HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DESA JOTOSANUR KECAMATAN TIKUNG TAHUN 2008 Laily Zainur Rahmawati , Amirul Amalia Korespondensi: Amirul Amalia d/a : STiKes Muhammadiyah Lamongan. Jl. Raya Plalangan Plosowahyu Lamongan Telp./Fax. (0322) 323457 Email.
[email protected]
ABSTRAK
Balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi. Studi pendahuluan yang dilakukan di Posyandu Desa Jotosanur dari 79 Balita, 57 Balita (72,15%) dengan gizi baik, 18 Balita (22,7%) dengan gizi kurang dan 4 Balita (5,1%) dengan gizi lebih. Masalah gizi karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak akan menurunkan konsumsi anak dan berpengaruh terhadap status gizi anak. Desain penelitian adalah korelasional dengan pendekatan Cross Sectional. Metode sampling digunakan Random Sampling. Populasi penelitian sebanyak 81 dengan sampel sebanyak 67. Data pengetahuan diambil dengan menggunakan kuesioner, status gizi dengan data sekunder dari buku KIA dan register penimbangan Balita. Setelah ditabulasi data dianalisis dengan menggunakan uji spearman’s rho dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan hampir sebagian (37,31%) pengetahuan ibu kurang, sebagian besar Balita (70,15%) dengan status gizi baik. Hampir seluruhnya (85%) pengetahuan ibu baik dan status gizi Balita baik dan hampir sebagian (48%) pengetahuan ibu kurang dan status gizi Balita kurang. Hasil uji SPSS spearman’s rho nilai koefisien korelasi Spearman (rs)=0, 376 dan nilai sig 2 tailed (p) 0,002, sehingga p < 0,05. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi Balita di Posyandu Desa Jotosanur. Pengetahuan ibu sangat diperlukan dalam memberikan makanan seimbang sehingga gizi kurang dapat dicegah. Namun demikian status gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diharapkan bagi peneliti yang akan datang dapat melakukan penelitian terhadap faktor lain selain pengetahuan. Kata kunci : Pengetahuan, status gizi Balita zat gizi yang tinggi dari makanan sehari-hari dalam jumlah yang tepat dan kualitas yang baik (Francin, Erna, 2005:66), serta memerlukan perhatian yang lebih untuk kondisi kesehatannya (Ruslita, 2007). Periode ini dapat diwujudkan apabila anak memperoleh makananyang sesuai untuk tumbuh kembang optimal, sebaliknya apabila tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka akan menjadi periode yang mengganggu tumbuh kembang (Depkes, 2006:1). Pertumbuhan seorang anak bukan hanya gambaran berat badan, tinggi badan atau ukuran tubuh lainnya, tetapi lebih dari itu
1.
PENDAHULUAN Masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan, masa ini berlangsung sangat pendek dan tidak dapat diulang lagi sehingga disebut sebagai masa keemasan (Depkes, 2005:2). Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya (Soetjiningsih, 1998:29). Balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat sehingga memerlukan zat-
Amirul Amalia STIKES Muhammadiyah Lamongan.
