REPRESENTASI MAKNA BIRRUL WALIDAIN DALAM FILM ADA SURGA DI RUMAHMU Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh : Faiz Febryan Hafara NIM : 1111051000112
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H /2015
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 Desember 2015
Faiz Febryan Hafara
ABSTRAK Nama: Faiz Febryan Hafara Judul: Representasi Makna Birrul Walidain Dalam Film Ada Surga di Rumahmu Film Ada Surga di Rumahmu merupakan film drama keluarga bertema religi yang sarat akan makna dan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya. Film ini diangkat dari novel best seller karya Oka Aurora berdasarkan kisah nyata perjalanan hidup Ustadz Al-Habsyi yang memuat pesan dakwah birrul walidain. Film ini merupakan alternatif media dakwah bagi generasi muda yang semakin berkurang akhlaknya karena terkena dampak dari massifnya perubahan zaman di era globalisasi ini. Dalam film ini pesan yang ditekankan kepada generasi muda adalah untuk berbuat baik dan taat kepada orangtua. Dari uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menemukan bagaimana makna denotasi, konotasi, dan mitos mengenai Birrul Walidain yang terdapat di dalam film Ada Surga di Rumahmu. Serta pesan moral apa yang terkandung di dalam film Ada Surga di Rumahmu. Pasalnya film layar lebar di Indonesia saat ini masih sedikit yang menyajikan film dengan tema Birrul Walidain sebagai gagasan utama. Sehingga generasi muda saat ini kekurangan tuntunan dalam bagaimana mestinya berperilaku dan bertata krama khususnya kepada orangtua. Film Ada Surga di Rumahmu bisa menjadi khasanah yang memperkaya perfilman di Indonesia untuk menciptakan generasi muda yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti yang baik. Film merupakan media yang cukup efektif dan efisien dalam berdakwah pada saat ini. Semiotika, sebagai salah satu metode yang digunakan sebagai pisau analisis mengenai makna dari tanda-tanda, sangat relevan dalam mengkaji berbagai pesan di dalam film. Penelitian ini menggunakan model semiotika Roland Barthes yang mengkaji pesan secara denotatif, konotatif, dan mitos dalam teorinya. Dengan teori tersebut peneliti dapat lebih memahami makna pesan yang terkadung dalam dialog, gambar dan gerak para pemain film Ada Surga di Rumahmu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian memberikan gambaran secara objektif, dengan menggambarkan pesan-pesan Birrul Walidain secara simbolik yang terdapat pada film Ada Surga di Rumahmu. Hasil yang diperoleh peneliti meliputi makna denotasi, konotasi, dan mitos pada beberapa scene potongan gambar dalam beberapa bentuk birrul walidain yaitu patuh kepada orangtua, larangan melawan orangtua, pentingnya ridho orangtua, berbakti sejak dini, menafkahi orangtua, dan merawat orangtua. Pesan moral yang terkandung di dalam film ini di antaranya berbakti kepada orangtua, pentingnya ridho orangtua, larangam durhaka terhadap orangtua, dan hak orangtua dalam harta anaknya. Analisa peneliti, pesan utama yang digagaskan oleh sutradara dalam film Ada Surga di Rumahmu adalah pentingnya ridho orangtua. Keyword: Representasi, Film, Semiotika.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang menciptakan siang dan malam, segala puji atas rahmat dan nikmat yang tiada terhitung jumlahnya. Juga atas nikmat iman, ihsan, dan Islam yang paling utama. Tak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman yang gelap gulitanya kebodohan ke zaman yang penuh dengan cahaya kebenaran ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Dengan mengucapkan Alhamdulillah, maka selesai juga perjuangan penulis dalam rangka menyelesaikan skripsi ini. Mengutip perkataan Lao Tzu: “The journey of a thousand miles begins with one step”, skripsi ini merupakan sebuah langkah awal penulis dalam mengarungi panjangnya perjalanan hidup yang harus dilalui. Masih panjang perjalanan selepas Universitas, untuk itu penulis harus menyelesaikan skripsi ini sebagai sebuah langkah konkrit dalam menjalani kehidupan yang sebenarnya. Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana. Dengan segala upaya dan doa, akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Representasi Makna Birrul Walidain dalam Film Ada Surga di Rumahmu”. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menghucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, beserta Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dra. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi, dan Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan. 2. Drs. Masran, M.A selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam serta Ibu Fita Faturokhmah, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 3. Dosen Pembimbing, Dr. Rulli Nasrullah, M.Si, atas nasihat dan bimbingannya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. Jumroni, M. Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan masukan-masukan dan nasihat dalam bidang akademik. 5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang pernah mengajar dan membagikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis dan masyarakat nantinya. 6. Segenap staff dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya. 7. Surga penulis, orangtua tercinta, Ayahanda Taufiq dan Ibunda Lia Zakiah, S.Ag. terimakasih atas panjatan doa yang tak bertepi, untuk
kasih sayang sepanjang usia yang tak terperi, serta semangat dan motivasi yang tiada henti. 8. Kakak dan adik-adikku tercinta, Nurul Lita Anastina, Muhammad Nauval Kemal, Natasya Adistya Izzati, dan Muhammad Rhazwa Insan Kamil
yang
telah
memberikan perhatian dan semangat kepada
penulis. 9. Drs. Mahrus Amin, selaku pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah, serta semua teman-teman angkatan 34. Terima kasih atas ilmu dan pelajaran hidup yang telah diberikan. Hingga penulis bisa menjadi seperti sekarang ini. 10. Sahabat seperjuangan, KPI D 2011, yang senantiasa mengisi dan menemani masa-masa bahagia serta duka perjuangan penulis dalam menjalani perkuliahan. Semoga senantiasa diberi kesuksesan dan keberkahan. 11. Teman-teman KKN PELITA 2014 Desa Cikahuripan, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Ganjar, Alan, Faisal, Humaedi, Mitra, Naufan, Dhani, Laili, Ahda, Ilma, Kiki, Dini, Danty, dan Lulu. Terima kasih telah mengajarkan kepada penulis setulus-tulusnya persahabatan serta seikhlas-ikhlasnya pengabdian yang tak terlupakan. 12. Keluarga besar basket Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terima kasih atas segala prestasi yang terukir, masa-masa kebersamaan, dan hangatnya kekeluargaan kepada penulis. Penulis berharap, untuk
tetap menjaga kebersamaan dan terus mengukir prestasi demi nama besar FIDKOM di kancah papan atas Universitas. 13. Password Community, atas kegilaan waktu bersamanya, Guspur, Jovita, Titis, Zai, Izzud, Ifud, Faisal, dan Puput. Ditunggu petualanganpetualangan seru bersama kalian selanjutnya. 14. Serta kepada semua pihak yang secara tidak langsung telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalas dengan sebaik-baiknya balasan atas apa yang telah kalian berikan. Aamiin.
Jakarta, 29 Desember 2015
Faiz Febryan Hafara
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................... i ABSTRAK .......................................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iii DAFTAR ISI ...................................................................................................................... vii DAFTAR TABEL .............................................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... x
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 7 D. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 7 E. Metodelogi Penelitian ........................................................................................... 8 F. Tinjauan Pustaka................................................................................................... 11 G. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Semiotika ................................................................................................................ 15 1. Tinjauan Umum Semiotika................................................................................... 15 2. Konsep Semiotika Roland Barthes ....................................................................... 18 B. Film ........................................................................................................................ 22 1. Pengertian Film..................................................................................................... 22 2. Jenis dan Klasifikasi Film .................................................................................... 24 3. Unsur-unsur Pembentuk Film............................................................................... 26 4. Teknik Pengambilan Gambar ............................................................................... 28 5. Film Sebagai Media Representasi ........................................................................ 31 6. Film Sebagai Media Dakwah ............................................................................... 33 C. Tinjauan Umum Tentang Berbakti Kepada Orang Tua .......................................... 36 1. Pengertian Akhlak ................................................................................................ 36 2. Pengertian Birrul Walidain................................................................................... 40 3. Kedudukan Birrul Walidain Dalam Islam ............................................................ 41
i
BAB III GAMBARAN UMUM FILM A. Sinopsis Film Ada Surga di Rumahmu ................................................................ 44 B. Profil Sutradara Film Ada Surga di Rumahmu .................................................... 45 C. Profil Pemain Film Ada Surga di Rumahmu ........................................................ 47 D. Tim Produksi Film Ada Surga di Rumahmu ........................................................ 51 E. Respon Masyarakat Terhadap Film Ada Surga di Rumahmu .............................. 52
BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN A. Makna Denotasi dan Konotasi Birrul Walidain dalam Film Ada Surga di Rumahmu ............................................................................................... 55 B. Pesan Moral Dalam Film Ada Surga di Rumahmu .............................................. 78 C. Interpretasi Peneliti ............................................................................................... 81 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ........................................................................................................... 84 B. Pesan dan Saran .................................................................................................... 85 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 87 LAMPIRAN
ii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tim Produksi Film Ada Surga di Rumahmu ...................................................... 51 Tabel 4.1 Tabel Patuh Terhadap Orangtua ......................................................................... 55 Tabel 4.2 Tabel Larangan Melawan Orangtua .................................................................... 59 Tabel 4.3 Tabel Pentingnya Ridho Orangtua ...................................................................... 63 Tabel 4.4 Tabel Berbakti Sejak Dini ................................................................................... 67 Tabel 4.5 Tabel Menafkahi Orangtua ................................................................................. 71 Tabel 4.6 Tabel Merawat Orangtua .................................................................................... 75
iii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Foto Aditya Gumay .......................................................................................... 46 Gambar 2 : Foto Husain Alatas ........................................................................................... 47 Gambar 3 : Foto Nina Septiani ........................................................................................... 48 Gambar 4 : Foto Zee Zee Sahab.......................................................................................... 49 Gambar 5 : Foto Ustadz Ahmad Al-Habsyi ........................................................................ 50
iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini media komunikasi berkembang dengan sangat pesat. Media komunikasi merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. 1 Salah satu media yang berkembang secara signifikan saat ini adalah film. Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam pengertian lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan TV. 2 Film dengan kemampuan daya visualnya yang didukung audio yang khas, sangat efektif sebagai media hiburan dan juga sebagai media pendidikan dan penyuluhan. Dibandingkan dengan media cetak seperti buku atau novel, film dinilai lebih efektif dan efisien karena tak membutuhkan waktu lebih dari 3 jam untuk dapat menonton satu film dari pada membaca satu buku atau novel yang memiliki beratus-ratus halaman. Disamping itu film memiliki kekuatan besar dari segi estetika karena menjajarkan dialog, musik, pemandangan dan tindakan bersama-sama secara visual dan naratif. 3 Oleh sebab itu film memiliki daya tarik tersendiri untuk dinikmati oleh masyarakat dan film dinilai media paling efektif dalam
h. 123 h. 136
1
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008),
2
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008),
3
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), h. 100
1
2
menyampaikan pesan yang terkandung di dalamnya baik pesan sosial, budaya, politik, dan pesan lainnya. Industri perfilman di Indonesia pada saat ini terus berkembang. Telah banyak film-film dengan berbagai genre yang ditunjang oleh teknologi komunikasi khususnya dalam bidang komunikasi massa yang semakin canggih, selain itu juga diperankan oleh aktor dan aktris papan atas yang telah berhasil menarik perhatian khalayak. Dengan berbagai tema, semakin memperkaya sajian film untuk masyarakat Indonesia. Salah satunya dalah film bertema religi. Abad ke 21 sepertinya telah menjadi babak baru bagi kehidupan manusia, khususnya di negara berkembang, seperti Indonesia. Oleh karena pada masa itu telah terjadi revolusi kehidupan hampir di semua sektornya. Diakui atau tidak, realitas tersebut menimbulkan pergeseran pada kebiasaan atau tradisi masyarakat kita. Mungkin, lima atau enam tahun yang lalu, kita masih sering menjumpai pengajian mingguan, majelis-majelis ta’lim, dan sebagainya. Namun saat ini, sepertinya fenomena itu sudah menjadi barang langka dalam kehidupan kita. 4 Dari pagi hingga petang – bahkan ada yang sampai malam hari – manusia bekerja dan mencari penghidupan. Sisa waktu mereka gunakan untuk beristirahat dan mencari hiburan ala kadarnya – contoh, menonton televisi – untuk sekedar melepas kepenatan atas kesibukan yang telah dialaminya. Hampir saja tidak ada waktu untuk menghadiri forum pengajian dan semacamnya yang bersifat komunal. Berangkat dari fenomena ini, model dakwah melalui tayangan film dan sinetron menjadi salah satu pilihan tepat untuk menjawab berbagai persoalan
4
Zaenal Arifin, Dakwah melalui Film dan Sinetron, (Yogyakarta: STAIN Purwokerto dam Unggu Religi, 2006), h.91-92
3
diatas karena dakwah dalam konteks ini bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya, tetapi juga menjadi media hiburan. 5 Adalah Aditya Gumay seorang sutradara yang tidak asing lagi dalam industri film bertema religi. Sebelumnya ia pernah menyutradarai film: “Emak Ingin Naik Haji” (2009) dan juga “Umi Aminah” (2012). 6 Di 2015 ini ia kembali membuat film dengan nuansa islami yang begitu kental dengan judul “Ada Surga di Rumahmu”. Terinspirasi dari buku best seller Ada Surga di Rumahmu karya Ustadz Al-Habsyi maka diangkatlah film ini ke layar lebar. Film drama-religi ini sarat dengan makna dan nilai-nilai kebaikan di dalamnya. Pesan dakwah utama yang ingin disampaikan dalam film ini adalah “Birrul Walidain” atau yang dalam bahasa Indonesia berarti berbakti atau berbuat baik terhadap orang tua. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Israa’ ayat 23 yang berbunyi:
ٓ ﻚ أَ ﱠﻻ ﺗ َۡﻌﺒُ ُﺪ ٓو ْا إِ ﱠ ك ۡٱﻟ ِﻜﺒَ َﺮ أَ َﺣ ُﺪھُ َﻤﺎٓ أَ ۡو ِﻛ َﻼھُ َﻤﺎ َ ﻀ ٰﻰ َرﺑﱡ َ ﻻ إِﯾﱠﺎهُ َوﺑِ ۡﭑﻟ ٰ َﻮﻟِﺪ َۡﯾ ِﻦ إِ ۡﺣ ٰ َﺴﻨً ۚﺎ إِ ﱠﻣﺎ ﯾَ ۡﺒﻠُﻐ ﱠَﻦ ِﻋﻨ َﺪ َ ََوﻗ ّ ٖ ُﻓَ َﻼ ﺗَﻘُﻞ ﻟﱠﮭُ َﻤﺎٓ أ ف َو َﻻ ﺗ َۡﻨﮭَ ۡﺮھُ َﻤﺎ َوﻗُﻞ ﻟﱠﮭُ َﻤﺎ ﻗَ ۡﻮ ٗﻻ َﻛ ِﺮ ٗﯾﻤﺎ Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” 7
5
Zaenal Arifin, Dakwah melalui Film dan Sinetron, (Yogyakarta: STAIN Purwokerto dam Unggu Religi, 2006), h.92-93 6 Film Indonesia, “Filmografi Aditya Gumay”, artikel diakses pada tanggal 13 Januari 2016 dari http://filmindonesia.or.id/movie/name/nmp4b9bce4189230_adityagumay/filmography#.VpaoGbaLTIU 7 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Syamil Cipta Media, 2005), h.284
4
Beberapa waktu lalu diberitakan di Tangerang seorang ibu berusia 90 tahun digugat Rp 1 miliar oleh anak kandungnya. Bukannya hidup nyaman dan tenang dengan anak cucu, dia malah didugat oleh anak kandung dan menantunya sebesar Rp 1 miliar ke Pengadilan Negeri (PN) Tangerang atas kasus sengketa tanah. Janda delapan anak tersebut digugat anak keempatnya, Nurhana dan suaminya Nurhakim. Selain gugatan materil sebesar Rp 1 miliar sebagai ganti rugi, Fatimah juga digugat untuk pergi dari lahan yang kini dijadikan tempat tinggalnya. 8 Ironis sekali melihat apa yang terjadi dalam sebagaian masyarakat kita yang mengalami krisis moral, etika dan budi pekerti. Sudah sepatutnya kita membutuhkan tontonan bermutu yang akan menjadi tuntunan kita dalam bagaimana kita memposisikan diri dan bagaimana kita bertingkah laku terhadap orang tua. Yang menarik mengenai respon tentang film ini adalah belum genap seminggu sejak film yang diadaptasi dari buku Oka Aurora berdasarkan kisah Ustadz Ahmad Alhabsyi itu tayang, sudah muncul rumor bahwa film ini merupakan produk Syiah. Ada Surga di Rumahmu dianggap beraliran Syiah. Adit, selaku sutradara membantah dan menilai rumor tersebut mengada-ngada. Adit bukan tidak tahu adanya embusan konten Syiah itu berkaitan dengan Mizan yang memproduseri Ada Surga di Rumahmu. Kelompok penerbit buku dan film itu
8
Naomi Trisna, “Ibu 90 Tahun Digugat Rp 1 Miliar oleh Anak Kandungnya”, artikel diakses pada 21 April 2015 dari http://news.liputan6.com/read/2109268/ibu-90-tahun-digugatrp-1-miliar-oleh-anak-kandungnya
5
disebut-sebut sebagai pentolan Syiah di Indonesia. Di matanya film itu bersifat universal. 9 Ada juga yang menilai tuduhan adanya muatan konten syiah dalam film Ada Surga di Rumahmu bukan hanya berlatar belakang kebencian ideologis, namun juga salah satu upaya untuk menghancurkan umat Islam dari dalam atau hanya didasarkan oleh persaingan bisnis semata. 10 Terlepas isu yang beredar tentang film ini, kehadiran film ini harus diapresiasi oleh seluruh masyarakat. Karena dalam industri perfilman, tema mengenai Birrul Walidain masih tergolong sedikit. Maka sudah saatnya masyarakat kita, khususnya industri perfilman Indonesia menciptakan film-film yang bermutu dan bermoral sebagai warisan nilai-nilai sosial untuk menciptakan masyarakat yang berakhlak mulia. Sebagaimana salah satu fungsi komunikasi menurut Harold D. Lasswell adalah melakukan transformasi warisan sosial kepada generasi berikutnya. 11 Semiotika atau semiologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari tanda (sign). Dalam kehidupan sehari-hari tanda muncul dalam bentuk yang beraneka ragam, bisa berwujud simbol, lambang, kode, ikon, isyarat, atau sinyal. Film merupakan bidang kajian yang sangat relevan bagi analisis semiotika. Film dibangun dengan tanda-tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diinginkan. Rangkaian dalam film menciptakan imaji dengan tanda9
