ILMIAH Volume II1 No.2, 2010
Idil Fitriani. Hubungan Pendidikan
HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI KECAMATAN PEMULUTAN SELATAN KABUPATEN OGAN ILIR IDIL FITRIANI, SST PNS Dinkes OI
ABSTRACT This research mount of mother education with the visit balita to posyandu in regional work of poskesdes Segayam in December 2009. The rsearch sample was taken 79 people which indicates that mount the education of mother balita found by equal to 96,2 % with the low education category, and 28,9 % with the high education category. Through data analysis use statistical test of Chi-Square, with meaning P.Value boundary < 0,05, result of research showing there no relation between mother education with the visit balita to posyandu in regional work of poskesdes Segayam. Key Word : mother education, balita, visite
ABSTRAK Penelitiaan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendidikan ibu balita dengan kunjungan balita ke posyandu di wilayah kerja poskesdes Segayam bulan Desember 2009. Metode penelitian yang digunakan adalah survey analitik secara Cross Sectional.Dimana jumlah sampelnya sebanyak 79 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 96,2 % responden berpendidikan rendah dan 28,9 rsponden berpendidikan tinggi. Melalui analisa data menggunakan uji statistic Chi-Square, dengan batas kemaknaan P. Value < 0,05, hasil penelitian ini memperlihakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan kunjungan ke posyandu di wilayah kerja poskesdes Segayam. Kata Kunci : Posyandu, Balita, Kunjungan PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam rangka menuju masyarakat yang adil dan makmur maka pembangunan dilakukan di segala bidang. Pembangunan bidang kesehatan yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang secara keseluruhan perlu digalakkan pula. Hal ini telah digariskan dalam sistem ketahanan nasional antara lain disebutkan bahwa sebagai tujuan pembangunan kesehatan nasional adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk atau individu agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai alah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional. (Zulkifli, 2003 ) Dengan dicanangkannya Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) dalam rangka menunjang pembangunan nasional dan manusia Indonesia seutuhnya, maka diperlukan berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas anak. Hal ini karena keberhasilan Keluarga Berencana tentu akan sia-sia kalau jumlah anak yang kita anjurkan dua orang saja, tidak mempunyai kualitas yang baik. Sebab anak merupakan generasi penerus suatu bangsa, dimana kalau anak-anak sehat maka bangsapun akan kuat dan sejahtera. Oleh karena itu, kita semua menaruh harapan agar anak-anak
dapat tumbuh dan kembang dengan sebaikbaiknya, sehingga nantinya menjadi orang dewasa yang sehat fisik, mental dan social ( Soetjiningsih, 2002 ). Generasi penerus bangsa kuat dan berkulitas dapat diwujudkan melalui upaya-upaya yang terarah, sehingga dapat dihasilkan anak-anak sehat yang merupakan modal dasar untuk pembentukan generasi yang diharapkan. Tetapi kenyataannya pada masa sekarang ini masalah yang dihadapi adalah masih tingginya angka kematian anak ( Depkes RI, 1999 ). Anak balita sangat rentan terhadap masalah-masalah kesehatan, oleh karena itu orang tua (keluarga) sangat diharapkan untuk memberikan hak-hak anaknya diantaranya adalah mendapatkan kasih sayang, gizi yang cukup dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai ( Depkes RI, 1999 ). Krisis ekonomi telah melemahkan aktivitas posyandu sekaligus meningkatkan kasus gizi buruk terutama di daerah miskin karena masyarakat/ kader/ relawannya kekurangan sumber daya guna melaksanakan kegiatan posyandu. Ntuk mengatasinya perlu segera dilakukan revitalisasi posyandu, yaitu upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu
ILMIAH Volume II1 No.2, 2010 dan anak. Secara menyeluruh, revitalisasi posyandu tertuang dalam Surat Edaran Mendagri Nomor : 411.3/536/SJ tanggal 3 Maret 1999 beserta petunjuk pelaksanaannya. Sumber dana revitalisasi posyandu tersedia diberbagai sector ( Azwar, 1999 ). Sejak terjadi krisis ekonomi, kegiatan posyandu juga ikut menurun, maka perlu dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan balita ke posyandu. Adapun faktorfaktor tersebut antara lain pendidikan, pekerjaan, dan penolong persalinan. Persalinan yang ditolong oleh dukun sebagian besar ibu-ibu balita jarang mau membawa bayi atau balitanya ke posyandu, apalagi ditambah dengan pendidikan ibu yang rendah sehingga mereka sulit menerima informasi tentang kesehatan ( Poerdji, 2002 ). Selain itu juga, pengetahuan ibu, kegiatan posyandu, status gizi balita, sikap ibu dan jarak Posyandu merupaka factor – factor yang mempengaruh tingkat kunjungan balita ke Posyandu ( Khotimah, 2009). Pada dasarnya kasus kurang gizi dapat segera dimonitor dan diketahui secara dini melalui kegiatan posyandu, karena posyandu meruakan ujung tombak bagi kegiatan pelayanan kesehatan, hal ini berartibila pelaksanaan kegiatan posyandu berjalan dengan baik, maka kasus gizi buruk ini akan dapat diatasi denga secepatnya, sehingga Angka Kematian Bayi ( AKB ) bias diturunkan, karena salah satu penyebab Angka Kematian Bayi ( AKB ) yang masih tinggi, dikarenakan tingginya status gizi yang buruk, salah satu tolak ukur kemakmuran suatu bangsa dilihat dari jumlah Angka Kematian Balita ( Soekirman, 1999/2000). Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat dengan dukungan tehnis dari tenaga kesehatan. Mulai diperkenalkan sejak tahun 1984, dalam perkembangannya posyandu tumbuh dengan pesat hingga sekitar tahun 1993. Setelah itu mengalami kemunduran fungsi dan kegiatannya. Relatif rendah pembiayaan penyelenggaraannya namun dapat menjangkau cakupan target yang luas menyebabkan posyandu merupakan alternatif pelayanan kesehatan yang perlu dipertahankan, untuk itu pemerintah sejak tahun 1999 melakukan revitalisasi posyandu ( Badan Litbang Kesehatan KalTim, 2006 ). Dari hasil pendataan penduduk tahun 2009 di desa Segayam terdapat 1.245 jiwa penduduk dan mayoritas penduduk berpendidikan rendah. Dari data laporan tahunan, hasil penimbangan tingkat kecamatan di wilayah kerja puskesmas pemuulutan selatan tahun 2009 terdapat 25 posyandu yang aktif, peran serta masyarakat (D/S) sebesar 78 % dan keberhasilan program
Idil Fitriani. Hubungan Pendidikan posyandu (N/D) yaitu sebesar 73 % ( PKM Sungai Lebung). Dari data laporan bulanan, hasil penimbangan tingkat desa pada bulan Desember 2009 di wilayah kerja poskesdes Segayam terdapat 1 posyandu dengan jumlah kader 5 orang, peran serta masyarakat (D/S) sebesar 20,5 % dan keberhasilan program posyandu (N/D) yaitu sebesar 17 %. Pada tahun 2009 terdapat 120 balita yang diukur, 2 % balita gizi buruk, 7 % balita gizi kurang kurang. Dari uraian di atas wilayah daerah Segayam merupakan saah satu daerah dengan status gizi yang cukup rendah dan keberhasilan program posyandu (N/S) serta peran serta masyarakat (D/S) untuk datang ke posyandu belum mencapai target yang diharapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir tahun 2009. Meihaat permasalahan ini, penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah dengan judul “ Hubungan antara pendidikan Ibu dengan kunjungan balita ke posyandu di wilayah kerja poskesdes Segayam Kecamatan Pemulutan Selatan Kabupaten Ogan Ilir. Identifikasi Masalah Pemantauan perkembangan anak balita di posyandu bertujuan untuk mengetahui keadaan kesehatan dan memantau gizinya melalui penimbangan berat badannya setiap bulan. Dari hasil penimbangan balita (posyandu) setiap bulannya maka akan banyak diperoleh informasi tentang pengelolaan pembinaan gizi dan kesehatan balita di setiap wilayah kerja posyandu ( Depkes RI, 1999). Namun banyak factor yang mempengaruhi tingkat kunjungan balita ke poyandu, menurut Khotimah ( 2009 ) factor – factor tersebut yaitu pendidikan Ibu, pekerjaan Ibu, pengetahuan Ibu, Sikap Ibu, kegiatan Posyandu, status giizi balita dan jarak Posyandu. Selain tiu menurut Poerdji (2002 ), penolong persaliana juga dapat mempengaruhi tingkat kunjungan balita ke Posyandu.
Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Tempat penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja POSKESDES Segayam Pemulutan Selatan Kabupaten OI.
Populasi dan Sampel Popolasi Populasi adalah keseluruhan dari suatu objek yang karakteristiknya akan diduga atau sedang diamati. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita yang berberada di wilayah kerja Poskesdes Segayam.
