Media Informasi & Komunikasi Masyarakat Madani
Hal 7
Belajar Dari
Bangsa Burung
Hal 5
Kemajuan Bangsa Bertumpu Pada SDM Bukan SDA
Hal 13
Program i-MASJID, Ikhtiar ICMI Sejahterakan Umat
Hal 5
Edisi 01 Januari-Februari 2012. Infaq Rp 5.000,-
Strategi Implementasi Kebijakan Konversi Bbm ke Bbg
Hijrah Moral Untuk Kebangkitan Indonesia
Baca Selengkapnya Pada Halaman 3
2
Media Informasi & Komunikasi Masyarakat Madani
Januari - Februari 2012
Sejak keturunan pertama anak manusia di bumi, yaitu anak Nabi Adam A.S. dan Siti Hawa; Allah sudah memberinya pelajaran dengan mengirimkan seekor burung. Para Cerdik Cendekia ilaknas ICMI bulan Desember 2011 di Kendari, Sulawesi Tenggara, berakhir sudah. Setiap utusan ICMI Orwil telah pulang ke daerahnya masing-masing membawa amanat Silaknas untuk ditindaklanjuti dalam bentuk aksi, program kerja dan karya nyata. ICMI Orwil Sumsel membagi-bagikan amanat Silaknas ke dalam sepuluh program kerja. Salah satunya menerbitkan tabloid Cendekia setiap bulan. Menyebarluaskan pemikiran, pengalaman dan berbagai karya ke sesama cendekia dan masyarakat luas. Berusaha membangun dan memajukan daerah ini menuju masyarakat madani. Tidak mudah memang melangkah menuju masyarakat madani sebagaimana dicita-citakan para pendiri ICMI. Sebab gerak langkah kita seringkali terjerumus ke dalam lubang-lubang kegagalan kehidupan materialistik, kapitalistik dan melupakan akhirat. Meski sudah berkali-kali bangsa ini jatuh ke lubang yang sama, namun para pemimpin bangsa ini masih saja terpukau kemegahan hidup tanpa iman dan takwa. Padahal negeri ini jelas-jelas telah menjadikan keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara. Itu sebabnya Silaknas membawa isu hijrah moral untuk ditindaklanjuti para cendekia di daerahnya masing-masing. Berusaha membawa kehidupan berbangsa dan bernegara dari kehidupan gelap gulita kerusakan moral dan akhlak menuju terang benderang kemuliaan moral dan akhlak. Hanya mereka-mereka yang bermoral dan berakhlak mulia yang dapat menyelamatkan negeri ini dari keterpurukan. Kali ini, Tabloid CENDEKIA menyajikan tulisantulisan yang pernah dibahas dalam Silaknas berikut tanggapan sebagai liputan utama. Tulisan berikutnya mengingatkan para cerdik cendekia pada sosok BJ Habibie yang senantiasa memainkan peran menentukan dalam mengarahkan kehidupan berbangsa dan bernegara menuju masyarakat madani. Sosok BJ Habibie kemanapun melangkah selalu mendapatkan kawan. Bahkan lawan-lawan pun menghormatinya sedemikian rupa. Bagaimanapun pahitnya kehidupan yang pernah dialami BJ Habibie ketika menjabat presiden, namun semuanya dihadapinya tanpa harus kehilangan moral dan akhlak mulia. Bahkan pada dirinya berlaku pepatah makin bertambah usia makin bersinar akalnya dan hatinya. Berakibat kawan dan lawan bukan saja menghormatinya tapi juga mencintainya. Tulisan berikutnya, pembaca bisa mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa di negeri ini. Di antaranya konflik di Sampang, Madura, dan xenia maut yang menewaskan sembilan orang di Jakarta. Termasuk juga konflik di Mesuji di Lampung dan Sodong di Sumsel. Barangkali kita bisa belajar menjadi manusia yang lebih arif. Bisa memuliakan manusia sebagaimana Allah telah memuliakan manusia. Dalam rangka berlomba-lomba beramal sholeh, pembaca diajak berkeliling Indonesia dan dunia untuk mengetahui kiprah ICMI di daerah masing-masing. Betapa para cendekia berusaha memberikan solusi terbaik atas berbagai masalah di masyarakat. Selamat membaca karena Allah memerintahkan kita membaca. Membaca dapat meningkatkan iman sekaligus rasa syukur kita kepada Allah Maha Pencipta yang telah melengkapi kita dengan mata, telinga, akal dan hati.
“Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Kabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayit saudaranya. Berkata Kabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayit saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal.” (QS 5:31).
Media Informasi & Komunikasi Masyarakat Madani
Koordinator & Penanggung Jawab : Drs. H. Ahmad Humaidi Wakil Koordinator : Drs. Umar Husein Dewan Redaksi : Prof. H. Amzulian Rivai, SH., LLM., Ph.D., Dr. Ardian Septawan, MSc., Prof. Dr. H. Jalaludin, Prof. Dr. H. Mustafa Abdullah, Drs. H. Najib Haitami, MM., Dr. Tarech Rasyid Msi., Dr. Ir. Hj. Tri Kurnia Dewi, MSc., Drs. H. Umar Said, Yudi Fahrian, SH., M.Hum., Redaksi : Firsty Ukhti Molindy, Dede, Evi Anggraini, Nurhidayati, Nurbaiti, Syarifah Reza Ayu Nurimani, Hadra Hartina Desain Grafis : Herry Rosdiyana Administrasi Umum & Keuangan : Kamil Habibi, SE., Tim Pengarah : Drs. H. Ridwan Mukti, MH., (Ketua ICMI Orwil Sumsel) Prof. Drs. H. Muhammad Sirozi, MA., Ph.D., (Sekretaris ICMI Orwil Sumsel) Prof. Dr. Hj. Diah Natalisa, MBA., (Bendahara ICMI Orwil Sumsel) Prof. Dr. H. Mgs. Usman Said, Sp. OG., (Wakil Ketua) Prof. Dr. Ir. H. M. Taufik Toha, DEA., (Wakil Ketua) Redaksi & Usaha : Graha Cendekia, Sekretariat ICMI Orwil Sumsel Jalan Kapten Anwar Sastro No. 1061 Kota Palembang, Sumsel Telp/ Faks: 0711 377311, Hp 0811 7865 44, 0812 7879 522
Liputan Utama 1-6 Tafakur 7-8 Dunia Islam 9 Rehat 10-11 Info 12 Bina Masjid 13 Buku 14 Tanggapan 15 Graha Cendikia 16 Konflik 17-18 ICMI News 19-20
Liputan Utama 3 Hijrah Moral Untuk Kebangkitan Indonesia Media Informasi & Komunikasi Masyarakat Madani
Januari - Februari 2012
Oleh: Prof. Dr. H. Arifuddin Ahmad, MA. (Wakil Ketua ICMI Orwil Sulsel)
“Jika setiap individu melakukan hijrah akhlaq pada dirinya masing-masing dan selanjutnya setiap keluarga, maka suatu masyarakat pun nantinya akan mengalami perubahan dari kondisi yang hina menjadi masyarakat yang mulia. Jika hijrah itu diterapkan pada suatu lembaga sosial, seperti ICMI; setiap individu pengurus ICMI berhijrah lalu mengajak keluarga besar ICMI untuk berhijrah dan seterusnya semua yang ada di sekitar lingkungannya juga untuk berhijrah, maka suatu saat masyarakat di lingkungan ICMI akan lebih baik dan memiliki tatanan hidup yag lebih mulia dan lebih bermartabat.” Mencermati kondisi moral atau akhlaq bangsa saat ini, sungguh sangat memprihatinkan karena perilaku amoral hampir menimpa semua elemen bangsa dan dalam berbagai aspek kehidupan. Misalnya, korupsi yang tumbuh subur bagaikan benalu di semua area, tidak terkecuali di area kejaksaan, kehakiman, dan kementerian agama, terutama di kalangan pejabat; transaksi pasal dan anggaran di kalangan wakil rakyat, penjualan aset-aset bangsa melalui perusahaan dan kerjasama asing seperti yang terjadi di Freeport; tawuran dan perkelahian di kalangan generasi muda. Perilaku amoral juga ditemukan dalam aspek pendidikan, antara lain dalam bentuk plagiat hasil karya ilmiah, perjokian dalam ujian, dan bahkan semua perilaku amoral yang terjadi pada aspek kehidupan lainnya tidak terlepas dari aspek pendidikan itu sendiri. Sistim pendidikan yang ada umumnya hanya menyentuh ranah kognitif, sebagian ranah psikomotorik, dan hanya sedikit yang menyentuh ranah afektif dan bahkan kering spiritual. Pada sisi lain, tenaga pengajar tidak mampu menjadi teladan bagi peserta didiknya dan tenaga kependidikan juga ikut korupsi. Kondisi seperti itu memerlukan sebuah upaya yang sistematis untuk dapat mengatasinya. Sebab, dengan membiarkan kondisi seperti itu berarti membiarkan negeri ini bisa karam dalam lembah kehancuran. Hal ini sejalan dengan pernyataan Imam Al-Syauki, seorang cendekiawan muslim, mengatakan: “Sesungguhnya bangsa itu tergantung akhlaq atau moralnya, bila hina akhlaqnya maka hina pulalah bangsa itu” (Muhammad bin Ibrahim bin Ibrahim bin Hisan, Silsilah Imaniyah. Juz I, h.24). Hal ini berarti bahwa untuk kebangkitan bangsa Indonesia, maka perlu berhijrah dari kondisi bangsa yang hina akhlaqnya menjadi bangsa yang mulia akhlaqnya. Pengertian Hijrah Hakikat hijrah adalah meninggalkan atau mencegah berkembangnya perbuatan yang dilarang oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam bersama sahabatnya diperintahkan hijrah dari kota kelahirannya agar orang-orang Arab Quraisy menghentikan penindasannya. Hal ini berarti bahwa hijrah moral tidak hanya bermakna meninggalkan moral yang buruk menuju moral yang baik. Tetapi, meninggalkan moral yang hina menunju akhlaq yang mulia. Hijrah bukan berarti perpindahan karena semata-mata untuk memperoleh kesenangan dan mengelakkan penderitaan,
seperti pandangan sebagian orientalis yang berpendapat bahwa hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w karena beliau tidak lagi popular di kalangan masyarakat Arab Mekah. Peristiwa hijrah sebagai simbol bagi kerelaan jiwa untuk meninggalkan sesuatu yang merugikan umat meskipun bisa menguntungkan bagi diri sendiri. Tanpa sifat-sifat sanggup berhijrah, mustahil kejayaan akan tercapai dan kemajuan ummat tidak akan berhasil. Mengapa Hijrah Moral atau Akhlaq? Bangsa Indonesia adalah bangsa yang merdeka dan berdaulat; sumber daya alam sangat melimpah. Namun, sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa kondisi moral atau akhlaq bangsa sungguh sangat memprihatinkan, maka kondisi seperti ini menjadi alamat kehancuran bangsa. Sumber daya alam yang melimpah belum mampu menyejahterakan masyarakat karena pengelolaannya tidak dilandasi pada perilaku akhlaq yang mulia. Bahkan, kalaupun sumber daya alam itu menghasilkan sesuatu, maka iapun dinikmati oleh kalangan tertentu, bukan untuk kemaslahatan masyarakat umum, dan dipergunakan untuk kemaksiatan. Hinanya akhlaq bangsa ini sudah sangat jelas, baik yang dilakukan oleh kalangan yang “terhormat” (al-syarif) maupun kalangan masyarakat awam (al-dha’if). Dengan demikian, berhijrah dari kondisi bangsa yang akhlaqnya hina menjadi bangsa yang akhlaqnya mulia menjadi suatu keniscayaan bagi bangsa Indonesia. Melakukan pembiaran terhadap kondisi bangsa yang akhlaqnya hina berarti membiarkan bangsa Indonesia mengalami kehancuran. Allah berfirman di dalam QS. Bani Israil/17:16, berbunyi: “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu)“. Peringatan Allah Swt. tersebut seharusnya menjadi perhatian bangsa Indonesia – inilah yang saat ini disadari oleh ICMI – untuk dapat keluar dari keterpurukan. Semua elemen bangsa harus hijrah moral atau akhlaq untuk bangkit sehingga masyarakat dapat menikmati kemerdekaan yang hakiki, bermartabat, sejahtera, aman, damai, dan sentosa. Langkah-langkahnya Berbeda dengan hijrah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw., memulai
dari Mekah dan berakhir di Madinah, hijrah moral atau akhlaq tampaknya agak sulit menentukan darimana dan kapan harus mulai dan di mana dan kapan harus berakhir. Islam mengajarkan bahwa hidup itu harus dinamis, tidak menyuruh berdiam diri dan menunggu Tuhan memberi sesuatu tanpa berusaha. Karenanya hijrah akhlaq dapat dimulai dari kesadaran untuk berubah atau niat untuk berubah, ada political will. Pepatah menyatakan: ”Di mana ada keinginan (niat) di situ ada jalan”. Hal ini sejalan dengan hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Umar bin al-Khattab tentang hijrah, juga menunjukkan bahwa untuk memulai suatu pekerjaan, termasuk hijrah akhlaq dimulai dari niat. Sedikitnya ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan perubahan (hijrah), yaitu: pendekatan kultural dan pendekatan struktural. Pendekatan Kultural Jika setiap individu melakukan hijrah akhlaq pada dirinya masing-masing dan selanjutnya setiap keluarga, maka suatu masyarakat pun nantinya akan mengalami perubahan dari kondisi yang hina menjadi masyarakat yang mulia. Jika hijrah itu diterapkan pada suatu lembaga sosial, seperti ICMI; setiap individu pengurus ICMI berhijrah lalu mengajak keluarga besar ICMI untuk berhijrah dan seterusnya semua yang ada di sekitar lingkungannya juga untuk berhijrah, maka suatu saat masyarakat di lingkungan ICMI akan lebih baik dan memiliki tatanan hidup yag lebih mulia dan lebih bermartabat. Pendekatan kultural dapat dilakukan, antara lain dengan menggali kearifan lokal yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Allah Swt. dan kembali menjadikan sebagai suatu kebiasaan dan kebanggaan. Di sisi lain, bangsa Indoenesia, khsusnya ummat Islam harus menggali nilai-nilai ajaran Allah Swt. untuk dijadikan sebagai kebiasaan dan menciptakan budaya baru yang berketuhanan Yang Maha Esa. Dalam pada itu, pepatah bugis menyatakan, ”Lele bulu tellele abiasang” (Bukit dapat dipindahkan tetapi kebiasaan tidak akan berubah). Lalu ditambahkan oleh Mattulada (Sosiolog Sulsel), ”Lele mua abiasangnge abiasangtopa” (kebiasaan dapat berubah [dengan meciptakan] kebiasaan baru). Hal ini berarti bahwa bangsa Indonesia dapat keluar dari kondisi terpuruk seperti ini dengan hijrah kembali kepada nilai-nilai kearifan lokal dan/atau menciptakan budaya baru yang sejalan dengan
nilai-nilai ajaran Allah Swt. Pendekatan Struktural Jika mencermati kondisi bangsa Indonesia saat ini, maka dapat dikatakan kembali pada kondisi yang disebut ”Jahiliyah”, yakni ”Jahiliyah Modern”. Indikatornya adalah telah terjadi penjahiliyaan dibidang aqidah (zhann al-jahiliyah) dalam bentuk pendangkalan jahiliyah dengan berbagai ideologi yang menjauhkan manusia dari Tuhan; penjahiliyahan di bidang politik (hamiyah al-jahiliyah) dengan sistim demokrasi liberal yang melahirkan hegemoni mayoritas; penjahiliyaah di bidang budaya (tabarruj al-jahiliyah) dengan konsep HAM yang menyuburkan pornografi dan pronoaksi serta kebebasan seks; dan penjahiliyaan di bidang hukum (hukm al-jahiliyah) dengan sistim hukum yang mengabaikan nilai-nilai keilahian. Karena itu, bangsa Indonesia bahkan dunia saat ini memerlukan perubahan sistem, yakni hijrah dari sistem jahiliyah ke sistem Islam. Ini berarti bahwa hijrah dengan pendekatan kultural belum memadai tetapi memerlukan hijrah dengan pendekatan struktural. Secara struktural, hijrah dapat dilakukan dengan mengkaji ulang seluruh regulasi yang membentuk tatanam masyarakat mengarah kepada masyarakat yang jahiliyah atau akhlaqnya hina. Demikian pula, setiap regulasi yang dapat menghalangi terwujudnya suatu sistem yang berakhlaq mulia harus diamandemen. Pada sisi lain, nilai-nilai keislaman harus dimaksimalkan dapat dimasukkan dalam seluruh regulasi agar sistem yang kelak terbentuk adalah sistem yang Islami dan tetap berkeindonesiaan. Di samping itu, sistim pendidikan juga harus diperbaharui, antara lain seluruh materi ajar agar diajarkan dengan falsafah ”iqra’ bismirabbik” (kajilah dengan nama Tuhanmu”. Sistem pendidikan yang ada selama ini masih bersifat sekuler, memisahkan antara ilmu agama dengan ilmuilmu lainnya. Seharusnya, seluruh bidang keilmuan dipayungi oleh agama dengan falsafah ”iqra’ bismirabbik”. Dengan mengabaikan dimensi keilahian dalam berbagai bidang keilmuan melahirkan manusia yang miskin spiritual dan tidak berakhlaq mulia. Hijrah seperti inilah yang akan mendapatkan pertolongan Allah swt. karena dimaksudkan untuk membela agamaNya. Allah berfiman di dalam Q.S. Muhammad/47:7, berbunyi: ”Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” Dengan demikian, hijrah akhlaq yang dituju agar mendapat pertolongan dari Allah Swt. adalah akhlaq yang berlandaskan pada nilai-nilai yang bersumber dari Allah Swt. itu sendiri atau yang disebut akhlaq al-karimah. Bukankah Rasulullah saw. diutus oleh ke tengah bangsa yang sangat hina akhlaqnya, masyarakat Arab jahiliyah dengan misi perubahan akhlaq yang mulia. Beliau pernah bersabda: Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlaq” (HR. Syihab al-Qadha’i dari Abu Huraerah) Apabila bangsa Indonesia berinisiatif untuk mengubah keadaan dari kondisi akhlaq yang hina menjadi mulia, maka pertolongan Allah pasti datang. Allah akan mengubah keadaan mereka dari kehinaan dan kerendahan kepada kemuliaan dan ketinggian; dan dari ketertinggalan kepada kemajuan dan kejayaan.*****
4 Liputan Utama
W
akil Ketua DPR RI, Drs. H. Priyo Budi Santoso merasa miris menyaksikan kehidupan politik nasional berkecenderungan terkooptasi kekuatan uang atau capital. Seolah-olah uang bisa membeli idea atau gagasan. Uang bisa membeli partai politik. Uang bisa membeli massa atau rakyat. Bahkan seolah-olah uang bisa membeli moral. Begitu Priyo Budi Santoso saat berbicara di depan peserta Silaknas ICMI 2011 di Kendari, bulan lalu. Dia menegaskan, politik dalam system demokrasi tidak boleh tersandera oleh kekuatan uang atau capital. “Kita harus bending bersama politik semacam ini. Kita sangat tidak setuju,” tegasnya berkali-kali. Sebelumnya, dia merasa bangga karena bangsa Indonesia hadir sebagai salah satu negara yang paling demokratis di dunia. Kebebasan berpendapat, terbukanya partisipasi rakyat dalam kebijakan Negara, dan proses akuntabilitas publik yang semakin terasa. Indonesia merupakan satu-satunya Negara yang berpenduduk muslim tersbesar di dunia
