HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP BENTUK TUBUH IBU DAN SUAMI SERTA ANAK DENGAN STATUS GIZI
NOVI SUSANTI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Persepsi Ibu terhadap Bentuk Tubuh Ibu dan Suami serta Anak dengan Status Gizi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2014 Novi Susanti NIM I14114030
__________________________ *Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
ABSTRAK NOVI SUSANTI. Hubungan Persepsi Ibu Terhadap Bentuk Tubuh Ibu dan Suami serta Anak dengan Status Gizi. Dibimbing oleh HARDINSYAH. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan persepsi ibu terhadap bentuk tubuh ibu dan suami serta anak dengan status gizi. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain cross sectional study terhadap 140 ibu, suami dan anak dari populasi anak dan orang tua yang bersekolah di TK Aliya dan Mexindo Kota Bogor. Persepsi bentuk tubuh diperoleh dengan menggunakan metode FRS (figure rating scale) yang diisi oleh ibu. Persepsi baik dan tidak baik mengenai bentuk tubuh diperoleh dari data persepsi bentuk tubuh aktual dan status gizi ibu, suami serta anak. Data status gizi diukur langsung oleh peneliti. Hasil uji statistik chi-square menunjukan ada hubungan antara persepsi ibu mengenai bentuk tubuh baik atau tidak baik dengan status gizi ibu, suami dan anak (p<0.05). Kata kunci: anak prasekolah, dewasa, persepsi bentuk tubuh, status gizi
ABSTRACT NOVI SUSANTI. Correlation of Mother Perception on Mother, Husband and Child‟s body shape with nutritional status. Supervised by HARDINSYAH. The objective of this research was to analyze correlation of mother perception on mother, husband and child‟s body shape with nutritional status. The research was conducted by applying a cross sectional study design of the 140 mother, husband and child from a population of parents and chidren at Aliya and Mexindo kindergarten school in Bogor. Perception of body shape was obtained from FRS (figure rating scale) method filled by the mothers. Good and bad perception of body shape was obtained from perception of actual body shape and nutritional status on mother, husband and child‟s. The data of nutritional status was directly measured by researcher. The chi-square statistical analysis showed that there were correlation betwen good and bad perception of mother with nutritional status on mother, husband and child‟s (p < 0.05). Keywords: preschool children, adults, perception of body shape, nutritional status
HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP BENTUK TUBUH IBU DAN SUAMI SERTA ANAK DENGAN STATUS GIZI
NOVI SUSANTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Hubungan Persepsi Ibu terhadap Bentuk Tubuh Ibu dan Suami serta Anak dengan Status Gizi Nama : Novi Susanti NIM : I14114030
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Hardinsyah, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Drs Rimbawan, PhD Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
J u ul Skrip :
Persepsi Ibu terhadap Bentuk Tubuh Ibu dan Suami . ':e!1gan Status Gizi
Nama NIM
Disetujui oleh
[1SYah,
Prof Dr Pembimbing
Tanggal Lulus:
0 5 j"JAAAR 2014
MS
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Hubungan Persepsi Ibu terhadap Bentuk Tubuh Ibu dan Suami serta Anak dengan Status Gizi” ini dapat diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan serta saran selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih pula kepada Ibu Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji skripsi. Di samping itu, terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kepala Sekolah TK Mexindo dan TK Aliya yang telah memberikan izin penelitian, serta kepada adikadik dan orang tua murid di kedua TK yang telah bersedia dijadikan contoh dalam skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapa, mamah, kakakkakak, serta seluruh keluarga, atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya. Terima kasih pula kepada teman-teman alih jenis angkatan 5 yang telah memberikan semangat dan membantu selama pengumpulan data sampai terselesaikannya karya ilmiah ini. Tidak lupa Penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan karya ilmiah. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Maret 2014 Novi Susanti
DAFTAR ISI PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
2
Kegunaan
2
KERANGKA PEMIKIRAN
2
METODE
4
Desain, Waktu dan Tempat
4
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
4
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
4
Pengolahan dan Analisis Data
6
Definisi Operasional
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
9
Karakteristik Contoh dan Keluarga
10
Status Gizi
12
Pengetahuan dan Pentingnya Body Image
13
Persepsi Bentuk Tubuh Aktual
14
Persepsi Bentuk Tubuh Ideal
15
Persepsi Bentuk Tubuh Sehat dan Tidak Sehat
17
Persepsi baik dan tidak baik
18
Hubungan Persepsi Baik dan Tidak Baik dengan Status Gizi
19
SIMPULAN DAN SARAN
20
Simpulan
20
Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
21
RIWAYAT HIDUP
24
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6
Jenis dan cara pengumpulan data Sebaran karakteristik contoh dan keluarga Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi status gizi Sebaran pengetahuan dan pentingnya body image Sebaran persepsi ibu mengenai bentuk tubuh aktual ibu, suami dan anak Sebaran persepsi tinggi badan aktual anak, dan harapan ibu terhadap tinggi badan anak berdasarkan status gizi (TB/U) 7 Sebaran persepsi ibu mengenai bentuk tubuh ideal ibu, suami dan anak 8 Sebaran persepsi ibu mengenai bentuk tubuh sehat dan tidak sehat ibu, suami dan anak 9 Persepsi baik dan tidak baik ibu terhadap bentuk tubuh ibu, suami dan anak 10 Hubungan persepsi baik dan tidak baik ibu terhadap bentuk tubuh ibu dengan status gizi 11 Hubungan persepsi baik dan tidak baik ibu terhadap bentuk tubuh suami dengan status gizi 12 Hubungan persepsi baik dan tidak baik ibu terhadap bentuk tubuh anak dengan status gizi
5 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 20
DAFTAR GAMBAR 1 Hubungan persepsi baik dan tidak baik ibu terhadap bentuk tubuh ibu, suami dan anak dengan status gizi 2 Figure rating scale wanita dan pria dewasa 3 Figure rating scale anak usia prasekolah
3 7 8
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Gizi merupakan proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi melalui proses pencernaan, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Konsumsi yang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh akan terjadi kesalahan gizi yang mencakup kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa 2002). Menurut Kemenkes (2010b), kekurusan dan kegemukan pada usia balita merupakan masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Persentase kekurusan balita sebesar 13.3 persen dan persentase kegemukan sebesar 14.0 persen. Sedangkan pada orang dewasa, persentase kekurusan sebesar 12.6 persen dan persentase kegemukan sebesar 21.7 persen. Prevalensi kekurusan pada balita dan dewasa mengalami penurunan yang tidak berarti, sedangkan prevalensi kegemukan meningkat pada setiap tahun. Menurut Germov dan Williams (2004) persepsi seseorang mengenai bentuk dan ukuran tubuhnya sendiri disebut sebagai body image. Hal ini dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran tubuh aktualnya, perasaannya tentang bentuk tubuhnya serta harapan terhadap bentuk dan ukuran tubuh yang diinginkannya. Body image memiliki peran penting dalam mempengaruhi kualitas hidup, bahkan menurut Cash dan Pruzinsky et al. (2002) body image dapat mempengaruhi emosi, pikiran, dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari semenjak usia dini. Penelitian yang dilakukan oleh Hardinsyah et al. (2013) mengenai persepsi bentuk tubuh menunjukan bahwa hampir setengah (49.8%) dari ibu mempersepsikan bentuk tubuh anaknya sebagai kurus, sedangkan masing-masing sepertiga dari ibu menilai bentuk tubuhnya sebagai kurus dan normal. Contento et al. (2003) dalam penelitiannya menunjukan bahwa seluruh ibu mempersepsikan bentuk tubuh kurus merupakan bentuk yang diinginkan, menarik dan sehat. Bentuk tubuh yang cenderung kearah gemuk juga dipilih oleh ibu sebagai bentuk yang diinginkan bagi anak-anak mereka. Hyun dan Hong (2005) dalam sebuah penelitian di Korea menemukan sebanyak 74.7% ibu menginginkan untuk menjadi lebih kurus, dan 81.1% menginginkan anak mereka menjadi lebih gemuk. Selain itu, ibu tidak dapat mempersepsikan bentuk tubuh anaknya dengan benar, yaitu menilai tubuh anaknya sebagai tidak overweight walaupun pada kenyataannya status gizi anak mereka adalah overweight. Philips dan Man (2010) menemukan hubungan antara status berat badan dengan kepuasan citra tubuh pada wanita dan pria dewasa di Kanada, yaitu semakin besar ukuran berat badan maka semakin tinggi tingkat ketidakpuasan terhadap tubuh. Berdasarkan paparan diatas, peneliti tertarik untuk mengkaji persepsi bentuk tubuh pada wanita yang memiliki anak dan suami. Hal yang dikaji mengenai persepsi ibu terhadap bentuk tubuh ibu, suami dan anak, serta bagaimana hubungannya dengan status gizi mereka.
