NILAI – NILAI PENDIDIKAN BIRRUL WALIDAIN DALAM NOVEL ADA SURGA DI RUMAHMU KARYA OKA AURORA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Oleh
Yumna Hidayatin NIM 1111011000010
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2015 M
F
LEMB AIi PEN
G,E
S
AIIT\N PEN,IBIMBIN G SI(RI
PS
I
Skripsi berjuclul Nilai-Nilai Penilicliliarr Birrul lf/aliclain dalam Novel zlclct Surgu
di
Rumahmu Karya Oka Aurora disusr-rn oieh Yumna Hidayatin, NIM.
1111011000010, Jumsan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguman, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahrllah Jakarla. Telah rnelalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya iimiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta,
0l
Desember 2015
Yang Mengesahkan,
Pembimbing I,
Pembimbing II,
199703 2 001
SURAT PENGESAHAN PENGUJI
Birrul W&lidain dalam Novel lda Surga cli Rumahmu Karya Oka Aurora" disusun oleh Yumna Hidayatin, Skripsi dengan judul "Nilai-Nilai Pendidikan
NIM.1111011000010. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 07 Januan 2076 di depan Dewan PengUji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (s.Pd.I). Jakarta, I I Januari 2016
Panitia Ujian Munaqasah Tanggal Ketua Panitia (Ketua Jurusan PAI) Dr.H. Abdul Majid Khon. M.Ae NrP.19s80707 198703 t 005
l4*l -%r/1
Sekretaris Jurusan Marhamah Shaleh. Lc. MA NIP. 19720313 200801 2010
lA- f . zole
Penguji I Siti Khadijah. MA NIP. 19700727 199703 2 004 Penguji II Drs. Rusludi Jamil. M.Ag NrP. 19621231 199503 1 005
//: ! : 29!{ Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilm
ruan (FITK)
203 1 001
*t-*, r Esiss
KEil{ENTERIAN AGAMA urN J.TKARTA F{TK
.-''
Jt-It.tt. Jx,rth.\i,95t:tput,il
-.- -
Dokumen
Terbit No. Revisi:
FORM (FR)
!5Jt:tt)."..,t,
SIIRAT
Saya
No.
Tgl.
:
FITK-FR-AKD-089
: :
I Maret 2010 0l
Hd
Ptr &,ruVATAAN
1/l
KARYA SENDIRI
yalg bertanda talgan di bawah ini,
Nama
. Yumna Hidayatin
Tempat/Tg[.Lahir
: Karawang, 19 November 1993
NIM
:
Jurusan I Prodi
: Pendidikan Agama
Judul Skripsi
:
i111011000010
,
Islarn r
:
Nilai-Nilai Pendidikan Birrul Walidain dalarn Novel
Ada Surgo di RumahmuKaryaOka Aurora Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing
I II
: Dr. H. Dimyati, :
MA
Dra. Mahmudah Fitriyah, ZA, M.Pd.
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggrurg jawab secara akadernis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh ujian Munaqasah.
Jakarta, 01 Desember 2015 Mahasiswa Ybs.
:F69DEADF4468 Yumna Hidayatin NIM. 1111011000010
b"
ABSTRAK Yumna Hidayatin (NIM: 1111011000010). Nilai-Nilai Pendidikan Birrul Walidain dalam Novel Ada Surga di Rumahmu Karya Oka Aurora. Tujuan penelitian dari novel Ada Surga di Rumahmu yaitu untuk menemukan nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang terdapat dalam novel tersebut dan untuk menemukan metode pendidikan yang digunakan untuk pendidikan birrul walidain dalam novel tersebut. Penelitian ini dapat memberikan manfaat, yaitu untuk memperkaya khazanah keilmuan bagi peneliti karya sastra, khususnya karya novel dan untuk referensi dalam dunia pendidikan agama Islam. Bagi para pembaca, penelitian ini bermanfaat untuk masukan dalam memahami suatu karya sastra dan sebagai rujukan dalam bidang pendidikan. Skripsi ini menggunakan jenis penelitian library research (penelitian kepustakaan) yakni suatu jenis penelitian yang mengacu pada khazanah kepustakaan seperti buku-buku, artikel, atau dokumen-dokumen lainnya. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode dokumentasi, yaitu suatu cara pencarian data melalui hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, dan sebagainya. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode content analysis (analisis isi) dan metode deskriptif. Analisis isi digunakan untuk mengungkap, memahami, dan menangkap isi karya sastra, sedangkan metode deskriptif untuk membahas objek penelitian secara apa adanya sesuai dengan data-data yang diperoleh. Penelitian ini menemukan beberapa nilai pendidikan birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu Karya Oka Aurora yaitu: berbicara lemah lembut kepada orangtua, menaati perintah orangtua, bersikap santun kepada orangtua, menafkahi orangtua, mengutamakan kepentingan orangtua, meminta izin dan restu orangtua, mendoakan orangtua, membantu pekerjaan orangtua, menjaga silaturahim dengan orangtua, mendoakan dan menziarahi kubur orangtua yang sudah meninggal. Adapun metode pendidikan yang digunakan untuk pendikan birrul walidain dalam novel ini meliputi: metode nasihat, metode teladan, dan metode kisah.
Kata Kunci: Pendidikan Birrul Walidain, Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel.
i
ABSTRACT Yumna Hidayatin (NIM: 1111011000010). Birrul Walidain Educational Values of Ada Surga di Rumahmu, a Novel by Oka Aurora. The aims of the research of the novel Ada Surga di Rumahmu are to find out the values of Birrul Walidain education and also to find out the methods of education which used for Birrul Walidain education in the novel. This research gives some benefits not only for the writer but it also gives some benefits for the reader. The benefits are to enrich the knowledge for literature researcher, especially research of the novel, and to give some references for Islamic education. For the reader, this research is also used as the input in understanding a literature and as a reference in the field of education. This research used library research which refers to literature such as books, articles, or other documents. Technique of collecting data in this research used documentation method. It is one of the way in collecting the data through things or variable in the form of notes, transcripts, books, and so on. In analyzing the data, the researcher used content analysis method and descriptive method. This content analysis is used to uncover, understand, and to catch the content of literature work. While the descriptive method, it is to describe object of the research according to the data obtained. The result of this research showed some Birrul Walidain education values of Ada Surga di Rumahmu, a novel by Oka Aurora such as: speaking gently to parents, obeying parents’ words, being polite to parents, feeding up parents, putting the parents’ priority first, asking for parents’ blessing, praying for parents, helping parents’ works, keeping a good relationship to parents, praying for and pilgrimming parents who have passed away. The methods of education used for Birrul Walidain education in the novel are counsel method, modeling method, and story method.
Keywords: Birrul Walidain Education, Values Education in the Novel.
ii
KATA PENGANTAR
الرحيم ّ الرحمن ّ بسم هللا Assalamu’alaikum Warahmatullâhi Wabarakâtuh Kiranya tiada kalimat yang pantas diucapkan selain Alhamdulillâh, yang merupakan kalimat terindah yang dapat penulis sampaikan. Segala puji hanya bagi Allah, merupakan manifestasi rasa syukur terhadap kehadirat Ilâhi Rabbi dengan rahmat dan hidâyahnya telah menghadiahkan anugerah yan begitu mahal nilainya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Şalawat dan salâm semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw, orang yang begitu mencintai kita sehingga diakhir hayatnya yang beliau sebut dan kenang hanyalah kita umatnya. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Menyadari bahwa suksesnya penulis dalam menyelesaikan skripsi ini bukan semata-mata karena usaha penulis sendiri, melainkan tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, baik batuan moril ataupun materil. Oleh karena itu sudah menjadi kepatutan untuk penulis sampaikan penghargaan yang tulus dan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). 2. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag. dan Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA, Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam. Semoga kebijakan yang telah dilakukan selalu mengarah kepada kontinuitas eksistensi mahasiswanya. 3. Dr. H. Dimyati, M.A dan Dra. Mahmudah Fitriyah, ZA, M.Pd, pembimbing skripsi yang telah memberikan perhatian, bimbingan, iii
iv
nasehat, kritik dan saran, serta motivasi yang besar dalam proses penulisan skripsi ini. 4. Yudhi Munadi MA, dosen pebimbing akademik yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pelayanan konsultasi bagi penulis. 5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis dapat memahami berbagai materi perkuliahan. 6. Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan berbagai referensi yang menunjang dalam penulisan skripsi ini. 7. Orang tua penulis, yaitu: Dr. H. Sapiudin Shidiq, MA. dan Dra. Hj. Yayah Sopiah yang telah merawat, mendidik putra-putrinya dengan tulus ikhlas, dan mencukupi kebutuhan moril dan materil serta membimbing, memotivasi dan mendo’akan penulis dalam menempuh langkah hidup di dunia yang sementara ini. 8. Adik-adikku tersayang, M. Ali Haidar, Halwa Shaima, dan M. Fawaz Khatami yang selalu memberikan semangat kepada penulis, semoga kita selalu menjadi anak-anak yang bisa membanggakan kedua orang tua kita. 9. Tubagus Wahyudi, ST., MSi., MCHt, CHI., guru sehat Kahfi BBC Motivator School yang selalu memberikan motivasi, inspirasi, dan banyak pelajaran kehidupan sehingga penulis selalu optimis dalam menyelesaikan skripsi. 10. Teman-teman sejawat jurusan PAI angkatan 2011, khususnya sahabat PAI A yang selalu ada untuk menemani, membimbing, dan terus memberikan semangat kepada penulis. 11. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah berjasa membatu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
v
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan pahala dan rahmat Allah SWT. Dan semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Âmîn Yâ Robbal `Âlâmîn.
Jakarta, 01 Desember 2015
Yumna Hidayatin
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Konsonan Tunggal No.
Huruf Arab
Huruf Latin
No.
Huruf Arab
Huruf Latin
1
ا
Tidak
16
ط
ţ
dilambangkan
2
ب
B
17
ظ
ť
3
ت
T
18
ع
‘
4
خ
Ś
19
غ
ġ
5
ج
J
20
ف
f
6
ح
H
21
ق
q
7
خ
Kh
22
ك
k
8
د
D
23
ل
l
9
ذ
Ż
24
م
m
10
ر
R
25
ن
n
11
ز
Z
26
و
w
12
س
S
27
ه
h
13
ش
Sy
28
ء
`
14
ص
Ş
29
ي
y
15
ض
Đ
30
ة
h
2. Vokal Tunggal Tanda
Huruf Latin
َـ
A
َـ
I َـ
U
vi
vii
3. Vokal Rangkap Tanda dan Huruf
Huruf Latin
ْـَي
Ai
ْــَو
Au
4. Mâdd Harakat dan Huruf
Huruf Latin
َ ــْا
â
ْــِي
Î
ْــُو
ȗ
5. Tâ’ Marbuţah Tâ’ Marbuţah hidup translitrasiya adalah /t/. Tâ’ Marbuţah mati transliterasinya adalah /h/. Jika pada suatu kata yang akhir katanya adalah Tâ’ Marbuţah diikuti oleh kaya sandang al, serta kata kedua itu terpisah maka Tâ’ Marbuţah itu ditransliterasikan dengan /h/. Contoh: = حديقةَالحيواناتhadîqat al-hayawânât atau hadîqatul hayawânât = المدرسةَاإلبحدائيّةal-madrasat
al-ibtidâ`iyyâh
atau
al-madrasatul
ibtidâ`iyyâh
6.
Syaddah (Tasydîd) Syaddah/tasydid ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah (digandakan). َعلَّن
Ditulis
‘allama
َيك ّرر
Ditulis
yukarriru
7. Kata Sandang a. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan dengan huruf yang mengikuti dan dihubungkan dengan kata sambung/hubung.
viii
Contoh: َصالة َّ = الaş-şalâtu b. Kata sadang diikuti dengan hufuf Qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh: َ =َالفلكal-falaqu
8. Penulisan Hamzah a. Bila hamzah terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan dan ia seperti alif, contoh: َ =َأك ْلثakaltu
َ = أ ْوجيȗtiya
b. Bila di tengah dan di akhir, ditransliterasikan dengan aprostof, contoh: = جأكلونta’kulȗna
َ = شيْئsyai`un
9. Huruf Kapital Huruf kapital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata sandangnya. Contoh: = القرآنal-Qur`ân المدينةَالمنورة = al-Madînatul Munawwarah ّ
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK ................................................................................................................ i ABSTRACT .............................................................................................................. ii KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................. vi DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 6 C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 6 D. Perumusan Masalah ....................................................................................... 7 E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ............................................................ 7 BAB II : KAJIAN TEORI A. Pendidikan Birrul Walidain ........................................................................... 9 1. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Birrul Walidain ................................. 9 2. Metode Pendidikan Islam ........................................................................ 11 3. Keutamaan Birrul Walidain ..................................................................... 15 4. Bentuk-Bentuk Birrul Walidain ............................................................... 17 5. Berkah Birrul Walidain............................................................................ 22 B. Konsep Novel ................................................................................................. 24 1. Pengertian Novel ...................................................................................... 24 2. Unsur-Unsur Novel .................................................................................. 26 C. Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................................... 31
ix
x
D. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 33 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Model dan Langkah-Langkah Penelitian ....................................................... 35 B. Satuan Analisis ............................................................................................... 36 C. Prosedur Analisis ........................................................................................... 37 D. Teknik Analisis .............................................................................................. 38 BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ................................................................................................ 40 1. Sinopsis Novel Ada Surga di Rumahmu .................................................. 40 2. Unsur Intrinsik ......................................................................................... 43 a. Tema Novel ........................................................................................ 43 b. Latar ................................................................................................... 43 c. Alur .................................................................................................... 49 d. Penokohan .......................................................................................... 49 e. Sudut Pandang ................................................................................... 52 3. Unsur Ekstrinsik (Biografi Oka Aurora) .................................................. 53 B. Hasil Analisis Data ........................................................................................ 55 C. Pembahasan Hasil Analisis Data.................................................................... 58 1.
Nilai-Nilai Pendidikan Birrul Walidain dalam Novel Ada Surga di Rumahmu Karya Oka Aurora .................................................................. 59 a. Berbicara Lemah Lembut kepada Orangtua ...................................... 59 b. Menaati Perintah Orangtua ................................................................ 61 c. Bersikap Santun kepada Orangtua ..................................................... 63 d. Menafkahi Orangtua .......................................................................... 66 e. Mengutamakan Kepentingan Orangtua ............................................. 67 f. Meminta Izin dan Restu Orangtua ..................................................... 70 g. Mendoakan Orangtua ......................................................................... 71 h. Membantu Pekerjaan Orangtua .......................................................... 73
xi
i. Menjaga Silaturahim dengan Orangtua.............................................. 74 j. Mendoakan dan Menziarahi Kubur Orangtua yang Sudah Meninggal ............................................................................................................ 75 2.
Metode Pendidikan yang Digunakan untuk Pendidikan Birrul Walidain dalam Novel Ada Surga di Rumahmu Karya Oka Aurora ...................... 76 a. Metode Nasihat .................................................................................. 76 b. Metode Keteladanan .......................................................................... 79 c. Metode Kisah ..................................................................................... 82
BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................................... 84 B. Implikasi ........................................................................................................ 85 C. Saran .............................................................................................................. 85 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 87 LAMPIRAN- LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel IV.1 : Temuan Nilai-Nilai Pendidikan Birrul Walidain dalam Novel Ada Surga di Rumahmu Karya Oka Aurora .......................................................... 55 Tabel IV.2 : Temuan Metode Pendidikan Birrul Walidain dalam Novel Ada Surga di Rumahmu Karya Oka Aurora ............................................................... 57
xii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I
: Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran II
: Daftar Uji Referensi
Lampiran III : Identitas Buku
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbakti kepada orangtua merupakan hal yang sangat penting dalam ajaran Islam. Adapun kondisi berbakti kepada orang tua lebih disukai oleh Allah Swt. daripada berjihad di jalan Allah Swt. Hal ini tercermin dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang berbunyi:
ِ ع ْب ِد ه :اَّللِ؟ قَا َل ي ْالعَ َم ِل أ َ َحبُّ إِلَى ه صلهى ه َ ُاَّلل َ ع ْن َ َ علَ ٌْ ِه َو َ :اَّلل قَا َل َ ً ُّ َ سله َم أ سأ َ ْلتُ النهبِ ه ُ ْال ِج َهاد: ي ؟ قَا َل ال ه َ ُ ص ََلة ٌّ َ ث ُ هم أ: قَا َل, ث ُ هم بِ ُّر ْال َوا ِلدٌَ ِْن:ي؟ قَا َل ٌّ َ ث ُ هم أ: قَا َل,علَى َو ْقتِ َها ِ س ِبٌ ِل ه )اَّلل (رواه البخاري َ ًِف Abdullah bin Mas’ud bertanya kepada Rasulullah Saw.: “Amal apakah yang paling Allah cintai?” Rasulullah Saw menjawab: “Shalat pada waktunya” Abdullah bin Mas’ud bertanya kembali: “Kemudian apa?” Rasulullah Saw menjawab: “Berbakti kepada kedua orangtua” “Kemudian apa?” tanya Abdullah bin Mas’ud.
Rasulullah Saw menjawab: “Berjihad di jalan Allah” (H.R.
1
Bukhari)
Menurut al-Asqalani dalam Fathul Bâri, sebagian ulama berkata hadis tersebut sesuai dengan Firman Allah Swt. di dalam surat Luqman ayat 14 yang berbunyi:
Artinya: ”Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. [bersyukurlah 1
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari Jilid 3, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), h. 334.
1
2
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S. Luqman [31]: 14)2 Firman Allah Swt. tersebut dijelaskan dalam tafsir Ibnu Uyainah yang berbunyi, “Barang siapa shalat lima waktu, maka ia telah berterimakasih kepada Allah Swt.; dan barangsiapa berdoa untuk kedua orangtuanya setelah shalat, maka ia berterimakasih kepada mereka.”3 Firman Allah Swt. dalam surat Luqman tersebut telah menunjukkan bahwa betapa besar apresiasi yang diberikan Allah Swt. kepada orangtua. Manusia tidak hanya diperintahkan untuk bersyukur kepada Allah Swt, tetapi diperintahkan pula untuk bersyukur kepada orangtua berkat jasa-jasa yang diberikan orangtua kepada anaknya. Syukur yang dimaksud ayat di atas adalah menghormati orangtua dengan memberikan bakti sebaik mungkin kepada mereka. Fenomena yang terjadi saat ini, masih banyak anak yang belum memperlakukan orangtuanya dengan baik, salah satunya sebuah kasus yang diungkap di tribunnews.com. “Seorang anak merasa ibunya membuat beban hidupnya semakin berat. Ia memukuli ibunya yang telah renta di sebuah rumah susun di daerah Lower Delta Road, Singapura.”4 Fenomena tersebut sangat memprihatinkan dan bertolak belakang dengan ajaran agama Islam. Pengorbanan orangtua yang begitu besar dibalas dengan perbuatan keji. Dunia pendidikan, sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan perilaku, akhlak seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan, agar siswa memahami dan dapat melakukan perubahan pada dirinya.5 Sebagaimana tujuan pendidikan nasional yaitu menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkerpribadian, mandiri, maju, tangguh,
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h.
412. 3
Al-Asqalani, op. cit., h. 335. Suryamalang, Anak Durhaka Pukuli Ibu, Picu Murka Warga Singapura, 2015, (http://suryamalang.tribunnews.com/2015/07/28/video-anak-durhaka-pukuli-ibu-picu-murkawarga-singapura). 5 A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), h. 109. 4
3
cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja profesional serta sehat jasmani dan rohani.6 Beberapa cara yang ditempuh pendidikan untuk membina akhlak yaitu dengan pembiasaan, keteladanan, kisah, dan lain-lain. Imam Ghazali mengatakan bahwa kepribadian manusia pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Al-Ghazali menganjurkan agar membiasakan seseorang melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah, hingga murah hati dan murah tangan itu menjadi bi’atnya yang mendarah daging.7 Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi, dan larangan, sebab tabiat jiwa manusia untuk menerima keutamaan tidak cukup hanya dengan perkataan. Pendidikan tidak akan sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata.8 Kisah atau cerita sebagai suatu metode pendidikan ternyata mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita itu, dan menyadari pengaruhnya yang besar terhadap perasaan. Oleh karena itu Islam mengeksploitasi cerita itu untuk dijadikan salah satu teknik pendidikan.9 Digunakan berbagai jenis cerita yang menampilkan suatu contoh kehidupan manusia yang dimaksudkan agar kehidupan manusia bisa seperti pelaku yang ditampilkan oleh contoh tersebut. Kisah-kisah tersebut dapat kita peroleh juga dari berbagai karya sastra. Menurut M. Atar Semi, sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.10 Karya sastra merupakan karya yang mengandung banyak nilai-nilai bagi kehidupan manusia.Perlu ditegaskan kembali
6
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h.
