BAB II KETELADANAN GURU DAN AKHLAK SISWA A. Keteladanan Guru a. Pengertian Keteladanan Guru Untuk dapat mengetahui keteladanan guru, diawali terlebih dahulu dengan membahas tentang pengertian keteladanan dan pengertian guru. Keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau di contoh oleh seseorang dari orang lain. Namun keteladanan yang di maksud disini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan Islam, yaitu keteladanan yang baik.1 Dalam kamus bahasa indonesia keteladanan yaitu hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh.2 Yang dimaksud adalah hal-hal yang dapat ditiru oleh peserta didik dari guru, baik dalam hal berpakaian, berkomunikasi maupun dalam melakukan kegiatan. Ahmad Rohani dalam bukunya yang berjudul Pengelolaan Pengajaran, menjelaskan bahwa keteladanan adalah sifat-sifat yang bisa
dijadikan contoh bagi orang lain baik dalam tingkah lakunya, ucapanya,
1
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat pers, 2002), hlm. 177. 2 Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen (Jakarta: Pustaka Amani, tt), hlm. 514.
31
32
kebersihan hatinya, pergaulannya maupun ketaatannya kepada Allah swt.3 Keteladanan juga mempunyai arti menjadikan dirinya sebagai contoh nyata yang dapat ditiru anak. Keteladanan merupakan salah satu metode pendidikan yang secara luas diakui sebagai metode yang efektif untuk mengembangkan sikap dan tingkah laku anak.4 Guru adalah orang terdepan dalam memberikan contoh sekaligus juga memberi motivasi atau dorongan kepada murid-muridnya.5 Adapun penjelasan tentang keteladanan guru menurut Abdul Munir dalam bukunya yang berjudul Spiritual Teaching menjelaskan bahwa keteladanan guru merupakan sikap, perilaku maupun karakter guru yang baik untuk ditiru atau dicontoh.6 Jadi keteladanan guru adalah suatu yang patut ditiru oleh peserta didik yang ada pada gurunya, guru disini juga dapat disebut sebagai subjek teladan atau orang yang diteladani oleh peserta didik. Maka menjadi teladan merupakan bagian dari seorang guru, sehingga menjadi guru berarti menerima tanggung jawab untuk menjadi teladan. Tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan oleh siswa dan orang di sekitar lingkunganya, maka dari itu guru harus menunjukkan teladan terbaik dan moral yang sempurna. 3
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 63. Imam Suraji, Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Hadits (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2011), hlm. 195-196. 5 Wajihudin Alantaqi, Rahasia Menjadi Guru Teladan Penuh Empati (Jogjakarta: Garailmu, 2010), hlm. 197. 6 Abdullah Munir, Spiritual Teaching (Yogyakarta: PUSTAKA INSAN MADANI, 2006), hlm. 7. 4
33
b. Dasar Keteladanan Muhammad adalah seorang guru sejati, sehingga segenap pengikutnya adalah “murid”, seluruh ilmu dan kebajikan yang disampaikannya adalah “pelajaran”, serta tahap-tahap dakwah yang beliau terapkan adalah “kurikulum”, bahkan cara penyampaian ajarannya dapat disebut sebagai “metodologi pembelajaran”.7Maka dari itu Rasulullah merupakan teladan yang patut dicontoh oleh setiap muslim dalam amal perbuatan, serta berjalan sesuai dengan petunjuknya. Sesuai dengan ayat Al-Qur‟an dibawah ini yang menjelaskan tentang keteladanan Rasulullah SAW, yaitu surat AlAhzab ayat 21: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)8 Dalam surat lain juga terdapat surat yang menjelaskan tentang keteladanan, yaitu surat Al-Mumtahanah ayat 4:
7 8
670.
Ibid, hlm. 6. Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan (Semarang: Al Wa‟ah. 1989), hlm.
