HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA, PENGETAHUAN DAN SIKAP GIZI, SERTA PHBS DENGAN STATUS GIZI IBU DI DAERAH KUMUH, JAKARTA SELATAN
MOHAMAD EMIR WIBOWO
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Karakteristik Keluarga, Pengetahuan dan Sikap Gizi, serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Status Gizi Ibu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014 Mohamad Emir Wibowo NIM I14100101
ABSTRAK MOHAMAD EMIR WIBOWO. Hubungan Karakteristik Keluarga, Pengetahuan dan Sikap Gizi, serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Status Gizi Ibu Di daerah Kumuh, Jakarta Selatan. Dibimbing oleh DADANG SUKANDAR dan DRAJAT MARTIANTO. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan karakteristik keluarga, pengetahuan gizi, sikap gizi serta perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS) terhadap status gizi ibu. Penelitian ini menggunakan data sekunder. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu dengan kriteria tidak hamil. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara pengetahuan gizi dengan sikap gizi. Terdapat hubungan signifikan (p<0.05) antara sikap ibu dengan tingkat kecukupan protein dan energi. Tidak terdapat hubungan signifikan (p > 0.05) antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan tingkat kecukupan protein dan energi. Tidak terdapat hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan status gizi ibu.Terdapat hubungan positif yang signifikan antara usia dengan status gizi ibu. Tidak terdapat hubungan positif antara variabel lain dengan status gizi. Terdapat dua kelompok berbeda berdasarkan hasil uji Klaster analisis, yaitu kelompok masyarakat sungai dan masyarakat rel kereta api. Kata kunci: Daerah Kumuh, Pengetahuan gizi, PHBS, Sikap gizi, Status gizi.
ABSTRACT MOHAMAD EMIR WIBOWO. The Association Between Family Characteristic, Nutrition Knowledge, Nutrition Attitude, and Clean and Healthy Behaviour with Mother’s Nutritional Status In Slum Area, South Jakarta. Supervised by DADANG SUKANDAR and DRAJAT MARTIANTO The aim of this study was to analyze the association between family characteristic, nutrition knowledge, nutrition attitude, and clean and healthy behaviour with mother’s nutritional tatus. This study used secondary data. The subjects in this study are non-pregnancy mothers. The results showed that there was significant association between the nutrition education and nutrition attitude (P<0.05). There was significant association between nutrition attitude and energy and protein consumption of mother’s (P<0.05). There was no relationship between the Clean and Healthy Behavior with mother’s nutritional status. There was no association between clean and healthy behaviour with energy and protein consumption of mothers. There was significant association between age of mother with nutrtitional status. There was not significant association between another variables with nutritional status. There was two distinct groups based on the test results of cluster analysis, which groups the river and the railroad community. Keywords: Clean and healthy behaviour, Nutritional Status, Nutritional knowledge, Nutritional attitude, Slum Area.
HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA, PENGETAHUAN DAN SIKAP GIZI, SERTA PHBS DENGAN STATUS GIZI IBU DI DAERAH KUMUH, JAKARTA SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah status gizi ibu, dengan judul Analisis Hubungan Karakteristik Keluarga, Pengetahuan dan Sikap Gizi, serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Status Gizi Ibu Terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Bapak Prof Dadang Sukandar, MSc dan Dr Ir Drajat Martianto, Msi yang telah memberiakan bimbingan dan ilmu kepada penulis 2. Ibu Reisi Nurdiani, SP MSi sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran kepada penulis 3. Kedua Orangtua, papa Achmad Rifa’i dan mama Prianti Puji Rahayu. Serta adik Mohamad Fadli Ramadhan atas semua doa, semangat, dan dukungan kepada penulis hingga bisa seperti ini. 4. Teman – teman di Departemen Gizi Masyarakat (April, Novia, Rotua, Lidya, Ifdal, Defika, Fara, Restu, Ineke, Mimi, Bibah, Oci, Novi) yang selalu menyemangati, memberikan saran dan membantu penulis dalam penelitian ini 5. Teman – teman Divisi PSDM Himagizi (Kak Ajan, Kak Fajar, Kak Diego, Pamila, Wilda, Faridh, Adhika, Fitria, Nisfa, Angga, Vero, Panji, Ade) atas semua canda, tawa, dan kebersamaan selama berorganisasi. 6. Teman – teman kelompok KKP Desa Sukaluyu (Derry, Dhita, Yazka, Sarah, Ipa, Rere) yang telah bersama selama ini. 7. Teman - teman sebimbingan (Nizaf, Almira, Rizki, Taufik) yang membantu dalam penelitian ini. 8. Mba Rian Diana dan Mba Anna Vipta yang telah memberikan ilmu dan saran kepada penulis dalam proses penyusunan karya ilmiah ini. 9. Seluruh staff Departemen Gizi Masyarakat yang membantu penyusunan karya ilmiah ini. 10. Kakak – kakak Gizi 45, Gizi 46, teman – teman Gizi 47, adik – adik Gizi 48 dan Gizi 49 serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas dukungan dan bantuannya. Penulis memohon maaf atas segala kekurangan ataupun kekhilafan yang penulis lakukan, semoga karya ini dapat memberikan manfaat. Demikian yang bisa penulis sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf.
Bogor, Agustus 2014 Mohamad Emir Wibowo
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
3
KERANGKA PEMIKIRAN
3
METODE
5
Desain, Tempat, dan Waktu
5
Teknik Penarikan Subjek
5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
6
Pengolahan dan Analisis Data
7
Definisi Operasional
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
11
Karakteristik Rumah Tangga
11
Pendidikan dan Pekerjaan Ibu
12
Perilaku Gizi Ibu
13
Status Gizi Ibu
19
Hubungan Antar Variabel
20
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu
25
SIMPULAN DAN SARAN
27
Simpulan
27
Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
28
LAMPIRAN
32
RIWAYAT HIDUP
33
DAFTAR TABEL 1 Alokasi subjek berdasarkan lokasi penelitian 2 Variabel dan cara pengumpulan data 3 Pengkategorian variabel penelitian 4 Sebaran subjek menurut karakteristik rumah tangga 5 Sebaran subjek menurut pendidikan dan pekerjaan 6 Sebaran subjek menurut pekerjaan 7 Sebaran kategori pengetahuan ibu 8 Sebaran ibu yang menjawab benar pertanyaan pengetahuan gizi 9 Sebaran ibu berdasarkan sikap gizi 10 Sebaran ibu yang menjawab setuju dalam pernyataan sikap gizi 11 Sebaran ibu berdasarkan perilaku hidup bersih dan sehat 12 Sebaran ibu berdasarkan praktik perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) 13 Sebaran ibu berdasarkan faktor pendukung praktik perilaku hidup bersih dan sehat 14 Sebaran rumah tangga berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein 15 Sebaran status gizi ibu berdasarkan indeks BB/TB 16 Sebaran ibu berdasarkan karakteritik keluarga dan pengetahuan gizi 17 Sebaran ibu berdasarkan karakteristik keluarga dan sikap gizi 18 Sebaran kecukupan protein berdasarkan kategori sikap gizi, pengetahuan gizi, dan perilaku hidup bersih dan sehat. 19 Sebaran kecukupan energi berdasarkan kategori sikap gizi, pengetahuan gizi dan perilaku hidup bersih dan sehat 20 Hasil uji kluster analisis status gizi 21 Hasil uji analisis regresi linear berganda
6 7 7 11 13 13 14 14 15 15 16 17 18 19 20 21 22 24 24 25 26
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran 2 Subjek matriks jarak pengelompokkan 3 Diagram Dendrogram
4 9 10
DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil uji klaster analisis berdasarkan kategori variabel
32
PENDAHULUAN Latar Belakang MDGs (Millenium Development Goals) atau tujuan pembangunan milenium adalah sebuah komitmen bersama masyarakat internasional untuk mempercepat pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan. Tantangan utama dalam pembangunan adalah membangun sumber daya manusia berkualitas yang sehat, cerdas, dan produktif. Menurut BPS (2008) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) digunakan untuk mengukur pembangunan manusia berdasarkan komponen dasar kualitas hidup manusia. IPM dihitung berdasarkan keempat komponen yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, rata – rata lam sekolah, dan daya beli masyarakat. Berdasarkan penilaian The United Nations Development Programme (UNDP), indeks pembangunan manusia (IPM) di Indonesia masih rendah yaitu menduduki peringkat 108 pada tahun 2010. Rendahnya IPM di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk. Hal ini terlihat dari masih tingginya angka kematian bayi, angka kematian balita serta angka kematian ibu, di samping dampak langsung terhadap kesakitan dan kematian, gizi kurang juga berdampak pada pertumbuhan, perkembangan intelektual dan produktivitas (Meikawati & Hersoelistyorini 2008) Status gizi masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor yang kompleks dan saling berhubungan. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap status gizi individu adalah kemampuan rumah tangga dalam menyediakan makanan yang cukup kualitas dan kuantitasnya, pola asuh, pengetahuan gizi, serta faktor sosio budaya lainnya (Khomsan et al 2009). Tersedianya pangan yang cukup sangat dipengaruhi oleh pengetahuan gizi individu dalam rumah tangga tersebut. Pengetahuan gizi seseorang juga berpengaruh terhadap pemilihan makanan yang akhirnya akan berdampak pada status gizi Buruknya sarana dan prasarana fisik berpengaruh terhadap status gizi dalam rumah tangga. Menurut Abuya et al (2012) status kesehatan dan status gizi yang buruk merupakan ciri dari masyarakat di daerah kumuh. Kondisi yang demikian dapat menyebabkan timbulnya perilaku tidak sehat. Namun perilaku tersebut dapat diubah dengan melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS adalah kegiatan untuk membuat semua anggota keluarga untuk mengetahui, bersedia dan dapat mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta ikut serta berperan dalam kegiatan kesehatan di lingkungan sekitar (Proverawati dan Rahmawati 2012). PHBS rumah tangga penting diterapkan untuk meningkatkan kesehatan keluarga sehingga anak dapat tumbuh dengan sehat dan cerdas. Selain itu, produktivitas kerja anggota keluarga meningkat sehingga pemenuhan gizi keluarga dapat dicapai (Depkes 2007). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga adalah wanita yang mengatur berbagai hal dalam pekerjaan rumah tangga atau dengan definisi lain adalah seorang istri (ibu) yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja di kantor). Pengetahuan ibu mempengaruhi sikapnya dalam mengelola berbagai hal dalam pekerjaan rumah tangga. Pengetahuan adalah informasi yang disimpan dalam ingatan dan menjadi penentu utama perilaku (Engel et al. 1995 dalam Khomsan et al. 2009). Pengetahuan akan gizi dan
2 kesehatan adalah pengetahuan yang didapatkan melalui kegiatan pendidikan. Pengetahuan gizi merupakan aspek kognitif yang mencirikan seseorang memahami tentang gizi, pangan dan kesehatan (Sukandar 2007). Tingkat pengetahuan gizi ibu akan mempengaruhi keputusan ibu dalam menentukan pangan yang akan diolah. Selain tingkat pengetahuan, dalam pemilihan pangan yang diolah dirumah, ibu rumah tangga biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti selera keluarga, pengaruh dari lingkungan, dan juga pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga dari setiap keluarga berbeda antar satu dengan lainnya. Hal ini disebabkan karakteristik keluarga dari setiap keluarga berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga karakteristik keluarga akan mempengaruhi status gizi pada seluruh anggota keluarga, termasuk ibu. Peran ibu sangatlah dominan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mengasuh dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang menjadi anak yang berkualitas. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti karakteristik keluarga ibu, pengetahuan gizi ibu, PHBS, dan sikap gizi ibu serta hubungannya dengan status gizi ibu rumah tangga di kawasan kumuh Jakarta Selatan.
