Mahakam Nursing Journal Vol 1, No. 1, Mei 2016 : 47-56 ARTIKEL PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGOLAHAN MAKANAN DENGAN STATUS GIZI BALITA Umi Kalsum1), Andi Lis Arming Gandini1) 1)
Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim, Jl. Wolter Monginsidi Samarinda Email:
[email protected] Abstract
Children morbidity in Indonesia still high because of disease infection influenced by nutrition, sanitation, infectious disease and accidents. In fact, earlier currently infant's nutritional status the malnourished less at in 2013 was 28.17% and 28.04% in 2014. The aim is to review research know relations mother knowledge processing on with food good nutritional status toddler. The research is a quantitative study with descriptive-analytic method, using cross-sectional design. Sampling technique which was used is total sampling that whole toddler that brought into Integrated Health Pos is 88 totalled. Results obtained nothing between relations mother knowledge processing on with food good nutritional status. Keywords: food processing, nutritional status. Abstrak Angka kesakitan anak di Indonesia masih tinggi akibat penyakit infeksi yang dipengaruhi faktor gizi, sanitasi, penyakit menular, dan kecelakaan. Faktanya saat ini status nutrisi bayi yang menderita gizi kurang pada tahun 2013 berada di 28,17 % dan 28,04 % di tahun 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang pengolahan makanan yang baik dengan status gizi balita. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif analitik, menggunakan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu seluruh balita yang dibawa ibu ke Posyandu berjumlah 88 anak balita. Hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang pengolahan makanan yang baik dengan status gizi balita. Kata kunci : Pengolahan makanan, status gizi.
47
Mahakam Nursing Journal Vol 1, No. 1, Mei 2016 : 47-56
2013 berada di 28,17 % dan 28,04 % di
PENDAHULUAN Kondisi Indonesia
kesehatan saat
anak
ini
tahun 2014 (PNBAI, 2015).
di
Hasil
masih
Riskesdas
tahun
2013,
memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat
secara nasional diperkirakan prevalensi
dari masih tingginya angka kesakitan
balita dengan gizi buruk dan kurang gizi
akibat penyakit infeksi dan angka
sebesar 19,6% atau 4,6 juta balita.
kematian disebabkan penyakit yang bisa
Terjadi peningkatan dibanding hasil
dicegah.
Penyebab
kematian
pada
kesakitan
dan
Riskesdas tahun 2007 hanya 18,4%.
balita
lebih
Kejadian gizi buruk pada bayi laki-laki
kualitas
lebih tinggi yaitu 29,99% dibanding
lingkungan yang berpengaruh terhadap
bayi perempuan 26,1% tahun 2014
kesehatan anak balita, yaitu : faktor gizi,
(Budiyanto, 2014).
usia
menggambarkan
faktor
dan
Prevalensi gizi buruk di provinsi
kecelakaan. Faktor yang sangat penting
Kalimantan Timur 19,4% pada tahun
dan harus diperhatikan bagi kesehatan
2010. Kondisi ini hampir mencapai
anak terutama balita adalah pemberian
standar nasional yaitu 20%. Diantara 13
makanan (asupan nutrisi) yang cukup
kota/kabupaten di Kalimantan Timur
sesuai dengan kebutuhan gizi untuk
yang belum mencapai target nasional
balita, sehingga anak dapat tumbuh dan
yaitu Kabupaten Bulungan, Kabupaten
berkembang secara optimal, sehat dan
Nunukan dan Kabupaten Kutai Barat.
kuat (Nurrohman, 2001).
(Profil
sanitasi,
Balita
penyakit
adalah
menular
usia
Dinkes
Prov.Kaltim,
2010).