SURYA
38
Vol. 1, No,2, Maret 2009
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DESA JOTOSANUR KECAMATAN TIKUNG memberikan gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak yang sedang dalam proses tumbuh (Depkes, 2006: 48). Menurut data Departemen Kesehatan tahun 2006, terdapat 5 juta balita kurang gizi (27,5%), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2005 di Jawa Timur dari 2,9 juta Balita terdapat 19,3% anak Balita yang menderita Kurang Energi Protein (KEP), terdiri dari 16,6% anak Balita dengan status gizi kurang dan 2,7% anak Balita dengan status gizi buruk. Sedangkan berdasarkan pemantauan pertumbuhan Balita dinas kesehatan Lamongan bulan Mei 2008 dari 70.118 Balita tercatat 63,3 % Balita yang naik berat badannya dan 4398 Balita (8,5 %) dengan Bawah Garis Merah (BGM). Studi pendahuluan yang dilakukan di Posyandu Desa Jotosanur Kecamatan Tikung terdaftar 102 Balita. Jumlah Balita yang datang dan ditimbang sebanyak 79 Balita, 57 Balita (72,15%) dengan gizi baik, 18 Balita (22,7%) dengan gizi kurang dan 4 Balita (5.1%) dengan gizi lebih Masalah gizi merupakan satu dari masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (Agus Kresno, 2004:89). Penyebab kekurangan gizi antara lain, daya beli masyarakat rendah, produksi dan ketersediaan bahan makanan kurang, pengetahuan gizi seimbang masih rendah, adanya infeksi penyakit menahun seperti TBC, malaria, cacingan, dan diare (Solihin, 2005:42). Menurut Maruzaman (2008), tidak terpenuhinya angka kecukupan gizi (AKG) dalam kurun waktu lama dan rendahnya energi, karbohidrat, protein nabati dan hewani, vitamin, mineral yang dikonsumsi Balita dapat menyebabkan gizi buruk pada mereka disamping pengetahuan dari para orang tuanya. Pengetahuan memegang peranan penting dalam pemenuhan gizi keluarga. Masalah gizi karena kurang
SUYA
pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak akan menurunkan konsumsi anak dan berpengaruh terhadap status gizi anak (Depkes, 2000:5; Soegeng Santoso, 2004:73). Pemerintah berusaha agar anak prasekolah mendapatkan perawatan kesehatan yang baik dengan tersebarnya puskesmas dan posyandu (Solihin, 2005:42). Program pencegahan dan penanggulangan gizi buruk oleh pemerintah meliputi promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, pemberian makanan tambahan, pemberian suplemen vitamin A dan zat besi dan dilakukan sejumlah kegiatan yang bertumpu pada perubahan perilaku dengan cara mewujudkan keluarga sadar gizi (Depkes, 2006:5). Sedangkan upaya pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat diantaranya melalui Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang sebagian kegiatannya dilaksanakan di Posyandu. Dalam program ini telah dikembangkan program penimbangan berat badan anak balita dan penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk memantau keadaan kesehatan dan gizi. Dengan KMS ibu dapat menilai dan berbuat sesuatu memperbaiki dan meningkatkan perkembangan kesehatan anaknya (IDN, Supariasa, et all, 2002:79). Masalah kesehatan ibu dan anak tidak terlepas dari keberadaan bidan sebagai pemberi jasa pelayanaan yang berkualitas. Dengan peran sebagai pelaksana dan pengelola bidan memberikan asuhan kebidanan kepada bayi, Balita dengan melibatkan keluarga. Upaya yang dilakukan dengan membuat jadwal kunjungan rumah pada keluarga dengan Balita BGM, melakukan kunjungan rumah secara berkelanjutan serta memberikan nasehat gizi sesuai dengan permasalahannya. Seluruh perbaikan gizi yang dilakukan diharapkan dapat mencapai target pada 2010 yaitu balita dengan gizi baik menjadi 80%, masalah gizi kurang menjadi 20% dan masalah gizi buruk menjadi 5%.
39
Vol. 1, No, 2, April 2009
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DESA JOTOSANUR KECAMATAN TIKUNG 2.
Dari tabel 2 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar (52.24 %) ibu Balita dengan pendidikan dasar. 3. Karakteristik pekerjaan ibu Tabel 3. Distribusi pekerjaan ibu di Posyandu Desa Jotosanur tahun 2008
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian ini adalah analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini seluruh ibu dan Balita yang terdaftar di Posyandu Desa Jotosanur bulan November tahun 2008 sedangkan sampel penelitian adalah sebagian ibu dan Balita yang terdaftar di Posyandu Desa Jotosanur yang memenuhi kriteria inkusi dengan besar sampel 67 responden. variabel independen penelitian adalah pengetahuan ibu tentang gizi Balita, sedangkan variabel dependennya adalah status gizi Balita. Pengumpulan data penelitian menggunakan kuesioner untuk pengetahuan ibu dan data status gizi Balita dengan data sekunder dari buku KIA dan register penimbangan Balita. Analisis penelitian menggunakan uji korelasi spearman rho’s.
