................................................................ Hasil Uji Normalitas ........................................................... Tabel Anava Untuk Pengujian Signifikansi dan Liniearitas Persamaan Regresi ............................................................. Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana Variabel Antara X dengan Y ............................................. Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Keofisien Kore lasi ......................................................................................
xii
42 47 48 53 55 57 59 61 63 63
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar II.1. Gambar IV.1. Gambar IV.2. Gambar IV.3.
Bagan Kerangka Berfikir .................................................. Grafik Histogram Hasil Belajar Matematika .................... Grafik Histogram Kemandirian Belajar ........................... Grafik Persamaan Regresi ................................................
xiii
37 56 58 60
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17 Lampiran 18 Lampiran 19 Lampiran 20 Lampiran 21 Lampiran 22 Lampiran 23 Lampiran 24 Lampiran 25 Lampiran 26 Lampiran 27 Lampiran 28 Lampiran 29 Lampiran 30 Lampiran 31 Lampiran 32
Instrumen Uji Coba Variabel X ..................................... Data Hasil Uji Coba Variabel X .................................... Data Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel X ......... Langkah-Langkah Perhitungan Uji Validitas ................ Data Hasil Uji Coba Validitas Variabel X Setelah dihilangkan Yang Drop .................................................... Data Hasil Perhitungan Kembali Uji Validitas Variabel X .................................................................................... Analisis Reliabilitas Variabel X .................................... Instrumen Final Variabel X ........................................... Instrumen Uji Coba Variabel Y .................................... Kunci Jawaban Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika Data Hasil Uji Coba dan Analisis Validitas Variabel Y Tabel Bantu Uji Validitas Instrumen Variabel Y .......... Perhitungan Standar Deviasi ........................................ Perhitungan Validitas Butir Variabel Y ........................ Langkah-Langkah Perhitungan Uji Validitas Variabel Y .................................................................................... Perhitungan Ulang Uji Validitas Instrumen Variabel Y .................................................................................... Tabel Bantu Perhitungan Ulang Uji Validitas Instrumen Variabel Y ..................................................................... Perhitungan Ulang Validitas Butir Variabel Y .............. Uji Reliabilitas Variabel Y ............................................ Instrumen Final Variabel Y ........................................... Data Penelitian Variabel X ............................................ Data Penelitian Variabel Y............................................. Data Penelitian Variabel Y (Konversi) ......................... Data Mentah Berpasangan Variabel X dan Y ............... Perhitungan Rata-Rata, Varians dan Simpangan Baku . Tabel Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Simpangan Baku Variabel X dan Y ................................................. Proses Perhitungan Menggambar Grafik Histogram Variabel Y ..................................................................... Grafik Histogram Variabel Y ........................................ Proses Perhitungan Menggambar Grafik Histogram Variabel X ..................................................................... Grafik Histogram Variabel X ........................................ Data Berpasangan Variabel X dan Y Sebagai Dasar Analisis Persamaan Regresi .......................................... Perhitungan Uji Linearitas Dengan Persamaan Regresi xiv
71 75 77 79 80 82 83 84 87 92 93 95 97 98 99 100 102 104 105 106 110 116 120 123 126 127 130 131 132 133 134
Lampiran 33 Lampiran 34 Lampiran 35 Lampiran 36 Lampiran 37 Lampiran 38 Lampiran 39 Lampiran 40 Lampiran 41 Lampiran 42 Lampiran 43 Lampiran 44 Lampiran 45 Lampiran 46 Lampiran 47 Lampiran 48 Lampiran 49 Lampiran 50 Lampiran 51 Lampiran 52 Lampiran 53 Lampiran 54 Lampiran 55 Lampiran 56
Liniear ........................................................................... Perhitungan Persamaan Regresi Linear Sederhana ...... Tabel Perhitungan Rata-rata, Varians dan Simpangan Baku Ŷ = 13,05 + 0,402X ............................................. Perhitungan Rata-rata, Varians dan Simpangan Baku Ŷ = 13,05 + 0,402X........................................................ Tabel Untuk Menghitung Ŷ=13,05 + 0,402X ................ Grafik Persamaan Regresi ............................................. Perhitungan Normalitas Variabel X .............................. Langkah Perhitungan Normalitas Variabel X ............... Perhitungan Normalitas Variabel Y .............................. Langkah Perhitungan Normalitas Variabel X ............... Perhitungan JK (G) ........................................................ Perhitungan Uji Keberartian Regresi ............................ Perhitungan Uji Keliniearan Regresi ............................ Tabel Anava Untuk Uji Keberartian dan Uji Keliniearan Regresi ...................................................................... Perhitungan Koefisien Korelasi Product Moment ......... Perhitungan Uji Signifikansi ......................................... Perhitungan Uji Koefisien Determinasi ........................ Tabel Normal Standar .................................................. Tabel Distribusi F .......................................................... Tabel Distribusi t ........................................................... Nilai Kritis L Untuk Uji Lilliefors ................................ Nilai r Product Moment ................................................. Surat Permohonan Izin Penelitian ................................. Surat Izin Penelitian ...................................................... Daftar Riwayat Hidup ...................................................
xv
137 138 139 142 143 146 147 150 151 154 155 157 159 160 161 162 163 164 165 167 169 170 171 172 173
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu elemen penting dalam kemajuan suatu bangsa. Bangsa yang ingin maju haruslah memajukan pendidikannya terlebih dahulu. Karena melalui pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu, pengetahuan dan keterampilan guna meningkatkan kemampuan berfikir, berusaha, dan penguasaan teknologi. Sehingga diharapkan ia dapat memenuhi segala kebutuhan dengan segala keterampilan yang dimilikinya. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Rendahnya kualitas pendidikan Indonesia ditunjukkan oleh data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).1 Secara khusus, penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, menurut Kasim diantaranya adalah: 1) rendahnya sarana fisik, 2) rendahnya kualitas guru, 3) rendahnya kesejahteraan guru, dan 4) rendahnya prestasi belajar siswa.2
1 Meilani Kasim, Masalah Pendidikan Di Indonesia (http://meilanikasim.wordpress.com/ 2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/ (Diakses tanggal: 2 Mei) 2 2010Meilani Kasim, Masalah Pendidikan Di Indonesia ... (Diakses tanggal: 2 Mei 2010)
1
Rendahnya prestasi siswa merupakan akumulasi dari rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru, sehingga pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai contoh pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat. Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi IEA (Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement) di Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia). Selain itu, hasil studi The Third International Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika3. Pendidikan merupakan suatu hal yang urgent dalam kehidupan manusia dewasa ini. Terlebih pada masa kini pendidikan merupakan sebuah kebutuhan utama bagi manusia. Dunia pendidikan dituntut untuk lebih memberikan kontribusi yang nyata dalam upaya meningkatkan kemajuan bangsa. Untuk mewujudkannya perlu adanya suatu kerja sama antara pihak sekolah, orang tua, dan siswa itu sendiri. Pada kenyataannya masih banyak siswa yang belum memahami makna pendidikan, dalam hal ini arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya yang mutlak diperlakukan oleh siswa agar proses belajar dapat
3
2010Meilani Kasim, Masalah Pendidikan Di Indonesia ... (Diakses tanggal: 2 Mei
2010)
2
berjalan sebagaimana mestinya. Persepsi yang salah ini perlu diluruskan agar siswa dapat memaknai hakekat belajar yang sesungguhnya. Dalam hal ini guru memiliki peran yang sentral untuk mengubah kekeliruan persepsi dalam proses belajar tersebut. Tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar dinyatakan dengan hasil belajarnya. Hasil belajar dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor, setelah melakukan proses belajar. Hasil belajar yang dicapai siswa memberikan gambaran tentang posisi tingkat dirinya dibandingkan siswa lain. Untuk mengetahui seseorang telah mengalami proses belajar dan telah mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan ataupun sikap maka dapat dilihat dari hasil belajarnya. Banyak hal yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas belajar siswa yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajarnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajar adalah faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa diantaranya, lingkungan sekolah, misalnya interaksi guru dan murid. Guru yang kurang berinteraksi secara dekat dengan murid menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar karena siswa merasa malu untuk bertanya pada guru. Siswa tidak dapat mengeksplorasi lebih banyak materi yang sedang dibahas sehingga akan berdampak pada tingkat pengetahuannya. Faktor eksternal lain yang mempengaruhi hasil belajar adalah status sosial keluarga. Secara ideal orang tua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan seorang anak. Pada kenyataannya pendidikan di Indonesia cukup mahal sehingga hanya orang tua yang berada pada posisi menengah ke atas yang dapat memberikan pendidikan yang layak kepada anaknya. Padahal di Indonesia kebanyakan anak usia sekolah yang seharusnya berada di sekolah untuk belajar 3
tetapi berada di jalanan untuk mencari uang. Hal ini disebabkan orang tua mereka tidak mampu membiayai pendidikan mereka. Faktor lain yang berasal dari luar diri siswa yang berpengaruh pada hasil belajar ialah peralatan belajar sebagai sarana belajar. Kelengkapan peralatan belajar di dalam proses belajar akan memberikan kontribusi kepada siswa dalam mencapai hasil belajar. Kurang lengkapnya peralatan belajar akan mempengaruhi proses belajar mengajar. Siswa yang dirumahnya memiliki peralatan belajar yang lengkap akan belajar dengan semangat karena semua kebutuhan belajar sudah terpenuhi. Sedangkan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa antara lain adalah motivasi, sikap, minat dan perhatian, dan kemandirian belajar siswa. Motivasi merupakan salah satu aspek penting dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Motivasi adalah suatu dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu, baik itu yang datang dari dalam diri maupun dari luar diri. Motivasi membuat seseorang melakukan sebaik mungkin semua pekerjaan yang dilakukan, jika seorang siswa belajar dengan motivasi yang baik maka hasil belajarnya pun akan baik sebaliknya apabila motivasi kurang maka hasil belajar pun kurang memuaskan. Motivasi ini dapat diberikan oleh orang tua sebagai pendidik di rumah, guru sebagai pendidik yang berada di sekolah, dan teman yang ada di lingkungan sekitarnya dimana biasanya ia berinteraksi. Sikap belajar siswa juga menjadi salah satu faktor internal yang dianggap dapat mempengaruhi hasil belajar. Hal ini berhubungan dengan keteladanan seorang guru, karena akan mempengaruhi bagaimana siswa itu akan bersikap. Perhatian pada aspek afektif dalam jiwa pendidik sering kurang diperhatikan sehingga akan berdampak pada sikap siswa yang bersangkutan dalam kegiatan belajar mengajar. Sikap belajar siswa yang kurang baik akan membuat psikologis siswa yang bersangkutan merasa tidak nyaman dalam kegiatan belajar mengajar 4
akibatnya konsentrasi siswa terhadap materi pembelajaran tidak akan optimal. Maka guru pun harus dapat memahami bahwa perasaan dan sikap siswa akan berdampak dan berpengaruh kuat pada proses dan hasil belajar. Minat dan perhatian juga menjadi salah satu faktor internal yang dianggap dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan erat sekali. Kalau seorang siswa mempunyai minat dalam mata pelajaran tertentu maka ia akan memperhatikannya. Namun sebaliknya bila siswa memiliki minat yang rendah terhadap suatu mata pelajaran biasanya ia malas untuk mempelajarinya. Demikian juga dengan siswa yang tidak memiliki perhatian yang serius pada mata pelajaran yang sedang diajarkan, maka siswa tersebut akan sulit menyerap materi pelajaran tersebut. Hal ini tentu mempengaruhi hasil belajarnya. Kemandirian siswa dalam belajar salah satu faktor penting yang harus diperhatikan untuk mencapai hasil belajar yang baik. Kemandirian merupakan salah satu segi dari sifat seseorang. Pembentukan kemandirian dibentuk secara bertahap dari diri sendiri, orang tua dan guru. Pola pendidikan orang tua sangat berperan dalam pembinaan kemandirian pada anak. Orang tua hendaknya tidak bersikap otoriter dalam mendidik anak. Anak diberikan kebebasan yang bertanggung jawab dalam bertindak agar kemandirian terbentuk dalam diri anak. Guru di sekolah berperan dalam pembentukan kemandirian dengan menciptakan situasi demokratis. Demokratis maksudnya adalah suasana pelajaran yang memberikan keleluasan bagi siswa dalam mengeluarkan pendapat, berpikir secara mandiri, dan guru tidak memaksakan secara mutlak. Hendaklah anak belajar atas dasar keinginan sendiri bukan paksaan dari orang lain. Dalam hal ini orang tua, guru, bahkan lingkungan sekitar. Orang tua yang bersikap otoriter terhadap pendidikan anak akan membuat anak tidak sungguh-sungguh dalam belajar. Seperti yang dikatakan Ruswan (2004) “apabila 5
seorang pelajar mengalami tekanan dalam hidupnya kecerdasan mereka sedikit demi sedikit menjadi berkurang”4. Pendapat lain juga diungkapkan oleh Condro (2003) “Seorang anak yang dibesarkan dengan tekanan akan tumbuh menjadi murung dan tertutup (Introvert)”5. Kemandirian siswa dalam belajar merupakan suatu hal yang sangat penting dan perlu ditumbuhkembangkan pada siswa sebagai individu yang diposisikan sebagai peserta didik. Dengan ditumbuhkembangkannya kemandirian pada siswa, membuat siswa dapat mengerjakan segala sesuatu sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Siswa yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi akan berusaha menyelesaikan latihan atau tugas yang diberikan oleh guru dengan kemampuan yang dimilikinya, sebaliknya siswa yang memiliki kemandirian belajar yang rendah akan tergantung pada orang lain. “Mendorong anak untuk belajar harus dimulai sejak dini. Bukan dengan cara menyuruh tetapi lebih efektif dan produktif dengan contoh atau respon positif yang tepat guna atas perilaku anak. Hal ini akan membentuk internalisasi budaya belajar”6. Namun terbentuknya internasilasi budaya belajar tersebut diperlukan kemampuan responsif setiap rangsangan belajar pada diri anak. Apabila perilaku belajar mandiri yang pernah dilakukan oleh lingkungan (termasuk orang tua dan guru) tidak dapat dikembangkan oleh anak, maka anak tidak dapat mengembangkan dorongan belajar secara mandiri dan pada akhirnya tidak akan menghasilkan output belajar seperti yang diharapkan. Sebab, semua aktivitas anak dilakukan karena disuruh atau diperintah orang lain. Anak hanya akan belajar jika disuruh dan diawasi.