34
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. kecuali Perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan Kami hanya kepada Engkaulah Kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah Kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah Kami kembali."Nabi Ibrahim pernah memintakan ampunan bagi bapaknya yang musyrik kepada Allah: ini tidak boleh ditiru, karena Allah tidak membenarkan orang mukmin memintakan ampunan untuk orangorang kafir (Q.S Al-Mumtahanah: 4).9 Selain mencontoh keteladan Rasulullah, terdapat salah satu tokoh yang menjadi landasan keteladan guru yaitu KH Ahmad Dahlan. Keteladanan yang ditampilkan oleh sosok KH. Ahmad Dahlan yaitu KH. Ahmad Dahlan melakukan pembaharuan dengan menghilangkan
dikotomi
dalam
pendidikan,
yaitu
dengan
mengaitkan ilmu agama dengan ilmu umum. Selain itu di dalam mengajar KH Ahmad Dahlan menggunakan peralatan-peralatan yang biasanya digunakan di sekolah Belanda, karena untuk memajukan pendidikan diperlukan cara yang digunakan dalam sekolah yang maju.10
9
Ibid, hlm 912. M Nasruddin Anshoriy, Matahari Pembaruan (Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher, 2010), hlm. 71. 10
35
Hal ini dapat disimpulkan bahwa Rasulullah merupakan teladan yang baik bagi umat muslim yang telah diutus Allah SWT, sesuai dengan QS Al-Ahzab ayat 21. KH. Ahmad Dahlan merupakan tokoh pendidikan yang membuat pembaharuan dalam pendidikan. Semua itu dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan untuk memajukan pendidikan di Indonesia terutama pendidikan agama. Dua sosok tokoh terkemuka ini merupakan contoh teladan yang baik untuk dijadikan keteladanan oleh para guru. c. Bentuk-Bentuk Keteladanan Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai teladan yang baik bagi umat muslim di sepanjang sejarah dan bagi manusia di setiap saat dan tempat. Allah SWT juga meletakkan dalam personalitas Muhammad SAW sebagai gambaran sempurna unuk menjadi gambaran hidup dan abadi bagi umatnya.11 Sesuai dengan Firman Allah SWT, dalam surat Al-Ahzabb sebagai berikut:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. AlAhzab: 21)12
11
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam (Bandung: Asy-syifa, 2005), hlm.2. 12 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, op.cit, hlm. 670.
36
Seperti penjelasan al-Ghazali yang dikutip oleh Hasan Sulaeman dalam bukunya yang berjudul Sistem Pendidikan Menurut al-Ghazali menerangkan tentang sifat-sifat keteladanan terpenting yang harus dimiliki oleh guru di antaranya adalah jujur dan halus dalam berkarya, santun dan sayang terhadap murid, toleran dan berlapang dada dalam hal-hal yang berkaitan dengan ilmu, teguh pendirian dalam mengabdi pada allah, tidak materialis, berilmu yang luas dan berpegang teguh terhadap prinsip-prinsip.13 Guru
merupakan
orang
dewasa
yang
berperan
untuk
mempengaruhi dan membawa siswanya kearah manusia yang sempurna, yaitu insan kamil. Oleh karena itu, guru harus memiliki halhal yang meliputi: 1. Beriman Kepada Allah Beriman kepada Allah memiliki pengaruh signifikan dalam meluruskan kepribadian seseorang dan membersihkan dirinya dari kecenderungan pada kebejatan atau kekejian. Ada seorang yang bertanya pada Abu Dzarr tentang keimanan, ia menjawab bahwa iman berarti kebaktian. Ketika si penanya tidak puas dengan jawaban itu.14 Abu Dzarr pun menjelaskan bahwa dulu ada yang bertanya
13
Hasan Sulaeman, Sistem Pendidikan Menurut al Ghazali (Surabaya: Pustaka Media, 2002), hlm. 55. 14 Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam dan Akhlak (Jakarta: AMZAH, 2013), cetakan kedua, hlm. 228.
37
persis yang ia tanyakan kepada Rasulullah, dan Rasul pun menjawab dengan menyebutkan surat Al-Baqarah ayat 177: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitabkitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 177).15 2. Selalu Berkata Positif Kata-kata positif yang diberikan guru dapat meningkatkan rasa percaya diri anak didik, yakni berupa himbauan atau ajakan. Misalnya ketika anak didik ramai di kelas atau gaduh, guru jangan mengatakan “Jangan ramai” tetapi sebaiknya menggunakan katakata “Mohon tenang”. Dan gunakan intonasi yang tepat saat berbicara, guru harus memahami dan memperhatikan ritme
15
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, op.cit, hlm. 43.
38
berbicara. Karena dalam ilmu komunikasi efekif, intonasi memiliki peran 38% untuk memasukan sugesti ke alam bawah sadar anak didik.16 3. Disiplin Orang yang disiplin akan mematuhi peraturan yang telah ditentukan atau disepakati bersama. Oleh karena itu, guru “wajib” memiliki sikap disiplin dalam melaksanakan tugasnya. Guru yang disiplin akan dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kedisiplinan akan membawa pada ketercapainya tujuan pendidikan dengan hasil yang maksimal. Mengingat, tujuan pendidikan memiliki tujuan yang harus dicapai secara bertahap.17 4. Pemaaf Pemaaf artinya orang yang rela memberi maaf. Guru yang pemaaf akan terbuka hatinya untuk memaafkan kesalahan anak didiknya. Ia tidak akan menyimpan dendam atas kesalahan anak didiknya. Guru yang pemaaf akan memperbaiki dirinya dan akan selalu memandang anak didiknya dengan kasih sayang, sekalipun anak didik yang melakukan kesalahan. Kesalahan baginya bukan untuk dihukum dengan balas dendam, tetapi harus diperbaiki dengan
16
Ucu Sulastri dan Wahyudi, Super Teaching (Jakarta: PT. LUXIMA METRO MEDIA, 2014), hlm. 19. 17 Mohamad Surya. Dkk., Landasan Pendidikan: Menjadi Guru yang Baik (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 14.