Media Informasi & Komunikasi Masyarakat Madani
Januari - Februari 2012
Politik Nasional Terkooptasi Kekuatan Kapital yang berhasil menyelaraskan sistem demokrasi dengan nilai-nilai ajaran agama. Bahkan bangsa Indonesia juga mampu menyeralaskannya dengan nilai-nilai budaya bangsa yang ada. Namun begitu tata kelola demokrasi di negeri ini memang belum final sehingga semua orang dituntut untuk mengelolanya dengan lebih baik lagi. “Kita cukup sukses memperjuangkan kebebasan hak berpendapat dan terbukanya kran demokrasi,
tapi keretakan politik, baik pada level bawah maupun elite, justru masih menganga,” lanjutnya. Berita-berita berbagai bentuk konflik antar-masyarakat, dan berbagai wajah buruk bangsa yang diberitakan media, menciptakan distrust publik terhadap masa depan bangsa. Ini sangat bahaya untuk keberlangsungan negara ke depan. “Kita mesti belajar dari Uni Soviet yang runtuh akibat meledaknya distrust rakyat terhadap negara,” lanjutnya lagi. Dalam perjalanan demokrasi di-
mana bangsa masih berikhtiar mencari bentuk ideal ini, persoalan yang penting uintuk dicermati adalah bagaimana menjaga dan memperkuat nasionalisme. Jalan demokrasi yang kian liberal memberikan implikasi yang cukup tajam jika tidak dibarengi dengan semangat nasionalisme dan menjaga cita-cita bangsa. Ini tiang moral yang harus dijaga dalam seluruh langgam politik bangsa. “Untuk itu, kita harus dorong kekuatan politik moral. Menurut saya politik moral berarti politik ide, yakni sebuah ide yang berbasis pada nilai. Nilai itulah yang harus menjadi panglima dalam menjalankan politik. Dan nilainilai bangsa kita sudah jelas; Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika,” ujarnya seraya mengharapkan kelompokkelompok kelas menengahs sebagai kekuatan penting mewujudkan kesejahteraan bangsa ini. Tantangan moral politik bangsa ke depan akan sangat tergantung sejauhmana peran kelas menengah untuk mengawalnya.(Humaidi)
Membumikan Etika Pancasila Oleh Yudi Latif/ Pengurus ICMI Orpus
M
elebihi dugaan semula para ahli, krisis multidimensional yang mendera Indonesia saat ini bukanlah sembarang krisis yang bisa dihadapi secara tambal sulam. Krisis ini begitu luas cakupannya dan dalam penetrasinya, menyerupai situasi ”zaman peralihan” (axial age) dalam gambaran Karen Armstrong (2006). Zaman jahiliyah (kalabendu) yang penuh prahara, pertikaian, kedunguan, kehancuran tata nilai dan keteladanan. Akutnya krisis yang kita hadapi mengisyaratkan bahwa untuk memulihkannya kita memerlukan lebih dari sekadar politics as usual. Kita memerlukan visi politik baru. Peribahasa mengatakan, ”where there is no vision, the people perish.” Visi ini harus mempertimbangkan kenyataan bahwa krisis nasional ini berakar jauh pada penyakit spirit dan moralitas yang melanda jiwa bangsa. Suatu usaha “national healing” perlu dilakukan dengan membawa nilai-nilai spiritual dan etis ke dalam wacana publik. Dengan kata lain, kita memerlukan penguatan etika politik dan pertanggungjawaban moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Etika politik adalah filsafat moral tentang dimensi politis kehidupan manusia (Suseno, 2001: 8). Di sini ada tiga kata kunci yang perlu dipahami terlebih dahulu: etika, moral, politis. Etika mempersoalkan tanggung jawab dan kewajiban manusia. Moral menunjuk pada kebaikan manusia sebagai manusia. Dimensi politis adalah dimensi masyarakat sebagai keseluruhan—sebuah keputusan bersifat politis apabila diambil dengan memperha-
tikan masyarakat secara keseluruhan. Tekanan utamanya diletakkan pada etika para penyelenggara negara. Hanya dengan tersedianya aparatur negara yang beretika politik yang baik, yang bisa mewujudkan negara yang baik. Etika Pancasila Sejak pengesahan UUD Negara Republik Indonesia pada 18 Agustus 1945, Pancasila dapat dikatakan sebagai dasar (falsafah) negara, pandangan hidup, ideologi nasional, ligatur (pemersatu) dalam perikehidupan kebangsaan dan kenegaraan, dan sumber dari segala sumber hukum. Meskipun Undang-Undang Dasar kita sejak Proklamasi telah mengalami beberapa kali perubahan, namun ia selalu menegaskan di dalam Mukadimahnya, bahwa kemerdekaan kita harus disusun berdasarkan Pancasila, yang mengandung lima sila yang saling kait-mengait. Dalam usaha membumikan Pancasila dari alam idealitas menuju alam realitas, kita perlu menghayati fitrah (semangat asal) bernegara seperti yang dipesankan dan dicontohkan oleh para pendiri bangsa sendiri. Fitrah pertama adalah semangat ”menuhan” (ketakwaan kepada Tuhan). Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terdapat sikap ”ihsan” dengan mengakui bahwa kemerdekaan Indonesia bisa dicapai ”Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa”. Fitrah kedua adalah semangat kekeluargaan. Dalam pidato tentang Pancasila, 1 Juni 1945, Bung Karno menyatakan: “Kita mendirikan Negara Indonesia, yang kita semua harus mendukungnya. Semua buat semua! Bukan Kristen buat Indonesia, bukan golongan Islam buat Indonesia, bukan Hadikoesoemo buat Indonesia, bukan Van Eck buat Indonesia, bukan Nitisemito yang kaya buat Indonesia, tetapi Indo-
nesia buat Indonesia—semua buat semua! Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan ‘Gotong-royong’. Negara Indonesia yang kita dirikan haruslah Negara gotong-royong!” Fitrah ketiga adalah semangat keikhlasan dan ketulusan. Fitrah keempat adalah semangat pengabdian dan tanggung jawab. Fitrah kelima adalah semangat menghasilkan yang terbaik. Fitrah keenam adalah semangat keadilan dan kemanusiaan. Dalam Pancasila, kata ‘keadilan’ ditonjolkan dengan menempatkannya di dua sila sekaligus. Fitrah ketujuh adalah semangat kejuangan. Dalam pandangan Bung Hatta, sebuah bangsa tidaklah eksis dengan sendirinya, melainkan tumbuh atas landasan suatu keyakinan, sikap batin yang memancarkan etos kejuangan yang perlu dibina dan dipupuk sepanjang masa. “Bagi kami, Indonesia menyatakan suatu tujuan politik, karena dia melambangkan dan mencitacitakan suatu tanah air pada masa depan dan untuk mewujudkannya, setiap orang Indonesia akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya.” Fitrah dasar kehidupan bernegara itu perlu dihidupkan sebagai tenaga batin dan prasyarat moralitas yang dapat mengangkat marwah bangsa dari kerendahannya. Dalam peringatan Isra Mi’raj 7 Februari 1959, Soekarno mengingatkan: “Tidak ada suatu bangsa dapat berhebat, jikalau batinnya
tidak terbuat dari nur iman yang sekuat-kuatnya. Jikalau kita bangsa Indonesia ingin kekal, kuat, nomor satu jiwa kita harus selalu jiwa yang ingin Mi’raj—kenaikan ke atas, supaya kebudayaan kita naik ke atas, supaya negara kita naik ke atas. Bangsa yang tidak mempunyai adreng, adreng untuk naik ke atas, bangsa yang demikian itu, dengan sendirinya akan gugur pelan-pelan dari muka bumi (sirna ilang kertaning bumi)”. Demikianlah, para pendiri bangsa mewariskan kepada kita semangat, alasan, dan tujuan perjuangan kebangsaan sedemikian terang dan luhurnya. Kehilangan terbesar dari bangsa ini bukanlah kemerosotan pertumbuhan ekonomi atau kehilangan pemimpin, melainkan kehilangan karakter dan harga diri, karena diabaikannya semangat dasar kehidupan bernegara. *****
Liputan Utama 5
Media Informasi & Komunikasi Masyarakat Madani
Januari - Februari 2012
Kemajuan Bangsa Bertumpu
Pada SDM Bukan SDA
BJ. Habibie berkeyakinan kalau SDM lebih utama dari SDA. “Saya berkeyakinan bahwa memajukan suatu bangsa atau daerah tidak bertumpu pada sumber daya alam tetapi sumber daya manusia,” kata mantan presiden ini saat berbicara di gedung utama DPRD Propinsi Sulawesi Tenggara dalam rangkaian Silaturahim Kerja Nasional Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (Silaknas ICMI) di Kendari, bulan lalu. BJ Habibie dengan gaya khasnya, berpidato dengan tema “Menuju Pembangunan Daerah yang Meng andalkan Sumber Daya Manusia” di depan ribuan mahasiswa Kendari dan para tokoh masyarakat, pejabat sipil dan militer, serta sejumlah kepala daerah. Ia mengemukakan, budaya, agama, dan ilmu pengetahuan serta teknologi harus sinergi dalam me wujudkan pembangunan. Pendi dikan, katanya, tidak berarti seko lah, ijazah, dan gelar yang berlapis. “Tetapi yang menjadikan anda hebat adalah prestasi dalam bekerja,” katanya. Habibi adalah tokoh unik yang dimiliki bangsa ini, SDM sekelas Habibi mampu mengangkat harga diri bangsa dan memajukan industri penerbangan dalam percaturan dunia. Dalam hal ini Habibie men ceritakan pertemuannya dengan
sekitar 45 orang mantan karyawan IPTN serta tenaga ahli Indonesia di bidang kedirgantaraan yang tersebar di Bremen, Ausburg, Muenchen dan Hamburg mengadakan acara silaturahmi di Hamburg. Habibie berbicara mengenai per kembangan industri penerbangan nasional, termasuk masalah pembe nahan SDM yang semakin berku rang serta pemberdayaan komponen dan tenaga ahli nasional untuk me menuhi kebutuhan penerbangan di tanah air. Dalam pemaparannya, Prof. Habibie menyampaikan keinginan dan keyakinan akan kembalinya kejayaan industri dirgantara Indo nesia yang mengalami kemunduran sejak 1995. Habibie mengatakan bahwa mundurnya kedirgantaraan Indonesia tersebut antara lain dise babkan kurangnya upaya pemerin tah untuk memfasilitasi produk dari
PT Dirgantara. Apabila ingin memajukan industri penerbangan nasional, pemerintah harus lebih serius dan memiliki komitmen kuat untuk mengembangN-250 kan industri dirgantara. Gatot Hal tersebut termasuk Kaca dan mengalokasikan anggaran CN-235 serta khusus untuk kepentingan riset. produk-produk lainUntuk memajukan industri ke dirgantaraan Indonesia, tidak hanya nya yang sempat mendulang sukses di dunia penerbangan nasional diperlukan kebijakan yang baik dari dan internasional,’’ kata Habibie. pemerintah. Kebijakan tersebut juga ‘’Namun saat krisis, atas desakan harus disertai tindakan nyata dalam mendukung riset yang dilakukan oleh IMF, kejayaan industri tersebut terpaksa harus pupus karena berbagai para tenaga ahli dan cendikiawan. alasan.’’ ‘’Pada 16 tahun lalu, Indonesia [humaidi:dari berbagai sumber] sudah mampu membuat pesawat
Strategi Implementasi Kebijakan Konversi Bbm ke Bbg
Prof. Dr. Ir. H. M. Taufik Toha, DEA Wakil Ketua ICMI Orwil Sumsel Bidang Pengembangan IPTEK dan Kominfo
D
alam upaya menjamin ketersediaan energi untuk kepentingan nasional, Pemeritah telah menetapkan Kebijakan Energi Nasional yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006. Dalam Kebijakan Energi Nasional tersebut ditetapkan salah satu sasaran Kebijakan Energi
Nasional adalah mengurangi dominasi minyak bumi dengan meningkatkan penggunaan sumber energi lainnya. Energi mix nasional yang ingin dicapai tahun 2025 adalah menurunkan dominasi pangsa minyak bumi dari 51,6% menjadi 20% dengan meningkatkan penggunaan sumber energi lainnya, gas bumi dari 26% menjadi 30%. Salah satu upaya untuk mengurangi dominasi penggunaan minyak bumi (terutama bahan bakar minyak / BBM), Pemerintah saat ini sedang menggalakkan sosialisasi penggunaan bahan bakar gas (BBG) untuk sektor transportasi. Hal ini berkaitan dengan kebijakan pembatasan BBM bersubsidi. Selama ini subsidi BBM ditenggarai lebih banyak dinikmati oleh masyarakat ekonomi menengah ke atas, sehingga subsidi dinilai tidak tepat sasaran. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah telah mengupayakan untuk membatasi penggunaan BBM bersubsidi (premium) dan menetapkan agar kendaraan roda empat milik pribadi (pelat hitam) pengguna BBM beralih menggunakan BBM non subsidi (pertamax). Khusus
untuk kendaraan roda empat milik pribadi yang secara teknis tidak sesuai menggunakan pertamax, akan ditetapkan penggunaan premium dengan harga non-subsidi, di sisi lain angkutan umum (pelat kuning) tetap diizinkan untuk menggunakan premium bersubsidi. Secara bertahap angkutan umum akan mengikuti program konversi dari BBM ke BBG sehingga subsidi BBM dapat dialihkan ke bentuk subsidi lain bagi masyarakat. Kendaraan pribadi pengguna premium non-subsidi juga akan dihimbau untuk beralih dari BBM ke BBG, sehingga nantinya premium hanya diperuntukkan bagi kendaraan roda dua. Strategi Implementasi Program pemerintah dalam pembatasan BBM bersubsidi dan konversi BBM ke BBG perlu mendapat dukungan semua pihak agar dapat berhasil dengan baik. Sayangnya sangat sulit untuk mendapat dukungan dari masyarakat bila masyarakat harus mengeruk kantung lebih dalam untuk membeli bahan bakar yang mereka butuhkan. Dalam kondisi yang demikian perlu diupayakan berbagai strategi agar program
tersebut dapat diterima masyarakat dan segera direalisasikan. • Keunggulan BBG Bahan Bakar Gas (BBG) memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan oleh karenanya program konversi BBM ke BBG akan memberikan keunggulan teknis maupun ekonomis baik dari bagi Pemerintah maupun bagi masyarakat. Keunggulan BBG antara lain : 1) harga yang lebih murah 30% dari harga premium bersubsidi, terlebih lagi bila dibandingkan dengan harga premium non-subsidi (akan naik); 2) potensi gas alam (Cadangan Harapan sekitar 24 TSCF) memiliki lifetime yang lebih tinggi dari potensi BBM oleh karena itu tingkat ketersediaannya lebih baik; 3) BBG lebih ramah lingkungan. Dengan keunggulan teknis dan ekonomis tersebut, program Pemerintah untuk konversi BBG ke BBM perlu mendapat dukungan dari semua pihak. Disamping keunggulan juga terdapat kelemahan dari bahan bakar gas, antara lain: 1) Infrastruktur SPBG yang masih sangat terbatas, Bersambung ke halaman berikutnya
6 Liputan Utama
Media Informasi & Komunikasi Masyarakat Madani
Januari - Februari 2012
Strategi Implementasi................................................................................ hal ini mengakibatkan keraguan masyarakat untuk beralih ke BBG; 2) dibutuhkan investasi converter kit dan tabung gas untuk dapat menggunakan BBG pada kendaraan. Kelemahan tersebut pada prinsipnya bukan merupakan kelemahan dari jenis bahan bakar (BBG), melainkan lebih pada masalah persiapan infrastruktur. Nantinya, seiring makin banyaknya pengguna BBG, kelemahan pertama akan hilang dengan sendirinya karena SPBG merupakan peluang bisnis yang menjanjikan. Demikian juga dengan converter kit dan tabung gas, bila animo masyarakat untuk menggunakan gas cukup tinggi (karena harganya yang murah), maka bukan hal yang mustahil ke depan pabrik kendaraan akan mengeluarkan kendaraan yang menggunakan BBG. Kondisi yang ideal tersebut tidak dapat tercipta dengan sendirinya dan Pemerintah harus berperan aktif untuk menkondisikannya melalui penetapan kebijakan, sosialisasi dan percontohan serta dengan menerapkan strategi yang tepat. • Pemerintah Mempelopori Konversi Premium ke Pertamax Langkah pertama yang harus dilakukan pemerintah untuk membuktikan bahwa Pemerintah serius dan kebijakan tersebut memang sangat dibutuhkan, pemerintah perlu memberikan contoh dengan menetapkan bahwa secara bertahap Mobil Dinas (Pelat Merah) harus beralih ke BBM non-subsidi (Pertamax). Penetapan ini dapat diperluas dengan memasukkan semua kendaraan dinas (baik pemerintah, BUMN/BUMD, maupun perusahaan swasta) harus terlebih dahulu beralih menjadi pengguna pertamax. Hal ini sangat penting artinya agar masyarakat tidak merasa dipojokkan dengan menetapkan pelat hitam harus beralih ke pertamax, sementara kendaraan pelat merah tidak disebut-sebut. Dasar pertimbangan usulan ini adalah bahwa para pejabat / PNS/ Karyawan yang mendapat kendaraan dinas tentunya memiliki posisi yang cukup baik di tempatnya bekerja, dan oleh karenanya otomatis dapat dikategorikan “masyarakat menengah ke atas”. Sebagai konsekuensinya mereka tidak sewajarnya menggunakan BBM bersubsidi. Selanjutnya pemilik kendaraan pribadi (pelat hitam) diwajibkan menggunakan BBM non-subsidi (pertamax) dan khusus untuk kendaraan yang secara teknis tidak sesuai menggunakan pertamax, maka harga premium ditetapkan menggunakan harga premium nonsubsidi.
