REPRESENTASI FEMINISME DALAM FILM DIVERGENT Kenwin Wangsaputri Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11530, 021-5369-6969 / 021-530-0244,
[email protected] Kenwin Wangsaputri, Ebnu Yufriadi, S.IP., M.Si.
ABSTRACT The aims of this research were to show representation of feminism in Divergent movie and find out the implied meaning behind the feminism representation. This research uses a critical approach, qualitative methodology, and semiotic research methods, especially Roland Barthes’s semiotic models. Roland Barthes’s semiotic models using the concept of denotation and connotation as the key analysis. This research analysis is done by focusing only on main elements of narrative in the movie, such as space and time, character, conflict, and purpose. The result of this research showed the forms of feminism representation in Divergent movie and an assumption that women are weak, helpless, and tend to act using emotion than logic, it’s not true. These appears from women's social values and way of life which done by main character, named Tris. As conclusion, feminism representation can be showed through main elements of narrative in the movie, such as space and time, character, conflict, and purpose. And also this research bring out a finding about pacifism (K) Keywords: Representation, feminism, movie, divergent, semiotic, Roland Barthes.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan representasi feminisme yang terdapat dalam Film Divergent serta mengetahui makna tersirat dari representasi feminisme tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kritis, metodologi kualitatif , dan metode penelitian semiotika, khususnya model semiotika Roland Barthes. Model semiotika Roland Barthes menggunakan konsep denotasi dan konotasi sebagai kunci analisisnya. Analisis penelitian ini dilakukan dengan memberi batasan hanya pada elemen-elemen pokok naratif film, meliputi ruang dan waktu, tokoh, konflik, dan tujuan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bentuk-bentuk representasi feminisme dalam Film Divergent serta anggapan bahwa perempuan merupakan makhluk yang lemah, tidak berdaya, dan cenderung bertindak dengan emosi daripada logika semata, tidaklah benar. Hal ini tampak melalui nilai-nilai sosial dan cara hidup kaum perempuan yang diterapkan oleh tokoh utama perempuan dalam Film Divergent, yaitu Tris. Kesimpulan dari penelitian ini adalah representasi feminisme berhasil ditunjukkan melalui elemen-elemen pokok naratif film, meliputi ruang dan waktu, tokoh, konflik, dan tujuan. Serta penelitian ini memunculkan sebuah temuan berupa pasifisme. (K) Kata kunci: Representasi, feminisme, film, divergent, semiotika, Roland Barthes.
PENDAHULUAN Menurut Turner (dalam Sobur, 2013), film tak sekedar refleksi dari realitas dalam masyarakat melainkan film merupakan representasi dari realitas dalam masyarakat. Film sebagai refleksi dari realitas berarti bahwa film sekedar “memindah” realitas ke atas layar tanpa mengubah realitas tersebut. Sementara, film sebagai representasi dari realitas berarti bahwa film membentuk dan
“menghadirkan kembali” realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari kebudayaannnya. Salah satu film yang menarik untuk diteliti adalah Divergent. Film Divergent dipilih karena meskipun film ini dikemas dengan genre aksi yang mutakhir dan fiksi ilmiah yang imajinatif, alurnya dilingkupi dengan nilai-nilai feminisme. Film ini diangkat dari novel berjudul sama karangan Veronica Roth yang diterbitkan pada 25 April 2011. Film Divergent sendiri dirilis pada tahun 2014 dan disutradarai oleh Neil Burger. Divergent menceritakan tentang tentang sebuah dunia yang telah diatur, di mana manusia dikelompokkan ke dalam faksi-faksi yang berbeda berdasarkan kebajikan manusia. Kelima faksi tersebut adalah Candor (yang jujur), Abnegation (yang tanpa pamrih), Dauntless (pemberani), Amity (yang damai), dan Erudite ( yang cerdas). Kemudian bagi manusia yang memiliki lebih dari satu kebajikan tertentu dalam dirinya akan disebut sebagai divergent. Para divergent akan diasingkan dan hidup seperti gelandangan atau bahkan dibunuh, mereka dianggap berbahaya karena tidak dapat menyesuaikan diri hanya pada satu faksi tertentu saja dan itu akan merusak sistem faksi yang sudah terbentuk sejak lama. Sebelum manusia diklasifikasikan ke faksi mana yang akan mereka pilih, mereka akan menjalani sebuah ujian. Salah satu manusia yang menjalani ujian tersebut adalah karakter bernama Beatrice Prior atau yang lebih dikenal sebagai Tris. Tris menjalani ujian dan mendapati hasil bahwa