Perumusan Masalah Kawasan kumuh merupakan daerah padat penduduk yang memiliki keterbatasan dalam sarana dan prasarana sehingga berdampak pada pola perilaku yang tidak sesuai dengan PHBS. Tingkat pendidikan yang kurang serta status ekonomi menengah ke bawah merupakan hal yang melekat terhadap masyarakat di kawasan kumuh. Keadaan ini diduga berpengaruh terhadap pola perilaku dan tingkat pengetahuan gizi warga di kawasan tersebut. Rendahnya pengetahuan gizi dan kurangnya aplikasi PHBS dalam kehidupan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan status gizi ibu rumah tangga di daerah tersebut. Dibutuhkan perhatian lebih dari berbagai pihak dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah di kawasan tersebut.
Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi keluarga ibu, pengetahuan gizi, sikap gizi, dan PHBS dengan status gizi ibu. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi keluarga (besar keluarga, usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan keluarga). 2. Mengkaji pengetahuan gizi, sikap gizi, praktik PHBS, dan status gizi ibu. 3. Menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi keluarga ibu dengan pengetahuan gizi, sikap gizi.
3 4. Menganalisis hubungan sikap gizi, pengetahuan gizi dan praktik perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) terhadap tingkat kecukupan energi dan protein. 5. Mengkaji kelompok status gizi ibu pengetahuan gizi, sikap gizi, praktik PHBS, tingkat kecukupan energi serta tingkat kecukupan protein. 6. Menganalisis faktor – faktor yang berhubungan dan berpengaruh terhadap status gizi ibu. Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah: 1. Terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi keluarga ibu dengan pengetahuan gizi dan sikap gizi. 2. Terdapat hubungan antara pengetahuan gizi, sikap gizi ibu, praktik PHBS dengan status gizi ibu. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang keadaan status gizi dan ibu rumah tangga serta faktor yang mempengaruhinya di daerah pemukiman kumuh Jakarta Selatan. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu referensi dalam membuat kebijakan pembangunan yang berkaitan dengan permasalahan ekologi serta status gizi ibu.
KERANGKA PEMIKIRAN Perilaku memiliki tiga domain yaitu pengetahuan, sikap dan praktik. Pengetahuan, sikap, dan praktik saling berhubungan sesuai dengan tahapan perubahan perilaku. Pengetahuan akan menjadi suatu sikap dan kemudian menghasilkan suatu tindakan nyata. Apabila tindakan dilakukan terus-menerus maka menjadi suatu tindakan kebiasaan dan akhirnya membentuk gaya hidup (Notoatmodjo 2003). Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya usia maka pola pikir seseorang juga semakin berkembang sehingga berpengaruh terhadap pengetahuan yang didapatkan. Menurut Hurlock (1998) semakin bertambahnya usai ibu maka semakin bertambah pula pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki oleh ibu. Ibu yang memiliki usia yang lebih tua memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih baik jika dibandingkan dengan ibu yang berusia lebih muda. Pendidikan seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin banyak pengetahuan yang diperoleh. Namun hal ini tidak menjamin bahwa seseorang yang berpendidikan rendah memiliki pengetahuan yang rendah pula, karena pengetahuan tidak hanya didapatkan melalui pendidikan formal saja tetapi juga melalui pendidikan nonformal.
4 Interaksi yang dilakukan seseorang saat bekerja akan mempengaruhi pengetahuan serta sikap seseorang. Selain itu, pekerjaan seseorang akan berpengaruh terhadap pendapatan yang didapatkan oleh orang tersebut. Menurut Lutviana dan Budiono (2010) pendapatan akan berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan sehari – hari. Pengetahuan dan sikap seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku dalam kehidupan sehari – hari. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang secara sadar untuk meningkatkan kesehatannya. Seorang ibu yang memiliki pengetahuan dan sikap gizi yang baik diharapkan memiliki praktik gizi yang baik pula. Ibu bertanggung jawab dalam penyediaan makanan sehingga perilaku gizi yang diterapkan oleh ibu akan memiliki dampak terhadap asupan energi dan protein rumah tangga. 1. 2. 3. 4. 5.
Karakteristik Ibu Besar keluarga Pendapatan keluarga Usia Ibu Pendidikan ibu Pekerjaan ibu
Pengetahuan ibu
Sikap gizi ibu
Konsumsi Energi dan Protein
gizi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Status Gizi Ibu
Keterangan: :Variabel yang diteliti :Variabel yang tidak diteliti :Hubungan yang diteliti :Hubungan yang tidak diteliti Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Riwayat Kesehatan
5
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan data sekunder dari penelitian yang berjudul “Study of Food Access, Food Hygiene, Environmental Sanitiation, and Coping Mechanisms of The Households at Slum Area” yang dilakukan oleh Fakultas Teknologi Universitas Negeri Jakarta dan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor bekerjasama dengan Neys-van Hoogstraten Foundation (NHF). Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dimana peneliti mengumpulkan data pada suatu waktu untuk menggambarkan karakteristik subjek. Lokasi penelitian merupakan kawasan kumuh yang meliputi bantaran rel kereta api di Kecamatan Senen dan bantaran sungai di Kecamatan Tebet, Jakarta yang dilakukan pada tahun 2012. Proses pengolahan, analisis, dan interpretasi data penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2014 sampai dengan bulan Mei 2014.
Teknik Penarikan Subjek Penelitian ini menggunakan subjek dari penelitian yang berjudul “Study of Food Access, Food Hygiene, Environmental Sanitiation, and Coping Mechanisms of The Households at Slum Area”. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang berada di kawasan kumuh yang meliputi bantaran rel kereta api di Kecamatan Senen dan bantaran sungai di Kecamatan Tebet, Jakarta. Teknik penarikan subjek yang digunakan adalah Stratified Random Sampling, kawasan kumuh dianggap sebagai strata dan rumah tangga dianggap sebagai unit sampling. Rumah tangga pada setiap kawasan kumuh (strata) akan dipilih dengan cara Simple Random Sampling Without Replacement (SRSWOR). Besar subjek diperoleh dengan menggunakan formula berikut berdasarkan Cochran (1982):
Keterangan: n = Besar subjek N = Ukuran populasi rumah tangga s2 = ragam pendapatan rumah tangga (Rp/kapita/bulan) tα/2(v) = nilai peubah acak t-student, sehingga P(|t|>ta/2(v))=a; v= derajat bebas dari t d = akurasi antara parameter rata-rata pendapatan dengan rata-rata pendapatan rumah tangga di daerah kumuh, sehingga | x -m| < d x = rata-rata pendapatan subjek rumah tangga di daerah kumuh m = rata-rata pendapatan populasi rumah tangga di daerah kumuh Berdasarkan penelitian Patriasih et al. (2009) diketahui bahwa bahwa standar deviasi pendapatan rumah tangga yang memiliki anak jalanan di Bandung,
6 Jawa Barat adalah Rp 103 244 per kapita/bulan. Hal tersebut diasumsikan bahwa pendapatan rumah tangga di daerah kumuh dapat diketahui melalui pendekatan pendapatan rumah tangga yang memiliki anak jalanan. Nilai standar deviasi digunakan untuk mendekati nilai s pada formula di atas sehingga s= 103 244,-. Nilai akurasi ditetapkan d= 20 265,- (perbedaan maksimum antara rata-rata pendapatan subjek dengan populasinya), dengan jaminan sebesar 95% atau P (|xµ|_
Lokasi (strata) Daerah perlintasan rel kereta api Kecamatan Senen Daerah aliran sungai (DAS) Kecamatan Tebet Total
Ukuran strata 339
Ukuran subjek 141
423
159
762
300
Berdasarkan ukuran subjek n = 300, dapat diartikan bahwa perbedaan maksimum antara rata-rata pendapatan subjek (dari rumah tangga) dan populasinya sebesar Rp 11 700 dengan peluang 95%, dengan asumsi bahwa penarikan subjek dilakukan dengan simple random technique without replacement. Data yang telah didapatkan kemudian diinklusi dengan kriteria: 1. Berstatus ibu atau istri 2. Memiliki data tinggi badan dan berat badan 3. Tidak hamil.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari penelitian yang berjudul “Study of Food Access, Food Hygiene, Environmental Sanitiation, and Coping Mechanisms of The Households at Slum Area”. Data tersebut meliputi karakteristik rumah tangga (usia ibu, pendidikan ibu, pendapatan, dan ukuran rumah tangga), pengetahuan gizi ibu, sikap gizi ibu, dan praktik gizi ibu. Variabel, data yang dikumpulkan data, dan cara pengumpulannya disajikan pada Tabel 2.