ILMIAH Volume II1 No.2, 2010
Idil Fitriani. Hubungan Pendidikan
Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah ibu – ibu yang mempunyai balita yang terdaftar di posyandu dan mempunyi Kartu Menuju Sehat ( KMS ) di desa Segayam. Jika dalam keluarga Ibu terdapat lebih dari satu balita, maka sampel yang diambil adalah balita yang usianya lebih muda. Besarnya sample dihitung dengan rumus
n=
P.Q. z
d
2
2
Dimana: n = jumlah sampel P = proporsi ibu balita yang datang ke posyandu Q = proporsi ibu balita yang tidak datang ke posyandu Z = target koefisien (kepercayaan) = 95% ∼ 1,96 D = presisi/ ketelitian (Ariawan, 1998). Di Poskesdes Segayam, proporsi pasien yang berkunjung ke posyandu pada bulan Desember 2009 adalah 29 %. Maka besarnya sampel adalah: n=
0,29 x0,71x1,96 2 0,29 x 0,71x3,8416 0,79098544 = = 0,01 0,01 0,12
=79,098544
≈ 79 Jadi sampel minimal adalah 79 sampel. Pengolahan Data dan Analisa Data Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan komputer menggunakan program SPSS versi 12 Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang. Analisa Data 1) Analisis Univariat Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Anlisis univariat dilakukan secara deskriptif dengan perhitungan statistik sederhana berupa persentase. Untuk melakukan analisa dan secara univariat digunakan distribusi frekuensi dengan rumus ( Hastono, 2001 ). Rumus yang digunakan:
P=
F × 100% N
Keterangan P = Presentasi yang dicari F = Frekuensi responden untuk setiap pertanyaan N = Jumlah responden 2) Analisa Bivariat Analisis Bivariat menggunakan uji statistik Chi square (χ 2) dengan α 0,05. Rumus perhitungan Chi-square adalah (24) χ2
=
∑
(O − E )2 E
Keterangan : : Chi-kuadrat χ2 O : Frekuensi yang diobservasi E : Frekuensi yang diharapkan Definisi Operasional 1) Variabel Dependen a. Kunjungan aktif ke posyandu Pengertian : Partisipasi Ibu membawa balitanya ke posyandu sekali setiap bulan. Alat Ukur : Kuesioner Cara Ukur : Wawancara Hasil Ukur : 2. Kunjungan aktif, jika median ≥ 10 1. Kunjungan tidak aktif, jika median <10 Skala Ukur : Nominal 2) Varibel Independen a. Pendidikan Ibu Pengertian : Jenjang pendidikan formal terakhir yang telah dicapai ibu yang dibuktikan oleh ijazah dari pengakuan ibu. Alat Ukur : Check List Cara Ukur : Observasi Hasil Ukur : 2. Tinggi, jika pendidikan ibu SLTA, Diploma dan PT 1. Rendah, jika responden berpendidikan tidak tamat SD,SD dan SLTP. Skala ukur : Nominal
ILMIAH Volume II1 No.2, 2010 Pengumpulan Data Data Primer Data dikumpulkan menggunakan data primer melalui wawancara berstruktur koesioner dan observasi dengan menggunakan instrument Check List.
Idil Fitriani. Hubungan Pendidikan
b.
c. Data Sekunder Data juga diperoleh dari profil desa Segayam, data dari Puskesmas Sungai Lebung. Kerangka Konsep Seorang balita hendaknya rutin setiap bulannya ditimbang berat badannya melalui kegiatan posyandu, selain penimbangan berat badan balita melalui kegiatan posyandu kita juga dapat melihat status gizi, tumbuh kembang balita apakah sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan seharusnya ( Depkes RI, 1999). Faktor – faktor yang mempengaruhi kunjungan balita ke posyandu yaitu : pendidikan, pekerjaan, dan penolong persalinan ( Poerdji, 2002 ). Faktor lainnya yaitu Pengetahuan biu, sikap ibu, kegiatan posyandu, status gizi balita, dan jarak posyandu (Khotimah, 2009). Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap perubahan–perubahan hidup sehat ( Depkes RI, 1999 ). Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengambil satu variabel independen, yaitu pendidikan Ibu bakita. Sementara, kunjungan aktif balita ke posyandu sebagai variabel terikat (dependent variable). Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada kerangka konsep di bawah ini. Variabel Independen
Pendidikan Ibu balita
Variabel Dependen
Kunjungan balita keposyandu
TINJAUAN PUSTAKA Pendidikan Ibu Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara ( Poerdji, 2002 ). Sedangkan jenjang pendidikan terdiri atas : a. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan ini
antara lain : SD, MI, SMP, MTS atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar yang terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi ( UU Sisdiknas, 2003 ).
Pendidikan ibu pada umumnya masih rendah, persentase wanita yang tidak menamatkan pendidikan dasarnya mencapai 34 %. Pada tahun 1985: 15,7 juta penduduk usia diatas 10 tahun buta huruf dan 2/3 nya adalah wanita. Keadaan ini akan mempengaruhi pengetahuan dan sikap ibu terhadap perilaku hidup sehat dan kemampuan si ibu menanggulangi masalah yang dihadapi sehari-hari ( Depkes RI, 1999 ). Jadi dapat dikatakan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu maka akan mudah pula bagi ibu tersebut untuk memperoleh informasi mengenai kesehatan, sebaliknya makin rendah tingkat pendidikan seorang ibu maka akan makin sulit ibu tersebut memperoleh pengetahuan mengenai kesehatan ( Poerdji, 2002 ). Balita Balita adalah anak yang berusia di bawah lima tahun yang masih dalam tahap tumbuh kembang dan merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan dan gizi ( Depkes RI, 1999 ). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Balita Pertumbuhan Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu yang diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik ( Supariasa, 2002 & Ngastiyah, 2005 ). Pertumbuhan fisik anak balita : a. Berat badan : 1) Bayi cukup bulan berat badan waktu lahir akan kembali pada hari kesepuluh. Berat badan bayi menjadi 2 kali lipat berat badan waktu lahir pada umur 5 bulan, menjadi 3 kali lipat berat badan lahir pada umur satu tahun. Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan, kalau anak mendapatkan gizi yang baik, adalah berkisar: 700 – 1000 gram/ bulan pada triwulan I 500 – 600 gram/ bulan pada triwulan II 350 – 450 gram/ bulan pada triwulan III 250 – 350 gram. Bulan pada triwulan IV.