143. 7
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h. 164. Ibid, h. 165. 9 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 97. 10 M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 8. 8
4
bahwa objek seni sastra adalah pengalaman hidup manusia terutama yang menyangkut sosial budaya, kesenian, dan sistem berpikir.11 Sastra sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, sastra lebih berperan menggerakkan hati dan perasaan daripada mengajarkan dalam pengertian kognitif. Sastra memberi kenikmatan kepada pembaca sehingga ia hadir untuk memberikan rasa senang, kesenangan yang menghibur dan memuaskan. Hiburan yang memuaskan dalam karya sastra mengandung manfaat yang melibatkan berbagai aspek kehidupan yang menunjang atau mempengaruhi cara berpikir, bersikap, berperasaan, bertindak secara verbal atau nonverbal. Atau minimal, ada perubahan dalam memandang sesuatu terkait antara sebelum dan sesudah membaca cerita fiksi.12 Sastra mempunyai peran sebagai salah satu alat pendidikan yang seharusnya dimanfaatkan dalam dunia pendidikan, karena sastra memiliki andil yang tidak kecil dalam usaha pembentukan dan pengembangan kepribadian. Jika dimanfaatkan secara benar dan dilakukan dengan strategi yang benar pula, sastra diyakini mampu berperan dalam pengembangan manusia yang seutuhnya dengan cara yang menyenangkan.13 Bentuk karya fiksi yang terkenal dewasa ini adalah novel. Novel merupakan prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun.14 Pada saat ini, tidak semua novel dapat menjadi bacaan yang baik, maraknya penerbitan novel remaja yang tidak mementingkan isi.15 Sebaiknya kita membaca novel yang dapat menghibur dan mendidik, dengan demikian setelah membaca, kita mendapatkan pelajaran berharga yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
11
Ibid. Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2013), h. 433. 13 Ibid, h. 434. 14 Ensiklopedi Sastra Indonesia, (Bandung: Angkasa, 2007), h. 546. 15 Agus Trianto, Bahasa Indonesia Jilid 2, (Erlangga, 2007), h. 48. 12
5
Novel yang mendidik memiliki peranan penting terhadap masyarakat, karena novel bukan hanya sekedar menyajikan wacana dan cerita kepada masyarakat, akan tetapi novel juga sangat berperan dalam kehidupan masyarakat, terlihat dari seorang penulis atau sastrawan dapat dikatakan sebagai pejuang moral karena mereka berupaya agar si pembaca dapat mengetahui dan memahami apa yang ada dalam alur cerita novel tersebut sehingga dapat menggugah perasaan si pembaca. Novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora ini merupakan salah satu karya sastra yang banyak memberi pesan mengenai nilai-nilai pendidikan birrul walidain bagi pembacanya. Oka Aurora mengisahkan seorang anak yang selalu memuliakan orangtuanya, kebaktiannya kepada orangtua sangat penting untuk ditiru. Tidak hanya itu, orang tua dan keluarga dari tokoh utama (Ramadhan) selalu berpegang teguh pada nilai-nilai Islam. Berbagai macam cobaan yang dilalui keluarga Ramadhan sangat memberikan teladan kepada para pembaca untuk selalu berada di jalan Allah swt. Salah satu komentar pembaca yang telah membaca buku ini, Dini Fitria, penulis Scappa per Amore, berpendapat : “Kisah pertautan antara orang tua, guru, dan anak yang menginspirasi hingga melahirkan ketakjuban. Di mana ridha orang tua dan semangat membara dari guru menjadi mercusuar yang tak pernah mati”. 16 Pendapat tersebut menggambarkan bahwa novel Ada Surga di Rumahmu mampu memberikan motivasi kepada generasi muda dan bangsa untuk selalu mencari ridho orang tua dan menghormati guru agar senantiasa mendapatkan kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat. Di antara sekian banyak novel populer yang hanya mementingkan hiburan dan komersial, novel Ada Surga di Rumahmu ini menonjolkan nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang bermanfaat bagi pembacanya. Namun, peranan orang tua juga sangat penting dan diperlukan untuk membimbing dan mengambil hikmah nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang terkandung dalam novel 16
Oka Aurora, Ada Surga di Rumahmu, (Jakarta: Noura Books, 2015).
6
tersebut. Selain itu, novel ini juga menampilkan beberapa metode yang digunakan untuk pendidikan birrul walidain. Pengamalan birrul walidain dalam setiap kesempatan yang ditokohi oleh Ramadhan membuat peneliti tertarik untuk mengadakan analisis novel dengan judul: “NILAI-NILAI PENDIDIKAN BIRRUL WALIDAIN DALAM NOVEL ADA SURGA DI RUMAHMU KARYA OKA AURORA”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Karya sastra termasuk di dalamnya novel, belum banyak dimanfaatkan sebagai alat pendidikan. 2. Novel sebagai karya sastra lebih dilihat dari fungsinya untuk mempengaruhi emosi pembaca, belum ditekankan pada penerapan nilainilai pendidikannya dalam kehidupan sehari-hari. 3. Dari sekian banyak novel yang beredar, tidak semua novel mengandung tema pendidikan. Novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora tampil sebagai salah satu novel bertema pendidikan yang sampai saat ini belum ada yang mengkaji.
C. Pembatasan Masalah Agar terhindar dari meluasnya pembahasan dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada novel yang berjudul Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora yang sampai saat ini belum ada yang mengkaji. Selain itu peneliti hanya memfokuskan pada permasalahan: 1. Nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang terkandung dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora.
7
2. Metode pendidikan yang digunakan untuk pendidikan birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu: 1. Apa saja nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang terkandung dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora? 2. Apa saja metode pendidikan yang digunakan untuk pendidikan birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora?
E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian 1. Tujuan penelitian Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: a. Mengetahui nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang terkandung
dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora. b. Mengetahui metode pendidikan yang digunakan untuk pendidikan
birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: a. Manfaat Teoritis 1) Diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan mengenai nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang terdapat dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora. 2) Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi peneliti mengenai nilainilai pendidikan birrul walidain yang terdapat dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora.
8
3) Untuk memperkaya khazanah keilmuan bagi peneliti karya sastra novel selanjutnya. 4) Untuk referensi dalam dunia pendidikan agama Islam. b. Manfaat Praktis 1) Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi para pembaca dalam mengaplikasikan nilai pendidikan birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora dalam kehidupan sehari-hari. 2) Diharapkan
menjadi
bahan
refleksi
yang
mengena
tanpa
menggurui sehingga masyarakat khususnya umat muslim dapat mengamalkan nilai pendidikan birrul walidain dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan Birrul Walidain 1. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Birrul Walidain Dalam membahas nilai-nilai pendidikan birrul walidain perlu diketahui pengertian dari nilai
dan juga pengertian pendidikan birrul
walidain. Dalam kamus Bahasa Indonesia, “Nilai memiliki arti sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.”1 Tidak ada sebuah nilai apabila tidak ada sesuatu yang menyemat nilai tersebut, jadi sebuah nilai akan sangat tergantung pada pengembannya. Menurut Abu Ahmadi dan Noor Salimi, “nilai merupakan seperangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun perilaku.”2 Istilah pendidikan berasal dari kata dasar “didik”, yang artinya “memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.”3 Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 menyebutkan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”4
1
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 690. 2 Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 202. 3 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 232. 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Visimedia, 2007), h. 2.
9
10
Menurut John Dewey, “pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.”5 Muhibbin Syah mendefinisikan pendidikan sebagai “tahapan-tahapan kegiatan mengubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang melalui upaya pengajaran dan pelatihan.”6 Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.
7
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mewujudkan kecerdasan pikiran, akhlak, dan keterampilan melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Berbakti kepada kedua orang tua dalam bahasa Arab disebut birrul walidain. Ia terdiri dari kata birr (kebaktian, kebajikan), dan alwalidain (dua orang tua). Dengan demikian, secara harfiyah kata birrul walidain berarti berbakti atau berbuat kebajikan kepada kedua orang tua.8 Istilah berbakti kepada orang tua merupakan terjemahan yang diambil dari istilah Al-Qur‟an, yaitu bil walidaini ihsana. Menurut Quraish Shihab, maksud dari berbuat baik kepada orang tua yaitu dengan memberikan kebaikan dan kegembiraan kepada keduanya dengan semampu kita dan mencegah gangguan terhadap keduanya melebihi perlakuan yang kedua orang tua berikan kepada kita9 Berdasarkan pengertian pendidikan dan birrul walidain tersebut, maka dapat diketahui bahwa yang dimaksud pendidikan birrul walidain
5
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h.
2. 6
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 32. Hasbullah, op. cit., h. 1. 8 Salafuddin Abu Sayyid, Surga di Telapak Kaki Bunda, (Surakarta: Wacana Ilmiah Press, 2010), h. 17. 9 M. Quraish Shihab, Birrul Walidain, (Tangerang: Lentera Hati, 2014), h. 89. 7
11
adalah proses atau usaha yang dilakukan untuk menjadikan seseorang, anak yang berbakti dan menggembirakan orangtua. Dari berbagai definisi di atas, maka dapat diketahui nilai-nilai pendidikan birrul walidain adalah sifat-sifat atau hal yang perlu ditanamkan pada diri seseorang agar menjadi anak yang berbakti kepada orangtua.
2. Metode Pendidikan Islam Sebuah ungkapan populer yang kita kenal dalam dunia proses belajar mengajar yaitu “metode jauh lebih penting dari pada materi”. Demikian urgennya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran, sebuah proses belajar mengajar (PBM) bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam proses tersebut tidak menggunakan metode. Karena metode memiliki posisi kedua terpenting setelah tujuan dari sederetan komponen-komponen pembelajaran: tujuan, metode, materi, media, dan evaluasi.10 “Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata: yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “dhos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilaalui untuk mencapai tujuan.” 11 “Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.”12 Dari berbagai pengertian metode dapat disimpulkan bahwa metode pendidikan Islam adalah cara yang digunakan oleh pendidik dalam melaksanakan proses pendidikan Islam untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. 10
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2012), h. 109. 11 Ibid, h. 40. 12 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h. 193.
12
Adapun metode pendidikan Islam adalah sebagai berikut: a. Metode Pembiasaan Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah “biasa”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia , “biasa” adalah “1) . Lazim atau umum; 2). Seperti sedia kala; 3). Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari, 4). Sudah seringkali.”
13
Dengan adanya prefiks “pe”
dan sufiks “an” menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu/ seseorang menjadi terbiasa.14 Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Pembiasaan dinilai sangat efektif jika penerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang berusia kecil. Karena memiliki “rekaman” ingatan yang kuat dan kondisi kepribadiannya yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari. Oleh karena itu, sebagai awal daam proses pendidikan, pembisaan merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai moral ke dalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia mulai melangkah ke usia remaja dan dewasa.15 b. Metode Perumpamaan (Amtsal) Metode perumpamaan (amtsal), yakni metode yang digunakan oleh pendidik dengan cara mengambil perumpamaan-perumpamaan dalam ayatayat al-Qur‟an untuk diketahui dan diresapi peserta didik, sehingga peserta didik dapat mengambil pelajaran dari perumpamaan tersebut.16
13
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 129. 14 Arief, op. cit., h. 110. 15 Ibid. 16 A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008), h.144.
13
c. Metode Kisah Metode kisah mengandung arti suatu cara dalan menyampaikan materi pelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja.Metode kisah merupakan salah satu metode pendidikan yang mashur dan terbaik, sebab kisah itu mampu menyentuh jiwa jika didasari oleh ketulusan hati yang mendalam.17 d. Metode Targhîb dan Tarhîb Metode targhîb dan tarhîb, yakni metode yang digunakan pendidik dengan cara memberikan
targhîb (janji-janji kesenangan, kenikmatan
akhirat yang disertai bujukan) dan tarhîb (ancaman karena melakukan perbuatan dosa). Metode ini dimaksudkan agar peserta didik melaksanakan perbuatan yang diperintahkan dan menjauhi larangan Allah Swt.18 e. Metode Diskusi “Diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.”
19
Oleh karena
itu, diskusi bukan lah debat yang bersifat adu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. “Metode diskusi berfungsi untuk merangsang murid berfikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai persoalan-persoalan yang kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara
17
Arief, op. cit.,h. 160. Yasin, op. cit., h.. 145. 19 Majid, op. cit., h. 200. 18
14
saja, tetapi memerlukan wawasan/ilmu pengetahuan yang mampu mencari jalan terbaik (alternatif terbaik).”20 f. Metode Keteladan Bila dicermati historis pendidikan di zaman Rasulullah Saw. dapat dipahami bahwa salah satu faktor terpenting yang membawa beliau kepada keberhasilan adalah keteladanan (uswah). Rasulullah ternyata banyak memberikan keteladanan dalam mendidik sahabatnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, bahwa “keteladanan” dasar katanya “teladan” yaitu: “(Perbuatan atau barang dsb,) yang patut ditiru dan dicontoh.”21 Oleh karena itu keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh. Sebagai pendidikan yang bersumber kepada Al-qur‟an dan Sunnah Rasulullah, metode keteladanan tentunya didasarkan kepada kedua sumber tersebut. Dalam Al-qur‟an, “keteladanan” diistilahkan dengan kata Uswah, kata ini berada dalam Firman Allah Swt.:
Artinya:“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 21)22 Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad Saw. ke bumi ini adalah sebagai contoh atau tauladan yang baik bagi umatnya. Beliau selalu terlebih dahulu mempraktekkan semua 20
Arief, op. cit., h. 146. Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 1025. 22 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h. 420. 21
15
ajaran yang disampaikan Allah sebelum menyampaikan kepada umat, sehingga tidak ada celah bagi orang-orang yang tidak senang untuk membantah dan menuduh bahwa Rasulullah Saw. hanya pandai bicara dan tidak pandai mengamalkan. Praktek “uswah” ternyata menjadi pemikat bagi umat untuk menjauhi semua larangan yang disampaikan Rasulullah dan mengamalkan semua tuntunan yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw, seperti melaksanakan ibadah, shalat, puasa, nikah. dll.23 Metode
keteladanan
sebagai
suatu
metode
digunakan
untuk
merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh keteladanan yang baik kepada siswa agar mereka dapat berkembang biak secara fisik maupun mental dan memiliki akhlak yang baik dan benar. Keteladanan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pendidikan ibadah, akhlak, kesenian, dll.24 g. Metode Nasihat (mau’izdah) Metode Nasihat (mau’izdah) yaitu metode yang digunakan oleh pendidik dalam proses pendidikan dengan cara memberi nasihat-nasihat yang baik dan dapat dipercaya, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman oleh peserta didik untuk bekal kehidupan sehari-hari.25
3. Keutamaan Birrul Walidain Birrul Walidain merupakan salah satu ajaran Islam yang utama dan tindakan yang mulia. Dikatakan demikian, karena dengan berbakti kepada orangtua berarti kita telah menjalankan dua hal sekaligus, yaitu melaksanakan perintah Allah Swt, dan berbuat baik kepada sesama makhluk Allah Swt, kedua-duanya merupakan tindakan atau perilaku yang sangat terpuji.
23
Arief, op. cit., h. 119. Ibid, h. 120. 25 Yasin, op. cit., h.145. 24
16
Allah Swt. memberikan penghargaan yang sangat besar kepada anak yang berbakti kepada orangtuanya. Bahkan Allah Swt. mensejajarkan bakti kepada orang tua dengan shalat dan jihad.26 Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah Saw.: Dari Abdullah bin Mas‟ud, aku bertanya kepada Rasulullah Saw.: “Amal apakah yang paling Allah cinta?” Beliau bersabda: “Shalat pada waktunya” Aku bertanya kembali: “Kemudian apa?” Nabi Saw. bersabda: “Berbakti kepada Kedua Orangtua” Aku bertanya : “Kemudian apa?” Nabi Saw. bersabda: “Berjihad di Jalan Allah”. (H.R. Bukhari)27 Anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya juga akan memiliki nilai ibadah melebihi ibadahnya orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah Swt.28 Hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah Saw., dalam sebuah hadis yag berbunyi: Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash ada seorang yang menemui Nabi Saw., lalu berkata: “Aku hendak membaiatmu untuk berhijrah dan berjihad dalam rangka mengharap pahala dari Allah” Nabi bertanya kepada keduanya, “ Apakah di antara kedua orang tuamu ada yang masih hidup?” “Ya, keduaduanya masih hidup.” jawabnya. Nabi bertanya, “Engkau mengharap pahala dari Allah?” “Ya” jawabnya. Nabi bersabda: “Pulanglah, temui keduanya dan sikapilah keduanya dengan baik.” (H.R. Muslim). Berdasarkan kedua hadis diatas, maka dapat diketahui bahwa birrul walidain lebih disukai oleh Allah daripada berjihad di jalan Allah karena orang yang berbakti kepada orang tua akan bernilai jihad jika diniatkan karena Allah swt.
26
Hamli Syaifullah, Rahasia Keajaiban Berbakti kepada Ibu, (Jakarta: Al-Maghfiroh, 2013), h. 165. 27 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari Jilid 3, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), h. 334. 28 Syaifullah, op. cit., h. 173.
17
4. Bentuk-Bentuk Birrul Walidain a. Birrul Walidain yang Masih Hidup Birrul walidain (berbakti kepada orang tua) adalah kewajiban setiap anak. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk berbakti kepada orang tua, diantaranya adalah: 1) Menaati Perintah Orangtua Taat kepada orangtua merupakan salah satu wujud ketaatan kepada Allah Swt. Semua perintah orangtua yang tidak melanggar perintah Allah wajib ditaati. Adapun jika orang tua memerintahkan kepada kemaksiatan kita boleh menolaknya.29 2) Berbicara Lemah Lembut kepada Orangtua Berbicara dengan sopan, lemah lembut, dan mempergunakan katakata mulia adalah kewajiban anak kepada orangtuanya.30 Hal ini terdapat dalam al-Qur`ân surat Al-Isra ayat 23 yang berbunyi:
Artinya: “dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.”(AlIsra [17]: 23)31 29
Mahmud Asy-Syafrowi, Orang Tuaku Pintu Surgaku, (Bandung: Mizania, 2015), h. 97. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), h. 170. 31 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h. 30
284.
18
Dari ayat tersebut, anak berkewajiban berbuat baik kepada orang tuanya yaitu dengan cara berkata dengan lemah lembut dan tidak boleh berkata dengan perkataan yang menyinggung hati orangtuanya. Lemah lembut harus mencakup tiga hal yaitu pilihan kata, intonasi dan ekspresi. Kata yang disampaikan berupa perkataan yang mulia, intonasi penyampaiannya tidak menyentak, dan disampaikan dengan ekspresi yang baik.32 3) Menafkahi Orangtua Orangtua berjasa besar bagi anaknya, karena sejak kecil orangtua yang menanggung kebutuhan anaknya. Adapun anak merupakan orang yang paling dekat dengan orangtuanya, maka diantara bentuk birrul walidain adalah dengan menafkahi orangtua. Harta yang dimiliki anak adalah harta orangtua. Jadi, jika mereka mengambil harta anaknya diperbolehkan. Rasulullah Saw. didatangi seorang lelaki, lalu berkata, „Wahai Rasulullah, saya mempunyai harta dan anak. Sedangkan ayahku membutuhkan hartaku itu.” Lalu Nabi bersabda, “Kamu dan hartamu adalah milik ayahmu. Sesungguhnya anak-anakmu adalah termasuk hasil usahamu yang terbaik, maka dari itu makanlah dari penghasilan anakanakmu. (H.R. Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah)33 4) Meminta Izin dan Restu Orangtua Anak yang berbakti adalah anak yang selalu meminta restu orangtuanya dan meminta izin kedua orangtuanya dalam hal apapun. Dalam berjihad seorang anak juga harus meminta izin kepada orang tuanya. Jika orangtua mengizinkan, maka boleh dilaksanakan. Tapi, jika
112.
32
Mahmud Asy-Syafrowi, Orang Tuaku Pintu Surgaku, (Bandung: Mizania, 2015), h.
33
Ibid, h. 102.