4
Ahmad Muchlis Amrin, Cara Belajar Cerdas Dan Efektif, Bukan Keras Dan Melelahkan, (Jogjakarta: Garailmu, 2009). h. 88. 5 Ahmad Muchlis Amrin, Cara Belajar…, h.88 6 George Prasetya Tembang, Smart Parenting, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006). h.93
6
“Semua orang tua mengharapkan anaknya bisa belajar secara mandiri, artinya tidak usah disuruh anak akan belajar sendiri secara bertanggung jawab”7. Pada kenyataannya, seperti fenomena yang terjadi pada siswa MTsN ParungBogor kecenderungan memiliki tingkat kemandirian belajar yang rendah. Hal ini diketahui berdasarkan survei awal terhadap beberapa kelas yang menunjukkan bahwa tingkat kemandirian siswa dalam belajar pada saat ini masih tergolong rendah. Hal ini terlihat pada masih tingginya fenomena mencontek tugas dan ulangan, belajar sistem kebut semalam, rendahnya minat baca, rendahnya usaha menambah wawasan dari berbagai sumber, rendahya penggunaan sumber perpustakaan dan masih tingginya ketergantungan belajar pada kehadiran guru di kelas serta ketidaksiapan menghadapi ulangan. Salah satu mata pelajaran yang penting dikembangkan adalah matematika. Dalam setiap jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi matematika dipelajari karena dianggap mata pelajaran penting yang diharapkan sekolah agar peserta didik memiliki kemampuan dan cara-cara berfikir secara matematis. “Matematika dipandang sebagi ilmu pengetahuan dengan pola berpikir yang sistematis, kritis, logis, cermat, dan konsisten, serta menuntut daya kreatif dan inovatif”8. Matematika memiliki peranan besar dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi karena memiliki keunggulan dan kemampuannya dalam memecahkan berbagai masalah yang terdapat dalam bidang ilmu lain. “Tetapi disisi lain fakta menunjukkan bahwa pembelajaran matematika senantiasa menjadi masalah pada setiap jenjang pendidikan”9. Sebagai contoh, pada pembelajaran matematika di kelas VIII MTsN Parung-Bogor, siswa kurang menunjukkan 7
George Prasetya Tembang, Smart Parenting…, h.92 Koko Martono dan R. Eryanto, Firmansyah Noor, Matematika Dan Kecakapan Hidup, (Bandung: Ganesa Exsaet, 2007), h. vii 9 Koko Martono dan R. Eryanto, Noor, Matematika…, h. viii 8
7
adanya kesungguhan dan kegembiraan belajar sehingga penyerapan materi ajar kurang efisien dan efektif. Pada era teknologi informasi ini guru bukan lagi merupakan satu-satunya sumber informasi bagi siswa. Guru dan siswa juga diharapkan dapat mengelola informasi secara bersama-sama dengan tingkat kemandirian yang tinggi. Proses belajar yang baik akan menanam informasi dalam benak siswa. Seorang pakar fisika Jerman, George Christoph Litschenberg (1742-1799) menganjurkan untuk belajar dengan menemukannya sendiri atau dengan cara merekonstruksi suatu penemuan. Pentingnya kemandirian belajar dinyatakan oleh Litschenberg dalam ungkapan “when you have been obliged to discover by yourself, leaves a path in your mind wich you can use again when need arises”10. Jika siswa belajar dengan menemukan sendiri, maka akan tertinggal suatu lorong di benak siswa yang dapat dimasuki lagi bilama diperlukan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian tentang hubungan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar Matematika siswa MTsN Parung-Bogor menjadi penting untuk dilaksanakan.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka dapat dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Kurangnya interaksi guru dengan siswa. 2. Kurangnya motivasi belajar pada siswa. 3. Penerapan sikap belajar yang positif dalam belajar yang masih kurang. 4. Rendahnya minat belajar siswa. 5. Rendahnya tingkat kemandirian siswa dalam belajar matematika
10
Koko Martono dan R. Eryanto, Noor, Matematika…, h. ix
8
C. Pembatasan Masalah Untuk memfokuskan permasalahan dalam proposal ini serta kompleksnya permasalahan di atas berkaitan dengan upaya peningkatan hasil belajar siswa dan kaitannya dengan upaya pembinaan kemandirian siswa dalam belajar, maka masalah yang akan dibahas dibatasi. Batasan-batasan tersebut adalah: 1. Kemandirian siswa Kemandirian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemandirian siswa dalam belajar. Sedangkan kemandirian belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemandirian siswa dalam belajar baik belajar di sekolah, di rumah, individual atau kelompok. 2. Hasil belajar Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika yang diperoleh siswa setelah mengikuti sejumlah materi atau pokok bahasan yang dipersyaratkan dalam satuan kurikulum pendidikan MTsN di Parung-Bogor pada semester genap kemudian dilakukan tes. 3. Siswa Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa MTsN Parung-Bogor yang menjadi objek penelitian yaitu siswa kelas VIII. Dipilihnya kelas VIII diharapkan akan dapat memberikan kontribusi positif dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan kemandirian belajar siswa.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat Hubungan Antara Kemandirian Belajar Dengan Hasil Belajar Matematika? 9
10
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah–masalah yang telah dirumuskan, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian ini guna mendapatkan data yang empiris dan fakta yang sahih, benar, dan tepat (valid) serta dapat dipercaya (reliable) untuk mengetahui hubungan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika siswa MTsN Parung-Bogor.
F. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan dalam menambah pengetahuan, wawasan, dan kemampuan berfikir khususnya mengenai kemandirian siswa dalam belajar. 2. Bagi MTsN Parung-Bogor, untuk mendapatkan pemecahan masalah yang dialami MTsN Parung-Bogor yang berhubungan dengan kemandirian siswa dalam belajar dengan hasil belajar siswa. 3. Bagi Jurusan Matematika Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri, sebagai tambahan referensi bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian atau penulisan ilmiah yang berkaitan dengan hasil belajar. 4. Bagi perpustakaan, sebagai referensi kelengkapan perpustakaan mengenai penelitian pendidikan khususnya yang berkaitan dengan hasil belajar.
11
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori 1. Hasil Belajar UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I, Pasal 1, ayat 4, disebutkan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Hasil dari pengembangan potensi tersebut dapat tercermin dari hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar adalah sasaran yang diharapkan oleh semua pihak. Setidaknya, semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan menghasilkan lulusan yang dapat membaca dan menulis (literacy), berhitung (numeracy), dan kecakapan hidup (life skills). Selain itu, peserta didik harus memiliki kecerdasan emosional dan sosial (emotional dan social intelligences), nilai-nilai lain yang diperlukan masyarakat. Terkait dengan berbagai macam kecerdasan, yang merupakan sumbangan penting untuk perkembangan anak adalah membantunya untuk menemukan bidang yang paling cocok dengan bakatnya. Hasil belajar yang akan dicapai sesungguhnya yang sesuai dengan potensinya, sesuai dengan bakat dan kemampuannya, serta sesuai dengan tipe kecerdasannya, di samping juga nilai-nilai kehidupan (values) yang diperlukan untuk memeliharan dan menstransformasikan budaya dan kepribadian bangsa. Semua itu pada dasarnya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional “…. 12 11
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional) Belajar merupakan sebuah proses yang berakhir pada output dan outcome. Output merujuk pada hasil yang diperoleh selama siswa mengikuti aktivitas belajar, sedangkan outcome merujuk pada perubahan perilaku dari hasil belajar. Hasil belajar merupakan ketercapaian atas indikator-indikator yang direncanakan pada saat pendidik menyusun rencana pembelajaran, biasa berupa kemampuan, keterampilan dan sikap yang akan dikuasai siswa.
Kemampuan yang
telah
dikuasai siswa atas pelajaran tertentu ditandai dengan adanya perubahan perilaku sesuai dengan indikator yang ingin dicapai, karena tanpa adanya perubahan maka dianggap tidak ada belajar. Menurut Sujana, hasil belajar adalah “kemampuankemampuan yang telah dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar” 11. Dipertegas oleh Oemar Hamalik yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah “bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”12. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Di sisi lain, hasil belajar adalah tingkat kemampuan siswa setelah mengikuti pelajaran selama kurun waktu tertentu. Hasil belajar merupakan hasil akhir tentang 11
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 22 12 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Bumi Aksara, 2006), hlm. 30
13
tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran dikatan berhasil jika tingkat pengetahuan mahasiswa bertambah dari sebelumnya.
Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Sedangkan dalam sistem pendidikan nasional, secara umum rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjagi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik13. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Uraian ranah-ranah tersebut kemudian dideskripsikan oleh Bloom sebagai berikut: a.
Pengetahuan, merupakan kemampuan untuk mengetahui apa yang sedang dipelajari dan juga kemampuan untuk mengingat kembali terhadap hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam memori berupa fakta, kaidah, prinsip dan metode.
Pada waktu menyelesaikan masalah, si pembelajar
menggali ingatan dari memorinya terhadap hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapinya. Orang yang memiliki daya ingatan kuat, dengan cepat dapat mengingat kembali apa yang diketahui dan dialaminya. Tetapi orang yang daya ingatannya lemah, akan mudah lupa apa yang diketahui dan dialaminya, karena apa yang tersimpan dalam memori tertimbun oleh fakta, kaidah, prinsip dan metode. 13
Nana Sudjana, Penilaian Hasil …, h. 22
14
b.
Pemahaman, merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan atau materi yang dipelajari. Kemampuan ini dapat dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari materi yang dipelajari, mengubah data yang disajikan dalam bentuk lain, atau membuat perkiraan tentang kecenderungan dari suatu peristiwa atau keadaan berdasarkan trend data yang terjadi.
c.
Penerapan, merupakan kemampuan menerapkan suatu kaidah atau metode untuk memecahkan suatu permasalahan atau persoalan baru. Kemampuan ini dapat dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus dalam memecahkan persoalan yang belum pernah dihadapi atau aplikasi metode dalam memecahkan permasalahan baru.
d.
Analisis, merupakan kemampuan untuk merinci suatu kesatuan dalam bagianbagian yang lebih kecil sehingga seluruh struktur berserta bagian-bagiannya dapat
dipahami
dengan
baik.
Kemampuan
ini
dinyatakan
dalam
penganalisisan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar dari suatu struktur dan mencari dari keterkaitan antara komponen-komponen dasar sehingga membentuk struktur tersebut. e.
Sintesis, merupakan kemampuan untuk mensintesiskan bahan-bahan atau materi yang dipelajari serta membentuk suatu kesatuan atau struktur dan pola baru dari bahan-bahan atau materi yang dipelajari. Dalam hal ini dituntut kriteria untuk menemukan pola dan struktur baru sehingga kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari kemampuan analisis.
f.
Evaluasi, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal sebagai pengembangan dari bahan-bahan atau materi yang dipelajari. Dalam menguraikan pendapat tersebut, sebagai pertanggungjawabannya perlu disertai dengan argumentasi-argumentasi yang mengacu atau berdasarkan kepada kriteria tertentu yang telah dipelajari atau merupakan pengembangan dari bahan-bahan atau meteri yang telah dipelajari 15
Ranah kognitif dari Bloom ini sangat komprehensif dan menyajikan unsurunsur secara detail terhadap aspek-aspek pemahaman. Menurut Bloom, untuk dapat mempelajari suatu materi atau pelajaran baru dengan baik diperlukan dua hal yaitu perilaku kognitif awal dan karakteristik afektif awal. Perilaku kognitif awal merupakan jenis pengetahuan, keterampilan dan kompetensi; sedangkan karakteristik afektif awal merupakan motivasi dari diri si pembelajar. Perilaku kognitif awal tersebut bersifat kumulatif, artinya suatu materi atau pelajaran yang baru hanya dapat dipelajari dengan baik jika si pembelajar sudah memiliki atau memahami materi sebelumnya. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha. Dalam hal ini usaha dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang didapat pada nilai setiap tes. Keberhasilan proses belajar dapat dilihat dari hasil yang diperoleh siswa dalam belajar, seperti pengalaman, cara berpikir dan perubahan tingkah laku. Keberhasilan proses belajar juga ditentukan dengan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Jika tujuan pembelajaran tercapai atau terpenuhi, proses belajar tersebut dapat dikatakan berhasil. Hal ini sejalan dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono ”bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan tindak mengajar”14. Di dalam kegiatan belajar mengajar tentu akan dihasilkan suatu produk yang disebut prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan gambaran tentang seberapa jauh penguasaan siswa terhadap pelajaran. Pernyataan ini didukung oleh Yohana yang berpendapat bahwa prestasi belajar adalah ”gambaran penguasaan siswa atas materi pelajaran dan atau perilaku yang relatif menetap sebagai akibat dari proses belajar yang dialaminya dalam jangka waktu tertentu”15. 14 Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit PT Rineka Cipta. Jakarta, hlm. 3 15 Corry Yohana, “Pengaruh Antara SQ, EQ dan IQ Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNJ”, Jurnal Econosains Volume VI, Nomor 1, Maret 2008, h. 12.