39
cara memberi maaf dan mengarahkan kepada perbuatan yang lebih baik.18 5. Tolong menolong Tolong menolong suatu sifat yang mendorong seseorang untuk membantu dan bekerja sama dengan orang lain. Dengan tolong menolong akan dapat memelihara kepentingan bersama, kemajuan bangsa dan negara. Tolong menolong merupakan kunci keberhasilan. Manusia menurut fitrahnya memerlukan tolong menolong. Dari itu sifat tolong menolong harus di pupuk suburkan pada setiap insan.19 6. Tawadhu‟ Tawadhu‟ artinya rendah hati, lawan dari sombong atau takabur. Orang yang rendah hati tidak memandang dirinya lebih dari orang lain, sementara orang yang sombong menghargai dirinya secara berlebihan. Rendah hati tidak sama dengan rendah diri, sekalipun dalam praktiknya orang yang rendah hati cenderung merendahkan dirinya dihadapan orang lain, tetapi sikap tersebut bukan lahir dari rasa tidak percaya diri.20 7. Kasih sayang Orang yang memiliki kasih sayang yaitu orang yang penuh perasaan cinta kasih terhadap sesama. Kasih sayang tidak hanya perlu di pelajari tetapi juga perlu diwujudkan dalam kehidupan. Bila
18
Abdullah Munir, op.cit, hlm. 13. Oemar Bakry, Akhlak Muslim (Bandung: Angkasa, tt), hlm. 155. 20 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Jakarta: LPPI, 2004), hlm. 123. 19
40
diperhatikan sebagaimana mestinya, insya
Allah kita akan
mendapatkan kasih sayang pada hari kiamat nanti.21 8.
Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.22 Kepedulian sosial juga dapat diartikan sebagai sifat yang membuat pelakunya merasakan apa yang dirasakan orang lain, mengetahui bagaimana rasanya jadi orang lain, kadang ditunjukkan dengan tindakan memberi atau terlibat dengan orang lain tersebut. Kepedulian menyamai kebaikhatian karena melihat penderitaan dan perasaan berharap agar penderitaan orang lain berkurang. Kepedulian sosial ini bukan hanya mendorong tindakan memberi atau menyumbangkan sesuatu yang dibutuhkan atau berguna bagi orang lain yang menderita, yang sering disebut sebagai kedermawanan. Melainkan juga akan memunculkan tindakan melibatkan diri dan terjun langsung untuk melakukan tindakan.23
9. Menghargai Orang Lain Menghargai Orang lain adalah salah satu upaya agar mereka menyayangi kita. Jika mereka sayang kepada kita, maka sudah pasti mereka akan melindungi kita dan kita terbebas dari aniaya mereka.
21
Amr Khaled, Buku Pintar Akhlak Pemandu Anda Berkepribadian Muslim dengan Lebih Asyik, Lebih Otentik (Jakarta: Zaman, 2010), hlm. 190. 22 Bambang Q-Annes, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur‟an (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009), hlm. Xiii. 23 Fatchul Mu‟in, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik dan Praktik (Jogjakarta: ArRuzz Media, 2011), hlm. 232.
