NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh TRI AGUSTINA NURHIDAYATI NIM: 111 11 164
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016
i
ii
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh TRI AGUSTINA NURHIDAYATI NIM: 111 11 164
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016
iii
iv
v
vi
MOTTO
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (Q.S. Al-Baqarah 286)
“Jangan Katakan tidak bisa sebelum mencoba, Jangan pernah berhenti karena kegagalan Teruslah maju dengan berfikir sebelum melangkah Karena kegagalan bukan rambu pemberhentian”
vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmad dan hidayah-NYA saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, dan karya ini saya persembahkan kepada: Ayahanda Eru dan ibunda Yusriyati Ardiyah tercinta yang penuh kasih sayang dan tetesan air mata serta doa yang tulus dalam mendidik putrinya ini. Adinda harapkan dapat terus menyongsong masa depan untuk menghadapi tantangan hidup, rasa terima kasih tidak dapat adinda ucapkan walaupun dengan kata-kata yang paling manis sekalipun. Kakak-kakakku Edi Sulistiyo, Hermawan Amron Rosidin, Putra Arief Perdana dan Azizah Kurnia Dewi, Keponakanku Amira Afra Allathifa yang tersayang, terima kasih atas doa dan motivasinya selama ini. Adik-adikku Ananda Putri Sabilla dan Putri Ayu Firnanda, terima kasih atas motivasinya selama ini. Teruntuk teman-teman PAI E Exclusive angakatan 2011 khususnya sahabatsahabatku yang selalu membantu, berbagi keceriaan dan melewati setiap suka dan duka selama kuliah, terimakasih banyak atas dukungan dan kebersamaannya.
viii
ix
x
ABSTRAK Nurhidayati, Tri Agustina. 2016. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Bahroni, M.Pd. Kata kunci: Nilai-nilai Pendidikan Islam, Novel Bidadari-Bidadari Surga. Pada zaman global ini diperlukan pendidikan yang menyesuaikan dengan perkembangan zamanya untuk membekali anak-anak agar mempunyai kepribadian dan akhlak yang baik, salah satunya adalah dengan cara menanamkan pendidikan Islam sejak dini kepada anak. Novel Bidadari-Bidadari Surga adalah novel yang banyak memberikan inspirasi bagi kehidupan. Karena didalamnya banyak terkandung sebuah moral dan nilai-nilai pendidikan yang Islami, dapat memotivasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1. Apa sajakah nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung pada novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye 2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung pada novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dengan praktik pendidikan Islam masa kini. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research), sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis (descriptive of analyze research). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan karya sastra, yaitu pendekatan pragmatik. Dalam pengumpulan datanya menggunakan metode dokumentasi, analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis isi (content analysis). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye diantaranya: nilai pendidikan aqidah/keimanan (iman kepada Allah, iman kepada kitab-Nya, iman kepada Rasul dan Nabinya, iman kepada hari akhir, iman kepada qadla dan qadar), nilai pendidikan syari’ah/ibadah (adzan, wudu, salat, salat berjama’ah, salat tahajud, berdoa, membaca al qur’an, zakat, perkawinan/pernikahan), nilai pendidikan akhlak yaitu (a) akhlak kepada Allah (tawakal, ikhlas, bertaubat, bersyukur), (b) akhlak kepada diri sendiri (sabar, jujur, niat, tanggung jawab, optimis, menutup aurat, disiplin, syaja’ah/berani), (c) akhlak kepada orang tua (birrul walidain, sopan santun), dan (d) akhlak kepada sesama (menjaga aib, gotong royong, berbuat adil, saling memaafkan, peduli, mengucapkan salam). (2) Relevansi nilai pendidikan Islam dengan praktik pendidikan Islam masa kini adalah pentingnya penanaman nilai-nilai pendidikan Islam yang harus dilakukan sedini mungkin baik dirumah, sekolah maupun lingkungan masyarakat, untuk membentuk pribadi yang berkarakter dan berakhlak mulia.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ......................................................................................................
i
LEMBAR BERLOGO .................................................................................
ii
JUDUL .........................................................................................................
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................
iv
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................
vi
MOTTO ........................................ ............................................................... vii PERSEMBAHAN .......................................................................................
viii
KATA PENGANTAR .................................................................................
ix
ABSTRAK ...................................................................................................
xi
DAFTAR ISI ................................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Rumusan Masalah .......................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................
6
D. Manfaat Penelitian ......................................................................
7
E. Metode Penelitian .......................................................................
8
F. Penegasan Istilah ........................................................................
10
G. Sistematika Penulisan ................................................................
12
xii
BAB II
BIOGRAFI PENULIS UNSUR INTRINSIK DAN SINOPSIS NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE
A. Biografi Tere Liye .....................................................................
14
1. Karakteristik Novel Karya Tere Liye ................................... 16 2. Karya-Karya Tere Liye ........................................................ 17 B. Unsur Intrinsik Novel ................................................................. 18 C. Sinopsis Novel Bidadari-Bidadari Surga...................................... 30 BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN A. Pendidikan Akidah/Keimanan ...................................................
37
B. Pendidikan Syari’ah/Ibadah .......................................................
42
C. Pendidikan Akhlak .....................................................................
49
BAB IV PEMBAHASAN A. Nilai-Nilai Pendidikan Islam ......................................................
63
1. Pendidikan Aqidah/Keimanan ..............................................
64
2. Pendidikan Syari’ah/Ibadah ..................................................
71
3. Pendidikan Akhlak ...............................................................
83
B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dengan Praktik Pendidikan Islam Masa Kini ........................................................................
107
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................
111
B. Saran ...........................................................................................
113
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
115
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran 2 Daftar Nilai SKK Lampiran 3 Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran 4 Riwayat Hidup Penulis
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan Islam mempunyai peranan yang sangat penting untuk membina manusia secara utuh dan seimbang, baik dari segi aspek jasmani maupun rohani. Pendidikan Islam sebagai suatu proses pengembangan potensi kreatifitas peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi, berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, bangsa, dan negara serta agama (Arief, 2002:3). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Maslikhah, 2009:130) Anak adalah amanat yang dititipkan Allah kepada kedua orang tuanya. Ketika seorang anak lahir ke dunia dan melihat apa yang ada di sekelilingnya, maka sang anak akan dibentuk oleh setiap pengaruh yang datang dalam dirinya. Dalam firman Allah SWT:
1
“Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan dan hati agar kalian bersyukur”.(Q.S. An Nahl : 78) Maka apabila anak dibiasakan dan diajarkan melakukan kebaikan sesungguhnya dia akan menjadi pribadi yang baik, akan tetapi apabila anak dibiasakan dan diajarkan melakukan hal yang tidak baik atau melakukan kejahatan, maka seperti itulah anak akan terbentuk dan menjadi pribadi yang tidak baik. Pada zaman global ini diperlukan pendidikan yang menyesuaikan dengan perkembangan zamannya untuk membekali anak-anak agar mempunyai kepribadian dan akhlak yang baik, salah satunya adalah dengan cara menanamkan pendidikan Islam sejak dini kepada anak. Pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi juga untuk kehidupan seorang anak yang sedang mengalami perkembangan menuju masa kedewasaannya. Betapa sulitnya menumbuhkan semangat belajar dalam diri anak, karena proses panjang dalam pembelajaran akan memunculkan berbagai persoalan yang dapat menghalangi tercapainya tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
2
Proses
pendidikan
merupakan
upaya
mengembangkan
dan
mengaktualisasikan peserta didik dengan maksimal sesuai dengan bakat dan minatnya baik secara formal maupun informal. Sumber pendidikan tidak hanya didapat oleh seorang pendidik namun juga melalui media pendidikan baik cetak maupun elektronik. Media merupakan salah satu syarat dalam penunjang dan pengembangan dunia pendidikan. Salah satu produk yang dihasilkan media cetak adalah novel. Novel merupakan salah satu jenis karya sastra yang lahir dari proses kreatifitas pengarang. Proses ini biasanya berkaitan dengan fenomena sosial dalam masyarakat di suatu zaman, baik pada zaman lampau, masa kini, ataupun masa yang akan datang. Novel termasuk karya sastra yang banyak beredar di tengah masyarakat dan memuat banyak nilai-nilai pendidikan untuk kehidupan manusia dalam setiap ceritanya. Sebagai pembaca tentunya dapat menangkap nilai apa yang sebenarnya ingin disampaikan dari novel tersebut, bukan sekedar bacaan atau hiburan saja. Salah satu novel yang menjadi best seller adalah novel yang berjudul Bidadari-Bidadari Surga karya dari Tere Liye ini merupakan salah satu novel karya anak bangsa yang dapat memberikan pesan-pesan pendidikan bagi setiap pembaca novel Bidadari-Bidadari Surga, karena kebanyakan dari novel saat ini hanya bercerita tentang percintaan, kekerasan dan kebanyakan tidak memiliki nilai-nilai positif untuk masyarakat terutama Islam, agar dapat memberikan nilai-nilai pendidikan untuk perkembangan bangsa Indonesia.
3
Akan tetapi Tere Liye merupakan salah satu penulis dari sekian banyaknya penulis novel yang menyelipkan nilai-nilai pendidikan di setiap karangannya. Novel
Bidadari-Bidadari
Surga
adalah
novel
yang
banyak
memberikan inspirasi bagi kehidupan. Karena di dalamnya banyak terkandung sebuah moral dan nilai-nilai pendidikan yang Islami, dapat memotivasi manusia untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Novel ini menceritakan tentang satu keluarga, yaitu Mamak Lainuri dengan kelima anaknya, Laisa, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta. Mamak Lainuri yang membesarkan anak-anaknya dengan kesederhanaan, ketulusan, keterbatasan yang bercampur kepolosan dan kenakalan. Selain itu Mamak Lainuri juga mengajarkan dan menanamkan arti pentingnya kerja keras, kejujuran dan perilaku terpuji. Kak Laisa sebagai anak tertua, rela putus sekolah demi pendidikan adik-adiknya dan dia rela bekerja keras di perkebunan kecil milik Mamak Lainuri di Lembah Lahambay. Kak Laisa yang selalu berkorban untuk adik-adiknya, Kak Laisa yang tak pernah terlambat dan tak pernah lelah menjaga adik-adiknya. Sosok Laisa adalah sebuah bentuk pengorbanan yang luar biasa ikhlas dari seorang kakak kepada adik-adiknya, meskipun Laisa tahu bahwa Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta bukan adik kandungnya. Sebagai makhluk Tuhan, dia pandai mensyukuri segala nikmat-Nya dengan keterbatasan, kerja keras dan ujian. Seperti salah satu petikan dialog dalam novel Bidadari-Bidadari Surga berikut ini:
4
“Ya Allah, terimakasih atas segalanya.... Terima Kasih....” Kak Laisa mendesah pelan.... “Ya Allah, Lais sungguh ikhlas dengan segala keterbatasan ini, dengan segala takdirmu.... Karena, kau menggantinya dengan adik-adik yang baik....” (Liye, 2014:359). Pelajaran yang akan disampaikan kepada pembaca adalah tentang Iman kepada qadha dan qadar. Menggambarkan keikhlasan Laisa dalam menerima takdirnya dengan segala keterbatasannya, maksudnya adalah tubuhnya yang gempal dan pendek, kulitnya yang hitam, rambutnya yang gimbal, giginya yang besar-besar dan kekurangan yang dimilikinya. Akan tetapi Laisa mengetahui semua itu adalah takdir Allah SWT. Laisa ikhlas dan bersyukur atas segala yang diberikan kepadanya. Bagian pertama menceritakan Prof. Dalimunte sedang presentasi temuan barunya, Ikanuri dan Wibisana baru saja tiba di Eropa untuk usahanya dan Yashinta sedang observasi di Gunung. Keempatnya mendapatkan pesan dari Mamak Lainuri. Setelah membaca pesan itu, Dali langsung menghentikan presentasinya di Simposium Fisika Internasional, Ikanuri dan Wibisana yang baru tiba di Eropa langsung mencari penerbangan selanjutnya ke Indonesia dengan banyak hambatan, Yashinta pun langsung turun dari puncak gunung demi melihat Sang Kakak. Kak Laisa. Kak Laisa tak pernah menangis di depan adik-adiknya. Tak sungkan memarahi dan memukul Dali, Ikanuri dan Wibisana yang ketahuan bolos sekolah. Kak Laisa hanya ingin pendidikan yang terbaik bagi adik-adiknya. Kesuksesan adik-adiknya adalah kebahagiaan baginya, dan dia tak pernah meminta imbalan akan semua jasa yang dilakukan untuk keluarganya.
5
Penulis tertarik untuk meneliti novel ini lebih dalam, karena buku bacaan ini penuh dengan inspirasi dan motifasi yang sangat baik bagi pembacanya. Bahkan di dalamnya tidak terlepas dari kajian-kajian tentang Agama Islam serta mengungkapkan peran sebuah tanggung jawab dalam keluarga. Tertarik
akan
hal
yang
demikian
maka
penulis
mencoba
mengangkatnya sebagai bahan untuk skripsi dengan judul “ NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah: 1.
Apa sajakah nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye?
2.
Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel BidadariBidadari Surga karya Tere Liye dengan praktik pendidikan Islam masa kini?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berisi gambaran yang khusus atau spesifik mengenai arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan realistis peneliti tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan penelitian harus mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan masalah yang akan diteliti (STAIN Salatiga, 2008:50-51). 6
1. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 2. Untuk mendeskripsikan relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dengan praktik pendidikan Islam masa kini. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan dan memberikan kontribusi pemikiran tentang pendidikan Islam dan kaitannya terhadap pemilihan novel yang mengandung nilai-nilai pendidikan Islam. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu yang berguna kepada masyarakat umum, khususnya para pendidik Muslim, bahwa terdapat banyak pelajaran yang dapat diambil dari sebuah novel, yang dapat dijadikan media pembelajaran, sehingga dapat menarik minat baca masyarakat. b. Untuk memperkaya khazanah keilmuan bagi peneliti karya sastra novel selanjutnya. c. Dapat mengetahui dan memahami isi, ide, dan pesan nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Bidadari-Bidadari Surga bagi pecinta novel.
7
E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan cara membaca buku-buku atau majalah dan sumber data lainnya dalam perpustakaan. Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur, baik di perpustakaan maupun di tempat-tempat lain (Mahmud, 2011:31). Dalam hal ini penulis mencoba membaca beberapa literatur yang terkait dengan pembahasan skripsi ini dan menganalisisnya dengan objek penelitian yang berupa novel Bidadari Bidadari Surga. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis (descriptive of analyze research). Penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji dan menjelaskan teks-teks yang mengandung nilai-nilai moral sebagai bagian dari pendidikan Islam. 2. Jenis Pendekatan Menurut Abrams dalam bukunya Wiyatmi, ada empat macam pendekatan terhadap karya sastra yaitu terdiri dari: Pertama, pendekatan mimetik yaitu pendekatan yang dalam mengkaji sastra berupaya memahami karya sastra dengan realitas dan kenyataan. Kedua, pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang dalam memandang dan mengkaji karya sastra memfokuskan perhatiannya pada sastrawan selaku pencipta karya sastra. Ketiga, pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang
8
karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Keempat, pendekatan obyektif adalah pendekatan yang memfokuskan kepada karya sastra itu sendiri. Keempat pendekatan tersebut kemudian mengalami perkembangan hingga muncul berbagai pendekatan seperti pendekatan struktural, semiotik, sosiologi sastra, resepsi sastra, psikologi sastra, dan moral (Wiyatmi, 2006:76). Pendekatan yang akan digunakan penulis adalah pendekatan pragmatik. Karya sastra yang berorientasi pragmatik banyak mengandung aspek guna (usefull) dan nilai karya bagi penikmatnya. 3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan menyelidiki benda-benda tertulis seperti bukubuku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik membaca, mendengar, menyimak dan mencatat hal yang berkaitan dengan unsur pendidikan Islam yang terdapat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga . 4. Sumber Data Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006:129) Dalam penulisan skripsi ini, sember data yang digunakan adalah sumber data yang terkait dengan subyek penelitian dari mana data
9
diperoleh. Adapun
sumber data terdiri dari sumber data primer dan
sekunder. a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber data pokok yang langsung dikumpulkan peneliti dari objek penelitian (Mahmud, 2011:152). Dalam penelitian ini data primer yang digunakan adalah data yang bersumber dari novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye yang diterbitkan oleh Republika. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder yaitu sumber data tambahan yang menurut peneliti menunjang data pokok (Mahmud, 2011:152). 5. Metode Analisis Data Analisis data yang penulis gunakan adalah analisis isi (content analysis) yaitu sebuah analisis yang digunakan untuk mengungkapkan, memahami dan menangkap karya sastra. Dalam karya sastra, isi yang dimaksud adalah pesan-pesan yang disampaikan pengarang melalui karya sastranya. Analisis isi didasarkan pada asumsi bahwa karya sastra yang bermutu adalah karya sastra yang mampu mencerminkan pesan positif kepada para pembacanya (Endraswara, 2008:160). F. Penegasan Istilah Fungsi dari penegasan istilah adalah untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini dan agar terhindar dari kesalahpahaman di dalam memahami peristilahan yang ada, maka perlu dijelaskan sebagai berikut:
10
1. Nilai-nilai Pendidikan Islam Nilai merupakan sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia (Zakiyah, 2014:14). Kata pendidikan adalah upaya yang disengaja. Pendidikan merupakan suatu rancangan dari proses suatu kegiatan yang memiliki landasan dasar yang kokoh, dan arah yang jelas sebagai tujuan yang hendak dicapai (Jalaluddin, 2001:81) Pendidikan
Islam
adalah
sebuah
upaya
terencana
dalam
membentuk kepribadian manusia Muslim untuk mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik atas dasar nilai-nilai ajaran Islam demi mengangkat derajat (Zakiyah, 2014:144). Senada dengan pendapat di atas, menurut Chabib Thoha pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah, dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan didasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadis Nabi (Thoha, 1996: 99). Jadi yang dimaksud dengan nilai-nilai pendidikan Islam adalah suatu atau sifat-sifat penting yang berguna bagi manusia dalam menjalani kehidupannya sehingga akan terbentuk kepribadian yang selaras dengan norma agama Islam. 2. Novel Bidadari-Bidadari Surga Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya dalam bentuk cerita (Maslikhah, 2013:126). Jadi, Novel Bidadari-Bidadari Surga adalah salah satu novel karya Darwis Tere Liye
11
yang menceritakan perjuangan hidup Laisa yang hingga meninggal belum menemukan pendamping hidupnya, tetapi telah membuat adik-adiknya menjadi seorang muslim yang sukses. G. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulisan skripsi terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi, halaman daftar lampiran. Bagian inti/isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
BIOGRAFI
PENULIS
UNSUR
INTRINSIK
DAN
SINOPSIS NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE Bab ini akan membahas tentang: Biografi Tere Liye, karakteristik novel Tere Liye, karya-karya Tere Liye,
12
unsur-unsur intrinsik novel, Sinopsis novel BidadariBidadari Surga. BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN Bab ini akan membahas tentang: Nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye.
BAB IV
PEMBAHASAN Bab ini penulis akan memberikan analisis terhadap kandungan nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga dan relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Bidadari-Bidadari Surga dengan praktik pendidikan Islam masa kini.
BAB V
PENUTUP Bab penutup berisi kesimpulan dan saran.
13
BAB II BIOGRAFI PENULIS UNSUR INTRINSIK DAN SINOPSIS NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE
A. Biografi Tere Liye Nama “Tere Liye” merupakan nama pena seorang penulis berbakat tanah air. Tere Liye merupakan nama populernya yang diambil dari bahasa India yang artinya untukmu. Bebas diartikan untuk siapa saja, sebuah persembahan karya untuk Sang Maha Segalanya. Tampaknya Tere Liye tidak ingin dikenal oleh pembacanya. Hal itu terlihat dari sedikitnya informasi tentang kehidupan dan keluarganya yang pembaca dapat melalui bagian “tentang penulis” yang terdapat pada bagian belakang sebuah novel. Tere Liye merupakan salah satu penulis yang telah banyak mengeluarkan karya-karya best seller. Tidak seperti penulis lain yang kebanyakan memasang foto, kontak nomor yang bisa dihubungi, profil lengkap pada setiap karyanya. Akan tetapi Tere Liye memang tidak ingin dipublikasikan ke umum terkait dengan kehidupan pribadinya, mungkin alasannya karena Tere Liye ingin mempersembahkan karya terbaiknya dengan sederhana dan tulus. Inilah sedikit informasi yang penulis dapatkan mengenai biografi Tere Liye dari berbagai sumber di internet. Nama asli pengarang adalah Darwis
14
yang lahir pada tanggal 21 Mei 1979 di Tandaraja, Palembang. Tere Liye lahir di dekat Bukit Barisan, Sumatera Bagian Selatan. Ia tinggal di kelilingi hutan, di lingkari sungai, di bentengi bukit dan gunung. Ia dibesarkan dari sebuah keluarga yang sangat sederhana, ayahnya bernama Syahdan (beliau telah meninggal beberapa tahun yang lalu) sedangkan ibunya bernama Nurmas. Walaupun sudah ditinggal ayahnya, tapi Darwis mempunyai semangat yang tinggi dan juga mempunyai mimpi-mimpi besar tentang hidup. Tere Liye juga sangat antusias dalam mempelajari ilmu agama. Selain itu, ia juga pernah mendalami ilmu agama disalah satu pondok pesantren di daerah sumatera. Tere Liye menikah dengan Ny.Riski Amelia dan di karunia seorang putra bernama Abdullah Pasai. Seperti di sebutkan di atas, Tere Liye tumbuh di Sumatera Pedalaman. Ia berasal dari keluarga sederhana yang orang tuanya berprofesi sebagai petani biasa. Anak ke enam dari tujuh bersaudara ini telah melahirkan banyak karya novel dari tangannya. Bahkan beberapa diantaranya telah diangkat ke layar lebar yaitu novel Hafalan Shalat Delisa dan BidadariBidadari Surga yang menjadi bahan penelitian ini. Berdasarkan email yang di jadikan
sarana
komunikasi
dengan
para
penggemarnya
yaitu
[email protected]. Tere Liye menyelesaikan masa pendidikan dasar sampai SMP di SDN 2 dan SMPN 2 Kikim Timur, Sumatera Selatan. Kemudian melanjutkan ke SMUN 9 bandar Lampung. Setelah selesei di Bandar Lampung, ia meneruskan ke Universitas Indonesia dengan mengambil Fakultas Ekonomi. 15
1. Karakteristik Novel Karya Tere Liye Tere Liye memiliki ciri khas dalam karya-karyanya dengan mengangkat
tema-tema
yang
bernuansa
Islami,
dan
bertemakan
kemanusiaan. Secara keseluruhan, karya-karyanya merupakan novel yang sangat indah, menyentuh, dan penuh pembelajaran hidup. Tere Liye dengan kata-katanya yang ringan, mudah dimengerti, dan terkadang mampu membius pembacanya, sehingga bisa ikut mengalir serta merasa terlibat dalam setiap kejadiannya. Memberi pelajaran dan mengingatkan pembaca atas makna sebuah kehidupan. Dari karya-karya Tere Liye ingin membagi pemahaman bahwa sebetulnya hidup ini tidaklah rumit seperti yang sering terpikir oleh kebanyakan orang. Hidup adalah
anugerah yang Kuasa dan karena
anugerah berarti harus disyukuri. “Bekerja keras dan selalu
merasa
cukup, mencintai, berbuat baik dan selalu berbagi, senantiasa bersyukur serta berterima kasih, maka Ia percaya bahwa kebahagiaan itu sudah berada di genggaman kita”. Terkesan bahwa Ia menegaskan syukuri saja setiap apapun yang kita punya, baik itu berupa kekurangan terlebih kalau itu suatu kelebihan. Sangat sederhana dan sangat menginspirasi. Kesederhanaanlah yang mampu membuka hati, dan kalau hati kita sudah terbuka maka akan sangat mudah setiap pesan-pesan positif itu sampai. Karya Tere Liye biasanya menyelipkan
seputar
pengetahuan,
16
moral
dan
agama
Islam.