Kalimatan Timur termasuk peringkat 26
sedang
bertumbuh dan berkembang yang sangat
provinsi
gizi
pesat, terutama otak. Balita adalah
nasional. Sejumlah 7 ribu dari total 1,6
merupakan periode emas “The Golden
juta
Age” sehingga kualitas anak dapat
mengalami gizi buruk (Pardede, 2014).
balita
buruk
di
dalam
Kalimantan
kasus
Timur
dioptimalkan di usia ini dengan asupan
Kekurangan gizi pada usia balita
nutrisi yang baik, stimulasi, imunisasi,
dapat menimbulkan pengaruh yang
perawatan dan pelayanan kesehatan
sangat penghambat pertumbuhan fisik,
serta pemantauan tumbuh kembang.
mental maupun kemampuan berpikir
Faktanya saat ini status nutrisi bayi
yang pada akhirnya akan menurunkan
yang menderita gizi kurang pada tahun
produktivitas kerja. Balita hidup yang 48
Mahakam Nursing Journal Vol 1, No. 1, Mei 2016 : 47-56
menderita gizi buruk dapat mengalami
Peranan pengetahuan ibu tentang
penurunan kecerdasan (IQ) hingga 10%
manfaat zat gizi dalam daur kehidupan
(Anonim, 2007).
terutama usia balita sangatlah penting dalam memberikan persiapan kehidupan
Status gizi merupakan salah satu menggambarkan
anak, dimulai dari memenuhi kebutuhan
kesejahteraan masyarakat (Supariasa,
fisik, psikologis, sosial dan spiritual
2002). Penilaian status gizi pada balita
sejak dalam kandungan hingga anak
penting dilakukan untuk mengetahui
memasuki kemandirian di usia dewasa.
status gizi, termasuk kategori baik,
Asupan
kurang atau gizi buruk. Kekurangan gizi
tergantung
di usia emas ini bersifat irreversible
mempersiapkan menu, bahan makanan
atau tidak dapat pulih (Khomsan, 2008
yang
dalam Martha, 2010).
pengolahan makanan hingga sampai
indikator
yang
Salah satu penyebab kekurangan gizi
di
Indonesia
bergizi
usia
balita
bagaimana
dan
sangat ibu
berkualitas,
dikonsumsi anak balita
umumnya
Tujuan peneliti ini adalah untuk
disebabkan karena pengolahan makanan
mengetahui hubungan pengetahuan Ibu
yang salah sehingga zat gizi dalam
tentang pengolahan makanan yang baik
bahan pangan banyak yang hilang dan
dengan status gizi balita di Desa
akhirnya dapat berpengaruh pada status
Anggana Wilayah Kerja Puskesmas
gizi
Pengolahan
Sungai Meriam Kecamatan Anggana
makanan yang baik dalam keluarga
Kabupaten Kutai Kertanegara Tahun
dengan syarat-syarat, yaitu : memenuhi
2015.
zat gizi, bahan pangan yang disajikan
METODE PENELITIAN
(Djatmiko,
pada
nutrisi
2001).
mudah didapat dan murah, mengandung
Penelitian
ini
merupakan
gizi yang cukup dalam jumlah dan
penelitian kuantitatif dengan metode
mutu,
untuk
deskriptif analitik, dengan rancangan
memasak
penelitian ini Cross Sectional. Dalam
bahan pangan yang benar, mudah
penelitian ini yang dijadikan populasi
memasaknya dan cara menyajikannya
adalah balita yang ada di Kelurahan
cukup menarik untuk menimbulkan
Anggana yang berada di Wilayah Kerja
selera makan terutama balita.
Puskesmas Sungai Meriam Kecamatan
disajikan
menghindari
bervariasi
kebosanan,
Anggana Kab. Kutai Kartanegara yang 49
Mahakam Nursing Journal Vol 1, No. 1, Mei 2016 : 47-56
berjumlah 88 orang selama bulan Oktober-Desember
2015.