Rizky Sekar Afrisia, CNN Indonesia, ”Sutradara Buktikan ‘Ada Surga di Rumahmu’ Bukan Film Syiah”, artikel diakses pada 21 April 2015 dari http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20150409161008-220-45455/sutradara-buktikan-adasurga-di-rumahmu-bukan-film-syiah/ 10 Warsa Tarsono, Madina Online, “Ada Apa di Balik Serangan Terhadap Film Ada Surga di Rumahmu?”, artikel diakses pada 21 April 2015 dari http://www.madinaonline.id/s5review/ada-apa-di-balik-serangan-terhadap-film-ada-surga-di-rumahmu/ 11 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h.59
6
tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. Memang ciri gambar-gambar film adalah persamaannya dengan realitas yang ditunjuknya. Gambar yang dinamis dalam film merupakan ikonis bagi realitas yang di notasikannya. 12 Selain film yang menarik dan mampu menguras emosi penonton, dengan kandungan Birrul Walidain di dalam film ini, film Ada Surga di Rumahmu merupakan film yang tepat untuk menciptakan umat muslim, khususnya generasi muda, yang berakhlak karimah dan berbudi mulia. Mengingat semakin berkurangnya akhlak generasi muda akibat pergeseran budaya dampak dari massifnya globalisasi saat ini. Dengan latar belakang inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul “Representasi Makna Birrul Walidain Dalam Film Ada Surga di Rumahmu”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Peneliti membatasi penelitian ini dengan pengambilan beberapa adegan dalam film Ada Surga di Rumahmu, yang dianggap memiliki makna simbol pesan-pesan dakwah mengenai “Birrul Walidain” didalamnya baik secara konotatif, denotatif, ataupun mitos. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang serta identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 12
Alex, Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 128
7
a. Bagaimana makna denotasi, konotasi, dan mitos pesan dakwah mengenai “Birrul Walidain” yang terdapat dalam film Ada Surga di Rumahmu? b. Apa pesan moral yang terkandung dalam film Ada Surga di Rumahmu? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui makna denotasi, konotasi, dan mitos pesan dakwah mengenai “Birrul Walidain” yang terdapat dalam film Ada Surga di Rumahmu. 2. Untuk mengetahui pesan moral yang terkandung dalam film Ada Surga di Rumahmu. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan serta literatur mengenai kajian semiotik, khususnya semiotika dalam film yang menggunakan pisau analisis model Roland Barthes. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para teoritis, praktisi, dan aktivis dakwah, serta bagi para praktisi dalam aktivitas industri film untuk mempertahankan dan menyebarkan nilai-nilai agama secara efektif dan efisien, agar semakin banyak film-film bertema religi yang menarik dan diminati masyarakat. Selain itu diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui bagaimana membuat film sarat makna dan literature baru untuk mengetahui dan menggali makna yang
8
terdapat dalam sebuah produk media massa, khususnya film dengan menggunakan analisis semiotik. E. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku yang di dalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu). Harmon mendefinisikan paradigma sebagai cara mendasar untuk mempersepsi, berfikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang visi realitas. 13 Paradigma pada penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis, yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal). Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. 14 2. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, 13
Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h.49 14 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009),h.8
9
dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara
triangulasi
(gabungan),
analisis
data
bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi. 15 Sedangkan menurut Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2007) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. 16 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotika. Semiotika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari tanda (sign). Selain itu semiotika membedah hubungan antara tanda, simbol, dan makna. Teori semiotika yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep semiotika Roland Barthes. Dalam konsep Roland Barthes, tingkatan makna terbagi menjadi tiga. Yang pertama adalah Denotasi, Konotasi, dan Mitos. Denotasi adalah penafsiran lambang-lambang makna terhadap realitas objek. Kemudian makna konotasi atau pemaknaan tataran ke-dua, adalah pemaknaan yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada. Pemaknaan ini bersifat subjektif, tentunya terkait dengan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam presepsi
15
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009), h.9 16
2007), h. 5
Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
10
masing-masing subjek. Dan yang terakhir Barthes menambahkan mitos sebagai pelengkap konsep semiotikanya. Mitos adalah juga suatu pemaknaan tataran ke-dua. Mitos adalah rujukan bersifat kultural atau bersumber dari budaya yang ada. Dengan kata lain mitos berfungsi sebagai deformasi dari lambang yang kemudian menghadirkan makna-makna tertentu dengan berpijak pada nilai-nilai sejarah dan budaya masyarakat. 4. Objek dan Unit Analisis Objek penelitian ini adalah film Ada Surga di Rumahmu karya Aditya Gumay. Sedangkan yang menjadi unit analisis penelitiannya adalah potongan gambar atau visual yang terdapat pada Film Ada Surga di Rumahmu dengan mengacu kepada rumusan masalah. 5. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, data-data dikumpulkan melalui observasi, yaitu mengamati langsung data-data yang sesuai dengan pertanyaan penelitian. Adapun instrumen penelitiannya adalah: 1. Data Primer, berupa dokumen elektronik, file berbentuk video film Ada Surga di Rumahmu. 2. Data Sekunder, berupa dokumen pendukung yang tertulis, seperti literatur-literatur resensi film Ada Surga di Rumahmu dari internet maupun media lain, serta buku-buku yang relevan dengan penelitian.
11
6. Teknik Analisis Data Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. 17 Setelah data primer dan sekunder terkumpul kemudian diklarifikasikan sesuai dengan pertanyaan yang ada pada rumusan masalah, kemudian dilakukan analisis data dengan menggunakan teknik analisis semiotik Roland Barthes. Ia mengembangkan semiotik menjadi denotasi, konotasi dan mitos yang menghasilkan tanda secara objektif untuk memahami makna tersirat dalam film Ada Surga di Rumahmu yang menjadi objek dalam penelitian ini. F. Tinjauan Pustaka Penelitian Terdahulu Pada penelitian ini peneliti juga mengacu kepada skripsi yang memiliki beberapa persamaan dengan penelitian ini sebagai referensi atau rujukan bagi penulis dalam merumuskan permasalahan. Penelitian sejenis mengenai kajian semiotika di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, tidaklah sedikit. Salah satunya adalah skripsi dengan judul “Analisis Semiotika Wajah Islam Dalam Film My Name Is Khan” karya Farouk Kahlil Gibran Bagawi (106051001762). Pada skripsinya tersebut, Farouk mencoba memaparkan
17
Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 248
12
gambaran Islam dan konstruksi pesan mengenai Islam yang terdapat dalam film tersebut. Penelitian ini juga menggunakan pisau analisis yang sama dengan yang peneliti gunakan yaitu semiotika Roland Barthes. Namun dari segi kasus dan objek penelitiannya tetap berbeda. Selain itu ada pula skripsi yang berjudul “Analisis Semiotika Apa Itu Islam” karya Reza Rizqi Amirullah (208051000032). Skripsi tersebut membahas tentang makna semiotika dalam adegan dan teks dalam film Apa Itu Islam menurut teori Roland Barthes. Penggunaan metode yang digunakan menjadikan skripsi ini sebagai acuan, namun tetap ada perbedaan dalam segi wacana yang dibangun dan objek penelitian. Skripsi dengan judul “Representasi Gerakan Pembaharuan KH Ahmad Dahlan Dalam Film Sang Pencerah” karya Cory Carlinah (1110051000126) juga menjadi acuan peneliti. Kesamaan metode yang digunakan menjadi alasan peneliti mengambil skripsi ini sebagai acuan. Skripsi tersebut mencoba memaparkan makna semiotika dalam adegan dan teks dalam film Sang Pencerah dengan menggunakan pendekatan semiotika Roland Barthes sebagai alat analisisnya. Tetap ada perbedaan dengan skripsi peneliti, yakni dalam wacana yang dibangun serta objek dalam skripsi ini. Dan pada penelitian ini khususnya ingin mengkaji lebih jauh mengenai interpretasi Birrul Walidain atau berbakti kepada kedua orangtua yang dikemas melalui film drama religi yang cukup menguras emosi, yaitu Ada Surga di Rumahmu. Acuan-acuan skripsi diatas membantu jalannya
13
penelitian yang peneliti lakukan dalam membedah film ini dengan menggunakan pisau analisis semiotika Roland Barthes. G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembaca dalam melihat gambaran dan uraian mengenai pembahasan-pembahasan tertentu di dalam skripsi ini, maka dari itu, peneliti menyusun sistematika penulisan ini ke dalam lima bab. Dalam bab-bab tersebut mengandung beberapa sub bab yang akan dipaparkan secara terperinci, adapun sistematika penulisan dapat dilihat sebagai berikut: BAB I
:
Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan
dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan. BAB II
:
Landasan Teori, yang meliputi tinjauan umum semiotika
yang berisikan konsep dasar, semiotika film dan konsep semiotika Roland Barthes. Kemudian tinjauan umum tentang film yang berisi seputar definisi, jenis dan klasifikasi film, unsur-unsur pembentuk film, teknik pengambilan gambar: sinematografi dan pergerakan kamera, film sebagai media representasi, dan film sebagai media dakwah. Serta tinjauan umum tentang Birrul Walidain atau berbakti kepada orangtua. BAB III
:
Gambaran Umum Film Ada Surga di Rumahmu, tentang
sinopsis film, profil Aditya Gumay selaku sutradara film Ada Surga di Rumahmu, serta profil pemain dan kru produksi film. BAB IV
:
Pembahasan tentang temuan dan analisis semiotika simbol
atau tanda mengenai makna denotasi, konotasi, dan mitos yang ada dalam film
14
Ada Surga di Rumahmu secara naratif yang menampilkan adegan per adegan serta pesan moral yang terdapat dalam film Ada Surga di Rumahmu. BAB V
:
Kesimpulan dan Saran. Peneliti mengakhiri skripsi dengan
memberikan kesimpulan serta diikuti saran penulis.
BAB II LANDASAN TEORI A. Semiotika 1. Tinjauan Umum Semiotika Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata yunani Semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu – yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya – dapat dianggap mewakili yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya asap menandai adanya api, sirene mobil yang keras meraung-raung menandai adanya kebakaran di sudut kota. Secara terminologis, semiotika dapat diintefikasikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. 1 Analisis semiotika merupakan suatu pemaknaan lebih lanjut terhadap proses pencarian makna ‘berita di balik berita’. Sejak pertengahan abad ke-20, semiotika telah tumbuh menjadi bidang kajian yang sungguh besar, melampaui di antaranya, kajian bahasa tubuh, bentuk-bentuk seni, wacana retoris, komunikasi visual, media, mitos, naratif, bahasa, artefak, isyarat, kontak mata, pakaian, iklan,
1
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi – Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi, (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2013), h. 7
15
16
makanan, upacara – pendeknya, semua yang digunakan, diciptakan , atau diadopsi oleh manusia untuk memproduksi makna. 2 Semiotika
adalah
ilmu
yang
mempelajari
tanda
(sign),
berfungsinya tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda. Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda. Adanya peristiwa, tidak adanya peristiwa, struktur yang ditemukan dalam sesuatu, suatu kebiasaan, semua itu dapat disebut tanda. Sebuah bendera kecil, sebuah isyarat tangan, sebuah kata, suatu keheningan, suatu kebiasaan makan, sebuah gejala mode, suatu gerak syaraf, peristiwa memerahnya wajah, suatu kesukaan tertentu, letak bintang tertentu, suatu sikap, setangkai bunga, rambut uban, sikap diam membisu, gagap, berbicara cepat, berjalan sempoyongan, menatap, api, putih, bentuk, bersudut tajam, kecepatan, kesabaran, kegilaan, kekhawatiran, kelengahan, semua itu dianggap sebagai tanda. 3 Menurut Saussure, tanda adalah kesatuan dari dua bidang yang tidak dapat dipisahkan, seperti halnya selembar kertas. Di mana ada tanda, di sana ada sistem. Artinya, sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) mempunyai dua aspek yang ditangkap oleh indra kita yang disebut signifier, bidang penanda atau bentuk. Aspek lainnya disebut signified, bidang petanda atau konsep atau makna. Aspek kedua terkandung di
2
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), h. 6 3 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2013), h.12
17
dalam aspek pertama. Jadi petanda merupakan konsep atau apa yang dipresentasikan oleh aspek pertama. Lebih lanjut dikatakannya bahwa penanda terletak pada tingkatan ungkapan (level of expression) dan mempunyai wujud atau merupakan bagian fisik seperti bunyi, huruf, kata, gambar, warna, objek, dan sebagainya. Petanda terletak pada level of content (tingkatan isi atau gagasan) dari apa yang diungkapkan melalui tingkatan ungkapan. Hubungan antara kedua unsur ini melahirkan makna. Tanda akan selalu mengacu pada (mewakili) sesuatu hal (benda) yang lain. Ini disebut referent. Lampu merah mengacu pada jalan berhenti. Wajah cerah mengacu kepada kebahagiaan. Air mata mengacu pada kesedihan. Apabila hubungan antara tanda dan yang diacu terjadi, maka dalam benak orang yang melihat atau mendengar akan timbul pengertian. 4 Charles Morris memudahkan kita memahami ruang lingkup kajian semiotika yang menaruh perhatian atas ilmu tentang tanda-tanda. Menurut dia, kajian semiotika pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam tiga cabang penyelidikan (Branches of inquiry) yakni sintaktik, semantik dan pragmatik. 5 1. Sintaktik
(syntactics)
atau
sintaksis
(syntax):
suatu
cabang
penyelidikan semiotika yang mengkaji “hubungan formal di antara satu tanda dengan tanda-tanda yang lain.” Dengan begitu hubunganhubungan formal ini merupakan kaidah-kaidah yang mengendalikan
4
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2013), h.12-13 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi – Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi, (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2013), h. 5 5
18
tuturan dan iterpretasi, pengertian sintaktik kurang lebih adalah semacam ‘gramatika’. 2. Semantic (semantics): suatu cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari “hubungan di antara tanda-tanda dengan designate adalah tanda-tanda sebelum digunakan didalam tuturan tertentu. 3. Pragmatik (pragmatics): suatu cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari “hubungan di antara tanda-tanda dengan interpreterinterpreter atau para pemakainya” – pemakaian tanda-tanda. Pragmatik secara khusus berurusan dengan aspek-aspek komunikasi, khususnya fungsi-fungsi situasional yang melatari tuturan. 2. Konsep Semiotika Roland Barthes Barthes lahir di Cherbourg, Prancis, pada 12 November 1915 dan meninggal di Paris pada 26 Maret 1980. Barthes adalah kritikus sastra dan social Prancis yang karya-karyanya tentang semiotika, studi formal tentang simbol dan tanda yang dirintis oleh Ferdinand de Saussure, telah membantu perkembangan strukturalisme sebagai salah satu gerakan intelektual yang penting pada abad kedua puluh. Barthes menempuh pendidikan di universitas Paris. Setelah bekerja selama tujuh tahun (19521959) di Centre National de la Ecole Pratique des Hautes Etudes di Paris. Di sini, dia menawarkan sebuah seminar bertajuk “Sosiologi tanda, simbol, dan representasi.” Pada 1976 dia terpilih menjadi orang pertama yang memegang pimpinan “semiologi sastra” di College de France. 6
6
h. lviii
Roland Barthes, Membedah Mitos-mitos Budaya Massa, (Jalasutra: Yogyakarta, 2007),
19
Pemikiran Barthes tentang semiotika dipengaruhi oleh Saussure. Kalau Saussure mengintrodusir istilah signifier dan signified berkenaan dengan lambang-lambang atau teks dalam suatu paket pesan maka Barthes menggunakan istilah denotasi dan konotasi untuk menunjuk tingkatantingkatan makna. 7 Bila Saussure hanya menekankan pada penandaan dalam tataran denotatif, maka Roland Barthes menyempurnakan semiologi pada tingkat konotatif. Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan, yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. Gambar Peta tanda Roland Barthes 8
1. Signifier Langue (code)
2. Signified
3. Sign I. SIGNIFIER
MYTH
II. SIGNIFIED III. SIGN
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan pertanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (I). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: tanda “singa”, berkonotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian. 9 a. Makna Denotasi
8
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi – Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi, (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2013), h. 22 9 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 69
20
Makna denotasi adalah makna tingkat pertama yang bersifat objektif yang dapat diberikan terhadap lambang-lambang, yakni mengaitkan secara langsung antara lambang dengan realitas atau gejala yang ditunjuk. 10 Denotasi dalam pandangan barthes merupakan tataran pertama yang maknanya bersifat eksplisit, langsung, dan pasti. Denotasi merupakan makna yang sebenar-benarnya, yang disepakati bersama secara sosial, yang rujukannya pada realitas. 11 Denotasi merupakan sistem imaji yang memiliki ‘aliran’ sintagmatis. Artinya pada lapisan denotasi bersifat sintagma yang selalu
identik
dengan
ujaran
dan
‘wacana’
ikonik
yang
menaturalisasikan simbol-simbol. 12
b. Makna Konotasi Kemudian makna konotasi adalah makna-makna yang dapat diberikan pada lambang-lambang dengan mengacu pada nilai-nilai budaya yang karenanya berada pada tingkatan kedua. 13 Tanda konotatif merupakan tanda yang penandanya mempunyai keterbukaan makna atau makna yang implisit, tidak langsung, dan tidak pasti, artinya terbuka kemungkinan terhadap penafsiranpenafsiran baru. Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi yang disebutnya sebagai ‘mitos’ dan berfungsi untuk 10
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LkiS, 2007), h. 163 Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2014), h.28 12 Roland Barthes, Imaji/Musik/Teks, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 40 13 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LkiS, 2007), h. 163 11
21
mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. 14
c. Makna Mitos Yang menarik berkenaan dengan semiotika Roland Barthes adalah digunakan istilah mitos (myth), yakni rujukan bersifat kultural (bersumber dari budaya yang ada) yang digunakan untuk menjelaskan gejala atau realitas yang ditunjuk dengan lambang-lambang yang ada dengan mengacu sejarah (di samping budaya). 15 Mitos dalam pandangan Barthes berbeda dengan konsep mitos dalam arti umum. Barthes mengemukakan mitos adalah bahasa, maka mitos adalah sebuah sistem komunikasi dan mitos adalah sebuah psean. Dalam uraiannya, ia mengemukakan bahwa mitos dalam pengertian khusus ini merupakan perkembangan dari konotasi. Konotasi yang sudah terbentuk lama di masyarakat itulah mitos. Barthes juga mengatakan bahwa mitos merupakan sistem semiologis, yakni sistem tanda-tanda yang dimaknai manusia. Mitos dapat dikatakan sebagai produk kelas sosial yang sudah memiliki suatu dominasi. 16 Rumusan tentang signifikasi dan mitos dapat dilihat pada gambar berikut ini.