ILMIAH Volume II1 No.2, 2010 2) 3) 4) 5)
b.
Usia 2 ½ tahun : 4 x berat badan lahir Usia 3 tahun : ± 14,5 kg. Usia 4 tahun : ± 16 kg. Usia 5 tahun : 5 x berat badan lahir. Panjang Badan : 1) Tinggi badan rata-rata waktu lahir 50 cm dan pada umur 1 tahun mencapai 73 – 75 cm. 2) Usia 2 tahun: ± 80 cm 3) Usia 3 tahun: ± 88 cm 4) Usia 4 tahun anak laki-laki: ± 96 cm 5) Usia 4 tahun anak perempuan: ± 95 cm 6) Usia 5 tahun anak laki-laki: ± 103 cm 7) Usia 5 tahun pada anak perempuan : ± 104 cm ( Soetjiningsih, 2002)
Perkembangan Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan ( Supariasa, 2002 & Ngastiyah, 2005 ). Melalui DDST (Denver Development Screening Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu: a. Personal Sosial (Kepribadian/ tingkah laku sosial).Aspek yang berhubungan dengan kemandirian, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan. b. Fine Motor Adaptive (Gerakan Motorik Halus).Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagianbagian tubuh tertentu saja yang dilakukan otototot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. c. Language (Bahasa) Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan. d. Gross Motor (Motorik Kasar) Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh ( Soetjiningsih, 2002 ). Perkembangan anak balita menurut umur 1) Lahir sampai 12 bulan a) 4 – 6 minggu: tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1 – 2 minggu kemudian. b) 12 – 16 minggu: menegakan kepala, tengkurap sendiri, menoleh kerah suara, memegang benda yang ditaruh ditangannya. c) 20 minggu: meraih benda yang ada didekatnya. d) 26 minggu: dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lainnya, duduk dengan
Idil Fitriani. Hubungan Pendidikan batuan kedua tangannya disepan, makan biskuit sendiri. e) 9 – 10 bulan: menunjuk dengan jari telunjuk, memegang benda dengan ibu jari dan telunjuk, merangkak, bersuara da...da.... f) 12 bulan: berjalan tanpa bantuan, mengucapkan kata tunggal 2) Umur 12-18 bulan : a) Gerakan motorik kasar : • Berjalan sendiri tidak jatuh • Berjalan dengan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah. b) Gerakan motorik halus : • Mengambil benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk • Menyusun 2 atau 3 kotak c) Bahasa : • Menungkapkan keinginan secara sederhana • Dapat mengatakan 5-10 kata d) Bergaul/kepribadian mandiri : • Minum sendiri dari gelas tidak tumpah • Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing 3) Umur 18-24 bulan : a) Gerakan Motorik Kasar: • Naik turun tangga • Berjalan mundur sedikitnya 5 langkah b) Gerakan Motorik Halus : • Menyusun 6 kotak • Mencoret-coret dengan alat tulis • Menggambar garis di atas kertas/ pasir • Belajar mengontrol BAK dan BAB c) Bahasa : • Menyusun 2 kata • Menunjuk bagian tubuh • dan menyebut namanya d) Bergaul/Kepribadian mandiri : • Belajar makan sendiri • Memperlihatkan minat pada anak lain dan bermain dengan mereka 4) Umur 2-3 tahun : a) Gerakan Motorik Kasar: • Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan • Belajar meloncat, memanjat dengan satu kaki b) Gerakan Motorik Halus : • Membuat jembatan dengan 3 kotak
ILMIAH Volume II1 No.2, 2010 • Menggambar lingkaran c) Bahasa : • Mampu menyusun kalimat • Mempergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang ditujukan kepadanya d) Bergaul/Kepribadian mandiri : • Melepas pakaian sendiri • Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya 5) Umur 3-4 tahun a) Gerakan Motorik Kasar: • Berjalan pada jari kaki/ jinjit • Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga b) Gerakan Motorik Halus : • Menggambar orang hanya kepala dan badan • Mengenal 2 atau 3 warna c) Bahasa : • Berbicara dengan baik • Menyebut namanya, jenis kelamin dan umurnya • Banyak bertanya e) Bergaul/Kepribadian mandiri : • Bermain dengan anak lain • Menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya • Dapat melaksanakan tugas sederhana 6) Umur 4-5 tahun : a) Gerakan Motorik Kasar : • Melompat dan menari • Berdiri dengan satu kaki b) Gerakan Motorik Halus : • Menggambar segi empat dan segi tiga • Dapat menghitung jarijarinya • Dapat menyebutkan hari-hari dalam satu minggu • Mengenal 4 warna c) Bahasa : • Minat kepada kata baru dan artinya • Memprotes apabila dilarang apa yang diinginkannya d) Bergaul/ Kepribadian mandiri : • Menaruh minat pada aktifitas orang dewasa • Membedakan besar kecilnya benda ( Soetjiningsih, 2002 )