19
tidak, maka jangan dikerjakan. Hendaknya anak ikhlas menerima keputusan orangtuanya yang tidak memberi izin. Sebab, kepatuhannya mendatagkan pahala yang besar dan bisa jadi hal itulah yang terbaik bagi anak. 5) Mendoakan Orangtua Mendoakan orangtua merupakan suatu perbuatan baik. Karena doa yang dilantunkan seorang anak, esensinya berupa harapan yang diharapkan oleh sang anak, yaitu sebuah harapan baik agar selalu menyertai orangtuanya. Doa yang kita panjatkan dapat berupa doa lantunan kasih sayang. Sebaiknya memanjatkan doa memohon kasih sayang kepada Allah Swt. untuk orangtua setiap saat.34 6) Menjaga Adab kepada Orangtua Perkara-perkara yang berkaitan dengan adab/etika dengan orangtua sangat penting untuk diperhatikan. Sebab hal kecil/ ringan yang diperlakukan kepada orangtua akan menjadi besar karena kedudukan mereka, baik berupa pahala ataupun dosanya. Kesopanan anak kepada orangtuanya dapat membuat mereka ridha, sehingga bisa menjadi penyebab ia masuk surga. Ketidaksopanan anak kepada orang tua yang membuat hati mereka terluka bisa menjadi penyebab ia masuk neraka.35 7) Mengutamakan Kepentingan Orangtua daripada Kepetingan Sendiri dan Orang Lain Hak terhadap orangtua harus didahulukan karena keridhaan Allah Swt. terletak pada keridhaan orangtua, dan kemurkaan Allah Swt juga terletak pada kemurkaan orangtua. Jika anak masih sering mengabaikan
34 35
Syaifullah, op. cit., h.129. Asy-Syafrowi, op. cit., h. 111.
20
kepentingan orangtua dari pada kepentingan diri sendiri dan juga orang lain maka anak tersebut belum dikatakan patuh.36 Dalam sebuah hadis juga menegaskan bahwa hak orang tua harus didahulukan dibandingkan dengan hak orang lain, termasuk istri dan anak-anaknya. Bahz bin Hakim meriwayatkan bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, kepada siapakah saya harus lebih dulu berbakti?” beliau menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya lagi, “Lalu kepada siapa lagi. beliau menjawab: "Ibumu!" dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" beliau menjawab: "Kemudian Ibumu!" dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" dijawab: "Kemudian bapakmu!" (HR. Bukhari, Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Hakim dan Baihaqi). b. Birrul Walidain yang Sudah Meninggal Perintah untuk berbakti kepada orangtua bukan hanya semasa hidupnya, tetapi setelah orangtua meninggal pun anak tetap diperintahkan untuk berbakti kepada orangtua. Berikut ini beberapa bakti yang dapat dilakukan untuk orangtua yang sudah meninggal: 1) Berdo‟a dan Memohon Ampun untuk Orangtua Doa adalah intisari ibadah. Tidak ada yang lebih dibutuhkan oleh siapa yang telah meninggal dunia melebihi doa yang tulus, karena itu doa merupakan persembahan bakti anak terhadap orangtua yang telah wafat.37 2) Menunaikan Janji atau Wasiat Orangtua Kalau semasa hidup ada janji yang belum dilaksanakan orangtua, maka janji itu bisa dilaksanakan oleh anak, misalnya ibadah haji yang
36 37
Syaifullah, op. cit., h.86. M. Quraish Shihab, Birrul Walidain, (Tangerang: Lentera Hati, 2014), h. 142.
21
belum dilaksanakan, maka anak bisa menghajikan orang tuanya yang telah meninggal.38 3) Membebaskan Hutang Orang Tua Hutang merupakan tanggung jawab berat yang tidak akan bisa lepas sampai hari kiamat sebelum hutang tersebut dilunasi. Seorang anak hendaknya segera membebaskan orangtua yang sudah wafat dari tanggungan hutang, agar dimudahkan jalannya, dilapangkan kuburnya, dan diberi nikmat sampai datangnya hari kiamat.39 4) Menjalin Silaturahim dengan Kerabat Orang Tua Manusia yang baik adalah manusia yang menjaga hubungan persahabatan dengan orang lain. Allah memerintahkan umat-Nya untuk menjaga hubungan baik dengan kerabat dan keluarga. Salah satu cara bakti kepada orangtua setelah mereka wafat adalah dengan menjalin silaturrahim dengan kerabat dan sahabat terdekatnya, seperti yang ditunjukkan hadis Nabi Saw. : Dari Usaid ra., ia berkata “Kami ada di sisi Nabi Saw, lalu seorang lelaki berkata, „Wahai Rasulullah, masih tersisakah untukku suatu bakti yang aku berikan kepada ibu bapakku setelah keduanya meninggal?‟ Beliau menjawab, „Ya, ada empat perkara: mendoakan dan memohonkan ampunan untuk mereka, melaksanakan janji keduanya, memuliakan teman
keduanya,
dan
menjalin
persaudaraan
yang
tidak
ada
persaudaraan bagimu kecuali dari arah keduanya‟.”(H.R. Abu Daud dan Ibnu Majah)40
38
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Karya Mulia, 2005), h. 84. Asy-Syafrowi, op. cit., h. 119-120. 40 Shihab, op. cit., h. 141. 39
22
5) Bersedekah untuk Orangtua Kebaktian anak kepada orangtua yang telah meninggal dapat dilakukan dengan sedekah untuk mereka. Sedekah yang dilakukan untuk orangtua yang telah meninggal memberi manfaat untuk mereka, mendatangkan pahala, dan dan dapat menghapus dosa mereka.41 Ibnu Abbas ra. Menceritakan bahwa ada seorang lelaki datang menemui Rasulullah Saw dan mengatakan bahwa ibunya telah meninggal dunia, lantas apakah ibunya akan mendapatkan manfaat jika dia bersedekah atas namanya? Saat itu Rasulullah Saw menjawab, “Ya (bermanfaat baginya).” Kemudian lelaki itu menyedekahkan kebunnya atas nama ibunya dengan disaksikan oleh Rasulullah Saw.(H.R. Bukhari, Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad)
5. Berkah Birrul Walidain a. Panjang Umur dan Melapangkan Rezeki Berbakti kepada orangtua dapat memperpanjang umur dan juga dapat melapangkan rezeki. Hal ini sangat logis karena terjadi simbiosis mutualisme (hubungan saling menguntungkan) antara bakti yang dilakukan oleh seorang anak terhadap orangtuanya. Anak yang berbakti kepada orangtuanya akan membuat orangtua merasa senang sehingga terlontarlah doa-doa yang baik dari orangtua. Doa tersebut yang akan membuat anak berbakti dipanjangkan umur dan dilapangkan rezekinya.42 Dari Salman, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada yang bisa menolak takdir kecuali do’a dan tidak ada yang bisa menambah umur kecuali amal kebaikan” (H.R.Turmudzi)
41 42
Asy-Syafrowi, op. cit., h. 134. Syaifullah, op. cit., h.167-168.
23
Anas mengatakan: “Barang siapa yang ingin diberi umur dan rezeki yang panjang maka hendaklah berbakti kepada kedua orangtuanya dan menjalin hubungan dengan karib kerabatnya.” (H.R. Ahmad) b. Amal Shaleh Diterima dan Kesalahan-kesalahan Diampuni Anak yang mampu melakukan pengabdian terhadap orangtuanya dengan sebaik-baik pengabdian, maka insya Allah semua amal shaleh yang dilakukan anak tersebut diterima dan kesalahannya akan diampuni43, sesuai dengan Firman Allah Swt:
Artinya: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada
dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri". Mereka Itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan 43
Ibid, h.169.
24
mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.” (QS. Al-Ahqaf [46]: 15-16)44
B. Konsep Novel 1. Pengertian Novel Novel merupakan suatu bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Bahkan, dalam perkembangannya yang kemudian, novel dianggap bersinonim dengan fiksi. Novel termasuk fiksi (fiction) karena novel merupakan hasil khayalan atau sesuatu yang sebenarnya tidak ada.45 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.”46 Kata novel dalam Ensiklopedi Sastra Indonesia diartikan sebagai prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. Cerita rekaan yang melukiskan puncak-puncak peristiwa kehidupan seseorang, mengenai kejadian-kejadian yang luar biasa dalam kehidupannya, secara melompat-lompat, dan berpindah-pindah. Dari berbagai peristiwa itu lahirlah konflik, suatu pertikaian yang kemudian justru mengubah nasib orang tersebut.47 Menurut Burhan Nurgiyantoro, “Istilah novella dan novella mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novellet (Inggris: novellet), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek.”48
44
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h.
504. 45
Andri Wicaksono, Pengkajian Prosa Fiksi, (Garudhawaca, 2014), h. 75. Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 694. 47 Ensiklopedi Sastra Indonesia, (Bandung: Angkasa, 2007), h. 546. 48 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2013), h. 12. 46
25
Novel menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, diri sendiri, serta dengan Tuhan. Novel merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupannya. Walau berupa khayalan, tidak benar jika novel dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penuh penghayatan dan perenungan secara intens terhadap hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penug kesadaran dan tanggung jawab.49 Karya fiksi seperti novel merupakan sebuah cerita yang terkandung di dalamnya tujuan memberikan hiburan kepada pembaca di samping adanya tujuan estetik. Membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan bathin, dan sekaligus memperoleh
pengalaman
kehidupan.
Namun,
betapapun
saratnya
pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan, sebuah karya fiksi harus tetap merupakan cerita yang menarik, bangun struktur yang koheren, dan mempunyai tujuan estetik. Daya tarik cerita inilah yang pertama-tama akan memotivasi orang untuk membacanya. Karena pada dasarnya setiap orang senang cerita, apalagi yang sensasional, baik yang diperoleh dengan melihat maupun mendengar. Melalui sarana cerita itu pembaca secara tidak langsung dapat belajar, merasakan, dan menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang secara sengaja ditawarkan pengarang. Oleh karena itu, cerita, fiksi, dan kesastraan pada umumnya, sering dianggap dapat membuat manusia menjadi lebih arif, atau dapat dikatakan sebagai “memanusiakan manusia”.50
49 50
Ibid, h. 3. Ibid, h. 4.
26
2. Unsur-unsur Novel Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyeluruhan yang bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagianbagian, unsur-unsur, yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat. Unsur-unsur pembangun sebuah novel dibedakan menjadi dua macam, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. “Kedua unsur inilah yang sering banyak disebut para kritikus dalam rangka mengkaji dan membicarakan novel atau karya sastra pada umumnya.”51 a. Unsur Intrinsik “Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung membangun karya sastra out sendiri. Unsur-unsur inilah yang secara faktual akan dijumpai oleh pembaca saat membaca karya sastra. Kepaduan antarunsur intrinsik inilah yang membuat novel berwujud.”52 Unsur intrinsik dalam novel terdiri dari tema, alur, penokohan, latar, dan sudut pandang. 1) Tema Tema adalah dasar cerita atau gagasan umum dari sebuah novel. Gagasan dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang dan digunakan untuk mengembangkan cerita. Tema dalam sebuah cerita dapat dipahami sebagai sebuah makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir sebagai sebuah kesatuan yang padu.53 Berbagai unsur fiksi lainnya seperti alur, penokohan, sudut pandang, latar, dan lain-lain akan berkaitan mendukung eksistensi tema.
51
Ibid, h. 30. Ibid. 53 Ibid, h. 118. 52
27
Eksistensi tema merasuki keseluruhan cerita, maka penafsiran tema diprasyarati oleh pemahaman cerita secara keseluruhan. Namun adakalanya dapat juga ditemukan kalimat-kalimat atau alinea-alinea dan percakapan tertentu yang dapat ditafsirkan sebagai sesuatu yang mengandung tema pokok.54 2) Alur Stanton mengemukakan bahwa “alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.”55 Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro, alur diartikan sebagai berbagai peristiwa yang diseleksi dan diurutkan berdasarkan hubungan sebab
akibat
untuk
mencapai
efek
tertentu
dan
sekaligus
membangkitkan suspense dan surprise para pembaca.56 Alur merupakan kerangka dasar yang amat penting. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana satu peristiwa
mempunyai hubungan dengan peristiwa
lain, bagaimana tokoh digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu yang semuanya terikat dalam suatu kesatuan waktu. Teknik pengaluran menurut Satoto ada dua, yaitu dengan jalan progresif (alur maju) yaitu dari tahap awal, tengah, dan puncak tahap akhir terjadinya peristiwa, dan yang kedua dengan jalan regresif (alur mundur) yaitu bertolak dari akhir cerita, menuju tahap tengah, dan berakhir pada tahap awal.57
54
Ibid, h. 116. Ibid, h. 167. 56 Ibid, h. 168. 57 Alfian Rokhmansyah, Studi dan Pengkajian Sastra, (Yogyakarta: Graha Ilmu , 2014), 55
h. 37.
28
3) Penokohan Penokohan merupakan unsur yang penting dalam cerita fiksi. Menurut Baldic, “penokohan adalah penghadiran tokoh dalam cerita fiksi dengan cara langsung atau tidak langsung dan mengundang pembaca
untuk
menfsirkan
kualitas
dirinya
lewat
kata
dan
tindakannya.”58 Menurut Mursal Estern, penokohan ialah bagaimana cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam sebuah cerita rekaan. Penokohan yang baik yaitu penokohan yang berhasil menggambarkan tokoh-tokoh dan mengembangkan watak dari tokoh-tokoh tersebut yang mewakili tipe manusia yang dikehendaki tema.59 Istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya dari pada “tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca, penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh pada sebuah cerita.60 4) Latar Latar adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Tempat atau ruang yang dapat diamati, waktu, hari, tahun, musim, atau periode sejarah merupakan bagian dari latar.61 “Latar memberikan pijakan cerita secara secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, 58 59
Nurgiyantoro, op. cit., h. 247. Mursal Estern, Kesusatraan Pengantar Teori dan Sejarah, (Bandung: Angkasa, 2013),
h. 26-27. 60 61
Nurgiyantoro, op. cit., h. 248. M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 46.
29
menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-ada dan terjadi.”62 Burhan Nurgiyantoro membagi latar yang terdapat dalam karya fiksi ke dalam tiga kategori, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat adalah latar yang menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan berupa tempat-tempat dengan nama-nama tertentu,inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Tempat-tempat yang bernama adalah tempat yang dapat dijumpai dalam dunia nyata.63 Latar waktu berkaitan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Adapun latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Hal itu berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong dalam latar spiritual. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, dan dengan atas.64 5) Sudut Pandang Sudut pandang atau point of view merupakan salah satu unsur fiksi yang oleh Stanton digolongkan sebagai sarana cerita. Walau demikian, hal itu tidak berarti bahwa perannya dalam fiksi tidak penting. Sudut pandang haruslah diperhitungkan kehadirannya, bentuknya, sebab pemilihan sudut pandang akan berpengaruh terhadap 62
Nurgiyantoro, op. cit., h. 303. Ibid., h. 314-315. 64 Ibid, h. 322. 63
30
penyajian cerita. Reaksi afektif pembaca terhadap sebuah karya fiksi pun dalam banyak hal akan dipengaruhi oleh sudut pandang.65 Menurut Stanton, “Sudut pandang adalah posisi yang menjadi pusat kesadaran tempat untuk memahami setiap peristiwa dalam cerita. Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang pada karya sastranya merupakan cara pengarang untuk menceritakan cerita dalam karyanya.”66 Menurut Abrams sudut pandang atau point of view, meyarankan pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ini merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.67 Sedangkan menurut Stevick sudut padang mempunyai hubungan psikologis dengan pembaca. Pembaca membutuhkan persepsi yang jelas tentang sudut pandang cerita. Pemhaman pembaca pada sudut pandang akan menentukan seberapa jauh persepsi dan penghayatan, bahkan juga penilaiannya terhadap novel yang bersangkutan.68 Sudut pandang cerita secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua macam: persona pertama, first-person, gaya “aku”, dan persona ketiga, third person, gaya “dia”.69 Jadi dari sudut pandang “aku” atau “dia”, dengan berbagai variasinya, sebuah cerita dikisahkan. Kedua sudut pandang tersebut masing-masing menunjuk dan menuntut konsekuensinya sendiri.
65
Ibid., h. 336. Rokhmansyah, op. cit., h. 39. 67 Nurgiyantoro, op. cit., h. 338. 68 Ibid., h. 339. 69 Ibid. 66
31
b. Unsur Ekstrinsik Unsur Ekstrinsik adalah unsur-unsur di luar teks sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun atau sistem organisme teks sastra. Secara khusus unsur ekstrinsik dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Walau demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh (untuk tidak dikatakan: cukup menentukan) terhadap totalitas bangun cerita secara keseluruhan. Oleh karena itu unsur ekstrinsik sebuah novel harus tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting. Unsur ekstrinsik terdiri dari sejumlah unsur, yaitu keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Pendek kata, unsur biografi pengarang turut menentukan corak karya yang dihasilannya. Unsur ekstrinsik berikutnya adalah psikologi, baik berupa psikologi pengarang, psikologi pembaca, maupun penerapan prinsip psikologi dalam karya. Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial juga berpengaruh terhadap karya sastra dan termasuk dalam unsur ekstrinsik.70
C. Hasil Penelitian yang Relevan Tinjauan pustaka adalah pemaparan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lainnya atau para ahli. Dengan adanya tinjauan pustaka ini penelitian seseorang dapat diketahui keasliannya. Maka untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti mencontek hasil karya orang lain, penulis perlu mempertegas perbedaan di antara masing-masing judul dan masalah yang akan dibahas sebagai berikut: Pertama, “Nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata”. Skripsi ini disusun oleh Ahmad Bahauddin, mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN 70
Ibid, h. 30-31.
32
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014. Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa terdapat empat macam nilai-nilai pendidikan Agama Islam dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yaitu: (1) nilai tauhid atau aqidah berupa mengesakan Allah, (2) nilai ibadah berupa shalat, larangan berbuat taqlid, dan menuntut ilmu, (3) nilai akhlak berupa akhlak terhadap orang tua dan sesama manusia, (4) nilai sosial berupa shadaqah dan musyawarah. Kedua, “Nilai-nilai pendidikan akhlak Islami dalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi”. Skripsi ini disusun oleh Fahmi Fauzas Salam, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2013. Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat pada penelitiannya adalah: (1) akhlak terhadap Allah berupa sabar, syukur, ikhlas,dan tawakal, (2) akhlak terhadap orang tua berupa patuh dan taat kepada orang tua selama masih hidup dan berbakti kepada orang tua walau sudah wafat, (3) akhlak terhadap diri sendiri berupa kerja keras, cita-cita tinggi, giat belajar, dan disiplin, (4) akhlak terhadap sesama manusia berupa tolong menolong, rendah hati, pemaaf, dan menepati janji. Ketiga, “Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam Novel Hafalan Shalat Delisa karya Darwis Tere Liye”. Skripsi ini disusun oleh Irma Nur Fauziah, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014. Dalam penelitiannya Irma mengungkap nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam Novel Hafalan Shalat Delisa yaitu: (1) nilai pendidikan akhlak terhadap Allah dan rasul-Nya meliputi nilai keimanan dan ketaqwaan, nilai hidayah, nilai kesabaran, nilai syukur, dan nilai ketaatan, (2) Nilai pendidikan akhlak terhadap diri sendiri meliputi nilai kegigihan dan pantang menyerah, nilai tanggung jawab, nilai pembiasaan dan disiplin, nilai menepati janji, (3) Nilai pendidikan akhlak terhadap sesama manusia meliputi nilai toleransi, nilai kasih sayang terhadap orang lain, nilai keadilan, (4) Nilai pendidikan akhlak terhadap lingkungan meliputi nilai kepedulian terhadap lingkungan.
33
Keempat, “Nilai-nilai pendidikan Akhlak dalam novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy”. Skripsi ini ditulis oleh Rian Martiani mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta pada tahun 2013. Dalam penelitiannya Rian mengungkap pendidikan akhlak merupakan faktor yang dapat meluruskan tabiat yang menyimpang dan memperbaiki jiwa kemanusiaan. Tanpa pendidikan akhlak, maka perbaikan, ketentraman, dan moral tidak akan tercipta. Persamaan keempat penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada objek kajiannya, yaitu sama-sama mengkaji novel namun beda judulnya. Sedangkan perbedaannya terletak pada aspek kajiannya. Penelitian Ahmad Bahauddin mengkaji nilai pendidikan Islam; penelitian Fahmi Fauzas Salam, Irma Nur Fauziyah, dan Rian Martiani mengkaji aspek akhlak; sedangkan dalam penelitian ini penulis mengkaji nilai-nilai pendidikan birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora yang menggunakan tolak ukur ajaran Islam, meliputi al-Qur`ân dan hadis.