Bagi pemilik kendaraan pribadi dari golongan ‘menengah ke atas’ maka penggunaan pertamax tidak menjadi masalah karena yang bersangkutan mampu dan sudah sewajarnya membeli BBM dengan harga keekonomian tersebut. • Penetapan Harga Premiun non-Subsidi Permasalahan yang muncul adalah para pemilik kendaraan dari golongan ‘menengah’ (golongan pas-pasan). Mereka memiliki kendaraan bukan karena kemampuan ekonomi, tetapi lebih karena kebutuhan dan karena penghematan biaya. Misalnya mereka yang rumahnya jauh dari pusat kota dan tidak dilalui kendaraan umum. Bagi golongan ini, pengharusan menggunakan pertamax akan sangat memberatkan. Terlebih kendaraan mereka umumnya kendaraan yang telah tua dan mungkin tidak sesuai menggunakan pertamax. Untuk golongan ini perlu dipertimbangkan untuk mengizinkan penggunaan premium dengan harga non-subsidi (lebih tinggi dari harga subsidi dan masih lebih rendah dari pertamax). Dalam penetapan harga premium non-subsidi, Pemerintah perlu menetapkan harga secara bijak dan tidak semata-mata berdasarkan harga keekonomian, akan tetapi lebih menitikberatkan pada kondisi keekonomian masyarakat. • Insentif untuk Konversi BBM ke BBG secara Mandiri Selain itu pemerintah juga memiliki program konversi BBM ke BBG yang harganya lebih rendah dari premium bersubsidi. Para pemilik kendaraan dari golongan menengah dihimbau untuk dapat beralih menggunakan BBG secara mandiri. Biaya investasi untuk beralih dari BBM ke BBG relatif cukup besar yaitu untuk pengadaan converter kit dan tabung gas yang bernilai sekitar 10 – 15 juta rupiah. Biaya tersebut sebenarnya tertutupi dengan keuntungan jangka panjang dari selisih harga BBM dengan BBG. Harga BBG di Palembang saat ini adalah Rp 2.975 per liter setara premium, yang artinya hanya berkisar 70% dari harga premium bersubsidi (harga ini akan lebih menarik bila nantinya dibandingkan dengan harga premium nonsubsidi). Akan tetapi minat untuk beralih kemungkinan besar masih terkendala biaya investasi converter kit dan tabung gas. Oleh karenanya Pemerintah perlu memfasilitasi misalnya dengan memberikan pembebasan pajak kendaraan sela-
ma beberapa tahun bagi kendaraan pribadi yang beralih menggunakan BBG. Selain itu Pemerintah juga perlu mempertimbangkan untuk memberikan kredit pembelian converter kit dan tabung (misalnya melalui Kementerian Koperasi, atau bank milik negara). Melalui program tersebut, pemilik kendaraan tidak merasa terbebani biaya investasi yang besar tersebut, dan cicilan dapat dianggap sebagai selisih harga BBG dan Premium non-subsidi. Dengan strategi tersebut dapat diharapkan lebih banyak pemilik kendaraan pribadi yang beralih ke BBG. • Konversi BBM ke BBG Angkutan Umum Khusus untuk angkutan umum, Pemerintah telah berencana untuk mengalihkan seluruh angkutan umum dari pengguna BBM bersubsidi menjadi pengguna BBG. Konversi akan dilakukan secara bertahap dengan membagikan converter kit dan tabung gas secara gratis. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah pengadaan converter kit yang sangat terbatas dan perlu diimport sehingga harganya mahal. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Pemerintah telah mencoba untuk memproduksi converter kit dengan bantuan industri nasional. Sementara menunggu konversi BBM ke BBG, angkutan umum masih diperbolehkan untuk menggunakan premium bersubsidi. Adanya dua varitas harga premium, premium bersubsidi untuk angkutan umum dan premium non-subsidi untuk kendaraan pribadi yang tidak sesuai menggunakan pertamax, akan mengakibatkan kerawanan penyimpangan. Oleh karenanya Pemerintah telah memiliki program untuk menggunakan RFID (Radio Frequency Identification) untuk semua angkutan kota, guna memantau penggunaan BBM. • Mengantisipasi Penyimpangan Karena Disparitas Harga Hal penting untuk mengantisipasi penyimpangan adalah dengan menghindari adanya disparitas harga premium (subsidi dan non-subsidi). Untuk itu disarankan agar harga premium yang berlaku dipasaran hanya satu harga yaitu harga premium non-subsidi. Subsidi untuk angkutan umum sebaiknya diberikan dalam bentuk tunai sesuai dengan konsumsi rata-rata harian angkutan umum dikalikan dengan selisih harga premium subsidi dan premium non-subsidi. Dengan adanya subsidi tunai tersebut, maka angkutan umum tidak diperbolehkan untuk menaikkan tarif angkutan terhadap penumpang.
Pertimbangan utama strategi di atas adalah penggunaan RFID membutuhkan investasi yang besar di bidang IT dan waktu yang lama untuk membangun database dan jaringan agar dapat memantau angkutan umum yang mengisi BBM di berbagai SPBU. Perlu diingat bahwa angkutan umum mungkin melalui beberapa SPBU sepanjang trayeknya, dengan demikian RFID harus terkoneksi agar dapat mengidentifikasi pengisian BBM walaupun di SPBU lain. Disamping itu RFID hanya bersifat sementara (menunggu konversi BBM ke BBG), sehingga investasi tersebut tidak akan bermanfaat setelah angkutan umum dikonversi menjadi pengguna BBG. Akan lebih efisien bila biaya investasi RFID tersebut digantikan menjadi subsidi yang diberikan secara tunai kepada angkutan umum. Selanjutnya untuk angkutan kota yang telah menerima conterter kit dan tabung gas maka subsidi tunai tersebut tidak diberikan lagi. Kebijakan pembatasan BBM bersubsidi dan konversi BBM ke BBG di sektor transportasi perlu dilaksanakan dalam rangka pemberian subsidi yang lebih tepat sasaran. Dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut perlu dilakukan berbagai strategi agar kebijakan tersebut dapat diterima dan didukung oleh masyarakat luas. Program Konversi BBM ke BBG terutama ditujukan pada kendaraan umum, untuk itu pemerintah akan memfasilitasi pembagian conveter kit dan tabung gas secara gratis. Untuk kendaraan roda empat selain angkutan umum diwajibkan menggunakan BBM non-subsidi (pertamax). Ketentuan ini harus dilakukan tanpa pengecualian, berlaku untuk kendaraan milik pemerintah, BUMN/ BUMD, perusahaan maupun pribadi. Konversi BBM ke BBG untuk kendaraan yang bukan angkutan umum harus dilakukan secara mandiri oleh pemilik kendaraan, namun demikian perlu difasilitasi Pemerintah misalnya melalui keringanan pajak kendaraan bermotor atau melalui pemberikan kredit untuk konversi ke BBG. Dalam rangka percepatan konversi BBM ke BBG, pemerintah perlu mempelopori konversi tersebut dengan mengkonversi kendaraan dinas Pemerintah, BUMN dan BUMD menjadi kendaraan berbahan bakar gas. Kepeloporan ini penting, selain untuk mendorong sektor non-pemerintah (perusahaan swasta dan pribadi) melakukan konversi secara mandiri, juga akan berpengaruh positif terhadap operasional SPBG (banyak konsumen) agar dapat beroperasi secara ekonomis.
Tafakur 7
Media Informasi & Komunikasi Masyarakat Madani
Januari - Februari 2012
Belajar Dari
Bangsa Burung Oleh Muhaimin Iqbal / Direktur Gerai Dinar
K
ETIKA Allah memerintahkan kita untuk memperhatikan burung-burung yang terbang di angkasa (QS 67:19), pastilah banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kemampuan terbang bangsa burung ini. Di antaranya adalah kebiasaan burungburung yang mampu terbang jauh sekali, mereka adalah dari berbagai jenis burung seperti angsa liar, pelican dan burung yang disebut arctic tern (Sterna paraiseae) . Yang terakhir ini mampu terbang dari kutub utara di musim panas dan kembali ke kutub selatan dengan menempuh jarak pergi pulang sekitar 30,000 – 40,000 km atau sekitar 2-2.5 kali Jakarta – Jeddah pergi pulang. Bagaimana bangsa burung bisa melakukan perjalanan yang luar biasa ini? Ternyata mereka hanya bisa melakukannya bila ‘berjamaah’ dalam jumlah besar. Ketika mereka terbang bersama dalam jumlah besar , mereka bisa membentuk formasi V dengan sempurna. Begitu burung-burung yang di depan (yang di ujung lancip huruf V) mengepakkan sayap-sayap mereka, kepakankepakan ini menimbulkan daya angkat bagi burung-burung yang ada di belakangnya – begitu seterusnya. Burung-burung yang terbang di depan akan lebih cepat lelah karena mereka yang lebih banyak bekerja ‘membelah udara’. Ketika burungburung yang didepan ini kelelahan , mereka segera pindah ke barisan paling belakang dan tempatnya digantikan oleh burung-burung yang semula berada tepat di belakangnya. Begitu seterusnya mereka melakukan suksesi
kepemimpinan dalam perjalanan panjangnya. Bila ada salah satu burung yang terpencar dari formasi V, dia segera sadar bahwa terbang sendirian sangatlah berat sehingga mereka segera kembali ke formasi rombongan-nya – konon yang terbang di formasi V bisa 70% lebih efisien ketimbang yang terbang tidak beraturan atau terbang sendiri-sendiri. Bila ada salah satu burung yang jatuh karena sakit, kelelahan atau mengalami kecelakaan, dua burung lain akan menyertainya. Dua burung ini memberikan penjagaan dan pendampingan, sampai yang jatuh tersebut bisa terbang lagi atau mati. Setelah itu baru mereka akan mengejar rombongannya kembali. Setidaknya ada empat pelajaran yang bisa kita ambil dari terbangnya burung-burung yang bermigrasi secara berkelompok tersebut. Pertama, adalah individu-individu yang mempunyai kesamaan visi dan tujuan, akan lebih ringan dalam pencapaian tujuannya bila mereka melakukannya secara bersama-sama. Dengan cara ber‘jamaah’ mereka akan bisa saling memberikan daya dorong satu sama lain – secara bersama-sama merekapun saling meringankan beban. Kedua, adalah bila salah satu individu keluar dari jamaah; dia akan segera merasakan beban berat menghadapi tantangan hidupnya karena sendirian – dia akan
segera kembali dan bergabung dengan jamaahnya. Ketiga, untuk para pemimpin di garis depan, hendaknya mereka sadar bahwa mereka tidak selamanya mampu bertahan di depan. Dia harus tahu kapan waktunya untuk mundur dan memberi kesempatan yang masih segar untuk memimpin perjalanan jamaah-nya. Keempat, adalah bila ada salah satu anggota jamaah yang terkena musibah, mereka tidak boleh ditinggal sendirian. Harus ada jamaah lain yang memberi dukungan dan pendampingan sampai yang terkena musibah ini bisa bangkit kembali. Sejak keturunan pertama anak manusia di bumi, yaitu anak Nabi Adam A.S. dan Siti Hawa; Allah sudah memberinya pelajaran dengan mengirimkan seekor burung. “Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Kabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayit saudaranya. Berkata Kabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayit saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal.” (QS 5:31). Dengan banyaknya tantangan yang dihadapi umat saat ini, tidak ada cara lain untuk menghadapinya kecuali dengan berjamaah mengumpulkan seluruh kekuatan umat yang ada, baik itu di bidang ekonomi, politik, social, pendidikan dlsb. Jangan sampai karena tidak berjamaah kita menyesal dan berucap : “Aduhai celaka aku, mengapa aku
tidak mampu berjamaah seperti rombongan burung-burung itu…”. Berjamaah’ di bidang politik, sosial, pendidikan dlsb. sudah banyak yang merintisnya, maka kini waktunya pula untuk mulai dirintis jamaah dalam hal pemenuhan kebutuhan umat - yaitu ber-‘jamaah’ dalam bidang ekonomi. BeyBus atau Beyond Business adalah salah satu cikal bakal integrasi bisnis-bisnis yang dimaksudkan untuk mulai membangun kekuatan ekonomi umat secara bersama-sama, kekuatan ekonomi umat yang kini masih banyak berserakan harus ada yang mulai merangkainya untuk bisa terbang bersama dalam suatu formasi untuk mencapai kemenangan, dengan saling memberi dorongan dan saling meringankan. Bangsa burung saja bisa terbang dalam formasi V yang selain indah juga sangat efisien – lengkap dengan segala aturan dan prosedurnya, masak manusia yang lebih cerdas tidak bisa melakukannya ?. Bahwasanya bangsa burung akan tetap menjadi pelajaran bagi umat ini dari awal sampai akhir jaman, ini Allah sendiri yang memberitahu kita untuk memperhatikan mereka : “Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu.” (QS 67:19) Semoga kita bisa benar-benar mengambil pelajaranNya. Amin.*****
8 Tafakur
Media Informasi & Komunikasi Masyarakat Madani
Januari - Februari 2012
Indonesia Kini & Mendatang
B
Di Mata Habibie
acharuddin Jusuf Habibie (BJH) memiliki obsesi, yaitu memajukan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia yang sudah maju. Berusaha memperjuangkan dan mengembangkan segala usaha untuk meningkatkan peran sumber daya manusia (SDM) dalam memajukan Indonesia. Menitikberatkan aktivitas pada peningkatan ‘daya saing’ sumber daya manusia Indonesia di tengah proses globalisasi yang sedang berjalan. Dahulu Indonesia dijadikan daerah jajahan beberapa negara adikuasa. Mereka menjadikan daerah jajahannya sebagai modal tempat mengeruk sumber daya alam (SDA) terbarukan dan tidak terbarukan, yang sekaligus menjadi pasar bagi hasil produk nilai-tambah mereka. Pendapatan dari sumber daya alam dan sumber daya manusia yang hidup di negeri jajahannya, dimanfaatkan untuk membiayai pembangunan dan pengembangan prasa rana ekonomi dan iptek serta proses industrialisasi di Eropa dan Amerika Utara, yang saat itu sedang berkembang. Sekarang wajah dunia telah berubah. Bangsa-bangsa yang pernah dijajah telah merdeka dan bebas, bahkan menjadi anggota PBB. Mereka berlomba-lomba me ningkatkan daya saing dan produktivitas sumber daya manusia masing-masing. BJH menilai SDM Indonesia dari kemampuan berkarya (kualitas) yang antara lain tecermin dalam profil lapangan kerja mereka. Ternyata dari data yang ada me nunjukkan adanya kesenjangan yang cukup memprihatinkan. Usaha kecil dan usaha menengah menyediakan 99,46 persen lapangan kerja, sementara lapangan kerja yang disediakan oleh usaha besar hanya mencapai 0,54 persen. BPD dalam perekonomian nasional disumbang oleh hasil usaha besar (44,9 persen) hasil usaha kecil dan menengah (55,1 persen). Perbandingan nilai tambah yang dihasilkan setiap lapangan kerja oleh UK: UM: UB adalah 1: 3: 170. Hal ini mencerminkan adanya kesenjangan kualitas sumber daya manusia, pendidikan, produktivitas, dan penguasaan iptek. Kesenjangan ini harus dihindari karena akan mengakibatkan peningkatan kesenjangan antara miskin dan kaya dan menghambat daya saing ekonomi nasional. Gambaran tentang kesenjangan tersebut juga mengingatkan kita bahwa masalah kualitas sumber daya manusia merupakan persoalan utama bangsa, yang harus menjadi perhatian dan hendaknya menjadi ‘tema sentral’ dalam berbagai upaya kita untuk membangun masa depan secara konsisten dan berkesinambungan. Sejarah telah membuktikan bahwa hanya suatu masyarakat yang sumber daya manusianya merdeka dan bebas saja, yang dapat meningkatkan produktivitasnya dan akhirnya daya saing mereka. Perilaku sumber daya manusia dipengaruhi oleh budaya dan agama masyarakat bersangkutan, yang diperoleh dari kualitas proses pembudayaan. Keterampilan sumber daya manusia ditentukan oleh sistem pendidikan, penelitian, dan kesempatan bekerja masyarakat bersangkutan pula. Dalam proses ‘globalisasi’, perhatian utama diberikan sekitar mekanisme ‘jual-