Variabel
Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Analisa univariat dilakukan untuk mendeskripsikan dan menginformasikan suatu variable yang diteliti tanpa dikaitkan dengan variable lain yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, grafik dan narasi sedangkan
Analisa
Bivariat
menggunakan uji Chi Square. untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Karateristik Responden Variabel Tingkat Pendidikan Ibu A. Tidak Sekolah B. SD C. SMP D. SMA E. Diploma F. Perguruan Tinggi Jenis Pekerjaan Ibu A. Ibu Rumah Tangga B. PNS/ TNI/ Polwan C. Karyawan Toko/ Pegawai Swasta Suku Bangsa A. Banjar B. Kutai C. Jawa D. Bugis/ Makassar E. Lain-lain
Frekuensi (F)
Prosentase (%)
1 15 27 40 1 4
1,1 17 30,7 45,5 1,1 4,5
Frekuensi (F)
Prosentase (%)
84 2 2
95,5 2,3 2,3
32 29 19 6 2
36,4 33 21,6 6,8 2,3
14 24 19 15 16
15,9 27,3 21,6 17 18,2
Agama A. Islam B. Katolik C. Protestan Jumlah Anak A. 1 orang B. 2 orang C. 3 orang D. 4 orang E. Lebih dari 4 orang Jumlah Anggota Keluarga dalam Rumah A. 3 orang B. 4 orang C. 5 orang D. 6 orang E. Lebih dari 6 orang Penghasilan Keluarga Sebulan A. Kurang dari 1 juta B. 1 – 2 juta C. 2 – 3 juta D. Lebih dari 3 juta Total
14 30 21 23
15,9 34,1 23,9 26,1
N=88
N=100
Berdasarkan
tabel
di
atas
didapatkan bahwa hampir sebagian (45,5%)
ibu
yang
berpendidikan
setingkat SMA. Hampir seluruhnya (93,2%) ibu merupakan ibu rumah tangga. Sebagian besar bersuku Jawa dan hampir seluruh ibu beragama Islam (95,5%). Berdasarkan jumlah anak yang
82 3 3
93,2 3,4 3,4
dimiliki hampir sebagian ibu memiliki 1 orang anak yaitu sebesar 36,4%, dengan jumlah anggota keluarga dalam rumah yang melebihi 6 orang sebesar 18,2%.
23 2 30 20 13
26,1 2,3 34,1 22,7 14,8
Jumlah penghasilan keluarga dalam sebulan didapatkan hanya sebagian kecil (15,9%) keluarga yang memiliki 50
Mahakam Nursing Journal Vol 1, No. 1, Mei 2016 : 47-56
penghasilan sebesar 1 juta perbulan,
ada
sedangkan
keluarga.
selebihnya
penghasilan
keluarga di atas 1 juta perbulan.
Variabel
Pengolahan Makanan Frekuensi (F) 68 20 88
Berdasarkan didapatkan
tabel
bahwa
makanan
dalam
Tabel 5 Karakteristik Anak (Balita)
Tabel 2 Informasi tentang
Informasi Pengolahan Makanan Pernah Tidak Pernah Total
pantangan
atas
sebagian
besar
Prosentase (%)
27 38 23
30,7 43,2 26,1
46 42
52,3 47,7
35 53 N=88
39,8 60,2 N=100
Kelompok Umur A. Kurang dari 1 tahun B. 1 – 3 tahun C. 4 – 5 tahun Jenis Kelamin A. Laki-laki B. Perempuan Pernah Sakit 6 bulan terakhir A. Tidak Pernah B. Pernah Total
Prosentase (%) 77,3 22,7 100
di
Frekuensi (F)
responden yaitu 68 responden (77,3%)
Berdasarkan tabel 5 didapatkan
pernah mendapatkan informasi tentang
bahwa dari 88 responden, hampir
pengolahan makanan.