2 Tujuan Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi ibu terhadap bentuk tubuh ibu, suami dan anak dengan status gizi. Tujuan khusus penelitian ini antara lain: 1. Mengidentifikasi karakteristik dan status gizi contoh 2. Mengidentifikasi pengetahuan dan pentingnya body image 3. Mengidentifikasi persepsi ibu terhadap bentuk tubuh aktual, ideal, sehat dan tidak sehat pada ibu, suami, dan anak. 4. Mengidentifikasi persepsi baik dan tidak baik ibu terhadap bentuk tubuh ibu, suami, dan anak. 5. Menganalisis hubungan persepsi baik dan tidak baik dengan status gizi
Kegunaan Kegunaan penelitian ini antara lain untuk memberikan informasi mengenai persepsi ibu terhadap bentuk tubuh ibu, suami, dan anak, serta hubungannya dengan status gizi. Informasi ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kecenderungan ibu dalam mempersepsikan bentuk tubuh secara baik atau tidak baik bagi dirinya sendiri, suami dan anaknya.
KERANGKA PEMIKIRAN Gambaran mengenai tubuh yang dibentuk berdasarkan pikiran kita sendiri disebut sebagai body image. Hal ini dibentuk oleh persepsi, emosi, fisik, dan bukan merupakan persepsi tetap, tetapi dapat berubah dalam hubungannya dengan suasana hati dan lingkungan (Stang dan Story 2005). Body image seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu media massa, keluarga, hubungan interpersonal dan sosial, keadaan psikologis (Cash dan Pruzinsky et al. 2002). Menurut Siswanti (2007), body image dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, faktor internal meliputi persepsi seseorang terhadap tubuhnya adalah ukuran tubuhnya saat ini, kebiasaan makan, kondisi stres dan pengetahuan gizi, sedangkan faktor eksternal meliputi media masa dan peer group. Pengetahuan diperoleh seseorang melalui pendidikan formal, informal dan nonformal. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizinya (Khomsan 2002). Tingkat pendidikan ibu lebih penting dalam menentukan status gizi anak dibandingkan ayah. Tinggi rendahnya pendidikan ibu erat kaitannya dengan kesadaran terhadap kesehatan anak dan keluarga. Pengetahuan gizi inu dapat diperoleh dari posyandu, puskesmas, ataupun media masa lain (Kemenkes 1998). Germov dan Williams (2004) menyebutkan bahwa body image salah satunya dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran tubuh aktualnya. Apabila harapan tersebut tidak sesuai dengan kondisi tubuh aktualnya, maka hal ini dianggap sebagai body image yang negatif atau tidak baik. Body image tidak baik paling sering berhubungan dengan berat badan, dan lebih tinggi pada orang yang
3 kelebihan berat badan daripada orang yang tidak kelebihan berat badan, selain itu terutama terjadi pada perempuan (Cash dan Pruzinsky et al. 2002). Body image yang tidak baik dapat membuat seseorang merasa buruk dan tidak nyaman dengan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan. Body image dituding sebagai penyebab timbulnya rasa malu di tengah-tengah situasi sosial atau berbagai kesempatan di tempat kerja (Abramson 2007). Persepsi seseorang terhadap bentuk tubuhnya akan berpengaruh terhadap perilaku makannya (Khomsan 2003). Ibu yang memiliki anak berstatus gizi kurus lebih memilih makanan yang sehat untuk anak mereka, sedangkan ibu yang memiliki anak berstatus gizi gemuk hanya sedikit yang memilih kriteria makanan sehat yang diberikan bagi anak mereka (Contento et al. 2003). Praktek ibu dalam pemberian makan dapat dipengaruhi oleh persepsi terhadap bentuk tubuh, berat badan atau masalah makan (Francis et al. 2001). Menurut Husaini et al. (1996) perilaku makan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi. Semakin baik seseorang melakukan perilaku makan makan, akan semakin baik pula status gizinya (Widianti 2012). Namun pada penelitian ini, tidak diteliti mengenai perilaku makan contoh. Faktor Internal: - Ukuran tubuh - Pengetahuan gizi - Kebiasaan makan - Kondisi stress
Faktor Eksternal: - Media masa - Peer group - Pendidikan formal - Pendidikan nonformal (posyandu, puskesmas) - Interaksi sosial
Persepsi baik dan tidak baik ibu, terhadap: - Bentuk tubuh ibu - Bentuk tubuh suami - Bentuk tubuh anak
Perilaku Makan Status Gizi Keterangan: : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang dianalisis : Hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Hubungan persepsi baik dan tidak baik ibu terhadap bentuk tubuh ibu, suami dan anak dengan status gizi
4
METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di dua tempat, yaitu Taman Kanak-kanak (TK) Meksindo dan TK Aliyah Bogor. Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan mempermudah mendapatkan contoh untuk penelitian. Selain itu, kedua TK tersebut tergolong TK menengah keatas, sehingga mempermudah untuk mendapatkan contoh dengan status gizi gemuk. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Mei - Juni 2013.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Populasi penelitian adalah seluruh siswa-siswi dan orang tua murid TK Meksindo dan TK Aliya Bogor. Contoh yang digunakan dalam penelitian adalah seluruh siswa, laki-laki maupun perempuan, serta orang tua murid yang memenuhi kriteria inklusi. Penarikan contoh dilakukan secara purposive. Kriteria inklusi adalah siswa yang memiliki status aktif sebagai siswa di TK Aliya dan TK Mexindo Bogor, bersedia menjadi contoh dalam penelitian dan bersedia diukur, serta orangtua bersedia memberikan informasi. Jumlah contoh minimal dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus slovin (Sevilla et al. 2007), sebagai berikut: n= N 1+N(d2) Keterangan: n = Jumlah contoh N = Jumlah populasi d = Tingkat kesalahan yang dapat ditolerir (10%)
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh jumlah contoh minimal sebanyak 80 orang. Jumlah contoh yang diambil dalam penelitian lebih banyak dari jumlah contoh minimal, yaitu sebanyak 250 siswa dan orang tua. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi jika terdapat kuisioner yang tidak kembali dan ada data yang tidak lengkap. Jumlah contoh yang diambil tersebut mencakup 100 siswa di TK Mexindo dan 150 siswa di TK Aliya. Kuisioner yang diterima kembali setelah diisi oleh orang tua murid sebanyak 171 dari kedua TK, yaitu sebanyak 77 kuisioner dari TK Mexindo dan 94 kuisioner dari TK Aliya. Setelah dilakukan evaluasi terhadap kelengkapan data, diperoleh 140 kuisioner lengkap yang berasal dari TK Mexsindo sebanyak 64 dan TK Aliya sebanyak 76.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer meliputi karakteristik keluarga, karakteristik anak, karakteristik orang tua, data antropometri, data persepsi bentuk tubuh aktual,
5 ideal, sehat dan tidak sehat. Data sekunder yaitu data mengenai gambaran umum lokasi penelitian, yang meliputi profil taman kanak-kanak, fasilitas taman kanakkanak, dan jumlah siswa. Data karakteristik anak, keluarga dan orang tua diambil dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner diberikan kepada siswa yang termasuk kedalam kriteria inklusi, selanjutnya dibawa pulang untuk diisi oleh ibu siswa. Kuisioner yang digunakan telah dilakukan uji coba sebelumnya kepada 15 ibu siswa di Taman Kanak-Kanak ABC dengan alamat Perum Griya Bogor Asri Jl. Tawakal nomor 27, Kota Bogor. Uji coba kuisioner tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kuisioner dapat dipahami, sehingga dapat dilakukan penyempurnaan agar responden mudah memahami dalam menjawab pertanyaan. Terdapat perubahan kata yang digunakan di dalam kuisioner agar ibu mudah memahami dalam menjawab, yaitu penggunaan kata „body image’ diganti menjadi „citra tubuh‟, kata „bentuk tubuh aktual‟ diganti menjadi „bentuk tubuh saat ini‟, dan kata „bentuk tubuh ideal‟ diganti menjadi „bentuk tubuh yang diharapkan‟. Data antropometri anak meliputi berat badan dan tinggi badan anak diukur secara langsung. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan timbangan injak berskala 0.1 kg untuk mengukur berat badan, dan microtoise untuk mengukur tinggi badan. Variabel, jenis data, dan cara pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 1.