7 Tabel 2 Variabel dan cara pengumpulan data No 1
2
3 4
Data Karakteristik rumah tangga
Perilaku gizi
Konsumsi Status gizi ibu
Variabel Usia Pendidikan ibu Pekerjaan ibu Pendapatan rumah tangga Ukuran rumah tangga Pengetahuan gizi ibu Sikap gizi ibu Perilaku hidup bersih dan sehat Food Recall 2x24 jam Berat badan Tinggi badan
Cara pengumpulan data
Sekunder
Sekunder Sekunder Sekunder
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu editing, coding, entry, cleaning, dan analyze. Data tersebut diolah dan dianalisis menggunakan program Microsoft Excel 2007, SPSS 16.0 for Windows. Uji statistik yang digunakan meliputi analisis statistik deskriptif dan inferensia. Statistik deskriptif disajikan dengan jumlah, nilai rata-rata, standar deviasi, minimum, dan maksimum. Statistik inferensia dilakukan dengan uji regresi multivariat antara karakteristik rumah tangga (usia ibu, pendidikan ibu, pendapatan rumah tangga, ukuran rumah tangga) dengan pengetahuan, sikap, dan praktik gizi ibu. Berikut pengkategorian peubah yang disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3 Pengkategorian variabel penelitian Data Karakteristik Rumah Tangga
Variabel Usia Ibu
Pendidikan Ibu
Pendapatan Rumah Tangga Ukuran Tangga
Rumah
1. 2. 3. 4. 0. 1. 2. 3. 4. 1. 2.
Pengelompokan Remaja (<20 tahun) Dewasa Awal (20─40 tahun) Dewasa Madya (41─60 tahun) Dewasa Akhir ( >60 tahun) Tidak sekolah SD SMP SMA PT Miskin (< Rp708 000) Tidak Miskin (> Rp 708 000)
1. 2. 3.
Kecil (< 4 orang) Sedang (5-7 orang) Besar (> 8 orang)
Acuan Papalia & Old (2001)
Strata pendidikan di Indonesia World Bank ($2/kap/ hari) BKKBN (1998)
8 Data Perilaku Gizi Ibu
Variabel Pengetahuan Gizi Ibu Sikap Gizi Ibu Praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Status gizi
1. 2. 3. 1. 2. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5.
Pengelompokan Kurang (<60) Sedang (60─80) Baik (>80) Negatif (<75) Positif (> 75) Rendah (6 ─11) Sedang (12 ─ 15) Baik (15─20) Kurang (<18.5) Normal (18.5 ─ 22.9) Overweight(23─ 24.9) Obesitas I (25 ─ 29.9) Obesitas II (≥30)
Acuan Khomsan (2000) Alibas (2002) Slamet (1993)
WHO 2000
Data sikap gizi ibu diukur menggunakan 10 pertanyaan terkait gizi. Skor untuk jawaban setuju adalah 1, ragu-ragu adalah 2, dan tidak setuju adalah 3. Skor maksimum subjek adalah 20 dan skor minimum adalah 0. Skor sikap gizi ibu dihitung dengan membandingkan jumlah skor yang diperoleh dengan jumlah skor maksimum, lalu dikalikan 100. Data perilaku hidup bersih dan sehat ibu juga diperoleh dengan mengajukan 20 pertanyaan dan dihitung dengan cara yang sama dengan perhitungan skor sikap gizi ibu. Data konsumsi pangan dihitung kandungan gizinya, lalu ditentukan tingkat kecukupannya dalam sehari. Kandungan zat gizi pangan dihitung dengan menggunakan acuan DKBM. Rumus yang digunakan untuk menghitung kandungan gizi adalah (Hardinsyah & Briawan 1994): KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan : KGij : jumlah zat gizi i dari setiap jenis pangan j Bj : berat pangan j (gram) Gij : kandungan zat gizi i dari pangan j BDDj :persen jumlah pangan j yang dpat dimakan Tingkat kecukupan energi dan protein diolah menggunakan acuan AKG 2004 dan dihitung menggunakan rumus (Hardinsyah & Briawan 1994): TKGi = (TKi/AKGi) x 100% Keterangan : TKGi : Kecukupan Gizi i TKi : Konsumsi gizi i AKGi : Angka Kecukupan gizi i yang dianjurkan Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein (TKE dan TKP) menurut Depkes (1996) dibagi menjadi lima kategori, yaitu defisit berat (<70% AKG), defisit sedang (70-79%), defisit ringan (80-89%), normal (90-119%), dan lebih (>120%). Untuk menentukan kemiripan antar objek berdasarkan beberapa variable dapat dilihat menggunakan analisis kluster. Menurut Febriyana (2011) analisis kluster merupakan suatu metode untuk mengelompokkan variabel atau objek ke
9 dalam beberapa kelompok. Setiap anggota kelompok akan mempunyai ciri yang relatif sama sedangkan antar kelompok memiliki sifat yang berbeda. Tujuan utama analisis ini adalah mengklasifikasikan objek yang sama dalam satu kelompok. Dalam penelitian ini digunakan Hierarchical cluster analysis. Untuk mengukur jarak dari masing-masing kluster digunakan perhitungan jarak Euclidean, dengan rumus: Jarak (x,y) = Keterangan: y = Status gizi ibu x = variabel penelitian Secara umum, penyusunan hirarki dapat dibedakan menjadi pemisahan atau penggabungan. Sebuah obyek yang paling sama dikelompokkan dalam satu kluster. Proses penggabungan berlangsung terus berdasarkan kesamaan antar objek hingga terbentuk kluster tunggal. Beberapa metode yang digunakan dalam pembentukan kluster berhirarki adalah: 1. Pautan tunggal (Single Linkage) adalah penghitungan jarak antar dua kelompok berdasarkan jarak terpendek antara dua anggota dalam dua kelompok. 2. Pautan lengkap (Complete Linkage) adalah penghitungan jarak dua kelompok berdasarkan jarak terpanjang dua anggota dalam dua kelompok 3. Pautan rata – rata (Average Linkage) adalah penghitungan jarak antara dua kelompok berdasarkan rata – rata jarak antara semua dau anggota berpasangan dalam dua kelompok. 4. Pautan pusat adalah penghitungan jarak antar dua kelompok berdasarkan pada pusat dari masing – masing kelompok. Secara otomatis jarak dari masing – masing pengelompokkan akan tergambar dalam matriks segitiga. Subjek matriks yang berisikan jarak masing – masing kelompok disajikan pada gambar dibawah ini. Gambar 2 Subjek matriks jarak pengelompokkan
Penggambaran pembentukan kluster tersebut dapat diilustrasikan dengan diagram dendrogram. Pembacaan dendrogram dilakukan dari sebelah kiri untuk mengetahui pada jarak berapa obyek bersatu. Subjek diagram dendogram disajikan pada gambar 3 berikut ini.
10
Gambar 3 Diagram Dendrogram Hubungan antar variabel diketahui menggunakan korelasi Spearman. Untuk mengetahui variabel yang mempengaruhi status gizi ibu digunakan uji regresi linear berganda.
Definisi Operasional Rumah tangga adalah kelompok individu yang hidup bersama dalam satu atap dan menggunakan sumberdaya yang sama dalam pemenuhan kebutuhannya. Usia ibu adalah lamanya hidup ibu yang dinyatakan dalam tahun. Pendidikan ibu adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh ibu/istri. Pekerjaan ibu adalah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh ibu sehari-hari. Pendapatan rumah tangga adalah jumlah seluruh penghasilan yang diterima oleh rumah tangga untuk digunakan dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Ukuran rumah tangga adalah jumlah anggota rumah tangga yang tinggal dalam satu rumah dan menggunakan sumberdaya yang sama dalam memenuhi kebutuhan hidup. Pengetahuan gizi ibu adalah kemampuan ibu dalam menjawab pertanyaan tentang gizi. Sikap gizi ibu adalah perasaan, keyakinan, dan kecenderungan ibu untuk melakukan tindakan gizi seperti pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan praktik perilaku yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang secara sadar untuk meningkatkan kesehatannya. Status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan dengan tubuh manusia yang diukur dengan menggunakan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
11
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Rumah Tangga Karakteristik rumah tangga subjek meliputi usia ibu, pendidikan ibu, pendapatan rumah tangga, dan besar/ukuran rumah tangga. Usia merupakan salah satu hal yang mempengaruhi produktifitas seseorang. Menurut Khomsan et al (2007), seseorang yang masih muda memiliki produktiftas yang lebih baik jika dibandingkan dengan seseorang yang berusia lebih tua, hal ini dikarenakan masih baiknya kesehatan dan kondisi fisik pada orang yang berusia lebih muda jika dibandingkan dengan seseorang yang berusia lebih tua. Sebaran subjek menurut karakteristik sosial ekonomi rumah tangga disajikan pada Tabel 4 Tabel 4 Sebaran subjek menurut karakteristik rumah tangga No
Karakteristik
Total N
1
Remaja (<20) Dewasa awal (20 ─ 40 tahun) Dewasa madya (41 ─ 60 tahun) Dewasa akhir (>60 tahun) Total Rata - rata ± sd 2
3 55
2.9 53.9
36
35.3
8
7.9
102
100.0 39.4 ± 11.827
Ukuran rumah tangga Kecil (4 orang) Sedang (5 ─ 7 orang) Besar ( ≥8 orang) Total
30 59 13
29.5 57.8 12.7
102
100.0
rata - rata ± sd 3
%
Usia
Pendapatan perkapita Miskin ( Rp708 000) Total Rata - rata ± sd
4.5 ± 1.786 71 31 102
69.6 30.4 100.0 688 226 ± 635 099
Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa rata – rata usia ibu adalah 39.4 ± 11.827 tahun. Sebanyak 53.9% berusia diantara 20 ─ 40 tahun dan sebanyak 35.3% ibu berusia diantara 41 ─ 60 tahun. Namun terdapat sebanyak 2.9% ibu berusia di bawah 20 tahun. Usia juga mempengaruhi tingkat pengetahuan dan pengalaman seseorang. Menurut Hurlock (1998) orang tua khususnya ibu yang terlalu muda (<20 tahun), cenderung kurang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup dalam mengasuh anak, sehingga pada umumnya orang tua tersebut merawat dan mengasuh anaknya berdasarkan pada pengalaman orang tua terdahulu.