14
Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2014), h.28 15 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LkiS, 2007), h.164 16 Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2014), h.28-29
22
Signifikansi Dua Tahap 17 Second Order
First Order
Reality
Denotasi
Sign
Culture Frm
Konotasi
Content
Mitos
Signifier Signified
Dari gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa signifikansi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified yang disebut denotasi yaitu makna sebenarnya dari tanda. Sedangkan signifikansi tahap kedua digunakan istilah konotasi, yaitu makna yang subjektif atau paling tidak, intersubjektif; yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos. Mitos merupakan lapisan pertanda dan makna yang paling dalam. 18
B. Film 1. Pengertian Film Undang-undang Perfilman No. 6 tahun 1992, Bab I, Pasal 1, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunkasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita 17
Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2014), h.30 18 Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2014), h.30
23
selluloid, pita video, piringan video dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam bentuk, jenis, ukuran, melalui kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan atau lainnya. 19 Film merupakan salah satu media komunikasi massa. Dikatakan sebagai media komunikasi massa karena merupakana bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, dalam arti berjumlah banyak, tersebar dimana-mana, khalayaknya heterogen dan anonim, dan menimbulkan efek tertentu. Film dan televisi memiliki kemiripan, terutama sifatnya yang audio visual, tetapi dalam proses penyampaian pada khalayak dan proses produksinya agak sedikit berbeda. 20 Pada tingkat penanda, film adalah teks yang memuat serangkaian citra fotografi yang mengakibatkan adanya ilusi gerak dan tindakan dalam kehidupan nyata.pada tingkat petanda, film merupakan cermin kehidupan metaforis. Jelas bahwa topik film menjadi sangat pokok dalam semiotika media karena di dalam genre film terdapat sistem signifikasi yang ditanggapi orang-orang masa kini dan melalui film mereka mencari rekreasi, inspirasi, dan wawasan pada tingkat interpretant. 21 Media film memiliki keampuhan yang besar untuk mempengaruhi publik. Medium ini dapat menyajikan gambar-gambar atau peragaan 19
Askurifai Baksin, Membuat Film Indie itu Gampang, (Bandung: Katarsis, 2003), h. 6 Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2014), h.91 21 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 134 20
24
gerak, termasuk suara. Teknologi baru yang hampir sejenis dengan film adalah kaset video dengan piringan (laser disc). Teknologi baru mempunyai sifat praktis karena dengan menghubungkan melalui monitor televisi di rumah-rumah, kemudian muncul gambar dan sekaligus suaranya. 22 2. Jenis dan Klasifikasi Film a. Jenis-Jenis Film Jika dilihat dari isinya, film dibedakan menjadi jenis film fiksi dan non fiksi. Sebagai contoh, untuk film non fiksi adalah film dokumenter yang menjelaskan tentang dokumentasi sebuah kejadian alam, flora, fauna maupun manusia. Adapun penjelasan dari jenis-jenis film itu sebagai berikut: 1) Film Dokumenter adalah film yang menyajikan fakta berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film dokumenter dapat digunakan untuk berbagai macam maksud dan tujuan seperti informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial, politik (propaganda), dan lain sebagainya. 2) Film fiksi adalah film yang menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata, terkait oleh plot, dan memiliki konsep pengadegaan yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita film juga terkait hukum kausalitas. Cerita fiksi juga seringkali diangkat dari kejadian nyara dengan menggunakan beberapa cuplikan rekaman gambar dari peristiwa aslinya (fiksi-dokumenter).
22
Y.S. Gunadi dan Djony Heffan, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: PT Grasido, 1998), h. 11-12
25
3) Film Experimental merupakan film yang berstruktur namun tidak berplot. Film ini tidak bercerita tentang apapun (anti-naratif) adegannya menantang logika sebab-akibat (anti-rasionalitas). 23 b. Klasifikasi Film Menurut Himawan Pratista dalam buku Memahami Film-nya, metode yang paling mudah dan sering digunakan untuk mengklasifikasi film adalah berdasarkan genre, yaitu klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola sama (khas) sebagai berikut 24: 1) Aksi, yaitu film yang berhubungan dengan adegan-adegan aksi fisik seru, menegangkan, berbahaya, dan nonstop dengan cerita yang cepat. 2) Drama, yaitu film yang kisahnya seringkali menggugah emosi, dramatik, dan mampu menguras air mata penontonnya. Tema umumnya mengangkat isu-isu sosial, seperti kekerasan, ketidakadilan, masalah kejiawaan, penyakit, dan sebagainya. 3) Epik Sejarah, yaitu film dengan tema periode masa silam (sejarah) dengan latar sebuah kerajaan, peristiwa, atau tokoh besar yang menjadi mitos, legenda, atau kisah biblical. 4) Fantasi, yaitu film yang berhubungan dengan tempat, peristiwa dan karakter yang tidak nyata, dengan menggunakan unsur magis, mitos, imajinasi, halusional, serta alam mimpi. 5) Fiksi Ilmiah, yaitu film yang berhubungan dengan teknologi dan kekuatan di luar jangkauan teknologi masa kini yang atificial.
8 13-20
23
Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet. 1 h. 4-
24
Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet. 1, h.
26
6) Horror, yaitu film yang berhubungan dengan dimensi spiritual atau sisi gelap manusia. 7) Komedi, yaitu jenis film yang tujuannya menghibur dan memancing taw penonton. 8) Kriminal dan Gangster, yaitu film yang berhubungan dengan aksi-aksi criminal dengan mengambil kisah kehidupan tokoh kriminal besar yang diinspirasi dari kisah nyata. 9) Musikal, yaitu film yang mengkombinasikan unsur musik, lagu, tari (dansa), serta gerak (koreografi). 10) Petualangan, yaitu film yang berkisah tentang perjalanan, eksplorasi, atau ekspedisi ke suatu wilayah asing yang belum pernah tersentuh. 11) Perang, yaitu film yang mengangkat tema ketakutan serta teror yang ditimbulkan oleh aksi perang dengan memperlihatkan kegigihan, dan perjuangan. 12) Western, yaitu film dengan tema seputar konflik antara pihak baik dan jahat berisi aksi tembak-menembak, aksi berkuda dan aksi duel. Film ini masuk dalam kategori film drama, mengingat sepanjang jalan ceritanya menggugah emosi, dan mampu menguras air mata penonton. 3. Unsur-Unsur Pembentuk Film Film secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk, yakni unsur naratif dan unsur sinematik. Kedua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu dengan lainnya. Unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah, berhubungan dengan aspek cerita atau tema film, terdiri dari unsur-unsur seperti: tokoh, masalah, lokasi, dan waktu.
27
Sedangkan unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya. Sementara unsur sinematik atau gaya sinematik atau gaya sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film. Unsur sinematik terdiri dari empat elemen pokok, yaitu: a) Mise-en-scene, yaitu segala hal yang berada di depan kamera. b) Sinematografi, yaitu perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan obyek yang diambil. c) Editing, yakni transisi sebuah gambar (shot) ke gambar (shot) lainnya. d) Suara, yakni segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera pendengaran. 25
Film juga mengandung unsur-unsur dramatik. Unsur dramatik dalam istilah lain disebut dramaturgi, yakni unsur-unsur yang dibutuhkan untuk melahirkan gerak dramatik pada cerita atau pada pikiran penontonnya, antara lain: konflik, suspense, curiousity, dan surprise. Konflik merupakan suatu pertentangan yang terjadi dalam sebuah film misalnya, pertentangan antar tokoh. Suspense merupakan ketegangan yang dapat
menggiring
penonton
ikut
berdebar
menantikan
adegan
selannjutnya. Curiousity merupakan rasa ingin tahu atau penasaran penonton terhadap jalannya cerita sehingga penonton terus mengikuti alur film sampai selesai. Surprise adalah kejutan. Kejutan ini biasanya digunakan pada alur film yang sulit ditebak. 26
1-2 100-103
25
Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet. 1, h.
26
Elizabeth Lutters, Kunci Sukses Menulis Skenario, (Jakarta: Grasindo, 2004), cet3, h.
28
4. Teknik Pengambilan Gambar a. Sinematografi Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan obyek yang diambil. Berikut ini adalah salah satu aspek framing yang terdapat dalam sinematografi, yakni jarak kamera terhadap objek (type of shot), yaitu: 27
1) Extreme long shot Extreme long shot merupakan jarak kamera yang paling jauh dari obyeknya. Teknik ini umumnya untuk menggambarkan sebuah obyek yang sangat jauh atau panorama yang luas. 2) Long Shot Pada jarak long shot tubuh fisik manusia telah tampak jelas namun latar belakang masih dominan. Long shot sering kali digunakan sebagai establishing shot, yakni shot pembuka sebelum digunakan shot-shot yang berjarak lebih dekat. 3) Medium Long Shot Pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif seimbang. 4) Medium Shot Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame.
27
104-106
Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet. 1, h.
29
5) Medium Close-up Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Adegan percakapan normal biasanya menggunakan medium close-up. 6) Close-up Umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah obyek kecil lainnya. Teknik ini mampu memperlihatkan ekspresi wajah dengan jelas serta gestur yang mendetil. Close-up biasanya digunakan untuk adegan dialog yang lebih intim. Close-up juga memperlihatkan sangat mendetil sebuah benda atau obyek. 7) Extreme Close-up Pada jarak terdekat ini mampu memperlihatkan lebih mendetil bagian dari wajah, seperti telinga, mata hiudung, dan lainnya atau bagian dari sebuah obyek. b. Pergerakan Kamera Pergerakan kamera adalah istilah untuk memudahkan komunikasi dengan operator kamera, yakni istilah untuk menyebut arah gerak kamera yang dimaksudkan. Disebut pergerakan kamera karena posisi perangkat kamera yang berubah dalam proses pengambilan gambar. Pergerakan kamera, secara teknis sebenarnya variasinya tidak terhitung namun secara umum dapat dikelompokkan sebagai berikut: 28
28
108-110
Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet. 1, h.
30
1) Pan Pan merupakan singakatn dari kata panorama. Istilah panorama
digunakan
karena
umumnya
menggambarkan
pemandangan (menyapu pandangan) secara luas. Pan adalah pergerakan kamera secara horizontal (kanan dan kiri) dengan posisi kamera statis. 2) Tilting Tilt merupakan pergerakan kamera secara vertikal (atasbawah atau bawah-atas) dengan posisi kamera statis. Tilt sering digunakan untuk memperlihatkan obyek yang tinggi atau raksasa di depan seorang karakter (kamera), seperti misalnya gedung bertingkat, patung raksasa, atau obyek lainnya. 3) Tracking Tracking shot atau dolly shot merupakan pergerakan kamera akibat perubahan posisi kamera secara horizontal. Pergerakan dapat ke arah manapun sejauh masih menyentuh permukaan tanah. Pergerakan dapat bervariasi yakni, maju (track forward), melingkar, menyamping (track left/right) dan sering kali menggunakan rel atau track. Tracking shot juga dapat dilakukan dengan menggunakan truk atau mobil. 4) Crane Shot Crane shot adalah pergerakan kamera akibat perubahan posisi kamera secar vertikal, horisontal, atau kemana saja selama masih di atas permukaan tanah (melayang). Crane shot umumnya
31
menggunakan alat crane yang mampu membawa kamera bersama operatornya sekaligus dan dapat bergerak turun dan naik hingga beberapa meter. Crane shot umumnya menghasilkan efek highangle dan sering digunakan
untuk menggambarkan situasi
lansekap luas, seperti kawasan kota, bangunan, areal taman, dan sebagainya. 5. Film Sebagai Media Representasi Menurut John Fiske, saat menampilkan objek peristiwa, gagasan, kelompok, atau seseorang paling tidak ada tiga proses yang dihadapi: 29 1) Realitas Pada level pertama adalah peristiwa yang ditandakan sebagai realitas. Bagaimana peristiwa itu dikonstruksi sebagai realitas oleh media. Dalam bahasa gambar ini umumnya berhubungan dengan aspek seperti pakaian, lingkungan, ucapan, dan ekspresi. Di sini, realitas selalu siap ditandakan sebagai realitas. 2) Representasi Pada level kedua, ketika kita memandang sesuatu sebagai realitas, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana realitas itu digambarkan. Di sini, kita menggunakan perangkat secara teknis. Dalam bahasa gambar, alat teknis itu berupa kamera, pencahayaan, editing, atau musik. Pemakaiaan kata-kata, kalimat, atau preposisi tertentu misalnya, membawa makna tertentu ketika diterima oleh khalayak.
29
Emriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001), h. 114
32
3) Ideologi Pada level ketiga, bagaimana peristiwa tersebut diorganisir ke dalam konvensi-konvensi yang diterima secara ideologis. Bagaimana kodekode representasi dihubungkan dan diorganisasikan ke dalam koherensi sosial seperti kelas sosial, atau kepercayaan dominan yang ada dalam masyarakat (patriarki, materialisme, kapitalisme, dan sebagainya).
Representasi berasal dari bahasa Inggris, representation, yang berarti perwakilan,
gambaran
atau
penggambaran.
Secara
sederhana,
representasi dapat diartikan sebagai gambaran mengenai suatu hal yang terdapat dalam kehidupan yang digambarkan melalui suatu media. Representasi menurut Chris Barker adalah kontruksi sosial yang mengharuskan kita mengeksplorasi pembentukan makna tekstual dan menghendaki penyelidikan tentang cara dihasilkannya makna pada beragam konteks. Representasi dan makna budaya memiliki materialitas dan program televisi. Mereka diproduksi, ditampilkan, digunakan, dan dipahami dalam konteks tertentu (Barker, 2004;9). Yasraf Amir Piliang (2003:28) menjelaskan, representasi pada dasarnya adalah sesuatu yang hadir, namun menunjukkan sesuatu di luar dirinyalah yang dia coba hadirkan. Represntasi tidak menunjuk kepada dirinya sendiri, namun kepada orang lain. 30
30
Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2014), h.97
33
Dalam film, ada pesan-pesan tertentu yang ingin disampaikan. Film berupaya menggambarkan mengenai suatu hal tertentu dalam kehidupan sehari-hari kepada para penontonnya. Inilah upaya representasi dalam film yang ingin menyampaikan suatu nilai atau ideologi tertentu melalui adegan-adegan dan dialog-dialog yang ada didalamnya.