beli’ bilateral, multilateral, dan global. Pasar nasional, regional, dan global dengan mata uang yang relatif stabil dan relatif kuat akan mendapat perhatian utama. Mekanisme pasar yang tadinya didominasi sumber daya alam dan produk karya nilai tambah dan biaya tambah sumber daya manusia, sekarang diwarnai dengan komoditas baru yang kita kenal sebagai mata uang. Arus informasi yang berlangsung cepat, tidak semua sempurna, dan rentan terhadap manipulasi sehingga akan sulit menghasilkan kebijakan yang tepat, cepat, dan berkualitas. Mekanisme pasar dan teori ekonomi yang berlaku perlu disempurnakan! Ketika Presiden Soeharto lengser, maka sesuai dengan konstitusi, wakil presiden harus melanjutkan tugas presiden. Dalam waktu 24 jam, BJH (sebagai wakil presiden) mengeluarkan kebijaksanaan sebagai berikut: 1.Bebaskan semua tahanan politik di Indonesia; 2.Bebaskan pemberian infor masi dan pendapat yang bertanggung jawab, melalui media cetak dan elektronik yang bebas dan bertanggung jawab; 3.Bebaskan masyarakat berdemonstrasi tanpa merusak dan merugikan modal pribadi atau negara. Dengan kebijakan tersebut, semua nya segera menjadi lebih transparan dan lebih dapat diperhitungkan. Kebijakan itu berdampak positif pada pasar ekonomi dan pasar politik. Free fall nilai mata uang Rupiah segera dapat dihentikan dan secara tahap demi tahap nilai mata uang rupiah kembali ke nilai yang lebih stabil. Demikian pula pasar politik menjadi lebih transparan dan stabil. Semuanya ini penting untuk dipersiapkan sebelum pe milihan umum dilaksanakan dengan keadaan ‘merdeka dan bebas bertanggung jawab’, berdasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah. Mekanisme pemerintahan pusat dan daerah perlu dikembangkan dan disempurnakan yang disesuaikan dengan keadaan setelah otonomi daerah diberikan agar budaya setempat dipertahankan dan ketahanan budaya meningkat. Semua ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan daya saing sumber daya manusia dalam menghadapi globalisasi. BJH mengatakan, semua masyarakat di mana pun di dunia menghendaki adanya kesejahteraan, kualitas hidup, dan ketenteraman yang merata. Untuk mencapai hal tersebut, telah diaksanakan beberapa pendekatan, seperti: (1) Pendekatan top down atau dari yang kaya ke yang miskin, yang juga dikenal sebagai sistem kapitalisme. (2) Pendekatan bottom up atau dari yang miskin (proletar) ke yang kaya, yang juga dikenal sebagai sistem komunisme. (3) Pendekatan dari tengah ke atas maupun ke bawah yang dikenal sebagai pasar yang berorientasi pada nilai-nilai sosial (soziale marktwirtschaft). Sejarah telah membuktikan bahwa pendekatan kedua diakhiri dengan bangkrutnya masyarakat yang menganut pendekatan tersebut. Sedangkan pendekatan pertama, jika tidak diada-
kan koreksi yang mendasar, akan menuju proses kebangkrutan pula. Untuk mencapai tujuan yang kita cita-citakan bersama sebagai bangsa, sebagaimana tersebut dalam Undang-Undang Dasar 1945, kita harus belajar dari kesalahan dan kekeliruan orang lain juga kekeliruan kita sendiri. Ingat bahwa dari pendekatanpendekatan pertama, kedua, dan ketiga oleh para ilmuwan mancanegara telah dikembangkan banyak teori, yang ternyata juga perlu ditinjau kembali. Uraian di atas seharusnya menya darkan bangsa Indonesia bahwa yang harus diperhatikan dan diprioritaskan adalah kepentingan rakyat Indonesia sendiri, sebagai bangsa yang bermartabat yang sedang berjuang menuju cita-cita dengan berbagai keterbatasan yang ada. Hanya saja timbul pertanyaan, mengapa kita biarkan pemakaian cadangan devisa dari hasil penjualan sumber daya alam kita untuk mengembangan produk mili_ter di luar negeri? Dengan demikian bangsa Indonesia kini tengah dihadapkan pada keadaan paradoksal yang dilukiskan dengan kata, “Kita kaya tapi miskin, merdeka tapi terjajah, kuat tapi lemah, indah tapi jelek”. Situasi paradoksal tersebut terjadi karena seolah-oleh bangsa Indonesia menderita penyakit orientasi, yaitu wawasan, kebijakan, atau langkah yang sejatinya akan melemahkan produktivitas, daya saing, dan bahkan ekonomi Indonesia yang pada gilirannya akan melemahkan bangsa secara keseluruhan. Penyakit orientasi ini adalah bangsa Indonesia lebih mengandalkan sumber daya alam daripada sumber daya manusia. Selain itu, kita juga lebih berorientasi jangka pendek daripada jangka panjang (mentalitas kasir). Bangsa Indonesia lebih meng utamakan citra daripada karya nyata, lebih melirik makro daripada mikro ekonomi, serta lebih mengandalkan cost added daripada value added (more comparative rather than competitive advantages). Bangsa Indonesia juga lebih berorientasi pada neraca perdagangan dan pembay a r a n daripada neraca jam kerja, lebih menyukai ‘jalan pintas’ (korupsi, kolusi, penyele wengan) daripada kejujuran dan kebajikan. Bangsa Indonesia lebih menganggap jabatan (power) sebagai tujuan daripada sebagai sarana untuk mencapai t u juan
(power centered rather than accountable [amanah] orientation). Keadaan paradoksal tersebut amat berbahaya kalau tidak segera disadari dan dikoreksi. Koreksi yang dapat dilakukan ialah dengan ‘penyembuhan’ orentasi atau ‘pelurusan’ orientasi. Di samping upaya ‘penyembuhan’ atau ‘penyehatan’ orientasi, juga harus selalu menyegarkan kembali kesadaran sebagai warga bangsa yang ber-Pancasila, beragama, dan mempunyai cita-cita luhur sebagai bangsa yang beradab dan terhormat sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Pembukaan UUD 1945. Bangsa Indonesia harus menyadari akan betapa besar risiko yang dihadapi sebagai suatu bangsa apabila keadaan paradoks bangsa tersebut terus berlanjut tanpa adanya kesadaran dan upaya koreksi yang berarti, serius, serta berkesinambungan. Tidak mustahil, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang gagal. Memang, bangsa Indonesia perlu memahami kesa lahan (kolektif) bangsa-yang diindika sikan dengan ‘penyakit orientasi’-dan kesadaran serta kesungguhan kita untuk melakukan upaya ‘penyembuhan’ yang serius dan berkelanjutan. Bangsa Indonesia mesti berkeyakinan bahwa masa depan bangsa ditentukan oleh keunggulan sumber daya manusia Indonesia yang memiliki nilai-nilai budaya dan agama yang tinggi serta memahami dan menguasai mekanisme pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi secanggih apa pun. Prasyarat merdeka dan bebas telah kita raih bersama untuk masa depan yang lebih sejahtera, tenteram, dan cerah merata bagi kita. Namun, akankah kita dapat meraih cita-cita masa depan kita? Akan ke sanakah kita menuju ? Mau ke mana kita? (humaidi: sumber: Republika)
Dunia Islam 9
Media Informasi & Komunikasi Masyarakat Madani
Januari - Februari 2012
M
PUIC Angkat & Ungkap Raja Sriwijaya Masuk Islam
aksud hati menarik perhatian namun apa daya uluran tangan ditolak panitia Konferensi Parlemen Negara-Negara Organisasi Konferensi Islam (PUIC). Pasalnya, tarian-tarian yang menampilkan penaripenari wanita dinilai kurang sejalan dengan visi dan misi dari PUIC dalam rangka menegakkan hak-hak umat Islam di dunia. Namun begitu Pemprop Sumsel sebagai tuan rumah tetap melayani tamu-tamu PUIC dengan sebaikbaiknya selama kegiatan PUIC yang berlangsung dari 24-31 Januari di Kota Palembang Sumsel. Berusaha mengambil peluang untuk memperkenalkan potensi SDA Sumsel yang memiliki prospek cerah di masa mendatang. Kiranya PUIC yang beranggotakan 51 negara ini tertarik menanamkan investasinya di Sumsel buat menggali dan mendayagunakan kekayaan SDA terutama pertambangan dan perkebunan serta pertanian. Lebih dari itu, Presiden PUIC, Marzuki Alie sengaja memusatkan kegiatan PUIC di Kota Palembang yang pernah menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya. Sebagai presiden PUIC 2012-2013, Marzuki berusaha mengangkat dan mengungkap kembali hubungan Sriwijaya dengan Khalifah Umar bin Abdul Azis di masa silam. Berarti hubungan Indonesia dengan negara-negara Islam atau mayoritas berpenduduk muslim telah terjalin begitu lama. "Salah satu alasannya dipilih Palembang menjadi tuan rumah penyelenggaraan PUIC ini adalah karena nilai historis sejarah Islam mengenai adanya surat menyurat antara raja-raja Sriwijaya dengan salah seorang Khalifah pada zaman Bani Umayyah di Damaskus pada masa awal Islam masuk ke Indonesia sebagaimana dipaparkan dalam karya disertasi Profesor Azyumardi Azra," kata Marzuki melanjutkan penjelasannya. Alasan Marzuki cukup menarik. Sebab dalam catatan sejarah terungkap. Tercatat dalam tulisan Ibn Abd Al Rabbih di dalam karyanya Al Iqd al Farid, yang dikutip oleh Azyumardi Azra dalam bukunya “Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII’ menyebutkan adanya korespodensi antara raja Sriwijaya (Sri Indravarman) dengan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Pada sekitar tahun 100 H (726 M), Raja Sriwijaya itu berkirim surat yang isi surat tersebut adalah: ”Dari Raja di Raja (Malik al Amlak) yang adalah keturunan seribu raja; yang isterinya juga cucu
Ketua DPR, ketua BKSAP, Wakil Ketua BKSAP dan anggota BKSAP meninjau beberapa lokasi tempat Penyelenggaraan Kongres PUIC di Palembang
seribu raja; yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah; yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semer-
lam karyanya al-Iqd al-Farid. Ibnu Tighribirdi yang juga mengutip surat ini dalam karyanya alNujum al-Zhahirah fi Muluk Mishr wa al-Qahirah, melalui otoritas Ibnu Asakir, memberikan tamba-
“Dari Raja al-Hind (kepulauan Hindia) yang kandang binatangnya berisikan seribu gajah, yang istananya terbuat dari emas dan perak, yang dilayani seribu puteri raja-raja, dan yang memiliki dua sungai besar (Batanghari dan Musi), yang mengairi pohon gaharu, kepada Muawiyah…” bak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil; kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhantuhan lain dengan Allah. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya” Isi surat di antaranya menyatakan keinginan Raja Sriwijaya buat mempelajari Islam melalui pengajaran langsung dari ulamaulama kekhalifahan. Kuat dugaan, Raja Sriwijaya telah masuk Islam atau seorang muslim. Karenanya terdorong untuk lebih dalam dan luas lagi mempelajari Islam hingga ke akar-akarnya. Menjadi muslim yang kaffah. Demikian isi sepucuk surat yang dikirimkan oleh Maharaja Sriwijaya kepada Khalifah Umar bin Abdul Azis. Surat ini diriwayatkan dari Nuaim bin Hammad, dan diabadikan oleh Ibnu Abdi Rabbih da-
han kalimat yang menarik menjelang akhir surat itu. Dia menulis, “Saya mengirimkan hadiah kepada Anda berupa bahan wewangian, sawo, kemenyan, dan kapur barus. Terimalah hadiah itu, karena saya adalah saudara Anda dalam Islam.” Korespondensi antara dua pemimpin ini diperkirakan berlangsung antara tahun 100 hijriyah atau 718 masehi. Saat itu, Maharaja yang berkuasa di Sriwijaya adalah Sri Indravarman. Sebelumnya, sepucuk surat juga dikirim oleh Maharaja Sriwijaya ditujukan kepada Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan. Bagian pendahuluan surat itu diriwayatkan berbunyi, “Dari Raja al-Hind (kepulauan Hindia) yang kandang binatangnya berisikan seribu gajah, yang istananya terbuat dari emas dan perak, yang dilayani seribu puteri raja-raja, dan yang memiliki dua sungai besar (Batanghari dan Musi), yang mengairi pohon gaharu, kepada Muawiyah…” Surat ini dikutip oleh al-Jahizh dalam karyanya Kitab al-
Hayawan. Permintaan Raja Sriwijaya itu dipenuhi Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang mengutus salah seorang ulama terbaiknya untuk memperkenalkan Islam kepada Raja Sriwijaya, Sri Indrawarman, seperti yang diminta olehnya. Tatkala mengetahui segala hal tentang Islam, Raja Sriwijaya ini tertarik. Hatinya tersentuh hidayah. Pada tahun 718, Sri Indrawarman akhirnya mengucap dua kalimat syahadat. Sejak itu kerajaannya disebut orang sebagai “Kerajaan Sribuza yang Islam”. Tidak lama setelah Sri Indrawarman bersyahadat, pada tahun 726 M, Raja Jay Sima dari Kalingga (Jepara, Jawa Tengah), putera dad Ratu Sima juga memeluk agama Islam.’ Data-data tentang Islamnya Raja Sriwijaya memang begitu minim. Namun besar kemungkinan, Sri Indrawarman mengalami penolakan yang sangat hebat dari lingkungan istana, sehingga raja-raja setelahnya kembali berasal dari kalangan Budha. H. Zainal Abidin Ahmad hanya mencatat: “Perkembangan Islam yang begitu ramainya mendapat pukulan yang dahsyat semenjak Kaisar-Kaisar Cina dari Dinasti Tang, dan juga Raja Raja Sriwijaya dari Dinasti Syailendra melakukan kezaliman dan pemaksaan keagamaan.”‘ Memasuki abad ke-14 M, Sriwijaya memasuki masa muran. Invasi Majapahit (1377) atas Sriwijaya menghancurkan kerajaan besar int Akibatnya banyak bandar mulai melepaskan din dan menjadi otonom. Raja, adipati, atau penguasa setempat yang telah memeluk Islam kemudian mendirikan kerajaan Islam kecil-kecil. Beberapa kerajaan Islam di Utara Sumatera pada akhirnya bergabung menjadi Kerajaan Aceh Darussalam.(humaidi: dari berbagai sumber)
10 Rehat
Media Informasi & Komunikasi Masyarakat Madani
Januari - Februari 2012
Launching Tabloid Selamat dan Sukses
Salam sejahtera Kami menyambut baik langkah ICMI Orwil Sumsel menerbitkan Tabloid CENDEKIA. Bertambah lagi bacaan bagi masyarakat Sumsel. Salah satu upaya untuk mencerdaskan bangsa. Sesungguhnya mencerdaskan bangsa bukan hanya tugas dan kewajiban pemerintah daerah tapi juga masyarakat terutama kaum cendekia. ICMI sebagai kumpulan para cendekia sudah sepatutnya menerbitkan media berisi gagasan, pemikiran dan solusi atas permasalahan bangsa dan negara. Turut terlibat langsung dan tidak langsung dalam menguatkan masyarakat menghadapi dan mengatasi globalisasi. Kami berharap penerbitan ini berjalan lancar, tumbuh dan berkembang sehingga masyarakat tidak hanya membaca media-media umum tapi juga media khusus seperti Tabloid CENDEKIA. Kiranya media ini mampu memberikan pencerahan. Kami ucapkan selamat atas penerbitan perdana. Semoga sukses Palembang, 28 Januari 2012 Gubernur Sumsel H. Alex Noerdin
Rehat 11
Media Informasi & Komunikasi Masyarakat Madani
Januari - Februari 2012
Media Informasi & Komunikasi Masyarakat Madani
Januari - Februari 2012
Cerdaskan Bangsa
Salam sejahtera Penerbitan Tabloid CENDEKIA merupakan tindaklanjut dari program kerja hasil Muswil sebelumnya. Karenanya kami menyambut gembira atas kesungguhan para pengurus ICMI Orwil Sumsel buat menerbitkan media sebulan satu kali. Kami yakin Tabloid CENDEKIA mampu memberikan masukan dan solusi kepada masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi berbagai permasalahan pembangunan. Turut mencerdaskan masyarakat dari sisi kecendekiawan. Berusaha memperluas dan meningkatkan kualias berpikir masyarakat. Dengan penerbitan ini, berarti semakin terbuka peluang dan kesempatan bagi para cendekia menuliskan dan menyebarluaskan pemikirannya. Menuangkan pengetahuan dan pengalaman yang bisa memberi manfaat kepada masyarakat secara langsung. Setidaknya memotivasi masyarakat jangan cepat putus ketika dihadapkan pada persoalan hidup. Bagaimanapun beratnya persoalan hidup tetap saja memiliki solusi terbaik. Kami ucapan selamat. Semoga Sukses Palembang, 28 Januari 2012 Ketua ICMI Orwil Sumsel H. Ridwan Mukti
12 Info
Media Informasi & Komunikasi Masyarakat Madani
Sebaiknya Kalender itu sebenarnya adalah ciptaan penganut agama. Di dalamnya terkandung jadwal ibadah tahunan bagi suatu agama. Kalender hijriah merupakan jadwal ibadah tahunan bagi ummat Islam.