12 Ukuran rumah tangga adalah jumlah anggota rumah tangga yang tinggal dalam satu rumah dan menggunakan sumberdaya yang sama dalam memenuhi kebutuhan hidup. Sebanyak 57.8% keluarga subjek termasuk ke dalam ukuran keluarga sedang yaitu sebanyak 5 sampai 7 orang dalam satu rumah. Menurut Munparidi (2010) ukuran keluarga berpengaruh terhadap pola konsumsi. Selain mempengaruhi pola konsumsi, ukuran keluarga dalam satu rumah tangga akan berpengaruh terhadap perubahan lingkungan. Banyaknya anggota keluarga akan mempengaruhi tingkat kepadatan disuatu daerah. Menurut penelitian Surtiani (2006) bertambahnya jumlah penghuni rumah akan merubah hunian mereka sehingga membuat ruang-ruang baru. Hal ini akan berpengaruh pada penyediaan fasilitas sarana prasarana lingkungan yang harus bertambah juga jika jumlah permukiman bertambah. Perubahan hunian ini akan merubah wajah suatu kawasan menjadi kumuh. Pendapatan merupakan salah satu faktor yang memegang peran penting dalam konsumsi bahan makanan (Indriana dan Widajanti 2005). Pendapatan rumah tangga dikategorikan dalam miskin dan tidak miskin berdasarkan standar Bank Dunia yaitu sebesar 2 dolar/hari yang setara dengan Rp708 000/kap/bulan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pendapatan terkecil berjumlah Rp70 000 dan yang terbesar berjumlah Rp4 500 000 dengan rata – rata total pendapatan dari seluruh subjek adalah Rp688 226 ± 635 099. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa 69.6 % rumah tangga subjek termasuk kedalam rumah tangga dengan pendapatan per kapita tergolong miskin yaitu dibawah Rp 708 000/kap/hari. Faktor kemiskinan juga sangat berpengaruh pada kualitas lingkungan fisik permukiman. Karena dana yang terbatas dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, maka masyarakat kurang mampu tidak dapat memperbaiki maupun memelihara bangunan rumah hunian mereka sehingga akan berakibat pada kekumuhan lingkungan permukiman (Surtiani 2006). Pendidikan dan Pekerjaan Ibu Tingkat pendidikan ibu dibagi sesuai jenjang pendidikan formal yang ada di Indonesia. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi (Rahman dan Yasin, 2008). Menurut Handayani dan Rosidi (2010) semakin tinggi pendidikan ibu, akan semakin mudah untuk mendapatkan informasi mengenai makanan yang seimbang dan pola makan yang baik. Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa terdapat 36.3% subjek memiliki tingkat pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD) dan hanya sebesar 2.0 % subjek yang memiliki tingkat pendidikan hingga Perguruan Tinggi (PT). Pendidikan rendah merupakan salah satu cirri dari kelompok masyakat miskin (Suryawati 2005). Sebaran tingkat pendidikan subjek disajikan pada Tabel 5 dibawah ini.
13 Tabel 5 Sebaran subjek menurut pendidikan dan pekerjaan Total Karakteristik
n
%
Tidak sekolah SD SMP SMA PT
4 37 29 30 2
3.9 36.3 28.4 29.4 2.0
Total
102
100.0
Seorang wanita pekerja mempunyai waktu yang terbatas dalam mengasuh dan mendidik anaknya Mereka harus membagi waktunya antara bekerja dan pekerjaan domestik seperti membersihkan rumah serta mengasuh dan mendidik anak (Yulia C et al. 2008). Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa sebagian besar (51.0%) subjek bekerja sebagai ibu rumah tangga. Sebanyak 23.3 % reponden bekerja sebagai pedagang dan 10.8% subjek bekerja sebagai buruh. Berdasarkan Tabel 6, diketahui pula bahwa sebanyak 1.0% subjek bekerja sebagai pemulung, sebagai pengamen sebanyak 1.0% dan karyawan sebanyak 1.0%. Sebaran tingkat dan pekerjaan subjek disajikan pada Tabel 6 dibawah ini. Tabel 6 Sebaran subjek menurut pekerjaan Total
Karakteristik n
%
Pedagang Buruh Pemulung Pengamen
23 11 1 1
22.5 10.8 1.0 1.0
Jasa Ibu rumah tangga Lainnya Karyawan
7 52 6 1
6.9 51 5.9 1.0
Total
102
100.0
Perilaku Gizi Ibu Perilaku merupakan respon seseorang terhadap stimulus dan objek. Perilaku adalah totalitas pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan faktor eksternal (Notoatmodjo 2010). Perilaku gizi memiliki tiga domain yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan praktik (psikomotor).
14 Pengetahuan gizi ibu Pengetahuan adalah segala informasi yang disimpan oleh seseorang dalam ingatannya dan menjadi penentu utama perilaku seseorang (Engel et al 1995 dalam Khomsan et al 2009). Pengetahuan gizi adalah aspek kognitif yang menggambarkan seseorang untuk mengerti tentang gizi, pangan dan kesehatan (Sukandar 2007). Sebaran kategori pengetahuan ibu disajikan pada Tabel 7 dibawah ini. Tabel 7 Sebaran kategori pengetahuan ibu Kategori pengetahuan gizi
n
%
Kurang <60 Sedang 60-80 Baik >80
20 62 20
Total
102
19.6 60.8 19.6 100.0
Rata – rata ± sd
70.2 ± 16.2
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (60%) ibu memiliki pengetahuan gizi sedang (60-80%). Menurut Handayani dan Rosidi (2010) semakin tinggi pendidikan ibu, akan semakin mudah untuk mendapatkan informasi mengenai makanan yang seimbang dan pola makan yang baik. Berdasarkan 10 pertanyaan yang diberikan kepada ibu, terdapat 4 pertanyaan yang paling banyak dijawab benar. Pertanyaan tersebut adalah rabun pada mata sering terjadi karena kekurangan sumber vitamin A (88.2%), agar BAB lancar, harus rajin mengkonsumsi buah dan sayur (92.2%), tahu biasanya mengandung lebih banyak formalin daripada tempe (91.2%), dan merokok berbahaya bagi paru-paru dan menyebabkan batuk-batuk (92.2%). Pertanyaan yang paling sedikit dijawab benar oleh ibu adalah makanan sumber kalsium dapat membuat tulang dan gigi menjadi kuat. Berikut pada Tabel 8 disajikan sebaran ibu yang menjawab pertanyaan pengetahuan gizi dengan benar. Tabel 8 Sebaran ibu yang menjawab benar pertanyaan pengetahuan gizi Pertanyaan pengetahuan gizi Manfaat makanan sumber karbohidrat Manfaat makanan sumber hewani Makanan sumber protein Manfaat makanan sumber kalsium Dampak kekurangan vitamin A Manfaat mengonsumsi serat Makanan pencegah anemia Perbandingan formalin dalam tahu dan tempe Bahaya merokok Batas usia pemberian ASI
Total n 62 54 60 52 90 94 62 93 94 56
% 60.8 52.9 58.8 51.0 88.2 92.2 60.8 91.2 92.2 54.9
Pendidikan dan pengetahuan gizi ibu akan sangat berpengaruh pemberian menu dalam keluarga. Seorang ibu yang pendidikan dan pengetahuan gizinya baik akan sangat berperan dalam menyiapkan menu yang cukup mengandung energi dan protein, serta zat gizi lainnya. Kejadian gizi kurang dalam keluarga dapat dihindari apabila ibu mempunyai cukup pengetahuan tentang gizi dan mengatur makanan anak. (Handayani et al 2010)
15 Sikap Gizi Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap suatu objek (Purwanto 1999). Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa sebagian besar ibu telah memiliki sikap gizi positif. Secara keseluruhan, sebanyak 75,5 % ibu mempunyai sikap gizi dengan kategori positif (>75) dengan rata – rata sikap gizi ibu sebesar 71 ± 11. Sebaran ibu berdasarkan tingkat sikap gizi disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran ibu berdasarkan sikap gizi Kategori
n
%
Postif >75 Negatif <75
77 25
75.5 24.5
Total
102
100
Rata – Rata ± sd
71 ± 11
Sikap yang positif dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang tinggi (Singarimbun 1998 dalam Handayani dan Rosidi 2010). Berdasarkan Tabel 10 diketahui sebaran ibu yang setuju dalam menjawab pertanyaan tentang sikap gizi. Tabel 10 Sebaran ibu yang menjawab setuju dalam pernyataan sikap gizi Sikap Gizi Makan nasi penting sebagai sumber tenaga Minum susu setiap hari penting untuk anak Kebiasaan makan sayur setiap hari bermanfaat bagi kesehatan Sarapan pagi tidak terlalu penting Konsumsi daging bermanfaat untuk menambah darah ASI tidak hanya diberikan sampai anak berusia 1 tahun Menyediakan sayuran hijau dalam menu sehari-hari lebih baik daripada sayuran tidak berwarna Mengkonsumsi tahu dan tempe tidak sama baiknya dengan makan telur/daging Kebiasaan merokok perlu dihilangkan atau dikurangi Formalin tidak baik digunakan untuk mengawetkan tahu, ikan basah, dan ayam
n 100 101
% 98.0 99.5
101
99.5
81
79.9
89
87.7
47
46.1
90
88.7
36
35.3
85
83.3
95
93.6
Menurut Notoatmodjo (2007) dalam menentukan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa terdapat dua pertanyaan yang mempunyai tingkat setuju tertinggi oleh ibu. Sebanyak 99.5% ibu setuju akan kebiasaan makan sayur setiap hari bermanfaat bagi kesehatan dan sebanyak 99.5% ibu juga setuju bahwa minum susu setiap hari penting untuk anak. Berdasarkan Tabel 8 juga diketahui bahwa hanya 46.1% ibu setuju bahwa ASI tidak hanya diberikan sampai anak berusia 1 tahun. Selain itu sebanyak 35.3% ibu setuju bahwa mengkonsumsi tahu dan tempe tidak sama baiknya dengan makan telur/daging.
