HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG NUTRISI DENGAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BALITA (Di Posyandu Mawar Dusun Kempleng Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri Tahun 2009) Martiningsih 1, Wening Desy Linawati 2 1 Dosen Akper Pamenang Pare 2 Perawat RSUD Kab. Kediri
Abstract Important period in growth and development is under five period food or nutrition have important actor in growth and development of under five, that nutrition of under five is different with adult people. To fulfill nutrition of under five needs education is status or mother’s knowledge that becomesone of factor of growth and development under five. If the nutrition of underfive is not or less completed, process of growth and development can be impeded. It becomes the background of this research by the title the connection between mother’s know;edge about nutrition and development of under five. (in Posyandu Mawar Kempleng hamletPurwoasri subdistric Kediri region). This research intends to know the connection between mother’s knowledge about nutrition and growth and development of inder five. This research design uses analytic correlation. Mother’s knowledge about nutrition of underfive becomes free variable. Growth and development of underfive become suspended sub variable. Population in this research were 57 mothers with underfive in Posyandu Mawar Kempleng orchard. The sampling technique is simple random sampling. It is got from Gamma correlation for growth of underfive, p value = 0,00 under = 0,05 or p value = 0,000 < = 0,05 and for development of underfive. P value = 0,001< = 0,05 it means that H2 received. So there is connection between mother’s knowledge about nutrition and and growth development of under five. In Posyandu Mawar Kempleng hamlet. Mother’s knowledge about nutrition of underfive can influence growth and development of underfive so that growth and development aren’t suspended Key words : Mother’s Knowledge, Nutrition, Growth and Development, Underfive Children PENDAHULUAN Balita adalah potensi dan penerus cita-cita bangsa, yang telah diletakkan oleh generasi sebelumnya. Jika balita dipupuk dan dipelihara dengan baik, maka balita akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula sesuai dengan keinginan dan harapan. Akan tetapi bila balita tidak dipupuk dan tidak dipelihara atau dirawat dengan baik, maka jelas balita tidak akan tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya. (suherman, 2000). Periode penting dalam tumbuh kembang adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan selanjutnya. (soetjiningsih, 1995). Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan perkembangan pada balita diantaranya faktor herediter, merupakan faktor yang diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang balita disamping faktor
JURNAL AKP
lain, faktor lingkungan yang termasuk faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan pranatal, lingkungan yang masih dalam kandungan dan lingkungan post natal yaitu lingkungan setelah bayi lahir (Alimul Aziz, 2005) Makanan atau nutrisi memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan balita, dimana nutrisi balita berbeda dengan orang dewasa. Karena makanan bagi balita dibutuhkan juga untuk pertumbuhan dan perkembangan,yang dipengaruhi oleh ketahanan makan (food security) keluarga. Ketahanan makanan keluarga mencakup pada ketersedian makananan dan pembagian yang adil dalam keluarga (soetjiningsih, 1995). Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada balita diperlukan status pendidikan atau pengetahuan ibu yang juga menjadi salah satu faktor pertumbuhan dan perkembangan balita. Ibu dengan tingkat pendidikan
24
No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010
rendah biasanya sulit menerima arahan dalam pemenuhan nutrisi. Nurtrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting pada balita (Alimul Aziz, 2005). Untuk mencakup nutrisi pada balita perlu adanya peranan ibu tentang nutrisi pada balita. Mengingat manfaat nutrisi dalam tubuh dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan balita, serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh, seperti kekurangan energi dan protein (KEP), anemia, defisiensi yodium, defisiensi seng(Zn), defisiensi vitamin A, defisiensi thiamin, defisiensi kalium dan lain-lain (Alimul Aziz, 2005). Adapun hasil berbagai survei penelitian dan berita media massa selalu mengungkapkan kondisi bayi dan balita balita yang menderita kelaparan di berbagai wilayah Indonesia. Dari data BPS tahun 1999 menyebutkan bahwa data kurang gizi sebesar 5.256.587 balita (lefidus, 2008) gizi buruk atau busung lapar disebabkan kurang energi protein (KEP) yang merupakan akibat dari rendahnya konsumsi makanan berprotein tinggi. Diperkirakan di Indonesia kehilangan 220 juta 10 poin akibat kekurangan gizi, balita yang kekurangan gizi akan tumbuh pendek dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh pada rendahnya tingkat kecerdasan, karena otak 60% terjadi pada masa dalam kandungan sampai usia 2 tahun. Resiko meninggal dari balita yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan balita yang normal. WHO memperkirakan 54 % penyebab kematian bayi dan balita di dasari kekurangan gizi balita yang buruk (Robitah, 2008). Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di posyandu mawar dusun kempleng kecamatan purwoasri kabupaten kediri tahun 2008, jumlah ibu dengan balita pada bulan September 2008 sebanyak 57 orang. Dan saat peneliti melakukan wawancara pada 10 orang didapatkan hasil 3 orang mempunyai pengetahuan baik tentang nutrisi pada balita, 4 orang pengetahuan cukup dan 3 orang mempunyai pengetahuan kurang tentang nutisi pada balita. Sedangkan dari data posyandu di dapatkan jumlah keseluruhan balita yang mengalami gangguan nutrisi sebayak 9 balita dan yang mengalami gangguan perkembangan sebanyak 7 balita. Apabila nutrisi pada balita tidak atau kurang terpenuhi, maka proses pertumbuhan dan perkembangan dapat terhambat (alimul Aziz, 2006). Bertambahnya perkembangan atau skill dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan
JURNAL AKP
sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses deferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi tugasnya termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan (Soetjiningsih, 1995). Berdasarkan fenomena yang terjadi di atas adapun peran perawat untuk menurunkan dampak tersebut diatas yaitu meningkatkan pengetahaun ibu tentang nutrisi pada balita dengan cara memberikan penyuluhan, menyarankan kepada ibu untuk banyak membaca buku,mencari sumber informasi di media masa ataupun elektronik yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan balita, sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Hubungan pengetahuan ibu tentang nurtrisi dengan pertumbuhan dan perkembangan balita (di Posyandu Mawar Dusun Kempleng, Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri Tahun 2009)” METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitain ini menggunakan Cross Sectional. Dengan variabel penelitian terdiri dari independen dengan skala ordinal yaitu pengetahuan ibu tentang nutrisi pada balita dengan intrument penelitian menggunakan kuisioner tertutup. Dan variabel dependennya terdiri dari 2 sub variable yaitu pertumbuhan balita dengan skala ordinal untuk instrument penelitian observasi berat badan dengan KMS sedangkan perkembangan balita menggunakan alat instrumen DDST II dengan pengambilan data menggunakan teknik wawancara. Populasi berjumlah 57 ibu dengan balitanya, dengan sampel berpasangan berjumlah 20. Dengan pengambilannya menggunakan simple random sampling merupakan pemilihan sampel, dimana setiap elemen diseleksi secara random dengan menggunakan undian berdasarkan nomor peserta kemudian hasilnya ditulis sesuai dengan nomor yang keluar. Dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan antar variabel menggunakan uji statistic korelasi Gamma menggunakan Program computer SPSS 12 for Window.
25
No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010
45%
10
10 5 0
45%
8
65%
15
Responden
Respon den
HASIL PENELITIAN 1. Data Umum
20%
15%
6 10%
4 2
< 25 25 - 35 > 35 tahun tahun tahun
0 Pelayanan Kesehatan
Um ur
Televisi
Tetangga / Saudara
Sumber Informasi
Diagram 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Posyandu Mawar Dusun Kempleng Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri Tahun 2009
100%
5
15%
0
20 n
20% 20%
Responde
45%
10
Responden
Diagram 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi yang Didapatkan tentang nutrisi balita di Posyandu Mawar Dusun Kempleng Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri Tahun 2009
10
0%
0
SD SM P SM A PT
Pernah Opname Tidak Pernah Opname
Pendidikan Status Kesehatan Balita
Diagram 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Posyandu Mawar Dusun Kempleng Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri Tahun 2009
Diagram 4.6 Karakeristik Responden Berdasarkan Status Kesehatan Balita di Posyandu Mawar Dusun Kempleng Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri Tahun 2009
80% 15% IRT
Swasta
Reponden
Responden
40% 20 15 10 5 0
5% PNS
8 6 4 2 0
30% 20% 5% 5% Anak keAnak keAnak keAnak keAnak ke 1
Pekerjaan
2
3
4
5
Urutan Balita dalam Keluarga
20 15 10 5 0
Diagram 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Balita Urutan Anak Keberapa Dalam Keluarga di Posyandu Mawar Dusun Kempleng Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri Tahun 2009
100%
40% 8
0% Pernah
Responden
Responden
Diagram 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di Posyandu Mawar Dusun Kempleng Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri Tahun 2009
Tidak
6
30% 20%
4
5%
2
5%
0
Pernah / tidak mendapatkan informasi tentang nutrisi pada balita
1 orang 2 orang 3 orang 4 orang 5 orang Jumlah Saudara
Diagram 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pernah / tidak mendapat informasi tentang nutrisi balita di Posyandu Mawar Dusun Kempleng Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri 2009
JURNAL AKP
Diagram 4.8 Karakteristik responden berdasarkan jumlah saudara dari balita di Posyandu Mawar Dusun Kempleng Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri Tahun 2009
26
No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010
2. Data Khusus 65%
Responden
15
dengan tingkat korelasi 0,909, jadi tingkat kemakmuran hubungan positif (sangat erat), Sedangkan untuk hubungan pengetahuan ibu tentang nutrisi dengan perkembangan balita (di Posyandu Mawar Dusun Kempleng Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri di dapatkan hasil p value = 0,001 dibandingkan dengan = 0,05, maka p value < sehingga H1 diterima, berati ada hubungan, dengan tingkat korelasi 0,905, jadi tingkat kemaknaan hubungan positif (sangat erat).