sebagian (43,2%) anak berusia 1 – 3
Tabel 3 Pernah Merawat Anak
tahun, berjenis kelamin laki-laki sebesar
Kurang Gizi
52,3%, dan lebih dari sebagian pernah
Merawat Anak Kurang Gizi Pernah Tidak Pernah Total
Berdasarkan
Frekuensi (F) 3 85 88
tabel
Prosentase (%) 3,4 96,6 100
di
sakit dalam 6 bulan terakhir. Tabel 6 Kunjungan Ke Posyandu Kunjungan Ke Posyandu Rutin Tidak rutin Total
atas
didapatkan bahwa dari 88 responden
Frekuensi 84 4 88
Prosentase (%) 95,5 4,5 100
terdapat 85 ibu atau hampir seluruh ibu
Berdasarkan tabel 6 didapatkan
(96,6%) tidak pernah merawat anak
bahwa dari 88 responden, hampir
dengan masalah kurang gizi.
seluruhnya (95,5%) rutin berkunjung ke
Tabel 4 Adanya Pantangan Makanan
Posyandu.
dalam Keluarga
Tabel 7 Tingkat Pengetahuan Ibu
Pantangan Makanan dalam Keluarga Tidak Ada Ada Total
Frekuensi (F) 72 16 88
Prosentase (%) 81,8 18,2 100
tentang Pengolahan Makanan yang Baik Tingkat Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total
Berdasarkan tabel 4 didapatkan bahwa dari 88 responden, terdapat 72 ibu atau sebagian besar (81,8%) tidak
51
Frekuensi 40 37 11 88
Prosentase (%) 45,5 42 12,5 100
Mahakam Nursing Journal Vol 1, No. 1, Mei 2016 : 47-56
Berdasarkan tabel 7 didapatkan
BB berdasarkan TB Baik Tidak Baik
Variabel
bahwa dari 88 responden, sebagian besar
(45,5%)
memiliki
Tingkat Pengetahu an Ibu 1. Tinggi 2. Rendah
tingkat
pengetahuan yang baik dalam mengolah makanan dan hanya sebagian kecil
53 (66,2%) 6 (75 %)
27 (33,8 %) 2 (25 %)
P value
0,473
(12,5%) yang berpengetahuan kurang. bahwa dari 80 ibu yang memiliki
Frekuensi
Prosentase (%)
15 13 59 1
17 14,8 67 1,1
mengolah makanan terdapat 53 ibu
21 58 9
23,9 65,9 10,2
uji statistik didapatkan nilai p sebesar
9 54 25 N=88
0,2 61,4 28,4 N=100
hubungan antara tingkat pengetahuan
BB berdasarkan TB A. Sangat Kurus B. Kurus C. Normal D. Gemuk BB Berdasarkan Usia A. Gizi Kurang B. Gizi Baik C. Gizi Lebih TB berdasarkan Usia A. Pendek B. Normal C. Tinggi Total
tingkat
dari
88
responden,
0,473
lebih besar untuk mendapatkan status gizi yang baik dibandingkan dengan ibu
badan
dengan tingkat pengetahuan tinggi. Tabel 10 Hubungan antara Pengetahuan Ibu dalam Mengolah
baik, sedangkan pada pengukuran tinggi
Makanan dengan Gizi Balita (Berat
didapatkan
Badan berdasarkan Usia)
bahwa sebagian besar (61,4%) balita memiliki status gizi yang normal. Tabel
9
Hubungan
terdapat
rendah memiliki odds sebesar 1,53 kali
besar (65,9%) balita memiliki gizi yang
usia
tidak
artinya ibu dengan tingkat pengetahuan
berdasarkan usia didapatkan sebagian
berdasarkan
berarti
OR didapatkan sebesar 0,654 yang
balita memiliki status gizi normal.