No 1.
2.
3.
4.
5.
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data Variabel Alat Cara pengumpulan data Data primer Karakteristik anak: Kuisioner Tinggi badan dan berat badan diukur dengan Jenis kelamin menggunakan Berat badan timbangan injak dan Tinggi badan microtoise Karakteristik orang tua: Kuisioner Diisi oleh ibu Berat badan Tinggi badan Karakteristik keluarga: Kuisioner Diisi oleh ibu Besar Keluarga Pekerjaan orangtua Pendidikan orangtua Pendapatan orangtua Persepsi ibu mengenai bentuk Kuisioner Diisi oleh ibu tubuh aktual, ideal, sehat dan tidak sehat, serta baik dan tidak baik pada ibu, suami, serta anak Data sekunder Gambaran umum TK Diambil dari sekolah TK Mexindo dan Aliya
6 Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensia menggunakan program Microsoft Excel 2007, WHO AnthroPlus 1.0.4, dan Statistical Program for Social Science (SPSS for Windows versi 16.0). Proses pengolahan data meliputi pengeditan data, pemberian kode, entri data, cleaning data dan analisis data. Data karakteristik anak meliputi jenis kelamin, serta status gizi berdasarkan indeks massa tubuh per usia (IMT/U) dan tinggi badan per usia (TB/U). Data karakteristik orang tua meliputi berat badan dan tinggi badan yang digunakan untuk mengetahui status gizi berdasarkan indeks massa tubuh (IMT). Jenis kelamin anak dikelompokan menjadi dua kategori, yaitu laki-laki dan perempuan. Indikator penilaian IMT/U bagi anak mengacu pada Kemenkes (2010a), dan dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu kurus (z-skor < -2) normal (-2 < z-skor < +1) gemuk(z-skor ≥+1). Indikator penilaian TB/U bagi anak dibagi kedalam dua kelompok, yaitu pendek (z-skor <-2) dan normal (z-skor ≥-2). Indikator penilaian IMT bagi ibu dan suami mengacu kepada referensi Kemenkes (2003), dan dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu kurus (IMT <18.5) normal (18.5 ≤ IMT ≤ 25.0) gemuk (IMT >25.0). Data karakteristik keluarga meliputi besar keluarga, pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua, dan pendapatan orangtua. Data besar keluarga dikategorikan menjadi tiga berdasarkan BKKBN (1998), yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-6 orang), dan keluarga besar (≥ 7 orang). Data pekerjaan ibu dikategorikan ke dalam enam kelompok, yaitu ibu rumah tangga, PNS, swasta, wiraswasta, buruh, dan lainnya (jika ada). Data pekerjaan suami dikategorikan ke dalam enam kelompok, yaitu PNS, swasta, wiraswasta, buruh, TNI/Polri, dan lainnya (jika ada). Data pendidikan terakhir ibu dan suami dikategorikan dalam lima kelompok, yaitu tidak sekolah, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan Tinggi. Data pendapatan dikategorikan dalam empat kelompok yaitu < Rp 2.000.000, Rp 2.000.000-3.000.000, Rp 3.000.000-5.000.000, dan > Rp 5.000.000. Data persepsi ibu mengenai bentuk tubuh ibu, suami dan anak diperoleh menggunakan kuisioner. Kuisioner terdiri dari beberapa kategori pertanyaan, yaitu pengetahuan dan pentingnya body image, persepsi mengenai tubuh aktual, persepsi tubuh ideal yang diharapkan, persepsi tubuh sehat dan tidak sehat. Pengetahuan dan pentingnya body image terdiri dari 3 pertanyaan, yaitu (1) “Tahukah ibu yang dimaksud dengan citra tubuh?”, (2) “Jika Ya, apa yang dimaksud dengan citra tubuh?”, (3) “Seberapa penting memperhatikan citra tubuh?”. Pertanyaan-pertanyaan tersebut ditujukan untuk mengetahui apakah ibu mengetahui body image atau citra tubuh beserta pengertiannya. Selain itu untuk mengetahui pendapat ibu mengenai penting dan tidak pentingnya memperhatikan bentuk tubuh. Persepsi mengenai bentuk tubuh aktual, bentuk tubuh ideal yang diharapkan, bentuk tubuh sehat dan tidak sehat pada ibu dan suami didapatkan dengan menggunakan FRS yang dibuat oleh Stunkard et al. dalam Bulik et al. (2001), sedangkan untuk mengetahui persepsi bentuk tubuh anak menggunakan FRS yang dibuat oleh Yanping et al. (2005) pada Gambar 2. FRS merupakan metode pengukuran persepsi tubuh yang memiliki keunggulan, yaitu lebih mudah dalam penggunaannya yang dapat dilihat dari kemudahan responden dalam
7 memahami pertanyaan, tingkat kesulitan yang rendah dalam menjawab pertanyaan, dan penggunaan waktu yang efisien (Septiadewi dan Briawan 2010). FRS yang dibuat oleh Stunkard et al. ini merupakan gambar siluet tubuh dewasa yang terdiri dari sembilan gambar dimulai dari bentuk tubuh yang berukuran paling kurus hingga paling gemuk. Gambar 1 sampai dengan 3 menunjukan tubuh kurus, gambar 4 sampai dengan 6 menunjukan tubuh normal, dan gambar 7 sampai dengan 9 menunjukan gambar tubuh gemuk. FRS yang dibuat oleh Yanping et al. (2005) mencerminkan gambar tubuh anak prasekolah yang terdiri dari tujuh skala gambar. Gambar 1 sampai dengan 2 menunjukan tubuh kurus, gambar 3 sampai dengan 5 menunjukan tubuh normal, dan gambar 6 sampai dengan 7 menunjukan tubuh gemuk.FRS digunakan untuk menjawab pertanyaan (1) sampai dengan (4) pada kategori pertanyaan tubuh aktual, ideal, sehat dan tidak sehat. Kategori pertanyaan mengenai persepsi bentuk tubuh aktual, ideal yang diharapkan, sehat dan tidak sehat terdiri dari 4 pertanyaan, yaitu (1) “Bagaimana bentuk tubuh tubuh ibu/suami/anak saat ini?”, (2) Bagaimana bentuk tubuh yang diharapkan untuk ibu/suami/anak?”, (3) “Bagaimana bentuk tubuh sehat ibu/suami/anak?”, (4) “Bagaimana bentuk tubuh tidak sehat ibu/suami/anak?”. Selain itu, ibu ditanyakan mengenai persepsi tinggi badan aktual anak, dan harapan terhadap tinggi badan aktual anak. Pertanyaan yang diajukan sebagai berikut: (5) “Bagaimana tinggi badan anak ibu saat ini?”, (6) Apa yang ibu harapkan dari tinggi badan anak ibu saat ini?”.
1
2
3
4
5
6
7
8
Gambar 2 Figure rating scale wanita dan pria dewasa
9
8
1
2
3
4
5
6
7
Gambar 3 Figure rating scale anak usia prasekolah Persepsi terhadap bentuk tubuh aktual dan status gizi dapat menunjukan persepsi baik atau tidak baik, yaitu dengan menentukan kesesuaian persepsi ibu terhadap bentuk tubuh aktual dengan status gizi. Persepsi tidak baik diperoleh jika persepsi tubuh aktual tidak sesuai dengan status gizi, sedangkan persepsi baik diperoleh jika persepsi tubuh aktual sesuai dengan status gizi (Anindita 2011). Definisi Operasional Contoh adalah siswa dan orang tua siswa di taman kanak-kanak Aliya dan Mexindo yang digunakan dalam penelitian. Karakteristik contoh adalah keadaan contoh yang meliputi: usia anak; jenis kelamin; status IMT/U dan TB/U pada anak; status IMT pada ibu dan suami; pendidikan dan pekerjaan ibu serta suami. Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga contoh yang meliputi besar keluarga dan pendapatan. Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Besar keluarga dikategorikan sebagai keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-6 orang), dan keluarga besar (≥ 7 orang ). Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir yang diikuti ibu dan suami, yang dikelompokkan menjadi tidak sekolah, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan Tinggi. Jenis pekerjaan adalah pekerjaan atau mata pencaharian ibu dan suami yang dikelompokkan menjadi PNS, swasta, wiraswasta, buruh, TNI/Polri, dan ibu rumah tangga (hanya ibu).
