NILAI – NILAI PENDIDIKAN ISLAM YANG TERKANDUNG DALAM NOVEL “CINTA DI UJUNG SAJADAH” KARYA ASMA NADIA Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Program Sarjana Strata 1 (S1) Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
OLEH : RIYAN YAHYA 131310000348/211121
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ JEPARA 2015
1
NOTA PEMBIMBING Lampiran
:-
Jepara, 12 September 2015
Hal
: Naskah Skripsi
Kepada Yth.
An. Sdr. Riyan Yahya
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara Di Jepara
Assalamualaikum Wr. Wb Setelah saya mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, maka bersama ini saya kirimkan naskah skripsi saudara: Nama
: Riyan Yahya
NIM
: 131310000348/211121
Fakultas
: Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Prodi PAI
Judul
: Nilai – Nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung Dalam Novel “Cinta Di Ujung Sajadah” Karya Asma Nadia
Dengan ini saya mohon agar skripsi saudari tersebut dapat di munaqosahkan. Atas perhatiannya saya mengucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Wr. Wb Pembimbing
Drs. H. Mahalli, M.Pd
ii
SURAT PERNYATAAN Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan dan disebutkan dalam daftar pustaka
Jepara, 29 September 2015 Deklarator
RIYAN YAHYA NIM. 131310000348
iv
MOTTO (QS. Al-Baqarah: 216)
◌ۗ ُﻮ َﺷ ﱞﺮ ﻟَ ُﻜ ْﻢ َ ُﺤﺒﱡﻮا َﺷ ْﻴﺌًﺎ َوﻫ ِ َﻰ أَ ْن ﺗ ٰ ُﻮ َﺧ ْﻴـ ٌﺮ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ۖ◌ َو َﻋﺴ َ ﺴ ٰﻰ أَ ْن ﺗَ ْﻜ َﺮﻫُﻮا َﺷ ْﻴﺌًﺎ َوﻫ َ َو َﻋ وَاﻟﻠﱠﻪُ ﻳَـ ْﻌﻠَ ُﻢ َوأَﻧْـﺘُ ْﻢ َﻻ ﺗَـ ْﻌﻠَﻤُﻮن
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kamu. Dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kamu. Allah Maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui”
v
PERSEMBAHAN
Karya skripsi yang sederhana ini kupersembahkan kepada: 1. Bapak dan ibuku tercinta dengan doa yang senantiasa mengiringi langkahku. Semoga Allah SWT selalu menyayangi, melindungi dan mem beri kesehatan kedua orangtuaku. 2. Semua kandungku yang aku sayangi yang selalu mendukung saya. 3. Orang terdekat, sahabat-sahabat yang selalu menghibur, aku bangga pada kalian. 4. Teman seperjuangan terutama Tarbiyah A4 yang selalu memberi dorongan dan semangat untuk terus memperjuangkan toga bersama-sama.
vi
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Ilahi Robbi, yang telah melimpahkan segala nikmat, rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat segera terselesaikan. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada tauladan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga serta semua pengikutnya yang taat menjalankan ajarannya. Dengan berbekal ketekunan dan kemampuan serta kesabaran yang tinggi serta pertolongan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini mustahil terselesaikan tanpa pertolongan Allah yang disemaikan melalui makhluk-Nya. Oleh karena itu, dengan tulus penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. KH. Muhtarom HM, selaku Rektor UNISNU Jepara. 2. Bapak Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara. 3. Bapak Drs. H. Mahalli, M.Pd, selaku pembimbing yang dengan sangat sabar mencurahkan segenap pikiran dan tenaganya dalam membimbing penulis. 4. Bapak / Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara yang selalu memberikan pengetahuan-pengetahuan yang inovasi. 5. Untuk kedua orang tuaku tersayang, yang telah merawat dan mendidik dengan penuh kasih sayang dan ketabahan, memberikan pengorbanan yang tidak terhitung nilainya baik moral maupun materiil dan juga memberikan dorongan serta selalu mendoakan penulis dalam menempuh hidup ini.
vii
6. Untuk Ani Rohmah yang selalu meluangkan waktunya, memberikan motivasi, memberi dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 7. Untuk teman-teman organisasiku, BEM Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan periode 2013-2014, PMII Rayon Tarbiyah periode 2013-2014, ORSHA (Organisasi Bahasa), Sunani, Ninim, Indah, Menik, Rifa, dan semua temanteman yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu terima kasih kalian, tanpa kalian dan organisasi kita, saya tidak akan berproses dengan baik sampai detik ini. 8. Kepada teman-teman seperjuangan, sholikul Amin, Saifur Rohman, Rizki Ardi A, Hadiyah, Risma dan semua kelas A.4 angkatan 2011 nyang penulis banggakan. Semoga amal kebaikan dan budi pekerti mereka selalu mendapatkan ridho dan rahmat
dari Allah SWT. Seiring do’a dan ucapan terima kasih penulis
mengharapkan tegur sapa, kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca yang budiman. Amin ya Robbal alamin. Jepara, 29 September 2015 Penulis RIYAN YAHYA NIM. 131310000348
viii
ABSTRAK Riyan Yahya (NIM: 131310000348). “Nilai – Nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung Dalam Novel “Cinta Di Ujung Sajadah” Karya Asma Nadi ”. Skripsi Jepara : program strata I (SI) fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara 2015. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah : (1) Apa sajakah nilainilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Novel Cinta Di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia. (2) Bagaimanakah aplikasi nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Novel Cinta Di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pustaka (library research), yaitu menjadikan bahan pustaka sebagai sumber data utama yang dimaksudkan untuk menggali teori-teori dasar dan konsep-konsep yang telah ditemukan oleh para ahli tertetu. Metode dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif. Dalam metode kualitatif sendiri percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang – orang lelalui interaksinya dengan situasi sosial mereka. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan analisis, yaitu pendekatan yang berusaha memahami gagasan, cara pandang, cara pengarang menampilkan gagasan atau mengimajinasikan ide-idenya, sikap pengarang dalam menampilkan gagasan-gagasannya, elemen intrinsik dan mekanisme hubungan dari setiap elemen intrinsik itu sehingga mampu membangun keselarasan dan kesatuan dalam rangka membangun totalitas bentuk maupun maknanya. Untuk sumber data, penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Dan untuk metode analisi data, penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk memaparkan gambaran mengenai hal – hal yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Hasil dari penelitian ini, penulis menemukan bahwa novel tidak hanya sebagai bahan bacaan sampingan saja, akan tetapi novel juga dapat dijadikan sebagai metode dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran PAI. Yaitu dengan adanya unsur cerita yang ada pada novel. Cinta Di Ujung Sajadah merupakan salah satu novel buah karya dari Asma Nadia yang kaya akan nilai-nilai pendidikan Islam yang dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi para pembacanya. Dari hasil analisis penulis, terdapat beberapa nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Novel Cinta Di Ujung Sajadah, yaitu: 1) Iman Kepada Allah dan Rasulullah. 2) Kesabaran. 3) Berbakti terhadap Orang Tua, dan 4) Berjilbab. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para siswa, para tenaga pengajar, para peneliti, dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara. Keywords : nilai – nilai pendidikan Islam, novel cinta di ujung sajadah, asma nadia
ix
DAFTAR ISI
Nota Pembimbing…………………………………………………………… ii Pengesahan…………………………………………………………………..
iii
Surat Pernyataan……………………………………………………………
iv
Motto…………………………………………………………………………
v
Halaman Persembahan……………………………………………………... vii Kata Pengantar……………………………………………………………… viii Abstrak……………………………………………………………………….
ix
Daftar Isi……………………………………………………………………..
X
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………
1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………
1
B. Penegasan Istilah……...…………………………………………......
6
C. Rumusan Masalah...............................................................................
9
D. Tujuan Penelitian …………………………………………………...
10
E. Manfaat Penelitian ……….…………………………………………
10
F. Kajian Pustaka....................................................................................
11
G. Metode Penelitian ……...……………………………………………
12
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian………………………………. 13 2. Sumber Data……………………………………………………. 3. Metode analisis Data…………………………………………… H. Sistematika ………………………………………………………….
x
13 15 16
BAB II: NOVEL DAN NILAI – NILAI PENDIDIKAN ISLAM A. Tinjauan Umum Novel……………………………………… 1. Pengertian Novel…………………………………………….
18 18 18
2. Media pendidikan…………………………………………… 22 3. Novel Sebagai media Pendidikan…………………………... 25 B. Nilai – Nilai Pendidikan Agama Islam…………………………......
27
1. Pengertian Nilai Pendidikan ……………………………….
27
2. Ruang Lingkup Nilai Pendidikan…………………………..
30
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam…………………………..
36
BAB III: DESKRIPSI TENTANG NOVEL “CINTA DI UJUNG SAJADAH” KARYA ASMA NADIA…………………………………
40
A. Biografi dan Hasil Karya – Karya Asma Nadia…………………... 40 1. Biografi penulis Asma Nadi………………………………… 40 2. Karya – Karya Asma Nadia………………………………...
41
B. Unusur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Novel “Cinta Di Ujung Sajadah”……………………………………………………………...
44
1. Unsur Intrinsik………………………………………………
44
2. Unsur Ekstrinsik…………………………………………….
52
C. Ringkasan Isi Novel…………………………………………………. 54 1. Usai Senja Dimadinah………………………………………. 54 2. Melintasi Ruang Waktu…………………………………….. 54
xi
3. Surge Yang Menghilang…………………………………….
55
4. Laki – Laki Matahari……………………………………….
56
5. Ujian Cinta…………………………………………………... 56 6. Rahasia Terbesar……………………………………………. 57 7. Izinkan Aku Mencarimu……………………………………
58
BAB IV: NILAI – NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL “CINTA DI UJUNG SAJADAH” KARYA ASMA NADIA
59
A. Iman kepada Allah dan Rasulullah………………………………...
59
B. Kesabaran……………………………………………………………
63
C. Berbakti Kepada Kedua Orang Tua………………………………
65
D. Berjilbab……………………………………………………………..
68 75
BAB V: PENUTUP A. Simpulan……………………………………………………………..
75
B. Saran…………………………………………………………………
78
C. Penutup………………………………………………………………
79
DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN – LAMPIRAN
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Islam atau pendidikan yang Islami, yakni pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai – nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu A-Qur’an dan As-sunnah. Dalam pengertian ini, pendidikan Islam dapat berwujud pemikiran dan teori pendidikan yang mendasarkan diri atau dibangun dan dikembangkan dari sumber sumber dasar tersebut.1 Pada dasarnya seorang insan lahir dalam kedaan fitrah “ bertauhid ” yaitu dalam kedaan suci, bagaimana keadaan kelak di masa yang akan datang bergantung pada didikan orang tuanya. Hal ini dijelaskan oleh Rasulullah dalam haditsnya yang berbunyi “Seorang bayi tidaklah dilahirkan melainkan dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang membuat menjadi Yahudi atau Nasrani atau Majusi”. (H.R Bukhari). 2 Hadits di atas menjelaskan betapa besar pengaruh pendidikan orang tua terhadap pendidikan anak anaknya. Ia bisa menentukan keadaan anaknya kelak di masa datang. Oleh karena itu sudah seharusnyalah para orang tua bersungguh sungguh dan berhati hati dalam mendidik anaknya. Masa depan anak sangat tergantung kepada pendidikan, pengajaran, dan lingkungan yang 1
Muhaimin, Paradikma Pendidikan Islam, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012),. cet.5, hlm. 1083. 2
Imam Al Mundziri, Ringkasan Hadist Shahih Muslim, ( Jakarta : Pustaka Amani, 2003), hlm. 1083. 1
2
diciptakan oleh orang tuanya. Lingkungan yang berada disekitar anak – anak dapat membentuk atau merusak masa depan anak. Apabila lingkungannya Islami, maka anak akan memiliki kecenderungan kepada agama. Tetapi apabila lingkungan tidak Islami maka anak akan mengembangkan watak yang tidak memiliki kecenderungan beragama. Dan keluargalah yang merupakan unit terkecil dari sebuah lingkungan masyarakat tersebut. Jika ingin terwujudnya suatu masyarakat yang baik, tertib dan diridhai Allah mulailah dari keluarga.3 Kondisi keagamaan anak berkembang sejalan dengan perkembangan kejiwaannya. Jiwa keagamaan ini semakin berkembang pesat dengan bertambahnya pengetahuan tentang agama. Disini nilai nilai agama dapat bersemi dengan suburnya dalam jiwa anak. Kepribadian yang luhur dan agamis yang dapat membuat jiwa anak menjadikannya insan insan yang penuh iman dan taqwa kepada Allah SWT.4 Pengalaman awal dan emosional dengan orang tua dan orang dewasa merupakan dasar dimana hubungan keagamaan dimasa mendatang dapat membangun ketaatan mereka pada agama. Bagi anak, sangatlah mudah untuk menerima ajaran dari orang dewasa, walaupun belum mereka sadari sepenuhnya manfaat ajaran tersebut. Orang tua mempunyai peranan penting
3
Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, ( Jakarta: Ruhama, 1994), hlm. 64. 4 Miftahul Huda dan Muhammad Idris, Nalar Pendidikan Anak, ( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), hlm. 70
3
bagi tumbuh kembangnya anak sehingga menjadi seorang pribadi yang sehat, cerdas, terampil mandiri, dan berakhlak mulia.5 Sungguh suatu kebahagiaan dalam hidup terutama dalam keluarga dengan orang orang yang berpegang teguh pada agama. Sebab apa yang dilakukan sebagai pencerminan dari pemahaman dan pengajaran agama yang dianutnya, dan akan berakibat terhadap orang yang disekitarnya terutama terhadap anak anaknya. Untuk itu para orang tua harus berhati hati dalam berperilaku agar menjadi contoh bagi anak anaknya. Demikian pula anak memerlukan perhatian dan kasih sayang, memerlukan kehangatan dan kedekatan dengan orang lain terutama orang tuanya, kakaknya, adiknya dan anak anak lainnya.6 Banyak sekali cara yang digunakan dalam menyampaikan moral, di antaranya melalui media pendidikan yang memuat cerita atau kisah, salah satunya adalah karya sastra dalam bentuk novel. Dalam hal ini, novel, kisah atau cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki keindahan dan kenikmatan tersendiri. Akan menyenangkan bagi anak anak maupun orang dewasa jika pengarang, pendongeng dan penyimak sama sama baik.7 Moral dalam karya sastra atau hikmah yang diperoleh pembaca lewat sastra, selalu dalam pengertian yang baik. Dengan demikian jika dalam
5
Syamsu Yusuf L. N dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011 ), cet. 2. hlm. 24. 6 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Usia Dini, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), cet.1. hlm. 81. 7 DR. Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Dengan Cerita, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 8
4
sebuah karya ditampilkan sikap dan tingkah laku lokoh – tokoh yang kurang terpuji, baik mereka bertingkah laku antagonis maupun protagonist, tidaklah berarti bahwa pengarang menyarankan kepada pembaca untuk bersikap dan bertindak demikian. Sikap dan tingkah laku tokoh tersebut hanyalah model, model yang kurang baik yang sengaja ditampilkan justru agar tidak diikutiatau minimal tidak dicenderungi oleh pembaca.8 Akan tetapi, tidak semua novel bisa menjadi media pendidikan. Novel yang bisa menjadi media pendidikan adalah novel yang memuat nilai nilai cerita yang mendidik manusia secara menyeluruh. Sedangkan cerita yang baik adalah cerita yang mampu mendidik akal budi, imajinasi dan etika seorang anak, serta mengembangkan potensi pengetahuan yang dimiliki.9 Salah satu novel yang kaya akan nilai nilai edukatif Islami dan dapat di aplikasikan dalam pendidikan Islam adalah novel “Cinta Di Ujung Sajadah”, karya dari penulis Asma Nadia yang dicetak pada tahun 2015. . Latar belakang novel ini sendiri adalah di beberapa kota besar di pulau jawa. Seperti Bogor, Jakarta, Bandung, sampai Jogjakarta. Ceritanya yang deskirtif menggambarkan realitas keadaan di setiap kota yang dijelajahi Cinta ketika pencarian ibunya. Salah satu nilai – nilai keagamaan yang ada dalam novel tersebut adalah iman kepada Allah, seperti yang terdapat dalam sub adegan yang ada 8
Burhan Nurgiyanto, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarata: Gajah mada University Press, 2007), cet. 6, hlm. 322. 9 Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1993), cet. 3, hlm. 348.
5
di sekolah yaitu “Allah memberikan ilmu dan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya,”.10 Penulis juga memaparkan dalam novel tersebut tentang berbakti terhadap kedua orang tua dan betapa pentingnya sosok seorang ibu. Novel cinta Diujung Sajadah merupakan salah satu dari sekian usaha untuk memanfaatkan metode cerita yang menarik berupa novel yang menjadikan nilai nilai pendidikan mudah dicerna oleh para pembacanya. Merupakan sebuah karya seni yang sarat akan nilai nilai edukatif bagi anak anak yang mengajak kepada pembacanya untuk ikhlas menerima segala ketentuan Allah juga agar senantiasa selalu mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Berangkat dari sinilah penulis tertarik untuk menulis skripsi ini dengan judul Nilai-Nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung Dalam Novel Cinta Di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia, dengan alasan: Pertama, penulis memandang banyak nilai pendidikan yang ada dalam novel Cinta Di Ujung Sajadah yang layak untuk diketahui oleh berbagai kalangan, terutama bagi peserta didik dalam menempuh pendidikannya. Kedua, penulis berusaha menggali nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Novel Cinta Di Ujung Sajadah. Sehingga akan menambah khazanah baru dalam dunia pendidikan.