41
Sebab, orang yang merasa tidak dihargai, akan mencoba melakukan hal yang sama,bahkan ia bisa berbuat lebih kejam kepada kita.24 10. Berkata Sopan Perkataan guru kepada siswanya haruslah halus, memikat, dan penuh perhatian. Setiap bimbingan, motivasi, dan nasihat harus disampaikan dengan perkataan yang penuh lemah lembut. Tidak keluar dengan kata-kata kasar yang membuat kebencian dan permusuhan pada siswanya. Jika guru berkata-kata kasar didepan siswa, maka tidak akan ada efektivitas dalam pembelajaran. Siswa akan mencemooh dan mengolok-olok guru yang sering berkata kasar. Oleh sebab itu, jangan sekali-kali guru berkata kasar kepada siswanya, walau siswa bersikap menjengkelkan. Sebagai orang tua, guru harus bersikap dewasa dan sabar terhadap siswanya. Agama juga sangat menganjurkan umatnya berkata yang baik, kalau tidak bisa, lebih baik diam sajah. Menaha emosi dalam perspektif agama termasuk salah satu sifat agung yang mengantarkan seseorang ke surga.25 11. Amanah (dapat di percaya) Amanah
dapat
diartikan
suatu
perbuatan
yang
dapat
dipertanggung jawabkan sehingga menimbulkan rasa percaya. Selain itu
amanah
juga
berkaitan
dengan
keteguhan
memegang
kepercayaan. Guru harus teguh memegang amanah pada kemampuan 24
M. Amin Syukur, Menata Hati Agar Disayang Ilahi (Jakarta: Erlangga, 2013), hlm. 58. Jamal Ma‟mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif (Jogjakarta: Diva Press, 2014), cetakan XVIII, hlm. 107. 25
42
ilmu yang dimilikinya, dan ia harus berusaha menguasai kemampuan itu secara maksimal dengan sikap belajar tanpa henti. Misalkan guru PAI, ia harus menuasai bidang tentang pendidikan agama islam secara maksimal serta dengan ilmu-ilmu pendukung lainnya. Sehingga dalam proses mengajar guru PAI tersebut dapat mengusai materi dan dapat membuat siswa paham, serta mampu membuat siswa menerapkan ilmu yang didapatnya.26 Ketidakpercayaan siswa terhadap gurunya akan membuat siswa kebingungan mencari-cari sandaran, teladan, dan sekaligus sosok yang ingin dijadikan panutan. Adapun elemen-elemen penting untuk membangun kepercayaan antara lain adalah keterbukaan (transparansi). Situasi keterbukaan bermakna kejelasan akan suatu posisi dan peran seorang guru yang dapat dilihat, karena dengan itulah siswa dapat menilai.27 d. Fungsi Keteladanan Manusia lebih banyak belajar dari pada yang mereka lihat. Keteladanan menempati posisi sangat penting. Guru harus lebih dahulu memiliki karakter yang hendak diajarkan. Guru adalah yang di gugu dan di tiru, peserta didik akan meniru apa yang di lakukan gurunya ketimbang yang dilaksanakan sang guru. Bahkan, sebuah pepata kuno memberi peringatan pada guru bahwa peserta didik akan meniru 26
Ucu Sulastri dan Wahyudi, Super Teaching, Trik dan Tips Menjadi Guru yang Mampu Meningkatkan Kecerdasan Anak (Jakarta: PT Luxima Metro Media, 2014), hlm. 77. 27 Fatchul Mu‟in, op.cit, hlm. 177.
43
karakter negatif secara lebih ekstrim ketimbang gurunya, “Guru kencing berdiri murid kencing berlari”. 28 Keteladanan adalah proses pemberian contoh yang ditiru oleh anak didik atas ucapan dan perilaku yang konsisten. Setelah anak didi merasa nyaman dengan situasi pembelajarn, mereka juga dimantapkan dengan perilaku dan ucapan konsisten dari gurunya sehingga hal ini menjadikan guru sebagai sosok yang dipercaya dimata anak didik.29 Keteladanan juga merupakan perilaku yang sesuai dengan norma, nilai, dan aturan yang ada dalam agama, adat istiadat, dan aturan negara. Dalam kehidupan sehari-hari, ketiga hal tersebut tidak bisa dipisahkan. Sebagai pemeluk agama, guru berkewajiban menaati aturan-aturan yang ada pada agama. Sebagai bagian dari penduduk suatu daerah, guru berkewajiban menghormati norma yang ada. Dan sebagai warga negara, guru berkewajiban mematuhi aturan negara yang ada. Tanggung jawab menaati ketiga aturan tersebut bagi guru menjadi lebih, karena ia adalah sosok yang digugu dan ditiru. Ucapannya digugu, dan sikap perilakunya ditiru.30 Maka dari itu tugas seorang guru bukan sekedar mengajar, tetapi juga menjadi teladan. Apa pun yang ada pada diri seorang guru akan menjadi perhatian dan sorotan para siswanya. Dengan posisi semacam
28
Bambang Q-Annes, op.cit, hlm. 108. Ucu Sulastri dan Wahyudi, op.cit, hlm. 20. 30 Jamal Ma‟mur Asmani, op.cit, hlm. 79. 29
44
ini, aspek keteladanan sangat penting untuk dimiliki seorang guru. Guru yang pandai tetapi tidak memiliki integritas moral yang baik justru akan dapat merusak terhadap citra gurru. Hal ini merupakan aspek penting yang harus memperoleh perhatian secara memadai dari setiap guru. Sekarang ini, semakin banyak guru yang menampilkan citra yang negatif, mulai guru yang melakukan kekerasan, melakukan tindakan amoral, dan berbagai perilaku yang kurang terpuji lainya. Di sinilah makna penting menjaga kualitas moral dan kepribadian bagi seorang guru, agar menjadi keteladan yang baik untuk siswanya.31
B. Akhlak Siswa a. Pengetian Akhlak Siswa Kata Akhlak dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan suatu kelakuan, tabiat, budi pekerti, atau watak yang dimiliki oleh manusia.32 Sedangkan dalam bukunya M. Yatimin Abdullah yang berjudul Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an, menjelaskan bahwa akhlak merupakan suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Dari sini timbullah berbagai macam perbuatan
31
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif (Yogyakata: Pustaka Pelajar, 2013), cetakan
IV, hlm. 8. 32
Kemendikbud RI, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar (Jakarta: Kemendikbud, 2011), hlm 10.