D. Kerangka Berpikir Pendidikan akhlak memiliki peranan yang sangat penting untuk mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia di segala bidang. Pendidikan akhlak memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau perbuatan yang buruk. Berbagai macam penerapan akhlak yang dilakukan manusia yaitu: akhlak kepada Allah Swt, akhlak kepada Rasulullah Saw., akhlak kepada orangtua, akhlak kepada masyarakat, akhlak kepada diri sendiri, dan lain-lain. Pada penelitian ini, peneliti meneliti tentang pendidikan akhlak kepada orangtua (birrul walidain). Nilai-nilai pendidikan birrul walidain berarti sifat-sifat yang perlu ditanamkan pada diri seseorang agar selalu berbuat baik kepada kedua orangtua. Nilai-nilai tersebut dapat ditanamkan melalui berbagai metode pendidikan, seperti metode keteladanan, metode nasihat, metode kisah, metode targhib dan tarhib, dan
34
lain-lain. Selain itu, nilai-nilai pendidikan birrul walidain juga dapat dicontohkan melalui berbagai media termasuk di dalamnya berupa karya sastra. Dalam penelitian ini karya sastra yang digunakan adalah novel. Novel sejatinya bukan hanya sekedar bacaan, melainkan mengandung nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Novel, di dalamnya tergambar lingkungan kemasyarakaatan, lingkungan keluarga, serta jiwa tokoh yang hidup di suatu masa dan di suatu tempat. Secara sosiologis, manusia dan peristiwa dalam novel adalah pantulan realitas yang ditampilkan oleh pengarang dari suatu keadaan tertentu. Gambaran-gambaran kehidupan tersebutlah yang dapat mempengaruhi pembaca. Salah satu novel yang mengandung nilai-nilai pendidikan adalah novel Ada Surga di Rumahmu Karya Oka Aurora. Novel ini mendeskripsikan pula beberapa metode pendidikan yang digunakan untuk pendidikan birrul walidain.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Model dan Langkah-langkah Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sekitarnya pada bulan Mei-November 2015. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode analisis isi (Content Analysis). Pendekatan deskriptif kualitatif sebagai prosedur penelitian yang berupa data-data tertulis. Dengan tujuan utamanya ialah untuk membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi situasi.1 Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Kutipan-kutipan data yang disajikan dalam penelitian ini ditegaskan dalam bentuk tabel, pemaparan data yang diperoleh dari pemahaman makna yang terdapat pada setiap kata, kalimat,paragraf, teks, dan juga unsur pengembangan karya sastra seperti; alur, tokoh, setting, dan tema. Dari pemahaman makna secara keseluruhan, dilakukan penafsiran dan pengkategorian data yang terkandung dalam novel Ada Surga di Rumahmu.
Selanjutnya,
data-data
tersebut
dianalisis
berdasarkan
pengkategoriannya. Analisis Isi (Content Analysis) yaitu sebuah analisis yang digunakan untuk mengungkap, memahami, dan menangkap isi karya sastra. Dalam karya sastra, isi yang dimaksud adalah pesan-pesan yang disampaikan pengarang melalui karya sastranya. Analisis isi didasarkan pada asumsi bahwa karya sastra yang bermutu adalah karya sastra yang mampu mencerminkan pesan positif kepada para pembacanya.2 Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik telaah dokumen atau disebut dengan studi dokumentasi. Peneliti menghimpun, memeriksa, mencatat 1
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,, 2011), hal. 41. 2 Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal. 48.
35
36
dokumen-dokumen yang menjadi sumber data penelitian. Peneliti memilih novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora sebagai bahan dalam pengumpulan data untuk melaksanakan studi dokumentasi. Karakteristik penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif memiliki beberapa ciri, yaitu: latar alamiah, manusia sebagai alat instrumen, metode kualitatif, analisis data secara induktif, ground theory, dan deskriptif.3 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua ciri yaitu manusia sebagai instrument, maksudnya peneliti sendiri merupakan alat pengumpul data utama dan ciri kedua yakni deskriptif, maksudnya data yang dikumpulkan berupa kata-kata. Berdasarkan kedua ciri tersebut analisis nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang terkandung dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora dilakukan dengan cara pembacaan dan telaah secara mendalam tentang makna kata-kata yang terdapat dalam dialog dan narasi cerita. Peneliti terlibat secara penuh dan aktif mengapresiasi isi novel dan menemukan data-data utama yang menunjukkan pada permasalahan sesuai dengan rumusan masalah.
B. Satuan Analisis Satuan analisis dalam penelitian ini adalah naskah novel karya Oka Aurora yang berjudul Ada Surga di Rumahmu. Naskah ini memiliki latar belakang religius yang diterbitkan Noura Books tahun 2015 yang terdiri dari 232 halaman. Adapun data yang diperoleh berupa dialog dan narasi yang mengandung nilainilai pendidikan birrul walidain serta metode pendidikan yang digunakan untuk pendidikan birrul walidain yang terdapat dalam novel tersebut. Perolehan data tersebut dilakukan peneliti dengan cara mengidentifikasi data sesuai dengan arah permasalahan yang terurai dalam data. Adapun sumber lain yang dijadikan bahan untuk membantu penelitian, yaitu berupa buku-buku atau sumber-sumber dari
3
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 8.
37
penulis lain yang berbicara tentang pendidikan, akhlak, birrul walidain, dan teori fiksi.
C. Prosedur Analisis Prosedur yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitian adalah sebagai berikut: 1. Peneliti membaca secara komprehensif dan kritis yang dilanjutkan dengan mengamati nilai-nilai dan metode pendidikan birrul walidain yang terdapat dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora. 2. Peneliti mencatat paparan bahasa yang terdapat dalam dialog-dialog tokoh, perilaku tokoh, tuturan ekspresif maupun deskriptif dari berbagai peristiwa yang tersaji dalam novel. 3. Peneliti mengidentifikasi dan menganalisis novel sesuai dengan rumusan masalah. Dari prosedur tersebut diperoleh data verbal sebagai berikut; data berupa paparan bahasa yang mengemban nilai-nilai pendidikan birrul walidain dan data berupa paparan bahasa yang mengemban
cara (metode) pendidikan birrul
walidain. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai instrument, artinya dalam penelitian ini, peneliti sendiri yang melakukan penafsiran makna dan menemukan nilai-nilai tersebut. Peneliti juga merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian.4 Kegiatan ini dilakukan peneliti sehubungan dengan pengambilan data yaitu kegiatan membaca teks novel Ada Surga di Rumahmu
dan peneliti
bertindak sebagai pembaca aktif , mengenali, mengidentifikasi satuan-satuan tutur 4
Ibid., h. 168.
38
yang merupakan penanda dalam satuan-satuan peristiwa yang di dalamnya terdapat gagasan-gagasan dan pokok pikiran sehingga menjadi suatu keutuhan makna.
D. Teknik Analisis Analisis dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat penelitian berlangsung, dan setelah pengumpulan data dalam waktu tertentu. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model analisis mengalir yang memiliki tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. 1. Reduksi Data Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara rinci dan teliti. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih, hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu.dengan demikian data yang sudah direduksi akan menghasilkan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti mengumpulkan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Pada langkah ini data yang diperoleh dicatat dalam uraian yang terperinci. Dari data-data yang sudah dicatat tersebut, dilakukan penyederhanaan data. Data-data yang dipilih hanya data yang berkaitan dengan masalah yang dianalisis, dalam hal ini tentang nilai-nilai dan metode pendidikan birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu. Informasi-informasi yang mengacu pada permasalahan itulah yang menjadi data dalam penelitian ini.5
5
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2013), h. 247-248.
39
2. Penyajian Data Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya, sebagai sekumpulan informasi tersusun yang kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang sering digunakan untuk penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Pada langkah ini, data-data yang sudah ditetapkan kemudian disusun secara teratur dan terperinci agar mudah dipahami. Data tersebut kemudian dianalisis sehingga diperoleh deskripsi tentang nilai-nilai dan metode pendidikan birrul walidain. 3. Penarikan Kesimpulan Tahap akhir proses pengumpulan data adalah penarikan kesimpulan, yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah ditampilkan. Peneliti membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diproses melalui reduksi dan penyajian data. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.6
6
Ibid. h.252.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Sinopsis Novel Ada Surga di Rumahmu Surga Tidak Jauh Ini adalah kisah tentang orangtua kita. Ini adalah kisah tentang surga. Surga mencintai kita setiap hari. Surga bernama Ibu, Bunda, atau Umi. Surga menjunjung kita tinggi di bahunya. Surga yang kita panggil Bapak, Ayah, atau Abuya. Kau cari surga sampai jauh. Melampaui dirimu. Padahal, surga ada di tapak Ibu. Ia ada di senyum Ayah. Surga kelak adalah bagaimana surgamu kini. Surga itu dekat. Dekat sekali. Tapi, kau mencarinya sampai jauh. Puisi di atas merupakan puisi pembuka novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora. Puisi yang sangat menyentuh menjelaskan tentang surga yang sangat dekat, mengingatkan pentingnya memuliakan orangtua dengan menyenangkan hati keduanya. Bertahun-tahun wasiat terakhir Buya Athar, ulama besar Palembang itu, bertalu-talu mengetuk hati Ramadhan. Buya Athar sangat menginginkan Ramadhan meneruskan perjuangan dakwahnya. Karena buya Athar merasa
40
41
berhutang
nyawa
kepada
Abuya
Ramadhan
yang
telah
berjihad
menyumbangkan ginjalnya agar ia tetap bisa mengajar. Bagaimana mungkin dia meneruskan dakwah guru yang juga pamannya itu, sedangkan dia masih harus menaikkan harkat keluarganya yang miskin dan diinjak-injak orang. Umi, Abuya, serta keenam saudaranya adalah surga hati Ramadhan yang lebih penting dari cinta dan karirnya. Demi surganya itu, saat SD dia bahkan pernah menjadi pemulung dan apa saja untuk membahagiakan mereka. Termasuk ketika akhirnya dia dicalonkan jadi model iklan di Jakarta. Niat hati Ramadhan hanya ingin mengangkat harkat keluarga dan menyenangkan hati orangtuanya. Namun Ramadhan tak mampu juga mengabaikan pesan pamannya, guru yang amat ia cintai dan sudah seperti Abuyanya sendiri. Sehingga Ramadhan mengurungkan niatnya untuk menjadi model. Ramadhan memulai perjalanannya sebagai pendakwah dengan menjadi guru mengaji, mengajar dari satu rumah ke rumah lain, dari satu mushala ke mushala lain. Dalam menjalankan dakwahnya, banyak rintangan yang ia hadapi, salah satunya ancaman dari kelompok pengacau yang tidak suka dengan adanya pengajian di daerahnya. Tetapi Ramadhan selalu ingat pesan Buya Athar agar tak pernah gentar dalam menyuarakan kebenaran. Cobaan datang kepada keluarga Ramadhan, Naya murid mengajinya memfitnah Ramadhan dan mengatakan kepada warga kampungnya bahwa Ramadhan telah menghamilinya. Keluarga Ramadhan mendapat teror dari warga kampung akibat fitnah itu. Umi melafalkan berbagai doa, memohon pertolongan kepada Allah Swt. agar keluarganya diberikan keselamatan. Ramadhan sadar, keyakinannya kepada pertolongan Allah sedang diuji, ia berprasangka baik atas kejadian ini. Ramadhan berjanji kepada Umi untuk membagi penghasilannya dengan Umi fifty-fifty. Setelah penghasilan pertamanya diberikan kepada Umi fifty-fifty, pada penghasilan kedua Ramadhan mendapatkan sepuluh
42
kali lipat dari jumlah sebelumnya. Begitupun penghasilan selanjutnya, ia mendapatkan jumlah lebih banyak dari sebelumnya. Seorang gadis bernama Kirana mengalihkan perhatian Ramadhan dari beberapa jamaah saat ia berdakwah. Baru kali itu ia jatuh hati kepada seorang gadis. Keinginannya untuk menikahi Kirana tidak dapat terwujud. Ibu Kirana selalu menghina dan menyinggung perasaan Umi. Ia merasa anaknya tak pantas dengan pemuda dari keluarga miskin seperti Ramadhan. Ramadhan memilih remuk hati meninggalkan Kirana, kekasihnya, karena uminya dihina ibu Kirana. Keinginan Ramadhan untuk memperluas jangkauan dakwahnya akhirnya tercapai. Selain ceramah ke berbagai tempat tiga sampai empat kali dalam sehari, bolak-balik ke stasiun televisi sekarang menjadi rutinitas harian Ramadhan. Penghasilannya yang semakin lama bertambah banyak tidak ia nikmati sendiri. Ia membelikan Umi dan Abuyanya rumah besar, di saat ia sendiri belum memiliki rumah. Itulah kebaktian yang Ramadhan persembahkan kepada orangtuanya. Acara syukuran rumah baru Umi dan Abuya menjadi ajang pertemuan Ramadhan dengan teman masa kecilnya, yang bernama Rindu. Ramadhan akhirnya bertemu Rindu setelah sekian lama tidak bertemu. Pertemuan itu menjadi awal kisah baru bagi Ramadhan. Gadis santun nan anggun itu ia jadikan teman hidupnya. Cita-cita Umi dan Abuya untuk pergi haji sejak Ramadhan kecil akhirnya tercapai. Umi, Abuya, dan Ramadhan berangkat bersama-sama jama‟ah lainnya, Ramadhanlah yang menjadi pemimpin rombongan. Kalimat syukur tak sekalipun lepas dari lafalnya.
43
2. Unsur Intrinsik a. Tema Novel Tema adalah dasar cerita atau gagasan umum dari sebuah novel. Gagasan dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang digunakan untuk mengembangkan cerita. Tema dalam sebuah cerita dapat dipahami sebagai sebuah makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir sebagai alur, penokohan, sudut pandang, latar, dan lain-lain akan berkaitan dan bersinergi mendukung eksistensi tema. Adapun tema yang diangkat dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora adalah berbakti kepada orangtua. b. Latar 1) Waktu Latar waktu dalam novel Ada Surga di Rumahmu tidak ditunjukkan secara jelas, dalam arti tidak menekankan waktu sejarah yang pasti seperti terjadi pada kurun tahun sekian hingga tahun sekian. Latar waktu yang terdapat dalam novel ini lebih terpusat pada waktu harian, seperti pagi, siang, sore, dan malam. Berikut akan dipaparkan latar waktu yang terdapat dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora. a) Pagi Raniah, si sulung, kakak perempuan mereka yang pendiam, akan berdiri saja di anjungan rumah memperhatikan mereka. Sepagi ini, apalagi ini hari libur, ia pasti baru selesai menjemur baju yang Shubuh tadi dicucikan umi. Ia tersenyum kecil memperhatikan polah adik-adiknya yang saling menyengkelit berebut bola, lalu meneruskan pekerjaannya, mengelap perabot rumah.1
1
Oka Aurora, Ada Surga di Rumahmu, (Jakarta: Noura Books, 2015), h. 3.
44
b) Siang Lantai rumah itu berkeriut-keriut ketika Ramadhan berlarian di atasnya. Sinar matahari siang merembes masuk lewat celahcelah dinding kayu. Bayangan Ramadhan, anak lelaki berusia sepuluh tahun yang bertubuh sedikit kecil untuk anak seusianya, terseret-seret di lantai kayu yang tak pernah dipulas pernis. Bila kayunya yang sudah tua terlihat semakin kusam saat memantulan sinar.2 c) Sore Pada sore pertama mereka di rumah itu, umi merayakannya dengan menyiapkan sepiring ubi rebus.piring itu masih mengepul saat disorongkan ke depan Abuya yang sedang duduk bersila di lantai. Umi lalu memanggil anak-anaknya untuk berkumpul. Raniah muncul dari arah belakang rumah, membawa seteko teh hangat. 3 d) Malam Malam itu, mata Ramadhan tak kunjung bisa terpejam. Udara memang lembab dan gerah, kemungkinan besar akan hujan lagi. Burung malam sesekali memekik pendek. Mata Ramadhan nyalang menatap langit-langit kamar, mempertanyakan janji Allah yang tak terbukti. Sudahlah, pikirnya. Benar kata umi. Kalau belum rezeki, yang sudah di depan mata saja bisa diambil lagi oleh Allah, apalagi yang belum di depan mata.4 2) Tempat Novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora secara garis besar banyak mengambil tempat di dua kota, yaitu Palembang dan Jakarta. Berikut secara spesifik akan dipaparkan lokasi-lokasi kejadian dalam novel tersebut. a) Rumah Esoknya, pagi-pagi sekali, seseorang mengetuk pintu rumah Abuya. Ramadhan membuka pintu dengan perasaan tak enak. Kedatangan tamu sepagi ini membuat resah. Jangan-jangan, ini 2
Ibid, h. 1. Ibid, h. 30. 4 Ibid, h. 108-109. 3
45
salah satu dari para penagih hutang itu. Tapi, ternyata yang berdiri
di
depan
pintu
adalah
Pak
Dokter.
Parasnya
memampang rasa bersalah5. b) Musi Pada suatu pagi, Ramadhan, Umi, dan Abuya tiba di tepian Musi siap menyeberang ke Foerqanoel Moeis dengan getek. Di dalam getek berkapasitas enam orang itu, Ramadhan dan Abuya duduk di sisi yang berbeda. Ramadhan di kanan dan Abuya di kiri, sementara Umi duduk di tengah getek. Pengaturan posisi duduk ituuntuk menjaga keseimbangan getek.6 c) Masjid “Ibu
Naya
berkali-kali
menyeka
sudut-sudut
matanya.
Bersimpuh di lantai Masjid, ia menunduk terus. “Saya idak tahu musti cerita ke siapa, Ustadz. Saya benar-benar idak tahu.”Si ibu terisak lirih. Ramadhan menatap mereka berdua dengan prihatin, “Tolong dinikahi saja, Ustadz. Saya mohon.””7
d) Kelas “Tanpa banyak kata, Ramadhan langsung berdiri dan menuju bangku kedua paling belakang di kelas itu. Dengan enggan, ia duduki bangku itu. Ah, payah ini. Bahkan, pada hari pertamanya ia sudah melanggar janjinya kepada Abuya.”8
e) Rumah Sakit ““Assalamu’alaikum, Rio. Umi sakit. Sekarang aku ke rumah sakit. Maafkan. Maafkan,” aku tergagap. Kosakataku lenyap.”9
5
Ibid, h.109. Ibid, h. 41. 7 Ibid, h. 162. 8 Ibid, h. 46. 9 Ibid, h. 208. 6
46
f) Pasar “Kami lalu pamit pada Buya Athar dan Umi Aisya, lalu berjalan menuju pasar yang tak jauh dari sana. Pasar sempit ini diapit pasar di kanan dan kirinya, kios kopi Abuya ada di tepi jalan.setelah mendapatkan setengah kilogram gula untuk oleholeh bagi Umi, kami mampir ke kios Abuya.”10
g) Sekolah Setibanya mereka di sekolah kelima, mereka melangkah melintasi gerobak pedagang es krim yang sedang dirubung anakanak sekolah. Tanpa bisa ditahan, Ramadhan dan Raniah melirik kerumunan itu. Si pedagang es krim sedang berkeringat, kewalahan meladeni permintaan dari kanan dan kiri. Umi menangkap lirikan mereka ini dan mengeratkan genggaman tangannya.11 h) Palembang “Ustadz Karim melongok sekilas ke depan dari bilik panggung. Sepertinya seluruh penduduk Palembang tumpah-ruah di lokasi acara. Bahkan Ramadhan pun belum pernah melihat orang sebanyak ini di Palembang.”12
i) Jakarta “Ia diarahkan ke sebuah gedung bertingkat di Jakarta Selatan, tempat sebuah stasiun televisi besar bermarkas. Dahsyat. Hanya satu kata itu yang pertama muncul di benak Ramadhan. Ia melangkah melintasi lantai granit mengkilap yang membentang dari ujung ke ujung. Wajah Ramadhan tertimpa cahaya dari lampu-lampu besar dengan sudut pendar dramatis yang diatur sedemikian rupa. Ia tiba di depan sebuah lift dan menekan tombol naik. Bahkan dengan sentuhan halus ujung jarinya saja, tombol itu langsung menyala.”13
10
Ibid, h. 34. Ibid, h. 68. 12 Ibid, h. 184. 13 Ibid, h. 191. 11
47
j) Padang Arafah “Sembilan Dzulhijjah, hari ketika semua calon haji berkumpul di Padang Arafah. Ketika mereka semua hanya manusia yang mengenakan selembar kain putih, sama-sama tidur beralaskan bumi dan beratapkan langit. Dan ketika mereka benar-benar hanya setitik debu di semesta Ketuhanan Yang Mahaagung.”14
k) Desa Sungsang “Desanya bernama Sungsang, terletak di kecamatan Banyuasin. Ramadhan sedang ditugaskan oleh Foerqanoel Moeis untuk mengabdi di desa ini selama setahun. Karena jaraknya dari rumah cukup jauh, sekitar 70 km, Ramadhan memutuskan untuk pulang ke rumah Umi setiap akhir pekan.”15
3) Sosial Latar sosial dalam novel Ada Surga di Rumahmu menggambarkan tentang kehidupan yang damai dengan adanya tolong menolong antara sesama manusia, saling memberi, saling mengingatkan dalam hal kebaikan, dan lain-lain. Berikut kalimat yang menunjukkan latar sosial dalam novel: “Kalau kau mau kito temani cari sandal baru, besok kito izin ke Ustadz Fadhil.” Itu suara Ardiansyah. Besok memang hari Minggu. “Aku… idak mungkin mengganti uang ini sekarang.” Ghofur menepuk pundak Ramadhan. Kencang. “Tak perlu!” jawabnya sambil meringis. “Asal jangan kau hilangkan lagi saja sandal itu,” membuat lainnya tergelak.16
14
Ibid, h. 227. Ibid, h. 200. 16 Ibid, h. 85. 15
48
4) Ekonomi Latar ekonomi setiap tokoh dalam novel Ada Surga di Rumahmu berbeda-beda. Ada yang berasal dari keluarga mampu, ada yang berasal dari keluarga kurang mampu. Berikut akan dipaparkan kalimat-kaliamat yang menunjukkan latar ekonomi dari novel : a) Keluarga mampu Keluarga mampu yang terdapat dalam novel Ada Surga di Rumahmu
adalah
keluarga
pengusaha
pengekspor
batik
Palembang yang ditunjukkan dalam kalimat: “Pak pengusaha bercerita bahwa usahanya sudah sedemikian maju sehingga ini adalah tahun kelimanya memberangkatkan karyawan-karyawannya umrah.”17
b) Keluarga kurang mampu Keluarga kurang mampu yang terdapat dalam novel adalah keluarga Ramadhan yang ditunjukkan dalam kaimat : Sebenarnyo kami ini kaya atau miskin, sih? Pikirannya terus mengawang. Belum berani ia menuntut jawaban dari Umi. “Kito hanya belum punya uang, Mad. Tapi kito idak miskin. Jangan pernah sekali-kali berpikir begitu lagi.” Umi bangkit dari duduknya.18 5) Agama Latar agama dalam novel Ada Surga di Rumahmu menunjukkan ajaran-ajaran Islam yang sangat banyak diantaranya: tokoh-tokoh yang taat beribadah, tolong menolong, berbakti kepada orangtua, suka memberi, jujur, dan lain-lain. Berikut kalimat yang menunjukkan ajaran agama yang ditunjukkan oleh perilaku tokoh dalam novel :
17 18
Ibid, h. 51. Ibid, h. 75.