10
Asma Nadia, cinta Di Ujung Sajadah, ( Depok: AsmaNadia Publishing House, 2015), cet. 1, hlm. 135
6
B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami kalimat judul di atas, maka perlu kiranya ada sebuah penjelasan khusus tentang beberapa istilah yang digunakan dalam kalimat judul tersebut. Agar memudahkan pemahaman dalam judul skripsi ini, maka penulis perlu memberikan penjelasan tentang istilah istilah, yaitu: 1. Nilai Pendidikan a. Menurut Fraenkel dalam Mawardi Lubis Nilai adalah standar tingkah laku, keadilan, kebenaran, dan efiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya dijalankan dan dipertahankan. b. Menurut Milton Roceach dan James Bank dalam Mawardi Lubis Nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruanglingkup sistem kepercayaan, di mana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai suatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercaya. Berarti nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu yang telah berhubungan dengan subjek ( manusia pemberi nilai).11 c. Pendidikan adalah perihal mendidik atau sesuatu yang berkaitan dengan sifat mendidik. Jadi Nilai Pendidikan adalah hal-hal yang berguna bagi kemanusiaan dan dapat memberikan tuntutan kepada manusia dalam pertumbuhan dan perkembangannya hingga tercapai
11
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet. 2, hlm. 16-17.
7
kedewasaan untuk memecahkan masalah atau berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan dan sikap.12 2. Pendidikan Islam Menganai pengertian Pendidikan Islam, penulis juga mengambil beberapa pendapat dari tokoh, diantaranya: a. Oemar Muhammad al Toumy al Syaebani dalam Tohirin berpendapat bahwa Pendidikan Islam adalah usaha untuk mengubah tingkah laku individu dilandasi oleh nilai
nilai islami dalam
kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses kependidikan. b. Mohammad Fadil al Djamaly dalam Tohirin berpendapat bahwa Pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarannya (pengaruh dari luar).13 c. Sailun A. Nasir menjelaskan Pendidikan Islam adalah suatu usaha yang sistematis dan pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragama Islam dengan cara sedemikian rupa, sehingga ajaranajaran Islam itu benar benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam dirinya.14
12
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1990), cet. 5, hlm. 85. 13 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005 ), hlm. 9. 14 TB. Aat Syafaat, S.Sos, M.Si, dkk, Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja ,( Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008 ), hlm. 15.
8
3. Novel Istilah novel berasal dari bahasa Inggris novel dan dan bahasa Prancis roman. Dalam hal ini novel diartikan sebagai cerita atau roman yang panjang, mengukuhkan tokoh tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun.15 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel diartikan sebagai karangan yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang yang berada disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.16 4. Cinta Di Ujung Sajadah Novel cinta DiUjung Sajadah adalah hasil karya Asma Nadia yang diterbitkan pada tahun 2015. Novel ini kaya akan makna kehidupan. Dalam novel ini, yang dijadikan sebagai figur utama dalam cerita adalah Cinta Ayu. Seorang gadis yang hidup dipenuhi rasa kehilangan. Sejak kecil dia mempunyai dunia berbeda. Melalui hari-hari tanpa Ibu. Papa yang tidak punya waktu dan sering marah marah. Iri akan kasih sayang tanpa batas yang menemui jalan buntu. Sebab kenyataan tak dapat diubah. Ibu, sosok penuh kasih sayang yang membawanya ke dunia, telah di dekap alam, terbaring beberapa meter di dalam tanah. Tidak jelas tanah yang mana, sebab Papanya tak pernah memberi tahu. Yang akhinya memaksa Cinta untuk menguak keberadaan ibunya. 5. Asma Nadia 15
hlm. 350.
16
Achmad Maulana, dkk, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, ( Yogyakarta: Absolut, 2011),
Departeman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet. 4, hlm. 788.
9
Asma Nadia adalah nama dari sang penulis novel “Cinta Di Ujung Sajadah” yang dicetak pada tahun 2015 oleh penerbit AsmaNadia Publishing House. Novel dari karya Asma Nadia ini juga menjadi novel national best seller dan akan segera difilmkan. Jadi dari penjelasan tentang beberapa istilah-istilah di atas, yang dimaksud dengan Nilai-Nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung Dalam Novel Cinta Di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia adalah suatu penelitian terhadap Novel Cinta Di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia tentang nilainilai pendidikan agama Islam.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat mengambil beberapa pokok permasalahan sebagai berikut: 1. Apa sajakah nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Novel Cinta Di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia? 2. Bagaimanakah aplikasi nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Novel Cinta Di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia? D. Tujuan Penelitian Dengan melihat permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian skripsi ini adalah: 1. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Novel Cinta Di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia.
10
2. Untuk mengaplikasikan nilai-nilai pendidikan Novel Cinta Di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia dalam Pendidikan Agama Islam. E. Manfaat Penelitian Dari rumusan masalah dan tujuan penulisan tersebut di atas, maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Novel Cinta Di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia. 2. Manfaat Praktis Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini secara praktis adalah: a. Bagi peneliti skripsi ini akan menambah pengetahuan, wawasan, serta pengalaman tentang pendidikan hususnya Pendidikan Islam. b. Memperkaya penelitian terdahulu hususnya yang berkaitan dengan telaah masalah nilai-nilai pendidikan yang ada dalam novel maupun buku. c. Memberikan masukan kepada pembaca untuk senantiasa berbuat baik dan mengurangi hal-hal yang kurang terpuji. F. Kajian Pustaka Kajian
putaka
adalah
melakukan
penelusuran
kepustakaan
dan
menelaahnya untuk menggali teori-teori dasar dan konsep yang telah ditemukan oleh para ahli terdahulu serta memperoleh orientasi yang lebih luas mengenai topik yang dipilih. Sampai pada bagian kajian pustaka ini,
11
penulis telah melakukan penelusuran beberapa buku dan karya ilmiah lainnya yang kaitannya dengan Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Novel Cinta Di Ujung Sajadah. Adapun buku dan karya ilmiah yang penulis jadikan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini adalah: a. Karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul “ Nilai – Nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung Dalam Novel Negeri 5 Menara Karya A. Fuadi ” yang ditulis oleh Dewi Setiyana NIM 229032, Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) tahun 2013. Dalam skripsi ini mengkaji tentang nilai-nilai pendidikan Islam seperti pendidikan moral, pendidikan karakter pada anak, dan terpenting dalam skripsi ini menjelaskan tentang pendidikan budi pekerti dan akhlak mulia pada anakanak terhadap orang tua. b. Karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang lainnya dengan judul Nilai-nilai Edukatif Islami Dalam Novel “Hafalan Shalat Delisa” Karya Tere Liye dan Aplikasinya Dalam Pendidikan IslamI yang ditulis oleh Shofwatul Millah ( NIM : 131310000135 ), Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) tahun 2014. Dalam skripsi ini penulis mengkali tentang nilai nilai pendidikan Islam seperti kesabaran, keikhlasan, kejujuran, kedisiplian yang kemudian diaplikasikan terhadap pendidikan islam. c. Membumikan Pendidikan Nilai, Karya Zaim Elmubarok yang berisi tentang pengembalian citra nilai yang sebenarnya, nilai yang berasal dari
12
manusia yang memanusiakan manusia. Penulis menyatukan nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter, kepribadian, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual menjadi nilai nilai yang dapat dinikmati semua bidang. d. Pendidikan Nilai (Kajian Teoritik Dan Praktik Di Sekolah) Karya Dr.Hj. Qiqi yuliati Zakiyah, M.Ag. yang berisi tentang penanaman nilai moral untuk membentengi diri dari akses negatiif globalisasi. Penulis menegaskan bahwa pendidikan bukan hanya transfer ilmu semata, melainkan juga perlu berbasisi pada pembentukan moral yang berasal dari nilai agama dan kebudayaan. G. Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan untuk meneliti judul skripsi menggunakan metode kualitatif. Dalam metode kualitatif sendiri percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui penelahaan terhadap orang – orang melalui interaksinya dengan situasi sosial mereka. Metode penelitian kualitatif juga dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah di mana peneliti merupakan instrumen kunci.17 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan ( Library Research), yaitu menjadikan bahan pustaka sebagai sumber data utama yang dimaksutkan untuk menggali teori – teori dasar dan konsep – konsep 17
Trianto, M.Pd, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, ( Jakarta: Kencana, 2010), cet.1, hlm. 179.
13
yang ditemukan dari beberapa para ahli tertentu. Studi kepustakaan dilakukan oleh setiap peneliti dengan tujuan yang utama yaitu mencari dasar pijakan atau fondasi untuk memperoleh dan membangun landasan teori, kerangka berpikir, dan menentukan dugaan sementara. Dengan malakukan studi kepustakaan para peneliti mempunyai pendalaman yang lebih luas dan mendalam terhadap masalah yang hendak diteliti.18 Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan analisis, yaitu pendekatan yang berusaha untuk memahami sebuah gagasan, cara pandang, cara pengarang menampilkan gagasan atau mengimajinaksikan ide – idenya, sikap pengarang dalam menampilkan gagasan – gagasannya, elemen intrinsik dan mekanisme hubungan dari setiap elemen intrinsik itu sehingga mampu membangun keselarasan dan kesatuan dalam rangka membangun totalitas bentuk maupun maknanya. 2. Sumber Data a. Data primer Data primer dalam penelitian ini adalah bahan utama yang dijadikan referensi. Dalam pembahasan ini sumber primernya diambil dari Novel Cinta Di Ujung Sajadah yang secara langsung menjadi objek dalam skripsi ini. b. Data sekunder
18
Prof. Sukardi, Ph.D, Metodologi Penelitian Pendidikan,(Jakarta: Teruna Grafika, 2011 ), cet.10, hlm. 33-34.
14
Data sekunder adalah data yang menjadi sumber penunjang yang berkaitan dengan permasalahan pokok. Adapun sumber data tersebut adalah sebagai berikut: 1) Karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul “ Nilai – Nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung Dalam Novel Negeri 5 Menara Karya A. Fuadi ” yang ditulis oleh Dewi Setiyana NIM 229032, Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) tahun 2013. Dan yang terpenting dalam skripsi ini menjelaskan tentang pendidikan budi pekerti dan akhlak mulia pada anak-anak terhadap orang tua. 2) Karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang lainnya dengan judul Nilai-nilai Edukatif Islami Dalam Novel “Hafalan Shalat Delisa” Karya Tere Liye dan Aplikasinya Dalam Pendidikan IslamI yang ditulis oleh Shofwatul Millah ( NIM : 131310000135 ), Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) tahun 2014. Dalam skripsi ini penulis mengkali tentang nilai nilai pendidikan Islam seperti kesabaran, keikhlasan, kejujuran, kedisiplian yang kemudian diaplikasikan terhadap pendidikan islam. 3) Membumikan Pendidikan Nilai, Karya Zaim Elmubarok yang berisi tentang pengembalian citra nilai yang sebenarnya, nilai yang berasal dari manusia yang memanusiakan manusia. Penulis menyatukan nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter, kepribadian, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual menjadi nilai nilai yang dapat dinikmati semua bidang.
15
4) Pendidikan Nilai (Kajian Teoritik Dan Praktik Di Sekolah) Karya Dr.Hj. Qiqi yuliati Zakiyah, M.Ag. yang berisi tentang penanaman nilai moral untuk membentengi diri dari akses negatiif globalisasi. Penulis menegaskan bahwa pendidikan bukan hanya transfer ilmu semata, melainkan juga perlu berbasisi pada pembentukan moral yang berasal dari nilai agama dan kebudayaan. 5)
Buku Evaluasi Pendidikan Nilai, karya Drs. Mawardi Lubis, M.Pd.
3. Metode Analisi Data a. Metode Deskriptif Adalah pemaparan gambaran mengenai hal – hal yang diteliti dalam bentuk
uraian
naratif,
dimana
metode
ini
digunakan
untuk
mendeskripsikan dan memberikan penegasan tentang suatu subjek penelitian. Dalam hal ini subjek penelitian yang ingin di kaji adalah Novel Cinta Di Ujung Sajadah.19 b. Metode Content Analysis Content Analysis adalah usaha untuk mengungkapkan isi sebuah buku. Dalam karya sastra, isi yang dimaksutkan adalah pesan – pesan yang dengan sendirinya sesuai dengan hakikat sastra. Metode analisi ini di lakukan dengan mengumpulkan dokumen – dokumen yang padat isi. Dengan kata lain Content Analysis adalah suatu metode untuk mengungkapkan isi pesan dalam suatu buku.20 Jadi metode ini sangat 19
Prof. Dr. Hamid Darmadi, M.Pd, Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung: Alfabeta, 2011), cet.2, hlm. 7. 20 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif Dasar – Dasar, (Jakarta: Pt. Indeks, 2012), hlm. 70
16
tepat sekali untuk mengetahui kerangka berfikir Asma Nadia yang tertuang dalam novel Cinta Di Ujung Sajadah yang selanjutnya dicari isi atau nilai – nilai yang terkandung dalam novel tersebut. c. Metode Interpretatif Yang dimaksut Interpretatif adalah metode yang digunakan dengan cara menyelami isi buku, untuk secepatnya menangkap arti yang disajikan. Metode ini penulis gunakan dalam memahami maksut yang terkandung dalam buku. Penelitian Interpretatif berupaya menciptakan interpretasi (penafsiran) yang terencana dan cermat yang bisa dipahami dan dimengerti.21 Karya satra perlu ditafsirkan sebab di satu pihak karya sastra terdiri atas satu bahasa, di pihak lain di dalam bahasa sangat banyak makna yang tersembunyi. H. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut: Pada bagian muka, sistematika penulisannya terdiri dari: halaman sampul, halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, dan halaman daftar isi. Pada bagian isi terdiri dari beberapa bab – bab sebagai berikut:
21
H. Arief Furchan, MA.,Ph.D., Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), cet.3, hlm. 518
17
BAB I : Pendahuluan, yang mencakup latar belakang masalah, penegasan istilah, perumusan masalah , tujuan penelitian, manfaat penelitian , kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Novel dan Nilai – Nilai Edukatif Agama Islam yang berisi pertama, Tinjauan Umum Novel yang meliputi: Pengertian novel, media pendidikan, novel sebagai media pendidikan. Kedua, Nilai – Nilai Edukatif Agama Islam yang meliputi: Pengertian nilai edukatif, ruang lingkup nilai edukatif, tujuan nilai edukatif dalam agama islam BAB III : Deskripsi Tentang Novel “Cinta Di Ujung Sajadah ” Karya Asma Nadia yang berkaitan tentang pertama, biografi dan hasil karya – karya Asma Nadia. Kedua, unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel “Cinta Di Ujung Sajadah”. Ketiga, ringkasan isi novel “Cinta Di Ujung Sajadah” yang meliputi: Cinta Di Madinah, Melintasi Ruang Waktu, Surga Yang Menghilang, Laki – laki Matahari, Ujian Cinta, Rahasia Terbesar, Izinkan Aku Mencarimu. BAB IV : Analisis Nilai – Nilai Edukatif Islam Dalam Novel “Cinta Di Ujung Sajadah” Karya Asma Nadia dan Aplikasinya Dalam Pendidikan Islam. BAB V : Penutup. berisikan kesimpulan dan saran – saran. Kemudian pada bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran serta riwayat hidup penulis.
18
BAB II Novel Dan Nilai – Nilai Pendidikan Agama Islam A. Tinjauan Umum Novel 1.