Penyampaiannya yang unik serta sederhana menjadi nilai tambah bagi tiap novelnya, inilah yang menjadi karakteristik dari karya-karya Tere Liye. 2. Karya-karya Tere Liye Tere Liye adalah salah satu penulis yang telah banyak mengeluarkan karya-karya best seller dan berulang kali dicetak salah satunya adalah novel yang menjadi bahan penelitian ini. Beberapa karya Tere Liye yang lainnya, sebagai berikut: a. Hafalan Shalat Delisa (Republika, 2005) b. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka Utama, 2010) c. Bidadari-Bidadari Surga (Republika, 2008) d. Rembulan Tenggelam Di Wajahmu (Republika, 2009) e. Moga Bunda Disayang Allah (Republika, 2006) f. Ayahku (Bukan) Pembohong (Gramedia Pustaka Utama, 2011) g. Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah (Gramedia Pustaka Utama, 2012) h. Negeri Para Bedebah (Gramedia Pustaka Utama, 2012) i. Sunset Bersama Rosie (Mahaka, 2011) j. Burlian (Serial Anak-Anak Mamak, Buku 2. Republika, 2009) k. Berjuta Rasanya (Mahaka, 2012) l. Pukat (Serial Anak-Anak Mamak, Buku 3. Republika, 2010) m. Negeri Di Ujung Tanduk (Gramedia Pustaka Utama, 2013) n. Sepotong Hati Yang Baru (Mahaka, 2012) o. Eliana (Serial Anak-Anak Mamak, Buku 4. Republika, 2011)
17
p. Bumi (Gramedia Pustaka Utama, 2014) q. Rindu (Republika, 2014) r. Kisah Sang Penandai (Mahaka, 2005) s. Amelia (Serial Anak-Anak Mamak, Buku 1. Republika, 2013) t. Bulan (Gramedia Pustaka Utama, 2015) u. Dikatakan atau Tidak Dikatakan, Itu Tetap Cinta (Gramedia Pustaka Utama, 2014) v. The Gogons: James & incredible incident (Gramedia Pustaka Umum, 2006) w. Pulang (Republika, 2015) x. #aboutlove (Gramedia Pustaka Utama, 2015) y. Cintaku Antara Jakarta dan Kuala Lumpur (AddPrint,2006) B. Unsur Intrinsik Novel Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Adapun unsur-unsur intrinsik dalam novel Bidadari-Bidadari Surga adalah sebagai berikut: 1. Tema Tema yang diambil dalam novel ini penulis ingin bercerita tentang keluarga yaitu pengorbanan seorang kakak yang bernama Laisa demi kesuksesan keempat adik tirinya. Novel ini juga menggambarkan cinta, kasih sayang, kerja keras dan doa kepada Allah. Karena kesabaran dan keluarbiasaan itu, Laisa dianggap sebagai Bidadari-Bidadari Surga.
18
2. Penokohan Berikut ini adalah tokoh-tokoh dalam Novel Bidadari-Bidadari Surga: a.
Laisa Tokoh Laisa digambarkan memiliki fisik yang jauh dari sempurna. Kulitnya hitam, rambutnya gimbal dan tubuh yang pendek. Ini ditunjukkan ketika Yashinta mengusap wajah Kak Laisa berikut ini: “Lembut jemari Yashinta mengusap wajah Kak Laisa. rambut gimbalnya. Wajah dengan kulit hitam. Hidung pesek. Mulut Kak Laisa yang sedikit terbuka, memperlihatkan gigi-gigi besar, tidak proporsional. Yashinta menelan ludah” (Liye, 2014:296). Laisa juga digambarkan memiliki karakter pekerja keras, rela berkorban apapun untuk kebahagiaan adik-adiknya. Hal ini dituliskan: “Dia yang melihat Kak Laisa bekerja keras terpanggang matahari di kebun mereka. Kak Laisa yang berjanji akan membuatnya terus sekolah. Yang boleh malu dan sakit itu Kak Laisa, bukan adik-adiknya....” (Liye, 2014:313). Selain itu Laisa juga memiliki sikap yang tegas, tidak pemalu dan ia sangat pemberani. Saat Kak Laisa membela Dalimunte dalam pertemuan di balai kampung berikut ini: “Kak Laisa! Kak Laisa sudah berdiri dari duduknya. “Kita bisa melakukannya. Apa susahnya membuat kincir-kincir itu. Jika Dalimunte bisa membuat dua dengan bambu seadanya, kita bisa membuatnya yang lebih bagus, lebih kokoh.” Kak Laisa berseru, melangkah ke depan.” (Liye, 2014:89). Laisa juga sering memendam perasaan, menyembunyikan rasa sakit, nekat melakukan hal yang mungkin tidak akan pernah dilakukan
19
oleh orang lain, bahkan hingga nyawa sekalipun. Seperti yang dilakukan Laisa demi menyelamatkan nyawa Yashinta berikut ini: “Kak Laisa berlari sekuat kakinya ke kampung atas. Tidak peduli tetes air hujan bagai kerikil batu yang ditembakkan dari atas. Tidak peduli tubuhnya basah-kuyup. Tidak peduli malam yang gelap gulita. Dingin membungkus hingga kaki. Musim kemarau begini, di malam hari, suhu Lembah Lahambay bisa mecapai delapan derajat celcius. Kak Laisa berlarian menaiki lembah. Terpeleset. Sekali. Dua kali. Tidak peduli. Petir menyalak. Guntur menggelegar. Ia ingat. Ia ingat kakak-kakak mahasiswa tadi menyebut-nyebut soal obat dan dokter. Mereka pasti bisa membantu.” (Liye, 2014:168). b.
Mamak Lainuri Mamak Lainuri adalah ibu tiri Laisa juga ibu dari Dalimunte, Ikanuri, Wibisana dan Yashinta. Gambaran fisik Mamak Lainuri tidak diceritakan dalam novel ini. Mamak Lainuri memiliki karakter yang hampir sama dengan Laisa, bekerja keras agar tetap bisa membiayai sekolah anak-anaknya, keras mendidik anak-anaknya agar mereka tidak menjadi anak yang manja, baik, sangat menyayangi anakanaknya dan tidak suka marah. “Mamak sebenarnya tidak suka marah. Lebih banyak berdiam diri. Melotot, dan anak-anaknya langsung mengerti. Bagaimanalah Mamak akan sempat marah? Mamak sudah terlanjur lelah dengan jadwal harian. Bangun jam empat shubuh, menanak nasi, membuat gula aren, menyiapkan keperluan ladang. Lantas berangkat ke ladang. Nanti, baru lepas isya, setelah anak-anaknya tidur baru bisa istirahat. Itupun setelah menyelesaikan anyaman rajutan atau apalah.” (Liye, 2014:70).
c.
Dalimunte Dalimunte adalah anak yang paling pintar di antara saudarasaudaranya. Dia juga memiliki karakter yang baik, rajin, suka
20
membantu Mamak dan Kak Laisa di ladang, peka terhadap keadaan, senang melakukan penelitian dan penemuan, rela berkorban tapi tidak begitu berani seperti Laisa kakaknya. Hal ini dituliskan: “Siapapun di lembah itu tahu persis, di sekolah Dalimunte dikenal sebagai anak yang paling pintar, meski sekolah itu benar-benar seadanya. Dan satu bakat besar Dalimunte (meski untuk yang ini tidak semua penduduk lembah tahu), dia suka sekali mengutak-atik sesuatu. Diam-diam melakukannya di selasela membantu Mamak di ladang. Apa saja. Menciptakan alatalat yang aneh. Seperti keranjang aneh penangkap udang, alat panjang penyadap damar, dan sebagainya.” (Liye, 2014:78). Selain itu, Dalimunte juga orang yang serius, selalu mencari tahu tentang hal yang ingin diketahuinya dan taat beragama. “Baik. Apa yang ingin kau sampaikan, Dalimunte?’’ Wak Burhan tersenyum lebih lebar, mengeluarkan sirih dari mulut. Dia mengenal sekali anak Lainuri yang satu ini. Rajin shalat berjamaah di surau. Masih anak-anak. Tapi siapa bilang dia masih anak ingusan umur dua belas tahun.” (Liye, 2014:8182). d.
Wibisana dan Ikanuri Wibisana adalah kakak Ikanuri. Wajah mereka sangat mirip. Meski usia mereka selisih sebelas bulan, akan tetapi Ikanuri memiliki karakter yang hampir sama dengan Wibisana. Bahkan mereka sering di sebut anak kembar, walau mereka sebenarnya bukan anak kembar. Mereka memiliki kepribadian yang sangat mirip dan jalan hidup mereka pun mirip. Mereka sama-sama memiliki karakter berontak. Mereka lebih senang melakukan hal yang menegangkan, penuh tantangan gemar
21
bermain dan menjahili adik bungsunya ketika Kak Laisa mengajak Yashinta melihat berang-berang yang lucu: “Apa sih lucunya lihat berang-berang? Gitu-gitu saja! Mana ada coba lucunya” Satu kepala anak lelaki menyembul dari belakang Mamak. Mukanya terlihat jail. “Iya, apa coba lucunya!” Satu lagi kepala anak lelaki menyusul. Wajah mereka berdua mirip benar. Kompak seperti biasa, menyeringai nakal ke arah Yashinta.” (Liye, 2014:42). Tapi Ikanuri terkadang juga bisa melakukan hal yang tidak pernah disangka sebelumnya, yaitu memberikan apa yang diinginkan si bungsu. “Ikanuri mengambil bungkusan kecil dari kota kecamatan tadi. Lantas menyerahkannya ke Yashinta. “Buat Yashinta!” “Apa-an?” Yashinta bertanya sambil menguap. “Buka saja--” Ikanuri nyengir. Yashinta tanpa perlu diperintah dua kali, membuka ikatan kantong plastik kecil. Seperti tidak percaya. Satu detik. Dua detik. Lantas berseru senang sekali. “CRAYON 12 WARNA--” Yashinta tertawa lebar.” (Liye, 2014:73). Mereka digambarkan memiliki karakter nakal, seperti pandai berbohong kepada orang lain: “Dulu Ikanuri jagonya soal menipu orang lain dengan wajah sok-memelas. Kak Laisa yang suka mengejar-ngejarnya dengan sapu lidi, berkali-kali tertipu soal ini. Sok-memelas sakit (malas sekolah). Sok-memelas sakit (malas bantu Mamak Lainuri). Sok memelas sakit (malas ngurus kebu). Sakitnya si bisa macammacam. Sakit kaki-lah. Sakit tangan. Bisul. Bahkan panu pun bisa jadi alasan Ikanuri.” (Liye, 2014:33). Bahkan mereka sering bolos sekolah dan mencuri uang Mamak. Tere Liye menuliskan: “Ini juga gaya favorit Ikanuri waktu kecil dulu kalau menipu guru di kelas (katahuan bolos). Atau ketahuan mencuri uang di
22
kelpeh plastik Mamak Lainuri. Sok bego tidak mengerti.” (Liye, 2014:34). Sikap Wibisana dan Ikanuri yang tak kalah menyebalkan adalah bebal, keras kepala dan melawan Kak Laisa. Setelah mereka dewasa sifat itu pun berubah. “Tidak ada yang pernah menyangka, dua sigung yang amat bebal, keras kepala, dan selalu melawan Kak Laisa, bertahuntahun terakhir berkutat dengan masalah: tidak akan menikah sebelum Kak Laisa menikah.” (Liye, 2014:269). e.
Yashinta Yashinta adalah anak bungsu dari keluarga Mamak Lainuri yang selalu ceria. Yashinta tumbuh menjadi gadis yang cantik dan menawan, memiliki mata hitam yang indah dan tubuh tinggi. Yashinta juga banyak menuruni sifat cerdas seperti kakaknya Dalimunte. Senang mencari tahu hal baru, baik serta penurut dan yang tak kalah Yashinta juga menuruni sifat keras kepala Wibisana dan Ikanuri. “Kabar baik kedua adalah: Yashinta akhirnya menyelesaikan pendidikan masternya. Cumlaude. Lulusan terbaik. Ia jelas-jelas mewarisi kecerdasan Dalimunte, meski juga mewarisi tabiat keras kepala Ikanuri dan Wibisana.” (Liye, 2014:267-268). Yashinta juga digambarkan memiliki tubuh yang sangat kuat. Ini diceritakan Ikanuri dan Dalimunte ketika Yashinta menghilang. “Kenapa pula kau persis seperti Mamak, mencemaskan hal-hal kecil. Anak itu dua kali lebih atletis dibandingkan Kak Laisa, apalagi dibandingkan kau! DIA AKAN BAIK-BAIK SAJA, DALIMUNTE!.” (Liye, 2014:84).
23
Selain itu Yashinta sangat senang menggambar, mencintai binatang dan senang meneliti kehidupan beberapa binatang langka yang ada di atas gunung. “Mamak Lainuri juga beranjak mendekat melihat gambar Yashinta. Ikut tersenyum. Yashinta memang berbakat melukis. Meski hanya dengan pensil, gambarnya tetap bagus. Lima berang-berang itu terlihat begitu nyata.” (Liye, 2014:72). f.
Cie Hui Cie Hui adalah istri Dalimunte. Dia digambarkan mempunyai paras wajah yang cantik, baik, manis dan mudah bergaul dengan keluarga Mamak Lainuri. Ini diceritakan Kak Laisa saat berbicara dengan Dalimunte. “Cie Hui gadis yang cantik. Ia juga baik. Ia mudah sekali akrab dengan Mamak dan Yashinta.” (Liye, 2014:202).
g.
Jasmine dan Wulan Jasmine adalah istri dari Wibisana dan Wulan adalah istri dari Ikanuri.
Jasmine
dan
Wulan
mempunyai
karakter
yang
menyenangkan, cantik dan berpendidikan. Diceritakan dalam novel mereka juga mirip seperti Wibisana dan Ikanuri. Mereka mengenal, melamar Jasmine dan Wulan di hari yang sama. Bahkan cara melamarnya pun dengan cara yang sama. “Wulan dan Jasmine tipikal gadis yang menyenangkan. Cantik. Berpendidikan. Dari keluarga yang terhormat. Mereka berdua masih sepupu satu sama lain.” (Liye, 2014:270).
24
h.
Intan Intan adalah anak dari Dalimunte dan Cie Hui. Intan memiliki karakter tidak sabaran, keras kepala, berisik, suka mencari perhatian, ceria dan cerdas. Tentunya kecerdasan Intan mewarisi dari Abinya. “Itu gelang pemberian Intan, putri sulungnya yang berumur sembilan tahun. Bertuliskan, ‘Safe The Planet!. Minggu-minggu ini, Intan menjadi ketua panitia ‘Earth Day” di sekolah. Memaksa siapa saja mengenakan gelang itu. Satu gelang bernilai sumbangan 5.000 perak. Nanti uangnya buat beli tong sampah yang bakal dikirim ke daerah-daerah korban bencana alam. Makanya Intan sibuk benar berpromosi.” (Liye, 2014:10).
i.
Delima dan Juwita Delima adalah anak dari Wibisana dan Jasmine, sedangkan Juwita adalah anak dari Ikanuri dan Wulan. Meskipun mereka lahir dari ayah dan ibu yang berbeda akan tetapi mereka seperti anak kembar. Lahir di hari dan waktu yang sama. Delima dan Juwita memiliki karakter yang hampir mirip. Hal itu tidak menutup kemungkinan mereka mewarisi kemiripan dari ayahnya masingmasing. “Anak-anak mereka yang berumur enam tahun itu mirip benar ayahnya masing-masing. Kompak urusan beginian, meski sering sekali justru sibuk bertengkar saat sedang bermain bersama. Sebenarnya perangai Delima-Juwita memang copy-paste perangai ayah-ayah mereka berdua waktu kecil dulu.” (Liye, 2014:21).
j.
Wak Burhan Wak Burhan adalah sesepuh kampung di Lembah Lahambay, selain itu Wak Burhan masih memiliki hubungan saudara dengan Mamak Lainuri. Beliau memiliki karakter yang bijaksana, di segani
25
banyak orang, taat beragama dan memiliki peran penting dalam memimpin rapat kampung. “Wak Burhan, sesepuh kampung berdehem, setelah memastikan semua warga hadir, mengetukkan palu dari bonggol bambu, segera memulai pertemuan. Warga kampung diam, memperhatikan.” (Liye, 2014:79). k.
Bang Jogar Bang Jogar adalah kepala sesepuh yang baru menggantikan Wak Burhan yang sudah meninggal. Bang Jogar dipilih langsung oleh warga. Ia memiliki karakter tegas, ingin tahu dan humoris. “Aku tudak tahu, Dali. Dhokter lebih tahu urusan itu. Kau kan tahu, abang-abangmu ini di kampung mana pernah sekolah hingga kelas enam kecuali kau dan anak-anak kami sekarang, Bang Jogar tertawa, bergurau, mencoba menghibur wajah Dalimunte yang cemas.” (Liye, 2014:149).
l.
Goughsky Goughsky adalah teman Yashinta, yang diceritakan pada akhirnya menjadi suami Yashinta. Goughsky adalah pemuda dari keturunan Uzbekistan-Melayu. Dia memiliki karakter yang sabar, alim, suka bergurau, menyenangkan dan perhatian. “Goughsky juga tipikal pemuda yang menyenangkan. Dekat dengan penduduk setempat lokasi basecamp, suka bergurau, dan yang pasti amat sabar. Kalau saja Yashinta mau menghitung perdebatan mereka, hanya Goughsky yang bisa sabar dengannya. Yang lain sudah mengkal sejak tadi. Pemuda Uzbek itu juga alim.” (Liye, 2014:321).
3. Alur Alur cerita dalam novel ini adalah alur maju mundur, karena pada novel ini di awali dengan sakitnya Laisa yang sudah parah dan meminta
26
adik-adiknya untuk pulang, dalam perjalanan sang adik menceritakan kehidupan masa kecil di Lembah Lahambay. Dan di akhiri dengan meninggalnya Laisa setelah adik-adiknya sampai di Lembah Lahambay, di samping Laisa dengan nafas terakhirnya. 4. Sudut Pandang Sudut pandang dalam novel karya Tere Liye ini, menggunakan sudut pandang orang ketiga. Sehingga penulis/pengarang bisa lebih leluasa dalam menuangkan dan mengungkapkan isi pikirannya. 5. Latar atau Setting Latar tempat pada novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye bertumpu pada pendapat Nurgiyantoro (2007:227), penganalisisan latar dalam penelitian ini di bagi menjadi tiga unsur yaitu latar tempat, waktu dan sosial. a.
Latar Tempat Dalam novel ini ada beberapa latar tempat yaitu Lembah Lahambay, Gunung Kendeng, Gunung Semeru, Gunung Gede, Bandara. 1) Lembah Lahambay Lembah Lahambay adalah latar tempat yang paling banyak diceritakan. Di Lembah Lahambay inilah Mamak Lainuri, Laisa, Dalimunte, Wibisana, Ikanuri dan Yashinta tinggal dan anak-anak Mamak tumbuh dan Besar. “Mereka lahir di sebuah lembah indah yang sempurna dikepung hutan belantara. Terpencil dari manapun. Dua jam
27
perjalanan dari kota kecamatan terdekat. Namanya, Lembah Lahambay. Persis di tengah-tengah bukit barisan yang membentang membelah pulau. Deretan gunung-gunung kecil. Ada sebelas puncak gunung setinggi 1.500-2.000 meter dpl di kawasan lembah itu.” (Liye, 2014:40). 2) Ruang Konvensi Besar/Ruang Simposium Ruang Konvensi/Ruang Simposium adalah tempat Dalimunte menerima SMS Mamak Lainuri untuk segera pulang. “Muka-muka yang memadati ruang konvensi besar itu terlihat semakin bercahaya oleh antusiasme. Seperti anak kecil yang dijanjikan mainan baru. Atau seperti anak kecil yang melihat penuh rasa ingin tahu toples penuh gula-gula. Menunggu tak sabaran moderator yang terus ngoceh tentang fakta yang sebenarnya mereka sudah tahu semua. Termasuk jurnal itu. Tadi pagi dibagikan gratis ke seluruh peserta.” (Liye, 2014:7). 3) Gunung Kendeng Gunung Kendeng adalah tempat Wibisana dan Ikanuri melarikan diri karena takut di hukum Mamak. Menurut warga Lembah Lahambay di gunung itu terdapat hariamu-harimau buas. “Gerakan Laisa dan Dalimunte jauh lebih cepat. Karena mereka langsung menuju satu titik. Gunung Kendeng. Semakin masuk ke dalam hutan, pepohonan semakin lebat.” (Liye, 2014:123). “Bule sialan ini sengaja memancing-mancing emosinya, karena semalam di basecamp Yashinta menceritakan kejadian Kak Laisa dan tiga harimau di Gunung Kendeng.” (Liye, 2014:326). 4) Gunung Semeru Gunung Semeru adalah tempat Yashinta meneliti burung alap-alap kawah. Di tempat ini juga Yashinta menerima SMS dari Mamak Lainuri untuk segera pulang.