49
“Alhamdulillah,” bisik Abuya setelah menyelesaikan tadarusnya. Dari keriat-keriut kaki bangku, Ramadhan tahu ayahnya sedang berusaha mencari posisi tidur yang enak. “Ngapo belum tedok, Mad?” Ramadhan tak menjawab. Dari mana pula ayahnya bisa tahu ia belum tidur. Tapi, Abuya memang perasa sekali. Abuya mulai menggumam zikir, bersiap menyibak tabir alam mimpi.19
c. Alur Novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora memiliki alur yang bersifat maju. Alinea cerita disusun berdasarkan urutan waktu yang berjalan ke depan, bukan berbalik ke masa lampau. d. Penokohan 1) Ramadhan Seseorang yang sangat sayang kepada keluarganya, berbakti kepada kedua orangtua, dan bercita-cita tinggi. Hal ini dapat dilihat dari kalimat berikut : “Baiklah, Abuya dan Umi … aku akan berusaha menggapai cita-cita tinggi itu demi mengangkat derajat keluarga.”20
2) Umi Humairra Wanita sederhana yang taat beribadah dan pekerja keras. Hal ini dapat dilihat dari kalimat berikut: Umi mengenakan kerudung abu-abu yang selalu ia pakai jika keluar rumah. Perawakan umi mungil, tapi kukuh. Kain tua warisan Nenek yang ia belitkan di pinggang tak bisa menyembunyikan pergelangan kakinya yang liat. Ia bukan wanita pendiam. Jika ia sedang bekerja,
19 20
Ibid, h. 143. Ibid, h. 44.
50
ia bersenandung kecil, atau berdzikir. Umi tak pernah duduk terlalu lama, kecuali jika sedang menisik baju-baju yang koyak.21
3) Abuya Karim Seorang ayah yang amanah, penyayang, lembut dalam bertutur kata,dan penyemangat bagi anak-anaknya. Hal ini dapat dilihat dari kalimat berikut : “Kau dan adik-adikmu dipercayakan Allah kepada kami. Allah pasti ingin kalian bercita-cita. Kami idak mau jadi orang yang menggagalkan cita-citamu,” ujar Abuya lembut. “Abuya tahu,citacitamu tinggi. Mungkin sekarang kau belum menyadarinya. Tapi, suatu saat kau pasti tahu. Jangan jadi orang yang menggagalkan cita-citamu sendiri, Mad.”22
4) Buya Athar (Paman sekaligus guru Ramadhan) Penyabar dan percaya diri. Hal ini dapat dilihat dari kalimat berikut ini: “Aku sering dikhianati,” ucapnya lagi setelah terbatuk payah. “Dikhianati oleh saudaraku, temanku, guru-guru yang kuasuh, bahkan kadang oleh muridku sendiri. Tak ada satu pun pengkhianatan di dunia ini yang berhasil meruntuhkan rasa percaya diriku.”23
5) Umi Aisya (Istri Buya Athar) Penyabar, setia, dan penyayang. Hal ini dapat dibuktikan dari kalimat berikut: “Karena kondisinya tak kunjung membaik setelah dua bulan, ia setuju untuk diinapkan di rumah sakit. Selama dirawat, para santri
21
Ibid, h. 20. Ibid, h. 43. 23 Ibid, h. 102. 22
51
bergantian mengampar di lantai rumah sakit. Istri Buya Athar, Umi Aisya, tak pernah sekali pun meninggalkannya. Karena mereka tak dikaruniai keturunan,para santrilah yang menjadi anak-anak mereka.”24
6) Raniah (Kakak Ramadhan) Pendiam, rajin dan berbakti kepada orangtua. Hal ini dapat dilihat dari kalimat di bawah ini : “Raniah, si sulung, kakak perempuan mereka yang pendiam, akan berdiri saja di anjungan rumah memperhatikan mereka. Sepagi ini, apalagi hari libur, ia pasti baru selesai menjemur baju yang Shubuh tadi dicucikan Umi. Ia tersenyum kecil memperhatikan polah adikadiknya yang saling menyelengkit berebut bola, lalu meneruskan pekerjaannya mengelap perabot rumah.”25 7) Rindu Santun dan anggun. Hal ini dapat dilihat dari kalimat berikut ini: “Gadis
misterius
itu
mencium
tangan
Umi.
Kerudungnya
yangterbuat dari satin berwarna ungu muda beriak halus mengikuti geraknya yang santun tapi anggun. Lalu ia mengangguk sopan dan tersenyum pada Ramadhan.”26
8) Kirana Santun dan menghormati orangtua. Hal ini dapat dilihat dari kalimat berikut: Seorang gadis dalam baju kirung keemasan bergegas mendekat. Itu Kirana! Wajah Ramadhan memanas saat melihat betapa kulit Kirana tampak semakin terang dalam bajunya. Ia lirik Umi yang menyambut Kirana sambil tersenyum santun. Ramadhan langsung tahu bahwa Umi telah jatuh hati pada Kirana. Dengan takzim, Kirana mencium tangan Umi. Umi malah menarik tubuh Kirana mendekat dan mencium kedua pipinya.27 24
Ibid, h. 99. Ibid, h. 3. 26 Ibid, h. 220. 27 Ibid, h. 177. 25
52
9) Naya Kurang sopan dan tidak menghargai ustadznya. Hal ini dapat dilihat dari kalimat di bawah ini : “Karena merasa tak punya alasan yang tepat untuk menolak permintaan Naya, Ramadhan terpaksa diam saja saat Naya naik ke sadel motornya tanpa bertanya lagi. Inilah yang Ramadhan tak terlalu suka dari murid pengajiannya yang satu ini; sebagai seorang perempuan etikanya agak kurang.”28
e. Sudut Pandang Sudut pandang yang ditentukan oleh pengarang novel ini adalah persona ketiga “dia”. Pengarang novel menceritakan kehidupan “dia”. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan sebagai berikut: “Ramadhan tak tahu alasan mana yang pantas ia ajukan sebagai keberatan. Sebagai anak lelaki tertua di keluarga ini, tak pantas rasanya mengeluhkan tinggal berjauhan dengan keluarga. Tak pantas pula mengkhawatirkan hidup mandiri. Lagi pula, ia tahu persis, pesantren milik keluarga ini akan sangat meringankan beban keuangan keluarga”29 “Mata Ramadhan juga sudah terpejam, tapi ia tak bisa tidur. Sayup, senandung tadarus Abuya dari sudut ruangan kecil itu mendesau-desau ke telinganya.”30 “Ramadhan diam, mendengarkan. Ia tidak tahu. Belum pernah itu diceritakan kepadanya.”31
28
Ibid, h. 133. Ibid, h. 40. 30 Ibid, h. 142. 31 Ibid, h. 166. 29
53
3. Unsur Ekstrinsik (Biografi Oka Aurora) Pemilik nama lengkap Oka Aurora ini lahir di Jakarta pada 19 Juli 1974. Oka menikah dengan Muadzin Jihad dan dikaruniai tiga orang anak yaitu Axantara Akram, Arkana Sulthon, dan Dhanakara Alayka. Oka merupakan lulusan Fakultas Teknik, Universitas Indonesia 1997. Sebelum menekuni karirnya dalam menulis. Ia bekerja di PT Lucent Technologies, NSID sebagai Optical Network Engineer pada tahun 19982000, PT Siemens Indonesia, sebagai Technical Sales Consultant pada tahun 2000-2007, dan PT Nokia Siemens Network, sebagai Presales Manager pada tahun 2008-2010. Beberapa tahun berkarir di bidang telekomunikasi tidak langsung mengantarkan Oka menjadi seorang penulis. Ia sempat mencoba untuk berbisnis, dengan membuka sebuah salon. Oka masih mencari jati dirinya dan bidang apa yang akan ia tekuni selanjutnya. Pertemuan dengan sahabat lamanya membuat Oka tertarik untuk berkarir di dunia penulisan. Adik dari sahabat lamanya adalah seorang penulis skenario yang sudah cukup senior di bidangnya. Ia dikenalkan kepada adik sahabatnya tersebut, namanya Titien Wattimena. Titien sangat membantu Oka untuk mengenali banyak hal di bidang penulisan. Oka memiliki hobi dan bakat menulis sejak kecil dan iapun giat menggali ilmu tentang penulisan kepada Titien. Setelah melalui berbagai proses belajar di bidang penulisan, Titien memberikan kesempatan kepada Oka untuk menulis buku behind the scene Di Bawah Lindungan Ka’bah. Oka dipercaya untuk membuat beberapa skenario, dan kenal dengan beberapa sutradara sehingga karyanya berkembang. Oka juga dipercaya oleh beberapa produser untuk menulis novel, sehingga ia menjadi lebih percaya diri untuk menulis novel selanjutnya. Pada tahun 2010 sampai sekarang, Oka menekuni karirnya sebagai penulis skenario layar lebar, penulis novel, dan editor. Beberapa karya Oka di bidang penulisan yaitu:
54
November 2011
Penulis skenario film layar lebar “Ayah Mengapa Aku Berbeda” (Rapi Film)
Desember 2011
Penulis skenario film layar lebar “My Blackberry Girlfriend” (Rapi Film)
Februari 2012
Penulis skenario film layar lebar “Love is U” (Daydreams Entertainment)
Juni 2013
Penulis novel “12 Menit” (diterbitkan oleh
Nourabooks) Januari 2014
Penulis skenario film layar lebar “12 Menit” (Big Pictures Production)
Juni 2014
Penulis novel “Ada Surga di Rumahmu” (diterbitkan oleh Nourabooks)
Juli 2014
Penulis novel “Hijabers in Love” (diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama)
Agustus 2014
Editor lepas untuk novel (dalam proses produksi Nourabooks)
September 2014
Penulis skenario film layar lebar “Hijabers in Love” (Andalan Sinema)
Oktober 2014
Penulis skenario film layar lebar “Strawberry Surprise” (Starvision Plus)
April 2015
Penulis skenario film layar lebar “Ada Surga di Rumahmu” (Mizan Productions)
Penghargaan: Oktober 2014
Skenario Terpuji, Festival Film Bandung (12 Menit).
55
B. Hasil Analisis Data Tabel IV. 1 Temuan Nilai-nilai Pendidikan Birrul Walidain dalam Novel Ada Surga di Rumahmu Karya Oka Aurora No. 1.
Dialog “Umi sudah?” Tanya Ramadhan, lembut.
Nilai Birrul Walidain Berbicara Lemah
Tapi, Umi tak menjawab. Pandangan wanita
Lembut kepada
itu terlempar jauh ke bawah sana, ke ribuan
Orangtua
tenda putih yang berbaris rapi, menelungkup di padang suci ini. (novel. h. 226) 2.
Ramadhan melirik Raniah. Wajah kakaknya
Menaati Perintah
yang biasanya ceria telah berubah murung.
Orangtua
Ramadhan tahu, Raniah ingin menolak. Tapi, kakaknya bukan anak seperti itu. Hampir tak pernah Raniah menapik permintaan Umi. Melihat itu, Ramadhan memutuskan, ia harus kuat. Demi Abuya. Demi Umi. Demi Raniah. Demi Enjid dan Jidda. Dan demi dirinya sendiri. (novel. h. 33) 3.
“Jangan begitu, Umi,” Ramadhan menjawab.
Bersikap Santun
Kecewa membayangi wajahnya. “Aku sudah
kepada Orangtua
niatkan kepada Allah. Diterima, ya, Umi.” Ramadhan menyelipkan lembaran uang itu ke telapak Umi, lalu mengecup punggung tangan ibunya. (novel. h. 106) 4.
“Setiap penghasilanku, kito bagi fifty-fifty, ya, Umi.” Umi masih belum mengerti. Tak terlalu acuh, ia melirik. “Apa itu fifty-fifty?” “Honorku, Umi. Kito bagi dua.” (novel. h. 104)
Menafkahi Orangtua
56
5.
“Mad, kau sajo belum ado rumah di Jakarta.
Mengutamakan
Masih kos, pindah-pindah rumah. Ngapo kau
Kepentingan
mau belikan Umi rumah sebesar ini?”
Orangtua
“Doakan aku bisa beli rumah untukku sendiriya, Umi. Sekarang, yang penting Umi punya rumah yang nyaman dulu.” (novel. h. 215) 6.
“Umi”,
Ramadhan
mengambil
tangan
Umi
mencium
dan
sebelah punggung
Meminta Izin dan Restu Orangtua
tangannya. “Apa Umi ikhlas aku pergi?” (novel. h. 190) 7.
“Wahai Dzat yang Mahapengampun dan
Mendoakan Orangtua
Penyayang. Ampuni dosa kami dan dosa kedua orangtua kami. Sayangi mereka berdua sebagaimana mereka menyayangi kami sejak kami belum lahir, sampai saat ini, dan selamanya.” (novel. h. 231) 8.
“Biji kopi, Mad, adalah emas hitam,” kata
Membantu Pekerjaan
Abuya kepada Ramadhan yang sedang
Orangtua
membantunya mengantongi biji-biji kopi. (novel. h. 92) 9.
Desanya bernama Sungsang, terletak di
Menjaga Silaturahim
Kecamatan Banyuasin. Ramadhan sedang
dengan Orangtua
ditugaskan oleh Foerqanoel Moeis untuk mengabdi di desa ini selama setahun. Karena jaraknya dari rumah cukup jauh, sekitar 70 km, Ramadhan memutuskan untuk pulang ke rumamm Umi setiap akhir pekan. (novel. h. 200) 10.
Abuya berdiri di sebelah nisan batu kelabu
Mendoakan dan
57
kehitaman itu. Tangannya menengadah dan
Menziarahi Kubur
diangkat tinggi di depan dada, membacakan
Orangtua yang Sudah
Al-Fatihah untuk Datuk Rahman dan Datuk
Meninggal
Hasan, para buyutnya. (novel. h. 127)
Tabel IV. 2 Temuan Metode Pendidikan yang digunakan untuk Pendidikan Birrul Walidain dalam Novel Ada Surga di Rumahmu Karya Oka Aurora No.
Dialog
Metode Pendidikan
1.
“Ramadhan
dan
Raihan,
ini
namanya
orangtuamu berdoa dan berikhtiar untukmu.
Metode Nasihat (mau’izdah)
Kamu ingat-ingat ini kalau suatu kali kamu kesal kepada orangtuamu. Jangan pernah lupa, Ya?” ucapnya dengan logat Jawa Barat yang sungguh kental. (novel. h. 14) 2.
“Ngapo dipan kakek idak kito bawa saja Buya?
Metode Keteladan
Kan, sudah disuruh pakai saja,” Kata Umi. Abuya mengambil sepotong ubi dengan hatihati. “Dak usah, Umi. Kan, dipannya juga masih dipakai disana.” (novel. h. 31) 3.
Ketika Raniah selesai melipat sajadah, Abuya memulai kisahnya, yaitu sebuah hikayat yang terjadi pada musim haji, 1400 tahun lalu. Begini Abuya memulai dongengnya: Keringat meleleh dari dahinya seperti mentega yang diletakkan di sebelah perapian. Tanpa ampun, sebagian lelehannya pelan menyusupi kelopak mata, menimbulkan perih. Sebagian mengalir ke ujung hidungnya yang besar dan
Metode Kisah
58
membulat. Sebagian rembes ke janggutnya. Salman Al-Farisi menatur napasnya yang berlari kencang. Saking kencangnya, sesekali ia terbatuk. “Turunkan ibu nak,” pinta wanita renta yang ia bopong di punggungnya. “Ibu bisa jalan sendiri.” Salman menggeleng pada permintaan ibunya yang entah sudah kali keberapa. Napas Salman berat dan terengah, tapi ia tak mau menyerah. Ini putaran tawaf mereka yang keenam. Sedikit lagi, Salman mengencangkan tekadnya, sedikit lagi. Terbayang olehnya pintu-pintu surga membuka lebar untuknya. (novel. h. 16)
C. Pembahasan Hasil Analisis Data Nilai-nilai dan metode pendidikan birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora banyak ditunjukkan dalam bentuk deskripsi cerita, dialog antartokoh, maupun respon para tokoh dalam menyikapi sesuatu. Dalam novel ini terdapat dialog seperti percakapan langsung pada umunya. Namun percakapan ini berbentuk tulisan sehingga lebih mudah untuk dilihat dan dibaca berulang-ulang. Paragraf dan kalimat dalam sebuah novel merupakan kumpulan ide yang ingin dituangkan oleh pengarang. Interpretasi yang berbeda-beda dapat timbul karena berbedanya kemampuan pembaca untuk melihat melihat lebih dalam. Sehingga terkadang pesan yang disampaikan oleh pengarang dipahami berbeda oleh pembaca. Oleh sebab itu, paragraf dan kalimat yang jelas akan lebih mudah dipahami oleh pembaca pada umumnya. Pesan yang ingin disampaikan oleh
59
pengarang pun dapat dipahami oleh pembaca dengan mudah. Untuk melihat pesan di balik deskripsi cerita maka dalam skripsi ini penulis akan menyampaikannya dalam bentuk potongan paragraf atau kalimat. 1. Nilai-nilai Pendidikan Birrul Walidain yang terdapat dalam Novel Ada Surga di Rumahmu Karya Oka Aurora Adapun penjabaran nilai-nilai pendidikan birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora yaitu: a. Berbicara Lemah Lembut kepada Orangtua Lemah lembut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti baik hati (tidak pemarah dsb.), peramah.32 Ketika berbicara dengan orangtua, bentuk dari berbakti adalah dengan bertutur atau berbicara dengan sopan, lemah lembut, dan tidak menyinggung perasaan orangtua. Lemah lembut harus mencakup tiga hal yaitu pilihan kata, intonasi dan ekspresi. Kata yang disampaikan berupa perkataan yang mulia, intonasi penyampaiannya tidak menyentak, dan disampaikan dengan ekspresi yang baik.33 Kewajiban berkata baik dan lemah lembut kepada orangtua terdapat dalam al-Qur`ân surat Al-Isra ayat 17 yang berbunyi:
…. “....Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.”(Al-Isra [17]: 23)34
32
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 579. 33 Mahmud Asy-Syafrowi, Orang Tuaku Pintu Surgaku, (Bandung: Mizania, 2015), h. 112. 34 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h. 284.