16
Hasil belajar atau prestasi belajar yang diraih siswa merupakan hasil-hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Proses tersebut dimulai dari tahap perencanaan yang ditandai dengan penetapan indikator keberhasilan yang akan diraih peserta didik setelah mengikuti tahapan berikutnya yaitu proses pembelajaran yang kemudian diakhiri dengan tahap penilaian. Pada tahap penilaian inilah akan diketahui tingkat ketercapaian dari indikator-indikator yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan. Wiryawan dalam Hajat mengemukakan bahwa: Prestasi belajar yang diperoleh siswa sebagai akibat dari proses belajar yang dilaksanakan siswa selama ini. Adanya perubahan itu tampak dalam prestasi yang dihasilkan oleh anak didik terhadap pertanyaan atau persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru, tergantung dari pengetahuan atau pemahaman.16 Pendapat yang sama dikemukakan oleh Winkle menyatakan prestasi belajar adalah “bukti usaha yang dapat dicapai siswa setelah melakukan proses belajar”17. Juga oleh Azwar dalam Legowo yang menyatakan bahwa prestasi belajar adalah “keberhasilan seseorang dalam belajar. Untuk mengetahui prestasi belajar seorang siswa dilakukan suatu penilaian. Penilaian tersebut dapat dilaksanakan baik melalui teknik tes maupun teknis non-tes”18. Sedangkan Harimurti dalam Legowo menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
16
Nurahma Hajat & I Ketut R, Sudiarditha. “Hubungan Antara Motivasi dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Program D-III Jurusan Ekonomi dan Adminsitrasi FE UNJ”, Jurnal Econosains Volume VI, Nomor 1, Maret 2008, h. 37. 17 Tri Rahayu, “Pelayanan BK Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Semarang”, Jurnal Pendidikan Iswara Manggala Volume I No.1, Februari 2005, h. 8. 18 Sapto Legowo, “Pengaruh Penyesuaian Diri Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Unggulan Di SD Sompok Semarang”, Jurnal Pendidikan Iswara Manggala Volume I No. 3, Juni 2005, h. 7-8.
17
suatu mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau mata pelajaran yang ditunjukkan dengan angka nilai yang diberikan oleh guru”19. Pendapat ini menekankan pada tingkat pencapaian prestasi siswa pada ranah pengetahuan atau keterampilan dari suatu mata pelajaran. Indikatorindikator pencapaian prestasi siswa kemudian dikembangkan melalaui proses pembelajaran dan diakhiri dengan evaluasi hasil atau prestasi belajar melalui tes. Proses penilaian ini akan menghasilkan skor atau angka yang dapat menunjukkan tingkat keberhasilan siswa. Menurut Thantawy dalam Rahayu menyatakan bahwa prestasi belajar adalah “tanda atau simbol keberhasilan yang telah dicapai dari usaha belajar, tanda atau simbol itu biasanya dinyatakan dengan nilai, angka, atau huruf. Tanda itu melambangkan kemampuan aktual dalam bidang pengetahuan dan keterampilan”20. Secara spesifik Kadir mengemukakan bahwa prestasi belajar matematika merupakan “salah satu ukuran tingkat keberhasilan siswa setelah menjalani proses belajar. Keberhasilan ini biasanya diukur dalam jangka waktu tertentu, misalnya beberapa kali pertemuan, satu caturwulan atau semester bahkan setelah lulus pada tingkat akhir”21. Setiap siswa perlu memiliki penguasaan matematika pada tingkat tertentu, yang merupakan penguasaan kecakapan matematika untuk dapat memahami dunia dan berhasil dalam kariernya. Kecakapan matematika yang ditumbuhkan pada siswa merupakan sumbangan mata pelajaran matematika kepada pencapaian kecakapan hidup yang ingin dicapai melalui kurikulum ini.
19
Sapto Legowo, “Pengaruh Penyesuaian Diri …, h. 7. Tri Rahayu, “Pelayanan BK Dalam …, h. 8 21 Kadir, “Pengaruh Pendekatan Problem Posing Terhadap Prestasi Belajar Matematika Jenjang Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi dan Evaluasi ditinjau dari Metakognisi Siswa SMU di DKI Jakarta”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 053, Tahun Ke-11, Maret 2005, h.233 20
18
Kurikulum Matematika SMP 2003, dinyatakan bahwa Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Tujuan pembelajaran matematika adalah: 1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikian, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi. 2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. 3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. 4. Mengembangkan
kemampuan
menyampaikan
informasi
atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan. Standar Kompetensi Matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang dibakukan dan harus ditunjukkan oleh siswa pada hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika. Standar ini dirinci dalam komponen kompetensi dasar beserta hasil belajarnya, indikator, dan materi pokok, untuk setiap aspeknya. Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada aspek tersebut didasarkan menurut disiplin ilmunya atau didasarkan menurut kemahiran atau kecakapan yang hendak ingin dicapai. Ruang lingkup materi pada standar 19
kompetensi mataematika ini adalah bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar serta peluang dan statistik. Kemampuan matematika yang dipilih dalam Standar Kompetensi ini dirancang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa agar dapat berkembang secara optimal, serta memperhatikan pula perkembangan pendidikan matematika di dunia sekarang ini. Untuk mencapai kompetensi tersebut dipilih materi-materi matematika dengan memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta sifat esensial materi dan keterpakaiannya dalam kehidupan seharihari. Semua aspek yang dijabarkan dalam Kompetensi Dasar dan Indinkator, terangkum dalam Kemahiran Matematika yang disajikan pada setiap awal kelas. Secara rinci matematika SMP dan MTs dikelompokkan kedalam 13 Standar Kompetensi yang tercakup pada 4 (empat) aspek matematika (Bilangan, Geometri dan pengukuran, Peluang dan Statistika, Aljabar). Tiga belas standar kompetensi tersebut diatur menurut urutan sebagai berikut: 1. Melakukan operasi hitung bilangan serta dapat menggunakannya dalam pemecahan masalah 2. Memahami dan dapat melakukan operasi bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, himpunan serta dapat menggunakan dalam pemecahan masalah 3. Mengidentifikasi garis, sudut, dan bangun datar serta dapat menentukan besaran-besaran yang ada di dalamnya 4. Memahami dan melakukan operasi aljabar, fungsi, persamaan garis, dan sistem persamaan, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah 5. Menentukan panjang suatu garis dalam segitiga serta dapat menggunakannya dalam pemecahan masalah 6. Mengidentifikasi lingkaran serta menentukan besaran-besaran yang terkait di dalamnya 20
7. Mengidentifikasi bangun ruang sisi lengkung (BRSL) serta menentukan besaran-besarannya 8. Memahami kesebangunan bangun datar 9. Mengidentifikasi bangun ruang sisi datar serta dapat menentukan besarabesaran di dalamnya 10. Melakukan kegiatan statistika 11. Melakukan operasi pangkat tak sebenarnya dan logaritma 12. Menentukan pola, deret bilangan dan menggunakannya dalam pemecahan masalah 13. Memahami dan menggunakan persamaan kuadrat dalam pemecahan masalah Hasil belajar seseorang baru dapat diketahui setelah dilakukan evaluasi hasil belajar. Evaluasi akan menghasilkan skor atau angka yang dapat menunjukkan tingkat keberhasilan atau prestasi. Hamalik menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa.22 Beberapa pendapat yang sama menyebutkan bahwa evaluasi dapat diartikan “sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan, yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atau objek yang dievaluasi”23. Anas Sudjiono dalam Djaali mengemukakan bahwa
22
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009),
h.159 23
Djaali, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, 2000), h. 2
21
evaluasi pada dasarnya merupakan “penafsiran atau interpretasi yang bersumber pada data kuantitatif, sedangkan penilaian merupakan hasil dari pengukuran”24. Penilaian dapat dilakukan berdasarkan hasil pengukuran atau dapat pula dipengaruhi oleh hasil pengukuran. Hasil penilaian dapat menentukan tingkat keberhasilan seorang siswa. Sedangkan tingkat keberhasilan biasanya dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh dari hasil pengukuran. Menurut Djaali, pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dalam arti memberi angka terhadap sesuatu yang disebut obyek pengukuran atau obyek ukur. Di sekolah, pengukuran dilakukan guru untuk menaksir prestasi siswa. Alat yang digunakan untuk mengukur prestasi siswa adalah pada umumnya adalah tes yang disebut tes hasil belajar25. Evaluasi dapat dilakukan dengan mengadakan ujian lisan atau tulisan; hasil pengujian belajar dapat diketahui setelah disesuaikan dengan hasilnya. Bentuk penilaian dapat berupa angka atau huruf dan nilai berdasarkan hasil penilaian dinamakan prestasi belajar26. Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa dibuktikan dengan ditunjukkan melalui angka dari hasil evaluasi yang dilakukan guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya setelah mengikuti tahapan-tahapan dalam proses pembelajaran. Djaali menyatakan bahwa tes dapat berfungsi sebagai ”alat untuk mengukur prestasi belajar siswa. Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa tes dimaksudkan untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka
24
Djaali, Pengukuran Dalam ..., h. 2 Djaali, Pengukuran Dalam …, h. 8 26 Nurahma Hajat & I Ketut R. Sudiarditha, “Hubungan Antara Motivasi ..., h. 37 25
22
waktu tertentu”27. Sedangkan Sudijono menyatakan bahwa terdapat dua macam fungsi tes yaitu: a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai28. Dalam kaitannya mengukur hasil belajar siswa sebagai efek atau pengaruh dari kegiatan pembelajaran, tes dibedakan menjadi beberapa golongan. Djaali menggolongkan menjadi dua yaitu ”tes awal yang dikenal dengan istilah pre-test dan tes akhir yang dikenal dengan post-test”29. Tes awal atau yang dikenal dengan pre-test dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal atau penguasaan dasar atas pengetahuan atau materi pelajaran yang akan diberikan pendidik. Materinya meliputi pokok bahasan penting yang akan diajarkan pada kegiatan pembelajaran. Tes akhir atau yang dikenal dengan istilah post-test diberikan setelah siswa mengikuti sejumlah materi pelajaran yang diberikan guru. Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi-materi yang penting telah diajarkan. Umumnya, materi tes disesuaikan dengan indikator yang akan dicapai yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan pengajaran yaitu pada penyusunan indikator keberhasilan. Disamping tes awal dan tes akhir, dalam pembelajaran dikenal juga tes formatif dan tes sumatif. Tes formatif digunakan untuk mengukur setiap satuan bahasan tertentu dan bertujuan hanya untuk memperoleh gambaran tentang daya
27
Djaali, Pengukuran Dalam …, h. 11 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h.67 29 Djaali, Pengukuran Dalam…, h. 16 28
23
serap siswa terhadap satuan bahasan tertentu. Hasil tes ini dipergunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar tertentu dalam waktu tertentu pula, atau sebagai umpan balik dalam memperbaiki proses belajar mengajar. Tes sumatif diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap pokokpokok bahasan yang telah diajarkan siswa selama satu semester. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil tes ini digunakan untuk kenaikan kelas sebagai ukuran kualitas sekolah. Jika hasil keseluruhan dari tes sumatif ini baik maka dapat dikatakan bahwa sekolah tersebut mempunyai kualitas yang baik. Dalam penelitian ini, tes yang digunakan adalah tes sumatif terhadap mata pelajaran Matematika pada siswa kelas VIII semester genap. Tes tersebut diberikan setelah siswa mengikuti program pembelajaran matematika selama satu semester dengan pokok bahasan atau materi sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dalam proses belajar yang hasilnya dinyatakan dengan skor yang diperoleh melalui tes.
2. Kemandirian Belajar Kemandirian termasuk ke dalam lingkup sifat seseorang. Sifat merupakan “struktur mental” seseorang yang menunjukkan adanya suatu konsistensi karena kemandirian merupakan salah satu segi dari sifat seseorang, maka dalam mempelajari konsep kemandirian harus dilihat sebagai bagian dari kepribadian individu yang bersangkutan. Menurut Jacob Utomo, “kemandirian adalah mempunyai kecenderungan bebas berpendapat. Kemandirian merupakan suatu kecederungan menggunakan 24
kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan suatu masalah secara bebas, progresif, dan penuh dengan inisiatif”
30
. Pendapat ini dapat diartikan bahwa
seseorang yang mempunyai kemandirian akan bertanggung jawab dan tidak tergantung kepada orang lain. Pendapat lain menurut Steinberg (dalam Aspin, 2007) “remaja yang memperoleh kemandirian adalah remaja yang dapat memiliki kemampuan untuk mengatur diri sendiri secara bertangung jawab, meskipun tidak ada pengawasan dari orang tua ataupun guru ”31. Siswa dengan kemandirian yang tinggi, akan berusaha untuk bertanggung jawab terhadap kemajuan prestasinya, mengatur diri sendiri, memiliki inisiatif yang tinggi dan memiliki dorongan yang kuat untuk terus menerus mengukir prestasi. Mereka juga berusaha mendapatkan dan menggunakan segala fasilitas dan sumber belajar dengan sebaik-baiknya. Sikap mandiri siswa dalam mengerjakan tugas harus dipupuk sedini mungkin, karena dengan sikap mandiri dapat menunjukkan inisiatif, berusaha untuk mengejar prestasi, mempunyai rasa percaya diri.32 Hal ini berarti dalam kemandirian terdapat sifat tanggung jawab. Tanggung jawab adalah sikap utama yang harus dimiliki oleh siswa dalam belajar. “Siswa yang bertanggung jawab biasanya tahu akan hak dan kewajibannya sebagai pelajar, memiliki kesadaran diri tinggi akan tugasnya sebagai pelajar, berusaha dengan tekun dan keras dalam memperjuangkan prestasinya dan mereka juga berani dalam mengambil tindakan atau keputusan”33. Siswa akan menganggap belajar merupakan tugas pokok yang harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan cara mengerjakan semua tugas yang 30
La Ode Basir, Kemandirian Belajar Atau Belajar Mandiri. www.smadwiwarna.net (Diakses tanggal 2 Mei 2010) 31 Aspin, Hubungan Gaya Mengasuh Orang Tua Authoritarian Dengan Kemandirian Emosian Remaja, (Tesis Publikasi Jurnal Damandiri, www.damandiri.or.id), h. 25 (Diakses tanggal 6 Juni 2009) 32 Dede Suryadi, Memupuk Kemandirian Siswa. http://bataviase.co.id/node/160617. Diakses Tangga 6 Juni 2009. 33 Dede Suryadi, Memupuk Kemandirian..