Pengertian Novel Istilah novel dalam bahasa Indonesia berasal dari istilah novel dalam
bahasa Inggris. Sebelumnya istilah novel dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Itali, yaitu novella (yang dalam bahasa Jerman novelle). Novella diartikan sebuah barang baru yang kecil, kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Menurut Tarigan dalam Antila Purba mengemukakan bahwa kata novel berasal dari kata Latin, yaitu noveltus yang diturunkan dari kata novies yang berarti baru. Dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan jenis sastra lainnya seperti puisi atau drama. Istilah novel itu memang bukan asli dari Indonesia, melainkan pengaruh sastra Inggris dan Amerika. Dalam The American College Dictionary, novel dituliskan adalah suatu cerita prosa yang fiktif dengan panjangnya tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang refresentatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.1 H. B. Jassin dalam Antila Purba berpengertian bahwa novel adalah cerita mengenai salah satu episode dalam kehidupan manusia, suatu kejadian 1
hlm. 62
Antilan Purba, Sastra Indonesia Kontemporer, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), cet. 1,
18
19
yang luar biasa dalam kehidupan itu, sebuah krisis yang memungkinkan terjadinya perubahan nasib pada manusia. Dalam Kamus Istilah Sastra, Abdul Rozak Zaidin, Anita K. Rustapi, dan Hani’ah menuliskan, novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan manusia atas dasar sudut pandang pengarang, dan mengandung nilai hidup, diolah dengan teknik kisahan dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulis. Dalam Kamus Istilah Sastra, Panitu Sudjiman berpengertian bahwa novel adalah prosa rekaan yang panjang yang menyuguhkan tokoh – tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun.2 Dalam penjelasan agama Islam novel dikaitkan dengan cerita atau kisah. Yang dimana hal tersebut di jelaskan dalam surat Al-Qashash yang artinya yaitu kisah atau cerita. Salah satu ayat yang memaparkan tentang kisah atau cerita dalam surat Al-Qashash yaitu ayat 3 yang berbunyi:
(٣: ﻖ ﻟِﻘَﻮْ مٍ ﯾُﺆْ ِﻣﻨُﻮنَ )اﻟﺒﻘﺮه ﻧَ ْﺘﻠُﻮ َﻋﻠَﯿْﻚَ ﻣِﻦْ ﻧَﺒَﺈ ِ ﻣُﻮﺳ َٰﻰ وَ ﻓِﺮْ ﻋَﻮْ نَ ﺑِﺎﻟْﺤَ ﱢ Artinya: Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir'aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman.(Q.S Al-Qashash: 3)٣ Teknik yang dilakukan dengan cerita atau kisah sangat efektif, terutama tentang materi sejarah yang berkaitan dengan kultur Islam dan terlebih lagi sasarannya untuk peserta didik yang masih dalam perkembangan fantasi. Dengan mendengakan suatu kisah, kepekaan jiwa dan perasaan peserta didik 2
Ibid., hlm. 63. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, 1980), hlm. 609 3
20
akan tergugah, meniru figur yang baik yang berguna bagi perkembangan hidupnya, dan membenci terhadap tokoh antagonis yang zalim. Dengan cerita atau kisah manusia bisa mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka dan membandingkan dengan apa yang telah mereka baca tentang kehidupan manusia di masa lalu.4 Novel juga sebagai karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain – lain yang kesemuanya tentu saja bersifat imajinatif. Kesemunya itu walaupun bersifat noneksistensial, karena dengan sengaja dikreasikan oleh pengarang, dibuat mirip, diimitasikan, dan atau dianalogikan dengan dunia nyata lengkap dengan peristiwa – peristiwa dan latar aktualnya – sehingga tampak seperti sungguh ada dan terjadi – terlihat berjalan dengan sistem koherensinya sendiri. Kebenaran dalam karya fiksi, dengan demikian tidak harus sama dan memang tidak perlu disamakan dengan kebenaran yang berlaku di dunia nyata. Hal itu disebabkan dunia fiksi yang imajinatif dengan dunia nyata masing – masing memiliki sistem hukumnya sendiri.5
4
E. Mulyasa, Menjadi Guru Proesional (menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2013), hm. 57 5 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS, 2007), cet. 6, hlm. 4
21
Oleh karena itu, bagaimanapun fiksi merupakan sebuah cerita, dan karenanya terkadang juga di dalamnya tujuan memberikan hiburan kepada pembaca di samping adanya tujuan estetik. Membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Betapapun saratnya pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan, sebuah karya fiksi haruslah tetap merupakan cerita yang menarik, tetap merupakan bangunan struktur yang koheren, dan tetap mempunyai tujuan estetik. Daya tarik cerita inilah yang pertama – tama akan memotivasi orang untuk membacanya. Hal itu disebabkan pada dasarnya, setiap orang senang cerita, apalagi yang sensasional, baik yang diperoleh dengan cara melihat maupun mendengarkan. Melalui serana cerita itu pembaca secara tak langsung dapat belajar, merasakan, dan menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang secara sengaja ditawarkan pengarang.6 Pengarang lewat karyanya mencoba mengungkapkan fenomena kehidupan manusia yakni berbagai peristiwa dalam kehidupan ini. Karena karya sastra berisi catatan, rekaman, dan ramalan kehidupan manusia, maka pada gilirannya karya sastra sedikit banyak acap kali mengandung fakta – fakta sosial. Malahan, seperti yang diungkapkan Grebstein (1968), karya sastra dapat mencermikan perkembangan sosiologi atau menunjukkan perubahan – perubahan yang halus dalam waktu kultural. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, novel sebagian besar paling mendekati gambaran kehidupan sosial dibandingkan dengan puisi atua drama. Konflik yang dapat 6
Ibid., hlm. 5
22
kita tangkap dalam novel adalah gambaran ketegangan antara individu, lingkungan sosial, alam dan Tuhan atau ketegangan individu dengan dirinya sendiri.7 2.
Media Pendidikan Aktivitas pendidikan pada dasarnya adalah mentransformasikan nilai
kebajikan untuk dilaksanakan dalam kehidupan dan menunjukkan nilai yang buruk untuk ditinggalkan dari pendidik kepada peserta didik dengan berbagai model, bentuk, dan cara agar dapat dipahami menjadi pengetahuan baru ataupun meningkatkan kembali pengetahuan yang telah terlupakan. Untuk mentransformasikan usaha itu dibutuhkan metode atau media yang layak dan sesuai dengan situasi, kondisi, dan perkembangan era-teknologi.8 Hasil penelitian secara nyata membuktikan bahwa penggunaan alat bantu sangat membantu aktivitas proses belajar mengajar di kelas, terutama peningkatan prestasi belajar siswa/mahasiswa. 9 Pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, misalnya gambar, model, objek, dan alat – alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara
7
Maman S. Mahayana, Ekstrinsikalitas Sastra Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Peresada, 2007), hlm. 226 8 Moh. Rosyid, Ilmu Pendidikan (Sebuah Pengantar) Menuju Hidup Prospektif, (Semarang: UPT. UNNES Press, 2004), hlm. 141 9 Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), cet. 3, hlm. 1
23
harfiah berarti perantara atau pengantar. Medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan
(Association
of
Education
and
Communication
Technology/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne (1970) dalam Arief S. Sadiman menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh – contohnya. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/ NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk – bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca. Apa pun batasan yang diberikan, ada persamaan di antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.10 Media pendidikan dapat mempertinggi belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang
10
Arief S. Sadiman, M.Sc.dkk, Media Pendidikan :Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta :Rajawali Pers, 2011 ), cet. 15, hlm. 6-7
24
dicapainya. Ada beberapa alasan mengapa media pendidikan dapat mempertinggi proses belajar siswa. Alasan pertama, berkenaan dengan manfaat media pendidikan dalam proses belajar siswa antara lain: a. Pendidikan akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menunbuhkan motivasi belajar. b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik. c. Metode mengajar akan lebih baik bervariasi, tidak semata – mata komunikasi verbal melalui penuturan kata – kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga. d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan. Alasan
kedua, mengapa penggunaan media
pendidikan dapat
mempertinggi proses dan hasil pengajaran adalah berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berfikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir konkret menuju ke berpikir abstrak, di mulai berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks. Penggunaan media pendidikan erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut sebab melalui media pendidikan hal – hal
25
yang abstrak dapat dikongkretkan, dan hal – hal yang kompleks dapat disederhanakan.11 3.
Novel Sebagai Media Pendidikan Sudah menjadi sifat manusia untuk mengenal diri dan menanyakan
keberadaannya serta bagaimana berhubungan dengan keberadaan itu. Tidak mungkin
bagi
manusia
hanya
muncul
dalam
lingkungannya,
dan
berhubungan dengan lingkungan, tanpa mengenal asal usulnya. Ia benar – benar ingin tahu tentang awal keberadaannya serta ingin tahu kapan, bagaimana, dan mengapa ia terjadi di dunia ini. Semua itu di peroleh melalui cerita. Cerita berlangsung secara lisan hingga mencapai era kristalisasi kata – kata yang tertulis. Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlakukan oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka, belajar untuk menghargai kehidupan sendiri setelah membandingkan dengan apa yang telah mereka baca tentang kehidupan manusia di masa lalu. Guru berusaha mencari cerita untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa mendatang. Sebagai pendengar, peserta didik dapat mengidentifikasi watak – watak pelaku yang ada dalam cerita, dapat secara objektif menganalisis, menilai 11
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), cet. 8, hlm. 2-3
26
manusia, kejadian – kejadian dan pikiran – pikiran. Salah satu karakteristik pembawa cerita yang baik adalah mengetahui bagaimana menggunakan pengalaman dan gagasan para pendengarnya, sehingga mampu menggunakan kejadian dimasa lalu untuk menginterpretasikan kejadian sekarang dan yang akan datang. Jadi guru diharapkan mampu membawa peserta didik mengikuti jalannya cerita dengan berusaha membuat peserta didik memiliki pandangan yang rasional terhadap sesuatu.12 Cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan. Apakah itu ungkapan imajinasi yang mengiringi dan mengikuti jalan cerita dari episode demi episode atau dari adegan sampai pada adegan yang terahir. Disadari atau tidak cerita membawa para pembaca atau pendengar untuk mengikuti jalan cerita, mengkhayalkan dengan posisi tokoh cerita, yang mengakibatkan ia senang, benci atau merasa kagum. Teknik yang dilakukan dengan cara bercerita, mengungkapkan peristiwa – peristiwa yang mengandung Ibrah.13 Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita, dan menyadari pengaruhnya yang besar terhadap perasaan. Oleh karena itu Islam mengeksploitasi cerita itu untuk dijadikan salah satu teknik pendidikan. Meskipun tidak satu – satunya media novel dapat diambil sebagai pelengkap media – media lain seperti televisi, radio atau surat kabar dalam membentuk sistem nilai yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Peran novel tidak hanya
12
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2013), cet. 12, hlm. 56-57 13 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), cet. 2, hlm.192
27
sekedar menghibur tetapi juga mengajarkan sesuatu, karena peranannya yang menghibur dan berguna inilah mengapa novel dianggap sebagai media yang paling efektif. Jenis novel yang baik adalah jenis novel yang bisa mengubah pola pikir dan kebiasaan serta menambah daya nalar pembacanya, seperti novel agama atau religi. Membaca novel agama dapat menyejukkan hati, menguatkan iman, memperkokoh keyakinan dan tidak mudah terpengaruh. Novel Cinta Di Ujung Sajadah dapat dijadikan contoh kasus, sebuah novel tidak hanya menghibur namun juga menawarkan nilai – nilai spiritual Islam. Sebagai media alternatif yang berkembang secara umum di dalam masyarakat. B. Nilai – Nilai Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Nilai Pendidikan Nilai secara etimologis merupakan pandangan kata value (bahasa Inggris). Dalam kehidupan sehari – hari nilai merupakan sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Dalam pembahasan ini nilai merupakan kualitas yang berbasisi moral. Definisi nilai sering dirumuskan dalam konsep yang berbeda – beda. Seperti dinyatakan Kurt Baier (UIA, 2003) dalam Rohmat Mulyana menafsirkan nilai dari sudut pandangnya sendiri tentang keinginan,
28
kebutuhan, kesenangan seseorang sampai pada sanksi dan tekanan dari masyarakat.14 Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Definisi ini dkemukakan oleh Gordon Allport (1964), sebagai seorang ahli spikologi kepribadian. Bagi Allport, nilai terjadi pada wilayah psikologi yang disebut keyakinan. Nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara – cara tindakan alternatif (Kup – perman, 1983). Definisi ini memiliki tekanan utama pada norma sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi prilaku manusia.15 Menurut kartono Kartini dan Dali Guno (2003), nilai sebagai hal yang dianggap penting dan baik. Semacam keyakinan seseorang terhadap yang seharusnyaatau tidak seharusnya dilakukan (misalnya jujur, ikhlas) atau cita – cita yang ingin dicapai oleh seseorang (misalnya kebahagiaan dan kebebasan).16 Penjelasan yang lebih panjang dan lebih lengkap yang dirumuskan oleh Kluckhon (1957) yang mendefinisikan bahwa nilai adalah suatu konsepsi tersirat atau tersurat yang sifatnya membedakan indvidu atau ciri – ciri
14
hlm. 8
Rohmat Mulyana, Mengartikulasi Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2011), cet. 2,
15
Ibid, hlm. 9 Qiqi Yuliati Zakiyah, Pendidikan Nilai Kajian Teori dan Praktik Di Sekolah, (Bandung: Pustaka Setia, 2014, hlm. 14. 16
29
kelompok, dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan awal dan tujuan akhir tindakan.17 Dari semua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah segala hal yang berhubungan dengan tingkah laku manusia mengenai baik atau buruk yang diukir oleh agama, tradisi, etika, moral, dan kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat.18 Sedangkan pendidikan dari segi bahasa dapat diartikan perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau pemeliharaan (latihan – latihan dan sebagainya) badan, batin dan sebgainya (Purwadarminta, 1991).19 Adapun pengertian pendidikan dari segi istilah kita dapat merujuk kepada berbagai sumber yang diberikan para ahli pendidikan. Dalam Undang – Undang sistem pendidikan Nasional (Pasal 1 UU RI No. 20 th. 2003) dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan Negara.20
17
Rohmat Mulyana, Op.Cit, hlm. 10 Op.Cit, hlm. 15 19 Zaim elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung, Alfabeta, 2013), hlm. 1 20 Ibid., hlm. 2 18
30
Berdasarkan beberapa pengertian di atas nilai pendidikan adalah nilai yang membawa pada seseorang dalam hal keinginan, kebutuhan, keyakinan yang membuat seseorang tersebut menuju pada satu titik yang ia butuhkan yaitu pendidikan. 2. Ruang Lingkup Nilai Pendidikan Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan anak – anak menjelma dalam beberapa perkara dan cara yang dipandang merupakan metode pendidikan masyarakat yang utama.21 Pendidikan untuk anak harus dilakukan. Proses ini bertujuan untuk membimbing anak ke arah kedewasaan supaya anak dapat memperoleh keseimbangan antara perasaan dan akal budaya serta dapat mewujudkan keseimbangan dalam perbuatannya kelak.22 Dalam teori nilai yang digagas oleh Spranger (21964) dalam Rohmat Mulyana
menjelaskan adanya enam orientasi nilai yang sering dijadikan
rujukan oleh manusia dalam kehidupannya. Nilai – nilai tersebut dijelaskan sebagai berikut: a.
Nilai teoritik, yaitu nilai ini melibatkan pertimbangan logis dan rasional dalam memikirkan dan membuktikan kebenaran sesuatu. Nilai teoritik memiliki kadar benar – salah menurut pertimbangan akal pikiran.
21
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 2004), cet. 4, hlm. 176 22 Marijen, Metode Pendidikan Anak, (Yogyakarta: Sabda media, 2012), hlm. 17
31
b.
Nilai ekonomis, yaitu nilai yang terkait dengan pertimbangan nilai yang berkadar untuk – rugi.
c.
Nilai estetik, yaitu nilai yang menempatkan nilai tertingginya pada bentuk dan keharmonisan.
d.
Nilai sosial, yaitu nilai yang terdapat nilai kasih sayang antar manusia. Karena itu nilai ini bergerak pada rentang antara kehidupan yang individualistik dengan yang altruistik.
e.
Nilai politik, yaitu nilai kekuasaan. Karena itu, kadar nilainya akan bergerak dari intensitas pengaruh yang rendah sampai pada pengaruh yang tertinggi.
f.
Nilai agama. Secara hakiki sebenarnya nilai ini merupakan nilai yang memiliki dasar kebenaran yang paling kuat dibandingkan dengan nilai – nilai sebelumnya. Nilai ini bersumber dari kebenaran tertinggi yang datang dari Tuhan.23
Lebih lanjut Zayadi mengemukakan bahwa sumber nilai yang berlaku dalam pranata kehidupan manusai dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu: 1)
Nilai Ilahiyah
Dalam bahasa al – Qur’an, dimensi hidup Ketuhanan di sebut jiwa rabbaniyah (QS Ali Imran 3:79) atau ribbiyah (QS Ali Imran 3:146). Dan jika dicoba merinci apa saja wujud nyata atau substansi jiwa ketuhanan itu, maka
23
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2011), cet. 2, hlm. 32-34
32
kita dapatkan nilai – nilai keagamaan pribadi yang amat penting harus ditamankan kepada setiap anak didik. Di antara nilai – nilai itu yang sangat mendasar yaitu: a) Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Allah. b) Islam, sebagai kelanjutan iman, maka sikap pasrah kepada-Nya, dengan demikian bahwa apapun yang datang dari Tuhan tentu mengandung hikmah kebaikan. c) Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam – dalamnya bahwa Allah senantiasa hadir berada bersama kita di manapun kita berada. d) Taqwa, yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah selalu mengawasi kita, kemudian kita berusaha berbuat hanya sesuatu yang diridhai Allah, dengan menjauhi atau menjaga diri dari sesuatuyang tidak diridhai-Nya. e) Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan, semata – mata demi memperoleh ridha atau perkenan Allah. f) Tawakkal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah, dengan penuh harapan kepada-Nya dan keyakinan bahwa Dia akan menolong kita dalam mencari dan menemukan jalan yang terbaik. g) Syukur, yaitu sikap penuh rasa terima kasih dan pengharapan, dalam hal ini atas segala nikmat dan karunia yang tidak terbilang banyakya.