9 Pendapatan keluarga adalah besarnya penghasilan keluarga yang diperoleh baik dari suami, ibu maupun anggota keluarga lain yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga (rupiah/bulan). Pendapatan dikelompokkan menjadi < Rp 2.000.000, Rp 2.000.000-3.000.000, Rp 3.000.0005.000.000, dan > Rp 5.000.000. Status gizi anak adalah keadaan gizi seorang anak prasekolah yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan yang diukur secara antropometri berdasarkan indikator IMT/U dan TB/U. Status gizi dewasa adalah keadaan gizi pada ibu dan suami yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan yang diukur secara antropometri berdasarkan indikator IMT. Berat badan adalah suatu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh, diukur menggunakan timbangan dengan skala 0.1 kg. Tinggi badan adalah ukuran antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal yang diukur menggunakan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm Persepsi bentuk tubuh adalah persepsi seseorang terhadap bentuk tubuh yang diukur menggunakan Figure rating scale (FRS). FRS yang dibuat oleh Stunkard et al. untuk menilai persepsi bentuk tubuh ibu dan suami, sedangkan persepsi bentuk tubuh anak menggunakan FRS yang dibuat oleh Yanping et al (2005). Persepsi bentuk tubuh aktual adalah persepsi seseorang mengenai keadaan bentuk tubuh saat ini atau sekarang. Persepsi bentuk tubuh ideal adalah persepsi seseorang mengenai bentuk tubuh yang diharapkan atau diinginkan. Body image disebut juga sebagai citra tubuh, merupakan persepsi ibu mengenai bentuk dan ukuran tubuhnya sendiri. Persepsi baik adalah persepsi ibu mengenai bentuk tubuh dimana penilaian terhadap bentuk tubuh aktual sesuai dengan status gizi. Persepsi tidak baik adalah persepsi seseorang mengenai bentuk tubuh dimana penilaian terhadap bentuk tubuh aktual tidak sesuai dengan status gizi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Taman kanak-kanak yang menjadi tempat penelitian ini adalah TK Mexindo dan Aliya. TK Mexindo terletak di Jalan Malabar No 4, Kelurahan Tegal Mangga, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat. Sementara itu, TK Aliya terletak di Jalan Gardu Raya RT 03 RW 11 Bubulak, Bogor Barat. TK Mexindo berdiri pada tahun 1965 dan merupakan satu-satunya TK berstatus negeri di Kota Bogor. Lokasi TK Mexindo cukup strategis, yaitu sebelah utara berbatasan dengan Rumah Sakit PMI Bogor, sebelah selatan dan barat berbatasan dengan perkampungan penduduk, dan sebelah timur berbatasan dengan Kampus Pasca Sarjana IPB. Jumlah murid yang terdaftar di TK Mexindo sebanyak 250 orang, terdiri atas kelompok A sebanyak 75 orang, dan kelompok B
10 sebanyak 125 orang. TK ini dikepalai oleh ibu Siti Sofiah. Jumlah tenaga pendidik di TK Mexindo sebanyak 9 orang guru PNS, 2 orang guru honor, dan 4 orang tenaga non guru. TK Mexindo memiliki fasilitas yang cukup lengkap, antara lain 8 ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, perpustakaan, UKS, aula, area berkebun, arena bermain, kolam renang, dan toilet. TK Aliya merupakan bagian unit pendidikan Sekolah Islam Terpadu (SIT) Aliya dari Yayasan Aliya yang didirikan pada akhir tahun 2001. Unit pendidikan yayasan Aliya memiliki berbagai jenjang pendidikan, yaitu TKIT, PGIT, dan SDIT Aliya yang terletak dalam satu lokasi yang sama. Luas bangunan sebesar 1.205,75 m2 dengan luas tanah 10.000 m2. Visi TK Aliya adalah mencetak generasi Qur‟ani yang cerdas dan beriman sehingga mampu menjadi aset unggulan bangsa di bidang pendidikan islam. Taman kanak-kanak islam terpadu yang dikepalai oleh Ir. Ani Anggraeni M.Pd ini memiliki lingkungan pembelajaran yang baik dan mencetak banyak prestasi, antara lain juara 1 Gugus TK tingkat Provinsi Jawa Barat dan 10 besar Gugus TK tingkat nasional. Jumlah keseluruhan murid di sekolah ini sebanyak 150 orang dan jumlah guru yang dimiliki sebanyak 17 guru termasuk guru PGIT. Fasilitas yang dimiliki sekolah cukup lengkap, antara lain memiliki ruang kelas dengan luas 7m x 8m, ruang perpustakaan, ruang role play, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, kamar mandi/WC, pos penjaga/satpam, area bermain, area olahraga, area berkebun dan beternak (kandang dan kolam ikan), area parkir, dan kantin.
Karakteristik Contoh dan Keluarga Karakteristik contoh meliputi karakteristik dari ibu, suami dan anak. Karakteristik contoh terdiri dari beberapa variabel, yaitu jenis kelamin anak, pendidikan ibu dan suami, pekerjaan ibu dan suami, pendapatan keluarga, besar keluarga. Jenis kelamin anak terdiri dari laki-laki dan perempuan masing-masing berjumlah (50.7%) 71 anak dan (49.3%) 69 anak. Jumlah anak sebagai contoh sebanyak 140 anak, sehingga jumlah ibu dan suami yang digunakan sebagai contoh masing-masing sebanyak 140 orang. Pendidikan ibu sebagian besar pada jenjang perguruan tinggi (73.6%) dan SMA (24.3%). Hal serupa dalam pendidikan suami yaitu perguruan tinggi (77.9%) dan SMA (19.3%). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka diasumsikan bahwa kemampuannya akan semakin baik dalam mengakses dan menyerap informasi serta menerima suatu inovasi (Isnani 2011). Sehingga diharapkan dengan jenjang pendidikan terakhir ibu yang sebagian besar adalah perguruan tinggi, memiliki persepsi baik terhadap bentuk tubuh. Pekerjaan yang dilakukan suami sebagian besar sebagai pegawai swasta (47.1%), dilanjutkan dengan wiraswasta (22.9%), dan PNS (17.9%). Pekerjaan ibu sebagian besar sebagai ibu rumah tangga (47.9%), pegawai swasta (22.9%), dan PNS (15.7%). Pendapatan keluarga dalam satu bulan, sebagian besar berjumlah Rp >5.000.000 (55.0%) dan Rp. 3.000.000 sampai dengan Rp. 5.000.000 (30.7%). Data yang didapatkan sesuai seperti yang dikemukakan oleh Suhardjo (1989), yaitu tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang diperoleh seseorang. Selain itu, tingkat pendapatan seseorang akan berpengaruh terhadap jenis dan jumlah bahan pangan yang dikonsumsinya
11 (Martianto dan Ariani 2004). Sebaran karakteristik contoh dan keluarga dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Sebaran karakteristik contoh dan keluarga Variabel Jenis Kelamin Anak Laki-laki Perempuan Total Pendidikan Ayah SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Perguruan Tinggi Total Pendidikan Ibu SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Perguruan Tinggi Total Pekerjaan Ayah PNS Wiraswasta TNI/Polri Pegawai swasta Buruh Lainnya Total Pekerjaan Ibu PNS Wiraswasta IRT Pegawai swasta Buruh Lainnya Total Pendapatan < 2.000.000 2.000.000-3.000.000 3.000.000-5.000.000 >5.000.000 Total Besar Keluarga Keluarga kecil Keluarga sedang Keluarga Besar Total
n
%
71 69 140
50.7 49.3 100.0
1 3 27 109 140
0.7 2.1 19.3 77.9 100.0
1 2 34 103 140
0.7 1.4 24.3 73.6 100.0
25 32 4 66 3 10 140
17.9 22.9 2.9 47.1 2.1 7.1 100.0
22 9 67 32 0 10 140
15.7 6.4 47.9 22.9 0.0 7.1 100.0
2 18 43 77 140
1.4 12.9 30.7 55.0 100.0
103 34 3 140
73.6 24.3 2.1 100.0
Menurut BKKBN (1998) besar rumah tangga adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, isteri, anak, dan anggota keluarga lainnya yang
12 tinggal bersama. Besar keluarga dikelompokan kedalam keluarga kecil jika anggota keluarga terdiri dari ≤ 4 orang, keluarga sedang jika terdiri dari 5-6 orang, dan keluarga besar jika terdiri dari ≥ 7 orang. Besar keluarga contoh sebagian besar tergolong kedalam keluarga kecil (73.6%).