dirinya seorang divergent. Namun sang penguji untuk Tris, memutuskan untuk menyelamatkan Tris dengan menyuruh Tris merahasiakan identitas dirinya yang merupakan divergent. Setelah mengetahui identitasnya tersebut, Tris harus berjuang keras agar dapat diterima dalam faksi Dauntless yang sangat ia kagumi. Tris berusaha supaya lulus dalam sejumlah tahapan inisiasi keberanian yang mengancam nyawanya, mulai dari terjun dari atas gedung, bertarung, dilempari pisau, hingga simulasi untuk menguji kepantasannya sebagai seorang Dauntless. Dalam perjuangan untuk tetap bertahan hidup di tengah persaingan dengan kaum laki-laki dan konspirasi untuk menyingkirkan para divergent, Tris terlihat sebagai sosok feminis yang memperjuangkan kesetaraan dan keadilan bagi dirinya sebagai perempuan. Oleh karena perjuangan tokoh Tris yang begitu gigih membuat Film Divergent kental dengan nilai-nilai fenimisme. Penelitian ini akan mencoba untuk memahami peran perempuan yang mencerminkan feminisme di dalam Film Divergent. Untuk dapat memahami peran perempuan yang mencerminkan feminisme akan diambil beberapa scene dari Film Divergent yang merepresentasikan nilai-nilai feminisme tersebut. Penelitian ini berbeda dari penelitian yang pernah ada sebelumnya, karena dalam penelitian ini akan diungkap hegemoni, yaitu dominasi oleh sebuah kelompok yang direpresentasikan oleh kaum laki-laki, terhadap kelompok sub-dominan yang direpresentasikan oleh kaum perempuan. Dengan membongkar struktur Film Divergent, fokus analisis penelitian ini dititikberatkan kepada tokoh utama perempuan dalam Film Divergent yaitu Tris, yang berusaha untuk melakukan counterhegemony atas dominasi kaum laki-laki. Kedua, penelitian ini memberikan fokus terhadap elemenelemen pokok naratif film, meliputi ruang dan waktu, tokoh, konflik, dan tujuan yang digunakan untuk membatasi penelitian ini agar tidak menjadi luas, melainkan mendalam, sehingga menjadi lebih menarik untuk diselami. Oleh sebab itu, maka diputuskan untuk menganalisa film ini lebih dalam lagi, guna menemukan representasi nilai-nilai feminisme yang terdapat di dalam Film Divergent melalui penanda dan petanda. Terdapat beberapa penelitian sejenis dengan penelitian tentang feminisme dalam Film Divergent yaitu Representasi Feminisme dalam Film Snow White And The Huntsman dan Budaya Pop dan Politik: Analisis Semiotik terhadap Penampilan Iwan Fals di TRANS TV, 4 April 2004. Dalam penelitian Representasi Feminisme dalam Film Snow White And The Huntsman metodologi yang digunakan adalah kualitatif dan teknik analisis semiotika John Fiske. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa adanya representasi feminisme dalam pengambilan keputusan, kekuatan, dan kepemimpinan berdasarkan hal yang dilakukan oleh tokoh-tokoh perempuan di dalam Film Snow White and the Huntsman. Kemudian, dalam penelitian Budaya Pop dan Politik: Analisis Semiotik terhadap Penampilan Iwan Fals di TRANS TV, 4 April 2004, metodologi yang digunakan adalah kualitatif dan teknik analisis semiotika Ferdinand de Saussure. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa tayangan langsung konser musik Iwan Fals di TRANS TV, 4 April 2004 menjadi pesan moral yang ditujukan bagi para elite politik dan para pemimpin bangsa untuk menjalankan politik bersih. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sejenis yang sudah ada, karena dalam penelitian ini akan diungkap hegemoni yang dilakukan oleh kelompok dominan terhadap kelompok sub-dominan. Fokus analisis penelitian ini dititikberatkan kepada tokoh utama perempuan dalam Film Divergent yaitu Tris, yang berusaha untuk melakukan counter-hegemony atas dominasi kaum lakilaki. Serta penelitian ini memberikan fokus berupa batasan yaitu, terhadap elemen-elemen pokok naratif film, meliputi ruang dan waktu, tokoh, konflik, dan tujuan Penelitian ini menggunakan sejumlah konsep dan teori, seperti konsep film, semiotika, representasi, dan feminisme.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kritis dan metodologi kualitatif, serta metode semiotika, khususnya model semiotika Roland Barthes. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan dokumentasi berupa dvd, novel, dan sinopsis Film Divergent. Kemudian, dilakukan proses capturing sejumlah scene dari data berupa Film Divergent tersebut. Proses capturing mengambil sejumlah scene yang mengungkap hegemoni dan merepresentasikan feminisme. Setelah proses capturing selesai, scene-scene tersebut dianalisis menggunakan semiotika Roland Barthes untuk dapat menemukan makna tersirat yang terdapat dalam representasi feminisme tersebut.