33
h) Sabar, yaitu sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup, besar dan kecil, lahir dan batin. Jadi sabar adalah sikap batin yang tumbuh karena kesadaran akan asal dan tujuan hidup yaitu Allah. 24 2)
Nilai Insaniyah
Pendidikan tidak dapat dipahami secara terbatas hanya kepada pengajaran. Karena itu keberhasilan pendidikan bagi anak – anak tidak cukup diukur hanya dari segi seberapa jauh anak itu menguasai hal – hal yang bersifat kognitif atau pengetahuan tentang suatu masalah semata. Akan tetapi, sekedar untuk pegangan operatif dalam menjalankan pendidikan kepada anak, mungkin nilai – nilai akhlaq berikut ini patut dipertimbangkan untuk ditanamkan kepada anak didik.25 a) Sillat al-rahmi, yaitu pertalian rasa cinta kasih antara sesama manusia, khususnya antar saudara, kerabat, handai taulan, tetangga dan seterusnya. b) Al-Ukhuwah, yaitu semangat persaudaraan, lebih – lebih kepada sesama orang yang beriman (biasa disebut ukhuwah Islamiyah). c) Al-Musawah, yaitu pandangan bahwa semua manusia,tanpa memandang jenis kelamin, kebangsaan ataupun kesukuannya dan lain-lain adalah sama dalam harkat dan martabat.
24
Abdul Majid, dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspketif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), cet. 2, hlm. 93-94 25 Ibid., hlm. 94
34
d) Al-‘Adalah, yaitu wawasan yang seimbang atau balance dalam memandang, menilai atau menyikapi sesuatu atau seseorang dan seterusnya. e) Husnu al-dzan, yaitu berbaik sangka kepada sesama manusia, berdasarkan ajaran agama bahwa manusia itu pada asal dan hakikat aslinya adalah baik. f)
At-Tawadlu, yaitu sikap rendah hati, sebuah sikap yang tumbuh karena keinsafan bahwa segala kemulyaan hanya milik Allah.
g) Al-Wafa, yaitu tepat janji. Salah satu sifat orang yang benar – benar beriman ialah sikap selalu menepati janji bila membuat perjanjian. h) Insyirah, sikap lapang dada. Yaitu sikap penuh kesediaan menghargai orang lain dengan pendapat – pendapat dan pendangan – pandangannya. i)
Al-amanah, dapat dipercaya. Sebagai salah satu konsekuensi iman adalah amanah atau penampilan diri yang dapat dipercaya.
j)
Iffah atau ta’affuf, yaitu sikap penuh harga diri. Namun tidak sombong, jadi tetap rendah hati dan tidak mudah menunjukkan sikap memelas atau iba dengan maksut mengundang belas kasihan orang lain dan mengharap pertolongannya.
k) Qawamiyah, yaitu sikap tidak boros (israf) dan tidak perlu kikir (qatr) dalam menggunakan harta, melainkan sedang antara keduanya.
35
l)
Al-Munfiqun, yaitu sikap kaum beriman yang memiliki kesediaan yang besar untuk menolong sesama manusia, terutama mereka yang kurang mampu.26
Menurut Krathwohl (1964), proses pembentukan nilai pada anak dapat dikelompokkan dalam 5 tahapan, yakni: 1) Tahap receiving (menyimak). Pada tahapan ini nilai belum terbentuk melainkan baru menerima adanya nilai – nilai yang berada di luar dirinya dan mencari nilai – nilai itu untuk dipilih mana yang paling menarik bagi dirinya. 2) Tahap responding (menanggapi). Pada tahap ini, seseorang sudah mulai bersedia menerima dan menanggapi secara aktif stimulus dalam bentuk respon yang nyata. 3) Tahap valuing (memberi nilai). Kalau pada tahap pertama dan kedua lebih banyak masih bersifat aktivitas fisik biologis dalam menerima dan menanggapi nilai, maka pada tahap ini seseorang sudah mampu menangkap stimulus itu atas dasar nilai – nilai yang terkandung didalamnya dan mulai mampu menyusun persepsi tentang objek. 4) Tahap mengorganisasikan nilai (organization), yaitu satu tahap yang lebih kompleks dari tahap ketiga di atas.
26
Ibid., hlm. 95-98
36
5) Tahap karakterisasi nilai (characterization), yang ditandai dengan ketidakpuasan seseorang untuk mengorganisir sistem nilai yang diyakininya dalam hidupnya secara mapan.27 3.
Tujuan Pendidikan Dalam Agama Islam Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengantarkan
anak didik kearah kedewasaan baik secara jasmani maupun rohani. Oleh karena itu, medidik dikatakan sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap mental dan akhlak anak didik. Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Dengan kerja keras yang dilakukan secara berencana dengan kerangka – kerangka kerja yang koseptual mendasar, pencapaian tujuan itu bukanlah sesuatu yang mustahil. Adapun beberapa tujuan yang terkait ialah: a. Tujuan umum, ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. b. Tujuan akhir. Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini setelah berakhir pula. Orang yang sudah taqwa dalam bentuk Insan Kamil, masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan, sekurang – kurangnya pemeliharaan supaya
27
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, op.cit., hlm. 19-21
37
tidak luntur dan berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalam pendidikan formal. c. Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.28 d. Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan – bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional.29 Abd al-Rahman Shaleh Abd Allah dalam bukunya, Educational Theory, a Qur’anic Outlook, menyatakan tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan menjadi empat dimensi, yaitu: a) Tujuan pendidikan jasmani (al-ahdaf al-jismiyah) Mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas khalifah di bumi, melalui keterampilan-keterampilan fisik. b) Tujuan pendidikan rohani (al-ahdaf al-ruhaniyah) Meningkatkan jiwa dari kesetiaan yang hanya kepada Allah SWT semata dan melaksanakan moralitas Islami yang diteladani oleh Nabi SAW dengan berdasarkan pada cita-cita ideal dalam al-Qur’an.
28
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), cet. 10, hlm. 30-31 29 Ibid., hlm. 32
38
c) Tujuan pendidikan akal (al-ahdaf al-aqliyah) Mengarahkan intelegensi untuk menemukan kebenaran dan sebabsebabnya dengan telaah tanda – tanda kekuasaan Allah dan menemukan pesan – pesan ayat – ayat Nya yang terimplikasi kepada peningkatan iman kepada Sang pencipta. d) Tujuan pendidikan sosial (al-ahdaf al-ijtimaiyah) Tujuan pendidikan sosial adalah pembentukan kepribadian yang utuh yang menjadi bagian dari komunitas sosial. Identitas individu di sini tercermin sebagai “al-nas” yang hidup pada masyarakat yang prural (majmuk).30 Sedangkan menurut Omar Muhammad Attoumy Asy-Syaebani dalam Sudiyono, tujuan pendidikan Islam memiliki empat ciri pokok: 1. Sifat yang bercorak agama dan akhlak. 2. Sifat keseluruhannya yang mencakup segala aspek pribadi pelajar (subjek didik) dan semua aspek perkembangan dalam masyarakat. 3. Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan antara unsur – unsur dan cara pelaksanaannya. 4. Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan, memperhitungkan perbedaan – perbedaan perseorangan di antara individu, masayrakat, dan kebudayaan di mana – mana dan
30
PAbdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. 3, hlm. 78-79
39
kesanggupannya
untuk
berubah
serta
berkembang
bila
diperlukan.31
31
Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2009), hlm. 32-33
40
BAB III DESKRIPSI TENTANG NOVEL “ CINTA DI UJUNG SAJADAH ”KARYA ASMA NADIA A. Biografi dan Hasil Karya – Karya Asma Nadia 1. Biografi Penulis Asma Nadia Asma Nadia adalah nama pena Asmarani Rosalba yang lahir di Jakarta tahun 1972 dari pasangan Amin Usman dan Maria Eri Susianti. Setelah lulus dari SMU 1 Budi Utomo, Jakarta, ia mulai aktif mengirimkan tulisannya ke majalah-majalah Islam, selain tetap aktif menulis lagu yang sebagian bisa ditemukan di album Bestari I (1996), Bestari II (1997 ), dan Bestari III (2003), Snada The Presentation, Air Mata Bosnia (Snada), Cinta Ilahi (Snada), dan Kaca Diri. Asma Nadia merupakan salah satu penulis perempuan Indonesia yang sangat produktif. Ia sudah menghasilkan karya lebih dari 40 buku, serta menyusun buku lain yang berkolaborasi dengan pembacanya, antara lain yang tergabung alumni AsmaNadia Writing Workshop dan Komunitas Bisa Menulis (KBM) yang dipandunya bersama Isa Alamsyah. Ibunda dari Putri Salma dan Adam Putra Firdau ini aktif memberikan workshop dan dialog kepenulisan ke berbagai pelosok tanah air, hingga beberapa kota di Jepang dan beberapa kota di Eropa hingga ke Benua Australia, Amerika, dan Afrika. Sejak 2009, Asma Nadia menjadi CEO AsmaNadia Publishing House, yang telah menerbitkan buku- buku best seller seperti sakinah bersamamu, 40
41
Think Dinar, No Excuse!, New Catatan Hati Seorang Istri, dan Jilbab Traveler.1 Kesibukan lain bersama para relawan yang mencintai buku dan anak – anak, Asma Nadia yang dianugrahi Tokoh Perubahan Republika 2010, menggagas Rumah baca AsmaNadia, 139 perpustakaan gratis bagi duafayang saat ini telah berdiri di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Irian Jaya, sampai Hongkong. Tahun 2011, salah satu Asma Nadia Sakinah bersamamu, terpilih sebagai fiksi tervaforit oleh Anugrah pembaca Indonesia, Gooddreads Indonesia. Sayap Asma Nadia selain dilebarkan di dunia perfilman Indonesia, sejak tahun 2011 ia menjadi pengisi tetap rubric Resonansi di harian nasional Republika setiap sabtu. Selain menjadi penulis dan public speaker, Asma Nadia Juga dikenal sebagai treveler, tepatnya jilbab treveler. Sudah lebih dari 59 negara dan 270an kota besar ia kunjungi.2 2. Karya – Karya Asma Nadia Asma Nadia mulai menulis beberapa karyanya pada tahun 2000, adapun beberapa karya - karyanya dari Asma Nadia yang Best Seller. Karena karyakaryanya juga kerap mendapat berbagai penghargaan. Karya – karya Asma Nadia
yang sudah dipublikasikan diantaranya adalah: a. Assalamualaikum, Beijing! b. Salon Kepribadian 1
Asma Nadia, Cinta Di Ujung Sajadah, (Depok: AsmaNadia Publishing House, 2015), hlm. 309.
2
Ibid.,hlm. 311.
42
c. Derai Sunyi, novel yang mendapat penghargaan Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) d. Preh (A Waiting), naskah drama dua bahasa yang diterbitkan oleh Dewan Kesenian Jakarta e. Cinta Tak Pernah Menari, kumpulan cerpen yang meraih Pena Award f. Rembulan di Mata Ibu (2001), novel yang memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI sebagai buku remaja terbaik nasional g. Dialog Dua Layar, novel yang memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI, 2002 h. 101 Dating: Jo dan Kas, novel yang meraih penghargaan Adikarya IKAPI, 2005 i. Jangan Jadi Muslimah Nyebelin!, nonfiksi, best seller. j. Emak Ingin Naik Haji: Cinta Hingga Tanah Suci yang diadaptasi menjadi film Emak Ingin Naik Haji dan sinetron Emak Ijah Pengen ke Mekah k. Jilbab Traveler l. Muhasabah Cinta Seorang Istri m. Catatan Hati Bunda n. Jendela Rara telah diadaptasi menjadi film yang berjudul Rumah Tanpa Jendela o. Catatan Hati Seorang Istri, karya nonfiksi yang diadaptasi menjadi sinetron Catatan Hati Seorang Istri yang ditayangkan RCTI
43
p. Serial Aisyah Putri yang diadaptasi menjadi sinetron Aisyah Putri The Series: Jilbab In Love. Karya yang ditulis bersama penulis lain : a. The Jilbab Traveler b. Jangan Bercerai Bunda c. Catatan Hati Ibunda d. La Tahzan for Hijabers e. Ketika Penulis Jatuh Cinta f. Kisah Kasih dari Negeri Pengantin g. Jilbab Pertamaku h. Miss Right Where R U? Suka Duka dan Tips Jadi Jomblo Beriman i. Jatuh Bangun Cintaku j. Gara-gara Jilbabku k. Galz Please Don’t Cry l. The Real Dezperate Housewives m. Ketika Aa Menikah Lagi n. Karenamu Aku Cemburu o. Catatan Hati di Setiap Sujudku p. Badman: Bidin q. Suparman Pulang Kampung r. Pura-Pura Ninja s. Catatan Hati di Setiap Sujudku t. Mengejar-ngejar Mimpi
44
u. Dikejar-kejar Mimpi v. Gara-gara Indonesia w. Diary Doa Aisyah Putri.3 B. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Novel “ Cinta Di Ujung Sajadah ” Unsur pembangun novel Cinta Di Ujung Sajadah adalah Intrinsik dan Ekstrinsik yang kemudian secara bersama membentuk sebuah totalitas. Kedua unsur inilah yang sering banyak disebut para kritikus dalam rangka mengkaji dan atau membicarakan novel atau karya sastra pada umumnya.4 1. Unsur Intrinsik Adalah unsur – unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur – unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur – unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca sastra.5 Adapun unsur – unsur intrinsic meliputi, antara lain: a. Tema Tema adalah sesuatu yang menjiwai cerita atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita.Tema yang terdapat dalam novel Cinta di ujung Sajadah adalah Religi, Pencarian cinta dan Kerinduan Cinta kepada Ibu.
3
“Asma Nadia”, https://id.wikipedia.org/wiki/Asma_Nadia Di akses pada tanggal 19-062015, pukul 10:31 WIB 4 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS), hlm. 23 5 Ibid., hlm. 25
45
“Itu pertama kali cinta merasakan kehilangan yang sangat, juga rindu teramat besar, untuk ibu yang bahkan tak pernah dikenalnya walau hanya sebatas cerita.” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 27) b. Tokoh Dalam pembicaraan sebuah fiksi, sering dipergunakan istilah – istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan atau karakter dan karakteristik secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Dalam novel Cinta Di Ujung Sajadah akan di jelaskan beberapa tokoh dan karakter yang di perankan. Nama-nama tokoh dalam “Novel Cinta di Ujung Sajadah” : 1.
Cinta
2.
Mbok Nah
3.
Papa Cinta
4.
Mama Alia
5.
Anggun
6.
Cantik
7.
Makky Matahari Muhammad
8.
Neta
9.