Umur Ibu (tahun)
Jumlah
%
< 20
6
8.96
2
21-40
57
85.07
>40
4
5.97
Jumlah
67
100
3
Jumlah
%
1
Ibu Rumah Tangga
31
46.3
2
Petani
23
34.3
3
Swasta
13
19.4
4
PNS/POLRI
0
0
Jumlah
67
100
Tabel 4 Distribusi penghasilan ibu Posyandu Desa Jotosanur tahun 2008
Tabel 1. Distribusi umur ibu di Posyandu Desa Jotosanur tahun 2008
1
Pekerjaan
Dari tabel 3 dapat dijelaskan bahwa hampir sebagian (46,3%) ibu Balita adalah ibu rumah tangga. 4. Karakteristik penghasilan ibu
3. HASIL PENELITIAN a. Data Umum 1. Karakteristik umur ibu
No
No
di
No
Penghasilan
Jumlah
%
1
<250.000
41
61.19
2
250.000-500.000
17
25.37
3
500.000-750.000
4
5.97
4
>1.000.000
5
7.47
Jumlah
67
100
Dari tabel 4 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar (61,19%) ibu Balita dengan penghasilan kurang dari Rp. 250.000.
Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan bahwa hampir seluruhnya (85,07%) ibu Balita berumur antara 21 sampai 40 tahun.
5. Karakteristik jumlah anak ibu Tabel 5. Distribusi jumlah anak ibu di Posyandu Desa Jotosanur tahun 2008
2. Karakteristik pendidikan ibu Tabel 2. Distribusi pendidikan ibu di Posyandu Desa Jotosanur tahun 2008
No
Jumlah Anak
Jumlah
%
1
1
31
46.27
No 1
Pendidikan Pendidikan dasar
Jumlah 35
% 52.24
2
2-3
32
47.76
2
SLTA
29
43.28
3
>3
4
5.97
3
Perguruan Tinggi
3
4.48
Jumlah
67
100
Jumlah
67
100
SUYA
Dari tabel 5 dapat dijelaskan bahwa hampir sebagian (47,76%) ibu Balita dengan jumlah anak 2 sampai dengan 3
40
Vol. 1, No, 2, April 2009
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DESA JOTOSANUR KECAMATAN TIKUNG (86,36%), pengetahuan ibu cukup dengan status gizi Balita baik dan hampir sebagian (48%) pengetahuan ibu kurang dengan status gizi Balita kurang. Dengan menggunakan uji spearman’s rho hasil analisis data dengan bantuan SPSS versi 11,5 didapatkan nilai koefisien korelasi Spearman (rs)=0, 376 dan nilai sig 2 tailed (p) 0,002, sehingga p < 0,05 maka H1 diterima yang artinya ada hubungan antara pengetahuan ibu Balita tentang gizi dengan status gizi Balita di Posyandu Desa Jotosanur.
b. Data Khusus 1. Pengetahuan ibu tentang gizi Balita Tabel 6 Distribusi pengetahuan ibu tentang gizi Balita di Posyandu Desa Jotosanur tahun 2008 No
Pengetahuan
Jumlah
%
1 2
Kurang
25
37.31
Cukup
22
3
32.84
Baik
20
29.85
Jumlah
67
100
Dari tabel 6 dapat dijelaskan bahwa hampir sebagian (37,31%) ibu Balita dengan pengetahuan kurang. 2. Status gizi Balita Tabel 7 Distribusi status gizi Balita di Posyandu Desa Jotosanur tahun 2008 No
Status Gizi
Jumlah
%
1
Buruk
0
0
2
Kurang
15
22.39
3
Baik
47
70.15
4
Gemuk
5
7.46
Jumlah
67
100
Dari tabel 7 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar Balita (70,15%) dengan status gizi baik. 3. Hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi Balita Tabel 8. Tabel silang antara pengetahuan ibu tentang gizi Balita dengan status gizi Balita di Posyandu Desa Jotosanur tahun 2008 No
Status Gizi
Pengetahuan Kurus
1 2 3
Kurang Cukup Baik
Total
Total Baik
Gemuk
N
12
11
2
25
%
48
44
8
100 %
N
2
19
1
22
%
9.09
86.3
4.55
100 %
N
1
17
2
20
%
5
85
10
100 %
Jml
15
47
5
67
%
22.39
70.1
7.46
100 %
Hasil uji SPSS Spearman rho’s : rs = 0,376, sig. 2-tailed = 0,002
Sumber : data primer Desember 2008 Dari tabel 8 dapat dijelaskan bahwa hampir seluruhnya (85%) pengetahuan ibu baik dan status gizi Balita baik, hampir seluruhnya
SUYA
41