28
“PKAAAK! Lenguh suara nyaring itu sempurna sudah memecah hening puncak Semeru. Bagai menguak kabut. Bagai membelah halimun. Membuat wajah-wajah sontak tertoleh, mendongak.” (Liye, 2014:26). 5) Gunung Gede Gunung Gede adalah tempat Yashinta dan Goughsky melakukan penelitian burung elang jawa. “Sengaja biar tidak menganggu pengamatan. Berdua berdiri di atas menara intai setinggi dua belas meter. Ada sepuluh menara seperti itu di Taman Nasional Gunung Gede,masingmasing berjarak seratus meter.” (Liye, 2014:323). 6) Bandara Roma Bandara Roma adalah tempat Wibisana dan Ikanuri menerima SMS dari Mamak Lainuri. “Senior & Seniorita, pesawat akan segera mendarat di Bandara Roma lima menit lagi. Harap kenakan sabuk pengaman Anda.... Perbedaan waktu Jakarta dan Roma-- .” (Liye, 2014:19). b. Latar Waktu Latar waktu dalam novel Bidadari-Bidadari Surga tidak dijelaskan secara detail. Penulis hanya menggunakan pagi, siang, sore dan malam hari, atau menggunakan sebulan, setahun dan lainnya. c. Latar Sosial Latar sosial dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye mempunyai latar sosial yang masih sangat kentara. Hal ini digambarkan ketika warga Lembah Lahambay dengan kebersamaan,
29
gotong-royong, dan jiwa sosial yang tinggi dalam membuat kincir ide Dalimunte. “Ahad berikutnya, seperti kesepakatan pkan lalu, penduduk kampung bergotong royong membuat lima kincir air dipinggir cadas air sungai. Melaksanakan ide Dalimunte.” (Liye, 2014:99). 6. Amanat Amanat yang ingin disampaikan dalam novel Bidadari-Bidadari Surga ini adalah ketulusan seorang kakak terhadap adik-adiknya. Kita dapat mengambil pelajaran bahwa ketulusan itu akan membuahkan kebahagiaan. Serta kisah ini juga mengajarkan kita untuk tidak pamrih atas pengorbanan yang telah dilakukan. Pelajaran agar kita terus bekerja keras menjalani hidup sesulit apapun tantangan dan kondisinya. C. Sinopsis Novel Novel Bidadari-Bidadari Surga mengkisahkan tentang kehidupan yang sangat penuh perjuangan dan kerja keras. Sebuah keluarga dari pedalaman Sumatera, terselip di balik rimbunnya hutan sumatera dengan keadaan yang tak terlalu menguntungkan, lembah Lahambay menjadi tempat di mulainya cerita ini. Keluarga tersebut terdiri dari 5 orang anak dan 1 orang ibu, ayah mereka sudah meninggal sejak lama secara tragis karena dicabik-cabik oleh binatang buas (harimau) penunggu gunung dekat kampung mereka. Sebelum ayah mereka meninggal, ayahnya memberi wasiat kepada kakak tertua mereka yaitu Laisa, agar menjaga adik-adiknya hingga beliau pulang mencari kumbang di gunung, tapi takdir berkata lain, ayah tercinta mereka sudah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. 30
Sejak saat itu Laisa merasa benar-benar harus melindungi adik-adiknya yang masih kecil dan menjaga ibunya yang sudah tua. Diceritakan, pada saat Laisa duduk di bangku sekolah dasar kelas empat, bersamaan adiknya yang kedua bernama Dalimunte akan memasuki bangku sekolah dasar, ssat itu ibu mereka (mereka biasa memanggilnya Mamak Lainuri) tidak punya uang untuk menyekolahkan Dalimunte. Hingga akhirnya, Laisa rela mengorbankan bangku sekolahnya demi adiknya, Dalimunte. Sebenarnya Mamak tidak setuju Laisa berhenti sekolah, tetapi Laisa terus memohon kepada Mamak agar mengizinkannya meninggalkan bangku sekolah dan akan membantu Mamak mengurusi ladang mereka saja. Dalimunte adalah seorang adik yang baik, rajin membantu Mamak dan kak Laisa di ladang. Dali juga sangat rajin sembahyang di surau (seperti mushola/masjid). Dia terkenal sebagai anak yang cerdas dan sangat kreatif. Dalimunte berfikir untuk membuat kincir air untuk desanya agar membuat irigasi ke setiap ladang milik warga. Pada awalnya warga tidak percaya dengan kincir air karangan Dali yang masih kecil itu. Namun Kak Laisa meyakinkan warga agar percaya kepada adiknya dan untuk mencobanya terlebih dahulu. Hingga akhirnya, kincir air rancangan Dali di buat oleh para warga secara gotong-royong. Setelah dicoba akhirnya kincir tersebut dapat mengalir ke ladang-ladang milik warga. Ikanuri dan Wibisana adalah adik Laisa yang ketiga dan keempat. Umur mereka selisih satu tahun, tetapi mereka terlihat sangat mirip, bahkan sudah seperti anak kembar. Mereka memiliki paras wajah dan watak yang hampir 31
sama. Tentulah sangat berbeda dengan Dalimunte dan mereka tidak serajin Dali dan Kak Laisa. Mereka lebih suka bermain daripada belajar atau membantu Mamak dan Kak Laisa di ladang. Bahkan mereka pernah ketahuan bolos ke kecamatan untuk bekerja mencari uang. Setelah mereka pulang ke rumah, Kak Laisa memarahi mereka. Hampir setiap hari Kak Laisa memarahi mereka, karena mereka selalu berbuat onar, meskipun mereka anak yang nakal mereka tetap sadar akan kerja keras Mamak dan Kak Laisa demi sekolah mereka. Laisa ingin adik-adiknya sekolah yang rajin supaya kelak menjadi orang yang sukses. Yashinta adalah adik terkecil Kak Laisa, dia adalah adik yang sangat manis dan patuh pada Kak Laisa. Yashinta termasuk gadis yang cantik dan pintar, sepertinya dia mewarisi bakat Dalimunte. Dia juga mewarisi bakat Laisa dalam hal sikap untuk bekerja keras. Sebenarnya setelah Yashinta akan memasuki sekolah dasar, dia sempat bertanya kepada Laisa dan Mamak, apakah dia akan sekolah seperti kakak-kakanya? Seketika kak Laisa menjawab “YA”. Yashinta merasa senang sekali. Namun, Tuhan berkata lain, saat Yashinta memasuki sekolah dasar, Dalimunte akan memasuki sekolah menengah atas. Pada saat itu keuangan keluarga mereka sedang krisis karena gagalnya percobaan kebun strawberry Laisa. Yashinta kecil yang saat itu sudah mengerti keadaan, memutuskan bicara pada Mamak dan yang lain agar tidak sekolah saja. Tapi saat itu Dalimunte yang rela untuk tidak sekolah, dia lebih senang kalau Yashinta yang sekolah, biar Dali membantu Mamak dan Kak Laisa di ladang strawberry.
32
Berkat usaha dan kerja keras yang disertai dengan doa, perkebunan strawberry mereka berhasil, buah-buah kecil merah nan indah itu tumbuh subur di ladang mereka. Kini, ladang mereka dipenuhi dengan buah strawberry yang siap dikirim ke pasaran dengan kualitas tinggi dan harga yang mahal. Pada saat itulah Laisa memutuskan untuk meneruskan sekolah Dali. Awalnya Dali menolak untuk sekolah kembali karena dia lebih senang membantu Kak Laisa dan Mamak di ladang. Namun Kak Laisa mengatakan bahwa dia harus tetap sekolah dan menjadi anak yang pintar agar membanggakan keluarganya. Akhirnya, Dali menurut pada ucapan kakak tersayangnya itu. Waktu terus berputar seperti halnya roda. Kini lembah mereka sudah dipenuhi oleh perkebunan strawberry. Warga lembah memilih untuk mengikuti jejak Laisa yang menanam strawberry daripada menanam padi dan jagung yang memiliki keuntungan lebih sedikit. Saat itu pula lembah mereka memiliki kemajuan dalam bidang ekonomi. Laisa sudah berumur 35 tahun lebih. Dalimunte sudah menjadi orang yang membanggakan. Dia mendapat beasiswa ke luar negeri dan sekarang bekerja di laboratorium untuk melakukan penelitian dan sudah mengantongi gelar profesor. Berjalannya waktu, Dalimunte pun sudah memiliki istri yang cantik juga sangat baik kepada keluarga Dalimunte yang bernama Cie Hui, seorang gadis keturunan Cina. Sedangkan, Ikanuri dan Wibisana juga sudah menjadi orang yang sukses. Mereka telah berhasil
33
memiliki bengkel besar di kabupaten dan juga sudah memiliki istri cantik nan baik hati seperti istri Dalimunte mereka bernama Wulan dan Jasmine. Yashinta kecil yang dulu adalah anak kecil dan manis, sekarang sudah menjadi gadis dewasa cantik dan juga cerdas. Sekarang dia kuliah di luar negeri untuk mengambil beasiswa di bidang ilmu alam. Ketertarikannya pada alam dimulai dari melihat anak berang-berang lucu saat dia masih kecil bersama Kak Laisa. Sebenarnya Dalimunte, Ikanuri dan Wibisana enggan menikah sebelum Kak Laisa menikah. Mereka rela menunggu Kakaknya hingga kapan pun. Kak Laisa adalah orang yang sangat berjasa bagi hidup mereka. Mereka tidak mungkin melangkahi Kak Laisa. Hingga akhirnya Kak Laisa meyakinkan mereka untuk menikah terlebih dahulu, karena Kak Laisa memang rela dilangkahi oleh mereka. Meskipun dia sudah tua dan tidak memiliki suami bahkan anak, Kak Laisa sangat bahagia memiliki adik-adik yang membanggakan dan memiliki Mamak disampingnya. Hingga akhirnya adikadiknya melangkahi Kak Laisa. Yashinta dewasa pun sama, bahkan dia sudah merasakan jatuh cinta pada teman satu tim dalam penelitiannya bernama Goughsky. Lelaki itu juga sangat mencintai Yashinta. Goughsky datang ke rumah Yashinta untuk bersilaturahmi dan melamar Yashinta di depan Mamak dan kakak-kakaknya. Pada saat itu juga Yashinta menolak lamaran Goughsky karena dia tidak mungkin melangkahi Kak Laisa seperti ketiga kakaknya. Kak Laisa adalah
34
kakak yang baik dan tidak pernah mengecewakan adik-adiknya terutama Yashinta. Tidak sampai hati jika dia melangkahi Kak Laisa. Akan tetapi, Kak Laisa mencoba berbicara pada Yashinta supaya jangan menunggu sampai Kak Laisa menikah. Walau bagaimanapun Kak Laisa rela jika dia harus dilangkahi oleh adik-adiknya. Pendirian Yashinta sangat bulat, dia tidak akan menikah sebelum Kak Laisa menikah. Waktu terus berputar, tidak ada yang tahu bahwa Allah memiliki rencana seperti ini. Kak Laisa ternyata selama ini mengidap penyakit kanker. Dia sangat pandai menyembunyikan tentang penyakitnya ini kepada adik-adiknya. Hal tersebut dikarenakan Kak Laisa tidak ingin adik-adiknya menjadi putus harapan dan akan terganggu dalam mewujudkan cita-cita mereka. Oleh karena itu, Kak Laisa menyimpannya sendiri dan hanya Mamak Lainuri yang mengetahuinya. Waktu terus berlalu, hari-hari Kak Laisa menjadi penuh dengan perjuangan melawan kanker. Dia terus berobat ke rumah sakit tanpa sepengetahuan adik-adiknya. Kanker yang menggerogoti tubuh Kak Laisa sudah makin parah, kata dokter sudah stadium IV, dan saat itulah Mamak mengirim SMS kepada anak-anaknya yang berada di kota agar segera pulang karena hidup Kak Laisa bisa terhitung jari. Saat mereka sampai ke lembah satu per satu, mereka menangis melihat Kak Laisa terbaring lemah di ranjang dengan infus dan peralatan dokter lainnya. Rumah mereka dipenuhi oleh warga yang sedang membacakan surat
35
Yasin. Mereka memohon maaf kepada Kak Laisa atas segala kesalahan. Apalagi Ikanuri dan Wibisana yang selalu membuat onar ketika kecil. Saudara yang terakhir datang adalah Yashinta. Dia datang di saat yang tepat, yaitu ketika Kak Laisa masih diberi kesempatan oleh Allah untuk bertemu dengan adiknya yang terakhir. Saat itu Yashinta mengalami patah tulang dan memar di tubuhnya karena terburu-buru turun gunung ingin segera pulang ke lembah untuk bertemu dengan Kak Laisa. Allah memang baik, Yashinta masih diberi kesempatan untuk bertemu Kak Laisa. Yashinta memeluk tubuh Kak Laisa yang terbaring lemah dan memohon maaf kepada Kak Laisa apabila ia punya salah. Seketika itu juga Kak Laisa meminta Yashinta untuk menikah dengan Goughsky di depan Kak Laisa. Akhirnya, setelah Kak Laisa melihat pernikahan Yashinta, dia menghirup nafas terakhirnya dan meninggalkan dunia ini dengan senyuman di wajahnya. Meski sebenarnya Laisa bukanlah saudara kandung dari Dali dan bukan anak biologis Mamak Lainuri, tapi dia sangatlah mulia mengorbankan segalanya demi adikadiknya.
36
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN
Nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye, dijabarkan sebagai berikut: A. Pendidikan Akidah/Keimanan 1. Iman Kepada Allah Iman kepada Allah SWT secara ijmal (garis besar, global) ialah kita beriktikad bahwa sesungguhnya Allah SWT. itu bersifat dengan semua sifat kesempurnaan, dan maha suci dari semua sifat kekurangan. Iman kepada Allah secara tafsil (terperinci, operasionil) ialah kita beriktikad bahwa sesungguhnya Allah itu bersifat dengan sifat-sifat wajib yang
jumlahnya
20
(Wujud,
Qidam,
Baqa’,
dan
seterusnya...)
(Tatapangarsa, 1990:42). Kutipan
:“Kenapa? Kenapa kau diam? Kau marah kami mengatakan itu, hah? Ikanuri tanpa rasa iba bertanya bengis. Laisa menelan ludah. Matanya tiba-tiba berair. Ya Allah, aku mohon, jangan pernah, jangan pernah buat aku menangis di depan adik-adikku. Jangan pernah! Itu akan membuat mereka kehilangan teladan.” (Liye, 2014:108).
Kutipan novel di atas Tere Liye memaparkan sebuah nilai pendidikan
Islam
tentang
akidah
yakni
Iman
kepada
Allah.
Menggambarkan keresahan hati seorang Kakak yang selalu berjuang dan berusaha untuk tegar tidak menangis. Dengan keyakinan dan keimanan kepada Allah SWT memberi kekuatan bagi Kak Laisa untuk tidak menangis di hadapan adik-adiknya.
37
“Keajaiban itu! Hanya kuasa Allah yang tahu apa yang sesungguhnya sedang terjadi malam itu, sang siluman entah oleh kekuatan apa mendadak mengurungkan niatnya menerkam tubuh pasrah Laisa. lima detik berlalu, harimau terbesar setelah sekali lagi menggerung lebih keras, perlahan melangkah mundur. Memberikan perintah, memutar tubuhnya.” (Liye, 2014:133). “Yashinta dengan muka luka, kaki patah, tergolek tak berdaya. Dua puluh jam lamanya, hingga keajaiban itu terjadi. Hingga kecintaan pada saudara karena Allah, rasa berserah diri yang tinggi kepada kuasa langit, ritual ibadah yang penuh pemaknaan, kebaikan dengan sesama, proses bersyukur yang indah, mampu membuat manusia menembus batas-batas akal sehat itu.” (Liye, 2014:299) Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye juga mengaplikasikan terkait iman kepada Allah seperti benar-benar nyata memang jauh dari batas akal dan menunjukkan tentang adanya Allah SWT. Bahwa seorang muslim harus percaya semua yang dimiliki, semua yang terjadi adalah kehendak Allah SWT. 2. Iman Kepada Kitab-Nya Beriman kepada kitab-kitab-Nya bermakna mempercayai bahwa Allah SWT telah memberikan titah-Nya beberapa banyak hukum kepada tiap-tiap Rasul-Nya. Perintah-perintah Allah tersebut dikumpulkan oleh tiap-tiap Rasul dan kumpulan perintah Allah SWT itulah yang disebut Kitab-kitab-Nya (Abdurrahman, 2002:27). Kutipan
:“Keajaiban itu memang pernah terjadi.... Bagaimana mungkin ada satu potongan translasi religius yang keliru? Kitab suci keliru? Hadist yang salah? Sungguh lelucon yang tidak lucu. Itu tidak mungkin terjadi!.”(Liye, 2014:11). “Slide bergerak cepat. Sekarang memunculkan sebuah translasi kitab suci. Wajah-wajah dalam ruang besar nampaknya tidak terlalu keberatan dengan perubahan topik yang mendadak tersebut.” (Liye, 2014:12).
38
“Ingat, disadari atau tidak, ada fakta religius yang tertulis indah di kitab suci. Salah-seorang sahabat Nabi Sulaiman, maksud saya Solomon buat hadirin yang mengenalnya dengan nama itu. Saya garis bawahi, saat itu, seorang manusia, pernah bisa memindahkan dalam skejap sepotong kursi dari satu titik ke titik lainnya yang berjarak ratusan kilo meter sebelum mata sempat berkedip! Seorang manusia.” (Liye, 2014:15). Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menampilkan beberapa makna tentang iman kepada kitab-Nya yaitu banyak menampilkan tentang kebenaran hadist dan kitab suci. 3. Iman Kepada Rasul dan Nabi-Nya Umat Islam meyakini bahwa Allah mengirimkan para Rasul sebagai utusan-Nya pada setiap masa dan kepada semua umat manusia untuk membimbing mereka ke jalan yang benar (Subandi, 2009:23). Kutipan
:“.... Seperti yang telah kalian baca di jurnal tersebut bulan dibelah dua sudah menjadi fakta religius ratusan tahun silam. Salah-satu mukjizat Nabi penutup jaman. Ada banyak perdebatan, ada banyak penelitian yang justru mencoba membuktikan kalau itu semua keliru. Ternyata tidak. Keajaiban itu memang pernah terjadi.... Bagaimana mungkin ada satu potongan translasi religius yang keliru? Kitab suci keliru? Hadist yang salah? Sungguh lelucon yang tidak lucu. Itu tidak mungkin terjadi” Profesor Dalimunte dengan muka serius menunjuk slide gambar bulan terbelah dua dilayar LCD raksasa depan ruangan.”(Liye, 2014:11).
Kutipan novel di atas menggambarkan mukjizat yang diberikan kepada Nabi. Inilah bentuk keimanannya kepada Rasul dan Nabi-Nya. “Dengan muka masih pucat. Dengan tubuh masih lemah. Menggunakan sisa-sisa tenaganya. Berseru lirih di senyapnya mobil membelah jalanan menuju perkebunan, “Ya Allah, aku mohon, meski hamba begitu jauh dari wanita-wanita mulia pilihanmu, hamba mohon kokohkanlah kaki Laisa seperti kaki Bunda Hajra saat berlarian dari Safa-Marwa.... Kuatkanlah
39
kaki Laisa seperti kaki Bunda Hajra demi anaknya Ismail.... Mereka tidak boleh melihat aku sakit....” (Liye, 2014:288). Kutipan novel di atas juga menggambarkan Kak Laisa berdoa untuk Bunda Hajra. Hal ini membuktikan bahwa Kak Laisa beriman kepada Rasul dan Nabi-Nya. 4. Iman Kepada Hari Akhir Arti dari iman kepada hari akhir adalah mempercayai bahwa seluruh alam dan segala isinya ini pada suatu saat nanti, akan mengalami kehancuran setelah ditiupnya terompet Malaikat Israfil yang pertama. Termasuk juga manusia, pada ketika itu mati semuanya tanpa kecuali (Tatapangarsa, 1990:196). Kutipan
:“Pernahkah dari kita bertanya tentang detail kabar tandatanda akhir? Hari kiamat? Membacanya? Mendengarnya? Pasti pernah. Dan setidaknya bagi siapapun yang masih mempercayai janji hari akhir tersebut, maka tidak peduli dari kitab suci agama manapun, berita-berita tersebut boleh dibilang mirip satu sama lain....” (Liye, 2014:12). “Bagi semua yang pernah mendengar cerita tentang tandatanda akhir jaman, bukankah seolah-olah masa itu kembali ke masa-masa pertempuran konvensional? Berita tentang ulatulat yang dikirimkan dari langit? Keluarnya dua pasukan jahat yang menghabiskan seluruh air-sungai yang mereka lewati? Pepohonan yang menyembunyikan bangsa Yahudi— maaf jika ini terlalu detail--” (Liye, 2014:13).
Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye mengajarkan bahwa sebagai orang yang beriman, wajib percaya akan datangnya hari akhir. Salah satu di antara enam rukun iman adalah beriman kepada hari akhir. Kapan terjadinya hari akhir itu? Tidak ada seorangpun yang mengetahui dengan pasti tibanya hari akhir.
40
5. Iman Kepada Qadha dan Qadar Kepercayaan kepada Qadha dan Qadar Allah secara ringkasnya menyatakan, bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini, termasuk juga yang terjadi pada diri manusia, baik dan buruk, suka dan duka, dan segala gerak-gerik hidup ini, semuanya tidaklah terlepas dari takdir atau ketentuan Ilahi. Semuanya, yaitu alam benda-benda atau masyarakat manusia, dikuasai oleh suatu hukum yang pasti dan tetap, yang tidak tunduk kepada kemauan manusia (Tatapangarsa, 1990:215.) Kutipan
:“Dua puluh lima tahun berlalu, ketika takdir kehidupan yang lebih baik menjemput keluarga sederhana mereka di Lembah Lahambay, bahkan dia tidak pernah meminta maaf soal itu.” (Liye, 2014:140). “Kau tidak perlu menunggu Kakak.... Sungguh. Sama sekali tidak perlu. Kelahiran, kematian, jodoh semua sudah ditentukan. Masing-masing memiliki jadwal. Giliran--”(Liye, 2014:213). “Pertanyaan itu, pertanyaan yang selalu dia ingin sampaikan, ternyata sederhana sekali jawabannya. Kak Laisa tidak pernah sekalipun berkeberatan dengan takdir kehidupannya.” (Liye, 2014:221). “Biarlah seluruh bukit dan seisinya menjadi saksi,Lais sungguh ikhlas dengan segala takdirMu....” (Liye, 2014:348). “Ya, Allah, terima kasih atas segalanya... Terima kasih.... Kak Laisa mendesah pelan.... Ya Allah, Lais sungguh ikhlas dengan segala keterbatasan ini, dengan segala takdirmu.... Karena, karena kau menggantinya dengan adik-adik yang baik....” (Liye, 2014:359).
Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menampilkan tentang qadha dan qadar. Menjelaskan bahwa Iman kepada Qadha dan Qadar artinya percaya apapun yang telah, sedang, dan akan terjadi terhadap diri manusia semata-mata adalah merupakan ketentuan Allah yang telah ditetapkan sebelumnya.