badan
yang
status gizi (BB berdasarkan TB). Nilai
pada
berat
dalam
ibu dalam mengolah makanan dengan
tinggi badan, sebagian besar (67%)
pengukuran
tinggi
(BB berdasarkan TB) yang baik. Hasil
pengukuran berat badan berdasarkan
Untuk
pengetahuan
yang memiliki balita dengan status gizi
Berdasarkan tabel 8 didapatkan bahwa
0,654 (0,124 – 3,462)
Berdasarkan tabel 9 didapatkan
Tabel 8 Status Gizi Balita Gizi Balita
OR (95% CI)
Variabel
antara
Tingkat Pengetahu an Ibu 1. Tinggi 2. Rendah
Pengetahuan Ibu dalam Mengolah Makanan dengan Gizi Balita (Berat Badan berdasarkan Tinggi Badan) 52
BB berdasarkan Usia Selain Normal Normal
53 (66,2%) 5 (62,5 %)
27 (33,8 %) 3 (37,5 %)
P value
0,556
OR (95% CI)
1,178 (0,262 –
Mahakam Nursing Journal Vol 1, No. 1, Mei 2016 : 47-56
5,302) (TB
Berdasarkan tabel 10 didapatkan
Hasil uji statistik didapatkan nilai p
bahwa dari 80 ibu yang memiliki tingkat
pengetahuan
tinggi
berdasarkan Usia) yang normal.
sebesar 0,630 yang berarti tidak terdapat
dalam
hubungan antara tingkat pengetahuan
mengolah makanan terdapat 53 ibu
ibu dalam mengolah makanan dengan
yang memiliki balita dengan status gizi
status gizi (TB berdasarkan Usia). Nilai
(BB berdasarkan Usia) yang normal.
OR didapatkan sebesar 0,948 yang
Hasil uji statistik didapatkan nilai p
artinya ibu dengan tingkat pengetahuan
sebesar 0,556 yang berarti tidak terdapat
tinggi memiliki odds yang sama untuk
hubungan antara tingkat pengetahuan
mendapatkan status gizi yang normal
ibu dalam mengolah makanan dengan
dibandingkan
status gizi (BB berdasarkan Usia). Nilai
Karakteristik Subjek Penelitian
tinggi memiliki odds sebesar 1,2 kali
Penelitian
lebih besar untuk mendapatkan status
Anggana
gizi yang normal dibandingkan dengan
balita
Tabel 11 Hubungan antara
desa
didapatkan
88
sesuai
criteria
yang
sudah
ibu yang memiliki tingkat pengetahuan
Makanan dengan Gizi Balita (Tinggi
tinggi
Badan berdasarkan Usia)
2. Rendah
telah
di
ditetapkan. Didapatkan bahwa dari 80
Pengetahuan Ibu dalam Mengolah
Tingkat Pengetahu an Ibu 1. Tinggi
ini
dilakukan
responden (ibu) yang mempunyai anak
ibu dengan tingkat pengetahuan rendah.
P value
dengan
PEMBAHASAN
artinya ibu dengan tingkat pengetahuan
Variabel
ibu
tingkat pengetahuan rendah.