35%
10 0%
5 0 Baik
Cukup
Kurang
Pengetahuan Ibu
Diagram 4.9 Karakteristik Responden BerdasarkanPengetahuan Responden Tentang Nutrisi Balita di Posyandu Mawar Dusun Kempleng Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri Tahun 2009
PEMBAHASAN 1. Pengetahuan ibu tentang nutrisi pada balita Berdasarkan diagram 4.9 didapatkan data sebagian besar dari responden berpengetahuan baik tentang nutrisi balita sebanyak 13 responden (65%), berpengetahuan cukup sebanyak 7 responden (35%) dan tidak satupun dari responden yang berpengetahuan kurang tentang nutrisi balita. Hal tersebut dikarenakan beberapa hal dan berdasarka Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu proyek tertentu. Menurut Nursalam dan Pariani (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu umur, pendidikan, ekonomi, informasi, pengalaman Umur Semakin cukup umur, tingkat kemampuan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Pendidikan % diperlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Notoatmodjo, 2007). Hal ini sesuai berdasarkan diagram 4.1 menunjukkan hasil penelitian dari 20 responden, didapatan sebagian besar responden berusia antara 25 – 35 tahun sebanyak 13 responden (65%), usia lebih dari 35 tahun sebanyak 4 responden (20%) dan sebagian kecil responden berusia kurang dari 25 tahun sebanyak 3 responden (15%). Menurut Alimul Aziz (2006), orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih memahami dan memilih makanan yang baik untuk balitanya. Didalam nutrisi banyak terdapat unsur zat gizi yang diperlukan untuk perkembangan otak sehingga pertumbuhan yang dinilai dari berat badan menjadi normal dan perkembangan yang dinilai dari motorik kasar, motorik halus, bahasa dan perilaku sosial tidak terhambat. Sesuai dengan diagram 4.2
Responden
65%
12 10 8 6 4 2 0
30%
5% Berat badan Kurang gizi normal
obesitas
ringan
0% Kurang gizi berat
Pertumbuhan Balita
Responden
Diagram 4.10 Karakteristik Rata-rata Berat Badan Balita dalam 3 x Kunjungan ke Posyandu Mawar di Posyandu Mawar Dusun Kempleng Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri Tahun 2009 65%
14 12 10 8 6 4 2 0
35%
0%
Normal
Untestable
Perkembangan Balita
Diagram 4.11 Karakteristik Perkembangan Balita Berdasarkan DDST II di Posyandu Mawar Dusun Kempleng Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri Tahun 2009
ANALISA DATA Dari uji statistic korelasi Gamma menggunakan Program computer SPSS 12 for Window. hubungan pengetahuan ibu tentang nutrisi dengan pertumbuhan balita di Posyandu Mawar Dusun Kempleng Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri di dapatkan hasil p value = 0,000 dibandingkan dengan = 0,05, maka p value < sehingga H1 diterima, berati ada hubungan,
JURNAL AKP
27
No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010
menunjukkan hasil berpendidikan SMA sebanyak 9 responden (45%) berpendidikan SD dan SMP masing-masing sebanyak 4 responden (20%) dan sebagian kecil responden berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 3 responden (15%). Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi disebabkan karena ketidak mampuan dan ketidak tahuan dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi. Informasi Seseorang yang mendapat informasi akan dapat mempertinggi tingkat pengetahuan akan suatu hal (Notoadmojo, 2000). Berdasarkan diagram 4.4 Pendidikan responden (100%) pernah mendapatkan informasi tentang nutrisi balita. Berdasarkan diagram 4.5 sumber informasi tersebut sebagian besar diperoleh responden dari pelayanan kesehatan dan televisi masing-masing 9 responden (45%) dan sebagian kecil diperoleh dari tetangga atau saudara sebanyak 2 responden (10%). Dan Pengalaman % Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis.