Status Gizi Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau kelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan. Penilaian terrhadap status gizi seseorang atau sekelompok orang akan menentukan apakah orang atau sekelompok orang tersebut memiliki status gizi yang baik atau tidak (Riyadi 2001). Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi status gizi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi status gizi Status Gizi Ibu (IMT) Kurus Normal Gemuk Total Suami (IMT) Kurus Normal Gemuk Total Anak (IMT/U) Kurus Normal Gemuk Total Anak (TB/U) Pendek Normal Total
N
%
5 102 33 140
3.6 72.9 23.6 100.0
2 77 61 140
1.4 55.0 43.6 100.0
21 76 43 140
15.0 54.3 30.7 100.0
8 132 140
5.7 94.3 100.0
Berdasarkan Tabel 3 diketahui status gizi tidak normal (kurus, gemuk dan pendek) masih terdapat pada contoh. Persentase status gizi gemuk lebih tinggi dibandingkan dengan status gizi kurus pada setiap kelompok contoh. Persentase kependekan pada anak masih tercatat sebesar 5.7%. Hal tersebut sesuai dengan data Kemenkes (2010b) yang menunjukan bahwa kegemukan dan kekurusan masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, dengan persentase kegemukan lebih besar dibandingkan kekurusan. Selain itu, kependekan pada balita di Indonesia masih tercatat sebagai masalah kesehatan dengan persentase (35.6%) lebih tinggi diatas batas yang ditetapkan WHO mengenai masalah kependekan sebesar 20.0%..
13 Sebagian besar contoh dengan status gizi tidak normal berupa kegemukan perlu mendapat perhatian. Hal tersebut disebabkan karena kegemukan dapat berakibat pada rentannya terhadap berbagai penyakit degeneratif bagi dewasa dan anak di kemudian hari. Menurut Reulbach et al. (2013) Anak-anak yang kelebihan berat badan atau obesitas secara signifikan lebih cenderung menjadi korban ejekan bila dibandingkan dengan anak-anak yang tidak termasuk kedalam kategori kelebihan berat badan atau obesitas. Data Kemenkes (2010b) menunjukan bahwa prevalensi kegemukan lebih tinggi di daerah perkotaan dibanding daerah pedesaan dan pada kelompok yang berpendidikan lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan karakteristik contoh yang berada di daerah perkotaan dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Selain itu, dalam penelitian Diana et al. (2013) mengenai resiko kegemukan pada wanita diketahui bahwa pada wanita yang berstatus kawin, berpendapatan tinggi, tinggal di perkotaan, serta berpendidikan tinggi beresiko mengalami kegemukan berturutturut 2.712, 1.566, 1.358, 0.817 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok pembanding dengan kriteria yang berbeda. Persentase kependekan sebesar 5.7% pada contoh anak perlu diperhatikan, karena kependekan pada anak memiliki dampak yang tidak baik. Penelitian Hizni et al. (2009) menemukan bahwa kejadian kependekan pada anak usia dibawah lima tahun mempunyai hubungan yang nyata dengan perkembangan bahasanya. Selain itu, kependekan pada anak merupakan penyebab langsung tinggi badan yang pendek pada saat dewasa dan sebagai penanda dari proses yang mendasari awal kehidupan yang mengarah pada pertumbuhan yang buruk dan dampak lain yang merugikan (Dewey dan Begum 2011).
Pengetahuan dan Pentingnya Body Image Sebaran mengenai pengetahuan dan pentingnya body image dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Sebaran pengetahuan dan pentingnya body image Kriteria Makna Body image Tahu Tidak tahu Total Kebenaran jawaban Benar Salah Total Body image Penting Tidak penting Total
n
%
56 84 140
40 60 100.0
16 40 56
28.6 71.4 100.0
131 9 140
93.6 6.4 100.0
14 Sebagian besar ibu (60.0%) mengaku tidak mengetahui tentang body image dan sebesar 40.0% ibu mengaku mengetahui tentang body image. Ibu yang mengaku mengetahui tentang body image menjawab dengan benar mengenai makna body image sebanyak 28.6% dan sebanyak 71.4% salah mengartikan. Sebagian besar ibu (93.6%) menganggap body image merupakan hal yang penting, dan sebanyak 6.4% menganggap body image tidak penting. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Lingga (2011) pada remaja wanita yang menyatakan sebanyak 75.0% remaja menganggap bahwa body image cukup penting, dan sebanyak 20.0% yang menganggap body image sangat penting. Hal tersebut menunjukan bahwa memperhatikan bentuk tubuh pada sebagian besar ibu merupakan hal yang penting.
Persepsi Bentuk Tubuh Aktual Persepsi tubuh merupakan penilaian seseorang terhadap aspek fisik dari tubuh mereka. Pada kondisi yang ekstrim, seseorang dengan persepsi terhadap tubuh aktual yang tidak baik akan mengalami distorsi dalam menilai realitas. Informasi yang ada di pikirannya tentang tubuhnya akan jauh lebih buruk daripada kenyataan. Dampak psikologisnya adalah perasaan tidak puas yang mendalam sehingga berujung pada ketidakbahagiaan (Wirakusumah 1994). Sebaran persepsi tubuh aktual ibu terhadap tubuh ibu, suami dan anak berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Sebaran persepsi ibu mengenai bentuk tubuh aktual ibu, suami dan anak Persepsi terhadap tubuh aktual Kurus Normal Gemuk Total
Ibu N 21 117 2 140
% 15.0 83.6 1.4 100
Suami n % 20 14.3 105 75.0 15 10.7 140 100
Anak n % 12 8.5 95 67.9 33 23.6 140 100
Hasil menunjukan bahwa ibu tidak hanya mempersepsikan bentuk tubuh normal sebagai bentuk tubuh aktual bagi dirinya, suami dan anak, tetapi ibu mempersepsikan pula bentuk tubuh yang tidak normal (kurus dan normal). Pesepsi ibu mengenai bentuk tubuh aktual yang tidak normal bagi dirinya dan suami, sebagian besar sebagai bentuk tubuh kurus dengan persentase masingmasing sebesar 15.0% dan 14.0%, sedangkan bagi anak adalah bentuk tubuh gemuk (23.6%). Jika dilihat berdasarkan status gizi (Tabel 3) diketahui bahwa sebagian besar status gizi tidak normal pada masing-masing kelompok contoh adalah status gizi gemuk. Hal tersebut menunjukan bahwa ibu tidak mempersepsikan bentuk tubuh aktual bagi dirinya dan suami secara benar, yaitu dengan menilai bentuk tubuhnya saat ini lebih kurus dibandingkan ukuran sebenarnya. Hasil ini sejalan dengan penelitian Hardinsyah et al (2013) bahwa ibu lebih banyak memilih bentuk tubuh normal (38.9%) dan kurus (33.3%) untuk mempersepsikan bentuk tubuh aktual mereka. Hasil pada anak sesuai dengan
15 penelitian Contento et al (2003) yang menyatakan bahwa rata-rata keseluruhan ibu memilih gambar 3 untuk mempersepsikan bentuk tubuh aktual anak mereka yang termasuk dalam kategori normal. Wanita cenderung menginginkan tubuh yang kurus dan langsing (Germov dan Williams 2004). Menurut Bieber dalam Magdalena (2012) wanita yang langsing sering kali dianggap cantik dan sehat serta menjadi idaman banyak laki-laki. Sedangkan kegemukan dianggap sebagai hal yang memalukan. Selain mengetahui bentuk tubuh aktual berdasarkan status gizi (IMT), diketahui pula hasil dari sebaran persepsi tinggi badan aktual dan harapan ibu terhadap tinggi badan anak berdasarkan status gizi (TB/U). Sebaran persepsi tinggi badan aktual dan harapan ibu terhadap tinggi badan anak berdasarkan status gizi (TB/U) dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Sebaran persepsi ibu mengenai tinggi badan aktual anak, dan harapan terhadap tinggi badan anak berdasarkan status gizi (TB/U) Pendek
Kriteria Persepsi tinggi badan aktual Pendek Normal Total Harapan tinggi badan Cukup Lebih tinggi Total
Normal
Total
N
%
n
%
n
%
2 6 8
25.0 75.0 100.0
11 121 132
8.3 91.7 100.0
13 127 140
9.3 90.7 100
1 7 8
12.5 87.5 100.0
64 68 132
48.5 51.5 100
65 75 140
46.4 53.6 100
Hasil menunjukan bahwa sebagian besar ibu yang memiliki anak berstatus gizi pendek salah dalam mempersepsikan tinggi badan aktual anak mereka. Hal tersebut ditunjukan dengan 75.0% ibu mempersepsikan tinggi badan normal pada anak berstatus gizi pendek. Pada anak berstatus gizi normal, diketahui bahwa sebagian besar ibu (91.7%) telah mempersepsikan tinggi badan aktual secara baik. Harapan sebagian besar ibu akan tinggi badan anak mereka saat ini adalah untuk menjadi lebih tinggi. Akan tetapi, masih terdapat satu orang ibu yang memiliki anak berstatus gizi pendek merasa bahwa tinggi badan anaknya saat ini sudah cukup. Harapan tersebut kurang tepat, karena tinggi badan aktual anak masih dalam kategori pendek. Kesalahan persepsi tinggi badan pada anak pendek dikhawatirkan akan membuat ibu tidak memberikan asupan penunjang pertumbuhan yang lebih baik pada anaknya. Disebutkan dalam penelitian Ernawati (2013) bahwa konsumsi susu pada anak berhubungan dengan tinggi badan anak.