25
diberikan oleh guru atas dorongan dalam diri sendiri tanpa dorongan dari orang lain untuk mengejar prestasi yang diinginkan. Siswa yang mandiri dengan tanggung jawabnya akan belajar walaupun guru tidak hadir di kelas. Guru hanya sebagai fasilitator, motivator, sehingga kalau guru tidak hadir waktunya akan dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk memperdalam materi pelajaran yang telah diajarkan. Siswa yang bertanggung jawab adalah siswa yang memiliki kesadaran diri, memiliki ketekunan dalam mengerjakan tugas, dan berani mengambil keputusan. Kemandirian belajar siswa merupakan salah satu prinsip terpenting dalam psikologi pendidikan hal ini dapat dilihat dari Slavin dalam bukunya Psikologi Pendidikan yang menyatakan bahwa: Salah satu prinsip terpenting dalam psikologi pendidikan ialah bahwa guru tidak dapat hanya memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan mengajar dengan cara-cara yang menjadikan informasi bermakna dan relevan bagi siswa, dengan memberi kesempatan kepada siswa menemukan atau menerapkan sendiri gagasangagasan, dan dengan mengajari siswa untuk mengetahui dan dengan sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga untuk menuju pemahan yang lebih tinggi, namun siswa sendiri harus memanjat tangga itu. 34 Pernyataan ini menunjukkan bahwa untuk berhasil mencapai prestasi belajar yang tinggi, sangat tergantung dari usaha siswa itu sendiri, siswa harus memiliki kemampuan belajar mandiri dengan cara membangun pengetahuan dalam pikiran, memanfaatkan kesempatan untuk menemukan atau menerapkan sendiri gagasan-gagasan dan menggunakan strategi belajar yang dimiliki. Dengan kata lain, kesadaran untuk belajar secara mandiri menjadi hal penting dalam pengembangan potensi akademik yang dimiliki siswa. 34
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktek Jilid 2 (Jakarta: PT Indeks,
2009), h. 6
26
Jika dikaitkan dengan teori pembelajaran konstruktivis (contructivist teori of learning), maka prinsip-prinsip pembelajaran mandiri memiliki relevansi yang tinggi. Slavin (mengutip dari beberapa literatur) menyatakan bahwa “Inti teori konstruktivis ialah gagasan bahwa pelajar masing-masing harus menemukan dan mengubah informasi yang rumit kalau mereka ingin menjadikannya milik sendiri”35. Pandangan ini, menurut Salvin memiliki implikasi yang sangat besar bagi pengajaran, karena hal itu menyarankan peran yang jauh lebih aktif bagi siswa dalam pembelajaran mereka sendiri daripada biasanya ditemukan dalam ruang kelas. Beberapa pendapat lain yang menunjukkan bahwa kemandirian belajar erat kaitannya dengan prestasi belajar siswa diantaranya adalah menurut pendapat Parnell (2001), membuktikan bahwa “pembelajaran mandiri dapat menjadikan siswa berhasil”36. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Silberman yang menyatakan bahwa “ketika para peserta didik belajar atas kemamuan sendiri, mereka mengembangkan kemampuan memfokuskan dan merefleksikan. Bekerja atas kemauan sendiri juga memberi mereka kesempatan untuk bertanggung jawab secara pribadi terhadap belajarnya”37. Dalam buku yang sama Silberman mempertegas bahwa “belajar dengan pengarahan sendiri sering lebih mendalam dan lebih permanent daripada dengan pengarahan pengajar (guru)”38. Pendapat-pendapat tersebut menunjukkan bahwa keterlibatan siswa yang dominan dalam proses pembelajaran menjadi salah satu faktor penentu keberhasilnya meraih prestasi yang tinggi. Secara teori, ini membuktikan bahwa kemandirian siswa yang ditandai dengan aktivitas individu baik di dalam kelas
35
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan..., h. 6 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching & Learning (Bandung: Mizan Learning Center, 2009), h. 178 37 Mel Silberman, Active Learning, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007), h. 182 38 Mel Silberman, ActiveLearning …, h. 197 36
27
maupun diluar kelas menjadi penting untuk terus ditumbuhkembangkan sehingga melekat dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam prilaku kesehariannya. Badura (1991), Dembo & Eaton (2000) Schunk & Zimmerman, 1997 serta Winne (1997). dalam Slavin menyatakan bahwa: Pelajar yang mandiri (Self-regulated learner) adalah siswa yang mempunyai pengetahuan tentang strategi pembelajaran yang efektif dan bagaimana serta kapan menggunakkannya. Lebih jauh, pelajar yang mandiri termotivasi oleh pembelajaran itu sendiri, bukan hanya oleh nilai atau persetujuan orang lain (Bockaerts, 1995), dan mereka mampu bertahan pada tugas jangka panjang hingga tugas tersebut terselesaikan. dan “program yang mengajarkan strategi pembelajaran mandiri kepada anak-anak telah ditemukan meningkatkan pencapaian siswa (Fichs et.al 2003; Mason 2004)39. Kemandirian belajar juga erat kaitannya dengan teori atribusi. Menurut Slavin, teori atribusi merupakan teori motivasi yang terfokus pada bagaimana orang menjelaskan penyebab keberhasilan dan kegagalan mereka sendiri. Salah satu konsep yang merupakan inti teori atribusi adalah lokasi kendali (locus of control). Slavin menyatakan bahwa “seseorang yang memiliki lokasi kendali internal adalah orang yang percaya bahwa keberhasilan atau kegagalan terjadi karena upaya atau kemampuannya sendiri”40. Menurut Steinberg (dalam Aspin) Secara psikososial kemandirian tersusun dari tiga bagian pokok yaitu : 1). Otonomi emosi (emotional autonomy) – aspek kemandirian yang berhubungan dengan perubahan kedekatan/keterikatan hubungan emosional individu, terutama sekali dengan orang tua, 2). Otonomi bertindak (behavioral autonomy) – aspek kemampuan untuk membuat keputusan secara bebas dan menindaklanjutinya dan 3). Otonomi nilai (value autonomy) – aspek kebebasan untuk memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah, yang wajib dan yang hak, apa yang penting dan apa yang tidak penting41.
39
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan..., h. 13 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan..., h. 111 41 Aspin, Hubungan Gaya Mengasuh Orang ..., h. 21 40
28
Siswa yang telah memiliki kemandirian menjadikan orang tua sebagai mitra dan bahkan sahabat yang ketergantungannya tidak tinggi dan baru muncul ketika diperlukan. Siswa seperti ini tidak banyak memiliki tuntutan terhadap orang tuanya dan memahami kondisi orang tuanya, termasuk kemampuan secara finansial. Di samping itu, siswa yang mandiri, mampu mengambil keputusan secara cepat, dan menjalankannya dengan penuh konsekuensi. Siswa yang mandiri juga terbiasa dengan nilai-nilai, norma dan etika terhadap baik-buruknya, pantastidaknya suatu perbuatan. Siswa yang mandiri terbiasa mendahulukan kegiatan yang menjadi prioritas, karena mereka tidak banyak bergantung kepada lingkungan, sehingga berusaha menyelesaikan kegiatan yang mereka anggap lebih penting daripada hal-hal yang kurang manfaat. Kemandirian belajar juga erat kaitannya dengan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Salah satu prinsip dalam CTL adalah pengaturan diri sendiri. Prinsip ini meminta para pendidik untuk mendorong setiap siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Ketika siswa menghubungkan materi dengan konteks keadaan pribadi mereka, mereka terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip pengaturan diri. Mereka menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternative, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan solusi, dan dengan kritis menilai bukti.42 Sesuai dengan prinsip tersebut, maka salah satu komponen CTL adalah para siswa akan menjadi siswa yang dapat mengatur diri sendiri dan aktif sehingga dapat mengembangkan minat individu, mampu bekerja sendiri atau dalam kelompok. Siswa mandiri berdasarkan pendekatan CTL berarti para pelajar yang memiliki kemampuan untuk mengatur diri sendiri semua aktivitas belajarnya baik
42
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching …, h.82
29
di dalam kelas maupun di luar kelas. Mereka mengambil keputusan sendiri dan menerima tanggung jawab atas apa yang telah diperbuat. Pembelajaran CTL, mengharuskan siswa untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam hal: “mengambil tindakan, bertanya, membuat keputusan mandiri, berpikir kreatif dan kritis, memiliki kesadaran-diri, dan biasa bekerja sama”43. Kemampuan dan keterampilan tersebut menjadi ciri atau karakter dari siswa yang memiliki kemandirian dalam belajar. Kemampuan dalam mengambil tindakan tanpa diminta dan membuat keputusan secara mandiri dengan mempertimbangkan segala resiko sebagai bagaian dari tanggung jawab menjadi ciri pembelajar yang telah memiliki kemandirian. Kemampuan dan keterampilan bertanya, berpikir kritis dan kreatif dalam upaya siswa mengekplorasi pengetahuannya baik di kelas maupun di luar kelas menjadi kebiasaan bagi siswa yang mandiri. Menurut Steinberg, (dalam Aspin) Kemandirian perilaku pada remaja ditandai dengan beberapa indikator yakni 1). kemampuan untuk membuat keputusan sendiri dan mengetahui dengan pasti kapan seharusnya meminta/mempertimbangkan nasehat orang lain selama hal itu sesuai, 2). mampu mempertimbangkan bagian-bagian alternatif dari tindakan yang dilakukan berdasarkan penilaian sendiri dan saran-saran orang lain, 3) mencapai suatu keputusan yang bebas tentang bagaimana harus bertindak/melaksanakan keputusan dengan penuh percaya diri44. Knowless mengemukakan bahwa belajar secara mandiri merupakan “A process in which individuals take the initiative in: 1) designing learning experiences,
2) diagnosing needs, 3) locating resources and
4) evaluating
learning”45.
43
Eaine B. Johnson, Contextual Teaching …, h.153-154 Aspin, Hubungan Gaya Mengasuh …, h. 22 45 Brian Warnick dan Gary Starquadine, Andargogy: Application for Higer Education (http://teach-usda.ahnrit.vt.edu/best_practice/presentations/pdfs/Andragogy.pdf) (Diakses tanggal 6 Juni 2009) 44
30
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kemandirian juga ditandai dengan adanya inisiatif. Inisiatif ini dilakukan dalam berbagai hal. Dalam belajar aspek inisiatif sangat diperlukan. Siswa yang memiliki sikap inisiatif akan berusaha bagaimanapun caranya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan yang menunjang proses belajarnya dan memanfaatkan semua sumber-sumber belajar semaksimal mungkin. Dengan inisiatif
siswa
akan
mampu
melaksanakan
aktivitasnya
sesuai
dengan
keinginannya sendiri, mampu mengatasi masalah yang ada pada dirinya tanpa bantuan orang lain. Inisiatif ditandai dengan bersikap kreatif dan mengembangkan sikap kritis. siswa yang memiliki inisiatif mereka akan sangat kreatif misalnya dalam hal pengumpulan tugas, mereka akan berusaha mendapatkan nilai tambah melalui tampilan tugas, isi tugas, membuat catatan kecil, meletakan rumus-rumus di kamar tidur, di pintu masuk dan tempat-tempat lainnya yang mudah dilihat olehnya. Disamping itu, siswa yang mempunyai inisiatif juga akan mengembangkan sikap kritis, mereka akan langsung bertanya kepada guru jika ada materi yang tidak dipahami, mereka akan mengkritisi makna dan tujuan setelah mempelajari suatu materi.46 Kemandirian dalam belajar merupakan aktivitas yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan serta aspirasi tanpa adanya paksaan dari siapapun. Siswa yang mandiri dalam belajar ditunjukkan dengan belajar sendiri, yaitu seorang siswa yang mempunyai sikap positif terhadap kegiatan belajarnya, berpegang teguh pada tanggung jawab belajar, dan merencanakan kegiatan belajarnya untuk mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik serta menganggap belajar sebagai tugas yang diterima secara sukarela. Seorang yang memiliki kemandirian akan berkeinginan untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.
46
Dede Suryadi, Memupuk Kemandirian...
31
Durkheim, dalam
Muhammad Ali, “berpendapat bahwa: kemandirian
tumbuh dan berkembang karena 2 (dua) faktor yang menjadi prasyarat, yaitu 1) disiplin, yaitu adanya aturan bertindak dan otoritas, dan 2) komitmen terhadap kelompok”47. Kemandirian belajar akan tumbuh dan bekembang jika peserta didik memiliki tingkat disiplin yang tinggi. Disiplin dalam mengatur waktu, melaksanakan aktivitas belajar sesuai dengan rencana, tidak mudah dipengaruhi oleh aktivitas lain diluar aktivitas belajar yang telah ditetapkan serta disiplin yang tinggi pun dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam meletakkan kegiatan belajar sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi. Sedangkan komitmen terhadap kelompok diarahkan untuk mentaati aturan belajar kelompok yang telah ditetapkan, menjalankan hak dan kewajiban sebagai anggota kelompok sesuai dengan tugas dan tanggungjawab yang telah dibebankan kepadanya. Pao-Nan Chou dan Wei-Fan Chen dari beberapa literatur mengemukakan bahwa karakteristik siswa yang memiliki kemandirian belajar meliputi: 1. Independence. Self-directed learners are fully responsible people who can independently analyze, plan, execute, and evaluate their own learning activities. 2. Self-management. Self-directed learners can identify what they need during the learning process, set individualized learning goals, control their own time and effort for learning, and arrange feedbacks for their work. 3. Desire for learning. For the purpose of knowledge acquisition, selfdirected learners’ motivations for learning are extremely strong. 4. Problem-solving. In order to achieve the best learning outcomes, selfdirected learners make use of existing learning resources and feasible learning strategies to overcome the difficulties which occur in the learning process48.