45
dengan cara spontan tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pikiran.33 Akhlak adalah kondisi atau sifat yang terpatri dan meresap dalam jiwa, sehingga si pelaku perbuatan melakukan sesuatu itu secara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat, karena seandainya ada orang yang mendermakan hartanya dalam keadaan yang jarang sekali untuk dilakukan (mungkin karena terpaksa atau mencari muka), maka bukanlah orang tersebut dianggap dermawan sebagai cerminan dari kepribadiannya. Sifat yang telah meresap dan terpatri dalam jiwa itu juga disyaratkan dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lagi.34 Jadi akhlak siswa adalah perilaku yang dilakukan siswa bisa baik atau buruk, tergantung kepada tata nilai yang dipakai sebagai landasan kehidupan, meskipun secara umum di Indonesia kata akhlak sudah menjadi konotasi baik. Sehingga orang berakhlak berarti orang yang berperilaku baik. b. Pembagian Akhlak Akhalak dibagi menjadi tiga, yaitu: akhlak di rumah, akhlak di masyarakat, akhlak di sekolah. Dan akhlak di sekolah di bagi lagi menjadi dua, yaitu akhlak terhadap teman dan akhlak terhadap guru.
33
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an (Jakarta: AMZAH, 2007) , hlm. 2. 34 Nur Hidayat, Akhlak Tasawuf (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), hlm. 5.
46
1. Akhlak di rumah Akhlak di rumah merupakan perilaku baik kepada kedua orang tua yaitu perbuatan yang sesuai dengan hal-hal yang di senangi oleh orang dan sesuai pula dengan tuntutan agama.35 Al-Qur‟an An-Nisa‟ ayat 36 memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, yaitu:
sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibubapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang Muslim dan yang bukan Muslim. Ibnus sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya (QS An-Nisa‟:36).36 a) Berbakti kepada orang tua sebagai seorang anak, wajib berbakti kepada kedua orang tua, setelah takwa kepada Allah SWT. Orang tua telah bersusah payah memelihara, mengasuh, serta mendidik anak sehingga
35 36
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf II (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), hlm. 16. Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, op.cit, hlm. 123.
47
menjadi orang yang berguna dan berakal. Karena itu anak wajib menghormatinya, menjunjung tinggi derajatnya, menyayangi mereka dengan ikhlas, berbuat baik, lebih-lebih bila usia mereka telah lanjut. Seorang anak harus mengurusi dan merawat mereka dengan ikhlas dan sabar seperti mereka merawat kita, jangan berkata keras dan kasar dengan mereka.37 Berbakti kepada kedua orang tua merupakan faktor utama diterimanya doa seseorang, juga merupakan amal saleh yang paling utama dilakukan oleh seorang muslim.38 Orang tua sangat besar jasanya kepada anak-anaknya. Jasa mereka tidak dapat dihitung dan dibandingkan dengan harta atau apapun juga.39 Sesuai dengan surat Al-Ahqaf ayat 15, yaitu: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan 37
Idrus H.A, Akhlak Karimah (Solo: Aneka, 1996), hlm. 106. Rosihon Anwar, op.cit, hlm. 107. 39 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Persektif Al-Qur‟an (Jakarta: Amzah, 2007), hlm. 217. 38
48
kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri (Q.S AlAhqaf:15).40 b) Bersikap baik kepada saudara Agama islam memerintahkan untuk berbuat baik kepada sanak sodara atau kaum kerabat sesudah menunaikan kewajiban kepada Allah SWT dan orang tua. Hiduup rukun dan damai dengan saudara dapat tercapai apa bila hubungan tetap terjalin dengan saling pengertian dan tolong-menolong. Pertalian kerabat itu dimulai dari yang lebih dekat sampai kepada yang lebih jauh. Kita wajib membantu mereka, apabila mereka dalam kesukaran dan memerlukan bantuan. Sebab, dalam hidup ini, hampir semua orang mengalami berbagai kesukaran dan kegoncangan jiwa.41 2.