Persepsi terhadap Bentuk Tubuh Ideal Sebaran persepsi bentuk tubuh ideal yang diharapkan ibu terhadap bentuk tubuh ibu, suami dan anak berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 7.
16 Tabel 7 Sebaran persepsi ibu mengenai bentuk tubuh ideal ibu, suami dan anak Persepsi terhadap tubuh ideal Kurus Normal Gemuk Total
Ibu N 42 98 140
% 30.0 70.0 100
Suami N % 7 5.0 133 95.0 140 100
Anak n % 103 73.6 37 26.4 140 100
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa tidak hanya bentuk tubuh normal yang ibu pilih untuk mempersepsikan bentuk tubuh ideal bagi dirinya, suami dan anak. Bentuk tubuh kurus dipersepsikan oleh sebagian besar ibu sebagai bentuk tubuh ideal bagi dirinya dan suami, dengan persentase masing-masing sebesar 30.0% dan 5.0%. Tidak ada ibu yang mempersepsikan bentuk tubuh gemuk sebagai bentuk tubuh ideal bagi ibu dan suami. Jika dilihat berdasarkan status gizi ibu dan suami (Tabel 3) yang sebagian besar memiliki status gizi gemuk sebagai status gizi yang tidak normal, maka hal ini menunjukan bahwa persepsi bentuk tubuh ideal ibu terhadap bentuk tubuh ibu dan suami cenderung kearah bentuk tubuh kurus. Persepsi bentuk tubuh ideal ibu dan suami yang cenderung mengarah pada bentuk tubuh kurus sesuai dengan penelitian Lingga (2011) dan Anindita (2011) pada remaja wanita, yaitu sebagian besar remaja memilih bentuk tubuh kurus pada gambar 3 (73.3%) dan bentuk tubuh normal (81.3%) sebagai bentuk tubuh ideal. Persepsi bentuk tubuh kurus sebagai bentuk tubuh ideal yang juga perlu diluruskan karena Cash dan Pruzinsky et al. (2002) mengungkapkan bahwa anggapan bentuk tubuh kurus sebagai bentuk tubuh ideal akan menimbulkan dampak yang berpotensi tidak baik seperti gangguan psikologis. Gangguan psikologis yang ditimbulkan dapat berupa penyimpangan makan seperti anorexia nervosa dan bulimia nervosa. Penyimpangan tersebut dilakukan dengan harapan mendapatkan bentuk tubuh yang diinginkan. Anorexia nervosa merupakan gangguan makan yang ditandai dengan melakukan tidak makan berlebih atau memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan (purging). Sedangkan bulimia nervosa adalah makan berlebihan dalam waktu cepat kemudian memuntahkan makanan dengan cara menginduksi sendiri atau melakukan perilaku lain seperti berpuasa, meminum obat pencahar (Betz dan Sowden 2004) Bentuk tubuh gemuk dipersepsikan oleh sebagian besar ibu (26.4%) dalam mempersepsikan bentuk tubuh yang diinginkan bagi anak mereka. Tidak ada ibu yang mempersepsikan bentuk tubuh kurus sebagai bentuk tubuh ideal bagi anak mereka. Jika dilihat berdasarkan status gizi anak (Tabel 3) yang sebagian besar berstatus gizi gemuk sebagai status gizi tidak normal, maka hal ini menunjukan bahwa ibu cenderung memilih bentuk tubuh gemuk sebagai bentuk tubuh yang diinginkan bagi anak mereka. Sejalan dengan penelitian Maynard et al. (2013) bahwa 32.1% ibu berpendapat bahwa bentuk tubuh gemuk pada anaknya merupakan berat badan yang benar atau diharapkan. Ibu berharap anak mereka menjadi lebih gemuk dari kondisi sekarang, walaupun anak-anak mereka sudah termasuk kedalam kategori beresiko overweight. Harapan orang tua untuk mempunyai anak gemuk dan montok adalah keliru dan harus diluruskan. Lebih tepat jika berharap agar anak-
17 anak sehat dan cerdas. Secara sosial anak-anak gemuk akan mengalami hambatan pergaulan. Mereka malu dan rendah diri karena tidak bisa melakukan aktivitas fisik sebagaimana anak yang normal berat badannya (Khomsan 2012). Selain itu, kegemukan pada usia dini dapat berakibat pada rentannya terhadap berbagai penyakit degeneratif pada usia dewasa (Kemenkes 2010b).
Persepsi terhadap Bentuk Tubuh Sehat dan Tidak Sehat Sebaran persepsi ibu mengenai bentuk tubuh sehat dan tidak sehat bagi ibu, suami dan anak dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran persepsi ibu mengenai bentuk tubuh sehat ibu, suami dan anak Persepsi Sehat Kurus Normal Gemuk Total Tidak sehat Kurus Gemuk Total
Ibu
Suami
Anak
n
%
n
%
n
%
30 110 140
21.4 78.6 100
4 136 140
2.9 97.1 100
98 42 140
70.0 30.0 100
28 112 140
20.0 80.0 100
56 84 140
40.0 60.0 100
124 16 140
88.6 11.4 100
Hasil menunjukan bahwa masih terdapat ibu yang menganggap bahwa bentuk tubuh kurus merupakan bentuk tubuh yang sehat untuk dirinya (21.4%) dan suami (2.9%), sedangkan bentuk tubuh gemuk (30.0%) merupakan bentuk tubuh yang sehat bagi anak. Tidak ada ibu yang mempersepsikan bentuk tubuh gemuk sebagai bentuk tubuh yang sehat bagi dirinya dan suami, serta bentuk tubuh kurus bagi anak. Hasil tersebut sejalan dengan persepsi ibu mengenai bentuk tubuh ideal bagi ibu, suami dan anak (Tabel 7). Anggapan mengenai bentuk tubuh sehat tersebut tidak baik, karena jika ibu beranggapan bentuk tubuh sehat adalah bentuk tubuh kurus, dikhawatirkan akan terjadi penyimpangan terhadap perilaku makan atau pembatasan dalam pemberian makan untuk mendapatkan bentuk tubuh yang kurus. Anggapan bentuk tubuh gemuk merupakan bentuk tubuh sehat bagi anak adalah tidak baik, karena kegemukan pada anak berakibat pada rentannya penyakit degeneratif pada usia dewasa. Persepsi ibu mengenai bentuk tubuh tidak sehat bagi ibu, suami dan anak sejalan dengan persepsi bentuk tubuh sehat. Pada persepsi bentuk tubuh sehat, tidak ada ibu yang mempersepsikan bentuk tubuh gemuk sebagai bentuk tubuh sehat, dan sebagian besar ibu menganggap bahwa bentuk tubuh tidak sehat bagi ibu dan suami adalah bentuk tubuh gemuk. Pada persepsi bentuk tubuh sehat bagi anak, tidak ada ibu yang mempersepsikan bentuk tubuh kurus sebagai bentuk tubuh sehat, dan sebagian besar ibu menganggap bahwa bentuk tubuh kurus merupakan bentuk tubuh yang tidak sehat bagi anak
18 Persepsi baik dan tidak baik Persepsi baik dan tidak baik dari bentuk tubuh diketahui dengan membandingkan persepsi ibu terhadap tubuh aktual dengan status gizi. Persepsi tidak baik diperoleh jika persepsi tubuh aktual tidak sesuai dengan status gizi, sedangkan persepsi baik diperoleh jika persepsi tubuh aktual sesuai dengan status gizi. Sebaran persepsi baik dan tidak baik ibu terhadap tubuh ibu, suami dan anak dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Persepsi baik dan tidak baik ibu terhadap bentuk tubuh ibu, suami dan anak Persepsi Baik
Kurus – Kurus Normal – Normal Gemuk – Gemuk
Sub total
Tidak baik
Sub total Total
Kurus – Normal Kurus – Gemuk Normal – Kurus Normal – Gemuk Gemuk – Kurus Gemuk – Normal
Ibu n 3 84 2 89 2 18 31 51 140
% 2.1 60.0 1.4 63.6 1.4 12.9 22.1 36.4 100.0
Suami n % 2 1.4 58 41.4 14 10.0 74 52.9 18 12.9 1 0.7 47 33.6 66 47.1 140 100.0
Anak n % 3 2.1 60 42.9 26 18.6 89 63.6 18 12.9 9 6.4 7 5.0 17 12.1 51 36.4 140 100.0