16 Praktik perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan praktik perilaku yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang secara sadar untuk meningkatkan kesehatannya. Menurut Rizkiana et al (2010) perilaku hidup bersih dan sehat dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu kurang, sedang, dan baik. Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa sebagian besar ibu memiliki perilaku hidup bersih dan sehat dalam kategori sedang dan kurang. Hal ini diketahui bahwa sebanyak 55.8% ibu memiliki perilaku hidup bersih dan sehat dalam kategori sedang dan 36.4% ibu memiliki perilaku hidup bersih dan sehat dalam kategori kurang. Nilai perilaku hidup sehat subjek yang baik diharapkan dapat mencerminkan kondisi kesehatan subjek, karena dengan perilaku hidup yang sehat berarti telah melakukan usaha pencegahan terhadap penularan berbagai penyakit infeksi (Nurwulan 2003). Sebaran ibu berdasarkan tingkat perilaku hidup bersih dan sehat disajikan pada Tabel 11 Tabel 11 Sebaran ibu berdasarkan perilaku hidup bersih dan sehat Kategori
n
%
Kurang (6─11) Sedang (12─15) Baik (16─20)
37 57 8
36.4 55.8 7.8
Total
102
100.0
Menurut PDGI (2011) kegiatan menggosok gigi bertujuan untuk membersihkan mulut dari sisa makanan agar fermentasi sisa makanan tidak berlangsung terlalu lama, sehingga dapat menyebabkan plak. Menurut Budisuari et al (2010) penyakit gigi dan mulut yang banyak ditemukan pada masyarakat adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995 dalam Depkes (2000) menunjukkan bahwa 65.7% penduduk Indonesia menderita karies gigi aktif atau kerusakan pada gigi yang belum ditangani. Menurut Ghofar dan Firmansyah (2012) terdapat hubungan antara karies gigi dengan status gizi. Kebiasaan menggosok gigi dapat menghindari dari kerusakan gigi. Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa sebanyak 56.9% keluarga subjek telah memiliki kebiasaan menggosok gigi secara teratur. Dilihat dari kesehatan ibu dan anak, persalinan yang dibantu oleh tenaga ahli (dokter, bidan, dan tenaga medis lainnya) dianggap lebih baik dibandingkan dengan persalinan yang dibantu oleh dukun, famili/ lainnya (BPPD dan BPS 2009). Kinerja pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk (Hidayat dan Jahari 2012). Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 83.3% subjek telah melakukan persalinan dengan bantuan tenaga ahli (dokter, bidan dan tenaga medis lainnya).Sebaran ibu yang menjawab benar tentang praktik perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) disajikan pada Tabel 12 dibawah ini. Kegiatan posyandu antara lain berupa kegiatan, imunisasi, penimbangan, pemberian makanan tambahan serta penyuluhan gizi dan kesehatan. Oleh karena itu upaya ibu balita untuk membawa ke ke posyandu merupakan suatu aktifitas yang positif agar kesadaran untuk membawa ke tempat pelayanan kesehatan dapat mencegah terjadinya masalah gizi dan kesehatan balita (Hidayat dan Jahari 2012). Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap
17 penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu (Hidayat 2004). Penimbangan berat badan dan imunisasi yang teratur merupakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi kesehatan balita. Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa sebanyak 52.9% balita telah dilakukan penimbangan secara teratur. Selain itu, sebagian besar (59.8%) balita telah mendapatkan imunisasi yang lengkap. Tabel 12 Sebaran ibu berdasarkan praktik perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
n
%
Kebiasaan menggosok gigi Persalinan dibantu tenaga kesehatan Penimbangan balita dilakukan secara teratur
58 85 54
56.9 83.3 52.9
Imunisasi Kebiasaan mencuci tangan
61 81
59.8 79.4
Kebiasaan tidak merokok Olahraga teratur Kebiasaan sarapan pagi Pola makan beragam Penggunaan air bersih
19 18 63 42 100
18.4 17.6 61.8 41.2 98.0
Kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun merupakan cerminan salah satu indikator PHBS. Menurut Rosidi dan Handarsari (2010) tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus patogen dari tubuh, feses atau sumber lain ke makanan. Mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan dan setelah buang air bermanfaat untuk membunuh kuman. . Oleh karena itu kebersihan tangan dengan mencuci tangan dengan sabun perlu mendapat prioritas yang tinggi, walaupun hal tersebut sering disepelekan. Dari Tabel 12 diketahui bahwa 79.4% subjek telah melakukan kegiatan mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air. Kebiasaan tidak merokok dan olahraga teratur merupakan indikator termasuk PHBS. Dengan kebiasaan untuk tidak merokok diharapkan secara tidak langsung dapat meningkatkan status gizi keluarga. Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa sebanyak 18.4% keluarga subjek memiliki kebiasaan tidak merokok. Selain kebiasaan tidak merokok, kebiasaan olahraga secara teratur dapat meningkatkan kesehatan seseorang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 17.6% subjek yang telah melakukan olahraga secara teratur. Menurut Selamiharja (2008) dalam Widyanigsih dan Latifah (2008) seseorang yang tidak melakukan olahraga mempunyai risiko menderita tekanan darah tinggi sebesar 35% lebih besar jika dibandingkan dengan seseorang yang melakukan olahraga secara teratur. Menurut Perdana (2013) sarapan penting bagi setiap individu untuk mengawali aktivitas sepanjang hari. Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa sebagian besar ibu terbiasa melakukan sarapan pagi. Sarapan akan memberikan kontribusi penting beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh, seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat juga untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh (Khomsan 2003). Sebanyak 61.8% ibu telah melakukan kebiasaaan sarapan.
18 Sarana fisik yang memadai dan menjadi anggota dana kesehatan merupakan beberapa faktor pendukung dari praktik hidup bersih dan sehat. Keterjangkauan pelayanan kesehatan pada setiap golongan lapisan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Depkes 2008). Dengan menjadi anggota dana kesehatan diharapkan dapat meningkatkan keterjangkauan pelayanan kesehatan pada setiap golongan masyarakat sehingga diharapkan dapat meningkatkan meningkatkan derajat kesehatan. Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa hanya sebagian kecil keluarga subjek, yaitu sebanyak 38.2% yang sudah menjadi anggota dana kesehatan. Ketersediaan kamar mandi, ketersediaan jamban atau WC, dan tempat pembuangan limbah yang memadai merupakan beberapa saran fisik yang dapat mendukung pola hidup bersih dan sehat. Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa sebanyak 71.6% ibu telah memiliki kamar mandi sendiri. Lalu sebanyak 61.8% ibu juga telah memiliki jamban atau WC sendiri. Ketersediaan tempat pembuangan sampah yang memadai juga penting dimiliki tiap rumah agar tercipta lingkungan yang bersih guna mendukung kebiasaan pola hidup bersih dan sehat. Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa sebagian kecil ibu yang baru memiliki tempat pembuangan sampah., yaitu sebanyak 32.4% ibu Sebaran ibu berdasarkan faktor pendukung praktik perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) disajikan dalam Tabel 13 dibawah ini. Tabel 13 Sebaran ibu berdasarkan faktor pendukung praktik perilaku hidup bersih dan sehat Faktor pendukung PHBS
n
%
Menjadi anggota dana kesehatan
39
38.2
Memiliki kamar mandi Memiliki jamban/WC di rumah Memiliki septic tank Ketersediaan saluran pembuangan limbah rumahtangga
73 63 9 67
71.6 61.8 8.8 65.7
Ketersediaan tukang sampah di lingkungan rumah
58
56.9
Tempat pembuangan limbah rumah tangga Ventilasi rumah memadai
33 30
32.4 29.4
Kepadatan luas ruangan 7─10m2/ orang Apakah anggota keluarga biasa BAB di WC?
19 86
18.6 84.3
Penggunaan air bersih merupakan hal yang penting untuk kesehatan. Penggunaan air yang terkontaminasi dapat menimbulkan beberapa macam penyakit yang akan berpengaruh terhadap kesehatan seseorang. Sumber air yang biasa digunakan adalah air sumur, air PDAM, dan air sungai. Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa sebagian besar ibu telah menggunakan air bersih guna keperluan sehari-hari. Sebanyak 98.0% ibu telah menggunakan air bersih untuk keperluan sehari – hari seperti memasak, mencuci dan lain sebagainya. Ketersediaan saluran pengaliran limbah serta ketersediaan septic tank merupakan sarana penunjang yang baik guna terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat. Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa sebanyak 65.7% ibu telah
19 memiliki saluran pembuangan limbah. Namun hanya 8.8% ibu yang memiliki septic tank. Seharusnya limbah dialirkan melalui tangki septik yang memiliki saringan, sehingga jika limbah dialirkan ke sungai atau selokan, tidak akan mencemari lingkungan. Limbah dibiarkan menggenang dan menimbulkan bau, akan menjadi sarang penyakit (Latifah et al 2002). Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Protein Perkapita Menurut BPOM kecukupan gizi adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh dan kondisi fisiologis khusus untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa sebagian besar sebanyak 50.0% subjek memiliki tingkat kecukupan energi perkapita tergolong defisit berat dengan konsumsi terendah sebesar 449 kkal perhari dan tertinggi adalah 3 102 kkal perhari dengan rata – rata konsumsi energi sebesar 1 536 kkal perhari. Diketahui sebanyak 3,9% subjek memiliki tingkat kecukupan energi tergolong lebih.Berikut ini adalah Tabel sebaran tingkat kecukupan energi dari ibu. Tabel 14 Sebaran rumah tangga berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein Kategori Defisit berat (<70%) Defisit sedang (70 - 80%) Defisit ringan (80 - 89 %) Normal (90 -119%) Lebih (>120%) Total
TKE
TKP
n
%
n
%
51 20 6 22 3 102
50.0 19.6 5.9 21.6 2.9 100.0
55 17 16 9 5 102
53.9 16.7 15.7 8.8 4.9 100.0
Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa sebagian besar subjek memiliki tingkat kecukupan protein tergolong defisit berat dengan konsumsi terendah 14 gram perhari dan tertinggi adalah 109 gram perhari dengan rata – rata konsumsi 39.7 gram. Sebanyak 53,9% subjek memiliki tingkat kecukupan protein yang tergolong dalam kategori defisit berat. Dari penelitian diketahui 4.9% subjek memiliki tingkat kecukupan protein lebih. Hal tersebut sama seperti yang dijelaskan oleh Suhardjo (1989) bahwa jika jumlah anggota keluarga banyak, maka keluarga akan berusaha membagi makanan yang terbatas sehingga makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan masing-masing anggota keluarga. Status Gizi Ibu Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi; keadaan kesehatan yang dipengaruhi oleh keseimbangan antara pemasukan zat gizi dan pengeluaran akibat penggunaannya oleh tubuh. Jika tubuh mendapatkan asupan makanan dalam kualitas dan kuantitas yang terpenuhi, maka orang tersebut akan mendapatkan status gizi yang optimal. (Almatsier 2001; Sediaoetama 2008).