sebanyak 1 responden (5%), anak ke-3 sebanyak 4 responden (20%), anak ke-1 sebanyak 6 responden (30%) dan sebagian besar balita adalah anak ke-2 sebanyak 8 responden (40%). Menurut Nursalam dan Pariani (2001), apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membuat dan mempengaruhi pengetahuan kita tentang stimulus sosial, tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Seorang ibu yang mempunyai anak lebih dari satu, akan lebih berpengalaman dalam pemberian nutrisi pada balitanya daripada seorang wanita yang baru pertama kali menjadi ibu. 3. Perkembangan balita Berdasarkan diagram 4.11 Hasil perkembangan balita berdasarkan DDST II di Posyandu Mawar Dusun Kempleng Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri tahun 2009, yaitu tidak satupun balita dengan perkembangan untestable (0%), hampir dari setengah balita dengan tingkat perkembangan suspect sebanyak 7 balita (35%) dan sebagian besar balita dengan tingkat perkembangan normal sebanyak 13 balita (65%). Hal ini dikarenakan berdasarkan diagram 4.6 menunjukkan hasil penelitian dari 20 responden, didapatkan hasil bahwa status kesehatan balita yang tidak pernah opname sebanyak 20 balita (100%). Berdasarkan diagram 4.9 yang menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden berpengetahuan baik tentang nutrisi pada balita yaitu sebanyak 13 responden (65%). Menurut Soetjiningsih (1995) balita yang menderita penyakit menahun akan terganggu tumbuh kembangnya, disamping itu balita juga mengalami stress yang berkepanjangan akibat dari penyakitnya. Untuk memperoleh perkembangan balita yang optimal diperlukan nutrisi yang sesuai dengan usia balita.
2. Pertumbuhan Balita Berdasarkan diagram 4.10 Hasil rata-rata berat badan balita dalam 3 kali kunjungan ke Posyandu Mawar Dusun Kempleng Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri tahun 2009 yaitu tidak satupun dari balita mengalami kurang gizi berat (0%), sebagian kecil dari balita mengalami obesitas sebanyak 1 balita (5%), hampir setengah dari balita mengalami kurang gizi ringan sebanyak 7 balita (35%) dan sebagian besar dari balita mempunyai berat badan normal sebanyak 12 balita (65%). Hal ini dikarenakan berdasarkan diagram 4.9 yang menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden berpengetahuan baik tentang nutrisi pada balita yaitu sebanyak 13 responden (65%). Hal ini bisa berpengaruh terhadap pemberian nutrisi pada balita, sehingga pertumbuhan balita menjadi optimal. Selain dari pengetahuan ibu tentang nutrisi pada balita, pengalaman ibu juga bisa membuat pertumbuhan balita menjadi normal. Berdasarkan diagram 4.7 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan balita urutan anak keberapa dalam keluarga adalah sebagian kecil balita adalah anak ke-4 dan ke-5 masing-masing
JURNAL AKP
4. Hubungan pengetahuan ibu tentang nutrisi dengan pertumbuhan balita Berdasarkan tabel 4.1 bahwa dari 20 responden yang diteliti menunjukkan ibu yang berpengetahuan baik sebanyak 11 responden (55%) dengan pertumbuhan balita obesitas sebanyak 1 balita (55%) normal 9 balita (45%), kurang gizi ringan 1 balita (5%) dan ibu yang berpengetahuan cukup sebanyak 9 responden 28
No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010
(45%) dengan pertumbuhan balita obesitas (0%), normal 3 balita (15%), kurang gizi ringan 6 balita (30%). Sedangkan dari uji statistik menggunakan komputer dengan menggunakan SPSS 12 hasil p value = 0,000 dibandingkan dengan = 0,05, maka p value < sehingga H1 diterima, berati ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang nutrisi dengan pertumbuhan balita (di Posyandu Mawar Dusun Kempleng Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri Tahun 2009), dengan tingkat korelasi 0,909, jadi tingkat kemaknaan hubungan positif (sangat erat)
sebagian besar dari responden status kesehatannya tidak pernah opname Hubungan Pengetahuan ibu tentang nutrisi dengan pertumbuhan balita Ada hubungan dengan p value = 0,000 dikarenakan sebagian besar pengetahuan ibu tentang nutrisi balita baik sehingga pertumbuhan menjadi normal. Hubungan pengetahuan ibu tentang nutrisi dengan perkembangan balita Ada hubungan dengan p value = 0,001 dikarenakan sebagian besar pengetahuan ibu tentang nutrisi balita baik sehingga perkembangan balita tidak terlambat.