Aisyah
10. Tante Rini 11. Salsa 12. Ibunda Makky 13. Iwan
46
14. Peter 15. Mirna 16. Adji Penokohan/Perwatakan : 1. Cinta Karakter yang dimiliki Cinta adalah: Baik, Sabar, Sportif, Tawakkal, tidak mudah menyerah dalam mencapai tujuannya untuk mencari jejak ibu yang tidak pernah sama sekali ia ketahui wajahnya. Kutipan yang menyatakan salah satu karakter Cinta yaitu: “Banyak yang bilang, Cinta punya mata indah.Mata para peri.Gadis dengan penampilan sportif itu juga dikenal memiliki hati yang baik. Jika peri-peri dalam dongeng itu benar adanya dan berhati sangat baik, maka Cinta mewarisi sedikitnya setengah kebaikan hati mereka.” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 15) 2. Mbok Nah Karakter yang dimiliki Mbok Nah adalah: Sabar, pengertian dan penuh kasih sayang terhadap Cinta. Kutipan yang menyatakan karakter tersebut adalah: “Pembelaan, kasih, bakti dan perlindungan perempuan itu membuat Cinta menaruh hormat dan sayang. Mbok Nah adalah perisai, yang melindunginya dari cuaca buruk”. (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 168) 3. Anggun Karakter yang dimiliki Anggun adalah: Kasar, pemarah, ketus kalau sedang berbicara dengan orang yang tidak disukainya, tidak penyabar, lebih suka di kamar membaca buku cerita atau main game, daripada
47
bermain di luar dengan Cinta. Kutipan yang menyatakan karakter Anggun yaitu: “Kalo tahu ngapain gue nanya?” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 23) “Goblok banget, sih!” “Ember!Nyari apa-apa nggak pernah becus!” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 25) 4. Cantik Karakter yang dimiliki Cantik adalah: Karakternya hampir sama dengan kakaknya Anggun, mereka 2 saudara tiri Cinta yang tidak menyukai Cinta. Suka berkata kasar, pemarah, berpenampilan fashionable, lebih suka mempercantik diri dan mengoleksi barangbarang bagus. Kutipan yang memperlihatkan karakteristik Cantik yaitu: “Dia harus kelihatan berkelas dan fashionable.Itu alasan Cantik mengenakan celana panjang bootcut, plus kaos ketat warna merah menyala, serta rok kotak-kotak hitam putih sepaha. Biar kelihatan lebih manis, dia tak lupa memakai kalung yang terdiri dari untaian kotak-kotak kecil sebesar dadu, berwarna pink, biru, dan kuning, dan anting sebelah berbentuk rantai kecil.” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 59) 5. Makky Matahari Muhammad Karakter yang dimiliki Makky adalah: Baik, perhatian, dan saling berbagi hoby yang ia senangi dengan Cinta. Kutipan yang menunjukkan karakter Makky yaitu: “Nih, catat ya?” gaya Makky bak pak guru terhadap murid, “pertama pasti harus punya auto focus, supaya lebih cepat menangkap momen yang bergerak. Ini mah dasar banget.Terus harus punya motor drive.” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 69)
48
6. Papa Cinta Karakter yang dimiliki papa Cinta adalah: karakternya tidak mudah di tebak dalam novel ini, awalnya papa Cinta baik, tetapi setelah menikah dengan mama Alia, papa sering berkata kasar kepada Cinta tetapi papa Cinta juga perhatian. Satu diantara kutipan yang menyatakan karakter papa Cinta Yaitu: “Suasana tegang.Papa membanting Koran ke atas meja makan.Kedua bola mata hitamnya menatap Cinta yang berdiri berseberangan. Papa meradang.Lelaki itu melepas kacamata. Matanya menatap Cinta tajam, lalu tangannya menggebrak meja dan mengagetkan mereka semua.” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 41) “Papa khawatir banget sama kamu Cinta.” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 253) 7. Neta Karakter yang dimiliki Neta adalah: Baik, bersahabat dengan Cinta, perhatian. Kutipan yang menunjukkan karakter Neta yaitu: “Kenapa sih nggak ngasih-ngasih kabar?Bikin orang kuatir aja!” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 247) 8. Aisyah Karakter yang dimiliki Aisyah adalah: Baik, alim, bersahabat dengan Cinta, perhatian, dan suka makan. Kutipan yang meunjukkan karakter tersebut yaitu: “Aisyah melotot.Tampang arabnya sekarang terlihat kocak dengan pipi menggembung dan mulut mungilnya mengerucut, penuh nasi.” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 253)
49
9. Adji Karakter yang dimiliki Adji adalah: Baik, perhatian, ramah, periang, kocak, suka menolong. Kutipan yang menunjukkan karakter tersebut yaitu: “Siap-siap yuk!Kalau kamu nggak keberatan, gue temani deh.Tapi sampai situ aja ya?Soalnya rumah gue juga masih jauh!” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 189) c. Alur/Plot Alur cerita yang digunakan penulis dalam novel ini adalah campuran yaitu alur maju dan alur mundur. Akan tetapi lebih banyak mnceritakan alur majunya. Karena tokoh utama dalam novel Cinta di ujung Sajadah mencari sosok ibu yang telah melahirkanya ke dunia. Kutipan yang meunjukkan alur tersebut yaitu: “Gadis bermata coklat itu bukan tidak pernah mengingat-ingat masa kecilnya, mencari lintasan sejarah ketika Papa bercanda dengnnya, atau mendorong ayunan keras-keras hingga Cinta kecil terangkat tinggi dari tanah. Saat Papa mengajarinya main sepeda atau sepatu roda.”) (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 26) “Gadis itu berjalan, memandangi langit menguatkan hati untuk tidak menoleh ke belakang. Orang-orang boleh berusaha menghalanginya dengan apa saja, tapi dia tidak akan menyerah. Tidak, ketika dia merasa sudah begitu dekat.” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 40) d. Latar/Setting Latar dalam novel Cinta di Ujung Sajadah, yaitu:
50
1. Latar waktu Latar waktu dalam novel Cinta Di Ujung Sajadah pagi, siang, malam. “Pagi ini hari pertama Cinta ke sekolah dengan rok biru.” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 38) “Cinta merasakan dadanya gemuruh.Perutnya terasa tidak enak.Pagi tadi, hanya segelas susu yang sanggup melewati tenggorokannya.”) (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 239) (“Hari sudah siang ketika Cinta dan teman-temanya berpamitan.”) (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 259) “Malamnya, mereka makan di salah satu warung yang menawarkan suasana lesehan.” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 230) “Malam minggu.Neta mendapat izin dari mama untuk menginap di rumah Cinta.” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 75) 2. Latar Tempat Latar tempat pada analisis novel Cinta di Ujung Sajadah yaitu di rumah dan sekolah, di tunjukkan dalam kutipan berikut: “Cinta duduk di teras depan rumahnya.” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 25) “Sekolah selalu merupakan rutinitas yang menyenangkan bagi Cinta.” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 85) Kemudain dilanjutkan dengan latar di beberapa daerah dan kota besar di pulau Jawa. Seperti Bandung, Bogor, Jakarta dan jogja. Yang di tunjukkan dalam kutipan berikut: “Jadi seperti ini Bongkaran, tempat yang menyimpan jejak ibunya.” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 180) “Kasongan tak jauh lagi.” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 244) “Kita keliling Jakarta sama-sama Cinta.” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 170) “Kreta Api Bogor-Jakarta Express melaju cepat.” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 172)
51
“Dari tanah abang, ternyata lumayan jauh untuksampai di Kalijodo.” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 184) “Jogja hari keempat.” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 206) “Kita udah di Stasiun Tugu!Jemput ya!” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 227)
3. Latar Suasana Adapun latar suasana yang terdapat di dalam novel Cinta di Ujung Sajadah yaitu: sedih, tegang, senang, sepi, seperti yang terdapat dalam kutipan berikut: “Suasana tegang.Papa membanting Koran ke atas meja makan.Kedua bola mata hitamnya menatap Cinta yang berdiri berseberangan. Papa meradang.Lelaki itu melepas kacamata. Matanya menatap Cinta tajam, lalu tangannya menggebrak meja dan mengagetkan mereka semua.” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 41) “Perhatian penuh hari itu membuat Cinta serasa terbang diantara gugusan bintang.”) (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 145) “Cinta tersedu sedan, bahunya bergoncang.Tampak sangat terpukul. Sementara perempuan tua di sampingnya memeluk gadis itu sepenuh perasaan.” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 256) e. Sudut Pandang Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah pengarang sebagai sudut pandang ketiga karena pengarang sering menggunakan kata ganti dia dan nama orang. Pengarang menceritakan setiap kejadian yang dialami oleh tokoh dalam novel ini.
52
f. Amanat Amanat yang terdapat dalam novel “Cinta di Ujung Sajadah” adalah: 1. Jadilah pribadi yang kuat dalam menerima kenyataan buruk yang diterima
dan
jangan
mudah
putus
asa
dalam
menghadapi
permasalahan. 2. Jangan pantang menyerah, terus berjuang dalam menggapai impian sampai kemana pun impian itu berlari. 3. Kejujuran sangatlah diperlukan untuk menjalani kehidupan ini, karena kejujuranlah yang membuat hidup ini lebih berkah. 2. Unsur Ekstrinsik Unsur Ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Atau secara khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur – unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian didalamnya.6 Seperti unsur intrinsik di atas, dalam novel Cinta Di Ujung Sajadah unsur – unsur ekstrinsik meliputi: a. Nilai biografi pengarang Dalam novel Cinta Di Ujung Sajadah pengarang menyuguhkan sebuah cerita yang berdasarkan pengalaman nyata. Sebuah cerita yang akan membuat semua pembacanya akan berdecak kagum dan terharu.
6
Ibid,. hlm. 25
53
Pengarang juga bisa membuat daya imajinasi para pembacanya menjadi lebih ekspresif, seakan – akan para pembaca ikut dan larut dalam cerita. b. Nilai psikologi Secara psikologi pengarang membuat para pembaca menjadi semakin penasaran akan kelanjutan dari sub judul yang terdapat dalam novel Cinta Di Ujung Sajadah. Rasa penasaran itu yang sukses membuat para pembaca semakin tertarik dan ingin selalu tahu bagaimana alur cerita dari awal hingga ahir. c. Keadaan lingkungan Novel Cinta Di Ujung Sajadah adalah salah satu novel religius yang diciptakan pengarang agar para pembacanya dapat menikmati kehidupan agama dengan cara mudah untuk dipahami, mudah untuk dicerna dan juga di pelajari. Salah satu penjelasan pengarang mengapa novel ini dikatakan sebagai novel yang religius karena dalam novel tersebut pengarang memaparkan ada sebuah kebiasaan tokoh utama yang selalu iman kepada Allah dan kepada Rasulluah serta selalu memanjatkan rasa syukur kepada Allah. “Kerinduan itu tuntas kini. Is bersyukur Allah mengabulkan doanya.mengizinkan kakinya menapaki tanah suci. Dan seperti perjalanan – perjalanan lain ketika menyusuri jejak Nabi seperti di Masjidil Haram, saat melihat ka’bah, bangunan persegi hitam yang wangi dan memancarkan wibawa itu, air matanya tak berhenti mengalir.” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 5)
54
C. Ringkasan Isi Novel Lewat novel ini kita akan dibawa ke masa lalu, yaitu saat Cinta berusia belasan tahun. Latar belakang novel ini sendiri adalah di beberapa kota besar di pulau jawa. Seperti Bogor, Jakarta, Bandung, sampai Jogjakarta. Ceritanya yang deskirtif menggambarkan realitas keadaan di setiap kota yang dijelajahi Cinta ketika pencarian ibunya. Banyak konflik batin yang dialami Cinta sehingga membuat dirinya berubah menjadi lebih baik. Menjadi semakin dekat kepada Tuhannya. Selain itu karena sahabat-sahabat Cinta yang sangat mengerti arti persahabatan mengajarkan kita tentang sebuah kesetia kawanan.
Adapun beberapa sub judul yang termuat dalam novel ini lebih jelasnya penulis akan menguraikan satu persatu dari tiap sub bab judul dalam novel Cinta Di Ujung Sajadah sebagai berikut: 1. Usai Senja Dimadinah Kerinduan itu tuntas kini. Is bersyukur Allah mengabulkan doanya.mengizinkan kakinya menapaki tanah suci. Dan seperti perjalanan – perjalanan lain ketika menyusuri jejak Nabi seperti di Masjidil Haram, saat melihat ka’bah, bangunan persegi hitam yang wangi dan memancarkan wibawa itu, air matanya tak berhenti mengalir. (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 5). Musim dingin di Madinah. Dan perempuan itu bahkan tidak mengenakan baju yang cukup tebal, seperti seharusnya. Seolah tidak menghiraukan udara yang menelusup hingga ke sumsum tulang, lelaki itu melepas jaketnya. “Cinta ..” lalu menghampirkannya ketubuh sang istri. “Kita pulang” “Allah.., semoga engkau terima ibadah ini dan jika ada pahala dan kebaikan, limpahkan untuk ibu yang kini di sisi-Mu. Rindu ke rumah-Mu adalah rindunya juga” bisik perempuan dalam balutan putih itu. (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 8) 2. Melintasi Ruang Waktu Banyak yang bilang Cinta punya mata indah. Mata para peri. Gadis dengan penampilan sportif itu juga dikenal memiliki hati yang lembut. Jika
55
peri – peri dalam dongeng itu benar maka Cinta setidaknya mewarisi setengah dari kebaikan mereka. (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 15) “pa bagaimana mama meninggal?” ”yang sudah tidak ada , tidak usah diungkit Cinta!” Cinta kecil menahan air mata sekuat tenaga hingga dadanya tersengal. Masih dengan tertunduk dan suar patah – patah dia berusaha menjelaskan. “Cuma ingin tau pa”. Cinta rindu mama itu yang sebenarnya. Dari dulu ia selalu iri melihat keakraban teman – temannya dengan ibu mereka. Cemburu melihat mimi diantar ke sekolah oleh mamnya,. Juga Tia dan Neta. Malah mamanya Neta lebih baik lagi. Selalu menggandeng tangan anaknya sampai depan kelas. (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 15) Jalinan hati Cinta dan Neta di kemudian hari semakin erat. Cinta tak punya mam dan Neta tak punya Papa. Meski dalam hati gadis cilik itu sering membatin, rasanya dia seperti tak punya Papa dan Mama sekaligus. Mam Alia yang sibuk dengan kedua anaknya benar – benar merebut sedikit sisa waktu yang seharusnya ia miliki dengan Papa. 3. Surga Yang Menghilang Gadis berusia dua belas tahun itu resah. Ia ingin membenamkan diri pada kenyataan tanpa batas. Sesuatu yang bisa mengalirkan hawa tenang dan hangat. Kasih sayang. Kerinduan pada ibu kandung lantas saja meledak – ledak. Seperti kembang api raksasa di malam tahun baru. Air mata Cinta nyaris tak terbendung. Tapi seperti biasa ia tak membiarkannya mengalir.menangis hanya akan menunjukkan kelemahan dan menyumbang kegembiraan pada mereka yang telah menabur kesedihan padanya. Piker Cinta berkeras hati. “Sabar ya non,bapak mungkin lagi banyak pikiran”. Mbok Nah entah sejak kapan sudah berdiri di sampingnya dengan kedua mata tergenang. Tahun ajaran baru dimulai. Pagi ini hari pertama Cinta kesekolah dengan rok biru. (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 38) Percekcokan dimeja makan pagi hari terjadi. Gara – gara soal ikat pinggang yang akhirnya Cinta di Hujat habis – habisan. “Kamu seharusnya kasih contoh yang baik sama saudara – saudaramu, biar pantas dibela, bukan slalu cari gara – gara!” Cinta merasa hatinya bagai jerami disiram bensin yang disulut api. “tuh kan Papa gak adil, Papa belum tahu masalahnya tapi sudah menyalahkan Cinta. Ini gak adil!” ”Heh diam kamu!” telunjuk Papa lurus terarah ke Cinta, dengan kemarahan memuncak. (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 41) Cinta kelas sepuluh. Belasan tahun hanya hidup dengan kasih mbok Nah. Ia masih rindu Mama. Sangat. Dan menjadi kesal, dengan sikap beberapa temannya termasuk mirna, yang menurutnya tidak
56
bersyukur. Jika saja Mama masih ada, Cinta siap sujud dan mencium kaki perempuan itu. (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 46) 4. Laki – Laki Matahari Sepulang sekolah, Cinta menyaksikan hal yang tidak biasa di depan rumah. Sebuah truk barang terparkir di pinggir jalan. Beberapa lelaki sibuk enurunkan dan memindahkan perabot. Dalam lalu lalang Cinta menangkap bayangan cowok bercelana jins dengan t-shirt putih. Sosok tegapnya mengatur lalu lalang barang. Wajahnya tampak berkeringat. “Assalamu’alaikum!” Cinta tergagap kaget dengan teguran cowok yang tiba – tiba sudah ada di hadapannya. “Makky Matahari Muhammad.” Tanpa mengulurkann tangan Cinta menjawab “Cinta.” “Cinta saja?” “Cinta Ayu.” Gadis Itu menjawab. Cowok itu manggut “Nama kamu bagus!” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 50) Percaya nggak percaya di tangan atau ujung bibir cowok itu. Mungkin malah lebih, karena tak perah memeriksa saku Makky. Siapa tahu diam-diam dia punya stok rumput disana. Pertemuan dengan Makky membawa angina segar. Perkenalan itu juga membawa Cinta pada sosok imut bernama Salsa. Tidak segan –segan adik kecil Makky itu mengganggunya dirumah. (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 56) Belakang Cinta juga makin dekat dengan Tante Rini, yang dengan tangan terbuka menerima kehadirannya dalam keluarga mereka. Cinta teman baik Salsa sekarang, juga Makky. Dan setiap ibu baranggakali serupa. Berusaha bijak dan menganggap teman putra – putrinya sebagai anak sendiri. Cinta terhibur. Kebahagiaan sungguh datang tak terduga. Dunianya kembali berwarna. (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 57) cinta senang melihat kedua bola mata Makky bersinar. Semangat sekali menjelaskan dunia yang digelutinya. “Kalau ini?” Cinta menunjuk sebuah kamera yang ada dilemari kaca. Makky tersenyum menjawab “ini FM2, yang aku pertama kali pakai belajar. Belinya juga second. Habis mau minta bokap waktu itu belum mantap. Takutnya hobi musiman cuma senang sesaat. ” itulah dunia Makky. (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 72) 5. Ujian Cinta Keributan besar memang tinggal menunggu waktu. Cinta dan Salsa sedang menempel foto-foto di dinding ketika anggun tiba – tiba menggedor pintu kamar. Hentakan keras yang berulang – ulang di pintu jelas mengagetkan salsa. Gadis dengan bibir mungil menggemaskan itu langsung pucat pasi. “lo apain computer gue?” denagh hati – hati dan santai Cinta meyahut “Cuma di pake browsing kok. Memang kenapa kompuetrnya?”