6. Film Sebagai Media Dakwah Media ialah alat atau wahana yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. untuk itu komunikasi bermedia (mediated communication) adalah komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya, dan atau banyak jumlahnya. Komunikasi bermedia di sebut juga dengan komunikasi tak langsung (indirect communication) dan sebagai konsekuensinya arus balik pun tidak terjadi pada saat komunikasi dilancarkan. 31 Sedangkan secara etimologis, kata “dakwah” berasal dari Bahasa Arab, yakni berasal dari kata “da’a – yad’u – da’watan” yang berarti seruan, ajakan, dan panggilan. Sementara itu, secara terminologis kata dakwah sangat beragam definisinya. Namun bisa disimpulkan bakwah dakwah adalah sebuah proses atau kegiatan menyeru, mengajak – bisa juga diartikan dengan mengingatkan – dan menyebarluaskan ajaran agama Islam
kepada
seluruh
umat
manusia
demi
keselamatan
dan
kebahagiaannya di dunia dan akhirat. Dakwah dilakukan secara sadar,
31
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 104
34
sistematis, dan terarah oleh pelakunya, baik secara individual maupun kolektif. 32 Media komunikasi dakwah banyak sekali jumlahnya mulai yang tradisional sampai yang modern misalnya kentongan, beduk, pagelaran kesenian, surat kabar, papan pengumuman, majalah, film, radio, dan televisi. Dari semua itu, pada umumnya dapat diklasifikasikan sebagai media tulisan atau cetak, visual, aural, dan audiovisual. Untuk mendapatkan sasaran dalam komunikasi dakwah, dengan memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan dakwah yang akan disampaikan serta teknik dakwah yang akan digunakan. 33 Pada masa kehidupan Nabi Muhammad saw, media yang paling banyak digunakan adalah media auditif, yakni menyampaikan dakwah dengan lisan. Namun tidak boleh dilupakan bahwa sikap dan perilaku Nabi juga merupakan media dakwah secara visual yaitu dapat dilihat dan ditiru oleh objek dakwah. Sejarah dakwah kemudian mencatat bukan hanya perkembangan materi dan objek dakwah, melainkan juga mencari mediamedia dakwah yang efektif. Ada berupa media visual, auditif, audiovisual, buku, radio, televisi, drama dan sebagainya. 34 Termasuk juga internet dan film. Perbedaan yang mencolok dari model dakwah saat ini jika dibandingkan dengan model dakwah masa sebelumnya adalah pada 32
Zaenal Arifin, Dakwah melalui Film dan Sinetron, (Yogyakarta: STAIN Purwokerto Press dan Unggun Religi, 2006), h.39-43 33 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 104 34 Wafyah dan Awaludin Pimay, Sejarah Dakwah, Cet. I, (Semarang: RaSAIL, 2005), h. 13
35
metode dan media yang digunakannya. Kalau dulu, dakwah hanya dilakukan dengan komunikasi verbal, yakni model ceramah di podium atau majelis taklim yang bersifat komunal saja. Akan tetapi, sekarang dakwah sudah dapat dilakukan dengan menggunakan media yang berbasis teknologi canggih atau media massa, baik media cetak yang berupa tulisan maupun dengan media elektronik. Hal ini, seperti model ceramah atau dialog interaktif yang dilakukan melalui radio dan stasiun televisi, atau bahkan hanya lewat sebuah tayangan sinetron dan film-film yang diputar di gedung-gedung pertunjukkan atau bioskop. 35 Menurut Ali Aziz, Film, secara psikologis memiliki kecendrungan yang unik dalam menyajikan pesan dalam menerangkan hal-hal yang masih samar, mengurangi keraguan dan lebih mudah untuk diingat. 36 Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat para ahli beranggapan bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya. Dalam banyak penelitian tentang dampak film terhadap masyarakat, hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami secara linear. Artinya, film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (massage) di baliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya. Kritik yang muncul terhadap prespektif ini didasarkan atas argumen bahwa film adalah potret masyarakat di mana film itu dibuat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan
35
Zaenal Arifin, Dakwah melalui Film dan Sinetron, (Yogyakarta: STAIN Purwokerto Press dan Unggun Religi, 2006), h.69 36 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 104
36
berkembang dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar. 37 Selain dapat memberikan hiburan untuk masyarakat, film juga dapat memberikan informasi dan edukasi. Oleh karena itu, film dapat digunakan sebagai media komunikasi dakwah ketika film dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan agama. 38 C. Tinjauan Umum Tentang Berbakti Kepada Orang Tua 1. Pengertian Akhlak Sebelum membahas tentang Birrul Walidain, maka terlebih dahulu
ْ adalah akan dijelaskan mengenai akhlak. Secara etimologi akhlak ()أﺧﻼق ٌ ُ ) ُﺧﻠyang berarti budi pekerti, perangai, bentuk jamak dari khuluqun (ﻖ tingkah laku atau tabiat. Sedangkan secara terminologi yang dikutip dari beberapa definisi akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar. 39 Di dalam Da’iratul Ma’arif dikatakan:
ُﺴﺎ ِن ْاﻷَ َدﺑِﯿﱠﺔ َ ﺻﻔَﺎ تُ ْا ِﻹ ْﻧ ِ اَﻷَﺧﻼق ھﻰ “Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”. Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifatsifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan
37
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009). H. 127 Bambang S. Ma’arif, Komunikasi Dakwah: Paradigma Untuk Aksi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010), h. 165 39 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset), h. 1-2 38
37
selalu ada padanya sifat itu dapat berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya. 40 Jadi dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya akhlak atau budi pekerti ialah suatu sifat yang sudah meresap dalam jiwa seseorang sehingga membentuk kepribadian yang menyebabkan timbulnya berbagai perbuatan dengan cara spontan tanpa dibuat-buat dan tanpa melalui proses pemikiran terlebih dahulu. Apabila dari kondisi tadi muncul suatu perilaku yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang timbul adalah perilaku yang buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela. Di dalam melihat ukuran akhlak baik dan akhlak buruk dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu sebagai berikut: 41 a. Pengaruh Adat Kebiasaan Manusia dapat terpengaruh oleh adat istiadat golongan dan bangsanya. Mereka melakukan sesuatu perbuatan dan menjauhi perbuatan lainnya. Adat istiadat dianggap baik apabila diikuti dan ditanam dalam hati mereka menyalahi adat istiadat itu membawa kesucian. Apabila seorang dari mereka menyalahi adat istiadat, sangat dicela dan dianggap keluar dari golongan bangsanya. Maka ukuran baik dan buruk menurut pandangan mereka adalah adat istiadat golongannya.
40 41
h. 26-29
Asmaran As., Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), h.1 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007),
38
Dalam penyelidikan adat istiadat tidak dapat digunakan sebagai ukuran dan pertimbangan, karena sebagian perintah-perintahnya tidak masuk akal dan setengah merugikannya. Banyak perbuatan-perbuatan yang salah, tetapi lain bangsa yang menyatakan kebaikannya; seperti mengubur anak perempuannya hidup-hidup dilakukan oleh sebagian bangsa Arab pada zaman jahiliah. Mereka menganggap perbuatan itu tidak tercela dan tidak salah. Berpegang adat istiadat itu meskipun tidak benar, ada juga faedahnya. Ada juga orang-orang yang tidak mau melanggar adat istiadat yang baik, banyak pula orang-orang yang tidak mau mencuri, minum minuman keras karena mengikuti adat-istiadat, takut dari lingkungan mengecam dan mencemoohkannya. b. Kebahagiaan (Hedonism) Kebanyakan filsuf berpendapat bahwa tujuan akhir dari hidup dan kehidupan manusia ialah untuk mencapai kebahagiaan. Perbuatan manusia dapat dikatakan baik bila ia mendatangkan kebahagaiaan, kenikmatan, dan kelezatan. Para pengikut aliran hedonism membagi kebahagiaan menjadi dua, yaitu sebagai berikut. 1) Kebahagiaan diri (Egoistic Hedonism) Pendapat ini mengatakan bahwa manusia hendaknya mencari sebanyak
mungkin
kebahagiaan
untuk
dirinya
mengorientasikan segala usahanya ke arah kebahagiaan.
dan
39
2) Kebahagiaan bersama (Universalistic Hedonism) Paham ini menghendaki agar manusia mencari kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk sesama manusia, bahkan untuk semua makhluk yang berperasaan. Untuk memberikan nilai terhadap suatu perbuatan bahwa ia baik atau buruk, yang perlu diperhatikan adalah kesenangan dan kepedihan yang diakibatkan oleh perbuatan itu. Dalam hal ini bukan untuk diri sendiri tetapi untuk seluruh makhluk yang ikut merasakan kenikmatan dari akibat perbuatan itu. c. Intuisi (Intuition) Intuisi merupakan kekuatan batin yang dapat mengenal sesuatu yang baik atau buruk dengan sekilas pandang tanpa melihat buah dan akibatnya. Paham ini berpendapat bahwa tiap manusia itu mempunyai kekuatan batin sebagai suatu instrument yang dapat membedakan baik dan buruk. d. Evolusi Mereka yang mengikuti paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di ala mini mengalami evolusi, yaitu berkembang dari apa adanya menuju kesempurnaannya. Menurut pandangan ini, nilai akhlak harus ikut berkembang sesuai dengan perkembangan sosial dan budaya ini menyesatkan orang. Adanya pendapat (nilai) baru yang menjadi panutan masa itu, merupakan pendapat (nilai) yang dipaksakan oleh orang yang berkuasa pada saat itu, karenanya tidak
40
merupakan nilai yang universal dan hanya dipandang baik oleh seseorang atau sekelompok orang. Sebagai umat Islam, pedoman utama sumber-sumber pengetahuan tentang akhlak baik dan buruk adalah dengan mengacu kepada Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Sudah sepatutnya kita mengimani keduanya. Karena segala hal telah banyak dijelaskan di dalam kedua sumber utama tersebut. Berdasarkan penjelasan tentang akhlak di atas, maka Birrul Walidain merupakan akhlak yang terpuji. Birrul Walidain merupakan akhlak terpuji karena merupakan suatu perilaku yang baik, tidak menentang adat istiadat, budaya, nilai sosial, dan terpuji menurut pandangan syari’at agama Islam. 2. Pengertian Birrul Walidain Birrul Walidain terdiri dari dua kata, yakni: Al-Birru dan AlWalidain. Al-Birru ( )اﻟﺒِ ﱡﺮmemiliki makna baik, kebaikan, ketaatan, berakhlak baik; dikatakan juga dengan kumpulan kebaikan atau nama bagi segala yang baik. 42 Namun dalam konteks Birrul Walidain, maka makna kata yang lebih tepat adalah berbakti. Sebagaimana dengan hadits Nabi yang menjelaskan tentang Al-Birru berikut ini:
ﺳﺂﻟﺖ رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ و ﺳﻠﻢ:ﻋﻦ اﻟﻨﻮاس ﺑﻦ ﺳﻤﻌﺎن رﺿﻰ ﷲ ﻋﻨﮫ ﻗﺎل وﻛﺮھﺖ ﺋﺄن. واﻹﺛﻢ ﻣﺎ ﺣﺎك ﻓﻰ ﺻﺪرك. اﻟﺒﺮ ﺣﺴﻦ اﻟﺨﻠﻖ: ﻋﻦ اﻟﺒﺮ واﻹﺛﻢ ﻓﻘﺎل ( )رواه ﻣﺴﻠﻢ.ﯾﻄﻠﻊ ﻋﻠﯿﮫ اﻟﻨﺎس Artinya : “Dari Nawwas ibn Sam’an RA berkata: Aku bertanya kepada Rasul Allah SAW tentang al-birr dan al-itsm. Nabi SAW menjawab: al-birr itu adalah berakhlak baik, sedangkan al-itsm adalah
42
Ayat Dimyati, Hadits Arba’in: Masalah Aqidah, Syariah, & Akhlaq, (Bandung: Marja, 2001), h. 159
41
sesuatu yang tergores di dalam hatimu dan kamu tidak senang bila orang lain mengetahuinya. (HR. Muslim).” 43 Kata yang kedua adalah Walidain ( )واﻟﺪﯾﻦyang memiliki makna kedua orang tua.
Sehingga arti dari Birrul Walidain adalah berbakti
kepada orang tua. 3. Kedudukan Birrul Walidain Dalam Islam Allah SWT berfirman didalam Surat Al-An’am ayat 151,
ﻗُﻞْ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻮْ ا أَ ْﺗ ُﻞ َﻣﺎ َﺣ ﱠﺮ َم َرﺑﱡ ُﻜ ْﻢ َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ أَﻻ ﺗُ ْﺸ ِﺮ ُﻛﻮا ﺑِ ِﮫ َﺷ ْﯿﺌًﺎ َوﺑِ ْﺎﻟ َﻮاﻟِ َﺪﯾ ِْﻦ إِﺣْ َﺴﺎﻧًﺎ َوﻻ ﺗَ ْﻘﺘُﻠُﻮا َﺶ َﻣﺎ ظَﮭَ َﺮ ِﻣ ْﻨﮭَﺎ َو َﻣﺎ ﺑَﻄَﻦ َ اﺣ ِ ق ﻧَﺤْ ُﻦ ﻧَﺮْ ُزﻗُ ُﻜ ْﻢ َوإِﯾﱠﺎھُ ْﻢ َوﻻ ﺗَ ْﻘ َﺮﺑُﻮا ْاﻟﻔَ َﻮ ٍ أَوْ ﻻ َد ُﻛ ْﻢ ِﻣ ْﻦ إِ ْﻣﻼ ﺲ اﻟﱠﺘِﻲ َﺣ ﱠﺮ َم ﱠ ﷲُ إِﻻ ﺑِ ْﺎﻟ َﺤ ﱢ َﻖ َذﻟِ ُﻜ ْﻢ َوﺻﱠﺎ ُﻛ ْﻢ ﺑِ ِﮫ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَ ْﻌﻘِﻠُﻮن َ َوﻻ ﺗَ ْﻘﺘُﻠُﻮا اﻟﻨﱠ ْﻔ Artinya: Katakanlah (Muhammad), "Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apapun, berbuat baiklah kepada ibu bapak, janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena miskin, Kamilah yang memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang terlihat ataupun yang tersembunyi, janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti.” 44 Menarik juga untuk dikemukakan bahwa Allah menggandengkan antara larangan mempersekutukan-Nya dengan perintah berbakti kepada kedua
orangtua.
Sekali lagi, perintah
berbakti,
bukan
larangan
mendurhakai. Karena tidak mendurhakai keduanya belum dinilai cukup. Allah SWT menggandengkan larangan mmpersekutukan-Nya dengan perintah berbakti kepada ibu bapak untuk mengisyaratkan bahwa dosa kedurhakaan terhadap ibu bapak berada secara langsung di bawah dosa kemusyrikan atau mempersekutukan Allah, karena itu “Ridha Allah
43
Ayat Dimyati, Hadits Arba’in: Masalah Aqidah, Syariah, & Akhlaq, (Bandung: Marja, 2001), h. 158 44 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Syamil Cipta Media, 2005), h.148
42
diperoleh utamanya melalui ridha kedua orangtua dan murka-Nya akibat murka kedua orangtua”. 45 Kita diperintahkan untuk berbuat baik kepada ibu dan bapak kita. Sungguh menarik kalimat yang digunakan Allah SWT, bukan memerintah dengan kalimat “Jangan kamu abaikan kedua orangtuamu.” tetapi pendekatan Al-Qur’an amat mengagumkan. Allah SWT tidak hanya menyuruh kita patuh, tetapi juga harus berbuat baik kepada mereka sehingga mereka sepenuhnya ridha dengan perlakuan kita. Di dalam Surat Al Isra Ayat 24, Allah berfirman:
ْ َو اﺧﻔِﺾْ ﻟَﮭُ َﻤﺎ َﺟﻨَﺎ َح اﻟ ﱡﺬ ﱢل Artinya: “Dan merendahkan dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang…” 46
Allah juga berfirman didalam Surat Al-Isra ayat 23:
ٓ ﻚ أَ ﱠﻻ ﺗ َۡﻌﺒُ ُﺪ ٓو ْا إِ ﱠ ﻻ إِﯾﱠﺎهُ َوﺑِ ۡﭑﻟ ٰ َﻮﻟِﺪ َۡﯾ ِﻦ إِ ۡﺣ ٰ َﺴﻨً ۚﺎ َ ﻀ ٰﻰ َرﺑﱡ َ ََوﻗ Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.” 47 Dengan kata lain, Allah SWT menyatakan bahwa jika kamu tidak bersyukur kepada-Nya dan tidak berterima kasih kepada ibu dan bapakmu, maka ketika kembali kepada Allah SWT kamu akan menerima hukumanNya. Dalam semua ayat yang telah disebut diatas dengan jelas kita mengetahui bahwa hak orang tua disebutkan langsung setelah hak Allah 45
M Quraish Shihab, Birrul Walidain: Wawasan Al-Qur’an Tentang Bakti Kepada Ibu Bapak, (Tangerang: Lentera Hati, 2014), h. 97 46 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Syamil Cipta Media, 2005), h.284 47 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Syamil Cipta Media, 2005), h.284
43
SWT. Tanda bahwa hak-hak orang tua memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam pandangan Allah SWT. 48 Jadi dalam Islam berbakti kepada orang tua adalah sesuatu kewajiban sebagaimana firman-firman Allah di dalam Al-Qur’an. Pentingnya berbuat baik kepada orang tua memiliki kedudukan yang tinggi di mata Allah SWT, bahkan ditempatkan setelah perintah kepada manusia untuk menyembah hanya kepada Allah. Karena Islam adalah agama yang menjunjung tinggi penghormatan dan pemuliaan terhadap orangtua. Bahkan durhaka kepada orangtua termasuk diantara dosa-dosa besar yang dilarang oleh agama.