HASIL DAN BAHASAN Film Divergent ternyata tak sekedar menyajikan hiburan semata bagi penontonnya, melainkan di dalamnya terselip nilai-nilai feminisme melalui perjuangan tokoh Tris. Nilai-nilai feminisme yang tercermin melalui adegan dalam Film Divergent mengarah pada nilai-nilai sosial dan cara hidup kaum perempuan yang berbeda dengan kaum laki-laki akibat posisi perempuan dan pengalamannya di dalam kebanyakan situasi yang berbeda dengan laki-laki. Nilai-nilai sosial dan cara hidup kaum perempuan yang berbeda dengan kaum laki-laki tersebut diantaranya berupa kerjasama, penyelesaian konflik tanpa kekerasan, etika perhatian, keberanian, serta semangat juang. Dalam Film Divergent, kerjasama ditunjukkan oleh tokoh Tris seperti pada Gambar 4.16. Di dalam penggalan scene tersebut, Tris mengajak ayahnya, kakaknya, dan Marcus untuk melakukan perlawanan terhadap faksi Erudite dengan masuk ke dalam markas Dauntless dan menghentikan program simulasi akibat serum pengontrol pikiran yang disuntikkan ke seluruh anggota baru Dauntless. Penggalan scene tersebut menggambarkan semangat kepemimpinan dan kerjasama yang terdapat di dalam feminisme, ketika para tokoh feminis berjuang dengan melakukan perilaku hegemoni untuk melawan dominasi yang mereka alami. Tokoh feminis (tentunya perempuan) memimpin para feminis lainnya dalam melakukan gerakan-gerakan perlawanan untuk menghentikan ketidaksetaraan gender, seperti saat feminisme gelombang pertama, para feminis berdemonstrasi di sekitar Gedung Putih. Dalam Film Divergent terdapat penyelesaian konflik tanpa kekerasan yang ditunjukkan melalui Gambar 4.10 dan 4.18. Pertama, pada Gambar 4.10 diperlihatkan proses inisiasi melempar pisau ke target, namun Al tidak berhasil sama sekali. Kemudian Eric sebagai salah satu instruktur, memerintahkan Al untuk berdiri di depan target dan akan dilempari pisau. Tris menentang perintah Eric tersebut dan akhirnya malah membuat dirinya harus menggantikan posisi Al. Penggalan scene tersebut menggambarkan bahwa dominasi dapat terjadi antar sesama kaum laki-laki. Ini menunjukkan kekuasaan dan dominasi kaum laki-laki sangat luas, sehingga dapat berkuasa atas kaum perempuan dan sesama kaum laki-laki. Dengan kekuasaan dan kultur androsentris yang diyakini, mengakibatkan kaum laki-laki lebih menekankan pada penggunaan kekerasan, sementara kaum perempuan lebih menekankan pada penyelesaian konflik tanpa adanya kekerasan. Kedua, pada Gambar 4.18 diperlihatkan situasi ketika Tris akhirnya berhasil masuk ke dalam ruang kendali program simulasi tersebut, tetapi muncul sebuah permasalahan baru, yaitu Four yang seorang divergent dijadikan percobaan oleh Jeaninne Matthews (pemimpin faksi Erudite) dengan disuntikkan serum pengontrol pikiran versi terbaru yang dikembangkan berdasarkan keistimewaan divergent. Four berhasil dikendalikan oleh serum tersebut. Namun, Tris berhasil membuat Four sadar, dengan hendak mengorbankan dirinya untuk ditembak. Perjuangan Tris dalam menyadarkan Four menggambarkan bahwa seorang perempuan yang selama ini dianggap lemah pun ternyata mampu menyadarkan kaum laki-laki sub-dominan, dalam hal penuntutan kesetaraan kekuasaan. Perempuan yang berjuang sebagai seorang feminis, akan tetap bertahan memperjuangkan nilai-nilai sosial perempuan, seperti penyelesaian konflik tanpa kekerasan dalam melawan dominasi, untuk mewujudkan kehidupan sosial yang lebih baik, yaitu kesetaraan antara kaum laki-laki dan kaum perempuan. Dalam Film Divergent terdapat etika perhatian yang ditunjukkan melalui Gambar 4.13 dan 4.19. Pertama, pada Gambar 4.13 terlihat bahwa Tris memilih untuk langsung merealisasikan ide strateginya dengan memanjat bianglala, agar dapat melihat pemandangan area sekitar yang lebih luas dan dapat melihat di mana keberadaan tim lawan, sementara yang lain sibuk mendebatkan ide strateginya masing-masing dalam diskusi tim. Strategi Tris ini muncul saat permainan war games, yang memerlukan kejelian dan strategi yang cerdas untuk dapat mengalahkan lawan, karena inti permainan ini adalah menemukan bendera tim lawan sebelum tim lawan menemukan bendera tim
sendiri yang telah disembunyikan. Saat diskusi tim, seluruh anggota masing-masing memberikan ide strategi, baik laki-laki maupun perempuan, namun Tris merasa diskusi tersebut terlalu lama dan setiap anggota ingin idenya didengar, sehingga malah membuang-buang waktu. Langkah yang dilakukan Tris menunjukkan bahwa kaum perempuan pun mampu berpikir secara cerdas dan cepat, dalam setiap persoalan yang ada. Hal ini seolah mencoba membantah anggapan yang berlaku selama ini, bahwa perempuan cenderung bertindak dengan emosi bukan dengan logika. Namun, ada satu hal yang kurang diperhatikan yaitu kaum perempuan memiliki etika perhatian yang berfokus pada pencapaian hasil di mana semua pihak merasa kebutuhan mereka diperhatikan dan direspon. Etika perhatian membuat perempuan mampu berpikir cerdas karena fokusnya adalah mencapai kesetaraan dengan memperhatikan dan merespon kebutuhan