TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DESA SEBANI KECAMATAN PANDAAN KABUPATEN PASURUAN IRMA OKTAVIANA 1211010060
Subject : Tingkat Pendidikan Ibu, Status Gizi Balita, Ibu dan Balita DESCRIPTION Status gizi pada balita hendakknya dipantau setiap bulan dengan cara mengikuti pelaksanaan Posyandu, karena dengan mengikuti Posyandu kita dapat mengontrol status gizi balita melalui penimbangan berat badan atau pengukuran tinggi badan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui status gizi balita di Desa Sebani Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan. Jenis penelitian ini adalah metode analitik dengan pendekatan “Cross Sectional”. Tingkat Pendidikan Ibu sebagai variabel Independen dan Status Gizi Balita sebagai variabel Dependent. Populasi penelitian ini adalah semua ibu dan balita di Posyandu Desa Sebani Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan sebanyak 345 responden. Sampel diambil dengan tekhnik sampling accidental sebanyak 185 responden. Tekhnik pengumpulan data menggunakan angket (lembar observasi) untuk mengetahui tingkat pendidikan ibu, tekhnik observasi (penimbangan) untuk mengetahui status gizi balita. Uji statistic yang digunakan adalah exactfisher. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 185 responden memiliki tingkat pendidikan SMA yaitu 100 responden (54,1%), sedangkan hampir seluruh responden memiliki status gizi baik (78,4%). Sejumlah 185 responden sebagian besar responden yang memiliki pendidikan terakhir SMA memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 86 responden (46,4 %). Perhitungan exactfisher test menunjukkan nilai exact sig (2-sided) 0.500 dengan tingkatan kemaknaan 0.05 yang artinya 0.500 > 0.05 bearti Ho di terima. Tidak ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status gizi pada balita di Posyandu Desa Sebani Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan Tahun 2015. Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa dengan mengikuti Posyandu kita dapat mengambil banyak manfa’at, salah satunya yaitu dapat mengetahui status gizi balita setiap bulan dengan cara penimbangan atau pengukuran tinggi badan.
1
2
ABSTRACT Nutritional status of infants should be monitored every month by following the implementation of the IHC, because by following the IHC we can control the nutritional status of children through weighing or height measurement. The research objective is to determine the nutritional status of children in the village Sebani Pandaan District of Pasuruan. This type of research is the analytic method "Cross Sectional". Mother education level as independent variables and Toddlers Nutritional Status as Dependent variables. The study population was all mothers and infants in Posyandu Sebani Pandaan District of Pasuruan many as 345 respondents. Samples were taken by accidental sampling technique as much as 185 respondents. Data collection techniques using questionnaires (observation sheet) to determine the level of maternal education, techniques of observation (weighting) to determine the nutritional status of children. Statistical test used is exactfisher. The results showed that of the 185 respondents had a high school education level of 100 respondents (54.1%), while almost all respondents have a good nutritional status (78.4%). A number of 185 respondents most respondents who have an education past high school has a good nutritional status of as many as 86 respondents (46.4%). Fisher's exact test calculations show the exact value sig (2-sided) 0.500 with a significance level of 0.05 which means 0.500> 0.05 bearti Ho received. There is no relationship with the mother's level of education on the nutritional status of children under five in Posyandu Sebani Pandaan District of Pasuruan 2015. The conclusion of this study that by following the IHC we can take a lot are the benefits, one of which is able to determine the nutritional status of children under five every month by means of weighing or measuring height.