Berdasarkan Tabel 9 diketahui ibu memiliki persepsi yang tidak baik terhadap bentuk tubuh dirinya (36.4%), suami (47.1%) dan anak (36.4%). Persepsi tidak baik pada ibu, sebagian besar (22.1%) pada ibu berstatus gizi gemuk yang mempersepsikan bentuk tubuh aktulanya normal, dan sebanyak 12.9% ibu yang berstatus gizi normal mempersepsikan bentuk tubuhnya kurus. Hal ini menunjukan bahwa persepsi tidak baik pada ibu disebabkan sebagian besar ibu menilai bentuk tubuh aktualnya lebih kurus dibandingkan ukuran tubuh sebenarnya (Tabel 5). Menurut Abramson (2007) Penilaian yang salah terhadap tubuh dituding sebagai penyebab timbulnya rasa malu di tengah-tengah situasi sosial atau berbagai kesempatan di tempat kerja. Persepsi tidak baik ibu terhadap bentuk tubuh suami sama seperti pada ibu, yaitu sebagian besar ibu mempersepsikan bentuk tubuh aktual suami kearah yang lebih kurus dibandingkan ukuran tubuh sebenarnya. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian Anindita (2011) pada remaja dimana lebih banyak remaja (25.0%) mempersepsikan bentuk tubuh aktualnya lebih gemuk dari ukuran sebenarnya, serta penelitian Magdalena (2012) yang menyatakan 41,4% remaja mengaku berat badannya berlebih padahal status gizinya kurus. Persepsi tidak baik ibu terhadap tubuh anak, yaitu sebagian besar (12.9%) pada anak berstatus gizi kurus yang dipersepsikan sebagai normal, dan pada anak berstatus gizi gemuk yang dipersepsikan sebagai normal (12.1%). Hasil tersebut berbeda dengan penelitian Hyun dan Hong (2005) bahwa sebagian
19 besar ibu mempersepsikan bentuk tubuh anaknya lebih kecil dari ukuran sebenarnya, yaitu dengan mempersepsikan bentuk tubuh anaknya tidak overweight padahal kenyataannya sudah overweight. Hubungan Persepsi Baik dan Tidak Baik dengan Status Gizi Hubungan persepsi baik dan tidak baik ibu mengenai bentuk tubuh ibu, suami dan anak dengan status gizi dianalisis dengan uji chi-square. Hasil uji didapatkan hubungan antara persepsi baik dan tidak baik ibu terhadap bentuk tubuh ibu, suami dan anak dengan status gizi, dengan nilai p=0.000. Hasil ini menggambarkan bahwa pada persepsi tidak baik terjadi kecenderungan status gizi gemuk, sedangkan pada persepsi baik terjadi kecenderungan status gizi normal. Hasil ini menunjukan bahwa persepsi yang tidak baik, tidak menyebabkan ibu melakukan perilaku makan yang menyimpang seperti remaja yang melakukan diet ketat. Menurut Cash dan Pruzinsky (2002) menyebutkan walaupun persepsi tidak baik dialami di semua usia wanita, dari anak-anak sampai usia tua, tetapi akibat psikologis dari hal tersebut berkurang dengan bertambahnya umur. Dengan kata lain, semakin bertambahnya usia, semakin berkurang hal-hal yang dapat diakibatkan dari persepsi tidak baik mengenai bentuk tubuh. Hubungan persepsi baik dan tidak baik terhadap bentuk tubuh ibu dengan status gizi dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Hubungan persepsi baik dan tidak baik ibu terhadap bentuk tubuh ibu dengan status gizi Status gizi Total Persepsi Kurus Normal Gemuk P value n % n % n % n % Tidak baik 2 1.4 18 12.9 31 22.1 51 36.4 Baik 3 2.1 84 60.0 2 1.4 89 63.6 0.000 Total 5 3.6 102 72.9 33 23.6 140 100.0 Hubungan persepsi baik dan tidak baik ibu terhadap bentuk tubuh suami menggambarkan hasil yang sama dengan persepsi ibu terhadap bentuk tubuh ibu. Hasil analisis menunjukan nilai p=0.000, yang menggambarkan bahwa pada persepsi tidak baik terjadi kecenderungan status gizi gemuk, sedangkan pada persepsi baik terjadi kecenderungan status gizi normal. Hubungan persepsi baik dan tidak baik terhadap bentuk tubuh suami suami dengan status gizi dapat dilihat pada Tabel 11.
20 Tabel 11 Hubungan persepsi baik dan tidak baik ibu terhadap bentuk tubuh suami dengan status gizi Status gizi Total Persepsi Kurus Normal Gemuk P value n % n % n % n % Tidak baik 0 0.0 19 13.6 47 33.6 66 47.1 Baik 2 1.4 58 41.4 14 10.0 74 52.9 0.000 Total 2 1.4 77 55.0 61 43.6 140 100.0 Hasil uji chi-square hubungan persepsi baik dan tidak baik ibu terhadap bentuk tubuh anak dengan status gizi diperoleh nilai p=0.000. Hasil tersebut menggambarkan bahwa pada persepsi tidak baik terjadi kecenderungan status gizi kurus dan gemuk, sedangkan pada persepsi baik terjadi kecenderungan status gizi normal. Hubungan persepsi baik dan tidak baik terhadap bentuk tubuh anak dengan status gizi dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Hubungan persepsi baik dan tidak baik ibu terhadap bentuk tubuh anak dengan status gizi Status gizi Total Persepsi Kurus Normal Gemuk P value n % n % n % n % Tidak baik 18 12.9 16 11.4 17 12.1 51 36.4 Baik 3 2.1 60 42.9 26 18.6 89 63.6 0.000 Total 21 15.0 76 54.3 43 30.7 140 100.0
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Contoh dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki suami serta anak yang bersekolah di TK Meksindo dan TK Aliyah Kota Bogor dengan jumlah 140 ibu, suami dan anak. Tingkat pendidikan ibu dan suami dalam penelitian ini sebagian besar berada pada jenjang perguruan tinggi. Sebagian besar keluarga mempunyai pendapatan dengan golongan > Rp 5.000.000 dalam satu bulan. Besar keluarga contoh tergolong kedalam keluarga kecil. Sebagian besar ibu tidak mengetahui istilah citra tubuh, tetapi menganggap bahwa citra tubuh penting untuk diperhatikan. Status gizi tidak normal sebagian besar adalah gemuk pada ibu (23.6%), suami (43.6%) dan anak (30.7%). Status tinggi badan pendek (5.7%) masih terdapat pada contoh anak. Ibu menganggap bentuk tubuh normal sebagai bentuk tubuh aktual, ideal yang diharapkan dan sehat bagi ibu, suami dan anak. Kecenderungan persepsi bentuk tubuh kurus merupakan bentuk tubuh ideal dan sehat bagi ibu dan suami, sedangkan bentuk tubuh gemuk bagi anak. Persepsi terhadap bentuk tubuh tidak sehat, sebagian besar ibu menganggap bentuk tubuh gemuk bagi ibu dan suami,
21 serta bentuk tubuh kurus bagi anak. Sebagian besar ibu (75.0%) salah dalam mempersepsikan tinggi badan anak pendek, dengan menilai tinggi badan anaknya sudah normal. Terdapat 12.5% ibu yang menganggap bahwa tinggi badan yang pendek pada anaknya sudah sesuai dengan harapannya. Ibu memiliki persepsi tidak baik mengenai bentuk tubuh ibu (36.4%), suami (47.1%), dan anak (36.4%). Hasil uji analisis chi-square didapatkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi baik dan tidak baik mengenai bentuk tubuh dengan status gizi pada ibu dan suami serta anak. Hubungan persepsi baik dan tidak baik dengan status gizi pada ibu dan suami yaitu pada persepsi tidak baik terjadi kecenderungan status gizi gemuk, sedangkan pada persepsi baik terjadi kecenderungan status gizi normal. Hubungan persepsi baik dan tidak baik dengan status gizi pada anak yaitu pada persepsi tidak baik terjadi kecenderungan status gizi kurus dan gemuk, sedangkan pada persepsi baik terjadi kecenderungan status gizi normal. Saran Ibu sebaiknya tidak memiliki persepsi bentuk tubuh yang tidak baik bagi dirinya sendiri, suami dan anaknya, karena persepsi tersebut memiliki hubungan dengan status gizinya. Sebaiknya dilakukan pendidikan gizi bagi ibu agar ibu dapat memiliki persepsi baik mengenai bentuk tubuh. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti tentang hubungan persepsi bentuk tubuh dengan perilaku makan dan perilaku pemberian makan serta tingkat konsumsi bagi ibu, suami dan anaknya.