setiap manusia, sehingga kaum perempuan harus jeli melihat hal apa saja yang menjadi kebutuhan setiap manusia untuk dapat menghasilkan keputusan yang cerdas. Kedua, pada Gambar 4.19 terlihat bahwa Tris yang dibantu oleh Four akhirnya berhasil menggagalkan rencana Jeanine untuk memusnahkan divergent dan membuat program simulasi tersebut dimatikan dan dihapus. Program simulasi pengontrol pikiran yang bekerja pada faksi Dauntless telah mengakibatkan jatuhnya banyak korban, baik karena menjadi korban akibat terbunuh (faksi Abnegation) atau menjadi alat untuk membunuh (faksi Dauntless). Keyakinan Jeanine bahwa divergent berbahaya menggambarkan seperti hegemoni yang dilakukan oleh kaum laki-laki maupun perempuan mengakibatkan terjadinya subordinasi terhadap kelompok tertentu dan akibatnya menciptakan kesadaran palsu yang seolah-olah benar dan menjadi standar atau tolak ukur terhadap sesuatu. Misalnya, standar kecantikan adalah perempuan yang bertubuh langsing; perempuan lebih cocok untuk melakukan pekerjaan rumah tangga saja dan tidak perlu berpendidikan tinggi; serta perempuan lebih cocok menempati posisi pekerjaan nomor dua (seperti asisten, sekretaris, dan sebagainya) karena perempuan biasanya lebih mengutamakan sisi emosional daripada logika, sehingga dianggap kurang dapat mengambil keputusan cepat dan cerdas. Kesadaran palsu ini akhirnya membuat sebagian perempuan tersentuh etika perhatiannya dan merasa bahwa ada yang salah dari standar atau tolak ukur yang diciptakan melalui kultur androsentris, sehingga memunculkan gerakan feminisme yang berusaha melawan hegemoni dan menciptakan kesetaraan. Dalam Film Divergent, keberanian ditunjukkan oleh tokoh Tris seperti pada Gambar 4.6, 4.7, 4.16, 4.17. Pertama, pada Gambar 4.6 terlihat bahwa Tris harus memanjat tiang besi untuk dapat sampai ke rel kereta, lalu ia harus berlari mengejar kereta dan melompat masuk ke dalam kereta tersebut. Setelah menentukan pilihan masa depannya, Tris kini resmi menjadi calon anggota Dauntless. Menjadi seorang Dauntless harus disertai dengan keberanian dan bebas dari rasa takut, serta berani berkorban untuk memberi perlindungan bagi masyarakat. Aktivitas yang Tris lakukan seperti menggambarkan perjuangan seorang feminis yang perlu disertai keberanian dan bebas dari rasa takut terhadap kaum laki-laki yang mendominasi, serta berani mengorbankan pikiran maupun fisik dalam memperjuangkan nilai-nilai perempuan agar dapat mewujudkan masyarakat yang setara antar kaum laki-laki dan perempuan. Kedua, pada Gambar 4.7 terlihat bahwa Tris mengajukan dirinya sebagai pelompat pertama diantara teman-temannya. Tris dan para calon anggota Dauntless lainnya telah sampai di depan pintu masuk markas Dauntless yang ternyata sebuah lubang besar di atap sebuah gedung. Para Dauntless masuk ke sana dengan cara melompat dari atap sebuah gedung menuju lubang besar di atap gedung lainnya. Pengajuan diri Tris ini menggambarkan seperti keyakinan dan keberanian yang dimiliki oleh para feminis dalam mengemukakan gagasan mereka tentang ketidaksetaraan gender yang mereka temukan di berbagai bidang kehidupan, hingga memunculkan berbagai aliran pemikiran dan gerakan feminis dengan masing-masing tokoh pelopornya. Ketiga, di dalam feminisme, para tokoh feminis berjuang dengan melakukan perilaku hegemoni untuk melawan dominasi yang mereka alami. Tokoh feminis (tentunya perempuan) memimpin para feminis lainnya dengan berani dalam melakukan gerakan-gerakan perlawanan untuk menghentikan ketidaksetaraan gender, seperti saat feminisme gelombang pertama, para feminis berdemonstrasi di sekitar Gedung Putih. Semangat kepemimpinan yang disertai keberanian terlihat seperti pada Gambar 4.16, di dalam penggalan scene tersebut Tris mengajak ayahnya, kakaknya, dan Marcus untuk melakukan perlawanan terhadap faksi Erudite dengan masuk ke dalam markas Dauntless dan menghentikan program simulasi akibat serum pengontrol pikiran yang disuntikkan ke seluruh anggota baru Dauntless. Keempat, untuk dapat menghentikan program simulasi yang dijalankan oleh faksi Erudite, Tris harus mengetahui di mana letak ruang kendali program simulasi tersebut, tetapi ia dihalangi oleh Peter. Peter terus saja meremehkan Tris, karena menurutnya Tris hanya berani menggertaknya dengan senjata, seperti yang terlihat pada Gambar 4.17. Namun, ia salah. Tris justru terus mendesak Peter hingga akhirnya menembak tangan Peter. Hal yang dilakukan Tris menunjukkan seperti hal yang
