HUBUNGAN ANTARA HUMOR STYLES DAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA DEWASA MADYA DI JAKARTA Liliana Binus University Kampus Kijang, Jl. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan/Palmerah, Jakarta Barat 11480, Telp. (62-21) 532 7630,
[email protected] (Liliana, Dra. Lisa Ratriana Chairiyati, M.Si)
Abstract This study aimed to examine the relationship between the humor styles and marital satisfaction in middle adulthood at Jakarta. Subjects in this study consisted of 262 middle adults (131 men and 131 women) who live in Jakarta, both in North Jakarta, West Jakarta, South Jakarta, East Jakarta and Central Jakarta. This research used correlation method with the aim to look at the relationship between two variable. The studies used SpearmanRank correlation analysis with SPSS program version 20 shows that the null hypothesis (Ho) is accepted with score of correlation humor styles for raffiliative humor= 0,078, rself enhancing humor= -0,045 and rself defeating humor= -0,045 with a significance of p= >0,05. Thus it can be concluded that there is no relationship between dimension of humor styles and marital satisfaction in middle adulthood at Jakarta. (L) Keyword: humor styles, marital satisfaction, middle adulthood
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara humor styles dan kepuasan pernikahan pada dewasa madya di Jakarta. Subjek pada penelitian ini terdiri dari 262 orang dewasa madya (131 laki-laki dan 131 perempuan) yang berdomisili di Jakarta, baik di Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Jakarta Pusat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasi dengan tujuan untuk melihat hubungan antar kedua variabel tersebut. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis korelasi Spearman-Rank dengan bantuan program SPSS versi 20 menunjukkan bahwa hipotesis null (Ho) diterima dengan nilai korelasi humor styles sebesar raffiliative humor= 0,078, rself enhancing humor=-0,045 dan rself defeating humor=-0,045 dengan signifikansi sebesar p=>0,05. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara dimensi humor styles dengan kepuasan pernikahan pada dewasa madya di Jakarta. (L) Kata-kata kunci: humor styles, kepuasan pernikahan, dewasa madya
PENDAHULUAN Menikah merupakan hal yang membahagiakan bagi sebagian orang. Serupa dengan pernyataan tersebut, Myers (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2011) mengatakan jika orang yang menikah hidupnya lebih bahagia dibandingkan dengan orang yang tidak menikah. Akan tetapi tidak semua pernikahan berjalan dengan mulus, banyak hambatan dan rintangan dalam menjalani suatu pernikahan, dan tidak sedikit pasangan yang pada akhirnya memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka. Beberapa tahun belakangan ini perceraian kian marak di Indonesia dan terus meningkat jumlahnya setiap tahun. Berdasarkan data Badan Urusan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung (MA) perceraian di Indonesia dari tahun 2005 sampai 2010 tercatat meningkat hingga 70 persen (Republika, 2012). Perceraian di kota Jakarta juga terus mengalami peningkatan. Menurut data
yang di paparkan oleh Mahkamah Agung (MA) Badan Urusan Peradilan Agama (Badilag) perceraian di Jakarta meningkat hingga 34 persen dari tahun 2010 hingga 2012. Perceraian pada dewasa madya juga terus mengalami hal yang sama, data yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik Jakarta mengungkapkan bahwa sebanyak 2,7 persen pernikahan dewasa madya di Jakarta berakhir dengan perceraian. Menurut Noller, Feeney & Peterson (2007) alasan seseorang bercerai pada dewasa madya ialah karena adanya kemandirian ekonomi pada istri, status ekonomi dalam keluarga dan kehidupan keluarga yang dijalani. Perceraian sendiri dapat terjadi jika masing-masing pasangan tidak merasakan kepuasan di dalam pernikahannya. Menurut hasil penelitian mengenai kepuasan pernikahan mengatakan bahwa kepuasan pernikahan berubah seiring berjalannya waktu dan kepuasan pernikahan membentuk seperti kurva U, yaitu kepuasan pernikahan mencapai titik terendah saat masa pertengahan pernikahan atau pada saat anak-anak berada pada usia sekolah dan remaja (Noller, Feeney & Peterson, 2007). Kepuasan pernikahan merupakan evaluasi subjektif mengenai kualitas pernikahan yang dilihat dari proses adaptasi masing-masing pasangan (Karney dan Bradburry dalam Parker, 2002). Untuk meningkatkan kepuasan di dalam pernikahan, menurut Wallestrein & Blakeslee (dalam Parker, 2002) di dalam pernikahan pasangan harus berbagi tawa dan memiliki selera humor. Sense of humor memiliki peranan yang penting dalam pernikahan dan dapat meningkatkan kepuasan pernikahan karena dengan humor dapat membantu pasangan dalam coping terhadap stress, rasa humor memungkinkan adanya komunikasi yang positif antar pasangan serta rasa humor berkolerasi positif dengan self esteem (Kuiper & Martin dalam Barelds & Barelds, 2010). Selain itu, penelitian pada pasangan dewasa madya dan dewasa akhir yang dilakukan oleh Carstensen, Gottman & Levenson (dalam Gottman, 2004) juga mengatakan bahwa humor dan