Idil Fitriani. Hubungan Pendidikan Tahap-tahap tumbuh kembang anak : Walaupun terdapat variasi yang besar, akan tetapi melalui suatu ’’milestone’’ yang merupakan tahapan dari tumbuh kembangnya dan tiap tahap mempunyai ciri tersendiri. Dari kepustakaan terdapat berbagai pendapat mengenai pembagian tahap-tahap tumbuh kembang ini, tetapi pada tulisan ini digunakan pembagian berdasarkan Hasil Rapat Kerja UKK Pediatri Sosial di Jakarta, Oktober 1989, yaitu : 1) Masa prenatal a) Mudigah/ embrio : konsepsi – 8 minggu b) Masa Masa janin /fetus: lahir 2) Masa Bayi : 0 – 1 tahun a.Masa neonatal : 0 – 28 hari • Masa neonatal dini : 0 – 7 hari • Masa neonatal lanjut : 8 – 28 hari b. Masa pasca neonatal lanjut : 29 – 1 tahun 3) Masa para sekolah : usia 1 – 6 tahun 4) Masa sekolah : usia 6 – 18/20 tahun
Faktor–faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak Balita a. Faktor genetik Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. b. Faktor Lingkungan Secara garis besar terbagai menjadi : 1) Faktor Lingkungan Pranatal Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir antara lain adalah gizi ibu hamil, mekanis, toksin/z at kimia, endokrin, radiasi, infeks i, stress, imunitas, dan anoreksia. 2) Faktor Lingkungan Post Natal Lingkungan post natal yang mempengaruhi tumbuh kembang balita secara umum dapat digolongkan menjadi : a) Faktor Biologis, antara lain: ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi,
ILMIAH Volume II1 No.2, 2010
b)
c)
d)
perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronik, fungsi metabolisme dan hormon. Faktor Fisik, antara lain: cuaca/ musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah (struktur bangunan, ventilasi, cahaya, dan kepadatan hunian), radiasi. Faktor Psikososial, antara lain: stimulasi, motivasi belajar, ganjaran ataupun hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stres, sekolah, cinta dan kasih sayang dan kualitas interaksi anak – orang tua. Faktor keluarga dan adat istiadat antara lain: pekerjaan/ pendapatan keluarga, pendidikan ayah/ ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ ibu, adat istiadat/ norma-norma, agama, dan urbanisasi ( Soetjiningsih, 2002, Supariasa, 2002, & Ngastiyah, 2005 ).
POSYANDU Adapun pengertian mengenai posyandu banyak para ahli mengemukakan sangat bervariasi tergantung dari sudut mana memandangnya. Secara sederhana yang dimaksud dengan posyandu adalah pusat kegiatan dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB – Kesehatan. Dari aspek prosesnya maka pengertian posyandu adalah ”merupakan ssalah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan, khususnya kesehatan dengan menciptakan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Posyandu apabila dipandang dari hirarki sistem upaya pelayanan kesehatan adalah forum yang menjembatani alih teknologi dan alih kelola untuk upaya – upaya kesehatan masyarakat agar dapat hidup sehat ( Zulkifli, 2003 ). Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat, untuk masyarakat dengan
Idil Fitriani. Hubungan Pendidikan dukungan teknis dari petugas kesehatan ( Poerdji, 2002 ).
Kunjungan Posyandu Kunjungan posyandu adalah kunjungan yang dilakukan oleh ibu untuk menimbang berat badan bayi atau balitanya setiap bulan ke posyandu. Seorang seorang balita dikatakan aktif dalam kunjungan posyandu bila balita rutin setiap bulan dibawa ke posyandu untuk ditimbang berat badannya. Dan dikatakan tidak aktif bila balita tersebut tidak setiap bulan dibawa ke posyandu untuk ditimbang berat badannya. Agar sebuah posyandu dapat berjalan lancar dan lestari maka diperlukan dukungan atau peran serta dari warga masyarakat yang berada di wilayah kerja suatu posyandu. Dimana ibu – ibu yang mempunyai bayi dan balita hendaknya berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan posyandu, dan mereka diharapkan untuk menimbang berat badan bayi atau balitanya setiap bulannya, karena bayi atau balita sehat bertambah umur bertambah berat ( Depkes RI 2001 ). Posyandu juga merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan pada orang tua tentang bagaimana mengasuh bayi dan balitanya serta memantau pertumbuhan dan perkembangannya ( BKKBN, 2002 ). Tujuan Penyelenggraan Posyandu a. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI). b. Membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) c. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sejahtera. d. Berfungsi sebagai wahana Gerakan Reproduksi Sehat, Gerakan Ketahanan Keluarga, dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.( Sembiring, 2004 ). Tujuan Pokok Posyandu Adapun tujuan pokok didirikannya posyandu adalah : a Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak. b Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR
ILMIAH Volume II1 No.2, 2010 c Mempercepat penerimaan NKKBS. d.Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkankegiatan kesehatan dan kegiatan – kegiatan lain yang menunjang peningkatan hidup sehat. e.Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geografis. f. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha – usaha kesehatan masyarakat ( BKKBN, 2002 ). Sasaran Posyandu a. Bayi berusia kurang dari 1 tahun. b. Anak balita usia 1 – 5 tahun. c. Ibu hamil, menyusui, dan nifas. d. Wanita usia subur ( BKKBN, 2002) Penyelenggaraan Posyandu Penyelengaraan posyandu dilaksanakan dengan ”Pola Lima Meja” sebagai berikut: a. Meja 1 : Pendaftaran Disini bayi dan balita yang datang didaftar dahulu dan dicatat dalam buku register penimbangan posyandu yang telah tersedia. b. Meja 2 : Penimbangan bayi dan balita Setelah bayi atau balita didaftar maka bayi atau balita ditimbang dengan menggunakan alat penimbangan yang telah disiapkan sesuai dengan urutan pendaftaran c. Meja 3: Pengisian KMS. Setelah bayi atau balita ditimbang kemudian hasil penimbangan dicatat atau diisi ke dalam KMS balita. Pengisian hasil penimbangan pada KMS diisi sesuai dengan umur bayi atau balita pada saat penimbangan. d. Meja 4 : Penyuluhan. Pemberian penyuluhan kepada ibu balita berdasarkan hasil penimbangan pada KMS, juga diberikan penyuluhan kepada : ibu hamil/menyusui, ibu pasangan usia subur, penyuluhan tentang pemberantasan diare, kekurangan vitamin A, imunisasi, KB, pembagian oralit, kapsul vitamin A, tablet tambah darah, dan pembagian pil ulangan pada peserta KB. e. Meja 5 : Pelayanan Tenaga Profesional (dokter, bidan, perawat) Di meja ini pelayanan yang diberikan meliputi pelayanan KIA, KB, imunisasi, pemeriksaan ibu hamil serta pengobatan ( Depkes RI, 1999 ).
Idil Fitriani. Hubungan Pendidikan Upaya-upaya yang dapat dilakukan di Posyandu Di dalam kegiatan posyandu, upaya – upaya yang dapat dilakukan antara lain: a. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita melalui: 1) Penimbangan bulanan berat badan bayi dan anak balita. 2) Perbaikan gizi. 3) Pencegahan terhadap penyakit (terutama imunisasi dasar) 4) Pengobatan penyakit, khusunya penanggulangan diare. 5) Penyuluhan (kelompok atau perorangan). b. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, menyusui dan PUS. 1) Perbaikan gizi. 2) Pencegahan terhadap penyakit (imunisasi TT). 3) Pengobatan penyakit. 4) Pelayanan kontrasepsi. 5) Penyuluhan (kelompok atau perorangan) ( Depkes RI, 1999). Pencatatan dan Pelaporan Posyandu Semua hasil kegiatan posyandu dicatat dalam buku catatan atau register yang telah tersedia. Dalam pencatatan dan pelaporan kegiatan posyandu yang akan dilaporkan ke puskesmas antara lain a. Jumlah bayi atau balita yang ditimbang . b. Jumlah bayi atau balita yang naik berat badannya. c. Jumlah balita atau balita yang turun berat badannya. d. Jumlah bayi atau balita yang tetap berat badannya. e. Jumlah bayi atau balita yang mempunyai status gizi buruk. f. Jumlah bayi atau balita yang mendapat imunisasi. g. Jumlah bayi atau balita yang mendapat vitamin A (bulan vitamin A). h. Jumlah bayi atau balita yang menderita diare (bila ada). i. Jumlah ibu hamil yang dilayani. j. Jumlah bumil yang mendapat imunisasi TT. k. Jumlah akseptor KB yang dilayani (Depkes RI, 1999) Pengelolaan Hasil Data dari Pencatatan dan Pelaporan Posyandu Data yang telah didapat atau direkap dilaporkan ke Puskesmas dan di Puskesmas data tersebut akan diolah
ILMIAH Volume II1 No.2, 2010 dengan mengisi data tersebut ke dalam balok SKDN, adapun SKDN itu sendiri adalah : a. S : Jumlah seluruh bayi/ balita yang ada di wilayah kerja posyandu. b. K : Jumlah Bayi/balita yang mempunyai KMS. c. D : Jumlah bayi yang datang menimbang. d. N : Jumlah bayi/balita yang naik berat badannya Sesuai dengan tujuan analisis SKDN maka analisis yang dilakukan meliputi: a. Cakupan K/S dalam % yakni kemampuan petugas untuk menyediakan dan mendistribusikan KMS anak balita kepada sasaran satu wilayah kerja posyandu. b. Cakupan D/S dalam % yakni tingkat kesertaan masyarakat (orang tua balita) dalam membawa /mengantarkan anak balita ke posyandu. Cakupan D/S dapat diajdikan sebagai tolok ukur peran serta masyarakat dan aktiivtas kader/ tokoh masyarakat dalam menggerakkan masyarakat setempat untuk memanfaatkan posyandu. D/S dianggap baik bila mencapai 50% atau lebih, sedangkan bila kurang dari 50% dapat dikatakan bahwa posyandu ini belum mantap. c. Cakupan N/D dalam % yakni gambaran seberapa besar anak balita yang datang ke posyandu dengan keseluruhan pelayanan yang ada berdampak positif terhadap naiknya berat badan anak yang bersangkutan. d. Cakupan D/K dalam % yakni sebagai gambaran terhadap pemilikan KMS bagi setiap anak balita yang pengaruhnya kepada kehadiran anak balita ke posyandu ( Depkes RI, 1999 ). Kategorisasi posyandu dan intervensinya Posyandu dapat digolongkan menjadi 4 tingkatan, intervensi untuk masing-masing tingkatan tentu saja tidak sama. Adapun kategorisasi dan intervensinya adalah sebagai berikut : a. Posyandu pratama (warna merah) Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. b. Posyandu madya (warna kuning) Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata
Idil Fitriani. Hubungan Pendidikan
c.