Keywords: Level of Education, Nutritional Status of underfive children Contributor
: 1. Dyah Siwi Hety., S.SiT.,SKM.,M.Kes 2. Dhonna Anggreni, SKM Date : 21 Agustus 2015 Type Material : Laporan Penelitian Identifier : Right : Open Document Summary :
3
LATAR BELAKANG Anak balita merupakan salah satu golongan penduduk yang rawan terhadap masalah gizi.Mereka mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadahi. Bila sampai terjadi kurang gizi pada masa balita dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan mental (Taringan, 2003). Tingkat pendidikan ikut menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan, semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan lebih mudah menerima informasi-informasi gizi (Handayani, 1994). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 menunjukkan bahwa sebanyak 4,9% anak balita di Indonesia mengalami gizi buruk dan 13% mengalami gizi kurang. Setiap tahun diperkirakan sebanyak 7% anak balita di Indonesia (sekitar 300.000 jiwa) meninggal dan hal ini berarti setiap 2 menit terjadi kematian satu anak balita, dimana sebanyak 170.000 anak (60%) diantaranya akibat gizi buruk. Seluruh anak usia 4-24 bulan yang berjumlah 4,9 juta di Indonesia, sekitar seperlimanya sekarang berada dalam kondisi kurang gizi (Riskedas, 2010). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 secara Nasional diperkirakan Prevalensi Balita Gizi Buruk dan Kurang sebesar 19,6%. Jumlah ini jika di bandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2007, terjadi peningkatan yaitu dari 18,4%. Bila dilakukan konversi kedalam Jumlah absolutnya, maka ketika jumlah Balita tahun 2013 adalah 23.708.844, sehingga jumlah Balita Gizi buruk sebesar 4.646.933 Balita. Berdasarkan survey terkait dengan kondisi gizi terhadap anak di Asia Tenggara pada tahun 2013. Hasilnya cukup mengejutkan, 64 persen kematian anak di dunia disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk. Berdasarkan hasil Penelitian Status Gizi (PSG) tahun 2013, Jawa Timur sudah berhasil mencapai angka dibawah target MDGs (15,5%) dan Renstra (15,1%) yakni sebesar 12,6% (Berat Badan Kurang 10,3% dan Berat Badan Sangat Kurang 2,3%). Gambaran status gizi balita berdasarkan Berat Badan menurut Umur (BB/U) di Jawa Timur Tahun 2012, diketahui bahwa berdasarkan indikator BB/U, presentase balita Gizi BUruk (BB Sangat Kurang) sebesar 1,15% dan presentase balita Gizi Kurang sebesar 5,71%. Jika dibandingkan dengan target MDGs tahun 2014 sebesar 3,6% maka angka prevalensi gizi buruk di Jawa Timur sudah cukup aman (1,15%). Di Kabupaten Pasuruan pada tahun 2013sebesar 2% dan balita yang mengalami berat badan kurang sebesar 8,55% (DinkesJatim, 2013). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Desa Sebani Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan di peroleh 7 dari 10 balita mengalami gizi kurang (berat badan tidak sesuai dengan umur). Banyak faktor yang menyebabkan keadaan kurang gizi. Masalah gizi kurang pada umumnya di sebabkan oleh kemiskinan ; kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kebersihan lingkungan (sanitasi) ; kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu simbang, dan kesehatan ; dan adanya daerah
4
miskin gizi (yodium). Faktor rendahnya pengetahuan masyarakat tentang gizi dapat dikaitkan dengan pengetahuan seorang ibu tentang kecukupan gizi keluarganya. Pengetahuan ini dapat dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu tersebut (Sunita Alatsier, 2009). Tingkat pendidikan ikut menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan, semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan lebih mudah menerima informasi-informasi gizi. Adanya pendidikan gizi tersebut diharapkan tercipta pola kebiasaan makan yang baik dan sehat, sehingga dapat mengetahui kandungan gizi, sanitasi, dan pengetahuan yang terkait dengan pola makan lainnya (Handayani, 1994). Upaya yang dapat dilakukan yaitu Upaya Kesehatan Kuratif dan Rehabilitatif yaitu penemuan aktif dan rujukan kasus gizi buruk, perawatan balita gizi buruk, pendampingan balita gizi buruk pasca perawatan. Upaya kesehatan promotif dan preventif yaitu pendidikan (penyuluhan) gizi, revitalisasi posyandu, pemberian suplementasi gizi (Suparyanto,2010).