kasih sayang menjadi karakteristik dalam pernikahan yang bahagia. Penelitian lain mengenai humor yaitu dimensi humor styles yang dilakukan oleh Saraglou, Lacour & Demeure (2010) menunjukkan bahwa dimensi dari humor yaitu humor styles berhubungan dengan kualitas hubungan pernikahan. Humor styles merupakan dimensi yang berkaitan dalam penggunaan humor yang terbagi ke dalam 4 jenis yaitu affiliative humor, self enhancing humor, aggressive humor dan self defeating humor (Martin et al, 2003). Affiliative humor merupakan kecenderungan untuk mengatakan hal-hal lucu, menceritakan lelucon, senang menghibur orang secara spontan, self enhancing humor merupakan dimensi humor yang melibatkan pandangan humoris tentang hidup dan memiliki perspektif yang humoris bahkan saat menghadapi tekanan, aggressive humor merupakan kecenderungan menggunakan humor untuk mengkritik atau memanipulasi orang lain sedangkan self defeating humor adalah penggunaan humor yang menghina diri sendiri dengan tujuan menghibur orang lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hall (2013) mengungkapkan bahwa penggunaan affiliative humor dan self enhancing humor pada laki-laki berhubungan positif dengan kepuasan di dalam hubungan jangka panjang. Pada penelitian sebelumnya mengenai humor styles banyak yang melakukan penelitian pada rentang usia yang cukup luas yaitu mulai dari usia 26 hingga 62 tahun pada pasangan yang menikah dan sudah bercerai (Saraglou, Lacour & Demeure, 2010) serta pada usia 19 hingga 75 tahun pada pasangan yang menikah maupun yang tidak menikah tetapi tinggal bersama (Hall, 2013). Akan tetapi belum ada penelitian mengenai humor styles dan kepuasan pernikahan pada dewasa madya yaitu individu yang berada pada rentang usia 40 sampai 65 tahun hanya pada pasangan yang masih menikah dan tinggal bersama. maka dari itu peneliti ingin meneliti mengenai penggunaan humor yaitu affiliative humor, self enhancing humor, aggressive humor serta self defeating humor dengan kepuasan pernikahan pada dewasa madya di Jakarta.
Metode Penelitian Teknik sampling yang digunakan adalah teknik non-probability sampling yang berarti tidak semua populasi memiliki kesempatan untuk menjadi sampel (Shaughnessy, Zechmeister & Zechmeister, 2012). Di dalam non-probability sampling terdapat banyak teknik yang dapat digunakan, namun dalam penelitian kali ini teknik sampling yang akan digunakan ialah snowball sampling. Snowball sampling merupakan teknik sampling yang semula berjumlah kecil kemudian anggota sampel (responden) mengajak para kerabatnya atau menunjukkan orang lain yang menurutnya memiliki karakteristik sesuai dengan karakteristik subjek penelitian untuk dijadikan sampel (Gunawan, 2013). Karakteristik Sampling dalam penelitian ini adalah (1) Pasangan suami istri yang masih tinggal serumah (bukan orangtua tunggal) dan masih terikat dalam ikatan perkawinan yang legal karena
penelitian ini hanya memfokuskan pada pasangan yang masih menikah; (2) Pasangan suami istri yang berusia 40-65 tahun karena usia tersebut adalah rentang usia pada dewasa madya; (3) Pasangan suami istri yang berdomisili di Jakarta, hal tersebut dikarenakan Jakarta yang akan menjadi fokus lokasi dalam penelitian ini; (4) Pasangan suami istri yang usia pernikahannya minimal sudah 20 tahun dan setidaknya memiliki 1 orang anak minimal sudah berusia 19 tahun karena pada usia pernikahan dan usia anak tersebut biasanya anak mulai mandiri dan juga mulai meninggalkan rumah sehingga kemungkinan akan timbul empty nest syndrome pada orangtua (Santrock, 2008). Peneliti menggunakan desain penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang banyak menggunakan angkaangka mulai dari pengumpulan data dan data yang berupa angka tersebut akan diolah secara statistik (Shaughnessy, Zechmeister & Zechmeister, 2012). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua, yang pertama yaitu Humor Styles Questionnaire yang dikonstruk oleh Martin, et al (2003) yang terdiri dari 32 item dimana setiap dimensi dari humor styles dimana masing-masing dimensi tersusun atas 8 item soal. Alat ukur tersebut disusun berdasarkan skala likert yang terdiri dari 5 alternatif jawaban yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, ragu-ragu, setuju, sangat setuju dan setiap item akan diberi skor 1 sampai 5 sesuai dengan jawaban responden pada skala. Alat ukur yang kedua yaitu Couple Satisfaction Index yang dikonstruk oleh Funk & Rogge (2007) yang terdiri dari 32 item. Namun dalam penelitian kali ini yang digunakan adalah bentuk short form dari alat ukur tersebut yang terdiri dari 16 item. Nilai reliabilitas yang didapatkan dari alat ukur humor style questionnaire dimensi affiliative humor ialah sebesar 0,750, self enhancing humor sebesar 0,692, aggressive humor sebesar 0,453 dan self defeating humor sebesar 0,701, sedangkan untuk reliabilitas alat ukur Couple Satisfaction Index mendapatkan nilai koefisien alpha sebesar 0,940. Dikarenakan nilai koefisien alpha dari dimensi aggressive humor cukup rendah maka untuk pengolahan data selanjutnya dimensi tersebut tidak digunakan kembali.