d.
jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi dan imunisasi) masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Ini berarti, kelestarian kegiatan posyandu sudah baik tetapi masih rendah cakupannya. Posyandu purnama (warna hijau) Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih dan cakupan 5 program utamanya lebih dari 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada dana sehat yang masih sederhana. Posyandu mandiri (warna biru) Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat, yaitu diarahkan agar dana sehat tersebut menggunakan prinsip JPKM ( Arief, 1997 ).
PEMBAHASAN Hasil Poskesdes Segayam mempunyai wilayah kerja yang meliputi tiga dusun, yaitu dusun I, dusun II, dan dusun III. Poskesdes Segayam memiliki 1 posyandu yang aktif dan dikategorikan sebagai posyandu madya.
Univariat Hasil tabulasi kuesioner secara univariat dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai berikut: Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Rendah (SD dan SLTP) Tinggi (SLTA dan PT) Jumlah
Frekuensi 76 3 79
% 96,2 3,8 100
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden berpendidikan rendah (SD dan SLTP) (96,2 %). Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kunjungan Aktif Balita ke Posyandu Frekuensi % Kunjungan ke Posyandu 56 70,9 Aktif 23 29,13 Tidak aktif Jumlah
79
100
ILMIAH Volume II1 No.2, 2010
Idil Fitriani. Hubungan Pendidikan
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah responden yang aktif ke posyandu lebih banyak daripada yang tidak aktif ke posyandu, dimana persentase kunjungan aktif 70,9 % lebih besar daripada persentase kunjungan tidak aktif ( 29,1 % ). Bivariat Hasil analisis bivariat antara variabel pendidikan dengan kunjungan aktif ke posyandu, adalah sebagai berikut: Tabel 3.3 Hubungan Pendidikan Responden dengan Kunjungan Aktif Balita ke Posyandu Pendidikan
Tinggi Rendah Total PValue = 0,05
Kunjungan Aktif Ke Posyandu Tidak Aktif Aktif n % n % 1 33,3 2 66,7 22 28,9 54 71,1 23 29 56 71
Jumlah
3 76 79
Dari 3 ibu balita yang berpendidikan tinggi 66,7 % (2 Ibu balita) melakukan kunjungan aktif ke posyandu sedangkan dari 76 ibu balita yang berpendidikan rendah 28,9 % (22 ibu balita) tidak melakukan kunjungan aktif ke posyandu. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara pendidikan ibu dengan kunjungan aktif ke posyandu di wilayah poskesdes Segayam, dimana diperoleh niai P.Value 1,0 > 0,05. PEMBAHASAN Sesuai dengan pengertiannya, posyandu merupakan salah satu wujud dari peran serta masyarakat dalam pembangunan khususnya kesehatan dengan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) ini, sebelum era reformasi merupakan UKBM yang paling memasyarakat sejak dicanangkan pertama kali pada tahun 1984. Bahkan gaungnya sempat mendunia sebagai keberhasilan Indonesia untuk memberdayakan masyarakat, terutama kaum wanita. Stanhope dan Lancaster menyatakan bahwa Indonesia adalah suatu negara yang telah secara aktif mempromosikan wanita untuk berperan aktif dalam kesehatan dan ekonominya melalui posyandu yang terdapat di desa atau kelurahan di pelosok negeri. Para wanita dilatih sebagai pendidik komunitas (community educator)
atau yang lebih dikenal dengan kader untuk turut serta memperbaiki kesehatan dan ekonomi dilingkungan sekitarnya ( Zulkifli, 2003 ; Arief ,1997; Stanhope, 1997 ). Namun, kejayaan posyandu tersebut ternyata mengalami penurunan. Pascareformasi tahun 1998 posyandu seolah makin sayup tenggelam dalam keriuhan euforia dinamika politik. Padahal, posyandu telah 15 tahun bernapas sejak dirintis tahun 1984 oleh rezim Orde Baru. Dengan segala kekurangannya di masa itu, perlu diakui posyandu sempat membawa manfaat penting bagi rakyat. Menurut Catatan Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri), yang dikelola penggagas pertama posyandu yakni mantan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Haryono Suyono, menyebutkan, kegiatan posyandu mulai merosot tajam sekitar tahun 1997-1998. Yayasan itu mencatat, pasca-reformasi, jumlah posyandu aktif di Indonesia yang semula sekitar 500.000 posyandu merosot tinggal setengahnya ( Mispuda, 2005 ). Pada penelitian ini jumlah balita yang aktif berkunjung ke posyandu 71 % sementara yang tidak aktif mencapai 29 %. Hal ini tidak sesai dengan beberapa teori dan hasil penelitian yang telah ada yang menyatakan bahwa pendidikan ibu dapat mempengaruhi tingkat keaktifan ibu membawa balitanya untuk posyandu, kenyataan pada penelitian ini, ternyata di desa Segayam, walaupun mayoritas ibu berpendidikan rendah, tetapi ibu – ibu cukup ktif untuk membawa balitanya ke posyandu. Hubungan Pendidikan dengan Kunjungan Aktif Balita ke Posyandu. Penelitian ini mendapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan responden dengan kunjungan aktif ke posyandu, dimana P. Value 1,0 . 