41
B. Pendidikan Syari’ah/Ibadah 1. Adzan Adzan artinya pemberitahuan, yaitu kata-kata seruan tertentu untuk memberitahukan akan masuknya waktu salat fardhu (El-Fati, 2015:25). Kutipan
:“Lembah Lahambay selalu terbungkus kabut di pagi hari, ketika kehidupan di rumah-rumah mulai menyeruak sejak kumandang adzan shubuh dari surau. Asap putih mengepul dari dapur. Melukis langit-langit lembah. Pertanda kehidupan sudah dimulai.” (Liye, 2014:41). “Hanya karena menyadari adzan isya akan segera berkumandang dari suraulah omelan Mamak akhirnya terhenti.” (Liye, 2014:71). “Wak Burhan mengumandangkan adzan shubuh. Meski sudah sepuh, suara Wak Burhan yang tanpa speaker dari surau terdengar menggema di perkampungan bawah Lembah Lahambay.” (Liye, 2014:77). “Dari surau, Wak Burhan mengumandangkan adzan. Baiklah. Mamak menyuruhnya mencari. Itu artinya cari sampai dapat.” (Liye, 2014:103). “Dari tadi siang ia di kebun. Menatap kegagalannya. Sengaja belum pulang meski adzan maghrib sebentar lagi terdengar.” (Liye, 2014:178). “Empat bulan berlalu lagi, hari-hari dihabiskan dengan kerja keras, pagi-sore di kebun, bahkan Kak Laisa baru pulang saat adzan maghrib terdengar, telaten merawat satu-demi-satu batangnya. Mencurahkan seluruh perhatian ke kebun satu hektar itu.” (Liye, 2014:184). “Shubuh yang menyenangkan. Udara pagi terasa sejuk. Di surau entahlah siapa yang sedang mengumandangkan adzan. Tidak ada lagi suara keras Wak Burhan.”(Liye, 2014:238). “Saat adzan terdengar dari suaru (entahlah siapa yang mengumandangkan adzan tersebut sekarang.” (Liye, 2014:259). “Menunggu saat adzan magrhib setengah jam lagi.” (Liye, 2014:354).
Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menunjukkan hakikat sebenarnya dari adzan. Apabila telah terdengar suara adzan, menandakan waktu untuk melaksanakan salat telah tiba.
42
2. Wudhu Wudhu artinya mengalirkan atau mengenakan air untuk anggota badan yang ditentukan yang dimulai dengan niat (Abdurrahman dan Bakhri, 2006:14). Kutipan
:“Hanya karena menyadari adzan isya akan segera berkumandang dari suraulah omelan Mamak akhirnya terhenti. Menyuruh mereka ambil wudhu. ” (Liye, 2014:71). “Cie Hui menyerahkan tiga mukena kecil. Ketiga gadis kecil itu sudah kembali dari kamar mandi. Wudhu. Biasanya setiap jadwal pulang, paling susah membangunkan Juwita dan Delima.” (Liye, 2014:238).
Kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan bersuci sebelum melaksanakan shalat. Dalam keadaan marah Mamak Lainuri menyuruh mereka mengambil wudhu. Ketiga gadis kecil yang juga sudah kembali dari kamar mandi untuk wudhu. 3. Salat Menurut bahasa, salat adalah doa. Menurut istilah syara’, salat ialah ibadah kepada Allah dalm bentuk perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam yang dilakukan menurut syarat-syarat yang telah ditentukan oleh syara’ (El-Fati, 2015:35). Tere
Liye mencoba menyampaikan pesan tentang kewajiban
melaksanakan salat. Kutipan
:“Hanya karena menyadari adzan isya akan segera berkumandang dari suraulah omelan Mamak akhirnya terhenti. Menyuruh mereka ambil wudhu. Shalat maghrib!”(Liye, 2014:71).
Petikan dialog di atas menggambarkan walau dalam keadaan marah Mamak Lainuri tidak lupa menyuruh mereka salat.
43
“Musim kemarau, dinginnya semakin terasa menusuk tulang. Tapi Dalimunte semangat shalat di surau.” (Liye, 2014:78). Musim kemarau tidak menjadi halangan bagi Dalimunte untuk tetap semangat salat di suaru. “Wak Burhan menyuruh mereka makan siang. Istirahat hingga satu jam ke depan. Beberapa selepas makan beranjak ke surau. Shalat dzuhur.” (Liye, 2014:102). Sesibuk pekerjaan dan aktifitas yang dilakukan, apabila telah tiba waktu untuk salat lebih baik segera dilaksanakan. Seperti Wak Burhan yang menyuruh mereka istirahat dan beranjak ke surau untuk melaksanakan salat dzuhur. “Bagaimana tidak? Lima belas jam lalu, tepatnya saat ia shalat shubuh sambil duduk tadi pagi, ia baru saja membangunkan adiknya. Membelai lembut dahi Yashinta yang cemerlang.” (Liye, 2014:294). Orang sakit masih memiliki kewajiban untuk melaksanakan salat, tetapi salatnya mendapat keringanan. Apabila tidak bisa berdiri maka duduk, apabila tidak bisa duduk maka tiduran/ berbaring. Kak Laisa dengan sakit parahnya tetap tidak meninggalkan salat. Kak Laisa melaksanakan salatnya dengan cara duduk. “Dia yang selalu meneriaki rekan kerjanya untuk shalat.” (Liye, 2014:321). Mengingatkan sesama muslim untuk melaksanakan ibadah salat merupakan suatu kewajiban. Seperti yang dilakukan oleh Goughsky yang selalu meneriaki teman kerjanya untuk melaksanakan salat.
44
4. Salat Berjama’ah Salat berjamaah adalah salat yang dikerjakan bersama-sama dengan
paling
sedikitnya
adalah
imam
dan
seorang
makmum
(Abdurrahman dan Bakhri, 2006:142). Kutipan
:“Tadi selepas shalat shubuh jamaah, persis saat perkampungan masih gelap, selepas belajar mengaji Juz’amma dengan Mamak, Kak Laisa akhirnya bilang akan menemani Yashinta pergi melihat berang-berang.” (Liye, 2014:41). “Dia mengenal sekali anak Lainuri yang satu ini. Rajin shalat berjamaah di surau. Masih anak-anak.” (Liye, 2014:81-82). “Ikanuri dan Wibisana ternyata tidak pulang-pulang. Juga saat mereka sudah bersiap-siap shalat berjamaah. Dua sigung itu tetap tidak kelihatan batang hidungnya.” (Liye, 2014:114). “Shalat dzhuhur (Dalimunte yang jadi imam). Kemudian Dalimunte meneriaki Ikanuri dan Wibisana agar buruan menyusul Mamak.” (Liye, 2014:155). “Malam tiba untuk ke sekian kalinya di lembah itu. Hujan gerimis turun sejak maghrib. Mereka sudah shalat berjamaah (kecuali Juwita dan Delima yang memaksa ikut shalat gaya duduk Wawak Laisa).” (Liye, 2014:293). “Selepas shubuh, meski penat karena dua jam memasak gula aren di dapur, seusai shalat bersama, mengaji bersama, Mamak akan menyempatkan diri lima belas menit hingga setengah jam bercerita.” (Liye, 2014:335).
Dari beberapa kutipan di atas, Tere Liye ingin menggambarkan tentang salat berjamaah. 5. Salat Tahajud Salat tahajud adalah salat sunah pada malam hari setelah tidur. Bilangan rakaatnya paling sedikit dua rakaat dan banyaknya tidak terbatas (Abdurrahman dan Bakhri, 2006:206). Kutipan
:“Membuat Yashinta mengomel dalam hati, sejak kecil Yash sudah terbiasa shalat malam bersama Kak Lais dan Mamak, tidak perlu diteriaki, mentang-mentang muslim Uzbek, sokalim.” (Liye, 2014:321).
45
“Laisa sejak umur dua belas tahun, terbiasa bangun jam tiga shubuh. Shalat malam bersama Mamak, lantas membantu di dapur. Sejak kecil Mamak mengajarkan ritus agama yang indah kepada mereka. Shalat malam salah-satunya. “Lais, seandainya kita bisa mengukurnya seperti timbangan beras, shalat malam yang baik seharga seluruh dunia dan seisinya.” (Liye, 2014:336). “Dengan teladan yanag ada di depan mata, maka Yashinta kecil saat usianya menjejak belasan tahun, tidak perlu disuruh-suruh untuk shalat malam, gadis kecil itu melihat Mamak dan Kakak-kakaknya, maka otomatis ia ikut. Kebiasaan yang terus ada hingga mereka tumbuh besar.” (Liye, 2014:336). Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan rutinitas salat malam yaitu salat tahajud. Seperti yang dilakukan oleh Mamak Lainuri, yang mengajarkan kepada Kak Liasa dan Yashinta untuk terbiasa melaksanakan salat tahajud. 6. Berdoa Doa berasal dari bahasa Arab, yaitu du’a yang bermakna suatu permohonan atau permintaan secara sungguh-sungguh yang datangnya dari bawah kepada sesuatu yang paling atas kedudukannya (Abdurrahman, 2002:174). Kutipan
:“Wibisana menepuk-nepuk bahu Ikanuri. Tersenyum. Berbisik, “Tidak akan terjadi apa-apa, Ikanuri. Kita akan tiba tepat waktu. Berdoalah, Kak Laisa akan baik-baik saja....” (Liye, 2014:95). “Ya Allah, sekali ini tolong baiklah dengan kami, tolong.... Laisa menggigit bibr. Lantas melangkah menuruni anak tangga. Diikuti langkah Dalimunte.” (Liye, 2014:122). “Untuk Mamak, yang setiap malam berdoa buat Yash dan kami.... Yang doanya mungkin saja telah membuat langit diaduk-aduk....” (Liye, 2014:240). “Itu juga doa Laisa ketika menerobos hujan badai saat Yashinta sakit, ke kampung atas, ketika kakinya bengkak menghantam tunggul kayu. Ketika sendi mata kakinya bergeser. Itu juga doanya saat di Gunung Kendeng. Itulah doa
46
yang paling disukai Laisa. Doa-doa itu mengukir langit.” (Liye, 2014:288). “Semoga Laisa terus membaik.... Begitu masing-masing berdoa dalam hati.” (Liye, 2014:294). “Kak Laisa jatuh tertidur, dengan sungging senyum dan satu kalimat doa: Ya Allah, jadikan Lais salah satu bidadaribidadari surga....” (Liye, 2014:338). Beberapa kutipan di atas Tere Liye memaparkan sebuah nilai pendidikan Islam tentang pendidikan ibadah yaitu berdoa memohon sesuatu hanya kepada Allah. 7. Membaca Al-Qur’an Al-Qur’an adalah sumber utama petunjuk seluruh aspek kehidupan manusia, baik kehidupan jasmani maupun rohani (Subandi, 2009:25). Kutipan
:“Anak-anaknya tumbuh dan akrab dengan kehidupan sekitar. Tadi selepas shalat shubuh jamaah, persis saat perkampungan masih gelap, selepas belajar mengaji Juz’amma dengan Mamak, Kak Laisa akhirnya bilang akan menemani Yashinta pergi melihat berang-berang.” (Liye, 2014:41). “Hei! Kalian bantulah bawa koper-koper Dalimunte dari mobil. Jangan macam anak uwa, sibuk menonton saja. Atau seperti kubilang tadi, ikut mengaji yasin di surau sana!— Bang Jogar meneriaki pemuda-pemuda tanggung di kursi bambu.” (Liye, 2014:150). “Mereka lagi-lagi berisik saat naik ke rumah panggung. Ribut soal siapa yang duluan salaman dengan Eyang Lainuri dan Wawak Laisa. saling dorong saat masuk kamar. Tidak mempedulikan tatapan tetangga yang sedang mengaji yasin.” (Liye, 2014:207). “Malam beranjak semakin tinggi. Pengajian Yasin di ruang depan dan surau dihentikan, besok disambung lagi.” (Liye, 2014:237). “Berkali-kali bilang ke anak-anak yang belajar ngaji di surau soal pentingnya sekolah, ‘Biar kalian bisa jadi Oom Dalimunte yang hebat. Sering masuk tipi’—“ Kak Laisa tersenyum, menatap langit cerah, mengenang masa-masa lalu itu.” (Liye, 2014:257). “Selepas shubuh, meski penat karena dua jam memasak gula aren di dapur, seusai shalat bersama, mengaji bersama,
47
Mamak akan menyempatkan diri lima belas menit hingga setengah jam bercerita.” (Liye, 2014:335). “Ikanuri jauh lebih pandai mengaji. Suara dan tartil-nya lebih baik. Meski dialah yang paling bandel belajar mengaji dulu.” (Liye, 2014:336-337). “Suara orang mengaji di suarau terdengar. Menunggu saat adzan magrhib setengah jam lagi. Ayat-ayat itu terdengar menyenangkan. Seperti mengalir bersama angin lembah yang segar.” (Liye, 2014:354). Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menampilkan kosep pendidikan ibadah yaitu tentang membaca Al-Qur’an. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa membaca Al-Qur’an, karena merupakan pedoman
hidup
bagi
manusia.
Seharusnya
membaca
Al-Qur’an
ditanamkan sejak dini kepada anak, agar dewasa nanti anak tersebut akan terbiasa dengan membaca Al-Qur’an. 8. Zakat Secara literal zakat bermakna membersihkan. Tetapi, secara teknis zakat merupakan sesuatu amaliah di mana seorang Muslim memberikan sebagian dari harta bendanya kepada orang miskin (Subandi, 2009:31). Kutipan
:“Panen bersama sebulan lalu sukses besar. Mamak Lainuri tak kurang dapat empat puluh kaleng padi. Setelah dipotong zakat, juga padi cadangan untuk lumbungkampung, juga delapan belas kaleng untuk persediaan beras mereka selama setahun, sisanya masih lumayan, yang seluruhnya dijual ke kota kecamatan.” (Liye, 2014:154).
Kutipan novel di atas Tere Liye menceritakan tentang zakat. Saat panen tiba Mamak membagi-bagi hasilnya panennya salah satunya untuk zakat.
48
9. Pernikahan/Perkawinan Perkawinan adalah suatu aqad atau perikatan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan
kebahagiaan
hidup
berkeluarga
yang
diliputi
rasa
ketentraman serta kasih-sayang dengan cara yang diridlai Allah SWT. (Daradjat, 1995:38). Kutipan
:“PERNIKAHAN Dalimunte-Cie Hui berlangsung satu bulan kemudian. Pernikahan yang meriah, halaman luas rerumputan itu dipasang dua tenda besar. Penduduk empat desa di Lembah Lahambay ramai memenuhi kursi-kursi.” (Liye, 2014:229). “Pernikahan kedua dan ketiga di keluarga itu terjadi sebulan kemudian. Mamak pulang dari rumah sakit setelah dirawat empat hari lagi. Meski masih lemah, tapi wajah Mamak sudah segar kembali.” (Liye, 2014:282). “Lima menit kemudian pernikahan itu dilangsungkan. Dalimunte yang menjadi wali pernikahan. Bang Jogar dan salah satu penduduk kampung lainnya menjadi saksi. Pernikahan terakhir di lembah indah mereka.” (Liye, 2014:360-361).
Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menampilkan tentang pernikahan. C. Pendidikan Akhlak 1. Akhlak Kepada Allah a. Tawakkal Secara harfiah tawakkal berarti menyerahkan segala sesuatu yang sudah engkau lakukan pada Allah. Artinya, tugas manusia hanya sebatas berusaha sedangkan berhasil tidaknya usaha tersebut merupakan hak Allah (Baihaqi, 2007:26).
49
Kutipan
:“Mamak membiarkan Laisa kembali menanami ladang mereka dengan strawberry, kali ini malah membiarkan seluruhnya ditanami. “Belajar dari kesalahan, Mak. Laisa tahu apa yang harus Laisa lakukan sekarang.” Mamak tidak kuasa mencegah niat bulat sulungnya, apalagi Dalimunte ikut mendukung. Jadi kepalang tanggung, sukses atau gagal seluruhnya. Kak Laisa menanami kembali seluruh kebun mereka dengan strawberry.” (Liye, 2014:183-184). “Tapi apa yang Kakak harus lakukan? Itu semua ada di tangan Allah.” (Liye, 2014:220).
Kutipan novel di atas menggambarkan sebuah kepasrahan dan beserah diri Kak Laisa kepada Allah SWT, tetap berusaha, yakin dan belajar dari kesalahan. Meyakini bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Allah. b. Ikhlas Adapun pengertian ikhlas menurut syara’ adalah seperti yang diungkapkan oleh Ibnul Qayyim berikut: “Mengesakan Allah Yang Hak dalam berniat melakukan ketaatan, bertujuan hanya kepada-Nya tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun” (Al-Munajjid, 2006:15). Kutipan
:“Kak Laisa selalu pandai mensyukuri nikmat Allah dalam bentuk yang lengkap. Ritus ibadah yang baik dan ikhlas, juga kesalehan sosial memperbaiki kehidupan lembah.” (Liye, 2014:233). “Lais mohon, ya Allah.... Jika Engkau menginginkannya, biarkan Lais saja, biarkan Lais saja.... Kalimat itu begitu ihklas terucap. Oleh rasa sayang yang tak terhingga.” (Liye, 2014:303). “Ya Allah, apa aku harus selalu menjadi penghalang pernikahan adik-adikku.... Lais sungguh ihklas dengan semua keterbatasan ini, Ya Allah. Sungguh.... Biarlah seluruh bukit dan seisinya menjadi saksi, Lais sungguh ihklas dengan segala takdirMu....” (2014:348).
50
“Ya Allah, Lais sungguh ikhlas dengan segala keterbatasan ini, dengan segala takdirmu....” (Liye, 2014:359). Beberapa kutipan di atas Tere Liye menggambarkan tentang makna ikhlas. Kak Laisa yang mengikhlaskan semua yang terjadi padanya hanya semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT. c. Bertaubat Taubat adalah menyadari, menyesali dan berhenti dari berbagai perbuatan/perilaku yang menyebabkan mendapat dosa yang telah dilakukan, kemudian memohon ampun kepada Allah SWT. Kutipan
:“Ini juga gaya favorit Ikanuri waktu kecil dulu kalau menipu guru di kelas (ketahuan bolos). Atau ketahuan mencuri uang di kelpeh plastik Mamak Lainuri. Sok bego tidak mengerti. Ah, tapi ekspresi itu benar-benar jujur. Lagipula sejak puluhan tahun silam, Ikanuri sudah insyaf. Kapok. Mengerti benar maksud Kak Laisa yang suka berteriak, ‘kerja keras!’, ‘kerja keras!’, ‘kerja keras!’.” (Liye, 2014:34).
Kutipan novel di atas Tere Liye menggambarakan tentang taubat. Yaitu berusaha untuk tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut. Ikanuri yang sudah insyaf tidak menipu guru dan mencuri uang Mamak Lainuri. d. Bersyukur Bersyukur
menurut
terminologi
khusus
artinya
memperlihatkan pengaruh nikmat Ilahi pada diri seorang hamba pada kalbunya dengan beriman, pada lisannya dengan pujian dan sanjungan, dan pada anggota tubuhnya dengan mengerjakan amal ibadah dan ketaatan (Al-Munajjid, 2006:236).
51
Kutipan
Dari
:“Mereka selepas isya tadi, habis melakukan syukuran besar di rumah. Lulusnya Ikanuri dan Wibisana. Akhirnya dua sigung nakal itu menyelesaikan kuliahnya.” (Liye, 2014:204). “Kak Laisa selalu pandai mensyukuri nikamat Allah dalam bentuk yang lengkap. Ritus ibadah yang baik dan ikhlas, juga kesalehan sosial memperbaiki kehidupan lembah.” (Liye, 2014:233). “Membuat imajinasi mereka terbang, dan tanpa mereka sadari, ada pemahaman arti berbagi, berbuat baik, dan selalu bersyukur yang bisa diselipkan.” (Liye, 2014:338). “Tetapi energi yang hebat itu, kecintaan atas adikadiknya, rasa cukup dan syukur atas hidup dan kehidupan, akhirnya tidak kuasa mengalahkan fisik yang semakin lemah.” (Liye, 2014:352). beberapa
kutipan
di
atas
Tere
Liye
mencoba
menyampaikan pesannya tentang arti bersyukur, bahwa sekecil apapun nikmat atau segala sesuatu yang diberikan Allah maka wajib untuk mensyukurinya. 2. Akhlak Kepada Diri Sendiri a.
Sabar Sabar merupakan kondisi jiwa untuk yakin akan terjadinya ketentuan Allah (bahwa Dia selalu menyertai, menilai dan memberi pada kita) dan kerelaan menerima ketentuan itu (Sultoni, 2007: 137). Kutipan
:“Dia juga tahu persis kalimat bijak kalau: ketika salahsatunya justru memutuskan untuk bersabar atas pasangan yang tidak beruntung dari tampilan wajah dan fisik tersebut, maka surga menjadi balasan buatnya.” (Liye, 2014:234). “Goughsky juga tipikal pemuda yang menyenangkan. Dekat dengan penduduk setempat lokasi basecamp, suka bergurau, dan yang pasti amat sabar.” (Liye, 2014:321). “Seperti batu yang terkena tetesan air, keras kepalanya mulai bisa berlubang dengan sabaaaarnya Goughsky.” (Liye, 2014:327).
52
Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menggambrakan tentang sabar. Diceritakan Goughsky yang mempunyai tipikal sabar, dengan kesabarannya menghadapi Yashinta. b. Jujur Jujur adalah suatu sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokkan antara informasi dengan fenomena, dalam Islam disebut shiddiq (Ilyas, 2007:81-82). :“Menjadi keluarga yang jujur meski keadaan sulit. Berbuat baik dengan tetangga sekitar, dan sebagainya.” (Liye, 2014:233).
Kutipan
Kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan tentang perilaku jujur. Seorang muslim dituntut selalu berada dalam keaadaan benar lahir dan batin. Meskipun keadaan sesulit apapun akan tetapi dalam keluarga Mamak tetap mendidik anak-anaknya untuk tetap berbuat jujur. c. Niat Niat adalah maksud yang terdapat dalam hati seseorang untuk melakukan sesuatu yang ingin dilakukan atau dikerjakan. Kutipan
:“Awalnya ragu-ragu, tapi karena sudah kadung, sudah sejak seminggu lalu meniatkan diri, maka sambil menggigit bibir, Dalimunte menaikkan tangannya lebih tinggi.” (Liye, 2014:81). “Mamak tidak kuasa mencegah niat bulat sulungnya, apalagi Dalimunte ikut mendukung.” (Liye, 2014:184).
Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan tentang niat.
53
d. Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, baik terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara, maupun Tuhan YME (Zuchdi, 2013:27). Kutipan
:“Ikanuri dan Wibisana mulai mengerti arti tanggungjawab. Tidak percuma Kak Laisa saban hari mengejarngejar mereka dengan sapu lidi teracung dan berteriakteriak “Kerja keras!” “Kerja keras!” “Kerja keras!” Dua sigung nakal itu sudah jarang bolos sekolah.” (Liye, 2014:155). “Wajah keriput berumur enam puluh tahun itu terlihat amat sendu. Ia-lah yang paling tahu urusan ini. Sejak tiga puluh tahun silam. Sejak Laisa mulai mengerti arti tanggung-jawab.” (Liye, 2014:160).