OR didapatkan sebesar 1,178 yang
TB berdasarkan Usia Selain Normal Normal
dengan
dalam
mengolah
makanan
terdapat 53 ibu yang memiliki balita OR (95% CI)
dengan status gizi (BB berdasarkan TB) yang baik. Hasil uji statistik didapatkan nilai p sebesar 0,473 yang berarti tidak
49 (61,2 %) 5 (62,5 %)
31 (38,8 %) 3 (37,5%)
0,630
0,948 (0,212 – 4,252)
terdapat
hubungan
pengetahuan makanan
Berdasarkan tabel 11 didapatkan
antara
tingkat
ibu
dalam
mengolah
dengan
status
gizi
(BB
bahwa dari 80 ibu yang memiliki
berdasarkan TB). Nilai OR didapatkan
tingkat
dalam
sebesar 0,654 yang artinya ibu dengan
mengolah makanan terdapat 49 ibu
tingkat pengetahuan rendah memiliki
yang memiliki balita dengan status gizi
odds sebesar 1,53 kali lebih besar untuk
pengetahuan
tinggi
53
Mahakam Nursing Journal Vol 1, No. 1, Mei 2016 : 47-56
mendapatkan status gizi yang baik
mengalami, menyaksikan, mengamati
dibandingkan
dengan
atau diajarkan sesudah dia lahir sampai
tingkat pengetahuan tinggi. Demikian
menginjak dewasa khususnya setelah
juga status gizi balita yang dilihat dari
diberi pendidikan baik formal maupun
(BB
uji
non formal (Marta, 2010). Pengetahuan
statistik didapatkan nilai p sebesar 0,556
juga mempengaruhi prilaku seseorang
yang berarti tidak terdapat hubungan
dan
antara tingkat pengetahuan ibu dalam
keputusan serta menerapkan informasi
mengolah makanan dengan status gizi
baru
(BB berdasarkan Usia). Nilai OR
berpendidikan rendah sering diikuti
didapatkan sebesar 1,178 yang artinya
dengan pengetahuan yang rendah dan
ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi
dalam menerima informasi , daya nalar
memiliki odds sebesar 1,2 kali lebih
dan menerima inovasi mengenai prilaku
besar untuk mendapatkan status gizi
hidup sehat agak lambat, sehingga
yang normal dibandingkan dengan ibu
pengalaman
dengan tingkat pengetahuan rendah.
diikuti sesuai yang diwariskan turun-
Begitu juga dengan status gizi Balita
temurun
dinilai dari (TB berdasarkan Usia).
penelitian ini 51,1% ibu berpendidikan
Hasil uji statistik didapatkan nilai p
minimal Sekolah Menengah Umum dan
sebesar 0,630 yang berarti tidak terdapat
77,3%
hubungan antara tingkat pengetahuan
informasi tentang pengolahan makanan
ibu dalam mengolah makanan dengan
dari
status gizi (TB berdasarkan Usia). Nilai
posyandu serta 63,6% ibu mempunyai
OR didapatkan sebesar 0,948 yang
anak lebih dari 1 orang, sehingga ibu
artinya ibu dengan tingkat pengetahuan
mempuyani
tinggi memiliki odds yang sama untuk
anak dan memenuhi asupan makanan
mendapatkan status gizi yang normal
yang sesuai usia anak.
dengan
berdasarkan
dibandingkan
ibu
Usia),
dengan
Hasil
ibu
dengan
baik.
mengambil
Seseorang
tradisional
(Hurlock,
ibu
yang
2003).
pernah
petugas
(2001)
untuk
pengalaman
menurut -
lebih
Pada
mendapatkan
kesehatan
faktor
yang
dan
kader
mengasuh
Djatmiko
faktor
yang
segala
mempengaruhi status gizi dalam suatu
sesuatu yang diketahui dan mampu
keluarga adalah : Kemampuan keluarga
diingat
untuk
oleh
setiap
adalah
yang
Ditunjang
tingkat pengetahuan rendah. Pengetahuan
kemampuan
orang
setelah 54
memproduksi
zat
gizi
atau
Mahakam Nursing Journal Vol 1, No. 1, Mei 2016 : 47-56
kemampuan membeli bahan pangan yang bergizi,
KESIMPULAN Dari
Adat dan kebiasaan
hasil
penelitian
yang
pemilihan menu pada keluarga, Cara
dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
pengolahan makanan yang baik agar
tidak ada hubungan antara pengetahuan
tidak
yang
ibu tentang pengolahan makanan yang
terkandung didalamnya, Kemampuan
baik dengan status gizi balita di desa
organ tubuh menyerap makanan. Dalam
Anggana
penelitian ini, pengalaman ibu yang
Puskesmas Sungai Meriam tahun 2015.