57
”Kalo cuma itu, nggak mungkin virus numpuk dikomputer gue!” (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 92) berawal dari itu, cercaan dan hinaan pun muncul dari mulut kedua saudara tirinya itu. Yang paling menyayat adalah hinaan terhadap ibunya . Cinta belum pernah merasa tubuhnya empas, seperti saat ini. Kalimat – kalimat anggun dan Cantik tadi betul – betul menyakitkan dan membuat tubuhnya serasa babak belur. Cinta mematung lam meskipun Anggun daan Cantik sudah sepuluh menit berlalu. (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 94) Begitu banyak pertentangan yang terjadi dalam hidupnya. Seperti terlalu banyak juga hal – hal yang tidak bis dia jawab. Terekam perkataan saudara tirinya kemarin. “bisa lho emang cuma ngerusak kebahagiaan orang lain! Persis sepeeti ibu lho! ” Dia ingat sorot mata tajam Anggun ketika mengatakan hal yang sama sekali tidak dimengertinya. “Cinta memang tdak beda dengan ibunya. Perempuan centil yang bisanya hanya bisa menggoda laki – laki lain!” Cinta menggeleng berusaha mengusir pikiran jahat anggun agar tak terlanjur menetap dihatinya. (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 98) 6. Rahasia Terbesar Seketika Cinta terbangun. Seseorang telah menggunting mahkota Cinta ketika tidur, hingga serpihannya berserakan di sprei. Sebagian melekat ditangan juga dileher. Menimbulkan rasa gatal dibagian tubuh yang terbuka. Cinta menyentuh leher. Merasa ganjil oleh ujung – ujung rambut yang sangat pendek dan tak rata. Detik itu dia merasa hatinya telah tercabut, meniggalkan luka berdarah yang melemparkannya pada lorong frustasi yang panjang. (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 145) ketika adzan subuh berkumandang, Cinta menunaikan sholatnya lebih khuyuk dari biasanya. Semua ia tumpahkan kepada Allah. Kesedihan, kekecewaan, rasa takut dan gamang, juga kemaran, yang seluruhnya lebur menjadi kepasarahan. Ia benar – benar mengadu. Cinta pasrah dalam sujud panjang pertama kali hari ini yang merupakan usia 17 tahunnya. Pagi itu di cacatan harian, Cinta menulis: Allah mulai hari ini, kusandarkan dri sepenuhnya pada-Mu… (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 148) Mendekati dhuhur, baru Cinta bersiap – siap, ia mengambil bungkusan diatas lemari. Kaus cantik berwarna pink dan rok panjang dari bahan jins, juga sehelai kain. Bismillah..! Mama Alia, Anggun dan Canti8k kaget. Aisyah dan Neta menangis sambil berpelukan. Makky terkesima hingga kad ditangannya terlepas. Papa terdiam. Bayangan Cinta yang melangkah dalam balutan jilbab merah
58
jambu, mengingatkan lelaki itu pada istri pertamanya. Mereka begitu mirip! Batinnya berkali – kali. (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 153) Malam itu hati – hati mbok nah meletakkan sesuatu kepangkuan Cinta. Gadis berusia tujuh belas tahun itu nyaris memekik menyadari apa yang di lihatnya. Di foto itu tampak Ayuningsih dengan baju kurung dan kerudung, menggendong bayi yang berusia kurang dari satu tahun. Mbok nah juga memberikan sebuah amplop lusuh yang disimpannya selama belasan tahun. Amplop ini adalah awal, sekarang semuanya ditangan Cinta (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 171) 7. Izinkan Aku Mencarimu Harusnya mugkin dia menunggu. Masa sekolah sebentar lagi usai. Dan mereka akan bersiap mengikuti ujian masuk perguruan tinggi. Tapi cinta sudah tidak sanggup menunda. Penjelasan mbok Nah semalam membuatnya tidak sabar menuggu pagi hari datang. Gadis itu memang tidak memerlukan waktu lama untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Sudah waktunya terbang, sebab rindunya kini punya tujuan. (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 177) petualangan Cinta mencari jejak surge dimulai. Berawal menyusuri Jakarta bersama sosok Adji yang baru dia kenal. Dijakarta masih terombang – ambing karna belum juga ada tanda – tanda bertemu dengan sosok yang ada dalam foto yangdi bawa Cinta. “Cinta dengar, apapun yang di kata orang tentang ibumu tetap ibumu, sosok yang lebih dari berhak menerima bakti dan kasihsayang anaknya, juga perhatianmu” Adji menatap kedua mata Cinta. (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 206) Pencarian dilanjutkan ke Bandung. Ternyata masih menemui jalan buntu. Yang akhirnya berakhir di Langit Jogja. Di sana Cinta sudah ditemani oleh semua teman – teman dekatnya. Langkah Cinta dan teman – temannya terhenti di sebuah rumah yang sederhana yang sebagian catnya sudah mengelupas. Di rumah itu Cinta bertemu dengan seorang ibu paruh baya memberi penjelasan semua tentang ibunya selama ini. Namun saying kenyataan pahit yang harus diterima Cinta. Di dekat gundukan tanah Cinta merasa mendadak disaputi mendung. Dalam kelengangan cinta masih tak percaya. Metanya menatap perempuan yang mengaku teman ayu ningsih, lalu pusara di dekatnya. Kubur tanpa nisan dan si perempuan. Begitu terus berulang – ulang dengan pandangan yang makin kosong. (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 278) Matahari mulai tergelincir ke barat, ketika ayu Ningsih, perempuan yang memenjarakan hidupnya dalam kesepian itu, kembali terisak, sambil mendekap foto yang sengaja ditinggalkan Cinta untuknya. (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 283)
59
BAB IV NILAI – NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL “CINTA DI UJUNG SAJADAH” KARYA ASMA NADIA Adapun analisis data yang terdapat pada Novel Cinta Di Ujung Sajadah terkait dengan nilai – nilai pendidikan Islami diantaranya sebagai berikut : A. Iman Kepada Allah Dan Rasulullah Iman secara etimologis bermakna pembenaran yang bersifat khusus, sebagaimana dalam firman Allah :
(١٧) ْﺖ ﺑِﻤ ُْﺆِﻣ ٍﻦ ﻟَﻨَﺎ َوﻟ َْﻮ ُﻛﻨﱠﺎ ﺻَﺎ ِدﻗِﻴ َﻦ َ َوﻣَﺎ أَﻧ
Artinya: “Dan tidalah engkau akan beriman (membenarkan) kami walaupun kami adalah orang – orang yang jujur” (Yusuf/12: 17) Makna yang bersifat khusus berarti pembenaran yang sempurna dengan hati,
yang melazimkan lahirnya amalan – amalan hati dan anggota tubuh. Jadi iman merupakan pengucapan dengan lisan, keyakinan dengan hati, dan pengamalan dengan angoota tubuh.1 Tanpa keimanan dihati, manusia akan kehilangan eksistensinya dan hidupnya tidak bernilai. Sebaliknya bisa keimanan ada dalam dirinya maka akan menumbuhkan rasa kasih sayang dan rasa aman pada jiwanya.2 1. Iman Kepada Allah
1
Jamhari Makruf, Pendidikan Agama Islam di SMP dan SMA, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 62 2
Muhammad Ash-Shayim, Taman Untuk Anak Sholeh, (Jakarta: gema Insani Press, 2003), hlm. 5
59
60
Iman kepada Allah berarti menyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT. adalah satu – satunya zat yang wajib disembah, dimohon ditaati perintah-Nya dan dijauhi larangannya. Iman tidak sebatas percaya adanya Tuhan saja, melainkan turut diikrarkan dalam lisan dan ditindak lanjuti dengan melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Pada salah satu penggala novel Di Ujung Sajadah yang mengandung tema iman kepada Allah ketika actor dalam novel memasrahkan diri dan mengadu hanya pada Allah. Adhan subuh berkumandang, Cinta menunaikan sholat subuhnya lebih khusuk dari biasanya. Semuanya ia tumpahkan kepada Allah. Kesedihan, kekecewaan, rasa takut dan gamang, juga kemarahan, yang seluruhnya lebur menjadi kepasrahan. Ia benar – benat mengadu. Cinta pasrah dalam sujud panjang pertamanya hari. Allah mulai hari ini, kusandarkan sepenuhnya , Pada-Mu… (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 148) Allah SWT itu ghaib, artinya ada tetapi tidak tampak. Bagaimana menyakininya? Ada dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu: a) Pendekatan Wahyu atau dalil Naqli Maksud pendekatan ini adalah menyakini adanya Allah SWT. sebagai Tuhan bersarkan keterangan yang diperoleh dari firman-Nya (AlQur’an). Allah SWT. berfirman:
اﻟﻠﱠـ ـ ـ ـ ـ ـﻪُ ﻻ إِﻟَـ ـ ـ ـ ـ ـﻪَ إِﻻ ُﻫ ـ ـ ـ ـ ـ َـﻮ اﻟْ َﺤـ ـ ـ ـ ـ ـ ﱡﻲ اﻟْ َﻘﻴﱡـ ـ ـ ـ ــﻮ ُم ﻻ ﺗَﺄْ ُﺧـ ـ ـ ـ ـ ـ ُﺬﻩُ ِﺳـ ـ ـ ـ ـ ـﻨَﺔٌ وَﻻ ﻧَـ ـ ـ ـ ـ ـ ْـﻮٌم ﻟَـ ـ ـ ـ ـ ـﻪُ َﻣ ـ ـ ـ ـ ــﺎ ﻓِ ـ ـ ـ ـ ــﻲ ْض َﻣـ ـ ـ ـ ـ ْﻦ ذَا اﻟﱠـ ـ ـ ـ ـﺬِي ﻳَ ْﺸـ ـ ـ ـ ـ َﻔ ُﻊ ِﻋ ْﻨـ ـ ـ ـ ـ َﺪﻩُ إِﻻ ﺑِِﺈ ْذﻧِـ ـ ـ ـ ـ ِﻪ ﻳَـ ْﻌﻠَـ ـ ـ ـ ـ ُﻢ َﻣ ـ ـ ـ ــﺎ ِ َات َوَﻣ ـ ـ ـ ــﺎ ﻓِ ـ ـ ـ ــﻲ اﻷر ِ ﺴـ ـ ـ ـ ـﻤَﺎو اﻟ ﱠ َﺳ ـ ـ ـ ـ َﻊ ِ ﺸـ ـ ـ ـ ْـﻲ ٍء ِﻣ ـ ـ ـ ـ ْﻦ ِﻋ ْﻠ ِﻤ ـ ـ ـ ـ ِﻪ إِﻻ ﺑِ َﻤـ ـ ـ ــﺎ َﺷـ ـ ـ ــﺎءَ و َ ُِﺤﻴﻄُـ ـ ـ ــﻮ َن ﺑ ِ ﺑَـ ـ ـ ـ ـ ْﻴ َﻦ أَﻳْـ ـ ـ ـﺪِﻳ ِﻬ ْﻢ َوَﻣـ ـ ـ ــﺎ َﺧ ْﻠ َﻔ ُﻬ ـ ـ ـ ـ ْﻢ وَﻻ ﻳ
61
ْض وَﻻ ﻳَـﺌُ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ــﻮ ُدﻩُ ِﺣ ْﻔﻈُ ُﻬ َﻤ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ــﺎ َو ُﻫ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ َـﻮ اﻟْ َﻌﻠِـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ﱡﻲ اﻟْ َﻌ ِﻈ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ــﻴ ُﻢ َ َات وَاﻷر ِ ﺴـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـﻤَﺎو ْﺳـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـﻴﱡﻪُ اﻟ ﱠ ِ ﻛُﺮ Artinya:
( ٢٥٥ :)اﻟﺒﻘﺮﻩ
“Allah, tidak ada Tuhan Selain Dia. Yang Mahahidup, yang terusmenerus mengurus (Makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur, Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang di bumi. Tidak ada yang dapet memberi syafaat di sisi-Nya tanpa Izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada dihadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara kedunya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar. ”(QS. Al-Baqarah, 2: 255) b) Pendekatan logika atau dalil aqli Maksud pendekatan ini adalah menerima kebenaran atas dasar analisis akal sehat. Coba lihat amati dan fikirkanlah sejenak, bahwa apa yang ada di sekitar kita menunujukkan bahwa ada yang membuat dan mengaturnya. Baju yang dipakai, kursi yang diduduki, alat tulis yang dimiliki dan seterusnya, pasti ada yang membuatnya. Demikian pula, langit, bumi dan seisinya, juga ada yang membuatyaitu Allah SWT.3 2. Iman kepada Rasulullah Iman kepada para rasul berarti memercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT. telah memilh dan mengutus beberapa orang pilihan sebagai rasul. Mereka menerima wahyu untuk disampaikan kepada umatnya. Allah berfirman:
3
Muchtar, Pendidikan Agama Islam untuk SMK dan MAK kelas x, (Jakarta, Erlangga: 2011 ), hlm. 32-33
62
َل ِﻣ ْﻦ َ َﺎب اﻟﱠﺬِي أَﻧْـﺰ ِ ﱠل َﻋﻠَﻰ َرﺳُﻮﻟِ ِﻪ وَاﻟْ ِﻜﺘ َ َﺎب اﻟﱠﺬِي ﻧَـﺰ ِ ﻳَﺎ أَﻳـﱡﻬَﺎ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ َآ َﻣﻨُﻮا آَ ِﻣﻨُﻮا ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ َوَرﺳُﻮﻟِ ِﻪ وَاﻟْ ِﻜﺘ ( ١٣٦:َﻼ ًﻻ ﺑَﻌِﻴﺪًا )اﻟﻨﺴﺄ َ ﺿﻞﱠ ﺿ َ َﺧ ِﺮ ﻓَـ َﻘ ْﺪ ِ ﻗَـ ْﺒ ُﻞ َوَﻣ ْﻦ ﻳَ ْﻜﻔ ُْﺮ ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ َوﻣ ََﻼﺋِ َﻜﺘِ ِﻪ َوُﻛﺘُﺒِ ِﻪ َوُر ُﺳﻠِ ِﻪ وَاﻟْﻴـَﻮِْم ْاﻵ Artinya: “Wahai orang – orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya (Muhammad), serta kitab yang diturunkan kepada rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh.” (QS. An-Nisa’,4: 136) Dari Ayat Al-Qur’an tersebut diketahui bahwa Allah SWT. telah mengutus para rasul-Nya untuk menyampaikan kabar dan petunjuk kepada umat manusia. Kita wajib percaya sepenuh hati akan adanya para rasul sebagai utusan Allah SWT.4 Pada salah satu penggala novel Di Ujung Sajadah yang mengandung tema iman kepada Rasulullah ketika peran utama berada di madinah. Dia pernah mendengar hadits, Allah mengembalikan ruh Nabi untuk menjawab siapa saja yang mengucapkan salam dan sholawat kepada Nabi di masjidnya. Itu sebabnya dia selalu ingin mengulang salam dan sholawat kepada lelaki yang telah memberikan cahaya bagi seluruh manusia. Assalamu’alaika ya Rasulullahi…. Bibirnya yang dingin bergerak-gerak. (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 7) Wujud nyata dari perilaku yang mencerminkan beriman kepada rasul Allah adalah dengan cara meneladani para rasul. Sebagai umat Nabi Muhammad saw. kita harus meneladani para rasul yang merupakan utusan Allah, terutama Nabi Muhammad saw. Berikut ini beberapa hal yang harus kita teladani dari para rasul, khususnya Nabi Muhammad saw. a) Dalam beribadah 4
Muchtar, Pendidikan Agama Islam untuk SMK dan MAK kelas XI, (Jakarta, Erlangga: 2011 ), hlm. 29
63
Disamping sholat fardlu, Rasulullah selalu bangun malam unutk sholat tahajud. Beliau sampai menangis karena sangat khusuknya, padahal beliau sudah mendapat jaminan ampunan dosa dan masuk surga. Ini adlah isyarat dan contoh konkret agar kita meneladani beliau sehingga memperoleh kedudukan terpuji disisi Allah. b) Dalam perilaku keseharian Rasulullah selalu makan sambil duduk dan berhenti sebelum kenyang, bergaul dengan ramah, dan tampil simpatik yang dikemas dengan akhlaq terpuji. c) Dalam bekerja dan mencari penghasilan Rasulullah bersungguh-sungguh dalam beribadah, demikian juga dalam urusan dunia. Meski tujuan hakiki adalah kebahagiaan akhirat, beliau tidak mengesampinggka kehidupan dunia, karena kebahagiaan dunia merupakan jembatan meraih kebahagiaan akhirat. d) Dalam perjuangan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar Selama hidup. Rasulullah tidak pernah berhenti berjuang tanpa upah dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.5 B. Kesabaran Kesabaran merupakan salah satu keutamaan seorang mukmin. Karena kesabaran, Allah memuji Rasul – Rasul Ulul Azmi. Mereka sangat sabar dalam berdakwah, meskipun mereka dihina oleh kaumnya. 6 Dalam hidup ini
5 6
Ibid, hlm. 31-32 Muhammad Ash-Shayim, Op.Cit. hlm. 37
64
tentu kita sering menemukan banyak cobaan seperti rasa khawaitr, kelaparan, sakit, tidak punya apa – apa, atau kematian seorang kerabat atau lainnya. Barang siapa sabar dalam menghadapi hal – hal itu maka dia termasuk orang – orang yang beruntung dan barang siapa yang tidak sabar maka dia akan merugi. Allah SWT. berfiman:
َات ِ ـﺲ وَاﻟﺜﱠ َﻤ ـ ـ ـ ـ ـﺮ ِ َاﻷَﻧْـ ُﻔـ ـ ـ ـ ـ ْ َال و ِ ـﺺ ِﻣ ـ ـ ـ ـ ـ َﻦ ْاﻷَ ْﻣـ ـ ـ ـ ــﻮ ٍ ـﻮع َوﻧَـ ْﻘـ ـ ـ ـ ـ ِ ْف وَاﻟْ ُﺠـ ـ ـ ـ ـ ِ ﺸـ ـ ـ ـ ـ ْـﻲ ٍء ِﻣ ـ ـ ـ ـ ـ َﻦ اﻟْ َﺨـ ـ ـ ـ ــﻮ َ َِوﻟَﻨَْﺒـﻠُـ ـ ـ ـ ـ َـﻮﻧﱠ ُﻜ ْﻢ ﺑ
َاﺟﻌُـ ـ ـ ــﻮ َن ِ ﺼـ ـ ـ ــﻴﺒَﺔٌ ﻗَـ ـ ـ ــﺎﻟُﻮا إِﻧﱠـ ـ ـ ــﺎ ﻟِﻠﱠـ ـ ـ ـ ِﻪ َوإِﻧﱠـ ـ ـ ــﺎ إِﻟَْﻴ ـ ـ ـ ـ ِﻪ ر ِ ﺻ ـ ـ ــﺎﺑَـ ْﺘـ ُﻬ ْﻢ ُﻣ َ َ( اﻟﱠـ ـ ـ ـﺬِﻳ َﻦ إِذَا أ١٥٥) ﺼـ ـ ـ ــﺎﺑِﺮِﻳ َﻦ ﺸـ ـ ـ ـ ِﺮ اﻟ ﱠ َوﺑَ ﱢ (١٥٧) ـﻚ ُﻫ ـ ـ ـ ـ ـ ُﻢ اﻟْ ُﻤ ْﻬﺘَ ـ ـ ـ ـ ـﺪُو َن َ َات ِﻣ ـ ـ ـ ـ ـ ْﻦ َرﺑﱢ ِﻬ ـ ـ ـ ـ ـ ْﻢ َوَر ْﺣ َﻤ ـ ـ ـ ـ ـﺔٌ َوأُوﻟَﺌِـ ـ ـ ـ ـ ٌ ﺻ ـ ـ ـ ـ ـﻠَﻮ َ ـﻚ َﻋﻠَ ـ ـ ـ ـ ـ ْﻴ ِﻬ ْﻢ َ ( أُوﻟَﺌِـ ـ ـ ـ ـ١٥٦) ( ١٥٧-١٥٥ :)اﻟﺒﻘﺮﻩ
Artinya: “Dan sungguh akan kami berikan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kekurangan harta, jiwa dan buah – buahan. Dan berikanlah berita gembira pada orang - orang yang sabar. (Yaitu) orang – orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan ‘Innaa Lillaahi wa innaa ilaihi raaji’un.’ Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmad dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang – orang yang mendapatkan petunjuk.” (Al-Baqarah: 155-157)7 Belajar membutuhkan kesabaran hingga kita mendapat mutiara – mutiara ilmu. Ibadah juga membutuhkan kesabaran hingga bisa terlaksana dengan sempurna. Apabila kita dicoba dengan kekurangan harta maka bersabarlah karena Allah adalah Zat Yang Maha Kaya Lagi Terpuji. Apabila kalian sedang dalam kesusahan bersabarlah karena Allah sesegera mungkin akan menganugrahkan jalan keluar kepadamu. Dan apabila kalian sedang sakit maka bersabarlah karena Allah Maha Kuasa untuk menyembuhkanmu.8 Pada penggala novel Di Ujung Sajadah yang mengandung tema sabar, ketika mengalami kesulitan dan kesempitan yang bertubi – tubi.