Januari - Februari 2012
U H A T A D N A
Bulan-bulan hijriah selengkapnya sebagai berikut: Muharrom/ Shofar/ Robi’ul Awwal/ Robi’ul Akhir/ Jumadal Awwal/ Jumadal Akhir/ Rojab/ Sya’ban/ Romadhon/ Syawwal/ Dzulqo’dah/ Dzulhijjah. Keterangan Pergantian tanggal dalam Islam adalah saat Magrib Tidak ada hari, tanggal, bulan dan tahun sial dalam Islam Haul (syarat waktu 1 tahun dalam pembayaran zakat) dihitung 1 tahun dalam tahun hijriah, kelirulah orang yang menghitungnya memakai kalender masehi Empat bulan haram ialah Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharrom dan Rojab Disyariatkan puasa Ayyamul Bidh (hari terang) yakni tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulannya, kecuali pada hari tersebut puasa wajib atau haram berpuasa Tanggal 9 dan 10 Muharrom adalah waktu Puasa Asyuro’ Perbanyaklah puasa di bulan Sya’ban tanpa pengkhususan di nisfu sya’ban Disyariatkan meningkatkan Kebajikan dan Ibadah di 10 hari awal bulan Dzulhijjah dan khusus tanggal 9 Dzulhijjah adalah waktu untuk puasa Arofah bagi orang yang tidak menunaikan haji, Tanggal 8 s/d 13 Dzulhijjah adalah hari-hari manasik Haji Tidaklah ada syariat tertentu un-
tuk pergantian tahun Hijriah dari bulan Dzulhijjah ke tanggal 1 Muharrom. Biasakanlah melafadzkan nama bulan Islam bukan nama bulan arab, kerena nama bulan-bulan tersebut adalah milik Islam, bukan hanya arab. Menyebut ini adalah bulan arab akan menampakkan kesukuan dan nasionalisme hingga sadar atau tidak kita akan jarang menggunakannya, ingat ini adalah tipuan musuh-musuh Islam. Dengan demikian Hijriah bukan kalender Arab tapi kalender Islam. Di samping ada kalender Hijriah ada juga kalender Masehi. Kalender Masehi berarti jadwal ibadah tahunan bagi ummat Kristen. Di dalamnya juga terkandung jadwal ibadah tahunan bagi para penganut Kristen dimanapun berada di dunia. Lihat saja datar ibadah tahunan penganut Kristen di bawah ini sebagai berikut: 1 Januari: Hari Raya Maria, Bunda Allah, 25 Maret : Hari Raya Kabar Gembira, Maret/ April (bervariasi) : Hari Raya Triduum Paskah, 40 hari setelah paskah : Hari Raya Kenaikan Yesus ke syurga, 50 hari setelah paskah : Hari Raya Pentakosta, Minggu setelah pentakosta : Hari Raya Allah Trinitas/ Tri Tunggal mahakudus.Minggu setelah tritunggal Mahakudus: Corpus Christi, Jumat setelah corpus Christi : Hari Raya Hati Kudus
Yesus, 24 Juni : Hari raya kelahiran St. Yohanes Pembaptis, 29 Juni : Hari raya St Petrus dan Paulus, 15 Agustus : Hari raya Bunda Maria diangkat ke syurga 1 Nopember : Hari raya para kudus, Nopember : Hari minggu terakhir sebelum masa Advent: Hari Raya Kristus Raja, 8 Desember : Hari Raya Maria dikandung tanpa noda, 25 Desember : Hari Raya Natal Coba perhatian lebih teliti lagi lalu berpikir. Ternyata orang-orang beragama Kristen menggunakan kalender untuk kepentingan ibadah. Jadi kalender Masehi bukan kalender nasional tapi kalender agama Kristen. Begitu juga agama Hindu punya jadwal ibadah tahunan yang menggunakan kalender sendiri yang disebut dengan tahun saka. Bekasbekas kalender mencerminkan harihari ibadah. Misalnya, Citra Purnima jatuh pada hari purnama bulan Chaitra, yakni bulan pertama dari penanggalan Saka, pemujaan ditujukan kepada dewa Yama, dewa maut dengan mempersembahkan sesajen berupa nasi berisi bamboo (sejenis bubur pitara yang kemudian setelah dipersembahkan makanan atau prasadam (di Bali disebut “lungsuran” dibagikan kepada mereka yang mengikuti upacara.(humaidi: dari berbagai sumber)
Bina Masjid 13
Media Informasi & Komunikasi Masyarakat Madani
Januari - Februari 2012
Program i-MASJID, Ikhtiar ICMI Sejahterakan Umat Oleh DR. H. Sugiharto, SE,. MBA Presidium ICMI
“i-Masjid ICMI merupakan program yang sangat “briliant” untuk menyeimbangkan “Imtaq dan Iptek” sampai dengan tingkat grassroot” (Prof. Dr.-Ing. BJ. Habibie - Ketua Dewan Kehormatan ICMI)
Realitas menunjukkan terdapat kesamaan program antara program yang sudah dijalankan oleh BAZNAS, dan ICMI (melalui PINBUK dan BATOM lainnya), dan juga dengan program yang direncanakan oleh BWI, dan DMI; yaitu program-program yang berorientasi pada kegiatan-kegiatan dalam bidang “pendidikan, kesehatan, dan ekonomi/kewirausahaan” yang berlokasi di “Masjid”. Sinergi dari DMI, BAZNAS, BWI, dan Koperasi yang dimotori oleh ICMI yang juga berfungsi sebagai Integrator, adalah untuk “Revitalisasi Peran Masjid dalam Pemberdayaan Umat dan/atau Pengembangan i-Masjid”; Nota Kesepahaman Bersama tentang hal tersebut sudah ditanda tangani oleh ICMI, BAZNAS, BWI, DMI, dan Koperasi Khairu Ummah, pada tanggal 2 Maret 2011, di Gedung SMESCO, Jakarta. Pada waktu yang akan datang ICMI akan melanjutkan fungsinya sebagai Integrator dengan menjalin kerjasama yang lebih luas lagi dengan berbagai Organisasi Islam lainnya bahkan dimungkinkan untuk kerjasama dengan Organisasi Kemasyarakatan Non Muslim. Dari proses sinergi tersebut diharapkan akan terhimpun suatu kekuatan bersama antara beberapa Lembaga Islam dan Koperasi serta ICMI, didalam membangun peradaban Indonesia Madani; dengan menjadikan Masjid sebagai ujung tombak dalam mensejahterakan umat. Rencana peningkatan fungsi masjid yang akan dijadikan sentra kegiatan “pendidikan, kesehatan, dan ekonomi/ kewirausahaan” ini, sangat diharapkan akan menjadi “daya tarik baru” bagi masyarakat yang belum terbiasa ke masjid, untuk menjadi tertarik/rajin mengikuti kegiatankegiatan di masjid dalam rangka ibadah ataupun dalam rangka kegiatan sosial dan ekonomi melalui program i-Masjid ICMI. Dengan adanya program i-Masjid ICMI tersebut, maka timbul slogan: “One Mosque for One BMT/Kopsyah” atau “One Village - One BMT/ Kopsyah”(Satu desa - Satu BMT) . Program i-Masjid ICMI merupakan “kristalisasi” dari program “pendidikan, kesehatan, ekonomi/kewirausahaan” berbasis “masjid” yang telah dijalankan oleh BAZNAS, ICMI (melalui PINBUK dan BATOM lainnya), dan juga rencana kerja dari BWI dan DMI, yang mendapat dukungan dari Koperasi Khairu Ummah dalam bidang “Data Centre” dan “IT Solution”. Implementasi dari Nota Kesepaha-
man Bersama antara ICMI, BAZNAS, BWI, DMI, dan Koperasi Khairu Ummah tentang “Revitalisasi Peran Masjid dalam Pemberdayaan Umat dan/atau Pengembangan i-Masjid”, akan berdampak kepada percepatan pembentukan 10,000 BMT yang telah dicanangkan ICMI dalam Muktamar V, tahun 2010, di Bogor. Koperasi Khairu Ummah dan PINBUK bersinergi dalam menggabungkan kekuatan yang dimiliki oleh masingmasing, untuk mengembangkan BMT/ Kopsyah yang sudah ada dan membentuk BMT/Kopsyah baru, sebagai bentuk peran aktif ICMI dalam mewujudkan Pembangunan Masyarakat Indonesia Madani. PENGERTIAN “i-Masjid” Makna dari nama huruf “i” dalam “iMasjid” yaitu Islami, Indonesia, Internasional, Integrator, Inspirasi, Integritas, Internet, IPTEK, huruf alif dalam abjad Arab, Iqra (baca), Ihsan, Ikhlas, dan ICMI. Makna “Masjid” adalah Rumah Ibadah bagi Umat Islam sebagai tempat suci dimana rahmat ALLAH SWT dibagi. Makna Logo 1. Bintang mengandung makna posisi terhormat dan tertinggi 2. 5 sudut dalam Bintang mempunyai makna 5 Rukun Islam, 5 sila dalam Pancasila Makna Warna 1. Kuning melambangkan keagungan 2. Hijau melambangkan alami, kehidupan, dan Islami Program i-Masjid ICMI sudah di resmikan pada tanggal 12 Agustus 2011, di arena Jakarta Convention Centre (JCC), Senayan, Jakarta oleh Bapak Ir. H. M. Hatta Rajasa, dalam hal ini mewakili Bapak Presiden RI; acara peresmian ini juga bertepatan dengan acara International Halal Business dan Food Expo (IHBF) tahun 2011 yang diselenggarakan oleh Masyarakat Ekonomi Syariah, IPB Bogor, dan Performax. Pelaksanaan program i-Masjid telah mendapat dukungan dari MUI (Majelis Ulama Indonesia) melalui surat no. U-110/MUI/II/2011 tertanggal 14 Februari 2011, terkait dengan pemberdayaan Masjid untuk kegiatan pembangunan menara Masjid untuk BTS, penyelenggaraan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (BMT), Rumah Sehat (Pelayanan Kesehatan); dan dukungan yang sama juga diperoleh dari YAMP (Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila) melalui surat tertanggal 28 Februari 2011, terkait dengan 999 masjid yang sudah dibangun oleh YAMP. Program “i-Masjid” ICMI tahun 2010 - 2015, untuk periode 5(lima) tahun kedepan adalah mencakup “5 (lima) program dalam satu lokasi Masjid” yaitu: i-Learning; i-Klinik; iMart; i-Media; dan i-Net. 1. i-Learning (PENDIDIKAN) sebagai Sarana Peningkatan IMTAQ (Iman dan Taqwa) untuk proses belajar dan mengajar di Masjid, melalui pemberdayaan IPTEK untuk Pengkaderan
dan Bangun Karakter Bangsa; dengan menyediakan program Pendidikan dan Pelatihan, serta akses Perpustakaan Elektronik di Masjid. Kegiatan i-Learning yang menjadi bagian dari program i-Masjid akan dilaksanakan melalui koordinasi dengan pelaksanaan program “I-Tiga” (Institut Integritas Indonesia) ICMI yaitu program pengkaderan dan Bangun Karakter Bangsa. 2. i-Klinik (KESEHATAN) sebagai Sarana Pengembangan Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Masjid untuk upaya kesehatan Primer dan Prefentip bagi masyarakat, melalui “Rumah Sehat” (Klinik Sehat) dan program JamKesMas. Dalam pengembangan “Rumah Sehat” (Klinik Sehat) di masjid-masjid akan dilaksanakan dengan melanjutkan program kerja yang sudah dijalankan oleh BAZNAS selama ini, yaitu kegiatan “rumah sehat” di Masjid Sunda Kelapa dan lainnya, serta ditambah dengan rencana kerja dari BWI yang akan menggunakan pendanaan yang bersumber dari dana waqaf tunai; dan program ICMI sendiri yang pendanaannya diperoleh dari kontribusi BMT/Kopsyah binaannya, sebagai alokasi laba usaha terhadap kegiatan sosial masyarakat. Pelaksanaan “Rumah Sehat” atau “Klinik Sehat” merupakan upaya ICMI melalui Kegiatan i-Klinik untuk membantu Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan dasar Masyarakat terhadap layanan kesehatan. 3. i-Mart (EKONOMI) sebagai Sarana Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan bagi masyarakat di Masjid melalui BMT/Baitul Qirot/ Koperasi Syariah dengan kegiatan Warung Terpadu Multi Layanan (Water Mulan) terdiri dari: Jasa Layanan Keuangan “Realtime Online” dan Warung Serba Ada (Waserda) untuk Bahan Pokok dan Pemasaran Produk Lokal/ setempat. 4. i-Media sebagai Sarana komunikasi ICMI (Pusat dan daerah) dan Masyarakat Masjid termasuk anggota BMT/Baitul Qirot/Koperasi Syariah, untuk mebangun Potensi Umat melalui Pengembangan Data Base secara “Realtime Online” bagi keanggotaan ICMI (Pusat dan daerah), Masyarakat Masjid, keanggotaan BMT/Baitul Qirot/Koperasi Syariah; dan pengembangan Radio Komunitas untuk Forum Komunikasi. Koperasi Khairu Ummah sedang menyiapkan “i-Masjid Information Portal Solution” yang akan berfungsi sebagai “Gateway” dari program i-Learning, i-
Klinik, i-Mart, i-Media, dan i-Net. Koperasi Khairu Ummah juga sedang membangun Aplikasi “Administrasi Madjid” yang merupakan “aplikasi” yang akan disediakan pada PORTAL ICMI; dan dapat digunakan secara bersama oleh semua Masjid; Pada Aplikasi “Administrasi Masjid” ini setiap masjid akan dibantu untuk memiliki system administrasi masjid berbasis IPTEK, sehingga dapat menyimpan data-data penting yang terkait dengan administrasi keuangan, data pengurus masjid, data kaum dhuafa, data khutbah jum’at, dan data penting lainnya. danya “Data Centre” yang disediakan oleh Koperasi Khairu Ummah untuk menampung data informasi keanggotaan ICMI (Pusat dan Daerah), maka ICMI untuk masa yang akan datang, akan memiliki Data Base keanggotaan yang lengkap dengan berbasis teknologi computer, dan dapat diakses secara “Real time Online”. 5. i-Net sebagai sarana Telecentre untuk mendukung semua kegiatan ICMI yang berbasis teknologi internet, melalui pengembangan Jaringan Layanan Komunikasi dan Pembangunan BTS di Menara Masjid. Kegiatan pembangunan menara BTS dilaksanakan oleh PT. Global Tower selaku Badan otonom YPPUDMI, dan merupakan mitra Koperasi Khairu Ummah. BTS yang sudah ibangun saat ini di Masjid sebanyak 12 (dua belas) menara BTS. Pengembangaan sarana Telecentre untuk masa akan datang ditarget per tahun 300 BTS. Adanya kemitraan PT. Global Tower dengan Koperasi Khairu Ummah selaku Batom ICMI, diharapkan peran ICMI selaku Integrator akan dapat memperlancar pencapaian target tersebut. *****
14 Buku
Media Informasi & Komunikasi Masyarakat Madani
Januari - Februari 2012
PENDIDIKAN ISLAM:
MEMBENTUK MANUSIA BERKARAKTER DAN BERADAB Oleh Eko Heru Prayitno
Untuk kesekian kalinya, Dr. Adian Husaini menggulirkan buku. Dan kali ini bukunya berjudul “PENDIDIKAN ISLAM: MEMBENTUK MANUSIA BERKARAKTER DAN BERADAB” . Buku ini merupakan edisi cetak dan revisi dari edisi E-Book yang telah didownload sekitar 15.000 orang. Edisi cetak ini diterbitkan oleh Komunitas Nuun bekerjasama dengan Pasca Sarjana Pendidikan Islam--Universitas Ibn Khaldun Bogor. Melalui buku ini, Dr. Adian Husaini memberikan perspektif keislaman terhadap Pendidikan Karakter yang dicanangkan pemerintah. Bahwa, pendidikan karakter saja tidak cukup. Bagi seorang Muslim. yang wajib juga dikembangkan adalah Pendidikan adab, untuk membentuk manusia beradab. Disamping itu, diberikan jalan bagaimana membentuk manusia beradab, yaitu dengan membangun tradisi ilmu yang benar. Di buku ini juga ditampilkan sosok-sosok manusia teladan yang berkarakter dan beradab, seperti Imam Hanafi, Imam Syafii, Mohammad Natsir, P. Diponegoro, dan sebagainya. Disamping itu, juga disampaikan kritik-kritik terhadap konsep yang keliru dan tidak sesuai dengan adab dalam kasus penokohan sejumlah pahlawan. Tak lupa juga kritik-kritik terhadap gagasan dan upaya perbaikan Pendidikan Islam yang keliru, seperti Pendidikan Berbasis Multikulturalisme yang oleh konseptornya dimaksudkan untuk menghilangkan keyakinan kaum Muslim akan kebenaran agamanya sendiri. Yang paling mendasar, dalam buku ini dijelaskan landasan pokok dalam Pendidikan Islam, yaitu konsep AD-DINUL ISLAM sebagai Agama Wahyu (revealed religion), bukan agama budaya (cultural religion). Kekeliruan perumusan konsep tentang Islam itu tentu akan berdampak serius terhadap pengembangan konsep Pendidikan Islam itu sendiri. Detail Buku: Judul: PENDIDIKAN ISLAM: MEMBENTUK MANUSIA BERKARAKTER DAN BERADAB PENULIS: DR. ADIAN HUSAINI PENERBIT: KOMUNITAS NUUN DAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR TAHUN: 2011 TEBAL: 231 HAL. DAFTAR ISI: PENDIDIKAN ISLAM: MEMBENTUK MANUSIA BERKARAKTER DAN BERADAB BAB I. ASAS PENDIDIKAN ISLAM 1. AD-DINUL ISLAM: Landasan Pendidikan Islam BAB II. PENDIDIKAN ISLAM MEMBENTUK MANUSIA BERKARAKTER DAN BERADAB 1. Pendidikan Karakter Saja, Tidak Cukup! 2. Pribadi yang Ideal 3. Pribadi mulia dengan Taqwa BAB III. MEMBANGUN TRADISI ILMU 1. Membangun Tradisi Ilmu dalam Islam 2. Tradisi Ilmu: Asas Kebangkitan Peradaban 3. Ulama dan Korupsi Ilmu BAB IV. SOSOK-SOSOK TELADAN 1. Ulama-ulama Teladan 2. Keteladanan Mohammad Natsir 3. Adab terhadap Pahlawan Islam 4. Islamisasi Pendidikan Sejarah BAB V. SEPUTAR LIBERALISASI PEMIKIRAN ISLAM 1. Liberalisasi Pendidikan Islam: Bukan Solusi 2. Solusi untuk Pendidikan Agama Islam
Proses Terbentuknya Kebiasaan Kebiasaan merupakan hal-hal yang kita lakukan secara berulang. Tetapi terkadang kita tidak sadar akan kebiasaan yang telah dilakukan. Ia seperti berjalan sendiri, tapi kita tak sanggup lagi mengeremnya bahkan menilainya. Apakah itu baik untuk kita atau malah berakibat buruk. Apakah kamu mengenal seseorang yang mempunyai kebiasaan terlambat? Biasanya orang yang suda terbiasa datang terlambat, dia akan mencari berbagai macam alasan untuk menjadikan sebuah keterlambatan yang dilakukkannya menjadi masuk akal dan diterima. Tapi ingat, berhatilah-hatilah dengan hal tersebut. Sesuatu hal yang menjadi biasa, akan bertindak sebagai kebiasaan. Bagaimana Caranya Berubah? Berubah atau tidak, tergantung diri kita. Namun, yang harus dipahami – bagaimana kita mengendalikan diri sendiri, bukan orang lain ataupun lingkungan. Jadi, semuanya tergantung dirimu. Kebiasaan itu terletak di pikiran bawah sadar, maka ada beberapa hal yang harus kamu lakukan jika ingin memogram ulang (reinstaling) kebiasaan kamu, yakni sebagai berikut : Emosional Yakni, menghadirkan perasaan bahwa kamu memang benar-benar ingin berubah, bahkan sampai kamu bisa merasakan – betapa bahagianya jika kamu berubah sesuai dengan keinginan kamu. Misalnya, jika kamu ingin berubah menjadi lebih disiplin, rasakan betapa kamu akan menjadi orang yang bahagia jika bisa disiplin. Berulang-ulang Pengulangan bisa membangun sebuah karakter baru. Pengulangan akan masuk dan disimpan oleh pikiran bawah sadar kemudian menjadi program tindakan dan perilaku. Imajinasi Kamu harus mampu mengimajinasikan sebuah mental baru yang ingin ditanamkan dalam diri. Misalnya, bagaimana sih orang disiplin itu? Kalau kamu bisa mengimajinasikan bagaimana orang disiplin itu, maka karakter itu akan terbentuk dalam diri. Sebaliknya, jika kamu tidak mampu mengimajinasikan bahkan tidak punya konsep tentang disiplin, maka karakter itu tidak akan terwujud dalam dirimu. Menimbulkan Wawasan Maksdunya, kamu memiliki cara untuk mewujudkan itu dan kamu bisa merasakan manfaatnya. Berubah itu mudah. Tapi, itu ergantung dengan kamu. Mampu atau tidak untuk berkomitmen, pastinya banyak tantangan yang akan ditemui. Itu sudah hukum alam. Nah, untuk membantu agar kamu mampu menghadapi berbagai tantangan itu, ada baiknya kamu lakukan beberapa hal berikut : Tetaplah Berpikir Positif tentang Diri dan Kondisimu Kamu harus selalu mengemukakan sisi baik kamu, dan terus menerus membayangkan hidup kamu berjalan seperti apa yang kamu inginkan. Jangan pernah berpikir merelakan hidupmu dikuasai orang lain. Kamulah yang memimpin diri kamu sendiri. Tetapkan dan Tuliskan kebiasaan Apa yang akan Kamu Perbarui Tuliskan kebiasaan-kebiasaan buruk yang selama ini menempel pada diri kamu. Setelah itu, coretlah kemudian ganti dengan kebiasaan baik yang ingin kamu ciptakan. Misalnya : Bangun pukul 05.30 menjadi bangun pukul 04.00 Datang terlambat menjadi tepat waktu Mengingkari janji menjadi menepati janji Dan lain-lain Dengarkan kaset yang membangkitkan motivasi dan lahaplah buku tentang kesuksesan Lewatkan waktu bersama orang-orang yang bisa kamu timba ilmunya Yakni, berbicara kepada mereka dan mintalah nasehatnya. Siapa tahu, dengan nasihatnya kamu akan semakin memiliki kekuatan untuk melawan segala godaan yang kamu hadapi. Lakukan aktivitas pribadi yang dapat menguatkan hati Kamu bisa melakukannya sendirian. Bacalah ayat-ayat suci Al Quran, dirikanlah shalat Malam, dan teruslah berdzikir kepada Allah dan mintalah pertolonganNya. Ayo sahabat Cendekia, mulailah mengubah kebiasaan hidup dari sekarang, agar dengan begitu, kamu akan menjadi manusia yang pandai memanfaatkan dan menyukuri nikmat serta potensi yang diberikan oleh Allah Swt. (buku ”Yes!Aku Bisa”/nbt)(nurbaiti/ sumber buku ”Yes! Aku Bisa”)
Tanggapan 15
Media Informasi & Komunikasi Masyarakat Madani
Januari - Februari 2012
Jangan Hanya Rekomendasi Langsung Aksi CENDEKIA --- Isu hijrah moral merupakan ajakan kepada para cendekia dalam ICMI untuk tidak lagi hanya menelorkan rekomendasi melainkan langsung pada aksi sehingga masyarakat merasakan manfaatnya. Makna dan sejarah dari kejadian hijrah semasa Rosulullah pun bukan berarti pasif melainkan aktif, pro aktif dan dinamis serta progresif. Begitu kesimpulan wawancara Cendekia dengan Ketua ICMI Orwil Sumsel, H. Ridwan Mukti dan H. Umar Said menanggapi hasil Silaknas ICMI di Kendari, Nopember 2011. Keduanya meminta kepada jajaran pengurus ICMI Sumsel dari Orwil, Orda hingg Orsat untuk berusaha menjawab kebutuhan masyarakat dalam mengatasi berbagai permasalahan bangsa akibat pengaruh globalisasi. Menurut Ridwan Mukti, kini dan mendatang masyarakat dihadapkan pada permasalahan yang begitu kompleks. Membutuhkan jawabanjawaban kongkrit dalam bentuk aksi dan solusi agar hasilnya juga langsung dirasakan masyarakat. “Sekecil apapun hasil dari aksi dan solusi jauh lebih bermanfaat ketimbang ribuan rekomendasi di atas kertas,” tandasnya seraya menambahkan, “dengan aksi dan solusi maka masyarakat mendapatkan jawaban atas berbagai masalah kehidupan yang dihadapinya dari hari ke hari.” Itu sebabnya, lanjut Ridwan Mukti, semua program kerja dalam bentuk rekomendasi yang dihasilkan dalam Muswil ICMI Orwil Sumsel beberapa waktu lalu tidak lagi hanya dibahas dan diperbincangkan melainkan segera ditindaklanjuti dengan aksi dan solusi nyata. Umar Said juga sependapat den-
Simak- Ridwan Mukti (Kedua Dari Kiri) Dan Umar Said (Paling Kanan) Tengah Menyimak Narasumber Silaknas
gan Ridwan Mukti. “Permasalahan yang kini dihadapi bangsa Indonesia dari detik ke detik menuntut adanya karya nyata dan bukan katakata. Setiap cendekia harus membuktikan kecendikiawannya dengan memberikan kepedulian terhadap masyarakat untuk mampu mengatasi persoalan-persoalan hidupnya,” katanya. Umar mengingatkan setiap cendekia dengan pernyataan pendiri ICMI BJ Habibie. “Berkali-kali BJ Habibie menyatakan bahwa cendekia adalah orang-orang yang perduli atas permasalahan bangsa lalu berusaha mengatasinya bersama-sama masyarakat,”katanya lagi. Selama ini cendekia kerapkali dimaknai sebagai orang-orang yang memiliki gelar akademis dari S1, S2 dan S3 serta seterusnya. Mereka memiliki kepandaian dan ket-
erampilan berbicara secara ilmiah. Namun kepandaian dan keterampilan mereka tidak akan ada artinya apa-apa bilamana ternyata tidak peduli dengan nasib buruk yang tengah dialami masyarakatnya. “BJ Habibie begitu berharap dan mewanti-wanti supaya setiap cendekia di bawah naungan ICMI untuk selalu peduli dengan masyarakatnya dan bangsanya,” tandas Umar yang menjadi salah satu peserta Silaknas mewakili Sumsel. Umar menyontohkan program i Masjid yang dipresentasikan dalam Silaknas. Program ini tidak hanya sekedar rekomendasi. Penggagas i Masjid sudah menerapkan pada sejumlah masjid di Indonesia. Berusaha menjadikan masjid tidak hanya semata-mata tempat shalat tapi juga menjadi pusat dari kegiatan umat
Islam seperti pasar, klinik kesehatan, media, net dan lain-lain. “Kaum muslimin membutuhkan masjid-masjid yang mampu memotivasi masyarakat bukan saja dalam mengatasi persoalan agama melainkan juga ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Betapa kaum muslimin masih banyak yang terpuruk di bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Karenanya gagasan i Masjid sebagai salah satu jawaban buat mengatasi keterpurukan kaum muslimin tersebut melalu karyakarya nyata,” jelasnya. Umar berharap para cendekia mau melibatkan diri dalam kegiatan masjid di lingkungannya masingmasing. Berusaha memasukkan gagasan i Masjid untuk diterapkan sedemikian rupa sehingga semua masjid di Sumsel menjadi hidup dan menghidupkan. (humaidi)
Pergeseran Moral Global CENDEKIA --- Hijrah moral menjadi isu dalam Silaknas ICMI bulan Desember 2011 tidak hanya menjadi fenomena di Indonesia saja tapi juga dunia. Secara global telah terjadi pergeseran moral seluruh bangsa baik di timur maupun di barat, utara maupun selatan. Demikian tanggapan Wakil Sekretaris ICMI Bidang Budaya, Etika dan Agama, Apriantoni M Pdl berkenaan dengan isu hijrah moral tersebut. “Saya menyambut baik isu hijrah moral. Bahkan saya berpendapat pergeseran moral tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga di dunia,” katanya kepada Cendekia, Minggu lalu. Dikatakan lebih lanjut, pergeseran tidak hanya menyangkut moral meliankan juga komunikasi, ekonomi, sosial, budaya, dan agama. Pergeseran ini di Indonesia merupakan problem yang sangat mendasar dan global yang terbukti mempengaruhi seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara dari Sabang sampai Merauke. Afrianroni, M.Pd
“ICMI melakukan pengkajian mendalam terkait masyarakat Indonesia yang semakin hedonistis,” lanjutnya lagi. “Hasilnya, ICMI berusaha membangun dan mendorong pembentukan karakter bangsa agar tidak semakin terpuruk. Menguatkan kembali karakter bangsa untuk menghadapi pergeseran moral tersebut.” Dijelaskannya, ICMI Sumsel sebagaimana tercermin pada program kerja juga mengusahakan pembentukan karakter bangsa melalui kegiatan seperti seminar al-qur’an berbasis teknologi, pendidikan karakter berbasis akhlak mulia, pendidikan dai-dai muda, menjadikan masjid menjadi pusat kegiatan, pemeliharaan anak yatim dan menghidupkan seni budaya islam. ICMI Sumsel tidak sendirian melainkan menggandeng dan bekerja sama dengan pemerintah propinsi, kabupaten dan kota. Termasuk juga melakukan sinergi dengan BKPRMI, MUI, dan lembaga maupun ormas keagamaan lainnya. (dede)
16 Graha Cendekia
Media Informasi & Komunikasi Masyarakat Madani
Januari - Februari 2012
Komsek Murah Senyum
CENDEKIA --- Siapapun masuk ke Sekretariat ICMI Orwil Sumsel atau kini disebut Graha Cendekia di Jalan Kapten Anwar Sastro No. 1061 Kota Palembang pasti ketemu Komandan Sekretariat (Komsek) murah senyum. Mungkin dianggapnya senyum adalah ibadah. Siapa lagi kalau bukan Ahmad Bakri yang dipercaya sebagai Kepala Sekretariat ICMI Orwil Sumsel. Bakri, begitu panggilan sehari-hari memang berniat memberikan pelayanan terbaik kepada para pengurus dan anggota ICMI tanpa membeda-bedakan status sosialnya. “Saya berusaha memudahkan dan memperlancar tugas dan pekerjaan dari setiap program kerja bidang. Kiranya segala rencana kerja dapat terealisir dengan sebaik-baiknya dan memberikan manfaat Dwi Tunggal - Kepala dan Wakil Sekretariat ICMI Orwil sebesar-besarnya bukan saja bagi ICMI Sumsel, Jordan dan Ahmad Bakri Merupakan Dwi Tunggal tapi juga masyarakat,’ katanya. Bakri tidak sendirian. Di bawahnya terPenjaga Graha Cendekia
dapat sejumlah cendekia yang juga berusaha memberikan pelayanan terbaik. Masing-masing Yordan Hasan sebagai wakil kepala secretariat, Kamil Habibi (koordinator orda wilayah I), M Nopriansyah (koordinator orda wilayah II) dan dibantu tiga staf secretariat Gumanti, Dewi Yunita dan Fika Srimaryuni. Dua terakhir wanita masih lajang ini terbilang paling sibuk melayani akomodasi dan konsumsi para tamu baik dari internal maupun eksternal ICMI. Di tengah-tengah kesibukannya keduanya tetap tersenyum barangkali mengikuti kebiasaan Komseknya yang murah senyum. Namun semurah-murah senyum Komsek, tetap saja punya temperamental sebagaimana layaknya orang-orang Sumatera. Terutama kalau ada seseorang yang berperilaku tidak sejalan dengan prinsip-prinsip ICMI dengan 5K-nya. Kalau ini terjadi di depannya, maka jangan harap ada senyum murah tersungging di wajahnya.(humaidi)
ICMI Sumsel Kritisi Seleksi KPU/Bawaslu CENDEKIA --- Tim Diskusi Bulanan ICMI Sumsel mengkritisi Timsel anggota KPU/ Bawaslu yang dianggap tidak fair dalam mengambil keputusan. Sebab telah menggugurkan sejumlah calon anggota dalam seleksi administrasi padahal mereka memenuhi persyaratan administrasi tersebut. Sebaliknya Timsel meloloskan calon anggota yang kebanyakan berpengalaman sebagai anggota KPU/ Bawaslu masa lalu padahal pengalaman ini tidak termasuk persyaratan sebagaimana yang ditentukan Undang-undang. Umar Husen yang memoderatori diskusi bertopik “Kajian Kritis Seleksi Anggota KPU/ Bawaslu” di Graha ICMI Sumsel, Januari 2012, menghadirkan Laurel Heydir, salah seorang calon anggota KPU yang gugur dalam seleksi administrasi. Juga narasumber Maramis SH., HHum., dan Doktor Zen Zanibar SH., MHum serta Amrulah SH., MHum., lagi dihadiri para pengurus ICMI Orwil Sumsel dan sejumlah undangan lainnya. Laurel Heydir mengungkapkan sejumlah fakta hukum keberadaan dirinya yang pernah mencalonkan diri sebagai anggota KPU periode 2009 sebelumnya. Dalam seleksi administrasi, dirinya bisa lolos. Berarti semua berkas yang diminta Timsel KPU terpenuhi. Tidak ada kekurangan berkas sedikitpun. Meskipun persyaratan administrasi anggota KPU periode sekarang 2012-2017 tidak mengalami perubahan apapun, namun ternyata dirinya dinyatakan gugur dalam seleksi administrasi. Timsel juga tidak memberikan alasan mengenai kegugurannya tersebut. “Menjelang tengah malam sebe-
LULUS- Seorang anggota Timsel KPU-BAWASLU memperlihatkan Draft calon anggota yang lulus adminstrasi
lum pengumuman calon anggota KPU yang lolos dari seleksi administrasi, saya telah mendapat ucapan selamat dari sejumlah rekan yang mengetahui namanya termasuk calon yang lulus,” ujar Laurel. “Ketika esoknya keluar pengumuman di media massa ternyata nama saya tidak termasuk yang lolos seleksi administrasi.” Laurel menduga di balik Timsel KPU/ Bawaslu masih ada kekuatan lain yang mampu mempengaruhi siapa-siapa yang diloloskan dan siapa-siapa yang digugurkan. Bisa jadi ada pihak yang tidak menginginkan dirinya masuk jajaran KP. Dalam kenyataannya bukan hanya Laurel tapi masih ada sejumlah tokoh masyarakat lainnya yang juga
gagal seperti Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadyah, Saleh Daulay, Direktur Pementauan Lima. Sebagian mereka berencana mengajukan gugatan ke pengadilan dalam upaya mendapatkan keadilan dan kebenaran. Kekuatan lain di balik Timsel KPU/ Bawaslu diakui Zen Zanibar. “Setiap seleksi keanggotaan pada lembaga-lembaga negara tidak pernah lepas dari pengaruh perkawanan, kekuasaan dan juga uang,” katanya. Jadi tidak mengherankan jika sejumlah calon anggota KPU yang sebenarnya memenuhi persyaratan bisa gugur di tengah jalan. Pengalaman Maramis menjadi Ketua KPU Sumsel juga menunjukkan kejadian serupa. Pihak penguasa
punya peluang besar mempengaruhi keputusan pimpinan KPU. Kalau saja pimpinan KPU tidak punya keberanian dan bersikap mandiri niscaya semua keputusan KPU merupakan cermin dari kepentingan dan keuntungan penguasa. Berbagai tanggapan lainnya bermunculan dari para peserta diskusi. Sebagian besar peserta mengiyakan mendukung gugatan dari calon anggota yang gugur. Sebagian lainnya beranggapan proses seleksi apapun di negeri ini tidak akan pernah fair. Jadi siapapun yang tidak lolos jangan lantas putus asa. Bisa jadi ketidaklolosannya merupakan kejadian yang baik bagi dirinya di masa mendatang. (humaidi)
Konflik 17
Media Informasi & Komunikasi Masyarakat Madani
Januari - Februari 2012
Pelajaran Dari Kasus Syi’ah di Sampang
Oleh Adian Husaini / Pengurus ICMI Orpus KASUS pembakaran rumah dan pengusiran warga Syiah di Sampang, Madura, yang terjadi pada 29 Desember 2011, membelakkan mata banyak orang. Peristiwa itu begitu mengejutkan, karena selama ini di berbagai media massa diceritakan, bahwa ulama dan warga Sampang yang mayoritasnya NU adalah orang-orang Muslim moderat, tidak radikal, anti-kekerasan, dan sebagainya. Gambaran itu tidak keliru. Sebab, memang warga NU atau kaum Muslim yang mayoritasnya adalah pengikut Ahlu Sunnah wal-Jamaah, memang cinta perdamaian. Ahlu Sunnah wal-Jamaah adalah ajaran yang tidak berlebihan dalam agama (ghuluw). Tetapi, mengapa kaum Ahlu Sunnah itu sampai bertindak keras dan tegas terhadap Syiah? Saya mendengar peristiwa Sampang itu dari berita di radio. Ketika itu pejabat setempat mengatakan, bahwa konflik yang muncul itu murni urusan keluarga. Konflik antara kakak dan adik. Namun, pernyataan pejabat itu segera dimentahkan oleh berbagai fakta yang terungkap kemudian. Bahwa, kasus Sampang adalah akumulasi dari kejengkelan ulama dan umat Islam di sana terhadap penyebaran paham Syiah di Sampang dan Madura pada umumnya. Kasus Syiah di Sampang, Madura ternyata memiliki akar masalah yang panjang. Kasus ini sudah berlarut-larut selama bertahun-tahun. Pada 20 Februari 2006, lebih dari 50 orang ulama Madura telah mengeluarkan pernyataan bahwa aliran Syiah yang disebarkan oleh Tajul Muluk Ma’mun di Madura – yang rumah dan mushallanya dibakar massa tahun 2012 ini -- tergolong Syi’ah Ghulah (Rafidlah). Salah satu ajaran yang membuat hati kaum Muslim Sunni di Madura tersakiti adalah ajaran yang melecehkan para sahabat NabiMuhammad yang mulia. Dalam pernyataannya, para ulama Madura itu mengutip isi salah satu Kitab Syiah, Haqqul Yaqin hal:519 karangan Moh. Baqir Al-Majlisi, yang menyebutkan: Artinya: “Kepercayaan kami mengenai tabarru’ ialah bahwa kami berlepas diri empat berhala (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Mu’awiyah) serta empat orang wanita (Aisyah, Hafshah, Hindun dan Ummu Hakam) serta semua pengikut mereka dan golongan mereka. Mereka adalah makhluq Allah yg paling jahat di muka bumi. Sesung-
guhnya tidaklah sempurna keimanan kepada Allah, Rasul-Nya dan para imam kecuali jika seseorang telah melepaskan diri dari musuh-musuh mereka”. Para ulama Madura itu mengimbau, agar umat Islam secara umum, dan masyarakat Madura secara khusus, menghindarkan diri dari kelompok Syiah ini dan selalu berwaspada dari tipu muslihat mereka. “Bahwa kami menghimbau kepada Pemerintah agar melarang aliran tersebut serta menghapus hingga akar-akarnya,” begitu imbauan para ulama Madura. Adanya pernyataan ulama-ulama Madura itu membuktikan, bahwa kasus Syiah di Sampang, sudah bertahuntahun menjadi duri dalam daging di Madura. Kasus ini tidak segera diselesaikan, sehingga “bara dalam sekam” itu akhirnya meledak, dan mengagetkan banyak orang. Muncullah opini seolah-olah kelompok Syiah di Indonesia tidak mendapatkan hak kebebasan beragama dari kaum Muslim Indonesia; seolah-olah mereka terzalimi. Masalah Sampang ini tentu memerlukan kajian dan penelitian yang serius. Akan tetapi, yang jelas adalah bahwasanya, di Indonesia, kelompok Syiah terbukti sangat agresif dalam menyerang ajaran-ajaran Islam yang dianut oleh mayoritas Muslim di Indonesia. Ini sulit dipisahkan dari sejarah kelahiran kelompok Syiah itu sendiri, yang menganggap hak kekhalifahan Ali r.a. dirampas oleh Abu Bakar ashShiddiq, Umar bin Khathab, dan Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhum. Tidak heran, jika ketiga sahabat utama Rasulillah saw itu sering menjadi bulan-bulanan caci maki kaum Syiah. Begitu pula ummul mukminin, Aisyah r.a. yang sangat dicintai kaum Muslimin tak lepas dari berbagai fitnah dan cemoohan kaum Syiah. Padahal, Aisyah adalah istri Nabi yang mulia. Nabi Muhammad saw wafat di pangkuan Aisyah dan dikuburkan di rumah Aisyah pula. Aisyah r.a. adalah ulama wanita yang meriwayatkan 2210 ha-
dits. Dari jumlah itu, 286 hadits tercantum dalam shahih Bukhari dan Muslim. Ada sekitar 150 ulama Tabi’in yang menimba ilmu dari Aisyah. (Lihat, KH Ubaidillah Saiful Akhyar Lc, Aisyah, The Inspiring Woman, (Yogyakarta: Madania, 2010). Jadi, keutamaan Aisyah r.a. sudah begitu masyhur dan disampaikan sendiri oleh Nabi Muhammad saw. Sangat wajar, jika kaum Muslim akan terluka hatinya jika wanita yang sangat mulia dan agung ini dicaci-maki. Di Indonesia, berbagai penerbitan kaum Syiah juga sulit menyembunyikan caci-maki terhadap para sahabat dan istri Nabi yang mulia tersebut. Padahal, dalam buku-buku tersebut, kadangkala disebutkan, bahwa penulis buku Syiah itu mengaku ingin membangun persaudaraan dengan kaum Muslim Sunni. Sebut satu contoh, buku berjudul The Shia, Mazhab Syiah, Asal-usul dan Perkembangannya karya Hashim al-Musawi (Jakarta: Lentera, 2008). Secara halus, buku ini juga mendiskreditkan Abu Bakar dan Umar r.a. Misalnya, dalam hal pencatatan sabda Nabi Muhammad saw. “Sumber-sumber historis mengindikasikan beragam pendapat berbeda mengenai penulisan kata-kata Nabi. Para Imam Ahlulbait Nabi yakin perlunya menulis atau mencatat kata-kata Nabi dan menjaganya dari hilang atau didistorsi. Imam Ali beserta putranya, al-Hasan, memerintahkan pencatatan sabda Nabi dan pendokumentasian
sumber-sumbernya. Menurut ad-Dailami, Imam Ali berkata: “Bila kamu mencatat sebuah sabda, sebutkan juga sumbernya.” (Catatan kaki: Hasan ashShadr, asy-Syiah wa Finun al-Islam). Imam Ali sendiri mencatat sabda-sabda Nabi dalam sebuah surat gulungan, dan surat gulungan ini diwarisi oleh para imam keturunan Imam Ali. Sementara itu, Khalifah Abu Bakar dan Khalifah Umar melarang pencatatan sabda Nabi, dan para penguasa Umayah juga memberlakukan larangan ini sampai Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah dan mengirim pesan berikut ini kepada warga Madinah: Carilah sabda-sabda Nabi, dan kemudian catatlah, karena aku khawatir sabda-sabda beliau akan hilang secara perlahan, dan orang-orang yang ingat sabda-sabda beliau akan meninggalkan dunia ini. Ibn Syuaib az-Zuhri adalah orang pertama yang mencatat sabda-sabda Nabi, dan setelah itu bermunculan banyak koleksi sabda Nabi.” (Catatan kaki: Ahmad bin Ali Ibn Hajar al-Asqalani, Fath alBari be Syarh Shahih al-Bukhari, Beirut: Dar al-Ihya at-Turats al-Arabi, ed. Ke-4, 1408 (1988)). Beginilah cara Syiah dalam menista Abu Bakar dan Umar r.a. Seolah-olah dalam masalah hadits, Abu Bakar dan Umar adalah orang-orang yang berkhianat pada Rasulullah saw. Na’udzu billahi min dzalika. Cara kelompok Syiah dalam mengkritik kaum Sunni dalam soal ilmu haBersambung ke halaman berikutnya
18 Konflik
Media Informasi & Komunikasi Masyarakat Madani
Januari - Februari 2012
Pelajaran dari Kasus....................................................................................
dits semacam itu tentu saja tidak fair dan tidak sesuai dengan keilmuan. Bahkan, beberapa hal merupakan fitnah. Sebab, faktanya tidaklah seperti itu. Kitab Shahih Bukhari adalah kumpulan hadits shahih yang tertinggi nilainya. Ulama-ulama hadits mengakui hal itu. Kitab itu disusun Imam Bukhari selama 16 tahun dan telah disyarah oleh 82 ulama. Karena ketelitian yang sangat ketat, para ulama menempatkan Kitab Shahih Bukhari dalam peringkat pertama dalam peringkat keshahihan hadits. (Lihat, Suyitno, Studi Ilmuilmu Hadits, (Palembang: IAIN Raden Patah Press, 2006), hal. 242-243). Masalah pencatatan hadits Nabi Muhammad saw di kalangan sahabat Nabi juga sudah dibahas dengan sangat mendalam oleh Dr. M. Musthafa al-A’zhami dalam bukunya, “Studies in Early Hadits Literature” (Kuala Lumpur: Islamic Book Trust, 2000). Dalam buku yang merupakan disertasi doktornya di Cambridge University ini, al-A’zhami menunjukkan data adanya 50 sahabat Nabi yang melakukan pencatatan hadits. Termasuk Abu Bakar dan Umar bin Khathab r.a. Berita tentang Abu Bakar yang membakar kumpulan haditsnya diragukan keabsahannya oleh adh-Dhahabi. Bukti lain yang meragukan riwayat pembakaran hadits tersebut adalah bahwasanya, Abu Bakar sendiri mengirim surat kepada ‘Amr bin al-Ash, yang memuat sejumlah ucapan Rasulullah saw. Surat senada yang mengandung hadits Nabi juga dikirim Abu Bakar kepada Gubernur Anas bin Malik di Bahrain. Riwayat tentang kasus pembakaran hadits oleh Umar bin Khathab juga diragukan kebenarannya. Al-A’zhami menelusuri tiga jalur riwayat berita tersebut, dan dia menemukan, semuanya mursal. Artinya, rangkaian cerita itu terputus, tidak sampai pada Umar bin Khathab. Juga, faktanya, Umar bin Khathab mengirimkan Ibn Mas’ud dan Abu Darda’ sebagai guru ke Kufah, padahal keduanya dilaporkan memiliki catatan hadits sebanyak 848 dan 280 buah. Umar sendiri juga terbiasa mengutip hadits-hadits Nabi dalam suratsurat resminya sebagai kepala negara. (hal. 34-60). Jadi, tuduhan kelompok Syiah akan kejahatan Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khathab r.a. yang – katanya – menghalang-halangi pencatatan hadits Nabi perlu dijernihkan.Tuduhan semacam itu sangatlah tidak bersahabat dan keterlaluan. Tahun 2009, sebuah kelompok penyebar Syiah bernama IJABI (Ika-
tan Jamaah Ahlulbait Indonesia) juga menerbitkan sebuah buku berjudul “40 Masalah Syiah”. Buku ini diedit oleh Jalaluddin Rakhmat, seorang pegiat paham Syiah yang terkenal. Buku ini, katanya, ditulis dengan tujuan untuk: “tumbuhnya saling pengertian di antara mazhab-mazhab dalam Islam.” Itu tujuan yang tertulis dalam sampul belakangnya. Tetapi, jika disimak isi bukunya, buku ini justru mengejek dan melecehkan kaum Muslim Indonesia yang Sunni. Betapa tidak! Lagi-lagi, buku semacam ini juga tak bisa lepas dari caci maki terhadap Abu Bakar, Umar, dan Utsman bin Affan. Padahal kaum Muslim sangat menghormati Ali r.a. dan Ahlulbait. Fakta sejarahnya, Ali bin Abi Thalib pun tidak mencerca Abu Bakar, Umar, Utsman, juga Aisyah r.a. Dalam bab berjudul “Syiah Melaknat Sahabat” disebutkan, bahwa Syiah tidak melaknat siapa pun kecuali yang dilaknat Allah dan RasulNya. Salah satu cara menggambarkan buruknya perilaku Utsman bin Affan adalah penghormatannya kepada alHakam bin abi al-ash. Padahal, orang ini sudah dilaknat Rasulullah saw. “Ketika Utsman menjadi khalifah, ia menyambutnya dengan segala kemuliaan dan kehormatan. Utsman memberinya hadiah 1000 dirham dan mengangkat anaknya sebagai orang kepercayaannya.” (hal. 89). “…dan menurut al-Quran Allah melaknat orang yang menyakiti Rasulullah saw,maka Syiah melaknat orangorang yang menyakiti Fathimah a.s.” (hal. 90). Lalu, diceritakan, bahwa Fathimah pernah kecewa kepada Abu Bakar r.a. dan tidak berbicara dengannya sampai akhir hayatnya. Ketika ia wafat, suaminya memakamkannya di malam hari dan tidak mengizinkan Abu Bakar untuk menshalatkannya. (hal. 195). Buku ini pun memaparkan bid’ahbid’ah yang dibuat oleh Abu Bakar r.a. seperti: Menghapus hak “muallafatu qulubuhum” dan melarang penulisan hadits dan membakarnya. Sedangkan bid’ah-bid’ah yang dibuat oleh Umar bin Khathab antara lain: Menentang Rasulullah saw untuk menuliskan wasiatnya dan melarang nikah mut’ah. (hal. 235). Sebagaimana dalam kasus pencatatan hadits, tuduhan-tuduhan kelompok Syiah terhadap Utsman bin Affan juga sangat berlebihan. Kadangkala fakta ditafsirkan lain, sehingga seolah-olah, Abu Bakar, Umar, dan Utsman r.a. telah melakukan persekongkolan jahat melawan Nabi. Ibnul Arabi, dalam Kitabnya, al-Awashim wal-Qawashim, menjelaskan, kasus al-Hakam terkait
dengan kesaksian Utsman r,a., bahwa Rasulullah saw telah memberikan izin kepada al-Hakam untuk kembali ke Madinah. Tetapi, Abu Bakar dan Umar tidak menerima saksi lain selain dari Utsman bin Affan, sehingga permintaan Utsman ditolak. Tetapi tidak diberitakan, saat menjadi Khalifah, Utsman menyambutnya dengan segala kemuliaan. Mengutip Ibn Taymiyah dalam Minhaj al-Sunnah, Dr. Muhammad al-Ghabban menjelaskan melalui bukunya, Kitab Fitnah Maqtal Utsman, bahwa semua riwayat tentang pengusiran Hakam adalah mursal, jadi sanadnya lemah. Fitnah kaum Syiah di Indonesia juga pernah dilakukan melalui penerbitan buku Dialog Sunnah – Syiah karya Syarafuddin al Musawi, (Bandung: Mizan (cet.1, 1983). Buku ini diklaim penulisnya sebagai kumpulan surat menyurat antara penulis dengan Syaikh Salim al-Bisyri al-Maliki, yang saat itu menjabat Rektor al Azhar, Mesir. Di dalamnya banyak berisi dialog yang menjelaskan antara lain: Kewajiban berpegang pada madzhab Ahlul Bait, adanya wasiat Nabi saw untuk Ali bin Abi Thalib r.a. sebagai penggantinya, para sahabat tidak ma’shum (infallible) dari dosa dan kesalahan yang berimplikasi ketidakpercayaan periwayatan dari mereka, dan bahasan lain yang mendukung pemahaman Syiah. Pokok-pokok bahasan di dalam buku tersebut telah dijelaskan kekeliruannya oleh Prof. Dr. Ali Ahmad asSalus dalam karyanya Ensiklopedi Sunnah Syiah, Studi Perbandingan Aqidah dan Tafsir, yang diterbitkan Pustaka Al Kautsar (Jakarta, 1997). Buku ini diberi kata pengantar oleh Dr. Hidayat Nurwahid, yang juga dikenal sebagai pakar tentang Syiah lulusan Universitas Islam Madinah. Dalam pengantarnya, Hidayat Nurwahid memuji keseriusan Prof. asSalus yang berhasil menunjukkan, bahwa buku karya al-Musawi, yang aslinya berjudul al-Muraja’at, hanyalah karangan Abdul Husein al-Musawi. Alias, dialognya adalah fiktif belaka. Begitulah, mungkin, karena kebencian yang luar biasa terhadap Abu Bakar, Umar, dan Utsman, maka kelompok Syiah – termasuk di Indonesia – tidak dapat menyembunyikan syahwat mereka untuk mencerca para sahabat Nabi yang mulia tersebut. Itulah fakta ajaran Syiah yang disebarkan di Indonesia melalui berbagai penerbitan mereka. Jika manusiamanusia yang begitu mulia dan dihormati oleh kaum Muslim – seperti Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khathab, Utsman bin Affan, dan Aisyah r.a. -- dicerca dan diperhinakan oleh kaum Syiah, apakah umat Islam bisa terima? Ulama dan tokoh sufi terkemuka, Syeikh Abdul Qadir al-Jilani, dalam kitabnya, al-Ghunyah Lithaalibi Thariqil Haq, menguraikan kesesatan ajaran Syiah dan memberikan penjelasan terhadap keabsahan kepemimpinan Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khathab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Mereka semua adalah pemimpin yang mulia yang dikaruniai petunjuk Allah SWT (alkhulafa al-rasyidun). Terhadap konflik yang pernah terjadi di masa sahabat-sahabat Nabi itu, Syeikh Abdul Qadir al-Jilani mengimbau: “…Sehingga masing-masing
merasa memiliki pena’wilan yang benar menurut versi mereka. Jadi lebih baik kita mencegah diri untuk tidak mengusik-usik hal tersebut dan menyerahkannya kepada Allah sebagai hakim yang paling bijak dan wasit yang paling baik, sembari menyibukkan diri dengan aib kekurangan kita sendiri dan menyucikan hati kita dari dosa-dosa induk serta membersihkan zahir penampilan kita dari hal-hal yang membahayakan.” (Lihat, Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Buku Pintar Akidah Ahlusunnah Waljamaah, (Terj.), (Jakarta: Zaman, 2011). . Kaum Muslim sangat mencintai Nabi dan para sahabat yang mulia. Tidak seyogyanya, ada orang yang menyimpan dendam abadi kepada manusia-manusia terbaik yang dididik oleh Rasulullah sendiri. Bahkan, Abu Bakar, Umar bin Khathab adalah mertua Rasulullah saw. Sementara Utsman bin Affan adalah menantu Rasulullah saw. Kaum Muslim yang masih memiliki kesadaran keimanan, tentu tidak ridho jika para sahabat Nabi yang mulia itu difitnah dan dicaci-maki. Pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari sudah banyak mengupas masalah Syiah, seperti disebutkan dalam “Muqaddimah Qanun Asasi li Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’, “Risalah Ahlu al-Sunnah wal Jama’ah,alNur al-Mubin fi Mahabbati Sayyid al-Mursalin” dan “al-Tibyan fi Nahyi ‘an Muqatha’ah al-Arham wa alAqrab wa al-Akhwan”. Di ketiga kitab itu, Kyai Hasyim sangat gamblang memberikan kritikkritik terhadap ajaran Syi’ah. Menurutnya, baik Syi’ah Imamiyah maupun Zaidiyyah adalah mazhab yang tidak benar. Dalam kitab Muqaddimah Qanun Asasi, hal.7, Kyai Hasyim mengkritik golongan yang mencaci -- bahkan mengkafirkan -- sahabat Nabi saw. Menurutnya, orang atau kelompok yang mengecam para sahabat termasuk ahli bid’ah dan sesat. Berbagai bukti, dari dulu hingga kini, Syiah memang tidak henti-hentinya memberikan cacian terhadap sahabat-sahabat Nabi utama seperti Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khatab dam Usman bin Affan radhiyallahu ‘anhum. Padahal, Nabi saw bersabda: ”Janganlah kau menyakiti aku dengan cara menyakiti ‘Aisyah”. “Janganlah kamu caci maki sahabatku. Siapa yang mencaci sahabatku, maka dia akan mendapat laknat Allah SAW, para malaikat dan sekalian manusia. Allah tidak akan menerima semua amalnya, baik yang wajib maupun yang sunnah.” Juga hadits Nabi saw: “Apabila telah nampak fitnah dan bid’ah pencacian terhadap sahabatku, maka bagi orang alim harus menampakkan ilmunya. Apabila orang alim tersebut tidak melakukan hal tersebut (menggunakan ilmu untuk meluruskan golongan yang mencaci sahabat) maka baginya laknat Allah, para malaikat dan laknat seluruh manusia.” (Lebih jauh, pendapat KH Hasyim Asy’ari tentang Syiah, lihat artikel Bahrul Ulum di Jurnal Islamia Republika, 19 September 2012). Jadi, sungguh, sangat disesalkan, kelopok Syiah di Indonesia, tidak mampu mengubur dendam sejarah yang sudah terelihara ratusan tahun itu?.*
ICMI News 19
Media Informasi & Komunikasi Masyarakat Madani
Januari - Februari 2012
ICMI Sumatera Utara
CENDEKIA --- Dalam rangka memperingati Hari Ibu dan Tahun Baru Hijriah 1433 H, ICMI Sumatera Utara bekerjasama dengan Yayasan Prestasi Lansia menggelar acara Musabaqah Tahtim Khusus Lansia di Aula Dinas Pendidikan Sumut Desember lalu. Acara yang tersebut merupakan yang pertama di Indonesia diisi dengan berbagai lomba yang diperuntukkan bagi kaum lansia usia 60 tahun keatas dan diikuti oleh lebih kurang 130 peserta. Ketua ICMI Medan Indra Sakti Harahap, ST. MS. berharap di masa yang akan datang pemerintah lebih memerhatikan kaum lansia Karenanya ia menambahkan keinginan Yayasan Prestasi Lansia membuat taman pusat rekreasi dan olahraga bagi lansia di Kota Medan dapat direalisasikan tahun 2012 ini. Ketua pun menginginkan acara serupa dapat digelar setiap tahunnya dengan mengikutsertakan lebih banyak lansia.