47
Brian Warnick dan Gary Starquadine, Andargogy: Application … Pao-Nan Chou dan Wei-Fan Chen. Exploratory Study of the Relationship between SelfDirected Learning and Academic Performance in a Web-Based Learning Environment (http://www.westga.edu/~distance/ojdla/spring111/chou111.pdf) (Diakses tanggal 6 Juni 2009) 48
32
Dalam terjemahan bebas dapat diartikan sebagai berikut: 1. Kemandirian. Siswa yang memiliki kemandirian belajar bertanggung jawab penuh
serta
dapat
menganalisis,
merencanakan,
melaksanakan,
dan
mengevaluasi kegiatan belajar mereka sendiri. 2. Manajemen diri. Siswa yang memiliki kemandirian belajar didik dapat mengidentifikasi apa yang mereka butuhkan selama proses belajar, menetapkan tujuan pembelajaran sendiri, mengontrol waktu mereka sendiri dan berusaha untuk belajar dengan tekun, dan mengelola umpan balik atas apa yang mereka telah usahakan. 3. Keinginan untuk belajar. Siswa yang memiliki kemandirian belajar memiliki motivasi yang kuat untuk mengarahkan diri sendiri dalam belajar. 4. Memecahkan masalah. Dalam rangka mencapai hasil pembelajaran yang terbaik, siswa dapat mengarahkan diri dalam memanfaatkan sumber belajar yang ada dan menggunakan strategi belajar untuk mengatasi kesulitankesulitan yang terjadi dalam proses belajar. Dari pernyataan di atas terlihat bahwa siswa yang memiliki kemandirian dalam belajar akan melaksanakan kegiatan belajarnya dengan kemampuannya sendiri dengan penuh tanggung jawab tanpa tergantung kepada orang lain. Siswa yang mandiri akan berusaha sekuat tenaga untuk memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru dan tidak mengenal putus asa. Pengertian kemandirian siswa dalam belajar dapat dianggap sebagai cara belajar yang didasari oleh aktivitas diri dan bukan aktivitas yang dikendalikan, misalnya suatu aktivitas yang disebabkan oleh guru. Konsep belajar mandiri bukan berarti siswa tidak membutuhkan seseorang untuk membantu belajar mereka. Sebaliknya siswa yang mandiri akan lebih berinisiatif untuk belajar walaupun ada pertolongan atau tidak. Tampaknya bahwa siswa yang belajar mandirinya tinggi dapat memanfaatkan sumber-sumber belajar seperti: para tutor, 33
teman, keluarga, dan media (buku, koran, radio, televisi, dan komputer) dengan baik. Konsep
pokok
yang
mengacu
pada
kemandirian
belajar
dapat
diidentifikasi bahwa siswa belajar dengan pengendalian diri sendiri, belajar dari pengalaman, menetapkan batas materi sesuai dengan kemampuannya dan belajar atas keinginan sendiri tanpa ada unsur paksaan. Semua konsep pokok ditujukan dalam usaha mendapatkan prestasi yang diinginkan. Kemandirian belajar telah digunakan dalam hubungannya dengan prestasi akademik dan bahkan sebagai indikator yang sempurna dalam memprediksi keberhasilan akademis dalam proses pembelajaran tradisional atau pembelajaran jarak jauh. Seperti yang dikemukakan oleh Long (dalam Pao-Nan Chou dan WeiFan Chen), “self-directed learning had been used as a correlation for students’ academic performance and even as a perfect indicator of predicting academic success in traditional learning settings or non-webbased distance learn”49. La Ode Basir, mengemukakan bahwa ciri-ciri anak yang memliki kemandirian adalah: 1) dapat menemukan identitas dirinya, 2) memiliki inisiatif dalam setiap langkahnya, 3) membuat pertimbangan-pertimbangan dalam tindakannya, 4) bertanggung jawab atas tindakannya, dan 5) dapat mencukupi kebutuhan-kebutuhanya sendiri.50 Siswa yang telah memiliki kemandirian belajar, tentunya dapat mengetahui hak dan kewajibannya sebagai pelajar dimanapun ia berada. Selain itu, siswa yang memiliki kemandirian belajar juga memiliki inisiatif dalam proses pembelajarannya.
49 50
Pao-Nan Chou dan Wei-Fan Chen, Exploratory Study … La Ode Basir, Kemandirian Belajar ...
34
Menurut Ubaydillah, inisiatif adalah kemampuan seseorang untuk bertindak melebihi yang dibutuhkan atau yang dituntut dari pekerjaan. Termasuk dalam pengertian inisiatif adalah kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu tanpa menunggu perintah lebih dahulu dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil pekerjaan, menciptakan peluang baru atau untuk menghindari timbulnya masalah51. Dengan demikian siswa yang mandiri berusaha mengerjakan tugas-tugas atau pekerjaan rumah dengan sebaik-baiknya dan berusaha melebihi dari standar minimal yang telah ditetapkan guru,
mengulang materi tanpa menunggu
diperintah guru atau jika ada ujian, berusaha menemukan gagasan dan jawaban atas masalah pada saat diskusi serta mampu memanfaatkan setiap kesempatan dan peluang pada saat proses belajar mengajar berlangsung untuk memperkaya khasanah keilmuannya, misalnya dengan mengajukan pertanyaan sebelum diminta guru. ”Belajar mandiri memposisikan pebelajar sebagai subyek, pemegang kendali, pengambil keputusan atau pengambil inisiatif atas belajarnya sendiri. Dengan demikian, kemampuan dalam mengendalikan atau mengarahkan belajarnya sendiri merupakan sarat utama bagi pebelajar”52. Pembelajar mandiri mampu memanfaatkan lingkungan sekitarnya untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dalam mencapai tujuan belajarnya. Sumber-sumber belajar seperti perpustakaan telah menjadi bagian dari proses belajarnya, sehingga ia akan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, pembelajar mandiri juga akan menjadikan internet sebagai media untuk mencari berbagai referensi yang dibutuhkan secara bertanggung jawab. Terlebih dari itu, pembelajar mandiri juga menjadikan guru sebagai sumber ilmu tidak hanya di dalam kelas, tetapi sebagai teman berdiskusi
51 Ubaydillah N. Evaluasi dan Motivasi http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_ detail.asp? id=486 Diakses tangga 02 Mei 2010. 52 Admin. Belajar Mandiri. http://www.ictjabar.org/2009/02/04/belajar-mandiri. ictjabar. html (Diakses tanggal 6 Juni 2009)
35
di luar kelas. “Pembelajar mandiri bukanlah berarti anak hanya belajar sendiri tanpa membutuhkan guru atau orang lain. Tetapi, pembelajar mandiri selalu memiliki dorongan internal untuk belajar dan bertanggung jawab atas proses belajar yang dijalaninya”53. Seorang pembelajar mandiri mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Dia tahu, dengan metode atau strategi belajar seperti apa yang paling efektif untuk dirinya. Dia pun bisa mengatur jadwal yang paling sesuai untuk dirinya. Termasuk di dalam pengelolaan diri adalah kemampuan melakukan evaluasi atas proses yang dilakukannya dan bersikukuh untuk terus menyelesaikan proses belajar yang dijalaninya hingga tuntas. Pembelajaran mandiri adalah sebuah proses. Proses belajar mandiri adalah suatu metode yang melibatkan siswa dalam tindakan-tindakan yang meliputi beberapa langkah. Proses yang harus diikuti siswa yang mandiri mengikuti siklus “Rencana, Kerjakan, Pelajari, Lakukan Tindakan” (Plan, Do, Study, Act [PDSA]) yang dikembangkan oleh Edward Deming (1994)54. Untuk merealisasikan proses tersebut, maka siswa yang mandiri, baik mereka bekerja dalam kelompok maupun bekerja sendiri, melakukan langkah-langkah: 1. 2. 3. 4. 5.
Siswa mandiri menetapkan tujuan Siswa mandiri membuat rencana Siswa mandiri mengikuti rencana dan mengukur kemajuan diri Siswa mandiri membuahkan hasil akhir Siswa yang mandiri menunjukkan kecakapan melalui penilaian autentik55.
“Belajar mandiri sebagaimana yang direkayasa melalui kelas diharapkan tumbuh terus meskipun siswa sudah tidak berada di kelas lagi. Kesadaran akan
53 Admin. Ciri Pembelajar Mandiri. http://www.sekolahrumah.com/index.php? option =com_content&task=view&id=1273&Itemid=25 (Diakses tanggal 6 Juni 2009) 54 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching …, h. 171 55 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching …, h. 172-174
36
pentingnya belajar tersebut diharapkan dapat “mempribadi” pada diri siswa, sehingga akhirnya siswa terus belajar sepanjang hayat”56.
Kebiasaan belajar
secara mandiri jika terus ditanamkan pada diri peserta didik, akan menjadi kebiasaan positif yang akan terus menerus dilakukan meskipun siswa tersebut berada di luar kelas atau bahkan sudah selesai menyelesaikan studinya. Kebiasaan positif ini akan terus tertanam dan menjadikan belajar sebagai sebuah kebutuhan yang terus menerus dipenuhi dimanapun siswa tersebut berada. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian siswa dalam belajar adalah perilaku siswa dalam belajar yang dilakukan atas dasar keinginan sendiri yang ditandai dengan kemampuan bertanggung jawab, mengelola diri, inisiatif dan dorongan internal. Kemampuan bertanggung jawab ditandai dengan memiliki kesadaran diri, ketekunan, dan berani mengambil keputusan; kemampuan mengelola diri ditandai dengan mengatur diri sendiri, membuat rencana, dan menetapkan tujuan; inisiatif ditandai dengan berpikir kreatif dan mengembangkan sikap kritis; dan dorongan internal ditandai dengan belajar atas kemauan sendiri dan belajar sebagai kebutuhan.
56
Isjoni, Membangun Visi Bersama: Aspe-Aspek Penting Dalam Reformasi Pendidikan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), h. 89
37
B. Kerangka Berpikir
Rendahnya Hasil Belajar
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Faktor Eksternal Guru Fasilitas Manajemen Kurikulum Anggaran Lingkungan sekolah Status Sosial Keluarga dll
Faktor Internal Motivasi Kreativitas Sikap Minat Perhatian dll Kemandirian Belajar
Hasil Belajar
Gambar II.1 Bagan Kerangka Berpikir Keterangan: Variabel yang diteliti Hasil belajar merupakan sesuatu yang ditunggu, tidak saja oleh siswa sebagai pelaku pembelajaran, tetapi juga oleh orang tua, guru dan juga pemerintah. Hasil belajar akan terus menjadi variabel penting untuk dibicarakan, 38
dianalisis, dikembangkan dan disempurnakan, karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Secara umum terdapat dua faktor yaitu faktor internal yang diantaranya meliputi motivasi, kreativitas, sikap, minat, perhatian dan kemandirian belajar siswa. Kedua adalah faktor eksternal yang meliputi guru, fasilitas, manajemen, kurikulum, anggaran, lingkungan sekolah dan status sosial keluarga. Kemandirian siswa merupakan suatu hal yang sangat penting dan perlu ditumbuhkembangkan pada siswa sebagai individu yang diposisikan sebagai peserta didik. Karena dengan adanya kemandirian akan terbentuk usaha-usaha belajar yang giat, penuh kesungguhan, tanpa merasa harus terpaksa dan tidak didasarkan pada rangsangan dari luar. Kemandirian siswa khususnya dalam belajar akan membawa siswa untuk terus menerus mencari ilmu tanpa harus menunggu pemberian dari guru di sekolah. Oleh karena itu kemandirian belajar menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Kemampuan siswa menyelesaikan berbagai tugas dan latihan, merupakan salah satu gambaran bahwa siswa tersebut memiliki kemandirian belajar. Kemauan belajar yang sungguh-sungguh, tekun dan pantang menyerah akan berdampak pada prestasi yang dicapai oleh siswa tersebut. Setiap siswa memiliki perbedaan karateristik dilihat dari tingkatan kemandiriannya. Siswa yang memiliki tingkat kemandirian belajar yang tinggi akan lebih berpeluang untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik serta dapat menyelesaikan setiap tugas atau latihan yang diberikan oleh guru sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa tersebut. Jadi siswa yang memiliki kemandirian akan mampu mengantisipasi setiap tantangan yang muncul terhadap dirinya dan berusaha untuk mencari beberapa alternatif jawaban yang lebih baik. Prestasi belajar siswa muncul dari diri mereka sangat ditentukan oleh kemandirian yang dimilikinya. Oleh karena itu 39
kemandirian dapat mendorong seseorang untuk berprestasi. Selain itu kemandirian merupakan salah satu segi kedewasaan seseorang. Kemandirian dalam belajar merupakan unsur yang mendasari proses pembentukan pribadi siswa sehingga akan menerima pelajaran yang diberikan oleh guru tidak merasa mendapatkan beban.
C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan deskripsi teoretis dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas maka diduga “Terdapat hubungan postif dan signifikan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika”.
40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Parung-Bogor yang beralamat di Jl. Raya Parung-Bogor. Waktu penelitian berlangsung selama 3 bulan terhitung sejak proposal ini disetujui.
B. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan teknik korelasional, yaitu untuk mengetahui hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas (kemandirian belajar) dengan variabel terikat (hasil belajar). Alasan peneliti menggunakan metode survey seperti yang dikemukakan oleh Kerlinger (1973) bahwa metode survei adalah “penelitian yang dilakukan pada populasi besar atau kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi,
dan
hubungan-hubungan
antar
variabel
sosiologis
maupun
psikologis”57. Adapun alasan peneliti menggunakan metode survey dengan pendekatan korelasional karena penelitian korelasi adalah “penelitian yang mencoba melihat hubungan antara beberapa variabel. Apakah mungkin perubahan satu variabel berhubungan dengan perubahan variabel lainnya”58.
57 Admin. Penelitian Menurut Metode. http://www.pascasarjana-stiami.ac.id /2009/04/ penelitian-menurut-metode. diakses tanggal 10 Januari 2010. 58 Ronny Kountur. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis,(.Jakarta: Penerbit PPM, 2004), h.54
41
Dengan menggunakan metode survei dengan pendekatan korelasional, akan memberikan suatu gambaran hubungan antara variabel bebas (kemandirian belajar) yang ditandai dengan simbol X dengan variabel terikat yang ditandai dengan simbol Y. Selain itu akan menghasilkan data yang representatif sesuai dengan tujuan penelitian. 40 C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas:obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tetentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”59. Sedangkan sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”60. Populasi keseluruhan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTsN ParungBogor. Populasi terjangkaunya adalah siswa kelas VIII-7 dan VIII-9 yang berjumlah 95 orang. Kelas tersebut dipilih karena peneliti melakukan kegiatan PPKT sehingga mengetahui masalah yang menjadi obyek penelitian. Karena peneliti menentukan sampel dengan alasan tertentu, maka teknik pengambilan sampel yang tepat adalah teknik purvosive sampling.
D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini meneliti dua variabel yaitu kemandirian belajar (Variabel X) dengan hasil belajar matematika (Variabel Y). Adapun instrumen tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Hasil Belajar Matematika (Variabel Y) a. Definisi Konseptual
59 60
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2008), h. 117 Sugiyono, Metode Penelitian …, h. 118.
42
Hasil belajar matematika adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran matematika setelah mengikuti proses pembelajaran yang hasilnya dinyatakan dengan skor yang diperoleh melalui tes. b. Definisi Operasional Hasil belajar siswa yaitu skor hasil belajar matematika yang diperolah dari hasil tes belajar matematika setelah mengikuti kegiatan pembelajaran matematika selama satu semester sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dalam penelitian ini, kurikulum yang berlaku adalah kuriklum 2004 dengan pendekatan KTSP pada semester genap. Sesuai kurikulum yang berlaku, tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran matematika pada satuan pendidikan SMP Kelas VIII semester genap meliputi kompetensi dasar dan indikator sebagaimana terdapat pada Tabel III.1.
c. Kisi-kisi Instrumen Hasil belajar Matematika Kisi-kisi instrumen yang disajikan pada bagian ini merupakan kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel hasil belajar matematika. Kisi-kisi ini disajikan dengan maksud untuk memberikan informasi mengenai butir- butir yang drop setelah dilakukan uji validitas dan uji realibilitas serta analisis butir soal, dan juga untuk memberikan gambaran sejauh mana instrumen final masih mencerminkan indikator variabel hasil belajar matematika yang terdapat pada tabel III.1. Tabel III.1 Instrumen Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar Menentukan unsur dan bagian-bagian lingkaran.
Indikator Membedakan lingkaran dan bidang lingkaran serta dapat menyebutkan unsurunsur dan bagian-bagian lingkaran: pusat lingkaran, jari-jari, diameter,
43
Nomor Soal 1,2,3, 4, 5, 6, 7, 14,
Kompetensi Dasar Menghitung keliling dan luas lingkaran.
Menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring dalam penyelesaian masalah. Menghitung panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran.
Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok serta bagianbagiannya. Membuat jaringjaring kubus dan balok. Menghitung luas permukaan dan volume kubus dan balok.
Indikator busur, tali busur, juring, dan tembereng. • Menentukan nilai π (phi). • Menghitung keliling dan luas bidang lingkaran. • Menghitung besarnya perubahan luas jika jari-jari berubah. • Menghitung panjang busur, luas juring, dan luas tembereng. • Mengenal hubungan sudut pusat dan sudut keliling jika menghadap busur yang sama. • Menentukan besar sudut-sudut keliling jika menghadap diameter dan busur yang sama. • Menemukan sifat sudut yang dibentuk oleh garis yang melalui titik pusat dan garis singgung lingkaran. • Mengenali bahwa melalui satu titik pada lingkaran hanya dibuat satu garis singgung pada lingkaran tersebut. • Membuat dan menggambar dua garis singgung lingkaran yang melalui satu titik di luar lingkaran. • Menyebutkan syarat kedudukan dua lingkaran: perpotongan, persinggungan, dan saling lepas. • Melukis dan menghitung panjang garis singgung yang ditarik dari sebuah titik di luar lingkaran. • Melukis dan menghitung garis singgung persekutuan dalam dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran. • Menghitung panjang sabuk lilitan minimal yang menghubungkan dua lingkaran dengan rumus. Mengenal dan menyebutkan bidang, rusuk, diagonal bidang, bidang diagonal, serta diagonal ruang kubus dan balok.
Nomor Soal 8, 9, 10, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 31, 39
12, 13, 18
22, 23, 24, 32, 36, 37, 38, 40
27
Membuat jaring-jaring kubus dan balok.
26
•
28, 35
• • •
Menentukan rumus luas permukaan kubus dan balok. Menentukan rumus volume dan menghitung volume kubus dan balok. Merancang kubus dan balok untuk volume tertentu. Menghitung besar perubahan bangun kubus dan balok jika ukuran rusuknya berubah.
44
Kompetensi Dasar
Indikator Menyelesaikan soal yang melibatkan kubus dan balok. Mengenal dan menyebutkan bidang rusuk, diagonal bidang, bidang diagonal, dan diagonal ruang pada limas dan prisma tegak.
Nomor Soal
• Mengidentifikasi sifat-sifat limas dan prisma serta bagianbagiannya.
29, 30, 33
Untuk menguji instrumen tes hasil belajar matematika dengan menggunakan model tes pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban dan hanya satu jawaban yang benar.
Kunci jawaban dapat dilihat pada
lampiran.
d. Validasi Instrumen Hasil belajar Matematika Proses pengembangan instrumen hasil belajar matematika dimulai dengan penyusunan instrumen yang menggunakan tes pilihan berganda sebanyak 40 butir soal yang mengacu pada indikator-indikator variabel hasil belajar matematika seperti terlihat pada tabel III.2 yang disebut sebagai konsep instrumen untuk mengukur variabel hasil belajar matematika. Tahap berikutnya, konsep instrumen dikonsultasikan kepada dosen pembimbing berkaitan dengan validitas konstruk yaitu seberapa jauh butirbutir instrumen telah mengukur indikator dari variabel hasil belajar matematika. Setelah disetujui selanjutnya instrumen itu diujicobakan kepada 30 orang siswa kelas VIII MTs Sirajul Falah Parung-Bogor. Proses validasi dilakukan dengan menganalisis data hasil uji coba instrumen yaitu validitas butir dengan menggunakan koefisien korelasi antara skor butir dengan skor tabel instrumen. Rumus yang digunakan untuk menghitung uji coba instrumen digunakan koefisien korelasi biserial (rbis) yang menggunakan rumus :
45
rbis =
Xi− Xt pi St qi
61
Dimana: rbis : Koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nomor i dengan skor total
X i = Rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir soal nomor i X t = Rata-rata skor total semua responden St = Standar Deviasi skor total semua responden pi = Proporsi jawaban yang benar untuk butir soal nomor i qi = Proporsi jawaban yang salah untuk butir soal nomor i
Kriteria batas minimal butir pernyataan yang diterima adalah rtabel = 0,361. Jika rhitung > rtabel, maka butir pernyataan dianggap valid dan sebaliknya. Jika rhitung < rtabel, maka butir pernyataan dianggap tidak valid dan sebaliknya didrop atau tidak digunakan. Hasil analisis validitas menunjukkan bahwa dari 40 butir soal, terdapat 31 butir yang valid, dimana rhitung > dari rtabel, sedangkan sisanya yaitu 9 butir soal dinyatakan tidak valid atau drop karena rhitung < rtabel. Proses dan hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 10, 11, 12, 14, 15, 16 dan 17). Selanjutnya dihitung reliabilitasnya terhadap butir-butir soal yang telah dinyatakan valid dengan menggunakan rumus uji reliabilitas yakni Alpha Cronbach sebagai berikut : 2 k ∑ σ b 62 rii = 1 − σ t2 k − 1
Dimana: rii 61 62
= Reliabilitas
Djaali, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: PPs UNJ, 2000), hal.77 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian ... h.196
46
k
∑σ σ t2
= Banyaknya butir yang valid 2 b
= Jumlah Varians butir = Varians Total
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai reliabilitasnya sebesar 0,92. Angka ini menunjukkan bahwa tingkat reliabilitasnya sangat tinggi karena nilai rii lebih besar dari 0,7063. Dengan demikian dari 31 butir yang valid tersebut juga reliabel dapat dijadikan instrumen untuk mengukur hasil belajar matematika siswa. (proses perhitungan dapat dilihat pada lampiran 18).
2. Kemandirian Belajar (Variabel X) a. Definisi Konseptual Kemandirian belajar adalah perilaku siswa dalam belajar yang dilakukan atas dasar keinginan sendiri yang ditandai dengan kemampuan bertanggung jawab, mengelola diri, insiatif, dan dorongan internal.
b. Definisi Operasional Kemandirian siswa dalam belajar yang diukur dari skor skala kemandirian siswa dengan model skala likert sebanyak 60 butir pernyataan. Adapun tolok ukur yang digunakan adalah indikator dari kemandirian siswa, yaitu: 1) tanggung jawab yang ditandai dengan memiliki kesadaran diri, ketekunan, dan berani mengambil keputusan; 2) kemampuan mengelola diri yang ditandai dengan mengatur diri sendiri, membuat rencana, dan
63
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 209
47
menetapkan tujuan; 3) inisiatif ditandai dengan berpikir kreatif dan mengembangkan sikap kritis; dan 4) dorongan internal yang ditandai dengan belajar atas kemauan sendiri dan belajar sebagai sebuah kebutuhan.
c. Kisi-kisi Instrumen Kemandirian Siswa Dalam Belajar Kisi-kisi instrumen yang disajikan pada bagian ini merupakan kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel kemandirian siswa dalam belajar dan juga untuk memberikan gambaran seberapa jauh instrumen ini mencerminkan indikator variabel kemandirian siswa dalam belajar. Kisi-kisi ini disajikan dengan maksud untuk memberikan informasi mengenai butir- butir yang drop setelah dilakukan uji validitas dan uji realibilitas serta analisis butir soal, dan juga untuk memberikan gambaran sejauh mana instrumen final masih mencerminkan indikator variabel kemandirian siswa dalam belajar yang terdapat pada tabel III.2. Tabel III.2 Instrumen Kemandirian Belajar No.
1.
2.
3.
4
Aspek
Indikator
a. Memiliki kesadaran diri Tanggung b. Ketekunan Jawab c. Berani Mengambil keputusan a. Mengatur diri sendiri Mengelola b. Membuat rencana diri c. Menetapkan tujuan a. Kreatif Inisiatif
Dorongan
b. Mengembangkan sikap kritis a. belajar atas kemauan
48
Nomor Butir Uji Coba (+) (-)
1,2,4,,6,
3,5
7,8,10
9,11,12
13,14,16, 17,18
15,19
20,21,24,25 27 32,33,35,37 39,40,41,42,43, 44
22,23,26 28,29,30,31 34,36,38
45,46,47,48,50
49
51,52,
53,54,55
sendiri internal b. Kebutuhan belajar
57,58,60
56,59
Untuk menguji instrumen dengan menggunakan skala kemandirian belajar telah disediakan alternatif jawaban dari setiap butir pernyataan dan responden dapat memilih satu jawaban yang sesuai. Setiap item jawaban bernilai 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) sesuai dengan tingkat jawabannya. Alternatif jawaban yang digunakan sebagai berikut : Tabel III.3 Skala Penilaian untuk Kemandirian belajar Pilihan Jawaban ST S R TS STS
: Sangat Setuju : Setuju : Ragu-Ragu : Tidak Setuju : Sangat Tidak Setuju
Bobot Skor Pernyataan Positif 5 4 3 2 1
Bobot Skor Pernyataan Negatif 1 2 3 4 5
d. Validasi Instrumen Kemandirian Belajar Proses pengembangan instrumen kemandirian belajar dimulai dengan penyusunan instrumen yang menggunakan
skala kemandirian belajar
sebanyak 60 butir pernyataan yang mengacu pada indikator-indikator variabel kemandirian siswa dalam belajar seperti terlihat pada tabel III.3 yang disebut sebagai konsep instrumen untuk mengukur variabel kemandirian siswa dalam belajar. Tahap berikutnya, konsep instrumen dikonsultasikan kepada dosen pembimbing berkaitan dengan validitas konstruk yaitu seberapa jauh butirbutir instrumen tersebut telah mengukur indikator dari variabel kemandirian siswa dalam belajar. Setelah disetujui selanjutnya instrumen 49
itu diujicobakan kepada 30 orang siswa kelas VIII MTs Sirajul Falah Parung-Bogor. Proses validasi dilakukan dengan menganalisis data hasil uji coba instrumen yaitu validitas butir dengan menggunakan koefisien korelasi antara skor butir dengan skor tabel instrumen. Rumus yang digunakan untuk menghitung uji coba validitas yaitu : rit =
∑x x (∑ x ) (∑ y i
2 i
t
64
2 t
)
Dimana: rit
= Koefisien korelasi antara skor butir soal dengan skor total
xi
= Jumlah kuadrat deviasi skor dari Xi
xt
= Jumlah kuadrat deviasi skor dari Xt
Kriteria batas minimal butir pernyataan yang diterima adalah rtabel = 0,361. Jika rhitung > rtabel, maka butir pernyataan dianggap valid dan sebaliknya. Jika rhitung < rtabel, maka butir pernyataan dianggap tidak valid dan sebaliknya didrop atau tidak digunakan. Hasil analisis validitas menunjukkan bahwa dari 60 butir pernyataan, terdapat 38 butir yang valid, dimana rhitung > dari rtabel, sedangkan sisanya yaitu 22 butir pernyatan dinyatakan tidak valid atau drop karena rhitung < rtabel. (Proses dan hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 3, 4, 5 dan 6). Selanjutnya dihitung reliabilitasnya terhadap butir-butir pernyataan yang telah dinyatakan valid dengan menggunakan rumus uji reliabilitas yakni Alpha Cronbach sebagai berikut :
64
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian ..., h.170
50
2 k ∑ σ b 65 rii = 1 − σ t2 k − 1
Dimana: rii
= Reliabilitas
k
= Banyaknya butir yang valid
∑σ σ t2
2 b
= Jumlah Varians butir = Varians Total
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai reliabilitasnya sebesar 0,95. Angka ini menunjukkan bahwa tingkat relibailitasnya sangat tinggi karena nilai rii lebih besar dari 0,7066. Dengan demikian dari 38 butir yang valid tersebut juga reliabel dapat dijadikan instrument untuk mengukur kemandirian belajar siswa (proses perhitungan dapat dilihat pada lampiran 7).