METODOLOGI Penelitian ini menggunakan metode analitik jenis penelitian observasional desain penelitian cross sectional. Variabel independen adalah tingkat pendidikan ibu, variabel dependen adalah status gizi balita. Populasi penelitian semua ibu dan balita di Posyandu Desa Sebani Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan. Jumlah sampel 185 responden yang diambil menggunakan teknik sampling NonProbability sampling dengan sampling accidental. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi. Pengolahan data editing, coding, scoring, entry data, cleaning data, tabulating. Analisis data menggunakan uji exactfisher.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dari 185 responden sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 100 responden (54,1). Berdasarkan penelitian hampir seluruh responden memiliki tingkat pendidikan SMA. Dikarenakan lokasi sekolah yang dekat dengan desa atau letak sekolah strategis, sehingga masyarakat banyak yang bersekolah dan memiliki tingkat pendidikan yang menjanjikan. Sekarang pun sudah ada program wajar 12 tahun sehingga masyarakat diwajibkan menyelesaikan pendidikan minimal berijazah SMA sederajat. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dari 185 responden hampir seluruhresponden memiliki status gizi baik yaitu 148 responden (80%). Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa sebagian responden memiliki status gizi baik. Adanya slogan dua anak cukup masyarakat sudah hampir tidak ada yang memiliki jumlah anak lebih dari 3. Memiliki jumlah anak yang sedikit ibu lebih
5
gampang untuk mengontrol nutrisi balitanya. Status gizi balita dapat di capai dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden sejumlah 185 orang dengan tabulasi silang antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi balita, diantaranya sebagian besar responden yang memiliki pendidikan terakhir SMA memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 86 responden (46,4 Berdasarkan data diatas kebanyakan responden yang memiliki tingkat pendidikan SMA memiliki status gizi baik. Letak sekolah yang strategis atau dekat dengan desa, mereka dapat bersekolah sehingga dapat memiliki ijazah yang menjanjikan. Adanya era Globalisasi jaman sekarang ketersediaan bahan makanan dengan harga yang terjangkau masyarakat dapat membeli bahan makanan yang dapat memenuhi status gizi balitnya. Berdasarkan data yang didapatkan tidak ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status gizi balita, karena berhubungan dengan era globalisasi yang sudah maju yaitu letak sekolah yang strategis atau dekat dengan desa dan harga bahan makanan yang terjangkau.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dari 185 responden sebagian besar responden yang memiliki pendidikan terakhir SMA memiliki status gizi baik. Hasil uji statatistik menjelaskan bahwa tidak ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status gizi balita di Posyandu Desa Sebani Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan (p value = 0,05).
REKOMENDASI
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya dalam hal penimbangan di posyandu dan untuk mengontrol status gizi balita tersebut bagi peneliti. Meningkatkan pengetahuan, dan merubah sikap ibu balita yang memiliki sifat malas untuk datang ke posyandu Bagi Tenaga Kesehatan 1. Bagi Masyarakat Memberikan pengetahuan baru yang mungkin tidak di mengerti oleh masyarakat terutama tentang status gizi balita bagi masyarakat. Menciptakan generasi yang baik, jika balita balita yang ada di desa memiliki status gizi baik bagi lahan penelitian. Sebagai dokumentasi ilmiah serta informasi dalam rangka pengembangan dan peningkatan pengetahuan serta institusi pendidikan dapat memberikan masukan lebih lanjut bagi institusi pendidikan.
6
Harus terus berusaha meningkatkan dan menggerakkan para ibu balita untuk mengikuti kegiatan posyandu dan menimbangkan balitanya bagi peneliti berikutnya.
ALAMAT CORRESPONDENSI
Email No.Hp Alamat
:
[email protected] : 089636543942 : Dusun Karanglo Desa Sebani Kec. Pandaan Kab. Pasuruan
7