4. PEMBAHASAN a. Pengetahuan ibu Balita tentang gizi Balita Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa hampir sebagian (37,31%) ibu dengan pengetahuan kurang. Menurut Wahid, et all, (2007), pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya usia, pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan sosial ekonomi. Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan bahwa hampir seluruhnya (85,07%) ibu berumur antara 21 sampai 40 tahun. Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa (Wahid, et all, 2007:30). Semakin cukup usia tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari hasil analisa data yang diperoleh menunjukkan bahwa hampir sebagian ibu memiliki pengetahuan kurang tentang gizi Balita. Hal ini disebabkan karena pengetahuan tidak hanya dipengaruhi oleh usia, melainkan dipengaruhi juga oleh faktor lain diantaranya adalah pendidikan. Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar (52,24%) ibu dengan pendidikan dasar. Sesuai dengan pendapat Soetjiningsih (1998), bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah untuk menerima informasi, dan makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Menurut Nasrul (1998), bahwa tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit menerima informasi yang disampaikan. Tingkat pendidikan yang rendah akan menghambat perkembangan
Vol. 1, No, 2, April 2009
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DESA JOTOSANUR KECAMATAN TIKUNG lainnya, tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak yang sedang dalam proses tumbuh. Depkes (2000), menyebutkan bahwa pertumbuhan balita dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor dalam maupun faktor luar. Faktor dalam meliputi jumlah dan mutu makanan serta kesehatan Balita. Sedangkan faktor luar meliputi pengetahuan, pendidikan, sosial ekonomi, sosial budaya dan perilaku orangtua atau pengasuh. Masa Balita merupakan masa keemasan yang dapat diwujudkan dengan memberikan makanan yang sesuai untuk proses tumbuh kembang Balita serta dibutuhkan perhatian yang lebih dari orang tua untuk kondisi kesehatannya (Ruslita, 2007). Pengasuhan anak didefinisikan sebagai perilaku yang dipraktikan oleh pengasuh (ibu, bapak, nenek, atau orang lain) dalam memberikan makanan, pemeliharaan kesehatan, serta dukungan emosional yang dibutuhkan anak untuk tumbuh-kembang, termasuk di dalamnya tentang kasih sayang dan tanggung-jawab orang-tua (Husaini, 2008). Dari distribusi pekerjaan ibu Balita hampir sebagian (46,3%) ibu Balita adalah ibu rumah tangga. Dapat dijelaskan bahwa dengan adanya ibu disamping Balita, waktu yang tersedia untuk Balita akan lebih banyak. Ibu dapat memberikan perhatian yang lebih untuk kondisi kesehatannya, memberikan pengasuhan yang baik termasuk memberikan makanan yang sesuai, kasih sayang serta tanggung jawab terhadap Balita. Status gizi yang kurang pada Balita di posyandu Desa Jotosanur disebabkan karena rendahnya pendidikan ibu. Sebagian besar (52,24%) ibu dengan pendidikan dasar. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak. Keluarga dengan latar belakang pendidikan rendah seringkali tidak dapat, tidak mau, atau tidak meyakini pentingnya penggunaan fasilitas yang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan anaknya (Yupi Supartini, 2004:51). Hasi analisa data menunjukkan sebagian besar ibu dengan pendidikan dasar.
sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Dari hasil analisa data yang diperoleh menunjukkan lebih dari sebagian ibu Balita dengan pendidikan dasar, sehingga dapat menghambat perkembangan ibu dalam menerima informasi-informasi penting tentang kesehatan, khususnya tentang gizi Balita. Dari tabel 4 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar (61,19%) ibu dengan penghasilan kurang dari Rp. 250.000. Pengetahuan ibu rumah tangga dipengaruhi oleh keadaan sosial masyarakat dari keluarga itu sendiri diantaranya adalah penghasilan keluarga yang minim. Sesuai dengan pendapat Nasrul (1998) bahwa keadaan sosial ekonomi yang rendah umumnya berkaitan dengan berbagai masalah terutama pendidikan, dan kesehatan yang mereka hadapi. Hal ini disebabkan karena ketidakmampuan, ketidakmauan dan ketidaktahuan dalam menghadapi masalah. Penghasilan yang rendah akan mengurangi kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan, yakni kebutuhan terhadap gizi, pendidikan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Hasil analisa data menunjukkan sebagian besar ibu dengan penghasilan kurang dari Rp. 250.000 sehingga kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga akan berkurang. Ibu yang mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari, penghasilan yang diperoleh hanya cukup untuk kebutuhan yang sangat mendasar saja sehingga dengan sendirinya perhatian mereka kehal-hal lain semakin berkurang termasuk dalam hal pengetahuan tentang pengaturan makanan Balita yang secara tidak langsung akan mempengaruhi perhatian ibu terhadap penyediaan makanan di rumah tangga. b. Status Gizi Balita Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa sebagian besar (70,15%) Balita dengan status gizi baik dan status gizi kurang 22,39%. Balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat (Francin, Erna, 2005:66). Pertumbuhan seorang anak bukan hanya gambaran berat badan, tinggi badan atau ukuran tubuh
SUYA
42
Vol. 1, No, 2, April 2009
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DESA JOTOSANUR KECAMATAN TIKUNG Hal ini dapat menghambat ibu dalam menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, cara memberikan makanan yang sesuai dengan kebutuhannya dan sebagainya. Faktor lain penyebab gizi kurang adalah keadaan sosial ekonomi. Sebagian besar (61,19%) dengan penghasilan kurang dari Rp.250.000. Menurut Nasrul, (1998:40) penghasilan yang rendah akan mengurangi kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan, yakni kebutuhan terhadap gizi, pendidikan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Dari hasil analisa data menunjukkan sebagian besar dengan penghasilan kurang dari Rp. 250.000. Hal ini dapat mengurangi kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan. Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan untuk keluarga juga akan menentukan hidangan yang disajikan bagi keluarga sehari hari baik kualitas maupun kuantitasnya. c. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan Status Gizi Balita
Menurut Soekidjo (2002:10) pengetahuan dapat diperoleh dengan berbagai cara baik modern maupun tradisional, diantaranya berdasarkan pengalaman. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi dimasa lalu. Dapat dijelaskan bahwa pengalaman dalam merawat anak sebelumnya menjadi sumber pengetahuan ibu. Dengan pengalaman sebelumnya penyesuaian diri sebagai orangtua menjadi lebih baik sehingga pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman akan semakin bertambah. Pengetahuan ibu sangat mempengaruhi keadaan gizi dari Balita yang merupakan salah satu dari kelompok yang rawan gizi, dimana keadaan pangan yang tidak seimbang pada hidangan makanan sehari-hari yang berperanan besar terhadap penyediaan tersebut adalah ibu-ibu rumah tangga (Ali Khomsan, 2006). Pengetahuan ibu rumah tangga sangat dipengaruhi oleh keadaan sosial masyarakat dari keluarga itu sendiri diantaranya adalah penghasilan keluarga yang minim sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi perhatian ibu terhadap penyediaan makanan di rumah tangga. Pentingnya pengetahuan nutrisi merupakan modal awal dalam proses pemberian makan bagi balita. Perhatian terhadap gizi balita menyebabkan orangtua harus lebih mengerti dalam menyusun menu agar memenuhi standar gizi yang memadai (Rostiawati , 2002:7). Menurut Soegeng Santoso (2004:73), masalah gizi karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak akan menurunkan konsumsi anak. Kurangnya pengetahuan tentang makanan yang mengandung nilai gizi tinggi, cara pengolahan, cara penyajian makanan dan variasi makanan dapat berpengaruh terhadap status gizi anak atau keluarga (Depkes, 2000). Pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi Balita. Jika pengetahuan gizi ibu baik, maka diharapkan ketrampilan menyediakan makanan baik dan status gizi Balita akan baik.
Dari tabel 4.8 dapat dijelaskan bahwa hampir seluruhnya (85%) pengetahuan ibu baik dan status gizi Balita baik, hampir seluruhnya (86,36%), pengetahuan ibu cukup dengan status gizi Balita baik dan hampir sebagian (48 %) pengetahuan ibu kurang dengan status gizi Balita kurang. Pengetahuan tercakup dalam domain kognitif yang mempunyai 6 tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah (Soekidjo, 2003:122). Meskipun demikian tidak berarti seseorang yang berada pada tingkat tahu tidak mampu mengaplikasikan kemampuannya. Sebaliknya seseorang dengan tingkatan aplikasi terkadang tidak paham bahkan tidak tahu dari apa yang dilakukannya, sehingga masih didapatkan pengetahuan ibu kurang dengan status gizi Balita baik dan pengetahuan ibu baik dengan status gizi Balita kurang.