dilakukan para feminis. Para feminis dengan berani tanpa mengenal rasa takut, lelah, atau menyerah, sudah membuktikan perjuangan mereka hingga feminisme gelombang ketiga yang masih berlangsung saat ini, demi memperjuangkan kesetaraan dan kebebasan dari penindasan gender, akibat hegemoni kaum laki-laki. Dalam Film Divergent, semangat juang ditunjukkan oleh tokoh Tris seperti pada Gambar 4.5, 4.8, 4.12, 4.16, dan 4.20. Pertama, pada Gambar 4.5 terlihat bahwa Tris akhirnya memilih Dauntless sebagai faksi barunya pada hari pemilihan, meskipun harus berkorban dengan meninggalkan keluarganya, demi untuk menjadi dirinya sendiri. Di sini pilihan Tris akan faksi Dauntless menggambarkan bahwa sebagai perempuan yang sadar akan kekuasaan dan penindasan yang tidak benar harus melakukan perlawanan. Perempuan perlu memperjuangkan pilihan hidupnya demi mendapatkan hak-haknya atas kesetaraan dan kesempatan hidup lebih baik, yang selama ini dikuasai secara semena-mena oleh kaum laki-laki, serta berjuang dalam menghadapi dominasi laki-laki. Kedua, terlihat pada Gambar 4.8, Tris bangun pagi-pagi sekali sebelum teman-temannya bangun, untuk melatih dirinya agar dapat melewati proses inisiasi Dauntless. Ia merasa dirinya perlu belajar banyak dan berjuang lebih keras daripada yang lainnya. Hal yang Tris lakukan menunjukkan seperti para feminis yang sejak akhir abad ke 18 sudah mengawali perjuangan dengan mulai menuntut hak politik bagi kaum perempuan. Para perempuan yang telah memilih untuk menjadi feminis, maka akan menanamkan ideologi feminis di dalam dirinya dan berjuang bersama feminis lainnya untuk memperoleh kesetaraan gender dalam berbagai bidang kehidupan dan bebas dari hegemoni. Ketiga, terlihat pada Gambar 4.12, dalam keadaan fisik yang lemah, Tris memaksakan dirinya untuk mengikuti war games, meskipun ia mendengar kalau Eric sudah mengeliminasinya. Pada dua hari sebelumnya, Tris mengikuti proses inisiasi selanjutnya yaitu bertarung melawan Peter atas perintah Eric. Pertarungan tersebut membuat Tris kalah dan tak sadarkan diri selama satu hari. Ia menjalani perawatan akibat babak belur dipukuli Peter. Perjuangan yang Tris lakukan menggambarkan seperti para feminis yang pantang menyerah dalam berjuang, mulai dari feminisme gelombang pertama hingga gelombang ketiga. Walaupun pada feminisme gelombang pertama harus jatuh korban akibat ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa sampai tewas, kaum perempuan tetap mempertahankan semangat juang yang mereka miliki hingga dapat memunculkan feminisme gelombang ketiga. Keempat, terlihat pada Gambar 4.16, Tris berjuang untuk melawan dominasi faksi Erudite dengan mengajak ayahnya, kakaknya, dan Marcus untuk masuk ke dalam markas Dauntless dan menghentikan program simulasi akibat serum pengontrol pikiran yang disuntikkan ke seluruh anggota baru Dauntless. Perjuangan Tris ini menggambarkan seperti perjuangan para tokoh feminis yang pantang menyerah dalam melakukan perilaku hegemoni untuk melawan dominasi yang mereka alami. Tokoh feminis (tentunya perempuan) melakukan perjuangan dengan memimpin para feminis lainnya melalui gerakan-gerakan perlawanan untuk menghentikan ketidaksetaraan gender, seperti saat feminisme gelombang pertama, para feminis berdemonstrasi di sekitar Gedung Putih. Kelima,terlihat pada Gambar 4.20 bahwa setelah semua pengorbanan yang dilakukan oleh Tris, masalah tentang program simulasi pengontrol pikiran akhirnya dapat selesai, tetapi Jeanine pasti masih akan memburu para divergent sampai mereka semua musnah. Hal ini menggambarkan seperti yang dialami oleh para feminis bahwa perjuangan mereka terhadap ketidaksetaraan gender masih akan terus berlanjut, walaupun memakan waktu yang cukup lama, namun mereka akan tetap berjuang sampai kesetaraan bagi kaum perempuan dapat terwujud, seperti perempuan berhak memilih orientasi seksualnya; perempuan sama sekali tidak lagi dipandang sebelah mata dalam kemampuannya untuk bekerja maupun menjadi pemimpin; serta mengangkat derajat kaum perempuan di negara-negara yang belum terindustrialisasi di mana mereka masih harus menderita kelaparan, kemiskinan, dan kesehatan yang buruk. Makna tersirat yang terkandung dalam Film Divergent adalah anggapan bahwa perempuan merupakan makhluk yang lemah, tidak berdaya, dan cenderung bertindak dengan emosi daripada logika, tidaklah benar. Hal ini ditunjukkan melalui kepribadian tokoh utama perempuan dalam Film Divergent, yaitu Tris. Kepribadian tokoh Tris menunjukkan penggambaran seperti seorang feminis, ia memiliki kecerdasan, semangat juang, keberanian, kerjasama yang baik, serta kelembutan hati yang akhirnya mampu membuat dirinya melawan hegemoni yang dilakukan baik oleh kaum laki-laki maupun sesama kaum perempuan. Tris selalu berusaha untuk menghindari adanya kekerasan dalam penyelesaian konflik yang terjadi, baik konflik terhadap dirinya maupun teman-temannya. Ia menekankan pada langkah-langkah penyelesaian masalah dengan melakukan pembicaraan dengan pihak-pihak yang berkuasa. Ia berharap cara tersebut akan berhasil, sehingga tidak perlu sampai menimbulkan korban. Terlihat seperti saat Tris menentang perintah Eric yang menyuruh Al berdiri di depan target untuk dilempari pisau; kemudian, saat Tris memaksakan dirinya untuk ikut dalam war games; serta saat Tris hendak
mengorbankan dirinya demi menyadarkan Four dari simulasi pengontrol pikiran buatan Jeanine. Penolakan Tris terhadap kekerasan yang dapat menimbulkan terjadinya pertempuran ini disebut sebagai pasifisme.
SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapat kesimpulan berupa, pertama, representasi feminisme dalam Film Divergent tampak melalui penggalan-penggalan scene yang menampilkan elemen pokok naratif “ruang”, seperti terlihat pada Gambar 4.6, 4.7, 4.10, 4.13, 4.17. Karena elemen pokok naratif “ruang” yang tampak pada penggalan-penggalan scene tersebut menunjukkan perlu adanya keberanian dan perjuangan dalam menghadapinya, seperti para feminis dalam menghadapi segala situasi dan kondisi; kedua, representasi feminisme dalam Film Divergent tampak melalui penggalan scene yang menampilkan elemen pokok naratif “waktu”, seperti terlihat pada Gambar 4.8. Karena elemen pokok naratif “waktu” yang tampak pada penggalan scene tersebut menunjukkan bahwa perjuangan dan kerja keras perlu dimulai sedini mungkin, seperti yang dilakukan oleh para feminis sejak akhir abad ke 18 saat mengawali gerakan feminisme untuk menuntut hak politik perempuan; ketiga, representasi feminisme dalam Film Divergent tampak melalui penggalanpenggalan scene yang menampilkan elemen pokok naratif “tokoh”, seperti terlihat pada Gambar 4.5, 4.6, 4.7, 4.8, 4.10, 4.12, 4.13, 4.16, 4.17, 4.18, 4.19, 4.20. Karena elemen pokok naratif “tokoh” yang tampak pada penggalan-penggalan scene tersebut menunjukkan kepribadian seorang feminis, Tris memiliki kecerdasan, semangat juang, keberanian, kerjasama yang baik, serta kelembutan hati yang akhirnya mampu melawan hegemoni yang dilakukan baik oleh kaum laki-laki maupun sesama perempuan; keempat, representasi feminisme dalam Film Divergent tampak melalui penggalanpenggalan scene yang menampilkan elemen pokok naratif “konflik”, seperti terlihat pada Gambar 4.10, 4.17, 4.18, 4.19. Karena elemen pokok naratif “konflik” yang tampak pada penggalan-penggalan scene tersebut menunjukkan konflik akibat hegemoni baik dari kaum laki-laki maupun sesama kaum perempuan yang berhasil dilawan oleh Tris; kelima, representasi feminisme dalam Film Divergent tampak melalui penggalan-penggalan scene yang menampilkan elemen pokok naratif “tujuan”, seperti terlihat pada Gambar 4.5, 4.8, 4.12, 4.16, 4.17, 4.19. Karena elemen pokok naratif “tujuan” yang tampak pada penggalan-penggalan scene tersebut menunjukkan tujuan perjuangan Tris mulai dari menjadi dirinya sendiri, menjadi anggota Dauntless, serta melawan hegemoni dan menggagalkan konspirasi jahat Erudite. Tujuan perjuangan Tris ini menggambarkan seperti tujuan perjuangan feminis untuk menjadi kaum perempuan yang setara baik dengan kaum laki-laki maupun sesama kaum perempuan dan bebas dari hegemoni. Selain beberapa hal tersebut, Film Divergent juga menggambarkan seperti tahap permulaaan dari feminisme, ini terlihat melalui cerita di akhir filmnya bahwa perjuangan tokoh Tris belum usai karena Jeanine masih hidup dan akan terus memburu semua divergent sampai musnah. Begitu juga dengan feminisme yang masih akan terus berlangsung sampai kesetaraan antara kaum perempuan dan kaum laki-laki terpenuhi. Kemudian, di dalam Film Divergent, perilaku yang ditampilkan oleh tokoh utama perempuan yaitu Tris, memunculkan sebuah temuan berupa pasifisme. Pasifisme ini tampak melalui sikap dan perilaku Tris yang selalu berusaha untuk menghindari adanya kekerasan dalam penyelesaian konflik yang terjadi, baik konflik terhadap dirinya maupun teman-temannya. Ia menekankan pada langkahlangkah penyelesaian masalah dengan melakukan pembicaraan dengan pihak-pihak yang berkuasa. Ia berharap cara tersebut akan berhasil, sehingga tidak perlu sampai menimbulkan korban. Terlihat seperti saat Tris menentang perintah Eric yang menyuruh Al berdiri di depan target untuk dilempari pisau (Gambar 4.10); kemudian, saat Tris memaksakan dirinya untuk ikut dalam war games (Gambar 4.12); dan ketika Tris hendak mengorbankan dirinya demi menyadarkan Four dari simulasi pengontrol pikiran buatan Jeanine (Gambar 4.18). Penolakan Tris terhadap kekerasan yang dapat menimbulkan terjadinya pertempuran ini disebut sebagai pasifisme.