20 Pengukuran status gizi biasanya diukur dengan menggunakan indeks BB/TB. Berat badan mempunyai hubungan linier dengan tinggi badan, pada keadaan normal, pertambahan berat badan akan searah diikuti dengan pertumbuhan tinggi badan. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat sekarang, dan merupakan indeks yang independen terhadap umur (Supariasa et al 2002 ). Sebaran status gizi ibu berdasarkan indeks BB/TB disajikan dalam tabel 15 berikut ini. Tabel 15 Sebaran status gizi ibu berdasarkan indeks BB/TB Status gizi
n
%
Kurang Normal Overweight Obesitas I Obesitas II
9 28 14
8.8 27.5 13.7
36 15
35.3 14.7
Total
102
100.0
Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa sebagian besar (50%) ibu memiliki status gizi obesitas. Sebanyak 35.3% ibu termasuk dalam obesitas I dan sebanyak 14.7% ibu termasuk dalam obesitas II. Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa sebanyak 8.8% ibu memiliki status gizi kurang, 27.5% memiliki status gizi normal dan 13.7% ibu memiliki status gizi overweight. Hasil ini berbeda dengan penelitian Haque et al (2014) yang menyebutkan bahwa hanya sebagian 4.1% wanita yang tinggal di daerah kumuh di kota Daka, Bangladesh memiliki status gizi overweight. Menurut Mahardikawati dan Roosita (2008) semakin tinggi aktivitas fisik seseorang maka semakin tinggi pengeluaran energinya. Seseorang yang memiliki aktivitas fisik yang berat akan mengalami prosesoksidasi dalam sel yang lebih aktif dibandingkan dengan orang yang melakukan aktivitas fisik yang ringan. Keadaan ini mengakibatkan meningkatnya pengeluaran energi per hari. Masalah gizi pada usia produktif tidak hanya pada status gizi kurang (kurus) namun juga status gizi lebih (kegemukan). Masalah gizi ini tidak hanya terjadi pada usia produktif di ibukota, tetapi di wilayah kumuh perkotaan maupun pedesaan juga sudah terjadi dan ada kecenderungan meningkat terutama untuk masalah gizi lebih (kegemukan) (Mahardikawati & Roosita 2008). Obesitas merupakan faktor prediposisi dari penyakit lain seperti hipertensi, diabetes melittus, dan penyakit jantung.
Hubungan Antar Variabel Hubungan karakterisktik ibu dengan pengetahuan gizi dan sikap gizi Tingkat pengetahuan ibu adalah kemampuan seorang ibu dalam memahami konsep dan prinsip serta informasi yang berhubungan dengan gizi (Goni et al 2013). Pengetahuan gizi ibu sangat berpengaruh pada terpenuhinya kebutuhan gizi anak Biasanya, pengetahuan gizi ibu dan status gizi anak berbanding searah.
21 (Roedjito, 1989). Sebaran pengetahuan gizi ibu berdasarkan pada karakteristik ibu disajikan pada Tabel 16 Tabel 16 Sebaran ibu berdasarkan karakteritik keluarga dan pengetahuan gizi Variabel
Total
n
%
n
%
n
%
n
%
2 8 5 5
10.0 40.0 25.0 25.0
1 34 24 3
1.6 54.8 38.7 4.8
0 13 7 0
0.0 65.0 35.0 0.0
3 55 36 8
2.9 53.9 35.3 7.8
14 6
70.0 30.0
44 18
71.0 29.0
13 7
65.0 35.0
71 31
69.6 30.4
9 8 3
45.0 40.0 15.0
18 35 9
29.0 56.5 14.5
3 16 1
15.0 80.0 5.0
30 59 13
29.4 57.8 12.7
2 12 4 2 0
10.0 60.0 20.0 10.0 0.0
2 20 19 20 1
3.2 32.3 30.6 32.3 1.6
0 5 6 8 1
0.0 25.0 30.0 40.0 5
4 37 29 30 2
3.9 36.3 28.4 29.4 2
0 3
0.0 15.0
1 16
1.6 25.8
0 4
0.0 20.0
1 23
1.0 22.5
Lainnya Tidak jawab
3 0 0 4 8 0 1
15.0 0.0 0.0 20.0 40.0 0.0 5.0
8 1 1 2 30 2 1
12.9 1.6 1.6 3.2 48.4 3.2 1.6
0 0 0 1 13 2 0
0.0 0.0 0.0 5.0 65.0 10.0 0.0
11 1 1 7 51 4 2
10.8 1.0 1.0 6.9 50.0 3.9 2.0
Karyawan
1
5.0
0
0.0
0
0.0
1
1.0
20
100.0
62
100.0
20
100.0
102
100.0
Kategori umur ibu Remaja Dewasa awal Dewasa madya Dewasa akhir Kategori pendapatan perkapita Miskin Tidak miskin Kategori keluarga Kecil Sedang Besar Pendidikan ibu Tidak sekolah SD SMP SMA PT Pekerjaan ibu Tidak kerja Pedagang Buruh Pemulung Pengamen Jasa Ibu RT
Total
Kurang
Kategori pengetahuan gizi ibu Sedang Baik
Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa ibu yang memiliki kategori usia remaja memiliki tingkat pengetahuan gizi yang kurang baik jika dibandingkan dengan ibu dengan kategori usia dewasa. Interaksi yang terjadi antar anggota keluarga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dalam keluarga tersebut. Selain itu, interaksi sosial yang terjadi di lingkungan kerja juga diharapkan dapat menambah pengetahuan seseorang. Hal ini disebabkan semakin sering seseorang berinteraksi dengan orang lain, maka orang akan cenderung lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan
22 dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang lain (Notoadmojo 2010). Sebaran tingkat sikap gizi ibu berdasarkan pada karakteristik ibu disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Sebaran ibu berdasarkan karakteristik keluarga dan sikap gizi Variabel Kategori umur ibu Remaja Dewasa awal Dewasa madya Dewasa akhir Kategori pendapatan perkapita Miskin Tidak miskin Kategori keluarga Kecil Sedang Besar Pendidikan ibu Tidak sekolah SD SMP SMA PT Pekerjaan ibu Tidak kerja Pedagang Buruh Pemulung Pengamen Jasa Ibu RT Lainnya Karyawan Total
Negatif
Kategori sikap gizi ibu Positif
Total
n
%
n
%
n
%
2 28 22 7
3.4 47.5 37.3 11.9
1 27 14 1
2.3 62.8 32.6 2.3
3 55 36 8
2.9 53.9 35.3 7.8
40 19
67.8 32.2
31 12
72.1 27.9
71 31
69.6 30.4
18 34 7
30.5 57.6 11.9
12 25 6
27.9 58.1 14.0
30 59 13
29.4 57.8 12.7
3 23 19 12 2
5.1 39.0 32.2 20.3 3.4
1 14 10 18 0
2.3 32.6 23.3 41.9 0.0
4 37 29 30 2
3.9 36.3 28.4 29.4 2.0
1 12
1.7 20.3
0 11
0.0 25.6
1 23
1.0 22.5
5 1 1 6 28 4 1
8.5 1.7 1.7 10.2 47.5 6.8 1.7
6 0 0 1 23 2 0
14 0 0 2,3 53.5 4.6 0
11 1 1 7 51 6 1
10.8 1.0 1.0 6.9 50.0 5.9 1.0
59
100.0
43
100.0
102
100.0
Berdasarkan hasil uji diketahui pula bahwa tidak ada hubungan signifikan (p≥0.05) antara pekerjaan ibu, besar keluarga, umur ibu terhadap status pengetahuan gizi ibu dan sikap gizi ibu. Hal ini diduga karena kurangnya informasi terkait pengetahuan gizi. Menurut Handayani et al (2010) pada umumnya salah satu faktor yang berperan dalam pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan. Sehingga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan semakin baik pengetahuannya, karena dengan pendidikan yang lebih tinggi seseorang lebih mudah menerima hal-hal
23 baru yang berpengaruh pada sikap yang positif. Namun hal ini tidak menjamin bahwa orang yang berpendidikan rendah juga memiliki pengetahuan yang rendah. Hal ini terjadi karena pengetahuan tidak hanya dapat diperoleh dari pendidikan formal, tetapi juga dapat diperoleh dari pendidikan nonformal. Menurut Rahmawati et al (2007) terdapat perubahan tingkat pengetahuan ibu setelah dilakukan penyuluhan tentang gizi kurang dan gizi buruk pada balita di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Selatan. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan signifikan (p<0.05) antara pendidikan ibu dengan pengetahuan gizi ibu (r = 0.313) namun tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05) antara pendidikan dengan sikap gizi ibu. Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara pengetahuan gizi dengan sikap gizi dan antara pengetahuan dengan praktik hidup bersih dan sehat (PHBS). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan gizi ibu maka semakin baik sikap gizi ibu. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Mirsanjari et al (2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan sikap gizi Namun tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05) antara sikap gizi dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Menurut Green, perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor mempermudah (pengetahuan, sikap, dan unsur lain dalam diri ibu), faktor pendukung seperti ketersediaan sumberdaya, dan faktor pendorong seperti dukungan keluarga (Notoatmodjo 2007). Hal tersebut diduga karena kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Hubungan sikap gizi, pengetahuan gizi, serta perilaku hidup bersih dan sehat ibu dengan tingkat kecukupan energi dan protein perkapita. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan, sikap, dan praktik saling berhubungan sesuai dengan tahapan perubahan perilaku. Pengetahuan akan mempengaruhi suatu sikap dan kemudian menghasilkan suatu tindakan nyata. Ibu memiliki peranan penting dalam menentukan konsumsi pangan rumah tangga. Perilaku gizi ibu dalam pemilihan pangan akan mempengaruhi konsumsi pangan rumah tangga, yang nantinya akan menentukan tingkat kecukupan energi dan protein rumah tangga. Khomsan et al (2009) yang menjelaskan bahwa seorang ibu dengan pengetahuan gizi yang baik biasanya akan mempraktikkan pola makan yang sehat untuk memenuhi kebutuhan gizi.. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan signifikan (p<0.05) antara sikap ibu dengan tingkat kecukupan protein dan tingkat kecukupan energi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik sikap gizi ibu maka semakin baik juga tingkat kecukupan energi dan protein. Sebaran kecukupan protein berdasarkan kategori sikap gizi, pengetahuan gizi serta perilaku hidup bersih dan sehat disajikan pada Tabel 18 dibawah ini
24 Tabel 18 Sebaran kecukupan protein berdasarkan kategori sikap gizi, pengetahuan gizi, dan perilaku hidup bersih dan sehat. TKP Defisit berat
Kategori
Sikap gizi
Pengeta huan gizi
PHBS
Defisit sedang
Defisit ringan
Normal
Lebih
Total
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Positif
37
64.9
7
53.8
9
69.2
3
20.0
3
75
59