60
Pada novel Ada Surga di Rumahmu, tampak bahwa Oka Aurora menampilkan beberapa nilai birrul walidain yang tergolong dalam berbicara lemah lembut kepada orangtua. ““Umi sudah?” Tanya Ramadhan, lembut. Tapi, Umi tak menjawab. Pandangan wanita itu terlempar jauh ke bawah sana, ke ribuan tenda putih yang berbaris rapi, menelungkup di padang suci ini.”35 Dialog tersebut menerangkan bahwa Ramadhan bertanya dengan intonasi yang lembut kepada Uminya ketika sedang berdoa di padang arafah. Pada dialog lain Oka Aurora menampilkan perkaatan lembut seorang anak kepada orangtua seperti, “”Tiga puluh sembilan koma tujuh,” ujarnya lirih. “Ya Allah. Naik lagi panasnya. Umi sayang, Umi harus ke rumah sakit. Biar diobservasi di UGD. Ya?””36 Diperkuat lagi dengan dialog di bawah ini, “Adikku masih ada lima, Umi,” Ramadhan menjawab sambil tersenyum. Ia bombing Umi menuju salah satu kamar terbesar di lantai dasar.”37 Beberapa dialog di atas telah menampilkan perkataan lemah lembut seorang anak kepada orangtuanya. Ia berbicara dengan intonasi lembut, perkataan lembut, dan ekspresi menunjukkan rasa senang kepada orangtuanya. Hal ini membuat orangtuanya merasa senang dengan kelembutan dan keramahan anak-anaknya.
35
Aurora, op. cit, h. 226. Ibid, h. 206. 37 Ibid, h. 215. 36
61
b. Menaati Perintah Orangtua Menaati berarti mematuhi dan menurut (perintah, aturan, dsb.).38 Seorang anak wajib menaati orangtua, apapun agama mereka, selama tidak melanggar perintah dan larangan Allah Swt. Perintah menaati orangtua terdapat dalam al-Qur`ân surat Luqman ayat 15 :
….
Artinya: “dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik…..” (Luqman [31]: 15)39 Wujud kasih sayang seorang anak kepada orangtua dapat dilihat dengan ketaatan anak kepada orangtua, memberikan apa yang diminta orangtua dan menjauhi yang dilarang oleh orangtua.40 Pada novel Ada Surga di Rumahmu, tampak bahwa Oka Aurora menampilkan beberapa nilai birrul walidain yang tergolong dalam menaati perintah orangtua. “Ramadhan melirik Raniah. Wajah kakaknya yang biasanya ceria telah berubah murung. Ramadhan tahu, Raniah ingin menolak. Tapi, kakaknya bukan anak seperti itu. Hampir tak pernah Raniah menapik permintaan Umi. Melihat itu, Ramadhan memutuskan, ia harus kuat. Demi Abuya. Demi Umi. Demi Raniah. Demi Enjid dan Jidda. Dan demi dirinya sendiri.”41
38
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 986. 39 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h. 412. 40 Al-Habsyi, 7 Keajaiban Orangtua, Cara Cepat Sukses Dunia dan Akhirat,(Jakarta, Haqiena Media, 2015), h. 179. 41 Aurora, op. cit , h. 33.
62
Pada kalimat di atas Oka menunjukkan sikap taat Ramadhan dan Raniah kepada kedua orangtuanya. Mereka diminta oleh Umi dan Abuya untuk menetap tinggal di rumah Enjid dan Jidda sampai lulus SD, karena jika ikut tinggal bersama Umi dan Abuya jarak yang mereka tempuh untuk berangkat sekolah cukup jauh dan harus menyebrang Musi. Walaupun Ramadhan dan Raniah tidak ingin berpisah dengan Umi, tetapi mengetahui tujuan Umi dan Abuya baik, mereka menaati perintah orangtua mereka. Ramadhan dan Raniahpun tinggal di rumah Enjid dan Jidda. Pada kalimat lain dalam novel, Oka menunjukkan ketaatan tokoh terhadap perintah orangtua, “Akhirnya dengan suara lirih ia berkata, “Aku idak keberatan, Buya Jika menurut Umi dan Buya baik untukku, Insya Allah aku siap.””42 Diperkuat lagi dengan dialog, “”Mad, Abuya mau kamu selalu ingat dan jalankan ini,” ucap Abuya sebelum mereka berpisah tadi. “Beranilah kau bertanya. Berani menjawab. Ilmu itu dekat denganorang-orang yang berani, Mad.” Ramadhan membalas tatapan ayahnya tanpa kedip, mencatat setiap kalimatnya. Mengingat-ingat setiap garis usia yang melintang di kening pria penuh pengabdian itu.”43 Pada dialog di atas Ramadhan diminta Abuya untuk masuk pesantren setelah tamat SD. Meskipun Ramadhan masih ingin melepas rindu dengan kedua orangtuanya, karena ketika SD Ramadhan tinggal di rumah Enjid dan Jidda., Ramadhan tetap menuruti perintah orangtuanya untuk masuk pesantren. Pada dialog kedua, menceritakan kisah Ramadhan saat sampai di pondok pesantren Foerqanoel Moeis (pesantren milik Buya Athar), Abuyanya berpesan agar Ramadhan berani bertanya, berani menjawab, 42 43
Ibid, h. 40. Ibid, h. 45.
63
karena ilmu dekat dengan orang-orang yang berani. Ketaatan Ramadhan kepada Abuyanya terlihat ketika ia mendengarkan dengan baik dan mencatat setiap kalimatnya, dan iapun membuktikannya dengan menerapkan pesan Abuyanya ketika belajar, seperti pada dialog, ““Mengapa kamu angkat tangan?” “Saya disuruh Abuya, Ustadz.””44 Tokoh-tokoh pada novel Ada Surga di Rumahmu sangat menunjukkan rasa kasih sayangnya kepaada orangtua dengan menaati perintah orangtuanya. c. Bersikap Santun kepada Orangtua Santun adalah sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.45 Santun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sopan.46 Esensi dari perilaku santun adalah hati, karena perilaku adalah cerminan dari hati.47 Bersikap santun kepada orangtua adalah dengan menunjukkan sikap hormat dan menunjukan rasa sayang kepada orangtua. Bersantun kepada orangtua tidak dapat dianggap ringan, sebab hal kecil yang diperlakukan kepada orangtua akan menjadi besar karena kedudukan mereka. Kesopanan seorang anak kepada orangtuanya dapat membuat orangtua ridha. Sebaliknya, ketidaksopanan seorang anak kepada orangtua dapat membuat orangtuanya murka.48 Hal ini sangat penting karena ridha Allah tergantung pada ridha orangtua. Seperti sabda Rasulullah Saw. yang berbunyi:
44
Ibid, h. 48. Mohamad Mustari, Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h.129. 46 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h..878. 47 Mustari, op. cit., h.130. 48 Asy-Syafrowi, op. cit.., h. 111. 45
64
“Keridhaan Allah bergantung pada keridhaan orangtua. Kemurkaan Allah, bergantung pada kemurkaan orangtua.” (HR. Tirmidzi) Dalam novel Ada Surga di Rumahmu, tampak bahwa Oka Aurora menampilkan beberapa nilai birrul walidain yang tergolong dalam bersikap santun kepada orangtua. ““Jangan begitu, Umi,” Ramadhan menjawab. Kecewa membayangi wajahnya. “Aku sudah niatkan kepada Allah. Diterima, ya, Umi.” Ramadhan menyelipkan lembaran uang itu ke telapak Umi, lalu mengecup punggung tangan ibunya.”49 Dalam dialog di atas, mengisahkan perilaku Ramadhan yang sedang memberikan uangnya kepada Umi. Ia berikan uang tersebut dengan cara yang santun, dan setelah itu iapun mengecup punggung tangan Uminya. Gambaran lain yang mengisahkan sikap santun kepada orangtua yaitu: “Ramadhan menerima undangan ceramahnya yang kedua. Tempatnya tak terlalu jauh dari rumah. Sebelum pergi, ia pamit sambil mencium punggung tangan Umi.”50 Di bawah langit arafah, Ramadhan mendatangi Umi. Ia bersujud di depan wanita yang bertubuh mungil tapi berhati besar itu. Ia luluhkan seluruhharga dirinya di kaki ibunya, orang yang tak hanya telah meregang nyawa saat melahirkannya, tapi telah merentang seluruh jiwa saat membesarkannya Lalu Ramadhan bersimpuh dan mencium kaki Abuya, kaki yang telah mengayun langkah yang tak terhitung jumlahnya, hanya demi mengantar anak-anaknya ke tempat di mana mereka sekarang berada. 51 “Sandal beledu Umi tidak dirancang untuk berjalan jauh di atas aspal yang terpanggang matahari. Lipatan songketnya juga terlalu kencang
49
Aurora, op. cit., h. 106. Ibid, h. 106. 51 Ibid, h. 232. 50
65
sehingga Umi melangkah berjinjit-jinjit. Ramadhan menggandeng Umi, membiarkan tangannya menjadi tumpuan keseimbangan.”52 Mencium tangan dan dahi Umi adalah kebiasaan yang selalu dilakukan Ramadhan sejak ia remaja. Ia mencium punggung tangan Umi, lalu telapaknya, lalu punggung tangannya sekali lagi. Setelah itu, ia akan mencium pipi kanan umi, lalu pipi kiri, dan berakhir di dahi. Kebiasaan ini lalu diikuti keenam saudaranya. Ke mana saja mereka akan pergi, atau dari mana saja mereka datang, enam kecup mesra ini selalu mereka persembahkan bagi Umi.53 Beberapa narasi dan dialog di atas sangat jelas menggambarkan sikap santun Ramadhan kepada orangtuanya. Ia selalu menunjukkan rasa hormat dan kasih sayangnya kepada orangtuanya. Beberapa hal yang dilakukan Ramadhan yaitu mencium punggung tangan serta mencium pipi dan kening Uminya, bersujud dan bersimpuh di hadapan Umi dan Abuyanya. Pada sebagian keterangan disebutkan bahwa kening adalah lambang kasih sayang yang tak terbatas. Oleh karena itu, apabila seseorang mengecup kening orangtuanya saat ia berjumpa dengannya, maka ia seolah telah meletakkan kasih sayang yang seutuhnya kepada orangtua. Selain itu, tangan merupakan simbolisasi kekuasaan. Tangan diibaratkan alat untuk mencapai keinginan atau hasrat seseorang. Oleh karena itu, ketika mencium tangan orangtua, sebenarnya seorang anak mengakui bahwa orangtua adalah penyebab dari kesuksesan hidupnya. Adapun, kaki biasanya bermakna penyerahan seutuhnya terhadap hidup yang dijalani seseorang. Seoraang anak yang mencium kaki orangtuanya sebenarnya merupakan bentuk penyerahan atas segala kehidupannya untuk senantiasa diridhai oleh orangtua.54
52
Ibid, h. 176. Ibid, h. 221. 54 Abdul Wahid, Mencari Surga di Telapak Kaki Ibu Ragam Sikap dan Perillaku Penggapai Ridha Ibu, (Yogyakarta: Sabil, 2015), h. 97-98. 53
66
Dari berbagai pernyataan di atas, sikap Ramadhan dalam novel tersebut telah menunjukkan tidak ada kekuasaan tertinggi setelah kekuasaan Allah Swt., selain orangtua dengan mencium tangannya, menunjukkan kasih sayangnya kepada orangtua dengan mencium kening, menunjukkan permintaan ridhanya dengan bersujud dan mencium kaki orangtuanya. d. Menafkahi Orangtua Orangtua telah berjasa besar menghidupi anaknya dengan mencukupi kebutuhan anaknya. Maka alangkah baiknya seorang anak yang sudah dapat mencari nafkah, memberikan nafkah kepada orangtuanya. Harta yang ada pada diri anak adalah milik orangtua juga. Jadi seandainya orangtua mengambil harta anaknya, maka boleh, tidak salah, dan tidak berdosa.55 Firman Allah Swt. yang memerintahkan anak untuk menafkahkan orangtuanya terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 215, yaitu:
Artinya: “mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya.” (AlBaqarah [2]: 215)56 Pada novel Ada Surga di Rumahmu, tampak bahwa Oka Aurora menampilkan beberapa nilai birrul walidain yang tergolong dalam menafkahkan orangtua.
55 56
33.
Asy-Syafrowi, op. cit.,h. 103. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h.
67
““Setiap penghasilanku, kito bagi fifty-fifty, ya, Umi.” Umi masih belum mengerti. Tak terlalu acuh, ia melirik. “Apa itu fifty-fifty?” “Honorku, Umi. Kito bagi dua.””57 Dialog di atas menunjukkan bahwa Ramadhan memberikan nafkah kepada orangtuanya yaitu sebanyak fifty-fifty (sebagian) dari honornya. Perjanjian Ramadhan dengan Uminya yaitu setiap honor yang didapatkan Ramadhan akan dibagi dua, sebagian untuk Uminya dan sebagian untuk dirinya. Selain itu, keterangan menafkahkan orangtua terdapat dalam dialog, “Kuselipkan ke tangan Umi seluruh uang yang ada di dompetku. Aku tak tahu persis berapa jumlahnya, tapi paling tidak ada sekitar dua puluh lembar ratusan ribu, semoga cukup untuk memperbaiki yang rusak. Jika untuk Umi dan Abuya, aku tak pernah berhitung.”58 Ramadhan bukan hanya menafkahkan orangtuanya dengan memberikan sebagian honornya, tetapi ia juga memberikan uang untuk keperluan rumah orangtuanya yang sedang rusak. Ramadhan tidak pernah
berhitung
dalam
menafkahkan
hartanya
untuk
kedua
orangtuanya. e. Mengutamakan Kepentingan Orangtua Hal yang mutlak dan wajib dilaakukan oleh seorang anak adalah mendahulukan kepentingan orangtua dari pada kepentingan diri sendiri. apabila anak memiliki kesibukan tertentu dan pada waktu yang bersamaan
orangtua
membutuhkan
anaknya,
maka
mengorbankan kesibukan demi kepentingan orangtua.
59
anak
harus
Anak yang
mampu mengutamakan kepentingan orangtuanya maka secara tidak
57
Aurora, op. cit., h. 104. Ibid, h. 148. 59 Wahid, op. cit., h.87. 58
68
langsung, ia telah melakukan jihad. Jihad melawan ego untuk mengedepankan kepentingan sendiri. Mengutamakan kepentingan orangtua akan memberikan banyak manfaat yaitu dengan berbuat seperti itu orangtua akan ridha kepada anak, orangtua yang ridha akan membuat Allah ridha. Jika Allah dan orangtua ridha, maka akan mendapat kemudahan hidup di dunia dan akhirat. 60 Pada novel Ada Surga di Rumahmu, tampak bahwa Oka Aurora menampilkan beberapa nilai birrul walidain yang tergolong dalam mengutamakan kepentingan orangtua. ““Mad, kau sajo belum ado rumah di Jakarta. Masih kos, pindah-pindah rumah. Ngapo kau mau belikan Umi rumah sebesar ini?” “Doakan aku bisa beli rumah untukku sendiriya, Umi. Sekarang, yang penting Umi punya rumah yang nyaman dulu.””61 Dialog di atas menunjukkan bahwa Ramadhan membelikan rumah besar untuk orangtuanya, di saat dirinya belum punya rumah. Hal ini sangat membuktikan kecintaan Ramadhan kepada orangtuanya sehingga ia mendahulukan kepentingan orangtuanya dari pada kepentingannya. Pada dialog lain, “Berangkat, Mad,” perintah Abuya. “Dak enak kalau terlambat.” “Biar kutunggu sampai Sani datang, Buya.” Sani datang sepuluh menit kemudian. Seorang tukang yang sudah cukup lama membantu keluarga datang bersamanya. “Tolong langsung dikerjakan hari ini ya. Mas,” pintaku kepada tukang yang keturunan Jawa itu. “Sudah. Berangkat,” tegas Abuya. “Nanti. Aku mau lihat sampai keramiknya diangkat dulu.”62
60
Hamli Syaifullah, Rahasia Keajaiban Berbakti kepada Ibu, (Jakarta: Al-Maghfiroh, 2013), h. 235. 61 Aurora, op. cit., 215. 62 Ibid, h. 148.
69
Dialog tersebut menceritakan saat Ramadhan akan berangkat ceramah, ia menemukan keramik kamar mandi orangtuanya rusak. Melihat keadaan seperti itu, Ramadhan tidak langsung berangkat, ia segera meminta tukang yang biasa membantu keluarganya untuk memperbaiki keramik kamar mandi tersebut.ia pun belum berangkat sampai memastikan keramik rusak tersebut diangkat, sehingga tidak membahayakan orangtuanya lagi. Sikap Ramadhan tersebut sangat mengutamakan kepentingan orangtuanya. Sikap mengutamakan kepentingan orangtua diperkuat dengan dialog, “”Idak Umi, Hati Umi lebih penting buatku.” Umi menangkupkan kedua tangannya di wajah anaknya. Ia kecup lama-lama kening anaknya. “Ya Allah, Nak. Manis betul hatimu. Umi doakan kau dapat jodoh yang shalehah dunia akhirat, yo.””63 Saat Ramadhan menemukan dambaan hatinya yang bernama Kirana, Ramadhan meminta restu Umi, Umi merestui mereka, namun, ibu Kirana tidak merestui mereka. Maka keluarlah kata-kata yang menghina Ramadhan dan juga Uminya. Ramadhan pada awalnya bersabar, namun ibu Kirana tetap merendahkan Umi. Ramadhan sangat tidak terima ketika ibunya direndahkan oleh orang lain, maka sejak saat itu Ramadhan mengakhiri hubungannya dengan Kirana. Ramadhan lebih mementingkan hati ibunya, dari pda keinginan hatinya untuk mendapatkan Kirana. Diperkuat lagi dengan dialog, “”Umi,” aku berbisik dekat telinganya, “Umi pikirkan kesembuhan Umi dulu, ya. Idak usah pikir acaraku. Acaranya tetap bisa jalan tanpa aku,
63
Ibid, h. 182.
70
Umi.” Aku tahu itu tak separuhnya benar, tapi aku akan usahakan mencari penggantiku.”64 Ketika Ramadhan harus mengisi acara besar di Jakarta, ia melihat keadaan ibunya sedang sakit, saat itu sakitnya semakin parah,suhu badannya semakin panas, Ramadhan sangat panik, dan ia pun segera mengabarkan manajemennya, bahwa ia berhalangan hadir saat itu karena kondisi demam Uminya yang semakin parah. Ramadhan rela mendapatkan kerugian di acara besar, demi menemani Uminya yang sedang sakit. f. Meminta Izin dan Restu Orangtua Anak yang berbakti adalah anak yang selalu meminta restu orangtuanya dan meminta izin kedua orangtuanya dalam hal apapun. Dalam berjihad seorang anak juga harus meminta izin kepada orang tuanya. Jika orangtua mengizinkan, maka boleh dilaksanakan. Tapi, jika tidak, maka jangan dikerjakan. Hendaknya anak ikhlas menerima keputusan orangtuanya yang tidak memberi izin. Sebab, kepatuhannya mendatagkan pahala yang besar dan bisa jadi hal itulah yang terbaik bagi anak.65 Dalam novel Ada Surga di Rumahmu, tampak bahwa Oka Aurora menampilkan beberapa nilai birrul walidain yang tergolong dalam meminta izin dan restu orangtua. “”Umi, kalau aku dapat kontrak ini dan harus pindah ke Jakarta, bagaimana?””66 Pada dialog tersebut Ramadhan meminta izin kepada Uminya untuk mengambil tawaran di salah satu stasiun televisi daerah Jakarta. Meskipun ia sangat tertarik dengan tawaran dakwah tersebut, namun ia 64
Ibid, h. 207. Asy-Syafrowi, op. cit., h. 104. 66 Aurora, op.cit., h. 188. 65
71
tetap meminta keputusan orangtuanya dan meminta ridha dari orangtuanya. Ramadhan meyakinkan Umi dan memastikan jawaban Umi dengan bertanya lagi, seperti, ““Umi”, Ramadhan mengambil sebelah tangan Umi dan mencium punggung tangannya. “Apa Umi ikhlas aku pergi?””67 Selain dialog tersebut, Adapun dialog lain yang memperkuat nilai pendidikan birrul walidain yang tergolong meminta izin dan restu orangtua, yaitu: “Aku minta diridoi saja. Umi.” Umi terdiam. Ia tatap dalam-dalam mata anaknya. Lalu sesaat kemudian, ia rengkuh Ramadhan dengan kedua tangannya yang mungil dan nampak ringkih. “Nak, kau tahu Umi selalu ridha kepadamu. Terima kasih, yo.””68 Pada dialog tersebut Ramadhan meminta ridho ibunya untuk menerima sebagian dari honor yang ia dapat. Memberikan hal yang bermanfaat pun, ia masih meminta ridha orangtuanya. Segala hal dalam kehidupan yang akan ia capai, Ramadhan selalu meminta ridho orangtuanya. g. Mendoakan Orangtua Salah satu cara berbakti kepada orangtua adalah mendoakan segenap kebaikan dan kemaslahatan bagi keduanya. Do‟a adalah wujud syukur anak kepada orangtua, karena orangtua telah mendidik serta memberi kasih sayang sejak kecil. Anak yang tidak mendo‟akan orangtua mencerminkan sikap kurang mendyukuri keduanya. Siapapun yang tidak bersyukur kepada sesama manusia, maka sama artinya dengan tidak mensyukuri Allah.69 Berdoa untuk orangtua hendaknya dilakukan setiap saat, lebih baik lagi jika dilakukan setiap waktu 67
Ibid, h. 190. Ibid, h. 106. 69 Asy-Syafrowi, op. cit., h. 107. 68
72
mustajab agar doa kita dikabulkan oleh Allah Swt. Do‟a yang paling baik dipanjatkan kepada Allah Swt. adalah do‟a yang memang dikhususkan untuk orangtua.70 Mendo‟akan orangtua adalah perintah Allah dalam Firman-Nya:
Artinya: “ Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.” (Al-Isra [17]: 24)71 Kalimat pada novel Ada Surga di Rumahmu yang menampilkan nilai birrul walidain berupa mendo‟akan orangtua yaitu: ““Wahai Dzat yang Mahapengampun dan Penyayang. Ampuni dosa kami dan dosa kedua orangtua kami. Sayangi mereka berdua sebagaimana mereka menyayangi kami sejak kami belum lahir, sampai saat ini, dan selamanya.””72 Do‟a tersebut dilantunkan Ramadhan pada khotbah Arafahnya di depan seratus empat puluh Jemaah. Ia persembahkan khotbahnya untuk seluruh manusia di muka bumi agar mereka sadar bahwa jalan menuju surga adalah melalui cinta dan ridho orangtua. Di akhir khotbah ia memimpin sebuah muhasabah, agar mengingatkan semua yang hadir akan besarnya peran orangtua sebagai wakil Allah di dunia. Iapun memimpin do‟a yang ia persembahkan untuk orangtuanya, agar Allah Swt. mengampuni dosa dan menyayangi kedua orangtuanya.