Dari beberapa kutipan di atas Tere Liye juga menampilkan konsep pendidikan Islam tentang arti tanggung jawab. Kak Laisa yang selalu mengajarkan adik-adiknya untuk menjadi orang yang bertanggung jawab. e. Optimis Optimis adalah perasaan tenang dalam diri seseorang menunggu sesuatu yang disukai olehnya (Al-Muanjjid, 2006:133). Kutipan
:“Tentu saja kincir-kincir itu bekerja! Seseorang tibatiba berseru. Berseru dengan suara lantang sekali.” (Liye, 2014:89). “Tidak ada salahnya mencoba kincir-kincir air itu. Lima kincir bertingkat. Itu masuk akal. Semasuk akalnya seperti kita berharap benih di ladang tumbuh saat musim penghujan!—Kak Laisa berkata lantang dan cepat. Amat meyakinkan.” (Liye, 2014:90). “Wibisana menelan ludah, terdiam sejenak.... Menatap wajah sendu Ikanuri lamat-lamat, lantas mengulang pertanyaan itu dengan segenap perasaan, “Kita tidak
54
akan terlambat, Ikanuri.... Kau tahu, kenapa?”. ” (Liye, 2014:126). “Tidak tahun ini, tidak sekarang.... Tapi kau harus tetap sekolah, Dali....” Laisa berbisik pelan memecah sedan.” (Liye, 2014:180). “Dalimunte selalu memiliki kesempatan untuk kembali sekolah.tidak sekarang, tahun depan dia akan kembali melanjutkan sekolah di kecamatan. Sepanjang ia terus bekerja keras demi adik-adiknya. Kesempatan itu pasti akan datang.” (Liye, 2014:181). “Tapi sebelum hari itu tiba, sebelum masanya datang, dengarkan Kakak, kalian harus rajin sekolah, rajin belajar, dan bekerja keras. Bukan karena hanya demi Mamak yang sepanjang hari terbakar matahari di ladang. Bukan karena itu. Tapi Ikanuri, Wibisana, Dalimunte, kalian harus selalu bekerja keras, bekerja keras, bekerja keras, karena dengan itulah janji kehidupan yang lebih baik akan berbaik hati datang menjemput....” (Liye, 2014:138). Dari beberapa kutipan novel di atas Tere Liye mencoba menampilkan konsep tentang akhlak kepada diri sendiri. Optimis memang harus di tanamkan pada anak sejak dini, agar dalam menghadapi suatu hal bisa memutuskan yang terbaik bagi dirinya. f. Menutup Aurat Memberikan kepada anak perempuan tutup aurat pada masa kecilnya agar terbiasa pada waktu dewasa. Tidak memberikan pakaian pendek kepada mereka, tidak memberikan celana dan baju saja karena hal itu menyerupai kaum lelaki dan orang-orang kafir dan menyebabkan fitnah. Menyuruh kepadanya untuk menggunakan sapu tangan di atas kepalanya sejak umur tujuh tahun, menutup aurat ketika sudah dewasa dan memakai pakaian panjang yang menutupi seluruh aurat yang dapat menjaga kehormatannya (Abdurrahman, 2002:300).
55
Kutipan
:“Wanita cantik berkerudung yang duduk di sebelah sang profesor, baris kedua dari depan itu ikut balas tersenyum,layar LCD raksasa di depan plenary hall menayangkan paras cantiknya.” (Liye, 2014:8). “Dalam hitungan detik Dalimunte sudah menggenggam tangan istrinya yang berkerudung biru.” (Liye, 2014:18). “Dalimunte menatap sekitar, beberapa ibu-ibu dan anak gadis tetangga berkerudung rapi, duduk di tepi-tepi ruangan, melingkar membaca yasin bersama-sama.” (Liye, 2014:150). “Gadis manis berkerudung lembut itu menangis di pangkuan Kak Laisa.” (Liye, 2014:211). “Anak-anak menoleh. Eyang tersenyum mendekat. Memperbaiki tudung rambutnya. Naik ke atas ranjang besar Wak Laisa.” (Liye, 2014:337).
Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye mencoba menggambarkan
tentang
menutup
aurat,
seperti
kepribadian
seseorang, salah satunya adalah seseorang yang menutup auratnya dengan memakai jilbab. g. Disiplin Disiplin adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan ketertiban dan kepatuhan terhadap berbagai ketentuan dan peraturan (Zuchdi, 2013:27). Kutipan
:“Tidak pernah mengeluh, bahkan sejak mereka masih kecil dulu. Tidak pernah sakit. Kak Laisa selalu sigap dan disiplin menghadapi rutinitasnya.” (Liye, 2014:67). “Tidak terhenti, sepanjang tahun. Mengajari adikadiknya tentang disiplin. Mandiri.” (Liye, 2014:161). “Dan proses bercerita itu dilengkapi secara utuh dengan teladan. Kerja keras. Berdisiplin.” (Liye, 2014:336).
Dalam novel Bidadari-Bidadari Surga ini Tere Liye juga menampilkan
konsep
tentang disiplin.
56
Seorang Kakak
yang
mengajakan kepada adik-adiknya tentang arti disiplin dalam kehidupan sehari-hari. h. Syaja’ah/Berani Syaja’ah artinya berani, berani mempunyai arti memiliki rasa percaya diri yang besar dan hati yang kokoh dalam menghadapi hal apapun. Kutipan
:“Mata-mata sekarang memandang Kak Laisa. Gadis tanggung berumur enam belas tahun itu dengan berani justru ‘galak’ membalas tatapan penduduk lainnya yang jelas-jelas lebih tua dan lebih besar lainnya.” (Liye, 2014:89). “Maka demi rasa sesal telah memukul lengan Dalimunte, keberanian itu muncul begitu saja.” (Liye, 2014:92). “Lihatlah wajah Kak Lais, wajah yang selalu berani dalam hidupnya, demi adik-adik mereka. Wajah yang selalu melindungi. Melihat wajah itu, Dali tidak akan pernah takut lagi.” (Liye, 2014:122).
Dari beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menampilkan tentang keberanian. Menceritakan perjuangan seorang Kakak yang selalu berani mengambil resiko untuk adik-adiknya. 3. Akhlak Kepada Orang Tua a. Birrul Walidain Birrul
walidain
merupakan
kebaikan-kebaikan
yang
dipersembahklan oleh seorang anak kepada kedua orang tuanya. Kutipan
:“Lihatlah.... Mamak sekarang tertidur nyenyak.... Begitu damai, begitu tenang, begitu bahagia. Karena Mamak sudah amat bahagia dengan hidupnya. Memiliki kalian, sebagai anak-anaknya, adalah kebahagiaan terbesar yang tidak pernah dibayangkan Mamak. Mamak tahun-tahun terakhir amat bahagia menghabiskan masa tuanya di perkebunan strawberry....” (Liye, 2014:281).
57
“Malam sebelum kejadian Babak diterkam harimau, Babak sempat mengusap rambut Laisa yang saat itu baru berumur sepuluh tahun. Tersenyum, “Lais, kau bantu Mamakmu menjaga adik-adik hingga Babak pulang dari mencari kumbang--” Laisa kecil mengangguk mantap sekali” (Liye, 2014:312). Dari kutipan novel di atas Tere Liye berusaha mengungkapkan tentang akhlak kepada orang tua, di mana seorang anak harus membahagiakan kedua orang tuanya, salah satunya adalah dengan membahagiakan mereka dengan menjadi orang yang sukses, selalu membantu orang tua. b. Sopan Santun Islam mengajarkan agar setiap muslim menjaga sopan santun dan kehormatan dirinya dan keluarganya, agar bersopan santun kepada orang lain, kepada orang yang lebih tua dan kepada siapa saja. Kutipan
:“Hari ini dengan bangga kami hadirkan sosok yang sebalik-nya memiliki wajah dan kepribadian santunmenyenangkan ini....” (Liye, 2014:7). “Yashinta mendelik ke arah pemuda sialan itu. Berusaha tetap sopan menggandeng Mrs. Yoko. Melangkah menuju meja hidangan.” (Liye, 2014:317).
Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menampilkan tentang sopan dan santun. 4. Akhlak kepada Sesama a. Menjaga Aib Aib adalah menjaga suatu kondisi yang tidak baik tentang seseorang, apabila hal tersebut dikatahui oleh orang lain maka akan
58
menimbulkan tekanan dan rasa malu, rasa malu itu akan membuat efek negatif bagi psikologi orang tersebut. Kutipan
:“Mereka sudah terbiasa. Juga tidak ada lagi yang menilai Kak Laisa dilintas untuk kedua dan ketiga kalinya sekaligus merupakan aib besar. Tetangga kampung sudah menerima kenyataan itu. Tidak sibuk bisik-bisik. Jadi meski tak ada Wak Burhan yang mengingatkan, pernikahan kembar itu berjalan normal.” (Liye, 2014:289).
Kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan tentang menjaga aib. Menjaga aib sama halnya dengan menjaga amanah. b. Gotong Royong Gotong royong memiliki arti melakukan suatu pekerjaan secara bersama-sama, saling menolong, bantu membantu, dan menikmati hasil pekerjaan secara bersama-sama pula. Kutipan
:“Gotong-royong perbaikan tangga kayu di cadas setinggi lima meter sungai.” (Liye, 2014:80). “Ahad berikutnya, seperti kesepakatan pekan lalu, penduduk kampung bergotong royong membuat lima kincir air di pinggir cadas sungai. Melaksanakan ide Dalimunte.” (Liye, 2014:99). “Meski seadanya, hanya dengan sayur terong dan sambal terasi, tapi setelah lelah bergotong-royong seperti ini, maka sepiring nasi yang masih mengepul terasa nikmat nian walau tanpa lauk.”(Liye, 2014:100). “Lihatlah, semua penduduk kampung berkumpul di sini, bergotong-royong, dan mereka berdua entah kabur kemana.” (Liye, 2014:101). “Beramai-ramai, bergotong-royong memasang kincirkincir di atas pondasinya. Benar. Perhitungan Dalimunte sejauh ini tepat.” (Liye, 2014:141). “Proyek KKN listrik kincir air itu disetujui. Minggu depan mereka mulai bergotong-royong.” (Liye, 2014:165).
59
Dari beberapa kutipan novel di atas Tere Liye banyak menampilkan konsep akhlak kepada sesama, yaitu tentang gotong royong. Dalam kehidupan ini membutuhkan pertolongan satu sama lain. c. Berbuat Adil Kata adil berasal dari kata bahas Arab. Artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya, tidak berat sebelah, jujur, tidak berpihak, atau proporsional. Dari pengertian sederhana ini, maka sikap adil seseorang dapat dikatakan sebagai sikap yang tepat atau semestinya (Ahmadi, 2004: 68). Kutipan
:“Lihat, lihat Bak Wo Jogar turunkan dua-duanya serempak. Satu-dua-tiga-...” Bang Jogar tertawa, tangan kekarnya mengangkat kedua sepeda itu sekaligus dari atas mobil, ikut berseru meningkahi seruan kedua sigung kecil tersebut. “Nah, adil, kan?” (Liye, 2014:207). “Aku akan mencintai Laisa dengan baik, Dali. Akan menjadi suami yang adil.” (Liye, 2014:249).
Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan tentang adil. Menceritakan Wak Jogar yang menurunkan kedua sepeda dari atas mobil secra bersamaan dan rekan Dalimunte yang akan menjadi suami yang adil. d. Saling Memaafkan Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas (Ilyas, 2007:140-141).
60
Kutipan
:“Tangan Kak Laisa gemetar mengangkat kepala adiknya. Mata itu menatap begitu tulus. Tersenyum, ‘Kakak selalu memaafkan kalian....Kakak selalu memaafkan kalian’.” (Liye, 2014:314).
Kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan tentang saling memaafkan. Islam mengajarkan pada umatnya untuk saling memaafkan kesalahan orang lain. Seperti Kak Laisa yang telah memaafkan kesalahan adik-adiknya. e. Peduli Kepedulian adalah sikap dan perilaku seseorang yang menunjukkan perhatian kepada orang lain atau kepada lingkungan dan proses yang terjadi di sekitarnya (Zuchdi, 2013:205). Kutipan
:“Dulu memang mengganggu sekali mendengar pertanyaan tetangga, tatapan mata itu, tetapi mereka melakukannya karena mereka peduli dengan kita.” (Liye, 2014:220). “Itulah tabiat keras kepala, jelas-jelas sejak dulu Goughsky selalu peduli dengan anggota timnya, dan selalu tersenyum saat bicara.” (Liye, 2014:324).
Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan tentang peduli. Peduli berarti memiliki perhatian, baik itu perhatian terhadap sesama manusia maupun terhadap makhluk ciptaan Allah yang lain. f. Mengucapkan Salam Salam adalah pintu yang amat luas untuk masuk ke lipatanlipatan hati orang lain. Dengan salam, orang yang takut menjadi tenang, menjadi bersahabat dan menjadi ramah. Yang jauh jadi dekat.
61
Dengan salam pula, kasih sayang bisa terbangun dengan indah, setan pun menjadi susah payah (Al-Hammadi, 2006: 294). Kutipan
:“Lais berangkat, Mak. Assalammualaikum--” “Waalaikumsalam. Jaga adikmu. Dan pulang segera, Lais. Hari ini banyak pekerjaan di ladang!” (Liye, 2014:43). “Assalammualaikum....” Suara renta Mamak terdengar.”Waalaikumussalam....” Wibisana menelan ludah, suaranya bergetar, berusaha tersenyum. Tangannya yang satu lagi masih mendekap bahu Ikanuri, menenangkan.” (Liye, 2014:140).
Dari beberapa kutipan novel di atas Tere Liye berusaha menampilkan berpamitan
tentang pergi
mengucapkan
mengucapkan
salam.
salam
dan
Kak
Laisa
yang
Wibisana
yang
mengucapkan salam ketika berbicara melalui handphone.
62
BAB IV PEMBAHASAN
A.
Nilai-nilai Pendidikan Islam Nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye banyak ditunjukkan dalam bentuk deskripsi cerita, dialog antar tokoh, maupun respon para tokoh dalam menyikapi sesuatu. Dalam novel ini terdapat dialog percakapan langsung. Namun percakapan ini berbentuk tulisan sehingga lebih mudah untuk dilihat dan dibaca berulangulang. Kalimat-kalimat dalam sebuah novel merupakan kumpulan ide yang dituangkan oleh pengarang. Namun, terkadang pesan yang disampaikan oleh pengarang dipahami berbeda oleh pembaca. Sebab itu, kalimat-kalimat yang lebih jelas akan lebih mudah dipahami oleh pembaca, dan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang pun dapat dipahami oleh pembaca dengan mudah. Untuk melihat pesan dibalik deskripsi cerita, maka penulis dalam skripsi ini menyampaikannya dalam bentuk potongan paragraf atau kalimat. Pendidikan Islam untuk mengembangkan kepribadian umat dengan beberapa nilai yaitu: (1). Pendidikan Keimanan (2). Pendidikan Ibadah (3). Pendidikan Akhlaqul Karimah.
63
Berdasarkan pendapat Zuhairini (1995: 155-158) tersebut, penulis akan menjabarkan nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. Adapun nilai-nilai pendidikan Islam terbagi dalam tiga cakupan yaitu Pendidikan Akidah/Keimanan, Pendidikan Syari’ah/Ibadah, dan Pendidikan Akhlak. Nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye, dijabarkan sebagai berikut: 1.
Pendidikan Akidah/Keimanan Sebagian Ulama Fiqh mendefinisikan aqidah ialah sesuatu yang diyakini dan dipegang teguh, sukar sekali untuk dirobahnya. Ia beriman sesuai dengan dalil-dalil yang sesuai dengan kenyataan, seperti beriman kepada Allah SWT, Hari akhir, Kitab-kitab Allah dan Rasul-rasul Allah SWT (Ahmad, 1985:115). a.
Iman Kepada Allah Iman kepada Allah SWT maksudnya manusia wajib mempercayai bahwa Allah itu Ada, hidup dengan tiada berpermulaan serta kekal tiada berkesudahan, Maha Esa atau Tunggal, Allah SWT tiada berkehendak pada sesuatu atau siapapun namun segala sesuatu itu pada hakikatnya berkehendak kepadaNya, Maha Kuasa tidak ada yang mampu melebihi kekuasaan-Nya di alam semesta ini, Maha Melihat, Maha Mengetahui, Maha Mendengar, tak ada sesuatu kejadian atau peristiwa sekecil dan
64
sehalus apapun yang dapat mampu terlepas dari penglihatan, pendengaran maupun pengetahuan-Nya. “Kenapa? Kenapa kau diam? Kau marah kami mengatakan itu, hah? Ikanuri tanpa rasa iba bertanya bengis. Laisa menelan ludah. Matanya tiba-tiba berair. Ya Allah, aku mohon, jangan pernah, jangan pernah buat aku menangis di depan adik-adikku. Jangan pernah! Itu akan membuat mereka kehilangan teladan.” (Liye, 2014:108). Kutipan novel di atas menggambarkan kegigihan seorang Kakak yang selalu tegar dalam menghadapi adik-adiknya yang sangat nakal dengan berusaha untuk tidak menangis di hadapan adik-adiknya meski hatinya terasa sakit sekalipun, karena dengan keimanannya
kepada
Allah
yang
menjadikannya
mampu
menghadapi setiap permasalahan yang ada. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia.”(Q.S.Ya-Sin:82). Renungan terhadap ayat mulia di atas sangat sesuai dan sejalan dengan realitas alam semesta dan kehidupan. Di sinilah pentingnya seseorang berfikir/tafakkur, sebagaimana yang terdapat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga, karya Tere Liye. “Keajaiban itu! Hanya kuasa Allah yang tahu apa yang sesungguhnya sedang terjadi malam itu, sang siluman entah oleh kekuatan apa mendadak mengurungkan niatnya menerkam tubuh pasrah Laisa. lima detik berlalu, harimau terbesar setelah sekali lagi menggerung lebih keras,
65
perlahan melangkah mundur. Memberikan perintah, memutar tubuhnya.” (Liye, 2014:133). “Yashinta dengan muka luka, kaki patah, tergolek tak berdaya. Dua puluh jam lamanya, hingga keajaiban itu terjadi. Hingga kecintaan pada saudara karena Allah, rasa berserah diri yang tinggi kepada kuasa langit, ritual ibadah yang penuh pemaknaan, kebaikan dengan sesama, proses bersyukur yang indah, mampu membuat manusia menembus batas-batas akal sehat itu.” (Liye, 2014:299). Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye juga menjelaskan bahwa tidak ada sesuatu yang hidup melainkan Allah yang menghidupkannya. Tidak ada sesuatu yang mati melainkan Allah yang mematikannya. Seseorang tidak akan mati sebelum tiba waktunya yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Memang jauh dari batas akal manusia, apabila Allah sudah berkehendak maka itu yang akan terjadi. Ketakutan dan kepasrahan hati Kak Laisa yang akan diterkam harimau, ia percaya apa yang akan terjadi padanya adalah kehendak Allah SWT, dengan kuasa Allah menggerakkan hati harimau untuk mengurungkan niatnya menerkam Kak Laisa. Dengan kuasa Allah SWT ketika Allah mengatakan “kun! fayakun” Yashinta dengan muka luka, kaki patah, yang pingsan selama dua puluh jam lamanya, hingga keajaiban itu datang. b. Iman Kepada Kitab-Nya Iman kepada kitab-Nya yakni percaya bahwa Allah telah menurunkan beberapa kitab-Nya kepada beberapa Rasul-Nya untuk
66
menjadi pegangan dan pedoman hidupnya guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. “Keajaiban itu memang pernah terjadi.... Bagaimana mungkin ada satu potongan translasi religius yang keliru? Kitab suci keliru? Hadist yang salah? Sungguh lelucon yang tidak lucu. Itu tidak mungkin terjadi!.”(Liye, 2014:11). “Slide bergerak cepat. Sekarang memunculkan sebuah translasi kitab suci. Wajah-wajah dalam ruang besar nampaknya tidak terlalu keberatan dengan perubahan topik yang mendadak tersebut.” (Liye, 2014:12). “Ingat, disadari atau tidak, ada fakta religius yang tertulis indah di kitab suci. Salah-seorang sahabat Nabi Sulaiman, maksud saya Solomon buat hadirin yang mengenalnya dengan nama itu. Saya garis bawahi, saat itu, seorang manusia, pernah bisa memindahkan dalam skejap sepotong kursi dari satu titik ke titik lainnya yang berjarak ratusan kilo meter sebelum mata sempat berkedip! Seorang manusia.” (Liye, 2014:15). Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menampilkan beberapa
makna
tentang
iman
kepada
kitab-Nya
yaitu
menggambarkan tentang perjuangan seorang Profesor muslim yang ingin membuktikan bahwa isi dalam Al-Qur’an dan hadis itu benar. Ini bentuk keimannya kepada Kitab-Nya. c. Iman Kepada Rasul dan Nabi-Nya Iman kepada Rasul dan Nabi-Nya ini bermakna bahwa Allah SWT telah memilih dan mengutus utusan-Nya, seorang Rasul, untuk menyampaikan perintah-perintah-Nya kepada umat manusia, agar umat manusia memperoleh kebahagiaan atau kebaikan di dunia dan di akhirat.