7 8
Ibid. hlm. 39 Ibid. hlm. 40
65
Kerinduan pada ibu kandung lantas saja meledak – ledak. Seperti kembang api raksasa di malam tahun baru. Air mata Cinta nyaris tak terbendung. Tapi seperti biasa ia tak membiarkannya mengalir.menangis hanya akan menunjukkan kelemahan dan menyumbang kegembiraan pada mereka yang telah menabur kesedihan padanya. Piker Cinta berkeras hati. “Sabar ya non, bapak mungkin lagi banyak pikiran”. Mbok Nah entah sejak kapan sudah berdiri di sampingnya dengan kedua mata tergenang. (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 38) Pada penggalan cerita di atas membawa para pembaca untuk selalu bersabar dalam menghadapi persoalan. Sifat sabar inilah yang harus kita tanamkan pada anak sedini mungkin. Apabila anak terlanjur tidak memiliki rasa sabar, tidak mudah mudah untuk mengubahnya menjadi penyabar. Langkah awal agar anak terbiasa sabar adalah dengan tidak memanjakan anak. Selaku orang tua harus tau makna tidak memanjakan anak. Tidak semua permintaan anak dituruti. Orang tua harus tegas, yakinlah anak – anak tidak akan meminta sesuatu yang semena – mena terhadap orang tua yang bersifat tegas. Alhasil dalam diri anak itu akan tertanam sifat sabar dan tahu diri. Langkah berikutnya, berikan pengertian dan contoh kisah teladan kebaikan sifat sabar. Langkah ini memang menuntut orang tua untuk banyak tentang kisah – kisah yang bisa digunakan untuk kesabaran anak. Kembangkan pemahaman sifat sabar pada anak agar lebih mantap pada jiwanya. Katakan bahwa sifat sabar sangat disayangi Allah. Ajari anak untuk mengucapkan “Innaa Lillaahi wa innaa ilaihi raaji’un,” ketika mendengar atau melihat orang berduka.9
C. Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
9
Marijan, Metode Pendidikan Anak, (Yogyakarta: Sabda Media, 2012), hlm. 60
66
Berbakti kepada orang tua adalah mematuhi petintah orang tua, mengerjakan hal – hal yang memang orang tua perkenankannya. Lemah lembut dalam bertutur kata juga termasuk berbakti kepada mereka, berendah hati dihadapan mereka, mendoakan mereka dan memprioritaskan kepentingan mereka di atas istri. 10 Jangan sekali – kali kamu melupan jasa ibumu yang telah merasakan kesusahan ketika mengandung, melahirkan, dan menyusui kamu. Sering kali ia bergadang untuk menjaga kamu. Apabila kamu terbangun ia sangat senang, dan apabila kamu tertidur ia selalu setia menjagamu. Ketaatan kepadanya merupakan tanda ketaatan kepada Allah. Dan kerelaannya terhadap kita juga mejadi indikasi kecintaan kita Allah terhadap kita. Abu Hurairah r.a. berkata,
رﺳﻮل اﷲ َﻣ ْﻦ َ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎل ﻳَﺎ ِ َﻋ ْﻦ اَﺑِﻲ ُﻫﺮَﻳ َﺮةَ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل ﺟَﺎءَ َر ُﺟ ٌﻞ اﻟﻰ :ﺛﻢ اﻣﱡﻚ ﻗﺎل: ﺛﻢ ﻣﻦ؟ ﻗﺎل: ﺛُ ﱠﻢ اُﻣﱡﻚ ﻗﺎل: ﺛُ ﱠﻢ َﻣﻦْ؟ ﻗﺎل: اُﻣﱡﻚ ﻗﺎل: ( واﻟﻨﻮوي, وﻣﺴﻠﻢ, ْك )اﺧﺮﺟﻪ اﻟﺒﺨﺎري َ ﺛﻢ اَﺑـُﻮ: ﺛﻢ ﻣﻦ؟ ﻗﺎل Seseorang datang menghadap Rasulullah saw. dan bertanya, “wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku? Rasulullah menjawab,’Ibumu.’ ‘Lalu siapa?’ Tanya lelaki itu lagi. Rasulullah menjawab,’Ibumu.’ ‘Lalu Siapa?’ tanyanya lagi. Rasulullah menjawab,’Ibumu.’ Laki – laki itu bertanya lagi,’lalu siapa?’ rasul menjawab,’Bapakmu.”(HR. Bukhari, Muslim dan An-Nawawi)11
10
Muhammad Ash-Shayim, Taman Untuk Anak Sholeh, (Jakarta: gema Insani Press, 2003), hlm. 13 11 Abdul Qowi Al MUndiri, Ringkasan Shahih Muslim, (Solo: Insan Kamil, 2012), hlm.992
67
Jangan pula melupakan melupakan jasa ayah yang yang telah membanting tulang demi untuk memperjuangkan kebahagiaan dan memperhatikan jalannya kehidupan, pengajaran dan pendidikan kita. 12 Ketika mereka masih hidup, cara berbakti kepada mereka adalah dengan memperlakukan mereka dengan baik. Apabila mereka sudah meninggal maka cara untuk berbakti kepada mereka adalah dengan mendoakan mereka. Sebagaiman yang telah diperintahkan Allah swt:
“Dan ucapkanlah,’ wahai Tuhanku, kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidikku sewaktu kecil.” (Al-Israa’: 24)13 Seperti halnya yang terjadi dalam penggalan novel Di Ujung Sajadah yang mengandung tema berbakti kepada orang tua terutama ibu. Walau pun keberadaan ibunya tidak diketahui apakah masih hidup atau sudah meninggal. Cinta tetap menunujukkan baktinya kepada seorang ibu. “Ibu baik non. Mbok tidak pernak sekali pun dimarahi. Dia sabar, hatinya juga halus, tidak tegaan. Ibumu cepet banget nangis kalo liat orang susah.” Cinta antusias mendengarkan. Dada gadis itu diresap gelombang rindu yang luar biasa. Ibunya lebih dari pantas menerima bakti putrinya. “Cinta ingin membuat ibu bangga di alam sana mbok!” Perkataan itu tercetus dari mulut Cinta. Sementara matanya yang berat mulai terpejam. (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 128) Betapa banyaknya anak sekarang yang tidak patuh terhadap orang tua. Gara – gara tidak dituruti permintaanya sepeda motor anak tega menghabisi orang tuanya. Oleh karena perkembangan pergaulan yang makin rawan dengan kemerosotan moral, maka hendaknya orang tua hati – hati dan cerdik
12 13
Ibid. hlm. 14 Ibid. hlm. 15
68
menyiasati. Ajari untuk menghormati ibu dan bapak secara wajar. Tanamkan hal ini sejak kecil. Apabila anak sudah besar dan baru akan mulai pembelajaran menghormati kepada ibu dan bapaknya kiranya sulit untuk diterapkan. Ajari tata karma yang baik, Orang tua memang harus megupayakan terbentuknya suasana keluarga yang aman, nyaman dan menentramkan anak untuk hidup dalam keluarga. Berawal dari kondisi yang demikian pendidikan untuk anak bisa diupayakan di dalam keluarga. Pembelajaran penghormatan anak kepada orang tua terus dilakukan dalam setiap harinya. Pembelajaran penghormatan terhadap ibu dan bapak yang terus menerus berkangsung itu berangsur – angsur menjadi kebiasaaan.14 Karena ikatan antara orang tua dan anak yang demikian kuat, maka pendidikan di keluarga memiliki sisi keunggulan dalam pembinaan moral anak. Nilai – nilai seperti ketaatan kepada orang tua, ketaatan pada Allah kejujuran dan kasih sayang merupakan nilai yang ditanamkan orang tua terhadap anak. Dengan intensitas komunikasi dan interaksi yang terus terjadi dalam kehidupan keseharian, maka proses penanaman dapat berlangsung dalam berbagai bentuk dan cara. Orang tua baik ibu maupun ayah dapat menegur, bertanya, memberi pujian, atau menjadikan dirinya sebagai modal agar anaknya berbuat sesuatu yang baik dan benar. Bahkan diamnya seorang ibu atau ayah sebagai tanda ketidak setujuan atas perilaku perilaku anaknya
14
Marijan, Op.Cit. hlm. 87
69
bisa menjadi sebuah cara yang efektif unutk meluruskan kekeliruan pada anak, asalkan hal tersebut dilakukan pada saat yang tetap.15 D. Berjilbab Jilbab berasal dari kata bahasa arab “jalbaba-yujalbibu-jilbaban”, bentuk jamaknya “jalabib” maksudnya baju kurung lapang sejenis jubah yang dapat menutup aurat perempuan. Dengan kata lain, jilbab adalah busana muslimah yang dapat menutup seluruh tubuh.16 Jilbab sama halnya dengan kerudung yang berarti busana wanita muslimah. Sedangkan pakaian disebut dengan hijab yang terdiri dari tiga komponen yaitu pakaian rumah (al-tsaub), kerudung (khimar), dan jilbab. Jilbab adalah pakaian luar, pakaian rangkap yang dipakai seorang Muslimah saat keluar rumah.17 Jilbab merupakan titel bagi sekumpulan hukum-hukum social yang berhubungan dengan posisi wanita dalam sistem Islam dan yang disyariatkan Allah SWT agar menjadi benteng kokoh yang mampu melindungi kaum wanita, menjadi pagar pelindung yang mampu melindungi masyarakat dari fitnah, dan menjadi framework yang mengatur fungsi wanita sebagai pelahir generasi, pembentuk umat masa depan, dan lebih lanjut sebagai penyumbangsih kemenangan dan kekokohan Islam di muka bumi.18 Hal yang senada dengan paparan diatas dilakukan oleh Cinta seorang gadis yang menjadi tokoh utama dalam novel Cinta Di Ujung Sajadah. Pada 15
Zaim Elmubarok, membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 96 Sri Suhandjati Sukri, Ensiklopedi Islam Dan Perempuan dari aborsi hingga misogini, (Bandung: Nuansa, 2009) hlm. 161 17 Felix Siaw, Yuk, Berhijab!, (Bandung: Mizania, 2013), hlm. 64 18 Ibrahim bin Fathi bin Abd Al-Muqtadir, Wanita Berjilbab vs Wanita Pesolek, (Jakarta: Sinar Grafika Offset (Amzah), 2007) hlm. Xxix 16
70
penggalan
berikut
menunjukkan
ketulusan
Cinta
untuk
berhijrah
menggunakan jilbab. Dan Cinta telah mempersiapkan lahir dan batinnya untuk hari ini. Ia akan menjadi sebaik-baik anak, agar bisa mengalirkan pahala terus menerus pada Ibu. Dan jilbab itu bakti satu-satunya yang belum ia persembahkan kepada Ibu yang telah berpulang. Cinta sendiri diliputi keharuan mendalam, ketika tadi dikamar, membalut kepalanya dengan sehelai jilbab. Kain persegi panjang berwarna pink sambil meniatkan dalam hati. Mudah – mudahan Ibu bangga padaku. Amin (Novel Cinta Di Ujung Sajadah, 2015: 155) Seiring berjalannya
waktu jilbab telah menmempersiapkan lahir
batinnyagalami perubahan khususnya di negeri kita ini, perkembangan jilbab semakin luas. Banyak kaum muslimah yang sekarang berlomba-lomba menggunakan jilbab sebagai kebutuhan. Misalnya untuk pergi kesekolah, kekampus, kerja dan lain sebagainya. Banyak bentuk dan model jilbab sekarang ini, ada turban, bergo, jilbab paris, pashmina dan lain-lain. Namun jilbab bukanlah pengganti keindahan rambut, bukan pengganti kemolekan tubuh, juga bukan sebagai perhiasan yang menyebabkan muslimah menjadi pusat perhatian dimana pun ia pergi. Namun tujuan Jilbab yaitu menutupi perhiasan. Rasulullah SAW juga mengingatkan lelaki dan wanita yang beriman kepada Allah SWT untuk menjauhkan diri dari berpakaian guna mengejar popularitas, atau berpakaian hingga ia menjadi perhatian yang lainnya, atau berpakaian yang tidak lazim dan berlebihan. Ragam model busana sekarang ini perkembangannya sangat pesat dan sangat drastis. Hampir setiap bulan dan mungkin bisa setiap hari, ada saja pakaian model baru yang dijual dipasaran. Apalagi didukung oleh banyaknya
71
acara fashion show (pertunjukan busana) yang ditampilkan di stasiun televisi maupun media massa lainnya yang sangat memungkinkan kita untuk tergiur meniru model bahkan memilikinya. Hampir kesemuanya meniru dan berkiblat pada budaya pakaian Barat yang cenderung membuka aurat. Ditambah lagi dengan adanya dukungan pers sehingga budaya pakaian Barat akan sulit terbendung dan terfilter (tersaring). Akibatnya kita akan cenderung meniru model pakaian tersebut. Ada hadits dari abu hurairah berkata:
ٌْﻞ اﻟﻨﱠﺎ ِر ﻟَ ْﻢ أَ َرُﻫﻤَﺎ ﻗـ َْﻮم ِ ﺻﻨﻔﺎن ِﻣ ْﻦ أَﻫ: ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻞ اﻟﻠﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻼم: ﻋﻦ اﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮة ﻗﺎل َت ُرءُو ُﺳ ُﻬ ﱠﻦ ٌ َت ﻣَﺎﺋِﻼ ٌ َﺎت ُﻣﻤِﻴﻼ ٌ َﺎت ﻋَﺎ ِرﻳ ٌ َﺎﺳﻴ ِ ﱠﺎس َوﻧِﺴَﺎءٌ ﻛ َ ﻀ ِﺮﺑُﻮ َن ﺑِﻬَﺎ اﻟﻨ ْ ََﺎب اﻟْﺒَـ َﻘ ِﺮ ﻳ ِ ط َﻛﺄَ ْذﻧ ٌ َﻣ َﻌ ُﻬ ْﻢ ِﺳﻴَﺎ َﺴﻴ َﺮةِ َﻛﺬَا َوَﻛﺬَا ِ َﺠ ْﺪ َن رِﻳ َﺤﻬَﺎ َوإِ ﱠن رِﻳ َﺤﻬَﺎ ﻟَﻴُﻮ َﺟ ُﺪ ِﻣ ْﻦ ﻣ ِ ْﺖ اﻟْﻤَﺎﺋِﻠَ ِﺔ ﻻَ ﻳَ ْﺪ ُﺧﻠْ َﻦ اﻟْ َﺠﻨﱠﺔَ َوﻻَ ﻳ ِ َﻛﺄَ ْﺳﻨِ َﻤ ِﺔ اﻟْﺒُﺨ ۞۞ اﺧﺮﺟﻪ ﻣﺴﻠﻢ واﻟﻨﻮوي Artinya: “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat, yaitu suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan para wanita yang berpakaian tetapi telanjang, berlenggaklenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian”.(HR. Muslim dan AnNawawi ).19 Imam Al-Nawawi dalam felix siaw “Hadis ini merupakan salah satu mukjizat Rasulullah SAW apa yang telah beliau kabarkan kini telah terjadi.”