Hasil dan Bahasan Hasil pengolahan data pada 262 responden, didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara humor styles dan kepuasan pernikahan pada dewasa madya di Jakarta dengan nilai korelasi sebesar styles sebesar raffiliative humor= 0,078, rself enhancing humor=-0,045 dan rself defeating humor=-0,045 dengan signifikansi sebesar p= >0,05. Tabel 4.14 Hasil Uji Korelasi Spearman Rank Dimensi Spearman-Rank Correlation Affiliative Humor 0,078 Self Enhancing Humor -0,045 Self Defeating Humor -0,045
Nilai Korelasi ( r = 0,078, p > 0,05) ( r = -0,045, p > 0,05) ( r = -0,045, p > 0,05)
Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa tidak ada satupun dimensi dari humor styles berhubungan dengan kepuasan pernikahan. pada dewasa madya di Jakarta. Hal ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saraglou, Lacour & Demeure (2010) yang mengemukakan bahwa tidak ada satupun dari dimensi humor styles terutama aggressive humor yang memiliki hubungan dengan kepuasan pernikahan. Bagaimana cara seseorang menggunakan humor di dalam pernikahannya atau mengekspresikan humor di dalam pernikahan tidak dianggap memiliki hubungan langsung terhadap kepuasan pernikahan, humor hanya sebagai ungkapan bahwa mereka senang di dalam pernikahannya dan cenderung untuk menghargai pasangannya dalam berbagai hal (Martin, 2010). Salah satu hal yang sekiranya menyebabkan tidak ditemukan hubungan antara dimensi humor styles dengan kepuasan pernikahan adalah faktor usia serta lama menikah. Menurut Saraglou, Lacour & Demeure (2010), dimensi humor styles akan berhubungan dengan kepuasan pernikahan apabila responden dalam penelitian merupakan responden yang usianya masih terbilang muda ataupun pasangan yang baru menikah karena pada pasangan yang telah menikah cukup lama cenderung telah memiliki persepsi mengenai gaya humor yang dimiliki pasangannya sehingga humor styles tidak tampak berhubungan dengan kepuasan pernikahan pada dewasa madya. Selain itu, individu pada
tahap dewasa madya saat ini cenderung memiliki gaya humor yang berbeda dengan individu dewasa muda dikarenakan mereka dibesarkan pada era yang berbeda, norma budaya yang berbeda serta model peran yang berbeda (Martin, 2010). Hal lainnya diakibatkan oleh pada dewasa madya sebagian kemampuan kognitifnya telah menurun, sehingga pemahaman dewasa madya mengenai humor juga mengalami penurunan. Salah satu dari dimensi humor styles yaitu aggressive humor dengan sangat disayangkan tidak digunakan lebih lanjut untuk melihat ada atau tidaknya hubungan dengan kepuasan pernikahan, hal tersebut dikarenakan rendahnya nilai koefisien alpha dari dimensi tersebut. Aggressive humor dianggap sebagai humor yang dapat menyakiti perasaan orang lain dan cenderung merendahkan orang lain, dalam budaya Indonesia yang sangat kental dengan budaya timurnya maka sangat tidak sesuai dengan norma sosial apabila menggunakan humor untuk menghina orang lain, seperti yang dikatakan oleh Martin (2010) bahwa aggressive humor akan cenderung rendah dan jarang digunakan pada negara yang menganut budaya timur karena budaya timur masih menekankan pada aspek kehidupan bersama dengan kelompok sosial yang lebih luas. Berbeda dengan budaya Barat yang lebih individualis maka aggressive humor sangat mungkin ditemukan penggunaannya dalam budaya barat. Dari beberapa penelitian yang terdahulu juga mengemukakan bahwa aggressive humor tidak memiliki hubungan dengan kepuasan pernikahan (Saraglou, Lacour & Demeure, 2010; Hall, 2013; Hall & Sereno, 2010). Aggressive humor tidak berhubungan dengan kepuasan pernikahan karena humor tersebut hanya digunakan untuk merendahkan pasangannya dan cenderung untuk mengekspresikan sikap permusuhan dengan pasangan (Hall & Sereno, 2010), selain itu aggressive humor juga cenderung untuk menjauhkan diri dari salah satu pasangan dan mengekspresikan ide-ide pasangan yang seharusnya dirahasiakan (Hall, 2013), oleh sebab itu humor styles dimensi ini tidak memiliki kontribusi yang positif dengan pernikahan.