48
Imtiaz Ahmad, Nasehat Untuk Akal Yang Dahaga, (Madina Munawwara: Al-Rasheed Printers, 2005), h.123
BAB III GAMBARAN UMUM FILM A. Sinopsis Film Ada Surga di Rumahmu Film Ada Surga di Rumahmu merupakan film bergenre yang di rilis serentak di Indonesia pada tanggal 2 April 2015. Film yang disutradarai oleh Aditya Gumay dan diproduksi oleh Mizan Production dan Nava production. Film ini bercerita tentang kehidupan seorang Ramadhan kecil (Raihan Khan) yang nakal, setiap masalah dengan temannya sering diselesaikan dengan berkelahi. Namun di balik kenakalannya, Ramadhan memiliki bakat yang luar biasa dalam bercerita. Ayah Ramadhan, Abuya (Budi Khairul), menyadari bakat yang dimiliki anaknya. Saat mengajar mengaji dan melihat Ramadhan berulah, dia memberi hukuman pada anaknya untuk bercerita. Diam-diam Nayla yang merupakan tetangga dan sahabatnya juga menyukai setiap cerita dari Ramadhan. Ramadhan terpaksa berpisah dengan kedua orang tuanya ketika Abuya dan Umi (Elma Theana) mengirimkannya ke pesantren setelah berkelahi dengan temannya. Hidup jauh dari orangtua dan tinggal di pesantren tak membuat kenakalan Ramadhan berkurang. Akibat kenakalannya dia dan kedua temannya Kiagus (Qya Gus Ditra) dan Abdul (Hendra Wirajaya) harus dihukum ustadz Athar, salah satunya melakukan dakwah di kuburan dan tempat-tempat yang ramai.
44
45
Hidup Ramadhan dewasa (Husein Alatas) berubah saat ustadz Athar mengabarkan bahwa selama ini biaya belajar di pesantren dibayar Abuya dengan mendonorkan ginjalnya pada ustadz Athar. Kenyataan ini sangat memukul Ramadhan. Ia pun bercita-cita untuk sukses sebagai ustadz. Umi yang sakit-sakitan terpaksa harus dilarikan ke rumah sakit saat terjatuh dan muntah di pesta orang tua Kirana. Kejadian ini membuat Ramadhan semakin keras berusaha untuk membahagiakan Abuya yang kehilangan satu ginjalnya dan Umi yang stroke. Berkat bakti dan kecintaan dirinya serta ridho dari orangtuanya, Ramadhan yang sempat bercita-cita menjadi artis terkenal dengan “cara lain”, yaitu sebagai seorang da’i yang pandai berdakwah di televisi. B. Profil Sutradara Film Ada Surga di Rumahmu Aditya Gumay dikenal sebagai pimpinan Teater Kawula Muda dan Sanggar Ananda yang didirikannya pada tahun 1986. Pria kelahiran Jambi ini identik dengan Sanggar Ananda yang sejak 1989 dikenal lewat berbagai tayangan televisi serial anak-anak dan berjaya di era 1990an. Banyak artis televisi (kemudian juga di film) yang lahir dari dua sanggarnya tersebut. Ia pernah mendapat pendidikan tinggi di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta dan menimba ilmu film lewat Kursus Pendidikan Umum (KPU) Sinematografi yang diselenggarakan oleh Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail. Setelah lebih dari 15 tahun malang melintang di dunia broadcast, Aditya memulai debutnya di film
46
sebagai sutradara melalui film Tina Toon & Lenong Bocah the Movie (2004). 1 Gambar 3.1
Aditya Gumay 2 Beberapa penghargaan yang pernah diraih adalah pemenang kategori sutradara terpuji dalam film Emak Ingin Naik Haji (2009) pada Festival Film Bandung 2010, dan masuk nominasi Penulis Skenario Cerita Adaptasi Terbaik (Piala Citra) dalam film Emak Ingin Naik Haji (2009) pada Festival Film Indonesia 2009. 3
1
Aditya Gumay, artikel diakses pada tanggal 13 januari 2016 dari http://filmindonesia.or.id/movie/name/nmp4b9bce4189230_aditya-gumay#.Vpa3E7aLTIV 2 Sumber gambar diambil dari Profil Aditya Gumay, artikel diakses pada 13 Januari 2016 dari http://filmindonesia.or.id/movie/name/nmp4b9bce4189230_aditya-gumay#.Vpa3E7aLTIV 3 Aditya Gumay, artikel diakses pada tanggal 6 Oktober 2015 dari http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/profile/profile.php?pid=3c60f4c0818f
47
C. Profil Pemain Film Ada Surga di Rumahmu 1. Husein Alatas Lahir di Jakarta, 5 Juli 1989. Lelaki usia 26 tahun ini sebenarnya lebih dikenal sebagai penyanyi daripada seorang bintang film. Husein adalah seorang penyanyi Indonesia yang merupakan runner up dalam ajang pencarian bakat menyanyi Indonesian Idol musim kedelapan pada tahun 2014. 4 Gambar 3.2
Husein Alatas 5 Husein Alatas menjadi peran utama dalam film Ada Surga di Rumahmu. Dalam film ini ia berperan sebagai Ramadhan, seorang Ustadz yang menjadi kondang berkat bakti dan ridho orangtuanya.
4
Profil Husein Alatas, artikel diakses pada 13 Januari 2016 dari http://www.wowkeren.com/seleb/husein_alatas/profil.html 5 Gambar diambil dari data yang dikirim via email dengan Mizan Production 10 November 2015
48
2. Nina Septiani Gambar 3.3
Nina Septiani 6
Nina Septiani, lahir 12 September 1989, perempuan berdarah Solo ini merupakan anggota grup HiPop NOURA, pemenang World Muslimah Beauty 2012. Film Ada Surga di Rumahmu merupakan langkah awal Nina dalam menapaki dunia perfilman. Dalam film ini Nina berperan sebagai Nayla, sahabat Ramadhan sejak kecil yang diam-diam menyimpan perasaan terhadap Ramadhan. 3. Zee Zee Shahab Zee Zee yang memiliki nama asli Fauziah ini memang merupakan aktris yang multitalenta, ia lahir di Jakarta pada tanggal 31 maret tahun 1988. Zee Zee ini mengawali karirnya dari tahun 1988, dan ia juga dulunya artis cilik karena ketika umurnya masih 8 tahun ia sudah menjadi 6
2015
Gambar diambil dari data yang dikirim via email oleh Mizan Production 10 November
49
artis. Zee Zee ini merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, ia lahir dari keturunan Arab tak salah kalau pendidikan islamnya begitu kuat. Karena karirinya di mulai dari tahun 1988 atau ketik umurnya baru menginjak 8 tahu, tak salah jika Zee Zee ini memiliki bakat yang luar biasa, mulai dari modeling, presenter, aktris dan juga bakat yang lainnya. 7 Gambar 3.4
Zee Zee Shahab 8 Zee telah banyak membintangi berbagai macam sinetron. Dalam film layar lebar tercatat ia pernah membintangi beberapa film, yaitu Roh (2007), Ummi Aminah (2012), KTPnya Sih Islam Bro... (2012), dan yang teranyar memerankan peran Kirana dalam film Ada Surga di Rumahmu (2015). 9
7
Biodata Lengkap Zee Zee Sahab, artikel diakses pada 13 Januari 2016 dari http://sisiuk.com/2015/06/18/biodata-lengkap-zee-zee-sahab/ 8 Gambar diambil dari data yang dikirim via email oleh Mizan Production 10 November 2015 9 Biodata Lengkap Zee Zee Sahab, artikel diakses pada 13 Januari 2016 dari http://sisiuk.com/2015/06/18/biodata-lengkap-zee-zee-sahab/
50
4. Ahmad Al-Habsyi Ustadz Ahmad Al Habsyi atau lebih dikenal Ust Al Habsyi, lahir di Palembang Sumatera Selatan, 17 Mei 1980. Beliau telah lama menggeluti dunia dakwah, sejak usia masih belia. Ahmad Al Habsyi kecil mulai kiprahnya sebagai da’i cilik. Pada tahun 1992, dalam usia 12 tahun, beliau terpilih sebagai wakil Sumatera Selatan di tingkat Nasional sebagai da’i cilik yang mendapat kesempatan berkunjung dan bertemu Presiden ke Istana Negara. 10 Gambar 3.5
Ustadz Ahmad Al-Habsyi 11
Ustadz yang tengah berupaya menggelorakan semangat “mencari surga di rumah” kepada Umat dalam untaian-untaian dakwahnya ini, hingga terlahir buah karyanya yang menjadi Mega Best Seller National, buku “Ada Surga di Rumahmu; 7 Keajaiban Orangtua,” hingga terjual lebih dari 200.000 eksemplar. Yang kemudian dari buku itu lahir sebuah
10
Profil Ustadz Ahmad Alhabsyi, artikel diakses pada 13 Januari 2016 dari http://www.kaskus.co.id/thread/5587beed582b2e2c4d8b456c/profil-ustadz-ahmad-al-habsyi/ 11 Gambar diambil dari data yang dikirim via email oleh Mizan Production 10 November 2015
51
film religi yang dirilis bulan mei 2015 berjudul “Ada Surga di Rumahmu”, juga terlahir lembaga training dan motivasai “Ada Surga di Rumahmu” di bawah naungan PT. Ada Surga di Rumahmu. Selain itu ada karya beliau yang lain, yaitu “Pesan-Tren; Agar Hidup Indah Penuh Berkah”, dan “Pesan-Tren on Twitter”. 12 Dalam pengalamannya berakting dalam film layar lebar, Ustad AlHabsyi masih tergolong baru. Pasalnya beliau baru tercatat membintangi dua film layar lebar yaitu film Hijab (2015), dan juga film Ada Surga Di Rumahmu (2015). Dalam film Hijab beliau berperan sebagai peran pembantu. Sedangkan dalam film Ada Surga Di Rumahmu beliau memerankan peran penting sebaga Abuya yaitu guru dari Ramadan sang pemeran utama. Film ini pun diangkat berdasarkan kisah hidup Ustad Ahmad Al-Habsyi sendiri. Berawal dari sebuah novel dari judul yang sama, pada akhirnya novel ini diangkat ke layar lebar. D. Tim Produksi Film Ada Surga Di Rumahmu 13 Tabel 3.1 Tim Produksi Film Ada Surga Di Rumahmu Produksi
Mizan Productions, Nava Productions, Smaradhana Productions
Sutradara
12
Aditya Gumay
Profil Ustadz Ahmad Alhabsyi, artikel diakses pada 13 Januari 2016 dari http://www.kaskus.co.id/thread/5587beed582b2e2c4d8b456c/profil-ustadz-ahmad-al-habsyi/ 13 Cast & Crew Film Ada Surga Di Rumahmu, artikel diakses pada 7 Oktober 2015 dari http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/filminfo/movie.php?uid=59541da49b4a
52
Penulis Skenario
Oka Aurora
Produser
Avesina Soebli dan Nadjmi Zen
Produser
Ahmad Al-Habsyi, Haidar Bagir, dan Putut Widjanarko
Eksekutif Penata Kamera
Gunung Nusa Pelita
Penata Artistik
Tuan Anggi Purba
Penata Musik
Adam S. Permana
Penata Suara
Khikmawan Santosa, dan Muhammad Ikhsan Sungkar
E. Respon Masyarakat Terhadap Film Ada Surga Di Rumahmu Setelah rilis pada bulan April 2015 lalu, beberapa tanggapan dan respon mengenai film ini muncul di Kompasiana.com dari beberapa netizen, diantaranya: 1. Azzura Lhi (dengan nama pengguna @azzuralhi) “Banyak hikmah yang bisa dipetik dari film Ada Surga di Rumahmu, sebuah hikmah yang pastinya akan lebih terasa bila kita menontonnya langsung. Sangat recommended buat siapa saja. Buat orangtua, bagaimana mengajari anak. Tegas namun tetap terarah. Bagi guru, barani minta maaf ketika salah. Sasaran utamanya tentu teruntuk kita semua yang berstatus anak. Apakah kita akan lebih memilih silaunya urusan dunia yang sesaat, atau gemerlapnya ketenangan dan ridho orang tua, yang artinya juga keridhoan Tuhan. Terutama anak rantauan macam saya. Pesannya kenaaaaa banget. Rasa bersalah saya terhadap orangtua tiba-tiba memuncak.” 14
14
Azzura Lhi, Mengeja Hikmah dar Film Ada Surga di Rumahmu, artikel diakses pada 13 Januari 2016 dari http://www.kompasiana.com/azzuralhi/mengeja-hikmah-dari-film-ada-surgadi-rumahmu_552ff1a86ea834216f8b4583
53
2. Benny Ramdhani (dengan nama pengguna @bennybhai) “Sarat Pesan dan Tangis Karena bergenre drama, sudah bisa ditebak film ini akan berusaha mengguncang emosi penonton. Dan itu berhasil. Saya mendengar beberapa penonton terisak hampir di sepanjang film. Kisah kasih sayang orangtua kepada anak memang formula paling mudah untuk menguras air mata. Apalagi ketika penonton dihadapkan adegan Umi (diperankan dengan baik oleh Ema Theana) dalam kondisi sakit ataupun menahan kerinduan. Belum lagi jika melihat tokoh Ramadan juga meneteskan airmata. Saya sendiri sontak teringat kondisi Ibu saya. Ketika film berakhir dan kembali ke rumah, saya menyesal menonton hanya berdua. Mengapa tadi membiarkan anak saya tidak jadi nonton film ini? Bukan apa-apa sih. Belakangan ini susah sekali mencari film yang mengajarkan tentang pentingnya seorang anak berbakti kepada orangtua.” 15
Dari respon di atas, memberikan gambaran bahwa film Ada Surga di Rumahmu merupakan film yang sarat akan pesan Birrul Walidain dan hikmah di dalamnya.
15
Benny Ramdhani, Menyesal Nonton Ada Surga di Rumahmu Karena..., artikel diakses pada 13 Januari 2016 dari http://www.kompasiana.com/bennybhai/menyesal-nonton-ada-surga-dirumahmu-karena_552838626ea8343d088b4582
BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN Film adalah media yang sangat efektif dan efisien untuk membangun suatu pesan. Oleh karena itu, dalam membangun pesan dalam film hendaknya memperhatikan makna-makna yang ingin direpresentasikan agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik. Akan lebih bijak bila pesan yang terkandung dalam film tersebut memiliki nilai-nilai kebaikan yang akan memberikan teladan bagi penonton. Sehingga selain berfungsi sebagai hiburan, film juga memberikan nilai-nilai edukasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Dalam penelitian menggunakan metode semiotika dalam film Ada Surga Di Rumahmu ditemukan beberapa bentuk makna Birrul Walidain di dalamnya. Tanpa bermaksud untuk mengurangi esensi cerita secara keseluruhan, peneliti akhirnya dapat mengidentifikasi beberapa scene yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Tidak dimasukannya semua scene dalam film ini, semata-mata agar analisis yang ada, sesuai dengan fokus penelitian ini. Dalam penelitian ini dibahas mengenai bagaimana makna Birrul Walidain direpresentasikan secara denotatif, konotatif, dan dalam bentuk mitos dalam film Ada Surga di Rumahmu. Representasi makna Birrul Walidain tersebut bisa dilihat dalam berbagai gambar dan dialog dalam film tersebut.
54
55
A. Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos Birrul Walidain dalam Film Ada Surga di Rumahmu 1. Scene Patuh Terhadap Orangtua Pada bagian ini menceritakan saat Abuya mengantarkan Ramadhan ke pondok pesantren. Ramadhan yang sebelumnya harus dibujuk terlebih dahulu oleh Umi dan Abuya agar mau disekolahkan di pesantren pada akhirnya menerima keputusan kedua orangtuanya untuk disekolahkan di pondok pesantren. Keputusan Abuya menyekolahkan Ramadhan di pesantren karena sebelumnya ia melihat kepandaian Ramadhan dalam berceramah saat pengajian di mushola. Tabel 4.1 Patuh Terhadap Orangtua Shot Medium Close-Up
Dialog/suara/teks
Visual
Abuya memberikan sandal baru kepada Ramadhan
Gambar 4.1 Abuya memberikan sandal baru untuk Ramadhan
56
Shot Medium Close-Up
Dialog/Suara/Teks
Visual
Abuya: “Hanya ini yang bisa Abuya belikan, Mad. Abuya ndak pacak kasih kamu apa-apa. ”
Gambar 4.2 Abuya sedang berbicara kepada Ramadhan Medium Close-Up
Abuya: “Abuya hanya bisa kasih pesan buat kau. Ilmu itu dekat samo orang yang berani, Mad. Kau anak pemberani, kan? Nanti kau duduk paling depan. Kau harus berani bertanyo dan menjawab. Mad, Abuya bangga sekali sama kau.”