67
Allah SWT berfirman:
“1. Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan. 2. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: "(Ini adalah) sihir yang terus menerus". (Q.S. Al-Qamar:1-2). Ayat tersebut menjelaskan yang dimaksud dengan saat di sini ialah terjadinya hari kiamat atau saat kehancuran kaum musyrikin, dan "terbelahnya bulan" ialah suatu mukjizat Nabi Muhammad SAW. Seperti yang terdapat dalam kutipan novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye di bawah ini: “.... Seperti yang telah kalian baca di jurnal tersebut bulan dibelah dua sudah menjadi fakta religius ratusan tahun silam. Salah-satu mukjizat Nabi penutup jaman. Ada banyak perdebatan, ada banyak penelitian yang justru mencoba membuktikan kalau itu semua keliru. Ternyata tidak. Keajaiban itu memang pernah terjadi.... Bagaimana mungkin ada satu potongan translasi religius yang keliru? Kitab suci keliru? Hadist yang salah? Sungguh lelucon yang tidak lucu. Itu tidak mungkin terjadi” Profesor Dalimunte dengan muka serius menunjuk slide gambar bulan terbelah dua dilayar LCD raksasa depan ruangan.”(Liye, 2014:11). Kutipan novel di atas menggambarkan mukjizat yang diberikan kepada Nabi. Dalimunte diceritakan menjadi Profesor muslim yang membuktikan kisah terbelahnya bulan menjadi dua dalam bentuk ilmiah. “Dengan muka masih pucat. Dengan tubuh masih lemah. Menggunakan sisa-sisa tenaganya. Berseru lirih di senyapnya mobil membelah jalanan menuju perkebunan,
68
“Ya Allah, aku mohon, meski hamba begitu jauh dari wanita-wanita mulia pilihanmu, hamba mohon kokohkanlah kaki Laisa seperti kaki Bunda Hajra saat berlarian dari SafaMarwa.... Kuatkanlah kaki Laisa seperti kaki Bunda Hajra demi anaknya Ismail.... Mereka tidak boleh melihat aku sakit....” (Liye, 2014:288). Kutipan novel di atas juga menggambarkan Kak Laisa yang berdoa agar diberi kekuatan oleh Allah seperti yang di hadapi Bunda Hajra saat berlarian dari Safa-Marwa hanya demi anaknya Nabi Ismail. d. Iman Kepada Hari Akhir Hanya Allah SWT yang tahu tentang kapan datangnya kiamat. Adapun tanda-tanda hari kiamat terbagi menjadi dua yaitu tanda kiamat kecil dan tanda kiamat besar. Tanda kiamat kecil adalah tanda yang datang sebelum kiamat dengan waktu yang relatif lama, dan kejadiannya biasa, seperti dicabutnya ilmu, dominannya kebodohan, berlomba-lomba dalam membangun dan lain-lainnya. Sedangkan tanda kiamat besar adalah perkara yang besar yang muncul mendekati kiamat, yang kemunculannya tidak biasa terjadi, seperti muncul Dajjal, terbit matahari dari barat dan lain-lain. “Pernahkah dari kita bertanya tentang detail kabar tandatanda akhir? Hari kiamat? Membacanya? Mendengarnya? Pasti pernah. Dan setidaknya bagi siapapun yang masih mempercayai janji hari akhir tersebut, maka tidak peduli dari kitab suci agama manapun, berita-berita tersebut boleh dibilang mirip satu sama lain....” (Liye, 2014:12). “Bagi semua yang pernah mendengar cerita tentang tandatanda akhir jaman, bukankah seolah-olah masa itu kembali ke masa-masa pertempuran konvensional? Berita tentang
69
ulat-ulat yang dikirimkan dari langit? Keluarnya dua pasukan jahat yang menghabiskan seluruh air-sungai yang mereka lewati? Pepohonan yang menyembunyikan bangsa Yahudi—maaf jika ini terlalu detail--” (Liye, 2014:13). Beberapa kutipan novel di atas mengajarkan bahwa sebagai orang muslim yang beriman, wajib percaya akan datangnya hari akhir. Di antaranya
dengan memahami dan mengetahui tanda-
tanda hari akhir. e. Iman Kepada Qadha dan Qadar Takdir merupakan suatu ketetapan dan kepastian Allah SWT terhadap tingkah laku dan perbuatan manusia, di mana manusia tidak akan mengetahui takdir kehidupannya kecuali nanti kalau sudah hampir akhir hayatnya. Hanya Allah SWT sajalah yang mengetahui sesuai dengan tingkah laku dan usaha manusia yang telah diperintahkannya. “Dua puluh lima tahun berlalu, ketika takdir kehidupan yang lebih baik menjemput keluarga sederhana mereka di Lembah Lahambay, bahkan dia tidak pernah meminta maaf soal itu.” (Liye, 2014:140). “Kau tidak perlu menunggu Kakak.... Sungguh. Sama sekali tidak perlu. Kelahiran, kematian, jodoh semua sudah ditentukan. Masing-masing memiliki jadwal. Giliran-”(Liye, 2014:213). “Pertanyaan itu, pertanyaan yang selalu dia ingin sampaikan, ternyata sederhana sekali jawabannya. Kak Laisa tidak pernah sekalipun berkeberatan dengan takdir kehidupannya.” (Liye, 2014:221). “Biarlah seluruh bukit dan seisinya menjadi saksi,Lais sungguh ikhlas dengan segala takdirMu....” (Liye, 2014:348). “Ya, Allah, terima kasih atas segalanya... Terima kasih.... Kak Laisa mendesah pelan.... Ya Allah, Lais sungguh ikhlas dengan segala keterbatasan ini, dengan segala takdirmu....
70
Karena, karena kau menggantinya dengan adik-adik yang baik....” (Liye, 2014:359). Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan takdir Allah SWT adalah suatu rahasia yang tidak bisa diketahui, kecuali setelah terjadi.
2. Pendidikan Syari’ah/Ibadah Secara etimologis, syari’ah berarti jalan yang harus diikuti, yakni jalan ke arah sumber pokok bagi kehidupan. Secara terminologis syari’ah berarti semua perbuatan agama yang ditetapkan oleh Allah untuk kaum muslim baik yang ditetapkan dengan Al-Qur’an maupun sunnah Rasul. Kajian syari’ah tertumpu pada masalah aturan Allah dan Rasul-Nya atau masalah hukum. Aturan atau hukum ini mengatur manusia dalam berhubungan dengan Tuhannya (ibadah) dan dalam berhubungan dengan sesamanya (mu’amalah) (Marzuki, 2009:2). a.
Adzan Adzan adalah pemberitahuan tentang masuknya waktu salat dengan lafaz-lafaz tertentu, dikumandangkan dengan bahasa arab, menurut sebagian ulama tidak sah jika adzan menggunakan bahasa selain bahasa arab. “Lembah Lahambay selalu terbungkus kabut di pagi hari, ketika kehidupan di rumah-rumah mulai menyeruak sejak kumandang adzan shubuh dari surau. Asap putih mengepul dari dapur. Melukis langit-langit lembah. Pertanda kehidupan sudah dimulai.” (Liye, 2014:41). “Hanya karena menyadari adzan isya akan segera berkumandang dari suraulah omelan Mamak akhirnya terhenti.” (Liye, 2014:71).
71
“Wak Burhan mengumandangkan adzan shubuh. Meski sudah sepuh, suara Wak Burhan yang tanpa speaker dari surau terdengar menggema di perkampungan bawah Lembah Lahambay.” (Liye, 2014:77). “Dari surau, Wak Burhan mengumandangkan adzan. Baiklah. Mamak menyuruhnya mencari. Itu artinya cari sampai dapat.” (Liye, 2014:103). “Dari tadi siang ia di kebun. Menatap kegagalannya. Sengaja belum pulang meski adzan maghrib sebentar lagi terdengar.” (Liye, 2014:178). “Empat bulan berlalu lagi, hari-hari dihabiskan dengan kerja keras, pagi-sore di kebun, bahkan Kak Laisa baru pulang saat adzan maghrib terdengar, telaten merawat satudemi-satu batangnya. Mencurahkan seluruh perhatian ke kebun satu hektar itu.” (Liye, 2014:184). “Shubuh yang menyenangkan. Udara pagi terasa sejuk. Di surau entahlah siapa yang sedang mengumandangkan adzan. Tidak ada lagi suara keras Wak Burhan.”(Liye, 2014:238). “Saat adzan terdengar dari suaru (entahlah siapa yang mengumandangkan adzan tersebut sekarang.” (Liye, 2014:259). “Menunggu saat adzan magrhib setengah jam lagi.” (Liye, 2014:354). Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menunjukkan tentang adzan. Ketika adzan terdengar merupakan tanda bahwa waktu untuk salat telah tiba. Ketika mendengar kumandang adzan sebaiknya menjawab adzan tersebut, hendaklah segera berhenti sejenak dari segala aktivitas apapun dan mempersiapkan diri untuk segera melaksanakan salat. b. Wudhu Untuk mencapai kedekatan kepada Allah SWT, setiap orang harus dalam keadaan suci, baik lahir maupun batin. Laku batin dibarengi dengan niat yang tulus ikhlas karena Allah SWT,
72
sedangkan laku lahir teraktualisasi dengan kesucian jasmani dan menghilangkan hadas dalam dirinya. “Hanya karena menyadari adzan isya akan segera berkumandang dari suraulah omelan Mamak akhirnya terhenti. Menyuruh mereka ambil wudhu. ” (Liye, 2014:71). “Cie Hui menyerahkan tiga mukena kecil. Ketiga gadis kecil itu sudah kembali dari kamar mandi. Wudhu. Biasanya setiap jadwal pulang, paling susah membangunkan Juwita dan Delima.” (Liye, 2014:238). Kutipan
novel
di
atas
menjelaskan
bahwa
wudhu
merupakan salah satu syarat utama sebelum mengerjakan suatu ibadah. Wudhu adalah syarat sahnya salat. Salat yang tidak di dahului dengan wudhu adalah salat yang batil. Tetapi wudhu itu sendiri merupakan ibadah. Allah menegaskan dalam surah QS. AlMaidah ayat 6:
... Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki. (Q. S. AlMaidah:6). c. Salat Salat adalah salah satu kewajiban yang disyariatkan oleh Allah kepada hamba-Nya yang beriman, Salat merupakan ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan. Dari pandangan ini, salat
73
ibarat sebuah pedoman khusus yang bisa mendidik manusia untuk mampu memahami bahwa rutinitas yang dilakukan sebanyak lima kali sehari itu membuat ikatan antara diri umat muslim dengan Tuhan-Nya lebih kuat dari pada dengan ikatan nya dengan segala apapun yang ada. Salat menjadikan seluruh muslim bersaudara. Salat disyariatkan untuk mesucikan hati yang terkontaminasi dari penyakit hati, menghilangkan penyakit yang menghinggapinya dan menerangi ruh dari kegelapan. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Q.S. Luqman:17). Ayat di atas menjelaskan bahwa Luqman memberikan nasihat
kepada
anaknya
nasihat
yang
dapat
menjamin
kesinambungan Tauhid serta kehadiran Ilahi dalam kalbu sang anak. Beliau berkata sambil tetap memanggilnya dengan panggilan mesra: Wahai anakku sayang, laksanakanlah salat dengan sempurnanya syarat, rukun dan sunnah-sunnahnya, mengerjakan
74
yang ma’ruf dan cegahlah mereka dari kemungkaran dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungghnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diperintahkan Allah agar di utamakan, sehingga tidak ada alasan untuk mengabaikannya. “Hanya karena menyadari adzan isya akan segera berkumandang dari suraulah omelan Mamak akhirnya terhenti. Menyuruh mereka ambil wudhu. Shalat maghrib!”(Liye, 2014:71). Petikan dialog di atas menunjukkan seorang ibu yang menyuruh anak-anaknya untuk melaksanakan salat setelah adzan berkumandang. Rutinitas
salat
yang
dilakukan
para
tokoh
adalah
pembuktian bahwa mereka selalu melaksanakan ibadah salat yang telah diperintahkan Allah SWT. d. Salat Berjama’ah Salat berjama’ah dilakukan secara bersama-sama, sekurangkurangnya terdiri dari dua orang yaitu imam dan makmum. Seorang imam berdiri di depan dan makmum berdiri di belakangnya. Makmum harus mengikuti imam dan tidak boleh mendahuluinya. Selain itu, bagi orang yang mengerjakan salat secara berjama’ah akan dilipat gandakan pahalanya sampai 27 kali lipat dibandingkan dengan mengerjakan salat sendirian. “Tadi selepas shalat shubuh jamaah, persis saat perkampungan masih gelap, selepas belajar mengaji Juz’amma dengan Mamak, Kak Laisa akhirnya bilang akan menemani Yashinta pergi melihat berang-berang.” (Liye, 2014:41).
75
“Dia mengenal sekali anak Lainuri yang satu ini. Rajin shalat berjamaah di surau. Masih anak-anak.” (Liye, 2014:81-82). “Ikanuri dan Wibisana ternyata tidak pulang-pulang. Juga saat mereka sudah bersiap-siap shalat berjamaah. Dua sigung itu tetap tidak kelihatan batang hidungnya.” (Liye, 2014:114). “Shalat dzhuhur (Dalimunte yang jadi imam). Kemudian Dalimunte meneriaki Ikanuri dan Wibisana agar buruan menyusul Mamak.” (Liye, 2014:155). “Malam tiba untuk ke sekian kalinya di lembah itu. Hujan gerimis turun sejak maghrib. Mereka sudah shalat berjamaah (kecuali Juwita dan Delima yang memaksa ikut shalat gaya duduk Wawak Laisa).” (Liye, 2014:293). “Selepas shubuh, meski penat karena dua jam memasak gula aren di dapur, seusai shalat bersama, mengaji bersama, Mamak akan menyempatkan diri lima belas menit hingga setengah jam bercerita.” (Liye, 2014:335). Dari beberapa kutipan di atas, Tere Liye menggambarkan rutinitas salat berjama’ah yang dilakukan oleh keluarga Mamak Lainuri. Dalimunte kecil yang selalu rajin mengikuti salat berjama’ah di surau. Hal ini memberikan pengertian bahwa salat fardu lebih utama dikerjakan secara berjama’ah. Salat berjama’ah boleh dilakukan di masjid/surau ataupun di rumah, asalkan terdiri dari seorang imam dan makmum karena itu merupakan syarat syahnya salat berjama’ah. e. Salat Tahajud Salat tahajud adalah salat malam, dan salat malam belum tentu salat tahajud. Hal yang membedakan tahajud dengan salat malam lainnya adalah salat tahajud harus dilakukan setelah bangun tidur.
76
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji”. (Q.S. Al-Isra’: 79). Dalam ayat di atas dijelaskan tujuan salat tahajud itu bagi Nabi
Muhammad
SAW
ialah
agar
Allah
SWT
dapat
menempatkannya di tempat yang terpuji. Pada hari kiamat manusia mengalami kesusahan yang tiada taranya. Yang dapat melapangkan dan meringankan manusia dari keadaan yang sangat susah itu hanyalah permohonan Nabi Muhammad SAW kepada Tuhannya, agar orang itu dilapangkan dan diringankan penderitaannya. “Membuat Yashinta mengomel dalam hati, sejak kecil Yash sudah terbiasa shalat malam bersama Kak Lais dan Mamak, tidak perlu diteriaki, mentang-mentang muslim Uzbek, sokalim.” (Liye, 2014:321). “Laisa sejak umur dua belas tahun, terbiasa bangun jam tiga shubuh. Shalat malam bersama Mamak, lantas membantu di dapur. Sejak kecil Mamak mengajarkan ritus agama yang indah kepada mereka. Shalat malam salah-satunya. “Lais, seandainya kita bisa mengukurnya seperti timbangan beras, shalat malam yang baik seharga seluruh dunia dan seisinya.” (Liye, 2014:336). “Dengan teladan yanag ada di depan mata, maka Yashinta kecil saat usianya menjejak belasan tahun, tidak perlu disuruh-suruh untuk shalat malam, gadis kecil itu melihat Mamak dan Kakak-kakaknya, maka otomatis ia ikut. Kebiasaan yang terus ada hingga mereka tumbuh besar.” (Liye, 2014:336).
77
Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan rutinitas salat malam yaitu salat tahajud. Salat tahajud dikerjakan di waktu yang berat, yaitu di tengah keheningan malam, saat mayoritas manusia terlelap dalam tidurnya. Salat tahajud dikerjakan saat mayoritas manusia tidak melihat pelakunya, sehingga pelakunya terdidik untuk berniat ikhlas dan terbebas dari kemungkinan riya’. Salat tahajud dikerjakan dalam waktu yang sunyi dan tenang, sehingga pelakunya leluasa bermunajat kepada Allah SWT dan mendekatkan diri kepada-Nya. Seperti yang dilakukan oleh Mamak Lainuri, yang mengajarkan kepada anakanaknya Kak Liasa dan Yashinta untuk terbiasa melaksanakan salat tahajud. f. Berdoa Posisi paling mulia bagi kaum muslim di sisi Allah adalah ketika seseorang menengadahkan tangan kepada-Nya untuk berdoa dan memohon. Berdoa adalah permohonan seorang hamba kepada Sang Maha Kuasa agar memperoleh anugerah, lindungan dan pertolongan baik untuk orang yang berdoa maupun yang didoakan. “Wibisana menepuk-nepuk bahu Ikanuri. Tersenyum. Berbisik, “Tidak akan terjadi apa-apa, Ikanuri. Kita akan tiba tepat waktu. Berdoalah, Kak Laisa akan baik-baik saja....” (Liye, 2014:95). “Ya Allah, sekali ini tolong baiklah dengan kami, tolong.... Laisa menggigit bibr. Lantas melangkah menuruni anak tangga. Diikuti langkah Dalimunte.” (Liye, 2014:122).
78
“Untuk Mamak, yang setiap malam berdoa buat Yash dan kami.... Yang doanya mungkin saja telah membuat langit diaduk-aduk....” (Liye, 2014:240). “Itu juga doa Laisa ketika menerobos hujan badai saat Yashinta sakit, ke kampung atas, ketika kakinya bengkak menghantam tunggul kayu. Ketika sendi mata kakinya bergeser. Itu juga doanya saat di Gunung Kendeng. Itulah doa yang paling disukai Laisa. Doa-doa itu mengukir langit.” (Liye, 2014:288). “Semoga Laisa terus membaik.... Begitu masing-masing berdoa dalam hati.” (Liye, 2014:294). “Kak Laisa jatuh tertidur, dengan sungging senyum dan satu kalimat doa: Ya Allah, jadikan Lais salah satu bidadaribidadari surga....” (Liye, 2014:338). Beberapa kutipan di atas mengajarkan tentang berdoa. Berdoa memohon segala sesuatu hanya kepada Allah. Tere Liye menggambarkan para tokoh dengan khusu’ berdoa, memohon kepada Allah agar dimudahkan atas segala kesusahan dan musibah yang menimpa mereka. Dalam menjalani kehidupan ini, manusia tentunya pasti pernah mengalami kesulitan dan kesusahan, itu semua merupakan ujian dan cobaan dari Allah. Sesungguhnya, ketika kesulitan itu datang, maka Allah-lah sebaik-baik penolong dan hanya kepadaNya lah kita memohon. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur’an.
79
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina". (Q.S. AlMukmin:60). Dalam ayat tersebut telah dijelaskan bahwa orang muslim diperintahkan untuk berdoa hanya kepada Allah SWT. Berdoa adalah bagian dari bentuk ketaatan kepada Allah dan bentuk pemenuhan akan perintah-Nya. g. Membaca Al-Qur’an Sebagai umat Nabi Muhammad orang muslim diwajibkan untuk mengikuti al-Qur’an yang telah diwahyukan kepada Nabi. Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. berupa perintah tegas, dengan mengandung muatan tugas yang wajib untuk ditunaikan oleh setiap pribadi muslim, yaitu Iqra (bacalah). Setiap muslim dianjurkan untuk mempelajari al-Qur’an dan mengkaji ayat-ayatnya, karena seluruh ajaran Islam bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits. Dengan mempelajari dan memahami ayat al-Qur’an, ajaran Islam dapat diaplikasikan dalam kehidupan. “Anak-anaknya tumbuh dan akrab dengan kehidupan sekitar. Tadi selepas shalat shubuh jamaah, persis saat perkampungan masih gelap, selepas belajar mengaji Juz’amma dengan Mamak, Kak Laisa akhirnya bilang akan menemani Yashinta pergi melihat berang-berang.” (Liye, 2014:41). “Hei! Kalian bantulah bawa koper-koper Dalimunte dari mobil. Jangan macam anak uwa, sibuk menonton saja. Atau seperti kubilang tadi, ikut mengaji yasin di surau sana!—
80
Bang Jogar meneriaki pemuda-pemuda tanggung di kursi bambu.” (Liye, 2014:150). “Mereka lagi-lagi berisik saat naik ke rumah panggung. Ribut soal siapa yang duluan salaman dengan Eyang Lainuri dan Wawak Laisa. saling dorong saat masuk kamar. Tidak mempedulikan tatapan tetangga yang sedang mengaji yasin.” (Liye, 2014:207). “Malam beranjak semakin tinggi. Pengajian Yasin di ruang depan dan surau dihentikan, besok disambung lagi.” (Liye, 2014:237). “Berkali-kali bilang ke anak-anak yang belajar ngaji di surau soal pentingnya sekolah, ‘Biar kalian bisa jadi Oom Dalimunte yang hebat. Sering masuk tipi’—“ Kak Laisa tersenyum, menatap langit cerah, mengenang masa-masa lalu itu.” (Liye, 2014:257). “Selepas shubuh, meski penat karena dua jam memasak gula aren di dapur, seusai shalat bersama, mengaji bersama, Mamak akan menyempatkan diri lima belas menit hingga setengah jam bercerita.” (Liye, 2014:335). “Ikanuri jauh lebih pandai mengaji. Suara dan tartil-nya lebih baik. Meski dialah yang paling bandel belajar mengaji dulu.” (Liye, 2014:336-337). “Suara orang mengaji di suarau terdengar. Menunggu saat adzan magrhib setengah jam lagi. Ayat-ayat itu terdengar menyenangkan. Seperti mengalir bersama angin lembah yang segar.” (Liye, 2014:354). Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menampilkan kosep pendidikan ibadah yaitu tentang membaca Al-Qur’an. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa membaca AlQur’an, karena merupakan pedoman hidup bagi manusia. Seharusnya membaca Al-Qur’an ditanamkan sejak dini kepada anak, agar dewasa nanti anak tersebut akan terbiasa dengan membaca Al-Qur’an.
81
h. Zakat Zakat memiliki arti kewajiban atas harta atau kewajiban atas sejumlah harta tertentu untuk kelompok tertentu dalam waktu tertentu. Firman Allah:
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang ruku’”. (Q.S Al-Baqarah: 43). “Panen bersama sebulan lalu sukses besar. Mamak Lainuri tak kurang dapat empat puluh kaleng padi. Setelah dipotong zakat, juga padi cadangan untuk lumbung kampung, juga delapan belas kaleng untuk persediaan beras mereka selama setahun, sisanya masih lumayan, yang seluruhnya dijual ke kota kecamatan.” (Liye, 2014:154). Kutipan novel di atas menggambarkan ketika panen tiba Mamak Lainuri membagi-bagi hasil panenannya untuk beberapa keperluan salah satunya untuk membayar zakat, Mamak Lainuri rutin membayar zakat tiap tahunnya. i. Pernikahan/Perkawinan Dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye juga terdapat konsep pendidikan ibadah mengenai pernikahan, di mana pernikahan adalah suatu cara menjalin hubungan berlandaskan kesucian, berikut kutipannya: “PERNIKAHAN Dalimunte-Cie Hui berlangsung satu bulan kemudian. Pernikahan yang meriah, halaman luas rerumputan itu dipasang dua tenda besar. Penduduk empat desa di Lembah Lahambay ramai memenuhi kursi-kursi.” (Liye, 2014:229). “Pernikahan kedua dan ketiga di keluarga itu terjadi sebulan kemudian. Mamak pulang dari rumah sakit setelah dirawat
82
empat hari lagi. Meski masih lemah, tapi wajah Mamak sudah segar kembali.” (Liye, 2014:282). “Lima menit kemudian pernikahan itu dilangsungkan. Dalimunte yang menjadi wali pernikahan. Bang Jogar dan salah satu penduduk kampung lainnya menjadi saksi. Pernikahan terakhir di lembah indah mereka.” (Liye, 2014:360-361). Dalam beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menjelaskan bahwa sudah menjadi kodrat iradah Allah SWT. manusia diciptakan berjodoh-jodoh dan diciptakan oleh Allah SWT. mempunyai keinginan untuk berhubungan antara pria dan wanita, melalui ikatan yang suci. 3. Pendidikan Akhlak Akhlak secara etimologis berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Sedangkan secara terminologis akhlak adalah keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran (Zuchdi, 2013:203). a. Akhlak Kepada Allah 1) Tawakal Setelah usaha dan doa yang telah dikerjakan sudah maksimal, maka selanjutnya hal yang harus dilakukan adalah tawakal, menyerahkan semua hasil dan usaha kepada Allah. Sebagaimana yang tertuang dalam novel Bidadari-Bidadari Surga, sebagai berikut: “Mamak membiarkan Laisa kembali menanami ladang mereka dengan strawberry, kali ini malah membiarkan seluruhnya ditanami. “Belajar dari kesalahan, Mak. Laisa tahu apa yang harus Laisa lakukan sekarang.”