70 71
Wahid, op. cit., h. 75. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h.
284. 72
Aurora, op. cit., h. 231.
73
h. Membantu Pekerjaan Orangtua Akhlak yang harus dilakukan oleh seorang anak kepada orangtuanya adalah giat dalam merespon setiap yang dilakukannya. Apabila orangtua melakukan aktifitas tertentu, anak harus menjadi panglima utama untuk mendukung dan memberikan bantuan.73 Pada novel Ada Surga di Rumahmu, tampak bahwa Oka Aurora menampilkan beberapa nilai birrul walidain yang tergolong dalam membantu pekerjaan orangtua. ““Biji kopi, Mad, adalah emas hitam,” kata Abuya kepada Ramadhan yang sedang membantunya mengantongi biji-biji kopi.”74 Dialog di atas menampilkan kegiatan ramadhan yang sedang membantu Abuyanya megantongi biji-biji kopi yang akan dijual di pasar. Pada dialog lain Oka Aurora menampilkan kegiatan membantu pekerjaan orangtua seperti, “Ramadhan hafal betul rutinitas Minggu pagi di rumah mereka. Umi akan meminta Raniah membantunya memisahkan beras itu dari gabah dan batu. Satu per satu. Lalu,Raniah akan membilasnya sampai bersih dan diaron.”75 Diperkuat lagi dengan dialog di bawah ini, “Ramadhan tidur di luar kamar, di atas dua bangku yang dirapatkan. Raihan sudah menganga lebar sejak tadi, terkapar di atas meja makan. Terdengar oleh Ramadhan canda Umi dan adik-adiknya. Tak ada suara kakaknya, pasti karena Raniah sudah tidur, kelelahan seharian
73
Wahid, op. cit., h. 93. Aurora, op. cit., h. 92. 75 Ibid, h. 20. 74
74
membantu Umi dan Abuya mengangkati barang ke atas lemarilemari.”76 Pada kedua dialog di atas, kebaktian yang dilakukan Raniah (kakak Ramadhan) yaitu rutinitasnya setiap hari libur dalam membantu Umi memisah beras dari gabah dan batu untuk diaron. Raniah juga membantu orangtuanya untuk mengangkati barang-barang ke atas lemari di rumah barunya. Ramadhan dan Raniah, keduanya anak yang tidak mau merepotkan orangtua dan selalu membantu orangtuanya. i. Menjaga Silaturahim dengan Orangtua “Bersilaturahim dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti mengikat tali persahabatan (persaudaraan).”77 Silaturahim dengan orangtua dapat dilakukan dengan bertemu orangtua dan juga komunikasi melalui telepon, ataupun berbagai media lainnya. Hadirnya komunikasi yang canggih pada saat ini, seharusnya membuat anak lebih sering bersilaturahim menyapa orangtua meskipun melalui telepon. Silaturahim dengan cara bertemu langsung dengan orangtua akan membuat hati saling mengikat erat dibandingkan dengan hanya berkomunikasi di dunia maya. Maka hendaknya anak selalu mengunjungi orangtuanya, jika belum bisa datang tiap hari, seminggu sekali, atau sebulan sekali, atau setidaknya setahun sekali.78 Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang amalan yang dapat memasukkan ke dalam surga, lantas Rasul menjawab, “Sembahlah Allah,
janganlah
berbuat
syirik
pada-Nya,
dirikanlah
shalat,
tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orangtua dan kerabat).”(HR. Bukhari)
76
Ibid, h. 142. Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 940. 78 Asy-Syafrowi, op. cit., h. 103-104. 77
75
Dalam novel Ada Surga di Rumahmu, tampak bahwa Oka Aurora menampilkan nilai birrul walidain yang tergolong dalam bersikap menjaga silaturahim dengan orangtua. “Desanya bernama Sungsang, terletak di Kecamatan Banyuasin. Ramadhan sedang ditugaskan oleh Foerqanoel Moeis untuk mengabdi di desa ini selama setahun. Karena jaraknya dari rumah cukup jauh, sekitar 70 km, Ramadhan memutuskan untuk pulang ke rumah Umi setiap akhir pekan.”79 Pada bagian ini Oka Aurora menjelaskan bahwa ketika Ramadhan mendapatkan tugas mengabdi dari pesantrennya Foerqanoel Moeis selama setahun di desa Sungsang yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya, ia tetap mengunjungi rumah orangtuanya seminggu sekali. Ia tetap menjaga silaturahim dengan orangtuanya meskipun jarak yang ditempuhnya untuk pulang cukup jauh. j. Mendoakan dan Menziarahi Kubur Orangtua yang Sudah Meninggal Doa adalah intisari ibadah. Tidak ada yang lebih dibutuhkan oleh siapa yang telah meninggal dunia melebihi doa yang tulus, karena itu doa merupakan persembahan bakti anak terhadap orangtua yang telah wafat.
80
Anjuran do‟a untuk orangtua yang sudah wafat ditunjukkan
oleh hadis Nabi Saw. Dari Usaid ra., ia berkata “Kami ada di sisi Nabi Saw, lalu seorang lelaki berkata, „Wahai Rasulullah, masih tersisakah untukku suatu bakti yang aku berikan kepada ibu bapakku setelah keduanya meninggal?‟ Beliau menjawab, „Ya, ada empat perkara: mendoakan dan memohonkan ampunan untuk mereka, melaksanakan janji keduanya, memuliakan teman
79 80
keduanya,
dan
menjalin
persaudaraan
yang
tidak
Aurora, op. cit., h. 200. M. Quraish Shihab, Birrul Walidain, (Tangerang: Lentera Hati, 2014), h. 142.
ada
76
persaudaraan bagimu kecuali dari arah keduanya‟.”(H.R. Abu Daud dan Ibnu Majah) Pada novel Ada Surga di Rumahmu Oka Aurora menampilkan nilai birrul walidain berupa menziarahi kubur dan mendo‟akan orangtua yang sudah meninggal, seperti pada narasi: “Abuya berdiri di sebelah nisan batu kelabu kehitaman itu. Tangannya menengadah dan diangkat tinggi di depan dada, membacakan AlFatihah untuk Datuk Rahman dan Datuk Hasan, para buyutnya.”81 Diperkuat lagi dengan narasi: “Maka, setiap Abuya ke Jakarta, dan itu tak sering terjadi, mungkin hanya sekali setiap dua gerhana matahari, ia pasti menziarahi makam nenek moyangnya.”82 Kedua kalimat di atas menunjukkan kebaktian Abuya kepada para buyutnya. Abuya selalu menziarahi makam para buyutnya setiap berkunjung ke Jakarta. Abuyapun mendo‟akan para buyutnya yang sudah wafat.
2. Metode Pendidikan yang digunakan untuk Pendidikan Birrul Walidain dalam Novel Ada Surga di Rumahmu Karya Oka Aurora Adapun metode pendidikan yang digunakan untuk pendidikan birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora yaitu: a. Metode Nasihat (mau’izdah) Al-Wa’dhu adalah pemberian nasehat dan pengingatan akan kebaikan dan kebenaran dengan cara yang menyentuh qalbu dan menggugah untuk mengamalkannya. Nasehat yaitu sajian bahasan 81 82
Aurora, op. cit., h. 127. Ibid, h. 128.
77
tentang kebenaran dan kebajikan dengan maksud mengajak orang yang dinasehati untuk menjauhkan diri dari bahaya dan membimbingnya ke jalan yang bahagia dan berfaidhah baginya.83 Pada novel Ada Surga di Rumahmu, Oka Aurora menampilkan metode yang digunakan untuk pendidikan birrul walidain yaitu metode nasihat. ““Ramadhan dan Raihan, ini namanya orangtuamu berdoa dan berikhtiar untukmu. Kamu ingat-ingat ini kalau suatu kali kamu kesal kepada orangtuamu. Jangan pernah lupa, Ya?” ucapnya dengan logat Jawa Barat yang sungguh kental.”84 Pada dialog tersebut, saat Ramadhan masih berusia empat tahun dan adiknya Raihan menginjak dua tahun, mereka diajak Abuya untuk mengunjungi pengajian yang dipimpin oleh seorang Kiai yang benama Kiai Dasa. Abuya datang ke Bogor mengunjungi pengajian itu hanya ingin anak-anaknya dido‟akan oleh Kiai Dasa. Kiai Dasa memberikan nasihat kepada Ramadhan dan Raihan agar selalu ingat perjuangan Abuyanya datang dari Palembang ke Bogor hanya untuk mendo‟akan anak-anaknya supaya sehat dan selamat dunia akhirat. Kiai Dasa mengingatkan tentang perjuangan orangtua yang sangat besar, agar anak selalu menghormati orangtuanya. Adapun metode nasihat pada dialog lain, Pak, saya harap sekarang Bapak tahu harus melakukan apa,” ujar Buya Athar pelan dan lirih. Di tengah getar suaranya sendiri, Buya Athar mengucapkan kalimatnya dengan nada serendah dan setenang mungkin. “Sekarang juga, Bapak ke rumah Mamak dan Abah. Peluk mereka. Cium tangan Mamak dan Abah…kalau perlu, sujud di kakinya. Tak ada lagi,Pak, yang bisa membantu anak laki-laki Bapak itu selain Allah.
83
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, (Bandung: CV Diponegoro, 1992), h. 403-404. 84 Aurora, op. cit., h. 14.
78
Tapi, Allah hanya akan membantu kalau ia ridha. Bapak tahu, kan, kalau ridha Allah itu adalah karena ridha orangtua?”85 Pada dialog tersebut, Buya Athar mendengarkan cerita dari seorang pengusaha yang sukses dalam karirnya, namun belum merasakan kesuksesan dalam mendidik anaknya. Anak dari pengusaha sukses itu sering sekali berlaku kurang ajar kepada orangtuanya. Lalu Buya Athar bertanya tentang hubungan pengusaha tersebut dengan orangtuanya, sang pengusaha bercerita bahwa ia sudah delapan bulan tidak menjenguk orangtuanya padahal jarak dari kantor ke rumah orangtuanya dapat ditempuh dalam waktu tiga puluh menit. Ia pun tidak pernah menelepon orangtuanya. Buya Athar memberikan nasihat kepadanya agar pengusaha tersebut mengunjungi rumah orangtuanya serta memuliakan mereka. Karena hanya Allah yang dapat membantu ank lai-lakinya tersebut. Allah akan membantu jika Ia ridha, sementara ridha Allah tergantung pada ridha orangtua. Nasihat tersebut membuat pengusaha itu mencintai dan lebih memperhatikan orangtuanya dibandingkan sebelumnya. Selanjutnya, dialog yang mengandung metode nasihat yaitu, “Terngiang suara Buya Athar bertahun-tahun lalu. “Muliakanlah orangtuamu, maka dunia akan memuliakanmu.” Nasihat Buya Athar yang sudah sejak bertahun-tahun lalu, mengingatkan Ramadhan untuk memuliakan orangtuanya. Ketika teringat nasihat yang menyentuh itu, Ramadhan segera melakukan apa yang ia dengar dari buya Athar, ia memberikan sebagian honornya kepada orangtuanya, seperti yang terdapat dalam dialog: “Setiap penghasilanku, kito bagi fifty-fifty, ya, Umi.” Umi masih belum mengerti. Tak terlalu acuh, ia melirik. “Apa itu fifty-fifty?” “Honorku, Umi. Kito bagi dua.””86 85
Ibid, h. 54.
79
Adapun nasihat yang diberikan Abuya kepada pemuda yang bernama Rafiq saat menziarahi kubur buyutnya, Datuk Hasan dan Datuk Rahman, yaitu: “Kita tahu sejak dulu bahwa anak-anak adalah titipan Allah, jadi harus kita jaga baik-baik. Tapi, kita lupa bahwa orangtua juga dititipkan Allah kepada kita. Jadi, orangtua juga harus kita jaga baik-baik, Bang. Seperti menjaga anak.”87 Abuya menasihati Rofiq agar menjaga orangtuannya, karena orangtua juga merupakan titipan Allah kepada anak yang harus dijaga baik-baik. Orangtua juga keramat anak, maka harus dihormati dan dimuliakan. Beberapa potongan kalimat dalam novel di atas telah menunjukkan bahwa novel Ada Surga di Rumahmu menggunakan metode nasihat untuk pendidikan birrul walidain. Nasihat yang diberikan yaitu nasihat agar menaati perintah orangtua, meminta restu dan ridho orangtua, bersikap santun terhadap orangtua, memuliakan orangtua, menjaga silaturahim dengan orangtua, dan mendahulukan kepentingan orangtua. b. Metode Keteladanan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, bahwa “keteladanan” dasar katanya “teladan” yaitu: “(Perbuatan atau barang dsb,) yang patut ditiru dan dicontoh.”88 Oleh karena itu keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh. Dalam Al-qur‟an, “keteladanan” diistilahkan dengan kata Uswah, kata ini berada dalam Firman Allah Swt.: 86
Ibid, h. 104. Ibid, h. 131. 88 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 1025. 87
80
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. AlAhzab [33]: 21)89 Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah Swt. mengutus Nabi Muhammad Saw. ke bumi ini adalah sebagai contoh atau tauladan yang baik bagi umatnya. Beliau selalu terlebih dahulu mempraktekkan semua ajaran yang disampaikan Allah sebelum menyampaikan kepada umat, sehingga tidak ada celah bagi orang-orang yang tidak senang untuk membantah dan menuduh bahwa Rasulullah Saw. hanya pandai bicara dan tidak pandai mengamalkan. Metode keteladanan sebagai suatu metode digunakan untuk merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh keteladanan yang baik kepada anak agar mereka dapat berkembang biak secara fisik maupun mental dan memiliki akhlak yang baik dan benar. Pada novel Ada Surga di Rumahmu Oka Aurora menampilkan metode yang digunakan untuk pendidikan birrul walidain yaitu metode keteladanan. ““Ngapo dipan kakek idak kito bawa saja Buya? Kan, sudah disuruh pakai saja,” Kata Umi. Abuya mengambil sepotong ubi dengan hati-hati. “Dak usah, Umi. Kan, dipannya juga masih dipakai disana.””90
420.
89
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h.
90
Aurora, op. cit., h. 31.
81
Dialog antara Umi dan Abuya tersebut adalah ketika mereka baru saja pindah dari rumah Enjid dan Jidda. Mereka bercakap di depan anakanaknya, mengenai dipan yang ditawarkan Jidda untuk dibawa ke rumah mereka, namun Abuya tak ingin membawa dipan tersebut karena dipannya masih di pakai di rumah Enjid dan Jidda. Sikap Abuya tersebut mencerminkan keteladanan bagi anak-anaknya, Abuya tak ingin merepotkan orangtuanya, dan mengutamakan kepentingan orangtuanya (Enjid dan Jidda). Metode keteladanan lainnya, terdapat dalam dialog, “”Rapat apo, Hafidz?”Tanya Enjid pada pria itu sambil melihat ke sekeliling ruangan, mencari bangku kosong. Tergesa Umi mengangkat tubuhnya, memberikan tempat duduknya untuk sang mertua. Enjid melambai-lambaikan tangannya pada Umi, meminta menantunya duduk kembali.”91 Rapat keluarga membahas mengenai kepindahan Abuya dan Umi Ramadhan dihadiri oleh kakak-kakak Abuya dan anak-anak mereka. Saat itu ketika Enjid baru datang, Enjid mencari bangku yang kosong di ruangan itu untuk ia duduki, namun tidak ada yang kosong. Kemudian Umi dengan tergesa mengangkat tubuhnya untuk mempersilahkan Enjid duduk. Pada dialog tersebut, Umi memberikan teladan kepada anakanaknya yang melihat sikapnya hormatnya kepada orangtua. Beberapa potongan kalimat dalam novel di atas telah menunjukkan bahwa novel Ada Surga di Rumahmu menggunakan metode keteladanan untuk pendidikan birrul walidain. Keteladanan yang dicontohkan oleh orangtua Ramadhan kepada anak-anaknya yaitu mendahulukan kepentingan orangtua dan bersikap santun kepada orangtua.
91
Ibid, h. 28.
82
c. Metode Kisah Pada pendidikan Islam, kisah mempunyai fungsi edukatif yang tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian lain selain bahasa. Hal ini disebabkan kisah Qur‟ani dan Nabawi memiliki beberapa keistimewaan yang membuatnya mempunyai dampak psikologis dan edukatif yang sempurna, rapi dan jauh jangkauannya seiring dengan perjalanan zaman. Di samping itu kisah edukatif melahirkan kehangatan perasaan dan vitalitas serta aktifitas di dalam jiwa, yang selanjutnya memotivasi manusia untuk mengubah perilakunya dan memperbaharui tekadnya sesuai dengan tuntunan, pengarahan, dan akhir kisah itu, serta pengambilan pelajaran darinya.92 Pada novel Ada Surga di Rumahmu Oka Aurora menampilkan metode yang digunakan untuk pendidikan birrul walidain yaitu metode kisah. Ketika Raniah selesai melipat sajadah, Abuya memulai kisahnya, yaitu sebuah hikayat yang terjadi pada musim haji, 1400 tahun lalu. Begini Abuya memulai dongengnya: Keringat meleleh dari dahinya seperti mentega yang diletakkan di sebelah perapian. Tanpa ampun, sebagian lelehannya pelan menyusupi kelopak mata, menimbulkan perih. Sebagian mengalir ke ujung hidungnya yang besar dan membulat. Sebagian rembes ke janggutnya. Salman Al-Farisi mengatur napasnya yang berlari kencang. Saking kencangnya, sesekali ia terbatuk. “Turunkan ibu nak,” pinta wanita renta yang ia bopong di punggungnya. “Ibu bisa jalan sendiri.” Salman menggeleng pada permintaan ibunya yang entah sudah kali keberapa. Napas Salman berat dan terengah, tapi ia tak mau menyerah. Ini putaran tawaf mereka yang keenam. Sedikit lagi, Salman mengencangkan tekadnya, sedikit lagi. Terbayang olehnya pintu-pintu surga membuka lebar untuknya.93
92 93
An-Nahlawi, op. cit., h. 331-332. Aurora, op. cit., h. 16.