Akhlak di masyarakat Dalam surat Al-Qashash ayat 77, di jelaskan bahwa seseorang harus berbuat baik kepada orang lain sebagaimana Allah berbuat baik pada dirinya. Akhlak kepada masyarakat mencerminkan bagaimana interaksi seorang mukmin sesama Muslim ataupun terhadap non-Muslim.42
40
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, op.cit, hlm. 824. Idrus H.A, op.cit, hlm. 110. 42 Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur‟an (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 92. 41
49
dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS Al-Qashash:77).43 Akhlak di masyarakat diantaranya seperti berikut ini: a) Berbuat baik kepada tetangga Tetangga adalah orang yang tinggalnya berdekatan dengan tepat tinggal seseorang, yang selalu mengetahui keadaannya lebih dulu dibandigkan dengan sanak saudara ata famili-familinya yang tinggal berjauhan.44 Salah satu pencerminan masyarakat yang saleh adalah berbuat baik kepada tetangga. Islam memberikan perhatian yang sangat besar kepada masalah tetangga dan sangat menganjurkan untuk berbuat sebaik mungkin kepada mereka, baik tetangga itu muslim maupun kafir. Sebuah masyarakat yang hidup bertetangga dengan baik tidak ubahnya seperti untaian kalung yang sambung-menyambung, dimana masingmasing darinya memperkuat yang lainnya. Imam „Ali sa 43 44
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, op.cit, hlm. 623. M. Yatimin Abdullah, op.cit, hlm. 220.
50
berkata: “Sungguh aib bagi seorang laki-laki manakala dia tidur sementara tetangganya lapar dan pakainnya compangcamping”.45 b) Suka menolong orang lain Dalam hidup ini jarang sekali ada orang tidak memerlukan pertolongan orang lain. Ada kalanya karena sengsara dalam hidup, ada kalanya karena penderita batin atau kegelisahan jiwa, ada kalanya karena sedih mendapat berbagai musibah. Belum tentu orang kaya dan orang yang mempunyai kedudukan tidak memerlukan pertolongan orang lain. Oleh karena itu orang mukmin apabila melihat orang lain yang tertimpa musibah akan tergerak hatinya untuk menolong mereka sesuai dengan kemampuannya.46 3. Akhlah di sekolah Akhalk di sekolah dibagi menjadi dua, yaitu akhlak terhadap teman dan akhlak terhadap guru: a) Akhlak terhadap teman Etika Islam mengajarkan sebelum seseorang berteman hendaknya dia memeriksa dulu seperti apa watak dan perilaku temannya. Apakah temannya itu mempunyai watak baik atau buruk, kalau memang dia berwatak baik kita
45
Khalil Al-Musawi, Bagaimana Membangun Kepribadian Anda: resep-resep sederhana dan mudah membentuk kepribadian Islam sejati, Judul asli: Kaifa Tabni Syakhshiyyatah (Jakarta: Lentera, 2000), cetakan IV, hlm.100. 46 M.Yatimin Abdullah, op.cit, hlm. 114.
51
dianjurkan bergaul dengannya. Tetapi kalau teman itu berwatak buruk sementara kita bermental lemah dan tidak mempunyai
pendirian
yang
kuat,
hendaknya
kita
meninggalkan teman yang seperti itu.47 Akhlak terhadap teman, yaitu: 1) Benar dalam perkataannya Dalam keadaan apapun seorang muslim akan selalu berkata
yang
informasi,
benar,
baik
menjawab
dalam
pertanyaan,
menyampaikan melarang
dan
memerintah ataupun yang lainnya. Orang yang berkata benar akan di kasihi Allah dan di percaya oleh orang lain baik teman maupun masyarakat. Sebaliknya orang yang berdusta, tidak akan dipercaya.48 2) Benar dalam pergaulannya Seorang muslim akan selalu bergaul dengan benar, tidak menipu, tidak khianat dan idak memalsu, sekalipun pada non muslim. Orang yang shidiq dalam pergaualan jauh dari sifat sombong dan riya. Kalau melakukan sesuatu dia lakukan karena Allah, kalau meninggalkan sesuatu juga dia tinggalkan karena Allah. Dia tidak mengharap balas budi orang lain.49
47
M. Alaika Salamullah, Menyepurnakan Akhlak Etika Hidup Sehari-hari Pribadi Muslim (Jogjakarta: Cahaya Hikmah, 2003), hlm. 57. 48 Yunahar Ilyas, op.cit, hlm. 82. 49 Ibid, hlm. 83.
52
3) Tolong-menolong terhadap teman Seorang
muslim
hendaklah
suka
melakukan
tolong-menolong terhadap teman, sebab seorang teman merupakan orang terdekat kita setalah keluarga. Seperti yang dikatakan Atha‟ di dalam kitab ihya‟ ulumuddin III, karangan
Imam
Al-Ghazali,
yaitu:
“Habiskanlah
waktumu untuk temanmu, sesudah teman itu mempunyai tiga perkara: Jikalau teman itu sakit, maka jenguklah mereka. Atau teman itu sedang banyak kerjaan, maka tolonglah mereka. Atau teman itu sedang lupa, maka ingatkanlah mereka”.50 Sebagaimana terdapat dalam penggalan surat AlMaidah ayat 2 yang menjelaskan tentang tolongmenolong, yaitu: dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya (QS Al-Maidah: 2)51
50
Imam Al-Ghazali, Penerjemah Moh.Zuhri, Ihya‟Ulumuddin Jilid III (Semarang: CV. Asy-Syifa, 1992), hlm. 570. 51 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, op.cit, hlm. 157.
53
b) Akhlak terhadap guru Dalametika seorang siswa terhadap gurunya, siswa harus bersikap tidak sombong, menghormati gurunya, jujur kepada gur dan berkata sopan kepada guru, sebab guru adalah orang yang akan membimbing, menasehati dan mengarahkan kepada hal yang baik, seperti kedua orang tua kita.52 Adapun akhalak terhadap guru, yaitu: 1) Tidak sombong pada guru Tidak seharusnya seorang siswa sombong terhadap guru. Tampak kesombongannya terhadap guru adalah ia enggan untuk mencari ilmu kecuali dari orang-orang yang terpandang dan terkenal. Siswa seharusnya tidak sombong karena ilmu dan tidak menentang guru namun ia serahkan kendali urusannya kepada guru itu secara keseluruhan dalam setiap rincian, dan mendengarkan nasihatnya seperti orang yang sakit dan bodoh mendengarkan dokter yang sayang dan cerdik. Hendaklah orang yang belajar itu menjadi seperti tanah gembur yang mengisap seluruh bagian-bagiannya dan tanah itu meratakan kepada keseluruhannya karena penerimaan air hujan itu.53
52
Imam Al-Ghazali, Jalan Orang Bijak, Penerjemah Fauzi Faishal Bahreisy (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2002), cetakan III, hlm. 111. 53 Imam Al-Ghazali, Ihya „Ulumuddin Jilid I, Penerjemah Moh. Zuhri, Muqoffin Muctar, M. Muqorrobin Misbah (Semarang: CV. Asy Syifa, 2003), hlm. 154-155.
54
2) Menghormati Guru Seorang yang mencari ilmu tidak akan mendapat ilmu dan tidak akan manfaat dari ilmunya kecuali dengan mengagungkan ilmu dan orang-orang yang berilmu. Syaikh
Al
Imam
Sadiduddin
Asy
Syairazi
Rahimakumullah pernah berkata: “Barang siapa yang ingin anaknya menjadi orang alim hendaknya ia memperhatikan
guru-guru
yang
asing,
memuliakan
mereka, memberi mereka makan, menghormati mereka dan memberi mereka sesuatu, karena kelak bila anaknya tidak menjadi orang alim, maka cucunya yang akan menjadi orang alim”. Untuk penghormatan terhadap guru hendaknya seorang murid tidak berjalan di depannya, tidak duduk di tempatnya dan tidak memulai berbicara di hadapannya kecuali seizinnya.54 Sikap menghormati bukanlah sikap berlebihan yang dilakukan karena bersikap menghormati bukan berarti sikap patuh dan menjilat. Rasa hormat juga bukanlah memanipulasi orang lain. Sedangkan aturan penghormatan adalah bahwa seluruh individu pada dasarnya penting (untuk dihormati) dan pada dasarnya tiap manusia memiliki tujuan moral, jangan sampai memperlakukan 54
Imam Burhanul Islam Azzarnuji, Penerjemah Achmad Sunarto, TA‟LIMUL MUTA‟ALLIM Makna Pegon Jawa Dan Terjemahan Indonesia (Surabaya: AL MIFTAH, t.t), hlm. 71.
55
orang lain sebagai sarana untuk memperoleh kesenangan diri kita. Penghormatan bukanlah sesuatu hal yang diminta, melainkan diberikan. Dan penghormatan itu bisa kita
tunjukkan
dengan
orang
lain
yang
tingkat
kedekatannya dengan kita bisa jadi berbeda. Misalnya, bisa dengan guru kita, orangtua kita, teman kta dan orang asing yang baru kita ketahui atau kita kenal.55 3) Bersikap Jujur Kepada Guru Seorang muslim hendaklah berkata jujur dalam menuntut ilmu. Namun terkadang orang sulit berkata jujur, tapi sifat jujur dapat menjadi mudah bagi mereka yang mempunyai tekad. Maka, berniatlah sekarang untuk menjadi orang jujur dan bersikaplah konsisten diatasnya sepanjang
hidupmu.
Sebab,
akhlak
tersebut
bisa
diwujudkan jika kita mau bertekad kuat. Jadilah seseorang yang jujur seperti Abu Bakar, karena kejujuranya Abu Bakar pun mendapat gelar al-shiddiq (orang yang jujur), sebab beliau jujur dalam tiga hal: dalam niat, dalam ucapan, dalam tindakan. Dan juga dalam setiap gerak dan diamnya. Hendaklah seseorang dalam menuntut ilmu berperilaku seperti Abu Bakar. Baik pada saat berbicara
55
Fatchul Mu‟in, op.cit , hlm. 212.
56
pada gurunya, bertingkahlaku pada saat bersama temantemannya, dan niat dalam menuntut ilmu.56 4) Berkata Sopan Kepada Guru Setiap muslim dalam menuntut ilmu hendaklah berkata halus dan lembut. Karena Islam memberikan tuntunan agar kita berbicara dengan suara yang halus dan lembut, terlebih lagi jika pembicaraan itu kita tunjukan terhadap orang yang lebih tua, terutama pada kedua orang tua dan guru. Hal ini lebih mencerminkan kesopanan dan keindahan budi pekerti kita dihadapan sesama. Selain itu, perkataan yang halus dan lembut juga akan memberikan kesan baik, menghindarkan munculnya kesalah pahaman, menyinggung
dan
menyakiti
perasaan
orang
lain.
Sebaliknya perkataan yang keras dan kasar selain mencerminkan keangkuhan dan rendahnya budi pekerti kita, juga akan dapat melukai perasaan orang lain. Oleh sebab itu, hendaklah siswa melembutkan suara dalam berbicara dengan gurunya, namun tetap jelas didengar dan mudah dipahami.57 Sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Luqman ayat 19:
56
Amr Khaled, op.cit, hlm. 117. Haryanto Al-Fandi, Etika Bermuamalah Berdasarkan Al-Qur‟an dan Sunnah (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 53. 57
57
dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai (QS. Luqman: 19).58 c. Fungsi Akhlak Adanya akhlak adalah untuk mencapi kebahagian hidup umat manusia dalam kehidupannya, baik di dunia maupun akhirat. Pentingnya akhlak semakin terasa jika dikaitkan dengan maraknya aksi tauran remaja, amuka masa, perampokan, penjambretan, penodongan, korupsi, manipulasi dan berbagai macam kejahatan lainya. Untuk mencegah perilaku tersebut timbul pada para siswa dilakukan upaya melaluli penanaman akhlakul karimamah. Karena jika seseorang dari kecil ditanami dengan akhlakul karimama, kelak jika mereka telah dewasa entah mereka kaya atau miskin, perpendidikan tinggi atau redah, memiliki jabatan tinggi atau rendah, ataupun tidak memiliki jabata sama sekali, insya Allah akan dapat memperoleh kebahagiaan. Jika generasi muda memiliki akhlakul karimamah, di dalam menyongsong kemajuan zaman, bangsa indonesia akan memiliki moral kualitas unggul. Bangsa yang unggul dalam perspektif Isalam adalah bangsa yang berakhlakul karimamah.59
58 59
Kementrian Agama RI. Al-Qur‟an dan Terjemahan, op.cit, hlm. 655. Nur Hidayat, M.Ag., op.cit., hlm.30.
58
Dengan seseorang memiliki akhlakul karimamah, memiliki fungsi agar manusia menjalankan perilaku yang baik dan santun tanpa unsur ketertekanan maupun keberatan. Hal ini terjadi ketika moralitas yang baik ini telah menjadi „malakah‟ (telaten) yang menancap kokoh dalam diri hingga menjadi karakter dirinya.60 Dan siswa yang memiliki akhlak yang baik pada dirinya, diharapkan akan terwujud manusia yang ideal, anak yang bertawakal kepada Allah SWT dan cerdas. Di dunia pendidikan, akhlak yang baik sangat penting dalam pembentukan mental anak atau remaja agar tidak mengalami penyimpangan.61
60
Muhammad Fauqi Hajjaj, op.cit, hlm. 224. Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja (Jakarta: Bina Aksara, 2001), cetakan ke III, hlm. 149. 61