83
Mamak tidak kuasa mencegah niat bulat sulungnya, apalagi Dalimunte ikut mendukung. Jadi kepalang tanggung, sukses atau gagal seluruhnya. Kak Laisa menanami kembali seluruh kebun mereka dengan strawberry.” (Liye, 2014:183-184). “Tapi apa yang Kakak harus lakukan? Itu semua ada di tangan Allah.” (Liye, 2014:220). Dalam Al-Qur’an Allah befrirman:
... “Dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Q.S. Ath-Thalaaq:3). Ayat tersebut menjelaskan bahwa barang siapa yang percaya kepada Allah dalam menyerahkan segala urusan hanya kepada-Nya,
maka
Allah
akan
mencukupi
semua
keperluannya. Karena dengan bertawakal, orang muslim telah mengakui
adanya Allah dengan segala sifat-sifat-Nya,
terutama sifat-Nya yaitu Yang Maha Esa. Kutipan novel di atas sang tokoh menggambarkan kepasrahan dan berserah diri yaitu belajar dari kesalahan dengan menanami seluruh kebun milik Mamak Lainuri dengan strawberry dan kepasrahan Kak Laisa yang menyerahkan segala urusannya kepada Allah SWT.
84
2) Ikhlas Lafazh ikhlas menunjukkan pengertian jernih, bersih, dan suci dari campuran dan pencemaran. Sesuatu yang murni artinya bersih tanpa campuran, baik yang bersifat materi maupun nonmateri. Ikhlas dan senang hati menerima suatu apapun yang diberikan Allah kepada umatnya. Suatu pekerjaan dikatakan ikhlas kalau pekerjaan tersebut dilakukan semata-mata karena Allah, mengharap ridho dan pahala-Nya. Allah berfirman:
... “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama...”. (Q. S. AlBayyinah:5). Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah memerintahkan umatnya untuk selalu taat kepada-Nya dalam menjalankan ibadah. Dalam novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye menampilkan konsep tentang ikhlas yang mengajarkan kepada orang muslim untuk menjadi manusia yang ikhlas dalam keadaan apapun. “Kak Laisa selalu pandai mensyukuri nikmat Allah dalam bentuk yang lengkap. Ritus ibadah yang baik dan ikhlas, juga kesalehan sosial memperbaiki kehidupan lembah.” (Liye, 2014:233). “Lais mohon, ya Allah.... Jika Engkau menginginkannya, biarkan Lais saja, biarkan Lais
85
saja.... Kalimat itu begitu ihklas terucap. Oleh rasa sayang yang tak terhingga.” (Liye, 2014:303). “Ya Allah, apa aku harus selalu menjadi penghalang pernikahan adik-adikku.... Lais sungguh ihklas dengan semua keterbatasan ini, Ya Allah. Sungguh.... Biarlah seluruh bukit dan seisinya menjadi saksi, Lais sungguh ihklas dengan segala takdirMu....” (2014:348). “Ya Allah, Lais sungguh ikhlas dengan segala keterbatasan ini, dengan segala takdirmu....” (Liye, 2014:359). Beberapa kutipan di atas Tere Liye menggambarkan seorang Kakak yang sangat ikhlas dalam menghadapi hidupnya, dengan selalu beribadah kepada Allah SWT, kasih sayang yang tulus dengan keterbatasannya. Karena jika melakukan semua itu dengan ikhlas maka segala yang dilakukan terasa mudah. 3) Bertaubat Orang yang bertaubat kepada Allah SWT adalah orang yang kembali pada jalan yang benar, meninggalkan hal-hal yang buruk dan kembali pada hal-hal yang baik dan dianjurkan dalam Islam. Kembali dari segala hal yang dibenci oleh Allah dan menuju kepada ridho-Nya. “Ini juga gaya favorit Ikanuri waktu kecil dulu kalau menipu guru di kelas (ketahuan bolos). Atau ketahuan mencuri uang di kelpeh plastik Mamak Lainuri. Sok bego tidak mengerti. Ah, tapi ekspresi itu benar-benar jujur. Lagipula sejak puluhan tahun silam, Ikanuri sudah insyaf. Kapok. Mengerti benar maksud Kak Laisa yang suka berteriak, ‘kerja keras!’, ‘kerja keras!’, ‘kerja keras!’.” (Liye, 2014:34).
86
Kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan Ikanuri yang semasa kecilnya sering menipu guru dan mencuri uang Mamak Lainuri, akan tetapi setelah beranjak menjadi dewasa Ikanuri sudah meninggalkan hal yang tidak baik tersebut. 4) Bersyukur Bersyukur adalah salah satu kunci bertambahnya rezeki dan keberkahan yang Allah turunkan kepada hamba-hambaNya. Allah telah berfirman:
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azabKu sangat pedih".” (Q.S. Ibrahim:7). Ayat di atas menjelaskan bahwa tiap orang yang beriman wajib bersyukur atas segala nikmat yang diberikan kepadanya, karena bersyukur merupakan kunci kebahagiaan selain itu sikap bersyukur harus dilakukan oleh setiap manusia sebagai bentuk keimanan kita bahwa Allah itu maha kuasa dan kepada-Nyalah kembalinya segala urusan. “Mereka selepas isya tadi, habis melakukan syukuran besar di rumah. Lulusnya Ikanuri dan Wibisana. Akhirnya dua sigung nakal itu menyelesaikan kuliahnya.” (Liye, 2014:204).
87
“Kak Laisa selalu pandai mensyukuri nikamat Allah dalam bentuk yang lengkap. Ritus ibadah yang baik dan ikhlas, juga kesalehan sosial memperbaiki kehidupan lembah.” (Liye, 2014:233). “Membuat imajinasi mereka terbang, dan tanpa mereka sadari, ada pemahaman arti berbagi, berbuat baik, dan selalu bersyukur yang bisa diselipkan.” (Liye, 2014:338). “Tetapi energi yang hebat itu, kecintaan atas adikadiknya, rasa cukup dan syukur atas hidup dan kehidupan, akhirnya tidak kuasa mengalahkan fisik yang semakin lemah.” (Liye, 2014:352). Dari
beberapa
kutipan
di
atas
Tere
Liye
menggambarkan tentang bersyukur. Karena dengan bersyukur adalah sebaik-baiknya jalan kehidupan bagi orang-orang yang berbahagia. Tidaklah mereka menaiki tangga kedudukan yang tertinggi, melainkan berkat syukur mereka. Suatu keharusan bagi orang yang mengharapkan kebaikan bagi dirinya serta memprioritaskan keselamatan dan kebahagiannya. Seperti yang dilakukan keluarga Mamak Lainuri ketika mengadakan syukuran karena lulusnya Ikanuri dan Wibisana menyelesaikan kuliahnya, sebagai tanda mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada mereka. Kak Laisa yang selalu pandai mensyukuri nikmat Allah dengan menjalankan ibadah dengan ikhlas. b. Akhlak Kepada Diri Sendiri 1) Sabar Sabar merupakan bentuk keimanan seseorang, dalam menghadapi cobaan berbagai perasaan muncul namun seperti
88
itulah yang harus dikendalikan. Sabar merupakan pengendalian emosi dan perasaan yang tidak baik. Allah SWT berfirman:
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (Al-Anfal:46). Ayat di atas menjelaskan untuk tidak gegabah dalam menghadapi sesuatu, memilih untuk tetap bertahan dan berusaha mempertahankan apa yang diyakini dan yang dihadapi. Seperti yang terdapat pada kutipan di bawah ini: “Dia juga tahu persis kalimat bijak kalau: ketika salahsatunya justru memutuskan untuk bersabar atas pasangan yang tidak beruntung dari tampilan wajah dan fisik tersebut, maka surga menjadi balasan buatnya.” (Liye, 2014:234). “Goughsky juga tipikal pemuda yang menyenangkan. Dekat dengan penduduk setempat lokasi basecamp, suka bergurau, dan yang pasti amat sabar.” (Liye, 2014:321). “Seperti batu yang terkena tetesan air, keras kepalanya mulai bisa berlubang dengan sabaaaarnya Goughsky.” (Liye, 2014:327). Beberapa kutipan novel di atas menggambarkan tentang sabar. Bersabar dalam menerima pasangan hidup dalam keadaan yang tidak beruntung tampilan wajah atau
89
fisiknya dan kesabaran Goughsky dalam menghadapi sifat keras kepala Yashinta, yang akhirnya dengan kesabaran Goughsky sifat keras kepala Yashinta pelan-pelan berubah menjadi lebih lembut. Kedudukan sabar dalam mencapai keberhasilan sama halnya dengan kepala bagi sesosok tubuh. Sabar adalah jalan menuju kepada kesuksesan dan kebahagiaan. Sesungguhnya Allah SWT telah menjadikan sabar bagaikan kendaraan yang tidak
akan
menyesatkan
penunggangnya.
Sabar
dan
pertolongan bagaikan dua saudara kandung, karena datangnya pertolongan adalah hasil dari kesabaran. 2) Jujur Kesadaran akan pentingnya jujur dalam hidup harus ditumbuhkan sejak kecil. Pendidikan dari keluarga dan sekolah harus mementingkan kejujuran seorang anak. Sebisa mungkin diupayakan agar anak senantiasa senang berbuat jujur. Jujur adalah berlaku benar dan baik dalam segala perkataan maupun perbuatan. Kejujuran yang harus diterapkan bukanlah suatu hal yang mudah, dibutuhkan kesadaran dan latihan agar sifat tersebut benar-benar menjadi prinsip hidup. Kesadaran
berawal
dari
pengetahuan,
seseorang harus
ditanamkan pengetahuan mengenai pentingnya jujur dan apa akibat tidak jujur.
90
Allah SWT berfirman:
“Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.” (Q.S. Al-Anfal:58 ). “Menjadi keluarga yang jujur meski keadaan sulit. Berbuat baik dengan tetangga sekitar, dan sebagainya.” (Liye, 2014:233). Petikan dialog di atas menunjukkan sebuah keluarga yang meski dalam keadaan sesulit apapun, tetap menjadi keluarga yang jujur dan berbuat baik dengan lingkungan sekitar. 3) Niat Niat merupakan keinginan yang berhubungan dengan pekerjaan yang sedang atau akan dilakukan. Maka setiap perbuatan yang dilakukan oleh orang yang berakal, dalam keadaan sadar dan atas inisiatif sendiri, pasti disertai dengan niat baik perbuatan tersebut berkenaan dengan ibadah ataupun adat kebiasaan. “Awalnya ragu-ragu, tapi karena sudah kadung, sudah sejak seminggu lalu meniatkan diri, maka sambil menggigit bibir, Dalimunte menaikkan tangannya lebih tinggi.” (Liye, 2014:81). “Mamak tidak kuasa mencegah niat bulat sulungnya, apalagi Dalimunte ikut mendukung.” (Liye, 2014:184).
91
Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menceritakan Dalimunte yang awalnya ragu-ragu akan tetapi dengan niatnya dari hati yang bulat akhirnya berani mengangkat tangannya lebih tinggi. Karena tekad Kak Laisa yang bersungguhsungguh Mamak Lainuri dan Dalimunte tidak bisa mencegah niat bulat Kak Laisa. kita memahami bahwa niat itu menentukan apakah sebuah perbuatan itu dianggap atau tidak dianggap, dan dianggap apa itu tergantung dari niatnya bukan dilihat dari lahiriyahnya. 4) Tanggung Jawab Salah satu sikap seorang muslim adalah dia berani bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Sikap ini merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Karena semua yang diperbuat di dunia ini akan di pertanggungjawabkan di akhirat nanti. Allah SWT berfirman:
“tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” (Q.S. Al-Muddatstsir:38). Ayat di atas mengajarkan bahwa setiap individu harus bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Islam mengajarkan bahwa apa saja yang dilakukan manusia, keburukan dan kebaikan akan mendapatkan ganjaran atau balasan dari Allah.
92
“Ikanuri dan Wibisana mulai mengerti arti tanggungjawab. Tidak percuma Kak Laisa saban hari mengejarngejar mereka dengan sapu lidi teracung dan berteriakteriak “Kerja keras!” “Kerja keras!” “Kerja keras!” Dua sigung nakal itu sudah jarang bolos sekolah.” (Liye, 2014:155). “Wajah keriput berumur enam puluh tahun itu terlihat amat sendu. Ia-lah yang paling tahu urusan ini. Sejak tiga puluh tahun silam. Sejak Laisa mulai mengerti arti tanggung-jawab.” (Liye, 2014:160). Dari
beberapa
kutipan
di
atas
Tere
Liye
menggambarkan rasa bertanggung jawab. Rasa tanggung jawab ini sangat penting dalam kehidupan manusia baik dalam konteks sosial maupun individu. Tanggung jawab berfungsi sebagai
pencipta
keharmonisan
hidup
bermasyarakat
berbangsa dan bernegara. Seperti usaha Kak Laisa yang tidak sia-sia untuk mengajarkan arti tanggung jawab kepada adikadiknya. 5) Optimis Seorang muslim yang sejati adalah seorang muslim yang selalu optimis dan tidak mengenal putus asa dalam melakukan kebaikan. Bersikap optimis dan tidak putus asa dalam memperjuangkan keinginan dan tujuan, selama itu berada dalam hal kebaikan, merupakan salah satu nilai edukatif yang layak dimiliki semua orang. “Tentu saja kincir-kincir itu bekerja! Seseorang tibatiba berseru. Berseru dengan suara lantang sekali.” (Liye, 2014:89). “Tidak ada salahnya mencoba kincir-kincir air itu. Lima kincir bertingkat. Itu masuk akal. Semasuk
93
akalnya seperti kita berharap benih di ladang tumbuh saat musim penghujan!—Kak Laisa berkata lantang dan cepat. Amat meyakinkan.” (Liye, 2014:90). “Wibisana menelan ludah, terdiam sejenak.... Menatap wajah sendu Ikanuri lamat-lamat, lantas mengulang pertanyaan itu dengan segenap perasaan, “Kita tidak akan terlambat, Ikanuri.... Kau tahu, kenapa?”. ” (Liye, 2014:126). “Tidak tahun ini, tidak sekarang.... Tapi kau harus tetap sekolah, Dali....” Laisa berbisik pelan memecah sedan.” (Liye, 2014:180). “Dalimunte selalu memiliki kesempatan untuk kembali sekolah.tidak sekarang, tahun depan dia akan kembali melanjutkan sekolah di kecamatan. Sepanjang ia terus bekerja keras demi adik-adiknya. Kesempatan itu pasti akan datang.” (Liye, 2014:181). “Tapi sebelum hari itu tiba, sebelum masanya datang, dengarkan Kakak, kalian harus rajin sekolah, rajin belajar, dan bekerja keras. Bukan karena hanya demi Mamak yang sepanjang hari terbakar matahari di ladang. Bukan karena itu. Tapi Ikanuri, Wibisana, Dalimunte, kalian harus selalu bekerja keras, bekerja keras, bekerja keras, karena dengan itulah janji kehidupan yang lebih baik akan berbaik hati datang menjemput....” (Liye, 2014:138). Dari beberapa kutipan novel di atas Tere Liye mengajarkan tentang optimis. Apabila rasa optimis ini telah mendarahdaging, maka manusia akan menjalani hidup dengan lebih bahagia, tenang dan mudah menggapai tujuan. Seseorang yang memiliki cita-cita juga harus mempunyai rasa itu serta berusaha untuk mendapatkannya. Optimis dan tidak putus asa merupakan kunci keberhasilan. 6) Menutup Aurat Islam mewajibkan setiap wanita dan pria untuk menutupi anggota tubuhnya yang menarik perhatian lawan
94
jenisnya. Terlebih bagi seorang muslimah. Allah SWT telah memerintahkan kaum wanita untuk menutupi auratnya dengan jilbab jelas memiliki tujuan tertentu yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman:
“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anakanak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q. S. Al-Ahzab: 59). Ayat di atas adalah dalil yang dijadikan landasan dalam Islam untuk menyeru kepada para muslimah agar segera menutup auratnya secara totalitas dan tidak menampakkannya kecuali yang biasa terlihat dan kecuali kepada yang berhak untuk melihatnya. “Wanita cantik berkerudung yang duduk di sebelah sang profesor, baris kedua dari depan itu ikut balas tersenyum,layar LCD raksasa di depan plenary hall menayangkan paras cantiknya.” (Liye, 2014:8). “Dalam hitungan detik Dalimunte sudah menggenggam tangan istrinya yang berkerudung biru.” (Liye, 2014:18). 95
“Dalimunte menatap sekitar, beberapa ibu-ibu dan anak gadis tetangga berkerudung rapi, duduk di tepi-tepi ruangan, melingkar membaca yasin bersama-sama.” (Liye, 2014:150). “Gadis manis berkerudung lembut itu menangis di pangkuan Kak Laisa.” (Liye, 2014:211). “Anak-anak menoleh. Eyang tersenyum mendekat. Memperbaiki tudung rambutnya. Naik ke atas ranjang besar Wak Laisa.” (Liye, 2014:337). Beberapa
kutipan
novel
di
atas
Tere
Liye
menggambarkan tentang menutup aurat. Selain atas dasar kewajiban kepada Allah SWT, seorang muslimah yang telah memiliki kesadaran untuk menutup auratnya berarti telah berusaha untuk memenuhi sebagian kesempurnaan imannya. Wanita muslim yang menutup auratnya juga akan terhindar dari fitnah dan godaan dari kaum lelaki. 7) Disiplin Disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. Dalam ajaran Islam banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan untuk disiplin, salah satunya dalam surat An-Nisa’ ayat 59.
... “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu”. (Q.S. An-Nisa’:59).
96
“Tidak pernah mengeluh, bahkan sejak mereka masih kecil dulu. Tidak pernah sakit. Kak Laisa selalu sigap dan disiplin menghadapi rutinitasnya.” (Liye, 2014:67). “Tidak terhenti, sepanjang tahun. Mengajari adikadiknya tentang disiplin. Mandiri.” (Liye, 2014:161). “Dan proses bercerita itu dilengkapi secara utuh dengan teladan. Kerja keras. Berdisiplin.” (Liye, 2014:336). Dalam novel Bidadari-Bidadari Surga ini Tere Liye menggambarkan tentang disiplin. Disiplin yang telah terbina itu akan sulit untuk diubah, karena telah menyatu dengan pribadinya. Disiplin diri menjadi kata kunci kemajuan dan kesuksesan serta kebesaran orang-orang besar yang pernah hidup dalam sejarah. Seorang Kakak yang mengajarkan kepada adik-adiknya agar menjadi pribadi yang displin dalam kehidupan mereka. 8) Syaja’ah/Berani Keberanian ditentukan oleh kekuatan hati dan fikiran, dalam hal ini berani berlandaskan oleh iman yang kokoh, bersabar terhadap ketaatan, dan mewariskan hal yang baik serta kebenaran dan pertimbangan untuk mengharap ridha Allah SWT. Selain ketenangan dan optimis, berani adalah salah satu ciri yang dimiliki orang yang istiqamah di jalan Allah. “Mata-mata sekarang memandang Kak Laisa. Gadis tanggung berumur enam belas tahun itu dengan berani justru ‘galak’ membalas tatapan penduduk lainnya yang jelas-jelas lebih tua dan lebih besar lainnya.” (Liye, 2014:89).
97
“Maka demi rasa sesal telah memukul lengan Dalimunte, keberanian itu muncul begitu saja.” (Liye, 2014:92). “Lihatlah wajah Kak Lais, wajah yang selalu berani dalam hidupnya, demi adik-adik mereka. Wajah yang selalu melindungi. Melihat wajah itu, Dali tidak akan pernah takut lagi.” (Liye, 2014:122). Dari beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menampilkan tentang keberanian. Seperti Kak Laisa yang selalu berani dalam hidupnya, demi adik-adiknya dan demi keluarganya, meski bahaya selalu di depan mata. c. Akhlak Kepada Orang Tua 1) Birrul Walidain Salah satu bentuk taqwa kepada Allah adalah melaksanakan hak Allah dan hak hamba-Nya. Hak yang terbesar di antara hamba Allah adalah hak orang tua. Islam telah meletakkan kedua orang tua pada kedudukan yang tinggi dan mulia. Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa setiap muslim wajib untuk mentauhidkan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, serta perintah untuk senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tua. Allah SWT berfirman:
98
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orangorang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. (Q. S. AnNisa’: 36). Ayat di atas menjelaskan bahwa perintah berbakti kepada kedua orang tua setelah perintah untuk beribadah kepada Allah tanpa mempersekutukannya. Hal ini menggambarkan pentingnya berbakti kepada orang tua. “Selepas membantu Mamak Lainuri dan Kak Laisa di ladang. Kapan saja ada waktu luang. Dia akan berlari ke tubir cadas sungai. Mengerjakan proyek rahasianya” (Liye, 2014:57). “Lihatlah.... Mamak sekarang tertidur nyenyak.... Begitu damai, begitu tenang, begitu bahagia. Karena Mamak sudah amat bahagia dengan hidupnya. Memiliki kalian, sebagai anak-anaknya, adalah kebahagiaan terbesar yang tidak pernah dibayangkan Mamak. Mamak tahun-tahun terakhir amat bahagia menghabiskan masa tuanya di perkebunan strawberry....” (Liye, 2014:281). Kutipan novel di atas Tere Liye juga menggambarkan sebagai seorang anak, wajib berbakti kepada orang tua, setelah takwa kepada Allah. Orang tua telah bersusah payah mengasuh, mendidik sehingga menjadi orang yang berguna dan berbahagia.