Gambar 4.3 Abuya sedang menasehati Ramadhan
a. Denotasi Dalam gambar-gambar di atas, tampak abuya sedang berbicara kepada Ramadhan yang cemas karena akan disekolahkan di Pesantren. Keduanya memakai peci putih dan baju koko. Menunjukkan penyesuaian mereka terhadap suasana Islami di dalam lingkungan pesantren. Pada gambar 4.1 tampak Abuya memberikan hadiah berupa sandal baru kepada Ramadhan sebagai bentuk apresiasi kepada Ramadhan karena mau disekolahkan di Pesantren. Sikap Ramadhan dalam scene ini hanya menunduk dan terdiam. Ramadhan yang tertunduk dan terdiam mengimplikasikan sebuah kepatuhan seorang anak atas kehendak orangtuanya.
57
Terlihat raut muka Abuya tampak cemas. Abuya merasa cemas karena harus merelakan Ramadhan belajar di Pesantren. Pada gambar 4.2 dan 4.3 tampak Abuya merangkul dan membelai kepala Ramadhan untuk meyakinkan dan menghilangkan kegelisahan Ramadhan. Kemudian Abuya memberikan nasihat kepada Ramadhan agar berani bertanya ketika sedang belajar di kelas
b. Konotasi
Konotasi yang muncul dari rangkaian gambar diatas adalah pentingnya peran orangtua dalam mengambil keputusan terhadap masa depan anaknya dan juga kepatuhan Ramadhan atas keputusan kedua orangtuanya. Keputusan Abuya dan Umi untuk menitipkan Ramadhan belajar di Pesantren adalah bukti bahwa mereka peduli dengan masa depan Ramadhan. Mereka menginginkan Ramadhan menjadi seorang ustadz yang memiliki ilmu agama yang baik dan kelak menjadi seorang yang berguna bagi nusa, bangsa, dan agama. Menitipkan seorang anak untuk belajar di Pesantren pun bukan keputusan yang mudah diambil bagi setiap orangtua. Mereka harus rela tinggal berjauhan dengan anak mereka yang masih berusia sangat muda. Hal ini merupakan suatu siksaan batin tersendiri yang dirasakan bagi setiap orangtua. Juga sikap Ramadhan yang tertunduk dan diam secara konotatif, menggambarkan sikap patuh, tidak melawan, dan taat kepada keputusan orangtua untuk menimba ilmu di Pesantren. c. Mitos Patuh dan hormat kepada orangtua adalah satu hal yang amat ditekankan dalam agama Islam. Banyak sekali ayat di dalam Al-Qur’an
58
yang telah menjelaskan mengenai perintah berbuat baik dan menghormati orangtua. Pasalnya, bukan hanya bagi umat Islam untuk patuh dan taat kepada kedua orangtua. Melainkan sudah menjadi kodrat alamiah sebagai manusia bahwa seorang anak harus taat dan patuh kepada kedua orangtuanya. Sebagai muslim yang baik, tentu harus bersikap patuh dan taat kepada orangtua. Karena agama Islam adalah agama yang amat memuliakan dan menghormati orangtua, bukan hanya orangtua kandung, guru, syaikh, ustadz, dan sebagainya merupakan orang yang harus dihormati dalam bertata krama sehari-hari. Dari sikap inilah seorang muslim bisa dinilai sebagai seorang muslim yang baik, santun, dan soleh.
2. Scene Larangan Melawan Orangtua Pada bagian ini menceritakan Ramadhan dan beberapa temannya ketahuan meninggalkan pesantren di malam hari. Maka keesokan paginya Ustadz Athar menghukum Ramadhan dan teman-temannya di depan kelas. Ketika ditanya, Ramadhan
beralasan
pergi
meninggalkan
pesantren
ke
warung
untuk
menyaksikan acara ceramah di televisi. Ustadz Athar yang geram lantaran Ramadhan bersumpah menonton ceramah di televisi memukul kedua tangan Ramadhan dengan mistar kayu. Namun ternyata kesaksian penjaga warung yang membenarkan Ramadhan yang menonton acara ceramah di televisi membuat Ustadz Attar mengakui kesalahannya telah menghukum Ramadhan.
59
Tabel 4.2 Larangan Melawan Orangtua Shot Close-up
Dialog/suara/teks
Visual
Ustadz Athar: “Ramadhan, ambil mistar ini, nak. Pegang dengan tanganmu, nak. Kau pegang kuat-kuat mistar ini, nak.”
Gambar 4.4 Ustadz Athar memberikan mistar kayu kepada Ramadhan
Medium Close-up
Ustadz Athar: “Kau pukul Abuya, nak. Kau balas Abuya, nak. Seperti yang abuya lakukan kepadamu di kelas tadi. Pukul yang sekuatkuatnya, nak.” Gambar 4.5 Ustadz Athar meminta Ramadhan membalas hukuman yang diterimanya di kelas
60
Shot Close-up
Dialog/suara/teks
Visual
Ustadz Athar: “Abuya ndak mau nanti Allah murka sama Abuya. Gara-gara salah ngasih hukuman sama kau, nak. Sekarang, nak. Lakukan, nak. Balas balik, nak.” Gambar 4.6 Ustadz Athar mengulurkan tangannya
Medium Close-up
Ramadhan mengangkat mistar dan bersiap memukul tangan Ustadz Athar
Gambar 4.7 Ramadhan mengangkat mistar kayu untuk memukul tangan Ustadz Athar Medium Close-up
Ramadhan membuang mistar di tangannya dan mencium tangan Ustadz Athar sambil menangis
Gambar 4.8 Ramadhan menangis dan mencium tangan Ustadz Athar
a. Denotasi Rangkaian gambar di atas secara denotatif menceritakan Ustadz Athar yang meminta maaf kepada Ramadhan karena telah salah memberi hukuman.
61
Sebelumnya Ustadz Athar menduga Ramadhan telah berbohong, akan tetapi Ramadhan telah berkata jujur bahwa ia sering menonton ceramah di televisi. Pada gambar 4.4 Ustadz Athar meminta Ramadhan untuk memegang mistar kayu yang ia gunakan untuk menghukum Ramadhan. Kemudian tampak pada gambar 4.6 Ustadz Athar mengangkat kedua tangannya dan meminta kepada Ramadhan membalas hukuman yang telah ia berikan kepada Ramadhan di dalam kelas. Ustadz Athar tidak ingin ia berdosa kepada Allah akibat kesalahannya menghukum Ramadhan. Kemudian tampak pada gambar 4.7 sambil menangis Ramadhan mengangkat mistar kayu hendak memukul kedua tangan Ustadz Athar. Akan tetapi Ramadhan membuang mistar kayu tersebut dan mencium tangan Ustadz Athar seperti yang tampak pada gambar 4.8 seraya memaafkan kesalahan yang telah diperbuat oleh Ustadz Athar. b. Konotasi Sebagai seorang guru sekaligus orangtua bagi setiap santri di Pesantren, seorang Ustadz bertanggungjawab penuh atas pendidikan yang dijalankan bagi setiap santrinya di Pesantren. Oleh karena itu perlu adanya pemberian hukuman bagi setiap santrinya yang melanggar untuk menimbulkan efek jera sekaligus sebagai peringatan untuk tidak diikuti bagi santri lainnya. Ustadz Athar yang meminta maaf kepada Ramadhan karena telah salah menghukumnya merupakan suatu visualisasi dari orangtua yang terkadang pun melakukan kesalahan dalam mendidik anak. Begitu juga sikap Ustadz Athar yang berani mengakui kesalahan kepada Ramadhan merupakan gambaran orangtua yang bijaksana dan berhati besar karena mengakui kesalahannya
62
meskipun dihadapan seseorang yang usianya jauh lebih muda. Karena terkadang seseorang tak berani mengakui kesalahan dirinya lantaran gengsi terhadap orang lain karena berbagai faktor seperti usia, jenjang sosial, tingkat pendidikan, dan lain sebagainya. Kemudian sikap Ramadhan secara konotatif memberikan visualisasi bagaimana bersabar menghadapi orangtua yang juga tak luput dari kesalahan. Karena pada dasarnya orangtua hanya ingin memberikan pendidikan yang baik bagi setiap anak meskipun terkadang cara yang dilakukannya belum benar. Sebagai seorang anak hendaknya memaklumi sikap keras orangtua, bersabar, dan senantiasa berhati besar untuk memaafkan segala kekhilafan yang dilakukan oleh orangtua dalam mendidik anaknya. c. Mitos Apa yang ditunjukkan Ramadhan merupakan suatu sikap terpuji. Yang mana ia tidak dendam dan benci kepada Ustad Attar yang telah memukulnya. Sekalipun ia punya kesempatan untuk memukul balik Ustad Attar, tetapi ia dengan ikhlas memaafkan kesalahan Ustad Attar. Dalam Islam, melawan orangtua merupakan dosa yang amat besar. Disebutkan dalam Al-Qur’an berkata ‘Ah’ saja tidak diperkenankan. Karena berkata ‘ah’ saja mungkin sudah menyakiti perasaan orangtua. Apalagi bila menyakiti lebih dari itu seperti melawan orangtua, membentak, menghardik, memukul dan sebagainya. Maka sudah pasti hal itu merupakan dosa yang amat besar di mata Allah. 3.
Scene Pentingnya Ridho Orangtua
63
Pada bagian ini menceritakan Ramadhan yang sedang dibujuk oleh temannya untuk mengikuti casting di Jakarta. Sebelumnya pondok pesantren tempat Ramadhan mengajar sedang digunakan oleh suatu kegiatan shooting film. Ramadhan dan teman-temannya berkenalan dengan salah satu pemeran film tersebut yang bernama Kirana. Saat mereka sedang berbincang-bincang, salah satu crew menawarkan Ramadhan untuk menjadi figuran. Teman-teman Ramadhan memberitahu kepada crew tersebut bahwa Ramadhan pandai bersilat. Akhirnya crew tersebut menyarankan Ramadhan untuk mengikuti casting film laga yang akan diadakan oleh rumah produksi tempat ia bekerja di Jakarta. Ramadhan yang sempat ragu untuk pergi ke Jakarta akhirnya terbujuk rayuan teman-temannya untuk mengikuti casting. Ramadhan tidak yakin karena belum meminta izin kepada Umi dan Ustad Attar, akan tetapi Qya Gus berhasil meyakinkan Ramadhan kalau semua akan baik-baik saja. Tabel 4.3 Pentingnya Ridho Orangtua Shot
Dialog/teks/suara
Medium Shot
Qya Gus: “Kapan lagi, Mad. Jakarta, Mad... Jakarta! Minggu depan kan kita libur panjang, Mad. Ayolah, Mad!”
Visual
Gambar 4.9 Qya Gus sedang meyakinkan Ramadhan untuk ikut casting di Jakarta
64
Shot Medium Shot
Dialog/Teks/Suara
Visual
Ramadhan: “Ustadz gak akan kasih izin, Gus. Aku ini kan anak pesantren, masa main film jadi artis? Lagi pula Umi gak akan kasih izin...” Gambar 4.10 Ramadhan ragu dengan ajakan Qya Gus untuk pergi ke Jakarta
Medium Shot
Qya Gus: “Mad, kalo Umi kau sayang sama kau, dia pasti kasih izin, Insya Allah...”
Gambar 4.11 Qya Gus terus berusaha meyakinkan Ramadhan
Medium Voice Over Qya Gus: Close-up “Buang keraguanmu jauh-jauh dalam laut. Bukan kah kau pernah bilang tidak hanya ingin jadi guru agama di Pesantren? Sekarang saatnya! Sering kesempatan tak datang dua kali. Kalau kau bisa membuktikan tak salah memilih jalan, Insyaallah Umi dan Abuya mu akan meridhoi mu...”
Gambar 4.12 Ramadhan, Qya Gus, dan Abdul pergi ke Jakarta
65
a. Denotasi Dari rangkaian gambar diatas, secara denotatif menceritakan saat Qya Gus berusaha membujuk Ramadhan untuk mengikuti casting di Jakarta. Qya Gus yang sadar atas potensi yang dimiliki Ramadhan yang pandai beladiri silat yakin Ramadhan akan lolos mengikuti casting film laga tersebut. Tampak pada gambar 4.10, Ramadhan mengangkat kedua tangannya di belakang kepalanya menjelaskan sikap yang menunjukkan keraguan. Akan tetapi Qya Gus terus membujuk Ramadhan dengan cukup meyakinkan dan serius seperti yang tampak pada raut wajah Qya Gus pada gambar 4.11. Keraguan Ramadhan atas ajakan Qya Gus untuk mengikuti casting di Jakarta dikarenakan dirinya belum sempat meminta izin kepada Ustadz Athar dan juga Umi. Dalam benaknya juga terlintas basic dirinya yang merupakan seorang Ustadz tidak layak untuk menjadi seorang artis. Pada akhirnya Qya Gus berhasil meyakinkan Ramadhan dengan mengatakan jika kelak Ramadhan berhasil, maka Umi akan meridhoi dirinya dengan segala pencapaian kesuksesannya. b. Konotasi Secara konotatif, rangkaian gambar pada tabel 4.3 menjelaskan tentang streotype pemikiran kebanyakan orang mengenai ridho orangtua terhadap sesuatu hal yang kita jalani. Kebanyakan orang berasumsi segala hal yang kita lakukan, selama hal tersebut membuat kita senang dan sukses, secara otomatis akan mendapatkan ridho atau restu dari orangtua. Akan tetapi nyatanya, tidak melulu setiap orangtua ridho dengan segala hal tersebut.
66
Pada scene ini hal tersebut dengan jelas dikatakan oleh Qya Gus dalam usahanya meyakinkan Ramadahan sebagai berikut: “Kalau kau bisa membuktikan tak salah memilih jalan, Insyaallah Umi dan Abuya mu akan meridhoi mu...”. Pada akhirnya Ramadhan memutuskan untuk mengikuti saran Qya Gus untuk pergi ke Jakarta mengikuti casting film laga. Orangtua pasti memiliki pertimbangan-pertimbangan tersendiri terhadap kehidupan anak-anaknya terlebih mengenai masa depan anaknya. Oleh karena itu ada baiknya dalam mengambil suatu keputusan dalam hidup, hendaknya selalu melibatkan orangtua bukan hanya untuk sekedar meminta nasihat atau saran, tetapi juga khususnya untuk meminta ridho atas semua pekerjaan yang akan dilakukan agar memperoleh keberkahan dari Allah S.W.T. c. Mitos Tak dapat dipungkiri, bahwa ridho atau restu dari orangtua merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang. Baik disadari maupun tidak, ridho atau restu orangtua bisa mempengaruhi jalan hidup seseorang. Khususnya bagi seorang muslim. Ridho orangtua bisa menjadi kunci yang menentukan masa depan akhirat seorang muslim. Hal ini berdasarkan hadis Nabi yang menyatakan bahwasanya ridho Allah berada di dalam ridho orangtua, dan murkanya Allah juga berada di dalam kemarahan orangtua. Hadis tersebut seolah memberi penegasan betapa pentingya ridho orangtua terhadap hidup anaknya. Jika orangtua sudah memberikan ridho kepada seseorang, maka insyaallah Allah turut memudahkan jalan seseorang tersebut dalam arti kata ikut meridhoinya.
67
Dan juga dalam amarah orangtua terhadap anaknya, maka di situ pula terletak murka Allah SWT terhadap hamba-Nya. 4. Scene Berbakti Sejak Dini Pada bagian ini menceritakan percakapan Ramadhan dengan seorang anak yatim piatu. Ramadhan dan teman-temannya terpaksa mencari tempat tinggal lantaran casting film laga yang akan diikuti Ramadhan diundur. Akhirnya mereka meminta izin kepada pengurus masjid untuk tinggal di masjid dan bersedia mengajar TPA serta membersihkan masjid sembari menunggu casting tersebut diadakan. Suatu malam Ramadhan yang sedang tidur terbangun. Dan dia mendengar suara tangisan dari seorang anak yang sedang berdoa di dalam masjid. Ia pun menghampiri anak itu untuk mencari tahu masalah yang sedang dialami anak tersebut. Tabel 4.4 Berbakti Sejak Dini Shot
Dialog/suara/teks
Medium Long Shot
Ramadhan melihat seorang anak kecil menangis tersedu-sedu di dalam masjid
Visual
Gambar 4.13 Ramadhan mengintip kedalam masjid dari bilik masjid
68
Shot Medium Long Shot
Dialog/Teks/Suara
Visual
Seorang anak berdoa sambil menangis di dalam masjid
Gambar 4.14 Tampak seorang anak menangis tersedusedu Medium Close-up
Ramadhan: “Maaf, boleh saya tanya? Kamu kok kelihatannya sedih sekali... kenapa?” Anak: “Kangen Emak, Bapak...” Ramadhan: “Memang mereka kemana?” Anak: “Sudah almarhum.”
Medium Close-up
Anak: “Kak, bisa gak ya Allah menghidupkan orang mati? Kalo Emak sama Bapak bisa hidup lagi, saya janji saya tidak akan nakal lagi! gak bakal bolos sekolah. Aku mau jadi anak baik. Saya janji saya akan ngelakuin apa aja, Kak. Asalkan orangtua saya hidup lagi. Saya ingin orangtua saya bangga memiliki anak seperti saya, Kak...”
Gambar 4.15 Ramadhan menghampiri anak yang menangis
Gambar 4.16 Anak yang menangis itu bertanya kepada Ramadhan
69
Shot Medium Close-up
Dialog/Teks/Suara
Visual
Ramadhan menangis dan memeluk anak tersebut.
Gambar 4.17 Ramadhan memeluk anak yang menangis
a. Denotasi Dari rangkaian gambar diatas, secara denotatif menceritakan perbincangan Ramadhan dengan seorang anak yatim piatu yang dilihatnya sedang berdoa sambil menangis dengan tersedu-sedu di dalam masjid. Tampak pada gambar 4.13 Ramadhan yang sedang mencari sumber suara yang membangunkan dirinya saat tertidur. Dan didapatinya seorang anak yang sedang berdoa sambil menangis di dalam masjid seperti yang tampak pada gambar .Kemudian setelah anak tersebut selesai berdoa, Ramadhan yang ingin tahu masalah apa yang sedang dialami anak itu sehingga membuatnya kelihatan begitu sedih. Akhirnya anak itu menceritakan keadaan dirinya yang seorang yatim piatu dan amat sangat merindukan kedua orangtuanya yang telah meninggal. Seperti yang tampak pada gambar 4.16, anak itu mengaku menyesal belum bisa berbakti kepada orangtuanya. Ia bertanya kepada Ramadhan apakah bisa orangtuanya dihidupkan kembali. Dan ia berjanji untuk menjadi anak yang baik dan menjadi kebanggaan kedua orangtuanya. Tampak raut wajah penuh
70
penyesalan dalam wajahnya serta kesedihan yang mendalam dari suara tangisannya. Ramadhan yang merasa iba tak kuasa menahan airmatanya dan memeluk anak yatim piatu tersebut seperti yang terlihat pada gambar 4.17. b. Konotasi Secara konotatif, rangkaian gambar pada tabel 4.4 seolah memperingatkan kita bahwa sewaktu-waktu Allah bisa saja mengambil nyawa kedua orangtua kita entah saat kita masih belia, atau kelak nanti ketika kita sudah menginjak masa tua. Yang pasti tidak ada seorang pun yang tau mengenai umur manusia. Dan yang paling utama rangkaian adegan ini mengingatkan kita untuk berbakti kepada orangtua selagi masih ada masanya, selagi masih sempat. Sebelum yang tersisa hanyalah penyesalan seperti yang dialami oleh anak yatim piatu tersebut. Terkadang kita berpikir bahwa satu-satunya cara untuk membahagiakan orangtua hanyalah dengan kebahagiaan materi semata. Untuk itu menjadi sukses dan kaya adalah modal utama seseorang untuk berbakti kepada orangtuanya. Nyatanya tolak ukur tingkat kebaktian seorang anak terhadap orangtuanya bukan hanya dari materi semata. c. Mitos Berbakti kepada orangtua merupakan kewajiban. Akan tetapi yang menjadi persoalan adalah bagaimana cara kita berbakti terhadap keduanya. Yang sering terjadi adalah banyak orang yang beranggapan konotasi berbakti adalah perihal membahagiakan orangtua dengan materi. Sehingga banyak orang yang mengejar materi terlebih dahulu dengan maksud menjadi sukses
71
dan kaya terlebih dahulu untuk berbakti, sementara itu secara tidak sadar mereka menelantarkan orangtua mereka. Nyatanya, banyak cara untuk berbakti kepada orangtua. Berbakti kepada orangtua dan membuatnya bahagia bisa dilakukan sejak usia muda. Menjadi anak yang soleh, anak yang baik, anak yang penurut, anak yang berprestasi merupakan cara-cara yang bisa dilakukan untuk berbakti kepada orangtua dan membahagiakan keduanya
5. Scene Menafkahi Orangtua Pada bagian ini menceritakan Ramadhan yang memberikan sebagian honor yang didapatnya kepada Umi. Sebelumnya Ramadhan mengisi ceramah di suatu pengajian menggantikan Ustadz Attar yang sedang sakit. Sepulangnya Ramadhan dari mengisi ceramah, ia menghampiri Umi dan berniat membagi setengah setiap hasil ceramahnya kepada Umi. Tabel 4.5 Menafkahi Orangtua Shot Medium Close-Up
Dialog/Suara/Teks
Visual
Ramadhan: “Aku nak buat kontrak akhirat sama Umi!” Umi: “Kontrak apo?” Ramadhan: “Aku nak bagi duo seluruh penghasilanku samo Umi, fifty-fifty.”
Gambar 4.18 Ramadhan mengeluarkan sebuah amplop
72
Shot Medium Close-Up
Dialog/Teks/Suara
Visual
Umi: “Tidak usah, Mad. Kau kan juga banyak keperluannyo.”
Gambar 4.19 Umi menolak menerima amplop yang diberikan Ramadhan Close-Up
Ramadhan: “Umi, kontrak akhirat tidak bisa diganggu gugat. Ini ada satu juta. limo ratus ribu untuk aku, limo ratus ribu untuk Umi, yo.” Ramadhan: Umi..”
Medium Close-Up
“Terimo,
Gambar 4.20 Ramadhan tetap memberikan amplop tersebut kepada Umi
Umi: “Alhamdulillah... semoga berkah yo, Nak.”
Gambar 4.21 Umi merasa terharu dan senang Medium Close-Up
Ramadhan tangan Umi
mencium
Gambar 4.22 Ramadhan mencium tangan Umi
73
a. Denotasi Dari rangkaian gambar diatas, secara denotatif menceritakan perbincangan Ramadhan dengan Umi. Pada gambar 4.18, Ramadhan terlihat senang dan bersemangat lantaran menerima honor selepas mengisi ceramah menunjukan amplop yang ia terima kepada Umi. Ramadhan mengutarakan niatnya untuk membagi separuh dari seluruh honor yang didapatkannya seusai ceramah kepada Umi sembari menyerahkan amplop tersebut kepada Umi. Awalnya
Umi
sempat
menolak
dengan
dalih
Ramadhan
lebih
membutuhkan untuk keperluannya, akan tetapi Ramadhan yang terus memaksa Umi untuk menerima sebagian honornya seperti yang tampak pada gambar 4.20 pada akhirnya membuat hati Umi luluh. Setelah itu Umi yang merasa terharu dan senang terlihat dari raut wajahnya pada gambar 4.21, menerima sebagian honor yang diberikan kepadanya.
b. Konotasi Secara konotatif, rangkaian gambar pada tabel 4.5 memvisualisasikan wujud kecintaan dan bakti seorang anak terhadap orangtuanya. “Kontrak Akhirat” secara konotatif bermakna suatu amalan yang memang sudah ditetapkan oleh Allah atas hambanya. Artinya amalan tersebut kelak mendapatkan ganjaran langsung dari Allah di akhirat nanti. Dalam hal ini, kontrak akhirat yang dimaksud Ramadhan ialah bagaimana ia berbakti dan berbuat baik kepada Umi yang memang sejatinya adalah perintah dari Allah S.W.T. untuk berbuat baik dan berbakti kepada orangtua. Tampak pada gambar 4.22 Ramadhan yang mencium tangan Umi merupakan refleksi wujud kecintaan seorang anak kepada orangtuanya.
74
Menghormati keduanya memang suatu keharusan bagi seorang anak. Dan senantiasa mencintai serta berbuat baik kepada keduanya merupakan suatu ketetapan moral yang hendaknya ditanamkan dalam jiwa seorang anak terhadap kedua orangtua yang amat sangat berjasa dalam hidupnya. Sehingga kelak ia menjadi anak yang berbakti kepada orangtuanya. Nilai setengah dari sebagian honor yang diperoleh Ramadhan juga secara konotatif memberikan makna begitu besar kecintaannya kepada orangtuanya. Meskipun honor yang ia terima tidak seberapa, namun ia rela dengan tulus dan ikhlas memberikannya kepada Umi. Hal ini menjadi wujud besarnya cinta yang ia miliki terhadap orangtuanya.
c. Mitos Sudah sepatutnya ketika kita sudah mampu mencari nafkah membantu orangtua dalam bentuk finansial. Karena di usia mereka yang tak lagi muda, sudah tak semudah saat mereka masih muda. Maka ketika masa itu datang, anaknya lah yang harus menafkahi kedua orangtuanya. Karena tidak dapat dipungkiri, jasa orangtua lah yang membuat seorang anak bisa hidup mulai dari kecil hingga bisa mandiri dalam mencari uang. Meski sudah menafkahi orangtua sebanyak apapun jumlahnya, sejatinya tidak akan pernah sebanding dengan jasa-jasa yang telah orangtua lakukan dalam hidup anaknya. Maka menafkahi orangtua juga termasuk salah satu bentuk bakti seorang anak terhadap kedua orangtuanya.
75
6. Scene Merawat Orangtua Pada bagian ini menceritakan ketika Umi sedang sakit Ramadhan merawat Umi. Nayla pun datang ke Rumah Ramadhan untuk menjenguk Umi yang sedang sakit dengan membawakan buah. Tabel 4.6 Merawat Orangtua Shot Medium shot
Dialog/Suara/Teks
Visual
Ramadan sedang memijit kaki Umi. Kemudian Nayla datang Nayla: “Assalamualaikum” Ramadhan dan Umi: “Waalaikumsalam.”
Gambar 4.23 Ramadhan dan Umi menjawab salam Nayla
Medium Close-Up
Nayla: “Eh, Mad. Tumben kau di rumah. Kupikir kau lagi ngajar di Pesantren.” Ramadhan: “Iya, aku izin. Umi lagi sakit.” Nayla: “Oooh...”
Gambar 4.24 Nayla datang membawa menjenguk Umi
Medium Shot
Nayla masuk ke dalam kamar dan mencium tangan umi
Gambar 4.25 Nayla Mencium tangan Umi
76
Shot Medium Shot
Dialog/suara/teks
Visual
Nayla: “Umi, ini aku bawakan tomat. Nanti aku buatkan jus, ya.”
Gambar 4.26 Nayla berbicara kepada Umi Medium Close-Up
Umi: “Tidak usah kau repot-repot, Nay. Biar Rania bae yang buat.” Nayla: “Tidak apa-apa Umi. Lagipula kan Rania masih bantubantu Abuya di warung. Yah.”
Gambar 4.27 Umi merasa direpotkan oleh Nayla
a. Denotasi Secara denotatif rangkaian di atas menceritakan keadaan saat Umi sakit di rumah. Tampak Umi hanya berbaring di atas ranjang sementara Ramadhan memijit kakinya. Kemudian tampak pada gambar 4.24 Nayla datang menjenguk Umi dengan membawa buah. Nayla bermaksud membuatkan jus tomat untuk Umi dari tomat yang ia sengaja bawakan untuk Umi. Umi yang merasa merepotkan Nayla sempat menolak untuk dibuatkan jus tomat oleh Nayla. Umi berkata biar Rania saja nanti yang membuatkan. Akan tetapi Nayla dengan lembut menampik bahwa ia tidak keberatan untuk membuatkan jus tomat untuk Umi karena mengingat Rania yang masih belum pulang karena membantu Abuya di warung kopinya.
77
b. Konotasi Secara konotatif, rangkaian gambar diatas menjelaskan besarnya cinta Ramadhan dan Nayla terhadap Umi. Ramadhan yang memijit kaki Umi sepanjang rangkaian gambar diatas menunjukkan sikap seorang anak yang sayang kepada orangtuanya. Ia rela meminta izin dari bekerja hanya untuk merawat Umi yang sedang sakit di Rumah. Juga kedatangan Nayla untuk menjenguk Umi merupakan gambaran besarnya kepedulian dirinya kepada Umi yang sudah ia anggap sebagai ibu kandungnya sendiri. Nayla juga telah menunaikan hak seorang muslim atas muslim lainnya, yakni menjenguknya apabila ia sakit. Buah tomat yang ia bawakan untuk Umi juga menunjukkan tingginya tingkat kepedulian yang ia miliki kepada Umi saat Umi sakit. Juga tampak pada gambar 4.25 saat Nayla mencium tangan Umi menunjukkan betapa ia menghormati dan memuliakan Umi sebagai orangtuanya.
c. Mitos Merawat orangtua merupakan kewajiban seorang anak. Sebagaimana diperintahkan Allah dalam Al-Qur’an untuk berbuat baik kepada orangtua. Berbuat baik terhadap orangtua tidak hanya dalam bersikap, berperilaku, bertutur kata, akan tetapi juga termasuk di dalamnya pemeliharaan atau merawatnya khususnya ketika mereka sedang sakit atau sudah uzur. Ada pepatah yang berkata 1 orang ibu bisa merawat 10 orang anaknya. Akan tetapi 10 orang anak belum tentu mampu merawat seorang ibu. Pepatah tersebut seolah menggambarkan kenyataan yang ada bahwa saat ini merawat orangtua hanya perkara menitipkan mereka di panti jompo saja. Nyatanya
78
banyak juga seorang anak yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak punya waktu untuk merawat orangtuanya. Betapa mirisnya hal tersebut mengingat semua jasa yang telah dilakukan orangtua bagi anak-anaknya.
B. Pesan Moral Dalam Film Ada Surga di Rumahmu Berikut beberapa pesan moral yang terkandung di dalam film Ada Surga di Rumahmu, yaitu: 1. Berbakti Kepada Orangtua Inti dari film ini secara keseluruhan memberikan pesan untuk berbakti kepada orangtua. Banyak ditemukan scene-scene yang menggambarkan berbakti kepada orangtua di dalam film Ada Surga di Rumahmu. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
...ﻚ أَ ﱠﻻ ﺗَ ْﻌﺒُ ُﺪوا إِ ﱠﻻ إِﯾﱠﺎهُ َوﺑِ ْﺎﻟ َﻮاﻟِ َﺪﯾ ِْﻦ إِﺣْ َﺴﺎﻧًﺎ َ ﻀﻰ َرﺑﱡ َ ََوﻗ “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya...” (Al-Israa’: 23) 1
Dalam ayat tersebut, kedudukan perintah berbakti kepada orangtua ditempatkan langsung setelah perintah larangan menyembah selain Allah. Yang mana diketahui bahwa syirik merupakan dosa terbesar yang tidak diampuni oleh Allah. Artinya dalam ayat ini secara tidak langsung menegaskan betapa pentingnya kedudukan berbakti kepada orangtua.