E.
Teknik Analisis Data Pada penelitian ini sesuai dengan metodologi dan tujuan penelitian untuk
mengetahui seberapa besar hubungan antara kemandirian siswa dalam belajar dengan hasil belajar. Dilakukan dengan analisis korelasi dan regresi. “Analisis korelasi adalah sekumpulan teknik statistika yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan (korelasi) antara dua variabel. Fungsi utama analisis korelasi adalah untuk menentukan seberapa erat hubungan antara dua variabel“67. Sedangkan regresi adalah bentuk hubungan fungsional antar variabel-variabel. Analisis regresi adalah mempelajari bagaimana antar variabel saling berhubungan.
65
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian ..., h.196 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi …, h. 209 67 Muhammad Idrus. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Edisi Kedua (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009). h.168 66
51
Hubungan antara variabel biasanya dinyatakan dalam bentuk persamaan matematika yang dikenal dengan hubungan fungsional antara variabel68. Langkahlangkah analisis regresi dan korelasi adalah sebagai berikut:
1. Mencari Persamaan Regresi Y Didapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Ŷ = a + bX69 dimana koefisien a dan b dapat dicari dengan rumus berikut70: b=
∑ xy ∑x
a= Y-bX
2
2. Uji Persyaratan Analisis Uji Normalitas dengan uji liliefors pada taraf signifikansi (α) = 0,05 Rumus yang digunakan adalah: Lo = F (Zi ) − S (Zi ) 71
Keterangan : F (Zi) : Merupakan peluang angka baku S (Zi) : Merupakan proporsi angka baku Lo
: L observasi (harga mutlak terbesar)
Hipotesis statistik : Ho : Data berdistribusi normal Hi : Data berdistribusi tak normal 68
Darwyan Syah, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h.
84 69
Darwyan Syah, Pengantar Statistik ..., h. 85 Darwyan Syah, Pengantar Statistik ..., h. 85 71 Darwyan Syah, Pengantar Statistik ..., h. 68 70
52
Kriteria Pengujian: Jika Ltabel > Lhitung, maka Ho diterima, berarti data berdistribusi normal.
3. Uji Hipotesis a. Uji Keberartian (Signifikansi) Regresi Digunakan untuk mengetahui apakah persamaan regresi diperoleh berarti atau tidak. Dengan hipotesis statistik : Ho : β = 0 Hi : β > 0 Fh =
RJK (b / a ) 72 RJK ( S )
Kriteria pengujian keberartian regresi adalah : Terima Ho jika Fhitung < Ftabel dan tolak jika Fhitung > Ftabel Regresi dinyatakan sangat berarti jika berhasil menolak Ho
b. Uji Linearitas Regresi Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi tersebut berbentuk linear (garis lurus) atau tidak. Hipotesis statistik : Ho : Y = α + β x Hi : Y ≠ α + β x
Fh=
RJK (TC ) RJK (G )
73
Kriteria pengujian linearitas regresi adalah:
72 73
Muhammad Idrus, Metode Peneitian ..., h. 183 Muhammad Idrus, Metode Peneitian ..., h. 184
53
Terima Ho jika Fhitung < Ftabel dan tolak jika Fhitung > Ftabel, berarti regresi dinyatakan Linear jika Ho diterima. Hi = Regresi tidak linear Ho = Regresi linear Untuk mengetahui keberartian dan linearitas persamaan regresi di atas digunakan tabel anava berikut ini:
54
Tabel III.4 Daftar Analisi Varians Untuk Uji Kelinearan dan Keberartian Regresi74 Sumber Varians
Derajat Bebas (db)
Total
N
Regresi (a)
1
Regresi (a/b)
1
Jumlah Kuadrat (JK)
∑Y
Rata-rata Jumlah Kuadrat (RJK)
Fhitung (Fo)
Ket
RJK(b / a) RJK (s)
Fo>Ft maka regresi berarti
RJK(TC) RJK(G)
Fo
2
(∑ Y )
2
n
b.
∑ XY
JK(b/ a ) db(b / a )
Sisa (s)
n-2
JK(T)-JK(a)-JK(b)
Tuna Cocok (TC)
k-2
JK(s)-JK(G)
Galat
n-k
(∑ Y )
2
∑Y
2
-
nk
JK(s) db(s) JK(TC) Db(TC) JK(G) Db(G)
c. Uji Koefisien Korelasi Menghitung rxy menggunakan rumus “r” (Product Moment) dari Pearson dengan rumus sebagai berikut75 : rxy =
∑ xy (∑ x )(∑ y ) 2
2
Keterangan : r xy
= Koefisien
korelasi Product Moment
∑x
= Jumlah skor dalam sebaran x
∑y
= Jumlah skor dalam sebaran y
d. Uji Keberartian Koefisien Korelasi (uji-t) Menggunakan uji – t untuk mengetahui keberartian hubungan 2 variabel, rumus: 74 75
Muhammad Idrus, Metode Peneitian ..., h. 185 Muhammad Idrus, Metode Peneitian ..., h. 170
55
thitung =
r N−2 1 − (r)
76
2
Keterangan : t hitung
= Skor
signifikansi kofisien korelasi
r
= koefisien korelasi Product Moment
n
= banyaknya sampel atau data
Hipotesis Statistik : Ho : ρ = 0 Hi : ρ # 0 Kriteria pengujian: Ho diterima jika thitung < ttabel dan ditolak jika thitung > ttabel berarti koefisien korelasi signifikan jika Hi diterima.
e. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi adalah tingkat pengaruh variabel X terhadap variabel Y yang dinyatakan dalam presentase (%).77: KD = rxy 2 X 100% Keterangan :
76 77
KD
= Koefisien Determinasi
rxy2
= Koefisien korelasi Product Moment
Muhammad Idrus, Metode Peneitian ..., h. 173 Darwyan Syah, Pengantar Statistik ..., h. 94
56
BAB IV HASIL PENELITIAN
A.
Deskripsi Data
1.
Hasil Belajar Matematika Data hasil belajar matematika (variabel Y) diperoleh melalui tes hasil
belajar matematika oleh 95 responden dengan banyaknya butir soal 31. Data yang dikumpulkan menghasilkan skor terendah 50 dan skor tertinggi 90; skor rata-rata ( X ) sebesar 68,82; dan simpangan baku (S) sebesar 8,826 (proses perhitungan lihat lampiran 25). Distribusi frekuensi data hasil belajar matematika dapat dilihat pada Tabel IV.1, dimana rentang skor adalah 40 banyak kelas interval 7 dan panjang kelas adalah 6 (proses penghitungan lihat lampiran 26) Tabel IV.1 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil belajar Matematika (Variabel Y)
50
-
55
Batas Bawah 49,5
56
-
61
55,5
61,5
13
13,7%
62
-
67
61,5
67,5
18
18,9%
68
-
73
67,5
73,5
32
33,7%
74
-
79
73,5
79,5
15
15,8%
80
-
85
79,5
85,5
8
8,4%
86
-
91
85,5
91,5
3
3,2% 100%
Kelas Interval
Batas Atas 55,5
Frek. Absolut
Frek. Relatif
6
6,3%
95
Jumlah
57 55
Untuk mempermudah penafsiran data hasil belajar matematika maka data digambarkan dalam grafik histogram. Berdasarkan gambar IV.1 dapat dilihat bahwa frekuensi kelas tertinggi variabel hasil belajar matematika yaitu 32 terletak pada interval kelas ke-4 yakni antara 68 – 73 dengan frekuensi relatif sebesar 33,7%. Sedangkan frekuensi terendahnya adalah 3 yaitu terletak pada interval kelas ke-7 dengan frekuensi relatif 3,2%. 35
30
Frekuensi
25
20
15
10
5
0 1
44,5
2
51,5
3
4
58,5
5
65,5 72,5 Batas Nyata Y
6
79,5
Gambar IV.1 Grafik Histogram Hasil belajar Matematika (Y)
2. Kemandirian Belajar
58
7
86,5
8
93,5
Data kemandirian belajar (variabel X) diperoleh melalui pengisian instrumen penelitian berupa skala kemandirian belajar oleh 95 responden dengan banyaknya butir pernyataan 38. Data yang dikumpulkan menghasilkan skor terendah 104 dan skor tertinggi 185, skor rata-rata ( X ) yang diperoleh dari skor total jawaban seluruh responden
yang telah memberikan penilaian terhadap
kuesioner skala kemandirian belajar sebanyak 38 butir pernyatan dengan total skor 13.277 kemudian dibagi dengan jumlah responden 95 orang, maka diperoleh skor rata-rata sebesar 138,17 dan simpangan baku (S) sebesar 18,46 (proses perhitungan lihat lampiran 25). Distribusi frekuensi data kemandirian belajar dapat dilihat pada Tabel IV.2, dimana rentang skor adalah 81, banyak kelas interval 7 dan panjang kelas adalah 12 (proses penghitungan lihat lampiran 28).
Tabel IV.2 Tabel Distribusi Frekuensi Kemandirian Belajar (Variabel X) Kelas Interval
Batas Bawah
Batas Atas
Frek. Absolut
Frek. Relatif
104
-
115
103,5
115,5
10
10,5%
116
-
127
115,5
127,5
16
16,8%
128
-
139
127,5
139,5
20
21,1%
140
-
151
139,5
151,5
24
25,3%
152
-
163
151,5
163,5
11
11,6%
164
-
175
163,5
175,5
8
8,4%
176
-
187
175,5
187,5
6
6,3%
95
100%
Jumlah
59
Untuk mempermudah penafsiran data kemandirian belajar maka data digambarkan dalam grafik histogram. Berdasarkan gambar IV.2 dapat dilihat bahwa frekuensi kelas tertinggi variabel kemandirian belajar yaitu 24 terletak pada interval kelas ke-4 yakni antara 140 – 151 dengan frekuensi relatif sebesar 25,3%. Sedangkan frekuensi terendahnya adalah 6 yaitu terletak pada interval kelas ke-7 dengan frekuensi relatif 6,3%. 30
25
Frekuensi
20
15
10
5
0 1
2
3
103,5 115,5
127,5
4
5
6
139,5 151,5 163,5 Batas Nyata X
Gambar IV.2 Grafik Histogram Kemandirian Belajar (X)
B.
Uji Persyaratan Analisis Uji Normalitas
60
7
175,5
8
187,5
Dilakukan untuk menguji apakah data dari sampel yang diambil berdistribusi normal atau tidak. Pengujian distribusi normal bertujuan untuk melihat apakah sampel yang diambil mewakili distribusi populasi. Jika distribusi sampel adalah normal, maka dapat dikatakan bahwa sampel yang diambil mewakili populasi. Pengujian normalitas dilakukan dengan Uji Liliefors pada taraf signifikan (α = 0,05) dengan tingkat kepercayaan 95% dengan sample sebanyak 95. Pengujian ini dilakukan dengan melihat Lhitung atau data |Fzi-Szi| terbesar, dengan kriteria pengujian berdistribusi normal apabila Lhitung (Lo) < Ltabel (Lt), dan sebaliknya maka data tidak berdistribusi normal. Hasil perhitungan Uji Liliefors menyimpulkan bahwa data variabel X dan Y berdistribusi normal. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan hasil perhitungan Lo untuk variabel X sebesar 0,073 sedangkan Lt = 0,091 Ini berarti Lo < Lt. Dan Lo untuk variabel Y sebesar 0,067 sedangkan Lt = 0,091 Ini berarti Lo < Lt. (proses perhitungan lihat lampiran 37 dan 38). Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel IV.3.
Tabel IV.3 Hasil Uji Normalitas
C.
Variabel
n
α
Lhitung
Ltabel
Keterangan
X
95
0,05
0,073
0, 091
Data Berdistribusi Normal
Y
95
0,05
0,067
0, 091
Data Berdistribusi Normal
Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Hipotesis yang diajukan adalah apakah terdapat hubungan positif antara kemandirian belajar (variabel X) dengan hasil belajar matematika
61
(variabel Y). Untuk membuktikan hipotesis tersebut, berikut ini dilakukan berbapa analisis. 1. Uji Persamaan Regresi Persamaan regresi yang dilakukan adalah regresi linear sederhana. Bersamaan regresi ini bertujuan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika dan memprediksi hasil belajar matematika dengan menggunakan kemandirian belajar. Analisis regresi linier sederhana tehadap pasangan data penelitian antara Kemandirian Belajar dengan Hasil belajar Matematika menghasilkan koefisien arah regresi sebesar 0,402 dan konstanta sebesar 13,05. Dengan demikian bentuk hubungan antara Kemandirian Belajar dengan Hasil belajar Matematika memiliki persamaan regresi Ŷ = 21,98 + 0,335 X (proses perhitungan pada lampiran 31 dan 32). Persamaan regresi ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu skor Kemandirian Belajar dapat menyebabkan kenaikan hasil belajar matematika sebesar 0,335 pada konstanta 21,98. Persamaan garis liniear regresi Ŷ dilukiskan pada gambar IV.3.