99
Kebahagiaan yang dirasakan seorang ibu karena anak-anak yang dibesarkannya menjadi orang-orang yang sukses. “Malam sebelum kejadian Babak diterkam harimau, Babak sempat mengusap rambut Laisa yang saat itu baru berumur sepuluh tahun. Tersenyum, “Lais, kau bantu Mamakmu menjaga adik-adik hingga Babak pulang dari mencari kumbang--” Laisa kecil mengangguk mantap sekali” (Liye, 2014:312). Kutipan novel di atas juga menjelaskan bahwa seorang anak berkewajiban membantu orang tuanya, seperti pesan Babak kepada Laisa untuk membantu Mamak menjaga adik-adiknya.\ 2) Sopan Santun Sopan santun pergaulan dalam Islam sebenarnya bukan untuk membatasi namun untuk menjaga harkat dan martabat manusia itu sendiri. Bila satu tuntunan itu diambil dengan kerendahan hati dan keinginan untuk berbakti kepada Ilahi, maka tidak ada satu hal sulit untuk mengikuti tuntunan baik itu. “Hari ini dengan bangga kami hadirkan sosok yang sebaliknya memiliki wajah dan kepribadian santun-menyenangkan ini....” (Liye, 2014:7). “Yashinta mendelik ke arah pemuda sialan itu. Berusaha tetap sopan menggandeng Mrs. Yoko. Melangkah menuju meja hidangan.” (Liye, 2014:317). Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menampilkan tentang sopan dan santun. Menceritakan Dalimunte memliki kepribadian yang santun dan Yashinta yang berperilaku sopan terhadap orang yang lebih tua.
100
d. Akhlak kepada Sesama 1) Menjaga Aib Islam adalah agama yang sangat indah. Islam mengajarkan umatnya untuk tidak membuka aib orang lain yang hanya akan membuat orang tersebut terhina. Islam memerintahkan umatnya untuk menutupi aib saudaranya sesama muslim. “Mereka sudah terbiasa. Juga tidak ada lagi yang menilai Kak Laisa dilintas untuk kedua dan ketiga kalinya sekaligus merupakan aib besar. Tetangga kampung sudah menerima kenyataan itu. Tidak sibuk bisik-bisik. Jadi meski tak ada Wak Burhan yang mengingatkan, pernikahan kembar itu berjalan normal.” (Liye, 2014:289). Kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan tentang menjaga aib. Meskipun Kak Laisa dilintas oleh adik-adiknya, akan tetapi tetangga kampung sudah menerima kenyataan itu, tidak ada yang membicarakan Kak Laisa lagi. Karena jika hal itu terjadi, sama halnya mereka menyakiti hati Kak Laisa dan keluarganya. 2) Gotong Royong Gotong royong adalah sebuah kata yang sangat sering didengar dan sangat akrab di telinga. Kata gotong royong berarti bekerja secara bersama-sama dalam mengerjakan sesuatu dan mencapai suatu tujuan. Gotong royong dibentuk karena adanya dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai suatu keinginan atau tujuan yang hendak dicapai. Jika melakukan aktivitas atau
101
kegiatan secara bersama-sama maka akan tercapai tujuan dengan ringan karena dilakukan bersama-sama. “Gotong-royong perbaikan tangga kayu di cadas setinggi lima meter sungai.” (Liye, 2014:80). “Ahad berikutnya, seperti kesepakatan pekan lalu, penduduk kampung bergotong royong membuat lima kincir air di pinggir cadas sungai. Melaksanakan ide Dalimunte.” (Liye, 2014:99). “Meski seadanya, hanya dengan sayur terong dan sambal terasi, tapi setelah lelah bergotong-royong seperti ini, maka sepiring nasi yang masih mengepul terasa nikmat nian walau tanpa lauk.”(Liye, 2014:100). “Lihatlah, semua penduduk kampung berkumpul di sini, bergotong-royong, dan mereka berdua entah kabur kemana.” (Liye, 2014:101). “Beramai-ramai, bergotong-royong memasang kincirkincir di atas pondasinya. Benar. Perhitungan Dalimunte sejauh ini tepat.” (Liye, 2014:141). “Proyek KKN listrik kincir air itu disetujui. Minggu depan mereka mulai bergotong-royong.” (Liye, 2014:165). Dari beberapa kutipan novel
di
atas Tere
Liye
mengajarkan untuk saling gotong royong antar saudara dan masyarakat. Untuk membuat lima kincir air guna mengairi sawah dan pembangkit listrik di butuhkan dua orang atau lebih. maka dari itu pembuatan kincir air tersebut harus dilakukan secara bersama-sama. 3) Berbuat Adil Di
antara
bukti
indahnya
ajaran
Islam
adalah
diperintahkannya berbuat adil. Adil yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan hak kepada masing-masing yang memiliki hak.
102
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. (Q. S. An-Nahl: 90). Ayat
di
atas
menjelaskan
bahwa
Allah
SWT
memerintahkan manusia untuk berbuat adil dalam segala aspek kehidupan, serta berbuat kebaikan dengan sesama. “Lihat, lihat Bak Wo Jogar turunkan dua-duanya serempak. Satu-dua-tiga-...” Bang Jogar tertawa, tangan kekarnya mengangkat kedua sepeda itu sekaligus dari atas mobil, ikut berseru meningkahi seruan kedua sigung kecil tersebut. “Nah, adil, kan?” (Liye, 2014:207). “Aku akan mencintai Laisa dengan baik, Dali. Akan menjadi suami yang adil.” (Liye, 2014:249). Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan tentang
adil.
Adil
berarti
mewujudkan
kesamaan
dan
keseimbangan di antara hak dan kewajiban. Karenanya hak setiap orang harus diberikan sebagaimana mestinya. Melihat Wak Jogar dengan tangan kekarnya menurunkan sepeda dua sigung kecil itu dari atas mobil secara bersamaan. Dengan tujuan agar dua sigung kecil itu tidak mempermasalahkan sepeda siapa yang harus turun duluan. Menurunkan sepeda secara bersamaan itulah yang disebut
103
dengan adil. Sikap adil juga muncul dalam percakapan Dalimunte dengan rekan kerjanya, bahwa rekannya akan menjadi suami yang adil untuk Kak Laisa. 4) Saling Memaafkan Memberikan maaf adalah harapan hidayah. Dengan maksud supaya orang yang berbuat salah dapat memperbaiki kesalahannya dan mendapat hidayah dari Allah untuk kemudian mau mendalami ajaran Islam secara kaffah. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (Q.S. Al-Baqarah:263). Ayat di atas menjelaskan bahwa perkataan yang baik maksudnya menolak dengan cara yang baik, dan maksud pemberian ma'af ialah mema'afkan tingkah laku yang kurang sopan dari si penerima. “Tangan Kak Laisa gemetar mengangkat kepala adiknya. Mata itu menatap begitu tulus. Tersenyum, ‘Kakak selalu memaafkan kalian....Kakak selalu memaafkan kalian’.” (Liye, 2014:314). Kutipan novel di atas Tere Liye mengajarkan untuk bisa memaafkan kesalahan orang lain. Tere Liye juga memberikan 104
pemahaman terhadap hubungan antar sesama manusia, jadi orang itu harus bisa legowo menerima kesalahan orang lain dan dapat memaafkan kesalahan itu. 5) Peduli Islam mengajarkan untuk peduli kepada sesama muslim. Memberikan sedikit perhatian saja kepada orang lain sama halnya dengan peduli dengan orang tersebut. Baginya perhatian yang diberikan akan membuatnya merasa lebih tenang dan mengurangi beban yang dirasakannya. “Dulu memang mengganggu sekali mendengar pertanyaan tetangga, tatapan mata itu, tetapi mereka melakukannya karena mereka peduli dengan kita.” (Liye, 2014:220). “Itulah tabiat keras kepala, jelas-jelas sejak dulu Goughsky selalu peduli dengan anggota timnya, dan selalu tersenyum saat bicara.” (Liye, 2014:324). Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan kepedulian para tetangga atas apa yang dialami oleh keluarga Kak Laisa dan juga kepedulian yang ditunjukkan Goughsky kepada anggota timnya. Sikap peduli harus ditanamkan sejak dini. Karena di era modern ini sikap peduli semakin luntur. Banyak orang sudah mulai tidak peduli terhadap penderitaan sesamanya dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Kebanyakan dari mereka hanya memikirkan untuk dirinya sendiri. Rasulullah dan para sahabat telah memberikan teladan yang baik terkait kepedulian terhadap sesama seperti yang diperintahkan oleh Allah SWT.
105
6) Mengucapkan Salam Allah memerintahkan setiap muslim untuk saling memberi salam dengan jelas dan orang yang mendengarkan salam berkewajiban membalas salam tersebut. Dalam menjawab salam boleh melebihkan dan tidak boleh menguranginya. Barang siapa yang biasa mengucapkan salam, maka akan timbul kasih sayang dan dimudahkan ke dalam surga, seperti disabdakan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits. “Saya mendengar Rasulullah SAW berkata: hak seorang muslim terhadap orang muslim ada lima, menjawab salam, mengunjungi orang sakit, mengantar jenazah, memenuhi undangan (walimah), dan mentasymitkan orang bersin.” (Bukhari dan Muslim). Dalam novel ini tercermin dari sikap dan kebiasaan anakanak Mamak Lainuri ketika keluar dari rumah dan berkomunikasi melalui handphone, seperti pada kutipan berikut: “Lais berangkat, Mak. Assalammualaikum--” “Waalaikumsalam. Jaga adikmu. Dan pulang segera, Lais. Hari ini banyak pekerjaan di ladang!” (Liye, 2014:43). “Assalammualaikum....” Suara renta Mamak terdengar.”Waalaikumussalam....” Wibisana menelan ludah, suaranya bergetar, berusaha tersenyum. Tangannya yang satu lagi masih mendekap bahu Ikanuri, menenangkan.” (Liye, 2014:140). Dari beberapa kutipan novel
di
atas Tere
Liye
mengajarkan kepada kita untuk selalu mengucapkan salam baik sebelum
bepergian,
masuk
ke
dalam
rumah
maupun
berkomunikasi via handphone . Kak Laisa yang berpamitan pergi mengucapkan salam terlebih dahulu dan Wibisana yang
106
mengucapkan salam ketika membuka percakapan dengan Mamak Lainuri melalui handphone.
B.
Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dengan Praktik Pendidikan Islam Masa Kini Pada dasarnya pendidikan Islam sangatlah penting dalam kehidupan. Saat ini orang muslim berada di era modern yang dihadapkan pada masalahmasalah yang terus menerus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam bidang sosial, pengaruh lingkungan semakin merusak nilainilai kemanusiaan. Kehidupan di era modern ini memberi peluang dan fasilitas yang sangat luar biasa bagi siapa saja. Pendidikan Islam juga penting sebagai pondasi awal penanaman nilai kepada generasi penerus bangsa untuk membentuk pribadi yang berkarakter dan berakhlak mulia. Penanaman nilainilai pendidikan Islam harusnya dilakukan sedini mungkin, baik di rumah, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Seperti halnya pendidikan keimanan, pendidikan syari’ah/ibadah dan pendidikan akhlak penting bagi dunia pendidikan sebagai langkah dalam menanggulangi merosotnya nilainilai moral. Seperti nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Allah SWT, diri sendiri, orang tua, sesama manusia, lingkungan dan negara. Manusia adalah makhluk yang beragama. Pada diri manusia terdapat semacam keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal. Keinginan akan
107
kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan kodrati, berupa keinginan untuk mencintai dan dicintai Tuhan. Dalam pandangan Islam, sejak lahir manusia telah memiliki jiwa agama, jiwa yang mengakui adanya Dzat yang Maha Pencipta dan Maha Mutlak yaitu Allah SWT. Sejak dalam ruh manusia telah mempunyai komitmen bahwa Allah adalah Tuhannya. Pandangan ini bersumber pada firman Allah SWT:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakanak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"”.(Q. S. Al-A’raf: 172). Dalam perkembangannya, konsep keagamaan pada diri manusia dipengaruhi oleh unsur dari luar diri mereka, ini sesuai dengan ciri yang mereka miliki. Pendidikan Islam bersifat universal, sehingga selalu memiliki keterkaitan dengan praktik pendidikan Islam masa kini. Sebagai contoh sabar. Islam selalu memberikan teladan dan tuntunan (misal seorang guru dalam mendidik pesrta didiknya), seorang guru harus mampu dihadapkan
108
dengan situasi dan kondisi apapun. Semua pekerjaan harus dilandasi dengan niat dan diselesaikan dengan ikhlas, penuh tanggung jawab, adil, jujur, dan menyerahkan segala sesuatu tentang apa yang telah dilakukan kepada Dzat yang Maha Kuasa. Nilai-nilai tersebut, tentu akan sangat relevan dengan berbagai kegiatan atau hal apapun. Melihat pada aspek di atas, maka sebenarnya semua kegiatan akan selalu mempunyai relevansi dengan Islam. Artinya Islam harus dihadirkan di dalam pendidikan, misalnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari ketika proses belajar mengajar berlangsung. Islam tidak hanya menjawab persoalan dari aspek fiqihnya saja, tetapi juga menjawab berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari siapapun, di manapun, dan kapanpun. Melalui novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye ini, diharapkan nilai-nilai pendidikan Islam dapat tersampaikan dengan baik. Pendidikan Islam kaitannya dengan praktik pendidikan masa kini yaitu, Tujuan pendidikan Islam, yaitu sama-sama mengajak untuk menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang baik dan berakhlak mulia. Materi pendidikan Islam, dimana dalam novel Bidadari Surga karya Tere Liye banyak mengupas tentang pendidikan akidah keimanan, seperti iman kepada Allah, iman kepada kitab-Nya, iman kepada Rasul dan NabiNya, iman kepada qadha dan qadar, dan iman kepada hari akhir. Pendidikan syari’ah atau ibadah, seperti adzan, wudu, salat, salat berjama’ah, salat tahajud, berdoa, membaca al-qur’an, zakat dan perkawinan/pernikahan.
109
Pendidikan akhlak kepada Allah yaitu tawakal, ikhlas, taubat dan bersyukur. Pendidikan akhlak kepada diri sendiri yaitu sabar, jujur, niat, tanggung jawab, optimis, menutup aurat, disiplin dan berani. Pendidikan akhlak kepada orang tua yaitu birrul walidain dan sopan santun. Pendidikan akhlak kepada sesama yaitu menjaga aib, gotong royong, adil, saling memaafkan, peduli dan mengucapkan salam. Dengan demikian nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dapat dijadikan sebagai materi pendidikan Islam. Metode pendidikan Islam, novel adalah salah satu media yang bisa digunakan sebagai metode untuk menyampaikan pengetahuan tentang pendidikan Islam dalam proses pembelajaran.
110
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah penulis melakukan penelitian terhadap Novel BidadariBidadari Surga Karya Tere Liye dengan kajian berupa nilai-nilai pendidikan Islam, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terdapat dalam novel BidadariBidadari
Surga
akidah/keimanan
Karya
Tere
Liye
meliputi:
Nilai
pendidikan
(iman kepada Allah, iman kepada kitab-Nya, iman
kepada Rasul dan Nabi-Nya, iman kepada hari akhir, iman kepada qadha dan qadar), nilai pendidikan syari’ah/ibadah (adzan, wudhu, salat, salat berjama’ah,
salat
tahajud,
berdoa,
membaca
al-qur’an,
zakat,
perkawinan/pernikahan), nilai pendidikan akhlak yaitu (a) akhlak kepada Allah (tawakal, ikhlas, bertaubat, bersyukur), (b) akhlak kepada diri sendiri (sabar, jujur, niat, tanggung jawab, optimis, menutup aurat, disiplin, syaja’ah/berani), (c) akhlak kepada orang tua (birrul walidain, sopan santun), dan (d) akhlak kepada sesama (menjaga aib, gotong royong, berbuat adil, saling memaafkan, peduli, mengucapkan salam). 2. Relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dengan praktik pendidikan masa kini Terdapat relevansi antara nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dengan praktik pendidikan Islam masa kini, yaitu pendidikan Islam sangat penting sebagai pondasi 111
awal penanaman nilai kepada generasi penerus bangsa untuk membentuk pribadi yang berkarakter dan berakhlak mulia. Novel adalah salah satu media yang bisa digunakan sebagai metode untuk menyampaikan pengetahuan tentang pendidikan Islam dalam proses pembelajaran. Pendidikan Islam bersifat universal, sehingga selalu memiliki keterkaitan dengan praktik pendidikan Islam masa kini. Sebagai contoh sabar. Islam selalu memberikan teladan dan tuntunan (misal seorang guru dalam mendidik peserta didiknya), seorang guru harus mampu dihadapkan dengan situasi dan kondisi apapun. Semua pekerjaan harus dilandasi dengan niat dan diselesaikan dengan ikhlas, penuh tanggung jawab, adil, jujur, dan menyerahkan segala sesuatu tentang apa yang telah dilakukan kepada Dzat yang Maha Kuasa. Nilai-nilai tersebut, tentu akan sangat relevan dengan berbagai kegiatan atau hal apapun. Melalui novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye ini, diharapkan nilai-nilai pendidikan Islam dapat tersampaikan dengan baik. Pendidikan Islam kaitannya dengan praktik pendidikan masa kini antara lain, tujuan pendidikan Islam yaitu sama-sama mengajak untuk menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang baik dan berakhlak mulia. Materi pendidikan Islam dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye banyak mengupas tentang pendidikan akidah keimanan, seperti iman kepada Allah, iman kepada kitab-Nya, iman kepada Rasul dan Nabi-Nya, iman kepada qadha dan qadar, dan iman kepada hari akhir. Pendidikan syari’ah atau ibadah, seperti adzan, wudhu, salat, salat berjama’ah, salat 112
tahajud, berdoa, membaca al-qur’an, zakat dan perkawinan/pernikahan. Pendidikan akhlak kepada Allah yaitu tawakal, ikhlas, taubat dan bersyukur. Pendidikan akhlak kepada diri sendiri yaitu sabar, jujur, niat, tanggung jawab, optimis, menutup aurat, disiplin dan berani. Pendidikan akhlak kepada orang tua yaitu birrul walidain dan sopan santun. Pendidikan akhlak kepada sesama yaitu menjaga aib, gotong royong, adil, saling memaafkan, peduli dan mengucapkan salam. Dengan demikian nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dapat dijadikan sebagai materi pendidikan Islam. B. Saran Setelah mengadakan kajian tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye ada beberapa saran yang penulis sampaikan: 1. Bagi Orang tua Hendaknya orang tua menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam sejak dini
dan lebih bisa mengawasi putra-putri mereka. Berilah
perhatian dan kasih sayang. Jadikanlah keluarga sebagai tempat berkembangnya akhlakqul karimah. Serta mendorong anak untuk mencari ilmu dunia dan ilmu agama agar mampu merealisasikan dirinya serta mengamalkan ajaran Islam. 2. Bagi Dunia Pendidikan Metode
pembelajaran
dalam
pendidikan
harus
semakin
dikembangkan terlebih di era modern sekarang ini. Banyak cara yang bisa
113
dilakukan. Salah satunya dengan penggunaan media pembelajaran yang efektif dan efisien dalam rangka melaksanakan pendidikan melalui media cerita yang inspiratif dalam mendidik siswa. 3. Bagi Dunia Sastra Dalam membuat sebuah karya, sebaiknya tidak hanya memuat tentang keindahan dan hiburan semata sebagai daya jual, namun juga memperhatikan isi dan memasukkan pesan-pesan yang dapat diambil dari karya sastra tersebut. Sehingga karya sastra tersebut menjadi lebih bermakna.
114
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Ahmad Maulana. 2002. Membentuk Pribadi yang Berakhlak Islami. Yogyakarta: Absolut Abdurrahman, Masykuri dan Syaiful Bakhri. 2006. Kupas Tuntas Salat Tata Cara dan Hikmahnya. Jakarta: Erlangga Ahmadi, Wahid. 2004. Risalah Akhlak: Panduan Perilaku Muslim Modern. Solo: Era Intermedia Al-Hammadi, Ali. 2006. Hablum minannas 100 Langkah Sukses dalam Hubungan Sosial. Yogyakarta: Mitra Pustaka Al-Munajjid, Muhammad bin Shalih. 2006. Silsilah Amalan Hati. Bandung: Irsyad Baitus Salam Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta Baihaqi, Thayib al. 2007. Terapi Penyakit Jantung dengan Shalat Subuh. Yogyakarta: DARUL IKHSAN Daradjat, Zakiah. 1995. Ilmu Fiqh. Yogyakarta: PT DANA BHAKTI WAKAF El-Fati, Syaifurrahman. 2015. Panduan Shalat Praktis dan Lengkap. Jakarta: Wahyu Qalbu Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Med Press http://auliayusizulva.blogspot.co.id/2014/05/biografi-darwis-tere-liye.html (Diakses pada Kamis, 22 Oktober 2015, pukul 11.20) http://www.garden.iain-surakarta.ac.id/fulltext/show/4247/224d94995cf54e1f/5 (Diakses pada Rabu, 30 September 2015, pukul 08.13) https://www.goodreads.com/author/list/838768.Tere_Liye (Diakses pada Senin, 26 Oktober 2015, pukul 19.48) Ilyas, Yunahar. 2007. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam Jalaluddin. 2001. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Liye, Tere. 2014. Bidadari-Bidadari Surga. Jakarta: Republika Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia Marzuki. 2009. Prinsip Dasar Akhlak Mulia: Pengantar Studi Konsep-Konsep Dasar Etika dalam Islam. Yogyakarta: Debut Wahana Press dan FISE UNY Maslikhah, 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah bagi Mahasiswa. Yogyakarta: TrustMedia Maslikhah. 2009. Ensiklopedia Pendidikan. Salatiga: STAIN Salatiga Press Nugiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir STAIN SALATIGA. 2008 Subandi. 2009. Psikologi Dzikir Studi Fenomenologi Pengalaman Transformasi Religius. Yogyakarta: Pustaka pelajar Sultoni, Ahmad. Sang Maha-Segalanya Mencintai Sang Maha-Siswa. Salatiga: STAIN SALATIGA PRESS Tatapangarsa, Humaidi. 1990. Kuliah Aqidah Lengkap. Surabaya: PT Bina Ilmu Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: PUSTAKA Zakiyah, Qiqi Yuliati dan Rusdiana. 2014. Pendidikan Nilai. Bandung: Pustaka Setia Zuchdi, Darmiyati dkk. 2013. Pendidikan Karakter Konsep Dasar dan Implementasi diPerguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press Zuhairini. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS DATA PRIBADI Nama
: Tri Agustina Nurhidayati
Nama Ayah
: Eru
Nama Ibu
: Yusriyati Ardiyah
Tempat/tanggal lahir : Magelang, 03 Agustus 1992 Alamat Asal
: Jengkeling RT 003/RW 003, Banjarharjo, Salaman, Magelang
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Golongan darah
: A
Warga Negara
: Indonesia
RIWAYAT PENDIDIKAN 1997-1998
RA Muslimat NU Banjarharjo
1998-2004
SD Negeri Banjarharjo
2004-2007
SMP Negeri 3 Salaman
2007-2010
SMA Negeri 1 Salaman lulus tahun 2010
2011-2016
Program Sarjana (S1) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan