Hubungan Antara Konsep Diri dan Konformitas Terhadap Perilaku Konsumerisme pada Remaja Akhir dan Dewasa Awal di Jakarta Denrich Suryadi*)
ABSTRAK Berkaitan dengan faktor konsep diri dan konformitas, remaja akhir dan dewasa awal sebagai lingkup sosial yang masih mengembangkan kemampuannya dalam bersosialisasi memiliki kecenderungan untuk menampilkan perilaku konsumerisme. Konsep diri sebagai remaja akhir menjelang tahap usia kedewasaan yang dikatakan harus mengikuti perkembangan zaman seperti teknologi atau budaya, secara tidak langsung mempengaruhi keputusan mereka dalam mengkonsumsi produk. Lingkungan sosial remaja akhir yang cenderung berkelompok akan memberikan efek tekanan kelompok (peer pressure) untuk memiliki opini atau persepsi yang mengikuti pandangan kelompok. Keduanya ini secara bersama akan semakin kuat mendorong individu untuk mengikuti kebutuhan serta adanya keinginan untuk diterima dalam kelompok dalam pengambilan keputusan dalam membeli suatu produk atau kebutuhan. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diperoleh kesimpulan bahwa konsep diri pada mahasiswa tidak berhubungan dengan perilaku konsumerisme, sedangkan konformitas pada mahasiswa memiliki hubungan dengan perilaku konsumerisme. Kedua variabel yaitu konsep diri dan konformitas secara bersamaan memberikan kontribusi sebesar 22,5% terhadap perilaku konsumerisme dan konformitas sendiri dapat memberikan kontribusi sebesar 22,3% terhadap perilaku konsumerisme. Hasil korelasi antara konformitas dengan perilaku konsumerisme menunjukkan korelasi positif. Melihat kontribusi konformitas terhadap perilaku konsumerisme (hanya sebesar 22,3 %) dan tidak adanya hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan perilaku konsumerisme, maka diperkirakan ada kemungkinan faktor-faktor lain yang memiliki hubungan dengan perilaku konsumerisme. Faktor-faktor itu dapat berupa variabel lainnya, seperti gaya hidup, self-esteem (harga diri), status sosial ekonomi, tipe kepribadian, dan lain-lain. Kata Kunci: Konsep Diri, Konformitas, Konsumerisme
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupannya, manusia memiliki berbagai kebutuhan, mulai dari kebutuhan primer , kebutuhan sekunder sampai kebutuhan tersier. Manusia akan memenuhi kebutuhannya secara hirarkis seperti yang diutarakan oleh Maslow dalam teori mengenai kebutuhan (theory of needs). Perilaku manusia digerakkan oleh kebutuhankebutuhan dasar ini. Sebagai mahluk sosial, perilaku individu dipengaruhi pula oleh lingkungan yang berfungsi sebagai alat pemenuh kebutuhan dan juga sebagai fungsi kontrol terhadap perilaku individu (Munandar, 1993). Pola perilaku manusia ini merupakan pola penyesuaian terhadap lingkungan dan hal ini diterapkan dalam ilmu psikologi konsumen. Sebagai salah satu cabang ilmu psikologi Industri Organisasi, psikologi konsumen lebih menaruh perhatian pada perilaku individual dalam kedudukannya sebagai konsumen (Munandar,1993). Dalam perkembangannya, psikologi konsumen memiliki kecenderungan untuk memfokuskan salah satu pandangan terhadap pengenalan perilaku konsumen. Perilaku konsumen ini mencakup apa yang dikonsumsi oleh manusia, di mana, seberapa sering dan di bawah kondisi apa barang dan jasa di konsumsi. Engel, et al. seperti dikutip oleh Munandar (1993) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan individual yang secara langsung terlibat dalam menyediakan dan menggunakan barang-barang ekonomis dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang didahului dan dipengaruhi
oleh
tindakan
tersebut.
Pola
perilaku
konsumen
adalah
proses
2
pengambilan keputusan dan aktivitas fisik pada individu yang terlibat ketika mengevaluasi, mengumpulkan atau membuang barang dan jasa (Loudon & Dellabitta, 1993). Pada penelitian ini, psikologi konsumen secara khusus menerapkan pola perilaku konsumen yang lebih terfokuskan pada pola perilaku konsumerisme. Konsumerisme sebagai perilaku mengkonsumsi barang/jasa di luar kebutuhan yang sebenarnya. Konsumerisme lebih diartikan sebagai perilaku konsumsi yang negatif sebab memiliki tujuan di luar sebagai fungsi pemenuhan kebutuhan. Banyak faktor yang memicu munculnya perilaku konsumerisme. Untuk menjelaskan lebih lanjut, ada bermacam-macam kebutuhan yang berhubungan dengan perilaku individu dalam mengkonsumsi antara lain need for affiliation di mana individu memiliki keinginan untuk berada dalam suatu kelompok dan untuk menghindari rasa sepi, need for power yakni ketika seseorang memiliki kebutuhan untuk mengontrol suatu lingkungan tertentu terhadap dirinya serta need for uniqueness di mana seseorang ingin memperjelas identitas dirinya (Solomon, 1996). Need for uniqueness ini tercakup dalam konstruk konsep diri sebagai gambaran identitas diri seseorang yang dapat mempengaruhi bagaimana cara seseorang membelanjakan uangnya, apakah untuk memenuhi kebutuhan atau juga sebagai alat untuk menegaskan identitas dirinya. Need for affiliation dan need for power dijelaskan dalam konstruk konformitas yang merupakan pengaruh kelompok yang akan mempengaruhi manusia yang bersifat sosial. Konformitas dapat mempengaruhi seseorang dalam mengkonsumsi barang secara berlebihan karena pengaruh kelompok dan bukan karena faktor dasar pemenuhan kebutuhan.
3
Dalam penelitian ini, tahap usia remaja akhir dan dewasa awal diangkat sebagai subyek penelitian karena dianggap sebagai kaum muda yang lebih memiliki kecenderungan untuk dipengaruhi dengan berbagai dampak dari konsumerisme. Segmentasi remaja akhir dan menjelang dewasa awal memiliki beberapa karakteristik yang menunjang mereka untuk berperilaku konsumtif seperti kecenderungan usia mereka untuk mulai memiliki kemandirian dengan bekerja part-time dan adanya upaya pencapaian identitas diri secara psikososial (Papalia, Olds, & Feldman, 2004). Dengan memiliki otonomi dalam mengatur ekonomi dan arah hidupnya, remaja akhir dan dewasa awal cenderung lebih bebas dalam mengambil keputusan serta melakukan perilaku konsumerisme untuk menunjang kebutuhan hidupnya. Sebagai lingkup sosial yang memiliki orientasi konsumsi tinggi, kalangan usia muda memiliki kewaspadaan yang meningkat terhadap produk dan merek baru. Kaum muda menjadi natural triers dan menghabiskan waktu membelanjakan uang mereka. Kaum muda juga telah menjadi trendsetter dimana kaum muda memiliki pengaruh besar dalam mempopulerkan tren/mode melalui produk keluaran terbaru. Ada beberapa faktor yang menjadikan kaum muda menampilkan perilaku konsumerisme, yaitu faktor harga dan merek sebagai kriteria penilaian diri mereka, faktor lingkungan sosialisasi (peer society), faktor kemajuan teknologi yang mendukung perkembangan
media
massa
(iklan,)
dan
faktor
pembangunan
pusat-pusat
perbelanjaan yang cukup pesat, khususnya Jakarta sebagai ibukota negara.
4
1.2 Perumusan Masalah Permasalahan utama penelitian ini adalah apakah ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dan konformitas terhadap perilaku konsumerisme pada remaja akhir? Permasalahan tersebut kemudian berusaha untuk dijawab melalui beberapa hubungan antara variabel yang saling berkaitan yaitu: 1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan perilaku konsumerisme pada remaja akhir dan dewasa awal? 2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara konformitas dengan perilaku konsumerisme pada remaja akhir dan dewasa awal? 3. Apakah ada hubungan antara konsep diri dan konformitas terhadap perilaku konsumerisme pada remaja akhir dan dewasa awal? 4. Seberapa besar pengaruh konsep diri dan konformitas terhadap munculnya perilaku konsumerisme tersebut?
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Konsumerisme Berhubungan dengan psikologi konsumen, penelitian ini akan memfokuskan pada
pola perilaku konsumerisme. Konsumerisme adalah refleksi keinginan seseorang untuk memperoleh nilai yang lebih tinggi terhadap produk yang disesuaikan dengan harapan sosial (Loudon & Dellabitta, 1993). Perilaku konsumerisme ini lebih banyak dikaitkan dengan perilaku konsumsi kompulsif (berlebihan) atau shopacholics. Perilaku ini diasumsikan
sebagai
ketergantungan
untuk
membeli
produk
yang
dihadapi
berdasarkan kebiasaan seseorang dalam menghabiskan uang. Perilaku konsumerisme ini muncul hanya sebagai perilaku membeli untuk kepentingan berbelanja daripada kepentingan untuk memenuhi kebutuhan yang sebenarnya.
2.2
Definisi Konsep Diri Konsep diri menurut Rogers adalah persepsi seseorang tentang dirinya secara
keseluruhan, bagaimana ia berhubungan dengan orang lain dan bagian-bagian lain dalam kehidupannya termasuk nilai-nilai yang ada dalam dirinya (dikutip oleh Warga, 1983). Sedangkan Chaplin (1995) mendefinisikan konsep diri sebagai evaluasi, penilaian, dan penaksiran seseorang tentang dirinya sendiri. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa
konsep
diri
adalah
cara
seseorang
memandang
atau
mempersepsikan dirinya.
6
Pandangan mengenai diri sendiri berkembang melaui pengalaman-pengalaman dengan orang lain, khususnya dalam interaksi hubungan interpersonal dengan peer group. Jadi jelas lingkungan sosial memiliki pengaruh dalam pembentukan konsep diri seseorang. Hubungan interpersonal yang dikembangkan sehari-hari membentuk suatu skema mengenai keadaan diri secara psikologis dalam lingkungan sosial. Loudon dan Dellabitta (1993) mengatakan bahwa konsep diri ini akan terbentuk melalui penilaian atas diri sendiri (self appraisal) dan penilaian diri berdasarkan pandangan orang lain (reflected appraisal). Keduanya akan membentuk konsep diri secara bersamaan dan saling mempengaruhi dalam membentuk konsep diri seseorang secara utuh.
2.3
Definisi Konformitas Konformitas adalah menyerah pada tekanan kelompok walau tidak ada
permintaan secara langsung untuk mengikuti apa yang telah dibuat kelompok tersebut (Deaux, et al., 1993). Menurut Baron dan Byrne (1994) konformitas dapat terjadi jika tingkah laku kita didasarkan pada harapan yang ada pada masyarakat atau lingkungan. Ada dua pengaruh sosial yang membentuk terjadinya konformitas menurut Deutsch dan Gerard yaitu pengaruh informasional dan pengaruh normatif (Deaux, et al.,1993). Pengaruh informasional (Informational social influence) melibatkan pengetahuan tentang suatu situasi karena sebuah kelompok memiliki pengaruh yang efektif sebab seseorang dapat memiliki opini berdasarkan sumber informasi dari kelompok tersebut (Deaux, et al.,1993). Pengaruh ini berdasar pada kecenderungan manusia untuk bergantung pada orang lain dalam memperoleh informasi tentang berbagai aspek dari dunia sosial.
7
Sedangkan pengaruh normatif (Normative social influence) melibatkan persepsi terhadap tekanan untuk memenuhi suatu permintaan, khususnya sebagai anggota kelompok terhadap permintaan kelompoknya (Deaux, et al.,1993). Manusia cenderung berusaha untuk memiliki kesamaan dengan orang lain sehingga individu akan cenderung menyetujui pendapat orang lain dan berperilaku sama seperti mereka agar orang lain menyukai mereka. Hal ini terjadi karena manusia cenderung membandingkan perilaku yang mereka lakukan agar sesuai dengan harapan dari orang lain. Secara bersamaan, pengaruh informasional dan normatif menyiapkan dasar yang kuat bagi individu untuk cenderung melakukan konformitas, yakni untuk bertindak sesuai dengan norma maupun tuntutan sosial. Hal ini juga berlaku secara langsung mulai dari adanya motif dasar yang dapat dipenuhi hanya ketika manusia memutuskan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi konformitas yaitu derajat interaksi pada individu atau kelompok, ukuran kelompok yang memiliki pengaruh dan ada tidaknya dukungan sosial (Baron & Bryne, 1994). Jika seseorang memiliki derajat interaksi yang tinggi dengan lingkungan sosialnya baik secara individual maupun kelompok, maka ia akan lebih terbuka terhadap konformitas. Seseorang bersikap konform terhadap kelompoknya karena memiliki keinginan untuk terlihat sama dengan anggota kelompok lainnya. Jadi dalam suatu kelompok terjadi saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Jika seseorang melihat diri sebagai bagian dari kelompok, maka aspek-aspek kehidupannya seperti pendapat, cara berpenampilan dan lain sebagainya akan disesuaikan dengan citra kelompok. Hal ini akan menjadikan seseorang
cenderung untuk mementingkan perannya sebagai
8
anggota kelompok daripada mengembangkan pola norma diri sendiri (Monks,et al.,2002).
2.4
Remaja Akhir dan Dewasa Awal Remaja akhir merupakan tahap perkembangan remaja paling akhir yakni individu
dalam rentang usia 16-18 tahun (Papalia, et al, 2004). Tokoh lain yang mengemukakan tahapan pada masa remaja yaitu Gunarsa dan Gunarsa (2004) mengelompokkan tahapan perkembangan remaja awal berusia 12-14 tahun, remaja madya berusia 15-17 tahun, dan remaja lanjut/akhir berusia 18-21 tahun. Dalam rentang usia ini, remaja telah melewati masa transisi perubahan secara fisik dan psikologis dari kanak-kanak menuju dewasa. Sedangkan menurut Winkel (1997), umumnya usia remaja menjelang dewasa awal berkisar 19-25 tahun. Dalam kerangka psikologi perkembangan, rentang usia ini merupakan fase peralihan dari masa remaja akhir menuju dewasa awal yang memiliki persiapan secara sosial, material, moral dan fisik. Individu menjelang usia dewasa juga dituntut untuk mampu membuat keputusan secara mandiri dan tepat (Pudjiwati,1998). Hal ini juga berlaku ketika ia harus memutuskan dalam mengambil keputusan dalam mengatur pengeluaran seiring dengan kebutuhan serta minatnya. Dalam
tahap
perkembangan,
masa
remaja
merupakan
tahap
puncak
perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional (Santrock, 2005). Remaja akan mengalami interaksi tinggi dengan teman sebaya, bahkan menjadikan hubungan dengan teman dan kelompok sebaya ini lebih penting dibandingkan dengan masa kanak-kanak sebelumnya (Papalia, et al., 2004).
Hal ini juga didukung dengan
9
karakteristik emosi pada masa remaja yang ditandai dengan adanya keinginan untuk mencari identitas diri, keinginan untuk diakui dan dihargai, keinginan untuk dicintai dan mencintai, keinginan untuk bebas tanpa dikekang, mencari figur idola, cenderung menentang otoritas, serta adanya keterikatan dengan kelompok yang sebaya (Purwoko, 2001). Pembentukan identitas diri remaja dalam kelompok akan membentuk konsep diri individu dan memunculkan gejala konformitas sebagai bagian dari pengaruh interaksi sosial yang alamiah. Remaja akhir merupakan segmen pasar yang dianggap signifikan oleh para produsen. Kaum muda dianggap memiliki orientasi konsumsi yang kuat di mana hal ini dipengaruhi oleh adanya tiga dorongan yang signifikan yaitu pengalaman, kapasitas inisiatif dan independensi, tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan perkembangan media massa (Loudon & Dellabitta, 1993). Sebagai lingkup sosial yang memiliki orientasi konsumsi tinggi, remaja akhir memiliki kewaspadaan yang meningkat terhadap produk dan merek baru. Kaum muda menjadi natural triers dan menghabiskan waktu membelanjakan uang mereka. Kaum muda juga telah menjadi trendsetter dimana kaum muda memiliki pengaruh besar dalam mempopulerkan tren/mode melalui produk keluaran terbaru. Ada
beberapa
konsumerisme, yaitu
faktor
yang
menjadikan
mahasiswa
menampilkan
perilaku
faktor harga dan merek sebagai kriteria evaluatif yang paling
penting, faktor lingkungan sosialisasi (peer society), faktor kemajuan teknologi yang mendukung perkembangan media massa dan yang terakhir adalah faktor kemajuan pembangunan pusat-pusat perbelanjaan (Loudon & Dellabitta, 1993).
10
2.5 Kerangka Berpikir Remaja akhir saat ini lebih memiliki inisiatif dan otonomi ekonomi. Didukung dengan kemajuan teknologi dan pesatnya penyampaian informasi melalui media, hal ini menyebabkan adanya peningkatan kebutuhan kaum muda yang saat ini makin beragam. Kebutuhan tersebut diantaranya: pakaian, telepon selular, aksesoris, buku, hiburan, dan sebagainya. Kebutuhan ini apabila dipenuhi secara seimbang akan menimbulkan kepuasan. Namun apabila kebutuhan tersebut makin meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas, maka akan cenderung mengarah pada perilaku konsumerisme. Berkaitan dengan faktor konsep diri dan konformitas, remaja akhir dan dewasa awal sebagai
lingkup
sosial
yang
masih
mengembangkan
kemampuannya
dalam
bersosialisasi memiliki kecenderungan untuk menampilkan perilaku konsumerisme. Konsep diri sebagai remaja akhir menjelang tahap usia kedewasaan yang dikatakan harus mengikuti perkembangan zaman seperti teknologi atau budaya, secara tidak langsung mempengaruhi keputusan mereka dalam mengkonsumsi produk. Lingkungan sosial remaja akhir yang cenderung berkelompok akan memberikan efek tekanan kelompok (peer pressure) untuk memiliki opini atau persepsi yang mengikuti pandangan kelompok. Keduanya ini secara bersama akan semakin kuat mendorong individu untuk mengikuti kebutuhan serta adanya keinginan untuk diterima dalam kelompok dalam pengambilan keputusan dalam membeli suatu produk atau kebutuhan. Seseorang mengikuti aturan dalam kelompok dengan membentuk konsep diri sesuai dengan image kelompoknya. Konsep diri dan konformitas yang disesuaikan dengan kelompok akan dapat mempengaruhi seseorang, dalam hal ini remaja akhir
11
dan dewasa awal untuk berperilaku konsumerisme, dengan membeli barang tanpa melihat apakah sesuai dengan kebutuhannya atau kemampuannya.
2.6 Hipotesis penelitian 1. Terdapat hubungan antara konsep diri terhadap perilaku konsumerisme pada remaja akhir dan dewasa awal. 2. Terdapat hubungan antara konformitas terhadap perilaku konsumerisme pada remaja akhir dan dewasa awal. 3. Terdapat hubungan antara konsep diri dan konformitas terhadap perilaku konsumerisme pada remaja akhir dan dewasa awal. 4. Ada pengaruh konsep diri dan konformitas terhadap perilaku konsumerisme pada remaja akhir dan dewasa awal.
12
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara konsep diri dan konformitas terhadap perilaku konsumerisme pada remaja akhir. Selain itu, penelitian ini juga secara khusus akan mengetahui
bagaimana masing-masing
variabel (konsep diri dan konformitas) memiliki pengaruh terhadap munculnya perilaku konsumerisme tersebut.
3.2 Manfaat Penelitian 3.2.1 Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi bidang ilmu Psikologi Industri dan Organisasi, khususnya mengenai ilmu psikologi konsumen. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan untuk menambah pengetahuan dalam bidang psikologi perkembangan khususnya tahap remaja akhir menjelang dewasa awal untuk lebih mengenali karakteristik perkembangannya dan melihat aplikasi serta pengaruh psikologisnya terhadap bidang ekonomi saat ini.
13
3.2.2 Manfaat Praktis Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memperlihatkan
gambaran
karakteristik
perkembangan psikososial remaja akhir dan dewasa awal dalam berinteraksi dalam masyarakat khususnya dengan melibatkan faktor ekonomi serta kecenderungan perilaku konsumerisme yang semakin marak didukung dengan perkembangan dunia bisnis serta pembangunan pusat-pusat perbelanjaan saat ini.
14
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Subyek Penelitian 4.1.1 Kriteria Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah remaja akhir dan dewasa awal yang yang memiliki rentang usia antara 16-25 tahun.
Jenis kelamin akan dijadikan sebagai
variabel tambahan untuk dianalisis lebih lanjut.
4.1.2 Sampel Jumlah sampel yang dilibatkan dalam penelitian ini berjumlah 244 orang. Jumlah ini tidak termasuk 60 orang untuk uji coba.
4.1.3 Teknik Pengambilan Sampel Populasi penelitian adalah remaja akhir di Jakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling yang akan dilakukan pada berbagai pusat perbelanjaan yang banyak dikunjungi oleh remaja akhir dan dewasa awal di seluruh wilayah Jakarta (Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan Jakarta Selatan).
4.2 Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong jenis non eksperimental karena dalam penelitian ini tidak dilakukan manipulasi variabel-variabel yang dikehendaki pada subyek. Variabel-variabel
15
tersebut sudah ada pada diri subyek dan hendak diukur secara kuantitatif dalam keadaan sebenarnya.
4.3 Instrumen Pengukuran Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang masingmasing mengukur variabel (konsep diri, konformitas, dan perilaku konsumerisme) yang diukur dengan sejumlah butir pernyataan yang disusun dalam bentuk skala Likert (STSTS-R-S-SS). Setiap butir terdiri dari lima pilihan jawaban, yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), ragu-ragu (R), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Untuk butirbutir positif, STS bernilai satu, dan terus meningkat hingga SS akan bernilai lima. Untuk butir-butir negatif, maka akan dilakukan pembalikan nilai, dengan STS bernilai lima dan terus menurun hingga SS bernilai satu. Subyek penelitian juga akan diminta kesediaannya untuk memberikan informasi tentang dirinya dengan cara memilih salah satu atau lebih pernyataan yang menggambarkan dirinya. Peneliti juga menyertakan lembar penjelasan yang berisikan informasi mengenai manfaat penelitian ini, identitas peneliti, keterangan bahwa identitas subyek bersifat rahasia dan ucapan terima kasih atas kesediaannya berpartisipasi dalam penelitian ini. Setelah melalui studi kepustakaan, maka penelitian akan dilaksanakan dengan menyusun butir-butir pernyataan dalam bentuk kuesioner berdasarkan batasan yang telah ditentukan. Kuesioner terbagi menjadi tiga bagian yaitu kuesioner yang mengukur konsep diri, kuesioner yang mengukur konformitas, dan kuesioner yang mengukur pola perilaku konsumerisme pada remaja akhir dan dewasa awal.
16
Menurut Loudon dan Dellabitta (1993), konsep diri terbentuk melalui penilaian atas diri sendiri (self appraisal) dan penilaian diri berdasarkan pandangan orang lain (reflected appraisal). Kedua faktor pembentuk ini menjadi dimensi awal penyusunan item alat ukur konsep diri. Penelitian yang menggunakan kuesioner dengan total jumlah 85 item atau pernyataan untuk tiga kuesioner, masing-masing terbagi atas 30 item untuk kuesioner konsep diri, 30 item untuk kuesioner konformitas, dan 25 item untuk kuesioner perilaku konsumerisme. Kemudian item-item tersebut diuji coba pada 60 orang sebagai sampel yang memiliki karakteristik yang mirip dengan sampel penelitian yang sebenarnya. Menurut Loudon dan Dellabitta (1993), konsep diri terbentuk melalui penilaian atas diri sendiri (self appraisal) dan penilaian diri berdasarkan pandangan orang lain (reflected appraisal). Kedua faktor pembentuk ini menjadi dimensi awal penyusunan item alat ukur konsep diri yakni mengukur penilaian diri subyek berdasarkan penilaian pribadi (diri sendiri) dan berdasarkan pandangan orang lain yang dipersepsikannya. Sedangkan
pada
alat
ukur
konformitas
digunakan
dimensi
pengaruh
informasional dan pengauh normatif menurut Deaux, et al. (1993). Pengaruh informasional melibatkan pengetahuan tentang suatu situasi karena sebuah kelompok memiliki pengaruh yang efektif karena subyek dapat memiliki opini berdasarkan sumber informasi dari kelompok tersebut. Sedangkan pengaruh normatif melibatkan persepsi subyek terhadap tekanan untuk memenuhi suatu permintaan, khususnya sebagai anggota kelompok terhadap permintaan kelompoknya. Pada alat ukur konsumerisme yang digunakan sebagai dimensi pengukuran adalah perilaku konsumsi yang berlebihan sebagai refleksi keinginan subyek untuk
17
memperoleh nilai yang tinggi terhadap produk yang disesuaikan dengan harapan sosial menurut Loudon dan Dellabitta (1993). Validitas alat ukur ini ditentukan dengan content validity yang menggunakan teknik pengumpulan pendapat dari pendapat dosen pembimbing (dalam penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan, peneliti masih berstatus sebagai mahasiswa) mengenai butir-butir kuesioner yang akan dijadikan sebagai item kuesioner. Setelah itu, butir-butir kuesioner diajukan sebagai item dalam pilot study untuk diuji reliabilitasnya kepada 60 orang sampel yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel penelitian. Pengambilan data kuesioner yang dijadikan sebagau ujicoba dalam pilot study berlangsung pada tanggal 17 September 2007 sampai dengan 21 September 2007. Reliabilitas alat ukur ini diukur melalui item reliability (analisis item) dan alpha cronbach. Setelah pengujian analisis item, butir-butir item yang dianggap baik diambil sebagai butir item kuesioner penelitian. Hasil analisis item dapat dilihat pada lampiran. Setelah melalui uji reliabilitas, butir kuesioner konsep diri yang pada awalnya berjumlah 30 butir menjadi 26 butir, kusioner konformitas yang awalnya berjumlah 30 butir menjadi 27 butir, sedangkan kuesioner yang mengukur perilaku konsumerisme tetap berjumlah 25 butir karena item-itemnya dinilai memiliki uji reliabilitas yang baik. Setelah itu dilakukan pengambilan data kuesioner penelitian yang sesungguhnya berlangsung pada tanggal 29 Oktober 2007 sampai dengan 15 November 2007. Pengambilan data dilakukan pada berbagai pusat perbelanjaan di wilayah Jakarta Utara, Selatan, Barat, Timur, dan Pusat. Terkumpul sebanyak 300 kuesioner namun
18
melalui tahap entry data dan seleksi kelengkapan jawaban yang diberikan oleh subyek maka data kuesioner yang dapat digunakan berjumlah 244 kuesioner.
4.4 Analisis data penelitian Uji hipotesis penelitian ini menggunakan metode Pearson Product Moment ® untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel-variabel tersebut. Analisis regresi juga akan dilakukan untuk melihat kontribusi IV yaitu konsep diri dan konformitas terhadap DV yaitu perilaku konsumerisme. Taraf signifikansi yang akan digunakan untuk seluruh analisis adalah sebesar 0.05. Uji korelasi dan analisis regresi akan dilakukan dengan menggunakan Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 14.
19
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Sampel 5.1.1 Berdasarkan jenis kelamin _____________________________________________________ Jenis Kelamin Jumlah Persentase _____________________________________________________ Laki-laki 99 orang 40,57% Perempuan 145 orang 59,43% _____________________________________________________ Total 244 orang 100% _____________________________________________________ Dari data subyek yang berhasil dikumpulkan, ternyata jumlah subyek terbesar terdiri dari remaja akhir/dewasa awal berjenis kelamin perempuan sebanyak 145 orang atau sebesar 59,43% dari total subyek penelitian.
5.1.2 Berdasarkan asal sekolah/universitas _____________________________________________________ Asal Universitas Jumlah Persentase _____________________________________________________ Universitas Atmajaya 48 orang 19,67% Universitas Trisakti 31 orang 12,70% Universitas Tarumanagara 21 orang 8,61% Universitas IBii 20 orang 8,60% Universitas Bina Nusantara 19 orang 7,79% Sekolah/Universitas lainnya 105 orang 42,63% (data dapat dilihat di lampiran) _____________________________________________________ Total 244 orang 100% _____________________________________________________
20
Terlihat bahwa jumlah subyek terbanyak ternyata merupakan remaja akhir dan dewasa awal yang tercatat sebagai mahasiswa beberapa universitas swasta di Jakarta.
5.1.3 Berdasarkan Usia ___________________________________________ Usia Jumlah Persentase 16 tahun 1 orang 0,41% 17 tahun 14 orang 5,74% 18 tahun 44 orang 18,03% 19 tahun 42 orang 17,21% 20 tahun 59 orang 24,18% 21 tahun 49 orang 20,1 % 22 tahun 25 orang 10,25% 23 tahun 9 orang 3,69% 24 tahun 0 orang 0% 25 tahun 1 orang 0,41% Total 244 orang 100% ________________________________________________ Pengambilan sampel kelompok penelitian ini telah memenuhi karakteristik responden yang telah ditentukan yaitu mahasiswa/i perguruan tinggi swasta yang ada di Jakarta, berusia 16-25 tahun dengan persentase terbesar berada pada usia 20 tahun. Sebagian besar subyek (59,43%) adalah perempuan dan berasal dari Universitas Atmajaya (19,67%).
5.1.4 Berdasarkan pusat perbelanjaan/mal yang sering dikunjungi _____________________________________________________ Plaza/Mal Jumlah Persentase _____________________________________________________ Plaza Semanggi 51 orang 20,90% Pondok Indah Mal 24 orang 9,84% Mal Kelapa Gading 24 orang 9,84% Mal Ciputra 19 orang 7,79% 21
Plaza Blok M 12 orang 4,92% Plaza Senayan 9 orang 3,69% Mal Taman Anggrek 9 orang 3,69% Tamini Square 6 orang 2,46% Lainnya 90 orang 36,87% _____________________________________________________ Total 244 orang 100% _____________________________________________________ Pusat perbelanjaan lainnya yang sering diikunjungi oleh para subyek dapat dilihat di lampiran. Pusat perbelanjaan tersebut tersebar dalam 5 wilayah Jakarta.
5.1.5 Berdasarkan jumlah kunjungan ke Pusat perbelanjaan/Mal perbulan _____________________________________________________ Plaza/Mal Jumlah Persentase _____________________________________________________ 1 kali/bulan 30 orang 12,30% 2 kali/bulan 57 orang 23,36% 3 kali/bulan 46 orang 18,85% 4 kali/bulan 47 orang 19,26% …kali/bulan 20 orang 8,20% 6 kali/bulan 10 orang 4,10% 7 kali/bulan 2 orang 0,82% 8 kali/bulan 5 orang 2,10% 9 kali/bulan 1 orang 0,41% 10 kali/bulan 8 orang 3,28% >10 kali/bulan 12 orang 4,92% _____________________________________________________ Total 244 orang 100% _____________________________________________________ Dari data ini dapat dilihat bahwa frekuensi kunjungan subyek ke pusat perbelanjaan/mal perbulan yang terbanyak adalah 2 kali perbulan yaitu pada 57 subyek (23,36%).
22
5.1.6 Pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan _____________________________________________________ Kebutuhan Jumlah Persentase _____________________________________________________ Biaya transportasi & makan 189 orang 77,46% Makan/nonton bersama teman 162 orang 66,39% Perlengkapan sekolah/kuliah 153 orang 62,70% Pakaian/Aksesoris yang sedang tren 108 orang 44,26% Clubbing/hangout bersama teman 64 orang 26,23% Mengikuti tren teknologi 48 orang 19,67% _____________________________________________________ Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa para subyek penelitian lebih banyak mengalokasikan pengeluarannya pada beberapa kebutuhan seperti tergambarkan dalam tabel dengan distribusi terbesar untuk biaya transportasi dan makan. Namun tidak tertutup kemungkinan pengeluaran juga dilakukan untuk makan dan nonton bersama teman dan untuk membeli perlengkapan sekolah atau kuliah. Distribusi pada pakaian atau aksesoris, melakukan clubbing bersama teman dan untuk mengikuti tren teknologi juga terlihat dipilih oleh para subyek sebagai alokasi pengeluaran yang mereka lakukan. 5.1.7 Kepemilikan kartu ATM/Kartu Kredit _____________________________________________________ Kebutuhan Jumlah Persentase _____________________________________________________ Kartu ATM 181 orang 74,18% Kartu Kredit 4 orang 1,64% Kartu ATM & kartu kredit 11 orang 4,51% _____________________________________________________ Dari data terlihat bahwa sebagian besar subyek penelitian memiliki sarana kartu ATM yakni sebesar 74,18% yaitu sebanyak 181 orang.
23
5.2 Analisis Hasil Penelitian Sebelum dilakukan uji korelasi, peneliti melakukan uji normalitas terlebih dahulu dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov Smirnov.
Setelah dilakukan uji
normalitas, diperoleh nilai signifikansi (>0,05) yaitu pada alat ukur konsep diri sebesar 0,35, pada alat ukur konformitas sebesar 0,34, dan pada alat ukur konsumerisme sebesar 0,16. Dengan demikian data dinyatakan terdistribusi dengan normal sehingga berikutnya dapat dilakukan uji korelasi dengan menggunakan Pearson Product Moment.
5.2.1 Analisis Hasil Penelitian Utama
IV
DV
Konsep diri
Konsep diri
Konformitas
Perilaku
r
SIGNIFIKANSI
INTERPRETASI
0,0017
Signifikan pada
Hubungan positif,
taraf 0,01
cenderung kuat
Tidak signifikan
Konsep diri tidak
0,06592
konsumerisme
berhubungan dengan konsumerisme
Perilaku Konformitas
0,000
konsumerisme
Signifikan pada
Hubungan positif,
taraf 0,01
sangat kuat
Keterangan: IV
= Variabel Independen/ bebas
DV
= Variabel Dependen/ terikat
r
= Korelasi Pearson Product Moment 24
Hubungan antara Konsep diri dengan Konformitas Berdasarkan data di atas terlihat bahwa korelasi antara konsep diri dengan konformitas adalah signifikan. Dengan demikian Ho ditolak dan dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang cenderung kuat antara konsep diri dengan konformitas. Berdasarkan nilai r tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi tingkat konsep diri yang dimiliki subyek, maka konformitasnya pun akan tinggi pula.
Hubungan antara Konsep diri dengan Perilaku Konsumerisme Berdasarkan data di atas terlihat bahwa korelasi antara konsep diri dengan perilaku konsumerisme tidak signifikan. Dengan demikian Ho diterima dan dapat dikatakan
bahwa
tidak
ada
hubungan
antara
konsep
diri
dengan
perilaku
konsumerisme.
Hubungan antara Konformitas dengan Perilaku konsumerisme Bedasarkan data di atas terlihat bahwa korelasi antara konformitas dengan perilaku konsumerisme signifikan. Dengan demikian Ho ditolak dan dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara konformitas dengan perilaku konsumerisme. Berdasarkan nilai r tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi tingkat konformitas subyek, maka perilaku konsumerismenya pun semakin kuat.
25
Analisis Regresi: Kontribusi
Konsep diri dan Konformitas terhadap Perilaku
Konsumerisme Konsep diri dan konformitas memiliki pengaruh terhadap konsumerisme dengan taraf signifikansi 0,000 (>0,05). Berdasarkan analisis regresi didapatkan
nilai R² =
0,225. Maka dapat dikatakan bahwa 22,5 % dari perilaku konsumerisme dapat dijelaskan melalui peran konsep diri dan konformitas.
Analisis Regresi: Kontribusi Konformitas terhadap Perilaku Konsumerisme Konformitas
sangat
berpengaruh
terhadap
konsumerisme
dengan
taraf
signifikansi 0,000 (>0,05). Berdasarkan analisis regresi didapatkan nilai R² = 0,223. Maka dapat dikatakan bahwa 22,3 % dari perilaku konsumerisme dapat dijelaskan melalui peran konformitas.
Dari kedua analisis regresi ini diketahui bahwa kontribusi konformitas terlihat lebih dominan daripada kontribusi konformitas bersamaan dengan konsep diri terhadap perilaku konsumerisme. Hal ini dapat dijelaskan melalui uji korelasi sebelumnya bahwa memang konsep diri tidak berhubungan dengan konsumerisme sedangkan konformitas memiliki hubungan positif kuat dengan konsumerisme sehingga ketika kedua variabel ini dikorelasikan secara bersamaan maka akan terlihat hubungannya dengan perilaku konsumerisme.
26
5.2.2 Analisis Hasil Penelitian Tambahan Perbedaan konsep diri berdasarkan jenis kelamin Variabel Laki-laki Perempuan
× 103,69 102,82
t 0,867
Signifikansi Pada taraf 0,05 tidak signifikan
Keterangan: x = rerata (nilai rata-rata) t = perbedaan antar mean. Dari tabel di atas, terlihat bahwa taraf signifikansi 0,867 > 0,05 jadi tidak ada perbedaan yang signifikan pada konsep diri berdasarkan jenis kelamin.
Perbedaan konformitas berdasarkan jenis kelamin Variabel Laki-laki Perempuan
× 89,96 89,69
t 0,934
Signifikansi Pada taraf 0,05 tidak signifikan
Dari tabel di atas, terlihat bahwa taraf signifikansi 0,934 > 0,05 jadi tidak ada perbedaan yang signifikan pada konformitas berdasarkan jenis kelamin.
Perbedaan perilaku konsumerisme berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
× 70,05 74,75
t 0,133
Signifikansi Pada taraf 0,05 tidak signifikan
Dari tabel di atas, terlihat bahwa taraf signifikansi 0,133 > 0,05 jadi tidak ada perbedaan yang signifikan pada perilaku konsumerisme berdasarkan jenis kelamin. 27
Perbedaan konsep diri berdasarkan usia Variabel 16 tahun 17 tahun 18 tahun 19 tahun 20 tahun 21 tahun 22 tahun 23 tahun 25 tahun
× 106,00 99,43 104,24 103,05 102,63 102,82 104,67 102,67 130,00
t 0,194
Signifikansi Pada taraf 0,05 tidak signifikan
Dari tabel di atas, terlihat bahwa taraf signifikansi 0,194 > 0,05 jadi tidak ada perbedaan yang signifikan pada konsep diri berdasarkan usia.
Perbedaan konformitas berdasarkan usia Variabel 16 tahun 17 tahun 18 tahun 19 tahun 20 tahun 21 tahun 22 tahun 23 tahun 25 tahun
× 75,00 81,43 90,33 91,37 90,19 88,53 90,52 92,11 135,00
t 0,022
Signifikansi Pada taraf 0,05 signifikan
Dari tabel di atas, terlihat bahwa taraf signifikansi 0,022 < 0,05 jadi ada perbedaan yang signifikan pada konformitas berdasarkan jenis kelamin.
28
Perbedaan perilaku konsumerisme berdasarkan usia Variabel 16 tahun 17 tahun 18 tahun 19 tahun 20 tahun 21 tahun 22 tahun 23 tahun 25 tahun
× 52,00 67,21 70,88 75,17 72,95 74,45 71,32 74,00 100,00
t 0,421
Signifikansi Pada taraf 0,05 tidak signifikan
Dari tabel di atas, terlihat bahwa taraf signifikansi 0,421 > 0,05 jadi tidak ada perbedaan yang signifikan pada perilaku konsumerisme berdasarkan jenis kelamin.
29
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diperoleh kesimpulan bahwa konsep diri pada mahasiswa tidak berhubungan dengan perilaku konsumerisme, sedangkan konformitas pada mahasiswa memiliki hubungan dengan perilaku konsumerisme. Kedua variabel yaitu konsep diri dan konformitas secara bersamaan memberikan kontribusi sebesar 22,5% terhadap perilaku konsumerisme dan konformitas sendiri dapat memberikan kontribusi sebesar 22,3% terhadap perilaku konsumerisme. Sebagai analisis data tambahan, diketahui bahwa tidak ada perbedaan konsep diri, konformitas maupun perilaku konsumerisme ditinjau dari segi perbedaan jenis kelamin. Ditinjau dari segi perbedaan usia, tidak ada perbedaan konsep diri dan perilaku konsumerisme. Sedangkan konformitas diketahui memiliki perbedaan apabila ditinjau melalui perbedaan usia. Hasil korelasi antara konformitas dengan perilaku konsumerisme menunjukkan korelasi positif. Hal ini berarti jika semakin tinggi tingkat konformitas subyek penelitian maka akan semakin tinggi perilaku konsumerismenya. Hal ini memperlihatkan bahwa dalam pengambilan keputusan dalam pembelian suatu produk atau pengeluaran, subyek cenderung banyak dipengaruhi oleh keputusan kelompok (peer group-nya). Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa konsep diri sebagai variabel independen tidak memperlihatkan hubungan yang signifikan dengan perilaku konsumerisme.
Hal
ini mungkin terjadi karena adanya kemungkinan tingginya rata-rata konsep diri pada subyek penelitian. Jika seandainya rata-rata subyek memiliki konsep diri yang rendah 30
maka
terdapat
kemungkinan
konsep
diri
akan
berkorelasi
dengan
perilaku
konsumerisme. Hal ini dapat dijelaskan bahwa untuk perilaku konsumerisme cenderung dilakukan oleh individu Melihat kontribusi konformitas terhadap perilaku konsumerisme (hanya sebesar 22,3 %) dan tidak adanya hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan perilaku konsumerisme, maka diperkirakan ada kemungkinan faktor-faktor lain yang memiliki hubungan dengan perilaku konsumerisme. Faktor-faktor itu dapat berupa variabel lainnya, seperti gaya hidup, self-esteem (harga diri), status sosial ekonomi, tipe kepribadian, dan lain-lain. Faktor lain yang diperkirakan muncul dari penelitian ini adalah faktor rentang usia responden yang berkisar dari 16-25 tahun. Secara teoritis, seseorang dalam masa remaja akan cenderung memperlihatkan adanya pembentukan konsep diri berdasarkan sikap konform dengan kelompoknya. Persentase 58,43% subyek yang berada pada usia di atas 20 tahun memperlihatkan adanya kemungkinan subyek yang sudah memasuki masa dewasa awal sudah dapat membentuk konsep dirinya sendiri dengan lebih baik/tinggi dan sikap konform dengan lingkungannya (peer group) pun berkurang. Mereka sudah mulai dapat menentukan keputusannya sendiri, bahkan mungkin telah memiliki sumber penghasilan sendiri, mampu bersikap dewasa dan lebih mampu bersikap mandiri. Tidak
adanya
perbedaan
konsep
diri,
konformitas
maupun
perilaku
konsumerisme ditinjau berdasarkan perbedaan jenis kelamin memperlihatkan bahwa remaja akhir dan dewasa awal yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan cenderung memiliki kesamaan dalam tingkat konsep diri, bersikap konform, maupun
31
berperilaku konsumerisme. Demikian pula dengan tidak adanya perbedaan konsep diri dan perilaku konsumerisme melalui perbedaan usia memperlihatkan bahwa pada setiap tahapan usia dari 16-25 tahun tidak menunjukkan adanya tingkat pembentukan konsep diri maupun perilaku konsumerisme yang signifikan. Sedangkan sikap berkonformitas yang memperlihatkan hasil yang berbeda pada setiap tahapan usianya memperlihatkan bahwa konformitas memang memiliki kecenderungan untuk meningkat pada tahap usia tertentu (remaja) lalu juga akan menurun pada tahap usia tertentu. Hal ini terjadi karena adanya kecenderungan individu yang memasuki masa dewasa awal akan mulai mempertimbangkan penilaian pribadinya, mengembangkan kemandiriannya serta belajar untuk menetapkan otonominya sendiri.
6.2 Saran Penelitian ini hanya terbatas pada kuat/lemahnya suatu hubungan dan hanya menekankan konstruk konsep diri dan konformitas yang dilihat pengaruhnya terhadap perilaku konsumerisme. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan penjajagan proses penelitian yang lebih mendalam, dengan melibatkan konstrukkonstruk lainnya seperti gaya hidup, harga diri (self- esteem), status sosial ekonomi, tipe kepribadian, dan lain-lain. Penelitian ini masih membutuhkan banyak perbaikan, khususnya dalam hal alat ukur, karena alat ukur yang digunakan hanya melalui satu kali uji coba. Perbaikan lainnya adalah jumlah subyek penelitian serta jangkauan populasi yang sebaiknya diperbesar, sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
32
Adanya keterbatasan waktu serta biaya merupakan kendala terbesar dalam melakukan penelitian ini. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan perencanaan yang lebih baik lagi untuk meningkatkan kualitas hasil penelitian. Manfaat penelitian ini terlihat lebih banyak memberikan masukan bagi pengembangan psikologi perkembangan (tahap perkembangan psikososial pada usia remaja akhir dan dewasa awal) serta psikologi konsumen untuk melihat fenomena pola perilaku konsumen. Dari penelitian ini terlihat bahwa memang faktor kebutuhan primer yaitu kebutuhan pangan serta sandang menjadi prioritas utama diikuti dengan kebutuhan tersier seperti pemenuhan kebutuhan akan rekreasi(makan, nonton atau menghabiskan waktu di kafe bersama teman), membeli aksesoris penunjang penampilan, serta mengikuti tren teknologi seperti membeli telpon seluler, ipod, mp3 player dan lain sebagainya. Gambaran kebutuhan ini dapat menunjang upaya para produsen untuk dapat mengembangkan ide pemasaran serta inovasi produk khususnya pada segmentasi kaum remaja serta dewasa awal.
33
DAFTAR PUSTAKA
Baron, R. A. & Bryne, D. (1994). Social psychology: Understanding human interaction (edisi ke-7). Needham Heights, MA: Allyn & Bacon. Chaplin, C. P. (1995). Kamus lengkap psikologi ( K.Kartono, penerj.). Jakarta: Grafindo. (karya asli diterbitkan tahun 1968) Deaux, K ., Dane, F. C., Wrightsman, L. S. & Siegelman, C. K. (1993). Social psychology in the 90’s. (edisi ke-6). Pacific Grove, CA: Brooks/Cole Publishing Company. Loudon, D. L. & Dellabitta, A. J. (1993). Consumer behavior: Concepts and application.(edisi ke-4). Singapore: McGraw-Hill. Munandar, S. (1993). Psikologi Industri. Jakarta: Karunika. Monks, F. J., Knoers, A. M. P. & Haditono, S. R. (1996). Psikologi perkembangan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Pudjiwati. (1998). Peranan penasehat mahasiswa. Widya, 151,51-55.
akademik
dalam
upaya
pendewasaan
Solomon, M. R. (1996). Consumer behavior. (edisi ke-4). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, Inc. Warga, R. G. (1983). Personal awareness: A psychology of adjustment. (edisi ke-3). Boston: Houghton Mifflin Company. Winkel, W. S. (1997). Bimbingan dan konseling pendidikan.Jakarta: Grasindo.
34
BAB 6 JADWAL PELAKSANAAN
Berikut sistematika dan rencana kerja penelitian ini secara lebih rinci : Tahapan
Rincian
Waktu
Persiapan
Menemukan permasalahan, mencari kajian
1
literatur, dan membuat alat ukur.
bulan
Mendatangi berbagai pusat perbelanjaan
1
untuk melakukan uji coba.
bulan
Melakukan uji validitas dan reliabilitas.