62
= 21,98 + 0,335X dapat
100
90
HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Y)
80
70
60
Ŷ = 21,98 + 0,335 X 50
40
30
20
10
0 0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
130
135
140
145
150
155
160
165
170
175
KEMANDIRIAN BELAJAR (X)
Gambar IV.3 E.
Grafik Persamaan Regresi Ŷ = 13,05 + 0,402X
Dalam grafik di atas dapat dilihat bahwa sumbu X yaitu kemandirian belajar berada pada kisaran angka 100 lebih sedikit hingga angka 185. Hal ini berarti bahwa untuk melakukan prediksi nilai Y atau hasil belajar matematik untuk nilai X atau kemandirian belajar hanya diijinkan yang berada dalam rentang tersebut. Sebab, tidak ada dasar yang kuat untuk mengatakan bahwa hubungan variabel X dan Y tetap linier untuk titik-titik data yang mendekati angka nol. Kondisi seperti ini berdampak terhadap interpretasi intersep. Dalam kasus ini, karena data untuk variabel X tidak memuat angka nol atau mendekati nol, intersep dikatakan
tidak
memiliki
makna
yang
diinterpretasikan.
2. Uji Signifikansi Persamaan Regresi
63
berarti,
sehingga
tidak
perlu
180
185
190
195
Berikut dilakukan uji keberartian (signifikan) dan linearitas model regresi Kemandirian Belajar dengan Hasil belajar Matematika yang hasil perhitungannya disajikan dalam tabel IV.4. F.
Tabel IV.4
Tabel Anava Untuk Pengujian Signifikansi dan Linearitas Persamaan Regresi Kemandirian Belajar (X) dengan Hasil belajar Matematika (Y) G.
Ŷ = 13,05 + 0,402X
Sumber
dk
Varians
Jumlah
Rata-rata Jumlah
Kuadrat (JK)
Kuadrat (RJK)
Total
95
457206,25
Regresi (a)
1
449883,22
Regresi (b/a)
1
4174,69
4174,69
Sisa
93
3148,34
33,85
Tuna Cocok
42
1792,09
42,67
Galat Kekeliruan 51
1356,25
26,59
Keterangan : JK
: Jumlah Kuadrat
Dk
: Derajat Kebebasan
RJK
: Rata-rata Jumlah Kuadrat
*)
Persamaan Regresi Signifikan = Fhitung (123,32) > Ftabel (3,94)
**)
Persamaan Regresi Linear = Fhitung (1,60) < Ftabel (1,624) (proses lihat lampiran 39, 40, 41 dan 42)
64
Fhitung
Ftabel
123,32
3,94
1,60
1,62
Diketahui bahwa Ftabel diperoleh dari (0,05;1/93) dimana 0,05 adalah taraf signifikansi (α) dan 1/93 adalah dk penyebut/dk pembilang (k), hasilnya dapat diketahui dari tabel distribusi F. Berdasarkan hasil perhitungan Fhitung (123,32) > Ftabel (3,94). Sehingga Fhitung (123,32) > Ftabel (3,94) maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak artinya model persamaan regresi adalah signifikan (proses lihat lampiran 40).
3. Uji Linieritas Regresi Diketahui bahwa Ftabel diperoleh dari (0,05; 42/51) dimana 0,05 adalah taraf signifikansi (α) dan 42/51 adalah dk penyebut/dk pembilang (k), hasilnya dapat diketahui dari tabel distribusi F. Berdasarkan hasil perhitungan Fhitung (1,60) < Ftabel (1,62) Sehingga Fhitung (1,60) < Ftabel (1,62) maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima artinya model persamaan regresi adalah linier (proses lihat lampiran 41). Hasil pengujian seperti yang ditunjukkan pada tabel IV.4 di atas menyimpulkan bahwa bentuk hubungan Kemandirian Belajar dengan Hasil belajar Matematika adalah signifikan dan liniear.
4. Uji Koefisien Korelasi Selanjutnya, dilakukan pengujian koefisien korelasi. Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah terdapat hubungan antara variabel X dan variabel Y dengan menggunakan rumus Koefisien Korelasi Product Moment dari Pearson. Hasil uji koefisien korelasi, koefisien determinasi dan uji keberartian (signifikansi) koefisien korelasi dapat disajikan pada tabel IV.5. Tabel IV.5 Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana Antara X Dengan Y 65
Korelasi
Koefisien
Koefisien
thitung
Antara
Korelasi
Determinasi
X dan Y
0,755
0,5700
ttabel ( α = 0,05)
11,10
1,98
Hasil penghitungan koefisien korelasi antara Kemandirian Belajar dengan Hasil belajar Matematika diperoleh koefisien korelasi sederhana (rhitung) 0,755. (Proses perhitungan lihat lampiran 43). Nilai koefisien korelasi sebesar 0,755 menunjukkan tingkat keeratan hubungan atau korelasi yang tinggi atau kuat antara kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika. Hal ini dapat dilihat dari tabel interpretasi koefisien korelasi yang disajikan dalam tabel IV.6 Tabel IV.6 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangar rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (2008), h. 257
Nilai koefisien korelasi
sebesar 0,739 bertanda positif, hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika.
5. Uji Keberartian Koefisien Korelasi (uji-t) Berdasarkan pengujian keberartian atau signifikansi koefisien korelasi antara pasangan skor Kemandirian Belajar 66
dengan Hasil belajar Matematika
sebagaimana terlihat pada tabel IV.5 di atas, diperoleh thitung = 11,10> ttabel = 1,98 (proses perhitungan lihat lampiran 44). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi rxy = 0,755 signifikan, artinya dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika.
6. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi adalah tingkat pengaruh variabel X terhadap variabel Y yang dinyatakan dalam presentase (%). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh koefisien determinasi sebesar rxy2 = (0,755)2 = 0,5700. Hal ini berarti 57% variasi hasil belajar matematika ditentukan oleh kemandirian belajar atau hasil belajar matematika dipengaruhi oleh kemandirian belajar sebesar 57%. (Proses perhitungan lihat lampiran 45).
D. Interpretasi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dikemukakan di atas, diketahui adanya hubungan yang positif dan signifikan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika pada siswa MTs Negeri Parung Bogor. Dari perhitungan itu pula maka hasil penelitian diinterpretasikan bahwa kemandirian belajar mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemandirian belajar yang baik, akan memiliki tingkat hasil belajar matematika yang tinggi. Sebaliknya siswa yang memiliki kemandirian belajar yang kurang baik menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika. Namun demikian, kemandirian belajar bukan satu-satunya variabel atau faktor yang menyebabkan meningkatnya hasil belajar siswa. Tetapi terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar siswa baik 67
faktor internal maupun eksternal seperti motivasi, sarana dan prasarana, disiplin, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, guru dan lainnya.
F. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak sepenuhnya sampai pada tingkat kebenaran mutlak. Dari hasil uji hipotesis tersebut peneliti juga menyadari bahwa penelitian ini memiliki beberapa kelemahan antara lain : 1. Peneliti hanya meneliti 2 variabel, yaitu kemandirian belajar dengan hasil belajar
matematika
sedangkan
masih
banyak
faktor-faktor
yang
mempengaruhi hasil belajar seperti motivasi, sarana dan prasarana, disiplin, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, guru dan lainnya. 2. Hasil dari penelitian hanya berlaku pada kelas VIII.7 dan VIII.9 MTs Negeri Parung-Bogor dan tidak dapat digeneralisasikan pada sekolah lainnya, karena setiap respondennya memiliki karakteristik yang berbeda.
68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan kajian teoritis, pengolahan data statistik dan interpretasi data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemandirian belajar (Variabel X) dengan hasil belajar matematika (Variabel Y). Semakin tinggi tingkat kemandirian belajar, maka akan semakin tinggi hasil belajar matematika siswa. Hasil penghitungan koefisien korelasi antara kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika diperoleh koefisien korelasi sederhana (rhitung) 0,755. Berdasarkan pengujian signifikansi koefisien korelasi antara pasangan skor kemandirian belajar
dengan hasil belajar matematika rxy = 0,755
adalah
signifikan, artinya dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika. Besarnya sumbangan atau kontribusi yang diberikan oleh variabel kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika adaah 57%. Sedangkan sisanya sebesar 57% ditentukan oleh faktor lain seperti motivasi, sarana dan prasarana, disiplin, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, guru dan lainnya.
B. Saran 1. Siswa, guru dan orangtua hendaknya selalu memperhatikan dan meningkatkan kemandirian belajar guna memperoleh hasil belajar yang baik. Upaya tersebut 69 66
dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek dan indikator-indikator kemandirian belajar yang mempengaruhi hasil belajar. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam yang berkaitan dengan kemandirian belajar dengan hasil belajar siswa. Karena pada penelitian ini hanya mengetahui hubungan kedua variabel tersebut. Tetapi penelitian ini belum menghasilkan upaya atau perlakukan kemandiran belajar yang perlu diberikan kepada siswa dalam bentuk konkret dan menganalisis hasil-hasil perlakukan tersebut. 3. Perlu juga dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Karena dalam penelitian ini hanya meneliti satu variabel yang mempengaruhi hasil belajar matematika yaitu kemandirian belajar. Sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya seperti motivasi, lingkungan sekolah, lingkungan belajar, status sosial keluarga, guru,sarana prasarana dan variabel lainnya.
70
DAFTAR PUSTAKA
Admin. Belajar Mandiri. http://www.ictjabar.org/2009/02/04/belajar-mandiri. ictjabar. html (Diakses tanggal 6 Juni 2009) -----------. Ciri Pembelajar Mandiri. http://www.sekolahrumah.com/index.php? option =com_content&task=view&id=1273&Itemid=25 (Diakses tanggal 6 Juni 2009) -----------. Penelitian Menurut Metode. http://www.pascasarjana-stiami.ac.id /2009/04/ penelitian-menurut-metode. diakses tanggal 10 Januari 2010. Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta, 2006) Aspin,
Hubungan Gaya Mengasuh Orang Tua Authoritarian Dengan Kemandirian Emosian Remaja, (Tesis Publikasi Jurnal Damandiri, www.damandiri.or.id), Diakses tanggal 2 Mei 2010.
Basir, L.O, Kemandirian Belajar Atau Belajar Mandiri. (www.smadwiwarna.net) Diakses tanggal 2 Mei 2010. Djaali, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, 2000) Hajat, N. & I Ketut R, “Sudiarditha. Hubungan Antara Motivasi dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Program D-III Jurusan Ekonomi dan Adminsitrasi FE UNJ”, Jurnal Econosains Volume VI, Nomor 1, Maret 2008, Hakim, T, Belajar Secara Efektif, (Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara) Hamalik, O, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009) Idrus, M. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Edisi Kedua (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009). Isjoni, Membangun Visi Bersama: Aspe-Aspek Penting Dalam Reformasi Pendidikan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006) Johnson, E.B., Contextual Teaching & Learning (Bandung: Mizan Learning Center, 2009) 71 68
Kadir, “Pengaruh Pendekatan Problem Posing Terhadap Prestasi Belajar Matematika Jenjang Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi dan Evaluasi ditinjau dari Metakognisi Siswa SMU di DKI Jakarta”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 053, Tahun Ke-11, Maret 2005 Kasim,
M, Masalah Pendidikan Di Indonesia (http://meilanikasim. wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/) Diakses tanggal: 2 Mei 2010.
Kountur, R. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis,(.Jakarta: Penerbit PPM, 2004) Legowo, S, “Pengaruh Penyesuaian Diri Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Unggulan Di SD Sompok Semarang”, Jurnal Pendidikan Iswara Manggala Volume I No. 3, Juni 2005 Martono, K. dan R. Eryanto, Firmansyah Noor, Matematika Dan Kecakapan Hidup, (Bandung: Ganesa Exsaet, 2007) Muchlis, A.A., Cara Belajar Cerdas Dan Efektif, Bukan Keras Dan Melelahkan, (Jogjakarta: Garailmu, 2009). Pao-Nan Chou dan Wei-Fan Chen. Exploratory Study of the Relationship between Self-Directed Learning and Academic Performance in a WebBased Learning Environment (http://www.westga.edu/~distance/ojdla/ spring111/chou111.pdf) (Diakses tanggal 6 Juni 2009) Prasetya, T.G, Smart Parenting, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006) Rahayu, T, “Pelayanan BK Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Semarang”, Jurnal Pendidikan Iswara Manggala Volume I No.1, Februari 2005 Silberman, M, Active Learning, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007) Slavin, R.E., Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktek Jilid 2 (Jakarta: PT Indeks, 2009) Sudijono, A, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2009) Sudjana, N, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,.( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2008) 72
Suryadi, D, Memupuk Kemandirian Siswa. (http://bataviase.co.id/node/160617) Diakses Tangga 6 Juni 2009. Syah, D, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010) Ubaydillah. Evaluasi dan Motivasi. (http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_ detail.asp?id=486) Diakes Tanggal 2 Mei 2010. Warnick, B dan Gary, S, Andargogy: Application for Higer Education (http://teach-usda.ahnrit.vt.edu/best_practice/presentations/pdfs /Andragogy.pdf) Diakses tanggal 6 Juni 2009. Yohana, C, “Pengaruh Antara SQ, EQ dan IQ Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNJ”, Jurnal Econosains Volume VI, Nomor 1, Maret 2008
73