SUYA
43
Vol. 1, No, 2, April 2009
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DESA JOTOSANUR KECAMATAN TIKUNG Depkes RI. (2000). Gizi Seimbang menuju Hidup Sehat bagi Balita. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Direktorat Gizi Masyarakat. Depkes RI. (2000). Pedoman Tata Laksana Kurang Energi Protein Pada Anak Di Rumah Sakit Kabupaten/Kodya. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Depkes RI. (2005). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Depkes RI. (2006). Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP- ASI)Lokal Tahun 2000. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Depkes RI. (2006). Penggerakan dan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kemitraan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Francin, Erna. (2005). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC. Harsono. (1999). Pemenuhan Gizi Balita. http://orang-tua-anak.infogue.com. Husaini. (2008). Peranan Gizi dan Pola Asuh dalam Meningkat Kualitas Tumbuh KembangAnak.http://whandi.net//?pili h=news&aksi=lihat&id=1627 IDN, Supariasa, et.all. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Mardalis. (2004). Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta: PT Bumi Aksara Maruzaman. (2008). Gizi Buruk pada Balita http://www.dradio1034fm.or.id/detail. php?id=1870. Nasrul Effendy. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: CV. Sagung Seto.
Hal ini dipertegas dengan hasil uji spearman’s rho didapatkan nilai koefisien korelasi Spearman (rs)=0, 376 dan nilai sig 2 tailed (p) 0,002, sehingga p < 0,05 maka H1 diterima yang artinya ada hubungan antara pengetahuan ibu Balita tentang gizi dengan status gizi Balita di Posyandu Desa Jotosanur. 5. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan 1) Hampir sebagian ibu Balita dengan pengetahuan kurang. 2) Sebagian besar Balita dengan status gizi baik. 3) Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi Balita dengan status gizi Balita di Posyandu Desa Jotosanur Kecamatan Tikung tahun 2008. b. Saran Diharapkan petugas kesehatan memberikan pelayanan yang profesional, antara lain mengadakan posyandu secara rutin satu bulan sekali, mengadakan penimbangan Balita, memberikan pendidikan gizi kepada ibu Balita, mengadakan kunjungan rumah bagi Balita yang tidak datang ke Posyandu serta Balita BGM. Bagi responden diharapkan secara rutin datang ke Posyandu untuk melakukan penimbangan Balita, aktif mencari informasi tentang kesehatan Balita khususnya gizi Balita. Penelitian ini dapat juga dijadikan acuan bagi peneliti yang akan datang agar dapat melakukan penelitian pada populasi yang lebih besar dan melakukan penelitian terhadap faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi Balita. Daftar Pustaka Agus Kresno Budiyanto. (2004). DasarDasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press. Ali Khomsan. (2006). Anak Ogah Makan, Salah Ortu.http://www.indomedia.com/intisar i/htm Arisman. (2007). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC Darwis, Sudarwan Danim. (2003). Metodologi Penelitian. Jakarta: EGC.
SUYA
PERSAGI. (1997). Penuntun Diit Anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
44
Vol. 1, No, 2, April 2009
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DESA JOTOSANUR KECAMATAN TIKUNG Soekidjo Notoatmodjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Soetjiningsih. (1998). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. Solihin Pudjiadi. (2005). Ilmu Gizi Klinis Pada Anak Edisi Empat. Jakarta: FKUI Sugiyono. (2006). Statistik untuk Penelitian. Bandung: C.V Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta. Wahid Iqbal Mubarak, et all. (2007). Promosi Kesehatan : Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu Yupi Supartini. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Purwadarminta. (2006). Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Rostiawati. (2002). Ayah Bunda. Makanan Sehat Lezat untuk Bayi dan Balita. Jakarta: Yayasan Aspirasi Pemuda. Ruslita. (2007). Status Gizi Anak yang Masih http://www. Terabaikan.
[email protected] Sacharin, Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik edisi 2.Jakarta: EGC. Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti. (2004). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Soekidjo Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
SUYA
45
Vol. 1, No, 2, April 2009