DAFTAR PUSTAKA Abramson E. 2007. Body Intelligence: Menurunkan dan Menjaga Berat Badan Tanpa Diet. Dwi Prabantini, penerjemah. Yogyakarta (ID): Andi. Anindita TD. 2011. Hubungan persepsi body image dan kebiasaan makan dengan status gizi pada atlet senam dan renang di sekolah atlet Ragunan Jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Betz CL, Sowden LA. 2004. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Meiliya NE, penerjemah; Yudha EK, editor. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC BKKBN. 1998. Gerakan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta (ID): Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Bulik CM, Wade TD, Heath AC, Martin NG, Stunkard AJ and Eaves LJ. 2001. Relating body mass index to figural stimuli:population-based normative data for Caucasians. International Journal Obesity Relating Metabolisme Disorders. 25(10):1517-1524. Cash TF, Pruzinsky T. 2002. Body image: A Handbook of Theory, Research, and Clinical Practice. New York (NY): Guilford Pres
22 Contento IR, Basch C, and Zyvert P. 2003. Body image, weight, and food choices of latina women and their young children. Journal of Nutrition Education and Behavior. 35(5):236-248. Dewey KG, Begum K. 2011. Long-term consequences of stunting in early life. Maternal and Child Nutrition. 7(3): 5-18 Diana R, Yuliana I, Yasmin G, Hardinsyah. 2013. Faktor resiko kegemukan pada wanita dewasa Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan. 8(1):1-8 Ernawati. 2013. Hubungan konsumsi susu dengan tinggi badan anak sekolah TK [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor Francis L, Hofer SM, Birch LL. 2001. Predictors of maternal child-feeding style: maternal and child characteristics. Appetite. 37(3), 231-243. Germov J & Williams L, editor. 2004. A Sociology of food & Nutrition: The Social Appetite. New York: Oxford University Press. Hardinsyah, May L, Dwiriani CM, Au C, Aries M, Setiawan B, Madanijah S, Dwiyanti F, Nababan S.2013. Nutrition and Food Safety KnowledgePractice as a Basis for Designing an Appropriate Nutrition and Food Safety Communication Model for School Children. The Food and Nutrition Society of Indonesia, and Bogor Agricultural University, Faculty of Human Ecology, Bogor Agricultural University. Hizni A, Julia M, Gamayanti IL. 2009. Status stunted dan hubungannya dengan perkembangan anak balita di Wilayah Pesisir Pantai Utara Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon. The Indonesian Journal of Clinical Nutrition 6(3): 131-137. Husaini YK, Karyadi D, Slamet RM, Asngari PS, Musa MS, Tjitropranoto P. 1996. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi keluarga di tiga daerah berbeda pola kekerabatan. Bul Penelitian Kesehatan. 24(4): 28-41 Hyun WJ, Hong YJ. 2005. Personal maternal body image perception their preschool children. Korean Journal of Community Nutrition. 10(6): 930942 Isnani F. 2011. Praktik hidup sehat dan persepsi tubuh ideal remaja putri SMA Negeri 1 Kota Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. [KEMENKES] Kementrian Kesehatan RI. 1998. Tuntunan Praktis bagi Tenaga Gizi Puskesmas Bekalku Membina Keluarga Sadar Gizi. Jakarta (ID): Bina Kesehatan _________. 2003. Pedoman Praktis Memantau Gizi Orang Dewasa. Jakarta (ID): Bina Kesehatan _________. 2010a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak: Jakarta
23 _________. 2010b . Riset Kesehatan Dasar. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia. Khomsan A. 2002. Teknik Pengukuran Pengetahuan dan Sikap Gizi. Bogor: IPB Pres __________. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. __________. 2012. Meraih SDM Berkualitas: Gizi, Pangan, Sosial dan Pendidikan. Bogor (ID): Jurusan Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Lingga M. 2011. Studi tentang pengetahuan gizi, kebiasaan makan,aktivitas fisik, status gizi dan body image remaja putri yang berstatus gizi normal dan gemuk/obes disma budi mulia bogor [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Magdalena N. 2012. Hubungan antara body image dengan status gizi remaja putrid di SMA Katolik Frateran Malang [skripsi]. Malang (ID): Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Martianto D, Ariani M. 2004. Analisis Perubahan Konsumsi dan Pola Konsumsi Pangan Masyarakat dalam Dekade Terakhir. Dalam Soekirman et al., editor. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII “Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi”; Jakarta 17-19 Mei 2004. Jakarta: LIPI. Maynard LM, Galuska DA, Blanck HM, Serdula MK. 2013. Maternal perception of weight status of children. Journal of the American academy of pediatrics. 111;1226 Phillips N, De Man AF. 2010. Weight status and body image satisfaction in adult men and women. North American Journal of Psychology. 12(1): 171-184 Riyadi H. 2001. Metode Penelitian dan Pengukuran Status Gizi. Bogor (ID): Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Reulbach U, Ladewig EL, Nixon E, O‟Moore M, Williams J, O‟Dowd T. 2013. Weight, body image and bullying in 9-year-old children. Journal of pediatric and child health. 49(4):288-293 Septiadewi D, Briawan D. 2010. Penggunaan metode body shape questionnaire (BSQ) dan figure rating scale (FRS) untuk pengukuran persepsi tubuh remaja perempuan. Journal of the Indonesian Nutrition Association. 33(1):29-36 Sevilla CG et al. 2007. Research Methods. Quezon City: Rex Printing Company. Siswanti. 2007. Hubungan body image dengan perilaku makan, perilaku sehat, status gizi dan kesehatan mahasiswa [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
24 Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta (ID): Buku Kedokteran EGC Stang J, Story M. 2005. Guidelines for Adolescent Nutrition Service. Minneapolis (MN): School of Public Health, University of Minnesota Widianti N. 2012. Hubungan antara body image dan perilaku makan dengan status gizi remaja putrid di SMA Theresiana Semarang [skripsi]. Semarang (ID): Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Wirakusumah . 1994. Cara Aman dan Praktis Menurunkan Berat Badan. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Yanping L, Guansheng M, Xiaoqi H, Wenjun M, Jin W. 2005. Body image perception among chines children and adolescents. Journal of Body image, Elsevier. 91-103
RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, puteri dari pasangan Alm. Bapak H. Sholahuddin Kosasih dan Ibu Yuliah. Penulis dilahirkan di Kota Bogor, Jawa Barat pada tanggal 28 November 1990. Penulis mengawali pendidikan formal di SDN Semeru 1 Bogor pada tahun 1996-2002. Pada tahun 2002-2005 Penulis meneruskan pendidikan menengah pertama di SMPN 6 Bogor, kemudian melanjutkan pendidikan di SMAN 10 Bogor dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun yang sama Penulis diterima di Diploma III Jurusan Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi Institut Pertanian Bogor dan lulus tahun 2011. Penulis melaksanakan internship di RS Islam Jakarta Pondok Kopi. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Alih Jenis Jurusan Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor melalui jalur tes. Penulis melaksanakan internship di Puskesmas Gang Kelor, Kota Bogor. Penulis juga melaksanakan program Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Gabus Kulon Kecamatan Gabus Wetan, Kabupaten Indramayu.