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Syamil Cipta Media, 2005), h.284
79
2. Pentingnya Ridho Orangtua Dalam film ini juga menjelaskan betapa pentingnya ridho orangtua. Ramadhan yang berkeinginan menjadi seorang yang terkenal sempat berkeinginan mengikuti casting film laga. Akan tetapi Ramadhan yang sudah tiba di Jakarta tanpa izin dan ridho orangtuanya untuk mengikuti casting, batal mengikuti casting karena pengunduran jadwal casting dan mendengar kabar Umi yang sedang sakit. Pada akhirnya Ramadhan menjadi terkenal dengan jalan yang diridhoi orangtuanya sebagai seorang Ustadz yang pandai berceramah. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya ridho orangtua. Sebagaimana yang dikatakan dalam Hadits Rasulullah:
ﺿ َﻲ َ ﱠ َوﻋ َْﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ َ ﱠ : ﻋ َْﻦ اَﻟﻨﱠﺒِ ﱢﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻗَﺎ َل,-ﷲُ َﻋ ْﻨﮭُ َﻤﺎ ِ َر- ﷲِ ﺑ ِْﻦ ُﻋ َﻤ َﺮ َو َﺳ َﺨﻂُ َ ﱠ,ﺿﺎ اَ ْﻟ َﻮاﻟِ َﺪﯾ ِْﻦ ﺿﺎ َ ﱠ (َﻂ اَ ْﻟ َﻮاﻟِ َﺪﯾ ِْﻦ َ ﷲِ ﻓِﻲ ِر َ )ر ِ ﷲِ ﻓِﻲ َﺳﺨ ِ “Dari Abdullah Ibnu Amar al-’Ash Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Keridhoan Allah tergantung kepada keridhoan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua.” 2
3. Larangan Durhaka Kepada Orangtua Dalam film ini juga memberikan pesan larangan durhaka terhadap orangtua. Saat Ustadz Athar salah memberikan hukuman kepada Ramadhan, Ustadz Athar meminta Ramadhan untuk membalas hukuman 2
Suara-Islam.com, “Takhrij Hadits Ridha Allah Tergantung Ridha Orangtua”, artikel diakses pad 13 Januari 2016 dari http://m.suara-islam.com/mobile/detail/6231/-Takhrij-HaditsRidha-Allah-Tergantung-Ridha-Orang-Tua
80
yang telah diberikan kepadanya. Akan tetapi Ramadhan tidak membalas dan dengan ikhlas memaafkan kesalahan Ustadz Athar. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Israa’ ayat 23:
ْك ْاﻟ ِﻜﺒَ َﺮ أَ َﺣ ُﺪھُ َﻤﺎ أَو َ ﻚ أَ ﱠﻻ ﺗَ ْﻌﺒُ ُﺪوا إِ ﱠﻻ إِﯾﱠﺎهُ َوﺑِ ْﺎﻟ َﻮاﻟِ َﺪﯾ ِْﻦ إِﺣْ َﺴﺎﻧًﺎ ۚ إِ ﱠﻣﺎ ﯾَ ْﺒﻠُﻐ ﱠَﻦ ِﻋ ْﻨ َﺪ َ ﻀ ٰﻰ َرﺑﱡ َ ََوﻗ ِﻛ َﻼھُ َﻤﺎ ﻓَ َﻼ ﺗَﻘُﻞْ ﻟَﮭُ َﻤﺎ أُ ﱟ ف َو َﻻ ﺗَ ْﻨﮭَﺮْ ھُ َﻤﺎ َوﻗُﻞْ ﻟَﮭُ َﻤﺎ ﻗَﻮْ ًﻻ َﻛ ِﺮﯾ ًﻤﺎ Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” 3 Dalam ayat tersebut dijelaskan larangan untuk mengatakan “ah”, membentak, dan perintah mengucapkan perkataan yang mulia terhadap orangtua. Berkata “ah” saja tidak boleh, apalagi sampai menyakiti orangtua lebih dari itu. 4. Hak Orangtua Atas Harta Anak Pada scene “Kontrak Akhirat” Ramadhan dengan Umi, mengandung pesan hak orangtua atas harta anaknya. Ramadhan yang memberikan sebagian honor hasil ceramahnya kepada Umi menggambarkan ketulusan seorang anak untuk memberi hartanya kepada orangtuanya. Hal ini sesuai dengan Hadist Nabi:
وإن أﺑﻲ ﯾﺮﯾﺪ أن.ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﷲ أن رﺟﻼ ﻗﺎل ﯾﺎ رﺳﻮل ﷲ إن ﻟﻲ ﻣﺎﻻ ووﻟﺪا ( ) أﻧﺖ وﻣﺎﻟﻚ ﻷﺑﯿﻚ: ﻓﻘﺎل.ﯾﺠﺘﺎح ﻣﺎﻟﻲ
3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Syamil Cipta Media, 2005), h.284
81
Artinya: “Dari Jabir bin Abdillah, ada seorang berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki harta dan anak namun ayahku ingin mengambil habis hartaku.” Rasulullah bersabda, “Engkau dan semua hartamu adalah milik ayahmu.” (HR. Ibnu Majah, no. 2291, dinilai sahih oleh Al-Albani). 4 C. Interpretasi Peneliti Pesan utama yang coba disampaikan oleh film ini adalah tentang bagaimana pentingnya berbakti kepada orangtua. Dilihat dari awal narasinya, film ini seolah menyinggung fenomena yang marak terjadi di masyarakat mengenai orangtua yang sering terabaikan. Hal ini terlihat di awal film yang menunjukkan narasi: “Ini kisah tentang surga... Surga yang bisa kita gapai dengan jemari... tapi, mengapa kita sibuk mengejar yang jauh?”. Konotasi surga yang bisa digapai dengan jemari adalah surga yang bisa didapatkan dengan berbakti kepada orangtua. Penggunaan majas “bisa digapai dengan jemari” memiliki makna berbakti kepada orangtua merupakan hal yang amat mudah dilakukan, sedangkan konotasi “tapi, mengapa kita sibuk mengejar yang jauh” adalah mengapa kita menyepelekan berbakti kepada orangtua dan mementingkan amalanamalan yang lain untuk mengejar surga Allah S.W.T. Hal ini juga dapat dilihat dari judul film ini sendiri. “Ada Surga di Rumahmu” merupakan suatu pesan bahwa sesungguhnya surga yang begitu banyak manusia idam-idamkan berada sangat dekat dengan diri kita sendiri. Pemilihan kata “Rumahmu” seolah memnggambarkan kedekatan
4
Komunitas Pengusaha Muslim, Harta Anak Itu Milik Orangtua, artikel diakses pada 13 Januari 2016 dari https://pengusahamuslim.com/2656-harta-anak-itu-1414.html
82
dengan diri. Sedangkan konteks surga dalam film ini adalah orangtua yang merupakan pemegang kunci surga. Jika dilihat dari kontennya, film ini berusaha mempresentasikan makna Birrul Walidain menjadi suatu amalan penting yang akan mempengaruhi kebaikan dan jalan hidup seseorang. Dalam film ini juga menggambarkan berbagai sikap bagaimana seharusnya seorang anak memperlakukan orangtuanya dengan kebaikan, kesabaran, kepatuhan, kesantunan, kebaktian, dan senantiasa meminta ridho orangtua untuk berbagai hal yang akan dikerjakan dalam hidup. Menurut peneliti, secara keseluruhan film ini berhasil membangun pesan dengan baik secara denotatif maupun konotatif mengenai makna Birrul Walidain itu sendiri. Hal ini terlihat dari penanda dan pertanda yang terdapat di dalam berbagai scene di dalam film ini. Sebagai contoh saat adegan percakapan Ramadhan dengan seorang anak yatim piatu. Raut wajah yang sedih, suara tangisan yang terisak-isak, dan aliran air mata menjadi suatu penanda dari pertanda kesedihan, penyesalan, dan duka yang mendalam kepada almarhum orangtuanya. Yang secara konotatif adalah sebuah pesan kepada penonton untuk berbakti kepada orangtua sebelum ajal menjemput. Berbagai penanda dan pertanda yang cukup jelas yang telah disajikan cukup baik oleh sutradara membuat penonton bisa mencerna representasi makna yang ingin disampaikan baik secara denotatif maupun konotatif. Dan hasil dari penelitian ini merupakan temuan-temuan yang
83
selaras dengan teori semiotika Roland Barthes yang digunakan untuk membedah penelitian ini. Adapun interpretasi adegan utama pada penelitian kali ini adalah terletak pada Hadist Nabi sebagai berikut:
َو َﺳ َﺨﻂُ َ ﱠ,ﺿﺎ اَ ْﻟ َﻮاﻟِ َﺪﯾ ِْﻦ ﺿﺎ َ ﱠ َﻂ اَ ْﻟ َﻮاﻟِ َﺪﯾ ِْﻦ َ ﷲِ ﻓِﻲ ِر َ ِر ِ ﷲِ ﻓِﻲ َﺳﺨ “Ridho Allah terdapat di dalam ridho orangtua, dan kemurkaan Allah berada di dalam murka orangtua.” 5 Hadits di atas merupakan penegasan betapa pentingnya ridho orangtua. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Hadist tersebut bahwa ridho dan murka orangtua juga merupakan ridho dan murka Allah. Dalam film ini, sutradara sebisa mungkin mencoba membangun pesan pentingnya ridho orangtua. Sehingga kita bisa mengambil hikmah bahwasanya ridho orangtua merupakan suatu hal yang amat sangat berpengaruh dalam kehidupan kita. Untuk mendapatkan ridho Allah, maka sudah semestinya kita mendapatkan ridho dari orangtua kita terlebih dahulu.
5
Suara-Islam.com, “Takhrij Hadits Ridha Allah Tergantung Ridha Orangtua”, artikel diakses pad 13 Januari 2016 dari http://m.suara-islam.com/mobile/detail/6231/-Takhrij-HaditsRidha-Allah-Tergantung-Ridha-Orang-Tua
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Untuk menyimpulkan hasil penelitian ini, peneliti mengacu pada fokus permasalahan yang ada. Dengan melihat melalui berbagai pendekatan teori dan implementasinya terhadap objek penelitian. Peneliti mendapatkan beberapa bentuk representasi wujud Birrul Walidain dalam film Ada Surga di Rumahmu yaitu patuh kepada orangtua, larangan melawan orangtua, pentingnya ridho orangtua, berbakti sejak dini, menafkahi orangtua dan merawat orangtua. Setelah penulis menjabarkan hasil penelitan bentuk-bentuk representasi Birrul Walidain pada film Ada Surga di Rumahmu, penulis mempunyai kesimpulan sebagai berikut: 1.
Makna denotasi pada film Ada Surga di Rumahmu adalah tentang lika-liku kehidupan seorang anak bernama Ramadhan yang begitu mencintai orangtuanya.
2.
Makna konotasi pada film Ada Surga di Rumahmu adalah tentang bagaimana seorang anak yang menggapai kesuksesan berkat ridho dan restu orangtuanya.
3.
Makna mitos pada film Ada Surga di Rumahmu adalah gambaran sebuah Hadist Rasulullah tentang ridho orangtua yang juga merupakan ridho Allah dan murka orangtua yang juga merupakan murka Allah.
84
85
Sedangkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam film ini antara lain: 1. Berbakti kepada orangtua 2. Pentingnya ridho orangtua 3. Larangan durhaka terhadap orangtua 4. Orangtua memiliki hak atas harta anaknya
B. Pesan dan Saran Berikut ini adalah pesan dan saran yang bisa diberikan peneliti untuk dijadikan bahan masukan dan evaluasi terhadap film Ada Surga di Rumahmu. Saran-saran ini ditujukan oleh penulis kepada: 1.
Pelaku Industri Film Adapun saran terhadap para pelaku industri perfilman adalah untuk tetap mempertahankan serta meningkatkan kegiatan dakwah melalui film dalam film-film yang bergenre religi. Lebih memperkaya khasanah perfilman bergenre religi khususnya di Indonesia, dengan ide cerita yang lebih menarik juga berbagai inovasi dalam pengemasan pesan dakwah dalam film. Agar film religi nantinya mampu bersaing dengan film-film lainnya di pasaran.
2. Masyarakat Untuk masyarakat diharapkan mampu lebih cerdas memilah film yang sarat akan nilai-nilai yang bermakna. Jangan memandang sebelah mata kualitas film lokal dan turut mengapresiasi perfilman Indonesia. Serta harus cermat dalam memaknai isi pesan yang ingin disampaikan dalam sebuah film. Karena film bisa menjadi sebuah media pembelajaran yang
86
sangat efektif yang sarat akan nilai moral bila mampu mencernanya dengan baik. 3. Mahasiswa Untuk mahasiswa komunikasi, khususnya bagi para peneliti semiotika, diharapkan lebih memahami konsep semiotika itu sendiri. Karena semiotika kini telah menjadi bidang yang amat penting dalam kajian ilmu komunikasi. Dengan begitu diharapkan mahasiswa mampu memahami sehingga kedepan akan banyak hasil penelitian-penelitian semiotika yang berkualitas dan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Imtiaz. Nasehat Untuk Akal Yang Dahaga. Al-Rasheed Printers, Madina Munawwara, 2005. Arifin, Zaenal. Dakwah melalui Film dan Sinetron. STAIN Purwokerto Press dan Unggun Religi, Yogyakarta, 2006. AS, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002. Abdullah, M. Yatimin. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an. Amzah, Jakarta, 2007. Barthes, Roland. Membedah Mitos-mitos Budaya Massa. Jalasutra, Yogyakarta, 2007. -------------------. Imaji/Musik/Teks. Jalasutra, Yogyakarta, 2010. Baksin, Askurifai. Membuat Film Indie itu Gampang. Katarsis, Bandung, 2003. Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Danesi, Marcel. Pengantar Memahami Semiotika Media. Jalasutra, Yogyakarta, 2010. Danesi, Marcel. Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi. Jalasutra, Yogyakarta, 2012. Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, PT Syaamil Cipta Media. 2005 Dimyati, Ayat. Hadits Arba’in: Masalah Aqidah, Syariah, & Akhlaq. Marja, Bandung, 2001. Emriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Lkis, Yogyakarta, 2001. Gunadi, Y.S. dan Heffan, Djony. Himpunan Istilah Komunikasi. Grasido, Jakarta, 1998. Hamid, Syamsul Rijal. 1001 Petuah Rasulullah. Cahaya Islam, Bogor, 2008. Ilaihi, Wahyu. Komunikasi Dakwah. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010. Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlaq. LPPI, Yogyakarta, 2009.
87
88
J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya, Bandung 2007. Lutters, Elizabeth. Kunci Sukses Menulis Skenario. Grasindo, Jakarta, 2004. Ma’arif, Bambang S. Komunikasi Dakwah: Paradigma Untuk Aksi. Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2010. Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. LkiS, Yogyakarta, 2007. Pratista, Himawan. Memahami Film. Homerian Pustaka, Yogyakarta, 2008. Rahmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2012. Shihab, M. Quraish. Birrul Walidain: Wawasan Al-Qur’an Tentang Bakti Kepada Ibu Bapak. Lentera Hati, Tangerang, 2014. Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Penerbit Alfabeta, Bandung, 2009. Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Komunikasi Visual. Jalasutra, Yogyakarta, 2013. Vera, Nawiroh. Semiotika dalam Riset Komunikasi. Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, 2014. Wafyah dan Pimay, Awaludin. Sejarah Dakwah. RaSAIL, Semarang, 2005. Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. Semiotika Komunikasi – Aplikasi Praktis Bagi Penelitan dan Skripsi Komunikasi Edisi 2. Mitra Wacana Media, Jakarta, 2013.
Sumber Lain: Aditya
Gumay, Artikel diakses pada tanggal 6 Oktober 2015 dari http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/profile/profile.php?pid=3c60f 4c0818f
Afrisia, Rizky Sekar. “Sutradara Buktikan ‘Ada Surga di Rumahmu’ Bukan Film Syiah”. Artikel diakses pada 21 April 2015 dari http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20150409161008-22045455/sutradara-buktikan-ada-surga-di-rumahmu-bukan-film-syiah/
89
Azzura Lhi, Mengeja Hikmah dar Film Ada Surga di Rumahmu, artikel diakses pada 13 Januari 2016 dari http://www.kompasiana.com/azzuralhi/mengeja-hikmah-dari-film-adasurga-di-rumahmu_552ff1a86ea834216f8b4583 Benny Ramdhani, Menyesal Nonton Ada Surga di Rumahmu Karena..., artikel diakses pada 13 Januari 2016 dari http://www.kompasiana.com/bennybhai/menyesal-nonton-ada-surga-dirumahmu-karena_552838626ea8343d088b4582 Biodata Lengkap Zee Zee Sahab, artikel diakses pada 13 Januari 2016 dari http://sisiuk.com/2015/06/18/biodata-lengkap-zee-zee-sahab/
Cast & Crew Film Ada Surga Di Rumahmu, artikel diakses pada 7 Oktober 2015 dari http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/filminfo/movie.php?uid=595 41da49b4a Film Indonesia, “Filmografi Aditya Gumay”, artikel diakses pada tanggal 13 Januari 2016 dari http://filmindonesia.or.id/movie/name/nmp4b9bce4189230_adityagumay/filmography#.VpaoGbaLTIU Komunitas Pengusaha Muslim, Harta Anak Itu Milik Orangtua, artikel diakses pada 13 Januari 2016 dari https://pengusahamuslim.com/2656-harta-anakitu-1414.html Profil Aditya Gumay, artikel diakses pada tanggal 13 januari 2016 dari http://filmindonesia.or.id/movie/name/nmp4b9bce4189230_adityagumay#.Vpa3E7aLTIV Profil
Husein Alatas, artikel diakses pada 13 Januari http://www.wowkeren.com/seleb/husein_alatas/profil.html
2016
dari
Profil Ustadz Ahmad Alhabsyi, artikel diakses pada 13 Januari 2016 dari http://www.kaskus.co.id/thread/5587beed582b2e2c4d8b456c/profil-ustadzahmad-al-habsyi/ Suara-Islam.com, “Takhrij Hadits Ridha Allah Tergantung Ridha Orangtua”, artikel diakses pad 13 Januari 2016 dari http://m.suaraislam.com/mobile/detail/6231/-Takhrij-Hadits-Ridha-Allah-TergantungRidha-Orang-Tua Tarsono, Warsa. “Ada Apa di Balik Serangan Terhadap Film Ada Surga di Rumahmu?”. Artikel diakses pada 21 April 2015 http://www.madinaonline.id/s5-review/ada-apa-di-balik-seranganterhadap-film-ada-surga-di-rumahmu/
90
Trisna, Naomi. “Ibu 90 Tahun Digugat Rp 1 Miliar oleh Anak Kandungnya”. Artikel diakses pada 21 April 2015 dari http://news.liputan6.com/read/2109268/ibu-90-tahun-digugat-rp-1-miliaroleh-anak-kandungnya
LAMPIRAN
1. Cover Novel Ada Surga di Rumahmu
2. Cover Film Ada Surga di Rumahmu
3. Wawancara Via Email dengan Mizan Productions