57.8
Negatif
20
35.1
6
46.2
4
30.8
12
80.0
1
25
43
42.2
Kurang
9
15.8
3
23.1
6
46.2
2
13.3
0
0
20
19.6
Sedang
36
63.2
9
69.2
6
46.2
9
60.0
2
50
62
60.8
Baik
12
21.1
1
7.7
1
7.7
4
26.7
2
50
20
19.6
Rendah
19
33.3
5
38.5
3
23.1
7
46.7
3
75
37
36.3
Sedang
31
54.4
7
53.8
10
76.9
8
53.3
1
25
57
55.9
Baik
7
12.3
1
7.7
0
0.0
0
0.0
0
0
8
7.8
Total
57
100
13
100
13
100
15
100
4
100
102
100
. Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa tidak terdapat hubungan signifikan (p > 0.05) antara pengetahuan ibu serta praktik perilaku hidup bersih dan sehat dengan tingkat kecukupan protein dan tingkat kecukupan energi. Hal tersebut diduga karena rendahnya informasi yang didapatkan oleh subjek terkait gizi serta sarana dan prasarana yang kurang memadai sehingga berdampak secara tidak langsung terhadap tingkat kecukupan gizi seseorang. Sebaran tingkat kecukupan energi berdasarkan kategori sikap gizi, pengetahuan gizi dan perilaku hidup bersih dan sehat disajikan dalam Tabel 19 dibawah ini. Tabel 19 Sebaran kecukupan energi berdasarkan kategori sikap gizi, pengetahuan gizi dan perilaku hidup bersih dan sehat TKE Defisit berat n %
Defisit sedang n %
Defisit ringan n %
Positif
49
3
28
8
27.3 72.7
4
Negatif
63.6 36.4
kurang
15
19.5
3
sedang baik
48 14
62.3 18.2
Rendah Sedang Baik
27 44 6
Total
77
35.1 57.1 7.8 100
Kategori
Sikap gizi Pengetahuan gizi
PHBS
Normal
Lebih
n
%
n
%
1 3
25 75
2
2
66.7 33.3
2
50 50
27.3
1
16.7
1
25
0
6 2
54.5 18.2
3 2
50.0 33.3
2 1
50 25
4 5 2
36.4 45.5 18.2 100
1 5 0
16.7 83.3 0.0 100
2 2 0
50 50 0 100
11
6
4
Total n 59
%
43
57.8 42.2
0
20
19.6
3 1
75 25
62 20
60.8 19.6
3 1 0
75 25 0 100
37 57 8
36.3 55.9 7.8 100
4
102
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Analisis Kluster merupakan suatu metode untuk mengelompokkan variabel atau objek ke dalam beberapa kelompok. Setiap unit pengamatan dalam satu kelompok akan mempunyai ciri yang relatif sama sedangkan antar kelompok unit pengamatan memiliki sifat yang berbeda (Febriyana 2011). Berdasarkan hasil uji analisis kluster didapatkan dua kelompok IMT yang dikelompokkan berdasarkan kemiripan dari beberapa variabel. Beberapa variabel yang digunakan dalam analisis ini adalah perilaku hidup bersih dan sehat, sikap gizi, pengetahuan gizi, tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, dan pendapatan perkapita. Hasil uji analisis kluster disajikan pada Tabel 20 dibawah ini Tabel 20 Hasil uji kluster analisis status gizi Variabel Besar keluarga Umur (tahun) BB (kg) Tinggi Badan (cm) IMT Pendapatan perkapita (Rp....../art) TKE (%) TKP (%) Nilai pengetahuan gizi Nilai sikap gizi Total nilai phbs Banyaknya keluarga Rel Sungai
KELOMPOK 1
KELOMPOK 2
5 38.9 ± 12.3 60.8 ± 10.2 149.8 ± 7.4 27.3 864 754.2
6 40.5 ± 11.6 51.9 ± 9.6 151.3 ± 5.9 22.6 504 637.4
57,5 64.6 69.0 85.0 12.3
65.3 77.0 72.0 78.0 13.0
44.0 8.0
40.0 10.0
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa banyaknya subjek yang tergabung dalam kelompok satu yaitu sebanyak 52 subjek dan pada kelompok dua sebanyak 50 subjek. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kelompok 1 adalah kelompok ibu dengan status gizi lebih dan pada kelompok dua merupakan kelompok ibu dengan baik. Pada kelompok satu didapatkan rata – rata status gizi subjek sebesar 27.3 dengan kategori obesitas 1 dan pada kelompok 2 didapatkan rata – rata status gizi subjek sebesar 22.6 dengan kategori normal. Berdasarkan penelitian Haque dan Rasid (2009) diketahui bahwa sebgaian besar wanita di daerah kumuh di kota Dhaka, Bangladesh memiliki status gizi lebih dari 18.5. Untuk tingkat kecukupan energi pada kedua kelompok tergolong dalam defisit berat rata - rata pada kelompok satu sebesar 57.5% dari angka kecukupan energi dan pada kelompok dua sebesar 65.3% dari angka kecukupan energi. Pada tingkat kecukupan protein diketahui bahwa tingkat kecukupan protein pada kelompok dua lebih besar dibandingkan pada kelompok satu, yaitu sebesar 64.6% berbanding 77.0% dari angka kecukupan protein.Faktor penting yang diduga sebagai determinan dalam keragaman konsumsi pangan adalah daya beli pangan (Hardinsyah 2007).
26 Pengetahuan, sikap, dan praktik saling berhubungan sesuai dengan tahapan perubahan perilaku. Pengetahuan akan mempengaruhi suatu sikap dan kemudian menghasilkan suatu tindakan nyata (Notoatmodjo 2003). Berdasarkan Tabel 19 diketahui bahwa kelompok satu dan kelompok dua memiliki tingkat pengetahuan gizi yang sama yaitu dengan kategori sedang dengan rata – rata nilai pengetahuan gizi untuk kelompok satu sebesar 69.0 dan pada kelompok dua sebesar 72.0. Untuk sikap gizi, diketahui bahwa pada kedua kelompok memiliki sikap gizi positif dengan nilai dari kelompok satu sebesar 85 dan pada kelompok dua sebesar 78. Praktik perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada kedua kelompok memiliki tingkat yang sama yaitu pada tingkat kategori sedang dengan nilai rata – rata pada kelompok satu yaitu 12.3 dan pada kelompok dua sebesar 13.0. Menurut Ersiyoma (2012) perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi status gizi. Tingkat pendapatan merupakan faktor yang dapat menggambarkan keadaan ekonomi suatu keluarga. Menurut Munparidi (2010) proporsi alokasi pengeluaran untuk konsumsi pangan berbanding terbalik dengan besarnya pendapatan total keluarga. Pada kedua kelompok memiliki tingkat pendapatan perkapita yang berbeda. Berdasarakan penelitian diketahui bahwa pendapatan kelompok satu sebesar Rp 864 754 per kapita, sedangkan pada kelompok dua sebesar Rp 504 637 per kapita. Berdasarkan hasil uji klaster analisis diduga terdapat beberapa faktor yang berhubungan dan berpengaruh terhadap IMT ibu. Untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan IMT ibu dilakukan uji Rank Spearman.Hasil analisis korelasi Rank Spearman, menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara usia subjek (r = 0.000, p<0.05), konsumsi energi (r = 0.017, p<0.05) dan konsumsi protein (r = 0.018, p<0.05) dengan status gizi subjek. Untuk mengetahui besaran pengaruh antara usia ibu, konsumsi energi dan konsusmi protein dengan status gizi subjek digunakan uji regresi linear berganda. Hasil uji regresi linear berganda ditunjukkan pada tabel 21 dibawah ini. Tabel 21 Hasil uji analisis regresi linear berganda Variabel Constanta Usia Konsumsi Energi Konsumsi Protein
Koefisien regresi 0.413 -1.370 10-5 0.000
Signifikan 4.134 0.000* 0.866 0.792
R2 square
0.721
*: berpengaruh nyata
Hasil uji analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata (p<0.01) antara variabel usia memiliki nilai signifkan (0.000) dengan status gizi ibu. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambahnya usia maka akan bertambah pula status gizi ibu. Nilai R2 menunjukkan bahwa peningkatan IMT ibu hanya dijelaskan oleh variabel usia sebesar 72.1% dan dijelaskan oleh faktor lain sebesar 27.6%. Model regresi yang didapatkan adalah sebagai berikut: Y = 4.134 + 0.416 X1
27 R2 = 0.724 Y = IMT ibu X1 = Usia (tahun) Persamaan linear berganda menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan koefisien maka variabel IMT akan naik sebesar 0.416. Menurut Depkes (2014) sering bertambahnya usia terjadi perubahan gaya hidup yang menjadi lebih santai dan kurang aktivitas sehingga dapat berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Peningkatan lemak tubuh telah dimulai sejak seseorang berusia 30 tahun sebanyak 2% pertahunnnya, peningkatan lemak ini berupa lemak subkutan yang dideposit di tubuh.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sebagian besar subjek berusia dengan kategori dewasa awal dengan rata – rata usia subjek sebesar 39.4 tahun, memiliki besar keluarga dengan kategori sedang, dan tergolong dalam kategori miskin dengan rata – rata pendapatan perkapita sebesar Rp 688 226. Tingkat pendidikan subjek pada umumnya masih tergolong rendah yaitu hingga Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pekerjaan yang dimiliki sebagian besar subjek adalah ibu rumah tangga. Subjek umumnya memiliki tingkat pengetahuan gizi dengan kategori sedang dengan rata – rata sebesar 70.2 ± 16.2. Sebagian besar subjek telah memiliki sikap gizi yang positif dengan rata – rata sebesar 71 ± 11 dan subjek memiliki kategori perilaku hidup bersih dan sehat dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa tidak ada hubungan signifikan antara pekerjaan subjek, besar keluarga, umur subjek terhadap status pengetahuan gizi subjek dan sikap gizi subjek dan terdapat hubungan signifikan antara pendidikan subjek dengan pengetahuan gizi subjek. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan sikap gizi dan antara pengetahuan dengan praktik hidup bersih dan sehat (PHBS). Tidak terdapat hubungan signifikan antara sikap gizi dengan perilaku hidup bersih dan sehat Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara usia ibu dengan status gizi subjek Saran Seiring bertambahnya usia maka terjadi pula perubahan komposisi tubuh yang akan berpengaruh terhadap status gizi. Semakin bertambahnya usia maka semakin banyak pengetahuan yang didapatkan oleh seseorang, dimana pengetahuan tersebut akan berpengaruh terhadap sikap seseorang. Oleh karena itu diperlukannya penambahan pengetahuan gizi agar dapat meningkatkan sikap seseorang terkait status gizi.