5. Hubungan pengetahuan ibu tentang nutrisi dengan perkembangan balita Berdasarkan tabel 4.2 bahwa dari 20 responden yang diteliti menunjukkan ibu yang berpengetahuan baik sebanyak 11 responden (55%) dengan tingkat perkembangan balita normal sebanyak 10 balita (50%), Suspect 1 balita (5%) dan ibu yang berpengetahuan cukup sebanyak 9 responden (45%) dengan tingkat perkembangan normal sebanyak 3 balita (15%) Suspect sebanyak 6 balita (30%). Sedangkan dari uji statistik menggunakan komputer dengan menggunakan SPSS 12 hasil p value = 0,001 dibandingkan dengan = 0,05, maka p value < sehingga H1 diterima, berati ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang nutrisi dengan pertumbuhan balita (di Posyandu Mawar Dusun Kempleng Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri Tahun 2009), dengan tingkat korelasi 0,905, jadi tingkat kemaknaan hubungan positif (sangat erat)
SARAN 1. Hendaknya penelitian selanjutnya dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih besar dan bisa dilakukan di lain tempat. 2. Instrumen kuesioner pengetahuan ibu tentang nutrisi dirancang sendiri oleh peneliti, sehingga untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan validitas dan reabilitasnya dan masih perlu disempurnakan. 3. Pada observasi pertumbuhan balita, peneliti hanya mengobservasi berat badan menggunakan KMS, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan alat pemeriksaan untuk observasi sehingga dalam penelitian selanjutnya bisa menggunakan instrumen lainnya yang lebih akurat 4. Hasil dari penelitian dapat dijadikan masukan pada lahan tempat dilakukan penelitian dan perbaikan bila ada kekurangannya DAFTAR PUSTAKA Alimul Aziz, H. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika. Alimul Aziz, H. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika. Anonim. (2007). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nutrisi Balita. www.google.co.id. (download : 07 Oktober 2008) Anonim. (2008). Standart Nutrisi untuk Balita. www.google.co.id. (download : 07 Oktober 2008). Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Djaeni, A. (2000). Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat Lefidus, M. (2008). Angka Kejadian Gangguan Nutrisi pada Balita di Indonesia.
SIMPULAN Pengetahuan ibu tentang nutrisi balita didapatkan hasil bahwa sebagian besar dari responden berpengetahuan baik sebanyak 11 responden (65%), dikarenakan sebagian besar responden pernah mendapatkan informasi tentang nutrisi balita. Pertumbuhan balita sebagian besar dari balita rata-rata mempunyai berat badan normal sebanyak 12 balita (65%), dikarenakan sebagian besar dari responden berpengetahuan baik tentang nutrisi balita. Perkembangan balita didapatkan hasil sebagian besar balita dengan tingkat perkembangan normal sebanyak 13 balita (65%), dikarenakan
JURNAL AKP
29
No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010
www.google.co.id. (download : 24 September 2008). Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. Dan Pariani, S. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Infomedika. Nuslaman. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Robitah. (2008). Angka Kejadian Gangguan Nutrisi pada Balita di Indonesia. www.google.co.id. (download : 24 September 2008) Rusana. (2008). Penilaian DDST. www.google.co.id. (download : 07 Oktober 2008) Santosa, S. (2004). Kesehatan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta. Sinto. (2008). Kabutuhan Nutrisi pada Balita. www.google.co.id. (download : 24 September 2008) Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGG Suherman. (2000). Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta : EGC. Wong, L. Donna. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
JURNAL AKP
30
No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010