1 bulan
35
Pelaksanaan
Mendatangi
kembali
berbagai
pusat
perbelanjaan
untuk
mengambil
data
2 bulan
penelitian. Pengolahan Penyusunan
data
penelitian
dengan
menggunakan teknik statistik.
bulan
Menyusun laporan penelitian
1
laporan penelitian
1
bulan Menyajikan bentuk
laporan
media
penelitian
tayang
pada
dalam fakultas
2 bulan
Psikologi Universitas Tarumanagara Total waktu
9 bulan
BAB 7 PERSONALIA PENELITIAN
1. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap
: Denrich Suryadi, M.Psi
b. Jenis Kelamin
: Perempuan
c. NIP
: 10705001
d. Disiplin Ilmu
: Psikologi
e. Pangkat/Golongan
: --
f. Jabatan fungsional/struktural
: Dosen Tidak Tetap 36
g. Fakultas/Jurusan
: Psikologi/S1
h. Waktu untuk Penelitian ini
: 2 jam/minggu
2. Anggota Peneliti
: Novi Christina, S.Psi
3. Tenaga Laboran/Teknisi
: -- (tidak ada)
4. Pekerja Lapangan/Pencacah
: Denrich Suryadi, M.Psi Novi Christina, S.Psi
37
BAB 8 PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN
Bahan
Rp.
500.000
Peralatan
Rp.
650.000
Penyusunan instrumen
Rp.
200.000
Uji coba
Rp.
200.000
Revisi instrumen
Rp.
200.000
Perbanyakan instrumen uji coba
Rp.
50.000
(Kertas ukuran A4 70 gr sebanyak 2 rim, tinta, flash disk)
(10 lmbr x Rp. 100,- x 50 kuesioner) Pengumpulan data
Rp. 6.950.000
Perbanyakan instrumen penelitian
Rp.
200.000
Tabulasi data (250 kuesioner x Rp. 10.000,-)
Rp.
2.500.000
Analisis data
Rp.
2.000.000
Transport & konsumsi pengumpulan data
Rp
1.000.000
Rp.
1.250.000
Pengolahan Data
Rp.
500.000
Laporan penelitian
Rp.
200.000
Penggandaan (10 eksemplar @ Rp. 20.000)
Rp.
200.000
Pengumpulan literatur
Rp.
300.000
Rp.
200.000
(10 lmbr x Rp. 100,- x 200 kuesioner)
(5 lokasi pusat perbelanjaan) x Rp. 100.000,-x 2 kunjungan Suvenir pengisian kuesioner (250 @ Rp. 5000,-)
(akses internet, fotokopi buku dan artikel) Penyusunan dan pemuatan artikel ilmiah
38
Total
Rp.
9.300.000
Lampiran 1 DAFTAR PUSTAKA
Baron, R. A. & Bryne, D. (1994). Social psychology: Understanding human interaction (7th edition). Needham Heights, MA: Allyn & Bacon. Chaplin, C. P. (1995). Kamus lengkap psikologi ( K.Kartono, penerj.). Jakarta: Grafindo. (karya asli diterbitkan tahun 1968) Deaux, K ., Dane, F. C., Wrightsman, L. S. & Siegelman, C. K. (1993). Social psychology in the 90’s. (6th edition). Pacific Grove, CA: Brooks/Cole Publishing Company. Gunarsa, S. D. & Gunarsa, Y. S. D. (2004). Psikologi praktis: anak, remaja dan keluarga. (Edisi ke-7). Jakarta: BPK Gunung Mulia. Loudon, D. L. & Dellabitta, A. J. (1993). Consumer behavior: Concepts and application.(4th edition). Singapore: McGraw-Hill. Munandar, S. (1993). Psikologi Industri. Jakarta: Karunika. Monks, F. J., Knoers, A. M. P. & Haditono, S. R. (2002). Psikologi perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. (Edisi ke-14). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Papalia, D. E., Wendkos-Olds, S., & Duskin-Feldman, R. (2004). Human Development (9th edition). New York: McGraw-Hill. Purwoko, Y. (2001). Memecahkan problem remaja. Bandung: Nuansa. Santrock, J.W.. (2001). Adolescence (9th edition). New York: McGraw-Hill. Solomon, M. R. (1996). Consumer behavior. (4th edition). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, Inc. Warga, R. G. (1983). Personal awareness: A psychology of adjustment. (3rd edition). Boston: Houghton Mifflin Company.
39
Lampiran 2 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap
: Denrich Suryadi, M.Si, Psikolog
Tempat/Tanggal lahir : Bandung, 17 Juni 1979 Usia
: 26 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Menikah
Agama
: Katolik
Alamat
: Dr. Semeru Gg.1/40 – Grogol Jakarta 11450
Riwayat Pendidikan 2002 – 2005
Magister Profesi Psikologi Klinis/PIO Universitas Tarumanagara – Jakarta GPA: 3.35
1997 – 2001
Fakultas Psikologi (S1) Universitas Tarumanagara – Jakarta GPA: 3.32
1994 – 1997
SMA Tarsisius I – Jakarta (IPA)
1991 – 1994
SMP Trinitas – Jakarta
1985 – 1991
SD Trinitas – Jakarta
Riwayat Pekerjaan Januari 2005 – sekarang
Dosen tidak tetap Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
Juli – November 2004
Psikolog divisi Seleksi FirstAsia Consultants - Jakarta
40
Februari 2004 – sekarang
Asesmen Tahunan TK Bunda Hati Kudus - Jakarta
Februari – April 2004
Partner Psikolog untuk Rekrutmen The Jakarta Consulting Group - Jakarta Jakarta, Palembang & Banjarmasin
Agustus 2000 – 2004
Asisten Mahasiswa – Asisten Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
Riwayat Organisasi/Kepanitiaan
2004 - sekarang
Panitia berbagai kegiatan F.Psikologi (Seminar, Simposium, Workshop)
2000 – 2001
Ketua Sie Pendidikan Senat Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
1998 – 1999
Sie Kostum Paduan Suara Universitas Tarumanagara (PSUT)
Penelitian/Karya ilmiah Agustus 2005: Tesis Magister Profesi Psikologi UNTAR “Stresor Keluarga sebagai faktor penyebab dominan Schizophrenia Paranoid Disorder: Studi kasus di Rumah Sakit Jiwa X & Y – Jakarta” Metode kualitatif Nilai Kelulusan
:A
November 2001: Skripsi Sarjana Strata Satu Psikologi UNTAR “Gambaran emosional perempuan yang menjalani peran ganda” Metode kualitatif Nilai Kelulusan
:A
Media Publikasi
: Arkhe
41
2001 : Proyek Ilmiah Psikologi – Senat Mahasiswa Fakultas Psikologi UNTAR “Perilaku konsumerisme pada mahasiswa” Metode Kuantitatif Status
: Ketua Penelitian
Media Publikasi
: Intern Fakultas Psikologi UNTAR
1998 : Makalah mata kuliah Psikologi Sosial 1 “Pemerkosaan sebagai tindak kekerasan terhadap wanita” Media Publikasi
: Himpunan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Psikologi UNTAR
42