ICMI Jawa Tengah
CENDEKIA ---- Nonton bareng film “Tears of Gaza” yang diselenggarakan ICMI Jawa Tengah bekerjasama dengan Sahabat Aqsa digelar di Massid Unissula pertengahan Januari lalu. Menurut Pendiri Sahabat Aqsha, Dzikrullah Film ini termasuk film dokumenter terbaik yang pernah dibuat yang menceritakan pengalaman pahit warga Gaza ketika diblokade pasukan Israel. Ia sendiri merupakan salah satu jurnalis asal Indonesia yang ikut terlibat dalam Insiden Kapal Mavi Marmara. Film yang berdurasi lebih kurang satu jam tersebut menceritakan Warga Gaza yang harus hidup berpindah-pindah tempat karena tempat mereka semula dikepung tapi masih dalam satu wilayah Gaza. Acara tersebut diakhiri dengan penyerahan dana kemanusiaan bagi rakyat Gaza.
ICMI Kalimantan Barat
ICMI Semarang
CENDEKIA --- Hasil Silaknas ICMI 2011 lalu yang mengedepankan tentang hijrah moral untuk kebangkitan Indonesia ditindaklanjuti ICMI Semarang ke dalam agenda Rapat Kerja Daerah (2012) yang berlangsung di Hotel Kencana Bendungan Ambarawa. Rakerda itu tak hanya bertujuan untuk membahas konsolidasi organisasi tetapi juga menyusun program kerja ICMI jangka pendek. Forum Rakerda yang dihadiri oleh seluruh pengurus pleno tersebut mementingkan sosialisasi hasil Silaknas di Kendari bulan lalu.
ICMI Jawa Barat
CENDEKIA --- Hatta Rajasa melantik kepengurusan ICMI Orwil Jabar periode 2011-2016 dipimpin Muhammad Najib sekaligus mengisi seminar bertema Akselerasi Transformasi Moral dalam Pembangunan Manusia Menuju Jabar Madani. Kepenguruan baru ini berkomitmen untuk terus mewadahi dan memayungi potensi umat Islam yang beragam. Dalam acara yang berlangsung di Gedung Merdeka (21/1/12) itu, Hatta Radjasa dalam sambutannya mengemukakan tentang Membangun Peradaban Indonesia yang Unggul di Abad 21 melalui beberapa pandangan, yaitu: Semua yang membangun Indonesia harus tak terusik eksistensinya, Memiliki tujuan dan cita-cita yang sama, Membentuk eksistensi yang terkait dengan Nasionalisme dan Multikulturalisme, Indonesia mengalami mega perubahan di tiga wilayah sekaligus sehingga harus memiliki sistem pasar yang adil dan terbuka.
ICMI Gorontalo
CENDEKIA --- Presedium ICMI Orpus, Ilham Akbar Habibie menegaskan bahwa ICMI harus memberikan solusi konkret yang langsung menyentuh kepentingan masyarakat, dengan demikian perannya dapat benar-benar dirasakan oleh masyarakat. Hal ini dikatakannya dalam pidato pelantikan Ketua ICMI Gorontalo Periode 2012-2017 diketuai oleh Prof Dr Winarni Dien Monoarfa. Ke depan, ICMI Gorontalo akan lebih mengoptimalkan peran Masjid sebagai jantung kehidupan masyarakat Gorontalo melalui program pengembangan ekonomi, kesehatan, maupun pendidikan. Pada kesempatan itu Wakil Gubernur Provinsi Gorontalo Idris Rahim mengharapkan momentum pelantikan Ketua ICMI Gorontalo dapat mewujudkan kesamaan ide dan tindakan antara cendekiawan dan pemerintah daerah sehingga mampu menyelesaikan berbagai problem yang ada di masyarakat.
Telaah Literatur ICMI Orsat Cairo CENDEKIA --- Anggota dan simpatisan ICMI di Cairo, Mesir, punya gawe bagus. Mereka berpendapat karya-karya para ulama terdahulu merupakan karya monumental yang jadi rujukan bagi orang yang datang setelahnya. Mereka telah mampu berinovasi melahirkan teori dan gagasan dalam bidang ilmu masing-masing. Maka sebagai generasi pendatang sangat baik jika kita ikut menguasai ilmu-ilmu yang telah dituliskan. Karena dengan penguasaan literatur yang mendalam secara tidak langsung juga menguasai tantangan zaman ini. Untuk membiasakan mengkaji langsung setiap cabang keilmuan dengan merujuk terhadap buku aslinya masing-masing, ICMI Orsat Cairo melalui departemen keilmuan mampu melahirkan sebuah konsep telaah literatur yang bisa dianggap mampu merangsang semangat mahasiswa untuk menelaah buku-buku klasik. Sejak digulirkannya konsep ini, secara teratur ICMI Orsat Cairo mengadakan Workshop Telaah Literatur (WTL). Menariknya konsep ini menggabungkan setiap cabang ilmu pengetahuan, tidak hanya mengangkat materi jurusan tertentu, sehingga setiap mahasiswa di jurusan apapun akan merasa terpanggil untuk melihat apa saja yang ia sukai dari materi yang disajikan. Peserta WTL berbagi pengalaman sesuai dengan apa yang dialami di Forum Telaah Literatur (FTL). Terasa betapa nikmatnya membaca, menelaah langsung terhadap buku-buku klasik dalam beberapa materi ilmu di forum ini. Peserta tidak lagi mendengar kata-kata para ulama lewat kutipan para penulis dan penceramah, namun melihat langsung apa yang mereka katakan. Peserta membaca langsung apa yang mereka asumsikan. Peserta tidak lagi ragu dengan asumsi orang lain tentang pendapat seorang ulama dalam sebuah masalah, karena mereka telah melihat dan membaca secara langsung dari awal sampai akhir tulisannya. Peserta yang bergabung di forum ini, sudah merasakan sedikit banyak luasnya dunia keilmuan para ulama dengan tulisan-tulisannya yang monumental dalam pelbagai keilmuan. Pertama kali sejak terbentuk forum ini pasca dilaksanakannya WTL tahun 2006, peserta kemudian memutuskan beberapa materi kajian yang dijadikan prioritas kajian mingguan. Pertama kali, diangkat turots Úlûmul Qur’an dengan memilih al-Itqân karya Imam Suyuthi, sebagai buku wajib yang harus dibaca oleh setiap anggota kajian. Di samping buku wajib al-Itqân, kita menambahkan buku-buku lain sebagai bahan komparasi dalam setiap tema kajian. Dari buku turats, kita ambil al-Burhân sebagai buku perbandingan, kemudian dari buku modern kita gunakan Manâhilul ‘Irfân karya az-Zarqani, Mabâhits fî ‘Ulumil Qurân karya Syaikh Manna’ul Qatthan dan buku-buku lain yang relevan dalam kajian ilmu al-Quran. Sejak itu WTL terus digulirkan dari tahun ke tahun. Peserta menaruh harapan besar untuk bisa memaksimalkan dan mengoptimalakan kemampuan dan kesempatan menelaan literature. (Cairo)
CENDEKIA --- Walaupun Pemilihan Gubernur Kalbar 2014 masih lama, Ketua ICMI Kalimantan Barat Ilham Sanusi menggadang-gadang representasi rakyat Kalbar. Ia yakin calon yang ia pilih itu jujur dan mampu mengemban amanah rakyat. Yang terpenting, calonnya berasal dari pemuka agama Islam. Usaha yang dilakukan untuk menggolkan rencananya itu dengan melakukan konsolidasi ke partai Islam dan nasionalis sudah mendapat persetujuan. Ia optimis hal tersebut bisa terwujud mengingat pemeluk agama Islam di Kalbar relatif lebih banyak dibanding agama lain.
ICMI Riau
CENDEKIA --- ICMI Riau dipimpin Juramadi Esram tampil di depan memelopori gerakan sosial Tanjung Pinang Berbagi setelah sebelumnya sukses memelopori Gerakan Tanjung Pinang Menulis. Gerakan sosial yang lebih ditujukan untuk membantu masyarakat miskin ini diharapkan dapat membantu meningkatkan perekonomian dan menyejerahterakan masyarakat kurang mampu. Peran ICMI yang terdiri atas berbagai kalangan mulai dari akademisi sampai birokrat pemerintahan bahkan jurnalis dianggap mumpuni untuk memberikan sumbangsih bagi pembangunan masyarakat Tanjung Pinang. Ke depannya diharapkan program ini dapat berjalan secara kontinyu dengan memaksimalkan peran serta masyarakat terutama masyarakat kalangan atas.
ICMI Jawa Timur
CENDEKIA --- Majelis Sinergi Kalam (Masika) ICMI Jawa Timur bekerjasama dengan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia mengadakan seminar dan pembekalan dengan tujuan menggali potensi kepemudaan dan menumbuhkan minat pemuda menjadi pengusaha. Kegiatan yang diawali dengan keputusan Rakorda itu yang terdiri atas serangkaian pengadaan berbagai program peningkatan dan ketrampilan para pemuda daerah. Ditargetkan ke depannya 3000 pemuda di Jatim dapat menjadi enterpreneur muda sehingga bisa mengangkat harga diri dan membantu pemerintah membuka dan menciptakan lapangan kerja sendiri bagi masyarakat sekitarnya. Pengusaha muda yang tercetak melalui program ini, sekitar 70 % bergerak di bidang perkebunan dan sisanya di bidang kontraktor.
Sumbangsih ICMI Orsat London CENDEKIA --- ICMI Orsat London, Inggris, bertekad memberikan sumbangsih pemikiran dan partisipasi dalam berbagai masalah yang sedang dihadapi Indonesia dan masyarakat Islam pada umumnya. Sebagai wujud nyata tekad tersebut, ICMI Orsat London selalu menggelar seminar mengenai masalah pelik yang menjadi wacana publik di tanah air dewasa ini misalnya mafia perpajakan. Dengan demikian, ungkap Ketua ICMI Inggris, Dr Suyanto Mahdiputra, umat Islam Indonesia dapat mengambil peran terdepan dalam menanggapi berbagai permasalahan menyangkut kemaslahatan umat. “Sudah waktunya masyarakat Islam Indonesia mengambil (peranan, red) leading dalam menyuarakan aspirasi umat dan menentukan arah perjalanan dunia Islam ke depan,” ujar mantan Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Inggris dalam pertemuan rutin pengurus ICMI di Wisma Merdeka, London, Oktober 2011. Mahdiputra berpendapat bahwa dengan lebih dari 200 juta umat, Indonesia harus menjadi diplomat atau pemimpin bagi dunia Islam dan masyarakat Islam Indonesia harus mampu mengemban tanggung jawab ini. Kiblat dunia Islam akan beralih ke timur dengan semakin dikenalnya Indonesia sebagai bukti nyata (the living proof ) bahwa Islam dan demokrasi dapat berjalan secara sinergis sebagaimana diakui oleh para pakar muslim dan non-muslim. Kehidupan masyarakat Islam Indonesia yang demokratis, pluralis dan hidup rukun berdampingan dengan berbagai penganut agama lain adalah model yang ideal bagi model kehidupan masyarakat Islam dunia yang madani. Koordinator pertemuan, Nizma Agustjik (Teteh), menyampaikan keinginannya agar masyarakat Islam bersatu dan memberikan perhatian lebih bagi nasib dan masa depan anak-anak yang kurang beruntung. Sebagai tindak lanjut pertemuan pengurus ICMI se-Inggris, maka disepakati bahwa ICMI sebagai organisasi yang beranggotakan para cendekia bertekad untuk selalu mengawal segala upaya pemerintah dan bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. (humaidi: sumber Antara)
20 ICMI News
Media Informasi & Komunikasi Masyarakat Madani
Januari - Februari 2012
Sinergitas Ormas Islam CENDEKIA --- Pelantikan ICMI Orda Banyuasin periode 2011 - 2016 berlangsung hikmat pada bulan September 2011. Terlebih setelah Ketua ICMI Orwil Sumsel, H. Ridwan Mukti meminta para cendekia ICMI untuk selalu bersirnegi dengan ormas-ormas Islam. Turut hadir dalam pelantikan tersebut, Wakil Gubernur Sumsel, Eddy Yusup dan Bupati Banyuasin Amiruddin Inoed serta penasehat KAHMI Pusat, Akbar Tanjung. Sebelumnya, Akbar Tanjung melantik kepengurusan KAHMI Sumsel. Menurut Ridwan Mukti, sinergitas ICMI dengan KAHMI dan ormas-ormas Islam lainnya merupakan kekuatan moral dan intelektual yang
dapat menggerakkan pembangunan di masyarakat. Dengan kekuatan sinergitas maka ormas-ormas Islam dapat saling melengkapi satu dengan lainnya. Juga mampu menutupi kelemahan menjadi kekuatan. Berbagai permasalahan pembangunan di Sumsel menuntut ormas-ormas Islam untuk bisa menjawabnya dengan karya nyata. Karenanya diperlukan kekuatan sinergitas yang memungkinkan munculnya kekuatan besar yang mampu mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini sejalan dengan bunyi pepatah lama, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. “Terbukti dengan sinergitas bangsa Indonesia mampu meraih kemerdekaannya. Begitu pula kini dengan sin-
Bendera ICMI Sumsel Berkibar Hingga Mesuji
ergitas bangsa Indonesia akan juga mampu mengatasi persoalan-persoalan pembangunan sehingga dapat mewujudkan kehidupan berbangsa yang adil
dan makmur serta mendapatkan ridla Allah,” tandas Ridwah Mukti sebelum mengakhiri pidatonya. (humaidi: sumber net).
Kerjasama Harmonis Intelektual
CENDEKIA --- ICMI Orwil Sumsel begitu peduli dengan kasus Mesuji di Lampung dan Sodong di Sumsel. Berusaha memberikan bantuan sesuai misi dan visi ICMI kepada masyarakat yang menjadi korban. Karenanya bendera ICMI Orwil Sumsel berkibar menandakan kemampuannya untuk menjawab permasalahan umat. Termasuk juga bersilaturrahmi ke daerah-daerah transmigrasi di ujung Sumsel.
CENDEKIA ---- Kepengurusan ICMI Orda Musirawas dilantik Bupati Musirawas H. Ridwan Mukti yang juga menjabat Ketua ICMI Orwil Sumsel pada bulan Nopember 2011. Pelantikan berlangsung di rumah dinas bupati dan dihadiri pada pejabat sipil dan militer Bersamaan dengan pelantikan ICMI Orda Musirawas, Bupati juga melantik kepengurusan Forum Ukhuwah Ulama Umaro (FU3) Kabupaten Musirawas. Dalam pidatonya, Bupati mengharapkan kerja sama pemerintah daerah, ICMI dan FU3 kian harmonis dalam rangka pembangunan umat beragama. Keharmonisan ini sangat diperlukan untuk menghadapi perkembangan kehidupan berbangsa, bernegara dan kehidupan beragama melalui berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya umat islam serta bertanggung jawab dalam melaksanakan pembinaan kepada masyarakat. Keharmonisan hubungan umaro dan ulama dalam satu kesatuan visi dan misi memungkinkan program Musirawas Darussalam dan Musirawas Cerdas secepatnya dapat diwujudkan dalam kenyataan. Dibuktikan dari adanya perbaikan kehidupan sosial di daerah.(humaidi: sumber net)
Gerakan Orangtua Angkat CENDEKIA --- ICMI Orda Muaraenim dipimpin H. Taufik Rahman punya program aksi menarik. Langsung memberikan manfaat kepada masyarakat khususnya masyarakat kurang mampu. Berupa Gerakan Orangtua Angkat (GOA). GOA merupakan gerakan untuk membantu biaya pendidikan bagi anak-anak yang orangtuanya tergolong tidak mampu terutama yang tinggal di panti-panti asuhan di Muaraenim. Bertujuan membantu anak-anak mendapatkan pendidikan dari tingkat SD hingga sekolah menengah. GOA tidak hanya memberikan bantuan Rp 100 ribu per bulan tapi juga membangun jalinan kasih saying antara anak dengan orangtua. Bagaimanapun juga anak tidak hanya membutuhkan materi berupa uang tapi juga kasih sayag dari orangtua. Itulah yang membedakan GOA dengan program serupa di Indonesia, maka GOA menjadi salah satu terobosan yang dilakukan ICMI orda Muaraenim. Dan sampai saat ini sudah membantun 109 anak dan 58 orangtua angkat. Bahkan ada kemungkinan jumlahnya terus bertambah karena adanya keinginan banyak pihak untuk terlibat dalam GOA minimal dengan menyerahkan sumbangannya. (humaidi)