28
DAFTAR PUSTAKA Abuya B, Ciera J, Murage EK. 2012. Effect of Mother’s Education on Child’s Nutritional Status in The Slums of Nairobi. Journal BMC Pediatrics,12(80). [BPPD & BPS] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik]. 2009. Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat tahun 2009. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Indeks Pembangunan Manusia 2006 -2007. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2000. Pengembangan Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat. Depkes. Jakarta. ____________________2007. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta (ID): Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. ____________________2008. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan Repoblik Indonesia. ___________________2014. Komposisi Tubuh Lansia.[Internet]. [diunduh 2014 Agustus 10]. Tersedia pada: http://gizi.depkes.go.id/wpcontent/uploads/2010/07/komposisi-tubuh-lansia.pdf Alibas S. 2002. Hubungan antara tingkat pendapatan dan praktik konsumsi garam beriodium dengan mutu garam di tingkat rumah tangga [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.. Begin F, Frongilo E, & Delisle. 1999. Caregiver Behaviors and Resources Influence Child Height-for-Agein Rural Chad. Journal of Nutrition,129(3): 680–686. Budisuari MA, Oktarina, Mikrajab MA. 2010. Hubungan Pola Makan dan Kebiasaan Menyikat Gigi dengan Kesehatan Gigi dan Mulut (Karies) Di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 13(1): 83 ─ 91. Engel et al. 1995. Perilaku Kosumen (Consumer Behaviour). Budianto, Penerjemah. Jakarta: Bina Putra Aksara. Febriyana. 2011. Analisis Klaster K-Means dan K-Median Pada data Indikator Kemiskinan (Studi Kasus Data Indikator Kemiskinan kabupaten di Indonesia Tahun 2009).[Skripsi]. Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.. Goni AP, Laoh JM, Pangemanan DH. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Dengan Status Gizi Selama Kehamilan Di Puskesmas Bahu Kota Manado. Jurnal Keperawatan,1(1). Ghofar A, Firmansyah A. 2012. Hubungan Gigi Karies Terhadap Status Gizi Anak TK Muslimat 7 Peterongan Jombang. Jurnal Edu Health, 2(2) Handayani E, Rosidi A. 2010 Hubungan Pendidikan Dan Pengetahuan Gizi Ibu Dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Anak TK Nurlu Bahri Desa
29 Wulir Sari Kecamatan Batang Kabupaten Batang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 6(2) Hapitria P, Dasuki D, Ismail D. 2011. Positive Deviance pada Status Gizi Balita. Berita Kedokteran Masyarakat, 27(4) Haque MJ, Rashid M. 2009. Nutritional Status of Women Reproductive Age with Some of Their Sociodemographic Characteristic of a Slum in Dhaka. Dinajpur Medical College Journal, 3(2). Hardinsyah. 2007. Review Faktor Determinan Keragaman Konsumsi Pangan. Jurnal Gizi dan Pangan.Vol 2 no 2: 55─74 Hidayat A A. 2004. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Surabaya: Direktorat Jenderal Hidayat, T.S., Jahari, A.B. 2012. Perilaku Pemanfaatan Posyandu Hubungannya dengan Status Gizi dan Morbiditas Balita. Bulletin of Health Research, 40(1): 1–10 Indriana S, Widajanti L. 2005 Hubungan Pendapatan, Pengetahuan Gizi Ibu Dengan Ketersediaan Ikan Tingkat Rumah Tangga Daerah Perkotaan. Jurnal Gizi Indonesia, 1(1). Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. ____________2003. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: PT Grafindo Persada.
___________. 2009. Studi Peningkatan Gizi Ibu dan Kader Posyandu Serta Perbaikan Gizi Balita. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Kusmiyati. 2002. Hubungan Pola Konsumsi Makanan dan Tingkat Kecukupan Gizi dengan Status Gizi Ibu Menyusui Pada Keluarga Miskin di Daerah Pertanian Kelurahan Sonorejo Kecamatan Sukorejo Kabupaten Sukorejo tahun 2002. [internet] [diakses 15 Juli 2014]. Tersedia dari: www.fkm.undip.ac.id/index.php. Latifah et al. 2002. Rumah Sehat. Bogor: Pusat Kurikulum Balitbang, Departemen Pendidikan Nasional & Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor.
Lutviana E, Budiono I. 2010. Prevalensi dan Determinan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat I. 5(2): Mahardikawati VA, Roosita K. 2008. Aktivitas Fisik, Asupan Energi dan Status Gizi Wanita Pemetik Teh di PTPN VIII Bandung, Jawa Barat. Jurnal Gizi dan Pangan. 3(2): 79 ─ 85 Meikawati W, Hersoelistyorini W. 2008. Hubungan Karakteristik Ibu dan Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Kasus Gizi Buruk Pada Balita di Kelurahan Tandang Kecamatan Tembalang. Jurnal Universitas Muhammadiyah Semarang, 1(1): Munparidi. 2010. Pengaruh Pendapatan dan Ukuran Keluarga Terhadap Pola Konsumsi Studi Kasus: desa Ulak Kerbau Lama Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal ILMIAH, 2(3):
30 Nadimin, Baharuddin A, Zakaria A.2010.Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Ibu Menyusui Wilayah Kerja Puskesmas Moncobalang Kabupaten Gowa. Media Gizi dan Pangan, 9(1): Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta (ID): Rineka Cipta. ─────────. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta Nurwulan I. 2003. Hubungan Karakteristik Lingkungan Fisik Rumah, Perilaku Hidup Sehat serta Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan dengan Status Kesehatan Anak Usia 3-5 Tahun pada Keluarga Miskin di Kecamatan Bogor Selatan [skripsi]. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. [PDGI] Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Manfaat menggosok gigi: Selamatkan diri dari penyakit. [Internet] [diacu 2014 agustus 10]. Tersedia dari: www.pdgi-online.com Perdana F, Hardinsyah. 2013. Analisis Jenis, Jumlah, dan Mutu Gizi Sarapan Anak Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan, 8(1): 39 ─ 46 Proverawati A & Rahmawati E. 2012. Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS). Yogyakarta: Nuha Medika. Rahmawati I, Sudargo T, Paramastri I. 2007. Pengaruh Penyuluhan dengan Media Audio Visual Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Balita Gizi Kurang dan Buruk di Kabupaten Kotawaringin Barat Propinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 4(2): 69 ─ 77 Rizkiana A, Madanijah S, Effendi YH. 2010.Pengetahuan Gizi dan Kesehatan, Perilaku Hidup Sehat, Serta karakteristik Lingkungan Fisik Rumah Hubungannya dengan Keluhan Kesehatan Sopir Angkot. Jurnal Gizi dan Pangan, 5(1): 49 ─ 60 Roedjito. 1989. Kajian Penelitian Gizi. Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta Rosidi A, Handarsari E, Mahmudah M. 2010. Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan dan Sanitasi Makanan dengan Kejadian Diare Pada Anak SD Negeri Podo 2 Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1): Sediaoetama A D. 2008. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I. Jakarta: Dian Rakyat. Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Surtiani EE. 2006. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Terciptanya Kawasan Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota (Studi Kasus: Kawasan Pancuran, Salatiga).[Tesis].Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro. Semarang Suryawati C. 2005. Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 8(3) .
31 Sukandar D. 2007. Studi Sosial Ekonomi, Aspek Pangan, Gizi dan Sanitasi. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Instut Pertanian Bogor. Supariasa et al. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Ulfa M. 2006. Analisis hubungan pola asuh makan, pengetahuan gizi, persepsi, dan kebiasaan makan sayuran ibu rumah tangga di perkotaan dan pedesaan Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Widyaningsih NN, Latifah M. 2008. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi, Gaya Hidup, Status Gizi dan Tingkat Stres Terhadap Tekanan Darah. Jurnal Gizi dan Pangan, 3(1): 1 ─ 6 Yulia C, Sunarti E, Roosita K. 2008. Pola asuh makan dan kesehatan anak balita pada keluarga wanita pemetik teh di PTPN VIII Pengalengan. Makalah seminar SP, IPB. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yuliana. 2007. Pengaruh penyuluhan gizi dan stimulasi psikososial terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
32
LAMPIRAN Lampiran 1Hasil uji klaster analisis berdasarkan kategori variabel Variabel
KELOMPOK 1
KELOMPOK 2
Banyaknya keluarga IMT Usia TKE (%) TKP (%) Pengetahuan gizi Sikap gizi Praktik PHBS
52 Obesitas I 38.9 ± 12.3 Defisit berat Defisit sedang Sedang Positif Sedang
50 Normal 40.5 ± 11.6 Defisit berat Defisit sedang Sedang Positif Sedang
Kategori pendapatan
Tidak miskin
Miskin
33
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 Maret 1993. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putra pasangan Achmad Rifa’i dan Prianti Puji Rahayu. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1998-2004 di SD Angkasa 3 Jakarta, kemudian melanjutkan di SMP Negeri 20 Jakarta tahun 20042007 dan SMA Negeri 67 Jakarta tahun 2007-2010. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Gizi Masyarakat melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2010. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi yaitu HIMAGIZI sebagai staff Divisi PSDM pada periode 20112012 dan 2012-2013. Penulis pernah mengikuti program Kuliah Kerja Profesi di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan internship dietetic di RSU Tangerang.