HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN YASINAN DENGAN PERILAKU BIRRUL WALIDAIN DI DUSUN KRAJAN 1 DESA SOROPADAN TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh Siti Nafi`ah Muthoharoh Wijayati NIM 12106017
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012
1
2
3
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Siti Nafi’ah Muthoharoh Wijayati
NIM
: 121 06 017
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: PAI
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 29 Januari 2012 Yang Membuat Pernyataan
Siti Nafi’ah Mutoharoh W. NIM: 121 06 017
4
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO Keridhaan Allah dalam keridhaan ibu-bapak, dan kemurkaan-Nya dalam kemurkaan ibu-bapak (Sabda Rasulullah saw).
PERSEMBAHAN
Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Ibunda yang tak henti-hentinya mendoakan dan selalu memberi motivasi kepada penulis; 2. Almarhum Ayahanda, semoga apa yang penulis kerjakan bisa membuat bangga beliau dan menjadi tabungan amal shalihnya, karena dari beliaulah penulis belajar banyak hal dan semoga Allah memberikan tempat terindah buat beliau; 3. Mas Pamungkas Adi Nugroho yang diciptakan Allah sebagai suami terhebat, dan putriku Talita Meysa Yafi yang selalu mendukung penulis dalam segala hal. 4. Mbak Ella (Almarhumah kakak perempuan penulis), engkau motivator yang selalu ada di hatiku; 5. Keluarga besar penulis terutama Dek Nurul dan Mbak Sochiyah serta saudara-saudara penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas semuanya 5
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufik-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Yasinan dengan Perilaku Birrul Walidain di Dusun Krajan I Desa Soropadan Tahun 2011. Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga yang telah menyetujui pembahasan skripsi ini; 2. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh keikhlasan dan sabar mencurahkan pikiran serta tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam membimbing penyelesaian penulisan skripsi ini; 3. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu dan pelayanan hingga studi ini selesai;
6
4. Seluruh masyarakat Dusun Krajan I Desa Soropadan, khususnya semua anggota Yasinan yang telah bersedia memberikan informasi-informasi dalam menyusun skripsi ini; 5. Ibu, suami dan anakku tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun spiritual, serta senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya cita-cita; 6. Saudara-saudara dan sahabat-sahabatku semua yang telah membantu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda, amin. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
semua
itu
dikarenakan
keterbatasan
kemampuan
serta
pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca pada umumnya serta bermanfaat bagi dunia pendidikan, bagi agama, nusa dan bangsa, amin. Salatiga, 29 Januari 2012 Penulis
Siti Nafi’ah Muthoharoh W. NIM: 121 06 017
7
ABSTRAK Wijayati, Siti, Nafi’ah, Muthoharoh. 2011. 12106017. Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Yasinan dengan Perilaku Birrul Walidain di Dusun Krajan I Desa Soropadan Tahun 2011. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Bahroni, M.Pd. Kata Kunci: Kegiatan Yasinan dan Perilaku Birrul Walidain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: adakah hubungan antara keaktifan mengikuti kegiatan Yasinan dengan perilaku birrul walidain di Dusun Krajan I Desa Soropadan Tahun 2011. Penelitian ini menggunakan metode angket. Subyek penelitian sebanyak 33 responden, menggunakan teknik sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen observasi dan angket untuk menjaring data kegiatan Yasinan dengan perilaku birrul walidain. Dalam penelitian ini pendekatan yang diterapkan oleh peneliti adalah pendekatan korelasiomal kuantitatif. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik (pendahuluan dan lanjut). Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis korelasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keaktifan mengikuti kegiatan Yasinan pada kategori baik hanya 7 responden dengan persentase 21,21%, dan kategori sedang mancapai angka frekuensi tertinggi yakni 14 responden dengan persentase 42,42%. Adapun kategori rendah 12 responden dengan persentase 36,37%. Sedangkan perilaku birrul walidain pada anggota Yasinan di Dusun Krajan I Desa Soropadan tahun 2011 kategori tinggi mencapai angka frekuensi 10 responden dengan persentase 30,3%, kategori sedang mencapai angka frekuensi 20 responden dengan persentase 60,6%. Sedangkan kategori rendah hanya terjadi pada 3 responden dengan persentase 9,1%. Uji hipotesis menunjukkan adanya korelasi antara keaktifan mengikuti kegiatan Yasinan dengan perilaku birrul walidain di Dusun Krajan I Desa Soropadan tahun 2011, hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rhitung) sebesar 0,557 lebih kecil dari rtabel pada taraf signifikan 1 % (0,344) dan taraf signifikansi 5% (0,442). Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara mengikuti kegiatan Yasinan dengan perilaku birrul walidain di Dusun Krajan I Desa Soropadan tahun 2011.
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................
i
SURAT PENGESAHAN KELULUSAN ……………………………..
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..............................................
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..........................................................
iv
KATA PENGANTAR .............................................................................
vi
ABSTRAK ................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................
.
xii
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
.
xiii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...........................................................
1
B. Rumusan Masalah.....................................................................
3
C. Tujuan Penelitian......................................................................
3
D. Hipotesis Penelitian .................................................................
4
E. Manfaat Penelitian ...................................................................
5
F. Definisi Operasional ................................................................
5
G. Metodologi Penelitian ..............................................................
6
1. Pendekatan Penelitian ........................................................
6
9
2. Populasi dan Sampel ..........................................................
7
3. Metode Pengumpulan Data ...............................................
8
H. Teknik Analisis Data ...............................................................
I.
9
1. Analisis Pendahuluan ........................................................
9
2. Analisis Lanjut ...................................................................
9
Sistematika Penulisan .............................................................. 10
BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Keaktifan Mengikuti Kegiatan Yasinan ..................................
12
1. Pengertian Kegiatan Yasinan ............................................. 12 2. Isi Yasinan .........................................................................
14
3. Manfaat Yasinan ................................................................ 16 B. Birrul Walidain ........................................................................
20
1. Pengertian Birrul Walidain ................................................ 20 2. Pentingnya Birrul Walidain ...............................................
21
3. Ciri-ciri Perilaku Birrul Walidain ......................................
25
C. Perilaku Birrul Walidain Kaitannya dengan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Yasina ....................................................
34
BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Dusun Krajan I Desa Soropadan ................
38
1. Sejarah Kegiatan Yasinan di Dusun Krajan I Desa Soropadan ................................................................ 39 2. Visi dan Misi ......................................................................
40
3. Isi Kegiatan Yasinan di Dusun Krajan I Desa Soropadan ..
40
10
4. Susunan Organisasi ............................................................ 41 5. Responden atau Populasi ................................................... 42 B. Data Keaktifan Mengikuti Kegiatan Yasinan dengan Birrul Walidain ..................................................................................
43
1. Data Tentang Jawaban Angket Keaktifan Mengikuti Kegiatan Yasinan............................................................... 2. Data Tentang Jawaban Angket Perilaku Birrul Walidain ..
43 44
BAB IV : ANALISIS DATA A. Analisis Pendahuluan ..............................................................
46
B. Analisis Lanjut .........................................................................
61
C. Pembahasan ............................................................................. 65 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ..............................................................................
66
B. Saran ........................................................................................ 67 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Angket Keaktifan Mengikuti Kegiatan Yasinan Lampiran 2 Angket Perilaku Birrul Walidain Lampiran 3 Pertannyaan Interview Lampiran 4 Foto Kegiatan Yasinan Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian Lampiran 6 Nota Pembimbing Lampiran 7 Keterangan SKK Lampiran 8 Lembar Konsultasi Lampiran 9 Persetujuan Pembimbing Lampiran 10 Daftar Riwayat Hidup
12
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Konsep Islam tentang hakikat manusia secara mendasar telah diajarkan oleh Allah SWT
dalam Al-qur’an yang dikembangkan lebih
lanjut oleh Nabi Muhammad SAW dalam sunnahnya. Manusia diciptakan oleh Allah selain menjadi hamba-Nya juga menjadi penguasa (khalifah) di atas bumi. Selaku hamba dan khalifah, manusia diberi kelengkapan kemampuan jasmaniah (biologis) dan rohaniah (psikologis) yang dapat ditumbuhkembangkan seoptimal mungkin, sehingga menjadi alat budaya, guna dalam ihtiar kemanusiaannya untuk melaksanakan tugas kehidupan di dunia (Arifin, 1991:156). Berbakti kepada kedua orang tua, sebuah tema yang dijadikan oleh kebanyakan orang yang hidup pada masa sekarang ini sebagai sesuatu yang terlupakan atau hal yang bersifat sekunder (Al-Fahham, 2006:17). Fenomena saat ini memberikan suatu gambaran kehidupan yang semakin kompetetif dalam segala hal, yang paling sering kita lihat di mana manusia sering melupakan tanggung jawabnya sebagai manusia dikarenakan lingkungan yang tidak bersahabat untuk tumbuh dan berkembangnya seorang anak. Lingkungan yang tidak bersahabat adalah lingkungan yang memberikan dampak negatif bagi perilaku seseorang diantaranya; tidak ada rasa hormat kepada
orang tua, meninggalkan rutinitas atau kegiatan 13
yang
berhubungan dengan agama, tidak malu melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan ajaran agama,dan sebagainya. Sebagai keluarga muslim, tentu tidak ingin jika anak-anak kita tumbuh dan berkembang dengan kepribadian dan akhlak yang tidak sesuai dengan yang diajarkan Islam. Mempunyai anak yang berperilaku sesuai dengan ajaran agama merupakan dambaan dari setiap orang tua. Namun, usaha untuk membentuk mereka supaya menjadi anak yang shalih yang berperilaku sesuai dengan ajaran agama bukanlah pekerjaan yang mudah, perlu perencanaan, usaha gigih, serta istiqomah dari orang tua. Menurut Daradjat (1995:64), menyebutkan bahwa, dalam ajaran Islam, menyemai rasa agama kepada anak dimulai sejak pertemuan ibu dan bapak yang membuahkan janin dalam kandungan, yang dimulai dengan berdoa kepada Allah. Selanjutnya memanjatkan doa dan harapan kepada Allah, agar janinnya kelak lahir dan besar menjadi anak shalih. Anak shalih sangat didambakan oleh setiap orang tua karena anak yang shalih yang bisa memberikan pertolongan bagi kedua orang tua sebagaimana hadits Rasullullah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Abu Hurairah:
َﺣَﺪﱠ ﺛّﻨﺎَ ﯾَﺤْﯿَﻰ ﺑْﻦُ اﯾﱡﻮبَ وَ ﻗُﺘَﯿْﺒَﺔ ﯾَﻌْﻨِﻲ اﺑْﻦَ ﺳَﻌِﯿْﺪٍ و اﺑْﻦُ ﺣُﺠْﺮِ ﻗﺎَﻟﻮا ﺣَﺪﱠﺛﱠﻨﺎ َاِﺳْﻤَﻌِﯿﻞُ ھُﻮَ اﺑْﻦُ ﺟَﻌْﻔَﺮ ﻋَﻦ اﻟﻌﻼء ﻋﻦ اﺑﻲ ھُﺮَﯾْﺮَةَ اَنﱠ رَﺳُﻮلَ اﷲ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢ ُﻗَﺎل اِذَ ﻣَﺎت اﻻﻧﺴَﺎنُ اِﻧْﻘَﻄَﻊَ ﻋَﻨْﮫُ ﻋَﻤَﻠُﮫُ اِﻻﱠ ﻣِﻦْ ﺛَﻠَﺎثٍ ﺻَﺪَ ﻗَﺔٍ ﺟَﺎرِ ﯾَﺔٍ وَﻋِﻠْﻢٍ ﯾُﻨْﺘَﻔَﻊ ُﺑِﮫِ وَوَﻟَﺪٍ ﺻَﺎﻟِﺢٍ ﯾَﺪْﻋُﻮﻟَﮫ
14
Artinya; Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibahyaitu Ibnu Sa`id dan Ibnu Hujr mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Isma`il yaitu Ibnu Ja`far dari Al`Ala` dari Ayahnya dari Abu Hurairah, bahwa Rassulullah Shallallahu`alaihi wasalllam bersabda : Apabila manusia sudah mati maka terputuslah amalnya, kecuali tiga macam: (1) sedekah jariyah (wakaf), (2) ilmu yang bermanfaat, dan (3) anak shalih yang mendoakan kepadanya (Musthofa, 1993:181) Salah satu metode dalam mendidik dan mengajarkan anak supaya menjadi anak yang shalih yaitu dengan cara memberikan pendidikan dan keteladanan dalam perilaku untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dalam kehidupan sehari-hari serta berusaha menciptakan lingkungan yang berbau agama.
B.
Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana tingkat keaktifan masyarakat dalam mengikuti kegiatan Yasinan di Dusun Krajan I Desa Soropadan?
2.
Bagaimana tingkat perilaku birrul walidain masyarakat di Dusun Krajan I Desa Soropadan?
3.
Adakah hubungan antara aktivitas mengkuti kegiatan Yasinan dengan perilaku birrul walidain di Dusun Krajan I Desa Soropadan?
C.
Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, ada beberapa tujuan yang akan dicapai, yaitu : 1.
Untuk mengetahui data tentang tingkat keaktifan masyarakat mengikuti kegiatan Yasinan.
15
2.
Untuk mengetahui tingkat perilaku birrul walidain masyarakat di Dusun Krajan I Desa Soropadan.
3.
Untuk mengetahui tingkat keaktifan masyarakat dalam kegiatan Yasinan hubungan dengan perilaku birrul walidain.
D.
Hipotesis Penelitian Hipotesis juga bisa dipandang sebagai konklusi, suatu konklusi yang sifatnya sangat sementara. Sebagai konklusi, sudah tentu hipotesis tidak dapat dibuat semena-mena, melainkan atas dasar pengetahuan-pengetahuan tertentu (Hadi, 1981:63). Menurut Soeharto (1989:135), hipotesis adalah : a. Sesuatu yang masih kurang dari sebuah kesimpulan. b. Sebuah kesimpulan yang belum final karena masih harus dibuktikan kebenarannya. c. Jawaban duga yang dianggap besar kemungkinannya untuk menjadi benar. Relevan dengan judul penelitian “Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Yasinan dengan Perilaku Birrul Walidain di Dusun Krajan I Desa Soropadan Tahun 2011”, maka dapat penulis ajukan rumusan hipotesis sebagai berikut: ada hubungan positif antara keaktifan mengikuti kegiatan Yasinan dengan perilaku birrul walidain di Dusun Krajan I Desa Soropadan.
16
E.
Manfaat Penelitian Terhadap tema yang penulis ambil, mengharapkan dapat bermanfaat baik dari segi ilmiah atau sosial. Dari segi ilmiah, diharapkan hasil penelitian dapat memperoleh temuan dibidang psikologis pendidikan. Sementara dari aspek sosial, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan akhlak pada anggota Yasinan. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan tentang perilaku birrul walidain dan seberapa jauh juga mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
F.
Definisi Operasional Untuk memperoleh gambaran yang jelas, agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap apa yang terkandung dalam skripsi ini, maka perlu kiranya diperjelas dan dibatasi pengertiannya sebagai berikut: 1.
Keatifan: Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat (bekerja, berusaha), keaktifan adalah kegiatan atau kesibukan. Keaktifan berarti usaha yang dilandasi ketekunan untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Depdikbud, 1994: 19).
2.
Yasinan: Yasinan adalah acara membaca surat Yasin yang biasanya juga dirangkai dengan Tahlilan. Di kalangan masyarakat Indonesia istilah Tahlilan dan Yasinan populer digunakan untuk menyebut sebuah acara dzikir bersama, doa bersama, atau majlis dzikir. Singkatnya, acara Tahlilan, dzikir bersama, majlis dzikir, atau doa bersama adalah ungkapan yang berbeda untuk menyebut suatu kegiatan yang sama, 17
yaitu: kegiatan individual atau berkelompok untuk berdzikir kepada Allah SWT, Keaktifan masyarakat mengikuti kegiatan Yasinan malam Jumat dengan indikator sebagai berikut;
3.
a.
Kehadiran dalam pertemuan
b.
Memberi sumbangan pikiran demi kemajuan kegiatan Yasinan
c.
Bertanggung jawab pada tugas organisasi
d.
Adanya solidaritas dalam mengikuti kegiatan Yasinan
e.
Rela menyediakan tempat
f.
Mau ikut mengisi acara dalam kegiatan Yasinan
Birrul walidain, terdiri dari kata birru dan al-walidain. Birru atau albirru artinya kebajikan. Al-walidain artinya dua orang tua atau ibu bapak (Ilyas, 1999: 147) Adapun perilaku birrul walidain, indikatornya adalah sebagai berikut: a.
Melayani orang tua ketika diperlukan
b.
Memenuhi panggilan orang tua
c.
Patuh menjalankan perintah orang tua
d.
Berbicara dengan bahasa yang sopan dan lemah lembut
e. Merendahkan
tubuh
dihadapan
dibelakangnya f.
G.
Mendoakan orang tua
Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
18
orang
tua
dan
berjalan
Dalam penelitian ini pendekatan yang diterapkan oleh peneliti adalah pendekatan korelasional kuantitatif. Yang dimaksud pendekatan korelasional adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 1995:326). Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain pada koefisien korelasi (Suryabrata, 2009:82). Sedangkan penelitian kuantitatif pada hakikatnya adalah sebuah penelitian yang pengumpulan datanya dinyatakan dalam bentuk nilai absolut (Sukandarrumidi, 2004:65). 2. Populasi dan Sampel a. Populasi Menurut
Sukandarrumidi (2004:47),
populasi
adalah
keseluruhan obyek penelitian baik terdiri dari benda yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data dan memiliki karakter tertentu dan sama. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua anggota Yasinan Putri di Dusun Krajan I Desa Soropadan, yang berjumlah 33 orang.
b. Sampel Menurut Sukandarrumidi (2004:50), sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dari objek yang merupakan sumber data.
19
Tidak ada ketentuan yang pasti untuk menentukan berapa jumlah sampel yang harus diambil, jika jumlah anggota subjek dalam populasi hanya meliputi antara 100 sampai 150 orang, dan dalam pengumpulan data peneliti menggunakan angket, sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya (Arikunto, 1995:125). Untuk itu penulis memilih semua populasi untuk dijadikan sampel, sehingga penelitian ini dinamakan penelitian populasi (Arikunto, 1995:209). Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
semua anggota Yasinan putri di Dusun Krajan I Desa
Soropadan. 3. Metode Pengumpulan Data a. Interview Menurut Kartono (1990:187) metode interview yaitu metode yang digunakan dengan cara bertanya langsung kepada responden untuk mendapatkan informasi. b. Angket Angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang (yang dalam hal ini disebut responden), dan cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis (Arikunto, 1995:135). Model angket yang digunakan penulis adalah angket tertutup, yaitu angket yang dibentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang (v) pada kolom atau tempat yang sesuai (Arikunto, 1995:137).
20
Angket disebarkan kepada responden untuk mendapatkan informasi atau jawaban yang berkenaan dengan keaktifan masyarakat mengikuti kegiatan Yasinan dan sejauh mana perilaku birrul walidain mereka.
H. Teknik Analisis Data 1. Analisis Pendahuluan Yaitu teknik analisis data dengan menggunakan rumus: P=
x 100%
Keterangan: P : Persentase Perolehan F : Frekuensi N : Jumlah Sampel Rumus persentase ini untuk menganalisis dari tiap-tiap kategori kedua variabel yaitu keaktifan mengikuti kegiatan Yasinan hubungan dengan perilaku birrul walidain 2. Analisis Lanjut Sesuai dengan jenis data penelitian, maka sebagai tindak lanjut dari data yang telah dikumpulkan dari kedua variabel, yaitu mengikuti kegiatan Yasinan (variabel x) dan perilaku birrul walidain (variabel y), peneliti menggunakan rumus korelasi product moment, dengan angka kasar (Arikunto, 1995:425-426).
21
(∑ )(∑ )
∑
rxy = (∑
)
(∑ )
(∑
)
(∑ )
Keterangan: rxy : nilai koefisien korelasi antara x dan y xy : perkalian antara variabel x dan y x
: nilai variabel 1
y
: nilai variabel 2
N
: banyaknya subjek pemilik nilai
∑
: sigma
I. Sistematika Penulisan Skripsi Dalam penelitian ini penulis membagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut: BAB I
:
Pendahuluan Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian, teknik analisis data dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II
:
Kajian Pustaka Bab ini berisi tentang keaktifan mengikuti kegiatan Yasinan meliputi: pengertian, isi Yasinan, dan manfaat Yasinan. Perilaku birrul walidain meliputi: pengertian,ciri-ciri birrul
22
walidain, dan perilaku birrul walidain di rumah pengaruh keaktifan mengikuti kegiatan Yasinan BAB III :
Laporan Hasil Penelitian Bab ini berisi tentang gambaran umum kegiatan Yasinan di Dusun Krajan I Desa Soropadan (letak geografis, sejarah berdirinya,
visi misi,
isi kegiatan Yasinan,
susunan
organisasi, dan data populasi) serta data tentang hubungan keaktifan mengikuti kegiatan Yasinan terhadap perilaku birrul walidain yang terdiri dari data tentang jawaban angket pengaruh mengikuti kegiatan Yasinan dan data tentang jawaban angket perilaku birrul walidain. BAB IV :
Analisis Data Bab ini meliputi adanya pengelolaan data yang telah diperoleh dari penelitian lapangan untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan statistik melalui analisis pendahuluan dan analisis lanjut.
BAB V
:
Penutup Berisi tentang penutup, kesimpulan, saran dan lampiran
23
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keaktifan Mengikuti Kegiatan Yasinan 1. Pengertian Kegiatan Yasinan Dalam masyarakat muslim di Negara Indonesia ada satu tradisi yang disebut Yasinan dan Tahlilan. Tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu diwariskan turun temurun dan tidak diketahui pasti tentang hari, tanggal, bulan dan tahun serta siapa orang pertama yang mengadakan. Namun yang jelas, acara tersebut dibentuk oleh umat Islam sebagai wadah kegiatan kemasyarakatan dan yang bersifat keagamaan, sebagai ajang silaturrahim. Maka dibentuk acara yang berbau keagamaan yang mereka beri nama Yasinan Yasinan diambil dari kata : ya sin (
) ﯾﺲayat pertama dari surat
Yasin yaitu surat ke 36 dari 114 surat dalam Al-Qur’an. Maksudnya adalah mengadakan suatu majlis yang di dalamnya dibaca surat Yasin (Abdullah, 2008:1). Adapun Tahlilan berasal dari bahasa Arab tahliil (ٌ )ﺗَﮭْﻠِﯿْﻞdari akar kata
ھَﻠﱠﻞَ– ﯾُﮭَﻠِّﻞُ –ﺗَﮭْﻠِﯿْﻼyang berarti mengucapkan kalimat: ﻻَ اِ ﻟﮫَ اِ ﻻﱠ اﷲ
(http://ulamakelasik.blogspot.com/2011/05). Tahlilan adalah ritual/upacara selamatan yang dilakukan sebagian umat Islam, kebanyakan di Indonesia dan kemungkinan di Malaysia, untuk
24
memperingati dan mendoakan orang yang telah meninggal yang biasanya dilakukan pada hari pertama kematian hingga hari ketujuh, dan selanjutnya dilakukan pada hari ke-40, ke-100, kesatu tahun pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Adapula yang melakukan Tahlilan pada hari ke-1000 (http://id.wikipedia.org/wiki/Tahlilan). Berkaitan dengan hal tersebut, Madchan (2009:2) menyatakan bahwa tahlil berasal dari kata dasar hallala-yuhallilu tahlilan
ُھَﻠﱠﻞَ– ﯾُﮭَﻠِّﻞ
yang artinya membaca kalimah
ﻻَ اِ ﻟﮫَ اِ ﻻﱠ اﷲ
– ﺗَﮭْﻠِﯿْﻼ
(laa ilaaha
illallaah: tiada Tuhan selain Allah). Menurut pengertian yang dipahami dalam perkataan sehari-hari, tahlil berarti membaca serangkain surat-surat Al-Qur’an, ayat-ayat pilihan, dan kalimat-kalimat dzikir pilihan, yang diawali dengan membaca surat Al-Fatihah dengan meniatkan pahalanya untuk para arwah yang dimaksudkan oleh si pembaca atau oleh si empunya hajat, dan kemudian ditutup dengan doa. Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kata Tahlilan berasal dari bahasa Arab yang berarti mengucapkan kalimat
ﻻَ اِ ﻟﮫَ اِ ﻻﱠ اﷲ
dan menurut pengertian di lingkungan masyarakat adalah
sama dengan pendapat Madchan yaitu membaca serangkain surat-surat AlQur’an, ayat-ayat pilihan, dan kalimat-kalimat dzikir pilihan, yang diawali dengan membaca surat Al-Fatihah dengan meniatkan pahalanya untuk para arwah yang dimaksudkan oleh si pembaca atau oleh si empunya hajat, dan kemudian ditutup dengan doa.
25
Yasinan dan Tahlilan ini biasa dilakukan dalam momen-momen tertentu, di antaranya adalah setiap malam Jumat, setelah ada orang meninggal sejak hari pertama hingga hari ketujuh, memperingati empat puluh hari orang yang meninggal, seratus harinya, setahunnya, dua tahunnya, dan seribu harinya (Haidar , 2010:11). Jadi Yasinan adalah sebuah nama dari acara majlis dzikir yang di dalamnya dibaca surat Yasin yang dirangkai dengan tahlil yang diadakan setiap malam Jumat atau memperingati dan mendoakan orang yang meninggal. Dalam acara Yasinan pada prakteknya bukan hanya surat Yasin yang dibaca, namun ada yang mengisinya dengan tadarus AlQur’an, tahlil, shalawat, tasbih, tahmid, takbir, dan bahkan pengajian. Acara Yasinan adalah budaya yang diadakan oleh sebagian masyarakat dan yang bernuansa keagamaan sebagai kegiatan dan wadah tali silaturrahim yang diadakan sebagai kegiatan rutin, bila dilihat dari prakteknya, tidak jauh berbeda dan bahkan sama seperti majlis dzikir. Karena dalam acara Yasinan tersebut diisi dzikir, membaca Al-Qur’an, membaca tahlil, tahmid, takbir, shalawat dan sebagainya. 2. Isi dari Yasinan Berikut ini adalah contoh rangkaian bacaan yang biasa dibaca dalam acara Yasinan (Musthafa, 2010:26) a. Membaca surat Yasin yang terdiri dari 83 ayat b. Membaca surat Al-Fatihah
26
c. Membaca surat Al-Ikhlas d. Membaca surat Al-Falaq e. Membaca surat An-Naas f. Membaca surat Al-Baqaroh 1-5 g. Membaca surat Al-Baqarah 163 h. Membaca surat Al-Baqarah 255 (ayat kursi) i. Membaca surat Al-Baqarah 284-286 j. Membaca surat Hud 73 k. Membaca surat Al-Ahzab 33 dan 56 l. Membaca khauqolah m. Membaca istiqhfar n. Membaca tahlil o. Membaca tasbih p. Membaca shalawat q. Membaca doa Kegiatan Yasinan sudah menjadi tradisi masyarakat Islam sehingga tidak sedikit orang-orang Islam yang hafal dengan surat Yasin karena setiap malam Jumat dibaca secara bersama-sama. Adapun kandungan surat Yaasin menurut Baraja (2006:2) sebagai berikut : a. Surat Yaasin menerangkan tentang keimanan pada hari akhir b. Surat Yaasin menggunakan nada pembicaraan yang menggugah perasaan kita ketika menyebutkan bahwa Allah yang menciptakan kita
27
c. Kekecewaan yang sangat bagi yang ingkar dan kufur kepada Allah, karena tidak dapat kembali mengulang hidupnya di dunia dan pintu taubat telah tertutup d. Balasan bagi yang beriman adalah mendapat kehormatan “salam” dari Allah SWT e. Surat Yasin juga menunjukkan kebesaran Allah di alam raya. Kandungan surat Yasin yang indah ini seharusnya dapat mendorong orang-orang yang membacanya agar bisa selalu melakukan perbuatan baik. Selain mempunyai kandungan yang indah surat Yasin juga mempunyai fadhilah yang bermacam-macam. Adapun fadhilah surat Yasin menurut Abdullah (2008:22) di antaranya : a. Orang yang membaca surat Yasin di malam hari di pagi harinya telah diampuni dosanya b. Orang yang membaca surat Yasin dimudahkan urusannya baik pada waktu pagi maupun petang c. Surat Yasin adalah pokok dan hatinya Al-Qur’an d. Orang yang membiasakan membaca surat Yasin pada tiap-tiap malam kemudian meninggal dunia, maka meninggal dalam keadaan syahid. 3. Manfaat Yasinan Tujuan mengadakan acara Yasinan adalah untuk mengoptimalkan kegiatan kemasyarakatan dan yang bersifat keagamaan agar lebih bermanfaat dan untuk mempererat tali silaturrahim (Abdullah, 2008:8).
28
Di antara manfaat kegiatan Yasinan menurut Musthafa dalam buku Dahsyatnya Yasin dan Tahlil (2010:22) adalah sebagai berikut : a. Dengan adanya Yasinan dan Tahlilan mereka yang masih malas untuk membaca
Al-Qur’an
dan
berdzikir
dengan
sendirinya
akan
melaksanakannya. Kadang kala orang malas untuk beribadah sendirian, dan dia akan menjadi rajin ketika ada orang banyak yang menemaninya. b. Dengan adanya Yasinan dan Tahlilan jalinan silaturrahim akan terbentuk. Orang-orang yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing akan berkumpul di satu tempat yang sama dan melakukan amalan ritual bersama-sama. Mereka juga akan mengerti kabar saudara atau tetangganya jika sakit, atau jika memerlukan bantuan yang lain. Dan mereka akan bersatu membantu saudaranya yang memerlukan. c. Dalam masyarakat kadang kala ada dua orang yang tidak sependapat. Namun karena mereka bertemu dalam acara Yasinan dan Tahlilan, berjabat tangan dan duduk bersama, maka tanpa terasa mereka akan kembali berdamai. d. Dalam acara Yasinan dan Tahlilan biasanya tuan rumah menyajikan minuman dan makanan kecil. Ini juga akan menjadi perekat persaudaraan mereka. e. Dengan adanya acara Yasinan dan Tahlilan tentu memberikan aktivitas positif bagi mereka sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk berhura-hura. Dari beberapa manfaat di atas bisa kita lihat sangat berpengaruh untuk individu yang menjalankannya dan juga masyarakat terutama bagi 29
beberapa orang yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya, pagi hari sudah berangkat, pulang sore hari maka dengan mengikuti kegiatan Yasinan bisa menjaga hubungan silaturrahim antara masyarakat di lingkungannya. Dan dengan mengikuti kegiatan Yasinan kita bukan hanya sekedar berkumpul tapi juga berzikir megingat Allah itu lebih baik dari pada berkumpul menggunjing orang lain. Meski kegiatan Yasinan sangatlah bermanfaat tetapi masalah Tahlilan dan Yasinan ini masih menjadi perdebatan sengit. Ada yang bersikap pro dan ada yang bersikap kontra atau anti Tahlilan dan Yasinan. Adapun mereka yang kontra menggunakan dasar sebagai berikut (Musthafa, 2010:14) a. Acara Tahlilan dan Yasinan tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw dan para sahabat. b. Ada pemborosan dalam acara Tahlilan dan Yasinan. Terkadang makanan yang disajikan terlalu mewah sehingga menampilkan kesan pemborosan dan terkadang orang yang memiliki hajat memaksakan diri hingga berhutang ke sana ke mari. c. Apabila manusia meninggal dunia maka amalnya terputus kecuali tiga hal; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih yang senantiasa mendoakan ibu bapaknya. Sementara itu, orang-orang yang mengadakan Tahlilan dan Yasinan juga memiliki alasan-alasan yang kuat. Di antara alasan orang-orang yang
30
pro terhadap acara Tahlilan dan Yasinan adalah sebagai berikut (Musthofa, 2010:16) a. Nabi Muhammad saw dan para sahabat memang tidak pernah mengadakan acara Tahlilan dan Yasinan. Akan tetapi semua yang dibaca dalam acara Tahlilan dan Yasinan adalah amalan-amalan yang diajarkan oleh Nabi seperti ayat-ayat Al-Qur’an, istighfar, tasbih, tahmid dan sebagainya b. Acara Tahlilan memiliki dampak positif bagi masyarakat. Dengan acara Tahlilan dan Yasinan orang banyak berkumpul dan terjadilah silaturrahim c. Adapun doanya diterima atau ditolak, itu adalah hak Allah secara mutlak. Boleh dan tidaknya Tahlilan dan Yasinan adalah masalah yang selalu diperselisihkan dan semua mempunyai dasar yang kuat dan semuanya benar. Tetapi sebagai umat yang beragama kita harus bisa menghargai pendapat orang lain dan tidak boleh terlalu berlarut-larut dalam masalah yang bisa memecah belah umat Islam. Mereka yang melarang Tahlilan dan Yasinan perlu meneliti juga manfaat Tahlilan dan Yasinan. Sebab ternyata bagaimanapun juga Tahlilan dan Yasinan ada manfaatnya. Bukti empirik masyarakat yang kegiatan ruhaninya seperti Tahlilan dan Yasinan mereka lebih mudah ditata. Paling tidak dengan menghadiri kegiatan Tahlilan dan Yasinan masyarakatnya tidak mudah terjebak kepada pergaulan bebas.
31
Orang-orang yang pro dengan kegiatan Tahlilan dan Yasinan juga perlu memperhatikan mashlahat dan madharatnya. Jangan sampai demi mengundang orang untuk Tahlilan atau Yasinan harus berhutang ke sana ke mari yang akhirnya malah membebani diri sendiri dan orang lain.
B. Birrul Walidain 1. Pengertian birrul walidain Menurut Ilyas (1999:147), birrul walidain terdiri dari kata birru dan al-walidain. Birru atau al-birru artinya kebajikan. Al-walidain artinya dua orang tua atau ibu bapak. Jadi birrul walidain adalah berbuat kebajikan kepada kedua orang tua. Adapun menurut kyai Masruhan dalam kitab Mar’ah Sholikhah birrul walidain adalah berbakti kepada kedua orang tua. Selaras dengan hal tersebut, menurut Isa (1988:13), birrul walidain adalah berbakti dan berbuat baik kepada orang tua, mengasihi, menyayangi, mendoakan, taat dan patuh kepada apa yang mereka perintahkan, melakukan hal-hal yang mereka sukai dan meninggalkan sesuatu yang tidak mereka sukai adalah kewajiban yang harus dilaksanakan anak. Hampir sama dengan pendapat Ilyas akan tetapi pendapat Isa lebih dijelaskan bukan hanya sekedar kebajikan. Semakna dengan birrul walidain, dalam Al-Qur’an menggunakan istilah ihsan, seperti yang terdapat dalam surat An-Nisa’ ayat 36:
32
... $YZ»|¡ ôm Î)Èûøït$Î!ºuqø9$Î/ur ($\«ø‹x© ¾ÏmÎ/ (#qä.ÎŽô³ è@Ÿw ur ©! $#(#r߉ ç6ôã $#ur *
Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibubapak...(QS. An-Nisa’:36). Dari pendapat-pendapat di atas bisa diambil kesimpulan bahwa birrul walidain bermakna luas yaitu berbuat baik, berbakti, mempunyai etika, mengasihi, menyayangi, dan berusaha untuk membuat kedua orang tua senang. 2. Pentingnya birrul walidain Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
$ygy_ ÷ry— $pk÷]ÏB Ÿ@ yèy_ ur ;oy‰ Ïn ºur <§ øÿ¯R ` ÏiB Nä3 s)n=s{ “ Ï%©!$# uqèd * (¾ÏmÎ/ ôN §yJ sù $Zÿ‹Ïÿyz ¸x ôJ ym ôM n=yJ ym $yg8¤± tós? $£J n=sù ($pköŽs9Î) z` ä3 ó¡ uŠÏ9 z` ÏB ¨ûsðqä3 uZ©9 $[s Î=»|¹ $oYtGøŠs?#uä ÷ûÈõs9 $yJ ßg/u‘ ©! $# #uqtã ¨Š M n=s)øOr& !$£J n=sù ÇÊÑÒÈ šú
ïÌÅ3 »¤± 9$#
Artinya: Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (Beberapa waktu). kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur" (QS. AlA’raf:189).
33
Ayat di atas adalah salah satu ayat yang menunjukkan betapa pentingnya berbuat baik kepada orang tua. Banyak ayat Al-Qur’an yang mengaitkan antara perintah untuk beribadah kepada Allah dengan perintah untuk berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua dengan cara memperlakukan mereka dengan perlakuan yang baik dan sempurna. Hal itu disebabkan kedudukan mereka berdua di bawah kedudukan Allah. Orang tua merupakan sebab zhahiri (yang Nampak) dari keberadaan anak-anak sedangkan sebab hakiki (yang sesungguhnya) adalah Allah, di mana orang tua akan mendidik anak-anak mereka dalam suasana yang penuh dengan cinta, kelembutan, kasih sayang, dan sikap mengutamakan anak daripada diri mereka berdua. Oleh karena itu, di antara sikap yang menunjukkan kesetiaan dan muru’ah seorang anak adalah membalas kebaikan orang tua, baik dengan cara memperlihatkan perlakuan yang baik dan akhlaq yang disenangi maupun dengan memberikan bantuan berupa materi jika orang tua membutuhkannya dan jika sang anak memang mampu melakukan hal tersebut. Tidak diragukan lagi bahwa mendidik anak merupakan sebuah tanggung jawab yang sangat berat dan pekerjaan yang sangat melelahkan. Tanggung jawab ini dimulai dari masa kehamilan, melewati masa menyusui, dan diakhiri dengan masa pembentukan kepribadian dan pemberian perhatian kepada anak. Itu semua merupakan sebuah tugas yang bersifat moril dan materiil. Berapa banyak ibu yang merasakan tubuhnya lemah, uratnya letih, dan bebannya terasa berat akibat proses kehamilan. Dan apabila tiba waktu sang anak yang ada di dalam kandungan untuk 34
keluar melihat dunia sang ibu akan mempertaruhkan nyawanya dan sang ayah tidak henti-hentinya berdoa untuk kelancaran proses persalinan serta keselamatan ibu dan anak. Pada hakikatnya syukur kepada orang tua merupakan bagian dari perlakuan baik seorang hamba kepada Allah, pelaksanaan terhadap perintah Allah dan pemenuhan terhadap seruan Allah (Al-Fahham, 2006:137). Birrul walidain sangat penting dalam ajaran Islam. Ada beberapa alasan yang membuktikan hal tersebut (Ilyas, 1999:148) a. Perintah ihsan kepada ibu bapak diletakkan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an langsung sesudah perintah beribadah hanya kepada Allah semata-mata atau sesudah larangan mempersekutukan Allah b. Allah SWT mewasiatkan kepada umat manusia untuk berbuat ihsan kepada ibu bapak c. Allah SWT meletakkan perintah berterima kasih kepada ibu bapak langsung sesudah perintah berterima kasih kepada Allah d. Rasulullah saw meletakkan birrul walidain sebagai amalan nomor dua terbaik sesudah shalat tepat pada waktunya e. Rasulullah saw meletakkan uququl walidain (durhaka kepada orang tua) sebagai dosa besar nomor dua sesudah syirik f. Rasulullah mengaitkan keridhaan dan kemarahan Allah SWT dengan keridhaan dan kemarahan orang tua.
35
Alasan-alasan tersebut membuktikan bahwa birrul walidain menempati kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Oleh karena itu, tidak ada unsur kedhaliman sedikitpun terhadap anak-anak bila mereka dibebani kewajiban berbakti kepada orang tua, sebab pada hakikatnya tidak ada kesamaan antara orang tua dan anak-anak. Sungguh terdapat perbedaan yang sangat jauh antara sosok orang tua dengan anaknya. Meskipun seorang anak termasuk anak yang baik sehingga sang anak akan berbakti dan tidak durhaka kepada kedua orang tua. Sang anak hanya menganggap bahwa masalah birrul walidain merupakan suatu kewajiban. Maksudnya, jika tuntutan birrul walidain dikategorikan sebagai tuntutan yang boleh dilakukan dan boleh ditinggalkan, pastilah sang anak tidak akan melaksanakan tuntutan tersebut dengan sempurna, lalu sang anak akan mencari berbagai macam alasan untuk sikap yang diambilnya dan akan menjadikan alasan-alasan tersebut untuk melalaikan hak kedua orang tuanya. Selain penting birrul walidain juga mempunyai manfaat bagi seorang anak yang mau melakukannya. Menurut Al-Fahham (2006:158) ada 10 manfaat berbakti kepada orang tua yaitu: a. Berbakti kepada kedua orang tua termasuk amal perbuatan yang paling dicintai Allah b. Berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan berbagai kesusahan
36
c. Berbakti kepada kedua orang tua dapat memperpanjang umur dan menjamin husnul khatimah d. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan sarana untuk bisa bermainmain di taman surga dunia, sebelum bermain-main di taman surga akhirat e. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan sebab bertambahnya rizki f. Berbakti kepada kedua orang tua dapat menjamin terlahirnya anak-anak yang shalih g. Berbati kepada kedua orang tua dapat mendatangkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah h. Berbakti kepada kedua orang tua dapat menghapus dosa-dosa besar i. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan sebab diperolehnya ampunan secara umum j. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan sebab terkabulnya doa dan tercapainya kebahagiaan di dunia dan akhirat. 3. Ciri-ciri perilaku birrul walidain Dalam bukunya Salamulloh (2008:67) menguraikan bahwa terdapat beberapa tuntunan akhlak yang perlu dipahami oleh setiap anak dalam berinteraksi dengan orang tuanya adalah sebagai berikut: a. Mencukupi kebutuhan orang tua Akhlak ini berlaku kepada anak yang sudah mandiri dan memiliki penghasilan sendiri. b. Melayani orang tua ketika diperlukan
37
Melayani orang tua memiliki bobot ibadah kepada Allah, terutama ketika orang tua sangat membutuhkan. Sudah semestiya sang anak selalu siaga untuk melayani orang tuanya, meski tidak dibutuhkan. Kadang, orang tua malu atau segan meminta bantuan kepada anaknya. Karena itu, dalam hal ini, seorang anak dituntut memiliki kepekaan yang tinggi. c. Memenuhi panggilan orang tua Ketika orang tua memanggil sang anak, biasanya mereka memerlukan sesuatu. Karena itu, anak wajib menjawab dan memenuhi panggilan mereka. Tegasnya, setiap panggilan orang tua harus segera diindahkan. Ketika panggilan orang tua diabaikan, tentu mereka akan kecewa. Dengan demikian, sang anak tidak boleh menunda atau mengabaikan pemenuhan panggilan orang tua. Sebab yang demikian dapat memicu kemarahan orang tua. Kita tahu bahwa kemarahan orang tua adalah kemarahan Allah juga. d. Patuh menjalankan perintah orang tua Sepanjang perintah orang tua mengadung unsur kebaikan, wajib hukumnya bagi sang anak mematuhinya. Semisal, orang tua menyuruhnya bersekolah, mengaji, dan membantu pekerjaan mereka. Akan tetapi, bila perintah tersebut menjurus kepada kemaksiatan, maka anak tidak wajib taat. Atau, orang tua melarang anak mengerjakan kewajiban agama, anak juga tidak perlu mematuhinya. Hanya saja, kendatipun sikap orang tua menyimpang atau orang tua musyrik
38
sekalipun, anak masih berkewajiban menyayangi dan menyantuni mereka. e. Berbicara kepada orang tua dengan bahasa yang sopan dan lemah lembut Salah satu wujud peghormatan anak kepada orang tua adalah bertutur kata yang baik bahkan dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’:23 juga dijelaskan :
$¨BÎ) 4$·Z»|¡ ôm Î) Èûøït$Î!ºuqø9$Î/ur çn$ƒÎ) Hw Î) (#ÿr߉ ç7÷ès? žw r& y7 •/u‘ 4Ó|Ó s%ur * 7e$ é& !$yJ çl°; @ à)s? Ÿx sù $yJ èd Ÿx Ï. ÷rr& !$yJ èd ߉ tn r& uŽy9Å6 ø9$# x8 y‰ YÏã £` tóè=ö7tƒ ÇËÌÈ $VJ ƒÌŸ2
Zw öqs% $yJ ßg©9 @ è%ur $yJ èd öpk÷]s? Ÿw ur
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engakau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik (Q.S al-isra’:23).
Ketika anak berbicara dengan orang tuanya, hendaknya tidak ada sepatah kata pun yang menyakiti hati mereka. f. Merendahkan tubuh di hadapan orang tua dan berjalan di belakangnya Ketika sang anak berada di hadapan orang tua, hendaknya ia merendahkan tubuhnya.
Ketika dia
berjalan
bersama
mereka,
hendaknya langkah dan posisinya diatur sedemikian rupa. Dia tidak boleh mendahului langkah mereka.
39
g. Mendoakan orang tua Mendoakan orang tua adalah kewajiban seorang anak, baik ketika orang tua mereka masih hidup atau sudah meninggal dunia, dan berdoalah yang khusyuk karena mudah dikabulkan oleh Allah. h. Meminta izin kepada orang tua ketika hendak melakukan apa pun Dalam melakukan apa pun, semestinya sang anak meminta restu kepada orang tua. Ketika dia ingin pergi ke suatu tempat, menentukan suatu pilihan, atau urusan penting lainnya, hendaknya ia meminta izin dan restu orang tua terlebih dahulu. i. Menyambut kedatangan orang tua dengan penuh hormat Menyambut kedatangan orang tua dengan berdiri merupakan salah satu akhlak anak kepada orang tua. Dengan berdiri, anak menunjukkan penghormatan yang tinggi kepada orang tuanya. Dan perlu juga dibiasakan mencium tangan orang tua ketika menyambut kedatangan mereka atau ketika sang anak berangkat dan pulang dari bepergian. j. Bakti anak kepada orang tua yang sudah meninggal 1) Mengirimkan doa kepada mereka Salah satu cara bakti anak kepada orang tua yang sudah meninggal yaitu dengan menziarahi kubur mereka lebih baik jika dilakukan setiap hari Jumat. Menziarahi kubur orang tua, selain bermanfaat bagi mereka, juga bermanfaat bagi sang anak sendiri. Manfaatnya, sang anak diampuni dosanya sekaligus tercatat sebagai orang yang berbakti kepada orang tua. 40
2) Menyambung tali silaturrahim dengan sanak kerabat dan sahabat dekat orang tuanya semasa hidup. Dalam hal ini, Al-Fahham (2006:211) memaparkan sejumlah etika yang harus dipelihara dalam berinteraksi dengan kedua orang tua, di antaranya yaitu: a. Taat kepada ibu dan bapak dalam setiap hal yang mereka perintahkan kepada anaknya, kecuali jika perintah itu berkaitan dengan perbuatan maksiat (kepada Allah) b. Berbicara kepada keduanya dengan lembut dan santun c. Berdiri untuk menghormati kedua orang tua saat keduanya menemui sang anak d. Mencium tangan keduanya pagi dan sore hari atau pada momen-momen tertentu e. Memuliakan keduanya dan memberikan apa yang diminta oleh keduanya f. Bermusyawarah dengan keduanya dalam setiap pekerjaan atau permasalahan g. Melakukan hal-hal yang dapat membahagiakan keduanya tanpa harus diperintah terlebih dahulu h. Tidak mengeraskan suara di hadapan keduanya i. Tidak mengganggu keduanya jika mereka sedang tidur j. Tidak mementingkan istri dan anak daripada keduanya k. Tidak mencela keduanya bila mereka berdua mengerjakan pekerjaan yang tidak menyenangkan 41
l. Tidak tidur atau berbaring ketika kedunya sedang duduk, kecuali bila keduanya mengizinkan m. Tidak masuk lebih dulu daripada kedunya atau berjalan di hadapan keduanya n. Mememenuhi panggilan keduanya dengan segera o. Menghormati teman-teman kedunya, baik ketika kedunya masih hidup maupun setelah meninggal p. Tidak memanggil keduanya dengan namanya q. Mendoakan keduanya terlebih setelah keduanya meninggal r. Melaksanakan wasiat keduanya setelah mereka meninggal dunia s. Membina silaturrahim dan berbuat baik kepada teman-teman keduanya, terlebih setelah mereka berdua meninggal dunia. Hal selaras tentang bentuk mewujudkan birrul walidain juga dipaparkan Ilyas (1999:152-156) sebagai berikut: a. Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh maupun masalah lainnya. Dengan catatan penting: selama keinginan dan saran-saran itu sesuai dengan ajaran Islam. Namun demikian perlu dicatat, bahwa orang tua yang bijaksana tidak akan begitu saja memaksakan keinginannya kepada anaknya, di sinilah diperlukan dialog dan keterbukaan.
42
b. Menghormati dan memuliakan kedua orang tua dengan penuh rasa terima kasih dan kasih sayang atas jasa-jasa keduanya yang tidak mungkin bisa dinilai dengan apapun. c. Membantu ibu bapak secara fisik dan materiil. d. Mendoakan ibu bapak semoga diberi oleh Allah SWT keampunan, rahmat, dan lain sebagainya. e. Setelah orang tua meniggal dunia, birrul walidain masih bisa diteruskan dengan cara antara lain: 1) Menyelenggarakan jenazahnya dengan sebaik-baiknya 2) Melunasi hutang-hutangnya 3) Melaksanakan wasiatnya 4) Menerusakan silaturrahim yang dibinannya di waktu hidup 5) Memuliakan sahabat-sahabatnya 6) Mendoakannya Setelah penulis membahas tentang cirri-ciri perilaku birrul walidain penulis juga akan sedikit membahas tentang uququl walidain (durhaka kepada orang tua). Sudah dijelaskan di atas bahwa birrul walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam sedangkan uququl walidain oleh Allah SWT dianggap sebagai dosa besar. Uququl walidain artinya mendurhakai kedua orang tua (Ilyas, 1999:157). Uququl walidain menurut Al-Fahham (2006:255) adalah kata al‘uquuq (durhaka) berasal dari kata al-‘aqq yang berarti asy-syaq
43
(mematahkan) dan al-qoth’u (memotong). Yang dimaksud dengan al‘uquq (durhaka) adalah mematahkan “tongkat” ketaatan dan memotong (memutus) tali hubungan antara seorang anak dengan orang tuanya. Jadi, yang dimaksud dengan perbuatan durhaka kepada kedua orang tua adalah mematahkan “tongkat” ketaatan kepada orang tua, memutuskan tali hubungan yang terjalin antara orang tua dengan anaknya, meninggalkan sesuatu yang disukai orang tua, dan tidak menaati apa yang diperintahkan atau diminta oleh orang tua. Selaras dengan pendapat di atas, uququl walidain adalah lawan dari Birrul walidain, yang berarti tidak patuh, mengabaikan, menyakiti, mengucapkan
kata-kata
yang
tidak
menyenangkan,
meremehkan,
memandang dengan pandangan hina, dan lain-lain, singkatnya orang yang melakukan hal-hal seperti ini terhadap kedua orang tua disebut: durhaka! (Asyur, 1988:45). Adapun bentuk perbuatan durhaka kepada kedua orang tua menurut Al-fahham (2006:270) adalah sebagai berikut: Pertama, tidak memberikan hak nafkah kepada kedua orang tua bila mereka membutuhkannya. Kedua, tidak melayani mereka dan berpaling darinya. Ketiga, mengumpat kedua orang tuanya di sejumlah majelis (tempat) dan menyebut-nyebut kekurangan-kekurangan yang ada pada diri kedua orang tua.
44
Keempat,mencaci dan melaknat kedua orang tua. Kelima, menajamkan tatapan mata kepada kedua orang tua ketika marah atau kesal kepada mereka berdua karena adanya suatu hal,meskipun hal tidak disukai atau disenangi oleh sang anak, atau hal itu telah menyimpang dari ajaran-ajaran agama. Keenam, membuat kedua orang tua bersedih dengan melakukan suatu hal meskipun sang anak berhak untuk melakukannya. Ketujuh, apabila seorang anak telah tertipu oleh kedudukan atau kekuasaan materi yang diperolehnya, sementara orang tuanya masih berada dalam keadaan miskin sehingga hal itu menyebabkan sang anak merasa malu dan merasa enggan untuk dikenal sebagai keturunannya di tengah masyarakat. Kedelapan, enggan berdiri untuk menghormati orang tua dan mencium tangannya. Kesembilan, seorang anak memimpin suatu majlis yang melibatkan orang tuanya, namun sang anak tidak menaruh kepeduliaan terhadap mereka. Kesepuluh, mengatakan “ah” kepada orang tua, membuat mereka gelisah, dan mengeraskan suara di hadapan mereka saat terjadi perselisihan atau silang pendapat dengan mereka. Kesepuluh bentuk perbuatan durhaka kepada orang tua hanyalah baru sebagian dari perbuatan-perbuatan durhaka lainnya, intinya adalah melakukan perbutan yang tidak disenangi orang tua dan membuat orang tua sedih dan kecewa adalah durhaka kepada orang tua.
45
C. Perilaku Birrul Walidain Kaitannya dengan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Yasinan Allah SWT sangat besar perhatian-Nya terhadap hak kedua orang tua, sehingga Dia mengkaitkan bakti dan berbuat baik kepada keduanya dengan ibadah dan tauhid kepada-Nya (Asyur, 1988:13). Begitu besar perhatian Allah terhadap persoalan birrul walidain dengan banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan atau menjelaskan tentang persoalan tersebut, diantaranya lagi dalam Al-Qur’an surat Al-Ahqaf ayat 15 yaitu:
($\d öä. çm÷Gyè|Ê urur $\d öä. ¼çm•Bé& çm÷Fn=uHxq ($·Z»|¡ ôm Î) Ïm÷ƒy‰ Ï9ºuqÎ/ z` »|¡ SM} $# $uZøŠ¢¹ urur ZpuZy™ z` ŠÏèt/ö‘r&x÷ n=t/ur ¼çn£‰ ä© r&x÷ n=t/ #sŒÎ)#Ó¨Lym 4#·öky tb qèW»n=rO ¼çmè=»|Á Ïùur ¼çmè=÷Hxq ur £“ t$Î!ºur 4’n?tã ur ¥’n?tã |M ôJ yè÷Rr& ûÓÉL©9$# y7 tFyJ ÷èÏR tä3 ô© r& ÷b r& ûÓÍ_ôã Η÷rr& Éb> u‘ tA $s% ’ÎoTÎ)ur y7 ø‹s9Î)àM ö6è? ’ÎoTÎ)(ûÓÉLƒÍh‘èŒ ’Îû’Í<ôx Î=ô¹ r&ur çm9|Ê ös? $[s Î=»|¹ Ÿ@ uHùå r& ÷b r&ur ÇÊÎÈ tûüÏHÍ>ó¡ ßJ ø9$#z` ÏB Artinya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri" (QS. AlAhqaf:15)
46
Ayat di atas menjadi pengingat buat semua anak agar berbakti kepada orang tua karena dengan berbakti maka orang tua akan senang
dan
sebaliknya anak yang durhaka maka akan membuat orang tua kecewa. Untuk mendidik anak supaya menjadi anak yang shalih dan berbakti memang tidak mudah karena orang tua harus mengajarkannya sejak dini. Orang tua yang mengajarkan kebaikan kepada anaknya akan diingat selalu oleh anak yang shalih dan bisa dijadikan motifasi dan contoh oleh anak tersebut, serta sang anak akan selalu melakukan hal-hal yang diridhoi oleh orang tua dan Allah SWT. Orang tua pastilah sangat senang melihat anaknya rajin beribadah, bisa bersosialisasi dengan masyarakat di sekitarnya dan patuh kepada orang tua. Sebaliknya orang tua akan sangat sedih apabila anaknya tidak pernah beribadah, berkumpul di tempat maksiat dan selalu membantah apabila dinasihati oleh orang tua. Sebagai contoh orang tua akan lebih senang melihat anaknya mengikuti kegiatan Yasinan dari pada melihat anaknya duduk di depan tv atau berkumpul dengan teman-temanya hanya untuk ngobrol. Dari beberapa cirri-ciri birrul walidain ada beberapa yang berkaitan dengan keaktifan mengikuti kegiatan Yasinan. Di antaranya yaitu; 1. Membina silaturrahim dan berbuat baik kepada teman-teman keduanya, terlebih setelah mereka berdua wafat 2. Mendoakan keduanya, terlebih setelah keduanya meninggal, sebab hal itu sangat bermanfaat bagi mereka berdua…(Al-Faham, 2006:213). 47
Orang yang mengerjakan perbuatan yang baik atas dasar iman dan ikhlas telah dijanjikan Allah akan mendapatkan pahala, jika dia meniatkan perbuatan itu untuk orang lain, maka orang lain itulah yang menerima pahalanya (Madchan, 2009:74). Dengan mengikuti kegiatan Yasinan maka kita bisa membina silaturrahim kepada teman-teman keduanya serta bisa sekaligus mendoakan keduanya dan dalam sebuah hadis juga dijelaskan bahwa salah satu dari amal yang tidak terputus walaupun sudah mati yaitu doa anak shalih. Menghadiahkan amal dilakukan melalui media doa karena doa pahalanya jelas bermanfaat kepada orang yang sudah mati dan juga kepada orang yang masih hidup (Madchan, 2009:76). Orang yang mengerjakan perbuatan yang baik atas dasar iman dan ikhlas telah dijanjikan Allah akan mendapatkan pahala, jika dia meniatkan perbuatan itu untuk orang lain, maka orang lain itulah yang menerima pahalanya.
48
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Dusun Krajan I Desa Soropadan Dusun Krajan I adalah salah satu dusun di Desa Soropadan Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah. Dusun Krajan I Desa Soropadan terletak paling dekat dengan kantor keluruhan dan jalan raya Jogja Semarang. Masyarakat
di Dusun Krajan I Desa Soropadan
mayoritas beragama Islam. Adapun batas-batasnya adalah : Sebelah barat : Dusun Krajan II Sebelah timur : Dusun Digelan I Sebelah utara : Dusun Krajan II Sebelah selatan : Dusun Pangonan dan Klebakan Masyarakat Dusun Krajan I mempunyai banyak kegiatan positif yang bertujuan sebagai wadah
untuk
saling berkomunikasi. Kegiatan yang
diadakan rutin satu bulan sekali di antaranya rapat kelompok ternak bagi bapak-bapak, dasa wisma bagi ibu-ibu, rapat dusun bagi semua kepala keluarga, dan rapat karang taruna bagi semua remaja baik putera maupun putri. Adapun kegiatan yang diadakan rutin dalam tiap minggunya berupa kegiatan Yasinan dan Jumat bersih.
49
1. Sejarah Kegiatan Yasinan di Dusun Krajan I Desa Soropadan. Kegiatan Yasinan di Dusun Krajan I Desa Soropadan sudah ada secara turun temurun sehingga tidak diketahui siapa yang pertama kali mengajarkan dan mendirikannya tetapi pada waktu itu belum rutin diadakan setiap minggu. Kegiatan Yasinan hanya diadakan apabila ada orang meninggal dan kadang setelah Yasinan dilanjutkan dengan kegiatan maksiat berupa bermain kartu (judi). Semua itu bermula dari lingkungan Krajan I yang belum kondusif disebabkan masih kurangnya pengetahuan agama yang dimiliki oleh masyarakatnya sehingga membuat masyarakat di Dusun Krajan I masih melakukan hal-hal yang dilarang dalam agama Islam seperti judi, minumminuman keras, mencuri, bahkan sampai membawa pulang perempuan (wanita tuna susila) semua itu dilakukan tanpa malu sehingga membuat gelisah para pemuka agama dan masyarakat Akhirnya sejak tahun 1985 atas usulan pemuka agama di sekitar Dusun Krajan I Desa Soropadan, semua sepakat untuk mengadakan kegiatan Yasinan secara rutin untuk mengurangi kebiasaan buruk masyarakat setempat. kebiasaan buruk tersebut semakin berkurang dan
Lama-kelamaan
semakin membaik.
Semenjak itu kegiatan Yasinan rutin diadakan setiap malam Jumat dan bergiliran dari rumah anggota yang satu ke rumah anggota yang lain. Dengan adanya kegiatan Yasinan membuat masyarakat Dusun Krajan I lebih kondusif dan masyarakatnya mudah ditata.
2. Visi dan Misi diadakan Yasinan 50
a. Visi Membentuk masyarakat yang bertauhid dan berakhlakul karimah. b. Misi 1) Menanamkan nilai keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT 2) Membangun karakter umat yang mnerapkan ajaran Islam 3) Menjaga sillaturrahim di masyarakat 3. Isi dari Kegiatan Yasinan di Dusun Krajan I Desa Soropadan Kegiatan Yasinan di Dusun Krajan I Desa Soropadan
rutin
diadakan setiap malam Jumat dengan tempat bergantian dari rumah tiaptiap anggota Yasinan kecuali bagi anggota yang tergolong kurang mampu diberi kelonggaran untuk tidak mendapat giliran untuk ditempati, itu dilakukan bukan karena membeda-bedakan atau tidak mau memasuki rumah anggota yang kurang mampu tetapi dikarenakan takut membebani karena dengan dapat giliran biasanya yang punya rumah mengeluarkan sedekah untuk menjamu. Adapun untuk jamuan itu biasanya seikhlasnya dari yang punya rumah. Setiap kegiatan Yasinan berlangsung semua anggota Yasinan membayar kas seikhlasnya biasanya berkisar antara Rp 500, sampai Rp 5000, dan tidak ditulis karena ditakutkan apabila ditulis akan membuat saling iri sehingga menimbulkan kesenjangan.
Adapun isi dari kegiatan Yasinan yang dilaksanakan setiap malam Jumat sebagai berikut: 51
a. Pembukaan oleh pengasuh dan dilanjutkan kultum dan untuk tema kondisional. b. Membaca asmaul husna bersama-sama c. Membaca Yasin dan Tahlil d. Membaca shalawat e. Dan lain-lain diisi dengan mengumpulkan kas, tabungan dan membahas kegiatan Yasinan untuk minggu depan. f. Pesan berhubungan dengan kegiatan Yasinan pada hari itu. g. Ditutup dengan doa kafaratul majlis dan bersalam-salaman. 4. Susunan organisasi Adapun susunan organisasi kegiatan Yasinan Dusun Krajan I Desa Soropadan terdiri dari pengasuh yang membawahi secara langsung pengurus kegiatan Yasinan. Personalia pengurus dipilih melalui rapat tahunan dan melalui votting oleh semua anggota, untuk kemudian diminta persetujuan dari pengasuh. Pengurus tersebut terdiri dari; ketua, sekretaris dan bendahara. Adapun susunan kepengurusan di kegiatan Yasinan Dusun Krajan I Desa Soropadan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Susunan Organisasi Kegiatan Yasinan Dusun Krajan I Desa Soropadan
52
PENGASUH Suwandi KETUA Mudlikah SEKRETARIS Endang
BENDAHARA Ngatini
ANGGOTA
5. Keadaan Objek Responden atau Populasi Penelitian ini mengambil populasi yang dijadikan responden semua anggota Yasinan putri Dusun Krajan I Desa Soropadan
sebanyak 33
orang. Daftar nama anggota Yasinan putri Dusun Krajan I Desa Soropadan yang dijadikan responden dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 3.2 Data Responden NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
NAMA
NO 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Alfiati Bandiyah Darmi Dayanti Nofia Sari Endang Erina Evianti Ismiyati Kurnia Rumbiati Lestari 53
NAMA Nofiana Riza Febrianti Saptiti Hesti Ningrum Saumi Nur Hidayah Siti Arifah Siti Barokah Siti Chotijah Sri Sumariyah Sri Wahyuni
10 11 12 13 14 15 16 17
Lilidia Agustina Lilik Faizah Marsidah Marsiyah Mudlikah Nangimah Nastiti Chairunissa Ngatini
27 28 29 30 31 32 33
Sujiati Setyaningtias Sumirah Suparti Suryati Sutini Uswatun Chasanah Widia Ayu Larasati
B. Data Keaktifan Mengikuti Kegiatan Yasinan dengan Birrul Walidain 1. Data jawaban angket mengikuti kegiatan Yasinan dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 3.3 Jawaban Angket Keaktifan Mengikuti Kegiatan Yasinan
NO
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
NAMA
Alfiati Bandiyah Darmi Dayanti Nofia Sari Endang Erina Evianti Ismiyati Kurnia Rumbiati Lestari Lilidia Agustina Lilik Faizah Marsidah Marsiyah Mudlikah Nangimah Nastiti Chairunissa Ngatini Nofiana Riza Febrianti
JUMLAH SKOR
NOMOR ITEM SOAL
1 A A A B A B C A B C C A B A A A A B C
2 B B B B C B B B B B B B B B A B A B B
3 B B A A B B B B B B B A A A A B A A B
54
4 B C B B B C B B B B B B C B B A B B B
5 B A B A A B B B A B B C B B A A A A B
6 A C A A B A A B A B B A A A A B A A B
7 B B A A B B B B B B B A A A A A A A A
8 B B A A A A B A A A A A B A A A A A B
9 A C B B B C B B B C C C B B B A B B B
10 B C C B A B C C C C C C C C B C B C C
A 3 2 5 5 4 2 1 2 3 1 1 5 3 5 7 6 7 5 1
B 7 4 4 5 5 6 7 7 6 6 6 2 5 4 3 3 3 4 7
C 4 1 1 2 2 1 1 3 3 3 2 1 1 1 2
20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.
Saptiti Hesti Ningrum Saumi Nur Hidayah Siti Arifah Siti Barokah Siti Chotijah Sri Sumariyah Sri Wahyuni Sujiati Setyaningtias Sumirah Suparti Suryati Sutini Uswatun Chasanah Widia Ayu Larasati
A C B C B C B A C C
2
3
5
A B B B B A A A A A A A B
3 1 2 3 2 1 1 4 2 2 2 4
1 8 6 5 7 5 6 4 4 6 5 4 6
6 1 2 2 1 4 2 2 4 2 3 2 4
C B B B B B C B B B B B C
C B A A B B B B C B C B B
B B B B B C B A B B B A B
C B B A B C B B B A B B B
A B B B A B B A B B B A B
C B C A B B B B C B B B C
A A A B A B A A A B A A B
C B B C C C B C C C C C C
C C C C B C C C C C C C C
2. Data jawaban angket tentang perilaku birrul walidain dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.4 Jawaban Angket Perilaku Birrul Walidain
NO
JUMLAH SKOR
NOMOR ITEM SOAL
NAMA 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
A
B
C
1.
Alfiati
B
B
A
A
A
B
A
A
B
B
A
B
A
A
A
9
6
2.
Bandiyah
B
A
A
A
A
B
B
B
A
C
B
B
C
A
A
7
6
3.
B
A
A
A
A
B
A
A
A
B
B
B
B
A
A
9
6
A
A
A
A
A
B
A
A
A
B
A
B
A
A
A
12
3
5.
Darmi Dayanti Nofia Sari Endang
B
A
A
A
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
13
2
6.
Erina Evianti
B
A
A
A
B
B
B
A
B
C
B
B
A
B
B
5
9
1
Ismiyati Kurnia 8. Rumbiati 9. Lestari Lilidia 10. Agustina 11. Lilik Faizah
A
A
A
A
C
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
4
10
1
A
C
A
A
A
A
A
A
B
C
A
C
A
A
A
11
1
3
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
B
B
A
A
A
11
4
B
A
A
A
C
B
A
A
A
B
A
A
A
A
A
11
3
A
A
A
B
A
B
B
B
B
B
B
B
A
A
B
6
9
12. Marsidah
A
A
A
A
A
B
A
A
B
B
B
B
A
A
B
9
6
4.
7.
55
2
1
13. Marsiyah
A
A
A
A
B
B
B
B
A
B
B
B
A
A
B
7
8
14. Mudlikah
A
A
A
A
B
B
A
A
B
B
B
B
B
A
A
8
7
15. Nangimah
A
A
A
A
A
B
B
A
B
B
B
B
A
A
A
9
6
16. Chairunissa 17. Ngatini
B
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
A
13
2
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
A
14
1
18. Nofiana
A
A
A
A
C
B
B
A
A
C
B
B
B
A
B
7
6
2
A
C
A
A
B
B
B
B
B
A
B
B
A
A
A
7
7
1
B
A
A
A
A
B
A
A
B
B
B
B
B
B
B
6
9
21. Hidayah 22. Siti Arifah
B
A
A
A
B
B
B
B
B
C
A
C
B
A
B
5
8
B
A
A
A
A
B
A
A
B
A
A
B
A
A
A
11
4
23. Siti Barokah
A
A
A
A
C
B
A
B
B
B
B
A
A
A
A
9
5
1
24. Siti Chotijah
A
A
A
A
C
B
A
A
A
C
B
B
A
A
A
10
3
2
A
A
A
A
A
B
A
A
A
B
B
A
B
A
B
10
5
B
A
A
A
A
A
A
A
A
B
A
C
B
B
B
9
5
B
A
A
A
A
B
A
B
A
B
B
B
A
A
A
9
6
A
A
A
A
A
A
B
A
B
C
B
B
B
A
A
9
5
29. Suparti
A
B
A
A
A
A
A
A
A
B
A
B
A
A
A
12
3
30. Suryati
B
B
A
A
A
B
B
A
A
B
A
B
B
A
B
7
8
31. Sutini
A
A
A
A
A
B
A
A
B
C
A
C
B
B
B
8
5
A
A
A
A
A
B
A
A
A
B
A
B
B
A
B
10
5
B
B
A
B
C
B
B
B
B
C
C
B
B
B
B
1
11
Nastiti
Riza
19. Febrianti Saptiti Hesti
20. Ningrum
Saumi Nur
Sri Sumariyah 26. Sri Wahyuni Sujiati 27. Setyaningtias 28. Sumirah
25.
Uswatun
32. Chasanah Widia Ayu
33. Larasati
56
2
1
1
2
3
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui tahapan pengumpulan data, pengolahan data serta analisis data maka penulis selanjutnya dapat menarik kesimpulan dari penelitian berjudul Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Yasinan dengan Perilaku Birrul Walidain di Dusun Krajan I Desa Soropadan Tahun 2011, sebagai berikut : 1. Pada variabel x yaitu keaktifan mengikuti kegiatan Yasinan di Dusun Krajan I Desa
Soropadan tahun 2011 pada kategori baik hanya 7
responden dengan persentase 21,21%, dan kategori sedang mancapai angka frekuensi tertinggi yakni 14 responden dengan persentase 42,42%. Adapun kategori rendah 12 responden dengan persentase 36,37%. 2. Pada variabel y yaitu perilaku birrul walidain pada anggota Yasinan di Dusun Krajan I Desa Soropadan tahun 2011 kategori tinggi mencapai angka frekuensi 10 responden dengan persentase 30,3%, kategori sedang mencapai angka frekuensi 20 responden dengan persentase 60,6%. Sedangkan kategori rendah hanya terjadi pada 3 responden dengan persentase 9,1%. 3. Hasil perhitungan analisis data membuktikan bahwa hipotesis yang penulis ajukan yaitu ada hubungan positif antara keaktifan mengikuti kegiatan Yasinan malam Jumat dengan perilaku birrul walidain di Dusun Krajan I Desa Soropadan tahun 2011 diterima. Hal ini dapat dilihat dari nilai
57
koefisien korelasi (rhitung ) sebesar 0,557 lebih kecil dari rtabel pada taraf signifikansi 1 % (0,344) dan taraf signifikansi 5% (0,442). B. Saran Berdasarkan hasil dari penelitian yang diperoleh, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi pihak yang pro dengan Yasinan (anggota Yasinan Dusun Krajan I Desa Soropadan) a) Kegiatan Yasinan perlu dijaga supaya tetap berlangsung dan tiap pertemuan bukan hanya surat Yasin yang dibaca tetapi surat Al-Qur’an yang lainnya dengan cara bergantian dalam tiap minggunya. b) Para anggota yang mendapat giliran tidak perlu menyediakan jamuan yang mewah, karena akan menimbulkan kesenjangan antar sesama anggota. 2. Bagi yang kontra dengan kegiatan Yasinan Kegiatan Yasinan memang tidak dicontohkan oleh nabi tapi kegiatan ini ada segi manfaatnya dan kita perlu menghargai pendapat orang lain. Sebagai umat Islam marilah kita menerapkan falsafah “bhineka tunggal ika”. 3. Marilah kita sayangi dan hormati orang tua kita dengan sepenuh hati karena merekalah kita bisa menjadi seperti sekarang.
58