mempunyai anak balita lebih dari satu
Disebabkan
orang
pengetahuan
kehilangan
dan
zat
gizi
mendapatkan
informasi
yang
berada
ibu yang
di
wilayah
mempunyai tinggi
tentang
tentang mengolah makanan untuk anak
mengolah makanan yang baik 45,5%
balita mendasari tidak ada hubungan
hal ini disebabkan 77,3% ibu-ibu pernah
antara pengetahuan ibu dalam mengolah
mendapat informasi tentang pengolahan
makanan dengan status gizi balita.
makanan yang baik dan berpengatahuan
Didapatkan bahwa dari 80 ibu
cukup 42% dan status gizi balita dengan
yang memiliki tingkat pengetahuan
gizi baik 65,9%, namun masih ada yang
tinggi
makanan
gizi kurang 23,9% dan anak dengan
terdapat 49 ibu yang memiliki balita
tinggi badan pendek (stunting) 9 balita
dengan status gizi (TB berdasarkan
atau 0,2% dan anak sangat kurus 17%,
Usia) yang normal. Hasil uji statistik
yang memerlukan perhatian khusus oleh
didapatkan nilai p sebesar 0,630 yang
ibu dan tenaga kesehatan.
dalam
mengolah
Ibu
berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan
ibu
yang
mempunyai
balita
dengan pengetahuan cara mengolah
dalam
mengolah makanan dengan status gizi
makanan
(TB
Nilai OR
meningkatkan dan membagi (sharing)
didapatkan sebesar 0,948 yang artinya
pengetahuan kepada ibu-ibu yang lain,
ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi
terutama
memiliki
untuk
kehamilan pertama dan ibu yang baru
mendapatkan status gizi yang normal
pertama kali punya anak. Dan bagi ibu
dibandingkan
yang anak balitanya masih belum
berdasarkan
odds
Usia).
yang
dengan
sama
ibu
dengan
mencapai
tingkat pengetahuan rendah.
yang
sudah
ibu-ibu
baik
muda
pertumbuhan
untuk
dengan
&
perkembangan optimal seperti yang 55
Mahakam Nursing Journal Vol 1, No. 1, Mei 2016 : 47-56
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Bina Gizi ________________________________ _____ (2012). Instrumen Stimulasi, Deteksi, & Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Kesehatan Masyarakat ________________________________ _____ (2012). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, & Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Kesehatan Masyarakat Marta (2010). Studi Pengetahuan Ibu tentang Status Gizi pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Asam Samarinda Tahun 2010. Samarinda Muhlal, dkk (2005). Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Jakarta:Gramedia Notoatmodjo, Soekidjo (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam (2003). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:CV Sagung Seto Pardede, Doan (2014). 17 Ribu Balita di Kaltim Masuk Kategori Gizi Buruk. www.tribunnews.com Suhardjo (2003). Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara Supariasa, I. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta:EGC
tercatat di KMS untuk meningkatkan pengetahuan
tentang
pengolahan
makanan yang baik dan selalu rutin membawa anak balita ke Posyandu. Bagi Petugas Posyandu (petugas kesehatan dan kader kesehatan) hasil temuan ini dapat dijadikan informasi atas keberhasilan pembinaan selama ini yang dapat dilihat dari status gizi balita yang baik cukup tinggi dan pengetahuan ibu cukup tinggi. Ditemukannya masih ada anak yang kurus dan sangat kurus, pendek (stunting) dan gizi kurang dapat dijadikan rujukan untuk pembinaan dan intervensi selanjutnya. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada pihak Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim, Dinas Kesehatan
Kabupaten
Kertanegara,
khsusnya
Kutai Pimpinan
Puskesmas Puskesmas Sungai Meriam Kecamatan Anggana beserta jajarannya yang
bersedia
dijadikan
tempat
penelitian. DAFTAR PUSTAKA Djatmiko, H. (2001). Pangan dan Gizi Keluarga serta Penanganannya. Jakarta: CV Yasaguna Hurlock, Elisabeth (2003). Psikologi Perkembangan. Jakarta:Erlangga Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011). Keputusan
56