SARAN Dari hasil penelitian yang didapatkan maka terdapat sejumlah saran yang dapat diberikan, pertama, penelitian ini masih memiliki kekurangan yaitu dalam pengolahan unsur audio, seperti backsound dan sound effect, karena lebih menekankan pada elemen-elemen pokok unsur naratif film; kedua, penelitian ini masih terbatas pada unsur naratif film, sementara film terdiri dari dua unsur yaitu, unsur naratif dan unsur sinematik. Unsur sinematik lebih menekankan pada aspek teknis dari sebuah film, seperti mise-en-scene, sinematografi, editing, dan suara. Peneliti selanjutnya mungkin dapat meneliti lebih dalam tentang film Divergent menggunakan unsur sinematik; ketiga, bagi peneliti selanjutnya
yang akan melakukan penelitian tentang film dengan analisis semiotika, perlu untuk memiliki ketekunan dan kemauan yang kuat untuk dapat mencapai hasil akhir penelitian; kejelian dalam memahami model semiotika yang akan digunakan agar tidak terjadi kesalahan penerapan antara model semiotika yang digunakan dengan analisis penelitian yang dilakukan; serta kehati-hatian dalam membuat penafsiran dari isi film yang diteliti; keempat, Film Divergent merupakan bagian pertama dari trilogi Divergent, selanjutnya masih ada film Insurgent yang menceritakan kelanjutan dari perjuangan Tris dalam mencari tahu tentang divergent lebih dalam dan perlawanan yang dilakukan Tris terhadap hegemoni kaum laki-laki maupun sesama kaum perempuan; serta perjuangan tokoh perempuan lain yaitu ibu dari Four, untuk memperoleh tempat dalam masyarakat dan melawan hegemoni yang dilakukan oleh Jeanine. Insurgent seperti menggambarkan perjuangan tokoh-tokoh perempuan yang melanjutkan perjuangan feminisme gelombang pertama (feminisme gelombang kedua). Peneliti selanjutnya mungkin dapat menggunakan film Insurgent sebagai bahan penelitian untuk melihat representasi feminisme gelombang kedua.
REFERENSI Buku: Ardianto, Elvinaro, dkk. (2014). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Burton, Graeme. Terjemah. (2012). Media dan Budaya Populer. Yogyakarta: Jalasutra. Henslin, James M. Ed.6, Jilid 2. Terjemah. (2007). Sosiologi dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: Erlangga. Kriyantono, Rachmat. (2010). Teknik Praktis Riset Komunikasi:Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana. McQuail, Denis. Ed.6, Buku 1. Terjemah. (2011). Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta: Salemba Humanika. Moleong, Lexy. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pratista, Himawan. (2008). Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. Ritzer, George. Ed. 7, Cet. 1. Terjemah. (2014). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana. Roth, Veronica. Cet. 5. Terjemah. (2014). Divergent. Bandung: Mizan. Sobur, Alex. (2013). Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tong, Rosemarie Putnam. Cet.5. Terjemah. (2010). Feminist Thought:Pengantar Paling Komprehensif kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis. Yogyakarta: Jalasutra. Vera, Nawiroh. (2014). Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. West, Richard, Turner, Lynn H. Ed. 3, Buku 2. Terjemah. (2010). Pengantar Teori Komunikasi:Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika. Wibowo, Indiwan. (2013). Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Jurnal: Chornelia, Yolanda Hana. (2013). Representasi Feminisme dalam Film “Snow White And The Huntsman”. Jurnal E-Komunikasi, Volume 1, No.3, diakses 20 Februari 2015 pk 14.36 WIB dari http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/ilmukomunikasi/article/view/924/824 Fasta, Feni and Arsi Lestari, Christina. (2012). Mistisme Simbolik Kartu Tarot The Devil (Studi Semiotik Tarot The Devil Dari Buku Easy Tarot Lidia Pratiwi). Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 1, No.2, diakses pada 20 Februari 2015 pk 20.03 WIB dari http://library.binus.ac.id/Collections/journal_detail.aspx?subject=12&volnoed=Volume%200 1%20/%20Nomor%2002%20/%20November%202012&title=MISTISME%20SIMBOLIK% 20KARTU%20TAROT%20THE%20DEVIL%20(STUDI%20SEMIOTIK%20TAROT%20T
HE%20DEVIL%20DARI%20BUKU%20%20%20EASY%20TAROT%20LIDIA%20PRAT IWI) Guynes, Sean A. (2014). Four-Color Sound:A Peircean Semiotics of Comic Book Onomatopoeia. Public Journal of Semiotics, Volume 6, No.1, diakses 3 Juni 2015 pk 23.41 WIB dari http://journals.lub.lu.se/ojs/index.php/pjos/article/view/11916 Machin, David. (2011). Towards a Social Semiotic Approach of the Analysis of Emotion in Sound and Music. The Public Journal of Semiotics, Volume 3, No.2, diakses 3 Juni 2015 pk 23.44 WIB dari http://www.pjos.org/index.php/pjos/article/view/8835 Pawito. (2005). Budaya Pop dan Politik: Analisis Semiotik terhadap Penampilan Iwan Fals di TRANS TV, 4 April 2004. Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 2, No.1, diakses 20 Februari 2015 pk 17.51 WIB dari http://ojs.uajy.ac.id/index.php/jik/article/view/250/339 Kurnia, Novi. (2004). Representasi Maskulinitas dalam lklan. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 8, No. 1, diakses 18 Juni 2015 pk 00.31 WIB dari https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8 &ved=0CDMQFjAD&url=http%3A%2F%2Fjurnalsospol.fisipol.ugm.ac.id%2Findex.php%2 Fjsp%2Farticle%2Fview%2F193%2F188&ei=zqiBVfbuB4_g8AWs94D4Dw&usg=AFQjCN FuzaGZNrs1_74ovEZ4dVE5lchDmA&bvm=bv.96041959,d.dGc
Skripsi: Syam, Tri. (2013). Representasi Nilai Feminisme Tokoh Nyai Ontosoroh dalam Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer. Skripsi S1. Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin, Makassar diakses 10 Mei 2015 pk 20.12 WIB dari http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5884/skripsi%20tri%20ayu.pdf?seq uence=1
Website: CNN Indonesia. (2014). Kelaparan yang Telah Mendunia. Sabtu, 13 Juni 2015 pk 03.01 WIB dari http://www.cnnindonesia.com/internasional/201409101438251272955/kelaparan-yang-telahmendunia/ Ebta, Setiawan. (2015). Film. Selasa, 17 Februari 2015 pk 22.35 WIB dari http://kbbi.web.id/film Ebta,
Setiawan. (2015). Pasifisme. http://kbbi.web.id/pasifisme
Kamis,
18
Juni
2015
pk
04.28
WIB
dari
HDW. (2008). Summit Entertainment logo Wallpaper. Senin, 8 Juni 2015 pk 04.01 WIB dari http://hdw.eweb4.com/wallpapers/4712/ IMDb.