0,05.Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya Mispuda menemukan bahwa faktor pendidikan mempengaruhi rendahnya kunjungan balita ke posyandu. Hasil diatas tidak sesuai teori yang menyatakan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya pendidikan yang rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap perubahan-perubahan hidup sehat ( Poerdji, 2002 ). Dari hasil ini, analisis peneliti adalah bahwa tingkat pendidikan ibu tidak mempunyai hubungan secara bermakna
ILMIAH Volume II1 No.2, 2010 dengan keaktifan posyandu.
kunjungan
Idil Fitriani. Hubungan Pendidikan balita
ke
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Simpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Tingkat pendidikan ibu balita mayoritas berpendidikan rendah yaitu SD dan SLTP ( 96,2 % ), sedangkan pendidikan tinggi yaitu SLTA dan PT 3,8 %. b. Jumlah ibu balita yang melakukan kunjungan aktif ke posyandu yaitu 70,9 %. c. Terdapat hubungan yang tidak bermakna antara pendidikan ibu dengan kunjungan aktif ke posyandu di wilayah kerja poskesdes Segayam Kecamatan Pemulutan Selatan Kabupaten OI. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Karena tingkat pendidikan ibu balita yang memang mayoritas rendah maka bagi Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kepala Puskesmas untuk meningkatkan penyuluhan dan promosi kesehatan terutama bagi ibu berpendididkan rendah, agar tingkat pengetahuan masyarakat meningkat. Promosi kesehatan yang dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu advokasi kesehatan, bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat. 2. Bagi Tenaga Kesehatan untuk lebih aktif memberikan penyuluhan dan konseling tentang kesehatan, terutama keberadaan posyandu, kegiatan dan manfaatnya kepada ibu balita khususnya.
DAFTAR PUSTAKA Ariawan I.1998. Besar dan metode sampel pada penelitian kesehatan. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Badan Litbang Kesehatan. 2006. Laporan Hasil Analisis SKDN. Propinsi Kalimantan Timur. Febriane, S., Meretas mati suri posyandu, Kompas, di peroleh dari http:// kompas.com/kompascetak/0610/02/utama /2999452.htm, diambil tanggal 7 Pebruari 2006. Depkes RI. 1999. Pedoman Pelayanan Kesehatan Perinatal Di wilayah Kerja Puskesmas. Jakarta.
Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Timur. 2006. Laporan Hasil Analisis SKDN Propinsi Kalimantan Timur. Kaltim. Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Timur.2006. Laporan Hasil Analisis SKDN Propinsi Kalimantan Timur. Hastono SP. 2001. Analisis data. Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universtas Indonesia. Khotimah. 2009. Jurnal Ilmu Teknologi Dan Seni, volume 1 no.3: Politeknik Darussalam Palembang. Poerdji, S. 2002. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Balita Berkunjung Ke Posyandu. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan, PKM. Sungai Lebung, 2009.Data rekapitulasi penimbangan dan posyandu Kecamatan Pemuutan Selatan. Mispuda. 2005. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kunjungan balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tanah Grogot Kabupaten Pasir.Balikpapan. Notoadmojo. S.2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2002 Ngastiyah.Perawatan Anak Sakit.2005.Edisi kedua. Jakarta: EGC. Soetjiningsih. 2002. Tumbuh Kembang Anak. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I.2009. Penilaian status Gizi. Jakarta:EGC. ----------, Depkes RI.2001. Peran Serta Masyarakat. Jakarta. Sembiring N. 2004. Posyandu sebagai sarana peran serta masyarakat dalam usaha peningkatan kesehatan masyarakat.Medan:USU Digitalized library. ----------, ARRIF 1997.Pedoman Manajemen Peran Serta Masyarakat. Jakarta. Stanhope M,Lancaster J. 1997.Community health nursing, promoting health of aggregates, families and individuals, 4th ed. Philadelphia: Lippincott. Zulkifli. 2003. Posyandu dan kader kesehatan. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
ILMIAH Volume II1 No.2, 2010
Idil Fitriani. Hubungan Pendidikan