83
Kalimat di atas menampilkan kegiatan Abuya yang sedang menceritakan kisah Salman Al-Farisi yang sangat berbakti kepada orangtua. Kisah tersebut diceritakan Abuya untuk anak-anaknya. Pada musim haji 1400 tahun lalu, Salman membopong ibunya sambil melakukan thawaf. Ketika thawaf putaran keenam ibunya meminta agar ia berjalan sendiri. Tapi Salman melarang ibunya yang sudah renta itu untuk jalan sendiri. Ia mengelilingi ka‟bah sambil membayangkan dosadosanya yang telah ia lakukan kepada ibunya. Selesai melakukan thawaf putaran ketujuh, Salman berlutut di depan wanita mulianya. Ia berterima kasih kepada ibunya atas segala jasa yang dikorbankan untuk dirinya. Ia meminta ridha ibunya, sang ibupun sangat bangga dan terharu atas segala yang dilakukan anaknya. Kisah yang sangat menginspirasi tersebut diceritakan Abuya kepada anak-anaknya. Abuya secara tidak langsung memberikan pesan dan motivasi kepada anak-anaknya agar selalu menjaga adabnya kepada orangtua. Karena dengan kisah manusia dapat mengambil pelajaran yang berarti untuk hidupnya. Beberapa potongan kalimat dalam novel di atas telah menunjukkan bahwa novel Ada Surga di Rumahmu menggunakan metode kisah untuk pendidikan birrul walidain. Kisah yang diceritakan adalah kisah yang mengandung pesan agar bersikap santun terhadap orangtua, meminta restu dan ridho orangtua, dan mendahulukan kepentingan orangtua.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil kajian yang dilakukan penulis mengenai nilai-nilai pendidikan birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : Pertama, nilai-nilai pendidikam birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora digambarkan melalui perilaku para tokoh yang berperan di dalam novel tersebut. Nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang terkandung dalam novel tersebut meliputi berbicara lemah lembut kepada orangtua, menaati perintah orangtua, bersikap santun kepada orangtua, menafkahi orangtua, mengutamakan kepentingan orangtua, meminta izin dan restu orangtua, mendoakan orangtua, membantu pekerjaan orangtua, menjaga silaturahim dengan orangtua, mendoakan dan menziarahi kubur orangtua yang sudah meninggal. Kedua, metode pendidikan yang digunakan untuk pendidikan birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora yaitu metode nasihat, metode teladan, dan metode kisah. Ketiga, novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora merupakan novel yang dikemas dengan kalimat yang mudah dimengerti. Novel ini menceritakan tentang kehidupan tokoh utamanya Ramadhan yang selalu memuliakan orangtuanya dengan berbagai kebaikan yang ia lakukan melalui perkataan dan perbuatannya.
Melalui kisah yang disampaikan pengarang dalam novel ini,
pembaca secara langsung dapat mengambil pelajaran mengenai penerapan birrul walidain dalam kehidupan sehari-hari.
84
85
B. Implikasi Penelitian ini memiliki implikasi terhadap aspek lain yang relevan dan memiliki hubungan positif. Implikasi tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1. Implikasi teoritis a. Membuka wawasan akan beragamnya novel yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran. b. Membuka peluang dilakukannya penelitian-penelitian tentang nilai pendidikan birrul walidain. 2. Implikasi pedagogis Novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora dapat digunakan sebagai media pembelajaran novel yang isinya mudah dipahami dan banyak mengandung nilai-nilai pendidikan birrul walidain. 3. Implikasi praktis a. Memperkaya khazanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penelitian pendidikan, sehingga peneliti lain akan termotivasi untuk melakukan penelitian yang nantinya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk lebih mencermati media pembelajaran yang tepat bagi siswa.
C. Saran Dari kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi salah satu upaya konstruktif dalam mengembangkan konsep pendidikan birrul walidain di Indonesia. 1. Terkait dengan eksistensi novel, sudah sepantasnya pengarang novel atau karya sastra lainnya, mempertimbangkan nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang bisa disumbangkan ke masyarakat luas dan bukan mempertimbangkan trend yang negatif . Karena sangat jarang sekali novel yang berisi tentang pendidikan birrul walidain dan dalam beberapa tahun
86
terakhir banyak bermunculan novel atau karya sastra yang sangat jauh dari unsur mendidik, sebab bagaimanapun karya sastra terutama novel banyak diminati oleh seluruh lapisan masyarakat, terlebih lagi dari kalangan remaja yang merupakan cikal bakal pemimpin bangsa. 2. Bagi para pembaca, hendaknya dapat mengambil
hikmah nilai-nilai
pendidikan birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora serta menerapkan nilai-nilai pendidikan pendidikan birrul walidain dalam keseharian. 3. Bagi para pendidik di sekolah, hendaknya menganjurkan para peserta didiknya untuk melengkapi bahan bacaan mereka dengan bacaan yang edukatif. Secara lebih konkret, misalnya, dengan menyediakan buku-buku yang dimaksud di perpustakaan sekolah sehingga para peserta didik dapat membacanya. Selain itu, pendidik sebaiknya menerapkan metode pendidikan untuk pendidikan birrul walidain agar tertanam nilai-nilai birrul walidain pada diri peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA Abu Sayyid, Salafuddin. Surga di Telapak Kaki Bunda. Surakarta: Wacana Ilmiah Press, 2010. Ahmadi, Abu. dan Salimi, Noor. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2004. Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Fathul Baari Jilid 3. Jakarta: Pustaka Azzam, 2003. Al-Habsyi. 7 Keajaiban Orangtua, Cara Cepat Sukses Dunia dan Akhirat. Jakarta, Haqiena Media, 2015. An-Nahlawi, Abdurrahman. Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam. Bandung: CV Diponegoro, 1992. Ardani, Moh. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Karya Mulia, 2005. Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011. Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2012. Asy-Syafrowi, Mahmud. Orang Tuaku Pintu Surgaku. Bandung: Mizania, 2015. Aurora, Oka. Ada Surga di Rumahmu. Jakarta: Noura Books, 2015. Departemen Agama RI.
Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Maghfirah
Pustaka. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa, 2007. Estern, Mursal. Kesusatraan Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa, 2013. Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008.
87
88
Kutha Ratna, Nyoman. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Mustari, Mohamad. Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2014. Mustofa, A.. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2014. Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002. ----------. Filsafat Pendidikan Islam 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997. Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2013. Rokhmansyah, Alfian. Studi dan Pengkajian Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014. Semi, M. Atar. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya, 1988. Shihab, M. Quraish. Birrul Walidain. Tangerang: Lentera Hati, 2014. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA, 2013. Suryamalang. Anak Durhaka Pukuli Ibu, Picu Murka Warga Singapura. 2015, (http://suryamalang.tribunnews.com/2015/07/28/video-anak-durhakapukuli-ibu-picu-murka-warga-singapura). Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Syaifullah, Hamli. Rahasia Keajaiban Berbakti kepada Ibu. Jakarta: AlMaghfiroh, 2013.
89
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1999. Trianto, Agus. Bahasa Indonesia Jilid 2. Erlangga, 2007. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Visimedia, 2007. Wahid, Abdul. Mencari Surga di Telapak Kaki Ibu Ragam Sikap dan Perilaku Penggapai Ridha Ibu. Yogyakarta: Sabil, 2015. Wicaksono, Andri. Pengkajian Prosa Fiksi. Garudhawaca, 2014. Yasin, Fatah. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008.
:,
,ar''fr.i;f,
;r; {JiJ
=rq% I
:
KEMENTERIAN AGAMA
No.
Dokumen
UIN JAKARTA
Tgl.
Terbit :
FORM (FR)
FITK Jl tt H Juaaadl\tag5)p-la'1r!'2lnoaoz.-e
FITK-FR-AKD-081 1 Maret 201 O
No. Revisi:
0'1
Hal
111
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI Nomor : Un.01lF. 1/KM.0
1
.3/........1201 5
Jakartq 30 September 2015
La-p. :-
Ha[
:Bimbingan Skripsi
Kepada Yth. Dra. Mahmudah Fitriyah, ZA, M Pd Pembimbing Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Assalamu'alaikum wr.w b.
Dengan
ini
diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing
I/II
(materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:
Yumna Hidayatin
Nama
.
NIM
:1111011000010
Jurusan
:
Pendidikan Agama Islam
Semester : 9 (Sembilan) Judul Skipsi : Nilai-Nilai Pendidikan
Birrul Waliduin dalam Novel Ada
Surga di Rumohrrut Karya Oka Aurora
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 29 Desember 2014, abstraksiloutline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.
ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.
Bimbingan skripsi
Atas perhatian dan kerja sama Saudar4 kami ucapkan terima kasih. Wa s.s a I amu' a la i ku
m
w r. w b.
didikan Agama Islam
Majid Khon, M.Ag s80707 198703 Tembusan: Dekan FITK
1. 2.
Mahasiswa ybs.
I
005
KEMENTERIAN AGAMA
No.
UIN JAKARTA
Tgl.
FORM (FR)
FITK Jl. lr.
H Juanda
l,lo 95 Ciputat
1
A12 hdonesia
: Terbit :
Dokumen
FITK-FR-AKD-081
1 Maret 201 0
No. Revisi:
01
Hal
111
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI Nomor : Un.O1ff. 1iKM.01.3 1........12015
Larnp.
Hal
Jakart4 30 September 2075
::
Bimbingan Skripsi
Kepada Yth.
Dr. H.Dimyati, M.A Pembimbing Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IIIN Syarif Hidayatullah Jakarta. As s a lamu'
a
lai htm
Dengan
w r.w b.
ini
diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing I/II
(materi/teknis) penulisan skripsi mahasi swa: Nama
Yumna Hidayatin
NIM
rr11011000010
Jurusan
Pendidikan Agama Islam
Semester
9 (Sembilan)
Judul Skripsi
Nilai-Nilai Pendidikan Binul Walidain dalam Novel Adu
Surga di Rumshma Ka.ya Oka Aurora
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 29 Desember 2014, abstraksi/outline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.
Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnyatanpa surat perpanjangan. Atas perhatian dan kerja sama Saudara kami ucapkan terima kasih. Wa ss a I amu' a lai kum w r. w b.
ikan Agama Islam
I
Majid Khon, M.Ag 198703
Tembusan: Dekan FITK Mahasiswa ybs.
1. 2.
I
005
LEN{BAR UJI REFERENSI
Narna
: Yunrna Hidayatin
NIM
:1111011000010
Fakr"rltas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguman
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Judul
: Nilai-Nilai
Birrul lYalidain dalam Novel ldc
Pendidikan
Surga tli RumalrntuKarya Oka Aurora
Judul Buku
No
No. Footnote
Halaman Skrinsi
Paraf Pembimbins
BAB I I
2
j
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathl Baari Jilid 3, (Jakarta: Pustaka
Azzam.2003), h.334., dan 335 Depaftemen Agama RI, AlQur' an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h. 412. Suryamalan g, Anak Durhaka Pulaili lbu, Picu Murka Warga Singapura,20l5, (http ://suryamalang.tribunnews.
1
dan3
2
ldan2 I
2
5
2
6
2
7dan8
I
9
a -)
M. Atar Setni, Anatorti Sastra,
10 dan
_)
(Padang: Angkasa Raya, 1988),
11
5I
07 I 28 I
ry V
ry4
c om/ 20 |
W
video - anak-
durhaka-pukuli-ibu-picu-murkawarsa-singapura). 4
5
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 201 4), h. 109. Hasbullah, D as ar-Das ctr llnnt Pendidikan. (Jakarla: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h.
\v %
143. o
7
Abudin Nata, Akhlak TasatuLf, (Jakarla: RajaGrafindo Persada, 2002\. h. 164. Dan h. i 65. Abudin Nata, Filsafat Pendidikcm islant 1, (Jakarla: Logos Wacana Ilir-ru, 1997), h.
,\,
%
91. 8
h8
'%4 "r \t/
o
10
Burhan Nurgiyantoro, Te ori P en gkaj i cut Filr.si, (Yogyakarta Gadjah Mada University Ptess, 2013). h.433.. dan hal. 434. Erusiklopedi Sastra Inclonesict,
12 dan
4
li
:
l4
W
4
{r
(Bandung: Angkasa, 2007), h. s46. 11
Agus Trianto, Bahasa Inclonesict Jilid 2. (Erlangsa. 2007), h. 48.
t5
4
t2
Oka Aurora, Ada Surga di Rumahmu, (Jakarla: Noura
l6
5
(
(r
Books.2015).
l3
BAB II l, 3, 13,
Tim PenlT rsun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, KamtLs Besar Bahasa
21,46
t4
U,
//
%
24
w
h.232,h.
Abu Ahmadi danNoor Salirni, ar P endidikan A gama (Jakarta: Bumi Aksara, Islam, 2004). h.202. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarla: Visimedia, 2007\,h.2. Hasbullah, Das ar-Das ar llmtt Pendidikan. (Jakarla: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h.
d-
9,12,14,
Indonesia, (Jakarla: Balai Pustaka, 1999), h. 690, 129..h. l02s.h. 694.
r
2
9
4
10
5 danT
10
D as ar-D as
15
16
tu [}
2..h.1. 17
18
Muhibbin Sy ah, P s iko I o gi Pendidikan, (Bandung: Rernaj a Rosdakarva. 2010). h. 32. Salafuddin Abu Sayyid, Surgct di Telapak Kaki Bunda, (Surakarta: Wacana Ihniah Press, 2010), h.
6
10
8
t0
20
9,37, 40
M. Quraish Shihab, BirrtLl Walidain., (Tangerang: Lentet Hati, 2014), h. 89., h.142., h. i41. Arnrai Arief, Pengantar llnuL dcut Metodologi Pend idi lccut Islam, (Jakarla: Ciputat Pers,
{t u (F
17. 19
%
11,21 22
a
10, 11 14, 15
t].20
ll,
12,
13,14, 15
0- ry
V
2012), h. 109.. h. 40.. h. I t0., h 160.. h. 146.. h. 119.. h. 120.
2t
Abclul lvlajid, Stru tegi
r-az, (Banclung: Remaja Rosdakarya, 2013), h. 193. Dan h. 200. A. Fatah Yasin, Dintensidinrens i P endiclikcut Is lcun, (Yogyakarla: UIN-Malang Press, 2008), h.144. dan h. 145. Deparlemen Agama Rl, AlQur' an dan Terj e nr ahnya, (Jakarla: Maghfirah Pustaka), h. P
22
23
24
25
26
27
28
29
entbela.j
a
420..h.284..h. 504. Hamli Syaifullah, RaltasicL Keajaiban Berbakti kepada Ih4 (Jakarta: Al-Maghfiroh, 20 1 3), h. 165., h.173.,h.129, h. 86., h.167-r68.. h. 169. Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari Jilid 3, (Jakaila: Pustaka Azzam.2003), h.334. Mahmud Asy-Syafrowi, Orcmg Tualu Pintu Surgafrr, (Bandung: Mizania,2015),h. 9l .,h. 112., h.102., h. 111., h. 119-120., h. r34. A. Mustofa, Akhlak Tasawttf, (Bandung: Pustaka Setia, 20 1 4), h.170. Moh. Ardani, Akhluk Tosawttf, (Jakarla: Karya Mulia, 2005), h. 84. Andri Wicaksono, P ett gkctj icut P r os cr Fiksi, (Garudharvaca, 2014\. h. 15 Ensikl.opedi Sastrct lttdones i tt (Bandung: Angkasa, 2007), h. s46. Bur-han Nurgiyantoro, Te ori Pengka.jian tru /rsi, (Yogyakarta. Gadjair Mada Universitl, Press. 2013),h. 12.- h. 3., h. 4, h. 30. h. 118., h. 116, h. 16l.,h. 168., h. 241 .,h. 248, h. 303, h. 3 14-3 15.
l2
dan
12 dan 14
l9
16, 18 dan 25
??71
13 dan
i6
15, 18,
,4 /1
aa
24
26,28, 34,36, 42,43
16,19,
27
t6
)q i1
20,23
% 1)
39,41
17,18, 19,20, 21,22
30
t7
38
11
45
24
15
31
h.322.h 336.,h 333,h 3i9,
V ry
w hr
.
30
F w
47
48,49, 50 5l 5? 5i {1 5i 56,58, 60,62. oJ. 04.
24
)5 )6 )'7 29 JI
v
r *
)R
30
{p
r
/l
W,,
h. 30-3
65, 6J .
1.
(F
68,69, clan 70
)Z
Alfian Roklnnansyah, SttLcli tlurt P engkcj icr rt Sas tra, (Yogyakar-ta Graha Ilmu , 2014), h. 37. dan h 39.
s7, 66
28, 30
-l -l
Mursal Estern, Kesusa truon Pengantar Teori dan Sejaroh, (Bandung: Angkasa,2013), h. 26-
59
28
34
M. Atar Semi, Anatorni
61
29
21. Sastt'a,
(Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 46.
BA B TII 35
Zainal Arifi n, P en e I i ti an Pettdidikan Metode dan P aradigma B artL, (B andwg: Remaja Rosdakarya,, 2011), hal.
JO
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian
I
35
2
35
W
w \P
41.
Sas tra,
37
(Yogyakarla: Pustaka
Pelaiar. 2007). hal. 48. Lexy J. Moleong, Metodologi P eneli t i an Kuali t atif, (Bandung Remaja Rosdakarya, 2010), hal
3 dan4
36 dan 37
\L
8. danhal. 168. 38
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, hnlitatif don R&D, (Bandung: ALFABETA, 20 I 3), h.247-248. danh. 252.
39
Oka Aurora, Aclo Surga cli
Runahmu, (Jakarta: Noura Books, 2015), h. 3., h. 1, h. 30,
.
5dan6
BAB IV 7,2,3,4 5,6,7,8
h. 108-109, h. 109, h.41., h. 162.,h.46.,h.208., h. 34., h. 68, h. 184., h. 191 .,h.22J., h. 200., h.44., h. 20., h.43., h. 102., h. 99.,h. 3.,h. 220., h. 177 ., h. 133., lr. 40. , h. 142.,h.166., h. 206., h. 226., h. 215 ., h. 31 . b. 40., l.r. 45.,h.48., h. 106., h. 232.,h. 176..h. 221.,lt. I 04.. h. 148.. h. 215.. h. 148.. h. 182.. h.
{f
9,10, il 12,73,
74, 15, 16,\J , 1
8, 19.
)o
)1
)) )1 )4 )\ -')'") )6 )'i 1l
)
38 dan 39
43,44, 45,46, 4J, 48, 49,50, 58, 59,
60,6i,
6)
61
65,66, 61, 68, 69, J0, 1't '71
1/
)-
) /-
15
16
fi,
(/
201
.,h. 188.. h.
190.,
li.
106., h.
231, h.92.,h.20., h. 142.,h. 200., h. 72J.,h. 128., h. 14., h. 54., h. 104., h. 131., h.37.,h.28.,
h. 16.
38,39, 40, 45, 46, 4J, 48,49, 53,54, 57, 58, 59,60,
7J,J8,
79
80
62,63, 64,69, 70,77, 72,75, 77
,78,
80,81, 82, 83, 86,8J, 89
40
41
Peny'Lrsun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamts Besar Bahasa Indonesia, (Jakarla: Balai Pustaka, 1999),h.579., h. 986., h. 878.. h. 940., h. 102s. Mahmud Asy-Syafro w i, O r an g Tualru Pintu Surgaftu, (Bandung:
28,34, 42,73,
57,59,
84
77
Mizania,2015),h. 712., h. 111., h. 103., h. 104., h. 107., h. 103-
65,74
, 61, 64,68, 69,72
30,35, 52,67,
57,59, 64,70,
85
78
36
59
Tim
61,72,
% 29,44, 51, 61,
57
104.
42
43
Departemen Agama Rl., AlQm"an don Terjemahnyo, (Jakarla: Maghfirah Pustaka), h. 284., h. 412., h. 33., h. 284., h. 420. Al-Habsyi, 7 Kecjaibcut OronghLcr, Ccrra Cepat Silrses D
44
45
46
utia
,m-
r
(e %
d a n Aklti rat,(Jakar1a,
Haqiena Media. 201 5), h. 179. Mohamad Mustari, M/ai Karakter Refleksi unhtk P en didilran, (Jakarla: Rajarvali Pers 2014) . h.129.. h. 130. Abdul Wahid, Mencari Strga cli Telapak l{alri Iht Ragaru Silcap clcu't P erillnh t P en ggap cti Ricl h ct Ibu, (Yogyakarta: Sabil, 2015), h. 97-98., l.i. 87., h. 15., h. 93. Harnli Syaifullah, Ralt osio
{L
47,43
6t /t/
50, 55,
63,65,
66,69
10,71
56
66
\iJ (p
ry/
/
,hL /
Kecjoibcut Berbakti hepoda lbu, (Jakarta: Al-Maghfiroh, 201 3),
h.235. 41
48
M. Quraish Shihab, BirnLl Walidain, (Tangerang: Lentera Hati. 2014).h. 142. Abdur:rahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metoda P en didikan Is I am, (B andung: CV Dipone goro, 1992), h. 403 404.
t6 79, 88
t3
75, 80
fil
al r
v, % (F
IDENTITAS BUKU
Judul Buku
: Ada Surga di Rumahmu
Penerbit
: Noura Books
Tahun Terbit : 2014 Cetakan
: Jakarta, Maret 2015
Tebal Buku
: vii + 232 halaman
Pengarang
: Oka Aurora