(2015). Divergent. Senin, 08 http://www.imdb.com/title/tt1840309/
Juni
2015
pk
03.27
WIB
dari
War Resisters' International. (2010). Pengertian Istilah-Istilah Penting. Kamis, 18 Juni 2015 pk 03.20 WIB dari http://www.wri-irg.org/node/10945 Lionsgate. (2015). Lionsgate Key Lines Of Business. Senin, 08 Juni 2015 pk 03.29 WIB dari http://www.lionsgate.com/corporate/ Murniati, A. Nunuk P. (2015). Getar Gender. Selasa, 26 Mei 2015 pk 01.34 WIB dari https://books.google.co.id/books?id=lIN4wkoTm_gC&pg=PR26&lpg=PR26&dq=definisi+fe minisme&source=bl&ots=TTPAVvc5y3&sig=TMNuaPo3bwdqCLBjjTBLhYjnvJQ&hl=id& sa=X&ei=8n9kVdzuFZG1uQTtn4PwDg&ved=0CCsQ6AEwAQ#v=onepage&q=definisi%2 0feminisme&f=false Nimer, Mohammed Abu. (2010). Nirkekerasan dan Bina Damai dalam Islam: Teori dan Praktik. Kamis, 18 Juni 2015 pk 02.14 WIB dari https://books.google.co.id/books?id=8LEzk27jBoQC&pg=PA10&lpg=PA10&dq=definisi+p asifisme&source=bl&ots=tZtY__E44&sig=5Q6JfmcZSELFoW8K9HXniLKC2Eo&hl=en&sa=X&ved=0CCMQ6AEwATgKah UKEwjtkrWl-JTGAhUHgLwKHRK8AJw#v=onepage&q=definisi%20pasifisme&f=false
Riantrisnant, Ruly. (2014). Divergent, Perlawanan Gadis Muda di Tengah Politik Faksi. Rabu, 10 Juni 2015 pk 21.19 WIB dari http://showbiz.liputan6.com/read/2030138/divergentperlawanan-gadis-muda-di-tengah-politik-faksi Rofiah, Roth,
Fikrotur. (2013). Kajian Pustaka. Rabu, 13 Mei 2015 pk 03.11 WIB http://www.eurekapendidikan.com/2014/12/kajian-pustaka.html Veronica. (2014). Veronica Roth. Senin, 08 Juni http://veronicarothbooks.blogspot.com/p/books.html
2015
pk
03.27
WIB
dari dari
Rulianto, Angga. (2013) .Trailer Terbaru Film Divergent Ancam Nyawa Shailene Woodley. Senin, 08 Juni 2015 pk 00.54 WIB dari http://www.muvila.com/movies/watch-out/trailer-terbaru-filmdivergent-ancam-nyawa-shailene-woodley-1308260-page4.html Rulianto, Angga. (2014). JAFF 2014: Sutradara Feminis dan Persepsi Penonton. Rabu, 18 Februari 2015 pk 00.12 WIB dari http://www.muvila.com/movies/reportage/jaff-2014-sutradarafeminis-dan-persepsi-penonton-1412041.html Shin, Claudia. (2014). Red Wagon Entertainment. Senin, 08 Juni 2015 pk 03.29 WIB http://www.redwagonentertainment.com/
dari
Summit Entertainment. (2014). Divergent. Senin, 08 Juni 2015 pk 03.24 WIB http://divergentthemovie.com/
dari
Surahman, Sigit. (2015). Media Film sebagai Konstruksi dan Representasi Sosial. Selasa, 11 Agustus 2015 pk 02.33 WIB dari http://www.academia.edu/9613958/Media_Film_Sebagai_Konstruksi_dan_Representasi Wikia. (2006). Red Wagon Entertainment. Senin, 8 Juni 2015 pk 03.54 WIB dari http://logos.wikia.com/wiki/Red_Wagon_Entertainment Youtube. (2015). Umild Ini Baru Cowo. Kamis, 18 Juni 2015 pk 02.14 WIB dari https://www.youtube.com/watch?v=F__WGuzYAdA Youtube. (2015). Iklan L-Men Gain Mass terbaru 2015 versi Kenny Auztin. Kamis, 18 Juni 2015 pk 02.14 WIB dari https://www.youtube.com/watch?v=fONCpqlCee8
RIWAYAT PENULIS Kenwin Wangsaputri lahir di kota Jakarta pada 23 Januari 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Ilmu Komunikasi pada tahun 2015.