Simpulan dan Saran Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara humor styles dengan kepuasan pernikahan pada dewasa madya di Jakarta dengan nilai korelasi sebesar styles sebesar raffiliative humor= 0,078, rself enhancing humor=-0,045 dan rself defeating humor=-0,045 dengan signifikansi sebesar p= >0,05. Peneliti menyadari masih terdapat banyak kekurangan, maka dari itu peneliti ingin memberikan saran untuk penelitian-penelitian dengan topic serupa yang selanjutnya, yaitu melakukan pilot study agar didapatkan alat ukur yang lebih baik dengan memiliki reliabilitas dan validitas yang cukup sehingga tidak perlu ada dimensi yang dihilangkan kembali, penelitian selanjutnya diharapkan memperhatikan lokasi penyebaran data agar data yang didapat bisa mencakup seluruh wilayah Jakarta, penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyempurnakan alat ukur humor styles questionnaire, sebab terdapat beberapa kalimat yang perlu diteliti kembali agar responden lebih memahami maksud dari item tersebut, Penelitian selanjutnya dapat meneliti mengenai humor styles dan kepuasan pernikahan pada dewasa muda untuk memperkaya ilmu mengenai kedua variabel tersebut pada sampel yang berbeda.
Referensi Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. (2013). Peta sebaran penduduk menurut kecamatan di provinsi DKI Jakarta hasil sensus penduduk 2000 dan 2010. Diperoleh pada 23 September 2013 dari http://jakarta.bps.go.id/index.php?bWVudT0yMzA0JnBhZ2U9ZGF0YSZzdWI9MDQmaWQ9 NTg= Barelds, D. P., & Barelds, P. (2010). Humor in intimate relationship: Ties among sense of humor, similarity in humor, and relationship quality. Humor , 447-465. Funk,J.L., &Rogge,R.D. (2007). Testing the ruler with item response theory: Increasing precision of measurement for relationship satisfaction with the couples satisfaction index. Journal of Family Psychology. 21,(4), 572-583 Gottman, J.M. (2004). Daily marital interactions and positive affect during marital conflict among newlywed couples. Family Process. 43(3), 301-314 Hall,J.A.(2013). Humor in long-term romantic relationship: The association of general humor styles and relationship-spesific function with relationship satisfaction. Western Journal of Communication. 77(3), 272-292. Hall,J.A., & Sereno,K. (2010). Offensive jokes: How do they impact long-term relationship?.Humor. 23.(3).351-373. Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktorat Badan Peradilan Agama. (2013). Rekap jenis usia. Diperolah pada 23 September 2013 dari http://infoperkara.badilag.net/
Martin et al. (2003). Individual differences in uses of humor and their relation to psychological wellbeing: Development of the humor styles questionnaire. Journal of Research in Personality. 37,48-75 Noller, P., Fenney, J. A., & Peterson, C. (2007). Personal relationship accross the lifespan. New York: Psychology Press. Papalia, D., Olds, s. W., & Feldman, R. D. (2011). Human development (11 ed.). New York: McGraw Hill. Parker,R. (2002). Why marriage last; A discussion of the literature. Australia : Australian Institute of Family Studies Santrock,J.W. (2008). Life-span development. (11thed). New York: McGraw Hill Republika (2012, 24 Januari). Angka perceraian pasangan Indonesia naik drastis 70 persen. Diperoleh pada 20 September 2013. dari http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/01/24/lya2yg-angka-perceraian-pasanganindonesia-naik-drastis-70-persen Saraglou, V., Lacour, C., & Demeure, M. E. (2010). Bad humor, bad marriage: Humor styles in divorced and married couples. Europe's Journal of Psychology , 3, 94-121. Shaughnessy, Zechmeister & Zeichmeister. (2012). Research method in Psychology. New York: Mc Graw Hill
Riwayat Penulis Liliana lahir di Kediri pada tanggal 15 Januari 1992. Peneliti menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang psikologi pada tahun 2014.