19
Abdul Qowi Al MUndiri, Ringkasan Shahih Muslim, (Solo: Insan Kamil, 2012), hlm.1046
72
Yang kita lihat pada zaman ini, ketika kreasi kerudung mulai banyak yang menyerupai bahkan menyengaja untuk membentuk punuk unta. Padahal hadis tadi tegas melarangnya.20 Ada beberapa syarat wajib yang harus dipenuhi agar pakaian bisa disebut hijab/jilbab syar’i, antara lain: 1. Menutupi seluruh tubuh termasuk wajah dan kedua telapak tangan. Jilbab adalah pakaian yang menjulur (sampai menyentuh tanah) yang menutupi seluruh tubuh. Mengulurkan berarti menurunkan. Oleh Karena itu hijab yang sesuai syariat adalah hijab yang menutupi seluruh tubuh. 2. Terbuat dari bahan kain yang tebal dan tidak tipis menerawang, karena tujuan hijab adalah menutupi, sehingga jika tidak menutupi, maka ia tidak bias disebut hijab, mengingat ia tidak bisa mencegah pandangan mata orang lain. 3. Tidak menjadi hiasan dengan berbagai warna mencolok yang membuat mata melirik. Jika busana hijab sudah beralih fungsi menjadi hiasan, maka ia tidak boleh dipakai dan tidak dapat dinamakan sebagai hijab, Karena hijab adalah busana yang menutupi perhiasan dari (pandangan) orang lain. 4. Longgar, tidak ketat, tidak memperlihatkan lekuk-lekuk badan, tidak menonjolkan aurat, dan tidak memperlihatkan bagian-bagian tubuh yang memancing fitnah /pesona seksual. 5. Tidak disemprot parfum yang dapat membangkitkan gairah laki-laki. “Sesungguhnya apabila seorang wanita memakai parfum, kemudian 20
Felix Siaw, Op.Cit., hlm.88-90.
73
melintas di hadapan kaum agar mereka mencium aroma parfumnya, maka ia adalah wanita pezina”. 6. Tidak menyerupai busana laki-laki. Ini didasarkan pada hadis Abu Hurairah ra.: Nabi melaknat laki-laki yang memakai pakaian ala busana wanita dan wanita yang memakai pakaian ala pakaian laki-laki. Maksudnya, wanita-wanita yang meniru laki-laki dalam berbusana dan bermode, persis seperti sebagian wanita zaman sekarang. Sedangkan lakilaki yang bergaya wanita adalah mereka yang cara berpakaian, gaya bicara,
dan
lainnya
meniru-niru
kaum
wanita.
Semoga
Allah
menyelamatkan kita dari mereka. 7. Bukan pakaian kebesaran. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah SAW “Barangsiapa yang mengenakan busana kebesaran di dunia, maka Allah akan mengenakan pakaian kehinaan di hari kiamat, kemudian Dia akan menyalakan api di dalamnya. Adapun yang dimaksud pakaian kebesaran adalah pakaian yang dimaksudkan untuk mencari ketenaran dan reputasi di tengah masyarakat, baik busana mahal yang dipakai untuk memamerkan kekayaan ataupun busana gembel sekalipun untuk zuhud dan riya’. 8. Tidak mirip dengan pakaian/busana wanita kafir. Hal ini didasarkan sabda Nabi SAW “Barangsiapa yang meniru-niru (menyerupai) suatu kaum, maka ia adalah bagian dari mereka.21
21
Ibrahim bin Fathi bin Abd Al-Muqtadir, Wanita Berjilbab vs Wanita Pesolek, (Jakarta: Sinar Grafika Offset (Amzah), 2007) hlm. Xxix-xxxii.
74
Untuk mendidik anak terlebih mendidik anak perempuan tidaklah mudah. Maka dari itu, agama mengajarkan kita agar mendidik anak sedari ia masih didalam kandungan. Contohnya, disaat masih didalam kandungan, ibu membiasakan diri memperdengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an. Hal tersebut sudah sangat terbukti kemanjurannya untuk pengembangan otak calon anak. Membiasakan mengenakan jilbab bagi anak perempuan juga merupakan salah satu cara mendidik yang sangat dianjurkan. Hal ini dilakukan agar kelak saat anak dewasa telah terbiasa dengan jilbab yang dikenakan dan anak tidak ikut terpengaruh pada lingkungan yang membawa kemungkaran. Berikut cara membiasakan anak untuk berjilbab: 1. Pertama, membiasakan anak mengenakan jilbab dari bayi. Jadikanlah jilbab sebagai pakaian sehari – hari mereka. Pilih bahan kaos yang nyaman. Kebiasaan yang demikian ini Insya Allah akan terbawa hingga ia tumbuh dewasa nanti. 2. Kedua, kelak jika anak bertanya, “mengapa aku harus pakai jilbab?” maka berilah pemahaman pada anak tentang perintah kewajiban berjilbab dan jelaskan pula manfaat yang didapat ketika perempuan memakai jilbab. Ingat, terangkanlah dengan bahasa yang ringan, santai dan intonasi yang lembut. 3. Ketiga, tanamkan juga pada diri anak bahwa dengan berjilbab membuktikan kecintaan mereka terhadap Allah SWT dan Rasulullah SAW.
75
4. Keempat, jangan jauhkan anak dari pendidikan agama islam yang mulia ini. Ajarkan mereka mencintai agama mereka, jauhkan mereka dari pengaruh lingkungan buruk disekitarnya. 5. Kelima, beri contoh yang baik kepada anak dengan memakai jilbab yang sesaui tuntunan syariat. Jika ibunya saja tak berjilbab, lantas bagaimana bisa anak mau membiasakan diri untuk berjilbab?22
22
https://hijabsyarie.wordpress.com/2015/04/29/membiasakan-anak-berjilbab-sejakkecil-ikuti-tips-berikut/ Di akses pada tanggal 04-09-2015, pukul 07:47 WIB
75
BAB V PENUTUP Pada bagian akhir dari pembahasan ini, penulis mengambil sebuah kesimpulan yang diperoleh berdasarkan analisis yang disesuaikan dengan tujuan pembahasan skripsi ini. Penulis juga memberikan saran-saran yang dirasa relevan dan perlu, dengan harapan dapat menjadi sebuah kontribusi pikiran yang berharga bagi dunia pendidikan. Selain itu, penulis juga memaparkan saran-saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pendidik, lembaga pendidikan, masyarakat serta bagi penulis selanjutnya yang ingin memperluas hasanah pendidikan. A. Simpulan Setelah penulis mengkaji dan menganalisis nilai–nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam novel “Cinta Di Ujung Sajadah” Asma Nadia dan aplikasinya dalam pendidikan Islam maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Nilai–nilai Pendidikan Islam dalam novel Cinta Di Ujung Sajadah yang dapat dijadikan pembelajaran bagi semua kalangan khususnya para remaja dan anak anak–anak adalah: a) Iman kepada Allah dan Rasulullah I.
Iman kepad Allah Iman kepada Allah berarti menyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT. adalah satu – satunya zat yang wajib 75
76
disembah,
dimohon
ditaati
perintah-Nya
dan
dijauhi
larangannya. II.
Iman kepada Rasulullah Iman kepada para rasul berarti memercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT. telah memilh dan mengutus beberapa orang pilihan sebagai rasul.
b) Kesabaran Mendidik diri untuk bersabar, di mulai dari pemahaman bahwa sabar merupakan salah satu keutamaan seorang mukmin. Sabar adalah menerima takdir atau nasib yang diberikan Allah dengan senang hati dan luas dada, tidak menyalahkan siapapun terlebih Allah. Dari penjelasan tersebut bahwa seluruh cobaan yang diberikan Allah kepada hambanya, pasti mempunyai hikmah yang sangat dalam, bisa bermaksud menegur hamba yang sudah lupa terhadap-Nya. Bisa bermaksut menguji dan sebagainya. c) Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Berbakti kepada orang tua adalah mematuhi petintah orang tua, mengerjakan hal – hal yang memang orang tua perkenankannya. Lemah lembut dalam bertutur kata juga termasuk berbakti kepada mereka, berendah hati dihadapan mereka, mendoakan mereka dan memprioritaskan kepentingan mereka di atas istri.
77
d) Berjilbab Jilbab adalah busana muslimah yang dapat menutup seluruh tubuh. Jilbab sama halnya dengan kerudung yang berarti busana wanita muslimah. 2. Adapun aplikasi Nilai–nilai Pendidikan Islam dalam novel Cinta Di Ujung Sajadah dalam pendidikan Islam sebagai berikut: a) Iman kepada Allah dan Rasulullah I.
Iman Kepada Allah Penerapan iman dalam Pendidikan harus selalu ditekankan bahwa iman tidak sebatas percaya adanya Tuhan saja, melainkan turut diikrarkan dalam lisan dan ditindak lanjuti dengan melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya serta menjauhi larangan-Nya.
II.
Iman Kepada Rasulullah Wujud nyata dari perilaku yang mencerminkan beriman kepada rasul Allah adalah dengan cara meneladani para rasul dalam beribadah,
perilaku keseharian, dalam bekerja mencari
penghasilan, dan dalam perjuangan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. b) Bersabar Agar anak terbiasa sabar adalah dengan tidak memanjakan anak. Selaku orang tua harus tau makna tidak memanjakan anak. Tidak semua permintaan anak dituruti. Orang tua harus tegas, yakinlah anak – anak
78
tidak akan meminta sesuatu yang semena – mena terhadap orang tua yang bersifat tegas. Alhasil dalam diri anak itu akan tertanam sifat sabar dan tahu diri. c) Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Ketika mereka masih hidup, cara berbakti kepada mereka adalah dengan memperlakukan mereka dengan baik. Apabila mereka sudah meninggal maka cara untuk berbakti kepada mereka adalah dengan mendoakan mereka. d) Berjilbab Ada beberapa syarat wajib yang harus dipenuhi agar pakaian bisa disebut hijab/jilbab syar’i, antara lain: 1) Menutupi seluruh tubuh termasuk wajah dan kedua telapak tangan. 2) Terbuat dari bahan kain yang tebal dan tidak tipis menerawang, karena tujuan hijab adalah menutupi. 3) Tidak menjadi hiasan dengan berbagai warna mencolok yang membuat mata melirik. 4) Longgar, tidak ketat, tidak memperlihatkan lekuk-lekuk badan, tidak menonjolkan aurat, dan tidak memperlihatkan bagian-bagian tubuh yang memancing fitnah /pesona seksual. 5) Tidak disemprot parfum yang dapat membangkitkan gairah laki-laki. 6) Tidak menyerupai busana laki-laki 7) Bukan pakaian kebesaran. 8) Tidak mirip dengan pakaian/busana wanita kafir.
79
B. Saran 1. Untuk pendidik Sebagai pendidik, hendaknya bisa memanfaatkan segala bentuk media pembelajaran dengan baik. Dengan banyaknya nilai–nilai pendidikan Islam yang ada pada novel Cinta Di Ujung Sajadah, penulis menyarankan agar seorang pendidik atau guru bisa menggunakan novel Cinta Di Ujung Sajadah dan nilai-nilai pendidikan Islam yang ada di dalamnya sebagai media pembelajaran yang lebih variatif dan menarik.
2. Untuk peserta didik Para peserta didik hendaknya bisa memilah dan memilih setiap bacaan yang ingin dikonsumsinya. Terutama bacaan di luar buku-buku pelajaran. Melihat Cinta Di Ujung Sajadah yang kaya akan nilai-nilai pendidikan Islam, sangat patut untuk dibaca oleh para peserta didik sebagai bahan pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi siswa. 3. Untuk masyarakat Banyak novel yang banyak beredar di kalangan masyarakat saat ini. Untuk itu, hendaknya masyarakat bisa menyikapi serta memilih novel yang patut untuk bahan bacaan dan banyak mengandung nilai-nilai sebagai amanat yang terdapat dalam novel tersebut.
80
C. Penutup Dengan mengucap syukur yang sedalam–dalamnya kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dengan judul: Nilai – nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung Dalam Novel “Cinta Di Ujung Sajadah” Karya Asma Nadia. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, baik dari segi tulisan, gaya bahasa, materi dan data dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna memperbaiki skripsi ini. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini, yang telah membantu baik secara moril maupun spiritual sehingga skripsi ini bisa selesai. Dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak pada umumnya. Amiin.
DAFTAR PUSTAKA Al – Mundziri,Imam, 2003,Ringkasan Hadist Shahih Muslim, Jakarta : Pustaka Amani. Al-Ghazali, Zainab, 2000, Problematika Muda-Mudi,Jakarta: Gema Insani. Arief S.Sadiman, M.Sc.dkk,2011, Media Pendidikan :Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta :Rajawali Pers. Aziz, Abdul Majid, 2013, Mendidik Dengan Cerita, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Daradjat, Zakiah, dkk, 2012,Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: PT Bumi Aksara. Darajat, Zakiah, 1994, Pendidikan Islam dalamKeluargadanSekolah, Jakarta: Ruhama. Darmadi, Hamid, 2011, Metode Penelitian Pendidikan,cet.2, Bandung: Alfabeta Departeman Pendidikan Nasional, 2007, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. 4 Jakarta: Balai Pustaka. Departemen Agama RI, 1980, Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, 1980, hlm. 609 Elmubarok ,Zaim, 2013, membumikanPendidikanNilai, Bandung: Alfabeta. E. Mulyasa,2013,Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,cet. 12, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Fathi bin Abd Al-Muqtadir, Ibrahim, 2007, Wanita Berjilbab vs Wanita Pesolek, (Jakarta: Sinar Grafika Offset. Huda, Miftahul dan Muhammad Idris, 2008, Nalar Pendidikan Anak, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Lubis,Mawardi, 2009, Evaluasi Pendidikan Nilai, cet. 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Majid,Abdul dan Dian Andayani, 2012, Pendidikan Karakter Perspketif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Makruf, Jamhari, 2012, Pendidikan Agama Islam di SMP dan SMA, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Marijan, 2012, Metode Pendidikan Anak, Yogyakarta: Sabda Media. Maulana, Achmad, dkk, 2011,Kamus Ilmiah Populer Lengkap,Yogyakarta: Absolut. Muhaimin, 2012, ParadikmaPendidikan RemajaRosdakarya.
Islam,
cet.5,
Bandung
:
PT
Mujib, Abdul, 2008, M.Ag dan Dr. Jusuf Mudzakkir, M.Si, Ilmu Pendidikan Islam, cet. 2, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Mulyana, Rohmat, 2011, Mengartikulasi Pendidikan Nilai,cet. 2, Bandung: Alfabeta. Nadia, Asma, 2015, cinta Di Ujung Sajadah, Depok: AsmaNadia Publishing House. Nadia, Asma, https://id.wikipedia.org/wiki/Asma_Nadia, Di aksespadatanggal 1906-2015, pukul 10:31 WIB Nurgiyanto, Burhan, 2007, TeoriPengkajianFiksi, cet. 6,Yogyakarata: Gajah mada University Pres. Purba, Antilan, 2010, Sastra Indonesia Kontemporer, Yogyakarta: Graha Ilmu. Purwanto, M. Ngalim, 1990, Psikologi Pendidikan, cet. 5, Jakarta: RajaGrafindo Persada. Qowi Al MUndiri, Abdul, 2012, RingkasanShahih Muslim, (Solo: InsanKamil,) Quthb, Muhammad, 1993, Sistem Pendidikan Islam, cet. 3, Bandung: PT. AlMa’arif. Siaw, Felix, 2013, Yuk, Berhijab!, Bandung: Mizania. Sudiyono, 2009, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai, 2009, Media Pengajaran, cet. 8, Bandung: Sinar Baru Algensindo. Suhandjati Sukri, Sri, 2009, Ensiklopedi Islam Dan Perempuan dari aborsi hingga misogini, Bandung: Nuansa. Sukardi, 2011, Metodologi Penelitian Pendidikan,cet.10, Jakarta: Teruna Grafika ,
Syafaat, Aat, dkk,2008,Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja ,Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Tohirin,2005,Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Trianto, 2010, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Kencana. Wibowo, Agus, 2012, Pendidikan Karakter Usia Dini,Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yusuf L. N, Syamsul dan Nani M. Sugandhi, 2011, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Zakiyah, QiqiYuliati, 2014, PendidikanNilaiKajianTeoridanPraktik Di Sekolah, Bandung: PustakaSetia. https://hijabsyarie.wordpress.com/2015/04/29/membiasakan-anak-berjilbab-sejakkecil-ikuti-tips-berikut/Di aksespadatanggal 04-09-2015, pukul 07:47 WIB
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Riyan Yahya
NIM
: 131310000348
Tempat Tanggal Lahir : Jepara, 09 Maret 1991 Alamat
: Jambu Timur, RT 26, RW 06, kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara
E-mail
:
[email protected]
Jenjang Pendidikan
:
RA Jambu Timur Mlonggo Jepara 1996
SDN Jambu 12 Jambu Timur Mlonggo Jepara 2003
MTs Hasyim Asy’ari Bangsri 2006
MA Hasyim Asy’ari Bangsri 2009
Future Education Center 2010
Pengalaman Organisasi :
Pengurus BEM Fakultas Tarbiyah 2013
Pengurus BEM Fakultas Tarbiyah 2014
Editor LPM IDE@ 2014
Pengurus PMII Rayon Tarbiyah 2013
Pengurus PMII Rayon Tarbiyah 2014
Karang Taruna Satia Muda Desa Jambu Timur